bab i ukl-upl tambang
DESCRIPTION
Penjelasan Bab I UKL-UPL Pertambangan BatubaraTRANSCRIPT
PENDAHULUAN I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan perekonomian di Propinsi Kalimantan Timur khususnya di Kabupaten Kutai
Kartanegara di bidang pertambangan saat ini tumbuh dengan pesat. Kegiatan
pertambangan merupakan kegiatan yang sangat erat dengan pemanfaatan sumberdaya alam
(SDA) yang bersifat tidak dapat diperbaharui (Unrenewable resources). Berbagai upaya
untuk memanfaatkan sumberdaya alam telah dilakukan baik oleh perorangan, pemerintah
maupun swasta dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian dan memperbaiki
struktur ekonomi regional yang akan memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap
pemasukan devisa, baik daerah maupun negara.
Konsekuensi dari suatu kegiatan pertambangan dapat menimbulkan berbagai dampak
terhadap lingkungan baik dampak positif maupun dampak negatif. Oleh karena itu agar
pembangunan yang berkelanjutan tersebut terealisasi, maka perlu dilakukan suatu sistem
pertambangan yang setiap kegiatannya harus direncanakan dengan baik, agar dampak
negatif yang ditimbulkannya dapat dikelola dengan baik, sehingga fungsi dan daya dukung
lingkungan setelah berakhirnya masa pertambangan dapat tetap berdaya guna atau
difungsikan bagi peruntukkan lainnya.
Pembangunan sektor pertambangan khususnya tambang batubara merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional, dimana tambang batubara memiliki banyak peluang
untuk mendukung peningkatan ekspor non migas yang sedang digalakkan, sehingga
berperan aktif dan dapat meningkatkan kontribusinya dalam memecahkan berbagai
masalah nasional, baik masalah ekonomi. Dalam hal ini peningkatan pertumbuhan
ekonomi maupun masalah sosial yakni ketenagakerjaan. Usaha pertambangan batubara
mempunyai prospek sebagai sektor andalan pengganti migas dalam membangun
perekonomian Kalimantan Timur dimasa mendatang. Hal ini didasarkan pada sumberdaya
dan potensi batubara yang tersedia, prospek pemasaran, serta dukungan kebijakan
pemerintah daerah. Sejalan dengan semakin menipisnya cadangan bahan-bakar minyak
(BBM) dan semakin tingginya harga BBM maka keberadaan batubara semakin penting
sebagai sumber energi alternatif dalam memenuhi kebutuhan energi dunia.
Wilayah Kutai Kartanegara merupakan daerah yang berpotensi memiliki tambang batubara
yang cukup besar dengan nilai jual tinggi yang dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat khususnya di Kelurahan Amborawang Darat Kecamatan Samboja, maka
peluang inilah yang telah dilaksanakan oleh Koptam Rukun Sentosa yang merupakan salah
satu perusahaan swasta nasional yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor :
456.K/24.03/MPE/1998 Tentang Pemberian Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KW
96AGP096) dan Kuasa Pertambangan (KP) Pengangkutan dan Penjualan Batubara
berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 540/20/KP-AJ/DPE-
V/IV/2008 Tentang Pemberian Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan
Batubara di wilayah Kelurahan Amborawang Darat Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Peraturan Menteri Negara
PENDAHULUAN I - 2
Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13
Tahun 2010 Tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup. Rencana usaha/kegiatan pertambangan batubara Koptam Rukun
Sentosa tidak termasuk kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL dan hanya dengan
UKL dan UPL, karena luas ijin lokasi untuk kegiatan pertambangan batubara ini seluas 85
Ha.
Dengan adanya dokumen tersebut diharapkan dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup dapat lebih terencana dan terarah sehingga lebih mudah dalam
pengaplikasiannya. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan diharapkan
dapat mengendalikan, mencegah, serta meminimalisir dampak negatif yang akan terjadi
meski hanya dengan teknologi sederhana. Di sisi lain dampak positif dapat
ditumbuhkembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan serta kesejahteraan
masyarakat yang berada di daerah sekitarnya.
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dan manfaat dilaksanakannya rencana kegiatan penambangan batubara Koptam
Rukun Sentosa yang terletak di wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara Provinsi
Kalimantan Timur adalah :
Tujuan
1. Penyediaan alternatif pengganti bahan bakar selain minyak dan gas.
2. Meningkatkan devisa negara dan pendapatan daerah, khusus Kabupaten Kutai
Kartanegara.
3. Turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah
4. Memperluas kesempatan kerja sesuai dengan kebijakan Program Pemerintah di
Kabupaten Kutai kartanegara.
Manfaat
Adapun manfaat yang nantinya diharapkan dapat diperoleh dari usaha penambangan
batubara ini pada dasarnya adalah :
1. Untuk mendapatkan keuntungan dari usaha penambangan batubara.
2. Pendayagunaan sumber daya alam secara efisien, produktif dan berwawasan
lingkungan.
3. Pemerataan pembangunan wilayah khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara.
4. Perluasan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar lokasi tambang.
5. Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar yang ikut serta dalam kegiatan proyek.
6. Sebagai salah satu usaha dalam peningkatan hasil devisa non migas di bidang
pertambangan.
7. Mendorong peningkatan PAD Kabupaten Kutai Kartanegara dari sektor
pertambangan.
PENDAHULUAN I - 3
1.3. Peraturan
Peraturan perundangan dan aturan pelaksanaannya telah dibuat oleh pemerintah sebagai
dasar dalam pengelolaan lingkungan dan penyusunan studi UKL dan UPL. Peraturan
perundangan ini juga merupakan acuan pemrakarsa proyek untuk melaksanakan studi UKL
dan UPL terhadap rencana usaha pertambangan Koptam Rukun Sentosa .
Selanjutnya dalam kaitannya dengan studi UKL dan UPL ini bahwa dasar dari penggunaan
peraturan perundang-undangan sebagai acuan dalam penyusunan dokumen UKL dan UPL
adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1. Peraturan Yang Terkait Dengan Rencana Kegiatan Pertambangan Batubara
Koptam Rukun Sentosa Beserta Alasan Singkat Mengapa Peraturan Tersebut
Digunakan Sebagai Acuan
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
A. UNDANG-UNDANG
1. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
Kegiatan pertambangan batu-bara berkaitan
dengan aspek agraria (lahan dan tanah)
2. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
Kegiatan pertambangan harus
memperhatikan aspek keselamatan tenaga
kerja
3. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1981
tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di
Perusahaan
Adanya kewajiban melaporkan tenaga kerja
kepada instansi berwenang
4. Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, beberapa kali telah diubah dan
terakhir dengan Undang-Undang RI
Nomor 28 Tahun 2007
Sebagai acuan dalam pelaksanaan
kewajiban perpajakan kepada negara
5. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit
Kegiatan pertambangan batubara ini
diperkirakan akan berdampak terhadap
kesehatan masyarakat (khususnya
penyebaran wabah penyakit)
6. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990
tentang Konversi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistem
Sebagai acuan dalam memperhatikan upaya
konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya
7. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Sebagai acuan dalam pelaksanaan
perlindungan tenaga kerja, khususnya
jaminan sosial tenaga kerja
8. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya
Upaya pelestarian apabila di sekitar
kegiatan terdapat benda cagar budaya
9. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan
Sebagai acuan dalam pengelolaan dampak
terhadap kesehatan masyarakat dan
pekerja/buruh
10. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun
1992 tentang Pemukiman dan Perumahan
Pedoman dalam pelaksanaan pembangunan
pemukiman bagi pekerja/buruh
11. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1994 Sebagai acuan dalam memperhatikan aspek
PENDAHULUAN I - 4
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
tentang Pengesahan Konservasi oleh PBB
Mengenai Keanekaragaman Hayati
keanekaragaman hayati
12. Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1996
tentang Perairan Indonesia
Kaitan dengan transportasi untuk mobilisasi
peralatan, material, dan hasil tambang
batubara, khususnya yang melalui wilayah
perairan
13. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, beberapa kali telah diubah dan
terakhir dengan Undang-Undang RI
Nomor 34 Tahun 2000
Sebagai acuan dalam pelaksanaan
pembayaran pajak dan retribusi daerah
14. Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pengelolaan rencana kegiatan terkait
dengan kepentingan para pihak, sehingga
perlu memperhatikan aspek hak asasi
manusia
15. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan, sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2004
Keterkaitan lahan rencana kegiatan dengan
masalah kehutanan
16. Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun
2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh
Adanya kewajiban untuk memberikan
perlindungan sosial dalam mendorong
terciptanya hubungan industrial yang
harmonis
17. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2002 tentang Ketenagalistrikan
Sebagai acuan dalam penanganan teknis
ketenagalistrikan
18. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan
Sebagai acuan dalam mengelola tenaga
kerja
19. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
Sebagai acuan dalam menyelesaikan
perselisihan hubungan industrial
20. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air
Sebagai acuan dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya air
21. Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun
2004 tentang Perikanan
Sebagai acuan dalam memperhatikan aspek
ekologi, terutama ekosistem habitat biota
perairan/sungai (ikan, plankton, dan
benthos)
22. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagai-mana telah diubah dengan
Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun
2008
Adanya keterkaitan kewenangan daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara dalam hal
kegiatan usaha pertambangan batubara
23. Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah
Adanya keterkaitan perimbangan keuangan
dalam penyelesaian administrasi dan
perijinan
24. Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun
2004 tentang Jalan
Sebagai acuan dalam pengaturan sarana
transportasi batubara
25. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal
Kaitan dengan penyelesaian administrasi
dan perijinan penanaman modal
26. Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang
Sebagai acuan kesesuaian lokasi rencana
kegiatan dengan tata ruang
PENDAHULUAN I - 5
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
27. Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas
Kaitan dengan pembentukan badan usaha
28. Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2008
tentang Perubahan Kedua UU No. 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Kaitan dengan pemerintah dareah dan
otonominya.
29. Undang-Undang RI Nomor 14 th 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik
Kaitan dengan adanya potensi dampak
terhadap masyarakat
30. Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2008
tentang Pelayaran
Kaitan dengan pembangunan pelabuhan
31. Undang-Undang RI Nomor 18 th 2008
tentang Pengelolaan Sampah
Kaitan dengan pengelolaan sampah
32. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara
Sebagai acuan kegiatan penambangan
batubara
33. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalulintas dan Angkutan
Jalan
Sebagai acuan dalam kegiatan mobilisasi
peralatan, material, dan hasil tambang
batubara
34. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Rencana usaha harus memperhatikan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
35. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan Sebagai acuan dalam pengelolaan dampak
terhadap kesehatan masyarakat dan
pekerja/buruh
B. PERATURAN PEMERINTAH
1. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun
1981 tentang Perlindungan Upah
Sebagai acuan dalam pelaksanaan
perlindungan upah terhadap pekerja/buruh
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun
2004 tentang Perlindungan Kehutanan
Kegiatan pertambangan batubara harus
memperhatikan aspek
konservasi/perlindungan hutan
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun
1991 tentang Rawa
Sebagai acuan dalam pengelolaan
lingkungan hidup, khususnya yang terkait
dengan rawa
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun
1991 tentang Sungai
Sebagai acuan dalam pengelolaan
lingkungan hidup, khususnya yang terkait
dengan sungai
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun
1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit
Sebagai acuan dalam upaya
penanggulangan wabah penyakit terhadap
pekerja/buruh, termasuk masyarakat pada
umumnya
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun
1967 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan, sebagai-mana telah
beberapa kali diubah dan terakhir dengan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 75 Tahun
Sebagai acuan kegiatan pertambangan
PENDAHULUAN I - 6
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
2001
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun
1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
sebagaimana telah beberapa kali diubah
dan terakhir dengan Peraturan Pemerintah
RI Nomor 64 Tahun 2006
Sebagai acuan teknis dalam pelaksanaan
program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun
1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan
Sebagai acuan dalam kegiatan mobilisasi
peralatan dan material serta pengangkutan
batubara
9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun
1997 tentang Penataan Ruang Lingkup
Nasional
Sebagai acuan penyesuaian pemanfaatan
ruang areal rencana kegiatan dengan tata
ruang nasional
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun
1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar
Kegiatan pertambangan berhubungan
dengan pemanfaatan jenis tumbuhan
11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
Rencana usaha/kegiatan haru mengacu pada
peraturan AMDAL yang berlaku
12. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara
Sebagai acuan dalam upaya pengendalian
pencemaran udara
13. Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun
1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
RI Nomor 85 Tahun 1999
Sebagai acuan dalam melakukan
pengelolaan terhadap limbah B3
14. Peraturan Pemerintah RI Nomor 150
Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah untuk Produk Biomassa
Penggunaan lahan untuk pertambangan
batubara akan memberikan dampak
terhadap tanah
15. Peraturan Pemerintah RI Nomor 4 Tahun
2001 tentang Pengendalian Kerusakan
dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup
yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan
dan Lahan
Digunakan sebagai acuan dalam
mengendalikan kerusakan dan pencemaran
lingkungan khususnya kemungkinan
terjadinya kebakaran hutan dan lahan
16. Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun
2001 tentang Pajak Daerah
Sebagai acuan dalam pelaksanaan
pembayaran pajak daerah
17. Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun
2001 tentang Retribusi Daerah
Sebagai acuan dalam pelaksanaan
pembayaran retribusi daerah
18. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun
2001 tentang Pengendalian Bahan
Berbahaya dan Beracun
Sebagai acuan dalam pengendalian bahan
berbahaya dan beracun
19. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Pencemaran Air
Berkaitan dengan pencemaran air akibat
kegiatan pertambangan batubara
20. Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun
2004 tentang Penatagunaan Tanah
Karena kegiatan pertambangan ini
berhubungan dengan penatagunaan lahan
(tanah)
PENDAHULUAN I - 7
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
21. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan
sangat terkait dengan pembagian
kewenangan antara pemerintah pusat dan
daerah
22. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun
2008 tentang Tata Ruang Nasional
Tergantung status kawasan pertambangan
batubara
23. Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air
Kaitan dengan pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya air.
24. Peraturan Pemerintah RI No. 61 tahun
2009 tentang Kepelabuhanan
Sebagai acuan dalam pembangunan dan
pemanfaatan pelabuhan
C. PERATURAN PRESIDEN ATAU SEJENIS
1. Keputusan Presiden RI Nomor 1 Tahun
1967 tentang Sinkronisasi Pelaksanaan
Tugas Bidang Kehutanan, Pertambangan,
Transmigrasi, dan Pekerjaan Umum
Kegiatan pertambangan batubara harus
sinkron dan tidak tumpang tindih dengan
sektor/kegiatan lainnya
2. Keputusan Presiden RI No. 43 Tahun 1978
Tentang Convention on International
Trade In Endangered Species Of Wild
fauna and Flora 1973
Terkait dengan flora dan fauna yang
dilindungi
3. Keputusan Presiden RI Nomor 4 Tahun
1980 tentang Wajib Lapor Lowongan
Kerja
Sebagai acuan dalam melaporkan lowongan
kerja kepada instansi berwenang
4. Instruksi Presiden RI Nomor 22 Tahun
1990 tentang Pengendalian Dampak
Lingkungan
Digunakan sebagai acuan karena kegiatan
pertambangan batubara berdampak terhadap
lingkungan hidup
5. Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun
1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung
Digunakan karena kegiatan pertambangan
batubara ini ada kaitannya dengan kawasan
hutan lindung
6. Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun
1993 tentang Penyakit yang Timbul
Karena Hubungan Kerja
Kegiatan pertambangan batubara ini
diperkirakan akan berdampak terhadap
kesehatan pekerja
7. Keputusan Presiden RI Nomor 10 Tahun
2000 tentang Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan
Badan tersebut yang berkaitan langsung
dalam penanganan terhadap dampak
lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh
kegiatan pertambangan
8. Keputusan Presiden RI No. 34 Tahun 2003
tentang Kebijakaan Nasional Dibidang
Pertanahan
Sebagai referensi bagi perusahaan untuk
aspek legalitas dibidang pertanahan.
