bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · 1 1 bab i pendahuluan a. latar belakang masalah...

30
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra hadir dalam bentuk yang beraneka warna dan rupa, seperti puisi, prosa, dan drama. Prosa dalam bentuk novel adalah salah satu yang paling populer di kalangan masyarakat baik usia remaja, hingga usia dewasa. Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasannya. Salah satu bentuk karya sastra yang banyak digemari oleh pembaca adalah novel (Sugihastuti, 2007: 81). Kesetiaan berasal dari kata setia. setia, yaitu setia terhadap atasan, guru, teman dan kerabat. Kesetiaan juga berarti dapat melaksanakan apa yang telah dijanjikan dan dapat memegang teguh janji yang diucapkan (Sudarman, 2000:23). Seseorang yang penuh kesetiaan senantiasa menunjukkan kesungguhan hati dan kerukunan terhadap gurunya, teman maupun saudaranya. Kesetiaan Prawita untuk menjaga Marsini dan membendung rasa cintanya menunjukkan keteguhan seorang laki-laki yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Janji merupakan hal yang sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat. Salah satu contoh dalam agama Islam, secara islami, semua janji, baik yang dilakukan secara lisan maupun secara tertulis wajib dipatuhi dan ditunaikan sebagaimana mestinya. Firman Allah Ta'ala dalam surat Al-Isra' (17) ayat 34 yang artinya sebagai berikut : "... dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggung jawabannya..”.

Upload: others

Post on 12-Sep-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra hadir dalam bentuk yang beraneka warna dan rupa, seperti

puisi, prosa, dan drama. Prosa dalam bentuk novel adalah salah satu yang paling

populer di kalangan masyarakat baik usia remaja, hingga usia dewasa. Karya

sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan

gagasan-gagasannya. Salah satu bentuk karya sastra yang banyak digemari oleh

pembaca adalah novel (Sugihastuti, 2007: 81).

Kesetiaan berasal dari kata setia. setia, yaitu setia terhadap atasan, guru,

teman dan kerabat. Kesetiaan juga berarti dapat melaksanakan apa yang telah

dijanjikan dan dapat memegang teguh janji yang diucapkan (Sudarman, 2000:23).

Seseorang yang penuh kesetiaan senantiasa menunjukkan kesungguhan hati dan

kerukunan terhadap gurunya, teman maupun saudaranya. Kesetiaan Prawita untuk

menjaga Marsini dan membendung rasa cintanya menunjukkan keteguhan seorang

laki-laki yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya.

Janji merupakan hal yang sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu contoh dalam agama Islam, secara islami, semua janji, baik yang

dilakukan secara lisan maupun secara tertulis wajib dipatuhi dan ditunaikan

sebagaimana mestinya. Firman Allah Ta'ala dalam surat Al-Isra' (17) ayat 34 yang

artinya sebagai berikut :

"... dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggung jawabannya..”.

2

Tokoh Prawita memegang teguh janjinya kepada Sudira, meskipun harus

mengorbankan perasaanya sendiri. Tidak pernah sekalipun ia mengingkari apa

yang dijanjikannya kepada orang lain.

Fisher (2001:4) membeikan definisi konflik sebagai hubungan antara dua

pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki, atau yang merasa

memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Konflik yang muncul karena rumah

tangga yang dibangun atas dasar sandiwara menyebabkan hubungan antara

Prawita dengan Marsini tidak berjalan harmonis. Keduanya hidup dengan jarak

layaknya dua orang asing yang dipaksa hidup dalam satu atap dengan perasaan

cinta yang harus dikubur dalam-dalam.

Permasalahan rumah tangga yang menimpa Prawita menimbulkan

perubahan perilaku pada tokoh. Pendekatan psikologi adalah pendekatan yang

bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa

kehidupan manusia. Manusia senantiasa memperhatikan perilaku yang beragam.

Bila ingin melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan

psikologi. Di zaman kemajuan teknologi seperti sekarang ini manusia mengalami

konflik kejiwaan yang bermula dari sikap kejiwaan tertentu bermuara pula

kepermasalahan kejiwaan (Semi, 1990:76).

Novel berjudul Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo

merupakan salah satu novel kesusastraan Jawa modern berupa buku yang terbit di

luar dinding Balai Pustaka. Novel ini pernah dimuat oleh majalah Gotong Royong

pada tahun 1965 dengan judul Ngrangsang Gumuk Sandi. Novel ini diterbikan

pada tahun 1963 dan dicetak kembali oleh Penerbit Kiblat Utama Bandung pada

3

tahun 2011. Karya beliau yang satu ini menceritakan konflik cinta segitiga di

antara tiga sekawan, yaitu Sudira, Marsini dan Prawita.

Kisah tiga sahabat dari desa Paron Gelung kabupaten Ngawi ini cukup

rumit karena hubungan Sudira dan Marsini ditentang habis-habisan. Orang tua

Sudira yang masih keturunan ningrat belum bisa melepaskan diri dari pandangan

hidup feodalis yang mengutamakan material bibit, bebet, bobot sebagai modal

pemilihan calon pendamping. Marsini yang hanya anak dari petani biasa sudah

tentu tidak memenuhi kriteria di atas. Permasalahan ini membuat sepasang

kekasih yang tak bisa bersatu itu harus mengorbankan sahabat, yaitu Prawita

sebagai tumbal untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka.

Berpegangkan janji kepada Sudira untuk menjaga Marsini hingga ia bisa kembali

untuk menjadi pendamping yang baik, Prawita menikahi sahabatnya. Seiring

berjalannya waktu mulai timbul benih cinta di hati Prawita dan Marsini, namun

harus dipendam karena adanya janji di antara mereka. Kesabaran Prawita

menemui titik akhir. Perasaannya sudah tidak karuan.

