bab i perencanaan

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi dasar dari suatu manajemen adalah perencanaan.Perencanaan adal suatu tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi keperawatan. Perencan adalah suatu pemikiran atau konsep nyata yang sering dilaksanakan dalam penulisan. Meskipun banyak orang dalam perawatan menggunakan perencanaan secara informal, tanggung jawab dari perencanaan tidak dituliskan, kemung tidak dilaksanakan Perencanaan merupakan suatu proses sistematik dan memerlukan i pengetahuan yang mendasari teori manajemen. Perencanaan juga sebagai fu manajemen dari setiap perawat kepala dari perawat klinis professional sam perawat manajer, penyelia, direktur, dan administrator. Perencanaan membutuhkan suatu pengetahuan yang bersifat proses perencanaan dan hubung dalam suatu system, unsur perencanaan, standar perencanaan, pengetahuan d keterampilam dalam implementasi proses perencanaan, termasuk pemakaian standar pada situasi kerja, dam kemahiran dari keterampilan.. Menurut Fay mengatakan bahwa elemen pertama dari manajemen adalah perencanaan karena suatu rencana merupakan tindakan untuk memberikan pandangan ke depan. Rencana kegiatan ini harus merupakan kesatuan, berkelanjutan, fleksibel, buat dengan teliti. Perencanaaan yang efektif dan baik memerlukan jabatan dan memiliki tanda kompetensi. Perencanaan harus didasarkan pad tujuan, yang harus dibatasi dalam istilah pembuatan produk atau pelayanan yang diperlukan oleh komunitas.Penyederhanaan dan standar adalah dasar untuk suatu prosedur perencanaan.Produk atau pelayana menjadi pola yang baik. Perencanan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerja secara akurat dan efektif. Perencanaan juga memiliki fungsi administrativ menempatkan beberapa resiko terhadap pembuatan masalah. Suatu rencana yan baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai fleksibel, seimbang, dan menggunakan sumbersumber yang tersedia lebih du !alam keperawatan, perencanaan membatu untuk menjamin bahwa klien 1

Upload: vanda-love-djavaneis

Post on 08-Oct-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jhij

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangFungsi dasar dari suatu manajemen adalah perencanaan.Perencanaan adalah suatu tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi keperawatan. Perencanaan adalah suatu pemikiran atau konsep nyata yang sering dilaksanakan dalam penulisan. Meskipun banyak orang dalam perawatan menggunakan perencanaan secara informal, tanggung jawab dari perencanaan tidak dituliskan, kemungkinan tidak dilaksanakanPerencanaan merupakan suatu proses sistematik dan memerlukan ilmu pengetahuan yang mendasari teori manajemen. Perencanaan juga sebagai fungsi manajemen dari setiap perawat kepala dari perawat klinis professional samapai perawat manajer, penyelia, direktur, dan administrator. Perencanaan membutuhkan suatu pengetahuan yang bersifat proses perencanaan dan hubungan dalam suatu system, unsur perencanaan, standar perencanaan, pengetahuan dan keterampilam dalam implementasi proses perencanaan, termasuk pemakaian standar pada situasi kerja, dam kemahiran dari keterampilan.. Menurut Fayol juga mengatakan bahwa elemen pertama dari manajemen adalah perencanaan karena suatu rencana merupakan tindakan untuk memberikan pandangan ke depan. Rencana kegiatan ini harus merupakan kesatuan, berkelanjutan, fleksibel, dan di buat dengan teliti. Perencanaaan yang efektif dan baik memerlukan kontinuitas jabatan dan memiliki tanda kompetensi. Perencanaan harus didasarkan pada tujuan, yang harus dibatasi dalam istilah pembuatan produk atau memberikan pelayanan yang diperlukan oleh komunitas.Penyederhanaan dan standardisasi adalah dasar untuk suatu prosedur perencanaan.Produk atau pelayanan harus menjadi pola yang baik.Perencanan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan efektif. Perencanaan juga memiliki fungsi administrative yang menempatkan beberapa resiko terhadap pembuatan masalah. Suatu rencana yang baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dulu. Dalam keperawatan, perencanaan membatu untuk menjamin bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka ingini dan dibutuhkan serta pelayanan ini di berikan oleh pekerjaaan keperawatan dengan memuaskan.

1.2 Rumusan MasalahDalam makalah tentang Teori Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan, ada beberapa rumusan yang akan dibahas dalam makalah ini. Diantaranya, adalah:1. Jelaskan yang dimaksud dengan teori perencanaan dalam manajemen keperawatan?2. Jelaskan visi, misi, filosofi, tujuan sasaran perencanaan dalam manajemenkeperawatan?3. Jelaskan yang di maksud dengan analisa SWOT yang dapat di gunakan pada perencanaan suatu manajemen keperawatan?4. Sebutkan macammacam perencanaan dalam manajemen keperawatan ?5. Sebutkan langkahlangkah untuk membuat perencanaan dalam manajamen keperawatan?6. Jelaskan yang dimaksud dengan manajemen obyekif dalam manajemen keperawatan?7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perencanaan yang efektif dalam manajemen keperawatan?

1.3 TujuanSetelah mempelajari tentang makalah Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan, pembaca diharapkan dapat:1. Menjelaskan teori perencanaan dalam manajemen keperawatan.2. Menjelaskan visi, misi, filosofi, tujuan sasaran perencanaan dalam manajemen keperawatan.3. Membuat analisa SWOT yang dapat di gunakan pada perencanaan suatu manajemen keperawatan.4. Menjelaskan macam macam perencanaan dalam manajemen keperawatan.5. Menjelaskan langkah langkah untuk membuat perencanaan dalam manajamen keperawatan.6. Menjelaskan manajemen obyekif dalam manajemen keperawatan.7. Membuat perencanaan yang efektif dalam manajemen keperawatan

BAB IITINJAUAN TEORI

Konsep PerencanaanPerencanaan sebagai proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh pekerjaan organisasi sehingga tujuan organisasi tecapai. Dalam kerangka pikir keperawatan, perencanaan adalah tahap untuk merumuskan masalah keperawatan yang berkembang dalam pelayanan keperawatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Maksud dan Tujuan PerencanaanMenurut Muninjaya (2004), dengan adanya perencanaan yang baik dapat diketahui:1. Tujuan dan cara penyampaiannya.2. Struktur organisasi yang dibutuhkan.3. Jenis, jumlah dan kualitas staf yang dibutuhkan.4. Metode yang tepat untuk mencapai tujuan.5. Kemampuan pemimpin dalam menggeakkan organisasi.6. Benyuk dan standar, pengawasan serta hasil evaluasi.

Manfaat PerencanaanMenurut Muninjaya (2004), ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh oleh staf dan pimpinan jika oranisasi memiliki sebuah perencanaan. Mereka akan mengetahui :1. Tujuan yang ingin dicapai organisasi dan cara mencapainya.2. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan.3. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya.4. Sejauh mana efektifitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan.5. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.

Keuntungan dan Kelemahan PerencanaanMenurut Muninjaya (2004), dengan adanya perencanaan akan diperoleh keuntungan sebagai berikut :1. Perencanaan akan menyebabkan berbagai macam aktifitas organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat dilakukan secara teratur.2. Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.3. Perencanaan dapat dipakai untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dicapai karena dalam perencanaan ditetapkan berbagai standar.4. Perencanaan memberika suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama untuk fungsi pengawasan.Sebaliknya, pemimpin dan staf organisasi juga perlu memahami bahwa perencanaan juga memiliki kelemahak yaitu :1. Perencanaan mempunyai keterbatasan mengukur informasi dan fakta-fakta di masa yang akan dating dengan cepat.2. Perencanaan yang baik memerluka sejumlah dana.3. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis bagi pemimpin dan staf karena harus menunggu dan meliha hasil yang akan dicapai.4. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif. Gagasan baru untuk mengadakan perubahan harus ditunda sampai tahap perencanaan berikutnya.5. Perencanaan juga akan menghambat tindakan baru yang haru diambil oleh staf.

Prinsip PerencanaanMenurut Siagian (1983), perencanaan yang baik harus memilili prinsip-prinsip sebagai berikut :1. Mengetahui sifat atau ciri suatu rencana yang baik yaitu :a. Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena rencana merupakan suatu keputusan yag menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan.b. Dibuat oleh orang-orang yang mengerti organisasi.c. Dibuat oleh orang yang sungguh-sungguh mendalami teknik perencanaan.d. Adanya suatu perencanaan yang diteliti, yang berarti rencana harus di ikuti oleh program kegiatan terinci.e. Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan, artinya haru tergambar bagaimana rencan tersebut dilakukan.f. Bersifat sederhana, yaitu berarti disusun secara sistematis dan prioritasnya jelas terlihat.g. Bersifat luwes, yang berarti bisa diadakan penyesuaian bila ada perubahan.h. Terdapat tempat pengambilan risiko karena tidak ada seorangpu yang mengetahui apa yang megetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan dating.i. Bersifat praktis, yang berarti bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi organisasi.j. Merupakan prakiraan atau peramaian atas keadaan yang terjadi.2. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang harus dijawab dengan memuaskan menggunakan pendekatan 5W1Ha. What : kegiatan apa yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah disepakati.b. Where : dimana kegiatan akan dilakukan.c. When : kapan kegiatan tersebut dilakukan.d. Why : mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan.e. How : bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut kearah pencapaian tujuan.3. Memandang prose perencanaan sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan dengan menggunakan teknik ilmiah, artinya harus disusun dengan cara sistematis dan didasarkan pada langkah sebagai berikut :a. Mengetahui sifat hierarki dan masalh yang dihadapi.b. Mengetahui data yang akurat sebelum menyusun rencana.c. Menganalisis dan menginterpretasi data yang telah terkumpul.d. Menetapkan data alternatif pemecahan masalah.e. Melaksanakan rencana yang telah tersusun.f. Memilih cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah.g. Menilai hasil yang telah dicapai.

