bab i pendahuluan a. latar belakang masalah/tradisi... · orang-orang banjarmasin yang menekuni...

88
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta memiliki penduduk yang multirasial, meskipun demikian penduduk Jawa yang paling dominan. Seiring dengan pembangunan pada masa Keraton Surakarta, salah satu kebijakan yang dilakukan adalah mengembangkan wilayah sekitar keraton dalam kerangka kekuasaan. Pola pemukiman penduduk Surakarta tidak terlepas dari pola konsentris Kerajaan dan peraturan pemerintah kolonial. Semakin jauh pemukiman itu dari pusat Raja, hal itu menunjukkan semakin rendah derajatnya. Dengan demikian pola pemukiman pada masa kerajaan itu masih mengacu pada pembagian kelas sosial sentono dalem, abdi dalem dan kawulo dalem. Orang-orang yang tidak masuk dalam kelas sosial tersebut, maka pemukimannya berada didaerah tertentu dan terpisah dari penduduk pribumi. Pemetaan penduduk berdasarkan etnis di Surakarta dipertajam lagi pada masa pemerintahan Belanda setelah dapat menguasai Jawa. Sebelum tahun 1899 telah ada peraturan dari pemerintah kolonial untuk golongan timur asing berupa penempatan pemukiman orang Arab dan Cina yang hanya dibolehkan di kampung-kampung tertentu dan golongan timur asing tidak boleh mendiami rumah orang Eropa atau bermukim di kampung-kampung orang pribumi. Pemerintah Belanda berusaha memisahkan orang-orang Asing dari pergaulan dan kontak sosial dengan penduduk Jawa. Sebagai kelompok orang asing yaitu orang-orang Arab dan Cina yang berada di luar sistem sosial masyarakat Jawa, maka pemukimannya dikelompokkan di daerah tertentu serta terpisah dengan penduduk pribumi. Disatukannya atau didekatkannya dua perkampungan non-pribumi ini sebagai akibat dari kebijakan pemerintah kolonial seperti wikjen dan passen stelsel yang digunakan untuk mempermudah pemerintah kolonial dalam mengawasi dan mengendalikan orang-orang pribumi serta juga memisahkan mereka dengan kaum pribumi (Warto, 1985: 105). 1

Upload: dangnhu

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Surakarta memiliki penduduk yang multirasial, meskipun demikian

penduduk Jawa yang paling dominan. Seiring dengan pembangunan pada masa

Keraton Surakarta, salah satu kebijakan yang dilakukan adalah mengembangkan

wilayah sekitar keraton dalam kerangka kekuasaan. Pola pemukiman penduduk

Surakarta tidak terlepas dari pola konsentris Kerajaan dan peraturan pemerintah

kolonial. Semakin jauh pemukiman itu dari pusat Raja, hal itu menunjukkan

semakin rendah derajatnya. Dengan demikian pola pemukiman pada masa

kerajaan itu masih mengacu pada pembagian kelas sosial sentono dalem, abdi

dalem dan kawulo dalem. Orang-orang yang tidak masuk dalam kelas sosial

tersebut, maka pemukimannya berada didaerah tertentu dan terpisah dari

penduduk pribumi. Pemetaan penduduk berdasarkan etnis di Surakarta dipertajam

lagi pada masa pemerintahan Belanda setelah dapat menguasai Jawa.

Sebelum tahun 1899 telah ada peraturan dari pemerintah kolonial untuk

golongan timur asing berupa penempatan pemukiman orang Arab dan Cina yang

hanya dibolehkan di kampung-kampung tertentu dan golongan timur asing tidak

boleh mendiami rumah orang Eropa atau bermukim di kampung-kampung orang

pribumi. Pemerintah Belanda berusaha memisahkan orang-orang Asing dari

pergaulan dan kontak sosial dengan penduduk Jawa. Sebagai kelompok orang

asing yaitu orang-orang Arab dan Cina yang berada di luar sistem sosial

masyarakat Jawa, maka pemukimannya dikelompokkan di daerah tertentu serta

terpisah dengan penduduk pribumi. Disatukannya atau didekatkannya dua

perkampungan non-pribumi ini sebagai akibat dari kebijakan pemerintah kolonial

seperti wikjen dan passen stelsel yang digunakan untuk mempermudah pemerintah

kolonial dalam mengawasi dan mengendalikan orang-orang pribumi serta juga

memisahkan mereka dengan kaum pribumi (Warto, 1985: 105).

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Pada tahun 1900 populasi penduduk Surakarta terdiri dari orang Eropa,

Cina, Arab dan orang asing lainnya. Sebagai dampak kebijakan pemukiman bagi

orang–orang Arab maka munculah kampung Arab yang di sebut dengan Pekojan

tetapi, di Surakarta tidak terdapat Pekojan. Perkampungan orang-orang Arab di

Surakarta berada di daerah Pasar Kliwon, tepatnya di sebelah timur Keraton.

Tempat tersebut dinamakan dengan Perkampungan Arab (Sajid, 1984: 64).

Kebanyakan dari mereka sebagai pedagang batik. Sedangkan perkampungan

orang-orang Cina berada di sekitar pasar Gedhe meliputi Balong dan Warung

Pelem yang kemudian dikenal dengan Pecinan. Kepala kampung Pecinan disebut

Babah Mayor, sedangkan kepala kampung orang-orang Arab berpangkat Kapten.

Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di

kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan Banjaran. Orang-

orang Belanda kebanyakan bertempat tinggal disekitar benteng “Vastenberg”.

Mereka bertempat tinggal dalam loji-loji di sebelah timur Benteng yang kemudian

dikenal dengan Lojiwetan. Sedangkan penduduk pribumi yang sebagian besar

terdiri dari orang Jawa berada di berbagai kelompok dan kampung yang tidak

teratur di seluruh kota. Mata pencaharian mereka dari industri batik dan berbagai

macam kerajinan tangan (Soerakarta of Solo 1921: 33 dalam Sariyatun, 2005: 42).

Pengelompokan penduduk dalam satu wilayah ini bertujuan untuk

memudahkan pengurusan administrasi dan menjaga ketertiban. Semua bangsa

asing dikenakan pajak bangsa asing, serta pembatasan waktu bertempat tinggal

paling lama lima tahun. Aturan ini dilakukan agar nantinya tidak merepotkan

negara Surakarta (Sajid, 1984: 65).

Di Surakarta, orang-orang Arab menempati pemukiman yang dikenal

dengan Pasar Kliwon. Pada masa dahulu, Pasar Kliwon merupakan pusat

perdagangan hewan oleh penduduk yang ramai pada hari pasaran Kliwon.

Kemungkinan besar dipilihnya Pasar Kliwon karena berdekatan dengan Keraton

sehingga memiliki fasilitas kehidupan yang jauh lebih baik. Perkampungan itu

selanjutnya berkembang mengikuti teori Louis Wirth dalam Warto (1985: 102),

dalam proses migrasi individu-individu yang bermigrasi tersebut terdorong untuk

mencari teman, saudara, keluarga atau kenalan yang telah terlebih dahulu

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

bermigrasi dan mampu menyesuaikan dengan suasana urban. Maka pada akhirnya

para imigran dapat beu karena ikatan primordial berupa kesamaan fisik, bahasa,

agama, tradisi dan budaya. Pada perkembangannya perkampungan tersebut tidak

lagi bersifat eksklusif karena bersamaan dengan perubahan ekologi kota dan

pertambahan penduduk maka daerah Pasar Kliwon telah dihuni oleh kebanyakan

kaum pribumi. Sehingga daerah yang dahulunya tertutup kini terbuka. Sistem

sosial yang dahulunya tertutup juga terbuka seperti tingkat pendidikan dan

pekerjaan yang memungkinkan masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial.

Kemunculan perkampungan etnis Cina maupun Arab ataupun suku

lainnya, dilihat dari aspek perkembangan kota ada perbedaan antara

perkampungan etnis pendatang di tengah kota dengan di perkampungan pesisir.

Menurut Kuntowijoyo dalam Warto (1985: 102), perkampungan etnis asing di

tengah kota dilihat dari aspek sosial dan budaya adalah kampung yang memiliki

sifat eksklusif dan intensitas hubungan orang-orang asing dan keturunannya

dengan penduduk setempat sangat terbatas. Sebaliknya di kota-kota pantai

interaksi sosial antara orang asing dengan penduduk setempat lebih luas dan

intensif dan keberadaan kampung asing tersebut tidak menunjukkan sisi

eksklusifnya.

Berdasarkan penelitian Van den Berg (1989: 1) masyarakat keturunan

Arab yang ada di Indonesia barasal dari Hadramaut. Hanya sedikit orang Arab

yang datang ke Indonesia yang berasal dari Maskat, di tepian Teluk Persia dari

Yaman, Hijaz, Mesir atau dari Pantai Utara Afrika. Jumlah mereka yang sedikit

tersebut jarang ada yang menetap di Indonesia dan jikapun ada, mereka berbaur

dengan orang Arab dari Hadramaut. Hadramaut merupakan sebuah lembah di

negeri Yaman. Kedatangan orang-orang Arab di nusantara diawali dari Aceh,

Palembang dan pada abad XIII (1820) sampai di pulau Jawa. Sejak tahun 1870,

pelayaran kapal uap antara Timur jauh dan Arab mengalami perkembangan pesat

sehingga kedatangan orang-orang dari Hadramaut tersebut semakin meningkat.

Menurut data statistik, saat itu di Pulau Jawa terdapat enam koloni besar Arab,

yaitu di Batavia, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang dan Surabaya, di Madura

hanya ada satu yaitu Sumenep (Berg, 1989: 72).

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Sebagian besar dari orang-orang Hadramaut yang datang ke Indonesia

merupakan pedagang yang dalam perjalanannya mereka membentuk jalur yang

menghubungkan antara bagian timur benua Afrika seperti Sudan, Somalia dan

Eritrea dengan bagian Selatan benua Asia seperti India dan Indonesia. Perjalanan

mereka dengan mengikuti arah angin barat dan timur. Hal inilah yang memaksa

mereka menunggu selama beberapa bulan untuk kembali ke Hadramaut, kampung

halamannya. Selama masa penungguan inilah interaksi antara mereka dengan

penduduk asli terjadi.

Motivasi kedatangan orang-orang Hadramaut tersebut ke Indonesia yang

pertama, mereka terlibat dalam proses Islamisasi di Indonesia. Kedua, Motivasi

perdagangan. Ada diantara orang-orang Hadramaut yang memegang posisi

keagamaan yaitu sebagai Qadi (Qhadli) atau imam, merekapun sekaligus bekerja

sebagai pedagang. Selanjutnya para pendatang dari Arab ini langsung berbaur

dengan penduduk setempat yang mayoritas penduduk asli. Diantara penduduk asli

tersebut, ada yang sudah memeluk agama Islam tetapi dalam kesehariannya masih

sangat kental dengan budaya Jawa. Selanjutnya, antara pendatang dari Arab

dengan penduduk setempat dapat terjalin hubungan yang harmonis. Sementara itu,

orang-orang Arab di Indonesia dengan nyata telah mencapai asimilasi yang

sempurna. Mereka berasimilasi dengan penduduk setempat karena memiliki satu

faktor yang sangat mendukung. Faktor itu adalah kesamaan agama antara orang

Arab dengan orang Pribumi. Satu hal yang membedakan antara penduduk asli

dengan orang Arab hanyalah ciri-ciri fisik rasnya (Koentjaraningrat, 1993: 16).

Di Pasar Kliwon, orang-orang Arab memiliki tradisi dalam bidang seni

budaya yang mereka bawa dari kampung halamannya, yaitu Hadramaut yang

sekarang dikenal dengan Yaman Selatan. Menurut orang-orang Jawa, orang-orang

keturunan Arab adalah orang-orang yang taat dalam menjalankan syariat Islam

karena agama Islam berasal dari tanah Arab. Di dalam masyarakat Arab, tradisi

ini mereka kembangkan kepada masyarakat setempat maupun masyarakat

Surakarta pada umumnya. Setelah datangnya orang-orang Arab di Indonesia,

maka Islamisasi berkembang dengan subur. Tidak terkecuali di Pasar Kliwon.

Sebagai kaum muslim, orang-orang Arab mempunyai kewajiban untuk

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

mendakwahkan agama Islam kepada semua manusia yang ada di dunia, sehingga

dalam perkembangannya, tradisi ini merupakan salah satu media dakwah Islam

kepada masyarakat di Pasar Kliwon maupun di Surakarta. Tradisi ini sangat kental

dengan unsur budaya Arab.

Pada perkembangannya, tradisi ini mengalami akulturasi dengan budaya

masyarakat setempat. Sebelum munculnya tradisi orang Arab di Pasar Kliwon,

penduduk setempat dalam memeluk agama Islam masih kental dengan budaya

Jawa ataupun selain Islam. Pada perkembangannya, daerah ini menjadi

pemukiman yang kental dengan suasana Islam. Selain itu, untuk menunjang

dakwah Islam di daerah setempat maka dibangunlah masjid-masjid baik milik

perorangan maupun secara gotong royong oleh masyarakat keturunan Arab tetapi

tetap berfungsi sosial terhadap masyarakat sekitar. Masyarakat Arab sangat

menghormati tradisi yang berlaku, mereka memandang bahwa tradisi adalah

sesuatu yang melekat dan hanya ada pada diri manusia sebagai mahkluk ciptaan

Tuhan. Sekalipun dalam kehidupan sosial telah membaur dengan masyarakat

Jawa dan etnis lainnya yang menjadi bagian masyarakat di Pasar Kliwon.

Secara umum, saluran Islamisasi di Indonesia dilakukan dengan melalui

lingkungan keluarga atau perkawinan, pendidikan di Pesantren, organisasi, media

massa dan seni budaya. Di lihat dari sejarahnya, orang-orang Arab telah

menduduki posisi yang strategis di dalam proses Islamisasi di Indonesia. Dalam

rangka menyebarkan ajaran Islam, mereka menggunakan cara-cara yang tepat

sehingga penduduk setempat mudah menerimanya. Banyak seni budaya yang di

gunakan oleh para Wali ataupun orang-orang Arab untuk menyebarkan dakwah

Islam antara lain dengan kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur dari

kebudayaan. Kesenian sebagai produk budaya merupakan salah satu kebutuhan

manusia yang tidak dapat diabaikan sebab manusia mutlak memerlukannya.

Kebutuhan pada seni merupakan perimbangan antara kebutuhan jasmani dan

rohani. Salah satu kesenian yang dikembangkan oleh orang-orang Arab di Pasar

Kliwon adalah Marawis.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Eksistensi marawis dalam batasan ruang dan waktu akan mengalami

perubahan yang merupakan kebudayaan yang dihayati dari masa ke masa, karena

tradisi akan tetap ada dalam masyarakat yang berbudaya. Tradisi itu sampai

sekarang masih dilakukan oleh masyarakat di Pasar Kliwon karena tradisi dan

peninggalan yang memiliki corak yang khas kepada kebudayaan bangsa perlu

dipelihara dan untuk mengembangkan kesadaran sejarah (Depdikbud, 1978: 11).

Munculnya Marawis pada masyarakat Arab di Pasar Kliwon telah ada sejak tahun

1970 an yang telah di bawa oleh seorang ulama dari Hadramaut bernama Habib

Muhammad Al Mukhdori. Dalam prakteknya, orang-orang Arab tidak sekaligus

memasukkan begitu saja ajaran Islam, tetapi menggunakan media yang dapat

menarik masyarakat untuk masuk dan memeluk agama Islam yang disesuaikan

dengan penduduk setempat, misalnya dengan menampilkan marawis dalam

peringatan hari-hari besar Islam, seperti dalam peringatan Maulid Nabi Muhamad

SAW yang dilaksanakan setiap tahun dalam masyarakat di Pasar Kliwon,

memperingati orang yang sudah meninggal (khaul) dan pesta pernikahan.

Berpijak pada latar belakang di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk

mengkaji dan meneliti secara mendalam dalam sebuah karya ilmiah yang

berjudul:

‘‘TRADISI MARAWIS DI PASAR KLIWON” (Studi tentang budaya

masyarakat Arab di Surakarta).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka dapat di

rumuskan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan judul skripsi, yakni

sebagai berikut:

1. Bagimanakah latar belakang munculnya tradisi marawis di Pasar Kliwon ?

2. Bagaimanakah pementasan tradisi marawis di Pasar Kliwon ?

3. Bagaimanakah dampak tradisi marawis terhadap kehidupan masyarakat

setempat ?

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah tersebutdi atas maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya tradisi marawis di Pasar

Kliwon.

2. Untuk mengetahui pementasan tradisi marawis di Pasar Kliwon.

3. Untuk mengetahui dampak tradisi marawis terhadap kehidupan

masyarakat setempat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat:

a. Untuk memberikan sumbangan pengetahuan ilmiah yang berguna dalam

rangka pengembangan ilmu sejarah.

b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan

kepada peneliti khususnya dan para pembaca pada umumnya mengenai

budaya masyarakat Arab.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis atau aplikasinya, penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat :

a. Untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana

Kependidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Pendidikan Ilmu Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

b. Melengkapi koleksi penelitian ilmiah di Perpustakaan, khususnya

mengenai Tradisi Marawis di Pasar Kliwon yang merupakan Studi tentang

budaya masyarakat Arab di Surakarta.

c. Menambah bacaan di Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah

maupun di Fakukltas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebudayaan

a. Pengertian kebudayaan

Kebudayaan berasal dari bahasa latin ”Cultura” yang artinya, pengolahan,

pemeliharaan, Cultura Animi yaitu pembentukan jiwa sama dengan peradaban.

Istilah Cultura tumbuh dikalangan Romawi, untuk menyatakan pengertian sama

dengan paideia yaitu pendidikan, perkembangan, peradaban, sampai pada abad

ke- 19 pengertian kebudayaan menunjukkan bidang kesusastraaan yaitu kesenian.

Dalam pengertian itu selalu terkait apa yag dinamakan peradaban dalam diri,

pembentukan cita rasa dan pendapat atau gagasan (Taufik H. Idris, 1983: 11).

Sejak abad ke- 9 pengertian kebudayaan merupakan istilah untuk

menunjukkan segala hasil karya manusia berkaitan dengan pengungkapan bentuk.

Dalam hubungan dengan alam, kebudayaan menunjukkan segala penggarapan

manusia dari hasil alam dan dirinya. Kebudayaan meliputi perlengkapan hidup,

peralatan, bahasa, negara, hukum, ilmu pengetahuan dan agama (Ensiklopedia

Indonesia, 1991: 52). Pengertian tentang kebudayaan juga di kemukakan oleh

Gunawan Wiradi (1991: 265), bahwa kebudayaan adalah:

Himpunan keseluruhan dari semua cara manusia berfikir, berperasaan dan perbuatan serta segala yang dimiliki manusia sebagai anggota masyarakat yang dapat dipelajari dan dialihkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan merupakan konsep abstrak, artinya hanya ada dalam angan-angan manusia, sedangkan manifestasinya atau perwujudtannya yang merupakan hasil kebudayaan dapat berupa hal-hal yang kongkrit dan nyata, dapat berupa hal-hal yang badani (material) juga mampu bersifat immaterial.

R. Soekmono (1983: 17), mengartikan kebudayaan sebagai dimensi

manusia dari manusia itu sendiri, artinya kebudayaan manusia terwujud dari

perkembangan norma hidup manusia dan lingkungan. Kebudayaan sebagai

ciptaan manusia dibedakan menjadi dua segi, yaitu: (1) segi kebudayaan yang

9

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

meliputi segala benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya. Hasilnya

dapat diraba oleh tangan manusia, (2) Segi kerohanian yang tidak dapat diraba

hanya dapat dipahami dengan melalui keagamaan, kesenian dan kemasyarakatan.

Koenjtaraningrat (1974: 12), mengatakan bahwa budaya berasal dari

bahasa Sanskerta ” budhaya” kata ini adalah bentuk jamak dari ”budhi” yang

berarti ”budi atau akal”. Kata ”budi” sering dirangkaikan dengan ”akal” sehingga

menjadi akal budi yang mempunyai arti kepandaian. Dari pengertian diatas maka

kebudayaan selalu berkaitan dengan tingkah laku manusia karena manusia

makhluk yang berkebudayaan. Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling

sempurna, yang mempunyai akal budi sejak dilahirkan. Akal budi dan jiwa inilah

yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan lainnya, misalnya manusia

mempunyai jiwa dan kebudayaan, sedangkan yang lainnya tidak mempunyai jiwa

ataupun kebudayaan. Suatu hal yang membedakan antara manusia dengan

mahkluk Tuhan yang lainnnya adalah jiwa dan kebudayaan.

Kluckhon dalam Sidi Gazalba (1968: 37), menyatakan bahwa kebudayaan

mengandung arti pola-pola kehidupan yang diciptakan dalam perjalanan sejarah,

eksplisit dan implisit, rasional, irasional dan non irasional yang terwujud pada

setiap waktu sebagai pedoman yang berpotensi pada perilaku manusia. Hal ini

sesuai dengan pendapat E.B. Taylor yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (1990:

188), mendefinisikan kebudayaan sebagai hal yang kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan

lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota

masyarakat. Berdsarkan pernyataan tersebut di atas dapat diketahui bahwa

kebudayan merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang tertuang

dalam wujud-wujud tertentu, yang dapat dinikmati oleh semua orang dan

dipergunakan bagi kelangsungan hidup manusia.

b. Wujud Kebudayaan

Dalam menganalisis konsep kebudayaan perlu dilakukan dengan

pendekatan dimensi wujud dan isi dari wujud kebudayaan. Menurut Munandar

Sulaiman (1987: 25), bahwa kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu: (1)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

kelompok gagasan, konsep dan pemikiran manusia. Dari ketiganya ini disebut

dengan sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat dan berpusat pada

kepala-kepala yang berinteraksi, (2) Kelompok aktivitas, berupa manusia yang

saling berinteraksi, sifatnya konkrit, dapat diamati. Wujud ini sering disebut

dengan sistem sosial, (3) Wujud sebagai benda, aktivitas manusia yang saling

berinteraksi tidak lupa dari pemakaian alat-alat sebagai hasil karya manusia untuk

mencapai tujuannya. Dalam wujud yang seperti ini disebut dengan kebudayaan

fisik, yang berupa benda diam atau benda bergerak.

c. Unsur Kebudayaan

Untuk memudahkan pemahaman tentang kebudayaan yang sangat luas,

maka secara teoritik kebudayaan di bagi ke dalam beberapa unsur.

Koentjaraningrat (1983: 2), membagi unsur kebudayaan menjadi tujuh unsur

yaitu: (1) sistem religi dan upacara keagamaan, (2) sistem dari organisasi

masyarakat, (3) sistem pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem mata

pencaharian hidup, (7) sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur kebudayan

masing-masing dapat dipecah lagi ke dalam sub unsur-unsurnya. Ketujuh unsur

kebudayaan tersebut dapat ditemukan dalam kebudayaan di manapun di dunia,

baik yang hidup di masyarakat pedesaan yang kecil maupun masyarakat perkotaan

yang besar dan komplek serta memiliki jaringan yang luas.

