bab i pendahuluan(1)

Upload: deaswastika

Post on 30-Oct-2015

87 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gkjkl

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKaries merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktifitas jasad renik yang ada dalam karbohidrat yang diragikan. Pemeriksaan karies menurut WHO direkomendasikan pada umur tertentu, salah satunya adalah pada anak usia 12 tahun. Pada usia 12 tahun penting untuk diperiksa karena semua gigi permanen diperkirakan sudah erupsi kecuali gigi molar tiga. Sampai sekarang, karies masih merupakan masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Data dari Bank WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO menunjukan bahwa rata-rata pengalaman karies (DMFT) pada anak usia 12 tahun cukup tinggi. Di indonesia untuk kelompok usia yang sama, prevalensi kariesnya mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya.1Karies gigi disebabkan oleh banyak faktor namun ada tiga faktor utama yang memegang peranan dalam terbentuknya karies yaitu faktor host atau mikroorganisme, faktor substrat atau diet, dan ditambah faktor waktu. Pada faktor substrat yang menjadi penyebab karies adalah karbohidrat terutama sukrosa. Konsumsi sukrosa dan beberapa fermentasi karbohidrat dimetabolisme menjadi asam oleh bakteri sehingga bakteri Streptococcus mutans berkembang. Substrat atau diet berhubungan dengan pola makan dimana pola makan ini berhubungan dengan frekuensi mengonsumsi makanan yang nantinya dapat menimbulkan karies. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses demineralisasi.2-4 Jajanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Jajanan umumnya mengandung karbohidrat terutama sukrosa yang merupakan salah satu penyebab terjadinya karies. Selain itu, jajanan umumnya dimakan diluar jam-jam makan atau di antar jam-jam makan. Konsumsi makanan kariogenik yang sering dan berulang-ulang akan menyebabkan pH plak tetap di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi enamel dan terjadilah pembentukan karies. Anak-anak dan makanan jajanan merupakan dua hal yang sulit dipisahkan. Anak-anak memiliki kegemaran mengonsumsi jenis jajanan secara berlebihan, khususnya anak-anak sekolah dasar (6-12 tahun). Sehari-hari banyak dijumpai anak-anak yang selalu dikelilingi penjual makanan jajanan, baik yang ada di rumah, di lingkungan tempat tinggal hingga di sekolah.3 Pola makan, komposisi gizi, kesehatan mulut yang buruk dan akumulasi plak akan berinteraksi dan memiliki peranan dalam terbentuknya karies. Pola makan dan frekuensi konsumsi yang terdapat dalam pola jajan anak merupakan faktor utama terjadinya diet kariogenik. Asupan gula yang tinggi ditambah kebersihan mulut yang buruk akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies. Dari penelitian yang dilakukan Holt di Inggris dihasilkan bahwa anak-anak yang mengonsumsi snack dan minuman bergula empat kali atau lebih dalam sehari dihasilkan deft lebih tinggi (1,69) dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi hanya sekali per sehari (1,01). Penelitian ini didapatkan jika asupan gula kurang dari empat kali sehari dapat menurunkan level karies.Penelitian lain yang dilakukan oleh Akarslan didapat skor DMFT pada anak yang memiliki kebiasaan jajan yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak memiliki kebiasaan jajan. Anak yang tidak memiliki kebiasaan jajan memiliki skor DMFT 5,2 3,59 sedangkan anak yang memiliki kebiasaan jajan memiliki skor DMFT 5,9 3,23.1, 5Penelitian ini dilakukan pada anak sekolah dasar karena anak-anak umumnya lebih suka jajan dibandingkan dengan remaja atau orang dewasa. WHO menganjurkan untuk memeriksa anak usia 12 tahun, karena merupakan usia kritis untuk pemeriksaan kesehatan gigi. Oleh karena itu, subjek penelitian ini dilakukan pada anak kelas 6 Sekolah Dasar.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan: Apakah ada hubungan antara pola jajan dengan pengalaman karies pada murid kelas 6 SD di Kecamatan Medan Kota?