2.1 Teori PerencanaanPerencanaan dapat didefinisikan sebagai upaya memutuskan apa yang akan dilakukan, siapa yang melakukan, dan bagaimana, kapan dan dimana haltersebut dilakukan. Oleh karena itu, semua perencanaan menuntut indiviu untuk menentukan pilihan di antara beberapa alternative. Definisi tersebut menyiratkan bahwa perencanaa aala proses yang proaktif dan memiliki tujuan. (Marquis & Huston, 2010)Perencanaan dlam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu pada hakekatnya terdapat pada tiap jenis usaha manusia. (Amidjojo, 1993 dan Ali, 2010)Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yng berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan programyang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. (Muninjaya, 2004)Perencanaan adalah dinamis, proses yang berorientasi di masa depan itu adalah kompleks yang melibatkan seluruh rangkaian tindakan yang saling tekai dan keputusan (Sloma, 1984), meskipun didasarkan pada proses pemecahan maalah, perencanaan melibatkan sejumlah besar kegiatan manajerial yang biasanya tidak diperlukan untuk memecahkan satu masalah. (Tappen, 1995)Dari pengertian di atas dapa disimpulkan bahwa prencanaan adalah suatu proses yang dilakukan untuk merumuskan masalah dan sebagai upaya memutuskan apa yang akan dilakukan, siapa yang melakukan, dan bagaimana, kaan dan dimana hal tersebut dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.2 Visi, Misi, Filosofi, Tujuan, Sasaran2.2.1 VisiMenurut Wibisono (2006, p. 43), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Dengan kata lain, visi dapat dikatakan sebagai pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan.Jadi dapat disimpulkan bahwa visi adalah cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.Manfaat visi bagi suatu organisasi sangat penting, karena visi yang dianut oleh semua pihak yang terlibat dalam organisasi akan bermanfaat bagi organisasi dalam:1. Menciptakan minat yang sama2. Menurunkan aktivitas keseharian yang monoton3. Memberi peluang dan tantanganPernyataan visi perlu diekspresikan dengan baik agar mampu menjadi tema yang mempersatukan semua unit dalam organisasi, menjadi media komunikasi dan motivasi semua pihak, serta sebagai sumber kreativitas dan inovasi organisasi.

Adapun karakteristik visi yang efektif menurut John P. Kotter, Leading Change, 1996 adalah sebagai berikut :Tabel 2.2.1Karakteristik Visi yang EfektifNo. DimensiKriteria

1. GraphicMenggambarkan jenis perusahaan yang berusaha untuk diciptakan manajemen, dan posisi pasar yang hendak dicapai perusahaan

2.DirectionalBerpandangan kedepan : memberikan gambaran strategis dan manajemen, dan juga produk/pasar/pelanggan/perubahan teknologi yang akan menolong perusahaan di masa depan

3.FocusedSpesifik sehingga mampu memberikan panduan bagi para manajer dalam membuat keputusan dan menggunakan sumberdaya.

4.FlexibleTidak dibuat untuk berlaku pada segala waktu, tetapi dapat di sesuaikan seiring dengan perubahan pasar, teknologi, dan pelanggan di masa depan

5.FeasibleDapat dicapai oleh perusahaan pada waktunya dan mudah dilaksanakan

6.DesirableMemberikan tantangan untuk pencapaian jangka panjang perusahaan

7.Easy To CommunicateDapat dijelaskan dalam 5-10 menit dan idealnya dapat disederhanakan dalam kalimat singkat seperti visi Henry Ford yang terkenal sebuah mobil disetiap garasi.

Sumber : John P. Kotter, Leading Change (Boston : Harvard Business School Press. 1996 melalui Thompson (1995:22)Visi yang dimaksudkan didalam manajemen keperawatan yakni harus mempunyai suatu pandangan dan pengetahuan yang luas tentang menejemen dan proses perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang penduduk, sosial ekonomi, dan politik yang akan berdampak terhadap pelayanan kesehatan.

2.2.2 MisiHal selanjutnya untuk menghayati visi, diperlukan tatanan nilai dan kepercayaan perusahaan, yang menjadi pernyataan usaha dari perusahaan, pernyataan usaha ini disebut misi perusahaan (Iwan Purwanto, 2007:77).Istilah misi dan visi pada dasarnya bisa saling menggantikan /interchangeable(Thompson, 2003), tetapi istilah visi lebih disukai karena istilah misi cenderung lebih memperhatikan keadaan saat ini daripada isu yang lebih besar dalam jangka panjang. Misi adalah maksud unik yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis dan mengidentifikasikan lingkup operasinya dalam hal produk, pasar serta teknologi (Pearce/Robinson 2008:31). Menurut Coulter dan Robbins (2003: 55) Misi merupakan suatu pernyataan tentang apa yang dilakukan oleh berbagai unit organisasi dan apa yang mereka harapkan untuk mencapai visi organisasi.Perumusan misi merupakan realisasi yang akan menjadikan suatu organisasi mampu menghasilkan produk dan jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggannya (Prasetyo dan Benedicta, 2004:8)Pernyataan misi merupakan pesan yang dirancang untuk mencakup harapan dari seluruh pemangku kepentingan atas kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Para eksekutif serta dewan komisaris yang membuat pernyataan misi berusaha menyediakan maksud yang mempersatukan perusahaan. Maksud tersebut akan menjadi landasan bagi penetapan serta pengambilan tujuan pengambilan keputusan strategis (Pearce/Robinson,2008:32).Karakteristik sebuah misi seharusnya merefleksikan:1. Deklarasi sikap.Misi merupakan deklarasi sikap dan pandangan yang luas ruang lingkupnya. meliputi:a. Pernyataan misi yang baik memungkinkan untuk perumusan dan pemikiran alternatif, tujuan dan strategi yang layak tanpa mengurangi kreatifitas manajemen. Misi yang terlalu spesifik membatasi potensi pertumbuhan organisasi. Dan sebaliknya jika terlampau umum maka menjadikan alternatif strategi menjadi disfungsional.b. Pernyataan misi harus cukup luas untuk menyatukan perbedaan secara efektif dan memiliki daya tarik bagi para stakeholders yang beragam. Stakeholders mempengaruhi dan dipengaruhi oleh strategi organisasi. Tetapi tuntutan dan pemikiran yang berbeda-beda membuat seringkali bertentangan.c. Misi yang efektif harus menciptakan rasa dan emosi yang positif tentang organisasi.d. Memberi inspirasi dan memotivasi untuk melakukan tindakan.e. Menghasilkan kesan bahwa organisasi sukses, memiliki arah, dan layak untuk menerima segenap waktu, dukungan, dan investasi dari semua stakeholders.f. Misi juga harus dinamis dalam orientasi2. Orientasi pelanggan. Pernyataan misi yang baik menjelaskan tujuan dasar, pelanggan, produk, pasar, filosofi, dan dasar teknologi. Misi yang baik seharusnya: a. Merefleksikan antisipasi pelanggan. Dengan senantiasa mengidentifikasi needs dan wants kemudian menyediakan produk untuk memenuhi kebutuhan.b. Mengidentifikasi kegunaan produk bagi pelanggan. Maka misi tidak berfokus pada produk. Tetapi fungsi atau kegunaan atau kebutuhan.3. Deklarasi kebijakan sosial (social responsibility) merupakan penempatan tertinggi filosofi dan pemikiran pendiri organisasi dan manajerial. Isu-isu sosial menuntut strategist tidak hanya berkewajiban terhadap stakeholders, tetapi juga tak kalah pentingnya bagi customer, environmentalist, kelompok minoritas, publik, dan kelompok lainnya. Kebijakan sosial secara langsung mempengaruhi pelanggan, produk, pasar, teknologi, profitabilitas, konsep diri, dan public image. Kebijakan sosial harus diintegrasikan dalam seluruh aktifitas manajemen strategis, termasuk penyusunan misi.

2.2.3 FilosofiFilosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk berfikir dan bertindak (Chity.1997). Filosofi keperawatan di bangun di atas kepercayaan tentang manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan sebagaimana terdapat dalam paradigma keperawatan. Dari filosofi tersebut, maka dalam manajemen keperawatan juga menekankan terhadap pasien, ketenagaan, peralatan, administrasi dan yang berhubungan dengan pengelolaan organisasi keperawatan.Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai kemanusian seperti klien atau pasien dan sebagai pekerja, tentang pekerjaan yang akan dikerjakan oleh pekerja perawat untuk klien atau pasien, tentang perawatan mandiri, tentang keperawatan sebagai profesi, tentang pendidikan untuk mendapatkan kompetensi pekerja keperawatan, dan tentang lingkungan atau komunitas dan kekuatan pelayanan keperawatan yang diberikan. Karakter dan kekuatan pelayanan disusun dengan perencanaan yang meliputi pernyataan tujuan dan filosofi, satu dari yang lain, untuk divisi organisasi, departemen atau pelayanan, dan ruangan atau unit.Hodgetts mengindikasi bahwa semua manajer di beberapa organisasi mempunyai seperangkat nilai-nilai, masing-masing generasi berbeda dari pendahulunya. Manajer perawat akan dilibatkan dan akan merefleksikan nilai-nilai pada pernyataan filosofi yang dibuat. Filosofi dari suatu organisasi sering implicit dan tidak ditulis. Sebagaimana pernyataan visi, pernyataan misi, pernyataan filosofi berkembang dari tingkatan manajemen dan praktik yang lebih tinggi.Total Quality Management (TQM) menurut W. Edwards Deming (2002) adalah suatu dasar filosofi manajemen, karakteristik filosofi tersebut meliputi :a. Institusi diberikan keleluasaan kewenangan dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai dan staf mempunyai otonomi dalam pengambilan keputusn tentang tugas yang diembanb. Institusi diajarkan untuk membuat keputusan dalam meningkatkan kualitas kerja dan produktivitas kerja.c. Penekanan TQM adalah memonitor kualitas dimana secara terus-menerus mengumpulkan data dengan pendekatan ilmiah ke arah peningkatan kualitas.d. Rencana strategis untuk masa depan dapat melalui pembentukan suatu komitmen tentang kualitas dan produktivitas.e. TQM terus berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat (pasar): baik secara kwalitas dan produktifitas untuk mencapai suatu kesepakatan dengan pihak kostumer (internal dan eksternal).Filosofi perencanaan sebagai perencanaan strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan yang realitas dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.

2.2.4 Tujuan SasaranTujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi. Tujuan adalah yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu, satu tahun sampai lima tahun yang akan datang. Sedangkan sasaraan adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek daripada tujuan. Pengertian sasaran kadaang disamakan dengan tujuan. Kadang, sasaran dan tujuan dalam pengertian sering disandingkan untuk memberikan perbandingaan antara keduanya agar mudah dimengerti dan dipahami. Tujuan berarti hal ingin yyang dituju. Tujuan dari ndustri modern sekarang berbagai kata sifat atau peneyemangat. Karena tujuan lebih abstrak dibandingkan dengan sasaran. Pendefinisian pada tujaun juga bersifat normatif dan periode waktunya lebih umumsehingga tingkat keterukuran dari tujuan lebih tidak terukur dan kelompok targetnya menjadi tidak spesifik. Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi. Sasaran seringkali disebut dengan tujuan.sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan. Sasaran dibagi menjadi dua kelompok : 1. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi oleh masyarakat luas. Seringkali stated goals bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memnuhi tujuan. 2. Sasaran riil adalah sasaran yang benar benar di inginkan oleh organisasi. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari tindakan tindakan organisasi beserta anggotanya.

Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan empat tujuan perencanaan :1) Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien.2) Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.3) Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.4) Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan

2.3 Analisis SWOTAnalisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut konstribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang ajaib masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi keperawatan.Analisa SWOT terbagi atas empat komponen dasar, yaitu:1. Strength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.2. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.3. Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar keperawatan dan memberikan peluang berkembang bagi layanan keperawatan di masa depan.4. Threat (T) adalah situasi yang merupakan ancaman bagi keperawatan yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi layanan keperawatn dimasa depan.

Tujuan dari analisis SWOT adalah untuk membangun kekuatan dan meminimalkan kelemahan. Anda harus cepat mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan mencoba untuk mengurangi ancaman dari luar.Sebuah analisis SWOT membutuhkan banyak waktu. Meskipun anda dapat melakukan sendiri, sering lebih baik untuk membawa konsultan dari luar yang memiliki prespektif yang lebih obyektif.Terdapat dua model analisis SWOT yang umum digunakan dalam melakukan analisis situasi anatara lain, yaitu :1. Model KuantitatifSuatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan, selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan satu Threath (T)

KomponenSubkomponenKomponenSubkomponen

SPerawat diruangan saat ini memiliki jumlah anggota yang sangat besar.WJumlah anggota yang besar menurunkan tingkat efektivitas koordinasi dan komunikasi antar-anggota.

Tabel 2.2.4a, Pasangan Kekuatan dan Kelemahan dalam Analisis Sesuatu

KomponenSubkomponenKomponenSubkomponen

OTersedianya pendidikan keperawatan membuat makin banyak perawat yang bersekolah hingga perguruan tinggi.TLulusan perawat yang dihasilkan tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan oleh seorang perawat.

Tabel 2.2.4b, Pasangan Kesempatan dan Ancaman dalam Analisis Sesuatu

2. Model KualitatifUrut-urutan dalam membuat analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut-urutan model kuantitatif. Perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila pada model kuantitatif, setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu komponen T. Akan tetapi, dalam model kualitatif hal tersebut tidak terjadi. Selain itu, subkomponen pada masing komponen ( S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lainKomponenSubkomponenKomponenSubkomponen

S1. Organisasi memiliki anggota yang banyak.2. Organisasi memiliki cadangan dana yang besar.3. Organisasi memiliki perauran yang lengkap.4. Organisasi memiliki secretariat yang representative.W1. Budaya organisasi adalah budaya tradisional yang menghambat tercapainya kondisi kerja yang efesien.2. Keinginan anggota untuk belajar dari kesalahan sangat rendah.

Tabel 2.2.4c, Contoh Analisis SWOT Model KualitatifSebagai alat analisis, analisis SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan peta. Ketika berhasil membuat peta, langkah yang sudah dilakukan tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat mengambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan telah ditetapkan. Tujuan dapat ditetapkan dengan membangun visi-misi atau program dalam layanan keperawatan yang akan dibahas

Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :1. Pengisisan Item Internal Factors (IFAS) dan Item External factors (EFAS). Cara pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan data pada bagian lain didalam buku ini). Data tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu: IFAS yang meliputi aspek kelemahan(weakness), dan kekuatan (strength) dan EFAS yang meliputi aspek peluang (opportunity dan ancaman (threat). 2. Bobot. Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 tidak penting. Berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan.3. Peringkat (rating). Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan pengaruh faktor tersebut .data peringkat didapatkan berdasarkan hasil pengukuran baik secara observasi, wawancara, pengukuran langsung. Faktor kekuatan peluang menggambarkan nilai kinerja positif, sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai kinerja yang negatif. Kemudian, bobot dikali dengan peringkat untik mendapatkan nilai masing-masing faktor.4. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, maka untuk mendapatkan nilai IFAS adalah kekuatan dikurangi kelemahan(S-W) dan EFAS adalah peluang dikurangi ancaman(O-T). Hasil dari nilai IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan didalam diagram layang(Kit Kuadran) untuk mengetahui masalahdan strategi perencanaan berdasarkan letak kuadran.a. Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/turn arround dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk mendapatkan kesempatan (peluang).b. Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan untuk mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk mendapatkan peluang yang lebih dalam menghadapi persaingan.c. Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi dengan tujuan merubah kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi faktor ancaman dari luar.d. Pada kudran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dengan tujuan mempertaahankan ekstensi supaya institusi/perusahaan tetap ada dan dapat menjalankan fungsinya secara minimal.

63

NoANALISIS SWOTBOBOTRATINGBOBOT X RATING

1.Sumber Daya Manusia (Man )

a. Internal faktor ( IFAS )Strength.1. Adanya sistem pengembangan staf berupa pelatihan dan sebanyak 96% perawat telah mengikuti pelatihan ( misalnya PKRS, LSH, Manajement, Audit,Cl).2. Jenis keterangan :a) S-1 Kep : 4 orangb) D-3 Kep : 19 orangc) Pekarya Kesehatan : 7 orangd) PRT : 3 orange) TU : 2orang3. Masa Kerja > 15 tahun sebanyak 4 orang, 5 - 1 5 tahun sebanyak 7 orang sedangkan < 5 tahun sebanyak 12 orang4. Adanya pelatihan perawat TOTAL

0,3

0,3

0,2

0,2

1

3

3

4

4

0,9

0,9

0,8

0,8

3,4

S W3,4 3,5=-0,1

Weakness.1. Beban kerja perawat diruangan cukup tinggi 2. Sebagian perawat belum mengikuti pelatihan MAKP.3. Kurangnya kesejahteraan perawat

TOTAL

b. Eksternal faktor ( EFAS).Opportunity1. Adanya program pelatihan / seminar khusus tentang manajemen keperawatan dari diklat2. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi3. Adanya kerja sama yang baik antar mahasiswa fakultas keperawatan dengan perawat klinik4. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat5. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah di mana MAKP merupakan salah satu penilaian.TOTAL

Treathned .1. Ada tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesional2. Makin tingginya kesadaran masyrakat tentang hukum.3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 4. Persaingan antar RS yang semakin kuat5. Terbatasnya kuota tenaga keperawatan yang melanjutkan pendidikan tiap tahun.TOTAL

0,50,3

0,2

1

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

143

3

3

2

3

2

320,9

0,6

3,5

0,6

0,4

0,6

0,4

0,6

2,6

2Sarana dan prasarana (M2).a. Internal faktor (IFAS)Strength.1. Mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk pasien,tenaga kesehatan,dan keluarga pasien termasuk sarana prasarana universal precaution untuk perawat 2. RS pemerintah tipe A sekaligus sebagai RS pendidikan dan rujukan3. Terdapat adminitrasi penunjang(misal :bukuinjeksi, buku TT, buku visite, SOP,dll) yang memadai4. Tersedianya nurse station5. Pemeliharaan dan perawatan dari sarana dan prasarana penunjang kesehatan sudah ada.TOTAL

Weakness.1. Sarana adminitrasi penunjang untuk dokumentasi belum dimanfaatkan 2. Kurangnya kamar mandi yang memadai.

b. Eksternal faktor(EFAS).Opportunity.1. Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak dari bagian pengadaan barang (AC, syringe pump).2. Adanya program pelatihan / seminar khusus tentang pengoprasian alat.

Treathened .1. Kesenjangan antara jumlah pasien dengan peralatan yang ada.2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.3. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan prasarana.TOTAL

3Methode (M3)1. MAKP a. Internal Faktor (IFAS)Strength. 1. RS memiliki visi, misi dan motto sebagai acuan melaksanakan kegiatan pelayanan.2. Sudah ada model MPKP yang digunakan yaitu MPKP primer.3. Supervisi sudah dilakukan kepala ruangan.4. Ada kemauan perawat untuk berubah.5. Mempunyai standar asuhan keperawatan.6. Mempunyai protap setiap tindakan7. Terlaksananya komunikasi yang adekuat perawat dan tim kesehatan lain.8. Ketenagaan keperawatan sudah memenuhi syarat untuk PMKP(S-I Keperawatan 4 orang)

TOTAL

Weakness.1. Pelaksanaan model MPKP sudah dilaksanakan tetapi sosialisasi kepada semua tim masih kurang 2. Ada perawat yang tidak puas dengan penerapan MAKP.TOTAL

b. ksternal faktor(EFAS)Opportunity.1. Adanya mahasiswa S I keperawatan praktik manjemen keperawatan2. Ada kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat.3. Adanya kebijakan RS tentang pelaksanaan MAKP.TOTALTreathened.1. Persaingan dengan rumah sakit swasta yang semakin ketat.2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih profesional.3. Makin tinggi kesadaran masyarakat terhadap hukum.4. Makin tinggi kesadaran masyarakat akanpentingnya kesehatan.5. Persaingan dengan masuknya perawat asing.6. Bebasnya pers yang dapat langsung menyebarkan informasi dengan cepat.

TOTAL

4Sentralisasi obaat.a. Internal faktor (IFAS)Strength1. Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan sentralisasi obat.2. Kepala ruangan mendukung.3. Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh perawat berkelaborasi dengan depo farmasi.4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi obat.5. Adanya buku injeksi dan obat oral bekerja sama dengan depo farmasi.6. Ada lembar pendokumentasian obat yang diterima disetiap status pasien.

TOTAL

Weakness.1. Pelaksanaan sentralisasi obat dipandan wangi menggunakan sistem unit dose dispending (UDD) namun pada praktiknya masih menggunakan one day dose (ODD)

TOTAL

Eksternal faktor (EFAS)Oppotunity.1. Adanya mahasiswa S- I Keperawatan yang praktik manajemen keperawatan.2. Kerja sama yang baik antara perawat dan mahasiswa S-I keperawatan.Threatened.1. Adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang profeional.2. Makin tinggi kesadaran masyrakat akan hukum.

5Supervisi.Internal Faktor (IFAS).Strength.1. Supervisi telah dilaksanakn secara rutin2. Telah ada program pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi.3. Kepala ruangan mendukung dan melakanakan supervisi.

