bab i pendahuluan a. latar belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · karena praktek-praktek...

29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan keagamaan menurut Ainur Rokhim (2004: 28) adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagian hidup didunia dan akhirat. Bimbingan dinilai sangat berperan dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, Untuk mewujudkan SDM yang berkualitas, dalam arti manusia menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK) serta iman dan takwa (IMTAK) yang tinggi, maka bimbingan agama di universitas sangat dibutuhkan. Bimbingan agama juga memiliki peran sebagai pengontrol manusia yang memiliki sikap mudah terpengaruh oleh angan-angan yang bersifat hayali, tidak sesuai dengan kenyataan. Bimbingan agama pada jenjang universitas ini memungkinkan untuk mewujudkan kepribadian yang didasari oleh jiwa agama kepada mereka. Sebab, ajaran agama inilah yang akan menjadi pedoman hidup mereka kelak pada masa dewasa. Dengan kata lain, materi agama yang telah mereka kecam pada masa ini sangat menentukan kehidupan mereka pada masa yang akan datang, dan menjadi bekal hidup dalam masyarakat. Agama Islam telah memiliki acuan atau pedoman dalam membimbing manusia. Maka dari itu nilai-nilai ajaran agama yang

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan keagamaan menurut Ainur Rokhim (2004: 28) adalah

proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan

keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah

sehingga dapat mencapai kebahagian hidup didunia dan akhirat.

Bimbingan dinilai sangat berperan dalam mewujudkan sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas, Untuk mewujudkan SDM yang

berkualitas, dalam arti manusia menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi ( IPTEK) serta iman dan takwa (IMTAK) yang tinggi, maka

bimbingan agama di universitas sangat dibutuhkan. Bimbingan agama

juga memiliki peran sebagai pengontrol manusia yang memiliki sikap

mudah terpengaruh oleh angan-angan yang bersifat hayali, tidak sesuai

dengan kenyataan. Bimbingan agama pada jenjang universitas ini

memungkinkan untuk mewujudkan kepribadian yang didasari oleh jiwa

agama kepada mereka.

Sebab, ajaran agama inilah yang akan menjadi pedoman hidup

mereka kelak pada masa dewasa. Dengan kata lain, materi agama yang

telah mereka kecam pada masa ini sangat menentukan kehidupan mereka

pada masa yang akan datang, dan menjadi bekal hidup dalam masyarakat.

Agama Islam telah memiliki acuan atau pedoman dalam

membimbing manusia. Maka dari itu nilai-nilai ajaran agama yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

2

bersumberkan dari firman Allah dapat digunakan untuk menggugah

semangat keimanannya sehingga self direction, self realization, dan self

inventory serta self confidence tersebut dapat berkembang. (Arifin,

2004:18). Dengan adanya bimbingan keagaman ini akan muncul kesadaran

diri, serta kebiasaan baik yang sering mereka lakukan di dalam kehidupan.

Shalat merupakan suatu amal ibadah yang mempunyai nilai tertinggi dan

sebagai tiangnya agama Islam. Firman Allah SWT tentang perintah

kewajiban shalat tertuang dalam surat An Nisa’ ayat 103:

Artinya:

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di

waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila

kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana

biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya

atas orang-orang yang beriman.” (AL Quran surat An Nisa’ (4) ayat 103).

Disampaikan secara langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad

melalui proses isro’ mi’roj tanpa perantara malaikat Jibril. Hal ini berbeda

dengan kewajiban ritual ibadah yang lain seperti zakat, puasa, haji dan

lain-lain. Dengan melaksanakan shalat yang baik dan benar serta khusuk,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

3

niscaya akan diharapkan terbentuknya pribadi yang sehat dan berakhlak

mulia, sehingga akan terhindar dari segala kemaksiatan, serta dapat

menjadikan masyarakat yang mempunyai mental yang kuat dan sanggup

membentengi dirinya dari nafsu sekedar menuruti kesenangan pribadi.

Bimbingan agama di Universitas berupaya melatih mahasiswa

berupaya melakukan ibadah yang diajarkan dalam agama, yaitu praktek-

praktek agama yang menghubungkan manusia dengan Allah yang

dipercayainya termasuk melaksanakan ibadah shalat fardhu secara intensif.

Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa

mahasiswa kepada Allah. Semakin sering melakukan ibadah, semakin

tertanam kepeercayaan kepada Allah dan semakin dekat pula jiwanya

kepada Allah.

Bimbingan keagamaan juga tidak terlepas dari ajaran agama, yaitu

pengetahuan yang ditujukan kepada pemahaman hukum, syari’at,

kewajiban-kewajiban, batas-batas dan norma-norma yang harus dilakukan

dan diindahkan. Bimbingan islam harus memberikan nilai-nilai yang dapat

dimiliki dan diamalkan oleh mahasiswa, supaya semua perbuatannya

dalam hidup mempunyai nilai-nilai agama, atau tidak keluar dari norma

agama (Zakiah Drajat 1990:130-13).

Bimbingan keagamaan juga dikatakan sebagai proses yang

dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia seutuhnya, beriman dan

bertakwa kepada Allah SWT, serta mampu mewujudkan eksistensinya

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

4

sebagai khalifah Allah di muka bumi, yakni terciptanya insan-insan kamil

setelah proses bimbingan berakhir (Armai Arief, 2002:16).

Sedangkan dalam ruang lingkup masyarakat, bahkan bangsa dan

negara, bimbingan merupakan suatu kewajiban (Heri Jauhari Muchtar

2005:3). Sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya:

“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kezaliman yang besar".

Harus diakui, seiring melajunya zaman, bimbingan pun mengalami

perubahan dan kemajuan yang pesat. Kemajuan pada masa kini akan

dianggap usang oleh generasi mendatang, begitu seterusnya. Karenanya,

tak ayal jika sistem bimbingan sekarang yang dianggap sudah bagus dan

relevan, belum tentu lima tahun kedepan masih relevan. Bimbingan akan

selalu mengalami dinamisasi dan perkembangan, mengikuti arah retak

zaman. Suatu bangsa yang dianggap maju oleh suatu bangsa bisa jadi

masih dianggap primitif oleh bangsa lain yang lebih maju.

Oleh karena itu, bimbingan keagamaan di kalangan umat Islam

juga sudah seharusnya mengalami perubahan dan kemajuan paradigma,

pola pikir, penataan, serta pelaksanaan atau pengelolaan yang lebih baik

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

5

lagi. Bimbingan jangan dipandang hanya sebagai suatu kewajiban saja.

Tapi juga harus pandai merencanakan, mengorganisir, mengemas,

melaksanakan, megevaluasi serta menindak lanjutinya secara besinergi

dan berkesinambungan (Heri Jauhari Muchtar 2005: 3-4).

Kedudukan bimbingan keagamaan di Universitas Islam Negeri

Sunan Gunung Djati Bandung bertujuan untuk meningkatkan kualitas

setiap mahasiswa dalam menguasai, menghayati pengetahuan ibadah dan

pelaksanaannya, serta merefleksikan hikmah (pesan moral dan etika)

ibadah dalam perilaku nyata dalam pergaulan sebagai al-basyar (makhluk

sosial) baik di dalam maupun di luar kampus sebagai bagian dari

perwujudan tujuan pendidikan nasional.

Bimbingan keagamaan di fakultas dakwah dan komunikasi yaitu

praktek ibadah yang bermakna sebagai bagian dari proses penyadaran

fitrah kemanusiaan mahasiswa sebagai hamba Allah yang berkewajiban

untuk komitmen pada pelaksanaan ibadah mahdhah, juga sebagai proses

pembentukan sikap dan perilaku uswah hasanah bagi pribadi kader da’i

dalam semua konteks dakwah yang diikuti oleh mahasiswa semester 1

(satu). Praktik ibadah meliputi kegiatan pembimbingan, penyadaran,

nasihat, dan terapi mentalitas keagamaan dalam rangka pembentukan

pribadi kader da’i profesional.

Ibadah shalat adalah termasuk rukun Islam yang kedua setelah

syahadat, shalat menurut bahasa adalah berdo’a, sedangkan menurut

syari’at adalah sejumlah perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

6

dengan takbirotul ikhram dan akhiri dengan salam (Hasan Muhammad A,

2007: 155).

