bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media habit konsumen telah berubah menjadi semakin aktif berkat
kemunculan internet dan berbagai teknologi komunikasi lain, termasuk media
sosial. Konsumen menggunakan media sosial sebagai sumber informasi vital
untuk berbagi dan mengonsumsi informasi dari suatu produk dan brand (Silver,
2009; Trusov, Bodapati & Bucklin, 2009). Popularitas media sosial
dimanfaatkan perusahaan atau brand untuk menjangkau konsumen maupun
calon konsumennya. Jika sebelumnya komunikasi cenderung bersifat satu arah
dan sulit mendapatkan feedback, kemudahan komunikasi saat ini
memungkinkan pertukaran informasi yang sangat cepat serta menciptakan
interaktivitas antara perusahaan dengan konsumen secara real-time yang tidak
bisa didapatkan sebelumnya.
Setelah Facebook dan Twitter, kini giliran Instagram yang menjadi
media sosial populer di Indonesia. Di luar fungsi utamanya sebagai platform
berbagi foto dan video, Instagram banyak digunakan untuk mencari informasi
produk. Hal ini diketahui dari hasil survei JakPat (2016) yang menunjukkan
terdapat lebih dari setengah responden survei mengaku menggunakan
Instagram untuk mencari akun online shop, artinya pengguna Instagram di
Indonesia memanfaatkan platform tersebut untuk mencari informasi produk
maupun jasa. Hasil survei lain (JakPat dalam eMarketer, 2016) menunjukkan
bahwa di Indonesia terdapat 56,2% pengguna Instagram usia 18-35 tahun yang
mengikuti akun peritel digital dan 67,5% di antaranya mengikuti akun yang
berfokus di bidang fesyen. Fesyen merupakan salah satu subsektor ekonomi
kreatif1 yang memberikan kontribusi dominan terhadap Produk Domestik Bruto
1 Ekonomi kreatif merupakan suatu konsep di era ekonomi baru yang mengintegrasikan informasi
dan kreativitas. Konsep ini berusaha membawa para pelaku ekonomi untuk tidak lagi mengandalkan
pengelolaan sumber daya alam (SDA), namun pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Sektor ini
tumbuh 5,76 persen atau 7 persen dari PDB nasional pada Agustus 2015. Angka ini lebih besar dari
angka rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,74 persen; bahkan pertumbuhannya
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
(PDB) Indonesia, di samping kuliner dan kerajinan. Menteri Perindustrian
(dalam Gareta, 2015) menyatakan bahwa fesyen menyumbang Rp 182 triliun
atau 28,3 persen dari total PDB; yang sebagian besar berasal dari Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal tersebut menjadi peluang bagi brand
fesyen lokal untuk memanfaatkan Instagram sebagai saluran komunikasi yang
lebih efektif. Tidak hanya menjadi peluang, hal ini sekaligus menjadi tantangan
bagi brand fesyen lokal dalam menghadapi tingginya persaingan dengan brand
lain.
Tujuan dilakukan komunikasi brand atau branding adalah untuk
menciptakan hubungan emosional antara brand dan konsumennya. Aspek
emosional merupakan aspek yang sangat penting dewasa ini karena aspek
fungsional saja tidak cukup. Banyak sekali brand menawarkan produk yang
sama; memiliki bentuk dan fungsi yang nyaris sama. Di sinilah brand itu sendiri
memiliki peranan penting. Ketika konsumen sudah terlalu banyak menerima
upaya komunikasi dari berbagai brand, mereka akan memilih brand yang bisa
memberikan manfaat terbaik. Tidak hanya manfaat fisik produk, konsumen
memilih produk atau brand untuk menunjukkan self-image serta menunjukkan
mereka ingin menjadi orang seperti apa (Creusen & Schoormans, 2005). Hal ini
bisa diwujudkan melalui pembentukan brand personality. Kedekatan emosional
menjadi kunci bagi brand dalam menjalin hubungan dengan konsumennya.
Keberhasilan komunikasi brand melalui Instagram tentu tergantung
pada kualitas konten yang dihasilkan. Agar komunikasi brand semakin efektif,
brand harus terlebih dahulu membangun dan menentukan brand personality
supaya pesan-pesan dapat tersampaikan seperti apa yang dimaksud, dan
komunikasi brand dapat dilakukan secara konsisten (Solis, 2011). Membangun
brand personality mungkin merupakan hal yang jarang diperhatikan dalam
komunikasi brand. Padahal, brand personality membangun aspek emosional
dari brand (Landon, 1974) dan menambah arti sebuah brand secara personal
lebih besar apabila dibandingkan dengan sektor industri utama, seperti listrik, gas dan air bersih,
pertambangan dan penggalian, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, jasa-jasa dan
industri pengolahan (Irham, 2015).
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
kepada konsumen (Levy, 1959); yang mana akan menguatkan posisi brand,
baik di antara kompetitor maupun di benak konsumen.
Instagram termasuk kajian yang cukup baru sehingga belum banyak
penelitian yang secara khusus berbicara tentang platform tersebut. Terdapat
beberapa penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa Instagram membantu
brand dalam membangun brand personality melalui konten-konten visual
(Hellberg, 2015; Lavoie, 2015; Bevins, 2014; Chang, 2014), walaupun masing-
masing memiliki fokus penelitian yang berbeda. Brand yang menjadi objek
penelitian antara lain Nike, Starbucks, Target, dan Dunkin’ Donuts; bergerak di
bidang ritel fesyen serta makanan dan minuman. Dalam penelitian ditunjukkan
bagaimana brand-brand tersebut memanfaatkan Instagram untuk
mengomunikasikan brand personality mereka secara visual kepada konsumen
dengan menghasilkan variasi konten. Di Indonesia sendiri masih sulit
menemukan penelitian mengenai Instagram, khususnya terkait penggunaannya
sebagai saluran komunikasi brand. Padahal menurut data yang sudah
dipaparkan sebelumya, masyarakat saat ini sering memanfaatkan Instagram
untuk mencari informasi mengenai suatu produk atau jasa. Peneliti tertarik
untuk melihat bagaimana brand fesyen lokal memanfaatkan Instagram sebagai
saluran komunikasi dalam menyampaikan nilai-nilai brand.
Meskipun fesyen menjadi subsektor yang memiliki kontribusi dominan
terhadap PDB, nyatanya hanya sekitar 50% UMKM yang dapat menjalankan
usahanya lebih dari tiga tahun dari sejak awal mereka berdiri, dan umur rata-
ratanya adalah lima tahun (Ropega dalam Randy, 2015). Pada akhirnya, brand-
brand yang melakukan komunikasi dengan baiklah yang dapat bertahan lebih
dari lima tahun dan memiliki posisi kuat di benak konsumen. Komunikasi brand
dapat menjadi solusi untuk membantu membedakan suatu brand dari brand
lain, serta menetapkan posisi brand dalam pasar melalui nilai-nilai yang
dikomunikasikan. Instagram dimanfaatkan brand fesyen lokal, khususnya yang
masuk dalam kategori UMKM, untuk melakukan komunikasi brand dan
mendekatkan diri dengan konsumen. Selain karena popularitasnya, platform ini
banyak digunakan karena biaya yang cenderung gratis namun dapat
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
menjangkau konsumen yang tidak terbatas dan dapat berpengaruh besar apabila
digunakan dengan tepat.
Humblezing merupakan brand fesyen lokal yang berfokus pada produk
urban outerwear dan target pasarnya banyak berinteraksi menggunakan
Instagram. Brand ini sudah memasuki tahun ketujuh dalam usahanya dan telah
memanfaatkan platform Instagram sejak tahun 2013. Uniknya, Instagram
merupakan saluran utama yang digunakan Humblezing untuk berhubungan
dengan konsumennya sejak awal didirikan. Memiliki lebih dari 30.000 pengikut
dan 1.000 konten, Humblezing dinilai memiliki cerita yang kuat secara visual
dengan membangun nilai-nilai brand seperti brand personality. Aktivitas
komunikasi yang dilakukan di Instagram memberikan karakteristik brand yang
kuat sehingga Humblezing dapat dibedakan dari brand-brand lain yang serupa
dan mempertahankan posisi di benak konsumen.
