bab i pendahuluan a. latar belakang masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat...

17
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah `Anak adalah generasi penerus yang akan datang. Baik buruknya masa depan bangsa tergantung pula pada baik dan buruknya kondisi anak saat ini. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlakuan terhadap anak dengan cara yang baik adalah kewajiban kita bersama, agar ia bisa tumbuh berkembang dengan baik dan dapat menjadi pengemban risalah peradaban bangsa ini. Anak sebagai sebuah pribadi yang sangat unik dan memiliki ciri yang khass. Walaupun dia dapat bertindak berdasarkan perasaan, pikiran dan kehendaknya sendiri, ternyata lingkungan sekitar mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam membentuk seorang anak. Untuk itu bimbingan, pembinaan dan perlindungan dari orang tua, guru, serta orang dewasa lainya sangat dibutuhkan oleh anak di dalam perkembangannya. Anak sebagai generasi muda sangat berperan strategis sebagai penerus suatu bangsa. Anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa. Peran strategis ini telah disadari oleh masyarakat seluruh negeri terutama rakyat Indonesia untuk melahirkan sebuah ide yang intinya menekankan posisi anak sebagai makhluk manusia yang harus mendapatkan perlindungan atas hak-hak yang dimilikinya. 1 Anak adalah seseorang yang belum berusia di atas dari 18 (delapan belas) tahun, dalam penjelasan umum Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak disebutkan : Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis yang secara tegas 1 M.Amir P.Ali , Narkoba Ancaman Generasi Muda , Kaltim , Gerpana , 2007

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

`Anak adalah generasi penerus yang akan datang. Baik buruknya masa

depan bangsa tergantung pula pada baik dan buruknya kondisi anak saat ini.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlakuan terhadap anak dengan cara

yang baik adalah kewajiban kita bersama, agar ia bisa tumbuh berkembang

dengan baik dan dapat menjadi pengemban risalah peradaban bangsa ini.

Anak sebagai sebuah pribadi yang sangat unik dan memiliki ciri yang khass.

Walaupun dia dapat bertindak berdasarkan perasaan, pikiran dan kehendaknya

sendiri, ternyata lingkungan sekitar mempunyai pengaruh yang cukup besar

dalam membentuk seorang anak. Untuk itu bimbingan, pembinaan dan

perlindungan dari orang tua, guru, serta orang dewasa lainya sangat

dibutuhkan oleh anak di dalam perkembangannya.

Anak sebagai generasi muda sangat berperan strategis sebagai penerus

suatu bangsa. Anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa. Peran

strategis ini telah disadari oleh masyarakat seluruh negeri terutama rakyat

Indonesia untuk melahirkan sebuah ide yang intinya menekankan posisi anak

sebagai makhluk manusia yang harus mendapatkan perlindungan atas hak-hak

yang dimilikinya.1

Anak adalah seseorang yang belum berusia di atas dari 18 (delapan

belas) tahun, dalam penjelasan umum Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak disebutkan :

Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan

hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Dalam

konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis yang secara tegas

1 M.Amir P.Ali , Narkoba Ancaman Generasi Muda , Kaltim , Gerpana , 2007

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

2

dinyatakan bahwa negara menjamin hak setiap anak atas kelangsungan hidup,

tumbuh, dan berkembang serta atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi. Oleh karena itu, kepentingan terbaik bagi anak patut dihayati

sebagai kepentingan terbaik bagi kelangsungan hidup umat manusia.

Mengingat anak merupakan bagian dalam proses pembangunan, maka

anak perlu mendapat perlindungan dari dampak negatif perkembangan

pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan

informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perubahan gaya

dan cara hidup sebagian orang tua yang telah membawa perubahan sosial yang

mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap

nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

yang sangat cepat adalah terjadinya penyimpangan tingkah laku atau

perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, yang menjurus kepada

tindak pidana.

