bab i pendahuluan - unjani

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan internasional didefinisikan sebagai studi tentang interaksi antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintah, kesatuan sub nasional seperti birokrasi dan pemerintah domestik serta individu-individu. Tujuan dasar studi hubungan internasional adalah mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku para aktor negara maupun non-negara, di dalam arena transaksi internasional. Perilaku ini bisa berwujud kerjasama, pembentukan aliansi, perang, konflik serta interaksi dalam organisasi internasional. 1 Dalam kajiannya, hubungan internasional merupakan suatu studi tentang hubungan antar aktor yang melewati batas-batas negara. Berakhirnya perang dingin yang ditandai dengan berakhirnya persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah memberikan perubahan terhadap isu-isu hubungan internasional. Seperti yang kita ketahui bahwa pada era Perang Dingin, isu-isu hubungan internasional lebih terfokus pada masalah internasional yang lebih bersifat tradisional atau militer yang biasa sering disebut isu-isu high politics seperti isu politik dan keamanan, namun paradigma tersebut mengalami perubahan pasca Perang 1 Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta : LP3ES, 1994) 28. 1

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan internasional didefinisikan sebagai studi tentang interaksi

antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang

meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintah,

kesatuan sub nasional seperti birokrasi dan pemerintah domestik serta

individu-individu. Tujuan dasar studi hubungan internasional adalah

mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku para aktor negara maupun

non-negara, di dalam arena transaksi internasional. Perilaku ini bisa

berwujud kerjasama, pembentukan aliansi, perang, konflik serta interaksi

dalam organisasi internasional.1

Dalam kajiannya, hubungan internasional merupakan suatu studi

tentang hubungan antar aktor yang melewati batas-batas negara.

Berakhirnya perang dingin yang ditandai dengan berakhirnya persaingan

ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah memberikan

perubahan terhadap isu-isu hubungan internasional. Seperti yang kita

ketahui bahwa pada era Perang Dingin, isu-isu hubungan internasional lebih

terfokus pada masalah internasional yang lebih bersifat tradisional atau

militer yang biasa sering disebut isu-isu high politics seperti isu politik dan

keamanan, namun paradigma tersebut mengalami perubahan pasca Perang

1 Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta : LP3ES,1994) 28.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

2

Dingin menjadi ancaman yang bersifat non-militer atau low politics,

meliputi : masalah hak asasi manusia, masalah terorisme, masalah

lingkungan hidup, masalah interdependensi ekonomi, hadirnya organisasi-

organisasi internasional baru, masalah gender, migrasi, perdagangan obat-

obatan terlarang, penangkapan ikan secara ilegal yang biasa sering disebut

illegal fishing, serta masih banyak ancaman-ancaman lainnya dengan ruang

lingkup yang telah melewati batas negara.

Era globalisasi membuat tatanan politik internasional diikuti

perubahan interaksi hubungan internasional, seperti adanya kerjasama suatu

negara dengan negara lain yang dapat memberikan kesejahteraan bagi suatu

negara, selain itu arus globalisasi juga menimbulkan suatu masalah bagi

suatu negara yaitu mendorong lahirnya kejahatan lintas batas negara di

seluruh dunia internasional. Perkembangan global telah mengubah

karakteristik kejahatan yang semula dalam ruang lingkup domestik kini

bergeser menjadi lintas batas negara dengan mendukungnya kemajuan

teknologi transportasi, informasi dan komunikasi yang canggih.

Berkaitan dengan kejahatan transnasional, Indonesia merupakan

salah satu negara kepulauan (archipelagic state) yang tingkat kejahatan

transnasionalnya relatif tinggi dikarenakan letak geografis Indonesia yang

strategis dan sistem pengawasan keamanan maritim yang lemah membuat

para pelaku kejahatan transnasional bisa dengan sangat mudah keluar-masuk

di perairan Indonesia. Faktor inilah yang melatarbelakangi tingginya tingkat

transnational crime sehingga menjadi ancaman di perairan Indonesia. Salah

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

3

satu permasalahan keamanan maritim yang menjadi ancaman bagi Indonesia

adalah penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing). Hal ini terkait

dengan pencurian sumber daya yang dilakukan khususnya oleh penangkap

ikan/nelayan yang berasal dari negara lain.

Letak Indonesia yang strategis dibawah garis khatulistiwa, berada

diantara dua benua dan dua samudera, sehingga laut Indonesia dijadikan

sebagai laboratorium laut terlengkap. Secara demografis Indonesia adalah

negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau. Panjang garis pantai lebih

dari 81.000 km, luas laut teritorial 5,8 juta km². Konfigurasi Pulau yang

sedemikian banyak tersebut, merupakan sebagian besar pulau-pulau kecil

yang diperkirakan lebih dari 10.000 buah.2

Indonesia dijadikan sebagai laboratorium laut terlengkap

dikarenakan memiliki sumber daya perikanan yang banyak di perairannya.

Sumber daya pada sektor perikanan merupakan salah satu sumber data yang

penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai

penggerak utama (Prime mover) ekonomi nasional.3 Hal ini didasari pada

kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang

besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Kedua, industri di

sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya. Ketiga,

industri perikanan berbasis sumber daya nasional atau dikenal dengan istilah

national resources based industries, dan keempat Indonesia memiliki

2 Andi Iqbal Burhanuddin, dkk, Membangun Sumber Daya Kelautan Indonesia, (Gagasan danPemikiran Guru Besar Universitas Hasanuddin, Bogor : PT Percetakan IPB, 2013) 308.3 Arief Daryanto,” Dari Klaster Menuju Peningkatan Daya Saing Industri Perikanan,” BuletinCraby & Starky Januari 2007.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

4

keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan

sebagaimana dicerminkan dari potensi sumber daya yang ada.4

Seharusnya dengan melihat kekayaan sumber daya pada sektor

perikanan, Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya pada sektor

perikanan di perairannya dengan baik, namun sampai saat ini Indonesia

belum dapat memanfaatkan sumber daya perikanan di perairannya dengan

baik dikarenakan sering terjadinya permasalahan illegal fishing yang selalu

merugikan negara.

Illegal fishing merupakan sebuah kegiatan penangkapan ikan yang

tidak sesuai aturan perundang-undangan, tidak memiliki izin, dokumen

palsu, jumlah tangkapan ikan yang melebihi batas, menggunakan alat

terlarang, tidak melaporkan hasil penangkapan dan merusak ekosistem laut.

Para pelaku illegal fishing umumnya hanya mengejar keuntungan semata,

tanpa mempedulikan kelangsungan ekosistem laut yang berkelanjutan.5

Adapun hak penangkapan ikan tradisional di perairan Indonesia yang

dilakukan oleh nelayan-negara tetangga yang menggunakan perahu kecil dan

alat penangkapan ikan berupa alat tradisional yaitu alat pemancing ikan

tidak disebut illegal fishing karena hak penangkapan ikan tradisional sudah

diatur dalam hukum internasional bab 4 pasal 51 ayat (1) UNCLOS 1982.

Perairan Indonesia sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi pihak-

pihak tertentu, termasuk negara asing, untuk melakukan penangkapan ikan

secara ilegal (illegal fishing). Perairan Indonesia yang rawan dari illegal

4 Bernhard Limbong, Poros Maritim (Jakarta Selatan : Margaretha Pustaka, 2015) 113.5 Hartati HI. Arsyad,” Peluang dan Tantangan Kerjasama Indonesia-Filipina Dalam MenanganiIllegal Fishing”, skripsi., Universitas Hasanuddin, 2015, 4.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

5

fishing tersebut menyebar mulai dari perairan utara Aceh, Laut Natuna, Laut

Sulawesi, Samudera Hindia bagian selatan, Laut Aru (Maluku), hingga Laut

Arafura di sekitar Papua. Berbagai cara ilegal dilakukan oleh nelayan lokal

maupun asing untuk mengeksplorasi sumber daya perikanan Indonesia

ditengah keterbatasan pengawasan aparat dan armada kapal patroli

Indonesia.6

Berdasarkan catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),

illegal fishing di perairan Indonesia, cukup tinggi, sebagaimana

diilustrasikan pada gambar 1.1 dan gambar 1.2.

