bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/bab i.pdf · pelatihan dan...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tingginya angka gelandangan di Indonesia yang terlepas dari penyebab mereka menggelandang, salah satu kota dengan jumlah gelandangan terbanyak adalah kota Malang (Koran Jawa Pos, 8 Oktober 2016). Dinas Sosial Kota Malang mencatat setidaknya jumlah gelandangan di Kota Malang masih cukup besar dan membutuhkan penanganan yang lebih intensif. Fenomena di lapangan menunjukan bahwa Gelandangan di Kota Malang bervariasi jika dilihat dari usianya. Mulai anak-anak, remaja, dewasa paruh baya, hingga tua atau lanjut usia juga ada. Begitu juga aktifitas yang dilakukan gelandangan pun bermacam-macam, namun sebagian besar dari hal-hal tersebut menjadikan masyarakat setempat menjadi kurang nyaman. Seperti misalnya, Tidur di trotoar / emperan toko ketika malam, ketika toko sudah tutup, kemudian makan dan minum di sana pula. Menjadi sangat mengganggu kenyamanan ketika sebagian besar dari gelandangan-gelandangan itu buang air kecil disekitar trotoar atau emperan toko juga. Sektor kebersihan juga, seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, kemudian ada juga yang iseng merubah bahkan merusak fasilitas umum maupun pribadi (pemilik ruko) dengan mengubah fungsi atau menambah fungsi benda itu, seperti mewarnai tembok, dan memindahkan tempat sampah. Aktifitas gelandangan tersebut mengakibatkan fasilitas umum / sosial tidak berfungsi sebagaimana seharusnya difungsikan, misalkan trotoar yang tidak bisa digunakan oleh pejalan kaki sebagaimana seharusnya karena digunakan

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tingginya angka gelandangan di Indonesia yang terlepas dari

penyebab mereka menggelandang, salah satu kota dengan jumlah gelandangan

terbanyak adalah kota Malang (Koran Jawa Pos, 8 Oktober 2016). Dinas Sosial

Kota Malang mencatat setidaknya jumlah gelandangan di Kota Malang masih

cukup besar dan membutuhkan penanganan yang lebih intensif.

Fenomena di lapangan menunjukan bahwa Gelandangan di Kota Malang

bervariasi jika dilihat dari usianya. Mulai anak-anak, remaja, dewasa paruh baya,

hingga tua atau lanjut usia juga ada. Begitu juga aktifitas yang dilakukan

gelandangan pun bermacam-macam, namun sebagian besar dari hal-hal tersebut

menjadikan masyarakat setempat menjadi kurang nyaman. Seperti misalnya, Tidur

di trotoar / emperan toko ketika malam, ketika toko sudah tutup, kemudian makan

dan minum di sana pula. Menjadi sangat mengganggu kenyamanan ketika sebagian

besar dari gelandangan-gelandangan itu buang air kecil disekitar trotoar atau

emperan toko juga.

Sektor kebersihan juga, seperti membuang sampah tidak pada tempatnya,

kemudian ada juga yang iseng merubah bahkan merusak fasilitas umum maupun

pribadi (pemilik ruko) dengan mengubah fungsi atau menambah fungsi benda itu,

seperti mewarnai tembok, dan memindahkan tempat sampah.

Aktifitas gelandangan tersebut mengakibatkan fasilitas umum / sosial tidak

berfungsi sebagaimana seharusnya difungsikan, misalkan trotoar yang tidak bisa

digunakan oleh pejalan kaki sebagaimana seharusnya karena digunakan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

2

gelandangan untuk tidur. Kegelisahan lain adalah terkait juga kenyamanan

penduduk sekitar yang semakin berkurang karena rasa aman terhadap resiko

kejahatan yang semakin besar. Mengingat gelandangan tersebut tidak jelas siapa

dan berasal dari mana, sehingga keindahan, ketertiban, kaamanan, serta kebersihan

kota menjadi memprihatinkan.

