bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/vinista rangganing kirana...

20
1 Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 melaporkan status gizi anak di dunia dengan prevalensi kekurusan sekitar 14,3%, jumlah anak yang mengalami kekurusan sebanyak 95,2 juta orang. Keberhasilan pembangunan nasional khususnya dalam bidang gizi dan kesehatan, beberapa tahun belakangan ini berdampak baik bagi penurunan jumlah penderita kasus gizi kurang di Indonesia dan dunia. Namun keberhasilan tersebut diikuti oleh peningkatan prevalensi gizi lebih pada masyarakat. Berdasarkan catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO) overweight dan obesitas merupakan faktor risiko penyebab kematian nomor lima. Sedikitnya 2,8 juta penduduk meninggal per tahun akibat dari overweight dan obesitas. Overweight dan obesitas ini memiliki angka kematian yang tinggi di dunia dibandingkan dengan underweight. Ada 42 juta anak mengalami obesitas dan 35 juta diantaranya berasal dari negara-negara berkembang. Di Indoesia orang yang mengalami kelebihan berat badan (overweight) mencapai 21,7% dan terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2015 akan terdapat 2,3 milyar dewasa memiliki berat badan berlebih, dari data ini diperkirakan lebih dari 700 orang dewasa yang obes(WHO,2011).

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

1 Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015

melaporkan status gizi anak di dunia dengan prevalensi kekurusan

sekitar 14,3%, jumlah anak yang mengalami kekurusan sebanyak

95,2 juta orang. Keberhasilan pembangunan nasional khususnya

dalam bidang gizi dan kesehatan, beberapa tahun belakangan ini

berdampak baik bagi penurunan jumlah penderita kasus gizi kurang di

Indonesia dan dunia. Namun keberhasilan tersebut diikuti oleh

peningkatan prevalensi gizi lebih pada masyarakat. Berdasarkan catatan

Badan Kesehatan Dunia (WHO) overweight dan obesitas merupakan

faktor risiko penyebab kematian nomor lima. Sedikitnya 2,8 juta

penduduk meninggal per tahun akibat dari overweight dan obesitas.

Overweight dan obesitas ini memiliki angka kematian yang tinggi di

dunia dibandingkan dengan underweight. Ada 42 juta anak

mengalami obesitas dan 35 juta diantaranya berasal dari negara-negara

berkembang. Di Indoesia orang yang mengalami kelebihan berat

badan (overweight) mencapai 21,7% dan terus meningkat setiap

tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2015 akan terdapat 2,3 milyar

dewasa memiliki berat badan berlebih, dari data ini diperkirakan

lebih dari 700 orang dewasa yang obes(WHO,2011).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

2

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan

WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus

segera ditangani. Prevalensi obesitas pada anak meningkat dari tahun ke

tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang.

Disamping itu, obesitas pada anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa

dewasa dan berpotensi menderita penyakit metabolik dan penyakit

degeneratif dikemudian hari (Wildanul, 2012).

World health organication (WHO) telah mendeklarasikan, obesitas

sebagai epidemiologik global. Prevalensinya meningkat tidak saja di

negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang termasuk

indonesia.Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti di negara

Eropa, USA, dan Australia telah mencapai tingkat epidemi. Dicina, kurang

lebih 10% anak sekolah mengalami obesitas, sedangkan di Jepang

prevalensi obesitas pada umur 6-14 tahun berkisar antara 5-11% (Adriani,

2012).

CDC (Central for Disease Control and Prevention) menyatakan

obesitas pada anak telah meningkat 3 kali lipat dalam 30 tahun terakhir.

Faktor genetik memiliki peran cukup besar terjadinya obesitas. Anak

dengan kedua orang tua yang obesitas memiliki resiko 80% menjadi

obesitas, jika hanya satu yang mengalami obesitas maka resiko terjadinya

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

3

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

obesitas adalah 40%, dan 7% mengalami obesitas bila anak tersebut

memiliki kedua orang tua yang bertubuh ramping.

Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi

kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya

disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaanpangan,kurang

baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Masalah gizi lebih

disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu

disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang

dan kesehatan (Almatsier, 2010).

Indonesia sedang dihadapkan dengan fenomena gizi lebih atau

obesitas. Berbagai data yang ada menunjukkan kecenderungan prevalensi

obesitas yang terus meningkat setiap tahunnya baik di negara maju

maupun di negara berkembang khususnya obesitas yang terjadi pada anak

usia sekolah. Prevalensi obesitas pada anak-anak usia 6-14 tahun mencapai

9,5% untuk pria, sedangkan perempuan mencapai 6,4%. Kondisi

meningkat dari tahun 1990-an yang berkisar 4%. Secara Nasional masalah

kegemukan pada umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih di

atas 5,0%. Prevalensi kegemukkan pada anak laki-laki umur 6-12 tahun

lebih tinggi dari prevalensi pada anak perempuan yaitu berturut-turut

sebesar 10,7% dan 7,7%. Berdasarkan tempat tinggal prevalensi

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

4

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

kegemukkan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan prevalensi di

pedesaan yaitu berturut-turut sebesar 10,4% dan 8,1%

Di Indonesia masalah obesitas pada anak belum mendapat

perhatian yang cukup karena pemerintah masih disibukkan oleh masalah

gizi kurang. Meskipun demikian, obesitas pada anak perlu mendapat

perhatian karena prevalensinya cenderung terus meningkat dan memiliki

dampak serius terhadap kesehatan dan perkembangan psikologi anak.

Misalnya menciptakan rasa kurang percaya diri, depresi, dan pasif karena

sering tidak dilibatkan dalam kegiatan yang dilakukan oleh teman

sebayanya. Gangguan kejiwaan ini dapat memperparah obesitas anak bila

anak melampiaskan stress yang dialaminya ke makanan. Selain itu

penanganan obesitas pada anak juga membutuhkan keahlian khusus karena

anak masih dalam masa pertumbuhan, oleh karena itu upaya yang lebih

penting adalah mencegah terjadinya obesitas pada anak sedini mungkin.

Untuk itu dibutuhkan tidak hanya peranan orang tua tetapi juga guru

dalam mengawasi petumbuhan anak. (Pratiwi, 2012).

Data yang dikumpulkan himpunan obesitas Indonesia (2008)

berdasarkan data dan departemen kesehatan pada tahun 1993 jumlah

penderita obesitas meningkat menjadi 6,3% untuk anak laki-laki dan 8%

untuk anak permpuan. Data baru yang dikumpulkan oleh himpunan

obesitas Indonesia yakin tahun 2008 menunjukan bahwa prevalensi

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

5

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

obesitas untuk anak-anak pada sejumlah sekolah dasar di indonesia adalah

12% menderita obesitas dan 9% kegemukan dari 1,730 anak.

Data Riset kesehatan Dasar (RISKESDAS tahun 2010)

Menyatakan terjadi peningkatan prevalensi kegemukan pada anak di

Indonesia yaitu dari 12,2% pada tahun 2007 menjadi 14% pada Tahun

2010. Sebanyak 19,6% anak di Daerah Khusus Ibukota jakarta masuk

dalam kategori gemuk (obesitas/kelebihan berat badan). (RISKESDAS,

2010).

Obesitas dapat terjadi pada semuagolongan umur, terutama pada

anak usiasekolah dasar (6-12 tahun). Terjadi trenpeningkatan kasus

obesitas pada anaksekolah di negara negara maju maupunnegara

berkembang (Yussac et al, 2007).Masalah kegemukan di Indonesia

yangterjadi pada anak umur 6-12 tahun masihtinggi yaitu sebesar 9,2 % di

tahun 2010,sedangkan di tahun 2013 terjadi peningkatansebesar 18,8%

yang terdiri dari gemuk(10,8%) dan sangat gemuk (8,8%). (Riskesdas,

2013). Prevalensikegemukan pada anak laki-laki umur 5-12tahun lebih

tinggi dibandingkan anakperempuan yaitu sebesar 20,2 % dan 18,3

%.(Riskesdas,2013).

