bab i pendahuluan pada tahun 1836, yang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejarah Rumah sakit di Indonesia dimulai sejak didirikannya Groot
Militaire Hospital pada tahun 1836, yang sekarang dikenal sebagai Rumah Sakit
Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto di Jakarta (Jacobalis, 2000).
Pendidikan Dokter dimulai pada tahun 1851 melalui pendidikan Dokter Djawa
atas prakarsa dari Dr. Willem van den Bosh, bertempat di Batavia, dasar pendirian
pendidikan Dokter Djawa untuk mendapatkan tenaga kesehatan bagi
penanggulangan penyakit menular yang mewabah di Hindia Belanda. Tahun 1898
pendidikan Dokter Djawa berubah menjadi Shool Tot Opleiding Van Indische
Artsen atau dikenal sebagai STOVIA, tahun 1917, STOVIA berubah menjadi
Geneskundige Hooge School (GHS) yang merupakan sekolah tinggi Kedokteran
setara dengan Fakultas Kedokteran Eropa. Sejak saat itu Rumah Sakit di
Indonesia berkembang sampai dengan saat ini di mana Rumah Sakit dibagi ke
dalam beberapa tipe yaitu Rumah Sakit Tipe A atau Rumah Sakit Khusus, Rumah
Sakit Tipe B, Tipe C dan Tipe D.
Rumah Sakit sendiri merupakan institusi yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat berupa tindakan preventif (pencegahan), kuratif
(pengobatan), rehabilitatif serta promotif. Rumah Sakit saat ini berkembang dan
menghadapi persaingan industri. Rumah Sakit merupakan industri yang
didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi, dituntut untuk menghasilkan produk
2
unggulan yang berdaya saing dan dapat memanfaatkan peluang pasar, tapi harus
memperhatikan industri pelayanan jasa kesehatan yang berlandaskan pada etika,
kode etik dan moral. Dalam menetapkan strategi sebagai suatu perusahaan,
manajemen Rumah Sakit juga mempertimbangkan pengaruh-pengaruh lingkungan
sekitar Rumah Sakit. Kondisi lingkungan perusahaan, dalam hal ini keseluruhan
faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi perusahaan, baik berpengaruh terhadap
organisasi maupun berpengaruh terhadap kegiatannya terutama dalam menetapkan
kebijakan operasional serta strategi Perusahaan.
Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi penetapan strategi adalah
dicanangkannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)oleh Pemerintah yang
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).Menurut definisi
dari Kementrian Kesehatan RI, JKN adalah jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
Pemerintah.SJSN ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004
tentang SJSN, dimana SJSN meliputi :
- Jaminan Kesehatan;
- Jaminan Kecelakaan Kerja;
- Jaminan Hari Tua;
- Jaminan Pensiun; dan
- Jaminan Kematian.
3
Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) didirikan untuk mendukung
pelaksanaan SJSN, BPJS dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24tahun
2011 tentang Badan Pengelola Jaminan Sosial.Badan Penyelenggara yang akan
dilebur adalah PT. Asuransi Kesehatan (Persero), PT. Jamsostek (Persero), PT.
ASABRI (Persero) dan PT. Taspen (Persero). Transformasi ini diikuti dengan
adanya pengalihan aset, liabilitas, program, hak, dan kewajiban. Berdasarkan
Undang-Undang tersebut ditetapkan bahwa ada dua badan hukum yang dibentuk
yaitu BPJS Ketenagakerjaan yang menyelenggarakan program Jaminan
Kecelakaan Kerja, program Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan
Kematian sedangkan badan hukum yang lain adalah BPJS Kesehatan yang
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Landasan hukum dalam
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional juga tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor
101 tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran dan Peraturan Presiden Nomor
12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Peserta BPJS Kesehatan terbagi dalam dua kelompok yaitu peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI), yaitu peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin
dan orang tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah dan kelompok
yang lain adalah peserta yang bukan PBI.Jumlah peserta per 1 Januari 2014
berdasarkan data BPJS Kesehatan yangberasal dari lembaga-lembaga sebelum
transformasi terdaftar sebesar 112.445.191, target peningkatan jumlah peserta
sampai dengan akhir Tahun 2014 sebesar 121.600.000 peserta, 96 juta diantaranya
ditanggung penuh oleh pemerintah, cakupan peserta diharapkan tiap tahun akan
meningkat hingga tahun 2019 diharapkan seluruh penduduk akan ditanggung oleh
asuransi atau disebut sebagai
dengan Bulan Agustus 2014 sudah melampaui target yaitu sebesar 127.300.000
peserta.
