bab i pendahuluan pelajaran matematika di sekolah dasar ... fileperkalian diajarkan mulai dari kelas...

117
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran Matematika di sekolah dasar masih banyak terdapat masalah yang klise, artinya Matematika selalu dianggap mata pelajaran yang sukar, rumit, menakutkan, membosankan. Menurut Hartuti (2007:3) sifat Matematika yang abstrak, oleh karena itu pelajaran Matetamtika dianggap pelajaran yang rumit dan susah. Salah satu materi dari Matematika adalah berhitung, operasi hitung pada pelajaran Matematika meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Dari keempat operasi hitung tersebut, keterampilan berhitung yang memerlukan pemikiran lebih adalah perkalian, karena perkalian dianggap sebagai pokok bahasan yang menggunakan metode menghapal yang menyulitkan peserta didik. Perkalian diajarkan mulai dari kelas II SD dengan konsep bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang dan perkalian ini semakin kompleks dengan semakin tingginya kelas. Pada peserta didik kelas V SD sudah memahami konsep perkalian 1- 10 dan mulai dengan perhitungan perkalian yang lebih besar yaitu perkalian tiga angka atau lebih. Untuk mengerjakan operasi hitung perkalian dengan tiga angka atau lebih peserta didik pada umumnya menggunakan cara bersusun pendek hal ini yang monoton dan memerlukan ketelitian dan kesabaran dalam pengerjaannya, apalagi bila soal yang diberikan dalam jumlah yang banyak peserta didik akan merasa tertekan dan terbebani, sehingga kerapkali terjadi kesalahpahaman

Upload: donhan

Post on 25-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelajaran Matematika di sekolah dasar masih banyak terdapat masalah

yang klise, artinya Matematika selalu dianggap mata pelajaran yang sukar,

rumit, menakutkan, membosankan. Menurut Hartuti (2007:3) sifat Matematika

yang abstrak, oleh karena itu pelajaran Matetamtika dianggap pelajaran yang

rumit dan susah.

Salah satu materi dari Matematika adalah berhitung, operasi hitung pada

pelajaran Matematika meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian. Dari keempat operasi hitung tersebut, keterampilan berhitung

yang memerlukan pemikiran lebih adalah perkalian, karena perkalian

dianggap sebagai pokok bahasan yang menggunakan metode menghapal yang

menyulitkan peserta didik. Perkalian diajarkan mulai dari kelas II SD dengan

konsep bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang dan perkalian ini

semakin kompleks dengan semakin tingginya kelas. Pada peserta didik kelas

V SD sudah memahami konsep perkalian 1- 10 dan mulai dengan perhitungan

perkalian yang lebih besar yaitu perkalian tiga angka atau lebih. Untuk

mengerjakan operasi hitung perkalian dengan tiga angka atau lebih peserta

didik pada umumnya menggunakan cara bersusun pendek hal ini yang

monoton dan memerlukan ketelitian dan kesabaran dalam pengerjaannya,

apalagi bila soal yang diberikan dalam jumlah yang banyak peserta didik akan

merasa tertekan dan terbebani, sehingga kerapkali terjadi kesalahpahaman

2

peserta didik mengenai konsep yang mereka pelajari atau bahkan timbul suatu

kejenuhan untuk mempelajari perkalian.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas VA di SDN 4

Palangka, masih terdapat beberapa peserta didik yang lemah dalam materi

hitung menghitung, terutama perkalian bilangan cacah ratusan dan ribuan. Ini

terlihat dari hasil belajar Matematika berdasarkan daftar nilai ulangan

semester ganjil tahun pelajaran 2013/ 2014 terlihat dari 23 orang peserta didik

hanya 40% atau sekitar 9 orang peserta didik yang mendapat nilai mata

pelajaran Matematika di atas nilai ketuntasan minimal (KKM) sedangkan 60%

atau sekitar 14 orang peserta didik mendapat nilai di bawah KKM, adapun

nilai KKM untuk pelajaran Matematika yang telah ditentukan oleh sekolah

yaitu 65. Peserta didik kesulitan menyelesaikan soal-soal operasi hitung

perkalian yang melibatkan ratusan bahkan ribuan, dan waktu yang

dipergunakan peserta didik untuk menyelesaikan soal pun cukup lama.

Dari uraian dan fenomena di atas maka Peneliti tertarik untuk menerapkan

suatu cara/ teknik berhitung perkalian tiga angka atau lebih yang lebih mudah,

menyenangkan dan variatif untuk memecahkan masalah yang terjadi pada

peserta didik kelas VA. Suatu teknik yang lebih mudah dan sederhana akan

membuat pelajaran Matematika dapat disenangi karena pelajaran tersebut

tidak memeras otak dan dapat dikerjakan secara serius tapi santai, serta

merupakan sesuatu yang menarik dan mudah.

Dalam proses pembelajaran guru diberikan kebebabasan untuk

menerapkan berbagai teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan

3

kemampuan yang dimiliki oleh peserta didiknya untuk mengatasi kesulitan

belajar dan merubah proses belajar yang lebih baik sehingga dapat mencapai

hasil belajar yang maksimal.

Salah satu teknik berhitung perkalian yang sederhana dan cepat adalah

dengan mengunakan teknik batang napier (napier bone’s). Supriyadi

(2011:36) menyebutkan bahwa “teknik batang napier (napier bone’s) adalah

teknik yang dirancang untuk menyederhanakan tugas berat dalam perkalian

dengan mengubah perkalian menjadi penjumlahan”. Dengan teknik batang

napier yang sangat sederhana ini peserta didik dapat dengan mudahan cepat

menghitung hasil dari perkalian bilangan-bilangan besar sekalipun. Perkalian

bilangan-bilangan besar yang pada awalnya peserta didik merasa kesulitan

kini peserta didik dapat menyelesaikannya dengan mudah dan lebih cepat

dibandingkan dengan cara bersusun. Penggunaan teknik batang napier ini

diharapkan kemampuan menghitung peserta didik dapat semakin meningkat

dan berkurangnya kemungkinan terjadinya kesalahan dalam perhitungan

perkalian yang dilakukan oleh peserta didik.

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada kelas VA SD 4 Palangka tersebut

maka Peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan teknik batang napier ini

untuk meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik, maka Peneliti

tertarik untuk melakukan Penelitian yang berjudul “Penerapan Teknik Batang

Napier Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta didik

SDN 4 Palangka.”

4

Penelitian ini penting karena kemampuan berhitung terutama perkalian

sangat diperlukan dalam pembelajaran Matematika dan dalam pelajaran

lainnya yang terkait. Dalam pengerjaan operasi hitung perkalian memerlukan

teknik yang sesuai dan tidak memberatkan otak peserta didik, oleh karena itu

dalam Penelitian ini dibahas mengenai teknik batang napier untuk

meningkatkan hasil belajar Matematika pada opersi hitung perkalian bilangan

cacah. Selain dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik,

penggunaan teknik batang napier dalam perkalian bilangan ini dapat membuat

pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi peserta didik. Dengan

begitu aktifitas peserta didik pun dapat meningkat. Peserta didik tidak hanya

pasif tetapi dapat secara aktif mencoba teknik batang napier ini untuk

memecahkan persoalan perkalian. Diharapkan dengan menggunakan teknik

batang napier dapat membuat pelajaran Matematika lebih menyenangkan dan

dapat membantu kesulitan peserta didik dalam mempelajari perkalian bilangan

cacah, dan akan membuat kualitas pembelajaran pun semakin meningkat

sehingga hasil belajar peserta didik akan meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi yang telah dikemukakan dalam latar belakang

diatas, maka dapat didefinisikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar Matematika peserta didik masih rendah dalam operasi hitung

perkalian yaitu terdapat 60 % dari 23 peserta didik masih berada di bawah

nilai KKM.

2. Teknik berhitung yang digunakan oleh guru masih kurang bervariasi.

5

3. Kurangnya keterlibatan dan partisipasi peserta didik secara langsung

dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik masih pasif dalam

kegiatan pembelajaran.

4. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan peserta didik tentang bahan ajar.

5. Kurangnya minat peserta didik untuk belajar Matematika.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya masalah yang akan diteliti maka Peneliti

memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Mata pelajaran yang dibahas adalah Matematika kelas V materi operasi

hitung perkalian bilangan cacah pada peserta didik kelas VA SDN 4

Palangka.

2. Teknik berhitung yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

batang napier pada operasi hitung perkalian bilangan cacah untuk

meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik kelas VA SDN 4

Palangka.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dipaparkan

diatas, maka Peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aktifitas pembelajaran Matematika materi operasi hitung

perkalian bilangan cacah dengan menggunakan teknik berhitung batang

napier pada peserta didik kelas VA di SDN 4 Palangka.

6

2. Apakah ada peningkatan hasil belajar Matematika pada materi operasi

hitung perkalian bilangan cacah dengan menggunakan teknik batang

napier pada peserta didik kelasVA di SDN 4 Palangka.

E. Alternatif Pemecahan Masalah.

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka permasalahan dalam

Penelitian ini adalah kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam mengerjakan

opersi hitung perkalian yang melibatkan tiga angka atau lebih pada kelas VA

SDN 4 Palangka. Peneliti memilih alternatif pemecahan permasalahan

tersebut dengan memperbaiki proses pembelajaran Matematika yaitu

bagaimana suatu materi dapat lebih mudah dimengerti, dengan memperbaiki

proses pembelajaran yang lebih menarik maka akan meningkatkan hasil

belajar Matematika dan merubah aktifitas pembelajaran kearah yang lebih

baik pula.

Oleh karena itu, Peneliti merencanakan pemecahan masalah melalui

tindakan perbaikan melalui beberapa siklus yang masing-masing satu

tindakan. Disetiap tindakan Peneliti menerapkan teknik berhitung perkalian

untuk menyelesaikan operasi bilangan-bilangan yang lebih dari tiga angka

yang disebut dengan teknik napier bone’s atau lebih dikenal dengan teknik

batang napier. Alasan menggunakan teknik batang napier ini adalah karena

dengan menggunakan teknik batang napier peserta didik akan lebih mudah

mengerjakan soal-soal perkalian meskipun melibatkan bilangan-bilangan

besar sekalipun karena teknik ini sangat sederhana dan mudah dipahami

peserta didik, sehingga peserta didik tidak merasa terbebani dengan materi

7

tersebut dan merasa senang menyelesaikan soal-soal operasi perkalian dengan

benar. Dengan suasana yang menyenangkan maka proses belajar mengajar

pun akan menjadi lebih baik, peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran

baik bertanya maupun menjawab soal-soal yang diberikan, yang pada

akhirnya akan meningkatkan hasil belajar Matematika.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukan, maka tujuan

Penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui aktifitas pembelajaran Matematika pada materi operasi

hitung perkalian bilangan cacah dengan menggunakan teknik batang

napier pada peserta didik kelas VA di SDN 4 Palangka.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar Matematika

tentang operasi hitung perkalian bilangan cacah dengan menggunakan

teknik batang napier pada peserta didik kelas VA di SDN 4 Palangka.

G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam Penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini adalah untuk memperkaya

pengetahuan dan wawasan yang terkait dengan teknik berhitung yang

lebih bervariasi.

b. Penelitian diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dan acuan

bagi Peneliti selanjutnya

8

c. Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan teoritis tentang metode pembelajaran dalam

upaya meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik.

2. Manfaat praktis

a. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan masukan dan pembinaan bagi guru

dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan teknik dan

metode yang lebih bervariasi sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran Matematika.

b. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan informasi tentang penggunaan

teknik batang napier untuk meningkatkan hasil belajar Matematika

peserta didik.

c. Bagi peserta didik, diharapkan dapat memahami dan menguasai

operasi hitung perkalian dengan menggunakan teknik batang napier

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik.

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Analisis Teoretis

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan bentuk perilaku yang sangat penting dalam

kehidupan manusia karena dengan belajar manusia dapat bertahan

hidup. Belajar merupakan cara yang dapat membantu seseorang untuk

menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya.

Banyak orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud belajar

adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Proses belajar seseorang

dapat merubah pola tingkah laku yakni dari tidak bisa menjadi bisa,

dari tidak tahu menjadi tahu, sukar menjadi mudah, hal yang biasa

menjadi luar biasa, yang manja menjadi mandiri, berkarakteristik

buruk menjadi orang yang berbudi pekerti yang lebih baik dan lain-

lain.

Menurut Sudjana (Sari,2011:11) “Belajar adalah suatu proses

yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.”

Syah (2006:65-66) mengutip pendapat seorang ahli psikolog

bernama Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning

mendefinisikan belajar sebagai:

“anyrelatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occursas a result of experience, artinya belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala

10

macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.”

Menurut Hamalik (2008:28), “Belajar adalah suatu bentuk

pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan

dalam bentuk tingkah laku baru berkat pengalaman latihan.”

Menurut Sardiman (2007:20), mengartikan belajar yaitu :

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan kegiatan membaca, mengamati, mendengarkan menuru dan sebagainya, juga belajar itu akan lebih baik, subjek itu mengalami atau melakukannya, jika tidak bersifat verbalitas.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka

dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang disebabkan oleh pengalaman, interaksi individu dengan

lingkungan yang ditunjukan dengan adanya perubahan pengetahuan,

sikap dan keterampilan.

b. Pengertian Hasil Belajar

Serangkaian kegiatan pembelajaran tidak akan mendapatkan nilai

kepuasan tersendiri bagi objek dalam dunia pendidikan jika tidak

disertai dengan hasil belajar yang disertai dengan hasil belajar yang

dicapai setelah kegiatan pembelajaran tersebut.

Menurut Sudijono (2007:29) mengemukakan pengertian hasil

belajar sebagai berikut :

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

11

mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu, hasil belajar dapat dilihat dari sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembelajar setelah mengalami proses belajar. Menurut Patmonodewo (2005:102) ”Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah

menerima pengalaman belajarnya, dan hasil belajar peserta didik pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.”

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat

keberhasilan peserta didik dalam mengetahui dan memahami suatu

mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf

atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan

sikap setelah peserta didik mengalami proses belajar. Melalui proses

belajar mengajar diharapkan peserta didik memperoleh kepandaian dan

kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya.

Hasil belajar dapat dijadikan masukan bagi guru bidang studi

untuk mengetahui tingkat ketercapaian peserta didik setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran. Selain itu hasil belajar juga dapat dijadikan

sebagai masukan bagi guru dalam rangka memberbaiki kegiatan

pembelajaran dan memberikan inovasi pada kegiatan pembelajaran

berikutnya.

12

2. Matematika

a. Pengertian Matematika

Matematika merupakan ilmu yang terdengar menakutkan bagi

sebagian orang dan bahkan sangat dihindari karena dianggap sulit.

Padahal hampir semua aspek kehidupan berkaitan erat dengan

Matematika. Matematika merupakan ilmu yang dapat memberikan

solusi pemecahan masalah terutama dalam membantu memecahkan

permasalahan kehidupan sehari-hari baik kita sadari maupun tanpa kita

sadari.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam

berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.

Departemen Pendidikan Nasional (2006:416), menyatakan bahwa

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk dapat bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Russel (Uno,2009:108) mendefinisikan pengertian Matematika

sebagai berikut:

Matematika adalah sebagai suatu studi dimulai dari pengajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal.Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstruktif), secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari penjumlahan dan perkalian ke deferensial dan integral, dan menuju Matematika yang lebih tinggi.

13

Russefendi (Murniati,2008:46) mengatakan bahwa

Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, defenisi-defenisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah Matematika sering disebut ilmu deduktif.

Kline (Murniati,2008:47) mengatakan bahwa

Matematika itu bukannlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya Matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Menurut Soedjadi (Uno,2009:108) “Matematika merupakan ilmu

yang bersifat abstrak, aksiomatik, dan deduktif.”

Menurut Murniati (2009:46) “Matematika adalah suatu ilmu yang

berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur

yang abstrak dengan hubungan hal-hal itu.”

James (Suherman 2003: 16) menyatakan bahwa

Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun

KBBI,2007:723) Matematika diartikan sebagai “Ilmu tentang bilangan,

hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang

digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.”

Menurut sudut pandang Soedjadi (2000:11) menyatakan beberapa

definisi atau pengertian Matematika yaitu sebagai berikut:

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

b. Matematika adalah tentang bilangan, dan kalkulasi.

14

c. Matematika adalah bilangan pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif danmasalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat

Jadi dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang

bersifat abstrak, mempelajari tentang bilangan yang terstruktur,

bangun, konsep dengan kebenarannya secara logika dan mempunyai

aturan yang ketat serta diketahui melalui proses perhitungan dan

pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol-simbol

dan mengembangkan penalaran, kepandaian, pengetahuan atau

intelegensi untuk berfikir logis, analitis, sistematis, kreatif, kritis, dan

konsisten dari tingkat rendah menuju tingkatan yang lebih tinggi.

b. Fungsi Matematika

Jihad (2008:153) menyatakan bahwa berdasarkan kurikulum

Matematika, fungsi Matematika adalah sebagai wahana untuk:

1. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol.

2. Mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Erman Suherman, dkk, (2003:55) Fungsi mata pelajaran

Matematika di sekolah adalah sebagai:

1. Alat Melalui Matematika peserta didik dapat memahami dan menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan, atau tabel-tabel dalam model Matematika.

15

2. Pola Pikir Belajar Matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian. Pola pikir yang dikembangkan adalah pola pikir deduktif dan induktif.

3. Ilmu Matematika selalu mencari kebenaran dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima, bila ditemukan penemuan baru sepanjang mengikuti pola pikir yang sah.

