bab i phbs

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Dinkes, 2009). Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2014 untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani (Depkes RI, 2009). Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan 1

Upload: jeremia-jerez

Post on 01-Dec-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PHBS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk

mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam

lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses

terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (Dinkes, 2009).

Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2014 untuk

mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan

kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat

melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani

(Depkes RI, 2009). Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan

menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku

yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan

seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009).

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak

dini, sistimatis, dan berkesinambungan. Pemerintah ikut bertanggung jawab untuk

meningkatkan derajat kesehatan warganya. Maka sejak tahun 1996 telah

dikembangkan upaya promotif dan prefentif dengan mencangkan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dilakukan

melalui pendekatan tatanan mulai dari rumah tangga, tempat kerja, tempat ibadah,

institusi pelayanan kesehatan, serta di sekolah semua jenjang (Depkes, 2003).

Masa sekolah dasar adalah masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai PHBS

dan berpotensi sebagai agen of change untuk mempromosikan PHBS baik di

1

Page 2: BAB I PHBS

lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Untuk itu diperlukan indikator

sebagai alat ukur untuk menilai apakah aktifitas pokok yang di jalankan telah

sesuai dengan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Adapun

indikator PHBS di sekolah meliputi, jajan di kantin sekolah, mencuci tangan

dengan air bersih yang mengalir dan sabun, buang air kecil dan buang air besar di

jamban serta menyiram jamban dengan air setelah di gunakan, mengikuti

kegiatan olahraga dan aktivitas fisik di sekolah, memberantas jentik nyamuk,

tidak merokok, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,

membuang sampah pada tempatnya.

Pelaksanaan PHBS Institusi Pendidikan di Indonesia berdasarkan profil

kesehatan Indonesia tahun 2009, baru mencapai 67,52%. PHBS di jawa barat

sendiri pada tahun 2007 masih rendah yakni 34,8%, masih jauh dari target yang

telah ditentukan sebesar 65% hingga tahun 2010. Sedangkan PHBS di

kabubapaten Purwakarta tahun 2010 masih rendah yakni 54,48% yang lebih

rendah dibandingkan dari tahun 2009 yakni 55,46%.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa penting untuk meneliti

tentang ‘’ Model Pemberdayaan PHBS Pada Pendidikan Anak Sekolah Dasar.’’

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti mengangkat

masalah tentang :

1. Bagaimanakah pengetahuan sikap dan perilaku tenaga kesehatan, tenaga

pendidik, dan anak-anak SD tentang PHBS.

2. Bagaimanakah model pemberdayaan PHBS pada anak sekolah dasar di

wilayah kerja Puskesmas Pasawahan Purwakarta.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui pelaksanaan dari model pemberdayaan PHBS pada anak

sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Pasawahan Purwakarta.

2

Page 3: BAB I PHBS

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku, tenaga

pendidik, dan anak-anak SD tentang PHBS.

2. Untuk mengetahui model pemberdayaan PHBS pada anak sekolah dasar

di wilayah kerja Puskesmas Pasawahan Purwakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan untuk meningkatkan mutu model pemberdayaan

PHBS di Kabupaten Purwakarta khususnya di lingkungan Puskesmas

Pasawahan.

1.4.2 Bagi Peneliti

Menambahkan pengalaman dan pengetahuan tentang model pemberdayaan

PHBS pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Pasawahan

Purwakarta.

1.4.3 Masyarakat

Sebagai salah satu cara untuk menambah informasi kepada para orang tua,

guru serta masyarakat sekitar Puskesmas Pasawahan tentang pentingnya

PHBS pada anak usia sekolah strata pertama

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat,

3

Page 4: BAB I PHBS

agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang

bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan

didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri

sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya

masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan

kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian

dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga

disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi

kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa

perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi

dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau

dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan

pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau

memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan

meningkatkan kesehatan masyarakat.

1.5.2 PHBS

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat,

dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan

edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui

pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan

pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu

masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-

masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga,

memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Dalam melakukan pengkajian PHBS, indikator merupakan suatu petunjuk

yang membatasi fokus perhatian.

4

Page 5: BAB I PHBS

Indikator PHBS meliputi indikator input, proses, dan output. Khusus indikator

output digunakan untuk melakukan pengkajian PHBS. Sedangkan indikator input,

proses, dan output dikembangkan untuk melakukan penilaian PHBS. Indikator

PHBS diarahkan pada lima aspek program prioritas penyuluhan, yaitu KIA, Gizi,

Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup dan Upaya Kesehatan.

Indikator PHBS

No VARIABEL DEFINISI

1

.

Pertolongan

persalinan

oleh tenaga

kesehatan

Adalah pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam

rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan

paramedis lainnya

2

.

ASI Eksklusif Adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir

sampai usia 6 bulan

3 Mempunyai

jaminan

pemeliharaan

kesehatan

Adalah anggota-anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan

praupaya kesehatan seperti Askes, Kartu Sehat, Dana Sehat,

Jamsostek, Asuransi Perusahaan dll

4

.