Data Riset kesehatan Dasar (RISKESDAS tahun 2018)

Menyatakan terjadi peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa lebih

dari 15 tahun sejak tahun 2007 sebagai berikut 18,8% (Riskesdas 2007),

26,6% (Riskesdas 2013), dan 31% (Riskesdas, 2018).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

6

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang bisa

menyebabkan PTM seperti Diabetes Melitus, Jantung, Stroke, Penyakit

Ginjal, kanker dan Arteosklerosis. Obesitas bisa terjadi karena perilaku

hidup yang tidak sehat, ya itu diet yang tidak seimbang, kurang olah

raga/aktifitas fisik dan pengelolaan stress yang tidak adekuat. Adapun

persentase pengunjung puskesmas yang terdeteksi obesitas dari jumlah

yang diperiksa sebanyak 118.414 orang. Mengingat variabel Obesitas

merupakan in dikator baru yang harus dicantumkan dalam Data Profil

Tahun 2014 maka rekapitulasi data hanya berasal dari 17 kabupaten/kota

(48,6%) dan jumlah yang diperiksa masih sangat sedikit dibandingkan

dengan jumlah masyarakat yang berkunjung ke fasilitas kesehatan dasar.

Dari tabel di atas, perempuan lebih banyak mengalami obesitas(20,72%)

dibandingkan dengan laki-laki (0,07%), menunjukkan perempuan lebih

berisiko terhadap PTM. Persentase Pengunjung Puskesmas Terdeteksi

Obesitas Menurut Janis Kelamin di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014.

Pada tahun 2015, jumlah kunjungan puskesmas dan jaringannya

(usia > 15 th) yang dilaporkan tercatat 18.734.668 orang, dari jumlah

tersebut yang dilakukan pengukuran obesitas dilaporan sebanyak

1.938.628.orang atau 10,38 persen, terdiri dari laki-laki 616.867 orang

atau 7,55 persen dan perempuan 1.321.761 orang atau 12,51 persen. Dari

hasil pengukuran obesitas diperoleh persentase obesitas sebesar 28,97

persen dengan rincian pada laki- laki sebesar 24,04 persen dan perempuan

sebesar 31,28 persen. Terdapat dua kabupaten/kota yang tidak

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

7

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

melaporkan hasil pengukuran obesitas yaitu Sragen, Purworejo, dan

Rembang. Kabupaten/Kota dengan persentase obesitas tertinggi adalah

Kota Salatiga yaitu 71,18 persen, diikuti Magelang 65,02 persen, dan

Karanga nyar 64,86 persen.

Obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya

penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi

tubuh yang normal. Tetapi masih banyak pendapat di masyarakat yang

mengira bahwa anak gemuk adalah sehat. (Soetjiningsih, 2012). Obesitas

adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh

yang berlebihan.Obesitas ditandai dengan nilai BMI (Body MassIndex)di

atas persentil ke -95 pada kurva pertumbuhan, sesuai umur dan jenis

kelaminnya (Proverawati. A, 2011).

Dari 50 anak laki-laki yang mengalami gizi lebih,86% akan tetap

obesitas hingga dewasa dan dari 50 anak perempuan yang obesitas akan

tetap obesitas sebanyak 80% hingga dewasa. Obesitas permanen,

cenderung akan terjadi bila kemunculannya pada saat anak berusia 5 – 7

tahun dan anak berusia 4 – 11 tahun, maka perlu upaya pencegahan

terhadap gizi lebih dan obesitas sejak dini (usia sekolah) (Romauli, S.

2008).

