bab i pendahuluan -...

33
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan dunia pemasaran telah berkembang pesat, terutama dalam bidang marketing communication. Pemasar tidak lagi hanya dapat mengandalkan satu tool saja sebagai alat komunikasi pemasarannya, melainkan dengan mengombinasikan beberapa tools. Hal ini yang menyebabkan belakangan ini para pemasar beramai-ramai menggunakan berbagai media dan saluran (channel) sebagai alat pemasaran, bahkan pemasar tak lagi menggunakan ‘alat’ konvensional sebagai strategi pemasarannya (Kotler, 2014:5). Menemukan ‘alat’ yang baru, berinovasi dalam dunia pemasaran merupakan kunci untuk mencapai goal atau tujuan dari kegiatan pemasaran itu sendiri. Menurut Kotler, terdapat 5 alat pemasaran, yaitu Pemasaran Langsung (Direct Marketing), Promosi Penjualan (Sales Promotion), Hubungan Masyarakat (Public Relation), Penjualan Personal (Personal Selling), dan Periklanan (Advertising). Periklanan adalah salah satu dari 5 tools yang digunakan oleh pemasar untuk mempersuasif langsung target konsumennya maupun publik. Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media, bahkan ditujukan untuk membujuk orang agar melakukan tindakan pembelian. Iklan dan promosi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem ekonomi dan sosial masyarakat modern. Dewasa ini, iklan sudah berkembang menjadi sistem komunikasi yang sangat penting, tidak hanya bagi produsen barang atau jasa, namun bagi konsumen juga. Iklan merupakan salah satu dari sekian banyak media pemasaran yang paling marak digunakan. Iklan sendiri terdiri dari banyak jenis. Setiap jenis iklan memiliki kelebihan dan kekurangannya. Bergantung pada apa tujuan iklan tersebut,

Upload: lyminh

Post on 09-May-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini perkembangan dunia pemasaran telah berkembang pesat, terutama

dalam bidang marketing communication. Pemasar tidak lagi hanya dapat

mengandalkan satu tool saja sebagai alat komunikasi pemasarannya, melainkan

dengan mengombinasikan beberapa tools. Hal ini yang menyebabkan belakangan

ini para pemasar beramai-ramai menggunakan berbagai media dan saluran

(channel) sebagai alat pemasaran, bahkan pemasar tak lagi menggunakan ‘alat’

konvensional sebagai strategi pemasarannya (Kotler, 2014:5). Menemukan ‘alat’

yang baru, berinovasi dalam dunia pemasaran merupakan kunci untuk mencapai

goal atau tujuan dari kegiatan pemasaran itu sendiri.

Menurut Kotler, terdapat 5 alat pemasaran, yaitu Pemasaran Langsung

(Direct Marketing), Promosi Penjualan (Sales Promotion), Hubungan Masyarakat

(Public Relation), Penjualan Personal (Personal Selling), dan Periklanan

(Advertising). Periklanan adalah salah satu dari 5 tools yang digunakan oleh

pemasar untuk mempersuasif langsung target konsumennya maupun publik. Secara

sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang

ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media, bahkan ditujukan untuk membujuk

orang agar melakukan tindakan pembelian. Iklan dan promosi merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari sistem ekonomi dan sosial masyarakat modern. Dewasa

ini, iklan sudah berkembang menjadi sistem komunikasi yang sangat penting, tidak

hanya bagi produsen barang atau jasa, namun bagi konsumen juga.

Iklan merupakan salah satu dari sekian banyak media pemasaran yang paling

marak digunakan. Iklan sendiri terdiri dari banyak jenis. Setiap jenis iklan memiliki

kelebihan dan kekurangannya. Bergantung pada apa tujuan iklan tersebut,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

2

penempatannya, dan target audiensnya. Tren iklan yang sedang marak menjadi

pusat perhatian adalah iklan luar ruang (out home media). Iklan jenis ini mencakup

ruang lingkup yang cukup luas, sangat cair dan fleksibel dalam pengisian kontennya,

dan keterpaan-nya terhadap publik cukup besar. Iklan luar ruang memiliki banyak

tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho, billboard,

spanduk, umbul-umbul, dan lainnya. Biasanya dimensi iklan luar ruang ini adalah

cetak, karena khalayak sasarannya adalah pengendara di jalan raya, maka iklan luar

ruang dibuat sedemikian rupa untuk menarik perhatian dengan visual dan copy yang

mencolok.

Banyak pertimbangan dalam membuat iklan, begitu juga dalam memilih

media untuk beriklan. Kejelian dalam pemilihan media merupakan trik tersendiri

bagi pemasar. Apalagi dihadapkan dengan zaman serba moderen dan berteknologi

canggih seperti sekarang, media-media iklan pun harus berinovasi menyaingi

zaman. Tak terkecuali media iklan luar ruang, isu-isu iklan luar ruang yang

menyebabkan permasalan sampah visual pun menjadi topik hangat bagi masyarakat

Yogyakarta. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kontrol terhadap

penempatan media luar ruang ini semakin menurun. Kota Yogyakarta dihadapkan

pada permasalahan sampah visual. Banyak agensi-agensi pemasaran periklanan

yang membuat billboard, baliho, spanduk, dan segala jenis iklan cetak ruang luar

lainnya secara sembarangan, tanpa mempertimbangkan nilai estetika jalan. Belum

lagi keindahan kota tercemari dengan banyaknya atribut-atribut iklan yang

menumpuk pada persimpangan jalan, bundaran di pusat kota, dan titik-titik lokasi

lainnya. Hal ini memang berbanding lurus dengan perkembangan ekonomi di

Yogyakarta, semakin banyak usaha-usaha lokal di Yogyakarta yang ingin

mengiklankan produknya, alhasil semakin ruwet tampilan kota ini.

Iklan luar ruang masih sering diidentikkan dengan papan reklame seperti

billboard, spanduk, ataupun baliho. Namun tidak hanya itu saja, menyesuaikan

dengan pesatnya perkembangan dunia pemasaran kreatif, mulai banyak

bermunculan jenis iklan luar ruang yang baru dan lebih kreatif, seperti misalnya

iklan pada gagang pintu kendaraan umum, atau pada pintu lift di mall. Iklan-iklan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

3

kreatif seperti ini selain menarik dari segi visual, juga mendapatkan exposure yang

besar dari khalayak sasarannya. Sejalan dengan perkembangan zaman dan

perkembangan dunia komunikasi, maka para praktisi periklanan tidak bisa berdiam

diri dengan hanya mempertahankan hal-hal lama dan konvensional. Inovasi-inovasi

baru perlu dikembangkan agar dapat mengakomodasi berbagai kecenderungan yang

berlangsung. Untuk itu bentuk-bentuk media baru atau alternatif-alternatif baru

terus dicari dan dikembangkan oleh para perencana media di berbagai biro iklan,

sehingga lahir inovasi-inovasi baru dalam pemasangan dan pemilihan media iklan.

