bab i pendahuluan(1)

44
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI PEMERIKSAAN SYARAF DAN INDRA Disusun oleh : PUTRI DWI L (G1F014005) REZKY BELA P PN (G1F014007) DINA SAMI ARUM L (G1F014015) ZIDNA AKMALA D (G1F014019) MEGA DEVIYANA (G1F014029) ISMAH MAZIYAH (G1F014033) DENI AGUSTIN W (G1F014037) ALIM WIJAYA (G1F014039) ASISTEN : DWIBAMAS AJI ( G1A012063 ) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Upload: alimwijaya

Post on 18-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

laporan praktikum anfisman

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGIPEMERIKSAAN SYARAF DAN INDRA

Disusun oleh :

PUTRI DWI L (G1F014005)REZKY BELA P PN (G1F014007)DINA SAMI ARUM L (G1F014015)ZIDNA AKMALA D (G1F014019)MEGA DEVIYANA(G1F014029)ISMAH MAZIYAH(G1F014033)DENI AGUSTIN W(G1F014037)ALIM WIJAYA(G1F014039)

ASISTEN :DWIBAMAS AJI ( G1A012063 )

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN FARMASIPURWOKERTO2014BAB I PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum PEMERIKSAAN SYARAF & INDRAB. Waktu, Tanggal Praktikum Rabu, 5 November 2014Pukul 13.00-15.00C. Tujuan Praktikum1. REFLEKS Tujuan Instruksional Khusus a) Mengetahui mekanisme terjadinya refleks b) Mengetahui definisi pemeriksaan refleks c) Melakukan prosedur pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis dengan benar d) Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan refleks e) Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan refleks fisiologis

2. FUNGSI PENDENGARAN Tujuan Instruksional Umum Setelah praktikum ini mahasiswa mampu memahami pemeriksaan fungsi pendengaran, fungsi penghidu dan keseimbangan

3. FUNGSI PENGLIHATAN Tujuan instruksional umum Setelah praktikum ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan refraksi pada seseorang serta mengoreksi kelainan yang ditemukan memeriksa luas lapang pandang beberapa macam warna dengan menggunakan kampimeter serta melakukan pemeriksaan tes buta warna.

