bab i ragam bahasa indonesia

8
BAB I Ragam Bahasa Indonesia Ragam bahasa Indonesia ialah variasi pemakaian bahasa Indonesia yang secara umum tetap berpola pada bahasa Indonesia baku. Variasi ini terdapat pada bidang bunyi bahasa, intonasi, morfologi, pilihan kata, atau istilah, dan sintaksis. Ragam bahasa Indonesia dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi pemakai bahasa dan segi pemakaian bahasa. Berdasarkan pemakai bahasa, kita mengenal bahasa Indonesia ragam kedaerahan/dialek(bahasa Indonesia dialek Jakarta, dialek Medan, dialek Jawa, dsb.), bahasa Indonesia ragam golongan remaja, dan bahasa Indonesia ragam intelektual. Berdasarkan pemakaian bahasa, kita mengenal bahasa Indonesia ragam agama, ragam iptek, ragam politik, ragam petani, ragam pedagang, ragam militer, dsb. Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu (1) sebagai bahasa nasional dan (2) sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi (1) sebagai lambang kebanggaan nasional (2) sebagai lambang identitas nasional, (3) sebagai alat pemersatu baerbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosiala budaya dan bahasanya, dan (4) sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi (1) sebagai bahasa resmi negara (2) sebagai pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan (3) sebagai bahasa resmi di dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan, dan (4) sebagai bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Sesuai dengan fungsi di atas, tidak mengherankan bila bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam bahasa. Berdasarkan tempat atau daerahnya, bahasa Indonesia terdiri dari berbagai dialek, antara lain dialek Jakarta, Jawa, Medan, dan lain-lainnya; berdasarkan penuturnya didapati ragam bahasa golongan cendekiawan dan ragam bahasa golongan bukan cendekiawan; berdasarkan sarananya didapati ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis; berdasarkan bidang penggunaannya didapati ragam bahasa ilmu, ragam bahasa sastra, ragam surat kabar, ragam bahasa undang-undang, dan lain-lainnya dan berdasarkan suasana penggunaannya bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi dua ragam bahasa, yaitu ragam bahasa resmi dan ragam bahasa santai. Dari uraian di atas jelaslah bahwa penyebutan bahasa Indonesia ragam ilmu itu berdasarkan bidang penggunaan bahasa. Jika dilihat dari segi penuturnya, ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa golongan cendekiawan; jika dilihat dari sarananya, ragam bahasa ilmu mungkin termasuk ragam bahasa lisan mungkin juga termasuk ragam bahasa tulis; jika dilihat dari suasana penggunaanya, jelas bahwa ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa resmi; dan yang terakhir, bila dilihat dari segi daerah atau tempat

Upload: roby-zulkarnain

Post on 05-Dec-2014

33 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

BIN

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Ragam Bahasa Indonesia

BAB I Ragam Bahasa Indonesia

Ragam bahasa Indonesia ialah variasi pemakaian bahasa Indonesia yang secara umum tetap berpola pada bahasa Indonesia baku. Variasi ini terdapat pada bidang bunyi bahasa, intonasi, morfologi, pilihan kata, atau istilah, dan sintaksis. Ragam bahasa Indonesia dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi pemakai bahasa dan segi pemakaian bahasa.

Berdasarkan pemakai bahasa, kita mengenal bahasa Indonesia ragam kedaerahan/dialek(bahasa Indonesia dialek Jakarta, dialek Medan, dialek Jawa, dsb.), bahasa Indonesia ragam golongan remaja, dan bahasa Indonesia ragam intelektual. Berdasarkan pemakaian bahasa, kita mengenal bahasa Indonesia ragam agama, ragam iptek, ragam politik, ragam petani, ragam pedagang, ragam militer, dsb. Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu (1) sebagai bahasa nasional dan (2) sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi (1) sebagai lambang kebanggaan nasional (2) sebagai lambang identitas nasional, (3) sebagai alat pemersatu baerbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosiala

budaya dan bahasanya, dan (4) sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi (1) sebagai bahasa resmi negara (2) sebagai pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan (3) sebagai bahasa resmi di dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan, dan (4) sebagai bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu

pengetahuan serta teknologi modern.