Gambar 1.1 Peta Zona Kerawanan Pelanggaran Sumberdaya Kelautan Dan

Perikanan

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan

Dalam Gambar 1.1 terlihat bahwa tingkat kerawanan illegal fishing

di bagian barat terjadi di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711 (Laut

China Selatan) dan 571 (Selat Malaka). illegal fishing diduga banyak

6 Bernhard Limbong, op. cit.96.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

6

dilakukan oleh kapal Thailand, Vietnam dan China. Perairan lainnya yang

kerap menjadi ladang terjadinya illegal fishing adalah di WPP 715 (Teluk

Tomini-Laut Seram) dan 717 (Samudera Pasifik) yang diduga banyak

dilakukan oleh nelayan-nelayan dari Filipina. Sedangkan yang paling sering

terjadi yaitu di WPP 718 (Laut Arafura-Laut Timur) yang diduga banyak

dilakukan oleh kapal-kapal Thailand dan China. Asal kapal-kapal yang

melakukan illegal fishing dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut7:

Tabel 1.1 Jumlah Kapal Ikan yang Ditangkap oleh Kapal Pengawas

Berdasarkan Kebangsaan, Tahun 2007-2014

NO KEBANGSAANKAPAL

TAHUN

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 20141 MALAYSIA 8 12 9 22 11 5 14 -2 VIETNAM 45 74 76 115 42 40 17 93 THAILAND 31 23 27 7 3 8 4 74 RRC/CHINA 1 15 8 7 0 0 0 05 HONGKONG 0 0 1 0 1 0 0 06 TAIWAN 0 0 0 0 6 0 0 07 FILIPINA 5 0 4 8 13 17 9 0

TOTAL 186 243 203 183 106 112 68 38Sumber: Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

Dari tabel di atas, bahwa selama 6 (enam) tahun terakhir, telah terjadi

penurunan jumlah kapal ikan yang ditangkap oleh Direktorat Jenderal

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan(Ditjen PSDKP). Hal ini

dapat memiliki dua arti, yang pertama bahwa terjadi peningkatan ketaatan

oleh kapal perikanan yang beroperasi di wilayah pengelolaan perikanan

7 Kementerian PPN/BAPPENAS, “Konsep Mainstreaming Ocean Policy kedalam RencanaPembangunan Nasional,”Kedeputian Sumber daya alam dan Lingkungan Hidup Badanperencanaan Pembangunan Nasional, 2014, 233-234.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

7

Negara Indonesia. Dan yang kedua, hal ini bisa berarti bahwa kinerja dari

Ditjen PSDKP menurun.8

Illegal fishing ini, membuat Indonesia terus merugi dari tahun ke

tahun. Indonesia bukan hanya merugi dari segi ekonomi saja, tetapi

Indonesia juga merugi dari segi politik dan lingkungan akibat illegal fishing

ini. Menurut perhitungan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

kerugian Indonesia terhadap illegal fishing pertahun terhadap negara

mencapai US$ 20 miliar atau Rp 240 triliun pada tahun 2014. Hal ini

menjadikan illegal fishing di Indonesia adalah yang terbesar di dunia.9

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya illegal fishing di

perairan Indonesia. Salah satunya yaitu celah hukum yang terdapat dalam

ketentuan Pasal 29 Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan.

Dalam ketentuan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004

tentang perikanan disebutkan bahwa orang atau badan hukum asing itu dapat

masuk ke wilayah perairan Indonesia untuk melakukan usaha penangkapan

ikan berdasarkan persetujuan internasional atau ketentuan hukum

internasional yang berlaku.10

Ketentuan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004

tentang perikanan seakan-akan memberikan peluang bagi nelayan atau

badan hukum asing untuk masuk ke perairan Indonesia dan kemudian

mengeksplorasi serta mengeksploitasi kekayaan hayati di wilayah perairan

8 Nurfaika Ishak,” Pengawasan Penangkapan Ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia,”JurnalPanggung Hukum. Vol. 01 No.2 (2015) 46.9 Wiji Nurhayat,”Menteri Susi : Kerugian Akibat Illegal Fishing Rp 240 Triliun”, Detik FinanceOnline (01 Desember 2014) internet, 22 September 2015, www.detikfinance.com10 Lihat lebih lanjut pada ketentuan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004tentang Perikanan.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

8

Indonesia. Namun hal itu tidak dapat disalahkan karena merupakan salah

satu bentuk penerapan aturan yang telah ditentukan dalam Konvensi Hukum

Laut Tahun 1982 yang merupakan salah satu konvensi internasional yang

telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang No. 17 Tahun

1985.11 Dalam ketentuan Pasal 62 ayat (3) dan (4) Konvensi Hukum Laut

Tahun 1982 mengharuskan negara pantai untuk memberikan hak akses

kepada negara lain untuk mengeksploitasi kekayaan hayati di wilayah

perairan negara pantai apabila terjadi surplus dalam hal pemanfaatan sumber

daya hayati oleh negara pantai.

Kapal-kapal ikan asing yang mempunyai hak akses pada perairan

suatu negara pantai harus menaati peraturan perundang-undangan negara

pantai yang bersangkutan, yang dapat berisikan kewajiban-kewajiban dan

persyaratan-persyaratan mengenai berbagai macam hal, seperti perizinan,

imbalan keuangan, kuota, tindakan-tindakan konservasi, informasi, riset,

peninjau, pendaratan tangkapan, persetujuan-persetujuan kerja sama, dan

lain sebagainya.12

Melihat dari permasalahan illegal fishing yang selalu saja tumpang

tindih dari berbagai sektor, yaitu ekonomi, politik dan lingkungan maka

sudah jelas bahwa illegal fishing penting sekali untuk diteliti. Hal ini penting

untuk diteliti dari berbagai segi, salah satunya yaitu sistem pengawasan

aparat dan armada kapal patroli yang lemah dari Indonesia dan penegakan

11 Lihat lebih lanjut pada Direktorat Perkapalan dan Kepelautan,”Undang-undang No. 17 Tahun1985 Tentang : Pengesahan United Nations Convention On The Law Of The Sea (KonvensiPerserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut”, Departeman Perhubungan RepublikIndonesia, (31 Desember 1985) internet, 23 September 2015, www.ditkapel.dephub.go.id12 Albert W. Koers,”Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut”, GadjahMada University Press, (Yogyakarta : 1994) 36.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

9

hukum kelautan di perairan Indonesia. Padahal, jika Indonesia benar-benar

memperhatikan dan memerangi illegal fishing serta menggunakan sistem

pengawasan aparat dan kapal patroli yang kuat, maka Indonesia akan

mendapatkan keuntungan besar yaitu salah satunya bisa memanfaatkan

sumber daya perikanan di perairannya dan dapat digunakan untuk

mensejahterakan masyarakat sekitar.

Perairan Indonesia merupakan perairan yang kaya akan sumber daya

perikanannya dan menjadi zona daerah penangkapan ikan (fishing ground)

yang masih potensial di dunia. Segala yang terkandung didalamnya

seharusnya dapat mensejahterakan masyarakat di sekitar perairan Indonesia

dan juga dapat menjadi ujung tombak ekonomi maritim dan kekuatan politik

Indonesia. Namun pada kenyataannya, perairan Indonesia masih belum bisa

mensejahterakan masyarakat sekitar perairannya, dan juga berbagai

permasalahan seringkali terjadi diperairannya, salah satunya yaitu illegal

fishing yang selalu saja terjadi dan sampai sekarang pun belum dapat

terselesaikan disebabkan juga karena belum maksimalnya upaya dan

kebijakan luar negeri Indonesia dalam penanggulangan illegal fishing di

perairan Indonesia. Pengawasan di seluruh perairan Indonesia yang

dilakukan oleh pemerintah Indonesia masih kekurangan dalam hal kapal

pengawas dan juga jumlah hari operasi.

Berdasarkan dengan fenomena dan latar belakang masalah yang telah

dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih

mendalam terutama terkait dengan bagaimana kebijakan luar negeri

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

10

Indonesia dalam penanggulangan illegal fishing diperairan Indonesia.