Janji Sudira untuk kembali tak kunjung ditepati. Sandiwara rumah tangga

itu tidak bisa Prawita lanjutkan tanpa ada penyelesaian di antara ketiganya,

sehingga ia memutuskan bahwa sudah saatnya mereka bertiga menyelesaikan

urusan mereka untuk mendapatkan kejelasan bagi kehidupan yang lebih baik.

Novel Gumuk Sandhi ini merupakan novel psikologi sosial. Tokoh terasa

hidup karena kecakapan pengarang melukiskan lekuk liku jiwa para pelakunya

dengan bahasa yang plastis. Bahasa narrative terasa puitis, bahasa percakapan

terasa hidup sekali sebab pengarang pandai sekali merekam bahasa sehari-hari

penduduk desa Paron Gelung kabupaten Ngawi. Novel ini memakai latar belakang

4

kehidupan masyarakat desa yang belum begitu banyak digarap oleh para

pengarang Indonesia (Suripan Sadi Hutomo, 1975:65). Poerwadhie Atmodihardjo

adalah pengarang yang selama hidupnya malang melintang di berbagai lapangan

pekerjaan, mulai dari menjadi seorang guru, pegawai kantor irigasi, juru ukur

tanah, letnan satu TKR, pegawai Dinas Bangunan Tentara, hingga redaktur di

beberapa majalah terkemuka layaknya Jaya Baya, Panyebar Semangat, Cerita

Cerkak (CC), Gotong Royong, dan Mekar Sari. Beliau adalah sastrawan Jawa

yang benar-benar menganut prinsip „bebas merdeka‟.

Poerwadhie Atmodihardjo lahir di Purwodadi, Juni 1919 dan

menghembuskan nafas terakhirnya di Semarang pada 28 Oktober 1989. Karya-

karya cerkak yang ia tulis kebanyakan dimuat di majalah tempat beliau menjabat

sebagai redaktur. Selain Gumuk Sandhi, beliau juga mengarang beberapa judu

lainnya seperti “Suwung Plung” (1953), “Kumandhanging Asmara” (1956-1957),

“Tumiyunge Ati Mulus” (1968), “Gumerite Rodha Revolusi” (1972),

menggunakan dialek Jawa Timuran, novel berbahasa Jawa “Ibu” diterbitkan

Organisasi Pengarang Sastra Jawa (OPSJ, Februari 2013), serta roman sejarah

berjudul “Ki Derpayuda” dan “Sing Menang ing Pucuking Kanisthan”.

Memandang kehidupan masyarakat Indonesia saat ini banyak fenomena-

fenomena yang dapat menggugah hati kita. Definisi konflik sebagai hubungan

antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki, atau yang

merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan (Fisher, 2001:4) menunjukkan

bahwa konflik bisa muncul dari siapa saja, di mana saja, dan dalam keadaan

apapun. Banyak kasus yang berhubungan dengan pertentangan antar anak dengan

orang tua, kelompok perseorangan, bahkan antar sahabat yang tentunya eksis di

5

dunia nyata. Persoalan yang tadinya hanya menyangkut dua individu nyatanya

bisa melibatkan orang-orang di sekitarnya merasakan kerugian, atau bahkan turut

menanggung akibat dari pertentangan yang terjadi.

Novel Gumuk Sandhi merupakan karya sastra yang cukup lama. Novel ini

sudah pernah diteliti dengan kajian lain, di antaranya:

1. Skripsi dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Gumuk

Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo oleh Susi Susanti dari Universitas

Negeri Semarang ( Unnes) pada tahun 2013 yang mengungkapkan nilai

pendidi karakter yang bisa dijadikan tauladan dalam kehidupan.

2. kripsi dengan judul Kajian Struktural dan Sosiologis novel Gumuk Sandhi

karya Poerwadhie Atmodiharjo dan Pembelajaran di kelas XI SMA oleh

Nurul Anwar dari fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas

Muhammadiyah Purworejo pada tahun 2012.

3. Skripsi berjudul Studi Komparatif Novel Djodo Kang Pinasti karya Sri

Hadijojo dan Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo oleh

Wahyuni Ekawati dari Universitas Muhammadiyah Puworejo pada tahun

2014.

4. Skripsi dengan judul Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya

Poerwadhie Atmodihardjo oleh Rinda Aprilia Eka Wati dari fakultas

Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah

Purworejo pada tahun 2015. Berisi tentang jenis kata sapaan yang

digunakan dalam novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo

dan faktor yang melatarbelakanginya penggunaan kata sapaan dalam novel

Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo.

6

Penelitian sejenis dengan menggunakan kajian psikologi antara lain;

1. Skripsi dengan judul Hubungan Komunikasi Interpersonal antara Karyawan di

Perusahaan Kompor “Kupu Mas” Malang oleh Aminatur Rif‟ah dari

Universitas Islam Negeri (UIN) Malang tahun 2007 yang mengungkapkan

bahwa untuk menjadi produktif tidak sekedar bekerja keras atau terus

menyibukkan diri. Untuk menjadi karyawan yang produktif, kita harus

belajar dan menguasai sejumlah ketrampilan dan sikap yang nantinya akan

mendatangkan kepuasan kerja dan produktivitas yang lebih tinggi.

2. Penelitian Siti Halimah dari Universitas Ahmad Dahlan tahun 2010, skripsi

dengan judul “Kepribadian dan konflik batin tokoh laki-laki dalam novel

Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhamaad B. Dalam penelitian tersebut

membahas masalah (1) kepribadian tokoh laki-laki dalam novel Jangan

Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro, (2) faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan kepribadian tokoh laki-laki dalam novel Jangan

Miringkan Sajadahmu karya Muhamaad B. Anggoro, dan (3) konflik batin

yang dialami tokoh laki-laki dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya

Muhammad B. Anggoro.