Pada penelitian Panjaitan (2008) terdapat hubungan antara pola

konsumsi makan dengan pendidikan, pendapatan keluarga, dan jumlah

anggota keluarga. Pasa penelitian Luciana, dkk (2010) menunjukan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

8

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dan

pendapatan keluarga dengan pola konsumsi makan anak. Menurut

Worthington (2000), pola konsumsi makan dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu eksternal dan internal. Faktor internal terdiri dari IMT (Indeks Massa

Tubuh), umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, keyakinan, nilai dan

norma, pemilihan dan arti makanan, kebutuhan fisologis tubuh, body

image atau citra diri, konsep diri, perkembangan psikososial, kesehatan

(riwayat penyakit). Faktor eksternal yang meliputi budaya, peran orang

tua, teman sebaya, pengalaman individu dan pengaruh media.

Menurut Hapsari (2009) pola konsumsi makan seimbang

cenderung akan berdampak pada ststus gizi anak usia sekolah yang baik

dan berlaku sebaliknya. Apabila konsumsi makan tidak baik, maka dapat

berdampak pada gizi lebih atau bahkan gizi kurang (Anzarkusuma,2014).

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Tahir, dkk (2013) yang menyatakan

bahwa pola konsumsi makan dapat mempengaruhistatus gizi anak.

Keluarga dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah

menerima informasi kesehatan khususnya dibidang gizi, sehingga dapat

menambah pengetahuan dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-

hari. Orang yang berpendidikan lebih tinggi juga cenderung memilih

makanan yang lebih baik dalam jumlah dan mutunya dibandingkan

mereka yang berpendidikan lebih rendah.(Putri et al, 2015).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

9

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Dari berbagai penelitian tersebut dapat disimpulkan terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan pada anak sekolah yang

mengakibatkan kegemukan. Untuk mengetahui seberapa besar

permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak

sekolah, maka dilakukan study pendahuluan pada satu sekolah yang

berada di Desa Kecitran yaitu Sekolah Dasar Sekolah Dasar Negeri 4

Kecitran. Dari hasil study pendahuluan di SDN 4 Kecitran terdapat 174

Siswa. Dari SDN 4 Kecitran terdapat 12 anak yang di kategorikan sangat

gemuk dan terdapat 26 anak yang di kategorikan gemuk. Jadi total anak

yang mengalami kegemukan ada 38 anak. Serta terdapat 27 anak yang

mengalami kekurusan. Setelah dilakukan wawancara dengan beberapa

anak siswa SDN 4 Kecitran bahwa pola makan anak anak yang tidak

teratur, kebanyakan anak makan empat kali dalam sehari, ada juga yang

hanya dua kali dalam sehari. Makanan yang dikonsumsipun lebih sering

memakan sayur-sayuran, jarang mengonsumsi lauk dan terkadang jajan

untuk dijadikan lauk oleh anak-anak.

Berdasarkan data-data tersebut terdapat pentingnya dilakukan

penelitian untuk mengetahui faktor apa saja dalam keluarga dan sosial

yang mempengaruhui pola dan makan anak sekolah. Maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “ Determinan Faktor Keluarga dan

faktor Sosial yang Mempengaruhi Pola dan Kualitas Makan Anak di

Sekolah Dasar Negeri 4 Kecitran”

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

10

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

B. Rumusan Masalah

Pola konsumsi makan seimbang cenderung akan berdampak pada

ststus gizi anak usia sekolah yang baik dan berlaku sebaliknya. Apabila

konsumsi makan tidak baik, maka dapat berdampak pada gizi lebih atau

bahkan gizi kurang. Maka Berdasarkan latar belakang yang telah

dikemukakan, maka rumusan masalah yang di dapatkan oleh penulis

dalam penelitian ini adalah :“ Bagaimana studi deskriptif determinan

faktor keluarga dan sosial yang mempengaruhi pola dan kualitas makan

anak sekolah di Sekolah Dasar Negeri 4 Kecitran? ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran determinan faktor keluarga dan sosial yang

mempengaruhi pola dan kualitas makan anak sekolah di Sekolah Dasar

Negeri 4 Kecitran.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik umur dan jenis kelamin anak, dan

karakteristik pekerjaan orang tua (ibu).

