bab i pendahuluan a. latar...

36
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas Public Relation atau yang juga di kenal dengan sebutan (humas), pada saat ini tidak hanya berkutat pada praktik-praktik yang bersifat konvensional, akan tetapi dengan adanya perubahan zaman ,membuat aktivitas PR dituntut harus bisa menyesuaikan diri dengan perubahan bentuk dan pola komunikasi yang ada di masyarakat, salah satunya adalah pemanfaatan media sosial (sosmed) / jejaring sosial (Social Networking Site) yang berbasis internet, dengan tujuan untuk melakukan berbagai macam rutinitas sehari hari, baik yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Bentuk dan pola komunikasi melalui teknologi berbasis internet pada saat ini telah menjadi (trend center) dikalangan masyarakat. Media komunikasi tersebut dikenal dengan istilah dunia maya, karena model tersebut membuat proses komunikasi dua arah yang terjadi bisa dilakukan secara langsung tanpa harus bertatap muka atau bertemu langsung. Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain diseluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat bebagai sumber daya informasi, dari yang mulai statis hingga yang

Upload: tranthien

Post on 18-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas Public Relation atau yang juga di kenal dengan sebutan

(humas), pada saat ini tidak hanya berkutat pada praktik-praktik yang

bersifat konvensional, akan tetapi dengan adanya perubahan zaman

,membuat aktivitas PR dituntut harus bisa menyesuaikan diri dengan

perubahan bentuk dan pola komunikasi yang ada di masyarakat, salah

satunya adalah pemanfaatan media sosial (sosmed) / jejaring sosial (Social

Networking Site) yang berbasis internet, dengan tujuan untuk melakukan

berbagai macam rutinitas sehari – hari, baik yang terjadi antara individu

dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan

kelompok. Bentuk dan pola komunikasi melalui teknologi berbasis

internet pada saat ini telah menjadi (trend center) dikalangan masyarakat.

Media komunikasi tersebut dikenal dengan istilah dunia maya, karena

model tersebut membuat proses komunikasi dua arah yang terjadi bisa

dilakukan secara langsung tanpa harus bertatap muka atau bertemu

langsung.

Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar

yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu

negara ke negara lain diseluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat

bebagai sumber daya informasi, dari yang mulai statis hingga yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

2

dinamis dan interakti. (diakses dari www.litbang.depkes.go.id pada 1

November 2014)

Praktek pemakaianya pada saat ini, dunia maya adalah istilah

komperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik,

kelompok-kelompok, dan forum diskusi, ruang ngobrol (chatting),

permainan interaktif multiplayer, dan bahkan email. (Severin dan Tankard,

2005: 446). Media-media tersebut menurut Bungin (2006:72) merupakan

media massa yaitu media komunikasi dan informasi yang dapat melakukan

menyebaran informasi secara masal dan dapat diakses oleh masyarakat

secara umum, selain media massa penyebutan untuk media-media tersebut

adalah media sosial, dimana media tersebut melakukan proses interaksi

terhadap penggunanya sehingga terjadi aktivitas secara dua arah.

Pada umumnya pemanfaatan media sosial berbasis internet, dapat

mempermudah manusia untuk melakukan berbagai macam aktivitas

keseharian tanpa harus bertemu langsung atau bertatap muka, sehingga

dengan bantuan teknologi yang canggih manusia bisa mengatasi

permasalahan jarak, ruang, dan waktu. Selain itu manusia juga dapat

melakukan pencitraan diri, sehingga memungkinkan setiap individu atau

kelompok untuk membangun hubungan sosial, pribadi, bisnis, maupun

hal-hal lain berdasarkan segmentasi tertentu, seperti: hobi, pekerjaan,

kesukaan, ataupun minat terhadap hal tertentu, sehingga hubungan yang

telah terjalin akan dapat bertambah luas dan dapat dilanjutkan dalam

kehidupan sehari-hari yang lebih nyata.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

3

Internet memiliki empat segmentasi dasar pengguna internet

sebagai pangsa pasar, yaitu berdasarkan: 1). Demografis, dengan variabel:

usia dan jenis kelamin. 2). Geografis/lokasi, dengan variabel: pekerjaan,

remaja, anak-anak, grub etnik, orang cacat. 3). Psikografis, dengan

variabel: personalitas, nilai, gaya hidup (yang berhubungan dengan

teknologi), tingkah laku, kesukaan, pendapat. 4). Prilaku (behavior),

dengan variabel: penggunaan barang/jasa, dan benefits sought

(berdasarkan keuntungan jika memiliki benda/barang tersebut. (Judi. 2003:

234)

Melihat peluang tersebut, pemanfaatan media sosial berbasis

internet juga dapat diaplikasikan untuk menunjang berbagai kegiatan

pemerintahan, dalam praktiknya di dunia pemerintahan kegiatan tersebut

bertujuan untuk membangun hubungan atau koneksi kepada masyarakat

sebagai konstituenya, dengan tujuan supaya masyarakat bisa berinteraksi

langsung dengan pemerintah, sehingga kebijakan-kebijakan atau program-

program yang akan dibuat atau yang sedang dilaksanakan dapat dikawal,

diawasi, dan juga dikritisi, maka dengan proses tersebut terbangunlah pola

komunikasi dua arah yang berkesinambungan.

Menurut Kementrian Pendayangunan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi (2012:8) dalam Pedoman Pemanfaatan media Sosial

di Instansi Pemerintah, menjelaskan bahwa Media sosial adalah media

berbasis internet yang bersifat dua arah (Web2.0) dan terbuka bagi siapa

saja, yang memungkinkan para penggunanya dengan mudah berinteraksi,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

4

berpartisipasi, berdiskusi, berkolaborasi, berbagi, serta menciptakan dan

berbagi isi.

Pemanfaatan media sosial untuk aktivitas pemerintah bukan tidak

beralasan, hal ini didasari pada berbagai hasil survei tentang tingginya

angka pemanfaatan media sosial oleh masyarakat Indonesia, sehingga

dirasakan sangat tepat jika praktik kehumasan atau PR dilakukan melalui

media sosial atau jejaring sosial.

