bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/4120/2/galih estu pambudi bab...

17
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negaranegara tropik dan subtropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologik menunjukkan bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktifitas vektor dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit DBD pada manusia melalui vektor Aedes. Sehubungan dengan morbiditas dan mortalitasnya, DBD disebut the most mosquito transmitted disease (Djunaedi, 2006). Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar paling cepat yang disebabkan oleh virus nyamuk, Dalam 50 tahun terakhir, insiden telah meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke negara-negara baru dan dalam dekade ini, dari kota ke pedesaan. Diperkirakan 50 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan sekitar 2,5 miliar orang hidup di Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Upload: dinhnguyet

Post on 22-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta

semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di seluruh

belahan dunia terutama di negara–negara tropik dan subtropik, baik sebagai

penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologik menunjukkan

bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15

tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik

dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan

aktifitas vektor dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya

penularan penyakit DBD pada manusia melalui vektor Aedes. Sehubungan

dengan morbiditas dan mortalitasnya, DBD disebut the most mosquito

transmitted disease (Djunaedi, 2006).

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

paling cepat yang disebabkan oleh virus nyamuk, Dalam 50 tahun terakhir,

insiden telah meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke

negara-negara baru dan dalam dekade ini, dari kota ke pedesaan. Diperkirakan

50 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan sekitar 2,5 miliar orang hidup di

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

2

negara-negara endemik dengue. Sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%)

dari populasi beresiko menderita demam berdarah dengue di seluruh dunia,

tinggal di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat, yang menanggung

hampir 75% dari beban penyakit global saat ini karena demam berdarah

(WHO,2009).

Kabupaten Banyumas adalah daerah endemis terjadinya kasus DBD.

Kasus DBD di daerah ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan

penyebarannya juga semakin luas dari tahu 2001-2006 mencapai sekitar 176

jumlah insiden dari kasus per 100.000 penduduk. Hal ini menyebabkan

kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat Banyumas (Dardjito, 2008). Demam

Berdarah Dengue di Banyumas tahun 2013 melonjak 2,7 kali lipat dari tahun

sebelumnya. Berdasarkan data dari Dinkes Kesehatan Kabupaten Banyumas,

tahun 2012 sebanyak 199 kasus dan untuk tahun 2013 ada 539 kasus, tahun

2014 ada 209 kasus dan pada tahun 2015 ada 264 kasus. Case Fatality Risk

Demam Berdarah tahun 2016 adalah 1.82 % (Dinkes Kabupaten Banyumas,

2016).

Menurut Sukowati, Perubahan iklim dapat memperpanjang masa

penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan mengubah luas

geografinya, dengan kemungkinan menyebar ke daerah yang kekebalan

populasinya rendah atau dengan infrastruktur kesehatan masyarakat yang

kurang, Selain perubahan iklim faktor risiko yang mempengaruhi penularan

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

3

DBD adalah faktor lingkungan, urbanisasi, mobilitas penduduk, kepadetan

penduduk dan transportasi ( Kemenkes RI, 2010).

Faktor yang utama berpengaruh terhadap cepatnya perkembangbiakan

nyamuk Aedes aegypty adalah lingkungan. Hal ini karena kondisi sanitasi

lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypty,

terutama apabila terdapat banyak kontainer penampungan air hujan yang

berserakan dan terlindung dari sinar matahari, apalagi berdekatan dengan

rumah penduduk (Soegijanto, 2004).

Fakor lingkungan yang memberi pengaruh terhadap keberadaan faktor

DBD antara lain lingkungan fisik, suhu udara, kelembaban, hujan, angin, sinar

matahari, arus air, lingkungan kimiawi dan lingkungan biologi. Manipulasi

lingkungan terutama dalam mencegah vektor secara umum dapat berupa

penghilangan tempat-tempat perindukannya dengan cara melakukan 3M yaitu

Menguras, Menutup dan Mengubur (Dinkes Jateng, 2013).

Menurut Keman S. & Respati Y. K. (2007) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa perilaku 3M berhubungan dengan keberadaan jentik

nyamuk Aedes aegypti dan perilaku 3M yang baik dan abatisasi berhubungan

dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti yang rendah. Upaya untuk

mencegah terjadinya DBD yaitu dengan cara memberantas keberadaan jentik

nyamuk edes aegypti. Supriyanto H. (2011) juga turut menambahkan dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan,

sikap, praktik keluarga tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

4

kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Tlogosari

Wetan Kota Semarang. Ketika semua masyarakat sudah merasa sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan tiap-tiap keluarga mau

melakukan kegiatan 3M (Menguras, Mengubur dan Menutup) yang dijadikan

sebagai rutinitas sehari-hari, maka penyebaran penyakit demam berdarah tidak

sampai meluas.

Perkembangan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai

vektor DBD berkaitan erat dengan faktor lingkungan, yang meliputi ketinggian

tempat, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, kepadatan permukiman

dan kepadatan penduduk. Perubahan lingkungan dalam jangka panjang

menentukan pola penyebaran penyakit tular vektor DBD dan malaria, di suatu

ekosistem. Penyakit tular vektor pada umumnya tidak serta merta muncul pada

saat terjadi perubahan lingkungan, tetapi perilaku masyarakat dan tersedianya

habitat vektor, merupakan pemicu merebaknya penyakit tular vektor

(khususnya DBD), terutama di daerah pemukiman” (Boewono, D.T, 2012).

Penyebaran DBD yang cukup luas di Indonesia dikarenakan adanya

faktor-faktor yang mendukung terjadinya penyebaran, seperti kondisi geografis

atau ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, dan

musim juga kondisi demografis, seperti kepadatan penduduk, mobilitas

masyarakat yang cukup tinggi, serta perilaku hidup bersih dan sehat yang

masih rendah. (Soegijanto,2006).

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

5

Penyebaran penyakit DBD secara pesat dikarenakan virus dengue

semakin mudah menulari lebih banyak manusia karena didukung oleh: 1)

meningkatnya mobilitas penduduk karena semakin baiknya sarana transportasi

di dalam kota maupun antar daerah, 2) kebiasaan masyarakat menampung air

bersih untuk keperluan sehari-hari, apalagi penyediaan air bersih belum

menyukupi kebutuhan atau sumber yang terbatas dan letaknya jauh dari

pemukiman mendorong masyarakat menampung air dirumah masing-masing

(karena nyamuk Aedes aegypti hidup di dalam air bersih), 3) sikap dan

pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit yang masih kurang

(Soedarmo, 2005). Masyarakat yang sering mobilitas bisa meningkatkan

penularan DBD (Hikmawati I, Yuliarti, Rahmat. 2012).

Kesadaran pada diri masyarakat tentang pentingnya menjaga

kebersihan lingkungan dapat dipengaruhi oleh faktor persepsi dan sikap

masyarakat yang positip tentang penyakit demam berdarah. Menurut

Citraningsih Y., Prabandari Y. S., dan Trisnaniyanti S. (2010) dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

faktor internal yaitu pengetahuan tentang pencegahan DBD dengan persepsi

Kader PSN DBD dalam pencegahan DBD dan ada hubungan antara persepsi

Kader PSN DBD dengan aktifitas Kader PSN DBD dalam pencegahan DBD.

Persepsi sendiri dapat diartikan suatu pandangan pribadi atas apa yang terjadi.

Ketika masyarakat sudah benar-benar memiliki persepsi yang positif tentang

penyakit demam berdarah yang sedang terjadi, maka tidak disengaja dengan

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

6

sendirinya masyarakat akan lebih hati-hati dan lebih serius dalam

menanggapinya (Potter & Perry, 2005).

Mengingat sangat bahayanya penyakit DBD, maka perlu ada upaya

pemberantasan yang komprehensif dari penyakit tersebut. Pemerintah telah

mengeluarkan kebijakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M-Plus) untuk

menanggulangi penyakit DBD. Ini merupakan cara utama yang di anggap

efektif, efisien dan ekonomis untuk memberantas vektor penular DBD

mengingat obat dan vaksin pembunuh virus DBD belum ditemukan. Program

PSN 3M-Plus perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat

tentang DBD. Pengetahuan kepada masyarakat diperlukan karena sebagai

modal awal perubahan perilaku masyarakat. Pengetahuan yang baik diyakini

akan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi masyarakat untuk mencegah

munculnya penyakit DBD di lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2007).

Perilaku seseorang dalam upaya pencegahan DBD dapat ditentukan

dari tingkat pendidikannya. Hal ini karena tingkat pendidikan dapat

mempengaruhi pola pikir dan daya cerna seseorang terhadap informasi yang

diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula

informasi yang dapat diserap dan tingginya informasi yang diserap

mempengaruhi tingkat pengetahuannya, demikian juga sebaliknya. Orang yang

berpendidikan tinggi lebih besar kepeduliannya terhadap masalah kesehatan

dan peningkatan pendidikan akan meningkatkan partisipasi warga dalam

menjaga kesehatan (Benthem et al, 2002).

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

7

Upaya PSN DBD diarahkan pelaksanaanya oleh masyarakat dengan

model peran serta masyarakat yang sesuai dengan kondisi dan budaya

setempat. Peran serta masyarakat berbeda dengan pemberdayaan masyarakat,

peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam

memecahkan suatu permasalahan masyarakat tersebut. Rendahnya masyarakat

tentang PSN mungkin karena peran dari Pokja DBD kelurahan dirasa kurang

atau mungkin ada faktor-faktor lain yang membuat masyarakat kurang

termotivasi untuk melaksanakan kegiatan PSN. Salah satu faktor yang mungkin

dapat membuat masyarakat kurang termotivasi salah satunya karena masih

kurangnya tentang media promosi kesehatan. Stiker merupakan salah satu

media promosi kesehatan yang berbentuk media cetak dan berisi pesan atau

informasi kesehatan dan beranekaragaman bentuk yang biasanya ditempel

dirumah. (Notoatmodjo, 2007).

Upaya-upaya pemerintah untuk menekan angka kejadian DBD akan

tercapai apabila ada peran dari keluarga. Keluarga mempunyai peran yang

sangat penting dalam menjaga kebersihan lingkungan, karena penyakit DBD

sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan. Keluarga merupakan

suatu sistem dimana keluarga mempunyai kesempatan untuk memperhatikan

kebersihan lingkungannya dan menjaga kesehatan anggota keluarga. Informasi

masalah kesehatan khususnya tentang DBD akan mempengaruhi tugas

keluarga dibidang kesehatan yang meliputi pertama adalah mengenal masalah

kesehatan, kedua adalah membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat,

tugas kesehatan keluarga yang ketiga adalah memberi perawatan pada anggota

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

8

keluarga yang sakit, tugas kesehatan keluarga yang keempat adalah keluarga

dapat menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, dan tugas kesehatan keluarga

yang kelima adalah menciptakan lingkungan yang sehat (Marlina, 2007).

Hal ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya pendidikan

kesehatan yang diberikan perawat komunitas kepada keluarga. Peran dari

keperawatan keluarga sangat besar dalam upaya pencegahan DBD karena

keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang

dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan

masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap

individu, keluarga, dan masyarakat (Mahyudin, 2009).

Keluarga yang sehat adalah keluarga yang membantu anggota

keluarga untuk mencapai tuntutan-tuntutan bagi perawatan diri, dan sejauh

mana keluarga memenuhi fungsi-fungsi keluarga dan menyelesaikan tugas-

tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga.(Friedman,2010).

Keperawatan kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah pelayanan

keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan

masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat

dengan penekanan pada kelompok berisiko tinggi. Upaya pencapaian derajat

kesehatan optimal dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan

pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of

prevention) dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

9

dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Depkes, 2006).

Motivasi adalah hal yang penting terutama bagi mereka yang pernah

mengalami penyakit DBD. Motivasi pencegahan DBD dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain, faktor kepercayaan, nilai, sikap, usia. Semakin

bertambahnya usia maka tingkat perkembangan akan berkembang sesuai

dengan pengetahuan yang pernah didapatkan dan juga pengalaman sendiri.

Walapun 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) merupakan cara yang mudah

dan bisa dilakukan dengan biaya yang sedikit pada kenyataannya cara ini tidak

terlaksana dengan baik. Ini sangat erat dengan motivasi masyarakat dalam

kebiasaan hidup bersih dan pemahaman serta perlakuan masyarakat terhadap

bahayanya Demam Berdarah Dengue ini (Suharti, 2010).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan laporan diatas angka kejadian demam berdarah di

Indonesia saat ini masih menjadi suatu permasalahan yang cenderung

meningkat tiap tahunnya. Kejadian DBD terkadang juga menjadi kejadian luar

biasa. Demam berdarah sendiri akan berdampak berbahaya apabila tidak segera

ditangani secara tepat dan cepat. Seseorang yang menderita DBD dapat

berkembang, bahkan dapat berakibat kematian. Dan pada kenyataannya dalam

praktek pencegahan masih banyak keluarga yang kurang menerapkan praktek

yang benar dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk. Dari hal tersebut rumusan

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

10

masalahnya : “Bagaimana hubungan perawatan kesehatan keluarga dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ? ”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perawatan kesehatan keluarga dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan kejadian Demam Berdarah Dengue

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik responden di Daerah

Terjangkau Kab. Banyumas

b. Untuk mengetahui gambaran perawatan kesehatan keluarga dalam

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan Kejadian Demam Berdarah

Dengue.

c. Untuk mengetahui hubungan perawatan kesehatan keluarga dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan kejadian Demam Berdarah

Dengue.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan wawasan

yang sudah di dapat selama perkuliahan serta menambah pengalaman dalam

melakukan penelitian.

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

11

2. Bagi Responden

Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai

informasi tentang pentingnya perawatan kesehatan keluarga dalam

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD.

3. Bagi Instansi Terkait

Sebagai bahan informasi mengenai perawatan kesehatan keluarga

dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD

khususnya pada suhu lingkungan, kelembapan lingkungan, pengelolaan

sampah, indek kontainer sehingga menimbulkan masalah kesehatan bagi

masyarakat.

4. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi masyarakat

dalam mengenai perawatan kesehatan keluarga dalam pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD.

E. Peneliti Terkait

Tabel 1.1. Penelitian Terkait

No Nama/Judul/Sumber Desain Penelitian Hasil

1. Suhardiono

Sebuah analisis faktor

risiko perilaku

masyarakat terhadap

Untuk

mengetahui faktor

risiko perilaku

masyarakat

terhadap kejadian

Hasil penelitian

menunjukan bahwa dari

hasil ujistatistik diketahui

ada hubungan tingkat

pengetahuan responden

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

12

kejadian demam

berdarah dengue (

DBD ) di Kelurahan

Helvetia Tengah,

Medan, Tahun 2005

Perbedaan dari

penelitian yang saya

buat adalah hubungan

keperawatan keluarga

dalam pemberantasan

sarang nyamuk (PSN)

dengan kejadian DBD.

Dengan desan

penelitian case

control, serta teknik

pengambilan sampel

simple random

sampling

DBD tersebut

dilakukan

penelitian yang

bersifat survai

dengan rancangan

sekat lintang

(cross-sectional)

yang bertujuan

untuk

memperoleh

gambaran

mengenal

hubungan tingkat

pengetahuan,

sikap, dan

tindakan

masyarakat

tentang penyakit

DBD dengan

kejadian DBD.

dengan kejadian DBD

dengan nilai p = 0,015 (p <

0,05), OR = 3,077 ( CI

95% = 1,218 – 7,776) dan

PR = 2,087, ada hubungan

sikap dengan kejadian

DBD dengan nilai p =

0,016 (p < 0,05), OR =

2,738 (CI 95% = 1,196 –

6,269) dan PR = 1,829

serta ada hubungan

tindakan dengan kejadian

DBD dengan nilai p =

0,001 (p < 0,05), OR =

4,487 (CI 95% = 1,822 –

11,051) dan PR = 2,619.

2. Dengue Dynamics in

Binh Thuan Province,

Analisis

kuantitatif

Angka insiden DBD

meningkat dari tahun ke

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

13

Southern Vietnam:

Periodicity,

Synchronicity and

Climate Variability

Khoa T. D. Thai dkk

(Tahun 2010)

Perbedaan dari

penelitian yang saya

buat adalah hubungan

keperawatan keluarga

dalam pemberantasan

sarang nyamuk (PSN)

dengan kejadian DBD.

Dengan desan

penelitian case

control, serta teknik

pengambilan sampel

simple random

sampling

(analyses of

time series)

tahun diikuti oleh

adanya variasi iklim

3. Effect of the

Temperature and

Analisis

kuantitatif dengan

Untuk peningkatan

suhu maksimum,. jumlah

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

14

Precipitation on the

Incidence of Acute

Respiratory Infections

and Acute Diarrheic

Disease in Veracruz,

Mexico

Hurtado-Diaz et dkk

(2008)

Perbedaan dari

penelitian yang saya

buat adalah hubungan

keperawatan keluarga

dalam pemberantasan

sarang nyamuk (PSN)

dengan kejadian DBD.

Dengan desan

penelitian case

control, serta teknik

pengambilan sampel

simple random

sampling

menggunakan

analisis time

series regression.

kasus diare

per minggu meningkat

sebesar

19% (CI: 3-32%) di

Acayucan dengan dari 3

minggu di suhu dan curah

hujan

dari minggu yang sama,

2% (CI: 1-

4%) di Coatzacoalcos

dengan minggu di suhu

dan curah hujan dari

minggu yang sama, dan

13% (CI: 1-28%) di Las

Choapas,

4. Flamand,claude

Fabregue,mickael

Bringay,sandra

Ardillon,vanessa

Metode Kami

menerapkan

teknik ekstraksi

pola sekuensial

Hasil maksimum suhu,

kelembaban relatif

minimal, kecemerlangan

global, dan curah hujan

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

15

Quenal,philippe

Desenclos,Jean-claude

Teisseire,Maguelonne

Mining local climate

data to assess

spatiotemporal

dengue fever

epidemic patterns in

French Guiana.

Journal of the

American Medical

Informatics

Association. Oct2014,

Vol. 21 Issue e2,

pe232-e240. 9p. 1

Diagram, 5 Charts, 2

Graphs, 1 Map.

Perbedaan dari

penelitian yang saya

buat adalah hubungan

keperawatan keluarga

dalam pemberantasan

kontekstual

dengan data

epidemiologi dan

meteorologi untuk

mengidentifikasi

faktor-faktor

iklim yang paling

signifikan untuk

demam berdarah,

dan kami

menyelidiki

relevansi pola

diekstraksi untuk

peringatan dini

wabah demam

berdarah di

Guyana.

kumulatif diidentifikasi

sebagai faktor penentu

wabah demam berdarah,

dan interval yang tepat

nilai-nilai dan variasi

mereka diukur sesuai

dengan konteks

epidemiologi.

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

16

sarang nyamuk (PSN)

dengan kejadian DBD.

Dengan desan

penelitian case

control, serta teknik

pengambilan sampel

simple random

sampling

5.

Erwin Yulianti (2012)

“Keefektifan

Penggunaan Papan

Informasi

Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) dalam

Menurunkan

Keberadaan Jentik

Aedes Aegypti”

Perbedaan dari

penelitian yang saya

buat adalah hubungan

keperawatan keluarga

Penelitian

menggunakan

desain quasi

experiment

dengan

pendekatan non-

equivalent control

group. Populasi

penelitian ini

adalah kepala

keluarga yang

berada di wilayah

RW IV yang

berjumlah 504

Hasil penelitian

memperlihatkan bahwa

terdapat perbedaan yang

bermakna keberadaan

jentik sebelum dan setelah

intervensi pada kelompok

eksperimen (p=0,003),

terdapat perbedaan yang

bermakna jumlah jentik

antara sebelum dan setelah

intervensi pada kelompok

eksperimen (p=0,020),

tidak terdapat perbedaan

yang bermakna

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

17

dalam pemberantasan

sarang nyamuk (PSN)

dengan kejadian DBD.

Dengan desan

penelitian case

control, serta teknik

pengambilan sampel

simple random

sampling

kepala keluarga.

Sampel berjumlah

32 responden di

masing-masing

kelompok

eksperimen dan

kelompok

pembanding yang

diambil dengan

teknik cluster

sampling.

keberadaan jentik sebelum

dan setelah intervensi pada

kelompok pembanding

(p=0,388), tidak terdapat

perbedaan yang bermakna

jumlah jentik sebelum dan

setelah intervensi pada

kelompok pembanding

(p=0,468), dan terdapat

perbedaan bermakna

selisih penurunan jumlah

jentik antara kelompok

eksperimen dan kelompok

pembanding

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017