Cockroft dalam Abdurrahman (2009:253), mengemukakan bahwa

Matematika perlu diajarkan kepada peserta didik karena:

1. Selalu di gunakan dalam segala segi kehidupan, 2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan Matematika

yang sesuai, 3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, 4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai

cara, 5. Meningkatkan kemampuan berpikir logis, keteletian, dan

kesadaran keruangan, 6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah

yang menantang.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

fungsi Matematika sangat besar perannya dalam kehidupan sehari-hari,

yaitu memberikan bekal kepada peserta didik dalam berfikir logis,

kritis, meningkatkan kemampuan dalam usaha memecahkan masalah

yang menantang, sarana mengembangkan kreativitas, ketelitian dan

sebagai bekal kemampuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang

selanjutnya.

c. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Tim Penyusun KBBI (2007:17) “Pembelajaran adalah

proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar.”

16

Mulyasa (2005:100) menambahkan bahwa “Pembelajaran adalah

proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sehingga

terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.”

Dari pendapat-pendapat di atas maka pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk

menciptakan suasana lingkungan (kelas/ sekolah) yang memungkinkan

kegiatan peserta didik belajar Matematika sekolah.

Tujuan Matematika yang tercantum dalam buku Peraturan

Menteri (PERMEN) Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah (2006: 417) menyatakan bahwa:

Mata pelajaran Matematika di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagi berikut: 1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengimplementasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan yanitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Jihad (2008:153) menyatakan tujuan peserta didik mempelajari

Matematika yaitu memiliki kemampuan dalam:

17

1. Menggunakan algoritma (prosedur pekerjaan). 2. Melakukan manipulasi secara Matematika. 3. Mengorganisasi data. 4. Memanfaatkan simbol, tabel, diagram, dan grafik. 5. Mengenal dan menemukan pola. 6. Menarik kesimpulan. 7. Membuat kalimat atau model Matematika. 8. Membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang. 9. Memahami pengukuran dan satuan-satuannya. 10. Menggunakan alat hitung dan alat bantuMatematika. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan Tujuan

pembelajaran Matematika adalah membantu peserta didik mencapai

kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan

efektif di masa yang akan datang, penguasaan Matematika secara baik

sejak dini akan mengakibatkan konsep-konsep dasar Matematika dapat

diterapkan dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

memakai konsep dasar Matematika maka anak akan memiliki bekal

untuk menguak perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang

pesat dewasa ini.

d. Hasil Belajar Matematika

Menurut Gagne (Muijs & Reymond, 2011:48)

Hasil belajar Matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar Matematikanya atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar Matematika adalah perubahan tingkah laku dalam diri peserta didik, yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap dan keterampilan setelah mempelajari Matematika. Perubahan yang diperoleh setelah proses belajar diartikan sebagai

terjadinya peningkatan dan pengembangan ke arah yang lebih baik dari

sebelumnya.

18

Dari definisi di atas, serta definisi-definisi tentang belajar, hasil

belajar, dan Matematika, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan

bahwa hasil belajar Matematika adalah merupakan tolak ukur atau

patokan yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam

mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran Matematika. Hasil

belajar Matematika dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan

atau penguasaan seorang peserta didik terhadap bidang studi

Matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat

pada nilai yang diperoleh dari test hasil belajarnya. Hasil belajar

Matematika peserta didik dapat diukur dengan menggunakan alat

evaluasi yang biasanya disebut test hasil belajar.

e. Ciri-Ciri Keberhasilan Belajar Matematika.

Dalam proses belajar mengajar banyak faktor yang mendukung

tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran

Matematika diperlukan kekreatifan guru dalam menyajikan bahan ajar,

karena Matematika tidak dapat dilepaskan dari berhitung, maka

seorang guru seharusnya dapat memilih suatu teknik berhitung yang

lebih menyenangkan dan tidak memberatkan otak anak, sehingga

pembelajaran Matematika bisa lebih menyenangkan. Dengan situasi

pembelajaran yang menyenangkan akan memberi dampak positif

terhadap hasil belajar Matematika peserta didik.

Ciri-ciri keberhasilan peserta didik dalam belajar Matematika

menurut Rinra (2011: 20 Februari 2014) antara lain:

19

1. Peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran terutama pada pelajaran Matematika.

2. Peserta didik aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, hal ini terlihat dari seringnya peserta didik bertanya apabila belum memahami materi.

3. Peserta didik selalu dapat menjawab dengan benar pada saat diberikan soal ataupun tugas lainnya.

4. Peserta didik berani memberikan tanggapan atau memperbaiki jawaban temannya yang kurang tepat pada saat menjawab soal di papan tulis.

5. Peserta didik selalu memperoleh hasil belajar yang tinggi sesuai dengan ketentuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

keberhasilan belajar Matematika yaitu adanya motivasi yang tinggi,

peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, peserta didik

mampu memperoleh peningkatan nilai/ hasil belajar sesuai dengan

harapan yang ingin dicapai.

3. Perkalian

a. Pengertian perkalian

Menurut Heruman (2007:22), “Perkalian sama dengan

penjumlahan secara berulang.”

Menurut Untoro (2012:13), “Perkalian adalah penjumlahan yang

berulang-ulang.”

Menurut Rusefendi (2007:35)

Perkalian dibagi menjadi dua yaitu perkalian dasar dan perkalian lanjut. Perkalian dasar adalah perkalian dari dua bilangan yang masing-masing terdiri dari satu angka. Perkalian lanjut adalah perkalian yang melibatkan dua bilangan yang terdiri dari dua bilangan atau lebih.

20

Perkalian dasar telah diajarkan dan diberikan konsep sederhana

sejak kelas II SD dan untuk menyelesaikan operasi perkalian lanjut

dapat memanfaatkan sifat-sifat yang ada pada perkalian.

Adapun sifat-sifat perkalian menurut Untoro (2012:25), sebagai

berikut:

1) Sifat Komutatif terhadap perkalian 2) Sifat asosiatif ( pengelompokan ) dalam perkalian 3) Sifat distributive ( Penyebaran ) dalam perkalian 4) Sifat identitas

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkalian

merupakan cara singkat dari penjumlahan atau penjumlahan secara

berulang-ulang. Oleh karena itu, syarat kemampuan mempelajari

perkalian adalah penguasaan penjumlahan. Perkalian pada hakekatnya

merupakan cara singkat dari penjumlahan.

b. Perkalian bilangan cacah

Menurut Hartuti, dkk (2006:1) “Bilangan adalah suatu abstraksi,

maksudnya disini adalah bilangan tidak memiliki keberadaan secara

fisik.” Namun, bilangan dapat dituliskan dengan lambang-lambang

yang dapat mewakili suatu bilangan yang ingin disampaikan. Bilangan

sendiri muncul karena adanya suatu kuantitas yang ingin diungkapkan.

Setelah bilangan sudah dapat dituliskan dengan lambang-lambang

bilangan, selanjutnya manusia mulai mengembangkan sifat-sifat,

hubungan, aturan, serta perhitungan yang terjadi antar bilangan-

bilangan tersebut sehingga muncullah istilah berhitung.

21

Muijs & Reymond, (2011:50) “Dalam Matematika ada beberapa

macam bilangan salah satu diantaranya yaitu bilangan cacah. Bilangan

cacah adalah bilangan bulat tanpa bilangan negatif.”

Jadi bilangan cacah adalah bilangan asli dengan bilangan nol.

Bilangan cacah adalah bilangan yang dimulai dari angka nol (0). Dari

beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan perkalian

bilangan cacah adalah operasi penjumlahan yang berulang-ulang untuk

bilangan yang dimulai dari nol (0).

4. Teknik Berhitung Perkalian

Menurut Tim KBBI (2007: 1158) “Teknik adalah metode atau sistem

mengerjakan sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu.”

Gerlach dan Ely (Uno, 2009:2) mengartikan “Teknik sebagai jalan,

alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan

peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai.”

Roestiyah (2012:56) menyatakan bahwa “Teknik lebih dekat dengan

siasat, artinya teknik pembelajaran, adalah bagaimana seorang guru

mensiasati sebuah keadaan yang sifatnya sudah spesifik.”

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah

siasat yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar untuk memperoleh hasil yang optimal.

Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru

itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan

lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran

22

ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi

peserta didik, sifat-sifat peserta didik, dan kondisi-kondisi yang lain.

Dengan demikian, teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat

bervariasi.

Pembelajaran Matematika tidak dapat dilepaskan dari operasi hitung,

karena hampir di setiap bagian Matematika selalu ada berhitung. Untuk

mempermudah mempelajari Matematika maka guru dapat memilih suatu

teknik berhitung yang tepat agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai

dengan efektif.

Alwi (2003:140) berpendapat bahwa

Berhitung berasal dari kata hitung yang mempunyai makna keadaan, setelah mendapat awalan ber- akan berubah menjadi makna yang menunjukkan suatu kegiatan menghitung (menjumlahkan, mengurangi, membagi, mengalikan dan sebagainya).

Muijs & Reymond, (2011:52) berpendapat bahwa “Aritmatika yakni

semua hal tentang penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian”.

Aritmatika merupakan cabang matematika yang paling sering digunakan

dalam kehidupan sehari-hari, bahkan oleh orang yang tidak suka

matematika sekalipun.

Menurut Naga dalam Abdurrahman (2003: 253) “Aritmatika atau

berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat

hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama

mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berhitung

merupakan pengetahuan tentang bilangan yang meliputi pengoperasian

23

sejumlah bilangan yang berbentuk angka (penjumlahan, pengurangan,

perkalian, pembagian). Berhitung merupakan salah satu keterampilan

dasar yang sangat erat dengan angka-angka yang harus dikuasai oleh

peserta didik dalam kurikulum di Sekolah Dasar.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka banyak teknik

berhitung cepat yang di perkenalkan di masyarakat Indonesia yang

bertujuan mempermudah dalam menyelesaikan persoalan-persoalan

Matematika, salah satunya dengan teknik berhitung napier bone’s atau

yang lebih dikenal teknik batang napier

5. Teknik Napier Bone’s ( Batang Napier )

a. Sejarah Batang Napier

Menurut Ismadi (2006: 24) menuliskan bahwa :

John Napier (1550 – 1617), seorang bangsawan asal Skotlandia. Merancang alat dari tulang-tulang, alat ini dirancang Napier untuk menyederhanakan tugas berat dalam mengerjakan perkalian. Melalui alat ini, ia menerjemahkan persoalan perkalian menjadi penjumlahan. Batang napier yang asli terbuat dari lempengan kayu atau tulang dengan ukuran yang cukup kecil sehingga bias dimasukan kedalam saku.

Hartuti, dkk (2007:4) menuliskan bahwa Istilah napier berasal dari nama seorang ahli Matematika bernama John Napier. Dia lahir pada tahun 1550 di Merchiston Castle, Edinburgh, Skotlandia. Pada tahun 1617, lewat bukunya Rabdologie beliau menyuguhkan sebuah alat untuk melakukan perkalian. Alat tersebut menggunakan prinsip perkalian decimal yang telah dikenal di Arab melalui diagram lattice. Alat yang berbentuk batang-batang tersebut selanjutnya dikenal dengan istilah batang napier (napier bone’s atau napier rods) napier pun menjadi terkenal pada jamannya

24

Jadi istilah batang napier berasal dari sebuah penemuan yang

berfungsi untuk mempermudah dalam menyelesaikan soal-soal

berhitung perkalian, yang pada awalnya dirancang dari tulang-tulang

oleh John Napier yang berasal dari Skotlandia. Dan sampai sekarang

batang napier ini tetap berkembang.

b. Pengertian Batang Napier

Risky (Putra,2010:15 dalam Arifin: 23 Desember 2014)

mengemukakan bahwa:

Perkalian bilangan dengan menggunakan batang napier yaitu dengan menerjemahkan persoalan perkalian menjadi persoalan penjumlahan. Cara mengalikan bilangan dengan batang napier cukup mudah, yaitu hanya melihat bilangan yang akan dikalikan, kemudian menjumlahan diagonalnya.

Supriyadi (2011:36) mengemukakan bahwa, “Teknik batang

napier dirancang untuk menyederhanakan tugas berat dalam perkalian

dengan mengubah perkalian menjadi penjumlahan dengan konsep

Metode Lattice (Metode Kisi).”

Hartuti, dkk (2007:1) menjelaskan bahwa: Batang napier pertama digunakan di Skotlandia pada tahun 1617. Pada jaman penemuan batang napier mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap dunia Matematika. Batang napier ditemukan sebagai pengembangan alat menghitung setelah ditemukannya abacus. Pada saat itu, batang napier dengan tabel dasar perkalian ditulis pada kayu dan tulang. Alat batang napier memuat 10 batang digit 0–9 dan sebuah batang indeks. Batang indeks memuat digit 1-9 yang tersusun vertikal. Batang-batang yang lain mempunyai digit yang dituliskan pada kepala batang. Tiap kotak digitnya dipisahkan oleh garis diagonal.

25

Gambar 1

Perkalian batang napier

Jadi teknik batang napier merupakan teknik atau cara untuk

mengerjakan operasi hitung perkalian dengan sederhana dan mudah

sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien yang terdiri dari

kotak-kotak perkalian.

c. Langkah-langkah Penggunaan Teknik Batang Napier

Menurut Ismadi (2006: 22) langkah-langkah penggunaan teknik

batang napier yaitu :

Untuk mengerjakan perkalian dengan menggunakan batang napier ini, terlebih dahulu kamu harus membuat sebuah tabel menyerupai batang napier. Kemudian, tuliskan bilangan yang akan dikalikan masing-masing pada baris pertama dan kolom pertama. Isi setiap petak lainnya dengan hasil kali angka-angka dari bilangan yang dikalikan sesuai dengan baris dan kolom petak tersebut berada. Setelah itu, jumlahkan angka-angka pada setiap petak tersebut menurut diagonalnya. Dari pendapat di atas maka dapat dijelaskan langkah-langkah

menggunakan teknik batang napier dalam pembelajaran yaitu sebagai

berikut :

1. Buatlah tabel (kotak) yang menyerupai batang napier, disesuaikan

dengan bilangan yang akan di hitung.

26

2. Letakkan bilangan-bilangan yang akan di hitung pada baris

pertama dan kolom pertama.

3. Letak penulisan bilangan bisa dibalik antara indeks dan kepala-

kepala batang napier karena pada perkalian berlaku hukum

komutatif

4. Sebelum dikalikan buat garis miring atau diagonal dari atas ke

bawah pada kotak-kotak kecil tersebut mulai dari kotak terbawah

terus ke atas

5. Hitunglah hasil kali antar bilangan sesuai dengan baris dan

kolomnya, dengan aturan jika hasil kali terdiri dari dua angka maka

yang memiliki nilai tempat puluhan dituliskan di atas diagonal dan

satuan di tulisakan dibawah diagonal.

6. Setelah semua kolom terisi oleh hasil kali bilangan, maka

dijumlahkan angka-angka pada setiap kolom tersebut menurut

diagonalnya, dimulai dari diagonal yang paling bawah.

7. Jika hasil penjumlahan bilangan terdiri dari dua angka maka yang

dituliskan angka yang memiliki nilai tempat satuan sedangkan

angka yang memiliki nilai tempat puluhannya dijumlahkan dengan

diagonal selanjutnya.

Untuk lebih jelas cara penggunaan teknik batang napier dapat

dijelaskan secara sederhana melalui contoh-contoh dibawah ini

27

Contoh 1: Hitunglah 574 x 623 = ….

Gambar 2 Penyelesaian contoh soal 1

Untuk menentukan hasil 574 x 623, caranya yaitu:

1. Membuat kotak dengan indek di sebelah kiri dan bilangan yang

akan dikalikan di sebelah atas, dalam hal ini adalah 574.

2. Kemudian di bawah indek adalah 623. Penulisan ini bisa dibalik

karena pada perkalian berlaku hukum komutatif, sehingga bilangan

574dapat dituliskan pada baris indek (sebelah kiri) dan bilangan

623 dapat dituliskan pada kolom atas.

3. Di bawah indek dibuat kotak untuk bilangan pengali. Kemudian

dengan melihat pada kolom napier atau mengisi kotak dengan

mengalikan 5 x 6 =30, 7 x 6 = 42, 6 x 4 =24, 5 x 2 =10, 7 x 2 = 14,

4 x 2 = 8, 5 x 3 = 15, 7 x 3 = 21, dan 4 x 3 = 12dengan aturan

puluhan di atas diagonal dan satuan dibawah diagonal, jika

bilangan hasil perkalian hanya satuan maka pada puluhannya

ditulis nol (0), maka hasilnya bisa dilihat seperti pada kotak di atas.

4. Pada diagonal pertama diperoleh angka 2.

28

5. Pada diagonal kedua 1 + 1 + 8 = 10, tetapi yang ditulis adalah

angka satuannya yaitu 0 sedangkan angka puluhan yaitu 1 akan

ditambahkan pada diagonal ketiga.

6. Sehingga untuk diagonal ketiga 5 + 2 + 4 + 4 = 15 ditambah 1

menjadi 16, ditulis hanya angka satuannya yaitu 6, sedangkan

puluhannya akan ditambahkan ke diagonal keempat.

7. Untuk diagonal keempat yaitu 1 + 1 + 2 + 2 = 6 kemudian

ditambah 1 menjadi 7.Diagonal kelima 1 + 0 + 4 = 5

8. Dan diagonal teratas adalah 3.

9. Dari semua hasil penjumlahan, kemudian disusun dari diagonal

teratas ke diagonal terbawah, menjadi 357602.

10. Jadi hasil 574 x 623 = 357.602

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

teknik napier bone’s atau batang napier adalah suatu pola

mengajarkan operasi hitung perkalian yang dapat memudahkan peserta

didik dalam mengalikan anak karena tersusun dalam bentuk kotak

persegi. Membuat anak lebih mudah mengalikan angka yang satu

dengan angka yang lain.

Dengan menggunakan teknik batang napier yang sederhana maka

persoalan perkalian diterjemahkan menjadi persoalan penjumlahan.

