bab i pendahuluan a. latar belakang masalahe-journal.uajy.ac.id/4942/2/1hk09357.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis. Zat tersebut menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, menghilangkan rasa, mengurangi hingga
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiktif)1.
Meskipun narkotika sangat bermanfaat dan diperlukan untuk peng-obatan dan
pelayanan kesehatan, namun apabila disalahgunakan atau diguna-kan tidak sesuai
dengan standar kesehatan maka akan berdampak tidak baik bagi tubuh
penggunanya.
Rehabilitasi merupakan perbaikan anggota tubuh yang cacat atas individu
misalnya pasien rumah sakit, korban bencana supaya menjadi manusia yang
berguna dan memiliki tempat di masyarakat. Dalam menangani pengguna
narkotika terdapat beberapa cara untuk menyembuhkan atau memulihkan
pengguna narkotika dari ketergantungannya terhadap obat-obat tersebut. Salah
satunya dengan cara menempatkan pengguna narkotika tersebut di Panti
Rehabilitasi narkotika. Rehabilitasi narkotika adalah sebuah tindakan represif
yang dilakukan bagi pencandu narkotika. Tindakan rehabilitasi ditujukan kepada
1 : http://www.terindikasi.com/2012/03/pengertian-
narkotika.html#ixzz26EJlnyTU
2
korban dari penyalahgunaan narkotika untuk memulihkan atau mengembangkan
kemampuan fisik, mental, dan sosial penderita yang bersangkutan. Selain untuk
memulihkan, rehabilitasi juga sebagai pengobatan atau perawatan bagi para
pecandu narkotika, agar para pecandu dapat sembuh dari kecanduannya terhadap
narkotika2. Rehabilitasi narkotika ini bertujuan agar para korban pengguna
narkotika dapat lebih mengurangi kecanduannya terhadap zat-zat narkotika dan
mengembalikan rasa percaya dirinya saat kembali ke dalam lingkungan keluarga
dan masyarakat.
Dalam pasal 56 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
di sebutkan bahwa pada ayat (1) “ Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika
dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri”, pada ayat (2) “ Lembaga
rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau
masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkoba setelah
mendapat persetujuan Menteri”. Pada prakteknya pasal 56 ini para pengguna
narkotika yang ingin di rehabilitasi tidak perlu menunggu persetujuan dari
Menteri karena keputusan pengadilan yang berhak memutuskan apakah pengguna
narkotika itu dapat ditempatkan pada rehabilitasi narkotika atau ditempatkan pada
lembaga pemasyarakatan. Pengguna narkotika yang dalam proses peradilanpun
dapat ditempatkan dalam lembaga rehabilitasi medis atau lembaga rehabilitasi
sosial. Rehabilitasi narkotika akan lebih maksimal menangani para pengguna
2 http://artikata.com/arti-347326-rehabilitasi.html
3
narkotika dibandingkan dengan lembaga pemasyarakatan, karena dalam
rehabilitasi narkotika para pengguna narkotika benar-benar diarahkan untuk
sembuh secara total bukan di hukum karena menggunakan obat terlarang.
Persoalan yang paling sulit dipulihkan bagi pengguna narkotika adalah rasa ingin
mengulangi, mereka yang telah melakukan penyalahgunaan narkotika dapat
kembali kedalam keadaan sediakala dimana sebelum mereka menggunakan
narkotika. Namun perjuangan kembali kepada keadaan sediakala ini bukanlah hal
yang mudah seperti membalik telapak tangan. Perjuangan untuk tidak
menggunakan narkotika lagi tidak dapat secara pasti ditentukan dengan hitungan
waktu3. Tahap rehabilitasi bertujuan untuk memudahkan yang telah sembuh untuk
memasuki masyarakat kembali dengan suatu penyesuaian sosial yang baik.
