bab i pendahuluan ciputra

Upload: iif-fakhrudin

Post on 14-Apr-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Bab i Pendahuluan Ciputra

    1/9

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Sejarah Waktu Kecil Ir. Ciputra

    Ir. Ciputra (lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931; umur 77 tahun)

    adalah seorang insinyur dan pengusaha di Indonesia. Ciputra menghabiskan masa

    kecil hingga remajanya di sebuah desa terpencil di pojokan Sulawesi Utara.

    Begitu jauhnya sehingga desa itu sudah nyaris berada di Sulawesi Tengah. Jauh

    dari Manado, jauh pula dari Palu. Sejak kecil Ciputra sudah merasakan kesulitan

    dan kepahitan hidup. Terutama saat bapaknya ditangkap dan diseret dihadapannya

    oleh pasukan tak dikenal, dituduh sebagai mata-mata Belanda/ Jepang dan tidak

    pernah kembali lagi (pada tahun 1944).

    Masa kanak Ciputra sendiri cukup sengsara. Lahir dengan nama Tjie Tjin

    Hoan di Parigi, Sulawesi Tengah, ia anak bungsu dari tiga bersaudara. Dari usia

    enam sampai delapan tahun, Ci diasuh oleh tante-tantenya yang "bengis". Ia selalu

    kebagian pekerjaan yang berat atau menjijikkan, misalnya membersihkan tempat

    ludah. Tetapi, tiba menikmati es gundul (hancuran es diberi sirop), tante-

    tantenyalah yang lebih dahulu mengecap rasa manisnya. Belakangan, ia

    menilainya sebagai hikmah tersembunyi. "Justru karena asuhan yang keras itu,

    jiwa dan pribadi saya seperti digembleng," kata Ciputra.

    Pada usia 12 tahun, Ciputra menjadi yatim. Oleh tentara pendudukan Jepang,

    ayahnya, Tjie Siem Poe, dituduh anti-Jepang, ditangkap, dan meninggal dalam

    penjara. "Lambaian tangan Ayah masih terbayang di pelupuk mata, dan jerit Ibu

    tetap terngiang di telinga," tuturnya sendu. Sejak itu, ibunyalah yang

    mengasuhnya penuh kasih. Sejak itu pula Ci harus bangun pagi- pagi untuk

    mengurus sapi piaraan, sebelum berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki

    sejauh 7 km. Mereka hidup dari penjualan kue ibunya. Sebagai bungsu dari 3

    bersaudara, Ciputra kecil harus bergelut dengan berbagai pekerjaan untuk mencari

    uang membantu sang ibu yang berjualan kue. Ciputra yang mengaku sangat

    bandel dan nakal sejak kecil, juga harus berjalan kaki tanpa alas kaki sejauh 7

    kilometer ke sekolah setiap hari. Kenakalan Ciputra terlihat dari sifatnya yang

    seenaknya sendiri. Saat disuruh belajar bahasa Belanda, Jepang atau China, dia

    malas. Dia hanya mau belajar bahasa yang dianggapnya akan berguna baginya,

    1

  • 7/30/2019 Bab i Pendahuluan Ciputra

    2/9

    yaitu bahasa Indonesia. Akibatnya, saat usia 12 tahun dia masih di kelas 2 SD

    karena berkali-kali tinggal kelas.

    B. Ketika remaja sekolah di SMP Frater Donbosco Manado.

    Ketika tamat SMA, kira-kira saat dia berusia 17 tahun, dia meninggalkan

    desanya menuju Jawa, lambang kemajuan saat itu. Dia ingin memasuki perguruan

    tinggi di Jawa. Maka, masuklah dia ke ITB (Institut Teknologi Bandung).

    Keputusan Ciputra untuk merantau ke Jawa tersebut merupakan salah satu

    momentum terpenting dalam hidupnya yang pada akhirnya menjadikan Ciputra

    orang sukses. Keputusan Ciputra untuk merantau ketika tamat SMA merupakan

    keputusan yang tepat, karena pada usia tersebut muncul adanya keinginan untuk

    bebas yang disertai rasa tanggung jawab pada diri individu. Ciputra adalah

    perantau yang sempurna. Dia mendapatkan kebebasan, tapi juga memunculkan

    rasa tanggung jawab pada dirinya.