Persoalan perkalian yang tadinya sulit kini dengan mudah dicari

hasilnya dengan cara penjumlahan. Sehingga peserta didik dapat

29

dengan mudah dan cepat menghitung hasil dari perkalian bilangan-

bilangan besar sekalipun.

Cara kerja batang napier yang unik ini dapat membuat peserta

didik merasa senang belajar Matematika khususnya pada persoalan

perkalian. Perkalian bilangan-bilangan besar yang pada awalnya

peserta didik merasa kesulitan kini peserta didik dapat

menyelesaikannya dengan mudah dan lebih cepat dibandingkan

dengan cara yang lama.

Dengan menggunakan teknik batang napier ini kemampuan

menghitung peserta didik dapat semakin meningkat. Hal ini dapat

dilihat dari berkurangnya kemungkinan terjadinya kesalahan dalam

perhitungan perkalian yang dilakukan oleh peserta didik. Selain dapat

meningkatkan kemampuan menghitung pada peserta didik.

Penggunaan teknik batang napier dalam perkalian bilangan ini

dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi

peserta didik. Dengan begitu aktivitas peserta didik pun dapat

meningkat. Peserta didik tidak hanya pasif tetapi dapat secara aktif

mencoba teknik batang napier ini untuk memecahkan persoalan

perkalian.

d. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Batang Napier

Supriyadi (2011:42) menyatakan bahwa kelebihan teknik batang

napier diantaranya :

1. Pengerjaan operasi hitung perkalian lebih sederhana. 2. Cara pengerjaan tidak banyak aturan yang mengikat.

30

3. Dapat meningkatkan minat peserta didik untuk mengerjakan operasi hitung karena tidak memeras memori otak peserta didik.

4. Pembelajaran Matematika akan lebih menyenangkan. 5. Membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar

Matematika. 6. Cara pengerjaan operasi hitung dengan teknik batang napier

lebih menyenangkan.

Supriyadi (2011:43) menyatakan bahwa kekurangan teknik batang

napier,yaitu:

1. Peserta didik harus memahami konsep perkalian sederhana dengan baik sebelumnya.

2. Teknik batang napier ini fokus pada aritmatika, aritmatika sendiri adalah salah satu cabang dalam Matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka tertuma menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, maka dari itu cakupannya kurang luas.

3. Teknik batang napier sifatnya membantu proses berhitung lebih mudah dan cepat, belum pada pemecahan masalah.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang relevan yang pernah

dilakukan oleh Peneliti lain. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh

Peneliti berikut ini :

1. Aristiani (2013) dengan judul Penggunaan Media Batang Napier Dalam

Meningkatkan Kemampuan Operasi Perkalian Bagi Anak Kesulitan

Belajar Kelas 3 Sd 11 Belakang Tangsi Padan.

Dari hasil penelitian tersebut terlihat kemampuan peserta didik mengalami

peningkatan, ini terbukti dari data yang diperoleh, pada pertemuan ke

tujuh sampai ke 15 mencapai 90 %. Dan juga telah dibuktikan peningkatan

tersebut melalui analisis data estimasi kecendrungan arah, kecendrungan

31

stabilitas, jejak data, level stabilitas, level perubahan. Untuk itu setelah

diberikannya latihan terhadap seorang peserta didik anak kesulitan belajar

yang Peneliti lakukan, hendaknya menjadi motivasi bagi guru kelas untuk

memberikan latihan kepada peserta didik yang lainnya, karena peserta

didik anak kesulitan belajar hanya mengalami lamban dalam belajar dan

media batang napier adalah pembelajaran Matematika dalam memudah

untuk dijalankan atau dipelajari.

2. Nyoman (2010) dengan judul Pemanfaatan Alat Peraga Batang Napier

Dalam Pembelajaran Operasi Perkalian Bilangan Cacah Sebagai Upaya

Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Peserta didik.

Dari hasil yang dikemukakan di atas, diketahui bahwa pemanfaatan alat

peraga batang napier dalam pembelajaran operasi perkalian bilangan

cacah dapat meningkatkan minat belajar peserta didik. Minat belajar

peserta didik ini muncul karena pemanfaatan alat peraga batang napier

memudahkan peserta didik dalam pembelajaran operasi perkalian bilangan

cacah yang seringkali menyulitkan peserta didik.

Dari kedua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan

hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan suatu

teknik dan metode berhitung cepat terutama teknik batang napier dalam

Matematika, hal ini terlihat dari hasil belajar yang didapatkan setelah

menerapkan suatu cara berhitung cepat, karena peserta didik lebih tertarik

dengan cara-cara perhitungan yang lebih sederhana dan cepat sehingga tidak

memberatkan memori otak anak.

32

C. Kerangka Berfikir

Materi perkalian ini telah diajarkan sejak peserta didik duduk di kelas II,

semakin tingginya kelas maka operasi hitung perkalian pun akan semakin

kompleks, pada peserta didik kelas V seharusnya sudah dapat menyelesaikan

suatu operasi hitung perkalian dengan bilangan yang komplek dengan lancar.

Tetapi dalam kenyatannya untuk mengitung operasi perkalian dengan angka

yang besar yaitu bilangan dengan tiga angka atau lebih masih banyak peserta

didik yang mengalami kesulitan karena dalam menyelesaikan operasi hitung

tersebut peserta didik menggunakan cara bersusun yang memerlukan ketelitian

dan konsentrasi yang tinggi apalagi bila peserta didik belum paham betul

konsep perkalian, akibatnya hasil belajar Matematika tentang operasi

perkalian menjadi rendah dan sebagian besar nilai peserta didik berada di

bawah KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah .

Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penerapan teknik cara berhitung

perkalian yang lebih sederhana tanpa harus membebankan otak anak yaitu

teknik batang napier. Dengan teknik napier ini peserta didik akan lebih mudah

dan cepat dalam mengerjakan opersai hitung perkalian terutama untuk

bilangan-bilangan besar atau bilangan lebih dari tiga angka, karena teknik ini

menawarkan cara berhitung yang sederhana yaitu mempermudah tugas berat

Matematika dengan mengubah konsep perkalian menjadi konsep penjumlahan

sehingga lebih mudah, menyenangkan, praktis dan tidak memberatkan memori

otak anak.

33

Dengan penggunaan teknik batang napier dalam pembelajaran peserta

didik lebih termotivasi dan aktif dalam menyelesaikan soal-soal perkalian dan

hal ini dapat menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan, selain itu

peserta didik akan dengan lebih mudah menyelesaikan suatu operasi hitung

perkalian dengan bilangan-bilangan besar sehingga peserta didik tidak

tertekan oleh soal-soal perkalian yang rumit. Jika peserta didik merasa senang

belajar Matematika dan dapat menyelesaikan soal-soal dengan tepat maka

dapat meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik.

D. Hipotesis Tindakan

Menurut Kerlinger (Sangadji, dkk,2010:90), “Hipotesis (Hypothesis)

adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel

atau lebih.”

Menurut Buckley (Sangadji, dkk,2010:90) “Hipotesis adalah suatu bentuk

pernyataan yang sederhana mengenai harapan Peneliti akan hubungan antara

variabel-variabel dalam suatu masalah untuk diuji dalam penelitian.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap permasalahan penelitian yang harus diuji kebenarannya melalui data-

data yang dikumpulkan.

Bertumpu pada beberapa pendapat di atas maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas pembelajaran Matematika materi operasi hitung perkalian yang

dilaksanakan dengan menggunakan teknik berhitung batang napier pada

34

peserta didik kelas VA SD 4 Palangka menunjukan aktivitas yang lebih

baik atau meningkat.

2. Ada peningkatan hasil belajar Matematika tentang operasi hitung perkalian

bilangan cacah setelah menggunakan teknik berhitung napier bone’s

(batang napier) pada peserta didik kelas VA SDN 4 Palangka.

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah selama lima bulan,

yaitu terhitung sejak bulan Februari 2014 sampai Juni 2014, tahun

pelajaran 2013/ 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SDN 4 Palangka, yang

beralamat Jl. Kinibalu no. 1, Palangkaraya tahun pelajaran 2013/ 2014.

Peneliti memilih kelas VA SDN 4 Palangka karena terdapat permasalahan

yaitu hasil belajar peserta didik masih rendah terutama pada operasi hitung

perkalian sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang memiliki karakteristik yaitu mendeskripsikan

semua informasi/ data secara alamiah/ apa adanya, dan Peneliti bertindak

sebagai instrumen utama dalam penelitian ini, disamping itu yang khas dari

penelitian ini yakni tindakan-tindakan (aksi) yang berulang-ulang untuk

memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

C. Kehadiran dan Peran Peneliti.

Sesuai dengan jenis penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

kehadiran Peneliti di lapangan sangat diperlukan setiap saat karena kedudukan

36

Peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul,

penganalisa, dan akhirnya sebagai pelaporan hasil penelitian.

Dalam penelitian ini Peneliti merupakan instrumen kunci dan pemberi

tindakan. Sebagai intrumen kunci, artinya Peneliti sebagai pelaksana yang

memberikan tindakan di kelas, dalam kedudukannya sebagai pemberi tindakan

Peneliti bertindak sebagai pengajar atau guru Matematika kelas VA, yang

berperan langsung dalam proses pembelajaran dari perencanaan, pelaksanaan

pengajaran/ penyaji selama berlangsungnya kegiatan penelitian, sampai

dengan penilaian. Selain itu Peneliti yang dibantu dua orang observer yang

mengamati aktivitas guru dan peserta didik selama berlangsungnya kegiatan

pembelajaran yang kehadirannya mutlak diperlukan.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dari penelitian ini adalah keseluruhan peserta didik kelas

VA yang berjumlah 23 orang di SDN 4 Palangka pada semester II tahun

pelajaran 2013/ 2014. Peneliti memilih subjek penelitian ini karena, masih

ditemui peserta didik mengalami kesulitan dalam operasi hitung perkalian,

peserta didik tidak menyukai pelajaran Matematika, dan dilihat dari hasil

belajar mata pelajaran Matematika pada semester satu masih rendah.

Tabel 1 Data Peserta Didik Kalas VA

No. Kelas Subjek Penelitian

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. VA 11orang 12 orang 23 orang Sumber : Absensi peserta didik kelas VA SDN 4 Palangka

37

E. Rancangan Penelitian.

Telah dijelaskan di atas bahwa penelitian ini menggunakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK).

Ebbut (Lelie, 2009:32) mengemukakan pengertian bahwa

Penelitian tindakan kelas sebagai penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. Arikunto (2012:2-3), mengemukakan pengertian penelitian tindakan kelas

sebagai berikut :

Penelitian tindakan kelas atau dengan istilah Classroom Action Research (CAR). Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara/ aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data / informasi bermanfaat guna meningkatkan mutu, suatu hal yang menarik dan penting bagi Peneliti yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian yang berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik dalam kelas untuk menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.

Jadi Peneltian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu bagian dari

penelitian tindakan dengan tujuan yang spesifik yang berkaitan dengan kelas.

PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki

mutu praktik dan hasil pembelajaran di kelasnya dan dilakukan dalam

beberapa siklus penelitian.

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika

tentang operasi hitung perkalian pada peserta didik kelas VA SDN 4 Palangka

adalah dengan penerapan teknik batang Napier

Adapun alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas

menurut Arikunto (2012:16-20) “PTK dilaksanakan dilaksanakan dalam

38

bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama

kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.” Rincian

kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan

tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan

tersebut akan dilakukan.

2. Tindakan

Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan dikelas. Skenario

dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.

3. Pengamatan atau observasi

Tahapan ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan

dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya

berlangsung dalam waktu yang sama. Kegiatan pengamatan ini

dilakukan oleh pengamat

4. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan

yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian

dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

Untuk lebih jelas alur PTK maka dapat diperhatikan skema penelitian

dibahan ini:

39

Gambar 3

Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas (Arikunto 2012:16)

Berdasarkan penjelasan di atas penelitian ini akan dilaksanakan dua siklus

yaitu siklus I dan siklus II, tiap-tiap siklus direncanakan berkesinambungan

artinya proses dan hasil siklus I akan ditindak lanjuti dalam siklus II. Prosedur

penelitian tindakan kelas ini pada setiap siklusnya meliputi perencanaan,

tindakan, observasi, refleksi.

Dalam penelitian ini, Peneliti terlebih dahulu melakukan test awal berupa

test diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, sebelum

diberikan tindakan. Selain test awal, Peneliti juga melakukan observasi awal

untuk mengetahui ketetapan tindakan yang akan diberikan dalam rangka

meningkatkan hasil belajar Matematika khususnya pada operasi perkalian.

n

40

Dari hasil evaluasi dan observasi awal, maka dipilih alternatif pemecahan

yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik,

yaitu melalui pembelajaran dengan menggunakan teknik berhitung batang

napier

Berdasarkan data awal tersebut maka penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Perencanaan

a. Perencanaan Pada Siklus I

Pada siklus I kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini

meliputi :

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum

mengajar yang berisi tentang kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan

penutup.

2) Mempersiapkan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran.

3) Mempersiapkan media pembelajaran yang sesuai.

4) Menyusun instrumen pengumpulan data berupa test untuk

mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi operasi

hitung perkalian.

5) Mengembangkan format observasi untuk mengamati aktifitas guru,

aktifitas peserta didik, dan penggunaan teknik batang napier pada

saat proses pembelajaran.

41

b. Perencanaan Pada Siklus II

Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I dengan

memperhatikan hasil observasi dari pengamat dan hasil belajar peserta

didik pada siklus I. Pada tahap perencanaan ini Peneliti:

1) Peneliti dan observer (penilai) mengidentifikasi masalah serta

mengembangkan tindakan II berdasarkan hasil refleksi padasiklus I

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

merupakan penyempurnaan dari RPP siklus I yang berisi tentang

kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup.

3) Mempersiapkan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran.

4) Mempersiapkan media pembelajaran yang sesuai.

5) Menyusun instrumen pengumpulan data berupa test untuk

mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi operasi

hitung perkalian sama dengan test pada siklus I.

6) Mengembangkan format observasi untuk mengamati aktifitas guru,

aktifitas peserta didik, dan penggunaan teknik batang napier pada

saat proses pembelajaran sama dengan format observasi siklus I.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini Peneliti menerapkan skenario pembelajaran yang telah

disusun yaitu penggunaan tenik batang napier dalam pembelajaran

Matematika tentang operasi hitung perkalian.

42

a. Pelaksanaan Pindakan Pada Siklus I

Adapun urutan rencana dari tindakan pada siklus I ini adalah guru

melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah

dibuat secara berurutan dimulai dari :

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan ini guru melakukan:

- Apersepsi dengan metode tanya jawab tentang perkalian

yang telah dipelajari sebelumnya.

- Memberikan rangsangan positif kepada peserta didik agar

siap menerima pelajaran

- Mengkondisikan peserta didik untuk menerima pelajaran

Matematika.

- Memusatkan perhatian peserta didik terhadap situasi

pembelajaran, dengan melakukan permainan

- Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan ini guru:

- Menyampaikan materi secara sistematis dengan

menjelaskan pengertian dan cara-cara penggunaan teknik

batang napier dalam operasi hitung perkalian

- Memberikan beberapa contoh soal perkalian.

- Mengadakan interaksi terbuka dengan peserta didik, yaitu

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif

43

dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan bertanya

apabila masih ada yg belum dipahami.

- Lebih banyak melakukan tanya jawab dan memberikan

soal-soal latihan yang dikerjakan peserta didik didepan

kelas

- Bila diperlukan guru dapat memberikan bimbingan bagi

peserta didik yang belum lancar menggunakan teknik

batang napier ini.

3) Kegiatan penutup

Pada kegiatan ini guru:

- Membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi

yang telah dipelajari

- Memberikan evaluasi sebagai test siklus I

- Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar

Matematika.

b. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus II

Pada tahap ini Peneliti menerapkan skenario pembelajaran yang

telah disusun yaitu penggunaan tenik batang napier dalam

pembelajaran Matematika tentang operasi hitung perkalian. Adapun

urutan rencana dari tindakan ini adalah guru melakukan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat secara berurutan

dimulai dari :

44

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan ini guru melakukan:

- Apersepsi dengan metode tanya jawab tentang perkalian

yang telah dipelajari sebelumnya.

- Memberikan rangsangan positif kepada peserta didik agar

lebih siap menerima pelajaran

- Mengkondisikan peserta didik untuk menerima pelajaran

Matematika.

- Memusatkan perhatian peserta didik terhadap situasi

pembelajaran, dengan melakukan permainan

- Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan ini guru:

- Mematangan teknik batang napier dalam menyelesaikan

soal-soal perkalian.

- Lebih banyak memberikan latihan-latihan soal dan

melibatkan peserta didik untuk menyelesaikan dengan

menggunakan teknik batang napier dalam operasi hitung

perkalian

- Mengadakan interaksi terbuka dengan peserta didik, yaitu

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif

dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan bertanya

apabila masih ada yg belum dipahami.

45

- Lebih banyak melakukan tanya jawab dan diskusi dengan

peserta didik

- Bila diperlukan guru dapat memberikan bimbingan bagi

peserta didik yang belum lancar menggunakan teknik

batang napier ini.

3) Kegiatan penutup

Pada kegiatan ini guru:

- Membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi

yang telah dipelajari

- Memberikan nasehat-nasehat kepada peserta didik untuk

belajar Matematika.

3. Observasi

a. Observasi Pada Siklus I

Observasi dilaksanakan (diamati) oleh Observer terhadap aktivitas

peserta didik dan aktivitas guru saat proses pembelajaran pada siklus I

berlangsung. Pada tahap pengamatan dilakukan perekaman data oleh

dua orang Pengamat atau Observer yang meliputi proses dan hasil

pelaksanaan tindakan.