Sesuai dengan fungsi di atas, tidak mengherankan bila bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam bahasa. Berdasarkan tempat atau daerahnya, bahasa Indonesia terdiri dari berbagai dialek, antara lain dialek Jakarta, Jawa, Medan, dan lain-lainnya; berdasarkan penuturnya didapati ragam bahasa golongan cendekiawan dan ragam bahasa golongan bukan cendekiawan; berdasarkan sarananya didapati ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis; berdasarkan bidang penggunaannya didapati ragam bahasa ilmu, ragam bahasa sastra, ragam surat kabar, ragam bahasa undang-undang, dan lain-lainnya dan berdasarkan suasana penggunaannya bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi dua ragam bahasa, yaitu ragam bahasa resmi dan ragam bahasa santai.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa penyebutan bahasa Indonesia ragam ilmu itu berdasarkan bidang penggunaan bahasa. Jika dilihat dari segi penuturnya, ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa golongan cendekiawan; jika dilihat dari sarananya, ragam bahasa ilmu mungkin termasuk ragam bahasa lisan mungkin juga termasuk ragam bahasa tulis; jika dilihat dari suasana penggunaanya, jelas bahwa ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa resmi; dan yang terakhir, bila dilihat dari segi daerah atau tempat

Page 2: BAB I Ragam Bahasa Indonesia

penggunaannya, jelas bahwa ragam bahasa ilmu tidak termasuk dalam suatu dialek karena ragam bahasa ini digunakan oleh cerdik pandai dari seluruh pelosok tanah air.

Dengan demikian, ragam bahasa ilmu dapat dijelaskan sebagai suatu ragam bahasa yang tidak termasuk suatu dialek, yang dalam suasana resmi, baik secara tertulis maupun lisan digunakan oleh para cendekiawan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuannya. Untuk lebih jelas di bawah ini digambarkan ragam bahasa Indonesia.

Tempat Dialek Jakarta Dialek Manado dsb.

Penutur Ragam golongan cendekiawan Ragam golongan bukan cendekiawan BAHASA INDONESIA

Sarana Ragam lisan Ragam tulisan

Bidang Penggunaan Ragam ilmu Ragam sastra Ragam surat kabar

Ragam undang-undang dsb.

Suasana Penggunaan Ragam Resmi

Ragam santai Sifat-Sifat Ragam Bahasa Ilmu 1. Ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena itu, ragam bahasa ilmu mengikuti

kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku, yakni EYD, dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah dibakukan. Contoh Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain sebagainya, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia bagian timur kita terpaksa serahkan kepada pengusaha asing. (tidak baku)

Pada kalimat di atas terdapat kata dan struktur yang tidak baku, yaitu dikarenakan, dan lain sebainya, dan kita terpaksa serahkan.

Kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut. Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi di

Indonesia timur terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing. (baku) 2. Dalam ragam bahasa ilmu banyak digunakan kata-kata istilah. Kata – kata digunakan dalam arti

denotatif(lugas), bukan dalam arti konotatif dan tidak bermakna ganda. Contoh Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh penerangan yang memadai. (tidak

lugas)

Page 3: BAB I Ragam Bahasa Indonesia

Maksud kalimat di atas tidak jelas karena kata penerangan mengandung makna ganda, yaitu informasi atau listrik.

Kalimat tersebut akan menjadi jelas maksudnya apabila diubah menjadi Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh informasi yang memadai. Atau:

Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh listrik yang memadai. 3. Ragam bahasa ilmu lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada dengan perasaan.

Oleh karena itu, ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak emosional.

Contoh Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-

tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidak efisien)

Kalimat di atas dapat diringkas menjadi: Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang ramai supaya

kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien) 4. Hubungan gramatik antara unsur-unsurnya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea,

dan juga hubungan antara alinea yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu atau kohesif. Untuk menyatakan hubungan digunakan alat-alat penghubung seperti kata-kata penunjuk, kata-kata penghubung, dan lain-lainnya.