Ketertarikan peneliti diwujudkan dengan mengambil judul penelitian:

“Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dalam Penanggulangan Illegal

Fishing Di Perairan Indonesia”.

1.2 Fokus Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini,

maka penelitiannya akan terfokus pada bidang kebijakan luar negeri,

sehingga skripsi ini dibatasi dalam masalah kebijakan luar negeri Indonesia

dalam penanggulangan illegal fishing di perairan Indonesia. Untuk

pembatasan waktu, peneliti membatasi pada periode waktu yang akan dilihat

dari tahun 2014-2015. Dipilih pada waktu tersebut karena pada tahun

kepemimpinan awal Presiden Joko Widodo ini Indonesia fokus dalam

penanggulanganisu illegal fishing untuk membangun poros maritim

Indonesia.

Dan untuk tempat penelitian, peneliti membataskan pada perairan

Indonesia karena illegal fishing seringkali melanggar kedaulatan teritorial

Indonesia dan juga minimnya pengawasan petugas serta alat-alat

pengawasan yang kurang canggih, sehingga para pelaku illegal fishing

secara leluasa bisa mengambil kekayaan alam di perairan Indonesia. Adapun

pembatasan negara yang melakukan illegal fishing di perairan Indonesia,

peneliti membatasi beberapa negara-negara anggota Association of South

East Asia Nations (ASEAN) yaitu : Malaysia, Vietnam, Thailand, dan

Filipina. Dipilih dari beberapa negara-negara anggota ASEAN dikarenakan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

11

beberapa negara-negara ASEAN yang peneliti sebutkan diatas seringkali

melakukan illegal fishing di perairan Indonesia.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka peneliti

merumuskan pertanyaan yang dijadikan bagian dari rumusan masalah dalam

Penelitian ini. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :

”Bagaimana Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dalam Penanggulangan

Illegal Fishing Di Perairan Indonesia?”

1.4 Tinjauan Pustaka

Tinjauan / Studi Pustaka pada dasarnya berkaitan dengan kajian

teoritis dan referensi lain yang relevan dengan penelitian yang sedang

dilakukan. Tinjauan pustaka merupakan hasil penelusuran tentang pustaka

atau literatur yang mengupas topik yang relevan dengan penelitian yang

sedang dilakukan, baik yang mendukung maupun yang bertentangan dengan

pendapat peneliti. Dalam penelitian ini, ada beberapa literatur yang peneliti

gunakan sebagai referensi dari topik yang peneliti ambil. Salah satu literatur

yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah :

1.4.1 Strategi Keamanan Maritim Indonesia Dalam Menanggulangi

Ancaman Non-Traditional Security, Studi Kasus : Illegal Fishing

Periode Tahun 2005-2010.13

13 Richarunia Wenny Ikhtiari,”Strategi Keamanan Maritim Indonesia Dalam MenanggulangiAncaman Non-TraditionalSecurity, Studi Kasus : Illegal Fishing Periode Tahun 2005-2010,”Tesis.,Universitas Indonesia,2011.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

12

Dalam penulisan tesis ini membahas mengenai strategi

keamanan maritim Indonesia dalam menanggulangi ancaman non-

traditionalsecurity, studi kasus : illegal fishing periode tahun 2005-

2010. Letak geografis perairan Indonesia yang strategis, menjadikan

perairan Indonesia banyak sekali dilintasi oleh kapal asing sehingga

memunculkan berbagai macam ancaman dari pihak asing yang

memanfaatkan kelemahan di kawasan perbatasan perairan. Isu

ancaman yang diangkat oleh Richarunia yaitu illegal fishing.Secara umum penulisan tesis ini juga menjelaskan mengenai

ancaman keamanan laut di wilayah kedaulatan perairan Indonesia.

Illegal fishing di perairan Indonesia selalu mengalami peningkatan

hingga tahun 2010. Peningkatan illegal fishing tersebut disebabkan

oleh lemahnya pengawasan dan pemberdayaan sumber daya alam

Indonesia, Belum optimalnya lembaga formal mengendalikan

ketimpangan dalam penegakan hukum. Masih tingginya kejahatan

transnasional. Hasil analisa dari Penelitian tesis ini yaitu adanya lembaga-

lembaga yang bertanggung jawab atas pengamanan dan pengelolaan

laut, ternyata tidak menjamin berkurangnya aktifitas ancaman laut.

Maka dalam pembangunan ekonomi berbasis maritim serta

mengatasi keamanan laut Indonesia, sangat dibutuhkan membaiknya

peran law enforcement yang lebih efektif dan efisien dalam

mengatasi isu illegal fishing secara tegas dan tepat.Dari penulisan tesis ini, peneliti mengambil kesimpulan

bahwa untuk mengatasi illegal fishing diperlukan adanya kesiapan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

13

hukum yang tegas dan jelas, melalui koordinasi yang tepat dan

terarah dapat menghasilkan satu outcome yang maksimal. Sehingga

bisa menjadikan kekuatan politik bagi Indonesia dalam menjaga

kedaulatan perairan negaranya.Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian deskriptif,

dimana teknik pengumpulan datanya berdasarkan hasil wawancara

dengan pihak yang terkait dan Richarunia juga mengakumulasikan

data dari data literatur yang peneliti dapat pada tempat penelitian,

seperti buku, tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, situs internet, makalah

ilmiah, dan surat kabar. Metode penelitian tesis yang digunakan oleh

Richarunia sama dengan metode penelitian yang peneliti gunakan

dalam penelitian peneliti.Persamaan dari isu permasalahan dalam penelitian tesis ini

dengan penelitian peneliti yaitu permasalahan illegal fishing di

perairan Indonesia. Perbedaan dari penelitian Richarunia dengan

penelitian peneliti yaitu terletak pada variabel penelitiannya,

Richarunia membahas tentang strategi kemanan maritim Indonesia

dalam menanggulangi ancaman Non-Traditional Security sedangkan

peneliti dalam penelitiannya akan membahas tentang kebijakan luar

negeri Indonesia dalam penanggulangan illegal fishing di perairan

Indonesia. Penulisan tesis ini memberikan gambaran kepada peneliti

mengenai illegal fishing di perairan Indonesia serta memberikan

informasi kepada peneliti tentang strategi-strategi Indonesia dalam

menanggulangi illegal fishing di Indonesia sehingga hasil penelitian

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

14

tesis ini dapat menjadi data literatur dalam penelitian peneliti yang

akan membahas mengenai kebijakan luar negeri Indonesia dalam

penanggulangan illegal fishing di perairan Indonesia.

1.4.2 Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing: Upaya

Mencegah dan Memberantas Illegal Fishing dalam Membangun

Poros Maritim Indonesia.14

Jurnal ilmiah ini membahas mengenai Illegal Unreported and

Unregulated (IUU) Fishing: Upaya mencegah dan memberantas

Illegal Fishing dalam membangun poros maritim Indonesia.

Indonesia mempunyai beberapa peraturan perundang-undangan

sebagai dasar hukum yang menjadi landasan untuk mencegah dan

memberantasi isu illegal fishing di Indonesia. Pencegahan dan

pemberantasan illegal fishing merupakan upaya Indonesia dalam

membangun poros maritim yang menjadi sebuah terobosan yang

sudah lama diagungkan.

Kerugian-kerugian akibat illegal fishing adalah kerusakan

habitat dan ekosistem laut, merugikan ekonomi negara, merusak

lingkungan laut, illegal fishing melanggar kedaulatan Indonesia.

Hasil penulisan jurnal ini yaitu upaya mencegah dan memberantas

illegal fishing dalam membangun poros maritim Indonesia perlu di

14 Abdul Qodir Jaelani dan Udiyo Basuki,” Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing:Upaya Mencegah dan Memberantas Illegal Fishing dalam Membangun Poros Maritim Indonesia,”Supremasi Hukum. Vol. 3 No.1 (2014).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

15

wujudkannya penegakan hukum yang tegas dan konsisten sehingga

bisa menjaga kedaulatan perairan Indonesia dengan baik.

