bab i pendahuluan - mcapsumedang.files.wordpress.com · bab i kebijakan pemerintahan daerah-1 bab i...

26
Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -1 BAB I PENDAHULUAN Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah yang sejalan dengan upaya menciptakan pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab serta mampu menjawab tuntutan secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang baik, maka perlu dilaksanakan mekanisme pertanggungjawaban, salah satunya melalui kewajiban kepala daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 69 sampai dengan pasal 74 telah mengamanatkan bahwa kepala daerah mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepada pemerintah dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat. Kewajiban penyampaian LKPJ secara lebih rinci diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. Yang dimaksud LKPJ adalah laporan yang berupa informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran atau akhir masa jabatan yang disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD. Penyusunan LKPJ dimaknai sebagai proses pencapaian kinerja dalam mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Ruang lingkup LKPJ mencakup penyelenggaraan desentralisasi, tugas pembantuan dan tugas umum pemerintahan. LKPJ disusun berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran tahunan RPJMD dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Dengan dilaksanakannya pemilihan langsung kepala daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, maka hubungan kerja kepala daerah dengan DPRD mengalami perubahan yang cukup mendasar jika dibandingkan ketika kepala daerah dipilih DPRD dan bertanggungjawab kepada DPRD. Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD saat ini memiliki kedudukan yang setara dan bersifat kemitraan.

Upload: others

Post on 20-Oct-2019

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -1

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah yang sejalan dengan upaya menciptakan pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab serta mampu menjawab tuntutan secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang baik, maka perlu dilaksanakan mekanisme pertanggungjawaban, salah satunya melalui kewajiban kepala daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 69 sampai dengan pasal 74 telah mengamanatkan bahwa kepala daerah mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepada pemerintah dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Kewajiban penyampaian LKPJ secara lebih rinci diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. Yang dimaksud LKPJ adalah laporan yang berupa informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran atau akhir masa jabatan yang disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD.

Penyusunan LKPJ dimaknai sebagai proses pencapaian kinerja dalam mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Ruang lingkup LKPJ mencakup penyelenggaraan desentralisasi, tugas pembantuan dan tugas umum pemerintahan. LKPJ disusun berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran tahunan RPJMD dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).

Dengan dilaksanakannya pemilihan langsung kepala daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, maka hubungan kerja kepala daerah dengan DPRD mengalami perubahan yang cukup mendasar jika dibandingkan ketika kepala daerah dipilih DPRD dan bertanggungjawab kepada DPRD. Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD saat ini memiliki kedudukan yang setara dan bersifat kemitraan.

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -2

Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintahan

daerah itu memiliki posisi yang sama dan sejajar. Adapun hubungan kemitraan bermakna bahwa antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan mitra kerja dalam membuat kebijakan daerah sebagai wujud pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Untuk itu, kedua lembaga diharapkan dapat membangun hubungan kerja yang konstruktif, harmonis dan sinergis. Bukan sebaliknya, menjadi lawan ataupun pesaing yang saling menjatuhkan satu sama lain.

Agenda penyampaian LKPJ diharapkan mampu menjadi sarana sinergitas bagi pihak eksekutif dan legislatif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah serta menjadi media evaluasi kinerja pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

LKPJ yang disusun memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pembangunan yakni untuk menjaga kesinambungan dan keberlanjutan pelaksanaan program-program pembangunan. Melalui mekanisme ini, progress dan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembangunan dapat dicermati dan dilakukan penilaian sebagai bahan masukan dalam penyusunan dan pelaksanaan program-program pembangunan pada tahun-tahun berikutnya.

LKPJ Bupati Sumedang Tahun Anggaran 2018 disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sumedang Tahun 2018 dengan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumedang Tahun 2013-2018, Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA), Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 8 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sumedang Tahun Anggaran 2018 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2018 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018, dan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 115 Tahun 2017 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018 sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 64 Tahun 2018 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018. 1.1. DASAR HUKUM

Dasar Hukum yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Sumedang Tahun Anggaran 2018, adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah

Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -3

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);.

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -4

Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);

19. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 518);

23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005–2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 8 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 45), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -5

Jawa Barat Tahun 2005–2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 24 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 87);

24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 64);

25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Nomor 25 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 160);

26. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2008 Nomor 2);

27. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2009 Nomor) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 7);

28. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2013 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 1);

29. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2014 tentang Prosedur Perencanaan dan Penganggaran Daerah Kabupaten Sumedang (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2014 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 18);

30. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Sumedang, (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 Nomor 3);

31. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Sumedang (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 Nomor 11);

32. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 8 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 3 Tahun 2018 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018 (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2018 Nomor 3);

33. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2018-2038 (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2018 Nomor 4);

34. Peraturan Bupati Sumedang Nomor 83 Tahun 2011 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 2) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bupati Sumedang Nomor 83 Tahun 2011 tentang Sistem dan Prosedur

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -6

Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2014 Nomor 40);

35. Peraturan Bupati Sumedang Nomor 41 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Sumedang Nomor 53 Tahun 2017 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2018;

36. Peraturan Bupati Sumedang Nomor 115 Tahun 2017 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018 sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 64 Tahun 2018 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018 (Berita Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2018 Nomor 67).

1.2. GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUMEDANG

1.2.1. Kondisi Geografis

A. Batas Administrasi

Kabupaten Sumedang merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat yang didirikan berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950). Secara geografis, Kabupaten Sumedang terletak di bagian timur wilayah Provinsi Jawa barat dan berada pada posisi koordinat 060 34’ 46,18” - 7° 00' 56,25" Lintang Selatan dan 1070 01’45,63” - 108° 12' 59,04" Bujur Timur.

