bab i pendahuluan - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/bab...

42
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era pasar bebas memberikan dampak pada persaingan bisnis yang semakin ketat sebagaimana dirasakan oleh para pelaku bisnis. Hal itu seringkali memaksa para pelaku bisnis untuk bersinggungan dengan masalah etika dan mengabaikan profesionalisme suatu profesi demi mencapai tujuannya. Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan tiga hal utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi tersebut, yaitu berkeahlian, berpengetahuan dan berkarakter (Agoes dan Ardana, 2009:159). Ketiga hal tersebut mutlak dimiliki oleh setiap anggota profesi, sehingga profesionalisme profesi dapat diakui oleh masyarakat. Berkeahlian dan berpengetahuan dalam profesi akuntansi berkenaan dengan bagaimana seorang auditor memiliki keahlian dalam menjalankan profesinya. Auditor harus telah menjalani pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing. Karakter menunjukkan keperibadian seorang profesional, yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Sikap dan tindakan etis auditor sangat menentukan posisinya di dalam masyarakat pemakai jasa profesionalnya. Profesi akuntansi memang telah mengalami perkembangan dan mendapat banyak pengakuan dari berbagai kalangan seperti dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya jasa auditor. Meskipun demikian, masyarakat belum sepenuhnya menaruh kepercayaan terhadap profesi akuntansi. Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang

Upload: doanhuong

Post on 01-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era pasar bebas memberikan dampak pada persaingan bisnis yang

semakin ketat sebagaimana dirasakan oleh para pelaku bisnis. Hal itu seringkali

memaksa para pelaku bisnis untuk bersinggungan dengan masalah etika dan

mengabaikan profesionalisme suatu profesi demi mencapai tujuannya.

Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan tiga hal utama yang harus dipunyai

oleh setiap anggota profesi tersebut, yaitu berkeahlian, berpengetahuan dan

berkarakter (Agoes dan Ardana, 2009:159). Ketiga hal tersebut mutlak dimiliki

oleh setiap anggota profesi, sehingga profesionalisme profesi dapat diakui oleh

masyarakat. Berkeahlian dan berpengetahuan dalam profesi akuntansi

berkenaan dengan bagaimana seorang auditor memiliki keahlian dalam

menjalankan profesinya. Auditor harus telah menjalani pendidikan dan pelatihan

teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing. Karakter

menunjukkan keperibadian seorang profesional, yang diantaranya diwujudkan

dalam sikap dan tindakan etisnya. Sikap dan tindakan etis auditor sangat

menentukan posisinya di dalam masyarakat pemakai jasa profesionalnya.

Profesi akuntansi memang telah mengalami perkembangan dan

mendapat banyak pengakuan dari berbagai kalangan seperti dunia usaha,

pemerintah, dan masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena makin

meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya jasa auditor. Meskipun

demikian, masyarakat belum sepenuhnya menaruh kepercayaan terhadap

profesi akuntansi. Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

2

melibatkan profesi akuntansi. Sorotan yang diberikan kepada profesi ini

disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya praktik-praktik profesi yang

mengabaikan standar akuntansi bahkan etika profesi (Agoes dan Ardana,

2009:158).

Etika suatu profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam

masyarakat sekarang ini. Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia

menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku etis, dimana selama ini

perilaku etis sering diabaikan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua

profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang hukum.

Semua profesi dituntut untuk berperilaku etis yaitu bertindak sesuai dengan

moral dan nilai-nilai yang berlaku. Setiap kelompok profesional tentunya memiliki

kode etik perilaku yang disebut etika profesional. Hal ini menunjukkan bahwa

kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang

berada diatas rata-rata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat

berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik

dalam rangka kepentingan masyarakat (Isnanto, 2009:7).

Untuk mendukung profesionalisme auditor, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

mengeluarkan suatu standar profesi yang memuat seperangkat prinsip-prinsip

moral tentang perilaku profesional yaitu kode etik Akuntan Indonesia yang

mengatur hubungan antara akuntan dengan para klien, antara akuntan dengan

sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat (Arisetyawan, 2010:2). Dalam

Kode Etik Akuntan Indonesia disebutkan bahwa tujuan profesi akuntansi adalah

memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi,

mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada kepentingan publik.

Ikatan Akuntansi Indonesia telah berupaya untuk melakukan penegakan etika

profesi bagi auditor. Namun, perilaku tidak etis dari para auditor masih tetap ada.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

3

Krisis moral dalam dunia bisnis yang sangat fenomenal membuat

profesi akuntansi menjadi sorotan masyarakat. Mulai kasus Enron di Amerika

yang didalamnya melibatkan salah satu the big five accounting firm “Arthur

Anderson” (Agoes dan Ardana, 2009:158). Skandal Enron memunculkan banyak

pertanyaan seputar peranan Arthur Anderson, sebab kantor akuntan publik

(KAP) bertaraf internasional ini telah memainkan dua posisi strategis di

perusahaan tersebut, sebagai auditor dan konsultan bisnis Enron. Suatu kasus

yang sedemikian kompleks, yang kemudian diikuti oleh mencuatnya kasus-kasus

besar lainnya.

Di Indonesia kasus-kasus serupa juga terjadi, misalnya kasus audit PT.

Telkom oleh KAP Eddy Pianto & Rekan (Pamungkas,

http://ridwanpp.blogspot.com). Pada kasus ini telah terjadi pelanggaran kode etik

dan praktik persaingan tidak sehat antar KAP. KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan

(yang mengaudit Laporan Keuangan PT. Telkomsel Tahun Buku 2002) tidak

bersedia terasosiasi dengan pekerjaan audit KAP Eddy Pianto untuk menghindari

risiko yang dapat merugikan jika terasosiasi dengan pekerjaan audit KAP Eddy

Pianto dan menolak hasil auditnya untuk diacu dalam pekerjaan audit KAP Eddy

Pianto dalam Form 20-F (laporan tahunan mengenai transisi emiten swasta asing

yang diserahkan kepada United States Securities and Exchange Commission

(US SEC) bagi perusahaan go public) PT. Telkom karena keraguan kelayakan

hak berpraktek KAP Eddy Pianto dihadapan US SEC. Kejadian ini dianggap

melanggar kode etik karena KAP Drs. Hadi Sutanto dan Rekan tidak memiliki

kewenangan untuk menilai kualifikasi KAP lainnya (Eddy Pianto) untuk

berpraktek dihadapan US SEC. Hal ini jelas menggambarkan persaingan yang

tidak sehat antar KAP. Kejadian tersebut tidak hanya merugikan KAP Eddy

Pianto tapi juga merugikan PT. Telkom, sebagai pengguna jasa audit terpaksa

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

4

harus mengeluarkan tambahan waktu, tenaga, dan biaya yang seharusnya tidak

perlu dikeluarkan bila proses pelaksanaan audit berjalan normal.

Seharusnya pelanggaran tersebut tidak akan terjadi jika setiap auditor

mempunyai pengetahuan, pemahaman dan dapat menerapkan etika secara

memadai dalam melaksanakan tugasnya sebagai seseorang yang profesional.

