bab i proyek ini adalah proyek peningkatan jalan pendahuluan · perbandingan perkerasan lentur dan...

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan darat yang mengalami perkembangan pesat. Oleh sebab itu pembangunan sebuah jalan haruslah dapat menciptakan keadaan yang aman bagi pengendara dan pejalan kaki yang memakai jalan tersebut. Salah satu faktor dibangunnya sebuah jalan adalah akibat perkembangan sebuah daerah, baik itu perkembangan industri maupun perkembangan ekonomi. Akibat dari perkembangan tersebut, maka secara otomatis menyebabkan meningkatnya kepadatan lalu- lintas suatu daerah, baik akibat kendaraan yang masuk ke suatu daerah atau yang akan meninggalkan daerah tersebut, untuk itu sarana transportasi jalan yang dibutuhkan adalah sarana transportasi yang lancar, aman dan nyaman yaitu sarana jalan yang memenuhi persyaratan dari segi perencanaan, pembangunan, perawatan dan pengelolaannya. Dengan adanya sarana transportasi jalan ini akan dapat memperlancar arus komunikasi dan informasi antar daerah sehingga tidak ada lagi manusia yang tinggal di daerah terisolir. Dalam rangka peningkatan terhadap pelayanan masyarakat kota Manokwari, pemerintah kota Manokwari yang baru saja terpilih menjadi ibu kota Provinsi Irian Jaya Barat berusaha meningkatkan sarana daerah yang berkaitan dengan fasilitas umum, akan tetapi usaha tersebut di beberapa wilayah ternyata belum dapat dilaksanakan secara optimal, dikarenakan adanya beberapa kendala yang menghambat pembangunan fasilitas tersebut. Keterbatasan infrastruktur ini jelas mengakibatkan adanya biaya-biaya ekstra yang pada akhirnya akan mengakibatkan biaya menjadi tinggi. Untuk itu perlu dilakukan pembuatan jalan baru atau peningkatan jalan yang sudah ada dan disesuaikan dengan kondisi lalu-lintas yang ada pada daerah tersebut. Pada jalan tembus SP5 (Satuan Pemukiman) sampai SP8 Pemerintah merasa perlu kiranya mengadakan peningkatan jalan karena kondisi jalan yang sudah ada mengalami kerusakan yang cukup parah dan selain itu kedua daerah ini adalah kawasan yang potensial untuk Agrobisnis, Agroindustri dan Agrowisata. Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan tembus antara SP5 sampai SP8 sehingga dengan demikian sarana transportsasi jalan yang menghubungkan kedua wilayah tersebut dapat berjalan normal. Panjang total dari proyek peningkatan jalan ini adalah 8 km. Agar konstruksi jalan dapat melayani arus lalu-lintas sesuai dengan umur rencana, maka perlu dibuat perencanaan perkerasan yang baik, karena dengan perencanaan perkerasan yang baik diharapkan konstruksi perkerasan jalan mampu memikul beban kendaraan yang melintas dan menyebarkan beban tersebut kelapisan- lapisan dibawahnya dan tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu sendiri, dan dengan demikian akan memberikan kenyamanan kepada pengguna jalan selama masa pelayanan jalan/umur rencana. Mengingat hal tersebut diatas sangat penting maka perlu dirancang suatu jenis perkerasan yang tepat untuk proyek jalan SP5-SP8. Ada dua jenis konstruksi perkerasan jalan yang umum kita kenal saat ini, yaitu Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) dan Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement). Berikut perbandingan kedua jenis konstruksi perkerasan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1.1. Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) N o PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) 1 Bila di bebani melentur, Beban hilang, Lenturan kembali 1 Bila dibebani praktis tidak melentur(kecil) 2 Fungsi perkerasan terutama sehingga penyebar tegangan dari roda kendaraan langsung ke tanah dasar 2 Fungsi perkerasan disamping untuk menyebar tegangan roda ke tanah dasar juga ikut mendukung sebagian besar beban roda 3 Biaya perkerasan relaif murah 3 Biaya perkerasan relatif mahal 4 Maintenace/perawatan harus teratur dan kontinyu,jadi biaya maintenace relatif mahal 4 Maintenace lebih jarang-jarang dan relatif murah

Upload: duongtuyen

Post on 14-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Jalan merupakan salah satu prasarana

perhubungan darat yang mengalami

perkembangan pesat. Oleh sebab itu

pembangunan sebuah jalan haruslah dapat

menciptakan keadaan yang aman bagi

pengendara dan pejalan kaki yang memakai

jalan tersebut.

Salah satu faktor dibangunnya sebuah

jalan adalah akibat perkembangan sebuah

daerah, baik itu perkembangan industri maupun

perkembangan ekonomi. Akibat dari

perkembangan tersebut, maka secara otomatis

menyebabkan meningkatnya kepadatan lalu-

lintas suatu daerah, baik akibat kendaraan yang

masuk ke suatu daerah atau yang akan

meninggalkan daerah tersebut, untuk itu sarana

transportasi jalan yang dibutuhkan adalah sarana

transportasi yang lancar, aman dan nyaman yaitu

sarana jalan yang memenuhi persyaratan dari

segi perencanaan, pembangunan, perawatan dan

pengelolaannya. Dengan adanya sarana

transportasi jalan ini akan dapat memperlancar

arus komunikasi dan informasi antar daerah

sehingga tidak ada lagi manusia yang tinggal di

daerah terisolir.

Dalam rangka peningkatan terhadap

pelayanan masyarakat kota Manokwari,

pemerintah kota Manokwari yang baru saja

terpilih menjadi ibu kota Provinsi Irian Jaya

Barat berusaha meningkatkan sarana daerah

yang berkaitan dengan fasilitas umum, akan

tetapi usaha tersebut di beberapa wilayah

ternyata belum dapat dilaksanakan secara

optimal, dikarenakan adanya beberapa kendala

yang menghambat pembangunan fasilitas

tersebut. Keterbatasan infrastruktur ini jelas

mengakibatkan adanya biaya-biaya ekstra yang

pada akhirnya akan mengakibatkan biaya

menjadi tinggi. Untuk itu perlu dilakukan

pembuatan jalan baru atau peningkatan jalan

yang sudah ada dan disesuaikan dengan kondisi

lalu-lintas yang ada pada daerah tersebut. Pada

jalan tembus SP5 (Satuan Pemukiman) sampai

SP8 Pemerintah merasa perlu kiranya

mengadakan peningkatan jalan karena kondisi

jalan yang sudah ada mengalami kerusakan yang

cukup parah dan selain itu kedua daerah ini

adalah kawasan yang potensial untuk

Agrobisnis, Agroindustri dan Agrowisata.

Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan

tembus antara SP5 sampai SP8 sehingga dengan

demikian sarana transportsasi jalan yang

menghubungkan kedua wilayah tersebut dapat

berjalan normal. Panjang total dari proyek

peningkatan jalan ini adalah 8 km.

Agar konstruksi jalan dapat melayani

arus lalu-lintas sesuai dengan umur rencana,

maka perlu dibuat perencanaan perkerasan yang

baik, karena dengan perencanaan perkerasan

yang baik diharapkan konstruksi perkerasan

jalan mampu memikul beban kendaraan yang

melintas dan menyebarkan beban tersebut

kelapisan- lapisan dibawahnya dan tanpa

menimbulkan kerusakan yang berarti pada

konstruksi jalan itu sendiri, dan dengan

demikian akan memberikan kenyamanan kepada

pengguna jalan selama masa pelayanan

jalan/umur rencana. Mengingat hal tersebut

diatas sangat penting maka perlu dirancang

suatu jenis perkerasan yang tepat untuk proyek

jalan SP5-SP8. Ada dua jenis konstruksi

perkerasan jalan yang umum kita kenal saat ini,

yaitu Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible

Pavement) dan Konstruksi Perkerasan Kaku

(Rigid Pavement). Berikut perbandingan kedua

jenis konstruksi perkerasan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 1.1. Perbandingan Perkerasan Lentur

dan Kaku

N

o

PERKERASAN

LENTUR (FLEXIBLE

PAVEMENT)

N

o

PERKERASAN

KAKU (RIGID

PAVEMENT)

1 Bila di bebani melentur,

Beban hilang, Lenturan

kembali

1 Bila dibebani

praktis tidak

melentur(kecil)

2 Fungsi perkerasan

terutama sehingga

penyebar tegangan dari

roda kendaraan

langsung ke tanah dasar

2 Fungsi

perkerasan

disamping untuk

menyebar

tegangan roda ke

tanah dasar juga

ikut mendukung

sebagian besar

beban roda

3 Biaya perkerasan relaif

murah

3 Biaya perkerasan

relatif mahal

4 Maintenace/perawatan

harus teratur dan

kontinyu,jadi biaya

maintenace relatif

mahal

4 Maintenace lebih

jarang-jarang dan

relatif murah

Page 2: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

Berdasarkan perbedaan kedua jenis

konstruksi perkerasan tersebut maka perlu

dilakukan analisa . Menganalisa kedua jenis

konstruksi perkerasan tersebut bisa dilakukan

dari segi ekonomi jalan raya, yang bertujuan

untuk mengetahui jenis perkerasan apa yang

paling sesuai dengan proyek jalan SP5-SP8.

Analisa yang dilakukan adalah :

1. Biaya Operasi Kendaraan (User Cost)

2. Biaya konstruksi Perkerasan Lentur

3. Biaya konstruksi Perkersan Kaku

4. Perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C

Ratio)

Analisa Ekonomi ini dapat dilakukan

setelah merancang kedua jenis konstruksi

perkerasan tersebut. Mengingat pentingnya

suatu perencanaan yang baik, maka menarik

untuk dilakukan suatu tinjauan terhadap jenis

perkerasan yang digunakan pada proyek

tersebut. Oleh karena itu pada penulisan Tugas

Akhir, akan dilakukan suatu perbandingan dari

segi ekonomi terhadap penggunaan konstruksi

perkerasan, yaitu jenis konstruksi Perkerasan

Lentur (Flexible Pavement) atau konstruksi

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement). Kemudian

hasil perbadingan dari kedua jenis konstruksi

perkerasan tersebut dievaluasi sehingga dapat

diketahui jenis konstruksi perkerasan yang

paling sesuai untuk digunakan berdasarkan

kondisi lapangan.