B. Luas Wilayah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 4 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2018-2038 luas wilayah Kabupaten Sumedang adalah 155.872 Ha, terdiri dari 26 kecamatan. Adapun batas wilayah administratif, yaitu sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu

b. Sebelah Selatan : Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung c. Sebelah Timur : Kabupaten Majalengka dan Kabupaten

Tasikmalaya d. Sebelah Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang

Selanjutnya luas wilayah Kabupaten berdasarkan kecamatan serta jumlah

desa/kelurahan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Luas Wilayah Kecamatan, Jumlah Desa / Kelurahan

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -7

No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Jumlah

Desa/Kelurahan 1 Jatinangor 2.570 12

2 Cimanggung 4.305 11

3 Tanjungsari 4.325 12

4 Sukasari 3.904 7

5 Pamulihan 5.377 11

6 Rancakalong 5.605 10

7 Sumedang Selatan 9.675 10/4

8 Sumedang Utara 3.141 10/3

9 Ganeas 2.531 8

10 Situraja 5.668 15

11 Cisitu 6.410 10

12 Darmaraja 5.413 12

13 Cibugel 5.004 7

14 Wado 7.331 10

15 Jatinunggal 6.322 9

16 Jatigede 11.394 11

17 Tomo 7.541 9

18 Ujungjaya 8.692 9

19 Conggeang 11.186 12

20 Paseh 3.387 10

21 Cimalaka 4.763 14

22 Cisarua 1.452 7

23 Tanjungkerta 4.399 12

24 Tanjungmedar 6.687 9

25 Buahdua 11.156 14

26 Surian 7.630 9

Jumlah 155.872 270 / 7

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2018-2038

Kondisi saat ini, sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor : 11 Tahun 2015 tentang Penghapusan dan Penggabungan Desa Yang Terkena Dampak Pembangunan Waduk Jatigede, jumlah desa di Kabupaten Sumedang menjadi berkurang karena terdapat beberapa bagian wilayah desa yang menjadi wilayah genangan Waduk Jatigede, sehingga terdapat penghapusan dan penggabungan beberapa desa.

Adapun desa yang dihapus adalah : 1. Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja; 2. Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja; 3. Desa Cibogo, Kecamatan Darmaraja; 4. Desa Jatibungur, Kecamatan Darmaraja; 5. Desa Padajaya, Kecamatan Wado; dan 6. Desa Sukakersa, Kecamatan Jatigede.

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -8

Kabupaten Tasikmalaya

Kec.Wado

Kec.Jatinunggal

Kec.Jatigede

Kec.Tomo

Kec.Ujungjaya

Kec.Conggeang

Kec.Buahdua

Kec.Suriah

Kec.Tanjungmedar

Kec.Rancakalong

Kec.Tanjungsari

Kec.Sukasari

Kec.Jatinangor

Kec.Cimanggung

Kec.Pamulihan

Kec.Sumedang

Selatan

Kec.Cibugel

Kec.Darmaraja

Kec.Paseh

Kec.Cimalaka

Kec.Sumedang

Utara

Kec.Ganeas

Kec.Cisarua Kec.

Situraja

Kec.Cisitu

Kec.Tanjungkerta

Kabupaten Majalengka

Kabupaten Indramayu

Kabupaten Subang

Kabupaten Bandung

Kabupaten Garut

Dengan demikian jumlah desa sebanyak 270 (dua ratus tujuh puluh) desa, sedangkan kelurahan masih tetap sebanyak 7 (tujuh) kelurahan dan kecamatan sebanyak 26 (dua puluh enam) kecamatan.

Pembagian wilayah Kabupaten Sumedang berdasarkan Peta Administratif adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Peta Administratif Berdasarkan Luas Wilayah Menurut Kecamatan

di Kabupaten Sumedang

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2018-2038

C. Topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sumedang berupa perbukitan dan pegunungan, kecuali di sebagian kecil wilayah utara Kabupaten Sumedang. Berdasarkan pola ruang, wilayah Kabupaten Sumedang didominasi oleh kawasan budidaya seluas 82.009,23 Ha (52,61 persen) serta sisanya merupakan kawasan lindung seluas 73.862,75 Ha (47,39 persen). Kemudian dataran terendah ketinggiannya mencapai 26 meter di atas permukaan Laut, dan yang tertinggi adalah puncak gunung Tampomas dengan ketinggian sekitar 1.684 meter di atas permukaan laut.

Topografi Kabupaten Sumedang merupakan daerah berbukit dan gunung dengan ketinggian tempat antara 25 m – 1.667 m Diatas Permukaan Laut (DPL). Kemiringan lahan wilayah Kabupaten Sumedang dapat diklasifikasikan kedalam 5 kelas, yaitu :

a. 0 – 8%, merupakan daerah datar hingga berombak dengan luas area sekitar 12,24%. Kemiringan wilayah dominan di bagian timur laut, barat laut, barat daya serta kawasan perkotaan;

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -9

b. 8 – 15%, merupakan daerah berombak sampai bergelombang dengan area sekitar 5,37%. Kemiringan wilayah dominan di bagian tengah ke utara, barat laut dan bagian barat daya;

c. 15 – 25%, merupakan daerah bergelombang sampai berbukit dengan komposisi area mencakup 51,68%. Kemiringan lereng tipe ini paling dominan di Wilayah Kabupaten Sumedang. Persebarannya berada di bagian tengah sampai ke tenggara, bagian selatan sampai barat daya dan bagian barat;

d. 25 – 40%, merupakan daerah berbukit sampai bergunung dengan luas area sekitar 31,58%. Kemiringan lereng tipe ini dominan di wilayah Kabupaten Sumedang bagian tengah, bagian selatan dan bagian timur;

e. Lebih dari kemiringan 40%, merupakan daerah bergunung dengan luas area mencakup sekitar 11,36%. Kemiringan lereng tipe ini dominan di wilayah Kabupaten Sumedang bagian selatan, bagian timur dan bagian barat daya.

Aspek hidrologi suatu wilayah sangat diperlukan di dalam pengendalian dan pengaturan tata air wilayah tersebut. Berdasarkan hidrogeologinya, aliran-aliran sungai besar di wilayah Kabupaten Sumedang bersama anak-anak sungainya membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdiri dari 4 DAS dengan 6 Sub DAS yaitu :

1) DAS Cimanuk meliputi Sub DAS Cimanuk Hulu, Sub DAS Cipeles, Sub DAS Cimanuk Hilir, dan Sub DAS Cilutung;

2) DAS Citarum meliputi Sub DAS Citarik;

3) DAS Cipunegara meliputi Sub DAS Cikandung; dan

4) DAS Cipanas.

