bab i pendahuluan -...

38
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era keterbukaan informasi publik yang telah menjadi kebutuhan utama masyarakat, pemerintah semakin dituntut untuk lebih memaksimalkan peran dan fungsinya sebagai pelayan publik. Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tidak hanya sekedar tampil sebagai tim perancang beragam perangkat Teknologi Informasi Komunikasi dan komunikator penyampai pesan dari berbagai kebijakan pemerintah saja. Akan tetapi juga harus menjalankan peran gandanya sebagai humas pemerintah serta menciptakan masyarakat melek IT yang juga mampu memproduksi informasi. Adalah sebuah keniscayaan bagi Dinas Kominfo untuk memiliki komitmen kuat agar dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. serta menjamin hak warga negaranya untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik berbasis e-government (Elektronic Government) atau yang juga dikenal dengan Digital Government Service (DGS). Melalui pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia pemerintahan berbasis pelayanan publik secara elektronik, DGS diharapkan dapat diaplikasikan di seluruh lingkup pemerintah daerah di Indonesia. Tujuannya untuk mengembangkan sumberdaya aparatur yang mengarah kepada DGS, sesuai dengan hasil Konferensi Nasional Sistem Informasi 2006. Diantaranya berhubungan dengan implementasi kebijakan, strategi pengembangan serta penerapan DGS di organisasi (Organization and Human Capital Development) serta e-procurement (http://totoksuharto.blogspot.com/2010/02/pengembangan-sumberdayaaparatur- dalam.html).

Upload: truongnhi

Post on 24-Aug-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Di era keterbukaan informasi publik yang telah menjadi kebutuhan utama

masyarakat, pemerintah semakin dituntut untuk lebih memaksimalkan peran dan

fungsinya sebagai pelayan publik. Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo)

tidak hanya sekedar tampil sebagai tim perancang beragam perangkat Teknologi

Informasi Komunikasi dan komunikator penyampai pesan dari berbagai kebijakan

pemerintah saja. Akan tetapi juga harus menjalankan peran gandanya sebagai

humas pemerintah serta menciptakan masyarakat melek IT yang juga mampu

memproduksi informasi.

Adalah sebuah keniscayaan bagi Dinas Kominfo untuk memiliki

komitmen kuat agar dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. serta

menjamin hak warga negaranya untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan

publik berbasis e-government (Elektronic Government) atau yang juga dikenal

dengan Digital Government Service (DGS). Melalui pemanfaatan teknologi

informasi dalam dunia pemerintahan berbasis pelayanan publik secara elektronik,

DGS diharapkan dapat diaplikasikan di seluruh lingkup pemerintah daerah di

Indonesia. Tujuannya untuk mengembangkan sumberdaya aparatur yang

mengarah kepada DGS, sesuai dengan hasil Konferensi Nasional Sistem

Informasi 2006. Diantaranya berhubungan dengan implementasi kebijakan,

strategi pengembangan serta penerapan DGS di organisasi (Organization and

Human Capital Development) serta e-procurement

(http://totoksuharto.blogspot.com/2010/02/pengembangan-sumberdayaaparatur-

dalam.html).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

2

Penerapan sistem informasi di beragam bidang organisasi dan kehidupan

pemerintahan yang di dalamnya juga meliputi bidang pendidikan, kesehatan,

bisnis perdagangan tersebut merupakan kolaborasi antara teknologi informasi dan

komunikasi dalam pengembangan sistem informasi. Termasuk bagaimana

aplikasinya ke dalam suatu organisasi serta perannya dalam pengembangan sistem

informasi digital yang telah mewujudkan sistem pelayanan selama 24 jam dengan

alur birokrasi yang lebih ringkas dan tidak berbelit-belit.

Kehadiran new media telah memudahkan proses konvergensi media

dengan mengintegrasikan antara konten yang terdapat pada media konvensional

dan media yang lebih modern ber-platform new media. Keberadaan media baru ini

sebagai produk dari pertumbuhan di bidang teknologi komunikasi yang menurut

Al Gore dalam Komunikasi Dan Politik, Sebuah Kajian Kritis (Putra, 2008)

sebagai broadband internet, yaitu versi modern dari jaringan rel kereta api dan

jalan tol penghubung sejumlah negara bagian di Amerika Serikat ini

memungkinkan terselenggaranya partisipasi masyarakat dalam mengakses

beragam informasi di era keterbukaan informasi publik. Dinas Kominfo

berpeluang besar untuk menawarkan intensitas partisipasi masyarakat dalam ikut

memberikan masukan penyusunan kebijakan pemerintah yang jauh lebih besar

daripada hanya berpatokan pada penggunaan media konvensional (majalah,

tabloid, radio).

Melalui new media, peran dan fungsi Dinas Kominfo dalam

mempublikasikan program e-government sekaligus untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kepada masyarakat. Fokusnya pada pengiriman layanan online

pemerintah yang dapat meningkatkan layanan informasi dan kualitas

pelayanannya kepada masyarakat. Sehingga secara otomatis akan membentuk

kultur dan spirit baru tentang penyelenggaraan sistem pemerintahan yang sehat,

baik secara ekonomi maupun politis.

Dinas Kominfo Pemkot Surabaya merupakan instansi pemerintah di

bidang IT yang mencoba memfasilitasi segala kebutuhan IT warganya agar dapat

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

3

melek IT sekaligus diharapkan mampu memproduksi konten informasi, sehingga

dapat berkontribusi dalam pembangunan kota Surabaya. Sampai saat ini, Dinas

Kominfo Pemkot Surabaya telah menyediakan fasilitas internet gratis di 42 titik

taman kota di Surabaya yang bisa diakses warga selama 24 jam. Diantara titik hot

spot yang bisa dimanfaatkan yaitu di Taman Bungkul yang berlokasi di Jl Raya

Darmo. Tujuannya agar masyarakat kota Surabaya lebih mudah untuk

memperoleh beragam informasi secara online.

Dari fasilitas akses internet tidak berbayar yang disediakan tersebut

masih belum dimanfaatkan masyarakat secara maksimal. Hal ini karena jumlah

pengguna internet di kota Surabaya saat ini masih di kisaran 2 juta orang, dari

total jumlah penduduk kota Surabaya mencapai 2,9 juta orang

(http://dispendukcapil.surabaya.go.id/index.php). Sehingga masih terjadi

kesenjangan digital (digital divide) di kota Surabaya. Oleh karena itu, dibentuklah

program pelatihan internet yaitu Broadband Learning Center (BLC) yang

merupakan program literasi internet berupa pembelajaran beragam materi tentang

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi warga Surabaya yang diberikan

secara gratis dan bersertifikat, dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung

yang juga dapat dimanfaatkan pengunjung untuk menggunakan fasilitas internet

serta free wifi.

Tujuan utama dari penerapan program BLC ini adalah agar warga

Surabaya tidak gagap teknologi (gaptek) di era serba digital. Hal ini sekaligus

sebagai upaya dari Dinas Kominfo Pemkot Surabaya dalam menyiapkan warga

Surabaya untuk siap berkompetisi dengan negara-negara ASEAN

(www.surabaya.go.id). Warga Surabaya diharapkan akan menjadi warga yang

paling siap untuk menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang

rencananya akan segera diberlakukan pada akhir 2015 mendatang. Ketika

nantinya MEA mulai diberlakukan, artinya negara-negara se-ASEAN akan bisa

bebas berinvestasi di Indonesia, termasuk di Surabaya. Sehingga dengan pelatihan

TIK yang dapat diakses secara gratis di BLC, masyarakat kota Surabaya

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

4

diharapkan sudah mempunyai bekal untuk bersaing dengan masyarakat global

sekaligus siap menjadi tuan di kotanya sendiri.

Melalui BLC, semua lapisan masyarakat Surabaya berkesempatan bisa

belajar beragam materi pelatihan TIK tanpa ada pungutan. Bekerjasama dengan

PT Telkom Divisi Regional V Jawa Timur, BLC berupaya meningkatkan

pelayanannya agar dapat menjangkau seluruh masyarakat Surabaya sebagai upaya

percepatan menuju Surabaya Cyber City. Yaitu konsep kota modern berbasis

teknologi informasi yang saat ini telah banyak diterapkan di sejumlah kota besar

di seluruh dunia, sebagai konsekuensi logis dari meningkatnya kebutuhan

masyarakat yang ingin mengakses informasi dan berkomunikasi dengan mudah

dan cepat.

Konsep cyber city merupakan salah satu upaya pemberdayaan

masyarakat di bidang teknologi informasi. Tujuannya untuk menjadikan kota

Surabaya sebagai smart city dengan kondisi masyarakatnya yang seluruhnya

melek IT. Sehingga selalu terkoneksi dan mampu merespon segala kebijakan yang

diberlakukan oleh Pemkot Surabaya dengan cara mengaksesnya secara digital

pada website milik Pemkot Surabaya, www.surabaya.go.id. Misalnya untuk

proses pengurusan perijinan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan jenis pelayanan

publik lainnya yang saat ini sudah bermigrasi ke sistem online.