1.2. MANFAAT PENULISAN TUGAS

AKHIR

Setelah diketahui hasil dari analisa

tersebut maka kedepannya penulisan Tugas

Akhir ini dapat bermanfaat untuk dijadikan

acuan bagi Pemerintah Kota Manokwari

terutama dalam menentukan konstruksi

perkerasan jalan yang cocok serta efisien untuk

daerah Manokwari dan semua yang

berhubungan dengan proyek-proyek jalan di

Manokwari.

1.3. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut diatas,

beberapa perumusan masalah yang perlu

disampaikan yaitu :

1. Bagaimana tebal konstruksi lapisan

perkerasan lentur yang sesuai untuk

jalan SP5-SP8.

2. Bagaimana tebal konstruksi lapisan

perkerasan kaku yang sesuai untuk

jalan SP5-SP8.

3. Bagaimana perbandingan perkerasan

lentur dan perkerasan kaku jika ditinjau

dari sisi ekonomi, mana yang lebih

cocok.

1.4. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari dibuatnya Tugas Akhir ini

adalah agar dapat dilakukan suatu analisa

ekonomi terhadap penggunaan jenis lapisan

konstruksi yang berbeda pada suatu proyek

pembuatan jalan dengan cara membandingkan

penggunaan masing-masing jenis konstruksi

tersebut sehingga dapat dicari alternatif yang

paling baik dengan dana yang tersedia yang

dapat digunakan pada proyek tersebut.

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis

pada pembahasan tema tersebut adalah untuk

mencapai efisiensi dalam pelaksanaan suatu

jenis lapisan konstruksi jalan pada suatu proyek

pembuatan jalan. Efisiensi akan dapat tercapai

apabila sudah diketahui keuntungan dan

kerugian dari penggunaan masing-masing jenis

konstruksi perkerasan.

Secara rinci tujuan dari penulisan Tugas

Akhir ini adalah:

1. Merencanakan tebal konstruksi lapisan

Perkerasan Lentur atau Flexible

Pavement.

2. Merencanakan tebal konstruksi lapisan

Perkerasan Kaku atau Rigid Pavement.

3. Membandingkan kedua alternatif

penggunaan lapisan perkerasan tersebut

secara ekonomis untuk umur rencana 20

tahun, sehingga dapat dipilih alternatif

mana yang paling menguntungkan.

1.5. BATASAN MASALAH

Pada penulisan Tugas akhir ini akan

dibahas tentang perhitungan terhadap

perencanaan konstruksi perkerasan jalan,yaitu

konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible

Pavement) dan konstruksi Perkersan Kaku

(Rigid Pavement) dengan umur rencana 20

tahun. Untuk perencanaan konstruksi perkerasan

lentur perhitungannya memakai cara Bina

Marga yaitu perkerasan dengan lapisan aspal

tipis atau HRS Base. Sedangkan untuk

perencanaan konstruksi Perkerasan Kaku

perhitungannya juga memakai cara Bina Marga.

Page 3: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

Dari perhitungan perencanaan tersebut

dilakukan suatu analisa ekonomi terhadap

penggunaan setiap jenis konstruksi lapisan

perkerasan jalan sehingga dapat dievaluasi dan

dibandingkan penggunaan setiap jenis

konstruksi lapisan perkerasan jalan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. UMUM

Konstruksi perkerasan jalan adalah

suatu lapisan agregat yang dipadatkan dengan

atau tanpa lapisan pengikat diatas lapisan tanah

pada suatu jalur jalan. Apabila kostruksi

perkerasan direncanakan menggunakan lapisan

pengikat, maka lapisan pengikat yang umum

digunakan adalah lapisan aspal atau semen.

Dengan adanya konstruksi perkerasan jalan,

maka badan jalan akan terlindung dari kerusakan

terutama yang disebabkan oleh air dan beban

lalu lintas dimana konstruksi perkerasan jalan

akan memperkuat daya dukung tanah dasar yang

melemah akibat air. Selain itu lapisan-lapisan

pada konstruksi perkerasan jalan juga akan

membantu lapisan tanah dasar sehingga beban

yang diterima lapisan tanah dasar tidak terlalu

besar.

2.3. KARAKTERISTIK LALU LINTAS

2.3.1. Traffic Counting

Traffic counting adalah perhitungan

volume lalu lintas pada ruas jalan yang di

kelompokkan dalam jenis kendaraan dan periode

waktunya. Jenis kendaraan dibagi dalam 6

kelompok kendaraan yaitu:

1. Kelompok 1 = kendaraan ringan

(LV)

2. Kelompok 2 = kendaraan berat

menengah (MHV) V)

3. Kelompok 3 = bus (LB)

4. Kelompok 4 = truk besar dan truk

kombinasi (LT)

5. Kelompok 5 = kendaraan bermotor

(MC)

6. Kelompok 6 kendaraan tak

bermotor (UM)

Cara pengambilan data volume lalu

lintas yang umum dilakukan adalah dengan cara

manual. Pencatatan dikelompokkan berdasarkan

waktu, lokasi dan arah. Cara ini melibatkan

beberapa surveyor dan pengambilan data atau

waktu survey. Ada beberapawaktu survey yang

biasa dilakukan, yaitu:

1. Selama 24 jam, dari pukul 06.00 —

pukul 06.00 (hari esoknya)

2. Selama 12 jam, dari pukul 06.00 —

pukul 18.00

3. Selama 8 jam, dari pukul 06.00 —

pukul 12.00,pukul 12.00 — pukul

18.00

4. Selama 4 jam, dari pukul 07.00 —

pukul 09.00,pukul 16.00 — pukul

18.00

2.3.2. Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas adalah jumlah

kendaraan yang melalui suatu titik pada suatu

jalur gerak persatuan waktu (kend/hari atau

kend/jam). Volume dihitung berdasarkan hasil

pencatatan lalu lintas (traffic counting). Satuan

volume lalu lintas yang dipergunakan

sehubungan dengan penentuan jumlah dan lebar

jalan adalah:

1. Lalu lintas harian rata-rata

2. Volume jam perencanaannya

3. Kapasitas

LHR adalah hasil bagi jumlah

kendaraan yang diperoleh selama pengamatan

dengan lamanya pengamatan.

LHR = Jumlah lalu lintas selama pengamatan

Lamanya pengamatan

Untuk data lalu lintas pada ruas jalan

SP5 – SP8, data lalu lintas didapat dari hasil

survey, pengamatan dan pencatatan jumlah

volume lalu lintas selama 12 jam sehingga

didapat data lalu lintas harian rata-rata.

2.4. DASAR PERHITUNGAN ANGKA

PERTUMBUHAN LALU LINTAS

Untuk angka pertumbuhan lalu lintas

ditetapkan sebagai berikut :

Page 4: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

Tabel 2.1. Penetapan Angka Pertumbuhan

Lalu Lintas

Jenis Kendaraan Angka Pertumbuhan

Lalu Lintas

Sepeda Motor PDRB perkapita

Mobil Penumpang PDRB perkapita

Bus

Angka Pertumbuhan

Penduduk

Truk dan Angkutan

Barang PDRB

Peramalan lalu lintas sangat penting

dalam melakukan perencanaan pembuatan jalan

baru. Peramalan ini bisa diperkirakan berapa

besar volume lalu lintas serta biaya yang

dikeluarkan seiring dengan pertumbuhan jumlah

kendaraan.

Dalam meramalkan volume lalu lintas

yang melewati suatu ruas jalan tahun-tahun yang

akan datang tergantung kepada pertumbuhan di

bidang kependudukan dan bidang

perekonomian. Peramalan volume lalu lintas

harian pertahun sampai akhir umur rencana pada

penulisan tugas akhir ini menggunakan metode

yang sederhana, dimana faktor pertumbuhan

kendaraan melewati ruas jalan yang dianalisa

diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan

penduduk dan perekonomian daerah studi.

Pertumbuhan jumlah bus dan angkutan

umum lainnya diasumsikan ekivalen dengan

pertumbuhan jumlah penduduk yang terjadi. Hal

ini berdasarkan pengertian yaitu untuk

memindahkan penduduk dari suatu daerah

menuju daerah memerlukan suatu sarana

transportasi atau angkutan yang memadai seperti

bus dan angkutan penumpang umum, sehingga

semakin besar jumlah penduduk semakin besar

pula jumlah angkutan penumpang umum yang

dibutuhkan.

Pertumbuhan segala jenis truk dan

angkutan barang lainnya diasumsikan ekivalen

dengan pertumbuhan PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) karena PDRB merupakan

gambaran tingkat perekonomian pada suatu

regional atau dengan tingkat perekonomian yang

tinggi maka makin tinggi pula produksi didaerah

tersebut, sehingga untuk mengangkut hasil

produksi tersebut membutuhkan sarana

transportasi atau angkutan barang yang memadai

seperti truk dengan segala bentuk ukurannya.

Jadi semakin tinggi tingkat perkonomian

(PDRB) makin tinggi pula jumlah transportasi

atau angkutan yang dibutuhkan.

Pertumbuhan kendaraan pribadi

diasumsikan ekivalen dengan pertumbuhan

PDRB per kapita karena PDRB per kapita

menggambarkan suatu pendapatan rata-rata

perorangan sehingga semakin tinggi tingkat

perekonomian seseorang, maka akan meningkat

pula tingkat konsumsinya. Dengan demikian

orang akan semakin mampu untuk memiliki

kendaraan penumpang sendiri (kendaraan

pribadi) seperti sepeda motor, sedan, jeep dan

lain sebagainya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa pertumbuhan lalu lintas untuk masing-

masing jenis kendaraan selama tahun rencana

sebanding terhadap besarnya faktor

pertumbuhan penduduk, PDRB dan PDRB per

kapita. Sebelum mendapatkan faktor

pertumbuhan kendaran harus terlebih dahulu

meramalkan faktor pertumbuhan peduduk,

PDRB dan PDRB per kapita dari daerah atau

wilayah dimana ruas jalan tersebut berada.

Untuk melakukan peramalan pertumbuhan

penduduk, PDRB dan PDRB per kapita

digunakan metode regresi linier (Linier

Regression) atau disebut juga metode selisih

kuadrat minimum, dimana penyimpangan yang

akan terjadi diusahakan sekecil mungkin agar

tercapai hasil mendekati keadaan sebenarnya.