D. Klimatologi

Berdasarkan tipe iklim menurut kriteria Schmidt & Ferguson dalam Daldjoeni (1986), secara umum wilayah Kabupaten Sumedang termasuk dalam Tipe B (Iklim Kering), dengan nilai Q (perbandingan rata-rata bulan kering dengan rata-rata bulan basah) adalah 0,32% (berada pada kisaran nilai Q antara 0,14 ≤ 0,33 yang merupakan kriteria tipe iklim B). Iklim dengan tipe B berarti iklim basah, sehingga hampir setiap vegetasi bisa tumbuh di tempat ini. Hal ini berarti bahwa iklim di wilayah Kabupaten Sumedang pada umumnya cocok untuk pengembangan sistem pertanian dan perkebunan, dan baik untuk hampir semua jenis tanaman budidaya. Sebagian besar lahan di Kabupaten Sumedang merupakan lahan pertanian sebanyak 125.138 hektar, dan sisanya sebanyak 27.082 hektar merupakan lahan bukan pertanian.

Curah hujan di Kabupaten Sumedang pada tahun 2017 tercatat 2.774 mm3 dan hari hujan tercatat sebanyak 206 hari. Jumlah curah hujan dan hari hujan menurun dari tahun sebelumnya. Bulan dengan curah hujan tertinggi yaitu bulan November yaitu sebanyak 28 hari hujan. Bulan dengan curah hujan terendah yaitu bulan Agustus yaitu sebanyak 0 hari hujan.

Adapun gambaran atas penjelasan tersebut dapat dijelaskan dalam grafik sebagai berikut :

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -10

Grafik 1.1 Volume Curah Hujan di Kabupaten Sumedang Tahun 2012-2017

Grafik 1.2 Jumlah Hari Curah Hujan di Kabupaten Sumedang menurut bulan

pada Tahun 2017

1.2.2 Gambaran Umum Demografis

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -11

A. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Sumedang per 31 Desember Tahun 2018 tercatat sebanyak 1.148.198 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 579.337 jiwa dan perempuan sebanyak 568.861 jiwa. Dengan luas wilayah 155.872 Ha, tingkat kepadatan penduduk mencapai rata-rata sebesar 736,63 jiwa / km2. Sedangkan dilihat dari sex ratio yaitu sebesar 101,84%, artinya bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Adapun rincian penduduk tiap Kecamatan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Per Kecamatan menurut Jenis Kelamin

No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

n % n % n %

1 Jatinangor 45,837 3,99 44,433 3,87 90,270 7,86

2 Cimanggung 42,916 3,74 41,344 3,60 84,260 7,34

3 Tanjungsari 41,775 3,64 40,711 3,55 82,486 7,18

4 Sukasari 16,435 1,43 15,745 1,37 32,180 2,80

5 Pamulihan 30,326 2,64 29,705 2,59 60,031 5,23

6 Rancakalong 20,251 1,76 20,020 1,74 40,271 3,51

7 Sumedang Selatan 40,281 3,51 39,575 3,45 79,856 6,95

8 Sumedang Utara 48,859 4,26 47,981 4,18 96,840 8,43

9 Ganeas 13,239 1,15 12,821 1,12 26,060 2,27

10 Situraja 21,192 1,85 20,831 1,81 42,023 3,66

11 Cisitu 15,391 1,34 15,119 1,32 30,510 2,66

12 Darmaraja 18,684 1,63 18,373 1,60 37,057 3,23

13 Cibugel 12,531 1,09 12,002 1,05 24,533 2,14

14 Wado 22,321 1,94 21,364 1,86 43,685 3,80

15 Jatinunggal 22,979 2,00 22,345 1,95 45,324 3,95

16 Jatigede 11,101 0,97 11,364 0,99 22,465 1,96

17 Tomo 11,530 1,00 11,775 1,03 23,305 2,03

18 Ujungjaya 15,827 1,38 16,028 1,40 31,855 2,77

19 Conggeang 14,413 1,26 14,788 1,29 29,201 2,54

20 Paseh 19,187 1,67 19,109 1,66 38,296 3,34

21 Cimalaka 31,163 2,71 30,496 2,66 61,659 5,37

22 Cisarua 10,435 0,91 10,338 0,90 20,773 1,81

23 Tanjungkerta 17,537 1,53 17,130 1,49 34,667 3,02

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -12

No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

n % n % n %

24 Tanjungmedar 13,162 1,15 13,086 1,14 26,248 2,29

25 Buahdua 16,237 1,41 16,598 1,45 32,835 2,86

26 Surian 5,728 0,50 5,780 0,50 11,508 1,00

Jumlah 579,337 50,46 568,861 49,54 1.148,198 100,00

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Sumedang, Per 31 Desember 2018

Grafik 1.3 Sex Ratio dan Kepadatan Penduduk

579.337568.861 Laki laki

Perempuan

Tabel 1.3 Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio

Kepadatan Penduduk per Km² Sex Ratio

736,63 101,84% Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Sumedang (diolah) 2018

B. Komposisi Penduduk Menurut Struktur Usia

Komposisi penduduk berdasarkan struktur usia dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.4 Komposisi Penduduk Kabupaten Sumedang Berdasarkan Struktur Usia

No. Kelompok

Umur

Laki-laki Perempuan Jumlah %

n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa)

1. 0 - 4 39.126 3,41 36.449 6,58 75575 658

2. 5 - 9 49.117 4,28 45.827 3,99 94944 827

3. 10 - 14 49.837 4,34 46.819 4,08 96656 842

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -13

No. Kelompok

Umur

Laki-laki Perempuan Jumlah %

n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa)

