bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/bab i.pdfpenyelenggara pemilu,...

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan kesatuan wilayah dan kebudayaan yang sangat beragam membutuhkan sistem yang bisa menjadikan negara ini menjadi negara yang dapat mensejahterakan masyarakat. Negara Indonesia dengan kata demokrasi di layar belakangnya memberikan pemaknaan yang sangat luas yakni di dalam negara rakyatlah yang berkuasa, seperti ungkapan Abraham Lincoln Demokrasi adalah pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Begitulah demokrasi dalam memberikan pengartian dalam hal ini masuklah ke dalam pengisian demokrasi yakni pada masa sekarang tertuang dalam bentuk Pemilihan Umum yang kemudian disebut dengan Pemilu. Sesuai dengan falsafah Negara Indonesia yakni Pancasila yang termuat dalam butir keempat yang berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” bahwasanya dalam butir tersebut mengajak seluruh warga untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan berpolitik dan pemerintahan melalui pemilu. Pasal 28D ayat (3)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia berbunyi “setiap warga negara berhak memperoleh hak yang sama dalam pemerintahan” sedemikian rupa pengaturan yang diberikan Undang-undang terhadap kesempatan ini yang tidak memandang jenis kelamin, suku, ras, agama

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dengan kesatuan wilayah dan kebudayaan yang sangat beragam

membutuhkan sistem yang bisa menjadikan negara ini menjadi negara yang dapat

mensejahterakan masyarakat. Negara Indonesia dengan kata demokrasi di layar

belakangnya memberikan pemaknaan yang sangat luas yakni di dalam negara

rakyatlah yang berkuasa, seperti ungkapan Abraham Lincoln “Demokrasi adalah

pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Begitulah demokrasi

dalam memberikan pengartian dalam hal ini masuklah ke dalam pengisian

demokrasi yakni pada masa sekarang tertuang dalam bentuk Pemilihan Umum

yang kemudian disebut dengan Pemilu.

Sesuai dengan falsafah Negara Indonesia yakni Pancasila yang termuat

dalam butir keempat yang berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” bahwasanya dalam butir

tersebut mengajak seluruh warga untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan

berpolitik dan pemerintahan melalui pemilu.

Pasal 28D ayat (3)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

berbunyi “setiap warga negara berhak memperoleh hak yang sama dalam

pemerintahan” sedemikian rupa pengaturan yang diberikan Undang-undang

terhadap kesempatan ini yang tidak memandang jenis kelamin, suku, ras, agama

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

2

maupun budaya. Karena kita dihadapan hukum adalah sama tidak ada pembeda

dimana dalam hal ini akan lebih berfokus terhadap keterwakilan perempuan.

Indonesia sebagai negara demokrasi, pemilihan umum dipilih langsung

oleh masyarakat karena masyarakatlah nanti yang akan menjadi objek dari

kepemimpinan yang akan dijalankan. Tahun 1955 adalah tonggak awal pemilihan

umum di Negeri ini pemilihan umum bertujuan untuk memilih anggota-anggota

DPR dan konstituante.

Pemilihan umum dilaksanakan sesuai dengan amanah UUD 1945 seperti

terdapat dalam Pasal 18 ayat (3) berbunyi “Pemerintahan daerah provinsi, daerah

kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-

anggotanya dipilih melalui pemilihanumum.” Dan Pasal 19 ayat (1) yang berbunyi

“Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.”

Perkembangan pemilu yang dilaksanakan sejak era konstituante hasil

pemilu 1955 sampai masa-masa awal era Reformasi tahun 1999, tidak ada usaha

serius peningkatan keterwakilan perempuan. Menjelang pemilu 2004 melalui

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 yang diganti dengan Undang-undang No

8 Tahun 2012 tentang pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD mulai memberikan

gebrakan melalui pengeluaran kebijakan afirmatif untuk partisipasi perempuan

yakni tercermin pada Pasal 55 Undang-Undang No 8 Tahun 2012 Tentang

Pemilihan Umum DPR, DPD dan DPRD yang berbunyi “Daftar bakal calon

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 memuat paling sedikit 30% (tiga

puluh persen) keterwakilan perempuan“.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

3

Dalam pasal 53 menyebutkan bahwa : (1) Bakal calon sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 52 disusun dalam daftar bakal calon oleh partai

politik masing-masing. (2) Daftar bakal calon anggota DPR ditetapkan oleh

pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat pusat. (3) Daftar bakal calon

anggota DPRD provinsi ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta Pemilu

tingkat provinsi. (4) Daftar bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota

ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat kabupaten/kota.