Apabila dirangkum, terdapat tiga gagasan utama terkait urgensi
penelitian ini. Pertama, secara umum masih jarang terdapat penelitian mengenai
Instagram di Indonesia, terutama dalam penggunaannya sebagai saluran
komunikasi brand. Kedua, penelitian dalam konteks brand personality
tampaknya tidak sepopuler brand image di Indonesia. Cukup sulit menemukan
penelitian yang membahas bagaimana sebuah brand mengomunikasikan brand
personality untuk membangun brand-nya. Ketiga, Humblezing merupakan
brand fesyen lokal yang sudah lebih dari tiga tahun menggunakan Instagram
untuk melakukan aktivitas komunikasi brand. Maka perlu meneliti konten-
konten yang telah dihasilkan dan menemukan nilai brand, secara khusus brand
personality, yang dikomunikasikan secara visual.
Komunikasi brand merupakan suatu proses yang panjang dan hasilnya
tidak dapat langsung dinikmati seperti halnya usaha penjualan dan pemasaran.
Namun, usaha yang dilakukan untuk menyentuh sisi emosional konsumen pada
akhirnya tidak hanya memengaruhi keputusan pembelian tetapi juga brand
loyalty. Brand loyalty adalah hal yang cukup mahal dewasa ini, khususnya bagi
brand fesyen, mengingat persaingan yang sangat tinggi di bidang tersebut.
Untuk mendapatkan brand loyalty dibutuhkan usaha komunikasi brand yang
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
efektif, termasuk menyampaikan nilai-nilai brand. Fenomena Instagram
menjadi hal yang sangat menarik untuk diteliti, di mana brand fesyen lokal
akhirnya mengadopsi media sosial Instagram sebagai salah satu saluran untuk
berkomunikasi melalui konten visual (foto dan video). Konten dibuat secara
lebih fokus untuk menghasilkan nilai-nilai brand seperti membentuk brand
personality, bukan hanya fokus pada penjualan produk seperti halnya
penggunaan media lain. Oleh karena itu, peneliti secara khusus tertarik
menganalisis konten dalam akun Instagram Humblezing untuk melihat brand
personality yang dikomunikasikan oleh brand sebagai usaha membangun brand
melalui Instagram.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka
rumusan masalah yang di ajukan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana brand personality Humblezing yang dikomunikasikan
melalui Instagram?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan brand
personality Humblezing yang dikomunikasikan melalui Instagram.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini mencakup dua hal, yaitu:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi mengenai
komunikasi brand dengan memanfaatkan media sosial, secara khusus
mengomunikasikan brand personality melalui konten Instagram, yang
mana menjadi aspek yang penting untuk diperhatikan dalam manajemen
brand dewasa ini.
2. Manfaat Praktis
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh brand, secara khusus
brand fesyen lokal, sebagai referensi untuk membantu mengomunikasikan
brand personality melalui konten Instagram.
E. Kerangka Pemikiran
Berikut akan dijelaskan struktur berpikir yang digunakan dalam penelitian ini,
meliputi konsep brand personality dan branding dalam media sosial. Konsep-
konsep ini menjadi dasar untuk memberikan gambaran yang jelas tentang
masalah yang diteliti.
1. Brand personality
a. Branding
Terdapat banyak sekali produk yang ditawarkan di pasar saat ini.
Sebagian besar memiliki tampilan yang mirip, bahkan cenderung sama.
Konsumen cukup sulit menentukan produk mana yang akan dibeli karena
banyak sekali pilihan tersedia untuk setiap tipe produk dari perusahaan yang
berbeda. Satu hal yang membedakan produk yang satu dengan lainnya adalah
brand.
Menurut Kotler & Armstrong (2004:285) sebuah brand adalah nama,
istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan
untuk mengidentifikasi produk atau jasa suatu perusahaan. Brand seringkali di
salah artikan sebatas sebuah produk yang ditawarkan ke pasar untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan konsumen saja. Lebih dari itu, brand adalah sebuah
mindset atau pola pikir, hanya ada di dalam benak konsumen. Keller (2009)
mendefinisikan brand sebagai sebuah produk yang menambahkan dimensi-
dimensi lain untuk membedakannya dari produk lain yang dirancang untuk
memuaskan kebutuhan yang sama.
Aktivitas membuat nama, simbol, atau desain yang unik untuk membuat
suatu produk dikenali dan membedakannya dari produk-produk lain disebut
branding. Manusia memiliki sifat dasar merasa lebih nyaman dengan hal-hal
yang sudah diketahuinya dengan baik dibandingkan dengan hal-hal yang belum
diketahuinya. Aktivitas branding membantu mengurangi kecemasan konsumen
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
dalam membeli produk yang tidak diketahuinya dengan memunculkan rasa
familiar terhadap produk (Solomon, 2003:22).
Untuk memahami bagaimana melakukan manajemen yang baik
terhadap brand, penting untuk memahami terlebih dahulu bagaimana
membangun brand yang kuat. David Aaker (1996) dalam bukunya Building
Strong Brands menyebutkan 5 (lima) tema besar dalam membangun brand,
yaitu (1) identitas brand (brand identity) dan bagaimana mengembangkannya,
(2) mengatur identitas brand, (3) konsep sistem brand, (4) pendekatan pada
pengukuran ekuitas brand, (5) dan memelihara brand (brand-nurturing). Selain
Aaker, ada penelitian lain yang membahas tentang bagaimana membangun atau
menjaga brand yang kuat. Keller (2001) berpendapat terdapat tiga elemen
pokok yang harus dikelola dengan baik untuk membangun brand yang kuat,
yaitu brand elements, program pemasaran, dan leveraging secondary
association. Tujuan pengelolaan ketiga elemen tersebut adalah untuk
meningkatkan preferensi konsumen terhadap sebuah brand. Preferensi akan
muncul jika konsumen memiliki pengetahuan yang kuat tentang brand tersebut.
Brand awareness dan brand association adalah indikator yang
digunakan untuk melihat seberapa kuat pengetahuan konsumen tentang suatu
brand. Awareness dikatakan tinggi jika konsumen dapat mengingat brand, baik
sebelum proses pembelian, ketika proses pembelian, maupun ketika konsumen
mengonsumsi produk pesaing; sedangkan asosiasi dikatakan tinggi jika brand
tertanam kuat dalam benak konsumen, disukai dan unik, dalam pengertian tidak
dimiliki oleh para pesaing (Soehadi, 2005:37).
Penciptaan asosiasi brand diperlukan agar brand memiliki makna.
Asosiasi dapat dibentuk melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan yang lebih
menekankan pada pertimbangan kinerja produk atau layanan (brand
performance) atau lebih menekankan pada pertimbangan emosi atau
personifikasi (brand imagery). Brand performance terkait dengan atribut
intrinsik yang melekat pada produk atau layanan, sedangkan brand imagery
terkait dengan atribut ekstrinsiknya (Soehadi, 2005:29). Asosiasi ini dapat
dibentuk melalui pengalaman yang dirasakan oleh pelanggan atau melalui
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
komunikasi pemasaran (promosi) atau informasi yang lain (word of mouth).
Lebih lanjut Soehadi (2005:37) mengatakan bahwa pemilihan asosiasi yang
ingin ditampilkan menjadi kunci keberhasilan brand. Untuk itu, segala aktivitas
yang dilakukan harus berkontribusi terhadap asosiasi yang ingin ditampilkan
dan berkesinambungan agar memperkuat asosiasi tersebut. Aaker (1996:68)
juga berpendapat bahwa sekumpulan asosiasi brand yang unik yang ingin
diwujudkan atau dipelihara merupakan identitas brand; dan asosiasi tersebut
merepresentasikan apa yang didukung oleh brand dan menunjukkan janji pada
konsumen. Brand personality merupakan salah satu atribut ekstrinsik yang
sering digunakan untuk mengekspresikan identitas.