b. Mengetahui Faktor Keluarga (Pola asuh, peranan keluarga,

pekerjaan, ekonomi keluarga, dan pendidikan atau pengetahuan

ibu) yang mempengarui pola dan kualitas makan anak Sekolah di

Sekolah Dasar Negeri 4 Kecitran.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

11

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

c. Mengetahui Faktor Sosial (keyakinan nilai dan norma, teman

sebaya, media masa, sosial budaya, tempat tinggal) yang

mempengaruhi pola dan kualitas makan anak sekolah di Sekolah

Dasar Negeri 4 Kecitran.

d. Mengetahui faktor keluarga atau faktor sosial yang paling dominan

yang mempengaruhi pola dan kualitas makan anak sekolah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam

melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan faktor

keluarga dan sosial yang berpengaruh pada pola dan kualitas makan

anak sekolah dasar.

2. Bagi Responden

Bagi responden diharapkan penelitian ini dapat memberikan

dukungan dan motivasi kepada responden untuk lebih manage pola

dan kualitas makan.

3. Bagi Akademisi dan Institut Terkait

Penelitian diharapkan menambah perkembangan ilmu

pengetahuan, wawasan, menambah referensi serta memberikan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

12

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

informasi tentang determinan faktor keluarga dan sosial yang

mempengaruhi pola dan kualitas makan anak sekolah dasar.

4. Bagi Keperawatan

Penelitian diharapkan mampu menambah informasi di bidang

keperawatan tentang determinan faktor keluarga dan sosial yang

mempengaruhi pola dan kualitas makan anak sekolah dasar.

E. Penelitian Terkait

1. Astri Rizky Andini (2016), dengan judul “Pengaruh Faktor Keturunan

dan Gaya Hidup Terhadap Obesitas pada Murid SD Swasta di

Kecamatan Ilir Timur 1 Palembang” Penelitian ini dilakukan dengan

metode case finding. Data yang dikumpulkan adalah berat badan dan

tinggi badan anak, data faktor keturunan, dan gaya hidup. Hasil yang

diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik Chisquare. Hasil

penelitian ini menunjukkan ada pengaruh antara status gizi ayah

terhadap obesitas anak (p 0,001; OR 3,233; 95% CI 1,647-6,345),

pengaruh antara status gizi ibu terhadap obesitas anak (p 0,007; OR

2,836; 95% CI 1,365-5,891), pengaruh antara jumlah anggota keluarga

obesitas terhadap obesitas anak (p 0,000; OR 3,463; 95% CI 1,738-

7,634), pengaruh antara aktivitas fisik terhadap obesitas (p 0,032; OR

0,465; 95% CI 0,241-0,896), pengaruh antara gaya hidup sedentary

terhadap obesitas anak (p 0,03; OR 2,199; 95% CI 1,129-4,284). Tidak

terdapat pengaruh antara konsumsi camilan terhadap obesitas anak (p

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

13

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

0,202; OR 1,711; 95% CI 0,829-3,532) dan pengaruh antara frekuensi

konsumsi makanan cepat saji terhadap obesitas anak (p 0,395; OR

1,580; 95% CI 0,678-3,683).