D. Dasar Teori1. PendengaranMendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi mekanis (getaran) yang kita sebut suara. Dalam keadaan biasa, getaran mencapai indera pendengar, yaitu telinga, melalui udara (Pratiwi et al., 2006). Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut (Ebennezer dkk, 2008). Fungsi sistem auditori adalah mempersepsi bunyi atau persepsi tentang objek dan kejadian-kejadian melalui bunyi yang timbul. Bunyi adalah vibrasi molekul-molekul udara yang menstimulasi sistem auditori. Manusia hanya mendengar vibrasi molekuler antara sekitar 20 sampai 20.000 hertz (Pinel, 2009). Tiap gelombang suara memiliki amplitudo dan frekuensi yang berbeda. Amplitudo adalah intensitas suara. Kompresi udara dengan intensitas tinggi menghasilkan gelombang suara dengan amplitudo yang besar. Kenyaringan adalah persepsi intensitas yang berkaitan dengan amplitudo, tetapi keduanya adalah hal yang berbeda. Ketika amplitudo meningkat dua kali lipat, maka kenyaringannya meningkat. Kenyaringan ditentukan oleh banyak faktor. Frekuensi suara adalah jumlah kompresi per detik, diukur dengan Hertz (Hz, siklus perdetik). Tinggi nada (pitch) adalah persepsi yang berkaitan erat dengan frekuensi. Oleh karena itu semakin tinggi suara semakin tinggi pula tinggi nada nya (Kalat, 2010). Berdasarkan teori frekuensi, membran basilar bergetar secara sinkron dengan suara yang menyebabkan saraf auditori menghasilkan potensial aksi pada frekuensi yang sama. Berdasarkan teori tempat, setiap frekuensi akan mengaktivasi membran basilar pada sel-sel rambut yang ada dalam satu lokasi. Membran basilar bekerja layaknya dawai-dawai piano. Teori yang ada saat ini, merupakan gabungan dari teori frekuensi dan teori tempat. Sesuai dengan teori frekuensi, membran basilar memang bergetar secara sinkron dengan suara berfrekuensi rendah dan untuk tiap satu gelombang, akson saraf auditori akan menghasilkan satu potensial aksi. Suara pelan hanya mengaktivasi beberapa neuron, sedangkan suara yang kencang dapat mengaktivasi lebih banyak neuron. Oleh karena itu, pada frekuensi rendah, impuls frekuensinya akan menandakan tinggi nada dan jumlah penembakan neuron akan menandakan kenyaringannya (Kalat, 2010). Teori mengenal sumber bunyi menyatakan bahwa bunyi yang datang dari suatu sumber yang ada didalam bidang meridian yang melalui tubuh manusia dan terdapat dimuka, diatas, ataupun dibelakangnya akan mencapai telinga dalam waktu bersamaan. Apabila sumber bunyi berada disebelah kiri, maka telinga kiri yang dahulu mendengarnya. Oleh karena itu timbul kesan bahwa sumber bunyi itu datang secara terus menerus pada waktu yang sama pada kedua tellinga kita, kita akan kesulitan menentukan sumber bunyi (Ismilana, 2011). Gambar 1: Anatomi Telinga. Sumber: visual.merriam-webster.comMekanisme terjadinya suara dijelaskan oleh Pratiwi et al., (2006) adalah karena adanya gelombang dalam liang telinga yang memukul gendang telinga (membran timpani) sehingga bergetar. Getaran membran timpani ditransmisikan melintasi telinga tengah melalui tiga tulang kecil, yang terdiri dari dari tulang mertil (maleus), landasan (inkus), dan sanggurdi (stapes). Telinga tengah digubungkan ke nasofaring oleh tabung Eustachius. Getaran dari osikula yang paling dalam (dari tulang sanggurdi) ditansmisikan ke telinga dalam melalui membran jendela oval ke koklea. Koklea merupakan suatu tabung yang kurang lebih panjang nya 3 cm dan bergulung seperti rumah siput. Koklea berisi cairan limfa. Getaran dari jendela oval ditransmisikan ke dalam cairan limfa dalam ruang koklea. Selanjutnya getaran diteruskan dengan gerak berlawanan arak ke jendela bundar. Di bagian dalam ruangan koklea terdapat organ korti. Organ korti berisi sel-sel rambut yang sangat peka. Inilah resptor getaran yang sebenarnya. Sel-sel rambut tersebut terletak diantara membran basiler dan membran tektorial. Getaran dalam cairan koklea menimbulkan getaran dalam membran basiler. Hal ini menggerakkan sel-sel rambut terhadap membran tektorial, yang berarti menstimulusnya. Impuls listrik yang timbul dalam sel in kemudian diteruskan oleh saraf auditori ke otak. Dengan demikian kita dapat mendengar suara.2. PenglihatanVisus atau ketajaman penglihatan adalah kemampuan mata untuk melihat dengan jelas dan tegas. Secara fisiologis hal ini ditentukan oleh daya pembiasan mata. Mata normal dapat melihat secara jelas dan tegas dua garis atau titik sebagai dua garis atau titik dengan penglihatan 1 menit. Secara praktis sangat sulit untuk mengukur sudut penglihatan suatu mata. Tahun 1876 van snellen menciptakan cara sederhana untuk membandingkan visus seseorang dengan visus orang normal berdasarkan sudut penglihatan 1 menit.Kelainan pembiasan adalah suatu keadaan dimana pada mata yang melihat jauh tak terhingga, berkas cahaya sejajar masuk mata, dibiaskan tidak tepat jatuh di retina, sehingga tidak dapat melihat secara jelas. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan indeks bias system lensa mata atau sumbu mata dari lensa.Thomas young seorang ahli fisika mengemukakan teori warna yaitu ada 3 warna dasar merah, hijau dan biru. Helmholtz seorang ahli fisiologi mengemukakan bahwa pada retina mengandung fotokimia yang sangat peka terhadap warna dasar tersebut. Jadi sebetulnya teori Young-Helmholtz dapat disimpulkan bahwa daya buta warna ada banyak cara, yang biasa dipakai sebagai tes retina untuk menentukan buta warna atau lemah terhadap warna yaitu dengan buku pseudo isokhromstik ishihara.Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisanlapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkasberkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung selJenis pemeriksaan Visus a. Visus Optotype Snelen/straub Visus Normal 5/5, Penderita bisa membaca huruf pada optotipe pada jarak 5 m yang se harusnya dapat dibaca oleh orang normal pada jarak 5 m. b. Visus Hitung Jari Penderita hanya bisa menghitung jari pada jarak 1 meter yang seharusnya orang normal pada jarak 60 m c. Visus Gerakan Lambaian tangan Penderita HANYA bisa melihat lambaian / gerakan tangan pada jarak 1 m yang se harusnya bisa dilihat orang normal pada jarak 300 m. d. Visus Gelap & terang Penderita HANYA bisa membedakan gelap dan terang. Perlu diperiksa apakah masih dapat mem bedakan arah datangnya sinar dan membedakan warna merah hijau.

