bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
1
BBAABB IIPPEENNDDAAHHUULLUUAANN
1.1. Latar Belakang
Aktivitas penambangan timah di Indonesia telah berlangsung lebih dari 200
tahun. Sebaran timah putih (Sn) di Indonesia berada pada bagian jalur Timah Asia
Tenggara (the Southeast Tin Belt), jalur ini merupakan jalur timah terkaya di dunia
yang membentang mulai dari selatan China, Thailand, Birma, Malaysia sampai
Indonesia. Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2007, tercatat
sumber daya timah putih berupa bijih sebesar 4.037.304 ton atau dalam bentuk
logam 622.626 ton, potensi tersebut terdapat pada daerah-daerah penghasil timah
utama meliputi Bangka, Belitung, Kundur, dan Kampar, (Prodjosantoso, 2010).
Pusat Pengembangan dan Penerapan Amdal (KLH, 2001) menjelaskan
bahwa kegiatan pertambangan bahan-bahan galian yang bernilai penting (Golongan
A dan B) telah berlangsung sejak lama. Selama kurun waktu ±50 tahun, konsep
dasar pengolahan bahan tambang relatif tidak berubah, namun yang berubah adalah
skala kegiatannya. Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan skala
penambang semakin membesar. Perkembangan teknologi pengolahan
menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga
menyebabkan semakin luas dan dalam lapisan kulit bumi yang di gali. Hal ini
menyebabkan kegiatan penambangan menimbulkan dampak negatif lingkungan
yang sangat besar dan bersifat penting.
2
United State-Environment Protection Agency (1995, dalam KLH, 2001) telah
melakukan studi tentang pengaruh kegiatan penambangan terhadap kerusakan
lingkungan dan kesehatan manusia pada 66 kegiatan pertambangan. Hasil studi
yang disarikan pada Tabel 1.1. menunjukkan bahwa pencemaran air permukaan
dan airtanah merupakan dampak lingkungan yang sering terjadi akibat kegiatan
tersebut.
Tabel. 1.1. Frekuensi terjadinya Dampak Lingkungan dari 66 Kegiatan Pertambangan
Jenis Dampak Persen Kejadian
Pencemaran Air Permukaan 70Pencemaran Air Tanah 65Pencemaran Tanah 50Kesehatan Manusia 35Kerusakan Flora dan Fauna 25Pencemaran Udara 20
Sumber: US-EPA (1995, dalam KLH, 2001)
Air permukaan adalah air yang berada di atas permukaan tanah berasal dari
aliran langsung air hujan, lelehan salju, dan aliran yang berasal dari airtanah, dapat
berupa air mengalir (flowing-water) seperti sungai, maupun air yang tergenang
(standing water) seperti danau atau rawa-rawa (UURI Nomor: 7 Tahun 2004;
Suripin, 2001). Menurut Chandra (2006), air permukaan merupakan salah satu
sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
kaitannya sebagai air bersih, adalah: (a) mutu atau kualitas baku; (b) jumlah atau
kuantitasnya; dan (c) kontinuitasnya. Air permukaan mudah mengalami
pencemaran, baik akibat kegiatan manusia, hayati, dan zat-zat lainnya seperti
logam berat.
3
Air sungai biasanya memiliki tingkat pencemaran yang sangat tinggi. Hal ini
disebabkan karena selama pengalirannnya air sungai mudah terpengaruh oleh
bahan-bahan pencemar, yang dapat berupa lumpur, batang-batang kayu, daun-
daun, limbah industri kota dan sebagainya. Oleh karena itu dalam penggunaannya
sebagai air minum haruslah mengalami suatu pengolahan yang lebih sempurna.
Demikian pula dengan kondisi air rawa. Kebanyakan air rawa berwarna kuning
coklat yang disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, seperti
asam humus yang larut dalam air. Akibat pembusukan zat organik yang tinggi
tersebut, maka menyebabkan kadar unsur mangan (Mn) akan tinggi; sedangkan
dalam keadaan kelarutan O2 sangat rendah (an-aerob), maka unsur-unsur mangan
(Mn) ini akan larut (Candra, 2006). Di antara air permukaan yang seringkali
mengalami dampak pencemaran akibat aktivitas manusia adalah sungai.
Sungai merupakan alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, yang dibatasi di
sisi kanan dan kirinya oleh garis sempadan (PP Nomor: 38 Tahun 2011).