2. Moh. Sukmin A. Marau (2015), dengan judul ”Gambaran Perilaku

Orang Tua Siswa Kelas 5 SD Negeri 36 Manado Mengenai Obesitas

Pada Anak”. Penelitian yang di lakukan berupa penelitian yang bersifat

deskriptif kualitatif.Informan yang di teliti adalah orang tua dari anak

sekolah dasar negeri 36 Manado.Yang menjadi sampel dalam

penelitian ini disebut informan yang berjumlah 3 orang.Informan

adalah orang tua dari 3 orang anak yang menderita obesitas yang

terdiri dari 3 ibu. Hasil Pengetahuan informan tentang obesitas kurang

memuaskan, hampir semua responden tidak mengetahui dampak dan

bahaya yang ditimbulkan akibat dari obesitas. Informan sama sekali

tidak mengetahui berat badan ideal menurut IMT.

secara umum informan pengetahuan informan tentang obesitas

biasanya dari media cetak dan media elektronik. Informan setuju

dengan peranan orang tua, guru, dan petugas kesehatan dalam

melakukan sosialisasi mengenai obesitas pada anak di sekolah

dasar.Tindakan yang dilakukan informan dalam menangani dampak

obesitas pada anak adalah dengan cara mengatur pola makan anak dan

lebih meningkatkan aktifitas fisik anak.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

14

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

3. Dinarwulan Puspita (2014), dengan judul “Hubungan Pola Asu Orang

Tua Terhadap Tumbuh Kembang Anak dan Kejadian Obesitas

Disekolah Dasar Swasta Bruder Melati Pontianak”. Metode Desain

yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi observasional

retrospektif dengan salib teknik pengambilan sampel acak sectional,

diperoleh populasi sebanyak 41 responden dengan sampel 37

responden adalah orang tua dari anak-anak dengan obesitas. Hasil:

Penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan pola asuh orang tua

antara perkembangan anak (0,001 <0,05), tidak ada hubungan orangtua

orang tua antara kejadian obesitas (0,402 <0,05), ada hubungan faktor

keturunan antara kejadian obesitas pada anak (0,012 <0,05), hubungan

itu menggunakan lebih sedikit kalori antara kejadian obesitas pada

anak-anak (0,001 <0,05), ada hubungan gaya hidup antara kejadian

obesitas (0,000 <0,05), ada hubungan status ekonomi antar kejadian

obesitas (0,013 <0,05). Kesimpulannya Ada hubungan antara orang tua

peduli dengan pengalaman obesitas

4. Asih Media Yuniarti (2016), dengan judul “pola asuh makan oleh ibu

bekerja dengan status gizi siswa di sdn ngrame kecamatan pungging

kabupaten mojokerto”. Penelitian ini merupakan study Analitik,

dengan rancang bangun cross sectional. Lokasi penelitian ini di SDN

Ngrame Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto dan dilakukan

mulai bulan April hingga Agustus 2016. Sampel penelitian berjumlah

31 siswa dan diambil dengan teknik Proportionate Stratified Random

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

15

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Sampling. Data pola asuh makan diambil dengan menggunakan

kuesioner sedangkan status gizi didapatkan dengan melakukan

pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian disesuaikan

dengan usia. Data dianalisis menggunakan uji Rank Spearman. Hasil

penelitian didapatkan bahwa bahwa 57,9% dari 19 anak yang

mendapat pola asuh makan cukup baik memiliki status gizi normal,

nilai probabilitas = 0,032 (Rs = 0,386 ; P < 0,05), sehingga H1

diterima yang artinya terdapat hubungan antara pola asuh makan oleh

ibu bekerja dengan status gizi pada siswa di SDN Ngrame. Pola makan

yang baik akan mempengaruhi gizi anak, peran orang tua sangat

penting dalam mengatur pola makan anak serta mengatur pola asuh.

Pola asuh makan yang benar bisa diwujudkan dengan memberikan

perhatian yang penuh kasih sayang pada pola makan anak.

5. Dian Caesarianna (2018). Dengan judul “Hubungan Pola Asuh Makan

Dengan Status Gizi Usia Anak Sekolah di SDN Teluk Pucung VI

Bekasi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola

makan dengan status gizi usia anak sekolah di sekolah dasar negeri

Teluk Pucung VI, Bekasi. Metode penelitian yang dilakukan adalah

pendekatan cross sectional. Sampel dari penelitian ini adalah murid

kelas 4 dan 5 sekolah dasar Teluk Pucung VI, Bekasi dengan 174

jumlah sampel dari murid-murid dan (obstaind) adalah 67 murid,

teknik pengumpulan sampel menggunakan sampel acak sederhana.