2.5. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

Untuk pembuatan konstruksi perkerasan

jalan terutama didaerah-daerah di wilayah

indonesia, kontruksi perkerasan lentur lebih

banyak digunakan. Lapisan konstruksi

perkerasan lentur ini adalah suatu lapisan

perkerasan jalan yang dapat melentur bila

terkena beban kendaraan. Dalam

penggunaannya jenis lapisan perkerasan lentur

ini digunakan untuk jalan yang melayani beban

kendaraan ringan sampai dengan beban

kendaraan berat, dimana dalam penggunaannya

hanya tebal dan jenisnya saja yang disesuaikan.

Pada umumnya lapisan perkerasan lentur ini

menggunakan bahan pengikat berupa aspal

sehingga memiliki sifat melentur bila terkena

beban lalu lintas dan dapat meredam getaran

akibat kendaraan.

Page 5: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

2.6. LAPISAN PERKERASAN KAKU

Lapisan perkerasan kaku adalah suatu

struktur lapisan perkerasan jalan yang terdiri

dari pelat beton semen yang bersambung (tidak

menerus) tanpa atau dengan tulangan terletak

diatas lapisan pondasi bawah tanpa atau dengan

aspal sebagai lapisan permukaan. Jenis kontruksi

perkerasan kaku ini adalah jenis kontruksi

perkerasan yang tidak melentur jika terkena

beban lalu lintas.

2.7. METODE PERENCANAAN

PERKERASAN JALAN

Untuk perhitungan pada perencanaan

konstruksi perkerasan, metode yang digunakan

adalah :

1. Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur.

Untuk perencanaan konstruksi perkerasan

lentur di Indonesia, digunakan metode Bina

Marga yaitu suatu cara perencanaan

terhadap perkerasan lentur yang

dikembangkan oleh Direktorat Jendral Bina

Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Cara

ini diterbitkan dalam buku ”Pedoman

Penentuan Tebal Perkerasan Lentur

Jalan Raya” no.01/PD/B/1983, yang

kemudian dikukuhkan dalam SNI no. 1732-

1989-F dalam ”Petunjuk Perencanaan

Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan

Metode Analisa Komponen”

2. Perencanaan Konstruksi Perkerasan Kaku.

Untuk perhitungan konstruksi perkerasan

kaku metode yang digunakan didasarkan

atas perencanaan yang dikembangkan oleh

Bina Marga sehingga betul-betul

disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

2.8. DASAR-DASAR PERHITUNGAN

2.8.1. Penentuan Besaran Rencana

Perkerasan Lentur

Dalam perhitungan konstruksi

perkerasan lentur dengan cara Bina Marga,

untuk menentukan besaran rencana terdapat

beberapa parameter yang digunakan, antara lain

:

2.8.1.1. Jumlah Jalur dan Koefisien Distribusi

Kendaraan (C)

Jalur rencana merupakan salah satu jalur

lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang

menampung lalu lintas terbesar. Jumlah jalur

berdasarkan lebar perkerasan dapat dilihat pada

Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Jumlah jalur berdasarkan lebar

perkerasan

Lebar perkerasan (L) Jumlah jalur (n)

L < 4,50 m 1 Jalur

4,50 m < L < 8,00 m 2 Jalur

8,00 m < L < 11,25 m 3 Jalur

11,25 m < L < 15,00 m 4 Jalur

15,00 m < L < 18,75 m 5 Jalur

18,75 m < L < 22,00 m 6 Jalur

Sumber : SNI 07-2416-1991

Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

untuk kendaraan ringan dan berat dalam jalur

rencana dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Koefisien Distribusi Kendaraan

(C)

Jumlah

Jalur

Kendaraan

Ringan

Kendaraan

Berat

1

Arah

2

Arah

1

Arah

2

Arah

1 Jalur 1,0 1,0 1,0 1,0

2 Jalur 0,6 0,5 0,7 0,5

3 Jalur 0,4 0,4 0,5 0,475

4 Jalur - 0,3 - 0,45

5 Jalur - 0,25 - 0,425

6 Jalur - 0,2 - 0,4

Sumber : SNI 07-2416-1991

Catatan :

Page 6: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

1. Kendaraan ringan adalah kendaraan

yang mempunyai berat total kurang dari

5 ton misalnya : mobil penumpang, pick

up, dan mobil hantaran.

2. Kendaraan berat adalah kendaraan yang

mempunyai berat total > 5 ton misalnya

: bus, truk semi trailer, trailer.

2.8.1.2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu

Kendaraan

Angka Ekivalen (E) masing-masing

golongan sumbu pada setiap kendaraan

ditentukan menurut rumus daftar dibawah ini :

1. Angka Ekivalen STRT =

4

40,5

)(1

tonsumbubeban

2. Angka Ekivalen STRG =

4

160,8

)(1

tonsumbubeban

3. Angka Ekivalen SDRG =

4

76,13

)(1

tonsumbubeban

4. Angka Ekivalen STrRG =

4

45,18

)(1

tongandasumbubeban

Tabel 2.7. Beban sumbu dan angka ekivalen

Beban

Sumbu

Angka Ekivalen

Kg Lb Sumbu

Tunggal

Sumbu

Ganda

1000 2205 0,0002 -

2000 4409 0,0036 0,0003

3000 6614 0,0183 0,0016

4000 8818 0,0577 0,0050

5000 11023 0,1410 0,0121

6000 13228 0,2923 0,0251

7000 15432 0,5415 0,0466

8000 17637 0,9238 0,0794

8160 18000 1,0000 0,0860

9000 19841 1,4798 0,01273

10000 22046 2,2555 0,1940

11000 24251 3,3022 0,2840

12000 26455 4,6770 0,4022

13000 28660 6,4419 0,5540

14000 30864 8,6647 0,7452

15000 33069 11,4184 0,9820

16000 35276 14,7815 1,2712

Sumber : Daftar III Metode Analisa Komponen

2.8.1.3. Lalu lintas harian rata-rata dan

Rumus Lintas Ekivalen

1. Lintas Harian Rata-rata setiap jenis

kendaraan pada awal umur rencana yang

dihitung pada jalan tanpa median atau

masing-masing arah pada jalan dengan

median.

2. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

dihitungkan dengan rumus :

n

j

jjj ExCxLHRLEP1

Page 7: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

j = jenis kendaraan

3. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung

dengan rumus :

n

j

jj

UR

j ExCxiLHRLEA1

)1(

i = perkembangan lalu lintas

4. Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung

dengan rumus :

2

LEALEPLET

5. Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung

dengan rumus :

LER = LET x FP

10

URFP

FP = faktor penyelesaian

UR = usia rencana

2.8.1.4. Daya Dukung Tanah (DDT) dan CBR

Daya dukung tanah dasar (DDT)

ditetapkan berdasarkan grafik korelasi terhadap

harga CBR, dimana harga CBR dapat diambil

harga CBR lapangan atau laboratorium.

2.8.1.5. Faktor Regional

Keadaan lapangan mencakup

permeabilitas tanah, perlengkapan drainase,

bentuk alinyemen serta presentase keadaan

dengan berat > 13 ton dan curah hujan rata-rata

per tahun.

Tabel 2.8. Faktor Regional

Kelandaia

n I (<6%)

Kelandaia

n II (6-

10%)

Kelandaia

n III

(>10%)

%

Kendaraan

berat

%

Kendaraan

berat

%

Kendaraan

berat

< < < < < <

30

%

30

%

30

%

30

%

30

%

30

%

Iklim I

(<900

mm/tahun

)

0,5 1,0-

1,5

1,0 1,5-

2,6

1,5 2,0-

2,5

Iklim II

(> 900

mm/tahun

)

1,5 2,0-

2,5

2,0 2,3-

3,0

2,5 3,0-

3,5

Sumber : Daftar IV Metode Analisa Komponen

Catatan:

Pada bagian-bagian jalan tertentu seperti

persimpangan, pemberhentian atau tikungan

tajam (R < 30 m) FR ditambah dengan 0,5. Pada

daerah rawa FR ditambah dengan 1,0.

2.8.1.6. Indeks Permukaan (IP)

Indeks permukaan ini menyatakan nilai

kerataan atau kehalusan serta kekohan

permukaan-permukaan yang berhubungan

dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang

lewat.

IP = 1,0 : Menyatakan permukaan

jalan dalam rusak berat

sehingga sangat

mengganggu lalu lintas

kendaraan.

IP = 1,5 : Tingkat pelayanan terendah

yang masih mungkin (jalan

tidak terputus).

IP = 2,0 : Tingkat pelayanan terendah

bagi jalan yang masih

mantap.

IP = 2,5 : Menyatakan permukaan

jalan masih cukup stabil dan

baik.

Dalam menentukan Indeks Permukaan

(IP) pada akhir umur rencana, perlu

dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi

fungsional jalan dan jumlah Lalu Lintas

Ekivalen Rencana (LER).

Page 8: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

Tabel 2.9. Indeks Permukaan pada akhir

umur rencana (IPt)

LER

Lintas

Ekivalen

Rencana

Klasifikasi Jalan

Lokal Kolektor Arteri Tol

< 10 1,0 –

1,5

1,5 1,5 –

2,0

-

10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -

100 – 1000 1,5 –

2,0

2,0 2,0 –

2,5

-

> 1000 - 2,0 – 2,5 2,5 2,5

Sumber : Daftar V Metode Analisa Komponen

2.8.1.7. Lintas Ekivalen Rencana (LER)

LER dalam satuan Angka Ekivalen 8,16

ton beban sumbu tunggal. Pada proyek

penunjang jalan, JAPAT / jalan murah atau jalan

darurat, maka IP dapat diambil 1,0. Dalam

menentukan Indeks Permukaan pada awal

rencana (IPo) perlu diperhatikan jenis lapis

permukaan jalan (kerataan, kehalusan dan

kekokohan) pada awal umur rencana, dapat

dilihat pada tabel 2.9

Tabel 2.10. Nilai-nilai Ipo

Jenis Lapis

Perkerasan IPo

Roughness

(mm/km)

Laston > 4 < 1000

3,9 – 3,5 > 1000

Lasbutag 3,9 – 3,5 < 2000

3,4 – 3,0 < 2000

HRA 3,9 – 3,5 < 2000

3,4 – 3,0 > 2000

Burda 3,9 – 3,5 < 2000

3,4 – 3,0 < 3000

Burtu 3,4 – 3,0 > 3000

2,9 – 2,5 -

Lapen 2,9 – 2,5 -

Latasbum 2,9 – 2,5 -

Buras 2,9 – 2,5 -

Latasir 2,9 – 2,5 -

Jalan tanah < 2,4 -

Jalan kerikil < 2,4 -

Sumber : Daftar VI Metode Analisa Komponen

2.8.1.8. Koefisien Kekuatan Relatif

Koefisien kekuatan relatif (a) masing-

masing bahan dan kegunaannya sebagai lapis

permukaan, pondasi bawah ditentukan secara

korelasi sesuai nilai Marshall Test (untuk bahan

dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang

distabilisasi dengan semen atau kapur), atau

CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah).

