bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/4120/2/galih estu pambudi bab...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta
semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di seluruh
belahan dunia terutama di negara–negara tropik dan subtropik, baik sebagai
penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologik menunjukkan
bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15
tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik
dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan
aktifitas vektor dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya
penularan penyakit DBD pada manusia melalui vektor Aedes. Sehubungan
dengan morbiditas dan mortalitasnya, DBD disebut the most mosquito
transmitted disease (Djunaedi, 2006).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar
paling cepat yang disebabkan oleh virus nyamuk, Dalam 50 tahun terakhir,
insiden telah meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke
negara-negara baru dan dalam dekade ini, dari kota ke pedesaan. Diperkirakan
50 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan sekitar 2,5 miliar orang hidup di
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2
negara-negara endemik dengue. Sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%)
dari populasi beresiko menderita demam berdarah dengue di seluruh dunia,
tinggal di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat, yang menanggung
hampir 75% dari beban penyakit global saat ini karena demam berdarah
(WHO,2009).
Kabupaten Banyumas adalah daerah endemis terjadinya kasus DBD.
Kasus DBD di daerah ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan
penyebarannya juga semakin luas dari tahu 2001-2006 mencapai sekitar 176
jumlah insiden dari kasus per 100.000 penduduk. Hal ini menyebabkan
kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat Banyumas (Dardjito, 2008). Demam
Berdarah Dengue di Banyumas tahun 2013 melonjak 2,7 kali lipat dari tahun
sebelumnya. Berdasarkan data dari Dinkes Kesehatan Kabupaten Banyumas,
tahun 2012 sebanyak 199 kasus dan untuk tahun 2013 ada 539 kasus, tahun
2014 ada 209 kasus dan pada tahun 2015 ada 264 kasus. Case Fatality Risk
Demam Berdarah tahun 2016 adalah 1.82 % (Dinkes Kabupaten Banyumas,
2016).
Menurut Sukowati, Perubahan iklim dapat memperpanjang masa
penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan mengubah luas
geografinya, dengan kemungkinan menyebar ke daerah yang kekebalan
populasinya rendah atau dengan infrastruktur kesehatan masyarakat yang
kurang, Selain perubahan iklim faktor risiko yang mempengaruhi penularan
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
3
DBD adalah faktor lingkungan, urbanisasi, mobilitas penduduk, kepadetan
penduduk dan transportasi ( Kemenkes RI, 2010).
Faktor yang utama berpengaruh terhadap cepatnya perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypty adalah lingkungan. Hal ini karena kondisi sanitasi
lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypty,
terutama apabila terdapat banyak kontainer penampungan air hujan yang
berserakan dan terlindung dari sinar matahari, apalagi berdekatan dengan
rumah penduduk (Soegijanto, 2004).
Fakor lingkungan yang memberi pengaruh terhadap keberadaan faktor
DBD antara lain lingkungan fisik, suhu udara, kelembaban, hujan, angin, sinar
matahari, arus air, lingkungan kimiawi dan lingkungan biologi. Manipulasi
lingkungan terutama dalam mencegah vektor secara umum dapat berupa
penghilangan tempat-tempat perindukannya dengan cara melakukan 3M yaitu
Menguras, Menutup dan Mengubur (Dinkes Jateng, 2013).
Menurut Keman S. & Respati Y. K. (2007) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa perilaku 3M berhubungan dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti dan perilaku 3M yang baik dan abatisasi berhubungan
dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti yang rendah. Upaya untuk
mencegah terjadinya DBD yaitu dengan cara memberantas keberadaan jentik
nyamuk edes aegypti. Supriyanto H. (2011) juga turut menambahkan dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan,
sikap, praktik keluarga tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
4
kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Tlogosari
Wetan Kota Semarang. Ketika semua masyarakat sudah merasa sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan tiap-tiap keluarga mau
melakukan kegiatan 3M (Menguras, Mengubur dan Menutup) yang dijadikan
sebagai rutinitas sehari-hari, maka penyebaran penyakit demam berdarah tidak
sampai meluas.