Pemerintah Kota Malang sudah melakukan beberapa hal untuk mengatasi

atau menekan angka gelandangan di Kota Malang. Diantaranya adalah memberikan

pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia

kerja. Hal ini dilakukan karena menurut EJ (salah satu subjek penelitian) sebagian

pokok permasalahan bahwa penyebab mereka menjadi gelandangan adalah karena

faktor ekonomi.

Setelah diberi bekal dengan pelatihan dan keterampilan, pemerintah Kota

Malang melalui Dinas Sosial memilah gelandangan yang terjaring. Jika mereka

penduduk kota Malang maka mereka akan didampingi, dan jika tidak memiliki

tempat tinggal maka akan dibantu oleh Dinas Sosial, namun jika bukan asli

penduduk kota Malang, maka yang bersangkutan akan dikembalikan ke daerah

asalnya masing-masing.

Hal ini dilakukan karena memang realitas yang terjadi di Kota Malang

adalah salah satu kota dengan sirkulasi penduduk yang cukup besar, seperti yang

dilansir oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pada laporan

tahunan 2017 setidaknya pendatang yang masuk setiap harinya mencapai 61 orang.

Pemerintah Kota Malang selain upaya responsif yang dilakukan,

pemerintah juga melakukan upaya represif atau pemberian hukuman bagi mereka

yang tetap menggelandang di Kota Malang. Melalui Peraturan Daerah Kota Malang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

3

No. 2 Tahun 2012 tentang Ketertiban Umum dan Lingkungan, yang intinya adalah

terdapat ancaman kurungan maksimal 3 bulan dan/atau denda 10 juta rupiah bagi

mereka yang menggaggu ketertiban umum dengan mengelandang.

Negara dalam hal ini pemerintah Kota Malang sebenarnya tidak tinggal

diam, negara melalui alatnya sudah berusaha untuk mengatasi permasalahan ini.

Namun yang selanjutnya menjadi kegelisahan adalah : a). Mengapa jumlah

gelandangan di kota Malang terus meningkat dari tahun ke tahun? Ketika

pemerintah kota sudah menggunakan strategi mereka untuk menekan angka

gelandangan tersebut. b). Apa strategi pemerintah kota kurang tepat? Sanksi yang

diberikan kurang tegas? Reward / ganjaran yang diberikan kurang bermanfaat? c).

Pemahaman realitas kehidupan gelandangan yang dipahami masyarakat pada

umumnya termasuk pemerintah pengambil kebijakan tidak sama dengan realitas

kehidupan gelandangan yang sebenarnya? Sehingga strategi yang diberikan tidak

mampu menjawab permasalahan yang ada dan juga tidak mampu memberikan

kebutuhan yang sebenarnya yang dibutuhkan oleh para gelandangan ini.

Adanya sebuah penelitian tentu diawali dengan adanya sebuah kegelisahan.

Kegelisahan yang muncul karena adanya suatu permasalahan. Permasalahan yang

muncul karena adanya akibat yang telah atau yang akan dirasakan dampak

buruknya nya. Perasaan gelisah dan cemas inilah yang menjadikan alasan untuk

mencari tahu bagaimana cara mengatasinya. Oleh karena itu penelitian hadir

sebagai alat untuk menemukan cara itu untuk mendapatkan suatu solusi yang

nantinya diharapkan mampu mengatasi masalah yang ada. Artinya yang menjadi

pertanyaan pada dasarnya adalah : a). Benarkah mereka menjadi gelandangan

karena keterbatasan ekonomi / miskin? Sehingga membutuhkan bantuan ekonomi?.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

4

b). Benarkah mereka menjadi gelandangan karena tidak mempunyai keahlian?

Sehingga membutuhkan pelatihan?. c). Benarkah mereka menjadi gelandangan

karena tidak memiliki tempat tinggal yang layak? Sehingga membutuhkan rumah

susun?