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya sungai sebagai bagian dari air permukaan
mudah sekali tercemar oleh aktivitas manusia di antaranya kegiatan penambangan,
Salah satu aktivitas penambangan yang memberikan konstribusi pencemaran air
sungai yang sangat penting untuk diperhatikan adalah penambangan timah putih.
Berdasarkan catatan Jaringan Advokasi Tambang setidaknya 100 kg batuan
digali hanya untuk menghasilkan 0,35 kg bahan tambang, 99 % bahan sisa tambang
dibuang sebagai limbah yang mengadung tanah dan batuan yang menyebabkan 15
4
sungai besar mengalami pendakalan dan kerusakan berat pada alirannya, Batubara
(2009, dalam Hermawan, dkk, 2010).
Tabel 1.2. Kasus Pencemaran Air Sungai Akibat Penambangan Timah Putih (Sn)di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No Parameter Satuan Hasil Analisa KeteranganHasil BML*1 Zat padat terlarut mg/L 30 1000 Memenuhi BML2 Zat padat tersuspensi mg/L 31,8 50 Memenuhi BML3 pH* 4,9 6-9 Tidak Memenuhi BML4 Kekeruhan NTU 998 ** Tidak Memenuhi BML5 Besi (Fe) mg/L 0,3147 0,3 Tidak Memenuhi BML6 Mangan (Mn) mg/L 0,1088 0,1 Tidak Memenuhi BML7 Seng (Zn) mg/L 0,0879 0,05 Tidak Memenuhi BML8 Tembaga (Cu) mg/L 0,0129 0,02 Memenuhi BML9 Sulfida (H2S) mg/L 0,0001 0,002 Memenuhi BML
10 Arsen (As) mg/L 0,0000 0,05 Memenuhi BML11 Timbal (Pb) mg/L tt<0,0029 0,03 Memenuhi BML12 BOD5 mg/L 56,5 2 Tidak Memenuhi BML13 COD mg/L 181 10 Tidak Memenuhi BML14 DO mg/L 5,72 6 Memenuhi BML15 Krom Total mg/L 0,0109 0,05 Memenuhi BML
Sumber : Laboratorium BTKL Palembang (2011, dalam Dokumen AMDAL CV. GitaPesona)
Gambar 1.1. Ilustrasi Aktivitas Penambangan Timah Putih dan Akibat PembuanganTailing ke Sungai
5
1.2. Rumusan Masalah
Sungai Jelitik merupakan satu-satunya sungai yang penting sebagai sumber
air bersih, dengan daerah hulu hingga hilir seluruhnya berada di wilayah Kota
Sungailiat Kabupaten Bangka. Ditinjau dari kedudukannya secara geografis,
Sungai Jelitik memiliki peran dan fungsi yang sangat besar sebagai bagian dari
ekosistem kota, yang dapat memberikan dukungan sebagai sumber air bersih untuk
keperluan domestik. Selain itu Sungai Jelitik merupakan satu-satunya drainase
primer yang berfungsi menampung seluruh aliran air di Kota Sungailiat sehingga
fungsi lainnya adalah mengurangi banjir di kota dan dalam jangka panjang tidak
menutup kemungkinan dapat dikembangkan sebagai sarana transportasi air untuk
memecah kepadatan lalu lintas di Kota Sungailiat. Mengingat fungsinya yang besar
maka upaya pengelolaan dan pelestarian fungsi Sungai Jelitik menjadi sangat
penting. Namun demikian, pada kondisi saat ini Sungai Jelitik telah mengalami
ancaman berupa pencemaran akibat kegiatan penambangan timah putih (Sn) di
sekitar aliran sungai tersebut. Pencemaran ini berasal dari tailing atau air limbah
bekas penambangan yang mengandung lumpur, kerikil, dan pasir maupun oleh
logam-logam yang merupakan bahan ikutan dari material bahan galian timah putih.
Air limbah (tailing) yang dibuang ke lingkungan umumnya mengandung tektur
pasir dengan fraksi pasir dapat mencapai 90 %, (Setiadi, 1991; dalam Hermawan
dkk, 2010), sedangkan logam sebagai bahan ikutan mineral bahan tambang timah
berupa timbal (Pb), besi (Fe), mangan (Mn) maupun zeng (Zn), kandungan logam
yang melebihi baku mutu bersifat toksik bagi mahluk hidup apabila terjadi
6
akumulasi pada sistem organnya (Hanny, 2011), keduanya menyebabkan
pendangkalan dan penurunan kualitas air Sungai Jelitik.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan fakta yang
dijumpai di lapangan, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam
tentang pengaruh aktivitas penambangan timah putih terhadap kerusakan
lingkungan perairan Sungai Jelitik, yang berupa kualitas air Sungai Jelitik baik di
bagian hulu, tengah maupun hilir maupun kerusakan sempadan sungai sebagai
bagian dari media pelindung (buffer). Beberapa rumusan masalah dalam penelitian
ini diuraikan sebagai berikut ini.
(a) Bagaimanakah pengaruh aktivitas penambangan timah putih terhadap
kerusakan abiotik lingkungan perairan sungai, kaitannya dengan pencemaran
air Sungai Jelitik?
(b) Bagaimanakah pengaruh penambangan timah putih terhadap kerusakan fisik
sempadan sungai sebagai kawasan lindung Sungai Jelitik?
(c) Bagaimanakah upaya merumuskan strategi pengelolaan lingkungan di
sepanjang aliran Sungai Jelitik sebagai bagian dari ekositem Kota Sungailiat?
Untuk mengkaji pengaruh aktivitas penambangan timah putih terhadap
kerusakan abiotik lingkungan perairan Sungai Jelitik, maka penting untuk
dilakukan penelitian secara mendalam dengan judul: “Kajian Kerusakan
Lingkungan Perairan Akibat Aktivitas Penambangan Timah Putih (Sn) di sekitar
Sungai Jelitik Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”. Lokasi
penelitian mencakup bagian hulu, tengah dan hilir Sungai Jelitik di Kecamatan
Sungailiat Kabupaten Bangka, Gambar 1.2.
8
8
1.3. Keaslian dan Batasan Penelitian
Penelitian-peneliian sebelumnya kaitannya dengan pengaruh akivitas
penambangan timah putih khususnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
terhadap kualitas air sungai masih sangat terbatas, kebanyakan penelitian dilakukan
untuk mengkaji aspek social budaya masyarakat akibat kegiatan penambangan
timah putih sehingga penulis menggunakan penelitian-penelitian kegiatan
penambangan emas sebagai bahan referensi sebagai perbandingan untuk
menunjukkan keaslian penelitian yang disajikan pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3. Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil
1. K.Y. Margiati, 2000PengaruhPenambangan EmasTerhadap Planktondan Kualitas Air SungaiAnsotok di Kabupatendati II Pontianak
Mengkajipengaruhkegiatanpenambanganemas terhadapkeanekaragaman plankton dankualitas airsungai
Porposivesampling
a. Indek diversitasplankton yaitu antara1,8584-3,0516.
b. Derajat keasaman(pH) antara 4-5.
c. Kekeruhan air sungai1,5- 270 FTU.
d. Kadar zat padatterlarut antara 20-1832 mg/l.
2. Mukhtarraden, 2003PengaruhPenambangan EmasRakyat erhadapKerusakan Lingkungan
Mengkajipersepsipenambangterhadapkerusakanlingkunganakibat kegiatanpenambangan
SratifiedrandomsamplingdanRandomsampling
a. Persepsi penambangemas terhadapkerusakanlingkungan masihsangat rendah.
b. Respon penambangterhadap peranPemerintah adalahnegatif
9
Lanjutan Tabel 1.3.
No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil
3. Janinal Maruapey,2007Kajian DampakPenambangan EmasMenggunakan MediaPelarut MerkuriTerhadap Masyarakatdi Daerah KalirejoKokap Kulon Progo
Mengkajitingkatpencemaranmerkuriterhadap airtanah, sebarandan pengaruhterhadapkesehatanmasyarakatpada lokasipenambangan.
SratifiedrandomsamplingdanRandomsampling
a. Air sumur pendudukmemiliki kadar Hgantara 0,08004-0,00038 ppm.
b. Pencemaran airsumur dikategorikanberat, sedang, danringan.
c. Sebesar 78,57 %penambangn danmasyarakat positifmengidap Hg di atasbatas normal
4. Awaludin Olii, 2010Kajian PencemaranLingkungan olehPenambangan EmasTanpa Izin di SungaiBuladu KabupatenGorontalo Utara
Mengkajitingkatpencemaranmerkuriterhadapkualitas air danplankton diSungai Buladuakibat aktivitasPETI
Porposivesampling
a. Bagian tengah sungaidan bagian hilirsungai tergolongtercemar beratsedangkan bagianhulu tergolongtercemar ringan.
b. Analisis kualitas airbuangan kegiatanpenambangan emasmasih dibawah bakumutu limbah yaitu0,005 mg/l.
5. Aspan, Asripin;Ismail,Abdul;Darussalam,2001Kajian kualitas danbiota air sungaimandor pada lokasipenambangan emastanpa izin diKecamatan Mandor
Mengkajipenurunankualitas airSungai Mandorakibatpenambanganemas tanpa izin
Porposivesampling
a. sifat fisik dan kimia,kualitas air SungaiMandor ternyatanilai TSS; DO; COD;BOD, Hg Sulfida danAmoniak melebihistandar baku mutuair minum golonganB yang dianjurkanmenurut KeputusanGubernur KepalaDaerah Tingkat IPropinsi KalimantanBarat No. 120;1989
10
Lanjutan Tabel 1.3.
No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil
6. Baro, Rochmad;Natsif,Fadli A, 2000Kerusakan lingkunganakibat penambanganpasir kwarsa diKecamatan MallawaKabupaten Dati IIMaros
Untukmengetahuihubunganantara aktivitaspenambanganpasir kwarsadengantimbulnyakerugianlingkunganhidup, sertapengaruhnyaterhadap dayadukung dankelestarianlingkunganhidup di lokasipenelitian.
Analisiskualitatifdenganlogikacommonsencemaupunanalisiskuantitatif
a. Terdapat hubunganyang kuat antaraaktivitaspenambangan pasirkwarsa dengantimbulnya dampakyang merugikanlingkungan hidup.
b. Aktivitaspenambangan pasirkwarsaberpengaruhsangat kuatterhadap turunnyadaya dukung dankelestarianlingkungan hidup.Hal tersebutdisebabkan olehadanya kelalaianperusahaanpenambangan yangberkorelasi puladengan lemahnyapengawasanpemerintah.
7. Muhammad Djunaidi,2008Kajian pencemaran airsungai dan analisisterhadap lingkungandi sekitarnya akibatpenambangan bijihemas
Mengkajidampakpenurunankualitas airSungai Bora danSungai Taboboterhadapmasyarakatdisekitarnya
Survey danPengamatanberdasarkanwarna airsungai
Kandungan merkuridan sianida yangberada di keduasungai tersebut masukke dalam tubuhmanusia melalui 2jalur, yaitu jalur ingesti(jalur makanan danminuman) dan jalurdermal (jalur kulit).Kedua jalur iniberpengaruh padamasyarakat yanghidup di bantaransungai yangmemanfaatkan sungaisebagai kebutuhanhidupnya.
11
Lanjutan Tabel 1.3.
No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil
8. Danny Z. Herman,2009Kandungan unsur-unsur polutan merkuri(Hg), timbal (Pb) dankadmium (Cd) padasedimen dan airSungai Ciberang,Kabupaten Lebak,Provinsi Bantensebagai dampakkegiatanpenambangan emas
Mengkajiadanya unsurelogam berat Hg,Pb, dan Cd padasedimen SungaiCiberang akibatpenambanganemas
Analisa datadanPorposivesampling
Hasil evaluasiterhadap kandunganunsure Hg, Pb, dan Cddalam air SungaiCiberang pada Tahun2005 masih dibawahbaku mutu air bersih,akan tetapi perludiwaspadai akumulasiketiga unsur tersebutdi atas dalam jangkapanjang
9. Bintoro Saputro, 2013Kajian KerusakanLingkungan PerairanAkibat AktivitasPenambangan TimahPutih (Sn) di SungaiJelitik KabupatenBangka
Mengkajitingkatkerusakansempadansungai dankualitas airSungai Jelitiksebagai bagiandari EkosistemKota Sungailiat
Porposivesampling
a. Kondisi sempadanSungai Jelitikdibeberapa lokasimengalami rusakberat akibataktivitaspenambangan.
b. Bagian tengah danhilir sungai Jelitik dikategorikantercemar beratsedangkan bagianhulu sungai masihdi bawah bakumutu
Sumber : Hasil Perumusan, 2013
Berdasarkan telaah pustaka hasil-hasil penelitian terdahulu, maka dapat
dirumuskan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu, baik
ditinjau dari objek material maupun formal, sekaligus sebagai batasan terhadap
objek kajian dan lingkup analisis dalam penelitian ini.