Sikap auditor yang profesional maka akan mampu menghadapi tekanan yang

muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak eksternal.

Penelitian mengenai etika profesi akuntansi ini dilakukan karena profesi

akuntansi aktivitasnya tidak terlepas dari aktivitas bisnis yang menuntut mereka

untuk bekerja secara profesional sehingga harus memahami dan menerapkan

etika profesinya dalam bisnis. Bertolak dari kasus-kasus di atas dan kemudian

dihubungkan dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, auditor seolah

menjadi profesi yang paling bertanggung jawab. Dalam hal ini, karena peran

pentingnya dalam masyarakat bisnis, auditor independen bahkan dituduh

sebagai pihak yang paling besar tanggung jawabnya atas kemerosotan

perekonomian Indonesia. Bagaimanapun situasi kontekstual ini memerlukan

perhatian dalam berbagai aspek pengembangan profesionalisme auditor

mengingat besarnya tanggung jawab yang diemban dalam masyarakat bisnis,

termasuk di dalamnya melalui suatu penelitian.

Auditor yang bekerja di dalam suatu instansi ataupun entitas lainnya

dapat dibagi kedalam beberapa jenjang atau hirarki, dimana tanggung jawab dan

wewenang pada masing-masing level tersebut berbeda satu dengan yang

lainnya. Level hirarki auditor dalam penugasan audit pada suatu KAP menurut

Mulyadi dan Kanaka (1998:31-32) terdiri atas empat macam, yaitu: partner,

manager audit, auditor senior, auditor junior.

Semakin tinggi jabatan seorang auditor, maka tugas dan tanggung

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

5

jawabnya akan semakin besar pula. Adanya perbedaan dalam tugas dan

tanggung jawab ini menyebabkan konflik dan dilema etis yang dihadapi juga

berbeda-beda. Auditor yang memiliki jabatan yang tinggi akan menghadapi

konflik dan dilema etis yang lebih besar dari pada auditor yang memiliki jabatan

yang rendah (Tarigan dan Mawarni, 2009:245). Hal ini pula akan mempengaruhi

persepsi auditor terhadap etika profesi. Selain itu model birokrasi dari Weber

(Thoha 2010:12-13) merupakan salah satu model yang ideal dan sesuai untuk

meracang teori-teori mengenai organisasi. Makna birokrasi disini menyerupai

konsep perfect competition dalam teori ekonomi, struktur pasar yang ada dalam

teori ekonomi mengilhami Weber dalam merancang birokrasinya. Struktur adalah

suatu model yang sederhana dan merupakan patokan untuk mengukur suatu

kenyataan. Secara teori, suatu birokrasi mempunyai berbagai sifat yang dapat

dibedakan dari ketentuan-ketentuan lain dari organisasi. Sifat yang dimaksudkan

yaitu adanya spesialisasi, adanya hirarki, adanya suatu sistem, adanya

hubungan yang bersifat impersonal, adanya promosi dan jabatan yang didasari

oleh kecakapan dimana sifat-sifat tersebut dapat mempengaruhi pesepsi dari

individu. Aspek perilaku yang dicerminkan oleh birokrasi dapat dilihat dari

penekanan Weber pada struktur yang timbul dari rasa tidak percaya kepada

kesanggupan dan kemampuan manusia untuk menciptakan rasionalitas tertentu,

mendapatkan informasi yang baik, dan membuat keputusan yang objektif.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan

membandingkan persepsi diantara masing-masing level hirarki auditor.

Perbedaan level hirarki auditor penting untuk diteliti karena tanggung jawab dan

wewenang masing-masing level berbeda. Maka guna meningkatkan

kepercayaan pemakai jasa profesi auditor, perlu adanya persepsi yang positif

terhadap kode etik akuntan diantara masing-masing level hirarki.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

6

Persepsi perlu diteliti karena sebagai gambaran pemahaman terhadap

etika profesi (Kode Etik Akuntan). Dengan pengetahuan, pemahaman, kemauan

yang lebih untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dapat

mengurangi berbagai pelanggaran etika (Ludigdo, 1999, dalam Arisetyawan,

2010:5). Peneliti memfokuskan penelitian pada Prinsip-Prinsip Etika dalam Kode

Etik Akuntan yaitu Tanggung Jawab Profesi, Kepentingan Publik, Integritas,

Objektivitas, Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, Kerahasiaan, Perilaku

Profesional, serta Standar Teknis.

Sebagai acuan dari studi ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya. Widiastuti (2003) yang membagi level hirarki

auditor (akuntan publik) menjadi dua yaitu termasuk kategori senior apabila telah

bekerja lebih dari dua tahun dan junior dibawah dua tahun. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi secara signifikan terhadap

kode etik akuntan Indonesia diantara auditor senior dan auditor junior.

Nugrahaningsih (2005) yang meneliti tentang analisis perbedaan perilaku

etis auditor di KAP dalam etika profesi (studi terhadap peran faktor-faktor

individual: locus of control, lama pengalaman kerja, gender, dan equity

sensitivity). Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor senior dan auditor junior

pada KAP di Surakarta dan Yogyakarta.

Bikhana, (2006) melakukan penelitian terhadap auditor senior dan junior

mengenai penerapan kode etik akuntan Indonesia dalam meningkatkan

obyektivitas akuntan publik. Hasil penelitiannya menyebutkan tidak terdapat

perbedaan persepsi auditor senior dan auditor junior terhadap penerapan kode

etik akuntan Indonesia dalam meningkatkan obyektivitas akuntan publik.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

7

Selanjutnya, Tarigan dan Mawari (2009) melakukan penelitian mengenai

hirarki jabatan di KAP terhadap persepsi auditor dalam pelaksanaan etika

profesi. Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran bahwa terdapat

perbedaan persepsi yang signifikan antara auditor junior dengan level di atas

auditor junior terhadap pelaksanaan etika profesi, sehingga auditor yang memiliki

posisi junior dengan level di atas auditor junior akan memiliki persepsi etika

profesi yang berbeda pula. Hirarki jabatan di KAP terdiri dari auditor junior,

auditor senior, supervisior, manajer dan partner. Untuk selanjutnya responden

yang memiliki jabatan sebagai senior auditor, supervisior, manajer dan partner

akan dimasukkan di dalam kelompok level di atas junior auditor. Ini terjadi karena

hasil penelitian yang tidak seimbang antara antara masing-masing kelompok

apabila dipergunakan berdasarkan hirarki jabatan di KAP sehingga

pengelompokan ini sangat diperlukan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi auditor junior

dengan level di atas auditor junior terhadap pelaksanaan etika profesi.

Penelitian ini berupaya mengetahui persepsi auditor terhadap kode etik

Ikatan Akuntan Indonesia ditinjau dari hirarki fungsi di Kota Makassar. Adanya

perbedaan pada hasil penelitian sebelumnya dan belum adanya penelitian yang

meneliti permasalahan persepsi auditor terhadap kode etik Ikatan Akuntan

Indonesia ditinjau dari level hirarki fungsi di Makassar sehingga penulis ingin

mengangkat penelitian dengan judul “Persepsi Auditor Terhadap Kode Etik

Ikatan Akuntan Indonesia Ditinjau Dari Hirarki Fungsi”.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini masalah

yang diangkat adalah:

1. Bagaimana persepsi auditor senior dan junior terhadap prinsip-prinsip

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia?

2. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara auditor senior dan auditor

junior terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui persepsi auditor terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan

Indonesia.

2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi antara auditor senior dengan

auditor junior terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.

1.4 Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai sasaran

yang diharapkan, maka peneliti membatasi permasalahan pada:

1. Penelitian ini hanya meneliti persepsi auditor terhadap Kode Etik IAI pada

bagian prinsip etika, hal ini dilakukan mengingat masing-masing kelompok

auditor memiliki aturan etika yang berbeda-beda.

2. Penelitian ini hanya membagi hirarki fungsi auditor ke dalam dua jenjang

yaitu auditor junior dan auditor senior, hal ini dilakukan untuk menghindari

ketidakcukupan responden jika dibagi ke dalam empat jenjang hirarki.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

9

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan para kelompok akuntan.

Untuk mengetahui seberapa jauh prinsip-prinsip etika yang

diterapkan telah melembaga dalam diri masing-masing auditor pada

masing-masing hirarki tersebut, sehingga secara umum dapat dikatakan

bahwa perilakunya dapat memberikan citra profesi yang mapan dan

kemahiran profesionalnya dalam memberikan jasa kepada masyarakat

yang semakin berarti, serta untuk memberikan masukan dalam

mendiskusikan masalah kode etik akuntan guna penyempurnaan serta

pelaksanaannya bagi seluruh akuntan di Indonesia.

2. Bagi peneliti selanjutnya.

Sebagai wahana pembelajaran terutama bagi para mahasiswa

sebagai dasar pembanding dalam rangka melakukan penelitian lebih

lanjut pada bidang kajian ini, serta bagi pihak yang memerlukan referensi

yang terkait dengan isi skripsi ini, baik itu sebagai bahan bacaan atau

sebagai literatur.

3. Bagi peneliti.

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti, terutama

yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini, serta sebagai wadah

dalam rangka menerapkan teori yang telah dipelajari.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

10

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan karya akhir ini tersusun dengan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan secara singkat mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan tinjauan teori-teori yang menjadi dasar analisis

penelitian yang meliputi: definisi persepsi, auditor, etika, kode etik IAI,

hirarki fungsi auditor, hasil penelitian terdahulu, kerangka pemikiran

dan hipotesis.

BAB III Metode Penelitian

Berisikan penjelasan tentang lokasi penelitian, jenis dan sumber data,

populasi dan sampel, metode pengumpulan data, pengukuran variabel,

serta metode analisis.

BAB IV Hasil Analisis dan Pembahasan

Bab ini berisikan analisis dan pembahasan dari hasil pengujian

hipotesis.

BAB V Penutup

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan atas pembahasan masalah,

keterbatasan penelitian serta saran-saran yang diberikan untuk

penelitian selanjutnya.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

2.1.1. Definisi Persepsi

Persepsi merupakan sebuah interpretasi atas rangsangan-rangsangan

yang berasal dari proses indrawi. Sebuah persepsi ada karena setiap orang telah

memiliki pengalaman-pengalaman tertentu seiring perjalanan hidupnya.

Pengalaman tersebut dapat berupa segala hal yang berwujud rekaman akan

rangkaian pengalaman indrawi maupun pengetahuan yang telah dipahami

ataupun dipelajari, maka persepsi tidak bisa tidak akan selalu berhubungan

dengan rangkaian pengalaman setiap individu.

Berikut ini beberapa definisi tentang persepsi yaitu

1. Kreitner dan Kinichi (2005:208) mendefenisikan “persepsi sebagai proses

kognitif yang memungkinkan kita dapat menafsirkan dan memahami

lingkungan sekitar kita”.

2. Schiffman dan Kanuk (2008:137) mendefenisikan “persepsi sebagai

proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan

stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia”.

3. Robbins (2009:169) mendeskripsikan “persepsi dalam kaitannya dengan

lingkungan, yaitu sebagai proses yang digunakan individu mengelola dan

menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberi makna kepada

lingkungan mereka”.

4. Menurut Lubis (2010:93) “Persepsi adalah bagaimana orang-orang

melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia”.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

12

Manusia bertindak atas dasar persepsi mereka dengan mengabaikan

apakah persepsi itu mencerminkan kenyataan sebenarnya. Pada kenyataannya,

setiap manusia memiliki persepsinya sendiri atas suatu kejadian. Uraian

kenyataan seseorang mungkin jauh berbeda dengan uraian orang lain.

Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan

pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera

dipergunakan sebagai penghubung antara individu dengan dunia luar. Agar

proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera

yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu

persiapan dalam mengadakan pengamatan.

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi adalah hal yang bersifat subyektif dimana setiap individu

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indra mereka agar memberi makna

pada lingkungan mereka, sehingga perlu diketahui faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi individu baik dari dalam individu atau faktor psikologis

maupun dari luar individu. Robbins (2009:170) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi individu meliputi

1. Pelaku persepsi

Bila seorang individu memandang suatu objek dan mencoba

menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu dipengaruhi oleh

karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi tersebut. Kebutuhan

yang tidak dipuaskan merangsang individu-individu dan dapat merupakan

suatu pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Karena kepentingan

individu berbeda-beda, apa yang dipersepsikan satu orang dalalm suatu

situasi dapat berbeda dengan apa yang dipersepsikan orang lain. Faktor

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

13

ini berkaitan dengan sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan

pengharapan (Robbins, 2009:170). Cara berpikir seseorang dalam

memecahkan masalah biasanya berbeda, ada yang menggunakan

pengertian, dan ada yang tidak. Berpikir berkaitan dengan persepsi yaitu

dalam memahami objek tertentu. Individu biasanya melibatkan kegiatan

menghubungkan pengertian dimana pengertian tersebut diperolehnya

baik secara sengaja maupun tidak.

2. Faktor pada target

Karakteristik-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat

mempengaruhi apa yang dipersepsikan objek atau peristiwa yang belum

pernah dialami di masa lalu. Di samping itu, objek-objek yang berdekatan

satu sama lain akan cenderung dipersepsikan bersama-sama sebagai

akibat kedekatan fisik atau waktu, sering individu-individu

menggabungkan objek-objek yang sebenarnya tidak berkaitan. Faktor-

faktor ini meliputi hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan

kedekatan (Robbins, 2009:170) akan lebih menarik perhatian orang

sehingga kemudian akan lebih mudah dipersepsikan orang.

3. Faktor situasi

Merupakan kondisi lingkungan dimana individu mempersepsikan

objek tertentu, misalnya hawa panas atau dingin, terang atau gelap dan

lain-lain serta banyaknya waktu yang dipergunakan individu untuk

mempersepsikan objek tertentu. Selain itu keadaan sosial juga dapat

mempengaruhi keefektifan persepsi (Robbins 2009:170).

Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi pada

umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal berasal dari dalam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

14

kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik (Ikhsan,

2010:94).

2.2 Auditor

Auditor merupakan salah satu profesi dalam bidang akuntansi. Menurut

Boynton et al. (2003:8), ditinjau dari sudut profesi akuntan publik “auditor adalah

para profesional yang ditugaskan untuk melakukan audit atas kegiatan dan

peristiwa ekonomi bagi perorangan dan entitas resmi”.

Auditor dapat juga disebut sebagai akuntan yang memberikan jasa audit.

Auditor digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu (Boynton et.al, 2003:8)

1. Auditor Pemerintah, adalah auditor yang bekerja di instansi pemerintah

yang tugas utamanya adalah melakukan audit atas pertanggung jawaban

keuangan dari berbagai unit organisasi dalam pemerintahan.

2. Auditor Internal, adalah karyawan perusahaan tempat mereka melakukan

audit. Tujuannya, untuk membantu manajemen dalam melakukan

tanggung jawabnya secara efektif.

3. Auditor Independen, adalah para praktisi individual atau anggota kantor

akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien.

Auditor ini menjalankan pekerjaannya dibawah naungan kantor akuntan

publik.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

15

2.3 Etika

2.3.1. Pengertian Etika

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan

hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana

seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi

saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama,

protokoler dan lain-lain.

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan

masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindungi

tanpa merugikan kepentingannya, serta terjamin agar perbuatannya yang tengah

dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan

dengan hak-hak asasi umumnya (Isnanto, 2009:2). Hal tersebut yang mendasari

tumbuh-kembangnya etika di masyarakat kita.

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti norma-norma,

nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik,

seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut

1. Menurut Arens et al. (2008:98), “etika secara garis besar dapat

didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai- nilai moral”.

2. Isnanto (2009:3), memandang etika sebagai “cabang filsafat yang

berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku

manusia dalam hidupnya”.

3. Bertens (1997: 3-4) mendeskripsikan etika sebagai perilaku yang baik dari

seseorang atau sekelompok orang, dimana perilaku ini sebenarnya

merupakan tuntutan dari hati nurani orang yang bersangkutan dan

masyarakat setempat agar tercipta keadilan dalam kehidupan antar

individu dan masyarakat.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

16

Jadi dapat disimpulkan bahwa etika adalah aturan prilaku, adat kebiasaan

manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan pada perbuatan

yang benar. Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan

manusia. Etika memberi orientasi bagaimana manusia menjalani hidupnya

melalui rangkaian tindakan sehari-hari (Prajitno, 2006:32). Itu berarti etika

membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam

menjalani hidup ini, dengan demikian etika dapat dibagi menjadi beberapa

bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

Ada dua macam etika yang perlu dipahami dalam menentukan baik dan

buruknya prilaku manusia

1. Etika deskriptif yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan

rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia

dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif

memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang

prilaku atau sikap yang mau diambil (Isnanto, 2009:3).

2. Etika normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan

pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini

sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus

memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan

diputuskan.

Menurut (Keraf 1998: 32-33), etika secara umum dapat dibagi menjadi

1. Etika umum berbicara mengenai bagaimana manusia mengambil

keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang

menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolok ukur dalam

menilai baik atau buruknya suatu tindakan.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

17

2. Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam

bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud bagaimana

manusia mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan

dan kegiatan khusus yang ia lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan

prinsip-prinsip moral dasar.

Etika khusus dibagi lagi menjadi dua bagian (Keraf 1998:33-34) yaitu

a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia

terhadap dirinya sendiri.

b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola

perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Salah satu

bagian dari etika sosial adalah etika profesi, termasuk etika profesi

akuntan.

Untuk kalangan profesional, dimana pengaturan etika dibuat untuk

menghasilkan kinerja etis yang memadai maka kemudian asosiasi profesi

merumuskan suatu kode etik. Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah

yang menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya

kepercayaan masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, akuntan

diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerja yang terbaik bagi

masyarakat.

2.3.2. Etika Profesi

Etika profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh

kelompok profesi, yang mengarahkan dan memberikan petunjuk kepada

anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral

profesi itu di mata masyarakat (Yuwono, 2011:25). Aturan ini merupakan aturan

main dalam menjalankan profesi tersebut yang disebut kode etik yang harus

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

18

ditaati oleh setiap profesi. Etika profesi juga berkaitan dengan perilaku moral

yang lebih terbatas pada kekhasan pola etika yang diharapkan untuk profesi

tertentu. Selaras dengan hal tersebut Boynton et al. (2003:96) mendeskripsikan

etika profesi sebagai standar perilaku bagi seorang profesional yang dirancang

untuk tujuan praktis dan idealistik. Etika profesi melambangkan suatu bagian

penting dari sistem disiplin berguna untuk melindungi kesejahteraan kelompok

dari tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab.

Etika ini menyebutkan bahwa akuntan harus mempertahankan sikap

independen dan tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan apapun (kecuali etika

profesi) menjaga integritas dan objektivitas, menerapkan semua prinsip dan

standar akuntansi yang ada, serta memiliki tanggung jawab moral kepada

profesi, kolega, klien, dan masyarakat.

Prinsip-prinsip etika profesi (Isnanto, 2009: 7-8) meliputi

1. Tanggung jawab meliputi

a. Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap

hasilnya.

b. Tanggung jawab terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan

orang lain atau masyarakat pada umumnya.

2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja

apa yang menjadi haknya.

3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan

diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya.

Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan

meningkat jika profesi mewujudkan standar yang tinggi dan memenuhi semua

kebutuhan. Bagi akuntan publik meyakinkan klien dan pemakai laporan

keuangan atas kualitas audit dan jasa lainnya merupakan hal yang penting.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

19

Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia disebut dengan istilah

kode etik dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. IAI adalah satu-

satunya organisasi profesi akuntan di Indonesia. IAI beranggotakan auditor dari

berbagai tipe (auditor independen, auditor pemerintah dan auditor intern),

akuntan manajemen, akuntan yang bekerja sebagai pendidik. Sehingga kode etik

yang dikeluarkan oleh IAI tidak hanya mengatur anggotanya yang berpraktik

sebagai akuntan publik, namun mengatur perilaku semua anggotanya yang

berpraktik dalam berbagai tipe profesi auditor dan profesi akuntan lainnya.

Kode etik profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi

merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan

dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas

dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya

norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode

etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas

serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa

yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh

seorang professional.

2.4 Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia

Setiap profesional dalam bidang akuntansi harus bekerja dan

membuat keputusan berdasarkan kode etik yang ada. Akan tetapi pada

prakteknya masih banyak profesional akuntansi yang bekerja tanpa berdasarkan

kode etik professional. Kode etik resmi bagi para profesional akuntansi

adalah Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Keberadaan kode etik ini

dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

20

berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada

instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam

pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturanbagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja dilingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan duniapendidikan dalam pemenuhan tanggungjawab profesionalnya(http://www.iaiglobal.or.id).