Selain itu, Surabaya Cyber City juga diharapkan sebagai representasi dari

penerapan e-Goverment di kota Pahlawan yang bertujuan meringkas prosedur

birokrasi yang sebelumnya relatif membutuhkan waktu lama. Dengan

meminimalkan kontak langsung antara kantor pelayanan dengan pengguna

layanan, maka diharapkan akan dapat memutus potensi terjadinya penyimpangan-

penyimpangan di birokrasi. Sehingga akan terwujud sistem pemerintahan yang

bersih dan transparan (Clean and Good Government).

Fasilitas pembelajaran IT yang dapat dinikmati oleh masyarakat secara

gratis ini bertujuan agar warga Surabaya melek IT, sehingga mereka dapat

berinteraksi melalui IT untuk kemajuan pembangunan kota Surabaya. Penerapan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

5

konsep cyber city melalui penetrasi program BLC oleh Dinas Kominfo Pemkot

Surabaya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Surabaya dalam

mengakses internet secara lebih luas dan tidak lagi terbatas pada kalangan tertentu

saja. Tetapi diperuntukkan bagi semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali.

Sehingga dapat lebih memudahkan mereka dalam melakukan proses pengurusan

administrasi pemerintahan yang sekarang ini sudah beralih dari sistem manual ke

digital. Seperti halnya yang saat ini diterapkan oleh Pemkot Bandung dan

Pemprop Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan pelayanan publik berbasis

Digital Government Service (DGS) yang masih terus disempurnakan

pelaksanaannya agar mendapatkan hasil lebih maksimal.

Dari aplikasi keseluruhan program BLC oleh Dinas Kominfo Pemkot

Surabaya tersebut tentunya masih harus dilakukan up grade dari segala lini,

sehingga mampu menjawab tantangan kebutuhan literasi IT bagi semua warga

Surabaya dalam mewujudkan masyarakat melek teknologi informasi dan

komunikasi. Yang perlu digarisbawahi adalah, bagaimanakah pelaksanaan

program BLC agar dapat dimanfaatkan oleh semua warga Surabaya? Lalu

bagaimana pola manajemen komunikasi Dinas Kominfo Pemkot Surabaya untuk

meningkatkan kualitas jajarannya dalam menyelenggarakan program pelatihan

TIK?

Dalam pelaksanaannya, tentunya masih banyak dijumpai kekurangan-

kekurangan yang merupakan problematika dan menjadi pekerjaan rumah (PR)

besar bagi Dinas Kominfo Pemkot Surabaya. Hal ini karena, program pelatihan

TIK yang bertujuan untuk menjadikan seluruh masyarakat kota Surabaya melek

IT tersebut merupakan program pemberdayaan warga yang sifatnya berkelanjutan.

Sehingga yang harus direalisasikan oleh Dinas Kominfo pemkot Surabaya adalah,

bagaimana caranya agar program literasi internet tersebut bisa tercapai maksimal.

Tidak hanya akan berimplikasi pada terwujudnya Surabaya Cyber City,

melainkan juga mengoptimalkan pelaksanaan sistem pemerintahan berbasis e-

Government yang jauh berkualitas dan berdaya saing secara internasional.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pelaksanaan program Broadband

Learning Center (BLC) oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya periode 2014-

2015?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui tentang pelaksanaan program Broadband Learning Center

(BLC) oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya periode 2014-2015 dari

perspektif komunikasi.

2. Memahami pelaksanaan Digital Government Service (DGS) berbasis e-

Government oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan kontribusi

sebagai berikut:

1. Memberikan masukan/ saran bagi pemerintah kota Surabaya agar

mengoptimalkan kinerja Dinas Kominfo Pemkot Surabaya dalam

melaksanakan serta mengaplikasikan program pelatihan IT melalui BLC

secara merata. Sehingga semua masyarakat Surabaya melek IT dan

mampu memanfaatkannya dalam pelaksanaan e-government yang

berkualitas.

2. Sebagai kajian ilmiah disiplin ilmu komunikasi, khususnya bidang

teknologi informasi tentang upaya pemerintah daerah untuk mewujudkan

masyarakat melek IT.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

7

E. Kerangka Pemikiran

Sebagai pendekatan dalam pembahasan atas rumusan masalah dalam

penelitian ini, maka dibutuhkan pembahasan dari masing-masing konsep seperti

berikut ini:

E.1 Cyber City Produk dari Cyber Community

Kondisi masyarakat yang melek IT pada akhirnya menciptakan cyber

community atau masyarakat maya yang membangun dirinya dengan

mengandalkan interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan kelompok

(jaringan) dan antar sesama anggota masyarakat maya. Sifat proses dan

interaksi sosial ditentukan oleh kepentingan mereka dalam dunia maya.

Interaksi sosial sementara terjadi pada anggota masyarakat yang sepintas lalu

ingin “jalan-jalan” dan hanya bermain di dunia maya melalui browsing dan

chatting atau searching, kemudian meninggalkannya. Khusus interaksi sosial

terjadi pada mereka para pengguna internet (netter) yang setiap saat berada

dalam masyarakat maya. Mereka bergaul, menyapa, berbisnis, belajar dan

melakukan aktifitas lain di dunia maya. Mereka memiliki email, website,

blog, akun facebook, twitter, path, instagram atau bahkan provider yang bisa

dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat maya

untuk berbagai kebutuhan.

Salah satu ciri masyarakat maya adalah menciptakan kebudayaan

sebagai hasil pengembangan budaya-budaya pencitraan dan makna yang

setiap saat dipertukarkan dalam ruang interaksi simbolik. Dari budaya yang

merupakan karya-karya imaji menakjubkan dalam dunia hiper-realitas itu

kemudian menciptakan culture universal. Sedangkan yang paling menjadi ciri

khas dari kebudayaan maya adalah sifatnya yang sangat menggantungkan diri

pada media. Bahwa kebudayaan itu hanya ada secara nyata dalam media

informatika dan beberapa diantaranya telah ditransformasikan ke dalam

kognitif manusia. Inilah sebenarnya space dunia maya, yaitu dunia media dan

dunia kognitif manusia. Hubungan keduanya melahirkan dunia baru bagi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

8

masyarakat yang tidak bisa dihitung lagi seberapa besar space itu (Bungin,

2006).

Bahwa teknologi dapat menciptakan masyarakat virtual dalam sebuah

komunitas cyber yang berpotensi memberikan pengaruh besar untuk

masyarakat dengan hanya membutuhkan biaya yang relatif sedikit. Seperti

berdampak pada pengaruh intelektual, sosial, pengaruh komersial dan

pengaruh yang paling penting yaitu soal pemahaman tentang politik. Akan

tetapi memang, teknologi tidak akan dengan sendirinya bisa memenuhi

potensi tersebut. Ini karena kekuatan teknis itu harus digunakan secara cerdas

oleh masyarakat (Flew, 2002). Seperti yang disampaikannya berikut ini:

“The technology that makes virtual communities possible has

the potential to bring enormous leverage to ordinary citizens

at relatively little cost. Intellectual leverage, social leverage,

commercial leverage and most importantly political leverage.

But the technology will not in itself fulfil this potential. This

latent technical power must be used intelligently and

deliberately by an informed population. More people must

learn about that leverage and learn to use it, while we still

have the freedom to do so, if it is to live up to its potential”

Dalam buku Sosiologi Komunikasi, Bungin (2006) menyebutkan

bahwa masyarakat cyber (cyber community) adalah sebuah kehidupan

masyarakat manusia yang tidak dapat secara langsung diindera melalui

penginderaan manusia, namun dapat dirasakan dan disaksikan sebagai sebuah

realitas. Pada awalnya masyarakat maya adalah sebuah fantasi manusia

tenang dunia lain yang lebih maju dari dunia saat ini. Fantasi tersebut adalah

sebuah hiper-realitas manusia tentang nilai, citra, dan makna kehidupan

manusia sebagai lambang dari pembebasan manusia terhadap kekuasaan

materi dan alam semesta. Namun ketika teknologi manusia mampu

mengungkapkan misteri pengetahuan itu, maka manusia mampu menciptakan

ruang kehidupan baru bagi manusia di dalam dunia hiper-realitas itu.

Kehidupan masyarakat cyber, identik dengan budaya-budaya

pencitraan, dan makna yang setiap saat dipertukarkan dalam ruang interaksi

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

9

simbolis. Masyarakat cyber menciptakan culture universal yang dapat

dijelaskan sebagaimana yang dimiliki oleh masyarakat nyata, yaitu:

1) Peralatan dan perlengkapan hidup

Peralatan dan perlengkapan hidup masyarakat maya adalah teknologi

informasi yang umumnya dikenal dengan mesin-mesin komputer dan

mesin-mesin elektronika lain yang membantu kerja atau dibantu olehmesin

komputer. Saat ini mesin-mesin yang dimaksud telah dapat memproduksi

diri sampai pada tingkat yang diinginkan.

2) Mata pencaharian dan sistem-sistem ekonomi

Masyarakat maya memiliki mata pencaharian yang sangat menonjol dan

spesifik dalam bentuk menjual jasa dengan sistem ekonomi subtitusi.

3) Sistem kemasyarakatan

Sistem kemasyarakatan yang dikembangkan dalam masyarakat maya

adalah dalam bentuk sistem kelompok jaringan baik intra maupun antar

jaringan yang ada dalam masyarakat maya (Bungin, 2006).