Ibadah shalat merupakan fardhu ‘ain atau kewajiban bagi setiap

orang yang sudah baligh dan beragama Islam serta berakal sehat. Hal

tersebut diungkapkan oleh Salman Harun bahwa: “Sembahyang

diwajibkan atas tiap-tiap orang yang dewasa dan berakal sehat, ialah lima

waktu sehari semalam”.

Jadi jelaslah bahwa shalat 5 waktu merupakan kewajiban bagi umat

Islam, dan yang dimaksud dengan wajib sebagaimana dikemukakan oleh

Hasbi Ash Shiddieqy bahwa “Wajib ialah yang dituntut oleh syara’ kita

mengerjakannya dengan tuntutan yang keras dan dicela meninggalkannya.

Berdasarkan observasi ditemukan permasalahan ibadah shalat

mahasiswa di Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang diantaranya;

ketidaksesuaian praktik shalat mahasiswa dengan ketentuan sunnah, hal itu

tergambar dari kurangnya pengetahuan serta pemahaman mahasiswa

terhadap dalil-dalil yang erat kaitannya dengan shalat, seperti masih

banyak mahasiswa yang kurang paham akan makna shalat, belum

mengetahui tujuan sebenarnya dari shalat, belum mengetahui akibat

melalaikan shalat, yang ada mahasiswa kebanyakan hanya sekedar

menjalankan kewajibannya saja. Hal tersebut terlihat dari perubahan sikap

dan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan refleksi pesan moral yang

terkandung dalam praktik ibadah.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

7

Permasalahan diatas yang menjadi fokus stressing dalam materi

pembinaan bimbingan praktik ibadah mahasiswa di fakultas dakwah dan

komunikasi yang sedikit banyaknya telah memberikan gambaran positif

mengenai perubahan yang dialami peserta bimbingan khususnya mengenai

shalat. Hal tersebut terlihat dari kuantitas ibadah shalat mahasiswa yang

menunjukan kenaikan grafik. Selain itu juga, mahasiswa tampak lebih

mampu menangkap pesan moral yang terkandung di dalam praktik shalat,

hal itu terlihat dari pemahaman mahasiswa terhadap shalat yang jauh lebih

holistik.

Oleh karenanya, di samping praktek ibadah, mahasiswa juga

membiasakan untuk mengatur tingkah laku dan sopan santun dalam

pergaulan sesama kawannya, sesuai dengan ajaran-ajaran akhlak yang

termaktub dalam ajaran agama. Ajaran-ajaran agama yang mengatur

hubungan antara manusia dengan sesama,serta sifat-sifatnya yang baik

harus pula ditanamkam melalui praktek-praktek dalam kehidupan sehari-

hari.

Di kalangan mahasiswa, bimbingan keagamaan diperkirakan

memiliki pengaruh penting dalam upaya meningkatkan kualitas ibadah

shalat yang berdampak positif kepada Allah SWT. Bimbingan keagamaan

menjadi pengontrol segala gerak mahasiswa dalam menjalani ibadah shalat

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, peningkatan ibadah shalat

seseorang sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh bimbingan keaagamaan

yang telah diserap atau diterimanya.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

8

Oleh karena itu, menjadi tepat kiranya jika peneliti mengangkat

penelitian ini dengan judul “PENGARUH BIMBINGAN PRAKTIK

IBADAH TERHADAP PENINGKATAN IBADAH SHALAT (Penelitian

pada Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam Angkatan 2014

UIN Sunan Gunung Djati Bandung)” melalui penelitian ini penulis ingin

melihat berapa besar pengaruh bimbingan keagamaan terhadap

peningkatan ibadah shalat mahasiswa jurusan bimbingan konseling islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran bimbingan praktik ibadah di Jurusan Bimbingan

Konseling Islam?

2. Bagaimana gambaran ibadah shalat mahasiswa Jurusan Bimbingan

Konseling Islam Angkatan 2014?

3. Bagaimana pengaruh bimbingan praktik ibadah terhadap peningkatan

ibadah shalat?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran bimbingan praktik ibadah di Jurusan

Bimbingan Konseling Islam.