Jika dahulu kebanyakan iklan dipasang pada media cetak, televisi, radio,

spanduk, billboard, maka kali ini mulai ditemukan iklan berbentuk LED di

pinggiran jalan. Salah satu inovasi terbaru dari dunia periklanan ini mulai

diaplikasikan di beberapa kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung,

Surabaya, dan tidak ketinggalan juga Yogyakarta. Media iklan berbentuk LED ini

di Indonesia disebut dengan videotron. Videotron selain merupakan inovasi baru di

dunia perencanaan media iklan, juga diyakini dapat menjadi salah satu alternatif dari

media iklan luar ruang, hal ini dikarenakan videotron dapat menampung beberapa

jenis iklan sekaligus dalam satu spot media iklan. Konten iklan berbentuk

audiovisual dan ukuran fisik yang besar dan mencolok, menjadikan videotron

banyak menarik perhatian publik.

Namun apakah hanya karena audiovisual dan ukurannya saja yang membuat

videotron dapat dijadikan alternatif media iklan luar ruang yang lebih baik

dibanding yang lainnya? Tentu saja tidak. Masih banyak faktor lain yang harus

diukur dan dipertimbangakan untuk menyatakan bahwa videotron merupakan

alternatif sekaligus solusi terhadap iklan luar ruang yang sudah semakin carut-marut

di pinggiran jalan.

Goal dari semua kegiatan pemasaran adalah pesan yang disampaikan

melalui iklan dapat diterima dan dicerna dengan baik oleh khalayak sasarannya.

Oleh karena itu pemasar harus membuat iklan seefektif mungkin agar pesan sampai

dengan tepat kepada khalayak sasaran. Menetapkan suatu iklan dikatakan efektif

atau tidak adalah berdasarkan penilaian dari khalayak sasarannya. Penilaian akan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

4

efektifitas memiliki banyak faktor dan indikatornya, apalagi pada media iklan luar

ruang videotron yang notabene merupakan alternatif baru dalam dunia periklanan.

Salah satunya adalah pertimbangan lokasi. Lokasi penempatan videotron dipilih

tidak semata-mata hanya karena traffic dan kepadatan jalan saja, namun banyak

faktor pendukung lainnya, seperti jangkauan, frekuensi dan lainnya.

Pemilihan lokasi penempatan sangat berpengaruh terhadap keterpaan iklan

itu sendiri. Mengapa demikian? Setiap lokasi memiliki publik yang berbeda, dari

segi demografis maupun psikografis. Bukan hanya itu, pemilihan lokasi juga harus

menyesuaikan dengan pemilihan produk dan jenis iklan. Tapi tidak semudah itu

perkara efektivitas, terutama pada media baru seperti videotron. Kendala besar yang

dihadapi para pemasar adalah dengan bentuk iklan audiovisual, khalayak sasaran

hanya menyimak sedikit iklan karena sedang dalam mobilitas tinggi dan berkendara,

sehingga pesan tidak tersampaikan seluruhnya. Menjadi tantangan baru bagi

pemasar ketika khalayak sasaran hanya menyimak setengah dari pesan iklan.

Dengan konteks media luar ruang yang mobilitas sangat tinggi, khalayak sasaran

yang diibaratkan adalah pengendara kendaraan di jalanan, belum tentu akan kembali

ke tempat yang sama untuk menyimak kembali iklan yang sama.

Tantangan ini yang telah dirasakan oleh beberapa agensi penyedia jasa sewa

videotron di Yogyakarta. Ada 5 agensi penyedia jasa sewa videotron di Yogyakarta,

diantaranya Java Videotron, Karka, Iklanvideotron.com, MD Advertising, dan

Media Promosi Indonesia (MPI). Diantara kelima agensi tersebut yang paling

banyak memiliki videotron adalah Java Videotron, yang mempunyai 8 titik.

Sedangkan agensi lainnya hanya memiliki masing-masing satu videotron.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti, penempatan videotron masih didasarkan

pada asusmsi titik keramaian dan traffic saja. Padahal jika dikaji lebih dalam, masih

banyak indikator ketertarikan khalayak terhadap iklan videotron, seperti arus

kendaraan, level jalan, dan lainnya. Penelitian ini akan membandingkan beberapa

asumsi yang menjadi dasar keputusan penempatan videotron oleh penyedia jasa

videotron, yakni Java Videotron, dengan tanggapan dan respon masyarakat

Yogyakarta terhadap asumsi tersebut. Apakah asumsi Java Videotron mengenai titik

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

5

keramaian dan traffic sesuai dengan respons masyarakat tentang hal tersebut? Pada

lokus inilah peneliti ingin menggali lebih dalam perihal penempatan videotron,

khususnya di kota Yogyakarta.

Untuk mempermudah penelitian, peneliti mengambil salah satu sampel

videotron yang dimiliki oleh Java Videotron, yaitu videotron yang terletak di

perempatan Galeria Mall. Pada perempatan Galeria Mall sebenarnya terdapat 2

videotron yang berbeda kepemilikannya. Videotron yang berada pada timur laut

perempatan merupakan videotron yang dikelola oleh java Videotron sebagai agensi

jasa penyedia dan persewaan videotron, sedangkan videotron pada sisi atas Galeria

Mall merupakan videotron milik Galeria Mall dan dikelola oleh mereka sendiri.

Namun hanya videotron milik Java Videotron saja yang diulas dalam pembahasan

ini karena videotron milik Galeria Mall hanya terbatas pada iklan produk tertentu

saja, dan juga sulit untuk memperoleh data sekunder karena sulit meminta

keterangan pihak Galeria Mall.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana tanggapan/respons masyarakat Yogyakarta terhadap videotron

sebagai sebuah media iklan? Terutama videotron yang dipasang di Perempatan

Galeria Mall?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bagaimana respons audiens mengenai videotron pada

perempatan Galeria Mall

2. Untuk mengetahui apa saja indikator atensi (perhatian) masyarakat terhadap

videotron

3. Untuk mengetahui apakah asumsi yang dimiliki oleh Java Videotron sesuai

dengan respons masyarakat

4. Untuk mengetahui sejauh mana videotron mampu memberikan exposure

(keterpaan) iklan terhadap audiens.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

6

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Akademis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

ilmu komunikasi khususnya konsentrasi studi periklanan, yang meneliti

tentang media iklan luar ruang baru, yaitu videotron.

2. Manfaat Praktis:

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi pengiklan yang

akan memanfaatkan media luar ruang sebagai strategi dalam berpromosi

menawarkan produknya, sehingga pengiklan bisa lebih mengetahui apa saja

faktor yang mempengaruhi efektivitas penempatan iklan mereka. Juga sebagai

bahan masukan dan pertimbangan bagi penyedia dan pemilik jasa videotron

tentang faktor apa saja yang mempengaruhi tanggapan masyarakat mengenai

videotron.