Tabel 2.11. Koefisien kekuatan relatif

Koefisien kekuatan

relatif Kekuatan bahan

Jenis bahan

a1 a2 a3

MS

(Kg

)

Kt(K

g/cm

)

CB

R

0,4 - - 744 - -

Laston

0,35 - - 590 - -

0,32 - - 454 - -

0,30 - - 340 - -

0,35 - - 744 - -

Lasbutag

0,31 - - 590 - -

0,28 - - 454 - -

0,26 - - 340 - -

0,30 - - 340 - - HRA

0,26 - - 340 - - Aspal

macadam

0,25 - - - - - Lapen

(mekanis)

0,20 - - - - - Lapen

(manual)

Page 9: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

- 0,28 - 590 - -

Laston atas - 0,26 - 454 - -

- 0,24 - 340 - -

- 0,23 - - - - Lapen

(mekanis)

- 0,19 - - - - Lapen

(manual)

- 0,15 - - 22 Stab. Tanah dengan

semen - 0,13 - - 18 -

- 0,15 - - 22 - Stab. Tanah

dengan kapur - 0,13 - - 18 -

- 0,14 - - - 100 Batu pecah

kelas A

- 0,13 - - - 80 Batu pecah

kelas B

- 0,12 - - - 60 Batu pecah

kelas C

- - 0,13 - - 70 Sirtu/pirtun

kelas A

- - 0,12 - - 50 Sirtu/pirtun

kelas B

- - 0,1 - - 30 Sirtu/pirtun

kelas C

- - 0,10 - - 20

Tanah/lemp

ung

kepasiran

Sumber : Daftar VII Metode Analisa Komponen

2.8.1.9. Batas-batas Minimum Tebal Lapisan

Perkerasan

1. Lapis permukaan

Tabel 2.12. Tebal minimum lapisan

permukaan

ITP Tebal

minimum

(cm)

Bahan

< 3,00 5 Lpais pelindung : Buras,

Burtu, Burda

3,00 –

6,70

5 Lapen/aspal macadam,

HRA, Lasbutag, laston

6,71 –

7,49

7,5 Lapen/aspal macadam,

HRA, Lasbutag, laston

7,50 –

9,99

7,5 Lasbutag/laston

> 10,00 10 Laston

Sumber : Daftar VIII Metode Analisa

Komponen

2. Lapis pondasi

Tabel 2.13. Tebal minimum lapisan

perkerasan pondasi

ITP

Tebal

minimum

(cm)

Bahan

< 3,00 15

Batu pecah, stab tanah

dengan semen, stab

tanah dengan kapur

3,00 –

7,49 20*)

Batu pecah, stab tanah

dengan semen, stab

tanah dengan kapur

7,50 –

9,99

10 Laston Atas

20

Batu pecah, stab tanah

dengan semen, stab

tanah dengan kapur,

pondasi macadam

10,00 –

12,14

15 Laston Atas

20

Batu pecah, stab tanah

dengan semen, stab

tanah dengan kapur

> 12,25 25

Batu pecah, stab tanah

dengan semen, stab

tanah dengan kapur,

pondasi macadam,

lapen, laston atas.

Sumber : Lanjutan Daftar VIII Metode Analisa

Komponen

Catatan : batas 20 cm tersebut dapat diturunkan

menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah

digunakan material berbutir kasar untuk setiap

nilai ITP (Indeks Tebal Perkerasan) bila

digunakan pondasi bawah, tebal minimum

adalah 10 cm.

Page 10: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

2.8.2. Penentuan Besaran Rencana

Perkerasan Kaku

Dalam perhitungan konstruksi

perkerasan kaku yang dikembangkan oleh Bina

Marga, besar-besaran yang digunakan antara

lain :

2.8.2.1. Umur Rencana

Pada umumnya suatu konstruksi

perkerasan kaku yang digunakan pada suatu

proyek jalan direncanakan dengan usia 20

sampai dengan 40 tahun.

2.8.2.2. Lalu Lintas Rencana

Untuk perhitungan lalu lintas rencana

yang dipakai adalah kendaraan niaga yang

memiliki berat total minimum 5 ton. Adapun

konfigurasi sumbu yang diperhitungkan dari

kendaraan niaga tersebut terdiri dari tiga macam:

1. Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT)

2. Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG)

3. Sumbu Ganda Roda Ganda (SDRG)

Langkah-langkah perhitungan lalu lintas

rencana adalah sebagai berikut :

1. Menghitung volume lalu lintas perkiraan.

2. Menghitung jumlah Kendaraan Niaga (JKN)

selama usia rencana.

JKN = 365 x JKNH x R

Dimana :

JKN = Jumlah Kendaraan Niaga

JKNH = Jumlah Kendaraan Niaga

Harian

R = Faktor Pertumbuhan Lalu

Lintas

Untuk (i ≠ 0)

)1log(

1)1(

i

iR

e

n

Untuk (i ≠ 0), sestelah m tahun

pertumbuhan lalu lintas tidak terjadi

1)1)(()1log(

1)1(

m

e

n

imni

iR

Untuk (i’ ≠ 0), setelah n tahun

pertumbuhan lalu lintas berbeda

dengan sebelumnya

R =

)1log(

1)1(

i

ie

m

)1(log

1)1()1(

i

iie

mnm

3. Menghitung persentase masing-masing

kombinasi konfigurasi beban sumbu

terhadap Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga

Harian.

4. Menghitung jumlah repetisi kumulatif tiap

kombinasi konfigurasi atau beban sumbu

pada jalur rencana. Repetisi Kumulatif =

JSKN x (% kombinasi terhadap JSKNH) x

Cd Dimana Cd = Koefisien distribusi

kendaraan niaga yang besarnya dapat dilihat

pada tabel 2.14.

Tabel 2.14. Koefisien distribusi kendaraan

niaga pada jalur rencana

Jumlah jalur Kendaraan Niaga

1 Arah 2 Arah

1 Jalur 1 1

2 Jalur 0,7 0,5

3 Jalur 0,5 0,475

4 Jalur - 0,45

5 Jalur - 0,425

6 Jalur - 0,4

Sumber : Pedoman Perencanaan Perkerasan

Kaku Dirjen Bina Marga

Tabel 2.15. Faktor Keamanan

Peranan jalan Faktor Keamanan

Jalan Tol 1,2

Jalan Arteri 1,1

Page 11: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

Jalan Kolektor / Lokal 1,0

Sumber : Pedoman Perencanaan Perkerasan

Kaku Dirjen Bina Marga

Tabel 2.17. Jumlah pengulangan beban ijin

Perbandi

ngan

tegangan

Jumlah

pengulan

gan

beban

ijin

Perbandi

ngan

tegangan

Jumlah

pengulan

gan

beban

ijin

0,51 400.000 0,69 2500

0,52 300.000 0,70 2000

0,53 240.000 0,71 1500

0,54 180.000 0,72 1100

0,55 130.000 0,73 850

0,56 100.000 0,74 6650

0,57 75.000 0,75 490

0,58 57.000 0,76 360

0,59 42.000 0,77 270

0,60 32.000 0,78 210

0,61 24.000 0,79 160

0,62 18.000 0,80 120

0,63 14.000 0,81 90

0,64 11.000 0,82 70

0,65 8000 0,83 50

0,66 6000 0,84 40

0,67 4500 0,85 30

0,67 3500

2.10.DASAR PERHITUNGAN BIAYA

OPERASIONAL KENDARAAN

Untuk perhitungan biaya operasional kendaraan

mempergunakan Metode TRAFFIC AND

ECONOMIC STUDIES AND ANALYSES BY

N.D LEA & ASSOCIATES LTD. Metode ini

menyajikan bentuk perhitungan biaya operasi

kendaraan dari berbagai jenis kendaraan dengan

berbagai kondisi jalan dan lalu lintas. Parameter-

parameter yang digunakan metode ini untuk

menghitung biaya operasional kendaraan

dijelaskan dibawah ini.

2.10.2. Biaya Operasi Kendaraan Pada

Kondisi Jalar Datar, Lurus dan Kondisi Baik.

Beberapa elemen-elemen dari biaya

operasi kendaraan pada kondisi jalan datar, lurus

dan kondisi baik adalah :

1. Biaya konsumsi bahan bakar (Fuel

Consumption Cost)

2. Biaya konsumsi oli mesin (Engine Oil

Consumption Cost)

3. Biaya pemakaian ban (Tyre Wear Cost)

4. Biaya pemeliharan onderdil kendaraan

dan pekerja (maintenance Spareparts

and Labour Cost)

5. Biaya penyusutan kendaraan (Vehicles

Depreciation Cost)

6. Biaya suku bunga (Interest Cost)

7. Biaya asuransi dan manajemen (Fixed

Insurance & Management Cost)

8. Biaya operator (Operator Time Cost)

Besarnya biaya-biaya tersebut berbeda-beda

untuk masing-masing kendaraan wakil dan dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.20. Operation Cost Of Representative

Vehicles On A Flat, Tangent Paved Road in

Good Condition (All cost exclude taxes)

Rupiahs per 1000 km

Auto Truck Bus

Fuel 3.944 5.481 5.278

Oil 350 1.080 1.080

Tyres 738 2.193 1.591

Maintenance 3.714 8.331 3.612

Depreciation 4.995 8.324 6.305

Interest 3.746 4.371 4.256

Fixed (Insurance &

Management) 9.654 10.542 6.381

Operators Time 1.441 5.000 5.804

Page 12: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

TOTAL 28.552 45.322 34.307

Including Cost

Allowance 32.549

For Motor Cycles

Seluruh harga diatas diambil pada tahun 1975

Sumber : N.D. LEA & Associates Report’ 1975

2.11. ANALISA EKONOMI

Suatu perbandingan terhadap 2 jenis

penggunaan konstruksi lapisan perkerasan pada

suatu proyek jalan dilakukan dengan terlebih

dahulu mengetahui harga satuan bahan yaitu

perkiraan harga dari masing-masing material

yang digunakan dalam setiap pekerjaan

pembuatan konstruksi lapisan perkerasan jalan

tersebut, baik itu lapisan perkerasan lentur

maupun lapisan perkerasan kaku. Dengan

mengetahui harga satuan bahan selanjutnya

dapat dihitung perkiraan biaya konstruksi.