TOTAL

Weakness.1. Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi.2. Supervisi belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaian yang tepat.3. Belum adanya dokumentasi supervisi yang jelasTOTALb. Eksternal Faktor (EFAS)Opportunity1. Adanya mahasiswa S-1 yang peraktek majemin keperawatan.2. Adanya reward dalam bentuk pelatihan, sekolah, maupun jasa bagi yang melaksanakan pekerjaan dengan baik.3. Adanya teguran dari kepala ruangan bagi perawat yang tidak melaksanakan tugas dengan baik.4. Hasil supervisa dapat dilakukan sebagai pedoman untuk Daftar penilaian prestasi pegawai (DP3).TOTAL

Threatened1. Tuntutan pasien sebagai konsumin untuk mendapatkan pelayanan yang profesional.TOTAL

0,150,35

0,5

1

0,35

0,3

0,4

1

0,20

0,30

0,15

0,35

1

1

1

23

4

4

3

4

3

3

3

4

3

0,31,05

2,0

3,35

1,4

0,9

1,6

3,9

0,6

0,90

0,45

1,4

3,35

3

3

S-W3,35-3,9=-0,55

O-T3,35 3=0,35

6Timbang Terima a. Internal Faktor (IFAS)Strength.1. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima setiap pagi.2. Adanya laporan jaga setiap sif.3. Timbang terima sudah merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan.4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan timbang terima.5. Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang terima. TOTAL

Weakness.1. Belum ada protap timbang terima setiap pagi2. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP melaporkan identitas pasien, keluhan utama DS, DO, MK, dan intervensi) tetapi intervensi masih bersifat umum tidak berdasarkan MK dan evaluasi tidak lengkap.3. Format timbang terima sudah mencangkup nama dan paraf perawat pada kedua sif.4. Pelaksanaan timbang terima masih belum optimal, khususnya dari sif sore ke malam.TOTAL

b. Eksternal faktor (EFAS).Opportunity1. Adnya mahasiswa S-1 yang peraktek menejemin keperawatan.2. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa S-1 keperawatan yang praktik dengan perawat ruangan.3. Kebijakan RS (bidang keperawatan) tentang timbang terima.TOTAL

Treathened1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yangprofesional.2. Meningkatkanya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat perawaat sebagai pemberi asuhan keperawaatan.TOTAL

0,2

0,20,1

0,25

0,25

1

0,30,15

0,25

0,3

1

0,4

0,4

0,2

1

0,4

0,6

1

3

34

3

3

33

3

3

4

3

3

3

2

0,6

0,60,4

0,75

0,75

3,1

0,90,45

0,75

0,9

1

1,6

1,2

0,6

1,2

1,2

2,4

S-W3,1-3 = 0,1

O-T3,4-2,4 = 1

7Discharge Planinga. Internal Faktor (IFAS).Strenght1. Tersedianya sarana dan prasarana discharge planing di ruangan untuk pasien pulang (format atau kartu DP).2. Adanya kartu kontrol berobat.3. Perawan memberikan pendidikan secara informal kepada pasien/keluarga selama dirawat atau pulang.TOTAL

0,4

0,30,3

1

3

32

1,2

0,90,6

2,7

Weakness.1. Keterbatasan waktu dan tenaga perawat.2. Kurangnya kemauan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada pasien/keluarga.3. Tidak tersedianya leaflet pasien pulang.4. Pendidikan kesehatan belum terdokumentasi. TOTALOpportunity1. Adanya mahasiswa S-1 keperawatan yang melakukan praktik manejemen keperawatan.2. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa S-1 keperawatan dengan perawat klinik.TOTAL

Threatened1. Adanya tuntunan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang professional.2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan3. Persaingan antar RS yang semakin ketat.TOTAL0,40,2

0,30.11

0,5

0,5

1

0,5

0,20,3

123

41

3

4

3

34

0,80,6

1,20,12,7

1,5

2,0

3,5

1,5

0,61,2

3,3

S-W2,7 2,7 = 0

O-T3,5 3,5 =0,2

8. Ronde Keperawatan.a. Internal Faktor (IFAS).Strength.1. Bidang perawatan dan ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan.2. Banyaknya kasus yang memerlukan perhatian khusus.3. SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang keperawatan bedah medis.4. Sertifikasi perawat sesuai keahliannya.TOTAL

0,3

0,3

0,2

0,21

2

3

2

1

0,6

0,9

0,4

0,22,1

Weakness.1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dilalaksanakan secara teratur di ruang pandan Wangi.2. Karateristik tenaga yang memenuhi kualifikasi belum merata.3. Jumlah tenaga yang tidak seimbang dengan jumlah tingkat ketergantungan pasien. TOTALb. Eksternal Faktor (EFAS)Opportunity1. Adanya pelatihan dan seminar tentang manajemen keperawatan.2. Adanya kesempatan dari kepala ruangan untuk mengadakan ronde keperawatan pada perawat dan mahasiswa praktik.TOTAL

Threatened.1. Adanya tuntunan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang professional.2. Persaingan antar-ruang bedah semakin kuat dalam pemberian pelayanan.TOTAL0,4

0,3

0,3

1

0,6

0,4

1

0,4

0,6

14

3

3

4

4

3

21,6

0,9

0,9

3,4

2,4

1,6

4

1,2

1,2

2,4

S-W2,10 3,4 = -1,30

O-T4 2,4 = 1,6

9. Dokumentasi Keperawatan.a. Internal Faktor (IFAS)Strength1. Tersedianya sarana dan prasarana documental untuk tenaga kesehatan (sarana administrasi penunjang)2. Sudah ada system pendokumenan SOR.3. Format asuhan keperawatan sudah ada.4. Adanya kesdaran perawat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat.TOTAL

Weakness.1. Dari observasi status pasien, pengisian dokumentasi tidak lengkap: waktu, nama, dan jam belum dicantumkan, respons pasien pasca tindakan kurang terpantau.2. SAK dan SOP belum maksimal digunakan.3. Pengawasan terhadap sistematika pendokumentasian belum dilaksanakan secara optimal.TOTAL

0,3

0,20,20,3

1

0,3

0,30,2

1

4

333

2

33

1,2

0,60,60,9

3,3

0,6

0,90,6

2,1

S-W3,3 2,1 = 1,2

b. Eksternal Faktor (EFAS)Opportunity.1. Adanya program pelatihan.2. Peluang perawat untuk meningkatkan pendidikan (pengalaman SDM)3. Mahasiswa S-1 keperawatan praktik manajemen untuk mengembangkan system dokumentasi PIE.4. Kerja sama yang baik antara perawat dan mahasiswa.5. System MPKP yang diterapkan mahasiswa S-1 keperawatan.TOTAL Threatened1. Tingkat kesadaran masyarakat (pasien dan keluarga) akan tanggung jawab dan tanggung gugat.2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan.TOTAL

0,20,25

0,2

0,2

0,15

1

0,5

0,5

1

32

3

3

2

3

3

0,60,5

0,6

0,6

0,3

2,6

1,5

1,5

3

O T2,6 3,0 =-0,4

10. Dokumentasi Keperawatan.a. Internal Faktor (IFAS) Strength1. Ada pendapatan tambahan yaitu dari usaha koperasi ruangan.2. Ada pendapatan dari jasa medic, untuk pasien dengan biaya ASTEK, ASKES, JAMSOSTEK yang dapat diklaim setelah perawatan.3. Ada pendapatan dari jasa pelayanan rumah sakit berupa remunerasi.4. Ada pendapatan dari jasa pelayanan IRNA Medis.5. Tiap perawat memperoleh pendapatan dari rumah sakit berupa LP (lauk pauk).TOTALWeakness.1. Jasa insentif untuk pelayan dan jasa medic yang diberikan sama untuk semua perawat.2. System administrasi belum terpusat. TOTALb. Eksternal Faktor (EFAS)Opportunity.1. Pengeluaran sebagai besar dibiyayai institusi.2. Ada kesempatan untuk menggunakan instrumen medis dengan re-use sehingga penghemat pengeluaran.3. Ada kesempatan untuk menambah penghasilan ruangan dari usaha koperasi. Total

0,2

0,2

0,1

0,25

0,25

1

0.25

0,75

1

0,20,4

0,41

2

3

2

2

2

2

2

2

4

4

0,4

0,6

0,2

0,5

0,5

2

0,5

1,5

2

0,4

1,6

1,63,6

S W =2,2 2 = 0,2

O T =3,6 -2 = 1,6

O T =3,6 2 = 1,6

Threatened1. Adanya tuntunan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih professional sehingga membutuhkan pedanaan yang lebih besar untuk mendanai sarana dan prasarana.TOTAL 1

1

22

2

11. MS (Mutu)a. Internal Faktor (IFAS).Strength.1. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit.2. Rata rata BOR cukup baik.3. Adanya variasi karateristik dari pasien (JPS, umum, ASKES , ASTEK)4. Sebagai tempat praktek mahasiswa keperawatan D-3 maupun S-1.TOTAL Weakness.LOS yang memanjang karena keperawatan yang lama.TOTALb. Eksternal Faktor (EFAS).Opportunity.1. Mahasiswa S-1 keperawatan praktik manajemen.2. Kerja sama yang baik antara perawatan dan mahasiswa.TOTALThreatened1. Adanya peningkatan standar masyarakat yang harus dipenuhi.2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan. TOTAL