Berdasarkan data terbaru menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia (APJII), total pengguna internet Indonesia per tahun

2013 mencapai 71.19 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa penetrasi

internet di Indonesia sudah mencapai 28% dari total populasi penduduk

Indonesia yang sebesar 248 juta jiwa. Angka tersebut meningkat sebanyak

13% dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 63 juta pengguna.

(diakses dari www.marketing.co.id pada 1 November 2014)

Pertimbangan pemakaian media berbasis internet dalam aktivitas

pemerintahan tidak hanya karena dilatarbelakangi oleh pengguna internet

di Indonesia yang sangat tinggi, tetapi juga disebabkan oleh beberapa

alasan, seperti: filosofis, sosiologis, politik, maupun historis, geografis,

dan demografi, serta psikologis masyarakat kekinian. Hal ini menyangkut

permasalahan jarak, waktu, dan prilaku masyarakat, serta gaya hidup

masyarakat saat ini. Sehingga pemanfaatan teknologi komunikasi berbasis

internet sekiranya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

5

dan juga dapat membantu pemerintah untuk mempublikasikan program -

programnya.

Pertimbangan – pertimbangan tersebut merupakan urgensi dari

pentingnya pemanfaatan teknologi untuk mempermudah kegiatan

masyarakat, sehingga dengan adanya teknologi berbasis internet, informasi

yang diperoleh dapat ditanggapi atau direspon secara cepat oleh

masyarakat, sehingga terjalin sebuah pola komunikasi dua arah yang

berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakatnya. Hal tersebut

sangat besar manfaatnya, mengingat berbagai bentuk kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah harus dikontrol, agar menghasilkan kebijakan yang

baik, oleh karena itu segala bentuk informasi yang diakses oleh

masyarakat dapat dengan optimal diserap dan mendapatkan tanggapan.

Untuk menunjang hal tersebut, kemudian pemerintah melalui Kementrian

Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi, membuat

Peraturan Menteri (permen) no 83 tahun 2012 mengenai pemanfaatan

media sosial untuk instansi pemerintah.

Berkenaan dengan peraturan tersebut kemudian secara bertahap

pemerintah mulai menggalakan berbagai aktivitas pemerintahan dengan

berbasis internet, seperti Pemanfaatan dalam bidang kehumasan untuk

pengembangan potensi pariwisata daerah. Salah satunya menggunakan

media website yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Malang, hal

tersebut bertujuan untuk melakukan pengembangan potensi wisata bahari

yang diwilayah Kabupaten Malang, dengan jargon “Aksi Sapta Pesona”

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

6

yang mengajak masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai sapta pesona,

yaitu: aman, tertib, indah, bersih, sejuk, ramah tamah, dan kenangan.

Aktivitas tersebut berupaya untuk membangun image terhadap masyarakat

baik lokal, regional, maupun global, mengenai potensi serta kekayaan

bahari atau laut yang dimiliki oleh Kabupaten Malang.

Khusus untuk media website yang dikelola oleh Pemerintah

Kabupaten Malang, bertujuan untuk mensosialisasikan program “Aksi

Sapta Pesona” dengan cara menghimbau, mengajak, serta memeberikan

informasi kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam berbagai macam

kegiatan, sehingga dalam website tersebut terpampang program

pengembangan wisata daerah yang sangat variatif, berisikan tampilan

mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan berbagai macam

tampilan foto-foto hasil kegiatan yang dapat menarik perhatian masyarakat

untuk turut serta dalam melestarikan lingkungan.

Penggelolaan website yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten

Malang tersebut mamang begitu menarik, sehingga menjadi perhatian

masyarakat maupun peneliti, akan tetapi tidak semuanya tahu bahwa

dibalik tampilan website tersebut terdapat berbagai macam proses,

sehingga dapat menghasilkan produk Public Relation yang tepat, akurat,

dan efektif.

Untuk mendalami lebih jauh, maka peneliti tertarik untuk

melakukan kajian mengenai aktifitas Public Relation (PR) di Kabupaten

Malang, dengan mengambil judul: Proses Penggunaan Website

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

7

Pemerintah dalam menjalankan aktifitas Public Relations untuk Program

Pengembangan Pariwisata Daerah (Studi Pada Website dalam Program “

Aksi Sapta Pesona Wisata 2013” Kabupaten Malang)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dibuat sebuah rumusan masalah, sebagai

berikut: “Bagaimanakah Proses Penggunaan Website Pemerintah dalam

menjalankan aktifitas Public Relations untuk Program Pengembangan

Pariwisata Daerah (Studi Pada Website dalam Program “ Aksi Sapta

Pesona Wisata 2013” Kabupaten Malang) ?

C. Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan rumusan masalah penelitian yang telah dibuat

diatas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, yaitu :

1) Mengetahui pembuatan release untuk website pemerintah, khususnya

dalam Program Pengembangan Pariwisata Daerah (Studi Pada Website

dalam Program “Aksi Sapta Pesona Wisata 2013” Kabupaten Malang).

2) Mengetahui proses penggunaan Website Pemerintah dalam

menjalankan aktifitas Public Relations untuk Program Pengembangan

Pariwisata Daerah (Studi Pada Website dalam Program “Aksi Sapta

Pesona Wisata 2013” Kabupaten Malang).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

8

D. Manfaat Penelitian

Selaras dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ingin

dilakukan, peneliti juga ingin mendapatkan manfaat dari kegiatan ini,

antara lain sebagai berikut:

1) Manfaat Akademis

Diharapkan nantinya penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk

keilmuan di bidang komunikasi Public Relation (humas), khususnya

mengenai pemanfaatan website sehingga hasilnya dapat dijadikan

sebagai referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

2) Manfaat Praktis

Diharapkan nantinya akan diperoleh sebuah gambaran bagi pihak

pemerintah dan masyarakat, bagaimana sebenarnya proses pembuatan

release dalam website khususnya yang berkaitan dengan Program “Aksi

Sapta Pesona Wisata 2013” Kabupaten Malang.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi sebagai Inti Public Relation

Pengertian komunikasi dapat dilihat dari etimologi (bahasa) dan

termibologi (istilah). Dari sudut etimologi, menurut Raymond S. Ross

(Deddy Mulyana. 2007: 46) “Komunikasi atau Communications dalam

bahasa Inggris berasal dari kata latin Communis yang berarti membuat

sama. Sedangkan menurut Roudhonah (2007: 7) komunikasi dibagi

menjadi beberapa kata diantaranya “communicare yang berarti

berpartisipasi atau memberi tahukan, Communis Opinion yang berarti

pendapat umum”

“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis

yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi,

sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan

(commonnes) dengan seseorang, yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide

atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha

berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa

hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima

atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama

terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006: 2-3).