4. 15 - 19 50.267 4,38 47.635 4,15 97902 853

5. 20 - 24 48.031 4,18 45.266 3,94 93297 813

6. 25 - 29 44.146 3,84 41.856 3,65 86002 749

7. 30 - 34 37.440 3,26 36.903 3,21 74343 647

8. 35 - 39 43.234 3,77 43.452 3,78 86686 755

9. 40 - 44 37.045 3,23 38.361 3,34 75406 657

10. 45 - 49 38.616 3,36 41.030 3,57 79646 694

11. 50 - 54 35.759 3,11 36.851 3,21 72610 632

12. 55 - 59 31.170 2,71 32.256 2,81 63426 552

13. 60 - 64 25.450 2,22 25.681 2,24 51131 445

14. 65 - 69 20.316 1,77 19.456 1,69 39772 346

15. 70 - 74 12.445 1,08 13.211 1,15 25656 223

16. > 75 17.338 1,51 17.808 1,55 35146 306

579.337 50,46 568.861 52,95 1148198 100

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2018 (diolah)

Penduduk Kabupaten Sumedang berdasarkan struktur usia masih didominasi oleh penduduk usia produktif yaitu antara usia 15 – 59 tahun dengan prosentase sebesar 63,5% atau sebanyak 729.318 sisanya 36,5% merupakan penduduk tidak produktif sebesar 418.880 yaitu terdiri dari penduduk usia 0 – 14 tahun yaitu sebesar 267.175 dan penduduk usia lanjut yaitu usia 59 tahun ke atas sebesar 215.131. Kondisi tersebut memperlihatkan kondisi Kabupaten Sumedang yang masih memiliki bonus demografi yaitu proporsi penduduk usia produktif masih mendominasi dibandingkan dengan penduduk tidak produktif.

Pada tahun 2018, penduduk usia produktif di Kabupaten Sumedang berjumlah 729.318 orang, sedangkan penduduk non-produktif berjumlah 482.306 orang, sehingga Angka Ketergantungannya 66,13 %. Angka Ketergantungan adalah persentase jumlah penduduk non produktif atas penduduk produktif. Rumusannnya yaitu jumlah penduduk non-produktif dibagi penduduk yang produktif dikalikan 100%. Artinya dari 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 66 orang penduduk usia non-produktif.

C. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Komposisi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan dapat tergambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 1.5 Komposisi Penduduk Kabupaten Sumedang

Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -14

No. Pekerjaan Jumlah %

1 2 3 4

1. Tidak / belum kerja 225.240 19,6

2. Mengurus Rumah Tangga 305.279 26,6

3. Pelajar /Mahasiswa 207.856 18,1

4. Pensiunan 12.565 1,1

5. PNS 16.064 1,4

6. Petani / Pekebun 72.706 6,3

7. Pegawai swasta 67.085 5,8

8. Buruh Harian Lepas 45.686 3,9

9. Pedagang 15.733 1,4

10. Wiraswasta 144.831 12,6

11. Lain-lain 35.153 3,1

Jumlah 1.148.198 100,00

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2018

Mata pencaharian masyarakat Sumedang didominasi oleh Petani/Pekebun

sebesar 6,3 %, pegawai swasta sebesar 5,8 %, bekerja sebagai buruh harian lepas sebesar 3,9% kemudian pegawai negeri sipil sebesar 1,4%. Kondisi penduduk yang belum / tidak bekerja cukup banyak yaitu sebanyak 225.240 jiwa atau sebesar 19,6%, kondisi tersebut dikarenakan penduduk yang berusia tidak produktif yaitu usia 0-4 tahun dan > 60 tahun, dan sisanya merupakan pelajar/mahasiswa dan angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan. Perbandingan antara penduduk yang bekerja dan tidak bekerja serta penduduk yang bukan angkatan kerja di Kabupaten Sumedang masih cukup baik karena prosentase penduduk yang bekerja adalah sebesar 34,59% sedangkan sisanya adalah belum / tidak bekerja dan masih berstatus pelajar.

D. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.6 Komposisi Penduduk Kabupaten Sumedang

Berdasarkan Pendidikan

No. Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1 2 3 1. Tidak/Belum sekolah 188.453

2. Belum tamat SD/sederajat 116.555

3. Tamat SD/sederajat 381.127

4. SLTP/ sederajat 204.747

5. SLTA/ sederajat 205.427

6. D-1 dan D-2 3.922

7. D-3 (Sarjana Muda) 11.851

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -15

8. D-4 / S-1 33.833

9. S-2 2.121

10. S-3 162

Jumlah 1.148.198

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumedang, 2018

1.2.3 Kondisi Ekonomi

A. Potensi Unggulan Daerah

Kabupaten Sumedang memiliki posisi strategis karena terletak sebagai salah satu Kabupaten penyangga Ibukota Propinsi dan memiliki jarak yang tidak jauh dengan Ibukota negara serta memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk dipromosikan dan dijual ke pasar berskala regional maupun internasional. Potensi yang dimiliki meliputi sektor pertanian, kehutanan, perkebunan,

peternakan, perikanan serta potensi eco-wisata yang didasarkan atas keunikan aneka ragam budaya-budaya lokal yang layak dikembangkan.

1. Pertanian, Peternakan dan Perdagangan

Sumber daya alam yang ada di Kabupaten Sumedang cukup banyak dan beragam, dengan segala kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Hal ini apabila diolah dan dimanfaatkan merupakan sumber ekonomi yang dapat memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu wilayah Kabupaten Sumedang mempunyai lahan pertanian yang cukup luas terdiri atas lahan basah dan lahan kering. Dengan kondisi lahan pertanian seperti itu membawa keunggulan komparatif dalam variasi dan ragam jenis tanaman. Jenis tanaman yang berkembang dipengaruhi oleh budaya pangan lokal yang telah berkembang baik sebagai bahan pangan pokok maupun bahan sampingan. Banyak jenis yang tidak dikembangkan di daerah lain sementara di Kabupaten Sumedang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai komoditas perdagangan.