Dengan memperhatikan penjelasan umum Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,

sudag barang tentu ketika terjadi penyimpangan perilaku anak yang mengarah

pada tindak pidana, maka tidak serta merta anak tersebut harus menjalani

proses hukum seperti ketika orang dewasa melakukan tindak pidana, namun

tetap ada proses hukum dan pemberian hukuman, sebagaimana dikemukakan

oleh Wagiati Sutodjo sbb :

Kemudian muncul masalah yang diakui oleh masyarakat tentang

pemberian sanksi terhadap anak sebagai individu yang belum dapat secara

penuh bertanggung jawab atas perbuatannya. Oleh sebab itulah perlu adanya

proses hukum dan pemberian hukuman, dengan mengutamakan hak asasi anak

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

3

yang harus mendapat perlakuan khusus yang membedakannya dari orang

dewasa di dalam sistem peradilan pidana. 2

Oleh karena itu untuk menghadapi penyimpangan anak yang telah

mengarah kepada tindak pidana, UU Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak telah menyikapi hala tersebut, sebagaimana

dikemukakan oleh M. Joni dan Zuchaina Z. Tanamas sebagai berikut :

Menyikapi tentang tindak pidana yang dilakukan oleh anak, kini

Indonesia telah memiliki UU Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak yang merupakan pergantian terhadap UU Nomor 3 tahun 1997

tentang Pengadilan Anak yang mana dalam UU tersebut terdapat suatu proses

Diversi. Proses penghukuman yang diberikan kepada anak melalui sistem

peradilan pidana formal dengan memasukkan anak ke dalam penjara ternyata

tidak berhasil menjadikan anak jera dan menjadi pribadi yang lebih baik untuk

menunjang proses tumbuh-kembangnya. Penjara justru seringkali membuat

anak semakin profesional dalam melakukan tindak kejahatan.3

Munculnya suatu pemikiran atau gagasan penanganan tindak pidana

yang dilakukan oleh anak dengan cara pengalihan atau Ide Diversi adalah

pemikiran, gagasan tentang pengalihan perkara anak dari proses peradilan ke

luar peradilan yang dipergunakan utuk menuntun dalam memecahkan

permasalahan yang muncul di masyarakat 4.

Ide Diversi sendiri muncul dengan pertimbangan yang layak umtuk

menghindarkan stigma (cap jahat) pada anak. Pelaksanaan diversi

dilatarbelakangi keinginan menghindari efek negatif terhadap jiwa dan

perkembangan anak oleh keterlibatannya dengan sistem peradilan pidana.

Upaya pengalihan atau Diversi ini, merupakan penyelesaian yang terbaik yang

dapat dijadikan formula dalam penyelesaian beberapa kasus yang melibatkan

2 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak , Refika Editama, Bandung,2006, hal 48

3 M. Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif

Konvensi Hak Anak, Citra Aditya Bakti,Bandung 1999, hal 78 4 Setya Wahyudi , Implementasi Ide Diversi dalam Pembaharuan Sistem Peradilan

Pidana Anak di Indonesia , Genta Publishing , Purwokerto , 2011, hal 21

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

4

anak sebagai pelaku tindak pidana. Dengan langkah kebijakan non penal anak

pelaku kejahatan, yang penanganannya dialihkan di luar jalur sistem peradilan

pidana anak, melalui cara-cara pembinaan jangka pendek atau cara lain yang

bersifat keperdataan atau administrative.5

Agar anak terhindarkan dari efek negatif dari sistem peradilan pidana,

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak mewajibkan setiap aparat penegak hukum baik itu kepolisian, jaksa dan

hakim untuk melakukan diversi terhadap perkara tindak pidana yang

dilakukan oleh anak.

Kewajiban tersebut ditegaskan pada Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang

menyebutkan bahwa pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemerikasaan

perkara anak di pengadilan negeri wajib diupayakan diversi. Pasal ini

menunjukan bahwa sedapat mungkin tindak pidana yang dilakukan oleh anak

diusahakan tidak berlanjut ke tingkat pemeriksaan di pengadilan hingga ke

pemidanaan, namun diusahakan ke pemulihan kembali ke kondisi semula

karena berkaitan dengan kondisi dan perkembangan mental anak yang masih

labil.