0,3

0,250,25

0,2

1

11

0,5

0,5

1

0,75

0,25

1

4

22

2

3

3

4

3

3

1,2

0,50,5

0,4

2,6

33

1,5

2

3,5

2,25

0,75

3

S W2,6 3 = 0,4

O T3,5 3 = 0,5

2.4 Macam-macam Perencanaan dalam Manajemen KeperawatanPerencanaan adalah suatu proses pengembangan dan pengkoordinasian secara menyeluruh dari apa yang sudah ada sekarang untuk menjadi lebih baik agar dapat mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.Proses perencanaan untuk menghasilkan suatu rencana atau rencana-rencana dapat dilihat dari beberapa sisi penting, yaitu dari sisi jangka waktu ,manfaat, rencana serta dari sisi fungsinya. Ada beberapa tipe dari perencanaaan, diantaranya:Perencanaan adalah suatu proses pengembangan dan pengkoordinasian secara menyeluruh dari apa yang sudah ada sekarang untuk menjadi lebih baik agar dapat mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.Proses perencanaan untuk menghasilkan suatu rencana atau rencana-rencana dapat dilihat dari beberapa sisi penting, yaitu dari sisi jangka waktu ,manfaat, rencana serta dari sisi fungsinya. Ada beberapa tipe dari perencanaaan, diantaranya:1. Berdasarkan sisi Tingkatan Manajemena) Perencanaan StrategiMerupakan bagian dari manajemen strategik.Manajemen strategik merupakan seni dan ilmu dalam pembuatan (formulating), penerapan(implementing) dan evaluasi keputusan-keputusan strategis antarfungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan dimasa datang.Jadi, perencanaan strategis lebih berfokus pada bagaimana manajemen puncak menentukan visi, misi, falsafah dan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam jangka panjang.Tujuan perencanaan strategi ialah mendapatkan keuntungan kompetitiff (competitive advantage). Tahap perencanaan strategi:1) Identifikasi tujuan dan sasaran2) Penilaian kinerja berdasar tujuan dan sasaran yang ditetapkan3) Penentuan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran4) Implementasi perencanaan strategi5) Evaluasi hasil dan perbaikan proses perencanaan strategib) Perencanaan OperasionalMerupakan bagian dari strategi operasional yang lebih mengarah pada bidang fungsional perusahaan dalam rangka memperjelas makna strategi utama dengan dengan indentifikasi rincian yang spesifik dan berjangka pendek-diimplementasikan dalam bentuk kegiatan usaha sehari-hari.Strategi ini menjadi penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas sehingga konsisten bukan hanya dengan stategi utama yang telah ditentukan, tetapi juga strategi dibidang fungsional lainnya.Rencana yang memerinci detail cara mencapai sasaran menyeluruh. Perencanaan operasional yang khas :1) Perencanaan produksi (Production Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan metode dan teknologi yang dibutuhkan dalam pekerjaan2) Perencanaan keuangan (Financial Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan dana yang dibutuhkan untuk aktivitas operasional3) Fasilitas (Facilites Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan fasilitas & layaout pekerjaan yang dibutuhkan untuk mendukung tugas.4) Perencanaan pemasaran (Marketing Plans) : Berhubungan dengan keperluan penjualan dan distribusi barang /jasa.5) Perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Plans): berhubungan dengan rekruitmen, penyeleksian dan penempatan orang-orang dalam berbagai pekerjaan.Rencana strategi cenderung mencakup kerangka waktu yang lebih panjang, sedangkan rencana biasanya hanya kisaran bulanan, mingguan, dan harian. Rencana strategi juga mencakup perumusan sasaran, sedangkan rencana oerasional mendefinisikan berbagai cara untuk mencapai sasaran.2. Berdasarkan kerangka waktua. Jangka PanjangJangka waktu 5 tahun atau lebih.Rencana ini akan menjangkau waktu sekitar 20-30 tahun ke depan. Perencanaannya masih berbentuk garis-garis besar yang bersifat sangat strategis dan umum.Perencanaan ini tidak dapat langsung dipakai sebagai pedoman kerja.Oleh karena itu perlu dijabarkan dalam bentuk perencanaan jangka menengah.Negara kita menerapkan waktu 25 tahun untuk setiap tahap perencanaan jangka panjangnya.b. Jangka MenengahPerencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun (Marquis & Huston, 1998) Perencanaan jangka panjang akan dipecah-pecah menjadi beberapa kali pelaksanaan perencanaan jangkah menengah, sehingga setiap tahap hendaknya disesuaikan dengan prioritas. Sifat perencanaan ini lebih konkret dan sasaran yang harus dicapai sudahjelas. Negara kita menggunakan waktu 5 tahunan untuk setiap perencanaan jangka menengah yang disebut Pembangunan Lima Tahun.c. Jangka PendekBiasanya akan menjangkau waktu sekitar 3-5 tahun ke depan. Perencanaan jangka panjang akan dipecah-pecah menjadi beberapa kali pelaksanaan perencanaan jangkah menengah, sehingga setiap tahap hendaknya disesuaikan dengan prioritas. Sifat perencanaan ini lebih konkret dan sasaran yang harus dicapai sudahjelas. Negara kita menggunakan waktu 5 tahunan untuk setiap perencanaan jangka menengah yang disebut Pembangunan Lima Tahun.3. Berdasarkan kekhususana. Pengarah; rencana yang fleksibel dan yang menjadi pedoman umumb. Pemerinci; rencana yang mendefinisikan dengan jelas dan tidak memberi ruang untuk penafsiran4. Berdasarkan frekuensia. Sekali Pakai; rencana yang digunakan satu kali saja yang secara khusus dirancang untukmemenuhi kebutuhan situasi yang unik. Merupakan alat manajemen yang ampuh untuk mengalokasikan berbagai macam sumber yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang beranekaragam.b. Terus Menerus; rencana yang berkesinambungan yang menjadi pedoman bagi kegiatan-kegiatan ang dilakukan secara berulang-ulang.Dalam ruang perawatan biasanya digunakan adalah perencanaan jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan, dan rencana tahunan.1) Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer dan perawat pelaksana.2) Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.3) Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali, yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang.Hal terpenting dalam perencanaan keperawatan adalah perencanaan Sumber Daya Manusia. Tujuan perencanaan SDM Keperawatan adalah :1. Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan. Contoh perencanaan kebutuhan perawat berdasarkan tingkat pendidikan (D III, Ners, Ners Spesialist)2. Peminatan SDM keperawatan sesuai minat, spesialisasi, dan kualifikasi pendidikan yang tepat.3. Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun masa mendatang.4. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.5. Mempermudah koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.

2.5 Langkah-Langkah Membuat PerencanaanProses perencanaan terdiri dari 5 tahap :1. Penetapan Tujuan OrganisasiPenetapan tujuan awal organisasi merupakan bagian awal dari proses penyusunan perencanaan. Tujuan organisasi ibarat kompas ayang dijadikan arah abgi keputusan dan aktivitas organisasi. Perumusan tujuan harus dibuat sejelas mungkin dan sedapat mungkin bersifat kuantitatif. Sedangkan perumusan tujuan yang bersifat kualitatif memiliki kecenderungan dalam salah tafsir dari berbagai pihak atau dapat menimbulkan salah persepsi sehingga memberi kesan adanya pelonggaran di dalam pencapaian tujuan organisasi. Tanpa perumusan tujuan organisasi yang tegas dan jelas maka organisasi akan menghamburkan sumber daya secara berlebihan. Mengenal priorotas akan kekhasan tujuan organisasi akan membuat manajemen dapat menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien. Perumusan organisasi snagat penting baik bagi perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Perumusan tujuan organisasi merupakan prioritas pertama atau kedua, dikarenakan penetapan tujuan organisai merupakan langkah pertama yang sangat esensial didalam perencanaan, maka pemimpin/manajer harus dapat membuat perencanaan yang efektif dan efisien. Kegagalan atau tidak merumuskan tujaun organisasi disebabkan :a. Keengganan menetapkan alternatif tujuan. Seringkali pemimpin/manajer dihdapkan kepada berbagai keukaran mengakui kenyataan bahwa tidak semua hal dapat dicapainya, akibatnya pemimpin/manajer enggan membuat komitmen organisasi kepada satu tujuan jika tidak tercapai maka pemimpin/manajer dihadapkan kepada penilaian tidak berhasilb. Takut gagal. Pemimpin/manajer yang menetapkan satu tujuan umumnya takut tidak mencapainya (gagal) dan oleh karena itu pemimpin/manajer sering merumuskan banyak tujuan yang akan dicapai. Meskipun ada menajer bertipe berani menghadapi resiko akan tetapi umumnya resiko sering kali dihindari sedapat mungkinc. Kekurangan pengetahuan tentang organisasi. Pemimpin/manajer akan menetapkan tujuan organisasi yang tepat, jika pemimpin/manajer tidak mempunyai pengetahuan yang luas tentang organisasi dan unit-unitnya. Setiap bagian (unit) mempunyai keterkaitan yang luas dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Pemimpin/manajer harus mengetahui berbagai karakteristik unit dan organisasi secara keseluruhan agar dengan mudah dapat mengarahkan dan mengelola sarana dan prasarana secara efktif dan efisiend. Kekurangan pengetahuan akan lingkungan. Pemimpin/manajer disamping mengetahui lingkungan internal organisasi juga harus emngenal lingkungan eksternal organisasi. Tanpa mengenal lingkungan eksternal organisasi, maka manajemen organisasi akan berjalan secara acak (tak terarah) dan akan mudah terhempas oelh lingkungan eksternal yang mengitarinya. Lingkungan eksternal di dunia organisasi meliputi pesaing, pemasok, sponsor, target sasaran, lembaga pemerintah, masyarakat luas dan lain sebagainya.e. Kurang percaya diri. Untuk mempunyai kemantapan terhadap tujuan organisasi, maka pemimpin/manajer dan orang-orangnya harus mempunyai kepercayaan diri yang kuat(self confidence)bahwa ia mampu mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Jika manajer mempunyai kepercayaan diri yang lemah maka akan senantiasa ragu di dalam melaksanakan tugasnya.Banyak cara yang harus dilakukan oleh manajemen di dalam menghadapi berbagai perlawanan yang dilakukan oleh pihak lain atau bawahan yaitu :a) Perlu melibatkan pegawai dan kelompok terkait lainnya termasuk berbagai pihak yang berkepentingan di dalam proses perencanaanb) Menyediakan informasi yang memadai bagi pegawai mengenai rencana dan berbagai konsekuensi yang mungkin terjadai agar supaya mereka mau mengerti tentang kebutuhan akan adanya perubahan manfaat yang diharapkan dan apa yang diperlukan bagi implementasi yang efektif dan efisien.c) Mengembangkan perencaan yang efektif dan efisien serta implementasi yang efektif dan efisien pula. Catatan penelusuran keberhasilan kepercayaan diri bagi penyusun rencana dan pengakuan rencana baru.d) Sadar akan dampak perubahan organisasi yang diusulkan dan memperkecil gangguan yang tidak dikehendaki. Jika pengenalan proses manufaktur baru mengarah kepada pemberhentian (pemutusan hubungan kerja) maka pelaksanaan proses baru tersebut harus dikaitkan dengan kendala yang ada sereta meyakinkan mereka yang berprasangka negatife) Penetapan tujan dan skala prioritas di awal telah dijelaskan bahwa langkah awal di dalam menyususn rencana harus dimulai dari tujuan. Di dalam menyusun rencana maka pemimpin/manajer atau perencana harus menetapkan skala prioritas dan waktu yang tepat tentang tercapainya tujuan. Di samping itu maka pemimpin/manajer harus menyadari konflik tujuan dan harus pula menyediakan pengukuran tujaun sehingga hasil dari pelaksanaan dapat diukur dan dievaluasi. Berbagai aspek yang harus diperhatikan di dalam penetapan tujan dan prioritas meliputi :