REFRAKSIPembelokan berkas cahaya dari 1 medium ke medium lain yang berbeda. Cahaya melewati 2 medium (udara dan kornea) dengan densitas berbeda indeks bias berbeda dibiaskan.Kelainan pembiasan adalah suatu keadaan dimana pada mata yang melihat jauh tak terhingga, berkas cahaya sejajar masuk ke mata, dibiaskan tidak tepat jatuh di retina, sehingga tidak dapat melihat secara jelas. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan indeks bias system lensa mata atau sumbu mata dari lensa. (Vaughan, 2000)3. ReflekUnit dasar aktivitas saraf terpadu merupakan lengkung refleks. Ia terdiri darisuatu organ alat indera, suatu neuron aferen, satu sinap atau lebih di dalam stasiunterpadu sentral atau ganglion simpatis, suatu neuron eferen, serta suatu neuron efektor. Dalam mamalia, hubungan antara neuron somatik aferen dan eferen umumnya di dalam otak atau medula spinalis. Neuron aferen masuk melalui redix dorsalis atau saraf otak dan mempunyai badan selnya di dalam ganglia homogenpada saraf otak. Serabut eferen meninggalkan melelui radix ventralis atau sarafotak motorik berhubungan. Prinsip bahwa di dalam medula spinalis, radix dorsalisbersifat sensorik dan di dalam radix ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hukum Bell-Magendie (Ganong, 1995: 111)

Aktivitas motorik somatik akhirnya tergantung atas pola dan kecepatan pelepasan listrik neuron motorik spinalis dan neuron homolog di dalam inti motorik saraf otak. Neuron ini (jaras umum lazim ke otot rangka) dibom oleh impuls dari susunan jaras yang besar sekali. Ada banyak masukan ke tiap neuron motorik spinalis dari segmen spinalis yang sama. Banyak masukan supra segmental juga berkonvergensi atas sel ini dari segmen spinalis lain, batang otak, dan cortex cerebri. Beberapa masukan ini berakhir langsung pada neuron motorik, tetapi banyak yang menimbulkan efeknya melalui interneuron atau melelui sistem eferen ke gelendong (spindel) otot dan kembali melalui serabut aferen lalu ke medula spinalis. Aktivitas terpadu masukan majemuk dari tingkat spinalis, medula oblongata, mesenchepalon, dan cortex yang mengatur sikap badan dan memungkinkan gerakan terkoordinasi (Ganong, 1995:187).Bila suatu otot rangka dengan persarafan utuh diregangkan, maka ia berkontraksi. Respon ini dinamai refleks regang. Rangsangan yang memulai refleks ini adalah regangan otot dan respon ini merupakan kontraksi otot yang diregangkan. Organ indera ini merukapan gelondong otot. Impuls yang berasal di dalam gelendong dihantarkan di dalam susunan saraf pusat oleh serabut sensorikcepat yang lewat langsung ke neuron motorik yang mensarafi otot yang sama. Refleks regang merupakan refleks monosinap yang terbaik dikenal dan diteliti di dalam badan. Contoh klinik dari refleks regang adalah pengetokan tendon patella membangkitkan sentakan lutut, refleks regang musculus quadriceps femoris,karena pengetokan tendo meregangkan otot (Ganong, 1995: 112).

E. Metodologi pemeriksaan1. PendengaranTes pendengaran 1. Tes tutur2. Tes garpu tala3. Tes audiometerAdapun tiap penjelasan tes adalah:1. Tes tuturPada tes tutur terutama digunakan tes berbisik, karena lebih efisien dan praktis. Penderita harus kooperatif. Pemeriksaan ini bersifat semikuantitatif, mengrtahui derajat ketulian ini tidak berupa angka. Bahan kata kata dengan kata sponde.F. Alat dan Bahan1. ReflekPropandus, dan Hammer2. Pendengarana. Ruang sunyi ( tingakat kebisingan 30 dB )b. Penala berfrekuensi512 Hz3. PenglihatanPropandus, Snellen ChartG. Cara Kerja1. Refleks Patelaa. Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntaib. Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepatc. Tangan pemeriksa memegang paha pasiend. Ketuk tendo patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang laine. Respon: pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai bawah