Perkembangan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai
vektor DBD berkaitan erat dengan faktor lingkungan, yang meliputi ketinggian
tempat, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, kepadatan permukiman
dan kepadatan penduduk. Perubahan lingkungan dalam jangka panjang
menentukan pola penyebaran penyakit tular vektor DBD dan malaria, di suatu
ekosistem. Penyakit tular vektor pada umumnya tidak serta merta muncul pada
saat terjadi perubahan lingkungan, tetapi perilaku masyarakat dan tersedianya
habitat vektor, merupakan pemicu merebaknya penyakit tular vektor
(khususnya DBD), terutama di daerah pemukiman” (Boewono, D.T, 2012).
Penyebaran DBD yang cukup luas di Indonesia dikarenakan adanya
faktor-faktor yang mendukung terjadinya penyebaran, seperti kondisi geografis
atau ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, dan
musim juga kondisi demografis, seperti kepadatan penduduk, mobilitas
masyarakat yang cukup tinggi, serta perilaku hidup bersih dan sehat yang
masih rendah. (Soegijanto,2006).
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
5
Penyebaran penyakit DBD secara pesat dikarenakan virus dengue
semakin mudah menulari lebih banyak manusia karena didukung oleh: 1)
meningkatnya mobilitas penduduk karena semakin baiknya sarana transportasi
di dalam kota maupun antar daerah, 2) kebiasaan masyarakat menampung air
bersih untuk keperluan sehari-hari, apalagi penyediaan air bersih belum
menyukupi kebutuhan atau sumber yang terbatas dan letaknya jauh dari
pemukiman mendorong masyarakat menampung air dirumah masing-masing
(karena nyamuk Aedes aegypti hidup di dalam air bersih), 3) sikap dan
pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit yang masih kurang
(Soedarmo, 2005). Masyarakat yang sering mobilitas bisa meningkatkan
penularan DBD (Hikmawati I, Yuliarti, Rahmat. 2012).
Kesadaran pada diri masyarakat tentang pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan dapat dipengaruhi oleh faktor persepsi dan sikap
masyarakat yang positip tentang penyakit demam berdarah. Menurut
Citraningsih Y., Prabandari Y. S., dan Trisnaniyanti S. (2010) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
faktor internal yaitu pengetahuan tentang pencegahan DBD dengan persepsi
Kader PSN DBD dalam pencegahan DBD dan ada hubungan antara persepsi
Kader PSN DBD dengan aktifitas Kader PSN DBD dalam pencegahan DBD.
Persepsi sendiri dapat diartikan suatu pandangan pribadi atas apa yang terjadi.
Ketika masyarakat sudah benar-benar memiliki persepsi yang positif tentang
penyakit demam berdarah yang sedang terjadi, maka tidak disengaja dengan
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
6
sendirinya masyarakat akan lebih hati-hati dan lebih serius dalam
menanggapinya (Potter & Perry, 2005).
Mengingat sangat bahayanya penyakit DBD, maka perlu ada upaya
pemberantasan yang komprehensif dari penyakit tersebut. Pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M-Plus) untuk
menanggulangi penyakit DBD. Ini merupakan cara utama yang di anggap
efektif, efisien dan ekonomis untuk memberantas vektor penular DBD
mengingat obat dan vaksin pembunuh virus DBD belum ditemukan. Program
PSN 3M-Plus perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang DBD. Pengetahuan kepada masyarakat diperlukan karena sebagai
modal awal perubahan perilaku masyarakat. Pengetahuan yang baik diyakini
akan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi masyarakat untuk mencegah
munculnya penyakit DBD di lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2007).
Perilaku seseorang dalam upaya pencegahan DBD dapat ditentukan
dari tingkat pendidikannya. Hal ini karena tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi pola pikir dan daya cerna seseorang terhadap informasi yang
diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula
informasi yang dapat diserap dan tingginya informasi yang diserap
mempengaruhi tingkat pengetahuannya, demikian juga sebaliknya. Orang yang
berpendidikan tinggi lebih besar kepeduliannya terhadap masalah kesehatan
dan peningkatan pendidikan akan meningkatkan partisipasi warga dalam
menjaga kesehatan (Benthem et al, 2002).
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
7
Upaya PSN DBD diarahkan pelaksanaanya oleh masyarakat dengan
model peran serta masyarakat yang sesuai dengan kondisi dan budaya
setempat. Peran serta masyarakat berbeda dengan pemberdayaan masyarakat,
peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan suatu permasalahan masyarakat tersebut. Rendahnya masyarakat
tentang PSN mungkin karena peran dari Pokja DBD kelurahan dirasa kurang
atau mungkin ada faktor-faktor lain yang membuat masyarakat kurang
termotivasi untuk melaksanakan kegiatan PSN. Salah satu faktor yang mungkin
dapat membuat masyarakat kurang termotivasi salah satunya karena masih
kurangnya tentang media promosi kesehatan. Stiker merupakan salah satu
media promosi kesehatan yang berbentuk media cetak dan berisi pesan atau
informasi kesehatan dan beranekaragaman bentuk yang biasanya ditempel
dirumah. (Notoatmodjo, 2007).
Upaya-upaya pemerintah untuk menekan angka kejadian DBD akan
tercapai apabila ada peran dari keluarga. Keluarga mempunyai peran yang
sangat penting dalam menjaga kebersihan lingkungan, karena penyakit DBD
sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan. Keluarga merupakan
suatu sistem dimana keluarga mempunyai kesempatan untuk memperhatikan
kebersihan lingkungannya dan menjaga kesehatan anggota keluarga. Informasi
masalah kesehatan khususnya tentang DBD akan mempengaruhi tugas
keluarga dibidang kesehatan yang meliputi pertama adalah mengenal masalah
kesehatan, kedua adalah membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat,
tugas kesehatan keluarga yang ketiga adalah memberi perawatan pada anggota
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
8
keluarga yang sakit, tugas kesehatan keluarga yang keempat adalah keluarga
dapat menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, dan tugas kesehatan keluarga
yang kelima adalah menciptakan lingkungan yang sehat (Marlina, 2007).
Hal ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya pendidikan
kesehatan yang diberikan perawat komunitas kepada keluarga. Peran dari
keperawatan keluarga sangat besar dalam upaya pencegahan DBD karena
keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap
individu, keluarga, dan masyarakat (Mahyudin, 2009).
Keluarga yang sehat adalah keluarga yang membantu anggota
keluarga untuk mencapai tuntutan-tuntutan bagi perawatan diri, dan sejauh
mana keluarga memenuhi fungsi-fungsi keluarga dan menyelesaikan tugas-
tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga.(Friedman,2010).
Keperawatan kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan
masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat
dengan penekanan pada kelompok berisiko tinggi. Upaya pencapaian derajat
kesehatan optimal dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of
prevention) dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
9
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Depkes, 2006).
Motivasi adalah hal yang penting terutama bagi mereka yang pernah
mengalami penyakit DBD. Motivasi pencegahan DBD dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, faktor kepercayaan, nilai, sikap, usia. Semakin
bertambahnya usia maka tingkat perkembangan akan berkembang sesuai
dengan pengetahuan yang pernah didapatkan dan juga pengalaman sendiri.
Walapun 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) merupakan cara yang mudah
dan bisa dilakukan dengan biaya yang sedikit pada kenyataannya cara ini tidak
terlaksana dengan baik. Ini sangat erat dengan motivasi masyarakat dalam
kebiasaan hidup bersih dan pemahaman serta perlakuan masyarakat terhadap
bahayanya Demam Berdarah Dengue ini (Suharti, 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan laporan diatas angka kejadian demam berdarah di
Indonesia saat ini masih menjadi suatu permasalahan yang cenderung
meningkat tiap tahunnya. Kejadian DBD terkadang juga menjadi kejadian luar
biasa. Demam berdarah sendiri akan berdampak berbahaya apabila tidak segera
ditangani secara tepat dan cepat. Seseorang yang menderita DBD dapat
berkembang, bahkan dapat berakibat kematian. Dan pada kenyataannya dalam
praktek pencegahan masih banyak keluarga yang kurang menerapkan praktek
yang benar dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk. Dari hal tersebut rumusan
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
10
masalahnya : “Bagaimana hubungan perawatan kesehatan keluarga dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ? ”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan perawatan kesehatan keluarga dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan kejadian Demam Berdarah Dengue
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik responden di Daerah
Terjangkau Kab. Banyumas
b. Untuk mengetahui gambaran perawatan kesehatan keluarga dalam
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan Kejadian Demam Berdarah
Dengue.
c. Untuk mengetahui hubungan perawatan kesehatan keluarga dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan wawasan
yang sudah di dapat selama perkuliahan serta menambah pengalaman dalam
melakukan penelitian.
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
11
2. Bagi Responden
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai
informasi tentang pentingnya perawatan kesehatan keluarga dalam
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD.
3. Bagi Instansi Terkait
Sebagai bahan informasi mengenai perawatan kesehatan keluarga
dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD
khususnya pada suhu lingkungan, kelembapan lingkungan, pengelolaan
sampah, indek kontainer sehingga menimbulkan masalah kesehatan bagi
masyarakat.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi masyarakat
dalam mengenai perawatan kesehatan keluarga dalam pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD.
E. Peneliti Terkait
Tabel 1.1. Penelitian Terkait
No Nama/Judul/Sumber Desain Penelitian Hasil
1. Suhardiono
Sebuah analisis faktor
risiko perilaku
masyarakat terhadap
Untuk
mengetahui faktor
risiko perilaku
masyarakat
terhadap kejadian
Hasil penelitian
menunjukan bahwa dari
hasil ujistatistik diketahui
ada hubungan tingkat
pengetahuan responden
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
12
kejadian demam
berdarah dengue (
DBD ) di Kelurahan
Helvetia Tengah,
Medan, Tahun 2005
Perbedaan dari
penelitian yang saya
buat adalah hubungan
keperawatan keluarga
dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN)
dengan kejadian DBD.
Dengan desan
penelitian case
control, serta teknik
pengambilan sampel
simple random
sampling
DBD tersebut
dilakukan
penelitian yang
bersifat survai
dengan rancangan
sekat lintang
(cross-sectional)
yang bertujuan
untuk
memperoleh
gambaran
mengenal
hubungan tingkat
pengetahuan,
sikap, dan
tindakan
masyarakat
tentang penyakit
DBD dengan
kejadian DBD.
dengan kejadian DBD
dengan nilai p = 0,015 (p <
0,05), OR = 3,077 ( CI
95% = 1,218 – 7,776) dan
PR = 2,087, ada hubungan
sikap dengan kejadian
DBD dengan nilai p =
0,016 (p < 0,05), OR =
2,738 (CI 95% = 1,196 –
6,269) dan PR = 1,829
serta ada hubungan
tindakan dengan kejadian
DBD dengan nilai p =
0,001 (p < 0,05), OR =
4,487 (CI 95% = 1,822 –
11,051) dan PR = 2,619.
2. Dengue Dynamics in
Binh Thuan Province,
Analisis
kuantitatif
Angka insiden DBD
meningkat dari tahun ke
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
13
Southern Vietnam:
Periodicity,
Synchronicity and
Climate Variability
Khoa T. D. Thai dkk
(Tahun 2010)
Perbedaan dari
penelitian yang saya
buat adalah hubungan
keperawatan keluarga
dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN)
dengan kejadian DBD.
Dengan desan
penelitian case
control, serta teknik
pengambilan sampel
simple random
sampling
(analyses of
time series)
tahun diikuti oleh
adanya variasi iklim
3. Effect of the
Temperature and
Analisis
kuantitatif dengan
Untuk peningkatan
suhu maksimum,. jumlah
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14
Precipitation on the
Incidence of Acute
Respiratory Infections
and Acute Diarrheic
Disease in Veracruz,
Mexico
Hurtado-Diaz et dkk
(2008)
Perbedaan dari
penelitian yang saya
buat adalah hubungan
keperawatan keluarga
dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN)
dengan kejadian DBD.
Dengan desan
penelitian case
control, serta teknik
pengambilan sampel
simple random
sampling
menggunakan
analisis time
series regression.
kasus diare
per minggu meningkat
sebesar
19% (CI: 3-32%) di
Acayucan dengan dari 3
minggu di suhu dan curah
hujan
dari minggu yang sama,
2% (CI: 1-
4%) di Coatzacoalcos
dengan minggu di suhu
dan curah hujan dari
minggu yang sama, dan
13% (CI: 1-28%) di Las
Choapas,
4. Flamand,claude
Fabregue,mickael
Bringay,sandra
Ardillon,vanessa
Metode Kami
menerapkan
teknik ekstraksi
pola sekuensial
Hasil maksimum suhu,
kelembaban relatif
minimal, kecemerlangan
global, dan curah hujan
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
Quenal,philippe
Desenclos,Jean-claude
Teisseire,Maguelonne
Mining local climate
data to assess
spatiotemporal
dengue fever
epidemic patterns in
French Guiana.
Journal of the
American Medical
Informatics
Association. Oct2014,
Vol. 21 Issue e2,
pe232-e240. 9p. 1
Diagram, 5 Charts, 2
Graphs, 1 Map.
Perbedaan dari
penelitian yang saya
buat adalah hubungan
keperawatan keluarga
dalam pemberantasan
kontekstual
dengan data
epidemiologi dan
meteorologi untuk
mengidentifikasi
faktor-faktor
iklim yang paling
signifikan untuk
demam berdarah,
dan kami
menyelidiki
relevansi pola
diekstraksi untuk
peringatan dini
wabah demam
berdarah di
Guyana.
kumulatif diidentifikasi
sebagai faktor penentu
wabah demam berdarah,
dan interval yang tepat
nilai-nilai dan variasi
mereka diukur sesuai
dengan konteks
epidemiologi.
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
sarang nyamuk (PSN)
dengan kejadian DBD.
Dengan desan
penelitian case
control, serta teknik
pengambilan sampel
simple random
sampling
5.
Erwin Yulianti (2012)
“Keefektifan
Penggunaan Papan
Informasi
Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dalam
Menurunkan
Keberadaan Jentik
Aedes Aegypti”
Perbedaan dari
penelitian yang saya
buat adalah hubungan
keperawatan keluarga
Penelitian
menggunakan
desain quasi
experiment
dengan
pendekatan non-
equivalent control
group. Populasi
penelitian ini
adalah kepala
keluarga yang
berada di wilayah
RW IV yang
berjumlah 504
Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa
terdapat perbedaan yang
bermakna keberadaan
jentik sebelum dan setelah
intervensi pada kelompok
eksperimen (p=0,003),
terdapat perbedaan yang
bermakna jumlah jentik
antara sebelum dan setelah
intervensi pada kelompok
eksperimen (p=0,020),
tidak terdapat perbedaan
yang bermakna
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN)
dengan kejadian DBD.
Dengan desan
penelitian case
control, serta teknik
pengambilan sampel
simple random
sampling
kepala keluarga.
Sampel berjumlah
32 responden di
masing-masing
kelompok
eksperimen dan
kelompok
pembanding yang
diambil dengan
teknik cluster
sampling.
keberadaan jentik sebelum
dan setelah intervensi pada
kelompok pembanding
(p=0,388), tidak terdapat
perbedaan yang bermakna
jumlah jentik sebelum dan
setelah intervensi pada
kelompok pembanding
(p=0,468), dan terdapat
perbedaan bermakna
selisih penurunan jumlah
jentik antara kelompok
eksperimen dan kelompok
pembanding
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017