1. Skala Prioritas.Tujuannya adalah urutan kepentingan dari tertinggi sampai terendah. Skala prioritas memegang peranan yangsangat penting sebab skala prioritas ini akan memberikan perhatian yang penuh bagi manajer didalam mengalokasikan sumber daya yang ada sehingga yang diutamakan adalah yang mempunyai prioritas utama (terpenting). Skala prioritas tujuan organisasi menunjukkan tahapan yang hendak dicapai yang disesuaikan dengan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman organisasi.Karena penetapan skala prioritas merupakan keputusan kebijakan maka umumnya manajer menghadapi kesulitan di dalam merumuskannya. Untuk itu biasanya disusun tim yang akan membahas skala prioritas tersebut.2. Kerangka Waktu TujuanDimensi waktu secara tak langsung merujuk pada aktivitas organisasi yang diarahkan oleh berbagai tujuan yang berbeda dan sangat tergantung kepada durasi (penyelesaian) tidankan yang direncanakan. Tujuan jangka pendek dapat dicapai dalam waktu kurang dari satu tahun sedangkan tujuan jangka menengah dicapai kurang dari 5 tahun, akan tetapi lebih dari satu tahun keterkaitan prioritas dan waktu sangat erat dan keterkaitan itulah maka dapat menetapkan suatu definisi tentang suatu kegiatan atau suatu obyek. Batasan waktu dapat menjadi manajemen berpikir dan bertindak efektif sehingga menghasilkan kinerja yang efektif.3. Konflik Diantara TujuanOrganisasi akan berhubungan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dan berbagai pihak yang berkepentingan atas organisasi mempunyai berbagai otoritas yang berbeda-beda dari mulai lemah sampai yang kuat. Oleh karena itu, manajemen dituntut untuk membuat keputusan yang bijak agar pihak yang berkepentingan tidak merasa dikecewakan.4. Pengukuran TujuanTujuan organisai harus dapat dimengerti dan diterima guna membantu manajemen agar dapat mencapainya. Dalam kenyataannya, banyak orang percaya bahwa tujuan spesifik yang mudah diukur akan dapat meningkatkan kinerja, baik bagi individu maupun bagi organisasi. Dalam kaitannya dengan pengukuranini yang harus diperhatikan adalah di bidang apa yang akan diukur dan apa jenis pengukurannya serta metode apa yang digunakan di dalam pengukuran. Di dalam praktiknya ternyata kinerja manajemen yan efektif memerlukan penetapan pengukuran tujuan diberbagai bidang fungsi kegiatan.2. Mendefinisikan Situasi Sekarang (Berjalan)Pemimpin/manajer harus menyadari bahwa situasi dan keadaan sekarang sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sebelumnya dan posisi sekarang sangan dipengaruhi akan mempengaruhi situasi dan kondisi yang akan datang. Oleh karena itu mengenal situasi dan kondisi sekarang sangat penting artinya bagi seorang pemimpin/manajer dan dari data masa lalu sampai pada posisi sekarang merupakan petunjuk atau sinyal seberapa jauh perencanaan yang telah dilakukan telah berjalan efektif dan efisien. Berdasarkan pengalaman di dalam menyususn perencanaan untuk masa yang akan datang.3. Mengenal Dukungan dan KendalaSetiap penyususn rencana sebaiknya mengenal apa saja yang akan mendukung perencanaan yang disusum dan kendala apa saja yang merintanginya. Dengan mengenal dukungan dan kendala maka pemimpin/manajer akan dapat mengantisipasi sedini mungkin tentang berbagai hal yang akan terjadi dari kemungkinan yang terjelek (terburuk) sampai kepada kemungkinan terbaik. Sebaiknya pemimpin/manajer lebih memusatkan perhatiannya kepada berbgai kemungkinan terjelek dari pada memusatkan kepada kemungkinan terbaik. Memahami berbagai kemungkinan terjelek akan menyadarkan pemimpin/manajer untuk bertindak hati-hati, sedangkan memperhatikan kemungkinan terbaik akan memotivasi pemimpin/manajer di dalam melaksanakan tugasnya. Segala kemungkinan terjelek dan terbaik harus dapat dicantumkan di dalam penyusunan perencanaan. Pemimpin/manajer dapat menggunakan pendekatan terendah dan tertinggi(high and lawa point method)atau menggunakan teerjelek dan terbaik(the worts and the best method).4. Mengembangkan Premis PerencanaanYang dimaksud premis disini adalah asumsi tentang lingkungan dimana organisasi itu berada. Lingkungan organisasi yang sedang berubah akan sangat mempengaruhi aktivitas organisasi, memaksa adaptasi operasi berjalan dan perlu peninjauan tentang segala tatanan yang ada dalam organisasi. Pemimpin/manajer yang ahli akan senantiasa berusaha memanfaatkan sumber informasi yang tersedia guna mengantisipasi dan merencanakan metode yang tepat untuk disesuaikan dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Oleh karena itu, sebelum pemimpin/manajer menyusun rencana sebaiknya pemimpin/manajer telah membuat peramalan yang terkait dengan rencana yang akan di susun. Peramalan akan sangat membantu pemimpin/manajer di dalam menyusun rencana sebab peramalan akan memberikan sinyal dini bagi manajer.5. Mengembangkan Metode Pegawasan Operasi RencanaMeskipun perencanaan berlum dilaksanakan akan tetapi sebaiknya metode pengawasan yang akan dilakukan telah ditetapkan terlebih dahulu. Didalam metode pengaawasan telah dperhitungkan berbagai permasalahan dan kendala di lapangan serta berbagai cara menanggulanginya, jka metode pengawasan tidak dipersiapkan terlebih dahulu maka terjadi permasalahan atau kendala di lapangan maka metode pegawasannya cenderung kurang sistematis dan cenderung bersifat acak. Pengawasan melibatkan analisis berkelanjutan dan pengukuran operasi aktual terhadap standar yang dikembangkan dan di rumuskan di dalam proses perencanaan.

Tahapan-Tahapan Pengambilan Tahapan-Tahapan Perencanaan Keputusan yang Umum Formal yang Spesifik

Analisis situasionalMengamati dan mendiagnosis masalahSasaran dan rencana alternatifMenghasilkan berbagai solusi dan alternatifMengevaluasi berbagai Alternatif

Evaluasi sasaran dan rencana

Pemilihan sasaran dan rencanaMembuat situasi pilihan

PenerapanMelaksanaan

Pemantauan dan pengendalianEvaluasi

Bagan 1.1 Tahapan-Tahapan pengambilan keputusan dan tahapan-tahapan perencanaan formal yang spesifik

2.6 Manajemen by ObyektifManagement by objective dapat juga disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran. Pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Sejak itu MBO telah memacu banyak pembahasan, evaluasi, dan riset. Banyak program jenis MBO telah dikembangkan, termasuk manajemen berdasarkan hasil (manajemen by result), manajemen sasaran (goals manajemen), perencanaan dan peninjauan kembali pekerjaan (work planning and review), sasaran dan pengendalian (goals and controls), dan lain-lainnya. Walaupun artinya berbeda-beda program ini sama. Penggunaannya tidak hanya dalam dunia usaha saja tetapi telah semakin berkembang luas pada dunia nonbisnis, seperti organisasi pendidikan, kesehatan, keagamaan, dan pemerintahan.Management by Objectives (MBO) adalah metode penilaian kinerja karyawan yang berorientasi pada pencapaian sasaran kerja. Secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja bersama, penentuan bidang utama setiap individu yang hasilnya dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran) yang dapat diukur dan diharapkan, dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai satuan pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian masing penilaian sumbangan masing-masing anggota. Pada metode MBO, setiap individu karyawan memiliki sasaran kerjanya masing-masing, yang bersesuaian dengan sasaran kerja unitnya untuk satu periode kerja. Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode mengacu pada realisasi sasaran kerja.MBO berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal, atau semi formal, yang dimulai dengan penetapan tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan (langkah) sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manager dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Dengan pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan dan pengawasan,MBO membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan perencanaan.