3. Skripsi dari Laila Mutia Hariani, Fakultas Psikologi UIN pada tahun 2007

berjudul Hubungan antara Presepsi Karyawan tentang Kondisi Lingkungan

Kerja terhadap Produktivitas Kerja (Studi pada PT. PLN (Persero) Unit

Pelayanan Blimbing Malang) berisi mengenai Kondisi lingkungan kerja

adalah segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan dan dapat

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.

Kondisi lingkungan kerja memiliki tiga indikator yaitu kebisingan,

7

temperatur udara dan sirkulasi udara. Sedangkan produktivitas kerja adalah

hasil kerja yang diperoleh oleh suatu perusahaan yang menghasilkan lebih

banyak dan berkualitas lebih baik dengan usaha yang sama. Dengan

demikian produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan

sumberdaya yang digunakan.

4. Abnormalitas Tokoh-Tokoh dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari:

Analisis Psikologi Sastra (Skripsi) oleh Vika Widiastuti Sastra Indonesia

UGM 2015 yang berisi Penelitian terhadap novel Pasung Jiwa ini

menggunakan teori psikologi sastra karena permasalahan yang paling dominan

dalam novel tersebut adalah permasalahan psikologis. Teori psikologi sastra

digunakan untuk mengetahui keadaan kejiwaan tokoh-tokoh dalam novel

Pasung Jiwa. Tokoh-tokoh dalam Pasung Jiwa diceritakan memiliki gangguan

jiwa dan perilaku yang abnormal. Abnormalitas yang dialami oleh tokoh-

tokoh dalam novel Pasung Jiwa adalah perilaku transgender sebagai bentuk

gangguan identitas gender, persepsi yang salah tentang lingkungan sebagai

bentuk gangguan skizofrenia, dan mengingat kembali kejadian traumatis yang

pernah dialaminya sebagai bentuk gangguan stres pascatrauma, tindakan

bunuh diri, tindakan perkosaan sadistik, perilaku menghindari hubungan sosial

sebagai bentuk gangguan kepribadian skizoid, dan prostitusi.

5. Penyesuaian Diri (Personal Adjustment) Akibat Benturan Budaya Barat-

Timur dalam Novel Arrajulu Allazi Amana Karya Najib Kaylani Analisis

Psikologi Sastra(Thesis) oleh Mela Yunanda dari prodi Kajian Timur Tengah

Universitas Gajah Mada tahun 2013 yang berisi tentang Penyesuaian diri

merupakan proses yang meliputi respon mental dan perilaku yang merupakan

8

usaha individu untuk mengatasi dan menguasai kebutuhan-kebutuhan dalam

dirinya, ketegangan-ketegangan, frustasi, dan konflik-konflik agar terdapat

keselarasan antara tuntutan dari dalam dirinya dengan tuntutan atau harapan

dari lingkungan di tempat ia tinggal. Penyesuaian diri (Personal Adjustment)

merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku

individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan

lingkungannya. Hal ini dapat dialami oleh seseorang yang berada pada

lingkungan baru. Jika tokoh memiliki kesiapan mental sebelum berpindah ke

suatu tempat baru, maka ia dianggap berhasil menyesuaikan diri dengan baik

(well adjusment).

6. Deviasi kepribadian dalam Novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah:

Kajian Psikologi Sastra yang ditulis oleh Ali Mohamad dari S2 Ilmu Sastra

UGM tahun 2009 yang menceritakan tentang seorang gadis muda dalam

melawan atau melindungi dirinya dari kehidupan yang sangat ia benci. Ia

berjuang mendapatkan kemenangan yang ia yakini dengan mencintai sesama

perempuan. Ia bergulat dalam proses pengenalan dirinya di tengah situasi yang

bagi orang kebanyakan adalah proses tak sadar. Teori psikoanalisis digunakan

untuk mengetahui aspek kepribadian, mengungkap penyebab deviasi

kepribadian dan respon tokoh utama terhadap lingkungan. Penulis

mendeskripsikan fenomena sosial dan psikologis yang terjadi dalam

kehidupan di tengah masyarakat, khususnya masyarakat metropolitan dalam

menghadapi konflik, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosial.

Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan bahwa setiap orang memiliki

9

kepribadian unik dan pada kondisi tertentu terdapat aspek kepribadian yang

muncul dominan.

Kebanyakan penelitian lain sejenis membahas novel bernafaskan islami atau

novel terjemahan. Penggunaan novel berbahasa daerah sudah jarang ditemui.

Pemilihan novel “Gumuk Sandhi” ini merupakan salah satu bentuk usaha agar

novel- novel berbahasa Jawa lainnya bisa menarik minat pembaca di masa kini

untuk mencintai dan membudayakan kembali bahasa daerah yang sudah mulai

terkikis zaman.

Alasan pemilihan novel ini sebagai objek penelitian adalah dinamika dan

pengaruh konflik terhadap sifat kesetiaan tokoh Prawita. Permasalahan rumah

tangga dan konflik batin yang terjadi dalam diri tokoh tersirat jelas dari dialog

dalam novel. Konflik yang terjadi pada tokoh akan mempengaruhi sifat keseharian

dan cara untuk menghindari rasa sakit yang diakibatkan. Sikap masyarakat yang

tidak fleksibel dan memaksakan kehendak masih bisa ditemukan pada masa

modern ini. Keharusan anak untuk mematuhi perintah orang tua, tekanan ekonomi,

serta pandangan ideal masyarakat membuat tokoh-tokoh harus menggunakan

mekanisme pertahanan untuk terus menjalankan kehidupan.