Untuk itu terlihat betapa pentingnya penelitian tentang permasalahan ini,

sehingga pelaksanaan penelitian terkait “Realitas Kehidupan Sosial

Gelandangan Dalam Ranah Publik” ini harus segera dilakukan agar dapat

menjadi bahan berfikir kepada seluruh masyarakat pemangku kepentingan

khususnya kepada pemerintah Kota Malang selaku pengambil kebijakan supaya

segera mengatasi permasalahan sosial terkait keberadaan gelandangan di Kota

Malang dan kemudian juga mampu menekan angka gelandangan di Kota Malang.

Selain itu juga hal ini merupakan bentuk kewajiban dari keikutsertaan masyarakat

dalam menjaga keteriban umum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dapat dilihat dari latar belakang diatas,

maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu “Bagaimana realitas

kehidupan sosial gelandangan dalam ranah publik?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan secara rinci

realitas kehidupan sosial gelandangan dan dalam ranah publik. Pemahaman

terhadap realitas tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

ilmu pengetahuan yaitu memberikan gambaran tentang konsep realitas

kehidupan gelandangan dalam kehidupan keluarga pada khususnya dan dalam

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

5

masyarakat pada umumnya serta dapat menjadi acuan untuk mengatasi

masalah gelandangan di Kota Malang, serta di kota-kota lainnya di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan diperoleh dikelompokkan menjadi teoritis

dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan,

khususnya dalam ranah Sosiologi, dalam kajian Sosiologi Perkotaan. Secara

teoritis penelitian ini dapat menunjukan indikator-indikator daripada realitas

gelandangan di Indonesia khususnya di Kota Malang.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis dapat dilihat dan dirasakan oleh pemangku

kepentingan, sehingga dalam konteks sosial masyarakat dan keberlangsungkan

kehidupan masyarakat akan lebih terasa dampaknya.

a. Bagi Jurusan Sosiologi

Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan tambahan bahan bacaan

di jurusan sehingga dapat dijadikan referensi pendukung untuk civitas

akademika Universitas Muhammadiyah Malang khususnya jurusan Sosiologi.

Hasil penelitian juga dapat dijadikan bahan kepustakaan terkait dengan

beberapa kajian sosiologi seperti Sosiologi Kependudukan, Sosiologi

Perkotaan dan Sosiologi Pembangunan.

b. Bagi Pemerintah Kota Malang

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau bahan

pertimbangan kepada pemerintah Kota Malang agar dapat mengatasi

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

6

permasalahan kependudukan khususnya terkait gelandangan. Paramater yang

diungkap dari penelitian ini, pemerintah sebagai eksekutor serta konseptor

kebijakan akan lebih jelas melihat fakta dan masalah yang ada sehingga

tentunya akan menjadikan lebih tepatnya kebijkan-kebijkan yang diambil guna

menjadi alat atau solusi dari masalah sosial di Kota Malang.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Tentunya penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi manfaat kepada

peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat menjadi stimulus untuk peneliti di

lingkungan perguruan tinggi dan juga peneliti pada umumnya. Temuan

penelitian akan menambah wawasan dan juga pandangan peneliti selanjutnya

baik sebagai bahan perbandingan maupun bahan pertimbangan dalam

melaksanakan penelitian dengan tema serupa.