1.3 Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah :1. Untuk mengetahui pola jajan pada murid kelas 6 SD di kecamatan Medan Kota.2. Untuk mengetahui pengalaman karies pada murid kelas 6 SD di kecamatan Medan Kota.3. Untuk mengetahui hubungan antara pola jajan dengan pengalaman karies pada murid kelas 6 SD di kecamatan Medan Kota.

1.4 HipotesisHipotesis penelitian ini adalah ada hubungan pola jajan dengan pengalaman karies gigi pada murid kelas 6 SD di kecamatan Medan Kota.

1.5 Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini adalah :1. Sebagai bahan masukan kepada orang tua dan pihak sekolah untuk mengontrol jenis dan frekuensi jajan anak, serta jenis jajanan yang disediakan di kantin sekolah.2. Sebagai bahan masukan kepada orang tua dan pihak sekolah untuk memotivasi anak dalam menjaga kebersihan rongga mulut.3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan pola jajan dengan pembentukan karies dan sebagai bahan untuk melakukan penyuluhan.4. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Karies gigiKaries adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Ditandai dengan demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian di ikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks sehingga dapat menyebabkan rasa ngilu sampai rasa nyeri.2,13Karies dapat terjadi karena adanya sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat dalam mulut dapat berubah menjadi asam laktat dalam waktu tertentu, sehingga pH mulut menjadi menurun sampai dibawah 5,5 dalam tempo waktu 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang ini akan tetap menahan plak di bawah normal dan menyebabkan terjadinya demineralisasi email.6,8Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya karies pada anak. Tetapi faktor utama yang dapat menyebabkan munculnya karies yaitu adanya interaksi antara substrat (makanan), mikroorganisme, host (gigi dan saliva) dan waktu.2,6,7 a. SubstratSubstrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangan mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.2 Hasil penelitian menunjukan bahwa anak yang mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi. Hal ini disebabkan karena sintesa polisakarida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat dibandingkan glukosa, fruktosa dan laktosa.6 Sebaliknya anak dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak ada karies.2,6 Hal ini penting untuk menunjukan bahwa karbohidrat mempunyai peranan penting dalam terjadinya karies.2b. MikroorganismeAdanya flora bakterial mulut dalam pembentukan plak merupakan peranan penting dalam terbentuknya karies.6 Plak gigi merupakan lapisan lunak yang berisi bakteri beserta produk-produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi yang tidak dibersihkan.3,6,12 Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui tahapan.6,13Bakteri yang paling banyak ditemui pada awal pembentukan plak adalah Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis, dan Streptokokus salivarius. Selain itu, juga dijumpai jenis Lactobacillus dan jenis Actinomyces.2,3,6,7,12 c. Host (gigi dan saliva)Komposisi dari gigi yang paling luar terdiri dari enamel. Permukaan enamel sangat padat dan keras dibandingkan dengan jaringan yang ada dibawahnya. Struktur enamel sangat menentukan dalam proses terjadinya karies.2,12Disamping itu adanya variasi dari morfologi gigi dapat mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies.12 Seperti daerah pit dan fissur pada permukaan oklusal molar dan premolar merupakan bagian yang sangat mudah terjadinya perlekatan dari plak, sehingga sangat mudah diserang karies.2,6,7,12d. WaktuWaktu terbentuknya karies bergantung pada adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies.12 Bila saliva ada di dalam lingkungan mulut, maka karies tidak akan merusak gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam hitungan bulan atau tahun.2,12

Gambar 1. Skema yang menunjukan hubungan host, agen, substrat dan waktu sebagai faktor etiologi utama karies.2

