bab i pendahuluan a. latar belakangsakip.pertanian.go.id/admin/file/renstra flori.pdf · kala...
TRANSCRIPT
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan tanaman florikultura telah memberikan sumbangan yang
cukup berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional, yang
dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah rumah tangga yang
mengandalkan sumber pendapatan dari komoditi tanaman florikultura,
penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Pengembangan tanaman florikultura juga telah meningkatkan perdagangan
internasional. Kontribusi komoditi tanaman florikultura kedepan akan lebih
ditingkatkan melalui peningkatan peran dan tanggung jawab Direktorat
Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Florikultura, bersinergi dengan para
pemangku kepentingan (stakeholders).
Komoditas florikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi,
sehingga agribisnis tanaman florikultura dapat menjadi sumber pendapatan
bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar
karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis yang
banyak, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi serta potensi serapan
pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Pasokan produk
tanaman florikultura nasional dapat diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dalam negeri, baik melalui peningkatan konsumsi atau pemanfaatan
untuk keperluan dekorasi, landscape, florist, maupun pasar luar negeri
(ekspor).
Kegiatan usaha tanaman florikultura telah dilakukan di berbagai daerah
dengan melibatkan petani kecil, menengah dan pengusaha besar. Sejak dahulu
kala tanaman florikultura telah menjadi bagian dari kehidupan dan budaya
masyarakat Indonesia. Tanaman florikultura banyak dimanfaatkan untuk
menyemarakan berbagai acara, seperti selamatan kelahiran, perkawinan dan
kematian. Bahkan di beberapa daerah tanaman florikultura digunakan untuk
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 2
upacara adat dan keagamaan. Seiring dengan masuknya pengaruh budaya
barat, penggunaan tanaman florikultura di dalam negeri semakin meningkat.
Kini tanaman florikultura banyak digunakan untuk memperindah ruangan,
lingkungan sekitar dan halaman rumah. Bahkan pemanfaatan tanaman
florikultura telah berkembang menjadi sarana komunikasi personal untuk
mengungkapkan rasa duka maupun duka kepada teman maupun sahabat karib.
Hal ini ditandai dengan meluasnya penggunaan tanaman florikultura untuk
keperluan ulang tahun, ungkapan rasa empati dan simpati. Dengan meluasnya
pemanfaatan tanaman florikultura, permintaan pasar domestik dalam beberapa
tahun terakhir meningkat tajam. Situasi tersebut menggerakan sektor produksi
tanaman florikultura di berbagai daerah yang melibatkan banyak petani dan
pengusaha.
Ketersediaan sumberdaya hayati dan sumberdaya lahan yang kita miliki,
apabila dikelola secara optimal akan menjadi sumber kegiatan usaha ekonomi
yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan
kerja di pedesaan maupun perkotaan. Potensi tersebut sampai saat ini belum
dimanfaatkan secara optimal karena beberapa permasalahan yang dihadapi
dalam usaha tanaman florikultura. Permasalahan tersebut antara lain:
produktivitas yang rendah, lokasi usaha yang terpencar, skala usaha kecil,
managemen usaha yang belum efisien, kebijakan dan regulasi di bidang
perbankan yang belum berpihak kepada petani, sarana transportasi yang belum
memadai, persyaratan ekspor negara tujuan yang sangat rumit dan derasnya
produk impor. Untuk itu, diperlukan dukungan dan sinergisme dari seluruh
pemangku kepentingan untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut.
Penyusunan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pasca Panen
Florikultura mengacu kepada Pedoman Penyusunan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) 2010-2014 yang diterbitkan oleh
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapenas tahun
2009; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang System Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional bahwa
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 3
Pimpinan Kementerian/Lembaga berkewajiban untuk menyiapkan Rancangan
Rencana Strategis sesuai tugas dan fungsinya.
B. Tujuan Penyusunan Renstra
Renstra Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Florikultura
adalah dokumen perencanaan yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran
utama dan sasaran strategis, arah kebijakan, strategi pencapaian, program dan
kegiatan dari Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Florikultura dalam
lima tahun kedepan yang diarahkan untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan selaras dengan Kebijakan Kementerian Pertanian dan Program
Direktorat Jenderal Hortikultura.
Renstra Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Florikultura
ditujukan untuk dimanfaatkan sebagai panduan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan florikultura periode 2010-2014 oleh semua pemangku
kepentingan yang terkait dengan pembangunan florikultura. Maka dalam
penyusunannya dilakukan melalui analisa strategis atas potensi, permasalahan
dan tantangan dengan memperhatikan isu aktual terkait bidang florikultura di
masa sekarang dan kecenderungannya di masa mendatang. Renstra Direktorat
Budidaya dan Pasca Panen merupakan operasional Renstra Direktorat Jenderal
Hortikultura di bidang produksi dan pasca panen. Dokumen ini selanjutnya
diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan bagi unit lingkup Direktorat
Budidaya dan Pasca Panen Florikultura serta mitra kerja di propinsi maupun
kabupaten dalam pengembangan florikultura periode 2010-2014 sehingga akan
tercapai sasaran florikultura yang berskala industri, tangguh, efisien dan
berdaya saing secara terintegrasi bersama stakeholders terkait lainnya yang
pada gilirannya memberi nilai tambah bagi petani florikultura Indonesia.
Renstra ini juga dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari matriks kinerja
kegiatan, matriks pendanaan untuk melaksanakan kegiatan tersebut serta
sasaran produksi 12 komoditas florikultura yang terdata di BPS 2010-2014.
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 4
C. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Budidaya dan Pasca Panen
Florikultura
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 Tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi Eselon II Kementerian Negara, Direktorat Budidaya dan
Pasca Panen Florikultura mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis dibidang florikultura. Dalam melaksanakan
tugas tersebut Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan di bidang budidaya dan pasca panen florikultura;
2. Pelaksanaan kebijakan dibidang budidaya dan pasca panen florikultura;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang budidaya dan
pasca panen florikultura;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pasca
panen florikultura; dan
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura.
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 5
BAB II
POTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Tanaman florikultura merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi,
bahkan memberikan kontribusi yang besar dalam perdagangan dunia sekitar $ 80 milyar US. Beberapa Negara memberikan perhatian kepada pembangunan industri
tanaman florikultura di negaranya sehingga dapat memberikan kotribusi yang signifikan dalam perolehan devisa negara tersebut (lebih dari 40%), seperti Belanda,
Colombia, Kenya, Costarica, Thailand, Taiwan dsb.
Sekitar tahun 2005, Pemerintah Indonesia baru mulai memberikan perhatian
kepada pengembangan agribisnis tanaman florikultura, karena dinilai bahwa komoditas tersebut ternyata memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional,
memberikan sumber pendapatan rumah tangga, penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan data tahun 2008, sumbangan sub sektor agribisnis tanaman florikultura terhadap PDB nasional adalah sebesar Rp. 6,4 Trilyun (tahun 2008).
Namun kontribusi Indonesia dalam perdagangan tanaman florikultura dunia masih sangat kecil, baru sekitar $ 12 juta US (2008). Oleh karena itu kontribusi sub-sub
sektor tanaman florikultura ke depan akan dapat lebih ditingkatkan melalui peran
dan tanggung jawab Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura, bersinergi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders), dengan membangun agribisnis
tanaman florikultura menjadi industri florikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan. Untuk mengetahui potensi dan permasalahan dalam pengembangan
florikultura dilakukan analisa SWOT sebagai berikut :
A. Potensi
Dalam membangun industri florikultura yang berdaya saing dan
berkelanjutan, perlu memanfaatkan potensi yang dimiliki secara optimal untuk meraih tantangan yang menghadang di depan dengan menyusun strategi yang
tepat dan melaksanakannya secara optimis, penuh komitmen yang tinggi.
