bab i pendahuluan - universitas pelita bangsa
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu investasi untuk meningkatkan SDM dan
modal utama dalam pembangunan bangsa. Menurut pasal 1 ayat 11 Undang-
undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran supaya peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan,ketrampilan
dan hal lainnya yang dibutuhkan dirinya.
Dalam dunia pendidikan khususnya sekolah, guru merupakan elemen paling
penting karna keberhasilan sebuah pendidikan adalah bagai mana seorang guru
menyampaikan ilmu serta nilai-nilai mengenai akal budi pekerti dan ukan hanya
hal akademis. Guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor dan
merupakan faktor yang sangat dominan dalam menentukan keberhasilan proses
belajar-mengajar di kelas. Pengertian guru menurut Undang- undang No.14 tahun
2005: “ guru adalah pendidik, pengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini ,jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah”. Peran dan tugas guru dalam
dunia pendidikan sangatlah vital, sehingga beberapa pakar pendidikan menilai
jika perubahan kualitas pendidikan akan tercapai jika kualitas gurunya
ditingkatkan.
Banyak hal yang dapat meningkatkan kualitas guru, dimulai dari hal yang
paling sederhana dan mudah dilakukan serta direalisasikan dalam waktu dekat
ialah pelatihan. Setiap instansi pendidikan dapat melakukan kegiatan ini guna
2
memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta kopetensi guru sesuai dengan
kebutuhan instansi tersebut dan dapat dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.
Pelaksanaan pelatihan diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga pendidik
dan dampaknya akan berpengaruh kepada kinerja pendidik itu sendiri.
Dari data BPSDMPPMP/Diolah LSM Sapulidi, Tahun 2014 kebutuhan
guru mencapai 747.898 pendidik yang nantinya akan disebarkan ke seluruh
penjuru nusantara untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Tetapi pada
kenyataannya universitas hanya mampu memenuhi 441.048 (58,97%) sarjana
pendidikan atau memiliki kopetensi sebagai tenaga pendidik. Yang telah di atur
dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 87 tahun 2013 tentang
pendidikan profesi guru,” bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, sertifikat pendidik bagi guru
diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat,
dan ditetapkan oleh Pemerintah. Standar minimum pendidikan guruharus sarjana1
sesuai dengan ketetapan Dinas Pendidikan dan memiliki kopetensi sesuai dengan
bidangnya yaitu sarjana keguruan. Tingkat pendidikan atau latar belakang
pendidikan guru sangatlah berpengaruh terhadap kopetensi yang dimiliki guru itu
sendiri dan dampaknya ialah semakin baik kompetensi guru maka akan
berpengaruh secara langsung dan positif terhadap prestasi belajar siswa.
Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya.
3
Dari penjelasan bisa di simpulkan, kekurangn kebutuhan guru sebesar 40%
tepaksa dipenuhi oleh tenaga pendidik yang tidak sesuai dengan ketetuan
pemerintah. Hal ini diambil oleh instansi pendidikan ( khususnya swasta ) untuk
memenuhi kebutuhan SDM guru supaya terlaksananya kegiatan pembelajaran.
Dan berdasarkan penjelasan serta analisa diatas maka dengan ini penulis
membuat penelitian dengan judul “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dan
Pelatihan kerja terhadap Kierja Guru di Sekolah Dasar Kristen Tunas
Bangsa Cikarang”.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa masalah yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.2.1. Apakah berpengaruh secara signifikan Latar Belakang Pendidikan (x1)
terhadap Kinerja guru (y) di Sekolah Dasar Kristen Tunas Bangsa
Cikarang ?
1.2.2. Apakah berpengaruh secara signifikan pelatihan kerja (x2) terhadap
Kinerja guru (y) di Sekolah Dasar Kristen Tunas Bangsa Cikarang ?
1.2.3. Apakah berpengaruh secara bersama-sama antara Latar Belakang
pendidian (x1) dan penlatihan kerja (x2) terhadap kinerja guru (y) di
Sekolah Dasar Kristen Tunas Bangsa Cikarang ?
1.3. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah kinerja guru yang
berhubungan dengan latar belakang pendidikan dan pelatihan kerja terkait dengan
kineja guru Sehingga masalah yang diteliti hanya sekitar latar belakang
4
pendidikan dan pelatiha kerja terhadap kinerja guru di Sekolah Kristen Tunas
Bangsa Cikarang.
Dalam hal pelatihan kerja kami membatasi mengenai hal-hal yang
dikalukan sekolah guna meningkatkan kualitas guru supaya kinerja guru yang ada
bisa dipertanggung jawabkan sesuai degan standar yang ada.
Sedangkan untuk latar belakang pendidikan pada sistem pendidikan di
indonesia dan yang telah diakui dan di atur dalam UU Nomor 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa
jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan
yang dikembangkan. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa jenjang
pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan dan hal yang ingin dicapai
sehubungan dengan masalah yang telah dirumuskan diatas adalah:
1.4.1. Mengetahui pengaruh antara Latar Belakang pendidikan (x1) terhadap
kinerja guru (y) di Sekolah Dasar Kristen Tunas Bangsa Cikarang.
1.4.2. Mengetahui pengaruh antara pelatihan kerja (x2) terhadap kinerja guru
(y) di Sekolah Dasar Kristen Tunas Bangsa Cikarang .
1.4.3. Mengetahui pengaruh antara Latar Belakang pendidikan (x1) dan
penlatihan kerja (x2) terhadap kinerja guru (y) di Sekolah Dasar
Kristen Tunas Bangsa Cikarang
5
1.5. Manfaat Penelitian
Penulis berharap adanya penelitian ini akan bermanfaat bagi beberapa pihak
antara lain :
1.5.1. Bagi Sekolah
Membantu pihak sekolah untuk mengetahui pengaruh antara latar
belakang pendidikan dan pelatihan kerja terhadap kinerja guru
1.5.2. guru.Bagi Penulis
Penelitian ini menjadi ajang penerapan materi yang sudah dijalani
selama kegiatan perkuliahan.
1.5.3. Bagi Akademisi
Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambahwawasan para
pembaca dan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian
dimasa mendatang.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas laporan ini, maka materi-materi yang tertera
pada Laporan Skripsi ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan
sistematika penyampaian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan penelitian,tujuan
penelitian,manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
6
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari
kutipan buku yang berkaitan atau mendasari penyusunan laporan skripsi serta
beberapa literatur
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan jenis penelitian,tempat dan waktu dimana penelitian ini
dilakukan,kerangka konsep penelitian,populasi dan sempel,metode pengumpulan
data dan yang terahir adalah metode analisis data penelitian.
BAB IV
Bab ini berisikan sejarah, Struktur organisasi, Kegiatan operasional Objek
penelitian serta beberapa data yang memberi informasi tentang onjek penelitian
tersebut
BAB V
Bab ini berisikan analisis data dan interpretasi data penelitian
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Teori Tentang Latar Belakang Pendidikan
2.1.1.1. Pengertian tentang pendidikan (teori latar belaang pendidikan )
Sesuia dengan pasal 1 ayat 11 Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, deperjelas dengan pasal 1
ayat 6 Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan,menyebutkan bahwa
yang dimagsud dengan pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Menurut Edy Sutrisno ,(2011:65) pendidikan merupakan
totalitas interaksi manusia untuk pengembangan manusia seutuhnya,
dan pendidikan merupakan proses yang terus-menerus yang
senantiasa berkembang. Peserta didik merupakan masukan, setelah
mengalami proses pendidikan dengan memanfaatkan tujuan
pendidikan yaitu sumber daya dari kurikulum yang ada,
menghasilakan keluaran berupa kemampuan tertentu, sehingga dapat
dikatakan bahwa perubahan tingkah laku termasuk didalamnya
pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan dan sebagainya. Dasar
penyelenggaraan pendidikan formal juga telah diatur melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2010 tentang perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan,Khususnya pasal 60 ayat 1 yang
8
menyebutkan bahwa penyelenggara pendidikan formal ialah meliputi:
pendidikan anak usia dini berupa Taman Kanak-kanak (TK) dan
Raudhatul Athfal (RA), pendidikan dasar (SD,MI,SMP,MTs) ,
pendidikan menengah(SMU,SMK,MA,MAK) dan perguruan tinggi (
Diploma,Sarjana,Magister dll). dari pengertian tersebut ada beberapa
poin yang perlu diperhatikan mengenai pendidikan formal yaitu :
1. Teratur
Pendidikan formal dilaksanakan secara teratur artinya bahwa untuk
masuk pada sistem pendidikan formal (sekolah) calon peserta didik
harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu, kemudian mengikuti
pelajaran, menyelesaikan semua tingkatan (lulus). Aturan ini tidak
bisa dilanggar dengan alasan apapun. Sehingga kedisiplinan dalam
mengikuti pendidikan formal sangat dibutuhkan.
2. Sistematis
Pendidikan formal didesain dengan sebuah sistem baku yang harus
dipatuhi. Artinya bahwa apabila anda belum menamatkan sekolah
pada tingkatan dasar anda tidak bisa melanjutkan pada tingkatan
mengengah (lanjutan).
3. Bertingkat
Pendidikan formal terdiri dari beberapa tingkatan yang harus dilewati
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi
berikutnya. Untuk melewati tingkatan-tingkatan pendidikan formal ini
harus memenuhi syarat-syarat yang berlaku.
9
4. Syarat
Banyak syarat dalam pendidikan formal yang harus dipenuhi. Syarat
yang berasal dari pusat (kementrian pendidikan) dan juga dari sekolah
yang bersangkutan oleh karena itu peserta didik harus memperhatikan
syarat-syarat yang berlaku dalam pendidikan formal.
Ciri-ciri Pendidikan Formal antara lain :
Tempat pembelajaran di gedung sekolah.
Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.
Kurikulumnya jelas.