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

1.5.1 Media Baru

Media baru (new media) merupakan simplifikasi terhadap bentuk media

di luar 5 media massa besar konvensional, seperti televisi, radio, majalah,

koran, dan film. Diperkenalkan mulai tahun 1990-an, istilah media baru (new

media) pada awalnya mengandung arti negletik (penolakan), media baru

bukanlah media massa. Sifat media baru adalah cair (fluids), kolektivitas

individual, dan menjadi sarana untuk membagi peran kontrol dan kebebasan

(Chun, 2006:1, dalam Anshori, 2010)

Martin Lister dan Jon Dovey (2009:13) menjelaskan definisi media baru

melingkupi:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

7

a. New textial experience. Jenis-jenis baru genre dan format teks,

hiburan, pola, dan kenikmatan dalam mengonsumsi media.

b. New way of representating the world. Media yang tak mudah

didefinisikan, tetapi mampu memberi pengalaman dan kemungkinan

yang representatif.

c. New relationship between subjects (user and consumer) and media

technologies. Perubahan dalam menggunakan dan meresapi citra dan

media komunikasi dalam kehidupan sehari-hari yang terinvestasikan

dalam teknologi media.

d. New experience of the relationship between embodiment, identity,

and community. Pergeseran dalam pengalaman pribadi dan sosial

mengenai waktu, ruang, dan tempat (baik lokal maupun global)

mempengaruhi pengalaman kita di dunia.

e. New conceptions of the biological body’s relationship to

techonogical media. Tantangan untuk memahami konsep real dan

virtual. Manusia dan artificial nature, dan sebagainya.

f. New patterns of communication and production. Penyusunan ulang

dan integrasi dalam budaya media, ekonomi, industri, akses,

kepemilikan, dan regulasi secara lebih luas.

Menurut Jenkins (2002:2), membagi konvergensi dalam empat jenis,

yaitu konvergensi teknologi, konvergensi ekonomi, konvergensi sosial

(organik), serta konvergensi budaya dan global.

a. Konvergensi teknologi merupakan proses penggabungan secara

digial berbagai bentuk isi media. Jika teks, image (citra), dan

suara telah diubah menjadi bentuk byte, maka dapat

mengompilasi menjadi satu dan mengirimkannya ke berbagai

platform.

b. Konvergensi ekonomi berhubungan dengan integrasi industri

hiburan. Konvergensi ekonomi merupakan bentuk baru

konglomerasi media, dimana satu perusahaan dapat bergerak

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

8

dibadang film, televisi, buku, news online provider, dan lain

sebagainya.

c. Konvergensi sosial adalah perilaku dan strategi dari konsumen

atau khalayak yang dapat menjalankan aktivitas atau

menyelesaikan beberapa pekerjaan sekaligus.

d. Konvergensi budaya merupakan persilangan dari berbagai

teknologi media, industri, dan konsumen. Konvergensi media

telah mendorong partisipasi dan perkembangan budaya popular,

menghubungkan antara konsumen dengan industri media serta

memunculkan berbagai bentuk informasi berbiaya rendah.

Konvergensi budaya juga mendorong terjadinya penggunaan

multimedia dalam produksi kreatif dan jurnalistik.

Media baru (new media) merujuk pada perkembangan teknologi digital,

tetapi media baru sendiri tidak serta merta berarti media digital. Video, teks,

gambar, grafik yang diubah menjadi data-data digital berbentuk byte, hanya

merujuk pada sisi teknologi multimedia, salah satu dari tiga unsur dalam

media baru, selain ciri interaktif, dan intertekstual. Berbicara mengenai media

baru, maka tak dapat dipisahkan dengan keberadaan internet. Internet

merupakan jaringan antarkomputer, “put simply internet is an almost global

network connecting millions of computers. Using a number of egreed format

(knows as protocol), users are able to transfer data (or file), from one

computer to the next” (Thurlow, 2009:28)

Namun secara cultural, Thurlow dkk (2009) menjelaskan internet

sebagai transformasi kultural dan sosial yang dibawa oleh komputer dan

internet. Lebih dari itu, aspek ini berfokus pada interaksi sosial seperti

bagaimana identitas, hubungan komunitas, dipengaruhi atau berubah karena

internet.

Pada dasarnya, media, baik media baru atau media konvensional telah

berperan dalam perubahasan sosial masyarakat, bahkan hingga perubahan

budaya. Perbedaan signifikan dari media lama dan baru terletak pada

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

9

kesempatan pengguna untuk berinteraksi. Interaktivitas adalah kemampuan

dari sistem komunikasi baru untuk menjawab pengguna lain, hampir seperti

partisipasi individu dalam suatu percakapan (Rogers, 1986:34). Media massa

baik surat kabar, radio, televisi, dan radion relatif memiliki tingkat

interaktivitas yang berbeda dibandingkan dengan media baru.

Pavlik (1996:2) menjelaskan bahwa akibat dari digitalisasi teknologi

yang merupakan bentukan dari media baru sangat nyata dalam merubah

berbagai bentuk komunikasi manusia. Pavlik menjelaskan secara teknis media

baru memiliki fungsi dalam teknis, distribusi, display, dan penyimpanan. Hal

yang menarik adalah dalam media baru proses ini berlangsung cepat dan terus

berputar, sebab media baru memberi kemungkinan interkasi untuk

berlangsung terus menerus.

1.5.2 Media Iklan Luar Ruang

Iklan luar ruang mulai menjadi incaran para pelaku periklanan, baik

pengiklan itu sendiri ataupun agensi periklanan. Iklan luar ruang memiliki

medium yang fleksibel juga jangkauannya yang spesifik menjadikan media

luar ruang ini menjanjikan bagi pengiklan. Menurut Tjiptono dalam bukunya

Strategi Bisnis Pemasaran: “Media luar ruangan adalah media yang berukuran

besar dipasang ditempat-tempat terbuka seperti dipinggir jalan, dipusat

keramaian atau tempat-tempat khusus lainnya, seperti di dalam bus kota,

gedung, pagar tembok dan sebagainya” (Tjiptono, 2008: 243).

Jangkauannya yang luas dan lokal sangat menjanjikan bagi beberapa

produk tertentu, seperti untuk publikasi brand activation, produk kecantikan,

dan sebagainya. Pada dasarnya, apapun bentuk iklan media luar, baik cetak

maupun elektronik, adalah sama. Keduanya memiliki jangkauan yang sama,

frekuensi yang sama. Perbedaannya terletak pada cara menikmati iklan

tersebut, iklan cetak membutuhkan audiens yang lebih aktif untuk membaca

semua informasi yang diiklankan, sedangkan iklan elektronik membutuhkan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

10

waktu untuk mencerna. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya

masing-masing yang menjadikan kedua media iklan ini sama kuatnya untuk

menjadi pertimbangan para pengiklan.