Selain keempat faktor utama diatas, ada juga faktor lain yang memiliki keterkaitan dengan resiko terjadinya karies. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah pengalaman karies, kebiasaan makan, faktor sosial ekonomi, penggunaan fluor, kontrol plak, saliva dan kondisi kesehatan umum.2,14,15a. Pengalaman kariesHasil epidemiologi menyatakan bahwa ada hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies dimasa yang akan datang.2,6,8,12 Penelitian yang dilakukan Skeie dkk mengatakan bahwa anak yang memiliki karies pada molar kedua sulung mempunyai resiko karies tinggi pada molar pertama permanen saat berusia sepuluh tahun.18 Pengalaman karies dapat di ukur dengan menggunakan indeks karies.3,8,12 Indeks merupakan ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan terhadap suatu penyakit tertentu.2 Untuk data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan sama. Indeks karies pada anak yang lebih sederhana dapat digunakan indeks DMFT (decayed missing filled tooth) dari Klein.2Indeks DMFT tidak menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M yang terdiri dari Mi (missing indicated) yaitu gigi tetap yang sudah tidak bisa ditambal lagi dan harus dicabut serta Me (missing extracted) yaitu gigi tetap yang sudah dicabut dan F (gigi yang ditumpat) kemudian dijumlahkan sesuai kode.2b. Kebiasaan makanAnak dengan kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung sukrosa di antara jam makannya lebih cenderung memiliki resiko karies yang tinggi.3,14 Faktor makanan yang dapat dihubungkan dengan kejadian karies adalah jumlah fermentasi, konsentrasi dan bentuk fisik (cair, tepung, padat) dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi dimulut, frekuensi makan dan snack serta lamanya interval waktu makan.8,15

c. Riwayat sosialBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pieper, dkk tahun 2012 diperoleh bahwa skor DMFT anak-anak dengan sosial ekonomi tinggi lebih rendah daripada anak-anak dengan sosial ekonomi rendah.11 Hal ini disebabkan karena anak dari status ekonomi rendah lebih banyak memakan makanan ringan dan rendahnya pengetahuan tentang kesehatan gigi serta jarang melakukan pengobatan ke dokter gigi sehingga gigi yang bebas karies lebih sedikit.14,15d. Pemakaian fluorFluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri melalui perubahan hidroksiapatit pada enamel menjadi fluorapatit.17 Enamel yang lebih banyak mengandung fluor akan lebih tahan terhadap asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan proses remineralisasi. Pada anak yang tidak menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor dapat meningkatkan resiko karies.13,17 Dilaporkan bahwa meminum air yang mengandung fluor dan penggunaan pasta gigi atau produk lain yang mengandung fluor dapat meningkatkan konsentrasi fluor di saliva dalam mulut. Konsentrasi kembali ke tingkat sebelumnya dalam waktu 1 - 2 jam selama saliva berfungsi sebagai sumber fluor untuk konsentrasi dalam plak dan remineralisasi gigi.8,17e. Kontrol plakMenghilangkan plak merupakan hal penting dalam meminimalkan salah satu faktor etiologi karies.8 Plak gigi merupakan faktor risiko untuk gigi karies karena karies adalah hasil dari aktivitas metabolisme dalam biofilm.14 Namun, tidak berarti semua pasien dengan kontrol plak yang buruk pasti akan mengembangkan karies tetapi hal ini menjelaskan bahwa kebersihan mulut adalah landasan pengendalian karies pada pasien berisiko tinggi.14,15 f. Saliva Saliva berperan sebagai perlindungan utama terhadap karies.8 Anak yang beresiko karies tinggi memiliki aliran saliva yang rendah dimana tingkat unstimulated salivary flow (USF) < 0,1 ml per menit dan stimulated salivary flow (SSF) < 0,7 ml per menit.13,14

Gambar 2. Salivary flow dan hubungannya dengan resiko karies. Sumber: Journal of Oral Health Community Dentistry ( 2011).14