Jurnal ilmiah ini memiliki keterkaitan dengan penelitian yang

akan peneliti teliti yaitu mengenai upaya mencegah dan memberantas

illegal fishing sehingga jurnal ilmiah ini dapat membantu peneliti

dalam melakukan penelitian untuk dijadikan data sekunder bagi

peneliti.

Jurnal ini juga membahas tentang faktor-faktor penyebab

terjadinya illegal fishing yang selalu mengalami peningkatan tiap

tahunnya, sehingga selalu merugikan ekonomi Indonesia berbasis

maritim. Jurnal ilmiah ini sangat mendukung dan menjadi data

literatur penelitian peneliti yang penelitiannya menggunakan metode

penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data bersumber dari

buku, Jurnal ilmiah, surat kabar, makalah ilmiah, dan wawancara,

Sehingga peneliti bisa mengakumulasikan datanya dalam penelitian

peneliti.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan atau menggambarkan bentuk-bentuk

illegal fishing di perairan Indonesia serta menjelaskan kerugian-

kerugian dari illegal fishing di perairan Indonesia.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

16

2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kebijakan luar

negeri Indonesia dalam penanggulangan illegal fishing diperairan

Indonesia.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi setiap orang

yang tertarik terhadap permasalahan kebijakan luar negeri Indonesia

dalam penanggulangan illegal fishing di perairan Indonesia. Selain

itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

positif. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar

kesarjanaan strata-1 (S-1) Hubungan Internasional.

2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan hubungan

internasional terlebih menyangkut kebijakan luar negeri suatu

negara dalam penanggulangan illegal fishing.

1.6 Kerangka Teoritis

Dalam menganalisis sebuah permasalahan, maka diperlukan

kerangka teoritis yang sangat penting sebagai perangkat untuk membedah,

membahas, dan menelaah setiap gejala, kejadian, peristiwa dan fenomena

dalam hubungan internasional. Dan untuk mempermudah penulis dalam

menjawab fenomena dari research question tersebut, maka peneliti

menggunakan beberapa konsep dan pendekatan atau teori dari para pakar

studi hubungan internasional yang sesuai dengan permasalahan diatas.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

17

Pendekatan dalam arti sederhana adalah suatu cara untuk melihat dan

kemudian menjelaskan sebuah fenomena tersebut.15

1.6.1 Pendekatan Neorealis

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

neorealis, karena peneliti melihat hubungan internasional selalu

terkait dengan interaksi yang melintas batas negara-bangsa dengan

negara yang menjadi aktor hubungan internasional yang paling

dominan.

Berbicara tentang neorealisme tentu saja tidak akan bisa

dipisahkan dari akar pemikirannya yaitu paradigma realisme yang

berpusat pada konsep power dan security. Munculnya neorealisme

pada dasarnya merupakan bentuk respon terhadap perkembangan

dunia internasional yang memunculkan fenomena dimana peran

aktor negara semakin berkurang tergantikan oleh peran aktor non

negara. atau dengan kata lain, neorealisme mengkritik pendapat

realisme yang menganggap negara adalah satu-satunya aktor dalam

studi hubungan internasional.

Negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional yang

bersifat rasional dan monolith, jadi bisa memperhitungkan cost and

benefit dari setiap tindakannya demi kepentingan keamanan nasional

sehingga fokus dari penganut realis adalah struggle for power atau

realpolitik. Kemudian realis berpendapat bahwa sifat dasar interaksi

dalam sistem internasional yakni anarki, kompetitif, kerap kali

15 J.C Johaari, Internasional Relations and Politics (New Delhi : Streling Publisher, 1985)

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

18

konflik, dan kerjasama dibangun hanya untuk kepentingan jangka

pendek.16

Selain Waltz, tokoh lain yang berperan besar dalam

pengembangan neorealisme adalah Barry Buzan. Di dalam buku

Barry Buzan yang berjudul “People, States and Fear” sebagaimana

tercantum dalam buku Aktor Isu dan Metodologi karya Yulius P.

Hermawan, Buzan membagi sektor keamanan ke dalam 5 bidang:

militer, politik, lingkungan, ekonomi dan sosial. Menurut pendekatan

ini sektor militer hanya merupakan salah satu aspek penting dalam

konsep kemanan, keamanan yang lebih luas akan dipengaruhi oleh

sektor politik, ekonomi, sosial dan lingkungan baik dari peringkat

individu, nasional, regional, dan global.17

Kelima sektor ini adalah sektor yang pada dasarnya dilihat oleh

Buzan sebagai faktor penggerak suatu negara bertindak. Terkait

dengan aspek militer, Buzan menyatakan bahwa militer merupakan

aspek yang tidak akan pernah bisa terlepaskan dalam hubungan yang

dibangun dalam negara, hanya saja kajian realisme terlalu berfokus

pada hal ini. Buzan melihat bahwa militer tidak hanya satu-satunya

aspek yang dapat dilihat. Dia menambahkan empat sektor lainnya

yaitu politik, lingkungan, ekonomi dan sosial ke dalam asumsinya.18

16 Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu HubunganInternasional (Bandung : Ghalia Indonesia, 2005) 25.17 Barry Buzan dalam makalah Ramadhani Eko Putranto,”Kerangka Pemikiran MetodologiPenelitian Hubungan Internasional,”Makalah., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,2013, 4.18 Ibid.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

19

Terkait dengan sektor politik, Buzan berargumen bahwa

struktur internasional dipengaruhi oleh politik yang saling

berkorelasi dalam hubungan negara-negara. Buzan berusaha

mengungkapkan bahwa faktor politik mempengaruhi negara dalam

bertindak di sistem internasional dan begitu pula sistem internasional

itu sendiri. Sektor lingkungan dan sosial juga berperan dalam

pembentukkan sikap negara di sistem internasional di mana

lingkungan dan sosial lambat laun mendorong negara untuk

bertindak atas dasar kepentingannya dan upayanya mencapai

power.19

Negara adalah aktor rasional yang memilih strategi

memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian masalah

terpenting dari kondisi sistem anarki adalah survival dan negara

melihat seluruh negara lainnya sebagai musuh potensial dan dapat

menjadi ancaman bagi keamanan nasionalnya, sehingga

menyebabkan dilemma keamanan yang mempengaruhi kebijakan

luar negeri masing-masing negara.

Neorealisme mengasumsikan bahwa sistem internasional yang

anarki memberikan pengaruh terhadap perilaku negara, dengan

berpandangan bahwa dimungkinkan adanya kerjasama didalam

sistem yang anarki namun relative gain sebagai tujuan dari negara-

negara yang terlibat di dalamnya bukan absolute gain. Karena dalam

suatu kerjasama dalam sistem anarki tidak ada badan supranasional

19Ibid., 5.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

20

yang bisa memberikan jaminan bahwa anggotanya tidak melakukan

kecurangan satu dengan yang lainnya, maka dengan demikian negara

yang terlibat dalam kerjasama tersebut tidak akan rela apabila negara

lain mengambil keuntungan yang lebih besar dari apa yang ia

dapatkan, terutama bagi negara-negara yang memiliki power kuat,

dia akan mempertahankan kondisi anarki dan kerja sama yang

demikian, karena ia diuntungkan.

Seperti apa yang telah di uraikan di atas, pendekatan neorealis

adalah pendekatan yang mengakui adanya non state actor tetapi

negara tetap sebagai aktor utama dalam melakukan hubungan

internasional dan berpandangan bahwa dimungkinkan adanya

kerjasama didalam sistem yang anarki serta isu dari pendekatan

neorealis yaitu lebih menekankan kepada isu keamanan non

tradisional, dalam penelitian ini keamanan non tradisional yang akan

diteliti yaitu keamanan maritim seperti yang terkait dengan objek

yang perlu diamankan dari ancaman yang muncul dalam penelitian

ini yaitu isu illegal fishing.