Brand mengomunikasikan rangkaian atribut dan nilai. Brand yang kuat
adalah brand yang menyebarkan nilai-nilai dan berhasil membagi pasar dengan
cara mereka sendiri (Kapferer, 2008:45). Sebuah brand tidak boleh menjadi
dangkal tetapi memiliki inspirasi yang sangat mendalam untuk menjadi
‘passion brands’ (Kapferer, 2008:182) atau ‘my kind of product’ (Keller,
2001:17) dengan membangun identitas brand yang dapat direpresentasikan
melalui ‘brand identity prism’ atau prisma identitas brand pada bagan berikut.
Bagan 1. Brand identity prism (Kapferer, 2008:183)
Terdapat 6 (enam) aspek dalam prisma identitas brand, yaitu:
a. Sebuah brand memilki spesifikasi dan kualitas fisik (physique).
b. Sebuah brand memiliki kepribadian (personality).
c. Sebuah brand adalah budaya (culture).
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
d. Sebuah brand adalah hubungan (relationship).
e. Sebuah brand adalah cerminan konsumen (customer reflection).
f. Sebuah brand berbicara pada citra diri konsumen (self-image).
Prisma identitas brand berasal dari satu konsep dasar, yaitu bahwa brand
memiliki kemampuan untuk berbicara, bahkan hanya dapat hidup jika
melakukan komunikasi (Kapferer, 2008:187). Lebih lanjut Kapferer
menjelaskan keenam aspek ini mendefinisikan identitas sebuah brand sekaligus
batasan di mana brand bebas untuk mengubah atau mengembangkan diri.
Aspek-aspek ini berhubungan satu sama lain dan membentuk entitas yang
terbangun dengan baik. Konten dari satu aspek berpengaruh pada aspek yang
lain. Tujuan membentuk identitas brand adalah untuk menjelaskan arti brand
(brand meaning), tujuan, serta citra diri (self-image) secara jelas. Citra brand
(brand image) adalah hasil dari penjelasan tersebut. Dalam manajemen brand,
identitas brand harus terbentuk sebelum citra brand.
b. Brand personality
Menentukan aspek fisik merupakan langkah awal dalam membangun
brand, salah satunya adalah bagaimana penampilan (produk) secara nyata.
Penampilan fisik memang penting, tetapi itu saja tidak cukup. Banyak brand
bermasalah dengan aspek fisik karena nilai tambah fungsional mereka lemah,
oleh karena itu brand harus memanfaatkan kemampuannya dalam
berkomunikasi dan secara perlahan membentuk karakter (Kapferer, 2008:183).
Cara brand mengomunikasikan produk atau jasanya dapat menunjukkan
karakter yang sama dengan kepribadian manusia, atau disebut dengan brand
personality. Plummer (1984) menyebutnya sebagai salah satu cara
mendeskripsikan brand melalui karakterisasi atau disebut Allen dan Olson
(1995) sebagai serangkaian arti spesifik yang menjelaskan karakteristik dalam
brand. Pendapat lain menyatakan bahwa segala aktivitas bauran pemasaran dan
keputusan manajemen brand dapat disimpulkan sebagai ‘tingkah laku’ yang
menjadi bagian dari brand dan membentuk ciri-ciri brand untuk membantu
melihat dan memahami brand personality (Fournier, 1995).
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
Selama berpuluh-puluh tahun, brand personality adalah topik
pembelajaran penting karena berkontribusi pada ekuitas brand (Aaker, 1991)
dengan membantu diferensiasi brand (Crask & Laskey, 1990), membangun
aspek emosional (Landon, 1974) dan menambah personal meaning sebuah
brand kepada konsumen (Levy, 1959), serta dapat menghasilkan evaluasi yang
lebih positif pada brand dari konsumen. Topik ini mulai menjadi fokus
penelitian akademis setelah Aaker (1997) muncul dengan mempresentasikan
artikelnya mengenai skala yang dibangun untuk mengukur brand personality
(brand personality scale) dan pengaruhnya pada tingkah laku konsumen. Aaker
membangun skala yang terdiri dari 42 ciri yang tergabung dalam lima dimensi,
yaitu sincerity, excitement, competence, sophistication, dan ruggedness yang
dirumuskan dalam bagan berikut.
Bagan 2. A brand personality framework (Aaker, 1997:352)
Masing-masing dimensi memiliki aspek yang membawahi 15 ciri dalam skala
pengukuran brand, meliputi down-to-earth, honest, wholesome, cheerful,
daring, spirited, imaginative, up-to-date, reliable, intelligent, successful, upper
class, charming, outdoorsy, dan tough. Skala ini dibuat untuk menggantikan
skala psikologis dari kepribadian manusia untuk mengukur brand personality.
Menurut Aaker (1997), brand personality dan kepribadian manusia terbentuk
secara berbeda dan tidak bisa disamakan; walaupun karakteristik kepribadian
keduanya mungkin memiliki elemen yang sama (Epstein, 1977).
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
Sejak Aaker mengemukakan skala untuk mengukur brand personality
(brand personality scale) di tahun 1997, selama hampir 2 (dua) dekade skala
tersebut telah banyak diterapkan, dikembangkan, dikritik, sampai dijadikan
dasar membuat skala baru oleh peneliti lain. Penelitian yang dilakukan Geuens,
Weijters, dan Wulf (2009) menghasilkan 5 (lima) dimensi brand personality
baru, yaitu responsibility, activity, aggressiveness, simplicity, dan emotionality
untuk menggantikan dimensi milik Aaker, yaitu sincerity, excitement,
competence, sophistication, dan ruggedness. Namun demikian, skala milik
Aaker masih menjadi skala yang paling populer dalam mengukur brand
personality karena terbukti reliable, valid, dan dapat diterapkan di berbagai
brand dan segmen konsumen. Varey (2002:155) menjabarkan beberapa contoh
yang masuk dalam dimensi brand personality milik Aaker.
Bagan 3. Dimensi brand personality dengan karakter dan contoh (Varey, 2002:155)
1) Sincerity
Dimensi sincerity atau ketulusan berdasarkan pemikiran bahwa
sebuah brand hangat dan mampu menerima, maka dibentuk dari 4
aspek, yaitu down-to-earth, honest, wholesome, dan cheerful. Down-to-
earth dicontohkan dengan sifat yang berorientasi pada keluarga, kota
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
kecil, dan konvensional. Melihat perkembangan dunia saat ini, sifat
down-to-earth mulai sulit untuk ditemukan terutama di kota-kota besar
dan modern. Maka dari itu aspek down-to-earth dikaitkan dengan kota
kecil yang mayoritas masih konvensional dan berpegang teguh pada
sifat kerendahan hati karena tidak banyak terpengaruh oleh budaya dari
luar. Honest atau jujur dicontohkan dengan sifat tulus, nyata, etis, dan
bijaksana. Saat ini banyak sekali kebohongan dan kepalsuan yang
disampaikan ke publik, sehingga kejujuran menjadi hal yang sangat
dihargai. Wholesome dicontohkan dengan sifat asli, klasik, dan kuno.
Kemajuan teknologi rekayasa membuat banyak hal lebih mudah dan
sederhana, tetapi tidak memiliki manfaat aslinya. Maka dimensi ini
dikaitkan dengan sifat asli, klasik, dan kuno. Cheerful atau periang
dicontohkan dengan sifat sentimental, ramah, hangat, dan bahagia.
Keempat aspek ini membangun sebuah kepribadian brand yang tulus.
2) Excitement
Dimensi excitement atau kegembiraan mirip dengan dimensi
kepribadian seseorang yang extrovert atau terbuka dengan karakter
mudah bergaul, energik, dan aktif. Dimensi ini dibentuk oleh 4 aspek,
yaitu daring, spirited, imaginative, dan up-to-date. Daring atau berani
dicontohkan dengan sifat trendi, menarik, mencolok, dan provokatif.
Spirited atau bersemangat dicontohkan dengan sifat keren, muda,
lincah, percaya diri, dan tidak takut dengan risiko dan hal-hal baru.
Imaginative atau imajinatif dicontohkan dengan sifat unik, lucu,
mengagetkan, artistik, dan seru. Up-to-date atau kekinian dicontohkan
dengan sifat independen, modern, inovatif, dan agresif.