D. PERATURAN MENTERI ATAU SEJENIS
1. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7
Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan dalam
Tempat Kerja
Sebagai acuan dalam memberikan
perlindungan kesehatan kepada
pekerja/buruh
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Per-02/Men/1980 tentang Pemeriksaan
Sebagai acuan perusahaan dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang
PENDAHULUAN I - 8
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
Tenaga Kerja dalam Penyelengaraan
Keselamatan Kerja
terkait dengan keselamatan kerja
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Per-01/Men/1981 tentang Kewajiban
Melaporkan Penyakit Akibat Kerja
Sebagai acuan perusahaan dalam
melaporkan penyakit akibat kerja kepada
instansi berwenang
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
28/Menkes/PER/XII/1982 tentang
Kualitas Air Tanah yang Berhubungan
dengan Kesehatan
Penggunaan air untuk pekerja/buruh
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
KM.136/07.001/Phb.83 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Pelabuhan Perhubungan
Kaitan dengan transportasi batubara
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor :
Per.04/Men/1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Penunjukan Ahli K3
Sebagai acuan dalam pembentukan Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan
(P2K3) dan penunjukan Ahli K3
7. Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 23 Tahun 1987 tentang Prosedur
Pencegahan dan Penanggulangan Pence-
maran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Sebagai acuan dalam pencegahan dan
penanggulangan pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
173/Menkes/PER-VIII/1987 tentang
Pengendalian Pencemaran Air untuk
Berbagai Kegunaan yang Berhubungan
dengan Kesehatan
Penyediaan air untuk karyawan
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
718/MENKES/PER/XI/1987 tentang
Kebisingan yang Berhubungan dengan
Kesehatan
Sebagai acuan dalam penanganan dampak
kebisingan akibat kegiatan pertambangan
10. Keputusan Menteri Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup Nomor Kep
02/MENKLH/1988 tentang Pedoman
Penetapan Baku Mutu Lingkungan
Sebagai acuan yang dipakai dalam
menetapkan status mutu lingkungan
11. Keputusan Bersama Menteri
Pertambangan dan Energi dengan Menteri
Kehutanan Nomor 969.K/05/M.PE/1989
dan Nomor 429/KPTS-II/1989 tentang
Pedoman Pengaturan Bersama Usaha
Pertambangan dan Energi Dalam Kawasan
Hutan
Penggunaan kawasan hutan untuk
pertambangan
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416
Tahun 1990 tentang Syarat-syarat
Pengawasan Kualitas Air
Sebagai acuan dalam pemanfaatan untuk
keperluan pekerja/buruh
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
Idem
14. Keputusan Menteri Kehutanan No. Karena di dalam areal Pertambangan
PENDAHULUAN I - 9
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
837/kpts-II Tahun 1990 Tentang Larangan
Penebanagan Pohon di 100 meter Kiri
Kanan Sungai dan 200 meter dari radius
mata air
terdapat sungai-sungai.
15. Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 255/2011/MPE/1993
tentang Pelaksanaan Inspeksi Tambang
Sebagai acuan dalam kegiatan inspeksi
tambang
16. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 21
Tahun 1994 tentang Tata Cara Perolehan
Tanah bagi Perusahaan dalam Rangka
Penanaman Modal
Sebagai acuan dalam memperoleh ijin
lokasi pertambangan
17. Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 103.K/008/-MPE/1994
tentang Pengawasan atas Pelaksanaan
Rencana Penge-lolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan Lingkungan dalam
Bidang Pertambangan dan Energi
Pengawasan dan penerapan UKL dan UPL
18. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor Kep 13/MENLH/3/1995
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak
Sebagai acuan baku mutu emisi tidak
bergerak
19. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor Kep
51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair bagi Kegiatan Industri
Sebagai acuan dalam menetapkan status
mutu limbah cair yang dihasilkan oleh
kegiatan pertambangan batubara
20. Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi 555.K/26/MPE/1995 tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pertambangan Umum
Sebagai acuan dalam melaksanaan kegiatan
keselamatan dan kesehatan kerja
21. Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 1211 K/008/ MPE/1995
tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Kerusakan dan Tercemarnya Lingkungan
pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Umum
Sebagai acuan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan kerusakan dan tercemarnya
lingkungan
22. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Kesehatan Kerja
Sebagai acuan dalam pengelolaan kegiatan
keselamatan dan kesehatan kerja
23. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 15 Tahun 1996 tentang Baku
Mutu Tingkat Kebisingan
Sebagai pedoman bagi pemrakarsa agar
tingkat kebisingan yang diakibatkan
rangkaian kegiatan pertambangan harus
dalam toleransi tingkat baku mutu yang
telah ditetapkan.
24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor Kep 48/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan
Sebagai acuan menetapkan status tingkat
kebisingan yang dihasilkan oleh kegiatan
pertambangan batubara
PENDAHULUAN I - 10
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
25. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor Kep 49/MENLH/11/1996
tentang Baku Mutu Tingkat Getaran
Sebagai acuan menetapkan status tingkat
getaran yang dihasilkan oleh kegiatan
pertambangan batubara
26. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor Kep 50/MENLH/11/1996
tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan
Sebagai acuan menetapkan status tingkat
kebauan yang dihasilkan oleh kegiatan
pertambangan batubara
27. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 45/MENLH/10/1997
tentang Indeks Standar Pencemaran Udara
Sebagai acuan menetapkan status tingkat
pencemaran udara yang dihasilkan oleh
kegiatan pertambangan batubara
28. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Sebagai acuan dalam upaya pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup.
29. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261
Tahun 1998 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja
Sebagai acuan penerapan kesehatan di
lingkungan kerja bagi para pekerja/buruh
tambang
30. Keputusan Menteri Negara Agaria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1999 tentang Pelimpahan
Wewenang Pemberian Hak atas Tanah
Kaitan dengan ijin usaha kuasa
pertambangan
31. Peraturan Menteri Agaria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999
tentang Penyelesaian Masalah Hak Ulayat
Masyarakat Hukum Adat
Sebagai acuan dalam penyelesaian masalah
tanah dan pembebasan lahan masyarakat
adat
32. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor Kep 41/MENLH/8/1999
tentang Baku Mutu Udara Ambien
Sebagai acuan menetapkan status mutu
udara ambien yang dihasilkan oleh kegiatan
pertambangan batubara
33. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja
Sebagai acuan dalam kegiatan keselamatan
dan kesehatan kerja
34. Keputusan Menteri Kehutanan Kehutanan
Nomor 146/Kpts.II/1999 tentang Pedoman
Reklamasi Bekas Tambang dalam
Kawasan Hutan
Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan
reklamasi tambang batubara
35. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
187/Men/1999 tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
Sebagai acuan pengendalian B3 dalam
operasional kegiatan
36. Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral 1453K/29/MEM/2000
tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Tugas Pemerintah di Bidang
Pertambangan Umum
Sebagai acuan dalam melaksanakan
konsultasi dan koordinasi kegiatan usaha
pertambangan
37. Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 1457
K/28/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis
Sebagai pedoman tentang pelaksanaan
pengelolaan lingkungan
PENDAHULUAN I - 11
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
Pengelolaan Lingkungan di Bidang
Pertambangan Umum
38. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907/-
MENKES/ SK/2002 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum
Sebagai acuan dalam penggunaan air
minum yang memenuhi standar kesehatan
untuk keperluan pekerja/buruh
39. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri
Sebagai acuan dalam menjaga kesehatan
lingkungan kerja
40. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1407/Menkes/SK/XI/2002 tentang
Pedoman Pengendalian Dampak
Pencemaran Udara
Sebagai acuan dalam pengelolaan
pencemaran udara di lokasi kegiatan
tambang batubara
41. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode
Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan
Sebagai acuan pengambilan sampel air
42. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air pada Sumber Air
Sebagai acuan mengendalikan dampak
pencemaran air pada kegiatan
pertambangan
43. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 113 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagian Usaha dan/atau
Kegiatan Pertambangan Batubara
Kaitan dengan air limbah/air asam tambang
44. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pengkajian untuk Status Baku Mutu Air
Sebagai acuan untuk mengkaji status baku
mutu air
45. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
289/-Menkes/III/2003 tentang Prosedur
Pengen-dalian Dampak Pencemaran Udara
Akibat Kebakaran Hutan terhadap
Kesehatan
Sebagai acuan dalam pengendalian dampak
pencemaran udara akibat kebakaran hutan
46. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 142 Tahun 2004 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan
serta Pedoman Kajian Pembuangan Air
Limbah ke Air atau Sumber Air
Sebagai acuan perizinan terhadap kajian
pembuangan air limbah ke air atau sumber
air
47. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL)
Digunakan sebagai acuan penyusunan
Dokumen
48. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup
Sebagai acuan pelaksanaan penyusunan
Dokumen
PENDAHULUAN I - 12
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
49. Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 02 Tahun 2008 tentang
Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
Sebagai dasar dalam pemanfaatan limbah
berbahaya dan beracun pada kegiatan
penambangan batubara
50. Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata
Kerja Komisi Penilai AMDAL
Adanya keterkaitan koordinasi dalam
proses pengesahan Dokumen
51. Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Persyaratan kompetensi dalam
Penyusunan Dokumen AMDAL dan
Persyaratan Lembaga Pelatihan
Kompetensi Penyusunan AMDAL
Acuan dalam persyaratan penyusun
52. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Panduan Penilaian Dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Untuk mengetahui proses penilaian
dokumen
53. Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 1 tahun 2010 tentang Tata
Laksana Pengendalian Pencemaran Air
Sebagai acuan dalam pengendalian
pencemaran airs
54. Keputusan Menteri Kesehatan
No.876/Menkes/SK/VI1/2010 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak
Kesehatan
Sebagai acuan dalam pedoman teknis
analisis kesehatan
E. KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL
1. Surat Edaran Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 03/SE/MENKLH/6/1987
tentang Prosedur Penanggulangan Kasus
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Sebagai acuan dalam penanggulangan kasus
pencemaran dan perusakan lingkungan
2. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan
Koperasi Nomor SE-01/SE/MENAKER/-
1988 tentang Baku Mutu Tingkat
Kebisingan di Lingkungan Kerja
Pedoman penentuan tingkat kebisingan
akibat kegiatan pertambangan
3. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan
Koperasi Nomor SE-
02/SE/MENAKER/1988 tentang Baku
Mutu Bahan Kimia di Udara
Pedoman penentuan kualitas udara akibat
pertambangan
4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup Nomor KEP-
056 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum
Mengenai Ukuran Dampak Penting
Pedoman dalam pengukuran dampak
penting yang ditimbulkan oleh kegiatan
5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup Nomor
KEP.01-05/Bapedal/09/1995 tentang Tata
Cara Penyimpanan, Pengumpulan,
Pengolahan dan Penimbunan Limbah B3
Sebagai acuan penanganan limbah B3 dari
kegiatan pertambangan batubara
PENDAHULUAN I - 13
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup Nomor
255/Bapedal/09/1996 tentang Penyerahan
Minyak Pelumas Bekas
Pedoman pengelolaan limbah B3/oli bekas
yang dihasilkan oleh kegiatan
pertambangan
7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup Nomor Kep
299/11/1996 tentang Pedoman Teknis
Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan
AMDAL
Pedoman studi sosial ekonomi dalam
penyusunan dokumen
8. Surat Edaran Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup Nomor 8/SE/-
02/1997 tentang Penyerahan Minyak
Pelumas Bekas
Pedoman pengelolaan limbah B3/oli bekas
yang dihasilkan oleh kegiatan
pertambangan
9. Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup Nomor Kep
124/12/1997 tentang Panduan Kajian
Aspek Kesehatan Masyarakat dalam
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
Pedoman studi kesehatan masyarakat dalam
penyusunan Dokumen dokumen
10. Keputusan Kepala Badan Pengendalian
DampaK Llingkungan Hidup Nomor 08
Tahun 2000 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi
dalam Proses Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
Sebagai acuan mendorong keterlibatan
masyarakat dalam proses penyusunan
Dokumen
F. KEPUTUSAN DIRJEN PERTAMBANGAN UMUM
1. Keputusan Direktur Jenderal
Pertambangan Umum Nomor
336.K/271/DDJP/1996 tentang Jaminan
Reklamasi
Pedoman jaminan reklamasi kegiatan
pertambangan
2. Keputusan Direktur Jenderal
Pertambangan Umum Nomor
693.K/008/DDJP/1996 tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Erosi pada Kegiatan
Pertambangan Umum
Pedoman pengendalian erosi akibat
kegiatan pertambangan
G. PERATURAN GUBERNUR KALIMATAN TIMUR ATAU SEJENIS
1. Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Kalimantan Timur Nomor 339
Tahun 1988 tentang Baku Mutu
Lingkungan di Kalimantan Timur
Acuan Penentuan Kualitas Lingkungan
2. Keputusan Gubernur KDH Tingkat I
Provinsi Kalimantan Timur Nomor 19
Tahun 1997 tentang Baku Mutu Kualitas
Limbah Cair bagi Kegiatan Industri dan
Usaha Lain di Provinsi Kalimantan Timur
Acuan ambang batas limbah kegiatan
pertambangan batubara
3. Keputusan Gubernur Kalimantan Timur
Nomor 050/K.443/1999 tentang Penetapan
Sebagai acuan dalam menetapkan
penggunaan tata ruang
PENDAHULUAN I - 14
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
Hasil Paduan Serasi antara Rencana Tata
Ruang Wilayah Dengan Tata Guna Hutan
Kesepakatan Provinsi Kalimantan Timur
yang Merupakan Revisi dari Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 1993 tentang
Rencana Tata Ruang Provinsi Daerah
Tingkat I KalimantanTimur
4. Keputusan Gubernur Kalimantan Timur
Nomor 26 Tahun 2002 tentang Baku Mutu
Limbah Cair bagi Kegiatan Industri dan
Usaha lainya dalam Provinsi Kalimantan
Timur sebagai Ganti Keputusan Gubernur
Nomor 19 Tahun 1997
Acuan ambang batas limbah kegiatan
pertambangan batubara
H. PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
1. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara No. 14 Tahun 2000 Tentang
Pengawasan Kualitas Air.
Peraturan tersebut digunakan karena
kegiatan pertambangan akan menghasilkan
limbah yang yang dapat mencemari sumber
air.
2. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai No. 27
Tahun 2000 Tentang Kewenangan
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.
Peraturan tersebut digunakan karena
kegiatan pertambangan berada pada
wilayah administratif Kutai Kartanegara.
3. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Nomor
32 Tahun 2000 Tentang Izin Lokasi. Peraturan tersebut digunakan karena
kegiatan pertambangan harus dilengkapi
dengan ijin
4. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara Nomor 2 Tahun 2001
Tentang Izin Pertambangan Umum.
Peraturan Daerah tersebut digunakan karena
usaha/kegiatan penambangan harus
dilengkapi dengan ijin
5. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara No. 11 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Pertama Peraturan Daerah
Kutai No. No. 5 Tahun 2001 tentang
AMDAL Kabupaten Kutai Kartanegara.
Peraturan tersebut digunakan karena setiap
jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup
6. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara Nomor 2 Tahun 2001
Tentang Izin Pertambangan Umum.
Peraturan Daerah tersebut digunakan karena
usaha/kegiatan penambangan harus
dilengkapi dengan ijin
7. Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara
No. 180-188/HK-251/2001 Tentang
Pelaksanaan dan Tata Cara Pemberian Ijin
Usaha Pertambangan Umum (IUP) di
Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
Surat keputusan tersebut digunakan karena
setiap ijin yang akan diberikan harus
mengikuti ketentuan yang berlaku
8. Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara
No. 180-188/HK-402/2001 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengawasan
Usaha Pertambangan Umum dan Usaha
Ketenagalistrikan oleh Pelaksana Inspeksi
Tambang Daerah (PITDA) dalam Wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Surat keputusan tersebut digunakan karena
merupakan acuan dalam pelaksanaan
pengawasan di bidang pertambangan.
PENDAHULUAN I - 15
No. Dasar Hukum Alasan Digunakannya Dasar Hukum
Tersebut
9. Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara
No. 180-188/HK-316/2003 Tentang
Pedoman Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
pada Kegiatan Umum di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Surat keputusan tersebut digunakan karena
merupakan pedoman pencegahan dan
penanggulangan pencemaran lingkungan
10. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara No. 16 Tahun 2003 Tentang
PMDN (Penanaman Modal Daerah
Negeri) Dan PMA (Penanaman Modal
Asing).
Peraturan tersebut digunakan karena setiap
pihak yang akan melaksanakan kegiatan
investasi harus memiliki surat persetujuan
(SP) yang diterbitkan oleh pemerintah
daerah setempat melalui instansi
penanaman modal setempat
11. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara Nomor 8 Tahun 2003
Tentang Retribusi Ijin Pengelolaan dan
Pembuangan Air Limbah.
Peraturan tersebut digunakan karena setiap
usaha/kegiatan yang menghasilkan limbah
harus memiliki surat ijin pengelolaan dan
pembuangan limbah yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah setempat.
12. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara Nomor 9 Tahun 2003
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan tersebut digunakan karena
kegiatan perkebunan kelapa sawit akan
menghasilkan limbah yang yang dapat
mencemari badan perairan.
13. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara Nomor 14 Tahun 2000
Tentang Pengawasan Kualitas Air.
Peraturan tersebut digunakan karena
kegiatan pertambangan akan menghasilkan
limbah yang yang dapat mencemari sumber
air.
14. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara Nomor 2 Tahun 2006
Tentang Izin Pembuangan Air Limbah
Untuk Kegiatan Pertambangan Batubara.
Peraturan tersebut digunakan karena
kegiatan pertambangan batubara akan
menghasilkan limbah yang yang dapat
mencemari badan perairan.