Present Value dan Future Value

Untuk mengetahui biaya konstruksi pada

perkerasan lentur yang harus dilakukan adalah

menghitung volume total pekerjaan. Setelah itu

dapat diketahui total penggunaan dari masing-

masing jenis bahan. Dengan demikian dapat

diperkirakan total biaya konstruksi. Keseluruhan

biaya Konstruksi yang telah dikeluarkan selama

usia rencana akan dihitung dengan

menggunakan rumus:

P = F

n

i1

1

Dimana

i=menyatakan tingkat suku bunga perperiode

bunga n=menyatakan jumlah periode bunga

P=menyatakan jumlah uang sekarang

F=menyatakan jumlah uang pada akhir periode

dari saat sekarang dengan bunga i

2.11.3. Evaluasi Ekonomi

Untuk melakukan evaluasi terhadap

suatu proyek dihitung dengan menggunakan

Perbandingan Manfaat Biaya (BCR)

C

B =

Cost

DisbenefitBenefit

atau

C

B =

tInitial

MODisbenefitBenefit

cos

B – C = Net Benefit – Cost

Dimana benefit, cost maupun disbenefit

pada suatu proyek harus ditinjau untuk nilai

waktu yang sama. Untuk melakukan evaluasi

terhadap proyek tersebut dilakukan dengan

melihat hasil perbandingan manfaat biaya atau

dari hasil selisih manfaat biaya :

-C

B > 1 maka proyek tersebut ekonomis

-B – C > 0 maka proyek tersebut ekonomis

Untuk melakukan perbandingan

terhadap dua atau lebih alternatif pada suatu

proyek dengan menghitung perbandingan

manfaat biaya dengan cara :

- Membuat tabel, lalu alternatif yang ada

diurut mulai dari alternatif yang memiliki

initial cost yang terkecil

- Alternatif awal akan digunakan sebagai

pembanding alternatif kedua

- Tulis cash flow dari masing-masing

alternatif, kemudian menghitung selisihnya

(net cashflow)

- Hitung C

B atau B – C selisih cash flow

Jika C

B > 1 atau B – C > 0 maka pilih

alternatif yang disebelah kanan

Jika C

B < 1 atau B – C < 0 maka dipilih

alternatif yang disebelah kiri

- Alternatif terpilih dipergunakan sebagai

pembanding alternatif berikutnya

- Demikian seterusnya sampai diperoleh

alternatif terpilih dari semua alternatif

Page 13: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

BAB III

METODOLOGI

STUDI LITERATUR DAN BAHAN

- Data Penduduk

- Data Ekonomi ( PDRB dan PDRB per kapita )

- Data Geometrik Jalan

- Data Kondisi Lalu Lintas ( Volume Lalu lintas )

- Data CBR Tanah

- Data Curah Hujan

PENGOLAHAN DATA

START

PERAMALAN

PENDUDUK,PDRB,PDRB

PER KAPITA

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR

TEBAL PERKERASAN

ANALISA BIAYA KONSTRUKSI

ANALISA BIAYA PEMELIHARAAN

PERENCANAAN PERKERASAN KAKU

TEBAL PERKERASAN

ANALISA BIAYA KONSTRUKSI

ANALISA BIAYA PEMELIHARAAN

Analisa BOK

PERBANDINGAN DAN EVALUASI EKONOMI

KESIMPULAN

BAB IV

GAMBARAN DAERAH STUDI

4.1. Umum

Dalam menganalisa suatu jalan raya

yang ada, terlebih dahulu diamati kondisi daerah

yang menjadi daerah studi. Kondisi daerah studi

secara umum akan mempengaruhi pada data

yang akan dianalisa pada ruas jalan SP5 – SP8

misalnya :

1. Jumlah lalu lintas yang membebani

jalan

2. Besarnya tingkat pertumbuhan lalu

lintas

4.2. Lokasi studi

Ruas jalan SP5– SP8 yang akan

dianalisa dalam tugas akhir ini terletak pada

Distrik Masni di wilayah Kabupaten Manokwari

Propinsi Irian Jaya Barat.

4.3. Penduduk

Perkembangan penduduk di Kabupaten

Manokwari menunjukkan peningkatan yang

cukup besar, ini terlihat dari data kependudukan

Kabupaten Manokwari menurut data hasil

registrasi penduduk akhir tahun 2007 mencapai

175.884 jiwa dimana laju pertumbuhan

penduduk sebesar 5,44 % jika dibandingan

dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 166.322

jiwa.

4.4. Perekonomian dan Pendapatan Regional

Kondisi perekonomian Kabupaten

Manokwari berciri sebagai daerah Agropolitan,

hal ini di sebabkan karena pengembangan

Kabupaten Manokwari yang berbasiskan pada

hasil-hasil Pertanian dan Perkebunan yang juga

merupakan komoditi utama Kabupaten

Manokwari.

Dari hasil perhitungan akhir tahun 2007,

peranan sektor pertanian masih dominan dengan

konstribusi sebesar 32,72%, kemudian urutan

kedua adalah sektor bangunan sebesar 17,80%

dan urutan selanjutnya adalah sektor jasa-Jasa

dan perdagangan, hotel, dan restoran sebesar

17,06% dan 15,21%.

4.7. Kondisi Lalu lintas

Pada proyek ini terdapat dua data LHR

berdasarkan dua arah yang berbeda. Untuk

penulisan Tugas akhir ini data LHR yang ada

Lokasi Tugas

Akhir

Page 14: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

yaitu arah SP5 – SP8 dan arah sebaliknya SP8

– SP5 seperti terlihat pada tabel dibawah ini

Volume Lalu Lintas ruas Jalan SP5 – SP8

Jen

is

Ken

dar

aan

S.

Mo

tor

Sco

ote

r

Sed

an

Jeep

A

ng

ku

tan

Um

um

Tru

k K

ecil

Tru

k 2

sum

bu

Tru

k 3

sum

bu

Ken

d.

Tak

Ber

mo

tor

SP5 ke SP8 243 18 15 27 9 1 10

SP8 ke SP5 315 19 50 23 5 1 13

BAB V

ANALISA DATA

5.1. Analisa CBR Subgrade

Untuk perencanaan tebal perkerasan

jalan yang akan dianalisa, diperlukan gambaran

atau data tentang kondisi tanah dibawah

perkerasan (Subgrade) pada ruas jalan SP5 –

SP8. Data tanah tersebut di dapatkan dari

Laboratorium Dinas PU Kabupaten Manokwari.

Data CBR yang digunakan pada penulisan

Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Data CBR Lapangan

Dari data lapangan diatas kemudian

diolah untuk mendapatkan CBR Design.

Prosesnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Diurutkan

Jumlah Titik Pengamatan = 32 Titik

Nilai

CBR

Jumlah

sama atau

Lebih

Persen sama

atau Lebih

Besar

1 11.89 11.89 32

32/32 x 100%

= 100

2 14.33 14.33 31

31/32 x 100%

= 96.875

3 19.17 19.17 30

30/32 x 100%

= 93.75

4 19.78 19.78 29

29/32 x 100%

= 90.625

5 23.05 23.05 28

28/32 x 100%

= 87.5

6 23.61 23.61 27

27/32 x 100%

= 84.375

7 24.45 24.45 26

26/32 x 100%

= 81.25

8 24.78 24.78 25

25/32 x 100%

= 78.125

9 25.56 25.56 24

24/32 x 100%

= 75

10 26 26 23

23/32 x 100%

= 71.875

11 26.39 26.39 22

22/32 x 100%

= 68.75

12 26.67 26.67 21

21/32 x 100%

= 65.625

13 26.94 26.94 20

20/32 x 100%

= 62.5

14 26.94 27.72 18

18/32 x 100%

= 56.25

15 27.72 27.78 17

17/32 x 100%

= 53.125

16 27.78 28.06 16

16/32 x 100%

= 50

17 28.06 28.33 15

15/32 x 100%

= 46.875

18 28.33 28.6 14

14/32 x 100%

= 43.75

19 28.6 28.89 13

13/32 x 100%

= 40.625

20 28.89 29.22 12

12/32 x 100%

= 37.5

21 29.22 30.17 11

11/32 x 100%

= 34.375

22 30.17 30.28 9

9/32 x 100%

= 28.125

23 30.28 30.33 8

8/32 x 100%

= 25

24 30.28 31.11 7

7/32 x 100%

= 21.875

25 30.33 31.61 6

6/32 x 100%

= 18.75

26 31.11 31.78 5

31/32 x 100%

= 15.625

27 31.61 32.78 4

4/32 x 100%

= 12.5

28 31.78 33.61 3

3/32 x 100%

= 9.375

29 32.78 35.28 2

2/32 x 100%

= 6.25

30 33.61 36.11 1

1/32 x 100%

= 3.125

31 35.28 11.89 32

32/32 x 100%

= 100

32 36.11 14.33 31

31/32 x 100%

= 96.875

Setelah pengolahan data pada tabel

diatas, maka dapat dicari CBR Design atau

No STATION CBR (%) No STATION CBR(%)

1 0+000 26.67 17 4+000 30.28

2 0+250 23.05 18 4+250 31.61

3 0+500 19.17 19 4+500 28.60

4 0+750 28.33 20 5+000 30.33

5 1+000 23.61 21 5+250 36.11

6 1+250 27.78 22 5+500 25.56

7 1+500 26.39 23 5+750 31.78

8 1+750 24.45 24 6+000 35.28

9 2+000 14.33 25 6+250 29.22

10 2+250 26.94 26 6+500 33.61

11 2+500 19.78 27 6+750 30.17

12 2+750 11.89 28 7+000 30.28

13 3+000 24.78 29 7+250 28.06

14 3+250 28.89 30 7+500 31.11

15 3+500 32.78 31 7+750 26.00

16 3+750 26.94 32 8+000 27.72

Page 15: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

Menentukan CBR segmen dengan cara grafis

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 10 20 30 40

CBR

% y

an

g s

am

a a

tau

le

bih

CBR Segmen dengan cara grafis seperti pada

Gambar 5.1.