Kesetiaan, keteguhan dan sifat lapang dada adalah jenis-jenis sifat yang sangat

diperlukan oleh setiap individu dalam masyarakat era masa kini. Tokoh Prawita

adalah sosok yang sangat sulit ditemukan di zaman manapun. Setia, sabar,

bijaksana, serta bertanggung jawab adalah satuan sifat yang didapatkan dengan

mengorbankan serta memendam berbagai emosi pribadi demi membahagiakan

10

orang disekitarnya. Terbukti individu dengan kepribadian semacam ini sangat

langka di masyarakat.

Alasan menggunakan pendekatan psikologi sastra sebagai dasar kajian

penelitian ini, karena permasalahan yang ditampilkan dalam novel Gumuk Sandhi

ini bersumber dari kegoisan Sudira yang menyebabkan Prawita menanggung

kesalahan sahabatnya, sedangkan Sudira malah melarikan diri entah ke mana

setelah diusir oleh orang tuanya. Manusia yang merupakan mahluk sosial

menganggap bahwa kontak sosial antar individu merupakan sebuah kebutuhan

primer dalam kehidupan. Bentuk interaksi dan reaksi masyarakat yang cenderung

negatif memberikan tekanan pada Prawita yang menjalankan tugasnya sebagai

suami untuk menggantikan Sudira, sehingga ketika janji sudira untuk kembali tak

kunjung terjadi, Prawita pun memutuskan untuk menagih janji Sudira yang sudah

kadaluarsa. Prawita menuntut kejelasan untuk dirinya dan juga Marsini, yang

mulai merasakan cinta kepada suaminya.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka perlu diadakan penelitian terhadap novel

Gumuk Sandhi, terutama pada tokoh Prawita dengan menggunakan pendekatan

psikologi mekanisme pertahanan dan konflik. Sumardjo mengungkapkan bahwa

sastra adalah produk masyarakat. Ia berada di tengah masyarakat karena

dibentuk oleh anggota-anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan

emosional atau rasional dari masyarakatnya. (Sumardjo, 1979:12).

Psikologi berasal dari kata Yunani kuno, psyche yang berarti “jiwa” dan logos

yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Secara definisi psikologi dapat diartikan

sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku dan proses mental. Artinya,

11

psikologi adalah ilmu yang berusaha menjelaskan gejala perilaku manusia

(Jaenudin, 2012:1).

Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa, sedangkan

sastra adalah ilmu tentang karya seni dengan tulis-menulis. Diartikan secara

keseluruhan, psikologi sastra merupakan ilmu yang mengkaji karya sastra dari

sudut kejiwaannya. Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan

pengertian. Pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai

pribadi. Kedua adalah studi proseskreatif. Ketiga studi tipe dan hukum-hukum

psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Keempat mempelajari dampak sastra

pada pembaca atau psikologi pembaca (Wellek & Austin, 1989:90). Psikologi

sastra adalah teori telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan

aktivitas kejiwaan. Hal penting yang perlu dipahami dalam menelaah secara

psikologis adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan

pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan

(Minderop, 2010:54-55).

Penelitian psikologi sastra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama,

melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian dilakukanan analisis terhadap

suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra

sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap

relevan untuk melakukan analisis. Psiko analisis dalam karya sastra berguna untuk

menganalisis tokoh-tokoh dalam drama secara psikologis. Tokoh-tokoh tersebut

umumnya merupakan imajinasi atau khayalan pengarang / penulis yang berada

dalam kondisi jiwa yang sehat maupun terganggu, lalu dituangkan menjadi sebuah

karya yang indah.

12

Untuk mengulas konflik batin yang dialami oleh Prawita, digunakan teori

mekanisme pertahanan dan konflik. Mekanisme pertahanan terjadi karena adanya

dorongan atau perasaan beralih untuk mencari objek pengganti, misalnya impuls

agresif yang ditujukan kepada pihak lain yang dianggap aman untuk diserang.

Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan mengacu pada proses bawah

sadar seseorang yang mempertahankannya terhadap anxitas; mekanisme ini

melindunginya dari ancaman-ancaman eksternal atau adanya impuls-impuls yang

timbul dari anxitas internal dengan mendistorsi realitas dengan berbagai cara

(Hilgard, et al., 1975:442).

Membahas psikologi sastra merupakan hal yang sangat menarik. Melalui

karya yang dihasilkan, kita mampu menelusuri jejak peristiwa yang terjadi,

keadaan serta permasalahan dan sikap masyarakat yang bergolak di sekitar masa

penulisan yang mengilhami terciptanya karya sastra, seperti apakah reaksi dan

tanggapan pengarang, dan bagaimanakah solusi yang dianggap ideal oleh salah

seorang anggota masyarakat yang terikat oleh sebuah status sosial untuk

memecahkan masalah yang terjadi, dan bagaimanakah pengaruhnya terhadap

kondisi kejiwaan si pelaku pada akhirnya. Diharapkan dengan mengangkat

tinjauan psikologi sastra, dapat membantu masyarakat untuk memandang dan

menilai segala sesuatu peristiwa yang terjadi melalui stereotipe yang berbeda.

B. Batasan masalah

Secara praktis, penelitian ini merupakan data sebagai bahan pengembangan

ilmu pengetahuan umum yang mencakup aspek sastra dan psikologi. Agar

13

penulisan makalah ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang

direncanakan, maka batasan- batasan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

1. Unsur-unsur struktural dalam novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie

Atmodihardjo dengan teori struktural Robert Stanton.

2. Pengaruh konflik rumah tangga dan kesetiaan tokoh Prawita dalam

pembentukan mekanisme pertahanan.

3. Penerapan teori mekanisme pertahanan dan konflik sesuai teori psikologi

Sigmund Freud.