E. Definisi Konsep

1. Realitas Sosial

Realitas sosial adalah kenyataan atau fakta yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat. Hal ini terkait dengan kestabilan dalam keadaan normal

atau keadaan tidak normal yang terjadi dalam pola-pola hubungan di

masyarakat (lecture.ub.ac.id)

Menurut Emile Durkheim, Realitas sosial adalah cara bertindak, apakah

tetap atau tidak, yang bisa menjadi pengaruh atau hambatan eksternal bagi

seorang individu (Durkheim, Émile,; D.,, Halls, W. 2014). Hal itu bisa berarti

bahwa fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan perasaan yang berada

di luar individu dan koersif dan dibentuk sebagai pola dalam masyarakat.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

7

Berger & Luckmann dalam Veeger K.J. (1985) berpandangan bahwa

kenyataan atau realitas dibangun secara sosial dalam pengertian individu-

individu dalam masyarakat itulah yang membangun masyarakat Maka

pengalaman individu tidak terpisahkan dengan masyarakatnya. Berger

memandang manusia sebagai pencipta kenyataan sosial yang objketif melalui

tiga momen dialektis yang stimultan yaitu :

a. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia

kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Proses ini

merupakan bentuk ekspresi diri untuk menguatkan eksistensi individu

dalam masyarakat. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai produk

manusia.

b. Objektifikasi, adalah hasil yang telah dicapai, baik mental maupun

fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu berupa

realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu

sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada diluar dan berlainan dari

manusia yang menghasilkannya (hadir dalam wujud yang nyata).

Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjketif perorangan.

Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang.

Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai realitas yang objektif, atau

proses interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan

atau mengalami proses institusionalisasi.

c. Internalisasi, lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke

dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu

dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

8

dunia yang telah terobjektifikasi tersebut akan ditangkap sebagai

gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal

bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil dari

masyarakat.

Sehingga realitas sosial dapat disimpulkan seperti berikut, yaitu fakta

atau kenyataan yang sebenarnya, tanpa melalui proses pemaknaan. Artinya

realitas sosial adalah suatu keadaan yang telah terjadi dan/atau yang terjadi

pada saat itu. Gabungan dari pengetahuan sesuatu dan kemampuan individu

dalam menafsirkan pengetahuan tentang sesuatu tersebut.

2. Gelandangan

Gelandangan sebagaimana dalam KBBI adalah orang yang

bergelandangan; orang yang tidak tentu tempat kediaman dan pekerjaannya.

Gelandangan adalah orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan dengan

alasan tertentu mengharuskan tinggal difasilitas umum (Hanggoro, 2018 : 7).

Sedangkan yang dinyatakan oleh Humaidi, Gelandangan adalah berasal dari

gelandang yang berarti selalu mengembara, atau berkelana (Humaidy, 2003 :

37).

Menurut Muthalib dan Sudjarwo dalam Iqbali (2005) diberikan tiga

gambaran umum dari gelandangan, yaitu :

a. Sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyarakatnya;

b. Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai;

c. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan

dan keterasingan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

9

Sedangkan dalam Pasal 1 ayat 11 Peraturan Daerah Kota Malang No. 9

Tahun 2013 tentang gelandangan, anak jalanan dan pengemis, gelandangan

adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma

kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai

tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup

mengembara di tempat-tempat umum.

Gelandangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang

secara sadar tidak menetap dalam suatu lokasi tempat tinggalnya yang layak

seperti halnya rumah akan tetapi lebih memilih untuk tinggal dan/atau tidur

ditempat fasilitas umum.

Artinya gelandangan yang dimaksud adalah orang yang tidak sedang

menempati tempat tinggalnya secara pribadi, namun dalam hal bertempat

tinggal dia memilih menempati fasilitas umum seperti trotoar, halte, emperan

toko, serta dibawah jembatan.

Secara sederhana, gelandangan yang hendak diteliti disini adalah orang

yang secara sadar, sengaja, dan terencana menggunakan fasilitas umum yang

tidak sesuai dengan pokok fungsinya, dalam kasus ini adalah orang yang tidur

di trotoar atau emperan toko, terlepas dari pekerjaan dia apa, dan memiliki

rumah tinggal atau tidak.

