bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi Mental berasal dari dua kata yaitu “revolusi” dan “mental”. Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok kehidupan masyarakat, sedangkan mental memiliki arti yang berhubungan dengan watak dan batin manusia. Revolusi Mental sama halnya mengubah sikap hidup yang mau mengalah untuk menang. Biasanya masih banyak mentalitas yang tidak mau mengalah untuk menang. Kemenangan apapun selalu disikapi arogan karena yang diburu bukan mengalah untuk menang (Endraswara, 2015). Revolusi mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku masyarakat yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan dengan mengangkat kembali nilai-nilai luhur bagi pembangunan sosial masyarakat. Gagasan revolusi mental di Indonesia pernah disampaikan oleh Presiden Soekarno dan digaungkan kembali oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraannya pada tanggal 14 Agustus 2014 dengan membuat Gerakan Nasional Revolusi Mental yang mempunyai tujuan untuk membangun jiwa bangsa yang berkarakter dan berkepribadian. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Slamet (2002, 29) mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan,

Upload: phamtuyen

Post on 26-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Revolusi Mental berasal dari dua kata yaitu “revolusi” dan “mental”.

Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang

berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok kehidupan

masyarakat, sedangkan mental memiliki arti yang berhubungan dengan watak dan

batin manusia. Revolusi Mental sama halnya mengubah sikap hidup yang mau

mengalah untuk menang. Biasanya masih banyak mentalitas yang tidak mau

mengalah untuk menang. Kemenangan apapun selalu disikapi arogan karena yang

diburu bukan mengalah untuk menang (Endraswara, 2015).

Revolusi mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku

masyarakat yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan dengan

mengangkat kembali nilai-nilai luhur bagi pembangunan sosial masyarakat.

Gagasan revolusi mental di Indonesia pernah disampaikan oleh Presiden Soekarno

dan digaungkan kembali oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraannya

pada tanggal 14 Agustus 2014 dengan membuat Gerakan Nasional Revolusi

Mental yang mempunyai tujuan untuk membangun jiwa bangsa yang berkarakter

dan berkepribadian.

Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan

yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Slamet (2002, 29) mengemukakan

bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu

kelompok untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

2

proses, fungsi, pada umumnya untuk memengaruhi orang-orang agar berbuat

sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Pakeliran atau Wayangan adalah suatu kegiatan yang mempertunjukkan

atau mementaskan suatu sajian cerita dengan menggunakan materi utama wayang

yang dilakukan oleh dalang. Kegiatan ini melibatkan berbagai unsur yaitu unsur

peraga, unsur materi, unsur alat dan unsur pendukung (Soetarno, 2005:214-215).

Garap sedalu natas merupakan sebuah pertunjukan wayang yang dilakukan

dalam waktu semalam suntuk atau sepadan dengan waktu 9 jam. pertunjukan

dimulai dari pukul 21.00 sampai 06.00 pagi. Waktu tersebut apabila tidak ditepati,

maka pertunjukan wayang menjadi cacat yakni kebogelan (tidak sampai

waktunya) dan karahinan atau kawanan (melebihi batas waktu yang ditentukan)

(Nojowirongko, 1960: 57).

Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” Karya Ki

Purbo Asmoro merupakan hasil transkripsi Kathryn Emerson dari rekaman

pementasan wayang oleh Ki Purbo Asmoro yang di gelar pada tanggal 27 Oktober

2007 di Halaman Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Teks ini memiliki 180 halaman

dari ketiga garapannya yang diterbitkan oleh Yayasan Lontar pada tahun 2013

dengan nomor ISBN: 978-602-9144-02-4.