(1) Tinjauan dari sisi Objek Material
Objek material sebagai sasaran dari penelitian ini, meliputi: kualitas air
dengan menekankan pada aspek fisik dan kimia air berdasarkan Peraturan
12
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 dengan parameter yang diuji sesuai
dengan PerMENLH Nomor 4 Tahun 2006 lampiran I tentang Baku Mutu Air
Limbah Penambangan Bijih Timah yaitu TSS, kekeruhan, pH, Cu, Zn, Pb, Fe
dan Cd, selain itu objek lainnya adalah kerusakan sempadan sungai sesuai
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63 Tahun 1993 bahwa,
wilayah sempadan sungai adalah daerah di kiri dan kanan sungai tidak
bertanggul dengan kedalaman sampai dengan 3 meter di dalam kawasan
perkotaan adalah 10 meter dari tepi sungai dengan variabel kerusakan
hilangnya vegetasi pada wilayah sempadan. Pada penelitian kali ini, mencoba
untuk mengintegrasikan antara kajian kerusakan sempadan sungai dan
kualitas air sungai akibat kegiatan penambangan timah putih.
(2) Tinjauan dari sisi Objek Formal
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya ditinjau
dari sisi obyek formal, meliputi: pendekatan kajian, metode analisis, dan
penyajian hasil penelitian.
(a) Pendekatan kajian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
pendekatan berdasarkan bagian-bagian sungai yaitu hulu, tengah dan
hilir yang ditentukan berdasarkan peta topografi daerah aliran sungai,
aktivitas penambang di wilayah-wilayah tersebut, dan kondisi vegetasi
di wilayah sempadan sungai sebagai habitat flora dan sumber makanan
fauna. Dari pendekatan tersebut selanjunya dipakai sebagai dasar dalam
penentuan lokasi sampling kualitas air serta luasan kerusakan sempadan
sungai.
13
(b) Metode analisis yang diterapkan adalah analisis secara terintegrasi
antara bagian-bagian aliran sungai, aktivitas penambangan di kanan dan
kiri sungai, serta kondisi vegetasi sempadan sebagai habitat flora,
sumber makanan bagi fauna baik di bagian hulu, tengah, dan hilir yang
memiliki ciri berbeda. Dengan demikian, hasil analisis tersebut mampu
menjawab permasalahan penelitian secara jelas dan akurat.
(c) Selanjutnya, hasil dari analisis tersebut digambarkan secara spasial
kualitas air sungai di hulu, tengah, maupun hilir serta bagian-bagian
sempadan sungai yang mengalami kerusakan akibat aktivitas
penambangan. Selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi
salah satu referensi dalam perencanaan pengelolaan Sungai Jelitik
sebagai bagian dari Ekosistem Kota Sungailiat yang salah satu
fungsinya sebagai draianse primer penanggulangan banjir.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
(1) mengkaji pengaruh aktivitas penambangan timah putih terhadap kerusakan
abiotik lingkungan perairan ditinjau dari kualitas air Sungai Jelitik;
(2) mengkaji pengaruh aktivitas penambangan timah putih terhadap kerusakan
sempadan Sungai Jelitik; dan
(3) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan Sungai Jelitik sebagai bagian
dari Ekosistem Kota Sungailiat.
14
1.5. Manfaat Penelitian
Sasaran utama penelitian ini adalah perencanaan perlindungan kawasan
sempadan (buffer) Sungai Jelitik sebagai bagian dari ekosistem Kota Sungailiat
yang memiliki manfaat besar untuk masa yang akan datang seiring dengan
perkembangan kota. Oleh karena itu, manfaat utama penelitian ini lebih mengarah
kepada manfaat bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka sebagai pelaksana
pembangunan guna lebih mengoptimalkan fungsi dan peran Sungai Jelitik di masa
yang akan datang seperti diuraikan berikut ini.
(1) Referensi perencanaan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait
di Kabupaten Bangka guna mengoptimalkan fungsi Sungai Jelitik baik
sebagai penyedia sumber air bersih maupun fungsi lainnya dimasa yang akan
datang.
(2) Gambaran kondisi terkini sempadan sungai sebagai bagian dari kawasan
lindung sungai serta kualitas airnya akibat aktivitas penambangan timah putih
di sekitar aliran Sungai Jelitik.