3. Ranah Domestik dan Publik

Ranah domestik mencakup aspek kesejahteraan keluarga, kesehatan

hubungan keluarga yang simetris. Ranah publik adalah menyangkut aspek

terkait bidang iptek, ekonomi, ketenagakerjaan, politik, sosial, dan ketahanan

nasional (Yanggo, H.T. 1996).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

10

Ranah domestik yang dimaksud adalah lingkungan internal keluarga

subjek penelitian, dengan kata lain dilihat dari latar belakang personal, pola

hubungan subjek penelitian dengan keluarganya. Sedangkan ranah publik

adalah lingkungan eksternal daripada subjek penelitian, dengan kata lain pola

hubungan atau interaksi dengan lingkungan sosial masyarakatnya atau ruang

publik atau khalayak umum masyarakat.

F. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan penelitian adalah merupakan bentuk

aktifitas ilmiah untuk mengamati, melihat, mencari, menggali, data dan

informasi secara ilmiah (Koentjaraningkrat, 1991 : 7-8).

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini yang dilakukan adalah melalui

penelitian kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-

angka atau stastitik, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,

cacatatan observasi lapangan, rekaman audio dialog, rekaman video

wawancara, dokumen-dokumen pribadi dan resmi lainnya. Pendekatan

kualitatif ingin menunjukan realitas empirik dibalik fenomena yang secara

mendalam rinci dan tuntas.

Tujuan penggunaan pendekatan kualitaif dalam penelitian ini adalah

untuk mencocokkan antara teori yang berlaku dengan realita yang ada dengan

menggunakan metode deskriptif (Moloeng, 2004 : 131). Penelitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung pada pengamatan, manusia, kawasannya sendiri, dan berhubungan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

11

dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya (Moloeng,

2004 : 132).

Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai

instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan,

analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna daripada generalisasi.

Peneliti mengunakan pendekatan kualitatif ini dengan pertimbangan

yang kurang lebih serupa dengan seperti apa yang diungkapkan oleh Lexy

Moloeng (2004 : 138)., yaitu :

a. Kualitatif akan lebih mudah disesuaikan apabila berhadapan dengan

kenyataan ganda;

b. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti dan

responden;

c. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen

pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

2. Jenis Penelitian

Penelitian yang mengangkat tentang realitas kehidupan gelandangan di

kota Malang ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan

kualitatif berjenis fenomenologi. Fenomenologi adalah sudut pandang

penelitian folklor dari sisi fenomena yang ada. Realitas menjadi dasar

penelitian (Endraswara, 2009 : 91).

Fenomenologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif

Alfred Schutz, yang mana pada dasarnya fenomenologi yang lebih

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

12

menekankan kepada intersubjektivitas. Fenomenologi artinya memandang

bahwa pemahaman atas tindakan, ucapan, dan interaksi, merupakan

persyaratan bagi eksistensisosial apapun (Sobur, 2013 : 62).

Metode tersebut dinilai peniliti sebagai metode yang paling tepat

dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Pendiskriptifan makna yang

berhubungan dengan gelandangan memang dinilai paling sesuai agar

mendapatkan hasil penelitian yang lebih maksimal.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan,

dalam hal ini beserta alamat jalan dan dimana kotanya. Dalam penelitian ini,

peneliti mengambil lokasi di Pasar Besar Kota Malang. Pemilihan lokasi ini

dilakukan secara porposive, yaitu pemilihan lokasi secara sengaja dengan

berbagai pertimbangan tertentu. Salah satu pertimbangan dipilihnya lokasi

tersebut adalah jumlah gelandangan yang paling besar dibandingkan dengan

lokasi-lokasi lainnya di Kota Malang. Situasi tersebut karena tempat

berkumpul dan beraktifitasnya gelandangan-gelandangan ini di lingkungan

pasar, dan pasar besar adalah pasar dengam bedak, los/emper, pkl paling

banyak daripada pasar yang lainnya, khususnya di Kecamatan Klojen, Kota

Malang (Kecamatan Klojen dalam Angka).