Materi pembelajaran bersifat akademis.
Proses pendidikannya memakan waktu yang lama.
Ada ujian formal.
Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta.
Tenaga pengajar memiliki klasifikasi tertentu.
Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam
2.1.1.2. Jenis pendidikan
1. Pendidikan Umum
Pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan
pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk
bekerja dalam bidang tertentu.
10
3. Pendidikan Akademik
Pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan dan
pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni
tertentu (program sarjana dan pascasarjana).
4. Pendidikan Profesi
Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta
didik agar memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
5. Pendidikan Vokasi
Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta
didik agar memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu
maksimal setara dengan program sarjana.
6. Pendidikan Keagamaan
Pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan ilmu pengetahuan tentang ajaran agama atau menjadi
ahli ilmu agama. Contohnya : Pesantren, MI, MTS, MA, MAK,
Sekolah Tinggi Theologia.
7. Pendidikan Khusus
Pendidikan yang diselenggarakan bagi peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa
yang diselenggarakan secara inklusif. Contohnya : Sekolah Luar
Biasa.
2.1.1.3. Indikator Pendidikan
Berdsarkan definisi pendidkan seperti yang telah dijeaska diatas
dan sesuai degan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat
11
11 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan. Yussi Rapareni, (
2013) pada hakekatnya adalah upaya-upaya untuk mengadakan
perubahan. Dalam prosesnya, untuk mencapai tujuan pendidikan
dibutuhkan tenaga, waktu, dan seperangkat informasi yang harus
disampaikan pada jangka waktu tertentu. Maka untuk indikato
pendidikan adalah seagai berkut:
1. Jenis Pendidian
Jenis pendidikan adalah penglongan pendidikan secara umum yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya
2. Jenjang Penddikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang diterapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan
3. Jurusan/Konsentrasi
Konsentrasi sendiri bisa di artikan pendidikan khusus yang di
tempuh oleh peserta didik ntut dapat memiliki suatu keahlian dala
bidang tertentu
2.1.2. Teori Pelatihan
2.1.2.1. Pengertian pelatihan
Pelatiha merupakan wahana untk membangun dan menyiapkan
SDM menuju era globalisasi yang peuh dengan tatangan. Karena
itu,kegiata pelatihan tidak dapat diabaikan begitu saja terutama dalam
memasuki era globalisasi seperti sekarang yang memiliki tingkat
persaingan yang begitu ketat.
12
Disadari maupun tidak, menempatan karyawan dalam suatu
bidang kerja tidak dapat menjamin bahwa mereka akan memperoleh
kesuksesan dalam pekerjaannya. Permintaan pekerjaan dan
kemampuan karyawa harus diseimbangkan melalui program orietasi
dan pelatihan. Kedua kegiatan tersebut sangat diperlukan dalam
sebuah orgaisasi demi mencapai apa yang mejadi tujuan organisasi
tersebt. Apabila karyawan telah dilatih dan telah mahir dalam bidang
kerjanya,mereka memerlukan pengembanga lebh lanjut untuk
mempersiakan taggung jawab mereka dimasa mendatang. Meskipun
kegiatan pelatihan dapa membantu kayawan utuk menerjakan
tugasnya yang ada sekarang,manfaat pelatihan dapat terus diperluas
melalui pembinaan karier karyawan dan membantu mengembangkan
karyawan tersebut untuk mengemban tanggung jawabnya dimasa
depan.
Menurut Prof.Dr Thoby Mutis (2013:163) definisi pelathan
adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan
menigkakan kinerja dimasa mendatang.
Menurut Intruksi Presiden No 15 tahun 1974 dalam
Sedarmayanti, (2013:164) menyatakan bahwa:
Pelatihan adalah bagian dari pendidikan menyangkut proses
belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar
system pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relative singkat
dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
Tahir, Neelam, (2014) The definition of training is As well-planned
learning that teaches employees how to do current and future work.
13
(sebagai pembelajaran yang direncanakan dengan baik yang
mengajarkan karyawan bagaimana melakukan pekerjaan saat ini dan
masa depan).
Dari pengertian para ahli diatas tentang pelatihan, maka penulis
merangkum bahwa pelatihan adalah pendidikan untuk mempelajari
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan teknis karyawan di
dalam pekerjaannya yang sekarang atau pekerjaan yang akan
dijabatnya segera dengan prosedur yang sistematis dalam jangka
waktu yang singkat dan lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
2.1.2.2. Manfaat pelatihan
Manfaat umum yang diterima dari pelatihan karyawan tersebut
menurut Elnaga, A., & Imran, A, (2013):
1. peningkatan kepuasan kerja dan moral
2. peningkatan motivasi
3. peningkatan efisiensi
4. menghasilkan keuntungan financial
5. peningkatan kapasitas
6. untuk mengadopsi teknologi dan metode baru
7. meningkatkan Inovasi
8. mengurangi turnover karyawan.
2.1.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan menurut
Marwansyah, (2014:156) antara lain :
14
1. Dukungan Manajemen puncak
Program pelatihan harus mendapatkan dukungan penuh dari
menajemen puncak. Dukungan ini harus bersifat konkret dan perlu
dikomunikasikan kepada seluruh bagian organisasi. Selanjutnya
dukungan ini harus diwujudkan dalam bentuk sumber daya yang
memadahi untuk melaksanakan pelatihan dan pengembangan
sumber daya manusia.
2. Komitmen para spesialis dan generalis dalam pengelolaan SDM
Dibutuhkan komitmen yang kuat dan keterlibatan para manajer
generalis dalam pengelolaan sumber daya manusia,dan terutama
para manajer spesialis pelatihan dan pengembangan SDM.
3. Perkembangan teknologi
Kemajuan tekhnologi tidak saja memberikan dampak pada
identifikasi kebutuhan pelatihan dan pengambangan tetapi juga
terhadap pemilihan metode pelatihan dan pengembangan
4. Kompleksitas organisasi
Kompleksitas organisasi, seorang pekerja yang sukses harus secara
berkesinambungan meningkatkan atau memperbarui kompetensi
mereka dan membangun sikap yang memungkinkan mereka untuk
tidak hanya beradaptasi dengan perubahan tetapi juga menerima
dan bahkan mencari perubahan.
5. Gaya belajar
Keberhasilan program pengembangan dan pelatihan sumberdaya
manusia dipengaruhi oleh gaya belajar. Ketika mengtakan
seseorang mengatakn seseorang telah belajar, kita tidak menunjuk
15
kepada perubahan perilaku yang bersifat sementara atau temporer.
Seseorang disebut telah belajar jika pada dirinya terjadi perubahan
perilaku yang bersifat menetap atau permanen.
6. Kinerja fungsi-fungsi menejemen SDM lainnya.
Kinerja fungsi-fungsi manajemen SDM yakni, rekrutmen dan
seleksi, pelatihan dan pengembangan, kompensasi, manajemen,
kinerja, perencanaan dan pengembangan karir, hubungan
karyawan, manajemen PHK, dan administrasi personalia, serta
sistem informasi SDM.
2.1.2.4. Sasaran pelatihan
Pada dasarnya setiap kegiatan yang terarah tentu harus
mempnyai sasaran yang jelas,memuat hasil yang ingindicapai dalam
melaksanaka kegiatan tersebut. Demikian pula dengan program-
proram pelaihan. Hasil yang ingin dicapai hendaknya dirumskan
dengan jelas agar langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan
pelatihan dapat diarahkan untuk mencapai sasaran yang ditentukan.
Sasaran pelatihan yang utama adalah karyawan,karna berkebang
tidaknya sebuah organisasi tergantng kepaga produktivitas seorang
karyawan seperti yang diunkapkan Ningrum, W, (2013) Pelatian
dilakukan oleh sebuah perusahaan karna adaya masalah dala hal
kinerja dan produktvitas dan pemecahan masalahnya adalah pelatihan.
Sasaran pelatihan menurut Prof.Dr H .Mansyur Ramly (2013:168)
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Produktivitas
16
Pelatihan dapat meningkatkan performance kerja pada posisi
jabatan yang sekarang. Kalau level of performance-nya
naik/meningkat, maka berakibat peningkatan pada produktivitas.
2. Meningkatkan Mutu Kerja
Peningkatan baik kualitas maupun kuantitas. Tenaga kerja yang
berpengetahuan jelas akan lebih baik dan akan lebih sedikit
berbuat kesalahan dalam organisasi.
3. Meningkatkan ketepatan dalam perencanaan SDM
Pelatihan yang baik bisa mempersiapkan tenaga kerja untuk
keperluan dimasa yang akan datang. Apabila ada lowongan-
lowongan, maka akan secara mudah diisi oleh tenaga-tenaga dari
dalam perusahaan.
4. Meningkatkan moral kerja
Apabila perusahaan menyelenggarakan program pelatihan yang
tepat, maka iklim dan suasana organisasi pada umumnya akan
menjadi lebih baik. Dengan iklim kerja yang sehat, maka moral
kerja juga akan meningkat.
5. Menjaga kesehatan dan keselamatan
Suatu pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari
timbulnya kecelakaan-kecalakaan akibat kerja. Selain dari pada itu
lingkungan kerja akan menjadi lebih aman dan tentram.
6. Menunjang pertumbuhan pribadi
Dimaksudkan bahwa program pelatihan yang tepat sebenarnya
member keuntungan kedua belah pihak yaitu perusahaan
dantenaga kerja itu sendiri.
17
2.1.2.5. Tujuan umum dan khusus pelatihan
Tujuan umum dan tujuan khusus pelatihan menurut
Sedarmayanti, (2013:170) adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum pelatihan
Tujuan umum pelatihan adalah meningkatkan produktivitas
organisasi, dengan melalui berbagai kegiatan antara lain :
Mengembangkan pengetahuan sehinggga pekerjaan dapat
diselesaikan secara rasional.