5. Hubungan semantik antara unsur-unsurnya bersifat logis atau koheren. Dihindari

penggunaan kalimat yang mempunyai makna ganda atau ambigus. Contoh Saya telah pelajari buku itu dengan saksama. Urutan kata dalam kalimat tersebut tidak runtun, seharusnya: Buku itu telah saya pelajari dengan saksama. 6. Lebih diutamakan penggunaan kalimat pasif karena dalam kalimat pasif peristiwa

lebih dikemukakan daripada pelaku perbuatan. 7. Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-

tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri. 8. Logis Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal. Contoh Alat itu basah kena bensin, tatapi sebentar lagi juga akan menguap. (tidak logis) Kalimat di atas tidak logis karena menguap mengacu kepada alat itu, padahal

yang dimaksud menguap itu adalah bensin. Oleh karena itu, kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:

Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar juga bensinnya akan menguap. 9. Efektif(Tepat) Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau

oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca. Contoh

Page 4: BAB I Ragam Bahasa Indonesia

Saya mempunyai uang dua puluh lima ribuan. (tidak efektif) Makna kalimat di atas tidak jelas sebab mengandung makna ganda. Jumlah uang

yang dimaksud dalam kalimat tersebut mungkin 25.000 (25 x 1.000), mungkin pula 100.000(20 x 5.000).

Kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut. Kalau jumlah uang yang dimaksud 25.000 (25 x 1.000), kalimat tersebut harus

ditulis: Saya mempunyai uang dua-puluh-lima ribuan. Kalau jumlah uang yang dimaksud 100.000, maka kalimat tersebut harus ditulis: Saya mempunyai uang dua puluh lima–ribuan. 10. Kuantitatif Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti. Contoh Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam. Frase yang cukup dalam tidak menunjukkan ukuran yang pasti. Kalimat tersebut akan mempunyai makna yang pasti apabila diungkapkan seperti

berikut: Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter. Kesalahan Umum Berbahasa Indonesia Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan. Penyimpangan/kesalahan umum dalam berbahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Hiperkorek Hiperkorek adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan ‘membetulkan’ bentuk yang

sudah betul sehingga menjadi salah. Contoh Dipersilakan (betul) menjadi dipersilahkan(hiperkorek) Utang (betul) menjadi hutang(hiperkorek) Insaf (betul) menjadi insyaf(hiperkorek) Pihak (betul) menjadi fihak(hiperkorek) Jadwal (betul) menjadi jadual(hiperkorek) Asas (betul) menjadi azas(hiperkorek) 2. Pleonasme Pleonasme adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan kelebihan dalam pemakaian

kata atau penggunaan kata yang tidak diperlukan. Pleonasme ada tiga macam.

a. Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata Sangat bagus(betul) Bagus sekali(betul)

Page 5: BAB I Ragam Bahasa Indonesia

Sangat bagus sekali(pleonasme) Zaman dahulu(betul) Dahulu kala(betul) Zaman dahulu kala(pleonasme) b. Bentuk jamak dinyatakan dua kali Ibu-ibu(betul) Para ibu(betul) Para ibu-ibu(pleonasme) Tolong-menolong(betul Saling menolong(betul) Saling tolong-menolong(pleonasme) c. Penggunaan kata tugas (keterangan)yang tidak diperlukan karena pernyataannya

sudah cukup jelas Maju ke depan

kambuh kembali

3. Kontaminasi (rancu,kacau) Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa Inggris contamination (pencemaran). Dalam

ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan ‘kerancuan’. Rancu artinya ‘kacau’ dan kerancuan artinya ‘kekacauan’. Memang bentuk yang kacau dalam ilmu bahasa itu merupakan suatu pencemaran bahasa. Yang kacau ialah susunan unsur bahasa: morfem dan kata. Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang salah bentuknya.Kata yang salah disusun menimbulkan frase yang kacau atau kalimat yang kacau. Kontaminasi terjadi karena salah nalar, penggabungan dua hal yang berbeda sehingga terjadi suatu hal yang tumpang tindih.