4. Subjek Penelitian

Penentuan subjek penelitian merupakan bagian yang penting dalam

sebuah penelitian. Tepat tidaknya cara menentukan subjek juga mentukan tepat

tidaknya data yang diperoleh. Menurut Becker (1970), dalam menyiapkan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

13

penelitian lapangan, setelah memutuskan lokasi dan waktu penelitian, peneliti

harus menentukan informan yang akan diteliti.

Dalam penentuan subjek penelitian ada yang dapat ditentukan karena

dapat didefinikan dengan jelas informan yang akan diteliti, namun juga ada

kondisi dimana informan tidak dapat dengan jelas didefinikan diawal

penentuan siapa informan yang akan ditelili. Terkait penelitian yang akan

dilakukan peneliti yaitu tentang realitas kehidupan gelandangan, peneliti tidak

langsung dapat menentukan diawal siapa informan-informan yang dapat

menjadi representasi data gelandangan-gelandangan yang lain dalam

memberikan data.

Untuk mengatasi situasi seperti ini, peneliti mengunakan teknik

sampling snowball. Teknik snowball adalah suatu metode untuk

mengidentifikasi, memilih, dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau

rantai hubungan yang menerus. Peneliti menyajikan suatu jaringan melalui

gambar lingkaran-lingkaran yang dikaitkan atau dihubungkan dengan garis-

garis. Neuman (2003) mengungkapkan bahwa setiap lingkaran mewakili satu

respon dan atau kasus, dan garis-garis tersebut menunjukan hubungan antar

responden atau kasus.

Langkah awal dalam penelitian ini yang dilakukan peneliti adalah

mendatangi salah satu informan dengan kriteria dapat dimasukan dengan

definisi gelandangan, dari dia peneliti mendapatkan realitas pertama dari

realitas kehidupan seorang gelandangan dalam ranah publik, yang mana

kemudian dari informasi awal informan pertama, bergulir kepada informan

yang kedua dan seterusnya hingga tidak ditemukan informasi yang baru.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

14

Teknik ini dipilih dengan alasan informasi awal peneliti terbatas terkait

realitas kehidupan gelandangan, namun pada akhirnya informasi bisa

berkembang luas dan mendalam.

5. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dikempokkan ke dalam dua

klasifikasi, yaitu terdisi dari data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data Primer menurut S. Nasution (1964 : 34) adalah data yang dapat

diperoleh langsung dari lapangan atau lokasi penelitian. Artinya data primer

atau data utama diperoleh dengan cara mengamati dan mencermati setiap kata

atau tindakan dari subjek penelian di lokasi penelitian. Data tersebut digunakan

peneliti untuk mendapatkan informasi langsung tentang realitas sosial

gelandangan dalam ranah publik yaitu dengan cara wawancara langsung

kepada gelandangan di Pasar Besar Kota Malang.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang digunakan untuk mendukung

daripada data primer. Data sekunder diperoleh peneliti dari sumber bacaan.

Seperti buku, majalah, buletin, publikasi, hasil-hasil penelitian atau studi,

dokumen resmi maupun tidak, hasil survey, studi histories, dan sebagainya.

Data sekunder yang juga peneliti gunakan adalah informasi dari BPS dan Dinas

Sosial Kota Malang terkait obyek penelitian. Peneliti mengunakan data

sekunder ini selain untuk mendukung, juga untuk memperkuat penemuan serta

untuk melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara

langsung dengan gelandangan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

15

6. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Rachmad, bahwa penelitian di samping mengunakan metode

yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan.

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara

teknik pengumpulan data yang diperoleh dari kutipan langsung orang-orang

tentang pengalaman, pendapat, persaan, serta pengetahuannya (Suyanto, dkk.,

2005 : 186). Percakapan yang dilakuan adalah bebas atau tidak tersyruktur.

Dengan kata lain tidak ada susunan pertanyaan sebelum melakukan

wawancara, sehingga proses wawancara atau dialog dengan subye penelitian

bersifat cair dan mengalir sesuai dengan situasi dan kondisi di lokasi penelitian.