Saliva juga mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat.8,13 Kemampuan saliva dalam remineralisasi dapat meningkat jika ada ion flour. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH dari rongga mulut.13g. Medical historyKondisi kesehatan pada anak sangat berpengaruh pada resiko karies. Anak dengan ketidakmampuan belajar atau cacat fisik terutama cacat tangan memerlukan perhatian khusus secara terus menerus disebabkan karena anak ini mempunyai keterbatasan untuk melakukan prosedur membersihkan mulutnya dan membutuhkan bantuan orang lain.8,14,15 Ketergantungan pada orang lain ini dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya karies.15

2.2 Pola JajanMakanan jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan anak sekolah dasar. Konsumsi dan kebiasaan jajan anak sekolah turut mempengaruhi kontribusi terhadap kecukupan gizi dan status kesehatan gigi anak.20Pada umumnya makanan jajanan terdiri atas makanan berat seperti nasi, mie bakso, makanan fast food, makanan ringan seperti berbagai jenis kue kecil, basah maupun kering, makanan semi basah, seperti jenis bubur dan minuman. Pola jajan merupakan jenis dan frekuensi jajan yang dapat menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi dan mempengaruhi pembentukan plak.20,21 Kebiasaan anak mengonsumsi makanan jajanan meliputi frekuensi makan jajanan, waktu makan dan jenis makanan yang sifatnya kariogenik. Frekuensi makan pada anak sangat bervariasi dan mereka sangat suka makan makanan ringan diantara waktu makan, hal inilah yang menyebabkan penumpukan plak yang banyak karena proses demineralisasi terus terjadi sebelum tubuh sempat melakukan proses remineralisasi.8,20Waktu makan pada anak juga sangat berpengaruh karena mereka suka mengkonsumsi glukosa seperti permen, karamel, coklat dan lain-lain di sela-sela waktu makan, akibatnya sukrosa yang dikonsumsi akan bertumpuk dan bakteri akan menfermentasi karbohidrat kemudian melekat pada gigi dan mendukung pembentukan plak. Makanan yang memiliki sifat fisik keras akan menjadi lengket bila bercampur dengan saliva. Makanan yang baik dikonsumsi bagi kesehatan jaringan periodonsium adalah makanan yang berserat karena memicu aliran saliva.8Tabel 1. Jenis-jenis makanan yang berpotensi menyebabkan karies.22

Potensi KariesJenis makanan

Tinggi Permen, kue, crackers, buah kering, biscuit coklat, ice cream, selai, dan wafer.

SedangJus buah, manisan, sirup, minuman ringan, dan roti

RendahBuah segar, dan sayur segar

Mampu menghambat kariesSusu murni, keju, dan xylitol.

Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh murid SD adalah coklat, roti, es krim, gorengan, mie, minuman ringan, dan permen dan mereka jarang jajan buah-buahan seperti rujak.21

2.3 Hubungan Karies dan Pola JajanJenis makanan yang paling sering dikonsumsi oleh anak sekolah adalah karbohidrat yang diantaranya termasuk sukrosa dan glukosa. Sebuah penelitian menympulkan bahwa makanan dan minuman yang mengandung gula dapat diragikan oleh bakteri tertentu yang menyebabkan penurunan pH dalam waktu tertentu akan demineralisasi permukaan gigi yang menyebabkan terjadinya karies gigi.10Periode penurunan pH secara kritis dapat menyebabkan terjadinya karies terutama tergantung dari jenis dan frekuensi karbohidrat yang dikonsumsi, komposisi mikroba biofilm gigi dan faktor saliva. Sukrosa dan monosakarida menginduksi pH penurunan cepat dan mendalam, dan dengan demikian meningkatkan risiko karies.10Dilaporkan hampir semua anak (97%) makan makanan ringan setiap hari, dan 60% nya makan 1-2 makanan manis setiap harinya. Proporsi anak yang mengalami karies meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah makanan manis yang dimakan setiap hari nya.10

Gambar 3. Grafik proporsi anak dengan karies yang dihubungkan dengan jumlah makanan manis yang dikonsumsi.10