Mengembangkan keterampilan/keahlian, sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan lebih cepat dan efektif.
Mengembangkan/merubah sikap, sehingga menimbulkan
kemauan kerjasama dengan sesama karyawan dan manajemen
2. Tujuan khusus pelatihan
Kualitas.
Produktivitas kerja.
Mutu perencanaan tenaga kerja.
Semangat/moral.
Balas jasa tidak langsung.
Kesehatan dan keselamatan kerja.
Cegah kadaluarsa pengetahuan dan keterampilan.
Pengembangan diri.
2.1.2.6. Indikator pelatihan
1 Jenis Pelatihan
18
Berdasarkan analisis kebutuhan program pelatihan yang telah
dilakukan, makaperlu dilakukan pelatihan peningkatkan kinerja
pegawai dan etika kerja bagitingkat bawah dan menengah.
2 Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan harus konkrit dan dapat diukur, oleh karena itu
pelatihanyang akan diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan kerjaagar peserta mampu mencapai kinerja secara
maksimal dan meningkatkanpemahaman peserta terhadap etika
kerja yang harus diterapkan.
3. Materi
Materi pelatihan dapat berupa: pengelolaan (manajemen), tata
naskah,psikologis kerja, komunikasi kerja, disiplin dan etika kerja,
kepemimpinankerja dan pelaporan kerja.
4. Metode Yang Digunakan
Metode pelatihan yang digunakan adalah metode pelatihan dengan
teknik partisipatif yaitu diskusi kelompok, konfrensi,simulasi,
bermainperan(demonstrasi) dan games, latihan dalam kelas, test,
kerja tim dan studyvisit(studi banding).
5. Kualifikasi Pelatih
Palatih/instruktur yang akan memberikan materi pelatihan harus
memenuhikualifikasi persyaratan antara lain: mempunyai keahlian
yang berhubungandengan materi pelatihan, mampu
membangkitkan motivasi dan mampumenggunakan metode
partisipatif.
19
2.1.3. Teori Kinerja
Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap
individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah
direncanakan. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa
definisi mengenai kinerja. Amirullah (2015: 231) menyatakan bahwa
kinerja adalah sebuah aksi,bukan kejadian.aksi kinerja itu sendiri
terdiri dari banyak komonen dan bukan merupakan hasil yag didapat
dilha pada saat itu juga. Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal
yang besifat indvidual, karena setiap karyawan memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda daam menerjakankan tugasnya.
Menurut John H.Bernardian & Joyce E A Russel, 1993
(Sedarmayanti, 2013 : 260), kinerja didefinisikan sebagai cacatan
mengenai outcome yang dihasilkan dari suatu aktivitas tertentu,
selama kurun waktu tertentu pula.
Menurut Bangun (2012 : 231), yang dimaksud dengan kinerja
adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan
persayaratan pekerjaan.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat
ditarik sebuah kesimpulan yakni arti kinerja merupakan hasil yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas atau beban
tanggung jawab menurut ukuran atau standar yang berlaku pada
masing-masing organisasi selama kurun waktu tertentu.
20
2.1.3.1. Pengertian Kinerja Guru
Menurut undang-undang No. 14 Tahun 2005 tantang Guru dan
Dosen Pasal 1 ayat (1), guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru sebagai
pendidik menurut Sagala (2013:6) adalah tokoh yang paling banyak
bergaul dan berinteraksi dengan para murid dibandingkan dengan
para personel lainnya di sekolah. Guru bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan bimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian dan
pengkajian, dan membuka komunikasi dengan masyarakat.
Kinerja guru menurut Supardi (2014: 54) merupakan
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di
madrasah dan bertanggung jawab atas peserta didik di bawah
bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Oleh karena itu, kinerja guru itu dapat diartikan sebagai suatu kondisi
yang menunjukkan kemampuan seorang guru dalam menjalankan
tugasnya di madrasah serta menggambarkan adanya suatu perbuatan
ang ditampilkan guru dalam atau selama melakukan aktivitas
pembelajaran. Guru yang memiliki kinerja baik dan profesional dalam
implementasi kurikulum memiliki ciri-ciri:
1. Mendesain program pembelajaran
2. Melaksanakan pembelajaran
3. Menilai hasil belajar peserta didik
21
(Supardi, 2014: 59, mengutip Basyirudin dan Usman, 2002: 83).
Perencanaan pembelajaran dibuat oleh guru meliputi:
1. Penentuan tujuan pembelajaran.
2. Pemilihan materi sesuai dengan waktu.
3. Strategi optimum.
4. Alat dan sumber.
5. Kegiatan belajar peserta didik
6. Evaluasi.
(Rasyidin, 1988: 63-64, Nurdin dan Usman, 2002: 86 dalam Supardi,
2014: 60). Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari
rencana pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran
menurut Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah meliputi:
1. Kegiatan pendahuluan.
2. Kegiatan inti dan kegiatan penutup
(Lampiran Permendiknas RI nomor 41 tahun 2007, dalam Supardi,
2014: 60).
Kinerja guru juga dapat di tunjukkan dari seberapa besar kompetensi-
kompetensi yang di persyaratkan di penuhi. Kompetensi tersebut
meliputi:
1. Kompetensi pedagogic
2. Kompetensi kepribadian
3. Kompetensi sosial
4. Kompetensi profesional
22
(Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal
10).
Mengenai kompetensi yang harus dikuasai oleh guru, sudah
dijabarkan pada Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, dan kompetensi tersebut sebagai cerminan dari kinerja
guru.Kinerja guru berkaitan erat dengan penjabaran penguasaan
kompetensi yang harus di miliki oleh guru.
2.1.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Kinerja dapat di pengaruhi oleh beberapa factor. Menurut Prof
.Dr. Thoby Mutis (2013:82) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja.
“Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja,
yaitu:
1. Kemampuan mereka.
2. Motivasi.
3. Dukungan yang diterima.
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan.
5. Hubungan mereka dengan organisasi”.
Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
dijelaskan oleh Prof .Dr. Thoby Mutis . Menurut Prof .Dr. Thoby
Mutis (2013: 227) sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat
meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal:
“Kesepuluh faktor tersebut adalah:
1. Dorongan untuk bekerja,
23
2. Tanggung jawab terhadap tugas.
3. Minat terhadap tugas.
4. Penghargaan terhadap tugas.
5. Peluang untuk berkembang.
6. Perhatian dari kepala sekolah.
7. Hubungan interpersonal dengan sesama guru.
8. MGMP dan KKG.
9. Kelompok diskusi terbimbing.
10. Layanan perpustakaan”.
2.1.3.3. Penilaian Kineja Guru
Penilaian kinerja guru merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk mengetahui atau memahami tingkat kinerja guru satu dengan
tingkat kinerja guru yang lainnya atau dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan. Soekidjo Notoatmodjo (2015:133) menjelaskan
bahwa,“penilaian prestai kerja (performance appraisal) adalah penting
dalam suau organisasi dalam rangka mengembangkan suber daya
manusia”. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci
guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan
efisien,karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas
sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Terdapat berbagai
model instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian kinerja guru.
Namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat
digunakan sebagai instrumen utama,yaitu skala penilaian dan lembar
observasi atau penilaian. Skala penilaian mengukur penampilan atau
24
perilaku orang lain melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum
atau kategori yang memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan
cara mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati baik dalam situasi yang alami sebenarnya maupun
situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal
yang paling cocok dinilai dengan observasi. Menilai kinerja guru
adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam
melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan
patokan-patokan tertentu. Bagi para guru, penilaian kinerja berperan
sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan,
kelebihan, kekurangan dan potensinya. Bagi sekolah hasil penilaian
para guru sangat penting arti dan perannya dalam pengambilan
keputusan.
2.1.3.4. Manfat Penilaian Kinera Guru
Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi sebuah sekolah
karena dengan penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari
standar, ukuran atau kriteria yang telah ditetapkan sekolah. Sehingga
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang guru dapat diatasi
serta akan memberikan umpan balik kepada guru tersebut. Menurut
Soekidjo Notoatmodjo (2015: 134), manfaat dari penilaian kinerja
karyawan adalah:
1. Peningkatan prestasi kerja.
25
Dengan adayna penilaian, baik manager maupun karyawann
mempeole umpan balik, dan mereka dapa memeraiki pekejaan
mereka.
2. Kesempatan keja ang adil.
Dengan adayna penilaian kerja yang akurat aka menjamin setiap
kayawan akan memperoleh kesempatan menempat posisi
pekerjaan sesuia dengan kemampuanya.
3. Penyesuaian kompensasi
Penilaian prestasi kerja dapatmembantu para manager unuk
mengambil keputsan dalam menentukan perbaikan
pembeiankompensasi,gaji,bonus dan sebagainya.
4. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan.
Melalui penilaian prestasi kerja dapat dideteksi karyawan-
karyawan mana yang memiliki kemampuan yang kurang dan
memungkinkan adanya prgram pelatiha guna meninkatkan
keampuan mereka.
5. Keputusan-keptusan prmosi dan demosi
Hasil penilaian prestasi kerja terhadap karyawan dapat
digunakan untuk mengambil keputusan memprmosikan
karyawan yang berprestasi baik dan mendemosi karyawan yang
berprestasi kuang baik.
Sedangkan Amirullah (2015: 229) menjelaskan tentang manfaat
penilaian: “ landasan utuk meberikan upan balik, mengientfikasi
kekatan gua megembangka knerja dimsa endatang serta serta
mengidentifikas kelemahan guna sarana koreksi dan pengembanan.