3) Competence
Dimensi competence atau kemampuan menunjukkan sebuah
kepribadian brand yang bertanggung jawab, dapat dipercaya, dan aman.
Dimensi ini dibentuk oleh 3 aspek, yaitu reliable, intelligent, dan
successful. Reliable atau terpercaya dicontohkan dengan sifat bekerja
keras, aman, efisien, dapat dipercaya, dan teliti. Intelligent atau cerdas
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
dicontohkan dengan sifat teknis dan serius. Successful atau sukses
dicontohkan dengan sifat pemimpin, percaya diri, dan berpengaruh.
4) Sophistication & Ruggedness
Menurut Aaker (1997), dimensi sophistication atau kecanggihan dan
ruggedness atau kekuatan berbeda dari kepribadian manusia yang ada,
maka Aaker berpendapat bahwa kedua dimensi ini mungkin
berhubungan dengan kepribadian brand yang ingin dimiliki seseorang
tetapi tidak benar-benar membutuhkannya. Dimensi sophistication
dibentuk oleh 2 aspek, yaitu upper-class dan charming. Upper-class
atau kelas atas dicontohkan dengan sifat glamor, berpenampilan
menarik, mewah, dan canggih. Brand membuat referensi eksplisit atau
implisit untuk menaikkan sifat brand, menegaskan bahwa kepemilikan
brand dapat meningkatkan status sosial, kebanggaan, dan kepuasan
penggunanya. Charming atau memesona dicontohkan dengan sifat
feminim, halus, sopan, dan seksi. Dimensi ruggedness juga dibentuk
dari 2 aspek, yaitu outdoor dan tough. Outdoor atau luar ruang
dicontohkan dengan sifat maskulin, aktif, dan atletis. Tough atau keras
dicontohkan dengan sifat kasar, kuat, dan tidak ada yang tidak masuk
akal.
Sebuah brand diharapkan dapat menarik konsumen potensial melalui asosiasi
karakteristik personal. Konsumen merasa terikat dengan sebuah brand karena
atribut-atribut tertentu yang dibangun brand melalui kepribadiannya (Evans,
dkk., 2009).
Penelitian yang dilakukan Kressmann dkk. (2006) menunjukkan bahwa
membentuk brand personality merupakan langkah pertama dalam membangun
brand loyalty bagi setiap perusahaan, yang mana bisa dihubungkan dengan
konsep diri ideal konsumen. Motivasi konsumen untuk melakukan pembelian
bukan hanya karena nilai yang terlihat dalam aspek fisik (tangible values),
tetapi juga keinginan mereka untuk mengekspresikan diri ideal melalui nilai-
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
nilai brand yang terikat dengan produk (intangible values) seperti brand
personality.
Keller (1993) mengemukakan 3 (tiga) kategori produk, yaitu symbolic,
utilitarian, dan symbolic and utilitarian. Brand personality cenderung
memberikan fungsi simbolis (symbolic) atau pengekspresian diri. Konsumen
memilih produk atau brand untuk mengekspresikan citra diri dan menunjukkan
mereka ingin menjadi orang seperti apa (Creusen & Schoormans 2005).
Konsumen semakin menyatukan brand personality sebagai bagian dari identitas
sosial mereka; mereka melihat brand memiliki kepribadian dan memilih brand
yang mirip dengan bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri atau tipe
orang seperti apa yang mereka inginkan. Menurut Solomon (2003:246),
pemasar yang memahami peran yang dimainkan brand dalam membangun
identitas brand memiliki keuntungan kompetitif terhadap brand lain yang
secara dangkal berpikir bahwa orang membeli produk mereka hanya karena apa
yang mereka hasilkan (secara fisik) daripada apa maksud yang mereka
sampaikan (secara emosional).
2. Branding dalam media sosial (social media branding)
Media habit konsumen telah berubah dan menyebabkan konsumen
menjadi semakin aktif; tidak lagi sebatas mampu mencari dan mendapatkan
informasi, namun juga menghasilkan informasi. Perusahaan tidak lagi menjadi
satu-satunya pembuat cerita dari suatu brand. Alvin Toffler (1980) telah
mengenalkan konsep konsumen proaktif atau disebut ‘prosumer’ untuk
mendeskripsikan konsumen yang pada saat itu diprediksi akan menjadi aktif
dan mampu memengaruhi rancangan, juga penyampaian suatu produk maupun
jasa. Media sosial telah mewujudkan prediksi Toffler dengan kelahiran
prosumer yang mengunakan internet, khususnya media sosial sebagai sumber
informasi vital untuk berbagi dan mengonsumsi informasi dari suatu produk dan
brand (Silver, 2009). Trusov, Bodapati & Bucklin (2009) juga berpendapat
bahwa perubahan ini merupakan konsekuensi langsung dari kesuksesan
internet, dan terutama media sosial.
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
Bagi Stidsen dan Schutte (1972:25), komunikasi yang efektif
melibatkan keberadaan media yang sesuai untuk dialog antara konsumen
dengan brand. Oleh karena itu, popularitas media sosial membawa aktivitas
branding ke ranah yang baru, yaitu melalui media sosial.
Media sosial adalah sekumpulan aplikasi berbasis internet yang
dibangun berdasarkan ideologi dan teknologi Web 2.0, yang memungkinkan
pembuatan dan pertukaran User Generated Content (Kaplan & Haenlein,
2010:61). Kemunculan media sosial dapat menjadi alat komunikasi yang bagus
bagi perusahaan, pemasar, atau pengiklan (North, 2011). Tidak semua media
sosial memiliki kegunaan yang sama. Setiap media sosial memiliki fitur dan
komponen yang berbeda untuk mendukung ketertarikan dan praktik individu
yang beragam (Ellison, 2008). Maka dari itu, Kaplan dan Haenlein (2010:62)
menggunakan sekumpulan teori dalam bidang penelitian media (social
presence, media richness) dan proses sosial (self-presentation, self-disclosure),
yang menjadi elemen utama dari media sosial, untuk mengklasifikasikan
berbagai media sosial ke dalam blogs, collaborative projects, social networking
sites, content communities, virtual social worlds, atau virtual game worlds.
Media sosial telah memberikan penggunanya untuk terhubung,
membangun komunitas, atau memproduksi dan membagikan konten (Smith,
2009:559). Hal ini mengubah cara brand berinteraksi dengan konsumennya, di
mana brand memiliki kesempatan lebih besar untuk melakukan komunikasi dua
arah dengan konsumen. Media sosial memiliki interaktivitas yang tinggi dan
komunikasi terjadi secara real-time; ini yang membedakan media sosial dengan
media-media lain. Dengan demikian, brand memiliki kesempatan untuk
melakukan dialog dengan konsumen dan mampu mendapatkan feedback yang
diharapkan. Popularitas media sosial di kalangan konsumen menjadikannya
media yang sesuai untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Selain itu,
melalui media sosial brand dapat melakukan pendekatan dengan jumlah
audiens yang sangat banyak, namun dengan biaya yang jauh lebih terjangkau
dari media konvensional. Itulah sebabnya brand sebaiknya terus beradaptasi
dengan dinamika media sosial.
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
Facebook, Twitter, Pinterest, Instagram, dan Snapchat adalah beberapa
nama media sosial populer di dunia (We Are Social, 2016). Keempat platform
ini memiliki karakteristik serta fungsi yang berbeda satu sama lain. Facebook
menghubungkan seseorang dengan keluarga, kerabat, atau kolega, dan
memampukan mereka berbagi berbagai media. Twitter membatasi 140 karakter
dalam setiap status yang dibuat penggunanya. Pinterest dan Instagram lebih
berfokus pada kekuatan visual melalui foto maupun video. Snapchat, media
sosial yang populer akhir-akhir ini, memampukan penggunanya berbagi foto
dan video berdurasi singkat (maksimal 10 detik) yang hanya bertahan selama
24 jam lalu akan hilang secara otomatis. Walaupun memiliki karakteristik yang
berbeda, masing-masing dimanfaatkan brand untuk mendekatkan diri dengan
konsumen. Hasil penelitian Bevins (2014) menunjukkan terdapat korelasi
antara penggunaan media sosial dan brand loyalty. Media sosial dianggap
mampu memengaruhi persepsi orang terhadap brand atau ada hubungan antara
penggunaan media sosial dan branding secara nyata.
