1770. peningkatan produksi dan produktivitas produk florikultura ramah...

402
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 228 1770. PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PRODUK FLORIKULTURA RAMAH LINGKUNGAN 1770.007. PEDOMAN-PEDOMAN 012. PENYUSUNAN/PENGGANDAAN BUKU SOP BUDIDAYA HELICONIA 1. Latar Belakang Heliconia sp. Merupakan salah satu jenis tanaman hias bunga potong tropis yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif dikembangkan secara komersial. Bentuk yang sangat eksotik sebagai materi dalam rangkaian dan lebih tahan lama dibanding jenis bunga potong lainnya. Seiring dengan meningkatnya intensitas budidaya heliconia di berbagai daerah, pembinaan kepada para petani sangat diperlukan terutama untuk peniongkatan produksi, produktivitas dan mutunya. Pengembangan heliconia secara komersial membutuhkan Buku Pedoman Standar Operasional Prosedur Budidaya sebagai pegangan petani untuk menghasilkan yang berdaya saing sesuai permintaan pasar. Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya ini disusun sesuai prinsip-prinsip Good Agriculture Practices (GAP) yang merupakan acuan dalam melaksanakan budidaya heliconia yang baik dan benar, untuk memperoleh produk bermutu dan ramah lingkungan. Keberhasilan penerapan SOP budidaya heliconia dapat dinilai dari peningkatan produktivitas, efisiensi produksi, kesejahteraan produsen, keamanan lingkungan dan kesehatan pekerja secara berkelanjutan. Dengan menerapkan SOP ini diharapkan petani akan mendapatkan nilai tambah berupa peningkatan harga dan jaminan mutu yang memadai. Selain itu, petani juga dapat melakukan pelacakan tahapan prosedur manakal terjadi tuntutan dari konsumen. Penerapan SOP merupakan salah satu bentuk pembinaan yang efektif kepada petani guna peningkatan mutu produk. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah menyusun Buku SOP Budidaya Heliconia pada tahun 2008. Pada tahun 2015 telah dilakukan pembahasan SOP Budidaya Heliconia tersebut. Buku SOP Heliconia diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembinaan/penyuluhan dan disosialisasikan kepada para pelaku usaha sebagai upaya peningkatan produksi dan mutu produk, khususnya yang ada di sentra-sentra produksi.

Upload: lydien

Post on 16-Jul-2019

287 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 228

1770. PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PRODUK FLORIKULTURA

RAMAH LINGKUNGAN

1770.007. PEDOMAN-PEDOMAN

012. PENYUSUNAN/PENGGANDAAN

BUKU SOP BUDIDAYA HELICONIA

1. Latar Belakang

Heliconia sp. Merupakan salah satu jenis tanaman hias bunga potong tropis yang

memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif dikembangkan secara komersial.

Bentuk yang sangat eksotik sebagai materi dalam rangkaian dan lebih tahan lama

dibanding jenis bunga potong lainnya. Seiring dengan meningkatnya intensitas budidaya

heliconia di berbagai daerah, pembinaan kepada para petani sangat diperlukan

terutama untuk peniongkatan produksi, produktivitas dan mutunya.

Pengembangan heliconia secara komersial membutuhkan Buku Pedoman Standar

Operasional Prosedur Budidaya sebagai pegangan petani untuk menghasilkan yang

berdaya saing sesuai permintaan pasar. Buku Standar Operasional Prosedur (SOP)

budidaya ini disusun sesuai prinsip-prinsip Good Agriculture Practices (GAP) yang

merupakan acuan dalam melaksanakan budidaya heliconia yang baik dan benar, untuk

memperoleh produk bermutu dan ramah lingkungan. Keberhasilan penerapan SOP

budidaya heliconia dapat dinilai dari peningkatan produktivitas, efisiensi produksi,

kesejahteraan produsen, keamanan lingkungan dan kesehatan pekerja secara

berkelanjutan. Dengan menerapkan SOP ini diharapkan petani akan mendapatkan nilai

tambah berupa peningkatan harga dan jaminan mutu yang memadai. Selain itu, petani

juga dapat melakukan pelacakan tahapan prosedur manakal terjadi tuntutan dari

konsumen.

Penerapan SOP merupakan salah satu bentuk pembinaan yang efektif kepada petani

guna peningkatan mutu produk. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah

menyusun Buku SOP Budidaya Heliconia pada tahun 2008. Pada tahun 2015 telah

dilakukan pembahasan SOP Budidaya Heliconia tersebut. Buku SOP Heliconia

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembinaan/penyuluhan dan

disosialisasikan kepada para pelaku usaha sebagai upaya peningkatan produksi dan

mutu produk, khususnya yang ada di sentra-sentra produksi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 229

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan pedoman-pedoman adalah :

Menyediakan buku pedoman dalam berbudidaya heliconia yang baik dan benar

sesuai kaidah GAP

2.2. Sasaran yang ingin dicapai adalah :

Tersedianya Buku SOP Heliconia sebagai acuan dalam melakukan budidaya

sesuai kaidah GAP

3. Masukan /Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 29.400.000,-

3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 24.575.000,-

3.3. Informasi teknis

4. Pelaksanaan Kegiatan

A. Pembahasan Buku SOP Budidaya Heliconia

Kegiatan pembahasan buku SOP heliconia dilaksanakan dalam bentuk:

1) Persiapan

- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).

- Identifikasi dan koordinasi pengumpulan bahab pembahasan buku SOP

heliconia

2) Pelaksanaan

- Melakukan perjalanan dalam rangka pembahasan buku SOP heliconia

- Melakukan penyusunan buku SOP heliconia

- Melakukan pembahasan buku SOP heliconia dengan pelaku usaha/pakar

& instansi terkait.

- Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi.

- Mencetak buku SOP heliconia

5. Keluaran/Output

5.1. Buku

Tersedianya buku Informasi Teknis Tanaman Hias Berbunga Indah sebanyak 350

buku

Rencana Distribusi buku Informasi Teknis Tanaman Hias Berbunga Indah :

Diperta Propinsi Jawa Barat, Diperta Propinsi Jawa Tengah, Diperta Propinsi

Jawa Timur, Diperta Propinsi D.I Yogyakarta, Diperta Propinsi Banten, Diperta

Propinsi Kalimantan Barat, Diperta Propinsi Kalimantan Timur, Diperta Propinsi

Jambi, Diperta Provinsi Kepulauan Riau, Diperta Propinsi Sumatera Barat, Diperta

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 230

Propinsi Sumatera Utara, Diperta Propinsi Sumatera Selatan, Diperta Propinsi

Sulawesi Selatan, Diperta Propinsi Sulawesi Utara, Diperta Propinsi Sulawesi

Tenggara, Diperta Propinsi Bali, Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat, Diperta

Propinsi Nusa Tenggara Timur, Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur, Diperta

Propinsi Gorontalo, Asbindo, DPP PAI, Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia,

Promosi/ Pameran, Lain-lain (Perorangan) + Arsip, Stake Holder/Instansi Terkait

5.2. Pertemuan

Pembahasan Buku SOP Heliconia

Kegiatan Pembahasan Buku SOP Heliconia pada tanggal 12 – 14 Februari

2015 di Bogor.

Heliconia merupakan komoditas florikultura tropis yang memiliki potensi untuk

dikembangkan di indonesia.

Pembahasan SOP Heliconia menjadi hal yang penting karena SOP

merupakan panduan untuk menerapkan GAP. Dengan menerapkan GAP,

seorang pelaku usaha dapat mengusulkan untuk meregistrasi lahan usaha ke

dinas pertanian kabupaten/kota. Dinas pertanian kabupaten/kota mengajukan

lahan yang akan diregistrasi tersebut ke dinas pertanian propinsi untuk

diverifikasi. Bagi pelaku usaha yang sudah diregistrasi lahan usahanya dapat

memperoleh fasilitas dan insentif usaha hortikultura sesuai peraturan

pemerintah no, 25 tahun 2014.

Persyaratan untuk mendapatkan registrasi lahan usaha antara lain: 1)

berusaha di bidang hortikultura, 2) memiliki mitra jual, 3) melakukan cara

budidaya yang baik dan benar / menerapkan SOP sesuai GAP, dan 4)

melakukan pencatatan pada kegiatan budidayanya.

Ruang lingkup SOP budidaya heliconia adalah : penetapan lokasi, penyiapan

lahan, perbanyakan tanaman, penanaman, pengairan, penyulaman,

penyiangan, pemupukan, pemeliharaan tanaman,, perlindungan tanaman,

panen dan pencatatan.

6. Hasil/Outcome

6.1. Meningkatnya pemahaman para petani dalam SOP Budidaya Heliconia sehingga

mau melakukan pencatatan secara baik dan benar.

6.2. Meningkatnya keterampilan petani heliconia dalam mengidentifikasi permasalahan

di lapangan dan mencari solusi melalui hasil pencatatan sebagai managemen

kontrolnya.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 231

6.3. Meningkatnya motivasi petani heliconia dalam menerapkan SOP heliconia agar

dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas heliconia sehingga berdaya saing di

pasar global.

7. Manfaat/Benefit

7.1. Berkembangnya usaha tani tanaman heliconia

7.2. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan para petani heliconia

8. Dampak/Inpact

Petani tanaman heliconia memiliki kompetensi dalam budidaya heliconia sesuai SOP

sehingga mampu berdaya saing di pasar domestik maupun global.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Buku SOP Budidaya Heliconia dapat dijadikan acuan dalam melakukan budidaya

budidaya heliconia sesuai kaidah GAP.

9.2. Ruang lingkup SOP budidaya heliconia adalah: Penetapan lokasi, penyiapan

lahan, perbanyakan tanaman, penanaman, pengairan, penyulaman,

penyianmgan, pemupukan, pemeliharaan tanaman, perlindungan tanaman, panen

dan pencatatan.

9.3. Hanya petani yang telah menerapkan SOP/GAP yang dapat melakukan registrasi

lahan usaha.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 232

BUKU KATALOG TANAMAN TROPIS

1. Latar Belakang

Indonesia yang negara tropis kaya dengan berbagai jenis tanaman hias, diantaranya

jenis pisang-pisangan atau pisang hias (Heliconia sp). Heliconia sp salah satu jenis

tanaman hias tropis yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif

dikembangkan secara komersial. Bentuknya yang sangat eksotik sebagai materi dalam

rangkaian maupun dalam penataan taman. Heliconia sp banyak varietasnya dengan

bentuk dan warna bunganya yang eksotis. Di samping warna dominan merah, kuning,

jingga, pink, dan hijau, juga terdapat beragam warna kombinasi sangat atraktif.

Beberapa jenis Heliconia sp yang banyak disukai seperti Heliconia rostracta, Heliconia

pendula, Heliconia stricta, Heliconia wagneriana, Heliconia jacquinii, Heliconia

brasilliansis, Heliconia bihai. Karena sosok dan bunganya yang menawan, heliconia

banyak digunakan sebagai bunga potong atau materi rangkaian bunga dan dekorasi.

Selain itu, tanaman heliconia sering digunakan sebagai materi taman, baik

dikombinasikan, atau tanpa kombinasi dengan tanaman lain.

Dalam rangka penyediaan informasi mengenai jenis-jenis heliconia yang memiliki nilai

eksotik sebagai materi rangkaian bunga maupun materi taman, maka perlu menyusun

Katalog Tanaman Tropis (Seri Heliconia) sehingga dapat memberikan gambaran

kepada masyarakat mengenai pesona berbagai jenis Heliconia yang dapat

dikembangkan secara komersial untuk materi rangkaian maupun pertamanan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Memberikan informasi kepada masyarakat jenis-jenis Heliconia yang memiliki nilai

komersial untuk materi rangkaian dekorasi dan pertamanan.

2.2. Sasaran

Tersedianya informasi mengenai jenis-jenis Heliconia bagi masyarakat.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 35.800.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebeasar Rp. 31.600.000,-

3.3. Informasi Teknologi

4. Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 233

4.1. Pertemuan Pembahasan dan Pencetakan Katalog Tanaman Tropis (Heliconia) di

dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat pada 21-23 April 2015.

4.2. Peserta pertemuan terdiri lain petugas dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura, Direktorat Pemasaran Domestik Ditjen PPHP, BALITHI, UPTD Pasar

Bunga Rawa Belong, IPB, Asosiasi dan pelaku usaha heliconia dari Jawa Barat.

4.3. Pertemuan Pembahasan dan Pencetakan bentuk pemaparan serta diskusi

4.4. Perjalanan dilaksanakan sebanyak 40 OP ke Bogor.

4.5. Menyediakan konsumsi pertemuan Pembahasan Katalog Tanaman Tropis

(Heliconia)

4.6. Melaksanakan perjalanan Pembahasan Katalog Tanaman Tropis (Heliconia)

4.7. Penggantian transport pertemuan

5. Keluaran/Output

Tersedianya Buku Katalog Tanaman Tropis dalam memperkaya informasi mengenai

jenis-jenis Heliconia yang dapat dikembangkan secara komersial.

6. Hasil/Outcome

Terinformasikannya aneka jenis Heliconia kepada para stakeholders terkait.

7. Manfaat/Benefit

Bertambahnya informasi tentang aneka jenis Heliconia bagi para stakeholders terkait.

8. Dampak/Impact

Berkembangnya agribisnis Tanaman Hias Tropis (Heliconia).

9. Kesimpulan/Hasil

a. Format isi katalog heliconia berisi informasi tentang ketinggian tanaman, jumlah

seludang dan warna seludang. Untuk penjelasan warna seludang diterangkan

warna seludang serta warna seludang pada bagian bawah, bibir dan ujung.

Dijelaskan juga tentang bahwa tanaman Heliconia berbunga sepanjang tahun dan

persentase naungan juga memerlukan naungan

b. Di dalam katalog heliconia diklasifikasikan berdasarkan tipe rangkaian seludang,

yaitu tipe tegak besar, menjuntai dan lain-lain. Setelah penulisan dibagi

berdasarkan tipenya, di dalam penulisannya diurutkan berdasarkan awalan huruf

dari nama varitasnya.

c. Tanaman heliconia terpisah antara bunga dan batangnya, sehingga tidak

memerlukan perendaman air pada saat perlakuan pascapanennya. Heliconia

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 234

dengan tipe tegak memiliki shelf life atau ketahanan yang lebih lama dibandingkan

heliconia dengan tipe menjuntai. Heliconia sexy pink dengan tipe menjuntai,

merupakan salah satu jenis heliconia yang tahan lama. Sedangkan Heliconia

rostrata bersifat kurang tahan lama.

d. Kunjungan lapang dilakukan ke salah satu Kebun Heliconia yaitu PT. Mandiri Jaya

Flora. Kunjungan Lapang dilakukan untuk melengkapi bahan katalog heliconia,

khususnya foto/gambar.

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN POT DAN LANDSCAPE, INFORMASI TENTANG

TEKNOLOGI BUDIDAYA, JENIS-JENIS TANAMAN, SERTA MANFAAT/PENGGUNAAN

TANAMAN POT LANSEKAP DALAM BENTUK BUKU DAN POSTER, BUKU RENCANA

STRATEGIS DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN FLORIKULTURA TAHUN

2015 – 2019, PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN FLORIKULTURA

1. Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian N0.61/Permentan/OT.140/10/2010, tanggal

14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pertanian Menyatakan

Bahwa Direktorat Budidaya dan Pascapanen Tanaman Florikultura mempunyai Tugas

Pokok pelaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang budidaya dan pascapanen tanaman florikultura.

Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut, Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Tanaman Florikultura perlu menyiapkan pedoman-pedoman teknis yang

akan digunakan sebagai bahan acuan dalam pengembangan tanaman florikultura.

Untuk pelaksanaan kegiatan baik budidaya maupun penanganan pascapanen di lapang,

diperlukan suatu pedoman untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan kegiatan tersebut.

Oleh sebab itu diperlukan pedoman baik berupa buku, katalog, profil dan bentuk-bentuk

penyampaian lainnya.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura mempunyai tugas meningkatkan

produksi, produktivitas dan mutu florikultura, salah satu upaya untuk mewujudkan hal

tersebut melalui penyiapan, penyusunan dan perbanyakan pedoman-pedoman teknis

maupun kelembagaan. Pedoman-pedoman tersebut akan digunakan sebagai bahan

pembinaan/penyuluh dan disosialisasikan kepada para pelaku usaha sebagai upaya

meningkatkan produksi dan mutu produk khususnya yang ada di sentra-sentra produksi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 235

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Menyediakan pedoman budidaya yang baik bagi pelaku usaha dalam rangka

meningkatkan produksi dan mutu tanaman pot dan lansekap

b. Menyediakan informasi tentang teknologi budidaya, jenis-jenis tanaman, serta

manfaat/penggunaan tanaman pot lansekap dalam bentuk buku dan poster

c. Menyediakan Buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura Tahun 2015 - 2019

d. Menyediakan petunjuk teknis kegiatan pengembangan florikultura

2.2. Sasaran

a. Tersedianya pedoman budidaya yang baik bagi para petani/pelaku usaha,

petugas dan masyarakat luas yang sedang dan akan mengembangkan

tanaman pot dan lansekap.

b. Tersedianya informasi tentang teknologi budidaya dalam rangka mendukung

penerapan GAP, jenis - jenis tanaman serta manfaat/ penggunaan tanaman

pot dan lansekap dalam bentuk buku dan poster

c. Tersedianya Buku Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura

Tahun 2015-2019 sebagai acuan dalam pengembangan florikultura

d. Tersedianya petunjuk teknis yang dapat digunakan oleh

pembina/petugas/penyuluh/kelompoktani/petani dalam memperlancar dan

mendukung pelaksanaan pengembangan kawasan florikultura.

3. Masukan /Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 184.480.000,-

3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp.180.680.000,-

3.3. Informasi teknis

4. Pelaksanaan Kegiatan

A. Pembuatan dan pencetakan poster tanaman hias dalam pot dan poster tanaman

lansekap seri penutup tanah.

B. Pembahasan Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pascapanen

Melati

Kegiatan ini dilaksanakan dalm bentuk:

1). Persiapan

- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).

- Identifikasi dan koordinasi pengumpulan data.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 236

- Menyiapkan draft awal SOP Budidaya dan pascapanen Melati

2. Pelaksanaan

- Melakukan pembahasan draft buku Standar Operasional Prosedur (SOP)

Budidaya dan Pasca Panen Melati

- Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Standar

Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pasca Panen Melati

- Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi, dalam rangka

pembahasan buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan

Pasca Panen Melati

- Melaksanakan pencetakan buku Standar Operasional Prosedur (SOP)

Budidaya dan Pasca Panen Melati

C. Pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura

tahun 2015-2019

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk :

1). Persiapan

- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).

- Menyiapkan draft awal Renstra 2015 - 2019

2. Pelaksanaan

- Melakukan pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura tahun 2015-2019

- Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Rencana

Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 2015-

2019

- Melaksanakan pencetakan buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya

dan Pascapanen Florikultura tahun 2015-2019

D. Pembahasan Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk:

1). Persiapan

- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).

- Menyiapkan draft awal Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap

2. Pelaksanaan

- Melakukan pembahasan Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan

Lansekap

- Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Teknik

Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 237

- Melaksanakan pencetakan buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan

Lansekap

E. Pembahasan Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk:

1). Persiapan

- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).

- Menyiapkan draft awal informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah

2. Pelaksanaan

- Melakukan pembahasan Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah

- Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Informasi Teknis

Tanaman Hias Berdaun Indah

- Melaksanakan pencetakan buku Informasi Teknis Tanaman Hias

Berdaun Indah

F. Pembahasan Petunjuk Teknis Florikultura 2016

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk:

1). Persiapan

- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).

- Menyiapkan draft awal Petunjuk Teknis Florikultura 2016

2. Pelaksanaan

- Melakukan pembahasan Petunjuk Teknis Florikultura 2016

- Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Petunjuk Teknis

Florikultura 2016

5. Keluaran/Output

5.1. Poster Tanaman Hias Dalam Pot

- Tersedianya Poster Tanaman Hias Dalam Pot sebanyak 725 expl

- Tersedianya Poster Tanaman Hias Lansekap Seri Tanaman Penutup Tanah

berbunga Indah sebanyak 725 expl

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 238

Tabel 9. Rencana Distribusi Poster Tanaman Pot dan Lasekap

No. Diberikan Kepada Jumlah

1 Diperta Propinsi Jawa Barat 25

2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 25

3 Diperta Propinsi Jawa Timur 25

4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 25

5 Diperta Propinsi Banten 25

6 Diperta Propinsi Kalimantan Barat 15

7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 15

8 Diperta Propinsi Jambi 15

9 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 25

10 Diperta Propinsi Sumatera Barat 25

11 Diperta Propinsi Sumatera Utara 25

12 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 25

13 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 25

14 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 10

15 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 10

16 Diperta Propinsi Bali 15

17 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat 10

18 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur 10

19 Diperta Propinsi Gorontalo 10

20 Diperta Propinsi Lampung 15

21 Asbindo 15

22 Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia 10

23 Perguruan Tinggi (IPB) Faperta 10

24 Promosi/ Pameran 700

25 Lain-lain (Perorangan/Pelaku Usaha) 240

26 Stake Holder/Instansi Terkait 50

27 Arsip 50

Jumlah 1450

5.2. Buku

a. Tersedianya buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan

Pascapanen Melati sebanyak 300 buku

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 239

Tabel 10. Rencana Distribusi SOP Melati

No. Diberikan Kepada Jumlah

1 Diperta Propinsi Jawa Barat 10

2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 30

3 Diperta Propinsi Jawa Timur 15

4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 4

5 Diperta Propinsi Banten 2

6 Diperta Propinsi Kalimantan Selatan 2

7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 2

8 Diperta Propinsi Jambi 2

9 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 2

10 Diperta Propinsi Sumatera Barat 2

11 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 2

12 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 2

13 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 2

14 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 2

15 Diperta Propinsi NTB 2

16 Promosi/ Pameran 100

17 Lain-lain (Perorangan, Pelaku Usaha) 84

18 Arsip 15

19 Tim Penyusun 20

Jumlah 300

b. Tersedianya buku Katalog Anggrek Spesies Indonesia yang Telah

Dibudidayakan (cetakan ke 2) sebanyak 500 buku

Tabel 11. Rencana Distribusi Pencetakan Ulang Katalog Anggrek Species

No. Diberikan Kepada Jumlah

1 Diperta Propinsi Jawa Barat 25

2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 25

3 Diperta Propinsi Jawa Timur 25

4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 15

5 Diperta Propinsi Banten 25

6 Diperta Propinsi Kalimantan Barat 5

7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 5

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 240

No. Diberikan Kepada Jumlah

8 Diperta Propinsi Jambi 5

9 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 5

10 Diperta Propinsi Sumatera Barat 10

11 Diperta Propinsi Sumatera Utara 5

12 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 5

13 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 5

14 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 5

15 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 5

16 Diperta Propinsi Bali 5

17 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat 5

18 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur 5

19 Diperta Propinsi Gorontalo 5

21 DPP PAI 10

23 Promosi/ Pameran 125

24 Lain-lain (Perorangan, Pelaku Usaha) 150

26 Institut Pertanian Bogor 5

27 Arsip 20

Jumlah 500

c. Tersedianya buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura tahun 2015-2019 sebanyak 200 buku

Tabel 12. Rencana Distribusi Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura

No Diberikan Kepada Jumlah

1

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

NAD 4

2 Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 4

3

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi

Sumatera Barat 10

4

Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi

Kepulauan Riau 3

5 Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau 4

6

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu 4

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 241

No Diberikan Kepada Jumlah

7

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Sumatera Selatan 5

8

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Lampung 5

9 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi 5

10 Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta 5

11 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 10

12

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Jawa Tengah 10

13 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Banten 5

14 Dinas Pertanian Provinsi DI Yogyakarta 5

15 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 10

16 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali 5

17 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur 5

18

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan

Selatan 5

19 Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat 5

20 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah 4

21 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara 5

22

Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi

Tenggara 5

23

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi

Sulawesi Tengah 5

24

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Sulawesi Selatan 5

25 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat 5

26 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo 5

27

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Nusa Tenggara

Barat 5

28

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Nusa Tenggara Timur 5

29

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi

Bangka Belitung 5

30

Dinas Pertanian Provinsi Maluku 5

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 242

No Diberikan Kepada Jumlah

31

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Maluku

Utara 5

32 Dinas Pertanian Provinsi Papua 5

33 Dinas Pertanian Provinsi Papua Barat 5

34 Arsip 10

35 Subdit Pascapanen Tanaman Pot dan Lansekap 4

36 Subdit Budidaya Daun dan Bunga Potong 4

37 Subdit Pascapanen Daun dan Bunga Potong 4

Jumlah 200

d. Tersedianya buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap

Sebanyak 400 buku

Tabel 13. Rencana Distribusi Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap

No. Diberikan Kepada Jumlah

1 Diperta Propinsi Jawa Barat 15

2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 10

3 Diperta Propinsi Jawa Timur 10

4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 10

5 Diperta Propinsi Banten 10

6 Diperta Propinsi Kalimantan Barat 5

7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 5

8 Diperta Propinsi Jambi 5

9 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 5

10 Diperta Propinsi Sumatera Barat 10

11 Diperta Propinsi Sumatera Utara 5

12 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 5

13 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 5

14 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 5

15 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 5

16 Diperta Propinsi Bali 5

17 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat 5

18 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur 5

19 Diperta Propinsi Gorontalo 5

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 243

No. Diberikan Kepada Jumlah

20 Tim Penyusun 20

21 Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia 5

22 Perguruan Tinggi (IPB) 5

23 Promosi/ Pameran 150

24 Lain-lain (Perorangan/Pelaku Usaha) 75

25 Arsip 15

Jumlah 400

e. Tersedianya Buku Informasi Teknis Tanaman Pot dan Lansekap (Seri

Tanaman Hias Berdaun Indah) sebanyak 250 buku

Tabel 14. Rencana Distribusi buku Informasi Teknis Tanaman Pot dan Lansekap ( Seri

Tanaman Hias Berdaun Indah)

No. Diberikan Kepada Jumlah

1 Diperta Propinsi Jawa Barat 10

2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 10

3 Diperta Propinsi Jawa Timur 8

4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 8

5 Diperta Propinsi Banten 6

6 Diperta Propinsi Kalimantan Barat 5

7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 4

8 Diperta Propinsi Jambi 4

9 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 4

10 Diperta Propinsi Sumatera Barat 6

11 Diperta Propinsi Sumatera Utara 5

12 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 4

13 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 3

14 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 3

15 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 3

16 Diperta Propinsi Bali 5

17 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat 4

18 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur 4

19 Diperta Propinsi Gorontalo 4

20 Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia 10

21 Perguruan Tinggi (IPB) 5

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 244

No. Diberikan Kepada Jumlah

22 Promosi/ Pameran 60

23 Lain-lain (Perorangan) + Arsip 50

24 Stake Holder/Instansi Terkait 25

Jumlah 250

f. Tersedianya Buku Informasi Teknis Budidaya Tanaman Pot Seri Pelindung

Sebanyak 200 buku (Cetakan ke 2)

Tabel 15. Rencana Distribusi Informasi Teknis Tanaman Pot dan Lansekap Seri

Tanaman Pelindung.

No. Diberikan Kepada Jumlah

1 Diperta Propinsi Jawa Barat 8

2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 8

3 Diperta Propinsi Jawa Timur 8

4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 8

5 Diperta Propinsi Banten 6

6 Diperta Propinsi Kalimantan Barat 3

7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 3

8 Diperta Propinsi Kalimantan Selatan 3

9 Diperta Propinsi Jambi 3

10 Diperta Propinsi Riau 3

11 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 3

12 Diperta Propinsi Sumatera Barat 10

13 Diperta Propinsi Sumatera Utara 5

14 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 5

15 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 3

16 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 3

17 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 3

18 Diperta Propinsi Bali 5

19 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat 3

20 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur 3

21 Diperta Propinsi Gorontalo 3

22 Diperta Propinsi Lampung 3

23 Diperta Provinsi Papua 3

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 245

No. Diberikan Kepada Jumlah

24 Asbindo 5

25 DPP PAI 5

26 Perguruan Tinggi (IPB) 5

27 Promosi/ Pameran 50

28 Lain-lain (Perorangan) + Arsip 30

Jumlah 200

5.3. Pertemuan

a. Pembahasan Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan

Pasca panen Melati

Kegiatan Pembahasan buku SOP Melati dilaksanakan pada tanggal 8 -

10 April 2015 di Bogor.

Peserta dalam kegiatan ini sebanyak 23 orang terdiri atas Direktorat

Perlindungan Hortikultura, Direktorat Perbenihan Hortikultura, Balai

Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Perguruan Tinggi (Unsoed), Pelaku

Usaha melati dari Kabupaten Tegal, Pemalang, Batang, Pekalongan, PT

Alamanda dan Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura.

Materi dalam pembahasan buku SOP budidaya dan pascapanen melati

bersumber dari pelaku usaha melati, perguruan tinggi, instansi terkait dan

literatur.

Narasumber

Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Perguruan Tinggi (Unsoed), PT.

Alamanda, Pelaku Usaha melati dari Kabupaten Tegal, Pemalang,

Batang, Pekalongan,

b. Pembahasan buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura 2015- 2019

Kegiatan pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura dilaksanakan di Bogor-Jawa Barat pada tanggal

9-11 Maret 2015.

Peserta dalam pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura berjumlah 20 orang petugas Direktorat Budidaya

dan Pascapanen Florikultura.

Materi dalam pembahasan buku Renstra bersumber dari kebijakan-

kebijakan yang terkait dalam pembahasan buku Renstra bersumber dari

kebijakan – kebijakan yang terkait seperti UU No.13 tentang Hortikultura,

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 246

SIPP 2015 20145, Renstra Kementan, Blue Print Pembangunan

Hortikultura 2010 -2025, Renstra Hortikultura 2015 – 2019.

c. Pembahasan buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap

Kegiatan Pembahasan buku Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap

dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Juni 2015 di Bogor.

Peserta dalam kegiatan ini sebanyak 22 orang terdiri dari IPB, Balai

Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Pelaku Usaha Tanaman Pot dan

Lansekap serta dari Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura.

Materi dalam pembahasan teknik perbanyakan tanaman pot lansekap

bersumber dari pelaku usaha tanaman pot lansekap, perguruan tinggi,

instansi terkait, buku literatur dan informasi teknis lainnya

Narasumber

IPB, Balai Penelitian, Pelaku Usaha Kota Bogor, Pelaku Usaha Kota

Depok, Pelaku Usaha Kab. Cianjur , Pelaku Usaha Kota Tangerang

d. Pembahasan buku Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah

Kegiatan Pembahasan buku informasi teknis tanaman pot dan lansekap

seri tanaman hias berdaun indah yang dilaksanakan pada tanggal 26 –

28 Agustus 2015 di Bogor.

Peserta dalam kegiatan ini sebanyak 20 orang dari IPB, Balai Penelitian

Tanaman Hias (Balithi), LIPI, Trisakti, Pelaku Usaha Tanaman Pot dan

Lansekap serta Petugas dari Direktorat Budidaya dan Pasca Panen

Florikultura

Materi dalam pembahasan buku tanaman hias berdaun indah bersumber

dari berbagai pustaka tentang jenis-jenis tanaman berdaun indah dalam

bentuk buku maupun informasi lainnya.

Narasumber

IPB, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Trisakti, Praktisi Lansekap,

Pelaku Usaha Kota Bogor, Pelaku Usaha Kab Cianjur, Kebun Raya

Cibodas, Pelaku Usaha Depok.

e. Pembahasan buku Petunjuk Teknik Florikultura 2016

Kegiatan Pembahasan buku Petunjuk Teknik Florikultura 2016

dilaksanakan pada tanggal 19 – 21 November 2015 di Bogor.

Peserta dalam buku Petunjuk Teknik Florikultura 2016 Petugas dari

Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Materi dalam pembahasan buku Petunjuk Teknik Florikultura 2016

bersumber dari RKAKL/Draft POK Renja.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 247

5.4. Perjalanan

a. Perjalanan dalam rangka Pembahasan Buku Standar Operasional Prosedur

Budidaya dan Pasca panen Melati 20 OP dilaksanakan pada tanggal 8 - 10

April 2015 di Bogor.

b. Perjalanan dalam rangka Pembahasan Rencana Strategis Direktorat

Budidaya dan Pascapanen 22 OP dilaksanakan pada tanggal 9-11 Maret

2015 di Bogor

c. Perjalanan dalam rangka Pembahasan Buku Teknik Perbanyakan Tanaman

Pot dan Lansekap 25 OP dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Juni 2015 di

Bogor.

d. Perjalanan dalam rangka Pembasan Buku Informasi Teknis Tanaman Hias

Berdaun Indah 23 OP dilaksanakan pada tanggal 26 – 28 Agustus 2015 di

Bogor.

e. Perjalanan dalam rangka pembahasan buku Petunjuk Teknis Florikultura

2016 24 OP dilaksanakan pada tanggal 18 – 20 Nov 2015 di Bogor

6. Hasil/Outcome

Terdistribusikannya Poster Tanaman Hias Dalam Pot, Poster Tanaman Hias Lansekap

Seri Tanaman Penutup Tanah, Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan

Pascapanen Melati, Katalog Anggrek Spesies Indonesia yang Telah Dibudidayakan,

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 2015-2019,

Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap, Informasi Teknis Tanaman Hias

Berdaun Indah dan Informasi Teknis Budidaya Tanaman Pot Seri Pelindung.

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya pengetahuan pelaku usaha, petugas dan masyarakat pada umumnya

tentang/cara berbudidaya dan penanganan pascapanen melati, teknik perbanyakan

tanaman pot dan lansekap, tanaman hias berdaun indah ada acuan tentang Renstra

Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura serta adanya acuan

pelaksanaan pengembangan florikultura baik di pusat maupun di daerah.

8. Dampak/Inpact

Berkembangnya agribisnis tanaman pot dan lansekap.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 248

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pasca panen Melati

merupakan panduan bagi petugas, masyarakat umum, pelaku usaha, petugas

dinas pertanian, supaya lebih memahami cara berbudidaya yang baik dan

penanganan Pasca panen Melati

b. Buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap merupakan panduan

bagi pelaku usaha, petugas, hobiis, dan masyarakat umum agar lebih

memahami teknik -teknik perbanyakan tanaman pot lansekap .

c. Buku Katalog Anggrek Spesies Indonesia yang telah dibididayakan,

merupakan panduan bagi masyarakat umum, pelaku usaha, petugas dinas

pertanian

d. Buku Tanaman pohon pelindung dan tanaman hias berdaun indah merupakan

informasi tentang budidaya, taksonomi, agroklimat dan manfaat dari tanaman

tersebut.

e. Buku petunjuk teknis kegiatan florikultura 2016 dirancang sebagai acuan

untuk memberikan informasi terkait kegiatan peningkatan produksi dan mutu

florikultura baik dari segi budidaya maupun pascapanen. Dengan adanya

buku ini diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan pengembangan

florikultura di daerah

f. Buku Renstra merupakan acuan untuk menyusun kebijakan, strategi, program

dan kegiatan pengembangan florikultura untuk tahun 2015-2019

9.2. Saran

a. Perlunya sosialisasi buku-buku tersebut kepada petugas, pelaku usaha dan

masyarakat umum lainnya.

b. Masih perlu dibuat berbagai jenis buku tanaman pot dan lansekap yang

sangat dibutuhkan pelaku usaha dan masyarakat luas untuk mendukung

pengembangan usaha flortikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 249

BUKU SOP PASCAPANEN DRACAENA (SERI DRACAENA SANDERIANA), BUKU

INFORMASI TEKNIS PASCAPANEN TANAMAN DAUN DAN BUNGA POTONG,

PENCETAKAN ULANG BUKU MERANGKAI BUNGA

1. Latar Belakang

Penanganan pascapanen produk florikultura sangat berperan dalam mengamankan

hasil produk dari sisi kehilangan hasil maupun mutu. Kegiatan pascapanen bertujuan

mempertahankan mutu produk segar agar tetap prima sampai ke tangan konsumen,

menekan kehilangan hasil baik kerusakan fisik maupun kimiawi, memperpanjang masa

display atau kesegaran dan meningkatkan nilai ekonomis produk tanaman. Kegiatan

pascapanen umumnya belum cukup baik dilakukan petani karena belum sepenuhnya

menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen khususnya untuk

produk florikultura.

Dalam rangka meningkatkan daya saing produk florikultura serta dalam melaksanakan

fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura yang diantaranya adalah

menyusun standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, maka telah dilaksanakan

kegiatan pembahasan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)

dan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong. Buku SOP

Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) tersebut merupakan bahan acuan

teknis penanganan pascapanen Dracaena bagi petugas baik di tingkat pusat maupun

daerah sentra florikultura dan pelaku usaha florikultura sebagai upaya menekan

kehilangan hasil dan mempertahankan mutu produk. Buku tersebut berisi informasi

teknis penanganan pascapanen Dracaena sesuai standar Good Handling Practices

(GHP) Florikultura. Sedangkan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan

Bunga Potong memberikan informasi tentang ragam bunga dan daun potong.

Pemanfaatan produk florikultura salah satunya dalam bentuk rangkaian bunga sebagai

sarana untuk mengungkapkan hubungan emosional dengan orang terdekat, sahabat,

atau keluarga. Produk florikultura yang telah dibentuk menjadi rangkaian bunga akan

memiliki nilai tambah dibanding produk florikultura yang belum dirangkai. Keterampilan

merangkai bunga merupakan salah satu bentuk kreatifitas untuk meningkatkan nilai

tambah dari produk florikultura. Pada tahun 2014 telah disusun Buku Merangkai Bunga

dan antusiasme masyarakat terhadap hadirnya buku tersebut tinggi. Pada tahun 2015

ini dilakukan pencetakan ulang Buku Merangkai Bunga untuk menyediakan informasi

mengenai tata cara merangkai bunga.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 250

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Menyediakan pedoman bagi petugas dan pelaku usaha florikultura dalam

penanganan pascapanen Dracaena.

b. Menyediakan informasi teknis mengenai ragam bunga dan daun potong serta

tata cara merangkai bunga.

c. Meningkatkan pemahaman petugas dan pelaku usaha florikultura tentang

penanganan pascapanen Dracaena, ragam bunga dan daun potong, serta

teknik-teknik dasar merangkai bunga.

d. Meningkatkan daya saing produk tanaman florikultura.

2.2. Sasaran

a. Tersedianya pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen

Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) sebagai bahan acuan teknis bagi

petugas dan pelaku usaha florikultura dalam penanganan pascapanen

Dracaena.

b. Tersedianya informasi mengenai ragam bunga dan daun potong serta tata

cara merangkai bunga.

c. Meningkatnya pemahaman petugas dan pelaku usaha florikultura dalam

penanganan pascapanen Dracaena, ragam bunga dan daun potong, serta

memahami teknik-teknik dasar merangkai bunga.

d. Daya saing produk tanaman florikultura meningkat.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 144.890.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 138.937.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi Teknis

3.4. SDM

4. Pelaksanaan Kegiatan

4.1. Melakukan perjalanan dinas dalam rangka Pengumpulan Informasi/Identifikasi

pedoman pascapanen tanaman daun dan bunga potong.

4.2. Melaksanakan Pencetakan Buku SOP Pascapanen Dracaena.

4.3. Melaksanakan Pencetakan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun

dan Bunga Potong.

4.4. Melaksanakan Pencetakan Ulang Buku Merangkai Bunga

4.5. Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi

4.6. Memberikan honor kepada moderator

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 251

4.7. Melaksanakan pembayaran biaya paket meeting Pembahasan Buku SOP

Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)

4.8. Melaksanakan pembayaran biaya paket meeting Buku Informasi Teknis

Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong.

4.9. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Pembahasan Buku SOP

Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana).

4.10. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Pembahasan Buku Informasi

Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong.

5. Keluaran/Output

5.1. Terlaksananya perjalanan dinas dalam rangka Identifikasi/Pengumpulan Informasi

Pedoman Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 4 OP ke Bogor.

5.2. Terlaksananya Pencetakan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena

sanderiana)

a. Dicetak sebanyak 500 eksemplar

b. Didistribusikan ke Dinas Pertanian Propinsi dan kabupaten/Kota sentra

florikultura serta pelaku usaha florikultura.

5.3. Terlaksananya Pencetakan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun

dan Bunga Potong

a. Dicetak sebanyak 200 eksemplar

b. Didistribusikan ke Dinas Pertanian Propinsi dan kabupaten/Kota sentra

florikultura serta pelaku usaha florikultura.

5.4. Terlaksananya Pencetakan Buku Merangkai Bunga

a. Dicetak sebanyak 300 eksemplar

b. Didistribusikan ke Dinas Pertanian Propinsi dan kabupaten/Kota sentra

florikultura serta pelaku usaha florikultura.

5.5. Terlaksananya pemberian honor kepada narasumber pakar/praktisi pada kegiatan

a. Pembahasan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)

pada tanggal 12 – 14 Agustus 2015 di Bogor.

b. Pembahasan Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong (Seri Ragam

daun dan Bunga Potong) pada tanggal 27 – 29 April 2015 di Bogor.

5.6. Terlaksananya pemberian honor kepada moderator

a. Pembahasan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)

pada tanggal 12 – 14 Agustus 2015 di Bogor.

b. Pembahasan Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong (Seri Ragam

daun dan Bunga Potong) pada tanggal 27 – 29 April 2015 di Bogor.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 252

5.7. Terlaksananya pembayaran biaya paket meeting Pembahasan Buku SOP

Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)

a. Dilaksanakan pada tanggal 12 – 14 Agustus 2015.

b. Bertempat di Bogor, Jawa Barat.

c. Peserta pembahasan sebanyak 20 orang.

d. Peserta yang hadir berasal dari Petugas Dinas Pertanian Kabupaten serta

petani sentra florikultura khususnya Dracaena (Kabupaten Sukabumi,

Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bogor), pelaku usaha Dracaena (CV.

Global Sakti Mandiri), Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI), Peneliti

dari Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Petugas Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura.

e. Materi yang dibahas draft buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena

sanderiana)

f. Narasumber :

1. Juang G Kartika, SP., M.Si (Institut Pertanian Bogor)

2. Ir. Dwi Amiarsi (Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Pascapanen

Pertanian)

3. Ir. Debora Herlina A. MS (Balai Penelitian Tanaman Hias)

4. Taofik Wahidin (CV. Global Sakti Mandiri)

5. Ir. Tony Hartus, M.Si. (Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi)

g. Hasil :

1. Terbahasnya Draft Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen

Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) yang berisi tentang: 1)

Pendahuluan, 2) Penerimaan hasil panen, 3) Sortasi, 4)

Perompesan/trimming, 5) Pencucian, 6) Grading, 7) Perlakuan/Treatment

(Perendaman, Pengakaran, Pertunasan dan Perangkaian), 8)

Pengemasan, Pengawasan Mutu dan Pelabelan, 9)

Pengangkutan/Distribusi, 10) Pencatatan, 11) Kriteria Mutu Bahan Baku

Rangkaian Dracaena sanderiana dan 12) Formulir Pencatatan.

2. Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)

diharapkan dapat menjadi panduan bagi petani/produsen dalam

penanganan pascapanennya sehingga dapat mempertahankan mutu

Dracaena dan meningkatkan nilai ekonomi produk.

3. Hal yang harus diperhatikan serta adanya penambahan dan

pengurangan materi dalam pembahasan Buku SOP Pacapanen

Dracaena

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 253

- Penulisan huruf latin harus konsisten.

- Pada Bab Pendahuluan perlu ditambahkan beberapa kultivar

Dracaena yang sering digunakan dalam rangkaian bamboo rejeki.

- Penambahan perlakuan perendaman untuk menumbuhkan akar dan

daun serta menghilangkan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

- Penambahan kriteria batang Dracaena yang akan dirangkai, yaitu: a)

diameter batang 5 – 12 mm, b) panjang batang keras 30 – 200 cm, c)

daun tegak dengan kemiringan ± 45oC dari batang utama, d) ukuran

lebar daun 1,5 – 2 cm, dan e) umur tanaman untuk dipanen minimal

4 (empat) bulan.

- Penambahan istilah rangkaian Dracaena, yaitu rangkaian susun dan

rangkaian kepang.

- Penambahan aksesoris hiasan pada Bab Perlakuan/Treatment untuk

mempercantik rangkaian Dracaena, yaitu berupa pita emas, lonceng

kecil atau benda lainnya yang menarik.

- Penambahan tahap pengawasan mutu yang meliputi pengecekan

jumlah, kondisi media tanam, kondisi batang, dan kelengkapan

pelabelan rangkaian.

- Pengemasan Dracaena disesuaikan dengan ukuran produk.

- Tahapan penyimpanan dalam SOP Pascapanen Dracaena tidak

dilakukan karena setelah produk dirangkai langsung dikirim ke

Negara tujuan ekspor, sehingga tidak membutuhkan waktu yang

lama untuk penyimpanan.

5.8. Terlaksananya pembayaran biaya paket meeting Pembahasan Buku Informasi

Teknis Daun dan Bunga Potong (Seri ragam daun dan Bunga Potong)

a. Dilaksanakan pada tanggal 27 – 29 April 2015.

b. Bertempat di Bogor, Jawa Barat.

c. Pembahasan Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong dihadiri oleh 22

peserta.

d. Peserta berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Cianjur; Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi;

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor; Institut Pertanian Bogor

(IPB); Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi); UPTD Pasar Rawa Belong;

Forum Komunikasi Florikultura Indonesia (FKFI); Perangkai Bunga; petani

tanaman hias daun dan bunga potong dari Kabupaten Sukabumi, Kabupaten

Cianjur, Kabupaten Bogor serta staf Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 254

e. Materi yang dibahas : draft Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong

f. Narasumber :

- Dr. Dewi Sukma (Institut Pertanian Bogor)

- Ir. Debora Herlina Adriyani, MS (Balai Penelitian Tanaman Hias)

- Ir. Tony Hartus, M.Si (Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi)

- Jayanudin S, STP (Dinas Pertanian TPH Cianjur)

g. Hasil :

1. Buku Informasi Teknis Pascapanen Daun dan Bunga Potong seri Ragam

Daun dan Bunga Potong ini memuat informasi tentang berbagai jenis

daun dan bunga potong yang populer saat ini di pasaran. Informasi

tersebut mengenai klasifikasi, morfologi/deskripsi, habitat, budidaya dan

pascapanen (syarat tumbuh, cara perbanyakan, pemeliharaan, syarat

panen dan pascapanen), serta sebaran sentra produksi.

2. Beberapa bunga potong yang dibahas pada buku informasi teknis ini

antara lain krisan, mawar, gerbera, anyelir, anggrek, sedap malam, aster,

lili, gladiol, heliconia, hortensia, anthurium, celosia, snapdragon, calla lily,

tapeinochilos, zingiber spectabile, baby breath, caspia, dan statice.

Sedangkan daun potong yang dibahas pada buku informasi teknis ini

antara lain philodendron, dracaena, hanjuang, leatherleaf, ruskus,

asparagus, gardenia, palem, ivy, monstera, tifa, kadaka, sirih gading,

calathea, cyperus, pittosporum, dan silver dollar.

3. Pasar Bunga Rawa Belong merupakan pasar bunga terbesar di

Indonesia, namun belum dilengkapi dengan fasilitas yang memadai,

seperti cooling system, storage/packing house, sehingga transaksi jual

beli tanaman hias segar paling banyak berlangsung pada malam hari

untuk mempertahankan mutu produk.

4. Harga produk florikultura khususnya bunga potong di Pasar Bunga Rawa

Belong nilainya lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga jual dari

petani, karena produk dari petani untuk sampai ke pasar bunga harus

melalui beberapa pihak/tengkulak sehingga harga menjadi tinggi. Untuk

itu diperlukan roadmap bunga potong untuk mencari rantai Supply Chain

Management (SCM) yang terpendek sehingga margin dari petani sampai

ke konsumen tidak terlalu jauh.

5. Sedap malam yang banyak dipasarkan adalah varietas Roro Anteng dan

Dian Arum. Sejalan dengan permintaan pasar yang terus meningkat, di

Lampung terdapat varietas baru yang dihasilkan Bapak Wiyono, yaitu

Wonotirto dengan karakteristik jumlah kuntumnya lebih banyak.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 255

6. Pada kesempatan ini disosialisasikan juga tentang peraturan dan

perundang-undangan untuk petani/pelaku usaha yaitu :

a. Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang RI No. 19 Tahun

2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.

Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 67 pada Undang-Undang

tersebut, petani berhak mendapatkan kemudahan dalam mengakses

ilmu pengetahuan dan teknologi; kerjasama alih teknologi; dan

penyediaan fasilitas bagi Petani untuk mengakses ilmu pengetahuan,

teknologi, dan informasi. Penyediaan informasi sebagaimana

dimaksud berupa: (a) sarana produksi Pertanian; (b) harga

Komoditas Pertanian; (c) peluang dan tantangan pasar; (d) prakiraan

iklim, dan ledakan organisme pengganggu tumbuhan dan/atau

wabah penyakit hewan menular; (e) pendidikan, pelatihan, dan

penyuluhan; (f) pemberian subsidi dan bantuan modal; dan (g)

ketersediaan lahan Pertanian.

b. Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 2014 tentang Pemberian

Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura, Pasal 33 menyatakan

bahwa usaha hortikultura mikro dan kecil dapat diberikan fasilitas

apabila telah memiliki tanda pendataan, sedangkan untuk usaha

menengah dan besar harus telah memiliki ijin usaha dan sertifikat

yang berkaitan dengan bidang usahanya. Oleh karena itu, usaha

mikro dan kecil hendaknya sudah terdaftar di Dinas Pertanian

Kabupaten atau Kota sedangkan untuk pelaku usaha menengah

harus mempunyai ijin dari Bupati atau Walikota. Pelaku usaha yang

pemasarannya lintas kabupaten harus mempunyai ijin dari Gubernur.

Mengenai perizinan usaha budidaya hortikultura ini diatur dalam

Permentan No 70 Tahun 2014. Petani yang ingin mendapatkan

pendaftaran ijin usaha harus menerapkan GAP dan GHP, dengan

tanda pendataan/ijin usaha yang dimiliki maka petani akan

mendapatkan akses kemudahan informasi maupun fasilitasi dari

pemerintah.

5.9. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Pembahasan Buku SOP

Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) sebanyak 25 OP ke Bogor.

5.10. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Pembahasan Buku Informasi

Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong sebanyak 25 OP ke

Bogor.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 256

6. Hasil/Outcome

Tersedianya buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana), Buku

Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong, dan Buku Merangkai Bunga.

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya pengetahuan dan wawasan petugas, petani dan pelaku usaha tentang

florikultura khususnya ragam daun dan bunga potong, keterampilan dalam SOP

Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana), dan teknik-teknik dasar Merangkai

Bunga.

8. Dampak/Impact

Berkembangnya industri florikultura khususnya daun dan bunga potong, serta industri

kreatif berbasis florikultura di dalam negeri.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Upaya mempertahankan mutu produk florikultura salah satunya dapat

ditempuh dengan melaksanakan penanganan pascapanen yang baik sesuai

dengan GHP. Dengan disusunnya buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri

Dracaena sanderiana) diharapkan dapat menjadi panduan bagi pelaku usaha

dalam menjalankan bisnis Dracaena sanderiana.

b. Pengetahuan terhadap karakteristik tanaman sangat dibutuhkan dalam

penanganan budidaya dan pascapanen florikultura.

c. Merangkai bunga merupakan salah satu keterampilan yang membutuhkan

kreativitas seni. Dengan dicetak ulangnya Buku Merangkai Bunga dapat

menjadi referensi bagi pemula dalam mempelajari teknis-teknis merangkai

bunga.

9.2. Saran

a. Diperlukan informasi lebih lanjut terkait penanganan pascapanen tanaman

daun dan bunga potong.

b. Perlu dibuat Buku Merangkai Bunga untuk tingkat lanjut untuk lebih

meningkatkan keterampilan dalam merangkai bunga.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 257

BUKU PEMBUATAN TAMAN INDOOR

1. Latar Belakang

Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek

agribisnis yang cukup cerah di Indonesia. Industri florikultura menjadi salah satu

industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan

petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang

sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai

bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai

manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.

Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan

daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar

luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies,

pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang

tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk

meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana

tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis,

yang dilakukan oleh petani.

Guna mendukung langkah kebijakan, baik pada level birokrasi maupun para praktisi

untuk mengembangkan usaha tanaman hias, perlu adanya edukasi kepada peminat

maupun masyarakat umum dalam pembuatan taman sebagai salah satu pemanfaatan

tanaman florikultura.

Penyediaan pedoman-pedoman untuk menditeksi secara lebih akurat kebutuhan

tanaman, akan sangat membantu upaya-upaya yang terkait dengan penentuan

kebijakan pengembangan agribisnis maupun keputusan pemilihan investasi yang

dilakukan oleh pelaku usaha. Sejalan dengan hal tersebut baik jenis informasi maupun

manajemen pengelolaan dan pembuatan taman, perlu dikembangkan sedemikian rupa

untuk berkembangnya industri tanaman hias.

Untuk itu Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura melakukan pembahasan

buku pembuatan taman indoor yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi berbagai

pihak dalam hal pengembangan florikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 258

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah tercetaknya buku yang dapat dijadikan sebagai acuan

dalam pembuatan taman indoor.

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan adalah meningkatkan pengetahuan petani mengenai

pembuatan taman indoor.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 43.600.000,-

3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp.

3.3. Data dan informasi

3.4. SDM

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan adalah :

4.1. Belanja Barang Untuk Pesediaan Barang Konsumsi

Pencetakan Buku Pembuatan Taman Indoor

4.2. Belanja Jasa Profesi

Honor Narasumber/Pakar/Praktisi

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

a. Biaya paket Meeting Pembahasan Buku Pembuatan Taman Indoor

b. Perjalanan dalam rangka pembahasan buku Pembuatan Taman Indoor

5. Keluaran/Output

Kegiatan pembahasan buku pembuatan taman indoor ini dilaksanakan pada tanggal 17-

19 April 2015 di PPMKP Ciawi-Bogor, Propinsi Jawa Barat. Peserta yang hadir pada

Pembahasan buku pembuatan taman indoor ini adalah Dr. Nizar Nasrullah (IPB),

Diniwati (pelaku usaha PT Eldadi), Ferbiansyah (Arsitek lansekap), Arsyad Khrisna

(Arsitek lansekap), Sutiyanto (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Dhagsinarga Art Stone),

Elon (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Dhagsinarga Art Stone), Filly Kamal (Pelaku

Usaha Tanaman Lanskap TAR) serta staf dari direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura. Jumlah pencetakan bukunya sebanyak 300 eksemplar.

Adapun hasil dari pertemuan pembahasan buku pembuatan taman indoor ini adalah

sebagai berikut :

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 259

a. Penyusunan draft buku pembuatan taman indoor diharapkan dapat bermanfaat

sebagai referensi/panduan bagi petani dan pelaku usaha serta petugas dalam

mengembangkan produk tanaman florikultura untuk menjadi produk yang memiliki

nilai tambah yang berdaya saing, khusus yang bergerak dibidang pembuatan

taman, penyedia tanaman dan pemeliharaan taman.

b. Ruang lingkup yang dibahas pada buku pembuatan taman indoor mencakup

komponen taman indoor, teknis (desain, membuat dan memelihara), pengenalan

jenis tanaman taman indoor dan tipe-tipe taman indoor.

c. Buku pembuatan taman indoor ditulis secara lebih singkat, padat dan jelas,

sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh petani baik poktan maupun gapoktan

serta pelaku usaha florikultura lainnya. Walaupun begitu, pada hal-hal tertentu

dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail.

d. Draft buku pembuatan taman indoor dan outline (terlampir).

6. Hasil/Outcome

Meningkatnya pengetahuan mengenai teknik pembuatan Taman Indoor.

7. Manfaat/Benefit

Melalui teknik pembuatan Taman Indoor, nilai tambah dari tanaman florikultura dapat

ditingkatkan.

8. Dampak/Impact

Dengan dimanfaatkanya ruang untuk pembuatan Taman Indoor maka kelestarian

lingkungan terjaga.

9. Kesimpulan dan saran

9.1. Kesimpulan

Buku Pembuatan Taman Indoor dapat dijadikan sebagai guideline (pedoman)

yang dapat digunakan oleh petani dan pelaku usaha untuk meningkatkan

pengetahuan tentang teknik pembuatan taman dalam ruangan (Indoor Garden).

Manfat lainnya adalah sebagai acuan untuk pengembangan ekonomi kreatif

khususnya tanaman pot dan lanskap sehingga dengan adanya sentuhan seni,

akan memberi nilai tambah dari produk tersebut.

9.2. Saran

Buku pembuatan taman indoor disusun untuk membantu para petani dan pelaku

usaha tanaman lanskap dalam mengembangkan usaha florikultura. Buku ini berisi

tentang info pembuatan taman indoor mulai dari komponen taman indoor, teknis

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 260

(desain, membuat dan memelihara), pengenalan jenis tanaman taman indoor dan

tipe-tipe taman indoor, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai usaha

florikultura kepada para peminatnya.

BUKU PEMBUATAN TAMAN OUTDOOR

1. Latar Belakang

Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek

agribisnis yang cukup cerah di Indonesia. Industri florikultura menjadi salah satu

industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan

petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang

sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai

bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai

manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.

Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan

daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar

luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies,

pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang

tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk

meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana

tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis,

yang dilakukan oleh petani.

Guna mendukung langkah kebijakan, baik pada level birokrasi maupun para praktisi

untuk mengembangkan usaha tanaman hias, perlu adanya edukasi kepada peminat

maupun masyarakat umum dalam pembuatan taman sebagai salah satu pemanfaatan

tanaman florikultura.

Penyediaan pedoman-pedoman untuk menditeksi secara lebih akurat kebutuhan

tanaman, akan sangat mebantu upaya-upaya yang terkait dengan penentuan kebijakan

pengembangan agribisnis maupun keputusan pemilihan investasi yang dilakukan oleh

pelaku usaha. Sejalan dengan hal tersebut baik jenis informasi maupun manajemen

pengelolaan dan pembuatan taman, perlu dikembangkan sedemikian rupa untuk

berkembangnya industri tanaman hias.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 261

Untuk itu Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura melakukan pembahasan

buku pembuatan taman outdoor yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi berbagai

pihak dalam hal pengembangan florikultura.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah tercetaknya buku yang dapat dijadikan sebagai acuan

dalam pembuatan taman Outdoor.

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan adalah meningkatkan pengetahuan petani mengenai

pembuatan taman Outdoor.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 44.850.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp.

3.3. Data dan informasi

3.4. SDM

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan adalah :

4.1. Belanja Barang Untuk Pesediaan Barang Konsumsi

Pencetakan Buku Pembuatan Taman Outdoor

4.2. Belanja Jasa Profesi

Honor Narasumber/Pakar/Praktisi

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

a. Biaya paket Meeting Pembahasan Buku Pembuatan Taman Outdoor

b. Perjalanan dalam rangka pembahasan buku Pembuatan Taman Outdoor

5. Keluaran/Output

Kegiatan Pembahasan buku pembuatan taman outdoor ini dilaksanakan pada tanggal

20-22 April 2015 di PPMKP Ciawi-Bogor, Propinsi Jawa Barat. Peserta yang hadir pada

Pembahasan buku pembuatan taman Outdoor ini adalah Dr. Nizar Nasrullah (IPB), Ir.

Iwan Ismaun (IALI), Ferbiansyah (Arsitek lansekap), Decky Suprapto (Arsitek lansekap),

Rojalih (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap), Jaelani (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap),

Marta Angela (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Cita Anggun Flora) dan Evi Sofyan

(Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Pojok Hijau) serta staf dari direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura. Jumlah pencetakan bukunya sebanyak 250 eksemplar.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 262

Adapun hasil dari pertemuan pembahasan buku pembuatan taman outdoor ini adalah

sebagai berikut :

a. Penyusunan draft buku pembuatan taman outdoor diharapkan dapat bermanfaat

sebagai panduan praktis dalam membuat rancangan taman dengan menggunakan

sumberdaya lokal yang tersedia baik material maupun bangunannya agar taman

yang dibuat mudah dipelihara, estetis dengan menggunanakan material yang

tersedia.

b. Ruang lingkup yang dibahas pada buku pembuatan taman outdoor mencakup mulai

dari material taman yang akan dibuat, proses perancangan, pelaksanaan dan

pemeliharaan taman.

c. Buku pembuatan taman outdoor ditulis secara lebih singkat, padat dan jelas,

sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh petani baik poktan maupun gapoktan

serta pelaku usaha florikultura lainnya. Walaupun begitu, pada hal-hal tertentu

dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail.

d. Draft buku pembuatan taman outdoor dan outline (terlampir).

6. Hasil/Outcome

Meningkatnya pengetahuan mengenai teknik pembuatan Taman Outdoor.

7. Manfaat/Benefit

Melalui teknik pembuatan Taman Outdoor, nilai tambah dari tanaman florikultura dapat

ditingkatkan.

8. Dampak/Impact

Dengan dimanfaatkanya ruang untuk pembuatan Taman Outdoor maka kelestarian

lingkungan terjaga.

9. Kesimpulan dan saran

9.1. Kesimpulan

Buku Pembuatan Taman Outdoor dapat dijadikan sebagai guideline (pedoman)

yang dapat digunakan oleh petani dan pelaku usaha untuk meningkatkan

pengetahuan tentang teknik pembuatan taman. Manfat lainnya adalah sebagai

acuan untuk pengembangan ekonomi kreatif khususnya tanaman pot dan lanskap

sehingga dengan adanya sentuhan seni, akan memberi nilai tambah dari produk

tersebut.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 263

9.2. Saran

Buku pembuatan taman outdoor disusun untuk membantu para petani dan pelaku

usaha tanaman lanskap dalam mengembangkan usaha florikultura. Buku ini berisi

tentang info pembuatan taman outdoor mulai dari material taman yang akan

dibuat, proses perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan taman, sehingga

dapat memberikan gambaran mengenai usaha florikultura kepada para

peminatnya.

PEMBUATAN ROAD MAP KRISAN

1. Latar Belakang

Krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev syn. Chrysanthemum morifolium Ramat)

merupakan salah satu jenis tanaman hias bunga potong yang sangat populer dan

banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bunga potong krisan banyak dimanfaatkan

sebagai rangkaian untuk bahan dekorasi ruangan. Rangkaian bunga krisan banyak

digunakan untuk mendukung kesemarakan berbagai acara, di antaranya upacara adat

dan keagamaan, perkawinan, kelahiran, kematian maupun resepsi kenegaraan. Bunga

krisan lebih disukai oleh para florist untuk rangkaian bunga daripada jenis bunga

lainnya, karena bunga krisan mempunyai bentuk, tipe dan warna bunga yang lebih

beragam sehingga lebih mudah dikreasikan untuk berbagai keperluan. Dalam lima

tahun terakhir konsumsi bunga krisan di dalam negeri menempati peringkat pertama

dari semua jenis bunga yang diperdagangkan di pasar domestik. Seiring dengan

meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan bertambahnya kesadaran masyarakat

akan keindahan lingkungan, kebutuhan nasional akan bunga krisan makin meningkat.

Pada tahun 2011 lebih dari 400 juta bunga potong krisan telah dimanfaatkan oleh

konsumen untuk perangkaian bunga dan kebutuhan lainnya (Direktorat Jenderal

Hortikultura, 2012).

Produksi krisan sejak lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2011 produksi krisan di dalam negeri mencapai 305.867.882 tangkai lebih

tinggi dibandingkan tahun 2009 dan 2010 masing-masing mencapai 107.847.072

tangkai dan 185.232.970 tangkai.

Bunga krisan yang dihasilkan tersebut berasal dari 18 Kabupaten/Kota di wilayah

Indonesia, yaitu Tanah Karo, Pagar Alam, Lampung Barat, Cianjur, Bandung Barat,

Sukabumi, Semarang, Karanganyar, Wonosobo, Sleman, Pasuruan, Malang, Kota Batu,

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 264

Tabanan, Karangasem, Tomohon, Bantaeng, Dan Gowa. Dari volume produksi krisan

tersebut sebanyak 1.329.468 tangkai telah diekspor ke berbagai negara, seperti

Jepang, Hongkong, Timur Tengah, dan Amerika serikat. Luas area produksi krisan di

Indonesia mencapai 10.024.605 m2.

Pengembangan krisan membutuhkan strategi yang tepat agar memberi dampak luas

terhadap perekonomian nasional. Salah satu sarana yang diperlukan dalam

pengembangan krisan ialah perluasan areal yang dapat diarahkan di lahan-lahan

potensial seperti lahan kering yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan

pertanian pangan. Lahan yang tersedia untuk budidaya krisan masih luas. Di luar Jawa

terdapat 20,5 juta ha lahan kering yang dapat dikembangkan untuk usahatani krisan.

Selain melalu perluasan areal tanam, pengembangan krisan dapat dilakukan melalui

intensifikasi untuk peningkatan produktivitas, efisiensi produksi, dan mutu hasil. Di pihak

lain pengembangan krisan tidak hanya terpusat pada peningkatan produksi,

produktivitas dan mutu hasil melainkan juga penguatan kelembagaan petani,

peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, pengembangan unit usaha bersama,

perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tata niaga

dan insentif usaha. Hal ini diperlukan dalam rangka peningkatan daya saing komoditas

secara komprehensif.

Dari aspek teknis, pengembangan krisan membutuhkan dukungan inovasi teknologi

sebagai komponen pengungkit daya saing. Inovasi yang diperlukan secara mendasar

antara lain ialah varietas unggul baru, benih bermutu, teknologi budidaya yang efisien

dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu, teknologi panen dan pascapanen,

pemasaran dan pengembangan produk untuk meningkatkan nilai tambah.

Secara nasional pengembangan krisan memerlukan dukungan investasi pemerintah

maupun swasta. Investasi tersebut membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya

investasi mencakup perluasan areal tanam lahan kering dan infrastruktur, perbenihan,

penyuluhan, penelitian dan pengembangan, penyediaan sarana produksi, dan

pembangunan sarana dan jaringan jaringan pasar. Dalam rangka mendorong investasi

dari swasta, maka pemerintah perlu membuat berbagai kebijakan, antara lain

pengembangan insentif investasi, kelembagaan keuangan dan permodalan,

peningkatan dukungan teknologi yang siap diterapkan di lapangan, peningkatan kualitas

sumberdaya manusia, kelembagaan agribisnis, dukungan pemasaran, serta dukungan

peraturan dan perundangan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 265

Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1998 menyebabkan terhambatnya upaya

peningkatan produksi krisan. Penyediaan sarana agroinput, khususnya pupuk dan

pestisida yang dibutuhkan petani mulai terganggu akibat naiknya harga pupuk dan

pestisida, sehingga penggunaan sarana agroinput tersebut tidak sesuai dengan yang

direkomendasikan. Demikian pula benih bermutu juga tidak tersedia secara optimal,

kalaupun ada dipasaran harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau petani.

Kondisi ini menyebabkan petani menggunakan benih yang diproduksinya sendiri

dengan kualitas yang di bawah standar mutu. Di sisi lain petani berada pada pihak

yang lemah dan tidak memiliki kemampuan mengakses harga, sehingga harga jual hasil

panen yang diperolehnya sangat rendah karena intervensi para tengkulak di luar

kemampuannya sendiri. Ketersediaan sumberdaya yang dimiliki petani sering

menyebabkan petani tidak mampu mengatasi masalah yang diinduksi oleh perubahan

lingkungan. Akibatnya produksi dan produktivitas usahatani krisan menjadi rendah.

Pengembangan usahatani krisan umumnya diarahkan untuk menghasilkan produk guna

memenuhi kebutuhan pangan keluarga serta pendapatan petani. Meskipun demikian

sebagian petani memproduksi krisan tidak untuk kebutuhan pangan keluarga semata,

tetapi juga menggunakannya untuk operasional usahatani. Sebagian besar petani

mengembangkan krisan untuk tujuan komersial skala ekonomis yang diikuti dengan tata

cara budidaya yang baik dan benar berbasis GAP serta penerapan prinsip good

handling practices guna peningkatan nilai tambah. Masalah lainnya yang terjadi

berkaitan dengan pengembangan usaha krisan adalah kurangnya tenaga kerja yang

tersedia mengingat krisan dianggap sebagai tanaman inferior di bawah padi. Hal ini

menyebabkan alokasi sumberdaya yang disediakan pemerintah sangat terbatas.

Pengembangan usaha krisan perlu diarahkan pada upaya peningkatan daya saing. Hal

ini sejalan dengan perubahan kondisi lingkungan strategis berupa berkembangnya blok

kerjasama ekonomi regional dan internasional yang menciptakan persaingan yang

semakin ketat.

Arahan tersebut terangkum dalam strategi dan program pengembangan yang

implementasinya melibatkan seluruh stakeholder secara sinergis. Implementasi tersebut

diarahkan secara bertahap dalam jabaran waktu tertentu dan dituangkan dalam

roadmap. Road map ini disusun sebagai pedoman dalam mensinergikan program dan

rencana aksi peningkatan daya saing. Secara spesifik, penyusunan road map ini

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 266

bertujuan untuk menyiapkan arah dan strategi kebijakan, program dan rencana

aksi,tahapan kegiatan mencapai kriteria daya saing komoditas krisan yang ditetapkan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Menyiapkan kerangkan acuan dalam penyusunan roadmap pengembangan

komoditas krisan yang berdaya saing.

b. Membangun persepsi dan menetapkan langkah tindak yang sama di antara

tim penyusun dalam menyelesaikan roadmap pengembangan krisan sesuai

jadwal yang ditetapkan.

c. Menyiapkan acuan dasar bagi pengembangan komoditas krisan yang

berdaya saing dan berkelanjutan.

2.2 Sasaran

a. Tersedianya kerangka acuan dalam penyusunan roadmap pengembangan

komoditas krisan yang berdaya saing

b. Terbangunnya persepsi dan ditetapkannya tindak lanjut yang sama di antara

tim penyusun dalam menyelesaikan roadmap pengembangan krisan sesuai

jadwal yang ditetapkan

c. Tersedianya acuan dasar bagi pengembangan komoditas krisan yang

berdaya saing dan berkelanjutan.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran Rp. 84.966.000,-

3.2. Realisasi Keuangan : Rp. 84.500.000,-

3.3. Informasi Teknologi

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pembuatan road map krisan dilaksanakan dalam bentuk belanja jasa yang

terdiri dari (1) Identifikasi masalah, (2) Pembahasan materi dengan rapat koordinasi

melalui FGD, (3) Pengumpulan data, (4) Penyusunan Laporan Pendahuluan (outline)

Road Map Krisan dan (5) Pembahasan dan Finalisasi Road Map Krisan.

5. Keluaran/Output

Dihasilkannya road map krisan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 267

6. Hasil/Outcome

Tersedianya rancangan sistem usahatani krisan yang bernilai tinggi, sistem rantai pasok

terpadu yang berbasis kelembagaan, pemberdayaan kelembagaan petani, rancangan

industri agroinput dan jasa pendukung serta rancangan industri pascapanen bagi

peningkatan nilai tambah.

7. Manfaat/Benefit

Berkembangnya potensi sumberdaya berbasis produksi pada krisan dengan skala

industri.

8. Dampak/Impact

Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk krisan potong.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

1. Krisan merupakan komoditas florikultura yang berpotensi untuk

dikembangkan. Pasar krisan masih sangat terbuka dan terus berkembang

baik di pasar domestik maupun mancanegara.

2. Pengembangan krisan di Indonesia hampir mencapai luas areal 9,7 juta m2

(setara dengan 970 ha) dengan total produksi lebih dari 427,2 juta tangkai

dengan setara produksi utama adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara.

3. Pengembangan krisan didukung oleh : (a) animo masyarakat untuk

mengembangkan krisan masih tinggi; (b) varietas unggul banyak tersedia

sebagai pilihan pasar; (c) Teknologi produksi tersedia dan sudah dikenal

masyarakat, dan (d) potensi pengaturan produksi agar dapat produksi

sepanjang tahun.

4. Pengembangan krisan menghadapi tantangan antara lain : (a) tuntutan

kualitas; tingan.

5. dari konsumen yang semakin tinggi; (b) wilayah yang sesuai untuk

membudidayakan krisan semakin terbatas; (c) ketersediaan bibit bermutu

terbatas; (d) serangan OPT dan dampak perubahan perubahan iklim yang

menurunkan produksi dan kualitas hasil, dan (e) semakin langka serta

mahalnya input pertanian.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 268

9.2. Saran

a. Pengembangan krisan perlu dilakukan secara terintegrasi mulai dari sektor

hulu (on farm) sampai sektor hilir (off farm) dan berkesinambungan yang

melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

b. Strategi pengembangan krisan dilakukan dengan arahan untuk peningkatan

produksi, peningkatan kualitas, dan pengembangan pasar baik untuk

memenuhi pasar domestik maupun pasar ekspor.

c. Strategi untuk meningkatkan produksi dan kualitas terdiri dari : (a) penyediaan

lahan usaha tani florikultura untuk pengembangan kawasan agribisnis

florikultura; (b) penyediaan varietas dan benih bermutu sesuai selera pasar

dan kondisi agroklimat wilayah pengembangan; (c) penyediaan sarana

prasarana pendukung untuk penerapan teknologi produksi; (d) Pembangunan

infrastruktur dasar (jalan, air, listrik, telekomunikasi, pelabuhan/bandara); (e)

penerapan norma GAP/GHP dalam porses produksi dan pascapanen; (f)

pemantapan sistem sertifikasi; (g) penyiapan skim pembiayaan; (h)penguatan

fungsi pendidikan dan penyuluhan, dan (i) peningkatan kualitas SDM.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 269

1770.012. PEMBINAAN PENGEMBANGAN TANAMAN FLORIKULTURA

012. PELAKSANAAN (PERTEMUAN, WORKSHOP, SOSIALISASI, PEMBINAAN)

TEMU KOORDINASI PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN FLORIKULTURA

1. Latar Belakang

Florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi besar

untuk dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian daerah dan nasional.

Dalam lima tahun terakhir banyak bermunculan pelaku usaha tanaman florikultura mulai

skala kecil sampai menengah, mengingat permintaan tanaman florikultura terus

meningkat baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Dengan demikian tanaman

florikultura dapat diposisikan sebagai komoditas perdagangan yang penting di dalam

negeri maupun di pasar global.

Meskipun memiliki potensi besar, tetapi perkembangan usaha tanaman florikultura

masih berjalan relatif lambat. Hal ini terlihat dari skala usaha yang masih kecil,

peningkatan produksi yang relatif masih rendah, dan belum tertatanya sistem produksi

dan pasar. Berbagai upaya perlu dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh

pihak terkait agar usaha/bisnis tanaman florikultura dapat memberikan kontribusi yang

lebih besar terhadap perekonomian nasional. Upaya yang dilakukan antara lain melalui

penumbuhan sentra-sentra tanaman florikultura baru dan mengutuhkan kawasan yang

sudah ada menuju skala industri melalui pengelolaan yang baik diharapkan tanaman

florikultura Indonesia mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja,

pertumbuhan perekonomian, dan pembangunan sektor jasa di daerah.

Dalam rangka membangun industri florikultura yang berdaya saing perlu dilakukan

melalui penerapan teknologi dan perbaikan infrastruktur antara lain perbaikan sarana

prasarana produksi/budidaya dan pascapanen yang diperkuat dengan kelembagaan

yang mendukung dalam pengembangan kawaan dengan memanfaatkan potensi yang

ada. Sebagian besar usaha pengembangan florikultura masih terbatas pada skala

usaha kecil dan mengalami kendala dalam teknologi budidaya, dan pascapanen

sehingga belum dapat bersaing.

Sehubungan dengan itu perlu dilakukan pembinaan maupun bimbingan teknis dalam hal

teknologi serta sosialisasi regulasi. Pembinaan dan bimbingan teknis dilakukan melalui

koordinasi dengan para pemangku kepentigan, dalam upaya perbaikan system

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 270

produksi, peningkatan kapasitas pelaku, dan petugas lapang. Pola pembinaan dilakukan

dengan mengidentifikasi masalah teknologi yang ada di lapang kemudian dilakukan

pendampingan dan pembinaan dan sosialisasi. Dengan adanya pembinaan dan

bimbingan teknis diharapkan alih teknologi budidaya serta regulasi yang ada dapat

diterapkan dan berjalan dengan baik, yang pada akhirnya dapat menghasilkan produk

sesuai standar mutu dan usahanya dapat meningkat.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Meningkatkan pemahaman maupun kompetensi petani/pelaku usaha dan petugas

dalam menerapkan teknologi maupun penyampaian kebijakan yang mendukung

pengembangan florikultura.

2.2. Sasaran

Meningkatnya kemampuan pelaku usaha dan petugas pertanian dalam

pengembangan florikultura yang berdaya saing.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 91.950.000,-

3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 91.480.000,-

3.3. Sarana Penunjang

3.4. Informasi Teknis

3.5. SDM

4. Pelaksanaan Kegiatan

a. Persiapan

- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, menghubungi dinas

terkait, dll).

b. Pelaksanaan

- Menyediakan ATK dan bahan komputer dalam rangka koordinasi florikultura.

- Membuat publikasi (spanduk) kegiatan koordinasi florikultura.

- Menyediakan sarana penunjang dalam rangka koordinasi florikultura.

- Penggandaan materi kegiatan koordinasi florikultura.

- Melakukan perjalanan dalam rangka pelaksanaan koordinasi florikultura.

- Melaksanakan kegiatan temu koordinasi pengembangan florikultura.

- Menyediakan akomodasi dan konsumsi kegiatan temu koordinasi

pengembangan florikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 271

- Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi, Eselon II, Eselon III ke

bawah, dan Narasumber setingkat Eselon I.

- Melakukan perjalanan dalam rangka bimbingan teknis dan pengawalan

kawasan tanaman pot dan lansekap, melati, dan anggrek.

- Menyediakan konsumsi bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap,

melati, dan anggrek.

- Memberikan penggantian transport peserta bimbingan teknis kawasan tanaman

pot dan lansekap, melati, dan anggrek.

5. Keluaran/Output

012. Pelaksanaan (Pertemuan, Workshop, Sosialisasi, Pembinaan)

TEMU KOORDINASI FLORIKULTURA

Terfasilitasinya pelaksanaan temu koordinasi pengembangan florikultura.

a. Waktu dan Tempat

Kegiatan Temu Koordinasi Pengembangan Florikultura dilaksanakan pada tanggal

30 Maret-1 April 2015 di Wisma Industri, Cisarua-Bogor, Jawa Barat.

b. Peserta

Peserta koordinasi florikultura berjumlah 80 orang, terdiri dari Kabid Hortikultura

Provinsi dan Kabupaten/Kota penerima Tugas Pembantuan (TP) tahun anggaran

2015 dari 45 Kab/Kota, 22 Provinsi, serta petugas/panitia pusat Dit. Budidaya dan

Pascapanen Florikultura.

c. Materi

1) Arahan oleh Direktur Jenderal Hortikultura.

2) Capaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Florikultura Tahun

2014, Strategi Pelaksanaan 2015 dan Rancangan 2016.

3) Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Florikultura 2014.

4) Strategi Pelaksanaan Kegiatan 2015.

5) Prosedur Pengajuan e-proposal tahun 2016 dan Rambu-rambu Perencanaan

2016.

6) Penyusunan Rancangan Renja Tahun 2016.

7) Rancangan Awal Pra e-proposal Kegiatan 2016.

8) Rumusan Kegiatan 2015 dan Rancangan 2016.

d. Narasumber

Direktur Jenderal Hortikultura, Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura,

Kabag Perencanaan Setditjen Hortikultura, Kasubdit Budidaya Tanaman Pot dan

Lansekap dan Kasubdit Budidaya Daun dan Bunga Potong.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 272

e. Hasil Pertemuan

1) Arahan Direktur Jenderal Hortikultura

a) Dianjurkan supaya provinsi dan kabupaten/kota membuat Blue Print

rancangan kegiatan dan program dimana di dalam bisnis florikultura

tersebut harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh yang

dicerminkan adanya kebijakan yang dikeluarkan provinsi/kabupaten/kota.

Penyusunan Blue Print atau cetak biru harus dilakukan bersama-sama

dengan instansi serta stakeholder terkait seperti Litbang, LIPI, Perguruan

Tinggi, Pelaku usaha, ahli, dan instansi lainnya dengan menetapkan fokus

komoditas yang akan diprioritaskan lalu dimasukkan ke dalam e-proposal

2016.

b) Pasar tanaman hias di tingkat dunia berkisar 125 milyar USD dimana hal

ini melebihi devisa Indonesia yang berkisar antara 111-115 milyar USD.

Hal ini mengindikasikan bahwa nilai perdagangan florikultura dunia

sangatlah besar dimana hal ini menjadi peluang pasar bagi pelaku usaha

dalam negeri untuk dapat mengembangkan usahanya ke depan.

c) Pembangunan industri Florikultura harus dimulai dari sektor hilirnya

terlebih dahulu dengan mencari atau menciptakan pasar bagi produk

florikultura. Kemudian diikuti dengan pembenahan di sektor hulu yang

meliputi on farm dan off farm nya untuk memenuhi preferensi konsumen.

d) Pelaku usaha perlu melakukan kreatifitas dalam berpromosi sebagai

contoh penempatan outlet berpendingin dekat dengan cafe sebagai

meeting point, dekat lokasi Car Free Day sebagai tempat meeting point

bagi masyarakat

e) Fasilitasi pendanaan dari pemerintah untuk pengembangan florikultura

sangatlah kecil, tetapi fasilitasi tersebut dapat diprioritaskan antara lain:

- Pembuatan Cetak biru atau Blue Print

- Studi daya saing

- Promosi florikultura yang memerlukan kreatifitas

- Pilot model

- Penelitian bersama

- Membangun network

- Pelatihan keterampilan

2) Arahan Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura

a) Hasil evaluasi dijadikan acuan untuk perencanaan di tahun berikutnya.

Evaluasi tersebut tidak hanya perihal administrasi saja, akan tetapi

evaluasi kepada pelaku usaha harus dilakukan juga untuk mengetahui

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 273

perkembangan dan kemajuan dari program yang sedang dilaksanakan.

Untuk itu program harus terukur yang dapat dilihat dari peningkatan

pendapatan pelaku usaha tersebut.

b) Sampai saat ini, database florikultura masih belum tersedia. Hal ini

mungkin disebabkan karena preferensi konsumen cepat berubah

(tergantung trend) sehingga data sulit didapat atau keterbatasan jumlah

dan kompetensi petugas dalam menangani komoditas florikultura. Sebagai

contoh, heliconia turun sampai 41% secara nasional. Hal itu perlu diberikan

penjelasan yang bersifat objektif.

c) Salah satu cara untuk pengungkit pemasaran florikultura dengan model

Demand Driven antara lain outlet berpendingin di Kota Bandung dan

Semarang. Hal ini disebabkan kegiatan produksi banyak dilakukan di

Kabupaten sedangkan konsumennya sebagian besar berada di perkotaan.

Outlet berpendingin di Kota Semarang telah beroperasi meskipun belum

dilaksanakan lelang jasa untuk pengelolaan outlet tersebut dan dapat

dijadikan percontohan atau studi banding bagi kota yang akan

mengadakan outlet berpendingin.

d) Untuk kegiatan integrasi krisan, Cianjur akan dijadikan show window dan

dapat dijadikan model dalam penerapan budidaya, GAP, GHP, Registrasi

dan sebagainya bagi sentra-sentra krisan lainnya.

e) Terkait dengan kerjasama dalam penguatan nursery untuk mendukung

program P2KH dan Green City melalui fasilitasi pemberdayaan kampung

flori, Direktorat Florikultura telah merintis kerjasama dengan Direktorat

Perkotaan-PU. Sampai dengan tahun 2014, sudah terlaksana program

P2KH di 112 Kabupaten/Kota dimana ini merupakan peluang pasar bagi

pelaku usaha binaan florikultura. Namun pada tahun ini mengalami

stagnan yang disebabkan adanya perubahan struktur organisasi di

Kementerian PU.

3) Evaluasi Kegiatan Pengembangan Florikultura

a) Serapan pusat dan daerah untuk florikultura mencapai 91,18% yaitu

sebesar 39,6 milyar dengan perincian 96% merupakan serapan pusat dan

89,61% untuk realisasi daerah. Serapan terendah yaitu 74,78%

dikarenakan terhambatnya pelaksanaan kegiatan florikultura yang

disebabkan beberapa faktor.

b) Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan florikultura tahun 2014 di beberapa

daerah, ditemukan realisasi melebihi dari target yang ditetapkan. Hal

tersebut secara administrasi tidak menyalahi aturan, namun dari sisi RKP

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 274

menjadi tidak wajar. Oleh karena itu perlu dicari penyebabnya serta

kecermatan dalam perencanaan agar tidak terulang lagi di tahun

berikutnya. Disamping itu, bila akan mengajukan ralat POK harus

dikonsultasikan lebih dahulu terkait capaian RKP. Ralat tidak

diperuntukaan pemenuhan kebutuhan yang petani dapat memenuhi

secara swadaya.

c) Registrasi lahan usaha melampaui 100% yaitu 190 %. Hal ini karenakan

registrasi di Provinsi Jawa Timur tidak per kelompok tani, namun perpetani

sehingga yang teregistrasi sangat banyak. Perencanaan kedepan perlu

diputuskan registrasi per petani atau tetap per kelompok.

d) Realisasi sarana prasarana mencapai 183% karena terdapat revisi tanpa

sepengetahuan pusat. Terdapat daerah yang meralat sarana prasaranya

menjadi unit-unit yang lebih kecil. Sehingga, meskipun tidak merubah nilai

uangnya, namun hal tersebut dapat menimbulkan pertanyaan pada saat

pemeriksaan dan tidak semestinya semua kebutuhan petani dipenuhi, bila

petani dapat memenuhinya.

e) Setiap wilayah memiliki LO di tingkat pusat dan sangat terbuka bagi orang

daerah untuk koordinasi dan konsultasi.

f) DIPA dan POK harus dicermati sejak awal sehingga jika terdapat kegiatan

yang perlu dilakukan revisi atau ralat bisa dilakukan sedini mungkin dan

tidak menunggu mendekati waktu pelaksanaan.

f. Perjalanan

- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan koordinasi florikultura dilaksanakan

sebanyak 20 OP ke Cisarua-Kab. Bogor, Jawa Barat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 275

BIMBINGAN TEKNIS KAWASAN TANAMAN POT DAN LANSEKAP, MELATI, DAN

ANGGREK

Terlaksananya bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap dilaksanakan 6 (enam)

kali, bimbingan teknis kawasan melati dilaksanakan 1 (satu) kali, dan bimbingan teknis

kawasan anggrek dilaksanakan 1 (satu) kali.

Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap 1 (Bandar Lampung)

a. Waktu dan Tempat

Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang pertama

dilaksanakan pada tanggal 22 April 2015 di Kota Bandar Lampung, Provinsi

Lampung.

b. Peserta

Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap

sebanyak 30 orang yang terdiri atas Petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan

Pelaku Usaha/Petani tanaman pot dan landscape di Provinsi Lampung.

c. Materi

Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah:

Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk tanaman pot dan

lansekap; dan sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang berkaitan

dengan florikultura

d. Hasil Pertemuan

1) Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi sentra pengembangan

tanaman florikultura, khususnya tanaman pot lansekap. Pengembangan

tanaman pot dan lansekap di Provinsi Lampung terdapat di Kota Metro,

Pekalongan Lampung Timur, dan Kota Bandar Lampung. Selain tanaman pot

dan lansekap, di Provinsi Lampung juga mulai dikembangkan tanaman bunga

potong sedap malam di Kabupaten Tanggamus.

2) Sampai dengan saat ini di Provinsi Lampung belum ada lahan budidaya

tanaman florikultura yang sudah melakukan registrasi lahan usaha.

3) Registrasi lahan usaha ini diperlukan dalam rangka mempersiapkan pasar

bebas Asia Tenggara serta menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan

fasilitasi dan insentif usaha hortikultura yang merupakan:

- Usaha budidaya hortikultura mikro dan kecil (termasuk florikultura);

- Usaha hortikultura yang ramah lingkungan;

- Usaha hortikultura yang mengembangkan komoditas unggulan nasional

dan daerah;

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 276

- Usaha hortikultura organik;

- Usaha hortikultura yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan.

4) Bentuk fasilitasi dan insentif usaha hortikultura yang diberikan adalah:

- Kemudahan perizinan;

- Pemanfaatan lahan;

- Penjaminan;

- Akses permodalan;

- Pemasaran;

- Kemudahan kerjasama/ kemitraan.

5) Syarat untuk melakukan registrasi lahan usaha antara lain adalah :

- Sudah menerapkan kaidah GAP sesuai PP No. 25 tahun 2014;

- Sudah menerapkan prinsip PHT;

- Unit usaha sudah ada;

- Semua kegiatan sudah tercatat.

6) Kelompok tani yang akan melakukan registrasi usaha minimal lahan

budidayanya adalah 2.500 m2, dengan lahan boleh secara terpencar (tidak

dalam satu hamparan).

7) Pengembangan tanaman bunga potong sedap malam di Kabupaten

Tanggamus saat ini sudah ada satu varietas yang sudah dalam proses

pendaftaran ke Kementerian Pertanian yaitu sedap malam varietas Wonotirto.

Proses sudah sampai di PPTPP Kementerian Pertanian. Proses pendaftaran

varietas ini sempat mengalami kendala karena diperlukan uji DNA dengan

sedap malam jenis lain sebagai pembanding, tetapi uji ini sudah dilakukan di

laboratorium IPB Bogor dan hasilnya sudah diketahui bahwa varietas Wonotirto

ini berbeda dari varietas Roro Anteng dari Kabupaten Pasuruan.

8) Bapak Miyono saat ini sudah memproduksi sendiri bibit (bonggol) tanaman

sedap malam varietas Wonotirto, akan tetapi sampai saat ini Bapak Miyono

belum terdaftar sebagai penangkar benih, seharusnya pendaftaran penangkar

benih ini dilakukan ke BPSB Provinsi Lampung.

Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-2 (Karanganyar)

a. Waktu dan Tempat

Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang kedua

dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2015 di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa

Tengah.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 277

b. Peserta

Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap

sebanyak 20 orang yang terdiri atas Petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan

Pelaku Usaha/petani tanaman pot dan lansekap di Kabupaten Karanganyar.

c. Materi

Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah:

Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman

pot dan lansekap; sosialisasi GAP florikultura; dan sosialisasi regulasi yang terkait

hortikultura, terutama yang berkaitan dengan florikultura.

d. Hasil Pertemuan

1) Untuk pengelolaan produksi anggrek,perlu belajar kepada kelompok yang

sudah eksis, dan diupayakan dalam 1-2 hamparan yang dikelola bersama

kelompok.

2) Untuk produksi anggrek dari fasilitasi pengembangan kawasan dari APBN agar

dipilih petani yang benar-benar berpengalaman untuk budidaya anggrek.

3) Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah yang potensial untuk

pengembangan tanaman florikultura, baik tanaman bunga potong, tanaman pot

dan lansekap serta anggrek.

4) Komoditas florikultura yang diusahakan petani di Kabupaten Karanganyar

terbagi di tiga wilayah dengan komoditas yang berbeda. Pengembangan krisan

terletak di Desa Nglebak, Kecamatan Tawangmangu dan di Kecamatan

Ngargoyoso. Pengembangan anggrek terletak di Kelurahan Bolong-Kecamatan

Karanganyar, sedangkan tanaman pot dan lansekap terletak di Desa Nglurah-

Kecamatan Tawangmangu.

5) Tawangmangu merupakan suatu daerah di wilayah Karanganyar yang

mempunyai potensi wisata dan hortikultura yang menjanjikan karena letaknya

yang berada di dataran tinggi. Salah satunya adalah pengembangan usaha

florikultura. Hal ini karena banyak terdapat hotel dan restoran di sekitar tempat

wisata dan semakin memasyarakatnya penggunaan bunga potong untuk

wedding party.

6) Kabupaten Karanganyar sudah mendapat fasilitasi dana bantuan untuk

pengembangan tanaman anggrek sejak tahun 2011. Untuk komoditas krisan

fasilitasi berupa screen house dan benih diperoleh pada tahun 2013,

sedangkan untuk kelompok tanaman pot dan lansekap baru mendapatkan

bantuan pada tahun 2015.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 278

7) Pelaku usaha tanaman pot dan lansekap di daerah ini umumnya belum

menerapkan GAP dalam melakukan usaha taninya. Oleh karena itu, sampai

saat ini belum ada lahan usaha yang diregistrasi.

8) Petani masih belum mempunyai pengetahuan tentang adanya Undang-undang

Hortikultura serta beberapa Permentan yang berhubungan erat dengan usaha

budidaya tanamannya. Salah satunya mengenai Registrasi Lahan Usaha.

9) Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti

telah diamanahkan di dalam Permentan No. 48 tahun 2013 tentang GAP

Florikultura dan Permentan No. 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura.

10) Bila petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam

kemudahan akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP No. 25 tahun

2014 tentang Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura.

11) Syarat untuk mendapatkan fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki

registrasi lahan usaha. Disamping itu pelaku usaha harus memiliki tanda

daftar/ijin usaha hortikultura. Bagi pelaku usaha mikro (< 50 juta rupiah) dan

kecil (50 – 500 juta rupiah) harus memilki tanda daftar, sedangkan pelaku

usaha sedang (500 juta – 10 M rupiah) dan besar (> 10 M rupiah) harus

memiliki ijin seperti yang diatur di dalam Permentan No. 70 tahun 2014 tentang

pedoman Perijinan Usaha Hortikultura.

12) Permohonan registrasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) telah

memahami dan menerapkan GAP, b) telah memahami dan menerapkan prinsip

PHT, c) telah memiliki, memahami dan menerapkan SOP, dan d) telah

melakukan pencatatan.

13) Proses registrasi lahan dapat dilakukan kepada Dinas Pertanian Provinsi

melalui Dinas Pertanian Kabupaten, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat

melakukan proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului

survailen baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui

komitmen dan kosistensi penerapan GAP pada lahan usahanya.

14) Petani membutuhkan pelatihan usaha inovasi kreatif seperti pembuatan papan

bunga dan dekorasi.

15) Pelaku usaha krisan di daerah ini masih mengalami kesulitan dalam

pemasaran karena selama ini baru bekerjasama dengan 1 (satu) floris.

16) Umumnya pelaku usaha tanaman pot dan lansekap masih berusaha sendiri-

sendiri belum bergabung dalam kelompok tani.

17) Kebutuhan tanaman masih banyak disuplay dari luar daerah yaitu dari Kota

Batu, Bandungan-Semarang, Cihideung-Bandung Barat. Para pelaku usaha

tanaman pot dan lansekap di Desa Nglurah-Kec. Tawangmangu lebih

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 279

berorientasi pada penjualan dari pada usaha produksi penjualan/pemasaran

tanaman pot dan lansekap ke berbagai kota di seluruh Indonesia.

18) Komoditas florikultura tidak diharuskan berlabel, tetapi penangkarnya cukup

terdaftar di BPSB.

Bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap ke-3 (Pontianak)

a. Waktu dan Tempat

Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang ketiga

dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2015 di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan

Barat.

b. Peserta

Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap

adalah sebanyak 30 orang yang terdiri dari petugas BPSBTPH, BPTPH, BPTP,

BBI, KCD, penyuluh pertanian, pelaku usaha tanaman pot dan lansekap serta

Petugas Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak, Kabupaten

Kuburaya dan Kabupaten Mempawa.

c. Materi

Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah:

Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman

pot dan lansekap; sosialisasi GAP florikultura; dan sosialisasi regulasi yang terkait

hortikultura, terutama yang berkaitan dengan florikultura.

d. Hasil Pertemuan

1) Bimbingan Teknis di Kalimantan Barat ini untuk mengidentifikasi potensi serta

permasalahan di lapangan dalam pengembangan kawasan untuk tanaman pot

dan lansekap. Beberapa komoditas florikultura di Kalimantan Barat memiliki

potensi yang besar untuk dikembangkan usahanya. Hal yang umum terjadi di

tingkat petani yaitu keterbatasan modal dan juga akses pasar.

2) Di Kalimantan Barat, permasalahan yang terjadi yaitu minimnya jumlah petani

yang melakukan budidaya tanaman pot dan lansekap. Hanya sekitar 20% saja

jumlah petani yang ada, sedangkan sisanya 80% adalah pedagang.

3) Kalimantan Barat memiliki potensi untuk pengembangan tanaman lansekap,

yang sebelumnya lebih banyak terfokus hanya untuk komoditas anggrek.

Beberapa jenis tanaman lansekap andalan dari Kalbar yang dapat menjadi

komoditas utama meliputi bougenvile, nanas merah, dan palem merah. Untuk

komoditas bougenvile banyak dibudidayakan di Sungai Kunyit yang terletak di

dekat pantai, serta tanah yang berpasir menghasilkan bougenvile yang

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 280

berwarna cerah dan indah. Dalam sebulan mampu memproduksi 5-6 ribu

tanaman dan berpotensi untuk dikembangkan.

4) Tanaman pot dan lansekap Kalimantan Barat banyak diekspor ke Serawak,

Brunai, dan Malaysia Timur. Dalam sebulan sebanyak 5-6 kali pengiriman

dengan omset 50-60 juta per pengiriman oleh 4 orang eksportir tanaman.

Sedangkan untuk nanas merah baru dapat dipenuhi sebanyak 140 ribu

perbulan dari keseluruhan permintaan sebesar 400 ribu dari Jakarta, Bali,

Kediri, dan Malang. Untuk palem merah, permintaan mencapai 12 ribu namun

yang dapat dipenuhi hanya 2 ribu saja.

5) Kebutuhan tanaman pot dan lansekap di Kalimantan Barat sebanyak 20%

diambil dari pulau Jawa seperti tanaman anting putri, yasmin, cemara, sikas.

Setiap bulan harus mendatangkan 3-4 kontainer berbagai jenis tanaman hias

(uk. 40 feet) dengan modal 180-200 juta. Sedangkan tanaman lansekap yang

paling banyak permintaannya yaitu aneka palem, corimbosa, dan brokoli.

6) Di Kota Pontianak telah terbentuk asosiasi FORPENTA sejak tahun 2005

dengan anggota yang terdaftar sebanyak 74 orang anggota, dan 140 orang

belum menjadi angota. Namun beberapa tahun terahir ini FORPENTA vakum,

tidak melakukan kegiatan rutin. Sebagian besar anggota hanya memiliki modal

kecil, lahan terbatas dan tidak jelas jangka waktu penyewaannya. Pada

pedagang kecil, 80% tanaman didatangkan dari Pulau Jawa. Permasalahan

lain seperti: ketidakpastian lahan usaha, lemahnya dukungan pemerintah, serta

fasilitasi yang bisa didapatkan belum terinformasikan kepada mereka. Selain

itu, 40% anggotanya masih perlu penguatan usahanya sehingga dapat terjadi

kesetaraan dengan anggota lainnya yang sudah lebih mapan. Sulitnya

menemukan serta menumbuhkan petani tanaman lansekap menjadi kendala

utama dalam pengembangan florikultura di Kalbar.

7) Sejak tahun 2011, Kalimantan Barat melalui APBN telah difasilitasi untuk

pengembangan tanaman anggrek. Namun dalam perjalanannya kurang

berkembang secara signifikan karena pH air rendah ± 4-4,5 yang kurang

mendukung bagi pertumbuhan anggrek terutama dendrobium dan

phalaenopsis. Kecuali anggrek vanda yang cukup toleran untuk daerah pH

rendah khususnya di Pontianak dan sekitarnya. Mengingat Pontianak dan

sekitarnya cukup potensial untuk pengembangan tanaman pot dan lansekap,

terutama untuk pemasarannya maupun untuk produksinya maka mulai tahun

2015 fasilitasi diarahkan untuk pengembangan antara lain tanaman pot dan

lansekap luas 5.000 m2, sarana budidaya 2 unit dan sarana pascapanen 2

unit. Selain itu mendapatkan fasilitasi dalam rangka penguatan nursery. Namun

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 281

kelompok penerima fasilitasi tersebut belum ditentukan oleh Dinas Pertanian.

Dinas Pertanian Kalimantan Barat belum mengirimkan e-proposalnya untuk

tahun 2016 sehingga perlu dipantau khusus sampai e-proposal terkirim.

8) Dalam menghadapi MEA, registrasi lahan usaha diperlukan petani untuk

menghadapi persaingan usaha nanti. Untuk itu, perlu adanya kejelasan perihal

status lahan serta jangka waktu sewanya. Lahan yang teregistrasi juga

merupakan salah satu syarat bagi kelompok tani mendapatkan fasilitasi dan

insentif sebagaimana yang tercantum dalam PP No. 25 tahun 2015, pasal 50

tentang Usaha Hortikultura.

9) Untuk mengembangkan usaha tanaman pot dan lansekap, pelaku usaha

membutuhkan fasilitasi mesin pengolah kompos, pot atau plybag dan sarana

budidaya lainnya.

Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-4 (Padang)

a. Waktu dan Tempat

Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang keempat

dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2015 di Kota Padang, Provinsi Sumatera

Barat.

b. Peserta

Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap

sebanyak 30 orang yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera

Barat, petugas Dinas Pertanian Kota Padang dan pelaku usaha tanaman pot dan

lansekap Kota Padang.

c. Materi

Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah:

Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman

pot dan lansekap; sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang

berkaitan dengan florikultura; dan teknik perbanyakan tanaman pot dan lansekap.

d. Hasil Pertemuan

1) Bimbingan Teknis di Kota Padang ini untuk mengidentifikasi potensi serta

permasalahan di lapangan dan mengevaluasi kegiatan pengembangan

kawasan florikultura terutama tanaman pot dan lansekap.

2) Kota Padang adalah salah satu daerah sentra produksi tanaman pot dan

lansekap di Provinsi Sumatera Barat dan kini sudah memiliki kawasan

florikultura yang ditetapkan melalui di SK Gubernur yaitu daerah Lubuk

Minturun.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 282

3) Kota Padang sudah mendapat fasilitasi dana bantuan APBN untuk komoditas

tanaman hias raphis sejak tahun 2007,tetapi perkembangan untuk komoditas

ini kurang begitu baik dan saat ini pelaku usaha beralih usaha ke tanaman pot

dan lansekap. Tanaman raphis adalah bagian dari tanaman pot dan lansekap,

oleh karena itu tanaman yang sudah ada harus tetap dipelihara dan

dikembangkan.

4) Komoditas raphis yang semula ditujukan sebagai komoditas ekspor, namun

karena harga tidak menguntungkan pelaku usaha maka saat ini tanaman

dipasarkan di pasar lokal dan rental.

5) Pada tahun 2015, daerah ini mendapat fasilitasi bantuan APBN untuk

pengembangan tanaman pot dan lansekap. Bantuan berupa pengembangan

kawasan 5.000 m2, sarana prasarana budidaya (screen house, power sprayer,

irigasi), penguatan nursery dan sarana pacapanen 2 unit (motor roda 3).

Perkembangan bantuan untuk pengembangan kawasan masih proses kontrak,

rencananya di bulan September sudah SP2D, sarana budidaya screen house

fisik sudah jadi namun SP2D belum karena pembayaran ditangguhkan karena

barang tidak sesuai spek, penguatan nursery design dari PU sudah ada, power

sprayer barang sedang dipesan dan akhir agustus baru tersedia. Pengadaan

sarana pascapanen berupa motor roda 3 sudah dilaksanakan dan barang

sudah diterima kelompok tani penerima.

6) Beberapa jenis tanaman lansekap yang umumnya diusahakan antara lain

brokoli, sambang dara, bougenville, anthurium, pucuk merah, puring, taiwan

beauty, palem, dll.

7) Ketersediaan tanaman masih kurang, oleh karena itu kebutuhan tanaman pot

dan lansekap di Kota Padang masih banyak yang didatangkan dari Pulau

Jawa.

8) Pada saat musim kemarau beberapa pelaku usaha kesulitan mendapatkan air

karena sumber air dangkal, oleh karena itu mereka membutuhkan fasilitasi

pengairan berupa pompa air.

9) Jumlah kelompok tani yang mengusahakan tanaman hias bertambah, namun

ada beberapa kelompok tani yang pasang surut berusaha taninya, oleh karena

itu perlu pemberdayaan kelompok tani tanaman hias.

10) Di Kota Padang sudah ada champion pelaku usaha tanaman hias yaitu ibu

Upik yang bisa membantu sesama pelaku usaha untuk teknologi budidaya dan

memasarkan produknya, tetapi baru beberapa saja yang menjadi mitra untuk

bekerjasama.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 283

11) Pelaku usaha masih perlu informasi pengenalan jenis-jenis tanaman hias yang

permintaannya cukup cepat, banyak dan bagus serta stabil.

12) Pelaku usaha pernah ikut pelatihan design lansekap tingkat dasar dengan

narasumber dari IALI dan IPB dan ingin mengikuti pelatihan tingkat lanjut. Yang

berhak mengeluarkan sertifikat pelatihan adalah IALI, oleh karena itu perlu

koordinasi dengan pihak IALI.

13) Pelaku usaha pernah ikut pelatihan design lansekap tingkat dasar dan ingin

mengikuti pelatihan tingkat lanjut. Yang berhak mengeluarkan sertifikat

pelatihan adalah IALI, oleh karena itu perlu koordinasi dengan pihak IALI.

14) Untuk meningkatkan nilai jual, usaha tanaman hias membutuhkan kreatifitas,

oleh karena itu masih perlu peningkatan kualitas SDM pelaku usaha.

Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-5 (Padang Panjang)

a. Waktu dan Tempat

Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang kelima

dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2015 di Kota Padang Panjang, Provinsi

Sumatera Barat.

b. Peserta

Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap

sebanyak 30 orang yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera

Barat, petugas Dinas Pertanian Kota Padang Panjang, petugas Dinas Pertanian

Kabupaten Solok, pelaku usaha tanaman pot dan lansekap Kota Padang Panjang

dan Kabupaten Solok.

c. Materi

Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah:

Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman

pot dan lansekap; sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang

berkaitan dengan florikultura; dan teknik perbanyakan tanaman pot dan lansekap.

d. Hasil Pertemuan

1) Bimbingan Teknis di Kota Padang Panjang ini untuk mengidentifikasi potensi

serta permasalahan di lapangan dan mengevaluasi kegiatan pengembangan

kawasan florikultura terutama tanaman pot dan lansekap.

2) Kota Padang Panjang dan Kabupaten Solok adalah salah satu daerah sentra

produksi untuk tanaman florikultura termasuk tanaman pot dan lansekap di

Provinsi Sumatera Barat.

3) Kota Padang Panjang sudah mendapat fasilitasi dana bantuan APBN untuk

komoditas tanaman hias raphis sejak tahun 2007 namun perkembangan untuk

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 284

komoditas ini kurang begitu baik dan saat ini pelaku usaha beralih usaha ke

tanaman pot dan lansekap. Tanaman raphis adalah bagian dari tanaman pot

dan lansekap, oleh karena itu tanaman yang sudah ada harus tetap dipelihara

dan dikembangkan.

4) Komoditas raphis yang semula ditujukan sebagai komoditas ekspor, namun

karena harga tidak menguntungkan pelaku usaha maka saat ini tanaman

dipasarkan di pasar lokal dan rental.

5) Pada tahun 2015, Kota Padang Panjang mendapat fasilitasi bantuan APBN

untuk pengembangan tanaman pot dan lansekap. Bantuan berupa

pengembangan kawasan 2.800 m2, sarana prasarana budidaya berupa screen

house dan sarana pacapanen 1 unit berupa motor roda 3. Perkembangan

bantuan untuk pengembangan kawasan masih proses kontrak, rencananya di

bulan September sudah SP2D, sarana budidaya screen house fisik sudah jadi

namun SP2D belum karena pembayaran ditangguhkan karena barang tidak

sesuai spek. Pengadaan sarana pascapanen berupa motor roda 3 sudah

dilaksanakan dan barang sudah diterima kelompok tani penerima.

6) Beberapa jenis tanaman lansekap yang umumnya diusahakan antara lain

brokoli, sambang dara, soka, aglaonema, bougenville, anthurium, pucuk merah,

puring, taiwan beauty, palem, dll.

7) Ketersediaan tanaman masih kurang, oleh karena itu kebutuhan tanaman pot

dan lansekap di Kota Padang Panjang masih banyak yang didatangkan dari

pulau Jawa.

8) Pada saat musim kemarau pelaku usaha kesulitan mendapatkan air karena

sumber air dangkal, oleh karena itu mereka membutuhkan fasilitasi pengairan

berupa pompa air.

9) Keterbatasan lahan di Kota Padang Panjang untuk pengembangan tanaman

hias karena usaha tanaman dilakukan di sekitar kota dengan lahan yang

sangat terbatas.

10) Pelaku usaha masih perlu informasi pengenalan jenis-jenis tanaman hias yang

permintaannya cukup bagus dan stabil.

11) Kota Padang Panjang produksinya masih sangat terbatas, masih kecil-kecil dan

pemasaran masih terbatas yaitu hanya Kota Padang dan Kota Bukittinggi.

12) Beberapa pelaku usaha florikultura masih tergantung kepada bantuan

pemerintah dalam mengembangkan usahanya. Kemandirian usahanya sangat

lemah.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 285

13) Kota Padang Panjang sudah melakukan ekspor raphis 4 kali, saat ini produksi

siap ekspor sangat terbatas, pemasaran raphis kini hanya pasar dalam negeri

dan rental.

14) Pelaku usaha tanaman hias di Kabupaten Solok mengharapkan fasilitasi

pengembangan tanaman pot dan lansekap selain krisan.

15) Pelaku usaha krisan di Kabupaten Solok kesulitan mendapatkan saprodi untuk

usahataninya.

16) Untuk meningkatkan nilai jual, usaha tanaman hias membutuhkan kreatifitas,

oleh karena itu masih perlu peningkatan kualitas SDM pelaku usaha.

Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-6 (Bukittinggi)

a. Waktu dan Tempat

Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang keenam

dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2015 di Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera

Barat.

b. Peserta

Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap

sebanyak 40 orang yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera

Barat, petugas Dinas Pertanian Kota Bukittinggi, petugas Dinas Pertanian

Kabupaten Agam, Dinas Pertanian Kota Payakumbuh, pelaku usaha tanaman pot

dan lansekap dari Kota Bukittinggi, Agam dan Payakumbuh.

c. Materi

Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah

Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman

pot dan lansekap; sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang

berkaitan dengan florikultura; dan teknik perbanyakan tanaman pot dan lansekap.

d. Hasil Pertemuan

1) Bimbingan Teknis di Kota Bukittinggi ini untuk mengidentifikasi potensi serta

permasalahan di lapangan dan mengevaluasi kegiatan pengembangan

kawasan florikultura terutama tanaman pot dan lansekap.

2) Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, dan Kabupaten Agam adalah salah satu

daerah sentra produksi untuk tanaman florikultura termasuk tanaman pot dan

lansekap di Provinsi Sumatera Barat.

3) Kota Bukittinggi dan Kota Payakumbuh sudah mendapat fasilitasi dana bantuan

APBN untuk komoditas tanaman hias raphis sejak tahun 2008, sedangkan

Kabupaten Agam mendapat fasilitasi mulai tahun 2010. Dengan berjalannya

waktu, perkembangan untuk komoditas ini kurang begitu baik dan saat ini

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 286

pelaku usaha beralih usaha ke tanaman pot dan lansekap. Tanaman raphis

adalah bagian dari tanaman pot dan lansekap, oleh karena itu tanaman yang

sudah ada harus tetap dipelihara dan dikembangkan.

4) Komoditas raphis yang semula ditujukan sebagai komoditas ekspor, tetapi

karena harga tidak menguntungkan pelaku usaha maka saat ini tanaman

dipasarkan di pasar lokal dan rental.

5) Pada tahun 2015, Kota Bukittinggi dan Kota Payakumbuh mendapat fasilitasi

bantuan APBN melalui TP Provinsi untuk pengembangan tanaman pot dan

lansekap. Bantuan berupa pengembangan kawasan masing-masing 5.000 m2,

sarana prasarana budidaya berupa screen house dan sarana pacapanen

berupa motor roda 3. Perkembangan bantuan untuk pengembangan kawasan

masih proses kontrak, rencananya di bulan September sudah SP2D, sarana

budidaya screen house fisik sudah jadi namun SP2D belum karena

pembayaran ditangguhkan karena barang tidak sesuai spek. Pengadaan

sarana pascapanen berupa motor roda 3 sudah dilaksanakan dan barang

sudah diterima kelompok tani penerima.

6) Kabupaten Agam mendapat fasilitas bantuan APBN berupa pengembangan

kawasan tanaman pot dan lansekap 5.000 m2, sarana pascapanen berupa

sungkup besar 1 unit dan sungkup mini 14 unit, SL GAP dan SL GHP masing-

masing 1 kelompok.

7) Beberapa jenis tanaman lansekap yang umumnya diusahakan antara lain

brokoli, sambang dara, soka, aglaonema, bougenville, anthurium, pucuk merah,

puring, taiwan beauty, palem, dll.

8) Ketersediaan tanaman masih kurang, oleh karena itu kebutuhan tanaman pot

dan lansekap di Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh dan Kabupaten Agam

masih banyak yang didatangkan dari Pulau Jawa.

9) Pada saat musim kemarau pelaku usaha kesulitan mendapatkan air karena

sumber air dangkal, oleh karena itu mereka membutuhkan fasilitasi pengairan

berupa pompa air.

10) Keterbatasan lahan untuk pengembangan tanaman hias karena usaha

tanaman dilakukan di sekitar kota dengan lahan yang sangat terbatas.

11) Pelaku usaha masih perlu informasi pengenalan jenis-jenis tanaman hias yang

permintaannya cukup bagus dan stabil.

12) Beberapa pelaku usaha florikultura masih tergantung kepada bantuan

pemerintah dalam mengembangkan usahanya. Kemandirian usahanya sangat

lemah.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 287

13) Untuk meningkatkan nilai jual, usaha tanaman hias membutuhkan kreatifitas,

oleh karena itu masih perlu peningkatan kualitas SDM pelaku usaha.

14) Tanaman hias menjadi tanaman unggulan di Kota Bukittinggi dan pada tahun

2015 salah satu kelompok tani menjadi KT terbaik se-Provinsi Sumatera Barat

yaitu KT Sansiflora.

Bimbingan Teknis Kawasan Melati (Pekalongan)

a. Waktu dan Tempat

Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan melati yang kedua dilaksanakan pada 21 Mei

2015 di Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.

b. Peserta

Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Melati adalah sebanyak 30

orang yang terdiri atas Petugas Dinas Pertanian Kabupaten Tegal, Diperta

Pekalongan, Diperta Pemalang, Diperta Batang, dan Pelaku Usaha/petani dari 4

kabupaten sentra produksi melati

c. Materi

Materi dalam pertemuan bimtek melati adalah :

Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk tanaman melati;

dan sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang berkaitan dengan

florikultura.

d. Hasil Pertemuan

1) Indonesia menempati posisi ke 3 (tiga) setelah Thailand dan India dalam

produksi melati di dunia. Tercatat hanya 20% melati Indonesia yang diekspor,

sedangkan sisanya untuk kebutuhan pasar domestik. Hal ini menunjukkan

besarnya peluang pasar dalam maupun luar negeri untuk melati Indonesia.

2) Jawa Tengah memberikan share terbesar terhadap produksi nasional yaitu

92,11% dengan luas lahan 1.500 ha. Adapun sentra produksi melati utama

terdapat di 4 Kabupaten yaitu Pemalang, Batang, Tegal, dan Pekalongan.

Sampai tahun 2014, Kabupaten Batang terus memberikan kontribusi produksi

dan luas panen terbesar di Indonesia.

3) Pendataan melati sangat mempengaruhi data florikultura nasional. Tidak

tercatat dan terekapnya data melati di beberapa sentra produksi oleh petugas

KCD mengakibatkan penurunan yang signifikan pada data produksi melati akan

berimplikasi terhadap data nasional. Hal ini dapat disebabkan tidak tercatat dan

terekapnya data melati di beberapa sentra produksi oleh petugas KCD. Antara

Direktorat teknis dan pencatat data kurang dapat berkoodinasi sehingga

megakibatkan fluktuatifnya data yang tersedia.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 288

4) Dalam rangka meningkatkan, paling tidak untuk mengimbangi alih fungsi lahan

melati dan menurunnya luas lahan melati akibat abrasi, pemerintah

memberikan fasilitasi melati sejak tahun 2016. Untuk tahun 2015 salah satunya

berupa pengembangan kawasan di 4 Kabupaten @ 10.000 m2. Meskipun

serapan anggaran masih cukup kecil, namun kegiatan pengembangan

kawasan di Kabupaten Tegal serta CPCL telah dilakukan. Untuk Kabupaten

Tegal, Pemalang dan Pekalongan masih dalam proses yang disesuaikan awal

musim hujan. Saat ini sedang dipersiapkan SL GAP dan GHP yang akan

dilaksanakan dalam waktu dekat di 4 Kabupaten.

5) Melati di Kabupaten Pemalang mengalami permasalahan serangan hama ulat

yang merusak tanaman belum ditemukan penanggulangannya secara efektif.

6) Melati setelah panen hanya dapat bertahan sehari sehingga perlu terobosan

untuk dapat mempertahankan kesegaran melati yang lebih lama. Selain itu,

modal petani melati sebagian besar sangat lemah berasal dari hutang ke

pengepul yang mengakibatkan petani melati semakin kurang berdaya,

sehingga harga tergantung pengepul melati.

7) Di Kabupaten Batang terjadi abrasi besar-besaran yang menggerus sekitar

250 ha di sentra melati pantura, baik di Kabupaten Tegal, Pemalang, Batang,

dan Pekalongan, sehingga diperlukan penanganan abrasi di Pantura 4

kabupaten sentra melati secara massal dan bertahap tiap tahun. Terutama

pemecah ombak, penanaman bakau, dan tanaman penahan abrasi lainnya

dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan koordinasi dengan pihak

terkait seperti Badan Lingkungan Hidup.

8) Pabrik teh kini banyak menggunakan essence sebagai pengganti melati

sehingga harga melati menurun. Diharapkan kelebihan produksi melati belum

dapat dimanfaatkan untuk minyak atsiri dan perlu dicari untuk manfaat yang

lain.

9) Di Pekalongan sudah terbentuk asosiasi harum melati, tetapi di 3 kabupaten

sentra melati belum ada asosiasi melati sebagai upaya untuk mengatasi

berbagai masalah melati dan percepatan pengembangan industri melati di 4

kabupaten telah dibentuk Asosiasi Melati Pantura Indonesia (ASTIRA) dengan

Ketua Bapak Setiono dari Kabupaten Batang yang dapat menaungi 4

kabupaten sentra melati tersebut.

10) Dikarenakan banyaknya pabrik di Jabodetabek yang berpindah ke wilayah

Pantura menyebabkan adanya alih fungsi lahan dan alih profesi mengakibatkan

menurunnya luas lahan melati dan beralihnya tenaga kerja petik melati menjadi

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 289

pegawai pabrik. Selain itu harga input berupa tenaga kerja, pupuk, pestisida,

polybag, dan lain-lain juga merangkak naik.

11) Thailand sebagai negara produsen melati terbesar di dunia menerapkan sistem

budidaya yang cukup berbeda dengan di Indonesia. Salah satunya yaitu jarak

tanam yang tidak terlalu rapat antar tanaman, dengan biaya operasional dan

cara panen yang lebih efisien. Jarak tanam melati di Pantura sangat rapat 10-

20 tanaman/m2. Hal ini mengakibatkan sulitnya pemupukan, pengendalian

OPT, bunga hanya tumbuh pada satu permukaan, jumlah bunga yang dipanen

sedikit, dan ukuran diameter melati lebih kecil. Panen bunga melati tidak

dikendalikan, sehingga jumlah panen tidak sesuai permintaan pasar.

Adakalanya panen raya harga turun dan saat permintaan tinggi produksi turun.

12) Terkait dengan registrasi lahan melati, pada akhir tahun 2014 telah dilakukan

kunjungan ke Kabupaten Tegal. Namun, hampir seluruh lahan yang diusulkan

belum terdapat dokumen pencatatan. Sehingga provinsi belum dapat

mengeluarkan nomor registrasinya.

Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek Dan Tanaman Florikultura Lainnya (Jambi)

a. Waktu dan Tempat

Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek, termasuk tanaman florikultura

lainnya dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2015 di Balai Benih Hortiultura

Mayang Kota Jambi, Provinsi Jambi.

b. Peserta

Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek dan Tanaman

Florikultura Lainnya terdiri atas: pelaku usaha tanaman florikultura, petani anggrek,

petugas Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Kota Jambi, Kab Merangin dan Kab

Bungo.

c. Materi

Materi dalam pertemuan bimtek anggrek dan tanaman florikultura lainya adalah:

Penerapan teknologi budidaya, identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di

lapangan untuk pengembangan tanaman anggrek dan tanaman florikultura lainnya;

dan sosialisasi GAP florikultura.

d. Hasil Pertemuan

1) Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang mempunyai peluang

dalam pengembangan tanaman florikultura, khususnya tanaman anggrek dan

krisan. Pengembangan kawasan anggrek terdapat di Kota Jambi dan

mendapat bantuan dana APBN mulai tahun 2010, sedangkan di Kabupaten

Bungo mulai tahun 2015. Selain tanaman anggrek di Provinsi Jambi juga mulai

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 290

dikembangkan tanaman bunga potong krisan di Kabupaten Merangin yang

mulai dikembangkan pada tahun 2015.

2) Anggrek yang dikembangkan di Kota Jambi sampai saat ini masih skala kecil

dan jenis yang dikembangkan adalah anggrek tanah Vanda Douglas, James

Story, dan anggrek Dendrobium.

3) Sebagian besar petani yang mendapat bantuan masih tahap pemula seperti

Kelompok Wanita Tani Stingkin di Kecamatan Kota Baru, Kelurahan Bagan

Pete. Kondisi tanaman dilapangan kurang bagus baik untuk anggrek tanah

vanda douglas maupun james story serta anggrek dendrobiumnya. Hal ini

dikarenakan kurang perawatan, baik penyiraman dan pemupukan, sehingga

pertumbuhan terganggu juga karena kekurangan air di musim kemarau.

4) KWT Stingkin Kota Jambi sudah mendapat bantuan screen house yang

berukuran 8x6 m2 akan tetapi kondisi bangunan difloor semen sehingga

menyebabkan panas dan kurangnya kelembaban. Seharusnya pada bagian

bawah rak tanaman diisi dengan pot-pot yang berisi dengan tanaman daun

potong sehingga dapat menambah kadar kelembaban di dalam screen house.

5) Pada kelompok tani ini anggrek tanah ditanam di halaman pekarangan masing-

masing anggota KWT dengan luasan 10-15 m2 sehingga terlihat spot kecil-kecil

jauh dari target dan sasaran yang seharusnya minimal 50 m2. Meskipun sudah

mendapat pelatihan dari pelaku usaha maju namun kenyataan di lapang

kondisi tanaman perlu mendapat bimbingan intensif dari petugas dinas

pertanian, penyuluh ataupun BPTPH setempat karena pada tanaman anggrek

james story banyak terserang kutu putih. Petani sudah melakukan

penyemprotan insektisida seminggu 2 kali, tetapi sampai saat kunjungan

lapang kondisi tanaman belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Pada

waktu pertemuan pihak dinas pertanian kota Jambi sudah melakukan laporan

ke BPTPH untuk mendapatkan perlakuan/tindakan sesegera mungkin agar

tidak meluas pada tanaman lainnya.

6) Kelompok tani lainnya yang ada di Kota Jambi seperti kelompok tani

Phalaenopsis dan Gapoktan Florikultura setingkat lebih maju dibandingkan

kelompok pemula yang ada. Kelompok ini sudah melakukan mitra dengan

perkantoran-perkantoran, floris untuk mengembangkan usaha budidayanya.

Saat pertemuan disampaikan bahwa petani sangat membutuhan bantuan

instruktur/narasumber untuk pelatihan, baik budidaya maupun pascapanen

dalam rangka meningkatkan kapabilitasnya sehingga dapat menambah

wawasan serta nilai tambah hasil usahanya. Adapun bentuk pelatihan yang

diharapkan seperti teknonogi budidaya maju, merangkai bunga, lansekap,

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 291

usaha ekonomi kreatif dll. Selain itu petani ingin adanya fasilitasi bentuk

magang di pelaku usaha maju untuk meningkatkan kapasitasnya dalam usaha,

baik dari segi budidaya maupun manajemen usaha.

7) Perkembangan inisiasi kawasan krisan di Kabupaten Merangin berdasarkan

laporan petugas yang hadir selangkah lebih maju, Pada saat pertemuan

dilaporkan bantuan pengembangan kawasan sudah terealisasi tanam di 9

screen house dari 10 screen house hasil bantuan APBN 2015. Bahkan dari 9

screen house, 6 screen house hasil penanaman sudah melakukan panen raya

yang dilakukan oleh Bupati pada saat persiapan pawai pembangunan 17

Agustus 2015. Usulan untuk tahun 2016 Kabupaten Merangin ingin adanya

bantuan panel listrik tenaga surya, karena kondisi listrik disana sering terjadi

adanya pemadaman sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman krisan.

8) Dari segi budidaya petani relatif sudah dapat menguasai budidayanya, ke

depan yang perlu menjadi fokus perhatian adalah masalah pemasaran karena

pasar lokal belum begitu banyak menggunakan bunga potong hidup, apalagi

dari dana APBD Kab. Merangin juga ingin mengembangkan bunga gladiol dan

bunga potong lainnya serta mengembangkan kawasan agrowisata, maka

pemerintah daerah perlu membantu promosi diwilayahnya serta mencari

terobosan melalui event-event pameran sebanyak mungkin. Kemudian di sisi

transportasi pengiriman bunga potong dari Merangin dengan jarak yang cukup

jauh ke kota lainnya perlu mendapat perhatian serta dukungan fasilitasi mobil

berpendingin agar bunga terjaga kesegarannya. Untuk itu perhatian Bupati

serta pemerintah daerahnya yang cukup baik terhadap pengembangan

florikultura perlu direspon dan dimanfaatkan peluang yang ada semaksimal

mungkin.

9) Pengembangan kawasan Anggrek di Kabupaten Bungo berdasarkan laporan

petugas dan petaninya baru tahap persiapan rumah lindung dan pemesanan

bibit. Penerima bantuan dana APBN 2015 juga petani pemula yang mana perlu

mendapat bimbingan teknis, pendampingan dan pengawalan dari petugas.

Oleh karena itu harapan para petani kedepan perlu adanya bantuan fasilitasi

instruktur/narasumber pelaku maju serta magang di lokasi petani maju untuk

menambah wawasan usahanya.

10) Sampai dengan saat ini di Provinsi Jambi belum ada lahan budidaya tanaman

florikultura yang sudah melakukan registrasi lahan usaha. Oleh karena itu

sosialisasi regulasi tentang registrasi ini sangat penting maka perlu dilakukan.

11) Registrasi lahan usaha ini penting dan diperlukan untuk usaha skala ekonomis

yang lebih luas dalam rangka mempersiapkan pasar bebas ASEAN serta

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 292

menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan fasilitasi dan insentif usaha

hortikultura terutama untuk :

- Usaha budidaya hortikultura mikro dan kecil (termasuk florikultura);

- Usaha hortikultura yang ramah lingkungan;

- Usaha hortikultura yang mengembangkan komoditas unggulan nasional

dan daerah;

- Usaha hortikultura organik;

- Usaha hortikultura yang bergerak dibidang penelitian dan pengembangan.

12) Bentuk fasilitasi dan insentif usaha hortikultura yang diberikan adalah:

- Kemudahan perijinan;

- Pemanfaatan lahan;

- Penjaminan;

- Akses permodalan;

- Pemasaran;

- Kemudahan kerjasama/kemitraan.

13) Syarat untuk melakukan registrasi lahan usaha antara lain adalah :

- Sudah menerapkan kaidah GAP sesuai PP No. 25 tahun 2014;

- Sudah menerapkan prinsip PHT;

- Unit usaha sudah ada;

- Semua kegiatan sudah tercatat.

14) Kelompok tani yang akan melakukan registrasi usaha minimal lahan

budidayanya adalah 2.500 m2, dengan lahan boleh secara terpencar (tidak

dalam satu hamparan).

Perjalanan

1. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap

ke Kota Bandar Lampung-Lampung sebanyak 4 OP.

2. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap

ke Kabupaten Karanganyar-Jawa Tengah sebanyak 6 OP.

3. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap

ke Kota Pontianak-Kalimantan Barat sebanyak 3 OP.

4. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap

ke Sumatera Barat sebanyak 3 OP.

5. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Melati ke Pekalongan

sebanyak 7 OP.

6. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek dan Tanaman

Florikultura Lainnya ke Jambi sebanyak 3 OP.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 293

6. Hasil/Outcome

Meningkatnya kualitas pengelolaan usaha bidang budidaya dan kualitas penanganan

pascapanen tanaman florikultura.

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya pengetahuan petani, pelaku usaha, dan petugas dalam identifikasi dan

evaluasi masalah di lapangan serta mencari solusi yang tepat.

8. Dampak/Impact

Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu dan usaha tanaman florikultura pada

kawasan sentra.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Di beberapa daerah terjadi penurunan PAGU anggaran dan jumlah komoditas

florikultura yang mendapat fasilitas APBN. Hal tersebut terkait dengan

kebijakan pimpinan bahwa setiap SKPD hanya diperbolehkan untuk

mengajukan maksimum 3 (tiga) komoditas utama.

b. Dalam pengembangan usaha florikultura dibutuhkan promosi dan kreatifitas

dari pelaku usahanya.

c. Setiap Provinsi/Kab/Kota disarankan untuk membuat blue print/cetak biru

rancangan kegiatan dan program pengembangan florikultura yang disusun

dengan stake holders serta instansi terkait.

d. Hasil evaluasi dari kegiatan di tahun berjalan harus dijadikan acuan untuk

perencanaan tahun berikutnya.

e. Dalam pengembangan usaha tanaman pot dan lansekap perlu kecermatan

dalam pemilihan jenis tanaman yang akan dikembangkan. Pemilihan tanaman

yang paling dibutuhkan dan disesuaikan dengan spesifik wilayah serta bernilai

ekonomi perlu dilakukan.

f. Pengajuan bantuan fasilitasi yang didanai oleh APBN harus kebutuhan yang

benar-benar diperlukan dan petani tidak sanggup untuk membelinya. Oleh

karena itu, kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh pelaku usaha secara

swadaya (contoh: gunting, sekop, ember, dll), tidak perlu difasilitasi oleh

pemerintah pada fasilitasi sarana budidaya.

g. Beberapa daerah masih mengalami kesulitan dalam memahami

pengembangan tanaman pot dan lansekap. Untuk itu diperlukan SOP

Tanaman Pot dan Lansekap sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 294

h. Belum tersosialisasinya kebijakan-kebijakan terkait usaha hortikultura kepada

pelaku usaha termasuk GAP florikultura dan registrasi lahan usaha, sehingga

pelaku usaha umumnya belum menerapkan GAP dalam usaha taninya

i. Beberapa permasalahan yang ditemui di kawasan pengembangan tanaman

pot dan lansekap :

1) Keterbatasan lahan usaha untuk budidaya tanaman hias menyebabkan

produksi/budidaya belum bisa berkembang.

2) Keterbatasan sarana pengairan mengakibatkan jika musim kemarau

ketersediaan air kurang.

3) Keterbatasan kompetensi dan kewirausahaan SDM pelaku usaha dalam

mengembangkan tanaman pot dan lansekap, termasuk dalam hal

pemasaran yang masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan setempat

atau daerah terdekat sehingga pelaku membutuhkan pelatihan kreatifitas

dan kemitraan untuk mengembangkan usahanya.

4) Beberapa kelompok tani mengalami masa vakum selama beberapa tahun

terakhir ini dan baru akan memulai lagi usahataninya, sebagian pelaku

usaha juga masih banyak yang bergerak sendiri-sendiri/belum tergabung

dalam kelompoktani.

5) Pelaku usaha di luar Pulau Jawa umumnya belum bisa memenuhi

permintaan konsumen karena masih banyak jenis tanaman pot dan

lansekap yang didatangkan dari pulau Jawa

6) Permintaan beberapa jenis tanaman hias tidak stabil, ada bulan-bulan

tertentu sepi dan bulan lainnya permintaan banyak.

7) Pelaku usaha krisan di Solok mengalami kesulitan dalam memperoleh

sarana produksi untuk usahanya, seperti bibit.

8) Perlu memperhatikan jarak dari kebun lahan usaha dengan pasar, karena

beberapa hambatan dalam pengembangan komoditas florikultura seperti

Raphis, salah satunya dikarenakan jauhnya jarak lahan usaha ke pasar

dan tidak tersedianya pelabuhan refer container.

9) Permasalahan yang secara khusus ada di Pontianak yaitu: a) Jumlah

petani sangatlah sedikit yang mengusahakan tanaman pot dan lansekap,

masyarakata setempat masih lebih tertarik ke usaha dagang tanaman

hias; b) Forpenta juga mengalami masa vakum selama beberapa tahun

terakhir ini dan nyaris tanpa kegiatan antara lain karena kurangnya

dukungan dan perhatian dari Pemda setempat terhadap pengembangan

tanaman pot dan lansekap; c) Kurang intensifnya hubungan antara

kelompok tani pot dan lansekap dengan Pemerintah daerah, sehingga

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 295

terjadi miss communication di antara mereka; d) Bougenvile dan nanas

merah dapat menjadi icon dari Kota Pontianak, namun belum ada

perhatian serius dari para pelaku usaha tanaman hias yang kurang

tertarik dalam budidaya dan mengembangkannya lebih besar lagi.

Padahal pasar dan kebutuhan baik dalam maupun luar negeri cukup

besar.

j. Beberapa permasalahan yang ditemui dalam pengembangan melati:

a. Harga yang rendah di tingkat petani saat panen raya perlu dijembatani

antara pedagang pengepul, pabrik dengan petani.

b. Keterbatasan air terutama saat musim kemarau untuk menyiram

tanaman, diperlukan membuat sumur artesis dengan kedalaman 120 m

dengan biaya minimal 20 juta rupiah.

c. Banyaknya lahan usaha yang terkena abrasi perlu perpindahan lokasi.

d. Terjadinya alih fungsi lahan melati menjadi pabrik mengakibatkan lahan

melati dan kesulitan mendapatkan tenaga kerja untuk usaha melati.

e. Ketahanan bunga melati sangat pendek, oleh karena itu diperlukan

pascapanen untuk menjaga kesegaran bunganya.

k. Beberapa permasalahan yang ditemui dalam pengembangan anggrek

dan tanaman florikultura lainnya :

1) Permasalahan utama di Jambi adalah keterbatasan SDM yang rata-

rata masih petani pemula. Kemampuan para petani/pengusaha

anggrek dalam teknologi budidaya anggrek masih sangat terbatas.

2) Lahan usaha petani anggrek umumnya kecil-kecil.

3) Kurangnya tanggung jawab petani untuk mengurus anggrek bantuan

pemerintah dari dana APBN.

4) Kekurangan/keterbatasan sumber pada saat musim kemarau,

pemeliharaan kurang intensif dan terdapat penanaman anggrek

Dendrobium yang kurang perawatan, baik penyiraman dan

pemupukan, sehingga pertumbuhan terganggu.

9.2. Saran dan Tindak Lanjut

a. Terkait kegiatan 2015 perlu pencermatan kembali POK terkait adanya

refocusing bila dipandang perlu dilakukan ralat POK dan setiap ralat POK

harus dikoordinasikan dengan Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura, agar tidak menyimpang dari sasaran output.

b. Melakukan persiapan CP/CL secara tepat dengan mempertimbangkan aspek

teknis dan administratif, serta manfaat bagi petani secara berkelanjutan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 296

c. Daerah mencermati kembali usulan kegiatan Kabupaten per Provinsi dan

usulkan melalui e-proposal dan provinsi agar melakukan verifikasi setiap

usulan e-proposal, bagi petugas pusat juga melakukan verifikasi.

d. Usulan kegiatan hendaknya lebih difokuskan pada kebutuhan riil petani dan

petani tidak mampu memenuhinya. Fasilitasi diprioritaskan pada kebutuhan

yang mendesak sebagai titik ungkit pengembangan florikultura.

e. Perlu pembentukan kelompok tani untuk menampung petani yang belum

masuk dalam kelompok tani untuk memudahkan pembinaan, dan diperkuat

kelembagaannya dengan sering melakukan pertemuan dan identifikasi

permasalahan.

f. Perlu membangun jejaring dengan pelaku tanaman pot dan lansekap di

Jabodetabek, PT. Benara dan kontraktor lansekap lainnya.

g. Perlunya pembinaan dan pendampingan yang intensif pada daerah-daerah

sentra produksi tanaman pot dan lansekap termasuk bunga potong agar

dapat lebih berkembang.

h. Sosialisasi dari Dinas ke petani tentang peraturan yang berlaku di dalam

pengembangan komoditas hortikultura termasuk florikultura untuk

meningkatkan kapabilitas petani, seperti: penerapan GAP, pengendalian OPT

ramah lingkungan, registrasi lahan, dan regulasi terkait usaha florikultura.

i. Perlunya fasilitasi:

1) Pelatihan produk ekonomi kreatif (rangkaian bunga, dekorasi, pembuatan

dan perawatan taman) untuk peningkatan kreatifitas diantara anggota

kelompok, karena semakin tinggi seni yang ditampilkan maka harga jual

tanaman meningkat (ekonomi kreatif).

2) Perlu fasilitasi kemitraan antara pelaku usaha dengan pihak hotel,

restauran, perkantoran, dll dalam memasarkan produk tanaman

florikultura.

3) Dukungan dana APBN dan APBD untuk mengembangkan kegiatan

kelompok tani

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 297

BIMBINGAN TEKNIS KAWASAN BUDIDAYA DAUN DAN BUNGA POTONG

1. Latar Belakang

Tanaman daun dan bunga potong merupakan salah satu komoditas florikultura yang

memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian

daerah dan nasional. Berkembangnya industri jasa dekorasi di berbagai wilayah di

Indonesia baik untuk acara pernikahan, acara keagamaan seperti natal, tahun baru,

lebaran dan tahun baru Cina, meningkatkan permintaan daun dan bunga potong untuk

materi dekorasi. Oleh karena itu, beberapa tahun terakhir jumlah pelaku usaha tanaman

daun dan bunga potong mulai skala kecil sampai menengah bertambah cukup banyak.

Permintaan produk ini terus meningkat baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.

Dengan demikian, tanaman daun dan bunga potong dapat diposisikan sebagai

komoditas perdagangan yang penting di dalam negeri maupun pasar global.

Namun perkembangan usaha tanaman daun dan bunga potong masih berjalan relatif

lambat. Hal ini terlihat dari skala usaha yang masih kecil, peningkatan produksi yang

relatif masih rendah dan belum tertatanya sistem produksi dan pasar. Berbagai upaya

perlu dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh pihak terkait agar usaha

atau bisnis tanaman daun dan bunga potong dapat memberikan kontribusi yang lebih

besar terhadap perekonomian nasional, dengan menumbuhkan sentra-sentra tanaman

florikultura baru dan pengutuhan kawasan yang sudah ada, menuju skala industri

melalui pengelolaan kebun yang baik, agar tanaman florikultura Indonesia mempunyai

daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan perekonomian dan

pembangunan sektor jasa di daerah

Salah satu upaya penting yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi

inovatif pada budidaya tanaman daun dan bunga potong agar tanaman florikultura

Indonesia mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan

perekonomian dan pembangunan sektor jasa di daerah. Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi kegiatan pengembangan kawasan tanaman

daun dan bunga potong di berbagai daerah sentra. Dalam rangka pendampingan

kawasan budidaya daun dan bunga potong telah diselenggarakan bimbingan teknis

kawasan budidaya daun dan bunga potong.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 298

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Melakukan bimbingan teknis kawasan budidaya tanaman daun dan bunga potong

di daerah sentra florikultura.

2.2. Sasaran

Terkoordinasinya bimbingan teknis kawasan budidaya tanaman daun dan bunga

potong di daerah sentra florikultura.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran Rp. 191.230.000,-

3.2. Realisasi Keuangan : Rp.191.215.944,-

3.3. Informasi Teknologi

4. Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan konsumsi bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga

potong

b. Melaksanakan perjalanan pengawalan dan pendampingan kawasan budidaya

daun dan bunga potong

c. Melakukan penggantian transport bimbingan kawasan budidaya daun dan bunga

potong.

5. Keluaran/Output

5.1. Pertemuan dalam rangka bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga

potong dilaksanakan di (1) Kabupaten Cianjur Jawa Barat, (2) Kabupaten

Tabanan, Bali, (3) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, (4) Kabupaten Gowa,

Sulawesi Selatan (5) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, (6) Kabupaten Bandung

Barat, Jawa Barat dan (7) Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

5.2. Peserta pertemuan dalam bimbingan teknis adalah petani/kelompok tani/gapoktan

daun dan bunga potong, pejabat/petugas Dinas Pertanian Provinsi,

pejabat/petugas Dinas Pertanian kabupaten/kota, Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP), Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), Balai Proteksi

Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), PPL, Mantri Tani, KCD serta

Penyuluh/petugas BP3K.

5.3. Pertemuan dalam rangka bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga

potong dilaksanakan dalam bentuk pemaparan, mengidentifikasi permasalahan di

lapangan baik melalui tanya jawab serta kunjungan lapangan, agar diperoleh

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 299

solusi dan pemahaman yang sama dalam mendorong berkembangnya agribisnis

florikultura terutama daun dan bunga potong.

5.4. Perjalanan pengawalan dan pendampingan kawasan budidaya daun dan bunga

potong dilaksanakan sebanyak 58 OP ke Kabupaten Cianjur, Kabupaten

Sukabumi, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat (Jawa Barat), Kabupaten

Sleman dan Kabupaten Kulonprogo (DIY), Kota Mataram (Nusa Tenggara Barat),

Kota Tomohon, (Sulawesi Utara), Kabupaten Gowa (Sulawesi Selatan),

Kabupaten Tabanan (Bali), dan Kabupaten Semarang (Jawa Tengah).

5.5. Hasil dari kegiatan bimbingan teknis maupun pengawalan dan pendampingan

yang dilakukan di beberapa sentra bunga dan daun potong adalah sebagai

berikut :

Tabel 16. Hasil dari kegiatan bimbingan teknis Budidaya Daun dan Bunga Potong

No Kab/Kota Peta Potensi dan Permasalahan Pemecahan untuk Tindak

Lanjut

1 Cianjur Potensi :

- Kompetensi sebagian petani

bagus

- Koperasi sudah terbentuk dan

mendapat pengawalan dari

Dinas Koperasi

- Potensi Lahan sangat luas

- Pasar dalam negeri sangat

tersedia

- Sudah ada penangkar benih

- Dekat dengan Balithi, UPBS,

dan BBH Pasir Banteng

Permasalahan :

- Petani masih belum bersedia

menjadi anggota Koperasi,

karena harus berkomitmen

dengan aturan Koperasi, yaitu

dapat memproduksi bunga

dengan kualitas baik.

- Pengaruh pengepul masih

mendominasi petani, terutama

yang tidak memiliki modal

usaha

- Cianjur dijadikan

sebagai Model

Pengembangan Bunga

dan Daun Potong yang

Berdaya Saing sebagai

rintisan untuk pasar

ekspor terutama untuk

krisan.

- Pendampingan intensif

baik dari Dinas Pertanian

Kabupaten, Dinas

Koperasi Kabupaten,

Balithi, Dinas Pertanian

Provinsi Jawa Barat

maupun Ditjen

Hortikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 300

2 Bandung Potensi :

- Sebagian petani memiliki

Kompetensi dalam

berbudidaya bunga dan daun

potong.

- Ada CD Farm yang telah

membina beberapa petani

plasma untuk menjadi mitra

nya.

- Pasar domestik masih terbuka

Permasalahan :

- Kelembagaan penangkar benih

belum dapat berkembang,

karena sebagian petani lebih

memilih menggunakan benih-

nya sendiri.

- Petani masih memasarkan

produknya masing-masing,

karena pembeli langsung

bertransaksi di lahan petani.

- Perlu dikembangkan

kemitraan inti plasma,

antara petani dengan CD

Farm, baik dalam transfer

teknologi, maupun akses

pasarnya.

- Perlu pendampingan

intensif dari Dinas

Pertanian Kabupaten,

Dinas Pertanian Provinsi

Jabar, maupun Ditjen

Hortikultura..

3 Bandung

Barat

Potensi :

- Berkembangnya asosiasi

yang dapat berperan aktif

mem-bantu anggota dalam

me-ningkatkan agribisnis

flori-kultura.

- Potensi pasar terutama untuk

Gerbera sangat baik.

Permasalahan :

- Beberapa petani masih

menggunakan benihnya

sendiri yang kualitasnya

kurang baik (terutama

krisan).

- Pasar bunga yang ada di

Kota Bandung masih terbatas

- Meningkatkan kapasitas

penangkar benih teru-

tama krisan agar dapat

melayani kebutuhan

peta-ni.

- Mendorong Pemda

Ban-dung agar

membangun

infrastruktur pasar

Bunga yang lebih

memadai.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 301

seperti Wastukencana, belum

ada pasar bunga sebesar

Rawa Belong.

4 Tabanan Potensi :

- Agroklimat sesuai untuk

pengembangan kawasan

bunga dan daun potong

- Potensi pasar cukup bagus

terutama kemitir (Tagetes)

untuk kebutuhan upacara

keagamaan.

Permasalahan :

- Benih masih tergantung dari

luar Bali seperti Malang dan

Pasuruan.

- Balai Benih belum mampu

menyediakan Benih Sumber

yang bagus.

- Peningkatan kapasitas

Balai Benih dalam

produksi Benih Sumber

- Penumbuhan penangkar

benih terutama krisan

agar mampu menye-

diakan kebutuhan kelom-

poktani.

5 Mataram Potensi :

- Tersedianya RTH sebagai

kawasan dalam

pengembangan florikultura

- Berkembangnya Industri

pariwi-sata di Mataram

merupakan peluang pasar bagi

florikultura

Permasalahan :

- Lansekap di RTH belum tertata

- Infrastruktur untuk saluran

irigasi maupun pembuangan

belum semua tersedia

- Perlu menata lanskap di

RTH agar berfungsi

sebagai agrowisata yang

berbasis agribisnis flori-

kultura.

- Perlu mempromosikan

RTH dengan menye-

lenggarakan event-event

tingkat Kota Mataram

maupun Provinsi NTB

yang mengundang kha-

layak di lingkungan RTH.

6 Gowa Potensi :

- Balai Benih Hortikultura sudah

mampu menghasilkan benih

krisan melalui kultur jaringan

- Lokasinya dekat dengan PT.

- Perlu ada sosialisasi

secara intensif oleh

BBH Bonto-Bonto

melalui kegiatan

jambore varietas

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 302

Bunga Indah Malino yang

dapat memberikan transfer

teknologi

- Ada pengawalan dari BPTP

Provinsi Sulawesi Selatan

Permasalahan :

- Pelaku belum banyak

mengenal produk BBH

- Kompetensi SDM sangat

terbatas

dengan mengundang

petani yang menjadi

pengguna benih dari

varietas tersebut.

- Dinas Pertanian Provinsi

Sulsel mengkoordinir

BBH, BPTP, Dinas

Pertanian Kab. Gowa,

dan petani dalam

membuat mapping

kebutuhan benih

- Peningkatan kompetensi

petani dapat dilakukan

melalui magang ke PT.

BIM yang difasilitasi

oleh Dinas Pertanian

Provinsi atau Dinas

Pertanian Kab. Gowa.

7 Sukabumi Potensi :

- Pencanangan Kecamatan

Sukaraja sebagai Kampung

Florikultura dengan dukungan

Pemda yang sangat besar.

- Kelembagaan Penangkar benih

krisan mulai berkembang.

- Potensi pasar masih terbuka

baik domestik maupun ekspor

Permasalahan :

- Adanya bencana angin puting

beliung yang merusakkan GH

krisan, dan petani memiliki

keterbatasan modal dalam

memperbaikinya.

- Keberadaan Asosiasi belum

dimanfaatkan sebagian besar

petani..

- Pengembangan

kampung flori perlu

mendapat dukungan dari

instansi terkait, terutama

Dinas PU dan Dinas

Pariwisata, terutama

dalam pengem-bangan

infrastruktur jalan dan

fasilitas agrowisata.

- Perlu adanya komitmen

dari petani dan pengurus

Asosiasi dalam menjalin

kerjasama agribisnis

yang saling

menguntungkan baik

untuk tujuan pasar

domestik maupun ekspor.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 303

8 Kulonprogo Potensi :

- Kelembagaan berperan aktif

membantu anggota dalam

mencarikan sumber benih,

mengatur pola tanam dan

akses pemasaran.

- Adanya fasilitas sarana packing

house dan gerobak motor

yang diterima kelompok tahun

2015 membantu dalam

mempermu-dah pengelolaan

pasca panen dan distribusi di

sekitar Kulonprogo.

- Pasar masih terbuka di kota-

kota lain di luar Jogja, seperti

Solo, Salatiga, Banyumas,

Semarang.

Permasalahan :

- Belum tersedianya mobil

berpendingin untuk dapat

menjangkau pasar yang lebih

jauh.

- Sumber benih masih ber-

gantung dari Kabupaten lain,

seperti Sleman, Semarang dan

Cipanas.

- Perluasan areal krisan

untuk dapat memenuhi

permintaan pasar dengan

tetap menjaga kualitas.

- Mengakses sumber pem-

biayaan dari lembaga

lainnya (CSR) untuk

pengadaan mobil berpen-

dingin agar akses pasar

lebih luas, jika areal

tanam sudah dapat

memenuhi permintaan

pasar.

9 Sleman Potensi :

- Agroklimat sesuai untuk

pengembangan krisan.

- Kelompoktani sudah memiliki

pengalaman dalam

berbudidaya krisan

Permasalahan :

- Kelembagaan belum berperan

dalam mendorong anggotanya

untuk melakukan budidaya

sesuai SOP, sehingga kualitas

- Perlu konsolidasi antara

Asosiasi, anggota dan

pembina di daerah.

- Perlu magang/studi ban-

ding ke Kabupaten lain

untuk memberikan moti-

vasi petani.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 304

kebun dan produksi kurang

baik.

- Pasar banyak yang beralih ke

Kulonprogo, karena kualitas

lebih bagus.

10 Semarang Potensi :

- Agribisnis krisan telah ber-

kembang dan telah memiliki

penangkar benih yang ber-

kompeten.

- Kemampuan sebagian kelom-

poktani untuk

mengembangkan komoditas

lain terutama gerbera karena

memiliki peluang pasar lebih

bagus dibanding krisan.

Permasalahan :

- Ada persaingan bisnis antara

kelompoktani satu dengan

lainnya.

- Kelembagaan petani belum

dapat berperan dalam mem-

bantu anggota untuk akses

pasar yang lebih luas terutama

krisan, sehingga seolah-olah

pasar krisan telah jenuh.

- Konsolidasi dalam pe-

ngembangan Kelemba-

gaan agar dapat lebih

berperan dalam mem-

bantu meningkatkan

agribisnis para anggo-

tanya.

- Mendorong Pemerintah

Provinsi dalam

membantu fasilitasi

kemitraan untuk

memperluas akses pasar.

Tomohon Potensi :

- Agribisnis bunga dan daun

potong terus berkembang

- Potensi pasar masih terbuka

- Memiliki sumberdaya genetik

yang dapat dikembangkan

secara lebih luas (krisan Kulo

dan Ririh)

- Infrastruktur untuk pengem-

bangan krisan telah tersedia

- Peningkatan kapasitas

pengelola laboratorium

kultura jaringan melalui

magang/studi banding

seperti ke BBH Pasir

Banteng Jabar.

- Penumbuhan penangkar

dan peningkatan kapasi-

tas penangkar.

- Konsolidasi dan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 305

(laboratorium kultur Jaringan,

GH untuk indukan,

pengakaran stek maupun

produksi bunga potong).

Permasalahan :

- Kapasitas SDM pelaksana

terutama untuk mengelola Lab

Kultur Jaringan masih

terbatas.

- Kapasitas penangkar untuk

menghasilkan benih yang

dapat memenuhi kebuthan

kelompok juga masih terbatas.

- Penyediaan Benih Sumber

Kulo dan Ririh masih terbatas.

pendam-pingan dalam

pelaksa-naan

pengelolaan Pusat

Pengembangan Agribis-

nis Bunga Potong di

Tomohon (Show

window).

6. Hasil/Outcome

Berkembangnya kawasan daun dan bunga potong di daerah sentra.

7. Manfaat/Benefit

Berkembangnya agribisnis tanaman daun dan bunga potong.

8. Dampak/Impact

Meningkatnya pendapatan petani daun dan bunga potong.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Beberapa permasalahan yang dibahas pada saat temu koordinasi antara lain

(1) Keterbatasan jumlah penangkar benih yang menyebabkan ketersediaan

benih bermutu di lapangan masih kurang, (2) Upaya asosiasi dalam

meningkatkan kualitas produk bunga potong, akan tetapi masih banyak

terkendala dengan sistem pasar yang belum berpihak kepada petani, seperti

sistem pembayaran yang tidak jelas, sehingga sangat menghambat bagi

keberlangsungan agribisnis florikultura, (3) Untuk wilayah luar Jawa, seperti

kota Tomohon, kebutuhan benih umumnya diperoleh dari penangkar benih di

Jawa Barat dan Jawa Timur, meskipun terdapat juga penangkar benih yang

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 306

merangkap sebagai produsen bunga potong dan (4) DI beberapa daerah

masih ditemukan pelaksanaan sekolah lapang belum dimanfaatkan sebaik-

baiknya untuk meningkatkan kemampuan petani dalam pengelolaan

kebunnya

b. Solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah antara lain :

1. Perlu dilakukan penataan, segmentasi usaha yaitu petani penangkar dan

petani produsen bunga potong. Petani penangkar yang belum terdaftar

di BPSB agar segera didaftarkan, sehingga produksinya akan mendapat

pengawalan dari instansi terkait seperti BPSB.

2. Agar dilakukan mapping kebutuhan benih dan identifikasi kapasitas

masing-masing penangkar, sehingga akan diketahui jumlah kebutuhan

benih yang dapat dipenuhi oleh penangkar.

3. Untuk mengendalikan OPT, petani harus cermat dalam melakukan teknik

budidaya, dimulai dari tahap penyiapan lahan, penggunaan benih sampai

tahap pemeliharaan. Untuk mengatasi permasalahan OPT di lapangan,

petani dapat meminta bantuan kepada petugas pengawas OPT di tingkat

kecamatan.

4. Dukungan BPTPH dan BPTP untuk memberikan demplot penggunaan

Trichoderma ataupun agens hayati lainnya sangat diperlukan untuk

meningkatkan pemahaman petani mengenai pengendalian OPT sejak

awal.

5. Apabila potensi permintaan benih dari luar daerah cukup besar, maka

perlu upaya peningkatan kapasitas penangkar yang sudah ada maupun

penumbuhan penangkar baru untuk dapat memenuhi kebutuhan benih.

6. Pada saat kunjungan, petani khususnya yang berlokasi di kab Tabanan

dan Buleleng, Bali yang merupakan daerah wisata mengeluhkan

permintaan bunga potong yang menurun. Hal ini disebabkan permintaan

hotel akan bunga potong juga menurun, seiring dengan diterapkannya

kebijakan dari Menpan RB agar instansi pemerintah tidak mengadakan

rapat di hotel dan tidak mengirimkan karangan bunga. Bahkan terdapat

pengumpul yang membatalkan pembelian bunga potong di salah satu

petani krisan di Tabanan, meskipun sudah dilakukan pembayaran uang

muka.

7. Inisiatif dari dinas untuk mengadakan pertemuan konsolidasi dalam

mencarikan solusi dengan mengundang para decorator dan florist, serta

instansi terkait yang memiliki wewenang dalam pendampingan pasar,

seperti Direktorat Jenderal PPHP.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 307

8. Upaya memperkuat fungsi Asosiasi dalam membantu kelompok

memberikan pinjaman/ uang jaminan dalam pembelian produk bunga

potong oleh decorator/florist, sehingga tidak menghambat

keberlangsungan usaha petani.

9.2. Saran

a. Pendampingan intensif dan supervisi di lapangan dari Dinas Pertanian

provinsi, kabupaten/kota, BPTP, BPTPH, Bakorluh pada kelompok tani yang

berkomitmen untuk melaksanakan teknik budidaya sesuai SOP.

b. Dukungan instansi terkait seperti UPBS-Balithi, Badan SDM, BPSB, BBH,

BPTP, perguruan tinggi dalam mengatasi permasalahan benih

c. Diperlukan adanya pendampingan secara intensif dari petugas di lapangan

untuk dapat mengaplikasikan hasil sekolah lapang

d. Upaya penguatan kapabilitas Balai Benih maupun penangkar di setiap

wilayah sentra dalam memproduksi benih sebar

BIMBINGAN TEKNIS PASCAPANEN TANAMAN POT DAN LANSEKAP, MELATI

1. Latar Belakang

Usaha tanaman florikultura sempat mengalami masa booming beberapa tahun yang

lalu. Banyak pelaku usaha yang sukses meraih untung dari usaha tanaman florikultura

ini. Kepopuleran usaha tanaman florikultura juga dipicu dengan popularitas sejumlah

varietas tanaman florikultura tertentu yang bagi sebagian besar orang, khususnya kaum

pecinta tanaman florikultura dinilai mempunyai keberuntungan tersendiri serta memiliki

keelokan bentuk tanaman yang bercirikhaskan keunikan.

Usaha tanaman florikultura memang bukan jenis usaha baru di kalangan masyarakat,

terutama di kalangan hobies tanaman florikultura. Sebetulnya untuk memulai usaha

tanaman florikultura tidaklah sulit, yang di perlukan adalah ketelatenan, kesabaran dan

terus belajar baik itu dari pengalaman, sesama hobies ataupun dari buku dan internet.

Saat ini memang peluang usaha tanaman florikultura agak menurun, tapi bukan berarti

akan mati. Usaha tanaman florikultura ini akan terus berkembang mengikuti

perkembangan para pencinta tanaman florikultura. Masih banyak pelaku usaha di

bidang ini yang optimis dalam memandang potensi bisnis tanaman florikultura. Mereka

yakin pertumbuhan bisnis usaha tanaman florikultura dapat berkembang pesat dan

bukan tak mungkin mendekati masa masa kesuksesannya. Keoptimisan ini juga

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 308

dilandasi oleh semakin pesatnya pertumbuhan bisnis properti di tanah air.

Bertambahnya jumlah perumahan, apartemen, hotel dan perkantoran dianggap dapat

mendongkrak bisnis tanaman hias.

Gaya hidup eco-friendly dan isu global warming yang sudah menjadi tren saat ini turut

menjadi pemicu kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan asri yang indah

dipandang mata. Masyarakat semakin peduli pada keindahan lingkungan dan

penghijauan. Tidak salah kalau peluang usaha tanaman florikultura ini masih sangat

menjanjikan, baik bagi petani maupun bagi pelaku usaha tanaman florikultura.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk pengembangan industri lansekap dengan

membangun industri lansekap Indonesia yang berdaya saing.

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah untuk inisiasi tanaman lansekap yang dikelompokkan

melalui kebutuhan di setiap kawasan tanaman florikultura.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar 202.820.000,-

3.2. Data dan Informasi

3.3. Sumberdaya manusia

4. Pelaksanaan kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan adalah :

4.1. Belanja bahan

4.2. Konsumsi bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap, melati

4.3. Belanja perjalanan biasa

4.4. Perjalanan dalam rangka bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap,

melati

4.5. Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota

4.6. Penggantian transport bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap,

melati

5. Keluaran/Output

Kegiatan pertemuan inisiasi melalui fasilitasi pertemuan bimbingan teknis pascapanen

tanaman pot dan lansekap, melati dilaksanakan di 5 lokasi sentra tanaman pot lanskap

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 309

dan melati yaitu: Kab. Bandung Barat, Kota Tangerang Selatan, Kota Batu, Kab.

Karanganyar dan Kab. Pekalongan.

Adapun hasil pertemuan bimbingan teknis pascapanen tanaman pot dan lansekap,

melati yaitu:

a. Kab. Bandung Barat

Bimtek dilaksanakan pada hari Senin-Rabu tanggal 23-25 Februari 2015 di Kab.

Cihideng Bandung Barat. Dihadiri oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan Bandung Barat yang diwakili oleh Sekretaris Dinas dan Kepala Bidang

Hortikultura, Kepala Seksi Tanaman Hias perwakilan KCD dari kecamatan

Cihideung, Lembang, Ngrampah dan Parongpong serta Gapoktan/poktan tanaman

hias pot dan lanskap Kota dari wilayah Kecamatan Cihideung dan Lembang.

Adapun hasil pertemuan:

1) Petani yang tergabung dalam kelompok tani mengusahakan usaha budidaya

tanaman bunga potong dan pot lanskap, tetapi baru kelompok bunga potong

yang aktif turut serta kegiatan dan mendapatkan alokasi dana dari pusat.

Harapan pelaku usaha, akan ada juga sentuhan Pemerintah untuk tanaman pot

dan lanskap.

2) Sebagian besar petani menggunakan benih hasil introduksi karena lebih

diminati oleh konsumen. Namun mereka kesulitan juga untuk mendapatkan

benih yang berkualitas. Hal ini disebabkan karena : sedikitnya benih yang

beredar dipasar, kalaupun ada harganya cukup mahal. Untuk mengantisipasi

permintaan yang setiap hari bertambah, petani menggunakan benih produksi

sendiri, yang tidak jelas asal usulnya sehingga produksinyapun menjadi

rendah.

3) Adanya tren taman bunga plastik yang dapat mengganggu pasar tanaman pot

lanskap. Hal ini terjadi karena belum adanya PERDA yang mengatur

penggunaan bunga plastik ini dan bahaya yang ditimbulkan oleh bunga plastik.

Untuk itu perlu sosialisasi kepada masyarakat agar selalu menggunakan

tanaman hidup, manfaatnya untuk lingkungan dan kesehatan manusia.

4) Pengumpulan data/angka produksi tanaman hias yang belum bagus ditandai

oleh banyaknya produksi tanaman hias yang belum tercatat oleh KCD,

sementara Kabupaten Bandung Barat merupakan sentra pengembangan

tanaman hias. Kabupaten Bandung Barat tidak memilki KCD yang ada adalah

Koordinator penyuluh. Beberapa penyebab terjadinya pendataan yang kurang

bagus karena : Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman atau

lahan terbangun lainnya; Petani beralih usaha ke komoditas lain; Tidak semua

komoditas florikultura di lapangan dicacah oleh petugas seperti data

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 310

perusahaan belum tercacah; dan Pencacah belum mengenal aneka tanaman

florikultura; kurangnya tenaga KCD dimana mereka harus mencacah semua

jenis komoditas (pangan, hortikultura dan perkebunan).

5) Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti

telah diamanahkan di dalam Permentan no 48 tahun 2013 tentang GAP

Florikultura dan Permentan no 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura. Bila

petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam kemudahan

akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP no 25 tahun 2014 tentang

Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura. Syarat untuk mendapatkan

fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki registrasi lahan usaha. Disamping

itu pelaku usaha harus memiliki tanda daftar/ijin usaha hortikultura. Bagi pelaku

usaha mikro (< 50 juta rupiah) dan kecil (50 juta – 500 juta) harus memilki

tanda daftar, sedangkan pelaku usaha sedang (500 juta – 10 M rupiah) dan

besar (> 10 M rupiah) harus memiliki ijin seperti yang diatur di dalam

Permentan 70 tahun 2014 tentang pedoman Perijinan Usaha Hortikultura.

6) Proses registrasi lahan dapat dilakukan kepada Dinas Pertanian Propinsi

melaui Dinas Pertanian Kabupaten, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat

melakukan proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului

survailen baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui

komitmen dan kosistensi penerapan GAP pada lahan usahanya. Untuk

Kabupaten Bandung Barat, sudah dilakukan registrasi lahan usaha komoditas

mawar dan krisan, sedangkan untuk komoditas tanaman pot dan lanskap

belum dilakukan.

7) Adapun bantuan dari pemerintah melalui kegiatan PMD tahun 2007 berupa

screenhouse dan benih mawar yang hingga saat ini screenhouse masih berdiri

kokoh namun tanamannya membutuhkan peremajaan. Selain itu juga

mendapatkan bantuan screen house untuk tanaman krisan serta mobil

berpendingin, gerobak motor tahun 2013. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan

mobil berpendingin saat ini sudah beroperasi tetapi belum dikelola secara

maksimal karena adanya kendala administrasi dari BMN menjadi BMD yaitu

mengenai pemanfaatan bersama melalui lelang jasa, sehingga menyebabkan

pengelola sebagai penggerak belum berjalan sebagaimana mestinya.

8) Dengan adanya keberadaan mobil berpendingin dapat mengurangi susut hasil

panen dari 40% menjadi hanya 30%, selain itu jumlah pengunjung juga

meningkat meskipun jumlah transkasi stagnan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 311

b. Kota Tangerang Selatan

Bimtek dilaksanakan pada hari Senin-Rabu tanggal 16-18 Maret 2015 di Kota

Tangerang Selatan. Dihadiri oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota

Tangerang Selatan yang diwakili oleh Kepala Bidang Pertanian dan Staf, penyuluh

pertanian serta poktan/pelaku usaha tanaman hias pot lanskap dan anggrek dari

kecamatan Serpong, Serpong Utara, Pamulang, Setu, Ciputat, Ciputat Timur,

Pondok Aren. Adapun hasil pertemuan:

1. Perlu peningkatan kreatifitas petani/pelaku usaha tanaman lansekap melalui

pelatihan-pelatihan tentang pembuatan taman, karena semakin meningkatnya

kreatifitas yang dimiliki maka dapat meningkatkan akses pada pelayanan serta

harga jual tanaman(ekonomi kreatif).

2. Permasalahan OPT pada tanaman anggrek berupa hama ulat bunga yang

menyerang tanaman anggrek pada saat musim penghujan. Serangan ulat

dilakukan dengan memakan bunga atau pucuk anggrek. Pada akhirnya bunga

akan menjadi busuk dan pertumbuhan tanaman anggrek terhambat. Penerapan

GAP dan GHP yang baik pada lahan usaha dapat menurunkan resiko hama

penyakit menyerang tanaman sehingga dapat meningkatkan hasil produksi

salah satunya melalui perbaikan sistem drainase di kebun dan adanya

pengguna tanaman yang baik.

3. Luas lahan pertanian semakin sempit dan pemasaran tanaman hias yang

masih sulit. Pembangunan pasar sentra untuk tanaman hias di kota Tangerang

Selatan sebagai tempat budidaya dan pemasaran. Terutama untuk bunga

potong dan daun potong.

4. Ketergantungan para petani/pelaku usaha anggrek akan benih anggrek impor

(dari Thailand) yang cenderung memberikan penawaran dengan harga yang

cukup mahal. terutama untuk beberapa jenis anggrek potong yang disukai

masyarakat. Dalam jangka pendek agar ada fasilitasi penurunan biaya impor

melalui perijinan yang simpel sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam

jangka menengah dan panjang agar diupayakan sistem perbenihan yang

memadai dengan mengembangkan kultur jaringan yang menghasilkan benih

anggrek yang berkualitas.

c. Kota Batu

Bimtek dilaksanakan pada hari Senin-Rabu tanggal 13-15 April 2015 di kota Batu.

Dihadiri oleh Dinas Pertanian, dan Kehutanan Kota Batu yang diwakili oleh Kepala

Bidang Hortikultura dan Koordinator Penyuluh Pertanian (KJF), Perwakilan PPL dan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 312

KCD serta gapoktan/poktan tanaman hias pot dan lansakp dari kecamatan Batu,

Bumiaji, dan Junrejo. Adapun hasil pertemuan:

1. Kota Batu yang merupakan salah satu sentra tanaman hias yang telah

mengembangkan berbagai jenis tanaman hias, terutama tanaman hias Mawar

dan Krisan. Kalau dilihat dari keadaan daerahnya, sangat cocok juga untuk

pengembangan tanaman hias pot dan lanskap yang merupakan jenis tanaman

hias yang memiliki prospek yang cukup cerah dalam pengembangannya di

samping pengembangan tanaman hias bunga potong dan daun potong.

2. Tanaman lanskap merupakan komoditas tanaman massal yang banyak

diusahakan oleh para petani tanaman hias untuk menyuplai kebutuhan

pembangunan taman di perkotaan (melalui Dinas Pertamanan) maupun para

lansekaper. Tanaman lanskap berperan dalam menjaga kelestarian

lingkungan. Disektor ekonomi dukungan industri florikultura berperan untuk

meningkatkan kesejahteraan petani, peningkatan kualitas daya saing dan

pemberdayaan pasar dalam dan luar negeri. Tanaman lanskap sendiri

merupakan tanaman hias dengan jumlah yang sangat banyak, terdiri dari

tanaman pohon, perdu, semak, penutup tanah (cover ground) dan berbagai

jenis rumput.

3. Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti

telah diamanahkan didalam Permentan no 48 tahun 2013 tentang GAP

Florikultura dan Permentan no 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura. Bila

petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam kemudahan

akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP no 25 tahun 2014 tentang

Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura. Syarat untuk mendapatkan

fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki registrasi lahan usaha. Komoditas

florikultura tidak diharuskan berlabel tetapi penangkarnya cukup terdaftar di

BPSB. Disamping itu pelaku usaha harus memiliki tanda daftar/ijin usaha

hortikultura. Bagi pelaku usaha mikro (< 50 juta rupiah) dan kecil (50 juta – 500

juta) harus memilki tanda daftar, sedangkan pelaku usaha sedang (500 juta –

10 M rupiah) dan besar (> 10 M rupiah) harus memiliki ijin seperti yang diatur di

dalam Permentan 70 tahun 2014 tentang pedoman Perijinan Usaha

Hortikultura.

4. Proses registrasi lahan dapat dilakukan kepada Dinas Pertanian Propinsi

melaui Dinas Pertanian Kabupaten, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat

melakukan proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului

survailen baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui

komitmen dan kosistensi penerapan GAP pada lahan usahanya.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 313

5. Proses pencacahan data tanaman agar lebih teliti agar tidak terjadi selisih data

di BPS dengan keadaan di lapangan yang jauh lebih tinggi.

6. Kelompok tani tanaman hias sudah mendapatkan bantuan baik dari pemerintah

daerah (APBD) maupun dari pusat (APBN). Pada tahun 2014 dari APBD

propinsi mendapatkan packing house bunga potong yang terletak di Desa

Sidomulyo, selain itu dari APBN mendapatkan bantuan berupa screen house

krisan di tahun 2012. Pada tahun 2014 Kelompok tani di Gunungsari Makmur

mendapatkan mobil berpendingin yang berkapasitas 12.000 tangkai bunga

mawar. Dengan adanya keberadaan mobil berpendingin dapat mengurangi

susut hasil panen sebesar 10-20% (daun yang gosong). Dalam

pelaksanaannya, pengelolaan mobil berpendingin dilakukan oleh gapoktan

yang terdiri dari 8 kelompok tani dan beranggotakan sebanyak 200 orang.

7. Gapoktan tanaman pot dan lanskap di Kota Batu membutuhkan SL GAP dan

SL GHP tanaman pot lanskap serta sarana dan prasarana dalam menunjang

usaha budidayanya.

d. Kab. Karanganyar

Bimtek dilaksanakan pada hari Rabu-Sabtu tanggal 13-16 Mei 2015 di Kab.

Karanganyar-Sleman. Dihadiri oleh Dinas Pertanian, Tanaman Pangan,

Perkebunan dan Kehutanan Kab. Karanganyar yang diwakili oleh Kepala Bidang

Tanaman Pangan dan Hortikultura dan staf. Perwakilan PPL Kecamatan

Tawangmangu, Mantri Tani Kecamatan Tawangmangu, POPT, Lurah dari Desa

Bolong serta KWT Sidomakmur, Taruna Tani Taman Sari II, KWT Manunggal

Usaha, Taruna Tani Makmur. Adapun hasil pertemuan:

1. Tawangmangu merupakan sentra produksi krisan, anggrek dan tanaman pot

lansekap. Seperti di desa Nglurah yang berada di Kecamatan Tawangmangu

Kab. Karanganyar, Jawa Tengah. Di desa ini terdapat angrowisata tanaman

hias. Agrowisata ini berawal dari usaha warga yang kebanyakan

membudidayakan dan berjualan tanaman hias di sepanjang jalan desa

Nglurah. Usaha masyarakat yang berjualan tanaman hias ini dimulai sejak

1997 dan kemudian berkembang menjadi desa wisata bunga pada 2001.

Karanganyar sendiri terdapat beberapa sentra yang menjadi pusat

pengembangan tanaman hias seperti Krisan berada pada dusun Krangean

Desa Nglebak Kecamatan Tawangmangu, Anggrek berada pada di desa

Bolong dan desa Karangpanden kec. Karanganyar, dan pot lansekap berada di

desa Nglurah.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 314

2. Selain sebagai petani tanaman hias masyarakat didesa ini juga bisa sebagai

dekorator. Jenis tanaman hias yang dibudidayakan diperkarangan masyarakat

baik yang masih tertanam di tanah, maupun yang sudah dikemas dengan

polybag atau pot seperti Anthurium, Aglaonema, Philodendron, Anggrek

spesies atau Anggrek gunung. Agave, Cemara, Philodendron Kobra, Palem,

Mawar, Euphorbia, Adenium dan masi banya lagi tanaman hias pot dan

lansekap.

3. Bantuan melalui alokasi dana APBN sudah didapatkan kelompok bunga potong

untuk komoditas krisan berupa screen house dan benih pada tahun 2013,

sedangkan kelompok tanaman lanskap mendaptkan bantuan pengembangan

anggrek pada tahun 2015.

4. Minimnya pengetahuan petani tentang regulasi/aturan-aturan yang melindungi

mereka dalam menghasilkan suatu produk, membuat petani tidak mempunyai

posisi tawar.

5. Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti

telah diamanahkan didalam Permentan no. 48 tahun 2013 tentang GAP

Florikultura dan Permentan no. 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura. Bila

petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam kemudahan

akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP no. 25 tahun 2014

tentang Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura. Syarat untuk

mendapatkan fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki registrasi lahan

usaha. Komoditas florikultura tidak diharuskan berlabel tetapi penangkarnya

cukup terdaftar di BPSB. Disamping itu pelaku usaha harus memiliki tanda

daftar/ijin usaha hortikultura. Bagi pelaku usaha mikro (<50 juta rupiah) dan

kecil (50 juta – 500 juta) harus memilki tanda daftar, sedangkan pelaku usaha

sedang (500 juta – 10 M rupiah) dan besar (>10 M rupiah) harus memiliki ijin

seperti yang diatur di dalam Permentan 70 tahun 2014 tentang pedoman

Perijinan Usaha Hortikultura. Jika lahan usaha ada diantara dua wilayah antara

kabupaten/kota maka yang mengeluarkan tanda daftarnya adalah gubernur.

6. Permohonan registrasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) telah

memahami dan menerapkan GAP, b) telah memahami dan menerapkan prinsip

PHT, c) telah memiliki memahami dan menerapkan SOP, d) telah melakukan

pencatatan.

7. Proses registrasi lahan dilakukan oleh Dinas Pertanian Propinsi melalui Dinas

Pertanian Kabupaten/Kota, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat melakukan

proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului survailen

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 315

baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui komitmen dan

konsisten penerapan GAP pada lahan usahanya.

8. Komoditas florikultura tidak diharuskan berlabel tetapi penangkarnya cukup

terdaftar di BPSB.

e. Kab. Pekalongan

Bimtek dilaksanakan pada hari Rabu-Jumat tanggal 20-22 Mei 2015 di Kab.

Pekalongan. Dihadiri oleh Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, Dinas

Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pekalongan, Dinas Pertanian

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal, Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Batang, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Pemalang, Perwakilan petugas KCD dari Kabupaten Pekalongan,

Tegal, Batang dan Pemalang, Perwakilan penyuluh dari Kabupaten Pekalongan,

Tegal, Batang dan Pemalang, Pelaku usaha tanaman melati dari Kabupaten

Pekalongan, Tegal, Batang dan Pemalang. Adapun hasil pertemuan:

1. Terbentuknya Asosiasi melati kawasan Pantura, yang terdiri dari gabungan

kelompok - kelompok tani yang ada di kab. Tegal, kab. Pemalang, kab.

Pekalongan dan kab. Batang. Asosiasi melati kawasan Pantura diharapkan

dapat menjadi corong para pelaku usaha melati dalam pengembangan dan

peningkatan produksi melati dalam rangka antisipasi era pasar bebas ekonomi

asia, dimana Indonesia menempati posisi ke 3 (tiga) setelah Thailand dan India

dalam produksi melati di dunia. Tercatat hanya 20% melati Indonesia yang

diekspor, sedangkan sisanya untuk kebutuhan pasar domestik. Hal ini

menunjukkan besarnya peluang pasar dalam maupun luar negeri untuk melati

Indonesia.

2. Jawa Tengah memberikan share terbesar terhadap produksi nasional yaitu

92.11% dengan luas lahan 1500 ha. Adapun sentra produksi melati terdapat di

4 Kabupaten yaitu Pemalang, Batang, Tegal dan Pekalongan. Sampai tahun

2014, Kabupaten Batang terus memberikan kontribusi produksi dan luas panen

terbesar di Propinsi Jawa Tengah.

3. Data melati sangat mempengaruhi data florikultura nasional. Adanya

penurunan yang signifikan pada data produksi melati akan berimplikasi

terhadap data nasional. Hal ini dapat disebabkan tidak tercatat dan terekapnya

data melati di beberapa sentra produksi oleh petugas KCD. Antara Direktorat

teknis dan pencatat data kurang dapat berkoodinasi sehingga megakibatkan

fluktuatifnya data yang tersedia.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 316

4. Fasilitasi melati di tahun 2015 salah satunya berupa pengembangan kawasan

di 4 Kabupaten @ 10 ribu m2. Meskipun serapan anggaran masih cukup kecil,

namun kegiatan pengembangan kawasan di Kabupaten Tegal serta CPCL

telah dilakukan. Saat ini sedang dipersiapkan SL GAP dan GHP yang akan

dilaksanakan dalam waktu dekat.

5. Selain melati, beberapa hal terkait program florikultura di Propinsi Jawa Tengah

dapat dilaporkan sebagai berikut :

- Dinas mengalami kesulitan untuk pengadaan tanaman pot dan lansekap

dikarenakan banyaknya komoditas dengan spesifikasi yang berbeda.

Sehingga diperlukan ketelitian dan kecermatan untuk memeriksa RUK

- Verifikasi kelompok untuk irigasi dan sarana pengairan telah selesai

dilaksanakan pada Maret 2015, namun verifikasi RUK baru selesai Mei ini.

- Melati di Pemalang mengalami permasalahan dengan hama ulat yang

merusak tanaman secara permanen. Perlu cara dan saran untuk

penanggulangannya.

- Melati setelah panen hanya dapat bertahan sehari sehingga perlu

terobosan untuk dapat mempertahankan kesegaran melati tersebut. Selain

itu, modal petani melati sebagian besar berasal dari hutang ke pengepul.

- Di Kab. Batang terjadi abrasi besar-besaran yang menggerus sekitar 250

ha di Pekalongan dan kurang dari 50% Kec. Batang yang terkena abrasi.

Sehingga diperlukan penanganan abrasi yang efektif seperti yang sudah

dilakukan oleh Mer-C dan koordinasi dengan pihak terkait seperti Badan

Lingkungan Hidup.

- Pabrik teh banyak menggunakan essence sebagai pengganti melati

sehingga harga melati sangat fluktuatif. Kelebihan produksi melati belum

dapat dimanfaatkan untuk minyak atsiri.

- Di Pekalongan sudah terbentuk asosiasi harum melati. namun diperlukan

inisiasi baru berupa asosiasi yang dapat menaungi 4 kabupaten sentra

melati tersebut.

6. Dikarenakan banyaknya pabrik yang berpindah ke wilayah Pantura

menyebabkan adanya alih fungsi lahan dan alih profesi. Selain itu harga input

berupa tenaga kerja, pupuk, pestisida, polybag dan lain-lain juga merangkak

naik.

7. Thailand sebagai Negara produsen melati terbesar di dunia menerapkan sistem

budidaya yang cukup berbeda dengan di Indonesia. Yang paling signifikan

yaitu jarak tanam yang tidak terlalu rapat antar tanaman.Teknik yang dilakukan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 317

oleh Thailand telah diduplikasi oleh petani di Maribaya, namun mengalami

kegagalan.

8. Terkait dengan registrasi lahan melati, pada akhir tahun 2014 telah dilakukan

kunjungan ke Tegal. Namun hampir seluruh lahan yang diusulkan belum

terdapat dokumen pencatatan. Sehingga propinsi belum dapat mengeluarkan

nomor registrasinya.

9. Telah terbentuk asosiasi melati yang mampu mewadahi aspirasi dari 4

Kabupaten di Jawa Tengah yaitu Asosiasi Melati Pantura Indonesia (ASTIRA)

yang diketuai oleh Bapak Setiyono

6. Hasil/Outcome

Berkembangnya industri tanaman lansekap Indonesia yang berdaya saing.

7. Manfaat/Benefit

Terciptanya kepedulian antar pelaku usaha/stakeholder dalam mengembangkan

tanaman pot dan lansekap, melati di seluruh Indonesia.

8. Dampak/Impact

Dengan adanya bimbingan teknis pascapanen tanaman pot dan lansekap, melati pada

tiap-tiap daerah sentra diharapkan akan berdampak pada terwujudnya peningkatan

daya saing dan kesejahteraan petani.

9. Kesimpulan dan saran

9.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat berupa:

1. Perlu peningkatan kreatifitas diantara anggota kelompok, karena semakin

tinggi seni yang ditampilkan maka harga jual tanaman meningkat (ekonomi

kreatif).

2. Pemilihan benih unggulan dari varietas tanaman yang tahan karat dan perlu

pengendalian OPT secara intensif terhadap tanaman yang terkena karat

daun.

3. Diperlukan sosialisasi dari Pusat ke Dinas pertanian daerah dan petani

tentang peraturan yang berlaku di dalam pengembangan komoditas

hortikultura untuk meningkatkan kapabilitas petani.

4. Penerapan GAP florikultura dan GHP hortikultura dapat memberi kemudahan

bagi petani untuk memperoleh fasilitasi dan insentif.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 318

9.2. Saran

Saran yang didapat berupa:

1. Perlu adanya segmentasi usaha diantara anggota kelompok tani agar

perputaran usaha lebih cepat dalam memanfaatkan peluang pasar yang ada,

dengan jalan melakukan produksi dengan jumlah yang cukup dan kontinu.

2. Memperkuat kelembagaan kelompok tani dengan sering melakukan

sosialisasi dan identifikasi permasalahan.

3. Perlu adanya pelatihan keterampilan mengenai SOP GAP, GHP untuk

petugas lapang di daerah.

PENGAWALAN TEKNOLOGI PASCAPANEN DAUN DAN BUNGA POTONG

1. Latar Belakang

Florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi besar

untuk dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian daerah dan nasional.

Pelaku usaha tanaman florikultura mengalami peningkatan mulai skala kecil sampai

menengah, mengingat permintaan tanaman florikultura terus meningkat baik untuk

kebutuhan domestik maupun ekspor. Dengan demikian tanaman florikultura dapat

diposisikan sebagai komoditas perdagangan yang penting di dalam negeri maupun di

pasar global.

Berbagai upaya telah dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh pihak terkait

agar usaha/bisnis tanaman florikultura dapat memberikan kontribusi yang lebih besar

terhadap perekonomian nasional dengan menumbuhkan sentra - sentra tanaman

florikultura baru dan mengutuhkan kawasan yang sudah ada menuju skala industri

dengan pengelolaan lahan usaha yang baik agar tanaman florikultura Indonesia

mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan

perekonomian dan pembangunan sektor jasa di daerah.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura terus melakukan berbagai upaya

dalam pengembangan kawasan florikultura baik budidaya maupun pascapanen dengan

maksud untuk memperbaiki teknik budidaya dan penanganan pascapanen yang

dilakukan oleh pelaku usaha florikultura sehingga dapat meningkatkan produksi dan

meningkatkan mutu produk florikultura sesuai standar. Sehubungan dengan hal

tersebut, salah satu kegiatan dilakukan untuk menunjang upaya tersebut adalah melalui

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 319

kegiatan pertemuan pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman

daun dan bunga potong.

Pertemuan pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan

bunga potong telah dilaksanakan 9 kali di kabupaten/kota sentra tanaman daun dan

bunga potong yang ada di Pulau Jawa. Dari pertemuan pengawalan dan pendampingan

tersebut diharapkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi pelaku usaha

florikultura di lapangan dapat dicarikan solusinya sehingga industri florikultura dapat

lebih berkembang lagi.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Melakukan koordinasi dan pendampingan penerapan teknologi pascapanen

dalam pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong.

b. Mengevaluasi pelaksanaan pengembangan kawasan tanaman daun dan

bunga potong.

c. Meningkatkan keterampilan pelaku usaha florikultura dalam penanganan

pascapanen daun dan bunga potong

2.2. Sasaran

a. Terkoordinasinya dan terdampinginya penerapan teknologi pascapanen di

daerah pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong di

Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab.

Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur,Kab. Bandung, dan Kab. Bandung

Barat.

b. Terevaluasinya pelaksanaan pengembangan kawasan tanaman daun dan

bunga potong.

c. Meningkatnya keterampilan pelaku usaha florikultura dalam penanganan

pascapanen daun dan bunga potong di Kab. Sukabumi, Kab. Semarang, Kab.

Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur,

Kab. Bandung, dan Kab. Bandung Barat.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 170.000.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 169.991.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi Teknis

3.4. SDM

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 320

4. Pelaksanaan Kegiatan

4.1. Menyediakan konsumsi pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen

tanaman daun dan bunga potong.

4.2. Menyediakan materi pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen

tanaman daun dan bunga potong.

4.3. Melaksanakan perjalanan paket meeting dalam rangka Pengawalan Teknologi

Pascapanen Daun dan Bunga Potong

4.4. Melaksanakan perjalanan dinas biasa pengawalan dan pendampingan teknologi

pascapanen tanaman daun dan bunga potong.

5. Keluaran/Output

5.1. Terlaksananya penyediaan konsumsi dalam rangka Pengawalan Teknologi

Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 9 kali di Kab. Sukabumi, Kab.

Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi,

Kab. Cianjur, Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat.

5.2. Tersedianya materi dalam rangka Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan

Bunga Potong sebanyak 3 kali.

5.3. Terlaksananya perjalanan dinas dalam rangka Pengawalan Teknologi

Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 40 OP masing-masing di Kab.

Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang,

Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat.

5.4. Terlaksananya pertemuan Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga

Potong. Adapun kegiatan pertemuan yang telah dilaksanakan sbb :

A. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong (untuk

komoditas Dracaena Sanderiana) dilaksanakan pada tanggal 11 – 13

Pebruari 2015 di Sukabumi. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri

dari petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat; petugas

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi; Pengawas Benih

Tanaman (PBT) dari BPSB TPH Provinsi Jawa Barat; POPT dari BPTPH

Provinsi Jawa Barat; BPTP Provinsi Jawa Barat; Petugas Penyuluh Lapangan

(PPL); KCD Kabupaten Sukabumi; serta petani dracaena Kabupaten

Sukabumi dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

Hasil :

1. Untuk tahun 2015 fasilitas bantuan dari Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura di Kabupaten Sukabumi akan difokuskan pada

komoditas krisan. Mengingat kebijakan dari pimpinan Direktorat Jenderal

Hortikultura bahwa setiap kabupaten/kota harus fokus pada 3 (tiga)

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 321

komoditi horti maka yang difasilitasi adalah manggis, sayur dataran tinggi,

dan krisan.

2. Benih dracaena di Kabupaten Sukabumi belum ada penangkar khusus

sehingga masih harus mengandalkan bibit dari Bunga Indah Farm dan

Ryan Karya. Kedepan diharapkan adanya pelatihan dan pembinaan

untuk petani penangkar dracaena, mengingat kebutuhan akan benih

dracaena sangat tinggi untuk Kabupaten Sukabumi.

3. Aspek OPT menjadi kendala dalam budidaya dracaena yaitu serangan

penyakit daun menjadi layu yang dikarenakan cendawan untuk

mengantisipasinya diperlukan paranet untuk perlindungan tanaman,

selain itu petugas POPT menyarankan untuk menggunakan agensia

hayati PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).

4. Langkah-langkah penanganan pascapanen untuk komoditas dracaena

dilakukan di packing house meliputi penerimaan hasil panen, pencucian,

trimming, sortasi, grading, perangkaian, pengemasan, pelabelan,

penyimpanan, dan pengiriman.

5. Produk ekonomi kreatif dracaena ini untuk pasar lokal masih rendah,

sehingga harus ada upaya untuk meningkatkan. Pada saat ini 90%

diutamakan untuk ekspor antara lain ke Rusia, Arab Saudi, Uzbekistan,

Iran, Singapura, Azerbaijan, dan lain-lain.

6. Dalam rangka meningkatkan pasar ekspor dracaena maka diperlukan

inovasi untuk bentuk-bentuk rangkaian yang lebih menarik agar peluang

ekspor semakin luas.

7. Untuk rangkaian ekspor harus diperhatikan bahwa pertumbuhan

tunasnya harus sama antara batang satu dengan yang lain.

8. Dalam satu tahun, Gapoktan Alamanda dapat mengekspor rangkaian

dracaena sebanyak 3-4 container berukuran 40 feet bahkan dapat

mencapai 4-7 container. Dracaena bentuk curly diekspor dengan harga

jual $0,7 per rangkaian. Sebelum diekspor, pihak dari Badan Karantina

melakukan penyemprotan produk rangkaian dracaena di dalam gudang

milik Gapoktan Alamanda.

9. Pengemasan untuk ekspor menggunakan kardus stereofoam berukuran

75 x 40 x 30 cm dan biasanya dilengkapi dengan jelly, plastik, mulsa,

busa, atau kapas sebagai media yang melindungi rangkaian dracaena.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 322

B. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong (Untuk

komoditas krisan) dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2015 di kab.

Semarang. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari petugas Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, petugas

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Semarang, BPTP

Prov. Jateng, BPSB TPH Prov. Jateng, BPTPH Prov. Jateng, Balai Benih

TPH Kabupaten Semarang, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), KCD

Kabupaten Semarang, dan petani tanaman daun dan bunga potong Kab.

Semarang dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

Hasil :

1. Kecamatan Bandungan - Kabupaten Semarang merupakan salah satu

kawasan sentra hortikultura di Provinsi Jawa Tengah termasuk tanaman

florikultura. Komoditas forikultura yang banyak dikembangkan di

Kecamatan Bandungan antara lain ; krisan, leatherleaf, gerbera, gladiol,

sedap malam, phylodendron, mawar, serta aneka tanaman pot dan

landskap.

2. Komoditas florikultura yang paling banyak dikembangkan di kecamatan

Bandungan adalah krisan dengan luas tanaman krisan di kec.

Bandungan ± 50 ha. Pemasaran produk krisan dari daerah ini disamping

untuk pasar lokal juga meliputi ; Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan

Bali.

3. Pemerintah sudah memfasilitasi outlet berpendingin dengan solar cell

untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura khususnya daun dan

bunga potong di Propinsi Jawa Tengah yang digunakan untuk

mendisplay dan atau menjual produk florikultura dengan menggunakan

sumber energi matahari (solar panel).

4. Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah

untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu

yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu serta menyediakan

informasi tentang ketersediaan produknya.

5. Untuk meningkatkan daya saing produk usaha tani florikultura diharapkan

pelaku usaha dapat menerapkan GAP dan GHP yang merupakan salah

satu syarat untuk kebun atau lahan yang dapat diregistrasi.

6. Untuk mengatasi sulitnya mendapatkan benih bermutu khususnya untuk

benih krisan, sebaiknya didalam kelompok tani ada 1 atau 2 orang dari

anggota kelompok tersebut bergerak di bidang penangkaran benih untuk

mensupport kegiatan penyediaan benih bagi anggota kelompoknya.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 323

7. Penggunaan benih bermutu sangat penting, dimana mutu benih

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya

florikultura sehingga produk yang dihasilkan dapat berdaya saing

8. Disampaikan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura, bahwa untuk

permohonan bantuan benih termasuk benih florikultura agar diajukan

melalui proposal (E proposal) yang diketahui oleh Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota.

9. Direktorat Perbenihan Hortikultura akan mengadakan jambore varietas

krisan di Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada tahun ini. Dalam jambore

varietas tersebut akan ditampilkan varietas-varietas krisan Balithi

termasuk jenis-jenis yang baru.

10. Permasalahan dalam penangkaran benih khususnya untuk benih krisan

adalah sulitnya untuk mendapatkan benih sumber, hal ini merupakan

salah satu kendala kurang berkembangnya industri perbenihan krisan di

kecamatan bandungan.

11. Diinformasikan oleh petugas lapang POPT bahwa OPT yang banyak

menyerang krisan adalah penyakit karat dan lalat Liriomyza sp. yang sulit

untuk dikendalikan

12. Tenaga POPT dilapangan saat ini banyak yang sudah pensiun, disisi lain

penambahan tenaga POPT tidak ada, sehingga dikhawatirkan kedepan

pengamatan organisme pengganggu tanaman kurang optimal.

13. Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jawa Tengah

memiliki kegiatan pendampingan untuk tanaman krisan yaitu membuat

deplot uji adaptasi dan pengenalan varietas-varietas krisan terbaru dari

Balithi.

14. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa

Tengah untuk TA. 2015 ini akan memberikan bantuan benih anggrek

untuk kelompok tani Leatherleaf di dusun Bamdir, desa Losari,

Kecamatan Bandungan sebagai usaha tambahan bagi kelompok

tersebut.

15. Tanaman leatherleaf di desa Tolokan kecamatan Getasan daunnya

banyak terkena serangan jamur. Serangan jamur ini sulit dikendalikan

walaupun sudah menggunakan berbagai jenis fungisida. Selain itu rumah

lindungnya banyak yang rusak terkena angin kencang dan untuk

perbaikannya membutuhkan biaya yang besar.

16. Dinformasikan bahwa tanaman leatherleaf setelah berumur 3 – 4 tahun

bedengannya sudah dipenuhi oleh rimpang, sehingga mengurangi

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 324

produksi daunnya. Untuk mengatasi hal tersebut disarankan dilakukan

penjarangan dan rimpangnya dimanfaatkan untuk benih.

17. Cara pembuatan benihnya dapat mengacu kepada pedoman SOP

Perbenihan leatherleaf yang diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan

Hortikultura.

18. Pemasaran produk leatherleaf dari sentra leatherleaf di Kabupaten

Semarang saat ini hanya untuk pasar domestik karena harganya lebih

baik dari pasar ekspor.

19. Tanaman Sedap Malam di Ambarawa saat ini makin berkurang

luasannya karena berbagai hal diantaranya banyak tanaman terkena

serangan OPT, munculnya sentra baru sebagai pesaing dan banyaknya

bunga sedap malam yang rusak pada saat distribusi, serta minimnya

bantuan dari pemerintah.

20. Mohon perbaikan fasilitas pasar Bandungan sebagai pasar bunga atau

produk hortikultura lainnya. Untuk hal tersebut Pemda Kabupaten

Semarang akan mengkajinya terlebih dahulu apakah akan dibangun

ditempat tersebut atau dipindahkan ketempat lain yang lebih baik.

21. Beberapa komoditas florikultura utama yang mempunyai nilai ekonomis di

Propinsi Jawa Tengah antara lain Melati, Sedap Malam, Anggrek dan

Leatherleaf fern.

22. Kunjungan lapang dilakukan ke beberapa pelaku usaha tanaman hias

daun dan bunga potong untuk melihat permasalahan langsung

dilapangan telah dilakukan kunjungan lapang ke pelaku usaha tanaman

hias antara lain:

Kelompok tani Aglonema

Kelompok tani Aglonema yang beralamat di Kecamatan Sumowono

– Kab. Semarang, merupakan kelompok tani yang mengusahakan

tanaman leatherleaf. Permasalahan budidaya yang ditemukan

dilapangan adalah banyaknya serangan jamur karat dan hal ini

sudah dilakukan pemberantasannya dengan fungisida tetapi belum

berhasil untuk disarankan untuk dikonsultasikan dengan POPT

setempat. Penanganan pasca panen sudah dilakukan secara

sederhana tetapi tidak diruang khusus untuk pascapanen.

Pelaku usaha Gerbera (Pak Irawan)

Lokasi usaha Gerbera berada di dusun Tegal Koto, desa Lanjen,

Kecamatan Sumowono – Kabupaten Semarang. Luas kebun gerbera

± 3.000 m2 dengan produksi 200 – 300 ikat perminggu, dimana 1

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 325

ikat berisi 10 tangkai dan dijual perikat seharga Rp. 15.000 ke pasar

lokal. Panen dilakukan 2 kali seminggu pada hari senin dan kamis

dan jenis gerbera yang ditanam adalah yang berwarna merah, pink

dan kuning. Permasalahan yang ditemukan di lapangan adalah

banyaknya serangan lalat Liriomyza Sp.

Kelompoktani Gemah Ripah

Kelompok tani Gemah Ripah adalah kelompok tani tanaman hias

krisan yang berlokasi di dusun Celepar, desa Duren, Kecamatan

Bandungan – Kabupaten Semarang. Krisan yang ditanam

kebanyakan jenis spray dari varietas Puspita Nusantara, Pasopati,

Dewi Ratih, White Fiji dll. Produksi krisan dipasarkan ke Semarang,

Yogjakarta, Solo dll. Adapun permasalahan yang ditemukan adalah

masih banyaknya serangan karat daun dan penanganan pascapanen

dilakukan secara sederhana di kebun.

C. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong

(Pengembangan Krisan) dilaksanakan tanggal 13 – 16 Mei 2015 di Kab.

Kulonprogo – Yogyakarta. Pertemuan dihadiri oleh 40 orang peserta yang

terdiri dari petugas Peserta dari kegiatan ini sebanyak 40 orang terdiri dari

petugas Dinas Pertanian Propinsi Yogyakarta, petugas Dinas Pertanian

Kabupaten Kulon Progo, petugas Balai Proteksi Tanaman Pertanian Provinsi

DIY, pengawas Benih Tanaman (PBT) dari BPSB Pertanian Provinsi DIY,

petugas Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BPPTPH), Kepala Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan

dan Kehutanan (KP4K) Kabupaten Kulon Progo, Petugas Penyuluh Lapangan

(PPL) Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K)

Kabupaten Kulon Progo, Mantri Tani P3D TPH Kecamatan Samigaluh, POPT

Kecamatan Samigaluh, petani krisan Kabupaten Kulon Progo.

Hasil :

1. Kabupaten Kulon Progo terutama Kecamatan Samigaluh merupakan

daerah yang memiliki potensi yang besar untuk pengembangan tanaman

hias daun dan bunga potong, termasuk tanaman krisan.

2. Dalam rangka pengembangan krisan di Kabupaten Kulon Progo,

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi

petani krisan yaitu gerobak motor dan meja pascapanen pada tahun

2014, dan pada tahun 2015 telah difasilitasi juga gerobak motor roda tiga

dan sarana prasarana pascapanen (packing house). Saat ini total luas

penanaman krisan di Kabupaten Kulon Progo seluas 5100m2.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 326

Sedangkan untuk budidaya, tahun ini pemerintah memfasilitasi

pengembangan kawasan krisan seluas 2500 m2.

3. Pengembangan krisan di Kabupaten Kulon Progo berdampak positif bagi

kehidupan masyarakatnya, antara lain pekarangan menjadi lebih asri,

peningkatan pemberdayaan masyarakat, serta peningkatan pendapatan

petani sehingga mampu mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten

Kulon Progo.

4. Gapoktan Seruni Menoreh, petaninya mengharapkan adanya fasilitasi

mobil box berpendingin dari pemerintah untuk menjaga mutu krisannya

saat distribusi.

5. Penanganan pascapanen untuk komoditas krisan masih dilakukan di

rumah salah satu petani yang dijadikan bangsal pascapanen sementara

karena bangsal pascapanen baru akan diadakan pada tahun 2015 ini.

6. Di Kabupaten Kulon Progo belum ada penangkar khusus untuk benih

krisan sehingga masih harus mengandalkan bibit dari UPBS BPTP

Provinsi DIY.

7. Aspek OPT yang menjadi kendala dalam budidaya krisan di Kabupaten

Kulon Progo yaitu serangan OPT lalat Liriomyza sp. dan penyakit karat.

Serangan penyakit karat hanya kurang dari 5% dan dapat dikendalikan

dengan perompesan daun ketika sudah mulai terlihat adanya gejala.

8. Kelemahan dari petani pada umumnya adalah kurangnya pencatatan

dalam setiap pelaksanaan budidaya maupun pascapanen. Agar lahannya

dapat diregister, petani harus menerapkan GAP dan GHP dalam usaha

taninya agar dapat mempertahankan mutu produknya.

9. Gapoktan Seruni Menoreh saat ini membutuhkan chopper yang bisa

digunakan untuk mencacah sisa-sisa bagian tanaman yang tidak terjual

sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik.

10. Pada kegiatan ini juga telah dilaksanakan pelatihan dan demo merangkai

bunga yang diikuti oleh peserta dari Gapoktan Seruni Menoreh dengan

instruktur dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

D. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong dilaksanakan

tanggal 8 – 11 September 2015 di kota Semarang dan Kab. Magelang – Jawa

Tengah. Pertemuan di hadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari masing-masing

kota Semarang dan kabupaten Magelang.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 327

Peserta yang hadir terdiri dari :

1. Peserta Kota Semarang sebanyak 40 orang terdiri dari :

Petugas Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, petugas Dinas

Pertanian Kota Semarang, Penyuluh Lapangan Kota Semarang, KCD

Kota Semarang, Petugas POPT Kota Semarang dan Petani Tanaman

Daun dan Bunga Potong Kota Semarang.

2. Peserta Kabupaten Magelang sebanyak 40 orang terdiri dari :

Petugas Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, petugas Dinas

Pertanian Kota Semarang, Penyuluh Lapangan Kabupaten Magelang,

KCD Kabupaten Magelang, Petugas POPT Kabupaten Magelang dan

Petani Tanaman Daun dan Bunga Potong Kabupaten Magelang.

Hasil yang diperoleh dari kegiatan Kota Semarang :

1. Kedepan program pengembangan hortikultura dalam hal ini termasuk

untuk tanaman florikultura akan dilakukan dengan pola inti plasma sesuai

dengan arahan Dirjen Hortikultura.

2. Program pengembangan dengan pola intiplasma tersebut untuk tahap

awal ditujukan untuk beberapa komoditas unggulan, dimana untuk

tanaman hias direncanakan tanaman Dracaena, Melati, dan Krisan.

3. Penerapan GAP dan GHP merupakan juga salah satu syarat untuk

kebun-kebun atau lahan usaha yang dapat diregistrasi. Kedepan kebun-

kebun yang dapat difasilitasi bantuan dari pemerintah adalah kebun-

kebun yang sudah diregistrasi.

4. Program pengembangan florikultura di Propinsi Jawa Tengah antara lain

adalah ; pengembangan kawasan, bimbingan teknis, penguatan

perbenihan, budidaya berbasis SOP/GAP, registrasi, kemitraan

pemasaran, magang, dan inovasi teknologi.

5. Dalam rangka untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura

khususnya daun dan bunga potong di Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah

sudah memfasilitasi outlet berpendingin dengan solar cell. Pemanfaatan

dan pengelolaan outlet berpendingin saat ini masih dibawah Dinas

Pertanian Kota Semarang bekerjasama dengan pelaku usaha tanaman

hias (Ibu Yudit).

6. Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah

untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu

yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 328

7. Asosiasi Multiflora kota Semarang berminat untuk membantu mengelola

outlet berpendingin khususnya untuk tanaman pot dan landskap.

Pengelolaan outlet berpendingin dengan melibatkan semua stakeholder

tanaman hias dan diharapkan semua stakeholder tanaman hias

berkomitmen untuk dapat mengelola outlet tersebut secara optimal.

Hasil yang diperoleh dari Kegiatan Kabupaten Magelang :

1. Untuk mendukung penerapan GAP dan GHP maka Direktorat Budidaya

dan Pascapanen Florikultura telah membuat buku pedoman GAP dan

GHP untuk beberapa komoditas utama florikultura dan pelaksanaan

penerapannya dapat disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.

2. Penerapan GAP dan GHP merupakan juga salah satu syarat untuk

kebun-kebun atau lahan usaha yang dapat diregistrasi sebagai syarat

penerima fasilitasi bantuan pemerintah.

3. Program pengembangan florikultura di Propinsi Jawa Tengah antara lain

adalah ; pengembangan kawasan, bimbingan teknis, penguatan

perbenihan, budidaya berbasis SOP/GAP, registrasi, kemitraan

pemasaran, magang, dan inovasi teknologi.

4. Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah

untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu

yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu. Outlet ini diharapkan

berfungsi sebagai outlet penjualan/show window untuk produk daun dan

bunga potong serta komoditas florikultura lainnya dari jenis tanaman pot

maupun lanskap.

5. Sehubungan dengan hal tersebut diatas diharapkan pelaku usaha

tanaman florikultura di kota Semarang dapat berkerjasama dengan

pengelola outlet berpendingin tersebut untuk memasarkan produk-produk

florikulturanya. Pemasarannya dapat dilakukan dengan cara mendisplay

sample produknya serta menyediakan informasi tentang ketersediaan

produknya.

6. Komoditas florikultura yang paling banyak dikembangkan di kota

Magelang adalah tanaman hias pot dan landskap. Pemasaran untuk

tanaman pot dan landskap kota Magelang sebagian besar untuk pasar

lokal dan sekitar Jawa Tegah.

7. Benih bermutu merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam

budidaya florikultura sehingga produk yang dihasilkan dapat berdaya

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 329

saing. Untuk itu penggunaan benih bermutu merupakan keharusan dalam

pelaksanaan budidaya tanaman florikultura.

8. Pengajuan permohonan bantuan benih termasuk benih florikultura untuk

pengembangan tanaman florikultura di daerah dapat diajukan melalui

proposal (E proposal) ke Kementerian Pertanian yang permohonan

bantuan benih tersebut harus diketahui dan melalui Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota.

E. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong (Untuk

komoditas Dracaena Sanderiana wilayah Kab. Sukabumi dan komoditas

krisan di wilayah Kab. Cianjur). Dilaksanakan tanggal 1 Oktober 2015 di

Sukabumi dan 2 Oktober 2015 di Cianjur. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta

di masing-masing Kabupaten.

a. Peserta yang hadir terdiri dari :

1. Kabupaten Sukabumi sebanyak 40 orang terdiri dari :

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi, BPSB TPH

Propinsi Jawa Barat, BP3K Kecamatan Sukabumi, BP3K

Kecamatan Sukaraja, Poktan Alamanda Sukabumi, Poktan Sari

Tani Jaya Sukabumi, Poktan Albino Langensari Sukabumi, Poktan

Itikurih Sukabumi, Asosiasi Florismi Sukabumi, Asosiasi Florikultura

Sukabumi, UMMI (Mahasiswa Magang) dan Direktorat Budidaya

dan Pascapanen Florikultura.

2. Kabupaten Cianjur sebanyak 40 orang dan terdiri dari :

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur, BPBTPH

Kabupaten Cianjur, BP4K Kabupaten Cianjur, PPL Desa Pakuon,

PPL Kecamatan Pacet, PPL Kecamatan Sukaresmi, Poktan

Rosalinda Ciwalet, Glori Farm-Pakuon, Poktan Seruni Citra Resmi-

Cianjur, Aulia Floris-Sindang Laya, Bunga Ester-Cikandana, Poktan

Delia Flower-Pakuon, Poktan Pasir Haur-Pakuon, Poktan. Raharja

Ciwalet, Poktan Puspitas Pelangi Pakuon, Nayla Floris- Pakuon,

Poktan Hijau Daun-Pakuon, Poktan Selawi Mukti-Pacet, Poktan

Mawar Bodas-Pacet, Reisa Florist-Pakuon, Poktan Mekar Tani-

Pakuon, Bana Muda Lestari-Cipendawa, Poktan Bunga Harapan-

Cikanere dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 330

Hasil yang diperoleh dari Kegiatan Kab. Sukabumi :

1. Sukabumi memiliki potensi yang beragam untuk dikembangkan.

Salah satu potensi yang ada adalah tanaman hias. Kabupaten

Sukabumi merupakan salah satu pemasok utama tanaman hias ke

kawasan Jakarta dan sekitarnya.

2. Daerah penghasil tanaman hias adalah Kecamatan Sukabumi,

Sukaraja, Cidahu, dan Cicurug. Komoditas unggulan adalah

Draceana 5Ha, krisan 20Ha, sedap malam 5Ha, gladiol, dan garbera

3. Jumlah kelompoktani Hortikultura secara keseluruhan mencapai 250

kelompok dan yang menangani florikultura sebanyak +100 kelompok.

Salah satu kelompoktani andalan yang sudah sangat maju dan

sudah berhasil mengekspor dracaena dan tanaman hias lain adalah

Poktan Alamanda.

4. Kegiatan pengukuhan kawasan agribisnis horikultura berbasis

inovasi serta jambore varietas unggul tanaman hias telah

dilaksanakan di Kampung Pasirhalang, Desa Langensari,

Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, pada tanggal 9

september 2015 yang terpilih menjadi daerah pengembangan

tanaman hias khususnya krisan.

5. BPTP Jawa Barat berkiprah mendiseminasikan, memberikan

pelatihan, serta pendampingan teknologi tanaman hias, memberikan

layanan konsultasi pengembangan usaha florikultura serta klinik

agribisnis yang dilakukan secara kontinyu dan intensif, guna turut

mewujudkan pengembangan kawasan agribisnis tanaman hias di

kabupaten Sukabumi.

6. Melalui pengembangan managemen agribisnis yang dirancang

menggunakan teknologi dan inovasi hasil Badan Litbang Pertanian,

diharapkan dapat memberikan manfaat langsung terhadap kualitas

dan kuantitas produk tanaman hias. Sehingga mampu membangun

jaringan kerjasama dengan berbagai stake holder.

7. Untuk tahun 2015 fasilitas bantuan di Kabupaten Sukabumi akan

difokuskan pada komoditas krisan.

8. Pada pertemuan ini diinformasikan bahwa pada peraturan tentang

perbenihan, benih florikultura tidak diperlukan sertifikat, namun

hanya perlu didaftarkan saja ke Balai Pengawasan dan Sertifikasi

Benih.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 331

9. Aspek OPT menjadi kendala dalam budidaya dracaena yaitu

serangan penyakit daun menjadi layu yang dikarenakan cendawan.

Petugas POPT menyarankan untuk menggunakan agensia hayati

PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Petani bisa

mendapatkan agensia hayati tersebut di Laboratorium Bojong

Picung, Cianjur.

10. Dalam rangka meningkatkan pasar ekspor dracaena maka

diperlukan inovasi untuk bentuk-bentuk rangkaian yang lebih menarik

agar peluang ekspor semakin luas.

11. Kunjungan lapang di Gapoktan Alamanda, Sukabumi Tanggal 1

Oktober 2015. Beberapa hasil yang didapatkan dari kunjungan ini

antara lain :

Langkah-langkah penanganan pascapanen yang dilakukan oleh

Gapoktan Alamanda di packing house meliputi penerimaan hasil

panen, pencucian, trimming, sortasi, grading, perangkaian,

pengemasan, pelabelan, penyimpanan, dan pengiriman. Setelah

sortasi dan grading dilakukan pemotongan batang dracaena

sesuai dengan bentuk rangkaian yang akan dibuat dan

selanjutnya dirangkai. Kemudian dracaena direndam dalam

larutan perangsang akar/tunas selama 30 menit lalu dilakukan

persemaian di dalam rak selama + 2 minggu untuk

menumbuhkan tunas. Setelah tumbuh tunas dilakukan

penyemprotan dengan obat untuk menghambat pertumbuhan

daun. Selanjutnya rangkaian siap untuk dipindahkan ke dalam

pot yang berisi air, jelly atau cocopeat. Untuk rangkaian ekspor

harus diperhatikan bahwa pertumbuhan tunasnya harus sama

antara batang satu dengan yang lain.

Dalam satu tahun, Gapoktan Alamanda dapat mengekspor

rangkaian dracaena sebanyak 3-4 container berukuran 40 feet

bahkan dapat mencapai 4-7 container. Dracaena bentuk curly

diekspor dengan harga jual $0,7 per rangkaian. Sebelum

diekspor, pihak dari Badan Karantina melakukan penyemprotan

produk rangkaian dracaena di dalam gudang milik Gapoktan

Alamanda.

Pengemasan untuk ekspor menggunakan kardus stereofoam

berukuran 75 x 40 x 30 cm dan biasanya dilengkapi dengan jelly,

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 332

plastik, mulsa, busa, atau kapas sebagai media yang melindungi

rangkaian dracaena.

Hasil yang diperoleh dari Kegiatan Kab. Cianjur :

1. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu penghasil dan pemasok

tanaman hias ke Ibu Kota Jakarta dan kota lain di Indonesia

terutama tanaman hias daun potong , mawar dan krisan.

2. Pengembangan florikultura di Kabupaten Cianjur tersebar di 8

Kecamatan dari jumlah 32 yaitu; Kecamatan Sukaresmi, Cipanas,

Pacet, Cugenang, Warung Kondang, Gekbrong, Cibeber, dan

Kecamatan Cilaku. Komoditas yang dikembangkan di daerah

tersebut adalah bunga dan daun potong tanaman pot dan tanaman

taman.

3. Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur

menyampaikan banyak hal penting bagi para petani dan pelaku

usaha pada pertemuan ini antara lain :

Banyak sekali program dan konsep yang bagus dibuat oleh

Propinsi Jawa Barat termasuk untuk pengembangan tanaman

hias di wilayah Cianjur, tetapi konsep dan program di Jawa

Barat tersebut dicontoh dan banyak dilaksanakan di daerah lain

seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera dan daerah lain

yang rata rata berhasil.

Sebagai daerah yang dekat dengan Jakarta kualitas

Sumberdaya Manusia (SDM) petani dan pelaku usaha

tanaman hias serta Sumberdaya Kelembagaan di Kabupaten

Cianjur yang harus ditingkatkan terlebih untuk menghadapi

Masyarakat Ekonomi Asia. Agar tidak tertinggal dan mampu

bersaing dengan Negara lain.

Adanya sebuah inovasi pengembangan komoditas florikultura

diharapkan dapat menginisiasi tumbuhnya industri terkait di

sentra produksi.

4. Kunjungan lapang di Gapoktan Glori Farm, Cianjur Tanggal 2

Oktober 2015. Beberapa hasil yang didapatkan dari kunjungan ini

antara lain :

Langkah-langkah penanganan pascapanen yang dilakukan

oleh Gapoktan Glori Farm di packing house meliputi :

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 333

a). Pengumpulan dan pembersihan bunga

Kegiatan pengumpulan dan pembersihan bunga dari

kotoran, serangga dan bunga yang sudah tua. Adapun

standar pengumpulan dan pembersihan bunga potong

yaitu: 1) mengumpulkan bunga setelah dipanen di kebun,

2) membersihkan bunga dari kotoran, dan 3)

menggunakan insektisida secara minimal.

b). Pemasarannya dilakukan melalui berbagai cara yaitu :

- Penjualan berdasarkan pesanan yang telah

berlangsung lama dimana transaksinya dilakukan

dengan saling percaya dan tidak terikat kontrak, hal ini

dilakukan berkaitan dengan alasan kuantitas dan

kontinuitas.

- Penjualan langsung atau pembeli langsung datang ke

petani.

- Penjualan ke Pasar Rawa Belong

- Untuk transportasi pengiriman bunga dan daun potong

yang dilakukan oleh petani di Cianjur rata rata

menggunakan mobil bak terbuka, dan ditumpuk

dengan alasan jarak dan waktu yang dekat dan tidak

memakan waktu yang lama sampai ke tujuan.

c). Penjualan bunga potong dari kelompok tani Glory farm

tersebut sudah meluas sampai keluar kota diantaranya;

Menado, Medan, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan

lain-lain.

F. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong, dilaksanakan

tanggal 23 – 24 November 2015 di Kabupaten Bandung dan Kabupaten

Bandung Barat. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta di masing-masing

kabupaten yang terdiri dari : Petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung,

POPT Pasir Jambu, POPT Cimaung dan pelaku usaha florikultura di

Kabupaten Bandung. Dan petugas Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat,

petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat, petugas POPT

Propinsi Jawa Barat, BP3K Cisarua, BP3K Parongpong dan pelaku usaha

florikultura di Kabupaten Bandung Barat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 334

Hasil yang diperoleh dari Kabupaten Bandung

1. Beberapa daerah yang mempunyai potensi tinggi dalam pengembangan

tanaman florikultura yaitu di Kecamatan Cimaung, Cicalengka, Pasir

Jambu, dan Pengalengan. Adapun komoditas florikultura yang

dikembangkan adalah mawar, lili, gerbera, carnation.

2. Rata-rata dari petani yang hadir dalam pertemuan ini adalah petani

florikultura baru, namun mereka semangat untuk belajar dan

mengembangkan tanaman florikultura dalam usaha taninya.

3. Dengan bergabungnya petani ke dalam sebuah kelembagaan yang kuat

maka diharapkan petani mempunyai posisi tawar yang tinggi. Selain itu

dengan adanya kelembagaan diharapkan jalinan silaturahmi antar

anggota semakin kuat.

4. Untuk meningkatkan kualitas produk florikultura, petani di Kabupaten

Bandung diharapkan dalam melaksanakan usaha taninya dapat

menerapkan SOP Budidaya dan SOP Pascapanen Florikultura.

5. Perlunya bimbingan dari petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung

kepada kelompok tani florikultura karena rata-rata masih pemula.

6. Pasar Induk Tematik untuk pemasaran tanaman florikultura rencananya

akan menempati lahan seluas 13 ha dan tempatnya strategis karena

dekat dengan jalan yang rencananya akan dibangun tol Seroja (Pasir

Koja – Soreang).

7. Guna mengatasi produksi krisan yang berlimpah pada bulan-bulan

tertentu maka petani harus bisa melihat peluang pemasaran setiap

bulannya untuk menetapkan jadwal penanaman, jumlah yang akan di

tanam serta jenis krisan yang diminati pasar.

8. Permasalahan yang dihadapi oleh petani di Kabupaten Bandung

diantaranya adalah:

- Keterbatasan benih yang berkualitas

- Petani belum terlalu memahami tentang teknologi budidaya dan

pascapanen florikultura, karena pada umumnya masih petani

pemula

- Pemasaran belum satu pintu, masing-masing petani menjual

produknya sendiri-sendiri sehingga antar petani pun harga jualnya

juga beragam.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 335

Hasil yang diperoleh dari Kabupaten Bandung Barat :

1. Beberapa daerah yang banyak mengembangkan tanaman florikultura

yaitu di Kecamatan Lembang, Parongpong dan Cisarua. Adapun

komoditas florikultura yang dikembangkan paling banyak adalah krisan

potong

2. Berdasarkan ATAP (Angka Tetap) 2014 dan angka ASEM (Angka

Sementara) 2015, nilai produksi florikultura di Kabupaten Bandung

Barat lebih kecil jika dibandingkan dengan Kabupaten Sukabumi dan

Cianjur, padahal jika dilihat dari produksi riil-nya di lapangan, nilai

produksi florikultura (sebagai contoh krisan) di Kabupaten Bandung

Barat lebih tinggi dibandingkan ke-dua kabupaten tersebut.

3. Pelaku usaha florikultura di Kabupaten Bandung Barat telah membentuk

koperasi dengan nama Koperasi Bunga Sajati Mandiri seperti halnya

koperasi yang sudah terbentuk di Kabupaten Cianjur guna memfasilitasi

pemasaran anggota kelompok taninya. Saat ini sedang dalam proses

pendaftaran badan hukum.

4. Petani di Kabupaten Barat sebanyak sepuluh orang telah mengikuti

SKKNI di BBPP, Lembang dan dinyatakan lulus semuanya. Petani yang

telah mendapatkan sertifikasi SKKNI diharapkan dapat melakukan

transfer teknologi budidaya florikultura.

5. Untuk meningkatkan kualitas produk florikultura, petani di Kabupaten

Bandung Barat diharapkan dalam melaksanakan usaha taninya dapat

menerapkan SOP Budidaya dan SOP Pascapanen Florikultura.

6. Kabupaten Bandung Barat dalam rangka mempromosikan produk

florikulturanya berencana akan turut berpartisipasi dalam Festival Bunga

dan Buah Nusantara (FBBN) 2015 yang diselenggarakan oleh Institut

Pertanian Bogor pada tanggal 27 – 30 November 2015 di Bogor.

7. Komoditas florikultura yang sedang menjadi tren dikembangkan di

Kabupaten Bandung Barat yaitu Mawar Resida (mawar dengan warna

ungu dan penanaman tidak menggunakan naungan), carnation,

gerbera, peacock, dan ruscus.

8. Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani/gapoktan di

Kabupaten Bandung Barat, yaitu : tidak adanya kepastian harga dan

pasar, serta memahami persyaratan ekspor baik dari persyaratan

domestik maupun negara tujuan ekspor sehingga tidak terulang kasus

produk dikembalikan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 336

9. Ekspor ruscus dilakukan melalui kerjasama dengan buyer Cipanas

dengan daerah tujuan ekspor Korea. Pengiriman dilakukan satu bulan

sekali. Keunggulan ruscus adalah vase life nya lama hingga satu bulan

masih tetap segar.

10. Beberapa petani florikultura di Kabupaten Bandung Barat memasarkan

produknya ke bandar/tengkulak dengan harga yang berbeda tiap

bandar. Petani tidak bisa menetapkan harga secara mandiri. Untuk itu

dengan adanya koperasi yang sedang dalam proses perijinan pendirian,

diharapkan nantinya dapat menampung produk dari petani dengan

harga jual atas keputusan bersama anggota sehingga tidak merugikan

salah satu pihak.

6. Hasil/Outcome

Meningkatnya pemahaman petugas, petani dan pelaku usaha tentang Teknologi

Pascapanen Daun dan Bunga Potong.

7. Manfaat/Benefit

Petani/produsen/pelaku usaha florikultura mampu menerapkan teknologi pascapanen

tanaman hias daun dan bunga potong sehingga dapat meningkatkan kualitas produk

florikultura.

8. Dampak/Impact

Berkembangnya penggunaan dan penerapan teknologi pascapanen tanaman hias daun

dan bunga potong.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Upaya meningkatkan nilai produk florikultura khususnya tanaman hias daun dan

bunga potong agar mampu berdaya saing di pasar dalam negeri bahkan di luar

negeri salah satunya melalui penerapan standar operasional prosedur GHP

pascapanen dalam rangka pelaksanaan usaha tani florikultura agar dapat

meningkatkan produksi dan mempertahankan mutu, sehingga produk florikultura

yang dihasilkan berdaya saing.

9.2. Saran

a. Perlunya penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP), GHP pascapanen

dalam usaha tani florikultura agar dapat meningkatkan produksi dan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 337

mempertahankan mutu produk florikultura khususnya produk daun dan bunga

potong.

b. Perlunya sosialisasi, tata cara dan persyaratan ekspor produk florikultura agar

produk yang diekspor dapat diterima dan tidak ditolak oleh negara tujuan

ekspor.

c. Kelompok tani/Gapoktan agar membentuk koperasi sehingga diharapkan

nantinya dapat untuk memfasilitasi pemasaran sehingga dapat meningkatkan

produk dari petani, posisi tawar petani dalam menentukan harga jual produk

petani florikultura.

PEMBERDAYAAN SARANA PRASARANA PASCAPANEN TANAMAN DAUN DAN

BUNGA POTONG

1. Latar Belakang

Pemasaran daun dan bunga potong di Indonesia cenderung dilakukan pada malam hari

dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya pelayuan akibat terik matahari. Agar bisa

dilakukan tidak hanya pada malam hari, dibutuhkan tempat pemasaran daun dan bunga

potong atau produk florikultura lainnya dengan sistem dan tempat yang baik sehingga

mutu produk tetap terjaga baik sampai ke konsumen. Sehubungan dengan itu,

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah membuat tempat pemasaran

produk florikultura yang disebut outlet berpendingin dengan solar cell sebagai sumber

energi listriknya yang berlokasi di Kota Bandung pada tahun 2013 dan di Kota

Semarang pada tahun 2014.

Outlet berpendingin dengan solar cell berfungsi sebagai outlet penjualan/show window

produk florikultura baik tanaman daun dan bunga potong maupun tanaman pot dan

lansekap. Dengan hadirnya outlet ini di tengah masyarakat perkotaan, diharapkan

produk florikultura dapat dengan mudah dijangkau oleh konsumen dengan ketersediaan

produk yang lebih variatif, kreatif, mutu yang tinggi serta kontinyu. Oleh karena itu, perlu

dilaksanakan pemberdayaan outlet berpendingin agar outlet tersebut dapat

dimanfaatkan secara optimal khususnya dalam menyediakan produk florikultura sesuai

selera pasar/konsumen. Pemberdayaan outlet berpendingin dapat dilakukan antara lain

melalui pengaturan pasokan produk florikultura, penataan display yang menarik, dan

menampilkan kreativitas/ekonomi kreatif dari produk florikultura, berupa rangkaian,

bunga kering dan lain-lain.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 338

Dalam rangka menjamin kontinyuitas ketersediaan produk, perlu dilakukan penataan

pasokan/supply produk florikultura dari daerah sentra produksi ke outlet. Untuk itu,

diadakan pertemuan kemitraan antara pengelola outlet berpendingin dengan

petani/poktan/gapoktan/Balai Benih Induk setempat baik dari sekitar outlet maupun dari

daerah sentra florikultura lainnya.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Melaksanakan Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan

Bunga Potong (outlet berpendingin dengan soalr cell) dengan melakukan

koordinasi pemanfaatan dan pengelolaan outlet berpendingin.

b. Menata rencana pasokan produk florikultura yang bermutu, variatif, kreatif dan

kontinyu, serta sesuai dengan selera pasar/konsumen dari daerah sentra

produksi ke outlet berpendingin.

2.2. Sasaran

a. Terkoordinasinya pemanfaatan dan outlet berpendingin secara efektif.

b. Tertatanya rencana pasokan produk florikultura yang bermutu, variatif, kreatif

dan kontinyu, serta sesuai dengan selera pasar/konsumen dari daerah sentra

produksi ke outlet berpendingin.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 56.388.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 56.180.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi Teknis

3.4. SDM

4. Pelaksanaan Kegiatan

4.1. Menyediakan konsumsi pemberdayaan sarana dan prasarana pascapanen daun

dan bunga potong

4.2. Memberikan honor kepada narasumber pakar/praktisi.

4.3. Memberikan honor kepada moderator.

4.4. Melaksanakan perjalanan dalam rangka pemberdayaan sarana prasarana

pascapanen daun dan bunga potong.

4.5. Memberikan penggantian transport pemberdayaan sarana dan prasarana

pascapanen daun dan bunga potong

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 339

5. Keluaran/Output

5.1. Terlaksananya penyediakan konsumsi sebanyak 2 (dua) kali dalam rangka

pemberdayaan sarana dan prasarana pascapanen daun dan bunga potong di

Bandung Barat dan Kota Semarang.

5.2. Tersedianya honor kepada narasumber pakar/praktisi pada kegiatan:

a. Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong

(outlet berpendingin dengan solar cell) di Kota Semarang pada tanggal 8 –

11 September 2015.

b. Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong

(outlet berpendingin dengan solar cell) di Bandung Barat pada tanggal 25

Nopember 2015.

5.3. Tersedianya honor kepada moderator pada kegiatan:

a. Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong

(outlet berpendingin dengan solar cell) di Kota Semarang pada tanggal 8 –

11 September 2015.

b. Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong

(outlet berpendingin dengan solar cell) di Bandung Barat pada tanggal 25

Nopember 2015.

5.4. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pemberdayaan sarana prasarana

pascapanen daun dan bunga potong sebanyak 2 (dua) OP ke Kota Semarang dan

2 (dua) OP ke Bandung Barat.

5.5. Terlaksananya pemberikan penggantian transport kepada peserta kegiatan

pemberdayaan sarana dan prasarana pascapanen daun dan bunga potong di

Kota Semarang dan Bandung Barat.

Adapun kegiatan tersebut sebagai berikut:

1. Kegiatan di Kota Semarang

a. Dilaksanakan pada tanggal 8 – 11 September 2015

b. Bertempat di Kota Semarang, Jawa Tengah

c. Dihadiri oleh 30 orang peserta.

d. Kegiatan Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga

Potong (outlet berpendingin dengan soalr cell) dihadiri oleh 30 peserta antara

lain pelaku usaha florikultura di Kota Semarang dan sekitarnya, Petugas Dinas

Pertanian Kota Semarang, Petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi

Jawa Tengah dan Petugas Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 340

e. Materi :

- Sambutan Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang

- Potensi dan Produksi Tanaman Daun dan Bunga Potong di Propinsi Jawa

Tengah

- Optimalisasi Pemanfaatan Outlet Berpendingin dengan Solar Cell dalam

Meningkatkan Pemasaran Daun dan Bunga Potong

f. Narasumber :

- Ir. WP. Rusdiana, MP (Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang)

- Ir. Endang NW, MM (Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kota Semarang)

- Ir. Sumantri (Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi

Jawa Tengah)

g. Hasil :

1. Outlet berpendingin dengan solar cell merupakan outlet penjualan/show

window produk florikultura baik tanaman daun dan bunga potong maupun

tanaman pot dan lansekap dengan menggunakan solar cell sebagai

pengganti energi listrik.

2. Guna mengoptimalkan keberadaan outlet berpendingin dalam

menyediakan produk florikultura sesuai selera pasar/konsumen maka perlu

dilakukan pemberdayaan outlet berpendingin, antara lain : melalui

pengaturan pasokan produk florikultura, penataan display yang menarik,

dan menampilkan kreativitas/ekonomi kreatif dari produk florikultura,

berupa rangkaian, bunga kering dan lain-lain.

3. Pengelolaan outlet berpendingin akan dilakukan oleh pihak ketiga melalui

kerjasama pemanfaatan dengan proses lelang. Hal ini mengacu pada

Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Junto PP No. 27 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

4. Beberapa kendala dalam pengembangan florikultura antara lain :

Keragaman mutu dan standar produk yang dihasilkan

Kesinambungan produksi terkait harga jual

Penerapan Standar Operasional Produksi (SOP) belum dilaksanakan

secara optimal

Kebijakan dan program yang masih banyak kendala dalam

mengimplementasikannya.

5. Program pengembangan florikultura di Propinsi Jawa Tengah antara lain

adalah; pengembangan kawasan, bimbingan teknis, penguatan

perbenihan, budidaya berbasis SOP/GAP, registrasi, kemitraan

pemasaran, magang, dan inovasi teknologi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 341

6. Beberapa komoditas florikultura utama yang mempunyai nilai ekonomis di

Propinsi Jawa Tengah antara lain :

Melati, adapun daerah sentra melati di Jawa Tengah adalah ; Kab.

Batang (Kec. Batang, Kendeman, Tulis, Subah, Bandar, dan Gringsing),

Kab. Pemalang (Kec. Ulujami, Petarukan), Kab. Pekalongan

(Wonokerto), dan Kab. Tegal (Kramat, Suradadi, Warureja)

Sedap Malam, daerah sentranya di Jawa Tengah adalah ; Kab.

Magelang (Grabag), Kab. Semarang (Ambarawa)

Anggrek, adapun daerah sentra anggrek di Jawa Tengah adalah ; Kota

Semarang (Kec. Gunung Pati, Mijen, Ngaliyan, Tugu, Candi Sari,

Gayamsari, Pedurungan, Geruk, Tembalang, Bayumanik, dan Gajah

Mungkur).

Leatherleaf fern, daerah sentra leatherleaf fern di Jawa Tengah adalah;

Kab. Magelang, Kab. Wonosobo, Kab, Semarang, dan Kab. Boyolali.

7. Tujuan dari penataan penataan Suplly Chain Management adalah

mengelola proses secara efisien dengan memperkirakan permintaan,

mengendalikan persediaan, meningkatkan jaringan hubungan bisnis dan

menerima respon atau status hubungan.

8. Beberapa manfaat dari penataan Suplly Chain Management adalah:

Pelaksanaan proses produk yang lebih cepat dan akurat

Pengurangan tingkat persediaan

Waktu yang lebih cepat untuk mencapai pasar/konsumen

Biaya transaksi dan bahan lain lebih rendah

Menjaga hubungan strategis antara pengusaha, pemasok dan

pengguna.

9. Dalam rangka untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura

khususnya daun dan bunga potong di Propinsi Jawa Tengah, telah

dibangun outlet berpendingin dengan solar cell di Kota Semarang

menggunakan dana APBN 2014. Pemanfaatan dan pengelolaan outlet

berpendingin saat ini masih dilakukan Dinas Pertanian Kota Semarang

bekerjasama dengan pelaku usaha tanaman hias.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 342

2. Kegiatan di Kabupaten Bandung Barat

a. Dilaksanakan pada tanggal 25 Nopember 2015

b. Bertempat di Kabupaten Bandung Barat

c. Dihadiri oleh 30 orang peserta.

d. Kegiatan Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga

Potong (outlet berpendingin dengan soalr cell) dihadiri oleh 30 peserta antara

lain pelaku usaha florikultura di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten

Bandung, Petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat dan

Kabupaten Bandung, Petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi

Jawa Barat, POPT Propinsi Jawa Barat, BP3 Cisarua, BP3 Parongpong dan

Petugas Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

e. Materi :

- Sambutan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Bandung Barat

- Potensi dan Produksi Tanaman Daun dan Bunga Potong di Propinsi

Jawa Barat

- Penanganan Pascapanen Daun dan Bunga Potong

f. Narasumber :

- Ir. Alit Rukmana mewakili Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Bandung Barat

- Adang, SP,MP mewakili Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat

- Ir. Diyosi Exva, M.Si. (Kasubdit Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga

Potong)

g. Hasil :

1. Outlet berpendingin dengan solar cell dibangun di daerah perkotaan yang

lokasinya strategis. Hadirnya outlet ini di tengah masyarakat perkotaan,

diharapkan produk florikultura dapat dengan mudah dijangkau oleh

konsumen dengan ketersediaan produk yang lebih variatif, kreatif, mutu

yang tinggi serta kontinyu. Saat ini telah dibangun dua outlet

berpendingin, yaitu di Kota Bandung pada tahun 2013 dan Kota

Semarang pada tahun 2014.

2. Dalam rangka menjamin kontinyuitas ketersediaan produk ke outlet

berpendingin, perlu dilakukan penataan pasokan/supply produk

florikultura dari daerah sentra produksi ke outlet. Untuk itu perlu adanya

kerjasama yang harmonis antara pemasok produk dengan pengelola

outlet berpendingin. Selain itu, perlu peran aktif dari pihak pemerintah

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 343

daerah terkait agar kerjasama kedua belah pihak tersebut dapat berjalan

dengan efektif.

3. Outlet berpendingin di Kota Bandung sampai saat ini belum beroperasi

secara optimal, hal ini karena beberapa hal yaitu diantaranya:

a. Kendala penetapan pengelola outlet berpendingin dimana

rencananya akan dilakukan oleh pihak ketiga melalui kerjasama

pemanfaatan dengan proses lelang. Hal ini mengacu pada Peraturan

Pemerintah (PP) No. 6 Junto PP No. 27 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

b. Lokasi outlet berpedingin tidak strategis karena jauh dari pusat

keramaian dan tidak ada lahan parkir yang luas. Walikota Bandung

berencana akan memindahkan lokasi outlet berpendingin ke Pasir

Langu sehingga fungsi dari outlet berpendingin dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

4. Provinsi Jawa Barat merupakan pemasok utama sekitar 80% ke Pasar

Bunga Rawa Belong. Potensi pengembangan tanaman florikultura di

Provinsi Jawa Barat sangat tinggi. Daerah pengembangan florikultura di

wilayah Provinsi Jawa Barat antara lain Kabupaten Bandung, Kabupaten

Bandung Barat, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten

Bogor. Berdasarkan data BPS pada tahun 2014, produksi krisan di

Provinsi Jawa Barat tertinggi di antara komoditas lainnya yaitu mencapai

209.259.026 pohon.

5. Beberapa kendala dalam pengembangan florikultura di Provinsi Jawa

Barat antara lain :

Kemampuan dan keterampilan SDM yang berkualitas masih terbatas.

Teknologi yang memadai relatif belum tersedia

Pengetahuan petani mengenai informasi jenis tanaman florikultura

yang memiliki prospek untuk ekspor, mutu produk dan informasi

pasar masih lemah.

Skala usaha perorangan masih skala kecil.

Modal usaha dan bunga pinjaman cukup tinggi.

Biaya pengiriman keluar negeri masih sangat tinggi dan proses

legalisasi ekspor/impor memerlukan proses yang lama.

Kemampuan kelompok tani dalam merencanakan jaminan mutu

masih kurang.

6. Strategi yang dilakukan dalam pengembangan tanaman florikultura di

Provinsi Jawa Barat, yaitu:

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 344

Meningkatkan kualitas SDM.

Pemanfaatan SDA secara optimal dan berwawasan lingkungan.

Penerapan teknologi GAP dan lokal spesifik, tepat guna yang

berorientasi peningkatan produktivitas, efisiensi, mutu dan

keunggulan sesuai tuntutan pasar.

Perbaikan kelembagaan usaha dan sistem agribisnis melalui

pengembangan manajemen usaha.

Pemasyarakatan penggunaan benih unggul bermutu.

7. Hadirnya outlet berpendingin dapat memfasilitasi petani/pelaku usaha

florikultura dalam memberikan informasi terkini mengenai produk

florikultura yang dibutuhkan oleh konsumen secara cepat, informasi

harga, dan informasi lainnya terkait florikultura. Dengan adanya infomasi

yang tersedia secara berkala diharapkan dapat memberikan kemudahan

petani/pelaku usaha florikultura dalam mengakses pasar. Selain itu,

tujuan dari penataan rantai pasokan florikultura ke outlet dapat tercapai

yaitu efisiensi proses jual beli dengan memperkirakan permintaan,

mengendalikan persediaan, meningkatkan jaringan hubungan bisnis dan

menerima respon atau status hubungan.

8. Gapoktan Boemi Nursery yang berlokasi di Jl. Manoko No 11 RT 01 RW

03 Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat

yang diketuai oleh Bapak Deden Rachmat siap mendukung dalam

penyediaan produk florikultura ke Outlet Berpendingin. Kelompok tani

yang tergabung dalam gapoktan tersebut memproduksi berbagai macam

produk florikultura terutama krisan, gerbera dan peacock.

6. Hasil/Outcome

6.1. Keberadaan outlet berpendingin dengan solar cell dapat menjadi sarana penjualan

produk florikultura segar dan mudah dijangkau oleh masyarakat perkotaan.

6.2. Pelaku usaha florikultura dapat memanfaatkan outlet berpendingin sebagai sarana

promosi yang efektif.

7. Manfaat/Benefit

Petani/pelaku usaha maupun masyarakat konsumen dapat memanfaatkan keberadaan

outlet berpendingin secara efektif sehingga daya saing produk florikultur outlet

berpendingin meningkat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 345

8. Dampak/Impact

Berkembangnya tanaman florikultura di dalam negeri.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Sarana prasarana pascapanen daun dan bunga potong berupa outlet

berpendingin dengan solar cell merupakan salah satu sarana yang solutif dan

efektif dalam memasarkan produk-produk florikultura di daerah perkotaan.

9.2. Saran

a. Untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan outlet berpedingin di Kota

Semarang akan dilakukan pertemuan dan rapat koordinasi dengan

melibatkan semua stakeholder tanaman hias (petani, pedagang, florist, event

organizer, dekorator dan petani) se-Propinsi Jawa Tengah khususnya

daekhususnya daerah sentra florikultura. Kegiatan ini akan difasilitasi oleh

Dinas Pertanian Kota Semarang.

b. Guna mengoptimalkan pemanfaatan outlet berpendingin di Kota Bandung

akan dilakukan pembahasan oleh pemerintah Kota Bandung dan pemerintah

pusat terkait rencana untuk memindahkan lokasi outlet berpendingin ke lokasi

yang lebih strategis.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 346

PENINGKATAN KAPASITAS KAMPUNG FLORI DALAM RANGKA PENGUATAN GREEN

CITY

1. Latar Belakang

Usaha tanaman hias dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian

nasional. Berbagai upaya pengembangan tanaman hias perlu dilakukan misalnya

melalui promosi dalam negeri, penguatan kelembagaan melalui kampung flori serta

melakukan upaya fasilitasi menciptakan kampung flori. Dalam rangka mewujudkan

kampung flori yang kuat, maka perlu melakukan survei tentang potensi daerah sentra

florikultura, profil pelaku usaha florikultura, dan rantai pasokan florikultura. Konsekuensi

logis dari kemajuan ekonomi dan pendidikan masyarakat adalah kesadaran akan

pentingnya mutu produk yang akan dibelinya.

Semenjak 3 tahun belakangan ini, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura-

Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Ditjen Penataan Ruang-Kementerian PU

yang memiliki Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dengan program Green City

dan Kampung Flori. Program tersebut membutuhkan banyak pasokan tanaman hias

yang melibatkan peran serta masyarakt dan pelaku usaha florikultura, baik grower,

suplier atau pedagang tanaman hias, kontraktor pertanaman/lansekap maupun

decorator. Keberadaan program ini merupakan peluang pasar lokal bagi pelaku usaha

tanaman hias. Sejak adanya perubahan struktur organisasi Kementerian PU, maka

tahun 2015 ini, kerjasama terhenti untuk sementara waktu sampai menunggu adanya

struktur organisasi yang membawahi program P2KH ini. Namun, Direktorat Budidaya

dan Pascapanen Florikultura tetap melaksanakan pembinaan sebagai upaya dukungan

terhadap peluang pasar tanaman hias.

Aspek budidaya dan pascapanen tanaman hias masih memerlukan penguatan

kelembagaan terutama dalam hal pendataan nursery (pedagang tanaman hias kecil-

kecil) melalui kegiatan koordinasi, pendataan tanaman, pelatihan dan pengelolaan

pascapanennya. Guna mendukung langkah kebijakan, baik pada level birokrasi maupun

praktisi maka pengembangan usaha tanaman hias, harus didukung dengan data dan

informasi yang berkualitas dan bersifat komprehensif. Untuk itu diperlukan upaya untuk

menata sistem pengumpulan dan pengukuran data yang diperlukan. Pada saat ini

kesulitan yang dihadapi adalah pendataan nursery yang berpotensi yang mau

bergabung dalam nursery terintegrasi (dalam kampung flori). Dengan adanya

konsorsium yaitu gabungan masyarakat/petani, peneliti, pengusaha dan pelayan publik

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 347

(MP3) maka konsorsium diharapkan mampu mengintegrasikan dan mencari opsi

pemecahan masalah secara bertahap agar diperoleh data yang lebih konkrit.

Lemahnya sistem informasi dalam menyediakan data secara lebih akurat disebabkan

oleh rendahnya mutu data atau informasi tanaman hias sehingga menyulitkan upaya-

upaya yang terkait dengan penentuan kebijakan pengembangan agribisnis maupun

keputusan pemilihan investasi yang dilakukan oleh swasta. Sejalan dengan hal tersebut

baik jenis informasi maupun manajemen pengelolaannya perlu dikelola sedemikian rupa

untuk berkembangnya industri tanaman hias.

Berdasarkan hal tersebut Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura perlu

melakukan workshop Pemberdayaan Kapasitas Kampung Flori dalam Rangka

Penguatan Green City yang dapat dijadikan acuan oleh berbagai pihak dalam hal

pengembangan florikultura di Indonesia.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Mengembangkan koordinasi antar stake holder melalui sistem informasi

tanaman hias.

b. Menggali potensi florikultura Indonesia agar dikenal dan disukai masyarakat

dalam negeri maupun luar negeri.

c. Memberdayakan nursery/kampung florikultura dan perbanyakan produk

florikultura

2.2. Sasaran

Dapat dilakukannya perbaikan sistim informasi untuk beberapa kawasan

Kampung Florikultura guna memenuhi perkembangan kebutuhan operasional

usaha tanaman hias dan kebutuhan informasi investasi usaha tanaman hias

jangka panjang.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp.84.900.000,-

3.2. Informasi

3.3. Sumberdaya Manusia

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan adalah :

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 348

4.1. Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi

ATK dan Bahan komputer

4.2. Belanja Jasa Profesi

a. Honor Narasumber/pakar/praktisi

b. Honor narasumber eselon II

c. Honor narasumber eselon III kebawah

d. Honor Moderator

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

a. Biaya paket meeting pemberdayaan kapasitas kampung flori dalam rangka

penguatan green city

b. Biaya perjalanan pemberdayaan kapasitas kampung flori dalam rangka

penguatan green city

5. Keluaran/Output

Kegiatan Peningkatan Kapasitas Kampung Flori Dalam Rangka Penguatan Green City

ini dilaksanakan pada tanggal 9-11 September 2015 di Bahtera Hotel-Pelni Kabupaten

Bogor, Propinsi Jawa Barat. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini adalah Petugas

Dinas Pertanian yang merupakan daerah sentra produksi florikultura dan kelompok tani

tanaman hias dari Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang, Kabupaten

Tangerang dan Kota Tangerang Selatan), serta staf dari Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura. Dengan narasumber dalam pertemuan ini adalah Rocky dari

Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Iwan Usmaun dari Universitas Trisakti, Nizar

Nasrullah dari Institut Pertanian Bogor, Arin N. Setiawan dari IALI PC Bogor, serta

petani yang bergerak di bidang florikultura dari Kota Tangerang dan Kabupaten Bogor.

Adapun hasil dari pertemuan Peningkatan Kapasitas Kampung Flori Dalam Rangka

Penguatan Green City ini adalah sebagai berikut :

1. “Kampung Flori” merupakan suatu kawasan dimana terdapat kelompok

masyarakat/petani yang menekuni usaha agribisnis tanaman hias secara

konsisten. Kampung flori merupakan konsep pemberdayaan pelaku usaha

kelompok tani/asosiasi dalam rangka pengembangan florikultura sebagai stock in

place penyedia elemen pengembangan Kota Hijau (Green City dan P2KH).

2. Kegiatan ini jika dijalankan dengan baik dan serius dapat memberdayakan petani

tanaman hias, karena peluang pasar tanaman hias baik tanaman hias daun,

bunga potong maupun anggrek sangat baik. Peluang pasar lokal dan internasional

masih terbuka lebar. Margin keuntungan tanaman hias cukup menjanjikan

dibandingkan komoditas pertanian lainnya.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 349

3. Sebagai implementasi dari program kampung flori dan penyediaan ruang terbuka

hijau minimal 30% pada setiap wilayah sesuai amanat UU No 26 Th 2007, maka

kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan di beberapa kota atau kabupaten di

Indonesia adalah program agrotechno park di Kabupaten Bogor, program 600

taman tematik di Kota Bandung, program Lorong Garden (Longgar) di Kota

Makassar dan program Hortipark di Kota Padang. Keberadaan taman bukan lagi

kebutuhan melainkan suatu keharusan.

4. Sebanyak 52.31% penduduk Indonesia ada di perkotaan. Isu perkotaan nasional

antara lain adalah penjalaran kota secara horizontal dan tidak terkendali, nilai

lahan yang makin tinggi, sumberdaya alam yang semakin terbatas, dan kualitas

Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin menurun. Kegiatan Kampung Flori dan

Green City dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas RTH.

5. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pengembang, dan perkantoran,

maka kegiatan kampung flori juga bertujuan menyediakan tanaman hias untuk

mensuplai kebutuhan elemen tanaman dalam Program Pengembangan Kota Hijau

(P2KH) yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR yang sebelumnya bernama

Kementerian Pekerjaan Umum. Program ini dirintis sejak tahun 2011, dimana

pemberian bantuan bersifat volunteer tergantung keinginan Pemerintah

Kabupaten atau Kota, yang telah menyanggupi untuk mengalokasikan wilayahnya

≥ 30% RTH dalam RT/RW-nya. Ada beberapa persayaratan yang harus dipenuhi

oleh Kabupaten/Kota untuk mendapatkan program P2KH ini, antara lain mampu

menyusun rencana aksi dan memasukkan rencana aksi tersebut dalam rencana

pembangunan daerah.

6. Fokus pengembangan P2KH adalah Green Planning and Design, Green

Community, and Green Open Space. Kegiatan Green Community and Green

Open Space memerlukan elemen tanaman hias sehingga Program Kampung Flori

diperlukan untuk mendukung kegiatan tersebut.

7. Permasalahan program pembinaan budidaya dan pascapanen tanaman hias di

Kota Bandung adalah skala usaha kecil sehingga teknologi maju sulit diterapkan,

manajemen usaha belum optimal diterapkan, kualitas produk beragam sehingga

belum memenuhi standar saya saing rendah, ketersediaan prasarana usaha

minimal (seperti jalan dan pengairan), lahan tidak tersedia secara khusus untuk

usaha florikultura, kelembagaan usaha petani belum efektif, persaingan keras

dengan produk impor, dan efisiensi usaha masih rendah.

8. Prinsip dasar pembinaan pembudidayaan dan pascapanen tanaman hias di Kota

Bandung adalah (a) hemat lahan (vertical cultivation); (b) proses produksi yang

mudah, murah, dan ramah lingkungan; (c) komoditas bernilai ekonomi tinggi dan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 350

berdaya saing; (d) pemilihan komoditas yang sesuai dan produksi tinggi di

masing-masing kelompok; dan (e) dukungan inovasi teknologi maju.

9. Bentuk pembinaan dari pemerintan Kota Bandung kepada pelaku tanaman hias

adalah sosialisasi kepada pelaku tanaman hias, pelatihan teknis budidaya dan

pascapanen, pemberian bantuan berupa bibit, sarana-prasarana budidaya, dan

pascapanen, pemberia bimbingan dan bantuan, serta monitoring dan evaluasi

secara berkala dan kontinu.

10. Kelompok tani “Karang Mulya” di Kota Tangerang dan Kelompok tani “Bina Tani”

di Kabupaten Bogor merupakan salah satu contoh kelompok tani tanaman hias

yang sudah maju yang telah menjadikan tanaman hias menjadi sumber

pendapatan. Kedua kelompok tani ini dan juga kelompok tani tanaman hias

lainnya akan terus diberdayakan melalui program pengembangan Kampung Flori.

Diharapkan pemerintah daerah lain di Indonesia dapat menginisiasi kelompok-

kelompok tani tanaman hias di daerahnya masing-masing dan membinanya

sehingga kelompok tersebut dapat tumbuh mandiri dan dapat mencukupui

kebutuhan tanaman hias di daerahnya.

11. Kelompok tani “Bina Tani” bertempat di Desa Pengasinan Kecamatan Gunung

Sindur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kelompok ini didirikan pada

tanggal 22 Desember 2006, dengan jumlah anggota saat ini 28 orang. Saat ini

kelompok tani Bina Tani sudah memiliki Koperasi KKT Bina Tani. Sarana dan

prasarana yang sudah dimiliki kelompok adalah mistroom, mobil pick up,

kendaraan roda 3 dan lain-lain. Pengalaman kelompok tani “Bina Tani” diharapkan

dapat memotivasi kelompok-kelompok tanaman hias yang sudah ada atau pelaku

tanaman hias lainnya untuk terus berusaha dengan tekun, mengingat bisnis

tanaman hias sangat menguntungkan.

12. Pengalaman kelompok tani “Karang Mulya” dan “Bina Tani” dalam usaha tanaman

hias yang dapat dicontoh atau ditiru oleh pelaku tanaman hias lainnya adalah

petani harus dapat fokus dan serius dalam berusaha dan harus mampu

menyediaan stok tanaman dalam jumlah yang cukup. Petani tidak perlu khawatir

produknya tidak laku dipasarkan, karena pembeli pasti akan datang apalagi jika

petani memiliki stok tanaman dalam jumlah yang banyak. Pembeli tanaman hias

taman biasanya mencari petani tanaman hias yang memiliki stok tanaman dalam

jumlah yang banyak.

13. Tanaman hias taman atau tanaman lanskap tidak hanya memiliki fungsi estetika

(keindahan), tapi juga fungsi ekologi (lingkungan). Oleh sebab itu, tanaman

lanskap dapat meningkatkan kualitas lingkungan, dimana suplainya berasal dari

kebun pembibitan/nursery. Pemanfaatan tanaman hias sangat diperlukan dalam

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 351

program pembangunan termasuk dalam program perbaikan kualitas lingkungan,

seperti penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) jalan, pembuatan taman kota,

penghijauan bantaran sungai, penghijauan jalan tol, pengurangan polutan,

peredam kebisingan, water treatment water (penyaringan air yang mengandung

logam berat) dan lain-lain.

14. Fungsi penataan RTH adalah memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi

pemakai jalan, meningkatkan kualitas lingkungan baik secara fisik maupun visual

di sekitar jalan, mengurangi dampak negatif kendaraan bermotor di jalan, dan

memberikan keindahan dan kenyamanan terhadap ingkungan sekitar jalan.

15. Tanaman taman (vegetasi) dapat memiliki fungsi penyerap polusi udara, pemecah

angin, peredam kebisingan, pembatas pandangan, dan peneduh.

16. Untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang berkualitas dalam jumlah memadai

maka usaha tani tanaman hias sebaiknya dilakukan dengan metode segmentasi

usaha, sehingga seorang petani khusus mengerjakan segmen tertentu atau tidak

perlu mengerjakan semua proses produksi tanaman dari tahap awal sampai akhir.

Oleh sebab itu, pengaturan mangemen produksi sebaiknya dilakukan secara

berkelompok.

17. Konsep perbaikan bantaran sungai dapat dilakukan dengan metode

bioengineering yang merupakan rekayasa teknologi berkelanjutan dengan

memanfaatkan komponen biologi dan ekologi untuk memperbaiki struktur fisik

wilayah sungai. Metode bioengineering dilakukan dengan menumbuhkan atau

memasang tanaman tertentu yang cocok pada tebing sungai yang longsor.

Dengan adanya tanaman-tanaman tersebut maka longsoran tebing dapat

diperbaiki kembali dan dicegah secara berkelanjutan.

18. Kriteria tanaman sebagai elemen bioengineering adalah tahan terhadap kondisi

sungai yang tercemar, dapat menyerap/menetralisir zat-zat pencemar air, memiliki

struktur perakaran yang dapat memperbaiki konsistensi tanah, dan dapat

menambah kadar organik tanah. Zona perakaran di pinggir sungai secara hidraulik

dapat menahan gerusan atau erosi tebing sungai sekaligus sebagai pemecah

energy sungai. Jenis-jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai elemen

dalam metode bioengineering untuk penghijauan atau perbaikan bantaran sungai

antara lain bambu apus, bambu wulung, rumput vetiver (akar wangi), beringin,

bungur, dan sempur.

19. Metode perlindungan air tanah merupakan salah satu upaya untuk

mengkonservasi bantaran sungai sebagai lingkungan ekologis. Metode ini

dilakukan dengan menetapkan kawasan lindung di daerah bantaran sungai,

dimana di kawasan tersebut tidak boleh didirikan bangunan apapun dan hanya

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 352

dikhususkan sebagai daerah resapan air hujan. Pada areal tersebut ditanami

tanaman lokal dengan kriteria mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.

Jenis tanaman yang dapat dipilih adalah beringin (Ficus elastica), manggis

(Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia specioasa), dan sempur (Dillenia

indica).

20. Ruang terbuka hijau industri berfungsi untuk mereduksi polusi udara yang

ditimbulkan dari kegiatan industri (menahan partikel padat dari udara, menyerap

partikel timbal, dan menyerap debu semen), meredam kebisinganm memperbaiki

iklim mikro (dengan menurunkan suhu/udara panas), menyembunyikan view hiruk

pikuk kegiatan industri, menetralisir bau, penepis cahaya silau, memberikan

kenyamanan dan keindahan, dan tempat rekreasi melepas lelah.

21. Kriteria tanaman yang dapat dipakai untuk menyerap polutan adalah yang

memiliki stomata yang banyak dan mempunyai ketahanan tertentu terhadap

polutan tertentu. Jenis tanaman yang dapat menurunkan Timbal (Pb) di udara

dengan kemampuan sedang-tinggi adalah kerei paying, damar, mahoni, jamuju,

asam landi, dan johar, sedangkan yang yang memiliki kemampuan rendah (tidak

peka terhadap pencemaran udara) adalah daun kupu-kupu, kesumba, glodogan

tiang, keben, dan tanjung. Jenis tanaman yang memiliki kemampuan tinggi dalam

menyerap debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah,

kerei paying, dan kayu hitam, sedangkan yang memiliki kemampuan rendah

dalam menyerap debu semen (agak peka) adalah duwet, medang lilin, dan

sempur.

22. Pohon dapat meredam kebisingan dengan cara mengabsorpsi gelombang suara

melalui daun, cabang dan ranting. Dedaunan tanaman dapat menyerap

kebisingan sampai 95%. Kriteria tanaman yang efektif menyerap kebisingan

adalah mempunyai tajuk yang tebal/rapat dan daun yang rindang. Contoh

tanaman adalah bambu jepang/krisik dan puspa.

23. Tanaman eceng gondok adalah tanaman berbatang masif (tidak mengandung

kayu) dapat menyerap unsur logam berat yang larut dalam air, seperti nitrogen

(52%), fosfat (55%) dan zat organik (67%). Tanaman ini juga dapat menyerap

timbunan logam berbahaya seperti Cr (9.4%), Cu (29%), dan Zn (26.7) serta dapat

dimanfaatkan sebagai sarana pengelola air limbah industri dengan membangun

kolam-kolam yang ditanami eceng gondok. Setiap 2 bulan tanaman eceng gondok

harus diremajakan, karena jika terlalu tua kemampuan menyerap polutan dapat

berkurang sehingga kualitas air yang disaring menjadi menurun.

24. Kegiatan pengembangan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan kultivar

baru yang memiliki keunggulan baru dan mendapatkan teknik budidaya baru.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 353

Jenis-jenis tanaman yang perlu dikembangkan adalah tanaman yang merupakan

andalan untuk menunjang perekonomian daerah bersangkutan, seperti tanaman

penaung, conifer, palem, pohon, semak, tanaman penutup tanah, tanaman

berbunga, tanaman hias daun, rumput dan tanaman pot.

25. Karakter tanaman yang diinginkan yang harus dipenuhi pelaku tanaman hias

adalah:

(a) rumput, bertekstur halus, tahan pangkas, toleran naungan, dan toleran kering;

(b) warna-warna daun yang menarik dari pohon, semak, tanaman penutup tanah;

(c) ketahanan terhadap hama dan penyakit; dan (d) ketahanan terhadap

lingkungan yang tidak optimum.

26. Ruang lingkup pengembangan tanaman hias adalah (a) mengetahui karakter

tanaman yang ada dengan cara identifikasi sifat fisik, fungsi-fungsi, dan

persyaratan ekologis; (b) menambah keragaman dan pembentukan kultivar baru

dengan cara eksplorasi dan pemuliaan; (c) pengembangan teknik perbanyakan;

(d) pengembangan rekayasa lingkungan; dan (e) pengembangan teknik

pemeliharaan.

27. Kelompok tanaman (Famili) Gymnospermae yang dapat hidup pada daerah

dataran tinggi dan rendah adalah family Araucariaceae (seperti Agathis robusta,

Araucaria colomnaris, Araucaria angustifolia, dan Araucaria cunninghami),

Cycadeceae (seperti Cycas revulata dan Cycas rumpii), Casuarinaceae (seperti

Gymnostoma sumatranum dan Casuarina cunninghamiana), Cupressaceae

(seperti Cupressus cashmeriana, Cupresusus papuana, dan Callitris romboidea),

Gnetaceae, Pinaceae (seperti Pinus maritima dan Pinus mercusii),

Podocarpaceae (seperti Podocarpus cinensis dan Dacridium elatum), dan

Zamiaceae (seperti Dioon edule, Zamia furfurace, Macrozamia spiralis,

Enzephalartos villozus, dan Lapidozamia hopei).

6. Hasil/Outcome

Berkembangnya industri tanaman pot dan lansekap Indonesia yang berdaya saing

melalui peningkatan kapasitas kampung flori.

7. Manfaat/Benefit

Terciptanya kampung flori yang dapat berdaya saing dengan perluasan usaha dibidang

pembuatan taman disamping budidaya dan pemasaran tanaman pot dan lansekap.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 354

8. Dampak/Impact

Dengan peningkatan kapasitas kampung flori diharapkan akan berdampak pada

terwujudnya peningkatan daya saing dan kesejahteraan petani

9. Kesimpulan dan saran

9.1. Kesimpulan

a. Kegiatan koordinasi antara Direktorat budidaya dan pascapanen florikultura

Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, dinas-dinas pertanian

di daerah sentra produksi tanaman hias, Ditjen Cipta Karya Kementerian

PUPR, perguruan tinggi, IALI, kelompok tani tanaman hias, dan stake holder

lainnya sangat diperlukan dalam pelaksanaan program “Kampung Flori” serta

program-program lain di kabupaten/kota, yang terkait dengan program Green

City, seperti program 600 taman tematik di Kota Bandung, program Lorong

Garden (Longgar) di Kota Makassar, program Hortipark di Kota Padang, dan

lain-lain.

b. Keberadaan taman bukan lagi kebutuhan melainkan suatu keharusan sebagai

elemen Ruang Terbuka Hijau (RTH). Untuk memenuhi kebutuhan tanaman

hias yang semakin meningkat setiap tahunnya, maka diharapkan setiap

kabupaten/kota memberdayakan pelaku tanaman hias dengan program-

program yang dapat mendorong peningkatan produksi dan mutu tanaman

hias.

c. Jenis-jenis tanaman hias yang baru atau yang jarang digunakan sebagai

elemen taman perlu digali dan dikembangkan karena Indonesia memiliki

keragamanan jenis tanaman hias yang sangat besar. Tanaman hias adalah

komoditas seperti fashion, sehingga pelaku tanaman hias harus mampu

membuat trend-trend jenis tanaman hias baru.

d. Kegiatan pendampingan penguatan kelembagaan florikultura sangat perlu

dilakukan di kampung flori baik pada aspek manajemen usaha, sistem

informasi, penguasaan teknologi, maupun aspek peningkatan SDM para

anggota maupun pengurusnya.

e. Kegiatan pengembangan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan

kultivar baru yang memiliki keunggulan baru dan mendapatkan teknik

budidaya baru. Jenis-jenis tanaman yang perlu dikembangkan adalah

tanaman yang merupakan andalan untuk menunjang perekonomian daerah

bersangkutan, seperti tanaman penaung, conifer, palem, pohon, semak,

tanaman penutup tanah, tanaman berbunga, tanaman hias daun, rumput dan

tanaman pot.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 355

f. Petani tanaman hias diharapkan dapat fokus dan serius dalam berusaha

karena bisnis tanamn hias memberikan margin keuntungan yang besar

dibandingkan tanaman pangan. Petani juga harus mampu menyediaan stok

tanaman dalam jumlah yang cukup dan tidak perlu khawatir produknya tidak

laku dipasarkan, karena pembeli pasti akan datang apalagi jika petani

memiliki stok tanaman dalam jumlah yang banyak.

g. Usaha tani tanaman hias sebaiknya dilakukan dengan metode segmentasi

usaha, sehingga seorang petani khusus mengerjakan segmen tertentu atau

tidak perlu mengerjakan semua proses produksi tanaman dari tahap awal

sampai akhir.

9.2. Saran

a. Diperlukan adanya koordinasi dan kolaborasi antar instansi terkait untuk

pengembangan kampung flori dalam rangka penguatan program Green City.

Untuk memenuhi kebutuhan tanaman hias yang semakin meningkat setiap

tahunnya, maka diharapkan setiap kabupaten/kota memberdayakan pelaku

tanaman hias dengan program-program yang dapat mendorong peningkatan

produksi dan mutu tanaman hias.

b. Diharapkan program pengembangan kampung flori dalam rangka penguatan

program Green City dapat dijadikan sebagai ajang para petani, pedagang dan

dekorator/lansekaper untuk membuka akses dengan para konsumen.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 356

UPAYA MENEKAN KEHILANGAN HASIL FLORIKULTURA MELALUI PEMBERDAYAAN

OUTLET

1. Latar Belakang

Tuntutan konsumen saat ini adalah mendapatkan produk florikultura yang bermutu

tinggi dan baik sampai di pengguna akhir. Salah satu upayanya adalah dengan

penanganan pascapanen yang baik dan perlakuan untuk mempertahankan mutu pada

saat distribusi dan pemajangan/display.

Dalam pemasaran, penataan produk di tempat display merupakan hal penting untuk

mempromosikan produk tersebut kepada konsumen maupun masyarakat luas. Tempat

display dibuat sedemikian rupa sehingga menarik perhatian para calon pembeli serta

sekaligus dapat berfungsi secara optimal dalam mempertahankan mutu dan kesegaran

produk sampai ke konsumen.

Pemasaran daun dan bunga potong di Indonesia cenderung dilakukan pada malam hari

untuk mengurangi terjadinya pelayuan akibat terik matahari. Agar pemasaran bisa

dilakukan tidak hanya pada malam hari, maka dibutuhkan tempat pemasaran untuk

daun dan bunga potong atau jenis florikultura lainnya dengan sistem yang lebih baik.

Dimana mutu produk dapat tetap terjaga dengan baik sesuai permintaan konsumen dan

produk florikultura tidak banyak yang terbuang akibat adanya kerusakan fisik karena

layu atau dalam proses distribusinya. Oleh karena itu, untuk menjaga agar mutu dan

kesegaran produk daun dan bunga potong tetap terjaga sampai di tangan konsumen,

dan mendekatkan produsen produk florikultura yang sebagian besar berada di

pedesaan dengan konsumennya yang banyak terdapat di daerah perkotaan, maka pada

TA 2013 dan 2014 Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi

Outlet Berpendingin dengan solar sistem di Kota Bandung dan Kota Bandung.

Pada tahun 2015 Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura merencanakan

untuk melaksanakan kegiatan Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui

Pemberdayaan Outlet berpendingin dengan solar cell system. Kegiatan analisis ini

dilaksanakan dalam bentuk kajian terhadap dampak pemanfaatan outlet berpendingin

solar cell dalam menjaga dan mempertahankan mutu produk florikultura sehingga

produk florikultura tetap dalam kondisi segar hingga sampai di tangan konsumen, selain

itu kajian ini juga menganalisis kehilangan hasil akibat proses panen dan pascapanen

mulai dari petani di lahan usaha, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pasar

bunga dan florist / wedding organizer.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 357

Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan bekerjasama dengan pihak ketiga yang akan

melakukan analisis penurunan kehilangan hasil dan margin keuntungan di setiap

segmen pemasaran.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Melaksanakan analisis penurunan kehilangan hasil guna mengetahui dampak

pemanfaatan outlet dalam mengurangi kehilangan hasil produk florikultura.

2.2. Sasaran

a. Terlaksananya Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui

Pemberdayaan Outlet.

b. Menurunnya kehilangan hasil produk florikultura.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 145.000.000

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 144.500.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi teknis

3.4. Sarana Penunjang : SDM

4. Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui

Pemberdayaan Outlet adalah melaksanakan Upaya Menekan Kehilangan Hasil

Florikultura Melalui Pemberdayaan Outlet

5. Keluaran/Output

Terlaksananya Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui Pemberdayaan

Outlet

5.1. Kegiatan dilaksanakan pada bulan November 2015.

5.2. Kegiatan ini dilaksanakan di Bandung dan Semarang.

5.3. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerjasama antara Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura dengan Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor.

5.4. Narasumber pada kegiatan ini antara lain Dinas Pertanian Kota Bandung, Dinas

Pertanian Kota Semarang, Pengelola Outlet Solar Cell Berpendingin di Kota

Bandung dan Semarang, Gapoktan Sangkuriang.

5.5. Hasil Kegiatan Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui

Pemberdayaan Outlet antara lain :

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 358

a. Pada tahun anggaran 2013 dan 2014, Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura telah memfasilitasi Outlet Berpendingin dengan Solar Cell di Kota

Bandung dan Kota Semarang agar mutu dan kesegaran produk daun dan

bunga potong tetap terjaga sampai di tangan konsumen serta mendekatkan

produsen florikultura yang sebagian besar berada di pedesaan dengan

konsumennya yang banyak di daerah perkotaan.

b. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura bekerjasama dengan Pusat

Kajian Hortikultura Tropika LPPM IPB melaksanakan studi upaya menekan

kehilangan hasil melalui pemberdayaan outlet berpendingin dengan solar cell

system. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk identifikasi masalah terhadap

dampak pemanfaatan outlet berpendingin solar cell dalam menjaga dan

mempertahankan mutu produk florikultura sehingga produk florikultura tetap

dalam kondisi segar hingga sampai di tangan konsumen. Selain itu juga

mengidentifikasi kehilangan hasil akibat proses panen dan pascapanen mulai

dari petani di lahan usaha, pedagang pengumpul, pedagang pengecer pasar

bunga dan florist/wedding organizer.

c. Pengumpulan data mengenai permasalahan produk florikultura dilakukan

dengan metode wawancara dengan petani bunga potong di daerah Bandung

Barat (lokasi outlet Bandung) dan pengumpulan data sekunder berdasarkan

hasil penelitian yang ditulis pada jurnal ilmiah, prosiding, skripsi, tesis maupun

disertasi yang terkait.

d. Terdapat beberapa permasalahan produk florikultura on farm antara lain

kondisi cuaca dan iklim yang tidak mendukung, kegiatan pemupukan yang

masih belum sesuai prosedur, fasilitas greenhouse yang masih kurang, serta

program pendampingan untuk petani yang masih kurang maksimal.

Permasalahan dalam perbenihan florikultura antara lain ketergantungan

pembelian benih ke luar negeri, serta kurangnya pengembangan varietas

untuk mengantisipasi perubahan selera masyarakat. Selain itu, Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT) dan resistensinya terhadap pestisida juga

menjadi masalah dalam budidaya florikultura.

e. Sedangkan permasalahan off farm antara lain penanganan pascapanen yang

masih sederhana, rendahnya daya saing produk florikultura, kelembagaan

tani yang masih belum dapat sepenuhnya mengakomodir kepentingan petani,

kurangnya kemampuan petani dalam mengakses teknologi dan informasi,

serta tuntutan konsumen yang semakin tinggi terhadap kualitas produk.

f. Kehilangan hasil di tingkat petani dapat terjadi saat proses budidaya,

umumnya berkisar antara 10-30% disebabkan sebagian besar oleh serangan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 359

hama dan penyakit yang dipicu oleh perubahan iklim dan cuaca serta

kurangnya permintaan saat bunga siap panen.

g. Kehilangan hasil di tingkat pedagang pengumpul terkait dengan metode

pemanenan bunga dan daun potong saat tingkat petani. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kehilangan hasil di tingkat pedagang pengumpul yang

mendapat pasokan bunga dan daun potong langsung dari petani meliputi

kondisi bunga saat panen, waktu panen, cara panen, penanganan

pascapanen di tingkat petani, sarana dan prasarana serta waktu

pendistribusian produk.

h. Kehilangan hasil di tingkat pedagang pengecer dapat diantisipasi dengan

memperhatikan suhu ruangan penyimpanan dan tetap melakukan

perendaman pada batang bunga potong dengan nutrisi yang diperlukan.

Berdasarkan hasil analisis BPTP Jakarta (2013) kehilangan hasil atau tingkat

kerusakan bunga potong Krisan di pengumpul dan pedagang pengecer

sebesar 10-20%.

i. Kehilangan hasil di tingkat pasar bunga biasanya berdasarkan keragaan

bunga maupun daun potong yang dipajang. Bunga yang sudah cacat atau

rusak akibat gesekan umumnya tidak disukai oleh konsumen. Vase life juga

dapat mempengaruhi tingkat kesegaran bunga, karena bunga dan daun

potong yang sudah layu biasanya tidak disukai oleh konsumen. Selain itu

jumlah konsumen yang membeli bunga potong setiap harinya tidak menentu,

sehingga pada hari-hari biasa dimana pasokan bunga potong tinggi namun

permintaan konsumen yang rendah, menyebabkan bunga potong banyak

yang terbuang karena layu dan busuk.

j. Kehilangan hasil di tingkat florist/wedding organizer biasanya tidak terlalu

tinggi karena umumnya mereka membeli sesuai kebutuhan dan segera

menggunakan produk yang dibelinya. Walaupun demikian, panjangnya mata

rantai distribusi dan perdagangan dari petani pemasok dan bahan baku dapat

menyebabkan pasokan bahan baku tidak 100% berkualitas baik dan

memenuhi standar, akibatnya tidak semua bahan baku bisa terpakai dan

membutuhkan penyortiran ulang. Selain itu, apabila florist dan decorator tidak

dapat menangani bahan baku dengan baik tiap harinya maka dapat

mengakibatkan bahan baku menjadi busuk dan tidak dapat terpakai.

k. Analisis SWOT outlet berpendingin solar cell yang ada di Bandung dan

Semarang didasarkan pada kondisi riil yang diamati di lapangan dengan

mengacu pada kekuatan (Strengthness-S), kelemahan (Weakness-W),

peluang (Opportunities-O), dan ancaman (Thread-T).

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 360

l. Outlet berpendingin di Bandung berlokasi di jalan Tamansari Bandung, di

lingkungan kampus Institut Teknologi Bandung dengan konstruksi knock

down. Luas tanah lokasi outlet sekitar 400 m2, dan luas bangunan 90 m2,

sedangkan untuk luas cool room adalah 6 m x 3 m dengan suhu diatur

sehingga mencapai suhu 10-120C yang didukung dengan panel solar cell

seluas 120 m2 sebagai sumber energi untuk memasok listrik. Berdasarkan

pengamatan di lapangan dan hasil wawancara, keberadaan outlet ini belum

berfungsi sebagai mana mestinya.

m. Kekuatan outlet berpendingin dengan solar cell di Bandung adalah outlet

mempunyai ruang pendingin seluas 18 m2 dengan suhu yang bisa diatur 10-

120C dan adanya dukungan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kota Bandung untuk optimalisasi pemanfaatan outlet dan promosi.

Sedangkan kelemahan outlet ini antara lain:

- outlet didirikan di lahan milik Dinas Pertanaman sehingga berpeluang

memunculkan konflik kepentingan,

- lokasi outlet kurang strategis,

- outlet belum berbadan hukum,

- terbatasnya tempat parkir mobil untuk bongkar muat produk dan parkir

untuk pengunjung

- lokasi yang cukup berdekatan dengan pasar yang sudah ada sebelumnya

yaitu Pasar Bunga Wastu Kencana dengan produk dan kebutuhan

dekorasi yang lebih lengkap,

- penampakan luar outlet yang lebih terlihat seperti rumah yang tertutup

membuat konsumen tidak mudah mendatangi outlet,

- belum ada jaringan pemasaran yang pasti dari pengelola outlet karena

masih bersifat menunggu pembeli atau konsumen dating ke outlet,

- belum terlihat terobosan cara pemasaran yang dapat menarik pembeli ke

outlet.

n. Outlet berpendingin di Semarang berlokasi di tanah milik pemerintah kota

Semarang di Jalan Menteri Supeno. Outlet dikelola oleh salah satu

pengusaha tanaman hias di Kabupaten Semarang atas penunjukan oleh

Dinas Pertanian, karena belum ada asosiasi pedagang tanaman hias yang

siap mengelola.

o. Kekuatan outlet berpendingin dengan solar cell di Semarang antara lain

pengelola sementara mempunyai bisnis bunga yang cukup kuat dan bisnisnya

sudah berjalan, lokasi penempatan outlet cukup strategis, ada dukungan dari

pemerintah daerah, serta penataan outlet sudah cukup baik. Namun ada pula

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 361

kelemahannya antara lain outlet belum berbadan hukum dan dikelola di

bawah tangan secara perseorangan, pola kemitraan masih bersifat jual putus,

serta belum ada kepercayaan petani terhadap manajemen outlet.

p. Peluang outlet berpendingin dengan solar cell di Bandung dan Semarang

antara lain 1) kawasan Bandung barat dan Semarang merupakan sentra

produksi bunga dan daun potong, 2) pola kemitraan pengelola outlet dengan

petani pemasok dapat berupa pola dagang umum dimana petani pemasok

menitipkan bunga potong untuk dijual oleh pengelola outlet pada konsumen,

3) konsumen bunga di kota Bandung dan Semarang cukup besar karena

banyak hotel dan event. Sedangkan yang menjadi ancaman outlet

berpendingin solar cell di Bandung dan Semarang adalah 1) keberadaan

pasar bunga di dekat outlet Bandung yang mempunyai koleksi bunga dan

peralatan dekorasi yang dijual lebih lengkap, 2) berkembangnya florist dan

pasar bunga, serta 3) konsumen potensial seperti hotel cenderung

menggunakan bunga plastik untuk dekorasinya.

q. Sasaran umum yang akan dicapai melalui kegiatan upaya menekan

kehilangan hasil melalui pemberdayaan outlet berpendingin dengan solar cell

adalah untuk mengurangi tingkat kehilangan hasil produk florikultura dan

meningkatkan peran outlet dalam memfasilitasi pemasaran produk florikultura.

r. Optimalisasi outlet berpendingin dengan solar cell dapat dilakukan melalui

kegiatan berikut :

- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi dan titik kritis

penyebab kehilangan hasil dalam rantai pemasaran produk florikultura

- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi operasional outlet sebagai

landasan optimalisasi peran outlet

- Pengintegrasian sistem produksi dan pemasaran

- Promosi untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura dalam bentuk

pameran, iklan layanan masyarakat baik di media cetak maupun media

elektronik, serta promosi dalam bentuk lainnya.

- Pengembangan kapasitas SDM dan manajemen pengelolaan outlet

berpendingin dengan solar cell

s. Pemberdayaan outlet berpendingin solar cell antara lain adalah dengan

pengaturan pasokan, penataan display yang menarik, penyediaan informasi

mengenai keberadaan dan pemanfaatan produk florikultura, survey

kebutuhan masyarakat dan menampilkan kreativitas atau ekonomi kreatif dari

produk florikultura seperti rangkaian bunga, bunga kering, dan lain-lain.

Pemberdayaan outlet tersebut harus melibatkan berbagai unsur stakeholders

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 362

dalam rantai pasok produk florikultura dari hulu hingga hilir. Keterkaitan antar

unsur dalam rantai pasok yang saling membutuhkan dan menguntungkan

sangat penting untuk menjaga keberlanjutan aktivitas outlet.

t. Dalam pengembangan outlet berpendingin yang berkelanjutan perlu

diperhatikan beberapa hal berikut :

- Ketersediaan fasilitas yang memadai seperti ruang penyimpanan dingin,

ruang display, dan area parkir.

- Terbentuknya sistem distribusi (SCM) yang menguntungkan seluruh

unsur yang terlibat.

- Adanya dukungan sistem distribusi dan logistic.

- Dukungan SDM yang memadai untuk pengelolaan (manajemen) outlet

baik untuk pengaturan pasokan maupun pelayanan pelanggan.

6. Hasil/Outcome

Tersedianya hasil Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui Pemberdayaan

Outlet.

7. Manfaat/Benefit

Menurunnya kehilangan hasil produk florikultura melalui pemberdayaan outlet

8. Dampak/Impact

Meningkatnya daya saing produksi tanaman florikultura

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Keberadaan Outlet Berpendingin dengan Solar Cell berpotensi untuk

mengurangi susut pascapanen bunga, namun masih ada beberapa

kelemahan.

b. Untuk outlet yang berada di Bandung, operasional outlet terkendala dengan

permasalahan seperti lokasi yang tidak strategis, terlalu dekat dengan pasar

bunga yang menawarkan aksesibilitas yang lebih baik dan variasi produk

yang lebih banyak. Sementara untuk outlet yang berada di Semarang,

pemanfaatan outlet tertolong oleh usaha personal yang telah berkembang

yang dilakukan oleh pengelola.

c. Dari sisi kelembagaan, legalitas pengelola outlet belum kuat karena hanya

dilakukan di bawah tangan. Outlet belum mempunyai badan hukum sehingga

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 363

operasionalnya tergantung dari pengelola yang merupakan pengusaha

bunga.

d. Dari sisi kemitraan, meskipun telah diupayakan untuk menjalin kemitraan

dengan petani bunga tetapi kemitraan belum berjalan sesuai dengan harapan

karena petani lebih condong pada sitem beli putus sehingga resiko

ditanggung oleh pihak pengelola.

9.2. Saran

a. Untuk menekan kehilangan hasil produk florikultura dapat dilakukan dengan

peningkatan sosialisasi praktek penanganan pascapanen yang baik kepada

aktor pelaku agribisnis bunga serta penyusunan SOP untuk setiap produk

bunga.

b. Untuk upaya pemberdayaan outlet perlu adanya terobosan sistem kemitraan

yang dapat menarik setiap petani bunga untuk bekerjasama dengan outlet,

pemanfaatan dukungan pemerintah daerah untuk lebih intensif

mempromosikan keberadaan outlet, legalisasi pengelola outlet untuk

memberikan kepastian pengelolaan, pengurusan badan hukum untuk outlet

dan jika dirasakan perlu, dilakukan pemindahan outlet ke lokasi yang lebih

strategis.

c. Untuk pengembangan usaha outlet dapat dilakukan peningkatan kerjasama

dengan stakeholder agribisnis bunga, pendekatan secara personal kepada

petani/pemasok bunga dan konsumen bunga seperti event organizer atau

hotel, dan perlu terobosan bisnis seperti usaha merangkai bunga dan

dekorasi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 364

013. PENINGKATAN KAPABILITAS PETUGAS/PETANI

APRESIASI PEMANDU LAPANG FLORIKULTURA

1. Latar Belakang

Usaha tanaman florikultura yang dilakukan petani saat ini masih bersifat konvensional

tanpa mengindahkan prinsip ekonomi. Akibatnya banyak kasus di lapangan

menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan tidak sesuai preferensi pasar maupun

konsumen.

Pada kasus lain petani tidak dapat menyediakan produk sejumlah yang dibutuhkan

pasar, sehingga petani mengalami kehilangan kesempatan mendapatkan peluang.

Kasus kerugian hasil juga banyak ditemukan, karena tidak memperhitungkan efisiensi

produksi. Mutu produksi sering kali tidak mendapatkan perhatian akibatnya pasokan

petani banyak yang ditolak.

Semua kasus tersebut merupakan cerminan kesalahan menajemen dalam usaha

budidaya tanaman hias/florikultura. Pengelolaan usaha seperti itu tidak dapat

dipertahankan. Karenanya sudah saatnya para petani melakukan reorientasi

pengelolaan usaha tanaman hias ke arah profesionalisme, yang mengacu pada

penerapan sistem budidaya yang baik dan benar (GAP) serta penanganan pascapanen

yang baik dan benar (GHP).

Dalam era globalisasi dimana persaingan semakin ketat, beberapa negara tujuan

ekspor mensyaratkan produk pertanian yang diimpornya memiliki sertifikat Good

Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP). Prinsip budidaya dan

penanganan pascapanen yang baik sesuai GAP dan GHP perlu diterapkan oleh pelaku

usaha untuk menghasilkan produk florikultura yang bermutu dan berdaya saing serta

aman dan ramah lingkungan sehingga dapat diterima di pasar domestik dan

internasional.

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani/pelaku

usaha dalam menerapkan GAP dan GHP florikultura dapat dilakukan melalui

penyelenggaraan Sekolah Lapangan. Sekolah Lapangan (SL) GAP/GHP florikultura

adalah salah satu metode berlatih untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan

ketrampilan pelaku usaha dalam menerapkan prinsip-prinsip GAP atau GHP florikultura.

SL dipandu oleh petugas pemandu lapangan (PL) yang akan berperan sebagai

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 365

motivator, moderator dan fasilitator yang memfasilitasi proses belajar, membimbing

diskusi, serta membantu pelaku usaha memahami, menyadari dan menemukan

pemecahan masalahnya sendiri.

Kebutuhan pemandu lapang ini semakin kompleks karena tidak semua petugas

lapangan otomatis mampu menjadi pemandu lapang. Pemandu lapang memerlukan

pelatihan khusus sehingga mampu mendampingi petani/pelaku usaha secara optimal.

Agar pemandu lapang tingkat provinsi, kabupaten/kota dapat lebih kompeten dalam

teknik kepemanduan, maka diperlukan apresiasi pemandu lapang 1 dan 2 (PL 1 & PL

2) florikultura dengan harapan dapat meningkatkan kompetensi wawasan dan

keterampilan dalam kepemanduan SL GAP dan GHP. Untuk itu Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura telah menyelenggarakan kegiatan Apresiasi Pemandu Lapang

Florikultura.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Meningkatkan teknik kepemanduan pemandu lapang dan calon pemandu

lapang untuk melaksanakan SL GAP dan SL GHP tanaman florikultura.

b. Meningkatkan motivasi dan kompetensi pemandu lapang dalam memandu

pelaku usaha florikultura sehingga usaha florikulturanya berkembang.

c. Meningkatkan kemampuan pemandu lapang dalam menganalisis dan

memecahkan masalah yang ditemui di lapangan.

2.2. Sasaran

a. Meningkatnya teknik kepemanduan pemandu lapang dan calon pemandu

lapang untuk melaksanakan SL GAP dan SL GHP tanaman florikultura.

b. Meningkatnya motivasi dan kompetensi pemandu lapang dalam memandu

pelaku usaha florikultura sehingga usaha florikulturanya berkembang.

c. Meningkatnya kemampuan pemandu lapang dalam menganalisis dan

memecahkan masalah yang ditemui di lapangan.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 230.012.000,-

3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 227.748.969,-

3.3. Data dan informasi teknis

3.4. SDM

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 366

4. Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan Kegiatan Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura adalah sebagai berikut :

4.1. Menyediakan sarana penunjang

4.2. Menyediakan publikasi (spanduk)

4.3. Melaksanakan penggandaan materi

4.4. Menyediakan ATK dan bahan komputer

4.5. Melaksanakan sewa kendaraan Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura

4.6. Memberikan honor narasumber/pakar/praktisi

4.7. Memberikan honor narasumber eselon II

4.8. Memberikan honor narasumber eselon III ke bawah

4.9. Memberikan honor moderator

4.10. Memberikan honor narasumber eselon 1

4.11. Melaksanakan pembayaran biaya paket meeting Apresiasi Pemandu Lapang

Florikultura

4.12. Melaksanakan perjalanan dalam rangka Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura

5. Keluaran/Output

5.1. Tersedianya sarana penunjang

5.2. Tersedianya publikasi (spanduk)

5.3. Terlaksananya penggandaan materi

5.4. Tersedianya ATK dan bahan komputer

5.5. Terlaksananya sewa kendaraan sebanyak 8 unit untuk kunjungan lapang pada

Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura.

5.6. Tersedianya honor narasumber/pakar/praktisi

5.7. Tersedianya honor narasumber eselon II

5.8. Tersedianya honor narasumber eselon III ke bawah

5.9. Tersedianya honor moderator

5.10. Tersedianya honor narasumber eselon 1

5.11. Terlaksananya meeting Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura

a. Dilaksanakan pada tanggal 26 – 29 Mei 2015.

b. Bertempat di Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat.

c. Peserta pertemuan sebanyak 104 orang.

Peserta yang hadir berasal dari :

- Pemandu Lapang Florikultura Provinsi sentra florikultura se-Indonesia

antara lain dari Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau,

Kepulauan Riau, Jambi, Lampung, Jawa Barat, DKI, Banten, Jawa

Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 367

Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan

Gorontalo.

- Pemandu Lapang Florikultura Kabupaten/Kota sentra florikultura se-

Indonesia, antara lain Kota Palembang, Bukittinggi, Tanah Datar, Solok,

Kampar, Kabupaten Bungo, Merangin, Kota Jambi, Bintan, Kota Batam,

Bogor, Sumedang, Cianjur, Sukabumi, Kota Bogor, Bandung, Bandung

Barat, Magelang, Pekalongan, Cilacap, Banyumas, Kulonprogo,

Semarang, Tegal, Wonosobo, Blitar, Kupang, Kendari, Kota Pontianak,

dan Kota Tarakan.

- Staf Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura

d. Materi yang dibahas pada pertemuan tersebut antara lain:

- Pengarahan dari Direktur Jenderal Hortikultura

- Pembekalan Pentingnya Tim Building dalam Pembangunan Pertanian

- Sosialisasi Regulasi yang terkait dengan Hortikultura (Florikultura)

- Peraturan Perbenihan Hortikultura

- Sosialisasi SNI Bidang Hortikultura

- Analisis Pemecahan Masalah (Problem-Couses-Solution)

- Kiat-Kiat Tumbuh dan Berkembang dalam Usaha (Memelihara Semangat

Entrepreuner)

- Pengalaman Wirausaha Petani Tanaman Daun dan Bunga Potong

- Capacity Building Pemandu Lapang Florikultura

e. Narasumber pada pertemuan tersebut adalah:

- Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim (Direktorat Jenderal Hortikultura)

- Tenaga Ahli Menteri Pertanian

- Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr. (Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura)

- Ir. Wiwi Sutiwi, MM (Direktorat Perbenihan Hortikultura)

- Dr. Wahyu Purbowasito Setyo Waskito (Pusat Perumusan Standar,

Badan Standardisasi Nasional)

- Ir. Asep Adinata, MP (Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang)

- Ir. Rizal Djafarer (Pelaku Usaha Florikultura)

- Mochamad Anas Anis (Gapoktan Alamanda, Sukabumi)

- Drs. A.G. Purwanto Edi (Motivator)

f. Hasil dan kesimpulan dari pertemuan tersebut antara lain adalah :

1. Industri florikultura di tingkat dunia merupakan industri yang cukup

prospektif dan bisa menghasilkan devisa hingga 125 miliar US$.

Sedangkan di Indonesia, industri florikultura memberikan kontribusi

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 368

devisa sebesar 11 miliar US$. Indonesia mempunyai peluang yang cukup

besar dalam industri florikultura di dunia, mengingat beberapa komoditi

florikultura mampu tumbuh dan berkembang baik di negeri ini. Saat ini

Indonesia merupakan grower terbesar benih saintpaulia di dunia.

2. Pemandu Lapang sebagai fasilitator petani dalam melancarkan,

memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya industri florikultura di

wilayahnya masing-masing sehingga menjadi produk unggulan/kompetitif

perlu memiliki motivasi serta keterampilan dalam berkomunikasi,

identifikasi masalah dan analisis pemecahan masalah. Untuk itu

pemandu lapang harus selalu meningkatkan kapasitasnya yang

mencakup kompetensi dan karakter.

3. Peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan antara lain tentang teknis budidaya dan

pascapanen, regulasi yang berkaitan dengan pengembangan hortikultura,

kewirausahaan, kepemanduan, dan lain-lain. Pedoman maupun regulasi

yang harus dipahami diantaranya Pedoman GAP, GHP, SOP Budidaya

florikultura, SOP Pascapanen Florikultura Pedoman Sekolah Lapangan,

SNI, Pedoman Registrasi Kebun, Permentan no.70 tahun 2014 tentang

Perijinan Usaha Budidaya Hortikultura, Permentan no. 48 tahun 2013

tentang GAP Florikultura, Permentan 73 tahun 2014 tentang GHP,

Permentan no 38 tahun 2012 tentang Pendaftaran varietas, Permentan

no. 48 tahun 2012 tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih

hortikultura. Sedangkan peningkatan karakter yang dimaksud adalah

dengan berusaha menjadi pemandu yang memberikan pelayanan terbaik

kepada kelompok taninya.

4. Pemandu lapang harus mempunyai kemampuan dalam mengidentifikasi

suatu masalah dan segera menyelesaikan permasalah tersebut.

5. Beberapa permasalahan yang menyebabkan suatu kelompok tani tidak

dapat mandiri dalam mengembangkan usahanya antara lain :a) kelompok

tani terlalu mengandalkan bantuan dari pemerintah, b) kurangnya

pengetahuan petani terhadap budidaya, pascapanen dan pemasaran, c)

keterbatasan modal atau ketidakmampuan kelompok tani dalam

memberdayakan keuangan kelompok, serta d) kurangnya rasa antusias

petani untuk memajukan usahanya.

6. Kunci sukses supaya kelompok tani bisa mandiri dan berhasil antara lain

: a) kerjasama yang kuat antar anggota kelompok dan memahami tujuan

kelompok atau kebutuhan bersama, b) mengikuti pelatihan-pelatihan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 369

tentang budidaya, pascapanen, kelembagaan dan manajemen

pemasaran, c) setiap anggota kelompok tani mempunyai kemauan dan

semangat yang tinggi, serta d) mau menerima inovasi perkembangan

teknologi.

7. Salah satu pelaku usaha florikultura yang sukses memajukan usahanya

adalah Gapoktan Alamanda di Sukabumi. Gapoktan ini bergerak di

bidang budidaya dracaena dan memasarkannya dalam bentuk pot

maupun rangkaian ke pasar lokal maupun ekspor ke luar negeri seperti

Singapura, Korea, Canada, Rusia, Arab Saudi, Iran, Uzbekistan, dan

Azerbaizan. Gapoktan ini harus bersaing dengan negara produsen

dracaena lainnya antara lain China, Vietnam dan Thailand, sehingga

gapoktan ini terus mencari inovasi desain rangkaian agar produknya

tetap laku di pasar internasional.

8. Pada apresiasi ini, pemandu lapang melakukan kunjungan lapang ke

kebun mawar, gerbera, krisan dan tanaman pot dan lansekap di

Kecamatan Lembang dan Parongpong untuk mengobservasi beberapa

aspek yaitu perbenihan, teknik budidaya, penanganan pascapanen,

pemasaran, aspek kelembagaan dan kewirausahaan.

9. Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura telah dilakukan sebanyak

delapan kali pertemuan tingkat nasional, maka untuk ke depannya

diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan di tingkat propinsi atau

kabupaten untuk membangun jaringan antar petani florikultura di

wilayahnya masing-masing.

10. Permasalahan di daerah terkait dengan pemandu lapang, yaitu pemandu

lapang khusus florikultura di hampir sebagian besar daerah tidak ada,

biasanya pemandu lapang merangkap keseluruhan bidang hortikultura,

ataupun bidang pangan. Selain itu pemandu lapang yang menangani

florikultura sering berganti-ganti sehingga tidak ada estafet program dari

pemandu lapang sebelumnya dengan pemandu lapang yang baru.

5.12. Terlaksananya perjalanan dalam rangka Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura

sebanyak 20 OP ke Bandung Barat.

6. Hasil/Outcome

6.1. Terjadinya transfer teknis kepemanduan dan pengetahuan pengelolaan usaha

tanaman florikultura yang profesional dengan sistem budidaya dan penanganan

pascapanen yang baik dan benar.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 370

6.2. Petugas pemandu lapang memahami proses budidaya dan penanganan

pascapanen tanaman florikultura berdasarkan GAP dan GHP tanaman florikultura.

7. Manfaat/Benefit

Terlaksananya prinsip GAP pada Budidaya dan GHP pada penanganan pascapanen

tanaman florikultura.

8. Dampak/Impact

Berkembangnya industri florikultura berbasis penerapan GAP dan GHP dalam

menjalankan usaha taninya.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Pemandu lapang merupakan salah satu tonggak dalam keberhasilan

pengembangan florikultura di daerah kabupaten maupun kota. Pengetahuan

dan keterampilan pemandu lapang perlu ditingkatkan karena teknologi

pertanian dan permintaan/kebutuhan konsumen semakin berkembang.

b. Pemandu lapang yang telah mengikuti Apresiasi Pemandu Lapang

Florikultura diharapkan mampu mengedukasi, menggerakkan, dan

mendorong petani dalam mengembangkan usaha taninya, mampu mencetak

champion baru, menumbuhkan jiwa entrepreunership para champion, dan

membantu para petani atau pelaku usaha dalam membuka jaringan pasar.

9.2. Saran

a. Pemerintah daerah diharapkan dukungannya dalam pengembangan industri

florikultura di daerahnya masing-masing agar mampu berdaya saing.

b. Pemandu lapang perlu memiliki target agar kebun binaannya dapat diajukan

untuk diregistrasi.

c. Pergantian pemandu lapang sebaiknya dilakukan secara periodik minimal tiga

sampai empat tahun setelah melaksanakan tugasnya sebagai pemandu

lapang. Ketika tugas pemandu lapang akan digantikan ke pemandu lapang

yang baru, maka pemandu lapang yang lama harus memberikan progress

report sehingga terjadi keberlanjutan informasi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 371

014. PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN USAHA

APRESIASI TEKNOLOGI DAN DAYA SAING PRODUK FLORIKULTURA (SOP BUDIDAYA

KRISAN MULTIMEDIA)

1. Latar Belakang

Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev Syn. Chrysanthemum morifolium Ramat)

merupakan salah satu jenis tanaman hias penghasil bunga potong yang paling popular

dan banyak dibudidayakan petani dan pengusaha di Indonesia. Permintaan akan bunga

krisan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Pada era pasar global yang ditandai dengan meningkatnya persaingan bebas, para

produsen krisan di dalam negeri dituntut mampu menyediakan produk yang sesuai

dengan preferensi konsumen. Tuntutan konsumen tidak saja diarahkan pada

peningkatan mutu, tetapi juga proses produksi yang ramah lingkungan. Mengantisipasi

permintaan konsumen tersebut berbagai pihak telah mengenalkan prinsip budidaya

yang baik dan benar (Good Agriculture Practices = GAP) untuk menghasilkan produk

yang ramah lingkungan. Bahkan di banyak negara Eropa, GAP telah diterapkan pada

skala luas yang disertifikasi dan menjadi prasyarat bagi pemasaran di tingkat retail.

Di dalam penerapan GAP diperlukan standar operasional prosedur (SOP) yang menjadi

acuan dasar bagi pelaksanaan budidaya krisan di lapangan. Dengan mengacu panduan

SOP, produsen dapat membudidayakan krisan potong secara baik dan benar untuk

menghasilkan produk bermutu tinggi yang efisien dan ramah lingkungan. Dengan

demikian produsen akan mendapatkan berbagai keuntungan dari penerapan SOP

dalam bentuk: (1) peningkatan pendapatan, (2) jaminan pemasaran, (3) pelestarian

lingkungan produksi dan (4) jaminan keselamatan, keamanan dan kesehatan bagi para

pekerja.

Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura

telah membuat SOP Krisan potong dalam bentuk buku atau cetakan pada tahun 2012

dan sudah didistribusikan kepada pelaku usaha dan instansi yang terkait dalam

pengembangan krisan di Indonesia.

Meskipun pedoman tersebut telah didistribusikan, namun masih banyak petani dan

pelaku usaha krisan yang belum mampu menerapkannya. Oleh karena itu dengan

perkembangan teknologi multimedia, perlu membuat SOP budidaya Krisan Potong

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 372

dalam bentuk audio visual. SOP dalam bentuk audio visual ini diharapkan bisa lebih

komunikatif dalam menyampaikan tahapan-tahapan dalam melaksanakan budidaya

krisan potong yang baik dan benar, sehingga petani atau pelaku usaha lebih mudah

memahami dan menerapkannya.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Menyediakan pedoman SOP dalam bentuk audio visual agar lebih mudah

dipahami petani atau pelaku usaha.

b. Meningkatkan produksi krisan nasional yang berdaya saing untuk memenuhi

kebutuhan pasar domestik maupun global.

2.2 Sasaran

a. Tersedianya pedoman bagi pelaku usaha dalam melakukan budidaya krisan

potong yang baik dan benar dalam bentuk audio visual, sehingga lebih mudah

dipahami dan diaplikasikan di lapangan.

b. Meningkatnya produktivitas, produksi dan mutu hasil krisan potong nasional.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 193.298.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar 192.500.000,-

3.3. Informasi Teknologi

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan apresiasi teknologi dan daya saing produk florikultura dilaksanakan dalam

bentuk belanja jasa pembuatan film apresiasi teknologi dan daya saing pembuatan SOP

Budidaya Krisan multimedia yang terbagi menjadi tahap pra produksi, produksi dan

pasca produksi.

5. Keluaran/Output

Dihasilkannya CD SOP Budidaya Krisan multimedia sebagai panduan pelaku usaha

dalam melaksanakan teknik budidaya krisan.

6. Hasil/Outcome

Tersosialisasinya teknik budidaya krisan oleh pelaku usaha secara lebih luas dan

mudah.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 373

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk krisan potong.

8. Dampak/Impact

Meningkatnya pendapatan petani krisan.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. SOP Krisan multimedia merupakan SOP Krisan yang mencakup kegiatan (1)

penyiapan sarana dan prasarana produksi, (2) Proses produksi, (3) Panen

dan penanganan pascapanen, (4) Pencatatan dan (5) Registrasi lahan

usaha.

b. Dengan adanya SOP krisan yang tersedia dalam multimedia, diharapkan

para pelaku usaha dapat lebih mudah memahami teknik budidaya krisan

yang baik dan benar sesuai SOP dan mengaplikasikannya dalam teknik

berbudidaya krisan.

c. SOP krisan multimedia dalam bentuk CD diharapkan juga dapat menjadi

media promosi yang disebarluaskan pada saat kegiatan pameran maupun

bimbingan teknis.

9.2. Saran

a. Perbanyakan SOP Krisan multimedia dalam bentuk CD untuk

disebarluaskan ke banyak pelaku usaha

b. Pembuatan SOP Krisan multimedia dalam bahasa Inggris, sebagai media

promosi, publikasi untuk lebih meningkatkan daya saing produk florikultura

di pasar internasional.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 374

APRESIASI TEKNOLOGI DAN DAYA SAING PRODUK FLORIKULTURA (IFEX)

1. Latar Belakang

Dalam kurun waktu tahun terakhir ini industri florikultura berkembang di berbagai

wilayah Indonesia dengan berbagai jenis komoditas yang dikembangkan sepertibunga

potong, daun potongserta tanaman pot dan lanskap. Usaha tanaman hias yang

dilakukan petani saat ini umumnya masih bersifat tradisional dan belum sepenuhnya

menggunakan kaidah ekonomi dan teknologi.

engembangan usaha florikultura di Indonesia masih dicirikan oleh usaha pertanian skala

kecil dan dilakukan secara sendiri-sendiri, dipihak lain meskipun sudah banyak

asosiasi/gapoktan yang bergerak dalam bisnis tanaman florikultura namun keberadaan

asosiasinya belum banyak dirasakan bagi para anggotanya sehingga fungsi asosiasi

masih terbatas ke arah hobies, SDM pelaku usaha masih sangat kurang. Banyak kasus

di lapangan menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan petani tidak sesuai dengan

preferensi konsumen. Pada kasus lain petani tidak mampu menyediakan sejumlah

produk yang dibutuhkan pasar, akibatnya petani kehilangan peluang bisnis yang

sebenarnya sangat terbuka. Kasus kerugian hasil penjualan juga banyak ditemukan,

karena tidak memperhitungkan efisiensi produk dan mutu, yang mengakibatkan

lemahnya posisi tawar petani.

Produk tanaman florikultura yang dihasilkan harus mempunyai daya saing yang tinggi,

dicirikan dengan penyediaan produk dalam jumlah besar, mutu terjamin dan seragam,

harga bersaing, pasokan teratur dan berkesinambungan.

Dewasa ini tumbuh pelaku usaha baru yangmemulai dari skala usaha kecil, menengah

hingga besar. Dalam rangka menghasilkan produk tanaman florikultura yang berdaya

saing baik di pasar domestik maupun di tingkat internasional, dirasa perlu untuk

mempelajari teknik-teknik pengembangan florikultura. Untuk itu diperlukan peningkatan

kualitas SDM baik petugas maupun pelaku usaha tanaman florikiultura melalui

perbaikan manajemen usaha sehingga bisa meningkatkan daya saing usaha florikultura

di pasar domestik maupun tingkat internasional.

Oleh karena itu peningkatan daya saing florikultura, perlu terus ditingkatkan baik

kualitas maupun kuantitas produk sehingga mampu

bersaing.Mengikutipameran(ekshibisi) akan menambah wawasan petani/pelaku usaha

pertanian.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 375

Program peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian tidak hanya

di dalam negeri tetapi juga antar negara.

Kegiatan ini diharapkan memberi dampak positif bagi para peserta dalam hal

memperoleh perspektif yang lebih luas secara internasional, keterampilan teknis,

memperluas jaringan hubungan manusia, meningkatkan kemampuan bahasa asing,

meningkatkan etos kerja, dan implementasi yang lebih baik dari praktik manajemen

terbaik.

Berdasarkan hal tersebut, dalam rangka mengappresiasi pelaku usaha baik Sumber

Daya Manusia nya maupun teknologi dan peningkatan daya saing produk florikultura

Indonesia, Kementerian Pertanian telah mengirim pelaku usaha florikultura ke Jepang

untuk memenghadiri/mengikuti pameran The 12th International Flower Exhibition (IFEX)

2015. Indonesia telah ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan International Flower Expo

(IFEX) 2015 di Makuhari Messe di Jepang.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Mempromosikan produk hortikultura Indonesia khususnya florikultura yang

berbasis pada kekayaan alam dan keanekaragaman hayati serta

memilikiprospekuntukbisa di eksporke negara-negara mitra.

b. Mendorong pelaku usaha pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan

kualitas produk pertanian sesuai standar agar dapat meningkatkan ekspor

produk pertanian Indonesia ke pasar Internasional.

c. Meningkatkan daya saing industri tanaman hias melalui peningkatan

manajemen kompetensi pelaku usaha dalam perbaikan mutu produk,

kontinuitas pasokan, serta peningkatan kapasitas usaha.

2.2. Sasaran

Meningkatnya daya saing produk florikultra berbasis inovasi teknologi di pasar

domestik maupun tingkat internasional.

3. Masukan/input

3.1. Anggaran sebesar Rp.193.298.000

3.2. Sumber Daya Manusia (petani/pelaku usaha/kelompok tani/gapoktan, petugas,

3.3. pembina)

3.4. Materi, Sarana Pendukung

3.5. Data dan informasi, Rekomendasi Informasi Teknis

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 376

4. Pelaksanaan Kegiatan

Direktorat Jenderal Hortikultura telah ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan International

Flower Expo (IFEX) 2015di Makuhari Messe di Jepang. Kegiatan IFEX untuk tahun ini

adalah yang ke 12 dan Indonesia telah berpartisipasi sebanyak 4 (empat) kali yaitu

sejak tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015.Kegiatan ini merupakankerjasama

Kementerian Pertanian dengan Atase Pertanian – KBRI di Tokyo Jepang.

Partisipasi PemerintahRepublik Indonesia pada The 12th International Flower EXPO

(IFEX) 2015 adalah dengan menampilkan tanaman hiassegar Indonesia seperti Krisan,

Heliconia, Costus, Rangkaian Draecena, Leatherleaf, Cordylene dan Anggrek.

5. Hasil/Outcome

Terlaksananya fasilitasi peningkatan daya saing tanaman florikultura di tingkat

internasional.

Hasil pelaksanaan dapat diuraikan sbb:

Ruang Lingkup kegiatan Apresiasi Teknologi Dan Daya Saing Produk

Florikultura

Peserta Ifex tahun ini diikuti oleh beberapa negara yaitu : Netherland, China, Equador,

India, Thailand, Sri Lanka, Kenya, Korea Selatan, Ethiophia, Taiwan, Prancis, Rusia,

Inggris, Swedia, Canada, Jerman, Jepang dan Indonesia.Disamping itu perusahaan

perusahaan pertanian local Jepang sebanyak 1.100 stand. Expo Centre ini memiliki

areal seluas 15 ha, selain pameran bunga (IFEX) terdapat 4 expo lainnya yang

bersamaan waktu penyelenggaraanya di Makuhari Messe , Chiba, Jepang yaitu:

1. The 2st Next Generation Agricultural EXPO Tokyo (AGRINEX);

2. The 5thInternational Agricultural Material and Technology EXPO Tokyo

(AGRITECH);

3. The 9th International Garden EXPO Tokyo yang menampilkan design

tamanbaiktaman indoor maupun outdoor (GARDEX, GARDEN EXPO);

4. The 5th International Hardware and Tools EXPO Tokyo (TOOLJAPAN).

Partisipasi dalam kegiatan IFEX 2015

- Partisipasi Indonesia pada12th International Flower EXPO-2015 ini, menempati 3

unit booth yang dibiayai oleh KBRI berukuran 9 m x 2,7 m dengan display materi

segar, desain booth, materi tanaman serta sarana pendukung pameran oleh

Direktorat Jenderal Hortikultura dengan icon “Bunga Potong Krisan”. Krisan

tersebutmerupakam produk PT. Bunga Indah Malino dari Gowa Sulawesi Selatan,

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 377

Kelompok tani Hijau Daun dari Cianjur Jawa Barat, Kelompok tani Sahabat Tani

dari Tomohon Sulawesi Utara dan Sekar Bumi Farm dari Gianyar Bali. Selain itu

display Heliconia, Cordylene dan costus merupakan produk Gapoktan Sekar Bumi

Farm dari Gianyar Bali, Angrek pot dari PT. EkaKarya dari Krawang Jawa Barat,

Leatherleaf dari PT. Darmawan Greenleaf Rumohra dari Sukabumi Jawa Barat dan

Dracaena dalam sajian design kreatif dari GapoktanAlamanda dari Sukabumi Jawa

Barat. Selain materi dan produk yang dipromosikan, ada 6 orang petani/pelaku

usaha yang turut serta menghadiri International Flower Expo ini dengan tujuan agar

petani/pelaku usaha tersebut dapat melihat langsung kualitas produk dari negara

lainnya dan juga bisa berkomunikasi langsung dengan peminat produk mereka

sendiri/calon buyer.

Rangkaian kegiatan Ifex dapat diuraikan sbb:

1. Senin, 12 Oktober 2015

Persiapan Expo, menuju Jepang (Haneda), loading bahan expo

florikultura dan sarana pendukung lainnya yang dibawa dari Indonesia.

Gambar 1 : Bahan/Materi dan Sarana Pendukung

Gambar 2 :Bahan/Materi dan Sarana Pendukung untuk desain dan display booth

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 378

(Check in Bandara Sukarno Hatta)

2. Selasa, 13 Oktober 2015

Penataan space, pengaturan penempatan/pemasangan bahan dan sarana

pada booth Indonesia (desain telah dipersiapkan dari Indonesia)

Gambar 3 : Pengerjaan Booth

Gambar 4 : Booth Indonesia

3. Rabu, 14 Oktober 2015

Pembukaan International Flower Exhibition (IFEX) 2015 dengan pengguntingan

pita bersama para wakil wakil dari peserta Exhibition dan diikuti banyak

pengunjung dan undangan serta diliput oleh berbagai media massa Jepang

dan Internasional.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 379

Gambar 5 :Pengguntingan pita secara bersama (Pembukaan IFEX)

4. Kamis - Jumat , 15 – 16 Oktober 2015

a. Pelayanan informasi dan promosi Florikultura Indonesia.

- Penjelasan kepada tamu/pengunjung yang mampir tentang informasi

dari produk dan pelaku usaha pada pameran, komunikasi peluang

bisnis antar pelaku usaha.

- Melakukan kontak bisnis, bisnis matching dan tindak lanjut

pengembangan bisnis antar pelaku usaha dan institusi yang hadir ke

booth Indonesia.

b. Menggali Informasi teknologi, membangun dan penjajakan kerjasama antar

peserta diberbagai stan pameran (benih, alsintan, sarana produksi,

ornament lainnya, dll)

Gambar 6 : Dengan para peminat/calon buyer

5. Jumat, 16 Oktober 2015

Penutupan pameran pada tanggal 16 Oktober jam 17.00 waktu Jepang, booth

sudah harus rapih dan bersih pada jam 18.00.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 380

Gambar 7 : Pembongkaran dan pembersihan booth.

6. Sabtu, 17 Oktober 2015

Berangkat dari Haneda kembali ke Jakarta

6 (enam) orang Petani/pelaku usaha florikultura yang berpartisipasi pada Ifex

2015 di Jepang.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 381

Gambar 8 : Para petani/pelaku usaha yang berangkat ke Jepang

Dari kiri ke kanan : 1. Jeffry Adry Hanny Jany Lasut, 2. Mamat Ahmat Ruhiat

3. Ketut Subagia 4. Siiti Mardiana Chalik Syam, 5. Abdul

Kadir dan 6. Ensi Pebreany Tjoe

Hasil Pameran

- Selama 3 (tiga) hari pameran berlangsung, ada sekitar empat ratusan pengunjung

yang mengunjungi stand Indonesia dari berbagai kalangan antara lain Flower

Trading, Floral Designer, Plantation Corporation, Flower Association, Produsen

Media Tanam, Garden Supplier, Fotograper dll. Pengunjung yang paling banyak

adalah importir, trader dan assosiasi bunga.

- Beberapa hal yang dapat dicatat selama pameran yaitu :

a. HD Flower

HD Flower berminat terhadap Krisan dari Bunga Indah Malino. Telah terjadi

kesepakatan antara Bunga Indah Malino dan HD Flower, mulai Februari 2016

dengan pengiriman awal Krisan sebanyak 6.000 tangkai/minggu dan kemudian

ditingkatkan menjadi 12.500 tangkai/minggu. Calon buyer HD Flower menilai

produk Krisan dari BIM cukup baik, packing dianggap sudah memenuhi

standar. Mereka meminta produk krisan yang dikirim dengan tingkat kemekaran

30 – 40 % dengan memberi catatan tanggal panen, ukuran box yang dapat

menampung 8 (delapan) ikat Krisan.

b. Pelaku usaha lainnya seperti: Impack, Agream Corporation, Greenwings Japan

K.K , Otani, Misato Flower Trading Company (Import cut flower) berminat juga

terhadap Krisan namun belum terjadi kesepakatan, masih melakukan

penjajagan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 382

c. Selain Krisan, pengunjung juga banyak berminat terhadap Leather Leaf Fern

produk dari PT Darmawan Greenleaf Rumohra, Dracaena dari Gapoktan

Alamanda Sukabumi dan Heliconia dari Gapoktan Sekar Bumi Farm Gianyar

Bali.

d. Pelaku usaha yang berpartisipasi ataupun yang tidak hadir langsung, dikemas

dalam brosur yang dilengkapi dengan alamat website atau contact address nya

dengan harapan akan ada kelanjutan yang dituangkan dalam kerjasama bisnis.

6. Manfaat/Benefit

6.1. Meningkatnya standardproduk florikultura untuk pasardomestic daninternasional.

6.2. Meningkatnya wawasan pelaku usaha dalam inovasi teknologi dan kreatifitas,

teknik promosi dan sistim pemasaran

7. Dampak/Impact

Meningkatnya ekspor tanaman produk florikultura.

8. Kesimpulan dan Saran

8.1. Kesimpulan :

1. Keikut sertaan Indonesia dalam pameran International Flower Expo (Ifex) 2015

dapat :

- meningkatkan image dan citra positif bangsa Indonesia di dunia

internasional.

- meningkatkan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Jepang.

- diharapkan dapatmembuka akses pasar bagi produk pertanian selain ke

Jepangjuga ke negara peserta lainnya untuk pasar internasional.

- dijadikan acuan bagi pelaku usaha Indonesia untuk dapat meningkatkan

standar mutu produk mereka agar dapat bersaing di pasar internasional.

2. Materi pameran negara peserta lainnya, inovasi teknologi dan kreatifitas, teknik

promosi dan sistim pemasaran pada saat Ifex 2015 ini menjadi benchmarking

bagi produsen dan pelaku usaha pertanian Indonesia dalam mengembangkan

industri pertanian yang tangguh dengan mengaplikasikan inovasi dan

mempelajari cara menjalin kerjasama dengan pelaku usaha di tingkat

internasional. Diharapkan Indonesia dapat meningkatkan volume dan nilai

ekspor produk pertanian Indonesia di manca negara.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 383

8.2. Saran :

a. Promosi produk pertanian agar dipadukan dengan paket wisata yang dapat

mendorong pengunjung pameran mengambil paket wisata ke Indonesia.

b. Partisipasi dari Kementerian Perdagangan dalam pameran selanjutnya dapat

meningkatkan forum bisnis.

c. Peningkatan kemampuan berbahasa asing infoguide perlu ditingkatkan

LAMPIRAN

Laporan dalam gambar beberapa kegiatan lain :

Gambar 9 : Booth Indonesia

Gambar 10 : Produk Indonesia

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 384

Gambar 11 : Suasana di booth Indonesia

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 385

Gambar 12 : Menjelang Penutupan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 386

Gambar 13 : Dengan calon buyer

Gambar 14 : Contoh Produk Negara Lain

Gambar 15: Booth dari Negara Lain

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 387

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 388

015. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

TEMU EVALUASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN FLORIKULTURA

1. Latar Belakang

Agribisnis florikultura beberapa tahun terakhir ini berkembang pesat untuk memenuhi

permintaan konsumen baik dipasar domestik maupun ekspor. Berbagai daerah yang

memiliki potensi untuk pengembangan florikultura mulai tertarik untuk mengembangkan

komoditas florikultura. Beberapa komoditas yang memiliki prospek ekonomi adalah

krisan, mawar, sedap malam, anggrek, heliconia, melati, leatherleaf, dracaena, raphis

dan tanaman lanskap lainnya. Beberapa komoditas tersebut dikembangkan untuk

memenuhi pasar domestik, seperti krisan, mawar, sedap malam, heliconia, anggrek,

sedangkan melati, leatherleaf dan dracaena dikembangkan untuk tujuan pasar ekspor,

antara lain ke Jepang, Korea, Singapura dan Malaysia. Pengembangan tanaman pot

dan lanskap ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penataan kota dalam menciptakan

Kota Hijau (Green City).

Besarnya potensi dan prospek agribisnis florikultura, maka Direktorat Jenderal

Hortikultura telah mengalokasikan dana APBN 2015 melalui dana Tugas Pembantuan,

Dekonsentrasi, LM3 dan PMD untuk pengembangan florikultura di daerah sentra

produksi. Pengembangan florikultura bertujuan untuk meningkatkan produksi,

produktivitas dan mutu tanaman florikultura ramah lingkungan, maka untuk mencapai

tujuan tersebut, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : Pengembangan

Kawasan, Sekolah Lapang (SL) GAP, SL GHP, Penyediaan Sarana Prasarana

Budidaya dan Pascapanen, serta registrasi lahan usaha. Dalam rangka melakukan

evaluasi kegiatan pengembangan florikultura di daerah, maka telah diselenggarakan

Temu Evaluasi Pengembangan Tanaman Florikultura.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Melakukan evaluasi pelaksanaan pengembangan florikultura tahun 2015

b. Menyusun kesepakatan dalam pengembangan florikultura tahun 2016

2.2. Sasaran

a. Terevaluasinya pelaksanaan pengembangan florikultura tahun 2015

b. Tersusunnya kesepakatan pengembangan florikultura tahun 2016

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 389

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 252.119.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 238.074.642,-

3.3. Informasi Teknologi

4. Pelaksanaan Kegiatan

4.1. Mengadakan sarana penunjang dalam rangka kegiatan temu evalusi

pengembangan florikultura

4.2. Mengadakan publikasi (spanduk) dalam rangka kegiatan temu evaluasi

pengembangan florikultura

4.3. Menggandakan materi untuk kegiatan temu evaluasi pengembangan florikultura

4.4. Menggandakan bahan laporan tahunan dan LAKIP

4.5. Melakukan pencetakan cover laporan tahunan dan LAKIP

4.6. Mengadakan ATK dan bahan komputer untuk kegitan monitoring, evaluasi dan

pelaporan

4.7. Membayarkan honor narasumber/pakar/praktisi, honor narasumber eselon II,

honor moderator dan honor narasumber setara eselon I

4.8. Melaksanakan perjalanan menghadiri undangan, monitoring dan evaluasi

4.9. Melaksanakan kegiatan temu evaluasi kegiatan pengembangan florikultura (biaya

paket meeting)

4.10. Melaksanakan perjalanan dalam rangka temu evaluasi kegiatan pengembangan

kawasan florikultura

4.11. Melaksanakan kegiatan pembahasan data statistik hortikultura dan undangan

lainnya

5. Keluaran/Output

Terlaksananya kegiatan temu evaluasi pengembangan florikultura.

6. Hasil/Outcome

Terlaporkannya, termonitoringnya dan terevaluasinya kegiatan pengembangan

florikultura.

7. Manfaat/Benefit

Berkembangnya agribisnis florikultura.

8. Dampak/Impact

Meningkatknya pendapatan para petani dan pelaku usaha di bidang florikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 390

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Pada Tahun 2015, Pagu Anggaran untuk Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura sebesar Rp. 48.964.178.000 Dari Pagu tersebut

sejumlah Rp. 5.687.191.000 (11,62%) untuk Pusat dan sebesar Rp.

43.276.987.000 (88,38%) dialokasikan sebagai dana TP di 70

Kabupaten/Kota dan Dekonsentrasi di 23 provinsi.

b. Kegiatan yang dilaksanakan di kabupaten, sebagian besar dialokasikan

sebagai fasilitasi bantuan kepada kelompoktani dalam pengembangan

kawasan, penyediaan sarana budidaya maupun sarana pascapanen,

pelaksanaan Sekolah Lapang GAP dan GHP, peningkatan kapabilitas

petugas dan petani, pemberdayaan kelembagaan usaha, serta

pendampingan, yang ditujukan dalam peningkatan produksi dan produktivitas

produk florikultura ramah lingkungan.

c. Realisasi pelaksanaan kegiatan pengembangan florikultura sampai dengan 6

November 2015, baik Pusat dan daerah sebesar Rp. 29.687.042.169 (54,50

%). Serapan anggaran pada Satker di daerah dengan kategori baik >75%

(37,5%), cukup >50 -74% (14,06%) dan kurang <50 % (48,44%).

d. Masih kecilnya angka serapan untuk kegiatan florikultura antara lain

disebabkan antara lain oleh adanya pergantian pejabat pengelola kesatkeran

maupun lambatnya proses pengadaan di daerah.

e. Adanya reorganisasi di Ditjen Hortikultura, dimana Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura akan bergabung dengan Direktorat Budidaya

Tanaman Buah, maka Pagu Indikatif pada tahun 2016 untuk Florikultura

sebesar Rp. 9.185.000.000 dan alokasi di daerah sebesar Rp.

7.685.000.000. Sebagian dari dana tersebut merupakan dana SKR sebesar

Rp. 2.717.000.000 (termasuk pembinaan di provinsi) yang dialokasikan untuk

pengembangan bunga potong di Kota Tomohon.

f. Harapannya meskipun tidak ada lagi alokasi dana dari APBN untuk

pengembangan florikultura di daerah, hendaknya tetap ada pembinaan

minimal kepada para pelaku usaha agar mereka lebih mandiri dalam

mengakses sumber dana lainnya (dana CSR, KUR) dan sebagainya.

Meskipun daerah tidak mendapat alokasi anggaran pada tahun 2016, tetapi

pembinaan, pendampingan dan bimbingan kepada kelompok tani tetap

dilaksanakan.

g. Harapan lainnya pelaksanaan ke depan dapat lebih mempercepat proses

penyerapan anggaran kegiatan pengembangan hortikultura, sebagai contoh :

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 391

1. Memahami DIPA dan pencermatan POK lebih awal;

2. Bila ada koreksi/revisi/ralat dikonsultasikan kepada yang berkompeten

dan segera ditindaklanjuti;

3. Apabila pengadaan melalui ULP daerah, maka segera lakukan

koordinasi internal untuk percepatannya;

4. Memahami regulasi terkait termasuk tentang BMN sehingga BAST baik

keproyekan maupun aset negara tepat waktu

h. Pada kegiatan temu evaluasi pengembangan florikultura tahun 2015,

menghadirkan juga Bapak Ir. Muhammad Gunung Soetopo sebagai

narasumber dari Sabila Farm yang memberikan motivasi dalam memberikan

success story dan pengalamannya dalam membangun industri hortikultura

yang kreatif dan inovatif.

i. Bapak Gunung Soetopo memberikan saran agar setiap petani yang berusaha

di bidang hortikultura harus memiliki tema dalam berusaha di bidang industri

hortikultura. Salah satu kunci kesuksesan Bapak Gunung Soetopo dalam

berusaha di bidang hortikultura adalah untuk memudahkan strategi

pemasaran, pencitraan serta merupakan usaha yang unik. Dengan

melakukan teknik pemasaran melalui penetapan segmentasi usaha, target

pasar dan posisi usahanya dengan usaha kompetitornya serta bauran

pemasaran yang baik, dapat dikembangkan suatu bisnis industri florikultura

yang berdaya saing.

j. Usaha hortikultura yang maju adalah usaha hortikultura yang memasukkan

unsur teknologi. Usaha florikultura diharapkan juga dapat memasukkan unsur

teknologi, sehingga dapat menghasilkan produk yang inovatif dan kreatif.

k. Untuk Pengelolaan persediaan yang dijual/diserahkan kepada Pemda atau

masyarakat berdasarkan pada PMK 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan

atas Permenkeu No. 156/PMK.07/2008 tentang Pengelolaan Dana

dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

l. Asset dapat diusulkan membuat penghapusan atau hibah (format ada di

Bagian Keuangan dan Perlengkapan) ke Ditjen Hortikultura.

Pemindahtanganan dan Penghapusan BMN dengan tahun perolehan di

bawah tahun 2011 mekanismenya dengan menggunakan Peraturan Menteri

Keuangan nomor : 104/PMK.06/2015 tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara yang berasal dari dana Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan sebelum tahun anggaran 2011

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 392

m. Daerah yang pernah mendapatkan alokasi bantuan dana tugas pembantuan

dan dekonsentrasi diharapkan dapat melakukan inventarisasi terhadap asset-

asset milik daerah serta melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap

asset-asset daerah.

n. Permintaan dari Biro Keuangan, diharapkan dapat membuat Laporan

Keuangan (LK) yang berisi juga daftar asset dapat disusun pada bulan

Oktober, November dan Desember.

o. Berita Acara Serah Terima (BAST) barang yang merupakan akun 526xxx,

baik dalam bentuk kegiatan pengembangan kawasan, sapras budidaya dan

pascapanen tetap harus dilaporkan. BAST barang bisa dibuat dalam satu

form, dengan lampiran rician kegiatan pengembangan kawasan, sapras

budidaya, sapras pascapanen sesuai akunnya. Asset-asset tersebut

dilaporkan oleh bidang teknis yang menangani (Bidang Hortikultura) kepada

petugas SIMAK BMN, segera setelah proses pengadaan selesai diadakan.

p. Daerah diharapkan juga melakukan input progress pelaksanaan kegiatan

untuk outputnya, sesuai PMK 249 tahun 2011 secara teratur setiap bulannya.

Progress pekerjaan juga diisi pada kolom keterangan. Realisasi fisik output

kegiatan florikultura per tanggal 7 November 2015 adalah sebagai berikut :

q. Data Rekapitulasi Propinsi Statistik Pertanian (RPSP) untuk SPH-TH (Statistik

Pertanian Hortikultura-Tanaman Hias) dilaporkan setiap triwulan seperti untuk

data biofarmaka (tanaman obat). Diharapkan setiap daerah dapat tertib dapat

melaporkan data RPSP ke Ditjen Hortikultura.

r. Diharapkan kerjasama, koordinasi dan komunikasi yang baik antara Bidang

Hortikultura (bidang teknis) dengan petugas monev untuk mengisi dan

melaporkan progress pelaksanaan kegiatan sesuai PMK 249 tahun 2011.

s. Dalam hal melaporkan progress pelaksanaan kegiatan melalui PMK 249

tahun 2011, terdapat (1) satker yang melaporkan progress pelaksanaan

kegiatan secara teratur dan lengkap (kolom keterangan diisi), (2) satker yang

sudah melaporkan kemajuan pelaksanaan, tetapi tidak dilaporkan secara

berkala, (3) satker yang tidak pernah melaporkan progress pelaksanaan

kegiatan.

t. Dalam rangka meningkatkan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan antar

bidang, dapat menggunakan forum SPI yang diselenggarakan secara bulanan

dan dihadiri oleh para pihak terkait di dalam instansi Dinas Pertanian

u. Beberapa feedback dari daerah mengenai fasilitasi APBN yang telah

diberikan selama ini melalui Dekon dan Tugas Pembantuan adalah sebagai

berikut :

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 393

1. Fasilitasi tersebut sangat bermanfaat dalam pengembangan florikultura

di beberapa daerah sentra baik dalam fasilitasi kawasan, sarana

budidaya, sarana pascapanen, sekolah lapang dan magang, namun ada

beberapa strategi yang perlu dilakukan dalam mengatasi permasalahan

dalam pengembangan florikultura.

2. Pada umumnya permasalahan tersebut adalah : kualitas produksi krisan

masih rendah, produksi dracaena masih kurang, produk florikultura blm

bisa tampil, kapasitas SDM (petugas dan petani) masih kurang.

3. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, langkah-langkah yang telah

diambil oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi adalah menetapkan

kawasan, harus muncul komoditas unggulan dengan memetakan

kawasan utama, yaitu Sukaraja, Sukabumi dan Cidahu, komoditas

unggulan : krisan, sedap malam dan dracaena. Leatherleaf juga

dikembangkan secara luas sekitar 70 ha, namun dikelola oleh

perusahaan.

4. Langkah-langkah operasional yang sudah dilakukan oleh Dinas

Pertanian Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut :

a. Penguatan kelembagaan dengan pengembangan gapoktan dan

koperasi petani krisan;

b. Peningkatan kualitas kawasan, untuk krisan kira-kira seluas 30 ha

dengan 600 unit green house. Peningkatan kualitas dilakukan

dengan pengembangan sistem penangkaran benih yang dikelola

oleh Koperasi Petani Krisan;

c. Peningkatan kompetensi melalui pelaksanaan Sekolah Lapang,

dengan peningkatan efektivitas penyelenggaraan SL melalui

berkoordinasi dengan Bakorluh sebagai penyelenggara sesuai

tupoksinya, dengan fasilitasi dari Dinas Pertanian. Pelaksanaan

SL sebaiknya dapat diselesaikan pada Triwulan I untuk

mempercepat serapan;

d. meningkatkan kapasitas penyuluh dalam pemahaman mengenai

komoditas florikultura melalui pelatihan-pelatihan yang

diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Provinsi maupun instansi

lain. Dinas Kabupaten hanya memfasilitasi, karena jika yang

diberangkatkan petugas dinas, hasilnya kurang efektif untuk

ditularkan ke masyarakat;

e. Melakukan deseminasi pemanfaatan teknologi, seperti melalui

kegiatan jambore varietas dengan mengundang pelaku dan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 394

pengguna produk florikultura. Jambore Varietas akan

diselenggarakan setiap tahun, dan tahun 2016 akan diadakan bulan

Juli, diharapkan ada dukungan dari Ditjen Hortikultura, Balithi dan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang mengangkat

komoditas Lili.

f. Memiliki program inti dan plasma dengan pengembangan

dracaena. Perusahaan inti adalah eksportir, dan petani dracaena

menanam dan menjual produk dracaena yang telah dirangkai,

sehingga meningkatkan nilai jual petani; program inti plasma ini

bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat sekitar dengan melatih

mereka memiliki keahlian merangkai dracaena.;

g. Promosi sangat penting dan bekerja sama dengan asosiasi;

h. Pemberdayaan kelompoktani harus melalui pendekatan triangle

(petani-champion-peneliti).

5. Ada beberapa komoditas yang perlu didukung karena memiliki potensi

seperti anggrek, gladiol dan gerbera khususnya dalam penyediaan

benih terutama di Jawa Tengah. Kemudian untuk melati, fasilitasi yang

dibutuhkan adalah rumah pascapanen, karena pasarnya sudah cukup

luas baik untuk ekspor maupun untuk fabrikan.

9.2. Saran

a. Upaya-upaya yang telah dilakukan dapat dilanjutkan ke depan antara lain : a)

bimbingan teknis sekaligus melakukan monitoring dan evaluasi ke daerah

sentra florikultura; b) jajaran satker telah menyebarkan anggotanya untuk

mendukung kelancaran proses pengadaan; c) mengaktifkan LO Kawasan

untuk memonitor progress serapan.

b. Dalam pengembangan florikultura perlu adanya champion dimana seseorang

itu tidak punya kepentingan pribadi tapi berorentasi maju bersama. Hal

tersebut dapat berhasil apabila didukung dengan membangun kompetensi,

supporting berbagai pihak serta adanya fasilitasi baik dari pemerintah maupun

swasta.

c. Tidak mudah merubah pola pikir para generasi muda dalam mengembangkan

florikultura, dibutuhkan komitmen dan kontiunitas untuk membangun dan

membaca peluang pasar. Bisnis florikultura agar dibangun dengan

mengutamakan sebuah tema sebagai sasaran dan pencitraan sebuah usaha

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 395

016. PEMASYARAKATAN/PROMOSI

FESTIVAL HORTIKULTURA

1. Latar Belakang

Kegiatan pemasyarakatan merupakan ajang promosi termasuk produk hortikultura, yang

dimaksudkan untuk memasyarakatkan produk florikultura baik dari pengenalan jenis

tanaman, keindahan dalam bentuk rangkaian, bentuk tanaman serta manfaat bagi

keindahan lingkungan maupun nilai ekonominya/potensi bisnisnya kepada para

konsumen dan masyarakat luas. Dengan menyelenggarakan promosi, para produsen

dapat memamerkan produk unggulannya yang diharapkan dapat meningkatkan

permintaan pasar. Promosi yang efektif dilakukan secara inovatif untuk menarik

perhatian.

Bagi beberapa pelaku usaha, keuntungan optimal yang diperoleh dari mengikuti

promosi ini terkadang tidak diterima secara langsung pada saat ini. Promosi adalah

investasi jangka panjang yang dampaknya baru dapat dirasakan pada periode

mendatang. Bagi pebisnis pemula, tujuan utama mengikuti promosi adalah pengenalan

eksistensi kepada masyarakat luas sebagai langkah awal untuk menapak sukses di

kemudian hari.

Sesuai dengan program Kementerian Pertanian, kegiatan promosi hortikultura

khususnya tanaman florikultura akan dilakukan secara berkelanjutan. Melalui promosi,

transaksi antar pelaku usaha dapat diselenggarakan untuk peningkatan penjualan

produk tanaman florikultura. Hal ini akan mendorong motivasi pelaku usaha dalam

pengembangan budidaya tanaman florikultura.

Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura

berpartisipasi dalam penyelenggaraan Festival Hortikultura di Mataram NTB, Flona di

DKI Jakarta dan fasilitasi sewa stand bagi pelaku usaha dan asosiasi florikultura, dan

penyelenggaraan pertemuan (munas PAI). Kemudian pada Festival Hortikultura

berpartisipasi dalam fasilitasi kursus merangkai bunga, kursus desain, pembuatan dan

perawatan taman, kontak bisnis, bursa dan aneka lomba.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 396

b. Memasyarakatkan tanaman florikultura secara efektif dalam rangka

mendorong berkembangnya bisnis/usaha tanaman florikultura yang berdaya

saing.

2.2. Sasaran

a. Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap penggunaan produk florikultura

dalam memperbaiki lingkungan.

b. Berkembangnya industri florikultura.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 966.935.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 887.948.000,-

3.3. Bahan promosi/informasi

3.4. Materi promosi

3.5. SDM

4. Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan pelaksanaan kegiatan pemasyarakatan/promosi adalah sebagai berikut :

4.1. Menyediakan konsumsi kursus dan pemasyarakatan florikultura

4.2. Melakukan penggandaan materi pemasyarakatan tanaman florikultura

4.3. Melakukan rapat koordinasi pemasyarakatan tanaman florikultura

4.4. Menyediakan sarana penunjang pemasyarakatan tanaman florikultura

4.5. Menyediakan materi pemasyarakatan tanaman florikultura

4.6. Menyediakan materi sosialisasi florikultura unggulan berdaya saing

4.7. Menyediakan materi dan sarana pendukung kursus

4.8. Melaksanakan inovasi model ekonomi kreatif berbasis florikultura

4.9. Menyediakan materi gerai florikultura

4.10. Menyediakan materi kursus merangkai bunga

4.11. Memberikan honor kepada penanggung jawab, ketua, sekretaris dan anggota

kegiatan festival hortikultura 2015

4.12. Menyediakan leaflet pemasyarakatan tanaman florikultura

4.13. Menyediakan biaya sewa stand

4.14. Menyediakan biaya sewa mobil dalam rangka festival hortikultura 2015

4.15. Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi, Esselon II, moderator,

infoguide

4.16. Melakukan perjalanan persiapan dan pelaksanaan Festival Hortikultura 2015

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 397

5. Keluaran/Output

5.1. Terlaksananya Fasilitasi Sewa Stand

Kegiatan flona merupakan ajang promosi dan bursa di DKI Jakarta yang

diselenggarakan tiap tahun. Flona sebagai ajang untuk memasyarakatkan dan

bursa produk florikultura kepada para konsumen dan masyarakat. Dengan

menyelenggarakan promosi dan bursa, para produsen dapat memamerkan dan

menjual produk unggulannya yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan

pasar. Pameran dan bursa flona diselenggarakan pada tanggal 18 September–17

Oktober 2015 di Lapangan Banteng Jakarta dengan tema “Jakarta Bangun

Tumbuh dan Berkembang” diikuti lebih dari 150 stand flora fauna dari berbagai

daerah. Peserta didominasi pelaku usaha di sekitar Jabodetabek.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Ditjen Hortikultura berpartisipasi

dalam penyewaan dua stand bursa yang diisi oleh Gapoktan Primatara,

Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI) dan Forum Arsitek Lansekap Indonesia

(FALI).

5.2. Terlaksananya Fasilitasi Konsumsi Pemasyarakatan Florikultura

Rapat Munas PAI diselenggarakan oleh DPP PAI bekerjasama dengan Direktorat

Budidaya Pascapanen Florikultura yang melibatkan para pengurus DPP, DPD dan

DPC PAI, narasumber serta pelaku usaha anggrek lainnya. Munas PAI dihadiri

oleh 17 Dewan Pengurus Daerah dan 62 Dewan Pengurus Cabang, DPP serta

anggota lainnya. Jumlah keseluruhan yang hadir ± 120 orang. Diadakan di Jakarta

pada tanggal 20 September 2015, di Jalan Senen Raya No.135, Jakarta Pusat.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara lain berpartisipasi dalam

fasilitasi konsumsi dan pemberian honor narasumber.

a. Tujuan Munas :

1. Menentukan tata Tertib dan Perundangan

2. Mendengarkan Laporan DPD dan DPC

3. Laporan Kerja 2010-2015

4. Memilih Ketua Umum 2015-2020

b. Acara Munas meliputi :

1. Pembacaan Laporan DPC dan DPD

2. Sidang Komisi

3. Program Kerja 2015 - 2020

4. Revisi AD/ART

5. Rapat Pleno

6. Pemilihan Ketua Umum

7. Serah terima hasil Musyawarah Ketua terpilih

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 398

8. Serah terima dari ketua lama dan ketua baru

9. Pembacaan dan penyerahan hadiah lomba anggrek

10.Pembacaan dan penyerahan hadiah lomba stand daerah

Ketua sidang terpilih : Dr. Untung Santoso (DPP PAI Malang)

Laporan DPP PAI dibacakan oleh Ibu Ennie Satoto.

c. Hasil Munas PAI :

1. Kelembagaan dan Sekretariat :

1) Mengaktifkan DPD dan DPC yang tidak aktif, dengan surat edaran

dari DPP ke DPD dan DPC serta tembusan kepada pemerintah

setempat.

2) Membentuk PAI cabang daerah yang belum memiliki kelembagaan.

3) Meminta DPC untuk menyelenggarakan Musyawarah cabang dan

terjadwal

4) Musyawarah Daerah untuk DPD

5) Penempatan tenaga profesional untuk perangkat lunak dan data

update dalam teknologi informasi mengenai kegiatan kelembagaan

6) Menyelenggarakan rapat kerja internal DPC sesuai kebutuhan

7) Menyelenggarakan Munas setiap tahun dan Raparnas dan Rakornas

masing-masing 5 kali

8) Mendaftarkan fungsionaris PAI sebagai organisasi nasional dan

global

2. Agribisnis :

1) Penambahan koordinasi dengan Kadin untuk Pangsa Pasar dan juga

kaitannya dengan kebutuhan penelitian Mahasiswa baik S1, S2, dan

S3. sekaligus pengenalan dini untuk anak-anak mengenai dunia

peranggrekan.

2) Membuat studi kelayakan bersama dengan Koperasi (pertanyaan

status koperasi), juga anggrek selain Dendrobium

3) Bantuan bibit dengan dana dekonsentrasi, bersama kementrian

terkait.

4) Teknologi screen house dan instalasi irigasi

5) Pembinaan kepada petani dan pemerhati anggrek

6) Surat edaran untuk mengikuti pameran luar provinsi

3. Konservasi :

Pendataan daerah diperluas untuk penyelamatan plasma nutfah

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 399

4. Promosi dan Publikasi :

1) Diharapkan agenda diberikan berkala untuk dapat melakukan

koordinasi mengenai waktu pameran dan kegiatan serupa.

2) Diharapkan menyelenggarakan dress code minimal warna. (Support

untuk transportasi dan akomodasi)

3) Duta Anggrek Nasional

4) Surat tembusan untuk keperluan dan kemudahan karantina dan

BKSDA/PHKA

Dilaporkan juga, bahwa nilai Kas PAI kini telah mencapai 1 milyar

rupiah. Dan ini bisa sebagai modal kerja PAI periode 2015-2020.

Ketua PAI periode 2015 mengusulkan Rita Subowo sebagai ketua

DPP PAI 2015-2020. Beliau bukan orang baru di PAI, bahkan pernah

jadi ketua DPP PAI DKI dan ketua Yayasan Anggrek Indonesia.

Hasil pemilihan Ketua Umum Perhimpunan Anggrek periode 2015-

2020:

Berdasarkan Musyawarah dan pengajuan nama dari DPD dan DPC,

secara bulat memutuskan bahwa Ibu Rita Subowo sebagai Ketua

Umum terpilih Perhimpunan Anggrek Indonesia periode 2015-2020.

5. Tanggapan Akhir Sidang Pleno :

1) DPD PAI Papua melalui Bapak Lucky Silahoy mengusulkan

memasukkan Ibu Mufidah Jusuf Kalla sebagai penasehat atau dewan

pembina.

2) Terjadi pemahaman berbeda mengenai SK yang dibuat dari DPP ke

DPD dan ke DPC, namun Anggaran Dasar sudah cukup jelas

disampaikan.

3) Dari Papua mengusulkan agar DPP dapat membantu kemudahan

regulasi dan komunikasi dengan lembaga terkait agar DPD/DPC

dapat lebih mudah mengikuti pameran, lomba atau kegiatan di luar

kota, terutama berkaitan dengan pengurusan tanaman.

4) Diusulkan juga kejelasan untuk jadwal pameran yang

diselenggarakan oleh DPD/DPC serta DPP. Diharapkan kedepan

PAI lebih mandiri dalam menyelenggarakan suatu acara termasuk

Raparnas, Rakornas maupun MUNAS.

5) Website PAI diharapkan diupdate dengan kegiatan PAI baik di pusat

maupun daerah, dan diharapkan bisa menjadi sarana komunikasi

maupun informasi baik internal maupun eksternal.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 400

6. Program Kerja DPP PAI 2015-2020

Berdasarkan laporan pertanggungjawaban DPP PAI 2010-2015,

beberapa hal yang masih perlu ditindaklanjuti dalam program kerja DPP

PAI 2015-2020. Selanjutnya masukan dari DPC/DPD yang diajukan dam

Munas XII PAI 2015 juga dibahas dalam sidang kelompok dan dimasukan

sebagi program kerja DPP PAI 2015-2020.

1) Program Bidang Kelembagaan/Sekretariat

- Mengaktifkan kembali DPC dan DPD yang selama ini tidak

aktif, dengan surat edaran DPP.

- Membentuk PAI Cabang dan PAI Daerah di kawasan yang

belum ada PAI.

- Meminta DPD/DPC untuk menyelenggarakan Musyawarah

Cabang (Muscab) dan Musyawarah Daerah, sesuai dengan

ketentuan AD (agar dijadwalkan).

- Membentuk jaringan online antara DPP, DPD dan DPC,

terutama menyangkut agenda kegiatan.

- Menyelenggarakan Rapat Kerja Internal DPP secara rutin 1

kali/th.

- Menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional 1 kali/th selama

periode kepengurusan.

- Menyelenggarakan Rapat Paripurna Nasional 1 kali selama

periode kepengurusan.

- Menyelenggarakan MUNAS XIII PAI 2020 di Sulut/Papua.

- Mendaftarkan PAI/fungsionarisnya sebagai anggota organisasi

peranggrekan regional dan global.

2) Program Bidang Pengembangan Agribisnis Anggrek

- Menyusun perkiraan pangsa pasar anggrek nasional bersama

Direktorat Jenderal Hortikultura, Asosiasi Bunga Indonesia

(Asbindo), Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI), Pasar

Rawa Belong, Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (IPBI), dan

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).

- Membuat studi kelayakan budidaya anggrek dendrobium

bersama Koperasi Karyawan PAI (pusat/daerah).

- Menyusun masterplan sentra budidaya anggrek nasional.

- Pembinaan Pemerintah/Petani Anggrek

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 401

3) Program Bidang Konservasi

Bersama Kebun Raya Indonesia, Ditjen Pelestarian Hutan dan

Konservasi Alam (PHKA), Fakultas Kehutanan IPB, dan Balai

Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), melakukan :

- Menyusun rencana pendataan anggrek spesies di beberapa

kawasan misalnya Kalimantan, Papua dan NTT.

- Menyusun skala prioritas konservasi anggrek spesies yang

berstatus kritis dan terkikis.

- Membuat program konservasi dari beberapa spesies anggrek

yang berstatus paling kritis.

- Melakukan pendekatan dengan instansi terkait untuk

membahas permasalahan di sekitar Surat Angkut Tumbuhan

dan Satwa Liar Dalam Negeri (SATDN), Surat Angkut

Tumbuhan dan Satwa Liar Luar Negeri (SATLN) dan Surat

Convention on International Trade in Endangered Species of

Wild Fauna and Flora (CITES).

4) Program Bidang Promosi, Publikasi

- Mengaktifkan web yang sudah terbentuk, dengan merekrut

admin profesional, dan melibatkan DPC/DPD sebagai

kontributor.

- Mengatur agenda kegiatan DPC, DPD dan DPP.

- Menyelenggarakan event anggrek tingkat nasional di daerah,

dengan waktu bersamaan penyelenggaraan

Raparnas/Rakornas.

- Menjalin kerjasama dengan media massa cetak, elektronik dan

multi media.

- Mengirim utusan ke 22th WOC

5) Program Bidang Pendanaan

Menyelenggarakan fundraiising melalui kerjasama dengan Yayasan

Anggrek Indonesia, Koperasi Karyawan PAI, pencarian sponsor

dalam kegiatan peranggrekan.

5.3. Terlaksananya Festival Hortikultura

Festival hortikultura sebagai ajang promosi hortikultura yang diselenggarakan rutin

tiap tahun. Tahun 2015 diselenggarakan di Kota Mataram tanggal 10-14 Oktober

2015. Dalam Festival Hortikultura diramaikan berbagai kegiatan antara lain:

Pameran, Bursa, Kontak Bisnis, Seminar, Aneka Kursus, Aneka Lomba, Gelar

Teknologi, Karpet Bunga, Jambore Varietas. Dalam kepanitiaan Festival

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 402

Hortikultura dibagi menurut koordinator dari 5 unit kerja Eselon II di lingkup

Direktorat Jenderal Hortikultura, begitu juga dengan pembiayaannya. Beberapa

kegiatan dalam rangka mendukung Festival Hortikultura 2015 adalah :

5.3.1 Terlaksananya Rapat Koordinasi Pemasyarakatan Tanaman

Florikultura

1) Rapat koordinasi yang dilaksanakan pada tanggal 18 September

2015

Rapat dilaksanakan di Ruang Rapat Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura dengan pokok bahasan meliputi persiapan

pelaksanaan kegiatan festival hortikultura dan rapat dipimpin oleh Plh

Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

Beberapa hasil rapat adalah sebagai berikut:

a. Laporan persiapan dari masing-masing bidang :

- Bidang Karpet Bunga

Persiapan dari tahap desain sudah final, pengurukan dan

perataan tanah sedang proses di lapang. Penyiapan

tanaman sudah berjalan hampir 1 bulan di sekitar lokasi

pelaksana lapang, selanjutnya tanaman akan dipindahkan

ke lokasi penanaman sesuai desain sekitar 2 minggu

menjelang pembukaan. Di sekitar lokasi sebagai tempat

olahraga masyarakat umum, bila ditanami dari jauh hari

ditakutkan rusak oleh bola, sepeda, dll. Berdasarkan

laporan dari tim Ditjen Hortikultura yang melakukan monev

ke lapang, disarankan karpet bunga dilakukan monitor

lebih intensif dan masukan dari Bapak Dirjen menyarankan

ditambahkan jenis bunga lainnya agar lebih semarak dan

bernuansa meriah. Sedang dilakukan koordinasi dengan

petugas pelaksana dan penanggung jawab di lapang

terkait masukan tersebut, dengan tetap

mempertimbangkan kondisi agroklimat setempat. Karpet

bunga tidak mudah untuk dibuat permanen, pada karpet

bunga ditonjolkan tanaman berbunga yang umumnya satu

musim tanam (± 3 bulan). Penanggung jawab kegiatan

segera melakukan konsolidasi agar karpet bunga hadir di

festival hortikultura dengan semaksimal mungkin. Bila

dimungkinkan harus dilakukan pengawalan ke Lokasi

(NTB).

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 403

- Bidang Lomba

Bidang lomba jadwal sesuai dengan matrik yang sudah

ada di festival hortikultura dan khusus florikultura lomba

yang diadakan adalah lomba merangkai bunga.

Selanjutnya ada penambahan jenis lomba mutu horti

sesuai arahan Wapres. Sehubungan hal tersebut, lomba

yang ditambahkan meliputi lomba produk horti unggulan,

untuk flori krisan, anggrek dan sedap malam potong.

- Bidang Kursus

Untuk kursus yang terkait dengan Florikultura ada 2 jenis

kursus yaitu merangkai bunga, desain pembuatan dan

perawatan taman. Persiapan yang sudah dilakukan adalah

mengirim surat permohonan instruktur sudah dilakukan

yaitu Ir. Haniah Achsyid untuk merangkai bunga dan Drs.

Ketut Suarta untuk desain pembuatan dan perawatan

taman. Untuk kesiapan konsumsi sudah dipesan lewat

Dinas Kota Mataram, persiapan materi sudah dikirimkan

RAB dan list detail kebutuhan tanaman. Materi kursus

desain meliputi pengenalan dasar tanaman hias indoor dan

outdoor, elemen tanaman, kontur tanah, dekorasi taman

indoor dan outdoor, serta praktek mendekorasi atau

menata tanaman hias. Sedang untuk merangkai bunga

akan didemonstrasi 2 jenis rangkaian. Peserta antara lain

akan menggaet ibu-ibu PKK, Dharma Wanita dan

masyarakat umum.

- Bidang Pameran (Rumah Horti)

Dari hasil rapat dengan EO, desain rumah horti sudah ada

dengan nuansa rumah sasak yang diisi komoditas

hortikultura dibagian-bagian utama dan sekelilingnya.

Konsep florikultura, disekililing rumah horti akan dibuatkan

pagar dari tanaman heliconia. Selain itu akan ikut mengisi

pula jenis-jenis tanaman seperti sedap malam, dracaena,

leatherleaf, anggrek, krisan serta informasi teknis, poster

dan brosur/leaflet. Untuk kesiapan di lapang diharapkan

segera ada kejelasan terkait fasilitasi dan dukungan

penganggaran baik dari Humas/Dit. Flori untuk pemesanan

tanaman heliconia ke teman daerah di NTB. Segera dibuat

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 404

rancangan jenis, volume/jumlah tanaman yang dibawa

terkait pembagian tugas membawanya dan mengantisipasi

agar tidak overweight. Sebagai pelaksana pembuatan

rumah horti khususnya florikultura adalah Saudara Amir

Suprianto.

- Bidang Kontak Bisnis

Kontak bisnis kali ini akan didesain tidak dalam bentuk

pertemuan, namun dikemas dalam bentuk display poduk

dari buyer untuk ditawarkan ke supplier. Persiapan yang

dilakukan telah dibuat surat ke daerah agar pelaku usaha

selaku supplier diajak bersedia menyiapkan

produknya/brosur, name card untuk di display di hall

kontak bisnis dan diinfokan ke buyer atau masyarakat

umum/pengunjung yang berminat. Panitia juga

menyiapkan peralatan untuk promosi produk melalui

media elektronik seperti TV, DVD serta alat pendukung

lainnya. Disela-sela waktu luang untuk mengisi acara akan

dilakukan penyebaran informasi/motivasi yang dapat

menarik perhatian pengunjung. Kontak bisnis dilakukan

sepanjang hari dari tanggal 10-14 Oktober 2015 dari Pkl.

09.00-17.00. Sejauh ini sudah dilakukan konfirmasi

kebeberapa pelaku usaha Florikultura tentang kehadiran

dan kesanggupannya untuk berpartisipasi seperti:

Gapoktan Sekarbumi dan Duta Orchid dari Bali, Gapoktan

Alamanda Sukabumi, Gapoktan Krisan Cianjur, Ekakarya

Graha Flora Jakarta, Assosiasi Multi Flora Semarang,

Gapoktan Mekar Asri Mawar Batu, Gapoktan Melatio Jaya

Batang, CV Jali Nursery Tangerang.

b. Kesepakatan jadwal keberangkatan dan pulang serta pembagian

tugas

Sudah dilakukan pembookingan tiket keberangkatan dan pulang

sesuai jadwal dan tugas masing-masing. Hari Senin tiket akan

diissued, oleh karena itu semua yang akan bertugas dimohon

paling telat hari Senin sudah menginfokan jadwalnya.

c. Penangung jawab karpet bunga perlu berkoordinasi dengan

pelaksana di lapangan terutama terkait tambahan jenis tanaman

hias.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 405

d. Terkait materi rumah horti perlu koordinasi dengan bagian

Humas dan perlu segera merancang jenis tanaman hias dan

volume yang dibutuhkan.

e. Terkait kegiatan kontak bisnis perlu konfirmasi ulang kepada

pelaku usaha tentang kehadiran dan partisipasinya.

2) Rapat Koordinasi yang dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober

2015

Rapat dilaksanakan di Ruang Rapat Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura. Rapat dipimpin oleh Kasubdit Budidaya

Tanaman Pot dan Lansekap, dihadiri oleh para Kasubdit, Kasie

lingkup Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dan Staf Dit

Florikultura. Pokok bahasan meliputi laporan persiapan dari bidang

karpet bunga, lomba, kursus, dan kontak bisnis serta persiapan

lainnya.

Beberapa hasil rapat adalah sebagai berikut:

a. Laporan persiapan dari masing-masing bidang:

Bidang Karpet Bunga

Menindaklanjuti rapat sebelumnya, tim pelaksana kegiatan

karpet bunga sudah ke Mataram untuk mengecek ke

lapangan. Hasil pengecekan lahan disekitarnya sudah

ditanami oleh tanaman taiwan beauty, lili paris, lantana dan

sutra bombay, sedangkan yang design kendang beliq masih

kosong belum terisi tanaman karena rencananya akan diisi

oleh tanaman tagetes pada H-7 (tanggal 3 Oktober 2015)

dan tanaman mawar ditanam pada H-3 (tanggal 7 Oktober

2015). Tanaman tagetes dan mawar saat ini masih berada

di lahan usaha tani.

Sesuai arahan Pak Dirjen dimana perlu menambahkan jenis

tanaman supaya lebih semarak, diputuskan dengan

pelaksana dilapangan akan menambah tanaman mawar,

soka dan sutra bombay.

Keamanan dilokasi baru diberlakukan tanggal 1 Oktober

2015 dan taman ditutup untuk umum.

Perlu dicek/berkoordinasi dengan pelaksana di lapangan

untuk setiap perkembangannya dan untuk perkembangan

bisa dilaporkan melalui foto.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 406

Bidang Lomba

Jenis lomba komoditas ada tambahan menjadi 16 jenis

yaitu lomba buah 8 komoditas, sayuran 5 komoditas dan

florikultura 3 komoditas (krisan, sedap malam dan anggrek).

Penilaian lomba dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2015.

Koordinator lomba minta tolong tim yang berangkat duluan

(tanggal 8 Oktober) untuk mengecek tempat lomba.

Leaflet lomba sudah jadi dan sudah didistribusikan

sebagian ke Dinas Pertanian Provinsi NTB dan Dinas

Pertanian Kota Mataram. sisanya akan dibawa dan

dibagikan sebelum kegiatan kursus dan lomba.

Piala untuk lomba disediakan dari EO namun tidak sesuai

dengan yang disepakati, alasannya karena waktu untuk

pembuatan piala terlalu singkat.

Bidang Kursus

Untuk kursus yang terkait dengan Florikultura ada 2 jenis

kursus yaitu merangkai bunga, desain pembuatan dan

perawatan taman. Untuk kesiapan instruktur/narasumber,

kesiapan pesanan konsumsi dan persiapan materi sudah di

konfirmasi ulang dan semuanya sudah siap.

Pelaksanaan kursus merangkai bunga tanggal 10 Oktober

2015, sedangkan kursus desain lansekap dan perawatan

taman pada tanggal 11 Oktober 2015.

Untuk kursus merangkai bunga ada tambahan instruktur

menjadi 2 orang, oleh karena itu kebutuhan honor untuk

narasumber kursus menjadi 3 orang.

Untuk penggandaan materi kursus direncanakan minta

tolong ke narasumber untuk memperbanyak dan biaya

penggandaannya kita ganti pada waktu pelaksanaan kursus.

Perlu disiapkan untuk kelengkapan administrasi seperti

daftar hadir peserta dan tanda terima honor narasumber.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 407

Bidang Kontak Bisnis

Kegiatan kontak bisnis dilaksanakan pada tanggal 10 – 14

Oktober dari Pkl. 09.00 s/d 17.00, semuanya anggarannya

difasilitasi oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura.

Sudah dikirimkan surat dari Ketua Umum Festival

Hortikultura kepada pelaku-pelaku usaha hortikultura yang

bergerak di bidang sayuran, tanaman obat, buah-buahan,

florikultura, benih dan perlindungan tanaman.

Beberapa pelaku usaha sudah dikonfirmasi dan

kemungkinan bisa hadir pada acara kontak bisnis.

Bidang kontak bisnis sudah menyiapkan deklarasi untuk

melakukan kesepakatan (MoU)

Untuk meramaikan kegiatan kontak bisnis ini akan diadakan

kursus gratis sepintas tentang kewirausahaan.

Calon suplayer dan buyer sudah dimuat di internet melalui

website agromart

b. Sarana penunjang berupa pengadaan pakaian kaos sudah jadi

dan sudah didistribusikan.

c. Terkait mobil sewaan sudah dikonfirmasi ulang ke rental dan

sewa dimulai dari tanggal 8 – 14 Oktober 2015. Untuk ketertiban

pemakaian mobil sewaan perlu dibuatkan jadwal

penggunaannya.

d. Terkait penginapan selama kegiatan festival hortikultura di Hotel

Lombok Garden sudah di konfirmasi ulang dan daftar nama yang

akan menginap sudah diserahkan ke pihak hotel.

e. Tiket keberangkatan dan pulang sudah dikonfirmasi ke semua

yang akan bertugas dan sudah di cetak.

5.3.2 Kursus

Kursus dalam rangka pelaksanaan Festival Hortikultura 2015 terdiri dari 2

kursus, yaitu kursus merangkai bunga serta kursus desain, pembuatan

dan perawatan taman. Kursus dilaksanakan di tenda pertemuan area

Festival Hortikultura yang berlokasi di Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jl.

Tuan Guru Faesal, Pagutan Timur, Kota Mataram, Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Kursus merangkai bunga dilaksanakan pada Sabtu, 10

Oktober 2015, sedangkan kursus desain, pembuatan dan perawatan

taman dilaksanakan pada Minggu, 11 Oktober 2015.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 408

Narasumber untuk kursus merangkai bunga adalah Ir. Haniah Achsyid

dari Tim Penggerak PKK Kota Mataram dan Lalu Ismail yang berprofesi

sebagai florist. Narasumber untuk kursus desain, pembuatan dan

perawatan taman adalah Drs. I Ketut Suarta yang merupakan pelaku

usaha lansekap di kota Mataram. Peserta dari kursus antara lain adalah

Dharma Wanita, PKK, istri anggota Bhayangkara, mahasiswa, pelajar,

petugas Dinas Pertanian yang mengikuti pameran di Festival Hortikultura

2015 serta masyarakat umum. Peserta kursus merangkai bunga

sebanyak 37 orang dan peserta kursus desain, pembuatan dan

perawatan taman sebanyak 36 orang. Fasilitasi kursus dari Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara lain dalam bentuk leafleat,

bahan kursus, honor narasumber dan konsumsi.

Hasil kegiatan kursus :

- Tema kursus merangkai bunga adalah rangkaian bunga tropis

dengan memanfaatkan bunga heliconia potong sebagai komponen

utama. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan penggunaan bunga

tropis dalam rangkaian.

- Materi yang disampaikan pada kursus merangkai bunga adalah

tentang (1) bahan dan peralatan yang diperlukan dalam merangkai

bunga, (2) teknik merangkai bunga tingkat dasar yaitu bentuk

segitiga dan perahu, dan 3) petunjuk/tips-tips dalam merangkai

bunga, sesuai kondisi dan ketersediaan materi/bahan yang ada di

Kota Mataram.

- Kursus dilakukan dalam bentuk demo merangkai bunga oleh

narasumber dan praktek oleh para peserta yang terbagi dalam

kelompok. Hasil rangkaian para peserta diberi penghargaan berupa

predikat juara 1 sampai harapan 3 untuk memacu dan memberikan

penghargaan pada para peserta.

- Kursus desain, pembuatan dan perawatan taman merupakan kursus

yang memberikan pengetahuan tentang teknik desain, pembuatan

dan perawatan taman. Desain taman disesuaikan dengan lokasi

pembuatan taman, luas lokasi, tujuan dari pembuatan taman dan

lain-lain. Desain dan pembuatan yang disampaikan adalah kursus

untuk taman indoor dan outdoor.

- Pembuatan taman memperhatikan elemen softscape yang berupa

tanaman dan hardscape yang merupakan elemen penunjang seperti

batu, kayu, patung dan lain-lain. Jenis-jenis tanaman yang dipilih

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 409

dapat berupa tanaman pohon, perdu, bedding plant dan cover

ground. Teknik pembuatan taman menggunakan prinsip asimetris.

- Perawatan taman terdiri dari penyiraman, pemupukan,

pemangkasan, pemberantasan gulma, pengendalian hama dan

penyakit dan lain-lain.

- Setelah mendapatkan penjelasan dari narasumber kursus desain,

pembuatan dan perawatan taman, para peserta mempraktekkan

teknik pembuatan taman indoor untuk dekorasi dengan

menggunakan materi-materi tanaman hias yang telah disediakan.

Hasil rangkaian peserta diberi penghargaan berupa predikat juara,

dari juara 1 sampai juara 3, serta diberi masukan dan komentar oleh

narasumber.

5.3.3 Tersedianya Sarana Penunjang Pemasyarakatan Tanaman

Florikultura

Sarana penunjang pemasyarakatan tanaman florikultura yaitu berupa

pakaian kaos bermotif tanaman anggrek

5.3.4 Tersedianya Leafleat Pemasyarakatan Tanaman Florikultura

Leafleat pemasyarakatan tanaman florikultura yaitu berupa leaflet kursus

merangkai bunga serta kursus desain, pembuatan dan perawatan taman,

leafleat aneka lomba dalam rangka pemasyarakatan tanaman florikultura

sebanyak 2.000 expl.

Tabel 17. Rencana distribusi leaflet pemasyarakatan tanaman florikultura

yaitu :

No Diberikan Kepada Jumlah

1 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

NAD

50

2 Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 50

3 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi

Sumatera Barat

50

4 Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi

Kepulauan Riau

60

5 Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau 50

6 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu 50

7 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Sumatera Selatan

50

8 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Lampung

50

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 410

No Diberikan Kepada Jumlah

9 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi 50

10 Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta 60

11 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 60

12 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Jawa Tengah

60

13 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Banten 60

14 Dinas Pertanian Provinsi DI Yogyakarta 60

15 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 60

16 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali 60

17 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur 50

18 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan

Selatan

50

19 Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat 50

20 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah 50

21 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara 50

22 Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi

Tenggara

50

23 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi

Sulawesi Tengah

50

24 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Sulawesi Selatan

50

25 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat 50

26 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo 50

27 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Nusa Tenggara

Barat

100

28 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Nusa Tenggara Timur

50

29 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi

Bangka Belitung

50

30 Dinas Pertanian Provinsi Maluku 50

31 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Maluku Utara 50

32 Dinas Pertanian Provinsi Papua 50

33 Dinas Pertanian Provinsi Papua Barat 50

34 Perorangan/Pelaku Usaha 100

35 Instansi Terkait 50

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 411

No Diberikan Kepada Jumlah

36 Asbindo 50

37 Arsip 20

Jumlah 2000

5.3.5 Kontak Bisnis

Kontak Bisnis dilaksanakan pada tanggal 10–14 Oktober 2015 di Stand

B5, Pameran Festival Hortikultura di RTH Jl. Tuan Guru Faesal, Pagutan

Timur, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Fasilitasi yang

diberikan dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara

lain dalam bentuk honor narasumber dan moderator kontak bisnis yang

lain difasilitasi dari Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura.

1. Produk yang ditawarkan :

Produk yang ditawarkan adalah produk dari provinsi peserta

pameran. Produk yang ditawarkan didisplay di ruang kontak bisnis.

Produk tersebut merupakan produk unggulan masing-masing daerah

dan tidak semua produk ungulan dapat dipamerkan antara lain

karena alasan belum musim panen.

Produk yang ditawarkan meliputi buah, sayuran, tanaman obat,

florikultura dalam bentuk segar maupun olahan. Selain itu juga

ditawarkan benih sayuran, buah dan tanaman hias, serta sarana

tanam berupa Planter Bag. Produk yang ditawarkan tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Buah-buahan

1.1) Buah Segar

Buah Segar antara lain: Mangga Harum Manis, Mangga

Gedong Gincu, Mangga Podang, Mangga Bengkulu, Jeruk

Pamelo (Pangkep dan Magetan), Jeruk Gerga

Bengkulu,Jeruk Siam Pontianak, Jeruk Kalamnsi, Jeruk

Gunung Omeh, Nenas Lampung, Nenas Kubu Raya,

Nenas Bengkulu, Apel Manalagi, Apel Rome Beauty,

Golden Melon, Rock Melon, Buah Naga Merah (Kutai

Kartanegara, Kota Pontianak, Kapahyang), Buah Naga

Kuning (Jember), Pisang Kepok Kutim, Pisang Barangan

NTT, Jambu Kristal (Bogor dan Kota Semarang), Sawo

(Kab Kaur Bengkulu dan Sumedang), Blimbing (Depok dan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 412

Blitar), Alpukat (Kota Semarang, Depok, Markisa, Salak

Gula Pasir–Bali, dan Durian Lay (Kutai Kartanegara).

1.2) Buah Olahan

Buah Olahan antara lain: Juice Manggis (sumbar, Tabanan

Bali), Juice Blimbing, Juice Jambu Biji Merah, Juice Jeruk

Kalamansi, Juice Jeruk Bali, Juice Mangga, Juice Nenas,

juice Markisa, Nenas Kalengan, Kripik Pisang, Kripik

Nenas, Kripik Nangka, juice Jeruk Pamelo, dodol salak,

juice salak, dodol salak, dodol jahe, manisan salak, Sirop

Sawo.

2) Sayuran dan Tanaman Obat

2.1) Sayuran dan Tanaman Obat Segar

Sayuran: Bawang Merah Bima, Bawang Putih Bima, Cabe

Merah, Kaboca organik, Paria, Jagung Manis, Mentimun

Jepang, Tomat. Wortel, Kentang, Tanaman Obat Segar:

Jahe, Temu Lawak, Kencur, Lidah Buaya.

2.2) Sayuran dan Tanaman Obat Olahan

Juice Kecombrang, Juice Buah Buni, Juice Kunyit Asem,

Juice Lidah Buaya, serbuk kunyit, serbuk jahe.

3) Florikultura

Florikultura antara lain: Dracaena, Anggrek Pahalaenopsis,

Heliconia, Dracaena Tri Colour, Sambang Dara, Soka, Phylo,

Krisan Potong, Melati Tabur, Kumitir, Leatherleaf, Anthurium

Bunga.

4) Benih

PT. Namdhari Seeds Indonesia (benih: cabe, bunga kool,

paria, oyong, labu, tomat, kacang panjang)

PT. Benih Citra Asia: benih cabe keriting, cabe merah besar,

kacang panjang, kangkung, kool, tomat, terong, paria,

semangka, melon.

CV. Mulia Bintang: benih cabe keriting, cabe rawit merah,

jagung manis, kubis, tomat, sawi.

2. Peserta

2.1) Provinsi (Penyedia Sample Produk)

Daerah Provinsi yang menawarkan dan mendisplaykan produk

unggulan hortikulturanya sebanyak 17 Provinsi yaitu: Jawa

Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT,

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 413

Lampung, Riau, Sumbar, Kepri, Sulsel, Sultra, Kalimantan

Barat, Kalimantan Timur.

2.2) Pelaku

Pelaku usaha yang hadir dan intensif melakukan diskusi dan

bertransaksi selama kontak bisnis dari tanggal 10-14 Oktober

2015 sekitar 120 orang yang meliputi: eksportir, suplayer

hypermart, pedagang antar provinsi, assosiasi, kelompok tani,

produsen benih, lanskaper, decorator dan calon investor

hortikultura. Selain itu berbagai pengunjung juga hadir untuk

melihat-lihat produk yang display produk pada kontak bisnis

sekitar 500 orang.

Teknis pelaksanaan dilakukan dengan menjelaskan produk

yang ditawarkan baik jenis, produktivitas, luas panen, waktu

panen, kemampuan suplay rata-rata perbulan dan keunggulan

masing-masing produk. Disisi lain, para calon buyer juga

menyampaikan propil usahanya dan keinginan permintaan

produk yang akan diminta. Kegiatan dipandu oleh moderator,

sehingga hidup suasananya dalam kontak bisnis.

Selain itu, disela-sela kontak bisnis pada setiap hari diadakan

seminar Kewirausahaan bagi para peserta kontak bisnis

maupun pengunjung. Materi yang disampaikan antara lain

karakter yang dibutuhkan seorang wirausahawan yang sukses

dan strategi usaha yang berdaya saing.

Pasca acara kontak bisnis di Kota Mataram, masing-masing

pelaku usaha dimasukkan pada grup WhatsApp untuk

meningkatkan hubungan bisnis mereka dengan jumlah

keanggotaan diperluas dari berbagai pelaku usaha besar dari

berbagai propinsi di Seluruh Indonesia.

2.3) Hasil :

Potensial transaksi bisnis produk hortikultura antara para

pelaku usaha yang potensial terus berlanjut dan berkembang

dengan transaksi minimal Rp. 15 milyar. Transaksi tersebut

antara lain:

PT. Manggis Elok (eksportir manggis nasional dan

supplayer 44 hypermart) berencana akan mengambil

produk buah manggis termasuk buah segar lainnya dari

pelaku usaha dari Nusa Tengara Barat (Manggis Lombok

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 414

Barat), Sumatera Barat (Manggis Pasaman), Jateng

(Manggis Purworejo), Lampung (Manggis Tanggamus),

Mangga Harumanis Lombok Timur, dan Provinsi Banten

(Melon). Sebagai tindaklanjut pihak perusahaan akan

mengunjungi lokasi/lapangan untuk memastikan potensi

ketersediaan produk, musim panen dan harga.

Terjadi transaksi bisnis tukar produksi yaitu pelaku usaha

Pisang Kepok dan Buah Naga dari Kutai Timur dengan

pelaku usaha dari Jawa Tengah; Pelaku usaha tanaman

heliconia dari Tabanan Bali dengan pelaku usaha dari

Jawa Tengah. Duta Orchids dengan pelaku usaha Jawa

Tengah. Pelaku usaha Jawa Tengah dengan suplayer

tanaman lansekap dari Tangerang-Banten. Suplayer melati

dari Jawa Tengah dengan decorator dari Kota Mataram.

Sebagai tindaklajut masing-masing pelaku usaha akan

saling komunikasi untuk memastikan kapan pengiriman

produk.

Telah terjadi jalinan bisnis antara produsen sekaligus

suplayer tanaman lansekap dari Tangerang Banten

dengan 4 orang pelaku usaha lanskaper dari kota

Mataram.

PT. Mitra Tani Agro Unggul berencana akan mengambil

produk buah dan sayuran seperti Bawang merah dari

Bima, Pisang mas Kirana dari Lumajang, Salak Gula Pasir

dari Karang asem, Manggis dari lombok Barat, Alpukat dari

Probolinggo dan Bagor, Pisang kepok dari Kutai Timur,

Cabe dari dari Lombok Timur, mangga podang dari Kediri,

dan mangga arumanis dari Probolinggo. Pihak perusahaan

dalam waktu dekat akan mengunjungi lokasi untuk

memastikan kapan panen, luas areal, dan harga bisa

masuk, serta standar mutu.

Telah terjadi jalinan bisnis antara suplayer buah dari

Lombok Timur dengan buyer dari Singapore yang meminta

manga harum manis 10 ton/ bulan dan melon 20 ton per

bulan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 415

Calon investor yang di Bali berencana mengembangkan

papaya California dan membutuhkan benih papaya

California untuk ditanam di Lombok Timur.

5.3.6 Bursa

1. Bursa produk hortikultura sebanyak 19 stand dan bursa produk

ekonomi kreatif dan lainya. Produk yang ditawarkan antara lain

anggrek dan tanaman hias lainnya, buah jambu tanpa biji dan aneka

buah lainnya, bawang, alat pertanian, benih sayur dan buah, serta

produk hortikultura olahan. Jumlah pengunjung lebih dari 3000 orang

selama bursa 10-14 Oktober 2015. Nilai transaksi yang terjadi dan

potensial akan terjadi setelah bursa bernilai lebih dari Rp. 1,5 milyar.

Sedangkan untuk potensi transaksi setelah bursa terjadi pada hasil

LIPI, Sekar Ulangun Orchid, Is Florist Orchid, Dira Nurseri Medan,

Kota Binjai dan peralatan pertanian.

2. Peserta bursa meliputi:

Stand Bursa Produk Hortikultura sebanyak 19 stand, ekonomi kreatif

18 stand, dan kuliner 15 stand selengkapnya pada lampiran :

Tabel 18. Stand Bursa Produk Hortikultura

NO NAMA PESERTA PRODUK

1 Dira Nurseri Anggrek dan Tanaman Hias

2 PT Agri Makmur Pertiwi Benih

3 CV Aura Seed Indonesia Benih

4 PT BISI Benih

5 Dinas Pertanian Kota Binjai Jambu Tanpa Biji

6 Kabupaten Bima Bawang

7 PT Takiron Alat Pertanian

8 PT Mulia Bintang Utama Benih

9 PT Takiron Alat Pertanian

10 Pak Komang Dharma Anggrek dan Tanaman Hias

11 Centra Anggrek Anggrek

12 Centra Anggrek Anggrek

13 Centra Anggrek Anggrek

14 Centra Anggrek Anggrek

15 Is Florist Orchid Anggrek dan Tanaman Hias

16 Is Florist Orchid Benih dan Tanaman Hortikultura

17 PT LIPI Benih dan Tanaman Hortikultura

18 Kabupaten Dompu Benih dan Hasil Pengolahan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 416

19 Fakultas Pertanian-Universitas Benih dan Tanaman Hortikultura

Mataram Hasil Pertanian (Mangga,

Melon)

3. Stand Bursa Produk Ekonomi Kreatif dan Lainnya

Bursa ekonomi kreatif berjumlah 18 peserta. Produk yang

ditawarkan antara lain songket,kaos Lombok, kerajinan gerabah,

kerajinan daun kering, mutiara, batu akik dan produk ekonomi

kreatif lainnya. Jumlah pengunjung di stand ekonomi kreatif lebih

dari 2000 orang. Nilai transaksi minimal sekitar Rp. 800 juta.

Tabel 19. Stand Bursa Ekonomi Kreatif adalah sebagai berikut:

NO PESERTA PRODUK

1 T&D Songket, Kaos Lombok

2 Adonis Mutiara

3 Aswa Mutiara Mutiara

4 Atun Mutiara Mutiara

5 Pakarin Mutiara Mutiara

6 Depi Mutiara Mutiara

7 Pak Muh. Saleh Mutiara

8 Pepot (Penujak Pottery) Kerajinan Gerabah

9 Lombok Natural Kerajinan Daun Kering

10 Buyung Mutiara Mutiara

11 BKKBN Pameran BKKBN

12 BKKBN Pameran BKKBN

13 Hj. Ahyar Mutiara

14 Rizki Mutiara Mutiara

15 Distro Topeng Topeng

16 Pak Hasan (Batu Akik) Batu Akik

17 Ibnu Mutiara Mutiara

18 Nenok Mutiara

4. Stand kuliner

Stand kuliner sebanyak 15 stand. Jumlah pengunjung sekitar 2000

orang selama penyelenggaraan pameran 10-14 Oktober 2015. Nilai

transaksi lebih dari Rp. 300 juta. Peserta Kuliner adalah sebagai

berikut:

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 417

Tabel 20. Stand Kuliner

NO PESERTA PRODUK

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Ketahanan Pangan Provinsi

BPK Bu titi

Siti Rahmi

Liliyana

SMK 7

Kelurahan Lokasi

Kelurahan lokasi

Kelurahan lokasi

Kelurahan lokasi

Distanbanhud

Pak Jam

Bu yanti

Binaan Dinas Pertanian Kota

Binaan Dinas Pertanian Kota

Binaan Dinas Pertanian Kota

Makanan, Minuman

Minuman, makanan

Makanan Ringan, Minuman

Bakso Cinta

Makanan, minuman

Makanan khas Lombok

Makanan khas lombok

Makanan khas lombok

Makanan khas Lombok

Makanan Khas Jabar

Makanan khas Lombok, minuman

Masakan khas Padang

Masakan khas Lombok

Masakan khas Lombok

Masakan khas Lombok

5.3.6 Lomba

Sebagai rangkaian acara dalam menyemarakkan Festival Hortikultura

2015 di Mataram, telah diselenggarakan berbagai jenis lomba. Fasilitasi

yang diberikan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara

lain leafleat.

1. Lomba Produk Hortikultura Unggulan

Kategori yang dilombakan adalah Buah 8 kategori, Sayuran 5

Kategori dan Florikultura 3 Kategori. Dewan Juri berasal dari

berbagai kalangan yang memiliki kompetensi dalam penjurian

produk tersebut, yaitu :

1. Prof. Dr. Ir. Sobir, M.Si (Pusat Kajian Hortikultura Tropika, IPB)

2. Dr. Ir. Moh. Reza Tirtawinata (Yayasan Durian Nusantara)

3. Dr. Ir. Sukartono, M.Agr.Sc (Dekan Faperta Unram)

4. Nanda Bachtiar Assidiqi (Hypermart Kota Mataram)

5. Suci Puji Suryani (Trubus)

Lomba tersebut diselenggarakan tanggal 9 Oktober 2015, produk

yang dilombakan diserahkan panitia mulai jam 14.00-16.30 dan

penilaian dilakukan pada jam 16.30-18.00. Sistem penilaian adalah

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 418

dengan judging berdasarkan kriteria yang telah disepakati oleh

dewan Juri, dan setiap kategori berbeda. Pemenangnya adalah

sebagai berikut :

Tabel 21. Daftar Pemenang Lomba

NO PERINGKAT PEMENANG PRODUSEN

1 Produk Buah

Unggulan:

a. Jeruk Jeruk Soe Sinar Tun Bes Mekar,

Mollo Utara, TTS, NTT

b. Durian -

c. Mangga Mangga Gedong

Gincu

Karwita, Keltan Cigintung,

Sumedang

d. Manggis -

e. Melon Melon Honey

Globe

Hasan Ashari,

Karangsono, Kab Blitar

f. Salak Salak Nglumut

Agus Suryono, Gapoktan

Ngudi Luhur, Kec

Srumbung, Kab Magelang

g. Pisang Segar

(Meja)

Pisang

Barangan

Sipakatau, Kab Bone

Sulsel

h. Pisang untuk

olahan Pisang Agung

Nizar, Distan Prov

Sulawesi Tengah

2 Produk Sayuran

Unggulan

a. Bawang

Merah Super Philip

Keltan Doropica, Kec

Woha, Kab Bima

b. Bawang Putih Sangga

Sembalun

Keltan Solimbu, Kec

Lambitu, Bima

c. Cabe Rawit

Merah Lokal Pakisan

Subak Lanyahar, Kec

Kubu, Buleleng

d. Cabe Keriting

Merah Laba I

Keltan Karya Tunas Muda,

OKI, Sumsel

e. Wortel Lokal Sinjai Keltan Sejahtera, Tellu

Limpoe, Sinjai, Sulsel

3

Produk Florikultura

Unggulan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 419

a. Anggrek

Potong D. Earsakul

Ni Wayan Sri Laba,

Karangasem, Bali

b. Krisan Potong Krisan Kulo Indra Salam, Kakaskasen,

Tomohon

c. Sedap Malam Lokal Jumbo I Wayan Sujana, Kec

Marga, Tabanan

Kategori Durian dan Manggis tidak ada pesertanya dikarenakan

saat ini belum mulai panen untuk kedua jenis tersebut. Daerah

sentra yang memiliki jenis produk yang dilombakan belum

semuanya mendaftarkan produknya untuk dilombakan, karena

berbagai alasan antara lain : produk masih tertahan di Bandara

Mataram, petugas masih sibuk menata stand pameran sehingga

produk yang akan dilombakan belum sempat dibawa ke tempat

lomba.

2. Lomba Merangkai Bunga

Lomba merangkai bunga diselenggarakan bertujuan untuk

mendorong penggunaan materi flora terutama bunga potong khas

Indonesia dalam merangkai bunga dan dekorasi; mendorong

kreativitas para perangkai sebagai bagian dari profesi dan sebagai

peluang usaha dalam industri ekonomi kreatif; dan memberikan

edukasi kepada masyarakat umum mengenai seni profesi tersebut

dan pemanfaatan produk florikultura segar.

Lomba diselenggarakan tanggal 10 Oktober jam 14.00-16.00

dengan jumlah peserta 19 tim antara lain dari Dinas Pertanian

Provinsi dan Kabupaten dari beberapa daerah, Dharma Wanita,

pelajar SMK dan para floris di NTB.

Dewan Juri Lomba Merangkai Bunga adalah :

1. Anita Puspitawati, SE (Dharma Wanita Kemeterian Pertanian)

2. Mami Muthia (Dharma Wanita Provinsi NTB)

3. Ir. Haniah Achsyid (Tim Penggerak PKK Kota Mataram)

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 420

Tabel 22. Hasil pemenang lomba merangkai bunga adalah sbb:

NO PERINGKAT NAMA PEMENANG UTUSAN/INSTANSI

1 Juara I M. Agus D. Diperta DKI Jakarta

2 Juara II Ny. Ketut Windra DWP Provinsi NTB

3 Juara III Yudit Krismarsani Dispertan Provinsi Jateng

4 Juara Harapan I Janeke Polii Distanak Kota Tomohon

5 Juara Harapan II Dewi Murni Distanak Provinsi Riau

6 Juara Harapan III I Wayan Sujana Distan TPH Tabanan

3. Kontes Bonsai

Dalam rangka menyemarakkan Festival Hortikultura, maka Dinas

Pertanian Provinsi NTB bekerjasama dengan Asosiasi

menyelenggarakan Konten Bonsai.

Tabel 23. Hasil Kontes Bonsai sebagai berikut :

NO PERINGKAT JENIS PEMILIK

1 Juara I Santigi Bayu S

2 Juara II Santigi Galih R

3 Juara III Asam Pahrul Roji

4 Juara Harapan I Serut Burhanudin

5 Juara Harapan II Santigi Imam

6 Juara Harapan III Santigi Panwika

4. Kontes Adenium

Dalam rangka menyemarakkan Festival Hortikultura, maka Dinas

Pertanian Provinsi NTB bekerjasama dengan Asosiasi

menyelenggarakan Kontes Adenium

Tabel 24. Hasil Kontes Adenium sebagai berikut :

NO PERINGKAT NOMOR PESERTA PEMILIK

1 Juara I No. 51 Addit S

2 Juara II No. 12 Galih R

3 Juara III No. 10 Sudy AD

4 Juara Harapan I No. 50 Addit S

5 Juara Harapan II No. 16 Bagus Dd.

6 Juara Harapan III No. 14 Bayu R

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 421

5.3.8 Karpet Bunga

Pembuatan karpet bunga merupakan salah satu inovasi model ekonomi kreatif

pengenalan tanaman florikultura kepada masyarakat luas. Karpet bunga dapat

bersifat permanen maupun non permanen seperti halnya taman-taman yang

ada di luar ruangan (ourdoor) dan taman-taman di dalam ruangan (indoor).

Dalam hal pembuatan karpet bunga ini, sudah tentu membutuhkan jenis

tanaman lanskap yang beragamdan dalam jumlah yang banyak. Bila didesain

sedemikian rupa, maka akan memberi nilai tambah secara ekonomi dari

tanaman itu sendiri.

Hasil kegiatan :

- Inovasi Model Ekonomi Kreatif Florikultura merupakan salah satu model

pengenalan tanaman florikultura melalui pembuatan karpet bunga.

- Konsep Karpet Bunga yaitu dengan menanam tanaman bunga semusim di

hamparan yang diharapkan pertumbuhan bunganya seragam sehingga

menyerupai karpet.

- Karpet bunga ini digunakan untuk memeriahkan acara “Festival

Hortikultura” yang diadakan di Kota Mataram, NTB, sehingga desain yang

digunakan disesuaikan dengan seni/keadaan daerah setempat yaitu model

Gendang Belek yang merupakan ciri khas budaya Mataram. Ukuran karpet

bunga yang dibuat adalah 32,5 m x 5 cm.

- Jenis tanaman yang digunakan disesuaikan dengan desain yang sudah

dibuat, dan yang terutama bahwa semua tanaman yang dipakai

merupakan produk lokal daerah setempat. Jenis tanamannya yaitu Marie

Gold Kuning, Marie Gold Orange, Seribu Bintang Ungu, Bulu Ayam

Putih, Lantana Ungu, Bonsai Kuning, Bunga Pukul Sembilan, Mawar

dan Soka. Selain itu juga telah disiapkan sarana pendukung lainnya

berupa alat penyiram (Sprayer Elektrik).

- Marry Gold menjadi tanaman utama yang akan dipadupadankan atau

dikombinasi dengan tanaman lain dengan memperhatikan perpaduan

warna tanaman yang sudah ada di dalam desain sehingga menambah

keindahan karpet bunga.

5.3.9 Terlaksananya Sewa Mobil

Sewa mobil dalam rangka Festival Hortikultura 2015 yaitu sebanyak 10 unit.

6. Hasil/Outcome

Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 422

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya permintaan dan usaha produk florikultura.

8. Dampak/Impact

Berkembangnya industri florikultura.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Kegiatan pemasyarakatan tanaman florikultura merupakan salah satu upaya

untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura.

b. Dalam kegiatan Flona dan Fauna Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura berpartisipasi dalam penyewaan dua stand bursa yang diisi oleh

Gapoktan Primatara, Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI) dan Forum

Arsitek Lansekap Indonesia (FALI).

c. Dalam kegiatan Festival Hortikultura 2015 Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Florikultura antara lain sebagai koordinator aneka kursus, kontak

bisnis, bursa, aneka lomba dan karpet bunga.

d. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara lain memberikan

fasilitasi untuk kepanitiaan dan penyelenggaraan Festival Hortikultura berupa

sarana penunjang kaos, sewa kendaraan, leafleat, bahan penunjang kursus,

konsumsi kursus, honor narasumber dan moderator kursus serta kontak

bisnis, pengadaan karpet bunga.

e. Para peserta cukup antusias dalam mengikuti kegiatan kursus. Dengan

mengikuti kursus merangkai bunga serta desain, pembuatan dan perawatan

taman, para peserta diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam merangkai bunga serta dalam desain, pembuatan dan

perawatan taman. Selanjutnya, para peserta dapat mempraktekannya dimulai

dari lingkungan yang lebih sederhana seperti di rumah, sekolah, kantor dan

lain-lain.

f. Dalam kegiatan lomba diikuti oleh banyak peserta dari berbagai daerah.

Lomba produk unggulan hortikultura diselenggarakan untuk memperoleh

produk-produk unggulan yang dihasilkan oleh para pelaku di daerah sentra,

agar nantinya produk unggulan tersebut dapat dikembangkan secara lebih

luas.

g. Tema yang diangkat dalam lomba merangkai bunga adalah Pesona Bunga

Tropis. Hal tersebut bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa

penggunaan bunga tropis utamanya heliconia, costus, calathea,

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 423

zingiberaceae dalam materi rangkaian sangatlah indah eksotik dan lebih

tahan lama.

h. Pada kegiatan Kontak Bisnis telah terjadi jalinan kerjasama bisnis antar

pelaku usaha dari berbagai daerah baik untuk kebutuhan mensuplay di

berbagai daerah di dalam negeri maupun untuk kebutuhan ekspor, bahkan

buyer Singapore hadir pada akhir menjelang penutupan.

i. Karpet bunga merupakan salah satu bentuk pengenalan bunga ke

masyarakat melalui Inovasi Model Ekonomi Kreatif Florikultura.

9.2 Saran

Untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura maka

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura masih dipandang perlu untuk

tetap berpartisipasi aktif dalam kegiatan pameran yang merupakan wadah/ajang

untuk mendukung kegiatan promosi/pemasyarakatan produk florikultura.

Partisipasi/dukungan tersebut dapat dilakukan dengan lebih banyak mendisplay

produk-produk florikultura yang dihasilkan dari petani-petani binaan dan pelaku

usaha florikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 424

1770. 994. LAYANAN PERKANTORAN

011. ADMINISTRASI KEGIATAN

SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) I

1. Latar Belakang

Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek

agribisnis yang cukup cerah di Indonesia. Industri florikultura menjadi salah satu

industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan

petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang

sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai

bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai

manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.

Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan

daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar

luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies,

pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang

tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk

meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana

tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis,

yang dilakukan oleh petani

Dalam rangka menindaklanjuti penerapan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008

tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peraturan Menteri

Pertanian No.23/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Umum Sistem

Pengendalian Intern di Lingkup Kementerian Pertanian. Oleh karena itu diperlukan

untuk mempersiapkan kegiatan tersebut dilakukan pertemuan Evaluasi SPI Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Fasilitasi Evaluasi SPI I secara efektif dalam rangka menindaklanjuti penerapan

Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 425

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan Evaluasi SPI I Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura

dapat terlaksana secara tertip, lancer dan tepat waktu

3. Pelaksanaan Kegiatan

3.1. Waktu dan Tempat

Fasilitasi penyelenggaraan SPI I Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura

dilaksanakan pada tanggal 24 April 2015 di Cibubur – Depok.

3.2. Peserta

Pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan SPI I terdiri dari seluruh koordinator

pelaporan, kordinator perencanaan dan Kasubag TU lingkup Direktorat Jenderal

Hortikultura.

Hasil Pelaksanaan Kegiatan :

A. Rakor dan Evaluasi SPI bulan April 2015 Lingkup Ditjen Hortikultura, dilaksanakan

pada hari Jumat, tanggal 24 April 2015 di Taman Wiladatika, Depok, dihadiri oleh

Pejabat Eselon II, Anggota Satlak PI, Kasubbag. TU, Pejabat Pembuat Komitmen,

Bendahara dan Koordinator Pokja ULP Lingkup Ditjen Hortikultura, sebagai

pelaksana adalah Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

B. Agenda rapat adalah :

1. Evaluasi SPI Direktorat Jenderal Hortikultura;

2. Diskusi terkait Pengadaan, Permasalahan Kepegawaian tentang Pembayaran

Tunjangan Kinerja, Kesatkeran, PMD, APBN-P (Dukungan UPSUS PJK dan

Gerakan Tanam Cabai dan Bawang Merah Musim Kering/Kemarau);

3. Evaluasi SPI masing-masing Eselon II lingkup Ditjen Hortikultura;

4. Arahan Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura;

5. Review Evaluasi SPI.

C. Beberapa catatan penting hasil pertemuan adalah:

1. Realisasi anggaran satker pusat dan daerah tahun 2015 per tanggal 23 April

2015 adalah 3,0% (SPM) dan 2,87% (SP2D) dengan komposisi pusat 9,61%

(SPM) dan 8,84% (SP2D) dan daerah dana dekonsentrasi 4,02% serta Tugas

Pembantuan 0,90%;

2. Nilai tersebut masih jauh dari target serapan pada triwulan I sebesar 5%.

Walaupun demikian, nilai presentase tersebut masih lebih tinggi bila

dibandingkan serapan triwulan I pada tahun 2014 yaitu 1,9%. Target realisasi

pada triwulan kedua adalah 50%, pada triwulan ketiga 90% dan triwulan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 426

keempat 100%. Untuk itu perlu dilakukan percepatan pelaksanaan kegiatan

baik di pusat maupun di daerah;

3. Berdasarkan hasil sinkronisasi Angka Sementara Hortikultura terjadi kenaikan

produksi komoditas sayur sebesar 1,90%, buah 9,24%, tanaman obat

18,32%, bunga potong 8,59%, daun potong 23,93%, tanaman pot 9,57% dan

lansekap 25,01%;

4. Berdasarkan hasil pertemuan Monev di Makassar yang diselenggarakan oleh

Biro Perencanaan, mulai tahun 2015 Monev dilakukan baik pada indikator

output maupun outcome. Hal tersebut untuk mengevaluasi manfaat fasilitasi

dana APBN terhadap capaian kinerja. Koordinator Pelaporan diharapkan

dapat mengawal capaian output dan outcome daerah;

5. Perkembangan kegiatan pengadaan pada tahun 2015, pada umumnya masih

dalam tahap persiapan. Meskipun terdapat kegiatan yang mengalami gagal

lelang (tidak ada yang memasukkan), yaitu Fasilitasi Gerakan Pengendalian

OPT Hortikultura untuk pengadaan layanan perkantoran, saat ini sedang

dilaksanakan pelelangan ulang. Paket lelang Ditjen Hortikultura cukup

banyak, untuk itu agar dipisahkan paket mana yang akan dilaksanakan

melalui e-catalog/e-purchasing dan lelang, e-catalog/e-purchasing ditangani

oleh PPK. Pejabat Pengadaan agar segera ditetapkan untuk mendampingi

PPK, jika tidak ada pejabat pengadaan bisa dirangkap oleh Pokja ULP yang

sudah ada;

6. Dalam APBN-P 2015 Dukungan Manajemen mendapatkan alokasi anggaran

sebesar Rp11,216 Milyar dalam bentuk kegiatan mendukung UPSUS

Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai dan kegiatan Monitoring dan

Evaluasi APBNP (Gerakan Tanam Cabai dan Bawang) tahun 2015. Rincian

anggaran kegiatan UPSUS PJK dialokasikan untuk (1) pertemuan koordinasi,

(2) perjalanan koordinasi, pembinaan, pendampingan Upsus PJK, (3)

perjalanan koordinasi, monitoring dan evaluasi, (4) penyusunan laporan

Upsus dan (5) penggandaan laporan Upsus;

7. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan UPSUS, diusulkan perlu pendelegasian

wewenang dari pejabat pada staf termasuk staf satker dan operator untuk

mengikuti supervisi dan pendampingan UPSUS. Oleh karena itu, di dalam SK

Penugasan Direktur diharapkan dapat melibatkan staf satker dan operator

dalam supervisi dan pendampingan UPSUS. Diharapkan dalam

pelaksanaannya tidak hanya pengumpulan data data, tetapi juga dilakukan

analisis terhadap data tersebut;

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 427

8. Rapat koordinasi UPSUS di pusat dapat dilaksanakan dengan melibatkan

unit kerja terkait, dan disediakan alokasi dana konsumsi untuk

penyelenggaraan pertemuan koordinasi tersebut. Untuk penyediaan

konsumsi, dapat berkoordinasi dengan Bagian Umum;

9. Penanggungjawab UPSUS dapat melaksanakan rapat koordinasi di daerah

binaannya dengan mengundang pelaksana UPSUS terkait seperti Dinas

Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota, Bakorluh/Bapeluh, Dandim/Danramil dan

pihak terkait lainnya dengan menggunakan dana APBN-P. Hal tersebut telah

dilaksanakan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura selaku

penanggungjawab 6 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.

Pelaksanaan Rapat diselenggarakan oleh Kabid Hortikultura sebagai PPK

dan bekerjasama dengan Bidang Tanaman Pangan.

10. Mekanisme pengajuan kegiatan/perjalanan UPSUS :

a. Memo dari Direktur (Penanggung Jawab Provinsi/Kabupaten)

disampaikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal maksimal 2 hari

sebelum tanggal perjalanan

b. Voucher akan diproses oleh Bagian Evaluasi dan Pelaporan

c. SPD dan penyelesaian kwitansi dilakukan oleh Eselon II masing-masing

d. Setelah kwitansi dan SPD selesai, akan diproses oleh Bagian Evaluasi

dan Pelaporan ke Satker;

e. Pengajuan perjalanan berikutnya dilampirkan laporan perjalanan yang

telah dilakukan sebelumnya.

11. Sasaran APBN-P Cabai terdapat kata-kata tercatatnya data produksi dan data

pendukung usaha budidaya cabai merah dan bawang merah secara periodik

dan akurat. Pengalaman dari temuan hasil pemeriksaan adalah kurang

jelasnya siapa yang menerima barang/fasilitasi bantuan serta kurang

optimalnya pemanfaatan fasilitasi bantuan. Dana diharapkan dapat

membantu penyediaan produk cabai merah di musim kering. Disarankan

untuk terus melakukan pengawalan CP/CL Cabe dan Bawang, memonitor

pemanfaatan dananya. Selain itu, pelaksanaan kegiatan agar

didokumentasikan serta BAST-nya harus jelas. Oleh karena itu, hal-hal di

atas agar menjadi perhatian bagi Tim Monitoring dan Evaluasi;.

12. Empat paket bantuan Cabai (Reguler Cabai, APBNP Cabai, Cluster BI, PMD

untuk Cabai), jangan terjadi tumpang tindih. Perlu kehati-hatian dalam

pelaksanaannya. Terutama karena keterbatasan kelompok tani dan jumlah

kelompok tani;

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 428

13. Karena keterlibatan dalam Tim bagi Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura serta Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah menyusul (left

behind), maka perlu ada penjelasan kepada tim dari kedua Direktorat tersebut

tentang APBN-P Cabai Merah dan Bawang Merah;

14. Temuan hasil Audit ASN tahun 2014 oleh Inspektorat Jenderal menunjukkan

terdapat 68 orang pegawai Ditjen Hortikultura yang melakukan pelanggaran

displin ringan sampai dengan sangat berat. Hal ini yang menyebabkan

ditundanya pembayaran Tunjangan Kinerja bulan April 2015 sampai hasil

audit ditindaklanjuti. Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura dan Kepala

Bagian Umum sudah berkoordinasi dengan Biro Organisasi dan Kepegawaian

agar pembayaran Tunjangan Kinerja tidak ditunda dengan menjamin bahwa

temuan hasil audit akan segera ditindaklanjuti. Sekretaris Direktorat Jenderal

Hortikultura akan menindaklanjuti hasil audit tersebut dengan menyampaikan

hasil kepada masing-masing Eselon II, kemudian Eselon II agar

menindaklanjuti kepada pegawai di unit kerja masing-masing. Masing-masing

Eselon II agar mengecek kembali rekap absensi, untuk menghindari

kesalahan rekapitulasi absensi. Untuk pelanggaran disiplin ringan dapat

ditindaklanjuti langsung oleh atasan langsungnya, pelanggaran disiplin

sedang ditindaklanjuti oleh Tim Etika Ditjen Hortikultura, sedangkan

pelanggaran berat akan dibahas oleh Tim Etika Kementerian Pertanian;

15. Asisten PPK diharapkan dapat mengajukan persekot pada H-2. Hingga saat

ini belum ada rancangan kas dari masing-masing penanggungjawab kegiatan.

Selanjutnya untuk perencanaan Kas agar disampaikan setiap bulan dan dapat

disusun berdasarkan dari ROK;

16. Mengingat banyaknya pengadaan benih, maka Direktorat Perbenihan agar

segera membuat voucher pengadaan. Dari Tim Audit Itjen, BPK, BPKP

mewajibkan pembuatan laporan perjalanan dinas. Laporan Perjalanan Dinas

yang belum dibuat agar segera dilengkapi dan disampaikan ke Satker;

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 429

SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) II

1. Latar Belakang

Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek

agribisnis yang cukup cerah di Indonesia. Industri florikultura menjadi salah satu

industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan

petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang

sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai

bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai

manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.

Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan

daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar

luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies,

pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang

tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk

meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana

tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis,

yang dilakukan oleh petani

Dalam rangka menindaklanjuti penerapan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008

tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peraturan Menteri

Pertanian No.23/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Umum Sistem

Pengendalian Intern di Lingkup Kementerian Pertanian. Oleh karena itu diperlukan

untuk mempersiapkan kegiatan tersebut dilakukan pertemuan Evaluasi SPI Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Fasilitasi Evaluasi SPI II secara efektif dalam rangka menindaklanjuti penerapan

Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008.

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan Evaluasi SPI II Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura dapat terlaksana secara tertip, lancer dan tepat waktu

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 430

3. Pelaksanaan Kegiatan

a. Waktu dan Tempat

Fasilitasi penyelenggaraan SPI I Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura

dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2015 di Bogor.

b. Peserta

Pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan SPI I terdiri dari karyawan karyawati

lingkup Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

Tabel 25. Hasil Pelaksanaan Kegiatan SPI II :

PEMANTAUAN KEGIATAN PENGADAAN BARANG TA. 2015LINGKUP DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN FLORIKULTURA

NOVEMBER 2015

No Paket PengadaanAnggaran (Rp. 000 )

VolumeRealisasi Keterangan (progress

dan kendala)Volume Anggaran (Rp.)

1 Model PemanfaatanTanaman Florikultura di Perkantoran

145.000.000 1 kali 0 0 Penyusunan KAK, spesifikasi teknis dan draft SK tim teknis, merupakan hasil ralat

2 Upaya menekan kehilangan hasil florikultura melalui pemberdayaan outlet

145.000.000 1 kali

0 0 Penyusunan KAK, spesifikasi teknis dan draft SK tim teknis

3 Apresiasi teknologi dan daya saing produk florikultura

193.298.000,- 1 kali 193.298.000 193.298.000 Sudah dilaksanakan

4 Apresiasi teknologi dan daya saing produk florikultura

193.298.000,- 1 kali 0 0 - Dalam rangka IFEX 2015

- Sedang dalam proses pelaksanaan kegiatan, BAST tanggal 17 Oktober 2015

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 431

No Paket PengadaanAnggaran (Rp. 000 )

VolumeRealisasi Keterangan (progress

dan kendala)Volume Anggaran (Rp.)

5 Hyperlink Profil Pengembangan Florikultura

120.000.000 1 kali 0 0 Proses Ralat

6 Inovasi Model Ekonomi Kreatif Berbasis Florikultura

190.000.000 1 kali 0 0 Dalam rangkaFestival Hortikultura (Karpet Bunga). Sudah dilaksanakan. Sedang dalam proses penyelesaian dokumen (proses SPM)

7 Materi sosialisasi florikultura unggulan berdaya saing

145.000.000 2 kali 145.000.000 145.000.000 Sudah dilaksanakan bulan April 2015 dalam rangka Gajah Mada Agro Expo 2015

8 Pembuatan Road Map Krisan

84.966.000 1 kali 0 0 Sedang dalam proses pelaksanaan oleh pihak ketiga, akhir kontrak bulan November minggu ke 3

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN OKTOBER 2015

NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT

1 PeningkatanKapasitasKampung FloriDalam RangkaPenguatanGreen City

- Kampung Flori” merupakan suatu kawasan dimana terdapat kelompok masyarakat/petani yang menekuni usaha agribisnis tanaman hias secara konsisten. Kampung flori merupakan konsep pemberdayaan pelaku usaha kelompok tani/asosiasi dalam rangka pengembangan florikultura sebagai stock in place penyedia elemen pengembangan Kota Hijau (Green City dan P2KH).

- Selain untuk memenuhikebutuhan masyarakat, pengembang, dan perkantoran, maka kegiatan kampung florijuga bertujuan menyediakan

- Kegiatan koordinasi

antara Direktorat

Budidaya dan

Pascapanen Florikultura

dengan stakeholder

lainnya sangat diperlukan

dalam pelaksanaan

program “Kampung

Flori”

- Diharapkan setiap

kabupaten/kota

memberdayakan pelaku

usaha tanaman hias

dengan program-

program yang dapat

mendorong peningkatan

produksi dan mutu

tanaman hias

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 432

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN SEPTEMBER 2015

NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT

tanaman hias untuk mensuplaikebutuhan elemen tanamandalam Program PengembanganKota Hijau (P2KH) yang dilaksanakan oleh KementerianPUPR yang sebelumnyabernama KementerianPekerjaan Umum.

- Sebagai implementasi dariprogram kampung flori danpenyediaan ruang terbukahijau minimal 30% pada setiapwilayah sesuai amanat UU No 26 Th 2007 maka kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukandi beberapa kota ataukabupaten di Indonesia antara lain adalah program agrotechno park di KabupatenBogor, program 600 taman

- Kegiatan koordinasi

antara Direktorat

budidaya dan

pascapanen florikultura

dengan stake holder

lainnya sangat diperlukan

dalam pelaksanaan

program “Kampung

Flori”

- diharapkan setiap

kabupaten/kota

memberdayakan pelaku

tanaman hias dengan

program-program yang

dapat mendorong

peningkatan produksi

dan mutu tanaman hias

NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT

tematik di Kota Bandung,

program Lorong Garden

(Longgar) di Kota Makassar dan

program Hortipark di Kota

Padang. Keberadaan taman

bukan lagi kebutuhan

melainkan suatu keharusan.

- Fokus pengembangan P2KH

adalah Green Planning and

Design, Green Community, and

Green Open Space. Kegiatan

Green Community and Green

Open Space memerlukan

elemen tanaman hias sehingga

Program Kampung Flori

diperlukan untuk mendukung

kegiatan tersebut.

- Pelaku usaha tanamanhias harus mampumembuat trend-trendjenis tanaman hias baru.

- Kegiatan pendampinganpenguatan kelembagaanflorikultura sangat perludilakukan .

- Jenis-jenis tanaman yangperlu dikembangkanadalah tanaman yangmerupakan andalan untukmenunjang perekonomiandaerah .

- Petani tanaman hiasdiharapkan dapat fokusdan serius dalamberusaha karena bisnistanaman hiasmemberikan marginkeuntungan yang besar .

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 433

NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT

- Permasalahan program pembinaan

budidaya dan pascapanen tanaman

hias di Kota Bandung adalah skala

usaha kecil sehingga teknologi maju

sulit diterapkan, manajemen usaha

belum optimal diterapkan, kualitas

produk beragam sehingga belum

memenuhi standar saya saing

rendah, ketersediaan prasarana

usaha minimal.

NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT

2 Pemberdayaan

Sarana

Prasarana

Pascapanen

Daun dan

Bunga Potong

(Outlet

Berpendingin

Dengan Solar

Cell)

- Outlet berpendingin dengan solar cell

merupakan outlet penjualan/show

window produk florikultura baik

tanaman daun dan bunga potong

maupun tanaman pot dan lansekap

dengan menggunakan solar cell

sebagai pengganti energi listrik.

Fasilitasi outlet berpendingin ini

dilatarbelakangi oleh keterbatasan

pemasaran daun dan bunga potong

yang cenderung dilakukan pada

malam hari untuk mengurangi

terjadinya pelayuan akibat terik

matahari. Pemanfaatan energi solar

cell dimaksudkan agar tidak ada

ketergantungan dari sumber

listrik/PLN.

- Untuk lebihmengoptimalkanpengelolaan outletberpedingin di KotaSemarang akan dilakukanpertemuan dan rapatkoordinasi denganmelibatkan semuastakeholder tanaman hias(petani, pedagang, florist,event organizer,dekorator dan petani) se-Propinsi Jawa Tengahkhususnya daerah sentraflorikultura

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 434

NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT

- Guna mengoptimalkan keberadaanoutlet berpendingin dalammenyediakan produk florikulturasesuai selera pasar/konsumen makaperlu dilakukan pemberdayaan outletberpendingin, antara lain : melaluipengaturan pasokan produkflorikultura, penataan display yangmenarik, dan menampilkankreativitas/ekonomi kreatif dari produkflorikultura, berupa rangkaian, bungakering dan lain-lain.

- Pengelolaan outlet berpendingin akandilakukan oleh pihak ketiga melaluikerjasama pemanfaatan dengan proseslelang. Hal ini mengacu pada PeraturanPemerintah (PP) No. 6 Junto PP No. 27Tahun 2014 Tentang PengelolaanBarang Milik Negara/Daerah.

- Beberapa kendala dalampengembangan florikultura antara lain:

- Kegiatan ini akandifasilitasi oleh DinasPertanian Kota Semarang.Pertemuan tersebutdirencanakan akanmembahas tentangkesepakatan dalampengelolaan danpemanfaatan outletberpendingin sertamembentuk strukturorganisasi pelaksana danpenanggungjawab dalampengelolaan outletberpendingin dimaksud.

NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT

3 Pemasyarakata

n Florikultura

melalui

fasilitasi sewa

stand di

Pameran Flona

2015

- Pameran dan Bursa Flona tahun 2015diselenggarakan di Lapangan Bantengpada tanggal 18 September – 17Oktober 2015 dengan Tema JakartaBangun Tumbuh dan Berkembang.

- Direktorat Budidaya dan PascapanenFlorikultura, berkontribusi melaluisewa stand dengan ukuran 6 m x 6 msebanyak 2 unit untuk memfasilitasibursa tanaman hias para pelakuusaha/asosiasi tanaman hias yaituPerhimpunan Florikultura Indonesia(PFI), Gapoktan Primatara TamanAnggrek Ragunan dan ForumAristektur Lansekap Indonesia (FALI).

- Flona ini bersifat bursa, oleh karenaitu pelaku usaha yang bekerjasamamengisi stand menjual tanamannya dipameran tersebut.

- Menurut pelaku usaha/asosiasi yangdifasilitasi, mereka sangat terbantudan diharapkan tahun depan dapatdifasilitasi lagi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 435

NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT

4 Fasilitasi

konsumsi

kegiatan

Munas

Perhimpunan

Anggrek

Indonesia (PAI)

- Laporan pertanggung jawaban pengurusDPP PAI periode 2010-2015 diterima olehseluruh perwakilan DPD PAI yang hadir.

- DPP PAI periode 2010 – 2015, pada awalperiode tidak memiliki kas kegiatan (nol),namun pada saat penyerahan laporanpertanggung jawaban menyisakananggaran lebih dari 1 Milyar.

- Masing-masing DPD PAI akanmeningkatkan jumlah anggota danmeningkatkan kegiatan PAI daerah antaralain mendukung konservasi anggrekspecies, pelatihan budidaya anggrek.

- DPD PAI mendukung usulan mantanKetua Umum DPP PAI (2010-2015) agaribu Rita Subowo menjadi Ketua UmumDPP PAI periode 2015 – 2020.

- Ibu Rita Subowo terpilih menjadi KetuaUmum DPP PAI periode 2015 – 2020.

- Kelengkapan pengurus DPP PAI akandiputuskan pada Rapat perdana denganwaktu yang belum ditentukan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 436

NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT

- Kegiatan Temu Teknologi Perbenihan Anggrekdiselenggarakan pada tanggal 22 September 2015 diUniversitas Brawijaya Guess House Malang. Pesertapertemuan terdiri dari pelaku usaha anggrek, instansiterkait dan mahasiswa. Pertemuan dibuka secararesmi oleh Kasubdit Benih Florikultura.

- Beberapa hal yang perlu dicermati untukmemperoleh anggrek silangan baru yang berprospekpasar yaitu Ideotype, tanaman induk dan strategipenyilangan.

- Konsep Ideotipe tanaman anggrek Dendrobiumpotong adalah Warna bunga cerah, putih merahkuning bentuk ukuran bervariasi; Panjang tangkai ≥60 cm; Rajin berbunga (prod. ≥ 10 tangkai /th);Bentuk tanaman dengan internode agak rapat;tanaman kuat, tidak mudah rebah; tahan virus,penyakit; tahan cuaca ekstrim Jumlah kuntum > 16kuntum/tangkai bunga tebal Vase-life lama (6-8minggu); Daun pendek sudut daun > 45o – 60°; daunbawah tidak ternaungi

NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT

5 Menghadiri

undangan

Kegiatan

lomba anggrek

dan temu

teknologi

perbenihan

anggrek

- Lomba Anggrek Unggul Nasionaldiselenggarakan pada tanggal 21September 2015 di Malang. Kegiatan initerselenggara atas kerjasama DirektoratPerbenihan Hortikultura denganPerhimpunan Anggrek Indonesia (PAI)Malang Raya.

- Tujuan diadakannya lomba anggrekadalah untuk mencari anggrek unggulyang diharapkan laku di pasar dan akandiperbanyak secara massal.

- Lomba diikuti oleh 22 peserta yangberasal dari Malang, Depok dan Bandung

- Kriteria pemenang lomba anggrek dilihatdari mutu bunga, tekstur, produktivitas,kerajinan berbunga, kesehatan danmudah perawatannya.

- PT Eka Karya akanmemperbanyaktanaman pemenanghasil lomba yaitudendrobium Doctor SitiFadilah Supari yangmerupakan hasilsilangan PaK Wira.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 437

DATABASE PROFIL PENGEMBANGAN FLORIKULTURA

1. Latar Belakang

Pengembangan florikultura di Indonesia belum berjalan secara optimal baik dalam

kerangka mendukung pembangunan sosial-ekonomi secara umum maupun dalam

mendukung perbaikan kualitas lingkungan. Masih banyak sumberdaya genetik,

dukungan iklim tropis dengan keanekaragaman kondisi lingkungannya, SDM, inovasi

teknologi dengan sarana pendukungnya belum termanfaatkan secara optimal untuk

membangun industri florikultura yang berdaya saing. Disisi lain kebutuhan akan produk

florikultura baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun peluang ekspor cukup besar.

Kebutuhan untuk dalam negeri baik yang terkait dengan pengembangan pertamanan,

dekorasi, interior desain maupun untuk rangkaian, vas bunga serta bunga tabur belum

terpenuhi dengan baik, masih sering ditemui keluhan dari pengguna/ konsumen.

Dalam arti luas Industri Florikultura terkait erat dengan kegiatan/usaha seleksi atau

koleksi galur-galur harapan/tanaman unggulan, sistim perbenihan dan budidaya,

distribusi, pembuatan taman baik indoor maupun outdoor, interior desain dan rangkaian

bunga. Pada level nasional, masalah florikultura melibatkan beberapa intansi pembina

atau yang berkaitan dengan program kerjanya, mulai dari Kementerian Pertanian,

Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Pada Program Green City yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian dimulai sejak

tahun 2010, banyak melibatkan pelaku usaha florikultura untuk menyiapkan produk

florikultura yang continue, perlu disinergikan dengan Program Kota Hijau Kementerian

PU dan Perumahan Rakyat serta Kemeterian terkait lainnya, dengan menyesuaikan

perkembangan pembangunan Green City yang terjadi di masing-masing kota baik yang

dllakukan atas inisiatif/ pembiayaan dari Pemerintah, Swasta CSR (Corporate Sosial

Responsibility) maupun masyarakat secara umum. Diketaui bahwa, fokus kegiatan

Green City secara umum adalah a) membangun awareness/kepedulian dan tanggung

jawab semua pihak, b) membangun sinergi antar intansi pemerintah maupun swasta

terkait dan c) meningkatkan peran serta pelaku usaha florikultura khususnya dalam

mewujudkan nursery yang handal untuk berperan sebagai penyedia elemen taman/

display Green City serta d) membangun kemitraan usaha antara pengembang/

pelaksana tender pembangunan dan pemeliharaan taman/display dengan para pelaku

usaha florikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 438

Dengan memperhatikan bahwa sangat dibutuhkannya tanaman florikultura, ditambah

lagi ekspor florikultura terbesar terjadi pada kelompok Cut flowers & Flower Buds for

ornamental dried, maka keberadaan data/informasi tentang ketersediaan daerah sentra

florikultura, jenis dan pelaku usaha florikultura menjadi hal yang sangat penting. Saat ini,

system pendataan tanaman florikultura masih sangat lemah.

Lemahnya sistem informasi untuk mendeteksi secara lebih akurat yang diakibatkan oleh

rendahnya mutu data/informasi akan sangat menyulitkan upaya-upaya yang terkait

dengan penentuan kebijakan pengembangan agribisnis maupun keputusan pemilihan

investasi yang dilakukan oleh swasta.

Guna menkonsolidasikan stakeholder terkait perlu adanya suatu jejaring komunikasi

sehingga ada kesepahaman/sinergi berbagai kegiatan yang mendorong industri

florikultura bisa tumbuh berdaya saing secara efektif. Komunikasi dan sinergi yang baik

tersebut sangat memerlukan dukungan sistem informasi yang memadai dalam sarana

komunikasi baik melalui internet yang terbuka untuk umum maupun intranet untuk

anggota stakeholder tertentu saja.

Selain itu, untuk menumbuhkembangkan agribisnis florikultura pada suatu kawasan

diperlukan suatu sistem informasi secara sistimatis. Masalah utama yang harus

didukung adalah (1) operasional usaha yang berjalan dan (2) investasi jangka

menengah dan jangka panjang. Sistem informasi sedemikian rupa dibangun melalui

penyediaan data dan informasi secara memadai, pengolahan data dan penyajian data

untuk selanjutnya dapat disampaikan kepada manajemen secara berjenjang, baik

institusi pemerintah maupun swasta.Untuk mendukung ini semua, Direktorat Budidaya

dan Pascapanen Florikultura membuat “Database Profil Pengembangan Florikultura”

yang ditampilkan dalam bentuk website.

Pengelompokan jenis dan sistem pengelolaannya data dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Operasional usaha yang berjalan melalui sistem databased.

- potensi produksi/penyediaan produk (kapasitas pasang)

- kemampuan memasarkan produk, Informasi untuk masing masing petani/

pedagang/pengusaha per jenis usaha, per segmen usaha, per wilayah sentra.

b. Investasi jangka menengah dan jangka panjang melalui data analisis.

- profil kawasan meliputi: dukungan SDM dan SDA, dukungan infrastruktur,

dukungan regulasi, fasilitasi pelayanan publik, dukungan sistem informasi,

dukungan permodalan, kelembagaan dan kemitraan usaha.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 439

- profil komoditi meliputi : prospek pasar, promosi, penguasaan inovasi teknologi

dan manajemen usaha serta sistem rantai pasokan/Supply Chain Management

(SCM) yang erat kaitannya dengan pengembangan agribisnis.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Membuat jejaring atau sistim informasi pengembangan florikultura di Indonesia

dan negara-negara mitra terkait dalam bentuk website yang bisa diakses oleh

umum iternet dan atau intra net yang dapat diakses oleh anggota/ mitra terkait.

2.2 Sasaran

Adanya jejaring informasi yang efektif bagi para pelaku usaha, intansi pembina

serta masyarakat umum dalam upaya pengembangan florikultura.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar 120.000.000,-

3.2. Data dan Informasi

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pembuatan database profil pengembangan florikultura dilaksanakan melalui

pihak ketiga atau konsultan sistem informasi melalui pemilihan langsung.

5. Keluaran/Output

Terfasilitasinya koordinasi penyediaan data base/informasi profil pengembangan

florikultura yang diharapkan dapat menjadi acuan berbagai pihak dalam pengembangan

tanaman florikultura.

6. Hasil dan Kesimpulan

6.1. Hasil

1. Database Profil Pengembangan Florikultura ditujukan untuk menjadi website

yang diakses masyarakat luas, namun untuk tahap pertama hanya berupa

intranet yang hanya diakses oleh Subdit/Bagian lingkup Direktorat Budidaya

dan Pascapanen Florikultura dan mitra kerja terkait seperti Sekditjen

Hortikultura dan Pusdatin Kementerian Pertanian.

2. Pengelompokan jenis dan sistem pengelolaannya data dapat diuraikan

sebagai berikut :

a. Operasional usaha yang berjalan melalui sistem databased.

- potensi produksi/penyediaan produk (kapasitas pasang)

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 440

- kemampuan memasarkan produk, Informasi untuk masing masing

petani/ pedagang/pengusaha per jenis usaha, per segmen usaha,

per wilayah sentra.

b. Investasi jangka menengah dan jangka panjang melalui data analisis.

- profil kawasan meliputi: dukungan SDM dan SDA, dukungan

infrastruktur, dukungan regulasi, fasilitasi pelayanan publik,

dukungan sistem informasi, dukungan permodalan, kelembagaan

dan kemitraan usaha.

- profil komoditi meliputi : prospek pasar, promosi, penguasaan inovasi

teknologi dan manajemen usaha serta sistem rantai pasokan/Supply

Chain Management (SCM) yang erat kaitannya dengan

pengembangan agribisnis.

3. Penggunaan server yaitu menggunakan domain di luar government co.id

untuk lebih mempermudah akses.

4. Keluaran Database berupa :

I. Beranda

1. Informasi Profil Direktorat Florikultura

- Sejarah berdirinya Florikultura mulai dari Direktorat Tanaman

Hias hingga menjadi Direktorat Florikultura (SK Permentan).

- Visi-misi dan tupoksi dalam bentuk tulisan biasa, tidak dilengkapi

bagan.

- Kebijakan

- Pejabat dan Struktur Organisasi dalam bentuk bagan, sekaligus

mencantumkan nama pejabat

2. Informasi dalam bentuk :

- Informasi Kegiatan/Berita

Kegiatan seperti acara pertemuan/temu lapang/pameran/

gerakan berupa berita dilengkapi dengan foto.

- Program Kegiatan

Berupa informasi tentang komoditas unggulan mulai dari

pengembangan kawasan, pengembangan sarana prasarana,

standarisasi mutu, registrasi lahan, sertifikasi GAP GHP serta

pengembangan promosi dan pemasaran.

- Peraturan Perundangan

Berupa uraian tentang ruang lingkup tujuan dan sasaran serta

keterlibatan peraturan tersebut dengan GAP, GHP, PP 25 tahun

2014, Permentan 70.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 441

- Aneka Informasi

Berupa informasi tentang hal yang berkaitan dengan kegiatan

florikultura seperti : merangkai bunga, taman in door dan out

door, pohon pelindung, display taman.

- Event dan galeri foto kegiatan

3. Profil Komoditas

Adalah uraian singkat yang menjelaskan potensi komoditas unggulan

tersebut mulai dari benih varietas unggul, areal panen dan produksi,

pelaku usaha, target pasar serta prospek investasi yang dilinkkan

dengan content buku komoditas yang dapat diupload. Adapun

komoditas yang ditampilkan adalah krisan, mawar, melati, anggrek,

dracaena

4. Daerah sentra florikultura

Berbentuk peta wilayah administrasi/tabel yang menjelaskan ring

area panen dan atau produksi dari komoditas unggulan seperti

krisan, mawar, anggrek, melati, dracaena untuk masing-masing

wilayah administrasi.

II. DATA BASE

Berupa sarana untuk menyimpan/memanage data menggunakan cms

(content management system)yang akan dilinkkan dengan peta

administrasi dan atau profil komoditas unggulan.

Ruang lingkup data dan informasi database meliputi :

1. Data produksi tahunan selama lima tahun terakhir per kabupaten

kota dan per propinsi dengan sumber dari BPS dengan variebel

satuan tangkai atau kilogram

2. Data luas panen selama lima tahun terakhir dengan variable meter

3. Data pelaku usaha per kabupaten/kota yang terbagi ke dalam :

a. perusahaan

b. gapoktan

c. poktan

d. asosiasi

dengan variable-variabel i) nama kelembagaan ; ii) alamat dan

kontak person ; iii) serta produk/jasa yang dihasilkan

4. Eksport-Import

Meliputi data-data volume dan atau nilai eksport import per kode HS

negara tujuan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 442

5. Pasar bunga

Merupakan data-data berupa volume dan atau nilai perdagangan

pada suatu pasar per minggu dan atau per bulan untuk jenis-jenis

tanaman yang dipasarkan

6. Pemasukan dan pengeluaran benih florikultura

Berupa data-data volume dan atau nilai eksport per varietas jenis

benih per Negara tujuan per bandara tujuan.

7. Data-data yang ditampilkan dapat diakses di alamat florikultura.com.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 443

1771. PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PRODUK SAYURAN DAN

TANAMAN OBAT RAMAH LINGKUNGAN

1771.007. PEDOMAN-PEDOMAN

1771.007.001. PEDOMAN-PEDOMAN

011 PENGUMPULAN DATA/KOORDINASI

PERJALANAN DALAM RANGKA IDENTIFIKASI, PENGUMPULAN DATA/BAHAN DAN

KOORDINASI PENINGKATAN MUTU TANAMAN OBAT DAN JAMUR

Perjalanan dalam rangka Identifikasi, Pengumpulan Data/Bahan dan Koordinasi Peningkatan

Mutu Tanaman Obat dan Jamur ke Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Kabupaten

Bogor, Kota Bogor, Balikpapan, Tegal, Tasikmalaya, Cianjur, Boyolali, Palembang, Denpasar

dan Kabupaten Wonosobo.

PERJALANAN DALAM RANGKA PENGUMPULAN DATA/KOORDINASI KAWASAN

TANAMAN OBAT DAN JAMUR

Perjalanan dinas dalam rangka pengumpulan data / koordinasi kawasan tanaman obat dan

jamur dilaksanakan ke Sukoharjo, Wonogiri, Tasikmalaya, Ciamis, Sukabumi, Pontianak,

Semarang, Pandeglang dan Lebak.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 444

012 PENYUSUNAN/PENGGANDAAN

PENYUSUNAN MONOGRAFI BAWANG MERAH

1. Latar Belakang

Bawang merah adalah komoditas penting di Indonesia. Konsumsi bahan bumbu

tersebut sangat besar, karena digunakan setiap hari oleh semua rumah tangga dan

industri.

Daerah-daerah penghasil bawang merah tersebar di Indonesia. Beberapa wilayah

sentra penghasil bawang merah secara tetap dalam jumlah besar, dalam wilayah yang

sangat luas dan saling berdekatan telah ditetapkan sebagai kawasan sentra produksi

bawang merah, dengan arah tujuan pasar sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri

atau untuk tujuan ekspor.

Pengembangan bawang merah terus dilakukan guna memenuhi ketersediaan pasokan

kebutuhan pasar dalam negeri dan juga ekspor. Kekurangan bawang merah akan

mengakibatkan gejolak harga dan inflasi. Oleh karena itu perlu terus dilakukan

peningkatan produksi, pengaturan pola produksi bawang merah dan cabai merah di

daerah-daerah sentra produksi.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Menyusun informasi daerah sentra produksi, data produksi serta waktu panen

bawang merah khususnya di Kabupaten Brebes dan daerah sekitarnya.

2.2. Sasaran

Menyediakan informasi daerah sentra produksi, data produksi, waktu panen

bawang merah di sentra produksi Kab Brebes dan daerah sekitarnya.

3. Masukan/ Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 76.584.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 70.615.000,-

3.3. Data dan informasi tentang daerah sentra, potensi produksi, waktu panen, bawang

merah;

3.4. SDM (petugas pusat, daerah dan instansi terkait).

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut :

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 445

4.1. Berupa Honor narasumber non PNS dan PNS dalam penyusunan Monografi

Bawang Merah pada tanggal 19-21 Nopember 2015 di Bogor.

4.2. Berupa biaya perjalanan dalam rangka identifikasi informasi data monografi

bawang merah di Kab. Brebes dan daerah sekitarnya.

4.3. Berupa perjalanan, akomodasi dan konsumsi peserta dalam rangka pertemuan

penyusunan monografi bawang merah.

5. Keluaran/Output

5.1. Terlaksananya perjalanan dalam rangka identifikasi informasi data monografi di

Kab. Brebes dan daerah sekitarnya.

5.2. Terlaksananya kegiatan penyusunan buku Monografi Bawang Merah pada tanggal

19-21 Nopember 2015 di Bogor yang dihadiri peserta pusat, daerah dan instansi

terkait.

5.3. Tersusunnya Buku Monografi bawang merah di Kabupaten Brebes dan daerah

sekitarnya.

6. Hasil/Outcome

Tersedianya Buku Monografi Bawang Merah.

7. Manfaat/Benefit

Petugas, pelaku usaha mendapat informasi daerah sentra produksi, potensi produksi,

waktu panen bawang merah di daerah sentra terutama Kabupaten Brebes.

8. Dampak/Impact

Informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring ketersediaan

bawang merah di daerah sentra produksi.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Buku Monografi bawang merah dapat memberikan informasi dan pengetahuan

tentang potensi produksi dan waktu panen bawang merah di sentra produksi.

9.2. Saran

Perlunya sosialisasi mengenai informasi yang berkaitan dengan daerah sentra

produksi, produksi, waktu panen sebagai bahan monitoring ketersediaan bawang

merah di daerah sentra produksi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 446

PENYUSUNAN DAN PENCETAKAN REVISI SOP CABAI RAWIT MERAH

1. Latar Belakang

Sayuran merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar yang cukup

menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi pemenuhan

permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor. Walaupun

komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan tetapi

komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan internasional.

Preferensi pasar menuntut adanya standard dan mutu produksi yang semakin ketat.

Oleh sebab itu dalam memasuki era perdagangan bebas, dituntut adanya persiapan

dan penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya

saing di pasar global agar memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif.

Dengan demikian, informasi mengenai pengembangan sayuran yang meliputi daerah

sentra produksi, pelaku usaha, rantai pemasaran serta kelembagaan tani sangat

diperlukan dalam peningkatan mutu dan produktivitas.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tersedianya informasi mengenai standar operasional prosedur cabai merah bagi

petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai pengembangan agribisnis

cabai merah.

2.2. Sasaran

Standar operasional prosedur cabai merah yang tersedia akan dimanfaatkan oleh

petugas daerah serta pelaku usaha di daerah untuk menghasilkan produk sayuran

bermutu.

3. Masukan/Input

Masukan yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ini adalah :

3.1. Anggaran sebesar Rp. 56.538.000,-

3.2. Realiasasi keuangan sebesar Rp. 54.451.300,-

3.3. Data dan Informasi mengenai teknologi budidaya cabai rawit merah di musim

kemarau, penggunaan rain shelter saat panen di musim hujan.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 447

4.1. Pencetakan buku revisi SOP Cabai Rawit Merah sebanyak 600 buku.

4.2. Pemberian honor narasumber non PNS dan PNS serta moderator dalam

penyusunan revisi SOP Cabai Rawit Merah.

4.3. Dukungan kegiatan dalam bentuk perjalanan, akomodasi dan konsumsi kegiatan

penyusunan Revisi SOP Cabai Rawit Merah.

5. Keluaran/Output

5.1. Tercetaknya buku revisi SOP Cabai Rawit Merah sebanyak 600 buku.

5.2. Terlaksananya kegiatan penyusunan Revisi SOP Cabai Rawit Merah.

6. Hasil/Outcome

Terdistribusi dan tersosialisasinya Buku Revisi SOP Cabai Rawit Merah.

7. Manfaat/Benefit

7.1. Petani/pelaku usaha berupaya menerapkan SOP dalam melakukan usaha

budidaya sayuran sesuai prinsip GAP.

7.2. Petugas/Petani/pelaku usaha di daerah sentra produksi sayuran dapat

membuat/menyusun SOP sesuai dengan kondisi di wilayah masing-masing.

8. Dampak/Impact

Meningkatnya produksi dan mutu sayuran yang memenuhi standar /preferensi

konsumen.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Buku Revisi SOP Cabai Rawit Merah memberikan informasi dan pengetahuan

petani/pelaku usaha dalam budidaya cabai sesuai prinsip GAP.

9.2. Saran

Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/pelaku usaha dan

petugas mengenai informasi dan pengetahuan budidaya sayuran cabai rawit

merah yang benar sesuai prinsip GAP.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 448

PENCETAKAN BUKU DAN LEAFLET MONOGRAFI BAWANG MERAH

1. Latar Belakang

Bawang merah adalah komoditas penting di Indonesia. Konsumsi bahan bumbu

tersebut sangat besar, karena digunakan setiap hari oleh semua rumah tangga dan

industri.

Daerah-daerah penghasil bawang merah banyak tersebar di Indonesia. Beberapa

wilayah sentra penghasil bawang merah secara tetap dalam jumlah besar, dalam

wilayah yang sangat luas dan saling berdekatan telah ditetapkan sebagai kawasan

sentra produksi bawang merah, dengan arah tujuan pasar sebagai pemenuhan

kebutuhan dalam negeri atau untuk tujuan ekspor.

Pengembangan bawang merah terus dilakukan guna memenuhi ketersediaan pasokan

kebutuhan pasar dalam negeri dan juga ekspor.

Kekurangan bawang merah akan mengakibatkan gejolak harga dan inflasi. Oleh karena

itu perlu terus dilakukan peningkatan produksi, pengaturan pola produksi bawang merah

dan cabai merah di daerah-daerah sentra produksi.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tersedianya informasi mengenai buku dan leafler bawang merah bagi

petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai pengembangan agribisnis

sayuran.

2.2. Sasaran

Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan

menerapkan standar dalam buku dan leaflet untuk menghasilkan produk sayuran

bermutu.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 21.000.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 20.900.000,-

3.3. Data dan informasi tentang daerah sentra, potensi produksi, waktu panen, bawang

merah;

3.4. SDM (petugas pusat, daerah dan instansi terkait).

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 449

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk penyediaan biaya pencetakan buku dan leaflet

monografi bawang merah.

5. Keluaran/Output

Tercetaknya buku dan leaflet monografi bawang merah masing-masing sebanyak 500

buku dan 1.400 lembar leaflet.

6. Hasil/Outcome

Terdistribusi dan tersosialisasinya Buku dan Leaflet Monografi Bawang Merah.

7. Manfaat/Benefit

Petugas, pelaku usaha mendapat informasi daerah sentra produksi, potensi produksi,

waktu panen bawang merah di daerah sentra.

8. Dampak/Impact

Informasi-informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring

ketersediaan bawang merah di daerah sentra produksi.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Buku dan leaflet Monografi bawang merah dapat memberikan informasi dan

pengetahuan petani/pelaku mendapat informasi daerah sentra produksi, potensi

produksi, waktu panen bawang merah di sentra produksi.

9.2. Saran

Perlunya sosialisasi mengenai informasi-informasi yang berkaitan dengan daerah

sentra produksi, produksi, waktu panen sebagai bahan monitoring ketersediaan

bawang merah di daerah sentra produksi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 450

PENYUSUNAN REVISI SNI SAYURAN

1. Latar Belakang

Dalam rangka mengantisipasi arus perdagangan bebas dan meningkatkan daya saing

produk hortikultura, seluruh produsen dan para pelaku usaha hortikultura khususnya

komoditas sayuran dituntut untuk dapat memenuhi standar mutu sesuai permintaaan

konsumen yang meliputi aspek mutu, keamanan pangan, kesehatan dan kelestarian

lingkungan. Diperlukan standar yang akan menjadi acuan produsen dan pelaku usaha

serta dapat digunakan sebagai acuan dalam pembinaan mutu produk. Dengan demikian

diharapkan petani dapat memproduksi sesuai dengan standar mutu yang dikehendaki

konsumen baik domestik maupun internasional.

Untuk subsektor hortikultura khususnya komoditi sayuran, standar SNI yang sudah ada

belum diberlakukan wajib karena pelaku usaha sayuran belum dapat memenuhi kriteria

yang ada. Di sisi lain terdapat pula komoditas sayuran yang belum terdapat SNInya.

Untuk itu diperlukan koordinasi dengan seluruh pihak yang memerlukan penerapan

standar ini.

Menindaklanjuti hal tersebut di atas perlu dilakukan penyusunan materi standar sayuran

untuk komoditas cabai merah, hal ini dilakukan agar standar yang kita miliki lebih

mengikuti perkembangan zaman ataupun kondisi sekarang dan digunakan sebagai

acuan untuk masuknya produk cabai dari negara lain.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan revisi atas SNI cabai yang sudah

ada dan disesuaikan dengan standar-standar yang masih berlaku saat ini.

2.2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya draft revisi SNI cabai merah.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 24.450.000,-

3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 3.998.000,- .

3.3. Informasi Teknologi

3.4. Draft naskah untuk revisi SNI cabai.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 451

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan penyusunan Revisi SNI dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:

4.1. Belanja Bahan

Belanja bahan yang dibutuhkan untuk pengadaan konsumsi selama pertemuan

penyusunan Revisi SNI cabai.

4.2. Belanja Jasa Profesi

Belanja jasa profesi yang dibutuhkan untuk honor narasumber dan moderator

penyusunan Revisi SNI cabai.

5. Keluaran/Output

5.1. Tersedianya draf revisi SNI cabai sebagai hasil dari pertemuan pembahasan dan

penyusunan revisi SNI cabai pada hari Jumat tanggal 3 Juli 2015.

5.2. Konsinyasi/Penyusunan Penyusunan Revisi SNI Sayuran dilaksanakan di Ruang

Rapat Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat

Direktorat Jenderal Hortikultura, Jakarta.

5.3. Peserta berjumlah 14 orang yang terdiri dari narasumber yaitu Dr. Ahsol Hasyim

dari Balai Penelitian Sayuran Lembang dan Ir. Siti Pujiarti dari Direktorat

Standarisasi dan Mutu Direktorat Jenderal Hortikultura, serta petugas pusat dari

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

5.4. Draf RSNI cabai yang dihasilkan sudah diteruskan ke Direktorat Mutu dan

Standarisasi Dittjen PPHP untuk ditindaklanjuti.

6. Hasil/Outcome

Tersedianya draft Revisi SNI cabai sebagai bahan penyusunan standar oleh instansi

terkait.

7. Manfaat/Benefit

Revisi standar SNI cabai dapat diharmonisasikan.

8. Dampak/Impact

Daya saing produk sayuran dan tanaman obat dalam negeri meningkat sehingga

mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain dan ekspor meningkat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 452

PENYUSUNAN BUKU SAKU BUDIDAYA TANAMAN OBAT

1. Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan atau

digunakan sebagai tanaman obat. Kurang lebih 85% dari kebutuhan bahan baku obat

tradisional untuk IOT dan IKOT masih diperoleh dari penambangan hutan tanpa upaya

budidaya yang baik. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi pengembangan

kemandirian bidang kesehatan pada masing-masing sentra produksi tanaman obat.

Untuk mengatasi permasalahan ini, kebijakan pengembangan tanaman obat diarahkan

agar sentra-sentra produksi tanaman obat meningkatkan produksi dan kualitasnya.

Terkait penambangan tanaman obat, pemerintah berusaha melindungi plasma nutfah

yang ada terhadap penggunaan yang tidak bertanggungjawab atau merugikan

masyarakat dan lingkungan hidup serta sedapat mungkin menurunkan kebutuhan

bahan baku obat dan penambangan yang tidak terkendali.

Banyaknya jenis tanaman obat yang ada di Indonesia menyebabkan banyak dari

tanaman tersebut tidak dikenali oleh masyarakat, hal ini mengakibatkan banyak

masyarakat yang tidak familiar menggunakan tanaman sebagai obat untuk pengobatan

atau kesehatan di tengah masyarakat dan banyak juga dari jenis tanaman obat ini yang

hampir dilupakan oleh masyarakat. Dalam upaya menginformasikan jenis, nama, fungsi

dan cara membudidayakan tanaman obat maka diperlukan menyusun dan mencetak

buku saku budidaya tanaman obat. Buku saku dimaksud mencakup cara budidaya, dan

lokasi dimana tanaman obat dapat dibudidayakan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tersusunnya buku saku Budidaya Tanaman Obat.

2.2. Sasaran

Tersedianya informasi berbagai jenis, cara budidaya dan manfaat tanaman obat

bagi petani, pelaku usaha dan masyarakat.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 78. 579.000.-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 76.647.052,-.

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang disajikan dalam buku saku

budidaya tanaman obat adalah teknologi berbudidaya berbagai ragam tanaman

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 453

obat baik yang dapat dibudidayakan oleh petani maupun yang masih ditambang

dari alam seperti pasak bumi. Informasi yang disajikan memberikan pencerahan

baru bagi petani, pelaku usaha atau masyarakat dalam memulai berbudidaya

tanaman obat. Informasi yang disajikan merupakan cara berbudidaya tanaman

obat yang baik dan ramah lingkungan.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Penyusunan Buku Saku Budidaya Tanaman Obat telah dilaksanakan dengan tahapan

pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :

4.1. Belanja Bahan

Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan penyusunan buku saku

budidaya tanaman obat, belanja bahan digunakan untuk a) sarana pendukung

satu kali berupa tas, flash disk dan seminar kit; b) Konsumsi penyusunan buku

saku sebanyak dua kali.

4.2. Belanja Jasa Profesi

Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan honor moderator saat

dilakukan penyusunan buku saku budidaya tanaman obat.

4.3. Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi

Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi digunakan untuk mencetak buku

saku budidaya tanaman obat.

4.4. Belanja Perjalanan Biasa

Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk mengumpulkan data/koordinasi dan

informasi kawasan tanaman obat dan jamur.

5. Keluaran/Output

5.1. Terlaksananya kegiatan Penyusunan Buku Saku Budidaya Tanaman Obat yang

dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 30 Maret 2015 dan 3 Juni

2015.

5.2. Tersusunnya Buku Saku Budidaya Tanaman Obat.

6. Hasil/Outcome

Tersedianya bahan informasi berupa Buku Saku Budidaya Tanaman Obat.

7. Manfaat/Benefit

Tersedianya Informasi budidaya tanaman obat berupa buku saku.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 454

8. Dampak/Impact

Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis sayuran dan

tanaman obat.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Tanaman Obat merupakan komoditas hortikultura yang memiliki keanekaragaman

dan potensi serta mempunyai nilai ekonomis yang tinggi namun pemanfaatannya

masih terbatas.

9.2. Saran

Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku usaha untuk

memperkenalkan dan meningkatkan minat dalam pemanfaatan tanaman obat.

PENCETAKAN ULANG SOP BUDIDAYA SAYURAN

1. Latar Belakang

Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar

yang cukup menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi

pemenuhan permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor.

Walaupun komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan

tetapi komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan

internasional.

Preferensi pasar menuntut mutu produksi semakin ketat, sementara mutu produksi

sayuran sendiri belum memenuhi persyaratan tersebut. Oleh sebab itu memasuki era

perdagangan bebas, dimana persaingan semakin ketat, dituntut adanya persiapan dan

penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya saing

di pasar global terutama produk sayuran dan tanaman obat yang memiliki keunggulan

komperatif dan kompetitif ditingkat dunia internasional.

Dengan demikian, dituntut adanya kesanggupan dari petani/produsen untuk melakukan

usaha produksi dengan teknik budidaya yang baik dan benar sesuai prinsip GAP yang

dijabarkan dalam bentuk panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena

itu sebagai langkah awal perlu disusun panduan SOP untuk usaha budidaya tanaman

sayuran spesifik lokasi yang didalamnya diuraikan secara detail tentang cara

penanganan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 455

pemilihan lokasi, benih, pemeliharaan tanaman, dan panen. Untuk selanjutnya SOP di

daerah sentra produksi sayuran tersebut perlu disosialisasikan untuk diterapkan oleh

petani sebagai panduan/acuan dalam melakukan usaha produksi sayuran sesuai prinsip

GAP.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1 Tujuan

Tersedianya informasi mengenai standar operasional prosedur sayuran yang lebih

baik dan akurat bagi petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai

pengembangan agribisnis sayuran.

2.2 Sasaran

Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan

menghasilkan produk sayuran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 24.990.000,- .

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 24.500.000,- .

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang buku-

buku sayuran adalah teknologi berbudidaya sayuran secara baik dan ramah

lingkungan.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Pencetakan ulang SOP Budidaya Sayuran sebanyak 1000 eksemplar. Selanjutnya

dilakukan pendistribusian kepada masyarakat, petugas, dan pelaku usaha melalui

berbagai kegiatan pertemuan maupun promosi.

5. Keluaran/Output

5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan Februari 2015.

5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah 1 judul buku yaitu SOP Budidaya Sayuran.

5.3. Pencetakan berjumlah 1.000 eksemplar.

6. Hasil/Outcome

Terdistribusi dan tersosialisasinya SOP Budidaya Sayuran.

7. Manfaat/Benefit

Petani/pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam

menerapkan teknologi budidaya sayuran secara baik dan ramah lingkungan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 456

8. Dampak/Impact

Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis sayuran.

PENCETAKAN ULANG PEDOMAN TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN

TANAMAN OBAT, SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM, SOP

PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG), PEDOMAN TEKNOLOGI

PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR, LEAFLET SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT

(RIMPANG) DAN PENCETAKAN PROFIL KELEMBAGAAN TANAMAN OBAT DAN

JAMUR, BUKU TEKNIS PASCAPANEN TANAMAN OBAT DAN JAMUR.

1. Latar Belakang

Komoditi hortikultura khususnya tanaman obat dan jamur setelah dipanen sampai

beberapa saat masih melakukan kegiatan metabolisme seperti proses respirasi dan

tranpirasi yang dapat mempengaruhi kondisi produk tersebut seperti keriput, layu atau

tidak segar, perubahan warna dan rasa, perubahan aroma dan bau asing atau

membusuk dan sebagainya. Penanganan pasca panen yang baik sangat dibutuhkan

karena akan menentukan kualitas dan kuantitas produk, dimana penanganannya harus

memperhatikan sifat-sifat dari komoditas secara spesifik dan dapat berbeda satu

dengan lainnya. Tingkat kehilangan hasil masih sangat tinggi, walaupun sampai saat ini

masih belum ada data yang pasti, namun diperkirakan berkisar antara 20% sampai

dengan 50%. Salah satu penyebabnya adalah karena penanganan pasca panen yang

dilakukan masih secara sederhana/tradisional.

Perbaikan sistem pengelolaan produk tanaman obat dan jamur dalam pengembangan

teknologi pemanenan dan penanganan pasca panen merupakan unsur-unsur yang

diperlukan untuk mencapai mutu produk yang baik. Dengan demikian, dituntut adanya

kesanggupan dari petani/produsen untuk melakukan usaha yang dapat

mempertahankan mutu dan keutuhan produk tanaman obat dan jamur segar agar tetap

prima sampai ke tangan konsumen dengan teknik penanganan pasca panen yang baik

melalui penerapan Good Handling Practises (GHP) yang dijabarkan dalam bentuk

panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena itu sebagai langkah awal

perlu disusun panduan SOP untuk pasca panen tanaman obat dan jamur yang

didalamnya diuraikan secara detail tentang penanganan untuk masing-masing tahapan

pelaksanaan secara umum mulai dari pemanenan, penyortiran awal, pencucian, sortasi,

pengepakan atau pengemasan, dan penyimpanan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 457

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok yaitu meningkatkan mutu, daya saing dan

nilai tambah produk tanaman obat dan jamur maka Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat melakukan penyiapan, penyusunan dan

perbanyakan pedoman dibidang teknologi dan sarana pascapanen. Pedoman tersebut

akan digunakan sebagai bahan acuan pembinaan/penyuluhan dan sosialisasi kepada

para petugas, petani dan pelaku usaha dalam rangka peningkatan mutu, daya saing

dan nilai tambah produk tanaman obat dan jamur, khususnya di sentra-sentra produksi.

Sesuai dengan tugas pokok tersebut, maka perlu dilakukan penyusunan dan

penggandaan Leaflet SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang), Profil Kelembagaan

Tanaman Obat dan Jamur, Buku Teknis Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur dan

Pencetakan Ulang Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Obat, SOP

Pascapanen Penanganan Pascapanen Jamur Tiram, SOP Penanganan Pascapanen

Tanaman Obat (Rimpang), dan Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani/ petugas/ pelaku usaha

yang terkait dengan teknologi dan sarana pascapanen tanaman obat dan

jamur.

b. Memasyarakatkan/memperkenalkan jenis-jenis dan manfaat atau khasiat

tanaman obat sebagai pemenuhan obat keluarga.

c. Memasyarakatkan/memperkenalkan jenis-jenis dan manfaat jamur pangan

dalam rangka pemenuhan gizi keluarga.

2.2. Sasaran

Petani/ petugas/ pelaku usaha di daerah sentra tanaman obat dan jamur serta

masyarakat umum.

3. Masukan/ Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 185.324.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 137.128.000,-

3.3. Data dan informasi tentang teknologi dan kelembagaan pascapanen tanaman

obat dan jamur.

3.4. Sumber Daya Manusia (Petani/ Kelompok Tani, Pelaku Usaha dan Masyarakat

Umum).

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 458

4. Pelaksanaan Kegiatan

4.1. Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi

a. Pencetakan ulang Leaflet SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

sebanyak 1.000 lembar.

b. Pencetakan ulang Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman

Obat sebanyak 750 buku.

c. Pencetakan ulang Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur

sebanyak 830 buku.

d. Pencetakan ulang SOP Penanganan Pascapanen Jamur Tiram sebanyak 900

buku.

e. Pencetakan ulang SOP Penanganan Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

sebanyak 900 buku.

f. Pencetakan Profil Kelembagaan Tanaman Obat dan Jamur sebanyak 700

buku.

g. Pencetakan Buku Teknis Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur sebanyak

500 buku.

h. Sarana Pendukung Kegiatan Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

4.2. Belanja Perjalanan Biasa

a. Kompilasi Data dan Informasi Buku Teknis Pascapanen Tanaman Obat dan

Jamur sebanyak 7 OP.

b. Kompilasi Data dan Informasi Buku Profil Kelembagaan Tanaman Obat dan

Jamur sebanyak 8 OP.

5. Keluaran/Output

Tercetaknya Leaflet SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) sejumlah 1000

lembar, Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Obat sejumlah 750

buku, Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur sejumlah 830 buku, SOP

Penanganan Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) sejumlah 900 buku, SOP

Penanganan Pascapanen Jamur Tiram sejumlah 900 buku, Profil Kelembagaan

Tanaman Obat dan Jamur sejumlah 700 buku dan Buku Teknis Pascapanen Tanaman

Obat dan Jamur sejumlah 500 buku.

6. Hasil/ Outcome

Terdistribusi dan tersosialisasinya buku dan leaflet tentang teknologi dan kelembagaan

pascapanen tanaman obat dan jamur.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 459

7. Manfaat/ Benefit

7.1. Petani/ pelaku usaha dapat menerapkan penanganan pascapanen tanaman

obat dan jamur sesuai prinsip GHP/SOP.

7.2. Petugas/ Petani/ Pelaku Usaha dapat memperoleh informasi terkini mengenai

teknologi penanganan pascapanen tanaman obat dan jamur, serta profil

kelembagaan tanaman obat dan jamur di sentra-sentra produksi.

7.3. Pengembangan kelembagaan usaha tanaman obat dan jamur dapat optimal.

8. Dampak/ Impact

Meningkatnya mutu dan daya saing produk tanaman obat dan jamur sesuai standar

/preferensi konsumen atau pasar

PENCETAKAN ULANG SOP BAWANG PUTIH

1. Latar Belakang

Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar

yang cukup menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi

pemenuhan permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor.

Walaupun komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan

tetapi komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan

internasional.

Preferensi pasar menuntut mutu produksi semakin ketat, sementara mutu produksi

sayuran sendiri belum memenuhi persyaratan tersebut. Oleh sebab itu memasuki era

perdagangan bebas, dimana persaingan semakin ketat, dituntut adanya persiapan dan

penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya saing

di pasar global terutama produk sayuran dan tanaman obat yang memiliki keunggulan

komperatif dan kompetitif ditingkat dunia internasional.

Dengan demikian, dituntut adanya kesanggupan dari petani/produsen untuk melakukan

usaha produksi dengan teknik budidaya yang baik dan benar sesuai prinsip GAP yang

dijabarkan dalam bentuk panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena

itu sebagai langkah awal perlu disusun panduan SOP untuk usaha budidaya tanaman

sayuran spesifik lokasi yang didalamnya diuraikan secara detail tentang cara

penanganan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari

pemilihan lokasi, benih, pemeliharaan tanaman, dan panen. Untuk selanjutnya SOP di

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 460

daerah sentra produksi sayuran tersebut perlu disosialisasikan untuk diterapkan oleh

petani sebagai panduan/acuan dalam melakukan usaha produksi sayuran sesuai prinsip

GAP.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tersedianya informasi mengenai standar operasional prosedur sayuran

khususnya bawang putih yang lebih baik dan akurat bagi petani/pelaku usaha

maupun petugas daerah mengenai pengembangan agribisnis bawang putih.

2.2. Sasaran

Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan

menghasilkan bawang putih yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 21.000.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 20.500.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang buku-

buku sayuran adalah teknologi berbudidaya bawang putih secara baik dan ramah

lingkungan.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Pencetakan ulang SOP Budidaya Bawang Putih sebanyak 1000 eksemplar. Selanjutnya

dilakukan pendistribusian kepada masyarakat, petugas, dan pelaku usaha melalui

berbagai kegiatan pertemuan maupun promosi.

5. Keluaran/Output

5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada tahun 2015.

5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah 1 judul buku yaitu SOP Bawang Putih.

5.3. Pencetakan berjumlah 1000 eksemplar.

6. Hasil/Outcome

Terdistribusi dan tersosialisasinya SOP Bawang Putih.

7. Manfaat/Benefit

Petani/pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam

menerapkan teknologi budidaya bawang putih secara baik dan ramah lingkungan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 461

8. Dampak/Impact

Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis bawang

putih.

PENCETAKAN ULANG SOP BAWANG MERAH

1. Latar Belakang

Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar

yang cukup menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi

pemenuhan permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor.

Walaupun komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan

tetapi komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan

internasional.

Preferensi pasar menuntut mutu produksi semakin ketat, sementara mutu produksi

sayuran sendiri belum memenuhi persyaratan tersebut. Oleh sebab itu memasuki era

perdagangan bebas, dimana persaingan semakin ketat, dituntut adanya persiapan dan

penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya saing

di pasar global terutama produk sayuran dan tanaman obat yang memiliki keunggulan

komperatif dan kompetitif ditingkat dunia internasional.

Dengan demikian, dituntut adanya kesanggupan dari petani/produsen untuk melakukan

usaha produksi dengan teknik budidaya yang baik dan benar sesuai prinsip GAP yang

dijabarkan dalam bentuk panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena

itu sebagai langkah awal perlu disusun panduan SOP untuk usaha budidaya tanaman

sayuran spesifik lokasi yang didalamnya diuraikan secara detail tentang cara

penanganan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari

pemilihan lokasi, benih, pemeliharaan tanaman, dan panen. Untuk selanjutnya SOP di

daerah sentra produksi sayuran tersebut perlu disosialisasikan untuk diterapkan oleh

petani sebagai panduan/acuan dalam melakukan usaha produksi sayuran sesuai prinsip

GAP.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 462

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tersedianya informasi mengenai standar operasional prosedur sayuran yang lebih

baik dan akurat bagi petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai

pengembangan agribisnis sayuran.

2.2. Sasaran

Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan

menghasilkan produk sayuran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

3. Masukan/ Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 21.735.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 21.560.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang buku-

buku sayuran adalah teknologi berbudidaya bawang merah secara baik dan

ramah lingkungan.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Pencetakan ulang SOP Budidaya Bawang Merah sebanyak 770 eks. Selanjutnya

dilakukan pendistribusian kepada masyarakat, petugas, dan pelaku usaha melalui

berbagai kegiatan pertemuan maupun promosi.

5. Keluaran/Output

5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada tahun 2015.

5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah 1 judul buku yaitu SOP Bawang Merah.

5.3. Pencetakan berjumlah 770 eksemplar.

6. Hasil/Outcome

Terdistribusi dan tersosialisasinya SOP Bawang Merah.

7. Manfaat/Benefit

Petani/pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam

menerapkan teknologi budidaya bawang merah secara baik dan ramah lingkungan.

8. Dampak/Impact

Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis bawang

merah.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 463

PERBANYAKAN BUKU SOP PASCAPANEN SAYURAN (7 JUDUL)

1. Latar Belakang

Produk sayuran merupakan komoditas yang perishable dan masih mengalami proses

hidup (fisiologis). Proses fisiologis tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan yang

menjurus pada kerusakan/kehilangan hasil. Perubahan setelah panen dan pascapanen

tidak dapat dihentikan, namun dapat diperlambat sampai batas tertentu.

Untuk mengurangi kehilangan/kerusakan hasil, beberapa hal yang harus diperhatikan

adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan, serta

menggunakan teknologi penanganan pascapanen yang benar, diantaranya

pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan

dan mempertahankan kesegaran produk sayuran pada tingkat paling optimal.

Penerapan Good Handling Practices (GHP) secara optimal dalam proses pascapanen

sayuran telah menjadi keharusan guna memenuhi permintaan konsumen domestik

maupun global akan produk sayuran bermutu dan aman konsumsi. Sebagai penjabaran

dari GHP Sayuran, telah disusun Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen

Sayuran yang bersifat spesifik komoditas, diantaranya adalah SOP Pascapanen Cabai

Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun. Diperlukan

perbanyakan buku SOP Pascapanen sayuran, agar dapat dipedomani oleh para

petugas, petani dan pelaku usaha dalam menyusun SOP Pascapanen sayuran yang

spesifik lokasi.

Melalui penerapan GHP/SOP pascapanen sayuran diharapkan kehilangan/kerusakan

hasil dapat ditekan seminimal mungkin, mempertahankan mutu produk,

mempertahankan umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa buku SOP

Pascapanen Sayuran komoditas Cabai Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis,

Tomat, Wortel dan Mentimun, sebagai acuan bagi petugas/pelaku

usaha/gapoktan/asosiasi di sentra produksi sayuran.

2.2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan SOP Pascapanen Sayuran oleh

petugas, petani dan pelaku usaha sayuran.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 464

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 150.000.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 147.180.000,-

3.3. Draft naskah SOP Pascapanen Sayuran yang telah disusun pada tahun-tahun

sebelumnya (SOP Pascapanen Cabai Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis,

Tomat, Wortel dan Mentimun)

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja barang untuk persediaan barang

konsumsi. Perbanyakan buku SOP Pascapanen sayuran (Cabai Merah, Bawang Merah,

Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun) pelaksanaannya melalui pihak ketiga

yaitu perusahaan yang mengerjakan di bidang percetakan dan telah memenuhi

persyaratan yang berlaku.

5. Keluaran/Output

5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan April 2015.

5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah tujuh judul buku yaitu SOP Pascapanen Cabai

Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun.

5.3. Pencetakan SOP Pascapanen Cabai Merah 1.110 eksemplar, SOP Pascapanen

Bawang Merah 1.040 eksemplar, SOP Pascapanen Kentang 1.520 eksemplar,

SOP Pascapanen Buncis 1.520 eksemplar, SOP Pascapanen Tomat 1.310

eksemplar, SOP Pascapanen Wortel 1.425 eksemplar dan SOP Pascapanen

Mentimun 1.520 eksemplar.

6. Hasil/Outcome

Terdistribusi dan tersosialisasinya buku SOP Pascapanen sayuran (Cabai Merah,

Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun) kepada petani dan

pelaku usaha sayuran.

7. Manfaat/Benefit

Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen

dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai SOP Pascapanen Sayuran.

8. Dampak/Impact

Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat

mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang

umur simpan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 465

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Buku SOP Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan petani/

pelaku usaha dalam penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.

9.2. Saran

Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan

petugas mengenai informasi dan pengetahuan SOP Pascapanen Sayuran yang

benar sesuai prinsip GHP.

PENCETAKAN BUKU SAKU PASCAPANEN SAYURAN

1. Latar Belakang

Produk sayuran merupakan produk hortikultura yang mudah mengalami kerusakan

setelah dilakukan pemanenan. Kerusakan produk sayuran segar dapat terjadi secara

fisik, mekanis, enzimatis, dan mikrobiologis dalam waktu yang cepat dan dapat

menurunkan mutu produk sayuran tersebut. Mutu sayuran tidak dapat diperbaiki tetapi

dapat dipertahankan. Mutu sayuran yang baik dapat diperoleh bila pemanenan hasil

sayuran dilaksanakan pada waktu tingkat kemasakan yang tepat. Dalam rangka

pengembangan produk sayuran yang berdaya saing, bermutu baik, dan berorientasi

pasar maka penanganan pascapanen sayuran perlu menjadi prioritas dalam

peningkatan mutu produk.

Produk sayuran setelah panen masih melakukan aktivitas metabolisme sehingga bila

tidak ditangani dengan segera akan mengalami kerusakan fisik dan kimiawi. Sifat

sayuran yang mudah rusak (perishable) mengakibatkan tingginya susut pasca panen

serta terbatasnya masa simpan setelah pemanenan dan timbulnya serangan organisme

pengganggu yang dapat menurunkan mutu. Pascapanen sayuran merupakan kegiatan

usaha tani yang paling kritis, karena menyangkut susut baik bobot maupun mutu.

Diperkirakan jumlah kerusakan dapat mencapai 30 – 50% bila penanganan saat panen

kurang tepat.

Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan petugas, petani dan pelaku usaha

dalam penanganan pascapanen sayuran, diperlukan pedoman berupa Buku Saku

Pascapanen Sayuran yang berisi urgensi, teknologi dan panduan penanganan

pascapanen sayuran di lapangan. Dengan adanya buku saku tersebut, diharapkan

dapat membantu petugas, petani dan pelaku usaha yang bergerak di bidang sayuran

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 466

untuk dapat mengurangi kehilangan hasil, mempertahankan mutu dan meningkatkan

daya saing produk sayuran yang dihasilkan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa Buku Saku

Pascapanen Sayuran sebagai acuan bagi pelaku usaha/gapoktan/asosiasi di

sentra produksi sayuran.

2.2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi pascapanen sayuran oleh

petugas, petani dan pelaku usaha sayuran.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 50.000.000.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 49.350.000,-

3.3. Informasi Teknologi yang disajikan adalah teknologi penanganan pascapanen

sayuran.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja bahan untuk perbanyakan buku saku

pascapanen sayuran yang pelaksanaannya melalui pihak ketiga.

5. Keluaran/Output

Tersedianya buku Saku Pascapanen Sayuran sebanyak 2.100 eksemplar.

6. Hasil/Outcome

Terdistribusi dan tersosialisasinya prinsip penanganan pascapanen sayuran yang baik

kepada petani dan pelaku usaha sayuran.

7. Manfaat/Benefit

Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen

dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.

8. Dampak/Impact

Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat

mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang

umur simpan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 467

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Buku Saku Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan petani/

pelaku usaha dalam penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.

9.2. Saran

Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan

petugas mengenai informasi dan pengetahuan pascapanen sayuran yang benar

sesuai prinsip GHP.

PERBANYAKAN BUKU TEKNOLOGI PASCAPANEN SAYURAN

1. Latar Belakang

Produk sayuran merupakan produk hortikultura yang mudah mengalami kerusakan

setelah dilakukan pemanenan. Kerusakan produk sayuran segar dapat terjadi secara

fisik, mekanis, enzimatis, dan mikrobiologis dalam waktu yang cepat dan dapat

menurunkan mutu produk sayuran tersebut. Mutu sayuran tidak dapat diperbaiki tetapi

dapat dipertahankan. Mutu sayuran yang baik dapat diperoleh bila pemanenan hasil

sayuran dilaksanakan pada waktu tingkat kemasakan yang tepat. Dalam rangka

pengembangan produk sayuran yang berdaya saing, bermutu baik, dan berorientasi

pasar maka penanganan pasca panen sayuran perlu menjadi prioritas dalam

peningkatan mutu produk.

Produk sayuran setelah panen masih melakukan aktivitas metabolisme sehingga bila

tidak ditangani dengan segera akan mengalami kerusakan fisik dan kimiawi. Sifat

sayuran yang mudah rusak (perishable) mengakibatkan tingginya susut pasca panen

serta terbatasnya masa simpan setelah pemanenan dan timbulnya serangan organisme

pengganggu yang dapat menurunkan mutu. Pasca panen sayuran merupakan kegiatan

usaha tani yang paling kritis, karena menyangkut susut baik bobot maupun mutu.

Diperkirakan jumlah kerusakan dapat mencapai 30 – 50% bila penanganan saat panen

kurang tepat.

Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan petugas, petani dan pelaku usaha

dalam penanganan pascapanen sayuran, diperlukan pedoman berupa Buku Teknologi

Pascapanen Sayuran yang berisi urgensi, teknologi dan panduan penanganan

pascapanen sayuran di lapangan. Dengan adanya buku teknologi tersebut, diharapkan

dapat membantu petugas, petani dan pelaku usaha yang bergerak di bidang sayuran

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 468

untuk dapat mengurangi kehilangan hasil, mempertahankan mutu dan meningkatkan

daya saing produk sayuran yang dihasilkan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa Buku

Teknologi Pascapanen Sayuran sebagai acuan bagi pelaku

usaha/gapoktan/asosiasi di sentra produksi sayuran.

2.2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi pascapanen sayuran oleh

petugas, petani dan pelaku usaha sayuran.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 35.000.000,-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 34.860.000,-.

3.3. Draft naskah Buku Teknologi Pascapanen Sayuran yang telah disusun pada tahun

sebelumnya.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja barang untuk persediaan barang

konsumsi. Perbanyakan buku Teknologi Pascapanen Sayuran pelaksanaannya melalui

pihak ketiga yaitu perusahaan yang mengerjakan di bidang percetakan dan telah

memenuhi persyaratan yang berlaku.

5. Keluaran/Output

5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan Juni 2015.

5.2. Pencetakan buku berjumlah 840 eksemplar.

6. Hasil/Outcome

Terdistribusi dan tersosialisasinya teknologi pascapanen sayuran yang baik kepada

petani dan pelaku usaha sayuran.

7. Manfaat/Benefit

Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen

dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 469

8. Dampak/Impact

Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat

mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang

umur simpan.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Buku Teknologi Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan

petani/ pelaku usaha dalam penerapan teknologi pascapanen sayuran.

9.2. Saran

Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan

petugas mengenai informasi dan pengetahuan tentang teknologi pascapanen

sayuran yang benar sesuai prinsip GHP.

PEMBUATAN POSTER DAN LEAFLET PASCAPANEN SAYURAN

1. Latar Belakang

Produk sayuran merupakan komoditas yang perishable dan masih mengalami proses

hidup (fisiologis). Proses fisiologis tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan yang

menjurus pada kerusakan/kehilangan hasil. Perubahan setelah panen dan pascapanen

tidak dapat dihentikan, namun dapat diperlambat sampai batas tertentu.

Untuk mengurangi kehilangan/kerusakan hasil, beberapa hal yang harus diperhatikan

adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan, serta

menggunakan teknologi penanganan pascapanen yang benar, diantaranya

pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan

dan mempertahankan kesegaran produk sayuran pada tingkat paling optimal.

Oleh karena itu perlu di buatkan poster dan leaflet sebagai referensi bagi petani dan

pelaku usaha sayuran dalam penguasaan teknologi pascapanen sayuran sehingga

kehilangan/kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin, mempertahankan mutu

produk sayuran, mempertahankan umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan

pendapatan petani.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 470

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa poster dan

leaflet sebagai acuan bagi pelaku usaha/gapoktan/asosiasi di sentra produksi

sayuran.

2.2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi pascapanen sayuran oleh

petugas, petani dan pelaku usaha sayuran.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran yang tersedia adalah sebesar Rp. 26.580.000,-.

3.2. Realisasi Keuangan dari hasil pembuatan poster dan leaflet Pascapanen Sayuran

adalah sebesar Rp. 25.700.000,-.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja barang untuk persediaan barang

konsumsi. Pencetakan Poster dan Leaflet pascapanen sayuran pelaksanaannya melalui

pihak ketiga.

5. Keluaran/Output

5.1. Pembuatan poster dan leaflet dilaksanakan pada Bulan Juni 2015

5.2. Pencetakan poster dengan judul Penanganan Pascapanen Cabai sebanyak

1.800 eksemplar dan leaflet dengan judul SOP Pascapanen Tomat sebanyak

2.000 eksemplar dan SOP Pascapanen Kentang sebanyak 2.000 eksemplar.

6. Hasil/Outcome

Terdistribusi dan tersosialisasinya teknologi pascapanen sayuran yang baik kepada

petani dan pelaku usaha sayuran.

7. Manfaat/Benefit

Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen

dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 471

8. Dampak/Impact

Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat

mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang

umur simpan.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Poster dan Leaflet Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan

petani/ pelaku usaha dalam penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip

GHP.

9.2. Saran

Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan

petugas mengenai informasi dan pengetahuan pascapanen sayuran yang benar

sesuai prinsip GHP.

PERBANYAKAN LEAFLET BUDIDAYA SAYURAN DALAM POT, BUKU KERJA JAMUR,

BUKU KERJA TANAMAN OBAT, BUKU SOP TANAMAN OBAT, BUKU SOP JAMUR DAN

PENCETAKAN BUKU PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN SAYURAN DAN TANAMAN

OBAT 2016

1. Latar Belakang

Penerapan teknis budidaya jamur dan tanaman obat yang baik melalui penerapan SOP

merupakan penjabaran dari pedoman GAP. Oleh karena itu sebagai langkah

selanjutnya dari pedoman GAP, dilakukan penggandaan/perbanyakan berbagai

informasi yang dibutuhkan oleh petani sebagai pelaku usaha. Adapun berbagai media

informasi yang perlu di perbanyak adalah leaflet budidaya sayuran dalam pot, buku

petunjuk teknis pengembangan sayuran dan tanaman obat 2016, buku kerja Jamur,

buku kerja Tanaman Obat, buku SOP Tanaman Obat, dan buku SOP Jamur. Pada buku

SOP dan buku kerja akan menguraikan secara detail tentang cara penanganan untuk

masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari pemilihan lokasi,

benih, penyiapan lahan, pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tersedianya berbagai informasi bagi pelaku usaha sayuran, jamur dan tanaman

obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 472

2.2. Sasaran

Tersebarnya berbagai informasi bagi pelaku usaha sayuran, jamur dan tanaman

obat.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran

Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan penggandaa/perbanyakan

pedoman-pedoman lainnya dibebankan kepada DIPA TA. 2015 Direktorat

Jenderal Hortikultura sebagai berikut:

a. Perbanyakan leaflet budidaya sayuran dalam pot sebesar Rp. 16.500.000,-

b. Pencetakan petunjuk teknis pengembangan sayuran dan tanaman obat

2016 sebesar Rp. 21.000.000,-

c. Perbanyakan buku kerja Jamur sebesar Rp. 8.750.000.-

d. Perbanyakan buku buku kerja tanaman obat sebesar Rp. 8.750.000.-

e. Perbanyakan buku SOP tanaman obat sebesar Rp. 41.250.000.-

f. Perbanyakan buku SOP Jamur sebesar Rp. 20.625.000.-

3.2. Realisasi Keuangan

Realisasi keuangan untuk pelaksanaan kegiatan penggandaa/perbanyakan

pedoman-pedoman lainnya dibebankan kepada DIPA TA. 2015 Direktorat

Jenderal Hortikultura sebagai berikut:

a. Perbanyakan leaflet budidaya sayuran dalam pot sebesar Rp. 16.000.000,-

b. Pencetakan petunjuk teknis pengembangan sayuran dan tanaman obat 2016

sebesar Rp. 21.000.000,-

c. Perbanyakan buku kerja Jamur sebesar Rp. 8.400.000.-

d. Perbanyakan buku buku kerja tanaman obat sebesar Rp. 8.525.000.-

e. Perbanyakan buku SOP tanaman obat sebesar Rp. 40.600.000.-

f. Perbanyakan buku SOP Jamur sebesar Rp. 20.250.000.-

3.3. Informasi Teknologi

Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang buku-buku sayuran, jamur

dan tanaman obat adalah teknologi berbudidaya sayuran dalam pot, jamur dan

tanaman obat secara baik dan ramah lingkungan.

4. Pelaksanaan Kegiatan

4.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan Agustus 2015.

4.2. Pencetakan ulang buku berjumlah enam judul buku yaitu Leaflet Budidaya

Sayuran Dalam Pot, Buku Petunjuk Teknis Pengembangan Sayuran Dan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 473

Tanaman Obat 2016, Buku Kerja Jamur, Buku Kerja Tanaman Obat, Buku SOP

Tanaman Obat, Dan Buku SOP Jamur.

5. Keluaran/ Output

Tercetaknya Leaflet Budidaya Sayuran Dalam Pot sebanyak 5.000 eksemplar, Petunjuk

Teknis Pengembangan Sayuran Dan Tanaman Obat 2016 sebanyak 300 eksemplar,

Buku Kerja Jamur sebanyak 700 eksemplar, Buku Kerja Tanaman Obat sebanyak 550

eksemplar, Buku SOP Tanaman Obat sebanyak 2.000 eksemplar dan Buku SOP Jamur

Merang sebanyak 900 eksemplar.

6. Hasil/Outcome

Terdistribusi dan tersosialisasinya Leaflet Budidaya Sayuran Dalam Pot, Buku Petunjuk

Teknis Pengembangan Sayuran Dan Tanaman Obat 2016, Buku Kerja Jamur, Buku

Kerja Tanaman Obat, Buku SOP Tanaman Obat dan Buku SOP Jamur.

7. Manfaat/Benefit

Petani/ pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam

menerapkan teknologi budidaya sayuran dalam pot, pengembangan Tanaman Obat,

dan Jamur.

8. Dampak/Impact

Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis sayuran dan

tanaman obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 474

1771.007.002. PENYUSUNAN PEDOMAN (APBN-P)

012 PENYUSUNAN/PENGGANDAAN

PENYUSUNAN BUKU PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG

MERAH DI MUSIM KERING

1. Latar Belakang

Dalam rangka meminimalkan terjadinya gejolak harga cabai dan bawang merah yang

tinggi di beberapa provinsi di Indonesia serta pemerataan ketersediaan produknya

sepanjang tahun, Direktorat Jenderal Hortikultura menjalankan serangkaian strategi

peningkatan produksi dan produktivitas cabai dan bawang merah. Salah satunya

mendorong petani melakukan penanaman cabai dan bawang merah di musim

kering/kemarau, termasuk mendorong pengembangan benih di luar pulau Jawa.

Dalam upaya pemerataan produksi cabai dan bawang merah saat terjadi kekurangan

seperti saat musim hujan (panen Oktober-Maret), Direktorat Jenderal Hortikultura telah

mendapat alokasi dana APBN-P 2015. Lokasi kegiatan adalah pada kawasan yang

telah terbentuk dan pada daerah sentra pengembangan baru yang diharapkan dapat

menambah areal produksi dan pemerataan produksi bulanan melalui penerapan

teknologi budidaya dan pascapanen yang baik/ ter-standar.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Pedoman Teknis ini digunakan sebagai acuan bagi petugas pusat dan daerah

dalam melaksanakan kegiatan APBN-P 2015 untuk pengembangan cabai di

musim kering/kemarau dan bawang merah

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan ini agar kegiatan APBN-P 2015 terlaksana secara efektif dan

efisien di 30 Provinsi pada 197 kabupaten/kota.

3. Masukan/ Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 475.067.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 433.266.000,-

3.3. Data dan Informasi : Data dan informasi tentang teknis pelaksanaan, teknologi

budidaya cabai dan bawang merah di musim kering dan format pelaporan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 475

3.4. Sumber Daya Manusia : Sumber Daya Manusia (petugas pusat, daerah dan

instansi terkait).

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan :

4.1. Berupa biaya pengiriman surat/undangan/dokumen/pedoman teknis.

4.2. Berupa biaya konsumsi rapat pertemuan pelaksanaan dan penyusunan buku

pedoman teknis tanggal 8-10 April 2015 di Bogor dan pertemuan tim pelaksana

kegiatan pada tanggal 3-5 September di Bogor.

4.3. Berupa Honor Narasumber dan moderator dalam penyusunan buku pedoman

teknis pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.

4.4. Berupa perjalanan dalam rangka pendampingan finalisasi dokumen pelaksanaan

kegiatan dan koordinasi pelaporan kinerja pengembangan cabai dan bawang

merah di musim kering.

4.5. Berupa perjalanan pelaksanaan dan penyusunan buku pedoman teknis tanggal 8-

10 April di Bogor dan perjalanan pertemuan tim pelaksana kegiatan

pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.

5. Keluaran/Output

5.1. Terlaksananya pengiriman surat/undangan/dokumen/pedoman teknis.

5.2. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pendampingan finalisasi dokumen

pelaksanaan kegiatan dan koordinasi pelaporan kinerja pengembangan cabai dan

bawang merah di musim kering.

5.3. Terlaksananya perjalanan pelaksanaan dan penyusunan buku pedoman teknis

tanggal 8-10 April 2015 di Bogor dan perjalanan pertemuan tim pelaksana

kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.

6. Hasil/Outcome

Tersedianya Buku Pedoman Teknis Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di

Musim Kering.

7. Manfaat/Benefit

Petugas, petani mendapat informasi tentang teknis pelaksanaan, teknologi budidaya

cabai dan bawang merah di musim kering, dan format pelaporan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 476

8. Dampak/Impact

Informasi-informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring/evaluasi

keberhasilan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Buku Pedoman Teknis Pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering

dapat memberikan informasi dan pengetahuan petugas/petani/pelaku usaha

mendapat informasi tentang teknis pelaksanaan, teknologi budidaya cabai dan

bawang merah di musim kering meskipun masih ada kekurangannya.

9.2. Saran

Perlunya perbaikan baik isi dan susunan kata-kata terhadap buku pedoman teknis

tersebut sehingga lebih sempurna dan perlunya sosialisasi kepada petugas/pelaku

usaha/petani mengenai informasi-informasi yang berkaitan dengan teknis

pelaksanaan dan teknologi budidaya cabai dan bawang merah di musim kering.

PENYUSUNAN LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG MERAH

DI MUSIM KERING

1. Latar Belakang

Dalam rangka meminimalkan terjadinya gejolak harga cabai dan bawang merah yang

tinggi di beberapa provinsi di Indonesia serta pemerataan ketersediaan produknya

sepanjang tahun, Direktorat Jenderal Hortikultura menjalankan serangkaian strategi

peningkatan produksi dan produktivitas cabai dan bawang merah. Salah

satunyamendorong petani melakukan penanaman cabai dan bawang merah di musim

kering/kemarau, termasuk mendorong pengembangan benih di luar pulau Jawa.

Dalam upaya pemerataan produksi cabai dan bawang merah saat terjadi kekurangan

seperti saat musim hujan (panen Oktober-Maret), Direktorat Jenderal Hortikultura telah

mendapat alokasi dana APBN-P 2015. Lokasi kegiatan adalah pada kawasan yang

telah terbentuk dan pada daerah sentra pengembangan baru yang diharapkan dapat

menambah areal produksi dan pemerataan produksi bulanan melalui penerapan

teknologi budidaya dan pascapanen yang baik/ ter-standar.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 477

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Laporan ini digunakan sebagai acuan bagi petugas pusat dan daerah dalam

mengevaluasi pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015 untuk pengembangan cabai

dimusim kering/kemarau dan bawang merah

2.2. Sasaran

Sasarannya adalah kegiatan APBN-P 2015 terlaksana secara efektif dan efisien.

3. Masukan/ Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 138.054.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 75.250.000,-

3.3. Data dan Informasi : Data dan informasi tentang laporan pelaksanaan kegiatan

pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering dari seluruh

provinsi/kab/kota penerima APBN-P 2015.

3.4. Sumber Daya Manusia : Sumber Daya Manusia (petugas pusat, daerah dan

instansi terkait).

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut :

4.1. Berupa biaya akomodasi dan konsumsi penyusunan laporan kegiatan

pengembangan cabai dan bawang di musim kering.

4.2. Berupa perjalanan pelaksanaan penyusunan laporan kegiatan pengembangan

cabai dan bawang di musim kering pada tanggal 28-30 Desember 2015 di Bogor.

5. Keluaran/Output

Terlaksananya perjalanan pelaksanaan penyusunan laporan kegiatan pengembangan

cabai dan bawang di musim kering pada tanggal 28-30 Desember 2015 di Bogor.

6. Hasil/Outcome

Tersedianya Laporan Kegiatan Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di Musim

Kering.

7. Manfaat/Benefit

Petugas pusat dan daerah mendapatkan informasi tentang perkembangan dan

kemajuan pelaksanaan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 478

8. Dampak / Impact

Informasi-informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring/evaluasi

keberhasilan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Laporan kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering dapat

memberikan informasi dan pengetahuan bagi petugas/petani/pelaku usaha antara

lain di daerah mana saja yang telah berhasil dalam penerapan teknologi budidaya

cabai dan bawang merah di musim kering.

9.2. Saran

Perlunya sosialisasi kepada petugas/pelaku usaha/petani mengenai informasi-

informasi yang berkaitan dengan perkembangan pelaksanaan dan penerapan

teknologi budidaya cabai dan bawang merah di musim kering.

1771. 012.001. PEMBINAAN PENGEMBANGAN TANAMAN SAYURAN DAN TANAMAN

OBAT

011 PERSIAPAN (IDENTIFIKASI/ KOORDINASI)

PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN

KAWASAN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT

Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi perencanaan pengembangan kawasan sayuran

dan tanaman obat ke Bogor, Palembang, Banjarmasin, Palangkaraya, Depok, Bandung, dan

Sumedang.

PERJALANAN MENGHADIRI RAPAT KOORDINASI

Perjalanan menghadiri rapat koordinasi/ undangan telah dilaksanakan ke Kementerian

Kesehatan dan Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian.

PERJALANAN MENGHADIRI PERTEMUAN

Perjalanan menghadiri pertemuan tidak digunakan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 479

PERJALANAN MENGHADIRI PERTEMUAN/KOORDINASI DALAM RANGKA

PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN JAMUR

Perjalanan menghadiri pertemuan/ koordinasi dalam rangka pengembangan tanaman obat

dan jamur telah dilaksanakan ke Kabupaten/ Kota Bogor.

012 PELAKSANAAN (PERTEMUAN, WORKSHOP, SOSIALISASI, PEMBINAAN)

APRESIASI TEKNOLOGI PASCAPANEN SAYURAN

1. Latar Belakang

Produk sayuran merupakan komoditas yang perishable dan masih mengalami proses

hidup (fisiologis) setelah panen. Proses fisiologis tersebut mengakibatkan perubahan-

perubahan yang menjurus pada kerusakan atau kehilangan hasil. Perubahan setelah

panen dan pascapanen tidak dapat dihentikan, namun dapat diperlambat sampai batas

tertentu. Untuk mengurangi kehilangan atau kerusakan hasil, beberapa hal yang harus

diperhatikan adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan,

serta menggunakan teknologi penanganan pascapanen yang benar, diantaranya

pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan

dan mempertahankan kesegaran produk pada tingkat paling optimal.

Guna mencapai hal tersebut, diperlukan upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan

dan perubahan pemahaman petugas dan pelaku usaha baik pusat maupun daerah

tentang penerapan prinsip teknologi pascapanen sayuran yang baik. Peningkatan

pengetahuan dan keterampilan tersebut akan dilaksanakan melalui apresiasi teknologi

pascapanen sayuran bagi petugas dan pelaku usaha sayuran khususnya yang

menangani / mengelola bangsal pascapanen (packing house). Melalui kegiatan tersebut

diharapkan penguasaan teknologi pascapanen sayuran oleh petugas dan pelaku usaha

meningkat, dapat disebarluaskan kepada pelaku usaha sayuran lainnya sehingga

kehilangan/kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin, mempertahankan mutu

produk sayuran, memperpanjang umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan

pendapatan pelaku usaha sayuran.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Melakukan transfer teknologi pascapanen sayuran dari para pakar dan peneliti di

bidang pascapanen sayuran kepada peserta kegiatan apresiasi teknologi sayuran.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 480

2.2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah petugas, petani/pelaku usaha sayuran dapat

menerapkan penanganan pascapanen sayuran dengan baik.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 101.348.500-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 99.544.500,-.

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi

pascapanen sayuran dan penanganan sayuran di bangsal pascapanen.

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Apresiasi Teknologi

Pascapanen Sayuran diberikan sarana penunjang berupa jaket dan topi lapang

kepada para peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Apresiasi Teknologi Pascapanen Sayuran dilaksanakan di BLPP Lembang,

Bandung Barat dengan rincian sebagai berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang, dokumentasi dan

pelaporan kegiatan.

4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber, honor narasumber non

PNS dan honor moderator dalam rangka Apresiasi Teknologi Pascapanen

Sayuran.

4.3. Belanja Sewa digunakan untuk sewa kendaraan roda 6 untuk kunjungan lapang

pada kegiatan Apresiasi Teknologi Pascapanen Sayuran.

4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk biaya

perjalanan dan akomodasi peserta kegiatan Apresiasi Teknologi Pascapanen

Sayuran.

5. Keluaran/Output

5.1 Dilaksanakan tanggal 4 – 8 Agustus 2015.

5.2 Peserta berjumlah 45 orang yang terdiri dari narasumber, petugas pusat, instansi

terkait dan pelaku usaha. Narasumber dari Universitas Padjadjaran Bandung,

Balitsa, Gapoktan Mekar Tani Jaya, Lembang; peserta terdiri dari petugas dan

pelaku usaha yang menangani pascapanen sayuran dari 13 kota/kabupaten

sentra produksi sayuran yaitu Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cianjur,

Garut, Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Sukabumi, Boyolali, Mataram, Pati,

Lampung Selatan, dan Kepahiang, serta petugas Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 481

Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

a. Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman

Obat, yang disampaikan Kasubdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan

Umbi.

b. Teknologi Pascapanen Sayuran yang disampaikan oleh Prof. Dr. Carmencita

Tjahjadi, Pakar Teknologi Pascapanen.

c. Succes Story Gapoktan Mekar Tani Jaya yang disampaikan oleh Ir. Doyo

Mulyo Iskandar, ketua Gapoktan MTJ.

d. Penanganan Panen dan Pascapanen Sayuran yang disampaikan oleh Dr. Ali

Asgar, MS. peneliti Balai Penelitian Sayuran.

e. Capacity Building Kelompok tani sayuran oleh Ir. AG. Purwanto Edi,

motivator.

f. Standardisasi Mutu Pascapanen Sayuran dari tim Gapoktan Mekar Tani Jaya.

g. Kendala, Peluang, Struktur Biaya dan Penyebab Fluktuasi Harga Tanaman

Sayuran yang disampaikan oleh Ir. Doyo Mulyo Iskandar.

h. Praktek Penanganan Pascapanen Sayuran di Bangsal Pascapanen Sayuran

oleh Tim Gapoktan Mekar Tani Jaya.

6. Hasil/Outcome

Petugas pembina, petani dan pelaku usaha dari sentra poduksi tanaman sayuran

mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam teknologi penanganan

pascapanen tanaman sayuran.

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya penerapan teknologi pascapanen sayuran di tingkat petani.

8. Dampak/Impact

Peningkatan mutu, daya saing dan aman konsumsi pada produk tanaman sayuran,

sehingga dapat menambah pendapatan dan kesejahteraan petani.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Kuantitas dan kualitas sayuran yang dihasilkan oleh petani ditunjang oleh

penanganan pascapanen sayuran dari lapangan hingga ke tangan konsumen.

Kehilangan pascapanen sayuran yang tinggi dapat dicegah dengan

penanganan pascapanen yang baik, sehingga kesejahteraan petani akan

meningkat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 482

b. Apresiasi Teknologi Pascapanen Sayuran sangat bermanfaat bagi peserta

sebagai wahana edukasi, saling tukar informasi dari pengalaman di antara

peserta khususnya dalam bidang pascapanen sayuran, sehingga kegiatan ini

masih perlu dilakukan pada tahun-tahun mendatang.

9.2. Saran

a. Pelaku usaha sayuran harus berusaha merubah kebiasaan penanganan

pascapanen dan tampilan produk yang kita jual, menjadi lebih baik lagi agar

mampu bersaing di pasaran. Selain itu, pelaku usaha harus mengarah ke

pasar yang lebih baik. Saat ini pasar di kita sangat luas, jangan membidik

dulu pasar luar negeri, untuk DKI dan Jabar, masih terbuka peluang. Banyak

daerah yang merupakan sentra sayuran tetapi masih dipasok daerah lain.

Berarti ada peluang untuk diisi oleh produk lokal.

b. Para pelaku usaha diharapkan terus berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten

untuk memperoleh informasi program dari pemerintah yang dapat

memfasilitasi sarana prasarana yang dibutuhkan kelompoktani (packing

house, cold storage, alsintan, sarana budidaya, peningkatan SDM, dsb).

c. Untuk melanjutkan komunikasi dan membangun jejaring akan dibentuk group

melalui jejaring sosial bagi para peserta kegiatan

KONSOLIDASI PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN SAYURAN

1. Latar Belakang

Dalam membangun sistem agribisnis hortikultura, pemberdayaan kelembagaan usaha

perlu diperhatikan, karena tanpa didukung oleh kelembagaan usaha, maka pelaksanaan

kegiatan tidak akan berhasil. Kelembagaan usaha petani yang handal perlu memiliki

kemampuan untuk mengelola usahataninya secara mandiri dan professional sehingga

produk yang dihasilkan memiliki daya saing, baik di pasar lokal maupun ekspor.

Selama ini faktor kelembagaan agribisnis merupakan salah satu titik lemah, baik karena

kemampuan yang belum memadai, namun sering juga data dan informasi

keberadaannya tidak akurat.

Kelembagaan usaha dikembangkan seiring dengan semakin meningkatnya skala usaha

dan jejaring kerjasama antar pelaku usaha, oleh karena itu pemberdayaan

kelembagaan agribisnis merupakan faktor kegiatan untuk menciptakan kelembagaan

yang responsif, dinamis dan berkelanjutan. Pengembangan kemandirian pelaku usaha

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 483

menjadi prioritas untuk mempersiapkan para pelaku usaha sayuran dan tanaman obat

yang tangguh.

Melalui kegiatan Konsolidasi Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran ini dapat

memfasilitasi pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/ Assosiasi /

koperasi dan kelembagaan lainnya untuk dapat berkonsolidasi dalam pemberdayaan

kelembagaan yang kuat dan tangguh serta berperan sesuai fungsinya, sehingga dapat

di rasakan manfaatnya oleh anggota dalam berorganisasi sesuai fungsinya.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Memfasilitasi para pelaku usaha/kelompoktani/Gapoktan/Assosiasi/Koperasi

dalam mengkonsolidasikan kelembagaan yang kuat khususnya yang bergerak

dalam budidaya dan pascapanen sayuran.

2.2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah petugas /pelaku usaha /kelompoktani / Gapoktan

/ Assosiasi /Koperasi dan kelembagaan lainnya yang bergerak dalam budidaya

dan pascapanen sayuran.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 53.000.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 48.900.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Referensi dan masukan dari berbagai pemangku

kepentingan, khususnya pengetahuan tentang pengelolaan kelembagaan sayuran

yang tepat.

3.4. Sarana Penunjang : Untuk menunjang terlaksananya kegiatan Konsolidasi

Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran kepada narasumber dan seluruh peserta

diberikan sarana penunjang berupa tas untuk penunjang kegiatan.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Konsolidasi Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran dilaksanakan di Hotel

Grand Cempaka, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, dengan rincian sebagai

berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang.

4.2. Belanja Jasa Profesi dibutuhkan untuk honor narasumber dan honor moderator

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota dibutuhkan untuk perjalanan

dalam rangka pelaksanaan kegiatan, serta akomodasi dan konsumsi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 484

5. Keluaran/Output

Terselenggaranya pertemuan Konsolidasi Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran yang

melibatkan petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/

Assosiasi / koperasi dan kelembagaan lainnya.

6. Hasil/Outcome

Hasil dari kegiatan ini adalah terbentuknya kelembagaan sayuran di sentra produksi

sayuran dan terfasilitasinya konsolidasi kelembagaan antara petugas, pelaku usaha /

kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/ Assosiasi / koperasi dan kelembagaan

lainnya.

7. Manfaat/Benefit

Terjalinnya komunikasi dan konsolidasi yang solid antara petugas, pelaku usaha /

kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/ Assosiasi / koperasi dan kelembagaan

lainnya di bidang agribisnis sayuran.

8. Dampak/Impact

Terwujudnya kelembagaan usaha sayuran yang tangguh.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Kelembagaan petani sangat penting keberadaannya agar usaha tani yang

dilakukan dapat berkembang secara lebih baik yang memungkinkan

meningkatnya pendapatan petani sehingga kesejahteraan petani turut

meningkat.

b. Kelembagaan petani/pelaku usaha yang kuat sangat dibutuhkan, agar petani

Indonesia mampu menghadapi Pasar Bebas ASEAN.

c. Perlu dilakukan penjajakan kerjasama antara sesama pelaku

usaha/kelompoktani/ gapoktan baik pada tingkat on farm maupun off farm

antar wilayah di Indonesia.

d. Usaha agribisnis kelompoktani/gapoktan perlu terus dikembangkan dengan

menginisiasi dibentuknya koperasi yang dapat memberikan tambahan

keuntungan bagi pelaku usaha.

9.2. Saran

a. Perlu pembinaan terhadap pelaku usaha oleh petugas dinas pertanian

setempat agar pelaku usaha dapat bekerjasama dalam sebuah wadah

kelembagaan berupa kelompoktani/gapoktan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 485

b. Perlu dorongan, dukungan dan pembinaan terhadap kelompoktani yang

sudah ada agar terus dapat mengembangkan kelembagaannya menjadi

sebuah badan usaha sehingga ke depannya mampu bersaing dalam Pasar

Bebas ASEAN. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan cara sering

bertukar ilmu dan pengalaman kepada kelompoktani yang sudah lebih maju

dalam mengelola usaha kelompoktaninya.

c. Perlu dorongan kepada kelompoktani dan gapoktan untuk melakukan

kerjasama yang saling menguntungkan baik on farm maupun di off farm.

Dorongan yang dilakukan diawali dengan membentuk jejaring kelembagaan

dalam sebuah wadah (kelompok) media sosial yang dapat dapat saling

bertukar informasi terkait dengan agribisnis.

d. Perlu pembinaan kepada kelompoktani/gapoktan untuk mengembangkan

lebih lanjut usaha taninya dengan membentuk koperasi. Perlu upaya

menjembatani para pelaku usaha dengan Dinas Koperasi dan UMKM provinsi

dan kabupaten kota di wilayah masing-masing.

KONSOLIDASI KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN SUMATERA (KASS)

1. Latar Belakang

Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera merupakan forum yang dibentuk untuk

mendorong pertumbuhan agribisnis sayuran di wilayah Sumatera, mengingat geografis

Sumatera yang dekat dengan pasar seperti Singapura, Malaysia.

Adanya kerjasama Indonesia – Malaysia – Singapura (IMS – GT) merupakan peluang

pasar sayuran Indonesia terhadap provinsi-provinsi yang terletak di Kepulauan

Sumatera, karena letak geografis yang sangat memungkinkan sebagai pemasok utama.

Forum Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Riau dan Kepulauan Riau) diharapkan

dapat mengembangkan sayuran baik dari aspek peningkatan produksi, pascapanen,

pengangkutan dan pemasaran.

Untuk itu perlu adanya koordinasi antar provinsi di wilayah tersebut agar petugas

maupun pelaku usaha sayuran mampu merespon dan memanfaatkan kerjasama

ekonomi, meningkatkan produksi sayuran yang sesuai dengan agroklimat dan

permintaan pasar khususnya untuk mengisi peluang ekspor ke Singapura, mendorong

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 486

berkembangnya kawasan usaha sayuran yang berwawasan lingkungan, networking

serta mengembangkan sistem jaminan mutu dan kelembagaan sertifikasi.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi pertemuan antara petugas

dan pelaku agribisnis sayuran di wilayah Sumatera.

2.2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini meningkatkan intensitas kerjasama yang telah terjalin di

antara para pelaku agribisnis sayuran di wilayah Sumatera untuk lebih

memantapkan jaringan agribisnis sayuran yang sudah ada.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 163.984.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 77.334.100,-.

3.3. Informasi Teknologi : Referensi dan masukan dari berbagai pemangku

kepentingan, khususnya pengetahuan tentang Pengelolaan Panen, Pascapanen,

dan Packing house sayuran yang tepat sangat diperlukan agar dapat dihasilkan

produk sayuran yang bermutu tinggi, aman konsumsi serta kerusakan hasil yang

rendah.

3.4. Sarana Penunjang : Untuk menunjang terlaksananya kegiatan Konsolidasi

Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS) kepada narasumber dan seluruh

peserta diberikan sarana penunjang berupa tas untuk penunjang kegiatan.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Konsolidasi Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS) dilaksanakan di

Aceh dengan rincian sebagai berikut:

4.1. Belanja bahan pada kegiatan ini digunakan untuk pengadaan sarana penunjang.

4.2. Belanja jasa profesi digunakan untuk honor narasumber dan honor moderator.

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk perjalanan

dalam rangka pelaksanaan kegiatan, serta akomodasi dan konsumsi.

5. Keluaran/Output

Terselenggaranya pertemuan Konsolidasi Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera

(KASS) yang melibatkan petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan dan forum

KASS di wilayah Sumatera.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 487

6. Hasil/Outcome

Hasil dari kegiatan ini adalah terfasilitasinya konsolidasi kelembagaan antara petugas,

pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan dan forum KASS di wilayah Sumatera dalam

meningkatkan agribisnis sayuran.

7. Manfaat/Benefit

Terjalinnya komunikasi dan konsolidasi yang solid antara petugas, pelaku usaha /

kelompok tani / Gapoktan dan forum KASS di wilayah Sumatera dalam meningkatkan

agribisnis sayuran.

8. Dampak/Impact

Meningkatnya pertumbuhan agribisnis sayuran di kawasan Sumatera, sehingga

mendorong peningkatan volume ekspor sayuran.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Kegiatan konsolidasi agribisnis sayuran Sumatera sangat penting guna

meningkatkan pengetahuan dan wawasan petugas dan pelaku usaha sayuran

dalam menyiapkan produk yang berkualitas dan memiliki daya saing produk

sayuran, khususnya di wilayah Sumatera yang memiliki lokasi strategis untuk

pasar ekspor.

b. Kegiatan ini juga menjadi ajang koordinasi dan konsolidasi forum kawasan

agribisnis sayuran Sumatera sebagai wadah kerjasama dan networking bisnis

bagi pelaku usaha sayuran dan pihak terkait lainnya.

c. Pada pertemuan ini, terjadi sharing pengalaman dari pelaku usaha yang telah

sukses dalam pemasaran produk sayuran baik pasar domestik maupun

ekspor, dan terjalin kontak bisnis antara pelaku usaha sayuran dalam

pemasaran produk sayuran.

9.2. Saran

Dibutuhkan kegiatan serupa di daerah lain untuk meningkatkan aplikasi

penanganan pascapanen sayuran di lapangan serta sebagai sarana komunikasi

antar pelaku usaha sayuran dan para stakeholder.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 488

KOORDINASI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN JAMUR MENDUKUNG POKJANAS

JAMINDO

1. Latar Belakang

Agribisnis hortikultura semakin menunjukkan prospek yang baik di Indonesia. Dengan

semakin terbukanya pangsa pasar untuk produk hortikultura dan fasilitas kemudahan

arus investasi untuk menembus berbagai wilayah/daerah sehingga komoditas

hortikultura khususnya sayuran terutama jamur dituntut semakin menunjukkan mutu,

harga yang bersaing serta kemudahan untuk mendapatkannya di pasaran (kontinuitas

produksi).

Tuntutan pasar terhadap jamur yang bermutu, aman konsumsi dan berdaya saing ini

perlu mendapa perhatian dari berbagai stakeholder yang terlibat dalam pengembangan

jamur tidak hanya dukungan dari Kementerian Pertanian Pusat dan Daerah tetapi juga

didukung oleh institusi penelitian dan pengembangan dari Kementerian dan Non

Kementerian seperti Menristek, LIPI, BPPT serta lembaga riset yang ada institusi

pendidikan tinggi baik berupa bimbingan, pembinaan, pendampingan, inovasi dan alih

teknologi terapan, fasilitasi sarana prasarana budidaya dan pascapanen, fasilitasi

kemitraan yang dapat memadukan kerjasama yang saling menguntungkan antara

petani dan pelaku usaha meupun koordinasi pengembangan usaha yang terarah pada

pengidentifikasian potensi jamur di Indonesia.

Saat ini kelembagaan di bidang agribisnis jamur berupa kelompok, asosiasi,

penghimpunan masyarakat, paguyuban, forum, dan lainnya terdapat dalam jumlah yang

banyak, namun sebagian besar keberadaannya masih kurang efektif dan produktif.

Kelembagaan yang didirikan belum berorientasi pada keuntungan bersama (profit)

tetapi masih bersifat kelembagaan tradisional dan kepentingan perorangan (personal).

Disamping itu kemitraan petani dengan pelaku usaha belum terjalin secara

berkelanjutan dan cenderung tidak berpihak pada petani.

Kondisi ironis yang terjadi perlu disikapi diantaranya dengan melakukan pertemuan

koordinasi pengembangan kelembagaan jamur untuk mendorong pengembangan

agribisnis jamur di Indonesia dan menciptakan iklim kemitraan yang tangguh.

Pertemuan ini rencananya akan dipadukan dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh

Kelompok Kerja Nasional Jamur Indonesia (POKJANAS JAMINDO) dalam bentuk

Seminar Internasional sehari.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 489

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Memfalisitasi koordinasi antara petugas, pelaku usaha dan unsur-unsur

kelembagaan jamur.

b. Menjembatani komunikasi dan mengalirnya hasil penelitian kepada

masyarakat pemerhati jamur.

2.2. Sasaran

Petugas, pelaku usaha, praktisi, peneliti, mahasiswa, dan masyarakat jamur

terkait pengembangan jamur.

3. Masukan/Output

3.1. Anggaran sebesar Rp. 80.300.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 77.783.100

3.3. Sumber Daya Manusia (Petugas, Petani, Pelaku Usaha).

3.4. Informasi tentang kelembagaan pengembangan jamur di wilayah Indonesia dan

negara pembudidaya jamur (Asia).

4. Pelaksanaan Kegiatan

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang berupa seragam

batik dan goodie bag berisi sabun jamur, soto jamur instan, ballpoint, note book,

minuman jamur (bera lemon) sebanyak 73 buah.

4.2. Belanja Jasa Profesi dibutuhkan untuk honor narasumber dan honor moderator

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota dibutuhkan untuk perjalanan

dalam rangka pelaksanaan kegiatan dan pertemuan kegiatan.

5. Keluaran/ Output

5.1. Kegiatan koordinasi pengembangan jamur mendukung Pokjanas Jamindo dalam

bentuk Seminar Internasional sehari, dilaksanakan di IICC (IPB International

Convention Center) Bogor, pada tanggal 10 Nopember 2015

5.2. Peserta yang hadir berjumlah 73 orang berasal dari Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI), Petugas Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten/

Kota (Jawa Barat, Karawang, Indramayu, Bandung), Perguruan Tinggi (IPB, ITB,

UNPAD, UI, UNSOED, UNAS), BPPT, Pelaku Usaha (MAJI, APJI, Indo-

Evergreen, CV Asa Agro)

5.3. Narasumber berasal dari Jepang, Malaysia, dan Indonesia (IPB dan LIPI),

dengan rincian materi : The Development Mushroom in Malaysia (Mrs. Suhana

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 490

Safari); Recent research about mushroom cultivation technology in Japan

(Norihiro Shimomura); Role of Substrates on Mushroom Cultivation (Prof.m Lisdar

I Sudirman); Potency of wild edible mushroom as a food stuffin Indonesia (Dr.

Atiek Retnowati).

6. Hasil/Outcome

Terpadu dan terintegrasinya program dan kegiatan antara Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota serta institusi terkait lainnya dalam melaksanakan pengelolaan

pengembangan kawasan jamur di Indonesia.

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu dan daya saing produk jamur.

8. Dampak/Impact

Berkembangnya kawasan jamur sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Untuk mengatasi permasalahan utama yang menjadi kendala dalam

pengembangan kelembagaan jamur, adalah dengan melakukan sinergi dan

koordinasi antara aspek penelitian, pengembangan dan pembinaan serta

kelembagaan yang belum terjalin dengan baik. Berbagai hasil dan inovasi

teknologi budidaya, pascapanen dan pengolahan belum terinformasikan ke

pelaku usaha jamur secara baik.

b. Permintaan jamur di Malaysia meningkat seiring dengan peningkatan jumlah

penduduk. Permintaan yang lebih tinggi untuk semua kategori; produk

berbasis segar, kering, dan olahan berbahan baku jamur. Jamur tiram sangat

diminati oleh masyarakat luas, sedangkan shiitake dan jamur kancing banyak

digunakan oleh industry restoran makanan/perhotelan. Hal ini dapat dijadikan

peluang bagi petani jamur di Indonesia untuk meningkatkan jumlah produksi,

mutu dan kualitas jamur yang berkembang di Indonesia, seperti jamur tiram

dan kuping yang banyak di produksi.

c. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang ada 2 budidaya jamur yang

dihasilkan yaitu budidaya bibit jamur yang disemai dan di inokulasi di bagian

akar pohon pinus dan budidaya jamur shiitake dengan media kayu. Hal ini

dapat dijadikan referensi bagi petani di Indonesia bahwa budidaya jamur tidak

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 491

hanya dapat menggunakan serbuk kayu atau kompos, dapat juga

menggunakan bibit yang disemai dan media kayu.

9.2. Saran

a. Untuk meningkatan produksi dan mutu, perlu dilakukan pembinaan dan

penerapan GAP, GHP dan SOP serta SL-GAP dan SL-GHP bagi petani

secara intensif.

b. Penyebaran kawasan sentra produksi ke beberapa daerah baru potensial.

c. Penanganan produksi dalam skala luas dan fasilitasi bantuan sebagai

pengungkit/stimulant.

d. Pembinaan dan fasilitasi budidaya di tingkat poktan dan gapoktan serta

pascapanen pada gapoktan, pengelola bangsal pascapanen, asosiasi dan

koperasi.

e. Koordinasi dengan instansi terkait secara intensif dan peningkatan

kapabalitas SDM.

f. Penguatan akses permodalan (PUAP, PMD, CSR, dll).

SIMPOSIUM TEMULAWAK INTERNASIONAL KE 3

1. Latar Belakang

Upaya melestarikan dan meningkatkan pemanfaatan jamu di Indonesia telah menjadi

perhatian pemerintah. Pada tanggal 4 Maret 2008 dicanangkan Jamu Brand Indonesia

oleh berbagai pihak baik dari pelaku usaha, pemerintah, budayawan, sejarawan, media,

peneliti, dan akademisi melalui workshop yang diprakarsai dan difasilitasi oleh

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI (Kemenko Perekonomian). Pada

tanggal 27-28 Mei 2008, Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor bekerja sama

dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator

Bidang Kesejahteraan Masyarakat (Kemenko Kesra), Kementerian Pertanian

(Kementan), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI (BPOM), Universitas Yonsei Korea, Gabungan Pengusaha Jamu (GP

Jamu) dan Universitas Pakuan, telah mengadakan kegiatan The First International

Symposium on Temulawak di IPB International Convention Center (IICC), yang

pembukaannya dilakukan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono di Istana

Negara, bersamaan dengan Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 492

Sebagai tindak lanjut dari Simposium Temulawak Internasional ke-1 (2008) dan

Simposium Temulawak Internasional ke-2 (2011), telah diselenggarakan Simposium

Temulawak Internasional ke-3 pada tanggal 1-3 September 2015 di IPB International

Convention Centre (IICC) Bogor, yang bertemakan ”Harmonization of science,

technology, and culture of Temulawak and potential plants utilization to accelerate jamu

industrialization”. Simposium ini diselenggarakan atas kerjasama antara Pusat Studi

Biofaramka, Institut Pertanian Bogor dengan beberapa Kementerian terkait, antara lain

Kemenko Bidang Perekonomian RI; Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan

Kebudayaan RI; Kemenkes RI; Kementan RI; Kementerian Perindustrian; GP Jamu;

Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI; dan Kemenperindag.

Selain seminar dan workshop, juga diselenggarakan pameran berupa hasil-hasil

penelitian jamu, dan pengobatan berbasis jamu, lomba penulisan artikel jamu di blog,

dan lomba penulisan artikel jamu untuk koran atau majalah ilmiah populer untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat umum serta memberikan kesadaran pada

masyarakat mengenai pentingnya Jamu Brand Indonesia. Kegiatan Workshop

Kemometrik dan Metabolomik diharapkan dapat menjadi pemicu untuk meningkatkan

pemahaman penggiat industri berbahan baku tumbuhan obat.

Dalam rangka mendukung Simposium Temulawak Internasional ke-3, Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat turut berpartisipasi dan

berkontribusi dalam penyelenggaraan pameran produk tanaman obat dengan

melibatkan petani/pelaku usaha tanaman obat.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Mensosialisasikan kemajuan pengembangan industri berbahan baku

tumbuhan obat khususnya temulawak dan meningkatkan pemahaman serta

penggunaan jamu kepada masyarakat Indonesia dan juga masyarakat dunia.

b. Sebagai media pertemuan dan pertukaran informasi antara peneliti, pelaku

usaha dan stake holder lainnya.

c. Sebagai sarana sosialisasi dan identifikasi tingkat pemahaman masyarakat

umum mengenai jamu.

2.2. Sasaran

Praktisi Tanaman Obat, Akedemisi, Peneliti, Mahasiswa, Industri Jamu

Petani/Kelompoktani/Gapoktan dan Masyarakat Umum.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 493

3. Masukan/Output

3.1. Anggaran sebesar Rp. 59.000.000,- .

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 58.443.400,-.

3.3. Sumber Daya Manusia (Petugas, Petani, Pelaku Usaha).

3.4. Data/ Informasi tentang pengembangan industri berbahan baku tumbuhan obat

khususnya temulawak.

4. Pelaksanaan Kegiatan

4.1. Belanja Bahan

Sarana pendukung pameran dalam rangka pelaksanaan Simposium Temulawak

Internasional ke-3, berupa seragam panitia berjumlah 10 orang, bahan pameran

terdiri: tanaman obat 43 jenis, rimpang segar 10 jenis, simplisia daun dan rimpang

20 jenis, dan produk olahan berupa minuman instan 7 jenis.

4.2. Belanja Sewa

Sewa stand dalam rangka kerjasama mendukung Simposium Temulawak

Internasional ke-3berjumlah 2 unit.

4.3. Belanja Perjalanan Biasa

Perjalanan dalam rangka dukungan kerjasama pelaksanaan symposium

temulawak internasional ke-3 berjumlah 12 OP.

5. Keluaran/Output

5.1. Penyelenggaraan pameran tanaman obat dilaksanakan pada tanggal 1 - 3

September 2015, bertempat di Ballroom IPB International Convention Centre (IIC)

Bogor. Stand yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Hortikultura sebanyak 2

unit dengan ukuran 2 x 3 meter.

5.2. Stand pameran Ditjen Hortikultura diisi oleh petani dan pelaku usaha tanaman

obat yang berasal dari Gapoktan Kemuning Jaya, Kabupaten Sukabumi;

Kelompok Tani Mukti Cidolok, Sukabumi; Kelompoktani Sari Sehat Kab. Bogor;

Rumah Toga Lestari., Tangerang.

5.3. Bahan dan materi yang dipamerkan dalam stand Direktorat Jenderal Hortikultura

dalam kegiatan pameran, antara lain display tanaman obat; rimpang segar;

simplisia tanaman obat; produk kesehatan dan minuman welcome drink (secang

dan beras kencur, kunyit asam).

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 494

6. Hasil/Outcome

Terpadu dan terintegrasinya program dan kegiatan terkait tanaman obat terutama

temulawak antar instansi terkait tanaman obat (IPB, Pusat Studi Biofarmaka,

B2P2TOOT Tawangmangu, dan Pelaku usaha).

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu dan daya saing tanaman obat.

8. Dampak/Impact

Berkembangnya kawasan tanaman obat di sektor hulu dan industri jamu di sektor hilir.

APRESIASI BUDIDAYA JAMUR

1. Latar Belakang

Keunggulan yang dimiliki Indonesia dalam pengembangan agribisnis jamur diantaranya

adalah ketersediaan daerah yang memiliki iklim kondusif untuk pertumbuhan jamur yang

mampu menghasilkan jamur dengan produktivitas dan kualitas yang tinggi, ketersediaan

bahan baku yang dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur, tersedianya tenaga

kerja yang relatif banyak dan murah, potensi pasar domestik yang cukup besar karena

jumlah penduduk Indonesia besar banyak serta potensi pasar ekspor yang belum

tergarap secara optimal.

Di lain pihak kegiatan budidaya jamur ramah lingkungan masih kurang diperhatikan oleh

petani/pelaku usaha, karena lebih terfokus pada usaha budidaya untuk meningkatkan

produksi. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan

petani dalam penguasaan teknologi budidaya jamur sesuai GAP/SOP dan belum

memadainya dukungan sarana prasarana pascapanen yang dibutuhkan petani.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani terkait

dengan budidaya jamur yang baik, maka diperlukan adopsi teknologi. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur

kepada pelaku usaha yang telah menerapkan teknologi budidaya jamur yang baik dan

sudah memiliki sarana prasarana pascapanen yang memadai, sehingga diharapkan

petani dapat mengadopsi teknologi yang telah diperoleh selama kegiatan berlangsung

serta dapat mensosialisasikannya kepada petani/pelaku usaha serta pemangku

kepentingan di daerahnya masing-masing.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 495

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan apresiasi budidaya jamur adalah meningkatkan pengetahuan dan

wawasan petani tentang perbenihan dan budidaya jamur yang baik.

2.2. Sasaran

Petani dapat mengadopsi dan menerapkan teknologi budidaya jamur yang baik

sehingga tersedia jamur sesuai mutu dipersyaratkan pasar domestik dan pasar

internasional.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 118.983.000.-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 116.746.000.-

3.3. Informasi Teknologi : Referensi dan masukan dari berbagai pemangku

kepentingan, khususnya pengetahuan tentang pengembangan jamur yang tepat.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur dilakukan oleh Direktorat Budidaya

dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

4.1. Belanja Bahan

Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur

diberikan 1) sarana penunjang berupa tas dan kaos diberikan kepada narasumber

dan peserta; 2) sarana pendukung berupa sarana praktek untuk membuat kultur

jaringan benih jamur tiram dan merang yang dilakukan di ITB diantaranya benih

F1 dan F2 jamur merang dan jamur tiram, gabah, serbuk gergaji, alkohol 70% dan

lain-lain.

4.2. Belanja Sewa

Dilaksanakan untuk membayar sewa kendaraan saat melakukan kunjungan

lapang pada kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur.

4.3. Belanja Jasa Profesi

Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan

Apresiasi Budidaya Jamur.

4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan pelaksanaan

Apresiasi Budidaya Jamur dan Akomodasi dan konsumsi saat pelaksanaan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 496

5. Keluaran/Output

5.1. Kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur dilaksanakan selama 3 hari, mulai tanggal 18

– 20 Agustus 2015 dalam bentuk pertemuan di Bandung dan kunjungan lapang

dilakukan ke Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati – ITB Bandung. Narasumber

yang menyampaikan materi pada pertemuan ini adalah:

a. Ir. Muning Ekowati, M.Si dari Direktorat Perbenihan Hortikultura

b. Iwan Ruswandi, SP. dari BPSBTPH Provinsi Jawa Barat

c. Dr. I Nyoman P. Aryantha dari ITB Bandung

d. Dr. Meksy Dianawati, SP., M.Si. dari BPTP Provinsi Jawa Barat

5.2. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan Temu Teknologi Budidaya Tanaman

Obat adalah:

a. Kebijakan Pengembangan Perbenihan Jamur

b. Penilaian Proses Produksi Benih Jamur

c. Perbenihan Jamur

d. Pengembangan Budidaya Jamur Tiram dan Jamur Merang

e. Pada saat kunjungan lapang, dilakukan praktek pembuatan benih jamur

dalam upaya peningkatan kualitas benih untuk berbudidaya jamur yang baik

di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati-ITB dijelaskan oleh Bapak Tedy

Dermawan.

6. Hasil/Outcome

Tersosialisasinya inovasi teknologi budidaya kepada 45 orang petugas dan pelaku

usaha dalam upaya peningkatan produksi dan mutu jamur di sentra produksi jamur

Jawa Barat

7. Manfaat/Benefit

Petani dan pelaku usaha dapat memahami dan menerapkan teknologi budidaya jamur

dalam usaha agribisnisnya.

8. Dampak/Impact

Meningkatkan kualitas hasil budidaya jamur dan pendapatan pelaku usaha jamur.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Faktor keberhasilan dalam perbenihan jamur pangan adalah Varietas yang

unggul; Pengetahuan biologi jamur; Skill motorik (teknis) mikrobiologi; Sarana

dan prasarana; dan Standarisasi Proses.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 497

b. Dalam proses pembuatan benih jamur proses fermentasi dan sterilisasi

memegang factor utama dalam keberhasilan ataupun kegagalan pembenihan,

karenanya perlu sangat diperhatikan oleh petani yang berkeinginan menjadi

penangkar benih jamur.

c. Produksi jamur yang tinggi dapat diperoleh apabila bibit dan media yang

digunakan berkualitas, kondisi steril, dan syarat tumbuh yang dibutuhkan

jamur dipenuhi. Nutrisi diperlukan sebagai sumber karbon, nitrogen, vitamin,

dan mineral. Kebutuhan nutrisi tersebut dapat dipenuhi dari media tanam.

Lingkungan tumbuh yang berpengaruh terhadap jamur adalah suhu,

kelembaban udara, cahaya, pH, dan kandungan CO2 dan O2.

9.2. Saran

a. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan industri perbenihan jamur

secara nasional melalui penguatan SDM perbenihan jamur (penangkar,

petani, asosiasi, pelaku bisnis, institusi pemerintah dan perguruan tinggi,

peneliti, laboran, teknisi lapangan, penyuluh dan pengawas benih) dan

sarana prasarana (laboratorium dan lapangan) serta permodalan;

b. Penguatan kelembagaan kelompok penangkar ditempuh melalui upaya

kemitraan dengan swasta yang sekaligus dapat berfungsi sebagai

penjaminan pasar terhadap produk benih bermutu yang dihasilkannya.

TEMU TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN OBAT

1. Latar Belakang

Peningkatan peran tanaman obat khususnya dan obat bahan alam umumnya,

memerlukan: 1) Dukungan dan kemauan politik yang cukup dari pemerintah untuk

menjadikan tanaman obat sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan “prime

mover” perekonomian nasional; 2) Adanya program menyeluruh dan terpadu dari hulu

hingga hilir untuk pengembangan tanaman obat; 3) Koordinasi dan sinkronisasi program

dari instansi terkait serta keterlibatan swasta dan masyarakat; dan 4) Peraturan

perundang-undangan yang cukup kondusif bagi pengembangan tanaman obat.

Kebijakan pengembangan tanaman obat diimplementasikan melalui penerapan

pedoman budidaya yang baik (Good Agricultural Practices) yang selanjutnya diturunkan

menjadi SOP (Standard Operational Procedure) untuk masing-masing komoditas.

Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman obat di daerah sentra produksi

diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan bahan baku yang diperlukan oleh Industri

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 498

Obat Tradisional (IOT) dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), sehingga kebutuhan

bahan alam untuk industri dapat dipenuhi dari hasil budidaya bukan dari hasil

penambang di hutan. Salah satu kegiatan yang mendukung langkah strategis tersebut,

adalah temu teknologi budidaya tanaman obat yang dilakukan di sentra produksi

tanaman obat.

Upaya yang dilakukan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman

Obat untuk mendukung peningkatan kemampuan petani dalam berbudidaya tanaman

obat adalah melaksanakan temu teknologi budidaya tanaman obat di daerah sentra

produksi tanaman obat. Melalui temu teknologi ini petani dan pelaku usaha tanaman

obat diharapkan dapat ditingkatkan kemampuannya dalam berproduksi.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Menyebarluaskan informasi dan teknologi budidaya tanaman obat di sentra

produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun industri.

2.2. Sasaran

Penerapan teknologi budidaya tanaman obat secara optimal ditingkat pelaku

usaha atau petani tanaman obat, serta petugas pendamping daerah.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 117.353.000.-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 114.973.000.-

3.3. Informasi Teknologi : Tanaman obat yang dibudidayakan di Kalimantan Timur

masih bersifat tradisional, pengembangan tanaman obat yang ada adalah

rimpang-rimpangan dan dedaunan dari hutan. Pengembangan obat tradisional

dengan menggunakan tanaman obat yang berasal deri hutan merupakan upaya

yang dilakukan untuk memperkaya jenis tanaman obat yang ada di Kalimantan

Timur diantaranya pengembangan tanaman asli Kalimantan yaitu Tahongai.

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya

Tanaman Obat diberikan sarana penunjang dan sarana pendukung kepada

narasumber dan peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat dilakukan oleh

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian

kegiatan sebagai berikut :

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 499

4.1. Belanja Bahan

Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Temu Teknologi Budidaya

Tanaman Obat diberikan sarana penunjang berupa tas, kaos berkerah, topi

kepada narasumber dan peserta.

4.2. Belanja Sewa

Dilaksanakan untuk membayar sewa kendaraan saat melakukan kunjungan

lapang pada kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat.

4.3. Belanja Jasa Profesi

Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan Temu

Teknologi Budidaya Tanaman Obat.

4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan pelaksanaan

Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat dan Akomodasi dan konsumsi saat

pelaksanaan.

5. Keluaran/Output

5.1. Kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat dilaksanakan selama 3 hari,

mulai tanggal 03 - 05 Agustus 2015 dalam bentuk pertemuan di Kota Samarinda

dan kunjungan lapang ke Petani Tanaman Obat dan CV. Abihira Herba Center di

Kota Samarinda. Peserta pertemuan adalah petugas dan pelaku usaha dari

kabupaten/kota sentra tanaman obat di Provinsi Kalimantan Timur dengan jumlah

peserta sebanyak 35 orang. Narasumber pada pertemuan ini adalah Hera

Nurhayati, SP., MSc yang berasal dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan

Obat, Ir. H. Gunawan Wibisono M.Si. dari UPTD Pengawas dan Sertifikasi Benih

TPH, Ibu Faiza, S. Hut dari CV. Abihira Herba Centra dan Yossita Fiana, SP.,

M.Si. dari BPTP Provinsi Kalimantan Timur.

5.2. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan Temu Teknologi Budidaya Tanaman

Obat adalah:

a. Perkembangan Teknologi Budidaya Beberapa Tanaman Obat.

b. Teknologi Perbenihan Tanaman Obat (Biofarmaka) di Indonesia.

c. Budidaya Tanaman Obat Keluarga Ramah Lingkungan.

d. Profil dan proses pengolahan tanaman obat di CV. Abihira (saat kunjungan

lapang di CV. Abihira.

6. Hasil/Outcome

Tersosialisasinya inovasi teknologi budidaya tanaman obat dalam upaya peningkatan

produksi dan mutu.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 500

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya pengetahuan petugas/petani/pelaku usaha dalam melakukan budidaya

tanaman obat yang bermutu dan berdaya saing.

8. Dampak/Impact

Meningkatkan kualitas hasil tanaman obat dan pendapatan pelaku usaha tanaman obat.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Tanaman obat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai

tinggi, memiliki potensi yang cukup tinggi, namun pengembangannya perlu

didukung oleh pengembangan industri pengolahan hasil agar meningkatkan

nilai tambah sehingga menarik minat petani untuk lebih mendalami

berbudidaya tanaman obat yang ramah lingkungan.

b. Petani tanaman obat di Kalimantan Timur masih berbudidaya tanaman obat

dengan cara tradisional karenanya pendampingan perlu dilakukan secara

berkelanjutan

c. Penggunaan benih unggul perlu ditekankan kepada petani sebagai dasar

menghasilkan produksi yang optimal.

9.2. Saran

a. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan pengetahuan petani dalam

mengelola budidaya tanaman obat khususnya di luar Pulau Jawa, agar

produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produksi yang dihasilkan di

Pulau Jawa.

b. Perlunya dukungan dari berbagai stakeholders baik secara fisik dan

pendanaan untuk meningkatkan potensi wilayah dan mengembangkan

komoditi tanaman obat lokal agar dapat dikembangkan dan dimanfaatkan

sehingga memberikan nilai tambah bagi petani yang mengembangkannya.

c. Mengingat manfaat yang dirasakan oleh para peserta pertemuan, maka

kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat perlu dilaksanakan secara

rutin setiap tahun, serta cakupan peserta diperluas ke daerah pengembangan

tanaman obat lainnya.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 501

TEMU TEKNOLOGI BUDIDAYA JAMUR

1. Latar Belakang

Jamur merupakan salah satu jenis komoditas sayuran eksotik yang mempunyai nilai

ekonomis cukup tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan dalam skala

komersial. Jamur membutuhkan penanganan yang spesifik dan keahlian khusus agar

dapat berkembang dengan baik. Jamur termasuk tumbuhan yang tidak berklorofil

sehingga tidak bisa mengolah bahan makanan sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan

hidup bagi pertumbuhan dan perkembangannya, jamur sangat tergantung pada bahan

organik yang diserap, yang terkandung pada media tanam. Ada beberapa jenis jamur

yang umum dibudidayakan oleh petani kita dan dikenal oleh masyarakat diantaranya

jamur shitake, jamur tiram (dari jenis jamur kayu), serta jamur kancing dan jamur

merang (dari jenis jamur kompos).

Penerapan teknologi budidaya jamur di setiap lokasi sangat berbeda tergantung dari

kebiasaan dan kemampuan petani, tetapi bagian terpenting dalam berbudidaya jamur

adalah penguasaan teknik dan metode pengaturan iklim mikro. Sementara itu kondisi

agribisnis jamur di Indonesia saat ini belum didukung dengan ketersediaan paket

teknologi budidaya yang siap terap serta masih terbatasnya kemampuan sumberdaya

manusia sehingga tidak semua petani jamur mampu memperoleh hasil yang maksimal

dalam berbudidaya jamur.

Dalam rangka mendukung peningkatan kemampuan petani dan pemantapan inovasi

teknologi berbudidaya jamur, maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan

Tanaman Obat melaksanakan temu teknologi budidaya jamur di daerah sentra produksi

jamur. Melalui temu teknologi ini petani dan pelaku usaha jamur diharapkan dapat

ditingkatkan kemampuannya dalam memproduksi jamur.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dan petani/pelaku usaha

dalam melakukan budidaya jamur, serta menyebarluaskan teknologi

pengembangan dan budidaya jamur di daerah sentra produksi dan daerah

pengembangan baru.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 502

2.2. Sasaran

Pelaku usaha atau petani jamur yang berupaya keras untuk menerapkan teknologi

budidaya jamur. Serta petugas pendamping daerah dalam rangka menambah

informasi teknologi budidaya jamur.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 99.395.000.-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 98.675.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Dalam budidaya jamur di wilayah Banten saat ini mulai

menggunakan polar. Polar yang digunakan sebagai substitusi sumber karbon

dalam budidaya jamur menggantikan dedakyang sudah mulai sulit di peroleh. Ciri

polar yang baik adalah polar beraroma roti karena polar adalah sisa pengolahan

gandum untuk roti.

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya

Jamur diberikan sarana penunjang berupa tas, kaos kerah dan topi rimba kepada

narasumber dan peserta. Untuk sarana pendukung berupa bahan praktek

pembuatan baglog jamur, baglog jamur tiram, benih F2 jamur tiram dan plastik

terpal.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur dilakukan oleh Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan

sebagai berikut :

4.1. Belanja Bahan

Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Temu Teknologi Budidaya

Jamur diberikan a) sarana penunjang berupa tas, kaos kerah dan topi rimba

kepada narasumber dan peserta dan b) sarana pendukung berupa bahan praktek

pembuatan baglog jamur, baglog jamur tiram, benih F2 jamur tiram dan plastik

terpal.

4.2. Belanja Sewa

Dilaksanakan untuk membayar sewa kendaraan saat melakukan kunjungan

lapang pada kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur.

4.3. Belanja Jasa Profesi

Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan Temu

Teknologi Budidaya Jamur.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 503

4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan pelaksanaan

Temu Teknologi Budidaya Jamur dan Akomodasi dan konsumsi saat

pelaksanaan.

5. Keluaran/Output

5.1. Kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur dilaksanakan mulai tanggal 1 - 3 Juli

2015 dalam bentuk pertemuan di Cipayung, Kab. Bogor dan kunjungan lapang

dilaksanakan ke Kubung Jamur Gapoktan Kuntum Kenanga di Kota. Bogor.

Peserta pertemuan adalah petugas dan pelaku usaha dari kabupaten/kota sentra

agribisnis jamur di Provinsi Banten dan Jawa Barat dengan jumlah peserta

sebanyak 40 orang. Narasumber berasal dari LIPI, Pelaku Usaha dan Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

5.2. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan Temu Teknologi Budidaya Jamur

adalah:

a. Perkembangan Teknologi Budidaya Jamur Merang

b. Perkembangan Teknologi Budidaya Jamur di Cina

c. Evaluasi Perkembangan Teknologi Perbenihan dan Budidaya Jamur di sentra

produksi

d. Sosialisasi GAP dan Roadmap Jamur 2015 – 2019

6. Hasil/Outcome

Tersosialisasinya inovasi teknologi budidaya dalam upaya peningkatan produksi dan

mutu jamur.

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya pengetahuan petugas/petani/pelaku usaha dalam melakukan budidaya

jamur.

8. Dampak/Impact

Meningkatkan kualitas hasil jamur dan pendapatan pelaku usaha jamur.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Jamur merupakan komoditas hortikultura yang bernilai tinggi, potensi yang

dimiliki oleh jamur sangat banyak dan beragam.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 504

b. Penggunaan polar digunakan sebagai ganti dedak untuk pencampuran media

tanam jamur, hasil jamur lebih baik hanya saja warna jamur agak hitam.

c. Perbanyakan benih sangat dianjurkan kembali ke plan jamur (F1) bukan

berasal dari sebanyak-banyaknya miselia dan tidak boleh menggunakan

miselium dari perbanyakan baglog karena tubuh buah merupakan bagian dari

fase vegetatif.

9.2. Saran

a. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan industri perbenihan jamur

secara nasional melalui penguatan SDM perbenihan jamur (penangkar,

petani, asosiasi, pelaku bisnis, institusi pemerintah dan perguruan tinggi);

b. Perlu dilakukan pembinaan kepada petani jamur khususnya daerah

pengembangan baru berupa pelatihan baik untuk pembuatan media tanam,

perbenihan dan peningkatan kualiatas produk yang dihasilkan oleh petani;

c. Mengingat manfaat yang dirasakan oleh para peserta pertemuan, maka

kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur perlu dilaksanakan secara rutin

setiap tahun, serta cakupan peserta diperluas ke daerah potensial lainnya.

PERTEMUAN KAWASAN PACAMAT

1. Latar Belakang

Komoditas Paprika, Cabai dan Tomat (Pacamat) merupakan sayuran yang digunakan

sebagai bahan/bumbu penyedap masakan, bahan industri makanan yang saat ini

berkembang pesat. Komoditas cabai merah merupakan komoditas sayuran yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi. Paprika, cabai dan tomat pada umumnya dikonsumsi

dalam bentuk segar dan olahan. Dengan demikian peluang pengembangan usaha

paprika, cabai dan tomat memiliki peluang pasar yang masih terbuka luas.

Dalam rangka memantapkan pengembangan usaha budidaya paprika, cabai dan tomat

adalah dengan pengembangan skala kawasan yang intensif dan terpadu, khusus di

Provinsi Jawa Barat yang meliputi Kabupaten Ciamis, Sumedang,

Bandung,Tasikmalaya, Bandung Barat, Kota Tasikmalaya dan Garut.

Dalam satu kawasan tersebut telah tersedia fasilitas seperti jalan, pasar dan industri

pengolahan yang didukung oleh konsolidasi kelembagaan pelayanan, seperti

pengadaan saprodi, penyuluhan, perkreditan dan pelayanan penunjang lainnya.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 505

Untuk mengoptimalkan potensi wilayah Kabupaten Ciamis, Sumedang,

Bandung,Tasikmalaya, Bandung Barat, Kota Tasikmalaya dan Garut sebagai kawasan

pengembangan paprika, cabai dan tomat, diperlukan penanganan secara terintegrasi

dan terpadu pada seluruh jaringan usaha mulai dari tahap budidaya sampai

pemasarannya.

Melalui pendekatan kawasan Pacamat tersebut, diharapkan dapat dicapai skala

maksimal pengusahaan yang menghasilkan produksi kontinyu sesuai dengan

kebutuhan pasar atau industri pengolahan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Meningkatkan produksi serta mutu paprika, cabai dan tomat yang aman

konsumsi berbasis penerapan GAP/SOP.

b. Mendukung penerapan sistem pertanian maju dengan konsep ramah

lingkungan.

2.2. Sasaran

a. Peningkatan produksi dan produktivitas paprika, cabai dan tomat secara

ramah lingkungan.

b. Meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani melalui usaha budidaya

paprika, cabai dan tomat ramah lingkungan.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 134.487.000,-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 132.850.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi tentang

perkembangan budidaya sayuran, kebijakan dan petunjuk pelaksanaan

pengembangan sayuran dan tanaman obat Tahun 2015.

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan Pacamat diberikan

sarana penunjang berupa tas kepada para peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Kawasan Makucibrete dilaksanakan di Bandung dengan rincian sebagai

berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.

4.2. Belanja Sewa yang digunakan untuk sewa kendaraan roda empat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 506

4.3. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dan moderator dalam

rangka pelaksanaan pertemuan Kawasan Pacamat.

4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan

transport dan uang saku peserta pertemuan Kawasan Pacamat.

5. Keluaran/Output

5.1. Dilaksanakan tanggal 24-26 Agustus 2015.

5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 50 orang peserta yang terdiri dari narasumber,

peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi

Jawa Barat, Dinas Pertanian Kab. Ciamis, Tasikmalaya, Kota Tasik, Garut,

Bandung, Sumedang, Bandung Barat serta para pelaku usaha dan kelompok tani.

5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

a. Kebijakan dan Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Budidaya dan

Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat serta Sosialisasi Program GTCK

APBN-P Tahun 2015, yang disampaikan Direktur Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat, Ir. Yanuardi, MM.

b. Evaluasi dan Rencana Kerja Pengembangan Kawasan PaCaMat dari setiap

Dinas Pertanian Kab/Kota di sentra Cabai.

c. Perwakilan PT. Wings Food.

6. Hasil/Outcome

Terintegrasinya antara pusat, provinsi, kabupaten/kota dalam melaksanakan

pengelolaan pengembangan kawasan sayuran (Paprika, Cabai dan Tomat).

7. Manfaat/Benefit

Meningkatkan produksi, mutu, daya saing produk paprika, cabai dan tomat di kawasan

ini.

8. Dampak/Impact

Dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Dengan terintegrasi antara Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dalam

melaksanakan pengelolaan pengembangan kawasan PaCaMat (Garut,

Bandung, Bandung Barat, Ciamis, Sumedang, Tasikmalaya dan Kota

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 507

Tasikmalaya) diharapkan dapat meningkatkan produksi, mutu dan daya saing

produk paprika, cabai dan tomat di kawasan sentra tersebut.

b. Organisasi/asosiasi cabai perlu bekerja sama dalam rangka mendukung

pengembangan cabai dalam negeri, sehingga kesejahteraan para petani dan

pelaku usaha cabai dapat terwujud.

9.2. Saran

a. Supplier kadang harus membeli cabai dari pasar demi memenuhi kuota

sehingga supplyer ini dapat mengganggu sistem harga, sehingga perlu

adanya kerjasama yang baik antara petani dan supplier agak tidak terjadi

fluktuasi harga.

b. Indofood, PT Heinz ABC dan Wings sangat membutuhkan cabai jenis rawit

merah dan hijau yang kontinyu dan bermutu, hal ini merupakan peluang pasar

yang baik para petani cabai di wilayah sentra produksi.

c. Sebagian petani masih belum mau menerapkan sistem pertanian yang ramah

lingkungan, hal ini masih perlu adanya pendampingan dan pembinaan dari

dinas pertanian setempat maupun dari pusat agar komoditas yang dihasilkan

dapat berdaya saing dan aman konsumsi.

PERTEMUAN KAWASAN MAKUCIBRETE

1. Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu sayuran umbi yang digunakan sebagai

bahan/bumbu penyedap masakan, bahan industri makanan yang saat ini berkembang

pesat dan juga sebagian digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Komoditas

bawang merah merupakan komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi

yang selama ini sebagian masih diimpor. Bawang merah pada umumnya dikonsumsi

dalam bentuk segar dan olahan. Dengan demikian peluang pengembangan usaha

bawang merah memiliki peluang pasar yang masih terbuka luas.

Untuk memantapkan pengembangan bawang merah, salah satunya adalah

memantapkan pengembangan bawang merah dalam skala kawasan yang intensif di

Kabupaten Majalengka, Kuningan, Cirebon, Brebes dan Tegal (Makucibrete).

Kelima wilayah tersebut merupakan kawasan yang disatukan oleh satu kesatuan

fasilitas dan infrastruktur ekonomi yang terpadu, seperti jalan, pasar dan industri

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 508

pengolahan yang didukung oleh konsolidasi kelembagaan pelayanan, seperti

pengadaan saprodi, penyuluhan, perkreditan dan pelayanan penunjang lainnya.

Dalam rangka mengoptimalkan potensi wilayah Kabupaten Majalengka, Kuningan,

Cirebon, Brebes dan Tegal sebagai kawasan pengembangan bawang merah,

diperlukan penanganan secara terintegrasi dan terpadu pada seluruh jaringan usaha

mulai dari tahap budidaya sampai pemasarannya.

Melalui pendekatan kawasan bawang merah tersebut, diharapkan dapat dicapai skala

maksimal pengusahaan yang menghasilkan produksi kontinyu sesuai dengan

kebutuhan pasar atau industri pengolahan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Meningkatkan produksi serta mutu bawang merah yang aman konsumsi

berbasis penerapan GAP/SOP.

b. Mendukung penerapan sistem pertanian maju dengan konsep ramah

lingkungan.

2.2. Sasaran

a. Peningkatan produksi dan produktivitas bawang merah.

b. Mengembangkan usaha budidaya bawang merah secara ramah lingkungan.

c. Meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani melalui usaha budidaya

bawang merah ramah lingkungan.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 277.464.000,-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 266.700.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi

tentang perkembangan budidaya sayuran, kebijakan dan petunjuk pelaksanaan

pengembangan sayuran dan tanaman obat Tahun 2015.

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan Makucibrete

diberikan sarana penunjang berupa tas kepada para peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Kawasan Makucibrete dilaksanakan di Majalengka dengan rincian sebagai

berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 509

4.2. Belanja Sewa yang digunakan untuk sewa kendaraan roda empat.

4.3. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dan moderator dalam

rangka pelaksanaan pertemuan Kawasan Makucibrete.

4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan

transport dan uang saku peserta pertemuan Kawasan Makucibrete.

5. Keluaran/Output

5.1. Dilaksanakan tanggal 12-14 Agustus 2015.

5.2. Pertemuan dihadiri 50 orang peserta yang terdiri dari narasumber, peserta pusat

dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Dinas

Pertanian Kab. Majalengka, Kuningan, Cirebon, Brebes dan Tegal serta para

pelaku usaha dan kelompok tani.

5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

a. Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman

Obat Tahun 2015, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro,

SP.

b. Pengaruh dan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim Terhadap Bawang Merah

di Kawasan Sentra Bawang Merah (Balai Besar Sumber Daya Lingkungan).

c. Ketersediaan Bawang Merah pada Saat Musim Kemarau dan strategi

Pengembangannya, yang disampaikan tiap Dinas Pertanian Kab/Kota di

Kawasan sentra bawang merah.

6. Hasil/Outcome

Terintegrasinya antara pusat, provinsi, kabupaten/kota dalam melaksanakan

pengelolaan pengembangan kawasan sayuran (bawang merah).

7. Manfaat/Benefit

Meningkatkan produksi, mutu, daya saing produk bawang merah di kawasan ini.

8. Dampak/Impact

Dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Mengharapkan perhatian pemerintah untuk margin harga, dimana diharapkan

peran BULOG tidak hanya pada saat harga tinggi, namun juga pada saat

harga rendah beserta fasilitasi kemitraan untuk industri pengolahan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 510

b. Ada beberapa varietas yang sudah mengalami penurunan produktivitas, maka

dari itu perlu dilakukan pemurnian benih, terutama varietas unggulan seperti

Bima Brebes

c. Ada varietas yang punya potensi untuk ekspor (contoh bentanis) untuk bisa

dikembangkan pada kawasan bawang merah yang telah dilakukan uji tanam

di Cirebon yang sudah dikunjungi oleh Direktur Perbenihan Hortikultura

d. Pengembangan kawasan di bulan off season (panen Februari-April) dapat

dilakukan untuk mendukung kemandirian pulau-pulau seperti lokasi

pengembangan di Sulawesi Selatan

e. Kebutuhan serapan untuk Industri Olahan mencapai 150rb ton/tahun, perlu

ditindaklanjuti mengenai data dan informasinya.

f. Secara umum, ketersediaan bawang merah pada kawasan Makucibrete pada

semester II sangat mencukupi dengan trend harga stabil pada bulan

November Desember, dan trend penurunan harga hanya terjadi sampai akhir

Agustus.

g. Pemerintah diharapkan lebih bisa menjembatani dan mempromosikan produk

pertanian, khususnya bawang merah di negara-negara tetangga.

h. Pengaruh El Nino berdampak terhadap pergeseran jatuhnya musim hujan dan

juga berpengaruh terhadap banyaknya serangan OPT.

i. Dengan terintegrasi antara Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dalam

melaksanakan pengelolaan pengembangan kawasan bawang merah

(Majalengka, Kuningan, Cirebon, Brebes dan Tegal) diharapkan dapat

meningkatkan produksi, mutu dan daya saing produk bawang merah di

kawasan sentra tersebut dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakatnya.

9.2. Saran

a. Adanya informasi berkelanjutan diantara pelaku usaha/champion/Asosiasi di

daerah ini , yang bisa saling sharing untuk memecahkan permasalahan yang

ada, mulai dari budidaya, pemasaran, ketersediaan bahan baku bawang

merah dan pengaturan pola produksi agar tidak terjadi panen raya bersama-

sama yang menyebabkan harga jatuh.

b. Semua pihak baik Pelaku Usaha/ Champion/ Asosiasi harus satu suara dan

bersatu dalam memberikan masukan, saran dan tindakan sebagai bahan

kebijakan pemerintah.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 511

EVALUASI DAN ANALISIS SISTEM PRODUKSI SAYURAN

1. Latar Belakang

Sayuran merupakan komoditas yang mempunyai prospek yang besar untuk

dikembangkan karena mutlak diperlukan untuk perbaikan kualitas hidup manusia.

Secara spesifik sayuran umumnya diperlukan setiap hari baik dalam bentuk segar

maupun olahan, Oleh karena itu penyediaan sayuran dalam bentuk segar setiap hari

sepanjang tahun perlu dirancang dengan baik.

Kebutuhan sayuran secara nasional sesungguhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam

negeri, namun akibat pola tanam/pola produksi yang musiman ketersediaannya tidak

merata sepanjang tahun. Untuk mengantisipasi ketersediaan sayuran yang merata

sepanjang tahun dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, telah dilakukan upaya-

upaya peningkatan produksi sayuran berdasarkan keseimbangan “Supply – demand”.

Selama 8 tahun terakhir ini telah dilakukan pemantauan dan pengaturan pola produksi

secara bulanan, berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi ditambah 2 Provinsi

yaitu Provinsi Kepulauan Riau dan Nusa Tenggara Timur yang ada di daerah sentra

produksi. Dengan memperhatikan kajian produksi masing-masing daerah sentra

produksi dan kebutuhan sayuran secara nasional maka dapat disusun pola produksi

bulanan yang seimbang dengan permintaan.

Di samping itu dilakukan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran dari aspek

penerapan teknologi (GAP dan SOP), ketersediaan benih dan pupuk, PHT, iklim serta

musim tanam dan panen yang sudah berjalan.

Untuk mengawal pencapaian perencanaan pola produksi bulanan yang sudah

disepakati masing-masing daerah sentra produksi utama sayuran perlu dilakukan

evaluasi dan analisis bagaimana kesepakatan pengaturan pola tanam dan pola produksi

tersebut dijalankan/diterapkan.

Dalam analisis produksi perlu dianalisa mengenai wilayah sentra produksi, potensi

produksi, realisasi bulanan dan tahun. Perkiraan panen raya, penanganan pascapanen

dan distribusi produk, potensi kebutuhan panen raya serta panen per bulan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 512

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Mengevaluasi dan menganalisa penerapan teknologi, pola produksi, tingkat

kerberhasilan, informasi iklim dan kendala/masalah yang mungkin timbl di

lapangan.

b. Menerapkan budidaya yang baik dan benar dan penerapan teknologi yang

ramah lingkungan.

2.2. Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai dari pertemuan evaluasi dan analisis sistem

produksi sayuran ini adalah 23 provinsi penghasil utama sayuran di Indonesia

yang melaksanakan kegiatan peningkatan produksi sayuran.

3. Masukan/Input

3.1 Anggaran sebesar Rp. 171.796.000-.

3.2 Realisasi Keuangan sebesar Rp. 161.104.100,-

3.3 Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi

budidaya dengan tetes air di musim kering dan perkiraan iklim di daerah sentra

produksi.

3.4 Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Evaluasi dan Analisis

Sistem Produksi Sayuran diberikan sarana penunjang berupa jaket dan seminar

kit kepada para peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Evaluasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran dilaksanakan di Balikpapan

dengan rincian sebagai berikut:

4.1 Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.

4.2 Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Evaluasi

dan Analisis Sistem Produksi Sayuran.

4.3 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan

transport, uang saku dan akomodias peserta kegiatan Evaluasi dan Analisis

Sistem Produksi Sayuran.

5. Keluaran/Output

5.1 Dilaksanakan tanggal 10-13 Maret 2015.

5.2 Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari narasumber,

peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi di

23 Provinsi sentra produksi, yaitu Dinas Pertanian Provinsi Aceh, Sumatera Utara,

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 513

Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTB, Kalbar, Kalsel, Kalteng,

Kaltim, Sulut, Sulsel, Gorontalo, Kepri dan NTT.

5.3 Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

a. Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman

Obat serta Sosialisasi Program GTCK APBN-P Tahun 2015, yang

disampaikan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman

Obat, Dr Ir Dwi Iswari, MSc.P

b. Perkiraan Iklim 2015 di Daerah Sentra Produksi dan Antisipasinya, oleh

perwakilan BMKG Pusat.

c. Teknologi Budidaya Sayuran untuk Pengaturan Ketersediaan Sepanjang

Tahun, yang disampaikn oleh Prof Dr Sobir dari Institut Pertanian Bogor.

6. Hasil/Outcome

Terciptanya keseimbangan supply-demand di Indonesia.

7. Manfaat/Benefit

Pasokan, stabilitas harga sayuran di tingkat produsen dan konsumen relatif stabil

sehingga menguntungkan petani maupun konsumen.

8. Dampak/Impact

Kesejahteraan dan pendapatan petani meningkat.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Kegiatan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran sangat penting untuk

tetap dilaksanakan, agar didapatkan data yang menggambarkan kondisi

ketersediaan dan kebutuhan produksi sayuran di masing-masing daerah

sepanjang tahun 2015.

b. Pentingnya koordinasi yang baik antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan

kegiatan ini sehingga penerapan di lapangan akan tercapai.

9.2. Saran

a. Masing-masing daerah sentra produksi diminta mengetahui komposisi jenis

cabai yang ditanam di wilayahnya (cabai merah besar, cabai merah kriting,

cabai rawit merah dan cabai rawit hijau).

b. Mampu menganalisa penerapan teknologi, pola produksi, informasi iklim dan

kendala yang mungkin timbul di lapangan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 514

c. Menyebarluaskan penggunaan benih bawang merah biji (bawang tuk-tuk),

sebagai antisipasi langka dan tingginya harga benih umbi bawang merah.

Disamping itu petani disarankan untuk tetap memiliki persediaan benih untuk

penanaman dimusim tanam berikutnya.

d. Penerapan teknologi budidaya di musim kemarau untuk cabai dan teknologi

off season untuk bawang merah terutama di musim hujan sehingga bisa

memenuhi kebutuhan produksi sepanjang tahun.

e. Dalam penentuan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran agar

terkoordinasi dengan baik antara pusat, petugas daerah (kabupaten/kota,

kecamatan dan pelaku) untuk penerapan di lapangan.

WORKSHOP PASCAPANEN SAYURAN, TANAMAN OBAT DAN JAMUR

1. Latar Belakang

Produk sayuran dan tanaman obat merupakan komoditas yang perishable dan masih

mengalami proses hidup (fisiologis) setelah panen. Proses fisiologis tersebut

mengakibatkan perubahan-perubahan yang menyebabkan kerusakan atau kehilangan

hasil. Perubahan setelah panen dan pascapanen tidak dapat dihentikan, namun dapat

diperlambat sampai batas tertentu.

Untuk mengurangi kehilangan atau kerusakan hasil, beberapa hal yang harus

diperhatikan adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan,

serta menggunakan teknologi penanganan pascapanen yang benar, diantaranya

pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan

dan mempertahankan kesegaran produk pada tingkat paling optimal.

Guna mencapai hal tersebut, diperlukan upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan

dan perubahan pemahaman petugas dan pelaku usaha baik pusat maupun daerah

tentang penerapan prinsip teknologi pascapanen sayuran dan tanaman obat yang baik.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut akan dilaksanakan melalui

Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat Dan Jamur bagi petugas dan pelaku

usaha sayuran, tanaman obat dan jamur khususnya yang menangani atau mengelola

bangsal pascapanen (packing house). Melalui kegiatan tersebut diharapkan

penguasaan teknologi pascapanen sayuran, tanaman obat dan jamur oleh petugas dan

pelaku usaha meningkat, dapat disebarluaskan kepada pelaku usaha lainnya sehingga

kehilangan/kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin, mempertahankan mutu

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 515

produk, memperpanjang umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan

pelaku usaha sayuran, tanaman obat dan jamur.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan transfer teknologi pascapanen

dari para pakar dan peneliti di bidang pascapanen sayuran, tanaman obat dan

jamur kepada peserta workshop.

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah petugas pembina lapangan, kelompok tani/Gapoktan

dan pelaku usaha yang menangani bangsal pascapanen sayuran, tanaman obat

dan jamur di daerah sentra produksi sayuran, tanaman obat dan jamur.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp.127.484.000,-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp.123.512.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Referensi dan masukan dari berbagai pemangku

kepentingan, khususnya pengetahuan tentang pengelolaan pascapanen sayuran,

tanaman obat dan jamur yang tepat agar dapat dihasilkan produk sayuran,

tanaman obat dan jamur yang bermutu tinggi, aman konsumsi dan kerusakan

hasil yang rendah.

3.4. Sarana Penunjang : Untuk menunjang terlaksananya kegiatan Workshop

Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur kepada narasumber dan seluruh

peserta diberikan sarana penunjang berupa kaos dan topi lapangan untuk

penunjang kegiatan.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur dilaksanakan di

Hotel Kesambi Hijau Semarang, Provinsi Jawa Tengah, dengan rincian sebagai berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang.

4.2. Belanja Jasa Profesi dibutuhkan untuk honor narasumber dan honor moderator.

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota dibutuhkan untuk perjalanan

dalam rangka pelaksanaan kegiatan, serta akomodasi dan konsumsi.

5. Keluaran/Output

Terselenggaranya pertemuan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan

Jamur yang melibatkan petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 516

6. Hasil/Outcome

Hasil dari kegiatan ini adalah terfasilitasinya transfer teknologi pascapanen dari para

pakar dan peneliti di bidang pascapanen sayuran, tanaman obat dan jamur kepada

peserta workshop.

7. Manfaat/Benefit

Terjalinnya komunikasi dan konsolidasi yang solid antara petugas pembina lapangan,

kelompok tani/ Gapoktan dan pelaku usaha yang menangani bangsal pascapanen

sayuran, tanaman obat dan jamur di daerah sentra produksi sayuran, tanaman obat dan

jamur.

8. Dampak/Impact

Daya saing produk sayuran dan tanaman obat dalam negeri meningkat sehingga

mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain dan ekspor meningkat.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Kegiatan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur telah

dilaksanakan pada tanggal 28 Juli sampai dengan 1 Agustus 2015 di

Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang dihadiri 50 orang petani atau pelaku

usaha yang berasal dari Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa

Barat. Kegiatan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur

diisi dengan paparan materi dari narasumber, kunjungan lapang ke

perusahaan dan kelompok tani serta diskusi kelompok.

b. Mendorong para pelaku usaha packing house untuk terus meningkatkan

penerapan dalam penanganan panen, pascapanen sayuran dan tanaman

obat yang baik sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas dan daya

saing tinggi, sehingga dapat memasuki pasar moderen dan ekspor.

c. Sebagai ajang tukar informasi sekaligus edukasi diantara peserta, dimana

peserta yang sudah menerapkan penanganan panen, pascapanen dengan

baik akan sharing pengalaman pada peserta yang lain.

d. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi peserta dan secara umum peserta

sangat antusias untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dari sesama

peserta, narasumber dan hasil kunjungan di lapang.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 517

9.2. Saran

a. Pembinaan intensif dari petugas dan penyuluh pertanian kepada para pelaku

usaha yang menangani packing house khususnya transfer teknologi dan

pembinaan mitra usaha yang sangat menentukan keberhasilan dan tingkat

kesejahteraan petani.

b. Dukungan sarana yang diperlukan terutama bangsal pascapanen.

c. Peserta dapat menerapkan teknologi pascapanen dari yang belum

menerapkan menjadi dapat termotivasi untuk menerapkan secara bertahap.

SINKRONISASI DAN ANALISIS SISTEM PRODUKSI SAYURAN

1. Latar Belakang

Sayuran merupakan komoditas yang mempunyai prospek yang besar untuk

dikembangkan karena mutlak diperlukan untuk perbaikan kualitas hidup manusia.

Secara spesifik sayuran umumnya diperlukan setiap hari baik dalam bentuk segar

maupun olahan, Oleh karena itu penyediaan sayuran dalam bentuk segar setiap hari

sepanjang tahun perlu dirancang dengan baik.

Kebutuhan sayuran secara nasional sesungguhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam

negeri, namun akibat pola tanam/pola produksi yang musiman ketersediaannya tidak

merata sepanjang tahun. Untuk mengantisipasi ketersediaan sayuran yang merata

sepanjang tahun dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, telah dilakukan upaya-

upaya peningkatan produksi sayuran berdasarkan keseimbangan “Supply – demand”.

Selama 8 tahun terakhir ini telah dilakukan pemantauan dan pengaturan pola produksi

secara bulanan, berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi ditambah 2 Provinsi

yaitu Provinsi Kepulauan Riau dan Nusa Tenggara Timur yang ada di daerah sentra

produksi. Dengan memperhatikan kajian produksi masing-masing daerah sentra

produksi dan kebutuhan sayuran secara nasional maka dapat disusun pola produksi

bulanan yang seimbang dengan permintaan.

Di samping itu dilakukan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran dari aspek

penerapan teknologi (GAP dan SOP), ketersediaan benih dan pupuk, PHT, iklim serta

musim tanam dan panen yang sudah berjalan.

Untuk mengawal pencapaian perencanaan pola produksi bulanan yang sudah

disepakati masing-masing daerah sentra produksi utama sayuran perlu dilakukan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 518

evaluasi dan analisis bagaimana kesepakatan pengaturan pola tanam dan pola produksi

tersebut dijalankan/diterapkan.

Dalam analisis produksi perlu dianalisa mengenai wilayah sentra produksi, potensi

produksi, realisasi bulanan dan tahun. Perkiraan panen raya, penanganan pascapanen

dan distribusi produk, potensi kebutuhan panen raya serta panen per bulan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Mengsinkronisasikan dan menganalisa penerapan teknologi, pola produksi,

tingkat kerberhasilan, informasi iklim dan kendala/masalah yang mungkin

timbul di lapangan.

b. Menerapkan budidaya yang baik dan benar dan penerapan teknologi yang

ramah lingkungan.

2.2. Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai dari pertemuan Sinkronisasi dan Analisis sistem

produksi sayuran ini adalah 18 Provinsi penghasil utama sayuran di Indonesia

yang melaksanakan kegiatan peningkatan produksi sayuran.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 159.462.000-.

3.2. Realisasi Keuangan Realisasi keuangan kegiatan Sinkronisasi dan Analisis

Sistem Produksi Sayuran Rp. 155.358.600,-

3.3. Informasi Teknologi Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi budidaya

dengan tetes air di musim kering dan perkiraan iklim di daerah sentra produksi.

3.4. Sarana Penunjang Dalam pelaksanaan kegiatan Sinkronisasi dan Analisis Sistem

Produksi Sayuran diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit kepada

para peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Sinkronisasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran dilaksanakan di

Yogyakarta dengan rincian sebagai berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.

4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka

Sinkronisasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 519

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan

transport, uang saku dan akomodasi peserta kegiatan Sinkronisasi dan Analisis

Sistem Produksi Sayuran.

5. Keluaran/Output

5.1. Dilaksanakan tanggal 6-9 Oktober 2015.

5.2. Pertemuan dihadiri 40 orang peserta yang terdiri dari narasumber, peserta pusat

dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi di 18 Provinsi

sentra produksi, yaitu Dinas Pertanian Provinsi Riau, Sumatera Barat, Jambi,

Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, DIY, Bali, NTB, Kalbar, Kaltim, Sulut, Sulsel, Gorontalo, dan NTT.

5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

a. Pengarahan Direktur Jenderal Hortikultura, Dr. Ir. Spudnik Sujono Kamino,

MM.

b. Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman

Obat, yang disampaikan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan

Tanaman Obat, Ir. Yanuardi, MM.

c. Prediksi Musim Hujan dan Perkiraan Curah Hujan Oktober 2015 Sampai

Februari 2016” , oleh Evi Lutfiyati dari BMKG.

d. Strategi Penanaman Sayuran Utama Menghadapi Cuaca Ekstrim oleh Prof

Sobir dari IPB.

e. Pengendalian OPT Sayuran Utama Menghadapi Perubahan Iklim Ekstrim

oleh Ir. Suparjono BPTP DIY.

6. Hasil/Outcome

Terciptanya keseimbangan supply-demand di Indonesia.

7. Manfaat/Benefit

Pasokan, stabilitas harga sayuran di tingkat produsen dan konsumen relatif stabil

sehingga menguntungkan petani maupun konsumen.

8. Dampak/Impact

Kesejahteraan dan pendapatan petani meningkat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 520

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Kegiatan Sinkronisasi dan Analisis sistem produksi sayuran sangat penting

untuk tetap dilaksanakan, agar didapatkan data yang menggambarkan kondisi

ketersediaan dan kebutuhan produksi sayuran di masing-masing daerah

sepanjang tahun 2015 secara merata.

b. Pentingnya koordinasi yang baik antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan

kegiatan ini sehingga penerapan di lapangan akan tercapai.

9.2. Saran

a. Mampu menganalisa penerapan teknologi, pola produksi, informasi iklim dan

kendala yang mungkin timbul di lapangan.

b. BMKG dan IPB dapat membuat sistem informasi yang dapat diakses terkait

iklim sehingga strategi setiap periode tanam harus di sesuaikan, terutama

terkait curah hujan.

c. Penerapan teknologi budidaya di musim kemarau untuk cabai dan teknologi

off season untuk bawang merah terutama di musim hujan sehingga bisa

memenuhi kebutuhan produksi sepanjang tahun.

d. Dalam penentuan sinkronisasi dan analisis sistem produksi sayuran agar

terkoordinasi dengan baik antara pusat, petugas daerah (kabupaten/kota,

kecamatan dan pelaku) untuk penerapan di lapangan.

e. Mampu melakukan pengolahan pascapanen sayuran khususnya cabai,

bawang merah, dan tomat sehingga pada saat panen raya komositas tersebut

tetap termanfaatkan dan tidak menjatuhkan harga.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 521

FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENGEMBANGAN JAMUR

1. Latar Belakang

Jamur merang merupakan salah satu komoditas sayuran yang dapat dikembangkan di

daerah dataran rendah yang berdekatan dengan areal sawah sebagai upaya

meningkatkan nilai tambah petani padi dan sayur dataran rendah dengan

memanfaatkan limbah jerami. Melimpahnya limbah jerami di daerah sentra produksi

padi di wilayah pantura seperti Kabupaten Karawang menjadi sumber usaha baru bagi

masyarakat setempat yang terbukti mampu meningkatkan pendapatan petani.

Usaha budidaya jamur merang tidak hanya menghasilkan produk jamur segar,

melainkan dapat berupa makanan jamur olahan dan media tanam habis pakai dapat

dimanfaatkan menjadi bahan dasar pupuk organik. Sehingga agribisnis jamur merang

dalam perkembangannya sampai sekarang menjadi usaha yang menguntungkan

melebihi usaha budidaya sayur ataupun padi, karena ditunjang dari segi pasar yang

masih terbuka lebar dan waktu tanam yang singkat. Untuk mempertahankan ataupun

meningkatkan potensi agribisnis jamur merang di wilayah Karawang, perlu lebih

menggiatkan penerapan prinsip GAP/GHP/SOP spesifik lokasi dan berorientasi pada

seritifikasi.

Potensi besar di wilayah sentra jamur merang perlu ditingkatkan agar benar-benar

menjadi daerah sentra utama jamur merang di Indonesia. Untuk mendukung

peningkatan potensi tersebut, serta menggali permasalahan dan solusinya dalam

pengembangan jamur perlu dilakukan pertemuan Focus Group Discussion (FGD)

Pengembangan Jamur di Karawang.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan FGD pengembangan jamur adalah melakukan pendampingan intensif,

monitoring dan evaluasi perkembangan agribisnis jamur merang di wilayah

Karawang.

2.2. Sasaran

Teridentifikasinya permasalahan dan solusi dalam pengembangan jamur merang

di Karawang.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 522

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 42.690.000.-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 38.740.000.-

3.3. Informasi Teknologi : Terbangunnya kelembagaan agribisnis jamur yang solid dan

profesional serta berdaya saing, akan mampu membangun pelaku usaha yang

profesional dan dapat menjadi “champion”. Champion yang terbentuk akan

memacu pengembangan kemitraan produsen dan pemasar yang memberikan nilai

tambah ke petani, serta mendorong investasi (pemerintah, swasta, CSR) di bidang

agribisnis jamur

4. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan FGD Pengembangan Jamur dilakukan oleh Direktorat Budidaya

dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai

berikut :

4.1. Belanja Bahan

Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan FGD Pengembangan Jamur

diberikan 1) sarana penunjang berupa tas kepada narasumber dan peserta dan 2)

konsumsi saat pelaksanaan FGD berlangsung.

4.2. Belanja Jasa Profesi

Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan FGD

Pengembangan Jamur.

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Biasa

Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan koordinasi dalam

rangka pelaksanaan FGD Pengembangan Jamur di Kabupaten Karawang.

5. Keluaran/Output

5.1. Kegiatan FGD Pengembangan Jamur dilaksanakan pada tanggal 26 November

2015 di Aula Kantor BP4K Kabupaten Karawang. Peserta dan narasumer

Kegiatan FGD Pengembangan Jamur seluruhnya berjumlah 70 orang. Peserta

sebagian besar berasal dari Kelompok Tani Jamur Merang di Kabupaten

Karawang, petugas dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan

Peternakan Kabupaten Karawang, LIPI-Bogor dan Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

5.2. Narasumber yang mengisi FGD Pengembangan Jamur adalah :

a. Dr. Iwan Saskiawan yang berasal dari Lembagan Ilmu Pengetahuan

Indonesia, memaparkan materi tentang “Budidaya Jamur Merang”.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 523

b. Ir. Dessi Rahmaniar, Msi dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran

dan Tanaman Obat memaparkan materi tentang “Kebijakan Pengembangan

Jamur”.

c. Ir. Kadarisman, MP, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan

Peternakan Kabupaten Karawang memaparkan materi tentang “Kebijakan

Pengembangan Jamur di Karawang”.

d. Eka Putri JA, SP dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan

Peternakan Kabupaten Karawang, memaparkan materi “Profil Jamur Merang

di Karawang”.

6. Hasil/ Outcome

Teridentifikasi permasalahan dalam budidaya jamur serta rekomendasi kebijakan dan

kegiatan dalam pengembangan budidaya jamur.

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya kelembagaan pelaku usaha jamur dalam pengembangan budidaya jamur.

8. Dampak/Impact

Meningkatkan kualitas hasil jamur dan pendapatan pelaku usaha jamur.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Kegiatan FGD pengembangan jamur yang dilaksanakan di Kabupaten

Karawang merupakan wadah bagi pelaku usaha jamur merang, pakar dan

pemerintah (Pusat dan Kabupaten) untuk dapat menyampaikan ide, gagasan

dan permasalahan dalam pengembangan budidaya jamur merang. Dari

pertemuan tersebut diharapkan dapat dihasilkan berbagai macam solusi dan

tindak lanjut dalam upaya pengembangan jamur merang khususnya di

Kabupaten Karawang.

b. Kubung yang ada di petani sudah tidak memadai karena sudah banyak yang

rusak, pemakaian teknologi mesin panen padi (power treasure)

mengakibatkan jerami yang dihasilkan berupa jerami dengan tangkai yang

pendek sehingga mengurangi ketersediaan bahan baku jerami, kualitas bibit

yang tidak baik sehingga produksi menurun dan masih dikuasai oleh pembuat

bibit tunggal.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 524

9.2. Saran

Dari hasil FGD pengembangan jamur didapat beberapa hal yang kedepan perlu

mendapat perhatian bagi pelaku usaha jamur dan pemerintah dalam budidaya

jamur diantaranya adalah:

a. Perlunya memperhatikan peningkatan kualitas benih, sertifikasi penangkar,

kelembagaan penangkar dan perbaikan teknologi budidaya jamur.

b. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan industri perbenihan jamur

secara nasional melalui penguatan SDM perbenihan jamur (penangkar,

petani, asosiasi, pelaku bisnis, institusi pemerintah dan perguruan tinggi).

c. Diharapkan Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Peternakan

Kabupaten Karawang dapat melakukan pertemuan selanjutnya guna

menajamkan dan mengeksplorasi kembali beberapa hal yang menjadi fokus

pembahasan dalam FGD pengembangan jamur.

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI LOMBOK TIMUR, BANTUL, OKU

DAN PATI

1. Latar Belakang

Pelaksanaan kegiatan pengembangan sayuran dan tanaman obat tahun 2015

merupakan implementasi dari sub program peningkatan produksi, produktifitas, dan

mutu hasil sayuran dan tanaman obat secara berkelanjutan. Dukungan terhadap sub

program tersebut, terangkum dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : pengembangan

kawasan sayuran, pengembangan kawasan tanaman obat, sekolah lapangan GAP,

pemberdayaan kelembagaan usaha, peningkatan kapabilitas petugas/petani, pedoman-

pedoman, registrasi lahan usaha, registrasi packing house/bangsal pascapanen, sarana

prasarana budidaya, sarana prasarana pascapanen, sekolah lapangan GHP,

pembinaan pengembangan produksi sayuran dan tanaman obat serta pembinaan

pengembangan pascapanen sayuran dan tanaman obat. Lokasi pengembangan

sayuran dan tanaman obat tahun 2015 tersebar di 32 provinsi dan 131 kabupaten/kota

yang diarahkan pada penerapan GAP, GHP, dan SOP yang spesifik lokasi dan

komoditas, sehingga terbentuk suatu kawasan atau kebun-kebun GAP teregistrasi yang

memenuhi standar pasar modern, dan akhirnya mengantarkan pelaku usaha/petani

menuju gerbang sertifikasi produk. Dalam rangka percepatan pelaksanaan program-

program pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di seluruh lokasi

pengembangan, maka perlu dilakukan pertemuan berupa pertemuan pendampingan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 525

kawasan untuk lebih mengintensifkan pelaksanaan program di kawasan sentra dan

pengembangan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini melakukan pendampingan kawasan pengembangan

sayuran dan tanaman obat dalam melaksanakan program Peningkatan Produksi,

Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat secara Berkelanjutan

TA. 2015.

2.2. Sasaran

Petugas dan pelaku usaha/petani yang mendapat alokasi anggaran program

Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman

Obat secara Berkelanjutan TA. 2015.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 158.291.100,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 158.291.100,-

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi

budidaya berdasarkan GAP/SOP dan pengendalian hama terpadu yang perlu

dilakukan oleh petani di kawasan sayuran dan tanaman obat.

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan

kawasan diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit kepada para

peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) dilaksanakan sebanyak

4 kali yaitu Lombok Timur, Bantul, Ogan Komering Ulu dan Pati dengan rincian sebagai

berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.

4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka

Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).

4.3. Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk perjalanan dalam rangka

Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).

4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan

transport dan uang saku peserta kegiatan Pendampingan Pengembangan

Kawasan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 526

5. Keluaran/Output

5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Lombok Timur

a. Dilaksanakan tanggal 1-3 Juli 2015.

b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke

sentra Cabai di Kab. Lombok Timur.

c. Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat

dan daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Provinsi NTB, Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Kab. Lombok Timur, penyuluh/petugas lapang

serta pengurus/anggota kelompok tani calon penerima Dana Tugas

Pembantuan Ta. 2015 di Kabupaten Lombok Timurl.

d. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka

pertemuan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten

Lombok Timur, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Kasie

Bimbingan Usaha. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi

Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman

Obat Tahun Anggaran 2015, Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan

Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasie Teknnlogi Subdit

Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Laporan Perkembangan

teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan 2015 dan evaluasi kegiatan

Tahun 2014 di Kabupaten Lombok Timur, pengembangan sayuran melalui

penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan pascapanen dan form chek list

penilaian pedoman penerapan buah dan sayuran yang baik oleh Kasie

Teknologi dan Bimbingan Usaha.

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran

2015 yang disampaikan oleh Kasie Bimbingan Usaha, Ir. Sri Setiati

2) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat

TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro,

SP

3) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan

2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala

Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kab. Lombok Timur

4) Pengembangan Sayuran melalui Penerapan Indo-GAP, yang

disampaikan Kasie Bimbingan Usaha, Ir. Sri Setiati

5) Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang

Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 527

6) Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang

Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.

5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Bantul

a. Dilaksanakan tanggal 28-30 April 2015.

b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke

sentra bawang merah di Kab. Bantul yang terkena banjir.

c. Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan

daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi DIY, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Bantul,

penyuluh/petugas lapang serta pengurus/anggota kelompok tani calon

penerima Dana Tugas Pembantuan Ta. 2015 di Kabupaten Bantul.

d. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka

pertemuan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bantul,

dilanjutkan dengan pengarahan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat. Setelah itu acara dilanjutkan dengan

pemaparan materi Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015, Pedoman Teknis

Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh

Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Laporan

Perkembangan teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan 2015 dan

evaluasi kegiatan Tahun 2014 di Kabupaten Pati, pengembangan sayuran

melalui penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan pascapanen dan form

chek list penilaian pedoman penerapan buah dan sayuran yang baik oleh

Kasie Teknologi.

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran

2015 yang disampaikan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat, Dr. Dwi Iswari, MSc.P

2) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat

TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran

Buah, Daun dan Umbi, Ir. Yanuardi, MM

3) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan

2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala

Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kab. Bantul.

4) Pengembangan Sayuran melalui Penerapan Indo-GAP, yang

disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 528

5) Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang

Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.

6) Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang

Baik, yang disampaikan Staf Teknis, Lili, S.TP.

5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Ogan Komering Ulu

a. Dilaksanakan tanggal 27-29 Juli 2015.

b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke

sentra sayuran (cabai) di Kab. Ogan Komering Uludimana saat kunjungan lagi

persiapan lahan dengan penggunaan mulsa untuk ditanami cabai keriting dan

cabai besar.

c. Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat

dan daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten

Ogan Komering Ulu, penyuluh/petugas lapang serta pengurus/anggota

kelompok tani calon penerima Dana Tugas Pembantuan TA. 2015 di

Kabupaten Ogan Komering Ulu.

d. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekalgus membuka

pertemuan oleh Kabid Tanaman Pangan Kabupaten Ogan Komering Ulu,

dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Direktur Budidaya dan

Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang diwakili Kasie Teknologi

Subdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi. Setelah itu acara

dilanjutkan dengan pemaparan materi Kebijakan Pengembangan Budidaya

dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015,

Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat

Tahun 2015 oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan

Umbi, Laporan Perkembangan teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan

2015 dan evaluasi kegiatan Tahun 2014 di Kabupaten Ogan Komering Ulu,

pengembangan sayuran melalui penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan

pascapanen dan form chek list penilaian pedoman penerapan buah dan

sayuran yang baik oleh Kasie Teknologi dan Staf.

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran

2015 yang disampaikan oleh Kasie Teknologi Subdit Budidaya Tanaman

Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lukman Dani Saputro, SP

2) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat

TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasie Teknologi Subdit Budidaya

Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lukman Dani Saputro, SP

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 529

3) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan

2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala

Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Ogan Komering Ulu.

4) Pengembangan Sayuran melalui Penerapan Indo-GAP, yang

disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.

5) Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang

Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.

6) Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang

Baik, yang disampaikan salah satu staf, Lili S.TP.

5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Pati

a. Dilaksanakan tanggal 15-17 April 2015.

b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke

sentra bawang merah di Kab. Pati dimana pertanaman bawang merah saat

dikunjungi ada yang sudah panen, akan panen dan juga sudah mulai tanam

lagi. Varietas bawang merah dominan adalah Bauji dan Tajuk.

c. Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat

dan daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi

Jawa Tengah, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Pati,

penyuluh/petugas lapang serta pengurus/anggota kelompok tani calon

penerima Dana Tugas Pembantuan TA. 2015 di Kabupaten Pati.

d. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekalgus membuka

pertemuan oleh Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pati

mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Direktur

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang diwakili

Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi. Setelah itu

acara dilanjutkan dengan pemaparan materi Kebijakan Pengembangan

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran

2015, Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman

Obat Tahun 2015 oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan

Umbi, Laporan Perkembangan teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan

2015 dan evaluasi kegiatan Tahun 2014 di Kabupaten Pati, pengembangan

sayuran melalui penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan pascapanen

dan form chek list penilaian pedoman penerapan buah dan sayuran yang baik

oleh Kasie Teknologi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 530

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun

Anggaran 2015 yang disampaikan oleh Kasubdit Budidaya Tanaman

Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Yanuardi, MM

2) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat

TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran

Buah, Daun dan Umbi, Ir. Yanuardi, MM

3) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan

2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala

Bidang Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kab. Pati.

4) Pengembangan Sayuran melalui Penerapan Indo-GAP, yang

disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.

5) Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman

Yang Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro,

SP.

6) Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang

Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.

6. Hasil/Outcome

Petugas pembina dan petani dari 4 (empat) wilayah yaitu Lombok Timur, Bantul, OKU

dan Pati sebagai kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat mendapatkan

tambahan pengetahuan dan ketrampilan penerapan dimulai dari penerapan budidaya

yang baik (GAP), penanganan pascapanen yang baik (GHP) dan penerapan registrasi

lahan usaha sayuran dan tanaman obat.

7. Manfaat/Benefit

Pengembangan sayuran dapat dilakukan oleh petani secara lebih baik, yang mengacu

pada penerapan GAP/GHP/SOP sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan

lingkungan, terutama dalam penggunaan pestisida.

8. Dampak/Impact

Produksi sayuran meningkat dengan mutu lebih baik sehingga menambah pendapatan

dan kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 531

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Secara umum telah dilakukan persiapan pelaksanaan kegiatan

pengembangan bawang merah melalui dana Tugas Pembantuan TA 2015,

diantaranya melalui pelaksanaan CP/CL, dan persiapan administrasi dan

teknis persyaratan pengadaan.

b. Perlu peningkatan dan perbaikan perilaku penggunaan pupuk organik dan

anorganik serta pestisida agar sesuai dengan petunjuk Indo-GAP, agar

produk yang dihasilkan aman konsumsi, bermutu dan lahan tetap terjaga

kesuburannya dan lingkungan tetap lestari.

c. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pertemuan pendampingan ini

berdampak terhadap percepatan penyerapan anggaran di daerah, karena

permasalahan yang dihadapi dapat segera diatasi melalui diskusi stakeholder

di daerah dibantu dengan pemikiran intensif oleh pusat. Daerah lebih intensif

berkoordinasi secara internal.

9.2. Saran

a. Perlu dilakukan sosialisasi baik oleh Dinas Pertanian setempat maupun pusat

kepada petani/kelompok tani/Gapoktan tentang penerapan budidaya yang

ramah lingkungan dengan memperbanyak penggunaan pupuk organik yang

telah dicampur agensia hayati, aplikasi pestisida melalui penerapan PHT,

agar produk yang dihasilkan aman konsumsi, bermutu dan lahan tetap terjaga

kesuburannya untuk mendukung produksi sayuran.

b. Kegiatan ini perlu terus dilakukan agar lebih banyak lagi petani/kelompok tani

yang wawasannya terbuka dan merubah paradigma yang selama ini

berdasarkan kebiasaan sehingga mau melakukan budidaya sayuran sesuai

penerapan GAP/SOP, GHP dan tatacara registrasi lahan usaha sayuran.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 532

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI BIMA, KARANGANYAR, ACEH

BESAR DAN BREBES

1. Latar Belakang

Pelaksanaan kegiatan pengembangan sayuran dan tanaman obat tahun 2015

merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun 2014 dengan berbagai penyesuaian dan

penajaman pada beberapa aspek. Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman

Obat Tahun 2015 terdiri dari beberapa output kegiatan yang meliputi Pengembangan

Kawasan Sayuran, Pengembangan Kawasan Tanaman Obat, Sekolah Lapang GAP

dan GHP, Pedoman-pedoman, Registrasi Lahan Usaha, Sarana Prasarana Budidaya,

Sarana Prasarana Pascapanen, dan Pembinaan Produksi dan Pascapanen Sayuran

dan Tanaman Obat. Seluruh kegiatan tersebut berazaskan program utama yaitu

peningkatan produksi dan produktivitas produk sayuran dan tanaman obat ramah

lingkungan.

Lokasi pengembangan sayuran dan tanaman obat tahun 2015 tersebar di 33 provinsi

yang diarahkan pada penerapan GAP, GHP, dan SOP yang spesifik lokasi dan

komoditas. Sehingga terbentuk suatu kawasan atau kebun-kebun GAP teregistrasi

sehingga pelaku usaha/petani dapat memenuhi standar pasar modern dan akhirnya

mengantarkan pelaku usaha/petani menuju gerbang sertifikasi produk.

Dalam rangka percepatan pelaksanaan program-program pengembangan kawasan

sayuran dan tanaman obat di seluruh lokasi pengembangan, maka perlu dilakukan

pertemuan pendampingan kawasan untuk lebih mengintensifkan pelaksanaan program

di kawasan sentra dan pengembangan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan kegiatan ini, yaitu melakukan pendampingan kawasan pengembangan

sayuran dan tanaman obat dalam melaksanakan program Peningkatan Produksi

dan Produktifitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA.

2015.

2.2. Sasaran

Petugas dan pelaku usaha/petani yang mendapat alokasi anggaran program

Peningkatan Produksi dan Produktifitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat

Ramah Lingkungan TA. 2015.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 533

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 183.964.000.-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 182.114.800.-

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi

budidaya berdasarkan GAP/SOP dan pengendalian hama terpadu yang perlu

dilakukan oleh petani di kawasan sayuran dan tanaman obat.

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan

pengembangan kawasan di kabupaten Brebes, Karanganyar, Bima dan Aceh

Besar diberikan sarana penunjang berupa topi, dan seminar kit kepada

narasumber dan peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan dilakukan oleh

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian

kegiatan sebagai berikut :

4.1. Belanja Bahan

Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan pendampingan pengembangan

kawasan di empat kabupaten yang telah ditentukan diberikan a) sarana penunjang

kepada narasumber dan peserta berupa topi dan seminar kit dan b) konsumsi

kepada peserta dan narasumber.

4.2. Belanja Jasa Profesi

Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber kegiatan pendampingan

pengembangan kawasan disetiap penyelenggaraan kegiatan.

4.3. Belanja Perjalanan Biasa

Dilaksanakan berupa perjalanan bagi peserta pusat dalam rangka menghadiri dan

melaksanakan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan sayuran dan

tanaman obat di Kabupaten Brebes, Karanganyar, Bima dan Aceh Besar.

4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

Dilaksanakan berupa bantuan transport dan uang saku bagi peserta daerah dalam

rangka menghadiri kegiatan pendampingan pengembangan kawasan di wilayah

setempat Kabupaten Brebes, Karanganyar, Bima dan Aceh Besar.

5. Keluaran/Output

5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Brebes

a. Dilaksanakan tanggal 18 - 20 Maret 2015.

b. Rangkaian kegiatan meliputi pertemuan intensif di ruang rapat Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan hortikultura Kabupaten Brebes, dilanjutkan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 534

hari berikutnya untuk kunjungan lapang ke lahan usaha bawang merah dan

jahe tempat lokasi penerima bantuan hortikultura 2015.

c. Peserta pertemuan berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Kabupaten Brebes; penyuluh dan petani penerima bantuan

barang pengembangan sayuran dan tanaman obat ta 2015 dengan jumlah

peserta sebanyak 60 orang.

d. Narasumber yang mengisi pertemuan yaitu Kepala Bidang Produksi dan

Perlindungan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten

Brebes.

e. Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan

kawasan di Kabupaten Brebes :

1) Pengarahan Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan

Tanaman Obat

2) Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat

TA. 2015

3) Pemaparan GAP Sayuran dan Tanaman Obat Serta Tata Cara Registrasi

Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat

4) Pemaparan persiapan pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan

sayuran dan tanaman obat TA. 2015 dan Evaluasi Kegiatan TA. 2014 di

Kabupaten Brebes

5) Pemaparan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan: Pemanfaatan

Agens Hayati Untuk Pengendalian OPT

6) Gambaran Kesiapan Perbenihan untuk Pelaksanaan Pengembangan

Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat di Kabupaten Brebes TA 2015.

5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Karanganyar

a. Dilaksanakan tanggal 15 - 17 April 2015.

b. Rangkaian kegiatan meliputi kunjungan lapang untuk meninjau lokasi

penerima bantuan untuk komoditas bawang putih dan jahe. Dilanjutkan hari

berikutnya pertemuan pendampingan pengembangan kawasan dilaksanakan

di ruang rapat OISCA TC Karangpandan.

c. Peserta pertemuan berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan,

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, Mantri Tani, Penyuluh

dan Petani penerima bantuan pengembangan sayuran dan tanaman obat TA

2015 dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang.

d. Narasumber yang mengisi pertemuan yaitu Kepala Bidang Tanaman Pangan

dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Karanganyar.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 535

e. Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan

kawasan di Kabupaten Karanganyar :

1) Pengarahan Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan

Tanaman Obat.

2) Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat

TA. 2015.

3) Pemaparan GAP Sayuran dan Tanaman Obat serta Tata Cara Registrasi

Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat.

4) Pemaparan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Kawasan

Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 dan Evaluasi Kegiatan TA. 2014 di

Kabupaten Karanganyar.

5) Pemaparan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan : Pemanfaatan

Agens Hayati untuk Pengendalian OPT.

6) Gambaran Kesiapan Perbenihan untuk Pelaksanaan Pengembangan

Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat di Kabupaten Karanganyar TA.

2015.

5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Aceh Besar

a. Dilaksanakan tanggal 23 - 25 April 2015.

b. Rangkaian kegiatan meliputi kegiatan pertemuan pendampingan

pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat dilaksanakan di BPP

Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 23 April 2015,

dan kunjungan lapang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 ke lahan usaha

sayuran dan tanaman obat yang mendapat fasilitasi kegiatan pengembangan

kawasan sayuran dan tanaman obat TA. 2015.

c. Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan

kawasan di Kabupaten Aceh Besar:

1) Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat

disampaikan oleh Kasi Teknologi Budidaya Tanaman Obat dan Jamur

2) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat

TA. 2015

3) Sosialisasi Pedoman Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat yang Baik

serta Tata Cara Registrasi Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat

4) Rincian Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas

Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 di

Kabupaten Aceh Besar

5) Pemaparan Budidaya Bawang Merah dan Penangkaran Benih Bawang

Merah di Kab. Aceh Besar

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 536

6) Pemarapan Budidaya Jahe di Dataran Rendah dan Persiapan

Penangkaran Jahe

7) Budidaya Jamur Merang di Kec. Kuta Baro.

8) Pemaparan Pengendalian OPT Hortikultura Ramah Lingkungan.

5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Bima

a. Dilaksanakan tanggal 6 – 8 Mei 2015.

b. Rangkaian kegiatan meliputi kegiatan pertemuan pendampingan

pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat dilaksanakan di Aula

BP4K pada tanggal 6 Mei 2015, kunjungan lapang dilakukan pada tanggal 7 -

8 Mei 2015 ke lahan usaha bawang merah dan bawang putih yang mendapat

fasilitasi kegiatan pengembangan kawasan sayuran TA. 2015.

c. Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan

kawasan di Kabupaten Aceh Besar :

1) Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan TA. 2015 dan Evaluasi

Kegiatan 2014.

2) Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat.

3) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat

TA. 2015.

4) Sosialisasi Pedoman Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat yang Baik

serta Tata Cara Registrasi Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat.

5) Pengembangan Bawang Merah dan Bawang Putih di Kabupaten Bima.

6) Pemaparan Penangkaran Benih Bawang Putih di Kab. Bima.

7) Pemarapan Asosiasi Penangkaran Bawang Merah di Kab. Bima.

8) Pemaparan Penyiapan Agens Hayati dan Cara Pembuatannya.

6. Hasil/Outcome

Tersosialisasikannya berbagai pedoman-pedoman antara lain GAP, GHP, registrasi

lahan usaha sayuran dan tanaman obat, pemberdayaan kelembagaan usaha, sarana

prasarana budidaya dan pascapanen.

7. Manfaat/Benefit

Petugas bersama-sama dengan petani dapat menerapkan SOP, GAP dan GHP serta

melakukan registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat.

8. Dampak/Impact

Petugas bersama-sama dengan petani dapat menerapkan SOP, GAP dan GHP serta

melakukan registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 537

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Brebes

1) Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam

yang berlaku, sehingga program kegiatan dapat berjalan dengan lebih

efektif dan efisien.

2) Melakukan pertanian ramah lingkungan terutama dalam hal pengendalian

OPT. Saat ini petani bawang merah sudah mulai beralih ke budidaya

ramah lingkungan untuk itu perlu pendampingan yang lebih intensif dari

petugas di kabupaten/kota dan Provinsi.

3) Pembinaan intensif dari aparat petugas dan penyuluh pertanian kepada

para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi, pembinaan

kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam hal ini sangat

menentukan keberhasilan dan tingkat kesejahteraan petani.

b. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Karanganyar

1) Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam

yang berlaku, sehingga program kegiatan dapat berjalan efektif dan

efisien.

2) Melakukan pertanian ramah lingkungan terutama dalam hal pengendalian

OPT. Saat ini petani sudah mulai beralih ke budidaya ramah lingkungan

untuk itu perlu pendampingan yang lebih intensif dari petugas di

kabupaten/kota dan Provinsi.

3) Pembinaan intensif dari aparat petugas dan penyuluh pertanian kepada

para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi, pembinaan

kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam hal ini sangat

menentukan keberhasilan dan tingkat kesejahteraan petani

4) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan

pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan

penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga

petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.

5) Perlu di bangun sebuah jaringan informasi pasar yang dapat

menghubungkan petani, pasar dan produsen dalam pembangunan pasar

komoditi hortikultura.

c. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Aceh Besar

1) Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam

yang berlaku, sehingga program kegiatan dapat berjalan efektif dan

efisien.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 538

2) Pembinaan intensif dari aparat petugas dan penyuluh pertanian kepada

para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi, pembinaan

kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam hal ini sangat

menentukan keberhasilan dan tingkat kesejahteraan petani.

3) Dalam rangka mewujudkan pertanian ramah lingkungan terutama dalam

hal pengendalian OPT. Diharapkan pembinaan dan bimbingan intensif

dari UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh untuk

sosialisasi dan mendampingi pengaplikasian biopestisida, agens hayati,

mikoriza, dan lainnya.

d. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Bima

1) Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam

yang berlaku, sehingga kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien.

2) Pembinaan intensif dari petugas dinas pertanian setempat dan penyuluh

pertanian kepada para petani/kelompok tani khususnya transfer

teknologi, pembinaan kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam

rangka mewujudkan keberhasilan dan kesejahteraan petani.

3) Dalam rangka mewujudkan pertanian ramah lingkungan terutama dalam

hal pengendalian OPT. Diharapkan pembinaan dan bimbingan intensif

dari UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Bima

untuk sosialisasi dan mendampingi pengaplikasian biopestisida, agens

hayati, mikoriza, dan lainnya.

9.2. Saran

a. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Brebes

1) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Brebes dapat melakukan penyusunan SOP komoditas yang

spesifik lokasi, khususnya untuk komoditas bawang merah mengingat

kabupaten ini adalah sentra produksi bawang merah. SOP komoditas

merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan registrasi lahan

usaha.

2) Untuk mendukung pengembangan kawasan tanaman obat, diharapkan

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes

mulai merintis pengembangan penangkar benih tanaman obat khususnya

dari jenis temu-temuan.

3) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan

pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan

penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga

petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 539

b. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Karanganyar

1) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Karanganyar dapat melakukan penyusunan SOP

komoditas yang spesifik lokasi, khususnya untuk komoditas bawang putih

mengingat kabupaten ini adalah sentra produksi pengembangan bawang

putih. SOP komoditas merupakan salah satu syarat untuk dapat

melakukan registrasi lahan usaha.

2) Untuk mendukung pengembangan kawasan tanaman obat, diharapkan

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten

Karanganyar mulai merintis pengembangan penangkar benih tanaman

obat khususnya dari jenis temu-temuan.

3) Perlunya dilakukan upaya peningkatan produksi dan mutu serta

perbaikan mutu benih melalui sosialisasi penggunaan benih bersertifikat

dan pelatihan penangkaran benih bersertifikat.

4) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan

pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan

penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga

petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.

5) Perlu di bangun sebuah jaringan informasi pasar yang dapat

menghubungkan petani, pasar dan produsen dalam pembangunan pasar

komoditi hortikultura.

c. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Aceh Besar

1) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Hortikultura

Kabupaten Aceh Besar dapat melakukan penyusunan SOP komoditas

yang spesifik lokasi (sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan

registrasi lahan usaha), khususnya untuk komoditas bawang merah,

cabai, dan jahe mengingat Kabupaten Aceh Besar merupakan sentra

pengembangan bawang merah cabai, dan jahe di luar P. Jawa.

2) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Aceh Besar lebih mulai mengintensifkan kerjasama dengan

BPSB Provinsi Aceh atau BPSBTPH setempat untuk memberikan

pengarahan dan pelatihan kepada calon penangkar benih sayuran dan

tanaman obat untuk selanjutnya didaftarkan menjadi penangkar yang

bersertifikat. Hal ini mengingat, kebutuhan benih sayuran (bawang merah

dan cabai) dan tanaman obat (jahe) di Kab. Aceh Besar setiap tahunnya

semakin meningkat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 540

3) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan

pengusaha benih, pupuk serta pestisida dalam hal penyediaan atau

penyaluran sarana produksi, sehingga petani dapat menekan biaya

produksi yang harus dikeluarkan.

4) Perlu dibangun sebuah jaringan informasi pasar yang dapat

menghubungkan petani dan pasar dalam pembangunan pasar komoditi

hortikultura. Sehingga perlu dilakukan penjadwalan tanam atau pola

tanam per kecamatan untuk menekan perubahan harga dan menjaga

pasokan produksi.

d. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Bima

1) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Hortikultura

Kabupaten Bima dapat melakukan penyusunan SOP komoditas yang

spesifik lokasi (sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan

registrasi lahan usaha), khususnya untuk komoditas bawang merah dan

bawang putih mengingat Kabupaten Bima merupakan sentra

pengembangan bawang merah dan bawang putih di luar P. Jawa.

2) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Bima lebih mengintensifkan kerjasama dengan BPSB Provinsi

NTB atau BPSBTPH setempat untuk memberikan pengarahan dan

pelatihan kepada calon penangkar benih sayuran (bawang merah dan

bawang putih) untuk selanjutnya didaftarkan menjadi penangkar yang

bersertifikat. Hal ini mengingat, kebutuhan benih sayuran setiap tahunnya

semakin meningkat.

3) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan

pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan

penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga

petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.

4) Perlu dibangun sebuah jaringan informasi pasar yang dapat

menghubungkan petani, pasar dan produsen dalam pembangunan pasar

komoditi hortikultura. Sebelumnya perlu dilakukan penjadwalan tanam

atau pola tanam per kecamatan untuk menekan perubahan harga dan

menjaga pasokan produksi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 541

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI SIMALUNGUN, KEPAHIANG,

BULELENG DAN CIANJUR

1. Latar Belakang

Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015

merupakan implementasi dari sub program Peningkatan Produksi dan Produktivitas

Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan. Dukungan terhadap sub

program tersebut, terangkum dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Pengembangan

Kawasan Sayuran, Pengembangan Kawasan Tanaman Obat, Sekolah Lapangan GAP,

Pemberdayaan Kelembagaan Usaha, Peningkatan Kapabilitas Petugas/Petani,

Pedoman-Pedoman, Registrasi Lahan Usaha, Registrasi Packing House/Bangsal

Pascapanen, Sarana Prasarana Budidaya, Sarana Prasarana Pascapanen, Sekolah

Lapangan GHP, Pembinaan Pengembangan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat

serta Pembinaan Pengembangan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

Mengingat begitu pentingnya kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman

Obat dalam menyokong pembangunan pertanian secara umum dan mendukung

pengembangan sayuran dan tanaman obat secara khusus, maka perlu dilakukan

kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) di wilayah-wilayah yang

menjadi pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat, agar pengembangan

kawasan sayuran dan tanaman obat dapat dilaksanakan sesuai dengan indikator

kinerja, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam rangka mengintensifkan dan melakukan percepatan pelaksanaan program-

program Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 di seluruh

lokasi, maka perlu dilakukan pendampingan berupa pertemuan Pendampingan

Pengembangan Kawasan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Untuk melakukan pendampingan pelaksanaan program Peningkatan Produksi dan

Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 di

Kabupaten Simalungun, Kepahiang, Cianjur dan Buleleng.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 542

2.2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah Petugas dan petani/pelaku usaha yang mendapat

alokasi anggaran program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk

Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 184.260.000,-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp.182.708.100,-

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi

budidaya dan pengendalian hama terpadu yang perlu dilakukan oleh petani di

kawasan sayuran dan tanaman obat.

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan

kawasan diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit kepada para

peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) dilaksanakan sebanyak

4 kali yaitu di Simalungun, Kepahiang, Cianjur dan Buleleng dengan rincian sebagai

berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.

4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka

Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).

4.3. Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk perjalanan dalam rangka

Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).

4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan

transport dan uang saku peserta kegiatan Pendampingan Pengembangan

Kawasan.

5. Keluaran/Output

5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Simalungun

a. Dilaksanakan tanggal 20-22 April 2015.

b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke

lahan usaha sayuran milik kelompoktani Sila Maria di Desa Dolok Huluan

Kecamatan Raya dan Kelompoktani Dusnyur I di Desa Sondi Raya

Kecamatan Raya. Hari kedua dilakukan kunjungan ke Pasar Tradisional

Kabupaten Simalungun dan setelahnya dilanjutkan dengan Pertemuan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 543

Pendampingan Pengembangan Kawasan yang dilaksanakan di Aula Kantor

Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun.

c. Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari narasumber, petugas

Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, petugas PPL dan POPT, serta

kelompok tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Pertemuan ini dibuka oleh

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun (Ir. Jan Posman H. Purba)

yang dihadiri oleh Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun,

PPK Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun (Lamria Sitorus, SP), dan

petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (Amisani Br. Sembiring,

SP, MS).

d. Narasumber berasal dari UPT PTPH Sumatera Utara (Kaspar Simbolon, SP),

dan Darwis Sipayung, Ketua KTNA Kabupaten Simalungun dan petugas

pusat dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan

oleh Kasi Sarana Subdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun

dan Umbi, Ir. M. Tahir, MP.

2) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan

Kegiatan 2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh PPK Dinas

Pertanian Kabupaten Simalungun Lamria Sitorus, SP.

3) Gambaran Kesiapan kelompoktani yang disampaikan oleh Darwis

Sipayung, Ketua KTNA Kabupaten Simalungun.

4) Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan

Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasi Sarana Subdit Pascapanen

Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. M. Tahir, MP.

5) Teknik Pembuatan Agensia Hayati oleh Kaspar Simbolon, SP dari

UPT PTPH Sumatera Utara.

6) Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat.

5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Kepahiang

a. Dilaksanakan pada tanggal 4-6 Mei 2015.

b. Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Kepahiang

diawali dengan kunjungan lapangan ke lahan usaha sayuran milik

Kelompoktani Harapan Jaya, calon penerima bantuan APBN 2015. Hari

berikutnya dilakukan kunjungan lapangan ke pasar tradisional kabupaten dan

kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pertemuan yang dilaksanakan di

Aula Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 544

c. Peserta berjumlah 60 orang yang terdiri dari Petugas Dinas Pertanian

Kabupaten Kepahiang, petugas PPL dan POPT, serta kelompok

tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Kegiatan dihadiri oleh Kabid

Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang dan petugas Dinas

Pertanian Provinsi Bengkulu (Nurul).

d. Narasumber yang hadir pada pertemuan adalah Budi, SP sebagai PPK Dinas

Pertanian Kabupaten Kepahiang, Petugas POPT Kepahiang (Muslimin), dan

Ketua Kelompoktani Maju Rejo (Seno) dari Desa Sidorejo Kecamatan

Kabawetan Kabupaten Kepahiang serta petugas pusat dari Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh

Kasi Sarana Subdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan

Umbi, Ir. M. Tahir, MP.

2) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan

2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh PPK Dinas Pertanian Kabupaten

Kepahiang, Budi, SP.

3) Gambaran Usaha Tani Kelompoktani oleh Seno Ketua Kelompoktani

Maju Rejo yang berlokasi di Desa Sidorejo Kecamatan Kabawetan

Kabupaten Kepahiang.

4) Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan

Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasi Sarana Subdit Pascapanen

Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. M. Tahir, MP.

5) Teknik Pembuatan Agensia Hayati oleh Petugas POPT Kepahiang

(Muslimin)

6) Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat.

5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Buleleng

a. Dilaksanakan pada tanggal 15 – 17 April 2015.

b. Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Buleleng

dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten

Buleleng.

c. Peserta berjumlah 60 orang yang terdiri dari Petugas Dinas Pertanian dan

Peternakan Kabupaten Buleleng, petugas PPL dan POPT, serta kelompok

tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Kegiatan dihadiri oleh Kepala Bidang

Hortikultura, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng.

d. Narasumber yang hadir pada pertemuan adalah Ir. Subudi sebagai Kepala

Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng,

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 545

petugas Laboratorium PHPTPH Kabupaten Buleleng (I Nyoman Arsa), dan

Petugas Informasi Lapang Kabupaten Buleleng (Ketut Astawa) serta petugas

pusat dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh

KaSubdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir.

Gabriella Susilowati, MP.

2) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan

2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh Kepala Bidang Hortikultura Dinas

Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng, Ir. Subudi.

3) Pengembangan Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Buleleng oleh

Ketut Astawa selaku Petugas Informasi Lapang Kabupaten Buleleng.

4) Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan

Tanaman Obat Tahun 2015 oleh KaSubdit Pascapanen Tanaman

Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Gabriella Susilowati, MP.

5) Teknik Pembuatan Agensia Hayati pada Cabai dan Bawang Merah oleh

Petugas Laboratorium PTPTPH (I Nyoman Arsa)

6) Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat oleh

Kasi Teknologi Subdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lilis

Suhaeti, SP.

5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Cianjur

a. Dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Juni 2015.

b. Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Cianjur

dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Kabupaten Cianjur.

c. Peserta berjumlah 60 orang yang terdiri dari Petugas Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, petugas PPL dan

POPT, serta kelompok tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Kegiatan

dihadiri oleh Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan

dan Hortikultura.

d. Narasumber yang hadir pada pertemuan adalah PPK Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, petugas Laboratorium

PHPTPH Kabupaten Cianjur, dan perwakilan kelompoktani penerima

bantuan, serta petugas pusat dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 546

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh

KaSubdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir.

Gabriella Susilowati, MP.

2) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan

2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh PPK Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.

3) Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan

Tanaman Obat Tahun 2015 oleh KaSubdit Pascapanen Tanaman

Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Gabriella Susilowati, MP.

4) Teknik Pembuatan Agensia Hayati Untuk Komoditas Sayuran oleh

Petugas Laboratorium PTPTPH , Bapak Atang.

5) Kesiapan Petani sebagai Penerima Manfaat kegiatan Pengembangan

Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat di Kabupaten Cianjur, oleh Bapak

Sabar, Kelompoktani Gede Harepan, Gekbong.

6) Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat oleh

Kasi Teknologi Subdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lilis

Suhaeti, SP.

6. Hasil/Outcome

Terwujudnya pendampingan intensif berupa tatap muka dan koordinasi langsung antar

instansi di kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat di empat wilayah yaitu

Simalungun, Kepahiang, Buleleng dan Cianjur.

7. Manfaat/Benefit

Tersosialisasinya program dan langkah pengembangan kawasan di 4 wilayah yaitu

Simalungun, Kepahiang, Buleleng dan Cianjur. Tergalinya hambatan dan masalah,

serta dirumuskannya solusi dalam program pengembangan kawasan sayuran di daerah.

8. Dampak/Impact

Program pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di wilayah Simalungun,

Kepahiang, Buleleng dan Cianjur dapat berjalan sesuai indikator kinerja, tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 547

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pertemuan pendampingan ini berdampak

terhadap percepatan penyerapan anggaran di daerah, karena permasalahan yang

dihadapi dapat segera diatasi melalui diskusi stakeholder di daerah dibantu

dengan pemikiran intensif oleh pusat. Daerah lebih intensif berkoordinasi secara

internal.

9.2. Saran

Dari pengalaman yang dilakukan pada tahun 2012-2015 yang telah memberikan

dampak positif bagi percepatan penyerapan anggaran dan pelaksanaan kegiatan

di Kabupaten/Kota, maka kegiatan serupa perlu untuk tetap dilaksanakan pada

tahun-tahun mendatang.

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI TEGAL, TEMANGGUNG, MINAHASA

DAN PESISIR SELATAN

1. Latar Belakang

Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015

merupakan implementasi dari sub program Peningkatan Produksi dan Produktivitas

Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan. Dukungan terhadap sub

program tersebut, terangkum dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Pengembangan

Kawasan Sayuran, Pengembangan Kawasan Tanaman Obat, Sekolah Lapangan GAP,

Pemberdayaan Kelembagaan Usaha, Peningkatan Kapabilitas Petugas/Petani,

Pedoman-Pedoman, Registrasi Lahan Usaha, Registrasi Packing House/Bangsal

Pascapanen, Sarana Prasarana Budidaya, Sarana Prasarana Pascapanen, Sekolah

Lapangan GHP, Pembinaan Pengembangan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat

serta Pembinaan Pengembangan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

Mengingat begitu pentingnya kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman

Obat dalam menyokong pembangunan pertanian secara umum dan mendukung

pengembangan sayuran dan tanaman obat secara khusus, maka perlu dilakukan

kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) di wilayah-wilayah yang

menjadi pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat, agar pengembangan

kawasan sayuran dan tanaman obat dapat dilaksanakan sesuai dengan indikator

kinerja, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 548

Dalam rangka mengintensifkan dan melakukan percepatan pelaksanaan program-

program Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 di seluruh

lokasi, maka perlu dilakukan pendampingan berupa pertemuan Pendampingan

Pengembangan Kawasan.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Untuk melakukan pendampingan pelaksanaan program Peningkatan Produksi dan

Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 di

Kabupaten Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan.

2.2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah Petugas dan petani/ pelaku usaha yang

mendapat alokasi anggaran program Peningkatan Produksi dan Produktivitas

Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 172.493.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 162.959.700,-

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi

budidaya dan pengendalian hama terpadu yang perlu dilakukan oleh petani di

kawasan sayuran dan tanaman obat.

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan

pengembangan kawasan diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit

untuk 60 orang di masing-masing lokasi diberikan kepada para peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) dilaksanakan sebanyak

4 kali yaitu di Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan dengan rincian

sebagai berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.

4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka

Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).

4.3. Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk perjalanan dalam rangka

Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).

4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan

transport dan uang saku peserta kegiatan Pendampingan Pengembangan

Kawasan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 549

5. Keluaran/Output

5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Tegal

a. Dilaksanakan tanggal 16 April 2015.

b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas

Pertanian Tegal untuk pelaksanaan kegiatan. Hari kedua pertemuan kegiatan

pendampingan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat.

c. Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari petugas kabupaten,

penyuluh pertanian lapangan dan petani yang mendapat alokasi anggaran

program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan

Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. Pertemuan ini dibuka oleh

Kepala Bidang Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal.

d. Narasumber berasal Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan

Tanaman Obat, Kepala Bidang Hortikultura dan PPK Kabupaten Tegal.

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh

Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

2) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk

Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kasubdit

Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

3) Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui

Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala

Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

4) Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014

dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura Kabupaten Tegal.

5) Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan

bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.

5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Temanggung

a. Dilaksanakan tanggal 6 Mei 2015.

b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas

Pertanian Temanggung untuk pelaksanaan kegiatan. Hari kedua Pertemuan

kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman

Obat.

c. Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari petugas kabupaten,

penyuluh pertanian lapangan, dan petani yang mendapat alokasi anggaran

program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan

Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. Pertemuan ini dibuka oleh Ir.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 550

Sunardi, M.M. selaku Sekretaris Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Temanggung.

d. Narasumber berasal Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan

Tanaman Obat, Kepala Bidang Hortikultura, dan PPK Kabupaten

Temanggung.

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh

Kepala Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

2) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk

Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kepala

Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

3) Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui

Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala

Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

4) Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014

dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura, Dinas Pertanian, Perkebunan

dan Kehutanan Kabupaten Temanggung.

5) Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan

bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.

5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Minahasa

a. Dilaksanakan tanggal 1 April 2015.

b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas

Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Minahasa untuk

pelaksanaan kegiatan. Hari kedua Pertemuan kegiatan Pendampingan

Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat.

c. Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari petugas kabupaten,

penyuluh pertanian lapangan, dan petani yang mendapat alokasi anggaran

program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan

Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. Pertemuan ini dibuka oleh Ir.

Revly Al Mambu selaku Kepala Dinas Pertanian Perkebunan, dan Kehutanan

Kabupaten Minahasa.

d. Narasumber berasal dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan

Tanaman Obat, Kepala Bidang Hortikultura dan PPK Kabupaten Minahasa.

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh

Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 551

2) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk

Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kasubdit

Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

3) Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui

Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala

Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

4) Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014

dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura Kabupaten Minahasa.

5) Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan

bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.

5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Pesisir Selatan

a. Dilaksanakan tanggal 29 April 2015.

b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas

Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan untuk

pelaksanaan kegiatan. Hari kedua Pertemuan kegiatan Pendampingan

Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat.

c. Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari petugas

kabupaten, penyuluh pertanian lapangan, dan petani yang mendapat alokasi

anggaran program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk

Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. Pertemuan ini

dibuka oleh Ir. Widya Dari, M.Si. selaku Kepala Bidang Tanaman Pangan,

Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan.

d. Narasumber berasal dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan

Tanaman Obat, Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

dan PPK Kabupaten Pesisir Selatan.

e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh

Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

2) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk

Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kasubdit

Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

3) Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui

Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala

Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.

4) Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014

dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pesisir Selatan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 552

5) Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan

bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.

6. Hasil/Outcome

Terwujudnya pendampingan intensif berupa tatap muka dan koordinasi langsung antar

instansi di kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat di empat wilayah yaitu

Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan.

7. Manfaat/Benefit

Tersosialisasinya program dan langkah pengembangan kawasan di 4 wilayah yaitu

Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan. Tergalinya hambatan dan masalah,

serta dirumuskannya solusi dalam program pengembangan kawasan sayuran di daerah.

8. Dampak/Impact

Program pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di wilayah Tegal,

Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan dapat berjalan sesuai indikator kinerja,

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Meningkatkan nilai tambah produk terutama pada saat panen raya untuk

dapat memperpanjang masa simpan produk melalui pembuatan produk

olahan bawang merah (bawang goreng) dan cabai merah (cabe kering dan

cabai bubuk).

b. Fasilitasi bantuan dari Pemerintah Pusat diharapkan dapat dimanfaatkan dan

dipergunakan sebaik baiknya oleh kelompoktani penerima manfaat sehingga

dapat meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan kelompok tani.

c. Upaya peningkatan mutu produk dan aman konsumsi serta berdaya saing

dilakukan dengan penerapan budidaya dan penanganan pascapanen yang

baik sesuai prinsip-prinsip GAP dan GHP.

9.2. Saran

a. Penguatan dan pemantapan kelembagaan kelompok tani sehingga dapat

mengurangi peran tengkulak dalam menentukan harga di tingkat petani.

b. Perlu dilakukan pembinaan dan pendampingan intensif oleh petugas dan

penyuluh pertanian kepada para petani/kelompok tani terkait penerapan

budidaya dan pascapanen yang baik sesuai dengan kaidah GAP dan GHP

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 553

sehingga produksi yang dihasilkan lebih tinggi, berkelanjutan dan bersifat

ramah lingkungan.

c. Melakukan pembinaan yang intensif dari aparat petugas dan penyuluh

pertanian kepada para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi

terkait budidaya dan pascapanen komoditas cabai merah dan bawang merah

memfasilitasi kerjasama kelompok tani dan mitra usaha dalam konteks

peningkatan kesejahteraan petani.

d. Pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten dapat memberikan

dukungan/fasilitas dalam program pengembangan kawasan sayuran dan

tanaman obat.

PERJALANAN DALAM RANGKA BERBAGAI PEMBINAAN DAN BIMBINGAN

PEMBINAAN KELEMBAGAAN CABAI DAN BAWANG MERAH

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan kelembagaan cabai dan bawang merah

bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: DIY, Garut, Cirebon,

Indramayu, Palembang, Bogor dan Cianjur.

BIMBINGAN REGISTRASI LAHAN USAHA SAYURAN

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan registrasi lahan usaha sayuran bagi

petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Balikpapan-Kaltim, DIY,

Banten, Cianjur, Bogor, Bali, Bantul-DIY, Sukabumi, Cirebon, Ogan Komering Ulu, Subang

dan Bandung.

BIMBINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN INTENSIF SAYURAN

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan pengembangan kawasan intensif

sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: ke Cianjur,

Bogor, Banten, Garut, Semarang, Kuningan, Subang, Bandung, Makasar, dan Tasikmalaya.

BIMBINGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI SAYURAN

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan penerapan teknologi produksi sayuran

bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Garut, Bandung,

Ciwidey-Bandung, Pati-Demak, Cirebon, Banten, Bogor, Lombok-NTB, Tangerang Selatan,

Cianjur, Palu-Sulteng, DIY, Kuningan, Majalengka, Ciawi, Purwakarta, Sukabumi, dan

Denpasar.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 554

PEMBINAAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYURAN

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan penerapan teknologi budidaya sayuran

bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Bogor, Palembang,

Indramayu, Banjarmasin-Tapin, Banjarmasin-Kalsel, Sukabumi, Malang, Purwakarta, Lombok

Timur, Subang, Pandeglang, dan Ciamis.

BIMBINGAN DAN PEMBINAAN PENERAPAN GAP/SOP BUDIDAYA SAYURAN

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan dan pembinaan penerapan GAP/SOP

budidaya sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain:

Bandung, Bogor, Pesisir Selatan-Padang, dan NTB.

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS SISTEM PRODUKSI SAYURAN

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka identifikasi dan analisis sistem produksi sayuran di

daerah sentra produksi, antara lain: Pandeglang, NTB, Lombok Timur, Garut, Bogor,

Indramayu, Ciamis, Musi Rawas-Palembang, dan Lampung Selatan.

PENGUMPULAN DATA DAN IDENTIFIKASI

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pengumpulan data dan identifikasi di daerah sentra

produksi, antara lain: Bandung, Cianjur, Bogor, Tasikmalaya, Kuningan dan Serang.

PEMBINAAN DAN BIMBINGAN PENERAPAN GHP SAYURAN

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan dan bimbingan penerapan GHP

sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Bogor,

Cianjur, Ciawi, Yogyakarta, Padang, Purwakarta, Bandung, Tapin, Cirebon, Sumedang,

Tegal, Indramayu, Solok, Sukabumi, Banten dan Garut.

PEMBINAAN BANGSAL DAN SARANA PASCAPANEN SAYURAN

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan bangsal dan sarana pascapanen

sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Cianjur,

Bogor, Gorontalo, Palembang, Yogyakarta, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Kalimantan

Selatan, Medan, Sukabumi dan Indramayu.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 555

PEMBINAAN, PENDAMPINGAN DAN KOORDINASI PENANGANAN PASCAPANEN

TANAMAN OBAT DAN JAMUR

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan, pendampingan dan koordinasi

penanganan pascapanen tanaman obat dan jamur di daerah sentra produksi antara lain :

Palembang, Banjarmasin, Bogor, Temanggung, Mataram, Malang, Surabaya, Aceh dan

Medan.

PEMBINAAN, PENDAMPINGAN KELEMBAGAAN TANAMAN OBAT DAN JAMUR

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan, pendampingan kelembagaan tanaman

obat dan jamur di wilayah sentra, antara lain : Jambi, Medan, Karanganyar, Magelang,

Makassar, Pekalongan, Bogor dan Karawang.

PEMBINAAN, KOORDINASI DAN KONSULTASI KE INSTANSI TERKAIT DALAM

RANGKA MENDUKUNG PROGRAM NASIONAL KEMENTAN.

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan, koordinasi dan konsultasi ke instansi

terkait dalam rangka mendukung program nasional Kementan, antara lain : Gorontalo dan

Makasar.

BIMBINGAN DAN MONITORING PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT DAN

JAMUR

Dilakukan perjalanan dalam rangka bimbingan dan monitoring penanganan pascapanen

tanaman obat dan jamur di daerah sentra, antara lain : Bogor, Medan, Sukoharjo, Sukabumi,

Tangerang, Depok dan Bandung.

PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI INSTANSI TERKAIT

Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi dengan instansi terkait telah dilaksanakan ke

Bandung, Gorontalo, Bogor.

PEMBINAAN BIMBINGAN REGISTRASI LAHAN USAHA TANAMAN OBAT

Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan bimbingan registrasi lahan usaha tanaman obat

telah dilaksanakan ke Purwakarta, Karanganyar, Batam, Lampung, Samarinda, Serang,

Bandung, Bogor, dan Tangerang.

PEMBINAAN PENDAMPINGAN PENERAPAN GAP TANAMAN OBAT

Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan pendampingan penerapan GAP tanaman obat

telah dilaksanakan ke Karanganyar, Aceh Besar, Bima, Manado, Purworejo, Brebes, Kota

Tangerang, Sukabumi, Tegal, Garut, Ciamis, Bandung dan Bogor.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 556

PEMBINAAN KAWASAN TANAMAN OBAT DAN JAMUR

Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan kawasan tanaman obat dan jamur telah

dilaksanakan ke Jawa Tengah, Palembang, Banjarmasin, Karawang, Kota Jambi, Cianjur,

Denpasar, Subang, Brebes, Bondowoso, Cirebon, Bandung, Tasikmalaya, Garut, Purwakarta,

Indramayu, Bogor, Pekalongan, Bandung Barat.

PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI PELAPORAN KINERJA DIREKTORAT

BPSTO

Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi pelaporan kinerja direktorat BPSTO telah

dilaksanakan ke Bogor.

013 PENINGKATAN KAPABILITAS PETUGAS/PETANI

APRESIASI PENERAPAN GAP DAN GHP SAYURAN DAN TANAMAN OBAT

1. Latar Belakang

Penerapan budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat yang baik sesuai

GAP-SOP/GHP-SOP di tingkat petani dan pelaku usaha semakin penting untuk

dilaksanakan untuk menyongsong perdagangan bebas ASEAN di tahun 2015. Tujuan

utama penerapan GAP dan GHP sayuran dan tanaman obat sebagaimana tertuang

dalam Permentan 48/2009, Permentan 62/2010, dan Permentan 73/2013 adalah: 1).

meningkatkan produksi dan produktivitas, 2). menjaga mutu (kenampakan, tekstur, cita

rasa, nilai nutrisi, dan bahan aktif); 3). melindungi keamanan pangan, 4). mengurangi

susut dari saat panen sampai produk tersebut sampai di tingkat konsumen, dan 5).

diproses dengan ramah lingkungan. Guna mencapai hal tersebut, perlu upaya

peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman petugas dan pelaku usaha

tentang GAP dan GHP sayuran dan tanaman obat melalui Apresiasi Penerapan GAP

dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman petugas tentang GAP

dan GHP sayuran dan tanaman obat dengan pendekatan partisipatif melalui

media pembelajaran langsung di lapangan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 557

2.2. Sasaran

Petugas pusat dan dinas pertanian propinsi yang mendapatkan dana alokasi

bantuan APBN Sayuran dan Tanaman Obat.

3. Masukan/ Input

3.1. Anggaran sebesar Rp.240.056.000,-

3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp.183.428.000,-

3.3. Sumber Daya Manusia (Petani/Kelompok Tani, dan Pelaku Usaha)

3.4. Data/ Informasi

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat

dilaksanakan di Malang, Provinsi Jawa Timur, dengan rincian sebagai berikut:

4.1. Belanja Bahan

Sarana penunjang Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman

Obat berupa tas dan seminar kits untuk 55 orang.

4.2. Honor Output Kegiatan

Honor panitia Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat

sebanyak 6 OK.

4.3 Belanja Sewa

Sewa Kendaraan dalam rangka Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran

dan Tanaman Obat banyak 3 unit.

4.4. Belanja Jasa Profesi

a. Narasumber Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman

Obat sebanyak 12 OJ.

b. Moderator Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat

sebanyak 3 OK.

4.5. Belanja Perjalanan Biasa

Perjalanan dalam rangka persiapan Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran

dan Tanaman Obat ke Kabupaten Malang.

4.6. Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota

a. Perjalanan dalam rangka pelaksanaan Apresiasi Penerapan GAP dan GHP

Sayuran dan Tanaman Obat disediakan untuk menghadiri pertemuan

sebanyak 55 orang yang berasal dari petugas propinsi dan panitia yang

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

b. Akomodasi dan Konsumsi Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan

Tanaman Obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 558

5. Keluaran/Output

Terselenggaranya kegiatan Apresiasi Pemandu Lapangan GAP dan GHP Sayuran dan

Tanaman Obat pada tanggal 11 – 14 Agustus 2015 di Universitas Brawijaya Guest

House, Jl. MT. Haryono No. 169, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur yang melibatkan

petugas dinas pertanian provinsi.

6. Hasil/Outcome

Petugas Dinas Provinsi memahami kaidah-kaidah GAP dan GHP Sayuran dan

Tanaman Obat dan dapat menjadi pemandu lapang di tingkat kabupaten.

7. Manfaat/Benefit

Petugas Dinas Provinsi dapat menerapkan kaidah-kaidah GAP dan GHP Sayuran dan

Tanaman Obat sesuai dengan lokasi daerah setempat.

8. Dampak/Impact

Meningkatnya mutu dan daya saing produk sayuran dan tanaman obat sesuai standar

GAP dan GHP sayuran dan tanaman obat sesuai permintaan pasar.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Sosialisasi penerapan budidaya yang baik melalui penerapan GAP dan GHP

Sayuran dan Tanaman Obat di tingkat petani masih perlu dilaksanakan dalam

rangka peningkatan kompetensi pelaku usaha sehingga menghasilkan produk

yang aman konsumsi, bermutu baik, ramah lingkungan dan berdaya saing.

b. Pelaku usaha tidak hanya ditargetkan untuk menghasilkan produksi melimpah

namun juga diharapkan agar produknya memiliki nilai tambah dan dapat

dijaga kemananan pangannya melalui pemberian sertifikat prima 3 pada

produk sayuran dan tanaman obat.

c. Beberapa hasil inovasi terkait teknologi pascapanen diharapkan dapat

diadopsi oleh petani/kelompoktani sehingga teknologi yang dihasilkan dapat

dimanfaatkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu, nilai tambah dan

daya saing produk.

d. Tatacara pemberian penomoran registrasi lahan usaha dan sertifikasi produk

pertanian perlu diatur keterkaitannya sehingga terjalin sinergisme program

dan kegiatan terkait peningkatan mutu produk hortikultura. Produk yang akan

disertifikasi disarankan harus dari lahan yang sudah teregistrasi untuk

menjamin kemananan pangan dari lahan hingga di tangan konsumen.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 559

e. Perlunya peningkatan simulasi singkat cheklist penilaian penerapan budidaya

sayur dan tanaman obat yang baik dalam rangka peningkatan keterampilan

dan kompetensi pelaku usaha sayuran dan tanaman obat.

9.2. Saran

a. Perlu dilakukan sosialisasi Permentan Nomor 48/Permentan/OT.140/10/2009

tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik (GAP), Permentan

Nomor 57/Permentan/OT.140/9/2012 tentang Pedoman Budidaya Tanaman

Obat Yang Baik, Permentan 73 tahun 2013 tentang Pedoman

Panen,Pascapanen dan Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura, dan

Pedoman Registrasi Bangsal Pascapanen Hortikultura secara kontinyu,

kepada petugas dan pelaku usaha/petani sayuran dan tanaman obat.

b. Perlu diupayakan teknologi penanganan pascapanen yang aplikatif dan dapat

diadopsi petani sehingga inovasi yang ada dapat meningkatkan mutu, nilai

tambah dan daya saing produk sayuran dan tanaman obat.

015 MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

MONITORING DAN EVALUASI PASCAPANEN SAYURAN

Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka monitoring dan evaluasi pascapanen sayuran di

daerah sentra produksi, antara lain: ke Bandung, Cianjur, Bogor, Tasikmalaya, Kuningan dan

Serang.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 560

016 PEMASYARAKATAN/ PROMOSI

FESTIVAL HORTIKULTURA 2015

1. Latar Belakang

Festival Hortikultura merupakan event tahunan berskala nasional sebagai wadah

perhelatan promosi produk dan program hortikultura, dahulu dikenal dengan Pekan Flori

dan Flora Nasional (PF2N). Festival Hortikultura memiliki misi sebagai event nasional

yang memiliki citra nasional yang dikenal dan ditunggu-tunggu masyarakat luas baik

nasional maupun internasional, sekaligus sebagai ajang pertemuan bisnis hortikutura

yang secara langsung atau tidak langsung tercipta dari event ini.

Festival Hortikultura merupakan ajang untuk memperkenalkan produk hortikultura

nasional (tanaman buah, sayuran, hias dan tanaman obat) kepada masyarakat luas,

berupaya meningkatkan khasanah hortikultura bagi perkembangan industri pertanian,

mengembangkan pasar dan terciptanya relasi pasar antara seller dan buyer produk

hortikultura baik secara lokal, nasional maupun internasional.

Salah satu kegiatan yang akan dilakukan dalam pameran Festival Hortikultura adalah

Gerakan Makan Sayuran dan tanaman obat (Gema Sayuran), aneka lomba bertemakan

sayuran dan tanaman obat yang bertujuan memasyarakatkan konsumsi sayuran untuk

meningkatkan gizi keluarga kepada seluruh masyarakat mulai anak-anak hingga

dewasa. Dengan Gema Sayuran, dan lomba-lomba yang bertemakan sayuran dan

tanaman obat akan memperluas pandangan masyarakat terhadap komoditi sayuran dan

tanaman obat sebagai produk petani Indonesia dan membangun rasa bangga

mengkonsumsi produk pertanian Indonesia. Sehingga dapat mendorong dan menghela

peningkatan produksi sayuran dan tanaman obat serta pengembangan

keanekaragaman produk sayuran dan tanaman obat.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Promosi dan pameran produk sayuran dan tanaman obat.

b. Pertemuan seller dan buyer sayuran dan tanaman obat.

c. Terciptanya networking business yang berkelanjutan.

d. Peningkatan apresiasi atau citra hortikultura bagi masyarakat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 561

2.2. Sasaran

a. Meningkatnya konsumsi sayuran dan tanaman obat yang akan mendorong

peningkatan produksi sayuran dan tanaman obat.

b. Meningkatnya peran masyarakat dalam pengembangan potensi sayuran dan

tanaman obat.

c. Meningkatnya pengetahuan SDM tentang teknologi budidaya dan

pascapanen sayuran dan tanaman obat.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 332.814.000,-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 329.813.800,-.

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi dimaksud adalah teknologi budidaya

dan pascapanen sayuran dan tanaman obat.

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Festival Hortikultura diberikan

sarana penunjang berupa seragam panitia, tas kain dan pin Festival Hortikultura

kepada peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Partisipasi Festival Hortikultura dilaksanakan di Mataram, NTB dengan rincian

sebagai berikut:

4.1. Belanja bahan pada kegiatan partisipasi Festival Hortikultura digunakan untuk

pengadaan hadiah lomba, dokumentasi, konsumsi, pencetakan leaflet Festival

Hortikultura, sarana penunjang, paket Gerakan Makan Sayuran dan Tanaman

Obat, dan materi bahan pameran.

4.2. Belanja sewa digunakan untuk sewa kendaraan roda 4 dalam rangka partisipasi

Pameran Festival Hortikultura.

4.3. Belanja jasa profesi dibutuhkan untuk honor juri lomba dalam rangka partisipasi

pameran Festival Hortikultura.

4.4. Belanja perjalanan biasa dibutuhkan untuk perjalanan dalam rangka persiapan

dan pelaksanaan dalam rangka partisipasi Festival Hortikultura.

5. Keluaran/Output

5.1. Tercetak dan terdistribusinya 2.700 eksemplar leaflet Festival Hortikultura yang

terdiri dari leaflet Lomba Menggambar Sayuran dan Tanaman Obat, leaflet Lomba

Merangkai Sayuran dan Tanaman Obat dan leaflet Kursus Penanganan

Pascapanen Cabai.

5.2. Terlaksananya perjalanan dalam rangka persiapan Festival Hortikultura.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 562

5.3. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pelaksanaan Festival Hortikultura.

5.4. Terlaksananya kegiatan partisipasi dalam Festival Hortikultura pada tanggal 10 –

14 Oktober 2015, di Kota Mataram, NTB. Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Display Materi Pameran Sayuran dan Tanaman Obat di Stand Rumah Horti.

Materi pameran terdiri dari bahan segar, tanaman dalam pot dan tanaman

dalam rak vertikultur. Komoditi sayuran yang ditampilkan antara lain cabai

merah, cabai hijau, cabai rawit merah, cabai rawit hijau, bawang merah,

bawang putih, kentang, wortel, paprika, kabocha, radish, terung, kubis putih,

kubis merah, mentimun, tomat, kol bunga, kacang panjang, dan sayuran

lainnya. Selain sayuran segar, juga ditampilkan teknologi vertikultur dengan

sistem hidroponik: Deep Flow Technique (DFT) system, Nutrient Film

Technique (NFT) system, Wick System/model sumbu, dan vertical system.

Tanaman sayuran yang didisplay dalam pot dan rak vertikultur antara lain

selada, bayam, kangkung, selada merah, kubis, dan sawi.

b. Pembagian Paket Gerakan Makan Sayuran (GEMA Sayuran). Sebanyak 370

paket Gema Sayuran yang dikemas dalam tas kain dibagikan kepada peserta

dan pengunjung stand Rumah Horti pada tanggal 10 Oktober 2015.

c. Lomba Merangkai Sayuran dan Tanaman Obat. Lomba merangkai sayuran

dan tanaman obat dilaksanakan di tenda utama lokasi pameran Festival

Hortikultura pada tanggal 10 Oktober 2015. Dewan Juri Lomba Merangkai

Sayuran dan Tanaman Obat terdiri dari Ibu Rina Morena Chatab dari Dharma

Wanita Persatuan Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian; Dra. Hj. Yoya

Supriati dari Persatuan Perangkai Bunga Kota Mataram; dan Nurrahmaniah,

SP., M.Si dari PKK Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat. Adapun

pemenang lomba juara I , II, III, harapan I, II dan III berturut-turut sebagai

berikut: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau; Dinas Pertanian

Provinsi Jambi; Hj. Nurhayati, Mataram; Dharma Wanita Persatuan Provinsi

NTB; PKK Provinsi NTB; dan Dinas Pertanian Provinsi DKI. Hadiah lomba

berupa Piala dan Piagam diserahkan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat

d. Lomba Menggambar Sayuran dan Tanaman Obat dilaksanakan pada tanggal

11 Oktober 2015 di Tenda Lomba lokasi Pameran Festival Hortikultura, diikuti

oleh 98 peserta dari berbagai sekolah dasar di Kota Mataram. Dewan juri

lomba menggambar sayuran dan tanaman obat terdiri dari H. M. Tarfi

Abdullah (Dinas Pendidikan Provinsi NTB), Dra. Esti Ebhi Evolisa dan

Sataruddin Tacik (Penggiat Seni Budaya Sastra Kota Mataram). Pemenang

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 563

lomba menggambar sayuran dan tanaman obat, Juara I, II, III, Harapan I, II

dan III berturut-turut sebagai berikut: Fennie Arniaty, SDN 2 Cakranegara;

Amanda Shafira, SDIT Anak Sholeh; Marchellino NC., SDK Alletheia

Ampenan; Baiq Zahra Riza Aqilah, MIN Karangbaru; Dimas Wahyu Arya

Kusuma, SDN 1 Kekeri; dan Kayla Mahdiya, SDN 41 Mataram. Hadiah lomba

berupa Piala dan Piagam diserahkan oleh Ir. Gabriella Susilowati, MP., selaku

Kasubdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi.

6. Hasil/Outcome

Hasil dari kegiatan ini adalah pengembangan potensi sayuran dan tanaman obat,

tersebarnya informasi, teknologi dan produk yang menunjang peningkatan daya saing,

dan terciptanya ajang tukar menukar informasi dan promosi sayuran dan tanaman obat.

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya daya saing produk dan terjadinya transaksi langsung antara pelaku

usaha/petani dengan para pengusaha.

8. Dampak/Impact

Meningkatnya pendapatan pelaku usaha/petani.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Kegiatan pameran ini sangat penting untuk mempromosikan kemajuan bidang

hortikultura khususnya sayuran dan tanaman obat baik teknologi maupun produk-

produk unggulan nasional, sekaligus menghela peningkatan konsumsi sayuran

dan tanaman obat, dan menjadi ajang penyebaran informasi teknologi, khasiat,

manfaat serta pengembangan pasar antara sesama pelaku usaha sayuran dan

tanaman obat.

9.2. Saran

Diperlukan upaya untuk mengintensifkan kegiatan promosi konsumsi sayuran dan

tanaman obat pada berbagai event, menggalang kerjasama antar para pelaku

usaha dan pelaksana pameran/exhibisi hingga lebih banyak petani/pelaku usaha

yang berpartisipasi, serta meningkatkan bantuan dan fasilitasi untuk promosi dan

kampanye.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 564

GERAKAN MAKAN (GEMA) SAYURAN

1. Latar Belakang

Sayuran mengandung vitamin, mineral, serat, dan senyawa bioaktif lain yang diperlukan

oleh tubuh untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas dari serangan

penyakit. Meski demikian, tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah

standar kecukupan hidup sehat dari yang disarankan Depkes maupun FAO.

Krisis global yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat dunia, sehingga

mereka memperketat impor dan memproteksi produk dalam negerinya. Banyaknya

produk impor dan ada kecenderungan konsumen masyarakat Indonesia bangga

mengkonsumsi produk impor. Diperlukan upaya membangun citra dan rasa bangga

masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi produk pertanian /pangan Indonesia.

Untuk meningkatkan konsumsi sayuran, salah satu upaya yang dilakukan oleh

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat adalah kampanye

Gema Sayuran (Gerakan Makan Sayuran). Kegiatan ini bertujuan untuk

memasyarakatkan konsumsi sayuran sehingga status gizi masyarakat meningkat.

Selain itu, untuk membangun apresiasi dan cinta terhadap produk sayuran nusantara,

sehingga diharapkan mampu menghela produksi sayuran dan pengembangan

keanekaragaman produk sayuran.

Pelaksanaan Gerakan Makan Sayuran dilakukan melalui pemberian paket sayuran

kepada masyarakat umum, aneka lomba bertemakan sayuran dan tanaman obat yang

bertujuan memasyarakatkan konsumsi sayuran untuk meningkatkan gizi keluarga

kepada seluruh masyarakat mulai anak-anak hingga dewasa. Dengan Gema Sayuran,

dan lomba-lomba yang bertemakan sayuran dan tanaman obat akan memperluas

pandangan masyarakat terhadap komoditi sayuran dan tanaman obat sebagai produk

petani Indonesia dan membangun rasa bangga mengkonsumsi produk pertanian

Indonesia. Sehingga dapat mendorong dan menghela peningkatan produksi sayuran

dan tanaman obat serta pengembangan keanekaragaman produk sayuran dan tanaman

obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 565

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Memasyarakatkan konsumsi sayuran untuk meningkatkan gizi keluarga

melalui Gerakan Makan Sayuran kepada seluruh masyarakat mulai anak-

anak hingga dewasa.

b. Memperbaiki pandangan dan penghargaan masyarakat terhadap komoditas

sayuran produk petani Indonesia.

c. Membangun rasa bangga mengkonsumsi produk pertanian Indonesia.

d. Menghela peningkatan produksi sayuran.

2.2. Sasaran

a. Meningkatnya konsumsi sayuran masyarakat Indonesia mendekati standar

FAO.

b. Meningkatkan Citra, Apresiasi, dan Cinta (CAC) produksi hortikultura

Indonesia.

c. Meningkatnya produk sayuran.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 160.183.000,-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 157.793.850,-

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi dimaksud adalah teknologi budidaya

dan pascapanen sayuran dan tanaman obat

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Makan Sayuran

diberikan sarana penunjang berupa paket sayuran, tas kain, benih sayuran dan

pin Gema Sayuran kepada peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Gerakan Makan (Gema) Sayuran dilaksanakan di Provinsi DIY dengan rincian

sebagai berikut:

4.1. Belanja Bahan

Belanja bahan pada kegiatan Gerakan Makan (Gema) Sayuran diperlukan untuk

pengadaan sarana penunjang, pencetakan stiker, pencetakan leaflet, hadiah

lomba, paket Gerakan Makan Sayuran dan Tanaman Obat, dan konsumsi.

4.2. Belanja Sewa

Belanja sewa dibutuhkan untuk sewa kendaraan roda 4 dan sewa sound system

dalam rangka Gerakan Makan (Gema) Sayuran.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 566

4.3. Belanja Jasa Profesi

Belanja jasa profesi dibutuhkan untuk honor moderator, honor narasumber, dan

honor juri lomba dalam rangka Gerakan Makan (Gema) Sayuran.

4.4. Belanja Perjalanan Biasa

Belanja perjalanan biasa dibutuhkan untuk perjalanan dalam rangka pelaksanaan

kegiatan Gerakan Makan (Gema) Sayuran.

5. Keluaran/Output

5.1. Tercetak dan terdistribusinya 7.500 lembar stiker Gema Sayuran, 2.100 eksemplar

leaflet Gema Sayuran, dan 2.400 eksemplar poster Gema Sayuran.

5.2. Terlaksananya perjalanan dalam rangka persiapan kegiatan Gerakan Makan

Sayuran.

5.3. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Gerakan Makan

Sayuran

5.4. Terlaksananya Kegiatan Gerakan Makan Sayuran pada tanggal 27 November

2015, di Taman Pintar, Yogyakarta. Peserta yang menghadiri acara ini berasal

dari Dinas Pertanian Provinsi Yogyakarta, tim penggerak PKK Provinsi

Yogyakarta, Dharma Wanita, Kelompok Wanita Tani, masyarakat umum, dan

siswa-siswi sekolah di wilayah Yogyakarta. Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat melaksanakan rangkaian kegiatan sebagai berikut:

a. Lomba Menggambar Sayuran dan Tanaman Obat dilaksanakan di Exhibition

Hall, Taman Pintar, Yogyakarta. Tema lomba menggambar adalah “Aku Cinta

Sayuran Nusantara”. Lomba menggambar terbagi menjadi 2 kategori yaitu

tingkat siswa Sekolah Dasar (SD) dan tingkat Sekolah Menengah Pertama

(SMP). Juri lomba menggambar sayuran berasal dari kalangan pendidik,

seniman dan pemerhati seni, yaitu Bodi Triyanto dan Rudiyanto dari Dinas

Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Bambang Heras dan Laksmi Shitaresmi

dari Sanggar Affandi DIY, serta Yuswantoro Adi dan Astuti Kusumo dari

Sanggar AFJ DIY. Lomba diselenggarakan selama 120 menit (pukul 09.00 –

11.00 WIB). Setelah lomba, dilakukan penjurian oleh dewan juri dan

pengumuman serta pembagian hadiah lomba kepada pemenang dengan

rincian sebagai berikut: Pemenang Lomba Menggambar Tingkat SD adalah

Dian Yahya Sulistyowati, SD Muh. Purwo, DIY, Chelsia Alvero Cahya P, SDN

Ngupasan DIY, Nathifa Nur Faizah, SD Muh. Purwo, DIY, Athaya Tsabita

Kirana, SD Muh. Purwo, DIY, M. Lintang Ramadhan, SDN Pujokosuman, DIY,

dan Dini Yahya Sulistyowati, SD Muh. Purwo, DIY. Pemenang Lomba

Menggambar Tingkat SMP adalah Buah Kasih K, SMPN 6 Yogyakarta, Fatwa

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 567

Dwioga Melanio, SMP TD Kumendaman, Andini Putri A., SMP BOPKRI 3

Yogyakarta, Belva Clianta, SMP Joanes Bosco, Ngambar Sari SMPN 2

Yogyakarta, dan Dieka Alivia, SMPN 16 Yogyakarta. Hadiah lomba berupa

Piala dan Piagam diserahkan oleh Lilis Suhaeti, SP. dan Ir. M. Tahir, MP.

selaku Kasie pada Subdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi,

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

b. Pada kegiatan ini dilaksanakan talkshow dengan tema “Peningkatan

Konsumsi Sayuran melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan”.

Terdapat tiga narasumber yang menyampaikan materi pada talkshow ini

yaitu: Ir. Sasongko, M.Si., Kepala Dinas Pertanian Provinsi DIY, Ir. Mulyono

Nitisapto, MS., Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, dan

Endang Pamungkasiwi, M.Kes, Kasie Gizi Bidang Kesehatan Masyarakat,

Dinas Kesehatan Provinsi DIY. Acara talkshow dipandu oleh MC Prima

Handayani, penyiar RRI Kota Yogyakarta. Talkshow dihadiri oleh 100 peserta

yang terdiri dari ibu-ibu Tim Penggerak PKK di wilayah Provinsi DIY,

Kelompok Wanita Tani, petugas dinas, dan masyarakat umum. Pada

kesempatan ini, juga disampaikan arahan Direktur Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat yang diwakili oleh Kasubdit Pascapanen

Sayuran Buah, Daun dan Umbi mengenai program Gerakan Makan (GEMA)

Sayuran.

c. Pembagian Paket Gerakan Makan Sayuran (GEMA Sayuran). Paket GEMA

Sayuran diberikan kepada 260 orang masyarakat umum yang berisi paket

sayuran segar, leaflet GEMA Sayuran, benih sayuran dan pin GEMA sayuran

dalam kemasan tas kain GEMA Sayuran.

6. Hasil/Outcome

Hasil dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan dan wawasan masyarakat

umum tentang jenis dan manfaat konsumsi sayuran dan tanaman obat, sehingga

mendorong motivasi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi sayuran dan tanaman

obat.

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya kebutuhan sayuran dan tanaman obat yang mendorong petani dan

meningkatan produksi sayuran dan tanaman obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 568

8. Dampak/Impact

Meningkatnya status gizi/kesehatan masyarakat dan meningkatnya pendapatan pelaku

usaha/petani sayuran dan tanaman obat.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Pelaksanaan kegiatan Gerakan Makan Sayuran ini diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi sayuran dalam

menciptakan hidup sehat yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan

konsumsi sayuran.

b. Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan bermanfaat untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi sayuran keluarga sebagai salah satu sumber pangan

untuk pemenuhan gizi keluarga dan menambah penghasilan keluarga

9.2. Saran

Perlu terus diadakan promosi/sosialisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan

peningkatan konsumsi sayuran untuk meningkatkan minat masyarakat dalam

pemanfaatan potensi lahan pekarangan. Sosialisasi dan promosi perlu dilakukan

secara intensif bekerjasama dengan instansi dan pihak terkait lainnya seperti

Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Eselon I lingkup Kementerian

Pertanian, PKK, BKKBN, Dharma Wanita, Pemerintah Daerah, dan lain-lain

dengan tujuan meningkatkan angka konsumsi sayuran per kapita per tahun yang

akan menghela peningkatan produksi sayuran.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 569

PARTISIPASI EVENT PROMOSI PENINGKATAN KONSUMSI SAYURAN DAN TANAMAN

OBAT

1. Latar Belakang

Sayuran mengandung vitamin, mineral, serat, dan senyawa bioaktif lain yang diperlukan

oleh tubuh untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas dari serangan

penyakit. Meski demikian, tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah

standar kecukupan hidup sehat dari yang disarankan Depkes maupun FAO.

Dalam rangka meningkatkan peran tanaman sayuran dan tanaman obat terhadap

pemenuhan gizi dan menjaga kesehatan masyarakat Indonesia, sosialisasi potensi dan

manfaat komoditas tersebut perlu terus digalakkan. Hal tersebut disebabkan masih

terbatasnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kandungan gizi, serta, vitamin,

khasiat dan manfaat. Di samping kaya gizi, serat dan vitamin, sayuran dan tanaman

obat juga berperan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Promosi ini akan dilakukan melalui keikutsertaan dalam ajang-ajang pameran dan

promosi yang berkaitan dengan produk sayuran dan tanaman obat.

Dengan kegiatan ini diharapkan terjadi penyebaran informasi teknologi, khasiat, manfaat

dan pasar antara sesama pelaku usaha sayuran dan tanaman obat, pemecahan

permasalahan-permasalahan dan sharing pendapat yang dilakukan oleh petani dan

kelompok tani yang telah berhasil.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Meningkatkan peran komoditas tanaman sayuran dan tanaman obat sebagai

alternatif penumbuhan perekonomian Indonesia, terutama perekonomian

pedesaan.

b. Menjadi ajang tukar menukar informasi dan promosi baik bagi petani maupun

pelaku agribisnis tanaman sayuran dan tanaman obat yang prospektif.

2.2. Sasaran

a. Meningkatnya daya saing produk sayuran dan tanaman obat.

b. Meningkatnya peran masyarakat dalam pengembangan potensi tanaman

sayuran dan tanaman obat.

c. Meningkatnya pengetahuan SDM tentang teknologi budidaya sayuran dan

tanaman obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 570

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 91.500.000,-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 59.760.000,-.

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi dimaksud adalah teknologi budidaya

dan pascapanen sayuran dan tanaman obat.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Partisipasi Promosi Peningkatan Sayuran dan Tanaman Obat dilaksanakan

dalam bentuk keikutsertaan pada beberapa event pameran, yaitu Pameran Pangan

Nasional pada bulan Februari 2015 di JICC Jakarta dan Agrinex Expo pada bulan Maret

2015 di JICC Jakarta dengan rincian sebagai berikut:

Belanja Bahan

Belanja bahan pada kegiatan Partisipasi Promosi Peningkatan Sayuran dan Tanaman

Obat diperlukan untuk pengadaan dokumentasi promosi, paket Gerakan Makan

Sayuran dan Tanaman Obat, dan materi bahan promosi.

5. Keluaran/Output

Keluaran dari kegiatan ini adalah terselenggaranya Partisipasi Promosi Peningkatan

Sayuran dan Tanaman Obat sebagai berikut:

5.1. Kegiatan Partisipasi Pameran Pangan Nasional 2015 dilaksanakan pada tanggal

12 – 14 Februari 2015 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center. Partisipasi

Pameran diselenggarakan dengan melibatkan jasa pihak ketiga untuk pengadaan

keragaan pameran berupa materi-materi display sayuran dan tanaman obat, dan

paket Gerakan Makan (GEMA) Sayuran dan Tanaman Obat. Dalam Pangan

Nasional 2015 Expo, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman

Obat berpartisipasi dalam bentuk penyediaan materi bahan sayuran dan tanaman

obat, mengisi stand Direktorat Jenderal Hortikultura terintegrasi pada pavilion

Kementerian Pertanian. Materi berupa sayuran dan tanaman obat yang didisplay

pada stand Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai tema yaitu “Pangan Lestari”.

Direktorat Budidaya dan Pascapanan Sayuran dan Tanaman Obat menampilkan

konsep pertanian ramah lingkungan dan aman konsumsi melalui penerapan Good

Agriculture Practices dan Good Handling Practices (GAP dan GHP). Produk yang

ditampilkan adalah aneka ragam sayuran seperti aneka cabai, tomat, kentang,

kubis, terung, wortel, aneka rimpang dan lain-lain. Produk ditata pada stand

Direktorat Jenderal Hortikultura. Pembagian paket Gerakan Makan (GEMA)

Sayuran dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2015 kepada 265 orang

pengunjung dan peserta pameran. Penerima paket sayuran terdiri dari berbagai

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 571

unsur masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, karyawan swasta dan

pemerintah, mahasiswa, siswa sekolah dan masyarakat umum lainnya.

5.2. Kegiatan Partisipasi Pameran Agrinex Expo 2015 dilaksanakan pada tanggal 20 –

22 Maret 2015 di Assembly Hall, Jakarta International Convention Center.

Partisipasi Pameran diselenggarakan dengan melibatkan jasa pihak ketiga untuk

pengadaan keragaan pameran berupa materi-materi display sayuran dan tanaman

obat, dan paket Gerakan Makan (GEMA) Sayuran dan Tanaman Obat. Dalam

Agrinex Expo 2015, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman

Obat berpartisipasi dalam bentuk penyediaan materi bahan sayuran dan tanaman

obat, mengisi stand Direktorat Jenderal Hortikultura terintegrasi pada pavilion

Kementerian Pertanian. Materi berupa sayuran dan tanaman obat yang didisplay

pada stand Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai tema yaitu “Kedaulatan Pangan

Indonesia”. Direktorat Budidaya dan Pascapanan Sayuran dan Tanaman Obat

menampilkan konsep pertanian ramah lingkungan dan aman konsumsi melalui

penerapan Good Agriculture Practices dan Good Handling Practices (GAP dan

GHP). Produk yang ditampilkan adalah aneka ragam sayuran seperti aneka cabai,

tomat, kentang, kubis, terung, wortel, aneka rimpang dan lain-lain. Produk ditata

pada stand Direktorat Jenderal Hortikultura, dengan tujuan untuk menampilkan

hasil-hasil dari kemajuan di bidang hortikultura khususnya sayuran dan tanaman

obat kepada pengunjung pameran. Pembagian paket GEMA Sayuran diberikan

kepada 265 orang pengunjung dan peserta pameran. Penerima paket sayuran

terdiri dari berbagai unsur masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, karyawan

swasta dan pemerintah, mahasiswa, siswa sekolah dan masyarakat umum

lainnya.

6. Hasil/Outcome

Pengembangan potensi tanaman sayuran dan tanaman obat, tersebarnya teknologi dan

produk yang menunjang peningkatan daya saing, dan terciptanya ajang tukar menukar

informasi dan promosi sayuran & tanaman obat

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya daya saing produk dan terjadinya transaksi langsung antara

produsen/petani dengan para pengusaha.

8. Dampak/Impact

Meningkatkan pendapatan petani.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 572

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Kegiatan pameran ini sangat penting untuk mempromosikan kemajuan di bidang

hortikultura khususnya sayuran dan tanaman obat sekaligus mendorong

peningkatan konsumsi sayuran dan tanaman obat, serta menjadi ajang

penyebaran informasi teknologi, khasiat, manfaat dan pengembangan pasar

antara sesama pelaku usaha sayuran dan tanaman obat

9.2. Saran

Diperlukan upaya untuk mengintensifkan kegiatan promosi konsumsi sayuran dan

tanaman obat pada berbagai event, menggalang kerjasama antar para pelaku

usaha dan pelaksana pameran/exhibisi hingga lebih banyak petani/pelaku usaha

yang berpartisipasi, serta meningkatkan bantuan dan fasilitasi untuk promosi dan

kampanye.

1771.012.002. PEMBINAAN PENGEMBANGAN KAWASAN SAYURAN (APBN-P)

011 PERSIAPAN (IDENTIFIKASI/KOORDINASI/DLL)

MENGHADIRI PERTEMUAN/ KOORDINASI/ KONSULTASI PENGEMBANGAN CABAI

DAN BAWANG DI MUSIM KERING

Perjalanan dinas dalam rangka menghadiri pertemuan koordinasi/konsultasi pengembangan

cabai dan bawang di musim kering telah dilaksanakan

ke Makasar, Batangkaluku-Gowa dan Bogor.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 573

012 PELAKSANAAN (PERTEMUAN, WORKSHOP, SOSIALISASI, PEMBINAAN)

KOORDINASI PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG WILAYAH BARAT

1. Latar Belakang

Tanaman cabai dan bawang merah merupakan komoditas sayuran yang tidak dapat

ditinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu masakan.

Cabai merupakan tumbuhan perdu dan diambil bagian buahnya yang mempunyai rasa

pedas karena mengandung zat capsaicin.

Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar,

meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena

memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah

pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang

mengakibatkan harga jatuh, sehingga budidaya cabai dan bawan gperlu dilakukan

secara teratur sepanjang tahun agar ketersediaannya mencukupi sepanjang tahun.

Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan

menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai

pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan

pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan

plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan

penggunaan varietas toleran pada musim hujan.

Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak

memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh

karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani

memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi

lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan

produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat

menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Meningkatkan produksi aeka cabai dan bawang merah pada musim kemarau

untuk memenuhi kebutuhan dan pasokan dalam negeri.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 574

b. Pengembangan cabai merah seluas 940 ha di 99 kabupaten/kota dan

pengembangan cabai rawit seluas 632 ha di 96 kabupaten/kota di saat

kemarau

c. Pengembangaan bawang merah seluas 1.732 ha di 64 kabupaten/kota

d. Menekan gejolak harga aneka cabai dan bawang merah agar tidak terlalu

tinggi.

2.2. Sasaran

Provinsi, kabupaten/kota pelaksana kegiatan dapat mensinkronasikan sehingga

dapat berjalan dengan baik.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 321.277.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 309.315.000,-

3.3. Informasi Teknologi yang disampaikan berupa teknologi budidaya cabai

3.4. dan bawang merah dengan penerapan PHT dan ramah lingkungan serta irigasi

tetes di musim kering.

3.5. Sarana Penunjang

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan Bawang Wilayah Barat di

laksanakan di Bogor tanggal 11-14 Mei 2016, dengan rincian sebagai berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.

4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Koordinasi

Pengembangan Cabai dan Bawang di wilayah Barat.

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota digunakan untuk bantuan uang saku

peserta yang hadir dalam pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan

Bawang Wilayah Barat.

5. Keluaran/Output

a. Dilaksanakan tanggal 11-14 Mei 2015.

b. Pertemuan dihadiri sebanyak 116 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan

daerah yang berasal dari 12 provinsi dan 17 kabupaten, yaitu: Provinsi Aceh,

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung,

Bangka Belitung, jawa Barat, jawa Tengah, DIY, Banten serta Kabupaten

Lamongan, Gresik, Pacitan, Magetan, Trenggalek, Ngawi, Jombang, Madiun,

Nganjuk, Mojokerto, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Pamekasan, Sampang,

Sumenep, Probolinggo.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 575

c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang oleh Kabid Hortikultura Dinas

Pertanian Provinsi Jawa Barat mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan

pengarahan sekaliguas membuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Hortikultura,

Pemaparan Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, dan Dinas Pertanian Provinsi

Jawa Tengah, Pemaparan Inspektorat Jenderal dan Direktur Budidaya dan

Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang

dan Jasa Pemerintah, Perbenihan dan Perlindungan Hortikultura serta Sekretaris

Direktorat Jenderal Hortikultura dll.

d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Pengembangan Kawasan Cabai dan Bawang Saat Musim Kering, yang

disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura.

2) Persiapan pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan oleh Dinas

Pertanian Kabupaten Nganjuk dan Provinsi Jawa Tengah.

3) Pendampingan/pengawalan Inspektorat Jenderal Untuk Pencapaian Target

Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan Inspektur Jenderal Kementerian

Pertanian.

4) Pelaksanaan APBN-P Hortikultura 2015, yang disampaikan Direktur Budidaya

dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

5) Proses e-katalog pada proses Pengadaan Barang APBN-P 2015, yang

disampaikan perwakilan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah.

6) Dukungan Aspek Manajemen Pada Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan

Sekretaris Dirketorat Jenderal Hortikultura.

7) Rambu-rambu Pelaksanaan Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan

Direktur Perbenihan Hortikultura dan Direktur Perlindungan Hortikultura.

8) Pedoman Administrasi Keuangan dan Perlengkapan APBN-P 2015, yang

disampaikan Kabag Keungan dan Perlengkapan

6. Hasil/Outcome

Petugas dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah mendapatkan

tambahan pengetahuan tentang Pedoman Teknis Pengembangan Cabai dan Bawang

Saat Musim Kemarau.

7. Manfaat/Benefit

Pengembangan cabai dan bawang saat musim kemarau dapat dilaksanakan sesuai

rencana dan berhasil baik dengan mengacu pada Pedoman Teknis.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 576

8. Dampak/Impact

Produksi cabai dan bawang meningkat dengan mutu lebih baik terutama saat produksi

menurun di saat musim hujan.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Kegiatan APBN-P 2015 memerlukan upaya khusus, bukan safety palyer. Untuk itu

langkah-langkah yang harus segera dilakukan oleh Provinsi maupun kabupaten

agar segera dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip pemanfaat dana

yang efisien, tertib dan taat aturan.

9.2. Saran

a. Bagi daerah yang hanya mendapatkan dana alokasi APBN-P 2015 untuk

komoditas cabai merah dan cabai rawit, maka kegiatan sudah bisa

dilaksanakan.

b. Daerah yang mendapatkan alokasi dana bawang merah, perlu dilakukan: 1)

menyiapkan surat permintaan persetujuan dari Dinas Pertanian

Provinsi/Kabupaten/Kota kepada Dirjen Horti untuk merevisi output kegiatan,

2) Dari pusat akan segera membalas surat persetujuan yang diminta daerah

pada tanggal 19 Mei 2015 dan selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2015 surat

tersebut harus sudah diterima oleh daerah.

KOORDINASI PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG WILAYAH TIMUR

1. Latar Belakang

Tanaman cabai dan bawang merah merupakan komoditas sayuran yang tidak dapat

ditinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu masakan.

Cabai merupakan tumbuhan perdu dan diambil bagian buahnya yang mempunyai rasa

pedas karena mengandung zat kapsaisin.

Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar,

meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena

memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah

pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang

mengakibatkan harga jatuh, sehingga budidaya cabai dan bawan gperlu dilakukan

secara teratur sepanjang tahun agar ketersediaannya mencukupi sepanjang tahun.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 577

Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan

menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai

pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan

pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan

plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan

penggunaan varietas toleran pada musim hujan.

Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak

memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh

karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani

memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi

lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan

produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat

menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Meningkatkan produksi aeka cabai dan bawang merah pada musim kemarau

untuk memenuhi kebutuhan dan pasokan dalam negeri.

b. Pengembangan cabai merah seluas 940 ha di 99 kabupaten/kota dan

pengembangan cabai rawit seluas 632 ha di 96 kabupaten/kota di saat

kemarau

c. Pengembangaan bawang merah seluas 1.732 ha di 64 kabupaten/kota

d. Menekan gejolak harga aneka cabai dan bawang merah agar tidak terlalu

tinggi.

2.2. Sasaran

Provinsi, kabupaten/kota pelaksana kegiatan dapat mensinkronasikan sehingga

dapat berjalan dengan baik.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 341.413.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 322.136.200,-

3.3. Informasi Teknologi yang disampaikan berupa teknologi budidaya cabai

3.4. dan bawang merah dengan penerapan PHT dan ramah lingkungan serta irigasi

tetes di musim kering.

3.5. Sarana Penunjang.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 578

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan Bawang Wilayah Timur di

laksanakan di BBPP Batangkaluku Kab. Gowa tanggal 27-30 Mei 2016, dengan rincian

sebagai berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.

4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Koordinasi

Pengembangan Cabai dan Bawang di wilayah Timur.

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota digunakan untuk bantuan uang saku

peserta yang hadir dalam pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan

Bawang Wilayah Timur.

5. Keluaran/Output

a. Dilaksanakan tanggal 27-30 Mei 2015.

b. Pertemuan dihadiri sebanyak 104 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan

daerah yang berasal dari 15 provinsi dan 2 kabupaten, yaitu: Provinsi Bali, Nusa

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua,

Kabupaten Bima dan Tapin.

c. Acara diawali dengan laporan ketua pelaksana dilanjutkan sambutan selamat

datang oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang

diwakili Kabid Hortikultura, dilanjutkan dengan sambutan dan pembukaan secara

resmi oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat,

dlanjutkan pengarahan oleh Direktur Jenderal Hortikultura, Dukungan Manajemen

Pelaksanaan APBN-P 2015 oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura,

Pemaparan dari Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat, E-Katalog dan e-

Purchasing oleh LKPP, Penumbuhan/Penguatan Penangkar Benih Bawang Merah,

Rambu-rambu Gerakan Pengendalian OPT serta pengawalan dan pengawasan

kegiatan APBN-P 2015.

d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Pengembangan Kawasan Cabai dan Bawang Saat Musim Kering, yang

disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura.