Namun demikian rumusan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak tersebut dalam

pelaksanaannya tidak dapat berjalan dengan baik, artinya kewajiban

mengupayakan diversi telah dilakukan tetapi tidak mencapai kesepakatan

5 Kusno adi, Kebijakan kriminal dalam penanggulangan tindak pidana narkotika oleh

anak, UMM press, malang, 2009, hal 58-59.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

5

diversi. Hal ini setidak-tidaknya dapat diamati dalam sebuah kasus yang

terjadi di Salatiga, yaitu :

Tindak pidana mengkonsumsi Narkotika golongan I yang dilakukan oleh

Indi Bagaskara, Bagas Auliyandi, Agung Wahyu Triyanto dan Rondaldo

Aldes Sandy. Mereka adalah pelaku tindak pidana anak yang di dalam proses

penyidikan dan proses penuntutan tidak dilakukan proses diversi, tetapi oleh

Pengadilan Negeri Salatiga dalam Perkara No. 04/Pid.SUS.Anak/2014/

PN.Slt dan Perkara No : 05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt. berhasil ditetapkan

penanganan perkara dengan Diversi.

Penyelesaian penetapan Diversi dalam kasus tersebut berdasarkan

Undang-Undang Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Nomor 11 Tahun

2012 dan sesuai Perma No 4 tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Diversi dalam Sitem Peradilan Pidana Anak pasal 2 yaitu :

“diversi diberlakukan terhadap anak yang telah berumur 12 tahun tetapi belum

berumur 18 tahun atau telah berumur 12 tahun meskipun pernah kawin tetapi

belum berumur 18 tahun , yang di duga melakukan tindak pidana.”

Dari contoh penanganan kasus perkara anak di Salatiga sebagaimana

disebut di atas menunjukkan proses penegakan hukum yang hanya

berorientasi pada penegakan hukum secara formal.

Perlakuan terhadap anak yang di duga melakukan tindak pidana

seringkali bersifat sangat represif. Proses peradilan terhadap anak seringkali

kehilangan makna esensinya sebagai mekanisme yang harus berakhir dengan

upaya untuk melingdungi kepentingan terbaik bagi anak. Proses peradilan

pidana anak seringkali menampilkan dirinya sebagai mekanisme yang hanya

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

6

berorientasi pada penegakan hukum secara formal dan tidak berorientasi pada

kepentingan anak. 6

Apa yang dikemukakan oleh Koesno Adi tersebut sejalan dengan

tujuan Sistem Peradilan Anak yang dikemukan oleh Setya Wahyudi sbb. :

Tujuan sistem peradilan anak tidak semata-mata bertujuan untuk

menjatuhkan sanksi pidana bagi anak, tapi lebih difokuskan pada dasar

pemikiran bahwa penjatuhan sanksi tersebut sebagai sarana mendukung

mewujudkan kesejahteraan anak pelaku tindak pidana.7

Secara teoritis, penyelesaian perkara anak melalui mekanisme diversi akan

memberikan berbagai manfaat sebagai berikut:

1. Memperbaiki anak demi masa depanya;

2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka perlindungan

anak;

3. Meningkatkan peran dan kesadaran orang tua dan lingkungan keluarga

anak:

4. Mengurangi beban kerja pengadilan.8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam peneliti ini

adalah;

6Koesno Adi, Kebijakan Kriminal dalam sistem peradilan pidana yang berorientasi pada

Kepentingan Terbaik Anak, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru besar dalam bidang Ilmu Hukum Pada fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, 2009, Hal. 6

7Setya Wahyudi, Implementasi ide diversi dalam pembaharuan sistem peradialn

pidana anak di indonesia, Yogyakarta, genta publishing,2011,hal 1. 8 Masguntur Laupe, Pengadilan anak dan Pengembangan Konsep Diversi dan

Restorative Justice, Jakarta 2003, hal. 11

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

7

Mengapa terjadi penetapan diversi dalam Perkara No :

04/Pid.SUS.Anak/ 2014/PN.Slt dan Perkara No :

05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt.

C. Tujuan Penelitian

Meneliti dan menganalisis Bagaimanakah upaya diversi Pada tingkat

penyidikan, penuntututan,dan pengadilan dan faktor apa yang menyebabkan

tidak di setujuinya diversi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan

manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

a. Manfaat teoritis

Sesuai dengan tujuan masalah sebagaimana yang di kemukakan,

maka secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi khasanah ilmu hukum khususnya di bidang

hukum pidana.

b. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian diharapkan memberikan manfaat bagi

aparat penegak hukum untuk dijadikan referense untuk menangani kasus

tindak pidana narkotika anak melalui mekanisme Diversi.