Menurut peraturan perundang-undangan mengenai reklame, iklan luar

ruang dan reklame diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Reklame papan/billboard adalah reklame yang berbentuk bidang,

dengan bahan terbuat dari kayu, logam, kaca, plastik dan bahan lain

yang sejenis sesuai dengan perkembangan jaman, yang

pemasangannya berdiri sendiri, menempel pada bangunan dengan

konstruksi tetap dan reklame tersebut bersifat permanen.

2. Reklame megatron/videotron adalah reklame yang berbentuk

bidang dengan komponen elektronik berbentuk LED pixel yang

pemasangannya berdiri sendiri, menempel bangunan atau diatas

bangunan dengan konstruksi tetap atau permanen.

3. Reklame baliho adalah reklame yang berbentuk bidang dengan

bahan terbuat dari kayu, logam, plastik dan bahan lain yang sejenis

sesuai perkembangan jaman, yang pemasangannya berdiri sendiri

dengan konstruksi sementara dan bersifat semi permanen.

4. Reklame kain adalah reklame yang berbentuk spanduk, umbul-

umbul, banner, dengan bahan kain, plastik, dan yang sejenis yang

pemasangannya berdiri sendiri, menempel bangunan, atau diatas

bangunan dengan konstruksi sementara dan bersifat semi

permanen.

5. Reklame melekat (stiker) adalah reklame yang berbentuk bidang

dengan bahan kertas, plastik, logam yang pemasangannya dengan

cara ditempelkan dan bersifat semi permanen.

Adapun aspek estetika dapat dilihat berdasarkan ukuran iklan luar

ruang, jarak antara iklan luar ruang, lokasi penempatan iklan luar ruang serta

tingkat kepadatan iklan luar ruang. Aspek-aspek tersebut jika dilaksanakan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

11

dengan baik maka dapat memberikan dampak indah, menarik, dan

mempesonakan di dalam penempatan iklan luar ruang.

2. Ukuran Luar: Ruang Ukuran iklan luar ruang yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah besarnya iklan luar ruang yang diukur dari

panjang dan tinggi suatu iklan luar ruang.

3. Jarak antara iklan luar ruang: Jarak antara iklan luar ruang ini dilihat

dari jarak penempatan antara iklan yang satu dengan lainnya

4. Lokasi penempatan iklan luar ruang: Iklan luar ruang harus

memperhatikan dengan kondisi sekitar, iklan luar ruang yang baik

harus memperhatikan kenyamanan pengguna jalan maupun

keseimbangan lingkungan yang itu semua dapat memberikan

keindahan bagi kota.

5. Tingkat kepadatan iklan luar ruang: Tingkat kepadatan iklan luar

ruang ini berhubungan dengan banyaknya iklan luar ruang pada

suatu titik tertentu.

Perkembangan teknologi memaksa manusia untuk bergerak semakin

dinamis. Tak ketinggalan juga dengan dunia periklanan. Tak hanya konten

iklan yang semakin kreatif, namun media beriklan juga semakin meng-

upgrade menyesuaikan dengan zaman. Salah satu media iklan baru yang

mulai muncul di Indonesia adalah videotron, atau biasa disebut juga dengan

megatron. Videotron merupakan salah satu bentuk revolusi dari display

running text sederhana, pada awalnya display running text hanya mampu

menampilkan tulisan berjalan dengan jumlah dan bentuk karakter yang sangat

terbatas, berkembangnya teknologi dengan sangat pesat membawa dampak

besar bagi penciptaan barang – barang elektronik yang ikut mendukung gaya

modernisasi dunia.

Sebelum ditemukannya videotron, ada beberapa display yang terbuat

dari susunan LED (Ligth Emiting Dioda) yang berkembang menjadi sebuah

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

12

display running text (hanya menampilkan tulisan berjalan), selanjutnya

berkembang lagi dengan munculnya display susunan LED tersebut yang dapat

menampilkan logo atau gambar. Dengan seiring berjalannya perkembangan

tersebut, munculah berbagai display dengan warna yang sangat bervariasi, tapi

perlu diketahui awal mula munculnya videotron adalah adanya display yang

terbuat dari LED yang bisa menampilkan banyak warna, display tersebut

adalah display yang sengaja disusun dari beberapa warna LED, akan tetapi

tidak dapat diubah-ubah layaknya running text. Hanya saja sususan LED

dengan beragam warna telah ditempatkan atau disusun sesuai dengan warna

logo atau gambar yang ingin di buat. Bisa dikatakan display ini adalah display

permanen dan statis karena konten yang terdapat didalamnya tidak dapat

diubah – ubah. Dari sinilah muncul ide – ide untuk dapat menciptakan display

dengan ukuran besar dan mampu menampilkan gambar bergerak atau yang

sekarang dikenal dengan sebutan videotron.

Munculnya videotron menjadi alternatif media beriklan baru bagi para

pemasar. Dengan berformat video, videotron menampilkan iklan yang lebih

dinamis dan lebih menarik, sekaligus menjadi nilai tambah tersendiri dimata

khalayak publik. Videotron didaulat menjadi solusi atas maraknya isu-isu

sampah visual yang disebabkan oleh iklan luar ruang seperti billboard, baliho,

spanduk, poster yang dipasang dan ditempel tanpa memperhatikan dan

mempertimbangkan nilai estetika dan keindahan tata letak kota. Dengan

format video, dalam 1 unit videotron mampu menampung belasan bahkan

puluhan iklan dalam 1 hari, walaupun secara bergantian dan dengan durasi

yang terbatas. Namun setidaknya dapat menjadi solusi atas isu sampah visual

yang marak diteriakkan di berbagai kota di Indonesia, termasuk Yogyakarta.

Videotron merupakan sebagai media iklan luar ruang baru memiliki

beberapa kelemahan dan kelebihan yang berbeda dengan jenis media iklan

ruang lainnya. Hal ini juga menyebabkan penerimaan pesan dari media

videotron juga akan berbeda. Tantangan terbesar videotron adalah videotron

berformat video (gambar gerak) dengan audiens yang juga bergerak atau

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

13

mobile. Berbeda dengan media luar ruang lainnya, seperti billboard atau

baliho yang berformat cetak / print (diam), walaupun dengan audiens

bergerak. Juga berbeda dengan televisi yang berformat video (gerak), namun

audiens-nya diam. Oleh karena itu pengiklan dituntut untuk lebih jeli

menemukan titik temu dari iklan yang bergerak dengan khalayak target yang

juga bergerak.

Menurut beberapa khalayak, selama ini videotron hanya dinilai sebagai

‘sebuah TV’ dengan ukuran mencolok yang berada di pinggir jalan yang

bahkan hampir sebagian besar mereka tidak tahu apa sebutan untuk ‘TV besar’

tersebut dan apa fungsinya. Penilaian awal mengenai videotron berasal dari

segi fisik luar yang bisa dilihat oleh khalayak publik. Namun penilaian fisik

ini dianggap cukup untuk awal perkenalan videotron bagi masyarakat awam.

Iklan ruang luar juga harus memperhatikan nilai-nilai estetika kota, yakni

keindahan tata letak dan visual, kesopanan, ketertiban, keamanan, kesusilaan,

dan tidak menyangkut nilai SARA.

1.5.3 Efek Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat

menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu. Donald K. Robert mengungkapkan, “efek hanyalah perubahan perilaku

manusia setelah diterpa pesan media massa”. Oleh karena fokusnya adalah

pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan oleh media

massa. Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa dapat menerpa

seseorang baik secara langsung mapun tidak langsung. Oleh karena itu, Stamm

menyatakan “efek komunikasi massa terdiri atas primary effect dan secondary

effect.

Menurut Steven M Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari tiga

pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan

dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

14

melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang

berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau atau dengan istilah lain

dikenal sebagai observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi,

masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa.

Menurut Kotler (2000), respon dalam dunia komunikasi sangat

beragam. Respon dapat berbentuk feedback langsung satu arah, feedback dua

arah, respon atas isi media, respon atas dampak media, dan respon atas pesan

media. Berikut beberapa model respon yang diklasifikasikan menurut efek

media:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

15

Tabel 1.1 Model Respon dalam Komunikasi Massa

Stages

Models

AIDA Model Communication

Model

Hierarchy of

Effect Model

Innovation

Adoption

Model

Cognitive

stage

Attention

Exposure

Reception

Cognitive

response

Awareness

Knowledge

Awareness

Affective

stage

Interest

Desire

Attitude

Intention

Liking

Preference

Conviction

Interest

Evaluation

Behaviour

stage Action Behaviour Purchase

Trial

Adoption

Source: Kotler, 2000

Dalam penelitian ini akan menggunakan respon Communication Model.

Terdapat tiga tahap utama yaitu kognitif, afektif, dan konatif (behavioral).

Pada tiap stages memiliki enam jenis variabel respon, yaitu exposure,

reception, cognitive response, attitude, intention, dan behavior.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

16

1.5.4 Konsep Respon

Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika

perangsang sudah tidak ada. jika proses pengamatan sudah berhenti, dan

hanya tinggal kesan-kesan saja, peristiwa ini disebut tanggapan. Definisi

tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan (Kartono, 1990:88).

Dalam hal ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui

persepsi, sikap, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap

seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang

untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu ransangan tertentu. Respon

juga diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum

pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau

tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

Tanggapan adalah hasil yang ingin dicapai dari sebuah proses

komunikasi. Dalam proses penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan, umpan balik akan terjadi dalam bentuk tanggapan sebagai akibat

dari stimulus yang ditransmisikan. Hal ini, akan mempermudah proses

pemahaman jika tanggapan yang muncul memiliki kesamaan kerangka

berfikir yaitu kesamaan pengalaman dan pengetahuan yaitu pengetahuan

antara komunikator dan komunikan. Menurut Effendy (1998:14), jika umpan

balik secara verbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan dengan

kata-kata, baik secara singkat maupun secara panjang lebar. Sedangkan

umpan balik secara nonverbal adalah tanggapan yang dinyatakan bukan

dengan kata-kata melainkan dengan bahasa tubuh.

Menurut Hunt (1962) orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk

memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani

representasi fenomenal dari keadaan diluar individu, lingkungan internal ini

dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

17

diluar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang disebut Hunt sebagai

suatu respon.

Namun, sebuah persepsi tak akan muncul, jika alat indera manusia tidak

diberi rangsangan terlebih dahulu. Seringkali manusia diberikan rangsangan

yang sama namun tanggapannya berbeda-beda. Hal ini dikarenakan tak ada

satu pun manusia di dunia yang persis sama dengan manusia lain, baik itu dari

segi kemampuan alat indera, ataupun dari pengalaman sosial yang didapat dari

lingkungan. Tanggapan sangat erat hubungannya dengan rangsangan

sehingga apabila rangsangan timbul maka mungkin sekali diikuti oleh

tanggapan. Perilaku yang muncul setelah stimulus ditransmisikan ke

komunikan adalah sebuah bentuk tanggapan, dengan begitu tanggapan adalah

hasil yang berupa pemikiran dan perilaku yang timbul karena rangsangan.

Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan

perasaan, kecurigaan dan prasangka, pra-pemahaman yang mendetail, ide-ide,

rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengertian

tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui, yaitu

:

1. Pengaruh atau penolakan

2. Penilaian

3. Suka atau tidak suka

4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang

atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan

lingkungan atau situasi lain. Ada dua jenis variabel yang dapat mempengaruhi

respon, yaitu :

1. Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang berasal semata-mata

dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan

pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

18

menentukan persepsi. Menurut teori Gestalt bila kita ingin

memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor

yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.

2. Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat pada diri

responden, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa

lalu, dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor personal

(Cruthefield, dalam sarwono, 1991).

Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu, faktor internal (kebiasaan, minat, emosi dan keadaan

biologis) dan faktor eksternal (intensitas, gerakan, dan pengulangan stimulus).

Dalam menanggapi stimulus, terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang dalam memberikan tanggapan, diantaranya adalah

perhatian. Sebuah tanggapan tidak akan terjadi begitu saja, bila tidak adanya

perhatian. Dalam memberikan perhatian setiap individu selaku komunikan

cenderung memberikan perhatian kepada salah satu stimuli atau rangkaian

stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya

melemah. Dalam memberikan persepsi, terdapat faktor-faktor eksternal dan

internal yang mempengaruhi perhatian (Rakhmat 2007:52).

Komunikasi dianggap berhasil jika respon yang terukur menunjukkan

yang dikehendaki komunikator. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh

Steven M. Caffe respon dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Respon yang bersifat kognitif. Bersangkutan dengan masalah

mengerti atau tidak mengarti; paham atau tidak paham. Kognitif,

yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan

dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul

apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi

oleh khalayak.

2. Respon yang bersifat afektif. Bersangkutan dengan masalah suka

atau tidak suka. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

19

emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini

timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap

sesuatu.

3. Respon yang bersifat perilaku (behavior). Bersangkutan dengan

masalah melaksanakan atau tidak melaksanakan. Behavioral, yaitu

respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi

tindakan atau perbuatan.

Respon memiliki 3 golongan yang berurutan, dimulai dari respon kognitif,

afektif, dan behavior. Respon kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang

sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorag atau sesuatu.

Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi

pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai,

menalar, membayangkan dan berbahasa. Kepercayaan/ pengetahuan

seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi sikap mereka dan

pada akhirnya mempengaruhi perilaku/ tindakan mereka terhadap sesuatu.

Merubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat merubah

perilaku mereka.

Gejala pengenalan (kognisi) dimulai ketika individu melakukan

pegindraan dan pengamatan. Mulai saat itu individu menerima secara

langsung stimuli atau rangsang dari luar. Individu mengenal lingkungan

sekitarnya baik berupa obyek maupun sesuatu yang bersifat abstrak, yakni

dengan menggunakan alat inderanya. Individu dapat menyadari keadaan

sekitar dengan pengindraan dan pengamatan (sensation and perception).

Setelah terjadi proses pengindraan dan pengamatan selanjutnya akan

terjadi proses tanggapan. Tanggapan diartikan sebagai gambaran ingatan dari

hasil pengamatan, dalam mana obyek yang telah diamati tidak lagi berada

dalam ruang dan waktu pengamatan. Tanggapan berada di alam bawah sadar

manusia. Setelah individu mengalami proses tanggapan, selanjutnya

tanggapan tersebut akan dimunculkan. Pemunculan dari tanggapan-tanggapan

dari keadaan dibawah sadar (tidak disadari) ke dalam keadaan disadari disebut

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

20

dengan reproduksi. Reproduksi dapat juga terjadi oleh karena adanya

perangsang atau pengaruh dari luar. Dari proses reproduki maka proses

berlanjut pada ingatan (memory). Ingatan atau memory ialah kekuatan jiwa

untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan.

Respon afektif ialah respon yang timbul pada aspek perasaan atau

tanggapan ataupun reaksi seseorang terhadap stimulus yang diterima dari

pesan komunikasi yang ada pada aspek emosional dan bersifat subyektif.

Perasaan seseorang berkembang sejak mengalami sesuatu. Karena itu mudah

dimengerti bahwa keadaan yang pernah mempengaruhinya dapat memberikan

corak dalam perkembangan perasaan. Dalam kehidupan modern banyak

bermacam-macam alat yang dipergunakan untuk memperkaya rangsang

emosi, seperti: televisi, radio, film, gambar, majalah, serta media internet.

Perasaan dan emosi pada umumnya disifatkan sebagai keadaan (state)

yang ada pada individu atau organisme pada suatu waktu. Menurut Caplin

(1972) yang dimaksud dengan perasaan adalah keadaan individu sebagai

akibat dari persepsi sebagai akibat stimulus baik eksternal maupun internal.

Ada tiga sifat perasaan:

1. Pada umumnya perasaan berkaitan dengan persepsi, dan merupakan

reaksi terhadap stimulus yang mengalaminya. Tetapi perasaan yang

timbul pada masing-masing individu ternyata dapat berbeda satu

dengan yang lain. Dengan demikian, sekalipun stimulusnya sama

namun perasaan yang ditimbulkan oleh stimulus tersebut dapat

berbeda-beda.

2. Perasaan bersifat subyektif, lebih subyektif apabila dibandingkan

dengan peristiwa-peristiwa psikis yang lain. Meskipun stimulusnya

sama namun perasaan yang dialami individu yang ditimbulkan oleh

stimulus tersebut dapat berbeda satu dengan yang lain.

3. Perasaan dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak

senang sekalipun tingkatanya dapat berbeda-beda. Namun demikian

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

21

perasaan senang dan tidak senang bukanlah satu-satunya dimensi dari

perasaan.

Sedangkan respon behavior lebih kepada perilaku yang muncul

dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respon

dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru

terhadap rangsang yang dikondisikan. Rangsang atau stimulus adalah istiah

yang digunakan oleh psikologi untuk menjelaskan suatu hal yang merangsang

terjadinya suatu respon tertentu. Rangsang merupakan informasi yang dapat

diindra oleh panca indra. Rangsang ialah suatu hal yang datang dari

lingkungan yang dapat menyebabkan respon tertentu pada tingkah laku.

Respon yang bersifat perilaku (behavior) bersangkutan dengan masalah

melaksanakan atau tidak melaksanakan. Pada respon yang bersifat perilaku

dilatar belakangi oleh aspek konasi yang meliputi komponen: adanya motif,

adanya suatu usaha, adanya saat-saat memilih, adanya suatu keputusan,

adanya perbuatan berdasarkan kemauan.

1.6 KERANGKA KONSEP

Penelitian ini berjudul Respon Masyarakat Yogyakarta terhadap

Videotron (Survei Deskriptif mengenai Tanggapan/Respons Masyarakat

Yogyakarta terhadap Videotron dengan Sampel Videotron pada Perempatan

Galeria Mall). Maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tanggapan,

pandangan, dan respon masyarakat Yogyakarta, terutama yang sering

melewati perempatan Galeria Mall mengenai videotron. Videotron

merupakan media iklan ruang baru yang belum banyak diketahui, bahkan

masih banyak masyarakat Yogyakarta yang belum mengetahui apa itu

videotron. Maka dari itu penelitian ini akan mencari tahu sejauh mana

masyarakat Yogyakarta mengetahui tentang videotron dengan mengambil

sampel contoh videotron pada perempatan Galeria Mall.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

22

Sedikitnya terdapat dua konsep yang akan digunakan sebagai

pendukung sekaligus batasan dalam penelitian ini, yaitu konsep mengenai

respon dan videotron. Konsep yang pertama adalah konsep mengenai respon

dimana peneliti akan menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Steven

M. Caffe mengenai tiga jenis respon, yaitu kognitif, afektif, dan behavioral.

Respon kognitif lebih menekankan kepada pengetahuan responden secara

garis besar, kemudian respon afektif lebih kepada tanggapan perasaan

(emosional) secara subjektif, dan respon behavioral mengacu pada perilaku

atau perubahan berilaku. Namun pada penelitian ini tidak akan mengamati

perubahan sikap responden karena dibutuhkan metode penelitian laiinya yang

lebih mendalam. Sehingga pada penelitian ini konsep respon yang akan dikaji

adalah respon kognitif dan respon afektif.

Selanjutnya konsep kedua adalah tentang videotron, dimana videotron

ini merupakan objek yang akan diberikan tanggapan oleh para responden.