Maka dari itu, pendekatan neorealis sangat dibutuhkan dalam

penelitian yang akan peneliti teliti karena neorealisme mengakui

adanya aktor non-negara (non state actor) yang juga perlu

diperhatikan dengan saksama dalam hubungan internasional yaitu

keberadaan Transnational Organized Crime (TOC) tetapi

neorealisme tetap memandang aktor utamanya yaitu negara. Dalam

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

21

kasus yang di angkat peneliti, pendekatan neorealis dianggap sebagai

pendekatan yang pantas bagi Indonesia, dimana Indonesia

mengeluarkan salah satu kebijakan luar negeri nya berupa melakukan

kerjasamadengan beberapa negara dan organisasi internasional yang

terkait untuk penanggulangan illegal fishing, serta Indonesia sebagai

aktor utama dalam melakukan kerjasama, dan juga aktor-aktor

negara lain yang terdapat dalam kerjasama.

1.6.2 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual pada prinsipnya bertujuan untuk

membantu peneliti menentukan tujuan dan arah penulisan serta

memilih pendekatan atau teori dan konsep untuk menyusun asumsi.

Untuk dapat menjawab permasalahan yang akan penulis teliti, maka

akan digunakan pendekatan neorealis, kebijakan luar negeri,

keamanan maritim, transnational Organized crime, dan illegal

fishing sebagai kerangka dasar pemikiran.

1.6.2.1 Kebijakan Luar Negeri

Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan konsep

kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri merupakan

strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para

pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain

atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

22

untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan

dalam terminologi kepentingan nasional. Kebijakan luar

negeri yang dijalankan oleh pemerintah suatu negara

memang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional

masyarakat yang diperintahnya meskipun kepentingan

nasional.20

Suatu bangsa pada waktu itu ditentukan oleh siapa

yang berkuasa pada waktu itu. Untuk memenuhi

kepentingan nasionalnya, negara-negara maupun aktor dari

negara tersebut melakukan berbagai macam kerjasama

diantaranya adalah kerjasama bilateral, trilateral, regional

dan multilateral.21

Kebijakan luar negeri mempunyai tiga konsep untuk

menjelaskan hubungan suatu negara dengan kejadian dan

situasi diluar negaranya, yaitu :

1. Kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi

(as a cluster of orientation). Politik luar negeri

sebagai sekumpulan orientasi merupakan pedoman

bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi

kondisi-kondisi eksternal yang menuntut pembuatan

keputusan dan tindakan berdasarkan orientasi

20 Jack C. Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional (Bandung: Abardin, 1999) 5.21 Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta: LP3ES,1994) 184.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

23

tersebut. Orientasi ini terdiri dari sikap, persepsi, dan

nilai-nilai yang dijabarkan dari pengalaman sejarah,

dan keadaan strategis yang menentukan posisi negara

dalam politik internasional. Karena itu politik luar

negeri yang dipandang sebagai sekumpulan orientasi

mengacu pada prinsip-prinsip dan tendensi umum

yang mendasari tindakan negara di dalam dunia

internasional.2. Politik luar negeri sebagai seperangkat komitmen

dan rencana untuk bertindak (as a set of

commitments to and a plan for action). Dalam hal ini

kebijakan luar negeri berupa rencana dan komitmen

konkret yang dikembangkan oleh para pembuat

keputusan untuk membina dan mempertahankan

situasi lingkungan eksternal yang konsisten dengan

orientasi kebijakan luar negeri. Rencana tindakan ini

termasuk tujuan yang spesifik serta alat atau cara

untuk mencapainya yang dianggap cukup memadai

untuk menjawab peluang atau tantangan dari luar

negeri. Rencana tindakan ini termasuk tujuan yang

spesifik serta alat atau cara untuk mencapainya yang

dianggap cukup memadai untuk menjawab peluang

dan tantangan dari luar negeri. Dalam kenyataannya,

rencana tindakan ini merupakan penerjemahan dari

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

24

orientasi umum dan reaksi terhadap keadaan yang

konkret (immediate context).3. Kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau

aksi (as a form of behaviour). Pada tingkat ini

kebijakan luar negeri berada dalam tingkat yang

lebih empiris, yaitu berupa langkah-langkah nyata

yang diambil oleh parapembuat keputusan yang

berhubungan dengan kejadian serta situasi

dilingkungan eksternal.22

Langkah-langkah tersebut dilakukan berdasarkan

orientasi umum yang dianut serta dikembangkan

berdasarkan komitmen dan sasaran yang lebih spesifik.23

Coulombis dan Wolfe, membagi kebijakan luar negeri

berdasarkan beberapa kategori, yaitu:1. Keputusan yang bersifat kritis, penting dan rutin.2. Berdasarkan kategori isu: isu militer, politik, ekonomi,

lingkungan dan lain-lain.3. Berdasarkan kategori geografis: hubungan Timur-Barat,

Utara-Selatan, Barat-Barat, selatan-selatan.4. Keputusan yang bersifat :

a. Pragmatis (terencana) adalah keputusan besar yang

mempunyai konsekuensi jangka panjang, membuat

studi lanjutan, pertimbangan evaluasi yag mendalam

mengenai seluruh opsi alternatif

22 Anak Agung Banyu Perwita dan Yantan Mochamad Yani, Op Cit, 53-55.23 James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. World Politics: An Introduction(New York: The Free Press, 1976) 16-17.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

25

b. Krisis adalah keputusan yang dibuat selama masa-

masa terancam berat; waktu untuk menanggapinya

terbatas; dan ada elemen yang mengejutkan yang

membutuhkan respon yang telah direncanakan

sebelumnya.

c. Taktis adalah keputusan penting yang biasanya

bersifat pragmatis; memerlukan revaluasi, revisi dan

pembalikan.24

Kebijakan luar negeri identik di tujukan kepada segala

sesuatu yang berada di luar suatu negara. Selain

memperhitungkan kondisi internal suatu negara,

penyusunan kebijakan luar negeri juga perlu

mempertimbangkan kondisi eksternal negara yaitu sistem

global atau sistem internasional. Kebijakan luar negeri

dapat berupa reaksi dari apa yang terjadi dalam sistem

internasional.25

Peneliti menggunakan konsep kebijakan luar negeri

dengan tujuan untuk menjelaskan strategi dan upaya politik

luar negeri Indonesia sebagai negara yang diteliti serta

akanmeneliti kebijakan luar negeri Indonesia dalam

penanggulangan illegal fishing di perairan Indonesia

24 Coulumbis & Wolfe. Pengantar Hubungan Internasional (Bandung: Abardin, 1992).25 R. Soeprapto, Ilmu Hubungan Internasional : sistem, Interaksi dan Perilaku. (PT raja:Grafindo Persada, 1997)

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

26

dengan menggunakan terminologi dalam mencapai

kepentingan nasional dengan hal-hal yang bersifat negosiasi

dan persuasif serta melakukan kerjasama yang bersifat

relative gain..

1.6.2.2 Keamanan Maritim Konsepsi keamanan menjadi sangat meluas terkait

dengan berkembangnya konsepsi serta ranah ancaman yang

muncul dalam berbagai tataran kehidupan manusia yang

pada akhirnya memerlukan penanganan untuk

mengeliminasi ancaman tersebut dengan tujuan

menciptakan keamanan pada tataran tertentu. Keamanan

maritim menjadi salah satu konsepsi yang berkembang

seiring dengan perluasan dari konsepsi keamanan itu

sendiri.26

Dalam mendefinisikan konsepsi dari keamanan

maritim merujuk kepada konteks yang ada dalam

pendefinisian tersebut. Pendefinisian keamanan maritim ini

tergantung kepada siapa yang menggunakan terminologi

tersebut dan konteks yang digunakan. Dari perspektif

militer keamanan maritim secara tradisional merujuk

kepada perhatian keamanan nasional dalam arti melindungi

integritas teritorial dari sebuah negara dari ancaman

angkatan bersenjata atau penggunaan kekuatan bersenjata

26 Angga Nurdin Rachmat, Keamanan Global Transformasi Isu Keamanan Pasca PerangDingin (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2015) 173.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

27

dan melindungi kepentingan nasional negara dimanapun

berada (di wilayah lautan).27

Dalam definisi ini tujuan yang ingin dicapai

diciptakan adalah menjamin kebebasan navigasi, aktivitas

pelayaran, dan melindungi sumber daya yang ada di lautan

sebagaimana mengamankan kawasan lautan dari ancaman

negara lain, terorisme, perdagangan obat terlarang, dan

kejahatan transnasional, perompakan, kerusakan

lingkungan dan masuknya imigran gelap melalui laut.28

Menurut Barry Buzan dan kawan-kawan (dkk),

konsep keamanan maritim adalah sebuah pendekatan dalam

penanganan dan penegakan hukum kemaritiman pada suatu

aspek tertentu, diantaranya termasuk aspek kedaulatan,

teritorial, identitas negara, hingga politik dan ekonomi.29

Keamanan maritim dalam penelitian ini akan

digunakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana cara

suatu negara menjaga keamanan maritimnya dari ancaman

negara lain dan upaya melindungi berbagai aktivitas di

lautan dari kegiatan melanggar hukum dan kebebasan.