5.2. Analisa Lalu Lintas

Analisa Pertumbuhan Penduduk

Untuk mengetahui volume lalu lintas

yang melewati ruas jalan SP5 – SP8 dilakukan

dengan peramalan (forecasting) terhadap

pertumbuhan penduduk dan perekonomian.

Untuk melakukan peramalan terhadap

pertumbuhan penduduk, Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), Produk Domestik

Regional Bruto per kapita (PDRB perkapita)

digunakan regresi linier (linier regression)

dengan metode selisih kuadrat terkecil, dimana

penyimpangan yang terjadi diusahakan sekecil

mungkin agar hasil yang dicapai mendekati hasil

sebenarnya. Sebagai dasar perhitungan

digunakan data jumlah penduduk, PDRB, dan

PDRB perkapita kota Manokwari pada Tabel

5.3.

Tabel 5.3. Data Kependudukan dan

Perekonomian Kota Manokwari

Tahun

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

PDRB

(Jutaan

rupiah)

PDRB

per

kapita

(Ribuan

rupiah)

2004 150.110 1.032.516,30 6.878,40

2005 157.280 1.197.553,55 7.614,15

2006 166.322 1.402.775,61 8.603,15

2007 175.884 1.686.242,76 9.943,06

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten

Manokwari 2007

5.3. Pertumbuhan Volume Lalu Lintas

Pertumbuhan volume lalu lintas per

tahun untuk masing-masing jenis kendaraan

sampai tahun rencana didapat dengan

mengalikan faktor pertumbuhan dengan volume

kendaraan pada tahun yang telah diketahui

sebelumnya (Tabel 5.8) dan dijumlahkan dengan

volume kendaraan pada tahun tersebut.

Tabel 5.9. Pertumbuhan Volume Lalu Lintas

Harian Rata -Rata (LHR) pada ruas jalan

SP5-SP8

Tahun

Ekivalen

dengan i

Kendaraan

pribadi

Ekivalen

dengan i

Bus dan

Angkutan

umum

Ekivalen

dengan i

Truk dan

Angkutan

barang

S.

Mo

tor

Sco

ote

r

Sed

an

J

eep

An

gk

uta

n

Um

um

Tru

k

Kec

il

Tru

k

2 s

um

bu

Tru

k

3 s

um

bu

2009 315 19 50 27 9 1

2010 342 21 52 30 10 1

2011 369 22 54 33 11 1

2012 396 24 57 35 12 1

2013 423 26 59 38 13 1

2014 451 27 61 41 14 2

2015 478 29 63 44 15 2

2016 505 30 66 47 16 2

2017 532 32 68 49 16 2

2018 559 34 70 52 17 2

2019 586 35 72 55 18 2

2020 613 37 75 58 19 2

2021 640 39 77 61 20 2

2022 667 40 79 63 21 2

2023 695 42 81 66 22 2

2024 722 44 84 69 23 3

2025 749 45 86 72 24 3

2026 776 47 88 75 25 3

2027 803 48 90 77 26 3

2028 830 50 93 80 27 3

2029 857 52 95 83 28 3

BAB VI

PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN

6.1. Umum

Didalam menentukan tebal perkerasan

konstruksi jalan yang harus diperhatikan adalah

bahwa lapisan tersebut harus mampu menahan

CBR segmen 20.5%

Page 16: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

beban kendaraan yang melewati ruas jalan SP5 –

SP8 sampai pada umur rencana yang

direncanakan.

6.2. Perhitungan Tebal Lapisan Konstruksi

Perkerasan

6.2.1. Perhitungan Tebal Konstruksi

Perkerasan Lentur

Keseluruhan perhitungan dapat dilihat pada

langkah- langkah dibawah ini :

1.

a. Sedan, jeep 2 ton (Sumber : Dept. PU

Bina Marga )

(1 . 1) STRT sb. depan : 50 %,

sb. belakang : 50 %

E = E sb. tunggal + E. sb. tunggal

=

44

4,5

2.5,0

4,5

2.5,0

= 0,002, dst...

Dari hasil perhitungan angka ekivalen (E) beban

sumbu kendaraan diatas dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

Tabel 6.2. Rekapitulasi Angka Ekivalen (E)

Beban Sumbu Kendaraan No. Jenis Kendaraan Angka

Ekivalen (E)

1 Sedan, jeep, 2 ton (1 . 1) 0,002

2 Angkutan umum 2 ton (1 .

1)

0,002

3 Truk kecil 8,3 ton (1 . 2L) 0,277

4 Truk 2 sumbu 25 ton (1 .

22)

5,242

5 Truk 3 sumbu 42 ton (1 .

2-22)

15,536

2. Tabel 6.3. Perhitungan Lintas Ekivalen

Permulaan (LEP

N

o

Jenis

Kendaraan

Volume

Kendaraan C

Angka

Ekivalen

(E)

LEP

1 Sedan, jeep,

2 ton 19 1 0,002

0,038

knd/hri

2 Angkutan

umum 2 ton 50 1 0,002

0,100

knd/hri

3 Truk kecil

8,3 ton 27 1 0,277

7,479

knd/hri

4

Truk 2

sumbu 25

ton

9 1 5,242 47,178

knd/hri

5

Truk 3

sumbu 42

ton

1 1 15,536 15,536

knd/hri

Total 70,331

knd/hri

3. Tabel 6.4. Perhitungan Lintas Ekivalen

Akhir (LEA)

N

o

Jenis

Kendaraan

Volume

Kendaraan C

Angka

Ekivalen

(E)

LEP

1 Sedan, jeep,

2 ton 52 1 0,002

0,104

knd/hri

2 Angkutan

umum 2 ton 95 1 0,002

0,190

knd/hri

3 Truk kecil

8,3 ton 83 1 0,277

22,991

knd/hri

4

Truk 2

sumbu 25

ton

28 1 5,242

146,77

6knd/h

ri

5

Truk 3

sumbu 42

ton

3 1 15,536 46,608

knd/hri

Total

216,66

9knd/h

ri

4. Perhitungan Lintas Ekivalen Tengah

LET =

LET = 2

669,216331,70 = 143,5

5. Lintas Ekivalen Rencana

LER = LET x

LER = 143,5 x = 287

2

LEALEP

10

UR

10

20

Page 17: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

6. Faktor Regional

Prosentase kendaraan berat > 13 ton,

ditinjau dari LHR pada akhir tahun rencana

yaitu pada tahun 2029 adalah sebagai

berikut :

% kend. berat = 118.1

328 x 100% = 2,773%

< 30%

a. Kelandaian < 6%

b. Iklim = 193,5 mm/tahun < 900

mm/tahun

c. Dari Tabel 2.18 didapat FR = 0,5

7. LER = 287

a. Kelas jalan kolektor

b. Dari Tabel 2.19 didapat Ipt = 2,0

8. Perhitungan Tebal Lapisan

a. Umur Rencana : 20 tahun

b. a1 = 0,30 ; a2 = 0,13 ; a3 = 0,12 (Sumber

:Daftar VII Metode Analisa Komponen)

c. ITP = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3

4,80 = 0.3 . 11 + 0.13 . 15 + 0,12 D3

-0,45 = 0,12D3

D3 = -3,75 cm < tebal minimum =

15cm

Dipakai D3 = 15 cm

Susunan perkerasan lentur pada ruas

jalan SP5 – SP8 adalah sebagai berikut :

- Lataston = 11 cm

- Batu pecah kelas B = 15 cm

- Sirtu kelas B = 15 cm

Gambar 6.3. Susunan lapisan perkerasan lentur

6.2.2. Perhitungan Tebal Konstruksi

Perkerasan Kaku (Beton K-350)

1. a. Modulus Reaksi Tanah Dasar Rencana

(k)

CBR = 20,5 % ; k = 69 kPa/mm

(Sumber : Petunjuk Perencanaan

Perkerasan Kaku Dep. PU)

b. Mutu Beton Rencana

Akan digunakan beton dengan kuat

tekan 28 hari sebesar 350 kg/cm.

fc’ = 350/10,2 = 34 Mpa > 30 Mpa

(minimum yang disarankan)

fr = 0,62 'fc =0,62 34 = 3,6 Mpa >

3,5 Mpa (minimum yang

disarankan)

2. Menghitung jumlah konfigurasi beban

sumbu dan Jumlah sumbu kendaraan niaga

harian.

a. Konfigurasi Beban Sumbu Kendaraan

Niaga (Sumber : Dept. PU Bina Marga )

- Truk Kecil ( 2,822 + 5,478 ) ton

- Truk 2 Sumbu ( 6,25 + 18,75 ton

-Truk 3 Sumbu (7,56+11,76 + 22,68)ton

b. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian

(JSKNH)

JSKNH = JKNH x Jumlah sumbu

Ket : JKNH (Jumlah Kendaraan Niaga

Harian)

Truk Kecil = 27 x 1 = 27 sumbu d1 = 11 cm

d2 = 15 cm

d3 = 15 cm

Lataston

Batu pecah kelas

B

(CBR 80%)

Sirtu kelas B

(CBR 50%) Subgrade

Page 18: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

Truk 2 sumbu = 9 x 2 = 18 sumbu

Truk 3 sumbu = 1 x 2 = 2 sumbu

Total JSKNH = 47 sumbu

3. Faktor Pertumbuhan Lalu lintas

R = )1(log

1)1(

i

ie

n

Jika i = 0,0523 (i adalah faktor pertumbuhan

rata-rata tahunan selama umur rencana).

i = ((%LHR kendaraan pribadi x irata-rata

PDRBperkapita) +

(%LHR angkutan umum x irata-rata Penduduk) +

(%LHR Truk x irata-rata PDRBperkapita)) / 100%

= ((80,78% x 0,053) + (9,41% x 0,033) + (9,8

% x 0,061) / 100% = 0,0523

R = )0523,01(log

1)0523,01( 20

e

R = 34,760

4. Jumlah Kendaraan Niaga

Jumlah Kendaraan Niaga (JKN) selama

umur rencana (20 tahun)

JKN = 365 x JKNH x R

Total JKNH = 27 + 9 + 1 = 37 buah

kendaraan

JKN = 365 x Total JKNH x R

= 365 x 37 x 34,760

= 469.433,8buah kendaraan

5. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga

Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN)

selama umur rencana (20 tahun)

JSKN = 365 x Total JSKNH x R

= 365 x 47 x 34,760

= 596.307,8

6. Persentase Beban Sumbu

Untuk perhitungan persentase beban sumbu

dapat dilihat pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Persentase Beban Sumbu

Konfiguras

i sumbu

Beban

sumbu % Beban

STRT 2,822 27 /37 x 100% =

72,97%

STRG 5,478 27 / 37 x 100% =

72,97%

STRT 6,25 9 / 37 x 100% =

24,32%

SGRG 18,75 9 / 37 x 100% =

24,32%

STRT 7,56 1 / 37 x 100% =

2,70%

STRT 11,76 1 / 37 x 100% =

2,70%

SGRG 22,68 1 / 37 x 100% =

2,70%

7. Repetisi kumulatif

Untuk perhitungan repetisi kumulatif dapat

dilihat pada Tabel 6.6.