Cyber community sangat berperan besar dalam memberikan

kontribusinya bagi pembangunan. Terlebih, saat ini semua pengurusan

administrasi pemerintahan telah bermigrasi dari sistem manual ke digital.

Melalui cyber city yang merupakan program berkonsep kota modern berbasis

teknologi informasi yang saat ini telah diterapkan di sejumlah kota besar di

seluruh dunia termasuk di beberapa kota besar di Indonesia, masyarakat di era

cyber society semakin berpeluang untuk lebih maju di bidang teknologi

informasi. Dengan kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhannya dalam

mengakses internet secara lebih luas, implementasi cyber city juga bisa

membantu masyarakat dalam memanfatkan kecanggihan teknologi informasi.

Dalam hal ini, masyarakat akan semakin pandai menggunakan internet dalam

jumlah besar.

Pemasangan hot spot wifi di sejumlah tempat terbuka seperti taman-

taman kota, tempat olahraga, lokasi bandara, pelabuhan, terminal bis, pusat-

pusat perbelanjaan modern dan tempat wisata lainnya akan semakin

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

10

memudahkan masyarakat untuk beraktifitas lebih leluasa dalam satu waktu

bersamaan. Berwisata sambil kirim email, menyantap makanan sambil

mengerjakan tugas kantor, duduk di kendaraan sambil chatting dengan kolega

dan sebagainya adalah contoh-contoh aktifitas yang sering dijumpai di

masyarakat, khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Perlahan tapi pasti,

internet mengubah perilaku atau budaya sebagian dari warga kota dari

pelayanan konvensional menjadi serba digital dan instan. Dengan kelebihan

itu juga, internet diprediksikan akan semakin diminati masyarakat sejalan

dengan meningkatnya kebutuhan dan perkembangan teknologi informasi

(www.biskom.web.id/2008/07/02/mewujudkan-cyber-city-di-indonesia.bwi).

Sementara itu, di dalam jurnal komunikasi & teknologi pada website

www.unesco.org/shs/most, S.P. Sekar dari Anna University-Chennai India

menjelaskan bahwa pelaksanaan konsep cyber city sangat berpotensi

mengubah interaksi sosial masyarakat yang lebih maju. Tentunya dengan

proses perencanaan tata kota berbasis jaringan digital. Seperti yang

disebutkannya berikut ini:

“The growing sensitivity of Cyber City is measured: one, in

terms of size and frequency of usage of digital network and its

trends with the attributes that would likely to explain the

group-wise characteristics on the adoption of Cyber City

tools; second identification of sensitivity of changes in land-

use pattern; third, the changing nature of social interaction

through digital network or otherwise and its efficacy on social

value as well as implications on urban planning process”.

E.2 Literasi Internet Melalui ICT Learning Center

Perkembangan teknologi mengantarkan Indonesia mengenal media

internet. Awalnya, tahun 1995, penggunaannya masih terbatas di beberapa

universitas untuk kegiatan penelitian. Seperti yang disebutkan oleh Wahyuni

(2013), sejak munculnya Radnet pada pertengahan tahun 1990-an, konsumsi

internet menjadi lebih luas. Radnet merupakan Internet Service Provider

(ISP) komersial pertama di Indonesia. Kehadirannya kemudian banyak

dimanfaatkan, terutama di bidang ekonomi.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

11

Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk besar yang

pertambahannya diikuti dengan meningkatnya pengguna (user) internet.

Sejak tahun 2000 hingga 2009, pengguna internet sudah mencapai 30 juta

orang. Sementara Worldsats mencatat per 31 Maret 2011, penduduk

Indonesia meningkat menjadi 245.613.043 jiwa dengan pengguna internet

mencapai 39.600.000. Di Asia, pengguna internet di Indonesia menempati

peringkat keempat setelah China, India dan Jepang.

Meskipun demikian, Indonesia termasuk dalam negara dengan tingkat

penetrasi rendah (di bawah 23,8%, yaitu sebesar 16%. Hal ini jauh jika

dibandingkan dengan Korea Selatan dengan tingkat penetrasi internet 80,9%

yang diikuti oleh Brunei Darussalam (79,4%), Jepang (78,4%), Singapura

(77,2%) dan Taiwan (70,0%). Rendahnya tingkat penetrasi ini juga dapat

ditunjukkan dengan kebiasaan user dalam beraktifitas di internet.

Berikut tabel peringkat negara di Asia berdasarkan penggunaan

internet:

Tabel 1.1

Peringkat Penggunaan Internet di Asia

Negara User Penetrasi (%)

China 477.000.000 35,7%

India 100.000.000 8,4%

Jepang 99.182.000 78,4%

Indonesia 39.600.000 16,1%

Korea Selatan 39.440.000 80,9%

Filipina 29.700.000 29,2%

Vietnam 27.855.711 30,8%

Pakistan 20.431.000 10,9%

Thailand 18.310.000 24,7%

Malaysia 16.902.600 58,8%

Hasil riset Nielson pada tahun 2011 yang melakukan survei berkaitan

dengan digital habit para user atau netizen menyebutkan jika aktifitas netizen

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

12

di Indonesia tergolong rendah. Hal ini sekaligus menggambarkan bahwa

kondisi persebaran dan penggunaan internet di Indonesia relatif kurang

merata (Hermin, 2011). Terlebih jika dilihat dari karakteristik pengguna

internet yang masih banyak dimanfaatkan oleh lapisan masyarakat tertentu,

dimana mereka identik dengan golongan terpelajar dan yang memiliki sosial

ekonomi mapan.

Agar persebaran dan penggunaan internet bisa merata pada semua

lapisan masyarakat, maka dibutuhkan literasi internet secara berkelanjutan.

Literasi internet yang didefinisikan Devito (2008: 4) sebagai kemampuan

untuk memahami, menganalisis, mengakses atau bahkan sampai pada tahapan

memproduksi konten new media, merupakan bentuk pemberdayaan

(empowerment) agar konsumen bisa menggunakannya lebih cerdas, sehat dan

aman. Hal ini sama dengan apa yang telah dimaknai oleh Doyle (1996) bahwa

literasi internet (internet literacy) merupakan sebagai kemampuan dalam

menggunakan pengetahuan teori dan praktik dalam hubungannya dengan

internet sebagai medium komunikasi dan pengelolaan informasi. Sehingga

masyarakat diharapkan dapat lebih memiliki kemampuan dalam memahami

sekaligus mengendalikan pengaruh media dalam kehidupan masyarakat

sehari-hari (http://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/view/2/24).

Sebagai bagian dari komponen yang terdapat dalam information

literacy, literasi internet menjadi salah satu kemampuan yang harus dipenuhi

oleh setiap pengguna internet agar efektif dan efisien. Semakin seseorang

memiliki literasi internet yang mumpuni, maka semakin menguasai pula ia

dalam melakukan aktifitas komunikasi, pencarian informasi dan sejenisnya

melalui medium internet guna memenuhi kebutuhannya.

Dalam Manajemen Perguruan Tinggi Modern, Eko Indrajit

menyebutkan bahwa pertumbuhan e-literacy pada setiap generasi akan

berbeda sesuai dengan jamannya. Pada old generation, kesempatan mereka

untuk mengenal e-literacy tumbuh secara linear atau sekuensial sejalan

dengan berkembangnya teknologi. Namun untuk today dan next genaration,

tumbuhnya e-literacy akan lebih cepat dan efektif karena tidak berjalan secara

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

13

sekuensial tetapi simultan. Digital Litaracy, Information Literacy, Computer

Literacy dan I-Literacy akan dapat dikuasai dengan mudah secara simultan

pada today/ next genaration. Maka: e-literacy= F ( Digital Litaracy,

Information Literacy, Computer Literacy dan I-Literacy).

Tingkat kematangan setiap individu dalam hal e-literacy akan

berbeda-beda. Dalam hal ini menurut teori Personal Capability Maturity

Model (PCMM), level e-literacy dari individu dapat dibedakan menjadi 5

level:

a. Level 0, jika seorang individu sama sekali tidak tahu dan tidak peduli akan

pentingnya informasi dan teknologi untuk kehidupan.

b. Level 1, jika seorang individu pernah memiliki satu dua kali pengalaman

dimana informasi merupakan komponen penting untuk mencapai

keinginan dan memecahkan masalah serta telah melibatkan teknologi

informasi maupun komunikasi untuk mencarinya.

c. Level 2, jika seorang individu telah berkali-kali menggunakan teknologi

informasi dan komunikasi untuk membantu aktivitasnya sehari-hari dan

telah memiliki pola perulangan dalam penggunaannya.

d. Level 3, jika seorang individu telah memiliki standar penguasaan dan

pemahaman informasi maupun teknologi yang diperlukannya serta

konsisten mempergunakan standar sebagai acuan penyelenggaraan

aktivitas sehari-hari.

e. Level 4, jika seorang individu telah sanggup meningkatkan secara

signifikan kinerja aktivitas kehidupannya sehari-hari melalui pemanfaatan

informasi dan teknologi.

f. Level 5, jika seorang individu telah mengganggap informasi dan teknologi

sebagai bagian tidak terpisahkan dari aktifitas sehari-hari serta secara

langsung maupun tidak langsung telah mewarnai perilaku dan budaya

hidupnya (bagian dari information society) (Indrajit, 2006).