2. Untuk mengetahui gambaran ibadah shalat mahasiswa Jurusan

Bimbingan Konseling Islam Angkatan 2014.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh bimbingan praktik ibadah

terhadap peningkatan ibadah shalat.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu

dakwah khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling Islam.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan titik ukur bagi bimbingan praktik

ibadah yang dilaksanakan oleh para pembimbing di Jurusan

Bimbingan Konseling Islam Upaya peningkatan ibadah shalat dilokasi

ini maupun dilokasi yang lain, sehingga fungsi bimbingan lebih dapat

diandalkan dalam peningkatan ibadah shalat pada anak bimbingan.

E. Kerangka Pemikiran

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu

agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga

dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Musnamar:

2002:5).

Bimbingan berasal dari bahasa Inggris “guidance”, yang artinya

bantuan atau tuntunan. Menurut Walgito (2010: 4) bimbingan adalah

“bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

10

sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi

kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya agar individu atau sekumpulan

individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

Ibadah tidak terlepas dari Keagamaan, Keagamaan berasal dari

kata “agama”, sedangkan pengertian agama sebagai suatu istilah dapat

dilihat dari dua aspek yaitu:

1. Aspek subyektif (pribadi manusia). Agama mengandung pengertian

tingkah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa

getaran batin, yang dapat mengatur dan mengalahkan tingkah laku

tersebut, kepada pola hubungan dengan masyarakat, serta alam

sekitarnya.

2. Aspek objektif (doktrinair). Agama dalam pengertian ini mengandung

nilai-nilai Tuhan yang dapat menuntun manusia ke arah tujuan yang

sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam pengertian ini

belum masuk dalam batin manusia, karena masih berupa doktrin

(ajaran) yang objektif berada di luar diri manusia (Arifin, 2004: 1-2).

Bimbingan keagamaan juga tidak terlepas dari pengajaran agama,

yaitu pengetahuan yang ditujukan kepada pemahaman hukum, syari’at,

kewajiban-kewajiban, batas-batas dan norma-norma yang harus dilakukan

dan diindahkan. Bimbingan Islam harus memberikan nilai-nilai yang dapat

dimiliki dan diamalkan oleh anak didik, supaya semua perbuatannya

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

11

dalam hidup mempunyai nilai-nilai agama, atau tidak keluar dari norma

agama.

Karena bimbingan keagamaan ini relevan dengan pendidikan

agama maka bimbingan keagamaan itu bertujuan “membimbing remaja

agar menjadi muslim sejati, beriman, teguh, beramal soleh, dan berahklaq

mulia, serta berguna bagi masyarakat agama dan negara“ (Zakiyah

Darajat, 2010: 28).

Praktik ibadah merupakan proses penyadaran fitrah kemanusiaan

mahasiwa sebagai hamba Allah yang berkewajiban untuk komitmen pada

pelaksanaan ibadah mahdhah, juga sebagai proses pembentukan sikap dan

perilaku uswah hasanah bagi pribadi kader da’i dalam semua konteks

dakwah yang meliputi kegiatan pembimbingan, penyadaran, nasihat, dan

terapi mentalitas keagamaan dalam rangka pembentukan pribadi kader da’i

profesional. Penyelenggaraan praktik ibadah bertujuan untuk

meningkatkan kualitas mahasiswa fakultas dakwah dan komunikasi dalam

menguasai, menghayati pengetahuan ibadah dan pelaksanaannya, serta

merefleksikan hikmah (pesan moral dan etik) ibadah dalam perilaku nyata

dalam pergaulan sebagai al-basyar (mahluk sosial) baik di dalam maupun

di luar kampus sebagai bagian dari perwujudan tujuan pendidikan nasional

(Panduan Penyelenggaraan Praktik Ibadah, 2013: 6).

Ibadah adalah hal memperhambakan diri kepada Allah dengan taat

melaksanakan perintah dan anjurannya serta menjauhi larangannya karena

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

12

Allah semata, baik dalam bentuk kepercayaan perkataan, maupun

perbuatan (Mujib, 2004: 109).