Repetisi Kumulatif = Cd x JSKN x

%Beban

Ket: Cd = 1 (Tabel 2.14.)

Tabel 6.6. Repetisi Kumulatif

Konfigurasi

sumbu

Beban

sumbu Repetisi Kumulatif

STRT 2,822 1x596.307,8x0,730 =

435.304.694

STRG 5,478 1x596.307,8x0,730 =

435.304.694

STRT 6,25 1x596.307,8x0,243 =

144.902,796

SGRG 18,75 1x596.307,8x0,243 =

144.902,796

STRT 7,56 1x596.307,8x0,0270 =

16.100,311

STRG 11,76 1x596.307,8x0,0270 =

16.100,311

SGRG 22,68 1x596.307,8x0,0270 =

16.100,311

Page 19: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

8. Perhitungan Fatigue

Faktor Keamanan (FK) = 1,0 (jalan

kolektor)

k = 69 KPa/m

Beton K – 350 MR 28 = 41 kg / cm2

fr = 3,6 Mpa

Dicoba tebal pelat 180 mm, seperti

ditunjukkan pada Tabel 6.7.

Page 20: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

Tabel 6.7. Perhitungan Untuk Tebal Pelat 180

mm, MR 28 = 41 kg/cm2

Konfigurasi

sumbu

Beban

sumbu

(ton)

Beban

sumbu

rencana

FK = 1,0

Repetisi

beban

Tegangan

yang

terjadi

(Mpa)

Perbandingan

Tegangan

Repetisi

beban

yang

diijinkan

%

fatigue

STRT 2,822 2,822 435.304.694

STRG 5,478 5,478 435.304.694

STRT 6,25 6,25 144.902,796 1,88 0,52 300.000 48,301

SDRG 18,75 18,75 144.902,796 2,05 0,56 100.000 144,902

STRT 7,56 7,56 16.100,311 2,08 0,57 75.000 21,467

STRG 11,76 11,76 16.100,311 2,35 0,65 8.000 201,253

SDRG 22,68 22,68 16.100,311 2,4 0,66 6.000 268,338

Total 684,261

Dengan tebal pelat 18 cm terlihat bahwa total fatigue yang terjadi 684.261% (> 100 %), maka

perhitungan harus diulangi kembali, dengan tebal yang lebih besar dari 18 cm. Selanjutnya dicoba tebal

pelat 20 cm, seperti ditunjukkan pada Tabel 6.8.

Tabel 6.8. Perhitungan Untuk Tebal Pelat 200 mm, MR 28 = 41 kg/cm2

Konfigurasi

sumbu

Beban

sumbu

(ton)

Beban

sumbu

rencana

FK = 1,0

Repetisi

beban (105)

Tegangan

yang

terjadi

(kg/cm2)

Perbandingan

Tegangan

Repetisi

beban

yang

diijinkan

%

fatigue

STRT 2,822 2,822 435.304.694

STRG 5,478 5,478 435.304.694

STRT 6,25 6,25 144.902,796 1,55 0,43

SDRG 18,75 18,75 144.902,796 1,80 0,50

STRT 7,56 7,56 16.100,311 1,74 0,48

STRG 11,76 11,76 16.100,311 2,02 0,56 100.000 16,100

SDRG 22,68 22,68 16.100,311 2,10 0,58 57.000 28,246

Total 44,346

Dengan tebal pelat 20 cm, terlihat bahwa total farigue yang terjadi 44,346 % < 100 %, maka

perhitungan sudah cukup. Jadi digunakan tebal pelat beton = 200 mm. Lapis pondasi bawah = sirtu Kelas

B = 15 cm.

6.3. Perhitungan Tulangan

Direncanakan menggunakan perkerasan beton bersambung tanpa tulangan.

1. Ukuran pelat :

Tebal = 20 cm

Lebar Pelat = (2 x 3,5) m

Panjang pelat = 5 m

2. Mutu baja (U32) = 3200 kg/cm2

3. Sambungan susut dipasang setiap jarak 5 m.

4. Dowel digunakan dengan ukuran diameter 24 mm, panjang 400 mm dan jarak 300 mm.

5. Tie Bars digunakan baja profil diameter 16 mm, panjang 800 mm, jarak 750 mm.

Page 21: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

BAB VII

ANALISA EKONOMI JALAN RAYA

7.1. Umum

Dalam melakukan penilaian layak atau

tidaknya proyek jalan pada ruas jalan SP5 – SP8

secara ekonomi jalan raya, teknik metode

Benefit Cost Rasio (B/C Ratio) dianggap yang

paling tepat untuk digunakan. Metode ini pada

dasarnya membandingkan nilai antara besarnya

suatu investasi pembangunan (contruction cost)

yang harus dikeluarkan dengan nilai

penghematan. Untuk mengekivalenkan

contruction cost maupun benefit dipakai metode

Single Payment Present Worth.

7.2. Perhitungan Biaya Lapisan Perkerasan

Lentur Dan Lapisan perkerasan Kaku

Dari hasil perhitungan di Bab VI untuk

perkerasan lentur, didapatkan :

1. Surface Course = 11 cm

2. Base Course = 15 cm

3. Sub Base Course = 15 cm

Biaya perkerasan lentur dapat dilihat pada Tabel

7.1

Tabel 7.1. Perhitungan Analisa Biaya

Perkerasan Lentur.

No Uraian Kegiatan Vol Harga (Rp)

Pekerjaan

Perkerasan Lentur

1 Kebutuhan Lapisan

Aspal (Lataston)

6160 m3 Rp 5.243.477.587,04

2 Agregat Base Course

(Batu Pecah kelas B)

8400 m3 Rp 5.521.134.427,20

3 Agregat Subbase

Course (Sirtu kelas

B)

8400 m3 Rp 4.156.554.444,00

Biaya Total Rp 14.921.166.458,24

Dari hasil perhitungan di Bab VI diketahui tebal

Perkerasan Kaku = 20 cm. Untuk biayanya dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

No Uraian Kegiatan Vol Harga (Rp)

Pekerjaan

Perkerasan Kaku

1 Agregat Subbase

Course (Sirtu kelas

B)

8400

m3

Rp 4.156.554.444,00

2 Pekerjaan Bekisting

Kayu

4800

m2

Rp 740.525.712,00

3 Pekerjaan Pembesian 1394

btng

Rp 444.571.200,00

4 Pekerjaan

Pengecoran K-350

11.20

0 m3

Rp 30.026.738.000,00

Biaya Total Rp 35.372.252.474,00

Total Biaya Konstruksi Perkerasan Lentur

= Rp 14.921.166.458,24

Total Biaya Konstruksi Perkerasan Kaku

= Rp 35.372.252.474,00

7.3. Perhitungan Biaya Perawatan Untuk

Perkerasan Lentur

7.3.1. Biaya Pemeliharaan Berkala

Untuk menjaga supaya konstruksi

perkerasan lentur tetap bertahan selama umur

rencana, maka dilakukan perawatan secara

berkala setiap 5 tahun seperti overlay

(pelapisan ulang) dengan tebal 5 cm.

Panjang = 8000 m

Lebar = 7 m

Surface :

Luas = 7 m x 8000 m = 56000 m2

Harga = (56000 m2

x 0,05 m) x Biaya

Surface

= 2800 m3 x Rp 655.513,89/m

3

= Rp. 1.835.438.892,00

Lapisan Tack Coat / Perekat :

Luas = 7 m x 8000 m = 56000 m2

Harga = 56000 m2 x Biaya Perekat

= 56000 m2 x Rp 34.538,91/Liter

= Rp 1.934.178.960,00

Page 22: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

Total=Rp.1.835.438.892,00+Rp1.934.178.960,0

= Rp 3.769.617.852,00

Inflasi Kota Jayapura = 11,39 % Pertahun

(Sumber : bps.papua.go.id)

1. Tahun Ke 5 F = 3.769.617.852,00 (1 +

0.1139)5

= 6.464.401.840,00

2. Tahun Ke 10 F = 3.769.617.852,00 (1 +

0.1139)10

= 11.085.604.110,00

3. Tahun Ke 15 F = 3.769.617.852,00 (1 +

0.1139)15

= 19.010.361.900,00

Suku Bunga Bank Indonesia = 6,5% (Sumber :

www.bi.go.id)

1. Tahun Ke 5 P = 6.464.401.840,00 (P/F,6.5%,5 )

= 4.718.243.023,00

2. Tahun Ke 10 P = 11.085.604.110,00

(P/F,6.5%,10)

= 5.897.541.387,00

3. Tahun Ke 15 P = 19.010.361.900,00

(P/F,6.5%,15)

= 7.391.732.946,00

Total Biaya Perawatan Berkala = Rp

18.007.517.360,00

7.3.2. Biaya Pemeliharaan Rutin

Untuk biaya pemeliharaan rutin

diasumsikan 5 % setiap tahunnya.