Perekaman data ini bertujuan untuk mengumpulkan bukti hasil

tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan melakukan

refleksi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas peserta didik dan lembar aktivitas guru dalam proses

pembelajaran. Pada kegiatan ini Observer:

46

1) Mengamati jalannya proses pembelajaran baik dari kemampuan

guru dalam menyampaikan pelajaran maupun kemampuan peserta

didik dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik

batang napier.

2) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan

pada tahap perencanaan dan mencatat semua hal-hal yang

diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

b. Observasi Pada Siklus II

Observasi dilaksanakan (diamati) oleh observer terhadap aktivitas

peserta didik dan aktivitas guru saat proses pembelajaran pada siklus II

berlangsung. Pada tahap pengamatan dilakukan perekaman data oleh

dua orang Pengamat atau Observer yang meliputi proses dan hasil

pelaksanaan tindakan.

Perekaman data ini bertujuan untuk mengumpulkan bukti hasil

tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan melakukan

refleksi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas peserta didik dan lembar aktivitas guru dalam proses

pembelajaran. Pada kegiatan ini Observer:

1) Mengamati jalannya proses pembelajaran baik dari kemampuan

guru dalam menyampaikan pelajaran maupun kemampuan peserta

didik dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik

batang napier.

47

2) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan

pada tahap perencanaan dan mencatat semua hal-hal yang

diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

4. Refleksi

a. Refleksi Pada Siklus I

Setelah data hasil belajar peserta didik diperoleh dari tindakan

pada siklus I, Peneliti dan Observer (Pengamat) melakukan evaluasi

tindakan dan melakukan diskusi untuk membahas hasil. Refleksi

dilaksanakan pada akhir siklus pelaksanaan tindakan, refleksi tersebut

ditujukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan hasil

belajar Matematika tentang operasi hitung perkalian dan kekurangan

yang terjadi selama siklus I berjalan.

Alat evaluasi yang digunakan adalah test hasil belajar yang

disusun Peneliti. Apabila secara klasikal peserta didik telah

memperoleh nilai di atas nilai KKM maka tindakan dianggap telah

berhasil dilaksanakan. Dan apa bila nilai yang diperoleh peserta didik

belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan maka

dilanjutkan pada tahap siklus II.

Hasil analisis data akan digunakan sebagai acuan untuk

merencanakan siklus II. Tahap refleksi ini memiliki tujuan :

1) Mengetahui hasil belajar peserta didik tentang materi perkalian

dengan menggunakan teknik batang napier.

48

2) Mengetahui aktivitas guru dan peserta didik selama pembelajaran

Matematika dengan menggunakan teknik batang napier.

b. Refleksi Pada Siklus II

Setelah data hasil belajar peserta didik diperoleh dari tindakan

pada siklus II, Peneliti dan Observer (Pengamat) melakukan evaluasi

tindakan dan melakukan diskusi untuk membahas hasil. Refleksi

dilaksanakan pada akhir siklus pelaksanaan tindakan, refleksi tersebut

ditujukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan hasil

belajar Matematika tentang operasi hitung perkalian dan kekurangan

yang terjadi selama siklus II berjalan.

Alat evaluasi yang digunakan adalah test hasil belajar yang disusun

Peneliti. Apabila secara klasikal peserta didik telah memperoleh nilai

di atas nilai KKM maka tindakan dianggap telah berhasil dilaksanakan.

Dan apa bila nilai yang diperoleh peserta didik belum mencapai

standar indikator keberhasilan yang diharapkan maka dilanjutkan pada

tahap siklus berikutnya.

Hasil analisis data akan dipergunakan sebagai acuan untuk

merencanakan siklus selanjutnya. Tahap refleksi ini memiliki tujuan :

1) Mengetahui hasil belajar peserta didik tentang materi perkalian

dengan menggunakan teknik batang napier.

2) Mengetahui aktivitas guru dan peserta didik selama pembelajaran

Matematika dengan menggunakan teknik batang napier.

49

Penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus seterusnya sampai dengan

siklus ke-n apabila hasil belajar perkalian peserta didik belum mencapai

skor ketuntasan yang telah ditentukan pada indikator keberhasilan.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Sebelum melaksanakan penelitian perlu adanya rancangan penelitian

yang dimaksudkan agar penelitian ini terlaksana dengan terarah. Melihat

variabel penelitian ini dan upaya melakukan pengumpulan data mengenai

permasalahan yang diteliti, agar mendapatkan data-data yang relevan

dengan tujuan penelitian maka dalam pengumpulan data Peneliti

menggunakan teknik observasi dan test.

a. Observasi

Menurut Faisal (2005:52) ”Observasi adalah penggunaan

pengamatan atau pengindraan langsung terhadap suatu benda, kondisi,

situasi, proses atau perilaku.”

Menurut Sangadji (2010:192) “Observasi merupakan teknik

pengumpulan data dengan menggunakan indera sehingga tidak hanya

dengan pengamatan menggunakan mata.”

Jadi observasi adalah pencatatan dan pengkodean serangkaian

perilaku dan suasana yang berkenaan dengan orang-orang yang ada

dalam suatu tempat sesuai dengan tujuan-tujuan tertentu yang diamati

langsung.

50

b. Test

Menurut Sangadji, dkk (2010:191) “Test merupakan teknik untuk

mengumpulkan data yang digunakan dalam melakukan evaluasi, yaitu

membedakan antara kondisi awal dengan kondisi sesudahnya.”

Menurut Sudjana (2011:35), “Test sebagai alat penilaian adalah

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik untuk

mendapatkan jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan (test

lisan), dalam bentuk tulisan (test tertulis), atau dalam bentuk perbuatan

(test tindakan).”

Arikunto (Lelie, 2010:40), mengemukakan pengertian test sebagai

berikut:

Test adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengatur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode test dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur ketercapaian/ prestasi belajar seseorang setelah dilakukan perlakuan. Test adalah cara yang dapat digunakan atau prosedur yang

ditempuh untuk pengukuran yang berbentuk pemberian tugas atau

serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh peserta

didik, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran

tersebut yang dapat dihasilkan skor yang melambangkan tingkah laku

atau hasil belajar peserta didik lainnya, atau dibandingkan dengan skor

standar tertentu.

51

Bentuk test yang digunakan dalam penelitian ini adalah test

tertulis, dalam bentuk test essay (test uraian). Pelaksanaan

pengumpulan data menggunakan test dilakukan dengan dua tahap yaitu

pretest (test sebelum memberikan materi) dan postest (test sesudah

memberikan materi) yang menggunakan teknik batang napier.

1) Test awal (Pretest)

Sudijono (2007:40) mengemukakan pengertian test awal

sebagai berikut:

Test awal dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jadi test awal adalah test yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik.

Test awal (pretest) dilaksanakan dengan tujuan mengetahui

sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang diajarkan telah

dikuasai oleh peserta didik dan untuk menyamakan tingkat

pemahaman serta penguasaan peserta didik terhadap materi dengan

permulaan yang sama sebelum diberikan perlakuan. Jadi test awal

adalah test yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan

kepada peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, maka Peneliti melakukan test awal

kepada 23 peserta didik kelas VA berupa soal uraian untuk

menyelesaikan soal-soal tentang operasi hitung perkalian bilangan

cacah.

52

2) Test akhir (postest)

Sudijono (2007:41) mengemukakan pengertian test akhir

sebagai berikut :

Test akhir adalah test yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik. Isi atau materi test ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting yang telah diajarkan kepada para peserta didik, dan biasanya naskah test akhir ini dibuat sama dengan naskah test awal. Berdasarkan pendapat di atas, maka Peneliti memberikan test

kepada peserta didik secara tertulis dan soalnya sama dengan soal

test awal. Pemberian test ini untuk mengetahui peningkatan

kemampuan berhitung perkalian setelah penerapan teknik dan

model pembelajaran.

Materi yang digunakan untuk menyusunan test ini adalah soal-

soal perkalian bilangan cacah.

Langkah-langkah yang ditempuh untuk penyusunan butir soal

adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan kisi-kisi butir soal yang mengacu pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Matematika dan

sesusi dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

2) Menyusun butir soal test dan pemedoman penskoran

3) Menganalisis validitas butir soal.

53

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah observasi langsung dan partisipatif. Observasi langsung (direct

observation) adalah suatu pengamatan pada kegiatan yang dilakukan

tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti.

Observasi dilakukan di SDN 4 palangka untuk mengetahui persiapan,

perhatian, keaktifan, dan keterampilan berhitung Matematika peserta

didik selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

teknik batang napier. Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh dua

orang Observer dengan mengisi lembar observasi yang telah di susun

sebelumnya. Pengisian lembar observasi ini dilakukan dengan cara

memberikan tanda cek (√) pada kolom jawaban lembar observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini ada dua macam yaitu :

1) Lembar Observasi Guru

Observasi dilakukan pada guru mengenai kinerja dan

kemampuan guru dalam mengkondisikan kelas dan mengatur

pembelajaran dengan menyenangkan. Dilakukan pada saat

pembelajaran berlangsung, yang mempunyai tujuan untuk

memantau kinerja guru serta mengukur kualitas proses kegiatan

belajar mengajar. Sehingga hasilnya akan tampak kekurangan dan

kelebihan guru dalam menerapkan rencana pembalajaran yang telah

dibuat. Adapun yang diamati dalam lembar observasi guru ini

54

adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menunjang hasil

belajar Matematika dengan menggunakan teknik batang napier.

Tabel 2 Kisi-kisi observasi terhadap aktivitas guru

No. Aktivitas yang diamati Skor

1 2 3 4

Aktivitas Guru

1. Apersepsi dalam pembelajaran

2. Guru dapat menarik perhatian peserta didik

untuk belajar Matematika.

3. Guru memberikan motivasi belajar perkalian

pada peserta didik.

4. Guru memberikan rangsangan positif kepada

peserta didik tentang materi perkalian

5. Penguasaan materi dan penguasaan teknik

batang napier oleh guru

6. Guru menjelaskan materi dengan jelas dan

urut (siatematis)

7. Guru menyampaikan materi dengan media

yang sesuai.

8. Guru membuka interaksi dengan melakukan

tanya jawab

9. Kemampuan guru menguasai kelas dan

mengondisikan kelas.

10. Kemampuan guru membuat suasana belajar

lebih menyenangkan dan menantang

11. Guru dapat melakukan komunikasi interaktif

kepada peserta didik

12.

Guru memberikan contoh-contoh soal untuk

melatih keterampilan peserta didik dalam

penggunaan teknik batang napier.

13. Kemampuan guru mengaktifkan peserta didik

dalam pembelajaran Matematika.

14. Pembinaan peserta didik selama proses

pembelajaran

15.

Pemberian kesempatan kepada peserta didik

untuk mengerjakan persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan materi

55

No. Aktivitas yang diamati Skor

Aktivitas Guru 1 2 3 4

16. Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya selama proses pembelajaran

17. Guru melaksanakan penilaian evaluasi belajar

18. Guru memberikan penguatan kepada peserta

didik tentang materi yang telah diberikan

19. Guru membimbing peserta didik

menyimpulkan materi pembelajaran

20. Guru menutup pelajaran

Jumlah

Rata-Rata

Kategori

Keterangan : Dengan kriteria rata-rata: Skor :1. Kurang baik 4 : Sangat baik

2.Cukup baik 3-3,9 : Baik 3.Baik 2-2,9 : Cukup 4.Sangat baik 1-1,9 : Kurang

2) Lembar Observasi Peserta Didik

Obeservasi ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas peserta

didik selama mengikuti pembelajaran Matematika didalam kelas

dengan menggunakan teknik berhitung batang napier.

Pengisian lembar observasi ini dilakukan dengan cara

memberikan tanda cek (√) pada kolom jawaban lembar observasi.

Pada instrument pengumpulan data dengan menggunakan

observasi, maka disusunlah kisi-kisi observasi sebagai berikut :

Tabel 3 Kisi-kisi observasi terhadap aktivitas Peserta didik

No. Aktivitas yang diamati Skor

1 2 3 4 Aktivitas Peserta Didik

1. Peserta didik masuk kelas tepat waktu

2. Peserta didik mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran Matematika

56

No. Aktivitas yang diamati

Skor

Aktivitas Peserta Didik 1 2 3 4

3. Peserta didik membawa buku dan alat tulis

4. Peserta didik bersikap antusias saat pembelajaran Matematika dimulai

5. Peserta didik respon terhadap pertanyaan guru

6. Peserta didik memperhatikan guru ketika menjelaskan penggunaan teknik batang napier.

7. Peserta didik merespon positif penjelasan guru

8. Peserta didik tanggap terhadap penjelasan guru

9. Peserta didik aktif bertanya tentang materi yang disampaikan guru

10. Suasana belajar peserta didik yang kondusif

11. Peserta didik mampu menerapkan teknik batang napier dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian

12. Peserta didik terampil menyelesaikan soal-soal yang diberikan

13. Peserta didik antusias untuk menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru

14. Peserta didik berani maju kedepan menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru

15. Peserta didik mampu menyelesaikan soal perkalian dengan tepat dan cepat

16. Peserta didik menunjukan proses yang efisien dalam menyelesaikan soal-soal.

17. Peserta didik menyelesaikan soal-soal dengan dengan menggunakan teknik teknik batang napier sesuai perintah.

18.

Peserta didik menunjukan antusiasme/ minat terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik teknik batang napier dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian

19. Peserta didik tepat waktu dalam menyelesaikan soal-soal.

20. Peserta didik dapat meyimpulkan materi yang telah disampaikan.

Jumlah Rata-rata Kategori

57

Keterangan Skor Dengan kriteria rata-rata: 1. Kurang baik 4 : Sangat baik 2. Cukup baik 3-3,9 : Bai 3. Baik 2-2,9 : Cukup 4. Sangat baik 1-1,9 : Kurang

b. Test

Untuk instrumen pengumpulan data dengan menggunakan test,

disusun berdasarkan kisi-kisi, sebagai berkut:

Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar

Mata pelajaran : Matematika

Materi pokok : Perkalian Bilangan Cacah

Kelas/ Semester : VA/ 2 (dua)

Jumlah soal : 10 butir soal

Bentuk soal : Test tertulis ( Soal Uraian)

Waktu : 35 menit

Tabel 4 Kisi-kisi instrumen test awal dan test akhir

No. Kompetensi Dasar Indikator Butir soal

1. Melakukan Operasi

Perkalian dan pembagian

1. Menyelesaikan operasi

hitung perkalian bilangan

tiga angka dengan

bilangan dua angka

2. Menyelesaikan operasi

hitung perkalian bilangan

tiga angka dengan

bilangan tiga angka

1,3,4,6,8

2,5,7,9,10

3. Uji Instrumen

Menurut Sudijono (2007:164) “Validitas isi dari suatu test hasil belajar

adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan atau

pengujian terhadap isi yang terkandung dalam test hasil belajar.”

58

Jadi validitas isi adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat

ketepatan antara materi yang akan diukur dengan materi yang seharusnya

diukur.

Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas isi jika butir-butir

pernyataan dalam instrumen itu memiliki kesesuaian dengan indikator

variabel. Validitas isi ini merupakan pengujian item soal yang valid dan

tidak valid, untuk mengetahui soal tersebut valid atau tidak valid maka

dalam validitas ini diuji oleh dosen dan guru mata pelajaran sebagai

validator ahli. Validator ahli adalah seseorang yang berkompeten di

bidangnya yang mengerti tentang mata pelajaran yang akan diujikan dan

mengetahui penyusunan evaluasi yang sesuai dengan tujuan yang akan di

capai. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai validator adalah

seorang dosen Matematika dan seorang guru Matematika. Soal yang valid

akan digunakan sebagai alat pengumpulan data penelitian

G. Teknik Analisis Data

Data mentah yang telah dikumpulkan oleh Peneliti tidak akan ada gunanya

jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam

penelitian ilmiah, karena dengan analisis dapat diberi arti dan makna yang

berguna dalam memecahkan masalah penelitian.

Analisis data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan

masalah adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

59

1. Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan baik dari

observasi guru dan observasi peserta didik. Untuk mengetahui aktivitas

guru dan peserta didik maka digunakan rumus persentase sebagai berikut :

Rumus : P = �

� x 100%

Keterangan : menurut Sudijono (Lelie, 2009:44)

P : Angka persentase yang diharapkan

F : Frekuensi aktivitas yang dilakukan responden

N : Jumlah frekuensi aktivitas yang dilakukan responden

100% : Bilangan tetap

Dengan kriteria :

86% - 100% : amat tercapai

76% - 85% : tercapai

60% - 75% : cukup tercapai

55% - 59% : kurang tercapai

≤ 54% : amat kurang tercapai

2. Kualitatif

Data kuantitatif berasal dari pretest yang dilakukan diawal pertemuan

dan postest yang dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar.