Laporan Social Summary menyebutkan bahwa hampir sepertiga
pengguna media sosial mengikuti akun brand favoritnya dan lebih dari tiga
perempat pengguna media sosial membeli produk secara online
(GlobalWebIndex, 2016:8). “Orang-orang memiliki kebutuhan untuk merasa
bahwa mereka percaya pada sebuah brand, dan para pemasar tahu mereka tidak
bisa mendapatkan kepercayaan konsumennya melalui iklan komersial atau
iklan cetak” (Belch dan Belch, 2012:16), melainkan melalui media yang mampu
menghasilkan interaksi antara brand dengan konsumen, yaitu media sosial.
Jika sebelumnya komunikasi hanya dilakukan satu arah, media sosial
mengubah para pengguna juga dapat memberikan pendapat mereka sendiri dan
bertukar informasi mengenai produk. Bahkan seseorang yang memiliki
pengaruh besar di media sosial mampu memengaruhi permintaan pasar. Oleh
karena itu, perusahaan harus menentukan strategi dan tujuan untuk membangun
keberadaan brand yang kuat di dunia online (Hill, 2010:42). Strategi ditentukan
dengan langkah-langkah berikut.
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
a. Melakukan riset untuk menentukan siapa yang menjadi konsumen untuk
menemukan di mana keberadaan konsumen tadi di dunia online.
b. Membuat konten yang relevan dan konten yang berkualitas.
c. Menjaga brand secara online dengan selalu memperbarui konten.
Brand harus menyusun strategi komunikasi yang tepat untuk bersaing dengan
brand-brand lain yang tidak terhitung jumlahnya. Jika tidak memiliki strategi
yang tepat dalam mengelola media sosial sebagai saluran komunikasi ke
konsumen, brand yang memiliki strategi lebih baik memiliki kesempatan lebih
besar untuk mencuri konsumen.
Strategi yang tepat juga berkaitan dengan jenis media sosial yang
digunakan. Media sosial yang berbasis visual seperti Instagram semakin
populer digunakan untuk branding dewasa ini. Secara umum, komunikasi
visual brand dianggap sebagai bentuk komunikasi yang menyenangkan bagi
konsumen dan Instagram membuat brand memiliki pendekatan komunikasi
yang lebih personal (Hellberg, 2015:60). Visual memberikan lebih banyak
cerita brand dan pemahaman informasi yang lebih cepat daripada teks saja.
Untuk memahami bagaimana gambar bekerja dan memengaruhi orang yang
melihatnya di platform Instagram, Hellberg (2015:7-16) memakai beberapa
pendekatan, yaitu interpretasi gambar, komposisi gambar, estetika, dan literasi
visual. Kemudian agar komunikasi visual brand melalui Instagram berhasil,
Hellberg (2015:60-66) menemukan beberapa aspek yang perlu diperhatikan
untuk menciptakan engagement, meliputi tipe konten, estetika gambar, warna
gambar, framing, video, variasi konten, dan frekuensi unggahan.
F. Kerangka Konsep
Setelah diberikan pemahaman tentang konsep-konsep yang menjadi
dasar penelitian ini pada bagian sebelumnya, bagian ini akan menjelaskan
logika penelitian meliputi konsep-konsep kunci yang digunakan sebagai dasar
analisis masalah. Peneliti telah mengerucutkan penelitian dalam konteks
branding fesyen lokal melalui Instagram untuk melihat brand personality yang
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
dikomunikasikan dalam konten-konten di dalamnya. Secara teori, penelitian ini
mencakup 2 konsep kunci, yaitu social media branding dan brand personality.
Popularitas media sosial di kalangan masyarakat membuat brand harus
menyesuaikan diri dan menggunakan media sosial untuk menjaga kedekatan
dengan konsumen. Sebagai aplikasi berbasis mobile untuk berbagi foto,
popularitas Instagram tumbuh bersamaan dengan perkembangan teknologi
komunikasi smartphone yang memudahkan penggunanya untuk mengambil
dan membagikan foto di manapun dan kapanpun. Kemudahan ini telah
membangun kultur visual dalam masyarakat dan membuat media berorientasi
pada visual. Brand memanfaatkan hal ini untuk membangun komunikasi
melalui konten Instagram.
Di Indonesia sendiri Instagram sangat populer, bahkan sampai menjadi
salah satu negara yang menyumbang pengguna Instagram terbanyak
(Instagram, 2016). Paul Webster (dalam Amirio, 2016) mengungkap data
bahwa 46% pengguna Instagram di Indonesia cenderung memberikan ‘like’
pada konten brand, dan konten fesyen adalah salah satu konten yang paling
populer di Indonesia. Antusiasme masyarakat Indonesia menciptakan peluang
besar Instagram menjadi saluran komunikasi yang lebih efektif bagi brand-
brand lokal di Indonesia, khususnya yang bergerak di bidang fesyen. Selain
penggunaannya yang gratis, brand dapat lebih bebas berekspresi melalui konten
visual untuk menyampaikan nilai-nilai brand dan menunjukkan siapa dirinya.
Bagi sebagian besar brand fesyen, aspek fisik menjadi lemah karena
nilai tambah fungsional mereka cenderung mirip satu sama lain. Solusinya
adalah memanfaatkan kemampuan dalam berkomunikasi dan membentuk
karakter atau kepribadian (brand personality) secara perlahan (Kapferer,
2008:183). Untuk meningkatkan hubungan emosional dengan konsumen,
strategi yang dapat dilakukan brand fesyen adalah menggunakan brand
personality.
Pada penelitian ini, Instagram dinilai sebagai media yang mampu
menyampaikan brand personality dengan efektif melalui konten-kontennya.
Peneliti mengambil satu sampel brand fesyen lokal, yaitu Humblezing, untuk
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
mendeskripsikan brand personality yang terdapat dalam konten Instagram-nya.
Konten yang telah dipilih akan dianalisis untuk melihat brand personality yang
dikomunikasikan berdasarkan skala brand personality milik Aaker (1997),
terdiri dari 15 ciri yang tergabung dalam lima dimensi yaitu sincerity,
excitement, competence, sophistication, dan ruggedness.
Untuk memahami bagaimana konten visual dalam platform Instagram
dapat memengaruhi pengguna yang melihatnya, digunakan pendekatan oleh
Hellberg (2015:7-16), meliputi interpretasi gambar, komposisi gambar,
estetika, dan literasi visual. Interpretasi gambar berkaitan dengan personal
filter, termasuk pengalaman personal, latar belakang budaya dan sosial, serta
sikap atau tingkah laku. Komposisi gambar dapat dibedakan menjadi clean dan
full object. Estetika gambar sangat subjektif, sehingga penilaiannya cenderung
berbeda antara satu orang dengan yang lain. Literasi visual merupakan
pengetahuan yang penting untuk dimiliki setiap orang yang terlibat dalam
lingkungan media saat ini. Sebuah gambar dianggap tidak menyatakan sesuatu
secara eksplisit dan memiliki makna. Setiap orang diharapkan mampu
memahami nature of images, ‘membaca’ gambar, dan menginterpretasikan
maknanya.
Visual memberikan lebih banyak cerita brand dan pemahaman
informasi yang lebih cepat daripada teks saja. Konsep-konsep kunci yang
digunakan ini kemudian akan dikembangakan menjadi instrumen penelitian
yang membantu peneliti dalam mendeskripsikan brand personality yang
terdapat dalam konten Instagram Humblezing.
G. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian kualitatif banyak digunakan untuk mengemukakan gambaran atau
pemahaman mengenai bagaimana suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.
Tipe penelitian yang dipilih adalah tipe deskriptif, yaitu penelitian yang
berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
berdasarkan data-data. Penelitian ini menggunakan metode analisis konten
dengan semiotik.