Pada tanggal 29 November 2012, Agung Laksono, Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat meluncurkan Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) 2012-2019.
Sumber : Kementerian Kesehatan RI, Bahan Paparan JKN,2012
Peta Jalan Menuju
Jaminan Kesehatan Nasional (
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
meningkat hingga tahun 2019 diharapkan seluruh penduduk akan ditanggung oleh
asuransi atau disebut sebagai Universal Health Coverage. Jumlah peserta sampai
Agustus 2014 sudah melampaui target yaitu sebesar 127.300.000
Pada tanggal 29 November 2012, Agung Laksono, Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat meluncurkan Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan
2019.
enterian Kesehatan RI, Bahan Paparan JKN,2012
Gambar 1.1
Peta Jalan Menuju Universal Health Coverage
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
4
meningkat hingga tahun 2019 diharapkan seluruh penduduk akan ditanggung oleh
Jumlah peserta sampai
Agustus 2014 sudah melampaui target yaitu sebesar 127.300.000
Pada tanggal 29 November 2012, Agung Laksono, Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat meluncurkan Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan
) diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
5
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN.Tujuan JKNadalah
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak, diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh
Pemerintah.
Diterapkannya Jaminan Kesehatan Nasional melalui Badan Pengelola
Jaminan Kesehatan Sosial menyebabkan per tanggal 1 Januari 2014 terjadi pula
perubahan dalam sistem pembayaran biaya pelayanan kesehatan dari fee for
service, yaitu penyelenggara pelayanan kesehatan akan menetapkan biaya
pelayanan kesehatan berdasarkan tiap jenis pelayanan yang diberikan menjadi
pembiayaan sistem paket, dimana total biaya telah ditetapkan dari awal sebelum
pelayanan kesehatan diberikan, dikenal pula dengan sistem Case Base Groups
(INA CBG’s ) yaitu menentukan biaya perawatan kesehatan berdasarkan
diagnosis yang relatif sama.
Badan Pengelola Jaminan Sosial Kesehatan sebagai pelaksana Jaminan
Kesehatan Nasional dalam memberikan pelayanan menggunakan sistem rujukan
berjenjang mulai dari Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama hingga
Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan berdasarkan pemetaan wilayah.
6
Sumber : Kementerian Kesehatan RI, Bahan Paparan JKN,2012
Gambar 1.2.
Sistem Rujukan Berjenjang
Jumlah pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama berdasarkan data
Badan Pengelola Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) per Agustus 2014 adalah
17.285 ( Tabel 1.1 ). Perbandingan ideal antara jumlah pemberi layanan kesehatan
tingkat pertama dan jumlah Pasien yang dapat dilayani terdapat beberapa versi,
menurut World Health Organization (WHO) perbandingan ideal adalah 1:2.500,
menurut organisasi Ikatan Dokter Indonesia perbandiangan 1:3.000 sedangkan
menurut BPJS Kesehatan perbandingan ideal adalah 1:5.000. Berdasarkan data
yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan per Agustus 2014, perbandingan antara
jumlah pemberi pelayanan kesehatan dan jumlah Pasien yang dapat dilayani
adalah 1 : 7.365. Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan data
tersebut, tiga terbanyak adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), disusul
Dokter Umum dan Klinik Pratama.
Rumah Sakit Tipe A atau Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit Tipe B,C,D
Dokter Umum, Dokter Gigi, Bidan, Klinik, Puskesmas,Perusahaan
7
Tabel 1.1
Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
NO TIPE FASKES JUMLAH
1 Puskesmas 8.633
2 Puskesmas + TT 1.137
3 Dokter Gigi 811
4 Dokter Umum 3.533
5 Klinik Pratama (swasta) 1.845
6 Klinik Pratama (TNI) 753
7 Klinik Pratama (Polri) 567
8 RS Kelas D Pratama 3
9 RS Kelas D Pratama (TNI) 3
Total 17.285
Sumber : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, 2014
Tabel 1.2 Pemberi Layanan Kesehatan Tingkat Lanjutan
NO TIPE FASKES JUMLAH
1 RS Kelas A 18
2 RS Kelas B 135
3 RS Kelas C 293
4 RS Kelas D 157
5 RS Khusus (Pemerintah) 129
6 RS Khusus (Swasta) 367
7 RS Swasta 612
8 RS TNI 103
9 RS POLRI 40
8
NO TIPE FASKES JUMLAH
10 Klinik Utama 60
Total 1.583
Sumber : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, 2015
Data Rumah Sakit sebagai Provider BPJS di area eks Karesidenan
Surakarta dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel 1.3
Rumah Sakit Provider BPJS Kesehatan
NO. NAMA FASKES ALAMAT FASKES Tipe RS
1 RUMKIT Lanud Adi Soemarmo Surakarta D
2 RSU ISLAM KUSTATI Surakarta C
3 RS BRAYAT MINULYA Surakarta C
4 RS MATA SOLO Surakarta C
5 RSU Dr MOEWARDI Surakarta A
6 RUMKIT Tk IV/741 Slamet Riyadi Surakarta D
7 RSUD KOTA SURAKARTA Surakarta C
8 RS JIWA SURAKARTA Surakarta A
9 RSU Dr. OEN SURAKARTA Surakarta B
10 BBKPM Surakarta Surakarta C
11 RS PANTI WALUYO Surakarta C
12 RS KASIH IBU SURAKARTA Surakarta B
13 RS PKU MUHAMMADIYAH Surakarta C
14 RS Dr. OEN SOLO BARU Sukoharjo C
15 RS NIRMALA SURI Sukoharjo D
16 RSUD SUKOHARJO Sukoharjo B
17 RSO Prof. Dr. R. SOEHARSO Sukoharjo A
9
Sumber : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Surakarta, 2015
Proses klaim berdasarkan diagnosa INA CBG’s disesuaikan berdasarkan
Tipe Rumah Sakit dan regional wilayah, sehingga dengan diagnosa penyakit yang
sama, semakin tinggi Tipe Rumah Sakit maka semakin tinggi pula nilai klaim
yang didapatkan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 440 Tahun
2012 tentang Penetapan Tarif Rumah Sakit sesuai INA CBG’s maka tarif
dibedakan menjadi empat regional yaitu Regional 1 meliputi Jawa dan Bali,
Regional 2 Sumatera, Regional 3 meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara
Barat, dan Regional 4 meliputi Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara,
Papua, Papua Barat. Tarif INA CBG’s dalam setiap Regional berdasarkan tipe
Rumah Sakit terdiri dari Rumah Sakit Umum dan Khusus Tipe A, Tipe B
Pendidikan, Tipe B Non Pendidikan, Tipe C dan Tipe D. Sebagai contoh
perbandingan tarif INA CBG’s untuk pelayanan rawat inap Hemofilia A dan
Hemofilia B berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
NO. NAMA FASKES ALAMAT FASKES Tipe RS
18 RS ISLAM SURAKARTA Sukoharjo B
19 RS MEDIKA MULYA Wonogiri C
20 RS MARGA HUSADA Wonogiri D
21 RS MUHAMMADIYAH Wonogiri D
22 RS MAGUAN HUSADA Wonogiri D
23 RSU MULIA HATI Wonogiri D
24 RS AMAL SEHAT Wonogiri D
25 RSUD Dr. Soediran MS Wonogiri B
26 RS PKU MUHAMMADIYAH Karanganyar C
27 RSU JATI HUSADA Karanganyar D
28 RSUD KARANGANYAR Karanganyar C
10
Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan dapat dilihat pada Tabel 1.4.
berikut
Tabel 1.4.
Tarif INA CBG’s kasus Hemofilia A dan Hemofilia B
REGIONAL
KELASRUMAH SAKIT
RSUPN (Rp)
RSKRN (Rp)
A (Rp)
B (Rp)
C (Rp)
D (Rp)
REG 1 12.178.400 10.898.800 9.908.000 7.914.200 6.298.800 5.272.750
REG 2 9.997.250 7.985.450 6.355.500 5.320.200
REG 3 10.026.950 8.009.200 6.374.400 5.336.000
REG 4 10.175.600 8.127.700 6.468.900 5.415.100
REG 5 10.264.750 8.199.150 6.525.550 5.462.550
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 59 Tahun 2014
Sedangkan contoh perbandingan Tarif INA CBG’s untuk Regional 1
dimana RS Dr. OEN SOLO BARU termasuk di dalamnya dapat dilihat pada
tabel-tabel di bawah ini :
Tabel 1.5 Perbandingan Tarif INA CBG’s Kelas 1 berdasarkan Kelas RS
No KodeINA-
CBG DeskripsiKodeINA-CBG RS Kelas A RS Kelas B RS Kelas C RS Kelas D
1 A-4-10-I SeptikemiaRingan 4,352,900 3,202,600 2,625,200 2,068,800
2 A-4-10-II SeptikemiaSedang 7,436,500 4,836,200 3,528,200 3,341,200
3 A-4-10-III SeptikemiaBerat 10,503,300 5,585,400 4,578,400 3,858,800
4 A-4-11-I InfeksiSesudahOperasi&TraumaRingan 9,477,400 7,665,400 6,132,300 4,503,300
5 A-4-11-II InfeksiSesudahOperasi&TraumaSedang 16,693,000 11,832,800 7,822,100 6,592,700
6 A-4-11-III InfeksiSesudahOperasi&TraumaBerat 27,305,500 19,355,800 12,795,300 10,784,300
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 59 Tahun 2014
11
Sistem rujukan ini diikuti dengan tarif yang berbeda untuk jenis penyakit
yang sama untuk masing-masing rumah sakit seperti contoh kasus dari Tabel 1.5
terlihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan dan variatif untuk
penggantian kelompok penyakit antara Rumah Sakit Tipe A, B, C dan D, sebagai
contoh dengan perbedaan yang cukup mencolok adalah kelompok penyakit
dengan Kode INA CBG’s, A-4-10-11, Septikemia Berat, penggantian untuk
Rumah Sakit Tipe A sebesar Rp 10.503.300,- penggantian untuk Rumah Sakit
Tipe B hampir separuhnya yaitu Rp 5.585.400 sedangkan penggantian untuk
Rumah Sakit Tipe C dan Tipe D lebih kecil lagi yaitu Rp 4.578.400,- dan Rp
3.858.800,- sedangkan biaya obat-obatan dan penggunaan alat medis serta jasa
dokter juga relatif sama karena berada dalam 1 kota.
Perubahan dalam industri pelayanan kesehatan Rumah Sakit membawa
dampak bagi Rumah Sakit untuk melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya,
berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Rumah
Sakit Dr. OEN SOLO BARU menetapkan formula strateginya dalam menghadapi
era Jaminan Kesehatan Nasional. Dengan adanya perubahan dalam industri
pelayanan kesehatan Rumah Sakit terkait diterapkannya Jaminan Kesehatan
Nasional oleh Pemerintah membawa beberapa perubahan yaitu, sistem
pembayaran biaya pelayanan kesehatan, sistem pelayanan kesehatan
menggunakan rujukan berjenjang, dan pergeseran potensial pasar dari pasar
pasien umum dan Asuransi beralih ke pasien BPJS. Manajemen Rumah Sakit Dr.
OEN SOLO BARU perlu mempersiapkan strategi bersaing sehingga diperoleh
langkah-langkah strategis sebagai panduan dalam menghadapi berbagai tantangan
12
perubahan ke depan sehingga Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dapat
memenangkan persaingan dan memberikan pelayanan yang optimal bagi
pengguna jasa pelayanan kesehatan.Formulasi strategi Rumah Sakit Dr. OEN
SOLO BARU merupakan rencana jangka panjang yang menjadi pedoman bagi
pengembangan yang menyeluruh serta berkesinambungan dengan melihat aspek
internal dan eksternal.
Rumah Sakit Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU adalah salah satu badan
usaha di bawah Yayasan Kesehatan Panti Kosala selain Rumah Sakit Dr. OEN
SURAKARTA, Rumah Sakit Dr. OEN SAWIT dan Akademi Keperawatan Panti
Kosala. Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU berada di wilayah Kabupaten
Sukoharjo, tepatnya beralamat di Kompleks Perumahan Solo Baru. Pembangunan
RS dimulai pada tahun 1991, diresmikan pada tanggal 18 November 1992.
Nama Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU juga tidak dapat dilepaskan
dari nama besar Dr. Oen Boen Ing sebagai tokoh pendiri. Nama Dr. Oen sangat
terkenal di kalangan masyarakat Solo, falsafah beliau adalah “Tugas seorang
Dokter itu hanyalah menyembuhkan orang sakit, tiada lain.”Didukung dengan visi
yang kuat serta jauh memandang ke depan, yaitu “Menjadi institusi pelayanan
kesehatan yang terpercaya, untuk melanjutkan cita-cita luhur dan semangat
almarhum dr. Oen Boen Ing dalam pengabdian kepada masyarakat.” Rumah Sakit
Dr. OEN SOLO BARU bertekad menjadi institusi pelayanan kesehatan unggulan
yang mandiri dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Meneruskan cita-cita Dr. Oen, Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU
mengemban Misi mulia, yakni melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara
13
profesional, menjunjung tinggi kode etik, mengembangkan sumber daya manusia,
melaksanakan upaya kesehatan yang dikelola secara sosio ekonomis,
melaksanakan upaya layanan kesehatan yang terjangkau masyarakat luas tanpa
membedakan kelompok etnik, suku, agama, aliran kepercayaan, aliran politik dan
status sosial ekonomi.
Motto Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU adalah : "Teduh Untuk
Sembuh" akan diwujudkan dalam dua aspek. Pertama, pembangunan fisik rumah
sakit diwujudkan melalui konsep GARDEN HOSPITAL, dari 12 hektar lahan
yang tersedia 35% yang akan digunakan untuk keperluan gedung, sedangkan
sisanya 65% untuk taman. Aspek kedua dari Motto “Teduh Untuk
Sembuh”diwujudkan dalam suasana teduh, juga diupayakan timbul melalui sikap,
perhatian dan pelayanan dari karyawan rumah sakit kepada semua pasien yang
datang berobat. Diusahakan juga tersedianya tenaga Medis dan Paramedis yang
memadai, seperti Tim Dokter mulai dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter
Spesialis dan Dokter Sub Spesialis.
Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU adalah rumah sakit dengan tipe C
dan sudah bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan, sehingga per tanggal 1 Januari 2014 sudah dapat menerima Pasien
Rawat Jalan lanjutan dan Pasien Rawat Inap.Berdasarkan Tabel 1.2. Rumah Sakit
Dr. OEN SOLO BARU dikategorikan sebagai pemberi layanan kesehatan tingkat
lanjutan.
14
1.2. Rumusan Masalah
Telah diuraikan sebelumnya bahwa perkembangan Rumah Sakit saat ini
mengalami transformasi atau perubahanyang tidak dapat dihindari sehingga
berdampak pada semua pelaku bisnis jasa pelayanan kesehatan. RS Dr. OEN
SOLO BARU harus menghadapi perubahan yang terjadi dan dituntut untuk selalu
proaktif dalam mengantisipasi adanya transformasi tersebut. Perubahan yang
terjadi disebabkan adanya kebijakan Pemerintah tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional yang di dalamnya diatur pula tentang Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dan hal ini berdampak langsungbagi industri pelayananan kesehatan
Rumah Sakit terutama dalam sistem biaya pelayanan kesehatan, sistem pelayanan
kesehatan yang berjenjang. Dalam Peta Jalan Menuju JKN 2012-2019 disebutkan
bahwa penetapan SJSN berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 2004
sedangkan pembentukan Badan Pengelola Jaminan Sosial didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. Secara khusus peta jalan ini disusun
untuk mempersiapkan beroperasinya BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014
dan tercapainya Jaminan Kesehatan Nasional (INA-Medicare) untuk seluruh
penduduk Indonesia pada Tahun 2019.
Peta jalan menuju JKN 2012-2019 ini menunjukkan bahwa pada Tahun
2019 terjadi perubahan dimana diprediksi akan semakin banyak Pasien BPJS
Kesehatan dibandingkan dengan Pasien Umum dan pasien Asuransi Non BPJS
Kesehatan, konsekuensinya Rumah Sakit harus memikirkan strategi yang tepat
karena ke depan akan semakin banyak pasien kelas I, II dan III sesuai dengan
jenis kepesertaan di BPJS Kesehatan. Perubahan ini juga berdampak kepada
15
pendapatan Rumah Sakit karena seiring dengan diterapkannya BPJS Kesehatan
maka berdampak terhadap regulasi-regulasi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan antara lain regulasi yang berkaitan dengan obat, pelayanan jasa medik
dan lain-lain, untuk itu industri Jasa Rumah Sakit dituntut untuk melakukan
kendali mutu dan kendali biaya dalam era Jaminan Kesehatan Nasional.
Pemerintah memberi perhatian lebih terhadap kendali mutu dan kendali biaya ini
dilihat dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun
2013 dimana kendali mutu dan kendali biaya dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan
dan BPJS Kesehatan. Kendali dilakukan melalui pemenuhan standar mutu fasilitas
kesehatan, pemenuhan standar proses pelayanan, dan pemantauan terhadap iuran
kesehatan peserta.Rumah Sakit yang dapat melakukan kendali mutu dan kendali
biaya secara efisien dan efektif akan memenangkan persaingan.Rumah Sakit Dr.
OEN SOLO BARU dalam era Jaminan Kesehatan Nasional menerapkan strategi
Cost Leadership karena adanya tuntutan kendali mutu dan kendali biaya dalam
pelaksanaan JKN tapi di sisi lain Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU harus
berupaya untuk memperoleh pendapatan untuk pengembangan Rumah Sakit dari
Pasien non BPJS Kesehatan dalam hal ini Kelas Utama yaitu kelas Utama, VIP
dan VVIP. Strategi yang ditetapkan untuk Kelas Utama adalah strategi
diferensiasi.
Sistem Jaminan Kesehatan membawa banyak perubahan dalam lingkungan
Rumah Sakit yang dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi Rumah Sakit
apabila perubahan yang terjadi tidak diantisipasi dengan penetapan formulasi
strategi bersaing yang tepat.
16
Perubahan lingkungan bisnis ini juga mempengaruhi strategi yang
diterapkan oleh Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dalam menghadapi
persaingan dengan rumah sakit lain untuk mencapai visinya yaitu : “Menjadi
institusi pelayanan kesehatan yang unggul, untuk melanjutkan cita-cita
luhur almarhum Dr. Oen Boen Ing sebagai wujud pengabdian berbangsa
dan bernegara”.
Dilihat dari segi ekonomi, pelayanan jasa kesehatan di Rumah Sakit
bersifat paradoxal. Seperti dua sisi dalam mata uang, di satu sisi Rumah Sakit
harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan dan salah satunya mutu
peralatan yang dipergunakan harus sesuai kemajuan teknologi kesehatan dan hal
inimemiliki konsekuensi terhadap biaya investasi, tetapi disisi lain pelayanan jasa
kesehatan Rumah Sakit diselenggarakan dengan penekanan terhadap fungsi sosial
dan bersifat filantropis yang mengabaikan biaya.
Saat ini Rumah Sakit harus diselengggarakan secara efektif dan efisien, hal
ini berdampak pada rumah sakit khususnya Rumah Sakit Swasta menempatkan
dirinya dalam wujud penyelenggaraan pelayanan kesehatan Rumah Sakit
perusahaan atau korporasi. Sebagai suatu perusahaan sistem keuangan dan sistem
sumber daya merupakan subsistem yang penting di rumah sakit, tercermin dalam
pengakuan bahwa Rumah Sakit merupakan institusi yang padat modal (capital
intensive), padat teknologi (technology intensive), padat karya (labor intensive)
dan padat ketrampilan (skill intensive). Dalam kenyataannya Rumah Sakit bukan
lagi institusi sosial, tetapi institusi sosio ekonomi yang mandiri. Tantangan ke
17
depan semakin nyata karena adanya perubahan sistem kesehatan dengan adanya
Jaminan Kesehatan Nasional.
Berdasarkan hal-hal di atas maka Rumah Sakit. Dr. OEN SOLO BARU
harus dapat menetapkan strategi bersaing yang tepat untuk dapat mengoptimalkan
pengembangan keunggulan kompetitif sumber daya internalnya sebagai upaya
menghadapi persaingan.Dalam menetapkan strategi bersaing Rumah Sakit Dr.
OEN SOLO BARU mengidentifikasi faktor -faktor kekuatan dan kelemahannya
(strengths and weaknesses) serta faktor-faktor eksternal yaitu peluang dan
ancamannya (opportunities and threats). Dengan melakukan identifikasi terhadap
faktor -faktor tersebut diharapkan Rumah Sakit Dr. OE SOLO BARU lebih
mudah memahami kondisinya di dalam persaingan dan dapat menetapkan strategi
bersaing yang memperkuat posisinya di dalam persaingan industri jasa pelayanan
kesehatan.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan besar penelitian adalah “Bagaimana formulasi strategi bersaing
di Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dalam menghadapi persaingan di era
Jaminan Kesehatan Nasional?”, dimana penyusunan formulasi strategi dapat
menjadi jalan bagi Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU mencapai Visi nya yaitu :
“Menjadi instutisi pelayanan kesehatan yang unggul untuk melanjutkan cita-cita
luhur almarhum Dr. OEN BOEN ING sebagai wujud pengabdian berbangsa dan
bernegara. Strategi yang diformulasikan menjadi Strategi Rumah Sakit Dr. OEN
SOLO BARU dalam menghadapi era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dalam
18
era JKN terjadi perubahan-perubahan yang mengubah strategi Rumah Sakit Dr.
OEN SOLO BARU secara signifikan. Berdasarkan pertanyaan besar tersebutmaka
diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh
dalampembuatan formulasi strategi bersaing Rumah Sakit Dr. OEN SOLO
BARU?
2. Apa rumusan strategi yang diambil oleh Rumah Sakit Dr. OEN SOLO
BARU agar dapat unggul di industri jasa pelayanan Rumah Sakit dengan
memanfaatkan kekuatan serta peluang yang dimiliki sekaligus mengatasi
kelemahan dan mengantisipasi ancaman yang ada.
3. Apa saja permasalahan yang akan dihadapi oleh Rumah Sakit Dr. OEN
SOLO BARU terkait rumusan strategi yang diambil dalam implementasi
strategi?
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi strategi bersaing
yang tepat sehingga dapat memberikan nilai unggul bagi Rumah Sakit Dr. OEN
SOLO BARU sehingga dapat memenangkan persaingan di industri jasa pelayanan
kesehatan Rumah Sakit pada era Jaminan Kesehatan Nasional. Penelitian ini
bertujuan juga untuk mendapatkan adanya pemahaman yang komprehensif
terhadap penetapan formulasi strategi RS Dr. OEN SOLO BARU yang dianalisis
secara mendalam dan menjadi tujuan penelitian sebagai berikut :
19
1. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal terutama yang dapat
mempengaruhi kebijakan Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU, termasuk
adanya perubahan kebijakan Pemerintah terkait diterapkannya Jaminan
Kesehatan Nasional yang mengubah sistem pelayanan kesehatan, sistem
pembiayaan kesehatan, dan pasar potensial Rumah Sakit.
2. Memberikan alternatif strategi bersaing yang dapat ditempuh oleh Rumah
Sakit Dr. OEN SOLO BARU sehingga dapat bersaing dalam era JKN.
3. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pokok yang diperlukan oleh Rumah
Sakit Dr. OEN SOLO BARU untuk mendukung penerapan strategi yang
telah diidentifikasi
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU, memberikan alternatif strategi
bersaing Rumah Sakit dalam menghadapi persaingan di era Jaminan
Kesehatan Nasional, menghadapi regulasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah terkait Rumah Sakit sebagai salah satu lembaga pelaksana
BPJS Kesehatan dan diwajibkan untuk berperan penuh dalam pelaksanaan
JKN serta dalam operasionalnya tetap melaksanakan nilai-nilai yang telah
digunakan sebagai landasan kegiatan Rumah Sakit Dr. OEN SOLO
BARU.
20
2. Bagi Peneliti, memberikan wawasan dan pemahaman dalam menetapkan
strategi bersaing dalam menghadapi persaingan di industri jasa pelayanan
kesehatan.
3. Sebagai penyelesaian tugas akhir dalam penyusunan Tesis Magister
Manajemen Universitas Gadjah Mada.
1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian ini bersifat sebagai studi kasus terkait penetapan strategi bersaing
di Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan data internal Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dan data
eksternal terkait industri jasa pelayanan kesehatan untuk mendapatkan formulasi
strategi yang tepat.
Penelitian ini menggunakan teori yang telah ada sebelumnya, merujuk pada
Analisa SWOT dalam menganalisis lingkungan internal dan eksternal Rumah
Sakit Dr. OEN SOLO BARU dan analisis lingkungan industri dengan
menggunakan model lima kekuatan bersaing dari Michael E Porter dalam
mengidentifikasi persaingan yang terjadi dalam industri jasa pelayanan kesehatan
Rumah Sakit.
1.7. Sistematika Penulisan
Mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Tesis yang dikeluarkan oleh
Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Gadjah Mada maka sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
21
Bab I Pendahuluan
Bab satu ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup atau
batasan penulisan, dan sistematika penulisan. Dalam Bab satu ini dijelaskan juga
tentang gambaran umum Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU sebagai tempat
penelitian.
Bab II Landasan Teori
Bab dua memaparkan hasil studi literatur terkait untuk memecahkan permasalahan
dalam Tesis ini, dalam Bab dua ini dijelaskan tentang teori-teori manajemen
strategik yang digunakan untuk menganalisa data – data yang diperoleh. Konsep
dan pengertian yang digunakan dalam Tesis ini adalah konsep strategi, strategi
bersaing, analisis lingkungan eksternal, analisis lingkungan persaingan industri,
analisis lingkungan internal, analisis VRIO, dan analisi formulasi strategi.
Bab III Metode Penelitian
Bab tiga ini memaparkan tentang metode penelitian yang akan digunakan
sehingga diperoleh gambaran umum tentang strategi yang digunakan oleh Rumah
Sakit Dr. OEN SOLO BARU.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab empat ini diuraikan tentang analisis dan pembahasan perumusan masalah
serta tujuan penulisan berdasarkan data – data yang diperoleh dari lapangan.
22
Dalam bab empat ini membahas analisis potensi lingkungan eksternal dan internal
Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU sehingga mendapatkan data kekuatan
perusahaan yang dapat dikapitalisasi dan data kelemahan perusahaan yang harus
diminimalisasi. Pembahasan akan memberikan alternatif formulasi strategi bagi
Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dalam menghadapi persaingan di era
Jaminan Kesehatan Nasional.
Bab V Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi
Bab lima ini berisi intisari atas simpulan hasil penelitian dan saran dari
pembahasan yang dapat digunakan sebagai alternatif formulasi strategi Rumah
Sakit Dr. OEN SOLO BARU. Simpulan berupa pernyataan ringkat yang diuraikan
dari hasil penelitian sedangkan saran berupa pernyataan yang disampaikan oleh
penulis.
1.8. Kerangka Penulisan
Untuk menyederhanakan pemikiran, skema tentang rerangka penulisan
dapat dilihat pada Gambar 1.3 di bawah ini
23
Gambar 1.3 Kerangka Penulisan
BAB II
EVALUASI VISI DAN MISI
RS Dr. OEN SOLO BARU
EVALUASI PERFORMA RS Dr. OEN SOLO BARU
SEBELUM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
SETELAH JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
COMPETITIVE ADVANTAGE
ANALISA EKSTERNAL The Five Forces Model of
Competition Analysis
ANALISA INTERNAL Value Chain Analysis
VRIO
ANALISA FAKTOR EKSTERNAL Threat
Opportunity
ANALISA FAKTOR INTERNAL Strenghts
Weaknesses
CAPITALIZED : STRENGTH AND OPPORTUNITIES
MINIMIZED : WEAKNESS AND THREATS
Strategi Alternatif LAYANAN JKN DAN LAYANAN KELAS UTAMA
SWOT Analysis