Sedangkan secara terminologi ada banyak ahli yang

mendefinisikan diantaranya Colin Cherry (Burhan Bungin. 2006: 254)

komunikasi adalah penggunaan lambang – lambang untuk mencapai

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

10

kesamaan makna atau berbagai informasi tentang satu obyek atau

kejadian.

“Communication is defined as a two way on going, berhaviour

affecting process in which one person (a source) intentionally encodes and

transmits a message throught a channel to an intended audience (receiver)

in order to induce a particular attitude or behaviour” (Purwasito, Andrik.

2003: 198).

Dari beberapa pengertian diatas dapat dirangkum bahwa

komunikasi ialah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator

kepada komunikan dengan media tertentu untuk membuat pemahaman

yang sama diantara mereka, informasi yang disampaikan dapat

memberikan efek tertentu kepada komunikan, bisa mempengaruhi

kognitif, afektif, dan beharioral – nya, dari definisi tersebut ada beberapa

unsur – unsur penting yang terdapat dalam komunikasi, antara lain sebagai

berikut: Komunikator, pesan, media, penerima, efek .

Komunikasi berfungsi sebagai encoder, yakni sebagai orang

yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada

orang lain, orang yang menerima pesan ini adalah komunikan yang

berfungsi sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambang – lambang

pesan konteks pengertianya sendiri. (Effendy. 1996. 59)

Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi, adalah

suatu informasi yang akan dikirim kepada si penerima. “pesan ini dapat

berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal dapat secara tertulis,

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

11

seperti: surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan secara lisan dapat

berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio, dan

sebagainya. Pesan non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan,

ekspresi muka dan nada suara. (Arni Muhammad. 1995: 17 – 18)

Ada beberapa bentuk pesan, diantaranya: 1). Informatif, yakni

memberikan keterangan – keterangan dan kemudian komunikan dapat

mengambil kesimpulan sendiri. 2). Persuasif, yakni dengan bujukan

untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa

yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap

sehingga ada perubahan, namun perubahan ini adalah kehendak sendiri.

3). Koersif, yakni dengan menggunakan sanksi – sanksi. Bentuknya

terkenal dengan agitasi, yaitu dengan penekanan – penekanan yang

menimbulkan tekanan batin, diantara sesamanya pada kalangan

publik.(Widjaya. 1997: 14)

Media yaitu sarana atau alat yang digunakan oleh komunikator

untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan atau

sarana yang digunakan untuk memberikan feedback dari komunikan

kepada komunikator. Media sendiri bentuk jamak dari kata medium, yang

artinya perantara, penyampai atau penyalur.(Endang Lestari dan Maliki.

2003: 8)

Menurut Gunadi (1998: 71) Penerima adalah orang yang menjadi

sasaran kegiatan komunikasi, penerima pesan biasa bertindak sebagai

pribadi atau orang banyak. penerima tidak hanya pasif menerima

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

12

informasi namun juga mengolahnya sehingga terdapat kesamaan makna,

“jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan

berbagai macam masalah yang sering sekali menuntut perubahan, apakah

pada sumber, pesan atau saluran. Pengaruh atau efek adalah perbedaan apa

yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan

sesudah menerima pesan, “pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan,

sikap dan tingkah laku seseorang, oleh karena itu, pengaruh bisa juga

diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan sikap

dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. (Hafied

Cangara. 2008: 26-27)

Praktik-praktik dari komunikasi sendiri memiliki berbagai model,

seperti: Jurnalistik, Advertising, Kampanye dan Public Relations.

Menurut Effendy (Shoelhi (2009: 118) menjelaskan bahwa

jurnalisme adalah keterampilan mengelola bahan berita mulai dari

peliputan sampai kepada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada

masyarakat. Sedangkan jika dirunut dari akar katanya, jurnalisme atau

jurnalistik berasal dari bahasa Belanda journalistiek, dalam bahasa Inggris

journalistic atau journalism, bersumber pada kata journal sebagai

terjemahan dari bahasa Latin diurnal, yang berarti “harian” atau “setiap

hari”.

Menurut Dunn dan William (Widyatama, 2008) adalah bentuk

kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan

“membayar ruang” yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

13

bersifat membujuk (persuasif), kepada konsumen oleh perusahaan,

lembaga non–komersial, maupun pribadi yang berkepentingan.

Propaganda adalah alat atau sarana yang digunakan oleh para

komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Saluran atau

media politik ini bermacam-macam seperti media cetak (surat kabar,

tabloid, majalah buku dsb), media elektronik (film, radio, televisi, internet

dsb), media format kecil (leaflet, brosur selebaran, sticker dan bulletin),

media luar ruang (baliho, spanduk, reklame dsb). Selain itu juga ada

saluran komunikasi kelompok (partai politik, organisasi profesi, ikatan

alumni dsb), saluran komunikasi publik (pameran, panggung kesenian,

pasar dsb), saluran komunikasi sosial (pesta perkawinan, pesta sunatan,

pesta rakyat dsb). (Cangara. 2009)

Sedangkan definisi tentang Public Relations (PR) atau kehumasan

sendiri merupakan kegiatan komunikasi yang melibatkan proses

komunikasi antara pihak perusahaan, pemerintah atau organisasi, dengan

publik atau masyarakat, seperti penjelasan dibawah ini.