Pada hakekatnya, Islam selalu mengangkat harkat dan martabat manusia

dan kemausiaan. Seni budaya yang dilahirkan Islam bersumber pada Al Quran

dan Hadist. Menurut Hasjmy (1993) yang di kutip oleh Maryati (1997: 18),

bahwa Kebudayaan Islam merupakan penjelmaan akal dan rasa manusia muslim

yang bersumber pada Al Quran dan sunah Rosul, sedangkan hasil karya, corak

dan ragam budaya yang bertentangan dengan Allah dan Rosul- Nya bukan

merupakan kebudayaan Islam. Kebudyaan Islam merupakan cara berfikir (budi

dan rasa) dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu

ruang dan waktu.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Islam adalah fitrah manusia, kebudayaan yang didalamnya terdapat unsur

kesenian bagi manusia termasuk fitrahnya pula. Kesanggupan berbudaya pula

yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Kegiatan

berkresai seni dianggap sebagai manifestasi dan refleksi dari kehidupan manusia

terhadap panggilan Tuhan. Dari pendapat diatas jelas bahwa seni budaya Islam

adalah hasil ciptaan manusia yang didasarkan pada ajaran Islam dan

mencerminkan ajaran-ajaran Islam.

Allah SWT mempunyai segala sifat yang baik, sedangkan manusia sebagai

khalifah di bumi mengemban amanat dari Tuhan untuk mengembangkan

kemampuannya dengan menciptakan karya-karya yang beraneka ragam asalkan

tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Manusia dalam menciptakan karya-

karyanya, harus diusahakan selalu untuk menghindari adanya niat mengingkari

ketauhidan, menghalalkan segala cara yang dilarang oleh Allah karena semua itu

dilarang dalam ajaran Islam.

Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian masyarakat masih banyak yang

menganggap bahwa budaya Arab identik dengan budaya Islam, karena mereka

mendasarkan pada agama Islam yang pertama kali datang dari tanah Arab, dan

juga Al Quran sebagai pedoman umat Islam bertuliskan dan berbahasa Arab.

Anggapan yang demikian itu tidak benar sepenuhnya karena budaya Islam

bukanlah merupakan hak monopoli orang Arab saja, tetapi untuk seluruh umat

manusia di muka bumi. Sifat universal yang dimiliki oleh seni budaya Islam

bukan hanya untuk golongan tertentu tetapi untuk seluruh umat manusia di

seluruh dunia ini sebagai anugerah dan barokah dari Allah.

Begitu eratnya hubungan manusia dengan kebudayaan sehingga sering

disebut makhluk berbudaya. Bila dikaitkan dengan pelaksanan tradisi marawis di

Pasar Kliwon, tradisi merupakan perwujudan tingkah laku dan kebiasaan yang ada

dalam masyarakat. Perwujudan tingkah laku tersebut berupa pelestarian dan

penghormatan kepada tradisi-tradisi leluhur yang dilakukan sejak dulu dan

diwariskan secara turun temurun kepada masyarakat pendukungnya sampai saat

ini. Pelaksanaan tradisi marawis, pada perkembangannya mengalami percampuran

antara kebudayaan Arab dan kebudayaan Islam. Kebudayaan Islam tampak pada

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

sumbernya yaitu Al Quran dan sunah Rosul. Syairnya berisi puji-pujian kepada

Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, mengajak, menyeru manusia agar

melaksanakan ajaran agama Islam. Sehingga tradisi marawis dapat dikatakan

mencakup kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Arab terlihat pada bahasa,

alat-alat musik yang digunakan berasal dari Jazirah Arab.

Dalam pengertian secara umum kebudayaan diidentikkan dengan

kesenian terutama seni sastra, seni tari, seni suara, seni pahat dan lain sebagainya.

Masalah kesenian bukanlah masalah yang dapat dipandang satu aspek saja,

melainkan merupakan bagian dari kebudayaan manusia atau kebudayaan

masyarakat. Jika pengertian kesenian ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan

kemasyarakatan, seni merupakan salah satu unsur dari kebudayaan. Kesenian

merupakan aspek kebudayaan yang universal yang dapat ditemukan dalam

kebudayaan dahulu, sekarang dan dimanapun juga (Sidi Gazalba, 1988: 39).

Soedarsono (1976: 30), kesenian adalah segala sesuatu bentuk yang

menyenangkan, dan dapat memenuhi keinginan yang terakhir. Menurut John

Martin yang dikutip oleh Soedarsono (1976: 30), bahwa setiap keindahan yang

terdapat dalam seni merupakan sesuatu yang dapat memberikan kepuasan pada

batin manusia, dan tadak hanya melalui gerak–gerik yang keras, kasar, penuh

keanehan–keanehan saja yang dapat menimbulkan keindahan, tetapi juga gerak–

gerik yang halus. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

manusia di dalam mengahasilkan karya seni bertujuan untuk menumbuhkan rasa

keindahan, dan keindahan tersebut menyebabkan seseorang merasa terpenuhi

segala keinginannya sehingga merasakan kepuasaan.

Kesenian akan mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan

kebudayaan yang ada. Pendapat tersebut diperjelas oleh Umar Khayam (1981:

15), bahwa sebagai salah satu unsur kebudayaan, Kesenian akan mengalami

kehidupan statis apabila kebudayaan juga statis, sebaliknya kesenian akan

bergerak dan berkembang apabila kebudayaan juga selalu bersikap terbuka

terhadap perubahan baik itu cepat atau lambat. Berpedoman dengan pendapat

tersebut dapat diketahui bahwa sebagai salah satu dari unsur kebudayaan

universal, kesenian dalam gerak dan langkahnya tidak dapat dipisahkan dari

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

pengaruh budaya yang ada, sehingga perkembangan kesenian itu akan selalu

mengikuti proses perubahan budaya yang terjadi dalam masyarakatnya.

Pernyataan tersebut di atas di perkuat oleh Umar Khayam (1981: 38 ), sebagai

berikut:

Kesenian tidak pernah berdiri sendiri lepas dari masyarakat sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan, maka masyarakat sebagai penyanggga kebudayaan dan kesenian berusaha mencipta, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkan untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru. Menurut Edi Sedyawati dan Joko Damono (!981: 54), bahwa kesenian

memiiki bermacam- macam peranan dalam hidupnya dan peranan itu ditentukan

oleh keadaan masyarakatnya. Seperti halnya bentuk kesenian yang hidup di

lingkungan pedesaan, maka tradisi marawis yang ada dalam masyarakat Arab di

Pasar Kliwon memiliki beberapa fungsi, yakni sebagai berikut:

Fungsi yang paling umum darai kesenian rakyat adalah sebagai fungsi alat pendidikan masyarakat terutama para pemuda–pemudanya. Sebagai alat penmebal rasa solidaritas kolektif, sebagai alat untuk memberi kesempatan bagi seseorang untuk melarikan diri sementara dari kehidupan nyata ke dunia khayal yang indah. Sebagai alat pengehibur penontonnya dan lain sebagainya (Edi Sedyawati dan Joko Damono (1981: 81). Berpedoman pada pendapat kedua tokoh tersebut, maka marawis dalam

masyarakat Arab di Pasar Kliwon berfungsi sebagai alat penebal solidaritas dan

alat pendidikan bagi masyarakat di Pasar Kliwon khususnya dan Surakarta pada

umumnya untuk mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dan

mengajak manusia untuk beramar ma’ruf nahi munkar (menuju kebaikan dan

mencegah kemunkaran).

2. Tradisi

Menurut Nyoman Bharata (1982: 22), pengertian tradisi berasal dari

bahasa latin “traditio’’ yang berarti penyerahan. Penyerahan tersebut berupa

pengetahuan tentang prinsi-prinsip yang tertinggi. Sehubungan dengan hal

tersebut, Hardjono (1975: 23) berpendapat:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Tradisi adalah suatu pengetahuan atau ajaran yang diturunkan dari masa ke masa, yang memuat tentang prinsip universal yang digambarkan menjadi kenyataan dan kebenaran relatif, dengan demikian segala kebenaran dan kenyataan dalam alam yang lebih rendah adalah peruntukan (aplication) dari pada prinsip universal. Van Peursen (1976: 11), berpendapat bahwa tradisi merupakan pewarisan

secara penerusan norma-norma, adat istiadat, kaidah-kaidah dan pewarisan harta

kekayaan. Pengertian tentang tradisi yang lain adalah sesuatu budaya yang di

dalam melaksanakan hak seseorang berdasarkan aturan yang pernah dilakukan

oleh generasi sebelumnya. Pada perkembangannya menjadi tradisional yang

berarti mencakup segala sesuatu yaitu adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan dan

ajaran yang turun temurun. Dalam Ensiklopedia Indonesia (1984: 23) tradisi

adalah hal atau isi sesuatu yang diserahkan dari sejarah masa lampau dalam

bidang adat, bahasa, tata kemasyarakatan dan keyakinan maupun proses

penyerahan atau penerusan kepada generasi berikutnya.

Sidi Gazalba (1974: 47), berpendapat tentang tradisi bahwa kehidupan

kebudayaan berlaku dalam waktu kebudayaan mempertahankan diri dengan jalan

tradisi yaitu pewarisan unsur-unsur kebudayaan diri dari suatu angkatan menuju

angkatan berikutnya, karena sesuatu tidak datang secara tiba-tiba untuk menjadi

suatu kebudayaan. Tanpa kehidupan, suatu kebudayaan akan diakhiri dengan

kemusnahan. Tradisi merupakan syarat kesinambungan seluruh kehidupan, syarat

bagi kesinambungan seluruh kehidupan berbentuk waktu yang meliputi masa lalu,

masa kini dan masa yang akan datang. Dengan demikian tradisi adalah segala

sesuatu seperti adat yang bersifat memaksa dan berlangsung terus menerus dalam

masyarakat (Koentjaraningrat, 1993: 23).

Tradisi akan berlangsung sejalan dengan dengan bergantinya generasi

penerus yang masih mempertahankan segala sesuatu yang diwariskan oleh nenek

moyangnya. Setiap arga negara suatu masyarakat yang mempunyai berbagi tradisi

mempunyai kewajiban untuk tetap mempertahankannya agar tetap sesuai dengan

kepribadian aslinya. Perubahan yang terjadi karena pengaruh dari luar akan

dipergunakan sebagai masukan yang bernilai positif namun tidak memudarkan

nilai asli dari tradisi masyarakat tersebut.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi adalah

suatu adat kebiasaan yang diperoleh secara turun temurun dari para pendahulunya

atau nenek moyangnya. Tradisi juga diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan sosial

dengan melibatkan warga masyarakat dalam usahanya untuk mencapai tujuan

bersama dan merupakan bagian yang integral dari kehidupan masyarakat

pendukungnya.

Berkaitan dengan definisi tradisi seperti tersebut di atas, maka marawis

adalah tradisi dalam hal kesenian yang merupakan budaya masyarakat Arab di

Pasar Kliwon yang di bawa oleh para pendahulu mereka dari Hadramaut, Yaman

Selatan. Tradisi ini akan tetap dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat

pendukungnya sampai saat ini. Masyarakat Arab menggunakan tradisi tersebut

sebagai salah satu usaha untuk mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat

setempat. Pada perkembangnnya tradisi ini dikembangkan kepada masyarakat

umum di Surakarta dengan mengajak masyarakat untuk mengarah pada kebaikan

dan mencegah kemungkaran (Amar Ma’ruf Nahi Munkar), seperti yang

dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW. Tradisi marawis dalam masyarakat

Arab di Pasar Kliwon biasanya dimainkan di dalam Masjid pada acara Maulid

Nabi Muhammad SAW yang diadakan setiap tahun, halalbihalal dan (khaul)

memperingati kematian orang Islam yang dianggap berjasa dalam masyarakat dan

pesta pernikahan.

3. Dakwah Islam

Allah SWT dalam Al Quran surat Yusuf ayat 108, telah mengajarkan

kepada Nabi Muhammad agar menyeru, mengajak, memanggil umat manusia ke

jalan– Nya (Departemen Agama Republik Indonesia, 2005: 249 ). Makna dakwah

dalam ayat ini ialah ad-dakwah ila Allah (ad’u ila Allah) yakni seruan, ajakan,

panggilan dan imbauan kepada Allah. Seruan, ajakan, panggilan dan imbauan

kembali kepada Allah disebut dengan istilah dakwah (Amien Rais, 1987: 24).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer mengidentifikasikan

istilah ‘‘Islamisasi” dengan kata Dakwah. Istilah Islamisasi berasal dari kata

‘‘Islam” dan mendapat sufiks ‘‘isasi”, hal ini mengandung maksud bahwa Islam

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

adalah ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman

pada Al Qur’an dan Al Hadits. Sufiks ‘‘isasi” mengandung keadaan menjadi

proses. Jadi secara keseluruhan Islamisasi merupakan suatu proses yang dilakukan

oleh Nabi Muhammad maupun para pengikutnya untuk menjadikan seseorang

atau banyak orang untuk memeluk agama Islam (Peter Salim dan Yenny Salim,

1991: 4 ).

Pendapat kedua tokoh tersebut didukung oleh Effendy Zarkasi (1977: 14),

bahwa dakwah berarti menghasung (mengajak) kepada kebaikan dan petunjuk

agar mengerjakan yang baik (ma’ruf) dan menjauhi kejahatan (munkar), agar

mereka mancapai keutuhan dunia dan akherat. Maksud dari jalan baik dan

petunjuk yang baik tidak lain adalah Islam. Berdasarkan beberapa pendapat diatas,

dapat ditarik simpulan bahwa Islamisasi atau dakwah merupakan suatu ajakan,

seruan atau panggilan kepada seseorang atau banyak orang untuk berbuat baik dan

menjauhi kejahatan. Dalam penelitian ini, untuk menyebut kedua istilah

‘‘Islamisasi dan Dakwah” penulis menggunakan istilah Dakwah Islam.

Toto Tasmoro (1987: 35), mengidentifikasikan Islamisasi dengan istilah

Dakwah. Kata dakwah berasal dari bahasa Arab da’a dari kata da’a yad’u

du’aaan/da’watan, lalu menjadi kata du’a atau da’wah yang berarti do’a yang

keduanya mempunyai arti yang sama yaitu ajakan atau panggilan. Asal kata da’a

ini bisa diartikan bermacam-macam tergantung pada pemakaian dalam kalimat.

Mislanya: ”da’ahu artinya memanggil atau menyeru, da’alahu artinya mendoakan

kepadanya”. Dakwah berarti seruan seseorang kepada orang lain agar masuk dan

mengikuti ajaran Islamn. Pendapat ini juga didukung oleh Chadijah Nasution,

yang menyatakan bahwa dakwah dalam Islam adalah mengajak masyarakat untuk

melaksanakan ajaran-ajaran Islam dan menyuruh berbuat baik itu adalah tugas

dalam agama Islam. Lebih luas Amien Rais mengartikan dakwah secara makro,

yaitu dakwah dalam Islam merupakan suatu rekonstruksi masyarakat yang

mengandung unsur-unsur Jahiliyyah menjadi masyarakat yang Islami. Dakwah

juga merupakan proses Islamisasi pada seluruh kehidupan manusia, jadi kegiatan

dakwah dalam Islam meliputi segenap dimensi kehidupan manusia (Ridin

Sofwan, 2000: 34).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Dakwah Islam merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat Islam di

seluruh dunia. Seperti pendapat Hamka (1993: 71), bahwa:

Setiap muslim harus menyiarkan agamanya, baik yang pengetahuannya sedikit apalagi yang banyak, kepada orang lain yang belum mengetahuinya. Hal itu disebabkan karena kebenaran yang terkandung di dada setiap Muslim tidak akan diam, kecuali kebenaran itu terwujud dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Dan ia tidak akan puas hingga ia menyampaikan kebenaran itu pada setiap orang, sehingga apa yang ia percayai itu juga sebagai kebenaran oleh anggota masyarakat dan umat manusia pada umumnya.

Pendapat Hamka itu sesuai dengan Hadits nabi ‘‘Sampaikanlah walau

hanya satu ayat”. Berdasarkan Al Quran surat Al imron ayat 104 (Departemen

Agama Islam Republik Indinesia, 2005: 64 ), bahwa hukum dakwah Islam adalah

Fardhu Kifayah (kewajiban kolektif) dan fardhu ’ain (kewajiban individu). Ada

sebagian orang menganggap ayat ini mengandung pengertian tab’id (bagian),

sehingga hukum dakwah menjadi fardhu kifayah. Ada pula yang menganggap

sebagai zaidah (tambahan), sehingga hukumnya menjadi fardhu a’in.

Satu hal yang tidak dapat dipungkiri oleh setiap muslim bahwa agama

Islam merupakan agama motivasi dan sudah menjadi kewajiban bagi setiap

muslim untuk menyerukan, mendakwahkan Islam dengan kemampuan masing-

masing. Sesungguhnya seorang Da’i atau pengajak bertugas untuk mengajak

seluruh manusia, baik yang muslim maupun nonmuslim untuk memahami Islam

dan mengamalkannya serta menegakkan syariat Islam di muka bumi, agar

manusia meraih kebahagiaan di dunia dan mendapat kenikmatan di akhirat.

Seorang Da’i dituntut untuk menjelaskan, menguraikan dan merinci ajaran Islam

dengan mengambil keteladanan dari Rosulullah SAW (Jum’ah Amin Abdul Aziz,

1997: 46). Seorang Da’i dalam berdakwah harus selalu memperhatikan esensi dari

dakwah itu sendiri yaitu ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan

terhadap orang lain untuk menerima ajaran Islam dengan penuh kesadaran.

Pendapat tersebut sejalan dengan definisi dakwah menurut Arifin (1977: 17),

sebagai berikut:

Dakwah merupakan suatu kegiatan atau ajakan yang baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana secara individual maupun secara kelompok agar supaya

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya suatu paksaan. Berpedoman pendapat tersebut di atas, maka dalam mengembangkan dan

menyiarkan ajaran agama dan haruslah berpegang teguh pada tata cara dan aturan

permainan yang ditentukan. Misalnya, harus menghormati dan menghargai hak-

hak asasi manusia, tidak boleh melakukan kekerasan terhadap pemeluk agama lain

apalagi sampai memaksa dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan lahirnya

Islam ke dunia yang tidak mengenal paksaan ataupun kekerasan.

Dakwah juga diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan atau suatu proses

dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk

memberikan arahan dan pedoman bagi gerak dan langkah kegiatan dakwah

tersebut. Din Syamsudin (2002: 127), dalam rangka mancapai tujuan dakwah

seorang Da’i atau pengajak harus mendasarkan pada dua konsep dasar dalam

dakwah yaitu:

1) Dakwah bi lisanil hal yaitu penyampaian ajaran Islam dengan budi pekerti

yang luhur, sehingga Da’i dianggap sebagai panutan dalam bertindak dan

bertingkah laku.

2) Dakwah bi lisalil maqal yaitu dakwah dengan menggunakan pernyataan-

pernyataan lisan (ceramah, seminar, nasehat).

Dengan berpedoman pada dua konsep tersebut, maka tujuan dakwah akan tercapai

apabila pada diri manusia sudah terjadi proses sosialisasi yang di wujudkan ke

dalam kehidupan beragama.

Tujuan dakwah Islam dapat dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum

dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah untuk mengajak manusia ke jalan yang

benar yang di ridhoi oleh Allah SWT, sedangkan tujuan khususnya dapat

dibedakan menjadi:

(1) Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu

meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

(2) Membina mental agama Islam bagi kaum yang masih mualaf (orang yang baru

beriman).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

(3) Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah

(memeluk agama Islam).

(4) Mendidik dan mengajarkan kepada anak-anak agar tidak menyimpang dari

fitrahnya.

Dalam rangka mencapai tujuan dakwah secara efisien dan efektif maka,

komponen yang dianggap tepat adalah dengan menggunakan media dakwah.

Media dakwah adalah segala alat bantu yang di gunakan oleh Da’i dalam

menyampaikan pesan dakwahnya kepada orang yang di dakwahi untuk mencapai

tujuan dakwah yang diinginkannya. Ruang lingkup yang bisa dijadikan sebagai

media dakwah adalah (1) keluarga, (2) lingkungan pendidikan, (3) organisasi (4)

seni budaya dan (5) media massa.

Dalam menyebarkan cita-cita atau tujuan, maka media merupakan alat

yang penting dan sekaligus sebagai urat nadi dalam menyebarkan dakwah Islam.

Datuk Tombak Alam, 1990 dalam Maryati (1997: 26) membagi dakwah ke dalam

empat sifat, yaitu:

(1) Media lisan, yaitu melalui kata-kata yang terucap untuk menyalurkan cita-cita

antar manusia.

(2) Media tulisan, berwujud buku-buku bacaan, surat kabar, majalah dan

sebagainya yang berfungsi sebagai penyebar cita-cita.

(3) Media radio, merupakan media yang dapat di dengar sebagai penyalur cita-

cita.

(4) Media film atau pertunjukan, berfungsi sebagai penyebar cita-cita dan

membentuk pendapat umum.

Kaitan anatara pendapat-pendapat di atas dengan penelitian ini adalah

masyarakat ataupun orang-orang Arab di Pasar Kliwon, Surakarta memiliki peran

atau posisi yang strategis dalam proses dakwah Islam. Dalam menyebarkan ajaran

Islam, para ulama Arab menggunakan cara-cara yang tepat sehingga dapat

diterima dengan baik oleh penduduk setempat. Misalnya: dengan menggunakan

media kesenian. Melalui kesenian marawis yang dipentaskan oleh para ulama di

setiap majelis ilmu dapat menciptakan keramaian, sehingga masyarakat yang

mendengar muncul keinginan untuk datang ke majelis dan menyaksikannya.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Melalui syair-syair yang terwujud daam alunan qosidah atau ceramah-cermah

yang disampaikan oleh ulama dalam majelis sehingga masyaarakat secara

langsung atau tidak langsung telah menyerap ajaran-ajaran Islam. Oleh karena itu,

para ulama Arab di Pasar Kliwon Surakarta dalam berdakwah tidak terlepas dari

kebudayaan yang dimiliki penduduk setempat yaitu marawis. Selain melalui

kebudayaan, cara lain yang digunakan oleh masyarakat Arab di Pasar Kliwon

Surakarta dalam mendakwahkan ajaran Islan yaitu melalui bidang pendidikan

dengan mendirikan lembaga pendidikan atau sekolah yang berlandaskan ajaran

Islam. Melalui seni budaya yang bernafaskan Islam atau dengajn pendidikan

semuanya bertujuan untuk mengajak masyarakat di sekitarnya manusia untuk

berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran agar mencapai kebahagiaan di

dunia dan akherat (amar ma’ruf nahi munkar).

B. Penelitian yang relevan

Untuk mempertajam dan memperkuat hasil penelitian ini, maka penulis

menggunakan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang sedang penulis

teliti yaitu:

Penelitian Hana Farkhana (2007) dengan judul “Musik Gambus dalam

Komunitas Arab di Pasar Kliwon, Surakarta’’. Karya ini dutujukan untuk

mendapat gelar Sarjana Karawitan pada Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta;

yang terdiri dari lima bab dengan tebal 89 halaman.