Dari pasal 55 Undang-Undang No 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum

DPR, DPD dan DPRD, tercerminkan atas kesempatan terhadap perempuan untuk

ikut serta dalam kancah politik. Tidak banyak peran perempuan terkait perannya

dalam peserta pemilu. Keikutsertaan perempuan dalam kancah pemilu akan

mempunyai banyak penyebab dan faktor-faktor yang lain seperti misalnya

pemikiran-pemikiran tentang perempuan di era zaman sebelum kartini yang hanya

untuk menjadi pahlawan rumah. Kemudian dalam hal ini bahwa sudah sangat jelas

untuk penguatan keikutsertaan para perempuan untuk mengikuti kancah dunia

pemilu dan tidak ada lagi pemikiran-pemikiran sempit tentang keharusan seorang

perempuan.

Indonesia pada level awal yaitu penerapan affirmative action pada pemilu

tahun 2004 dan kuota 30 persen masih merupakan wacana, pemilu yang dinilai

demokratis dan terbuka ternyata tetap tidak membawa perubahan dan peningkatan

signifikan sebagaimana yang diharapkan dalam persoalan keterwakilan

perempuan di parlemen, walau saat itu jumlah partai sangat banyak,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

4

dimana memungkinkan terwakilinya perempuan semakin banyak, tapi

nyatanya dari hasil yang diperoleh belum menuai hasil kepuasan yang diharapkan.

Dengan hasil seperti itu pemerintah tidak hanya berdiam diri akan tetapi

tetap berusaha untuk mengadakan peningkatan keterwakilan perempuan dalam

politik, terutama dalam Pemilu tersebut yang tidak terjadi secara serta merta,

namun karena perjuangan yang terus menerus untuk mewujudkan hak setiap orang

untuk mencapai persamaan dan keadilan. salah satunya adalah dengan

mewujudkan peraturan perundang-undangan yang memiliki keberpihakan dan

pemberlakuan “Zipper system”1 sistem yang dimana mengharuskan kepada parpol

untuk memasukkan paling tidak satu perempuan dalam tiga kandidat agar peluang

terpilihnya menjadi lebih besar dimana sistem ini terlihat hasilnya pada pemilu

tahun 2009.

Pada temuan data kuntitatif hasil Pemilu Legislatif 2009 di Indonesia

menunjukan peningkatan representasi politik perempuan baik di tingkat nasional

maupun lokal. Di tingkat nasional, jumlahnya naik dari 11% menjadi 18% (100

perempuan dari total 2005 anggota DPR-RI).2 Pada tingkat provinsi naik dari 10%

menjadi 16% (321 perempuan dari 2005 anggota DPRD Provinsi) dan dari 5%

menjadi 12% di tingkat Kabupaten/Kota (1.875) perempuan dari total 15.758

1Ani Widyani Soetjipto. 2011. Politik Harapan: Perjalanan Politik Perempuan Paca

Reformasi. Tangerang: Marjin Kiri. Hal 45 2ibid

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

5

anggota DPRD Kabupaten/Kota).3 Dari data tersebut menunjukkan semakin

meningkatnya jumlah calon dari pemilu 2004 dan 2009.

Dari waktu ke waktu, kebijakan afirmatif terhadap perempuan dalam

bidang politik semakin disempurnakan. Hal itu dapat ditelaah ketika DPR

menyusun rancangan undang-undang paket politik yang digunakan dalam

pelaksanaan Pemilu 2009, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang

Penyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai

Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012 tentang Pemilu DPR, DPD, dan

DPRD, Peraturan Komisi Pemilihan Umum No 7 Tahun 2013 tentang Pencalonan

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Dearah Provinsi dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan berbagai konvensi yang telah diratifikasi oleh

Negara Indonesia yang berkaitan.

Menjadi suatu pembaharuan yang nyata dan pemberian kesempatan yang

menurut penulis memang seharusnya ada untuk para perempuan. Kemudian dalam

hal ini undang-undang memberikan kesempatan kepada perempuan untuk ikut

serta dan memberikan sumbangan pada pemerintahan karena untuk adegium

macak, masak dan manak sedikit akan mulai terhapuskan karena sejatinya

perempuan dan laki laki adalah diciptakan sama oleh Tuhan.

Seperti dalam bunyi QS. Al-Ahzab : 35“Sesungguhnya laki-laki dan

perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan

yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan

perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan

perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara

3Ibid Hal 44

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

6

kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,

Allah telah menyediakan kepada mereka ampunan dan pahala yang besar”

Oleh karena itu tidak sepantasnya jika dalam hal ini ada kata ragu tertempel

pada para perempuan karena jika melihat dewasa ini banyak perempuan yang tidak

kalah mumpuni dengan laki-laki dan tidak mustahil dengan adanya perempuan

yang bersinergi dengangerakan sosial dan gerakan politik yang menuai hasil

positif.