Ilmu tentang hubungan masyarakat atau Public Relation

sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1700-an, periode dimana public

ralations muncul dalam bentuk aktivitas yang tidak teorganisir dengan

baik. (Rusady Ruslan, 2003: 39). Kemudian baru diawal abad ke-20 Public

Relation yang berperan menghadapi suatu krisis diterapkan. Ivy Ledbetter

Lee menjadi orang pertama yang membuat prinsip dasar bahwa

keterbukaan dalam informasi dan komunikasi timbal balik dua arah

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

14

dengan khalayak tidak bisa diabaikan oleh pihak manajemen. Prinsip

inilah yang kemudian dikenal sebagai Declaration of Principles (Deklarasi

perinsip-prinsip dasar). Inilah yang sekarang banyak dianut para Public

Relation Officer dalam menanggani krisis yang terjadi. (Rusady Ruslan,

1999: 18).

Di Indonesia orang menyebut PR dengan sebutan Humas, jika

ditelaah lebih lanjut Humas sama dengan PR karena memiliki ruang

lingkup yang sama yaitu berupa kegiatan yang menyangkut baik individu

kedalam, maupun individu keluar dan semua kegiatan diselenggarakan

dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing lembaga atau

organisasi. (Widjaja. 1993)

Hubungan Masyarakat (Humas) yang merupakan terjemahan

bebas dari istilah public Relations (PR) terdiri dari semua bentuk

komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan

dengan siapa saja yang berkepentingan dengannya. (Anggoro.2001)

Cutlip, Center dan Broom (2000) menyatakan bahwa PR

merupakan fungsi manajemen yang membentuk dan memelihara

hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan masyarakat

yang menjadi sandaran keberhasilan atau kegagalannya. Public Relations

merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisir secara langsung

ditujukan kepada khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah

ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan metode tertentu. Defini

PR Menurut Rex Harlow (Setyodarmojo. 2003), berbunyi “ Public

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

15

Relations adalah proses (rangkaian kegiatan) suatu organisasi untuk

meneliti dan menilai kebutuhan dan keinginan dari kelompok-kelompok

masyarakat yang berkepentingan agar dapat melakukan tindakan-tindakan

dan perlakuan-perlakuan yang sesuai terhadap mereka.

Public Relations adalah usaha yang terencana dan

berkesinambungan untuk membangun dan mempertahankan hubungan

baik serta saling pengertian antara sebuah organisasi dan publiknya

(Gregory, 2004). Menurut Betrand R. Canfield (Yulianita. 2007) Public

Relation adalah falsafah dan fungsi manajemen yang diekspresikan

melalui kebijaksanaan dan kegiatan-kegiatan untuk melayani kepentingan

publik, melakukan kegiatan komunikasi untuk publiknya guna

menciptakan pengertian dan goodwill dari publiknya.

Definisi public relations menurut The Institute of Public Relations

dalam Nova (2011) adalah: “Public Relations merupakan keseluruhan

upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam

rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara

suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”.

Dalam menjalankan praktek public relations dalam organisasi, ada

kecenderungan praktisi public relations untuk menjalankan fungsi-fungsi

public relations tertentu yang mengarah pada terbentuknya model-model

public relations. (Rachmat Kriyantono, 2009, 295-297)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

16

1) Model press agentry

Adalah model komunikasi Humas dimana informasi bergerak satu arah

(one-way communication) dari organisasi kepada publiknya. Ini adalah

bentuk tertua dari public relations. Humas lebih banyak melakukan

propaganda atau kampanye melalui komunikasi satu arah untuk tujuan

publisitas yang menguntungkan secara sepihak, khususnya

menghadapai media masa dan dengan mengabaikan kebenaran

informasi sebagai upaya untuk menutupi unsur-unsur negatif dari

perusahaan. Model ini sama bersinonim dengan promosi dan publisitas.

Kejadian yang dapat dijadikan contoh dari model ini adalah kasus dari

beberapa artis yang sering membuat sensasi, agar di muat oleh

tayangan-tayangan infotainment sehingga namanya tetap berkibar,

meskipun artis tersebut jarang main sinetron atau menghasilkan karya

sendiri.

Dengan melihat penjelasan di atas, maka praktisi public relations yang

mempraktikkan model ini selalu mencari kesempatan agar nama baik

organisasi mereka muncul di media. Mereka tidak banyak melakukan

riset tentang publiknya. Termasuk dalam praktik model ini adalah taktik

propaganda seperti penggunaan nama selebriti dan perangkat yang bisa

memancing perhatian orang; pemberian hadiah gratis, parade, dan

grand opening. Walaupun Press agentry ini dianggap etis, namun juga

dianggap sebagai yang tidak etis. Semakin keras mereka bersuara,

semakin banyak perhatian yang akan mereka peroleh, terlepas mereka

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

17

salah atau benar sehingga akan semakin baik dalam melakukan

pekerjaan mereka. (Nurudin, 2002: 5).

2) Model public information

Model ini berbeda dengan press agentry, karena tujuan utamanya

adalah untuk memberi tahu publik dan bukan untuk promosi dan

publisitas, namun alur komunikasinya masih tetap satu arah. Sekarang

model ini mewakili praktik public relations di pemerintahan, lembaga

pendidikan, organisasi nirlaba, dan bahkan di beberapa korporasi. Para

praktisi public relations yang bekerja dengan model seperti ini sedikit

sekali melakukan riset terhadap audiensi mereka dalam rangka menguji

kejelasan pesan yang mereka sampaikan. Mereka adalah “jurnalis-di-

rumah” yang menghargai akurasi, tetapi memutuskan sendiri (tanpa

riset) tentang informasi apa yang paling baik dikomunikasikan kepada

publik mereka.

3) Model two-way asymatric

Model ini lebih baik dari model komunikasi yang satu arah.

Komunikasi berperan untuk pengumpulan informasi tentang publik

untuk pengambilan keputusan manajemen. Walau umpan balik dari

publik diperhatikan, namun pesan-pesan komunikasi organisasi lebih

banyak berusah agar publik beradapasi dengan organisasi, bukan

sebaliknya. Malalui model ini Humas membantu organisasi memersuasi

publik untuk berfikir dan berperilaku seperti yang kehendaki organisasi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

18

dalam model ini, Humas menggunakan metode ilmiyah (seperti polling,

interview) untuk mengukur sikap publik, sehingga organisasi dapat

men-design program yang bisa mendapatkan dukungan publik. Namun

informasi dari publik tidak digunakan untuk memodifikasi tujuan, misi,

kebijakan, atau prosedur-prosedur yang dilakukan organisasi. Fungsi

komunikasi tidak termasuk memersuasi memajemen untuk mengubah

pemikiran dan tindakan - tindakannya terhadap kebijakan atau isu-isu

tertentu. Sehingga organisasi tetap memosisikan diri di atas publiknya.