E. Kerangka Teori

Teori Keadilan Bermartabat

Lahirnya teori keadilan bermartabat berangkat dari dasar pemikiran

yang mempunyai tujuan bahwa hukum yang dapat memberikan rasa adil

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

8

yang bermartabat dan keadilan yang dapat memanusiakan manusia. Teori

keadilan bermartabat menggali hukum dari lapisan-lapisam dalam

memahami ilmu hukum yang berkadilan bermartabat dilihat dari

susunanya ilmu hukum meliputi filsafat hukum atau philosophy of law

yang berada ditempat pertama selanjutnya teori hukum atau legal theory

berada pada posisi kedua, selanjutanya dogmatik hukum atau

jurisprudence berada pada posisi ketiga selanjutnya hukum dan praktik

hukum atau law and legal partice.

Lapisan-lapisan ilmu hukum ini, dalam pandangan teori keadilan

bermartabat berfungsi sebagai sumber dimana hukum di temukan, tetapi

lapisan-lapaisan ini bukanlah menjadi pemisah dalam ilmu hukum

melainkan saling berkaitan dengan satu dan lainya. Karakter teori keadilan

bermartabat antara lain adalah sistem filsafat hukum yang mengarahkan

atau memberikan tuntutan serta tidak memisahkan seluruh kaidah dan asas

atau substantive legal disciplines (disiplin hukum materiil). Termasuk

didalam substantive legal disciplines yaitu nilai (valuea) saling terkait

dengan jejaring kaidah dan asas yang didalamnya ada nilai-nilai virtues

(kebijakan) yang mengikat satu sama lain. Susuan keterkaitan antara asas-

asas dan nilai yang di dalam prinsip keadilan bermartabat menjadikan teori

keadilan bermartabat menjadi pondasi ilmu yang kuat dalam membangun

hukum yang berkadilan bermartabat karena ada jiwanya the living law

(hukum yang hidup) dalam tujuan membangun negara yang baik dengan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