Kemudian dalam hal pemenuhan keterwakilan perempuan tidak terlepas

dari sebuah peran partai politik yang pengaturanya terdapat pada Undang-Undang

No 2 Tahun 2011 atas perubahan dari Undang-Undang No 2 Tahun 2008 tentang

Partai Politik termuat dalam pasal 29 ayat (1) Undang-Undang No 2 Tahun 2011

mengenai partai politik dalam melakukan rekuitmen yang tidak terlepas daripada

fungsi partai politik itu sendiri.

Keterwakilanya perempuan dalam menduduki kursi salah satunya adalah

peran dari sebuah partai politik yang mengusung dalam kancah pemilihan umum.

Akan tetapi kemudian dalam hasilnya suara perempuan masih tetap sangat terbatas

dan bahkan tidak terlihat disini akhirnya banyak menuai kejanggalan yang dimana

dalam persyaratan dalam pemilu selalu terpenuhi akan tetapi dalam hasilnya masih

tetap saja hasil selalu kurang. Oleh karena itu penulis ingin meneliti apakah yang

menjadi kendala partai politik dalam keterwakilan perempuan yang terfokuskan

terhadap pemilu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang kemudian disebut dengan

DPRD di Kota Malang dengan judul : FUNGSI PARTAI POLITIK

TERHADAP KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PEMILIHAN

UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MALANG

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

7

(Studi di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai

Kebangkitan Bnagsa (PKB)).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, ada beberapa permsalahan

yang hendak dikaji dalam penulisan peneliti ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme penjaringan yang dilakukan Partai Demokrasi

Perjuangan (PDIP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk rekrutmen

calon perempuan sebagai anggota partai politik dari keterwakilan perempuan?

2. Bagaimana proses pengusulan calon DPRD oleh Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk keterwakilan

perempuan 30 % pada pemilihan umum DPRD Kota Malang pada Tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggali lagi peran partai politik dalam

keterwakilan perempuan di Indonesia, maka penelitian ini ditujukan :

1. Untuk mengetahui dan mengkaji proses rekuitmen yang dilakukan oleh PDIP

dan PKB untuk mendapatkan anggota partai politik dari unsur keterwakilan

perempuan.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji proses pengusulan calon DPRD oleh Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Kebangkitan Bangsa

(PKB) untuk keterwakilan perempuan 30 % pada pemilihan umum DPRD

Kota Malang pada Tahun 2014.

D. Kegunaan dan Manfaat

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

8

Atas dasar maksud, tujuan dan alasan sebagaimana yang penulis uraikan

diatas maka penulis berharap penelitian ini akan memiliki manfaat sebagai berikut

:

a. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penilitian yakni untuk menambah pengatahuan dan

memperluas keterbukaan pemfikiran penulis terhadap keluasan ruang

keterwakilan perempuan dalam kancah politik, pemerintah yang berkaitan dan

fungsi dari partai politik itu sendri yang berperan menjadi slah satu kendaraan

para kandidat. Serta menghilangkan pemfikiran sifat-sifat pasif terhadap

perempuan.

b. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pemerintah

Penelitian ini ditujukan untuk memberikan masukan dan sumbangan

pemikiran serta kontribusi bagi pemerintah untuk lebih memberi ruang

dan legalitas bagi perempuan untuk ikutserta dalam kancah politik.

b. Bagi Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD)

Penelitian ini diharapkan lebih memberikan peluang dan kepercayaan

terhadap perempuan-perempuan untuk ikut serta dalam kancah

pemerintahan maupaun politikpada lembaga DPRD maupun lembaga

DPRD yang lain.

c. Bagi Partai Politik

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

9

Penelitian ini di harapkan untuk partai politik juga berperan serta dalam

pendidikan politik terhadap perempuan.Maka dari itu agar lebih di

gencarkan lagi terhadap kaum perempuan untuk mengurangi awam

politik pada kaum perempuan.

d. Bagi Masyarakat

Penelitian ini memberikan pengetahuan dan wawasan terhadap khalayak

umum bahwa dalam kancah politik maupun dalam pemerintahan.Yang

dimana perempuan tidak lagi menjadi sesutau yang menghenrankan lagi

melainkan menjadi dorongan untuk para kaum perempuan agar ikut

sertamengambil bagian dalam hal ini.

E. Metode Penulisan

1. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian

masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai

tujuan penelitian atau penulisan.4 Sebuah penelitian tidak akan lepas dari

metode yang akan digunakan, dalam kaitannya dengan permasalahan yang

dikemukakan maka metode yang digunakan adalah metode yuridis

sosiologis.5

4Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya

Bakti. Hal 112 5Soejono Soekamto dan Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif (Suatu

Tinjauan Singkat). Jakarta: Rajawali Press. Hal 13-14

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

10

Menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, yaitu penelitian hukum

yang dilakukan dengan cara melihat hukum sebagai perilaku manusia.