26
Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan pada prestasi
individu, dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini
tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga
kependidikan yang bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan,
penilaian berguna sebagai umpan balik terhadap berbagai hal,
kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi yang pada gilirannya
bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan
pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga
kependidikan sangat penting dalam mengambil keputusan berbagai
hal, seperti identifikasi
kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan,
pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari
keseluruhan proses pengembangan sumber daya manusia secara
keseluruhan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa penilaian kinerja
penting dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu
sendiri maupun untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana
atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi guru dalam
memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Selain itu penilaian
kinerja guru membantu guru dalam mengenal tugas-tugasnya secara
lebih baik sehingga guru dapat menjalankan pembelajaran seefektif
mungkin untuk kemajuan peserta didik dan kemajuan guru sendiri
menuju guru yang profesional. Penilaian kinerja guru tidak
dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari kesalahan, melainkan
27
sebagai dorongan bagi guru dalam pengertian konstruktif guna
mengembangkan diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya
nanti akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal ini
menuntut perubahan pola pikir serta perilaku dan kesediaan guru
untuk merefleksikan diri secara berkelanjutan.
2.1.3.5. Indikaor Kinerja Guru
Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru.
Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher
performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh
Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat
penilaian kemampuan guru, meliputi:
1. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap
yang ber-hubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan
ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses
penyusunan program kegiatan pembelajar-an yang dilakukan oleh
guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pe-laksanaan
pembelajaran(RPP). Unsur/komponen yang ada dalam silabus terdi
ri dari:
a. Identitas Silabus
b. Stándar Kompetensi (SK)
c. Kompetensi Dasar (KD)
d. Materi Pembelajaran
e. Kegiatan Pembelajaran
28
f. Indikator
g. Alokasi waktu
h. Sumber pembelajaran
Program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan
sitilah RPP, yang merupakan penjabaran lebih rinci dan specifik dari
sila-bus, ditandai oleh adnya komponen-komponen :
a. Identitas RPP
b. Stándar Kompetensi (SK)
c. Kompetensi dasar (KD)
d. Indikator
e. Tujuan pembelajaran
f. Materi pembelajaran
g. Metode pembelajaran
h. Langkah-langkah kegiatan
i. Sumber pembelajaran
j. Penilaian
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan
pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas.
Penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode
serta strategi pembejaran. Semua tugas tersebut merupakan tugas
dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam
pelaksanaanya menuntut kemampuan guru.
Adapun pelaksanaan kegiatan terdiri dari tiga tahapan yang perlu
diperhatikan yaitu :
29
a. Pengelolaan kelas
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna
mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah
tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas.
Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin
siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan,
ketepat-an waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi
setiap akan memulai proses pembelajaran, dan melakukan
pengaturan tempat duduk siswa. Kemampuan lainnya dalam
pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang/ setting tempat
duduk siswa yang dilakukan pergantian, tujuannya memberikan
kesempatan belajar secara merata kepada siswa.
b. Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang
perlu dikuasi guru di samping pengelolaan kelas adalah
menggunakan media dan sumber belajar. Media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi
pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses
pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber
belajar adalah buku pedoman. Kemampuan menguasai sumber
belajar di samping mengerti dan memahami buku teks, seorang
guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-
buku/sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan
kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan
30
pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak
hanya meng-gunakan media yang sudah tersedia seperti media
cetak, media audio, dan media audio visual. Tatapi kemampuan
guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang
ada di sekitar sekolahnya.
c. Penggunaan Metode Pembelajaran
Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode
pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan
menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang
akan disampaikan. Karena siswa memiliki interes yang sangat
heterogen idealnya seorang guru harus menggunakan multi
metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran
di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya
jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tu-
gas dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani
kebutuhan siswa, dan menghindari terjadinya kejenuhan yang
dialami siswa.
3. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan
untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan
juga proses pem-belajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini
seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan
pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi,
pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.
31
2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Tabel 2.1
No Nama,Th,Institusi
peneliti Judul Variabel Kesimpulan
Tempat
penelitian
1
mareta kemala sari, Ega Sri Dini/ 2013/
Ejurnal Econonica
PENGARUH LATAR
BELAKANG
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
TERHADAP KINERJA
ACCOUNT OFFICER (AO) KREDIT
KOMERSIAL BANK BRI SUMATERA
BARAT
X1 :
Latarbelakang pendidikan
X2 : Pelatihan Y:Kinerja
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis uji t latar belakang
pendidikan tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan, uji t pelatihan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja
karyawan. Sedangkan uji f pengaruh bersama-sama positif
dan signifikan antara latar
belakang pendidikan dan pelaihan terhadap kinerja
karyawan. Besarnya pengaruh latar belakang pendidikan dan
pelatihan terhadap kinerja
karyawan adalah 32,90% dan sisanya sebesar 67,10%
dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak termasuk kedalam model penelitian.
BANK BRI
SUMATRA
BARAT
2
Aritonang, Keke T/2015/Jurnal
Pendidikan Penabur
4.4
Kompensasi Kerja,
Disiplin Kerja Guru dan
Kinerja Guru SMP Kristen BPK PENABUR
Jakarta.
X1 : Kompensasi X2 : Disiplin
Kerja
Y : Kinerja Guru
Penelitian menyimpulkan bahwa kompensasi kerja memberikan
sumbangan sebesar 6, 76 %
terhadap kinerja guru, disiplin kerja guru memberikan
sumbangan sebesar 77,44 %.
Sedangkan kompensasi kerja dan disiplin kerja guru secara
bersamasama memberikan
sumbangan sebesar 77,60 % terhadap kinerja guru. Dengan
demikian sebagai saran untuk
meningkatkan kinerja guru yang tinggi perlu ditingkatkan
kompensasi kerja dan disiplin
kerjanya.
Guru SMP Kristen BPK
PENABUR
Jakarta
3
Murwati, Hesti/2013/Jurnal
Pendidikan Bisnis
dan Ekonomi (BISE)
Pengaruh sertifikasi
profesi guru terhadap
motivasi kerja dan kinerja guru di smk negeri se-
Surakarta
X1 : Sertifikasi guru
Y1 : Motivasi
Y2: Kinerja
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) terdapat
pengaruh sertifikasi profesi guru
terhadap motivasi kerja, hal ini ditunjukkan oleh t hitung>t table
yaitu 10,664>1,664. (2) terdapat
pengaruh sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru, hal ini
ditunjukkan oleh t hitung>t table
yaitu 8,226>1,991.
Kota Surakarta
32
4
Habib, S., Zahra, F.,
& Mushtaq, H /2015/A Case Study
Of Pakistan
Impact Of Training And
Development On Employees’ Performance
And Productivity
X1 :Training X2 :
EMPLOYEES’
PERFORMANCE Y : Productivity
The study results show that there is a strong optimistic relation
among training and development
of employees on their performance and productivity
A CASE STUDY OF PAKISTAN
5
Arianto, Dwi Agung
Nugroho/2013/Jurnal
Economia 9.2.
PENGARUH
KEDISIPLINAN,
LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA KERJA
TERHADAP KINERJA
TENAGA PENGAJAR
X1 : Kedisiplinan
X2 : Lingkungan
Kerja X3 : Budaya
Kerja
Y : Kinerja Guru
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kedisiplinan kerja tidak
berpengaruh terhadap kinerja, lingkungan kerja tidak
berpengaruh terhadap kinerja,
budaya kerja berpengaruh positif terhadap kinerja tenaga pengajar,
dan secara bersama-sama
kedisiplinan kerja, lingkungan kerja dan budaya kerja
berpengaruh positif terhadap
kinerja tenaga pengajar.
Yaspenlub Demak
6 Hasanah, Dedeh Sofia/2012/
Pengaruh Pendidikan Latihan (Diklat)
Kepemimpinan Guru dan
Iklim Kerja terhadap Kinerja Guru Sekolah
Dasar se Kecamatan
Babakancikao Kabupaten Purwakarta
X1 : Pelatihan
X2 : Iklim Kerja
Y : Kinerja
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pengaruh faktor
pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan guru terhadap kinerja guru (X1 terhadap Y)
sebesar 33% . Sedangkan faktor
iklim kerja terhadap kinerja guru (X2 terhadap Y) adalah sebesar
67%. Sedang kan secara
simultan/bersama-sama antara faktor pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan guru dengan iklim
kerja (X1 dan X2 terhadap Y ) adalah sebesar 57%.
Kinerja Guru
Sekolah Dasar se
Kecamatan Babakancikao
Kabupaten
Purwakarta.
Hipotesis
Menurut Kerlinger (2013:30), hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih dengan kata lain hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian berdasarkan teori yang
ada. Dengan demikian, berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat
disimpulkan bahwa hipotesis didalam penelitian ini adalah :
H1. H0 : Secara parsial diduga tidak ada hubungan antara variabel bebas
latar belakang pendidian guru (x1) dengan variabel terikat
Kinerja (y)
33
Ha : Secara parsial diduga ada hubungan antara variabel bebas latar
belakang pendidian guru (x1) dengan variabel terikat Kinerja (y)
H2. H0 : Secara parsial diduga tidak ada hubungan antara variabel bebas
pelatihan kerja (x2) dengan variabel terikat Kinerja (y)
Ha : Secara parsial diduga ada hubungan antara variabel bebas
pelatihan kerja (x1) dengan variabel terikat Kinerja (y)
H3. H0 : Secara simultan diduga bahwa variabel bebas background
pendidikan(x1) dan pelatihan (x2) tidak berpengaruh positif
terkait variabel Kinerja (y)
Ha : Secara simultan diduga bahwa variabel bebas latar belakang
pendidikan(x1) dan pelatihan (x2) berpengaruh positif terkait
variabel Kinerja (y)
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. Penelitian kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan
terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain
penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan
penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik,
atau tampilan lainnya.
Menurut Sugiyono(2012:7) metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode kuantitatif
sering juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific
dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga
35
sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut
sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat
positivisme. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific)
karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini
disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka
dan analisis menggunakan statistik.
