bab i pendahuluan a. latar belakang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kewajiban setiap manusia yang berlangsung seumur hidup, tidak
ada alasan untuk tidak belajar.Hal ini telah disikapi oleh pemerintah Negara
Republik Indonesia dengan menempatkan belajar pada Undang-Undang Dasar
1945. Kesemuanya itu mempunyai satu tujuan yaitu meningkatkan mutu luaran dari
proses pendidikan.
Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa
pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi belajar peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”. (Pasal 3 UU RI No 20/2003)
Peserta didik merupakan unsur terpenting dalam suatu proses kegiatan belajar
mengajar. Setiap guru berkeinginan agar peserta didik memperoleh hasil belajar
yang optimal. Namun pada kenyataannya, tidak semua peserta didik mendapatkan
hasil yang diharapkan. Orang tua, masyarakat, dan peserta didikitu sendiri mungkin
tidak mengetahui apa yang mengakibatkan hal ini terjadi.Hal itu juga sejalan
dengan pendapat Nana Sujana (2010:1)dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah
ada tiga variable yang saling berkaitan. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum,
2
guru dan proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru menempati kedudukan sentral
sebab peranannya sangat menentukan. Guru harus mampu menerjemahkan nilai-
nilai yang ada dalam kurikulum kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut
kepada siswa melalui proses belajar mengajar di sekolah.
Setiap peserta didik pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk
mencapai hasil akademik yang memuaskan. Namun, pada kenyataannya, kita
mengetahui perbedaan masing-masing peserta didik dalam hal kemampuan
intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan
belajar yang terkadang sangat mencolok antara peserta didik dengan peserta didik
lainnya. Nilai ulangan harian maupun semester peserta didik masih dibawah nilai
ketuntasan di SMAN-2 Katingan Hilir, nilai mereka masih di bawah 70 minimal
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar. Dari hasil wawancara peneliti
kepada guru mata pelajaran IPS ekonomi SMAN-2 Katingan Hilir, peserta didik
kurang memiliki kemauan bekerja keras untuk meraih keberhasilan prestasi belajar.
Mereka umumnya hanya belajar saat menhadapi ujian, jarang sekali melakukan
studi atau belajar secara rutin.
“Sukri (2009: 123) mengemukakan bahwa masih cukup banyak peserta didik yang
mempunyai cara belajar kurang baik seperti belajar dengan waktu yang tidak teratur
(tidak memiliki jadwal), belajar sambil nonton TV atau mendengarkan radio,
melakukan belajar dengan berpindah-pindah, sering terlambat masuk sekolah, dan
hanya belajar pada waktu menghadapi ulangan saja.Metode yang digunakan dalam
penyampaian materi masih menggunakan metode ceramah. Hal ini menimbulkan
kejenuhan pada peserta didik,sehingga mengurangi keseriusan mereka dalam
belajar.Kurangnya minat belajar peserta didik untuk belajar dan berprestasi dengan
bersungguh-sungguh.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap peserta didik jika
mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan
3
gangguan. Namun ancaman, hambatan, dan gangguan tersebut dialami oleh peserta
didik tertentu sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat
tertentu memang ada peserta didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya tanpa
harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, peserta didikbelum
mampu mengatasi kesulitan belajarnya maka bantuan guru atau orang lain sangat
diperlukan oleh peserta didik.
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala
usaha yangdilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat
kesulitan belajar. Juga mempelajarifaktor-faktor kesulitan belajar serta cara
menetapkan dan kemungkinanmengatasinya, baik secara kuratif
(penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan)berdasarkan data dan
informasi yang seobyektif mungkin(Gemari, 2011: 57).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Faktor Kesulitan Belajar mata pelajaran IPS
Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek
permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan judul penelitian, masalah atau
variabel yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka
identifikasi masalah ini dapat di identifikasikan yaitu:
1. Nilai ulangan harian maupun semester peserta didik masih dibawah nilai
ketuntasan di SMAN-2 Katingan Hilir, sedangkan untuk nilai ketuntasan 70
minimal nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar.
4
2. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi masih menggunakan metode
ceramah. Hal ini menimbulkan kejenuhan pada peserta didik, sehingga
mengurangi keseriusan mereka dalam belajar.
3. Kurangnya minat belajar peserta didik untuk belajar dan berprestasi dengan
bersungguh-sungguh.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan tentang proses pembelajaran, maka dalam
penelitian ini permasalahannya hanya dibatasi pada faktor-faktor internal kesulitan
belajar mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI SMAN 2 Katingan Hilir.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dikemukakan rumusan permasalahan dalam penelitian ini yang bersifat deskriptif
yaitu:
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan belajar mata pelajaran IPS
Ekonomi peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 2 Katingan Hilir, Tahun Pelajaran
2013/ 2014 ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
mengetahui faktor-faktor internal penyebab kesulitan belajar mata pelajaran
Ekonomi pada peserta didik SMA Negeri 2 Katingan HilirTahun Pelajaran
2013/2014.
5
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan baik secara teoristis maupun
praktis sebagai berikut.
1. Secara teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek secara
teoristis yaitu penelitian bermanfaat untuk mengembangkan ilmu dalam
memberikan gambaran yang jelas tentang dukungan kemampuan awal, fasilitas
pembelajaran dan lingkungan sekolah terhadap minat belajar dan prestasi
belajar peserta didik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah sebagai bahan supervisi dalam meningkatkan
profesionalitasnya dalam kegiatan mengajar.
b. Bagi guru sebagai bahan gambaran belajar pada mata pelajaran IPS
Ekonomi di SMA Negeri 2 Katingan Hilir.
c. Bagi peserta didik agar menyadari bahwa pentingnya belajar dirumah guna
menunjang prestasi belajar sekolah.
d. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan sebagai bahan informasi dasar dan
masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Analisis Teoretis
1. Pengertian Belajar
Sebelum membahas mengenai penyebab kesulitan belajar, akan lebih jelas
jika kita memahami terlebih dahulu pengertian belajar dan kesulitan belajar
beserta penyebabnya.Belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang
yang terjadi karena pengalaman.
Menurut C.T. Morgan (dalam Sobur,2010: 219).Merumuskan belajar
sebagai “suatu perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku sebagai
akibat dari pengalaman yang lalu”
Skinner menyatakan bahwa belajar merupakan “Tingkah laku sebagai
hubungan antara perangsang (S) dan respon (R)” yang terkenal dengan teorinya
yaitu Operant Conditioning Theory.Ada dua macam respon dalam kegiatan
belajar Respondent response reflexive respons, bersifat spontan atau dilakukan
secara reflek, diluar kemampuan seseorang.Dalam situasi yang demikian
seseorang cukup belajar dengan stimulus yang diberikan dan ia akan
memberikan respons yang sepadan dengan stimuli yang dating. Operant
Response (Instrumental Response), respon yang timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu.Perangsang yang demikian disebut
dengan reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang ini
memperkuatrespons yang telah dilakukan oleh organisme. Prosedur
7
pembentukan tingkah laku dalam operant response secara sederhana adalah
sebagai berikut:
Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah
laku yang akan dibentuk, menganalisa, dan selanjutnya mengidentifikasi
komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk
menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.Berdasarkan
urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen-komponen
itu.Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan mengunakan urutan
yang telah disusun.Kalau komponen pertama telah dilakukan, maka
hadiahnya (reinforcer) diberikan.Kemudian komponen kedua, jika yang
pertama sudah terbentuk, yang kemudian diberi hadiah pula (komponen
pertama tidak memerlukan hadiah lagi).
Jadi bisa disimpulkan bahwa belajar sangat erat kaitannya dengan
perubahan tingkah laku seseorang.Akan tetapi perubahan yang bukan terjadi
karena adanya proses-proses belajar tidak dapat dikatakan sebagai belajar.
Perubahan selain belajar antara lain karena adanya proses fisiologis (misal:
sakit) dan perubahan terjadi karena adanya proses-proses pematangan (misal:
bayi yang mulai dapat berjalan).
2. Pengertian Kesulitan Belajar
Untuk memperjelas tentang kesulitan belajar dalam rencana penelitian ini,
penulis akan memaparkan beberapa pengertian menurut pendapat para ahli
sebagai berikut:“Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh Abdurrahman
(2009:06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam
satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa ajaran atau tulisan”.
8
Di samping defenisi tersebut, ada definisi lain yang yang dikemukakan
oleh Abdurrahman (2009:7) bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu
kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam
kematian dan penggunan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca,
menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi biologi.
Sedangkan menurut Sunarta (2011: 17) menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami oleh siswa-
siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah
dan perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang
diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.
Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri ddk. (2010: 83),
menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara
prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh.
Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan
belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu
atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan,
perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
Sementara itu, Siti Mardiyanti dkk. (dalam Anisah,2011: 54) menganggap
kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh
adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut
mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat
psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya. Kesulitan atau
9
masalah belajar dapat dikenal berdasarkan gejala yang dimanifestasikan dalam
berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar
adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah
suatu gejala yang nampak dalam berbagai maniffestasi tingkah laku, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Disebutkan (dalam Anisah 2011: 18) kesulitan belajar siswa mencakup
pengetian yang luas, diantaranya:
a. learning disorder; atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh: Peserta didik yang
sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya,
mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut
gerakan lemah-gemulai.
b. learning disfunction; merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, atau gangguan
psikologis lainnya. Contoh: siswa yang yang memiliki postur tubuh yang
tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak
10
pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan volley dengan baik.
c. underachiever; mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat
potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah. Contoh: siswa yang telah dites kecerdasannya dan
menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140),
namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
d. slow learner; atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e. learning diasbilitiesatau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar dibawah potensi intelektualnya.
Disebutkan pula mengenai individu yang mengalami kesulitan belajar
menunjukkan gejala sebagai berikut.
1. Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya.
2. Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah dibanding sebelumnya.
3. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah
dilakukan.
4. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
5. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan
proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tetapi tidak
menyesal, dst.
11
6. Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya
membolos, pulang sebelum waktunya, dst.
7. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah
tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dan lain-lain.
Pada dasarnya kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang
berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa berkemampuan
tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang
berkampuan rata–rata (normal) disebabkan oleh faktor –faktor tertentu yang
menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai dengan harapan. Dalam
referensi lain juga dijelaskan mengenai pengertian kesulitan belajar. Kesulitan
belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan–hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu
disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental ), akan tetapi
dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Jadi, IQ yang tinggi
belum tentu menjamin keberhasilan belajar, karena itu dalam rangka
memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para pendidik
perlu memahami masalah –masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar
(Utami, 2008: 44).
3. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan belajar pada setiap anak tidak sama, ada yang mempunyai
daya ingat kuat dan ada pula yang mempunyai daya tangkap dan daya ingat yang
lemah. Itulah sebabnya setiap anak mempunyai prestasi yang berbeda–beda , ada
12
yang mempunyai prestasi yang tinggi dan ada pula yang rendah . Dalam
kehidupan sehari–hari, istilah prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai
oleh seorang.Dalam hal ini adalah hasil yang dicapai dari perbuatan belajar,
mengingat bahwa perbuatan belajar tersebut merupakan serangkaian kegiatan
dan kesanggupan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Sukardi (2010:73) “Prestasi adalah kemampuan kecakapan nyata yang
dimiliki individu setelah melalui proses belajar”.Dari pengertian tersebut maka
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan
belajar baik itu pengetahuan maupun keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai hasil tes atau angka yang
diberikan oleh guru.Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh para
peserta didik dari kegiatan belajar.
Angka prestasi biasanya memakai ukuran standar satuan dari 1 s/d 10 atau
dari 10 s/d 100 dalam rapot siswa tertera kategori nilai:
10 : Istimewa 5 : Hampir Cukup
9 : Amat Baik 4 : Kurang
8 : Baik 3 : Amat kurang
7 : Lebih dari cukup 2 : Buruk
6 : Cukup 1 : Amat Buruk
13
Menurut Muhibbin Syah ( 2009:153 ) , Prestasi dapat dikategorikan
kedalam lima kelompok yaitu :
1. Nilai dari 8,0 - 10 : Sangat baik
2. Nilai dari 7,0 – 7,9 : Baik
3. Nilai dari 6,0 – 6,9 : Cukup
4. Nilai dari 5,0 – 5,9 : Kurang
5. Nilai dari 0 – 4,9 : Gagal
Dari kedua ukuran standar di atas, maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan ukuran standar penilaian sebagai berikut:
1. Prestasi Tinggi : Nilai dari 8,0 – 10
2. Prestasi Sedang : Nilai dari 6,0 – 7,9
3. Prestasi Rendah : Nilai dari 0 – 5,9
4. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Peserta Didik
Menurut Slameto (2010: 54), faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan
belajar ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang
belajar.Dalam membicarakan faktor internal ini, penelitiakan membahasnya
14
menjadi 3 faktor, yaitu faktor fisilogis, faktor psikologis, dan faktor
intelektual.
1. Faktor Fisiologis
Shadiq (2010: 43) menjelaskan bahwa faktor fisiologis berkaitan dengan
fungsionalisasi tubuh, misalnya kemampuan koordinasi tubuh, ketahanan
tubuh, kesehatan dan fungsionalisasi anggota gerak tubuh.Misalnya
kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memproses,
menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah
disimpan. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena
sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna.Akibatnya ia akan
mengalami hambatan ketika belajar.
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berperan terhadap kemampuan
bagi seseorang, anak yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda
belajarnya dengan anak yang ada dalam kelelahan. Anak-anak yang
kurang gizi akan mudah cepat lelah, mudah mengantuk sehingga dalam
kegiatan belajarnya mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran.
2. Faktor Psikologis atau Kejiwaan
Faktor kejiwaan berkaitan dengan emosionalisasi peserta didik.peserta
didik kurang mampu untuk mengontrol kondisi emosionalnya sehingga
berpengaruh terhadap kinerjanya.Ketika kondisi emosional/kejiwaan
peserta didik mengalami masa labil, kecenderungan peserta didikakan
bertindak gegabah, ceroboh, acuh dan cenderung mudah terpancing
untuk marah. Emosional dapat dipengaruhi oleh lingkungan luar,
15
misalnya suatu tindakan orang lain kepadanya (kekerasan, hukuman, dan
sebagainya).Orang tua dan guru harus mampu memahami kondisi
kejiawaan peserta didik dan mampu membangun kondisi lingkungan
yang baik sehingga mampu mendukung dan merubah kondisi peserta
didik menjadi lebih baik.Faktor kejiwaan/emosional dapat berubah ke
arah yang lebih baik, yaitu dewasa, sabar, bijak dengan adanya dukungan
dan upaya dari peserta didik.
Faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar peserta didik ini berkait
dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) peserta didik untuk
belajar secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada peserta didik yang
tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia selalu gagal mempelajari
mata pelajaran itu. Jika hal ini terjadi, peserta didik tersebut akan
mengalami kesulitan belajar yang sangat berat. Contoh lain adalah
peserta didik yang rendah diri, peserta didik yang ditinggalkan orang
yang paling disayangi dan menjadikannya sedih berkepanjangan akan
mempengaruhi proses belajar dan dapat menjadi faktor penyebab
kesulitan belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang
dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baik akan menyenangi
mata pelajaran tersebut.
Adapun yang termasuk faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi
proses belajar antara lain adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan (Slameto, 2011: 55).
16
a. Perhatian
Menurut al-Ghazali (dalam Slameto 2011: 53) bahwa perhatian
adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan
semata-mata kepada suatu benda atau hal (objek) atau sekumpulan
obyek.
b. Bakat
Menurut Hilgard (dalam Slameto 2011: 48) bahwa bakat adalahthe
capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk
belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang
nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin
(2009: 112) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang.
c. Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (dalam Slameto
2011: 97) bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang
dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya
terhadap aktivitas belajar peserta didik, peserta didik yang gemar
membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan
teknologi.
d. Motivasi
Menurut Slameto (2011:78) bahwa motivasi erat sekali
hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di
17
dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi
untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya
penggerak atau pendorongnya.
Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa motivasi peserta
didik dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi
belajar peserta didik. Dengan demikian prestasi belajar siswa dapat
berdampak positif jika peserta didik itu sendiri mempunyai kesiapan
dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
3. Faktor Intelektual
Faktor intelektual merupakan faktor kecerdasan peserta didik.Setiap
peserta didik memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda.Kemapuan
intelektual berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk
menangkap materi, mengolah, menyimpan, hingga me-re call materi
untuk digunakan.Ada peserta didik yang memiliki kemampuan
intelektual yang tinggi, cepat menyerap materi, mudah mengolah
materi, kemampuan menyimpan materi yang baik (short term memory
dan long term memory), serta mudah untuk me-re call materi ketika
dibutuhkan.Ada siswa yang memiliki kemampuan intelektual yang
sedang, dan ada yang rendah dimana sulit untuk menyerap materi, sulit
mengolah data, sulit untuk menyimpan materi terutama long term
memory, sehingga sulit untuk me-recall materi.
18
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Faktor Keluarga
Faktor kesulitan belajar yang berasal dari keluarga, meliputi cara orang
tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan. Shadiq (2010: 98) menjelaskan ada beberapa faktor
penyebab kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan
keluarga yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh
hati. Sebagai contoh, orang tua yang sering menyatakan bahwa bahasa
inggris adalah “bahasa setan” (karena sulit) akan dapat menurunkan
kemauan anaknya untuk belajar bahasa pergaulan internasional itu.
Kalau ia tidak menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “Ah,
Bapak saya tidak bisa juga kok”. Untuk itu, sebagai orang tua
seharusnya selalu mendukung anak-anaknya untuk belajar dengan
sepenuh hati. Selain itu, kita sebagai calon guru tidak seharusnya
menyatakan sulitnya mata pelajaran tertentu di depan peserta didik.
2. Faktor Kependidikan
Faktor ini meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
peserta didik, relasi peserta didikdengan peserta didik, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
19
Shadiq (2010: 116) menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penyebab
kesulitan belajar peserta didik ini berkait dengan belum mantapnya
lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu meremehkan peserta
didik, guru yang tidak bisa memotivasi peserta didik untuk belajar lebih
giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru
yang tidak pernah memeriksa pekerjaan peserta didik, sekolah yang
membiarkan para peserta didik bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah
contoh dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan
menyebabkan ketidakberhasilan peserta didik tersebut.
3. Masyarakat
Faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik terkait dengan
masyarakat, meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, media
massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Misalnya
tetangga yang mengatakan sekolah tidak penting karena banyak sarjana
menganggur, masyarakat yang selalu minum-minuman keras dan
melawan hukum, dapat merupakan contoh dari beberapa faktor
masyarakat yang menjadi penyebab kesulitan belajar peserta
didik.Intinya, lingkungan di sekitar peserta didikharus dapat membantu
mereka untuk belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di
sekolah.Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu
para peserta didik, harapan bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh
menjadi lebih cerdas.
Peserta didik dengan kemampuan cukup seharusnya dapat dikembangkan
menjadi peserta didik berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang
20
dapat dikembangkan menjadi berkemampuan cukup.Sekali lagi, orang
tua, guru, dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat
menyebabkan kesulitan bagi siswa.Karenanya, peran orang tua dan guru
dalam membentengi para peserta didik dari pengaruh negatif masyarakat
sekitar, di samping perannya dalam memotivasi para peserta didik untuk
tetap belajar menjadi sangat menentukan.
Berdasarkan penjelasan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar di atas,
pembaca (terutama guru) sudah seharusnya menyadari akan adanya beberapa
peserta didik yang mengalami kesulitan atau kurang berhasil dalam proses
pembelajarannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, sehingga
mereka tidak dapat belajar dan kurang berusaha sesuai dengan kekuatan
mereka.Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk
membantu peserta didiknya keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya.
Namun, hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapat berbeda-
beda.Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung
tersayang ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran yang
kurang.Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan
penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan
pemecahannya.Pemecahan masalah kesulitan belajar peserta didik sangat
tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut.
Sebagai contoh, peserta didikAyang memiliki kesulitan karena penglihatan
atau pendengaran yang kurang sempurna hanya dapat dibantu dengan alat
optik atau alat elektronik tertentu dan mereka diharuskan duduk di bangku
depan. Namun, para peserta didik yang mengalami kesulitan belajar karena
21
faktor lingkungan dan faktor emosi tidak memerlukan kacamata seperti yang
dibutuhkan peserta didikA namun mereka membutuhkan bantuan dan motivasi
lebih dari gurunya Shadiq (2010: 76) menambahkan, pengalaman sebagai
guru telah menunjukkan bahwa ada peserta didik yang sering membuat ulah di
kelas dengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya. Setelah diselidiki
ternyata ia kurang mendapat perhatian orang tuanya. Untuk anak seperti ini,
sudah seharusnya para guru lebih memberikan perhatian dan kasih
sayang.Sekali lagi, kesabaran, ketekunan dan ketelatenan para guru sangat
diharapkan di dalam menangani peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar. Guru dapat menyarankan orang tua peserta didik tertentu untuk
memberi tambahan pelajaran khusus di sore hari untuk peserta didik yang
lamban. Yang lebih penting dan sangat menentukan adalah peran guru
pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor Depdiknas di
dalam menangani kesulitan belajar peserta didik yang disebabkan oleh faktor-
faktor kependidikan.
Pada akhirnya, peneliti meyakini bahwa pengetahuan tentang faktor-
faktor penyebab kesulitan belajar ini akan sangat bermanfaat bagi orang tua,
mastarakat, dan guru. Dengan membaca tulisan ini, diharapkan para guru akan
mengetahui, selanjutnya dapat menggunakan pengetahuan tersebut dalam
proses belajar mengajar, terutama ketika ia sedang mendiagnosa kesulitan
belajar peserta didik. Pada akhirnya, mudah-mudahan usaha setiap jajaran
Depdiknas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan berhasil dengan
gemilang.
22
B. Kerangka Berpikir
Minat belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Prestasi belajar adalah hasil usuaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh peserta didik dalam periode tertentu.
Zaldy Munir (2010) Pengaruh Kesulitan Belajar Siswa IPS Kelas XI SMA
Negeri 5 Malang.
Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan
dan mendefinisikan makna belajar (learning). Namun, baik secara eksplisit
maupun secara implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, ialah
bahwa definisi mana pun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada
suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan
praktek atau pengalaman tertentu. (Hilgard, 1948: 4)
Heny Sulistyowati (2009): faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan
belajar mata pelajaran IPS Ekonomi siswa kelas VIII SMP Negeri 36 Semarang.
Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian
penelitian (Arikunto,2009:96). Pada metode analisis faktor, variabel tidak
dikelompokkan menjadi variabel bebas dan terikat, namun sebagai
penggantinya seluruh set hubungan interdependen antar-variabel diteliti.
Di dalam analisis faktor, teknik ini disebut dengan teknik interdependensi
(Supranto,2004:113-114).
Adapun variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar IPS Ekonomi siswa
kelas VIII SMP Negeri 36 Semarang.
23
Hasanudin (2010): Analisis Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Mata Pelajaran
Ekonomi Pada Siswa Kelas X Di SMA Negeri 38 Semarang Tahun Pelajaran 2010.
Variabel dalam penelitian ini adalah implementasi Kurilulum
BerbasisKompetensi mata pelajaran Ekonomi pada kelas X Sekolah
Menengah AtasNegeri 2 Temanggung. Variabel yang ada kemudian
dirinci kedalam sub-subvariabel sebagai berikut: (1) persiapan
pembelajaran dalam rangkaimplementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
mata pelajaran Ekonomi,(2) pelaksanaan pembelajaran dalam
implementasi Kurikulum BerbasisKompetensi mata pelajaran Ekonomi,
dan (3) evaluasi hasil belajar dalamrangka implementasi.
Dalam penelitian ini kerangka berpikir penelitian diawali dengan
munculnya suatu fenomena yaitu menurut jumlah permintaan. Maka dapat
dikatakan bahwa faktor kesulitan belajar terhadap mata pelajaran Ekonomi dapat
memberikan pengaruh besar dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain,
semakin besar minat belajar peserta didik, maka akan semakin baik pula prestasi
belajar yang akan dicapainya dan demikian pula sebaliknya.
24
C. Hipotesis
Hipotesis yang tidak membandingkan dan menghubungkan dengan
variablelain atau hipotesis yang dirumuskan untuk menentukan titik peluang,
hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan taksiran (estimative).
Kesulitanbelajar
IPSEkonomi
B. Faktor Ekstern :
a. Faktor lingkungan keluarga
faktor orang tua
faktor suasana rumah
faktor ekonomi keluarga
b. Faktor lingkungan sekolah
cara penyajian pelajaran oleh
guru
hubungan guru dengan siswa
hubungan antar siawa
materi pelajaran IPS Ekonomi
alat-alat pelajaran
pemberian materi pelajaran
c. Faktor lingkungan masyarakat
teman bergaul
lingkungan masyarakat tempat
siswa tinggal
1. Faktor Intern :
a. Faktor biologis
Kesehatan jasmani siswa
b. Faktor psikologis
Intelegensi
Perhatian
Minat bakat
Emosi
25
Pengertian penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya
(Best,2010:119). Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada
penelitian ini penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel
penelitian.Metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan
antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan
mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (west, 2009).Di samping
itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data
untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan
dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti
sesuai dengan apa adanya.
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang
diteliti secara tepat.Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian
deskriptif juga banyak di lakukan oleh para penelitian karena dua alasan.Pertama,
dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian
dilakukan dalam bentuk deskriptif.Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk
mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan
maupun tingkah laku manusia.
Disamping kedua alasan seperti tersebut di atas, penelitian deskriptif pada
umumnya menarik para peneliti muda, karena bentuknya sangat sederhana dengan
mudah di pahami tanpa perlu memerlukan teknik statistik yang
26
kompleks.Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya.Karena penelitian ini
sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya
dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok
anak, maupun perkembangan individual.Penenelitian deskriptif juga dapat
dikembangkan ke arah penenelitian naturalistic yang menggunakan kasus yang
spesifik malalui deskriptif mendalam atau dengan penelitian setting alami
fenomenologis dan dilaporkan secara thick description (deskripsi mendalam) atau
dalam penelitian ex-postfacto dengan hubungan antarvariabel yang lebih kompleks.
Penelitian deskriptif yang baik sebenarnya memiliki proses dan sadar yang
sama seperti penelitian kuantitatif lainnya. Disamping itu, penelitian ini juga
memerlukan tindakan yang teliti pada setiap komponennya agar dapat
menggambarkan subjek atau objek yang diteliti mendekati kebenaranya. Sebagai
contoh, tujuan harus diuraikan secara jelas, permasalahan yang diteliti signifikan,
variabel penelitian dapat diukur, teknik sampling harus ditentukan secara hati-hati,
dan hubungan atau komparasi yang tepat perlu dilakukan untuk mendapatkan
gambaran objek atau subjek yang diteliti secara lengkap dan benar.
Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel
dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut
peristiwa-peristiwa yang saat sekarang terjadi. Dengan penelitian deskriptif, peneliti
memungkinkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan
hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari hubungan komparasi
antarvariabel.
27
Arikunto (2010: 71) menjelaskan ada dua alternatif.Pendapat pertama
menyatakan, semua penelitian pastiberhipotesis.Semua peneliti diharapkan
menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh.
Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-butirnya
sudahdisebut dalamproblematika maupun tujuan penelitian.Pendapat kedua
mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan
hubungan antara dua variabel atau lebih.Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya
deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih
dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin
dihipotesiskan. Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam
sebuah penelitian, banyaknya hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika
dan tujuan penelitian.
28
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan Mei 2014 di
SMAN-2 KatinganHilir.
Tabel 1
Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian
No. Kegiatan
Bulan
Juli- Agst Sept- Okto Nov- Des Jan- Feb Mar- Apr Mei
1 Menyusun
Proposal
2 Seminar
Proposal
3 Revisi Proposal
4 Pembimbingan
5 PelaksanaanPe
nelitian
6 UjianSkripsi
7 RevisiSkripsi
2. Tempat Penelitian
Pemilihan dan penetapan lokasi penelitian ini adalah di SMAN-2
KatinganHilir Adapun pemilihan lokasi tersebut dengan alasan sebagai
berikut:
29
a. Adanya relevansi masalah yang akan diteliti di sekolah tersebut.
b. Lokasi relatif dekat dengan domisili peneliti, sehingga mudah dijangkau
dan bisa lebih efisien (waktu dan biaya).
B. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 6) menjelaskan bahwa Metode Penelitian adalah cara-
cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, di
kembangkan dan di buktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada
gilirannyadapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi
masalah.
Sejalan dengan pendapat di atas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif.
Menurut Whitney (2010: 61), metode deskriptif adalah pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat. Penelitiandeskriptif mempelajari masalah-
masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku salama masyarakat
serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap,
pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari
suatu fenomena. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang
berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa
adanya (Best, 2010:119)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,2010:108)
Menurut Margono (2010:118), “Populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruanglingkup dan waktu yang kita
tentukan”.Sedangkan menurut Sukmandinata (2011:250) mengemukakan
30
bahwa populasi adalah “kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup
penelitian kita”.Senada dengan itu, Arikunto (2010:108) mengemukakan
bahwa populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”.Kaitannya dengan
batasan tersebut, populasi dapat dibedakan berikut ini.
a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yaitupopulasi yang memiliki
batas kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas.
Misalnya 5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985 dengan
karakteristik masa kerja 2 tahun, lulusan program strata 1, dan lain-lain.
b. Populasi takterbatas atau populasi takterhingga, yaitu populasi yang tidak
dapat di temukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat di nyatakan dalam
bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang berarti
jumlahnya harus di hitung sejak guru pertama adasampai sekarang dan yang
akan datang.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI
IPS SMA Negeri 2 Katingan Hilir sebanyak 48 peserta didik yang terbagi
dalam 2 kelas sebagai berikut:
31
Table 2
Populasipenelitian
Kelas
JenisKelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
XI IPS1 15 9 24
XI IPS2 15 9 24
Jumlah 48
Sumber Data: TU SMAN 2 Kat-Hilir
2. Sampel penelitian
Arikunto (2010: 117) mengatakan “sampel adalah sebagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian
adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat
mewakili seluruh populasi”
Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian
tersebut disebut penelitian sampel. Menurut Sugiyono (2010:215)
sampel adalah “sebagian dari populasi itu”. Populasi itu misalnya
penduduk diwilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu,
jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya. Sementara
itu, Margono (2010:121) mengemukakan bahwa sampel adalah
“sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil
dengan menggunakan cara-cara tertentu”.Senada dengan itu, Sudjana
(2011:6) mengemukakan bahwa sampel adalah “sebagian yang diambil
dari populasi”.Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat
penulis simpulkan bahwa sampel adalah sebagian bagian dari populasi
yang diambil.
32
Arikunto (2010: 87) memberikan pendapat sebagai berikut : “..jika
peneliti memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mareka dapat
menentukan kurang lebih 25 – 30% dari jumlah tersebut. Jika jumlah
anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 – 150 orang, dan
dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan angket, maka sebaiknya
subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Namun apabila peneliti
menggunakan teknik wawancara dan pengamatan, jumlah tersebut dapat
dikurangi menurut teknik sampel dan sesuai dengan kemampuan peneliti.
Jadi bisa disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi
yang diambil untuk dijadikan subjek dalam populasi.
D. Variabel Penelitian dan Defenisi operasional
Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian
penelitian (Arikunto,2009:96).Pada metode analisis faktor, variable tidak
dikelompokkan menjadi variable bebas dan terikat, namun sebagai penggantinya
seluruh set hubungan interdependen antar-variabel diteliti. Di dalam analisis faktor,
teknik ini di sebut dengan teknik interdependensi (Supranto,2009:113-114).Adapun
variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar
IPS Ekonomi peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 2 Katingan Hilir Tahun
Pelajaran 2013 adalah mengarahkan agar peserta didik mempunyai kelompok
belajar sendiri di rumah, berkolaborasi dengan orang tua siswa yang bersangkutan
untuk memantau dan memotivasi belajar anak agar mereka bisa disiplin dalam
belajar. Pelayanan guru hendaknya berjalan secara efektif membantu peserta didik
33
mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya
termasuk membimbing para peserta didik untuk berperilaku disiplin.
Indikator variabel ini adalah faktor internal, yang berasal dari peserta didik
kelas XI IPS SMAN 2 Katingan Hilir, dengan indikator sebagai berikut:
1. Motivasi
2. Perhatian
3. Minat
4. Ingatan
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Untuk mengumpulkan data penelitian, digunakan teknik angket, angket
digunakan untuk mengumpulkan data tentang Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Mata
Pelajaran IPS Ekonomi Kelas XI di SMA N 2 Katingan Hilir.
Angket
Metode Angket (Kuesioner) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang iaketahui (Arikunto,2009:128). Metode ini digunakan
untuk mencari dan mengenal faktor-faktor kesulitan belajar IPS Ekonomi peserta
didik kelas XI SMA Negeri 2 Katingan Hilir.
Menurut pendapat Arikonto (2010: 152) angket dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu:
a. Angket terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri.
b. Angket tertutup, yang disediakan jawabannya sehingga responden tinggal
memilih.
34
Selanjutnya menurut Arikonto (2010: 152), mengatakan bila dipandang dari
bentuknya maka angket dapat dibedakan menjadi empat bagian adalah sebagai
berikut:
a. Angket pilihan ganda, yang dimaksud sama dengan angket tertutup.
b. Angket isian, yang dimaksud adalah angket terbuka.
c. Check list, sebuah daptardimana responden tinggal membubuhkan tanda check
(√) pada kolom yang sesuai.
d. Ranting scales ( skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan yang diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjang tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat
setuju sampai kesangat tidak setuju.
Berdasarkan dari pendapat di atas, maka angket yang digunakan dalam
penelitian ini bila ditinjau dari jenis angket termasuk angket tertutup dan bila
ditinjau dari bentuknya merupakan angket pilihan ganda yang terdiri dari 16 item
pertanyaan dengan alternatif jawaban Ya dan Tidak dengan skor penilaian jika
menjawab Ya= 3 dan Tidak = 1 jika pertanyaan positif, dan jika negatif Ya = 1 dan
Tidak = 3.
Sedangkan kisi-kisi angket adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Kisi-kisi angket
No Indikator Variabel Jumlah Item Noitem
1
2
3
4
Motivasi
Perhatian
Minat
Ingatan
8
3
4
1
1,2,3,4,5,6,7,8
9,10,11
12,13,14,15
16
Jumlah 16 16
35
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
perbandingan satu variable bebas (Uji t) adalah metode untuk menganalisis
sejumlah observasi dipandang dari segi interkorelasinya, untuk menetapkan apakah
variasi-variasi yang Nampak pada observasi itu mungkin berdasar atas sejumlah
kategori dasar yang jumlahnya lebih sedikit daripada yang Nampak dalam
observasi itu (Suryabrata,2009:274). Analisis faktor digunakan untuk mereduksi
data atau meringkas dari variabel yang banyak diubah menjadi variabel yang
jumlahnya sedikit. Dalam penelitian ini analisis faktor digunakan untuk
mengungkap faktor-faktor kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi peserta
didik kelas XI IPS SMA Negeri 2 Katingan Hilir,dengan rumus sebagai berikut:
P = 𝑭
𝑵𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan:
P : Persentase
F : Frekuensi data
N : jumlahsampel yang diolah.
Hasilnya dibandingkan dengan criteria kesulitan (Arikunto,2010: 246) sebagai
berikut:
36
Untuk menentukan dominan atau tidaknya indikjator variabel yang diteliti
akan digunakan criteria mana dikutip dari buku Metodologi Penelitian pendidikan
dan Ilmu Sosial karangan sebagai berikut :
a. Persentase 0% - 40% mengandung arti bahwa faktor rendahnya “sangat kurang
dominan”.
b. Persentase 41% - 55% mengandung arti bahwa faktor rendahnya “kurang
dominan”.
c. Persentase 56% - 75% mengandung arti bahwa faktor rendahnya “dominan”.
d. Persentase 76% - 100% mengandung arti bahwa faktor rendahnya “sangat
dominan”.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan tabel-tabel
frekuensi data, rekapitulasi data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian
yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan teknik angket yang dilakukan
terhadap 48 orang peserta didik dengan 16 jumlah item pertanyaan kelas XI IPS
SMAN 2 Katingan Hilir.
1. Tabel Frekuensi Data
Pada bagian ini dibuat tabel frekuensi dari setiap item pertanyaan untuk
kepentingan menarik kesimpulan. Adapun tabel yang dimaksud dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Motivasi
1. Apakah kamu sering belajar berkelompok dengan temanmu untuk
mendiskusikan tentang materi pelajaran agar lebih mudah dipahami?
Tabel 4
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
39
9
81%
19%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 4 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 81%, dan responden yang menjawab Tidak sebesar 19%.
Pada tabel di atas dapat dilihat, sering belajar berkelompok
dengan temanuntuk mendiskusikan tentang materi pelajaran agar lebih
38
mudah dipahamitidak merupakan faktor sangat kurang dominan
penyebab kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di
SMAN 2 Katingan Hilir.
2. Ketika gurumu memberikan pertanyaan, apakah kamu bersemangat dan
percaya diri untuk menjawabnya?
Tabel 5
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
37
11
77%
23%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 5 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 77%, dan responden yang menjawab Tidak sebesar 23%.
Pada tabel di atas dapat dilihat, ketika guru memberikan
pertanyaan,peserta didik bersemangat dan percaya diri untuk
menjawabmerupakan faktor sangatkurang dominan penyebab kesulitan
belajar mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan
Hilir.
3. Apakah kamu merasa senang ketika disuruh mengerjakan soal-soal
ekonomi?
Tabel 6
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
38
10
79%
21%
Jumlah 48 100%
39
Dari tabel 6 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 79%, dan responden yang menjawab Tidak sebesar 21%.
Pada tabel di atas dapat dilihat,merasa senang ketika disuruh
mengerjakan soal-soalekonomimerupakan faktorsangat kurang
dominanpenyebab kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi kelas
XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
4. Selain dari materi yang diajarkan guru di sekolah, apakah kamu mencari
sumber belajar lain untuk menambah pengetahuanmu?
Tabel 7
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
36
12
75%
25%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 7 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 75%, dan responden yang menjawab Tidak sebesar 25%.
Pada tabel di atas dapat dilihat, mencari sumber belajar lain untuk
menambah pengetahuannya merupakan faktorsangat kurang
dominanpenyebab kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi kelas
XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
5. Apakah kamu memiliki keinginan atau dorongan tertentu untuk
mempelajari pelajaran Ekonomi?
40
Tabel 8
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
38
10
79%
21%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 8 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 79% dan responden yang menjawab Tidak sebesar 21%.
Pada tabel diatas dapat dilihat, memiliki keinginan atau dorongan
tertentu untuk mempelajari pelajaran Ekonomi merupakan faktorsangat
kurang dominanpenyebab kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi
kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
6. Apakah kamu memperhatikan dengan seksama dari awal hingga akhir,
ketika gurumu menjelaskan materi pelajaran?
Tabel 9
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
25
23
52%
48%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 9 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 52%, dan responden yang menjawab Tidak sebesar 48%.
Pada tabel diatas dapat dilihat, peserta didik memperhatikan
dengan seksama dari awal hingga akhir, ketika guru menjelaskan materi
pelajaran merupakan faktor penyebab kurang dominan kesulitan belajar
mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
41
7. Apakah ketika sedang belajar pelajaran ekonomi kamu sering melamun
atau melakukan hal lain yang tidak seharusnya dilakukan saat belajar?
Tabel 10
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
20
28
42%
58%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 10 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 42%, dan responden yang menjawab Tidak sebesar 58%.
Pada tabel diatas dapat dilihat, ketika sedang belajar pelajaran
ekonomi peserta didik sering melamun atau melakukan hal lain yang
tidak seharusnya dilakukan saat belajar merupakan faktor penyebab
dominan kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di
SMAN 2 Katingan Hilir.
8. Apakah kamu mengalami kesulitan untuk memahami bahasa yang
terdapat dalam buku-buku ekonomi atau bahasa yang digunakan guru
Ekonomi dalam mengajar?
Tabel 11
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
38
10
79%
21%
Jumlah 48 100%
42
Dari tabel 11 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 79%,dan responden yang menjawab Tidak sebesar 21%.
Pada tabel diatas dapat dilihat, mengalami kesulitan untuk
memahami bahasa yang terdapat dalam buku-buku ekonomi atau
bahasa yang digunakan guru Ekonomi dalam mengajar merupakan
faktor kurangdominan penyebab kesulitan belajar mata pelajaran IPS
Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
b. Perhatian
9. Apakah kamu terlebih dahulu mempelajari materi pelajaran Ekonomi
sebelum materi itu dijelaskan oleh guru?
Tabel 12
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
13
35
27%
73%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 12 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 27%,dan responden yang menjawab Tidak sebesar 73%.
Pada tabel di atas dapat dilihat, tidak terlebih dahulu mempelajari
materi pelajaran Ekonomi sebelum materi itu dijelaskan oleh guru
merupakan faktor dominan penyebab kesulitan belajar mata pelajaran
IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
10. Apa kamu bertanya ketika guru menjelaskan materi pelajaran Ekonomi
yang belum kamu mengerti?
43
Tabel 13
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
39
9
81%
19%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 13 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 81%,dan responden yang menjawab Tidak sebesar 19%.
Pada tabel di atas dapat dilihat, bertanya ketika guru
menjelaskan materi pelajaran Ekonomi yang belum kamu mengerti
tidak merupakan faktor dominan penyebab kesulitan belajar mata
pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
11. Apakah kamu setiap hari belajar di rumah dengan jadwal yang teratur?
Tabel 14
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
9
39
19%
81%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 14 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 19%, dan responden yang menjawab Tidak sebesar 81%.
Pada tabel di atas dapat dilihat, tidak setiap hari belajar di rumah
dengan jadwal yang teratur merupakan faktor penyebab sangat dominan
kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2
Katingan Hilir.
44
c. Minat
12. Apakah kamu merasa pelajaran Ekonomi adalah pelajaran yang sulit?
Tabel 15
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
33
15
69%
31%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 15 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 69%, dan responden yang menjawab Tidak sebesar 31%.
Pada tabel di atas dapat dilihat, merasa pelajaran Ekonomi adalah
pelajaran yang sulit merupakan faktor kurang dominan penyebab
kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2
Katingan Hilir.
13. Apakah kamu senang mengajukan masalah-masalah yang berhubungan
dengan pelajaran Ekonomi ketika pelajaran sedang berlangsung untuk
dibahas bersama-sama dengan guru dan teman-temanmu?
Tabel 16
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
28
20
58%
42%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 16 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 58%, dan responden yang menjawab Tidak sebesar 42%.
45
Pada tabel di atas dapat dilihat, senang mengajukan masalah-
masalah yang berhubungan dengan pelajaran Ekonomi ketika pelajaran
sedang berlangsung untuk dibahas bersama-sama dengan guru dan
teman-temanmu merupakan faktor dominan penyebab kesulitan belajar
mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
14. Apakah menurutmu kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi
menarik untuk dipelajari atau diperbincangkan?
Tabel 17
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
40
8
83%
17%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 17 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 83%dan responden yang menjawab Tidak sebesar 17%.
Pada tabel di atas dapat dilihat, kegiatan yang berhubungan
dengan ekonomi menarik untuk dipelajari atau diperbincangkan
merupakan faktor kurang dominan penyebab kesulitan belajar mata
pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
15. Menurut pendapatmu, apakah materi pelajaran Ekonomi lebih mudah
dipahami dibandingkan dengan ilmu IPS yang lain?
Tabel 18
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
19
29
40%
60%
Jumlah 48 100%
46
Dari tabel 18 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 40%, dan responden yang menjawab Tidak sebesar 60%.
Pada tabel di atas dapat dilihat, materi pelajaran Ekonomi tidak
lebih mudah dipahami dibandingkan dengan ilmu IPS yang
lainmerupakan faktor penyebab dominan kesulitan belajar mata
pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
d. Ingatan
16. Ketika mempelajari suatu materi pelajaran Ekonomi yang baru, apakah
kamu masih dapat mengingat materi pelajaran Ekonomi yang telah
dipelajari beberapa hari atau beberapa minggu sebelumnya?
Tabel 19
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Ya
Tidak
21
27
44%
56%
Jumlah 48 100%
Dari tabel 19 menunjukan bahwa responden yang menjawab Ya
sebesar 44%, dan responden yang menjawab Tidak sebesar 56%.
Pada tabel 19 dapat dilihat,ketika mempelajari suatu materi
pelajaran Ekonomi yang baru, tidak dapat mengingat materi pelajaran
Ekonomi yang telah dipelajari beberapa hari atau beberapa minggu
sebelumnya merupakan faktor penyebab dominan kesulitan belajar
mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
47
2. Rekapitulasi Data
Pada bagian ini dibuat rekapitulasi data dari setiap item pertanyaan
untuk mengetahui sangat dominan, kurang dominan, dominan, sangat kurang
dominannya faktor penyebab rendahnya kemampuan kesulitan belajar mata
pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.Adapun tabel
yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 20
Rekapitulasi Data dengan Indikator Motivasi
No
Pertanyaan
Persentase
Jawaban
Ya
Kriteria
1. 1. Apakah kamu sering belajar
berkelompok dengan temanmu
untuk mendiskusikan tentang
materi pelajaran agar lebih mudah
dipahami?
2. Ketika gurumu memberikan
pertanyaan, apakah kamu
bersemangat dan percaya diri
untuk menjawabnya?
3. Apakah kamu merasa senang
ketika disuruh mengerjakan soal-
soal ekonomi?
4. Selain dari materi yang diajarkan
guru di sekolah, apakah kamu
mencari sumber belajar lain untuk
menambah pengetahuanmu?
5. Apakah kamumemilikikeinginan
atau dorongan tertentu untuk
mempelajari pelajaran Ekonomi?
6. Apakah kamu memperhatikan
dengan seksama dari awal hingga
akhir, ketika gurumu menjelaskan
materi pelajaran?
7. Apakah ketika sedang belajar
pelajaran ekonomi kamu sering
melamun atau melakukan hal lain
yang tidak seharusnya dilakukan
saat belajar?
81%
77%
79%
75%
79%
52%
42%
Sangat
Dominan
Sangat
Dominan
Sangat
Dominan
Dominan
Sangat
Dominan
Kurang
Dominan
Kurang
Dominan
48
Tabel 21
Rekapitulasi Data dengan Indikator Motivasi
No
Pertanyaan
Persentase
Jawaban
Ya
Kriteria
1. 8. Apakah kamu mengalami kesulitan
untuk memahami bahasa yang
terdapat dalam buku-buku
ekonomi atau bahasa yang
digunakan guru Ekonomi dalam
mengajar?
79%
Sangat
Dominan
Rata–rata 70,5%
Berdasarkan tabel 20, maka hasil rekapitulasi data faktor sangat
dominan internal pada indikator motivasi terdapat pada item pertanyaan no 1,
karena sering belajar berkelompok dengan temanmu untuk mendiskusikan
tentang materi pelajaran agar lebih mudah dipahami.
Tabel 22
Rekapitulasi Data dengan Indikator Perhatian
No
Pertanyaan
Persentase
Jawaban
Ya
Kriteria
2. 9. Apakah kamu terlebih dahulu
mempelajari materi pelajaran
Ekonomi sebelum materi itu
dijelaskan oleh guru?
10. Apa kamu bertanya ketika guru
menjelaskan materi pelajaran
Ekonomi yang belum kamu
mengerti?
11. Apakah kamu setiap hari belajar
di rumah dengan jadwal yang
teratur?
27%
81%
19%
Sangat kurang
Dominan
Sangat
Dominan
Sangat Kurang
Dominan
Rata–rata 42%
49
Berdasarkan tabel 21, maka hasil rekapitulasi data faktor sangat
dominan internal pada indikator perhatian terdapat pada item pertanyaan no
10 karena bertanya ketika guru menjelaskan materi pelajaran Ekonomi yang
belum kamu mengerti.
Tabel 23
Rekapitulasi Data dengan Indikator minat
No
Pertanyaan
Persentase
Jawaban
Ya
Kriteria
3. 12. Apakah kamu merasa pelajaran
Ekonomi adalah pelajaran yang
sulit?
13. Apakah kamu senang mengajukan
masalah masalah yang
berhubungan dengan pelajaran
Ekonomi ketika pelajaran sedang
berlangsung untuk dibahas
bersama-sama dengan guru dan
teman-temanmu?
14. Apakah menurutmu kegiatan yang
berhubungan dengan ekonomi
menarik untuk dipelajari atau
diperbincangkan?
15. Menurut pendapatmu, apakah
materi pelajaran Ekonomi lebih
mudah dipahami dibandingkan
dengan ilmu IPS yang lain?
69%
58%
83%
40%
Dominan
Dominan
Sangat
Dominan
Sangat Kurang
Dominan
Rata – rata 62,5%
Berdasarkan tabel 22, maka hasil rekapitulasi data faktor sangat
dominan internal pada indikator minat.terdapat pada item pertanyaan no 14
karena kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi menarik untuk dipelajari
atau diperbincangkan.
50
Tabel 24
Rekapitulasi Data dengan Indikator Ingatan
No
Pertanyaan
Persentase
Jawaban
Ya
Kriteria
4. 16. Ketika mempelajari suatu materi
pelajaran Ekonomi yang baru,
apakah kamu masih dapat mengingat
materi pelajaran Ekonomi yang telah
dipelajari beberapa hari atau
beberapa minggu sebelumnya?
44%
Kurang
Dominan
Rata-rata 44%
Berdasarkan tabel 23, maka hasil rekapitulasi data faktor sangat
dominan internal pada indikator ingatan tidak ada.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data dengan penyebaran teknik angket yang dilaksanakan di kelas
XI IPS1 dan IPS2 SMAN 2Katingan Hilir dari 16 item pertanyaan yang sudah
dianalisis dan dari hasil rekapitulasi data di atas maka faktor kesulitan belajar
mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.adalah sebagai
berikut :
Tabel 25
Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Tentang Faktor kesulitan belajar mata
pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.
No Indikator Presentasi Kriteria
1.
2.
3.
4.
Motivasi
Perhatian
Minat
Ingatan
70,5%
42%
62,5%
44%
Dominan
Kurang Dominan
Dominan
Kurang Dominan
51
Dari hasil rekapitulasi data tentang faktor penyebab rendahnya kemampuan
kemampuan kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2
Katingan Hilir.dalam karangan untuk kategori sangat dominan adalah dari faktor
internal yaitu pada indikator motivasi (70,5%) merupakan faktor kesulitan belajar
mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.Tahun Pelajaran
2013/2014, sedangkan faktor internal pada indikator perhatian, minat, dan ingatan
bukan merupakan faktor penyebab kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi
kelas XI di SMAN 2 Katingan Hilir.Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan
demikian faktor internal kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi kelas XI di
SMAN 2 Katingan Hilir.dipengaruhi oleh cara guru mengajar.
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penyajian dan analisis data tentang penyebab kesulitan
belajar mata pelajaran IPS Ekonomi pada bab IV, maka peneliti menyimpulkan
secara umum tentang faktor kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi kelas
XI di SMAN 2 Katingan Hilir. Tahun Pelajaran 2013-2014 adalah faktor internal,
yaitu :
1. Motivasi, 70,5 Dominan
2. Perhatian, 42 Kurang Dominan
3. Minat, 62,5 Dominan
4. Ingatan, 44 Kurang Dominan
Jadi, faktor internal penyebab kesulitan belajar mata pelajaran IPS Ekonomi
terdapat pada indikator motivasi dengan kategori Dominan pada sub indikator
Apakah kamu sering belajar kelompok dengan temanmu untuk mendiskusikan
tentang materi pelajaran agar lebih mudah dipahami.
B. Saran-saran
1. Bagi kepala sekolah, diharapkan sebagai bahan supervisi dan pembinaan bagi
guru dalam mengembangkan kemampuan guru mendeteksi kesalahan belajar
IPS Ekonomi.
2. Bagi guru, diharapkan guru pada saat proses pembelajaran hendaknya dapat
memberikan motivasi, perhatian kepada peserta didik.
53