Sedangkan ibadah adalah amalan yang diniatkan untuk berbakti

kepada Allah yang pelaksanaannya diatur oleh syariat, ketaatan menjahui

larangannya dan menjalankan perintahnya (Fajri, 2009: 367).

Shalat adalah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan

perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam,

dengan niat dan syarat-syarat tertentu (Zainuddin, 2006: 15).

Ibadah shalat adalah termasuk rukun Islam yang kedua setelah

syahadat, shalat menurut bahasa adalah berdo’a, sedangkan menurut

syari’at adalah sejumlah perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali

dengan takbirotul ikhram dan akhiri dengan salam (Hasan Muhammad A,

2007: 155).

Ibadah shalat merupakan fardhu ‘ain atau kewajiban bagi setiap

orang yang sudah baligh dan beragama Islam serta berakal sehat. Hal

tersebut diungkapkan oleh Salman Harun bahwa: “Sembahyang

diwajibkan atas tiap-tiap orang yang dewasa dan berakal sehat, ialah lima

waktu sehari semalam”.

Shalat juga merupakan tiang agama, sehingga seseorang yang

mendirikan shalat berarti telah membangun pondasi agama. Sebaliknya,

seseorang yang meninggalkan shalat berarti meruntuhkan dasar-dasar

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

13

bangunan agama, agama tidak akan tegak melainkan dengannya (M. Nur

Abrari, 2002: 21).

Di dalam Al-Qur’an, shalat secara etimologi bermakna do’a yang

diungkapkan baik dalam bentuk kata kerja maupun masdar.

Sebagaimanahal nya etimologi shalat dalam Al-Qur;an itu adalah do’a

dengan derifasi katanya adalah rahmat, istigfar, ruku, sujud, serta tasbih,

begitupun terminologi shalat dalam pandangan Al-Qur’an, mengandung

pengertian bahwa shalat disyari’atkan agar manusia senantiasa memelihara

hubungan dengan Tuhan dalam wujud ke insyafan sedalam-dalamnya akan

kemahahadirannya, sebagaimana ditegaskan dalam perintah Tuhan kepada

Nabi Musa a.s berikut ini :

Artinya :

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah

Aku dan laksanakan shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha : 14)

Ingat kepada Tuhan merupakan dasar kesadaran seorang hamba

akan tujuan hidupnya untuk beribadah kepada-Nya. Keinsyafan akan

tujuan hidup, telah menumbuhkan rasa takut akan adzab Tuhan yang

membuatnya patuh terhadap segala peringatan-Nya. Seperti dalam firman-

Nya berikut ini:

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

14

Artinya :

“Yang dengan karunia-Nya menempatkan Kami dalam tempat yang kekal

(syurga); didalamnya Kami tidak merasa lelah dan tidak pula merasa

lesu.” (QS. Fathir : 35)

Kesucian hati dan jiwa seorang hamba karena shalat, adalah

ketulusan baginya dalam beribadah kepada Tuhan, yang hanya kepada

Tuhan lah jiwa dan raga nya dihambakan. Sikap penghambaan diri kepada

Tuhan itu merupakan sikap keagamaan yang lurus dan benar, dan shalat

merupakan simbol penghambaan itu. Seperti diisyaratkan Tuhan dalam

firmannya berikut ini:

Artinya :

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas

menanti-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar

melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian

itulahagama yang lurus (benar).” (QS. Al Bayyinah : 5)

Ketiga ayat al-qur’an diatas mengandung pengertian bahwa

terminologi shalat dalam pandangan al-qur’an didasarkan atas 3 faktor,

yakni Dzikrullah, Khasyat Al-Allah, dan Ikhlas. Ibnu Katsir menegaskan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

15

bahwa shalat mengandung 3 faktor tadi, dan sesuatu yang diluar ketiga

unsur itu adalah bukan shalat.

Dengan demikian, terminologi shalat dalam al-qur’an adalah

sebagai suatu sikap penyerahan diri kepada Tuhan dan penghambaan diri

kepada-Nya, dimana elemen-elemen dzikrullah, khasyat al-allah dan

ikhlas sebagai bingkai asasi yang terakumulasi dalam penghambaan

terhadap Dzat yang Mahamutlak merupakan roh dan hidup shalat itu

tersebut. Sikap keagamaan seperti inilah yang menjadi asas karakteristik

agama Islam yang benar.