Contoh kontaminasi imbuhan Mengesampingkan (meng- + kesamping + kan) Menyampingkan (men- + samping + kan ) Mengenyampingkan (kacau) Contoh kontaminasi frase Kadang-kadang (betul) Ada kala(nya) (betul) Kadang kala (kontaminasi) Berulang-ulang(betul) Berkali-kali(betul) Berulang kali(kontaminasi)

Contoh kontaminasi kalimat Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat.(betul)

Dalam rapat itu, hadir para pejabat setempat.(betul) Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat (kontaminasi)

Anak-anak dilarang merokok(betul) Anak-anak tidak boleh merokok(betul)

Page 6: BAB I Ragam Bahasa Indonesia

Anak-anak dilarang tidak boleh merokok(kontaminasi)

4. Perombakan bentuk pasif Perombakan bentuk pasif ada tiga macam.

a. Pemakaian awalan di- untuk bentuk pasif yang seharusnya tidak berawalan di- Contoh

Buku itu saya baca.(baku) Buku itu dibaca oleh saya.(tidak baku) Buku itu kamu baca.(baku) Buku itu dibaca oleh kamu.(tidak baku)

b. Penghilangan awalan di- untuk bentuk pasif yang seharusnya menggunakan awalan di- Contoh

Buku itu dibaca oleh mereka.(baku) Buku itu mereka baca.(tidak baku) Buku itu dibaca oleh Amin.(baku) Buku itu Amin baca.(tidak baku)

c. Penyisipan kata di antara dua kata dari sebuah frase terikat Contoh Buku itu akan saya baca.(baku) Buku itu saya akan baca.(tidak baku) Masalah itu sudah kami bahas kemarin.(baku) Masalah itu kami sudah bahas kemarin.(tidak baku)

5. Kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan pemakaian/penghilangan kata tugas Kesalahan pemakaian kata tugas dalam berbahasa Indonesia ada tiga macam.

a. Ketidaktepatan kata tugas yang digunakan Contoh Hasil daripada penelitian itu sangat memuaskan.(tidak tepat) Hasil dari penelitian itu sangat memuaskan. (baku)

b. Pemakaian kata tugas yang tidak diperlukan Contoh Kepada mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (tidak baku) Mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (baku)

c. Penghilangan kata tugas yang diperlukan Contoh Dia bekerja sesuai peraturan yang berlaku.(tidak baku) Dia bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. (baku)

6. Pengaruh bahasa daerah

Page 7: BAB I Ragam Bahasa Indonesia

Pengaruh bahasa daerah yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia ada dua macam.

a. Pengaruh dalam pembentukan kata, yaitu pemakaian awalan ke- (yang seharusnya

awalan ter- ) dan penghilangan imbuhan. Contoh pemakaian awalan ke- Ketabrak, kepukul (tidak baku) Tertabrak, terpukul (baku)

Contoh penghilangan imbuhan Hasil penelitiannya beda dengan hasil penelitian saya.(tidak baku) Hasil penelitiannya berbeda dengan hasil penelitian saya.(baku) Pegawai itu dipindah ke luar kota.(tidak baku) Pegawai itu dipindahkan ke luar kota.(baku)

b. Pengaruh dalam susunan kalimat, penggunaan akhiran –nya Contoh Rumahnya Pak Ahmad sangat besar. (tidak baku)

Rumah Pak Ahmad sangat besar. (baku) 7. Pengaruh bahasa asing Pengaruh bahasa asing yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia

ialah pemakaian kata tugas (kata ganti penghubung) seperti: yang mana, dimana, kepada siapa.

Contoh Baju yang mana baru saya beli, telah sobek.(tidak baku) Baju yang baru saya beli, telah sobek. (baku) Bandung dimana saya dilahirkan sekarang sangat panas. (tidak baku) Bandung tempat saya dilahirkan sekarang sangat panas. (baku) Orang kepada siapa ia berlindung, kemarin meninggal dunia.(tidak baku) Orang tempat ia berlindung, kemarin meninggal dunia.(baku)

Page 8: BAB I Ragam Bahasa Indonesia