    2

  • 7/30/2019 Bab i Pendahuluan Ciputra

    3/9

    BAB II AWAL KARIR Ir. CIPUTRA

    A. Merantau Ke Pulau Jawa

    Bagi Ciputra, perintis pengembang properti nasional sekaligus pembangun 20

    kota satelit di seluruh Indonesia, pengalaman hidup susah sejak kecil adalah

    pemicu kesuksesannya. Ciputra yang lahir di Parigi, Sulawesi Tengah 77 tahun

    lalu, harus merasakan kerasnya hidup sejak usia 12 tahun, tanpa ayah. Sang ayah

    ditangkap tentara pendudukan Jepang dan akhirnya meninggal di penjara.

    Pasca ditinggal sang ayah, barulah Ciputra bangkit dan mau belajar giat

    hingga selalu menjadi nomor 1 di sekolah. Kegemilangan prestasi Ciputra terus

    berlanjut hingga mampu menamatkan kuliah di jurusan arsitektur ITB. Setelah

    lulus kuliah, jiwa wirausaha Ciputra mengantarkannya menjadi raksasa

    pengembang properti di tanah air lewat PT Pembangunan Jaya saat itu, dan

    akhirnya menjadi grup Ciputra. Dan hingga kini, berbagai bangunan properti yang

    menghiasi wajah Jakarta, tak bisa dilepaskan dari campur tangan seorang Ciputra.

    B. Awal Berdirinya Ciputra Group

    Ketika mula didirikan, PT Pembangunan Jaya cuma dikelola oleh lima orang.

    Kantornya menumpang di sebuah kamar kerja Pemda DKI Jakarta Raya. Kini, 20-

    an tahun kemudian, Pembangunan Jaya Group memiliki sedikitnya 20 anak

    perusahaan dengan 14.000 karyawan. Namun, Ir. Ciputra, sang pendiri, belum

    merasa sukses. ``Kalau sudah merasa berhasil, biasanya kreativitas akan

    mandek,`` kata Dirut PT Pembangunan Jaya itu.

    Ciputra memang hampir tidak pernah mandek. Untuk melengkapi 11 unit

    fasilitas hiburan Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta proyek usaha Jaya

    Group yang cukup menguntungkan telah dibangun "Taman Impian Dunia". Di

    dalamnya termasuk "Dunia Fantasi", "Dunia Dongeng", "Dunia Sejarah", "Dunia

    Petualangan", dan "Dunia Harapan". Sekitar 137 ha areal TIJA yang tersedia,

    karenanya, dinilai tidak memadai lagi. Sehingga, melalui pengurukan laut

    (reklamasi) diharapkan dapat memperpanjang garis pantai Ancol dari 3,5 km

    menjadi 10,5 km.

    Atas jerih payah ibunya, Ciputra berhasil masuk ke ITB dan memilih Jurusan

    Arsitektur. Pada tingkat IV, ia, bersama dua temannya, mendirikan usaha

    konsultan arsitektur bangunan berkantor di sebuah garasi. Saat itu, ia sudah

    3

  • 7/30/2019 Bab i Pendahuluan Ciputra

    4/9

    menikahi Dian Sumeler, yang dikenalnya ketika masih sekolah SMA di Manado.

    Setelah Ciputra meraih gelar insinyur, 1960, mereka pindah ke Jakarta, tepatnya di

    Kebayoran Baru. ``Kami belum punya rumah. Kami berpindah-pindah dari

    losmen ke losmen,`` tutur Nyonya Dian, ibu empat anak. Tetapi dari sinilah awal

    sukses Ciputra.

    Pada tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi. Krisis tersebut menimpa tiga group

    yang dipimpin Ciputra: Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group.

    Namun dengan prinsip hidup yang kuat Ciputra mampu melewati masa itu dengan

    baik. Ciputra selalu berprinsip bahwa jika kita bekerja keras dan berbuat dengan

    benar, Tuhan pasti buka jalan. Dan banyak mukjizat terjadi, seperti adanya

    kebijakan moneter dari pemerintah, diskon bunga dari beberapa bank sehingga ia

    mendapat kesempatan untuk merestrukturisasi utang-utangnya. Akhirnya ketiga

    group tersebut dapat bangkit kembali dan kini Group Ciputra telah mampu

    melakukan ekspansi usaha di dalam dan ke luar negeri.