Dalam kurva Stephan juga dijelaskan disaat pH rongga mulut dibawah 5,5 maka akan terjadi demineralisasi pada gigi, dan tingkat pH akan tetap berada pada batas ini dalam waktu 20 menit. pH akan kembali ke tingkat normal ketika beristirahat tanpa makan sekitar 45 sampai 60 menit.13,16,18Makanan manis atau makanan kariogenik bertahan 20- 30 menit tidak berbahanya. Akan tetapi apabila lebih dari 20 menit makanan tersebut akan bersifat asam dan gigi akan mengalami kerusakan lebih cepat karena keadaan ini. Setelah memakan makanan kariogenik pH plak akan menurun dengan cepat yang dapat menghancurkan email . pH ini akan bertahan dalam waktu 30 sampai 60 menit sebelum mencapai pH normal. Sebaiknya dalam sehari kebiasaan mengemil dibatasi 4 kali/ hari agar gigi mempunyai waktu untuk menetralisir asam yang ada dalam mulut.8,21

Gambar 5. Kurva Stephan yang kurang baik, adanya pola makan yang sering disela-sela jam makan utama menyebabkan pH rongga mulut tidak stabil.16 Gambar 4. Kurva Stephan yang normal, adanya pola makan dapat mengembalikan pH rongga mulut ke tingkat normal.16

Penelitian yang dilakukan Johansson, dkk menunjukan bahwa proporsi karies secara signifikan lebih tinggi pada anak yang mengonsumsi sereal, buah kering, es krim, permen dan kue.10

2.4 Kerangka Konsep

PENGALAMAN KARIESD (decay)Mi (missing indicated)Me (missing extracted)F (filling)POLA JAJANJenis jajanJajanan yang berpotensi tinggi menyebabkan kariesJajanan yang berpotensi sedang menyebabkan kariesJajanan yang berpotensi rendah menyebabkan kariesJajanan yang menghambat kariesFrekuensi JajanSangat seringSeringKadang-kadangHampir tidak pernah Variabel Bebas Variabel Terikat

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Jenis Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu). Disebut dengan penelitian analitik karena penelitian ini diarahkan untuk menguraikan dan atau menjelaskan apa yang menjadi permasalahan, tujuan penelitian dan mencari hubungan antar variabel. Pendekatan cross sectional digunakan untuk mencari hubungan antara faktor resiko (pola konsumsi jajanan) dengan efek (pengalaman karies).

3.2 Lokasi penelitian dan Waktu penelitian3.2.1 Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di 4 SD Negeri dan 2 SD Swasta di Kecamatan Medan Kota.3.2.2 Waktu PenelitianPenelitian dilakukan selama dua bulan, dimulai dari bulan Mei hingga bulan Juni 2013.