Dalam istilah teori per-mainan, organisasi bertindak sebagai “zero zum

game”: your arganization “wins”only if the public or publics “lose”.

(organisasi merasa “menang” hanya jika publik “kalah”). Di sini terjadi

relasi jangka pendek. Praktisi public relations dengan model ini

menggunakan survei, wawancara, dan fokus group untuk mengukur

serta menilai publik sehingga mereka bisa merancang program public

relations yang bisa memperoleh dukungan dari publik kunci. Walaupun

timbal balik (feedback) dari semua itu dipertimbangkan ke dalam proses

pembuatan program, namun organisasi dengan model ini masih lebih

tertarik mengenai bagaimana publik menyesuaikan diri dengan mereka

ketimbang sebaliknya, organisasi yang menyesuaikan dengan

kepentingan publik sebagaimana di atas. Pada model public relations

yang ketiga, yaitu two way asymetric, terdapat pengembangan model

yang menjelaskan bagaimana public relations dilakukan secara lebih

efektif, yaitu dengan adanya temuan tentang dua model pengembangan:

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

19

model prediktor kultural (the cultural interpreter model) dan model

pengaruh personal (personal influence model). Kedua model ini dapat

dimasukkan ke dalam kategori asimetris karena kedua model ini

memberikan lebih banyak hal untuk dipikirkan dalam memahami public

relations.

4) Two- way Symmetrical Model (Model Simetris Dua Arah)

Dalam model ini, Humas menerapkan komunikasi dua arah timbal

balik, dimana organisasi dan publik berupaya untuk mengadaptasikan

dirinya untuk kepentingan bersama. Terbuka untuk proses negosiasi

sehingga terjadi relasi jangka panjang. Komunikasi berfungsi sebagai

alat negosiasi dan kompromi dalam mewujudkan pemecahan masalah

yang “win-win solution”. Organisasi benar-benar memerhatikan

kepentingan publiknya. Lebih khusus, manajer senior mungkin

mengubah pengetahuannya. Bagaimana dia merasa, dan cara organisasi

bertindak sebagai hasil komunikasi yang simetris. Dalam teori

permainan, organisasi menerapkan “positive sum game”: both your

organization and publics involved can win result of negotiation and

compromise (organisasi dan publik dapat sama-sama “menang” sebagai

hasil negosiasi dan kompromi).

Meskipun di atas dijelaskan bahwa public relations terdapat jalur satu

arah untuk berkomunikasi dengan publik, tetapi sebenarnya, praktek

Humas yang baik harus menggunakan komunikasi dua arah. Humas,

dalam bentuknya yang dijalankan dengan jalur dua arah memiliki

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

20

beberapa poin sebagai berikut: John Vivian (Tri Wibowo, 2008, 336-

337)

a. Public relations adalah alat yang bisa dipakai publik untuk

menyampaikan keinginan dan kepentingannya kepada institusi

dalam suatu masyarakat. Humas menginterpretasikan dan berbicara

atas nama publik kepada organisasi yang kurang responsif, dan

Humas berbicara atas nama organisasi kepada publik.

b. Public relations adalah alat untuk mencapai penyesuaian bersama

antara institusi dan kelompok, membangun hubungan yang lebih

lancar yang bermanfaat bagi publik.

c. Public relations adalah katup pengaman bagi kebebasan. Dengan

menyediakan saluran akomodasi, Humas menghambat tindak koersi

atau kesewenang-wenangan.

d. Public relations adalah elemen esensial dalam sistem komunikasi

yang memampukan individu untuk mendapatkan informasi tentang

beragam aspek yang mempengaruhi kehidupan mereka.

e. Orang-orang Humas dapat membantu mengaktifkan kesadaran sosial

tentang organisasi tempat di mana mereka bekerja.

Praktisi public relations yang menggunakan model ini melakukan

kegiatannya berdasarkan penelitian dan menggunakan komunikasi untuk

mengelola konflik dan meningkatkan pemahaman (understanding) dengan

publik organisasi. Model ini menekankan pentingnya perubahan prilaku

organisasi untuk merespon tuntutan publik. Sehingga praktisi public

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

21

relations suatu organisasi agar mau memperhatikan apa yang menjadi

keinginan publik. Beberapa asumsi yang melekat pada model ini adalah

“mengatakan kebenaran”, “menginterpretasikan keinginan klien dan

publik satu sama lain”, dan “pihak manajemen memahami pandangan

karyawan dan masyarakat memahami pandangan pihak manajemen”.

Tujuan utama dari model ini public relations adalah pengertian dan bukan

manipulasi. (Prayudi, 2008: 20-22).

Two-Way Symmetric yaitu model komunikasi yang bertujuan untuk

memperoleh salaing pengertian (mutual understanding). Komunikasi ini

bersifat dua arah yang menenkankan efek-efek yang seimbang. (Gurnig,

1992: 285-325).

Proses pelaksanaan aktivitas PR memerlukan sarana atau media

yang akan digunakan dalam memperlancar kegiatan tersebut, beberapa

media yang digunakan biasanya sebagai berikut.

B. Media Public Relation

Klasifikasi media menurut Kusumastuti (2001) adalah:

1) Media cetak seperti surat kabar harian, tabloid, majalah berita atau

hiburan yang terbitannya secara berkala mingguan, bulanan, dan

tersebar luas di masyarakat. Selain itu, media cetak lain yaitu house

journal.

2) Media elektronik atau broadcasting media seperti stasiun radio maupun

televisi baik miliki pemerintah (TVRI dan RRI) maupun stasiun swasta

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

22

nasional lainnya seperti Trans TV, RCTI, SCTV, Metro TV, dan

sebaginya termasuk teknologi informasi (internet).

3) Special events termasuk di dalamnya konferensi pers, seminar dan

pameran.