Potensi yang telah dimiliki dalam membangun industri florikultura berasal dari kekuatan (strength) yang dapat mendukung pengembangan florikultura yaitu :
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 6
1. Iklim dan agroekosistem yang sesuai
Kondisi iklim dan agroekosistem Indonesia sangat sesuai untuk budidaya berbagai komoditas florikultura, terutama komoditas florikultura tropis.
Budidaya florikultura dapat dilakukan sepanjang tahun diseluruh wilayah tanpa
berpengaruh perbedaan musim yang significan. Sementara variasi agroekosistem yang dimiliki Indonesia juga memungkinkan budidaya
bermacam-macam florikultura tropis dan subtropis dilakukan diberbagai wilayah di Indonesia.
2. Ketersediaan sumberdaya genetik yang besar
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara mega biodiversity di dunia. Berbagai sumberdaya genetik flora tropis yang merupakan potensi usaha
florikultura tersedia di wilayah Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal yang dapat dimanfaatkan sebagai indukan untuk pemuliaan yang dapat
menghasilkan varietas unggulan atau sebagai varietas yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi.
3. Tersedianya SDM (Petani dan Petugas)
Jumlah penduduk yang besar yang sebagian besar di pedesaan dengan
kemajemukan budaya, merupakan potensi tenaga kerja untuk pengembangan florikultura. Disisi lain jumlah petugas pertanian yang mengawal pembangunan
pertanian mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten dan propinsi serta petugas lapang merupakan potensi kekuatan dalam mendukung keberhasilan
pembangunan florikultura.
4. Jumlah penduduk besar
Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar merupakan pasar dalam
negeri yang potensial bagi produk florikultura. Pada tahun 2009 jumlah penduduk Indonesia tercatat sebesar 230.632.700 jiwa, dengan pertumbuhan
1,25 % pertahun. Sejalan dengan kesadaran masyarakat Indonesia akan hidup
sehat membutuhkan lingkungan asri, ruang terbuka hijau dan dengan adanya isu global warning maka pemanfaatan tanaman florikultura semakin
meningkat. Peningkatan konsumsi atau pemanfaatan tanaman florikultura sejalan juga dengan berkembangnya industri jasa seperti dekorator, florist,
landscape, jasa boga yang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia. Konsumsi florikultura masih bisa meningkat sejalan
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 7
dengan program Gerakan Cinta Flora dalam rangka Green City yang membutuhkan banyak tanaman florikultura.
5. Dukungan Kebijakan Pemerintah
Adanya dukungan kebijakan pemerintah terhadap pengembangan florikultura dengan diterbitkannya Undang-Undang Budidaya No.12 tahun 1992,
Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 1996 tentang Perbenihan, Peraturan Menteri Pertanian No.37/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Pengujian,
Pelepasan dan Penarikan Varietas,Permentan No.38/Permentan/OT.140/8/2006
tentang Pemasukan dan Pengeluaran Benih dan Peraturan Menteri Pertanian No.39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran
Benih Bina, Permentan No.44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Penanganan Pasca Panen yang baik. Adanya Undang-Undang Hortikultura yang sedang
didiskusikan di DPR akan menjadi payung hukum yang mendorong pembangunan hortikultura khususnya florikultura.
B. Permasalahan
Meskipun memiliki potensi yang besar, pembangunan florikultura masih menghadapi permasalahan berkenaan dengan penerapan teknologi,
ketersediaan sarana dan prasarana produksi, sumberdaya manusia,
sumberdaya alam dan modal serta kelembagaan. Permasalahan tersebut merupakaan kelemahan (weakness) yaitu :
1. Industri perbenihan belum optimal
Saat ini industri perbenihan belum berkembang karena membutuhkan
investasi yang cukup besar. Tidak banyak swasta yang mau menanamkan
investasi di usaha perbenihan. Disisi lain sistem perbenihan belum didukung secara optimal oleh subsistem pengembangan varietas untuk mengantiisipasi
perubahan dan perkembangan selera masyarakat, subsistem produksi dan distribusi benih, subsistem perbaikan mutu melalui sertifikasi dan pelabelan dan
subsistem kelembagaan.
2. Hasil Pemuliaan masih terbatas
Tanaman florikultura bersifat seperti fashion yang setiap saat berubah
mengikuti preferensi konsumen. Hasil pemuliaan tanaman florikultura yang
dihasilkan oleh pemulia baik yang berasal dari pelaku usaha maupun peneliti
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 8
masih terbatas dan belum berorientasi bisnis sehingga masih menggantungkan varietas silangan dari luar negeri yang banyak diminati karena mempunyai sifat-
sifat yang unggul.
3. Kompetensi SDM masih rendah
Rendahnya kompetensi sumberdaya manusia dalam teknologi maju
budidaya florikultura, merupakan kendala serius dalam pengembangan florikultura. Disamping itu pemahaman dan pengetahuan petugas lapang yang
menjadi ujung tombak pembinaan tanaman florikultura kompetensinya untuk
komoditas florikultura masih sangat terbatas, karena umumnya petugas lapang khususnya penyuluh berkeahlian umum (polivalen). Hal ini semakin dipersulit
dengan banyaknya ragam komoditas florikultura yang sifat teknis dan budidayanya berbeda.
4. Kelembagaan usaha belum optimal
Kelembagaan usaha florikultura sudah banyak terbentuk baik di tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi maupun pusat seperti Asosiasi, Gapoktan,
Koperasi, Perhimpunan. Namun belum dapat sepenuhnya mengakomodasi kepentingan petani/kelompok tani. Hal ini disebabkan kelembagaan yang ada
masih bersifat wadah untuk hobiies, belum sepenuhnya diarahkan untuk bisnis
dengan memanfatkan peluang dan potensi sumberdaya genetik dan sumberdaya manusia yang ada melalui pemanfaatan aksesbilitas terhadap
informasi teknologi, permodalan dan pasar. Keberadaan Dewan Hortikultura Nasional (DHN) diharapkan berfungsi sebagai jembatan sekaligus sebagai mitra
pemerintah dalam pengembangan hortikultura khususnya florikultura yang mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi swasta dalam menarik investor
untuk berinvestasi di bidang florikultura.
5. Sistem informasi belum tersedia
Sistem informasi sangat berperan dalam menginformasikan ketersediaan
produk (stock inventory) maupun informasi pasar. Saat ini informasi
ketersediaan produk di tingkat lapang kurang akurat sehingga banyak permintaan konsumen yang tidak dipenuhi. Hal ini menyebabkan daya saing
produk florikultura rendah. Bahkan banyak kasus produk florikultura tersedia tetapi tidak tahu memasarkan kemana padahal di daerah lain membutuhkan
karena terbatasnya informasi.
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 9
6. Rantai Pendingin dan managemen rantai pasokan (SCM) belum tertata dengan baik
Produk florikultura merupakan produk yang mudah rusak sehingga
memerlukan penanganan yang baik mulai di tingkat kebun sampai ke tingkat
konsumen. Kondisi saat ini banyak produk florikultura yang tidak ditangani secara baik dengan tidak menangani pasca panen yang baik, menyediakan
fasilitas distribusi dan rantai pendingin sehingga produk segar setelah di panen didistribusikan sampai ke tangan konsumen masih dalam keadaan segar dan
mutunya baik.