3.3 Populasi dan sampel3.3.1 PopulasiPopulasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi SD kelas VI di Kecamatan Medan Kota. Menurut data sekunder dari Dinas Pendidikan Kota Medan jumlah Sekolah Dasar yang ada di kecamatan Medan kota sebanyak 20 Sekolah Dasar dengan populasi siswa SD kelas VI sekitar 1400 orang.3.3.2 SampelPengambilan sampel dilakukan dengan teknik multistage random sampling, dimana dalam Kecamatan Medan Kota terdapat 20 SD, yang terdiri dari 15 SD Negeri dan 5 SD Swasta. Kemudian dari populasi tersebut diambil 4 SD Negeri dan 2 SD Swasta yang akan dijadikan sampel. Untuk mendapatkan besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jumlah sampel untuk estimasi proporsi. Penggunaan rumus dibawah ini dilakukan karena penelitian ini menggunakan skala pengukuran kategorikal yaitu skala nominal. Skala nominal tidak mempunyai makna besaran, tetapi hanya sekedar pemberian label.n = Z2.P.Q d2 = 1,962. 0,50 . (1-0,50) (0,05)2 = 384 sampelDengan ketentuan :n: jumlah sampelZ : deviat baku alfa = 1,96P : proporsi kategori variabel yang diteliti = 50 %Q: 1- P = 1- 0,50 = 0,50d : presisi (0,05)Dari rumus tersebut, presisi penelitian berarti kesalahan penelitian yang masih bisa diterima untuk memprediksi proporsi yang akan diperoleh yaitu 5% karena peneliti ingin mendapatkan hasil penelitian yang lebih tepat. Jadi, besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 384 atau 400 orang, dimana setiap sekolah akan diambil 70 siswa kelas VI sehingga didapat besar sampel yang dibutuhkan.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional3.4.1 Variabel PenelitianVariabel penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pola jajan yang terdiri atas jenis jajanan dan frekuensi jajan, sedangkan variabel tergantungnya adalah pengalaman karies.3.4.2 Definisi OperasionalA. Jenis jajanan: makanan dan minuman yang dimakan di antara waktu makan. Jenis jajanan dikelompokkan atas;1. Jajanan yang berpotensi tinggi menyebabkan karies:a. permen, coklat;b. kue, biscuit (oreo, biskuat susu, lemonia), buah kering, donatc. keripik (potatochips, lays, Qtela)d. ice cream2. Jajanan yang berpotensi sedang menyebabkan karies: a. jus buah, sirup buah, teh botol, teh manis, fruit tea, cappuccino, top ice, coca-cola, sprite, fanta, yoghurt, manisan (jelly);b. roti isi, bakso/ mie bakso, somay, mie goreng, mie aceh, humburger, pizza;c. kerupuk dan goreng-gorengan.3. Jajanan yang berpotensi rendah menyebabkan karies:a. pecel, gado-gado;b. rujak.4. jajanan yang menghambat karies:a. susu murnib. keju (keju craft)c. permen karet xylitolB. Frekuensi jajan: seberapa sering responden mengonsumsi jajanan yang dikelompokkan atas:1. Sangat sering : > 2 kali/hari2. Sering : sekali sehari3. Kadang-kadang : beberapa kali seminggu4. Hampir tidak pernah/ tidak pernah: 1 kali seminggu atau tidak pernahC. Pengalaman karies gigi adalah pengalaman responden terhadap D, M, F gigi permanen.1. D (decayed) adalah gigi tetap dengan lesi karies atau berlubang belum ditambal. Gigi dicatat sebagai karies apabila pit dan fisur berwarna kehitaman dan ujung sonde menyangkut; jaringan permukaan gigi terasa lunak dan ujung sonde terasa masuk ke dalam; gigi yang mempunyai tambalan sementara.2. Mi (missing indicated) adalah gigi tetap dengan lesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan harus dicabut, yaitu karies gigi yang meluas; gigi tinggal radiks; karies dengan polip pulpa. Me (missing extracted) adalah gigi tetap yang sudah dicabut.3. F (filling) adalah gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal sempurna.Kategori DMFT 0 1,1 = sangat rendah1,2 2,6 = rendah2,7 4,4 = sedang4,5 6,5 = tinggi > 6,5 = sangat tinggiD. Perilaku pembersihan rongga mulut adalah tindakan yang dilakukan anak sesudah jajan (kumur-kumur dan sikat gigi), prilaku menyikat gigi, dan penggunaan fluor.

3.5 Metode Pengumpulan Data/ Pelaksanaan Penelitiana. Pengambilan data anak dilakukan di sekolah pada ruang yang telah disediakan pihak sekolah dengan penerangan yang cukup.b. Setiap 10 anak sesuai dengan absensi dipanggil dari kelasnya dan dikumpulkan di ruang pemeriksaan. Kemudian anak dipersilahkan duduk di bangku yang telah disediakan. c. Peneliti mewawancarai anak untuk mendapatkan data tentang identitas anak, pola jajan anak, dan mencatatnya pada kuesioner yang telah disediakan.d. Pemeriksaan karies dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar dan sonde tajam setengah lingkaran dengan penerangan senter untuk mengetahui skor DMFT responden. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah indeks DMFT menurut Klein. Pemeriksaan dilakukan oleh tim yang terdiri atas pemeriksa dan pencatat. Dua hari sebelum penelitian dilakukan kalibrasi pada tim untuk menyamakan persepsi agar hasil yang diperoleh lebih baik.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data3.6.1 Pengolahan DataPengolahan data dilakukan secara manual. Data yang diperoleh diedit dan ditabulasi dengan menggunakan kartu koding (coding card). Kemudian data dimasukan kedalam program komputer untuk di analisis dengan uji statistik. Data yang telah dianalisa disajikan dalam bentuk tabel untuk melihat hubungan pola jajan dan pengalaman karies berdasarkan frekuensi jajan pada murid kelas 6 SD di Kecamatan Medan Kota.3.6.2 Analisis DataData hubungan pola jajan dan pengalaman karies (skor DMF-T) yang diperoleh dari kuesioner dianalisa dengan uji statistik Anova.