Dalam menilai videotron, ada beberapa aspek interesting point yang secara

tersirat akan dimasukkan ke dalam pertanyaan sekaligus menjadi hasil dari

respon afektif. Selain itu dalam penelitian ini juga mengamati bagaimana

efektivitas videotron itu sendiri terhadap lokasi dan jalan yang berada

disekitarnya. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini disajikan dalam

bagan berikut ini:

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

23

Gambar 1.1 Kerangka Konsep

Dalam bagan kerangka konsep diatas dapat dilihat bahwa videotron

merupakan objek penelitian yang nantinya akan dikaji melalui teori respon

yang dikemukakan oleh Steven M. Caffe, yaitu respon kognitif, afektif, dan

behavioral. Lokus penelitian ini berada pada ranah penerimaan pesan, dalam

hal ini responden adalah masyarakat Yogyakarta terutama yang melewati

perempatan Galeria Mall, baik pernah memperhatikan videotron yang ada

disana maupun tidak. Selanjutnya seluruh konsep ini akan dituangkan di

dalam operasionalisasi konsep di sub-bab berikutnya.

1.7 DEFINISI OPERASIONAL

Secara sederhana definisi operasional dipahami sebagai petunjuk atau

cara untuk mengukur suatu variabel. Bentuk uraian dari definisi operasional

biasanya mencakup pemahaman tentang variabel, cara mengukur, dan makna

pengukurannya (Prajarto, 2010:86). Dalam penelitian ini ada beberapa

variabel dan dimensinya yang didefinisikan dibawah ini:

1. Tanggapan

VIDEOTR

ON

Efektivitas videotron terhadap

lingkungan sekitarnya

Respon Afektif

Respon Kognitif

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

24

Yang dimaksud tanggapan adalah diartikan suatu tingkah laku

atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail,

penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan

pada suatu fenomena tertentu. Tanggapan atau respon memiliki 3

bentuk, yaitu kognitif, afektif, behavior.

a. Kognitif

Respon kognitif mengukur sejauh mana pengetahuan

responden mengenai videotron. Seperti darimana responden

mengetahui mengenai videotron, lalu mengetahui fungsi dan

kegunaan videotron, serta dapat mengingat dimana saja letak

videotron di Yogyakarta.

1) Kode 0 : jika responden tidak mengetahui dan tidak sadar

dengan keberadaan videotron

2) Kode 1 : jika responden mengetahui tentang videotron

namun tidak mengetahui fungsi dan kegunaan videotron

3) Kode 2 : jika responden mengetahui tentang videotron

namun tidak tahu dimana saja letak videotron

4) Kode 3 : jika responden mengetahui tentang videotron

dan tahu kegunaan dan fungsi videotron, serta

mengetahui titik penempatan videotron.

b. Afektif

Respon afektif mengukur perspektif responden terhadap

videotron secara subjektif dan emosional. Responden cenderung

akan menilai videotron dari suka tidaknya atau senang tidak

senang terhadap media baru ini.

1) Kode 0 : jika responden tidak menyukai atau tidak

menyenangi videotron tanpa alasan

2) Kode 1 : jika responden tidak menyukai atau tidak

menyenai videotron dengan alasan tertentu

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

25

3) Kode 2 : jika responden menyukai atau menyenangi

videotron

2. Videotron

Yang dimaksud videotron adalah media iklan luar ruang

berformat LED (Ligth Emiting Dioda) yang diletakkan di pinggir jalan

atau pusat keramaian. Videotron biasa dipakai untuk menayangkan

iklan komersil, iklan layanan masyarakat, pemerintah, ataupun

informasi-informasi kegiatan yang akan berlangsung. Terdapat

beberapa dimensi untuk mengukur videotron, diantaranya:

a. Tempat

Dimensi tempat ini akan mengukur apakah lokasi

penempatan di perempatan Galeria Mall sudah tepat, dinilai

dengan jumlah arus kendaraan, traffic, dan estetika tata letak dan

ruang.

1) Kode 0 : jika responden menganggap lokasi ini tidak

cocok untuk menempatkan videotron

2) Kode 1 : jika responden menganggap lokasi ini cocok

untuk menempatkan videotron, namun secara estetika

membuat jalan semakin berantakan atau ruwet

3) Kode 2 : jika responden menganggap lokasi ini sudah pas

dan cocok dari segala aspek untuk menempatkan

videotron

b. Visual of view

Visual of view mengukur mengenai segala hal mengenai

cara responden melihat ke arah videotron, seperti titik atau sudut

pandang dan halangan pada videotron di tempat tersebut.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

26

1) Kode 0 : jika responden menemukan halangan dan sulit

melihat ke arah videotron

2) Kode 1 : jika responden menemukan halangan, namun

masih tetap dapat melihat ke arah videotron

3) Kode 2 : jika responden tidak menemukan halangan dan

dapat melihat videotron dengan leluasa

c. Interesting Point

Interesting point adalah hal apa saja yang membuat

responden tertarik untuk melihat ke arah videotron, seperti

gambar gerak yang memang alam bawah sadar manusia akan

merespon ketika ada suatu gambar gerak, dan beberapa daya

tarik lainnya.

1) Kode 0 : jika responden tertarik dengan videotron karena

gambar geraknya

2) Kode 1 : jika responden tertarik dengan videotron karena

warnanya

3) Kode 2 : jika responden tertarik dengan videotron karena

bentuknya

4) Kode 3 : jika responden tertarik pada videotron karena

gambar gerak, warna, dan bentuknya

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

27

Tabel 1.2 Operasionalisasi Konsep

Variabel Dimensi Sub-Dimensi Indikator

Videotron

Tempat

Lokasi Penempatan

Videotron

diletakkan/dipasang

ditempat yang tepat

Videotron terpasang

pada level atau

klasifikasi jalan yang

tepat

Estetika

Videotron yang

dipasang tidak

menggangu estetika,

keindahan tata letak

kota

Visual of

View

Titik / Sudut Pandang

Dari posisi dan keadaan

bagaimana responden

melihat videotron

Halangan

Apakah terdapat

halangan atau hal yang

membuat responden

tidak dapat terlihat

videotron

Interesting

Point

Menemukan daya tarik

videotron secara fisik,

seperti tentang gambar

gerak, warna, dan

lainnya

Kognitif Pengetahuan

Responden

Pengetahuan responden

mengenai videotron

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

28

Respons /

Tanggapan

Masyarakat

Ingatan (memory)

Responden dapat

mengingat mengenai

elemen-elemen

videotron ataupun iklan

yang pernah tayang

pada videotron

Afektif Persepsi

Responden

memberikan penilaian

yang bersifat subjektif

dan emosional

mengenai videotron

1.8 METODOLOGI PENELITIAN

1.8.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon dan

tanggapan masyarakat Yogyakarta terhadap videotron sebagai media iklan luar

ruang baru. Demi mencapai tersebut dibutuhkan berbagai data dari objek

penelitian, oleh karena itu metode penelitian yang peneliti anggap cocok untuk

digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang berupaya menguantifikasi

data dan biasanya menerapkan statistik tertentu (Malhotra, 2006: 161).

Penelitian kuantitatif tidak mementingkan kedalaman data, namun yang

terpenting adalah merekam data sebanyak-banyaknya dari sebuah populasi.

Tujuan penelitian kuantitatif mengarah pada hasil generalisasi, menjelaskan

fenomena secara terukur, serta berbagai pembuktian (Masyhuri dan Zainuddin,

2008:13).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

29

Metode survey cocok untuk penelitian ini karena metode survei mampu

mengumpulkan dan memperoleh data secara langsung dari lapangan (Ruslan,

2003:22). Metode survei sendiri merupakan sebuah upaya pengumpulan

informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi

tertentu. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu

populasi untuk kemudian menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data

yang pokok.

Metode penelitian survei menghasilakan informasi kuantitatif tentang

opini publik, karakter/sikap, maupun fenomena sosial. Metode ini digunakan

sebagai teknik untuk menggambarkan karakteristik atas dasar variabel-variabel

tertentu dari berbagai kasus. Dengan survei peneliti hendak menggambarkan

karakteristik tertentu dari suatu populasi, apakah mengenai sikap, tingkah laku,

atau aspek sosial lainnya. Tujuan dari metode ini adalah untuk menggambarkan

karakteristik dari sejumlah populasi.

1.8.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kota Yogyakarta. Berdasarkan data

yang ditemukan, sampai bulan Maret 2016 ini, ada sekitar 9 titik videotron yang

tersebar di seluruh Yogyakarta, yakni 2 buah videotron pada Perempatan Tugu

Yogyakarta, 2 buah videotron Perempatan Galeria Mall, Jalan Abu Bakar Ali

Malioboro, Jalan Abu Bakar Ali Kotabaru, Jalan Jendral Sudirman, Titik Nol

Kilometer, Pasar Beringharjo Malioboro, dan Jalan Suroto. Namun pada

penelitian ini akan fokus pada videotron yang di tempatkan di Perempatan

Galeria, sehingga jika data yang dibutuhkan belum mencukupi makan akan

disebar kuesioner fisik pada lingkungan sekitar Perempatan Galeria.

1.8.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan individu atau segala sesuatu yang menjadi

objek penelitian yang akan dianalisis dan sifatnya masih sangat luas. Dalam

setiap penelitian, populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

30

yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah

masyarakat Yogyakarta yang masuk dalam hitungan traffic pada perempatan

Galeria Mall berjumlah 100.650 jiwa. Responden yang dijadikan sampel

penelitian adalah para pengguna jalan dan masyarakat disekitar titik

penempatan videotron tersebut.

Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini berdasarkan rumus Slovin

(Bungin,2010: 115) adalah sebagai berikut:

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁 (𝑒)2

Keterangan:

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

(pada penelitian ini nilai e atau toleransi kesalahan adalah 5%, yang berarti nilai

e menjadi 0,05)

Berdasarkan perhitungan diatas jumlah sampel yang dibutuhkan pada

penelitian ini adalah 400 orang responden sebagai sampel ini akan dibagi ke 2

titik videotron, sehingga pada masing-masing titik videotron akan mengambil

sebanyak 200 responden. Di setiap titik lokasi ini akan dibagi juga menjadi

responden pengendara kendaraan bermotor dan responden pejalan kaki.

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁 (𝑒)2

𝑛 = 100650

1 + 100650 (0,05)2

= 400

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

31

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data akan digolongkan menjadi 2, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer akan diperoleh langsung dari objek

yang diteliti, yaitu 400 responden. Untuk mengumpulkan data primer, akan

melakukan teknik survei purposive sampling. Teknik ini dipilih karena

peneliti membuat beberapa kriteria untuk calon respondennya sehingga data

yang diperoleh lebih akurat. Instrumen penelitian yang akan digunakan, yaitu

kuisioner. Kuisioner akan berisi tentang beberapa pertanyaan terstruktur

secara umum yang akan membahas tentang frekuensi dan keterpaan

(exposure) videotron secara kuantitatif. Sedangkan data sekunder diperoleh

dari lembaga atau institusi tertentu, pada penelitian ini lembaga yang akan

dirujuk adalah agensi penyedia jasa videotron di kota Yogyakarta, yaitu Java

Videotron. Data sekunder ini ditujukan untuk melengkapi BAB 3 dan mencari

informasi terkait videotron di Yogyakarta.

1.8.5 Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat ukur yang

digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang

dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004:137). Dengan

demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat

untuk mengukur apa yang hendak di ukur.

Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika

instrument yang digunakan sudah tidak valid dan reliable maka dipastikan hasil

penelitiannya pun tidak akan valid dan reliable. Sugiyono (2007: 137)

menjelaskan perbedaan antara penelitian yang valid dan reliable dengan

instrument yang valid dan reliable adalah penelitian yang valid artinya bila

terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

32

terjadi pada objek yang diteliti. Sedangkan penelitian yang reliable bila terdapat

kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini akan dibantu software

SPSS 23, dimana pada software ini menyediakan fitur untuk menguji intrumen

pengumpulan data, dalam penelitian ini berarti kuesioner, agar terbukti validitas

dan reliabilitasnya. Peneliti akan menguji kuesioner yang telah dibuat kepada

30 orang responden secara acak (random sampling), lalu memasukkan data

pada SPSS untuk di uji validitas dan reliabiltasnya. Jika kedua hal ini telah

terpenuhi, maka kuesioner layak edar sebagai instrumen pengumpulan data.

Hasil dari uji validitas dan reliabilitas ini nantinya akan dibahas lebih rinci pada

Bab IV, yaitu Bab Pembahasan.

1.8.6 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini hanya terdapat 1 variabel, oleh karena itu peneliti

akan menggunakan statistik deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih, tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan antara satu variabel dan variabel lainnya.

Poin dari analisis deskriptif ini adalah untuk mencari teori, bukan untuk

menguji teori (Rakhmat, 1991:23).

Fungsi analisis deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu data

variabel berdasarkan kelompoknya masing-masing dari semula belum teratur

dan mudah diinterpretasikan maksudnya oleh orang yang membutuhkan

informasi tentang keadaan variabel tersebut. Selain itu statistik deskriptif juga

berfungsi menyajikan informasi sedemikian rupa, sehingga data yang

dihasilkan dari penelitian dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang

membutuhkan. Selain itu analisis deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan

informasi aktual secara rinci yang menggambarkan fenomena yang ada;

mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktik-praktik yang

berlaku; membuat perbandingan atau evaluasi; dan menentukan apa yang

dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104528/potongan/S1-2016... · tipe dan jenis menyesuaikan dengan kebutuhan pemasar, seperti baliho,

33

pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan yang tepat pada

waktu mendatang. Dari beberapa fungsi dan tujuannya, dapat disimpulkan

bahwa analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan

mendeskripsikan dan menggambarkan data yang telah terkumpul, membuat

hipotesis, dan menarik kesimpulan.