9

sistem hukum yang baik bersumber dari hukum Indonesia yaitu Pancasila

(Volksgeist).9

Teori keadilan bermartabat dimulai dan berakhir dengan

memeriksa bahan hukum dalam sistem hukum berdasarkan pancasila

sebagai bahan-bahan yang menajdi obyek kajian Teori keadilan

bermartabat memandang bahwa Volksgeist atau Pancasila menjadi

inspirasi pencerahan yang digali dari jiwa bangsa teori keadilan

bermartabat. Kajian dimulai dengan menggali keadilan sebagai tujuan

negara yang sudah dikutip dari pembukaan UUD 1945. Dalam paket

tujuan sebagaimana rumuan pembukaan UUD 1945 terkandung apa yang

disebut antara lain, yaitu pemikiran lex divina. Pemikiran itu

diperhadapkan sebagai tujuan yang harus dikejar oleh sistem hukum yang

bersumber kepada jiwa bangsa (Volksgeist).10

Teori keadilan bermartabat menggambarkan tujuan hukum yang

ada di dalam setiap sistem hukum terutama tujuan hukum dalam sistem

hukum berdasarkan Pancasila. Penekanannya dilakukan terhadap asas

kemanusiaan yang adil dan beradab, yang mendasari konsepsi

memanusiakan manusia. Teori keadilan bermartabat juga menjelaskan

tujuan hukum dalam pengertian keadilan, kepastian dan kemanfaatan yang

ada di dalam setiap asas dan kaidah hukum yang saling berkaitan satu

sama lain dalam sistem tersebut. Keadilan bermartabat berpendirian bahwa

9 Teguh Prasetyo., Keadilan Bermartabat Prespektif Teori Hukum, Penerbit Nusa Media., 2015.,

hal.,40. 10

Ibid

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

10

kemanfaatan dan kepastian hukum adalah merupakan suatu kesatuan yang

berhimpun di dalam keadilan. 11

Sebagai suatu filsafat, teori keadilan bermartabat menggambarkan

tujuan hukum yang ada di dalam setiap sistem hukum terutama tujuan

hukum dalam sistem hukum berdasarkan Pancasila. Penekanannya

dilakukan terhadap asas kemanusiaan yang adil dan beradab, yang

mendasari konsepsi memanusiakan manusia. Teori keadilan bermartabat

juga menjelaskan tujuan hukum dalam pengertian keadilan, kepastian dan

kemanfaatan yang ada di dalam setiap asas dan kaidah hukum yang saling

berkaitan satu sama lain dalam sistem tersebut. Keadilan bermartabat

berpendirian bahwa kemanfaatan dan kepastian hukum adalah merupakan

suatu kesatuan yang berhimpun di dalam keadilan. 12

Teori Perlindungan anak

Anak adalah generasi penerus yang akan datang, Baik buruknya

masa depan bangsa tergantung pula pada baik buruknya kondisi anak saat

ini. Berkaitan dengan hal tersebut dalah kewajiban kita bersama, agar ia bisa

tumbuh berkembang dengan baik dan dapat menjadi pengemban risalah

peradaban bangsa ini.13

Anak sebagai suatu pribadi yang sangat unik dan memiliki ciri khas.

Walaupun dia dapat bertindak berdasarkan perasaan, pikiran dan

kehendaknya sendiri, ternjyata lingkungan sekitar mempunyai pengaruh

yang cukup besar dalam membentuk perilaku seorang anak. Untuk itu

bimbingan, pembinaan dan perlindungan dari orang tua, guru, serta orang

dewasa lainya sangat di btuhkan oleh anak di dalam perkembanganya.

11

Ibid 50 12

13 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Di Hukum ( Catatan Pembahasan UU Sistem

Peradilan Pidana Anak ), Sinar Grafika, Jakarta, 2013, Hlm. 11.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

11

Pasal 16 ayat (3) Deklarasi Umum tentang Hak Asasi Manusia (

DUHAM) menentukan bahwa keluarga adalah kesatuan alamiah dan

mendasar dari masyarakat dan berhak atas perlindungan oleh masyarakat

dan negara. Duham adalah instrumen internasional HAM yang memiliki

sifat universal, dalam arti setiap hak-hak yang diatur di dalamnya berlaku

untuk umat mansuia tanpa kecuali. Dengan demikian sudah pasti

pemenuhanya tidak ditentukan oleh batas usia. Anak, sebagai bagian dari

keluarga memerlukan perlindungan khusus dan tergantung pada bantuan

dan tergantung padan bantuan dan pertolongan orang dewasa.

Dalam pemenuhan haknya, seorang anak tidak dapat melakukanya

sendiri disebabkan kemampuan dan pengalamanya yang masih terbatas.

Orang dewasa, khususnya orang tua memegang peranan penting dalam

memenuhi hak-hak anak. Kontitusi Indonesia, UUD 1945 sebagai norma

hukum tertinggi telah menggariskan bahwa “ setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang seta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.14

Dengan dicantumkan hak

anak tersebut dalam batang tubuh konstitusi, maka bisa diartikan bahwa

kedudukan dan perlindungan hak anak merupakan hal penting yang harus

dijabarkan lebih lanjut dan dijlankan dalam kenyataan sehari-hari.

Perlindungan adalah pemberian jaminan atas keamanan,

kenteteraman, kesejahteraan dan kedamaian dari pelindung atas segala

bahaya yang mengancam pihak yang dilindungi. Perlindungan hukum

adalah hal perbuatan melindungi menurut hukum.15

Menurut Philipus M.