4) Media luar ruangan termasuk di dalamnya spanduk, papan reklame,

poster, merchandise dan sebagainya.

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang

melakukan penyebaran informasi secara dan dapat diakses oleh

masyarakat secara massal pula (Burhan Bungin, 2006:72) Menurut

Ruslan (2008), media massa merupakan prioritas utama sebagai media

publikasi perusahaan untuk menyampaikan pesan atau informasi secara

luas mengenai perusahaan kepada publik sasarannya.

Seiring berjalannya kehidupan manusia dalam hal berkomunikasi,

berdampak pada kemajuan teknologi kemudian hal tersebut memunculkan

berbagai macam bentuk media komunikasi baru, yang memadukan antara

kecangihan teknologi komunikasi dan informasi secara mudah cepat dan

praktis, dari situlah kemudian lahir istilah media baru atau (new Media).

Lahirnya internet juga didasari dari lahirnya serangkaian media

massa. Media massa pertama adalah surat kabar dari abad ke 19.

Pembentukan berikutnya adalah radio kemudian televisi didirikan atas

layanan berita mereka. Dengan demikian publik menjadi terbiasa dengan

berita yang diformat dan dikemas dengan baik balam bentuk cetak, suara

atau video transmisi. Abad ke 20 merupakan munculnya bentuk –bentuk

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

23

baru komunikasi yang lebih pesat dibandingkan periode sebelumnya

dalam sejarah, internet sebagai media baru yang telah terwujud penduduk

dunia telah menikmati kualitas jangkauan yang luas pilihan hiburan dan

konten informasi. (Berrie Gunters. 2003: 1)

Sedangkan yang disebut media baru adalah media yang berbasis

internet dengan menggunakan komputer atau telpon genggam canggih.

Dua perubahan utama awalnya adalah komunikasi satelit dan pemanfaatan

komputer. Kunci untuk kekuatan komputer yang besar sebagai sebuah

mesin komunikasi terletak pada proses digitalisasi yang memungkinkan

segala bentuk informasi dibawa dengan efisien dan saling berbaur.

(McQuail . 2011: 43)

New media atau media baru disebut juga New Media Digital.

Media digital adalah media yang kontenya berbentu gabungan data, teks,

suara dan berbagai jenis gambar yang disimpan dalam format digital dan

disebarluaskan melalui jejaring berbasis kabel optic broadband satelit

dan sistem gelombang mikro. (Flew. 2008: 2- 3)

Dalam new media theory, McQuail (2000) juga menunjukkan 6

perbedaan antara media lama dan media baru yaitu, (1) media lama

konsepnya satu obyek berbicara pada banyak orang, sementara media baru

bersifat decentralized yang artinya semua memiliki kesempatan berbicara

kepada siapapun, (2) Media lama adalah one way communication,

sementara media baru two way communication yang memungkinkan

adanya feedback dari audiece, (3) media lama dibawah kontrol negara,

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

24

sementara media baru diluar kontrol negara, bahkan bisa dinikmati

siapapun yang ada didunia tanpa batasan negara, (4) media lama

memproduksi lapisan sosial sementara media baru adalah memproduksi

konsep demokratisasi, (5) media lama memfragmentasi audience

sementara media baru meletakkan audience pada posisi yang sama, (6)

media lama membentuk kebingungan sosial, sementara media baru

berorientasi pada individu.

Konsep dari New Media tersebut kemudian dapat dilihat dari

berbagai bentuk pengembangan media berbasis internet dan telpon

genggam, yang memiliki sebutan sesuai dengan fungsi dari media tersebut,

seperti media sosial (Social Media) ataupun media online (Online Media),

yang kemudian secara konkret melahirkan berbagai bentuk aplikatif ,

seperti: Website, Facebook, Twitter, Whatsup, skype dan lain sebagainya.

Media sosial adalah fitur berbasis website yang dapat membentuk

jaringan serta memungkinkan orang untuk berinteraksi dalam sebuah

komunitas. Pada sosial media kita dapat melakukan berbagai bentuk

pertukaran, kolaborasi dan saling berkenalan dalam bentuk tulisan visual

maupun audiovisual. Contohnya seperti:Twitter, Facebook, Blog,

Forsquare dan lainya. (Puntoadi. 2011: 1)

C. Website Sebagai Media Public Relation

Menurut Rianto (2007:2), web adalah fasilitas hypertext yang

mampu menampilkan data berupa teks, gambar, suara, animasi dan

multimedia lainnya, dimana diantara data-data tersebut saling terkait dan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

25

berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk memudahkan dalam

membaca data tersebut dibutuhkan sebuah browser seperti internet

eksplorer, netscape, opera ataupun mozila firefox.

Pengertian dari portal web adalah sebuah situs yang berfungsi

untuk meletakkan informasi di WWW. Sebuah portal web pastinya akan

menampilkan informasi yang terkolaborasi dengan desain dan beragam

tampilan. (diakses dari http://lintas.me pada 1 November 2014)

Menurut Setiawan (2004:15) merupakan suatu ruang yang dapat

menampung informasi dalam jaringan internet pada sebuah web browser,

dengan menggunakan kemampuan untuk mengolah kode-kode tertentu

secara umum yang dinamakan tag-tag (delimeter) dan kemampuan untuk

meloncat (link) dari halaman satu ke halaman yang lainnya.

Web 2.0 adalah buzzword terbaru di dunia Internet. Berbagai

inovasi dan fitur-fitur baru yang muncul, misalnya dalam melakukan

aktivitas drag and drop, auto complete, chat, dan lain-lain seperti layaknya

aplikasi desktop, bahkan berlaku seperti system operasi, dengan

menggunakan dukungan AJAX atau berbagai plug-in (API) yang ada di

Internet. Perkembangan Web 2.0 lebih menekankan pada perubahan cara

berfikir dalam menyajikan konten dan tampilan di dalam sebuah situs.

Sebagian besar cara berfikir tersebut mengadaptasi gabungan dari

teknologi web yang telah ada saat ini. Ada beberapa prinsip yang

mendasari karakteristik suatu situs merupakan situs yang mempunyai tipe

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

26

dari Web 2.0. Karakter tersebut antara lain dapat digambarkan sebagai

berikut.