Gambar 1

Skema Krangka Berpikir

Sumber : Hasil data peneliti, juli 2016

PENINGKATAN

IBADAH SHALAT

BIMBINGAN

KEAGAMAAN

Dzikrullah

Khasyat Al-Allah

Ikhlas

Materi bimbingan

praktik ibadah

Metode bimbingan

praktik ibadah

Media bimbingan

praktik ibadah

Pembimbing

Terbimbing

PENGARUH

Shalat Lima

waktu

Shalat Sunah

Rawatib

Shalat Sunah

Tahajud

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

16

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah tersebut bisa berupa

pernyataan (Sugiyono, 2012: 64). Dikatakan sementara karena hipotesis

ini masih merupakan dugaan peneliti dan berdasarkan teori-teori yang

relevan dengan variable yang diteliti.

Berdasarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat pengaruh antara bimbingan praktik ibadah terhadap

peningkatan ibadah shalat mahasiswa.

H1: Terdapat pengaruh antara bimbingan praktik ibadah terhadap

peningkatan ibadah shalat mahasiswa.

Taraf signifikasi α=0,05. Berdasarkan signifikasi :

Jika signifikasi > 0,05 maka H0 diterima

Jika signifikasi < 0,05 maka H0 ditolak

G. Operasional Variable

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang berlaku yaitu variabel

pelaksanaan bimbingan praktik ibadah sebagai X dan variabel peningkatan

ibadah shalat sebagai Y.

Dalam penelitian ini variabel X akan mempengaruhi variabel Y.

Kedua variabel tersebut memiliki pokok-pokok penelitian secara khusus

yaitu sebagai berikut:

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

17

Tabel 1.1

Oprasional Variabel X

Variabel

Sub

Variabel

Indikator

Bimbingan Praktik

ibadah (Keagamaan)

(X)

Materi Materi yang disampaikan

mengenai Dalil shalat

Materi yang disampaikan

mengenai Tatacara shalat

Materi yang disampaikan

mengenai pengertian,rukun,

syarat shalat

Metode Terlaksananya bimbingan

melalui irsyad qaul

(penjelasan lisan)

Terlaksananya bimbingan

melalui irsyad amal

(penjelasan dengan contoh)

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

18

Melaksanakan bimbingan

praktek ibadah 12 kali

pertemuan

Terlaksananya bimbingan

melalui penugasan

Media Tempat yang mendukung

praktek ibadah

(masjid,musola, aula)

Menggunakan media

infokus

Memberikan hand out

Pembimbing Dosen tetap fakultas dakwah

dan komunikasi

Menguasai materi

Bimbingan praktek Ibadah

Terbimbing Mahasiswa fakultas dakwah

dan komunikasi jurusan

bimbingan konseling islam

Mengikuti bimbingan

praktek ibadah 12 kali

pertemuan

Melaksanakan semua tugas

yang telah diberikan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

19

Tabel 1.2

Operasional Variabel Y

Variabel

Sub

Variabel

Indikator

Peningkatan Ibadah

Shalat

Dzikrullah Mengingat kebesaran Allah

dan rasa sebagai hamba

yang kecil

Merasakan ketenangan hati

ketika shalat

Khasyat al-

Allah

(khusu)

Tidak tergesa-gesa ketika

shalat

Tidak mengingat-ingat

masalah yang sedang

dihadapi

Tidak lupa rakaat shalat

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

20

Ikhlas Melaksanakan shalat tanpa

dipaksa/disuruh

Melaksanakan shalat tanpa

berharap pujian dari orang

lain

Shalat meskipun dalam

keadaan sibuk

Shalat Fardu

5 waktu

Melaksanakan shalat fardhu

penuh tanpa bolong-bolong

Siap-siap memasuki waktu

shalat

Tidak menunda nunda

shalat

Shalat Sunah

Rawatib

Melaksanakan shalat sunah

rawatib

Melaksanakan sebagian

shalat sunah rawatib

Shalat sunah

Tahajud

Melaksanakan shalat

tahajud setiap malam

Melaksanakan shalat

tahajud 1 kali dalam

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

21

seminggu

H. Langkah-Langkah Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jurusan Bimbingan Konseling Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