4. Dampak mekanisme pertahanan pada tokoh Prawita

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, adanya pengaruh dan peran masing-masing

individu dalam membentuk karakter dan kondisi masyarakat, maka rumusan

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah struktur intrinsik novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie

Atmodihardjo?

2. Apakah faktor yang menyebabkan konflik rumah tangga dalam novel

Gumuk Sandhi?

3. Bagaimana pengaruh konflik rumah tangga dan kesetiaan tokoh Prawita

dalam pembentukan mekanisme pertahanan?

4. Bagaimanakah dampak mekanisme pertahanan tokoh Prawita?

14

D. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah yang dibahas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Mendeskripsikan keterkaitan antarunsur struktural novel Gumuk Sandhi

karya Poerwadhie Atmodihardjo.

2. Mendeskripsikan faktor penyebab konflik rumah tangga yang terjadi

dalam keluarga Prawita.

3. Mendeskripsikan pengaruh konflik rumah tangga dan kesetiaan tokoh

Prawita dalam pembentukan mekanisme pertahanan.

4. Mendeskripsikan dampak mekanisme pertahanan tokoh Prawita.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik, mampu menghasilkan

laporan yang sistematis dan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis

a. Manfaat penelitian secara teoritis diharapkan mampu menambah

pengetahuan mengenai kajian psikologi terutama psikologi sastra.

b. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kultur dan budaya yang

berkembang di era tahun penulisan novel.

c. Penguasaan situasi dan kondisi untuk menghadapi masalah dengan pikiran

terbuka seperti yang dilakukan oleh tokoh Prawita.

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi penulis

15

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan penguasaan mekanisme

pertahanan dengan salah satu contoh kasus pengaruh desakan situasi dan

kondisi sekitar terhadap insting mempertahankan diri yang dimiliki oleh

setiap individu.

b. Bagi pihak lain

Sebagai referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

F. Landasan Teori

1. Teori Psikologi Sastra

Manusia menurut Freud adalah mahluk yang seimbang. Hal ini

dikarenakan manusia memiliki id, ego, dan superego. Manusia tidak dibatasi oleh

naluri tertentu yang spesifik, akibatnya manusia dapat dibanjiri oleh semua

rangsangan. Dorongan (drive) untuk memenuhi atau mendapatkan rangsangan

tersebut muncul berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle) yang

dimiliki oleh Id. Namun, sebagai manusia tidak bisa begitu saja mengikuti semua

dorongan naluri yang dimiliki untuk memenuhi semua kebutuhan kita. Maka,

disinilah peran ego dan superego menjadi penting. Ego berperan dengan menunda

ketegangan sampai ditemukannya pemenuhan secara objektif (reality principle).

Prinsip ego ini juga didukung oleh adanya superego yang berfungsi untuk

merintangi impuls-impuls id dan mendorong ego untuk mengganti tujuan realistis

dengan moralitis.

16

2. Teori Mekanisme Pertahanan

Mekanisme pertahanan diri atau yang biasa disebut "Defence

Mechanisms" merupakan bentuk pertahanan diri dari setiap individu. Sebagian

dari cara individu untuk mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress ataupun

konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang dia

lakukan secara sadar ataupun tidak. Sigmund Freud menggunakan istilah

mekanisme pertahanan diri (Defence Mechanisms) untuk menunjukkan proses

tdak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikkan

kenyataan. Artinya mekanisme pertahanan diri ini merupakan bentuk penipuan

diri.

Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah

mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme

pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai :

1. Represi (Repression)

Mekanisme dimana seseorang yang memiliki keinginan-keinginan,

impuls-impuls pikiran, kehendak-kehendak yang tidak sesuai dan mengganggu

kebutuhan/motivasinya, disingkirkan dari alam sadar dan ditekan ke dalam alam

bawah sadar.

Secara tidak sadar seseorang menekan pikiran-pikiran yang tidak sesuai

atau menyedihkan keluar dari alam sadar ke alam tak sadar. Repression yang

terus menerus akan menjadi tumpukan kekecewaan sehingga menjadi

“kompleks terdesak”

Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting

dalam terjadinya neurosis. Neurosis, sering disebut juga psikoneurosis, adalah

17

istilah umum yang merujuk pada ketidakseimbangan mental yang menyebabkan

stress, tapi tidak memengaruhi pemikiran rasional.

Contoh : Seorang pemuda melihat kematian temannya waktu kecelakaan,

kemudian “lupa” tentang kejadian tersebut. (lupa ini disebut amnesia yang

psikogenik, bila lupa karena gegar otak maka disebut amnesia organik).

2. Sublimasi (Sublimation)

Proses dengan apa kehendak-kehendak tidak sadar dan tidak dapat

diterima, disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi.

Dorongan atau kehendak-kehendak yang tidak dapat disalurkan menjadi

aktivitas yang memiliki nilai sosial.

Contoh : Seseorang tidak suka berkelahi kemudian ia menjadi atlet petinju.

3. Proyeksi (Projection)

Adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari

kesadaran akan tabiat-tabiatnya sendiri yang tidak baik, atau perasaan-perasaan

dengan menuduhkannya kepada orang lain. Menyalahkan orang lain mengenai

kesulitannya sendiri yang tidak baik. Atau dengan kata lain, proyeksi merupakan

usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau

keinginan yang tidak baik.

Contoh : Seorang murid tidak lulus lalu mengatakan gurunya sentimen kepada

dia.

4. Pengelakan atau Pemindahan (Displacement)

Proses mekanisme dimana emosi-emosi yang tertahan diberikan tujuan

yang lain ke arah ideide, objek-objek, atau orang lain daripada ke sumber primer

18

emosi. Luapan emosi terhadap seseorang atau objek dialihkan kepada seseorang

atau objek yang lain.