Dalam Kongres IAI tahun 1973 berhasil dirumuskan dan disahkan Kode

Etik Ikatan Akuntan Indonesia untuk pertama kalinya. Dalam perkembangannya

kode etik tersebut mengalami beberapa kali perubahan, yaitu pada Kongres IAI

tahun 1981, Kongres IAI tahun 1986, Kongres IAI tahun 1990, Kongres IAI tahun

1994, dan yang terakhir adalah Kongres IAI tahun 1998. Kode Etik IAI yang

berlaku saat ini adalah Kode Etik IAI yang disahkan dalam Kongres IAI VIII tahun

1998. Struktur Kode Etik IAI tersebut terdiri atas empat bagian yang disusun

berdasarkan struktur berikut

1. Prinsip Etika

Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika, yang

mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip

etika disahkan oleh kongres bagi seluruh anggota yang terdiri dari

delapan prinsip berikut ini:

a. Prinsip tanggung jawab profesi.

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai

profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan

pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang

dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran

penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota

mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

21

profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab

untuk bekerja sama dengan anggota untuk mengembangkan profesi

akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan

tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.

b. Prinsip kepentingan publik.

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak

dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati

kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas

profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah

penerimaan tanggung jawab kepada publik.

Profesi akuntansi memegang peranan yang penting di

masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari

klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor,

dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya yang bergantung

kepada objektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara

jalannya fungsi bisnis secara tertib. Kepentingan publik didefinisikan

sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota

secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan

tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi

kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.

c. Prinsip integritas.

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,

setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya

dengan integritas setinggi mungkin. Integritas adalah suatu elemen

karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

22

dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua

keputusan yang diambilnya.

Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap

jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia

penerima jasa. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak

disengaja dan perbedaan pendapat, tetapi tidak dapat menerima

kecurangan atau peniadaan prinsip. Integritas diukur dalam bentuk

apa yang benar dan adil.

d. Prinsip objektivitas.

Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas

jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan

anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak

berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan

atau berada di bawah pengaruh pihak lain.

Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan

harus menunjukkan objektivitas mereka dalam berbagai situasi.

Anggota dalam praktik publik memberikan jasa atestasi, perpajakan,

serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan

laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit

internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya

di industri, pendidikan dan pemerintahan. Mereka juga mendidik

dan melatih orang-orang yang ingin masuk kedalam profesi.

Apapun jasa atau kapasitasnya, anggota harus melindungi

integritas pekerjaannya dan memelihara objektivitas.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

23

e. Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya

dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta

mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan

keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk

memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat

dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan

praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk

memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan

ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai

kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-

baiknya sesuai dengan kemampuannya demi kepentingan

pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung-jawab profesi

kepada publik.

Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.

Anggota hendaknya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian

atau pengalaman yang tidak mereka punya. Dalam semua

penugasan dan tanggung jawabnya, setiap anggota harus

melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan

meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi

tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh prinsip

Etika.

f. Prinsip kerahasiaan.

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi

yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

24

memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa

persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau

hukum untuk mengungkapkannya.

Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati

kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang

diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban

kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota

dan klien atau pemberi kerja berakhir. Kerahasiaan harus dijaga

oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan atau

terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan

informasi.

Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan

informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang

memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak

menggunakan atau terlihat menggunakan informasi tersebut untuk

keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga.

Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia

tentang penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik.

Karena itu, anggota tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak

disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak

berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi

tanggung jawab anggota berdasarkan standar profesional.

g. Prinsip perilaku profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan

reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat

mendiskreditkan profesi.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

25

Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat

mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai

perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak

ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja, dan masyarakat

umum.

h. Prinsip standar teknis.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya

sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Sesuai dengan keahliannya dengan berhati-hati, anggota

mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari

penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip

integritas dan objektivitas.

2. Aturan Etika

Sebelum tahun 1998, IAI hanya memiliki kode etik yang hanya

mengikat seluruh anggotanya. Aturan-aturan yang berlaku dalam kode

etik dirumuskan dan disahkan dalam kongres IAI yang melibatkan seluruh

anggota IAI tanpa melihat keanggotaan kompartemen anggota yang

bersangkutan. Akan tetapi, setelah tahun 1998, seluruh kompartemen IAI

telah memiliki aturan etika masing-masing. Dengan demikian kode etik IAI

memiliki empat aturan etika kompartemen, yaitu aturan etika

Kompartemen Akuntan Publik (KAP), Kompartemen Akuntan Pendidik

(KAPd), Kompartemen Akuntan Manjemen (KAM), Kompartemen Akuntan

Sektor Publik (KASP). Aturan etika disahkan oleh rapat anggota

kompartemen dan hanya mengikat anggota kompartemen yang

bersangkutan.

Seiring dengan berjalannya waktu, pada tanggal 24 Mei 2007 dalam

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

26

Rapat Umum Anggota Luar Biasa diputuskan pembentukan Institut

Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi akuntan publik yang

independen dan mandiri dengan berbadan hukum sebagai pengganti

Kompartemen Akuntan Publik (KAP). Selanjutnya pada tanggal 4 Juni

2007, secara resmi IAPI diterima sebagai anggota asosiasi yang pertama

oleh IAI. Pada tanggal 5 Februari 2008, Pemerintah Republik Indonesia

melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 mengakui

IAPI sebagai organisasi profesi akuntan publik yang berwenang

melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan

penerbitan standar profesional dan etika akuntan publik, serta

menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh

akuntan publik di Indonesia. Hal serupa dialami oleh Kompartemen

Akuntan Manajemen (KAM) yang kemudian berubah menjadi Institut

Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI). Sesuai dengan Keputusan Rapat

Anggota Luar Biasa Nomor: 05/RALB-KAM/IX/2006 yang berbunyi:

“Melimpahkan kewenangan kepada Pengurus IAI-KAM untuk

melaksanakan pendirian Organisasi Profesi Akuntan Manajemen

Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan keputusan kongres ke-X

IAI”.

Berdasarkan hasil keputusan RALB IX, didirikanlah sebuah

organisasi profesi bernama Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI)

menggantikan Kompartemen Akuntan Manajemen. IAMI merupakan

Asosiasi Profesi Akuntan dibawah Ikatan Akuntan Indonesia yang

didirikan pada tanggal 1 April 2008 dengan Akta Notaris Ani Adriani

Sukmayantini SH. Sampai saat ini Anggota IAMI sekitar 200 orang para

akuntan yang pekerjaannya sebagai eksekutif baik di perusahaan Negara,

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

27

Pemerintah maupun Swasta. Sedangkan untuk dua kompartemen lainnya

yaitu Kompartemen Akuntan Pendidik (KASP) dan Kompartemen Akuntan

Sektor Publik (KASP) belum mengalami perubahan.

3. Interpretasi Aturan Etika

Interpretasi aturan etika merupakan penafsiran, penjelasan, atau

elaborasi lebih lanjut atas hal-hal, isu-isu, dan pasal-pasal yang diatur

dalam aturan etika, yang dianggap memerlukan penjelasan agar tidak

terjadi perbedaan pemahaman atas auran etika yang dimaksud.