Analisis konten merupakan metode ilmiah untuk mendeskripsikan
aspek-aspek komunikasi sedemikian rupa sehingga pernyataan-pernyataan dan
generalisasi ringkas tentang konten dapat dibuat (Auster, 1956:102). Terdapat
5 (lima) tujuan utama analisis konten menurut Berelson (1952), yaitu untuk
mendeskripsikan karakteristik pokok dari isi pesan, mendeskripsikan bentuk
karakteristik isi pesan, membuat kesimpulan pada produser konten, membuat
kesimpulan pada audiens konten, dan memprediksi pengaruh konten pada
audiens. Analisis konten kualitatif melihat hubungan antara teks dan
kemungkinannya dimaknai audiens, menyadari bahwa teks media bersifat
polysemic (memiliki beragam arti karena audiens yang beragam) dan mencoba
untuk menentukan kemungkinan makna teks bagi audiens. Analisis konten
memerhatikan audiens, media, dan faktor konteksual—bukan sekadar teks saja
(Macnamara, 2005:5). Metode ini penting untuk memahami makna yang lebih
dalam dan kemungkinan interpretasi oleh audiens. Maka, analisis konten
kualitatif sangat bergantung pada ‘pembacaan’ dan interpretasi teks media oleh
peneliti.
Penelitian ini berfokus pada gambar sehingga meminjam cara semiotik.
Semiotik digunakan untuk menguraikan tanda-tanda dan makna yang ingin
disampaikan melalui konten (foto dan video) brand fesyen lokal Humblezing di
Instagram, secara khusus brand personality. Kata semiotik berasal dari bahasa
Yunani yang berarti sign atau tanda. Semiotik atau disebut juga semiologi
sangat berkembang dan memunculkan banyak ahli semiotik seperti Saussure,
Peirce, Eco, dan Barthes. Eco (1976:14) menyatakan bahwa Saussure dan
Peirce adalah ahli pertama yang menciptakan definisi semiotik pada abad ke-
19. Saussure mempelajari kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat, sedangkan
Peirce mempelajari tanda sebagai “something which stands to somebody for
something”. Peirce dalam Eco (1976:14) mendefinisikan sebuah tanda dapat
bermakna sesuatu yang berbeda pada seseorang hanya karena hubungan makna
dimediasi oleh interpretant. Para ahli mencoba mendefinisikan semiotik
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
menurut pendapatnya masing-masing. Namun, pada dasarnya semiotik adalah
ilmu yang mempelajari tanda-tanda dan maknanya. Tanda dapat berupa kata,
gambar, suara, gestur, dan objek. Tanda penting untuk diteliti karena memiliki
makna yang lebih dari yang terlihat.
Semiotik dianggap mampu untuk menjelaskan hal-hal yang tidak
tampak di permukaan dan mampu membongkar makna-makna yang
tersembunyi sehingga kedalaman dan keluasan informasi akan sangat
menentukan sejauh mana galian informasi yang diperoleh. Peneliti melakukan
penelitian terhadap tanda-tanda dalam konten Instagram dan menjelaskan
bagaimana tanda-tanda tersebut membentuk makna dengan model tanda triadic
milik Charles Sanders Peirce. Menurut Peirce terdapat 3 (tiga) sistem tanda,
yaitu representamen, object, dan interpretant. Prinsip dasar model tanda ini
adalah tanda bersifat representatif, menjadi sesuatu yang menjelaskan sesuatu
yang lain. Proses semiosis merupakan proses pemaknaan tanda yang bermula
dari persepsi dasar, kemudian persepsi dasar tersebut merujuk pada objek dan
akhirnya terjadi proses interpretant. Kerangka semiotik Peirce berfokus pada
analisis interpretasi makna.
2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah konten Instagram Humblezing, sebuah
brand fesyen lokal asal Bandung yang sudah berdiri sejak tahun 2010. Memiliki
lebih dari 30.000 pengikut dan 1.000 konten, brand ini dipilih menjadi objek
penelitian karena mampu mempertahankan usahanya lebih dari 5 (lima) tahun
di tengah tingginya persaingan brand-brand fesyen. Kemudian, Humblezing
telah melakukan usaha branding di Instagram sejak tahun 2013 dan dianggap
dapat memberikan data yang cukup untuk penelitian.
Selain itu, Humblezing memiliki brand recognition yang cukup luas.
Karakteristik yang dimiliki membuatnya mendapat sorotan dari berbagai media,
baik media massa maupun media online. Beberapa kali produk Humblezing
dipakai untuk kolaborasi di majalah, seperti majalah Nylon Guys edisi Februari-
Maret 2015 dan April-Mei 2015. Tidak hanya itu, produknya juga diulas di
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22
majalah Provoke edisi Juli 2015, Trax edisi Juli 2015, dan media online
Neighbourlist. Humblezing merupakan brand fesyen lokal yang
diperhitungkan, dapat dilihat dari partisipasinya mengikuti berbagai curated
market, di antaranya Brightspot Market, Wall of Fades, Pop-up Market,
Trademark Market, sampai Big N Breezy di Singapura. Konsep utama dari
curated market adalah melakukan kurasi terlebih dahulu terhadap tenants yang
akan mengikuti acara tersebut. Maka, brand-brand yang sudah terkurasi
dianggap sebagai brand yang terbaik. Brightspot, Wall of Fades, Pop-Up, dan
Trademark Market merupakan curated market yang menarik ribuan konsumen
setiap tahunnya. Mengingat tidak semua brand dapat lolos kurasi dan mengikuti
acara tersebut, Humblezing dinilai sangat diperhitungkan karena bisa ambil
bagian pada setiap curated market bergengsi di Indonesia.
Instagram dimanfaatkan Humblezing sebagai saluran komunikasi
kepada target pasar mereka. Bahkan platform tersebut digunakan sebagai media
komunikasi utama, atau dengan kata lain Humblezing mengandalkan Instagram
untuk mengomunikasikan nilai-nilai brand-nya kepada audiens. Melalui
Instagram, Humblezing tidak hanya sebatas memasarkan produknya, namun
dimanfaatkan untuk berkomunikasi secara visual melalui foto atau video dan
menunjukkan nilai-nilai brand. Peneliti secara khusus tertarik melihat brand
personality yang dikomunikasikan melalui konten visual dan menjadikan
Humblezing mampu mempertahankan usahanya dalam jangka waktu relatif
lama.
3. Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.
a. Studi dokumentasi dan pustaka
Studi dokumentasi menjadi teknik utama yang digunakan dalam penelitian
ini karena penelitian berfokus pada konten visual yang dihasilkan
Humblezing untuk mengomunikasikan nilai-nilai brand-nya, khususnya
brand personality. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
23
konten media yang telah diunggah di akun Instagram Humblezing. Studi
pustaka juga dilakukan untuk mencari literatur yang berhubungan dengan
penelitian dan dapat mendukung penelitian.
b. Wawancara atau interview
Teknik ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara face-to-face
dengan narasumber menggunakan pedoman pertanyaan yang telah dibuat
sebelumnya. Wawancara mendalam dilakukan dengan pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas manajemen brand Humblezing, termasuk pemilik
usaha.
4. Teknik penyaringan data
Kassarjian (1977:11) berpendapat bahwa untuk sebagian besar
penelitian analisis konten, tugas besar menganalisis dokumen yang sudah ada
dimulai dengan prosedur sampling. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive, dengan mengambil sampel
dari konten-konten yang menampilkan koleksi pakaian Humblezing yang dirilis
pada caturwulan kedua, atau pada rentang bulan Mei-Agustus di tahun 2014 dan
2016. Teknik ini dilakukan untuk melihat kesesuaian brand personality yang
dikomunikasikan pada tahun yang berbeda.
Koleksi pakaian dijadikan kriteria karena desain produk merupakan
aspek utama bagi brand fesyen menunjukkan brand personality-nya.