Contoh : Seorang anak yang dimarahi ibunya kemudian dia memukul adiknya

atau menendang kucingnya.

5. Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu

masuk akal (rasional) dan dianggap rasional adanya, dapat disetujui, dapat

dibenarkan, dan dapat diterima oleh dirinya sendiri dan masyarakat.

Contoh: Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.

6. Pembentukan reaksi (Reaction Formation)

Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang

berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan

prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk

dilakukannya.

Contoh : Seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap

yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebihan.

7. Regresi (Regression)

Keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal dan

kurang matang dalam adaptasi. Bentuknya yang ekstrim adalah tingkah laku

infantile (kekanak-kanakan). Keadaan seorang yang kembali ke tingkat

perkembangan yang sebelumya dan kurang matang dalam adaptasi.

Contoh : Seorang anak yang sudah tidak ngompol, mendadak ngompol lagi

karena cemas mau masuk sekolah atau mulai menghisap jempol lagi setelah ia

memiliki adik, karena merasa perhatian ibunya terhadap dirinya berkurang.

19

8. Agresi dan Apatis

Agresi langsung adalah agresi yang diungkapkan secara langsung kepada

seseorang atau objek yang merupakan sumber frustasi. Agresi yang dialihkan

adalah bila seseorang mengalami frustasi namun tidak dapat mengungkapkan

secara puas kepada sumber frustasi. Apatis adalah bentuk lain dari reaksi

terhadap frustasi yaitu sikap menarik diri dan bersikap seakan-akan pasrah.

9. Fantasi dan Stereotype

Fantasi yaitu cara penyelesaian masalah dengan masuk ke dunia khayal.

Stereotype adalah konsekuensi lain dari frustasi yaitu memperlihatkan perilaku

pengulangan terus menerus.

Menurut Iman Setiadi Arif (2011:32-41) teori mekanisme pertahanan pada

ilmu psikologi murni dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Mekanisme pertahanan yang tergolong matang (mature). Mekanisme

pertahanan ini meliputi: Sublimasi, yaitu mengubah atau mentransformasi

dorongan primitive menjadi dorongan yang lebih sesuai dengan budaya dan

norma-norma yang berlaku di realitas eksternal. Kompensasi, yaitu upaya

untuk mengatasi suatu inferiority (kekurangan) dalam suatu bidang dengan

cara mengupayakan superiority (keunggulan) dalam bidang yang lain. Supresi,

adalah upaya meredam kembali suatu dorongan libidinal yang berpotensi

konflik dengan realitas eksternal, setelah menyadari dorongan tersebut. Humor,

adalah mengubah penghayatan akan suatu peristiwa dari tidak menyenangkan

menjadi menyenangkan.

2. Mekanisme pertahanan yang tergolong tidak matang (immature). Mekanisme

pertahanan ini meliputi: represi, adalah upaya meredam suatu dorongan

20

libidinal yang berpotensi konflik dengan realitas eksternal tanpa membiarkan

sadar terlebih dahulu. Proyeksi, yaitu suatu mekanisme pertahanan dimana

seseorang secara psikis menolak dan mengeluarkan bagian dari dirinya yang

tidak dikehendaki. Introyeksi, adalah suatu mekanisme pertahanan dimana

seseorang mengambil alih suatu ciri kepribadian yang ditemuinya pada orang

lain menjadi miliknya sendiri. Reaksi formasi, yaitu upaya untuk melawan

suatu dorongan libidinal yang dipersepsikan dapat menimbulkan konflik,

dengan cara melakukan kebalikannya. Undoing adalah upaya simbolik untuk

membatalkan suatu impuls yang telah terwujud menjadi tingkah laku.

Displacement, yaitu mengganti objek yang menjadi sasaran. Denial, adalah

menyangkal bahwa suatu peristiwa benar-benar terjadi. Regresi, yaitu sebagai

proses yang sangat menentukan dalam kemunculan psikopatologi.

3. Mekanisme pertahanan yang tergolong primitif (archaic). Mekanisme

pertahanan ini meliputi: splitting, adalah mekanisme yang dilakukan bayi

untuk memudahkan mengorganisir dan menangani berbagai pengalaman yang

dialaminya. Projective identification, yaitu salah satu mekanisme pertahanan

primitif yang biasanya ditemui pada kepribadian yang terganggu. Primitive

idealization, dilakukan seseorang untuk mempertahankan harga diri

mendasarnya ketika mengalami ancaman dengan cara mengidealisasi orang

lain dan kemudian mengembangkan fantasi kesatuan dengan orang tersebut.

Dampak mekanisme pertahanan yang dikutip dari Semiun (2006) dalam Geliy

Nurmuray Idzha (2013: 116) diantaranya yaitu reaksi-reaksi mekanisme

pertahanan ego mungkin sangat konstruktif, tekanan tetap melindungi diri secara

21

psikologis menyebabkan tidak relaks, usaha pada mekanisme pertahanan ego

mempengaruhi keadaan sekitar (manipulatif), cenderung akan diterapkan lagi bila

dirasa menguntungkan.

Dampak mekanisme pertahanan yang lain menurut McGill (2008) dalam Geliy

Nurmuray Idzha (2013: 116) yang terjadi dalam diri seseorang antara lain,

mekanisme pertahanan melibatkan penipuan dan distorsi realitas, ketika

kecemasan ditekan, diwujudkan dengan cara lain seperti fobia, serangan

kecemasan atau gangguan obsesif-kompulsif, mengurangi kecemasan dan

mempertahankan citra diri yang positif, mengurangi aktivitas fisiologis yang tidak

sehat.