Dari hasil penjelasan diatas akhirnya penulis memutuskan akan
menggunakan metode penelitian Kuantitatif dikarenakan data yang
diolah akan berupa angka yang diperoleh dari kuesioner yang di
sebarkan dan di isi oleh objek penelitian dan hasilnya di oleh
menggunakan statistik sehingga muncul data-data yang akurat.
3.2. Tempat dan Waktu penelitian
3.2.1. Tempat penelitian
Untuk tempat penelitian sendiri adalah Sekolah Kristen Tunas
Bangsa Cikarang Jl. Majapahit No 39 Taman Simpruk Lippo
Cikarang Kab. Bekasi 17550 – Indonesia.
3.2.2. Waktu penelitian
Sedangkan waktu yang yang diperlukan untuk proses penelitian
dan pembuatan karya ilmiah adalah mulai dari maret 2017 – Agustus
2017 dengan jadwal sebagai berikut :
Tabel 3.1
36
No Uraian kegiatan
Periode bulan maret sd agustus 2017
Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Observasi /////////
2 Menyusun Proposal //////// ///////
3 Bimbingan proposal //////// ///////
4 Pengumpulan data ////////
5 Pengolahan data /////// ////////
6 Penulisan skripsi ///////// /////////
7 Persiapan Ujian ///////////
8 Ujian Skripsi ///////////
3.3. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-
variabel yang mempengaruhi dan terpengaruhi. Dengan kata lain dalam kerangka
konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat dalam variabel penelitian.
(Muhamammad, 2013)
3.3.1. Desain Penelitian
Penjelasan kerangka konsep yang di usung adalah sebagai berikut:
3.3.1.1. Pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kinerja
guru
Keberhasilan pencapaian dan kuaits pendidkan sebuah instansi
pendidikan tergantung dari kualias serta kopetensi yang diiliki
seorang tenaga pendidik/guru. Salah satu faktor yang mempengaruhi
hal tersebut adalah background pendidikan guru tersbut. Pendidikan
37
merupakan syarat utama yang harus ditempuh seseorang untuk dapat
memasuki pasar kerja dalam hal ini adalah guru. Pendidikan yang
diperoleh baik dari sekolah maupun dari luar sekolah akan
memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan, sehingga akan
memudahkan seorang guru dalam mnjalankan aktivistasnya dalam
kegiata pembelajaran.
Tingkat pendidikan yang dimiliki seorang guru akan
mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan dalam menghadapi
suatu permasalahan yang timbul khususnya dalam masalah pekerjaan.
Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada
umumnya lebih cepat mengatasi masalah yang dihadapi, daripada
orang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
Pendidikan mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualifikasi
guru agar dapat lebih produktif. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja karena pendidikan baik formal maupun non
formal seseorang diharapkan memiliki kemampuan untuk lebih
memahami dalam mengadaptasi perubahan-perubahan di lingkungan
kerja dengan lebih cepat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa latar belakang
pendidikan berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja
seorang guru di Sekolah Kristen Tunas Bangsa Cikarang.
3.3.1.2. Pengaruh pelatihan terhadap kinerja guru
Pelatihan merupakan elemen penting bagi peningkatan
keterampilan dan pengetahuan, karena pelatihan dimaksudkan untuk
38
memperbaiki penguasan berbagai keterampilan dan teknik
pelaksanaan kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat.
Guru sekolah kristen tunas bangsa cikarang kurang memiliki
pengetahuan, kemampuan dan keahlian yang lebih baik lagi guna
meningkatkan kinerja sesuai haraan dan standar ang diberika sekolah .
Oleh karena itu, adanya pelatihan di sekolah kristen tunas bangsa
cikarang berupaya menyiapkan para guru untuk memaksimalkan
kemamuan yang ada serta membekali dengan kemampan dan keahlin
yang lain sesuai kebutuhan yang diperlukan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program pelatihan
dapat memperbaiki dan meningkatkan keterampilan dalam
melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik, efektif dan efisien,
sehingga guru di Sekolah kristen Tunas Bangsa Cikarang menjadikan
guru memiliki kinerja yang lebih baik dan dapat memberikan
kontribusi serta manfaat sebesar bagi instansi, anak didik yang di ajar
serta bagi pendidikan indonesia pada umumnya.
3.3.1.3. Pengaruh latar belakang pendidikan guru dan pelatihan
kerja guru terhadap kineja guru
Kinerja juga mencerminkan etos kerja guru tercermin juga sikap
mental yang baik. Seorang guru yang memiliki jenjang pendidikan
yang tinggi akan lebih mudah menjabarkan atau dapat lebih kreasi
dengan baik terhadap ketentuan yang terkait dengan kinerja serta akan
lebih mudah memahami magsud serta intruksi yang diberikan tanpa
harus dijelaskan secara detail. Guru telah mengikuti pelatihan akan
39
Pelaksanaan
Kegiaan
Pembelajaran
Tujuan
Pelatihan
Metode
Pelatihan
Jenis
Pelatihan
Jenjang
Pendidikan
Jenis
Pendidikan
Penjurusan
LATAR BELAKNG
PENDIDIKA
(X1)
PELATIHAN
KERJA (X2)
KINERJA
(Y)
Perencanaan
Program
Kegiatan
Pemelajaran
Ealuasi
Pembelajaran
cenderung memiliki standar kerja yang lebih baik, karena pelatihan
dapat memberikan kesempatan bagi guru dalam mengembangkan
keahlian dan kemampuan bekerja. Jadi dengan kata lain seorang guru
yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dan telah melewati
tahap pelatihan maka akan memiliki knerja yang lebih baik.
Secara skematis, kerangka konseptual dalam gambar berikut :
Tabel 3.2
Diskriptif Operasional dan Instrument Variabel Penelitian
Variabel Instrumen/dimensi
Keterangan/penjelasan atas intrumen
variabel
KINERJA ( Y )
Perencanaan Program
Kegiatan Pemelajaran Kemampuan guru dalam menguasai bahan ajar
penyusunan program kegiatan pembelajar-an
40
yang dilakukan oleh guru ( silabus dan RPP )
Pelaksanaan Kegiaan
Pembelajaran
Pengelolaan kelas dalam menciptakan suasana
yang kodusif
Peggunaan media dan sumber belajar
Penggunaa metod pembelajara
Ealuasi Pembelajaran Mengetahui capaian tujuan pebelaaran
BACKROUND
PENDIDIKAN
(X1)
Jenjang Pendidikan
Menjelaskan jenjang pendidikan ( Pendidikan
Dasar,Menengah dan Perguruan tinggi )
Jenis Pendidikan
Mendefinisikan tentang jenis pendidikan
(pendidikan umum,kejuruan,akademik dll )
Konsentrasi/
penjurusan
penggolongan pendidikan sesuai ketrampilan
atau ilmu yag dipelajari
PELATIHAN
Tujuan Pelatihan pencapaian yang didapat dalam pelatihan
target pencapaian yang harus di capai
Jenis Pelatihan Penyesuaian pelatiha sesai kebtuhan
Metode Pelatihan cara dalam melakukan pelatihan
3.4. Populasi dan Sempel
3.4.1. Populasi
Menurut Surya bintarti(2015:97) Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan.
Kesimpulannya, populasi bukan hanya orang tetapi benda-benda alam
yang lain. Tujuan diadakan Populasi juga bukan jumlah yang ada pada
41
objek yang dipelajari tetapi juga populasi yaitu agar dapat menentukan
besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota sampel dan membatasi
berlakunya daerah generalisasi. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah seluruh guru Sekolah Dasar kristen Tunas Bangsa Cikarang yang
berjumlah 25 orang.
3.4.2. Sempel
Menurut Surya bintarti (2015;98) Sampel adalah sebagain dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar,dan peneliti dapat mengambil sampel dari populasi
tersebut.
Untuk tehnik sampling atau penentuan sampel menggunakan
tehnik sampling jenuh karena jumlah populasi sebesar 25 orang.
Seperti yang di ungkapkan Surya bintarti (2005;103) sampling jenuh
digunakan apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil atau kurang
dari 30 orang.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengertian metode pengumpulan data menurut ahli metode pengumpulan
data berupa suatu pernyataan (statement) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu
dan sejenisnya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2012 : 110). Metode
pengumpulan data ini termasuk kategori laporan diri (personal report)/ Deskripsi
42
diri. Individu melaporkan tentang keadaan dirinya berdasarkan pertanyaan atau
perintah yang diberikan kepadanya.
Burhan Bungin (2013: 42), menjelaskan metode pengumpulan data adalah
“dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan
sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan
reliable”. Suharsimi Arikunto (2012:136), berpendapat bahwa “metode penelitian
adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya”. Cara yang dimaksud adalah wawancara, dan studi dokumentasi.
Sumber Data Dan Metode Pengumpulan DataAda dua sumber / jenis data,dan dua
hal tersebut yaitu :
1. Data Primer : adalah data yang diperoleh oleh diri sendiri melalui beberapa
proses seperti wawancara, kuesioner, percobaan laboraturium, Observasi, tes
dll
2. Data Sekunder : adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau tidak
secara langsung berinteraksi dengan sumber data secara langsung seperti
dengan mencari info kelembaga-lembaga tetkait atau institusi terkait seperti
Badan Pusat Statistik, Rumah Sakit dll.
Jenis-jenis metode pengumpulan data
1. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden.
Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuesioner kemudian
dicatat/direkam
2. Observasi
43
Pengamatan melibatkan semua indera (penglihatan, pendengaran, penciuman,
pembau, perasa). Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan alat rekam
elektronik
3. Wawancara
Pengambilan data melalui wawancara /secara lisan langsung dengan
sumberdatanya, baik melalui tatap muka atau lewat telephone, teleconference.
Jawaban responden direkam dan dirangkum sendiri oleh peneliti.
4. Dokumentasi
Pengambilan data melalui dokumen tertulis mamupun elektronik dari
lembaga/institusi. Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data
yang lain.