Untuk itu dibutuhkan ICT Learning Center atau Pusat Pembelajaran

TIK yang berfungsi memfasilitasi pengguna internet agar memiliki literasi

internet yang baik serta meningkatkan e-literacy-nya. Dengan metode

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

14

pembelajaran cyber classroom, ICT Learning Center berperan sebagai

wahana pelatihan pemanfaatan TIK yang memberikan berbagai layanan

pelatihan berbasis internet dilengkapi berbagai fasilitas mendukung dengan

materi ajar telematika yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya di

beberapa lokasi free hot spot yang telah disepakati.

Pusat Pembelajaran TIK sebagai wujud dari program e-literacy

dimaksudkan agar sistem informasi yang telah disediakan pemerintah mampu

digunakan oleh masyarakat. Program edukasi terfokus ke keterampilan

praktis yang diperlukan oleh masyarakat agar dapat berinteraksi serta

mengakses informasi pelayanan pemerintah berbasis teknologi informasi.

E.3 Literasi Internet dalam Perspektif Komunikasi

Salah satu yang menyebabkan lambannya perkembangan e-

government di Indonesia adalah kesenjangan kemampuan masyarakat dalam

penggunaan dan pemanfaatan TIK itu sendiri (digital divide) terhadap

teknologi internet. Seperti perbedaan kesempatan dalam mengakses internet,

tidak mampu memanfaatkan informasi, memiliki dan tidak memiliki sarana

untuk mengakses internet. Penyebabnya ada beberapa faktor, yaitu:

a. Infrastruktur. Hal ini banyak dipengaruhi oleh tidak meratanya

pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi dan regulasi di berbagai

daerah. Adanya perbedaan pola hidup antara masyarakat perkotaan dan

pedesaan di daerah-daerah. yang sudah maju. Masyarakat perkotaan di

daerah yang sudah maju mempunyai kemampuan dan wawasan yang lebih

tinggi akan teknologi informasi dibandingkan masyarakat perkotaan yang

hidup di daerah kurang maju. Demikian pula, masyarakat pedesaan di

daerah yang sudah maju, mereka akan mempunyai pengetahuan yang

sedikit lebih tinggi untuk mengenal teknologi informasi dibanding

masyarakat pedesaan di daerah yang kurang maju, atau bahkan tidak

terjangkau jaringan komunikasi sama sekali.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

15

b. Kekurangan skills (SDM). Disini bisa dikatakan sebagai minat dan

kemampuan dari seseorang untuk menggunakan sarana digital. Masih

banyak masyarakat yang merasa gugup, takut sehingga enggan

menggunakan sarana digital seperti komputer atau laptop.

c. Kekurangan isi/ materi berbahasa Indonesia. Konten berbahasa Indonesia

menentukan bisa tidaknya seorang dapat mengerti mengakses internet, di

Indonesia terutama kota-kota tingkat pendidikan sudah lebih tinggi. Jadi,

sedikit banyak sudah mengerti bahasa Inggris. Sedangkan yang di desa,

seperti petani-petani, mereka masih sangat kurang dalam menggunakan

bahasa asing (Inggris).

d. Kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri. Berbicara mengenai

kesenjangan digital, bukanlah semata-mata persoalan infrastuktur. Banyak

orang memiliki komputer, bahkan setiap hari, setiap jam dan bisa

mengakses internet, tetapi "tidak menghasilkan apapun". Misal, ada

seorang remaja punya akses ke komputer dan internet. Tapi yang dia

lakukan hanya chatting yang biasa-biasa saja

(http://digilib.unila.ac.id/4640/19/Bab%20II.pdf).

Dari penjelasan tersebut diketahui jika masyarakat dengan tingkat

pendidikan relatif rendah yang gagap teknologi, dipastikan akan kesulitan

dalam mengakses pelayanan publik berbasis TIK. Sehingga pada akhirnya

dapat membuat sistem pelayanan publik berbasis e-government yang

dirancang menjadi sia-sia

(http://widyariset.pusbindiklat.lipi.go.id/index.php/widyariset/article/viewFile/

25/20). Berdasarkan pemahaman tentang digital dividen yang telah digagas

oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD)

pada tahun 2001, kesenjangan digital didefinisikan sebagai berikut:

"Digital divide is the gap between individuals, households,

businesses and geographic areas at different socio-economic

levels with regard both to their opportunities to access

information and communication technologies (ITs) and to

their use of the Internet for a wide variety of activities ".

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

16

Dari pengertian tersebut diketahui bahwa kesenjangan digital adalah

kondisi dimana ada perbedaan tentang kemampuan antara individu yang

memiliki akses dan yang mampu menggunakan teknologi informasi. Hal

tersebut terjadi antara tingkat individu, rumah tangga, bisnis dan area geografi

yang tingkat sosial ekonominya berbeda, berdasarkan kesempatan mereka

untuk mengakses teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Mengurangi

kesenjangan digital berarti bagaimana agar masyarakat dapat lebih

mengefektifkan akses internet dan sumber dayanya, penggunaan teknologi

telekomunikasi dan komputer untuk bekerja, berkomunikasi, mencari

informasi, membuat dan membentuk pengetahuan yang berfungsi efektif. Hal

itu bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas pengetahuan masyarakat

terhadap teknologi informasi yang pada akhirnya menciptakan sebuah

komunitas yang lebih baik dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Seperti yang dijelaskan berikut ini:

“In general, the higher the level of education, the more likely

individuals are to have access to and use ICTs in both the home and

the work place. Educational attainment and income are strongly

related and explain much of the difference in uptake. Moreover, at the

same income level, those with higher educational attainment will have

higher rates of access. There are large differences in PC penetration

and internet access between those with tertiary education and those at

the lowest education levels, although the latter group is growing more

rapidly from a low base”(http://www.oecd.org/sti/1888451.pdf).

Jika kesenjangan digital tidak segera direduksi, maka hal tersebut akan

menjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintah dalam upayanya

menjadikan seluruh masyarakat Indonesia agar dapat melek IT secara

keseluruhan. Terlebih sampai saat ini masih terjadi perbedaan cukup

signifikan di dalam masyarakat terhadap penguasaan komputer dan teknologi

informasi. Padahal, kata Jan A.G.M van Dijk, ketrampilan penguasaan digital

seseorang yang terdiri dari ketrampilan untuk mencari, memilih dan

memproses informasi dalam komputer berjaringan tersebut sangat

berpengaruh untuk meningkatkan posisinya dalam masyarakat. Seperti yang

disampaikan dalam pernyataannya berikut ini:

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

17

“This problem is framed with terms such as „computer,

information or multimedia literacy‟and „computer skills‟ or

„information capita‟. the concept of „digital skills‟ as a

succession of several types of skill.The most basic are

„instrumental skills‟ or „operational skills‟, thecapacities to

work with hardware and software. These skills have acquired

muchattention in the literature and in public opinion. The

most popular view is that skillsproblems are solved when

these skills are mastered. However, many scholars

engagedwith information processing in an information society

have called attention to all kindsof content-related skills

required to successfully use computers and the Internet.

Information skills are the skills to search, select, and process

information in computer and network sources. Strategic skills

can be defined as the capacities to use computer and network

sources as the means for particular goals and for the general

goal ofimproving one‟s position in society”

(www.utwente.nl/.../vandijk/.../The%20Evolution).

Keberadaan TIK di era masyarakat digital saat ini adalah untuk

memenuhi kebutuhan informasi dan komunikasi masyarakat yang terhalang

ruang dan waktu. Teknologi-teknologi tersebut dibuat untuk membuat orang

dapat berkomunikasi & berinteraksi dimanapun dan kapanpun dengan sangat

mudah, tanpa harus lagi terbatas ruang dan waktu seperti zaman dahulu. ICT

Learning Center sebagai program literasi internet adalah diantara upaya yang

dilakukan pemerintah untuk memberikan pengetahuan masyarakat tentang

TIK dan pemanfaatannya.

Dalam menyukseskan program literasi internet, dibutuhkan

manajemen komunikasi yang berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan

literasi internet. Yaitu menjadikan seluruh masyarakat melek IT. Manajemen

komunikasi yang dipahami Kaye dalam Ruslan (2002) sebagai cara

pengelolaan proses komunikasi dalam hubungannya dengan orang lain dalam

konteks komunikasi merupakan modal utama bagi pemerintah untuk

melakukan sosialisasi program literasi internet ke masyarakat.

“Communication management is how people manage their

communication processes through construing meanings about

their relationships with others in various setting. They are

managing their communication and actions in a large of

relationship – some personal some professional”.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

18

Agar sosialisasi dapat dilaksanakan dengan baik, maka pola

komunikasi yang diciptakan juga harus baik. Diantaranya dilakukan dengan

cara persuasif untuk mengajak serta memotivasi masyarakat, terutama mereka

yang masih belum melek IT agar mau diajak belajar internet. Hal itu tidak

terlepas dari transfer informasi atau pesan-pesan (messages) dari pengirim

pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan sebagai komunikan dalam

proses komunikasi bertujuan (feeedback) untuk mencapai saling pengertian

(mutual understanding) antara kedua belah pihak. Sebelum komunikator

mengirimkan pesan-pesan kepada komunikan, terlebih dahulu memberikan

makna dalam pesan-pesan tersebut (decode) yang kemudian ditangkap oleh

komunikan dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya

(encode).