Kepribadian menurut psikologi bisa mengacu pada pola karakteristik perilaku

dan pola pikir yang menentukan penilaian seseorang terhadap lingkungan

(Minderop, 2011: 4). Salah satu unsur kepribadian adalah perasaan. Perasaan

adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh

pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif atau negatif. Perasaan dapat

menimbulkan kehendak yaitu keadaan untuk mendapatkan suatu kenikmatan

(kehendak positif) atau menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan

membawa perasaan tidak nikmat (kehendak negatif) (Koentjaranigrat, 1986: 106-

108)

Metode dasar yang dipakai untuk meneliti perubahan yang sangat banyak

dalam jiwa adalah introspeksi, yakni suatu observasi teliti dan sistematik yang

dilakukan oleh seseorang terhadap pengalaman diri sendiri. Introspeksi yang tidak

teliti dapat menimbulkan perkiraan bahwa suatu keadaan jiwa seperti hawa nafsu

22

dapat berlangsung tanpa putus-putus dalam jangka waktu lama (Kifudyartanto,

2003: 12).

Mekanisme pertahanan merupakan inti dari peneitian ini, sehingga teori

mekanisme pertahanan sangat diperlukan sebagai penunjang terhadap novel

Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo. Teori mekanisme pertahanan

juga digunakan untuk memperkuat hasil penelitian yang telah dilakukan. Hal ini

dilakukan agar penelitian ini tidak diragukan kualitasnya.

3. Teori Strukturalisme

Secara etimologi struktural berasal dari kata structural, bahasa latin, yaitu

bentuk atau bangunan. Strukturalisme merupakan paham mengenai unsur-unsur,

yaitu struktur organisasi dengan mekanisme antar hubungannya, disatu pihak

antar hubungan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya, dipihak lain

hubungan antar unsur dengan totalitasnya (Ratna, 2007:91). Hubungan tersebut

tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian, kesepahaman,

tetapi juga negatif seperti konflik dan pertentangan.

Teori Sangidu (2004:16), strukturalisme sastra adalah suatu disiplin ilmu

yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri dari beberapa

unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Tujuan metode analisis

strukturalisme karya sastra untuk membongkar dan memaparkan secermat

mungkin, semenditel, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan

semua unsur sastra yang secara bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh

(Teeuw dalam Sangidu, 2004:17).

23

Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,

mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi

yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2007:37). Hal pertama yang dilakukan adalah

mendeskripsikan dan mengidentifikasi karya sastra seperti tema, alur, penokohan,

dan latar dengan mengacu pada teori Robert Stanton. Setelah itu, dengan

menjelaskan fungsi-fungsi yang menunjang makna keseluruhan sehingga

membentuk totalitas kemaknaan yang padu.

Analisis struktural merupakan pendekatan pertama yang digunakan untuk

menganalisis novel “Gumuk Sandhi”. Menganalisi unsur pembangun yang

terdapat dalam naskah monolog tersebut, kemudian penelitian ini menggunakan

analisis psikologi sastra untuk mengetahui makna yang mendalam mengenai

pergolakan hati tokoh Prawita.

a. Tema

Menurut Stanaton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2007: 67), tema

(Theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema walaupun

sulit ditentukan secara pasti, namun maknanya tidak disembunyikan walaupun

tidak dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai pokok bahasan sebuah karya

fiksi tidak sengaja disembunyikan karena hal ini lah yang ditawarkan kepada

pembaca.

b. Alur

Alur hakikatnya adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan peristiwa

apa yang dialami tokoh (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2007:75). Alur

menentukan pemahaman kita terhadap jalan cerita yang ditampilkan oleh

24

seorang tokoh. Alur sangat berkaitan dengan tokoh, bagaimana seorang tokoh

membawakan cerita dengan alur yang baik.

c. Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang

yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007:165). Penokohan

merupakan faktor terpenting dalam pementasan drama. Seorang tokoh harus

mampu memerankan orang lain dalam cerita. Menurut Abrams (dalam

Nurgiyantoro, 2007:165), tokoh cerita (Character) adalah orang (-orang) yang

ditampilkan dalam sesuatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca

ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

d. Latar

Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi wadah

tempat tokoh melakukan dan dikenai sesuatu kejadian. Latar memberikan

“aturan” permainan terhadap tokoh. Latar akan memberikan pengaruh tingkah

laku dan cara berpikir tokoh (Nurgiyantoro, 2007:75). Latar menurut

Nurgiyantoro (2007:227) dibagi menjadi tiga, yaitu: latar tempat, latar waktu,

dan latar sosial.

G. Metode Penelitian

Metode dalam suatu penelitian sangatlah diperlukan, karena berhasil

tidaknya suatu penelitan dipengaruhi oleh tepat tidaknya metode yang dipakai.

Metode adalah suatu cara kerja untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan

adalah metode deskriptif kualitatif untuk menjelaskan perilaku antar individu

dengan perannya masing dalam kehidupan, serta cara-cara yang dilakukan untuk

25

menghadapi konflik kehidupannya. Data deskriptif dalam penelitian ini berupa

analisis kutipan-kutipan wacana pada “Gumuk Sandhi” untuk memberi gambaran.

Strategi penelitian yang digunakan peneliti adalah strategi penelitian

terpancang (embedded Research). Penelitian terpancang adalah penelitian yang

sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utama (Sutopo,

2002:112). Variabel utama dalam penelitian ini adalah mekanisme pertahanan

tokoh Prawita dalam novel “Gumuk Sandhi” yang sudah ditentukan sebelumnya.

Kasusnya merupakan studi kasus tunggal (case study). Studi kasus

tunggal yaitu penelitian terarah hanya pada satu karakteristik (Sutopo, 2002:112).

Studi kasus tunggal dalam penelitian ini hanya pada suntingan dialog dan teks

dalam novel “Gumuk Sandhi”. Penelitian ini menggunakan metode embedded

research and case study.