Menurut Hana Farkhana (2007), penelitiannya lebih menitikberatkan pada

melodi, syair dan lagu serta instrumen yang digunakan dalam gambus sesuai

dengan pendidikan tempat menuntut ilmu yaitu di ISI Surakarta. Musik gambus

muncul di Pasar Kliwon diduga bersamaan dengan penyebaran Islam yaitu kira-

kira tahun 1730-an yang dibawa oleh para pedagang Arab di Pasar Kliwon.

Apabila dilihat dari pendekatan sejarah musik gambus dalam komunitas Arab di

Pasar Kliwon, merupakan hasil pewarisan dari orang-orang Arab dari Hadramaut.

Dalam usaha menyebarkan ajaran Islam, kedudukan kesenian mempunyai peranan

yang sangat penting yaitu sebagai sarana untuk mendakwahkan agama Islam.

Kehadiran musik gambus di Pasar Kliwon, pada mulanya merupakan sarana untuk

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

mendakwahkan ajaran agama Islam. Berdasarkan keterangan di atas dapat

diketahui bahwa munculnya musik gambus pada masyarakat Arab di Pasar

Kliwon sebagai dampak dari kegiatan mendakwahkan ajaran Islam. Pada tahun

1730-an penduduk di Surakarta hanya sedikit yang mengenal atau sudah memeluk

Islam. Dalam kehidupannya, penduduk yang sudah mengenal atau memeluk Islam

juga belum taat dan tertib dalam melaksanakan dan mengamalkan ajaran islam

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga orang-orang Arab di Pasar Kliwon dalam

menyebarkan ajaran Islam menggunakan musik gambus sebagai medianya.

Relevansi antara karya Hana Farkhana dengan penelitian ini terletak pada

fungsi pementasannya yaitu sebagai sarana untuk mendakwahkan ajaran Islam.

Hal itu dapat dilihat dari syair-syair dan lagu yang dilantunkan dalam kesenian

musik gambus. Tulisan Hana Farkhana ini dapat dikatakan sebagai ikhtisar saja,

karena di dalamnya hanya berisikan uraian secara singkat mengenai fungsi musik

gambus dalam komunitas Arab di Pasar Kliwon yang meliputi fungsi hiburan dan

fungsi komunikasi serta fungsi simbolik.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran adalah suatu alur berfikir yang digunakan oleh

peneliti dengan menggambarkan secara menyeluruh dan sitematis. Kerangka

pemikiran yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan I. Alur Kerangka Pemikiran

Budaya Arab

Masy. Arab di Pasar Kliwon

Budaya Jawa

Tradisi marawis

Dakwah Islam

Agama Islam

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Keterangan:

Agama Islam merupakan agama yang diturunkan di tanah arab yang

ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW Agama Islam mengalami perkembangan

pesat di seluruh dunia. Kegemilangan dan kebesaran agama Islam itu dapat

dirasakan dimana-mana. Agama Islam di Indonesia disebarkan dengan cara-cara

damai misalnya melalui kontak antar pedagang di daerah pesisir, perkawinan,

pendidikan di pondok pesantren, kesenian dan lain sebagainya. Agama Islam

turun di tanah Arab dan Al Quran sebagai pedoman umat Islam bertuliskan dan

berbahasa Arab, walaupun demikian agama Islam dan budaya Islam tidak hanya

diperuntukkan kepada orang-orang Arab tetapi untuk seluruh umat manusia yang

ada di bumi.

Para ulama Arab di Pasar Kliwon melakukan berbagai cara dalam rangka

memasukkan ajaran Islam ke dalam kehidupan masyarakat setempat. Para ulama

Arab berusaha mempergunakan cara yang tepat untuk memudahkan masyarakat

agar dapat menerima ajaran Islam. Cara yang ditempuh yaitu dengan melalui seni

budaya Islam yang bernama marawis. Melalui seni budaya, banyak diantara para

ulama yang mengalami keberhasilan dalam mendakwahkan Islam. Tradisi ini

berkembang di daerah tersebut karena kondisi dan situasi masyarakat setempat

memungkinkan sekali untuk menggunakan tradisi ini sebagai sarana untuk

mendakwahkan Islam baik kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Masyarakat dapat menerima pesan-pesan, ajaran Islam yang disampaikan di

dalam syair dan lagu-lagu marawis, karena didorong oleh kebutuhan lahiriyah dan

kebutuhan batiniyah.

Di dalam pelaksanaannya, terdapat kesamaan pandangan dan tujuan antara

budaya Jawa (masyarakat Surakarta adalah orang Jawa) dengan masyarakat Arab

di Pasar Kliwon yang tersimbolkan oleh tradisi marawis.yaitu keduanya berfungsi

untuk mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat sekitar maupun di

Surakarta pada umumnya.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan Pasar

Kliwon, Surakarta. Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi

dengan judul “Tradisi Marawis Di Pasar Kliwon” (Studi Tentang Budaya

Masyarakat Arab di Surakarta). Lokasi ini dipilih karena tempat tersebut

merupakan tempat berkembangnya tradisi marawis yang dilakukan oleh

masyarakat Arab di Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan, yaitu terhitung dari

pengajuan judul, penyusunan proposal, mengurus perijinan sampai pengumpulan

data dan penulisan akhir, yang dimulai sejak pengajuan judul pada bulan Januari

2009 sampai Agustus 2009.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Di dalam suatu penelitian ilmiah, diperlukan suatu metode tertentu yang

sesuai dengan obyek penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk

mencapai tujuan penelitian dengan menggunakan teknik tertentu. Dengan kata

lain, metode adalah cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah yang

menyangkut masalah kerja, yaitu cara untuk dapat memahami objek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1983: 7). Pada penelitian ini,

peneliti menggunakan bentuk penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi.

Penelitian kualitatif yang peneliti lakukan ini bersifat deskriptif yang berupa kata-

kata tertulis atau lisan, perilaku yang diamati. (Moleong, 2002: 3).

24

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Penelitian kualitatif adalah suatu kegiatan untuk menjawab berbagai

pertanyaan tentang bagaimana dan mengapa. Menurut Lexy J. Moloeng (1991:

30), yang dimaksud dengan penelitan kualitatif adalah suatu bentuk penelitian

yang menghasilkan karya ilmiah dengan menggunakan deskriptif yang berupa

kata-kata tertulis atau lisan atas perilaku yang dapat diamati terhadap kelompok

manusia, obyek, dan kebudayaan.

Pendekatan etnografi sebagai suatu cara untuk mempelajari masyarakat

yang kemudian dibuat gambaran mengenai semua segi kehidupan seperti cara

berfikir, sistem mata pencaharian, sistem kerjasama, pandangan-pandangan serta

aturan-aturan yang berlaku mengenai sistem keluarga. Penelitian kualitatif pada

hakekatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, dan berusaha

memahami tafsiran tentang dunia sekitar (Nasution, 1988: 5).

Etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain.

Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik

penelitian, teori etnografis dan berbagai macam deskripsi kebudayaan. Etnografi

suatu pemahaman yang sistematis mengenai kebudayaan manusia dari perspektif

orang yang telah mempelajari kebudayaan. Etnografi didasarkan pada asumsi

bahwa pengetahuan dari semua kebudayaan sangatlah tinggi nilainya. Etnografi

selalu menggunakan hal yang dikatakan oleh orang dalam upaya untuk

mendeskripsikan kebudayaan (James P. Spradly, 1997: 13).

Pada Perkembangannya, etnografi tidak hanya merupakan paparan tanpa

interprestasi. Roger M. Keesing dalam Burhan Bungin (2007: 220),

mendifinisikan etnografi sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya

tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya dalam mendeskripsikan

suatu kebudayaan seorang etnografer (peneliti etnografi) juga menganalisis.

Berpedoman pada pendapat di atas dapat diketahui bahwa entografi adalah

pelukisan sistematis dan analisis kebudayaan kelompok masyarakat atau suku

bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

2. Strategi Penelitian

Ditinjau dari obyek yang diteliti, penelitian mengenai Tradisi marawis di

Pasar Kiwon termasuk dalam penelitian kasus atau studi kasus. Penelitian ini

menggunakan strategi studi kasus terpancang tunggal. Strategi studi kasus

terpancang tunggal karena masalah yang akan diteliti mempelajari secara intensif

tentang latar belakang keadaan dan interaksi lingkungan satu unit sosial, individu,

lembaga atau masyarakat.

Winarno Surakhmad (1990: 143), menyatakan bahwa “studi kasus

memusatkan perhatian pada kasus secara intensif dan mendetail’’. Definisi lain,

“studi kasus merupakan proses inkuiri yang menyelidiki fenomena didalam

konteks kehidupan nyata, batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak

dengan tegas dan di mana multi sumber bukti dimanfaatkan” (Robert K. Yin,

1997: 12). Kasus adalah suatu permasalahan yang harus diselesaikan. Disebut

terpancang karena sasaran dan tujuan serta masalah yang disebut sudah ditetapkan

sebelum terjun ke lapangan atau tempat penelitian. Tunggal karena hanya

memiliki karakteristik tunggal yang menyangkut berbagai unit dan merupakan

satu kesatuan di suatu tempat yaitu berlangsungnya tradisi marawis di Pasar

Kliwon Surakarta.

Moch. Nasir (1985: 68), menyatakan bahwa subyek penelitian dalam studi

kasus tunggal adalah individu, kelompok, lembaga dan masyarakat. Kasus ini

mempelajari secara intensif dengan memberikan gambaran yang mendalam

tentang latar belakang, sifat, dan karakter-karakter yang khas dari kasus

selanjutnya dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Studi kasus bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang memberikan ciri khas pada tingkah laku sosial,

memahami hubungan dengan lingkungan sekitarnya, sejarah, unit sosial yang

diselidiki serta faktor-faktor sosial yang mempengaruhi. Penelitian ini merupakan

gambaran peristiwa secara sistematis tentang tradisi marawis yang dimiliki

masyarakat di Pasar Kliwon Surakarta.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

C. Sumber Data

Sumber data merupakan suatu sumber di mana data diperoleh. Data tidak

akan bisa diperoleh tanpa adanya suatu sumner data. Dalam memilih sumber data

peneliti harus berfikir mengenai kemungkinan kelengkapan informasi yang akan

dikumpulkan dan juga validitasnya. Adapun sumber data yang digunakan dalam

penelitan ini adalah sebagai berikut:

1. Informan

Informan adalah orang yang diwawancarai, dan diminta informasi oleh

pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan

memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu obyek penelitian (Burhan

Bungin, 2007: 108).

Menurut Lexy J. Moloeng (1991: 12), informan adalah orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

belakang penelitian. Informan dipandang menguasai permasalahan yang akan

dikaji oleh peneliti serta dapat merekonstruksi mengenai organisasi, kejadian,

motivasi, dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti.

Di dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia sangat penting

perannya sebagai individu yang memiliki informasi, oleh karena itu untuk

memilih siapa yag akan menjadi informan, peneliti harus memahami posisi

dengan beragam peran dan keterlibatannya dengan informasi yang sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Dalam penelitian, kesalahan dalam memilih informan akan

berakibat kurang mantapnya data yang diperoleh dalam penelitiannya (Sutopo,

2006: 58).

Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan kepada beberapa

informan. Informan dipilih dari orang-orang yang lebih mengetahui secara

mendalam tentang Tradisi Marawis di Pasar Kliwon. Wawancara dengan

informan dilaksanakan kepada : (1) Pemain Marawis, (2) Tokoh masyarakat

keturunan Arab, (3) Tokoh masyarakat dari keturunan Jawa, (4) Majelis Ulama

Indonesia (MUI) Surakarta, (5) Perangkat pemerintah, (6) Orang-orang yang

mengetahui permasalahan yang sedang diteliti.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan penelitan dapat dijadikan sebagai sumber informasi karena

dalam pengamatan harus ada kesesuaian dengan konteks dan situasi sosial yang

selalu melibatkan pelaku, tempat dan aktivitas. Tempat dan peristiwa

dimaksudkan untuk memperkuat penelitian.

Pengumpulan data dilaksanakan di Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan

Pasar Kliwon Surakarta karena pemain marawis berasal dari daerah yang berada

dalam Kelurahan Pasar Kliwon. Dalam penelitian ini, juga dilaksanakan

pengamatan secara langsung dengan hal–hal yang berhubungan dengan

pelaksanaan pementasan marawis di Pasar Kliwon. Dari tempat ini akan

didapatkan berbagai fenomena dan data yang sangat diperlukan dalam penelitian,

sehingga dapat memperkuat keterangan yang diberikan oleh informan dan sebagai

bukti yang nyata.

3. Dokumen dan Arsip

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 66), arsip adalah

“dokumen tertulis (surat, akta, dan sebagainya), lisan (pidato, ceramah, dan

sebagainya), atau bergambar (foto, film, dan sebagainya), dari waktu yang

lampau, disimpan dalam media tulis (kertas), elektronik (pita kaset, pita video,

disket komputer, dan sebagainya), biasanya dikeluarkan oleh instansi resmi, di

simpan dan di pelihara di tempat khusus untuk referensi”. Sedangkan pengertian

dokumen di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 272), adalah “surat

yang tertulis atau tercetak yang dapat di pakai sebagai bukti keterangan (seperti

akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian), barang cetakan atau naskah yang di

kirim melalui pos, rekaman suara, gambar di film, dan sebagainya yang dapat di

jadikan bukti keterangan”. Penggunaan dokumen dan arsip sebagai sumber data

atau informasi, maka peneliti dapat mengatasi ruang dan waktu sehingga terbuka

peluang untuk mendapatkan data mengenai gejala sosial yang hilang.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Dalam penelitian ini, data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian

berupa laporan monografi kelurahan Pasar Kliwon, artikel-artikel dari media

massa, buku kumpulan lagu-lagu marawis, kaset rekaman lagu marawis, dan

dokumentasi berupa foto-foto yang berkaitan dengan tradisi marawis.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Kartini Kartono (1983: 171) menyatakan “wawancara adalah suatu

percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, dimana dua orang atau

lebih berhadapan secara fisik”. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan

terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Materi wawancara adalah tema

yang ditanyakan kepada informan, berkisar antara masalah atau tujuan penelitian

(Burhan Bungin, 2007: 108).

Wawancara merupakan suatu interaksi dan komunikasi. Interaksi yaitu

antara peneliti dengan informan. Wawancara ini dilakukan secara mendalam

bersifat terarah dan tidak terarah. Wawancara terarah dilakukan secara sistematis

dan berencana dalam bentuk pertanyaan tercatat kepada informan. Wawancara

tidak terarah dilakukan secara bebas kepada informan dalam memberikan

keterangan umum dan tidak terduga yang tidak diketahui bila ditanyakan dengan

wawancara tidak terarah, wawancara seperti ini disebut wawancara mendalam

atau in- depth interviewing (Sutopo, 2006: 68). Wawancara di dalam penelitian

kualitatif dilakukan secara terstruktur ketat, wawancara dilakukan dengan

pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended), dan mengarah pada kedalaman

informasi, serta wawancara yang dilakukan secara formal tidak terstruktur

(Sutopo, 2006: 69).

Hal-hal yang dipersiapkan sebelum wawancara adalah sebagai berikut:

1) Penentuan siapa yang akan diwawancarai.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Informasi atau data yang lengkap dan dalam sangat penting karena akan

menentukan kualitas penelitian. Oleh karena itu, dalam pengumpulan

informasi melalui wawancara, peneliti harus bisa mendapatkan informan yang

tepat.

2) Persiapan wawancara

Peneliti harus mempersiapkan diri untuk memahami pribadi dan peran

informan dalam konteksnya, sehingga paneliti harus berusaha menyesuaikan

diri dengan karakter dan posisi informan agar tidak terjadi kesan yang

mungkin kurang tepat sehingga bisa berakibat mendapatkan informasi yang

kurang sesuai dengan yang diharapkan.

3) Langkah awal

Peneliti perlu menjalin keakraban berbagai informan yang dihadapinya, dan

memberikan kesempatan pada informan untuk mengorganisasikan apa yang

ada dalam pikirannya, sehingga benar-benar terjadi suasana yang santai.

4) Pengusahaan agar wawancara bersifat produktif

Wawancara perlu dijaga agar tetap santai dan lancar. Peneliti jangan banyak

memotong pembicaraan, dan berusaha menjadi pendengar yang baik tetapi

kritis. Keberhasilan peneliti dalam menjaga kelancaran wawancara dengan

alur yang semakin mendalam pada fokusnya akan membuat wawancara

semakin produktif.

5) Penghentian wawancara dan mendapatkan simpulan

Bila peneliti menangkap gejala kejenuhan baik pada informan maupun pada

peneliti sendiri, maka peneliti wajib bisa menghentikan wawancara tersebut,

dan sudah dapat ditarik simpulan dari semua informasi yang diberikan oleh

informan (Sutopo, 2006: 72).

Dalam penelitian ini, peneliti sebagai wawancara menggunakan teknik

terstruktur, yaitu teknik wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri

masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dibuat kerangka dan garis

besarnya sebelum berada di lapangan penelitian, sehingga pertanyaan yang

diberikan akan lebih terarah. Pertanyaan yang diberikan dapat berkembang sesuai

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

kebutuhan data meskipun pertanyaan tersebut tidak ada dalam pedoman

wawancara.

2. Observasi

Sutrisno Hadi (1977: 7) berpendapat bahwa “observasi adalah suatu

pengamatan-pengamatan, pencatatan-pencatatan secara sistematis fenomena-

fenomena yang diselidiki”. Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan

pengamatan oleh seorang peneliti (Kartini Kartono, 1983: 142). Dari observasi

akan diperoleh data lisan dan tertulis atau dokumenter dari objek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya menonton dan mendengarkan apa yang

menarik saja tetapi juga mencatat dan mengumpulkan keterangan-keterangan dari

apa yang dilihat dalam objek pengamatan di lokasi penelitian.

Kegiatan observasi ditinjau dari cara pelaksanaan dan tujuannya. Kartini

Kartono (1983: 147-152) dapat dibedakan dalam tiga teknik obeservasi, yaitu :

a. Teknik oberservasi yang partisipatif

Peneliti ikut berpartisifasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan para obyek

yang dioberservasi, dengan mempertimbangkan akses yang bisa diperolehnya

dan dimanfaatkan bagi pengumpulan data.

b. Teknik oberservasi non-partisipatif,

Peneliti hanya mendatangi lokasi, tetapi sama sekali tidak terlibat langsung

dalam kegiatan.

c. Teknik oberservasi sistematis

Teknik observasi yang dilakukan untuk menemukan dan merumuskan

permasalahan, sekaligus menyusun kategori permasalahan, teknik observasi

sistematis sering dilengkapi alat-alat pencatat mekanis, seperti kamera, foto,

pita rekam, tape recorder, dan lain sebagainya.

d. Teknik oberservasi eksperimental

Merupakan teknik oberservasi yang dilakukan secara non-partisipatif namun

terstruktur dan sistematis dalam pelaksanaanya.

Sehubungan dengan penelitian ini, maka dipergunakan teknik obrservasi

non-partisipatif. Observasi non-partisipasif dilakukan dengan mendatangi

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

langsung ke lokasi observasi yang memungkinkan peneliti untuk melihat,

mengamati dan memepelajari secara langsung keadaan tempat yang diteliti, serta

jalannya atau pelaksanaan pementasan marawis di Pasar Kliwon. Observasi ini

memudahkan peneliti untuk mendapatkan data secara mendalam, sebab peneliti

dapat menangkap fenomena-fenomena yang muncul pada saat itu.

3. Analisis Dokumen

Analisis dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari

dan mengumpulkan data melalui membaca buku yang relevan dengan topik yang

menjadi bahan penelitian. Dokumen yang diperoleh secara langsung sebagai

sumber data, kemudian dianalisis dan diteliti serta disesuaikan dengan penelitian

yang dilakukan. Dokumen yang dianalisis adalah dokumen yang berhubungan

dengan penelitian. Dokumen sangat berharga untuk memahami aktivitas yang

dilakukan oleh sekelompok populasi tertentu yang faktanya tersimpan dalam

dokumen. Oleh karena itu, dokumen berfungsi apabila sudah dianalisis, kemudian

setelah dianalisis dokumen berfungsi pula sebagai bukti pengujian. Dokumen

merupakan sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif,

memanfaatkan suatu dokumen yang padat isinya biasanya menggunakan teknik

tertentu, teknik yang paling umum digunakan yaitu Content Analysis atau kajian

isi. Kajian isi menurut Burhan Bungin (2007: 155) yaitu teknik penelitian untuk

membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru, dan sah dengan memperhatikan

konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi.

Teknik ini dilakukan paling awal untuk melihat dan menghimpun

pengetahuan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tradisi marawis. Studi ini

merupakan langkah untuk mendapatkan pengetahuan terutama sebagai bekal

untuk melaksanakan penelitian di lapangan. Sebagai tindakan dalam studi ini

adalah dengan menganalisis sumber berupa kumpulan lagu-lagu marawis. Dari

sumber tersebut dapat diketahui bahwa isi dari syair dan lagu marawis merupakan

permohonan doa kepada Allah SWT, puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW,

harapan–harapan berupa surga, rahmat dan kasih Allah ta’ala.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

E. Teknik Sampling (Cuplikan)

Teknik sampling adalah suatu bentuk khusus atau suatu proses yang

umum dalam memusatkan atau pemilihan riset dalam penelitian yang mengarah

pada pendekatan seleksi (Sutopo, 2006: 63). Sedangkan Lexy J. Moleong (1990:

178 - 179), berpendapat bahwa teknik sampling adalah untuk mengiring sebanyak

informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan yang muncul. Teknik sampling

yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling atau dapat juga

disebut criterion based selection atau sampling bertujuan. Teknik sampling

bertujuan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk

menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui permasalahan secara

mendalam, dengan demikian informasi yang diterbitkan bersifat tetap, jelas dan

tidak diragukan (Lexy J. Moloeng, 1990: 30). Cara yang dilakukan untuk

mendapatkan jumlah dan kualitas data yang diharapkan, maka peneliti

menggunakan teknik cuplikan bola salju atau “snawball sampling”, yaitu peneliti

pertama-tama datang kepada seseorang menurut pengetahuannya sebagai “key

informan”, setelah dipandang cukup, orang tersebut mencari subyek lain yang

dianggap tahu permasalahannya sebagai informan baru. Demikian seterusnya,

berganti informan berikutnya sehingga data yang diperoleh semakin lengkap dan

mendalam.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik snawball sampling atau

teknik bola salju. Snawball sampling merupakan cara pemilihan informan pada

saat di lokasi penelitian kemudian berdasarkan petunjuk informasi lainnya yang

tidak terencana sebelumnya sehingga data lengkap dan mendalam.

F. Validitas Data

Validitas data adalah kebenaran dari kancah penelitian, dimana kebenaran

data dalam penelitian sangat diperlukan agar hasil penelitian tersebut benar-benar

dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam penelitian, untuk menentukan valid tidaknya suatu data, digunakan

suatu teknik yang disebut dengan teknik trianggulasi data. Yang dimaksud

”Teknik Trianggulasi Data” adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

dimanfaatkan sesuatu yang ada di luar data itu dan untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J. Moleong, 1991: 178).