    4

  • 7/30/2019 Bab i Pendahuluan Ciputra

    5/9

    BAB III MASA KEJAYAAN CIPUTRA GROUP

    A. Ciputra Group Mencapai Kejayaan

    Ciputra telah sukses melampaui semua orde; orde lama, orde baru, maupun

    orde reformasi. Dia sukses membawa perusahaan daerah maju, membawa

    perusahaan sesama koleganya maju, dan akhirnya juga membawa perusahaan

    keluarganya sendiri maju. Dia sukses menjadi contoh kehidupan sebagai seorang

    manusia. Memang, dia tidak menjadi konglomerat nomor satu atau nomor dua di

    Indonesia, tapi dia adalah yang TERBAIK di bidangnya: realestate.

    Pada usianya yang ke-75, ketika akhirnya dia harus memikirkan pengabdian

    masyarakat apa yang akan ia kembangkan, dia memilih bidang pendidikan.

    Kemudian didirikanlah sekolah dan universitas Ciputra. Bukan sekolah biasa.

    Sekolah ini menitikberatkan pada enterpreneurship. Dengan sekolah

    kewirausahaan ini Ciputra ingin menyiapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa

    pengusaha.

    Keran KPR yang mulai mengucur, membuat aktivitas PT Ciputra

    Development terdengar lagi. Kelompok usaha ini semakin giat beriklan. Akankah

    Ciputra segera berjaya kembali? Akibat krisis ekonomi yang melanda negeri ini,

    sebagaimana kebanyakan pengusaha properti lainnya, Ciputra pun harus melewati

    masa krisis dengan kepahitan. Padahal, serangkaian langkah penghematan telah

    dilakukan. Grup Ciputa (GC), misalnya, terpaksa harus memangkas 7 ribu

    karyawannya, dan yang tersisa cuma sekitar 35%.

    Lantas, semua departemen perencanaan di masing-masing anak perusahaan

    segera ditutup dan digantikan satu design center yang bertugas memberikan servis

    desain kepada seluruh proyek. Jenjang komando 9 tingkat pun dipotong menjadi

    5. Akibatnya, banyak manajer kehilangan pekerjaan. Lebih pahit lagi: kantor pusat

    GC yang semula berada di Gedung Jaya, Thamrin, Jakarta Pusat, terpaksa pindah

    ke Jl. Satrio -- kompleks perkantoran milik GC. Paling tidak, dengan cara

    semacam itu, GC bisa menghemat Rp 4 miliar/tahun.

    Sementara Harun dan tim keuangannya -- setelah susut menjadi 7 orang dan

    gajinya dipotong hingga 40% hengkang ke salah satu lantai Hotel Ciputra, Grogol,

    Jakarta Barat. Di tempat itu, mereka menyewa beberapa ruangan. Selebihnya,

    kabar yang menjadi rahasia umum: utang GC macet total.

    5

  • 7/30/2019 Bab i Pendahuluan Ciputra

    6/9

    Menurut Harun, para petinggi CD waktu itu sadar betul kondisi yang ada tidak

    bakalan berubah secepat yang dibayangkan. Soalnya, berlalunya krisis moneter

    yang belakangan bermetamorfosis menjadi krisis multidimensional sejatinya

    berada di luar kendali mereka. Celah yang masih terbuka hanyalah konsolidasi

    internal dan restrukturisasi perusahaan.

    Maka, selain memangkas biaya operasional secara drastis, CD pun segera

    menerapkan strategi pemasaran baru: menjual kapling siap bangun. Kata Harun,

    selain CD kala itu hanya menyimpan sedikit stok rumah siap huni, perubahan

    strategi pemasaran ini juga dilakukan untuk membidik konsumen berkantong

    tebal. Maklumlah, mengharapkan KPR ibarat pungguk merindukan bulan. Adapun

    yang tersisa, ya itu tadi, pasar kalangan kelas menengah-atas. Mereka biasanya

    lebih suka membeli kapling karena dapat menentukan sendiri desain rumahnya.