2) Dukungan Aspek Manajemen Pada Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan

Sekretaris Dirketorat Jenderal Hortikultura.

3) Persiapan pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan oleh Dinas

Pertanian Provinsi Kalimantan Barat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 579

4) E-katalog dan e-purchasing, yang disampaikan perwakilan Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

5) Penumbuhan/Penguatan Penangkar Benih Bawang Merah, yang disampaikan

Direktur Perbenihan Hortikultura.

6) Rambu-rambu Gerakan Pengendalian OPT, yang disampaikan Direktur

Perlindungan Hortikultura.

7) Pengawalan dan Pengawasan Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan

Inspektur I , Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian.

8) Pedoman Administrasi Keuangan dan Perlengkapan APBN-P 2015, yang

disampaikan Kabag Keungan dan Perlengkapan

9) Pedoman Penggangaran dalam APBN-P 2015-Sosialisasi Pokok-pokok

Perubahan Revisi Anggaran TA 2015, yang disampaikan Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selaatan.

10) Pelaksanaan APBN-P Hortikultura 2015, yang disampaikan Direktur Budidaya

dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

6. Hasil/Outcome

Petugas dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah mendapatkan

tambahan pengetahuan tentang Pedoman Teknis Pengembangan Cabai dan Bawang

Saat Musim Kemarau.

7. Manfaat/Benefit

Pengembangan cabai dan bawang saat musim kemarau dapat dilaksanakan sesuai

rencana dan berhasil baik dengan mengacu pada Pedoman Teknis.

8. Dampak/Impact

Produksi cabai dan bawang meningkat dengan mutu lebih baik terutama saat produksi

menurun di saat musim hujan.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Kegiatan APBN-P 2015 memerlukan upaya khusus, bukan safety palyer. Untuk itu

langkah-langkah yang harus segera dilakukan oleh Provinsi maupun kabupaten

agar segera dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip pemanfaat dana

yang efisien, tertib dan taat aturan serta dilakukan percepatan realisasi anggaran

untuk mengungkit penyerapan anggaran hortikulturra.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 580

9.2. Saran

a. Bagi daerah yang hanya mendapatkan dana alokasi APBN-P 2015 untuk

komoditas cabai merah dan cabai rawit, maka kegiatan sudah bisa

dilaksanakan dengan mengubah redaksi sarana irigasi sederhana menjadi

sarana irigasi hemat air.

b. Daerah yang mendapatkan alokasi dana bawang merah, perlu dilakukan: 1)

menyiapkan surat permintaan persetujuan dari Dinas Pertanian

Provinsi/Kabupaten/Kota kepada Dirjen Horti untuk merevisi output kegiatan,

2) Dari pusat akan segera membalas surat persetujuan yang diminta daerah

pada tanggal 19 Mei 2015 dan selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2015 surat

tersebut harus sudah diterima oleh daerah.

PERTEMUAN PENINGKATAN KAPABILITAS PETANI DAN PETUGAS DI 8 KABUPATEN/

KOTA (MEDAN, BANDUNG, SURABAYA, JAYAPURA, PALEMBANG, BALIKPAPAN,

BALI DAN MAKASSAR)

1. Latar Belakang

Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar,

meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena

memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah

pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang

mengakibatkan harga jatuh, sementara bawang merah hanya dapat ditanam pada

musim-musim tertentu karena bergiliran tanam dengan padi dan tanaman pangan

lainnya.

Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang

tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan

intensifikasi di sentra-sentra produksi di pulau Jawa dan pengembangan baru di luar

pulau Jawa.

Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan

menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai

pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan

pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan

plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan

penggunaan varietas toleran pada musim hujan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 581

Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak

memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh

karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani

memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi

lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan

produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat

menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Mensosialisasikan informasi teknologi budidaya cabai musim kering dan bawang

merah serta informasi lainnya yang berkaitan dalam mendukung pengembangan

kawasan tanaman sayuran APBN-P 2015.

2.2. Sasaran

Tersosialisasikannya informasi teknologi budidaya cabai dimusim kering dan

bawang merah serta informasi pendukung lainnya kepada para pelaksana

kegiatan pengembangan kawasan tanaman sayuran APBNP 2015.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 1.916.426.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 1.864.371.700,-

3.3. Informasi Teknologi yang disampaikan berupa teknologi budidaya cabai

3.4. dan bawang merah dengan penerapan PHT dan ramah lingkungan serta irigasi

tetes di musim kering.

3.5. Sarana Penunjang yang diberikan berupa tas dan flashdisk kepada seluruh

3.6. peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani APBN-P 2015

dilaksanakan sebanyak 8 kali yaitu di Medan, Bandung, Surabaya, Jayapura,

Palembang, Balikpapan, Bali Dan Makassar dengan rincian sebagai berikut:

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.

4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka

Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani untuk daerah penerima APBN-P

2015

4.3. Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk perjalanan dalam rangka Peningkatan

Kapabilitas Petugas dan Petani untuk daerah penerima APBN-P 2015.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 582

4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan

transport dan uang saku peserta Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani

untuk daerah penerima APBN-P 2015

5. Keluaran/Output

5.1. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Medan

a. Dilaksanakan tanggal 15-17 September 2015.

b. Pertemuan dihadiri sebanyak 85 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat

dan daerah yang berasal dari petugas provinsi/Kab/Kota dan kelompok tani

yang mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan

kawasan sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim

kering dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Pertanian Provinsi

Sumatera Utara, Petugas lapang Kab. Aceh Tengah, Aceh Besar, Langkat,

Simalungun, Asahan, Samosir, Solok Selatan, Solok, Tanah Datar, Pesisir

Selatan, Agam, Padang Pariaman, Limapuluh Kota, Siak, Rokan Hilir,

Pekanbaru, Bengkalis dan Kampar serta anggota kelompok tani penerima

APBN-P 2015 di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat.

c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka

pertemuan oleh Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan sekaliguas

membuka secara resmi oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan

Tanaman Obat Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mulai

dari aspek manajemen produksi, aspek manajemn pasar dan budidaya dan

pascapanen cabai dan bawang merah.

d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Tinjauan Aspek Manajemen Produksi Cabai dan Bawang Merah di

Sumatera Utara, yang disampaikan oleh perwakilan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

2) Budidaya Cabai dan Bawang Merah dengan Penerapan PHT dan Ramah

Lingkungan, yang disampaikan perwakilan Fakultas Pertanian Universitas

Andalas.

3) Dukungan Teknologi Budidaya dan Pascpanen Cabai dan Bawang

Merah, yang disampaikan Peneliti Cabai dan Bawang Merah dari Balai

Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara.

5.2. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Bandung

a. Dilaksanakan tanggal 21-23 September 2015.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 583

b. Pertemuan dihadiri sebanyak 140 orang peserta yang terdiri dari peserta

pusat dan daerah yang berasal dari petugas provinsi/Kab/Kota dan kelompok

tani yang mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan

kawasan sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim

kering dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Pertanian Provinsi

Jawa Barat, petugas lapang Kab. Ciamis, Kota Tasik, Tasikmalaya, Garut,

Bandung, Bandung Barat, Cianjur, Sukabumi, Majalengka, Cirebon,

Indramayu, Bogor, Kuningan, Serang, Pandeglang, Lebak, Sragen,

Karanganyar, Wonogiri, Rembang, Grobogan, Kebumen, Purbalingga,

Banjarnegara, Tegal, Kota Salatiga, Semarang, Kota Semarang, Pati, Demak,

Magelang dan Temanggung serta anggota kelompok tani penerma APBN-P

2015 di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah Acara diawali dengan sambutan

selamat datang sekaligus membuka pertemuan oleh Sekretaris Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat mewakili Kepala Dinas,

dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan sekaligus membuka secara resmi

oleh Dr. Ir Yul Harry Bahar mewakili Direktur Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat. Setelah itu acara dilanjutkan dengan

pemaparan materi mulai dari aspek manajemen produksi, aspek manajemen

pasar serta budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah.

c. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kajian Penerapan Irigasi Tetes pada Tanaman Cabai dan Bawang

Merah, yang disampaikan oleh peneliti Balai Pengkajian dan Teknologi

Pertanian Provinsi Jawa Barat.

2) Aspek Manajemen Pasar Cabai dan Bawang Merah/Rantai Pasok dan

Pemanfaatan Teknologi Informasi, yang disampaikan perwakilan Fakultas

Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada.

3) Pengaturan Ketersediaan Sepanjang Tahun, yang disampaikan oleh Prof

Dr. Sobir dari Institut Pertanian Bogor.

5.3. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Surabaya

a. Dilaksanakan tanggal 14 – 16 September 2015.

b. Pertemuan dihadiri sebanyak 79 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat

dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Provinsi Jawa Timur, petugas Kab/Kota dan kelompok tani yang

mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan kawasan

sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim kering

dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Pertanian Kabupaten

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 584

Gresik, Banyuwangi, Situbondo, Nganjuk, Jombang, Lamongan, Sumenep,

Ngawi, Bondowoso, Trenggalek, Magetan, Pacitan, dan Probolinggo.

c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka

pertemuan oleh Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi

Jawa Timur mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan

sekaligus membuka secara resmi oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan

materi mulai dari aspek manajemen produksi, aspek manajemen pasar dan

budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah.

d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Pengelolaan Pola Produksi dan Penguatan Kelembagaan pada Bawang

Merah dan Cabai (Dr. Ir. M. Dawam Maghfoer, MS., Fakultas Pertanian,

Universitas Brawijaya).

2) Tinjauan Aspek Manajemen Produksi dan Aspek Manajemen Pasar pada

Cabai dan Bawang Merah di Jawa Timur (Sujarwo, SP., MP., Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya).

3) Teknologi Unggulan Cabai dan Bawang Merah (Dr. Ir. Tri Sudaryono,

MS., Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Jawa Timur).

5.4. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Jayapura

a. Dilaksanakan tanggal 21-23 September 2015.

b. Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat

dan daerah yang berasal dari petugas provinsi/Kab/Kota dan kelompok tani

yang mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan

kawasan sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim

kering dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Tanaman Pangan

dan Hortikultura Provinsi Papua, Kabupaten Jayapura, Biak Numfor,

Jayawijaya, Merauke, Manokwari, Sorong, Kota Sorong, Fakfak, Seram

Bagian Barat, Ternate, serta anggota kelompok tani penerma APBN-P 2015

di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Selatan.

c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka

pertemuan oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Papua, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Lilis Suhaeti, SP.

mewakili Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mulai dari aspek

manajemen produksi, aspek manajemen pasar serta budidaya dan

pascapanen cabai dan bawang merah.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 585

d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Aspek Manajemen Produksi dan Manajemen Pasar Cabai dan Bawang

Merah (Dr. Ir. Ihwan Tjoli, MP., Universitas Papua).

2) Tinjauan Aspek Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah

(Dr. Ir. Martina Sri Lestari, MP. dan Arifudin Kasim, SP., Balai Pengkajian

dan Teknologi Pertanian Provinsi Papua).

5.5. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Palembang

a. Dilaksanakan selama 3 hari, mulai tanggal 21 - 23 September 2015.

b. Pertemuan dihadiri sebanyak 58 orang yang berasal dari petugas dan petani

dari Kabupaten Banyuasin; Musi Banyuasin; Lubuk Linggau; Musi Rawas;

Ogan Komering Ilir; Kaur; Kepahiang; Rejang Lebong; Lebong; Lampung

Selatan; Tanggamus; Lampung Barat; Pesawaran; Lampung Tengah, Bangka

Tengah; dan Bangka Barat, serta Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat.

c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka

pertemuan oleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi Sumatera Selatan yang disampaikan oleh Bapak Erwin Noorwibowo,

selaku Pelaksana Tugas (Plt) dilanjutkan dengan pengarahan Direktur

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang disampaikan

oleh Kasubdit Pascapanen Daun dan Bunga Potong Direktorat Florikultura.

d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Inovasi Teknologi Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah.

2) Pola Produksi dan Budidaya Bawang Merah serta Cabai Merah di Musim

Kemarau.

3) Manajemen Pemasaran Cabai dan Bawang Merah.

5.6. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Balikpapan

a. Dilaksanakan di Asrama Haji Embarkasi Kota Balikpapan pada tanggal 16 –

18 September 2015.

b. Pertemuan dihadiri peserta berasal dari Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan

Timur, Dinas Pertanian Kabupaten Berau, Paser, Penajam Paser Utara, Kubu

Raya, Landak, Sanggau Penajam, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Tapin,

Tabalong, Barito Utara, Kapuas, Kotawaringin Timur, Kota Baru, Banjar Baru

dan Kota Palangkaraya Penyuluh dan Petani Penerima APBN-P Hortikultura

TA 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 50 orang. Narasumber yang

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 586

mengisi pertemuan berasal dari Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman,

Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Kalimantan Timur.

c. Pembukaan Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani APBN-P

2015 dimulai dengan sambutan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Provinsi Kalimantan Timur dalam hal ini di wakilkan oleh Kepala Bidang

Hortikultura, Bapak M Alimudin. dilanjutkan dengan pengarahan Direktur

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang dibacakan oleh

Kasubdit Budidaya Tanaman Obat dan Jamur.

d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Penjelasan kegiatan APBN-P 2015 dan sosialisasi GAP sayuran.

2) Sistem Perencanaan Produksi Pertanian dan Manajemen Pemasaran

Hasil Pertanian.

3) Budidaya Cabai dan Bawang Merah Secara Ramah Lingkungan Di

Musim Kering/Kemarau.

5.7. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Bali

a. Dilaksanakan tanggal 15-17 September 2015.

b. Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang peserta yang terdiri dari Petugas dan

Petani Penerima Bantuan APBN-P 2015 Propinsi Bali dan Nusa Tenggara

(Kabupaten Bangli, Tabanan, Buleleng, Propinsi NTT, Kabupaten Kupang,

Propinsi NTB, Kabupaten Bima, Kabupaten Lombok Timur).

c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka

pertemuan oleh Ir. Komang Ardana, M.Si. (Sekretaris Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Bali) dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan dari

Kepala Sub Direktorat Dampak Iklim dan Persyaratan Teknis, Direktorat

Perlindungan Ditjen Hortikultura.

d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kesiapan Petani dan Petugas dalam rangka Pelaksanaan Kegiatan

APBN-P di Bali oleh Ir. Irwan Adam (Kasubdit Dampak dan Iklim,

Direktorat Perlindungan Ditjen Hortikultura).

2) Tinjauan Aspek Manajemen Produksi dan Aspek Manajemen Pasar pada

Cabai dan Bawang Merah di Jawa Timur oleh Prof. Dr. Ir. Dwi

Darmawan, M.P. (Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Udayana).

3) Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah oleh Nyoman

Ngurah Arya, S.P. M.Agr. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi

Bali).

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 587

5.8. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Makassar

a. Dilaksanakan tanggal 21-23 September 2015.

b. Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang peserta yang terdiri dari Kepala Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan

(Kabupaten Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Enrekang, Pinrang,

Luwu, Tana Toraja, Maros, Bone, Sinjai, Barru dan Sopeng), Kepala Dinas

Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara (Kabupaten Minahasa),

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah (Kabupaten Donggala,

Parigi Moutung,Palu, Sigi), dan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan

Provinsi Sulawesi Tenggara (Kabupaten Kolaka Utara, dan Kolaka Timur),

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

(Kabupaten Pohuwato, Boalemo, Gorontalo, dan Kota Gorontalo).

c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka

pertemuan oleh Sekretaris Dinas Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan

dilanjutkan dengan kegiatan Pengarahan oleh Ir. Cahyaniati, M.Si (Direktorat

Perlindungan).

d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kesiapan Petani dan Petugas dalam rangka Pelaksanaan Kegiatan

APBN-P di Bali oleh Ir. Cahyaniati, M.Si. (Direktorat Perlindungan Ditjen

Hortikultura).

2) Tinjauan Aspek Manajemen Produksi dan Aspek Manajemen Pasar pada

Cabai dan Bawang Merah di Sulawesi Selatan oleh Dr. Ir. Darwis Ali,

M.P. (Universitas Hasanuddin).

3) Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah oleh Ir. Nurjanani,

M.Si. (BPTP Provinsi Sulawesi Selatan).

6. Hasil/Outcome

Petugas dan petani dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah

mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan penerapan dimulai dari

manajemen produksi, penerapan budidaya yang baik (GAP) dan penanganan

pascapanen yang baik (GHP).

7. Manfaat/Benefit

Pengembangan sayuran dapat dilakukan oleh petani secara lebih baik, yang mengacu

pada penerapan GAP/GHP/SOP sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan

lingkungan, terutama dalam penggunaan pestisida

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 588

8. Dampak/Impact

Produksi sayuran meningkat dengan mutu lebih baik sehingga menambah pendapatan

dan kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Medan dan Bandung

1) Semua jenis sayuran sama akan terserang penyakit tetapi yang lebih

rentan yakni di cabai (struktur daun yang berbulu, tebal dan besar seperti

di terong lebih tahan dalam serangan OPT dibandingkan dengan

tanaman yang memiliki struktur daun kecil, dan tipis seperti cabai).

2) Petani harus menjadi penentu kebijakan sehingga kedaulatan bisa

terwujud, diantaranya melalui 2 cara yaitu:

Pemerintah, harus melakukan kebijakan ekonomi yang berpihak

kepada petani yang bisa mendorong maju dan berkembangnya

usaha petani seperti: 1) menghindari harga jatuh agar harga tetap

stabil dengan melakukan pendampingan dan pembinaan untuk

proses kemitraan dengan perusahaan pengolahan/riteal sedangkan

keberlangsungannya diserahkan kepada petani/kelompok tani, 2)

kegiatan koordinasi pengaturan pola tanam dengan 23 provinsi

sentra stiap tahun, 3) menyelenggarakan operasi pasar di saat harga

naik dan turun, untuk menjaga keseimbangan supplay dan demand,

diantaranya dengan melakukan operasi pasar bekerjasama dengan

BULOG dimana produk petani dibeli Bulog, 4) menyusun harga

referensi sayuran (seperti cabai dan bawang merah) yang melibatkan

perguruan tinggi dan stakeholders, 5) fasilitasi informasi pasar (PIP)

baik di tingkat produsen, pasar dan konsumen.

Petani, adanya komitmen dan kreatifitas petani/kelompok tani

terhadap produknya dengan penerapan GAP/GHP, jangan selalu

mengandalkan bantuan pemerintah sehingga produk yang dihasilkan

memiliki keunggulan baik dari kualitas, kuantitas dan kontinuitas

yang bisa bersaing dengan produk luar negeri serta memiliki

kepentingan yang sama dan amanah dalam penguatan kelembagaan

sehingga memiliki posisi tawar yang kuat dalam melakukan

kemitraan dengan perusahaan pengolahan/riteal.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 589

3) Perlu peningkatan dan perbaikan perilaku penggunaan pupuk organik

dan anorganik serta pestisida agar sesuai dengan petunjuk Indo-GAP,

agar produk yang dihasilkan aman konsumsi, bermutu dan lahan tetap

terjaga kesuburannya dan lingkungan tetap lestari.

4) Pentingnya pengaturan pola produksi di setiap daerah agar produksi

terutama bawang merah dan cabai merata setiap bulan sepanjang tahun

sehingga tingkat inflasi bisa ditekan.

b. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Surabaya dan Jayapura

1) Pada aspek budidaya, sebagian besar petani cabai dan bawang merah

telah menerapkan teknologi budidaya yang baik untuk menghasilkan

produktivitas yang tinggi. Kecuali dalam hal pengendalian OPT secara

ramah lingkungan, petani harus lebih banyak memperoleh sosialisasi dan

pelatihan agar dapat menerapkan praktek pengendalian OPT ramah

lingkungan. Selain itu, petani harus lebih disupport dalam aspek

manajemen produksi, kelembagaan dan pemasaran.

2) Institusi Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian siap mendukung

keberhasilan program pengembangan cabai dan bawang merah di musim

kering/kemarau berupa bantuan pendampingan, technical assistance,

dan dukungan teknologi.

3) Untuk memenuhi ketersediaan cabai dan bawang merah setiap saat,

pemerintah telah melaunching berbagai program dan kebijakan. Program

pemerintah tersebut tidak akan berhasil tanpa dukungan dari semua

pihak terutama petani sebagai pelaku di lapangan. Petani yang terpilih

sebagai penerima bantuan APBN dan APBN-P harus berkomitmen untuk

menerapkan jadwal tanam sesuai yang telah dirancang, siap bermitra

dengan industri dan siap dibeli hasil panennya oleh BULOG pada saat

gejolak harga pasar terjadi.

c. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Palembang dan Balikpapan

1) Perguruan tinggi khususnya Fakultas Pertanian dapat melakukan

penelitian aplikasi teknologi budidaya hemat air khususnya komoditas

sayuran.

2) Ketersediaan benih bawang merah masih terbatas hal ini mengakibatkan

ongkos produksi jadi tinggi sehingga petani yang berbudidaya bawang

merah hanya petani yang bermodal besar. Beberapa varietas bawang

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 590

merah masih dalam uji lokasi oleh BPTP Kalimantan Timur agar dapat

dibudidayakan oleh petani.

3) Implementasi teknologi dalam budidaya bawang merah dapat dilakukan

dengan penggunaan VUB Sembrani, Maja dan Trisula (toleran curah

hujan tinggi); Pengembangan model perbenihan dengan biji botani/TSS

seperti VUB TSS Agrihorti 1 dan 2 yang dilepas pada tahun 2015; Instore

Drying; Pemasangan perangkap OPT; Pemasangan perangkap kuning

(trips, kutu daun, kutu kebul dan tungau); Pemasangan Feromon Sex

untuk hama ulat; Budidaya dalam rumah kasa untuk mengurangi

serangan OPT dengan tumpangsari dan tumpanggilir.

4) Salah satu langkah dalam pengembangan agribisnis cabai dan bawang

merah adalah dengan penerapan e-commerce yang diharapkan dapat

memberikan dampak positif bagi keberlangsungan usaha agribisnis.

d. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Bali

dan Makassar

1) Sosialisasi penerapan budidaya yang baik melalui penerapan GAP dan

GHP Sayuran dan Tanaman Obat di tingkat petani masih perlu

dilaksanakan dalam rangka peningkatan kompetensi pelaku usaha

sehingga menghasilkan produk yang aman konsumsi, bermutu baik,

ramah lingkungan dan berdaya saing.

2) Beberapa hasil inovasi terkait teknologi pascapanen diharapkan dapat

diadopsi oleh petani/ kelompoktani sehingga teknologi yang dihasilkan

dapat dimnafaatkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu, nilai

tambah dan saya saing produk.

3) Perlu dukungan dari perguruan tinggi dan BPTP Provinsi dalam rangka

mendukung pelaksanaan kegiatan sehingga inovasi teknologi yang sudah

ada dapat disosialisasikan ke petani dan petugas lapang.

4) Perlu koordinasi persiapan pelaksanaan kegiatan antar dinas pertanian

provinsi dan dinas pertanian kabupaten terkait kesesuaian waktu bantuan

diterima petani dan waktu dan pola tanam petani sehingga jenis bantuan

yang diberikan pemerintah tepat waktu, tepat guna dan tepat sasaran.

9.2. Saran

a. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Medan dan Bandung

1) Perlu dilakukan sosialisasi baik oleh Dinas Pertanian setempat maupun

pusat kepada petani/kelompok tani/Gapoktan tentang penerapan

budidaya yang ramah lingkungan dengan memperbanyak penggunaan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 591

pupuk organik yang telah dicampur agensia hayati, aplikasi pestisida

melalui penerapan PHT, agar produk yang dihasilkan aman konsumsi,

bermutu dan lahan tetap terjaga kesuburannya untuk mendukung

produksi sayuran.

2) Mendorong penumbuhan dan penguatan penangkar-penangkar baru

dan swadaya yang bisa menghasilkan benih unggul lokal (seperti ada

benih lokal cabai jenis merah besar di Limapuluhkota yang bisa tumbuh

sampai 3 meter dengan buah yang cukup lebat) didorong untuk

diproses menjadi benih bersertifikat dengan tingkat kemurniannya yang

harus terus dijaga.

3) Kerjasama dengan BMKG agar semua orang mengetahuinya (adanya el

nino, anomali iklim dll) terutama yang bisa diakses petani. Diusulkan

untuk mengundang BMKG pada pertemuan-pertemuan tertentu di saat

penentuan pola tanam.

4) Hortikultura ke depan lebih fokus di lahan darat/marjinal, air yang

dikumpulkan/embung, tidak terganggu oleh pengembangan pangan

yang ada di sawah.

5) Data produksi sayuran yang sudah ada di pihak pusdatin atau dinas

agar segera disosialisasikan dan diberitahukan kepada petani secara

berkala agar petani mengetahui daerah mana saja yang lagi panen atau

over dan daerah mana saja yang defisit dalam pemenuhan produksi

sayuran terutama cabai dan bawang merah.

b. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Surabaya dan Jayapura

1) Petugas dan petani penerima manfaat bantuan APBN-P diharapkan

melanjutkan program kegiatan yang belum terselesaikan sesegera

mungkin sesuai target yang telah ditetapkan. Hasil pelaksanaan

kegiatan APBN-P agar selalu dimonitor, dievaluasi dan dilaporkan oleh

petugas Dinas ke Pusat.

2) Diperlukan sosialisasi baik oleh Dinas Pertanian setempat maupun

pusat kepada petani/kelompok tani/Gapoktan tentang penerapan

budidaya yang ramah lingkungan dengan memperbanyak penggunaan

pupuk organik yang telah dicampur agensia hayati, aplikasi pestisida

melalui penerapan PHT, agar produk yang dihasilkan aman konsumsi,

bermutu dan lahan tetap terjaga kesuburannya untuk mendukung

produksi sayuran.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 592

3) Diperlukan penumbuhan dan penguatan penangkar-penangkar baru

dan swadaya yang bisa menghasilkan benih unggul lokal didorong

untuk diproses menjadi benih bersertifikat dengan tingkat kemurniannya

yang harus terus dijaga.

c. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di

Palembang dan Balikpapan

1) Fakultas Pertanian (Faperta) dapat mempublikasikan dan melakukan

pembinaan secara intensif kepada petani bekerjasama dengan dinas

pertanian di masing-masing provinsi, kabupaten/kota. Perlu dibangun dan

ditingkatkan hubungan kerjasama antara petani, peneliti perguruan tinggi

dan dinas pertanian dalam hal transfer teknologi dan informasi budidaya

sehingga petani dapat mengaplikasikan teknologi baru dan sederhana

dalam meningkatkan produksi yang dihasilkan.

2) Dilakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani yang berminat

menjadi petani penangkar benih, hal ini agar ketersediaan benih bawang

merah dapat di sediakan di lokasi pertanaman

3) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kerjasama antara petani,

peneliti perguruan tinggi dan dinas pertanian dalam hal transfer teknologi

dan informasi budidaya sehingga petani dapat mengaplikasikan teknologi

baru dan sederhana dalam meningkatkan produksi. Mengingat manfaat

yang dirasakan oleh para peserta pertemuan, maka kegiatan ini perlu

dilaksanakan secara rutin setiap tahun, serta cakupan peserta diperluas

ke daerah potensial lainnya.

d. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Bali

dan Makassar

1) Perlu dilakukan sosialisasi Permentan Nomor 48/ Permentan/ OT.140/

10/2009 tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik kepada

petugas dan pelaku usaha/petani sayuran khususnya kepada petani

bawang merah dan petani cabai yang masih kategori petani pemula

sehingga petani sebagai kelompok penerima bantuan dapat memahami

teknik budidaya yang benar dan dapat diterapkan di lokasi

pengembangan APBN-P.

2) Perlu dukungan petugas, khususnya penyuluh pertanian dalam rangka

pembinaan dan pendampingan pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015

kepada para petani bawang merah dan cabai sehingga produksi dan

produktivitas yang dihasilkan optimal dan dapat meminimalkan terjadinya

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 593

gejolak harga cabai dan bawang merah yang cukup tinggi di beberapa

provinsi serta pemerataan ketersediaan pasokan sepanjang tahun.

PELAKSANAAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) ABPN-P

1. Latar Belakang

Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar,

meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena

memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah

pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang

mengakibatkan harga jatuh, sementara bawang merah hanya dapat ditanam pada

musim-musim tertentu karena bergiliran tanam dengan padi dan tanaman pangan

lainnya.

Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang

tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan

intensifikasi di sentra-sentra produksi di pulau Jawa dan pengembangan baru di luar

pulau Jawa.

Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan

menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai

pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan

pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan

plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan

penggunaan varietas toleran pada musim hujan.

Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak

memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh

karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani

memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi

lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan

produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat

menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 594

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Teridentifikasinya masalah dan solusi pemecahan dalam kegiatan pengembangan

kawasan tanaman sayuran APBN-P 2015 melalui pengembangan cabai dan

bawang merah di musim kering.

2.2. Sasaran

Terpecahkannya masalah yang timbul dalam kegiatan pengembangan kawasan

tanaman sayuran APBN-P 2015 melalui pengembangan cabai dan bawang merah

di musim kering.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 108.442.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 108.442.000,-

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) APBN-P dilaksanakan di Bogor dengan rincian

sebagai berikut :

Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota digunakan untuk akomodasi dan

konsumsi, serta perjalanan pelaksanaan pertemuan.

5. Keluaran/Output

5.1. Dilaksanakan tanggal 10-11 September 2015.

5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang yang terdiri dari tim pendamping, tim

pendukung, perguruan tinggi, dan petugas Provinsi/Kab/Kota yang mendapatkan

tugas pembantuan kegiatan pengembangan kawasan tanaman sayuran APBN-P

2015 melalui pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.

6. Hasil/Outcome

Meningkatnya pemahaman atau kesamaan persepsi para pelaksana Focus Group

Discussion Pengembangan kawasan tanaman sayuran APBN-P 2015 melalui

pengembangan cabai dan bawang di musim kering.

7. Manfaat/Benefit

Pelaksanaan kegiatan Focus Group Discussion Pengembangan kawasan tanaman

sayuran Tanaman Obat Berkelanjutan dapat berjalan efektif dan efisien.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 595

8. Dampak/Impact

Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu, daya saing, nilai tambah dan pendapatan

petani sayuran khususnya cabai dan bawang merah.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Permasalahan budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah yang

secara umum dihadapi oleh masing-masing daerah adalah keterbatasan

benih, serangan OPT, petani belum memahami penggunaan irigasi tetes, PH

meter, dan rain shelter, Kesulitan pengadaan starter agens hayati, dan petani

belum memahami mekanisme pasar.

b. Solusi untuk mengatasi permasalahan terkait budidaya dan pascapanen cabai

dan bawang merah adalah peningkatan pendampingan petani oleh perguruan

tinggi dan instansi terkait lainnya, pembuatan manual penggunaan dan

pemeliharaan irigasi tetes, PH meter, rain shelter, Direktorat perlindungan

mengadakan kegiatan terkait agensia hayati, penguatan kelembagaan untuk

mengatur pola tanam, pembagian aliran air, penyemaian, dan pemasaran,

serta sosialisai peluang ekspor.

9.2. Saran

a. Petani akan memperbaiki tindakan budidaya cabai dan bawang terutama

dengan mengaplikasikan teknologi baru yaitu irigasi tetes, PH meter, dan rain

shelter.

b. Menanam tanaman jagung di tepi-tepi lahan sebagai border penghalang bagi

hama tanaman sehingga dapat melindungi tanaman dari serangan OPT.

c. Petani diminta untuk mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida anorganik

buatan. Petani belum disarankan untuk berbudidaya secara organik.

d. Perguruan tinggi dan instansi pemerintah terkait meningkatkan pendampingan

petani dalam pelaksanaan gerakan tanam cabai dan bawang di musim kering.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 596

KONSOLIDASI PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG MERAH DI MUSIM KERING

1. Latar Belakang

Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar,

meski demikian sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena

memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah

pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang

mengakibatkan harga jatuh, sementara bawang merah hanya dapat ditanam pada

musim-musim tertentu karena bergiliran tanam dengan padi dan tanaman pangan

lainnya.

Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang

tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan

intensifikasi di sentra-sentra produksi di Pulau Jawa dan pengembangan baru di luar

Pulau Jawa.

Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan

menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai

pada bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi melalui

kegiatan pengembangan kawasan cabai dan bawang merah di musim kering/kemarau

melalui APBN-P 2015.

Pengembangan kawasan cabai dan bawang merah di musim kering/kemarau melalui

APBN-P 2015, dilaksanakan dalam bentuk pengembangan kawasan dengan komponen

Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi, serta fasilitas pendukungnya berupa Sekolah

Lapang GAP, Sarana Prasarana Budidaya, dan Sarana Prasarana Pascapanen pada

daerah penerima dana Tugas Pembantuan APBN-P 2015 Provinsi maupun

Kabupaten/Kota. Untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan terhadap

pencapaian tujuan kegiatan yang telah ditetapkan, perlu dilakukan pemantauan dan

evaluasi perkembangan kegiatan di daerah.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

a. Memantau progres pelaksanaan kegiatan pengembangan cabai dan bawang

merah di musim kering di daerah penerima bantuan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 597

b. Mengidentifikasi dan mencari solusi terhadap permasalahan dan kendala

yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan cabai dan

bawang merah di musim kering.

2.2. Sasaran

Petugas Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten penerima Kegiatan APBN-P

Tahun 2015, yang terdiri dari 28 Provinsi dan 91 Kabupaten.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 1.163.727.000,-.

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 1.163.727.000,-.

3.3. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan ini diberikan sarana penunjang

berupa pointer kepada para peserta.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di Musim Kering dilaksanakan di

Bandung dengan rincian sebagai berikut :

4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang.

4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dan moderator dalam

rangka Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di Musim Kering.

4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk akomodasi

dan konsumsi serta perjalanan pelaksanaan Pengembangan Cabai dan Bawang

Merah.

5. Keluaran/Output

5.1. Dilaksanakan tanggal 1-4 Desember 2015

5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 150 orang yang terdiri dari narasumber yaitu

Direktur Jenderal Hortikultura, Inspektur Itjen Kementerian Pertanian, Direktur

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Dinas Pertanian

Situbondo, dan peserta daerah yang berasal dari 28 provinsi dan 91 Kabupaten

penerima program APBNP Pengembangan Cabai dan Bawang Merah Musim

Kering Tahun 2015.

6. Hasil/Outcome

Petugas dan petani dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah di

musim kering mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan penerapan dimulai

dari manajemen produksi, penerapan budidaya yang baik (GAP) dan penanganan

pascapanen yang baik (GHP).

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 598

7. Manfaat/Benefit

Pengembangan sayuran dapat dilakukan oleh petani secara lebih baik, yang mengacu

pada penerapan GAP/GHP/SOP sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan

lingkungan, terutama dalam penggunaan pestisida.

8. Hasil/Outcome

Produksi sayuran meningkat dengan mutu lebih baik sehingga menambah pendapatan

dan kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Target pertemuan konsolidasi pengembangan cabai dan bawang merah di

musim kering berupa informasi dan laporan pelaksanaan fisik telah diperoleh,

meskipun masih terdapat data yang belum lengkap. Informasi tersebut akan

dirangkum sebagai bahan laporan kepada Dirjen Hortikultura.

b. Dalam perjalanan kegiatan APBN-P banyak dinamika yang terjadi dari sisi

aturan di tingkat pusat, maupun di daerah, telah banyak pertemuan yang

dilakukan dalam rangka koordinasi, konsolidasi, sinkronisasi untuk

memperlancar kegiatan APBN-P, semoga silaturahmi dan hubungan yang

baik dapat terus berjalan. Banyak pelajaran dan nilai positif yang dapat

diambil. Keberhasilan program sangat ditentukan oleh hubungan harmonis,

mulai dari pusat, daerah, tim teknis, PPK, ULP, penyuluh, kelompoktani dan

semua pihak. Dengan komunikasi yang baik, akan cepat menyelesaikan

permasalahan yang terjadi.

c. Kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering semata-

mata bertujuan untuk kesejahteraan petani. Sikap ikhlas, jujur, dan terbuka

akan menentukan keberhasilan program.

9.2. Saran

a. Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan fokus membantu

melakukan pengawalan secara ketat penyelesaian administrasi tahun 2015

(tinggal 15 hari lagi). Untuk realisasi penanaman yang dilakukan di bulan

Januari tidak masalah, pihak Itjen akan membuatkan laporan/rekomendasi

secara tertulis.

b. Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan melengkapi permintaan

Data Luas tanam dan produksi bulan November – Desember 2015 untuk

melengkapi data RIPH serta data pola tanam tahun 2016 yang dirinci per

kabupaten dan kecamatan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 599

c. Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan menyusun dan

menyerahkan laporan tertulis pelaksanaan kegiatan pengembangan cabai

dan bawang merah di musim kering secara fisik mulai dari persiapan tanam,

panen, keberhasilan, hingga dokumentasi di lapangan.

d. Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan mencermati RKAKL

Tahun 2016, dan apabila terdapat ketidaksesuaian komoditas atau

kabupaten, segera bersurat kepada Pusat. Serta menyusun Data CPCL dan

kesanggupan alokasi pengembangan sayuran tahun 2016.

e. Persiapan kegiatan di tahun 2016 (CPCL) agar diantisipasi dari sekarang,

dikoordinasikan dengan penyuluh dan sebagainya. Tahun 2016 terdapat

peluang pengangkatan petugas PPL dan THL, POPT dsb. Kinerja THL

(catatan luas tanam, luas panen, produksi, dll) menjadi catatan untuk

diprioritaskan untuk pengangkatan.

f. Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan menjadwalkan jadwal

tanam untuk ketersediaan cabai dan bawang merah tahun 2016, selanjutnya

dipetakan di tiap provinsi dan kabupaten.

KONSOLIDASI PENYIAPAN PENYEDIAAN CABAI

1. Latar Belakang

Cabai memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar, meski demikian

sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena memiliki

elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah

pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang

mengakibatkan harga jatuh.

Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang

tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan

intensifikasi di sentra-sentra produksi di Pulau Jawa dan pengembangan baru di luar

Pulau Jawa.

Berbagai strategi dilakukan pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan cabai

dan menekan gejolak inflasi nasional, antara lain melalui pengembangan kawasan

aneka cabai pada bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi,

sinkronisasi pola produksi sayuran dan penetapan angka sasaran meliputi produksi,

luas tanam, luas panen dan produktivitas.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 600

Hasil penetapan angka sasaran tersebut harus disosialisasikan secara terbuka kepada

seluruh pihak terkait termasuk pelaku usaha cabai agar dapat mensinergikan program

dan kegiatan yang dimiliki, sehingga mendukung penyediaan cabai yang stabil

sepanjang tahun, membantu kelancaran pengelolaan rantai pasokan yang baik, dan

menjaga keseimbangan supply – demand yang berimplikasi kepada kestabilan harga.

Hingga saat ini Pulau Jawa masih menjadi sentra produksi utama komoditas cabai.

Produksi cabai di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mengalami

surplus dan mampu memenuhi kebutuhan cabai di daerah lain di luar Pulau Jawa.

Ketika terjadi penurunan produksi cabai di Pulau Jawa akan sangat mempengaruhi

kestabilan harga cabai di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Oleh karena itu, kontinuitas

pasokan cabai harus terjaga sepanjang tahun.

Produksi cabai juga sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Pelaku usaha harus memiliki

wawasan tentang iklim dan dampaknya bagi usahatani cabai dan kesiapan untuk

mengantisipasi dampak iklim tersebut agar produksi cabai tetap optimal dan merata.

Maksud dari kegiatan konsolidasi penyiapan penyediaan cabai 2016 adalah untuk

menjamin ketersediaan pasokan cabai dan stabilitas harga cabai pada tahun 2016.

2. Tujuan

2.1. Tujuan

a. Mensosialisasikan angka sasaran produksi cabai tahun 2016 kepada pelaku

usaha cabai.

b. Mengkonsolidasikan para pelaku usaha cabai khususnya di Pulau Jawa

sebagai sentra produksi utama untuk mendukung penyediaan cabai yang

stabil sepanjang tahun, membantu kelancaran pengelolaan rantai pasokan

yang baik, dan menjaga keseimbangan supply – demand yang berimplikasi

kepada kestabilan harga.

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah pelaku usaha dari asosiasi petani cabai di wilayah

Pulau Jawa

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar sebesar Rp 391.310.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 391.310.000,-

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 601

3.3. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan konsolidasi penyiapan

penyediaan cabai 2016 diberikan sarana penunjang berupa tas dan jaket kepada

para peserta

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan konsolidasi penyiapan penyediaan cabai 2016 dilaksanakan di Depok dengan

rincian sebagai berikut :

4.1. Belanja bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang

4.2. Belanja jasa profesi digunakan untuk membayar honor narasumber, honor

moderator, dan honor panitia

4.3. Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota digunakan untuk akomodasi dan

konsumsi serta biaya perjalanan.

5. Keluaran/Output

5.1. Dilaksanakan tanggal 10-12 Desember 2015

5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 90 orang yang terdiri dari narasumber yaitu

Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktur Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Balai Penelitian Sayuran dan peserta

daerah yang berasal dari 3 provinsi dan 23 Kabupaten yaitu :

a. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat

b. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah

c. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur

d. Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka

e. Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan

f. Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon

g. Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang

h. Dinas Pertanian Kabupaten Garut

i. Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya

j. Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya

k. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung

l. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat

m. Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis

n. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur

o. Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi

p. Dinas Pertanian Kabupaten Purwakarta

q. Dinas Pertanian Kabupaten Brebes

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 602

r. Dinas Pertanian Kabupaten Demak

s. Dinas Pertanian Kabupaten Pati

t. Dinas Pertanian Kabupaten Kediri

u. Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk

v. Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep

w. Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur

5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut :

a. Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2016

b. Teknologi Budidaya dan Pascapanen Cabai

c. Update dan Monitoring Informasi Iklim dan Elnino 2015 -1016

d. Studi Kesesuaian Agroklimat

6. Hasil/Outcome

Petugas dan Petani dari lokasi kawasan cabai dan bawang merah mendapatkan

informasi tentang rencana dan pola produksi tahun 2016.

7. Manfaat/Benefit

Petani dapat berproduksi dengan lebih baik, yang mengacu pada pola produksi di

tingkat nasional dan provinsi.

8. Dampak/Impact

Tersedianya cabai dan bawang merah di sepanjang tahun 2016 sehingga dapat

mencukupi kebutuhan masyarakat.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Dinas Pertanian di daerah dan pelaku usaha melakukan manajemen pola

tanam sesuai dengan angka sasaran produksi dan pengaturan pola tanam di

tingkat nasional dan provinsi untuk mengamankan produksi sehingga angka

produksi surplus pada neraca aman yaitu >3% dari angka kebutuhan.

b. Stok bawang untuk akhir tahun 2015 (natal dan tahun baru) tidak perlu

dikhawatirkan karena beberapa petani masih menyimpan hasil panennya,

selain itu pada pertengahan dan akhir Desember banyak daerah yang panen

seperti Kabupaten Demak seluas 200 Ha dan Kabupaten Enrekang.

c. Kebijakan Kementan tidak merekomendasikan impor cabai dan bawang

merah melalui RPIH harus didukung oleh data ketersediaan di lapangan dan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 603

para pelaku usaha dan asosiasi bawang merah menyatakan bahwa pasokan

bawang merah untuk bulan Januari hingga Maret 2016 mendatang aman.

d. Strategi yang dapat digunakan untuk mengamankan stok cabai adalah

melakukan manajemen produksi, teknologi produksi, penanganan

pascapanen, dan sistem penyerapan kelebihan supply oleh pemerintah.

9.2. Saran

a. Melakukan Konsolidasi yang melibatkan Pusat, Dinas Daerah dan Pelaku

Usaha pada dua tingkat pelaksanaa anggaran dan tingkat implementasi

program.

b. Dinas pertanian melaksanakan pertemuan pola tanam pada tingkat provinsi

dan kabupaten/kota.

c. Dinas pertanian di daerah diharapkan sering berkomunikasi dengan pusat

dan lebih mencermati pedoman umum serta lembar kerja supaya

pelaksanaan kegiatan berjalan lancar dan realisasi anggaran dapat

dilaksanakan.

d. Pemerintah diharapkan bekerjasama dengan bulog untuk membantu petani

pada saat harga cabai jatuh.

PERTEMUAN PEMANTAPAN CPCL PENGEMBANGAN KAWASAN CABAI DAN

BAWANG MERAH 2016

1. Latar Belakang

Berbagai strategi dilakukan pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan cabai

dan bawang merah, antara lain melalui pengembangan kawasan aneka cabai pada

bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dan penumbuhan/

pengembangan penangkar benih bawang merah serta peningkatan kapabilitas petani

dalam melakukan budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah khususnya calon

petani dan calon lokasi penerima bantuan pengembangan kawasan cabai dan bawang

merah TA 2016.

2. Tujuan

2.1. Tujuan

a. Mengkonsolidasikan program pengembangan cabai dan bawang merah pada

tahun 2016 kepada petugas dinas daerah dan pelaku usaha.

b. Mendapatkan jaminan dari pelaku usaha cabai dan bawang merah untuk

membantu menstabilkan harga cabai dan bawang merah 2016 melalui

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 604

penyediaan cabai yang stabil sepanjang tahun, membantu kelancaran

pengelolaan rantai pasokan yang baik, dan menjaga keseimbangan supply –

demand.

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah petugas dinas pertanian daerah dan pelaku usaha

cabai dan bawang merah calon penerima bantuan pengembangan kawasan cabai

dan bawang merah tahun 2016.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 1.487.954.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 933.817.050,-

3.3. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pemantapan CPCL

pegembangan kawasan cabai dan bawang merah diberikan sarana penunjang

berupa tas dan jaket kepada para peserta

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pemantapan CPCL pegembangan kawasan cabai dan bawang merah

dilaksanakan di Makassar dengan rincian sebagai berikut :

4.1. Belanja bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang

4.2. Belanja jasa profesi digunakan untuk membayar honor honor panitia

4.3. Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota digunakan untuk akomodasi dan

konsumsi serta biaya perjalanan peserta.

5. Keluaran/Output

5.1. Dilaksanakan tanggal 17-19 Desember 2015

5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 136 orang yang terdiri dari peserta pusat dan daerah

baik provinsi/kabupaten/kota yang mendapatkan program APBN-P 2015 dari

Hortikultura.

5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut :

a. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Tahun 2016

b. Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat 2016

c. Pengelolaan OPT Utama Bawang Merah

d. Upaya Pemantapan Ketersediaan Benih Bawang Merah 2016

6. Hasil/Outcome

Petugas dari lokasi kawasan cabai dan bawang merah mendapatkan informasi tentang

ketentuan CPCL pengembangan cabai dan bawang pada tahun 2016.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 605

7. Manfaat/Benefit

Petugas dapat mempercepat kegiatan pengembangan cabai dan bawang pada tahun

2016.

8. Dampak/Impact

Tersedianya produksi cabai dan bawang merah secara merata sepanjang tahun 2016

sehingga dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Dinas Pertanian di daerah harus berupaya mengamankan pasokan cabai dan

bawang merah periode Oktober 2015 – Maret 2016, yang didasarkan pada

prognosa kebutuhan dan produksi.

b. Langkah pengamanan bawang merah dan cabai periode Oktober 2015 -

Maret 2016 adalah manajemen dan pengaturan pola tanam dengan membuat

komitmen antara Pusat dan Dinas Pertanian Kab/Kota sentra utama bawang

merah dan cabai, refocusing kegiatan dan optimasi anggaran melalui revisi

DIPA dalam bentuk bantuan benih cabai rawit merah kepada petani untuk

mengamankan pasokan Oktober-Maret. Untuk itu perlu dilakukan pengaturan

pola produksi untuk bawang merah dan cabai.

c. Untuk melindungi produk dalam negeri melalui hambatan teknis, salah

satunya dengan Sanitary and Phyto-sanitary (SPS). SPS bertujuan untuk

melindungi kehidupan manusia, kesehatan hewan, tanaman, dan lingkungan

dari resiko masuknya bahan pangan tidak aman konsumsi dan dari masuknya

OPTK.

d. Target yang akan dicapai pada tahun 2016 adalah ketersediaan benih

bawang merah di BBH sebanyak 1.836 ton; ketersediaan benih bawang

merah di Dinas Pertanian Kabupaten untuk substitusi impor sebanyak 1.300

ton.

9.2. Saran

a. Kegiatan perlindungan hortikultura pada tahun 2016 adalah penerapan PHT,

gerakan pengendalian OPT, klinik PHT, pengembangan laboratorium

pengamatan hama dan penyakit, adaptasi dan mitigasi iklim, sertifikasi

laboratorium pengamatan hama dan penyakit, serta pencetakan pedoman

pengedalian OPT bawang merah.

b. Penguatan kelembagaan melalui pemurnian bawang merah, pemasyarakatan

benih bermutu melalui pengadaan benih sumber dan benih sebar bawang

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 606

merah, serta penumbuhan/penguatan penangkar benih bawang merah dalam

rangka mendukung kawasan pengembangan bawang merah.

c. Kegiatan pendukung lainnya adalah pemurnian benih bawang merah yang

dilakukan di 32 provinsi dengan masing-masing provinsi seluas 1 ha,

pengenalan varietas di sentra peoduksi bawang merah melalui jambore

varietas, apresiasi teknologi untuk produsen benih bawang merah, serta

pendampingan teknologi melalui penyebaran penangkar senior ke sentra-

sentra baru.

PENDAMPINGAN/ PEMBINAAN/ MONITORING PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG

DI MUSIM KERING/ KEMARAU

Perjalanan dinas dalam rangka pendampingan pembinaan/monitoring pengembangan cabai

dan bawang di musim kering/kemarau yang telah dilaksanakan ke beberapa provinsi,

diantaranya: 1) Aceh, yaitu Banda Aceh, Aceh Tengah dan Aceh Besar, 2) Sumut, yaitu

Samosir, Medan dan Simalungun, 3) Sumbar, yaitu Padang, Agam, Tanah Datar, Pesisir

Selatan, Solok Selatan, Padang Pariaman, dan Limapuluh Kota, 4) Riau, yaitu Pekanbaru,

Bengkalis, 5) Sumsel, yaitu Palembang, Musi Banyuasin, Banyuasin, Lubuk Linggau, 6)

Bengkulu, yaitu Bengkulu, Rejang Lebong, Kepahiang dan Kaur, 7) Lampung, yaitu

Pesawaran, Bandar Lampung, Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Tengah dan

Lampung Barat, 8) Bangka Belitung, yaitu Bangka Belitung, Bangka Tengah dan Pangkal

Pinang, 9) DIY, yaitu Sleman, Bantul dan Kulon Progo, 10) Jatim, yaitu Surabaya, Sumenep,

Nganjuk, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Lamongan, Jombang, Malang, Trenggalek,

Probolinggo, Kediri, Situbondo, Jember, Banyuwangi, 11) Banten, yaitu Serang, Kota

Tangerang, Lebak, Pandeglang, 12) Jabar, yaitu Bogor, Garut, Indramayu, Kuningan,

Majalengka, Tasikmalaya, Bandung Barat, Bandung, Sumedang, Kota Cirebon, Subang,

Cianjur, Ciamis dan Sukabumi, 13) Jateng, yaitu Sragen, Wonogiri, Banyumas, Karanganyar,

Semarang, Demak, Purbalingga, Banjarnegara, Blora, Temanggung, Cilacap, Kota

Semarang, Magelang, Wonosobo, Batang dan Grobogan, 14) Bali, yaitu Badung, Denpasar,

Bangli, Tabanan dan Buleleng, 15) NTB, yaitu Kota Mataram, Lombok Timur dan Bima, 16)

NTT, yaitu Kupang dan Timor Tengah Selatan, 17) Kalbar, yaitu Pontianak dan Sambas, 18)

Kalsel, yaitu Banjarmasin, Tapin, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Banjarbaru, 19)

Kaltim, yaitu Samarinda, Balikpapan dan Paser, 20) Kalteng, yaitu Palangkaraya, Kapuas,

Kota Waringin, 21) Sulteng, yaitu Kota Palu, Parigi Moutong dan Donggala, 22) Sulut, yaitu

Manado, Minahasa, Minsel dan Bolmong Timur, 23) Sulsel, yaitu Sinjai, Makassar, Barru,

Sopeng, Maros, Gowa, Enrekang, Bantaeng, Pinrang dan Jeneponto, 24) Sultra, yaitu Kolaka

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 607

Utara, Kendari, Konawe dan Kolaka Timur, 25) Gorontalo, yaitu Boalemo, Pahuwato, Kota

Gorontalo dan Bone Bolango, 26) Maluku, yaitu Maluku dan Seram Bagian Barat, 27) Papua,

yaitu Biak Numfor, Jayawijaya dan Merauke, 28) Papua Barat, yaitu Fakfak, Sorong, Kota

Sorong dan Manokwari, 29) Kaltara, yaitu Bulungan.

1771.019. SARANA PRASARANA BUDIDAYA

012 FASILITASI BANTUAN

FASILITASI MESIN APPO UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN

1. Latar Belakang

Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau sekitar 14% dari

keseluruhan luas lahan potensial untuk pertanian. Namun dewasa ini terjadi kegiatan

alih fungsi lahan pertanian dihampir seluruh wilayah Indonesia yang tidak dapat

dihindarkan, luas alih fungsi lahan tersebut mencapai 10.000 ha/tahun. Dan diramalkan

lahan persawahan di Pulau Jawa akan menurun menjadi sekitar 60% pada tahun 2025.

Sehingga sektor pertanian ke depan akan lebih mengandalkan kegiatan pemanfaatan

lahan pekarangan/karang kitri sebagai upaya cepat dan mudah dalam mengatasi

kerawanan pangan bagi masyarakat umum khususnya untuk daerah perkotaan,

diharapkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu sumber

potensial penyedia bahan pangan yang dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai ekonomi

keluarga.

Sasaran kegiatan pengembangan pertanian perkotaan adalah berkembangnya

kelompok tani atau kelompok wanita tani yang membudidayakan sayuran di lahan

pekarangan perkotaan untuk meningkatkan produksi, memenuhi kebutuhan pasar lokal

dan meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Kelompok penerima manfaat kegiatan

pengembangan pertanian perkotaan, diarahkan mampu membuat pupuk organik sendiri

dengan memanfaatkan limbah lingkungan dan limbah keluarga untuk itu fasilitasi

peralatan mesin yang diberikan berupa APPO (Alat Pengolah Pupuk Organik)

diharapkan dapat mendukung pengembangan kawasan sayuran perkotaan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 608

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Kegiatan pertanian perkotaan (urban farming) bertujuan memfasilitasi sarana

produksi budidaya sayuran dalam rangka mewujudkan kemandirian masyarakat

yang dimulai dari pemenuhan gizi keluarga di daerah penyangga Ibukota Jakarta

melalui kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan.

2.2. Sasaran

Target/sasaran kegiatan adalah kelompok wanita tani, kelompok tani atau

gabungan kelompok tani yang membudidayakan sayuran pada lahan pekarangan

di daerah perkotaan. Rencana lokasi kegiatan pengembangan pertanian

perkotaan tahun 2015 berlokasi di Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 140.000.000.-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 96.000.000.- terdapat efisiensi dalam pengadaan

barang sejumlah Rp. 44.000.000,-

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Fasilitasi Bantuan Kepada Petani telah dilaksanakan dengan Belanja

Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat pada tanggal 1 September

2015, berupa mesin Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO) sebanyak 4 unit.

5. Keluaran/Output

Fasilitasi bantuan kepada petani diberikan kepada KWT di Kabupaten Tangerang

Selatan Sebanyak 2 unit yaitu di KWT Kenanga I di Jl. Buntu Raya Gg. Masjid Suhada

Kelurahan Cirenndeu, Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 1 unit dan KWT Mangga II di

Jl. Menjangan I Kelurahan Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 1 unit.

Untuk Kota Tangerang Selatan bantuan juga diberikan sebanyak 2 unit yaitu KWT

Kemuning di Jl. Gatot Subroto Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung, Kota

Tangerang sebanyak 2 unit. Fasilitasi ini diserahkan kepada masyarakat agar dapat

mengembangkan pertanian perkotaan.

6. Hasil/Outcome

Tersalurnya mesin APPO kepada Kelompok Wanita Tani di Tangerang Selatan dan

Kota Tangerang untuk pengembangan petanian perkotaan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 609

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya produksi sayuran khususnya cabai rawit merah di pekarangan.

8. Dampak/Impact

8.1. Pemenuhan gizi atau vitamin yang sehat dan segar bagi anggota keluarga dari

lahan pekarangan sendiri;

8.2. Peningkatan keterampilan anggota kelompok tani/kelompok wanita tani dalam

berbudidaya sayuran yang ramah lingkungan;

8.3. Peningkatan nilai estetika pekarangan rumah maupun lingkungan sekitar dalam

rangka mewujudkan lingkungan tempat tinggal yang asri dan nyaman;

9. Kesimpulan dan Saran

Dengan penyerahan mesin APPO petani perkotaan semakin mampu meningkatkan

produksi dan produktivitasnya sehingga mampu menjadi daerah penyangga masyarakat

kota dalam pemenuhan kebutuhan akan produk-produk pertanian khususnya sayur-

sayuran.

1771.020. SARANA PRASARANA PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT

012 FASILITASI BANTUAN

FASILITASI KENDARAAN RODA TIGA PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN

1. Latar Belakang

Pengembangan kawasan budidaya jamur pangan Indonesia sebagian besar

terkonsentrasi di Pulau Jawa. Dalam pengembangan usaha agribisnis di sentra produksi

tersebut, kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan usaha agribisnis jamur

pangan Indonesia adalah efisiensi dalam produksi dan pemasaran produk yang luas.

Kondisi tersebut menuntut pelaku usaha tani untuk meningkatkan efisiensi dan

produktifitas serta pemasaran hasil produknya.

Kapasitas produksi jamur tiram saat ini rata - rata telah mencapai ± 500 gram/baglog 1,2

kg dan jamur merang sebesar 5,2 kg/m2 yang tersebar di seluruh sentra produksi jamur.

Kapasitas produksi tersebut masih dapat ditingkatkan dengan dorongan teknologi mulai

dari perbenihan, budidaya sampai panen. Khusus untuk kegiatan panen dan pemasaran

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 610

fasilitasi alat transportasi sebagai penunjang usaha produksi diharapkan dapat

meningkatkan produktifitas dan nilai jual produk yang stabil.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Fasilitasi sarana pascapanen berupa kendaraan motor roda 3 di salah satu

kawasan pengembangan jamur bertujuan untuk meningkatkan pemasaran dan

pendapatan kelompok tani.

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan adalah kelompok tani yang mengembangkan budidaya jamur

pangan Indonesia, khususnya kelompok yang telah memiliki unit koperasi yang

berfungsi sebagai pengelolaan produksi.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 25.000.000.-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 24.940.000,-

3.3. Informasi Teknologi : Dalam upaya meningkatkan efisiensi dalam produksi dan

pemasaran produk yang dihasilkan oleh petani jamur, kelompok tani dituntut

memiliki berbagai sarana produuksi dan pascapanen yang mampu

mengefisienkan proses yang berlangsung. Untuk itu kendaraan roda 3 sangat

diperlukan oleh kelompok tani khususnya dalam mengangkut berbagai sarana

produksi ke lahan usaha dan mengangkut sisa media tanam keluar kumbung agar

tidak terjadi kontaminasi bagi kumbung yang ada dan produk yang dihasilkan.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Fasilitasi Bantuan Kepada Petani telah dilaksanakan dengan Belanja

Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat pada tanggal 15 Desember

2015, berupa kendaraan roda 3 sebanyak 1 unit.

5. Keluaran/Output

Failitasi bantuan kepada petani berupa kendaraan roda 3 diberikan kepada Kelompok

Tani Kosakata di Jl. Serpong Terrace Blok B6 No. 16 Buaran, Kota Tangerang Selatan

Provinsi Banten sebanyak 1 unit.

6. Hasil/Outcome

Tersalurnya Kendaraan roda 3 kepada Kelompok Tani di Kota Tangerang Selatan

untuk pengembangan budidaya jamur.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 611

7. Manfaat/Benefit

Meningkatnya produksi sayuran khususnya jamur tiram di Kota Tangerang Selatan.

8. Dampak/Impact

8.1. Meningkatnya produksi jamur tiram.

8.2. Meningkatnya efisiensi waktu dan tenaga dalam berbudidaya jamur tiram.

9. Kesimpulan dan Saran

Dengan penyerahan kendaraan roda 3 petani semakin mampu meningkatkan produksi

dan produktivitasnya sehingga mampu menjadi daerah penyangga masyarakat kota

dalam pemenuhan kebutuhan akan produk-produk pertanian khususnya sayur-sayuran.

1771.021. PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN SAYURAN

1771. 021.001. PENGEMBANGAN KAWASAN SAYURAN

011 IDENTIFIKASI/KOORDINASI

PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT DAN BI

Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi dengan instansi terkait dan BI telah dilaksanakan

ke Ciamis, Bogor, Tasikmalaya dan Kupang.

PERJALANAN DALAM RANGKA PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN CLUSTER CABAI

(BI)

Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan dan pendampingan cluster cabai (BI) telah

dilaksanakan ke Ciamis dan Pontianak.

PERJALANAN DALAM RANGKA IDENTIFIKASI CPCL PENGEMBANGAN PERTANIAN

PERKOTAAN

Perjalanan dinas dalam rangka identifikasi CP/CL pengembangan pertanian perkotaan telah

dilaksanakan ke Kota Bogor, Bogor, Tangerang Selatan, Tangerang, dan Bekasi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 612

012. FASILITASI BANTUAN KEPADA PETANI

FASILITASI SARANA VERTIKAL GARDEN

1. Latar Belakang

Hydroponik saat ini sudah dikenal masyarakat. Masyarakat mengembangkannya

sebagai hobi di lingkungan rumahnya maupun komersial dalam jumlah besar.

Hydroponik adalah cara budidaya tanpa menggunakan media tanah. Sebagai tempat

tumbuhnya tanaman digunakan netpot, rockwool, paralon, pot, dan lain-lain yang berisi

nutrisi. Keuntungan budidaya dengan sistim hydroponik tidak membutuhkan tanah yang

sulit didapat di daerah perkotaan sehingga cocok untuk budidaya di perkotaan. Dalam

kondisi halaman rumah terbatas masyarakat tetep dapat bertanam aneka sayuran tanpa

terkendala ketersediaan tanah dan dapat disusun secara bertingkat. Dan dapat

dijadikan hiasan halaman rumah atau perkantoran. Tanaman dapat terhindar dari

penyakit tular tanah. Produk lebih bersih tidak terkena kotoran tanah.

Namun untuk mengusahakan hidroponik perlu keterampilan dalam pengaturan pH,

konsentrasi nutrisi, dan lain-lain.

Untuk lebih mengenalkan teknologi ini kepada para petugas dan masyarakat maka akan

dibuat model budidaya sayuran secara hydroponik.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Membuat model percontohan sayuran hydroponik

2.2. Sasaran

Menyediakan sarana pembelajaran budidaya hydroponik bagi petugas dan

masyarakat.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 100.000.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 98.165.100,-

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi

budidaya hydroponik untuk budidaya tanaman sayuran dan tanaman obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 613

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan fasilitasi sarana vertikal garden dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:

Belanja barang untuk persediaan konsumsi berupa pembelian peralatan hydroponik,

diantaranya: vertikal garden tanaman obat, vertikal garden tanaman sayuran, irigasi

otomatis, rumah persemaian dan sarana.

5. Keluaran/Output

a. Dilaksanakan pada awal bulan Desember model percontohan hydroponic.

b. Bentuk kegiatan adalah pembuatan model percontohan hydroponic dengan panjang

paralon 4 m. di buat bertingkat, dan ditanami aneka sayuran daun. Model

hydroponik dirancang oleh tim BPTP DKI Jakarta. BPTP juga akan membantu

tenaga teknis untuk pemeliharaan pada tahap awal. Pelatihan singkat budidaya

organic bagi teknisi lapangan dilingkup Ditjen Hortikultura.

6. Hasil/Outcome

Terlaksanakannya penerapan teknologi budidaya hydroponic kepada petugas dan

masyarakat

7. Manfaat/Benefit

Tersosialisasikannya teknologi budidaya hydroponic kepada petugas dan masyarakat

8. Dampak/Impact

Diharapkan petugas dan masyarakat lebih mengenal dan dapat mengembangkan

teknologi budidaya hydroponik sebagai teknologi alternative memproduksi sayuran.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Pengadaan sarana tanaman hidroponik dapat dijadikan sosialisasi bagi para

pegawai Ditjen Hortikultura maupun masyarakat umum, karena peletakan

tanaman berada di halaman/taman Ditjen Hortikultura.

9.2. Saran

Dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan sarana tanaman hidroponik telah di

letakan di halaman/taman Ditjen Hortikultura hal ini bisa dijadikan contoh bagi

para pegawai Ditjen Hortikultura pada khususnya dan para tamu Ditjen

Hortikultura pada umumnya. Saat ini baru tanaman sayuran saja yang di tanam

secara hidroponik sehingga perlu dicoba juga untuk tanaman obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 614

015 PEMBINAAN/ PENDAMPINGAN/ PERTEMUAN/ SOSIALISASI

FGD, KOORDINASI DAN PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS CLUSTER CABAI (BI)

1. Latar Belakang

Cabai (Capsicum spp) merupakan salah satu komoditas sayuran yang tidak dapat di

tinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari hari yang secara umum

dimanfaatkan sebagai penyedap masakan. Cabai memiliki nilai ekonomis tinggi dan

peluang pasar yang besar, sebagai bumbu konsumsi rumah tangga dan industri

pengolahan namun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar,

karena memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi.

Berdasarkan data series inflasi nasional selama tahun 2010-2014, salah satu komoditas

yang menjadi sumber tekanan inflasi adalah cabai merah yang disebabkan

terganggunya pasokan/supply. Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian

RI bekerjasama dengan Bank Indonesia sebagai instansi yang salah satu tugasnya

selaku otoritas pengaturan dan pengawasan bank sehingga dapat mendorong fungsi

intermediasi perbankan dalam rangka meningkatkan akses fungsi pembiayaan bagi

sektor riil.

Kerjasama antara Kementerian Pertanian dan Bank Indonesia tersebut telah dituangkan

dalam MoU No.13/BI/DKBU/NK; 03/MOU/RC.110/M/3/2011 tanggal 16 Maret 2011

tentang Kerjasama Pengembangan Usaha di Sektor Pertanian yang ditandatangani oleh

Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Pertanian.

Pengembangan cluster cabai dilakukan melalui pendekatan terpadu dengan

mensinergikan sumberdaya semua pihak dalam rangka pengembangan cabai dan

mendorong peningkatan akses kepada sumber-sumber pembiayaan untuk usaha tani

cabai. Fasilitasi bantuan terhadap empat cluster percontohan cabai di wilayah yang

tingkat produksinya rendah dan harganya tinggi. Pada tahun 2015, bantuan

dialokasikan di empat wilayah yaitu Kota Kupang, Kota Pontianak, Ciamis dan Ternate.

Untuk mendukung fasilitasi tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan

Tanaman Obat melaksanakan kegiatan pembinaan, pendampingan, monitoring dan

evaluasi terhadap penerima bantuan, dan koordinasi dengan pihak Bank Indonesia.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 615

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendukung fasilitasi bantuan cluster

pengembangan cabai bekerjasama dengan Bank Indonesia

2.2. Sasaran

Petugas pembina lapangan, petani dan pelaku usaha cabai di empat wilayah yaitu

di Kota Kupang, Kota Pontianak, Ciamis dan Ternate, serta Bank Indonesia

khususnya yang menangani cluster cabai.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp 482.281.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 431.134.700,-

3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi

budidaya dan pascapanen, manajemen produksi dan rantai pasok, dan

manajemen pemasaran cabai.

3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Cluster Cabai

(BI) diberikan sarana penunjang berupa tas, jaket dan USB flash disk kepada

para peserta pertemuan koordinasi dan FGD Cluster Cabai (BI).

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Pengembangan Cluster Cabai (BI) dilaksanakan dengan rincian sebagai

berikut:

4.1. Belanja Bahan

Belanja bahan pada kegiatan Pengembangan Cluster Cabai (BI) digunakan untuk

pengadaan konsumsi FGD, konsumsi koordinasi cluster cabai, konsumsi

penyusunan junkis cluster cabai, penggandaan, sarana penunjang FGD cluster

cabai, sarana penunjang koordinasi cluster cabai, pelaporan dan dokumentasi

kegiatan cluster cabai, dan ATK kegiatan cluster cabai.

4.2. Belanja Jasa Profesi

Belanja jasa profesi digunakan untuk honor moderator dan narasumber

penyusunan juknis cluster cabai, honor moderator, narasumber dan narasumber

non PNS FGD cluster cabai, dan honor moderator dan narasumber koordinasi

cluster cabai.

4.3. Belanja Perjalanan Biasa

Belanja perjalanan ini digunakan untuk perjalanan dalam rangka koordinasi

dengan instansi terkait dan BI; perjalanan dalam rangka pembinaan dan

pendampingan cluster; perjalanan dalam rangka pelaksanaan FGD cluster cabai;

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 616

perjalanan dalam rangka koordinasi cluster cabai; perjalanan dalam rangka

penyusunan juknis cluster cabai; dan perjalanan dalam rangka monitoring dan

evaluasi cluster cabai

5. Keluaran/Output

5.1. Penyusunan Juknis Pengembangan Cluster Cabai (BI)

a. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2015 di Ruang Rapat

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Jakarta.

b. Penyusunan Juknis Pengembangan Cluster Cabai BI dihadiri oleh 12 orang

yang terdiri dari staf teknis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan

Tanaman Obat, peneliti dari Balai Penelitian Sayuran, dan pelaku usaha cabai

dari Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Sukabumi.

5.2. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Kupang

a. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2015 di Aula Dinas Pertanian

dan Perkebunan Provinsi NTT.

b. Pertemuan dihadiri oleh 30 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian

dan Perkebunan Provinsi NTT, Dinas Pertanian Kabupaten Kupang, BI

Perwakilan Provinsi NTT, BPTP Provinsi NTT, BPTPH Provinsi NTT, BP3K

Kabupaten Kupang, Unwira Kupang, Poliuntani Kupang, dan Kelompoktani

calon penerima bantuan.

c. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI oleh Direktur

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat

2) Kesiapan Dinas Pertanian Provinsi NTT dalam pelaksanaan Kegiatan

Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI

3) Program Pengembangan Klaster Cabai – BI oleh Departemen

Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, BI Pusat

4) Dukungan BPTP Provinsi NTT terhadap Pengembangan Cluster Cabai BI

5) Dukungan Perguruan Tinggi terhadap Pengembangan Klaster Cabai BI

yang disampaikan oleh Dosen Poloitani Kupang, NTT

5.3. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Ciamis

a. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 1 April 2015 di Aula Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis.

b. Pertemuan dihadiri oleh 30 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat,

Direktorat Perlindungan Ditjen Hortikultura, Asosiasi Cabai (AACI) Provinsi

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 617

Jawa Barat, THL POPT dan Kabupaten Ciamis, BP3K Kabupaten Ciamis,

UPTD – PP Kabupaten Ciamis dan Kelompoktani calon penerima bantuan.

c. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI oleh Direktur

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat

2) Kesiapan Pelaksanaan Pengembangan Cluster Cabai BI di Kabupaten

Ciamis oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis

3) Program Pengembangan Klaster Cabai – BI oleh Departemen

Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, BI Pusat

5.4. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Pontianak

a. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 8 April 2015 di Aula Dinas Pertanian

Provinsi Kalimantan Barat.

b. Pertemuan dihadiri oleh 30 orang yang terdiri dari Dinas Pertanian Provinsi

Kalimantan Barat, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota

Pontianak, BPTP Provinsi Kalimantan Barat, BPSP Provinsi Kalimantan

Barat, BBHI Anjungan, BI Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dan

Kelompoktani calon penerima bantuan.

c. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:

1) Kebijakan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI oleh Direktur

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat

2) Kesiapan Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat dalam pelaksanaan

Kegiatan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI

3) Program Pengembangan Klaster Cabai – BI oleh Departemen

Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, BI Pusat

4) Dukungan BPTP Provinsi Kalimantan Barat terhadap Pengembangan

Cluster Cabai BI

5.5. Pertemuan FGD Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Ternate

a. Pertemuan FGD dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2015 di Gedung BI

Perwakilan Provinsi Maluku Utara.

b. Pertemuan dihadiri oleh 50 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian

Provinsi Maluku Utara, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kota

Ternate, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Maluku Utara, BPSB TPH

Provinsi Maluku Utara, BPTPH/BPP Kota Ternate, BP4K Kota Ternate, BPTP

Provinsi Maluku Utara, Fakultas Pertanian, Universitas Khairun, Direktorat

Perlindungan Ditjen Hortikultura, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian,

Ditjen PPHP, Direktorat Pemasaran Domestik, Departemen Pengembangan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 618

Akses Usaha dan UMKM, BI Pusat, BI Perwakilan Provinsi Maluku Utara, BI

Kota Ternate, dan Kelompoktani calon penerima bantuan.

5.6. Pertemuan FGD Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Pontianak

a. Pertemuan FGD dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2015 di Gedung BI

Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat.

b. Pertemuan dihadiri oleh 50 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian

Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota

Pontianak, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pontianak, Dinas

Koperasi Kota Pontianak, Departemen Pengembangan Akses Usaha dan

UMKM, BI Pusat, BI Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat, BPTP Provinsi

Kalimantan Barat, BPSB Provinsi Kalimantan Barat, BBIH Provinsi

Kalimantan Barat, UPTD TPH Kota Pontianak, Fakultas Pertanian,

Universitas Tanjungpura, dan Kelompoktani calon penerima bantuan.

5.7. Pertemuan FGD Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Ciamis

a. Pertemuan FGD dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2015 di Aula Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis.

b. Pertemuan dihadiri oleh 50 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Kabupaten Ciamis, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab.

Ciamis, BI Perwakilan Wilayah Kabupaten Ciamis, BPSB Provinsi Jawa Barat,

BPTPH Provinsi Jawa Barat, THL – POPT Kabupaten Ciamis, Penyuluh

Pertanian Kabupaten Ciamis, Asosiasi Cabai (AACI) Provinsi Jawa Barat,

Ditjen PPHP, Koperasi Tani dan Kelompoktani calon penerima bantuan.

5.8. Terlaksananya perjalanan dengan rincian sebagai berikut:

a. Perjalanan dalam rangka pelaksanaan pertemuan koordinasi cluster cabai

(BI).

b. Perjalanan dalam rangka pelaksanaan pertemuan FGD cluster cabai (BI).

6. Hasil/Outcome

Terwujudnya cluster cabai di wilayah yang produksinya sedikit dan harganya mahal

7. Manfaat/Benefit

Peningkatan produksi cabai untuk memenuhi kebutuhan di wilayah setempat

8. Dampak/Impact

Memenuhi pasokan cabai sehingga mengurangi angka inflasi.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 619

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Kegiatan pendukung pengembangan cluster cabai (BI) berupa penyusunan

Petunjuk Teknis, pertemuan koordinasi dan FGD diharapkan dapat meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pengembangan cluster cabai (BI) di 4 lokasi

yaitu di Kabupaten Ciamis, Kota Pontianak, Kota Ternate dan Kabupaten Kupang.

Melalui pertemuan koordinasi, persiapan pelaksanaan dapat dilakukan lebih

matang dan permasalahan yang mungkin timbul dapat diantisipasi sejak dini.

Pertemuan FGD mampu menggali dukungan dan peran serta dari stakeholder

lainnya, karena keberhasilan program pengembangan cluster tidak hanya

ditentukan dari aspek budidaya, namun juga harus didukung oleh aspek

kelembagaan, manajemen dan suplly chain.

9.2. Saran

Program pengembangan cluster cabai perlu ditingkatkan dan disebarluaskan di

wilayah yang produksi cabainya masih tergantung pada pasokan dari daerah lain

atau harga cabainya mahal. Melalui pilot project pengembangan cluster cabai

yang menyeluruh mulai aspek budidaya, hingga manajemen, kelembagaan dan

pemasaran, diharapkan dapat ditiru oleh para pelaku usaha lainnya. Dengan

demikian ketersediaan dan kestabilan harga cabai dapat diwujudkan, sehingga

berimplikasi terhadap penurunan angka inflasi yang disebabkan oleh tingginya

harga cabai.

WORKSHOP PERTANIAN PERKOTAAN

1. Latar Belakang

Luas lahan pekarangan secara nasional ± 10,3 juta ha atau sekitar 14% dari

keseluruhan luas lahan potensial untuk pertanian. Namun dewasa ini terjadi alih fungsi

lahan pertanian dihampir seluruh wilayah Indonesia yang tidak dapat dihindarkan, luas

alih fungsi lahan tersebut mencapai 10.000 ha/tahun. Dan diramalkan lahan

persawahan di Pulau Jawa akan menurun menjadi sekitar 60% pada tahun 2025.

Sehingga sektor pertanian ke depan akan lebih mengandalkan kegiatan pemanfaatan

lahan pekarangan/karang kitri sebagai upaya cepat dan mudah dalam mengatasi

kerawanan pangan bagi masyarakat umum khususnya untuk daerah perkotaan,

diharapkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu sumber

potensial penyedia bahan pangan yang dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai ekonomi

keluarga.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 620

Menyadari kondisi kerawanan pangan khususnya pemenuhan nilai gizi masyarakat di

daerah perkotaan, Direktorat Jenderal Hortikultura terus berupaya menggalakan

kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan perkotaan dan bersinergi dengan stakeholder

lainnya menuju kemandirian dan peningkatan pangan/gizi masyarakat perkotaan. Pada

tahun 2015, kegiatan pengembangan pertanian perkotaan menjadi salah satu motivasi

untuk kembali mendorong kemandirian pangan ataupun pemenuhan gizi masyarakat di

daerah penyangga Ibukota Jakarta.

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan Workshop Pertanian Perkotaan adalah melakukan sosialiasi dan

pengarahan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengembangan pertanian

perkotaan yang efisien, dan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.2. Sasaran

Kelompok wanita tani yang mendapat fasilitasi kegiatan pengembangan pertanian

perkotaan TA. 2015 dan petugas Dinas Pertanian setempat.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 241.809.000.-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 214.458.500.-

3.3. Informasi Teknologi : Sektor pertanian ke depan akan lebih mengandalkan

kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya cepat dan mudah dalam

mengatasi kerawanan pangan bagi masyarakat umum khususnya untuk daerah

perkotaan, kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu sumber

potensial penyedia bahan pangan yang dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai

ekonomi keluarga.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran di daerah perkotaan dilakukan dengan

berbagai Pelaksanaan kegiatan yaitu :

4.1. Identifikasi/Koordinasi

Untuk melakukan identifikasi kepada calon petani dan calon lahan maka

dilaksanakan perjalanan dalam rangka indentifikasi CPCL pengembangan

pertanian perkotaan sebanyak 18 OP ke Kota Bogor, Tangerang, Tangerang

Selatan, Bekasi dan Kabupaten Bogor.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 621

4.2. Fasilitasi Bantuan Kepada Petani

Dalam rangka mendukung Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran di

wilayah perkotaan maka Direktorat Jenderal Hortikultura menyerahkan bantuan

sarana produksi berupa bibit cabai merah, kangkung darat, bayam, terong ungu,

pupuk NPK, Agens Hayati, Polybag dan Pot yang telah diserahkan kepada KWT

Kemuning II pada tanggal 28 Juli 2015 di Kota Tangerang dan tanggal 7 Agustus

2015 diserahkan pada KWT Kenanga I dan KWT MAngga II di Kota Tanggerang

Selatan saat acara Workshop Pertanian Perkotaan berlangsung. Adapun Sarana

produksi yang diberikan adalah :

No Uraian Sarana Produksi Kelompok Wanita Tani

Kemuning II Kenanga I Mangga II

1. Benih

- Cabai Rawit Merah

- Kangkung Darat

- Bayam Hijau Hibrida

- Terong Ungu

40 scht/100gr

60 scht/kg

25 scht/500

gr

40 scht/5 gr

40 scht/100gr

60 scht/kg

25 scht/500

gr

40 scht/5 gr

80 scht/100gr

120 scht/kg

50 scht/500 gr

80 scht/5 gr

2. Pupuk NPK 15:15:15 810 Kg 810 Kg 1620 Kg

3. Agens Hayati 25 Kg 25 Kg 50 Kg

4. Polybag 200 Kg 200 Kg 400 Kg

5. Pot 250 Buah 250 Buah 500 Buah

4.3. Pembinaan/Pendampingan/Pertemuan/Sosialisasi

Workshop dilakukan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan

Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

a. Belanja Bahan

Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Workshop Pertanian

Perkotaan diberikan 1) sarana penunjang berupa tas dan 2) konsumsi selama

kegiatan berlangsung kepada narasumber dan peserta

b. Honor Output Kegiatan

Dilaksanakan pemberian Honor kepada pendamping kelompok pertanian

perkotaan selama 8 bulan untuk 2 orang petugas.

c. Belanja Jasa Profesi

Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan

Apresiasi Budidaya Jamur

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 622

d. Belanja perjalanan Biasa

Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan workshop pertanian perkotaan

berlangsung. Perjalanan pelaksanaan workshop pertanian perkotaan di dua

lokasi yaitu kota Tangerang dan Tangerang Selatan.

4.4. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Perjalanan dalam rangka monitoring dan evaluasi pengembangan pertanian

perkotaan ke Kota Tangerang dan Tangerang Selatan.

5. Keluaran/Output

5.1. Terlaksananya perjalanan Identifikasi/Koordinasi pengembangan kawasan

tanaman sayuran perkotaan ke Kota Bogor, Tangerang, Tangerang Selatan,

Bekasi dan Kabupaten Bogor.

5.2. Terlaksananya kegiatan Fasilitasi Bantuan Kepada Petani dengan penyaluran

sarana produksi kepada 2 KWT di kota Tangerang Selatan dan satu KWT di kota

Tangerang.

5.3. Terlaksananya Workshop Pertanian Perkotaan di kota Tangerang dan Tangerang

Selatan. Kegiatan Workshop dilakukan 2 kali yaitu :

a. Kegiatan Workshop Pertanian Perkotaan yang pertama dilaksanakan pada

hari Jumat tanggal 7 Agustus 2015 di Aula Kelurahan Pondok Ranji, Jl. WR

Supratman, Kelurahan Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur, Kota

Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Peserta dan narasumer workshop

seluruhnya berjumlah 75 orang. Peserta sebagian besar berasal dari KWT

Kenanga I dan Mangga II, yang dilengkapi peserta yang berasal dari Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan dan Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

Narasumber dan paparan materi yang mengisi workshop adalah :

1) S. Indah Setyani dari P4S Jati Mandiri Kota Adm Jakarta Selatan,

memaparkan materi: Budidaya Sayuran yang Ramah Lingkungan di

Lahan Pekarangan.

2) Nurjali dari P4S Tunas Mandiri Kota Depok memaparkan materi:

Pemanfaat Pupuk Organik dalam Budidaya Sayur Ramah Lingkungan.

3) Ir. Desmawati dari Direktorat Perlindungan Hortikultura, memaparkan

materi: Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Cabai.

b. Kegiatan Workshop Pertanian Perkotaan telah dilaksanakan pada hari Selasa

tanggal 28 Juli 2015 di Aula Komplek Asrama Yonif 203, Jl. Gatot Subroto

Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang, Provinsi

Banten.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 623

Peserta dan narasumer workshop seluruhnya berjumlah 75 orang. Peserta

sebagian besar berasal dari KWT Kemuning, dan dilengkapi peserta yang

berasal dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tangerang, Dinas

Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, dan Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

Narasumber yang mengisi workshop adalah :

1) S. Indah Setyani dari P4S Jati Mandiri Kota Adm Jakarta Selatan,

memaparkan materi: Budidaya Sayuran yang Ramah Lingkungan di

Lahan Pekarangan.

2) Nurjali dari P4S Tunas Mandiri Kota Depok, memaparkan materi:

Pemanfaat Pupuk Organik dalam Budidaya Sayur Ramah Lingkungan.

3) Heny Novriyanti, SP dari Direktorat Perlindungan Hortikultura,

memaparkan materi: Pengenalan dan Pengendalian Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Cabai.

5.4. Terlaksananya perjalanan dalam rangka monitoring dan evaluasi serta

tersedainya laporan pengembangan pertanian perkotaan ke Kota Tangerang dan

Kota Tangerang Selatan.

6. Hasil/Outcome

Tersosialisasinya budidaya sayuran yang ramah lingkungan untuk penerapan di lahan

pekarangan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015.

7. Manfaat/Benefit

Peningkatan pengetahuan anggota kelompok wanita tani dalam berbudidaya sayuran

yang ramah lingkungan di lahan pekarangan.

8. Dampak/Impact

Peningkatan pemanfaatan lahan pekarangan untuk pemenuhan gizi keluarga.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

a. Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang

1) Kegiatan Pertanian Perkotaan TA. 2015 di KWT Kemuning, Kelurahan

Gandasari, Kecamatan Jatiuwung merupakan kesempatan pertama bagi

kelompok mendapat fasilitasi sarana budidaya dan produksi dari

Direktorat Jenderal Hortikultura, namun anggota kelompok dibawah satu

komando Persit Kartika Candra Kirana bercita-cita untuk terus

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 624

mengembangkan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber gizi

keluarga.

2) Diharapkan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tangerang

melalui petugas pendamping dapat membina anggota KWT Kemuning

sebagai penerima fasilitasi kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015 untuk

wujudkan model pertanian perkotaan yang ramah lingkungan dan

berkelanjutan.

b. Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang Selatan

1) Kegiatan Pertanian Perkotaan TA. 2015 di KWT Kenanga I dan Mangga

II yang berlokasi di Kecamatan Ciputat Timur merupakan kesempatan

pertama bagi kelompok mendapat fasilitasi sarana budidaya dan produksi

dari Direktorat Jenderal Hortikultura. Ketua dan anggota kelompok

bercita-cita untuk terus mengembangkan pemanfaatan lahan pekarangan

sebagai sumber gizi keluarga.

2) Diharapkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang

Selatan melalui petugas pendamping dapat membina anggota KWT

Kenanga I dan Mangga II sebagai penerima fasilitasi kegiatan pertanian

perkotaan TA. 2015 untuk wujudkan model pertanian perkotaan yang

ramah lingkungan dan berkelanjutan.

9.2. Saran

a. Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang

Kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015 di Kota Tangerang diharapkan dapat

berkelanjutan dan menjadi model pemanfaatan pekarangan bagi daerah

penyangga ibukota lainnya sebagai upaya pemenuhan gizi keluarga yang

mudah, murah, cepat, dan ramah lingkungan serta dapat berdaya saing.

b. Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang Selatan

Kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015 di Kota Tangerang Selatan

diharapkan dapat berkelanjutan dan menjadi model pemanfaatan pekarangan

bagi daerah penyangga ibukota lainnya sebagai upaya pemenuhan gizi

keluarga yang mudah, murah, cepat, dan ramah lingkungan serta dapat

berdaya saing.

BIMBINGAN/ WORKSHOP PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN

Perjalanan dalam rangka bimbingan/ workshop pengembangan pertanian perkotaan telah

dilaksanakan ke Kota Tangerang Selatan dan Tangerang.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 625

016 MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

PERJALANAN DALAM RANGKA MONITORING DAN EVALUASI CLUSTER CABAI (BI)

Perjalanan dinas dalam rangka monitoring dan evaluasi cluster cabai (BI) telah dilaksanakan

ke Ternate dan Ciamis.

PERJALANAN DALAM RANGKA MONITORING PENGEMBANGAN PERTANIAN

PERKOTAAN

Perjalanan dalam rangka monitoring pengembangan pertanian perkotaan telah dilaksanakan

ke Kota Tangerang Selatan dan Tangerang.

1774.994. LAYANAN PERKANTORAN

1771.994.001 LAYANAN PERKANTORAN

011. ADMINISTRASI KEGIATAN

1. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada kebutuhan pegawai Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat diperlukan dukungan

administrsi yang baik dan cukup memadai, sehingga diharapkan dengan segera dapat

menyelesaikan tugas-tugas yang diperintahkan sesuai dengan tupoksinya dan dapat

berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Selain itu perlua adanya anggaran dan sarana

yang memadai serta prosedur tata kelola administrasi yang baik. Layanan perkantoran

diadakan dalam rangka memfasilitasi keperluan untuk mendukung kelancaran dan

keberhasilan pelaksanaan tugas sehari-hari bagi pejabat Eselon II, III, IV dan Staf

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat seperti penggandaan

dokumen, pengadaan tanaman bunga dalam pot untuk lingkungan kantor, cetak blanko,

konsumsi rapat koordinasi, ATK dan bahan komputer, pengadaan sarana kebersihan

dan jamuan tamu, langganan majalah/surat kabar, pertemuan dalam rangka evaluasi

SPI, perjalanan dalam rangka koordinasi/konsultasi, menghadiri undangan, perjalanan

dinas, pengadaan peralatan dan mesin dan sewa kendaraan roda 4 untuk operasional

kerja, dll.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 626

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan dan meningkatkan pelayanan yang

sebaik mungkin sehingga pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh

Direktorat Budidaya dan Pascapananen Sayuran dan Tanaman Obat selama

tahun anggaran 2015 dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai yang

diharapkan.

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah untuk memberikan pelayanan yang semaksimal

mungkin kepada pejabat Eselon II, III, IV dan staf terutama dalam menyelesaikan

pekerjaan administrasi yang dilaksanakan Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 1.062.269.000,- yang dialokasikan untuk pengadaan

sarana kebersihan, keperluan rapat koordinasi, cetak blanko, ATK dan Bahan

Komputer, penggandaan dokumen, langganan majalah/surat kabar, pertemuan

dalam rangka evaluasi SPI, pengadaan tanaman bunga dalam pot untuk

lingkungan kantor, sewa kendaraan roda 4 untuk operasional, perjalanan

pembinaan oleh pimpinan, perjalanan pengawalan, perjalanan menghadiri

undangan dan pengadaan peralatan dan mesin

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 963.782.750 atau 90,73%.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka layanana perkantoran untuk kegiatan

pengembangan sayuran dan tanaman obat berupa :

4.1. Melaksanakan kegiatan rapat koordinasi dengan pegawai intern maupun dengan

pegawai pihak-pihak yang terkait.

4.2. Melaksanakan pengadaan cetak blanko

4.3. Melaksanakan pengadaan ATK dan Bahan Komputer

4.4. Melakukan Penggandaan Dokumen

4.5. Melakukan sewa kendaraan roda 4 untuk operasional kedinasan

4.6. Melakukan pertemuan untuk evaluasi SPI

4.7. Melaksanakan pengadaan tanaman bunga dalam pot untuk lingkungan kantor

4.8. Melaksanakan pengadaan peralatan dan mesin

4.9. Melaksanakan perjalanan dinas ke daerah

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 627

5. Keluaran/Output

5.1. Terlaksananya semua kegiatan layanan perkantoran

5.2. Terlaksananya semua perjalanan dinas

5.3. Terlaksananya pemrosesan dokumen sebagai dukungan administrasi dan

tersedianya sarana kerja yang layak untuk dipergunakan sebagai penunjang

pengembangan sayuran dan tanaman obat dalam pelaksanaan tugas.

6. Hasil/Outcome

Terselenggaranya administrasi yang lebih baik dan tertib serta tersedianya sarana kerja

bagi karyawan/ti sehingga dalam melaksanakan tugas sehari-hari dapat terlaksana

dengan baik.

7. Manfaat/Benefit

Pelaksanaan tugas sehari-hari dalam mendukung kegiatan pengembangan tanaman

sayuran dan tanaman obat dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif dadn efisien

dalam melaksanakan tugas.

8. Dampak/Impact

Diharapkan produktivitas meningkat dan sebagian tugas pokok Direktorat dapat

diwujudkan dan dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh administrapanen si yang baik, rapi,

tertib akan menciptakan efektivitas dan efisiensi, khususnya pada Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

9.2. Saran

Dalam pelaksanaan layanan perkantoran dalam rangka mendukung kegiatan

tupoksinya hendaknya dapat didukung dengan anggaran yang memadai.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 628

1771. 994.002 LAYANAN PERKANTORAN (APBN-P)

011 ADMINISTRASI KEGIATAN (APBN-P)

1. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada kebutuhan pegawai Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat khususnya untuk kegiatan

APBN-P diperlukan dukungan modal peralatan dan mesin yang baik dan cukup

memadai, sehingga diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Selain

itu perlua adanya anggaran dan sarana yang memadai serta prosedur tata kelola

administrasi yang baik

2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Tujuan kegiatan pengadaan ini adalah untuk memberikan dan meningkatkan

pelayanan yang sebaik mungkin sehingga pelaksanaan kegiatan-kegiatan APBN-

P yang dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapananen Sayuran dan

Tanaman Obat selama tahun anggaran 2015 dapat berjalan dengan baik dan

lancar sesuai yang diharapkan.

2.2. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah untuk memberikan pelayanan yang maksimal dalam

menyelesaikan pekerjaan kegiatan APBN-P yang dilaksanakan Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 718.780.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 511.682.800 atau 71,19%.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka layanan perkantoran untuk kegiatan APBN-P

dalam rangka pengembangan sayuran dan tanaman obat berupa :

Melaksanakan pengadaan peralatan dan mesin

5. Keluaran/Output

Terlaksananya kegiatan pengadaan peralatan dan mesin yang layak dan baik untuk

dipergunakan sebagai penunjang pengembangan sayuran dan tanaman obat.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 629

6. Hasil/Outcome

Terselenggaranya administrasi yang lebih baik dan tertib serta tersedianya sarana

peralatan dan mesin yang memadai.

7. Manfaat/Benefit

Pelaksanaan tugas sehari-hari dalam mendukung kegiatan pengembangan tanaman

sayuran dan tanaman obat dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif dadn efisien

dalam melaksanakan tugas.

8. Dampak/Impact

Diharapkan produktivitas meningkat dan sebagian tugas pokok Direktorat dapat

diwujudkan dan dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

9. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh administrapanen si yang baik, rapi,

tertib akan menciptakan efektivitas dan efisiensi, khususnya pada Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

9.2. Saran

Dalam pelaksanaan layanan perkantoran dalam rangka mendukung kegiatan

tupoksinya hendaknya dapat didukung dengan anggaran yang memadai.