Peneliti perlu menggunakan pendekatan dalam setiap analisisnya.

Pendekatan ini bahkan akan dapat menentukan nilai dari hasil penelitian

tersebut.6Kaidah hukum berlaku secara faktual atau efektif, jika warga

masyarakat,untuk siapa kaidah hukum itu berlaku, mematuhi kaidah hukum

tersebut.7

2. Lokasi Penelitian

Kantor Dewan Perwakilan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP) cabang Kota Malang, beralamat di Jl. Raden Panji

Suroso no.5 Malang dan Kantor DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),

beralamat di Jl. Ketapang no.2 Kasin, Klojen, Kota Malang. Penulis

mengambil sample kedua parati tersebut dikarenakan kedua partai tersebut

mendominasi pada kusri DPRD di Kota Malang.

3. Sumber Data

6Mukti fajar ND dan Yulianto Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Emiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 1 7J.J.H. Bruggink. 1999. Refleksi tentang Hukum. Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti. Hal 149-150

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

11

a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari kehidupan

masyarakat dengan cara wawancara, observasi, kuisioner, sample dan

lain-lain.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka berupa

buku-buku, jurnal-jurnal, makalah atau sumber-sumber yang lain yang

berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

4. Teknik Pengupulan Data :

a. Wawancara

Penulis mewawancarai partai PDIP yang beralamat di Jl. Raden Panji

Suroso dengan mewawancarai Suyanto yang menjabat sebagai

Bendahara Partai dan Partai PKB yang beralamat di Jl. Ketapang No.

2 Kasin, Klojen, Kota Malang dengan mewawancarai Niriyanto

menjabat sebagai ketua Badan Otonom Gemasaba (Gerakan

Mahasiswa Satu Bangsa) Kota Malang.

b. Dokumentasi

Memberikan sekumpulan pengolahan data dalam berbagai keterangan

mislanya dalam bentuk gambar, kutipan, koran maupun bahan

referensi lain.

c. Studi Pustaka

Tidak hanya memberikan hasil data yang sudah didapat akan tetapi

juga akan ditelaah dengan buku-buku, literatur, laporan maupun hasil

penelitian yang sudah ada.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

12

F. Analisa Data

Dalam menganalisa data penulis akan melakukan analisa terhadap

kejadian di lapangan terhadap keterwakilan perempuan dalam pemilihan

umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Demokrasi Internal partai

dengan dikaitkan pada teori dan aturan-aturan normatif yang sudah

terbentuk pada partai politik yang terkait di Kota Malang.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyususnan penelitian hukum ini, penulis membagi dalam

4 bab dan masing-masing bab terdiri atas sub yang bertujuan agar

mempermudah pemahamanya. Adapun sistematika penulisanya sebagai

berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan latar belakang, yakni memuat landasan yang

bersifat seharusnya dan senyatanya yang melatar belakangi suatu masalah

yang hendak di kaji lebih mendalam. Rumusan masalah yang diturunkan

dari latar belakangmemuat suatu masalah yang akan diangkat dan

dibahas. Adapun selanjutnya tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan untuk

mempermudah penyusunan penulisan hukum ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang kajian-kajian teoritik dan sosiologis yang

berkaitan dengan permaslahan yang diangkat dan ditulis, yang mana nanti

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44095/2/BAB I.pdfPenyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor8 Tahun 2012

13

akan dijadikan landasan analisis hukum penulisan di bab selanjutnya

yakni Bab III pembahasan, dalam hal ini penulis memilih kerangka teori

mengenai : (1) Demokrasi, (2) Pemilihan Umum, (3) Partai Politik, (4)

Gender, (5) Hak Sosial dan Politik Perempuan; (6) Rekuitmen.

BAB III : PEMBAHASAN

Dalam Bab III berisi uraian pembahasan mengenai proses rekuitmen yang

dilakukan Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) dan Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) untuk rekrutmen calon perempuan sebagai anggota partai

politik dari keterwakilan perempuan serta mengenai proses pengusulan

calon DPRD oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk keterwakilan perempuan 30 %

pada pemilihan umum DPRD Kota Malang pada Tahun 2014, yang

kemudian diangkat oleh penulis dan dianalisa secara content, comparative

kesesuaian atau keselarasan berdasarkan kenyataan yang ada yang

didukung dengan data-data terkait yang relevan dengan permasalahan

dalam penulisan ini.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian hukum ini dimana berisi

kesimpulan dari pembahasan Bab III, serta berisikan saran penulis dalam

menanggapi permasalahan yang menjadi fokus kajian.