Hadjon perlindungan hukum adalah:

Suatu kondisi subyektif yang menyatakan hadirnya keharusan pada diri

sejumlah subyek untuk segera memperoleh sejumlah sumber daya guna

kelangsungan eksistensi subjek hukum yang dijamin dan dilindungiu oleh

14

Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945. 15

Nurini Aprilianda, Perlindungan Hukum terhadap tersangka Anak Dalam Proses Penyididkan, Tesis Program Studi Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana universitas Brawijaya, Malang, 2001, hal. 41

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

12

hukum, agar kekuatanya secara terorganisir dalam proses pengambilan

keputusanpolitik maupun ekonomi, khususnya pada distribusi sumber daya,

baik pada peringkat individu maupun struktural.16

Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra mengemukakan bahwa hukum

dapat difungsikan tidak hanya mewujudkan kepastian, tetapi juga jaminan

perlindungan dan keseimbangan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan

fleksibel namun juga prediktif dan antisipatif.17

Meletakkan asas hukum perlindungan anak menjadi prasyarat untuk

mengelompokkan hukum perlindungan anak sebagai institusi hukum dari

subsistem hukum acara pidana. Sebagaimana sifat dari hukum itu sendiri

bahwa menciptakan suatu sistem yang struktural harusdiutamakan

berfungsinya unsur legalitas yang menjadi dasar peletakan sanksi,

menghilangkan resiko korban dan lain-lain dari pembatasan formal dalam

proses hukum pidana dan hukum acarapidana. Asas hukum perlindungan

anak dalam ketentuan-ketentuan hukum pidana pada dasarnya mengikuti

ketentuan yang menjadi esensi utama dari ketentuan hukum pidana dan

hukum acara pidana.18

Selain asas sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang

No.35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yaitu asas perlindungan anak,

asas kepentingan, asas hak untuk hidup, asas penghargaandan juga dalam

konvensi hak anak,Aspek Filosofis sesuai dengan penetapan Diversi juga

melihat hak hak anak untuk secara umum untuk memperoleh tujuan dari

bekerjanya sistem peradilan pidana anak pada dasarnya ditujuakn untuk

membangun sistem peradilan yang adil dan ramah terhadap anak (fair and

humane).

Sistem Peradilan Pidana Anak dilaksanakan berdasarkan asas :

a. Asas perlindungan yang dimaksud dengan perlindungan meliputi kegiatan

yang bersifat langsung dan tidak langsung dari tindakan yang

membahayakan anak secara fisik dan/atau psikis;

b. Asas keadilan yang dimaksud dengan keadilan adalah bahwa setiap

penyelesaian perkara anak harus mencerminkan rasa keadilan bagi anak;

16

Philpus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, P.T Bina Ilmu,

Surabaya, 1987, Hlm. 2. 17

Lili Rasjidi dan I. B Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja

Rosdakarya, Bandung, 1993, hlm. 123. 18

M. Hassan Wadong, Pengantar Advoksi dan Perlindungan Anak ,Jakarta ,

Grasindo, 2000, hal.58.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

13

c. Asas non diskriminasi yang dimaksud dengan non diskriminasi adalah

tidak adanya perlakuan yang berbeda didasarkan pada suku,agama, ras,

golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak,

urutan kelahiran anak, serta kondisi fisik dan/atau mental;

d. Asas kepentingan terbaik bagi anak yang dimaksud dengan kepentingan

terbaik bagi anak adalah segala pengambilan keputusan harus selalu

mempertimbangkan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak;

e. Asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah asas penghormatan atas

hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam

pengambilan keputusan, terutama jika menyangkut hal yang

mempengaruhi kehidupan anak

f. Asas kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak adalah hak asasi

yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh negara,

pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua

g. Asas pembinaan dan Pembimbingan. Pembinaan adalah kegiatan untuk

meningkatkan kualitas, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan, profesional, serta

kesehatan jasmani dan rohani anak baik di dalam maupun diluar proses

peradilan pidana. Pembimbingan adalah pemberian tuntunan untuk

meingkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan, profesional, serta

kesehatan jasmani dan rohani klien kemasyarakatan;

h. Asas proporsional adalah segala perlakuan terhadap anak harus

memperhatikan batas keperluan, umur dan kondisi anak;

i. Asas perampasan kemerdekaan merupakan upaya terakhir adalah asas

yang pada dasarnya anak tidak dapat dirampas kemerdekaannya, kecuali

terpaksa guna kepentingan penyelesaian perkara;

j. Asas penghindaran pembalasan adalah asas yang menjauhkan upaya

pembalasan dalam proses peradilan pidana.19

F. METODE PENELITIAN.

1. Tipe Penelitian.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif.

Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, penelitian hukum normatif

meliputi inventarisasi terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum,

penelitian terhadap penegakan hukum baik yang berjalan secara

operasional oleh institusi maupun dalam hal proses penyelesaian hukum

dalam praktik, kemudian dilakukan penelitian terhadap taraf sinkronisasi

vertikal dan horizontal, perbandingan hukum dan sejarah hukum.20

19

Ibid, Hal 63 20

Soerjono Soekanto Dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif ( Suatu Tinjauan