Hipotesi dari penelitian menggunakan analisis (binary logistic

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

16

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

regression). Hasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang siginifikan antara memelihara pola makan dengan

status gizi anak. Data ini signifikan karena nilai p 0,006 < 0,05. Contoh

nilai (B) pada variabel pola asuh makan 1,145 membuktikan bahwa

semakin meningkat atau semakin baik pola asuh makan maka status

gizi anak untuk menjadi lebih normal akan meningkat sebesar 1,145

kali.

6. John P. Elder, PhD, MPH (2010), dengan judul“Individual, Family,

and Community Environmental Correlates of Obesity in Latino

Elementary School Children”. Penelitian ini dilakukan dengann Data

yang mewakili semua tingkat teori sistem ekologi dikumpulkan

menggunakan beragam metode. Peserta adalah anak-anak yang

terdaftar di kelas K-2 dan mereka orangtua. HasilAnak yang kelebihan

berat badan kurang aktif dibandingkan dengan anak dengan berat

badan normal. Orang tua dari anak-anak yang kelebihan berat badan

kurang memberikan dukungan instrumental untuk terlibat aktivitas dan

menetapkan lebih sedikit batasan pada aktivitas anak mereka. Sama

halnya dengan orang tua yang kelebihan berat badan anak-anak

cenderung untuk mengendalikan, tetapi lebih mungkin untuk

membatasi diet anak mereka dibandingkan dengan orang tua dari anak-

anak dengan berat badan normal. Orang tua yang menilai kesehatan

mereka lebih banyak positif dan kurang akulturasi lebih cenderung

memiliki anak-anak yang kegemukan. Variabel tingkat sekolah dan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

17

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

masyarakat tidak berkorelasi secara signifikan dengan berat badan

anak-anak. Menyesuaikan untuk variabel yang disebutkan sebelumnya,

status berat badan orang tua adalah berhubungan positif dengan berat

badan anak-anak. Kesimpulannya Lingkungan sosial dan struktural di

mana anak-anak Hispanik berada Dipelihara mungkin memainkan

peran penting dalam menentukan risiko mereka untuk obesitas dan

terkait perilaku. Berat badan orang tua adalah salah satu korelasi berat

anak yang paling kuat; namun, sejauh mana pengaruh ini berfungsi

terutama melalui biologi atau pengaruh sosial / struktural tidak

sepenuhnya jelas. Peran sekolah dan komunitas faktor pada praktik

kesehatan anak dan indeks massa tubuh perlu diperiksa lebih lanjut.