Melalui transfer informasi/ pesan-pesan tersebut, terjadi proses

interpretasi yaitu pihak komunikan akan menafsirkan makna “decode”

menjadi “encode” dari berbagai sudut pandangnya (perspektif), berasal dari

kerangka pengalamannya (field of experinces) dan kerangka referensinya

(frame of references). Selanjutnya terjadi siklus proses penyampaian pesan/

informasi dalam komunikasi kemudian pihak komunikan memberikan umpan

balik (feed back), baik tanggapan bersifat positif maupun negatif kepada pihak

komunikator (Ruslan, 2002).

Proses komunikasi akan efektif apabila komunikator melakukan

peranannya sehingga terjadinya suatu proses komunikasi yang baik dan sesuai

dengan harapan, di mana gagasan-gagasan atau ide dibahas dalam suatu

musyawarah antara komunikator dengan komunikan, dan terjadi pemahaman

tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi pokok dari pembahasan

untuk mengarah pada kesepakatan dan kesatuan dalam pendapat.

Sebaliknya, jika kesenjangan digital tidak segera diatasi melalui

program literasi internet, maka yang akan terjadi adalah kegagalan proses

komunikasi di dalam melakukan transfer informasi, dimana literasi internet

diposisikan sebagai sebuah pesan. Dalam hal ini, pemerintah sebagai pihak

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

19

penyelenggara yang berperan sebagai komunikator (penyampai pesan),

sedangkan masyarakat, terutama mereka yang masih belum melek IT adalah

sebagai komunikan (penerima pesan). Akibatnya, kondisi tersebut secara

otomatis akan berdampak pada terjadinya digital divide atau kesenjangan

digital di dalam masyarakat berpotensi akan semakin melebar. Padahal,

kemampuan literasi internet bagi seseorang menjadi suatu kompetensi yang

harus dimiliki, karena persebaran informasi dan beragamnya informasi yang

tersebar di masyarakat saat ini terlalu cepat, sehingga mengakibatkan ledakan

informasi (booming information) yang dibarengi dengan perkembangan

teknologi informasi. Salah satu hasil perkembangan teknologi informasi yang

menyebabkan booming information tidak lain adalah internet, dimana

seseorang dengan mudah dapat mengakses informasi tanpa dibatasi jarak dan

waktu (http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ln05697e9fb4full.pdf).

Menurut Potter (2012), dengan penguasaan literasi media yang baik,

maka masyarakat akan lebih mudah dalam memahami sebuah pesan serta

menginterpretasi makna dari suatu pesan yang diterimanya ketika dia

mengakses melalui internet. Sehingga orang membangun perspektifnya

melalui struktur pengetahuan yang terkonstruksi dari kemampuannya dalam

menggunakan perangkat teknologi informasi

(http://www.medialit.org/sites/default/files/Voices_of_ML_%20James_Potter.

pdf). Seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

“Media Literacy is a perspective from which we expose

ourselves to the media and interpret the meaning of the

messages we encounter. We build our perspective from

knowledge structures, which are constructed from

information using skills”.

Pendidikan internet lebih pada pembelajaran tentang etika bermedia

internet, bukan pengajaran melalui media. Pendidikan etika bermedia internet

bertujuan untuk mengembangkan baik pemahaman kritis maupun partisipasi

aktif, sehingga anak muda sebagai konsumen media internet memiliki

kemampuan dalam membuat membuat tafsiran dan penilaian berdasarkan

informasi yang diperolehnya. Selain itu anak muda mampu menjadi produser

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

20

media internet dengan caranya sendiri sehingga menjadi partisipan yang

berdaya di komunitasnya. Pendidikan bermedia internet merupakan

pengembangan kemampuan kritis dan kreatif anak muda. Sementara itu,

sesuai dengan deklarasi UNESCO mengenai pendidikan media terdapat

beberapa konsep mengenai pendidikan media. Konsep tersebut bertujuan

untuk mendorong pendidikan media secara komprehensif mulai tingkat

prasekolah sampai perguruan tinggi, pendidikan orang dewasa yang bertujuan

untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap, kesadaran

kritis. Pendidikan semacam ini juga untuk melahirkan kompetensi yang lebih

besar di kalangan pengguna media cetak, elektronik dan internet

(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ln05697e9fb4full.pdf).

E.4 Perkembangan Digital Government Service (DGS)

Di masa keterbukaan informasi publik, Digital Government Service

(DGS) atau yang juga dikenal dengan e-government (electronic government)

menjadi bagian dari inovasi yang saat ini telah banyak dilaksanakan oleh

pemerintah. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. E-government

merupakan suatu cara pemerintah dalam memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi yang paling inovatif, terutama aplikasi internet berbasis web,

untuk menyediakan akses yang lebih mudah bagi masyarakat akan layanan

dan informasi pemerintahan, meningkatkan kualitas pelayanan, dan

memberikan masyarakat kesempatan yang lebih besar untuk berperan serta

dalam institusi dan proses demokrasi. Tujuannya untuk mengembangkan

sumberdaya aparatur yang mengarah kepada pelayanan publik berbasis

elektronik, sesuai dengan hasil Konferensi Nasional Sistem Informasi 2006.

Diantaranya berhubungan dengan implementasi kebijakan, strategi

pengembangan serta penerapan DGS di organisasi (Organization and Human

Capital Development) serta e-procurement

(http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/apcity/unpan016377.

pdf).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

21

Penerapan sistem informasi di beragam bidang organisasi dan

kehidupan pemerintahan yang di dalamnya juga meliputi bidang pendidikan,

kesehatan, bisnis perdagangan tersebut merupakan kolaborasi antara

teknologi informasi dan komunikasi dalam pengembangan sistem informasi.

Termasuk bagaimana aplikasinya ke dalam suatu organisasi serta perannya

dalam pengembangan sistem informasi digital yang telah mewujudkan sistem

pelayanan selama 24 jam.

Di dalam penerapan DGS, penyediaan akses langsung pada informasi,

pengetahuan dan layanan terintegrasi dalam sebuah sistem yang

dikembangkan di dalam lingkungan organisasi pemerintahan. Sehingga

membutuhkan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sistem informasi

yang handal. Pengembangan SDM sebagai persiapan menuju DGS mutlak

diperlukan pelatihan dengan prioritas urutan sebagai berikut: Basic

Computer, Basic Operating System, Computer Apllication, Sarana Aplikasi

Komputer, Internet dan sistem informasi manajemen aplikatif lainnya. DGS

dapat terwujud jika SDM aparatur sudah siap menguasai teknologi informasi

secara digital, mulai dari pembuatan software, pengelolaan hardware dan

pengelolaan manajemen terpadu

(http://totoksuharto.blogspot.com/2010/02/pengembangan-sumberdaya-

aparatur-dalam.html).

Pelaksanaan program DGS tersebut merupakan bagian dari terobosan

ICT yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengoptimalkan

kinerjanya di bidang pelayanan berbasis internet. Tujuan akhir dari

implementasinya diharapkan dapat meningkatkan kualitas kinerja

pemerintahan, terutama dalam lingkup pelayanan masyarakat. Agar

pelaksanaan program DGS atau e-government dapat terlaksana dengan

maksimal, maka pemerintah harus lebih intens menggaungkannya secara

berkelanjutan. Baik ke masyarakat maupun ke organisasi internal aparatur

pemerintahan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

22

Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan sosialisasi di

berbagai lini. Sehingga akan diperoleh percepatan perubahan kinerja

pemerintahan berbasis e-government secara holistik.Baik secara Government-

to-Citizen (G2C) yaitu penyebaran informasi & layanan kepada masyarakat;

Government-to-Business (G2B) meliputi berbagai pertukaran layanan antara

pemerintah dengan komunitas bisnis; Government-to-Employee (G2E)

meliputi layanan G2C serta layanan khusus yang hanya mencakup pegawai

pemerintah; dan Government-to Government (G2G) yaitu transaksi antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan antar departemen serta

perwakilan dan biro terkait (Pascual, 2003).

Berdasarkan konsep Transformasi Electronic Government, ada

beberapa poin penting yang harus diterapkan oleh birokrasi pemerintahan.

Pertama, bagaimana e-Government dapat merubah prinsip “Service to

Citizens” menjadi “Service by Citizens”. Jika pada awal evolusi e-

Government, pemerintah memanfaatkan teknologi informasi untuk

memperbaiki kinerja dan kualitas pelayanannya kepada masyarakat, maka

pada akhir transformasi diharapkan masyarakat melalui sistem e-Government

yang ada dapat melayani dirinya sendiri (madani); pada kerangka inifungsi

pemerintah berubah dari pengatur menjadi fasilitator. Hal ini dimungkinkan

karena adanya beberapa aplikasi yang dapat menggantikan fungsi manusia

atau hal-hal yang memerlukan sumber daya fisik menjadi fungsi digital.