Kabupaten Sumedang telah dieksplorasi mengenai potensi unggulan yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan sebagai bagian dari pemetaan proyeksi pembangunan kedepan, dengan memanfaatkan potensi daerah yang ada.potensi unggulan daerah Kabupaten Sumedang dari 26 Kecamatan terperinci dalam sebagai berikut :

Tabel 1.7 Potensi Unggulan Tiap Kecamatan

No Kecamatan Jenis Potensi Unggulan

1 2 3

1. Jatinangor Jagung, Sapi Potong, Domba, Ukiran Kayu, Senapan Angin, Tekstil, Padang Golf, Kawasan Perguruan Tinggi serta Perkemahan Kiara Payung.

2. Cimanggung Jagung, Ikan Nila, sapi Perah, Domba, Opak Ketan, serta Curug Sindulang.

3. Tanjungsari Jagung, Ikan Lele, Sapi Perah, Domba, Tembakau Rajangan

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -16

No Kecamatan Jenis Potensi Unggulan

1 2 3

serta Perkemahan Cijambu.

4. Sukasari Tomat, Sapi Perah, Domba Garut, Tembakau Rajangan, serta Perkemahan Baru Beuereum

5. Pamulihan Ubi Cilembu, Sapi Perah, Domba, Kerajinan Wayang Golek, Tape Singkong serta pengembangan wisata Cadas Pangeran

6. Rancakalong Ubi Cilembu, Talas semir, Jagung, Sapi Potong, Sapi Perah, Domba, serta Desa Wisata Ngalaksa

7. Sumedang Selatan Padi Sawah, Talas semir, Jeruk Cikoneng, Teh Margawindu, Ikan Nila, Ikan Mas, Ikan Lele, Sapi Potong, Tahu Sumedang, Wisata alam Cibingbin, Taman Alun-Alun Sumedang, Kampung Toga, Museum Prabu Geusan Ulun, Makam Cut Nyak Dien, dan Taman Hutan Rakyat Inten Dewata, Kampung Karuhun, Sapatapaan

8. Sumedang Utara Talas Semir, Jeruk Cikoneng, Ikan Nila, Ikan Mas, Ikan Lele, Ikan Hias, Sapi Potong, Sapi Perah, Domba, Tahu Sumedang, Sale Pisang, serta Lapangan Pacuan Kuda

9. Ganeas Talas Semir, Padi Sawah, Jeruk Cikoneng, Sawo Sukatali, Sapi Potong, serta Makam Dayeuh Luhur

10. Situraja Kacang Tanah, Sawo Sukatali, Kayu Mahoni, Ikan Nila, Udang Galah, sapi Potong, Sapi Perah, Domba, Kolam serta Kolam Renang

11. Cisitu Kacang Tanah, Sawo Sukatali, Kayu Mahoni, Ikan Mas, Sapi Potong, Sapi Perah, Domba, Gula Aren serta Gunung Lingga.

12. Darmaraja Kacang Tanah, Padi Sawah,Kedelai, Sawo Sukatali, Tembakau, Ikan Nila, Sapi Potong, Domba, serta Kolam Renang

13. Cibugel Jagung, Tomat, Kayu Manglid, Kayu Suren, Sapi Potong, Domba, Serta Sapi Perah.

14. Wado Jagung, Kayu Mahoni, Ikan Mas, Udang galah, Sapi Potong dan Perah, Domba.

15. Jatinunggal Kedelai, Kayu Jati, Udang Galah dan Gula Aren.

16. Jatigede Mangga, Pisang, Kayu Jati, Sapi Potong, Domba, serta Perkemahan Parakankondsang dan Proyek Waduk Jatigede

17. Tomo Padi Sawah, Kacang Tanah, Mangga, Tembakau, Domba, Meubeul, serta Situ Sari

18. Ujungjaya Kedelai, Mangga, Tembakau, Kayu jati, Ikan Lele, Sapi Potong, serta Domba

19. Conggeang Padi Sawah, Salak Bongkok, Mangga, Ikan Nila, Ikan Mas, Ikan Hias, Sapi Potong, Domba,, Meubel, Opak Ketan, Emping Melinjo, Wana wisata Gunung Tampomas, atraksi Kuda Renggong serta Air Panas Conggeang

20. Paseh Salak Bongkok, Kayu Tisuk, Bambu, Sapi Potong, Oncom Pasir Reungit, Pemandian dan wisata air

21. Cimalaka Ikan Mas, Ikan Nila, Sapi Potong, Domba, serta Kolam Renang Cipanteneun

22. Cisarua Padi Sawah, Jeruk Cikoneng, serta Ikan Mas

23. Tanjungkerta Padi Sawah, Kencur, Jeruk Cikoneng, Ikan Mas, Ikan Nila, Sapi Potong, serta Domba

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -17

No Kecamatan Jenis Potensi Unggulan

1 2 3

24. Tanjungmedar Jagung, Pisang, Kayu Sengon, Sapi Potong, dan Domba

25. Buahdua Padi Sawah, Pisang, Kayu Jati, Udang Galah, sapi Potong, Kolam renang Cigireng, serta Air Panas Cileungsing, Situ sirah cilembang