    Keuntungan lain menjual kapling tanah: berkurangnya biaya operasional.

    Masih menurut Harun, dengan menjual kapling siap bangun, CD cuma

    berkewajiban menyediakan infrastruktur seperti telepon, air, listrik dan jalan.

    Memang, ketimbang membangun rumah siap huni, biaya penyediaan infrastruktur

    relatif jauh lebih murah. Dalam perhitungan Harun, biaya yang dikeluarkan per

    m2-nya cuma Rp 90 ribu

    Sementara itu, bila membangun rumah siap huni, CD mesti siap menerima

    kenyataan jika harga bahan-bahan bangunan meningkat pesat. Besi, misalnya.

    Setelah kurs rupiah terhadap US$, harganya naik 60%. Sementara semen dan

    keramik, masing-masing meningkat menjadi 40% dan 30%. Jadi, "Tak ada alasan

    tidak menerapkan strategi itu," ujar Harun. Kebijakan itu berlaku di Jakarta dan di

    Surabaya.

    Guna mendukung strategi di atas, program-program above the line juga tak

    luput dikoreksi. Hasilnya, dari monitoring yang dilakukan, para petinggi CD

    akhirnya berkesimpulan, mubazir bila beriklan gencar di masa krisis. "Seperti

    membunuh tikus dengan memakai bom," jelas Harun. Alhasil, pilihan kemudian

    jatuh pada penjualan langsung. Bahannya diolah dari database konsumen milik

    CD. Dan supaya lebih terarah, database diolah lewat pembentukan klub-klub

    penjualan, di Jakarta maupun Surabaya.

    Namun, apa daya, meski harga kapling siap bangun belum dinaikkan dan tim

    pemasaran bekerja sekeras mungkin, toh strategi itu tidak langsung membuahkan

    hasil yang memuaskan. Lebih dari Tiga bulan, konsumen yang tertarik dengan

    6

  • 7/30/2019 Bab i Pendahuluan Ciputra

    7/9

    ratusan hektare tanah matang milik CD yang dijual dalam bentuk kapling siap

    bangun dari total 1.800 har landbank (tanah mentah) CD yang tersebar di Jakarta

    dan Surabaya bisa dihitung dengan jari.

    Kata Harun, petinggi CD lagi-lagi sadar para pemilik uang sesungguhnya

    lebih memilih mendepositokan uangnya ketimbang membeli kaping siap bangun.

    Maka, "Tahun 1998 adalah tahun yang paling sulit yang pernah dilalui CD,"

    kenangnya. Masalahnya, uang yang masuk selama setahun cuma Rp 40 miliar.

    Itulah nilai total hasil penjualan lima proyek perumahan di Jakarta dan

    Surabaya milik CD. Jelas, ketimbang tahun-tahun sebelumnya, saat kondisi

    ekonomi masih normal, kenyataan tersebut benar-benar menyakitkan. Sebelum

    krisis, dari satu proyek saja, CD bisa meraup uang sebanyak Rp 10 miliar/bulan.

    Artinya, angka Rp 40 miliar tersebut biasanya dicapai hanya dalam sebulan.

    Yang lebih menyesakkan, menurut sumber SWA, Pak Ci ikut-ikutan menambah

    beban psikologis pasukannya. Hampir setiap hari CEO GC itu uring-uringan tanpa

    sebab yang jelas. Seingatnya,waktu itu Pak Ci jarang bertanya kepada anak

    buahnya bagaimana sebenarnya kondisi di lapangan. "Ia malah seperti tak habis-

    habisnya melakukan pressure kepada timnya," jelas si sumber.

    Dan lucunya lagi, bahkan di luar dugaan banyak orang sang sumber sendiri

    kaget luar biasa -- Pak Ci sampai-sampai "menodong" seorang pemuka agama

    agar jemaat gerejanya membeli kapling siap bangun di salah satu proyek

    perumahan CD. "Benar-benar tidak masuk akal," ungkap sumber. Benarkah?

    "Bohong. Kalau stres, siapa yang tidak stres waktu itu," bantah Harun.