Menurut Barry Buzan, ada lima tipe dari ancaman yang

dibagi atas aspek-aspek militer, politik, sosial, ekonomi dan

27 Chris Rahman dalam buku Angga Nurdin Rachmat, Keamanan Global, 2015, 174.28 Angga Nurdin, op.cit.174-175.29 Barry Buzan dkk (1998) dalam power point presentasi Riandi Gunawan,”TantanganKeamanan Non Tradisional di Kawasan Maritim”, (10 Desember 2014) internet, 10 September2015, www.prezi.com

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

28

ekologi. Dalam penelitian ini, isu illegal fishing telah

menjadi ancaman bagi kedaulatan teritorial Indonesia.1.6.2.3 Transnational Organized crime

Kejahatan lintas batas negara merupakan isu yang

bukan hanya terjadi secara nasional namun sudah menjadi

perhatian internasional karena merupakan pelanggaran

terhadap hak asasi manusia. Tidak jarang masalah kejahatan

ini menimbulkan trauma terhadap korbannya. Salah satu

bentuk kejahatan, yaitu kejahatan yang dilakukan secara

terorganisir oleh suatu kelompok yang bergerak di suatu

negara bahkan lebih dari suatu negara.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah mensahkan

United Nations Convention Against Transnational

Organized Crime (UNCATOC) atau yang dikenal dengan

sebutan Palermo Convention pada pertemuan ke-62 tanggal

15 November 2000.

“Transnational Organized Crime (TOC) adalahkejahatan lintas negara yang dilakukan oleh suatukelompok yang terstruktur yang terdiri dari tiga orangatau lebih, yang telah ada dalam kurun waktu tertentudan bertindak secara tertata dengan tujuan untukmelakukan satu atau lebih kejahatan serius dalamrangka memperoleh secara langsung, keuntunganfinancial atau material lainnya.”30

30 Protocol to prevent, Suppress and punish trafficking in Persons, especially Woman andChildren, supplementing the United Nations Convention Against Transnational Organized Crime,United Nations, Internet (2000) 18 Januari 2016, www.uncjin.org

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

29

Menurut Harikrisnowo31, suatu kejahatan disebut

sebagai Organized Crime,Jika:

1. Dilakukan oleh lebih dari satu orang dalam suatu

kegiatan yang terorganisasi dengan baik.

2. Dibangun untuk beroperasi menurut suatu pola

yang sudah mapan.

3. Mendasarkan kegiatannya pada hubungan-

hubungan yang lebih sering permanen daripada

tidaknya.

4. Memperoleh keuntungan dari kegiatan kejahatan.

5. Tidak ragu untuk merusak lingkungan,

menggunakan paksaan, kekerasan, atau upaya

koruptif untuk memperoleh kekebalan.

6. Didukung oleh sejumlah orang yang professional.

Pada tahun 1995, PBB mengidentifikasi 18 jenis

kejahatan transnasional yang terorganisir, yaitu pencucian

uang, terorisme, pencurian benda seni dan budaya,

pencurian kekayaan intelektual, perdagangan senjata gelap,

pembajakan pesawat, pembajakan laut, penipuan asuransi,

kejahatan komputer, kejahatan lingkungan, perdagangan

orang, perdagangan bagian tubuh manusia, perdagangan

31 Harikrisnowo dalam skripsi Rio Andri,”Tinjauan Kriminologi terhadap pencurian ikan (illegalfishing) di Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia oleh Kapal Asing Dalam Perkarano.319/PID/B/2006/PN.Dumai,”Skripsi,Universitas Islam Riau, 2010, 66.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

30

narkoba, penipuan kepailitan, infiltrasi bisnis, korupsi, dan

penyuapan pejabat publik atau pihak tertentu.32

Menurut Victor PH Nikijuluw, Berdasarkan ciri-ciri

organized crime diatas dapat dikatakan bahwa illegal

fishing merupakan suatu kejahatan organized crime, dengan

alasan bahwa illegal fishing pasti dilakukan lebih dari satu

orang, secara terorganisasi diatas kapal maupun di darat

melalui jaringan pemasokan dan pengadaan faktor-faktor

produksi serta jaringan pemasaran ikan hasil tangkapan.33

1.6.2.4 Illegal FishingDari berbagai literatur mengenai Illegal fishing, dapat

dipahami Illegal fishing sebagai kegiatan perikanan yang

tidak sah, kegiatan perikanan yang tidak diatur oleh

peraturan yang ada, segala aktivitasnya tidak dilaporkan

kepada suatu institusi atau lembaga pengelola perikanan

yang tersedia. Illegal fishing dapat terjadi disemua kegiatan

perikanan tanpa batas wilayah, jenis sumber dayakelautan,

jenis alat tangkap perikanan yang digunakan dan intensitas

eksploitasi dilaut, dengan berbagai tipe perikanan baik

dalam skala kecil maupun industri yang beraktifitas dalam

hal penangkapan hasil sumber daya perikanan dan kelautan

32 M.Nur,”Transnational Organized Crime,” Buletin kesaksian No.III Tahun 2012, internet, 31Januari 2016, www.lpsk.go.id33 Victor PH Nikijuluw, Blue Water Crime (Jakarta : Cidesindo, 2008) 14-27.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

31

diwilayah yuridiksi nasional maupun internasional seperti

high seas.34

Menurut Divera Wicaksono sebagaimana dikutip

Lambok Silalahi bahwa illegal fishing adalah memakai

Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) palsu, tidak dilengkapi

dengan SIPI, isi dokumen izin tidak sesuai dengan kapal

dan jenis alat tangkapnya, menangkap ikan dengan jenis

dan ukuran yang dilarang.35

Sementara selain kegiatan penangkapan ikan ilegal,

terdapat kategori lain yakni penangkapan ikan yang tidak

dilaporkan (Unreported Fishing) yang didefinisikan sebagai

penangkapan ikan yang tidak dilaporkan atau memanipulasi

laporan kepada otoritas nasional atau Regional Fisheries

Management Organization (RFMO) dan kapal asing yang

menyembunyikan kegiatannya di dalam Zona Ekonomi

Eksklusif atau kapal yang berasal dari negara yang

merupakan pihak dalam konvensi atau yang bekerjasama

dengan RFMO .Selain itu kegiatan lain adalah penangkapan ikan yang

tidak terkontrol (Unregulated Fishing) yang merupakan

aktivitas yang dilakukan oleh kapal tanpa bendera dari

negara asalnya atau negara yang merupakan bagian dari

34 Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan(PS2DKP),“Kebijakan Pengawasan dalam Penanggulangan Illegal, Unreported and Unregulated(IUU)Fishing”, (Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005) 7.35 Lambok Silalahi,” Tindak Pidana Pencurian Ikan (Illegal Fishing) di Perairan Pantai TimurSumatera Utara”, Tesis, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, (Medan : USU 2006) 58.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