Kedua, adalah mencoba untuk mengubah fenomena “Citizens in

Line” menjadi “Citizens on Line”, dalam arti kata bagaimana jika dahulu

masyarakat harus mengantri dan menunggu lama untuk mendapatkan

pelayanan maka setelah e-Government diimplementasikan yang bersangkutan

tidak harus menunggu lama dan membayar mahal untuk mendapatkan

pelayanan karena semuanya dapat dilakukan secara on-line melalui internet

(dunia maya).

Ketiga, adalah mencoba untuk mengatasi permasalahan “Digital

Divide” (kesenjangan digital) dan menjamin terciptanya sebuah “Digital

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

23

Democracy” (demokrasi digital). Seperti halnya di dunia nyata dimana terjadi

kesenjangan sosial dan ekonomi antara si kaya dan si miskin, maka di dalam

dunia teknologi informasi dikenal pula fenomena kesenjangan digital, dimana

terjadi jurang yang besar antara sedikit dari mereka yang faham danfasih

menggunakan teknologi informasi (dan memiliki akses yang mudah

terhadapnya), dengan mereka yang sama sekali tidak mampu dan tidak dapat

menggunakan teknologi terkait. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap

terhambatnya dan tertinggalnya negara yang bersangkutan dari kemajuan

negara-negara lain yang tidak memiliki kesenjangan digital. Dalam demokrasi

digital diharapkan terjadi sebuah lingkungan “dari, oleh, dan untuk”

masyarakat yang berinteraksi secara digital, dalam arti kata terdapat

pemerataan di dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi.

Tujuan akhir dari konsep e-Government ini adalah agar tercipta sebuah sistem

informasi digital yang dapat menunjang terciptanya demokratisasi dalam

kehidupan bernegara.

Keempat, adalah dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pemerintah dengan menggantikan proses-proses yang “Paper-

Based” (manual, berbasis dokumen/ kertas) dengan mengimplementasikan

secara utuh konsep “Government Online”. Yang dimaksud dengan proses

manual di sini tidak hanya terbatas pada seluruh aktivitas yang masih

menggunakan dokumen atau kertas semata, namun seluruh proses-proses

konvensional yang masih menggunakan sumber daya fisik untuk

menyelesaikannya, sementara negara lain telah memanfaatkan teknologi

informasi untuk menggantikannya. Inti dari transformasi ini adalah tidak

semata untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintahan, namun

lebih jauh lagi juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan

bernegara. Dengan tersedianya hubungan online 24 jam sehari dan 7 hari

seminggu, maka pemerintah secara tidak langsung telah membuka diri

sebagai mitra kerja dari siapa saja yang membutuhkannya, dari berbagai

lapisan masyarakat tanpa kecuali.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

24

Kelima, adalah mencoba untuk menggunakan “Digital Knowledge”

sebagai pengganti dari “Physical Knowledge”yang selama ini dipergunakan

sebagai sumber daya untuk meningkatkan kualitas kehidupan bernegara dan

bermasyarakat. Yang dimaksud dengan digital knowledge di sini adalah

bagaimana hasil pengolahan data dan informasi yang mengalir di dalam

infrastruktur e-Government dapat dimanfaatkan dan dijadikan sumber

pengetahuan berharga bagi siapa saja yang membutuhkan. Mengapa digital

knowledge di sini dikatakan lebih baik dari physical knowledge adalah karena

proses penciptaan dan penyebaran pengetahuan secara digital jauh lebih

mudah dan murah dibandingkan dengan proses penyebaran pengetahuan

secara konvensional yang membutuhkan banyak sekali fasilitas dan aset fisik.

Dengan adanya aplikasi semacam mailing list, homepage, newgroups dan lain

sebagainya, pengetahuan berharga dari seseorang atau lembaga secara instan

dan murah dapat disebarkan dan dinikmati oleh siapa saja yang

membutuhkannya melalui dunia maya. Harapannya adalah bahwa kualitas

pengetahuan masyarakat akan berkembang secara cepat dan signifikan

melalui pemanfaatan sistem dan teknologi informasi yang ada (Indrajit,

2002).

E.5 Penerapan e-Government di Indonesia

Penerapan e-Government dalam sistem pemerintahan Indonesia sangat

relevan dengan era reformasi birokrasi yang saat ini sedang diprogramkan

oleh pemerintah. Hal ini karena manfaatnya untuk memberikan pelayanan

yang lebih baik kepada masyarakat. Dengan e-Government, informasi dapat

disediakan 24 jam, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya

kantor. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, tanpa harus secara fisik

datang ke kantor pemerintahan. Sehingga pelaksanaan pemerintahan akan

lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan dapat dilakukan

melalui email atau bahkan video conference.

Selain itu, pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah

diperoleh. Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

25

belajar untuk dapat menentukan pilihannya. Sebagai contoh, data-data tentang

sekolah; jumlah kelas, daya tampung murid, passing grade dan sebagainya,

dapat ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilih

sekolah yang pas untuk anaknya. Atau ada pula informasi tentang luas sebuah

pulau di Indonesia, jumlah penduduk suatu daerah, dapat diketahui tanpa

harus datang ke daerah bersangkutan. Cukup memanfaatkan teknologi

internet.

Keseriusan pemerintah dalam mewujudkan e-Government juga jelas

tercantum dalam lampiran Inpres Nomor 3 Tahun 2003, dimana pemerintah

telah menyiapkan strategi nasional pengembangan e-Government. Tetapi

permasalahannya adalah bahwa tidak semua masyarakat Indonesia mampu

menerapkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Padahal,

dengan adanya adanya tantangan global, pemerintah harus menganggarkan

dana yang cukup untuk menerapkan tahapan-tahapan e-Government.

Sehingga dibutuhkan formula dan strategi jelas tentang penerapan e-

Government di seluruh pemerintah daerah di tanah air agar memiliki agenda

dan tujuan yang sama (http://www.biropem.baliprov.go.id/id/E-Government-

Dalam-Transparansi--Sistem-Pemerintahan-Modern- ).

E.6 Komparasi Pengembangan e-Government di Tingkat ASEAN & Negara

Anggota PBB

Berdasarkan hasil survei Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2012

tentang Indeks Pengembangan e-Government, Indonesia menduduki

peringkat ke‐7 di tingkat ASEAN. Posisi tepatnya bahkan masih di bawah

Thailand. Sedangkan urutan teratas diduduki oleh Singapura, berikut

Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, Filipina. Sehingga berdasarkan

peringkat tersebut, Indonesia tertinggal jauh dibanding negara‐negara anggota

ASEAN lainnya.

Dari hasil survei PBB tersebut, pengembangan e‐Government

Indonesia dapat dikatakan masih ketinggalan jauh, baik dalam penyediaan

layanan online, pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi maupun

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

26

dari ketersediaan sumber daya manusianya. Hasil survei menempatkan posisi

Indonesia berada pada peringkat ke‐97 di tingkat dunia dengan nilai indeks

sebesar 0,4949.

Sedangkan berdasarkan hasil peringkat Waseda University tahun 2013

dari 55 negara (Waseda University, 2013), posisi Indonesia pada urutan ke‐40

di atas Philipina (ke‐41) dari 55 negara. Ini artinya posisi Indonesia

mengalami penurunan 7 tingkat dari urutan ke‐33 pada tahun 2012 yang

berada di atas Vietnam (ke‐38), Brunei (ke‐39), dan Kamboja (ke‐51).

Penurunan peringkat tersebut menurut Prihanto (2012) menunjukkan adanya

tingkat capaian pengembangan e‐Government Indonesia yang masih rendah.

Pada tingkat ASEAN, posisi Indonesia berada pada peringkat ke tujuh

setelah Singapura yang berhasil menduduki peringkat pertama (ke‐10 dunia),

Malaysia peringkat ke‐2 (ke‐40 dunia), Brunei Darussalam peringkat ke‐3

(ke‐54 dunia), Vietnam peringkat ke‐4 (ke‐83 dunia), Philipina peringkat ke‐5

(ke‐88 dunia), Thailand peringkat ke‐6 (ke‐93 dunia).

Hal yang memprihatinkan bahwa ternyata Indonesia hanya berada di

atas Laos PDR (peringkat ke‐8), Kamboja (peringkat ke‐9), Myamar

(peringkat ke‐10), dan Timor Leste (peringkat ke‐11). Kondisi ini

menunjukkan bahwa Indonesia berarti memiliki kecepatan atau kemampuan

yang lebih rendah dalam mengadopsi pengembangan e‐Governmentnya

dibanding Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, Philipina, dan Thailand.

Meskipun demikian, kecepatan adopsi ini masih jauh lebih tinggi dibanding

dengan atas Lao PDR, Kamboja, Myamar, dan Timor Leste.

Tetapi meskipun terjadi penurunan peringkat, akan tetapi keberhasilan

pengembangan e Government tersebut sudah cukup mengindikasikan bahwa

pemerintah Indonesia menaruh perhatian besar pada upaya pengembangan e‐

Government sesuai dengan target yang dicanangkan dalam Plan of action

yang dihasilkan WSIS fase Jenewa

(http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/bppkiyogyakarta/files/2014/04/05_

Artikel-_Igf-Prihanto_des_2013.pdf ).

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

27

F. Model Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat digambarkan

model penelitian yang menjelaskan tentang pelaksanaan program Broadband

Learning Center (BLC) oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya dalam

mewujudkan Surabaya Cyber City.