2. PendengaranTes Garpu Tala1) RINNEperbandingan air conduction ( AC ) dengan bone conduction (BC).a. Penala digetarkan pada punggung tangan atau siku, dengan tujuan supaya tidak terlalu keras ( meja, besi )Frekuensi yang dipakai biasanya 512 Hz.b. Tekankan ujung tangkai penala pada prosessis mastoideus salah satu telinga OP tangan pemeriksa tidak boleh menyentuh jari jari penala. c. Tanyakan kepada OP apakah ia mendengar bunyi penal amendengung di telinga yang diperiksa. Bila mendengar, OP disuruh mengacungkan jari telunjuk. Begitu tidak mendengar lagi, jari telunjuk diturunkan.d. Apada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari prosesus mastoideus OP dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat dekatnya ke depan liang telingan OP. Tanyakan Apakah OP mendengar dengungan itu. e. Catat hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut AC lebih lama atau sama dengan BC( Rinne = + : Bila OP masih mendengar dengungan melalui hantaran udara ) normal atau sensorineural hearing loss ( SNHL ) AC lebih kecil daripada BC( Rinne = - : Bila OP tidak lagi mendengar dengungan melalui hantaran udara ) conductive hearing loss ( CHL )2) SCHWABACH perbandingan BC antara penderita dan pemeriksaa. Getarkan penala berfrekuensi 512 seperti cara diatasb. Tekankan ujung tangkai penala opada prosesus mastoideus salah satu telinga OP c. Suruh OP mengacungkan jarinya pada saat dengungan bunyi menghilang.d. Pada saat itu dengan segera pemeriksaan memindahkan penala dari prosesus mastoiudeus OP ke prosesus mastoideus sendiri. Bila dengungan penala masih dapat didengar oleh pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMENDEK ( BC penderita kecil / pendek BC pemeriksa SNHL )Catatan : pada pemeriksaan menurut schwabach, telinga pemeriksa dianggap normal.e. Apabila dengungan penala yang telah dinyatakan berhenti oleh OP, juga tidak terdengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin SCHAWACH NORMAL ATAU SCHWABACH MEMANJANG. Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula mula ditekankan ke prosesus mastoideus pemeriksa sampai tidak terdengar lagi dengungan Kemudian, ujung tangkai penala seger aditekankan ke prosesus mastoideus OP Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP, hasil pemeriksaan ialan SCHWABACH MEMANJANG ( BC penderita panjang BC pemeriksa CHL ) Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa, huga tidak dapat didengar oleh OP maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH NORMAL ( BC penderita = BC pemeriksa )3) WEBER perbandingan kekerasan BC antara telinga kanan dan kiri.a. Getarkan penala yang berfrekuensi 512 seperti pada butir sebelumnya.b. Tekanlah ujung penala pada dahi OP di garis medianc. Tanyakan kepada OP, apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di kedua telinganya atau terjadi lateralisasi ?Aural dextra / telinga kanan ( AD ), aural sinistra ( AS ) AD = ASNormal AD/AS AD lebih keras dari ASLATERALISASI KANAN CHL AD / SNHL AS AD lebih kecil dari ASLATERALISASI KIRI CHL AS / SNHL AD

3. Penglihatan1. Probandus berdiri/duduk pada jarak 6 meter dari Optotype van snellen 2. Tinggi mata horizontal dengan Optotype van snellen 3. Mata diperiksa satu persatu,dengan memasang bingkai kacamata khusus pada orang percobaan dan tutup mata kirinya dengan penutup hitam khusus yang tersedia dalam kotak lensa. 4. Periksa visus mata kanan orang percobaan dengan menyuruhnya membaca huruf yang saudara tunjuk. Dimulai dari baris huruf yang terbesar (seluruh huruf) sampai baris huruf yang terkecil (seluruh huruf) yang masih dapat dibaca OP dengan lancar tanpa kesalahan. 5. Catat visus mata kanan orang percobaan 6. Ulangi peneriksaan ini pada mata kiri 7. Catat hasil pemeriksaan

BAB IIISI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil1. Pemeriksaan Indraa. Pemeriksaan Visus Optotype Snelen / StraubIdentitas ProbandusNama: Putri Dwi LestariUmur: 18 TahunHasil Pengukuran: 20 kakiPerhitungan Visus:Hasil pengukuran (kaki) x = 20 kaki x = 6 meter

Visus = Keterangan : 6 = jarak penderita dapat melihatX = jarak mata normal dapat melihat

Visus = =

Maka Interpretasi dari adalah :Orang normal dapat melihat tulisan papan optotype van snelen dengan jelas pada jarak 6 meter, sedangkan pasien hanya dapat melihat tulisan papan optotype van snelen dengan jelas pada jarak 6 meter.

b. Pemeriksaan Pendengaran Tes Garpu TalaIdentitas ProbandusNama: Alim WijayaUmur: 18 TahunHasil Pengukuran Rinne: AC = BC Rinne (+) Kemungkinan Diagnosa: - Normal Sensorineal hearing loss (SNHL) / Tuli SyarafHasil Pengukuran Scwabach: BC pm = BC pdKemungkinan Diagnosa: NormalHasil Pengukuran Weber: Webber (-) Kemungkinan Diagnosa: Normal Interpretasi dari hasil pemeriksaan adalah :RinneScwabachWeberKeterangan