Lakon Makutharama ini merupakan lakon carangan Mahabarata yang

mengisahkan tentang pencarian wahyu Makutharama yang diajarkan oleh

Begawan Kesawasidhi (jelmaan Prabu Kresna) kepada Raden Arjuna di pertapaan

Kutharungu melalui ajaran Hasthabrata. Bermula dari Resi Bisma yang meminta

Prabu Duryudana untuk berbuat kebaikan agar mendapakan anugerah Pepakem

Makutharama untuk mengakhiri kenistaan pada Negeri Astina. Kenyataanya

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

3

permintaan kakeknya tersebut ditolak oleh Duryudana dan memberikan

kesempatan kepada Adipati Karna. Merasa mendapatkan kesempatan yang

berharga, Adipati Karna pun segera berangkat ke Gunung Swelagiri. Pertengahan

jalan memasuki hutan, ia bertemu dengan Anoman yang memang ditugaskan oleh

Begawan Kesawasidi. Adipati Karna mengungkapkan kedatangannya dan terjadi

kesalahpahaman dengan Anoman. Ia merasa terdesak dan melepaskan panah

Kunthawijayadanu merasa gagal menjalankan tugasnya dan malu untuk kembali

ke Astina. Sementara di pihak Pandhawa, Arjuna juga mencari Makutharama

ditemani oleh Punakawan. Perjalanannya ke Kutharungu, ia dihadang oleh para

raksasa dan ia pun dapat mengalahkannya. Arjuna kemudian bertemu dengan

Begawan Kesawasidhi. Arjuna dianggap sebagai orang yang pantas menerima

ajaran Hasthabrata, maka keturunan Arjunalah yang akan menurunkan raja-raja di

Tanah Jawa. Ajaran Asthabrata merupakan sebuah ajaran untuk pedoman

pemimpin melalui gambaran alam semesta.

Ki Purbo Asmoro adalah seorang dalang yang dikenal sejak tahun 1990-an.

Ia dikenal sebagai seorang dalang yang mempunyai prinsip harus berpijak di atas

semua kelompok dan golongan. Ki Purbo Asmoro juga dikenal sebagai dalang

yang aktif dalam kepengurusan GANASIDI (Lembaga Seni Pedalangan

Indonesia) dan Yayasan Sesaji Dalang. Beliau juga sering mendalang dan

memberikan workshop keberbagai negara antara lain Inggris, Austria, Yunani,

Amerika, dan sebagainya.

Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam

penelelitian ini, sebagai berikut:

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

4

1. Emmy Nur Issae Fitri, Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya UNS (2015),

dengan judul “Ajaran Kepemimpinan Asthabrata dalam Serat Rama karya R.Ng.

Yasadipura (Kajian Estetika Resepsi Berdasarkan Horison Harapan Robert Jauss).

2. Cahyo Utomo, FKIP Pendidikan Bahasa dan Seni UNS (2011) dengan judul

“Naskah Drama Barabah Karya Motinggo Busye (Tinjauan Sosiologi Sastra dan

Nilai Pendidikan)”.

3. Astiana Ajeng Rahadini, FKIP Bahasa Jawa UNS dengan judul “Revolusi

Mental melalui Piwulang Luhur dalam Naskah Wayang Kulit Purwa Lakon

“Bawor dadi Ratu” sebagai Pemateri Pembelajaran Bahasa Jawa.

Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo

Asmoro ini menarik untuk diteliti karena kisahnya mampu memberikan acuan

masyarakat dalam memahami tema revolusi mental kepemimpinan yang yang

berkarakter dan berkepribadian demi kejayaan bangsa.

Pendekatan yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu

pendekatan Sosiologi Sastra. Sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah

tentang manusia dan masyarakat, telaah tentang lembaga struktur sosial dan

unsur-unsur sosial. Melalui sosiologi, pembaca mendapat gambaran tentang cara-

cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme

sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di

tempatnya masing-masing (Damono, 1978: 6)

Penelitian terfokus kepada kajian isi, tujuan serta beberapa hal lain yang

tersirat di dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama”

karya ki Purbo Asmoro berkaitan langsung dengan tema revolusi mental

kepemimpinan dan perubahan sosial masyarakat yang tercermin melalui nilai-nilai

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

5

dan hal tersebut juga akan menjadi sumbangsih terhadap gagasan revolusi mental

yang gencar dibicarakan pemerintahan sekarang. Hal ini membuktikan bahwa

tema revolusi mental kepemimpinan yang terkandung dalam naskah-naskah

pewayangan masih menarik dan masih mempunyai relevansi yang erat dengan

kehidupan sekarang.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil judul “Tema Revolusi

Mental Kepemimpinan dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro (Sebuah Tinjauan Sosiologi

Sastra)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

a. Bagaimanakah struktur Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya ki Purbo Asmoro menurut Robert Stanton?

b. Bagaimanakah tema revolusi mental kepemimpinan yang terkandung dalam

Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya ki Purbo

Asmoro?

c. Bagaimanakah relevansi tema revolusi mental kepemimpinan dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya ki Purbo Asmoro

dengan kehidupan sekarang?