Panjang = 8000 m

Lebar = 7 m

Luas = 5% x (7 x 8000) m2 = 2.800 m

2

Harga = 2.800 m2 x 0,05 m x Rp 655.513,89/m

3

= Rp. 91.771.944,60

Inflasi Kota Jayapura = 11,39 %

FW = P(1+0.1139)1,P(1+0.1139)

2

,…dst..,P(1+0.1139)20

Dimana, P = Rp. 91.771.944,60

Suku Bunga Bank Indonesia = 6,5 % P = F1(P/F,i,n)+F2(P/F,i,n)+F3(P/F,i,n)+F4(P/F,i,n)+

F5(P/F,i,n)+F6(P/F,i,n)+F7(P/F,i,n)+F8(P/F,i,n)+

F9(P/F,i,n)+F10(P/F,i,n)+F11(P/F,i,n)+F12(P/F,i,n)+ F13(P/F,i,n)+F14(P/F,i,n)+F15(P/F,i,n)+F16(P/F,i,n)+F

17(P/F,i,n)+F18(P/F,i,n)+F19(P/F,i,n)+F20(P/F,i,n)

= Rp. 3.040.244.416,00

Total Biaya Perawatan Rutin = Rp.

3.040.244.416,00

Total Biaya Perawatan Perkerasan

Lentur = Rp 21.047.761.776,00

7.4. Perhitungan Biaya Perawatan Untuk

Perkerasan Kaku

Untuk biaya pemeliharaan pada

perkerasan kaku diasumsikan 0,5 % untuk setiap

tahunnya.

Panjang = 8000 m

Tbl Plat = 0,20 m

Luas = 0,5% x 7 m x 8000 m = 280 m2

Harga = 280 m2 x 0,20 m x Rp. 2.680.958,75

= Rp. 150.133.690,00

Inflasi Kota Jayapura = 11.39 %

FW = P(1+0.114)1,P(1+0.114)

2

,…dst..,P(1+0.114)20

Dimana, P = Rp. 150.133.690,00

Suku Bunga Bank Indonesia = 6,5 %

P = F1(P/F,i,n)+F2(P/F,i,n)+F3(P/F,i,n)+F4(P/F,i,n)+

F5(P/F,i,n)+F6(P/F,i,n)+F7(P/F,i,n)+F8(P/F,i,n)+

F9(P/F,i,n)+F10(P/F,i,n)+F11(P/F,i,n)+F12(P/F,i,n)+ F13(P/F,i,n)+F14(P/F,i,n)+F15(P/F,i,n)+F16(P/F,i,n)+

F17(P/F,i,n)+F18(P/F,i,n)+F19(P/F,i,n)+F20(P/F,i,n)

= Rp. 4.973.667.221,00

Total Biaya Perawatan Perkerasan Kaku = Rp

4.973.667.221,00

Gambar 7.1. Cash Flow untuk Perkerasan

Lentur

1 20 15 5 10 0

Page 23: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

Gambar 7.2. Cash Flow untuk Perkerasan Kaku

Keterangan :

= Biaya Perawatan Rutin

= Biaya Perawatan Berkala

= Biaya Pembuatan

0,1,5,10,15,20 = Usia Rencana

7.5. Perhitungan Biaya Penggunaan

Dalam perhitungan BOK untuk Tugas

Akhir ini, Penulis menggunakan IHK (indeks

harga konsumen) sebagai nilai i yang dipakai

untuk menghitung pertumbuhan harga BOK

selama umur rencana jalan. IHK yang digunakan

adalah IHK kota Jakarta yang diasumsikan

sebagai acuan untuk daerah - daerah lain di

Indonesia. Data IHK di ambil dari BPS (Badan

Pusat Statistik) Surabaya.

Gambar 7.3. Cash Flow User Cost Perkerasan

Lentur

P = P1(P/F,i,n)+P2(P/F,i,n)+P3(P/F,i,n)+P4(P/F,i,n)+

P5(P/F,i,n)+P6(P/F,i,n)+P7(P/F,i,n)+P8(P/F,i,n)+

P9(P/F,i,n)+P10(P/F,i,n)+P11(P/F,i,n)+P12(P/F,i,n)+

P13(P/F,i,n)+P14(P/F,i,n)+P15(P/F,i,n)+P16(P/F,i,n)+

P17(P/F,i,n)+P18(P/F,i,n)+P19(P/F,i,n)+P20(P/F,i,n)

= Rp. 163,798,976,287.15

Gambar 7.4. Cash Flow User Cost Perkerasan

Kaku

P=P1(P/F,i,n)+P2(P/F,i,n)+P3(P/F,i,n)+P4(P/F,i,n)+

P5(P/F,i,n)+P6(P/F,i,n)+P7(P/F,i,n)+P8(P/F,i,n)+

P9(P/F,i,n)+P10(P/F,i,n)+P11(P/F,i,n)+P12(P/F,i,n)+

P13(P/F,i,n)+P14(P/F,i,n)+P15(P/F,i,n)+P16(P/F,i,n)+

P17(P/F,i,n)+P18(P/F,i,n)+P19(P/F,i,n)+P20(P/F,i,n)

= Rp. 162.541.545.389,94

Keterangan :

= Good Condition

= Fair Condition

0,1,...,20 = Usia Rencana

7.6. Evaluasi Ekonomi

1. Perkerasan Lentur

Initial Cost = Rp 14.921.166.458,24

Operational Cost = Rp 21.047.761.776,00

User Cost = Rp 163,798,976,287.15

2. Perkerasan Kaku

Initial Cost = Rp 35.372.252.474,00

Operational Cost = Rp 4.973.667.221,00

User Cost = Rp 162.541.545.389,94

Untuk perhitungan evaluasi ekonomi dapat

dilihat pada Tabel 7.7.

Tabel 7.7. Evaluasi Ekonomi

Perkerasan

Lentur

(Rp)

Perkerasan

Kaku

(Rp)

Selisih

(Rp)

Initial Cost

14.921.166.45

8,24

35.372.252.47

4,00

Operational

Cost

21.047.761.77

6,00

4.973.667.221

,00

Total Cost 35.968.928.23

4,24

40.145.919.69

5,00

4.176.991.4

60,76

User Cost

163.798.967.2

87,15

162.541.545.3

89,94

1.257.430.8

97,21

20 15 10 5 1 0

1

0

1

6 2

0

1

5

1

1

6 5 1 0

1

8

2

0

1

9

1

7 1 0

Page 24: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

Cost = Rp 4.176.991.460,76

Benefit = Rp 1.257.430.897,21

B/C = 460,764.176.991.

897,211.257.430. 0.30 1

B – C = 1.257.430.897,21 – 4.176.991.460,76

= -2.919.560.564 0

Dipilih alternatif menggunakan Perkerasan

Lentur

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan perbandingan

analisa ekonomi konstruksi perkerasan lentur

dan konstruksi perkerasan kaku pada proyek

jalan SP5 –SP8 kabupaten Manokwari

didapatkan hasil – hasil sebagai berikut :

panjang jalan = 8 km

lebar jalan = 7 m

jenis perkerasan :

1. Konstruksi Perkerasan Lentur, dengan

susunan:

a. Lataston = 11 cm

b. Base Course batu pecah kelas B = 15 cm

c. Sub Base Course sirtu kelas B = 15 cm

2. Konstruksi Perkerasan Kaku, dengan

susunan:

a. Tebal pelat beton (K-350) = 20 cm

b. Sub Base Course sirtu kelas B = 15 cm

c. Dowel 24 – 300 mm

d. Tie Bars 16 – 750 mm

3. a. Dari kedua perkerasan yang

direncanakan tersebut dapat diketahui

bahwa pada perkerasan kaku

membutuhkan biaya yang lebih besar

dari pada biaya perkerasan lentur.

Adapun kebutuhan biaya pada

perkerasan lentur dan kaku beserta

selisihnya adalah sebagai berikut :

1. Total anggaran biaya perkerasan

lentur mencapai

Rp.14.921.166.441,- + Rp.

21.047.761.780,- = Rp.

35.968.928.220,-

2. Total anggaran biaya perkerasan

kaku mencapai Rp.

36.757.770.599,- + Rp.

4.973.667.221,- =

Rp. 41.731.437.810,-

b. Dari perhitungan biaya operasi

kendaraan dengan menggunakan

metode ND. Lea Consultant

diasumsikan untuk perkerasan lentur

tahun 2009 sampai dengan tahun

2013 kondisi good dan tahun 2014

kondisi fair. Kemudian tahun 2015

kondisi good sampai tahun 2018.

Berikutnya berulang seperti 5 tahun

sebelumnya hingga 20 tahun

kedepan. Sedangkan untuk

perkerasan kaku diasumsikan tahun

2009 sampai dengan tahun 2025

kondisi good dan tahun 2027 sampai

dengan 2029 adalah kondisi fair.

c. Dari hasil evaluasi ekonomi

didapatkan hasil :

Selisih biaya antara perkerasan lentur

dan perkerasan kaku adalah

Rp.5.762.509.590,- sedangkan untuk

selisih keuntungannya adalah Rp.

897.695.775,-. Dari selisih biaya dan

selisih keuntungan akan didapatkan

BCR = 0.15 dan NPV = -

4.864.813.790,8 sehingga dapat

disimpulkan dalam proyek ini bahwa

perkerasan lentur lebih

menguntungkan daripada perkerasan

kaku.

Page 25: BAB I Proyek ini adalah proyek peningkatan jalan PENDAHULUAN · Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku N o ... 2 Fungsi perkerasan disamping untuk ... penggunaannya jenis lapisan

8.2. Saran

Setelah melakukan perhitungan dan

membandingkan hasil perhitungan tersebut,

penulis dapat menarik beberapa kesimpulan.

Dari hasil kesimpulan tersebut, penulis mencoba

memberikan saran untuk pelaksanaan konstruksi

perkerasan jalan, yaitu antara lain:

1. Pelaksanaan suatu proyek jalan harus

direncanakan dengan sebaik-baiknya

disesuaikan dengan data tanah dan

data lalu lintas yang ada.

2. Apabila suatu jalan memiliki beban

lalu lintas yang semakin berkembang

tidak terlalu besar, maka konstruksi

perkerasan lentur akan memberikan

keuntungan bila digunakan pada jalan

tersebut, karena lapisan permukaan

yang digunakan tidak terlalu tebal,

sehingga biaya yang dikeluarkan tidak

besar selain jalan itu memberikan

kenyamanan bagi pemakainya.

3. Apabila suatu jalan memiliki beban

lalu lintas yang semakin berkembang

besar, maka untuk mendapatkan

keuntungan sebaiknya digunakan

konstruksi perkerasan kaku. Hal ini

disebabkan penggunaan konstruksi

perkerasan kaku akan lebih murah bila

dibandingkan penggunaan konstruksi

perkerasan lentur.