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang mendalam.

Artinya adalah dengan proses memperoleh keterangan dari informan dengan

sangat dekat, dimana peneliti dan informan terlibat dalam kehidupan sosial, ciri

utama wawancara mendalam adalah keterlibatan peneliti dalam kehidupan

informan (Bungin, 2010 : 108).

b. Observasi / Pengamatan

Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan,

meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan

seluruh alat indra (Arikunto, 2002 : 133), sedangkan observasi menurut S.

Margono dalam Zuriah (2009 : 173) diartikan sebagai pengamatan dan

pencataan secara sistematis terhadap gejala yang tampak dalam obyek

penelitian. Observasi dapat dilaksanakan dengan langsung maupun tidak

langsung.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

16

Penelitian ini menggunakan observasi langsung. Artinya peneliti

berada bersama dengan obyek yang diteliti dalam suatu peristiwa tersebut.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati aktivitas

gelandangan, meliputi pola makan, pola istirahat, dengan melakukan

pengamatan langsung ke lapangan serta ikut serta berpola kehidupan seperti

mereka. Artinya peneliti mengenalkan diri peneliti bukan sebagai peneliti,

melainkan memerankan peran sebagai gelandangan sehingga peneliti ikut serta

dan mengalami aktivitas selayaknya subjek penelitian.

c. Dokumentasi

Berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis, metode

dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat data-data yang

sudah ada (Riyanto, 1996 : 83). Dokumen bisa berbentuk tulisan, catatan

harian, gambar foto, dan sejarah kehidupan (Sugiono : 2012). Dokumentasi

yang diperoleh dalam penelitian ini yakni berupa foto, video, dan rekaman

wawancara dengan informasi selama proses wawancara begitu juga observasi.

Dokumentasi yang diperoleh adalah foto aktifitas gelandangan

kemudian dokumen tersebut yang kemudian peneliti kumpulkan dan kemudian

kembangkan untuk meneliti lebih seksama terkait data-data yang diperoleh

baik secara primer maupun sekunder yang mana kemudian peneliti telaah lebih

dalam.

7. Teknik Analisa Data

Suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna

untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian menggunakan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

17

metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial

yang bersifat unik atau komplek. Padanya terdapat regularitas atau pola

tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman) (Bungin, 2003 : 53).

Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan

ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (Moleong, 2004 : 103).

Metode kualitaif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati (Moleong, 2004 : 3).

Proses analisis data terhadap komponen-komponen utama yang harus

benar-benar dipahami. Komponen tersebut adalah reduksi data, Kajian dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk menganalisis berbagai data yang

sudah ada digunakan metode deskriptif analitik. Metode ini digunakan untuk

menggambarkan data yang sudah diperoleh melaui proses analitik yang

mendalam dan selanjutnya diakomodasikan dalam bentuk bahasa secara runtut

atau dalam bahasa berbentuk naratif. Analisis data dilakukan secara induktif,

yaitu mulai dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan,

mempelajari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam penelitian

kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan cara proses pengumpulan data.

Menurut Miles dan Huberman (1992) tahapan analisis data sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data

Penelitian mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai

hasil observasi dan wawancara di lapangan.

b. Reduksi Data

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

18

Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang

lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk

mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.

c. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang

memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, cart, atau

grafis, sehingga data dapat dikuasai.

d. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi

Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema, hubungan,

persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi dari

data tersebut berusaha diambil kesimpulan. Verifikasi dapat dilakukan dengan

keputusan, didasarkan pada reduksi data, dan penyajian data yang merupakan

jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

Proses analisis data ini merupakan runtutan yang terstruktur dan

tersistematis yang mana saling berhubungan satu dengan yang lain. Setelah

melakukan proses pengumpulan data melalui wawancara, observasi, kemudian

juga dokumentasi tentu akan terkumpul banyak data. Setelah itu karena data

yang terkumpul banyak, maka dilakukan proses reduksi data, yang mana

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

19

memilah dan memilih data yang penting, perlu, dan yang tidak atau hanya

pendukung data.

Setelah data yang terkumpul direduksi, kemudian data-data tersebut

disajikan kembali dengan susunan yang tentu lebih mencerminkan hasil yang

diharapkan. Terakhir yaitu proses pengambilan keputusan atau verifikasi, yang

artinya adalah mengambil keputusan terkait data yang disajikan yang kemudian

diverifikasi.

Setelah data dari lapangan terkumpul dengan metode pengumpulan

diatas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan

menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik

kuantitatif.

Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu teknik yang

menggambar dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul

dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi

yang diteliti pasa saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan

menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir (2003 : 16) bahwa

tujuan deksriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.

8. Uji Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data (Moleong, 1991 : 175) maka

peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan data, yaitu :

a. Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (crebebility). Teknik ini

dapat dilakukan dengan jalan:

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

20

1) Keikutsertaan peneliti sebagai instrument (alat) tidak hanya

dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan

keikutsertaan peneliti, sehingga memungkinkan peningkatan

derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.

2) Ketentuan pengamatan, yaitu dimaksud untuk menemukan ciri-

ciri dan unsur-unsur dari penelitian dan situasi yang sangat

relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan

demikian maka keikutsertaan menyediakan lingkup, sedangkan

ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.

3) Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding. Teknik yang paling

banyak digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber

lainnya.

4) Kecukupan referensial yakni bahan-bahan yang tercatat dan

terekam dapat digunakan sebagai patokan untu menguji atau

menilai sewaktu-waktu diadakan analisis dan interpretasi data.

b. Teknik pemeriksaan keteralihan (transferability) dengan cara uraian

rinci.

Teknik ini meneliti agar laporan hasil fokus penelitian

dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan

konteks lokasi penelitian diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

21

secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar

mereka dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh.

c. Teknik pemeriksaan ketergantungan (dependability) dengan cara

auditing ketergantungan.

Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi

dengan catatan pelaksanaan keseluruhan poses dan hasil penelitian.

Pencatatan itu diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi

tentang pengembangan instrument sebelum auditing dilakukan agar

dapat persetujuan antara auditor dan auditi terlebih dahulu.

Agar data yang diperoleh benar-benar obyetif maka dalam

penelitian ini dilakukan pemeriksaan data menggunakan metode

trianggulasi. Teknik trianggulasi yang dipakai adalah teknik

trianggulasi sumber. Sebagaimana yang diungkapkan Moelong (1991

: 178) teknik trianggulasi adalah pemeriksaan melalui sumber-sumber

lainnya.

Trianggulasi dengan sumber dapat ditempuh dengan jalan

sebagai berikut :

1) Membandingkan data pengamatan dengan data hasil

wawancara;

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi;

3) Membanding apa dikatakan sewaktu diteliti dengan sepanjang

waktu;

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/BAB I.pdf · pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia kerja. Hal ini dilakukan karena

22

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang;

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

9. Tahap-Tahap Penelitian

a. Tahap Pra Lapangan

Menyusun proposal penelitian, konsultasi dengan dosen

pembimbing, mengurus surat-menyurat kepada lembaga yang terkait

sesuai dengan data yang diperlukan.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

1) Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini, peneliti mengumpulkan data

dengan cara :

a) Wawancara

b) Observasi

c) Dokumentasi

d) Menelaah teori-teori yang relevan

2) Mengidentifikasi data

Data yang telah terkumpul melalui observasi, wawancara,

dan dokumentasi, diidentifikasi untuk memudahkan peneliti dalam

menganalisa sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

c. Tahap Akhir Penelitian

1) Menyajikan data dalam bentuk diskripsi.

2) Menganalisis data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.