3.7 Etika PenelitianEtika penelitian dalam penelitian ini mencakup: 1. Lembar persetujuan (informed consent)Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.2. Ethical ClearancePeneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.

DAFTAR PUSTAKA1. Akarslan ZZ, Sadik B, Sadik E, Erten H. Dietary habits and oral health related behaviors in relation to DMFT indexes of group of young adult patients attending a dental school. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2008; 13(12): E800-7.2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 4-24.3. Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies. Edisi 2. Alih Bahasa. Sumawinata N, Faruk S. Jakarta: EGC, 1992: 1-9, 73-74.4. Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press, 1995: 1-25.5. Moyhan P, Petersen PE. Diet, nutrition and the prevention of dental diseases. Public Health Nutrition 2001; 7(1A): 201-26.6. Schururs BH. Patologi gigi geligi. Alih Bahasa. Sutatmi S. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press, 1992: 135-143.7. Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates, 1995: 1-24.8. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Tesis: Medan: Universitas Sumatera Utara, 2005: 130-4.9. Jurnal Gender dan Karies10. Johansson I, Holgerson L, Kressin N. Snacking habits and caries in young children. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC29691. 28 Mei 2013.11. Pieper K, Dressler S. The influence of social status on pre-school childrens eatimh habits, caries experience and caries prevention behavior. Int J Public Health 2012 Feb; 57(1): 207-15.12. Houwink B. Ilmu kedokteran gigi pencegahan. Alih Bahasa. Sutatmi S. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press, 1993: 186-195.13. Hurlbutt M. Dental caries: A pH-mediated disease. CDHA Journal-Winter 2010; 25(1): 9-15.14. Basavaraj P, Khuller N. Caries risk assessment and control. J Oral Health Comm Dent 2011; 5(2): 58-63.15. SIGN. Preventing dental caries in children at high caries risk. www.sign.ac.uk/pdf/sign47.pdf. 28 Mei 2013. 16. Workman J. Stephan Curve. http://jamiethedentist.com/dental-caries-decay/stephan-curve. 28 Mei 2013.17. CDC. Recommendations for using fluoride to prevent and control dental caries in united states. MMWR August 17, 2001; 50(RR14): 1-42.18. Skeie M, Raadal M. The relationship between caries in the primary dentition at 5years of age and permanent dentition at 10years of age a longitudinal study. International Journal of Paediatric Dentistry My 2006; 16(3): 152-160.19. The Oral Environment. Stephan Curver: The Basics. http://jamiethedentist.com/dental-caries/stephan-curve. 28 Mei 2013.20. Syahfitri Y, Hidayat S, Yayuk F. Kebiasaan jajan siswa sekolah dasear. Bogor: Jurnal Gizi dan Pangan. 2009; 4(3): 167-175.21. Siagian A, Dumasari B. Hubungan kebiasaan makan dan pemeliharaan kesehatan gigi dengan karies gigi pada Anak SD 060935 di Jalan Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan pada Tahun 2008. Medan: Jurnal Hubungann Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan. 2008; 109-118.22. Anderson J, Brown L. Dental nutrition. www.dentalgentlecare.com. 7 Juni 2013.

1