7. Skala usaha kecil belum memenuhi skala industri
Investasi di bidang florikultura cukup tinggi mengingat dalam budidaya
beberapa jenis florikultura membutuhkan infrastruktur khusus seperti (shading net, penambahaan cahaya, pengaturan suhu, fertigasi, sistem pengabutan, dll),
berkaitan dengan modifikasi lingkungan yang sesuai dengan sifat tumbuh
tanaman. Hal ini yang menyebabkan skala usaha tanaman florikultura di tingkat petani kecil karena memerlukan modal/investasi yang cukup besar. Dengan
pola skala usaha kecil menyebabkan biaya produksi sangat tinggi sehingga produk yang dihasilkan kurang kompetitif.
8. Promosi dan edukasi kepada masyarakat kurang
Tanaman florikultura yang merupakan binaan Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura ada 117 jenis, dengan banyaknya jenis dan ragam
tanaman florikultura promosi dan edukasi kepada masyrakat tentang manfaat tanaman florikultura belum dilakukan secara optimal. Disatu sisi tanaman
florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai manfaat bagi penawar
polutan dan kelestarian lingkungan. Kedepan pemerintah perlu menggalakkan promosi tanaman florikultura dengan adanya Issue Global Warning dan Green City, sehingga masyarakat paham akan fungsi ganda dari tanaman florikultura.
C. Tantangan
1. Luas lahan kecil
Rataan kepemilikan lahan petani di pedesaan sebesar 0,41 Ha dan 0,69 Ha
masing-masing di Jawa dan luar Jawa. Kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya konversi lahan pertanian untuk keperluan pemukiman dan
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 10
fasilitas umum serta terjadinya fragmentasi lahan karena proses pewarisan khususnya untuk lahan beragroekosistem sawah dan lahan kering.
Keterbatasan lahan petani menyebabkan terbatasnya jumlah pasokan. Disatu sisi status penguasaan lahan oleh sebagian besar petani belum memiliki
legalitas yang kuat dalam bentuk sertifikat sehingga lahan belum bisa dijadikan
sebagai jaminan untuk memperoleh modal usaha melalui perbankan.
2. Regulasi belum kondusif
Regulasi di tingkat pusat dan daerah belum kondusif sehingga
menyebabkan usaha florikultura mengalami kendala. Beberapa kendala yang dialami oleh pelaku usaha antara lain: banyaknya retribusi/pungutan, sistem
perpajakan yang kurang mendukung, pajak yang berlapis-lapis yaitu diberlakukan oleh 2 instansi untuk komponen yang sama. Dengan kondisi ini
industri florikultura tidak dapat berkembang secara optimal dan menyebabkan daya saing rendah.
3. Hubungan pemerintah dan pelaku usaha belum harmonis
Sumberdaya manusia aparat Pemerintah masih jauh dari memuaskan disisi pelayanan teknis. Hal ini disebabkan tingkat penguasaan teknologi aparat
pemerintah terbatas dan kapasitas aparat pembina teknis untuk dapat
berkomunikasi dengan pelaku usaha belum optimal sehingga menyebabkan apa yang di butuhkan oleh pelaku usaha tidak dapat difasilitasi oleh aparat
pemerintah.
4. Rantai Pasok belum efisien
Sistem rantai pasok yang belum tertata mulai dari tingkat produsen hingga
di tingkat konsumen menyebabkan margin yang diterima petani kecil jika dibandingkan dengan pedagang. Disatu sisi transparansi disetiap segmen titik
mata rantai belum ada sehingga posisi tawar petani menjadi lemah dan selalu dirugikan. Kedepan diperlukan transparansi disetiap mata rantai pasok sehingga
masing-masing titik mata rantai mendapat margin yang sesuai.
5. Skim Pembiayaan sulit diakses
Kelembagaan kelompok usaha tani yang belum solid dan mandiri serta
tingkat pendidikan yang rendah merupakan faktor pembatas dalam penyusunan
proposal untuk pengembangan usaha dalam mengajukan pinjaman ke perbankan. Disatu sisi sistem agunan yang ditetapkan oleh perbankan dan
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 11
tingkat bunga yang diberikan bunga komersial menyebabkan memberatkan pelaku usaha florikultura untuk meminjam ke perbankan. Untuk itu perlu upaya
dari pemerintah dan perbankan agar dapat memberikan kredit program dan kredit komersial dengan dengan bunga rendah serta masa pengembalian yang
panjang sehingga tidak memberatkan petani florikultura.
6. Industri hulu dan hilir belum berkembang
Dalam usaha florikultura membutuhkan sarana prasarana budidaya sampai
pasca panen yang beragam, namun sampai saat ini sebagian besar masih
impor sehingga produk yang dihasilkan tidak berdaya saing. Untuk itu perlu upaya pemerintah untuk mendorong tumbuhnya industri hulu seperti sarana
penunjang budidaya dan industri hilir berupa sarana prasarana pasca panen dan usaha ekspedisi/forwarding khusus yang mengelola produk florikultura
mengingat produk florikultura dalam distribusinya memerlukan penanganan khusus agar produk sampai di tangan konsumen tidak rusak.
7. Sistem penanganan di pelabuhan/bandara ekspor belum optimal
Karakteristik produk florikultura yang mudah rusak dan tingkat mutu yang masih rendah memerlukan penanganan yang lebih. Dengan makin banyaknya
permintaan ekspor produk florikultura yang mensyaratkan produk bermutu
perlu penanganan yang khusus di pelabuhan ataupun bandara. Kondisi saat ini belum semua pelabuhan memiliki fasilitas refer cointainer dan cool storage baik
di pelabuhan maupun bandara, loading dan pemberangkatan yang tidak tepat waktu menyebabkan kualitas produk menurun sehingga daya saing turun.
Kedepan untuk mengurangi rusaknya produk florikultura , pemerintah
harus mendorong tumbuhnya jasa transportasi dan fasilitas pendingin, fasilitas
refer cointainer di pelabuhan dan cool storage di bandara serta di tempat-tempat lain yang dianggap perlu. Disamping itu pemerintah berkewajiban
menjamin kelancaran transportasi yang cepat dan efisien.
8. RUTR Hortikultura belum sinkron dengan RUTR Daerah
Belum diaturnya secara jelas pemanfaatan lahan kering untuk komoditas
hortikultura karena peraturan perundang-undangan daerah yang terkait dengan pemanfaatan dan penggunaan lahan pertanian masih jauh dari memadai
disamping penegakan hukum terhadap peraturan yang ada yang terkait dengan
kebijakan pemanfaatan lahan pertanian masih sangat lemah. Hal ini menyebabkan RUTR tidak sinkron dengan RUTR Daerah.
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 12
BAB III
CAPAIAN KINERJA 2005-2009
Capaian kinerja pembangunan tanaman florikultura sesuai dengan tujuan yang ditetapkan akan diukur dengan beberapa indikator antara lain : (A) Makro
Ekonomi yang terdiri dari : (1) Produk Domestik Bruto (PDB), (2) tenaga kerja, (3) Neraca Perdagangan (ekspor dan impor) dan (B) Produksi yang terdiri dari : (1)
Produksi, (2) Luas panen, (3) Pengembangan kelembagaan.
A. Makro Ekonomi
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi komoditas tanaman florikultura terhadap pendapatan
nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi
tanaman florikultura pada pembentukan PDB memperlihatkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2005 PDB tanaman florikultura sebesar Rp 4,66 triliun,
naik menjadi Rp 5,35 triliun pada tahun 2009. Perkembangan Nilai PDB Tanaman Florikultura Nasional sejak tahun 2005 sampai 2009 dapat dilihat
pada tabel 1 dan kontribusi PDB florikultura dalam PDB hortikultura seperti pada grafik 1.
Tabel 1. Nilai PDB Tanaman Florikultura Tahun 2005-2009 (berdasarkan harga berlaku)
No. Tahun Nilai PDB Tanaman Hias (Milyar Rp)
1. 2005 4.662
2. 2006 4.734
3. 2007 4.741
4. 2008* 4.960
5. 2009* 5.348 * Angka sementara
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 13
Grafik 1. Kontribusi Florikultura dalam PDB Hortikultura Tahun 2009
2. Tenaga Kerja
Pada tahun 2005 komoditas tanaman florikultura mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.461 orang, dan menunjukkan kecenderungan penurunan pada
tahun 2006 dan 2007, kemudian meningkat lagi pada tahun 2008 dan 2009.
Data yang tersaji pada table 4 memperlihatkan kenaikan penyerapan tenaga kerja tersebut. Tahun 2008 penyerapan tenaga kerja tanaman florikultura
meningkat menjadi 867 orang. Pada tahun 2009, subsektor tanaman florikultura diramalkan akan menyerap tenaga kerja sebesar 902 orang.
Peningkatan penyerapan tenaga kerja tanaman florikultura tersebut disebabkan karena tanaman florikultura memiliki prospek yang bagus terutama
dalam bidang jasa (florist, wedding organizer, hotel, jasa boga, dekorator dan lanscape). Secara rinci penyerapan tenaga kerja subsektor tanaman florikultura
dikemukakan pada tabel 2.
Tabel 2. Penyerapan Tenaga Kerja Tanaman Florikultura Tahun 2005-2009
No. Tahun Penyerapan Tenaga Kerja
(Orang)
1. 2005 1.461
2. 2006 794
3. 2007 734
4. 2008 867
5. 2009* 902
*) Angka Ramalan Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 14
3. Neraca Perdagangan (Ekspor-Impor)
Perkembangan ekspor komoditi tanaman florikultura pada tahun 2005-2008 menunjukkan kecenderungan penurunan jika dilihat dari volume ekspor.
Volume ekspor tanaman florikultura tahun 2005 sebesar 18.259.265 kg,
menurun menjadi 14.065.154 kg pada tahun 2008. Sedangkan nilai ekspor tanaman florikultura pada tahun 2005 sebesar 15.027.410 US$, meningkat
menjadi 16.331.671 US$ pada tahun 2006, kemudian menurun lagi menjadi 12.914.439 US$ pada tahun 2008. Data ekspor tanaman florikultura baik
volume maupun nilainya disajikan pada tabel 3. Perkembangan impor komoditi
tanaman florikultura dari tahun 2005-2009 disajikan pada tabel 4.
Tabel 3. Perkembangan Ekspor Komoditi Tanaman Florikultura Tahun 2005- 2009
No. Tahun Volume Ekspor (kg)
Nilai Ekspor (US$)
1. Januari - Desember 2005 18.259.265 15.027.410
2. Januari - Desember 2006 15.047.349 16.331.671
3. Januari - Desember 2007 15.875.683 12.573.931
4. Januari - Desember 2008 14.065.154 12.914.439
5. Januari - September 2009 3.143.376 6.825.155 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin
Tabel 4. Perkembangan Impor Komoditi Tanaman Florikultura Tahun 2005-2009
No. Tahun Volume Impor (kg) Nilai Impor (US$)
1. Januari - Desember 2005 1.009.391 1.848.998
2. Januari - Desember 2006 1.076.953 1.563.464
3. Januari - Desember 2007 9.492.285 5.130.110
4. Januari - Desember 2008 806.647 1.185.705
5. Januari - September 2009 2.154.676 1.660.918
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin
Impor komoditi tanaman florikultura dari tahun 2005 sampai 2009 menunjukkan kecenderungan meningkat, yaitu tahun 2005 sebesar 1.009.391
kg, meningkat menjadi 9.492.285 pada tahun 2007, menurun menjadi 806.647
pada tahun 2008, namun meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 2.154.676. Beberapa hal yang mempengaruhi kinerja perdagangan produk tanaman
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 15
florikultura di luar aspek budidaya adalah elastisitas permintaan produk, pergeseran preferensi konsumen, kebijakan bea cukai, regulasi di bidang tarif,
belum adanya pemberlakuan kuota impor, dan pemberlakuan free trade area.
B. PRODUKSI
1. Produksi Komoditas Tanaman Florikultura
Perkembangan produksi komoditas tanaman florikultura dari tahun 2005
hingga 2009 disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan Produksi Komoditas Tanaman Florikultura
*) Angka Sementara **) Satuan produksinya adalah batang ***) Satuan produksinya adalah kg ****) Satuan produksinya adalah pohon Sumber : Direktorat Budidaya Tanaman Hias, 2010
No. Komoditas Produksi (Tangkai)
2005 2006 2007 2008 2009*
1 Anggrek 7.902.403 10.903.444 9.484.393 15.309.964 16.066.443
2 Anthurium 2.615.999 2.017.534 2.198.990 2.627.498 3.821.905
3 Anyelir 2.216.123 1.781.046 1.901.509 3.024.558 5.388.391
4 Gerbera 4.065.057 4.874.098 4.931.441 4.101.631 4.771.252
5 Gladiol 14.512.619 11.195.483 11.271.385 8.581.395 9.779.720
6 Heliconia 1.131.568 1.390.117 1.427.048 5.278.477 4.326.837
7 Krisan 47.465.794 63.716.256 66.979.260 101.777.126 106.742.779
8 Mawar 60.719.517 40.394.027 59.492.699 39.265.696 60.724.424
9 Sedap Malam 32.611.284 30.373.679 21.687.493 25.598.314 51.046.125
Jumlah 173.240.364 166.645.684 179.374.218 205.564.659 262.667.876
10 Dracaena** 1.131.621 905.039 2.041.962 1.863.764 2.251.840
11 Melati*** 22.552.537 24.795.996 15.775.751 20.388.119 28.262.919
12 Palem**** 751.505 986.340 1.171.768 1.149.420 1.476.641
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 16
Produksi komoditas tanaman florikultura dari tahun 2005 sampai 2009 menunjukkan kecenderungan berfluktuasi pada semua komoditas. Produksi
bunga potong pada tahun 2005 sebesar 173.240.364 tangkai, mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 166.645.684 tangkai, dan meningkat lagi
pada tahun 2009 menjadi 262.667.876. Fluktuasi produksi yang terjadi pada
tiap komoditas utama tanaman florikultura disebabkan karena tendensi perubahan preferensi konsumen.
2. Luas Panen
Perkembangan luas panen komoditas tanaman hias dari tahun 2005 hingga 2009 disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Perkembangan Luas Panen Komoditas Tanaman Florikultura
No. Komoditi Luas Panen (m2)
2005 2006 2007 2008 2009*
1 Anggrek 1.221.524 1.120.630 1.229.102 1.320.679 1.232.093
2 Anthurium 302.543 136.452 186.013 218.955 174.803
3 Anyelir 285.930 127.708 178.690 196.478 370.333
4 Gerbera 137.106 98.434 149.571 177.740 234.171
5 Gladiol 1.102.512 743.332 636.824 424.693 339.146
6 Heliconia 181.942 197.051 226.082 331.800 280.297
7 Krisan 2.076.546 1.939.039 4.279.390 6.559.170 9.999.060
8 Mawar 3.989.487 536.445 1.690.659 951.870 576.070
9 Sedap Malam 5.493.414 1.306.002 613.646 695.921 815.167
Jumlah 14.791.004 6.205.093 9.189.977 10.877.306 14.021.140
10 Dracaena 74.894 66.038 98.107 176.470 203.562
11 Melat 9.298.389 5.891.740 1.427.534 1.296.439 959.871
12 Palem 420.072 658.721 749.869 523.460 495.775
* Angka Sementara Sumber : Direktorat Budidaya Tanaman Hias, 2010
Luas panen bunga potong pada tahun 2005 sebesar 14.791.004 m2,
kemudian mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 6.205.093 m2, dan meningkat lagi hingga tahun 2009 mencapai 14.021.140 m2. Fluktuasi luas
panen pada tanaman florikultura disebabkan karena pengalihan fungsi lahan
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 17
dan pergantian komoditas yang diusahakan oleh petani akibat perubahan preferensi konsumen.
3. Pengembangan Kelembagaan
Dalam rangka pengembangan tanaman florikultura, peran kelembagaan usaha sangat penting untuk diperhatikan. Jumlah kelembagaan yang berperan
dalam pengembangan tanaman florikultura sebanyak 74, terdiri dari 34 champion, 20 asosiasi, dan 20 eksportir.
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 18
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
A. VISI
Pembangunan florikultura merupakan bagian dari pembangunan
hortikultura yang dijabarkan secara operasional untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat tani serta memberi kontribusi dalam perekonomian
nasional.
Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika
lingkungan strategis maka visi Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Tanaman
Florikultura adalah :
Terwujudnya sistem produksi dan distribusi florikultura industrial yang efisien,
berdaya saing dan berkelanjutan serta menghasilkan produk yang bermutu,
aman bagi konsumen, mencukupi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
B. MISI
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan tersebut, Direktorat Budidaya
dan Pasca Panen Tanaman Florikultura mengembang misi yang harus
dilaksanakan sebagai berikut :
1. Membina pengembangan usaha tanaman florikultura guna mendukung
tercapainya sistem dan usaha agribisnis tanaman florikultura yang berdaya
saing, berkelanjutan, efisien berbasis IPTEK dengan menggunakan
sumberdaya lokal serta berwawasan lingkungan
2. Mengembangkan sentra dan kawasan agribisnis tanaman florikultura
3. Membina kelembagaan dan manajemen usaha tanaman florikultura yang
efektif, efisien dan profesional
4. Membina penerapan sistem pasca panen, pengolahan dan pemasaran
tanaman florikultura
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 19
5. Mengembangkan kapasitas institusi dalam rangka meningkatkan pelayanan
kepada stakeholders
C. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai Direktorat Budidaya dan Pasca Panen
Tanaman Florikultura adalah :
1. Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman florikultura
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kawasan tanaman florikultura
3. Meningkatkan daya saing produk tanaman florikultura di pasar domestik dan
internasional
4. Meningkatkan kualitas SDM, membangun jejaring kerja dan meningkatkan
kerjasama antar pelaku usaha, membangun database dan jaringan informasi
terpadu, dan memfasilitasi promosi dan mengembangkan akses pasar
D. SASARAN
Sasaran yang hendak dicapai Direktorat Budidaya dan Pasca Panen
Tanaman Florikultura adalah :
1. Tersedianya produk tanaman florikultura sesuai dengan standar mutu yang
dipersyaratkan pasar domestik dan ekspor
2. Tumbuh dan berkembangnya sentra produksi/kawasan komoditas tanaman
florikultura komersial sebagai sumber pertumbuhan perekonomian
3. Terbangunnya Green City dan Kampung Flori
4. Terbangunnya kelembagaan usaha tanaman florikultura
5. Terbangunnya kerjasama antar pelaku usaha tanaman florikultura melalui
pola kemitraan
6. Tersedianya akses informasi, modal dan pasar bagi para pelaku usaha
tanaman florikultura
7. Tersedianya iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan industri tanaman
florikultura
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 20
BAB V
TARGET UTAMA DAN SASARAN STRATEGIS
A. Target Utama
Selama lima tahun ke depan (2010-2014) target utama Direktorat Jenderal
Hortikultura adalah peningkatan produksi dan mutu produk hortikultura dalam
rangka mendukung peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah,
daya saing dan ekspor serta peningkatan kesejahteraan petani.
Mengacu pada target utama tersebut maka target utama Direktorat
Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Florikultura selama lima tahun ke depan
(2010-2014) mencanangkan 2 (dua) target utama, yaitu: 1) peningkatan
produksi dan mutu, 2) peningkatan daya saing dan ekspor.
1. Peningkatan Produksi dan Mutu
Komoditas tanaman florikultura termasuk kedalam komoditas yang
mempunyai nilai ekonomis dan estetika yang tinggi. Mengacu pada SK Menteri
Pertanian No. 511/Kpts/PD 310/9/2006, komoditas binaan Direktorat Jenderal
Hortikultura mencakup 323 jenis komoditas, diantaranya terdapat 117 jenis
komoditas tanaman florikultura. Saat ini pengolahan data statistik baru
menangani 24 komoditas tanaman florikultura.
Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Florikultura melakukan
pengelompokkan jenis tanaman berdasarkan karakteristik masing-masing
tanaman, yaitu :
a. Bunga Potong : anggrek, anthurium, anyelir, gerbera, gladiol, heliconia,
krisan, mawar, dan sedap malam.
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 21
b. Daun Potong : dracaena, phylodendron, monstera, cordyline, anthurium daun,
dan pakis.
c. Tanaman Pot dan Taman : palem, aglonema, euphorbia, adenium, soka,
dieffenbachia, sansivera, dan caladium.
d. Bunga tabur : melati
Sasaran produksi komoditas tanaman florikultura tahun 2010-2014 dapat
dilihat pada lampiran 3.1 – 3.29.
Keragaman jenis komoditas tanaman hias yang begitu besar, menimbulkan
kesulitan tersendiri dalam memilah prioritas komoditas yang akan dikembangkan,
karena hal tersebut terkait dengan kekuatan pasar serta prioritas kebijakan di
pusat dan daerah. Pengembangan komoditas tanaman florikultura diprioritaskan
pada komoditas unggulan yang mengacu pada besarnya pangsa pasar,
keunggulan kompetitif, sebaran wilayah produksi, dan kesesuaian agroekologi.
Berdasarkan hal tersebut ditetapkan beberapa komoditas unggulan tanaman
florikultura berdasarkan data yang tercacah oleh oleh Badan Pusat Statistik
(BPS), antara lain: krisan, anggrek, mawar, sedap malam, pakis, palem, dan
melati. Selain itu juga dikembangkan komoditas unggulan daerah yang
disesuaikan dengan permintaan pasar regional, nasional maupun ekspor.
Komoditas unggulan daerah tersebut diharapkan mendapat dukungan dari
daerah seperti yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) di masing-
masing daerah.
Sebagian besar produk florikultura diarahkan untuk menjamin ketersediaan
pasar dalam negeri dan peningkatan ekspor. Beberapa jenis tanaman florikultura
mempunyai potensi pasar dalam negeri dan ekspor yang baik namun belum
terdata dalam statisik nasional seperti polyscias, fern, codeaum, caladium,
bromelia, bougenvile, dan lain-lain.
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 22
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka komoditas-komoditas yang
dipacu pertumbuhanannya secara cukup tinggi (lebih dari 5%) adalah : anggrek,
mawar, krisan, sedap malam, pakis, palem, philodendron dan melati. Sedangkan
komoditas yang pertumbuhannya pada tingkat moderat adalah sanseviera,
dracaena, adenium dan euphorbia.
Indikator utama, strategi dan rencana aksi untuk mencapai sasaran produksi
tanaman florikultura pada periode tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:
Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Florikultura
INDIKATOR UTAMA
Rata-rata peningkatan produksi florikultura selama periode 2010-2014
Bunga potong Daun potong Tanaman pot dan landscape Bunga tabur
9,41 % 6,16 % 5,38 % 9,90 %
Rencana aksi
1. Penumbuhan dan pemantapan kawasan, dan
kampung flori 2. Penerapan budidaya yang baik dan benar
(GAP/SOP) dan penanganan pasca panen yang baik (GHP)
3. Dukungan sarana produksi dan sarana pasca panen
4. Dukungan infrastruktur kebun dan pasca
panen
Dukungan Eselon I Terkait
1. Badan Litbang
Pertanian 2. Ditjen Sarana
Prasarana
Strategi Peningkatan Produksi dan Mutu Florikultura
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 23
Rencana Aksi
1. Pelaksanaan Sekolah Lapang GAP/SOP dan GHP
2. Pelaksanaan magang dan studi banding
3. Pengembangan pola pendampingan dan pengawalan teknologi
Strategi Peningkatan Kompetensi SDM
Dukungan Eselon I
terkait
1. 1. Badan SDM dan Penyuluhan
2. 2. Badan Litbang Pertanian
Strategi Fasilitasi Pembiayaan Petani
Rencana aksi
1. Mengkonsolidasikan berbagai sumber pembiayaan
2. Mendorong pemerintah daerah untuk
mengalokasikan dana APBD bagi pengembangan florikultura
3. Memfasilitasi dana bantuan sosial melalui PUAP, LM3, PMD dan bansos lainnya
Dukungan Eselon I
terkait 3. 1. Sekjen Kementrian
Pertanian
4. 2. Ditjen PPHP
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 24
Dukungan Eselon I
terkait 5. 1. Badan SDM dan
Penyuluhan
Strategi Penguatan Kelembagaan Petani
Rencana Aksi 1. Memfasilitasi tumbuh kembangnya kelompok
tani, gapoktan, asosiasi, perhimpunan
florikultura 2. Memfasilitasi terbentuknya suatu wadah bagi
masyarakat, praktisi, pakar dan pemerintah dalam bentuk konsorsium untuk pengembangan
industri florikultura
Strategi pemasyarakatan produk florikultura
Rencana aksi 1. Memfasilitasi promosi di dalam negeri (Green
City) maupun di luar negeri (pameran, temu
bisnis)
Dukungan Eselon I
terkait 1. Ditjen PPHP
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 25
2. Peningkatan daya saing
Peningkatan daya saing difokuskan pada peningkatan kualitas kebun/lahan
usaha tanaman florikultura untuk menghasilkan produk yang bermutu.
Peningkatan mutu berkaitan dengan daya saing produk baik di pasar domestik
maupun ekspor. Untuk menghasilkan produk yang bermutu diperlukan input
teknologi yang dilakukan melalui penerapan GAP/SOP dan GHP dengan
pendekatan Sekolah lapang (SL) yang dibuktikan dengan pemberian registrasi.
Kebun atau lahan usaha yang telah diregistrasi menunjukkan bahwa telah
diterapkannya prinsip-prinsip PHT, standar dan budidaya (SOP) dan
penangananan pasca panen yang baik dan melakukan pencatatan. Kegiatan ini
dilakukan agar dapat melacak balik (traceability).
Keberhasilan penerapan GAP/SOP dan GHP juga tidak terlepas dari
pemberdayaan kelembagaan tani dan para champion yang terkait di setiap titik
rantai pasok dari produksi dan distribusi. Hal tersebut dapat dicapai melalui
pembangunan kebun/lahan usaha tanaman florikultura yang terintegrasi dalam
suatu kawasan berskala ekonomi yang diawali dengan perbaikan sistem
perbenihan, penerapan standar budidaya, panen dan pasca panen, dukungan
infrastruktur, serta pengawalan sampai pasar berupa perluasan pangsa pasar dan
tujuan pasar. Di dalamnya termasuk pasar ekspor yang didorong dengan upaya
peningkatan kerjasama ekonomi antar wilayah (kawasan) baik dalam skala
nasional (antar daerah) maupun kerjasama regional (antar Negara). Dalam
rangka menjamin pemenuhan pasokan produk dengan mutu yang memenuhi
standar secara kontinyu dan memperkuat posisi tawar petani, maka kelompok
petani didorong untuk membentuk Gapoktan/Asosiasi. Keberlangsungan
agribisnis tanaman florikultura, memerlukan adanya penguatan rantai pasok
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 26
melalui kemitraan antara Gapoktan/Asosiasi baik dengan champion maupun
eksportir.
Indikator Utama , Strategi, dan Rencana Aksi Peningkatan Daya
saing
INDIKATOR UTAMA Rata-rata peningkatan mutu selama 2010-2014
Florikultura 5 %
Rencana aksi
1. Penerapan GAP dan GHP 2. Sosialisasi mutu /SNI
3. Survey produk bermutu
Dukungan Eselon I terkait
1. Badan Litbang Pertanian 2. Ditjen PPHP
Strategi Adopsi teknologi produksi dan pasca panen
Strategi Penataan Rantai Pasok
Rencana Aksi
1. Fasilitasi kemitraan dengan champion atau eksportir
2. Pengembangan pola segmentasi usaha
Dukungan Eselon I
terkait 1. Ditjen PPHP
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 27
B. Sasaran Strategis
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan hortikultura maka sasaran
strategis Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura tahun 2010-2014
adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman
florikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan dengan indicator :
1. Produksi dan Laju pertumbuhan produksi tanaman florikultura 2010-2014
Adapun target produksi dan laju pertumbuhan produksi florikultura
2010-2014 seperti pada tabel 7 dan 8.
Tabel 7. Target laju pertumbuhan produksi florikultura 2010-2014
Bunga potong Daun potong Pot dan landscape Bunga tabur
9,41 % 6,16 % 5,38 % 9,90 %
Tabel 8. Target produksi florikultura 2010-2014
Produksi 2010 2011 2012 2013 2014
Bunga potong (tangkai)
232.582.713 254.264.310 278.062.995 304.282.049 333.273.908
Daun potong (tangkai)
15.497.776 16.506.582 17.598.440 18.606.748 19.682.830
Pot dan landscape (pohon)
12.183.236 12.809.235 13.487.030 14.223.093 15.024.862
Bunga tabur (kg)
1.468.865 1.520.276 1.581.087 1.652.236 1.734.848
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 28
2. Perbaikan Mutu Pengelolaan Lahan Usaha Florikultura
Target pengelolaan mutu lahan usaha florikultura 2010-2014, dapat dilihat
pada tabel 9.
Tabel 9. Perbaikan mutu Pengelolaan Lahan Usaha (Registrasi) Florikultura
2010-2014
Keterangan 2010 2011 2012 2013 2014
Registrasi 12 62 22 20 20
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 29
BAB VI
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Arah Kebijakan
Untuk mewujudkan Visi dan Misi Direktorat Budidaya dan Pasca Panen
Florikultura, arah kebijakannya mengacu pada arah kebijakan Pengembangan
Hortikultura yang diselaraskan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat
Budidaya dan Pasca Panen Florikultura yaitu :
1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu diarahkan pada komoditas
unggulan tanaman hias masif ( krisan, anggrek, melati, palem, sedap
malam, sanseviera dan adenium) dan tanaman hias orientasi ekspor (daun
potong, tanaman hias pot dan tanaman hias taman), melalui penerapan
budidaya pertanian yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) yang
berbasis penerapan inovasi teknologi, yang mencakup penggunaan benih
unggul bermutu, penerapan pengelolaan hama terpadu (PHT) dan
penanganan pasca panen yang baik dan benar (Good Handling
Practices/GHP).
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk florikultura melalui perbaikan dan
pengembangan infrastruktur serta sarana budidaya dan pasca panen
florikultura.
3. Pembangunan dan pengutuhan kawasan yang direncanakan terintegrasi
dengan instansi terkait dan diarahkan untuk membangun dan memperluas
sentra tanaman florikultura dengan memperhatikan potensi pasar baik pasar
dalam negeri maupun internasional, kesesuaian lahan dan agroklimat serta
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
4. Penataan rantai pasok (supply chain management), diarahkan untuk
meningkatkan daya saing produk tanaman florikultura melalui peningkatan
efisiensi dan efektivitas pasokan dari kebun sampai ke konsumen serta
meningkatkan nilai tambah dari setiap pelaku dalam mata rantai pasok
sesuai dengan peran dan kegiatan yang dilakukan dengan mengembangkan
pola kemitraan dengan champion atau eksportir.
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 30
5. Pengembangan kelembagaan diarahkan kepada pemberdayaan
kelembagaan baik kelompok tani, gapoktan dan asosiasi. Kelembagaan
petani yang kokoh akan meningkatkan posisi tawar dalam menjalin
kemitraan dan kredibilitas akses terhadap sumber permodalan dari lembaga
keuangan.
6. Peningkatan ekspor diarahkan untuk mendorong peningkatan ekspor
tanaman florikultura tropis melalui promosi di luar negeri dengan dukungan
instansi terkait.
7. Peningkatan koordinasi secara terpadu diarahkan untuk memfasilitasi
berbagai stakeholders yang terlibat baik pemerintah maupun non
pemerintah, untuk secara bersama-sama dan bersinergi dalam
mengembangkan kawasan untuk memenuhi pasar dalam negeri dan luar
negeri dengan iklim usaha yang kondusif.
8. Peningkatan promosi atau gerakan dalam rangka meningkatkan
pemanfaatan tanaman florikultura oleh masyarakat sejalan dengan issu
global warning dan Green City.
B. Strategi
Strategi yang akan dikembangkan oleh Direktorat Budidaya dan Pasca
Panen Florikultura selama periode tahun 2010-2014 dengan menjabarkan arah
kebijakan dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Budidaya dan
Pasca Panen Florikultura adalah sebagai berikut :
1. Menumbuhkan dan memperluas sentra tanaman florikultura skala industri
dengan menetapkan skala prioritas komoditas tanaman florikultura yang
akan dikembangkan dengan memperhatikan potensi pasar dan daya saing.
Mengingat untuk menghasilkan produk tanaman florikultura bermutu dan
berdaya saing, tidak mungkin dihasilkan dari kebun skala kecil dan tersebar,
maka untuk lebih mudah terwujud perlu dikembangkan dalam kebun yang
memenuhi skala ekonomi/skala industri.
2. Menumbuhkan dan mengembangkan Kampung Flori dan Green City dalam
rangka kenyamanan lingkungan.
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 31
3. Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman florikultura masif
(anggrek, krisan, melati, palem, sedap malam, sanseviera, adenium) dan
tanaman florikultura tropis orientasi ekspor (tanaman pot, tanaman taman,
bunga dan daun potong serta bunga tabur) melalui penerapan SOP berbasis
GAP dan GHP dengan pendekatan sekolah lapang.
4. Menata rantai pasok dengan pendekatan membangun jejaring kerja dan
menjalin kerjasama sinergis antar pelaku usaha tanaman florikultura melalui
pola kemitraan dengan meningkatkan akses informasi pasar dan
permodalan.
5. Penguatan kelembagaan dengan memperbanyak terbentuknya kelompok
tani, Gapoktan, Asosiasi, Koperasi melalui peningkatan kompetensi
petani/pelaku usaha tanaman florikultura memperkuat modal usaha dan
managemen pengelolaan usaha.
6. Meningkatkan ekspor melalui penguatan kawasan gerbang ekspor dan
plasma ekspor serta pemasyarakatan pemanfaatan tanaman florikultura
tropis dalam rangka meningkatkan image produk tanaman florikultura
Indonesia.
7. Memfasilitasi iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan industri tanaman
florikultura mengingat untuk merangsang investor menanamkan modalnya
pada industri tanaman florikultura perlu dukungan instansi terkait dalam
regulasi dan perijinan yang kondusif, penyediaan informasi profil investasi
tanaman florikultura yang lengkap dan akurat.
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 32
BAB VII
PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Program
Program Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai dengan pedoman
Reformasi Perencanaan dan Penganggaran adalah “Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan”, yang
dijabarkan dalam salah satu kegiatannya adalah “Peningkatan Produksi,
Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura”.
B. Kegiatan
Dalam Upaya mencapai kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan
mutu tanaman florikultura (bunga dan daun potong, tanaman florikultura pot
dan tanaman taman serta bunga tabur) maka kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai akuntabilitas kinerja Direktorat Budidaya dan Pasca
Panen Florikultura adalah sebagai berikut :
1. Penumbuhan dan pengembangan kawasan florikultura, melalui
pengembangan sentra dan cluster serta integrasi sistem produksi dan sistem
pendukung
2. Penumbuhan Kampung Flori dan Green City
3. Penerapan GAP/SOP dalam budidaya tanaman florikultura dengan
pendekatan Sekolah lapang GAP/SOP
4. Penataan managemen rantai pasokan melalui penataan managemen usaha
dan registrasi kebun
5. Penguatan kelembagaan dengan fasilitasi pembentukan gapoktan /asosiasi
6. Penerapan GHP dalam rangka penerapan pasca panen tanaman florikultura
dengan pendekatan Sekolah lapang
7. Fasilitasi Peningkatan ekspor tanaman florikultura
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 33
8. Memfasilitasi wadah dalam rangka menampung aspirasi masyarakat, pelaku
usaha dan pakar serta pemerintah dalam bentuk konsorsium.
Penyelenggaraan kepemerintahan yang baik
9. Melakukan promosi atau gerakan-gerakan dalam memanfaatkan tanaman
florikultura sebagai pencitraan , baik dalam bentuk media cetak, media
elektronik maupun pameran di dalam negeri dan luar negeri
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 34
BAB VIII
PENUTUP
Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura tahun
2010-2014 merupakan dokumen perencanaan lima tahunan yang digunakan sebagai
acuan dalam pengembangan florikultura. Dalam penyusunannya mengacu pada
Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura dan masukan dari berbagai pihak.
Dengan adanya Rencana Strategis ini diharapkan pengembangan florikultura
dapat lebih terarah dan terinegrasi dengan instansi terkait sehingga akan terwujud
peningkatan produksi dan mutu florikultura yang berdampak terhadap peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani masyarakat florikultura lainnya.