1. Web sebagai platform dimana menjadikan web sebagai tempat bekerja

dimanapun saja.

2. Adanya partisipasi dari pengguna dalam berkolaborasi pengetahuan.

3. Dukungan pada pemrograman yang sederhana dan ide akan layanan

web atau RSS.

4. Perangkat-lunak tidak lagi terbatas pada perangkat tertentu.

5. Adanya kemajuan inovasi pada antar-muka di sisi pengguna.

6. Web 2.0 sebagai akhir dari siklus peluncuran

Produk perangkat-lunak. Dapat dikatakan bahwa Web 2.0 menyajikan

suatu layanan web yang berpusat pada user (pengguna) di mana

pengguna dimudahkan untuk menggunakan berbagai layanan yang ada.

Pengguna dapat dengan mudah untuk memasukkan data atau

mengambil data dari system dan pengguna dapat memiliki datanya

sendiri pada situs. Jadi pengguna langsung berpartisipasi dalam situs,

pengelola situs lebih bersifat sebagai fasilitator saja. (Yudha Wastu

Firnandha, R. Rizal Isnanto, Aghus Sofwan. 2005)

D. Teori Uses and Gratifcations

Konsep teori ini menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G.

Blumler, dan Michael Gurevitch, adalah meneliti asal mula kebutuhan

secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari

media massa atau sumber – sumber lain, yang membawa pada pola

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

27

terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain). Dan

menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat – akibat lain, barangkali

termasuk , juga yang tidak kita inginkan. (Rakhmat. 2006: 204)

Gambar 2.1 Elemen – elemen Teori Uses and Gratifications

Sumber: Dari Rakhmat. 2006: 204.

Menurut Bovee dan Arens, Media exposure berkaitan dengan

berapa banyak orang melihat program yang ditayangkan di suatu media.

Biasanya yang menjadi kendala dalam Media exposure adlaah, hanya

sejumlah orang saja dari keseluruhan pemirsa, pendengar, ataupun

pembaca yang berkenaan untuk melihat atau mendengar isi pesan yang

ada. Seringkali seseorang membaca hanya pada satu artikel di majalah dan

kemudian tidak pernah membaca lagi serta melewatkan halaman –

halaman berisi iklan. Demikian pula iklan yang ada di televisi,

kemungkinan yang sering sekali terjadi adalah orang akan merubah

saluran televisi atau meninggalkan ruangan sejenak jika ditengah – tengah

acara yang ditontonnya muncul iklan. Jadi menurut Bovee dan Arens

membandingkan Media exposure untuk suatu publikasi, baik melalui

radio, televisi, atau media lain merupakan pekerjaan yang sangat sulit.

Oleh karena itu, dalam periklanan sangat diperlukan pertimbangan yang

The re are

social and

psycologic

al origins

of

Needs,

Which

generate

Expactation of

the mass media

or other

sources, which

llead to

Differential

patterns of

media

exposure

Resulting in

need

gratifications

And Other

(often

unintended

consequences

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

28

matang untuk memutuskan yang terbaik dan tepat berdasarkan

pengalaman yang ada untuk mengatasi kendala tersebut. (Rakhmat. 2006:

205)

Terpaan media (Media exposure), menurut Rosengren dapat

dioperasionalkan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai

jenis media, isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara

individu kondumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dnegan

media keseluruhan. Sedangkan menurut Sari, dapat dioperasionalkan

menjadi jenis media yang digunakan, frekuensi penggunaan, maupun

durasi penggunaan. (Rakhmat. 2006: 205)

Dapat dikatakan bahwa Uses & Gratifications bukanlah proses

komunikasi linear yang sederhana. Banyak faktor, baik personal maupun

eksternal, yang menentukan kepercayaan dan evaluasi seseorang.

Littlejohn mengatakan bahwa kepercayaan seseorang tentang isi media

dapat dipengaruhi oleh : 1). Budaya dan institusi sosial seseorang,

termasuk media itu sendiri; 2). Keadaan – keadaan sosial seperti

ketersediaan media; 3). Variabel –variabel psikologis tertentu, seperti

introvet – ekstrovet dan dogmatisme. Nilai – nilai sendiri dipengaruhi

oleh: 1). Faktor – faktor kultural dan sosial, 2). Kebutuhan – kebutuhan,

dan 3). Variabel –variabel psikologis. Kepercayaan – kepercayaan dan

nilai – nilai akan menentukan pencarian kepuasaan, yang akhirnya

menentukan prilaku konsumsi terhadap media seseorang. (Rakhmat. 2006:

207)

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

29

E. Kerangka Pemikiran

Kebutuhan manusia terhadap informasi khususnya yang terkait

dengan potensi daerah seperti pariwisata, membuat manusia mencari dan

memilih media yang cocok atau sesuai dengan ekspektasi dari

kebutuhanya, supaya secara psikologis dan sosial manusia tersebut dapat

terpuaskan. Media website pemerintah merupakan salah satu pilihan yang

tepat, mengingat media website memang banyak memberikan informasi

terkait kebutuhan informasi yang di inginkan khalayak, selain itu website

juga dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk berkomunikasi

antara pemerintah dan juga masyarakat.

Gambar 2.2 Tentang Skema Kerangka Pemikiran

Pemilihan Media Website sebagai solusi dari pemenuhan kebutuhan

masyarakat akan informasi terkait pariwisata.

Kebutuhan masyarakat terkait informasi mengenai program –

program pemerintah daerah.

Pemilihan masyarakat terhadap media yang dapat memenuhi

kebutuhan tersebut secara psikologis dan sosial.

Pemanfaatan media website pemerintah Kabupaten Malang oleh

masyarakat.

Terjalinya pola komunikasi antara pemerintah dengan khalayak

dalam hal ini adalah masyarakat

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Proses penelitian merupakan kegiatan ilmiah, sehingga

memerlukan sebuah metode, metode penelitian biasanya diartikan sebagai

suatu prosedur untuk mengetahui langkah – langkah sistematis yang akan

ditempuh (J. Moeleong, 2005: 27), ataupun metode penelitian ialah suatu

pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam

penelitian (Usman dan akbar, 2004: 42).

Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan

sedalam – dalamnya melalui pengumpulan data sedalam – dalamnya. Riset

ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi

atau samplingnya sangat terbatas. Jenis Deskriptif bertujuan membuat

deskripsi secara sistematis faktual, dan akurat tentang fakta – fakta dan

sifat – sifat populasi atau obyek tertentu. (Rakhmat. 2006: 58 & 69)

Peneliti memilih metode deskriptif kualitatif dikarenakan peneliti

ingin mengetahui fenomena terkait pemanfataan website oleh masyarakat

dengan menjelaskan secara faktual akurat terkait fakta –fakta yang ingin

diteliti.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

31

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan terhadap pemanfaatan website yang

dilakukan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Malang dalam rangka

menjalankan program pengembangan pariwisata daerah yang bertajuk

“Aksi Sapta Pesona”

C. Subyek Penelitian

Penelitian ini memerlukan subyek penelitian untuk mempermudah

pengumpulan data, serta melengkapi proses penelitian tahap berikutnya,

jika dijelaskan dapat digambarkan subyek dan obyek sebagai berikut:

Tabel 3.1 Subyek Penelitian

No Subyek Penelitian Keterangan

1 Bagian Humas Pemerintah

Kabupaten Malang.

Dipilih karena lembaga ini

melakukan praktik PR dengan

memanfaatkan media website dalam

kegiatan Pengembangan potensi

pariwisata daerah dalam program :

”Aksi Sapta Pesona Wisata 2013”

2 Dinas Pariwisata

Pemerintah Kabupaten

Malang

Dipilih sumber informan karena

pihak yang melakukan publikasi

melalui media website untuk

program ”Aksi Sapta Pesona Wisata

2013”.

Dalam penelitian ini peneliti mempertimbangkan pemilihan

sampel, atas dasar pemahaman subyek penelitian terhadap website

pemerintah Kabupaten Malang, oleh karena itu peneliti akan

menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling dikenal

juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang

digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan – pertimbangan

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

32

tertentu dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk

tujuan tertentu. (Riduwan. 2008. 63)

D. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif

adalah tindakan dan kata-kata, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain (Moleong, 2014). Maka dalam penelitian ini

sumber data diperoleh dari :

1) Data Primer

Data primer yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah hasil

wawancara in depth interview langsung dengan subjek penelitian. Data

tersebut berupa pemanfatan website sebagai salah satu sarana

pelaksanaan aktivitas Publik Relations dalam rangka pengembangan

potensi wisata daerah.

2) Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari sumber tidak langsung, yaitu melalui

literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini seperti buku,

jurnal, skripsi dan artikel dari internet yang bertujuan untuk menambah

dan menguatkan data primer.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, dibagi menjadi dua,

untuk pengumpulan sumber data primer melalui wawancara atau

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

33

Interview, sedangkan untuk pengumpulan data sekunder peneliti

menggunakan studi literatur atau kajian pustaka.

Pengumpulan data melalui in depth interview dengan khalayak

yang akan dijadikan subjek penelitian. In depth interview digunakan untuk

mendapatkan informasi yang lebih dalam dari subjek. Sebab In Depth

Interview merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang

digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan dinyatakan

(Mulyana, 2001).

Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara

dalam (Depth interview) atau wawancara secara intensif (Intensive-

interview) dan kebanyakan takberstruktur. Tujuanya untuk mendapatkan

data kualitatif yang mendalam.Wawancara mendalam adalah suatu cara

mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatp muka

dengan informan agar mendapatkan data elngkap dan mendalam.

(Kriyantono, 2006: 96- 98)

Dengan demikian, wawancara dilakukan dengan pertanyaan-

pertanyaan yang mengarah kepada kedalaman informasi, serta tidak secara

formal terstruktur. Sedangkan untuk data sekunder, peneliti akan

melakukan studi literatur yang berkaitan dengan topik penelitian melalui,

buku, internet dan juga karya-karya ilmiah serta bentuk publikasi lainnya.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

34

F. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan merupakan: Proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data

kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain. (dalam Sugiyono, 2011)

Proses dalam menganalisis hasil penelitian menurut Miles dan

Huberman (Silalahi, 2009: 339), yaitu :

Sebuah kegiatan analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi

secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan / verifikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang

jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaktif pada saat sebelum,

selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk

membangun wawasan umum yang disebut ”analisis”.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan

model Miles dan Hubberman. Miles dan Hubberman mengemukakan

bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh” (Sugiyono, 2011).

Analisis data dalam model ini ada tiga, dapat dilihat melalui

bagan dan penjelasan berikut:

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

35

Gambar 3.1 Model Analisis Data Miles & Huberman

Sumber : diolah dari Sugiyono, 2011

Dalam penelitian ini, ada beberapa langkah untuk menganalisis

data, yang pertama dengan melakukan Reduksi data, yaitu mencatat data

hasil wawancara, secara teliti dan cermat, guna mendapatkan data yang

lengkap, yang kedua dilanjutkan dengan tahap Display data yaitu

merangkai atau menyusun data hasil wawancara sesuai dengan kebutuhan

dan kajian penelitian supaya mudah untuk dipahami, setelah itu langkah

yang terakhir adalah melakukan Analisis data dan penarikan kesimpulan,

yaitu Peneliti melakukan pemaknaan terhadap data hasil wawancara terkait

pemanfaatan media website oleh humas Pemerintah Kabupaten Malang

dalam rangka mengembangkan potensi pariwisata yang ada di daerah

tersebut.

G. Uji Validitas data

Dalam menguji keabsahan data, peneliti menggunakan metode

triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data dari berbagai sumber dengan

Pengumpulan data

(Data Colections)

Reduksi Data

(Data Reductions)

Penyajian data

(Data Display)

Kesimpulan

(Conclusion

Drawing)

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22016/2/jiptummpp-gdl-yeninurhay-40627-2-babi.pdfkomperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok,

36

berbagai cara dan berbagai waktu untuk keperluan pengecekan atau

membandingkan data (Sugiyono, 2011).