Interpretasi aturan etika ini dikeluarkan oleh suatu badan yang dibentuk

oleh pengurus kompartemen atau institut profesi sejenis yang

bersangkutan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota serta

pihak-pihak yang berkepentingan lainnya sebagai panduan dalam

penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan

penerapannya.

4. Tanya Dan Jawab

Pada tingkatan terakhir, dimungkinkan adanya tanya-jawab yang

berkaitan dengan isu-isu etika. Tanya-jawab ini dapat dilakukan dengan

Dewan Standar Profesi yang dibentuk oleh pengurus kompartemen atau

institut yang bersangkutan guna memberikan penjelasan atas setiap

pertanyaan dari anggota kompartemen tentang aturan etika beserta

interpretasinya.

2.5 Hirarki Jabatan Auditor

Kantor akuntan publik di Indonesia memiliki bentuk hukum berupa usaha

sendiri (Sole Practitioners) atau bentuk kerjasama antara dua atau lebih rekan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

28

akuntan (Partnership). Hirarki jabatan dalam KAP menurut Ikhsan (2007:203)

mengacu pada kondisi di luar negeri yaitu: partner, manager, senior, dan staff.

Beberapa staf yang diketahui oleh seorang supervisor melakukan pekerjaan

secara tim, hasil kerja tim ditinjau oleh manager dan manager bertanggung jawab

terhadap seorang partner. Staf akuntan biasanya terdiri dari akuntan pemula

yang juga disebut sebagai akuntan junior.

Tingkatan hirarki jabatan yang banyak dijumpai dalam kantor akuntan

publik di Indonesia, mengacu pada Mulyadi dan Kanaka (1998:31-32) yaitu

partner, manager, senior auditor, dan junior auditor. Adapun penjelasan hirarki

jabatan di atas dapat diuraikan sebagai berikut

a. Partner (Rekan)

Partner menduduki jabatan tertinggi dalam penugasan audit; bertanggung

jawab atas hubungan dengan klien; bertanggung jawab secara

menyeluruh mengenai auditing. Partner menandatangani laporan audit

dan management letter, dan bertanggung jawab terhadap penagihan fee

audit dari klien.

b. Manager audit

Manager audit bertindak sebagai pengawas audit; bertugas untuk

membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu

audit; me-review kertas kerja, laporan audit dan management letter.

Biasanya manager melakukan pengawasan terhadap pekerjaan beberapa

auditor senior. Pekerjaan manager tidak berada di kantor klien, melainkan

di kantor auditor, dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang

dilaksanakan pada auditor senior.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

29

c. Auditor senior

Auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggung jawab

untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan

rencana; bertugas untuk mengarahkan dan me-review pekerjaan auditor

junior. Auditor senior biasanya hanya menetap di kantor klien sepanjang

prosedur audit dilaksanakan. Umumnya auditor senior melakukan audit

terhadap suatu objek pada saat tertentu.

d. Auditor junior

Auditor melaksanakan prosedur audit rinci, membuat kertas kerja untuk

mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Pekerjaan

ini biasanya dipegang oleh auditor yang baru saja menyelesaikan

pendidikan formalnya di sekolah.

Oleh Widiastuti (2003) dalam jurnal riset akuntansi Indonesia mengenai

pengaruh perbedaan level hirarki auditor dalam kantor akuntan publik terhadap

persepsi tentang kode etik akuntan indonesia, membagi level hirarki auditor

berdasarkan lama pengalaman mengaudit menjadi dua yaitu

a. Auditor senior apabila telah bekerja sebagai auditor selama lebih dari dua

tahun.

b. Auditor junior apabila baru bekerja sebagai auditor selama kurang dari

dua tahun.

Semakin tinggi jabatan seorang auditor, maka tugas dan tanggung

jawabnya akan semakin besar pula. Adanya perbedaan dalam tugas dan

tanggung jawab ini menyebabkan konflik dan dilema etis yang dihadapi juga

berbeda-beda. Auditor yang memiliki fungsi yang tinggi akan menghadapi konflik

dan dilema etis yang lebih besar dari pada auditor yang memilki fungsi yang

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

30

rendah. Hal ini akan mempengaruhi persepsinya terhadap pelaksanaan etika

profesi (Tarigan dan Mawarni, 2009:245).

2.6 Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu

Widiastuti (2003) yang membagi level hirarki auditor menjadi dua yaitu

termasuk kategori senior apabila telah bekerja lebih dari dua tahun dan junior

dibawah dua tahun. Widiastuti (2003) dengan subjek yang spesifik, yaitu level

hirarki auditor dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) dan dengan memperluas

objek penelitian mengenai kode etik akuntan Indonesia yaitu pada prisip etika

dan aturan etika. Perbedaan level hirarki auditor dalam KAP penting untuk diteliti

karena tanggung jawab dan wewenang yang terangkum dalam job description

masing level berbeda, maka guna meningkatkan kepercayaan pemakai jasa

profesi akuntan, perlu adanya persepsi yang positif terhadap kode etik akuntan

diantara masing-masing level hirarki. Selain itu juga tingkat pendidikan atau

pengetahuan dan pengalaman auditor pada tiap-tiap level hirarki dalam KAP

tersebut dapat berbeda-beda sehingga tentu saja hal ini dapat mempengaruhi

persepsi mereka terhadap kode etik profesi akuntan Indonesia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi secara signifikan terhadap

kode etik akuntan Indonesia diantara auditor senior dan auditor junior.

Nugrahaningsih (2005) yang meneliti tentang analisis perbedaan perilaku

etis auditor di KAP dalam etika profesi (studi terhadap peran faktor-faktor

individual: locus of control, lama pengalaman kerja, gender, dan equity

sensitivity). Penelitian ini menggunakan responden auditor di Surakarta dan

Yogyakarta. Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas konstrak (construct validity) dan teknik yang digunakan adalah dengan

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

31

Pearson Product Moment. Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah

reliabilitas konsistensi internal. Untuk mengukur konsistensi internal digunakan

pengujian dengan teknik Cronbach’s Alpha. Teknik uji normalitas yang digunakan

adalah One Sample Kolmogorov Smirnov Test, yaitu pengujian dua sisi yang

dilakukan dengan membandingkan signifikansi hasil uji (p-value) dengan taraf

signifikansi. Untuk menguji hipotesis digunakan alat uji statistik, yaitu

Independent Sample T-Test. Pada Independent Sample T-Test terdapat dua

tahapan analisis yaitu Levene's Test dan T-Test. Semua teknik analisis data

dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS version

11.0 for windows. Untuk mengetahui bagaimana persepsi auditor tentang kode

etik maka dalam analisis tambahan digunakan uji proporsi. Uji proporsi ini

dilakukan dengan menghitung persentase jawaban dari pernyataan mengenai

persepsi terhadap kode etik. Jawaban dikelompokkan dalam format setuju dan

tidak setuju untuk masing-masing responden. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan

antara auditor senior dan auditor junior pada KAP di Surakarta dan Yogyakarta.