Lampiran 3.20
Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014
1. Nanggroe Aceh D. - - - - -
2. Sumatera Utara 4.917 4.966 5.016 5.066 5.117
3. Sumatera Barat 6.376 6.439 6.504 6.569 6.635
4. R i a u 40.090 40.491 40.896 41.305 41.718
5. J a m b i 46 46 47 47 48
6. Sumatera Selatan 1.314 1.327 1.340 1.354 1.367
7. Bengkulu 3.180 3.211 3.244 3.276 3.309
8. Lampung 34.564 34.910 35.259 35.611 35.967
9. Bangka Belitung 572 578 584 590 596
10. Kepulauan Riau - - - - -
11. DKI Jakarta 23.993 24.233 24.475 24.720 24.967
12. Jawa Barat 365.123 401.635 441.799 485.979 534.576
13. Jawa Tengah 6.649.048 7.330.708 8.080.707 8.731.604 9.433.826
14. DI Yogyakarta 1.635 1.652 1.668 1.685 1.702
15. Jawa Timur 2.667 2.800 2.940 3.087 3.242
16. B a n t e n 9.179 9.271 9.363 9.457 9.552 17. Bali - - - - - 18. N T B 3.091 3.122 3.153 3.185 3.216 19. N T T 943 952 962 971 981 20. Kalimantan Barat 477 482 487 492 497 21. Kalimantan Tengah - - - - -
22. Kalimantan Selatan - - - - -
23. Kalimantan Timur 24.585 24.831 25.080 25.330 25.584
24. Sulawesi Utara 17.622 17.798 17.976 18.156 18.338
25. Sulawesi Tengah 527 533 538 543 549
26. Sulawesi Selatan 6.252 6.315 6.378 6.442 6.506
27. Sulawesi Tenggara 40 40 41 41 41
28. Gorontalo 118 120 121 122 123
29. Sulawesi Barat 5.171 5.223 5.275 5.328 5.381
30. Maluku - - - - -
31. Maluku Utara - - - - -
32. Papua Barat - - - - -
33. Papua - - - - -
INDONESIA 7.201.530 7.921.683 8.713.851 9.410.959 10.163.836
SASARAN PRODUKSI PAKIS TAHUN 2010 - 2014
NO. PROVINSIProduksi (tangkai)
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 57
Lampiran 3.29
Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014
1. Nanggroe Aceh D. 95 98 101 104 107
2. Sumatera Utara 82.167 88.330 94.955 102.076 109.732
3. Sumatera Barat 10.886 11.430 12.002 12.602 13.232
4. R i a u 47.880 51.471 55.331 59.481 63.942
5. J a m b i 21.242 22.304 23.419 24.590 25.820
6. Sumatera Selatan 46.743 50.950 55.536 60.534 65.982
7. Bengkulu 2.767 2.850 2.935 3.023 3.114
8. Lampung 89.886 97.975 106.793 116.405 126.881
9. Bangka Belitung 9.682 10.166 10.675 11.208 11.769
10. Kepulauan Riau 208 214 221 227 234
11. DKI Jakarta 41.706 43.792 45.981 48.280 50.694
12. Jawa Barat 594.040 650.474 712.269 779.935 854.028
13. Jawa Tengah 21.911.642 24.039.686 26.425.165 29.112.814 32.154.860
14. DI Yogyakarta 63.463 69.492 76.094 83.323 91.239
15. Jawa Timur 1.651.561 1.808.459 1.980.263 2.168.388 2.374.385
16. B a n t e n 18.279 20.016 21.917 23.999 26.279
17. Bali 1.388 1.457 1.530 1.607 1.687
18. N T B 3.476 3.806 4.168 4.564 4.997
19. N T T 77.167 81.026 85.077 89.331 93.797
20. Kalimantan Barat 2.910 2.997 3.087 3.180 3.275
21. Kalimantan Tengah 4.708 4.850 4.995 5.145 5.299
22. Kalimantan Selatan 35.024 36.775 38.614 40.545 42.572
23. Kalimantan Timur 183.877 193.071 202.725 212.861 223.504
24. Sulawesi Utara 22.489 23.613 24.794 26.034 27.335
25. Sulawesi Tengah 1.722 1.773 1.827 1.882 1.938
26. Sulawesi Selatan 30.399 31.919 33.515 35.191 36.950
27. Sulawesi Tenggara 10.214 10.724 11.260 11.823 12.415
28. Gorontalo 177 182 188 194 199
29. Sulawesi Barat 1.696 1.747 1.800 1.854 1.909
30. Maluku - - - - -
31. Maluku Utara - - - - -
32. Papua Barat - - - - -
33. Papua 3.217 3.313 3.413 3.515 3.620
INDONESIA 24.970.713 27.364.964 30.040.649 33.044.714 36.431.798
SASARAN PRODUKSI MELATI TAHUN 2010 - 2014
NO. PROVINSIProduksi (kg)
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 66
Lampiran 3.5
Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014
1. Nanggroe Aceh D. 95 98 101 104 107
2. Sumatera Utara 82.167 88.330 94.955 102.076 109.732
3. Sumatera Barat 10.886 11.430 12.002 12.602 13.232
4. R i a u 47.880 51.471 55.331 59.481 63.942
5. J a m b i 21.242 22.304 23.419 24.590 25.820
6. Sumatera Selatan 46.743 50.950 55.536 60.534 65.982
7. Bengkulu 2.767 2.850 2.935 3.023 3.114
8. Lampung 89.886 97.975 106.793 116.405 126.881
9. Bangka Belitung 9.682 10.166 10.675 11.208 11.769
10. Kepulauan Riau 208 214 221 227 234
11. DKI Jakarta 41.706 43.792 45.981 48.280 50.694
12. Jawa Barat 594.040 650.474 712.269 779.935 854.028
13. Jawa Tengah 21.911.642 24.039.686 26.425.165 29.112.814 32.154.860
14. DI Yogyakarta 63.463 69.492 76.094 83.323 91.239
15. Jawa Timur 1.651.561 1.808.459 1.980.263 2.168.388 2.374.385
16. B a n t e n 18.279 20.016 21.917 23.999 26.279
17. Bali 1.388 1.457 1.530 1.607 1.687
18. N T B 3.476 3.806 4.168 4.564 4.997
19. N T T 77.167 81.026 85.077 89.331 93.797
20. Kalimantan Barat 2.910 2.997 3.087 3.180 3.275
21. Kalimantan Tengah 4.708 4.850 4.995 5.145 5.299
22. Kalimantan Selatan 35.024 36.775 38.614 40.545 42.572
23. Kalimantan Timur 183.877 193.071 202.725 212.861 223.504
24. Sulawesi Utara 22.489 23.613 24.794 26.034 27.335
25. Sulawesi Tengah 1.722 1.773 1.827 1.882 1.938
26. Sulawesi Selatan 30.399 31.919 33.515 35.191 36.950
27. Sulawesi Tenggara 10.214 10.724 11.260 11.823 12.415
28. Gorontalo 177 182 188 194 199
29. Sulawesi Barat 1.696 1.747 1.800 1.854 1.909
30. Maluku - - - - -
31. Maluku Utara - - - - -
32. Papua Barat - - - - -
33. Papua 3.217 3.313 3.413 3.515 3.620
INDONESIA 24.970.713 27.364.964 30.040.649 33.044.714 36.431.798
NO. PROVINSIProduksi (kg)
SASARAN PRODUKSI BUNGA TABUR TAHUN 2010 - 2014
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 42
Lampiran 1
2010 2011 2012 2013 2014
Sekretariat
Direktorat Jenderal94,39 103,83 119,4 143,28 179,1 640
Direktorat Budidaya
dan Pasca Panen
Tanaman Buah
64,55 69,75 80,21 96,25 122,3 433,06
Direktorat Budidaya
dan Pasca Panen
Tanaman Sayuran
dan Obat
67,52 73,51 84,54 101,44 128,12 455,13
Direktorat Budidaya
dan Pasca
PanenTanaman
Florikultura
21,48 70,85 81,47 97,77 40,77 312,34
Direktorat
Perbenihan dan
Sarana Produksi
46,14 50,75 58,36 70,03 87,54 312,82
Direktorat
Perlindungan
Tanaman
Hortikultura
36,29 45,6 52,44 62,93 68,86 266,12
Total 330,37 363,3 417,8 501,36 626,7
Eselon II
Tahun (Rp. Milyar)
Total
Alokasi Anggaran Baseline Kegiatan Prioritas rencana Strategis
Direktorat Jenderal Hortikultura
Tahun 2010 - 2014
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 36
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 36
RENCANA STRATEGIS Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 2010-2014 36