Ditinjau dari beberapa pendapat para ahli mengenai metode pengumpulan
data, dari penjelasan diatas serta dari hasil atau cara penulis
mengumpulkan/memperoleh data dapat disimpulkan data yang kami peroleh
adalah jenis “Data Primer” karena cara memperolehnya langsung berinteraksi
dengan sumber data itu sendiri dengan cara wawancara,kuesioner dan
dokumentasi. Kemudian untuk metode yang kami gunakan adalah dengan cara
metode “Kuesioner,wawancara dan dokumentasi”
3.6. Metode Analisa data
Analisis Diskriptif yaitu memerinci atau menjelasakan secara panjang lebar
dalam bentuk kalimat keterkaitan dari data penelitian. Dalam metode analisa data
ini terdiri dari:
3.6.1. Uji instrumen data
44
Instrumen penelitian memegang peran penting dalam penelitian
kuantitatif karena kualitas data yang digunakan dalam banyak hal
ditentukan oleh kualitas instrument yang dipergunakan. Artinya, data yang
bersangkutan dapat mewakili dan atau mencerminkan keadaan sesuatu yang
diukur pada diri subjek penelitian dan si pemilik data.
Uji instrumen data ini terdiri dari 2 yaitu:
a. Uji validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya
(Azwar 1986). Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
bahwa variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti
oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef, 2006).
b. Uji realibilitas
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama
dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur
tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu
alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.
4. Analisis regresi berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara
dua atau lebih variabel independen (X1,X2,.Xn) dengan variabel dependen
(Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen
45
berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel
dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Analisa regresi berganda ini terdiri dari :
a. Persamaan regresi
Metode Statistik yang berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan sebab
akibat antara Variabel Faktor Penyebab (X) terhadap Variabel Akibatnya.
Faktor Penyebab pada umumnya dilambangkan dengan X atau disebut juga
dengan Predictor sedangkan Variabel Akibat dilambangkan dengan Y atau
disebut juga dengan Response.
b. Koefisien determinasi
Koefisien determinasi pada regresi linear sering diartikan sebagai seberapa
besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari
variabel terikatnya. Secara sederhana koefisien determinasi dihitung dengan
mengkuadratkan Koefisien Korelasi (R).
c. Uji hipotesis
Uji Hipotesis adalah cabang Ilmu Statistika Inferensial yang dipergunakan
untuk menguji kebenaran suatu pernyataan secara statistik dan menarik
kesimpulan apakah menerima atau menolak pernyataan tersebut. Pernyataan
ataupun asumsi sementara yang dibuat untuk diuji kebenarannya tersebut
dinamakan dengan Hipotesis (Hypothesis) atau Hipotesa.
Uji hipotesis ini terdiri dari 2 yaitu:
• Uji t
Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh
masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel
46
terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan antara t-hitung
dengan t-tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada setiap masing-
masing t-hitung.
• Uji F
Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji Model/UjiAnova, yaitu uji untuk
melihat bagaimanakah pengaruh semuavariabel bebasnya secara bersama-
sama terhadap variabel terikatnya. Atau untuk menguji apakah model regresi
yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan.
5. Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
analisisregresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi
analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan
asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal.Demikian juga
tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear,
misalnya uji multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis regresi linear
sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.
Uji asumsi klasik ini terdiri dari 3 yaitu:
a. Uji normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing
variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak
yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini
tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai
residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.
47
b. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasiyang
tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear
berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya,
maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi
terganggu.
c. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitasadalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan
variansdari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model
regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut
homoskedastisitas.
5.1. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data.
Teknik Wawancara. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231)
wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Teknik Pengamatan/Observasi. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145)
mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
48
suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua
di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik Dokumentasi. Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.
Triangulasi. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan datayang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
49
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. SEJARAH SEKOLAH KRISTEN TUNAS BANGSA CIKARANG
Sekolah Kristen Tunas Bangsa berdiri pada bulan Juli 1992 yang
belokasi di Jalan Gunung Sahari XI, Komplek Speed Plaza, Jakarta Pusat.
Sejak berdirinya, Sekolah Kristen Tunas Bangsa menerapkan pendidikan
karakter yang materinya berasal dari Institute Basic Life Principles. Setelah
melewati dua dekade perjalanannya, Sekolah Kristen Tunas Bangsa terus
berkomitmen dalam mengembangkan pendidikan karakter kepada setiap
siswa/i didiknya. Sekolah Kristen Tunas Bangsa didirikan berdasarkan visi
awal, yaitu agar anak-anak tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi cerdas
juga dalam spiritual, karakter dan moral, mental, sosial – emosional dan fisik.
Sekolah Kristen Tunas Bangsa menjadi salah satu pioneer dalam
mengembangkan kurikulum yang dipadukan dengan pengajaran agama dalam
mendidik karakter dan moral anak didik dengan tetap berpegang pada misi
Penyelamatan Anak Bangsa. Seiring dengan berjalannya waktu, dunia
pendidikan mulai melihat bahwa karakter merupakan bagian yang penting
50
dalam pendidikan dan Sekolah Kristen Tunas Bangsa telah memulai dan
menjadi model dalam hal tersebut. Sekolah Kristen Tunas Bangsa terus
melakukan pembenahan, perbaikan dan peningkatan. Dengan bertambahnya
jumlah anak didik, kompleksitas dunia pendidikan dan tuntutan masa depan
maka Sekolah Kristen Tunas Bangsa merumuskan kembali visi dan misi untuk
mempertajam dan memperkuat nilai-nilai yang ada. Dan sekarang sekolah
tunas bangsa sudah memiliki 7 cabang sekolah (TK,SD,SMP dan SMA) yang
berada di area jabodetabek dan akan terus memperluas lagi demi peranan
dalam mencerdaskan anak bangsa dengan memiliki nilai-nilai karakter. Salah
satu cabang adalah sekolah dasar di cikarang.
51
4.2. STUKTUR ORGANISASI SEKOLAH KRISTEN TUNAS BANGSA
STUKTUR ORGANISASI
SEKOLAH DASAR TUNAS BANGSA
DINAS
PENDIDIKAN
YAYASAN
GURU GURU PERPUSTAKAAN GURU
TATA USAHA
KEPALA
SEKOLAH
MURID MURID MURID
PENJAGA
SEKOLAH
52
4.3. Kegiatan Operasional SDK Tunas Bangsa
Sekolah dasar tunas bangsa yang beralamat di jalan majapahit no. 39
pada dasarnya sama dengan sekolah-sekolah dasar lainya. Yang membedakan
antara sekolah ini dengan sekolah lain adalah di dalam pembelajaan/ kurikulim
dimasukkan nilai-nilai karater yang menjadi konsen dan keunggulan sekolah
ini.
Untuk kegiatan operasionalnya sendiri tidak jauh berbeda dengan
lembaga sekoah lainnya, utuk jam masuk anak/kegiatan KBM dimulai pukul
07:00 dan jam pulang menyesuakan tingkat anak tersebut ( 12:30 ntuk
anak kelas 1&2 serta 13:30 untu kelas 3-6 ). Sementara untuk guru dan saaf
masuk 15 menit lebih awal (6:45) dan pulang 15:00 jam itu berlaku dari senin-
jum’at.
Untu KBM sekolah menerapkan kurikulum 13 serta bekerja sama
dengan beberapa insansi lainya seperti BINUS untuk pembeajaran TIK (
komputer) serta Townforkids dari singgapor untuk pemelajaran bahasa Ingris.
Setiap kelas memilki satu wali kelas dan sekaligus berfungsi sebagai guru
kelas yang mengajar beberapa mata pelajaran( khusus kelas satu ada tambahan
guru bantu yang berfugsi membantu mendampnggi anak dikareakan masih
53
dalam masa peraihan dari TK sehinga emerlukan perhatian khusus).
Sedangkan untuk mata pelajaran yang lain seperti matematika,bahasa ingris
dan beberapa mataplajaran lainya di ajar oleh guru bidangstudi.
Visi
Menjadi sebuah model lembaga pendidikan yang memberi inspirasi dalam
menerapka penddikan karakter
Misi
Menghasilkan pemimpin yang memiliki karakter kompeten dan mampu
memberi dampak positf terhadap lingkungan
Moto
Bersama orangtua mendidik anak
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Analisis Deskriptif Statistik
5.1.1. Data Responden
Data responden disajikan untuk memberikan informasi lebih mendetail
mengenai responden yang dijadikan objek penelitian ini Dwi priyanto (
2016;23)
A. Jenis Kelamin.
Tabel 5.1
Diagram 5.1
55
B. Pendidikan
Tabel 5.2
Diagram 5.2
C. Usia
56
Tabel 5.3
Diagram 5.3
5.1.2. Analisis Frekuensi
Menurut Dwi priyanto (2016;23) analisis Frekuensi digunakan untuk
menghitung frekuensi data pada variable dan disajikan dalam bentuk table dan
grafik.Dan berikut penyajian data dari analisis frekuensi atas ketiga variable.
5.1.2.1. Latar Belakang Pendidikan
Hasil angket pelatihan diambil dari hasil jawaban instrument
Background Pendidikan yang responden nya Guru di SDK Tunas Bangsa
dengan jumlah sempel 25. Dari data yang diperoleh, skor untuk jawaban
57
instrument Backgroun Pendidikan adalah skor tertinggi 40 dan skor
terendah 34.
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Histogram 5.1
58
5.1.2.2. Pelatihan
Untuk Hasil angket pelatihan yang sudah dapat dari 25 responden Guru
di SDK Tunas diperoleh skor tertinggi 48 dan skor terendah 39.
Tabel 5.6
Tabel 5.7
59
Histogram 5.2
5.1.2.3. Kinerja Guru
Untuk Hasil dari Kinerja data yang diperoleh, untuk skor tertinggi 48
dan skor terendah 39 sesuai dengan table.