AC = BC (+)BC pm = BC pdAD = AS( - )Normal

2. Pemeriksaan Reflek FisiologiRefleks PatellaIdentitas ProbandusNama: Alim WijayaUmur: 18 tahun Stimulus: ketukan pada tendon patellaRespons: ekstensi tungkul bawah karna kontraksi m.quadriceps femorisAffarent: neuron femoralis (L 2-3-4)Effarent: neuron femoralis (L 2-3-4)B. PembahasanPada pemeriksaan fungsi penglihatan dilakukan dengan memeriksa visus. Visus atau ketajaman penglihatan adalah kemampuan mata untuk melihat dengan jelas dan tegas. Visus dipengaruhi oleh media refrakta yaitu corpus vitreous, aquous humor, lensa, dan retina. Jenis pemeriksaan visus terdapat 4 cara yaitu visus Optotype Snellen / Straub, visus hitung jari, visus gerakan lambaian tangan, dan visus gelap terang. Untuk pemeriksaan visus Optotype Snellen / Straub dilakukan dengan cara probandus berdiri sejauh 6 meter dari optotype. Kemudian, probandus diminta menutup salah satu mata yang akan diperiksa visusnya kemudian membaca kombinasi huruf dari ukuran terbesar sampai terkecil. Berdasarkan percobaan pemeriksaan visus Optotype Snellen / Straub ini diperoleh data 6/6. Artinya, pada orang normal dapat membaca sejauh 6 meter, sedangkan probandus dapat melihat sejauh 6 meter. Pada mata normal, hasil pemeriksaan visus mata adalah , dari hasil tersebut probandus mempunyai mata yang normal ( Vaughan, 2000)Pada pemeriksaan fungsi pendengaran dilakukan dengan menggunakan garputala dengan frekuensi 512 Hz. Untuk pemeriksaan ini diperlukan ruangan yang sunyi atau tingkat kebisingannya 3 db. Terdapat 3 cara yaitu Rinne, Schwabach, dan Webber. Tes Rinne dilakukan untuk membandingkan hantaran melalui udara (AC ) dan tulang prosesus mastoideus ( BC ) yang diperiksa. Dengan cara : garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar garpu tala dipegang di depan telingan kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne Positif, apabila tidak terdengar disebut Rinne Negatif. Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang (Kalat, 2010).Tes Scwabach digunakan untuk membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa normal. Dengan cara : garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf, apabila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa. Hasil tes Schwabach sama menandakan kedua telinga normal (Kalat, 2010).Tes Weber merupakan perbandingan kekerasan BC antara auris dekstra dan auris sinistra. Tes ini dilakukan dengan cara menggetarkan penala dan tangkainya diletakkan di garis tengah kepala (di verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu). Bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut weber tidak ada lateralisasi. Hasil tes Weber tidak ada lateralisasi menandakan kedua telinga normal. Tes Weber menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih dari satu. Pada hasil lateralisasi kanan terdapat lima kemungkinan, yaitu

1) gangguan pendengaran konduksi kanan, telinga kiri normal; 2) gangguan pendengaran konduksi kanan dan kiri, tetapi telinga kanan lebih berat; 3) gangguan pendengaran sensorineural kiri, telinga kanan normal; 4) gangguan pendengaran sensorineural kanan dan kiri, tetapi telinga kiri lebih berat; dan 5) gangguan pendengaran konduksi kanan dan sensorineural kiri. Pada hasil lateralisasi kiri terdapat lima kemungkinan, yaitu

(1) gangguan pendengaran konduksi kiri, telinga kanan normal; (2) gangguan pendengaran konduksi kanan dan kiri, tetapi telinga kiri lebih berat;

(3) gangguan pendengaran sensorineural kanan, telinga kiri normal; (4) gangguan pendengaran sensorineural kanan dan kiri, tetapi telinga kanan lebih berat; dan (5) gangguan pendengaran konduksi kiri dan sensorineurak kanan (Kalat, 2010).Pada pemeriksaan indra pendengaran melalui Tes Garpu Tala ini, berdasarkan diagnosa yang diambil dari penemuan yang diperoleh ketika tes rinne, tes weber, dan scwabach maka dapat ditarik diagnosa awal bahwa probandus tidak memiliki kelainan pendengaran atau normal (Kalat, 2010).RinneScwabachWeberKeterangan