Tahap Pelaksanaan MBO1. Tahap Persiapan, yaitu tahap menyiapkan dokumen-dokumen serta data-data yang diperlukan.2. Tahap Penyusunan, tahap ini menjabarkan tugas pokok dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi, agar seluruhnya terintegrasi mencapai visi dan misi yang dicanangkan oleh instansi. Merumuskan keadaan sekarang untuk membantu identifikasi dan antisipasi masalah atau hambatan serta kemudahan-kemudahan.3. Tahap Pelaksanaan, yaitu tahap dimana pelaksanaan seluruh kegiatan dan fungsi manajemen secara menyeluruh seperti pengorganisasian, pengarahan, pemberian semangat dan motivasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.4. Tahap Pengendalian, Monitor, Evaluasi dan Penyesuaian, pada tahap ini bertujuan agar tercapainya tujuan dan sasaran yang tertuang dalam rencana stratejik melalui kegiatan keseluruhan dalam perusahaan.MBO Yang EfektifMBO yang efektif, terdapat unsur-unsur yang lazim, sebagai berikut:a. Kesepakatan pada Program.Pada setiap organisasi, diperlukan keterikatan para manajer dalam pencapaian tujuan organisasi pada proses MBO agar program itu efektif. Banyak waktu dan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan suatu program MBO yang berhasil.Para manajer harus mengadakan pertemuan dengan para bawahan, pertama untuk menetapkan tujuan-tujuan dan kemudian untuk mengkaji kembali kemajuan dalam menuju tujuan tersebut. Tidak ada jalan pintas yang mudah, bila sasaran telah ditetapkan tetapi tidak dikaji kembali secara berkala, tujuan itu tidak mungkin akan tercapai.b. Penetapan Sasaran Tingkat AtasProgram perencanaan yang efektif biasanya dimulai dengan para manajer tertinggi yang menetapkan sasaran pendahuluan setelah berkonsultasi dengan para anggota organisasi yang lain. Sasaran harus dinyatakan dengan istilah yang khusus dan dapat diukur, misalnya peningkatan lima persen dalam penjualan kuartal yang akan datang, tidak ada peningkatan dalam biaya-biaya eksploitasi pada tahun ini, dan sebagainya. Dengan cara demikian, para manajer dan bawahan akan mempunyai pengertian yang lebih jelas tentang apa yang diharapkan oleh pimpinan teratas untuk dicapai, dan mereka dapat melihat bagaimana pekerjaan mereka itu berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran organisasi.c. Sasaran IndividualDalam progaram MBO yang efektif, setiap manajer dan bawahan telah menetapkan dengan jelas tanggung jawab pekerjaan dan tujuan-tujuannya, misalnya manajer subunit A akan bertanggung jawab atas peningkatan 15% dalam jangka waktu dua bulan. Maksud dari penetapan tujuan dengan menggunakan istilah-istilah pada setiap tingkatan ialah untuk membantu para pegawai agar mengerti dengan jelas apa yang diharapkan untuk dicapai. Hal ini membantu setiap rencana individual secara efektif untuk mencapai sasaran yang ditargetkan.Sasaran untuk setiap individu harus ditetapkan dengan konsultasi antara individu dengan atasannya. Dalam konsultasi bersama tersebut, para bawahan membantu para manajer mengembangkan tujuan yang realitas karena mereka mengetahui dengan baik apa yang mampu mereka capai. Para manajer membantu para bawahannya untuk meningkatkan pandangan mereka terhadap tujuan yang lebih tinggi dengan menunjukkan keinginan untuk membantu mereka dalam mengatasi rintangan serta kepercayaan pada kemampuan para bawahan.d. PartisipasiPeran serta bawahan dalam menetapkan tujuan sangat berbeda-beda.Para manajer kadang-kadang menetapkan tujuan tanpa mengetahui sepenuhnya tentang kendala di mana bawahan mereka harus bekerja.Para bawahan kemungkinan memilih tujuan yang tidak sejalan dengan sasaran organisasi. Sebagai kebiasaan, semakin besar peranserta para manajer dan bawahan dalam penetapan sasaran, semakin baik kemungkinannya sasaran itu akan tercapai.e. Otonomi Dalam Pelaksanaan RencanaBegitu sasaran telah ditetapkan dan disetujui, individu itu mempunyai kebijakan yang luas untuk memilih sarana-sarana guna pencapaian tujuan tersebut.Dalam kendala yang normal dari kebijakan organisasi, para manajer harus bebas mengembangkan dan melaksanakan program-program untuk mencapai sasaran tanpa penafsiran kembali oleh atasan langsung mereka.Dari berbagai aspek yang mereka plih dengan bebas dalam menentukan sarana dan kebijakan yang diberikan oleh organisasi, maka para pegawai bawahan merasa diuntungkan dengan program MBO atau otonomi dalam pelaksanaan rencana.Akan tetapi pegawai juga tidak bisa semaunya sendiri dalam menentukan kebijakannya, juga harus menyangkut pada peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi tersebut.Dan aspek dari program MBO tersebut, sangat dihargai oleh para manajer dan juga para pegawai bawahan.f. Pengkajian Kembali Untuk KerjaPara manajer dan bawahan secara berkala mengadakan pertemuan untuk mengkaji kembali kemajuan dalam menuju sasaran. Selama pengkajian kembali, mereka memutuskan masalah-masalah yang ada, dan apa yang dapat mereka lakukan masing-masing untuk memecahkannya. Bila perlu tujuan-tujuan itu dapat dimodifikasi untuk periode peninjauan kembali yang akan datang.Agar adil dan berguna, pengkajian kembali harus didasarkan atas hasil unjuk kerja yang dapat diukur, bukan atas kriteria yang subjektif, seperti sikap dan kemampuan.Misalnya, daripada berusaha untuk menilai bagaimana giatnya seseorang di lapangan, seorang manajer seharusnya menekankan hasil penjualan nyata yang dicapai dan sebagai pengetahuan terinci mengenai pelanggannya.Sistem MBOProgram-program MBO sangat bervariasi, banyak dirancang untuk digunakan dalam suatu kelompok kerja, tetapi banyak juga digunakan untuk keseluruhan organisasi. Metode-metode dan pendekatan-pendekatan yang digunakan para manajer dalam program MBO akan berbeda. Berikut ini adalah unsur-unsur umum sistem MBO yang efektif yang pada hakekatnya merupakan aspek-aspek proses pokok MBO:a) Komitmen pada program. Program MBO yang efektif mensyaratkan komitmen para manajer disetiap tingkatan organisasi terhadap pencapaian tujuan pribadi dan organisasi serta proses MBO.b) Penetapan tujuan manejemen puncak. Program-program perencanaan efektif dimulai dengan para manajer puncak yang menetapkan tujuan-tujuan pendahuluan setelah berkonsultasi dengan para anggota organisasi lainnya.c) Tujuan-tujuan perseorangan. Setiap manajer dan bawahan merumuskan tanggung jawab dan tujuan jabatan mereka secara jelas. Maksudnya adalah untuk membantu para karyawan memahami secara jelas apa yang diharapkan agar dapat tercapai.d) Partisipasi. Derajat partisipasi bawahan dalam penetapan tujuan sangat bervariasi. Sebagai pedoman umum, semakin besar partisipasi bawahan, semakin besar kemungkinan tujuan akan tercapai.e) Otonomi dalam implementasi rencana. Setelah tujuan ditetapka dan di setujui, individu mempunyai keluasan dalam memilih peralatan untuk pencapaian tujuan. Manajer bebas mengimplementasikan dan mengembangkan program-program pencapaian tujuan tanpa campur tangan atasan langsung dengan batasan-batasan organisasi.f) Peninjauan kembali prestasi. Manajer dan bawahan bertemu secara periodik untuk meninjau kembali kemajuan terhadap tujuan.MBO Dalam Pendekatan SistemDalam sistem dikenal istilah pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu proses pemecahan masalah yang mencakup 4 kegiatan. 1).perencanaan, 2).implementasi, 3).evaluasi 4).revisi. secara luas pendekatan sistem dpat diartikan sebagai alata atau cara berpikir yang menekannkan pada identifikasi masalah dan pemecahan masalah.Penerapan MBO dalam suatu sistem dilihat dari objek permasalahan. Misalnya penerapan MBO dalam sistem pendidikan. Drucker (1954) melalui MBO (management by objective) dapat memberikan gagasan mengenaiprinsip manajemen berdasarkan sasaran sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan. Penerapan MBO misalnya kepala dinas yang memimpin tim beranggotakan pejabat dan fungsional dinas, dan stakeholders dalam merumuskan visi, misi dan objektif dinas pendidikan.Penerapan MBO dalam tingkat sekolah misalnya, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, siswa, orang tua siswa, masyarakat dan stakeholders duduk bersama membahas rencana strategis sekolah dengan mengembangkan tujuh langkah MBO seperti:1. Menentukan hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah2. Menganalisis apakah hasil akhir itu berkaitan dengan tujuan sekolah3. Berunding menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan4. Menetapkan kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran5. Menyusun tugas-tugas untuk mempermudah mencapai sasaran6. Menentukan batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan dipergunakan oleh atasan7. Lakukan monitoring dan buat laporan.Kelebihan MBOHasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kekuatan Manajeman By Objective yaitu:1. Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.2. Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan sasaran.3. Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.4. Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi.5. Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu. Ini memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas pekerjaan mereka dalam hubungannya dengan tujuan organisasi.Menurut Nanang Fattah (2009: 34) ada empat kekuatan dari Manajeman By Objective yaitu:1. Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan membuat program.Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.2. Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya (commited).3. Pengawasan lebih efektif berkembang.Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan dari Manajeman By Objective adalah:1. MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen.2. MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas3. hingga tingkatan bawah dari manajemen.4. MBO memfokuskan pada hasil akhir.5. MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.6. Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.7. Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tugas masing-masing dan tujuan organisasi.8. Pengawasan lebih efektif berkembang.Kelemahan MBOAdapun kelamahan dari Manajeman By Objective adalah pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalah sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.Sedangkan menurut hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kelemahan Manajeman By Objective ada dua kategori kelemahan-kelemahan khas untuk organisasi yang mempunyai program MBO formal, yaitu:1. Kelemahan-kelemahan yang melekat (inherent) pada proses MBO. Ini mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO serta meningkatkan banyaknya kertas kerja.2. Kelemahan-kelemahan dalam pengembangan dan implementasi MBO oleh berbagai fungsi.3. Menurut Nanang Fattah (2009: 35) ada empat kelemahan Manajeman By Objective yaitu:4. Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik Manajeman By Objective secara tepat.5. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi.6. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara kuantitas.7. Perubahan yang diinginkan Manajeman By Objective dalam perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan maslah dalam proses MBO titik berat akan bergeser dari menilai menjadi membantu bawahan.Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan Manajeman By Objective adalah:1. Tidak mudah menanamkan tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik MBO secara tepat2. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi3. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara dikuantitas4. Pembuatan keputusan membutuhkan waktu yang lama5. Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja6. Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerjaPenilaian KerjaPenilaianobjectiveyang ditetapkan terdiri dari 2 jenis, yaituQuantitativedengan porsi penilaian 80-85% danQualitative(Soft Skill) dengan porsi penilaian 15 20 %. Penilaian yang bersifat Quantitativ didasarkan pada Result (hasil) dari target yang terukur, seperti:1. Productivity2. Jumlah ProdukRejectatauInternal Complain3. JumlahClaim/ EksternalComplain4. Remake(Pembuatan ulang akibat adanya kesalahan pada proses)5. Loss Produksi6. Down Time7. Setting Time8. AbsensiPenilaian yang bersifat Qualitativ didasarkan pada penilaian Soft Skill, yaitu Trait (Sikap) dan Behaviour (tingkah laku) individu dalam pengembangan kemampuan dan kemajuan karir. Seperti contoh berikut:1. Process Compliance(Patuh pada proses)2. Co-Working(Kerja sama Tim)3. Responsibility(Tanggung jawab)4. Integrity(Integritas)5. Time conciousness(kesadaran waktu)6. Analitical thinking(Berpikir analitis)7. Organizing(Kemampuan mengorganisasi)8. Team Leading(memimpin Tim)9. Challenging(Tantangan)10. Continous Learning11. Comunication skill(Kemampuan berkomunikasi)Tujuan Penerapan MBOBeberapa tujuan dari penerapanmanagement by objectiveyaitu:1. Menciptakan sinergi mulai dari struktur organisasi terbawah hingga teratas, untuk mencapai target perusahaan. (Company Strategic Goal), mekanisme penetapan Objective dan Goal melalui persetujuan appraiser secara bertingkat dari struktur bawah sampai atas.2. Memperbesar Tingkat validitas penilaian, yang akan meminimalkan bias penilaian dan meningkatkan fairness (rasa keadilan)3. Monitoring kinerja individu menjadi lebih efektiv4. Kontribusi individu terhadap pencapaian target dalam bagian lebih terukur, sehingga perencanaan pengembangan SDM lebih akurat, detail, dan spesifik.5. Meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap Management6. Memberikan kejelasan jenjang karir & kompetisi antar karyawan unutk menjadi yang terbaik.7. Meningkatkan produktivitas pekerja8. Meningkatkan kinerja organisasi perusahaan9. Meningkatkan daya saing perusahaan10. Meningkatkan profit margin perusahaan11. Alat yang efektif untuk melakukan revolusi (perubahan dengan relative cepat dan memaksa) Struktural , mental dan budaya kerja karayawan.