Tabel 5.8
Tabel 5.9
60
Histogram 5.3
5.2. Uji Instrumen Data
5.2.1. Uji Validitas
Analisis berikut merupakan hasil perhitungan dengan menggunakan
SPSS 16.0. Data diperoleh dari hasil jawaban atas kuesioner yang disebarkan
kepada 25 orang guru sekoah dasar Tunas Bangsa. Berdasarkan penelitian ini
maka variabel yang dianalisis adalah variabel bebas yang terdiri dari
background pendidikan (X1) Dan pelatihan kerja (X2) serta variabel kinerja
61
guru (Y) sebagai variabel terikat. Validitas dalam penlitian ini
menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan apa yang akan
diukur. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk menguji validitas
butir angket adalah :
1. Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka variabel tersebut valid
2. Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel maka variabel tersebut valid.
Jika hasil menunjukan nilai yang signifikan maka masing-masing indicator
pertanyaan adalah valid, tapi apabila nilai tidak signifikan maka nilai tidak
valid. Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan menggunakan program
SPSS 16.0
Tabel 5.10
Hasil Uji Validitas Latar Belakang Pendidikan (X1)
Tabel 5.11
Hasil Uji Validitas Pelatihan Kerja (X2)
No. Kuesioner r Hitung r Tabel Keterangan
X1.1 0,417 0,396 Valid
X1.2 0,561 0,396 Valid
X1.3 0,446 0,396 Valid
X1.4 0,737 0,396 Valid
X1.5 0,774 0,396 Valid
X1.6 0,549 0,396 Valid
X1.7 0,805 0,396 Valid
X1.8 0,788 0,396 Valid
X1.9 0,553 0,396 Valid
X1.10 0,495 0,396 Valid
No. Kuesioner r Hitung r Tabel Keterangan
X2.1 0,499 0,396 Valid
X2.2 0,810 0,396 Valid
X2.3 0,707 0,396 Valid
X2.4 0,781 0,396 Valid
62
Hasil Uji Validitas Pelatihan (X2)
Tabel 5.12
Hasil Uji Validitas Kinerja (Y)
Dari hasil uji Validitas dapat dilihat pada tabel 5.10, 5.11, dan 5.12 diketahui
koefisien skor butir instrument terhadap skor total yang merupakan korfisien
ketiga variabel , koefisien terendahnya, lebih tinggi dibandingkan dengan r
tabel pada tariff signifikan 5% pada N=25 yaitu 0,396, maka disimpulkan
keseluruhan item atau indicator variabel latar belakang pendidikan (X1),
X2.5 0,685 0,396 Valid
X2.6 0,698 0,396 Valid
X2.7 0,540 0,396 Valid
X2.8 0,851 0,396 Valid
X2.9 0,645 0,396 Valid
X2.10 0,486 0,396 Valid
No. Kuesioner r Hitung r Tabel Keterangan
Y.1 0,557 0,396 Valid
Y.2 0,569 0,396 Valid
Y.3 0,727 0,396 Valid
Y.4 0,798 0,396 Valid
Y.5 0,696 0,396 Valid
Y.6 0,739 0,396 Valid
Y.7 0,511 0,396 Valid
Y.8 0,583 0,396 Valid
Y.9 0,456 0,396 Valid
Y.10 0,861 0,396 Valid
63
variabel pelatiahan (X2) dan variabel produktivitas (Y), keseluruhannya
dinyatakan valid, sehingga dalam pengujian hipotess bias dengan
menggunakan analisis regrsi berganda.
5.2.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini pengukuran eliabilitas kuesioner
melalui uji stastistik Cronbach Alpha dengan program SPSS 16.0. Menurut
suatu konstruk atau variabel dapat dikatakan reliable jika meberikan nilai
Cronbach Alpha >0.60 pada hasil pengujian.
Tabel 5.13
Tabel Reliabilitas Instrumen
No Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
1 Latar Belakang Pendidikan(X1) 0.823 Reliabil
2 Pelatihan (X2) 0.850 Reliabil
3 Kinerja(Y) 0.830 Reliabil
Hasil uji reliabilitas instrument dapat dilihat rangkuman seprti pada tabel 5.13
,koefisien reliabilitas ketiga instrument diatas dari 0.60. dapat dinyatakan
bahwa instrument penelitian ini telah teruji keterandalannya (reliabilitasnya).
5.3. Analisis Regresi Linier Berganda
5.3.1. Persamaan Regresi
Secara umum analisis regresi ialah analisis yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh hubungan (asosiasi) antara dua variabel yakni variabel
X (Independen) dan Y (dependen) (Dwi priyanto, 2016;93). Dalam penelitian
64
ini analisis regresi linier barganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh Latar belakang pendidikan (X1), Pelatihan (X2), terhadap Kinerja
Guru (Y). Hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 16.0
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.14
Dari hasil pengujian uji regresi linier berganda pada tabel koefisien
diperoleh konstanta sebesar 28,747 dan skor arah regresi Background
pendidikan (X1) sebesar -0,007 , skor arah regresi Pelatihan kerja (X2) sebesar
0,391. Berdasarkan konstanta dan arah regesi tersebut maka persamaan garis
regresinya adalah :
Y= 28,747 +(- 0,007 X1) + 0,391 X2
Hal ini dapat diartikan bahwa kinerja guru tidak dipengarui oleh latar
belakang pendidikan akan tetapi hanya pelatihan kerja yaitu sebesar 28,747.
Setiap ada kenaikan satu point pada variabel latar belakang pendidikan
berakibat naiknya skor variabel Kinerja Guru sebesar -0,007 dan setiap ada
kenaikan variabel Pelatihan berakibat naiknya skor variabel kinerja Guru
sebesar 0,391
65
Maka dapat di pastikan tingkat Kinerja guru ditentukan oleh pelatihan kerja
saja bukan dengan latar belakang pendidikan Dengan ini dapat dipahami
bahwa pelatihan merupakan kunci keberhasilan Kinerja.
5.3.2. koefisien determinasi (Adjusted R₂)
Aanalisis determinasi digunakan untuk mengetahui preentase
sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Hasil analisis determinasi dapat dilihat pada output model
summary dari hasil analisis regresi linier berganda diatas atau disajikan
sebagai berikut :
Tabel 5.15
Menurut Dwi priyanto (2016;97) bahawa untuk regresi dengan lebih dari 2
variabel bebas digunakan Adjusted Square sebagai koefisien determinasi.
Ajdusted R square adalah nilai R Square yang telah di sesuaikan. Berdasarkan
output diperoleh angka adjusted R Square sebesar 0,101 atau (10,1%).
Hal ini menunjukan bahwa porsentase sumbangan pengaruh variabel
inependen latar belakang pendidikan dan Pelatihan kerja terhadap variabel
Kinerja Guru sebesar 10,1 %. Atau variasi variabel bebas yang digunakan
dalam model mampu menjelaskan sebesar 10,1% variasi variabel dependen.
Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalm
model penelitian ini.
66
5.3.3. Uji Hipotesis
5.3.3.1. Uji t
Uji t dimaksudkan untunk mengetahui seberapa jauh pengaruh
satu variabel inependen (latar belakang pendidikan dan pelatihan kerja)
secara individual dalam menerangkan variabel dependen kinerja guru.
Hasil uji t pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.16
Tabel 5.16
H1 Variabel Background pendidikan (X1)
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara latar belakang
pendidikan terhadap kinerja guru sekolah dasar Kristen
Tunas Bangsa
Ha : Ada pengaruh signifikan antara latar belakang pendidikan
terhadap kinerja guru sekolah dasar kristen Tunas Bangsa
Hasil pengujian dengan SPSS 16.0 diperoleh untuk variabel X1 (latar
belakang pendidikan) diperoleh nilai t hitung = -0.049 dengan tingkat
signifikan 0.962. Dengan menggunakan batas signifikan 0,395 dengan
taraf 5%, yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak karna nilai dari t
hitung lebih kecil dari t tabel. Pengujian secara statistic membuktikan
bahwa latar belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap kinerja
guru. Artinya bahwa tidak ada pengaruh antara variabel latar belakang
pendidikan terhadap kinerja guru sekolah dasar Kristen Tunas Bangsa.
67
H2 Variabel Pelatihan kerja (X2)
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara pelatihan kerja
terhadap kinerja guru sekolah dasar Kristen Tunas Bangsa
Ha : Ada pengaruh signifikan antara pelatihan kerja terhadap
kinerja guru sekolah dasar kristen Tunas Bangsa
Hasil pengujian dengan SPSS 16.0 diperoleh untuk variabel X2
(pelatihan kerja) diperoleh nilai t hitung = 2.151 dengan tingkat
signifikan 0.043. Dengan menggunakan batas signifikan 0,395 dengan
taraf 5%, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima karena nilai dari t
hitung lebih besar dari t table . Pengujian secara statistic membuktikan
bahwa pelatihan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja guru.
Artinya bahwa ada pengaruh antara variabel pelatihan kerja terhadap
kinerja guru sekolah dasar Kristen Tunas Bangsa.
5.3.3.2. Uji F
UJI F digunakan untuk menunjukan apakah semua variabl
bebas (independen) yang dimasukan dalam model mempunyai
pengaruh secara berama-sama terhadap variabel terikat (dependen). Bil
nilai F hitung lebih besar dari pada F tabel, maka dikatakan bahwa
signifikan. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 5.17 dan penelitian ini
dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 5.17
68
H2 Variabel Background Prndidikan(X1) & Pelatihan kerja (X2)
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara latar belakang
pendidikan dan pelatihan kerja terhadap kinerja guru
sekolah dasar Kristen Tunas Bangsa
Ha : Ada pengaruh signifikan antara latar belakang pendidikan dan
pelatihan terhadap kinerja guru sekolah dasar kristen Tunas
Bangsa
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh nilai F
hitung sebesar 2.353 dengan signifikansi 0.119. Dengan menggunakan
tingkat signifikansi 5% ( 3,44). Dikarenakan nilai F tabel lebih besar
dari F hitung maka dapat di simpulkan bahwa H0 diterima dan Ha
ditolak. Dengan demikian secara simultan tidak ada pengaruh antara
variable latar belakang pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja guru
di Sekolah Dasar Kristen Tunas Bangsa.