AC = BC(+)BC pm = BC pdAD = AS( - )Normal

Namun diagnosa ini tidak dapat dijadikan patokan dalam pemeriksaan, mengingat banyaknya faktor pengganggu yang dapat menimbulkan ketidak akuratan pemeriksaan, seperti : Suasana ruangan yang ramai sehingga hantaran udara yang membawa getaran suara dari garpu tala tidak bisa diterima auricula secara optimal(Pinel, 2009).Pada pemeriksaan syaraf dilakukan pemeriksaan fisiologi yaitu reflek patella. Pemeriksaan reflek mempunyai prinsip :1. membandingkan bagian tubuh yang satu dengan yang lain yang mempunyai fungsi fisiologi yang sama;2. probandus harus rileks; 3. stimulus yang diberikan kepada probandus tidak boleh terlalu kuat;4. mengarahkan hummer pada tendon (Sherwood, 2001).Pemeriksaan reflek patella dilakukan dengan cara menginstruksikan probandus untuk duduk dengan rileks. Cari tendon di daerah patella kemudian pegang muscullus quadrisep femoris. Beri stimulus dengan menggunakan hummer tetapi jangan terlalu keras. Lalu amati ada atau tidaknya reflek pada patella. Dari pemeriksaan diperoleh ekstensi dan kontraksi otot kuadriseps. Hal ini menunjukkan respon refleks pada orang normal maka sistem saraf di area ekstremitas bawah termasuk baik. Untuk perjalanan impulsnya, sebagai berikut : Rangsangan (ketukan pada patellae) impuls Reseptor Saraf sensorik/ afferent (N. Femoris) Medulla spinalis/ L3-L4 (pusat) N. Asosiasi/ perantara Saraf motorik (N. Femoris) Efektor (N. Quadratus femoris) (Sherwood, 2001)Pada Interpretasi refleks fisiologis tidak hanya menentukan ada/tidaknya kelainan dari sistem saraf refleks melainkan juga tingkatannya. Adapun kriteria penilaian hasil pemeriksaan refleks fisiologis adalah sebagai berikut (Sherwood, 2001):

Tendon Reflex Grading Scale GradeDescription

0Absent

+/1+Hypoactive

++/2+Normal

+++/3+Hyperactive without clonus

++++/4+Hyperactive with clonus

C. Aplikasi Klinis1. Refleka. Penyakit Parkinson Penyakit parkinson adalah gangguan gerakan dengan penyabab yang tidakdiketahui. Penyakit ini terutama menyerang neuron-neuron berpigmen yang mnegandung dopamin dari pars kompakta substansia nigra. Ditandai oleh gejala yang timbul secara lambat, tonus otot yang meningkat, dan tremor istirahat. Perlambatan gerakan volunter ditemukan terutama pada awal gerakan berjalan,memutar badan, dan mikrografia. Ekspresi fasial menurun, bicara monoton,volume suara kecil, dan kedipan mata berkurang. Postur tubuh kaku dan pasien berjalan lambat dengan dengan langkah kecil-kecil, dengan ayunan lengan berkurang dan keseimbangan postural menurun. Sering disertai fetsinasi. Tonus abnormal bersifat rigiditaslead-pipeatau cogwheel. Yang paling karakteristik dan seringkali terdapat pada awal penyakit adalah tremor istirahat yang bersifatasimetris, kasar (3-7 siklus per detik), seperti memulung pil (pill-rolling). Tetapi tremor menghilang bila otot berelaksasi total (Mansjoer, 2000 ).b. Ataksia FriedreichPenyakit ini menurun secara resesif dengan perubahan patologis dominan pada kolomna posterior,traktus spino serebellaris, dan traktus kortiko spinalis. Gejala umumnya timbul pada usia muda, 50% terdapat pada usia kurang dari 10 tahun. Penyakit ini berjalan secara progresif dan biasanya setelah 5 tahun pasien tak dapat berjalan lagi. Laki-laki lebih sering terkena dari pada wanita. Rata-rata usia kematian adalah 26,5 pada penyakit yang diturunkan secara resesif, dan 39,5 tahun pada penyakit yang diturunkan secara dominan. Gejala klinis:1. Terjadi ataksia sensorik maupun serebeller, terjadi inkoordinasi dari keduatungkai bawah. Mula-mula pasien sulit berdiri cepat dan berlari, kemudiantimbul kelelahan, nyeri pada tungkai, kaku setelah latihan berat. Dapat terjadikelemahan pada tangan setelah gangguan berjalan, kemudian bicara jadi rero, ambat, tidak jelas dan eksposif, lengan jadi ataksik dan dapat disertai intensio tremor. Akhirnya bicara, bernafas, menelan dan tertawa jadi takterkoordinasi.2. Rasa getar dan posisi dapat terganggu selanjutnya rasa raba, suhu dan nyeri terganggu. Romberg positif.3. Reflek tendo kedua tungkai ini menghilang akibat terputusnya jaras sensorikdari lengkung reflek.4. Refleks Babinski +5. Sering terjadi deformitas pada kaki. Terjadi pes cavus dengan arkus plantaryang tinggidan terjadi retraksi pada sensi jari dan fleksi sendi interphlalang6.6. Nystagmus + (biasanya horisontal).7. Peningkatan reflek rahang.8. Dapat disertai ketulian, vertigo, otik atrofi, kardiopati (pada setengah kasus). Gejala tersebut mirip dengan penyakit degenerasi spino cerebeller yang herediter, tetapi biasanya pada penyakit ini reflek meningkat.2. PendengaranTuli biasanya dibagi dua tipe:1. Disebabkan oleh kerusakan koklea atau nervus auditorius, yang biasanya masuk dalam kelas tuli saraf 2. Disebabkan oleh kerusakan mekanisme untuk menjalarkan suara kedalam koklea yang biasa disebut aplikasi klinis tuli konduksi Tetapi, jika koklea dan nervus auditorius dirusak, orang tersebut mengalami tuli permanen. AudiometerUntuk menentukan sifat kelainan pendengaran digunakan audiometer. Alat ini merupakan aerophone yang dihubungkan dengan osilator elektronik yang mampu memancarkan suara murni dari frekuensi rendah sampai frekuensi tinggi, instrument dikalibrasi sehingga tingkat intensitas nol dari suara pada setiap frekuensi adalah kekerasan yang hamper tidak dapat didengar orang normal. Tuli sarafPada tuli saraf kelainan ini mencakup kerusakan pada koklea, nervus auditorius atau sirkuit system saraf pusat dan telinga orang tersebut mengalami penurunan atau kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara. Tuli ini hampir terjadi pada orang tua. Pola pada tuli saraf terjadi sebagai berikut:1. Tuli untuk suara berfrekuensi rendah yang disebabkan oleh paparan berlebihan dan berkepanjangan terhadap suara yang sangat keras (pemusik rock atau ahli mesin) karena suara berfrekuensi rendah biasanya lebih keras dan lebih merusak organ Corti .2. Tuli untuk semua frekuensi yang disebabkan oleh sensitivitas obat terhadap organ Corti, khususnya sensitivitas obat terhadap beberapa antibiotic, seperti streptomisin, kanamisin dan kloramfenikol. Tuli konduksiTipe tuli konduksi yang sering ditemukan adalah tuli yang disebabkan oleh fibrosis telinga tengah setelah frekuensi berulang pada telinga tengahnatau fibrosis yang terjadi pada penyakit herediter yang disebut otosklerosis. Dalam kasus ini , gelombang suara tidak dapat dijalarkan secara mudah melalui osikel dari membrane timpani ke fenestra ovalis. Pada kasus ini, konduksi tulang pada dasarnya normal,tetapi konduksi udara sangat tertekan pada semua frekuensi , terutama pada frekuensi rendah. Pada beberapa kasus tuli konduksi, permukaan wajah stapes membrane terankilosis oleh pertumbuhan tulang yang berlebihan ke tepi fenestra ovalis. Dalam kasus ini, orang tersebut menjadi tuli total konduksi udara, tetapi dapat mendengar normal kembali secara hampir normal dengan mengangkat stapes dan menggantikannya dengan prosthesis baja atau Teflon halus yang menjalarkan suara dan inkus ke fenestra ovalis.