Validitas ini merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna

sebagai hasil penelitian. Untuk mendapatkan data yang valid dalam suatu

penelitian kualitatif.

Menurut H.B. Sutopo (2006: 93 – 98), trianggulasi terdiri dari empat, yaitu

sebagai berikut:

1. Trianggulasi Data (Trianggulasi Sumber)

Cara ini mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data, wajib

menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama

atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber

yang berbeda. Trianggulasi sumber bisa menggunakan satu jenis sumber data

seperti informan. Trianggulasi data memanfaatkan jenis sumber data yang

berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Cara menggali data dari

sumber yang berbeda-beda dan juga teknik pengumpulan data sejenis bisa

teruji kemantapan dan kebenarannya.

2. Trianggulasi Metode

Peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan

teknik atau metode pengumpulan data. Penggunaan dari dua metode yang

ditekankan tersebut adalah penggunaan metode pengumpulan data yang

berbeda bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang

sama untuk menguji kemantapan informasinya.

3. Trianggulasi Peneliti

Pengumpulan data semacam atau sejenis tetapi dilakukan oleh beberapa

peneliti.

4. Trianggulasi Teori

Peneliti mengadakan penelitian dengan teknik yang sama dan datanya

dianalisis menggunakan perspektif teori yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan dua teknik trianggulasi yaitu. trianggulasi data

dan trianggulasi metode. Trianggulasi data adalah dalam mengumpulkan data

menggunakan informan dan sumber lapangan yaitu tempat dan peristiwa, serta

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

menggunakan sumber arsip dan dokumen. Sedangkan trianggulasi metode

digunakan untuk pengumpulan data yang berbeda yaitu melalui wawancara,

observasi, dan analisis dokumen. Penggunaan trianggulasai data dan trianggulasi

metode diharapkan data yang disajikan nantinya dapat dipertanggungjawabkan.

Keabsahan data dalam penelitian ini didapat dengan cara membandingkan data

dari sumber yang satu dengan sumber yang lain sehingga mendapatkan kebenaran

data.

G. Teknis Analisis Data

Analisis data kualitatif ialah sebuah strategi analisis yang melekat pada

setiap tahapan langkah penelitian kualitatif (Burhan Bungin, 2007: 144). Dalam

penelitian ini proses analisis data menggunakan model analisis interaktif

(interactive model analysis). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

menggunakan data yang bersifat kualitatif. Data kualitatif merupakan sumber dari

penelitian deskriptif yang berlandaskan kokoh serta memberikan penjelasan

tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Analisis kualitatif

merupakan analisis data yang didasarkan pada hubungan antara fakta yang satu

dengan yang lain secara sebab akibat untuk menerangkan peristiwa. Data

kualitatif dapat berupa kata-kata ataupun data yang berupa kalimat, yang masing-

masing data diperoleh dari beberapa sumber data seperti hasil wawancara,

observasi serta analisis dokumen merupakan variabel yang berdiri sendiri tetapi

keberadaanya saling melengkapi dan saling berhubungan (Miles, B. Mathew &

Huberman, A. Michael, 1992: 1).

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Bagan I. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif

Sumber: Miles, B. Mathew & Huberman, A. Michael, 1992: 20.

Analisis interaktif meliputi empat elemen pokok, yaitu :

1. Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data akan dihasilkan catatan mengenai beragam

informasi yang selanjutnya dikembangkan dan dilengkapi dengan beragam

cara refleksi yang mengarah pada usaha pemantapan simpulan – simpulan

awal dan perluasan serta pendalaman data pada waktu dilakukan pengumpulan

data berikutnya. Data yang disajikan dalam laporan bukan merupakan data

yang mentah, tetapi sudah merupakan hasil analisis berkelanjutan dalam

proses perjalanan pengumpulan data.

2. Data Reduction (reduksi data)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis

yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga

kesimpulan - kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Pengumpulan data

Sajian data Reduksi Data

Penarikan kesimpulan (verifikasi)

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

3. Data Display (penyajian data)

Alur terpenting kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian

data adalah sekumpulan informasi yang tersusun memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan tindakan.

4. Conclution Drawing (simpulan)

Penarikan simpulan sebagian dari kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan

itu diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi mungkin sesingkat

pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran selama menulis, suatu

tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau menjadi begitu seksama

dan membutuhkan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran untuk

mengembangkan kesepakatan inter subyektif, atau upaya untuk menempatkan

salinan suatu temuan dalam seperangkat data lain. Makna - makna yang

muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya.

Analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang terus menerus.

Proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi

menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan

analisis yang saling susul-menyusul (Miles, B. Mathew & Huberman, A.

Michael, 1992: 20).

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dapat segera

ditarik simpulan yang bersifat sementara. Agar simpulan dapat lebih mantap maka

peneliti memperpanjang waktu observasi tersebut sampai ditemukan data baru

yang dapat mengubah simpulan sementaraa sehingga diperoleh suatu simpulan

yang baik.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tata urutan langkah - langkah rinci yang harus

ditempuh untuk melaksanakan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian

dapat berjalan teratur sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk lebih jelas digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Bagan 2. Prosedur Penelitian

Keterangan:

1. Pemilihan masalah

2. Penulisan proposal

3. Pengumpulan data

4. Analisis data

5. Penarikan simpulan

6. Penulisan hasil penelitian

Dalam penelitian ini, dimulai dari pemilihan masalah penelitian, kemudian

dilanjutkan dengan penulisan proposal penelitian yang berisi pendahuluan, kajian

teori dan metodologi penelitian. Langkah berikutnya yaitu pengumpulan data

Pemilihan Masalah

Penelitian

Penulisan Proposal Penelitian

Pengumpulan Data

Analisis Data

Perbanyakan Hasil

Penelitian

Penulisan Hasil

Penelitian

Penarikan Kesimpulan

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

dengan metode yang telah ditetapkan yaitu : metode wawancara, metode observasi

dan analisis dokumen. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data yang telah

dikumpulkan. Analisis data yang dimaksud adalah mengorganisasikan data yang

telah diperoleh. Analisis data dalam hal ini ialah mengatur data, mengurut data,

mengelompokkan data agar dapat menjelaskan tentang apa yang ingin dicapai

dalam penelitian ini. Pada tahap analisis ini bila dirasa perlu untuk memantapkan

data pendukung yang lebih kuat yang belum terdapat dalam data yang sudah

terkumpul maka dapat kembali pada proses pengumpulan data untuk mencari data

yang diperlukan. Tahap selanjutnya merupakan tahap penarikan simpulan yang

dilanjutkan dengan tahap penulisan laporan penelitian.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Keadaan Geografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta

Kelurahan Pasar Kliwon merupakan salah satu dari 9 kelurahan yang

berada dalam wilayah Kecamatan pasar Kliwon Kota Surakarta yang memiliki

luas wilayah 3,6 Hm. Kelurahan Pasar Kliwon terdiri dari 8 kampung yang terbagi

menjadi 36 RT dan 12 RW. Secara administratif, Kelurahan Pasar Kliwon

mempunyai batas wilayah, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan

Baluwarti, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Joyosuran, sebelah Barat

berbatasan dengan Kelurahan Gajahan, dan sebelah Timur berbatasan dengan

Kelurahan Semanggi.

Ditinjau dari sudut pemerintahan, Kelurahan Pasar Kliwon dipimpin oleh

seorang Kepala Kelurahan seperti layaknya Kelurahan lainnya yang ada di

wilayah Indonesia. Kepala Kelurahan Pasar Kliwon dalam menjalankan roda

pemerintahan dibantu oleh perangkat Kelurahan yang meliputi: Sekretaris

Kelurahan dan empat orang Kepala Urusan, yaitu meliputi Kepala Urusan

Pemerintahan, Kepala Urusan Bangunan, Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat,

Kepala Urusan Umum.

2. Keadaan Demografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta

Berdasarkan data monografis Kelurahan Pasar Kliwon bulan Januari

2009, tercatat jumlah penduduk ada 7.200 jiwa, dengan perincian jumlah laki–laki

3.474 dan jumlah perempuan 3.726 jiwa. Jumlah kepala keluarga dari keseluruhan

jumlah penduduk adalah sebanyak 1.333 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk

di atas jika di klasifikasikan berdasarkan usia adalah sebagai berikut:

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Tabel 1. Jumlah Penduduk Dalam Klasifikasi Umur dan Kelamin Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Tahun 2009

Jumlah Kelompok Umur Laki – laki Perempuan

Orang % 0 – 4 153 151 304 4,2 5 – 9 281 242 523 7,3

10 – 14 298 280 578 8 15 – 19 278 313 591 8,2 20 – 24 302 328 630 8,8 25 – 29 303 365 668 9,3 30 – 34 291 270 561 7,8 35 – 39 286 264 550 7,6 40 – 44 371 360 731 10,1 45 – 49 363 358 721 10 50 – 54 174 262 436 6 55 – 59 176 246 422 5,9

60 ke atas 198 287 485 6,8 Jumlah 3.474 3.726 7.200 100

Sumber: Laporan Monografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Bulan Januari Tahun 2009

Dari jumlah penduduk di atas jika diklasifikasikan berdasarkan latar

belakang golongan etnis atau suku bangsanya menunjukkan ciri heterogen. Di

Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta terdapat sekurang–kurangnya 3 golongan

penduduk yaitu penduduk Jawa, keturunan Arab dan keturunan Cina. Adapun

kondisi penduduk berdasarkan kriteria golongan penduduk Jawa dan keturunan

asing adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Pengelompokan Penduduk Berdasarkan Kriteria Golongan Penduduk Jawa dan Keturunan Asing di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009

Jenis Kelamin Jumlah Kebangsaan L P Orang %

Jawa 2.543 2.543 5.290 73,5 Arab 827 948 1.775 24,6 Cina 104 31 135 1,9

Jumlah 7.200 100 Sumber: Laporan Monografi Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Bulan Januari

Tahun 2009

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Dalam bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

penduduk Pasar Kliwon mayoritas memeluk agama Islam. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Agama–Agama yang Dipeluk Penduduk Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Bulan Januari Tahun 2009

Jumlah No Agama

orang % 1 Islam 6.901 95,8 2 Kristen Katholik 24 0,3 3 Kristen Prootestan 256 3,6 4 Budha 19 0,3 5 Hindu - -

Jumlah 7.200 100 Sumber: Laporan Monografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Bulan Januari

Tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa agama Islam merupakan

agama mayoritas yang dipeluk oleh penduduk di Kelurahan Pasar Kliwon. Hal ini

tidak lepas dari silsilah para pendahulunya terutama masyarakat keturunan Arab

yang sebagian besar tinggal di wilayah ini. kedatangan bangsa Arab ke Indonesia

mengakibatkan timbulnya Islamisasi, maka agama Islam berkembang dengan

subur, tidak terkecuali di Kelurahan Pasar Kliwon. Pemeluk agama lain tetap

memiliki kebebasan untuk beribadah sesuai dengan agamanya. Semua itu tidak

lepas pula dari rasa toleransi yang tinggi di antara mereka sehingga dapat

mencegah timbulnya pertikaian yang dilatar belakangi oleh perbedaan agama,

untuk menunjang kegiatan peribadatan umat Islam dibangunlah 6 buah Masjid

dan 5 buah Mushola. Masjid-Masjid tersebut ada yang dimiliki perorangan

(orang–orang Arab) dan ada pula yang didirikan secara gotong royong oleh

masyarakat kampung, misalnya Masjid Riyadh, Masjid Jami’ Assagaf dan Masjid

Al Khoir. Masjid tersebut didirikan oleh masyarakat keturunan Arab, walaupun

demikian Masjid itu tetap berfungsi sosial terhadap masyarakat sekitar.

Berdasarkan monografis bulan Januari 2009, penduduk Kelurahan Pasar

Kliwon jika dilihat dari tingkat pendidikannya urutan yang terbesar adalah lulusan

SLTP sebanyak 2.793 orang, sedangkan lulusan yang paling sedikit adalah lulusan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

sarjana sebanyak 199 orang. Lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut

tingkat pendidikannya, dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan pasar Kliwon Surakarta (Untuk Usia 5 th Ke Atas) Tahun 2009

Jumlah No Jenjang pendidikan

Orang % 1 Tamat Akademi/PT 199 2,9 2 Tamat SMU 1.592 23,1 3 Tamat SLTP 2.793 40,5 4 Tamat SD 680 9,9 5 Tidak Tamat SD 796 11,5 6 Belum Tamat SD 655 9,5 7 Tidak Sekolah 181 2,6

Jumlah 6.896 100 Sumber: Laporan Monografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Bulan Januari

Tahun 2009

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Penduduk di Kelurahan Pasar

Kliwon sebagian besar telah mendapat pendidikan dasar, meskipun ada pula

diantara anggota masyarakat yang tidak bisa menikmati pendidikan, karena telah

memasuki usia lanjut dan masalah ekonomi. Jika dilihat dari segi etnis, orang-

orang keturunan Arab pada umumnya berpendidikan setingkat SMU, tetapi ada

juga yang lulusan dari Perguruan Tinggi atau Akademi tetapi jumlahnya sedikit.

Masyarakat Arab di Kelurahan Pasar Kliwon kebanyakan lulusan SLTP dan

banyak juga yang berpendidikan di Pondok Pesantren, karena bagi masyarakat

keturunan Arab pendidikan agama lebih diutamakan (wawancara dengan

Sekretaris Kelurahan Pasar Kliwon: Bp. Sihono, 24 Februari 2009).

Sebelum pemerintah mendirikan lembaga pendidikan milik Pemerintah di

Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta, masyarakat Arab telah mendirikan lembaga

pendidikan untuk anak-anak keturunan Arab dari tingkat Taman Kanak-kanak

sampai tingkat SMU. Lembaga pendidikan itu adalah (1) Al-Irsyad, memiliki

tingkat pendidikan dari Taman Kanak-kanak sampai tingkat SLTP. (2) Al-

Robithah Al-Alawiyah (sekarang lebih dikenal dengan nama Yayasan Pendidikan

Islam Diponegoro).

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Sifat pluralistik penduduk di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta tidak

hanya tampak pada sukubangsa, melainkan juga terlihat dari segi pekerjaannya.

Jenis-jenis pekerjaan penduduk di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta dapat dilihat

dari tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Jenis-Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta (Untuk Usia 10 th Ke Atas) Tahun 2009

Jumlah No Jenis Mata Pencaharian

orang %

1 Petani sendiri - - 2 Buruh tani - - 3 Nelayan - - 4 Pengusaha 74 1,2 5 Buruh Industri 1.357 21,3 6 Buruh Bangunan 1.180 18,5 7 Pedagang 204 3,2 8 Pengangkutan 113 1,8 9 Pegawai Negeri Sipil/TNI 161 2,5 10 Pensiunan 271 4,2 11 Lain-lain 3.013 47,3

Jumlah 6.373 100 Sumber:Laporan Monografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Bulan Januari

Tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan

Pasar Kliwon Surakarta sebagian besar bermata pencaharian di bidang informal.

Penduduk yang bermata pencaharian sebagai pengusaha sebanyak 74 orang, buruh

industri 1.357 orang, buruh bangunan 1.180 orang, pedagang 204 orang,

penduduk yang bermatapencaharian dalam bidang pengangkutan sebanyak 113

orang, PNS atau TNI sebanyak 161, Pensiunan sebanyak 271 orang dan profesi

yang lainnya sebanyak 3.013 orang. Berdasarkan data di atas bahwa penduduk

yang memiliki pekerjaan tetap sebanyak 6.373 orang. Dari tabel di atas juga dapat

diketahui bahwa jumlah pengangguran di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta

cukup besar, yaitu berjumlah 827 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian adalah

pengangguran (tidak mempunyai pekerjaan) dan sebagian lagi adalah usia non

kerja (9 tahun ke bawah). Adanya pengelompokan usia produktif 10 tahun ke atas,

secara otomatis akan menuntut adanya penyediaan ruang yang memadai baik

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

mengenai lapangan pekerjaan, perumahan, maupun beberapa fasilitas lainnya

yang dibutuhkan.

Masyarakat Arab sebagian besar dari bergerak dalam bidang swasta, ada

yang menjadi pengusaha (sebagian besar pengusaha batik), membuka pertokoan,

warung makan, bengkel, percetakan dan sebagian lagi ada yang bekerja di instansi

pemerintah (sebagian Pegawai Negeri Sipil) tetapi jumlahnya sangat kecil.

Demikian pula orang-orang Cina yang tinggal di Kelurahan Pasar Kliwon

semuanya bekerja di bidang swasta (Wawancara dengan Sekretaris Kelurahan

pasar Kliwon: Bp. Sihono, 23 Februari 2009).

3. Keadaan Sosial dan Budaya

a.Asal Usul Nama Pasar Kliwon

Dalam masyarakat Surakarta terdapat tradisi pemberian nama suatu tempat

tertentu, seperti yang masih di kenal sampai sekarang. Pemberian nama Pasar

Kliwon juga berkaitan dengan tradisi tersebut.

Pemberian nama “Pasar Kliwon” adalah tempat tersebut dijadikan pusat

aktivitas jual-beli oleh penduduk kota dan dilakukan pada hari-hari tertentu.

Penentuan hari pasaran itu ditentukan oleh barang-barang yang diperdagangkan

dan berasal dari daerah di sekitarnya. Berbeda dengan penyelenggaran pasar di

kota-kota besar yang mempunyai jaringan luas dimana pasar diselenggarakan

setiap hari, maka penyelenggaran hari-hari pasar di desa atau kota-kota kecil di

daerah pedalaman seperti halnya di Surakarta, memiliki tradisi hari-hari tertentu.

Hari besar itu ditentukan bergiliran antara satu tempat dengan tempat lainnya.

Giliran hari-hari pasar tersebut dihubungkan dengan hari pasaran yang terdiri atas

lima hari yaitu Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi.

Asal nama “Pasar Kliwon” disesuaikan dengan keadaan tempatnya.

Daerah ini sejak lama telah dijadikan pasar dan aktifitas perdagangan yang

dilakukan setiap hari Kliwon sebagai salah satu hari pasaran. Di Surakarta, selain

terdapat Pasar Kliwon juga terdapat pasar lainnya, yaitu Pasar Pon, Pasar Legi dan

lain sebagainya. Menurut Sajid (1980: 55), Pasar Kliwon pada zaman dahulu

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

merupakan pasar hewan, terutama untuk jual beli kambing. Pasar tersebut ramai

didatangi orang setiap hari pasaran Kliwon. Tempatnya di “Kampung Arab”.

Kampung Arab tersebut kemudian di kenal dengan nama “Pasar Kliwon”.

Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa pemberian nama

Pasar Kliwon disesuaikan dengan aktifitas perdagangan yang terjadi pada hari

pasaran Kliwon, di tempat inil sejak awal dijadikan tempat pemukiman orang-

orang Arab, sedangkan perkampungan orang-orang Cina di Surakarta dikenal

dengan nama Pasar Gede. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa hubungan antara

pasar dengan orang-orang asing itu selalu berkaitan.

b. Sistem Sosial

Komunitas Arab di Surakarta menyebut kelompoknya dengan jamaah,

yang berasal dari kata ”jamak” yaitu kumpulan orang banyak. Orang-orang

pribumi menyebut orang-orang Arab dengan encik, yang diambil dari bahasa

melayu yang artinya tuan (Hanna Farkhana, 2007:22).

Orang-orang Arab yang di Indonesia dari sejak dahulu sampai sekarang

dibagi menjadi dua golongan, yaitu (1) golongan yang berorientasi pada negeri

leluhurnya dengan tetap memegang teguh bahasa Arab dan mempertahankan

nasionalisme Arab (fanatik). (2) golongan Arab peranakan. Dilihat dari

jumlahnya, golongan Arab peranakan merupakan yang terbesar dibandingkan

golongan yang fanatik. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari

adalah bahasa Indonesia, namum terkadang juga memasukkan bahasa Arab dalam

meskipun bahasa Arab yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tidak sesuai

dengan di negara asalnya, tetapi masih ada pula orang Arab yang menggunakan

bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari.

Masyarakat Arab di Pasar Kliwon hidup secara berkelompok dalam satu

wilayah kecil di kota maupun di desa. Hubungan antar individu anggota

komunitas sangat kental, tetapi masyarakat Arab tetap berinteraksi, bersosialisasi

dan melakukan aktivitas dengan individu-individu di luar komunitasnya meskipun

hanya dalam tingkat yang kecil. Secara umum masyarakat Arab di Pasar Kliwon

terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan Sayid (bentuk jamaknya sadah)

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

dengan gelar Habib (bentuk jamaknya Habaib atau ulama) dan golongan

Masayeh. Golongan Sayid dalam struktur komunitas Arab merupakan kelas atas

dan tidak mau disebut sebagai orang Arab, tetapi menyebut diri sebagai ”Dzuriah

Rosu”l atau keturunan langsung Nabi Muhammad SAW. Golongan Sayid

memiliki markas di Al-Robithoh di kampung Gurawan, Pasar Kliwon berupa

Masjid (Masjid Riyadh) sebagai tempat diadakannya tahlil dan khaul para Habib

yang terdahulu. Orang-orang yang datang ketempat tersebut 90% merupakan

orang Arab Habaib dan yang 10% menyebut dirinya Muhibin, yaitu orang yang

cinta dengan keturunan Rosulullah.

Pada golongan Sayid, kaum wanitanya disebut Syarifah. Perempuan dari

golongan Sayid tidak diperbolehkan untuk menikah dengan laki-laki di luar

golongannya. Golongan Sayid memiliki keyakinan apabila itu terjadi, dapat

memutuskan hubungan silaturrokhim, bahkan mengharamkan dan menganggap

pernikahan tersebut tidak sah. Laki-laki dari golongan Sayid diperbolehkan

menikah dengan perempuan di luar golongannya. Golongan Sayid memiliki

sekolah, yaitu Al-Robithah Al-Alawiyah (Diponegoro) yang anggotanya terdiri

dari guru dan murid. Sekolah Diponegoro memiliki tingkat pendidikan dari SD

putra, SD putri, SMP putra, SMP putri dan SMA putri. Pada tingkat SMA,

sekolah tersebut dikhususkan untuk anak perempuan, karena bertujuan untuk

menyelamatkan para Syarifah agar tidak terpengaruh dan tetap mempertahankan

ajaran komunitas Sayid. Sekolah Diponegoro tidak tertutup untuk golongan lain,

namun pada kenyataannya 90% orang-orang yang bersekolah di sini berasal dari

golongan Sayid.

Golongan Sayid memiliki aktivitas keagamaan yang disebut dengan

Maulud (dalam bahasa Indonesia Maulud), yaitu memperingati wafatnya Nabi

Muhammad SAW dan para Habib maupun para wali Allah. Acara utama dalam

kegiatan Maulud antara lain dipanjatkan doa khusus dan sholawat Nabi, setelah

selesai membaca doa dan sholawat, orang-orang yang hadir dalam acara Maulud

berdiri sejenak sambil menadahkan kedua tangan (seperti orang berdoa) sambil

membaca ” Marhaban ya Rosulullah”. Pada saat berdiri, orang-orang percaya

bahwa Nabi Muhammad SAW hadir di tengah-tengah acara Maulid. Pelaksanaan

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Maulud tidak hanya dalam memperingati kematian para Habib, tetapi juga untuk

upacara pernikahan, pindah rumah, unduh mantu, pergi haji, pulang haji dan acara

syukuran lainnya. Di setiap acara maulid masyarakat Arab selalu menghidangkan

nasi kebuli, kopi jahe, bahkan juga ”nasi minyak". Golongan Habaib memiliki

tradisi khas Arab, yakni ”makan berjemaah” dengan duduk mengelilingi nampan

berisi nasi kebuli dengan menggunakan tangan. Makan berjamaah ini sebagai

tanda keakraban di antara anggota komunitas Arab. Pada saat acara resmi

misalnya pernikahan dan khaul selalu terdapat aroma asap gaharu atau luban

(dupa) yang dibakar di tempat diadakannya acara tersebut (observasi di Masjid

Jami’ Assegaf, 9 Maret 2009).

Golongan Masayeh (orang Arab bukan keturunan langsung dari Nabi

Muhammad) tidak jauh berbeda dengan masyarakat pribumi (Jawa). Pernikahan

yang berlangsung dalam golongan Masayeh tidak dibatasi dari golongan tertentu,

kecuali mengenai agama yang dianut harus Islam atau masuk Islam. Secara fisik,

antara Sayid dan Masayeh tidak ada perbedaan. Secara umum, orang-orang Arab

lebih mudah dikenali dibandingkan komunitas lainnya. Ciri-ciri fisik yang mudah

dikenali, yaitu hidung yang panjang (mancung), bermata tajam, rambut ikal

(mayoritas), warna kulit ada yang hitam dan ada yang putih.

c. Kebudayaan

1) Adat istiadat

Masyarakat Arab di Kelurahan Pasar Kliwon, mempunyai adat istiadat

sebelum acara pernikahan, yaitu Pacar atau Gadisan. Acara ini berlangsung di

tempat calon pengantin perempuan dan dihadiri oleh tamu undangan perempuan.

Isi dari acara Gadisan adalah pemakaian mahendi atau pacar untuk calon

pengantin yang dilakukan oleh para tamu yang hadir dalam acara tersebut (hampir

sama dengan budaya India yaitu pemakain rajah). Pemakaian pacar merupakan

simbul bahwa perempuan itu (calon pengantin) akan segera melepas masa

lajangnya. Para undangan yang menghadiri acara itu saling berebut untuk

memakaikan pacar kepada calon pengantin, karena mereka meyakini bahwa anak

gadis atau tamu undangan yang dapat memakaikan pacar akan segera

mendapatkan jodoh di kemudian hari. Pada perkembangannya, acara pemakaian

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

pacar sudah jarang dilakukan, acara yang pada mulanya merupakan ritual yang

harus dilakukan sekarang beralih fungsi menjadi acara kumpul-kumpul. Pada saat

kumpul-kumpul ini juga dilakukan pemutaran musik gambus dengan keras, dan

para tamu undangan berjoged dengan calon pengantin wanita. Para undangan

yang hadir hanya teman-teman sebaya dari calon pengantin wanita. Pada acara ini

keluarga calon pengantin wanita juga mendatangkan Pemandu acara yang juga

berasal dari komunitas Arab. Kehadiran Pemandu acara ikut menjadikan suasana

lebih hidup dan menarik.

2) Pakaian

Dilihat dari penampilan, pakain yang digunakan oleh komunitas Arab

tidak menunjukkan perbedaan dibandingkan dengan lainnya. Pakaian yang biasa

dipakai oleh laki-laki, pada umumnya tidak berbeda dengan anggota masyarakat

Jawa. Pada saat acara halahbihalah, khaul sebagian besar orang laki-laki

mengunakan tsub, yaitu baju putih panjang berlengan panjang yang digunakan

untuk laki-laki dan menggunkan igal dan kutroh di kepala. Perempuan yang sudah

memasuki usia 15 tahun mulai menggunakan jilbab yang pemakainnya bergaya

Timur Tengah. Sebagian kaum wanita mengggunakan Abaya, yaitu baju panjang

terusan dengan bentuk longgar dan berwarna gelap.

Golongan Habaib di dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya

memakai jubah, sarung tetapi ada juga yang memakai celana panjang dan sorban

serba putih serta memakai minyak wangi yang sangat harum. Diantara mereka,

ada yang memelihara cambang (jenggot) yang subur dan membawa tasbih kecil

untuk berzikir. Setiap kali bertemu dengan sesama Habib, anggota komunitas ini

saling bersalaman dan saling berpelukan bahkan mencium kedua belah pipi.

3) Kesenian

Masyarakat Arab di Pasar Kliwon memiliki kesenian khas bernama musik

gambus. Musik gambus merupakan musik yang berasal dari Timur Tengah.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab. Musik gambus dibedakan menjadi

tiga yaitu gambus hajir marawis, gambus sammer dan gambus moderen. Gambus

hajir marawis merupakan gambus asli yang merupakan cikal bakal dari gambus

sammer dan gambus moderen. Walaupun menggunakan bahasa Arab, tidak semua

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

isi syair atau lagu yang dilantunkan mengandung ajaran Islam, bahkan ada juga

yang menceritakan tentang percintaan antara laki-laki dengan wanita, dengan

demikian tidak semua yang berkaitan dengan bahasa dan budaya Arab adalah

Islam. Musik gambus sulit digantikan oleh jenis musik lainnya. Pada saat ini,

keberadaan musik gambus di komunitas Arab di Pasar Kliwon Surakarta juga

mengalami perkembangan, yakni dengan memasukkan lagu-lagu lain sejenis

dangdut, pop dan spanyol dalam pementasannya. Di antara anggota komunitas

Arab masih ada yang mempertahankan.

4) Sistem Kepercayaan

Berdasarkan laporan monografi Kelurahan Pasar Kliwon tahun 2009,

masyarakat Arab di Pasar Kliwon 100% menganut ajaran Islam. Hal itu dapat

dilihat dari pelaksanaan ajaran Islam, diantaranya tampak di Musholla dan Masjid

sebagai tempat beribadah. Keberdaaan tempat-tempat ibadah itu merupakan tanda

tingginya aktivitas ibadah maupun berbagai kegiatan yang berkaitan dengan

ibadah. Hampir setiap waktu sholat, tempat ibadah itu dipenuhi oleh jamaah yang

sebagian besar adalah anggota komunitas Arab.

Masyarakat Arab di Kelurahan Pasar Kliwon kuat dan taat dalam

menjalankan agama Islam, hal itu dapat dilihat dari aktivitas masyarakatnya dalam

menjalankan ibadah. Masyarakat Arab dari golongan Sayid jumlah anggotanya

sangat besar, sehingga golongan Sayid membentuk kebangsawanan beragama

yang sangat dihormati. Keberadaan golongan Sayid secara moral sangat

berpengaruh terhadap bidang keagamaan. Orang-orang Arab dari golongan Sayid

secara rutin melaksanakan majelis ilmu yang disebut dengan rokhah, dengan

membaca kitab-kitab ulama salafus sholeh termasuk kitab hadits seperti

“Jami’ush Shohih” karya Imam Al-Bukhari yang dijadikan sebagai wiridan.

Setiap tahun pada bulan Rajab diadakan Khatmil Bukhari, yaitu khatam pengajian

kitab “Jami`ash-Shohih”. Setiap malam Jum’at diadakan majelis Maulid dengan

pembacaan “Simthuth Durar” (sejarah hidup Nabi Muhammad SAW) karangan

Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Setiap malam Jum’at Legi juga diadakan

majelis ilmu dan Maulid yang dihadiri oleh masyarakat luas yang dikenal dengan

Pengajian Legian. Pada saat Pengajian Legian, dilakukan pembacaan kisah Nabi

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Muhammad dan penyampaian tausyiah atau ceramah oleh seorang ulama kepada

seluruh umat yang datang ke majelis ilmu tersebut (wawancara dengan Badriyah,

7 Maret 2009).

Golongan Sayid, setiap tahunnya yakni pada bulan Rabi`ul Tsani (April)

mengadakan khaul untuk para Habib yang sudah meninggal, diantaranya Habib

Alwi bin Ali Al-Habsyi (pendiri Masjidh Riyadh) Al-Imam Ali bin Muhammad

Al-Habsyi (ayah dari Habib Alwi) dan Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi (anak dari

Habib Alwi). Acara tersebut dihadiri oleh puluhan ribu umat dan dipenuhi

berbagai acara ilmu dan amal takwa. Majelis-majelis ilmu ini yang mengadakan

komunitas Arab, tetapi dibuka untuk masyarakat umum sehingga yang datang

tidak hanya dari komunitas Arab di Surakarta atau luar kota, melainkan juga dari

penduduk pribumi serta etnis lainnya (observasi, 16 April 2009).

B. Tradisi Marawis di Pasar Kliwon Surakarta

1. Keberadaan Orang-Orang Arab di Pasar Kliwon

Pada awal abad 20, orang-orang Arab di Indonesia khususnya di Jawa

tergabung dalam organisasi Jamiatul Khoir yang didirikan pada tanggal 17 Juli

1905. Jamiatul khoir merupakan organisasi pertama di Indonesia, khususnya di

Jawa sebagai gerakan pemurnian Islam yang bergerak dalam bidang pendidikan.

Selain itu, Jami’atul khoir memiliki kegiatan tolong menolong dalam kematian,

pengajian, dakwah dan kebudayaan. Dalam hal pendidikan,Jami’atul Khoir

banyak mendirikan sekolah yang menekankan pada ajaran Islam. Orang-orang

Arab di Indonesia merasakan adanya kebutuhan pendidikan bagi masyarakat

muslim khususnya masyarakat Arab sehingga mendirikan lembaga pendidikan

yang didasarkan ajaran agama Islam. Hal ini disebabkan pada masa kolonial

Belanda sekolah-sekolah banyak didasarkan atas ajaran Nasrani yang dibawa oleh

Misionaris. Hal lain yang mendorong berdirinya Jami’at Khoir adanya keinginan

para pemimpin Jami’at Khoir untuk mendidik anak-anaknya menjadi generasi

penerus pemimpin Islam yang memiliki budi pekerti dan pengetahuan Islam yang

tinggi. Atas dasar itu, maka Jami’at Khoir menekankan pada bidang pendidikan.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

khususnya pendidikan Islam dengan menyelenggarakan bermacam mata

pelajaranseperti berhitung, ilmu bumi dan sejarah Islam. Tujuannya agar anak-

anak tidak hanya mengetahui ilmu agama, tetapi juga pengetahuan umum untuk

menambah wawasan.

Pada perkembangannya, Jamiatul Khoir mengalami perpecahan akibat

perbedaan pendapat dan pandangan antara golongan Sayid dengan golongan

Masayeh. Perpecahan ini disebabkan golongan Sayid menginginkan kedudukan

lebih tinggi di kalangan umat Islam, karena merasa keturunan langsung Nabi

Muhammad. Perpecahan ini semakin jelas setelah adanya fatwa dari Syaih Rasyid

Ridho dalam majalah Al Mannar yang disampikan oleh Syaih Ahmad Assorkaty

Al-Anshory di Solo. Di dalam fatwa tersebut dikemukakan bahwa perkawinan

antara golongan Sayid dengan bukan Sayid hukumnya sah, asalkan memenuhi

ketentuan Islam, akibatnya Assorkaty dianggap menyalahi ajaran agama Sayid.

(Deliar Noer, 1973: 72-73). Dari kejadian ini, lahirlah perhimpunan Al-Irsyad

yang didirikan oleh orang-orang keturunan Arab dari golongan bukan Sayid. Al-

irsyad merupakan organisasi Islam yang banyak terpengaruh oleh pemikiran

gerakan modernis Islam yang dipelopori oleh Muhammad Abduh dari Mesir. Al-

irsyad bergerak dalam bidang pendidikan dengan mendirikan Jami’at al-Islam wal

Ersyad al-Arabia disingkat Al-irsyad pada tahun 1913 (Deliar Noer, 1973: 73).

Setelah mengalami perpecahan , Jami’at khoir tetap menjadi perhimpunan

dari golongan Sayid yang berorientasi pada tradisi najaran Sayid. Jami’at Khoir

tidak dapat menyaingi kegiatan Al-irsyad, sehingga pada tahun 1920-an golongan

Sayid mendirikan Al-Robithoh al-Alawiyah dan semua sekolah Jami’at Khoir

berada di bawah naungan Al-Robithoh . Di Surakarta, golongan Sayid mendirikan

Al-Robithoh al-Alawiyah yang dikenal dengan sekolah Diponegoro, perbedaan

status sosial dan pandfangan antara golongan Sayid dan Masayeh sudah

berlangsung dari tanah orang Arab di Hadramaut.

Di Negara Yaman, berdasarkan garis keturunan penduduknya dibedakan menjadi dua yaitu pertama Sayyid atau Sadah yaitu keturunan langsung dari Nabi Muhammad dan yang kedua golongan Mashayikh. Golongan masayikh sebagian besar adalah Qobail, yaitu pemegang senjata. Golongan Sadah dan Mashayikh membentuk stratifikasi sosial dalam mendapatkan pengaruh dalam bidang agama maupun dalam persoalan

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

jumlah penduduk dan masalah ekonomi. Posisi golongan Sadah sangat penting karena mempunyai peran dan pengaruh yang kuat dalam masalah agama. Kesucian dan ilmu pengetahuan yang dimiliki Sadah merupakan modal utama sehingga dapat menempati kedudukan yang tinggi. (lihat Journal of Indonesia Islam, 2007: Volume 01, Number 02 pada lampiran halaman 123). Masyarakat Arab di Pasar Kliwon merupakan Arab peranakan yang

berasal dari kota di Hadramaut seperti kota Seiwun, Huraidhah, ’Inat, Ghufrah

dan Syibam (barat daya Jazirah Arab). Hal ini dapat dilihat dari nama-nama yang

ada dalam Masyarakat Arab, seperti Al-jufri, Al-atas, Assegaf, Al-Habsyi,

Mulachela, Al-Kaff, Alaydrus dan lain sebagainya. Nama-nama tersebut

merupakan orang yang berasal dari golongan Sayid, sedangkan golongan Masayeh

seperti Sungkar, Abdat, Haidaroh, Al-katiri, Al-khalifi, Bazemul dan lain

sebagainya (http://id.wikipedia.org, 3 Februari 2009).

Istilah ”Habib” atau ”Habaib” adalah sebutan untuk laki-laki cucu dan

cicit Rasulullah SAW. Habaib merupakan jamak dari habib, yang berarti ulama.

Sebagian keturunan langsung Rosulullah, kedudukan Sayid lebih tinggi dan suci

sehingga berkewajiban yang lebih besar untuk melanjutkan misi dakwah

Rosulullah SAW ke seluruh penjuru bumi (Novel bin Muhammad Alaydrus,

2006: 20). Para ulama Arab seperti Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, Hbaib Anis bin

Alwi Al-Habsyi dikenal sebagai sufi. Sebagai seorang sufi, para ulama Arab

memiliki ciri atau jalan khusus untuk mendekatkan diri kepada Allah yang dikenal

dengan thariqoh (Novel bin Muhammad Alaydrus, 2006: 76). Dalam

mengajarkan ajaran Islam , para ulama mendidik murid-muridnya dengan

mengajarkan ilmu dan memberikan ceramah keagamaan yang banayk dihadiri

oleh murid-muridnya dan masyarakat sekitar.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

2. Latar Belakang Munculnya Marawis di Pasar Kliwon

a. Munculnya Alat Musik dan Perkembangannya Pada Zaman Nabi

Muhammad SAW.

Marawis adalah kesenian tradisional dalam bidang seni musik. Nama

marawis diambil dari nama salah satu alat musik yang digunakan dalam kesenian

ini. Marawis merupakan sekumpulan gendang kecil, yang oleh masyarakat

Indonesia di kenal dengan nama rebana. Marawis di Pasar Kliwon memiliki

sejarah yang panjang, yakni diawali dari munculnya alat-alat musik pada zaman

Nabi Muhammad SAW ketika melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah. Pada

waktu itu, ada seorang sahabat Nabi yang bersorak membanggakan dan

menyanjung Nabi. Mengetahui akan hal itu, sahabat Nabi yang lain merasa takut

apabila tindakan menyanjung Nabi itu dapat membuat Nabi Muhammad marah,

tetapi pada kenyataannya Nabi tidak marah dan tidak melarang kebiasaan

membanggakan dan menyanjungnya di setiap dakwah yang dilakukan oleh Nabi

Muhammad SAW (wawancara dengan ulama Pasar Kliwon: Ustadz Alwi bin Ali

Al Habsyi, 21 Mei 2009).

Pada saat Rasullullah memasuki kota Madinah, ada seorang wanita yang

bernadzar akan memukul genderang atau drum di atas kepala Rasul.

Rasulullah SAW pernah pergi dalam salah satu peperangan, ketika beliau kembali, ada seorang wanita berkulit hitam yang menyambut beliau itu sambil mengatakan, ” Ya Rasulullah, sungguh aku telah bernadzar, jika Allah mengembalikan engkau dengan selamat, aku akan menabauh rebana sambil bernyanyi di hadapanmu. Maka jawab beliau, ”kalau benar kamu telah bernadzar, maka tabuhlah, tetapi kalau tidak bernadzar, jangan kamu tabuh”, lalu wanita itu menabuhnya.(HR. Tirmidzi juz 5, hal. 285, no. 3773 dalam Majelis tafsir Al Quran, 2008: no. 1415/1455/IF). Alat musik yang muncul pada zaman Rosululah berkembang sampai pada

periode tabi’in (sahabat) dan periode tabi’ut tabi’in (orang-orang yang hidup di

zaman para sahabat), tetapi pada periode ini mengalami perkembangan karena

para ulama banyak yang merantau sampai ke Eropa, Asia dan Afrika. Para ulama

yang merantau membawa perkembangan pemikiran, sehingga berpengaruh pada

alat-alat musik yang dimainkannya.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Pada tahun 9 Hijriyah, sejumlah kaum solikhin dari Mekah melakukan

hijrah ke Yaman tepatnya ke kota Hadramaut untuk mendakwahkan agama Islam.

Orang yang pertamakali melakukan hijrah dari Mekah ke Yaman adalah Mu’adz

bin Jabal dan 70 orang sahabat lainnya yang tergabung dalam satu rombongan

dengan membawa alat musik dumbuk (Syaikh Shafiyyur-Rahman AL-

Mubarakfury, 2003: 592).

Penduduk Yaman yang menyaksikan alat musik ini, kemudian muncul

keinginan untuk memainkannya. Mengetahui hal ini, para sahabat yang ikut dalam

rombongan hijrah mengajari penduduk Yaman yang tertarik untuk memainkan

dumbuk. Alat musik yang ada dibunyikan masih secara tradisional, karena belum

ada aturan atau tata cara dalam memainkannya. Seiring dengan berjalannya

waktu, di dalam penduduk Yaman mengalami perkembangan dalam memainkan

alat musik dumbuk, sehingga pada akhirnya penduduk Yaman dikenal mahir

dalam memainkannya. Kemampuan memainkan dumbuk oleh penduduk Yaman

didapat dengan cara belajar. Selain itu, orang Arab dari Yaman dibandingkan

dengan orang Arab dari negara lainnya, memiliki kelebihan dalam bidang

kesenian. Penduduk Yaman pada umumnya memiliki jiwa seni yang tinggi,

diantaranya meliputi:

1) Ghaub ard (memiliki keahlian dalam membuat seni pahat)

2) Ghaub zamud (memiliki keahlian dalam membunyikan alat musik)

Munculnya alat musik dan perkembangannya pada masa Rosulullah SAW

tetap berlajut sampai periode Tabi’ut Tabi’in. Hasil dari perkembangan alat-alat

musik ini kemudian dikenal alat musik Hajir Zarbadi oleh penduduk Yaman. Di

Indonesia, hajir zarbadi lebih dikenal dengan nama hajir marawis. Di Hadramaut,

kebanyakan orang–orang yang membunyikan hajir zarbadi berasal dari kaum Abd

(budak), karena pada waktu itu di Hadramaut masih terdapat sistem perbudakan.

Di antara budak-budak yang membunyikannya berasal dari golongan Alba Sholeh

(Ustadz Alwi, 21 Mei 2009: Wawancara).

Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa munculnya alat-alat

musik dalam Islam berawal dari jaman Nabi Muhammad SAW, kemudian

mengalami perkembangan setelah para ulama banyak yang merantau ke luar dari

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

tanah Arab sehingga berpengaruh pada pemikiran dan alat musik yang dimainkan.

Hasil perkembangan alat musik ini kemudian muncul alat–alat musik hajir zarbadi

yang di Indonesia dikenal dengan hajir marawis.

b. Munculnya Marawis di Pasar Kliwon Surakarta

Pada tahun 1930-an, ketika Indonesia dijajah oleh kolonial Belanda, ada

seorang ulama dari Yaman bernama Muhammad Al-Mukhdori datang ke

Indonesia. Tujuan utama kedatangannya dalam rangka mendakwahkan agama

Islam. Selain berdakwah, Habib Al-Mukhdori juga mengenalkan kesenian

marawis kepada masyarakat Indonesia. Habib Al-Mukhdori menggunakan

kesenian ini sebagai media dakwah. Hal ini dilakukaannya karena pada waktu itu

orang-orang atau pejabat Belanda yang ada di Indonesia, sedang gencar-

gencarnya mengembangkan kebudayaan barat kepada masyarakat Indonesia

(wawancara dengan Ustadz Alwi, 21 Mei 2009).

Sejak abad ke-19 Masehi orang-orang dari Hadramaut memerankan peran yang penting dalam penyebaran agama Islam. Kedatangan orang-orang Arab untuk menyebarkan agama dan budaya-budaya Arab, hukum-hukum Islam dan filosofi Arab. Tujuan utama kedatangan orang Hadramaut ialah membawa misi Islam. Orang-orang Arab dari Yaman juga membawa kekayaan budaya yang mereka miliki (untuk lebih jelas lihat lampiran halaman 130). Pada perkembangannya, kesenangan memainkan alat musik yang

dilakukan Habib Al-Mukhdori di bawa ke pulau Jawa. Pada saat yang sama, Pulau

Jawa masih dikuasai oleh Kolonial Belanda sebagai daerah pusat pemerintahan di

Indonesia. Kolonialisasi Belanda di Indonesia dikenal dengan nama 3 G yaitu

Gold (mencarai emas dan rempah-rempah) Glory (mencari kejayaan dengan

mengsuasai daerah jajahan) dan Gospel (misi agama kristen). Sebelum berlakunya

politik etis di Indonesia tahun 1870-an, pemerintah kolonial Belanda telah

mengeluarkan kebijakan politik liberal dengan mengeksploitasi kekayaan alam

Indonesia. Di Belanda sendiri, banyak yang mengecam politik liberal berkaitan

dengan masalah untuk memelihara hubungan antara Belanda dengan negeri

jajahan melalui unifikasi, asimilasi dan asosiai. Tujuan dari asosiasi adalah

kolonial Belanda mengikat negeri jajahan dengan negeri penjajah melalui

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

kebudayaan, karena kebudayaan dianggap sebagai sarana yang efektif bagi negeri

penjajah dan negara jajahan (Deliar Noer, 1973: 182).

Cara yang digunakan kolonial Belanda untuk menyebarkan agama kristen

(Gospel) dengan mempromosikan kebudayaan yang kental dengan missi

kristenisasi. Di antara budaya barat yang dikembangkan adalah kesenian dengan

mengenalkan alat–alat musik seperti gitar, orgen dan lain sebagainya. Mengetahui

akan hal ini, Habib Al-Mukhdori juga mengenalkan dan mengajarkan kepada

orang–orang Indonesia alat musik dari Arab yang dikenal kental dengan budaya

Islam. Alat musik yang dimainkan dalam marawis dianggap sebagai ciri musik

Islam. Pada masa kehidupan Nabi Muhammad, alat musik terbang (rebana) sering

dimainkan oleh para sahabat untuk menyambut kedatangan Nabi di kawasan

jazirah Arab. Pada perkembangannya, muncul anggapan yang menyatakan bahwa

musik yang terdapat terbang (rebana) dianggap sebagai musik padang pasir. Alat

musik terbang ini dipandang sebagai musiknya orang Islam (Al Faruqi, 1986: 466

dalam Hana Farkhana, 2007: 36).

Orang–orang yang tertarik untuk memainkan dumbuk, kemudian oleh

Habib Al-Mukhdori di bawa ke Bondowoso, Jawa Timur. Di tempat ini dengan

satu persatu Al-Mukhdori mengajarkan kepada murid–muridnya untuk

memainkan dumbuk, kemudian dari tempat ini pula untuk pertamakali dikenal alat

musik hajir marawis oleh penduduk Bondowoso. Bondowoso pada waktu itu

merupakan daerah yang banyak dihuni oleh orang keturunan Arab. Mmelalui seni

musik yang di dalamnya terkandung syair-syair tentang ajaran Islam. Habib Al-

Mukhdori berharap orang-orang Indonesia yang diajarinya dapat terhindar dari

pengaruh kristenisasi dan budaya barat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam

Belanda (wawancara dengan ustadz Alwi, 21 Mei 2009).

Seiring dengan berjalannya waktu, kesenian marawis mengalami

perkembangan yang pesat sehingga sampai ke seluruh pulau Jawa termasuk di

antaranya Surakarta. Marawis masuk ke Surakarta sekitar tahun 1970-an yang di

bawa oleh sejumlah ulama dari komunitas Arab, tetapi pada saat itu marawis tidak

dapat berkembang dengan baik. Marawis mulai berkembang dan mulai ramai di

mainkan di Surakarta sejak tahun 1998 oleh pemuda-pemuda Surakarta dari

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

komunitas Arab di Pasar Kliwon pada saat khaul. Sejak awal kemunculannya,

marawis hanya dimainkan oleh laki-laki. Bagi sebagian orang pementasan

marawis yang dimainkan oleh sejumlah laki-laki itu dianggap kuno, namun

marawis akan terus dilestarikan oleh para generasinya. Keberadaan marawis di

Pasar Kliwon merupakan identitas budaya Arab yang masih dipertahankan sampai

saat ini maupun generasi selanjutnya. Eksistensi marawis semakin terlihat setelah

ada beberapa pemuda dari komunitas Arab yang tergabung dalam Ahbabul

Mukhtar.

c. Latar Belakang Terbentuknya Ahbabul Mukhtar

Secara bahasa, Ahbabul Mukhtar berasal dari kata ”Ahbabul” yang

berarti pecinta, sedangkan ”Mukhtar” berarti Rasulullah (nama lain dari Nabi

Muhammad), sehingga Ahbabul Mukhtar berarti pecinta Rasulullah (wawancara

dengan pelopor Ahbabul Mukhtar: Ahmad Fadil, 17 Mei 2009). Ahbabul

Mukhtar berdiri pada tahun 1998. Pada saat itu, Ahbabul Mukhtar pentas untuk

pertamakali pada acara khaul Al Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang

diselenggarakan setiap tanggal 20 Robiul Tsani 1419 Hijriyah diMasjid Riyadh,

Gurawan, Pasar Kliwon.

Terbentuknya Ahbabul Mukhtar diawali dengan pertemuan beberapa

pemuda dari komunitas Arab di Pasar Kliwon dengan Habib Umar Mukhdor dari

Pasuruan, Jawa Timur pada saat acara khaul. Sebelum terbentuknya Ahbabul

Mukhtar, salah satu acara yang ditampilkan pada saat khaul adalah pementasan

marawis pada malam pertama dan malam kedua yang dimainkan grup marawis

dari Pasuruan. Setelah direnungkan lebih mendalam, muncul pemikiran dari

pemuda–pemuda keturunan Arab dari Surakarta untuk memainkan marawis,

karena acara khaul sendiri dilaksanakan di Solo. Satu bulan kemudian yaitu Mei

1997, maka berangkatlah Ahmad Fadil, Muhamad Syafik dan Abdul Kadir ke

Pasuruan. Ketiga orang ini belajar kepada Habib Umar Mukhdor selama 4 hari. Di

Pasuruan, ketiga orang tersebut mempelajari hal–hal yang berkaitan dengan teknik

dasar yaitu cara memainkan alat musik marawis. Setelah pulang dari Pasuruan,

para pemuda tersebut kemudian mengembangkan kemampuan dalam memainkan

marawis sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki. Setelah sepuluh tahun lebih,

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Ahbabul Mukhtar memiliki empat generasi. Setiap generasi memiliki kemampuan

dan usia yang berbeda (wawancara dengan pelopor Ahbabul Mukhtar: Ahmad

Fadil, 17 Mei 2009).

Berdasarkan keterangan di atas bahwa pada awal kemunculannya, marawis

di Surakarta tidak dapat berkembang dengan baik, tetapi setelah terbentuknya

Ahbabul Mukhtar pada tahun 1998 keberadaan marawis di Pasar Kliwon

merupakan identitas budaya bagi orang-orang keturunan Arab di Surakarta.

Masyarakat Arab menganggap akan menjadi suatu aib apabila tradisi yang telah di

bawa oleh generasi sebelumnya tidak dikembangkan dan dilestarikan kepada

generasi selanjutnya, sehingga dengan terbentuknya Ahbabul Mukhtar

menunjukkan bahwa kesenian marawis yang kental dengan unsur dakwah Islam

masih tetap dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat Arab di Surakarta.

d. Kehidupan Keagamaan yang Berkembang di Dalam Masyarakat

Islam datang untuk mengubah dam sebagai cahaya (Nur) terhadap

kegelapan yang diwujudkan dalam bentuk ”Amar Ma’ruf Nahi Munkar”. Agama

Islam yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad dapat mengalami perkembangan

yang cukup pesat di penjuru dunia. Sebelum Islam datang, masyarakat di tanah

Jawa telah memiliki agama da yaitu Hindu, Budha dan kepercayaan asli. Dalam

menghadapi situasi yang demikian itu, para ulama tidak langsung menerapkan

ajaran Islam, akan tetapi menyampaikan ajaran Islam di sesuaikan dengan

kemampuan masyarakat yang dihadapinya dan juga diperhitungkan situasi dan

kondisi yang ada pada saat itu. Para ulama keturunan Arab dalam menjalankan

tugas dakwahnya terlebih dahulu mengenal medan yang hendak di garapnya,

kemudian setelah memahami perasaan dan aspirasi yang hidup di lingkungan

masyarakat baru menerapkan cara yang tepat sesuai kondisi yang ada dalam

masyarakat.

Pandangan tentang Pesantren sebagai pusat keselamatan digambarkan

sebagai cahaya lampu, semakin dekat kita dengan bola lampu tersebut maka

semakin terang, semakin jauh kita dengan lampu tersebut maka semakin lemah

cahayanya sehingga tidak dapat dirasakan lagi sinarnya. Seorang ulama memiliki

sifat-sifat utama, berakhlak mulia dan menjadi panutan dan tuntutan bagi murid

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

dan masyarakat di sekitarnya. Orang-orang Islam percaya bahwa melakukan apa

yang menajdi tuntunan atas semua hal yang dilakukan ulama akan dapat

membawa dirinya pada keselamat6an, ketentraman, keadilan, kebahagiaaan dan

lain-lain di dalam hidupnya. Petuah dan nasehat-nasehat serta ajaran yang berasal

dari ulama dihayati dan dilaksanakan oleh murid-muridnya sebagai bentuk

kepatuhan seorang manusia yang ingin selamat dalam hidupnya.

Dalam pandangan masyarakat Jawa seperti halnya dengan ulama, seorang

raja adalah perwujudan dunia sehingga di dalam dirinya terdapat keseimbnagn

berbagai kekuatan alam. Raja merupakan pusat komunitas di duania seperti halnya

raja menjadi mikrokosmosdari Tuhan dengan Kraton sebagai kediaman Raja.

Kraton merupakan pusat kemat Kerajaan dan bersemayamnya raja karena raja

merupakan sumber-sumber kekuatan kosmis yang mengalir ke daerah-daerah

yang membawa ketentraman, keadilan dan kesuburan.

Islam merasuk begitu cepat dan mendalam ke dalam struktur kebudayaan

Jawa, sebab Islam dipeluk Kraton sebagai basis untuk negara teokratik. Sufisme

(Islam mistik) membentuk inti kepercayaan negara (state cult) dan teori

kerajawian. Islam merupakan kekuatan dminan di dalam ritus-ritus kepercayaan-

kepercayaan orang Jawa Tengah, dan turut membentuk karakter interaksi sosial

dan kehidupan sehari-hari seluruh lapisan masyarakat Jawa (Mark R. Woodward,

1996: 4).

Agama Islam yang dijalankan oleh masyarakat sekitar Pesantren banyak

terpengaruh oleh tindakan yang dilakukan para ulama, Pasar Kliwon. Surakarta

merupakan daerah di Jawa Tengah sebagai pusat orang-orang Arab, karena sejak

dari awal tempat ini menjadi perkempungan yang dikhususkan kepada orang-

orang Arab. Kondisi umat Islam di waktu itu dianggap sudah bercampur dengan

unsur-unsur mustik Hindu Jawa. Islam yang murni telah mengalami percampuran

dengan kebiasaan di luar Islam yang berasal dari keercayaan dan agama sebelum

Islam. Banyak umat Islam yang ada di Jawa termasuk di Surakarta masih

menghiasi diri dengan ajimat, dan menjiarahi kubur yang dianggap adanya

kekuatan magis dan sakti. Kebanyakan dari mereka masih menjalankan berbagai

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

upacara dan ritus yang tidak ada tuntutannya dalam ajaran Islam yaitu Al Quran

dan Hadist.

Kondisi masyarakat yang seperti itu, maka para ulama Arab yang

melakukan kegiatan dakwah melalui pengajian atau majelis ilmu yang bertujuan

untuk mengembalikan masyarakat ke dalam ajaran Islam yang sesuai dengan

ajaran syariat Islam. Sebagai upaya untuk mengajarkankan ajaran Islam kepada

masyarakat, para ulana Arab kemudian menggunbakan marawis sebagai media

dakwah Islam. Selain melalui kesenian, maka para ulama juga mendirikan sekolah

dengan dasar pendidikan Islam. Di bidang pendidikan, orang-orang keturunan

Arab masih merasakan adanya kebutuhan pendidikan bagi masyarakat muslim,

sehingga mereka mendirikan madrasah atau sekolah-sekolah yang didasarkan

ajaran agama Islam. Salah satu sekolah yang masih berlangsung sampai sekarang

adalah Sekolah Diponegoro. Hal lain yang mendorong para ulama Arab dalam

mendirikan madrasah atau sekolah adalah adanya keinginan untuk mendidik anak-

anaknya atau generasi Islam menjadi generasi penerus dan pemimpin Islam yang

memiliki budi pekerti dan pengetahuan Islam yang tinggi.

1) Marawis Sebagai Media Dakwah Islam

Latar belakang para ulama menggunakan marawis untuk berdakwah

karena, melalui cara inilah dapat menimbulkan keramaian, sehingga secara

masyarakat berbondong–bondong menyaksikannya. Melalui cara-cara seperti itu,

maka secara sedikit demi sedikit masyarakat akan tertarik untuk menjalankan

ajaran Islam. Menurut ustadz Alwi (wawancara pada tanggal, 21 Mei 2009),

marawis pada mulanya digunakan sebagai media untuk menarik perhatian

masyarakat sekitar agar berkumpul dan kemudian para ulama memberikan

pengertian tentang ajaran Islam. Dengan demikian secara langsung maupun tidak

langsung masyarakat telah menyerap ajaran Islam. Pada perkembangannya, syair–

syair atau qosidah yang disampaikan dengan bahasa Arab dan ada yang

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia agar masyarakat dengan mudah dapat

menerima dan memahami ajaran agama Islam yang telah disampaikan

(wawancara dengan pemain: Hasan Al Amin, 29 Maret 2009).

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Munculnya kesenian wayang, bedug dan gamelan di Jawa merupakan

dampak dari kegiatan penyebaran agama Islam yang di lakukan oleh Walisongo.

Pada waktu itu, Sunan Kalijogo menggunakan media seni wayang dan gamelan

untuk menarik simpati masyarakat yang didalamnya sekaligus diselipkan ajaran–

ajaran Islam. Selain jalan yang ditempuh oleh Sunan Kalijogo, para Wali lainnya

seperti Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus dan yang lainnya menciptakan syair–

syair yang sederhana dan praktis sebagai alat untuk mempermudah dalam

mengajarkan ajaran Islam. Syair–syair tersebut pada perkembangannya diiringi

dengan alat musik genderang atau lainnya serta ada juga yang diiringi dengan

tari–tarian. Dengan demikian, di dalam mengajarkan ajaran Islam kesenian

mempunyai peranan yang sangat penting sebagai media untuk berdakwah.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka Melalui cabang–cabang seni dan

kebudayaan yang diselenggarakan oleh para ulama memiliki peran yang besar di

dalam menyebarkan ajaran Islam. Marawis yang banyak di pentaskan di Masjid

atau majelis ilmu lainnya juga telah ikut berperan aktif di dalam usaha

mendakwahkan ajaran Islam di sela-sela kuatnya pengaruh budaya Jawa.

Syair–syair yang dilantunkan dalam marawis yaitu yang bertemakan untuk

mengagungkan Asma Allah SWT dan Nabi Muhammad, perbaikan akhlak,

keimanan dan kesusilaan, harapan akan kebahagiaan hidup di Surga, cinta kasih

Allah kepada umat manusia dan Rahmat Allah Ta’ala; sehingga dalam setiap

pementasan marawis juga selalu mengajak masyarakat untuk beramar ma’ruf nahi

munkar yaitu mengajak kepada perbuatan baik dan mencegah perbuatan buruk.

Hal itu dapat terlihat bahwa setelah mendengarkan syair-syair marawis akan

terjadi perubahan sikap dan tingkah laku; misalnya dari semula masih

mempercayai hal–hal yang mistik dan syirik maka setelah mendengarkan syair–

syair marawis yang ditampilkan dalam mejelis ilmu selanjutnya akan menjauhi

perbuatan itu atau yang pada awalnya belum menjalankan sembahyang lima

waktu maka akan menjadi lebih aktif. Melalui syair dan lagu yang di lantunkan

diharapkan dapat mengingatkan atau mengembalikan perbuatan masyarakat yang

semula telah mengalami kerusakan akhlak dan menyimpang dari ajaran Islam

untuk kembali ke jalan yang benar.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Pernyataan tersebut di atas juga diperkuat oleh pemerhati marawis, bahwa

lagu-lagu yang di lantunkan dalam marawis bernuansa cinta Allah dan cinta

Rosul, sehingga menjadi suatu sarana dakwah yang efektif karena orang diajak

untuk sadar akan besarnya cinta kepada Allah dan Rosulullah dengan cara tidak

harus dinasehati secara langsung tetapi melalui iringan musik karena dakwah yang

seperti itu lebih cepat diterima oleh masyarakat (ustadz Novel bin Muhammad

Aliydrus, 21 Mei 2009 ).

Secara keseluruhan struktur bentuk syairnya adalah bentuk cerita yang

berkaitan dengan jaran Islam yang isi ceritanya banyak menceritakan kisah Nabi

Muhammad SAW yang disusun dalam bentuk syair sebagai berikut.

Contoh syair lagu marawis yang berjudul: Man mistlu ahmad?

Man mistlu ahmad fil kaunaini nahwah

Badrun jami’ ul wara fi husnihitah

Man mistlu wa ilahul arsyisyarrafahu

Bil khalai wal khulai inna allah a’thal

Wasysyamsu takhjalu min anwari thal’atih

Ha’rat ’uqulul wara fi washti ma’ nahu

Tabarakallahma ahla syamaillah

Hazal jamala fama abha muhayyahu

Ya urta wadinnaqa ya ahla kadhimah

Fi hayyikun qomarun fil qolbi mawah

Yang artinya (Siapakah yang bisa seperti Nabi Muhammad SAW)

Siapakah yang bisa seperti nabi Muhammad di dalam semesta ini? Bagaikan bulan purnama hingga terheran semua makhluk. Saipakah yang sepertibeliau dan Tuhannya Arsyi yang memuliakannya. Dengan penciptaan dan akhlak yang telah diberikan-Nya. Sampai–sampai mataharipun malu dan dari sinar cahayanya, sampai bingung akal para makhluk. Maha suci Allah begitu indah kelengakapan sifat- sifatnya, beliaulah yang mengungguli keindahan, maka seperti apa ketampanan wajahnya. Waha bani ”urba” yang bertempat di ”wadi ngara”, wahai ahli ”kandzimah” di kampung halaman kalian terdapat bulan yang selalu ada ditiap hati.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Allah tuhan yang arsyi bersholawat atasnya (Nabi Muhammad) selalu, tidak hanya selama matahari bersinar dan tidak sebnatas cahayanya. Di dalam syair tersebut diungkapkan bahwa, tidak ada makhluk di dunia

ini yang dapat menyamai Nabi Muhammad SAW, bahkan diumpamakan pula

mataharipun malu dari sinar cahayanya, dalam syair tersebut juga dinyatakan

bahwa Allah pun bersholawat atas Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemain marawis, bahwa motivasi

menjadi pemain marawis karena ingin menyampaikan dakwah Islam kepada

masyarakat melalui iringan musik. Sebagai pemain dan orang yang memiliki

kewajiban lebih besar untuk melanjutkan misi dakwah Rasulullah SAW. Para

pemain di dalam pementasan marawis dengan sungguh–sungguh, karena apa yang

dilakukannya berkaitan dengan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sebagai

panutannya (wawancara dengan Syarif Mulachela, 23 Maret 2009).

Marawis sebagai media dakwah Islam membutuhkan kelancaran

berkomunikasi antara lain:

a) Kepercayaan masyarakat kepada pemain kesenian marawis

b) Seringnya diadakan pementasan marawis

c) Kegemaran masyarakat terhadap kesenian marawis

d) Kemudahan diterimanya pesan–pesan yang ingin disampaikan kepada

masyarakat.

Kepercayaan masyarakat sebagai komunikan terhadap para pemain yang

memainkan marawis sebagai komunikator sangat mendukung kelancaran dalam

berkomunikasi. Sesuai dengan perannya sebagai orang yang menyampaikan

dakwah, maka para pemain marawis harus bisa menjaga nama baiknya, baik itu

dalam lingkungan sehari–hari maupun dalam kehidupan agamanya sehingga bisa

menjadi tauladan sekaligus dapat dipercaya oleh masyarakat. Frekuensi

pementasan juga mempengaruhi keberhasilan penggunaan marawis sebagai media

dakwah.

Keberhasilan misi dakwah juga sangat dipengaruhi oleh kegemaran

masyarakat terhadap kesenian marawis, begitu juga dengan sikap dan perilaku

para anggota akan mempengaruhi keberhasilan dakwah Islam. Orang–orang yang

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

berdakwah harus bisa menjadi contoh dan panutan, apabila pendakwah tidak bisa

menerapkan apa yang di dakwahkan dalam kehidupannya, bagaimana mungkin

orang lain yang didakwahi akan mengikuti apa yang di dakwahkan pendakwah

tersebut. Faktor lain yang sangat berpengaruh adalah seringnya diadakan

pementasan, sebab dengan demikian kesempatan untuk berdakwahpun akan

bertambah. Kegemaran masyarakat menyaksikan marawis dan pesan–pesan dan

ajaran agama Islam yang disampaikan lewat syairnya juga merupakan faktor yang

menentukan keberhasilan misi dakwah, dengan demikian tujuan pertama untuk

mengumpulkan massa dan tujuan kedua untuk menyampaikan pesan–pesan dan

ajaran Islam telah terpenuhi. Tujuan ketiga yang menuju ke arah pelaksanaan

tergantung dari niat dan kesadaran masing–masing manusia.

2) Marawis Sebagai Hiburan

Menurut Soedarsono (!976: 30), kesenian adalah segala sesuatu bentuk

yang menyenangkan, dan dapat memenuhi keinginan yang terakhir. Setiap

keindahan yang terdapat dalam seni merupakan sesuatu yang dapat memberikan

kepuasan pada batin manusia, dan tadak hanya melalui gerak–gerik yang keras,

kasar, penuh keanehan–keanehan saja yang dapat menimbulkan keindahan, tetapi

juga gerak–gerik yang halus. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa manusia di dalam menghasilkan karya seni bertujuan untuk

menumbuhkan rasa keindahan, dan keindahan tersebut menyebabkan seseorang

merasa terpenuhi segala keinginannya sehingga merasakan kepuasaan.

Kesenian sebagai hiburan bagi manusia tidak memandang status, pangkat,

kekayaan dan lain sebagainya, walaupun orang itu miskin dan sangat terbelakang

tetapi pada dasarnya sama–sama membutuhkan hiburan sebagi pelepas lelah dan

penyegar jasmani dan rohani. Melalui hiburan, seseorang akan menjadi senang

dan kesenangan akan membantu manusia untuk melupakan hal-hal yang

menyediihakan atau melelahkan.

Pada perkembangannya, marawis di Pasar Kliwon menjadi kesenian yang

dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Meskipun sebagai hiburan, nilai-nilai

yang terkandung dalam marawis tetap di pegang teguh dan dipertahankan yaitu

dalam hal penentuan ketukan, irama dan lagu-lagu tetap bertujuan untuk dakwah.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Kesenian marawis bukan merupakan substansi, melainkan hanya sebagai

pengiring upacara yaitu hiburan. Bagi pemain, dengan bermain marawis dapat

menumbuhkan rasa keindahan, sehingga menimbulkan kepuasaan batin

(wawancara dengan pemain: Hasan Al Amin, 29 Maret 2009).

Marawis sebagai hiburan mampu memberikan kepuasaan batin bagi

masyarakat pendukungnya. Sebagai hiburan, karena komunitas Arab dapat

memperoleh kesenangan, karena dapat melepaskan rutinitas hidup serta

melupakan masalah yang di hadapi. Keterhiburan mereka oleh pementasan

marawis antara lain tercermin dari keceriaan dalam melakukan aktivitas masing-

masing bahkan diantara mereka ada pula yang menyenandungkan syair-syair yang

sedang ditampilkan.

Marawis diyakini tidak bertentangan dengan ajaran Islam karena isi

syairnya merupakan suatu ajakan untuk berbuat baik dan meninggalkan perbuatan

yang buruk. Menurut Hendropuspito (1984: 38-39), bahwa fungsi agama pada

manusia meliputi (1) fungsi edukatif, (2) fungsi penyelamatan, (3) fungsi

penyelamat sosial,( 4) fungsi persaudaraan, (5) fungsi transformatif.

Keberadaan marawis sebagai dakwah Islam tidak bertentangan dengan

hukum Islam, selama syair-syair atau lagu yang dilantunkan berisi tentang doa-

doa kepada Allah SWT dan tidak terpengaruh oleh syair-syair yang berisikan cinta

terhadap lawan jenis (wawancara dengan MUI Surakarta: Ustadz Ali Muhammad

Shobri Bazemul, 29 Mei 2009). Pendapat di atas, diperkuat lagi oleh seorang

ulama dari kalangan Jawa, bahwa selama syair-syair yang dilantunkan tidak berisi

tentang hal-hal yang syirik dan tidak melanggar aturan Islam maka kesenian

tersebut diperbolehkan, selain itu pementasan kesenian marawis dinilai positif dan

dipandang sangat menghormati ajaran Islam, karena dalam pementasannya

terdapat pemisahan antara kaum laki–laki dengan kaum perempuan (wawancara

dengan ustadz Muqorrobin, 29 Mei 2009).

Pada dasarnya keberadaan nyanyian diperbolehkan dalam Islam asalkan

memenuhi syarat: (1) Tema atau isi nyanyian harus sesuai dengan ajaran dan adab

Islam. (2) Penampilan penyanyi juga harus dipertimbangkan.(3) Tidak berlebih-

lebihan dalam permainan (Yusuf Qardhawi dalam http://media.isnet.org).

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa keberadaan marawis

yang dipertunjukkan mendapat tanggapan yang baik. Di samping itu, para pemain

dan penikmat marawis menganggap bahwa marawis merupakan media yang

sesuai dengan misi menyampaikan pesan–pesan yang berhubungan dengan ajaran

agama Islam. Dengan demikaian, keberadaan tradisi marawis sampai sekarang

masih tetap bertahan dan mendapat perhatian yang baik dari ulama maupun

anggota masyarakat dari komunitas Arab di Pasar Kliwon.

C. Pementasan Tradisi Marawis di Pasar Kliwon

1. Pemain dan perlengkapan Marawis

Marawis di Pasar Kliwon yang masih bertahan pada saat ini dipentaskan

pada acara Maulid Nabi, Khaul atau peringatan orang Islam yang sudah

meninggal dan pesta pernikahan (wawancara dengan Syarif Mulachela, 23 Maret

2009).

a. Pemain

Semua pemain marawis adalah laki–laki yang terdiri dari sepuluh orang.

Dari sepuluh orang itu sebanyak dua orang sebagai vokalis, enam orang

memegang alat musik dan dua orang sebagai penari. Diantara enam orang yang

memainkan alat musik, setiap orang memainkan satu buah alat musik yang terdiri

atas satu orang memainkan seruling, satu orang memainkan hajir dan empat orang

lagi memainkan marawis. Terkadang untuk membangkitkan semangat, para

pemain marawis bergerak sesuai dengan irama lagu yang dilantunkan. Dari

kesepuluh orang itu memiliki usia yang berbeda berbeda tetapi semuanya di

bawah tigapuluh tahun (Syarif Mulachela, 23 Maret 2009: Wawancara).

Para pemain marawis terkadang juga ikut melantunkan syair atau lagu

yang di bawakan, artinya disamping bertugas sebagai penabuh instrumen musik

mereka juga bertugas untuk menyanyikan bait–bait syair dalam marawis.

Sedangkan para penari tetap bertugas hanya sebagai penari zapin, tetapi tidak

menutup kemungkinan bahwa setiap pemain marawis bisa memainkan alat musik

dan menarikan tarian zapin. Para penuh menari sambil mengikuti irama musik

yang dilantunkan oleh para pemain musik dan vokalis.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

b. Perlengkapan

Seperti halnya kesenian pada umumnya, dalam memainkan marawis juga

memerlukan perlengkapan. Kesederhanaan alat musik marawis tidak mengurangi

daya yang dapat melahirkan citra seni yang indah. Alunan iringan marawis dapat

membangkitkan semangat dan jiwa bagi para pendengarnya. Para pemain marawis

membudayakan suara musiknya agar bisa dinikmati, diresapi dan dirasakan oleh

penikmat dan pemerhati marawis.

1) Pakaian

Pakaian yang dipakai antara vokalis, para pemain alat musik dan penari

bersifat sama. Dalam setiap pementasannya, para pemain marawis memakai

pakaian yang terdiri dari:

a) Bagian kepala: memakai peci

b) Bagian badan: baju gamis atau tsub, yaitu pakaian adat berupa baju terusan

dengan lengan panjang berwarna putih seperti jubah. pakaian adat atau tsub

tersebut bersifat tidak wajib dikenakan, karena dalam pementasan pada acara

yang lebih kecil mereka biasa memakai baju berlengan panjang (baju koko)

dan tetap menutup aurat serta rapi.

c) Bagian bawah: memakai sarung

Para pemain marawis cukup dengan berpakain rapi. Apabila diperhatikan,

pakaian yang dipakai oleh pemain marawis mempunyai makna filosopi.

Pakaian pemain marawis harus menutup aurat, pada saat latihan pemain

marawis juga dilarang memakai celana pendek dan badan harus bersih,

sehingga dengan menerapkan adab-adab yang benar dan baik sesuai dengan

ajaran Islam akan berdampak dalam kehidupan sehari–hari bagi pemain

marawis.

2) Alat musik

Instrumen musik yang dimainkan dalam marawis dapat dikatakan

sederhana, tetapi kesederhanaan itu tidak mengurangi daya yang melahirkan citra

seni yang indah. Alat–alat musik dalam marawis melahirkan citra seni Islam yang

tinggi dan suci. Alat musik yang dimainkan terdiri dari:

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

a) Satu buah Hajir (gendang besar) yang berdiameter 45 cm dengan tinggi 60 -

70 cm.

b) Lima buah marawis (kumpulan gendang kecil) yang memiliki diameter 20 cm

dengan tinggi 19 cm. Secara bahasa kata ”mirwas” berasal dari kata ”rawas”

yang artinya kepala atau mengepalai. Setiap gendang terdapat sentak yang

terbuat dari bambu yang diraut dan dilingkarkan sesuai dengan besar lingkaran

atau diameter dari marawis dan hajir yang befungsi untuk mengatur suara

gendang. Marawis digunakan sebagai pengatur tempo, terutama dalam seni

gambus untuk mengiri tarian zapin. Marawis termasuk dalam klasifikasi alat

musik membranopon dua sisi. Marawis dimainan dengan cara dipukul secara

interlocking dengan jumlah pemain empat sampai enam orang.

Orang pertama yang bertindak sebagai pembawa ketukan dasar,

secara sepintas tugasnya tampak amat ringan, tetapi peda kenyataan tidak

demikian karena selain sebagai pembawa ketukan dasar, tugas orang pertama

adalah menjaga tempo jangan sampai lari apalagi pada saat improvisasi

dilakukan. Orang pertama harus konsisten dengan pukulannya, karena jika

tidak konsisten pukulannya maka akan berakibat merusak irama dan dapat

membingungkan pemain marawis kedua dan seterusnya. Teknik memainkan

marawis ini orang pertama bertindak sebagai dasar, orang kedua berperan

menghayuti pukulan orang pertama, orang ketiga menghayuti orang kedua,

orang keempat menghayuti orang ketiga dan orang kelima menghayuti orang

keempat dan begitupun seterusnya sehingga menimbulkan interlocking yang

demikian rapat, yang dalam istilah melayu disebut ”Rampak Marwas”. Pada

saat tertentu intensitas gendang dilemahkan untuk memberi kesan dinamika,

sedang di saat yang lain pula dikuatkan. Ketika intensitas gendang

dilemahkan, digunakan teknik memukul marawis dengan satu jari, dan pada

saat intensitas gendang marawis dikuatkan dilakukan dengan teknik memukul

marawis dengan seluruh jari dan telapak tangan.

c) Suling

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Alat musik lain yang dibutuhkan dalam kesenian marawis adalah suling, tetapi

suling disini berfungsi sebagai pelengkap. Cara memainkannya juga sama

dengan suling pada umumnya

2. Teknik Pementasan Marawis

a. Tempat pementasan

Tempat yang digunakan untuk mementaskan marawis di Masjid pada

bagian zawiyah (pesantren). Di setiap pementasan marawis juga ditampilkan tari

zapin. Para pemain marawis hanya duduk di atas karpet atau permadani dengan

membentuk setengah lingkaran menghadap penonton (Syarif Mulachela, 23 Maret

2009: Wawancara).

Tempat yang digunakan untuk pementasan marawis bharus cukup luas

dan terbuka agar semua gerakan dapat ditampilkan dengan baik. Tempat untuk

menyaksikan marawis antara laki-laki dan perempuan terpisah, hal itu sesuai

dengan ajaran Islam yang tidak menghendaki bercampurnya antara laki-laki

dengan perempaun yang bukan makhromnya dalam satu ruangan agar terhindar

dari fitnah dan dosa.

5

Gambar 1. Skema Tempat Pementasan Marawis

1

2

2

2

1

3

4 2

5

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Keterangan:

1) Vokalis

2) Marawis

3) Hajir

4) Suling

5) Tempat untuk menari zapin

: tempat penonton

b.Waktu pementasan

Marawis dipentaskan pada malam hari yaitu sekitar jam 21.00 sampai jam

23.00, sedangkan pada saat pesta pernikahan dari salah satu pemain, apabila

dikehendaki pementasan marawis bisa sampai semalaman (wawancara dengan

Syarif Mulachela, 23 Maret 2009).

c. Alur

Alur adalah urut–urutan jalannya pementasan, yang meliputi pembukaan,

permainan dan penutup.

1. Pembukaan, pada waktu ini vokalis mewakili pemain marawis mengucap

salam kepada orang-orang yang menghadiri majelis.

2. Inti

Setelah mengucapkan salam, pemain suling mulai meniupkan sulingnya

sebagai tanda dimulainya kesenian marawis, setelah marawis dipukul oleh

pemain, maka tarian zapin mulai ditarikan oleh dua orang penari laki-laki. Tari

zapin yang ditampilkan pada saat pementasan marawis memiliki gerakan-

gerakan sebagai berikut:

1) Taksim

Penari melakukan jalan biasa dengan posisi badan menunduk, keadaan

tangan kiri di belakang pinggang sambil jari digenggam sementara tangan kanan

digenggam menunjuk ke bawah. Gerakan pada taksim dilakukan secara bebas.

Penari mengambil posisi untuk memulakan tarian dalam posisi duduk bertinggul

sementara berat badan tertumpu di kaki kiri, kaki kanan sedikit ke depan. Posisi

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

tangan kiri di belakang pinggang dengan posisi jari digenggam dan tangan kanan

digantung di paras dada dengan posisi jari digenggam dan keadaan posisi ibu jari

menghhadap ke depan.

2) Wainab atau Tahto

Gerakan ke 1 : Rehat atau bersedia.

Gerakan ke 2 : Kaki kiri digantung.

Gerakan ke 3 : Kaki kiri diletakkan di hadapan.

Gerakan ke 4 : Kaki kanan digantung.

Gerakan ke 5 : Kaki kanan diletakkan di hadapan.

Gerakan ke 6 dan 7: Posisi tidak berubah dari gerakan yang ke 5, sambil

bertinggung, tangan menyauk sementara posisi badan

menghala 180 derajat ke arah kiri.

Gerakan ke 8 : Berdiri. Semua gerakan diulang sekali lagi, dan pada

akhir tarian zapin penari akan duduk bertinggung.

3. Penutup

Pada bagian ini, vokalis mewakili semua pemain mengucapkan salam

(observasi pada saat khaul di Masjid Riyadh, 16 April 2009).

d.Bentuk Irama Marawis

Marawis yang diajarkan oleh Muhammad Al Mukhdori kepada

masyarakat Arab di Indonesia memiliki dua bentuk irama, yaitu meliputi:

1) Madkhol, yaitu memainkan alat–alat musik marawis dan tari zapin

dengan lembut.

2) Makhroj, yaitu memainkan alat–alat musik marawis dan tari zapin

dengan lebih cepat dibandingkan dengan irama madkhol (Syarif

Mulachela, 23 Maret 2009: Wawancara).

Syair-syair marawis dalam bentuk madkhol berisi tentang permohonan doa

kepada Allah SWT atau istighosah. Dalam Islam, ketika seorang hamba berdoa

kepada Allah, maka adab yang harus di perhatikan diantaranya berdoa dengan

cara lemah lembut, karena posisi manusia merupakan seorang hamba yang

meminta pertolongan kepada Tuhannya, sehingga dalam memainkan marawis

juga demikian.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Contoh syair lagu dalam irama makhroj : Qodkafaanii

Qodkafaanii’ilmurobbi

Minsualiiwakhtiyaarii

Fadu’aaiiwabtihaalii

Syaahiduli ibiftiqoorii

Yaailahii wamalikii

Anta ta’lamu kaifakhaalii

Wabimaaqod khallaqolbii

Minhumuu miwashtighoolii

Khajataan fiinafsi yaa robbi

Faaq dhi ha yaa khoiroqoodhi

Wa arrikh sirri waqolbii

Minladzoo haa waasyuwadzi

artinya: Sesunggahnya Telah Mencukupi Diriku

Sesungguhnya telah mencukupi diriku pengetahuan Tuhan-ku Dari selain kepunyaanku dan daya upayaku Maka, Dia (Allah) memanggilku dan permohonanku Dia (Allah) melihat kepunyaanku dengan kemiskinanku Ya Tuhan- ku dan yang memilikiku Engkau maha mengetahui bagaimana keadaanku, dan dengan apa sesungguhnya untuk membuka hatiku dari duka citaa dan kesibukanku Keinginan dalam jiwa ya Tuhan-ku Maka putuskanlah hajat itu Wahai sebaik-baik hakim Dan lembutkanlah rahasiaku dan hatiku dari neraka

Syair-syair yang dilantunkan dalam bentuk makhroj berisi tentang puji-

pujian atau harapan–harapan berupa surga, rahmat dan kasih Allah ta’ala,

sehingga bentuk irama makhroj dimainkan untuk syair-syair atau lagu yang berisi

tentang hal-hal menggembirakan sehingga tariannya dilakukan dengan penuh

kegembiraan pula.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Contoh syair dalam irama makhroj: Yaa khaadii sir ruuwaidaa Yaa khaadii sirruuwaidaa

Mansyad a maa marrokbii

Fiirrokbi lii ’aroibun

Akh dzuu ma’ahum qolbii

Manlii idzaa akhdzuu lii qolbii

Syatatuunii filbawaadii

Akhduminnii fuwaadii

Manlii idzaa akhdzuu li qolbi

Wa ta adab fii khimaahum

Laa walaa ta’syaq siwaahum

Fahum ni’masyifaa liqolbii

Yaa ilahii yaa makhjuub

Fa bithoibata lii khabiib

Ar juu yashfa’ lanaa min dzunubii

artinya: Wahai orang yang menggiring unta sambil berdendang, berjalanlah perlahan-lahan

Wahai orang yang mengiring unta sambil berdendang, berjalanlah dan bernyanyilah di depan pedal Di dalam pedal-pedal aku tidak seorangpun di dalam rumah Mereka mengambilnya bersama hatiku Siapa yang ku miliki, apabila mereka mengambil kepunyaan hatiku Mereka menceraikan ku di padang pasir Mereka mengambil dariku katiku Siapa yang ku miliki, apabila mereka mengambil kepunyaan hatiku

3. Nilai Filosofis Marawis

Istilah filosofi berasal dari kata Yunani Philopsophia yang berarti cinta

kearifan. Kata lain dari filosofi adalah filsafat (filsafat, falsafah, falsafat) yang

berarti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala

yang ada, sebab asal dan hukumnya. Kata filosofi di definisikan dengan

pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab, asal hukum dan

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

tentang segala sesuatu yang ada di dalam semesta ataupun mengenai kebenaran

arti adanya sesuatu (Poerwadarminta, 1976: 216).

Terdapat banyak falsafah dan nilai–nilai yang terkandung dalam marawis.

Nilai–nilai dan falsafah itu masih di pegang teguh oleh para pemain dan pelestari

marawis. Nilai-nilai yang terkandung diantaranya yaitu (1) Dalam hal penentuan

ketukan dan irama musik marawis mengandalkan cita rasa dan perasaan. Apabila

dibandingkan dengan musik lainnya, marawis mempunyai irama yang berbeda

karena musik lainnya memiliki rumus dalam musiknya. (2) Lagu dan syair yang

dilantunkan dalam kesenian marawis bertujuan untuk dakwah Islam.

a. Nilai filosofis Alat-Alat Musik Marawis

1) Hajir

Pada saat Habib Al Mukhdori menyaksikan acara bedug di Masjid,

sehingga memunculkan ide untuk membunyikan dan memainkan hajir kepada

masyarakat Indonesia. Habib Al Mukhdori menganggap bahwa alat musik hajir

hampir sama dengan alat musik bedug, sehingga Habib Al-Mukhdori memiliki

pemikiran ketika hajir dimainkan tidak ada bedanya dengan bedug yang sudah

dikenalkan oleh Wali Songo. Hal yang membedakan antara bedug dengan hajir

adalah kalau hajir dimainkan dengan telapak tangan dan tempatnya di bawah,

sedangkan bedug di pukul dengan pentung dan memiliki satu suara. Pada masa

menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, Walisongo membawa dan mengenalkan

bedug kepada masyarakat Indonesia. Latar belakang dimainkannya alat musik

hajir karena bentuknya hampir sma dengan ”bedug Msjid” yang telah dikenalkan

oleh Walisongo (Ustadz Alwi, 21 Mei 2009: Wawancara).

Bunyi yang ditimbulkan apabila hajir dipukul adalah pung...pung...pung’.

Suara yang dikeluarkan ini mempunyai makna bahwa tempat yang digunakan para

ulama untuk mengajarkan ilmu agama masih kosong, sehingga masih muat untuk

di isi lagi oleh orang-orang yang mau mengikuti majelis ilmu yang akan di

sampaikan oleh tokoh ulama yang ada di daerah itu. jangan malu-malu untuk

mendatangi ke majelis ilmu ini, karena majelis ilmu adalah tempatnya orang-

orang baik yang selalu mengajak, menyeru berbuat baik dan menjauhi

kemungkaran. Bunyi hajir tersebut berfungsi untuk memanggil dan

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

mempersilahkan masyarakat sekitar untuk datang mengikuti majelis ilmu karena

tempat yang digunakan untuk majelis ilmu masih kosong untuk menerima orang-

orang untuk diajak di jalan Allah SWT.

Filosofi yang terkandung dalam hajir ini memiliki kesamaan pada filosofi

yang terkandung dalam suara bedug yang muncul pada masa Wali Songo dalam

menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Apabila bedug dipukul maka bunyi

yang dikeluarkan adalah deg...deg...deg’, filosopi yang terkandung adalah ”masih

sedeng” (masih muat), artinya tempat atau majelis ilmu yang akan digunakan

Walisongo masih cukup untuk menampung orang-orang yang ingin mengikuti dan

mendengarkan ceramah-ceramah yang akan disampaikan oleh Wali Songo.

2) Marawis

Seperti halnya dengan hajir, marawis juga memiliki nilai filosopi. Bunyi

yang di timbulkan apabila marawis di pukul adalah prak...prak...prak’, hal ini

bermakna ”ayo cepat, ayo cepat”, cepatlah kalian datang jangan sampai terlambat,

jangan sampai tempat ini didahului oleh orang lain, kalau bisa kalian yang

menempati sof atau barisan yang terdepan supaya bisa mendengarkan dakwah

yang akan disampaikan dalam lantunan qosidah atau dakwah yang akan

disampaikan oleh tokoh yang ada di situ sehingga jangan sampai ketinggalan

(Ustadz Alwi, 21 Mei 2009: Wawancara).

b. Nilai Filosofis zapin

Zapin merupakan salah satu tarian yang banyak berkembang di daerah

Melayu. Kata zapin berasal dari dari bahasa Arab ”Al-Zafn” yang berarti ”gerak

kaki”. Tarian zapin dibawa oleh keturunan Arab yang berasal dari Yaman. ...tarian

khas Yaman yang disebut zapin” (http://majlismajlas.blogspot.com, 3 Mei 2009).

Zapin pada mulanya merupakan tarian hiburan dikalangan raja-raja di Istana.

Setelah dibawa oleh para pedagang pada awal abad ke-16.Di Indonesia terdapat 2

jenis zapin yaitu zapin Arab dan zapin Melayu. Zapin Arab pada

perkembangannya mengalami perubahan secara lambat dan gerakan-gerakannya

masih dipertahankan oleh masyarakat keturunan Arab sehingga hanya memiliki

satu gaya, sedangkan zapin Melayu dikembnagkan oleh orang-orang Melayu dan

disesuaikan dengan lingkungan masyarakatnya sehingga jenis zapin ini memiliki

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

berbagai bentuk gaya. Pemberian nama tarian zapin, sangat tergantung pada

tempat dan berkembangnya tarian tersebut.

Pemberian nama untuk tarian tersebut tergantung dari bahasa atau dialek tempat tarian itu tumbuh dan berkembang. Nama zapin pada umumnya dikenal di Sumatera Utara dan Riau, sedangkan di Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu menyebutnya dana sarah. Di lampung, tarian zapin dikenal dengan nama bedana, sedangkan di Jawa di sebut dengan zafin. Masyarakat Kalimantan cenderung memberi nama jepin, di Sulawesi disebut jippeng, dan di Maluku lebih akrab mengenal dengan nama jepen. Di Nusatenggara, zapin dikenal dengan nama dana-dana (untuk lebih jelasnya lihat lampiran pada halaman 10).

Syair yang dilantunkan dalam makhroj berisi tentang harapan–harapan

kegembiraan berupa surga, rahmat dan kasih Allah ta’ala, sehingga zafin ditarikan

dengan penuh kegembiraan. Syair yang dilantunkan dalam irama madkhol berisi

tentang permohonan doa kepada Allah SWT, sehingga zapin juga ditarikan

dengan lembut. Keberadaan dua penari dalam zapin mempunyai makna bahwa di

dunia ini dalam setiap aspek ehidupan Tuhan menciptakan dua sisi yang berbeda,

sehingga manusia dapat memilih pilihannya, misalnya baik dan buruk, hitam dan

putih. Bentuk langkah dalam tarian zapin menggambarkan manusia di dalam

setiap kehidupannya selalu berdoa kepada Allah, karena doa merupakan harapan,

namun harus diimbangi dengan usaha atau bekerja untuk mewujudkannya serta

menyerahkannya kepada Allah SWT sebagai pemilik semua alam semesta dan

isinya (Ustadz Alwi, 21 Mei 2009: Wawancara).

D. Dampak Tradisi Marawis Terhadap Masyarakat di Sekitarnya

Keberadaan marawis akan terus dikembangkan oleh masyarakat Arab

Arab di Pasar Kliwon. Marawis selain berfungsi dakwah juga untuk melestarikan

kebudayaan Arab khususnya di bidang seni musik. Keberadaan marawis, memiliki

dampak terhadap kehidupan masyarakat setempat bahkan masyarakat di Surakarta

baik pada bidang budaya, agama maupun bidang sosial.

Tujuan dimainkannya marawis untuk melakukan dakwah Islam, sehingga

syair–syairnya berisi puju-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

sebagai Rosul- Nya serta mengajak untuk berbuat baik pada diri sendiri dan orang

lain, untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan–ketentuan yang digariskan oleh

Allah dan Rosul-Nya serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela

(Abda, 1994: 29-30). Ada pula syair yang berisi tentang ajakan menanamkan

kaidah persamaan derajat, persatuan, perdamaian, kebenaran, kebaikan dan kaidah

inti perkembangan masyarakat, membebaskan masyarakat dan individu dari

sistem kehidupan yang dholim (tirani, totaliter) menuju kehidupan yang adil.

1. Kebudayaan

Tradisi marawis di Pasar Kliwon Surakarta merupakan salah satu wujud

pelestarian nilai–nilai budaya Arab yang telah di bawa oleh para ulama Arab di

Pasar Kliwon yang sampai saat ini masih dilaksanakan dan akan terus

dipertahankan serta diwariskan kepada generasi berikutnya. Pada kenyataannya

tidak semua masyarakat Arab ikut terlibat dalam pementasan marawis, tetapi

mereka mempunyai tujuan dan maksud yang sama yaitu menyampaikan ajaran-

ajaran Islam yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar. Tradisi marawis

di dalamnya terjadi relevansi antara budaya Arab dengan budaya Islam yang

diterima serta ditata sebagai landasan ideal untuk membentuk pribadinya,

sedangkan nilai–nilai budaya itu merupakan suatu aturan dalam upaya menuju

kebaikan dalam kehidupannya. Sehingga tercapai keadaan yang tenang, damai,

tentram, serta harmonis dengan sesama serta lingkungannya (Budiono Herusatoto,

2000: 87). Kreativitas di dalam menata unsur–unsur budaya itu menghasilkan

perpaduan yang harmonis serta menjadi identitas daerahnya masing–masing.

Marawis sebagai kebudayaan merupakan identitas budaya (simbolik) bagi

komunitas Arab di Surakarta. Hal itu seperti yang dimaksud Soerjono Soekanto

(1984: 8), bahwa dalam lingkungan budaya tertentu manusia mampu berinteraksi

antar sesamanya melalui perantaraan lambang-lambang (tanda) yang dimiliki

bersama. Berdasarkan pengertian kebudayaan sebagai hasil cipta da karsa

manusia, maka tradisi marawis mengandung unsur-unsur kebudayaan antara lain:

a. Seni Musik

Melalui pementasan marawis, masyarakat dapat menyaksikan penampilan

seni musik yang enak di dengar. Bunyi-bunyian khas dari alat-alat musik

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

marawis. Pemain marawis merupakan orang yang sudah terampil, sehingga akan

terdengar suara yang irama yang menarik.

b. Seni Tari

Tarian yang ditampilkan dalam marawis adalah tari zapin. Kombinasi

gerakan dalam tari zapin menunjukkan keunikan tersendiri, tetapi gerakan tersebut

tetap memiliki nilai dan makna yang tinggi.

Dari hal-hal di atas maka jelaslah bahwa tradisi marawis merupakan

kesenian yang memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi. Di dalamnya terdapat

cabang seni, sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk memupuk dan

melestarikan berbagai ketrampilan seni.

2. Agama

Pelaksanaan tradisi marawis di Pasar Kliwon didasarkan atas keyakinan

dan keimanan yang kuat terhadap ajaran Islam. Syair-syair yang dilantunkan

dalam marawis dapat memberi arahan, dorongan, keyakinan ataupun ajakan agar

tingkah laku pemain maupun penikmat marawis dalam kehidupan sehai-hari

sesuai dengan ajaran Islam, dengan tujuan akhir mampu mewujudkan dan

melaksanakan prinsip ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW

dalam semua kehidupannya.

a. Dampak untuk Kehidupan Keagamaan Pemain

Adanya marawis yang berkembang dalam masyarakat Arab di Surakarta

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan para pemainnya. Sesuai dengan

perannya sebagai orang yang menyampaikan dakwah, maka para pemain marawis

terbiasa menjaga nama baiknya, baik dalam lingkungan sehari–hari maupun

dalam kehidupan bermasyarakat sehingga bisa menjadi tauladan sekaligus

menjadi orang yang dapat dipercaya oleh masyarakat. Selain itu, pakaian pemain

marawis yang harus menutup aurat dan bersih pada saat latihan atau

pementasannya, sehingga para pemain terbiasa menerapkan adab-adab yang baik

sesuai ajaran Islam. Pelaksanaan dan penerapan yang sesuai dengan ajaran Islam

dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk kesalehan normative seseorang

terhadap Islam.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

b. Dampak untuk Kehidupan Keagamaan Masyarakat

Kesediaan masyarakat untuk menyaksikan marawis dalam majelis ilmu

yang disampaikan oleh para ulama ssecara tidak langsung akan berpengaruh

terhadap pemikiran dan tingkah laku kehidupan Masyarakat, karena di dalam

majelis ini juga disampaikan pesan–pesan dan ajaran Islam. Setelah mendengar

dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat dengan sendirinya

akan melaksanakan perintah dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang dalam

ajaran Islam, sehingga hal ini mewujudkan kesalehan social (Masyarakat).

Misalnya dari semula masih mempercayai hal-hal yang syirik, setelah

mendengarkan syair-syair marawis selanjutnya akan menjauhinya atau yang pada

awalnya belum menajalankan sembahyang lima waktu maka akan menjadi lebih

aktif.

3. Kehidupan Sosial

Tradisi marawis akan terus dilestarikan dan dikembangkan oleh

masyarakat Arab di Surakarta, hal ini merupakan kebiasaan yang dilakukan secara

turun temurun. Apabila marawis dipentaskan, masyarakat beramai–ramai

menyaksikan kesenian tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan

marawis di Pasar Kliwon Surakarta merupakan salah satu media sosial yang

berarti sarana dan wadah bagi saudara–saudara dan kerabat serta masyarakat

untuk saling bertemu dan saling mengenal. Hal tersebut mengakibatkan semakin

menguatkan identitas komunitas Arab.

Berkaitan dengan keterangan diatas, maka melalui pementasan marawis

sehingga hubungan komunikasi antar masyarakat tidak akan terputus. Hubungan

kekrabatan ini akan tetap terbina dan dijaga keutuhannya. Hal inilah yang

merupakan salah satu fungsi dari pelestarian dan pelaksanaan tradisi bagi

masyarakat. Kebersamaan dalam tradisi marawis secara langsung atau tidak

langsung akan sangat berpengaruh besar bagi masyarakat, sebab melalui

pementasan marawis akan menimbulkan suatu interaksi dan juga komunikasi serta

merupakan undangan bagi masyarakat sekitar. Pada akhirnya kesenian marawis

menjadi ajang komunikasi kelompok tertentu yaitu komunitas Arab, selain itu

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

pementasan marawis tersebut merupakan undangan yang dibebaskan untuk semua

warga sekitar untuk menghadiri. Saat marawis dimainkan dalam suatu acara, hal

itu merupakan suatu kesempatan yang baik bagi anggota komunitas untuk

bertemu, bersilaturrokhin dan berkumpul. Pada kesempatan ini pula diantara

anggota komunitas akan saling membina hubungan bai serta memahami

keberadaan mereka sebagai komunitas yang hidup saling tolong menolong serta

berintegrasi antara individu, serta antara komunitas satu dengan yang lainnya.

Tradisi marawis juga berfungsi sebagai pengintegrasi masyarakat.

Menurut Merriam dalam Hanna Farkhana (2007: 78), bahwa pertunjukan-

pertunjukan tradisional dapat menimbulkan rasa kebersamaan dalam suatu

masyarakat yang mempunyai satu sistem nilai, gaya hidup dan kesenian. Oleh

karena itu, musik akan membangkitkan rasa solidaritas berkelompok. Di sinilah

akhirnya tercipta suatu sikap kekeluargaan dan persaudaraan. Pada intinya, ada

beberapa tujuan masih dikebangkan dan dilestarkannya marawis oleh masyarakat

Arab di Pasar Kliwon, yaitu sebagai berikut:

a. Menyampaikan dakwah kepada masyarakat sesuai dengan keadaan

masyarakat di sekitarnya.

b. Mengembangkan kesenian Arab yang telah dibawa oleh generasi orang Arab

terdahulu yang di bawa dari Hadramaut.

c. Mengenalkan budaya orang–orang solikhin yang dibawa oleh Syekh

Muhammad Al Mukhdori ke Indonesia.

d. Mengenalkan lantunan syair–syair, qosidah dengan bentuk puisi atau prosa

yang berisikan cinta kepada Allah dan cinta kepada Rosul dan bukan cinta–

cinta kepada lawan jenis atau sesama manusia.

e. Mengundang orang-orang untuk datang ke Masjid atau majelis orang baik.

f. Sebagai alat silaturrakhim.

Keberadaan marawis yang di tampilkan mejelis–majelis ilmu antara oang satu

dengan lainnya yang tadinya tidak saling mengenal menjadi saling mengenal

(wawancara dengan ustadz Alwi, 21 Mei 2009).

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Munculnya tradisi marawis di Pasar Kliwon Surakarta sudah sejak tahun

1970-an yang dibawa oleh para ulama dari komunitas Arab, tetapi pada waktu

itu marawis tidak dapat berkembang dengan baik. Kesenian tradisional ini

berasal dari Yaman yang dibawa oleh Habib Al Mukhdori ke Indonesia pada

tahun 1930an. Marawis mulai berkembang dan mulai ramai di mainkan oleh

pemuda-pemuda dari komunitas Arab di Surakarta sejak tahun 1998 pada saat

khoul yang diselenggarakan setiap tanggal 20 Rabiul Tsani (16 April) di

Masjid Riyadh, Gurawan Pasar Kliwon. Keberadaan marawis semakin terlihat

setelah ada beberapa pemuda dari komunitas Arab yang tergabung dalam

Ahbabul Mukhtar yang berdiri sejak tahun 1998. Sebelum Ahbabul Mukhtar

terbentuk, marawis yang ditampilkan pada saat khaul dimainkan oleh grup

dari Pasuruan. Setelah direnungkan lebih mendalam, muncul pemikiran dari

pemuda-pemuda keturunan Arab dari Surakarta untuk memainkan marawis,

karena acara khoul dilaksanakan di Surakarta. Setelah sepuluh tahun lebih

Ahbabul Mukhtar sudah memiliki empat generasi dan setiap generasi

memiliki kemampuan dan usia yang berbeda. Tradisi marawis di Pasar

Kliwon merupakan perwujudan pelestarian kepada tradisi leluhur yang

diwariskan secara turun temurun kepada masyarakat pendukungnya. Dalam

mendakwahkan ajaran agama Islam, para ulama di Pasar Kliwon tidak

terlepad kebudayaan yang dimiliki oleh penduduk setempat. Kondisi

masyarakat di sekitar Pasar Kliwon pada waktu itu lebih cepat menerima

ajaran islam yang disampaikan dengan iringan musik daripada dinasehati

secara langsung. Syair dan lagu yang dilantunkan dalam marawis mengajak

orang untuk menyadari akan besarnya cint akepada Alaah dan Rosulullah.

2. Pementasan tradisi marawis dilakukan di majelis-majelis ilmu (Masjid) yang

terdiri dari tiga tahap yaitu (1) pembukaan diawali dengan ucapan salam yang

disampaikan oleh vokalis, (2) inti yaitu pemain suling mulai meniupkan

82

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

sulingnya sebagai tanda dimulainya marawis dan setelah mirwas (marawis)

dipukul maka tarian zapin mulai ditarikan, (3) penutup yaitu dengan

mengucap salam. Marawis ditampilkan pada saat Maulud Nabi Muhammad

SAW, khaul dan pesta pernikahan. Marawis dipentaskan pada malam hari

pukul 21-00 WIB - selesai. Lagu dan syair yang dilantunkan dalam marawis

berisi tentang doa-doa kepada Allah SWT, harapan tentang Surga, cinta kasih

dan Rahmat Allah Ta’ala dan bukan cinta-cinta kepada lawan jenis. Marawis

memiliki dua bentuk irama, yaitu meliputi: Madkhol, yaitu alat-alat musik

marawis dan tarian zapin dimainkan dengan lembut. Makhroj, yaitu alat musik

marawis dan tarian zapin dimainkan dengan cepat. Syair dalam madkhol berisi

tentang permohonan doa kepada Allah SWT, sehingga dalam memainkan alat

musik marawis dan zafin dimainkan dengan cara yang lembut. Syair dalam

makhroj berisi tentang hal-hal yang menggembirakan sehingga alat musik

marawis dan zapin dimainkan juga dengan kegembiraan. Nilai-nilai dan

falsafah dalam marawis akan terus di pegang teguh oleh pemain dan pemerhati

marawis yaitu dalam penentuan ketukan dan irama musik marawis

mengandalkan cita rasa dan perasaan dan lagu yang dilantunkan dalam

marawis bertujuan untuk dakwah Islam. Marawis di Pasar Kliwon akan terus

dilaksanakan dan dipertahankan kepada generasi penerusnya, karena

kebudayaan akan berkembang apabila memiliki daya dukung dari sebagian

besar masyarakatnya.

3. Keberadaan tradisi marawis di Pasar Kliwon membawa dampak bagi

kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dampak yang dibedakan dibedakan

menjadi tiga hal yaitu (1) bidang kebudayaan, tradisi marawis merupakan

wujud pelestarian nilai-nilai budaya, karena di dalamnya terkandung nilai

budaya Arab, budaya Jawa dan budaya Islam yang diterima dan ditaati sebagai

landasan ideal, sedangkan nilai-nilai budaya itu merupakan aturan dalam

upaya menuju kebaikan dalam kehidupannya. Di dalamnya terdapat cabang

seni, sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk memupuk dan

melestarikan berbagai ketrampilan seni. (2) kehidupan beragama, meliputi

bagi pemain akan terbiasa untuk menjaga nama baik, menutup aurat dan

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

menerapkan adab-adab yang benar dan sesuai ajaran syariat Islam. Sebagai

orang yang menyampaikan dakwah pemain marawis menjadi tauladan yang

akan ditiru oleh masyarakat yang menyaksikan dan menikmati marawis.

Kesediaan masyarakat untuk menyaksikan marawis dalam majelis ilmu akan

berpengaruh terhadap pemikiran dan tingkah laku masyarakat karena di dalam

majelis itu disampaikan pesan–pesan dan ajaran Islam. Setelah mendengar dan

melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dengan sendirinya

akan melaksanakan perintah dari Allah dan menjauhi segala perbuatan yang

dilarang. (3) kehidupan sosial yaitu dengan pementasan marawis, masyarakat

akan beramai-ramai menyaksikan kesenian ini, sehingga tradisi marawis

merupakan salah satu media sosial yang berarti sarana atau wadah

silaturokhim bagi saudara dan kerabat serta masyarakat untuk saling bertemu,

berkumpul dan saling mengenal. Pada akhirnya, pementasan marawis menjadi

ajang komunikasi masyarakat komunitas Arab, selain itu juga merupakan

undangan yang dibebaskan untuk semua warga sekitar untuk menghadiri ke

tempat pementasan marawis (majelis ilmu). Pada kesempatan ini pula diantara

anggota komunitas saling membina hubungan baik serta memahami

keberadaan mereka sebagai komunitas yang hidup saling tolong menolong dan

berintegrasi antara individu, serta antara komunitas satu dengan yang lainnya.

Di sinilah akhirnya tercipta suatu sikap kekeluargaan dan persaudaraan. Dari

sikap kekeluargaan itulah kemudian tercipta sikap saling menghormati, sopan

santun, tenggang rasa, rukun dan damai, sehingga hubungan kekerabatan akan

tetap terbina dan terjaga keutuhannya.

B. Implikasi

1. Teoritis

Marawis merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang

mempunyai tempat tersendiri dalam masyarakat keturunan Arab di Pasar Kliwon

Surakarta, karena marawis tidak terdapat di daerah lain di Surakarta. Bila

dicermati lebih mendalam,marawis yang semula berfungsi sebagai seni dakwah

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

Islam, kini juga berfungsi sebagai hiburan. Di sebut sebagai kesenian dakwah

Islam, apabila selama lagu atau syair-syair yang ditampilkan tidak bertentangan

dengan hukum dan ajaran Islam, dan para pemainnya tetap pada perannya sebagai

orang yang menyampikan dakwah sehingga bisa menjadi contoh yang baik,

sedangkan orang yang menyaksikan atau mendengarkan marawis tetap menjadi

orang yang didakwahi. Disebut kesenian karena dapat menumbuhkan rasa

keindahan, sehingga keindahan tersebut menyebabkan seseorang merasa terpenuhi

segala keinginannya sehingga merasakan kepuasaan.

Marawis menampilkan dua wajah budaya yang bermuka dua, yaitu seni

dakwah Islam dan seni sebagai tontonan (hiburan). Dengan wajah budaya yang

bermuka dua, Marawis justru telah menajdi sebuah identitas kebudayaan yang

mampu bertahan terhadap setiap benturan budaya yang dihadapinya sampai

sekarang. Keberadaan marawis di Pasar Kliwon merupakan identitas budaya bagi

orang-orang keturunan Arab di Surakarta, karena sebagian orang–orang Arab

menganggap akan menjadi suatu aib apabila tradisi yang telah dibawa oleh

generasi sebelumnya tidak dikembangkan dan dilestarikan kepada generasi

selanjutnya. Meskipun demikian, agar tetap dapat mempertahankan posisinya

sebagai identitas kebudayaan, marawis juga harus mampu menjadikan dirinya

sebagai maskot budaya yang membumi dalam kehidupan kebudayaan masyarakat

pendukungnya, sebab sebuah budaya hanya akan berkembang bila memiliki daya

dukung dari sebagian besar masyarakatnya.

2. Praktis

Keberadaan marawis dalam masyarakat keturunan Arab di Pasar Kliwon

Surakarta akan mendorong semangat para pemain dan pemerhati marawis dalam

mengahadapi masalah yang akan timbul, karena seperti yang kita ketahui untuk

melestarikan dan mengembangkan kesenian marawis banyak hal–hal yang

muncul, misalnya minimnya pengetahuan dan pemahaman dari komunitas Arab

tentang marawis, alat–alat musik yang digunakan, isi syair-syair yang dilantunkan

dimana semua itu tidak terlepas dari tujuan awal digunakannya marawis sebagai

media dakwah Islam. Dengan memahami dan melestarikan kesenian marawis

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

akan memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan marawis sebagai

kebudayaan masyarakat keturunan Arab di Surakarta.

Kontribusi penelitian ini dalam dunia pendidikan adalah keberadaan tradisi

marawis dapat dijadikan sebagai wawasan bagi kita selaku mahasiswa untuk

menambah pengetahuan dalam hal pendidikan mengenai bagaimana menjadi

generasi yang tetap menjaga, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang

tidak bertentangan dengan aturan ajaran agama yang ada dalam masyarakat.

3. Metodologis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif

dengan pendekatan etnografi. Pemilihan metode ini didasarkan atas

permasalahan–permasalahan yang dikaji yaitu mendiskripsikan berupa kata-kata

tertulis atau lisan atas perilaku kelompok masyarakat, obyek, dan kebudayaannya

dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, yaitu dengan wawancara, observasi

dan dokumen, arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti .

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah dalam pengumpulan data

berupa dokumen tentang kumpulan syair-syair marawis. Hal ini dikarenakan arsip

dan dokumen yang memuat tentang syair marawis menggunakan Bahasa Arab,

sehingga peneliti tidak mampu memahami secara menyeluruh isi yang terkandung

dari syair-syair marawis.

C. Saran

1. Masyarakat keturunan Arab di Surakarta

Kepada masyarakat keturuanan Arab di Surakarta diharapkan benar-benar

mengerti bahwa marawis adalah budaya milik orang-orang keturunan Arab

yang ada di wilayah Pasar Kliwon, tetapi marawis menjadi identitas budaya

bagi masyarakat keturunan Arab yang ada di Surakarta. Sikap seperti ini

sangat perlu dikembangkan agar masyarakat keturunan Arab di Surakarta

dapat melindungi, membina dan mengembangkan marawis ini secara terpadu.

Kepada generasi muda keturunan Arab hendaknya dapat mempelajari hal–hal

yang berkaitan dengan marawis. Generasi tua sebagai pemain marawis tidak

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan

tahu lagi kepada siapa akan mewariskan kebudayaan bangsa tersebut. Cara

yang dapat dilakukan adalah dengan membangkitkan minat generasi muda

agar senang dengan kesenian tradisional mereka yaitu marawis. Upaya yang

dapat dilakukan dengan menyampaikan hal-hal dan nilai-nilai falsafah yang

terkandung dalam marawis, sehingga setelah minat tersebut dapat

ditumbuhkan maka generasi muda akan belajar dengan sendirinya tentang

kesenian marawis. Sebagai generasi penerus sudah selayaknya untuk belajar

memahami dan mengetahui seluk beluk kesenian marawis dalam rangka untuk

pelestarian dan pengembangan budaya orang Arab di Surakarta.

2. Pemerintah Kota Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

Pemerintah Kota Surakarta dan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya diharapkan

dapat memberikan perhatian dalam mengembangkan dan meningkatkan

promosi atau sosialisasi budaya yang ada dalam masyarakat Surakarta

misalnya dengan mengadakan wisata budaya dalam rangka menarik minat

wisatawan, festival-festival budaya dan memberikan bantuan moral, material

dalam pemeliharaan dan perawatan serta pengembangan budaya.

3. Instansi Pendidikan

Kepada instansi pendidikan yaitu sekolah menengah maupun Perguruan

Tinggi, khususnya pada program studi pendidikan sejarah hendaknya dapat

memasukkan bahasa Arab sebagai pelajaran atau matakuliah yang harus

ditempuh oleh mahasiswa. Dengan mempelajari dan menguasai bahasa Arab

dengan baik maka mahasiswa atau peneliti-peneliti lainnya yang akan

mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan bangsa Arab dan kebudayaannya

dapat lebih memahami isi dari sumber-sumber data yang digunakan dalam

penelitiannya.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Tradisi... · Orang-orang Banjarmasin yang menekuni pekerjaan jual beli emas di kelompokkan di Jayengan. Daerah ini kemudian dikenal dengan