Perhitungan data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu :

a. Ketuntasan Individu

Untuk menghitung skor ketuntasan belajar individu digunakan

rumus sebagai berikut:

Skor Perolehan P = X 100 %

Skor Maksimal

Keterangan : menurut Purwanto (Lelie, 2009:44)

60

P : Ketuntasan Individu

Pencapaian skor individu jika lebih dari 65 dinyatakan tuntas,

sebaliknya jika pencapaian skor kurang dari 65 dinyatakan tidak

tuntas. Hal ini sesuai dengan standar ketuntasan minimal yang telah

ditetapkan di SDN 4 PALANGKA untuk mata pelajaran matematika

yaitu dengan KKM 65.

b. Ketuntasan Klasikal

Ketuntasan belajar klasikal peserta didik digunakan rumus sebagai

berikut :

TB = ∑����

� × 100 %

Keterangan : menurut Purwanto (Lelie,2009:44)

∑ S ≥ 65 : Jumlah peserta didik yang mendapat nilai lebih besar

atau sama dengan 65

n : Banyaknya peserta didik

100% : Bilangan tetap

TB : Ketuntasan Belajar

Dengan kriteria ketuntasan belajar yaitu sebagai berikut :

80 – 100 : Sangat tercapai

60 – 79 : Tercapai

50 – 69 : Cukup Tercapai

0 – 49 : Sangat Kurang Tercapai

Untuk mengetahui peningkatan pembelajaran dengan

menggunakan teknik batang napier dapat diketahui dengan

menggunakan rumus normalitas-gain (n-Gain). Jadi perhitungan

tersebut diperoleh dari nilai pretest dan postest. Sebagaimana yang

61

diungkapkan oleh Hake (1998:2 dalam Imaza: 24 juni 2014) bahwa

dengan mendapatkan nilai rata-rata gain yang ternormalisasi maka

secara kasar akan mengukur efektifitas suatu pembelajaran dalam

pemahaman konseptual. Berikut ini adalah rumus gain ternormalisasi

(Meltzer,2002)

g = ���������

����������

Keterangan :

g = Indeks Gain

���� = Skor pretest

���� = Skor postest

����� = Skor maksimal

Kriteria tingkat gain menurut klasifikasi Meltzer (2002)(24 Juni 2014)

yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 5 Kriteria Tingkat Gain

G Keterangan g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang g ≤ 0,3 Rendah

H. Indikator Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Aktivitas Pembelajaran

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi indikator proses

yang ditandai oleh keaktifan peserta didik dan guru dalam proses

62

pembelajaran dan terlaksananya pembelajaran sesuai dengan rencana pada

tahap-tahap pembelajaran tercapai dengan menggunakan teknik batang

napier.

Peningkatan aktivitas peserta didik dan guru pada penelitian ini

ditentukan dari hasil observasi selama pembelajaran. Berdasarkan lembar

observasi peserta didik dan guru tersebut jumlah skor minimal adalah 20

dan jumlah skor maksimal adalah 80. Aktivitas peserta didik dan guru

dikatakan meningkat jika total skor aktivitas dalam pembelajaran

mencapai jumlah ≥ 60 atau dengan rata-rata aktivitas minimal tiga yang

termasuk dalam kategori baik, dan secara klasikal mencapai 85% dari

jumlah seluruh aktivitas peserta didik dan guru.

2. Hasil Belajar Peserta didik

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar yang ditetapkan oleh

pihak sekolah SDN 4 Palangka untuk mata pelajaran Matematika adalah

65. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditunjukan dengan

perolehan nilai peserta didik di atas nilai KKM yaitu 65.

Hasil yang diperoleh dari nilai postest mencerminkan kemampuan

peserta didik untuk menyelesaikan operasi hitung perkalian dengan teknik

batang napier. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar

peserta didik mencapai nilai ketuntasan individual ≥ 65 dan secara klasikal

terdapat 85 % peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 65.

63

I. Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian Tindakan Kelas di kelas VA SDN 4 Palangka

tahun pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 6 Jadwal Penelitian

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

A. Tahap Persiapan

1. Observasi Awal x x

2. Identifikasi Masalah x x

2. Penyusunan Proposal x x x

3. Seminar Proposal x

4. Revisi Proposal x x

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Pembimbingan x x x x x x x x x x x x

2. Pelaksanaan Penelitian x x

3. Manganalisis data x x x x

C. Pelaporan Hasil Penelitian

1. Penyusunan Skripsi x x x x x

2. Ujian Skripsi

x

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Data Pra Tindakan (Data Awal)

Sebelum melakukan melakukan siklus I penelitian ini diawali dengan

pengambilan data awal atau data pra tindakan. Data pra tindakan terdiri

dari data hasil observasi pra tindakan dan test pra tindakan. Data pra

tindakan ini berfungsi untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik

terhadap materi operasi hitung perkalian sebelum Peneliti memberikan

tindakan atau memulai penelitian tindakan kelas. Data pra tindakan

tersebut di jelaskan sebagai berikut :

a. Deskripsi Data Observasi Pra Tindakan.

Data observasi ini diperoleh dari mengamati proses pembelajaran

sehari-hari peserta didik di kelas pada pembelajaran Matematika. Dari

hasil pengamatan Peneliti ketika guru kelas melakukan kegiatan

pembelajaran dapat dilihat aktivitas peserta didik sebagai berikut :

1) Ada peserta didik yang kurang memperhatikan penjelasan guru.

2) Ada peserta didik yang asik bermain dan berbicara dengan teman

sebangku.

3) Pembelajaran tidak menggunakan media

4) Peserta didik tidak banyak bertanya.

5) Pembelajaran yang dilakukan cenderung berpusat pada guru.

6) Peserta didik tidak aktif dalam pembelajaran.

65

7) Sebagian besar peserta didik yang belum mencapai KKM.

8) Hasil belajar Matematika peserta didik terutama pada operasi

hitung perkalian belum memuaskan.

b. Deskripsi Data Test Pra Tindakan.

Test pra tindakan (pretest) diperoleh dari hasil pretest kepada

peserta didik, pretest di lakukan dengan memberikan soal uraian

sebanyak 10 butir soal jumlah peserta didik yang mengikuti pretest

sebanyak 22 orang karena yang satu orang peserta didik tidak hadir.

Test pra tindakan bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan

peserta didik dalam materi yang akan dijadikan topik pembelajaran

sebelum penelitian tindakan kelas di laksanakan.

Tabel 7 Data Pretest Sebelum Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan

No. Nama Peserta didik Nilai

Pretest

Ketuntasan

Tuntas (T) Tidak Tuntas (TT)

1. A 70 T

2. B 70 T

3. C 65 T

4. D 65 T

5. E 60 TT

6. F 55 TT

7. G 50 TT

8. H 50 TT

9. I 50 TT

10. J 45 TT

11. K 40 TT

12. L 35 TT

13. M 30 TT

14. N 25 TT

15. O 35 TT

16. P 30 TT

17. Q 30 TT

18. R 30 TT

19. S 20 TT

20. T 25 TT

66

No. Nama Peserta didik Nilai

Pretest

Ketuntasan

Tuntas (T) Tidak Tuntas (TT)

21. U 25 TT

22. V 15 TT

Jumlah nilai 920

Rata-rata 41,82

Nilai Maksimum 70

Nilai Minimum 15

Ketuntasan Klasikal 18 %

Jumlah Peserta Didik 22

Keterangan :

Rata-rata = �����������

������������������

= 920

22= 41,82

TB =∑ �≥65

� x 100 %

= 4

22 x 100 %

= 18 %

Berdasarkan tabel hasil pretest tersebut terlihat nilai hasil belajar

peserta didik kelas VA SDN 4 Palangka dengan rata-rata 41,82 dan

ketuntasan secara klasikal sebesar 18 % yang termasuk dalam kriteria

sangat kurang tercapai, dari data dan perhitungan tersebut diketahui

bahwa peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM adalah

sebanyak 18 % atau 4 orang peserta didik, ketuntasan belajar pada test

awal belum mencapai indicator ketuntasan bealajar yang telah

ditentukan yaitu 85% sehingga dalam test pra tindakan ini tingkat

ketercapaian keberhasilan pembelajaran belum memenuhi syarat

ketuntasan belajar secara klasikal.

67

Data pretest di atas menunjukan tingkat kemampuan peserta didik

sebelum dilakukan tindakan, sebagai berikut :

1) Dari 22 peserta didik, tidak ada peserta didik yang memperoleh

nilai 90- 100

2) Dari 22 peserta didik, tidak ada peserta didik yang memperoleh

nilai 80- 89

3) Dari 22 peserta didik, ada dua peserta didik yang memperoleh nilai

70- 79

4) Dari 22 peserta didik, ada tiga peserta didik yang memperoleh nilai

60- 69

5) Dari 23 peserta didik, ada 17 peserta didik yang memperoleh nilai

0 - 59

6) Perolehan nilai maksimum peserta didik adalah 70

7) Perolehan nilai minimum peserta didik adalah 15

8) Perolehan rata-rata kelas dari 22 peserta didik dalam menjawab

soal pretest adalah 41,82

Dari data pretest tersebut peneliti berkesimpulan bahwa pada

umumnya peserta didik masih kurang memahami cara menyelesaikan

operasi perkalian yang melibatkan bilangan tiga angka sehingga

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pengerjaan soal operasi

hitung perkalian yaitu masih banyak kesalahan dalam meletakan hasil

perkalian. Oleh sebab itu peneliti ingin menerapkan suatu teknik

berhitung yang lebih sederhana yaitu teknik batang napier dalam

68

menyelesaikan soal-soal perkalian yang melibatkan bilangan-bilangan

besar. Nilai test pra tindakan (pretest) selanjutnya dijadikan sebagai

nilai dasar untuk menghitung peningkatan hasil belajar peserta didik

pada siklus I.

2. Deskripsi Data Siklus I

Setelah melakukan test pra tindakan (pretest) maka Peneliti menyusun

rencana tindakan yang akan dilakukan pada siklus I. Rencana penelitian

tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I ini diantaranya:

a. Perencanaan

Pada siklus I ini Peneliti akan memberikan pembelajaran

Matematika dengan materi operasi hitung perkalian dengan

menggunakan teknik batang napier. Sebelumnya Peneliti melakukan

persiapan-persiapan yang diperlukan diantaranya membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan

pembelajaran, materi dan alokasi waktu. Tujuan pembelajaran yang

akan dicapai yaitu peserta didik dapat menyelesaikan soal-soal

perkalian bilangan dua angka dan bilangan tiga angka dengan tepat.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini telah di konsultasikan kepada

guru kelas dan dosen pembimbing sebelumnya. Setelah menyusun

RPP, Peneliti mempersiapkan bahan ajar dan media pembelajaran yang

akan digunakan sehingga proses pembelajaran akan berjalan lancar,

media yang telah dipersiapkan adalah batang napier , diharapkan

69

dengan penggunaan media batang napier akan membantu peserta didik

untuk memahami teknik batang napier.

Peneliti juga harus mempersiapkan lembar observasi aktivitas guru

dan peserta didik, Peneliti meminta bantuan dua orang guru sebagai

Observer yang mengamati aktivitas guru dan peserta didik selama

proses pembelajaran serta Peneliti juga mempersiapkan soal postest

siklus I.

b. Tindakan

Pada penelitian ini siklus I dilaksanakan pada Selasa, 6 Mei 2014,

Pukul 07.00 – 08.45 WIB yang diikuti oleh 23 peserta didik.

Pelaksanaan tindakan siklus I berdasarkan RPP yang telah disusun

dalam tahap perencanaan. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai

guru mata pelajaran Matematika dan dibantu oleh dua orang guru yang

bertindak sebagai Observer. Berdasarkan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah disusun, maka pembelajaran pada penelitian

ini melalui tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan

akhir.

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan ini guru mengadakan apersepsi dengan

mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi yang telah

didapat peserta didik sebelumnya yang berkaitan dengan operasi

hitung perkalian yaitu dengan menunjukan tabel perkalian dan guru

meminta peserta didik mengisi bagian-bagian yang kosong dalam

70

tabel perkalian tersebut dan menanyakan hasil perkalian yang

melibatkan bilangan tiga angka. Kemudian guru

menghubungkannya dengan materi yang akan diajarkan, yaitu

menyelesaikan operasi hitung perkalian yang melibatkan bilangan

lebih dari tiga angka dengan menggunakan teknik batang napier.

Guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada

pertemuan ini.

2) Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti dibagi dalam tiga tahap yaitu:

a) Eksporasi

Pada tahap ini guru menjelaskan pengertian, bagian-bagian

batang napier dengan menunjukan alat peraga batang napier.

Guru menunjukan cara menyelesaikan suatu operasi hitung

dengan menggunakan alat peraga batang napier. Guru juga

menunjukan langkah-langkah penggunaan teknik batang napier

secara urut dalam menyelesaikan suatu operasi hitung perkalian

dengan memberikan contoh-contoh soal yang dikerjakan

dengan menggunakan teknik batang napier.

b) Elaborasi

Pada tahap ini guru lebih mengaktifkan peserta didik dengan

memberikan beberapa soal-soal perkalian dan meminta peserta

didik menyelesaikan beberapa soal operasi hitung perkalian

71

dengan menggunakan teknik batang napier di depan kelas dan

mengoreksi jawaban teman secara bersama-sama dan guru

memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk

membenarkan jika jawaban temannya salah, sehingga peserta

didik mengetahui letak kesalahannya, sedangkan peserta didik

yang tidak berkesempatan maju kedepan dapat mengerkerjakan

dibuku masing-masing.

c) Konfirmasi

Pada tahap ini guru bertanya jawab tentang kesulitan yang

dihadapi peserta didik dalam menyelesaikan operasi hitung

perkalian dengan menggunakan teknik batang napier dan

memberikan penguatan materi. Tahap ini diakhiri dengan

memberikan evaluasi berupa test yang harus dikerjakan peserta

didik dan dikumpulkan dalam waktu yang telah di tentukan.

Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat

keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan dalam tindakan

siklus I.

3) Kegiatan Akhir

Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi

yang telah diterima peserta didik dan guru memberikan nasehat-

nasehat untuk lebih banyak belajar dan berlatih berhitung perkalian

dan menutup pelajaran

72

c. Pengamatan (Observasi)

1) Observasi Aktivitas Peserta Didik

Pada tahap ini Peneliti meminta bantuan dua orang guru yang

bertindak sebagai Observer yaitu Ibu Paridah, S.Pd dan Ibu Tety K.

Kalawa, S.Pd, Observer mengamati jalannya pembelajaran dari

awal sampai akhir dan hasil pengamatan tersebut di tuliskan pada

lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Berdasarkan

hasil observasi peserta didik pada siklus I diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Pada Siklus I

No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2

1 2 3 4 1 2 3 4

Aktivitas Peserta Didik

1. Peserta didik masuk kelas tepat waktu √ √

2. Peserta didik mempersiapkan diri untuk

mengikuti pelajaran Matematika √ √

3. Peserta didik membawa buku dan alat tulis √ √

4. Peserta didik bersikap antusias saat

pembelajaran Matematika perkalian dimulai √ √

5. Peserta didik respon terhadap pertanyaan guru √ √

6.

Peserta didik memperhatikan guru ketika

menjelaskan penggunaan teknik batang

napier.

√ √

7. Peserta didik merespon positif penjelasan

guru √ √

8. Peserta didik tanggap terhadap penjelasan

guru √ √

9. Peserta didik aktif bertanya tentang materi

yang disampaikan guru √ √

73

No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2

Aktivitas Peserta Didik 1 2 3 4 1 2 3 4

10. Suasana belajar peserta didik yang kondusif √ √

11.

Peserta didik mampu menerapkan teknik

batang napier dalam menyelesaikan operasi

hitung perkalian

√ √

12. Peserta didik terampil menyelesaikan soal-

soal yang diberikan √ √

13. Peserta didik antusias untuk menjawab soal-

soal yang diberikan oleh guru √ √

14. Peserta didik berani maju kedepan

menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru √ √

15. Peserta didik mampu menyelesaikan soal

perkalian dengan tepat dan cepat √ √

16. Peserta didik menunjukan proses yang efisien

dalam menyelesaikan soal-soal. √ √

17.

Peserta didik menyelesaikan soal-soal dengan

dengan menggunakan teknik teknik batang

napier sesuai perintah.

√ √

18.

Peserta didik menunjukan antusiasme/ minat

terhadap kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan teknik teknik batang napier

dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian

√ √

19. Peserta didik tepat waktu dalam

menyelesaikan soal-soal. √ √

20. Peserta didik dapat meyimpulkan materi yang

telah disampaikan. √ √

Jumlah 62 60

Rata-Rata 3.1 3

Kategori Baik Baik

Keterangan: Dengan kriteria rata-rata: P1 : Observer 1 ( Paridah, S.Pd) 4: Sangat baik P2 : Observer 2 (Tety S. Kalawa, S.Pd) 3-3,9 : Baik

2-2,9 : Cukup 1-1,9 : Kurang

74

Untuk mengetahui ketercapaian aktivitas peserta didik yang di

inginkan dalam penelitian siklus I ini maka peneliti melakukan

perhitungan sebagai berikut:

Jumlah skor aktivitas peserta didik = (���������� ���������)

= (�����)

= ���

�= 61

Rata-rata aktivitas peserta didik = (�����������������������)

= (�,���)

= �,�

� = 3,05

Persentase ketercapaian aktivitas peserta didik dengan

menggunakan rumus : P = �

� x 100%

P = (�����)/�

���� X 100 %

= ��

�� X 100 %

= 76 %

Keterangan :

P : Persentase aktivitas peserta didik yang diharapkan

F : Jumlah skor aktivitas yang dilakukan peserta didik

N : Jumlah maksimal aktivitas yang dilakukan peserta didik

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah skor aktivitas

peserta didik dari Observer satu (P1) dan Observer dua (P2) yaitu

61 dengan rata-rata 3,05 yang termasuk dalam kategori baik dan

persentase aktivitas peserta didik selama pembelajaran pada siklus I

yaitu 76% yang termasuk dalam kriteria tercapai. Hal ini terlihat

75

dari kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran dan

keterlibatan pesrta didik selama pembelajaran, peserta didik

antusias untuk menyelesaikan soal-soal perkalian dengan teknik

batang napier yang diberikan dan suasana belajar lebih

menyenangkan, karena dengan teknik batang napier peserta didik

dengan mudah menyelesaikan operasi hitung perkalian. peserta

didik menunjukan kategori yang baik.

Jadi berdasarkan tabel observasi dan perhitungan di atas maka

dapat disimpulkan bahwa aktivitas peserta didik selama

pembelajaran pada siklus I sudah baik ini terlihat dari jumlah total

skor lebih dari 60 dan rata-rata skor adalah tiga tetapi untuk

persentase ketercapaian aktivitas yang diinginkan belum tercapai

karena indikator keberhasilan aktivitas peserta didik secara klasikal

yang telah ditentukan adalah 85%.