Ketersediaan

air bersih

Adalah rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan

menggunakanya untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air

dalam kemasan, air pompa, sumur terlindung dan penampungan air

hujan. Sumber air pompa, sumur, dan mata air terlindung berjarak

minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran dan limbah

5

.

Ketersediaan

jamban sehat

Adalah rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher

angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran

sebagai pembuangan akhir

5

Page 6: BAB I PHBS

6

.

Kesesuaian

luas dengan

jumlah

penghuni

Adalah rumah tangga yang mempunyai luas lantai rumah yang

ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi jumlah

penghuni (9m2)

7

.

Lantai rumah

bukan tanah

Adalah rumah tangga yang mempunyai rumah dengan bagian

bawah/dasar/alas terbuat dari semen, papan, ubin dan kayu

8

.

Tidak

merokok

dalam rumah

Adalah [enduduk/anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak

merokok dalam rumah ketika berada bersama anggota keluarga

lainnya selama 1 bulan terakhir

9 Melakukan

aktivitas fisik

setiap hari

Adalah penduduk/anggota keluarga umur 10 tahu ke atas dalam 1

minggu terakhir melakukan aktifitas fisik (sedang ataupun berat)

minimal 30 menit setiap hari

9

.

Makan buah

dan sayur

setiap hari

Adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas yang

mengkomsumsi manimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau

sebaliknay setiap hari dalam 1 minggu terakhir.

1.5.3 Perilaku Anak SD

Pendidikan kesehatan di SD dilaksanakan dengan pembelajaran tematik

dengan meng-eksplorasi problem kesehatan sehari-hari yang dialami dan yang ada di

sekitar siswa. Pembela-jaran tematik memiliki beberapa keunggulan antara lain

sebagai berikut. Pertama, materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan siswa

sehingga siswa dapat memahami sekaligus menerapkannya dengan mudah. Kedua,

siswa juga dapat mengait-kan hubungan antara materi pelajaran yang satu dengan

mata pelajaran yang lain dengan mudah. Ketiga, dengan bekerja dalam kelompok

siswa dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan

psikomotorik, selain aspek kognitifnya. Keempat, pembelajaran tematik me-

6

Page 7: BAB I PHBS

ngakomodasi semua jenis kecerdasan siswa. Kelima, dengan pembelajaran tematik

guru dapat menggunakan cara belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran

dengan mudah. Sedangkan menurut Ariantoni (2003), pembelajaran tematik memiliki

beberapa kekuatan, di antaranya: (a) pengalaman dalam kegiatan belajar relevan

dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, (b) menyenangkan karena

bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (c) hasil belajar akan bertahan lebih lama

karena berkesan dan bermakna, (d) me-ngembangkan keterampilan berpikir siswa

dengan permasalahan yang dihadapi, dan (e) menum-buhkan keterampilan sosial

dalam bekerjasama, toleransi dan komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang

lain.

Kendala yang dihadapi guru dalam me-ngembangkan pembelajaran

tematik dengan tema kesehatan adalah media atau alat bantu yang dapat

digunakan dalam pembelajaran tematik tersebut. Alat bantu/peraga/media

pendidikan kesehatan merupakan alat-alat yang digunakan oleh pen-didikan untuk

menyampaikan informasi atau pe-ngetahuan kesehatan kepada sasaran pendidikan

(peserta didik). Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu

pendidikan yang digu-nakan sebagai saluran (channel) untuk menyam-paikan

informasi kesehatan, dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah

peneri-maan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Buklet (booklet),

adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam ben-tuk

buku,baik berupa tulisan maupun gambar. Media ini digunakan sebagai media

penyuluhan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS). Buklet yang dikemas

dengan tema kesehatan yang dieksplorasi dari kehidupan siswa atau sekitar siswa

menjadikan media pendidikan lebih ber-makna dalam proses pembelajaran.

Seperti yang dikemukakan oleh Santrock (2007) bahwa keba-nyakan murid

(siswa) lebih tertarik pada sains yang membahas persoalan sehari-hari yang

relevan de-ngan kehidupan mereka ketimbang mendiskusikan teori-teori abstrak.

1.5.4 Perilaku

7

Page 8: BAB I PHBS

Perilaku adalah semua kegiatan/aktivitas manusia, baik yang dapat diamati

langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skiner (1983) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan respon /

reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

1.6 Metodologi

Metode penelitian : Deakriptif-Analitik

Rancangan Penelitian : cross sectional

Instrumen Penelitian : kuesioner

Teknik pengumpulan data : survey dan wawancara mendalam

Populasi Penelitian : anak usia sekolah dasar kelas 1-6 di

wilayah kerja Puskesmas Pasawahan pada

tiga desa yaitu desa Ciherang, desa Salaawi

dan desa Margasari

Sampel Penelitian : cluster random sampling

Teknik Analisis Data : univariat

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.7.1 Lokasi Penelitian

Puskesmas Pasawahan di Jln. Terusan Kapten Halim No. 105 Kecamatan

Pasawahan.

1.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari tanggal 4 November 2012 – 1 Desember 2012

8