5.4. Uji Asumsi klasik
5.4.1. Uji normalitas
5.4.1.1. Uji Normalitas dengan metode grafik Histogram dan Normal P-P Plot
Cara untuk mendeteksinya adalah dengan melihat bentuk grafik
histogram, jika grafik membnetuk lonceng atau gunung maka distribusi
normal. Sedang metode grafik normal P-P Plot melihat dengan penyebaran
data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of Regression
69
Standardized Residual sebagai dasar pengambilan keputusannya, jika
menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka residual pada
model regresi tersebut terdistribusi secara normal. Adapun gambar
histogramnya seperti berikut :
Histogram 5.4
70
Dari grafik histogram diketahui bahwa grafik membentuk gunung atau
lonceng, dan berdasar grafik Normal P-P Plot diketahui bahwa titik-
titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal. Dengan ini
maka residual terdistribusi secara normal.
5.4.1.2. Uji Normalitas dengan metode Uji Kolmogorov-smirnov
Cara ini untuk mendeteksinya adalah dengan melihat nilai signifikansi
residual. Jika signifikansi lebih dari 0,05 maka residual terditribusi secara
normal.
Tabel 5.18
Tabel 5.19
71
Dari output di atas diketahui bahwa nilai signifikansi (sig) pada kolmogrov
smirnov sebesar 0,061. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka residual
terdistribusi dengan normal.
5.4.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi
yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear
berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya,
maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi
terganggu. Seperti tabel yang ditampilkan bibawah berikut :
Tabel 5.20
Dari output diatas dapat diketahui bahwa nilai VIF kurang dari 10 (1.023) dan
nilai Tolerance lebih dari 0,1 (0.977) untuk kedua variabel maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas.
5.4.3. Uji heteroskidastisitas ( Uji Glejser )
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regrei terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bias digunakan
antara lain dengan uji Glejser dan melihat pola titik pada grafik scatter plot.
72
Tabel 5.21
Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi uji t kedua
variabel independen dengan absolute Residual (ABS_RES) lebih dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ada masalah
heteroskedastisitas.
73
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian hipotesis telah membuktikan tidak terdapat pengaruh latar
belakang pendidikan terhadap kinerja guru. Melalui hasil hasil perhitungan yang
telah dilakukan didapat nilai t hitung sebesar 8.487 dengan taraf signifikansi
hitung sebesar 0,00 tersebut lebih kecil dari 0,05, yang berarti bahwa hipoteis
dalam penelitian ini menolak Ho dan menerima H1, pengujian ini secara statistic
membuktikan bahwa pelatihan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Artinya bahwa ada pengaruh antara variabel terhadap pelatihan terhadap
produktivitas karyawan PT.Fukoku TokaiRubber Indonesia.
2. Hasil pengujian hipotesis telah membuktikan terdapat pengaruh antara
disiplin kerja terhadap produktivitas karyawan. Melalui hasil perhitungan yang
telah dilakukan didapat nilai t hitung sebesar -2.091 dengan taraf signifikansi
hitung sebesar 0.042 tersebut lebih kecil dari 0,05, yang berarti bahwa hipotesis
74
dalam penelitian ini menolak Ho dan menerima H2, pengujian ini secara statistic
membuktikan bahwa disiplin kerja berpengaruh terhadap produktivitas
karyawan. Artinya bahwa ada pengaruh antara variabel disiplin kerja terhadap
produktivitas karyawan PT.Fukoku Tokai RubberIndonesia.
3. Berdasrkan hasil perhitungan bawha produktivitas karyawan tanpa didukung
pelatiahan (konstanta) dan disiplin kerja (konstanta) besarnya 2,476 dan setiap
perubahan/peningktan secara bersama antara variabel pelatihan dan disiplin kerja
akan menentukan tingkat produktivitas karyawan, setiap ada kenaikan satu point
pada variabel anatara disiplin berakibat naiknya skor variabel produktivitas
karyawan sebesar 0,891 dan setiap ada kenaikan variabel disiplin berakibat
naiknya skor variabel produktivitas karyawan sebesar (-0,236). Maka dapat
dilihat tingkat kinerja karyawan sangat ditentukan oleh pelatiahan dan disilpin
kerja, dengan ini dapat dipahami bahwa pelatiahan merupakan kunci
keberhasilan produktivitas karyawan dan disiplin merupakan salah satu factor
penting dalam menunjang produktivitas karyawan.
6.2.
75
Daftar Pustaka
Amirullah,SE,MM.PengantarManajemen.2015. Mitra Wacana Media
Aprilyani, Risma Nur.2015. PENGARUH PELATIHAN TERHADAP
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BPRS SAKA DANA MULIA
KUDUS. Diss. Perpustakaan Universitas Islam Negeri Walisonggo –
SEMARANG.
Arianto, Dwi Agung Nugroho.2013. "Pengaruh kedisiplinan, lingkungan kerja
dan budaya kerja terhadap kinerja tenaga pengajar." Jurnal Economia 9.2.
Dwi priyanto,SE.2016.SPSS HANDBOOK.Mediakom
DR.Drs.H.M.Yani.,SH.,MM.2012.Manajeme sumber daya manusia.Mitra
Wacana Media
Elnaga, A., & Imran, A. 2013. The effect of training on employee performance.
European Journal of Business and Management.
Firtia Finadiaulia,2015. Pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman mengajar
terhadap kopetensi guru di MAN tulungagung. Diss Perpustakaan
Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Gasperz Vincent, (1997) Manajemen Produktivitas Total: Strategi Peningkatan
Produktivitas Bisnis Global, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Habib, S., Zahra, F., & Mushtaq, H. 2015. Impact Of Training And Development
On Employees’ Performance And Productivity: A Case Study Of Pakistan.
European Journal of Business and Social Sciences, 4(08), 326-330.
Hermanto, B.2014. PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN
(Persero) UPJ AMBUNTEN. PERFORMANCE" Jurnal Bisnis &
Akuntansi", 4(1).
76
Hj. Surya Bintarti,SE.,M.M.2015.Metodologi penelitian ekonomi manajemen.
Mitra Wacana Media
http://eprints.iain-surakarta.ac.id
https://media.neliti.com/media/publications/5257-ID-pengaruh-latar-belakang-
pendidikan-masa-kerja-dan-motivasi-kerja-karyawan-terhad.pdf
http://manukan-concat.blogspot.co.id
http://www.gurupantura.com/ . . Pengertian Pendidikan Formal
Inayah, R. 2013. Pengaruh Kompetensi Guru, Motivasi Belajar Siswa, dan
Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada
Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah Tahun Pelajaran
2011/2012. Jurnal pendidikan insan mandiri.
radityapenton.blogspot. Pendidkan formaldan non formal
Kamuli, S. 2012. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Produktivitas Kerja
Pegawai di Sekretariat Daerah Kota Gorontalo. Jurnal Inovasi.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 14 tentang jenjang pendidikan formal
Ningrum, W. 2013. PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan Joint
Operating Body Pertamina-PertoChina East Java). Jurnal Administrasi
Bisnis.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN
2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN.
Pakpahan, E. S. 2014. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja
Pegawai (Studi pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang). Jurnal
Administrasi Publik.
77
Prof.DR.Soekidjo Notoatmodjo.2015.Pegembangan sumber daya
manusia.Rineka Cipta
Prof. Dr. Sugiyono.2013. METODE PENELITIAN KUANTITATIF,
KUALITATIF DAN R&D. Alfabeta
Prof.Dr.Veithzal Rival Zainal,S.E.,M.M.,MBA / Prof.Dr.H.Mansyur
Ramly,S.E.,M,Si/Prof.Dr.Thoby Mutis/Dr.Willy Arafah,S.E.,M.M.,DBA.
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK
PERUSAHAAN.RAJAGRAFINDO PERSADA
Radit yapenton,2012. PENDIDIKAN FORMAL, INFORMAL DAN
NONFORMAL.
Saragih, A. H. 2008. Kompetensi minimal seorang guru dalam mengajar. Jurnal
Tabularas.
Tahir,Neelam. 2014. The Impact of Training and Development on Employees
Performance and Productivity A case study of United Bank Limited
Peshawar City,KPK, Pakistan. International Journal of Academic Research
in Business and Social Sciences4(4) .
Turere, V. N. 2013. Pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap peningkatan
kinerja karyawan pada Balai Pelatihan Teknis Pertanian Kalasey. JURNAL
RISET EKONOMI, MANAJEMEN, BISNIS DAN AKUNTANSI.
UU Nomor 20.2013. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8. Sistem Pedidikan
Nasional hal. 26 -27
UU No.20 Th 2003 pasal 1 ayat 11 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan
Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 pasal 1 ayat 6 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
78
Aritonang, Keke T.2015. "Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja
Guru SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta." Jurnal Pendidikan Penabur
4.4.
Murwati, Hesti.2013. "Pengaruh sertifikasi profesi guru terhadap motivasi kerja
dan kinerja guru di smk negeri se-Surakarta." Jurnal Pendidikan Bisnis
dan Ekonomi (BISE)
Hasanah, Dedeh Sofia.2012. "Pengaruh Pendidikan Latihan (Diklat)
Kepemimpinan Guru dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Guru Sekolah
Dasar se Kecamatan Babakancikao Kabupaten Purwakarta." Jurnal
Penelitian Pendidikan.