Singkat ), Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal. 14.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

14

Dengan pertimbangan diatas maka titik tolak penelitian adalah

analisis terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak . Selain itu juga melakukann studi kepustakaan

terhadap buku-buku yang membahas mengenai sistem peradilan pidana

anak, tindak pidana, diversi serta buku yang membahas mengenai tindak

pidana anak dalam sistem peradilan pidana.

2. Pendekatan Masalah.

Sehubungan tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum

normatif maka dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga

pendekatan , yaitu pendekatan peraturan perundang-undangan ( statute

approach ), pendekatan konseptual (conceptual approach ) dan

pendekatan kasus( case approach ).

a. Pendekatan peraturan perundang-undangan ( statute approach ).

Menurut Johnny Ibrahim penelitian normatif harus

menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan, karena

yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menajdi fokus

sekaligus tema sentral suatu penelitian.21

Pendekatan peraturan

perundang-undangan ( statute approach ) digunakan oleh penulis

untuk meneliti dan menganalisis berbagai peraturan perundang-

undangan yang mengatur mengenai tindak pidana anak dalam hal ini,

pendekatan peraturan perundang-undangan ( statute approach )

digunakan oleh penulis untuk meneliti dan menganalisis berbagai

peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tindak

21

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia,

malang, 2010, hal. 302.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

15

pidana anak. Dalam hal ini, pendekatan peraturan perundang-

undangan ( statute approach ) digunakan untuk :

1) meneliti dan menganalisis pengaturan tindak pidana anak dalam

sistem peradilan pidana anak di indonesia;

2) meneliti dan menganalisis pengaturan diversi tindak pidana anak

dalam Undang-undang sistem peradilan pidana anak. Dalam

pendekatan peraturan perundang-undangan ( statute approach ),

yang di analisis adalah Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Peraturan Pemerintah

Nomr 65 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksaan diversi.

b. Pendekatan Konseptual ( conceptual approach ).

Pendekatan konseptual ( conceptual approach ) digunakan

dalam penelitian ini untuk meneliti dan menganalisis apa yang

dimaksud dengan konsep diversi dalam penanganan tindak pidana

anak dalam dalam sistem peradilan pidana anak di Indonesia.

Pendalaman ini diperlukan untuk memberikan pemahaman bagaimana

penerpan diversi terhadap anak-anak yang berhadapan dengan hukum

dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak.

G. JENIS DAN SUMBER DATA :

Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan adalah :

1. Data Primer

Menurut Hasan data primer ialah data yang diperoleh atau

dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

16

penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.22

Data primer

di dapat dari sumber yaitu individu atau perseorangan seperti hasil

wawancara yang dilakukan oleh Penulis dengan Kanit Narkotika Polres

Salatiga dan Kasi Pidum Kejaksaan Negeri Salatiga.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkanoleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-

sumber yangtelah ada meliputi: 23

a. Bahan Hukum

1) Bahan hukum primer, yakni bahan-bahan hukum yang mengikat

yang terdapat dalam unit amatan, yaitu:

a) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2015 Tentang

Perlindungan anak;

b) Undang-undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak;

c) Peraturan Pemerintah Tentang Pedoman Pelaksanaan diversi

dan Penanganan anak yang belum berumur 12 ( dua belas )

Tahun;

d) PERMA No.4 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan

Diversi dalam sistem Peradilan Pidana Anak.

e) Perkara No : 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No :

05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt.

22

Hasan, M. Iqbal, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,

Ghalia Indonesia, Bogor, 2002. Hal. 82. 23

Ibid, hal 58.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Akibat yang fatal dari perkembangan pembangunan

17

2) Bahan hukum sekunder, yakni yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer. Misalnya hasil-hasil penelitian

dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

3) Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder.