bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.ums.ac.id/23311/2/bab_i.pdf · qadha atau takdir...

36
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Luxemburg (1989:5), sastra merupakan suatu ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi. Dalam penciptaan sebuah karya satra seniman tidak hanya menuangkan sebuah aspek keindahan saja, tetapi juga mengungkapkan pendapat dan pikirannya tentang sesuatu. Karya sastra adalah hasil karya yang menggambarkan masalah kehidupan. Kehidupan yang ditampilkan lewat sebuah karya fiksi. Dalam mencerminkan kehidupan tersebut, pengarang juga mengungkapkan masalah sosial budaya dan agama. Sastra keagamaan menarik untuk dijadikan objek penelitian karena terdapat kaitan erat antara karya sastra dan agama. Bentuk sastra seperti itu merupakan hasil perpaduan antara budaya dan nilai-nilai ajaran agama yang telah dihayati oleh pengarangnya. Dalam karya sastra seperti itu, tergambarkan adanya reaksi aktif pengarang dalam menghayati makna kehadiran keagamaan yang dipeluknya secara teguh (Santosa dkk, 2004:1). Sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Jika dilacak jauh ke belakang, kehadiran unsur keagamaan dalam sastra serta keberadaan sastra itu sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Mangunwijaya bahwa pada

Upload: vankhanh

Post on 16-Aug-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Luxemburg (1989:5), sastra merupakan suatu ciptaan,

sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi. Dalam penciptaan

sebuah karya satra seniman tidak hanya menuangkan sebuah aspek

keindahan saja, tetapi juga mengungkapkan pendapat dan pikirannya

tentang sesuatu.

Karya sastra adalah hasil karya yang menggambarkan masalah

kehidupan. Kehidupan yang ditampilkan lewat sebuah karya fiksi. Dalam

mencerminkan kehidupan tersebut, pengarang juga mengungkapkan

masalah sosial budaya dan agama. Sastra keagamaan menarik untuk

dijadikan objek penelitian karena terdapat kaitan erat antara karya sastra

dan agama. Bentuk sastra seperti itu merupakan hasil perpaduan antara

budaya dan nilai-nilai ajaran agama yang telah dihayati oleh

pengarangnya. Dalam karya sastra seperti itu, tergambarkan adanya reaksi

aktif pengarang dalam menghayati makna kehadiran keagamaan yang

dipeluknya secara teguh (Santosa dkk, 2004:1).

Sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Jika dilacak jauh

ke belakang, kehadiran unsur keagamaan dalam sastra serta keberadaan

sastra itu sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Mangunwijaya bahwa pada

2

awal mulanya, segala sastra adalah religius (Nurgiyantoro, 2007:327).

Seorang yang religius adalah seorang yang mencoba memahami dan

menghayati hidup dan kehidupan ini lebih dari sekadar yang lahiriah saja.

Menurut Suyitno (1991:3), sastra dan nilai tata sosial kehidupan

adalah dua fenomena yang saling melengkapi dalam kemandirian mereka

sebagai suatu yang ekstensial. Kelahiran sastra bersumber dari kehidupan

yang bertata nilai, dan pada gilirannya yang lain sastra juga memberikan

bagian terbentuknya tata nilai. Sastra keagamaan adalah sastra yang

mengandung nilai-nilai ajaran agama, moralitas dan unsur estetika. Karya

sastra seperti itu menunjukkan bahwa pengarang merasa terpanggil untuk

menghadirkan nilai-nilai keagamaan ke dalam karya sastra. Karya sastra

menghadirkan pesan-pesan keagamaan yang isi ceritanya diambil dari

kitab-kitab suci keagamaan.

Di dalam kehidupannya, manusia tidak terlepas dari suatu masalah.

Tidak jarang seseorang mengalami kekosongan jiwa, kekacauan pikiran

dan bahkan stress karena tak mampu lagi mengatasi suatu masalah. Dalam

hal ini, karya sastra dapat berperan sebagai katarsis/pencerahan, serta

sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat diambil hikmah dan pelajaran

untuk kehidupan. Hal ini sesuai dengan pendapat Haji Saleh (dalam Semi,

1988:20) bahwa tugas sastra adalah sebagai alat penting bagi pemikir-

pemikir untuk menggerakkan pembaca kepada kenyataan dan untuk

menolongnya mengambil suatu keputusan bila mengalami masalah.

3

Melalui karya sastra, dalam hal ini novel khususnya, diharapkan mampu

menyadarkan masyarakat kembali kejalan yang benar.

Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti ingin mengkaji novel

yang berjudul Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar. Menurut

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:9) bahwa novel merupakan cerita

pendek yang berbentuk prosa. Novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes

Davonar merupakan sebuah novel spiritual pembangun iman. “Keke

adalah sosok gadis remaja yang luar biasa dalam menghadapi cobaan,

kisah hidupnya adalah inspirasi bagi siapapun” Andi F Noya, Host Kick

Andy (Surat Kecil untuk Tuhan, 2011). “ Pribadi Keke yang kuat dan niat

belajar dia yang tinggi adalah panutan dan tauladan yang harus dicontoh”

Harris Nizam, Sutradara Film Surat Kecil untuk Tuhan (Surat Kecil untuk

Tuhan, 2011).

Novel Surat Kecil untuk Tuhan mempunyai sisi kelebihan dari

novel yang lainnya, yaitu pertama merupakan novel pembangun iman

yang di dalamnya banyak mengandung nilai-nilai religius. Nilai-nilai

religius yang dimaksud adalah nilai-nilai yang tercermin melalui perilaku

dan penampilan tokoh utama dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara

berpakaian, bertutur kata, bersosialisasi, belajar, dan sebagainya. Novel ini

juga memberikan gambaran kepada pembaca tentang arti kehidupan dan

hakikat penciptaan manusia. Bahwa manusia hidup di dunia tidak hanya

menjalani hidup dengan segala masalah dan kebahagiaan yang ada, tetapi

juga harus menjalankan kewajiban sebagai umat-Nya.

4

Kelebihan yang kedua pada novel yang berjudul Surat Kecil untuk

Tuhan ini adalah kisah nyata yang sangat mengharukan sehingga

mengundang air mata para pembaca. Terlebih cara penulis menyampaikan

kisah Keke tersebut dengan jelas menggambarkan kisah-kisah Keke yang

penuh misteri, dari kebahagiaan, kesedihan, senyuman, dan air mata. Hal

itu membuat pembaca akan dengan mudah mengerti hingga larut dalam

cerita seperti benar-benar telah mengenal Keke yang tangguh dengan

begitu dekat.

Agnes Davonar sebagai penulis novel Surat Kecil untuk Tuhan

mampu menghipnotis pembaca ikut larut dalam kisah perjuangan seorang

gadis berusia 13 tahun bernama Gitta Sessa Wanda Cantika atau Keke

dalam melawan kanker ganas yang menggerogoti wajahnya sehingga

pembaca dapat mengimajinasikan bagaimana karekter tokoh Keke. Novel

Surat Kecil untuk Tuhan termasuk novel yang ada jajaran best seller dan

telah dibaca lebih dari puluhan juta pembaca online. Banyak pembaca

blognya yang memuji cerita tersebut. Alhasil, cerita itu dibuat dalam

bentuk buku. Seperti halnya di blog yang mengundang banyak pembaca,

novelnya pun laris di pasaran. Terlebih lagi, setelah tampil di sebuah acara

talkshow di salah satu televisi swasta. Saat menulis novel perdananya

tersebut.

Kelebihan pengarang novel Surat Kecil untuk Tuhan yaitu Agnes

Davonar adalah dua bersaudara penulis online yang memulai kariernya

dari sebuah blog. Mereka berdua merupakan sosok blogger yang paling

5

cemerlang di dunia internet, berkat ketulusan dan kerja kerasnya, ia

mampu berkarya dalam sebuah situs menempatkan blognya sebagai

peringkat pertama dari 100 blog terbaik di Indonesia. Beberapa

penghargaan yang pernah ia dapat adalah a) The best asian pasifik sony

ericsson blogger 2010, b) The finalist microsoft bloggership 2010, c) The

most influental blogger Indonesia bubu award 2009, d) The best writer

pesta blogger 2009, e) The best dsfl ford writing contest 2009, f) Finalist

writing jawaban 2009, g)The most inspirating olitopone detik.com 2009,

dan h) Kapan lagi blogger award 2009.

Karya Agnes Davonar, terutama yang berbentuk novel, banyak

dikaji, mendapat tanggapan dari para sastrawan dan pengamat karya sastra,

media masa, serta ada beberapa yang sudah diproduksi sebagai sebuah

film layar lebar, salah satunya adalah novel Surat Kecil untuk Tuhan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan alasan-alasan yang

mendorong dilakukannya penelitian ini, antara lain; sebagai berikut.

a. Novel Surat Kecil untuk Tuhan mempunyai banyak keistimewaan,

salah satunya adalah mengajarkan tentang keagamaan yang

mengedepankan aspek religius yang kompleks dan menarik untuk

dikaji.

b. Sepanjang pengetahuan penulis novel Surat Kecil untuk Tuhan belum

pernah diteliti dengan pendekatan sosiologi sastra.

6

c. Analisis terhadap novel Surat Kecil untuk Tuhan diperlukan guna

menentukan kontribusi pemikiran dalam memahami masalah-masalah

aspek religius di masyarakat.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan struktural untuk

mengkaji unsur intrinsik dalam novel. Pendekatan struktural adalah

pendekatan dasar dalam mengkaji sebuah karya sastra seperti novel. Selain

itu juga digunakan pendekatan sosiologi sastra untuk mengkaji unsur

ekstrinsiknya, yaitu nilai sosial keagamaan yang tercermin pada diri tokoh

dalam kehidupan di keluarga dan hubungan dengan orang-orang di

sekelilingnya.

Berdasarkan isi cerita novel Surat Kecil untuk Tuhan, penelitian ini

dilakukan dengan judul “Aspek Religius dalam Novel Surat Kecil untuk

Tuhan karya Agnes Davonar: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya

sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian ini dapat mengarah

serta mengenai sasaran yang diinginkan. Sebuah penelitian perlu dibatasi

ruang lingkupnya agar wilayah kajiannya tidak terlalu luas, yang dapat

berakibat penelitiannya menjadi tidak fokus.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah analisis struktural

novel Surat Kecil untuk Tuhan yang meliputi tema, alur, latar, dan

penokohan. Kemudian, menganalisis aspek religius dalam novel Surat

7

Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar dengan menggunakan tinjauan

sosiologi sastra.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah keterjalinan struktur yang membangun novel Surat

Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar?

2. Bagaimanakah aspek religius yang terkandung dalam novel Surat

Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar?

3. Bagaimanakah implikasi novel Surat Kecil untuk Tuhan sebagai bahan

ajar sastra di SMA?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. mendeskripsikan jalinan unsur-unsur yang membangun novel Surat

Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar;

2. mendeskripsikan aspek religius yang terkandung dalam novel Surat

Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar dengan tinjauan sosiologi

sastra;

3. mendeskripsikan implikasi novel Surat Kecil untuk Tuhan sebagai

bahan ajar sastra di SMA.

8

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua,

seperti berikut.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah memberikan

gambaran mengenai isi novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes

Davonar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penulis dapat memaparkan isi dan mendeskripsikan aspek religius

novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar.

b. Bagi Pembaca

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pembaca dapat

mengetahui aspek religius yang terkandung dalam novel Surat Kecil

untuk Tuhan karya Agnes Davonar.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian lain yang membahas aspek religius dalam karya sastra

adalah Penelitian Akhmad Roni Sulaiman (UMS, 2006) dalam skripsinya

yang berjudul “Aspek Religius Puisi-puisi dalam Kumpulan Puisi

Pembawa Matahari Karya Abdul Hadi W. M: Tinjauan Semiotik”.

Berdasarkan analisis aspek religius dalam Kumpulan Puisi Pembawa

Matahari dapat disimpulkan bahwa (1) Kerinduan kepada Allah, (2)

9

Ketegaran menghadapi cobaan, (3) Tauhid (mengesakan Allah), (4)

Perjalanan spiritual, (5) Hikmah (kematian selalu akrab dengan manusia).

Muhamad Pudjiono (USU, 2006) dalam skripsinya yang berjudul

“Analisis Nilai-nilai Religius dalam Cerpen karya Mizawa Kenzi“

menyimpulkan bahwa (1) hubungan makhkluk hidup dengan Tuhan

dengan alam rasa syukur tersebut diungkap melalui doa, (2) hubungan

makhluk hidup dengan makhluk lain yang dalam hal ini sikap saling

menyayangi, saling menolong dan berbuat baik, (3) hubungan makhluk

hidup dengan lingkungan yang dalam hal ini sikap yang dilakukan ialah

tidak mengotori lingkungan dan selalu menjaga serta merawatnya.

Endar Isdiyanto (UMS, 2007) dalam skripsinya yang berjudul

“Aspek Religius Tokoh Utama dalam Novel Ular Keempat karya Gus TF

Sakai: Tinjauan Semiotik” menyimpulkan bahwa (1) ketaatan menjalankan

ibadah agama Islam yang kelima naik haji, (2) Allah sandaran manusia

dalam menyelesaikan masalah, (3) keyakinan kepada kematian ialah takdir

Allah, (4) agama sebagai pembentukan moral yang baik, (5) keikhlasan

dalam menerima rejeki Allah.

Penelitian Ima Karuniawati (UMS, 2007) dalam skripsinya yang

berjudul “Aspek Sosial Keagamaan dalam Novel Genesis karya Ratih

Kumala: Tinjauan Semiotik” menyimpulkan bahwa ada beberapa masalah

sosial keagamaan, antara lain; konflik antarindividu sebagai pemicu

konflik antarumat beragama, krisis keimanan tokoh utama sebagai akibat

adanya konflik antarumat beragama, bias pendidikan agama dalam

10

keluarga, penyerahan diri kepada Tuhan sebagai penyelesaian krisis

keagamaan dan moralitas keluarga sebagai pemicu konflik dalam keluarga.

Hariyani (UMS, 2008) dalam skripsinya yang berjudul “Aspek

Religius dalam Novel Ayat-ayat Cinta karya Habbiburrahman El Shirazy:

Tinjauan Semiotik” menyimpulkan bahwa aspek religius selalu berkaitan

dengan transendental. Transendental diperlukan karena manusia hanya

mungkin diselamatkan dengan iman. Selain itu, transendental dalam arti

spiritual akan membantu manusia menyelesaikan masalah-masalah

modern, serta mendeskripsikan cinta manusia dengan Tuhan yang

diwujudkan dengan diberikannya cobaan kehidupan berupa petunjuk ayat-

ayat suci Al-Quran dan sunnah Nabi.

Penelitian Nurul Hidayah (UMS, 2011) dalam skripsinya yang

berjudul “Aspek Religius dalam Novel Syahadat Cinta karya

Taufiqurrahman Al-Azizy: Tinjauan Sosiologi Sastra“ menyimpulkan

bahwa (1) Sikap ikhlas dalam menjalani hidup menjadi seorang yang

kurang mampu (miskin), (2) Sikap pasrah dalam menjalani ujian demi

ujian besar yang diberikan oleh Allah Swt.

Penelitian Meiranti (UMS, 2012) dalam skripsinya yang berjudul

“Aspek Religius dalam Novel Mahabbah Rindu karya Abidah El

Khalieqy: Tinjauan Sosiologi Sastra” menyimpulkan bahwa (1)

perjuangan menggapai cinta sejati ketika status sosial menjadi penghalang

(2) aspek aqidah yang meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat,

11

iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada nabi dan rosul, iman kepada

qadha atau takdir (3) syariah, ibadah dan muamalah.

Penelitian Uswatun Khasanah (UMS, 2012) dalam skripsinya yang

berjudul “Konflik Batin dalam Novel Surat Kecil untuk Tuhan karya

Agens Davonar: Tinjauan Psikologi Sastra” menyimpulkan bahwa (1)

konflik batin mendekat-mendekat terdapat dua konflik (2) konflik batin

mendekat-menjauh terdapat empat konflik (3) konflik batin menjauh-

menjauh terdapat dua konflik.

G. Landasan Teori

1. Novel dan Unsur-unsurnya

Dalam kesusastraan dikenal bermacam-macam jenis sastra (genre).

Menurut Warren dan Wallek (1995: 298) bahwa genre sastra bukan

sekadar nama, karena konvensi sastra yang berlaku pada suatu karya

membentuk ciri karya tersebut. Menurutnya, teori genre adalah suatu

prinsip keteraturan. Sastra dan sejarah sastra diklasifikasikan tidak

berdasarkan waktu dan tempat, tetapi berdasarkan tipe struktur atau

susunan sastra tertentu. Genre sastra yang umum dikenal adalah puisi,

prosa dan drama.

Menurut Nurgiyantoro (1995:1) Dunia kesusastraan mengenal

prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra di samping

genre-genre yang lain. Prosa dalam pengertian kesusastraan juga

disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif

12

(narrative discourse). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita

rekaan (disingkat: cerkan) atau cerita khayalan.

Bentuk karya fiksi yang berupa prosa adalah novel dan cerpen.

Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia

yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dinia imajinatif, yang

dibangun melalui sebagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot,

tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain, yang kesemuannya tentu

bersifat naratif.