3. PendengaranHipermetropi / rabun dekat 1. DefinisiHipermetropiHipermetropi / Rabun dekat adalah keadaan di mana berkas cahaya yang masuk ke mata difokuskan di belakang retina.

2 Penyebab Hipermetropipenyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu:1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina (lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemahHipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreus humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis. Pada penderita Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula darah di bawah normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan vitreus humor tersebut)3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak AdekuatHipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.4. Perubahan posisi lensa.Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih posterior.

3. Gejala HipermetropiSakit kepala frontal, memburuk pada waktu mulai timbul gejala hipermetropi dan makin memburuk sepanjang penggunaan mata dekat. Penglihatan tidak nyaman (asthenopia) ketika pasien harus focus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama, misalnya menonton pertandingan bola. Akomodasi akan lebih cepat lelah ketika terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.

Miopi1. DefinisiMiopiRabun jauh merupakan gangguan pada mata yang dianggap wajar atau lumrah oleh sebagian besar orang. Banyak di antara kita yang terserang jenis gangguan kesehatan mata tersebut karena mudah mengidentifikasi seperti memakai kacamata atau sulit mengenali orang dan membaca huruf kecil dari jarak jauh. Mata rabun jauh sulit untuk disembuhkan serta cenderung bertambah parah, sehingga diperlukan pencegahan atau penghindaran terhadap miopi mata (Ilyas, HS. 2002)