Penyesuaian sosial ini terbentuk melaluilatihan keterampilan atau kejurusan dan
bimbingan kelompok. Keterampilan ini tidak hanya berfungsi sebagai bekal untuk
bekerja melainkan juga sebagai latihan kedisiplinan(adanya jadwal kerja),
pergaulan dengan rekan sekerja, adanya hierarki pengurus panti, adanya aturan,
adanya instruktual, dan sebagainya. Dengan berdiam dalam suatu Panti
Rehabilitasi sosial, si bekas penyalahguna obat dapat mengembalikan rasa percaya
dirinya dan sekaligus berada di bawah bimbingan para ahli. Bimbingan juga
meliputi bidang kerohanian, pencarian bakat dan melihat serta rekreasi. Lamanya
tahap ini belum baku, tetapi yang ideal adalah satu tahun 4
3 Hariadi Willy,SH , Berantas Narkoba Tak Hanya Bicara, SKH Kedaulatan Rakyat,
Yogyakarta,2005,hlm 41 4 Danny I Yatim,Irwanto, Kepribadian keluarga Dan narkotika, Arcen, jakarta, 1986,hlm 127
4
Sebagian besar dari narapidana dan tahanan kasus narkotika adalah
termasuk kategori pemakai atau bahkan sebagai korban yang jika dilihat dari
aspek kesehatan, mereka sesungguhnya orang-orang yang menderita sakit. Oleh
karena itu, memenjarakan para pengguna atau korban penyalahgunaan narkotika
bukanlah sebuah langkah yang tepat karena telah mengabaikan kepentingan
perawatan dan pengobatan5.Program rehabilitasi narkotika merupakan
serangkaian upaya yangterkoordinasi dan terpadu, terdiri atas upaya-upaya medik,
bimbingan mental,psikososial, keagamaan, pendidikan dan latihan vokasional
untuk meningkatkankemampuan penyesuaian diri, kemandirian dan menolong diri
sendiri serta mencapaikemampuan fungsional sesuai dengan potensi yang
dimiliki, baik fisik, mental, sosialdan ekonomi. Pada akhirnya mereka diharapkan
dapat mengatasi masalahpenyalahgunaan narkoba dan kembali berinteraksi
dengan masyarakat secara wajar.Istilah narkoba muncul sekitar tahun 1998 karena
banyaknya penggunaan atau pemakaian barang-barang yang termasuk narkotika
dan obat-obat terlarang maka untuk memudahkan menyebutnya orang
berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata ”narkotika dan obat-obat
terlarang” yang disingkat menjadi narkoba 6.
5 AR. Sujono, SH.,M.H, Komentar & Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, Sinar Grafika,2011,hlm 127 6 “Aspek Yuridis, Sosiologis dan Psikologis Tentang narkoba”, Makalah yang disampaikanpada
pendidikan dan pelatihan pengenalan psikotropika, (Jakarta : Kanwil Dep. Hukum dan HAM M.
Tavip : Pelaksanaan Therapeutic Community Dan Rehabilitasi Terpadu Bagi Narapidana
Narkotika DanPsikotropika Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Dihubungkan Dengan
Tujuan Sistem Pemasyarakatan,2009, hlm. 31
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kita bisa melihat bahwa
pengguna narkotika sangat membutuhkan rehabilitasi. Oleh karena itu perlu di
kaji lebih dalam bagaimana pasal 56 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mengatur para pengguna narkotika.
Berdasarkan hal itu, maka dapatlah dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut :
1. Apakah program rehabilitasi dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
khususnya pasal 56 sudah dapat dilaksanakan di Panti Rehabilitasi Grhasia?
2. Apakah ada kendala dalam rehabilitasi yang sudah terlaksana?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah program rehabilitasi dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 khususnya pasal 56 sudah dapat dilaksanakan.
b. Untuk mengetahui ada tidaknya kendala dalam rehabilitasi yang sudah terlaksana.
D. Manfaat penelitian
1. Secara teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
masukan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya program
rehabilitasi pengguna narkotika.
2. Secara praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pemerintah, mereka yang bekerja di Pantirehabilitasi dan
Masyarakat sekitar tentang manfaatnya Rehabilitasi bagi pengguna narkotika.
E. Keaslian Penelitian
6
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan penulis sendiri, dan setiap
kalimat yang penulis kutip terdapat di catatan kaki dan daftar pustaka. Penulis
tidak melakukan duplikasi terhadap hasil penelitian dari pihak lain dan apabila
terdapat kesamaan itu hanyalah suatu kebetulan belaka.Yang pasti tinjauannya
berbeda.
F. Batasan Konsep
Dalam penelitian ini, batasan konsep sangat diperlukan untuk memberikan
batasan terhadap konsep tentang tinjauan yuridis terhadap pasal 56 Undang-
Undang nomor 35 Tahun 2009 tentang program rehabilitasi pengguna narkotika di
Yogyakarta.
1. Rehabilitasi
Pengertian rehabilitasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pemulihan kedudukan (keadaaan) yang terdahulu (semula).
Pengertian rehabilitasi menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009
Pasal 1 dibagi menjadi :
-Rehabilitasi Medis menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika Pasal 1 ayat (16) adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika
- Rehabilitasi sosial menurut Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
narkotika Pasal 1 ayat (17) adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara
terpadu, baik fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu Narkotika dapat
kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat
2. Pengguna
7
Pengertian pengguna menurut www.deskripsi.com adalah orang yang
menggunakan
3. Narkotika
Pengertian narkotika, menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang narkotika adalah :
“Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini”
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Peneltian ini merupakan penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang
berfokus pada norma (law in the book ) dan penelitian hukum ini memerlukan
data sekunder sebagai bahan utama, sedangkan data primer sebagai penunjang.
2. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Data sekunder yang terdiri
dari :
1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat, berupa:
a. Ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang 35 Tahun 2009
tentang Narkotika.
b. Ketentuan yang terdapat dalam kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
c. Ketentuan yang terdapat dalam Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana.
8
d. Ketentuan yang terdapat dalam Surat Edaran Mahkamah Agung No 4 Tahun
2010 tentang Menempatkan Pemakai Narkotika ke dalam Panti Terapi dan
Rehabilitasi
2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang bersifat menjelaskan
terhadap bahan hukum primer, yang terdiri dari :
a. buku-buku literatur
b. artikel
c. hasil penelitian dan
d. karya ilmiah yang berhubungan dengan peneitian ini.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Dengan cara wawancara secara langsung pada pihak-pihak yang bersangkutan
dalam memecahkan masalah yang ada dalam penelitian dengan pedoman
wawancara secara terbuka.
b. Dengan cara studi kepustakaan dengan melakukan pengumpulan data dari
perundang-undangan, buku-buku, literatur, serta dokumen-dokumen yang
terkait dengan pokok permasalahan yang diteliti selanjutnya dipelajari sebagai
kesatuan yang utuh.
4. Narasumber
Narasumber dari penelitian ini adalah petugas Panti Rehabilitasi Ghrasia
Yogyakarta.
5. Metode Analisis Data
9
Metode analisis yang digunakan adalah analisis dengan memahami dan
merangkai kata- kata yang dikumpulkan secara sistematis. Data yang diperoleh
berasal dari studi kepustakaan yang dianalisis secara kualitatif, yang suatu metode
analisis data yang hanya berdasarkan pada apa yang telah didapat dan dinyatakan
oleh responden, kemudian data kualitatif itu diambil kesimpulan melalui metode
berfikir deduktif, yaitu menyimpulkan suatu hal yang umum untuk menyelesaikan
suatu perkara yang khusus.
H. Sistematika Penulisan Hukum
Sesuai dengan judul skripsi yang digunakan, maka penulisan ini dibagi
menjadi 3 bab yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yang merupakan
bagian pokok bahan yang bersangkutan. Adapun penulisannya skripsi ini adalah
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Pada bab I ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan
Konsep, Metode yang digunakan dalam penulisan hukum, dan Sistematika
Penulisan hukum ini.
BAB II : Pembahasan
Dalam bab ini berisi mengenai pembahasan tentang tinjauan yuridis
terhadap pasal 56 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Program
10
Rehabilitasi Pengguna Narkotika Di Yogyakarta. Pembahasan dalam bab ini akan
diurakan dalam sub-sub bab.
BAB III ; PENUTUP
Dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan berdasarkan pembahasan
rumusan masalah dan saran untuk penyelesaian permasalahan yang muncul.