26. Surian Kencur, Pisang, Kayu Jati, Kayu Sengon, Sapi Potong, Sapi Perah, Domba dan Gula Aren

Sumber : Dari Berbagai Data, 2018

2. Pariwisata dan Budaya

Perkembangan potensi kepariwisataan dan kebudayaan di Kabupaten Sumedang semakin meningkat hal ini ditandai dengan bertambahnya pusat-pusat objek wisata, baik alami maupun buatan. Hal ini merupakan dampak dari perbaikan dan penyediaan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan di Kabupaten Sumedang, misalnya kondisi jalan, penataan objek wisata dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Objek wisata/budaya dan fasilitas penunjangnya serta produk khas Kabupaten Sumedang diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Waduk Jatigede; 2) Gunung Tampomas; 3) Bandung Giri Grahana Golf; 4) Bumi Perkemahan Kiara Payung; 5) Pusat Kerajinan Senapan Angin Cipacing-Jatinangor; 6) Curug Sindulang, Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung; 7) Kampung Adat Rancakalong; 8) Wisata Alam Kampung Ciherang, Sukasari; 9) Sentra Ubi Cilembu, Pamulihan; 10) Stasiun Pengamatan Matahari, Pamulihan; 11) Wisata Alam Pangjugjugan, Pamulihan; 12) Curug Sabuk, Desa Margamekar, Kecamatan Sumedang Selatan; 13) River Tubing, Desa Cipancar; 14) Kampung Karuhun, Desa Citengah; 15) Curug Cigorobog, Desa Citengah; 16) Perkebunan Teh Margawindu, Cisoka, Kecamatan Sumedang Selatan; 17) Paralayang/Gantole Batu Dua, Desa Cimarga, Kec. Cisitu; 18) Paralayang/Gantole Kampung Toga Desa Sukajaya, Kecamatan Sumedang

Selatan; 19) Situs Gunung Lingga, Desa Cimarga, Kec. Cisitu; 20) Taman Buru Kareumbi Masigit, Kec. Cibugel; 21) Tanjung Duriat, Desa Pajagan, Kec.Cisitu; 22) Pucak Damar, Desa Pakualam, Kec. Darmaraja; 23) Situs Dayeuh Luhur, Kec.Ganeas; 24) Cagar Alam Gunung Jagat, Kec.Jatinunggal;

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -18

25) Situ Lembang, Desa Hariang, Kec. Buahdua; 26) Cipanas Cileungsi; 27) Cipanas Sekarwangi, Buahdua; 28) Sirah Cipelang, Desa Cipamekar; 29) Mata Air Cipulus, Desa Conggeang Wetan; 30) Curug Ciputrawangi, Desa Narimbang; 31) Sentra Opak, Conggeang; 32) Mata Air Cipaingeun, Desa Paseh Kaler; 33) Sentra Salak Bongkok, Desa Bongkok; 34) Sentra Meubel, Paseh; 35) Wana Wisata Gendeng; 36) Sentra Gedong Gincu, Tomo; 37) Makam Pahlawan Cut Nyak Dhien; 38) Bekas Rumah Cut Nyak Dhien; 39) Museum Prabu Geusan Ulun; 40) Tahura Gunung Kunci dan Gunung Palasari; 41) Benteng Air Darangdan; 42) Alun-alun Sumedang; 43) Waterboom Ranca Goyang Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara; 44) Pacuan Kuda Sindangraja;

45) Arung Jeram Pangcalikan, Desa Citepok; 46) Arung Jeram Sungai Cimanuk, Cisurat, Wado; 47) Arung Jeram Parakankondang, Jatigede; 48) Upacara Ritual Adat Ngalaksa Kecamatan Rancakalong; 49) Tari Umbul; 50) Kuda Renggong; 51) Kuliner Khas Sumedang :

Tahu Sumedang;

Oncom Pasir Reungit;

Sawo Sukatali;

Talas Sembir;

Jeruk Cikoneng;

Mangga Gedong Gincu;

Sampeu Wedang;

Sale Pisang;

Kopi Buhun Rancakalong;

Opak Oded;

Emping;

Perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Sumedang, menurut Disbudpora Kabupaten Sumedang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahunnya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mengakibatkan realisasi yang belum optimal, misalnya dengan belum memadainya sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan di Kabupaten Sumedang, misalnya kondisi jalan, penataan objek wisata dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -19

Untuk mengetahui tentang data dan progres kepariwisataan, kebudayaan, kepemudaan dan keolahragaan di Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 1.8

Data Perkembangan Seni, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga di Kabupaten Sumedang

Jenis Data Perkembangan (Tahun)

2011 2012 2013 2014 2015

I. Seni dan Kebudayaan * 48 69 33 85 85

1. Jumlah Group Kesenian 1 1 2 2 2

2. Jumlah Gedung Kesenian

1 1

3. Museum 0 0 0 0 0

4. Pusat Kebudayaan 5 5 5 5 5

5. Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya

1 1 1 1 1

6. Sarana Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya

II. Cagar Budaya yang Dilestarikan * 2989 2989 2989 2989 2989

1. Benda Cagar Budaya 15 15 15 15 15

2. Bangunan Cagar Budaya 22 22 22 22 22

3. Situs Cagar Budaya 2 2 2 2 2

4. Kawasan Cagar Budaya

III. Pemuda dan Olahraga * 453 453 453 453 453

1. Jumlah Klub Olahraga 108 108 108 108 108

2. Jumlah Gedung Olahraga 234 236 236 236 236

3. Organisasi Kepemudaan 3 2 3 2 1

4. Kegiatan Kepemudaan 504 504 504 505 505

5. Organisasi Keolahragaan 78 130 26 52 104

6. Kegiatan Olahraga

IV. Cagar Budaya yang Dimiliki Daerah * 2989 2989 2989 2989 2989

1. Benda Cagar Budaya 19 19 19 19 19

2. Bangunan Cagar Budaya 177 177 177 177 177

3. Situs Cagar Budaya 3 3 3 3 3

4. Kawasan Cagar Budaya

Sumber : Disbudparpora Kabupaten Sumedang, 2016

B. Pertumbuhan Ekonomi / PDRB

Kinerja pembangunan daerah salah satunya diukur dari pertumbuhan ekonomi yaitu dengan menggunakan pengamatan terhadap nilai Produk Domestik Regional bruto (PDRB). PDRB Kabupaten Sumedang tahun 2017, atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha sebesar 29.368.762,80 juta rupiah. Sedangkan atas dasar harga konstan sebesar 21.276.696,70 juta rupiah. Jika diamati dari perkembangan PDRB kondisi perekonomian di Kabupaten Sumedang menunjukan peningkatan setiap tahunnya.