Menurut Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2007: 2-3)

fiksi ialah prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya

masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan

hubungan antarmanusia. Fiksi menceritakan berbagai masalah

kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama

interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan.

Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang

terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan, tidak

benar jika puisi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka,

melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan

terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan

dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Novel berasal dari bahasa italia novella, yang dalam bahasa jerman

Novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke

Indonesia menjadi novel. Dewasa ini istilah novella dan novelle

13

mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette

(Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang

panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu

pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-

aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus

(Nurgiyantoro, 1995:9).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1995:694) Novel

adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Dalam lingkup karya fiksi, Stanton (2007:20) mendiskripsikan

unsur-unsur novel dibedakan menjadi tiga bagian, sebagai berikut:

a. Fakta Cerita

Fakta dalam sebuah cerita meliputi karakter (penokohan),

alur (plot), latar (setting).

1) Karakter (penokohan)

Karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks

pertama, karakter menunjuk pada individu-individu yang muncul

dalam cerita. Yang kedua, karakter yang menunjuk pada

percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi dan

prinsip novel dari individu-individu (Stanton, 2007:33).

14

2) Alur

Merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dari sebuah

cerita. Istilah alur merupakan peristiwa-peristiwa yang terhubung

secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang

menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain

dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada

keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-hal

yang fisik saja, seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup

perubahan sikap, karakter, keputusannya dan semua yang menjadi

variabel pengubah dalam dirinya (Stanton, 2007:26).

3) Latar (setting)

Merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa

dalam cerita. Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah

peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-

peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud tempat,

waktu-waktu tertentu, cuaca atau satu periode sejarah ketika

peristiwa berlangsung (Stanton, 2007:35).

b. Tema

Tema adalah aspek cerita yang sejajar dengan makna

perjalanan manusia. Suatu yang menjadikan pengalaman diangkat

(Stanton, 2007:36).

15

c. Sarana Sastra

Sarana pengucapan sastra, sarana kesastraan (literary device)

adalah teknik yang dipergunakan oleh pengarang untuk memilih dan

menyusun detil-detil cerita (peristiwa dan kejadian) menjadi pola yang

bermakna. Tujuan penggunaan sarana sastra adalah untuk

memungkinkan pembaca melihat fakta sebagaimana dilihat

pengarang, menafsirkan makna fakta sebagaimana ditafsirkan

pengarang, dan merasakan pengalaman seperti yang dirasakan

pengarang. Macam sarana kesastraan yang dimaksud antara lain

berupa sudut pandang penceritaan, gaya (bahasa) dan nada,

simbolisme, dan ironi.

Setiap novel akan memiliki tiga unsur pokok, sekaligus

merupakan unsur terpenting, yaitu tokoh utama, konflik utama, dan

tema utama. Ketiga unsur tersebut berkaitan erat dan membentuk satu

kesatuan yang padu, kesatuan organisme cerita. Ketiga unsur inilah

yang terutama membentuk dan menunjukkan sosok cerita dalam

sebuah karya fiksi. Kesatuan organis (organic unity) menunjuk pada

pengertian bahwa setiap bagian subkonflik, bersifat menopang,

memperjelas, dan mempertegas eksistensi ketiga unsur utama cerita

tersebut (Nurgiyantoro, 2007:25-26).

2. Pendekatan Strukturalisme

Secara etimologis struktur berasal dari kata structural (bahasa

latin), yang berarti bentuk atau bangunan. Strukturalisme adalah

16

paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri dengan

mekanisme antarhubungannya, hubungan unsur yang satu dengan yang

lainnya dan hubungan antara unsur dengan totalitasnya. Strukturalisme

sering digunakan oleh peneliti untuk menganalisis seluruh karya sastra

yang menuntut agar kita harus memperhatikan unsur-unsur yang

terkandung dalam karya sastra tersebut. Struktur yang membangun

sebuah karya sastra sebagai unsur estetika dalam dunia karya sastra

antara lain alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan

amanat (Ratna, 2009:19-24).

Pendekatan strukturalisme dipelopori oleh kaum formalis

Rusia dan strukturalisme praha. Sebuah karya sastra menurut kaum

strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara kohesif

oleh berbagai unsur pembangunnya (Nurgiyantoro, 2007:36).

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:36) struktur

karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran

semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara

bersama membentuk kebulatan yang indah. Struktur adalah bagian

yang menjadikan sebuah karya sastra menjadi indah.

Menurut Nurgiyanto (2007:37) bahwa langkah-langkah dalam

menerapkan teori strukturalisme karya sastra adalah sebagai berikut:

a. mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang membangun karya

sastra secara lengkap dan jelas meliputi tema, latar, tokoh dan

alur;

17

b. menggali unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga

diketahui bagaimana tema,latar, tokoh dan alur;

c. mendeskripsikan fungsi masing-masing unsur sehingga

diketahui bagaimana tema, latar, tokoh dan alur.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur

sastra. Karya sastra merupakan suatu struktur otonom yang dapat

dipahami sebagai suatu satuan yang bulat dengan unsur-unsur

pembangunnya yang saling berjalinan. Masing-masing unsur dalam

karya sastra mempunyai kepaduan yang utuh yang tidak terpisahkan

satu dengan lainnya sehingga membentuk satu kesatuan yang padu.

3. Pendekatan Sosiologi Sastra

Roucek dan Warren (dalam Abdulsyani, 1994:5) mengatakan

bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara

manusia dengan kelompok-kelompok. Sosiologi berusaha ingin

mengetahui keadaan hidup masyarakat. Dengan demikian,

kesusastraan dapat dipelajari berdasarkan disiplin ilmu sosial.

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Menurut

Ratna (2003:1) bahwa sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan

pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang

mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam

masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Kedua ilmu itu

memiliki objek yang sama, yaitu masyarakat.

18

Tujuan sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman-

pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan masyarakat,

menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan. Karya

sastra bukan semata-mata gejala individual, tetapi juga gejala sosial

(Ratna, 2003:11). Sosiologi sastra memandang karya sastra sebagai

hasil interaksi pengarang dengan masyarakat, sebagai kesadaran

kolektif.

Sosiologi sastra merupakan suatu ilmu interdisipliner antara

sosiologi dan sastra (Saraswati, 2003:1). Dalam penelitian ini

sosiologi adalah pendekatan atau parameter pengukur yang

digunakan oleh peneliti untuk menganalisis atau menginterpretasi

karya sastra yang akan diteliti sehingga tidak lagi bebas berkeliaran

dengan imajinasinya atau melangkah liar menuruti intuisinya semata.

Pendekatan sosiologi dilakukan untuk menjabarkan pengaruh

masyarakat terhadap sastra dan kedudukannya dalam masyarakat.

Wellek & Warren (1994:111) mengatakan pendekatan ini bertolak

dari suatu ungkapan bahwa sastra mencerminkan dan

mengeskpresikan kehidupan.

Menurut Wellek & Warren (1994:111) ada tiga macam

pendekatan penelitian yang berkaitan dengan sosiologi sastra, sebagai

berikut.

a. Pertama adalah sosiologi pengarang, profesi pengarang dan

institusi sastra yang berkaitan dengan dasar ekonomi produksi

19

sastra, latar belakang sosial, status pengarang dan ideologi

pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar

karya sastra.

b. Kedua adalah isi karya sastra, tujuan serta hal-hal lain yang tersirat

dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah

sosial.

c. Ketiga adalah permasalahan pembaca dan dampak sosial karya

sastra.

Analisis novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar

menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang berhubungan dengan

karya sastra itu sendiri, yaitu akan mengkaji isi karya sastra, tujuan

serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra dan yang berkaiatan

dengan aspek religius dan masalah sosial.

4. Pengertian Religiusitas

Pada awal mula, segala sastra adalah religius. Agama lebih

menunjuk kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan atau kepada

“Dunia Atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan-

peraturan dan hukum-hukumnya, serta keseluruhan organisasi tafsir

Alkitab dan sebagainya yang melingkupi segi-segi kemasyarakatan.

Religiusitas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati”, riak

getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri

bagi orang lain, karena menepaskan intimitas jiwa, “du coeur” dalam

arti Pascal, yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio

20

dan rasa manusiawi) kedalaman si pribadi manusia. Pada dasarnya

religiositas mengatasi, atau lebih dalam dari yang tampak, formal,

resmi (Mangunwijaya, 1982:11-12).

Mangunwijaya (Anggarasari:1997) membedakan antara istilah

religi atau agama dengan istilah religiusitas. Agama atau religi

menunjuk pada aspek formal yang berkaitan dengan aturan-aturan dan

kewajiban-kewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek

yang dihayati oleh individu. Hal ini selaras dengan pendapat Dister

(Anggasari, 1997:8), yang mengartikan religius sebagai keberagaman,

yang berarti adanya unsur internalisasi agama itu dalam diri individu.

Jalaluddin (2000:212), mendefinisikan religiusitas sebagai

suatu keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorongnya

untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap

agama. Selanjutnya (Wijanarko, 1997:48) mendefinisikan religiusitas

sebagai keadaan yang ada di dalam diri manusia dalam merasakan dan

mengakui adanya kekuasaan tertinggi yang menaungi kehidupan

manusia dengan cara melaksanakan semua perintah Tuhan sesuai

dengan kemampuannya dan meninggalkan semua larangan-Nya,

sehingga hal ini akan membawa ketenteraman dan ketenangan pada

dirinya.

Jamaluddin (1995:98), membagi dimensi religiusitas menjadi

lima aspek dengan mengacu kepada rumusan religiusitas islam dari

Kementrian Kependudukan dan Lingkungan Hidup, sebagai berikut.

21

a. Aqidah (Keyakinan)

Dimensi aqidah yaitu dimensi yang mengungkap sejauh

mana hubungan manusia dengan keyakinannya terhadap rukun

iman, yang diantaranya yaitu iman kepada Allah, iman kepada

malaikat, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada kitab suci, iman

kepada hari akhir, iman kepada qadha dan qadhar. Jadi inti dari

dimensi aqidah (keyakinan) dalam ajaran agama adalah tauhid atau

peng-Esaan Tuhan.

b. Ibadah (Ritual)

Ibadah atau ritual merupakan dimensi yang berhubungan

dengan sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam

mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana yang

diperintahkan ajaran agamanya. Dimensi ini berkaitan dengan

tingkat frekuensi intensitas dan pelaksanaan ibadah seseorang.

Ibadah mahdlah (ibadah khusus) dipahami sebagai ibadah yang

aturan, tata cara, syarat, dan rukunnya telah diatur secara pasti oleh

ajaran islam, yang termasuk dimensi ibadah adalah shalat, puasa,

zakat, haji, doa, dzikir, membaca al-qur’an dan sebagainya.

c. Ihsan (Penghayatan)

Ihsan atau penghayatan merupakan dimensi yang

berhubungan dengan masalah seberapa jauh seseorang merasa

dekat dan dilihat oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi

ini mencakup pengalaman-pengalaman dan perasaan tentang

22

kehadiran Tuhan dalam kehidupan, sehingga dalam hatinya timbul

perasaan-perasaan tenang dan tenteram dalam hidupnya, takut

melanggar larangan Tuhan, keyakinan menerima pembalasan,

perasaan dekat dengan Tuhan dan dorongan untuk melaksanakan

perintah agama.

Dimensi ihsan dalam religius islam mencakup perasaan-

perasaan dekat dengan Allah, merasa bersyukur atas nikmat Allah,

dan merasa tenang hatinya saat mendengar asma Allah.

d. Ilmu (Pengetahuan)

Ilmu atau pengetahuan merupakan dimensi yang berkaitan

dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran

agamanya, terutama dalam kitab suci. Seseorang yang beragama

harus mengetahui hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar

keyakinan, ritus-ritus serta kitab lainnya. Dimensi ini dalam islam

menyangkut pengetahuan tentang isi al-qur’an, diantanya pokok

ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan.

e. Amal dan Akhlak

Amal dan Akhlak merupakan dimensi yang berkaitan

dengan keharusan seseorang pemeluk agama untuk merealisasikan

ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari

dengan bukti sikap dan tindakannya yang berlandaskan pada etika

dan spiritualitas agama. Dimensi ini menyangkut hubungan

manusia satu dengan hubungan manusia dengan lingkungannya.

23

Manifestasi ini dalam Islam antara lain meliputi: menghormati dan

menghargai orang lain, menjunjung tinggi etika Islam, menolong

sesama, berkata jujur, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya

serta menjaga dan memelihara lingkungan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa

religius merupakan suatu keyakinan yang ada dalam diri seseorang

berkaitan erat dengan emosi kepercayaan kepada Tuhan. Religius

merupakan bagian dari kebudayaan dan sistem dalam suatu agama,

antara agama satu dengan agama lain memiliki sistem religius yang

berbeda. Religius merupakan wujud seseorang saat berdoa untuk

yakin dan percaya kepada Tuhan sehingga keadaan emosi mengalami

ketenangan dan kedamaian. Keterikatan manusia terhadap Tuhan

merupakan sumber ketentraman dan kebahagiaan dengan

melaksanakan ajaran agama.

5. Pembelajaran Sastra di Sekolah

a) Pembelajaran Sastra di SMA

Lazar (dalam Ali Imron, 2012) mengajukan beberapa alasan

penggunaan karya sastra dalam pembelajaran bahasa asing/kedua.

Lazar menyatakan bahwa karya sastra merupakan materi pembelajaran

yang menimbulkan motivasi pembelajar. Hal ini didorong oleh

karakter karya sastra itu sendiri yang menawarkan tema-tema yang

kompleks dan segar kepada pembelajar. Sebuah novel atau cerita

pendek yang bagus akan melibatkan pembelajar dalam tegangan plot

24

yang dirangkai sedemikian rupa menarik minat. Motivasi ini dapat

ditimbulkan karena adanya unsur seni yang menyertai teks-teks sastra

tersebut. Motivasi yang dimiliki oleh pembelajar akan semakin

mendorong mereka untuk bergiat dalam belajar bahasa.

b) Fungsi Pembelajaran Sastra

Lazar (dalam Ali Imron, 2012) menjelaskan, bahwa fungsi sastra

adalah: (1) sebagai alat untuk merangsang siswa dalam

menggambarkan pengalaman, perasaan, dan pendapatnya; (2) sebagai

alat untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan

intelektual dan emosionalnya dalam mempelajari bahasa; dan (3)

sebagai alat untuk memberi stimulus dalam pemerolehan kemampuan

berbahasa. Dalam bahasa yang lebih sederhana pembelajaran sastra

memiliki fungsi psikologis, ideologis, edukatif, moral, dan kultural.

Adapun fungsi pembelajaran sastra menurut Lazar (dalam Ali

Imron, 2012) adalah: (1) memotivasi siswa dalam menyerap ekspresi

bahasa; (2) alat simulatif dalam language acquisition; (3) media

dalam memahami budaya masyarakat; (4) alat pengembangan

kemampuan interpretatif; dan (5) sarana untuk mendidik manusia

seutuhnya (educating the whole person).

Frye (dalam Ali Imron, 2012) mengemukakan bahwa melalui

pembelajaran sastra yang apresiatif diharapkan dapat membentuk

pengembangan imajinasi pada siswa. Hal tersebut sangat mungkin

untuk dicapai sebab sastra menyediakan peluang (pemaknaan yang)

25

tak terhingga. Sebagai contoh, melalui membaca roman, siswa dapat

mengenali tema tertentu, bagaimana tema dicerminkan dalam plot,

bagaimana karakter hadir dalam sikap atau nilai-nilai, dan bagaimana

pengisahan menjadi bagian dari pandangan tertentu. Melalui teks

drama, siswa juga dapat berlatih berpikir kritis dalam menyikapi

kehidupan, sebab menurut Satoto (dalam Ali Imron, 2012), dalam

drama (absurd) dapat ditemukan cara pengungkapan baru terhadap

keresahan, keputusasaan, dan ketidakpuasan terhadap kehidupan

sosial.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sastra

memiliki fungsi dan manfaat yang penting bagi kehidupan. Dalam

proses pembelajaran, sastra dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai alat

untuk meningkatkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai kearifan

dalam menghadapi kehidupan yang kompleks dan multidimensi.

Termasuk di dalamnya: realitas sosial, lingkungan hidup, kedamaian

dan perpecahan, kejujuran dan kecurangan, cinta kasih dan kebencian,

kesetaraan dan dan bias jender, keshalihan dan kezhaliman, serta

ketuhanan dan kemanusiaan. Alhasil, melalui pembelajaran sastra,

siswa diharapkan akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang

berbudaya, mandiri, sanggup mengaktualisasikan diri dengan

potensinya, mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan

baik, berwawasan luas, mampu berpikir kritis, berkarakter, halus budi

26

pekertinya, dan peka terhadap lingkungan sosial masyarakat dan

bangsanya.

c) Kriteria Bahan Ajar

Menurut Sayuti (dalam Ali Imron, 2012) pembelajaran sastra yang

apresiatif niscaya akan memberikan kontribusi yang bermakna bagi

proses pendidikan secara komprehensif. Dalam bahasa positivisme

terdapat korelasi positif antara pembelajaran sastra dengan

pembelajaran bidang studi lain.

Untuk dapat mencapai korelasi positif tersebut paling tidak ada dua

hal yang perlu diperhatikan:(1) Pembelajaran sastra harus dilakukan

secara kreatif. Cara-cara tradisional yang lebih bersifat verbalistik dan

inner ideas sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan cara

inovatif yang lebih dinamis, kritis, dan kreatif. (2) Bahan-bahan (karya

sastra) yang diberikan kepada siswa hendaknya merupakan karya-

karya yang diprediksikan dapat membuat mereka lebih kritis, lebih

peka terhadap nilai-nilai dan beragam situasi kehidupan.

H. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian kualitatif hanya merupakan

gambaran bagaimana setiap variabelnya dengan posisinya yang khusus

akan dikaji dan dipahami keterkaitannya dengan variabel yang lain.

Tujuannya adalah untuk menggambarkan bagaimna kerangka berpikir

27

yang digunakan peneliti untuk mengkaji dan memahami permasalahan

yang diteliti (Sutopo, 2002:141).

Langkah pertama yang dikaji dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan

karya Agnes Davonar yaitu dengan menganalisis struktur novel tersebut

yang di dalamnya akan ditemukan fakta, tema, dan sarana sastra. Langkah

selanjutnya yaitu menganalisis dengan menggunakan analisis sosiologi

sastra. Dalam analisis sosiologi sastra akan ditemukan berbagai aspek

religius dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar.

Langkah selanjutnya mengaitkan hasil analisis struktur dan analisis

sosiologi sastra. Langkah terakhir yaitu menyimpulkan hasil analisis.

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut.

Novel Surat Kecil untuk Tuhan

Karya Agnes Davonar

Analisis Struktural Meliputi Tema,

Alur, Penokohan dan Latar

Analisis Sosiologi Sastra

Meliputi Aspek Religius

Simpulan

Implikasinya sebagai Bahan

Ajar Sastra di SMA

28

I. Metode Penelitian

1. Jenis dan Strategi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam mengkaji novel Surat

Kecil untuk Tuhan Karya Agnes Davonar adalah penelitian kualitatif

deskriptif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan

berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan

penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu

hal, keadaan fenomena dan tidak terbatas pada pengumpulan data

melainkan meliputi analisis dan interprestasi data tersebut (Sutopo,

2002:137).

Menurut Sutopo (2002:112) dalam penelitian kualitatif perlu

dipahami bahwa tingkatan penelitian hanya dibedakan dalam

penelitian studi kasus terpancang (embedded case study research) dan

studi kasus tidak terpancang (groounded research/penelitian

penjelajahan). Studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara

rinci dan mendalam mengenai potret kondisi dalam suatu konteks,

tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan

studinya.

Penelitian ini mengarah pada jenis penelitian terpancang

(embedded case study research) karena penelitian ini terarah pada

batasan atau fokus tertentu yang dijadikan sasaran dalam penelitian.

Adapun arah atau penekanan dalam penelitian ini adalah aspek religius

29

dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar yang

dianalisis dengan urutan sebagai berikut.

a. Struktur yang membangun novel Surat Kecil untuk Tuhan.

b. Analisis aspek religius yang terdapat dalam novel Surat Kecil

untuk Tuhan karya Agnes Davonar dengan menggunakan tinjauan

Sosiologi Sastra.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah pokok atau topik sastra (Sangidu,

2004:61). Setiap penelitian mempunyai objek yang akan diteliti.

Adapun objek dalam penelitian ini adalah aspek religius dalam novel

Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar dengan tinjauan

sosiologi sastra dan implikasinya sebagai bahan ajar sastra di SMA.

3. Data dan Sumber Data

a. Data

Data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata atau

gambar bukan angka-angka (Aminudin 1990:16). Menurut Muhajir

(dalam Siswantoro 2005:63) data merupakan alat untuk

memperjelas pikiran, sesungguhnya merupakan sumber informasi

yang diperoleh atau dikumpulkan lewat narasi, dialog di dalam

novel atau cerita pendek dengan merujuk pada konsep sebagai

kategori. Adapun data dalam penelitian ini berupa wacana dalam

novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar yang

30

diterbitkan oleh Inandra Publisher, Jakarta, Agustus tahun 2011,

setebal 238 halaman.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder.

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama penelitian

yang diproses langsung dari sumbernya tanpa melalui perantara

(Siswantoro, 2005:54). Sumber data primer dalam penelitian ini

adalah novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar,

penerbit Inandra Publisher pada bulan Agustus tahun 2011,

cetakan XIII (cetakan pertama pada bulan Juli tahun 2008),

jumlah 228 +10 halaman.

2) Sumber Data Sekunder

Menurut Imron (2009:11-12) bahwa sumber data skunder

adalah sumber data yang diperoleh dari hasil penelitian atau

telaah yang dilakukan oleh orang lain yang terdapat dari

berbagai pustaka seperti a) Buku sastra seperti, Stanton, Robert.

2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurgiyantoro,

Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press. DR. Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi

Sastra. Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Al-Ma’ruf, Ali Imron.

2010. Dimensi Sosial Keagamaan dalam Fiksi Indonesia

31

Modern. Solo: Smart Media. b) Internet, seperti, posted Ahmad

dalam Macam-macam Sikap Ikhlas pada 14 Desember

2012(http:// notamazter. Blogspot.com). Posted Puspita dalam

Trianggulasi pada 07 Oktober 2012 (http://triangulasi 3lox’s

blog. Blogspot.com).

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pustaka

dan teknik catat. Dalam hal ini sumber data penelitian diperoleh

dengan menggunakan kepustakaan. Arikunto (dalam Sangidu, 2004)

mengungkap bahwa metode kepustakaan sebuah metode yang

memfokuskan sumber data dan jenis dokumen yang berupa transkrip,

buku, majalah dan artikel-artikel lain.

a. Teknik Pustaka

Menurut Subroto (dalam Imron, 2009:12) teknik pustaka

adalah teknik yang mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk

memperoleh data dan konteks kesusastraan dengan dunia nyata

secara mimetik untuk dianalisis. Konteks kesusastraan dapat

dilengkapi dengan penjelasan dari kritikus dan pembaca sastra.

b. Teknik Catat

Menurut Subroto (dalam Imron, 2009:13) teknik catat

berarti peneliti sebagai instrumen kunci melakukan pencatatan

secara cermat, terarah, teliti terhadap sumber data primer dan

sekunder.

32

5. Teknik Validitas Data

Untuk mengetahui keabsahan data dalam penelitian ini

digunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi merupakan teknik yang

didasari pola fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya,

untuk mencari simpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara

pandang (Sutopo, 2002:78).

Patton (dalam Sutopo, 2006:92) menyatakan bahwa ada empat

macam teknik trianggulasi sebagai berikut.

a. Trianggulasi sumber

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen,

arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan

mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki

sudut pandang yang berbeda.

b. Trianggulasi peneliti

Diharapkan dengan adanya beberapa peneliti yang

melakukan penelitan dengan menggunakan pendekatan yang sama,

akan mendapatkan hasil yang sama.

c. Trianggulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal,

seperti metode wawancara dan metode observasi.

d. Trianggulasi teori

33

Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk

memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki

syarat.

Berdasarkan empat macam trianggulasi di atas, trianggulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber. Trianggulasi

sumber adalah trianggulasi yang memungkinkan kepastian kebenaran

dengan memanfaatkan data yang sama atau sejenis yang digali dari

berbagai sumber yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

penelitian terhadap novel Surat Kecil untuk Tuhan dengan menggunakan

bermacam-macam sumber/dokumen untuk menguji data yang sejenis

tentang “Aspek Religius dalam Novel Surat Kecil untuk Tuhan karya

Agnes Davonar: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya sebagai

Bahan Ajar Sastra di SMA”.

Sumber sekundernya berupa artikel dari internet, buku-buku sastra,

serta penelitian yang relevan untuk memperkuat argumentasi dan

melengkapi hasil penelitian.

Setiap novel yang dihasilkan oleh pengarang terlebih dahulu ditulis

melalui Blog Agnes Davonar www.agnesdavonar.net. sebelum diterbitkan

ke dalam bentuk buku. Penulis juga membaca artikel-artikel yang

membahas tentang novel Surat Kecil untuk Tuhan dari beberapa blog

lainnya.

34

Buku-buku sastra yang mendukung dalam penelitian ini antara

lain, yaitu Aminudin, Burhan Nurgiyantoro, Robert Stanton, Dr. Faruk,

dan Mangunwijaya.

Hasil dari penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini

untuk memperkuat argumentasi dan melengkapi hasil dari penelitian ini.

Dari beberapa sumber di atas, peneliti mengkaji permasalahan yang

dikaji menggunakan sumber-sumber yang telah disebutkan sehingga

memperoleh hasil yang memuaskan. Adapun langkah-langkah trianggulasi

sumber data digambarkan sebagai berikut.

Sumber 1

Makna Sumber 2 Data

Sumber 3

6. Teknik Analisis Data

Moeleong (2007: 103) mengemukakan bahwa teknik analisis data

adalah proses mengukur urutan data menggolongkannya ke dalam suatu

pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Kegiatan analisis data yang

dilakukan dalam suatu proses, proses berarti pelaksanaannya sudah mulai

sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif.

Teknik yang digunakan untuk menganalisis novel Surat Kecil

untuk Tuhan karya Agnes Davonar dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data secara dialektik yang dilakukan dengan cara menghubungkan

unsur-unsur yang ada dalam novel dengan mengintegrasikan ke dalam satu

kesatuan makna. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis

35

novel Surat Kecil untuk Tuhan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

data secara dialetik. Teknik dialektika merupakan metode yang

menggabungkan unsur-unsur implisit menjadi keseluruhan atau kesatuan

makna, yang akan dicapai dengan beberapa langkah yaitu menganalisis

dan mengidentifikasi unsur-unsur yang ada dalam novel, Goldman (dalam

Faruk, 1999: 20).

Adapun langkah yang digunakan untuk memahami, menganalisis,

serta menentukan aspek religius dalam novel tersebut adalah, analisis

dengan menggunakan analisis struktural dilakukan dengan membaca dan

memehami kembali data yang sudah diperoleh, selanjutnya

mengelompokkan teks-teks yang terdapat dalam novel Surat Kecil untuk

Tuhan yang mengandung unsur tema, alur, penokohan, dan latar.

Selanjutnya menganalisis novel tersebut dengan tinjauan sosiologi sastra

yang dilakukan dengan membaca dan memahami kembali data yang

diperoleh. Selanjutnya, mengelompokkan teks-teks yang mengandung

aspek religius dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar.

J. Sistematika Penulisan

Sistematika adalah urutan dari awal sampai akhir secara secara

kronologis penulisan dimulai dari cover sampai daftar pustaka. Untuk

mengetahui gambaran yang jelas mengenai penulisan ini maka

sistematikanya sebagai berikut:

36

Bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode

penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II biografi pengarang yang memuat riwayat hidup

Agnes Davonar, latar belakang sosial budaya karya

Agnes Davonar, ciri khas kesusastraan dan hasil

karya Agnes Davonar.

Bab III analisis struktural novel Surat Kecil untuk Tuhan

karya Agnes Davonar, yang akan dibahas antara lain

fakta (fact), tema dan sarana cerita.

Bab IV merupakan bab inti penelitian yang akan membahas

tentang aspek religius dalam novel Surat Kecil

untuk Tuhan karya Agnes Davonar.

Bab V merupakan bab terakhir yang memuat simpulan dan

saran.

Daftar Pustaka dan Lampiran.