Adapun model penelitiannya sebagai berikut:

Bagan 1.1

Model Penelitian

(Penyelenggara BLC)

(Instrumen Pendukung BLC)

(Outcome BLC) (Outcome Literasi Inet)

(Program Literasi TIK)

Pada bagan model penelitian diatas dijelaskan tentang tahapan alur

pelaksanaan program BLC oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya. Dalam

pelaksanaannya, BLC terdiri dari beberapa bagian yang diposisikan sebagai

instrumen pendukung keberlangsungan program yang diperuntukkan bagi

seluruh masyarakat kota Surabaya. Yaitu meliputi: 1) Penyediaan fasilitas &

sarana infrastruktur yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pelatihan TIK; 2)

Penyediaan SDM tenaga instruktur yang berperan sebagai tenaga pengajar/

fasilitator pelatihan TIK, berikut dengan metode pengajaran serta pembagian

tugasnya; 3) Program atau materi TIK yang dipelajari para peserta pelatihan

di BLC; 4) Capaian prestasi yang diraih selama pelaksanaan program BLC;

* Pendukung Teknis

1. Infrastruktur

2. Instruktur

* Pelaksanaan BLC

Program

* Dinamika Program

1. Problem

2. Tantangan

Literasi

Internet

Broadband

Learning Center

(BLC)

Dinas Kominfo

Pemkot Sby

Surabaya

Cyber City

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

28

5) Problem, permasalahan yang dihadapi Dinas Kominfo Pemkot Surabaya

sebagai pihak penyelenggara dan peserta pelatihan BLC selama

berlangsungnya program; 6) Tantangan pelaksanaan program BLC ke

depannya.

Keseluruhan instrumen pendukung bagi terlaksananya program BLC

tersebut merupakan sebuah upaya yang diselenggarakan oleh Dinas Kominfo

Pemkot Surabaya yang bertujuan memberikan outcome/ dampak untuk

mewujudkan literasi internet. Yaitu kemampuan masyarakat untuk

memahami, menganalisis, mengakses atau bahkan sampai pada tahapan

memproduksi konten new media dalam hubungannya dengan internet sebagai

medium komunikasi dan pengelolaan informasi.

Dengan terwujudnya literasi internet dalam masyarakat secara merata,

maka mereka dapat lebih memiliki kemampuan yang sama dalam

menggunakan internet. Sehingga akan menjadikan semua masyarakat kota

Surabaya melek IT sekaligus bisa mengatasi digital divide atau kesenjangan

digital yang sampai saat ini masih terjadi. Dengan demikian akan

memudahkan bagi Dinas Kominfo Pemkot Surabaya untuk mewujudkan

Surabaya Cyber City.

G. Kerangka Konsep

Pada bagian ini menjelaskan tentang konsep-konsep yang digunakan

dalam objek penelitian. Konsep-konsep tersebut menjelaskan alur

pelaksanaan program BLC oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya untuk

mewujudkan Surabaya Cyber City.

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Tabel 1.2

Kerangka Konsep

No Konsep Penjelasan 1. Pelaksana Pelaksana yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kelompok yang

berperan sebagai pihak pelaksana

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

29

program pelatihan ICT/ TIK. Terutama

pada tahapan teknis program (pemateri

TIK), langsung dibawah supervisi

Dinas Kominfo Pemkot Surabaya.

Penjabarannya di dalam hasil

penelitian nantinya akan lebih fokus

pada kualitas dan inovasi SDM dalam

tugasnya sebagai tim pengelola BLC.

2. Infrastruktur Infrastruktur yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah prasarana publik

primer yang digunakan dalam proses

pelatihan TIK yang diselenggarakan

oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya.

Keberadaan infrastruktur sangat

mendukung sekaligus menentukan

tingkat efisiensi proses belajar

mengajar yang dilakukan.

3 Instruktur Pengertian instruktur yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah orang yang

bertugas mengajarkan materi pelatihan

TIK yang diselenggarakan oleh Dinas

Kominfo Pemkot Surabaya, sekaligus

memberikan latihan dan bimbingan

kepada peserta pelatihan.

4. Program Definisi program yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah

sekumpulan kegiatan pelatihan TIK

yang dilakukan secara sistematis dan

terpadu dalam rangka mencapai tujuan

agar masyarakat Surabaya melek IT

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

30

untuk mewujudkan Surabaya Cyber

City. Di dalam program tersebut

terdapat 3 elemen, yaitu: 1) Jenis

Program; 2) Target; 3) Partisipan.

Adapun masing-masing pengertiannya

adalah sebagai berikut:

1) Jenis Program dalam penelitian ini

adalah ragam materi pengajaran

TIK dengan menu pelatihan yang

berbeda. Semuanya disesuaikan

dengan mapping segmentasi &

kebutuhan dari peserta pelatihan

serta pengunjung.

2) Target dalam penelitian ini adalah

sasaran yang telah ditetapkan untuk

dicapai dari program pelatihan

TIK. Yaitu menjadikan

massyarakat Surabaya melek IT,

sehingga dapat mewujudkan

Surabaya Cyber City.

3) Partisipan dalam penelitian ini

adalah orang yang ikut berperan

serta dalam kegiatan pelatihan TIK

yang terdiri dari beberapa segmen

masyarakat. Diantaranya, pelajar,

mahasiswa, pekerja dan non

pekerja.

5. Problem Problem yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah hal-hal yang

dipermasalahkan di dalam pelaksanaan

program pelatihan TIK oleh Dinas

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

31

Kominfo Pemkot Surabaya, untuk

kemudian dicarikan solusinya sesuai

dengan target yang telah ditentukan.

6. Tantangan Definisi tantangan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah suatu upaya

yang bersifat memberikan stimuli

untuk Dinas Kominfo Pemkot

Surabaya agar lebih meningkatkan

kemampuannya. Yaitu mewujudkan

Surabaya Cyber City melalui program

pelatihan TIK.

7. Literasi Internet Literasi internet dalam penelitian ini

adalah kemampuan masyarakat untuk

mengoperasikan komputer & mengakses

internet atau bahkan sampai pada

tahapan memproduksi konten new media

sebagai bentuk pemberdayaan

(empowerment). Tujuannya agar mereka

lebih menguasai TIK sehingga dapat

berinteraksi serta mengakses informasi

pelayanan pemerintah berbasis digital.

8. Cyber City Definisi Cyber City dalam penelitian ini

adalah masyarakat jaringan yang saling

terhubung antara satu dengan lainnya

dalam sebuah kompleksitas simbiosis

mutualisme. Mereka terdiri dari “aktor”

yaitu instansi, masyarakat, organisasi

yang terikat dalam sebuah interaksi

secara digital. Untuk itu, Cyber Cityharus

memiliki infrastruktur TIK yang lengkap

baik kuantitas dan kualitasnya yang

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

32

dengan fasilitas akses informasi, internet,

pangkalan data, intranet yang

mempunyai kecepatan tinggi dan

kapasitas yang besar.

H. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sifat deskriptif

diarahkan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi berkaitan dengan

pelaksanaan program Broadband Learning Center (BLC) oleh Dinas

Kominfo Pemkot Surabaya untuk mewujudkan masyarakat Surabaya Cyber

City. Sifat kualitatif mengarah pada latar belakang instansi dan konteks sosial

secara komprehensif berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Metode dalam

penelitian ini menggunakan studi kasus untuk menjawab pertanyaan,

bagaimana pelaksanaan program Broadband Learning Center (BLC) oleh

Dinas Kominfo Pemkot Surabaya untuk mewujudkan Surabaya Cyber City

periode 2014-2015.

H.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Menurut Bogdan dan

Bikien (1982), studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap sebuah

latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu

peristiwa tertentu. Dalam penelitian ini, metode studi kasus dipilih untuk

mengetahui lebih detil tentang pelaksanaan program Broadband Learning

Center (BLC) sebagai pusat pelatihan IT bagi masyarakat Surabaya. Sehingga

dapat diketahui tentang pelaksanaan program BLC oleh Dinas Kominfo

Pemkot Surabaya selama periode 2014-2015 untuk mewujudkan Surabaya

Cyber City (SCC).

Studi kasus dipilih karena dengan metode ini diharapkan akan lebih

fokus pada persoalan dengan penggalian masalah secara lebih mendalam dan

dapat dianalisis lebih baik. Sehingga akan diperoleh kesimpulan yang lebih

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

33

baik tentang Dinas Kominfo Pemkot Surabaya dalam mengkomunikasikan

program Broadband Learning Center (BLC) kepada masyarakat kota

Surabaya untuk mewujudkan Surabaya Cyber City. Selain itu, pemilihan

studi kasus dianggap cocok, karena dalam penelitian ini akan menjawab

pertanyaan “bagaimana”. Kasus ini dianggap menarik untuk diteliti karena

tidak semua Dinas Kominfo di Indonesia yang memiliki Broadband Learning

Center, yaitu pusat pelatihan IT dengan materi pengenalan internet dan

aplikasinya yang diberikan secara gratis dan bersertifikat sebagai media

literasi IT bagi masyarakatnya.