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -20

Kondisi pertumbuhan perekonomian Kabupaten Sumedang pada lima tahun terakhir mengalami perubahan yang signifikan apabila dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi makro. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang bisa menggambarkan perkembangan atau tingkat kinerja perekonomian suatu wilayah. Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan atau LPE Kabupaten Sumedang tahun 2017 yaitu sebesar 6,23 persen, mengalami kenaikan dari tahun 2016 dimana laju pertumbuhan PDRB nya sebesar 5,70 persen.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat dan Nasional dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :

Grafik 1.4

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat dan Nasional Tahun 2012 – 2017 (Persen)

Sumber data : Bappppeda, 2018

Dari grafik 1.4 tersebut terlihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumedang Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2017 terus menunjukan peningkatan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Tahun 2017 yaitu mencapai 6,23 persen. Pertumbuhan yang relatif kecil terjadi pada Tahun 2013 yaitu sebesar 4,60

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -21

persen. Jika kita lihat perbandingannya dengan angka pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat dan nasional terlihat bahwa pada Tahun 2017 secara umum pertumbuhannya berkisar di angka 5 persen sampai 6 persen. Pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat mencapai 5,28 persen sehingga bisa dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumedang sedikit lebih tinggi dari pertumbuhanekonomi tingkat propinsi.

Stuktur perekonomian Kabupaten Sumedang yang digambarkan oleh distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan bahwa kontribusi nilai tertinggi PDRB Kabupaten Sumedang pada tahun 2016 dicapai oleh lapangan usaha A (Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan) disusul oleh lapangan usaha C (Industri Pengolahan), kemudian lapangan usaha G (Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor), dan lapangan usaha F (Konstruksi); masing-masing sebesar 20,35 persen, 18,63 persen, 16,07 dan 10,08 persen. Sedangkan kontribusi terkecil diberikan oleh sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 0,03 persen.

Berikut Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sumedang, yang dirinci menurut kategori lapangan usaha Tahun 2013-2016.

Tabel 1.9 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di

Kabupaten Sumedang Tahun (Persen), 2013-2016

Kategori Uraian Laju Pertumbuhan PDRB

2013 2014 2015*) 2016**)

1 2 3 4 5

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

2.86 0.74 -4.67 3.60

B Pertambangan dan Penggalian 2.85 2.16 0.86 (0.39)

C Industri Pengolahan 4.44 4.49 5.46 6.21

D Pengadaan Listrik dan Gas 6.72 5.73 (0.21) 6.63

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

3.25 3.36 2.88 6.25

F Konstruksi 6.38 3.87 15.46 6.40

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

4.31 4.70 3.67 4.23

H Transportasi dan Pergudangan 5.32 5.34 8.16 5.97

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

4.96 6.74 5.30 7.50

J Informasi dan Komunikasi 11.89 19.11 17.98 14.01

K Jasa Keuangan dan Asuransi 11.86 4.43 8.47 9.26

L Real Estate 5.72 5.39 9.22 4.89

M,N Jasa Perusahaan 6.76 5.84 7.22 6.82

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -22

Kategori Uraian Laju Pertumbuhan PDRB

2013 2014 2015*) 2016**)

1 2 3 4 5

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

(1.88) (2.68) 4.23 2.82

P Jasa Pendidikan 11.49 15.65 12.90 6.86

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

7.57 21.65 10.79 7.49

R,S,T,U Jasa lainnya 7.53 10.51 9.66 6.08

Jumlah 4.84 4.70 5.23 5.70

Sumber : Kabupaten Sumedang dalam Angka, 2017 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara

Selanjutnya berdasarkan data statistik pada tahun 2016 lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan masih memberikan sumbangan paling besar yakni sebanyak 20,35%, disusul dengan industri pengolahan sebesar 18,63% dan perdagangan besar dan eceran sebesar 16,07% yang merupakan penyumbang ke-tiga terbesar. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1.10 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sumedang (persen), 2015−2016

Kategori Uraian Distribusi Persentase

2015*) 2016**) Selisih Keterangan

1 2 3 4 5 6

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

20.66 20.35 -0.31 % Turun

B Pertambangan dan Penggalian 0.11 0.10 -0.01 % Turun

C Industri Pengolahan 18.49 18.63 0.14 % Naik

D Pengadaan Listrik dan Gas 0.30 0.36 0.06 % Naik

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0.03 0.03 0.00 Stagnan

F Konstruksi 10.16 10.08 -0.08 % Turun

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

16.46 16.07 -0.39 % Turun

H Transportasi dan Pergudangan 5.25 5.33 0.08 % Naik

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

4.31 4.48 0.17 % Naik

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -23

Kategori Uraian Distribusi Persentase

2015*) 2016**) Selisih Keterangan

1 2 3 4 5 6

J Informasi dan Komunikasi 2.91 3.06 0.15 % Naik

K Jasa Keuangan dan Asuransi 4.13 4.36 0.23 % Naik

L Real Estate 1.61 1.57 -0.04 % Turun

M,N Jasa Perusahaan 0.08 0.08 0.00 Stagnan

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

6.84 6.65 -0.19 % Turun

P Jasa Pendidikan 5.92 6.04 0.12 % Naik

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

1.08 1.10 0.02 % Naik

R,S,T,U Jasa lainnya 1.67 1.72 0.05 % Naik

Jumlah 100,00 100,00

Sumber : Kabupaten Sumedang Dalam Angka, 2017 *Angka sementara **Angka sangat sementara

Untuk perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2010 menurut

lapangan usaha bahwa tiga besar lapangan usaha yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan, industri pengolahan serta perdagangan besar dan eceran masih mendominasi, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.11 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010

Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sumedang (juta rupiah), 2013−2016

