bab i pendahuluan -...

113
BAB I PENDAHULUAN Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga membahas mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan yang terakhir ialah sistematika penyajian. 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu media untuk menuangkan ataupun menyampaikan pikiran-pikiran manusia satu ke manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan yang langsung dapat berkomunikasi dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat, manusia tidak dapat berbahasa ketika ia dilahirkan. Oleh karenanya, bahasa mestilah diperoleh. Bagaimana bahasa diperoleh menimbulkan suatu polemik. Para psikolinguis kemudian mencoba memecahkan bagaimana bahasa diperoleh. Kaum behavioris yang diwakilkan oleh B. F. Skinner mengatakan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan oleh rangsangan di luar diri anak atau dengan kata lain bergantung kepada lingkungan anak (Chaer, 2009: 222). Teori behaviorisme berpendapat bahwa sesuatu yang berkaitan dengan apa yang terdapat di dalam diri anak tidak memiliki pengaruh terhadap proses pemerolehan bahasa. Bertentangan dengan kaum behavioris, kaum Nativis yang diwakili oleh Noam Chomsky berpendapat bahwa lingkungan tidak memiliki pengaruh dalam 1

Upload: dangngoc

Post on 06-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga

membahas mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan yang terakhir ialah sistematika

penyajian.

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu media untuk menuangkan ataupun menyampaikan

pikiran-pikiran manusia satu ke manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan yang

langsung dapat berkomunikasi dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat,

manusia tidak dapat berbahasa ketika ia dilahirkan. Oleh karenanya, bahasa mestilah

diperoleh. Bagaimana bahasa diperoleh menimbulkan suatu polemik. Para

psikolinguis kemudian mencoba memecahkan bagaimana bahasa diperoleh. Kaum

behavioris yang diwakilkan oleh B. F. Skinner mengatakan bahwa proses

pemerolehan bahasa pertama dikendalikan oleh rangsangan di luar diri anak atau

dengan kata lain bergantung kepada lingkungan anak (Chaer, 2009: 222). Teori

behaviorisme berpendapat bahwa sesuatu yang berkaitan dengan apa yang terdapat di

dalam diri anak tidak memiliki pengaruh terhadap proses pemerolehan bahasa.

Bertentangan dengan kaum behavioris, kaum Nativis yang diwakili oleh Noam

Chomsky berpendapat bahwa lingkungan tidak memiliki pengaruh dalam

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

2

pemerolehan bahasa. Mereka berpendapat bahwa seorang anak telah diberikan bekal,

kapasitas atau potensi di dalam genetis yang mereka sebut sebagai LAD (Language

Acquisition Device) (Pateda, 1990: 47). Mereka juga meyakini bahwa potensi-

potensi tersebut akan berkembang ketika saatnya telah tiba. Dengan demikian, kaum

ini berpandangan bahwa lingkungan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

penguasaan bahasa. Kaum yang terakhir ialah kaum kognitif. Jean Piaget sebagai

tokoh kognitifisme menyatakan bahwa manusia itu bukanlah ciri alamiah yang

terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari

kematangan kognitif (Chaer, 2009: 223). Kaum ini berpandangan bahwa pemerolehan

bahasa dipengaruhi oleh kematangan kognitif anak. Kaum ini juga mempercayai akan

adanya pengaruh lingkungan terhadap pemerolehan bahasa.

Dari beberapa teori yang telah dikemukakan, terdapat beberapa faktor yang

dipertimbangkan di dalam sebuah proses pemerolehan bahasa pertama oleh anak.

Faktor-faktor tersebut meliputi faktor lingkungan, LAD, dan kematangan kognitif.

Dari ketiga faktor tersebut, penelitian ini mencoba untuk mengetahui apakah

perlakuan lingkungan dapat mempengaruhi pemerolehan bahasa anak atau tidak.

Bahasa yang akan dibahas pada penelitian ini akan fokus terhadap salah satu elemen

bahasa yaitu fonologi. Dalam memperoleh bahasa, seorang anak dapat menguasai

bahasa pertamanya dengan waktu yang relatif singkat (Steinberg, Nagata, & Aline,

2001: 3). Dalam memperoleh bahasa, setiap anak memiliki jangka waktu yang

berbeda-beda dalam menguasainya. Beberapa anak dapat mengalami keterlambatan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

3

dalam menguasai bahasa sedangkan beberapa anak lainnya dapat memperoleh bahasa

lebih cepat.

Cepat atau lambatnya pemerolehan bahasa pada anak merupakan sebuah

permasalahan yang sangat kompleks. Faktor-faktor dari dalam maupun dari luar si

anak juga sangat menentukan. Salah satu faktor yang menentukan di luar diri anak

ialah faktor perlakuan lingkungan. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

perlakuan lingkungan berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa pada anak, maka

diperlukan sebuah penelitian yang menitikberatkan pada pemerolehan bahasa dan

perlakuan lingkungan anak. Ketika seorang bayi dilahirkan, pada saat itulah ia mulai

berinteraksi dengan lingkungannya. Pada saat itu pula, bayi telah memulai tahapan-

tahapan pemerolehan bahasanya. Dalam memproduksi bahasa, hal yang pertama kali

diperoleh ialah produksi fonologi. Oleh karenanya tulisan ini akan menitik beratkan

pada pemerolehan fonologi anak usia 0-20 bulan. Bagaimana perkembangan fonologi

anak usia 0-20 bulan, bagaimana ia mengembangkan konsep-konsep kebahasaan

yang masih terbatas di dalam komunikasinya, bagaimana kecepatan serta urutan

pemerolehan fonologisnya, serta sejauh mana perlakuan lingkungan dapat

mempengaruhi perkembangan fonologi anak merupakan hal-hal yang akan

dipecahkan di dalam penelitian ini.

Perlu diketahui lebih awal bahwa subjek penelitian di dalam penelitian ini

merupakan dua orang anak laki-laki bernama Karim dan Vintorez. Kedua anak ini

memiliki latar belakang keluarga yang berbeda namun berada pada lingkungan

tempat tinggal yang sama. Mereka merupakan anak pertama dengan berat badan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

4

ketika dilahirkan ialah sekitar 3 kg. Meski memiliki jenis kelamin, urutan anak, dan

lingkungan tempat tinggal yang sama, namun kedua anak tersebut memiliki perlakuan

lingkungan berbahasa yang berbeda. Keluarga Karim merupakan keluarga dengan

basic pendidikan bahasa yang juga sangat aktif memberikan masukan-masukan

bahasa sejak Karim dilahirkan. Sebagai tambahan, Karim merupakan keponakan dari

penulis. Lain halnya dengan Karim, Vintorez memiliki keluarga yang tidak terlalu

memperhatikan bahasa sehingga sangat kurang dalam memberikan masukan-masukan

bahasa sejak ia dilahirkan hingga berusia 20 bulan.

Pada saat penelitian ini dimulai (28 Februari 2014), Karim baru saja

dilahirkan sedangkan Vintorez masih berada di dalam kandungan ibunya.

Pengambilan-pengambilan video maupun catatan telah dilakukan untuk terus

mengamati perkembangan Karim. Pada saat Vintorez lahir, hal yang sama pun

dilakukan. Data-data tersebut kemudian dibandingkan. Dari data yang diperoleh, pada

saat dilahirkan, keduanya memiliki karakteristik yang sama yang juga dimiliki oleh

bayi lainnya yaitu hanya berupa tangisan yang terdiri dari bunyi-bunyi vokal [ɛ], [a]

dan konsonan frikatif [h] serta kemampuan kinesik dan komprehensinya yang belum

berkembang. Kesamaan pemerolehan bunyi juga masih terlihat saat usia mereka 6

bulan. Hingga usia 6 bulan, fonem vokal yang telah diperoleh oleh Karim maupun

Vintorez ialah bunyi-bunyi vokal [ɛ], [ə], [a], dan [e]. Produksi fonem konsonannya

pun antara Karim dan Vintorez relatif sama. Karim dan Vintorez pada usia 0-6 bulan

telah dapat memproduksi konsonan [h], [ɣ], dan [ŋ]. Perbedaan pemerolehan fonologi

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

5

baru terlihat ketika Karim dan Vintorez telah sampai pada tahap celotehan. Karim

terlihat lebih banyak berceloteh dari Vintorez. Pada tahap ini, dari usia 6-9 bulan,

produksi bunyi yang terdengar pada celotehannya pun bertambah. Pada Karim, bunyi

fonem-fonem konsonan dan vokal yang bertambah ialah bunyi-bunyi [u], [x], [d],

[m], dan [t] sedangkan bunyi yang bertambah pada Vintorez ialah bunyi [x] dan [i].

Pada usia 8 bulan, Karim telah dapat menunjukkan referen yang diucapkan oleh

orang dewasa dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada dialog antara KM (Karim) dan P

(Peneliti).

Dialog 1

P : Im, ada pesawat, mana pesawatnya ya, im?

KM : [u:] (menunjuk pada pesawat yang lewat)

Ia juga telah dapat menunjuk pada referen-referen lain seperti bunga, bulan, cicak,

burung, dsb. dengan mengeluarkan bunyi [u:] saat menunjuk. Pada umur yang sama,

peneliti mencoba perlakuan yang sama pada VT (Vintorez) dengan melakukan

sebuah dialog ringan.

Dialog 2

P : Vinto, ada pesawat, pesawatnya di mana ya, Vinto?

VT : (memandang peneliti lalu kemudian memandang ke arah lain)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

6

Peneliti juga menanyakan benda-benda lain yang berada dilingkungannya namun ia

tetap tidak berhasil menunjuk pada referen yang dimaksud. Vintorez juga tidak

mengeluarkan bunyi saat ditanya.

Pada saat usia mereka 20 bulan, Karim telah dapat melafalkan berbagai

macam kata seperti [ʃampay] <sampai>, [ɔwaŋ] <orang>, [ʃawah] <sawah>, dan

berbagai macam kata di sekitarnya. Ia juga telah dapat mengucapkan lebih dari dua

kata seperti [wowowobɔt] <row row row your boat>, [amih kəntut apih juga] <amih

kentuh apih juga>, dan [gaboeh matiʔin aja yaʔ] <gak boleh, dimatiin saja ya>. Pada

usia yang sama, Vintorez baru dapat mengucapkan ucapan satu kata seperti [əndaʔ]

<bunda>, [əmɔh] <emoh (tidak mau)>, [əkan] <ikan>, dan [ayah] <ayah>.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka didapatkan beberapa

masalah yang menarik untuk dikaji. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan fonologi Karim dan Vintorez pada usia 0-20

bulan?

2. Bagaimanakah perbandingan perkembangan kemampuan fonologi Karim

dan Vintorez pada usia 0-20 bulan?

3. Bagaimanakah pengaruh perlakuan lingkungan bahasa pada kemampuan

fonologi Karim dan Vintorez pada usia 0-20 bulan?

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

7

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai ialah:

1. Mendeskripsikan kemampuan fonologi Karim dan Vintorez di usia 0-20

bulan.

2. Mendeskripsikan perbandingan kemampuan fonologi pada Karim dan

Vintorez di usia 0-20 bulan.

3. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh perlakuan lingkungan bahasa terhadap

kemampuan fonologi Karim dan Vintorez di usia 0-20 bulan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dharapkan mampu memberikan manfaat, baik itu manfaat

secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Adapun manfaat teoritis dan praktis

tersebut adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Pada teori-teori pemerolehan fonologi seperti teori struktural universal,

teori generatif struktural universal, teori proses fonologi alamiah, dan teori

kontras dan proses keempatnya saling memperdebatkan ada tidaknya pengaruh

lingkungan terhadap pemerolehan fonologi bahasa anak. Di dalam penelitian ini

membahas mengenai perbandingan antara pengaruh lingkungan dan

pemerolehan fonologi. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan akan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

8

memberikan manfaat teoritis berupa deskripsi mengenai pengaruh perlakuan

lingkungan pada pemerolehan fonologi anak.

1.4.2 Manfaat Praktis

Pada sisi lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaatnya

secara praktis, baik itu pada dunia pendidikan maupun pada masyarakat. Di

dalam dunia pendidikan, hasil dari penelitian ini yang menyangkut bagaimana

pemerolehan bahasa anak dapat menjadi acuan dalam mengajarkan bahasa

kedua untuk anak. Guru dapat mengajarkan kata-kata yang sekiranya memiliki

bunyi-bunyi yang telah dikuasai anak sehingga penyerapan anak terhadap

kosakata tersebut akan lebih cepat. Selain itu, peneltian ini juga diharapkan

mampu memotivasi dan menginspirasi dunia pendidikan untuk menciptakan

lingkungan ideal yang mampu menunjang perkembangan bahasa anak.

Di sisi lain, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat

untuk masyarakat dalam memberikan peran yang baik dalam memberikan

lingkungan yang baik bagi anak untuk dapat berkomunikasi dengan baik di

masa pemerolehan bahasa. Jika anak mampu menguasai dan memahami bahasa

sejak kecil, maka komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak akan

semakin baik sehingga anak tidak akan terus menangis untuk mengutarakan

keinginannya dan orang tua pun tidak perlu bersusah payah dalam memahami

anaknya.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

9

1.5 Tinjauan Pustaka

Di Indonesia, penelitian mengenai pemerolehan bahasa yang cukup terkenal

adalah penelitian yang dilakukan oleh Dardjowidjojo (2000) yang kemudian telah

dibukukan dengan judul buku ECHA: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.

Pada penelitian tersebut, Dardjowidjojo (2000) meneliti pemeroleh bahasa cucunya

yang bernama Echa secara longitudinal sejak tahun pertama Echa dilahirkan hingga

usianya menginjak lima tahun. Penelitian tersebut membahas pemerolehan bahasa

Echa secara lengkap mulai dari aspek fonetik hingga pragmatik sejak Echa berusia 0-

5 tahun. Kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan oleh Dardjowidjojo adalah

bahwa derajat kepatuhan terhadap universalisme bahasa sangat tinggi pada tataran

elemen fonologi, tetapi menurun pada komponen sintaksis. Derajat keuniversalan ini

lebih menurun lagi pada komponen leksikon, baik macam kata, urutan, dan jumlah

pemerolehan kata yang diperoleh Echa pada rentang waktu lima tahun. Dari tataran

pragmatis, khususnya pada ragam bahasa, ragam bahasa yang diperoleh Echa

cenderung bersifat informal.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Echa juga dapat dilihat

perkembangan fonem-fonem yang telah dikuasai Echa dari usia 0-20 bulan. Dari usia

0-12 bulan, Echa telah dapat memproduksi bunyi-bunyi vokal [i], [e], [ə], [ɛ], [a], [o],

dan [u] sedangkan bunyi-bunyi konsonan yang telah dihasilkan ialah [p], [t], [ʔ],

[b/β], [d/ð], [g/ɠ], [ɣ], [h], [m], [ŋ], [y], [w], dan [ɹ]. Pada usia 24 bulan, Echa telah

dapat menguasai semua fonem vokal bahasa Indonesia sedangan fonem konsonan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

10

yang telah dikuasai Echa ialah [p], [b], [t], [d], [k*], [g*], [ʔ], [s*], [h], [m], [n], [ŋ],

[w], [l], dan [y]. Bunyi fonem yang diberi tanda [*] merupakan fonem-fonem yang

belum muncul atau baru muncul secara terbatas. Namun demikian, hasil dari

pemerolehan fonologi pada Echa tidak dapat dijadikan perbandingan dalam

menentukan cepat atau tidaknya pemerolehan bahasa Karim ataupun Vintorez. Hal ini

dikarenakan perbedaan gender antara Echa dan Karim-Vintorez. Echa yang

merupakan seorang perempuan akan dapat memiliki perkembangan berbahasa yang

lebih cepat daripada Karim-Vintorez yang merupakan anak laki-laki. Chaer (2009:

134) mengatakan bahwa anak-anak perempuan akan lebih cepat pandai berbicara,

membaca, dan jarang mengalami gangguan belajar jika diandingkan dengan anak

laki-laki.

Lain halnya dengan penelitian Dardjowidjojo, penelitian Alamsyah, dkk. (2011)

yang terdapat dalam jurnal Malay Language Journal Education lebih menekankan

pada pemilihan bahasa pada anak yang juga merupakan permasalah dalam penelitian

yang akan dikaji ini. Alamsyah, dkk. mengambil judul Pemilihan Bahasa Indonesia

Sebagai Bahasa Pertama Anak dalam Keluarga Masyarakat Aceh Penutur Bahasa

Aceh di Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian tersebut meneliti tentang faktor-

faktor pemilihan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dalam keluarga Aceh

penutur bahasa Aceh. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Alamsyah, dkk.

menunjukkan bahwa anak usia 2-3 tahun yang orang tuanya memilih bahasa

Indonesia menjadi bahasa pertama mereka akan merasa bingung ketika orang tuanya

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

11

menggunakan bahasa Indonesia kepada mereka sedangkan tetangganya menyapa si

anak dengan menggunakan bahasa Aceh. Terkait dengan pemilihan bahasa Indonesia

sebagai bahasa pertama yang digunakan dalam berinteraksi dengan anak, terdapat

banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu; lingkungan tempat tinggal, simbol

kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih mudah

mengikuti pelajaran di sekolah, anak mudah memahami bacaan, dan bahasa indonesia

diyakini dapat menetralisasi perbedaan dialek bahasa Aceh antara suami istri yang

berasal dari dialek bahasa aceh yang berbeda.

Penelitian lain dilakukan oleh Evans (2004) yang membahas hubungan antara

pendapatan keluarga dan perkembangan bahasa anak. Hasil dari penelitian tersebut

menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah

memiliki perkembangan bahasa yang relative terlambat. Penelitian yang dilakukan

oleh Lewis & Wilson (1972) dan Hoff- Ginsberg (1991) yang juga meneliti mengenai

pengaruh status sosial terhadap kemampuan bahasa anak juga menunjukkan hasil

yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Evans (2004). Selanjutnya

penelitian yang dilakukan oleh Tulkin dan Kagan (1972) menunjukkan bahwa ibu

dari kalangan menengah ke atas cenderung memberikan interaksi verbal yang lebih

baik daripada ibu dari kalangan menengah ke bawah. Daneshvar dan Sadighi (2014)

melakukan penelitian pada anak-anak Iran yang memiliki orang tua dari berbagai

jenjang pendidikan. Penemuannya memberikan hasil bahwa anak-anak dari orang tua

dengan jenjang pendidikan di atas diploma memiliki perkembangan bahasa yang

lebih tinggi dari anak-anak yang orang tuanya memiliki jenjang pendidikan di bawah

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

12

diploma. Bornstein, Leach & Haynes (2004) dan Hoff-Ginsberg (1998) mempelajari

peranan urutan kelahiran anak terhadap perkembangan bahasa anak. Hasil

penelitiannya menunjukkan hasil yang positif dimana bayi yang lahir terlebih dahulu

akan memperoleh kosakata pada umur yang lebih awal daripada bayi-bayi yang lahir

kemudian.

Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa penelitian-penelitian sebelumnya ada

yang meneliti mengenai pemerolehan aspek linguistiknya saja tanpa memperhatikan

latar belakang anak dan adapula penelitian yang berfokus pada pengaruh latar

belakang anak pada kemampuan bahasanya. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,

penelitian ini mengkaji pemerolehan fonologis anak dengan memperbandingkan hasil

pemerolehan fonologi pada perlakuan lingkungan bahasanya. Dengan demikian, hasil

dari penelitian ini diharapkan dapat memberi khasanah baru di bidang psikolinguistik.

1.6 Landasan Teori

Pada landasan teori, hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini diuraikan

sebagai rujukan atau landasan yang dapat membangun dan memperkuat analisis data

maupun hasil dari penelitian. Dikarenakan penelitian ini mengkaji mengenai

kemampuan fonologi anak usia 0-20 bulan serta pengaruh perlakuan lingkungan

bahasa pada kemampuan fonologinya, maka hal-hal yang berkaitan mengenai

bagaimana sejatinya konsep keuniversalan pemerolehan bahasa pertama, teori-teori

perkembangan bahasa, fonologi bahasa Indonesia, serta konsep-konsep yang

membahas mengenai perlakuan lingkungan bahasa akan dibahas pada bagian ini.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

13

1.6.1 Tahap-tahap pemerolehan bahasa

Menurut Dardjowidjojo (2005), pemerolehan bahasa anak secara

umum dapat dilihat dari tahapan-tahapannya. Tahap-tahap pemerolehan bahasa

anak adalah sebagai berikut,

1) cooing atau mendekut. pada tahap ini produksi bunyi yang dilakukan oleh

bayi ialah seperti bunyi mirip vokal atau konsonan. Tahap ini terjadi pada

usia sekitar 2-5 bulan,

2) babbling atau celoteh. bayi mulai berceloteh ketika mencapai usia sekitar

6-8 bulan. pada tahap ini bayi sudah mulai mengeluarkan bunyi berupa

suku kata namun bunyi tersebut belumlah memiliki makna,

3) one-word utterances atau tahap ujaran satu kata. tahap ini terjadi ketika

usia anak sekitar 9-18 bulan,

4) two-word utterances atau tahap ujaran dua kata. tahap ini terjadi saat usia

anak 18-24 bulan,

5) tahap telegrafis. disebut tahap telegrafis dikarenakan pada usia ini anak

telah mampu memproduksi kalimat sederhana. tahap ini terjadi ketika anak

telah berusia 24-30 bulan, dan

6) tahap multikata lanjut yang merupakan tahap dimana anak telah mampu

memproduksi kalimat secara gramatikal. tahap ini terjadi pada usia di atas

30 bulan.

Pada usia 0-20 bulan, anak baru memperoleh bahasa yang diberikan oleh

lingkungannya. Pada tahap tersebut merupakan tahap dimana anak baru mulai

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

14

berkembang baik itu motorik, komprehensi, maupun kebahasaannya. Pada saat

dilahirkan, seorang anak hanya dapat menangis, mendekut, atau melakukan

gerakan-gerakan reflek. Bunyi-bunyi yang dikeluarkan kemudian berkembang

dari hanya tangisan atau dekutan bertambah menjadi adanya bunyi-bunyi

ocehan. Pada usia 20 bulan, secara umum anak telah dapat berbicara satu

hingga dua kata. Pada usia 20 bulan, anak juga telah dapat menunjukkan serta

mengidentifikasi gambar atau objek tertentu. Mereka juga akan dapat

melakukan suatu permintaan yang sederhana. Selain itu, mereka juga telah

mengenal apa yang mereka inginkan atau apa yang tidak mereka inginkan.

Dalam berbicara dengan anak, orang yang dekat secara emosional dengan

anak akan menggunakan bahasa yang disebut dengan motherese. Dardjowidjojo

menerjemahkan motherese sebagai bahasa sang ibu. Hal ini berbeda dengan

bahasa Ibu (mother tongue) atau bahasa pertama anak. Motherese merupakan

bahasa ibu yang struktur atau cara pengucapannya lebih disederhanakan dan

digunakan untuk berinteraksi dengan anak. Steinberg, Nagata, dan Aline (2001)

dan Pinker (1994) mengatakan bahwa motherese merupakan ujaran bahasa

yang diterima ketika mereka masih kanak-kanak. Pinker (1994) menjelaskan

bahwa ciri dari motherese ialah pengucapannya yang pelan, pendek, sederhana,

dan baku secara grammatika.

Pinker (1994) mengatakan bahwa perkembangan bahasa akan berubah

dalam dua arah, yaitu berkembangnya pemerolehan kosa kata yang sangat pesat

dan produksi sintaktik sederhana (dua kata) telah dimulai pada usia 18 bulan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

15

Pada tahap ini, masukan-masukan linguistik yang telah diberikan maupun yang

sedang diberikan akan sangat diperlukan oleh anak.

1.6.2 Tahap-tahap perkembangan fonologi

1) Teori Struktural Universal

Teori struktural universal dikemukakan pertama kali oleh Jakobson

(1968). Teori ini berpendapat bahwa bunyi-bunyi yang diucapkan oleh orang

dewasa tidak akan mempengaruhi bunyi-bunyi yang muncul pada anak-anak.

Urutan bunyi-bunyi yang muncul pada anak-anak akan mengikuti bunyi-bunyi

yang sering muncul pada bahasa-bahasa di dunia. Meski demikian bunyi-bunyi

yang muncul pada bayi yang masih belum memiliki arti (saat babbling) tidak

bisa dikatakan sebagai bahasa. Masa tersebut disebut juga sebagai masa senyap.

Oleh karena itu, Jakobson membagi dua tahap pemerolehan fonologi yaitu

tahap membabel (prabahasa) atau masa senyap dan tahap pemerolehan bahasa

murni.

Pada pemerolehan bahasa murni, Jakobson (via Chaer, 2009: 204)

berpandangan bahwa urutan bunyi-bunyi yang muncul akan sama pada semua

anak di dunia. Urutan yang diramalkan oleh jakobson ialah bahwa bunyi

konsonan yang muncul pertama kali ialah bunyi bilabial dan bunyi yang

terakhir diperoleh ialah bunyi likuida seperti /l/ dan /r/. Pada bunyi vokal, yang

pertama kali muncul biasanya adalah vokal lebar yaitu /a/. bunyi-bunyi tersebut

juga tidak muncul satu demi satu melainkan berupa oposisi-oposisi atau

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

16

kontras-kontras fonemik. Berdasarkan urutan bunyi konsonan dan vokal maka

oposisi fonemik yang pertama muncul ialah oposisi bunyi oral dan bunyi nasal

seperti [pa-pa], [ma-ma] dilanjut dengan oposisi labial dan dental/alveolar.

Pada kontras vokal yang muncul pertama ialah [a] dengan [i] diikuti oleh [i] –

[u], [e] – [u], dan [o] – [e].

Menurut Jakobson (via Dardjowidjojo, 2000: 21-24) urutan pemerolehan

bunyi berjalan sesuai dengan kodrat bunyi itu sendiri dan anak memperoleh

bunyi-bunyi tersebut melalui cara yang konsisten. Urutan-urutan pemeroleh

bunyi vokal ialah bunyi vokal minimal (a, i, u) akan muncul lebih awal dari

vokal lainnya. Pada bunyi konsonan, urutannya ialah konsonan hambat →

frikatif → afrikat. Urutan tersebut tidak dapat dilakukan sebaliknya. Terlebih

lagi, masing masing kelompok hambat, frikatif, dan afrikat juga memiliki

urutan tersendiri seperti kontras antara bilabial [b] dengan dental [d] yang akan

dikuasai terlebih dahulu daripada antara bilabial [b] dengan velar [g] atau dental

[d] dengan velar [g]. bilabial dental [b-d] dikuasai sebelum frikatif [v-s]; bunyi

hambat dan frikatif [b-d-v-s] dikuasai sebelum bunyi alveopalatal [ʦ-ʤ]. Bunyi

likuid dan glaid dikuasai belakangan dan bunyi gugus konsonan dikuasai lebih

belakangan lagi. Dari urutan pemerolehan bunyi tersebut dapat dilihat bahwa

pemerolehan bunyi pada anak diawali dari bunyi yang paling mudah terlebih

dahulu kemudian diikuti oleh bunyi yang paling sukar. Urutan tersebut

dinamakan Kaidah Usaha Minimal (the Law of Least Efforts). Hal ini senada

dengan apa yang dikatakan oleh Steinberg, Nagata, dan Aline (2001: 6) bahwa

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

17

konsonan-konsonan yang mudah dilihat cara pengucapannya akan lebih

dikuasai di awal seperti bunyi /m/, /p/, dsb daripada yang tak terlihat seperti

bunyi /k/, /g/, /z/, dan /s/ yang akan dikuasai di akhir.

2) Teori Generatif Struktural Universal

Teori generatif struktural universal ini diperkenalkan oleh Moskowitz

yang merupakan perluasan dari teori struktural universal. Teori ini dikenal

dengan penemuan konsep dan pembentukan hipotesis berupa rumus-rumus

yang dibentuk oleh anak-anak berdasarkan data linguistik utama (DLU), yaitu

kata-kata dan kalimat-kalimat yang didengarkan sehari-hari (Chaer, 2009: 205).

Moskowitz berpendapat bahwa sesuai dengan kemampuan nuraninya, bayi

dapat membedakan bunyi-bunyi atau suara-suara dari manusia dengan bunyi-

bunyi lainnya. Kemudian bayi berusaha untuk menirukan bunyi-bunyi manusia

dengan mengembangkan kemampuan linguistiknya dengan cara membabel

sehingga bunyi-bunyi masukan yang merupakan bunyi-bunyi bahasa yang

didengar.

Moskowitz juga menjelaskan bahwa yang diperoleh pertama kali ialah

unit kalimat yang dibedakan dari intonasi kemudian berlanjut pada penemuan

unit suku kata. Setelah unit suku kata, anak-anak akan menemukan unit-unit

lainnya yaitu satuan bunyi di bawah kata. Satuan bunyi ini menurut Maskowitz

(via Chaer, 2009: 208) bukan sebagai fitur fonem atau fon namun merupakan

namun merupakan unit suku kata seperti KV, KVK, VK, V, dan KVKV.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

18

Setelah itu unit segmen seperti konsonan atau vokal kemudian diperoleh

dimana pemerolehan unit segmen antara satu anak dengan anak lainnya akan

berbeda. Unit terkecil yang diperoleh ialah unit fitur distingtif berupa kontras-

kontras atau oposisi dengan urutan yang sama seperti yang dikemukakan oleh

Jakobson. Moskowitz (via Chaer, 2009: 208) juga memperkenalkan idiom-

idiom fonologi yaitu idiom progresif dan idiom regresif. Idiom progresif ialah

bunyi-bunyi yang berkembang menyerupai bunyi yang diucapkan oleh orang

dewasa sedangkan idiom regresif ialah jika bunyi yang telah menyerupai bunyi

orang dewasa mengalami kemunduran menjadi bunyi yang lebih primitif.

3) Teori Proses Fonologi Alamiah

Teori yang diperkenalkan oleh David Stampe ini berpandangan bahwa

proses fonologi anak-anak bersifat alamiah atau nurani (Chaer, 2009: 208).

Proses fonologi anak-anak harus mengalami penindasan (supresi), pembatasan,

dan pengaturan sesuai dengan penuranian (internalization) representasi

fonemik orang dewasa.

4) Teori Kontras dan Proses

Teori ini menggabungkan bagian-bagian dari teori Jakobson dan teori

Stampe kemudian menyelaraskan dengan teori perkembangan dari Piaget. Teori

yang diperkenal kan oleh Ingram ini berpandangan bahwa anak-anak

memperoleh system fonologi orang dewasa dengan cara menciptakan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

19

strukturnya sendiri dan kemudian mengubah struktur ini jika pengetahuannya

mengenai system orang dewasa semakin baik. Terdapat tiga tahap yang terjadi

hingga akhirnya anak dapat mengucapkan kata. Tahapan ini tidak terlepas dari

persepsi, organisasi, dan pengeluaran. Pada tahap persepsi terbagi lagi menjadi

tahap vokalisasi praucap (membabel) dan tahap fonologi primitif (satu kata).

Pada tahap pengeluaran, anak terlihat sangat aktif yang terjadi pada usia

satu setengah tahun. Tahap ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu

terjadinya pertumbuhan kosakata dengan cepat dan munculnya ucapan-ucapan

dua kata. Tahap ini terus berkembang hingga usia tiga tahun enam bulan sampai

empat tahun (Chaer, 2009: 214). Di dalam urutan bunyi-bunyi yang diucapkan

masukan yang dengar oleh anak-anak akan menentukan bunyi-bunyi yang

pertama diperoleh anak. Pemerolehan juga dilakukan secara perlahan-lahan dan

berangsur-angsur. Proses-proses tersebut adalah proses subtitusi, proses

asimilasi, dan proses struktur suku kata (Chaer, 2009: 215-216).

1.6.3 Fonologi bahasa Indonesia

Kajian ini berfokus pada aspek linguistik berupa fonologi. Kemampuan

anak dalam memproduksi bunyi-bunyi ketika berucap kemudian akan

ditranskripsikan melalui kajian fonetik. Fonetik merupakan kajian di dalam

bidang linguistik yang mengkaji mengenai bunyi-bunyi tanpa memperhatikan

arti atau perbedaan makna dari bunyi-bunyi tersebut (Chaer, 2003: 10). Fonetik

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

20

yang dikaji di dalam penelitian ini ialah fonetik artikulatoris dimana pada

fonetik artikulatoris kajian terletak pada proses produksi bunyi yang dilakukan

pada organ bicara penutur.

Bunyi-bunyi yang muncul pada data rekaman ditranskripsikan ke dalam

transkripsi fonetik. Menurut Chaer (2013: 13), transkripsi fonetik adalah

penulisan bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau secara tepat dengan

menggunakan huruf atau tulisan fonetik. Jadi, ketika penutur berkata “ada kera

sama monyet di kebun binatang”, maka penulisan fonetiknya bukanlah [ada

kera sama monyet di kebun binatang] namun penulisannya menjadi [ada kəra

sama moñзt di kəbun binataŋ]. Hal ini dikarenakan tulisan latin tidak dapat

mewakilin bunyi-bunyi yang sangat banyak. Bunyi huruf <e> pada <kera>

berbeda dengan <e> pada <monyet> sehingga bunyi <e> dimodifikasi menjadi

/ə/ pada <kera> dan /з/ pada <monyet>. Selain itu, bunyi juga tidak bisa

diwakili oleh dua huruf ataupun sebaliknya sehingga bunyi <ny> pada

<monyet> dimodifikasi menjadi /ñ/ dan bunyi <ng> pada <binatang>

dimodifikasi menjadi /ŋ/. Pernyataan ini diperkuat oleh Chaer (2013: 14) yang

mengatakan bahwa bunyi hanya bisa dilambangkan oleh satu huruf sehingga

penggunaan satu huruf untuk dua bunyi maupun satu bunyi oleh dua huruf tidak

bisa digunakan. Oleh karena itu, modifikasi pada tulisan latin untuk

menyesuaikan dengan bunyi-bunyi yang ada sangat diperlukan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

21

Dalam hal ini, kajian linguistik internasional membentuk abjad fonetik

untuk menyamakan modifikasi huruf untuk melambangkan bunyi. Perangkat

yang telah dibuat dinamakan The International Phonetic Alphabet (IPA).

Meskipun perangkat IPA digunakan di dalam penelitian ini, namun penelitian

ini juga perlu mengetahui bunyi-bunyi apa saja yang terdapat di dalam bahasa

Indonesia. Fonologi bahasa Indonesia dipilih dikarenakan anak-anak lebih

banyak terekspos dengan bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga ingin

mengetahui apakah input bahasa menentukan bunyi-bunyi yang diperoleh anak.

Ingram (1989) berpendapat bahwa kata-kata masukan yang didengar oleh anak

akan menentukan bunyi-bunyi pertama yang diperoleh anak. Hal ini

bertentangan dengan pendapat Jakobson (1968) yang menyatakan bahwa

masukan tidak dipengaruhi oleh apa yang didengar oleh anak dari

lingkungannya namun urutan pemerolehan didapat dari nurani. Sebagai

landasan teori mana yang benar maka di sini akan disajikan bunyi-bunyi

konsonan dan vokal yang terdapat di dalam bahasa Indonesia. Fonem yang

terdapat di dalam bahasa Indonesia menurut Chaer (2013: 68-70) adalah fonem

vokal /i/, /e/, /a/, /ə/, /u/, /o/, fonem diftong /ay/, /aw/, /oi/, dan fonem konsonan

/b/, /p/, /m/, /w/, /f/, /d/, /t/, /n/, /l/, /r/, /z/, /s/, /ʃ/, /ñ/, /j/, /c/, /y/, /g/, /k/, /ŋ/, /x/,

/h/, dan /ʔ/.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

22

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah tuturan yang

diucapkan sehari-hari oleh dua orang anak dengan rentang usia 0-20 bulan.

Kedua anak tersebut ialah Karim Salman Aziez dan Vintorez Qurrota’ayun.

Selain itu, penelitian ini juga memperoleh sumber data dari orang tua dan

orang-orang yang berada di lingkungan kedua anak tersebut dimana data yang

diperoleh digunakan untuk mengetahui bagaimana lingkungan bahasa

memperlakukan bahasa terhadap masing-masing anak. Sebagai informasi

tambahan, peneliti merupakan orang yang telah tinggal di lingkungan anak-

anak tersebut sebelum Karim dan Vintorez lahir. Oleh karena itu, peneliti turut

mengamati langsung bagaimana perlakuan lingkungan bahasa dan pemerolehan

bahasa kedua anak tersebut.

1.7.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode simak.

Metode simak ini dilakukan dengan menyimak ucapan sehari-hari yang

dilakukan oleh dua orang anak, yaitu Karim dan Vintorez melalui data-data

yang diambil melalui teknik sadap dan wawancara. Teknik sadap adalah teknik

yang digunakan pada metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa

seseorang atau beberapa orang baik dalam bentuk lisan maupun tulisan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

23

(Kesuma, 2007: 43). Data-data rekaman dalam bentuk audio, video, dan catatan

percakapan Karim maupun Vintorez diambil oleh peneliti maupun orang tua

Karim dan Vintorez. Rekaman-rekaman tersebut merupakan rekaman

keseharian anak-anak tersebut yang akan digunakan untuk pengambilan data

fonologi. Selain itu, data tulisan juga diambil dari catatan-catatan penulis yang

berupa percakapan dan ujaran keseharian. Percakapan dan ujaran ini merupakan

percakapan dan ujaran yang tidak sempat terekam oleh audio maupun video

dikarenakan proses perekaman tidak selalu standby sedangkan percakapan atau

ujaran pada anak terjadi secara spontan dan natural.

Kemudian, teknik yang kedua yaitu teknik wawancara. Teknik

wawancara merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui percakapan

atau tanya-jawab (Nasution, 1992: 69). Untuk menghindari ketidaklengkapan

dan ketidakterperincian data, maka wawancara dilakukan dalam bentuk

rekaman. Wawancara ini dilakukan pada orang tua anak untuk mengetahui

perlakuan apa yang biasa dilakukan dalam mengembangkan kemampuan

bahasa anak-anak mereka. Sebagai tambahan, peneliti tinggal pada lingkungan

yang sama sehingga dapat mengetahui perkembangan serta perlakuan

lingkungan bahasa anak-anak tersebut. Setelah itu, peneliti menggunakan

teknik catat. Kesuma (2007: 45) menjelaskan lebih lanjut bahwa teknik catat

adalah teknik yang digunakan dalam menjaring data dengan mencatat hasil dari

menyimak data. Catatan yang dilakukan adalah dengan mengubah data

percakapan dan ujaran yang disadap ke dalam transkrip ortografis atau transkrip

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

24

dengan ejaan dan juga transkrip fonemisnya. Data kemudian dipilah dan

diklasifikasikan berdasarkan tuturan dan percakapan dari masing-masing anak.

1.7.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Menurut Nasution (1992: 126), analisis pada data kualitatif dilakukan

dalam upaya menyusun data yang diperoleh agar mudah ditafsirkan. Pada

penelitian ini, data yang telah diperoleh dan dikumpulkan kemudian dianalisis

dengan menggunakan metode analisis padan. Sudaryanto (1993: 13)

mengemukakan bahwa metode analisis padan merupakan metode analisis yang

alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa

(langue). Metode analisis padan dipilih dikarenakan data dianalisis dengan

menggunakan pengetahuan-pengetahuan linguistik yang telah dikuasai oleh

peneliti. Aspek linguistik yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah

kemampuan fonologi yang dimiliki anak. Data-data yang telah melalui proses

transkrip fonologi kemudian dipecah ke dalam satuan kata-kata. Fonem-fonem

pada satuan kata-kata tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui

bagaimana perkembangan fonologi Karim dan Vintorez pada 0-20 bulan.

Data berikutnya yang diperoleh melalui wawancara dianalisis dengan

menggunakan metode deskriptif dimana hasil dari wawancara akan diolah ke

dalam bentuk-bentuk penjabaran. Selanjutnya, peneliti melakukan interpretasi

pada data-data. Nasution (1992: 127) menjelaskan bahwa

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

25

interpretasi berarti menyusun dan merakit unsur-unsur yang ada dengan cara baru, merumuskan hubungan baru antara unsur-unsur lama, mengadakan proyeksi melewati apa yang ada, memberanikan diri bertanya, “bagaimana hanya jika…”, atau “misalkan…”. Jadi peneliti harus bereksperimentasi, “bermain” dengan ide-ide.

1.7.4 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data

Hasil dari analisis data kemudian disajikan dengan menggunakan metode

informal dan formal. Sudaryanto (1993: 145), di dalam bukunya yang berjudul

“Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa”, menerangkan bahwa metode

informal merupakan penggunaan kata-kata sederhana yang mudah dimengerti

dan tetap menggunakan terminologi yang bersifat teknis. Metode lainnya ialah

metode formal yang merupakan penyajian analisis data dengan menggunakan

rumusan tanda-tanda atau lambang-lambang.

1.8 Sistematika Penyajian Data

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka

sistematika penyajian data disajikan pada penelitian. Sistematika penyajian data pada

tesis ini nantinya akan dibagi menjadi lima bagian atau bab; bab I merupakan latar

belakang, bab II berupa pembahasan dengan judul “Pemerolehan fonologi anak usia

0-20 bulan”, bab III berupa pembahasan dengan judul “Perbandingan kemampuan

fonologi”, bab IV juga masih merupakan pembahasan dengan judul “Perlakuan

lingkungan dan kemampuan fonologi anak”, dan yang terakhir ialah bab V yang

merupakan bab terakhir pada penelitian yaitu berupa kesimpulan.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

26

Pada bab I, dijelaskan permasalahan yang melatarbelakangi dari dilakukannya

penelitian ini. Beberapa sub-bab yang terdapat pada bab I ialah rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode

penelitian. Rumusan masalah dituliskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang

merupakan permasalahan dari penelitian ini yang didasari dari permasalahan yang

terdapat pada latar belakang. Setelah itu, tujuan penelitian dipaparkan agar penelitian

ini pada akhirnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada sub-bab

rumusan masalah. Selanjutnya yaitu manfaat penelitian yang dibagi menjadi dua

bagian; manfaat secara teoritis dan praktis. Kemudian tinjauan pustaka yang berisikan

tentang penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan terlebih dahulu. Lalu

diikuti oleh sub-bab selanjutnya yaitu landasan teori yang merupakan kerangka

berfikir yang digunakan dalam memecahkan masalah yang berkenaan dengan topik

atau objek penelitian. Sub-bab terakhir yaitu berupa metode penelitian yang

merupakan paparan dari metode-metode serta teknik-teknik apa saja yang digunakan

di dalam penelitian ini yang dimulai dari metode pengumpulan data hingga metode

analisis data.

Bab II berisi tentang pembahasan dengan judul “Pemerolehan fonologi anak

usia 0-20 bulan”. Bab ini berisi tentang kemampuan-kemampuan fonologi yang telah

dikuasai Karim dan Vintorez pada rentang usia 0-20 bulan. Kemampuan fonologi

yang dimaksudkan tidak hanya berupa kemampuan pengucapan bunyi vokal dan

konsonan, namun juga perkembangan kinesik, perkembangan komprehensi, inventori

fonem, dan aturan fonologis.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

27

Pada bab III, pembahasan berisikan tentang hasil analisis perbandingan

kemampuan fonologis yang dimiliki oleh Karim dan Vintorez. Perbandingan ini

dilakukan untuk mengetahui apakah anak-anak usia 0-20 bulan tersebut dalam

penguasaan fonologisnya memiliki percepatan yang sama ataukah berbeda. Oleh

karena itu, judul yang sesuai yang diberikan pada bab ini ialah “Perbandingan

kemampuan fonologi”. Bab selanjutnya yaitu bab IV. Pada bab IV, judul yang

diberikan adalah “Perlakuan lingkungan dan kemampuan fonologi anak”. Bab ini

akan memaparkan bagaimana perlakuan lingkungan bahasa dalam mengekspos

bahasa pada anak; apakah sebelum tidur anak dibacakan dongeng, apakah terdapat

direct feedback ketika anak melakukan kesalahan dalam pelafalan, ataukah anak

hanya didiamkan saja ketika melakukan kesalahan, dan lain sebagainya. Perlakuan-

perlakuan ini kemudian akan dikorelasikan dengan bagaimana kemampuan bahasa

anak. Kemudian data juga dianalisis untuk mengetahui apakah ada pengaruh

signifikan antara perlakuan bahasa pada anak dengan kemampuan yang mereka

miliki.

Pada bab terakhir, yaitu bab V, berisikan kesimpulan dari hasil analisis data

yang terdapat pada bab-bab pembahasan yang merupakan jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan akan permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

28

BAB II

PEMEROLEHAN FONOLOGI ANAK USIA 0-20 BULAN

Untuk memudahkan dalam melihat pemerolehan fonologi anak usia 0-20 bulan,

maka penyajian pembahasan data analisis merujuk pada format penulisan yang telah

dilakukan oleh Soenjono Dardjowidjojo dalam bukunya yang berjudul “Echa:

Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia”. Penyajian pada bab ini akan meninjau

kemampuan fonologi anak berdasarkan tahap 0-12 bulan dan 13-20 bulan.

Kemampuan fonologi yang diteliti tidak hanya ditinjau dari produksi fonologi anak

namun juga kemampuan lainnya seperti kinesik dan komprehensi sebagai pendukung

dari kemampuan fonologi.

2.1 Kemampuan Fonologi: Umur 0-12 Bulan

Pada kemampuan fonologi umur 0- 12 bulan ini, dibahas perkembangan

kinesik, komprehensi, dan produksi fonologi Karim dan Vintorez. Pembahasan

mengenai perkembangan kinesik sangat diperlukan mengingat gerakan-gerakan

kinesik merupakan sebuah modal komunikatif begitu pula perkembangan

komprehensi yang dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan kognitif anak.

Kemampuan kinesik juga merupakan alat bantu dalam berbahasa non-verbal seperti

mimik wajah, lambaian tangan, dan kedipan mata. Kemampuan kinesik dan

komprehensi hanya ditinjau sebagai pendukung dari kemampuan fonologi anak dan

bukan sebagai kajian utama.

29

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

29

2.1.1 Perkembangan kinesik umur 0-12 bulan

1) Perkembangan kinesik Karim Salman Aziez: pada usia 0-12 bulan

Pada saat Karim Salman Aziez dilahirkan pada tanggal 28 Februari 2014, ia

memiliki berat badan 3.1 kg dengan berat otaknya 15% dari berat badan, yaitu sekitar

0.46 kg. Gerakan kinesik yang dilakukan pun sama seperti bayi baru lahir lainnya

yaitu adanya gerakan-gerakan reflek badannya serta gerakan-gerakan seperti

menangis, menguap, mengerjapkan mata, atau bahkan mengerucutkan bibirnya. Pada

hari kedua setelah ia dilahirkan, gerakan reflek yang terjadi pada Karim sudah

berkurang, ia juga terlihat sudah dapat merespon bunyi yang dilakukan oleh ayahnya.

Karim sudah dapat melihat ke arah sumber bunyi ketika ayahnya menjentik-jentikkan

jarinya (TV DKM 20140301(1)). Bunyi-bunyi yang keluar juga masih sebatas bunyi

tangisan dengan mengeluarkan bunyi-bunyi yang masih sulit untuk ditebak. Bunyi-

bunyi tersebut seperti bunyi vokal depan bawah [ɛ] atau bunyi vokal tengah sedang

[ə] panjang yang diakhiri oleh bunyi konsonan glottal frikatif [h] sehingga bunyi yang

keluar seperti [ɛ:h ɛ:h əɛ:h] yang dilakukan berulang-ulang. Bunyi-bunyi tersebut

juga seperti disisipi atau keluar seperti bunyi-bunyi laringal. Karim juga melakukan

bunyi-bunyi lain seperti saat dia bersendawa atau saat dia cegukan (hiccup). Bunyi

lainnya di hari ketiga setelah ia dilahirkan. Terlihat pada data TV DKM 20140302(1),

Karim diberi madu yang dicampur dengan air. Saat meminum madu yang diberikan

melalui sendok, bibirnya mengerucut dengan lidah yang menghisap madu sehingga

menimbulkan bunyi non-pulmonik seperti bunyi klik bilabial /ʘ/.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

30

Pada usia satu bulan, gerakan kinesik Karim sudah semakin baik, gerakan

refleknya sudah menghilang dan ia pun sudah dapat menggeliat layaknya orang

dewasa ketika bangun tidur. Ketika diajak bicara, mulutnya terlihat dibulatkan

sehingga tampak seperti ingin menjawab atau merespon pembicara namun tidak ada

suara yang keluar. Matanya sudah tampak jelas dan pandangannya pun nampak fokus

atau komunikatif. Bunyi-bunyi yang keluar baru bunyi-bunyi vokal [ə], [ɛ] dan [a].

Pada usia 2 bulan, ia sudah tampak dapat menggenggam benda. Ia pun lebih sering

memainkan lidahnya. Pada usia 3 bulan ia sudah dapat tersenyum ketika melihat

video dirinya sendiri dan ia juga sudah bisa memegang botol minumannya dan

membunyikan mainannya dengan menggoyang-goyangkan mainan bayi tersebut. Ia

juga sudah dapat tengkurap dan mengangkat kepalanya.

Pada usia 4 bulan, tepatnya pada tanggal 13 Juli 2014, Karim senang

memainkan benda-benda yang berbunyi ketika dipegang. Mainan favoritnya adalah

bungkus tissue basah yang selalu ia cengkram dan ia tarik kedua ujungnya sehingga

menimbulkan bunyi atau mainan bayi yang terbuat dari kayu yang berbunyi nyaring

ketika digoyang-goyangkan. Saat itu sedang bermain, Karim mengeluarkan bunyi-

bunyi seperti [ɣ] namun bunyi itu hanya muncul sekali sedangkan yang lebih sering

muncul adalah bunyi [əh]. Pada video-video selanjutnya, masih pada umurnya yang

ke empat bulan, perkembangan kinesiknya masih tetap yaitu tengkurap dan

mengangkat kepalanya dengan sangat lama. Karim memiliki perawakan yang gemuk

sehingga ketika dia berusaha untuk bergerak maju, ia terlihat sangat kesulitan hingga

akhirnya berhenti kemudian memasukkan tangannya ke mulut. Namun demikian ia

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

31

telah memiliki kemajuan dalam menanggapi lingkungannya sehingga ia terlihat

sangat ekspresif. Hal ini tampak saat Karim menonton tayangan Upin-Ipin dan Sopo

Jarwo. Tatapannya terlihat sangat serius ketika ia sedang menonton. Terkadang, ia

pun tertawa seperti telah mengerti isi cerita tayangan tersebut. Ia juga telah banyak

mengoceh sehingga bunyi-bunyi yang telah dikeluarkan pun sudah mulai

berkembang seperti bunyi [ɣ], [ə], [ŋ], [h], [a], [e]. Bunyi-bunyi tersebut belum

memiliki arti fonemis namun masih dalam bentuk ocehan seperti [əɣea], [əŋɛa], dan

[əhe:]. Pada umurnya yang keenam bulan bunyi vokal /u/ sering muncul khususnya

ketika ia melihat cicak atau pesawat terbang. Saat melihat cicak atau pesawat terbang,

wajahnya terlihat sangat takjub dengan mulut yang dibulatkan dan berkali-kali

mengeluarkan bunyi /u/.

Pada usia 7 bulan, (TV DKM 20140914(1)) kemampuan kinesiknya sudah

sangat berkembang. Karim senang memegang kedua kakinya. Pada usia 8 bulan, ia

sudah bisa duduk sendiri. Meski demikian, ia belum bisa merangkak dengan

sempurna. Perutnya yang gemuk masih menyentuh lantai. Ia pun terlihat berusaha

mendorong dirinya untuk bergerak maju ke depan. Di usia 9 bulan ia masih terlihat

bersusah payah untuk mendorong tubuhnya maju namun ia juga telah berhasil untuk

bergerak maju meskipun badannya masih menyentuh lantai. Selain itu, pada usia ini

Karim sudah dapat berdiri meskipun ia masih tetap harus berpegangan pada benda-

benda dan berdirinyapun masih belum seimbang. Karim baru dapat merangkak maju

dengan sempurna pada usia sekitar 10 bulan.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

32

Saat Karim berusia 9 bulan, giginya sudah mulai tumbuh. Tumbuhnya gigi

sangat penting dalam kemampuan fonologis. Seseorang yang ompong akan sangat

berbeda dalam mengucapkan sesuatu dengan orang yang memiliki gigi sempurna. Hal

itu dikarenakan gigi merupakan bagian dari alat ucap yang dapat membentuk bunyi-

bunyi dengan sempurna. Seiring dengan mulai tumbuhnya gigi, kemampuan fonetik

Karim mulai bertambah. Ia sudah dapat mengucapkan konsonan alveolar plosive /d/

namun pengucapannya belum sempurna sehingga masih terdengar seperti bunyi

diakritik linguolabial /ḏ/. Pada bunyi diakritik linguodental / ḏ/, bunyi [d] terdengar

seperti gabungan dua konsonan alveolar [d] dan [t]. Hal ini terdengar saat Karim

mengeluarkan bunyi babbling seperti [əḏe] dan [əḏa]. Selain itu, Karim juga sudah

dapat mengucapkan bunyi bilabial [m], contohnya saat Karim mengeluarkan bunyi-

bunyian seperti [əmma] dan [aəm].

Pada umur 10 bulan data TV DKM 20150101, karim telah memiliki dua gigi

atas dan dua gigi bawah. Kemampuan kinesik Karim pun sudah semakin lincah. Ia

selalu ingin tahu dengan apa yang dilihatnya sehingga ia tidak bisa diam dengan

melakukan gerakan-gerakan yang ingin dilakukannya seperti menaikkan kakinya,

berusaha meraih kakinya, atau mendatangi benda-benda yang menarik perhatiannya.

Ia juga telah dapat mengucapkan konsonan /n/, /y/, /p/ dan /b/, contohnya ialah [əna],

[yayaya], dan [pəpba]. Pada video TV DKM 20150129(1) saat Karim genap berusia

11 bulan ia telah dapat mengucapkan vokal [ɔ] seperti [ɔ:] dan pada data TV DKM

20150131(1) ia terdengar dapat mengucapkan konsonan yang menyerupai bunyi

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

33

palatal plosif /ɟ/ dan /z/ saat menyebutkan nama akhirnya [ɟəzts]. Video TV DKM

20150131(1) juga memperlihatkan perkembangan kinesik Karim yang telah dapat

berdiri sendiri meski masih harus berpegangan pada benda-benda seperti meja

ataupun dinding. Menjelang usia Karim 12 bulan, Karim telah memproduksi bunyi

menyerupai bunyi konsonan /k/ namun juga terdengar seperti /g/, [əkgə:h] (TV DKM

20150205(1)).

2) Perkembangan kinesik Vintorez Qurrata’ayun: pada usia 0-12 bulan

Vintores Qurrata’ayun lahir pada tanggal 5 Juni 2014. Pada waktu ia dilahirkan,

gerakan-gerakan kinesik yang dilakukan sama seperti bayi pada umumnya yaitu

menangis, menggerak-gerakkan tubuhnya dengan gerakan reflek yang tidak terarah

dan tidak bermakna. Hal itu menunjukkan bahwa gerak reflek tubuhnya telah bekerja

sempurna. Pada hari kedua, pada data TV DVT 20140605(1) menit ke 00:34

terdengar suara yang keluar berupa suara-suara seperti bunyi vokal sedang tengah [ə]

atau vokal rendah tengah [a] yang diikuti oleh bunyi laringal frikatif [h] sehingga

terbentuklah bunyi-bunyi seperti [əh] dan [ah] dengan intensitas suara yang sangat

pelan. Pada menit ke 01:32 terdengar tangisan yang keluar berupa suara vokal sedang

tengah [ə] yang diikuti oleh konsonan nasal dorsovelar [ŋ], vokal sedang depan [e],

dan vokal rendah tengah [a] panjang sehingga bunyinya seperti [əŋea:] yang

dilakukan secara berulang-ulang. Kemudian, ketika tangisannya akan berhenti

terdengar bunyi-bunyi [e e e], [əh], dan [eʔeh]. Semakin pelan tangisnya, jarak antara

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

34

bunyi-bunyi yang dikeluarkan semakin panjang. Pada saat itu, Vintorez hanya

menangis hanya ketika ia merasa tidak nyaman dan haus. Gerakan matanya masih

sangat lemah. Intensitas pejaman matanya lebih lama daripada saat ia membuka mata.

Ketika ayahnya menyentuh pipinya dengan telunjuk atau bahkan ketika selembar kain

menyentuh pipinya, ia masih mengira bahwa itu adalah puting ibunya sehingga

kepala dan bibirnya melakukan gerakan-gerakan seperti ingin menetek.

Pada usia 1.5 bulan matanya sudah membuka lebar dan tatapannya juga sudah

lebih terfokus untuk melihat benda-benda. Pada tubuhnya masih terlihat gerakan-

gerakan reflek. Pada data video TV DVT 20140726(1) terlihat ayahnya berusaha

untuk menarik perhatian Vintorez dengan berbicara dan mengeluarkan nyanyian nada

seperti [daŋdiŋ dindaŋ diŋ ə] yang dilakukan secara berulang-ulang. Vintorez terlihat

memperhatikan ayahnya dengan seksama meski terkadang melihat ke arah lain. Ia

juga terlihat ingin merespon ayahnya dengan berbicara namun dikarenakan rongga

bicaranya yang belum memungkinkan maka yang ia lakukan hanyalah membulatkan

kedua bibirnya berulang ulang seperti ingin berbicara. Meski demikian pada video ini

Vintorez belum mengeluarkan suara-suara yang signifikan kecuali bunyi [ə] yang

pelan dan lemah.

Pada umur 3 bulan (lihat data TV DVT 20140914(1)) ia belum mengeluarkan

bunyi-bunyi vokal yang berbeda dari sebelumnya. Bunyi-bunyi yang dikeluarkan

masih sebatas bunyi vokal [ə] dan [e]. Namun pada bunyi konsonan, sudah terdengar

adanya bunyi baru yaitu [ɣ] sehingga yang sebelumnya ia mengeluarkan bunyi

[əŋəa:] kali ini ia mengeluarkan bunyi-bunyi seperti [əɣəa:], [əe], dan [əŋ] yang

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

35

diulang berkali-kali. Selain itu, pada kemampuan kinesiknya, Vintorez telah dapat

tengkurap dan mengangkat kepalanya kurang lebih sebesar 45 derajat. Meski

demikian kemampuan mengangkat kepalanya hanya dapat bertahan beberapa detik

sebelum akhirnya jatuh dan ia terlihat bersusah payah untuk mengangkat kepalanya

kembali.

Pada awal tahun 2015 ketika Vintorez telah berusia 7 bulan. Perkembangan

kinesiknya sudah cukup maju. Ia telah dapat duduk dan berangkang meskipun

dadanya masih menyentuh lantai sehingga terlihat seperti merayap di atas lantai.

Tawanya pun sudah semakin lebar dan gerakan-gerakan refleknya sudah menghilang.

Ia juga sudah dapat meraih tangan ayah dan ibunya. Pada data TV DVT 20150106(1)

menit ke 00:45 sudah terdengar adanya vokal dan konsonan baru. Bunyi konsonan

yang keluar berupa bunyi dorsovelar frikatif bersuara [x] yang diikuti oleh bunyi

vokal tinggi atas depan [i] sehingga bunyi yang keluar ialah bunyi [xi]. Bunyi

tersebut muncul saat ia tertawa. Berbeda dengan sebelumnya, bunyi tawa selanjutnya

berupa keluaran bunyi-bunyi seperti [hə] dan [xə]. namun kemudian tawa selanjutnya

Vintorez hanya membuka mulutnya namun tidak mengeluarkan bunyi apapun. Di

akhir bulan Januari 2015, ia mengeluarkan bunyi vokal baru berupa vokal bawah

sedang depan [ɛ]. Suara tersebut terlihat pada data TV DVT 20150130(1) menit ke

00:06 dengan bunyi yang keluar adalah bunyi seperti [ɛhe], [e:ʔ], [a], dan [eh].

2.1.2 Perkembangan komprehensi umur 0-12 bulan

1) Perkembangan komprehensi Karim Salman Aziez: pada usia 0-12 bulan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

36

Pada hari kedua setelah ia dilahirkan, Karim masih terlihat sangat rentan dan

lemah begitu pula dengan kemampuan komprehensinya. Ia tidak dapat memahami

ataupun merespon ujaran orang dewasa. Meski demikian, ia telah dapat mendengar

bunyi-bunyi disekelilingnya. Hal ini dapat dibuktikan pada data TV DKM

20140301(1) ketika ayahnya menjentikkan jarinya sehingga menimbulkan bunyi-

bunyi, Karim terlihat mencoba untuk menoleh ke arah sumber bunyi tersebut. Selain

bunyi, Karim juga sudah dapat merasakan sentuhan. Sentuhan yang terjadi di sekitar

pipinya akan ia kira sebagai putting ibunya sehingga mulutnya akan melakukan

gerakan-gerakan seperti akan menetek (TV DKM 20140302(1).

Saat bayi, Karim relative memiliki intensitas tangisan yang sedikit. Ia hanya

menaangis ketika merasa haus, lapar atau tidak nyaman. Sepuluh hari setelah ia

dilahirkan, ari-arinya telah lepas dan Karim pun dapat dimandikan untuk yang

pertama kali. Ia terlihat tenang dan menguap ketika sedang dimandikan. Tidak ada

suara tangisan sama sekali. Tatapan matanya pun belum terlihat fokus. Ia masih

berusaha untuk mengenali lingkungannya. Baru pada umur sekitar satu bulan lebih,

tatapannya terlihat lebih fokus. Pada data TV DKM 20140425(1), tatapan mata Karim

terlihat fokus dan komunikatif dimana ia seperti memperhatikan orang dewasa yang

mengajaknya berbicara. Meski demikian, ia belum dapat merespon yang

menunjukkan bahwa ia memahami apa yang dilihatnya. Begitu pula ketika ia telah

berusia tiga tahun dimana kemampuan kinesiknya telah mendukungnya untuk dapat

tengkurap dan mengangkat kepalanya, ia melihat tayangan serial animasi 3D Upin

Ipin dengan sangat serius tanpa terlihat suatu ekspresi apapun di wajahnya. Ia terlihat

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

37

tertarik pada gambar animasi namun belum mengerti apa isi dari tayangannya. Pada

usianya yang ke 5 bulan, ia telah banyak mengoceh dengan mengeluarkan bunyui-

bunyi seperti [əɣə], [əɣəa]. Ia juga telah dapat merespon dengan senyuman dan tawa

ketika ayahnya mengajaknya mengobrol.

Kemampuan komprehensi Karim telah banyak meningkat saat usianya 6 bulan,

ia telah dapat merespon permainan ciluk ba ayahnya, tersenyum saat orang dewasa

hendak mengambil fotonya sambil berkata ‘cheers!’. Ia juga akan menoleh saat orang

dewasa berkata ‘itu tuh liat tuh!’. Ketika terdapat sesuatu yang membuatnya

penasaran atau saat ia ditanya ‘Aim mau kemana?’, maka Karim akan menunjuk ke

suatu arah atau benda. Pada data TV DKM 20140829(1) terekam video Karim yang

sedang memainkan mainan kayunya yang akan berbunyi ketika digoyangkan. Saat

itu, ibunya mengajaknya mengobrol sambil berkata ‘Aim bisa ya maininnya?

Bagaimana caranya im?’. Saat ibunya berkata demikian, Karim terlihat sangat senang

dan menggoyangkan mainannya dengan cepat. Hal tersebut menunjukkan bahwa

Karim sedikitnya telah mengerti apa yang diucapkan orang dewasa.

Pada usia Karim yang ke 8 bulan, berbanding lurus dengan meningkatnya

kemampuan kinesik Karim yang telah bisa duduk sendiri, kemampuan

komprehensinya pun meningkat. Karim selalu memperhatikan dengan seksama segala

sesuatu yang membuatnya penasaran. Pada data TV DKM 20141004(1) terdengar

ibunya Karim yang sedang menyanyikan lagu anak-anak untuk temannya Karim,

namun demikian Karim yang sedang duduk terlihat antusias dan memperhatikan

ibunya lalu kemudian mengeluarkan bunyi [əŋɛɔ] dan [u:] sambil tersenyum. Selain

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

38

memperhatikan sesuatu dengan seksama, Karim juga seperti ingin menirukan apa

yang diucapkan oleh orang dewasa. Pada data TV DKM 20141006(1) terlihat Karim

yang sangat ingin menirukan ibunya yang memainkan lidahnya yang dietakkan ke

daerah palatal sehingga menimbulkan bunyi non-pulmonik klick /ʘ/. Karim yang

gagal menirukan ibunya kemudian merasa greget dan melakukan gerakan yang lucu.

Pada data TV DKM 20141129(1), Karim senang mengikuti gerakan neneknya

ketika mengelap sesuatu. Hal ini bermula ketika ia menumpahkan sesuatu pada mesin

printer yang kemudian di lap oleh neneknya. Karim kemudian melakukan gerakan

seperti mau membersihkan printer dengan tangannya, melihat tingkah cucunya

tersebut Nenek kemudian mengajarkan Karim cara mengelap yang benar. Raut wajah

karim terlihat serius ketika mengerjakan pekerjaan tersebut.

Pada usia 10 bulan Karim sudah dapat memanggil nama ‘ayah’. Meski

demikian ia belum sepenuhnya dapat mengucapkan ‘ayah’. Pada data TV DKM

20141212(1) terlihat Karim yang sedang mengoceh [ayayayaya] ketika ibunya

menyuruhnya untuk mengucapkan ‘ayah’. Di usianya yang ke sepuluh bulan, Karim

sudah dapat melakukan gerakan dadah ketika disuruh untuk dadah, ia juga senang

mengambil dan nmemainkan segala sesuatu yang membuatnya tertarik. Hobinya ialah

menonton tayangan Upin-Ipin, Sopo Jarwo, serta video lagu-lagu bahasa Inggris.

Ketika film Upin-Ipin itu iklan, ia akan mengalihkan perhatiannya pada sesuatu yang

lain atau terkadang juga ia akan menangis. Bagitu pula ketika ia diberi tontonan yang

menyeramkan, maka ia akan menangis. Itu artinya, ia telah memahami sedikitnya

dari apa yang ia tonton, atau mana yang dia inginkan untuk ditonton.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

39

Karim merupakan anak yang memiliki rasa penasaran yang tinggi, ia akan

memperhatikan dengan sangat serius ketika orang dewasa sedang berbicara atau

mengajarkannya sesuatu, ia juga akan mengambil benda-benda yang membuatnya

penasaran dan mencoba untuk melakukan suatu eksperimen terhadap benda-benda

tersebut. Hal ini nampak sejak ia berusia enam tahun saat ia berusaha menirukan

ibunya yang membuat suara-suara non-pulmonic, kemudian saat ia menirukan

gerakan neneknya mengelap sesuatu, lalu pada data TV DKM 20140829(1) Karim

mencoba untuk menggoyangkan mainannya yang akan berbunyi bila digoyangkan.

Hal tersebut juga berlanjut pada data TV DKM 20141215(1) yang menunjukkan

Karim mengambil sebuah kipas kemudian mencoba untuk membuka dan melakukan

gerakan seperti mengipas-ngipas dengan gerakannya masih terlihat kaku. Ia juga

sudah dapat memutar roda pada kereta bayi dan melakukannya secara berulang ketika

roda tersebut berputar, (data TV DKM 20141222(2)). Pada data TV DKM

20141228(1), Karim berjoget ketika ayah dan ibunya menyuruhnya untuk berjoget. Ia

juga telah memahami ucapan orang dewasa ketika menyuruhnya untuk mencium

ibunya, maka Karim pun akan mencium ibunya, (data TV DKM 20141231(1)).

Di awal tahun 2015, Karim sudah dapat berjoged apabila disuruh atau ketika ia

mendengar suara musik. Ia juga sudah dapat menunjuk gambar burung hantu dan

kura-kura yang ada di dinding. Ketika dia penasaran terhadap sesuatu maka ia akan

menunjuk dengan mulut yang dibulatkan sehingga mengeluarkan bunyi /u/ secara

berulang ulang. Ketika hujan turun, ia akan merasa sangat senang dan mengulurkan

tangannya sehingga mengenai air hujan. Di akhir bulan januari, kemampuan

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

40

fonetiknya sudah sangat berkembang. Ketika ia ditanya ‘Karim namanya siapa?

Karim Salman A…?’ maka ia akan menjawab dengan meneruskan [jiszt] yang

merupakan nama kepanjangannya (Aziez), (data TV DKM 20150131(1)). Rasa

penasaran Karim terhadap suatu benda selalu dijawab oleh ibu, ayah, tante, om, atau

kakek dan neneknya. Ketika Karim menunjuk atau melihat sesuatu dengan antusias

maka dengan reflek orang dewasa yang merupakan keluarganya akan memberi tahu

nama dari benda tersebut. Setelah diberi tahu, Karim akan menimpali dengan

mengatakan [həh] dengan intonasi naik yang menunjukkan ia sedang bertanya həh?

atau secara semantic bisa diartikan sebagai ‘apa?’. Ia akan mengucapkan [həh]

berkali kali dan setiap ia mengucapkan [həh] maka orang dewasa akan menjawabnya

dengan memberi tahu nama benda tersebut berkali kali, (data TV DKM

20150203(1)). Karim juga sudah dapat tepuk tangan ketika ibunya menyanyikan lagu

tepuk tangan atau ketika ia diminta untuk tepuk tangan, (data 20150205(1)). Ketika

ibunya menyuruhnya untuk memberikan benda yang berada ditangannya ke

neneknya, Karim malah melihat ibunya dan hendak memberikannya ke ibunya namun

ibunya menegaskan untuk memberikannya ke neneknya sehingga timbul wajah yang

terlihat bingung pada Karim, (data 20150213(1)). Di usianya yang genap 12 bulan, ia

terlihat sudah memiliki komprehensi yang sangat baik.

2) Perkembangan komprehensi Vintorez Qurrata’ayun: pada usia 0-12

bulan

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

41

Seperti yang terjadi pada bayi lainnya, Vintorez belum dapat memahami apa

yang terjadi disekelilingnya pada hari pertama ia lahir. Ia juga belum dapat

memahami ujaran orang dewasa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Benzaquen,

Gagnon, Hunse, dan Foreman pada tahun 1990 (via Steinberg, Nagata, & Aline,

2001: 27), bayi telah mengenali suara ibunya sejak dalam kandungan. Meski belum

dapat merespon suara-suara, ia terlihat sudah dapat merespon sentuhan. Sentuhan jari

atau kain pada pipinya membuat Vintorez melakukan gerakan seperti ingin menetek.

Ia mengira sentuhan jari ataupun kain merupakan puting ibunya. Pada hari kedua, ia

juga terlihat telah merespon sentuhan perawat dengan tangisan. Baru pada umur

sekitar 1 bulan, ia telah dengan jelas dapat menyadari kehadiran orang lain. Hal ini

dapat terlihat pada data TV DVT 20140706(1) dimana pandangan mata Vintorez

telah dapat bertaut dengan orang tuanya. Vintorez juga telah terlihat mampu

merespon ayahnya namun hanya sebatas membulatkan bibirnya seperti ingin

berbicara dengan bunyi yang keluar hanya bunyi [ə].

Kemampuan persepsi akan alam sekitar sudah cukup membaik ketika Vintorez

telah berumur 7 bulan. Ia telah dapat merespon ayahnya dengan respon fisikal seperti

tawa kegembiraan dan ia juga telah dapat meraih tangan orang tuanya ketika mereka

mengajak Vintorez untuk ‘tos’ ataupun salaman. Namun, belum terlihat adanya

respon positif dari respon verbal. Tampaknya Vintorez lebih senang memberikan

respon-respon fisikal daripada verbal. Hal ini terlihat dari data-data hingga ia

berumur 12 bulan atau genap satu tahun. Ia telah dapat merangkak atau lebih tepatnya

merayap dan meraih mainan bergeraknya namun ia tidak mengeluarkan suara apapun.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

42

Ketika ia merasa senang dan tertawa, terkadang tawanya telah lebar namun tidak ada

suara yang keluar dan terkadang juga banyak mengeluarkan suara seperti [ɛhe:], [e:ʔ],

dan [a]. Ketika ada suara tetangganya dan ayahnya berkata “siapa itu Vintorez?”

dengan nada setengah kaget, Vintorez langsung melihat kearah sumber suara dan

cepat kembali memandang ayahnya dengan intensitas pandangan yang kuat seperti

terlihat kaget. Hal itu menunjukkan bahwa Vintorez telah memiliki komunikasi

dengan ayahnya.

2.1.3 Produksi fonologi umur 0-12 bulan

1) Produksi fonologi Karim Salman Aziez: pada usia 0-12 bulan

Sama seperti bayi-bayi lainnya, pada awal Karim lahir, ia hanya bisa menangis

atau mengeluarkan bunyi-bunyi yang sulit ditebak. Pada hari kedua setelah ia

dilahirkan, suara yang keluar menyerupai bunyi mirip vokal [ɛ] dan [ə] yang diikuti

oleh bunyi konsonan glottal frikatif [h]. Bunyi-bunyi tersebut merupakan bunyi-bunyi

yang bertahan selama masa pemerolehan bunyi. Bunyi lainnya baru muncul satu

bulan kemudian. Bunyi baru yang muncul ialah bunyi vokal rendah [a]. Meski

demikian, bunyi-bunyi vokal yang sering muncul ialah bunyi vokal sedang tengah [ə]

dan vokal sedang bawah [ɛ]. Pada umur 4 bulan Karim sudah banyak mengoceh.

Pada ocehannya pun terdengar bunyi-bunyi baru seperti bunyi laringal [ɣ], bunyi

dorsovelar nasal [ŋ]. Bunyi tersebut muncul dengan gabungan bunyi-bunyi vokal [ə],

[e] dan [a] serta konsonan [h] sehingga bunyi bunyi yang dihasilkan seperti bunyi

[əŋeah] dan [əɣhr]. Bunyi konsonan getar [r] dibuat menjadi [r] dikarenakan terdapat

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

43

bunyi getar yang menyerupai konsonan [r] namun sangat tipis sehingga belum dapat

didefinisikan sebagai bunyi konsonan getar [r]. Pada umur 6 bulan Karim sudah dapat

tertawa dengan sangat lepas, diantara tawanya muncul bunyi konsonan baru yang

berupa bunyi dorsovelar nasal [x]. Selain itu, vokal baru yang berupa vokal belakang

[u].

Bunyi-bunyi baru juga muncul saat Karim berusia 9 bulan. Ia sudah dapat

mengucapkan konsonan seperti alveolar plosive /d/ namun pengucapannya belum

sempurna sehingga masih terdengar seperti bunyi diakritik linguolabial /ḏ/. Pada

bunyi diakritik linguodental / ḏ/, bunyi [d] terdengar seperti gabungan dua konsonan

alveolar [d] dan [t]. Selain itu, Karim juga sudah dapat mengucapkan bunyi bilabial

[m]. Satu bulan kemudian saat usia Karim mencapai usia 10 bulan inventori bunyi

Karim bertambah. Ia dapat mengucapkan bunyi konsonan apikoalveolar nasal [n],

semivokal laminopalatal [y], bunyi konsonan hambat bilabial [p] dan [b]. Bulan

berikutnya, 11 bulan, vokal baru yaitu vokal sedang bawah belakang [ɔ] muncul.

Pada bulan tersebut juga muncul bunyi palatal plosive [ɟ] dan bunyi frikatif

laminoalveolar [z]. Pada usianya yang genap 12 bulan, Karim dapat memproduksi

bunyi menyerupai bunyi konsonan [k] namun juga terdengar seperti [g], (TV DKM

20150205(1)).

Dari bunyi-bunyi yang telah diproduksi Karim hingga umur 12 bulan, dapat

dilihat bunyi-bunyi yang telah muncul mirip dengan bunyi-bunyi pada bagan 2.1 dan

2.2. Bunyi-bunyi yang dikeluarkan sebagian besar bertahan hingga Karim telah

melalui tahap pemerolehan bahasa atau pada umur 12 bulan. meski demikian, adapula

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

44

bunyi-bunyi yang hilang namun hanya beberapa saja. Oleh karena itu, bunyi-bunyi

ini disebut sebagai bunyi potensial dikarenakan akan memiliki dampak pada

pemerolehan bunyi dimana bunyi sudah mulai dapat memberikan makna fonemisnya.

Bagan 2.1 Vokal Potensial Karim

Bagan 2.2 Konsonan Potensial Karim

Bilabial Alveolar Alveopalatal Velar Glottal Laringal

Hambat b

p

t*

d* j

k*

g*

Frikatif z h ɣ

Nasal m n ŋ

Getar

Semivokal y

*belum terdengar secara jelas dan sempurna, masih menyerupai salah satunya

Kedua bagan di atas merupakan bunyi-bunyi seperti vokal dan konsonan yang

pernah diucapkan oleh Karim. Bunyi-bunyi tersebut tidak terjadi secara serempak

Depan Tengah Belakang

Tinggi

Sedang

Bawah

ə e

a ɛ ɔ

u

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

45

tetapi melalui urutan-urutan tertentu. Berikut adalah urutan pemunculan bunyi-bunyi

pada Karim hingga usianya mencapai 12 bulan.

Tabel 2.3 Urutan Pemerolehan Fonem Karim Umur 0-12 Bulan

Vokal : [ɛ ə]

[a]

[e]

[u]

[ɔ]

- umur dua hari

- umur 1 bulan

- umur 4 bulan

- umur 6 bulan

- umur 11 bulan

Konsonan :

[h]

[ɣ ŋ]

[x]

[d m t]

[n y p b]

[j z]

[k* g*]

- umur dua hari

- umur 4 bulan

- umur 6 bulan

- umur 9 bulan

- umur 10 bulan

- umur 11 bulan

- umur 12 bulan

Dari bunyi-bunyi yang telah diproduksi, meskipun bunyinya telah bergabung

atau diikuti oleh bunyi lainnya, namun bunyi-bunyi tersebut tampaknya belum

memiliki nilai fonemik yang dapat dimengerti oleh pendengar. Meski demikian,

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

46

terdapat dua bunyi yang dapat diucapkan oleh Karim yang telah memiliki makna

yaitu kata [yayaya] yang memiliki makna ayah dan kata [jəzts] yang merupakan nama

kepanjangan dari Karim yaitu Aziez.

2) Produksi fonologi Vintorez Qurrata’ayun: pada usia 0-12 bulan

Pada minggu-minggu awal setelah Vintorez lahir, suara yang keluar sangat

terbatas dan sulit untuk ditebak. Bunyi-bunyi tersebut keluar saat ia menangis dan

bunyi-bunyi yang dikeluarkan secara reflek. Pada hari kedua, bunyi yang telah

dihasilkan ialah bunyi mirip vokal [ə], [e], dan [a]. Bunyi-bunyi tersebut seringkali

disisipi oleh bunyi glottal frikatif [h] atau terkadang juga diikuti oleh bunyi vokal

lain. Dari bunyi-bunyi tersebut, bunyi yang banyak keluar ialah bunyi-bunyi vokal

tengah sedang [e] dan [ə]. Bunyi-bunyi tersebut selalu muncul pada bulan-bulan

selanjutnya. Pada umur 3 bulan muncul bunyi vokal baru yang berupa bunyi glottal

plosive [ʔ] dan bunyi dorsovelar nasal [x]. Untuk bunyi vokal, munculnya bunyi

vokal baru terlihat pada awal Januari 2015 ketika Vintorez berusia 7 bulan dengan

vokal yang muncul berupa vokal tinggi depan [i]. Bunyi vokal baru kemudian uncul

kembali pada akhir Januari 2015, 7 bulan, dengan bunyi yang muncul ialah bunyi

vokal sedang bawah depan [ɛ]. Bunyi-bunyi tersebut terus bertahan hingga Vintorez

berusia 12 bulan atau genap satu tahun. Dari bunyi-bunyi yang telah diproduksi

Vintorez hingga umur 12 bulan, dapat dilihat bunyi-bunyi yang telah muncul mirip

dengan bunyi-bunyi pada bagan 2.3 dan 2.4. Beberapa bunyi muncul dengan

intensitas yang lebih sering dari bunyi-bunyi lainnya. Pada kasus Vintorez, bunyi

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

47

vokal tengah sedang atas [ə] dan bunyi tengah rendah [a] lebih sering muncul di

dalam celotehannya dari bunyi-bunyi vokal lainnya. Bunyi-bunyi tersebut tidak

muncul secara sendiri-sendiri namun membentuk suatu bunyi kombinasi seperti

[əɣə], [əa], dsb.

Bagan 2.4 Vokal Potensial Vintorez

Bagan 2.5 Konsonan Potensial Vintorez

Bilabial Alveolar Alveopalatal Velar Glottal Laringal

Hambat ʔ

Frikatif x h ɣ

Nasal ŋ

Getar

Semivokal

Kedua bagan di atas merupakan bunyi-bunyi seperti vokal dan konsonan yang

pernah diucapkan oleh Vintorez. Bunyi-bunyi tersebut tidak terjadi secara serempak

Depan Tengah Belakang

Tinggi

Sedang

Bawah

ə e

a ɛ

i

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

48

tetapi melalui urutan-urutan tertentu. Berikut adalah urutan pemunculan bunyi-bunyi

pada Vintorez hingga usianya mencapai 12 bulan.

Tabbel 2.6 Urutan Pemerolehan Fonem Vintorez Umur 0-12 Bulan

Vokal : [ə e a]

[i]

[ɛ]

- umur dua hari

- umur 7 bulan

- umur 8 bulan

Konsonan :

[h ʔ ŋ]

[ɣ]

[x]

- umur dua hari

- umur 3 bulan

- umur 7 bulan

Dari bunyi-bunyi yang telah diproduksi, meskipun bunyinya telah bergabung

atau diikuti oleh bunyi lainnya, namun bunyi-bunyi tersebut tampaknya belum

memiliki nilai fonemik yang dapat dimengerti oleh pendengar.

2.2 Kemampuan Fonologi: Umur 13-20 Bulan

2.2.1 Perkembangan kinesik umur 13-20 bulan

1) Perkembangan kinesik Karim Salman Aziez: pada usia 13-20 bulan

Pada umur 12 bulan Karim sudah mulai belajar untuk berjalan. Dalam usahanya

untuk belajar berjalan, Karim lebih senang untuk ditatih oleh orang dewasa daripada

harus mendorong kereta dorong. Ia juga senang merambat pada orang dewasa,

dinding, mobil-mobilan, kursi ataupun pagar untuk dapat berdiri. Meskipun belum

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

49

dapat berjalan sendiri namun ia sudah dapat turun dari kasur atau mainan kuda-

kudaan miliknya dengan tangan yang tetap harus dipegangi. Beberapa kali dia

berusaha untuk berdiri sendiri namun ia hanya berhasil berdiri sendiri dalam hitungan

beberapa detik saja. Pada usia 14 bulan, data TV DKM 20150412(1), terlihat Karim

yang dapat mendorong tantenya yang duduk di atas mainan mobil-mobilannya. Pada

usianya yang ke 14 bulan, ia senang melakukan gerakan geleng-geleng kepala. Karim

juga sudah dapat mengikuti gerakan-gerakan yang terdapat pada video lagu bahasa

Inggris yang selalu di tontonnya seperti menggerak-gerakkan jarinya, geleng-geleng

kepala, serta membuka dan menutup tangannya. Pada usia ini pula Karim sudah

mulai dapat berjalan meskipun belum seimbang dan masih sering terjatuh (data TV

DKM 20150420(1) – TV DKM 20150420(6)). Karim juga sudah mulai fasih dalam

memanggil ayahnya meskipun masih terdapat bunyi lain seperti bunyi vokal tinggi

[u] diantara bunyi vokal rendah [a] dan bunyi semivokal [y] sehingga bunyi yang

dikeluarkan berupa [auyah], (lihat data TV DKM 20150421(1)).

Dilihat dari perkembangan kinesiknya, Karim telah memiliki perkembangan

kinesik yang sangat baik hingga usianya yang ke 20 bulan. Ia sudah dapat berjalan,

berlari, jongkok, bahkan naik tangga. Kemampuannya dalam menyeimbangkan

dirinya pun sangat baik. Hal ini terlihat ketika Karim akan turun dari bidang lantai

yang lebih tinggi sekitar sepuluh sentimeter, ia dapat turun tanpa harus berjongkok

dan memegang tanah.

2) Perkembangan kinesik Vintorez Qurrata’ayun: pada usia 20 bulan

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

50

Pada umur 12 bulan, Vintorez telah dapat menopang dirinya saat duduk. Dia

juga sudah dapat merangkak dengan sempurna. Vintorez terlihat sudah dapat duduk

di atas sepeda roda tiga tanpa sabuk pengaman dengan kedua tangan terletak pada

stang sepeda. Hal ini menunjukkan bahwa Vintorez telah memiliki perkembangan

kinesik yang cukup baik. Ketika ia melihat sebuah bola di dekatnya, ia amat senang

dan tertawa dengan mengeluarkan bunyi-bunyi [həhə]. Vintorez juga seringkali

terlihat sangat ingin berbicara namun bunyi yang keluar baru sebatas bunyi-bunyi

vokal [a] dan [ɛ] yang panjang sehingga bunyinya menjadi seperti [a:ɛ:] dan [ae:].

Bunyi-bunyi tersebut muncul ketika pengasuhnya memegang kedua tangan Vintorez

sedangkan ia sangat ingin bermain bola tanpa kedua tangannya harus dipegangi oleh

pengasuhnya. Pada usianya yang ke 12 bulan, Vintorez sudah mulai berlatih untuk

berjalan. Ia menggunakan kereta dorong dalam usahanya untuk belajar berjalan.

Kereta dorong tersebut dengan cepat di dorong oleh Vintorez. Kegembiraan pun jelas

terlihat di wajahnya. Sambil mendorong kereta dorong sesekali ia mengeluarkan

suara vokal rendah tengah [a] dan ocehan-ocehan seperti [ayayayaya] dengan bunyi

semi vokal velar [y] yang sangat jelas (data TV DVT 20150628).

Pada usianya yang ke 13 bulan ia sudah dapat berjalan dengan baik. Bunyi

bilabial bersuara [b] sudah muncul dan terdengar dengan jelas. Bunyi tersebut diikuti

oleh vokal tengah rendah [a] dan glottal hambat [ʔ] sehingga bunyinya menjadi [baʔ].

Dia juga sudah dapat mengeluarkan bunyi dental hambat bersuara [d]. Bunyi yang

keluar ialah [da:h]. Pada data TV DVT 20150820(1), 14 bulan, gerakan-gerakan

kinesiknya semakin aktif. Vintorez bahkan sudah dapat menari-nari di depan layar

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

51

televisi. Saat sedang menari, sesekali ia melihat ke arah pengasuhnya, ia bahkan

berlari menuju pengasuhnya. Hal yang mengejutkan, ia telah dapat mengucapkan

nama pengasuhnya, Igha, meskipun belum sempurna. Ini terlihat masih pada data TV

DVT 20150820 yaitu pada menit ke 00:15. Bunyi yang keluar ialah [əɣa:] yang

seharusnya adalah [iga]. Meskipun pada umur 7 bulan ia telah dapat mengucapkan

vokal tinggi depan [i] setelah konsonan velar frikatif [x], namun pada kasus ini

Vintorez belum dapat mengucapkan [i] dengan sempurna sehingga bunyi yang

muncul ialah bunyi [ə]. Vintorez juga belum dapat memproduksi bunyi [g] sehingga

yang muncul adalah bunyi yang mendekati [g] yaitu bunyi velar frikatif [ɣ]. Selain

itu, dari segi kinesik Vintorez juga telah dapat menunjuk benda-benda yang ingin

diperlihatkan pada orang dewasa ataupun apa yang ditanyakan oleh orang dewasa. Ia

menunjuk benda-benda tersebut dengan mengeluarkan bunyi [təh] untuk ‘itu’. Ia

belum dapat menujukkan atau mengucapkan nama-nama benda tersebut. Ia juga

sudah dapat berlari, naik ke atas kursi, dsb. Berdasarkan pengamatan di atas, hingga

usia 20 bulan Vintorez telah memiliki kemampuan kinesik yang baik.

2.2.2 Perkembangan komprehensi umur 13-20 bulan

1) Perkembangan komprehensi Karim Salman Aziez: pada usia 13-20

bulan

Semakin bertambahnya hari, kemampuan komprehensi Karim pun mulai

bertambah. Ia telah mengerti bahasa Ibunya meski ia belum mampu untuk

mengucapkan bunyi-bunyi yang bermakna selain dua bunyi fonemik yang bisa dia

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

52

ucapkan saat umurnya genap 12 bulan atau satu tahun. ia juga sudah dapat menoleh

ke sumber suara setiap kali namanya dipanggil. Pada usia 13 bulan, imajinasinya

sudah mulai berkembang. Pada data TV DKM 20150331(1) terlihat Karim yang

sedang asyik bermain mobil-mobilan yang di dorong ke depan dan belakang

membuat mobil tersebut seakan-akan sedang berjalan. Imajinasinya juga terlihat saat

ia naik ke dalam mobil-mobilan di sebuah arena bermain anak. Karim memutar stir

mobil seakan-akan ia sedang mengendarai mobil dan ia juga mencoba untuk

memencet benda yang terlihat seperti tombol, (lihat data TV DKM 20150404(1)).

Saat diminta untuk mendorong, Karim juga akan mendorong, (lihat data TV DKM

20150412(1)). Selain itu, Karim juga sudah sedikit mengerti tentang lagu bahasa

Inggris yang selalu ia lihat di video. Meski harus dicontohkan berkali-kali, namun ia

telah dapat mengangkat tangannya ketika orang dewasa menyanyikan lirik ‘put your

finger up’ yang memiliki arti angkat tanganmu ke atas dan menurunkan tangannya

ketika liriknya mencapai ‘put your finger down’ yang berarti simpan tanganmu ke

bawah, (data TV DKM 20150412(2)). Ia juga telah dapat memproyeksikan antara

lagu dengan gerakan di dalamnya seperti menggerakkan telunjuknya ketika lirik

lagunya berupa ‘one little finger…one little finger’ yang memiliki arti satu jari kecil.

Begitu pula ketika ada lagu lainnya yang juga terdapat gerakan di dalamnya seperti

pada lirik ‘open shut up 2x, give a little clap clap clap’ yang memiliki arti ‘buka tutup

buka tutup, berikan tepuk tangan kecil’ maka ia akan membuka dan menutup

tangannya, (data TV DKM 20150418(1)). Ia belum dapat memahami arti clap yaitu

tepuk tangan sehingga ia akan terdiam ketika liriknya mencapai clap sedangkan jika

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

53

diminta untuk tepuk tangan dengan menggunakan instruksi bahasa Indonesia, ia akan

menepuk tangannya.

Di usianya yang ke 15 bulan, ia telah dapat merespon kata [dadah] dengan

gerakan tangan dan ucapan balasan [dah]. Ia juga sudah dapat menunjuk dirinya

sendiri ketika ditanya ‘anak shaleh mana?’, ‘anak pintar mana?’, dan ‘anak cerdas

mana?’, (TV DKM 20150511(1)). Berbeda dari Karim saat ia berusia empat bulan, di

usia ke satu tahun tiga bulan, Karim sudah dapat merespon dengan tawa saat ia

menonton video dirinya, (data TV DKM 20150522(1)).

Perkembangan komprehensinya pun semakin lama semakin berkembang

dengan pesat, Karim sudah dapat menirukan lagu one little finger dengan sempurna.

Ia akan menggerakkan telunjukkan saat lirik ‘ one little finger 2x one little finger tap

tap tap’, kemudian mengangkan telunjuknya ke atas saat lirik berbunyi ‘put your

finger up’ dan menurunkan tangannya saat lagunya berbunyi ‘put your finger down’,

kemudian memegang kepalanya saat lagunya bebunyi ‘put it on your head’, (lihat

data TV DKM 20150603(1)). Kemampuan pemahaman ini sangat diperlukan dalam

mempersepsi bahasa ke dalam tindakan-tindakan yang juga berpengaruh terhadap

perkembangan bahasa anak. Berikut adalah contoh dialog Karim saat berusia 18

bulan dimana Karim telah memahami lingkungan dengan baik. Karim (KM) Tante

(T)

Dialog 3 (diambil dari data TA DKM 20151025(2))

T : Apa itu de? (menunjuk pada sebuah pabrik bata)

KM : [pabik]

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

54

T : Pabrik apa?

KM : [bata]

T : Pabrik bata. Di pabrik bata ada apa ya?

KM : [tɔh baŋ] <itu terbang> (menunjuk pada asap yang keluar dari pabrik)

Hingga usianya yang ke 20 bulan, Karim sudah dapat memahami apa yang

diutarakan oleh orang dewasa dari bahasa-bahasa yang memiliki makna konkret

seperti menaruh, maju, mundur, naik, makan, buah, asap, kupu-kupu, dsb. hingga

makna abstrak seperti sakit, rasa, bau, dsb. Ia juga sudah mengetahui dan memahami

nama serta macam-macam pepohonan, bawang, warna, huruf dan angka.

2) Perkembangan komprehensi Vintorez Qurrata’ayun: pada usia 13-20

bulan

Perkembangan komprehensi yang dimiliki Vintorez setelah umur satu tahun

telah mengalami perkembangan yang sangat baik. Pada usia 13 bulan ia tampak

sudah dapat merespon ibunya ketika berkata [dadaah] kemudian Vintorez

meresponnya dengan kembali mengatakan [da:h]. Ia juga sudah mengenal orang-

orang di sekitarnya meskipun belum dapat menyebutkan nama satu per satu. Hal ini

terlihat ketika orang dewasa berkata “Mana tante Fitri?” Vintorez langsung menunjuk

orang yang bernama Fitri (tetangganya) begitupun ketika ditanya “Mana kakak

Igha?” ia juga sudah langsung menunjuk pengasuhnya yang bernama Igha dan ketika

ditanya “Mana Vintorez?” maka dia langsung menunjukkan telunjuknya pada diri

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

55

sendiri. Pada usia 16 bulan, ia sudah dapat menjawab ketika ditanya “ayah mana

ayah?” maka ia menjawab [tətda] atau gak ada. Lebih jauh lagi ia juga sudah dapat

mengungkapkan kemauannya dengan menjawab [əmɔh] yang merupakan bahasa

Jawa yang memiliki arti tidak mau ketika diajak untuk pulang ke rumahnya. Adapun

contoh dialog yang dilakukan oleh Vintorez. Vintorez (VT) Risma (R)

Dialog 4

R : Vinto anaknya siapa?

VT : [ayah]

R : Ayah kerja dimana?

VT : [papa] <balikpapan>

Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan komprehensi

Vintorez sudah cukup baik. Ia juga sudah dapat menunjuk pada referen benda-benda

dengan benar.

2.2.3 Produksi dan Aturan fonologis umur 13-20 bulan

1) Produksi dan aturan fonologi Karim Salman Aziez: usia 13-20 bulan

Bunyi-bunyi fonologis yang meliputi bunyi vokal dan konsonan telah banyak

dikuasai Karim pada usianya yang ke 12 bulan. Bunyi tersebut muncul secara

sporadis dan belum memiliki arti fonemis. Hal tersebut merupakan sesuatu yang

sangat wajar terjadi pada anak karena menurut Ingram (1989: 2) masa sejak anak

dilahirkan hingga usianya genap satu tahun merupakan sebuah masa perkembangan

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

56

pralinguistik (prelinguistic development). Pada masa ini anak berlatih untuk

memproduksi fonem-fonem yang terdapat dalam bahasa. Bunyi-bunyi yang telah

diproduksi Karim hingga umur satu tahun pun mulai berkembang dan mulai memiliki

arti fonemis.

Pada umur satu tahun, Karim menyebut ayahnya dengan panggilan [ayayaya].

Namun, menginjak usianya yang ke 14 bulan, bunyi tersebut berkembang menuju

bunyi yang diucapkan orang dewasa. Seperti pada ucapan yang memiliki arti fonemis

‘ayah’, pada usia genap satu tahun, bentuk fonetisnya berupa [ayayaya] lalu

kemudian pada usia 13 bulan, (data TV DKM 20150421(1)), berubah menjadi [əɣah].

Pada hari yang sama, (data TV DKM 20150421(1)), fonetisnya berubah menjadi

[əӨyah]. Beberapa hari kemudian berubah menjadi [aəyah]. Baru pada usia 15 bulan,

(data TV DKM 20150521(1)), bentuk fonetisnya sudah sangat lancar menyerupai

orang dewasa, yaitu [ayah]. Jadi perkembangan pengucapan kata ‘ayah’, memiliki

perkembangan fonetis [ayayaya] → [əӨyah] →[aəyah]→ [ayah]. Ia juga sudah dapat

mengucapkan kata [dah] untuk [dadah], (TV DKM 20150511(1)), dan [am] untuk

mengucapkan nama panggilannya [aim], (TV DKM 20150521(1)).

Jika dilihat dari data-data yang telah dikumpulkan, kemampuan perkembangan

produksi Karim terlihat sangat signifikan sejak usianya 14 bulan, yaitu saat

kemampuan kinesiknya memungkinkannya untuk dapat berjalan. Dari data yang

dikumpulkan juga dapat dilihat inventori fonem Karim hingga usianya dua tahun.

Berikut adalah bagan inventori fonem vokal dan konsonan Karim hingga usia 20

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

57

bulan. Pada usia ini, fonem-fonem tersebut sudah dapat diucapkan dengan bunyi-

bunyi yang telah memiliki arti fonemis.

Bagan 2.7 Fonem Vokal Karim hingga Umur 20 bulan

Dari data bagan 2.7 dapat dilihat bahwa inventori fonem vokal bahasa Indonesia

Karim di usia 20 bulan sudah lengkap. Bunyi-bunyi alofonik pada masing-masing

fonem juga sudah mulai bervariasi. Selain itu, beberapa bunyi diftong juga sudah

dapat ia lafalkan seperti bunyi diftong [au] pada kata ‘mau’, namun diftong [ui] pada

kata ‘pinguin’ dibunyikan [i] menjadi [win]. Dengan demikian, hingga usia dua tahun

Karim telah dapat memproduksi bentuk-bentuk kata

tantə - tante

ʃatu - satu

kɛz - Marquez (nama pembalap motoGP)

biyu - biru

bɔtol - botol

ñeñeʔ - nenek

kəapa - kelapa

Depan Tengah Belakang

Tinggi

Sedang

Bawah

ə e

a ɛ

i

ɔ

o

u

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

58

Bagan 2.8 Fonem Konsonan Karim hingga Umur 20 Bulan

Bilabial Labio- Dental Dental Alveolar Alveo-

Palatal Velar Glottal Laringal

Hambat p

b

t

d

c

j

k

g ʔ

Frikatif

f ө

s

z

ʃ

x h ɣ

Afrikat

Nasal m n ñ ŋ

Getar r*

Lateral l*

Semi-

Vokal w

y

*belum muncul atau baru muncul secara terbatas.

Sebelum Karim dengan tepat membunyikan suatu konsonan, ia seringkali

mengganti bunyi tersebut dengan bunyi-bunyi konsonan yang lain. Beberapa

perkembangan bunyi yang diproduksi Karim adalah sebagai berikut.

[am] → [aəm] → [aʔim] Aim(panggilan namanya)

[to] → [ethoh] → [doŋ] → [edoŋ]→[dədəŋ]→[dedɔŋ]gendong

[pɛsɛt] →[pəsɛt] → [pəcet] → [pəncet] pencet

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

59

[abwu]→[apu]→[pu]→[apbwu]→[apuh]→[əbu] ibu

Jika dilihat dari posisi bunyi fonem-fonem yang telah dikuasai Karim, Karim

telah menguasai fonem-fonem pada posisi-posisi seperti berikut.

(1) Sudah diperoleh pada semua posisi

[p b t d c j k g ʔ f Ө s ʃ h m n ñ ŋ ]

(2) Diperoleh tapi baru pada akhir suku kata

[z]

(3) Diperoleh tapi baru pada posisi tengah

[x ɣ]

(4) Belum diperoleh

[r l]

Fonem-fonem tersebut sudah dapat dikuasai Karim dalam melafalkan sebuah

kata. Tidak hanya kata, ia juga sudah dapat melafalkan lebih dari dua kata. Meski

demikian, jika fonem-fonem tersebut bertemu dengan bunyi-bunyi yang berbeda,

terkadang ia masih menggantinya dengan fonem yang lain. Sebagai contoh, ketika ia

mengucapkan kata ‘kecil’ ia dapat mengucapkannya dengan benar [kəcil], tetapi

ketika ia mengucapkan kata ‘kaca’, ia mengganti fonem /c/ dengan /t/ sehingga

menjadi [ka ta] dengan membunyikan silabel [ka] dan [ta] dengan jarak sekitar satu

detik. Pada kata yang lebih dari satu ia akan membunyikan silabel yang lebih kuat,

seperti pada kata ‘how do you do’, dimana bunyi [du] lebih kuat dari bunyi yang lain

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

60

maka Karim mengucapkannya dengan [du du du du]. Namun ketika tidak ada bunyi

yang kuat, ia akan menggabungkan kata tersebut atau memisahkannya. Sebagai

contoh ketika Karim mengucapkan ‘ayah, mau liat ikan’, maka ia mengucapkannya

dengan [ayah moyat ikan]. Ketika ia hanya mengucapkan kata ‘mau’, ia dapat

mengucapkannya dengan benar [mau]. Namun ketika kata tersebut bergabung dengan

kata lainnya, yaitu ‘lihat’, maka pengucapannya menjadi [moyat]. Diftong [au] ia

ganti dengan vokal belakang [o] dan kata ‘lihat’ ia hanya mengucapkan bunyi silabel

ultima [at] sehingga ketika digabungkan akan terdengar bunyi pelancar [y] sehingga

bunyinya menjadi [moyat]. Adapun aturan fonologi berdasarkan pengucapan Karim

ialah sebagai berikut.

1. Bunyi getar [r] akan dirubah menjadi bentuk lateral [l] atau palatal [y],

mengalami retrofleksi [r], atau bahkan dilesapkan. Bunyi getar [r] akan

diganti ke dalam bunyi lateral [l] jika di dalam kata juga terdapat terdapat

bunyi lateral sehingga seakan-akan bunyi getar ini mengalami harmonisasi

konsonan pada bunyi sebelum atau sesudahnya yang terdapat bunyi lateral

dengan silabel terbuka. Contoh dari perubahan bunyi getar ke bunyi lateral

pada ucapan Karim ialah pada kata <lapar> berubah menjadi [lapaəl]. Bunyi

getar akan dirubah menjadi bunyi palatal [y] jika bunyi getar diapit oleh

bunyi vokal yang berbeda. Perubahan ini terjadi pada kata <biru> yang

dirubah menjadi [biyu] atau <bendera> menjadi [mbəndeya]. Bunyi [r] akan

dilesapkan jika bunyi getar [r] diikuti atau diawali dengan konsonan.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

61

Contohnya ialah pada kata <tabrak>, <terbang> dan <zebra> akan diucapkan

menjadi [tabaʔ], [təbaŋ], dan [əba]. Perubahan retrofleksi [r] terjadi pada

situasi lainnya seperti kata <wafer>, <motor>, dan <rantai> diucapkan

menjadi [fər], [mɔtɔrl], dan [rantɛ]. Namun demikian, jika di dalam sebuah

kata terdapat bunyi [l], maka bunyi tersebut diucapkan dengan tidak jelas

atau bahkan dihilangkan. Contoh percakapan antara Karim (KM) dan

Peneliti (P).

Dialog 5

P : Im, itu lihat ada apa? Ada lalat ya?

KM : [ya]

P : Apa itu namanya, im?

KM : [lyalat]

P : ada berapa lalatnya ya? Ada lima ya, im? Ada berapa ya, im?

KM : [əma]

Dari data percakapan 5 di atas, bunyi [l] pada <lalat> sangat tipis sekali

diucapkan [lyalat] sedangkan pada kata <lima> bunyi [l] cenderung

dihilangkan.

2. Bunyi velar plosif [k] akan dirubah menjadi bunyi glottal [ʔ] jika terletak

pada akhir kata dengan silabel tertutup. Contohnya pada kata <kapak>,

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

62

<tabrak>, <enak>, dan <naik> diucapkan menjadi [kapaʔ], [tabaʔ], [enaʔ],

dan [naeʔ].

3. Dental frikatif ringan [s] dapat berubah menjadi dental frikatif [Ө],

laminopalatal frikatif [ʃ], atau tidak berubah. Contoh:

Senang → [ʃənaŋ]

Six → [siʔ]

Satu → [Өatu]

Susu → [ӨuӨu]

4. Bunyi dental nasal akan berubah menjadi alveopalatal nasal atau tidak

berubah. Contoh:

Nenek → [ñeñeʔ]

Enak → [naʔ]

5. Bunyi velar nasal [ŋ] akan berubah menjadi alveopalatal nasal [ñ] atau tidak

berubah. Contoh:

Gandeng → [andeñ]

Singa →[sinña]

Senang →[ʃənaŋ]

2) Produksi dan aturan fonologi Vintorez Qurrata’ayun: usia 13-20 bulan

Pada usia 13 bulan, muncul bunyi baru yang diproduksi oleh Vintorez yaitu

bunyi semivokal alveolar [y]. Bunyi semivokal tersebut muncul dengan diapit oleh

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

63

bunyi vokal bawah [a] yang diulang berkali kali sehingga bunyinya menjadi [ayaya].

Pada bulan-bulan berikutnya, bunyi-bunyi konsonan baru pun sudah mulai

bermunculan. Bunyi-bunyi bilabial pun sudah muncul dengan urutan kemunculan

bunyi hambat bilabial bersuara [b] lebih dahulu muncul daripada bunyi hambat

bilabial tak bersuara [p]. Bunyi nasal bilabial [m] muncul lebih dahulu daripada bunyi

hambat bilabial tak bersuara [p] sehingga urutannya menjadi [b] → [m] → [p].

Bunyi-bunyi alveolar seperti [t] dan [d] pun sudah muncul namun masih terdengar

antara [t] dan [d] ataupun [d] dan [t] atau bahkan terdengar seperti bunyi dental

frikatif [ð]. Sebagai contoh, dapat dilihat dari percakapan Vintorez ketika berusia 17

bulan. Igha (I) Vintorez (VT)

Dialog 6

I : Vintooo

VT : (berlari keluar rumah) [ta ta ta ta]

Dari data percakapan 3 dapat dilihat bahwa Vintorez dapat mengucapkan bunyi [t]

dengan sempurna. Namun demikian, bunyi [ta ta ta ta] masih belum memiliki arti

fonemis. Bunyi [d] akan menjadi bunyi aspirasi [dh] atau bunyi frikatif [ð]. Vintorez

(VT) Peneliti (P)

Dialog 7

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

64

(Vintorez sedang asyik duduk di depan rumahnya sambil bermain kunci motor)

VT : [ədhə:] (ngoceh sendiri)

P : Vinto lagi apa?

VT : [ðəðəʔ] <duduk>

Dengan demikian dapat dilihat bahwa dari segi produksi, bunyi-bunyi mulai

banyak bermunculan hingga Vintorez berusia 20 bulan. Meski telah banyak bunyi

yang muncul namun bunyi-bunyi tersebut masih keluar dalam bentuk sporadis. Ia

masih banyak mencampurkan bunyi-bunyi yang telah dia miliki. Bunyi-bunyi yang

sering muncul ialah bunyi-bunyi dengan bentuk seperti:

[əpwah] [əm] [ədtah]

[eyttəh] [papba] [əgxa]

[əmɔh] [tətda] [təta]

[əyaya] [ðəðəʔ] [əya]

Pada tahap ini Vintorez memang telah banyak mengeluarkan bunyi-bunyi.

Namun, bunyi-bunyi yang dihasilkan belum memiliki makna fonemik sehingga

pendengar lebih sering mengernyitkan dahi karena mencoba untuk mencerna apa

yang dimaksudkan oleh Vintorez. Terkadang pemaknaan dari bunyi-bunyi yang

diproduksi oleh Vintorez terbantu dengan kemampuan kinetiknya yang sudah cukup

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

65

baik. Sebagai contoh, ketika tukang jamu datang dan Vintorez berlari ke arah

pengasuhnya dan ‘berkata’ [əgxa] sambil memegang kaki pengasuhnya dengan erat

maka mungkin Vintorez ingin berkata [Iga] untuk memanggil pengasuhnya. Namun

kata [əgxa] juga muncul dalam salah satu celotehannya ketika Vintorez sedang asyik

bermain kunci. Contoh lainnya adalah bunyi [ədtah] yang mirip dengan [udah] atau

[ada] namun bunyi ini muncul pada setiap kesempatan seperti saat ia berlari, bermain,

ditanyai, dsb. Maka dari itu bunyi-bunyi yang keluar pada tahap ini sepertinya

merupakan hanya sebatas latihan muskuler.

Hingga saat ini, Vintorez telah berusia 20 bulan. Pada usianya di 20 bulan, ia

telah menguasai vokal-vokal [i ə e u ɔ a]. Dari vokal-vokal tersebut, tidak semua

vokal sering muncul saat Vintorez berujar atau berceloteh, bunyi vokal yang sering

muncul ialah vokal [ə], [e], dan [a] sedangkan bunyi yang jarang muncul ialah bunyi

[i], [u] dan [ɔ]. Bunyi vokal sedang terbuka belakang [ɔ] hanya muncul ketika

Vintorez berkata [əmɔh]. Vokal-vokal tersebut dapat ditemui pada beberapa kata

yang telah memiliki arti fonemis dan dapat diujarkan oleh Vintorez.

[kən] ikan [ayah] ayah [nah] sana [igha] Iga

[tah] gajah [ənda] bunda [ətan] ikan [ti] roti

[təh] ituh [bu] sapu [əmɔh] emoh [nih] ini

Dengan demikian, pada tahap pemerolehan bahasa, vokal-vokal yang telah dikuasai

tersebut dapat dilihat pada bagan 2.9 fonem vokal berikut:

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

66

Bagan 2.9 Fonem Vokal Vintorez hingga Umur 20 Bulan

Dari bagan di atas dapat terlihat bahwa Vintorez hingga umur 20 bulan telah

menguasai semua fonem vokal bahasa Indonesia. Untuk fonem-fonem konsonan

Vintorez telah memiliki banyak konsonan baru namun tidak semua konsonan telah ia

kuasai. Konsonan yang telah dikuasai Vintorez dapat dilihat pada bagan 2.8 berikut.

Bagan 2.10 Fonem Konsonan Vintorez hingga Umur 20 Bulan

Bilabial Alveolar Alveopalatal Velar Glottal Laringal

Hambat p

b

t

d

k*

g* ʔ

Frikatif x h ɣ

Nasal m n ŋ

Getar

Semivokal w* y

*belum muncul atau baru muncul secara terbatas.

Depan Tengah Belakang

Tinggi

Sedang

Bawah

ə e

a ɛ

i

ɔ

o

Page 67: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

67

Dari bagan konsonan urutan yang berlaku pada Vintorez sesuai dengan urutan

universal. Contohnya ialah pada kelompok konsonan hambat. Pada konsonan ini,

konsonan bilabial dan alveolar telah dimiliki Vintorez dengan urutan konsonan berat

seperti [b] dan [d] muncul terlebih dahulu daripada [p] dan [t]. Konsonan hambat [b]

dan [d] telah muncul terlebih dahulu pada saat Vintorez berusia 14 bulan pada data

TV DVT 20150801(1) dengan belum berupa kata namun masih dalam bentuk ocehan

seperti [baʔ] dan [da:h]. Bunyi hambat [p] dan [t] muncul satu bulan kemudian dalam

bunyi-bunyi seperti [apbaə] dan [tətda]. Vintorez juga belum dapat mengucapkan

bunyi-bunyi likuida [l] dan [r], ia juga belum dapat mengucapkan bunyi luncuran [w]

dalam kata namun bunyi [w] keluar secara terbatas pada ocehan atau berupa

labialisasi. Namun demikian, ia telah dapat mengucapkan bunyi luncuran [y] bahkan

pada saat ia memperoleh kata pertama yaitu, [yaya] <ayah> dimana bunyi [y] pada

teori universal akan diperoleh di akhir.

Dari kata-kata yang telah muncul, kata yang telah dapat dimengerti atau telah

memiliki arti fonemik terbilang sangat sedikit. Kata-kata tersebut ialah;

[teta] / [kyeta] “kereta”

[ətah] “gajah”

[əmɔh] “əmɔh” (b. Jawa yang berarti ‘tidak mau’)

[ba:h] “abah/embah”

[əya:h] “ayah”

[əpbuʔ] “kerupuk”

[akkɛ:] “ake” (b.bima yang berarti ‘ini’)

Page 68: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

68

[ədtah] “gajah”

[tətda] “gak ada”

[ətəh] “jatuh”

Dari daftar kosa-kata yang telah dapat diucapkan Vintorez tersebut umumnya

belum berkembang sejak pertama kali dia mengucapkkan kata tersebut. Kata yang

mengalami perkembangan bunyi hanya satu atau dua kata seperti pada kata ‘kereta’

yang diucapkan teta → keyta dan saat memanggil pengasuhnya yang bernama iga

dengan mengucapkan əɣa → əkxa →əigha. Jika ditinjau dari kemampuan dan posisi

fonem Vintorez hingga tahun 20 bulan, pemerolehan fonologi dan kemampuan

pengucapan fonem Vintorez adalah sebagai berikut:

(1) Sudah diperoleh pada semua posisi

[ə a t y h d b m n g p ŋ ð]

(2) Diperoleh tapi baru pada akhir suku kata

[ɛ i]

(3) Diperoleh tapi baru pada posisi tengah

[x k g w*]

(4) Belum diperoleh

[f l r s v z ñ j ʃ]

Meskipun beberapa vokal ataupun konsonan telah ia kuasai pada posisi-posisi

tersebut, namun pada beberapa kasus Vintorez masih belum dapat menguasainya.

Sebagai contoh, ia telah dapat mengucapkan <roti> dengan hanya mengucapkan

Page 69: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

69

silabel akhir [ti] namun dengan jelas ia telah mampu mengucapkan fonem /i/. lain

halnya pada kata <sapi> dimana bunyi [i] terdapat pada posisi yang sama yaitu

menempati posisi akhir, namun Vintorez mengucapkan bunyi [i] pada kata <sapi>

menjadi [apwa].

Hingga usia 20 bulan jumlah leksikon yang dikuasai Vintorez sangat terbatas.

Hal ini berpengaruh pada pemerolehan fonologi yang cenderung masih sulit untuk

diketahui. Pada data TA DVT 20151101(1) dapat dilihat percakapan yang dilakukan

oleh Vintorez (VT) dan pengasuhnya (P).

Dialog 8

VT : [əa a a: aʔ] (mengoceh)

P : Mandi yuk Vinto

VT : [aaa] (berteriak)

P : (berusaha menggendong Vintorez)

VT : [ə:h] (berteriak semakin keras)

P : Sini Vinto, ditinggal lho

VT : [ədəɔ:]

P : Ayo mandi nanti kita ke sunmor

VT : [əna]

Bunyi-bunyi yang telah dikuasai Vintorez memang cukup variatif. Namun, bunyi-

bunyi tersebut sering muncul pada ocehan-ocehan saja yang tidak memiliki arti

Page 70: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

70

fonemis. Oleh karena itu, tidak semua bunyi telah dikuasai oleh Vintorez dan

beberapa hanya dapat dikuasai secara parsial.

Dikarenakan jumlah leksikon yang sedikit, maka kaidah penyesuaian bunyi

yang dihasilkan oleh Vintorez juga didasarkan pada contoh-contoh yang terbatas.

Berikut adalah aturan perubahan bunyi yang dihasilkan oleh Vintorez dalam

menyesuaikan artikulasinya yang belum sempurna.

1. Merubah bunyi-bunyi palatal plosif [j] dan velar plosif [k] dan [g] menjadi

bunyi alveolar plosive [t] seperti pada kata <kereta> dan <gajah> diucapkan

menjadi [teta] dan [tətah]. Namun pada kata <gajah>, ia terkadang

melakukan perubahan regresif dengan tidak merubah ataupun membunyikan

fonem pertama pada [gajah] sehingga kata <gajah> terkadng berubah

menjadi [ətah].

2. Bunyi alveolar frikatif [s] akan dihilangkan sehingga pada kata <sana> dan

<sapi> akan diucapkan menjadi [əna] dan [əpwa].

3. Ketika pada sebuah kata yang memiliki dua silabel, jika silabel pertama

merupakan silabel terbuka, maka bunyi vokal [a] pada silabel pertama

berubah menjadi bunyi vokal tengah sedang tertutup [ə]. Hal ini terjadi pada

kata <gajah>, <sapi> dan <sana> akan diucapkan [ətah], [əpwa], dan [əna].

4. Fonem /p/ mengalami proses labialisasi menjadi [pw]. Hal ini terjadi pada

kata <sapi> yang diucapkan menjadi [apwa]

Page 71: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

71

BAB III

PERBANDINGAN KEMAMPUAN FONOLOGI

Karim dan Vintorez dilahirkan secara normal dengan keadaan yang sehat. Mereka

juga tidak menderita autisme, disleksia, atau penyakit lainnya yang dapat

mempengaruhi kemampuan bahasa. Selain itu, asupan gizi mereka pun sama-sama

tercukupi sehingga fungsi otak dan organ tubuh mereka pun berfungsi dengan

normal. Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua bahwa kemampuan fonologi juga

berkaitan dengan bagaimana perkembangan kinesik maupun komprehensi anak. Oleh

karena itu, bab ini membahas mengenai perbandingan-perbandingan perkembanagn

kinesik, komprehensi, dan produksi fonologi Karim dan Vintorez.

3.1 Perbandingan Perkembangan Kinesik Karim dan Vintorez

Perkembangan kinesik juga turut memberikan kontribusi dalam pemerolehan

bahasa. Hal ini dikarenakan sebelum anak dapat berbahasa, perkembangan kinesik

dapat membantu anak dalam melakukan komunikasi secara non-verbal. Liliweri

(2003) menyatakan bahwa kinesik merupakan studi mengenai bahasa tubuh, mimik

wajah, gerakan tubuh, dll. Perbedaan gerakan-gerakan tubuh anak dapat membantu

pendengar dalam mengartikan apa yang mereka ucapkan. Seperti ketika Karim

mengucapkan [at], akan sulit dipahami jika tidak ada bantuan dari kinesiknya. Bunyi

[at] tersebut dapat memiliki makna ‘lalat’, ataupun ‘lihat’. Ketika Karim menunjuk

seekor lalat, bunyi tersebut dapat memiliki makna sebagai ‘lalat’, namun ketika

72

Page 72: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

72

Karim menarik-narik atau memandang orang dewasa dan menunjuk pada suatu

benda, maka bunyi tersebut dapat memiliki arti ‘lihat!’. Oleh karena itu, meski bukan

merupakan pembahasan utama, perkembangan kinesik Karim dan Vintorez akan

diperbandingkan di dalam penelitian ini.

Ketika dilahirkan, Karim memilki berat badan 3.1 kg. Berat badan Karim lebih

berat daripada berat badan Vintorez yang memiliki berat badan 2.9 kg. Namun

demikin, berat badan mereka masih masuk dalam berat badan normal di usia

kelahiran. Pada awal dilahirkan, keduanya memiliki pertumbuhan kinesik yang sama

dengan bayi lainnya yaitu menangis, adanya gerakan reflek pada tangan dan kakinya,

dan juga gerakan mulut seperti menetek ketika diberikan stimulus dengan

menempelkan jari atau benda ke dekat mulutnya. Pertumbuhan kinesik mereka pun

terlihat sama pada bulan-bulan berikutnya. Di usia mereka yang ke 3 bulan,

kemampuan kinesik mereka sudah dapat memungkinkan mereka untuk dapat

tengkurap dan mengangkat kepala. Mereka juga sudah dapat duduk dan merangkak

sebelum usia mereka genap satu tahun.

Gambar 1. Pertumbuhan Karim

Tiga hari setelah dilahirkan Sebelum usia satu tahun Sebelum usia dua tahun

Page 73: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

73

Dari gambar 1 dapat dilihat berat badan karim yang cukup dendut. Dikarenakan berat

badan Karim yang gendut, maka kemampuan kinesik Karim dalam berjalan sedikit

lebih lamban dari Vintorez yang memiliki postur tubuh yang kecil. Vintorez sudah

dapat berjalan ketika usianya 13 bulan sedangkan Karim baru dapat berjalan dua

bulan setelahnya yaitu di usia 14 bulan.

Gambar 2. Pertumbuhan Vintorez

Dua hari setelah dilahirkan

Ketika mereka sudah dapat berjalan dan gigi mereka sudah mulai tumbuh,

kemampuan kinesik mereka pun meningkat dengan cepat begitu pula dengan

produksi fonologi mereka. Selain itu, berat badan Karim pun mulai menurun

dikarenakan ia telah aktif bergerak berlari dan bermain. Di usia yang ke dua tahun,

kemampuan kinesik mereka telah berkembang dengan sangat pesat sehingga mereka

sudah dapat berlari, menggelengkan kepala, menari, jongkok, meraih benda,

Sebelum usia satu tahun Sebelum usia dua tahun

Page 74: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

74

menunjuk, dsb. Kemampuan kinesik Karim pun sudah sangat baik seperti anak-anak

seusianya begitu pula dengan Vintorez.

Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa dalam perkembangan kinesik,

pada awalnya Vintorez memiliki perkembangan yang sedikit lebih cepat dari Karim.

Hal ini disebabkan tubuh Karim yang cukup gemuk menyebabkan ia kesulitan dalam

bergerak atau mengangkat tubuhnya. Namun kemudian, ketika Karim sudah dapat

berjalan dan ia sudah mulai lincah bermain dan berlari, berat badannya berangsur-

angsur turun sehingga kemampuan kinesiknya berkembang sesuai usianya.

3.2 Perbandingan Perkembangan Komprehensi Karim dan Vintorez

Pada awal ketika mereka dilahirkan, seperti pada bayi-bayi lainnya, Karim dan

Vintorez belum dapat menyadari adanya kehadiran orang-orang disekelilingnya.

Mereka juga belum dapat merespon ujaran dari orang dewasa baik itu respon verbal

maupun non-verbal. Meski demikian, mereka sudah dapat merespon sentuhan pada

pipinya ataupun bunyi-bunyi yang diarahkan padanya. Respon yang dilakukan oleh

Karim dan Vintorez juga bukan merupakan respon komprehensi namun hanya

sebagai suatu insting. Seperti sentuhan pada pipi akan mereka pahami sebagai

sentuhan putting susu ibu sehingga mereka akan merespon dengan gerakan seperti

ingin menetek. Begitu pula jika ada bunyi-bunyi, mereka akan mencari sumber bunyi

tersebut dengan lirikan mata namun tidak berhasil melihat pada sumber bunyi yang

sebenarnya. Tatapan mereka juga terlihat belum fokus atau seperti menatap pada

awang-awang. Baru kemudian di usia mereka yang ke satu bulan, tatapan mereka

Page 75: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

75

terlihat sudah mulai fokus. Hal ini terlihat ketika mereka sedang memandang orang

dewasa yang sedang mengajak berbicara. Mereka akan memperhatikan orang dewasa

tersebut dengan lama seperti sedang berusaha memahami apa yang sedang dilakukan

oleh orang dewasa tersebut. Terkadang, mereka juga terlihat seperti ingin menirukan

atau seperti akan berbicara namun dikarenakan organ bicara yang belum berkembang

dengan cukup baik, maka yang mereka lakukan hanyalah mengerucutkan dan

mengerak-gerakkan bibirnya seperti ingin merespon ucapan orang dewasa.

Karim dan Vintorez juga terlihat memiliki grafik perkembangan komprehensi

yang sama di usia mereka yang ke 5 bulan. Pada usia tersebut, mereka sudah dapat

merespon orang dewasa yang mengajaknya bermain. Permainan ‘ciluk baa’ sudah

dapat mereka respon dengan senyuman dan tawa yang renyah. Mereka juga akan

melihat ke arah sumber yang ditunjuk ketika orang dewasa mengatakan ‘itu apa tuh?’

atau tersenyum ketika akan di foto. Pada usia 7 bulan, mereka sudah dapat merespon

dengan melambaikan tangan ketika orang dewasa berkata ‘ayo dadah’ ataupun

bersalaman ketika orang dewasa menjulurkan tangannya. Meski sudah dapat

memahami beberapa ucapan orang dewasa, namun mereka belum menunjukkan

adanya respon verbal.

Perbedaan perkembangan komprehensi terlihat ketika usia mereka 8 bulan.

Pada usia tersebut, Karim sudah dapat melihat, menoleh atau menunjuk ke arah yang

tepat ketika ditanya ‘mana Cicak?’ atau ‘mana Pesawat’ ataupun ketika diminta untuk

menunjukkan gambar-gambar yang ada di dinding rumah. Katika diminta untuk

menunjukkan gambar atau suatu benda, Karim akan menunjuk benda tersebut disertai

Page 76: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

76

bunyi vokal [u]. Bunyi vokal [u] tersebut memiliki makna ‘itu’. Selain itu, ketika

menginginkan sesuatu maka Karim akan menunjuk ke arah dimana benda tersebut

berada dengan mengeluarkan bunyi vokal [a], [ə], ataupun [u]. Dengan demikian,

komunikasi antara Karim dan orang dewasa terlihat lancar. Lancarnya komunikasi

antara Karim dan orang dewasa menyebabkan Karim sedikit sekali menangis. Hal ini

akan lebih memudahkan orang dewasa dan tidak membuat mereka stress dalam

mengetahui apa yang diinginkan oleh anak. Di usianya yang ke 17 bulan, baik

komprehensi maupun produksi fonologinya sudah sangat baik. Ia sudah dapat

mengenali dan memahami pemahaman-pemahaman yang bersifat abstrak seperti

perasaan, bau, rasa, dsb. Pada usia 20 bulan, ia sudah dapat memahami dan

mengucapkan huruf, angka dan huruf hijaiyah, mengenali dan mengucapkan berbagai

macam tumbuhan, hewan, benda-benda, dsb.

Lain halnya dengan Karim, Vintorez terlihat masih sulit berkomunikasi dengan

orang dewasa. Ketika suatu peneliti mencoba untuk menanyakan pada Vintorez

‘pesawat mana?’ atau ‘mana cicak?’, Vintorez tidak dapat menunjukkan dimana

pesawat maupun Cicak. Vintorez sudah dapat mengenali pesawat, cicak, sapu, dsb. di

usianya yang ke 19 bulan. Pada usianya yang ke 20 bulan, Vintorez sudah mengenali

gambar maupun benda-benda namun belum dapat mengucapkannya dengan

sempurna. Ia akan menunjuk kepada suatu benda dan mengucapkan [təh] ketika ia

akan menunjukkan sesuatu. Dikarenakan produksi fonologi Vintorez dalam

mengucapkan bunyi yang memiliki arti fonemis masih terbatas, maka ia juga akan

Page 77: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

77

menunjuk ketika menginginkan sesuatu dan akan menangis ketika orang dewasa tidak

mengerti atau tidak mau mengikuti apa yang ia inginkan.

3.3 Perbandingan Perkembangan Produksi Fonologi Karim dan Vintorez

Pada bab dua telah diuraikan bagaimana produksi fonologi Karim dan Vintorez

dari usia 0 hingga 20 bulan. Pada usia 0 – 12 bulan, perkembangan pemerolehan

fonologi Karim dan Vintorez terlihat bervariasi. Pada usia ini, baik Karim maupun

Vintorez belum dapat mengucapkan bunyi yang memiliki arti fonemis. Meskipun

pada usia 8 bulan Karim telah dapat mengucapkan [yayaya] untuk mengatakan

‘ayah’, namun bunyi tersebut tetap saja tidak dapat dikatakan bahwa Karim telah

mampu memproduksi bunyi yang memiliki makna fonemis. Hal ini dikarenakan

bunyi tersebut juga sering diucapkan Karim pada kondisi tidak sedang memanggil

ayahnya.

Bunyi-bunyi fonem yang dimiliki Karim pada usia 12 bulan lebih bervariasi

daripada bunyi yang diproduksi oleh Vintorez di usia yang sama. Pada usia satu

tahun, Karim sudah dapat menguasai semua fonem vokal kecuali fonem vokal

belakang sedang atas /o/ dan fonem depan tinggi atas /i/. Sedangkan fonem vokal

yang sudah dikuasai Karim ialah fonem depan sedang atas /e/ dan sedang bawah /ɛ/,

fonem tengah sedang atas /ə/, fonem tengah rendah /a/, belakang tinggi atas /u/, dan

belakang sedang bawah /ɔ/. Fonem konsonan yang dikuasai Karim pun memiliki

variasi yang lebih banyak dari Vintorez. Fonem-fonem konsonan yang telah dikuasai

Karim hingga usia 1;0:0 ialah bunyi fonem frikatif /h/, /ɣ/, /x/ dan /z/, bunyi fonem

Page 78: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

78

plosif /d/, /t/, /p/, /b/, /k/, dan /g/. Bunyi fonem konsonan nasal /m/, /n/, dan /ŋ/, dan

yang terakhir ialah bunyi fonem semivokal /y/. Ketika Karim telah berumur 20 bulan,

produksi fonologinya masih belum lengkap. Ia masih belum dapat memproduksi

bunyi fonem /r/ dan /v/. Hal ini dikarenakan untuk dapat mengucapkan bunyi [r],

Karim harus menggetarkan udara yang keluar dari mulutnya. Hal tersebut merupakan

sesuatu yang sulit untuk anak seumurannya. Oleh karena itu, ketika terdapat suatu

kata yang membutuhkan bunyi [r] di dalamnya, Karim akan melenyapkan huruf

tersebut seperti pada <merah> ia akan mengucapkannya menjadi [mɛah] dan

<terbang> menjadi [təbaŋ], atau menggantinya dengan bunyi [l] atau [y] seperti pada

<motor> akan diucapkan [mɔtɔl] dan <marah> menjadi [mayah]. Namun demikian

terdapat perbedaan bunyi antara mengucapkan bunyi [l] pada tempatnya ataupun [l]

yang merupakan penggantian bunyi [r]. Ketika Karim mengucapkan <lari>, maka ia

akan mengucapkannya dengan [lali] dimana bunyi [l] yang pertama ia bunyikan

secara penuh sedangkan bunyi [l] yang kedua ia ucapkan separuh atau mengambang

sehingga sebelum bunyi [l] akan terdengar bunyi [r] yang tipis. Pada usia 20 bulan,

Karim juga belum dapat mengucapkan bunyi [v]. Ketika Karim membaca huruf V, ia

akan mengucapkannya dengan [fi]. Bunyi [v] itu sendiri sangat jarang untuk muncul

di dalam kosa kata bahasa Indonesia. Selain itu, latar belakang orang tua yang

merupakan orang Sunda juga selalu mengganti bunyi [v] dengan [p] atau [f]. Bunyi

[v] juga sebenarnya bukan merupakan bunyi yang terdapat di dalam bahasa

Indonesia. Jika terdapat sebuah kata yang memiliki huruf tersebut, maka kata itu

biasanya merupakan kata serapan dari bahasa luar. Lebih jauh lagi, di usianya yang

Page 79: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

79

ke 20 bulan, Karim sudah dapat mengucapkan lebih dari dua kata seperti [mɔ nasi

ajah] atau [amih kentut apih juga], dsb.

Lain halnya dengan Karim, Vintorez juga memiliki variasi fonem vokal dan

konsonan yang bervariasi. Jenis variasi antara fonem-fonem yang diproduksi pun

tidak sama antara satu sama lain. Meski demikian, masih terdapat banyak bunyi

fonem yang sama-sama telah dapat dikuasai hingga ia berusia 12 bulan. Bunyi fonem

vokal yang telah dikuasai Vintorez hingga usia 12 bulan ialah bunyi fonem vokal

depan atas /e/, tengah sedang atas /ə/, tengah rendah /a/, depan tinggi atas /i/, dan

depan sedang bawah /ɛ/. Konsonan yang telah dikuasai Vintorez ialah bunyi fonem

frikatif /h/, /ɣ/, dan /x/, glottal plosif /ʔ/, dan velar nasal /ŋ/. Dari bunyi-bunyi yang

telah diproduksi Vintorez, beberapa bunyi sering muncul di dalam babblingnya

namun beberapa lainnya hanya muncul secara terbatas. Bunyi-bunyi fonem tersebut

juga belum memiliki arti fonetis sehingga dalam memproduksi bunyi-bunyi tersebut

Vintorez terdengar seperti mengoceh.

Pada usia dua tahun, Vintores telah menguasai beberapa fonem pada semua

posisi. Fonem-fonem tersebut ialah /ə/, /a/, /t/, /y/, /h/, /d/, /b/, /m/, /n/, /g/, /p/, /ŋ/, dan

/ð/. Pada akhir suku kata, fonem yang baru diperoleh ialah fonem /ɛ/ sedangkan yang

baru diperoleh pada posisi tengah yaitu fonem-fonem /x/, /k/, /g/, dan /w/. Fonem-

fonem yang belum muncul hingga usianya 20 bulan ialah fonem /f/, / l/, /r/, /s/, /v/,

/z/,/ ñ/ dan /j/. Di dalam mengujarkan suatu bunyi, Vintorez baru dapat mengujarkan

satu kata. Satu kata tersebut juga tidak sepenuhnya diujarkan namun yang diujarkan

adalah sylabel akhir. Ketika ia mengucapkan <iga>, <gendong>, <ini>, <itu>,

Page 80: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

80

<bunda> maka ia akan mengucapkannya menjadi [ɣa], [dɔŋ], [nih], [təh], dan [ənda].

Vintorez belum dapat mengucapkan lebih dari dua kata.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Vintorez memiliki

perkembangan kinesik lebih cepat dari Karim. Namun, di lain sisi, kemampuan

komprehensi dan produksi fonologis Karim berkembang lebih cepat dari Vintorez.

Di usia 20 bulan, Karim telah memasuki fase holofrasis sedangkan Vintorez masih

tertinggal di fase single-word utterances atau ujaran satu kata. Menurut Ingram

(1989: 2) mengemukakan tahapan ujaran pada pemerolehan bahasa. Ia menjelaskan

bahwa perkembangan pralinguistik terjadi sejak bayi dilahirkan hingga usianya

mencapai satu tahun. pada kasus ini, baik Karim maupun Vintores masih masuk ke

dalam fase pralinguistik ketika umur mereka satu tahun atau 12 bulan. Pada umur 12-

18 bulan, tahapan anak masuk ke dalam fase ujaran satu kata atau single-word

utterances. Karim memiliki ujaran satu kata ini ketika usianya menginjak usia 14

bulan. Pada usia 15 bulan ujarannya sudah mencapai tahap kombinasi kata atau yang

disebut sebagai the first-word combinations. Ingram (1989: 2) mengatakan bahwa

ujaran kombinasi ini akan terbentuk ketika usia bayi teah menapai usia 17 – 24 bulan.

Dan pada usia tiga tahun ke atas, anak telah memasuki fase kalimat sederhana dan

kalimat kompleks. Pada kasus ini, Karim melah mencapai fase kalimat kompleks

meski umurnya belum genap dua tahun. Meski demikian produksi fonologisnya

masih berupa ujaran anak kecil karena masih terdapat beberapa kata yang belum

dapat ia lafalkan dengan sempurna.

Page 81: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

81

BAB IV

PERLAKUAN LINGKUNGAN DAN KEMAMPUAN FONOLOGI ANAK

Anak-anak yang dijadikan objek penelitian merupakan anak-anak yang tinggal

pada lingkungan yang sama, kedua orang tua yang tidak merokok dan relatif memiliki

gaya hidup sehat serta berasal dari keluarga menengah. Meski demikian, Karim dan

Vintorez memiliki perlakuan lingkungan bahasa yang berbeda. Perlakuan lingkungan

berbahasa di sini lebih dfokuskan pada perlakuan bahasa yang dilakukan di dalam

keluarga.

4.1 Perlakuan Lingkungan Bahasa pada Karim

Karim merupakan anak pertama dari pasangan suami istri Feisal dan Tini.

Ketika Karim dilahirkan, kedua orang tua Karim merupakan mahasiswa tingkat

magister yang mendapatkan beasiswa dari Dikti sehingga mereka tidak bekerja

selama kuliah. Meski demikian, waktu yang mereka miliki tidak cukup untuk dapat

secara bergantian mengasuh Karim. Jadwal Kuliah yang terkadang bersamaan serta

aktifitas kuliah yang seringkali padat menyebabkan nenek dari Karim pun datang ke

Jogja untuk mengurus Karim ketika kedua orang tuanya tidak dirumah. Karim sempat

diurus oleh ibunya secara intensif selama tiga bulan. Selanjutnya, ibu dan ayahnya

kuliah sehingga Karim diasuh oleh neneknya. Tantenya yang juga kuliah di Jogja

kemudian datang turut mengasuh Karim di saat senggang. Dengan demikian, sejak ia

82

Page 82: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

82

dilahirkan, Karim tinggal bersama ibu, ayah, nenek, dan tantenya. Terdapat beberapa

perlakuan yang biasa dilakukan oleh anggota keluarga Karim sejak baru lahir hingga

berumur 20 bulan.

1) Pengenalan Bahasa

Sejak Karim berusia 2 bulan, sebelum tidur, ia dinyanyikan, didengarkan ayat

suci Al-quran, atau diajak keluar rumah sambil diperkenalkan benda-benda yang

berada disekelilingnya. Saat diperkenalkan pada benda-benda, ia hanya diam dan

memperhatikan benda yang sedang diperkenalkan. Di pagi hari, Karim akan diajak

jalan-jalan menyusuri perumahan. Meski ia belum mengerti mengenai benda-benda,

keluarganya tetap mengenalkan setiap benda yang dilaluinya saat berjalan-jalan.

Karim juga terlihat seperti memperhatikan setiap benda yang diperkenalkan padanya.

Pada awalnya, Karim hanya akan melirikkan matanya pada suatu benda yang

diperkenalkan dan ditanyakan padanya. Namun kemudian, ketika organ bicaranya

sudah memungkinkan ia dalam mengucapkan bunyi-bunyi, maka ia akan menunjuk

segala sesuatu yang membuatnya penasaran. Keluarga Karim akan meberi tahu nama-

nama benda yang ditunjuknya tersebut secara berulang ulang lalu kemudian

mengonfirmasi kembali pada Karim.

Dialog 9

OD : “ini bunga, bunganya warna putih. Kalo yang ini daun, nah kalo yang

itu namanya pohon”

Page 83: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

83

KM : (menunjuk pada daun dengan pandangan yang seperti ingin bertanya)

OD : “ini daun, warnanya hijau. ini bunga, bunganya warna putih., nah

kalo yang itu namanya pohon”

KM : (menunjuk pohon)

OD : “itu pohon, yang ini daun, yang ini bunga”

KM : (menunjuk lagi pada pohon, bunga, ataupun daun)

OD : (menjawab berulang ulang hingga Karim tidak lagi menanyakannya)

Pengenalan terhadap suatu objek tidak hanya dilakukan ketika Karim sedang

jalan-jalan namun juga pada setiap kondisi seperti saat mandi, makan, dsb. Sambil

memakaikan baju atau menyuapi makan, Karim diperkenalkan pada objek-objek yang

berada disekitarnya. Pada video TV DKM 20150203(1), ketika Karim berusia 12

bulan terlihat percakapan antara Karim dan ibunya. Pada saat itu, Karim sedang

memegang boneka Hello Kitty kemudian ibunya memberi tahu bahwa boneka

tersebut bernama Kitty.

Dialog 10

T : Kitty

KM : hah?

T : Kitty

KM : ah?

T : Hello Kitty

Page 84: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

84

KM : hah?

Ibunya akan terus menerus memberi tahu nama boneka tersebut. Hal ini

dikarenakan ibunya percaya bahwa perkenalan objek yang dilakukan secara berulang-

ulang dan bersifat berkelanjutan akan mempercepat perkembangan bahasa anak.

Selain itu, keluarga Karim juga menempelkan stiker berupa gambar-gambar hewan

dan huruf-huruf serta pohon kecil di dinding. Buku-buku bergambar serta buku cerita

juga diberikan orang tuanya untuk memperkenalkan bahasa.

Pada saat pengenalan bahasa, meskipun telah dilakukan sebelum anak mampu

mengucapkan kata, anak telah dapat memproses suatu lambang beserta bunyinya

untuk dimasukkan ke dalam kognisinya. Hubungan-hubungan lambang atau benda

dengan bunyi, dan dasar-dasar pemakaian lambang atau benda tersebut merupakan

suatu proses kognisi yang terjadi di luar bahasa. Namun demikian, proses ini akan

erat kaitannya dengan pemerolehan bahasa. Piaget (dalam Chaer, 2009: 55)

mengemukakan bahwa pemerolehan bahasa dan pikiran yang tepat memiliki kaitan

yang erat dalam pembentukan bahasa. Ia juga mengungkapkan bahwa ucapan-ucapan

bahasa pertama yang keluar memiliki waktu yang serentak dan hubungan yang erat

dengan adanya permainan lambang, peniruan, dan bayangan-bayangan mental.

Pada dialog 9, dapat dilihat bahwa Karim belum dapat berucap kata-kata

sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa non-verbal dengan gerakan kinesik

berupa menunjuk, melirik, atau gerakan tubuh lainnya. Jikapun ia mengeluarkan

bunyi-bunyi namun bunyi tersebut belum memiliki arti fonemis. Pada percakapan 10

Page 85: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

85

juga Karim belum dapat bunyi-bunyi yang memiliki arti fonemis namun jika dilihat

dari naiknya intonasi yang terdapat dalam bunyi yang dikeluarkan, intonasi tersebut

merupakan intonasi yang digunakan pada saat bertanya. Intonasi tanya tersebut dapat

diartikan bahwa Karim menginginkan ibunya untuk mengulang kembali apa nama

dari benda yang ia pegang. Beberapa bulan kemudian, saat inventori fonem Karim

telah memiliki variasi yang cukup banyak dan ia telah dapat mengucapkan kata

pertamanya, perkembangan kemampuan dalam mengucapkan kata-kata berikutnya

berkembang dengan sangat pesat. Jika pada data dialog 9 Karim masih menggunakan

kemampuan kinesik berupa bahasa non-verbal untuk menunjuk pada benda-benda,

maka pada beberapa bulan berikutnya ia telah dapat mengetahui dan mengucapkan

beberapa tumbuhan seperti [kəapa] <kelapa>, [pəpaya] pepaya, dan [datuŋ] untuk

jagung, [pinus], dsb. Berikut adalah contoh dialog pada pengenalan bahasa Karim.

Karim (KM) Tante (T)

Dialog 11

T : itu yang putih-putih apa, im? Yang bau.

KM : (diam. Terlihat bingung)

T : Itu lho yang keluar dari pabrik bata. Yang bau.

KM : (diam)

T : itu namanya asap. Bau asap. Liat yang putih im? Itu namanya asap.

Bau asap.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

86

KM : [ʃap]

(berjalan pelan)

KM : [pabik. pabik bata]

T : iya, banyak apanya? Asap!

KM : [bawu ashap] <bau asap>

2) Kontrol Bahasa

Kontrol bahasa dilakukan oleh keluarga Karim sejak ia telah dapat

memproduksi bunyi yang telah memiliki makna fonemis. Hal ini dilakukan ketika

Karim melakukan kesalahan dalam mengucapkan suatu kata. Ketika Karim

melakukan suatu kesalahan dalam mengucapkan suatu bunyi, maka keluarga Karim

akan langsung melakukan direct feedback dengan membenarkan ucapan tersebut.

Namun demikian mereka juga masih melihat bagaimana kondisi kematangan rongga

bicara anak serta kemampuan mereka dalam memproduksi suatu bunyi fonem. Selain

itu, kontrol bahasa yang dilakukan ialah dengan menggunakan bahasa pengantar

bahasa Indonesia ketika berbicara di depan Karim dan melakukannya dengan tidak

menggunakan baby talk namun dengan menggunakan bahasa dengan pengucapan

orang dewasa. Contoh dialog control bahasa direct feedback.

Dialog 12

KM : [pɛsɛt]

TN : bukan [pɛsɛt] tapi [pəncet]

Page 87: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

87

KM : [pəsɛt]

TN : [pəncet] .. [pən cet]

KM : [pəcet]

TN : [pən cet]

KM : [pəncet]

3) Ekspos Bahasa

Sejak kecil, Karim juga telah di ekspos dengan bahasa melalui berbagai macam

eksposure. Ekspos yang dilakukan tidak hanya melalui media lisan orang dewaasa

namun juga melalui, video, gambar-gambar, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, sejak

usia 10 bulan, Karim sangat senang mendengar lagu-lagu berbahasa Inggris melalui

video dengan visualisasi gambar kartun yang bergerak. Lagu kesukaannya ialah Snow

Flakes, Ensee Winsee Spider, Row Row Row Your Boat, Baa Baa Black Sheep, Open

Shut Up, dsb. Lagu-lagu tersebut sangat disukai oleh Karim sehingga ia dapat

menyetelnya hingga kurang lebih tiga jam dalam sehari. Namun demikian, ketika

karim sedang menonton video tersebut, keluarganya akan memberikan bimbingan

dan arahan mengenai isi dari video tersebut. Sebagai contoh, ketika lirik lagu tersebut

berbunyi ‘baa baa black sheep have you any wool’ dan pada video tersebut

memperlihatkan adanya gambar kambing, maka keluarganya akan mengatakan ‘ini

sheep artinya kambing, mana kambing, im?’ kemudian Karim akan menunjukkan

jarinya pada gambar kambing tersebut. Beberapa waktu kemudian, ketika Karim telah

Page 88: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

88

berusia 11 bulan, dan Karim melihat gambar kambing, ia berkata [baa baa] sambil

menunjuk pada gambar tersebut.

Menonton video yang tepat untuk anak dan adanya pengarahan dari orang tua

dapat membantu anak dalam memahami suatu bahasa sekaligus juga meningkatkan

bahasa mereka. Pada awalnya, ketika kematangan produksinya masih belum

memungkinkannya untuk mengucapkan kata, komprehensinya sudah menunjukkan

bahwa ia telah mengerti apa isi dari video tersebut dan juga dapat

mengaplikasikannnya pada kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, pada saat jalan-

jalan di sebuah perbelanjaan, Karim melihat huruf A. Secara spontan, ia menunjuk

pada huruf tersebut dan berucap [a] secara berulang-ulang. Begitu pula ketika ia

melihat seekor kambing maka ia akan mengucapkan [baa baa]. Selain itu,

komprehensinya dalam mencerna bahasa pun sangat baik. ketika ada nyanyian Open

Shut Up maka ia akan menirukan apa yang terdapat di dalam video yaitu dengan

membuka dan menutup tangannya lalu bertepuk tangan. Melalui video tersebut juga

Karim dapat belajar kosakata dan bagaimana mengucapkannya. Oleh karena itu,

pemilihan video yang baik dengan adanya penjagaan dan pengarahan dari orang

dewasa akan memberikan manfaat pada anak dalam melatih kebahasaannya.

4) Dongeng

Perlakuan selanjutnya yang dilakukan oleh orang tua Karim yaitu dengan

mendengarkan cerita dongeng sebelum tidur. Menurut Nursito (2000: 3) dongeng

merupakan cerita yang biasanya berhubungan dengan suatu kepercayaan, keajaiban,

Page 89: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

89

ataupun kehidupan binatang. Cerita tersebut merupakan cerita yang bersifat non-fiksi

atau khayalan. Dongeng juga merupakan suatu cerita belaka yang tidak benar-benar

terjadi (Poerwadarminta, 2004: 274). Dari dongeng-dongeng yang ada, Karim senang

sekali jika di dengarkan dongeng yang berupa fabel atau cerita binatang. Karim juga

akan memintanya dengan berkata [cita kancil! cita kancil!]. Ketika bercerita,

keluarganya akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada Karim sehingga

diharapkan dapat mengecek komprehensi, memberikan kesempatan dalam

berargumen, serta melatih bahasanya.

Dialog 13

OD : Gimana ya cerita kancilnya?

KM : [pada suwatu hali:] (pada suatu hari)

OD : ada kancil di sebuah hutan yang lebat. Di hutan ada apa aja ya aim?

KM : [pohon]

OD : terus ada apa lagi?

KM : [bəŋa] (bunga)

OD : iya bener. Kancilnya lari melewati pohon dan bunga yang ada di

hutan. Tiba-tiba dia melihat ada temen-temennya lagi berkumpul.

temennya kancil siapa ya im?

KM : [cawi] (burung cawi)

OD : terus siapa lagi, im?

Page 90: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

90

KM : [gadjah]

Dari dialog di atas dapat dilihat bahwa dongeng yang diberikan juga dibuat

menjadi dua arah sehingga Karim juga ikut mendiskusikan dan memberikan masukan

dalam cerita. Selain dapat memberikan masukan moral, dongeng juga dapat

merangsang dan meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Suatu penelitian yang

dilakukan oleh Monalisa (2014: 11) menyimpulkan bahwa dongeng dapat

meningkatkan kemampuan kebahasaan anak. Hal ini juga meningkatkan kebahasaan

Karim karena dengan adanya stimulus yang dilakukan secara terus menerus

mengakibatkan Karim untuk selalu melatih kemampuan bahasanya. Hal ini

dibuktikan dengan kemampuan Karim yang telah mampu memberikan respon dengan

mengutarakan apa yang inginkan ataupun yang tidak ia inginkan. Sebagai contoh,

ketika ibunya sedang bercerita dan Karim tidak setuju dengan alur cerita yang dibuat

oleh ibunya, Karim akan menyela dengan mengatakan [amau kancil cawi ajah] ia

juga sesekali meminta persetujuan ibunya dengan mengatakan [cawi aja yaʔ?].

4.2 Perlakuan Lingkungan Bahasa pada Vintorez

Di dalam kesehariannya, Vintorez diasuh oleh kakak sepupunya yang bernama

Iga. Ibunya merupakan seorang dokter gigi yang biasa pergi praktek dengan waktu

yang tidak menentu. Pada tiga bulan pertama usia Vintorez, ibunya sering

meninggalkan Vintorez di rumah bersama dengan Iga. Selepas usia tiga bulan, ibunya

memiliki jadwal praktek yang lebih fleksibel sehingga memiliki banyak waktu di

rumah. Namun demikian, ibunya memulai bisnis online shop sehingga meskipun

Page 91: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

91

dirumah terkadang ia sibuk dengan gadgetnya sehingga orang yang lebih banyak

dekat dengan Vintorez ialah Iga. Ayahnya bekerja pada suatu perusahaan di luar Jawa

sehingga dalam waktu satu bulan, ayahnya memiliki waktu dua minggu bekerja dan

dua minggu bersama keluarga.

Di dalam perlakuannya terhadap bahasa Vintorez, tidak ada perlakuan secara

khusus yang dapat mengekspos bahasa Vintorez. Ketika diajak jalan-jalan atau

bermain, keluarganya sangat jarang memberikan pengetahuan-pengetahuan benda-

benda yang berada disekelilingnya secara langsung. Meka akan memberi tahu nama

suatu benda hanya ketika terdapat suatu kejadian tertentu seperti ketika Vintorez tidak

berhati-hati ketika berlari dan terlihat terdapat batu besar maka keluarganya akan

berkata ‘awas Vintorez ada batu, hati-hati!’ atau ‘itu bunganya jangan dicabut,

Vinto!’. Berikut adalah penggalan keseharian yang diambil saat Vintorez berusia 20

bulan. Vintorez (VT) Ayah (A)

Dialog 14

A : hap! (melempar bola)

VT : [ha:p] (mengambil bola dan tertawa kemudian melemparkannya

kembali)

A : (tersenyum.. mengambil bola kemudian melemparkannya kembali)

VT : (bola memantul melewati Vintorez) [a: a: hɛ:h] (tertawa)

A : (mengambil bola dan melemparkannya lagi)

VT : [aəhh hɛah] (tertawa kemudian mengambil bola)

Page 92: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

92

Dengan demikian, input yang masuk pada Vintorez hanya terjadi secara

spontan sehingga intensitas eksposur bahasanya tergolong lebih sedikit dari yang

dilakukan oleh keluarga Karim. Meski demikian, Vintorez telah dapat mengucapkan

ujaran satu kata. Berikut adalah penggalan dialog yang dilakukan oleh peneliti (P)

dan Vintorez (VT)

Dialog 15

P : Vinto makan apa?

VT : [mpɛ] <tempe> (makan tahu)

P : itu bukan tempe, itu tahu. Enak tahunya?

VT : [naʔ] <enak>

(tahunya terjatuh dan akan dimakan kembali oleh Vintorez)

P : Jangan dimakan tahunya, bilang ke kakak Iga Vinto minta tahu lagi.

Ini tahunya sudah jatuh. Tante buang aja ya?

VT : (melihat ke arah peneliti kemudian berlari ke dalam rumah)

[ta: ta: mpɛ mpɛ]

Di dalam penggunaan bahasa sehari-hari, keluarga Vintorez menggunakan

bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar yang digunakan ketika berbicara dengan

Vintorez. Namun, antara ibu dan kakak sepupunya seringkali menggunakan bahasa

daerah ketika berbicara di depan Vintorez.

Page 93: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

93

4.3 Pengaruh Perlakuan Lingkungan pada Pemerolehan Bahasa Karim dan

Vintorez

Kemampuan berbahasa pasti dimiliki oleh semua anak normal yang baru

dilahirkan. Meskipun waktu yang diperlukan berbeda beda dari setiap anak, pada

akhirnya mereka akan dapat berbahasa. Seorang bayi manusia yang baru lahir akan

langsung menangis dengan mengeluarkan bunyi-bunyi yang kemudian pada beberapa

bulan berikutnya organ suaranya akan berkembang dan bunyi-bunyi yang dikeluarkan

akan menjadi lebih bervariasi dan menjadi celotehan. Teori struktural universal yang

dikembangkan oleh Jakobson (1968) mempercayai bahwa pada masa bayi baru

dilahirkan hingga usia celotehan, celotehan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai

bahasa karena celotehan tersebut merupakan bunyi-bunyi tanpa tujuan dan bukan

untuk berkomunikasi. Fase ini disebut juga dengan fase senyap atau tahap prabahasa.

Jakobson berpendapat bahwa bahasa pertama dimula ketika anak telah dapat

memperoleh kata pertamanya dengan tahap pemerolehan bahasa yang sama pada

setiap bayi yang telah ditentukan oleh hukum-hukum yang bersifat universal yang

disebut the laws of irreversible solidarity (Jakobson, 1968: 68).

Lain halnya dengan Jakobson, Ingram (1989) mempercayai bahwa pada tahap

membabel, anak tidak melakukannya secara semaunya melainkan seluruh proses

yang teratur dan berkembang untuk dapat memperoleh kemampuan fonologi. Ingram

juga mengatakan bahwa yang menentukan pemerolehan bunyi-bunyi pertama pada

anak bukanlah melalui nurani namun melalui masukan-masukan yang didengar oleh

Page 94: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

94

anak.Teori yang dikemukakan oleh Ingram ini disebut dengan teori kontras dan

proses.

Pada kasus Karim dan Vintorez, hasil menunjukkan bahwa kemampuan bahasa

Karim berkembang lebih cepat daripada Vintorez. Ini menunjukkan bahwa perlakuan

lingkungan memiliki peran dalam memasukkan input yang dapat mempercepat proses

pemerolehan bahasa. Exposur bahasa melalui pesan dongeng, adanya turn taking saat

mendongeng atau berbicara, eksposur melalui video, buku dan gambar, serta

pengenalan-pengenalan terhadap lingkungan akan menstimulus mental dalam

pengenalan nama-nama serta bagaimana mengucapkan nama-nama tersebut. Proses

pengenalan dan eksposur terhadap bahasa akan melibatkan pikiran atau kognisi yang

dapat mempercepat proses pemerolehan bahasa. Piaget (via Chaer, 2009: 228)

merumuskan tiga tahap dalam perkembangan kognitif anak. Tiga tahap tersebut

merupakan tahap sensomotorik, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan

tahap operasional formal. Pada dua tahun pertama, bayi masih masuk ke dalam tahap

sensomotorik. Pada tahap ini bayi hanya dapat berfikir berdasarkan hubungan dengan

pengalaman-pengalaman dan tindakan-tindakan yang sederhana. Daya ingat memori

mereka pun belum sempurna dan belum mampu mengantisipasi hal-hal yang akan

datang. Oleh karena itu, stimulus yang dilakukan berupa memberikan penguatan

melalui pengalaman-pengalaman dengan memberikan pengetahuan secara terus

menerus akan mempercepat bayi dalam berbicara.

Eksposur bahasa yang akan memberikan rangsangan pengalaman-pengalaman

bayi juga diberikan secara ringan sambil bermain. Sebagai contoh, ketika sedang

Page 95: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

95

mendongeng dan melakukan turn taking namun kemudian anak sedang enggan

memberikan respon maka orang dewasa dapat meneruskan dongeng tersebut atau

ketika melihat anak sudah merasa bosan maka dongeng tersebut akan diakhiri.

Dongeng, turn taking, pengenalan terhadap lingkungan, dsb. yang dilakukan terhadap

Karim mampu mempercepat kemampuan Karim dalam berucap atau berbahasa.

Berikut adalah salah satu contoh potongan percakapan yang dilakukan antara Karim

dan Ibunya pada saat mendongeng (data TA DKM 20151023).

Dialog 16

KM : kə(l)apa

T : owh di atas pohon kelapa

KM : pəpaya

T : trus di atas pohon apa?

KM : paya

T : terus pas dia udah bertelur, tiba-tiba datang srigala, im. nah

srigalanya itu makan telornya,, burung apa tadi namanya?

KM : (tidak merespon, memainkan sikut ibunya)

T : yang bener donk nak, sayang. Nah, terus, pas srigalanya lewat, dia

berkata ‘Wow, ada telur banyak’. telurnya ada berapa ya, im?

KM : ʃatu

T : kok satu? Kalo satu gak banyak.

Page 96: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

96

Karim juga telah dapat mengucapkan lebih dari dua kata. Hal tersebut dapat

dilihat pada dialog berikut.

Dialog 17

KM : [aʔim kut yaʔ]

T : ikut kemana?

KM : [ʃana]

T : Jangan ah, udah dirumah aja. Ini kuenya dimakan!

KM : [amawu buwat tantə aja yaʔ] <gak mau, buat tante saja ya?>

Meski demikian, kemampuan mengucapkan kata yang dilakukan oleh anak terbatas

pada bagaimana kemampuan penguasaan artikulasi.

Pada tahun pertama, baik Karim maupun Vintorez masih belum dapat

mengucapkan sebuah kata yang memiliki arti fonemis meskipun Karim telah

diberikan perlakuan berupa eksposur bahasa. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut

kemampuan artikulasi Karim masih belum memungkinkannya dalam mengucapkan

kata tersebut. Meski demikian, perlakuan tersebut sedikitnya memberikan pengaruh

pada variasi bunyi ocehan yang keluar. Karim yang memiliki perlakuan eksposur

bahasa lebih banyak memiliki variasi bunyi yang lebih bervariasi dari Vintorez.

Perlakuan lingkungan yang lebih menekankan pada eksposur bahasa dapat melatih

artikulasi anak sehingga akan berkembang dengan lebih cepat.

Jika dilihat dari beberapa teori pemerolehan bahasa yang ada, kasus Karim dan

Vintorez cenderung mengikuti teori kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget.

Page 97: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

97

Dalam teori kognitif, Piaget dan Mc. Namara (dalam Chaer, 2009: 180) berpendapat

bahwa anak-anak lebih dahulu mengembangkan proses-proses kognitif yang bukan

linguistik barulah kemudian mereka akan memperoleh lambang-lambang linguistik

itu. Jadi, pemerolehan bahasa bergantung pada pemerolehan proses-proses kognitif

itu. Kematangan dari proses-proses kognitif itu juga dipengaruhi dari keterlibatan

langsung antara anak dan lingkungannya. Oleh karena itu, perlakuan lingkungan

berperan dalam memberikan intensitas keterlibatan anak dengan lingkungannya.

Karim yang memiliki keterlibatan dengan lingkungan yang lebih intense dari

Vintorez pada usia yang sama mampu memproduksi fonem yang lebih bervariasi.

Pengembangan fonem yang dimilikinya pun juga lebih bervariasi.

Pengembangan pemerolehan bahasa mereka pun cenderung memiliki

karakteristik yang sama dengan apa yang diungkapkan oleh teori kognitif. Baik

Karim maupun Vintorez memiliki perkembangan proses kognif terlebih dahulu

daripada perkembangan fonologinya. Pada usia yang sama, Karim telah mampu

bereaksi terhadap alam sekitarnya sedangkan Vintorez tidak. Sebelum usia satu

tahun, Karim telah mampu menunjuk benda-benda baik saat benda tersebut ada

ataupun tidak ada. Sebagai contoh, setiap pagi dan sore hari Karim selalu melihat

pesawat dan orang dewasa selalu berkata dan memberi tahu Karim bahwa benda

tersebut adalah pesawat. Beberapa hari kemudian, ketika Karim ditanya dimana letak

pesawat, ia menunjuk pada tempat yang sama dimana pesawat itu biasa lewat

meskipun pesawat tersebut tidak ada. Peristiwa ini dalam teori kesemestaan kognitif

disebut sebagai kekekalan benda. Setelah ia dapat bereaksi terhadap lingkungan

Page 98: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

98

tersebut, kemudian ia juga mampu membentuk representasi simbolik dimana ia juga

telah dapat merepresentasikan bentuk pesawat terhadap gambar-gambar ataupun

simbol pesawat. Sejalan dengan kematangan kognitif yang terjadi terlebih dahulu,

kemudian struktur linguistiknya pun mulai terbentu dimana Karim kemudian dapat

mengucapkan kata <pesawat> menjadi [ʃawat]. Hal yang sama terjadi pada Vintorez

beberapa bulan kemudian ketika Vintorez telah diberikan interaksi terhadap pesawat.

Namun, dikarenakan input yang masih kurang terhadap benda yang bernama pesawat,

Vintorez belum dapat mengucapkan kata <pesawat>. Proses yang sama yang telah

terjadi pada Vintorez yaitu dalam pengenalan terhadap cicak. Saat ini Vintorez telah

dapat mengenali dan mengucapkan kata <cicak> dengan sebutan [cəcaʔ].

Meskipun demikian, dalam kasus ini, perlakuan lingkungan tidak

mempengaruhi urutan pemerolehan bunyi secara signifikan. Hal ini dibuktikan

dengan bunyi vokal yang pertama kali muncul saat ujaran satu kata ialah bunyi vokal

[a] pada [yaya] <ayah>. Bunyi-bunyi yang lain pun muncul sesuai dengan kaidah

bunyi universal yang diprediksikan oleh Jakobson dimana bunyi kontras hambat

bilabial dan hambat dental atau hambat alveolar diperoleh terlebih dahulu daripada

kontras-kontras antara bilabial dan velar atau diantara dental dengan velar. Hingga

saat ini, baik Karim maupun Vintorez belum dapat mengucapkan bunyi likuida [l]

dan [r]. Bunyi tersebut dikatakan oleh Jakobson akan diperoleh di akhir. Bunyi yang

juga diperoleh diakhir ialah bunyi-bunyi [w] dan [y]. Namun pada kasus ini, bunyi

[y] telah diperoleh justru pada saat pertama kali Karim dan Vintorez mengucapkan

Page 99: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

99

kata. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perlakuan lingkungan bahasa anak

dapat mempengaruhi percepatan pemerolehan bunyi namun kecil kemungkinan dapat

mempengaruhi urutan bunyi.

Page 100: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

100

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Pada proses pemerolehan bahasa, anak sedikit demi sedikit mampu

memproduksi satuan-satuan lingual. Satuan-satuan lingual ini kemuadian akan

berkembang menjadi sesuatu yang lebih kompleks sehingga pada akhirnya seorang

anak yang tidak dapat berbahasa ketika dilahirkan, setelah beberapa tahun akan

mampu berbahasa dengan fasih. Komponen bahasa yang pertama kali diperoleh oleh

anak ialah komponen fonologi. Seorang anak akan sedikit demi sedikit mampu

memproduksi bunyi-bunyi dari yang awalnya tidak memiliki makna seperti dekutan

atau celotehan menjadi bunyi-bunyi yang bermakna. Proses pemerolehan bahasa itu

sendiri tidak terlepas dari faktor lingkungan anak dibesarkan yang akan memberikan

input-input bahasa pada anak. Perlakuan yang dilakukan oleh lingkungan dalam

memberikan input bahasa pada anak pun berbeda-beda. Perlakuan ini pastilah dapat

mempengaruhi beberapa aspek pada anak. Seorang anak dapat lebih cepat menguasai

bahasa daripada anak sebaya lainnya. Hal ini bisa saja dipengaruhi dari bakat

inteligensi anak sejak lahir. Namun, bakat ini tidak akan muncul tanpa adanya stimuli

dari lingkungan.

Beberapa teori mempercayai bahwa lingkungan tidak akan mempengaruhi

pemerolehan bahasa anak, namun beberapa lainnya mengemukakan bahwa

lingkungan sedikit banyak dapat mempengaruhi pemerolehan bahasa anak. Oleh

100

Page 101: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

101

karena itu perlulah diteliti untuk ditemukan sejauh mana pengaruh lingkungan

tersebut mempengaruhi pemerolehan bahasa anak. Di dalam penelitian ini, pengaruh

lingkungan dikaji untuk ditemukan sejauh mana pengaruh lingkungan ini memiliki

dampak pada pemerolehan fonologi anak. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

dan dianalisis pada bab-bab sebelumnya, maka berikut adalah hasil simpulan yang

ditemukan.

1. Pada pemerolehan fonologi, pada saat Karim dan Vintorez dilahirkan,

keduanya sama-sama hanya mengeluarkan bunyi tangisan yang terdiri dari

bunyi glottal [ʔ], frikatif [h], velar nasal [ŋ], dengan bunyi vokalnya adalah

[ɛ], [ə], dan [a]. Hal yang sama juga akan terjadi pada bayi manapun yang

baru dilahirkan. Tahap ini terjadi pada usia 0-4.5 bulan.

2. Perbedaan dari banyaknya intensitas dan variasi bunyi yang keluar dari

ocehan mereka terjadi sejak saat usia mereka 6 bulan. Hingga usia 20 bulan,

Karim telah memiliki variasi bunyi yang lebih banyak dari Vintorez. Pada

celotehan Karim, bunyi-bunyi yang dihasilkan ialah vokal [e], [ɛ], [ə], [a],

[u], dan [ɔ], serta konsonan [b], [p], [t*], [d*], [j], [k*], [g*], [m], [n], [z],

[y], [h], [ŋ], dan [ɣ]. Pada usia 20 bulan, Karim telah menguasai seluruh

vokal sedangkan konsonan telah ia kuasai kecuali bunyi likuida [l] dan [r].

Untuk mengucapkannya, ia hanya melakukan retrofleksi, penggantian bunyi

menjadi [y], atau dilesapkan. Karim terkadang mengucapkan [r] menjadi [l],

namun dalam mengucapkan pada kata yang memiliki fonem /l/, ia hanya

Page 102: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

102

membunyikannya dengan tidak utuh [l]. Hal yang terjadi pada Vintorez, ia

tidak mengalami perkembangan pada gugus vokalnya namun pada konsonan

ia telah memiliki beberapa tambahan pemerolehan konsonan berupa [p], [b],

[t], [d], [k*], [g*], [m], [n], [w*], [y], dan [ŋ]. Tanda bintang pada bunyi

menunjukkan bunyi tersebut telah muncul namun secara terbatas. Hal yang

menarik pada Vintorez, ketika pada awal pemerolehan bahasanya, ia telah

dapat mengucapkan [iɣa] atau bahkan [iɣga] ketika memanggil pengasuhnya

yang bernama Iga. Namun, pada usia 20 bulan, bunyi [ɣ] atau [ɣg] tersebut

berubah menjadi [t] sehingga Vintorez memanggil pengasuhnya dengan

sebutan [ita].

3. Meskipun variasi bunyi yang di dapat oleh Karim lebih banyak dari

Vintorez, namun urutan-urutan bunyi yang diperoleh antara Karim dan

Vintorez sejak mereka dapat mengucapkan kata adalah sama. Pada usia 0

bulan, vokal yang diucapkan oleh Karim bukanlah [a]. Vokal terbuka [a]

baru muncul saat usia Karim 1 bulan. Namun, ketika dapat mengucapkan

satu kata, baik Karim maupun Vintorez pertama kali dapat mengucapkan

vokal terbuka [a]. Oleh karena itu, meskipun tidak sepenuhnya, mereka

menganut teori pemerolehan fonologi universal dari Jakobson dimana

kontras vokal pertama yang diperoleh ialah vokal lebar [a] dan vokal [i]

kemudian diikuti oleh vokal [u]. Namun pada saat pengucapan kata yang

bermakna terbentuk, baik Karim maupun Vintorez mengontraskan ketiga

Page 103: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

103

vokal tersebut dengan vokal-vokal lainnya seperti [aen] <main> dan [ətə]

<tante>. Pada pemerolehan konsonan juga mengikuti teori pemerolehan

fonologi universal dimana kontras antara hambat bilabial dengan hambat

dental atau hambat alveolar diperoleh lebih dahulu daripada dengan velar [k]

dan [g]. Namun, ketika Jakobson meramalkan bahwa bunyi luncuran [y] dan

[w] muncul diakhir, maka hal tersebut tidak terjadi pada kasus Karim

maupun Vintorez dimana mereka telah dapat mengucapkan bunyi glide [y]

pada [yaya] <ayah> atau ketika Karim mengucapkan [win] <pinguin>.

Meski demikian bunyi likuida [l] dan [r] tetaplah diperoleh di akhir.

4. Dalam pemerolehan konsonan, sebelum Karim maupun Vintorez dapat

mengucapkan konsonan tersebut dengan sempurna seperti halnya yang

diucapkan oleh orang dewasa, beberapa bunyi konsonan akan mengalami

adanya bunyi sertaan yang muncul. Pada proses artikulasi sertaan, bunyi-

bunyi sertaan yang muncul pada Karim dan Vintorez memiliki persamaan

dan perbedaan. Bunyi sertaan yang sama antara Karim dan Vintorez ialah

adanya bunyi-bunyi labialisasi dan glotalisasi. Sertaan labialisasi contohnya

seperti pada saat Karim mengatakan [apwu] untuk <ibu> dan Vintorez

mengatakan [apwa] untuk <sapi>. Sertaan glotalisasi contohnya pada saat

Karim mengatakan [buʔuŋ] untuk <burung> dan pada saat Vintorez

mengoceh ia mengeluarkan suara-suara seperti [paʔpba]. Pada perbedaan

bunyi sertaan yang terjadi pada Karim maupun Vintorez, Vintorez

Page 104: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

104

mengalami sertaan velarisasi seperti saat ia memanggil pengasuhnya <Iga>

dengan mengatakan [ixɣa] sedangkan Karim tidak mengalami velarisasi.

Selain itu, Karim telah mengalami beberapa sertaan pada proses

artikulasinya seperti bunyi-bunyi aspirasi [h] pada [phopho] untuk <bobo>

(tidur), bunyi retrofleksi [r] pada [motorl] untuk <motor>, dan nasalisasi [m]

pada konsonan hambat bersuara [b]. Contoh untuk nasalisasi ialah [mbotorl]

untuk <botol> dan [mbəndɛa] untuk <bendera>.

5. Pada saat ia mulai dapat memproduksi kata-kata, bunyi yang diucapkan

hanyalah bunyi pada silabel terakhir atau ultima. Pada saat pertama kali

mengucapkan kata, ia memanggil ayahnya dengan sebutan [ya ya] kemudian

[yah] sehingga terbentuklah KV kemudian KVK. Hingga usia dua tahun,

Karim bahkan telah mampu mengucapkan kalimat kompleks seperti [apih

kəntut amih juga], [aʃik bəi naʃi kuniŋ], [ayah maapin aim yaʔ], dsb.

Pemerolehan yang sama juga terjadi pada Vintores, sebelum ia dapat

mengucapkan kata-kata, kata yang memiliki makna fonemis pertama kali

ialah saat ia memanggil pengasuhnya dengan sebutan [ɣa] dengan bentuk

KV namun kemudian berkembang menjadi [əɣa]. Ia juga pertama kali

memanggil ayahnya dengan mengatakan [ya ya ya] (KV KV KV) yang

diucapkan berkali-kali.

6. Dari data hasil pemerolehan fonologi antara Karim dan Vintorez dapat

disimpulkan bahwa pemerolehan fonologi Karim terlihat lebih cepat

Page 105: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

105

daripada pemerolehan fonologi yang diproduksi oleh Vintorez. Pada usia

yang sama Karim telah mampu mengucapkan <kereta> dengan ucapan yang

hampir sempurna [kəreta] sedangkan Vintorez masih mengucapkannya

sebagai [teta]. Pada usia 20 bulan Karim juga telah mampu memproduksi

atau mengucapkan kalimat informal kompleks yang sudah melebihi fase

holofrastis.

7. Berdasarkan pengaruh perlakuan lingkungan, lingkungan sedikitnya dapat

mempengaruhi dalam mendorong percepatan pemerolehan fonologi namun

tidak pada urutan pemerolehan fonologi. Dari hasil analisis didapatkan

bahwa Karim dan Vintorez cenderung memiliki gejala yang sesuai dengan

hipotesis kesemestaan kognitif. Pemerolehan kognitif terjadi terlebih dahulu

daripada pemerolehan linguistik. Di dalam pemerolehan fonologi yang

termasuk ke dalam pemerolehan linguistik, pemerolehan kognitif berupa

pengenalan terhadap lingkungan mampu mempengaruhi percepatan dalam

pemerolehan produksi fonologi. Pemerolehan kognitif ini tergantung pada

eksposur atau intensitas interaksi yang diberikan pada anak. Ketika anak

telah banyak berinteraksi dengan lingkungan, maka kecerdasan mereka akan

mengenali lingkungan pun semakin meningkat sehingga mereka akan

dengan cepat mampu mengembangkan kemampuan fonologis mereka.

Meski demikian, urutan pemerolehan bunyi tidak dapat dipengaruhi dari

lingkungan.

Page 106: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

106

5.2 Saran- Saran

Pemerolehan bahasa anak memiliki keunikan tersendiri di dalam prosesnya.

Seorang anak, yang ketika dilahirkan tidak dapat berbahasa maupun mengerti bahasa

akan dengan cepat menguasai bahasa hanya dalam waktu kurang lebih empat tahun.

hal ini sangat berbeda dengan orang dewasa yang mempelajari bahasa kedua. Orang

dewasa tersebut akan mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa baru hingga

bertahun-tahun. Oleh karenanya, bagaimana proses pemerolehan bahasa dapat terjadi

begitu cepat mulai dipelajari sehingga diharapkan dapat menginspirasi para pendidik

maupun pembelajaran dalam proses pembelajaran bahasa khususnya bahasa asing.

Dari segi pendekatan dan konsep, pemerolehan bahasa dan pembelajaran

bahasa sangatlah berbeda. Pemerolehan bahasa didapatkan anak melalui proses

alamiah sejak anak belum memiliki kemampuan berbahasa. Lain halnya dengan

pemerolehan bahasa, pembelajaran bahasa terjadi saat anak telah memiliki bahasa

pertamanya namun ia ingin mempelajari bahasa lainnya. Oleh karena itu, proses yang

terjadi pun tidak secara alamiah namun dengan adanya kesadaran dengan melakuan

pembiasaan-pembiasaan terhadap bahasa target.

Di dalam proses pemerolehan bahasa, masih terdapat banyak hal yang belum

terpecahkan. Beberapa diantaranya ialah mengenai bagaimana pemerolehan leksikon

dan semantis, apa yang menyebabkan terjadinya fis phenomenon pada anak, dsb.

Ketika peneliti sedak melakukan pengumpulan data, ada suatu hal yang menarik yang

terjadi pada Karim. Pada saat itu, Karim telah berusia sekitar satu tahun setengah.

Pada usia tersebut, Karim sudah mulai senang dalam mempelajari alphabet dari A

Page 107: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

107

hingga Z. Jika terdapat poster atau apapun yang terdapat alphabet di dalamnya, Karim

akan membunyikan tiap alphabet satu per satu. Sebagai contoh, ketika sedang

berjalan-jalan, dia melihat huruf N pada kata PELAN-PELAN yang terdapat di aspal

jalan. Kemudian, Karim yang pada saat itu sedang digendong berucap dengan cukup

keras sambil memfokuskan matanya pada jalan. Ia mengucapkan [en en en] secara

berulang-ulang. Awalnya, peneliti tidak mengetahui apa maksud dari ucapannya,

namun ketik melihat pandangan Karim yang selalu melihat aspal jalan, peneliti

mengerti bahwa ia menemukan huruf N. Peneliti pun merespon dengan berkata ‘ oh

iya itu huruf N, nah kalau yang itu apa?’ sambil menunjuk pada salah satu huruf.

Karim pun menyebutkan huruf tersebut satu per satu. Satu hal yang membuat

menarik ialah pada suatu hari, ketika ayah ibunya terbangun, ia mendapati karim

sedang memandang kedua tangannya dengan posisi tubuh yang masih tiduran. Saat

memandang kedua tangannya, ia bergumam sendiri dengan terus menerus berkata

[em em em]. Orang tuanya yang merasa penasaran kemudian membuka telapak

tangan mereka. Ia menyadari bahwa yang dimaksud dengan huruf M ialah garis

tangan Karim yang menyerupai huruf M. Hal ini juga terjadi pada benda lainnya

dimana Karim mengasosiasikan gantungan baju, jendela yang terbuka dengan

sanggaan ditengahnya dengan huruf A; jam dinding, bulan, roda dengan huruf O;

simpul kursi, rangka jemuran baju dengan huruf X, dsb. Jika diperhatikan, fitur-fitur

dari gantungan baju dan jendela yang terbuka menyerupai fitur yang terdapat pada

huruf A (+ terdapat dua garis tegak lurus vertikal yang menyatu pada bagian

ujungnya serta satu garis tegak lurus horizontal pada bagian tengahnya). Begitu pula

Page 108: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

108

dengan huruf O yang memiliki fitur (+bulat) dan (+lingkaran), ia asosiasikan dengan

bulan dan jam dinding yang memiliki fitur yang sama (+bulat) dan (+lingkaran). Dari

kasus tersebut, terdapat sebuah pertanyaan yang dapat dirumuskan yaitu mengenai

bagaimana hubungan pemerolehan leksikon dengan persepsi semantis yang terdapat

di dalam pikiran anak. Meski demikian, ketika Karim memperoleh leksikon tumbuh-

tumbuhan, ia tidak memiliki generalisasi pada tumbuhan-tumbuhan tersebut. Ia telah

dapat membedakan pohon mangga, pohon nangka, pohon jambu, pohon pinus, pohon

jagung, pohon singkong, pohon pisang, pohon kelapa, dsb. Mengapa demikian?

Kasus lainnya terjadi ketika Karim sedang bermain air dan kemudian terjadilah

sebuah percakapan.

Dialog 18

OD : ini apa, im?

KM : ail

OD : ail?

KM : bukan

OD : air apa ail?

KM : ail

OD : iya ail?

KM : bukan.. ail

OD : air?

KM : ail

Page 109: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

109

Fenomena yang terjadi pada dialog di atas disebut juga dengan fis phenomenon.

Gejala fis phenomenon ini dikemukakan oleh Berko dan Brown (via Dardjowidjojo,

2000: 103) yang merupakan gejala pada anak dimana anak tidak dapat mengucapkan

bunyi [š] pada kata fish. Bunyi [š] mereka ucapkan menjadi [s] sehingga menjadi

[fis]. Namun, ketika orang lain yang mengatakan [fis], anak tersebut akan menolak.

Pada dialog di atas, Karim juga menolak ketika orang lain mengatakan [ail] untuk air

sedangkan ia sendiri mengucapkannya dengan [ail].

Jika dilihat dari gejala fis phenomenon, ketika orang dewasa memberikan

klarifikasi dengan bertanya dan mengucapkan kata yang salah, anak tersebut menolak

meskipun ia sendiri mengucapkannya. Akan tetapi, ketika klarifikasi tersebut

dilakukan secara langsung atau direct, fenomena fis phenomenon tidak terjadi. Salah

satu contohnya terdapat pada dialog antara Karim dan tantenya. Dialog ini diambil

ketika Karim sedang bermain motor ayahnya dan menekan tombol klakson. (KM =

Karim, TN = Tante)

Dialog 12

KM : [pɛsɛt]

TN : bukan [pɛsɛt] tapi [pəncet]

KM : [pəsɛt]

TN : [pəncet] .. [pən cet]

KM : [pəcet]

TN : [pən cet]

KM : [pəncet]

Page 110: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

110

Tanpa melakukan suatu penolakan, Karim cenderung akan menirukan apa ucapan

yang dikoreksi oleh orang dewasa atau tantenya. Peniruan akan dilakukan secara

sempurna ketika fisiologis artikulatoris anak telah memungkinkan untuk

mengucapkan fonem-fonem yang terdapat pada kata. Mengapa bisa terjadi demikian?

Adakah pengaruh dari cara bicara orang dewasa terhadap perkembangan fonologi

anak? Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlulah digali dan kaji lebih dalam untuk

mengetahui jawabannya. Oleh karena itu, pembaca diharapkan tergerak hatinya untuk

meneliti dan mengkaji lebih dalam untuk dapat mengungkapkan tabir mengenai

pemerolehan bahasa anak atau bagaimana psikologis mempengaruhi bahasa anak, dan

lain sebagainya. Penulis juga berharap agar penelitian ini mampu menginspirasi

pembaca dalam melakukan penelitian-penelitian lanjutan sehingga pada akhirnya

misteri bahasa manusia dapat terpecahkan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 111: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

111

Buku, makalah dan tulisan ilmiah Alamsyah, Teuku, Taib, Rostina, Azwardi, dan Idham, Muhammad. 2011. Pemilihan

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama Anak dalam Keluarga Masyarakat Aceh Penutur Bahasa Aceh di Nangroe Aceh Darussalam. Malay Language Education Journal (MyLEJ), Vol. 1(2), 31-44.

Bornstein, M.H., Leach, D.B., & Haynes, O.M. 2004. Vocabulary Competence in First-and Second Born Siblings of the Same Chronological Age. Journal of Child Language, Vol. 31, 855– 873.

Chaer, Abdul. 2003. Lingusitik Umum. Jakarta: Rhineka Cipta. __________. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta. __________. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Daneshvar, Arezoo, and Sadighi, Firroz. 2014. The Effects of Mothers’ Age,

Educational Level, Occupation and Children’s Birth Order on Iranian Preschoolers’ Communicative Performance. International Journal of Educational Investigations, Vol. 1(1), 205-219. Tersedia Online: http://www.ijeionline.com/attachments/article/31/IJEIonline_Vol.1_No.1_pp.205-219_Daneshvar-Sadighi.pdf [diakses pada tanggal 14 September 2014]

Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. ECHA: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

__________. 2005. Psiko- Linguistik: Pengantar pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Evans, G.W. 2004. The Environment of Childhood Poverty. American Psychologist, Vol. 59(2), 77-92.

Hoff-Ginsberg, E. 1991. Mother-Child Conversation in Different Social Classes and Communicative Settings. Child Development, Vol. 62, 782–796.

___________. 1998.The Relation of Birth Order and Socioeconomic Status to

Children‘S Language Experience and Language Development. Applied Psycholinguistics, Vol. 19, 603–629.

Ingram, David. 1989. First Language Acquisition: Method, Description, and

Explanation. Cambridge: Cambridge University Press.

Page 112: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

112

Jakobson, Roman. 1968. Child Language, Aphasia, and Phonological Universals. The Hague: Mouton Publisher.

_________. 1971. Studies on Child Language and Aphasia. The Hague: Mouton

Publisher Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.Yogyakarta:

Carasvatibooks. Lewis, M., & Wilson, C. D. 1972. Infant development in lower class American

families. Human Development, Vol. 15(2), 112-127.

Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar-Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nasution. 1992. Metode Research. Bandung; Jemmars.

Pateda, Mansoer. 1990. Aspek-Aspek Psikolinguistik. Jogjakarta: Nusa Indah.

Pinker, Steven. 1994. The Language Instinct. New York: Herper Perennial Modern Classics.

Poerwardarminta, W.J.S.. 2004. Kamus besar bahasa indonesia. Balai pustaka

Schutz, Ricardo. 2014. Stephen Krashen's Theory of Second language Acquisition. Tersedia Online: http://www.sk.com.br/sk-krash.html [di akses pada tanggal 14 September 2015]

Siegel and Cocking, R. 2000. Cognitive Development from Childhood to

Adolescence: A Constructivist Perspective. Tersedia Online: http://fccl.ksu.ru/papers/gp002.htm [di akses pada tanggal 14 September 2015].

Steinberg, Danny D., Nagata, Hiroshi, dan Aline, David P.. 2001. Psycholinguistics: Language, Mind, and World. United Kingdom: Routledge.

Subiyakto N, Sri Utari. 1988. Psikolinguistik: Suatu Pengantar, Jakarta: Depdikbud.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press..

Tulkin, S. R., dan Kagan, J.. 1972. Mother-Child Interaction in the First-year of Life. Child Development, Vol. 43, hal. 31-41.

111

Page 113: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95589/potongan/S2-2016... · kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih

113

Wawancara Wawancara Risma, Jetis Harjo, Sleman, Yogyakarta, 14 Oktober 2015, Pukul. 09.30-

10.00 WIB Wawancara Supartini, Padamara, Purbalingga, Jawa Tengah, 28 Oktober 2015,

Pukul. 13.13-13.55 WIB