1. Data dan Sumber data

1.1 Data

Data pada dasarnya adalah bahan mentah yang dikumpulkan oleh peneliti

dari dunia yang dipelajarinya (Sutopo, 2002:73). Data dalam penelitian ini

berupa data kualitaitf. Data kualitatif adalah data yang tidak terukur secara

numerik, seperti jenis kelamin, agama, atau warna kulit. Data dalam penelitian

ini berupa teks yang terdapat pada novel “Gumuk Sandhi” yang berupa unsur

unsur struktural, unsur psikologi sastra, dan unsur mekanisme pertahanan dan

konflik tokoh.

1.2 Sumber Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah content analisis. Sumber

data adalah subjek penelitian dari mana data itu diperoleh (Siswantoro,

26

2010:63). Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan

sumber data sekunder.

1.2.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari

sumber data dan penyelidikan untuk tujuan penelitian (Surachmad, 1990:163).

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel “Gumuk Sandhi” yang

diterbitkan oleh Penerbit Kiblat pada tahun 2011 cetakan ke-3 ditulis oleh

Poerwadhie Atmodihardjo, dengan jumlah 101 halaman, format tulisan Times

New Roman ukuran 14, spasi 1 , cetakan kedua pada tahun 2011.

1.2.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang lebih dulu dikumpulkan orang di

luar penyidik, walaupun dikumpulkan orang itu termasuk data asli

(Surachmad, 1990:163). Data sekunder dalam penelitian ini adalah pendapat

para ahli yang relevan dengan penelitian. Pendapat yang dimaksudkan peneliti

meliputi pendapat mengenai psikologi, pengaruh konflik terhadap kepribadian

individu, dan teori mekanisme pertahanan.

2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik content analysis dan interview. Teknik content analysis adalah

metodelogi penelitian yang memanfaatkan prosedur untuk menarik

kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen (Lexy J. Moelong,

2011 : 163)

Melalui content analysis data yang diperoleh secara cermat untuk

dapat diambil kesimpulan mengenai data yang digunakan dalam penelitian ini,

27

serta hal penting yang menjadi pokok persoalan penelitian, dengan demikian

analisis tersebut mengacu pada beberapa dokumen atau yang relevan dengan

penelitian.

Teknik interview juga digunakan dalam penelitian ini. Interview adalah

percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(Lexy J. Moelong, 2007 : 186).

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam, ini

bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian

besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi (Sulistyo-Basuki

2006:173).

Menghindari kasus kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin

kepada informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan

wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas

gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik

penelitian.

Peneliti harus memperhatikan cara-cara yang benar dalam melakukan

wawancara, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti ganda,

taksa, atau pun yang bersifat ambiguitas.

b. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung banyak

pertanyaan khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya dipecah menjadi

beberapa pertanyaan baru.

28

c. Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan yang konkrit dengan

acuan waktu dan tempat yang jelas.

d. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan dalam rangka

pengalaman konkrit si responden.

e. Pewawancara sebaiknya menyebutkan semua alternatif yang ada atau

sama sekali tidak menyebutkan alternatif.

f. Dalam wawancara mengenai hal yang dapat membuat responden

marah ,malu atau canggung, gunakan kata atau kalimat yang dapat

memperhalus.

3 Validitas Data

Validitas data dalam penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan

data dengan berbagai teknik yang sesuai yang diperlukan untuk penelitian.

Dalam penelitian ini digunakan teknik trianggulasi, yaitu teknik yang didasari

pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik

kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang (Sutopo,

2002:78). Menurut Patton (dalam Sutopo, 2002:78) ada empat macam teknik

trianggulasi, yaitu: (1) trianggulasi data (data triangulation), (2) trianggulasi

peneliti (investigator triangulation), (3) trianggulasi metodologis

(methodoological triangulation), (4) trianggulasi teori (theoretical

triangulation).

Berdasarkan keempat teknik trianggulasi di atas, dalam penelitian ini

menggunakan model trianggulasi teori. Model trianggulasi teori delakukan

dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas

permasalahan yang dikaji (Sutopo, 2002:82). Dari berbagai perspektif teori

29

tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak

sehingga dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan yang utuh dan menyeluruh.

Dalam menggunakan trianggulasi ini, perlu memahami teori-teori yang

digunakan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti sehingga mampu

menghasilkan simpulan yang lebih mantap.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan tata urutan penulisan yang akan

disampaikan peneliti. Berikut sistematika penulisan penelitian Kesetiaan Janji

Tokoh Prawita Menghadapi Konflik Rumah tangga dalam Novel Gumuk Sandhi

Karya Poerwadhie Atmodihardjo:

1. Bagian Awal

Bagian ini mencakup 13 hal, yaitu : (a) sampul luar, (b) sampul dalam, (c)

persetujuan pembimbing, (d) pengesahan penguji, (e) halaman pernyataan,

(f) halaman motto, (g) halaman khusus/halaman persembahan, (h) kata

pengantar, (i) daftar isi, (j) daftar singkatan dan lambang, (k) daftar

lampiran, (l) daftar gambar, dan (m) abstrak.

2. Bagian Isi

Bagian isi mencakup 3 hal, yaitu:

a. Bagian pendahuluan meliputi : (1) latar belakang masalah, (2)

batasan masalah, (3) perumusan masalah, (4) tujuan pembahasan

masalah, (5) landasan teori, (6) metodologi penelitian, dan (7)

sistematika penulisan.

30

b. Bagian isi merupakan inti karya ilmiah yang memaparkan uraian

pokok masalah yang dibahas. Bagian isi terdiri dari : (1) sajian data,

(2) pembahsan masalah yang dirumuskan (3) resepsi sastra penulis

c. Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran.

3. Bagian Akhir

Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran.