bab i ssk kudus
DESCRIPTION
BAB I SSK kudusTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia telah dilakukan
oleh Pemerintah, swasta dan masyarakat selama puluhan tahun.
Namun sampai dengan saat ini, diketahui bahwa menurut data
susenas 2007, masih ada 70 Juta Penduduk Indonesia yang masih
BABS, baru 11 Kota memiliki system offsite dengan cakupan 2,33 %
dari jumlah penduduknya, baru ± 70 TPA yang didesain secara TPA
Sanitary Landfill dari ± 492 TPA di seluruh Kab/Kota yang ada di
Indonesia, masih terdapat Genangan di 100 Kawasan Strategis
Perkotaan. Semua hal tersebut selama ini telah menimbulkan
dampak kerugian yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun
pemerintah. Menurut data Bank Dunia tahun 2007, Kerugian
ekonomi akibat sanitasi buruk mencapai US $ 6,3 Milyar / Rp 58
Triliun / 2,3% GDP Indonesia.
Dilain fihak, angka investasi sanitasi pada rentang 1970-2000
tercatat hanya sebesar Rp 200/kap/tahun dan dalam kurun waktu 5
tahun terakhir terjadi peningkatan investasi sanitasi menjadi Rp
5000/kap/tahun, yang masih jauh dari angka investasi sanitasi Ideal
yaitu Rp 47.000/kap/tahun.
Hal tersebut perlu menjadi perhatian semua fihak, mengingat
adanya Sasaran RPJMN 2010-2014 bidang sanitasi, yaitu :
Air Limbah
Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014
:
Cakupan layanan sistem off-site 10% ( 5% sistem terpusat dan 5%
sistem Komunal)
Cakupan sistem on-site 90%.
Persampahan
Strategi Sanitasi Kota I - 1Kabupaten Kudus Tahun 2011
Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80% rumah
tangga di daerah perkotaan.
Drainase
Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan
strategis perkotaan
Dengan melihat hal – hal tersebut, maka perlu dilakukan
berbagai langkah – langkah yang konkrit untuk dapat mencapai
tujuan yang telah direncanakan. Peran pemerintah sebagai
fasilitator dan dinamisator pembangunan haruslah mampu untuk
meningkatkan kinerjanya dan menggandeng sektor swasta dan
masyarakat untuk bersama – sama menanggulangi permasalahan
sanitasi, sehingga pada akhirnya muncul kesadaran dari semua
fihak untuk bersama – sama menyelesaikan permasalahan sanitasi
dalam suatu gerakan bersama dan harmonisasi program
pembangunan sanitasi permukiman antar stakeholder.
Pemerintah Kabupaten Kudus juga telah melaksanakan
pembangunan dibidang sanitasi. Dari hasil study keuangan yang
telah dilakukan, terlihat bahwa belanja Pemerintah Daerah untuk
sektor sanitasi mengalami fluktuasi yang yang cukup tajam, dimana
prosentase belanja sanitasi terhadap jumlah total APBD pada tahun
2006 sebesar 2,64%, tahun 2007 sebesar 1,03 %, tahun 2008
sebesar 33,01%, tahun 2009 sebesar 4,33 % dan tahun 2010
sebesar 0,44 %. Jadi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, rata – rata
belanja untuk sektor sanitasi sebesar 8,34% dari jumlah total APBD.
Meskipun telah dialokasikan dana untuk sektor sanitasi oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus, namun sampai dengan saat
ini masih terdapat fakta – fakta, dimana sampai dengan saat ini
belum tersedia sarana instalasi pengolahan air limbah (IPAL), dan
umumnya air limbah rumah tangga (grey water) dan air limpasan
dibuang ke sistem drainase. Sedangkan untuk limbah black water
Strategi Sanitasi Kota I - 2Kabupaten Kudus Tahun 2011
menggunakan pengolahan setempat (on site system), baik secara
pribadi maupun komunal.
Jumlah timbulan sampah di Kabupaten Kudus berdasarkan
jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 764.606 jiwa sebanyak 1.529
M3/hari dengan rata-rata timbulan sebesar 2 liter per hari
sementara jumlah timbulan sampah terlayani di Kabupaten Kudus
pada tahun 2010 adalah sebesar 636,3 m³/hari, dengan jumlah
sampah yang terangkut ke TPA sebesar 501,2 m³/hari.
Saluran drainase tersier di Kudus sebagian besar masih
berupa saluran tanah terutama yang berada di lokasi pinggiran kota
dan persawahan sebanyak 148.580 m , sedangkan saluran
pasangan sebanyak 109.462 m. Saluran tertutup sebagian besar
berada di pusat kota dan kebanyakan di bawah trotoar. Secara
keseluruhan panjang saluran tertutup adalah 56.897 m.
Berdasarkan permasalahan - permasalahan yang terkait
dengan penanganan sanitasi, antara lain bidang kesehatan,
perumahan, pekerjaan umum dan lingkungan hidup, maka strategi
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus diarahkan
kepada :
1. Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dengan
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat secara aktif mandiri
2. Pengelolaan sungai dan sumber daya air
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
permukiman perkotaan dan perdesaan
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
drainase
5. Pengelolaan dan konservasi SDA-LH
6. Pengendalian dampak lingkungan
7. Peningkatan kebersihan, kerapian dan keindahan
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
(PPSP) di Kabupaten Kudus akan dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu
a). Penyusunan Dokumen Strategis,
b). Memorandum Program,
Strategi Sanitasi Kota I - 3Kabupaten Kudus Tahun 2011
c). Implementasi
d). Monitoring serta Evaluasi.
Pada tahun 2011, PPSP dimulai dengan penyusunan dokumen
perencanaan strategis yaitu penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS)
dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) untuk periode tahun 2012 -
2016. Buku Putih merupakan gambaran kondisi riil sanitasi di
Kabupaten Kudus yang diperoleh melalui pengumpulan data
skunder dan didukung oleh beberapa study untuk mendapatkan
data primer seperti study Environmental Healt Risk Assesment
(EHRA), study media, study Pemberdayaan Masyarakat Jender dan
Kmiskinan (PMJK) dan study keterlibatan sektor swasta. Sedangkan
SSK merupakan program strategis yang dapat dijadikan pedoman
dalam pengelolaan sanitasi secara komprehensif, berkelanjutan
dan partisipatif, yang mengacu pada Buku Putih Sanitasi dan
dokumen-dokumen perencanaan pembangunan yang lain seperti,
RPJMD, RTRW, RPIJM maupun Renstra SKPD.
Sasaran program PPSP di Kabupaten Kudus dilakukan di 132
Desa/Kel diwilayah administratif Kabupaten Kudus. Hal ini untuk
memastikan bahwa semua Desa/Kel nantinya akan dapat dilihat
profil sanitasinya, untuk kemudian akan dapat dicarikan pemecahan
masalah dari masing – masing wilayah tersebut. Hal ini mengingat
luasnya cakupan pelayanan sanitasi dan karakteristik wilayah yang
cenderung berbeda, sehingga diperlukan data yang lebih
komprehensip dan akurat.
1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan SSK
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah suatu dokumen
perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan
sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.
Maksud dari penyusunan SSK ini adalah tersusunnya dokumen
rencana strategis pembangunan sanitasi Kabupaten Kudus untuk
jangka waktu 5 tahunan yang dapat digunakan sebagai rujukan bagi
pemerintah kabupaten dan pihak terkait dalam pelaksanaan
Strategi Sanitasi Kota I - 4Kabupaten Kudus Tahun 2011
pembangunan sanitasi yang lebih komprehensif ditingkat
kabupaten.
Adapun tujuan dari penyusunan SSk ini adalah :
a. Tujuan Umum Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) sebagai
pedoman pembangunan sanitasi mulai tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016
b. Tujuan Khusus
1) SSK ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan
pembangunan Sanitasi Kabupaten Kudus selama 5 tahun
yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
2) Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Oprasional
tahapan pembangunan sanitasi.
3) Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak
(instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan
melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam
pembangunan sanitasi di Kabupaten Kudus.
1.3. Landasan Hukum
Landasah Hukum dari penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten
Kudus adalah :
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan
Ruang
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah
Strategi Sanitasi Kota I - 5Kabupaten Kudus Tahun 2011
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan anatara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentan Sumber Daya
Air
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah
11. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang
Pengaturan Air
12. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai
13. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
15. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kulaitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
16. Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1989 Tentang Kawasan
Industri
17. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 Tentang
Penggunaan Tanah bagi Kawasan Industri
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006
Tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan
19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008
Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembanagan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman
20. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus No. 12 Tahun 2010
tentang Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan.
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus No. 3 Tahun 2009
tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Kudus.
22. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus No. 8 Tahun 2006
tentang Retribusi Penyedotan Kakus.
Strategi Sanitasi Kota I - 6Kabupaten Kudus Tahun 2011
23. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus No. 9 Tahun 2005
tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kudus.
24. Peraturan Bupati Kudus No. 7 Tahun 2006 tentang standar
Pelayanan Minimal Pada Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Kudus.
1.4. Metode Penyusunan
Metode penyusunan SSK adalah sebagai berikut :
1. Study Dokumen dan Analisis Data Skunder
2. Pengamatan secara langsung ke lapangan untuk
mendapatkan gambaran kondisi nyata.
3. Wawancara mendalam kepada nara sumber kunci.
4. Diskusi kelompok terfokus dengan pihak terkait untuk
mendapatkan hasil analisis secara lebih luas.
5. Analisis SWOT dan matrik rangking isu prioritas
Proses penyusunan SSK terdiri dari beberapa tahapan yang
tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai
berikut :
1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi wilayah
perkotaan saat ini yang dirupakan dalam suatu dokumen
Buku Putih Sanitasi Kabupaten yang didalamnya
menggambarkan kondisi pengelolaan sektor sanitasi untuk
belajar dari fakta sanitasi guna menetapkan kondisi sanitasi
yang tidak diinginkan.
2. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang
dituangkan kedalam Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten , dan
tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi Kabupaten.
3. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi
yang diinginkan untuk mengidentifikasi dimana kekuatan,
kelemahan, tantangan/ancaman serta peluang Kabupaten
Strategi Sanitasi Kota I - 7Kabupaten Kudus Tahun 2011
Kudus dalam melangkah untuk mengatasi mencapai Visi
dan Misi Sanitasi Kabupaten Kudus Tahun 2016.
4. Merumuskan Strategi Sanitasi Kota yang menjadi basis
penyusunan Program dan Kegiatan Pembangunan Sanitasi
Kota Jangka Menengah (5 tahunan).
1.5. Sistematika Dokumen
Sistematika Dokumen SSK terdiri dari 7 (tujuh) bab yaitu
sebagai berikut :
Bab Pertama, berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang
latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan SSK, landasan
hukum, metode penyusunan dan sistematika dokumen.
Bab Kedua, menyajikan arah pengembangan sektor sanitasi
kabupaten yang menggambarkan tentang Gambaran umum sanitasi
kabupaten, Visi dan Misi Sanitasi kabupaten, Kebijakan Umum,
Tujuan dan Sasaran dan Arahan Pentahapan Pencapaian.
Bab Ketiga, memaparkan isu-isu strategis dan tantangan yang
dihadapi sektor sanitasi Kabupaten Kudus, yang mendasari perlunya
penyusunan SSK, termasuk di dalamnya mengulas aspek non teknis
layanan sanitasi serta masing-masing sub sektor sanitasi dan aspek
higiene-nya.
Bab Keempat, menguraikan kerangka kerja Strategi Sanitasi
Kabupaten Kudus, termasuk di dalamnya tujuan, sasaran dan
tahapan pencapaian yang akan dilaksanakan dalam penerapan
strategi pada masing-masing sub-sektor termasuk pada aspek non
teknis layanan sanitasi Kabupaten Kudus.
Bab Kelima, memaparkan program-program yang
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan seluruh sub sektor
sanitasi (sub-sektor air limbah, sub-sektor persampahan, sub-sektor
drainase lingkungan, sub sektor air bersih, serta sub sektor Higiene)
di Kabupaten Kudus.
Bab Keenam, memaparkan gambaran umum struktur monev
sanitasi, peran dan tanggung jawab lembaga yang menangani
Strategi Sanitasi Kota I - 8Kabupaten Kudus Tahun 2011
sanitasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan
sanitasi serta sistem pelaporannya.
Bab Ketujuh, penutup.
Lampiran, meliputi tabel, gambar dan lampiran lainnya dalam
proses penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK).
Strategi Sanitasi Kota I - 9Kabupaten Kudus Tahun 2011