Kategori Uraian 2013 2014 2015* 2016**

1 2 3 4 5 6

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

3,634,473.4 3,661,487.4 3,490,454.6 3, 616, 036,20

B Pertambangan dan Penggalian

18,710.6 19,114.8 19,279.1 19, 204,70

C Industri Pengolahan

3,112,392.5 3,252,259.8 3,429,719.2 3, 642, 698,54

D Pengadaan Listrik dan Gas

73,981.1 78,220.2 75,185.4 84 931,09

F Konstruksi 1,655,183.6 1,719,211.7 1,985,043.2 2, 112, 007,84

G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda

3,149,820.3 3,297,771.0 3,418,762.1 3, 563, 420,14

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -24

Kategori Uraian 2013 2014 2015* 2016**

1 2 3 4 5 6

Motor

H Transportasi dan Pergudangan

789,511.3 831,702.3 899,562.2 953, 278,40

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

741,942.4 791,918.1 833,909.6 896, 450,13

J Informasi dan Komunikasi

545,011.5 649,163.7 765,901.5 873, 185,09

K Jasa Keuangan dan Asuransi

656,401.3 685,484.9 743,516.6 812, 785,25

L Real Estate 301,644.3 317,902.9 347,213.5 364, 202,56

M,N Jasa Perusahaan 13,118.3 13,884.4 14,886.8 15, 901,83

O

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1,110,204.9 1,080,440.5 1,126,143.1 1, 157, 925,11

P Jasa Pendidikan 917,029.6 1,060,575.9 1,197,361.6 1, 279, 456,94

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

173,116.9 210,596.5 233,313.5 250, 784,75

R,S,T,U Jasa lainnya 297,037.1 328,267.9 359,991.4 381, 881,45

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

17,194,506.3 18,003,094.7 18,945,482.9 20,029,716,74

Sumber : Kabupaten Sumedang Dalam Angka, 2017 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara

Selanjutnya dalam tabel berikut ini dapat dilihat sampai sejauh mana

PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha sebagai berikut :

Tabel 1.12 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha di Kabupaten Sumedang (juta rupiah), 2013−2016

Jenis Uraian 2013 2014 2015* 2016** 1 2 3 4 5 6

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

4, 569, 469,21 4, 849, 964,07 5, 129, 288,63 5, 497, 485,99

B Pertambangan dan Penggalian

22, 816,58 25, 030,16 26, 857,54 27, 166,84

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -25

Jenis Uraian 2013 2014 2015* 2016** 1 2 3 4 5 6

C Industri Pengolahan 3, 701, 364,83 4, 217, 732,76 4, 591, 658,30 5, 032, 713,46

D Pengadaan Listrik dan Gas

57, 196,20 6, 493,97 80, 399,74 96, 568,62

F Konstruksi 1, 874, 262,58 2, 078, 239,70 2, 522, 434,52 2, 723, 252,25

G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

3, 572, 462,18 3, 816, 101,26 4, 086, 219,79 4, 339, 731,95

H Transportasi dan Pergudangan

915, 435,78 1, 054, 179,06 1, 303, 134,10 1, 440, 808,38

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

865, 948,37 978, 021,19 1, 069, 121,83 1, 209, 140,45

J Informasi dan Komunikasi

537, 609,71 618, 262,58 723, 614,24 826, 154,19

K Jasa Keuangan dan Asuransi

822, 367,02 909, 476,84 1, 027, 250,79 1, 176, 419,59

L Real Estate 333, 111,15 354, 677,65 399, 027,90 424, 922,41

M,N Jasa Perusahaan 15, 237,81 16, 940,96 18, 760,64 20, 433,67

O

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1, 441, 095,30 1, 522, 200,56 1, 699, 092,87 1, 795, 515,29

P Jasa Pendidikan 1, 032, 901,10 1, 243, 014,20 1, 469, 276,84 1, 631, 815,63

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

180, 238,28 227, 918,92 267, 417,40 297, 292,03

R,S,T,U

Jasa lainnya 313, 378,28 359, 297,87 414, 472,42 465, 425,60

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

20, 260, 540,99 22, 345, 409,88 24, 834, 253,27 27, 012, 007,15

Sumber : Kabupaten Sumedang Dalam Angka, 2017 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara

Sejalan dengan hal tersebut diatas, PDRB atas dasar harga berlaku menurut

lapangan usaha di Kabupaten Sumedang Tahun 2016 pun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar Rp. 27,012,007,15,- dari yang sebelumya sebesar Rp. 24,834,253,27,-.

PDRB Per Kapita / Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita diperoleh dari hasil bagi antara pendapatan regional dengan penduduk pertengahan tahun. Pendapatan regional diperolah dari PDRB atas dasar harga berlaku dikurangi penyusutan dan pajak tidak langsung netto ditambah pendapatan dari luar Kabupaten Sumedang.

Bab I Kebijakan Pemerintahan Daerah -26

Untuk melihat perkembangan dan perbandingan pendapatan per kapita / PDRB per kapita di Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.13 PDRB Per Kapita Kabupaten Sumedang

Tahun 2013-2016 (Juta Rupiah)

PDRB & PDRB Per Kapita 2013 2014 2015*) 2016**) 1 2 3 4 5

PDRB (Juta Rp)

ADHB 20,260,541,0 22,345,409,9 24,843,253,3 27,012,007,15

ADHK 2010 17,194,506,3 18,004,693,6 18,950,356,4 20,029,716,74

PDRB Per Kapita

PDRB Per Kapita ADHB 18,007,369 19,748,205 21,836,668 23,651,237

PDRB Per Kapita ADHK 2010

15,282,308 15,912,010 16,662,979 17,537,667

Pertumbuhan PDRB Per Kapita (Persen)

PDRB Per Kapita ADHB 10,97 9,67 10,58 8,31

PDRB Per Kapita ADHK 2010

4,17 4,12 4,72 5,25

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Dari tabel 1.13 tersebut terlihat bahwa PDRB perkapita Kabupaten Sumedang Atas Dasar harga Berlaku pada Tahun 2016 mencapai sebesar Rp. 23.651.237 sementara pada Tahun 2013 sebesar Rp. 18.007.369 atau selama 4 tahun tersebut telah meningkat sebesar 31,34 persen. Pertumbuhan per tahunnya yaitu sebesar 4,17 persen untuk tahun 2013, 4,12 persen untuk Tahun 2014 dan pada Tahun 2015 mencapai angka 4,72 persen serta 5,25 persen pada Tahun 2016.