    Untunglah, bersamaan turunnya suku bunga deposito di awal 1999, strategi itu

    mulai menampakkan hasil. Kecil memang, tapi, "Kami sudah mulai sibuk," ujar

    Harun. Ia menunjuk aktivitas penjualan kapling siap bangun, khususnya yang di

    Surabaya. "Di kota ini, penjualannya cukup bagus."

    Sayang, Harun tak bersedia menyebutkan nilai transaksi di Kota Buaya. Yang

    jelas, tidak seperti di Jakarta, jumlah item kapling siap bangun yang ditawarkan

    CD di Surabaya lumayan variatif. Dari segi luas contohnya, 1.200-2.000 m2

    dengan harga jual minimal: Rp 600 ribu/meter2. Selain itu, ada pula kapling golf

    -- posisinya berhadapan atau di sekitar lapangan golf. "Kapling jenis ini, sekalipun

    lebih mahal, tampak paling disukai," jelas Harun.

    Bagaimana dengan Jakarta? Kendati kapling yang dijual hanya berukuran 200-

    500 m2, angka penjualannya tidak sebagus di Surabaya. Dan kapling yang disukai

    7

  • 7/30/2019 Bab i Pendahuluan Ciputra

    8/9

    konsumen kebanyakan yang berukuran 400 m2 seharga Rp 225-500 ribu/m2.

    Menurut Harun, hal itu terjadi karena tingkat persaingan di Jakarta lebih ketat

    ketimbang di Surabaya. Soalnya, "Ada banyak proyek serupa di sini," ujarnya.

    Dan, yang lebih penting, kapling golf bukanlah hal yang istimewa bagi banyak

    konsumen metropolitan. "Jadi, penawaran kami sama seperti yang lain. Karena itu

    pula, bisa jadi konsumen mencari yang lebih murah."

    Seperti yang sudah-sudah, tutur menantu Ciputra itu, kebutuhan konsumen di

    Jakarta sejatinya adalah rumah siap huni yang dilengkapi fasilitas KPR. Karena

    itu, bermodalkan pendapatan hasil penjualan kapling siap bangun plus tersedianya

    sarana KPR, CD pun mulai menggiatkan pembangunan rumah siap huni, di Citra

    Raya Tangerang, Citra Indah Jonggol, Citra Grand Cibubur ataupun Citra

    Cengkareng.

    Bersamaan waktunya, CD pun kembali rajin beriklan. Namun, tidak seperti

    tiga tahun lalu, kini belanja iklannya diatur ketat. Indikator pertama yang dihitung

    sebelum mengeluarkan uang untuk berpromosi di berbagai media cetak adalah

    jumlah total hari libur dalam setiap bulan. Yang jelas, sebulan CD beriklan tak

    lebih dari tiga kali. "Bukan apa-apa. Kami hanya ingin iklan itu bisa efektif

    mencapai sasaran," katanya. Ia menambahkan, klub-klub penjualan yang dulu

    sempat dibentuk tetap diteruskan.

    Hanya saja, lagi-lagi sayang, Harun mengaku tidak ingat persis jumlah uang

    yang masuk ke kocek CD setelah perusahaan properti yang dipimpinnya itu

    kembali rajin beriklan. Ia hanya mengatakan, "Cash flow kami cukup aman."

    Ditambah semakin membaiknya daya beli konsumen, Harun pun optimistis, CD

    dan GC bisa berkibar kembali. Namun, tentu saja, ia mengaku, "Tidak seperti dulu

    lagi."

    8

  • 7/30/2019 Bab i Pendahuluan Ciputra

    9/9

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Seorang anak yatim yang hidup sengsara dengan segala kekurangannya

    sekarang mampu menjadi seorang pengusaha sukses yang terkenal di Indonesia

    dengan berkat kerja kerasnya menundukkan tantangan dan segala kesabaran dan

    semangat akhirnya bisa hidup sukses di dunia Development.

    B. Saran

    Biografi Ir. Ciputra bisa kita jadikan sebuah pelajaran hidup sebagai langkah

    awal untuk menuju kesuksesan itu diperlukan kerja keras dan semangat tinggi.

    Karena pada dasarnya kehidupan di muka bumi ini selalu berputar asal kita mau

    merubahnya.

    9