7. Cut Novianti Rachmi (2017), dengan judul “Perceptions of overweight

by primary carers (mothers/grandmothers) of under five and

elementary school-aged children in Bandung, Indonesia: a qualitative

study”. Metode yang digunakan adalah melakukan 12 diskusi

kelompok fokus dengan total 94 pengasuh anak balita dan 7–12 tahun

anak-anak, dari Juni hingga Oktober 2016. Kami menggunakan

pendekatan grounded theory dalam analisis kami. Hasil: Tiga kategori

utama muncul: konsep kelebihan berat badan, faktor yang

berkontribusi terhadap kelebihan berat badan, dan kesadaran dan

perasaan terhadap anak-anak yang kelebihan berat badan. Kebanyakan

pengasuh dari semua kelompok SES mendefinisikan kelebihan berat

badan secara subyektif, sementara Beberapa dari kelompok SES

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

18

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

rendah mendefinisikannya secara obyektif. Kebanyakan pengasuh dari

kelompok SES rendah dan tinggi setuju dengan konsep tersebut

"Chubbier lebih sehat". Semua pengasuh memiliki pengetahuan

tentang faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap kelebihan

berat badan anak-anak: faktor diet, tingkat aktivitas dan perilaku

menetap, dan faktor keturunan. Penjaga dari semua kelompok SES

dijelaskan serupa karakteristik kelebihan berat badan; pengasuh dari

kelompok SES rendah dan menengah memiliki perasaan campur aduk

sementara semua pengasuh SES tinggi memiliki perasaan negatif

tentang anak-anak yang kelebihan berat badan, sebagian besar terkait

dengan stigma. Namun, penjaga yang mengidentifikasi mereka sendiri

anak-anak sebagai kelebihan berat badan menunjukkan kepekaan

tentang status berat badan ini, terutama kemampuan fisik mereka.

Hampir semua pengasuh tahu berat badan anak-anak mereka saat ini

sementara kurang dari dua pertiga tahu tinggi anak-anak mereka.

Kesimpulannya Ada beberapa implikasi kebijakan. Pertama,

pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan dari pengasuh

utama adalah sangat penting dan perlu ditambah. Untuk meningkatkan

pengetahuan itu, ada peran untuk kesehatan garis depan

praktisi (dokter / bidan / perawat) untuk lebih aktif dalam mendidik

masyarakat. Kedua, lebih sederhana dan cara yang lebih efektif untuk

menyebarkan pesan gaya hidup sehat kepada pengasuh diperlukan.

Ketiga, dengan menempatkan lebih banyak penekanan pada pengasuh

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

19

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

yang memantau pertumbuhan anak-anak mereka dapat mendorong

pengasuh untuk mengambil langkah-langkah untuk menjaga anak-anak

mereka tetap di berat badan yang sehat dan rentang tinggi badan.

Keempat, Departemen Pendidikan mungkin perlu meningkatkan

kualitas dan kuantitas aktivitas fisik di sekolah.

8. Amy van Grieken (2013), dengan judul “Impaired parent-reported

health-related quality of life of underweight and obese children at

elementary school entry”. Metode Penelitian cross-sectional kami

termasuk 3.227 orang tua– anak diujikan dari studi ‘‘ Jadilah aktif,

makan yang benar ’. Orangtua mengisi kuesioner tentang anak dan

orang tua karakteristik. Kualitas hidup yang berhubungan dengan

kesehatan anak itu diukur menggunakan Formulir Parenting Kuesioner

Kesehatan Anak 28. Anak-anak diklasifikasikan berat normal,

kelebihan berat badan, gemuk, sangat gemuk, dan berat badan kurang

sesuai dengan batas usia internasional dan gender BMI. Bootstrap

analisis dilakukan untuk model linear umum yang dikoreksi untuk

variabel perancu potensial. Hasil Anak-anak dengan obesitas berat (b, -

2.60; 95% CI, -4.80 -0,57, p \ 0,01) dan anak-anak yang kurus (b, -

1.11; 95% CI, -1,85 hingga -0,39, p \ 0,01) memiliki skor yang

dilaporkan orang tua lebih rendah pada skala ringkasan fisik. Pada

fungsi fisik profil skala orang tua dari anak-anak kelebihan berat badan

dan sangat obesitas juga melaporkan skor yang secara statistik

signifikan lebih rendah (p \ 0,05 dan p \ 0,01, masing-masing) .Tidak

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9317/2/Vinista Rangganing Kirana BAB...permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukan

20

Studi Deskriptif Determinan..., Vinista Rengganing Kirana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

ada perbedaan yang signifikan mengenai skor skala ringkasan

psikososial antara kategori berat yang berbeda. Kesimpulan: Anak

yang kurus dan kelebihan berat badan mengalami gangguan kualitas

hidup yang berhubungan dengan kesehatan pada domain fungsi fisik.

Dokter, guru, dan orang tua harus menyadari kemungkinan dampak

negatif pada kualitas hidup terkait kesehatan di bawah berat badan dan

kelebihan berat badan 5–6- anak-anak berusia satu tahun.