Pembatasan pada caturwulan kedua dilakukan karena Humblezing tidak
memiliki patokan waktu tertentu dalam merilis koleksi pakaiannya. Brand ini
telah merilis 2 (dua) koleksi di tahun 2013, 4 (empat) koleksi di tahun 2014, 5
(lima) koleksi di tahun 2015 dan 3 (tiga) koleksi di tahun 2016. Total terdapat
14 (empatbelas) koleksi yang sudah dirilis melalui Instagram atau rata-rata 3
(tiga) koleksi setiap tahunnya. Dengan demikian, sampel diambil dari 2 (dua)
koleksi pakaian, meliputi koleksi yang dirilis pada bulan Juli 2014 dan koleksi
yang dirilis pada bulan Juni 2016. Kemudian dipilih 3 (tiga) buah foto yang
masing-masing dianggap mewakili tiga segmentasi produk Humblezing, yaitu
travel, adventure, dan two-wheels.
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
24
5. Teknik analisis data
Data yang telah didapatkan melalui studi dokumentasi dan wawancara
selanjutnya dianalisis secara kualitatif dengan teknik analisis deskriptif.
Analisis konten kualitatif menyadari bahwa teks media bersifat polysemic dan
mencoba untuk menentukan kemungkinan makna teks bagi audiens. Sesuai
dengan tujuan analisis konten Berelson (1952), peneliti ingin mendeskripsikan
karakteristik pesan dalam konten Instagram Humblezing, yaitu brand
personaliy. Untuk ‘membaca’ dan mendeskripsikan brand personality dalam
konten Instagram, peneliti tidak hanya memerhatikan teks, tetapi juga media
dan faktor konteksual (Macnamara, 2005:5).
Gambar seperti foto merupakan tanda utama dalam teks media. Dalam
hal bahasa, Campbell dan Pennebaker (2003) mengidentifikasi kata ganti
sebagai penanda utama dalam makna teks dan menjadi fokus dari analisis teks
kualitatif. Elemen teks utama yang biasa diteliti dalam analisis konten kualitatif
antara lain kata sifat yang digunakan dalam deskripsi (baik positif maupun
negatif) yang memberikan indikasi kuat dari sikap komunikator; metafora dan
simile yang digunakan; apakah kata kerja merupakan kalimat aktif atau pasif;
sudut pandang komunikator; kualitas gaya bahasa seperti keagresifan,
sarkasme, kelancangan, bahasa emosional; biner yang terdapat dalam teks dan
bagaimana posisi serta penggunaannya; gambaran visual dalam teks; faktor
konteks seperti posisi dan kredibilitas komunikator atau sumber yang dikutip,
yang mana memengaruhi makna yang diambil dari teks (Macnamara, 2005:17).
Penelitian ini meminjam cara semiotik untuk mempelajari dan
menguraikan tanda-tanda dan makna yang ingin disampaikan melalui konten
Instagram Humblezing, secara khusus brand personality. Tanda dapat berupa
kata, gambar, suara, gestur, dan objek; dikelompokkan menjadi tanda denotatif
dan konotatif. Denotasi merupakan makna paling nyata dari tanda,
menunjukkan arti literatur atau yang eksplisit dari gambar, kata-kata dan
fenomena yang lain. Namun, dalam waktu bersamaan tanda denotatif juga
merupakan tanda konotatif. Konotasi menggambarkan hubungan yang terjadi
saat suatu tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
25
nilai dari kebudayaannya. Konotasi melibatkan simbol-simbol, sejarah dan hal-
hal yang berhubungan dengan emosional, sehingga memiliki makna yang
subjektif atau paling tidak inter-subjektif. Apabila disimpulkan, denotasi adalah
apa yang telah digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi
adalah bagaimana menggambarkannya (Sobur, 2004).
Peneliti melakukan penelitian terhadap tanda-tanda dalam konten
Instagram dan menjelaskan bagaimana tanda-tanda tersebut membentuk makna
dengan model tanda triadic milik Charles Sanders Peirce, meliputi
representamen, object, dan interpretant. Proses semiosis Peirce merupakan
proses pemaknaan tanda yang bermula dari persepsi dasar, kemudian persepsi
dasar tersebut merujuk pada objek, dan akhirnya terjadi proses interpretan.
Peirce membagi tanda menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu ikon, indeks, dan simbol.
Perbedaan ketiganya dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Tanda Ditandai Dengan Contoh Proses Kerja
Ikon - Persamaan (kesamaan)
- Kemiripan
Gambar, foto,
patung
Dilihat
Indeks - Hubungan sebab akibat
- Keterikatan
Asap = api
Gejala = penyakit
Diperkirakan
Simbol - Konvensi
- Kesepakatan sosial
Kata-kata, isyarat Dipelajari
Tabel 1.1 Jenis tanda menurut Charles Sanders Peirce (dalam Wibowo, 2011:18)
Penerapan model triadic Peirce dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, (1)
data yang telah tersaring dianalisis dengan instrumen penelitian yang telah
ditentukan, (2) kemudian hasil analisis dijelaskan secara konseptual, (3) peneliti
melakukan penafsiran, dan (4) terakhir adalah menarik kesimpulan.
Kress dan Leeuwen (2002) menyatakan bahwa kajian semiotik visual
tidak terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan mitos dan budaya yang berlaku
di suatu negara, karena akan berpengaruh pada makna yang berbeda-beda.
Selain itu, penggunaan bahasa juga dianalisis latar belakangnya dalam semiotik.
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
26
Penelitian menggunakan semiotik menganalisis latar belakang penggunaan
bahasa dalam teks, dan berusaha memaknai teks yang dihubungkan dengan
aspek di luar bahasa yang biasa disebut dengan konteks. Teks dan konteks akan
membentuk makna, kemudian dalam teks dan konteks tersebut terdapat
intratekstualitas dan intertekstualitas. Intratekstualitas berfokus pada tanda di
dalam teks, sedangkan intertekstualitas lebih berfokus pada hubungan antar-
teks. Tidak ada teks yang berdiri sendiri, atau dengan kata lain penciptaan dan
pembacaannya tidak dapat dilakukan tanpa adanya teks lain. Maka untuk dapat
memahami harus menghubungkan teks satu dengan teks-teks lain yang
mendahuluinya; teks hanya melanjutkan, melengkapi, mengubah, atau
mengalihkan.
Dibutuhkan instrumen penelitian dalam menganalisis konten Instagram
Humblezing untuk memudahkan penelitian. Simbol terbagi menjadi dua
bentuk, yaitu verbal dan non-verbal (Liliweri, 2001:5). Tanda verbal terlihat
saat seseorang melahirkan suatu pemikiran, perasaan, dan perbuatan melalui
kata-kata; sedangkan tanda non-verbal merujuk pada penggunakan gerak-gerik
anggota tubuh, ekspresi wajah, pakaian, waktu dan jarak fisik, dan lain-lain.
Agar dapat diteliti, diturunkan konsep dari teks yang terdapat dalam Instagram
sehingga menjadi instrumen penelitian. Tabel berikut merupakan penjabaran
instrumen penelitian oleh Darwanto (1992) yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan peneliti.
Unit
Terteliti
Unsur Sub-unsur
Verbal Caption atau
penjelasan foto
Gaya bahasa, pilihan kata, penggunaan
mention dan tanda tagar (hashtag)
Fitur Instagram Penandaan lokasi (geo-tagging), penandaan
pengguna lain (user-tagging)
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
27
Non-
Verbal
Teknik pengambilan
gambar
Extreme long shot, long shot, medium long
shot, medium shot, close up, extreme close up
Camera angles High angle, eye-level angle, low angle
Pencahayaan High key, low key, high contrast, low
contrast
Ekspresi dan gestur
objek manusia
Ceria, sedih, marah, datar, gerak-gerik
anggota tubuh (mata, tangan, kaki, dll.)
Setting dan aktivitas Waktu, tempat, suasana, situasi
Warna Jenis warna
Subjek atau objek
dalam gambar
Aktor (penampilan dan identitas yang di
bawa), benda
Tabel 1.2 Instrumen penelitian
Pemaknaan unsur dalam instrumen penelitian yang telah dijabarkan dapat dilhat
dalam tabel berikut.