2) Observasi Aktivitas Guru

Aktivitas guru ini diamati oleh dua orang guru yang bertindak

sebagai Observer yaitu Ibu Paridah, S.Pd dan Ibu Tety K. Kalawa,

S.Pd yang mengamati proses pembelajaran dari awal sampai akhir

pelajaran dan mencatat hasil pengamatan pada lembar observasi

yang telah disusun sebelumnya. Berikut hasil pengamatan aktivitas

guru.

76

Tabel 9 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I

No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2

1 2 3 4 1 2 3 4

Aktivitas Guru

1. Apersepsi dalam pembelajaran √ √

2. Guru dapat menarik perhatian peserta didik

untuk belajar Matematika. √ √

3. Guru memberikan motivasi belajar perkalian

pada peserta didik. √ √

4. Guru memberikan rangsangan positif kepada

peserta didik tentang materi perkalian √ √

5. Penguasaan materi dan penguasaan teknik

batang napier oleh guru √ √

6. Guru menjelaskan materi dengan jelas dan

urut (siatematis) √ √

7. Guru menyampaikan materi dengan media

yang sesuai. √ √

8. Guru membuka interaksi dengan melakukan

tanya jawab √ √

9. Kemampuan guru menguasai kelas dan

mengondisikan kelas. √ √

10. Kemampuan guru membuat suasana belajar

lebih menyenangkan dan menantang √ √

11. Guru dapat melakukan komunikasi interaktif

kepada peserta didik √ √

12. Guru memberikan contoh-contoh soal untuk melatih keterampilan peserta didik dalam penggunaan teknik batang napier.

√ √

13. Kemampuan guru mengaktifkan peserta didik

dalam pembelajaran Matematika. √ √

14. Membimbing peserta didik selama proses

pembelajaran √ √

15.

Pemberian kesempatan kepada peserta didik

untuk mengerjakan persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan materi

√ √

16. Pemberian kesempatan kepada peserta didik

untuk bertanya selama proses pembelajaran √ √

17. Guru melaksanakan penilaian evaluasi belajar √ √

77

No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2

Aktivitas Guru 1 2 3 4 1 2 3 4

18. Guru memberikan penguatan kepada peserta

didik tentang materi yang telah diberikan √ √

19. Guru membimbing peserta didik

menyimpulkan materi pembelajaran √ √

20. Guru menutup pelajaran √ √

Jumlah 65 63

Rata-rata 3,25 3,15

Kategori Baik Baik

Keterangan: Dengan kriteria rata-rata: P1 : Observer 1 ( Paridah, S.Pd) 4 : Sangat baik P2 : Observer 2 (Tety S. Kalawa, S.Pd) 3-3,9 : Baik

2-2,9 : Cukup 1-1,9 : Kurang

Untuk mengetahui ketercapaian aktivitas guru yang di inginkan

dalam penelitian siklus I ini maka peneliti melakukan perhitungan

sebagai berikut:

Jumlah skor aktivitas guru = (���������� ���������)

= (�����)

= ���

= 64

Rata-rata aktivitas guru = (�����������������������)

= (�,����,��)

� =

6,4

2 = 3,2

Persentase ketercapaian aktivitas guru dengan menggunakan

rumus: P = �

� x 100%

P = (�����)/�

���� X 100 %

78

= ��

�� X 100 %

= 80 %

Keterangan :

P : Persentase aktivitas guru yang diharapkan

F : Jumlah skor aktivitas yang dilakukan guru

N : Jumlah maksimal aktivitas yang dilakukan guru

Berdasarkan tabel observasi aktivitas guru di atas maka dapat

dilihat bahwa jumlah skor aktivitas guru dari Observer satu (P1)

dan Observer dua (P2) adalah 64 dengan rata-rata 3,2 yang

termasuk dalam kategori baik dan persentase aktivitas guru selama

pembelajaran pada siklus I yaitu 80 % yang termasuk dalam

kriteria tercapai. Hal ini terlihat dari penguasaan guru terhadap

bahan ajar sehingga guru dapat menyampaikan dan melaksanakan

pembelajaran dengan baik dan dapat diterima oleh peserta didik.

Jadi berdasarkan tabel observasi dan perhitungan di atas dapat

disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran sudah dalam

kategori baik dengan jumlah total skor lebih dari 60 dan rata-rata

skor lebih dari tiga tetapi untuk persentase ketercapaian aktivitas

yang diinginkan belum tercapai karena indikator keberhasilan

aktivitas guru secara klasikal yang telah ditentukan adalah adalah

85 %.

3) Hasil Belajar Siklus I

Data hasil belajar diperoleh dari nilai test yang dilakukan

setelah selesai pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas

79

siklus I. Soal yang diberikan pada postest berjumlah 10 butir soal

yang berbentuk soal uraian. Kriteria nilai ketuntasan belajar pada

siklus I adalah sesuai dengan nilai KKM yang berlaku di SDN 4

Palangka yaitu lebih besar atau sama dengan 65 (≥ 65). Data hasil

belajar siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 10 Hasil Postest Pada Siklus I

No. Nama Peserta

didik

Nilai

postest I

Ketuntasan siklus I

Tuntas (T) Tidak Tuntas (TT)

1. A 82 T

2. B 84 T

3. C 82 T

4. D 84 T

5. E 97 T

6. F 100 T

7. G 91 T

8. H 100 T

9. I 85 T

10. J 73 T

11. K 61 TT

12. L 54 TT

13. M 88 T

14. N 85 T

15. O 91 T

16. P 58 TT

17. Q 57 TT

18. R 82 T

19. S 47 TT

20. T 77 T

21. U 51 TT

22. V 61 TT

23. W 47 TT Jumlah nilai 1737

Rata-rata 75,52

Nilai Maksimum 100

Nilai Minimum 47

Ketuntasan Klasikal 65%

Jumlah Peserta Didik 23

80

Rata-rata hasil belajar siklus I = �����������

������������������

= ����

��

= 75,52

Untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik secara

klasikal pada siklus I dengan cara menghitung persentase

ketuntasan belajar dengan indikator ketuntasan belajar yang di

tentukan yakni ≥ 65 , jadi :

TB =∑ �≥65

� x 100 %

= ��

��×100 %

= 65 %

Berdasarkan tabel hasil postest siklus I terlihat bahwa rata-rata

hasil belajar peserta didik adalah 75,52 dengan ketuntasan klasikal

65%. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik pada

siklus I belum tercapai karena dilihat dari ketuntasan belajar secara

klasikal belum memenuhi kriteria indikator ketercapaian hasil

belajar secara klasikal yaitu 85%.

Dari hasil postest pada tabel di atas menunjukan tingkat

kemampuan peserta didik pada saat penelitian tindakan kelas siklus

I yang secara rinci diuraikan sebagai berikut :

a) Dari 23 orang peserta didik, ada lima orang peserta didik yang

memperoleh nilai 90-100

b) Dari 23 orang peserta didik, ada delapan orang peserta didik

yang memperoleh nilai 80-89

81

c) Dari 23 orang peserta didik, ada dua orang peserta didik yang

memperoleh nilai 70-79

d) Dari 23 orang peserta didik, ada dua orang peserta didik yang

memperoleh nilai 60-69

e) Dari 23 orang peserta didik, ada enam orang peserta didik yang

memperoleh nilai 0-50

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dapat

dilihat dari nilai sebelum adanya tindakan (test pra tindakan) dan

sesudah adanya tindakan siklus I. Agar lebih jelas dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 11 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Postest Pada Siklus I

No. Nama Peserta didik Nilai

pretest

Nilai

Postest

siklus I

Ketuntasan siklus I

Tuntas

(T)

Tidak Tuntas

(TT)

1. A 70 82 T

2. B 70 84 T

3. C 65 82 T

4. D 65 84 T

5. E 60 97 T

6. F 55 100 T

7. G 50 91 T

8. H 50 100 T

9. I 50 85 T

10. J 45 73 T

11. K 40 61 TT

12. L 35 54 TT

13. M 30 88 T

14. N 25 85 T

15. O 35 91 T

16. P 30 58 TT

17. Q 30 57 TT

18. R 30 82 T

19. S 20 47 TT

20. T 25 77 T

21. U 25 51 TT

82

No. Nama Peserta didik Nilai

pretest

Nilai

Postest

siklus I

Ketuntasan siklus I

Tuntas

(T)

Tidak Tuntas

(TT)

22. V 15 61 TT

23. W 0 47 TT

Jumlah nilai 920 1737

Rata-rata 41.82 75,52

Nilai Maksimum 70 100

Nilai Minimum 15 47

Ketuntasan Klasikal 18 % 65%

Jumlah Peserta Didik 22 23

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dapat digunakan

rumus N-Gain, yaitu

N-Gain Siklus I ( g )= ���������

����������

= ��,�����,��

������,��

= ��,�

��,��

= 0,57 (Sedang)

Berdasarkan hasil test yang dilakukan oleh Peneliti setelah

siklus I (postest) ternyata ada peningkatan hasil belajar

dibandingkan hasil test yang dilakukan peneliti sebelum di berikan

tindakan (test pra tindakan). Hasil test pra tindakan (pretest)

menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar adalah 41,82 dan

persentase peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 65 adalah

sebesar 18 %, setelah dilakukan siklus I diketahui nilai rata-rata

hasil belajar adalah 75,52 dan persentase peserta didik yang

memperoleh nilai ≥ 65 yaitu sebesar 65 %, dan N-Gain pada siklus

I sebesar 0,57 yang termasuk dalam kategori sedang.

83

d. Refleksi

Pada tahap ini Peneliti dan dua orang Observer melakukan evaluasi

dan berdiskusi membahas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Observer dan hasil

belajar yang diperoleh dari nilai postest. Berdasarkan hasil test dan

observasi yang telah di evaluasi maka diperoleh:

1) Nilai rata-rata hasil belajar sebelum dilakukan tindakan adalah

41,82 dan setelah siklus I dilaksanakan rata-rata hasil belajar

adalah 75,52 dari hasil tersebut terlihat adanya peningkatan rata-

rata hasil belajar yang signifikan.

2) Setelah dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I

terdapat 65 % atau sekitar 15 orang peserta didik dari jumlah 23

orang peserta didik yang telah tuntas.

3) Berdasarkan perhitungan N-Gain terjadi peningkatan hasil belajar

sebesar 0,57 yang termasuk dalam kategori sedang.

4) Aktivitas guru dan peserta didik menunjukan adanya perbaikan ini

terlihat dari rata-rata aktivitas guru dan peserta didik yang

termasuk dalam ketegori baik serta persentase aktivitas yang

berlangsung selama pembelajaran termasuk dalam kategori

tercapai.

Dari hasil pengamatan Observer terhadap pelaksanaan siklus I ini

peneliti juga menemui berberapa kekurangan dan hambatan

diantaranya :

84

1) Guru kurang dapat membuat peserta didik aktif bertanya dalam

pembelajaran.

2) Guru kurang dapat memberikan rangsangan (tantangan) kepada

peserta didik dalam pembelajaran

3) Masih ada peserta didik yang ragu-ragu untuk menanyakan hal-hal

yang dianggap belum jelas baginya.

4) Ada beberapa peserta didik belum terampil dalam menggunakan

teknik batang napier dalam menyelesaikan soal-soal perkalian.

Berdasarkan hasil analisis data dan refleksi di atas dan mengacu

kepada indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka disimpulkan

bahwa pembelajaran pada siklus I ini masih belum berhasil. Dengan

melihat kekurangan-kekurangan yang ada serta hasil observasi dan test

siklus I yang belum mencapai indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan maka materi ini perlu diulang pada tindakan siklus II

dengan beberapa penyempurnaan sebagai berikut:

1) Membangkitkan interaksi antar peserta didik dalam menyelesaikan

soal-soal perkalian dengan menggunakan teknik batang napier.

2) Pada proses pembelajaran diselingi dengan permainan dan diskusi

agar suasana kelas lebih menyenangkan.

3) Guru memberikan penghargaan bagi peserta didik yang dapat

menyelesaikan soal-soal perkalian di papan tulis dengan benar.

85

4) Guru lebih banyak memberikan contoh-contoh soal dan lebih

banyak mengajak peserta didik untuk berpartisipasi dalam

menyelesaikan soal-soal perkalian dengan teknik batang napier.

5) Guru memberikan bimbingan kepada peserta didik yang masih

menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal perkalian

dengan menggunakan teknik batang napier.

3. Deskripsi Data Siklus II

Setelah dilakukan siklus I dan berdasarkan refleksi yang dilakukan

Peneliti maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Tujuan siklus II ini

adalah untuk lebih meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik

dalam materi operasi hitung perkalian, aktivitas peserta didik dan guru

dalam pembelajaran Matematika. Pada tindakan siklus II ini, tindakan

pembelajaran direncanakan masih menyajikan materi operasi hitung

perkalian dengan menggunakan teknik batang napier. Kegiatan yang

dilakukan pada tindakan siklus II meliputi perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi. Masing-masing kegiatan diuraikan sebagai berikut.

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka dibuat kembali

perencanaan yang lebih baik sehingga penelitian ini dapat berjalan

lancar sesuai dengan harapan yang ingin dicapai yaitu peningkatan

aktivitas pembelajaran dan hasil belajar Matematika Peserta didik

dengan menggunkan teknik batang napier.

86

Sebelumnya melakukan tindakan siklus II Peneliti melakukan

persiapan-persiapan yang diperlukan diantaranya membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan penyempurnaan dari RPP

siklus I dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator

pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi yang sama dengan siklus I,

hanya saja ada penambahan dan perbaikan pada kegiatan awal yaitu

pada tahap apersepsi dan pada kegiatan inti pembelajaran. Pada

apersepsi peneliti menanyakan kembali penjelasan tentang bagian-

bagian batang napier dan langkah-langkah teknik batang napier

dengan cara melakukan permainan dengan tujuan membuat suasana

belajar lebih santai, tidak bosan dan menyenangkan selain itu dapat

meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran ini telah di konsultasikan kepada guru kelas sebelumnya.

Selain RPP, Peneliti juga harus mempersiapkan lembar observasi

aktivitas guru dan peserta didik, Peneliti meminta bantuan dua orang

guru sebagai observer yang mengamati aktivitas guru dan peserta didik

selama proses pembelajaran dan Peneliti juga mempersiapkan soal

postest siklus II.

b. Tindakan

Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 12 Mei 2014 pukul 07.00-

08.45 WIB yang diikuti oleh 23 peserta didik. Pada siklus II ini

Peneliti bertindak sebagai guru mata pelajaran Matematika sebagai

pemberi tindakan dan Peneliti dibantu oleh dua orang guru sebagai

87

Observer yang mengamati jalannya proses pembelajaran. Materi yang

disajikan pada siklus II ini masih sama dengan materi siklus I hanya

saja pada siklus II ini lebih mematangkan kemampuan peserta didik

dalam menggunakan teknik batang napier dalam menyelesaikan soal-

soal operasi hitung perkalian. Sama dengan siklus I tindakan pada

siklus II ini terdiri dari :

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal ini guru memberikan apersepsi, yaitu

menanyakan kembali materi sebelumnya yang berkaitan dengan

penggunaan teknik batang napier yaitu menanyakan bagian-bagian

batang napier, dan menanyakan langkah-langkah penggunaan

teknik batang napier dalam suatu perhitungan perkalian. Dalam

pelaksanaan apersepsi ini guru menggunakan sebuah permainan

yang membangkitkan konsentrasi belajar dan memunculkan situasi

kelas yang lebih menyenangkan bagi peserta didik untuk terlibat

aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dibagi dalam bebrapa tahap yaitu

a) Eksplorasi

Pada tahap ini guru menyajikan soal-soal perkalian yang

melibatkan bilangan tiga angka dan meminta keterlibatan

peserta didik untuk menyelesaikannya. Guru juga memberikan

umpan balik yang dapat menumbuhkan suatu interaksi tanya

88

jawab atau diskusi antar peserta didik pada situasi ini guru

sebagai perantara, hal ini bertujuan agar peserta didik berani

mengutarakan jawabannya

b) Elaborasi

Pada tahap ini guru lebih banyak melibatkan peserta didik

dalam pembelajaran dan membangkitkan interaksi antar peserta

didik dengan lebih banyak menyelesaikan soal-soal perkalian.

Guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan soal-soal

tersebut di depan kelas kemudian hasilnya di diskusikan

kembali kepada peserta didik lainnya. Untuk membangkitkan

motivasi dan semangat peserta didik untuk berpartisipasi guru

memberikan penghargaan bagi peserta didik yang memiliki

keberanian untuk menyelesaikan soal operasi hitung di depan

kelas.

c) Konfirmasi

Pada tahap ini guru menyakan kesulitan yang masih

dihadapi peserta didik mengenai penggunaan teknik batang

napier untuk menyelesaikan suatu operasi hitung perkalian.

Pada tahap ini Peneliti memberikan evaluasi yaitu memberikan

soal postest yang isinya sama dengan soal evaluasi pada siklus

I yaitu soal uraian berjumlah 10 butir soal. Evaluasi

dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat keberhasilan

pembelajaran yang dilaksanakan dalam tindakan siklus II

89

3) Kegiatan Akhir

Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi

yang telah diterima peserta didik dan guru memberikan nasehat-

nasehat untuk lebih banyak belajar dan berlatih berhitung perkalian

dan menutup pelajaran.

c. Pengamatan (Observasi)

1) Observasi Aktivitas Peserta Didik

Unuk mengetahui aktivitas peserta didik Peneliti meminta

bantuan dua orang guru yang bertindak sebagai Observer selama

proses pembelajaran berlangsung, yaitu bapak Dedy Ruswandi,

S.Pd dan Ibu Paridah, S.Pd. Observer mengamati jalannya

pembelajaran dari awal sampai akhir dan hasil pengamatan tersebut

di tuliskan pada lembar observasi yang telah disusun sebelumnya.

Berdasarkan hasil observasi peserta didik pada siklus II diperoleh

data sebagai berikut :

Tabel 12 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Pada Siklus II

No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2

1 2 3 4 1 2 3 4

Aktivitas Peserta Didik

1. Peserta didik masuk kelas tepat waktu √ √

2. Peserta didik mempersiapkan diri untuk

mengikuti pelajaran Matematika √ √

3. Peserta didik membawa buku dan alat tulis √ √

4. Peserta didik bersikap antusias saat

pembelajaran Matematika perkalian dimulai √ √

5. Peserta didik respon terhadap pertanyaan guru √ √

90

No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2

Aktivitas Peserta Didik 1 2 3 4 1 2 3 4

6.

Peserta didik memperhatikan guru ketika

menjelaskan penggunaan teknik batang

napier.

√ √

7. Peserta didik merespon positif penjelasan

guru √ √

8. Peserta didik tanggap terhadap penjelasan

guru √ √

9. Peserta didik aktif bertanya tentang materi

yang disampaikan guru √ √

10. Suasana belajar peserta didik yang kondusif √ √

11.

Peserta didik mampu menerapkan teknik

batang napier dalam menyelesaikan operasi

hitung perkalian

√ √

12. Peserta didik terampil menyelesaikan soal-

soal yang diberikan √ √

13. Peserta didik antusias untuk menjawab soal-

soal yang diberikan oleh guru √ √

14. Peserta didik berani maju kedepan

menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru √ √

15. Peserta didik mampu menyelesaikan soal

perkalian dengan tepat dan cepat √ √

16. Peserta didik menunjukan proses yang efisien

dalam menyelesaikan soal-soal. √ √

17.

Peserta didik menyelesaikan soal-soal dengan

dengan menggunakan teknik teknik batang

napier sesuai perintah.

√ √

18.

Peserta didik menunjukan antusiasme/ minat

terhadap kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan teknik teknik batang napier

dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian

√ √

19. Peserta didik tepat waktu dalam

menyelesaikan soal-soal. √ √

20. Peserta didik dapat meyimpulkan materi yang

telah disampaikan. √ √

Jumlah 74 72

Rata-Rata 3,7 3,6

Kategori Baik Baik

91

Keterangan: Dengan kriteria rata-rata: P1 : Observer 1 4 : Sangat baik

( Paridah, S.Pd) 3-3,9 : Baik P2 : Observer 2 2-2,9 : Cukup

(Tety S. Kalawa, S.Pd) 1-1,9 : Kurang

Untuk mengetahui ketercapaian aktivitas peserta didik yang di

inginkan dalam penelitian siklus II ini maka peneliti melakukan

perhitungan sebagai berikut:

Jumlah skor aktivitas peserta didik = (���������� ���������)

= (�����)

�=

���

�= 73

Rata-rata aktivitas peserta didik = (�����������������������)

= (�,���,�)

� =

�.�

� = 3,65

Persentase aktivitas peserta didik dengan rumus : P = �

� x 100%

P = (�����)/�

���� X 100 %

= ��

�� X 100 %

= 91,25 %

Keterangan :

P : Persentase aktivitas peserta didik yang diharapkan

F : Jumlah skor aktivitas yang dilakukan peserta didik

N : Jumlah maksimal aktivitas yang dilakukan peserta didik

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah skor aktivitas

peserta didik dari Observer satu (P1) dan Observer dua (P2) yaitu

73 dengan rata-rata 3,65 yang termasuk dalam kategori baik dan

persentase aktivitas peserta didik selama pembelajaran pada siklus

II yaitu 91,25% yang termasuk dalam kriteria amat tercapai. Hal ini

92

terlihat peserta didik lebih aktif dan antusias selama proses

pembelajaran berlangsung yaitu peserta didik lebih aktif bertanya

dan aktif mengerjakan soal-soal di depan meningkat karena peserta

didik lebih percaya diri mengerjakan soal-soal didepan dengan

menggunakan teknik batang napier. Aktivitas peserta didik

menunjukan kategori yang baik.

Jadi berdasarkan tabel observasi dan perhitungan di atas

diketahui bahwa aktivitas peserta didik termasuk dalam kriteria

tercapai karena dilihat dari jumlah skor lebih dari 60 dan rata-rata

lebih dari tiga serta persentase ketercapaian secara klasikal telah

lebih dari 85%, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas peserta

didik selama pembelajaran pada siklus II meningkat lebih baik dan

dalam kriteria tercapai .

2) Observasi Aktivitas Guru

Aktivitas guru ini diamati oleh dua orang guru yang bertindak

sebagai Observer yaitu Bapak Dedy Ruswandy, S.Pd dan Ibu

Paridah, S.Pd yang mengamati proses pembelajaran dari awal

sampai akhir pelajaran dan mencatat hasil pengamatan pada lembar

observasi yang telah disusun sebelumnya. Berikut hasil

pengamatan aktivitas guru selama pembelajaran siklus II

93

Tabel 13 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II

No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2

1 2 3 4 1 2 3 4

Aktivitas Guru

1. Apersepsi dalam pembelajaran √ √

2. Guru dapat menarik perhatian peserta didik

untuk belajar Matematika. √ √

3. Guru memberikan motivasi belajar perkalian

pada peserta didik. √ √

4. Guru memberikan rangsangan positif kepada

peserta didik tentang materi perkalian √ √

5. Penguasaan materi dan penguasaan teknik

napier oleh guru √ √

6. Guru menjelaskan materi dengan jelas dan

urut (siatematis) √ √

7. Guru menyampaikan materi dengan media

yang sesuai. √ √

8. Guru membuka interaksi dengan melakukan

tanya jawab √ √

9. Kemampuan guru menguasai kelas dan

mengondisikan kelas. √ √

10. Kemampuan guru membuat suasana belajar

lebih menyenangkan dan menantang √ √

11. Guru dapat melakukan komunikasi interaktif

kepada peserta didik √ √

12 Guru memberikan contoh-contoh soal untuk melatih keterampilan peserta didik dalam penggunaan teknik batang napier.

√ √

13. Kemampuan guru mengaktifkan peserta didik

dalam pembelajaran Matematika. √ √

14. Pembinaan peserta didik selama proses

pembelajaran √ √

15.

Pemberian kesempatan kepada peserta didik

untuk mengerjakan persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan materi

√ √

16. Pemberian kesempatan kepada peserta didik

untuk bertanya selama proses pembelajaran √ √

17. Guru melaksanakan penilaian evaluasi belajar √ √

94

No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2

Aktivitas Guru 1 2 3 4 1 2 3 4

18. Guru memberikan penguatan kepada peserta

didik tentang materi yang telah diberikan √ √

19. Guru membimbing peserta didik

menyimpulkan materi pembelajaran √ √

20. Guru menutup pelajaran √ √

Jumlah 76 76

Rata-rata 3,8 3,8

Kategori Baik Baik

Keterangan: Dengan kriteria rata-rata: P1 : Observer 1 ( Paridah, S.Pd) 4 : Sangat baik P2 : Observer 2 (Tety S. Kalawa, S.Pd) 3-3,9 : Baik

2-2,9 : Cukup 1-1,9 : Kurang

Untuk mengetahui ketercapaian aktivitas guru yang di inginkan

dalam penelitian siklus II ini maka peneliti melakukan perhitungan

sebagai berikut:

Jumlah skor aktivitas guru = (���������� ���������)

= (�����)

�=

���

�= 76

Rata-rata aktivitas guru = (�����������������������)

= (�,���,�)

� =

�,�

� = 3,8

Persentase ketercapaian aktivitas guru dengan menggunakan

rumus: P = �

� x 100%

P = (�����)/�

���� X 100 %

= ��

�� X 100 %

= 95 %

95

Keterangan :

P : Persentase aktivitas guru yang diharapkan

F : Jumlah skor aktivitas yang dilakukan guru

N : Jumlah maksimal aktivitas yang dilakukan guru

Berdasarkan tabel observasi aktivitas guru dan perhitungan di

atas maka dapat dilihat bahwa jumlah skor aktivitas guru dari

Observer satu (P1) dan Observer dua (P2) adalah 76 dengan rata-

rata 3,8 yang termasuk dalam kategori baik dan persentase

ketercapaian aktivitas guru selama pembelajaran pada siklus II

yaitu 95 % yang termasuk dalam kriteria amat tercapai.

Jadi berdasarkan tabel observasi dan perhitungan di atas

diketahui bahwa aktivitas guru termasuk dalam kriteria tercapai

karena dilihat dari jumlah skor lebih dari 60 dan rata-rata lebih dari

tiga serta persentase ketercapaian secara klasikal telah lebih dari

85%, dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran

sudah dalam baik dan amat tercapai tercapai.

3) Hasil Belajar Siklus II

Data hasil belajar diperoleh dari nilai test yang dilakukan

setelah selesai pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas

siklus II. Soal yang diberikan pada postest siklus II ini berjumlah

10 butir soal yang berbentuk soal uraian. Kriteria nilai ketuntasan

belajar pada siklus II adalah sesuai dengan nilai KKM yang

berlaku di SDN 4 Palangka yaitu lebih besar atau sama dengan 65

96

(≥ 65). Data hasil belajar siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah

ini

Tabel. 14 Hasil Postest Pada Siklus II

No. Nama Peserta didik

Nilai

postest

siklus II

Ketuntasan siklus II

Tuntas (T) Tidak Tuntas (TT)

1. A 100 T

2. B 100 T

3. C 100 T

4. D 100 T

5. E 100 T

6. F 100 T

7. G 100 T

8. H 100 T

9. I 100 T

10. J 93 T

11. K 93 T

12. L 86 T

13. M 100 T

14. N 100 T

15. O 100 T

16. P 91 T

17. Q 86 T

18. R 100 T

19. S 85 T

20. T 93 T

21. U 86 T

22. V 91 T

23. W 75 T Jumlah nilai 2179

Rata-rata 94,73

Nilai Maksimum 100

Nilai Minimum 75

Ketuntasan Klasikal 100 %

Jumlah Peserta Didik 23

Rata-rata hasil belajar siklus II = �����������

������������������

= ����

��

= 94,73

97

Untuk menghitung ketuntasan belajar peserta didik pada siklus

II digunakan persentase ketercapaian ketuntasan belajar peserta

didik secara klasikal dengan indikator ketuntasan belajar yang di

tentukan yakni ≥ 65 dengan ketuntasan klasikal 85%. Jadi :

TB =∑ �≥65

� x 100 %

= ��

��×100 %

= 100 %

Berdasarkan tabel hasil postest siklus II terlihat bahwa rata-rata

hasil belajar peserta didik adalah 94,73 dengan ketuntasan klasikal

100% yang berarti sangat tercapai. Jadi dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar peserta didik pada siklus II telah tercapai hal ini

dilihat dari ketuntasan belajar secara klasikal yang telah memenuhi

kriteria indikator ketercapaian hasil belajar secara klasikal yaitu

85%.

Dari hasil postest pada tabel di atas menunjukan tingkat

kemampuan peserta didik pada saat penelitian tindakan kelas siklus

II yang secara rinci diuraikan sebagai berikut :

a) Dari 23 orang peserta didik, ada 18 orang peserta didik yang

memperoleh nilai 90-100

b) Dari 23 orang peserta didik, ada empat orang peserta didik

yang memperoleh nilai 80-89

c) Dari 23 orang peserta didik, ada satu orang peserta didik yang

memperoleh nilai 70-79

98

d) Dari 23 orang peserta didik, tidak ada peserta didik yang

memperoleh nilai 60-69

e) Dari 23 orang peserta didik, tidak ada peserta didik yang

memperoleh nilai 0-50

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dapat

dilihat dari nilai postest siklus I dan nilai postest siklus II. Agar

lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel. 15 Rekapitulasi Hasil Postest Siklus I dan Postest Pada Siklus II

No. Nama Peserta

didik

Nilai Postest siklus I

Nilai Postest siklus II

Ketuntasan siklus II Tuntas

(T) Tidak Tuntas

(TT) 1. A 82 100 T 2. B 84 100 T 3. C 82 100 T 4. D 84 100 T 5. E 97 100 T 6. F 100 100 T 7. G 91 100 T 8. H 100 100 T 9. I 85 100 T 10. J 73 93 T 11. K 61 93 T 12. L 54 86 T 13. M 88 100 T 14. N 85 100 T 15. O 91 100 T 16. P 58 91 T 17. Q 57 86 T 18. R 82 100 T 19. S 47 85 T 20. T 77 93 T 21. U 51 86 T 22. V 61 91 T 23. W 47 75 T

Jumlah nilai 1737 2179 Rata-rata 75,52 94,73

Nilai Maksimum 100 100 Nilai Minimum 47 75

Ketuntasan Klasikal 65% Jumlah Peserta Didik 23

99

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dapat digunakan

rumus N-Gain, yaitu

N-Gain Siklus II ( g )= ���������

����������

= ��,�����,��

������,��

= ��,��

��,��= 0,78 (tinggi)

N-Gain Total ( g ) = ���������

����������

= ��,�����,��

������,��

= ��,��

��,�� = 0,9 (Tinggi)

Berdasarkan hasil postest yang dilakukan oleh Peneliti setelah

siklus II ternyata ada peningkatan hasil belajar dibandingkan hasil

postest yang dilakukan pada siklus I. Hasil postest siklus I

menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar adalah 75,52 dan

persentase peserta didik yang memperoleh nilai KKM ≥ 65 adalah

sebesar 65 %, setelah dilakukan perbaikan pada siklus II diketahui

nilai rata-rata hasil belajar adalah 94,73 dan persentase peserta

didik yang memperoleh nilai KKM ≥ 65 yaitu sebesar 100 %, dan

N-Gain pada siklus II menunjukan angka 0,78 yang termasuk

dalam kategori tinggi, artinya terjadi peningkatan hasil belajar

yang tinggi antara siklus I dan siklus II. Dari keseluruhan

peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari N-Gain Total sebesar

0,9 yang termasuk dalam kriteria tinggi.

100

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah seluruh kegiatan pembelajaran siklus II

selesai, pada siklus II ini Peneliti melakukan perbaikan dari hasil

refleksi siklus I yaitu dengan memperbanyak memberi soal-soal latihan

tentang operasi hitung perkalian agar peserta didik lebih terampil

dalam menggunakan teknik bantang napier dalam penyelesaian soal

dan memberikan bimbingan kepada peserta didik yang masih menemui

kesulitan selain itu juga Peneliti dalam proses pembelajaran siklus II

ini menyelipkan permainan dan diskusi agar peserta didik lebih aktif.

Peneliti dan observer berdiskusi membahas kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh

observer dan hasil belajar yang diperoleh dari nilai post test siklus II.

Berdasarkan hasil test dan observasi yang telah di evaluasi maka

diperoleh:

1) Seluruh peserta didik yaitu yang berjumlah 23 orang telah mecapai

ketuntasan belajar yaitu memperoleh nilai ≥ 65 yang secara

klasikal mencapai ketuntasan 100 % dengan rata-rata kelas adalah

94,73.

2) Berdasarkan perhitungan N-Gain pada siklus II terjadi peningkatan

hasil belajar sebesar 0,78 yang termasuk dalam kategori tinggi.

3) Aktivitas guru dan peserta didik menunjukan adanya perbaikan dan

peningkatan ini terlihat dari persentase aktivitas yang berlangsung

selama pembelajaran yang termasuk dalam kategori baik.

101

Berdasarkan hasil analisis data dan refleksi di atas dan mengacu

kepada indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka disimpulkan

bahwa pembelajaran pada siklus II ini telah berhasil oleh karena itu

perbaikan pembelajaran dihentikan pada siklus II.

B. Pengujian Hipotestis Tindakan

Setelah penelitian tindakan kelas ini dilakukan maka diperoleh data-

data yang kemudian data-data tersebut dianalisis berdasarkan pertanyaan

(rumusan masalah) dan pernyataan (hipotestis) penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka pertanyaan dan pernyataan penelitian

tersebut dijawab melalui hasil penelitian yang telah dilakukan dalam dua

siklus pembelajaran.

Untuk menguji hipotestis yang telah dikemukakan dapat dilihat dari

data hasil observasi dan test yang dilakukan selama penelitian yaitu pada

siklus I dan siklus II sebagai berikut :

1. Aktivitas Peserta Didik dan Guru

Peneliti merumuskan hipotestis tindakan yang pertama yaitu

“Aktivitas pembelajaran Matematika materi operasi hitung perkalian

yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik berhitung batang

napier pada didik kelas VA SD 4 Palangka menunjukan aktivitas yang

lebih baik atau meningkat.” Untuk menguji hipotestis tersebut dapat

dilihat tabel dibawah ini:

102

Tabel 16 Rekapitulasi Data Observasi Aktivitas Peserta Didik

No. Siklus Pengamat

Jumlah Skor

Rata-rata skor

Persentase ketercapaian

Keterangan

1. Siklus I 61 3,05 76 % Baik dan tercapai 2. Siklus II 73 3,65 91,25 % Baik dan amat

tercapai

Tabel 17 Rekapitulasi Data Observasi Aktivitas Guru

No. Siklus Pengamat

Jumlah Skor

Rata-rata skor

Persentase ketercapaian

Keterangan

1. Siklus I 64 3,2 80 % Baik dan tercapai 2. Siklus II 76 3,8 95 % Baik dan amat

tercapai

Berdasarkan tabel di atas ada dapat dilihat bahwa peningkatan

aktivitas pembelajaran baik aktivitas peserta didik maupun aktivitas

guru selama proses pembelajaran Matematika dengan menggunakan

teknik batang napier kearah yang lebih baik. Aktivitas guru dalam

pembelajaran mengalami perbaikan dan peningkatan hal ini terlihat

dari kriteria ketuntasan yaitu pada siklus I mencapai kriteria baik dan

tercapai sedangkan pada siklus II memperoleh kriteria baik dan amat

tercapai. Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran juga mengalami

perbaikan dan peningkatan hal ini terlihat dari kriteria ketuntasan yaitu

pada siklus I mencapai kriteria baik dan tercapai sedangkan pada siklus

II memperoleh kriteria baik dan amat tercapai. Maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah

benar.

103

2. Hasil belajar

Hipotestis yang kedua adalah “Ada peningkatan hasil belajar

Matematika tentang operasi perkalian bilangan cacah setelah

menggunakan teknik napier bone’s (batang napier) pada peserta didik

kelas VA SDN 4 Palangka.” Untuk menguji dan mengetahui

kebenaran hipotestis tersebut maka dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 18 Rekapitulasi Data Hasil Test

No. Jumlah Nilai Pretest PostestSiklus I

Postest Siklus II

Keterangan

1. Rata-rata 41,82 75,52 94,73 Meningkat 2. Ketuntasan Balajar 18 % 65 % 100 % Meningkat 3. N-Gain - 0,57 0,78 Meningkat

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan

hasil belajar peserta didik dari sebelum dilakukan tindakan sampai

dengan selesai siklus II yang menunjukan adanya perbaikan hasil

belajar peserta didik mata pelajaran Matematika dengan menggunaan

teknik batang napier dalam operasi hitung perkalian. Jadi dapat

disimpulkan bahwa hipotestis kedua dalam penelitian ini adalah benar.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian pada penelitian tindakan kelas ini meliputi

aktivitas peserta didik, aktivitas guru dan hasil belajar peserta didik

selama pembelajaran Matematika materi operasi hitung perkalian

dengan menggunakan teknik batang napier pada peserta didik kelas

104

VA SDN 4 Palangka. Penelitian ini diawali dengan pengambilan data

sebelum dilakukan tindakan (data pra tindakan) kemudian data yang

didapat tersebut dijadikan tolak ukur untuk melakukan tindakan

perbaikan, dalam penelitian ini tindakan perbaikan dilakukan dengan

dua siklus dan dihasilkan data-data sebagai berikut:

a) Aktivitas Peserta Didik

Peningkatan aktifitas peserta didik dilihat dari hasil observasi

yang tertulis dalam lembar observasi yang telah disusun. Dari data

hasil observasi tersebut terlihat adanya peningkatan aktifitas dalam

pembelajaran Matematika dengan menggunakan teknik batang

napier. Untuk lebih rinci dapat diperhatikan grafik dibawah ini :

Grafik 1. Peningkatan aktivitas peserta didik

Keterangan grafik :

1. Peserta didik masuk kelas tepat waktu

2. Peserta didik mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran

Matematika

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Sokr

Rat

a-R

ata

Aktivitas Peserta Didik

AKTIVITAS PESERTA DIDIK

skor rata-rata siklus I skor rata-rata siklus II

105

3. Peserta didik membawa buku dan alat tulis

4. Peserta didik bersikap antusias saat pembelajaran Matematika

perkalian dimulai

5. Peserta didik respon terhadap pertanyaan guru

6. Peserta didik memperhatikan guru ketika menjelaskan

penggunaan teknik batang napier.

7. Peserta didik merespon positif penjelasan guru

8. Peserta didik tanggap terhadap penjelasan guru

9. Peserta didik aktif bertanya tentang materi yang disampaikan

guru

10. Suasana belajar peserta didik yang kondusif

11. Peserta didik mampu menerapkan teknik batang napier dalam

menyelesaikan operasi hitung perkalian

12. Peserta didik terampil menyelesaikan soal-soal yang diberikan

13. Peserta didik antusias untuk menjawab soal-soal yang diberikan

oleh guru

14. Peserta didik berani maju kedepan menyelesaikan soal-soal

yang diberikan guru

15. Peserta didik mampu menyelesaikan soal perkalian dengan

tepat dan cepat

16. Peserta didik menunjukan proses yang efisien dalam

menyelesaikan soal-soal.

17. Peserta didik menyelesaikan soal-soal dengan dengan

menggunakan teknik teknik batang napier sesuai perintah.

18. Peserta didik menunjukan antusiasme/ minat terhadap kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan teknik teknik batang

napier dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian

19. Peserta didik tepat waktu dalam menyelesaikan soal-soal.

20. Peserta didik dapat meyimpulkan materi yang telah

disampaikan.

b) Aktivitas Guru

Peningkatan aktivitas guru selama pembelajaran terlihat dari

data hasil observasi yang dilakukan pemngamat selama proses

pembelajaran berlangsung. Dari data hasil observasi yang telah

dianalisis terlihat adanya peningkatan aktivitas guru selama proses

106

pembelajaran Matematika dengan materi operasi hitung perkalian

dengan menggunakan teknik berhitung batang napier. Untuk lebih

rinci dapat diperhatikan diagram dibawah ini :

Grafik 2. Peningkatan Aktivitas Guru

Keterangan grafik :

1. Apersepsi dalam pembelajaran

2. Guru dapat menarik perhatian peserta didik untuk belajar

Matematika.

3. Guru memberikan motivasi belajar perkalian pada peserta

didik.

4. Guru memberikan rangsangan positif kepada peserta didik

tentang materi perkalian

5. Penguasaan materi dan penguasaan teknik napier oleh guru

6. Guru menjelaskan materi dengan jelas dan urut (siatematis)

7. Guru menyampaikan materi dengan media yang sesuai.

8. Guru membuka interaksi dengan melakukan tanya jawab

9. Kemampuan guru menguasai kelas dan mengondisikan kelas.

10. Kemampuan guru membuat suasana belajar lebih

menyenangkan dan menantang

11. Guru dapat melakukan komunikasi interaktif kepada peserta

didik

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Sko

r R

ata

-Ra

ta

Aktivitas Guru

Aktivitas Guru

Skor Rata-Rata siklus I Skor Rata-Rata siklus II

107

12. Guru memberikan contoh-contoh soal untuk melatih

keterampilan peserta didik dalam penggunaan teknik batang

napier.

13. Kemampuan guru mengaktifkan peserta didik dalam

pembelajaran Matematika.

14. Pembinaan peserta didik selama proses pembelajaran

15. Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk

mengerjakan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan materi

16. Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya

selama proses pembelajaran

17. Guru melaksanakan penilaian evaluasi belajar

18. Guru memberikan penguatan kepada peserta didik tentang

materi yang telah diberikan

19. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi

pembelajaran

20. Guru menutup pelajaran

c) Hasil Belajar

Dari data yang diperoleh pada penelitian ini diketahui hasil

belajar pada pretest yaitu rata-rata hasil belajar 41,82, ketuntasan

belajar 18% yang mempunyai arti bahwa dari 22 orang peserta

didik yang melakukan pretest hanya empat orang peserta didik

yang tuntas. Pada siklus I diperoleh hasil rata-rata hasil belajar

75,52, ketuntasan belajar 65 % yang mempunyai arti bahwa dari 23

orang peserta didik ada 15 orang peserta didik yang tuntas dan nilai

N-Gain 0,57 ini menunjukan adanya peningkatan tetapi belum

mencapai tingkat keberhasilan yang di inginkan Peneliti. Pada

siklus II diperoleh hasil rata-rata hasil belajar 94,73, ketuntasan

belajar 100 % artinya bahwa dari 23 orang peserta didik semua

peserta didik mencapai nilai ketuntasan dan nilai N-Gain 0,78,

maka penelitian ini telah mencapai keberhasilan sesuai dengan

108

yang diharapkan oleh Peneliti. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

diagram berikut :

Grafik 3. Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Grafik 4. Peningkatan N-Gain

41.25

75.52

94.73

18

65

100

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3

jum

lah

Hasil Belajar

rata-rata

ketuntasan belajar (%)

1 : Pretest2 : Siklus I3 : Siklus II

0

0.57

0.78

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1 2 3

Nila

i n-gain

Tindakan

Peningkatan N-Gain

N-gain

1 : Pretest2 : Siklus I

3 : Siklus II

109

2. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki aktivitas

dan hasil belajar matematika materi operasi hitung perkalian dengan

menggunakan teknik batang napier pada peserta didik kelas VA SDN

4 Palangka. Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi di kelas VA

SDN 4 Palangka bahwa hasil belajar peserta didik terutama pada

materi perkalian masih rendah yaitu di bawah nilai KKM yang telah

ditentukan oleh sekolah. Oleh karena itu Peneliti pada penelitian ini

menerapkan teknik berhitung batang napier untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar Matematika peserta didik.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan tentang media

batang napier (napier bone’s) menyatakan bahwa media atau alat

peraga batang napier dapat meningkatkan aktivitas, minat dan hasil

belajar peserta didik, maka dalam penelitian ini peneliti ingin

menerapkan teknik berhitung batang napier kepada peserta didik kelas

VA di SDN 4 Palangka, dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat

peningkatan aktivitas dalam proses pembelajaran Matematika baik

aktivitas guru maupun peserta didik serta peningkatan hasil belajar

Matematika dengan menggunakan teknik batang napier. Hal tersebut

terjadi karena dengan menggunakan teknik batang napier dalam

menyelesaikan suatu operasi hitung perkalian terutama perkalian lanjut

yang melibatkan bilangan-bilangan besar menjadi lebih mudah,

110

sistematis dan menyenangkan sehingga mempengaruhi proses dan

hasil belajar Matematika kearah yang lebih baik dan meningkat.

Dari penelitian ini terlihat adanya peningkatan aktivitas peserta

didik selama proses pelajaran berlangsung terutama keaktifan bertanya

dan menjawab soal-soal yang diberikan, ini karena peserta didik lebih

percaya diri dalam mempelajari dan menyelesaikan soal-soal dengan

teknik batang napier dan teknik ini tidak memberatkan memori peserta

didik sehingga pelajaran pun menjadi menyenangkan. Selain aktif

bertanya, penguasaan peserta didik tentang teknik batang napier juga

mengalami peningkatan ini terjadi karena selama pembelajaran guru

lebih banyak memberikan soal-soal yang diselesaikan dengan

menggunakan teknik batang napier, hal ini terlihat dari peningkatan

kemampuan peserta didik menyelesaikan soal-soal dengan cepat dan

tepat.

Teknik batang napier ini membuat cara penyelesaian soal perkalian

menjadi lebih mudah dikerjakan oleh peserta didik, hal ini sesuai

dengan pendapat Supriyadi (2011:36) mengemukakan bahwa, “Teknik

batang napier dirancang untuk menyederhanakan tugas berat dalam

perkalian dengan mengubah perkalian menjadi penjumlahan.”

Langkah langkah pengerjaannya pun cukup sederhana dan mudah

dipahami peserta didik seperti yang dikemukakan Evi Rine, dkk (2007:

35), dengan langkah-langkah tersebut peserta didik dapat

menyelesaikan soal-soal perkalian bahkan untuk bilangan besar

111

sekalipun, teknik batang napier merupakan teknik atau cara untuk

mengerjakan operasi hitung perkalian dengan sederhana dan mudah

sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien.

Pada penelitian ini selain aktivitas pembelajaran yang meningkat

hasil belajar peserta didik juga meningkat hal ini dilihat dari hasil

evaluasi postest yang dilakukan terjadi peningkatan yang memuaskan

dan kategori peningkatannya dalam kategori tinggi.

Tercapainya keberhasilan belajar peserta didik dalam pelajaran

Matematika dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat Rinra (2011:

20 Februari 2014) yang menyatakan Ciri-ciri keberhasilan peserta

didik dalam belajar Matematika antara lain:

6. Peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran terutama pada pelajaran Matematika.

7. Peserta didik aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, hal ini terlihat dari seringnya peserta didik bertanya apabila belum memahami materi.

8. Peserta didik selalu dapat menjawab dengan benar pada saat diberikan soal ataupun tugas lainnya.

9. Peserta didik berani memberikan tanggapan atau memperbaiki jawaban temannya yang kurang tepat pada saat menjawab soal di papan tulis.

10. Peserta didik selalu memperoleh hasil belajar yang tinggi sesuai dengan ketentuan yang ingin dicapai.

Dengan menggunakan teknik batang napier terbukti dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika peserta didik.

Hal ini penting karena Matematika merupakan ilmu universal yang

mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan

penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

manusia hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Departemen Pendidikan

112

Nasional (2006:416). Sehingga Matematika sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari, maka dari itu Matematika diberikan sejak di

Sekolah Dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi oleh karena itu

perlu inovasi dalam pembelajaran Matematika salah satunya dengan

teknik berhitung batang napier.

113

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian pada pembelajaran Matematika siklus I

dan siklus II dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas pembelajaran Matematika materi operasi hitung perkalian

yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik berhitung batang

napier pada peserta didik kelas VA SD 4 Palangka menunjukan

aktivitas yang lebih baik atau meningkat. Dengan persentase

ketercapaian aktivitas peserta didik pada siklus I yang sebesar 76%

yang termasuk dalam kriteria tercapai dan aktifitas guru 80% yang

termasuk dalam kategori baik dan tercapai, sedangkan pada siklus II

aktifitas peserta didik meningkat menjadi 91,25% yang termasuk

dalam kriteria sangat tercapai dan aktifitas guru menjadi 95% yang

termasuk dalam kategori baik dan amat tercapai.

2. Ada peningkatan hasil belajar Matematika tentang operasi hitung

perkalian bilangan cacah setelah menggunakan teknik berhitung napier

bone’s (batang napier) pada peserta didik kelas VA SDN 4 Palangka.

Hal ini terlihat dari data hasil pra tindakan sebanyak 4 orang (18%)

peserta didik yang tuntas, siklus I sebanyak 15 orang (65%) peserta

didik yang tuntas, dan siklus II sebanyak 23 orang (100%) peserta

didik yang tuntas. Dan untuk hasil N-Gain dalam setiap siklus juga

114

terjadi peningkatan siklus I sebesar 0,57 dengan kategori sedang dan

pada siklus II sebesar 0,78 yang termasuk kategori tinggi

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan di atas dan pengamatan proses pembelajaran yang

terjadi selama penelitian, Peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi kepala sekolah, agar dapat memberikan dukungan dan motivasi

kepada guru supaya dapat menerapkan teknik berhitung batang napier

pada pelajaran yang berkaitan dengan Matematika dan disesuai dengan

materi.

2. Bagi guru

a. Diharapkan guru dapat menerapkan teknik berhitung batang napier

pada mata pelajaran Matematika pada materi yang sesuai agar peserta

didik merasa lebih senang belajar Matematika, sehingga dapat

memacu peningkatan aktivitas selama pembelajaran Matematika

berlangsung dan meningkatkan hasil belajar Matematika.

b. Ketika menggunakan teknik batang napier dalam pembelajaran

Matematika diharapkan guru memberikan bimbingan kepada peserta

didik dengan penuh kesabaran.

3. Bagi Peserta didik

Diharapkan dapat menguasai dan menggunakan teknik batang napier

dengan benar dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian sehingga

dapat menyelesaikan soal-soal perkalian dengan tepat dan efisien dan

pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar Matematika.

115

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Arifin,Afriyanti. 2013. Dengan Batang Napier Perkalian Menjadi Lebih Mudah. http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/10/08/pemanfaata n-batang-napier-untuk-menghitung-perkalian-bilangan-cacah-598517.html. Diakses 23 Desember 2013

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Departemen Pendidikan Nasioanal. 2006. Buku Peraturan Menteri (PERMEN) Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Depdiknas.

E.T., Russefendi. 2007. Dasar-Dasar Matematika edisi ke empat. Bandung:

Tarsito

Faisal, Sanafiah. 2005. Format-Format Penelitian Social. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hartuti, Evi Rine, dkk. 2007. Ensiklopedia Matematika 2 “Bola –faktor”. Jakarta: Empat Pilar Pendidikan

----------------------------. 2007. Ensiklopedia Matematika 5“Prisma”. Jakarta: Empat Pilar Pendidikan

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosakarya.

Imaza . 2010. Normalitas, Homogenitas, Uji-t, Validitas, Reabilitas, Gain.

http://www.docstoc.com/docs/68059517/normalitas-homogenitasuji-t-

validitas-reliabilitasgain. Diakses 24 juni 2014

Ismadi, Janu. 2006. Ensiklopedia matematika’ perkalian ‘. Bandung : Azka Press Bandung.

Jihad, Asep. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Multi Solusindo.

116

Lelie. 2009. Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Peserta Didik Kelas III Di SDN 1 Pahandut Seberang. skripsi tidak diterbitkan. Palangkaraya : Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

Mulyasa. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muijs, Daniel, & Reymond, David. 2011. Effectife Teaching Teorydan Aplikasi. Jakarta : Pustaka Belajar.

Murniati, Endyah. 2008. Kesiapan Belajar Matematika Sekolah Dasar. Surabaya: SIC

N.K, Roestiyah. 2001. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta .

Padmonodewo, Soemiarti. 2005. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

R. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini menuju harapan Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Rinra. 2011. Implementasi Metode Pembelajaran Matematika. [online].

(http//bloggaul.com/implementasi metode pembelajaran Matematika).(20 Januari 2014)

Sari, Nina Indra. 2011. Upaya meningkatkan minat belajar matematika dengan

menggunakan metode demonstrasi pada peserta didik kelas III SD-IT Baiturrahman Buntok tahun ajaran 2011/ 2012. skripsi tidak diterbitkan. Palangkaraya : Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

Sangadji, Mamang Etta & Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan

Praktis Dalam Penelitian. Yogyakarta : CV.Andi Offset Yogyakarta.

Sardiman. 2007. Interaktif dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers

Slameto. 2010. Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Sudjana, Nana. 2006. Dasar-dasar Proses Pendidikan. Bandung :Sinar Baru

Algesindo.

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

117

Suherman, Erman, & Winataputra. 2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung : JICA. Supriyadi. 2011. Rahasia Berhitung Cepat dan Mudah Metode Batang Napier.

Bandung: Prestise Publishing.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tim Penyusun KBBI. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Uno, B. Hamzah. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta:

PT. Bumi Aksara

Untoro, Joko. 2012. Buku Pintar Matematika. Jakarta Selatan : PT. Wahyu Media