H.2 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Komunikasi dan Informatika

(Kominfo) Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang berlokasi di Jalan

Jimerto No 25-27 Lt V Surabaya. Pertimbangan penting yang mendasari

pemilihan lokasi adalah karena Dinas Kominfo merupakan instansi di Pemkot

Surabaya yang melaksanakan program Broadband Learning Center (BLC)

sejak tahun 2009.

H.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah pelaksanaan program BLC oleh Dinas

Kominfo Pemkot Surabaya untuk mewujudkan Surabaya Cyber City selama

periode 2014-2015.

H.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan studi kasus (Wimmer, 2000: 110;

Kriyantono, 2006: 95), yaitu dilakukan dengan teknik:

a. Focus Group Discussion (FGD)

Yaitu teknik pengumpulan data informasi dengan cara mengumpulkan

peserta pelatihan IT. Hal ini dibutuhkan untuk mengoreksi kebenaran

informasi dari masing-masing informan. Dalam FGD, seringkali ada

beberapa hal berupa data/ informasi yang tidak dapat muncul karena sifat

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

34

hubungan peneliti dengan yang diteliti tidak memungkinkannya (Suyanto,

2006).

b. Wawancara

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth

interview) dan berstruktur dengan memakai daftar pertanyaan sebagai

acuan. Teknik wawancara mendalam dilakukan dengan cara bertatap muka

langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.

Yaitu mengarah fokus pada topik pengelelolaan Broadband Learning

Center (BLC) untuk mewujudkan Surabaya Cyber City. Aktivitas

wawancara dilakukan secara intensif. Dalam wawancara, peneliti

memposisikan informan agar bersedia memberikan jawaban-jawaban

lengkap & mendalam serta bila perlu tidak ada yang disembunyikan.

Caranya dengan mengusahakan wawancara berlangsung informal seperti

orang sedang mengobrol.

c. Observasi Langsung

Yaitu teknik pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti secara

sistematik dengan melakukan kunjungan langsung. Data yang dikumpulkan

melalui observasi ada dua bentuk yaitu: 1) Interaksi dan 2) Percakapan.

Observasi yang dilakukan peneliti merupakan observasi langsung dan tak

langsung (pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu

peristiwa yang sedang diteliti, tetapi melalui dokumentasi data, artikel,

rangkaian slide atau rangkaian foto) agar peneliti dapat melakukan

penelitian secara obyektif. Menurut Wimmer & Dominick (2000) dalam

Teknik Praktis Riset Komunikasi (Kriyantono, 2006), dalam riset ada dua

jenis metode observasi, yaitu observasi partisipan & non-partisipan.

d. Dokumentasi

Yaitu pengambilan data sekunder dengan mempelajari berbagai dokumen.

Pertimbangan jenis dokumen-dokumen yang dapat digunakan meliputi: 1)

data Dinas Kominfo Pemkot Surabaya mengenai sejarah dan struktur

organisasi, 2) data berupa sejarah, berita atau informasi mengenai Pemkot

Surabaya, 3) data mengenai sejarah dan struktur organisasi pengelola

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

35

Broadband Learning Center (BLC) untuk mewujudkan Surabaya Cyber

City, 4) data mengenai hasil pelaksanaan pelatihan IT oleh BLC, 5) surat,

memorandum atau surat keputusan yang mendukung untuk penelitian ini.

H.5 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini lebih fokus pada kesesuaian

realitas di lapangan. Wawancara dengan para informan untuk mengetahui

kondisi riil tentang peran Dinas Kominfo Pemkot Surabaya dalam

melaksanakan program Broadband Learning Center (BLC).

Berikut data narasumber yang dilibatkan dalam kegiatan wawancara:

Tabel 1.3

Data Narasumber Wawancara

No Narasumber Keterangan Waktu Pelaksanaan

1. Ir. Antiek Sugiharti,

M.Si

Kepala Dinas Kominfo

Pemkot Surabaya

2 September 2014;

6 Desember 2014;

10 Maret 2015

(wawancara dilakukan 3x

untuk mengetahui up date

pelaksanaan program

BLC)

2. Cahyono Utomo, ST,

MTP

Sekretaris Dinas Kominfo

Pemkot Surabaya

10 Maret 2015

3. drh. Irvan Dani

Ananda

Kabid Sarana Komunikasi

& Diseminasi Informasi

Dinas Kominfo Pemkot

Surabaya

10 Maret 2015

4. Rudiantara Menteri Kominfo 7 Maret 2015

5. Arief Insani, S.Kom,

MT

Kasie Penyiaran dan

Kemitraan Media

10 Maret 2015

6. Dr. Henry Subiakto,

SH, MA

Staf Ahli Kementerian

Kominfo Bidang Media

Massa

2 September 2014

7. Juli Setyaningsih Koordinator Instruktur

BLC Taman Prestasi

16 Desember 2014

11 Maret 2015

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

36

8. Aris Instruktur BLC Taman

Prestasi

11 Maret 2015

9. Rizki Sari Nastiti Instruktur BLC Grudo 11 Maret 2015

10. Dita Instruktur BLC Rumah

Bahasa

16 Desember 2014

11. Ricky Instruktur BLC Rumah

Bahasa

16 Desember 2014

12. Budiono Praktisi IT 12 Februari 2015

13. Erwin K. Aditama Praktisi IT 7 April 2015

I. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui tentang pola komunikasi yang tercipta antara

Dinas Kominfo Pemkot Surabaya melalui tim BLC dalam menyampaikan

pesan komunikasi berupa program literasi TIK kepada peserta pelatihan di

BLC, maka dijelaskan dengan pendekatan atau asumsi pokok dalam

memahami komunikasi. Yaitu memposisikan komunikasi sebagai interaksi

yang bersifat multi dimensi (communication is multi dimensional). Baik

berkaitan dengan dimensi dan karakter komunikator (sources), pesan

(message) yang akan disampaikan, media (channels or tools) yang

digunakan, komunikan (audiences) yang menjadi sasarannya dan dampak

(effect) yang ditimbulkan (Ruslan, 1999). Bahwa manajemen komunikasi

merupakan tools yang digunakan oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya

untuk mencapai tujuannya, yakni mewujudkan masyarakat kota Surabaya

melek IT secara keseluruhan melalui program BLC.

Penelitian ini menempatkan pelaksanaan program BLC selama

periode 2014-2015 oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya dalam perspektif

komunikasi, sebagaimana yang disebutkan dalam fokus penelitian.

Sedangkan tujuan teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu mengetahui

tentang bagaimana pelaksanaan program BLC yang diselenggarakan oleh

Dinas Kominfo Pemkot Surabaya dengan dibantu tim BLC yang berperan

sebagai tenaga pengajar TIK. Dinamika pelaksanaan program BLC

menyertakan bagaimana proses komunikasi yang terbangun pada hubungan

antara Dinas Kominfo Pemkot Surabaya dan tim BLC dalam

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

37

menyelenggarakan pelatihan TIK untuk masyarakat Surabaya. Dengan

demikian, penelitian ini diharapkan mengetahui tentang apa saja upaya yang

dilakukan oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya bersama tim BLC dalam

melakukan transfer knowledge literasi TIK yang bertujuan untuk

menjadikan seluruh masyarakat kota Surabaya melek IT.

Pendekatan tersebut juga mengungkapkan tentang proses

penyampaian dan penerimaan pesan komunikasi selama pelaksanaan

program BLC pada periode 2014-2015. Sehingga peneliti dapat menemukan

titik celah kekurangan dari segi penerapan manajemen komunikasi pada

Dinas Kominfo Pemkot Surabaya sebagai penyelenggara program BLC.

J. Limitasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Seperti

yang dirumuskan Yin (2012), studi kasus merupakan metode mengacu pada

penelitian yang mempunyai unsur how dan why pada pertanyaan utama

penelitiannya dan meneliti masalah-masalah kontemporer (masa kini).

Dalam penelitian ini, studi kasus yang digunakan teknik studi kasus

penjodohan pola, yakni membandingkan pola yang didasarkan data empiris

dengan pola yang diprediksikan. Jika kedua pola ada persamaan, maka

hasilnya dapat menguatkan validitas studi kasus yang sedang diteliti.

Teknik studi kasus penjodohan pola juga yang dijadikan acuan

pembatasan dalam menganalisa objek penelitian tentang pelaksanaan

program Broadband Learning Center (BLC) oleh Dinas Kominfo Pemkot

Surabaya. Adapun limitasi tersebut meliputi:

1. Penelitian ini terbatas pada Dinas Kominfo Pemkot Surabaya.

2. Objek penelitian ini adalah pelaksanaan program BLC oleh Dinas

Kominfo Pemkot Surabaya selama periode 2014-2015 untuk

mewujudkan Surabaya Cyber City berdasarkan perspektif komunikasi.

Yaitu untuk mengetahui tentang pelaksanaan program BLC oleh Dinas

Kominfo Pemkot Surabaya.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89236/potongan/S2-2015... · Indonesia. Tujuannya untuk ... yaitu versi modern dari jaringan rel

38

3. Melalui perspektif komunikasi, penelitian ini hanya memfokuskan pada

proses komunikasi yang terjadi antara Dinas kominfo Pemkot Surabaya,

tim BLC dan peserta pelatihan di BLC serta hasil yang dicapai selama

periode pelaksanaan program.