32

RFMO dan yang melakukan kegiatannya penangkapan

ikannya tanpa mengindahkan aturan.36 Dimana secara

singkat masalah yang terkait dengan pencurian sumber

daya ikan ini dikenal dengan terminologi Illegal,

Unreported, Unregulated (IUU Fishing).37

Hak Penangkapan Ikan Tradisional (Traditional

Fishing Rights) merupakan hak yang diberikan kepada

nelayan-nelayan tradisional negara tetangga untuk

melakukan penangkapan ikan secara tradisional di perairan

kepulauan tertentu berdasarkan perjanjian bilateral.38

Pengakuan terhadap hak tersebut diakomodir di dalam

Bab 4 Pasal51 ayat (1) UNCLOS 1982 yang menyebutkan:“An archipelagic State shall respect existingagreements with other States andshall recognizetraditional fishing rights and other legitimate activitiesof theimmediately adjacent neighbouring States incertain areas falling withinarchipelagic waters. Theterms and conditions for the exercise of such rightsandactivities, including the nature, the extent and the areasto which theyapply, shall, at the request of any of theStates concerned, be regulated bybilateral agreementsbetween them.”39

(terjemahan bebas: ...Negara Kepulauan harus menghormati

perjanjian yang ada dengan negara lain dan harus mengakui

hak penangkapan ikan tradisional dan kegiatan lain yang

36 Organization for economic Co-Operation and Development, Why Fish Piracy Persist: TheEkonomic of Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (OECD Publishing: Paris, 2005) 23.37 Angga Nurdin Rachmat, op. cit. 192-193.38 Departemen Kelautan dan Perikanan, Analisis Kebijakan tentang Pembentukan Badan Hukum,Keamanan dan Keselamatan Laut (Jakarta: DKP, 2008) hlm. 7.39 United Nations, The Law of the Sea, Official Text of the United Nations Convention on theLaw of the Sea (New York: United Nations, 1983) Pasal 51 ayat (1).

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

33

sah negara tetangga yang langsung berdampingan dalam

daerah tertentu yang berada dalam perairan kepulauan.

Syarat dan ketentuan bagi pelaksanaan hak dan kegiatan

demikian, termasuk sifatnya, ruang lingkup dan daerah di

mana hak dan kegiatan demikian berlaku, atas permintaan

salah satu negara yang bersangkutan harus diatur dengan

perjanjian bilateral antara mereka)

Hal ini berarti hak penangkapan ikan secara

tradisional diakui memiliki hak untuk menangkap ikan di

laut lepas dan penangkapan ikan secara tradisional tidak

termasuk dalam kategori illegal fishing di karena kan

penangkapan ikan secara tradisional tidak pernah

melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat-

alat terlarang seperti pukat harimau melainkan hanya

menggunakan alat tradisional seperti pancingan yang hanya

dapat memperoleh ikan tidak melebihi 100 ekor yang dapat

membuat suatu negara mengalami kerugian seperti yang

dilakukan para nelayan yang melakukan illegal fishing

dengan menggunakan alat-alat modern setiap tahunnya

selalu merugikan suatu negara.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

34

Secara umum illegal fishing yang terjadi di perairan

Indonesia, antara lain :40

1. Penangkapan ikan tanpa izin; 2. Penangkapan ikan dengan menggunakan izin

palsu; 3. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat

tangkap terlarang; dan 4. Penangkapan ikan dengan jenis (species) yang

tidak sesuai dengan izin.Menurut Dr. Aji Sularso, Illegal Fishing adalah

kejahatan luar biasa dan terorganisasi (extraordinary and

organized crime)Illegal fishing oleh kapal asing dan eks asing dilihat

dari prespektifnya maka dapat dikategorikan sebagai

berikut :1. Merupakan kejahatan lintas negara terorganisasi

(transnational organized crime)2. Sangat menganggu kedaulatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.3. Mematikan industri pengelolahan ikan di Indonesia

dan sebaliknya menumbuh kembangkan industri

pengelolahan di negara lain.4. Merusak kelestarian sumber daya ikan.5. Menyebabkan overfishing dan overcapacity.41

40 Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan PerikananDepartemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2006, Kebijakan Pengawasan dalamPenanggulangan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing, Departemen Kelautan danPerikanan, Jakarta, hal. 8.

41 Aji Sularso, Overfishing, Over Capacity Dan Illegal Fishing (studi kasus laut Arafura)(Jakarta, Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2009) 51.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

35

Illegal fishing dalam penelitian yang akan peneliti

teliti merupakan suatu isu keamanan non tradisional, lebih

spesifiknya permasalahan keamanan maritim, dimana

illegal fishing telah menjadi ancaman bagi suatu negara.

Illegal fishing atau Illegal, Unreported, Unregulated (IUU

fishing) ini menjadi salah satu permasalahan yang sangat

pelik bagi berbagai negara, khususnya bagi negara yang

memiliki wilayah laut dengan kekayaan ikan yang

melimpah. Hal ini akan menjadi magnet yang menarik

banyak pencuri ikan untuk melancarkan aksinya di wilayah

negara tersebut.42

1.7 Asumsi

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan diatas, maka

dapat dirumuskan asumsi sebagai berikut :

1. Sektor militer, politik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang

memberikan pengaruh terhadap perilaku suatu negara bertindak.

2. Adanya kerjasama didalam sistem yang anarki namun relative gain

bukan absolute gain.

3. Kebijakan luar negeri Indonesia dalam menanggulangi illegal fishing di

perairan Indonesia dilakukan dengan mengintensifkan kerjasama

bilateral, multilateral, dan internasional.

42 Ibid., 193.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

36

4. Penenggelaman kapal asing merupakan bentuk penanganan dan

penegakan hukum kemaritiman dengan tujuan mengamankan perairan

Indonesia dari ancaman illegal fishing.

5. Illegal fishing merupakan suatu kejahatan lintas negara yang dilakukan

oleh suatu kelompok yang terstruktur diatas kapal maupun di darat yang

telah melanggar kedaulatan teritorial Indonesia yang terdiri dari tiga

orang atau lebih melalui jaringan pemasokan dan pengadan faktor-

faktor produksi serta jaringan pemasaran ikan hasil tangkapan.

1.8 Alur Pemikiran

Illegal fishing dari kapal nelayan :

1. Malaysia2. Vietnam3. Thailand4. Filipina

Perairan Indonesia

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

37

1.9 Metode Penelitian

Berdasarkan dengan tujuan penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan, mengetahui dan menganalisa bagaimana kebijakan luar

Kerugian akibat illegal fishing bagiIndonesia

Kebijakan luar negeri Indonesia dalampenanggulangan illegal fishing di perairan

Indonesia

Faktor-faktor penyebab illegal fishing di perairan Indonesia :

1. Tingkat konsumsi ikan global yang semakin meningkat2. Laut Indonesia sangat luas, terbuka dan memiliki sumber daya

ikan yang banyak3. Sumber daya ikan di negara lain semakin berkurang4. Lemahnya pengawasan aparat dan penegakan hukum di

Laut Indonesia

Kerjasama Maritim melaluidiplomasi

Memanfaatkankerangka

kerjasama dalamsidang komisi

PBB untuk AsiaPasifik

Mensosialisasikankebijakan

penenggelamankapal asing

KerjasamaBilateral

-KerjasamaIndonesia-Australia

-KerjasamaIndonesia-Papua

Nugini

Kerjasama Regional

-Memanfaatkankerangka kerjasama

dalam ASEAN RegionalForum

-Memanfaatkankerangka kerjasama

regional inisiatifmelalui Regional Plan

of Action-Illegal,Unreported,

Unregulated (RPOA-IUU fishing)

KerjasamaInternasional

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

38

negeri Indonesia dalam penanggulangan illegal fishing diperairan Indonesia,

dengan tujuan penelitian tersebut maka peneliti memilih untuk

menggunakan metode penelitian kualitatif, karena metode kualitatif

menyajikan secara langsung hakikat hubungan antar peneliti dan informan.

Dan menurut pendekatan kualitatif Bagdan & Taylor, penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata

tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.43

1.9.1 Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Tipe penelitian

dalam metode deskriptif, dimana data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang

berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai

dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis

fakta dan karakeristik objek yang di teliti secara tepat.44

Dari batasan di atas diketahui bahwa dalam penelitian

deskriptif, ketersediaan data secara detail merupakan hal yang vital.