2. Penyebab MiopiBerikut ini adalah hal-hal yang bisa menyebabkan mata minus :1. Jarak terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain videogames, main komputer, main hp ponsel, dll. Mata yang dipaksakan dapat merusak mata. Pelajari jarak aman aktivitas mata kita agar selalu terjaga kenormalannya.2. Terlalu lama beraktifitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan komputer, di depan layar monitor, di depan mesin, di depan berkas, dan lain-lain. Mata butuh istirahat yang teratur dan sering agar tidak terus berkontraksi yang monoton.3. Tinggal di tempat yang sempit penuh sesak karena mata kurang berkontraksi melihat yang jauh-jauh sehingga otot mata jadi tidak normal. Atur sedemikian rupa ruang rumah kita agar kita selalu bisa melihat jarak pandang yang jauh.4. Kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca sambil tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah sinar matahari langsung yang silau, menatap sumber cahaya terang langsung, dan lain sebagainya.5. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok untuk mata dapat mengganggu kesehatan mata seperti sering kelamaan memakai helm, lama memakai kacamata yang tidak sesuai dengan mata normal kita, dan sebagainya.6. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga kurang mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja terlalu diporsir. Vitamin A, betakaroten, ekstrak billberry, alpukat, dan lain sebagainya bagus untuk mata(Ilyas, HS. 2002.)

3. GejalaMiopiGejala umum miopia antara lain:-Mata kabur bila melihat jauh-Sering sakit kepala-Menyipitkan mata bila melihat jauh (squinting / narrowing lids)-Lebih menyukai pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dekat disbanding pekerjaan yang memerlukan penglihatan jauh.Pada mata didapatkan:- Kamera Okuli Anterior lebih dalam- Pupil biasanya lebih besar- Sklera tipis- Vitreus lebih cair- Fundus tigroid- Miopi crescent pada pemeriksaan funduskopi(Ilyas, HS. 2002.)

(Anonim, 2009)Astigmatisme1. Definisi AstigmatismeAstigmatisme atau mata silindris merupakan kelainan pada mata yang disebabkan oleh karena lengkung kornea mata yang tidak merata. Kelainan refraksi ini bisa mengenai siapa saja tanpa peduli status sosial, umur dan jenis kelamin(Guyton & Hall,1997)Bola mata dalam keadaan normal berbentuk seperti bola sehingga sinar atau bayangan yang masuk dapat ditangkap pada satu titik di retina (area sensitif mata). Pada orang astigmatisme, bola mata berbentuk lonjong seperti telur sehingga sinar atau bayangan yang masuk ke mata sedikit menyebar alias tidak fokus pada retina. Hal ini menyebabkan bayangan yang terlihat akan kabur dan hanya terlihat jelas pada satu titik saja. Disamping itu, bayangan yang agak jauh akan tampak kabur dan bergelombang ((Guyton & Hall,1997)2. Penyebab AstigmatismeAstigmatisme umumnya diturunkan dan sering muncul sejak anak anak. Selain itu, astigmatisme juga bisa disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada kornea, kebiasaan membaca yang buruk dan kebiasaan menggunakan mata untuk melihat objek yang terlalu dekat (Guyton & Hall,1997)3. Gejala AstigmatismePenderita astigmatisme yang belum diobati akan sering mengeluh sakit kepala, kelelahan pada mata dan kabur saat melihat benda berjarak dekat maupun jauh. Jika mengalami gejala tersebut dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya anda segera ke dokter mata untuk melihat kemungkinan terjadinya astigmatisme(Guyton & Hall,1997)

BAB IIIKESIMPULAN

Dalam praktikum pemeriksaan dan sistem saraf terdapat beberapa interpretasi yang menyatakan seorang pasien itu normal. Tes garputala.RinneScwabachWeberKeterangan

AC = BC(+)BC pm = BC pdAD = AS( - )Normal

Refleks patella.Apabila otot sendi lutut melakukan ekstensi maka interpretasi normal. Tes snellen card.Interpretasi normal adalah Visus = pada penderita dapat melihat pada jarak 6 m.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Astigmatisma (Mata Silindris), http://www.blogdokter.net/2009/02/12/astigmatisme-mata-silindris/, diakses pada tanggal 11 November 2014.Anonim, 2009, Hal Umum Penyebab Mata Menjadi Rabun Jauh/Miopi/Myopia (Mata Minus), http://www.organisasi.org/1970/01/hal-umum-penyebab-mata-menjadi-rabun-jauh-miopi-myopia-mata-minus.html, diakses tanggal 11 November 2014.Anonim. -. Definisi:Refleks Babinski. http://kamuskesehatan.com/. Diakses tanggal 11 Desember 2012.Arif, Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI, Jakarta. Ganong, W.F., 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Guyton & Hall.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.Buku Kedokteran EGC:JakartaIlyas, HS. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi Dua, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia tahun 2002. Jakarta : Sagung Seto.Kalat, J. W. 2010. Biopsikologi. Jakarta: Salemba Humanika.Pinel, J.P.J., 2009. Stres dan Kesehatan. Dalam: Biopsikologi Edisi ke- 7.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC.Vaughan, Daniel G.2000. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam : Oftalmia Umum. Jakarta : Widya Medika.

14