C. Tujuan Masalah

Tujuan yang ingin dicapai penulis pada penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan unsur-unsur struktur dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu

Natas Lakon “Makutharama” karya ki Purbo Asmoro.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

6

b. Mendeskripsikan tema revolusi mental kepemimpinan berdasarkan karakter

pemimpin dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama”

karya ki Purbo Asmoro.

c. Meendeskripsikan relevansi tema revolusi mental kepemimpinan dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya ki Purbo Asmoro

dengan kehidupan sekarang.

D. Batasan Masalah

Pembatasan masalah sangat penting dilakukan dalam sebuah penelitian

karena akan mempengaruhi ketepatan sasaran, sehingga hal-hal yang tidak relevan

dapat dihindarkan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pada unsur

struktur Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas lakon “Makutharama” karya ki

Purbo Asmoro menurut Robert Stanton. Penulis menjabarkan tema revolusi

mental kepemimpinan berdasarkan karakter pemimpin yang terkandung di

dalamnya dan merelevansikan tema tersebut dengan yang terjadi dengan

kehidupan sekarang.

E. Landasan Teori

1. Teori Struktural Sastra Robert Stanton

Pendekatan Struktur dipandang mampu mewujudkan tujuan dari penelitian

ini yaitu untuk menemukan persamaan sekaligus perbedaan yang terjadi akibat

pengadaptasian.Teori struktur yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori

struktural Robert Stanton. Stanton membagi unsur struktur intrinsik fiksi menjadi

tiga bagian yaitu fakta cerita, sarana cerita dan tema.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

7

a. Fakta Cerita

Fakta cerita terdiri dari tiga macam elemen yaitu tokoh, latar dan alur.

Elemen-elemen tersebut berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah

cerita, apabila dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan “unsur

factual” atau “tingkatan faktual cerita”. Struktur faktual merupakan salah satu

aspek cerita yang disorot dari satu sudut pandang (Stanton, 2007:22). Unsur-unsur

yang berhubungan dengan fakta cerita adalah sebagai berikut.

a) Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Alur biasanya

terbatas oleh peristiwa kausal saja. Peristiwa kausal ini merupakan peristiwa

yang menyebabkan atau yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain

yang tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya

(Stanton, 2007:26).

Berbeda denga elemen lain, alur juga dapat diartikan sebagai punggung

cerita. Alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang

lebar dalam sebuah analisis. Dua elemen dasar yang membangun alur adalah

“konflik” dan “klimaks”. Konflik utama selalu bersifat fundamental,

membenturkan “sifat-sifat” dan “kekuatan-kekuatan” tertentu (Stanton,

2007:32).

b) Tokoh atau Karakter

Tokoh atau karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama

ialah karakter yang merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita,

sedangkan konteks kedua ialah karakter yang muncul dari berbagai

percampuran, kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

8

individu. Sebagian besar cerita dapat ditemukan satu “tokoh utama” yaitu

tokoh yang berkaitan dengan semua peristiwa yang berlangsung, alasan

seorang tokoh untuk bertindak dinamakan “motivasi” (Stanton, 2007: 33).

c) Latar

Latar adalah lingkungan yang meliputi sebuah peristiwa dalam cerita.

Latar dapat berwujud dekor, waktu, berpengaruh dengan karakter dan

terkadang merupakan representasi dari tema. Latar memiliki daya yang untuk

memunculkan tone (atmosfer) yang merefleksikan suasana jiwa pada karakter

dan mode emosional yang melengkapi karakter (Stanton, 2007:46-47).

b. Sarana Cerita

Sarana sastra adalah metode (pengarang) dan penyususan detail cerita agar

tercapai pola-pola yang bermakna. Metode ini dianggap perlu karena dengannya

pembaca dapat melihat berbagai fakta melalui kacamata pengarang (Stanton,

2007:46-47). Sarana cerita dalam teori Robert Stanton adalah sebagai berikut.

a) Judul

Judul merupakan kunci dari pada makna dalam sebuah cerita. Judul

berhubungan langsung dengan keseluruhan isi cerita karena menunjukkan

tema, latar dan karakter. Judul dalam karya sastra mempunyai tingkatan-

tingkatan makna yang terkandung dalam cerita, bisa juga dapat berisi sindiran

terhadap kondisi yang ingin dikritisi oleh pengarang satu atau merupakan

kesimpulan terhadap keadaan yang sebenarnya dalam cerita.

b) Sudut Pandang

Sudut pandang menurut Stanton dalam bukunya membagi sudut pandang

menjadi empat tipe diantaranya:

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

9

Orang pertama pelaku utama, pada tipe ini karakter menceritakan dengan

kata-katanya sendiri;

Orang pertama pelaku sampingan, satu karakter bukan karakter utama

yang dituturkan dalam cerita;

Orang ketiga terbatas, pengarang mengacu kepada semua karakter dan

emosinya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang

dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu karakter saja.

Orang ketiga tidak terbatas, pengarang mengacu pada setiap karakter

melihat, mendengar, atau berpikir atau saat tidak ada satu karakter pun

hadir.

c) Gaya dan Tone

Gaya ialah cara pengarang dalam menggunakan bahasa, meskipun dua

orang pengarang memakai alur, karakter dan latar yang sama, tetapi hasil

tulisan keduanya bisa berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada bahan dan

penyebar dalam berbagai aspek seperti kerumitan, ritme, panjang pendek

kalimat, humor, detail, kekonkretan dan banyak imajinasi serta metafora.

Campuran dari perbedaan tersebut akan menghasilkan gaya (Stanton, 2007:61).

d) Simbolisme

Simbolisme di dalam fiksi dapat memunculkan tiga efek yang masing-

masing bergantung pada bagaiman simbol bersangkutan dalam

penggunaannya. Ketiga efek tersebut di antaranya: Pertama, sebuah simbol

yang muncul pada suatu kejadian penting dalam cerita menunjukkan makna

peristiwa; kedua, simbol yang ditampilkan berulang-ulang mengingatkan kita

akan beberapa elemen konstan dalam semesta cerita; ketiga, sebuah simbol

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

10

muncul pada konteks yang berbeda-beda akan membantu kita menentukan

tema (Stanton, 2007:65).

Salah satu bentuk simbol yang khas adalah “momen simbolis” atau yang

biasa disebut dengan “momen kunci” atau “momen pencerahan” yang

merupakan tabula tempat seluruh detail yang terlihat dan hubungan fisis

mereka dibebani makna (Stanton, 2007:68).

e) Ironi

Ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu

berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Ironi dapat ditemukan

dalam hamper semua cerita. Menurut Stanton, (2007:71-72) menyebutkan

bahwa ironi dibagi menjadi dua jenis yaitu:

Ironi dramatis, biasanya muncu melalui kontras diametris antara penampilan

dan realitas, antara maksud dan tujuan karakter, atau antara harapan dengan

yang terjadi sebenarnya.

Tone Ironi, digunakan untuk menyebut cara berekspresi yang

mengungkapkan suatu makna dengan cara kebalikan.

c. Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam

pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat.

Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak.

Bagian awal dan akhir akan menjadi pas, sesuai dan memuaskan berkat

keberadaan tema (Stanton, 2007:36-37).

Tema menurut Stanton (2007: 44-45) mempunyai kriteria-kriteria di

antaranya:

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

11

Interpretasi yang baik hendaknya selalu mempertimbangkan berbagai detail

menonjol dalam sebuah cerita. Kriteria ini adalah yang paling penting;

Interpretasi yang baik hendaknya tidak terpengaruh oleh berbagai detail cerita

yang saling berkontradiksi;

Interpretasi yang baik hendaknya tidak sepenuhnya bergantung pada bukti-

bukti yang tidak jelas diutarakan (secara implisit).

Interpretasi yang dihasilkan hendaknya diujarkan secara jelas oleh cerita

bersangkutan.

2. Definisi Revolusi Mental

Revolusi secara sederhana dapat dimaknai dengan perubahan yang

mendasar (Steven, 2000:1367). Brinton (1958:3) dalam tulisannya yang berjudul

“The Anatomy of Revolution” mengemukakan bahwa penggunaan nomina

revolusi dan adjektiva revolusioner mengindikasikan beragam jenis perubahan.

Makna perubahan ini berkembang pada beragam bidang di antaranya ekonomi,

sosial, budaya, agama atau pun politik dapat dipastikan bahwa makna revolusi

akan mengalami perluasan cakupan pada bidang-bidang tersebut.

Menurut Mao (1967) revolusi merupakan suatu perubahan sosial yang

bersifat kontinyu. Terjadinya revolusi tergantung pada kehendak revolusioner

masing-masing. Revolusi Mao merupakan salah satu dari sekian tahap perubahan

masyarakat yang dilaksanakan sehingga akan mencapai sosialisme sebagai cita-

cita akhir masyarakat.

Pengertian mental secara definitif belum ada kepastian yang jelas dari para

ahli kejiwaan. Secara etimologi kata “mental” berasal dari bahasa Yunani yang

mempunyai arti kesamaan pengertian dengan psyche, yang artinya kejiwaan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

12

(Moeljono, 2001:21). Mental dapat dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan

dengan batin dan watak atau karakter, tidak bersifat jasmani. Demikian mental

merupakan hal-hal yang berada dalam diri manusia yang terkait dengan psikis

atau kejiwaan yang dapat mendorong terjadinya tingkah laku dan membentuk

kepribadian. Mental yang sehat akan melahirkan tingkah laku maupun

kepribadian yang sehat pula. Sigmund Freud memberikan definisi bahwa

kepribadian yang sehat adalah adanya keseimbangan antara dorongan-dorongan

dan motif-motif tiap bagian jiwa dalam pemuasannya.

Berdasarkan kedua pengertian di atas, revolusi mental merupakan sebuah

perubahan yang mendasar yang berkaitan dengan kejiwaan masyarakat untuk

mendorong terjadinya tingkah laku dan membentuk kepribadian masyarakat yang

berkarakter dan berkepribadian. Munculnya gagasan revolusi mental

memperlihatkan bahwa mentalitas masyarakat belum kuat atau semakin akut.

Revolusi mental dilihat dari strategi budaya dapat dilakukan dengan membangun

dan menanamkan pandangan serta keyakinan keagamaan, nilai-nilai, norma-

norma, dan aturan-aturan yang sejalan dengan mentalitiet anti seperti: anti

kebodohan, anti kesenjangan, anti rendah diri dan merendahkan, dan anti

kerusuhan (Ahimsa, 2015: 13).

Revolusi Mental berdasarkan nilai-nilai merupakan patokan atau kriteria

untuk menentukan baik-buruknya sesuatu sebagai contohnya adalah nilai akan

kemandirian. Kemandirian tidak dipandang sesuatu yang ideal karena seseorang

yang mandiri tidak akan meminta bantuan orang lain. Perubahan nilai

kemandirian merupakan perubahan yang mendasar karena akan sangat mengubah

hubungan seseorang dengan lingkungan sosialnya (Ahimsa, 2015: 14).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

13

Menurut Supriyanto (2015: 181) cara mewujudkan revolusi mental ada

dua yaitu melalui pendidikan karakter dan rekontruksi sosial. Pertama, pendidikan

karakter dianggap penting karena dapat dipertanggungjawabkan secara moral,

etika, religious, ilmiah dan jujur. Karakter dapat dibentuk melalui beberapa hal di

antaranya kejujuran, keterbukaan, keberanian mengambil resiko, bertanggung

jawab, komitmen, dan kemampuan berbagi (sharing).

Kedua, rekonstruksi sosial dapat diartikan sebagai pemahaman untuk

memusatkan perhatian pada masalah-masalah sosial dalam masyarakat.

Rekontruksi sosial dapat mewujudkan sebuah pembaharuan akan cermin

keteladanan dari masyarakat. Melalui rekonstruksi sosial, masyarakat dapat

menyelesaikan masalah-masalah sosialnya dan membentuk masyarakat yang baru

dan lebih baik tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur suatu kebudayaan

(Supriyanto, 2015: 182).

3. Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan komponen fundamental di dalam menganalisis

proses dan dinamika di dalam organisasi. Menurut Katz dan Khan (dalam Watkin,

20: 1992) mengemukakan bahwa kepemimpinan diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok besar di antaranya “sebagai atribut atau pelengkap suatu kedudukan,

sebagai karakteristik seseorang, dan sebagai kategori perilaku”. Kepemimpinan

berkaitan dengan anggota yang memiliki kekhasan dari suatu kelompok yang

dapat dibedakan positif dari anggota lainnya baik dalam perilaku, karakteristik,

kepribadian, pemikiran atau struktur kelompok.

Pemahaman akan kepemimpinan harus berdasarkan keyakinan bahwa

pemimpin yang baik harus memiliki karakteristik bawaan dari lahir yang baik juga

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

14

menyangkut ciri fisik maupun kepribadian, motivasi dan ketrampilan. Menurut

Koentjaraningrat, kepribadian merupakan ciri dari watak seseorang yang

terbentuk sejak lahir dan menjadi latar belakang terbentuknya tingkah laku.

kepribadian terdiri dari lima hal yaitu:

1) Tingkat semangat (energi),

2) Percaya diri,

3) Tahan stress,

4) Kedewasaan emosi, dan

5) Integritas

Motivasi merupakan kondisi internal dan eksternal dalam diri seseorang

yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi juga dapat

diartikan sebagai hasrat dan minat seseorang untuk bertindak dalam menghadapi

dampak dari interaksi seseorang. Motivasi terdiri dari:

1) Orientasi kekuasaan terisolasi,

2) Kebutuhan berprestasi kuat,

3) Kurang memerlukan afiliasi, dan

4) Kebanggaan diri

Karakteristik selanjutnya ialah Keterampilan. Menurut Dunnette (1976:33)

mengemukakan bahwa keterampilan merupakan sebuah kapasitas yang

dibutuhkan dalam melaksanakan beberapa tugas dari pengembangan hasil

percobaan dan pengalaman yang didapat. Keterampilan terdiri dari empat kategori

di antarannya:

1) Keahlian dasar, keahlian yang wajib dimiliki seseorang,

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

15

2) Keahlian teknik, keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang

dimiliki,

3) Keahlian interpersonal, kemampuan seseorang untuk berinteraksi, dan,

4) Penyelesaian masalah, proses aktifitas untuk beragumentasi, menajamkan

logika.

4. Teori Sosiologi Sastra

Sastra merupakan karya seni yang mencerminkan ekspresi kehidupan

manusia. Antara karya sastra dengan sosiologi sebenarnya merupakan dua bidang

yang berbeda, tetapi keduanya saling melengkapi. Sosiologi tidak hanya

menghubungkan manusia dengan lingkungan sosial budayanya, tetapi dengan

alam (Fananie, 2000:132).

Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dengan

mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya. Penelitian sosiologi sastra,

baik dalam bentuk penelitian ilmiah maupun aplikasi praktis, dilakukan dengan

cara mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan unsur-unsur karya sastra

dalam kaitannya dengan perubahan. Perubahan struktur sosial yang terjadi di

sekitarnya (Ratna, 2003:26).

Sosiologi sastra memahami karya seni sebagai kesatuan yang utuh.

Artinya, sebagai gejala alamiah yang secara totalitas, pertama, ditopang oleh

pengarang, semestaan yang diacu, dan masyarakat pembaca. Kedua, yang lebih

utama, karya seni tersebut, secara hakiki adalah totalitas yang otonom (Ratna,

2003:292-293).

Sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya, bukan sesuatu

segi khusus masyarakat yang berhubungan dengan studi tentang interaksi antara

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

16

manusia, syarat-syarat dan akibat-akibatnya. Sosiologi sebagai suatu pendekatan

terhadap karya sastra yang masih mempertimbangkan karya sastra dan segi-segi

sosial dibagi sebagai berikut.

1. Sosiologi pengarang, profesi pengarang dan institusi sastra, masalah yang

berkaitan disini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial

status pengarang, karena setiap pengarang adalah warga masyarakat.

2. Sosiologi karya sastra, mempermasalahkan karya sastra itu sendiri yang

menjadi pokok penelaaahan atau apa yang tersirat dan memiliki tujuan.

3. Sosiologi sastra mempermasalahkan pembaca dan dampak sosial karya sastra,

pengarang dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat. Sehingga banyak orang

meniru-niru tokoh dan diterapkan dalam kehidupannya (Wellek & Warren,

1990:111).

Sosiologi dapat dipakai sebagai ilmu bantu dalam pendekatan karya sastra.

Sosiologi maupun sastra mempunyai bidang yang sama yaitu kehidupan manusia

dengan masyarakat. Pendekatan yang umum terhadap hubungan karya dengan

masyarakat adalah mempelajari karya sastra sebagai dokumen sosial, sebagai

potret kenyataan sosial. Ada semacam potret sosial yang bisa ditarik dari karya

sastra karena sedikit banyak dalam karya sastra tercermin kehidupan manusia

dalam masyarakat pada suatu zaman (Wellek & Warren, 1995:122).

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam

melaksanakan sebuah penelitian. Metode menurut Kridalaksana (201:136) adalah

cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena

(Subroto. 1992:3132). Metode mencakup kesatuan dari serangkaian proses

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

17

kerangka piker, perumusan masalah, penentuan populasi, penentuan sample, data,

teknik perolehan data, dan analisis data. Metode dapat ditafsirkan sebagai strategi

kerja berdasarkan rancangan tertentu karena rencana merukapan kerangka berpikir

untuk menentukan metode.

Metode penelitian ini dijelaskan mengenai beberapa hal di antaranya: (1)

bentuk dan jenis penelitian; (2) data dan sumber data; (3) teknik pengumpulan

data; (4) metode dan teknik analisis; (5) alat penelitian; dan (6) metode penyajian

hasil analisis data.

a. Bentuk dan Jenis Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian sastra yang bersifat deskriptif

kualitatif. Penelitian kualitatif artinya data yang terkumpul berbentuk kata atau

gambar bukan angka-angka. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada faktor-faktor dan atau fenomena-

fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya (Padmaningsih, 2008:1).

Jenis penelitian ini berupa library research (penelitian perpustakaan).

Library research merupakan penelitian yang dilakukan di kamar kerja peneliti

atau di ruang perpustakaan. Peneliti akan memperoleh informasi tentang objek

yang ditelitinya lewat buku-buku atau audio visual lainnya (Atar Semi, 1993:8).

Penelitian pustaka ini mempunyai tujuan untuk mengumpulkan data, informasi,

sebanyak-banyaknya yang berhubungan langsung dengan objek yang ditelitinya.

b. Data dan Sumber Data

1) Data

Data pada dasarnya adalah bahan mentah yang dikumpulkan oleh peneliti

dari dunia yang dipelajarinya (Sutopo, 2002:73). Data merupakan fenomena

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

18

lingual khusus yang mengandung dan terkait langsung dengan masalah yang

dimaksud. Data dalam penelitian ini adalah teks dialog-dialog yang ada dalam

Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo

Asmoro.

2) Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang mampu menghasilkan atau

memberikan data, atau menunjuk pada tempat. Sumber data yang dipilih

berdasarkan informasi yang diperlukan berdasarkan arahan yang terdapat

dalam rumusan masalah (Sutopo, 2002 dalam Yusi Nur Cahya Dewi, 2012).

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data

sekunder.

a) Sumber Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku yang berjudul

Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo

Asmoro yang ditranskripsikan oleh Kathryn Emerson dari pementasan Ki

Purbo Asmoro pada tanggal 27 Oktober 2007 di halaman Kantor Kabupaten

Pacitan, Jawa Timur dan diterbitkan oleh Yayasan Lontar Jakarta pada

tahun 2013.

b) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diambil dari buku-buku

yang relevan dengan topik penelitian misalnya pendapat tentang revolusi

mental, artikel atau berita, dan hasil wawancara dengan Ki Purbo Asmoro

selaku narasumber yang menciptakan karya Makutharama.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

19

c. Teknik Pengumpulan Data

a) Pustaka

Content Analysis merupakan metodologi penelitian yang memanfaatkan

prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen

(Moleong, 2001:163). Melalui Pustaka, data dapat diperoleh secara cermat dan

dapat dijadikan bahan untuk mengambil kesimpulan yang relevan dengan

penelitian dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis, buku-

buku referensi yang mendukung penelitian.

b) Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

dilakukakan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (informan) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moleong, 2007: 186). Teknik wawancara ialah teknik yang

dipakai untuk membantu memperoleh informasi melalui kegiatan sastra yang

diteliti dengan yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan wawancara tak terstruktur atau sering disebut

teknik wawancara mendalam (in-depth interview). Wawancara yang dilakukan

lebih bersifat open ended dan mengarah pada kedalaman informasi guna

menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat

bermanfaat secara lebih mendalam (Sutopo, 2002). Wawancaraakan dilakukan

adalah dengan Ki Purbo Asmoro selaku dalang yang mementaskan lakon

Makutharama.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

20

d. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan

kedalam sebuah pola, kategori dan satuan uraian dasar (Patton 1990: 268). Teknik

analisis data dibagi menjadi tiga komponen di antaranya:

(Sutopo 2002:96)

a) Reduksi Data

Reduksi data adalah proses penyederhanaan dengan membatasi

permasalahan penelitian. Dengan membatasi permasalahan penelitian dan juga

membatasi pernyataan-pernyataan pokok yang perlu dijawab dalam penelitian.

Tahapan ini dimulai dengan menganalisis terlebih dahulu dialog-dialog dalam

objek penelitian kemudian dilakukan wawancara kepada Ki Purbo Asmoro

mengenai apa yang akan diteliti untuk menambah informasi yang lebih luas.

b) Penyajian Data

Penyajian data merupakan sajian dari data-data yang terkumpul. Data-

data yang terdiri dari catatan lapangan serta komentar peneliti, dokumen,

biografi, artikel, hasil wawancara akan diurutkan dan dikelompokkan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

21

(Moleong, 2010: 103). Tahapan ini merupakan kelanjutan dari reduksi data

dengan mengurutkan informasi dari informan sesuai dengan nilai-nilai yang di

analisis.

c) Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan merupakan mengecek kembali (direverifikas) pada catatan

yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya membuat kesimpulan

sementara. Pemeriksaan kembali merupakan hal yang penting agar

meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terjadi (Sutopo 2002:96). Penarikan

kesimpulan pada tahapan ini mengacu kepada rumusan masalah yang sudah

tertera di atas.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk

memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Sistematika

dalam penelitian dengan judul “Tema Revolusi Mental dalam Teks Pakeliran

Garap Sedhalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro (Sebuah

Tinjauan Sosiologi Sastra” sebagai berikut.

BAB I :PENDAHULUAN

Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan, rumusan

masalah, batasan masalah. Landasan teori meliputi teori

struktural, teori revolusi mental, teori kepemimpinan dan teori

sosiologi sastra. Metode penelitian melupiti data dan sumber data,

bentuk dan jenis, teknik pengumpulan data, teknik analisis, dan

sistematika penulisan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang cukup mendasar yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok pokok

22

BAB II :PEMBAHASAN

Pembahasan berisi tentang sajian data dan pembahasan dari hasil

wawancara dengan informan dan analisis dari dialog-dialog tokoh

wayang yang berkaitan dengan tema revolusi mental

kepemimpinan kemudian dicari relevansinya dengan kehidupan

masyarakat sekarang ini melalui sumber berita media massa.

BAB III :PENUTUP

Penutup berisi kesimpulan dan saran, pada bagian akhir

dicantumkan daftar pustaka dan lampiran.