Sebab, sesuai dengan karakteristik penelitian ini yang bersifat

memaparkan, maka penelitian ini akan mengutamakan pemaparan

informasi sejelas mungkin. Oleh sebab itu, tidak jarang dalam

penelitian deskriptif dijumpai banyak ilustrasi menggunakan gambar,

43 Lexi J Moeleona, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004) 24.44 Nasution, Metode Research (Bandung: Jemmars,1992) 39.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

39

grafik dan ilustrasi lain yang bertujuan untuk mendukung penjelasan

yang diberikan terhadap obyek yang dikaji.45

1.9.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk mendapatkan sumber infomasi yang relevan dengan

penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada lokasi berikut ini:

1. Perpustakaan Pusat Universitas Jenderal Achmad Yani

Jl. Terusan Jenderal Sudirman PO. BOX 148 Cimahi.

2. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan

Jenderal Sudirman PO.BOX 148 Cimahi.3. Perpustakaan Ali Alatas Kementerian Luar Negeri4. Kementerian Luar Negeri : Jl. Taman Pejambon, No.

6,Central Jakarta, DKI Jakarta, 10110.5. Kementerian Kelautan dan Perikanan : Jl. Medan

Merdeka Timur No.16, Geung Mina Bahari I Lantai 5,

DKI, 10110.

Untuk waktu penelitiannya, peneliti membutuhkan waktu

penelitian direncanakan selama 5 bulan, dimulai dari Oktober 2015

sampai dengan Maret 2016. Untuk lebih jelasnya, jadwal penelitian

disajikan kedalam bentuk tabel seperti dibawah ini:

Tabel 1.2 Waktu Penelitian

No KegiatanTahun 2015 Tahun 2016Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar April

1 Pengajuanjudul

45 Sudyana Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian pendidikan (Bandung : Penerbit SinarBaru, 1998) 52.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

40

penelitian

2

Pencarian dataawal danpenjajakanmasalahpenelitian

3

Bimbingan danpenyusunanusulanpenelitian

4 Analisis data

5Seminarusulanpenelitian

6Revisi usulanpenelitian

7Penyusunandraft skripsi

8Seminar draftskripsi

9Revisi draftskripsi

10 Sidang skripsi

1.9.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono, teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data.46 Dalam melakukan

penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam teknik

pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

1. studi kepustakaan, yaitu salah satu teknik pengumpulan data

dengan usaha mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan

data sekunder, terutama dari buku-buku, jurnal ilmiah, artikel-

artikel yang terdapat dalam media massa, dan usaha tersebut

46 Prof.Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung : PenerbitAlfabeta, 2013) 224.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

41

merupakan suatu proses yang komplek yang disengaja dan

dilakukan secara sistematis terencana, terarah pada suatu tujuan

dengan mengamati dan mencakup fenomena satu atau

sekelompok orang dalam kompleks kehidupan sehari-hari untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan untuk melanjutkan

penelitian.

2. Wawancara atau interview menurut Esterberg dalam buku Prof

Dr. Sugiyono merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.47

Tabel 1.3 Narasumber

Nama Jabatan InstansiAhmad Fidaus Pelaksana Sub bagian

kerjasama programKementerian Kelautan danPerikanan

47 Ibid., 231.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

42

Saiful Umam Ketua Subbagianprnyusunan program dananggaran Direktur JenderalPengawasan SumberdayaKelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan danPerikanan

Dara Yusilawati Kasi Kerjasama KeamananMaritim

Kementerian Luar Negeri

Risha Jilian Chaniago Kepala Seksi KerjasamaLembaga Regional ASEAN

Kemeneterian Luar Negeri

SukawarsiniDjelantik

Dosen HubunganInternasional

Universitas Parahyangan

1.9.4 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami,

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.Analisis data

dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke

dalam unit – unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.48 Teknik

analisis data tersebut, yaitu :

1.9.4.1 Reduksi Data Mereduksi data artinya merangkum, memilih hal – hal

yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting,

dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

48 Ibid.,244.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

43

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya

bila dibutuhkan. 1.9.4.2 Penyajian Data

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.1.9.4.3 Verifikasi Data

Langkah ketiga dalam kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif mungkin dapat menjawab pertanyaan rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga

tidak, karena masalah dan dalam rumusan masalah dalam

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang

setelah penelitian dilakukan.

1.9.5 Uji Keabsahan Data

Pada uji keabsahan data dilakukan pemeriksaan pada data-

data yang dikumpulkan dalam menunjang penelitian. Pada penelitian

ini, teknik pengujian kredibilitas lebih diutamakan. Hal ini dilakukan

dengan cara:

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

44

1. Penggunaan Bahan Referensi.49

Penggunaan bahan referensi ialah upaya yang dilakukan

peneliti untuk membuktikan kebenaran pengumpulan data.

Dalam penelitian yang nanti akan dilaksanakan, peneliti

menggunakan buku referensi, referensi dari penelitian

sebelumnya, internet, data tentang interaksi manusia atau

gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto serta

arahan dari dosen pembimbing agar data yang peneliti gunakan

dapat di percaya.

2. Penggunaan member check.50

Penggunaan member check adalah mengkonfirmasikan

kembali data yang telah didapat pada pemberi data. Dan dalam

penelitian ini, peneliti juga mengkaji atau memeriksa ulang

tentang kevalidan data yang telah di dapat dengan cara

melakukan konfirmasi kepada pemberi data.

3. Diskusi dengan teman sejawat.51

Diskusi dengan teman sejawata dalah sebuah proses yang

membutuhkan peneliti untuk bekerja sama dengan satu atau

beberapa rekan-rekan yang memiliki pandangan yang sama dan

berimbang tentang penelitian.

1.10 Sistematika Penulisan

49 Moh.Natsir, Metode Penelitian (Ghalia Indonesia, Jakarta 1999) 11.50 Ibid.51 Lexi J Moeleona, Op. cit. 332.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

45

Penyusunan skripsi ini terbagi dalam lima bab, masing-masing bab

akan menjelaskan variabel-variabel yang ada. Adapun sistematika

penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang melandasi penyusunan

penulisan yang berisi antara lain : Latar Belakang Penelitian, Fokus

Masalah, Tujuan Penelitian, Perumusan Masalah, Tinjauan Pustaka

merupakan manfaat kajian atau litelatur review yang membahas masalah

yang sama, Asumsi, Alur Pemikiran, kerangka teoritis yaitu dengan

menggunakan teori atau pendekatan dan konsep yang relevan dengan

penelitian, Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Pendekatan

Neorealis, dan Kebijakan Luar Negeri, Keamanan Maritim, Transnational

Organized Crime, dan Illegal fishing, Metode Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERAIRAN INDONESIA

Bab ini berisi tentang gambaran umum perairan Indonesia, kondisi

geografis, potensi kelautan Indonesia di bidang perikanan, serta sejarah

Indonesia sebagai negara kepulauan.

BAB III : ILLEGAL FISHING DI PERAIRAN INDONESIA DAN

KEBIJAKAN DOMESTIK

Bab ini menjelaskan faktor penyebab kegiatan illegal fishing di

perairan Indonesia, illegal fishing di perairan Indonesia pada tahun 2010

sampai tahun 2014 dan membahas kerugian-kerugian akibat illegal fishing

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - Unjani

46

serta kebijakan domestik Indonesia dalam menanggulangi illegal fishing di

perairan Indonesia.

BAB IV : KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM

PENANGGULANGAN ILLEGAL FISHING DI PERAIRAN

INDONESIA

Bab ini akan menjelaskan dan menjawab dari perumusan masalah

yang telah peneliti rumuskan tentang bagaimana kebijakan luar negeri

Indonesia terkait dalam penanggulangan illegal fishing yang terjadi di

perairan Indonesia pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2015.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan penelitian

yang dilakukan, meliputi jawaban perumusan masalah yang telah

dirumuskan sebelumnya serta saran-saran bagi peneliti selanjutnya yang

berminat mengamati objek penelitian yang serupa dan saran untuk

pemerintahan Indonesia dalam pengambilan keputusan kebijakan luar

negeri di bidang kelautan untuk tahun-tahun selanjutnya.