metode deskriptif yaitu menurut Arikunto (2010) metode penelitian

yang benar-benar memaparkan apa yang terjadi dalam sebuah kancah,

lapangan atau wilayah tertentu. Alasan peneliti memilih metode survei

ini adalah faktor biaya yang relatif lebih ringan dibandingkan

penelitian yang sesungguhnya (true experiment), desainnya sederhana

dan prosesnya cepat.

3. Populasi dan Sampel

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa jurusan Bimbingan konseling Islam angkatan 2014

sebanyak 197 orang. Sedangkan sampel penelitian yang diambil adalah

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

22

sekitar 15% dari populasi atau sekitar 32 orang mahasiswa jurusan

Bimbingan Konseling Islam.

Hal ini didasarkan pada pendapat Suharsimin Arikunto (2010:

134) yang mengungkapkan bahwa “apabila subjek kurang dari 100

orang lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil

antara 10-25% atau lebih”.

4. Teknik Pengambilan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

angket. Tujuan digunakan angket dalam penelitian ini untuk melihat

peningkatan ibadah shalat mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling

Islam.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 194) angket adalah

“sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang diketahui”. Angket dalam penelitian ini menggunakan

sekala Likert dengan penilaian terhadap pernyataan terbagi dalam lima

skor yaitu mulai dari skor 1 sampai dengan 5. Sedangkan bentuk yang

digunakan yaitu checklist dengan penilaian:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

R : Ragu

TS : Tidak Setuju

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

23

STS : Sangat Tidak Setuju (Subana, 2000: 32)

5. Studi Pustaka

Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang dilakukan

dengan mempelajari buku-buku serta dokumentasi lainnya yang

berhubungan serta menunjang dan relevan dengan masalah yang

diteliti.

6. Penelitian Lapangan

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data dengan

cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap lembaga yang

menjadi objek penelitian, yaitu menggunakan kuisioner dengan cara

menyebarkan angket yang berisi pernyataan-pernyataan mengenai

masalah bimbingan Islam dan adaptabilitas santri disertai

kemungkinan-kemungkinan jawaban yang harus dipilih dan kuisioner

ini dibagikan kepada responden yang menjadi anggota sample.

Kuisioner harus dijawab untuk mempermudah pengumpulan data dan

efisiensi waktu serta sebagai petunjuk adanya pengaruh bimbingan

keagamaan terhadap peningkatan ibadah shalat.

7. Analisis Data

Terdapat pengaruh anatara bimbingan praktik terhadap

peningkatan ibadah shalat. Untuk keperluan itu dari populsi 32 orang,

maka akan diambil seluruhnya, untuk ditanya tentang pengaruh

bimbingan keagamaan dan ibadah shalat. Data bimbingan keagamaan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

24

(X) dan ibadah shalat (Y). Analisis data dilakukan sesuai dengan jenis

data kuantitatif, yang akan diolah dengan menggunakan analisis

kuantitatif secara deskriptif. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis angket

Lembar angket digunakan untuk mengetahui pengaruh

layanan bimbingan orientasi terhadap perencanaan kematangan

karir siswa. Lembar angket di judgement oleh ahli (dosen

pembimbing) tentang layak atau tidaknya penggunaan lembar

angket yang akan digunakan. Untuk analisis angket dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut:

1) Uji Validitas

Menentukan validitas soal menggunakan rumus:

𝑟𝑥𝑦 =N ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋) (∑ 𝑌)

√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋 )2

} {𝑁 ∑𝑌2 − (∑𝑌2)}

(Sugiyono, 2010: 228)

Ket: Yxy : Koefesien korelasi antara variable x dan y

X : Skor tiap soal

Y : Skor total

N : Banyaknya responden

Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya

koefesien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3

Interpretsi nilai r

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

25

0,00-0,20 Sangat rendah

0,21-0,40 Rendah

0,41-0,60 Cukup

0,61-0,80 Tinggi

0,81-1,00 Sangat tinggi

2) Uji Reliabilitas

Untuk mencari data realibilitas instrument uji coba

digunakan rumus:

𝑟𝑙𝑙 = (𝑛

𝑛 − 1)(

𝑆2 − ∑𝑝𝑞

𝑆2)

(Arikunto, 2009: 100)

Ket:

rll : Reliabilitas secara keseluruhan

p : Proporsi subjek yang menjawab item benar

q : Proporsi subjek menjawab item salah (q = l-p)

∑ : Jumlah hasil banyaknya perkalian antara p dan q

N : Banyaknya item

S2 : Standar deviasi dari tes (setandar deviasi adalah akar

varians)

Tabel 1.4

Kriteria Realibilitas Butir Soal

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

26

Setelah data penelitian diperoleh, maka data tersebut

dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menghitung Uji Normalitas

Normalitas dihitung dari soal test, langkah-langkahnya

seperti berikut:

1) Mengkonversikan nilai masing-masing variable dengan

menjumlahkan semua item dari sekor yang diperoleh.

2) Membuat daftar distribusi frekuensi masing-masing

variable, dengan lebih dulu mencari:

(a) Mencari rentan (R), dengan rumus: R = X1 - Xr

(b) Menentukan kelas interval (K), dengan rumus: K = 1 + 3,33

log n

(c) Menentukan panjang kelas interval (P) dengan rumus: P = R :

K (Subana, 2000: 66)

0,00-0,20 Sangat rendah

0,21-0,40 Rendah

0,41-0,60 Cukup

0,61-0,80 Tinggi

0,81-1,00 Sangat tinggi

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

27

b) Analisis korelasi pearson product moment digunakan untuk

mengetahui hubungan kedua variabel yakni antara variabel

bimbingan keagamaan (X) dan ibadah shalat (Y).

(1) Jika kedua variabel berdistribusi normal, maka rumus

korelasi yang digunakan adalah:

𝑟 =𝑛 ∑𝑋1𝑌1 − (𝐶𝑋1)(∑𝑌1)

√(𝑛∑𝑋12 − (∑𝑋1)2(𝑛∑𝑌1

2 − (∑𝑌1)))2

(2) Jika salah satu variabel tersebut tidak normal maka rumus

korelasi yang digunakan sebagai berikut:

𝑟 = 1 −6∑𝑏𝑖2

𝑛(𝑛2 − 1)

(3) Menafsirkan harga koefesien korelasi sebagai berikut:

Tabel 1.5

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi

Koefesien korelasi

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

(Sugiyono, 2012: 182-184)

(4) Uji Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y dengan

rumus:

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

28

E = 100 (k-1) dimana k kecil = √1 − 𝑟2

Keterangan:

E = indeks prestasi ramalan

K = derajat tidak ada korelasi

I = bilangan konstan

r = koefesien korelasi yang dicari

(5) Pengujian hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah:

Ho: -ttabel <thitung<t table

H1: thitung>t tabel atau t hitung<-ttabel

Kriteria pengujiannya:

“Tolak Ho jika t hitung > ttabel, dalam hal lain Ho diterima”

Apabila salah satu data yang tersedia tidak normal, maka

pengujian hipotesis dilakukan dengan uji Wilcoxon, rumusannya:

z =𝑇 − µ𝑇

𝜎𝑇+ ⋯

Ket: T : jumlah jenjang/rangking yang terendah

Z : 𝑇−µ𝑇

𝜎𝑇

σT : √𝑛 =𝑛 (𝑛+1) (2 𝑛+1)

24

Dengan demikian,

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.uinsgd.ac.id/4683/4/4_bab1.pdf · Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan mendekatkan jiwa mahasiswa kepada Allah. Semakin sering

29

z =𝑇 − µ𝑇

𝜎𝑇=

𝑇 − 𝑛 (𝑛+1)4

√𝑛 =𝑛 (𝑛 + 1) (2 𝑛 + 1)

24

(Sugiyono, 2010: 133)

Kriteria: Zhitung>Ztabel maka Ho ditolak, Ha diterima

Zhitung <Ztabel maka Ho diterima, Ha ditolak