Unsur Sub-unsur Denotasi Konotasi
Caption atau
penjelasan
foto
Mention Menyebutkan nama
pengguna dalam
penjelasan foto
Menunjukkan
hubungan kedekatan
atau keterkaitan,
menunjukkan
koneksi atau
lingkaran pergaulan
penggunanya
Tanda tagar
(Hashtag)
Menuliskan sesuatu yang
diawali dengan tanda tagar
(#) untuk memasukkan
Menyatakan diri
menjadi bagian dari
sesuatu, membuat
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
28
foto/video dalam
kumpulan foto/video
dibawah tanda tagar yang
sama
foto lebih dapat
ditemukan dan
banyak diakses
pengguna lain
Fitur
Geo-
tagging
Mencantumkan nama
lokasi di mana foto/video
tersebut diambil
Menyatakan diri
pernah berada di
lokasi tertentu,
membuat foto dapat
lebih banyak diakses
pengguna lain
User-
tagging
Mencantumkan nama-
nama pengguna lain yang
terdapat dalam foto/video
Menunjukkan
hubungan kedekatan
atau keterkaitan,
menunjukkan
koneksi atau
lingkaran pergaulan
penggunanya
Teknik
pengambilan
gambar
Extreme
long shot
Pengambilan gambar dari
jarak sangat jauh
Luas, berhubungan
dengan
pemandangan
Long shot Pengambilan gambar dari
jarak jauh
Memperlihatkan
setting objek yang
lebih signifikan
Medium
long shot
Pengambilan gambar dari
jarak sedang, objek terlihat
seluruh tubuhnya (full
body)
Memperlihatkan
profil objek
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
29
Medium
shot
Pengambilan gambar dari
jarak sedang, objek terlihat
sampai di bawah lutut
Memperlihatkan
objek secara lebih
detail
Close up Pengambilan gambar dari
dekat, objek terlihat
wajahnya keseluruhan (full
face)
Memperlihatkan
ekspresi objek
Extreme
close up
Pengambilan gambar
sangat dekat dengan objek
Keintiman
Camera
angles
High angle Penempatan kamera lebih
tinggi dari objek
Superioritas terhadap
objek
Eye-level
angle
Pengambilan sejajar atau
normal dengan objek
Kesejajaran antara
subjek dengan objek
Low angle Pengambilan gambar
subjek dari bawah
Superioritas oleh
objek
Pencahayaan High key Tingkat exposure pada foto
dominan terang
Kebahagiaan
Low key Tingkat exposure pada foto
dominan gelap
Kesedihan
High
contrast
Tingkat kepekaan cahaya
tinggi
Teatrikal, dramatis
Low
contrast
Tingkat kepekaan cahaya
rendah
Realitas, dokumenter
Tabel 1.3 Pemaknaan unsur dalam instrumen penelitian
Apabila instrumen penelitian dan konsep brand personality digabungkan,
terbentuk pemaknaan baru yang dapat digunakan untuk menganalisis konten
Instagram Humblezing dan menentukan brand personality yang sesuai dengan
tabel berikut.
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
30
Unsur Sub-unsur Denotasi Konotasi
Brand
Personality
Sincerity
Sebuah brand memiliki
kepribadian yang tulus,
hangat, dan mampu
menerima; ditunjukkan
dengan sifat down-to-earth,
honest, wholesome, dan
cheerful.
Seseorang yang memiliki
gaya berpakaian serta gaya
hidup yang sederhana, tidak
berlebihan. Wajahnya ramah
dan murah senyum sehingga
disukai banyak orang. Ia
tidak pergi ke tempat-tempat
yang terkesan mahal dan
eksklusif. Dari sisi konten
visual, sincerity dapat
ditunjukkan dengan
melakukan pengambilan
gambar produk dalam jarak
sangat dekat (Chang, 2014)
dengan latar yang natural.
Excitement Sebuah brand memiliki
kepribadian yang extrovert
atau terbuka dengan
karakter mudah bergaul,
energik, dan aktif;
ditunjukkan dengan sifat
daring, spirited,
imaginative, dan up-to-date.
Seseorang yang memiliki
gaya berpakaian sendiri,
menyukai hal-hal yang unik,
ingin menjadi berbeda, dan
melakukan hal-hal yang tidak
banyak dilakukan orang lain
supaya menonjol dan
menjadi pusat perhatian.
Namun, Ia sangat dinamis
dan mengetahui
perkembangan tren sehingga
tetap mudah bergaul dan
memiliki banyak teman. Ia
suka pergi ke tempat-tempat
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
31
yang cenderung jarang
didatangi atau belum banyak
orang tahu. Dari sisi konten
visual, excitement dapat
ditunjukkan dalam gambar
artistik, latar kreatif, atau
lingkungan modern (Chang,
2014).
Competence Sebuah brand memiliki
kepribadian yang
bertanggung jawab dan
dapat dipercaya;
ditunjukkan dengan sifat
reliable, intelligent, dan
successful.
Seseorang yang suka bekerja
keras dan mengerjakan
pekerjaannya dengan
sungguh-sungguh sehingga
hidupnya sukses. Ia sering
terlihat sibuk mengerjakan
sesuatu yang serius atau
bertemu dengan rekan
kerjanya di tempat umum.
Cara bicaranya baik dan
sopan, memperlihatkan
dirinya orang yang
berpendidikan dan dapat
menghargai setiap orang.
Dari sisi konten visual,
competence dapat
ditunjukkan oleh pengguna
Instagram dalam situasi yang
berhubungan dengan
pekerjaan, sekolah, atau
kompetisi (Chang, 2014).
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
32
Shopistication Sebuah brand memiliki
kepribadian yang mewah;
ditunjukkan dengan sifat
upper-class dan charming.
Kepemilikan brand dapat
meningkatkan status sosial,
kebanggaan, dan kepuasan
penggunanya.
Seseorang yang gaya
berpakaiannya terlihat
glamor dan menyukai semua
hal yang terkesan mewah dan
memberikan kebanggaan
bagi dirinya, mulai dari
produk sampai tempat
makan. Gaya hidupnya tinggi
dan dikelilingi dengan orang-
orang yang memiliki
kekayaan sama banyaknya
atau lebih besar. Orang yang
sederhana akan segan
mendekatinya dan sulit
bergaul dengannya. Ia tidak
akan puas sebelum
mendapatkan kualitas terbaik
yang bisa didapatkan dengan
kekayaannya. Dari sisi
konten visual, sophistication
dapat ditunjukkan dalam
gambar yang
memperlihatkan kecantikan
fisik atau barang-barang yang
sangat mahal dan mewah
(Chang, 2014).
Ruggedness Sebuah brand memiliiki
kepribadian yang rugged2;
Seseorang menyukai hal-hal
yang dapat meningkatkan
maskulinitasnya,
2 Karakter yang kasar dan kuat, bertekad, melibatkan kesulitan (Merriam-Webster, 2017).
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
33
ditunjukkan dengan sifat
outdoor dan tough.
membuatnya terlihat macho3
atau manly. Ia menyukai hal-
hal yang dapat menunjukkan
kejantanannya, seperti
memanjangkan jambang
rambut dan menumbuhkan
janggut; melakukan aktivitas
menantang di alam terbuka
seperti naik gunung, touring
dengan motor, off-road, atau
berkemah di hutan; termasuk
gaya berpakaiannya yang
cenderung kurang kasual
seperti memakai sepatu bot.
Dari sisi konten visual,
ruggedness dapat
ditunjukkan dalam gambar
yang memperlihatkan
kekuatan dan ketangguhan
manusia (Chang, 2014).
Tabel 1.4 Penggabungan instrumen penelitian dan brand personality
3 Memiliki atau menunjukkan sikap yang sesuai dengan persepsi tradisional tentang seperti apa
seorang pria: manly atau maskulin dalam cara yang mudah dilihat atau dilebih-lebihkan; seseorang
yang menunjukkan machismo, yaitu rasa yang kuat akan kebanggaan maskulin, maskulinitas yang
berlebihan, atau rasa berlebihan akan daya atau kekuatan (Merriam-Webster, 2017).
BRAND PERSONALITY HUMBLEZING (Analisis Isi Kualitatif Brand Personality Koleksi PakaianHumblezingdalam Instagram)BERNADETH BELLANITA ASTRIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/