Sedangkan Bikhana (2006) melakukan penelitian terhadap auditor senior

dan junior. Hasil penelitiannya menyebutkan persepsi auditor terhadap

penerapan kode etik akuntan Indonesia dalam meningkatkan objektivitas akuntan

publik, hasilnya tidak terdapat perbedaan persepsi penerapan kode etik pada

kedua kelompok auditor yaitu auditor senior dan auditor junior. Kedua kelompok

auditor tersebut mempunyai persepsi yang mungkin berbeda dari penerapan

kode etik, karena pada dasarnya kode etik akuntan publik bukan saja

memberikan acuan mengenai kualitas teknis yang harus dipenuhi para

anggotanya, tetapi juga standar etika yang harus diperhatikan sesuai dengan

norma-norma masyarakat.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

32

Selanjutnya, Tarigan dan Mawari (2009) melakukan penelitian mengenai

hirarki jabatan di KAP terhadap persepsi auditor dalam pelaksanaan etika

profesi. Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran bahwa terdapat

perbedaan persepsi yang signifikan antara auditor junior dengan level di atas

auditor junior terhadap pelaksanaan etika profesi, sehingga auditor yang memiliki

posisi junior dengan level di atas auditor junior akan memiliki persepsi etika

profesi yang berbeda pula. Hirarki jabatan di KAP terdiri dari auditor junior,

auditor senior, supervisior, manajer dan partner. Untuk selanjutnya responden

yang memiliki jabatan sebagai auditor senior, supervisior, manajer dan partner

akan dimasukkan di dalam kelompok level di atas auditor junior. Ini terjadi karena

hasil penelitian yang tidak seimbang antara antara masing-masing kelompok

apabila dipergunakan berdasarkan hirarki jabatan di KAP sehingga

pengelompokan ini sangat diperlukan.

Untuk pengujian hipotesis dalam penelitiannya, Tarigan dan Mawari

(2009) menggunakan uji statistic perametric dan uji statistic non parametric. Uji

statistic parametric menggunakan T-test untuk bagian pernyataan pelaksanaan

etika profesi. Hal ini di sebabkan bagian pernyataan pelaksanaan etika profesi

menghasilkan distribusi data normal. Sedangkan uji statistic non parametric

menggunakan uji statistic non parametric spearman dan uji statistic non

parametric chi square atas semua pernyataan etika profesi. Dari kedua pengujian

statistik yang dilakukan keduanya memberikan kesimpulan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara persepsi junior auditor dengan level di atas

junior auditor terhadap pelaksanaan etika profesi

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

33

2.7 Kerangka Pikir dan Pengembangan Hipotesis

2.7.1. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan landasan

teori yang dipaparkan sebelumnya dan berlandaskan dengan penelitian-

penelitian terdahulu yang berkaitan. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk

mengetahui bagaimana persepsi auditor senior dan auditor junior terhadap Kode

Etik IAI, apakah terdapat perbedaan persepsi pada setiap jenjang hirarki fungsi

yang ada.

Konsep yang dipaparkan membedakan dua jenjang hirarki auditor, yang

pertama yaitu auditor senior yaitu auditor yang telah bekerja sebagai auditor

selama lebih dari dua tahun dan memiliki sertifikat, sementara jenjang hirarki

kedua yaitu auditor junior yaitu akuntan yang bekerja sebagai auditor kurang dari

dua tahun baik itu yang berstatus mahasiswa ataupun yang tidak berstatus

mahasiswa lagi dan dianggap cakap untuk melakukan pemeriksaan atas laporan

keuangan.

Konsep hirarki ini kemudian dikaitkan dengan kode etik IAI yaitu pada

prinsip etika yang meliputi: tanggung jawab profesi, kepentingan umum (publik),

integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian professional, kerahasiaan,

perilaku professional, standar teknis. Dengan demikian akan lahir persepsi dari

setiap jenjang hirarki fungsi tentang kode etik IAI yang mencakup kedelapan

prinsip etika dalam kode etik IAI.

Penelitian ini kemudian akan melihat bagaimana persepsi akuntan senior

dan akuntan junior mengenai kode etik IAI pada pada prinsip etika. Selanjutnya

penelitian ini juga akan melihat apakah terdapat perbedaan persepsi terhadap

kode etik IAI yaitu pada prinsip etika dari masing-masing jenjang hirarki fungsi

yang diteliti.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

34

Oleh karena itu, dalam peneliltian ini akan ditinjau persepsi auditor

terhadap kode etik Ikatan Akuntan Indonesia ditinjau dari level hirarki fungsi.

Kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.7.2. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini

bermaksud untuk menguji lebih lanjut apakah memang ada atau tidak ada

perbedaan persepsi tersebut dengan menguji hipotesis berikut ini:

Ha : Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan senior dan akuntan junior

terhadap Kode Etik Akuntan.

Auditor JuniorAuditor Senior

Prinsip-prinsip etika dalam Kode Etik Akuntan :1. Tanggung jawab profesi2. Kepentingan Publik3. Integritas4. Objektivitas5. Kompetensi dan Kehati-hatian

Profesional6. Kerahasiaan7. Perilaku Profesional8. Standar Teknis

SamaBeda

Persepsi

Hipotesis

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

98

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Objek Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan studi empiris. Artinya penelitian ini

diadakan untuk mendapatkan bukti atau fakta-fakta secara objektif dan logis,

termasuk kegiatan pengumpulannya baik yang diperoleh secara langsung

ataupun tidak langsung (Ruslan 2008:3).

3.1.2 Objek Penelitian

Objek penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah auditor yang

berada di Kota Makassar. Dimana auditor tersebut (baik yang bekerja sebagai

auditor independen ataupun auditor pemerintah) kemudian dibagi ke dalam dua

jenjang hierarki fungsi yaitu auditor senior dan auditor junior.

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Data kualitatif, yaitu data non angka yang sifatnya deskriptif dalam bentuk

informasi tulisan (kuesioner) yang diperoleh dari akuntan yang

berkompeten memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Data kuantitatif, yaitu data yang telah diolah dari jawaban kuesioner yang

dibagikan kepada responden.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

44

3.2.2 Sumber Data

Untuk melengkapi data yang digunakan, maka penulis memperoleh data

yang bersumber dari:

1. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari

individu atau perseorangan, dimana data tersebut diperoleh melalui

proses survei dan observasi (Ruslan, 2008:138).

2. Data sekunder, yaitu data yang secara tidak langsung berhubungan

dengan responden yang diselidiki dan merupakan pendukung bagi

penelitian yang dilakukan. Data sekunder penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan metode tinjauan kepustakaan (library research) dan

mengakses website maupun situs-situs.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:215). Populasi

penelitian ini adalah auditor senior (baik yang bekerja sebagai akuntan publik

dan sebagai akuntan pemerintah) yang berada di kota Makassar dan auditor

junior (baik yang bekerja sebagai akuntan publik dan sebagai akuntan

pemerintah). Dalam penelitian ini yang digolongkan sebagai auditor senior

adalah auditor yang telah berprofesi sebagai auditor selama lebih dari dua tahun,

sedangkan auditor junior adalah auditor yang berprofesi sebagai auditor kurang

dari dua tahun. Selain itu peneliti juga menggunakan beberapa kriteria dalam

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

45

penggolongan hirarki fungsi auditor sebagaimana yang dijelaskan dalam

deskripsi sampel.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Akuntan Publik

No. Nama KAP Jumlah

1 Drs. Thomas, Blasius, Widartoyo & Rekan 12

2 Drs. Rusman Thoeng, M.Com, BAP 10

3 Drs. Daniel Hassa & Rekan 6

4 Drs. Usman & Rekan 6

5 Drs. Harly Weku 7

6 Mansyur Sain & Rekan 5

7 Yakub Ratan, CPA 7

Jumlah Populasi 53

Sumber: Data Primer, diolah 2012.

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Auditor

No. Nama Kantor Jumlah

1 Kantor BPK Kota Makassar 79

Jumlah Populasi 79

Sumber: Data Primer, diolah 2012.

Tabel 3.3 Jumlah Populasi Objek Penelitian

No. Objek Penelitian Jumlah Populasi

1 Auditor di KAP 54

2 Auditor di Kantor BPK 79

Total Populasi 132

Sumber: Data Primer, diolah 2012.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

46

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang ingin diteliti (Ruslan

2008:119). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan

metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak

(Prasetyo dan Jannah 2011:135), dimana sampel dipilih berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu.

1. Kriteria responden untuk auditor senior dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut

a. Seluruh auditor senior, baik yang bekerja sebagai auditor

independen dan auditor pemerintah.

b. Telah berprofesi sebagai auditor dalam kurun waktu lebih dari dua

tahun. (Widiastuti 2003)

c. Telah terdaftar pada Departemen Keuangan dan mempunyai nomor

register sebagai akuntan yang resmi.

2. Kriteria responden untuk auditor junior dalam penelitian adalah sebagai

berikut

a. Seluruh auditor junior, baik yang bekerja sebagai auditor

independen dan auditor pemerintah.

b. Telah berprofesi sebagai auditor dalam kurun waktu kurang dari

dua tahun. (Widiastuti 2003)

c. Jika terdapat responden yang telah memiliki nomor register tetapi

berprofesi sebagai auditor kurang dari dua tahun, maka peneliti

akan menggolongkannya sebagai auditor junior. Hal ini di

karenakan dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penentuan

hirarki pada lama bekerja sebagai auditor.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

47

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian perpustakaan (library

research) dan penelitian lapangan (field research).

1. Penelitian pustaka (library research), yaitu suatu metode pengumpulan

data dengan cara melakukan peninjauan pustaka dari berbagai literatur

karya ilmiah, majalah, dan buku-buku yang menyangkut teori-teori yang

relevan dengan masalah yang dibahas.

2. Penelitian lapangan (field research), yaitu metode pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara peninjauan langsung pada objek penelitian

untuk mendapatkan informasi dengan membagikan kuesioner. Menurut

Prasetyo dan Jannah (2011:49), kuesioner merupakan lembaran yang

berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku. Kuisioner yang

diajukan kepada responden berupa daftar pertanyaan tertutup (closed

question), yaitu pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga

responden dibatasi untuk membuat pilihan diantara serangkaian alternatif

saja. Kuisioner dalam penelitian ini merupakan hasil adaptasi dari

penelitian Nurlan (2011). Skala yang digunakan dalam penyusunan

kuesioner penelitian ini adalah skala likert, yaitu skala yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala likert dalam kuisioner

disusun dengan format seperti (Ruslan, 2008:198)

a. Jawaban A sangat setuju diberi score 5.

b. Jawaban B setuju diberi score 4.

c. Jawaban C ragu-ragu diberi score 3.

d. Jawaban D tidak setuju diberi score 2.

e. Jawaban E sangat tidak setuju diberi score 1.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

48

3. Mengakses website dan situs-situs untuk memperoleh informasi

sehubungan dengan masalah dalam penelitian.

3.5. Metode Analisis Data

3.5.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, maka kualitas

kuesioner dan kesanggupan responden dalam menjawab pertanyaan

merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian ini. Apabila alat yang

digunakan dalam proses pengumpulan data tidak valid, maka hasil penelitian

yang diperoleh tidak mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh

karena itu dalam penelitian akan dimulai dengan pengujian validitas dan

reliabilitas terhadap daftar pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner.

Penelitian ini tidak akan berguna jika instrumen yang dipakai untuk

mengumpulkan data penelitian tidak memiliki reliability (tingkat keandalan) dan

validity (tingkat keabsahan) yang tinggi. Pengujian dan pengukuran tersebut

masing-masing akan menunjukkan konsistensi dan akurasi data yang

dikumpulkan. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan

software aplikasi statistik Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 19.

1. Pengujian Validitas

Uji Validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-

pertanyaan pada kuesioner yang harus dibuang atau diganti karena

dianggap tidak relevan (Umar, 2008:54). Model pengujian menggunakan

pendekatan Pearson Correlation untuk menguji validitas pernyataan

kuesioner yang disusun dalam bentuk skala. Perhitungan ini akan

dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 19 (Statistical

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

49

Package for Social Scince). Hasil pengujian validitas menunjukkan

korelasi positif pada level 0,01 dan 0,05.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas atau keterandalan suatu instrumen dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana kebenaran alat ukur tersebut cocok digunakan

sebagai alat ukur untuk mengukur sesuatu. Uji reliabilitas berguna untuk

menetapkan apakah instrument yang dalam hal ini kuesioner dapat

digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama

(Umar, 2008:57). Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan

data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut,

dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode cronbach alpha

(α). Pengujian ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 19

(Statistical Package for Social Scince). Koefisien cronbach alpha yang

lebih besar dari 0,6 menunjukkan keandalan (reliabilitas) instrumen.

3.5.2 Pengujian Hipotesis

Analisis utama adalah pengujian hipotesis. Untuk pengujian hipotesis

dilakukan dengan menggunakan alat analisis Statistic Independent Sample t-test

dengan menggunakan bantuan program Statistical Packages for Social Science

19 (SPSS) karena sampel yang diuji terdiri dari dua kelompok yang saling

independen dan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan

persepsi diantara kelompok sampel.

Independent Sample t-test, prinsipnya ingin mengetahui apakah ada

perbedaan mean antara dua populasi, dengan membandingkan dua mean

sample-nya. Pengujian hipotesis Uji beda t-test dengan sampel Independen

(Independent Sample t-test) digunakan untuk menentukan apakah dua sampel

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB I-BAB... · Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia ... Pada kasus ini

50

yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Ada dua tahapan

analisis yang dilakukan dalam uji beda

1. Pertama, menguji apakah asumsi variance populasi kedua sampel

tersebut sama ataukah berbeda dengan melihat nilai levene test.

2. Kedua, dengan melihat nilai t-test untuk menentukan apakah terdapat

perbedaan nilai rata-rata secara signifikan. Pengambilan keputusan

berdasarkan:

a. Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

b. Jika p-value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.