2.7 Perencanaan yang EfektifCiri- ciri Sebuah Perencanaan Yang EfektifDalam sebuah organisasi perencanaan mempunyai implikasi masa depan dan mengandung arti dibutuhkanya keahlian merancang rencana untuk tercapainya tujuan. Pada dasarnya rencana itu mempunyai 3 ciri- ciri yaitu:a. Perencanaan harus mengenai masa depan.b. Perencanaan harus menyangkut suatu tindakan yang akan dilakukan.c. Adanya suatu unsur identifikasi atau penyebab (causation) pribadi atau organisasi. Artinya, adanya jalan tindakan dimasa depan akan diambil oleh perencanaan atau oleh orang lain yang di tunjuk dalam sebuah organisasi. Masa depan, tindakan, dan pelaksanaan pribadi atau organisasi adalah unsur- unsur yang perlu dalam setiap rencana.Menurut Sigian, perencanaan yang baik dalam manajemen adalah perencanaan yang berciri sebagai berikut:a. Rencana harus memepermudah tercapainya tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Artinya, penyusunan suatu rencana tidak boleh dipandang sebagai tujuan, tetapi sebagai cara yang sifatnya sistematik intuk tercapainya suatu tujuan awal.b. Perencana harus sungguh- sungguh memahami hakikat tujuan yang ingin dicapai. Menyusun rencana merupakan salah satu fungsi organik yang harus dilakukan oleh setiap manajer.c. Pemenuhan keahlian teknis. Penyusunan suatu rencana yang kemudian disahkan manajer kemudian diserahkan kepada orang- orang yang memiliki berbagai jenis keahlian yang diperlukan. Agar rencana yang disusun itu terpadu dan komprehensif, maka anggota tim harus mampu bekerja sama sebagai satu tim yang kompak.d. Rencana harus disertai oleh suatu rincian yang cermat. Maksutnya, rencana tidak hanya mengandung jawaban terhadap pertanyaan: apa, di mana, bilamana, siapa dan mengapa. Tetapi, juga disertai penjabaranya dalam bentuk program kerja yang menyangkut segi kehidupan organisasi.e. Keterkaitan sebuah rencana dengan pelaksanaannya. Jika dikatakan bahwa suatu rencana merupakan suatu bentuk keputusan, berarti hanya mempunyai makna bila dilaksanakan. Tepat tidaknya suatu rencana bukan terlihat dari cara perumusanya, tetapi pada pelaksanaanya.f. Kesederhanaan. Maksudnya adalah, kesederhanaan merupakan ciri rencana menyangkut berbagai hal seperti teknik penyusunannya, bahasanya, sistematikanya, formatnya, serta penekanan berbagai prioritasnya dan memperoleh pengertian yang sama dengan perencana. Kesederhanaan harus tidak mengurangi pentingnya kelengkapan rencana.Dimensi PerencanaanDalam sebuah perencanaan sangatlah perlu suatu dimensi untuk mencapai tujuan, salah satunya yaitu dimensi waktu. Dimensi waktu itu sangatlah penting untuk fungsi pengawasan karena beberapa hal. Organisasi berkembang dengan rencana yang ada ( standing plans) yang terdiri dari keijaksanaan, prosedur, serta aturan- aturan atau ketentuan. Pengembangan sistem nilai yang relatif seragam diantara para anggota organisasi akan memberikan pra- pengawasan yang berfaedah. Penekananya adalah pada pencegahan menyimpangnya sistem dalam batas- batas yang telah ditentukan guna mencegah kejadian yang tidak diinginkan Banyak perselisihan mengenai bobot relative untuk sebelum dan sesudah ini. Pendapat paling ekstrim adalah jika cukup usaha diberikan untuk sebelum pengawasan, maka tidak perlu adanya sesudah pengawasan. Artinya, jika sistem nilai kelompok telah disadari sepenuhnya, maka semua tindakan individu dan organisasi akan berada dalam batas- bats yang di kehendaki, dan sistem itu akan mengatur diri sendiri.

Hambatan- hambatan Dalam Proses Perencanaan Yang EfektifSetiap perencanaan yang akan dilakukan pastinya tidak lepas dari suatu tantangan- tantangan dan hambatan. Menurut Silalahi menjelaskan bahwa perencanaan yang baik (good planning) dapat dilakukan apabila dapat diminimasi hambatan- hambatan dalam perencanaan. Hambatan perencanaan dapat di kategorikan atas dua kategori, yaitu:a. Individual- based barriersb. Organizationl- based barriersIndividu sering tidak mau dan tidak mampu merencana sebab hambatan personal untuk memaknakan partisipasi dalam perencanaan. Pada hal perencanaan efektif memerlukan masukan dan partisipasi aktif dari anggota organisasi secara individual. Hambatan utama dalam perencanaan efektif yang berasal dari hambatan individual memprioritaskan masalah- masalah hari- kehari kekurangan dari ketrampilan perencaan, reluktansi menentukan rencana dan tujuan, resistansi personal untuk perubahan. Hambatan kedua ditemukan pada tingkat organisasional, termasuk dalam hambatan organisasional ini adalah kendala tentang sumber- sumber, kendala berupa keterbatasan informasi yang dapat, resintesi organisasional untuk berubah.Handoko merincikan hambatan- hambatan perencanaan yang efektif, yaitu sebagai berikut:a. Kurang pengetahuan tentang organisasiPara manajer tidak dapat menetapkan tujuan- tujuan yang berarti bagi satuan- satuan kerja mereka tanpa mempunyai pengetahuan tentang pekerjaan satuan kerja dan organisasi secara keseluruhan.b. Kurang pengetahuan tentang lingkungan Para manajer sering kurang memahami llingkungan eksternal organisasi, seperti pesaing, penyedia (pemasok), langgan, lembaga- lembaga pemerintahan, dan sebagainya, sehingga menjadi bingung tentang arah yang diambil dan enggan menetapkan tujuan yang pasti.c. Ketidakmampuan melakukan peramalan ssecara efektifRencana- rencana dibuat tidak hanya didasarkan pengamalan masa lalu, tetapi juga peramalan kondisi- kondisi dimasa yang akan datang.d. Kesulitan perencanaan operasi- operasi yang tidak berulangDalam organisasi banyaj operasi- operasi yang hanya berlangsung dalam saat tertentu saja yang tidak akan berulang pada saat- saat yang lain, namun perlu direncanakan. Para manajer sering melupakan hal ini.e. BiayaPerencanaan memerlukan banyak biaya penggunaan sumber- sumber daya keuangan, fisik dan manusia dalam arti terjadi pemborosan- pemborosan dalam melakukan atau merealisasikan rencana tersebut.f. Takut gagalPara manajer sering memandang kegagalan sebagai ancaman terhadap keamanan jabatanya, penghargaan dan respek orang lain terhadap dirinya. Hal yang demikian ini membuat para manajer enggan mengambil resiko dan menetapkan tujuan tertentu.g. Kurang percaya diriBila manajer kurang percaya diri, maka mereka akan ragu- ragu dalam menetapkan tujuan yang menantang. Para manajer seharusnya merasa bahwa mereka dan kelompok kerjanya mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi.h. Ketidaksediaan nntuk menyingkirkan tujuan- tujuan alternativePara manajer sering sulit untuk menerima kenyataan bahwa mereka tidak dapat mencapai semua hal yang penting baginya. Akibatnya, mereka mungkin menjadi enggan untuk organisasi terikat pada satu tujuan karena terlalu menyakitkan untuk menyingkirkan berbagai alternatif lainya.Ada enam ciri perencanaan efektif: Pertama Perencanaan wajib dituangkan secara tertulis.Perencanaan yang tertulis akan membuat tubuh, hati dan pikiran mengerti apa yang ingin dilakukan. Bagaimana kita memulainya.Mengingatkan kita apa saja yang akan kita lakukan dan kita bisa menandai ketika perencanaan yang kita tuliskan sudah selesai dilakukan. Hal ini akan membuat kita semakin fokus dan yakin bahwa banyak hal bisa kita kerjakan dengan baik dan berhasil jika kita konsisten dan punya perencanaan yang jelas dan spesifik. Kedua tentukan goal atau tujuan yang ingin dicapai.Mengetahui apa yang ingin dicapai akan mempermudah kita untuk membuatkan urutan atau langkah-langkah kecil agar kita bisa memulai perencanaan dengan baik dan melakukan pekerjaan dengan lebih ringan, efektif dan bisa fokus pada tujuan yang ingin dicapai sehingga yang dilakukan mulai dari perencanaan hingga penyelesaian pekerjaan bisa berhasil dengan baik. Ketiga disusun sesuai dengan tugas dan tanggung jawab. Bisa dibuat berdasarkan Job Description dan bisa di buat bertahap mulai dari Perencanaan Tahunan, Triwulan, Bulanan, Mingguan dan harian. Keempat selalu tentukan prioritas. Agar bisamembagi waktu dengan baik. Jadi ketika ada pekerjaan tambahan yang tiba-tiba muncul kita bisa melakukannya lebih efektif dan tidak mengganggu produktivitas kerja. Kelima lakukan Review pada list yang sudah kita buat dan pekerjaan yang telah selesai kita lakukan, analisa apa semua sudah dilakukan dengan benar atau belum, jika belum perbaiki, jika sudah tingkatkan. Keenam selalu berikan batas waktu (dateline), bisa ditentukan langsung kurun waktu mengerjakannya misalnya dalam hitungan jam atau hari. Agar bisa mengukur produktivitas kerja.

BAB IIIPENUTUP

3.1 SimpulanPerencanaan sebagai proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh pekerjaan organisasi sehingga tujuan organisasi tecapai.Didalam suatu perencanaan terdapat visi, misi, dan tujuan. Visi adalah cara pandang jauh kedepan kemana organisasi harus dibawa agar eksis, antisipatif dan inovatif. Setiap organisasi ada misi untuk memenuhi fungsi social khusus. Untuk Organisasi perawat kesehatan ini berarti memberikan pelayanan perawatan kesehatan untuk memelihara kesehatan, mengobati penyakit, dan menghilangkan nyeri dan penderitaan. Filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik keperawatan dalam institusi atau organisasi. Tujuan mengemukakan empat tujuan perencanaan, yaituuntuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial, untuk mengurangi ketidakpastian, untuk meminimalisir pemborosan, untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya.Suatu perencanaan dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat. Selain menggunakan anilisi SWOT, perencanaan dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan dengan pendekatan Manajemen By Objektif atau bisa disebut dengan MBO. MBO adalah adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran).Suatu rencana dapat dikatakan baik apabila memenuhi sepuluh ciri yang dibahas berikut ini antara lain adalah rencana harus mempermudah tercapainya tuiuan yang ditentukan sebelumnya, perencana harus memahami hakikat tujuan yang ingin dicapai, pemenuhan persyaratan keahlian teknis, rencana harus disertai oleh suatu rincian yang cermat, keterkaitan rencana, kesederhanaan, fleksibilitas, rencana memberikan tempat pada pengambilan risiko, rencana yang pragmatic, dan rencana sebagai instrumen menentukan masa depan.

3.2 SaranSebagai seorang perawat dalam memimpin suatu organisasi ataupun mengatur suatu manajemen keperawatan kita harus terlebih dahulu membuat suatu perencanaan terhadap setiap tindakan yang dilakukan sehingga perencanaan yang kita lakukan bisa sesuai dengan visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Choliq MT. 2011. Pengantar Manajemen. Semarang : Rafi Sarana PerkasaJames A.F Stoner.1996. Manajemen Edisi Kedua, jilid I. Jakarta : Erlangga.Jones, Rebecca Patronis. 2007. Nursing Leadership and Management : Theories, Processes and Practice. DNSc, RN, CNAA, BC.Fremont E. Kast, James E. Ronsezweig. 2007. Organisasi & Manajemen. Jakarta : PT. Bumi AksaraKotter, John P. 1996 Leading Change Menjadi Pionir Perubahan. (Joseph Bambang MS, Penerjemah) Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.Maulana, Agus.2004. Sistem Manajemen Jilid I Edisi 6. Bina Rupa Aksara : Jakarta.Muninjaya, A. A. Gde. 2004. Manajemen Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGCNursalam. 2014. Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktik K