bab i pendahuluan a. latar belakang...

43
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu hal yang paling berharga bagi manusia. Dengan tubuh yang sehat, berbagai aktivitas yang bermanfaat dapat dijalankan dengan baik. Namun pada saat tubuh sakit dan memerlukan terapi tambahan dengan obat, maka dibutuhkan obat yang memenuhi aspek produk obat yang baik yaitu safety, quality, dan efficacy (World Health Organization, 2003). Perkembangan dunia pengobatan saat ini telah sampai pada tahap yang cukup baik, dengan ditemukannya berbagai obat-obat baru yang dapat membantu penyembuhan banyak penyakit, semakin canggihnya peralatan untuk pengobatan, keberhasilan dalam penyempurnaan dan penemuan berbagai bentuk sediaan farmasi yang sangat membantu dalam efektivitas dan kemudahan proses pengobatan. Pada akhirnya dunia pengobatan saat ini mulai melirik kepada aspek herbal, dengan semakin banyaknya praktisi kesehatan yang sadar akan banyaknya efek samping obat sintesis sehingga kemudian melakukan pengembangan terhadap obat herbal sebagai produk komplementer (Pramudjito, 2011), terutama untuk penyakit-penyakit kronis (Pal, 2002). Aspek ekonomi terkait dengan pemanfaatan tumbuhan obat juga semakin meningkat. Beberapa contoh peningkatan tersebut antara lain berkembangnya budi daya tumbuhan obat dan produksi simplisia sebagai bahan baku obat tradisional, mulai dibukanya instalasi herbal di rumah sakit, banyaknya industri

Upload: lamque

Post on 14-Apr-2018

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan salah satu hal yang paling berharga bagi manusia.

Dengan tubuh yang sehat, berbagai aktivitas yang bermanfaat dapat dijalankan

dengan baik. Namun pada saat tubuh sakit dan memerlukan terapi tambahan

dengan obat, maka dibutuhkan obat yang memenuhi aspek produk obat yang baik

yaitu safety, quality, dan efficacy (World Health Organization, 2003).

Perkembangan dunia pengobatan saat ini telah sampai pada tahap yang

cukup baik, dengan ditemukannya berbagai obat-obat baru yang dapat membantu

penyembuhan banyak penyakit, semakin canggihnya peralatan untuk pengobatan,

keberhasilan dalam penyempurnaan dan penemuan berbagai bentuk sediaan

farmasi yang sangat membantu dalam efektivitas dan kemudahan proses

pengobatan. Pada akhirnya dunia pengobatan saat ini mulai melirik kepada aspek

herbal, dengan semakin banyaknya praktisi kesehatan yang sadar akan banyaknya

efek samping obat sintesis sehingga kemudian melakukan pengembangan

terhadap obat herbal sebagai produk komplementer (Pramudjito, 2011), terutama

untuk penyakit-penyakit kronis (Pal, 2002).

Aspek ekonomi terkait dengan pemanfaatan tumbuhan obat juga semakin

meningkat. Beberapa contoh peningkatan tersebut antara lain berkembangnya

budi daya tumbuhan obat dan produksi simplisia sebagai bahan baku obat

tradisional, mulai dibukanya instalasi herbal di rumah sakit, banyaknya industri

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

2

farmasi yang juga membuka divisi herbal dan memperbanyak persentase

penjualan obat herbal di dalam produk-produk mereka, serta kemunculan industri-

industri kecil farmasi yang berfokus pada obat herbal. Pada akhirnya produk

herbal mulai marak beredar dan digemari di tengah masyarakat (Pranata, 2011).

Hal tersebut memunculkan tantangan kepada pemerintah dan segenap

praktisi kesehatan di Indonesia untuk mengawal dan menjaga kualitas produk

herbal yang beredar di pasaran. Sehingga kemudian pemerintah mulai

meningkatkan fokus di bidang pengembangan obat herbal yang salah satunya

adalah munculnya aturan dalam menjaga kualitas obat herbal dengan cara

menstandardisasi proses pembuatan dan parameter mutu produk. Salah satu

produk peraturan pemerintah yang dihasilkan adalah Farmakope Herbal Indonesia

(FHI) yang hingga disusunnya penelitian ini pada Januari 2014, telah terbit edisi

pertama dan empat suplemennya.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, tidak hanya berupa

bahan tambang tetapi juga kekayaan akan jenis-jenis tumbuhan terutama yang

telah dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Meski demikian, bukan berarti bahan

baku yang tersedia terjamin. Cukup banyak industri herbal yang merasa kesulitan

mendapatkan bahan baku karena budi daya tanaman obat belum marak dan masih

dalam tahap pengembangan. Menurut Badan POM (2006), 283 tanaman telah

diregistrasi untuk penggunaan obat tradisional/jamu dan 180 jenis diantaranya

merupakan tanaman obat yang masih ditambang dari hutan (bukan tanaman budi

daya). Keadaan ini juga dapat memicu adanya pemalsuan bahan baku oleh pihak-

pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal yang juga mempengaruhi pentingnya

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

3

dilakukan penjagaan kualitas bahan baku obat herbal adalah karena banyaknya

faktor yang dapat mempengaruhi kualitas bahan baku yang berasal dari tanaman

seperti tempat tumbuh, nutrisi tanah, dan sebagainya (Pramono, 2014). Hal inilah

yang kemudian menyebabkan pentingnya dilakukan pemenuhan terhadap standar

parameter mutu ekstrak yang terdiri dari berbagai parameter standar umum dan

parameter standar spesifik yang berkorelasi langsung dengan kualitas dan

reprodusibilitas produk.

Salah satu tumbuhan yang sering digunakan dalam obat tradisional adalah

mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.). Bagian tanaman yang umumnya

digunakan untuk pengobatan adalah biji mahoni. Secara empirik biji mahoni telah

digunakan masyarakat dengan cara menumbuk biji mahoni sampai halus,

ditambah dengan air hangat, dan diminum secara langsung sehingga komponen

biji mahoni dapat masuk ke dalam tubuh. Namun jika tahan pahit, biji mahoni

dapat dimakan mentah-mentah (Hamzari, 2008).

Berdasarkan fakta, mahoni bukanlah tumbuhan yang memiliki tingkat

populasi tinggi, bahkan tanaman ini masuk ke dalam tumbuhan dengan kelompok

populasi rentan (IUCN, 1998). Oleh karena itu keterbatasan bahan baku mahoni

dapat menjadi salah satu faktor tingginya potensi pemalsuan dan variasi kualitas

produk yang beredar di pasaran. Dalam proses pengembangannya, FHI juga

belum mencantumkan mahoni yang telah terstandar. Publikasi ilmiah yang

mendeskripsikan secara khusus tanaman mahoni sulit peneliti jumpai, tidak

sebanyak jika dibandingkan dengan tanaman obat lainnya.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

4

Hal yang cukup memprihatinkan adalah semakin tingginya budaya

konsumtif dan serba instan yang ada di masyarakat. Hal ini tidak hanya terjadi

pada pola konsumsi melainkan juga pola hidup sehari-hari (Wahyudi, 2010). Sisi

negatif dari budaya serba instan adalah masyarakat dimanjakan dengan berbagai

produk yang beredar di masyarakat (Nadarlis, 2012), sehingga pengetahuan

mengenai bahan-bahan kebutuhan hidup pada umumnya dan obat-obatan pada

khususnya menjadi menurun seiring dengan semakin banyaknya produk instan di

masyarakat. Oleh karena itu keberhasilan penelitian ini akan sangat bermanfaat

dalam upaya memberikan edukasi mengenai pengenalan terhadap bahan baku

obat herbal kepada masyarakat serta mendukung pengembangan obat herbal di

Indonesia menuju ke arah yang lebih baik sehingga dapat bermanfaat bagi

masyarakat, bangsa, dan negara.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah aspek yang dapat dikaji sebagai tindakan awal dalam mengenali

simplisia biji mahoni Kabupaten Ponorogo?

2. Apa saja aspek parameter mutu yang dapat digunakan sebagai pedoman

dalam penjagaan kualitas ekstrak etanolik biji mahoni Kabupaten

Ponorogo?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji aspek-aspek pendahuluan yang dapat dilakukan untuk

mengenali simplisia biji mahoni Kabupaten Ponorogo.

2. Menetapkan parameter standar mutu pendahuluan ekstrak biji mahoni

Kabupaten Ponorogo

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat umum dan yang sedang melakukan penelitian, hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber dalam

mengetahui ciri-ciri dan identitas khas dari biji mahoni (Swietenia

mahagoni (L.) Jacq.) sebagai bahan kajian ilmiah yang pada akhirnya

dapat dimanfaatkan dalam rangka mengenali simplisia biji mahoni.

2. Bagi Fakultas Farmasi UGM, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

mendukung kebijakan pemerintah khususnya dalam bidang pengembangan

bahan baku obat herbal.

3. Bagi industri herbal dan obat tradisional, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai gambaran awal dan informasi ilmiah dalam rangka

penelitian maupun sarana pertimbangan dalam rencana produksi obat

herbal yang menggunakan bahan baku biji mahoni.

4. Bagi Pemerintah khususnya Departemen Kesehatan, hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan kajian ilmiah yang dapat digunakan

sebagai gambaran awal atau sarana masukan dalam penyusunan

Farmakope Herbal Indonesia dan produk aturan hukum lainnya.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

6

E. Tinjauan Pustaka

1. Deskripsi tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.)

a. Nomenklatur

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Sapindales

Suku : Meliaceae

Marga : Swietenia

Spesies : Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

(Tjitrosoepomo, 2000)

b. Nama Indonesia

Mahagoni, Mahoni, Moni (Permadi, 2011), dan Maoni

(Wijayakusuma, 2008).

c. Morfologi tanaman

Gambar 1. Pohon Mahoni

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

7

Mahoni termasuk tumbuhan anggota suku Meliaceae, memiliki

ciri dan karakter sebagai tumbuhan berhabitus pohon, batang tumbuh

tegak, tinggi batang dapat mencapai 30 m. Helaian daun merupakan

daun majemuk dengan susunan daun majemuk menyirip, genap,

dengan jumlah anak daun 4-14 pasang pada setiap ibu tangkai daun,

letak helaian daun berhadapan, pangkal sampai tepi daun agak

melekuk, bentuk daun bulat telur atau bulat memanjang, ujung runcing

atau meruncing, ukuran helaian daun panjang 3-12 cm, lebar 1,3-5 cm,

dengan panjang tangkai daun 3-13 mm. Bunga majemuk tipe malai,

dengan panjang malai 2-10 cm, panjang tangkai bunga 1-4 mm;

kelopak berlekatan membentuk tabung kelopak, mahkota bunga hijau

kekuningan, panjang mahkota 3-4 mm; panjang tabung benang sari 2-3

mm, pangkal tabung benang sari mula-mula jingga dan setelah masak

berwarna merah; panjang putik 0,5 mm; buah berukuran 7-10 cm; biji

membulat dan pipih, ukuran biji termasuk sayapnya 4,5-5,5 cm; daging

biji dan sayap berongga, tumbuhan yang berbunga sepanjang tahun,

tumbuh di daerah kering (Backer & Bakhuizen van den Brink, 1965).

Ada dua jenis tanaman mahoni, yaitu spesies mahoni Swietenia

mahagoni (L.) Jacq. dan Swietenia macrophylla King dengan

penampakan yang hampir sama persis (Sunanto, 2009). Namun

tanaman tersebut dapat dibedakan berdasarkan ukuran buah dan

daunnya. Swietenia mahagoni (L.) Jacq. memiliki daun dan buah yang

relatif lebih kecil dan lebih melengkung, sedangkan Swietenia

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

8

macrophylla King memiliki daun yang lebih besar dan lebar serta buah

yang lebih besar (Santosa, 2014).

Gambar 2. Herbarium daun dan buah

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. (Poppleton, 1971)

Gambar 3. Herbarium daun, sayap dan kulit buah

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. (Poppleton, 1971)

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

9

d. Budi daya tanaman

Perlakuan pendahuluan dalam budi daya tidaklah begitu penting,

Perkecambahan benih (biji) dapat ditingkatkan dengan merendam

dalam air selama 12 jam. Untuk pengujian, benih dikecambahkan

pada media pasir dengan kisaran suhu 30 sampai 35°C, atau suhu

tetap 30°C selama 1 atau 0,5 jam terang/gelap. Di persemaian, benih

ditabur di bak pasir terbuka sedalam 3 sampai 7 cm atau langsung

ditabur di kantong. Benih akan berkecambah dalam 10 sampai 12 hari.

Bibit dijaga tetap dalam naungan sampai ditanam di lapangan setelah

tingginya mencapai 50–100 cm (Joker, 2001).

Tumbuhan dapat diperbanyak dengan menggunakan biji,

cangkok, maupun okulasi. Mahoni dirawat dengan disiram air yang

cukup, dijaga kelembapan tanahnya, dan dipupuk dengan pupuk

organik (Hariana, 2008).

e. Kandungan kimia

Kandungan kimia dari ekstrak etanolik biji mahoni antara lain

alkaloid, terpenoid, dan flavonoid. Menurut Shahidur dkk. (2009),

golongan triterpenoid yang terdapat di dalam biji mahoni adalah

senyawa limonoid, yaitu swietenin, swietenolida, swietemahonin,

kayasin, augustineolida, 7-deaseto-7-oksogenudin, 6-deoksi swietenin

proseranolida, 6-hidroksi swietenina, dan 6-O-asetil swietenolida

(Sianturi, 2001).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

10

Biji mahoni juga memiliki kandungan metabolit sekunder berupa

alkaloid, flavonoid, terpenoid/steroid, dan saponin (Rasyad dkk.,

2012).

f. Khasiat dan kegunaan

Secara empiris, biji mahoni telah digunakan masyarakat unuk

pengobatan dengan cara menumbuk biji mahoni sampai halus,

ditambah dengan air hangat, dan diminum secara langsung sehingga

komponen biji mahoni dapat masuk ke dalam tubuh, namun jika tahan

pahit, biji mahoni dapat dimakan mentah-mentah (Hamzari, 2008). Biji

mahoni juga dapat berfungsi sebagai penurun kadar gula darah (Raja,

2008). Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti,

2002) dan aktivitas antioksidan (Kumar & Kumar, 2009). Menurut

Hariana (2007), biji mahoni juga bermanfaat sebagai penurun panas,

penurun tekanan darah, mengobati rematik, menambah nafsu makan,

dan untuk mengobati eksim.

2. Standardisasi Obat Herbal/Tradisional dan Parameter Mutu

a. Dasar dan pengertian standardisasi

Standardisasi dalam kefarmasian tidak lain adalah serangkaian

parameter, prosedur, dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan

unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian. Mutu dalam artian

memenuhi syarat standar (kimia, biologi, dan farmasi), termasuk

jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian pada

umumnya. Persyaratan mutu ekstrak terdiri dari berbagai parameter

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

11

standar umum dan parameter standar spesifik. Hal ini berkaitan dengan

tegaknya aspek quality, safety dan efficacy (Wahyono, 2013).

Standardisasi juga berarti proses menjamin bahwa produk akhir

obat (ekstrak bahan alam) mempunyai nilai parameter tertentu yang

konstan (ajeg) dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih

dahulu. Pengembangan obat tradisional tersebut harus mencakup

berbagai tahap pengujian dan pengembangan secara sistematik

(Wahyono dkk., 2013).

Obat tradisional atau yang disebut juga dengan obat herbal adalah

material herbal yang digunakan untuk kepentingan terapi, baik zat

aktifnya sudah diketahui ataupun belum (Gaedcke & Steinhof, 2003).

Obat herbal merupakan tanaman atau bagian dari tanaman yang telah

diproses hingga siap digunakan (Hansel, 1991). Definisi menurut

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia yang

tercantum dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.41.1384

tahun 2005, menerangkan bahwa Obat Tradisional adalah bahan atau

ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,

sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang

secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman. Sedangkan Jamu adalah nama lazim bagi obat tradisional

yang berasal dari Indonesia.

Tanaman obat meliputi tanaman liar dan tanaman yang ditanam

secara industri (kultivasi) yang dapat digunakan untuk tujuan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

12

pengobatan, baik secara langsung maupun tidak langsung karena

bahan berkhasiat (aktif) yang dikandungnya (Agoes, 2007).

Pemeriksaan mutu simplisia sebaiknya dilakukan secara periodik.

Pertama kali dilakukan perhatian khusus pada saat bahan simplisia

diterima dari pengepul atau pedagang lainnya. Buku pedoman yang

digunakan sebagai pegangan adalah Materia Medika Indonesia atau

Farmakope Indonesia. Agar diperoleh simplisia yang tepat, sebaiknya

dilakukan arsipasi simplisia sebagai standar intern atau pembanding.

Mengenai pemeriksaan mutu, akan lebih baik lagi jika dibangun suatu

laboratorium pemeriksaan mutu simplisia atau obat tradisional yang

terakreditasi serta dapat melayani kebutuhan pemeriksaan mutu dari

produsen obat tradisional. Setelah pemeriksaan mutu dan ternyata

sesuai standar obat herbal, maka obat herbal dapat digunakan untuk

kesehatan (Emilan dkk., 2011).

b. Proses Ekstraksi

Penyarian merupakan kegiatan penarikan zat yang dapat larut

dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Zat aktif

yang awalnya berada di dalam sel, ditarik cairan penyari sehingga

terjadi pelarutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada

umumnya penyarian akan bertambah baik apabila permukaan

serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin luas

(Anonim, 1986).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

13

Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut:

1) Murah dan mudah diperoleh

2) Stabil secara fisik dan kimiawi

3) Bereaksi netral

4) Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar

5) Selektif dalam menyari zat yang berkhasiat

6) Tidak berpengaruh terhadap zat berkhasiat

7) Diizinkan oleh peraturan

(Anonim, 1986)

Metode penyarian itu sendiri dapat dibedakan menjadi:

infundasi, maserasi, perkolasi, dan penyarian berkesinambungan

(Anonim, 1986).

c. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia ke

dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel

dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat

aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi larutan di

dalam dan di luar sel, larutan yang terpekat didesak keluar.

Peristiwa tersebut berulang hingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel (Anonim, 1986).

Penyarian dengan metode maserasi memerlukan pengadukan

secara berkala agar tidak terjadi kejenuhan penyari pada lapisan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

14

antara cairan penyari dan bahan yang disari. Keuntungan cara

penyarian dengan maserasi yaitu cara pengerjaan dan peralatan

yang digunakan sederhana dan mudah dilakukan. Kerugian cara

maserasi yaitu waktu pengerjaan lama dan penyarian kurang

sempurna (Anonim, 1986).

Remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah

dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya, dengan

kata lain adalah replikasi dengan pelarut yang sama dengan jumlah

sama terhadap bahan (Anonim, 2000).

d. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia

hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau

hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah

ditentukan (Anonim, 1995).

Penguapan (pemekatan) merupakan peningkatan jumlah bagian

solut (senyawa terlarut) secara penguapan tanpa sampai menjadi

kondisi kering, namun hanya sampai menjadi kental atau pekat

(Anonim, 2000).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

15

e. Parameter Non-Spesifik

1) Susut pengeringan

Susut pengeringan merupakan kadar bagian yang menguap

dari suatu zat. Kecuali dinyatakan lain, sebanyak 1 g sampai 2 g zat

ditetapkan pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai

bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan

mendingin dalam keadaan tertutup di dalam eksikator hingga suhu

kamar. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan,

pengeringan dilakukan pada suhu antara 5°C dan 10°C dibawah

suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu

penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap

(Anonim, 1989).

Tujuan dari susut pengeringan adalah untuk memberikan

batas maksimal (rentang) besarnya senyawa yang hilang selama

proses pengeringan. Nilai atau rentang yang diperbolehkan terkait

dengan kemurnian dan kontaminasi (Anonim, 2000). Pada biji,

susut pengeringan yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10%

(Agoes, 2007).

2) Kadar abu total

Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai

tujuan antara lain:

a) menentukan baik tidaknya suatu pengolahan,

b) mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

16

c) penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan.

(Pine dkk., 2011)

Parameter kadar abu merupakan pernyataan dari jumlah abu

fisiologik apabila simplisia dipijarkan hingga seluruh unsur

organik hilang. Abu fisiologik merupakan abu yang diperoleh dari

sisa pemijaran (Anonim, 2000).

Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran kandungan

mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

terbentuknya ekstrak. Nilai maksimal atau rentang yang

diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi berkaitan

dengan zat anorganik (Anonim, 2000).

Prinsip kerja penetapan kadar abu adalah dengan

memasukkan 1 g sampai 2 g zat yang telah ditimbang saksama,

kemudian dipijarkan perlahan hingga arang habis lalu didinginkan

dan ditara (Anonim, 1989).

Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan

organik. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada

macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar berhubungan dengan

mineral yang dikandung dalam suatu bahan. Mineral yang terdapat

dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu:

a) Garam-garam organik, misalnya garam dari asam malat,

oksalat, asetat, pektat, dan lain-lain.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

17

b) Garam-garam anorganik, misalnya fosfat, karbonat,

klorida, sulfat nitrat, dan logam alkali.

Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral dapat

terbentuk sebagai senyawa kompleks yang bersifat organik.

Menentukan jumlah mineral dalam bentuk aslinya memerlukan

proses yang sangat sulit, oleh karena itu biasanya hanya dilakukan

penetapan kadar abu dari sisa pembakaran garam mineral tersebut

(Sudarmadji, 1986).

3) Kadar abu tak larut asam

Penetapan kadar abu tidak larut asam merupakan kelanjutan

dari penetapan kadar abu, yaitu dengan melarutkan hasil abu dari

penetapan kadar abu sebelumnya dalam larutan asam. Parameter

ini memberikan profil mengenai kemungkinan adanya senyawa

yang tidak larut terhadap asam. Nilai maksimal atau rentang yang

diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi

(Anonim, 2000).

Besarnya kadar abu total dalam ekstrak mengindikasikan

bahwa ekstrak yang diperoleh dari proses maserasi dan infudasi

banyak mengandung mineral. Sedangkan kandungan abu yang

tidak larut dalam asam menunjukkan adanya pasir atau kotoran

yang lain (Pine dkk., 2011).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

18

4) Kadar sari larut air dan etanol

Kadar sari larut air adalah kadar senyawa yang dapat larut

dalam air. Tujuan dilakukan penetapan ini adalah untuk

memberikan gambaran awal jumlah kandungan senyawa yang larut

dalam air (Anonim, 2000).

Kadar sari larut etanol adalah kadar senyawa yang dapat

larut dalam etanol. Tujuan dilakukan penetapan ini adalah untuk

memberikan gambaran awal jumlah kandungan senyawa yang larut

dalam etanol. (Anonim, 2000).

Sifat hidrofilik atau lipofobik berhubungan dengan

kelarutan dalam air. Sedangkan sifat lipofilik atau hidrofobik

berhubungan dengan kelarutan dalam lemak. Gugus yang

meningkatkan kelarutan dalam air disebut gugus hidrofilik (polar)

sedangkan gugus yang meningkatkan kelarutan dalam lemak

disebut gugus lipofilik (non polar). Sifat kelarutan berhubungan

dengan aktivitas biologis obat. Senyawa yang lebih non polar akan

lebih mudah dalam menembus membran lipid (Siswandono, 2014).

5) Kadar air

Parameter kadar air merupakan banyaknya hidrat yang

terkandung dalam bahan. Tujuan penetapan kadar air adalah untuk

memberikan batasan maksimal atau rentang tentang besarnya

kandungan air di dalam bahan. Nilai maksimal atau rentang yang

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

19

diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi

(Anonim, 2000).

Kadar air berhubungan dengan potensi tumbuhnya

mikroorganisme yang dapat menurunkan daya tahan bahan.

Parameter ini juga dapat menggambarkan besaran potensi

degradasi senyawa akibat proses hidrolisis atau degradasi karena

mikroorganisme dengan air sebagai pendukungnya (Pramono,

2014).

Air dalam suatu bahan makanan terdapat dalam tiga bentuk

yaitu air bebas, air terikat secara lemah, dan air terikat kuat.

a) Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan inter

granular dan pori-pori yang terdapat dalam bahan.

b) Air yang terikat secara lemah karena (teradsorbsi) pada

permukaan koloid makromolekuler seperti protein, pectin,

pati, sellulosa. Selain itu, air juga terdispersi di antara koloid

tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada dalam sel.

Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat

air bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan.

Ikatan antara air dengan koloid tersebut merupakan ikatan

hidrogen.

c) Air dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat.

Ikatannya bersifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan

atau diuapkan.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

20

Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat membantu

terjadinya proses kerusakan bahan makanan misalnya proses

mikrobiologis, kimiawi, enzimatik, bahkan oleh aktivitas serangga

perusak. Sedangkan air dalam bentuk lainnya tidak membantu

terjadinya proses kerusakan tersebut diatas. Oleh karenanya kadar

air bukan merupakan parameter absolut yang dapat dipakai untuk

meramalkan kecepatan terjadinya kerusakan bahan makanan.

Dalam hal ini digunakan pengertian Aw (Aktivitas air) untuk

menentukan kemampuan air dalam proses kerusakan bahan

makanan (Sudarmadji dkk., 1996).

Biji dapat mengalami masa tidak aktif (dormansi) akibat

kandungan air dalam biji yang rendah, yaitu sekitar 5-10%.

Dormansi pada biji dapat dilihat dari kulit biji yang keras yang

menghalangi penyerapan air dan oksigen. Peningkatan kandungan

air dalam biji dapat memicu pengaktifan enzim-enzim dalam

kotiledon yang akan merombak cadangan makanan menjadi

molekul-molekul sederhana, yang selanjutnya akan diangkut

menuju lokasi pertumbuhan pada embrio (Furqonita, 2007).

f. Parameter Spesifik

1) Parameter Identitas

Parameter identitas meliputi deskripsi tata nama (nama

ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan,

nama Indonesia tumbuhan) dan dapat mempunyai senyawa

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

21

identitas. Tujuannya untuk memberikan identitas objektif dari

nama dan identitas spesifik dari senyawa identitas (Anonim, 2000).

2) Organoleptik

Parameter organoleptik merupakan cara mendeskripsikan

bentuk, warna, bau, dan rasa dengan menggunakan panca indera.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk pengenalan awal

yang sederhana dan seobjektif mungkin (Anonim, 2000).

3) Profil kromatografi lapis tipis (KLT)

Pada parameter profil kromatografi lapis tipis atau pola

kromatogram, ekstrak ditimbang, diekstraksi dengan pelarut dan

cara tertentu, lalu dianalisis kromatografi sehingga memberikan

pola kromatogram yang khas. Parameter ini mempunyai tujuan

untuk memberikan gambaran awal komponen kandungan kimia

berdasarkan pola kromatogram (Anonim, 2000).

3. Analisis Mikroskopi

Analisis mikroskopi dari material herbal didasarkan pada bentuk,

ukuran, warna, karakteristik permukaan, tekstur, dan penampakan

penampang melintangnya. Bagaimanapun penilaian terhadap aspek ini

sangat subjektif. Kehadiran dari konten-konten pengotor sel seperti plastid,

lemak, minyak, dan sebagainya dapat mengganggu pengamatan. Reagen

yang dapat melarutkan beberapa dari konten tersebut dapat digunakan

untuk menjernihkan pandangan dalam proses pengamatan. Beberapa

reagen yang sering digunakan untuk pengamatan adalah Chloralhydrate,

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

22

Lactochoral, Lactophenol, Sodium Hypochlorite. Selain itu digunakan

juga solven untuk lemak dan minyak seperti Xylene dan Light Petroleum

(World Health Organization, 1998).

a. Struktur umum tumbuhan biji tertutup (angiospermae)

Angiospermae merupakan tumbuhan berbiji tertutup yang memiliki

bunga. Ciri-ciri angiospermae adalah memiliki akar, batang, daun, dan

bunga yang sesungguhnya. Organ reproduksi terletak pada bunga.

Selain itu memiliki bentuk yang bervariasi. Bunga pada angiospermae

memiliki bagian steril, yaitu sepal (mahkota) dan petal (kelopak).

Bagian reproduksinya adalah stamen (benang sari) untuk jantan dan

pistillium (putik) untuk betina. Semua anggota angiospermae

ditempatkan dalam satu divisi yakni Antophyta. Divisi Antophyta

dibagi menjadi dua kelas, yakni monokotil dan dikotil (Ferdinand &

Ariebowo, 2007).

Biji mengandung tumbuhan embrio, yang diselubungi dan

dilindungi oleh kulit biji, serta dilindungi dengan sumber makanan

cadangan. Embrio tumbuhan terdiri atas sumbu kecil dengan dua kutub

(titik tumbuh tunas akar dan titik tumbuh tunas pucuk). Pada sumbu

kecil itu, terdapat kotiledon atau keping biji yang berkedudukan

menyamping. Makanan yang diperlukan untuk perkecambahan anak

tumbuhan biasanya disimpan dalam keping-keping biji atau dalam

endosperma (Fahn, 1982).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

23

Biji dapat berkecambah karena di dalamnya terdapat embrio atau

lembaga tumbuhan. Embrio atau lembaga tumbuhan memiliki tiga

bagian, yaitu akar lembaga/calon akar (radikula), daun lembaga

(kotiledon), dan batang lembaga (kaulikulus).

Gambar 4. Bagian biji tanaman dikotil (Aryulina dkk., 2004)

Dycotiledonae atau tumbuhan biji belah adalah tumbuhan yang

bijinya memiliki dua daun lembaga. Biji ini jelas terlihat terdiri atas

dua belahan atau dua keping. Lembaga adalah calon tumbuhan baru,

biasa disebut dengan istilah embrio. Daun lembaga (cotyledo)

merupakan daun pertama pada suatu tumbuhan.

Daun lembaga dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda antara

lain:

1) Sebagai tempat penimbunan makanan, yang kemudian terlihat

tebal, seringkali berbentuk cembung pada satu sisi dan rata pada

sisi yang lainnya, jumlahnya biasanya dua dan duduk berhadapan

pada sisi yang rata. Seringkali fungsi ini membuatnya dinamakan

sebagai belahan biji atau keping biji, yang sebenarnya tidak tepat.

2) Sebagai alat untuk melakukan asimilasi, hal ini sama seperti daun-

daun tumbuhan biasanya. Seringkali dapat kita saksikan bahwa

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

24

daun-daun lembaga itu kemudian berwarna hijau dan tinggal agak

lama pada tumbuhan yang masih kecil.

3) Sebagai alat penghisap makanan untuk lembaga dari putih lembaga

(albumen). Dalam hal ini, daun lembaga merupakan suatu alat

berupa lapisan tipis yang memisahkan putih lembaga dari

lembaganya. Oleh karena bentuknya seperti perisai kecil, biasanya

dinamakan skuletum (sculletum). Dalam keadaan ini biji sama

sekali tidak memperlihatkan belahan atau keping biji.

Gambar 5. Bagian-bagian biji (Saktiyono, 2004)

Biji pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu

kulit biji (spermodermis), tali pusat (funiculus), dan inti biji (isi biji).

Pada tumbuhan Angiospermae, kulit biji memiliki dua lapisan yaitu

kulit luar (testa) dan kulit dalam (tegmen). Kulit luar bersifat tipis

tetapi keras, sedangkan kulit dalam tipis seperti selaput dan sering

disebut kulit ari. Tali pusat (funiculus) merupakan bagian yang

menghubungkan biji dengan papan biji (plasenta). Jika biji telah

masak, tali pusat lepas sehingga pada biji hanya terlihat bekasnya

sebagai pusat biji (hilus). Inti biji (nucleus seminis) adalah semua

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

25

bagian biji yang terdapat di dalam kulit ari, terdiri dari lembaga

(embrio) sebagai calon individu baru dan putih lembaga (endosperm)

sebagai tempat cadangan makanan. Tidak semua biji memiliki putih

lembaga, seperti pada Leguminoceae (polong-polongan), cadangan

makanan tersimpan dalam daun lembaga (Mikrajuddin dkk., 2007).

b. Jaringan tumbuhan

Tumbuhan tersusun atas berbagai jaringan. Banyaknya

pengetahuan tentang struktur jaringan menyebabkan kesulitan dalam

memberi definisi yang tepat kepada suatu jaringan. Definisi jaringan

adalah sekelompok sel dengan asal usul, struktur, dan fungsi yang

sama. Definisi ini tidak tepat untuk semua kasus. Diperlukan definisi

yang lebih lentur untuk jaringan tumbuhan tingkat tinggi. Bentuk-

bentuk peralihan menimbulkan kesulitan dalam pengelompokan

jaringan. Percobaan dengan suatu perlakuan dapat menyebabkan suatu

tipe sel berubah menjadi tipe sel yang lain. Sebagai contoh, sel

parenkim dapat dirangsang untuk berdiferensiasi menjadi unsur

berpembuluh. Jaringan mungkin juga terdiri atas sel yang berbeda

bentuk, bahkan fungsinya, tetapi susunannya selalu sama. Berdasarkan

jumlah tipe sel penyusunnya, jaringan dibedakan menjadi jaringan

sederhana dan jaringan rumit. Jaringan sederhana bersifat homogen,

hanya terdiri atas satu tipe sel, sedangkan jaringan rumit bersifat

heterogen, terdiri atas dua atau lebih tipe sel. Parenkim, kolenkim, dan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

26

sklerenkim adalah jaringan sederhana, sedangkan xilem, floem, dan

epidermis adalah jaringan rumit (Mulyani, 2006).

Masing-masing jaringan pada hewan menunjukan perbedaan yang

mudah diamati. Sedangkan pada tumbuhan, batas-batas antara jenis-

jenis jaringanya cenderung kabur dan satu jenis jaringan bisa berubah

menjadi jaringan lain seiring degan tahap perkembangannya. Selain

itu, ciri-ciri struktural yang tampak begitu jelas pada sel-sel hewan,

sangat tidak jelas pada sel-sel tumbuhan (Fried & Hademenos, 1999).

1) Jaringan Meristem

Pada tahap perkembangan embrio, semua sel mengalami

pembelahan. Pertumbuhan dan perkembangan sel lebih lanjut

menunjukkan adanya diferensiasi menjadi bagian khusus tumbuhan

dan juga masih ada sel yang tetap bersifat embrional, yaitu mampu

mengadakan pembelahan secara terus menerus. Jaringan embrional

dalam tubuh tumbuhan dewasa ini disebut meristem. Pembelahan

sel juga dapat terjadi dalam jaringan selain jaringan meristem,

contohnya dalam korteks batang muda dan pada perkembangan

jaringan pembuluh. Pembelahan dalam jaringan ini terbatas.

Sementara, sel meristem terus menerus membelah sehingga

menghasilkan sel baru yang menambah tubuh tumbuhan. Ada pula

meristem yang mengalami masa istirahat sementara.

Sifat sitologi meristem; sel meristem biasanya berdinding

tipis, bentuknya lebih isodiametris dibandingkan dengan sel

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

27

jaringan dewasa dan relatif lebih banyak mengandung protoplasma.

Biasanya protoplas sel meristem tidak mengandung bahan

cadangan dan kristal. Hampir semua sel meristem pucuk dari

sejumlah besar tumbuhan, khususnya angiospermae, memiliki

vakuola yang sangat kecil, tidak terlihat, dan tersebar dalam

protoplas. Pada Pteridophyta, beberapa sel meristem pucuk

memiliki vakuola yang jelas. Sel kambium juga mempunyai

banyak vakuola.

Ukuran sel meristem beragam. Perbandingan antara ukuran

sel dan inti sangat besar. Dinding sel meristem biasanya tipis, tetapi

sel tertentu dalam meristem pucuk mempunyai dinding tebal

(Mulyani, 2006).

2) Jaringan Parenkim

Jaringan parenkim merupakan jaringan dasar yang ditemukan

pada hampir semua bagian (organ) tumbuhan. Jaringan parenkim

disebut sebagai jaringan dasar karena menyusun sebagian besar

jaringan pada akar, batang, daun, dan buah, serta terdapat diantara

jaringan lain seperti xilem dan floem. Jaringan parenkim dapat

dibedakan dengan jaringan lain karena memiliki ciri-ciri :

a) Sel-selnya merupakan sel hidup yang berukuran besar dan

tipis, serta umumnya berbentuk segi enam

b) Memiliki banyak vakuola

c) Letak inti sel mendekati dasar sel

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

28

d) Mampu bersifat embrional atau meristematis karena dapat

membelah diri

e) Memiliki ruang antar sel yang banyak sehingga letaknya tidak

rapat (Aryulina dkk., 2004).

Beberapa tumbuhan memiliki sel parenkim dengan vakuola

yang cukup besar untuk menyimpan damar atau getah. Secara

umum, sel parenkim berfungsi dalam fotosintesis, respirasi, sekresi,

serta penyimpanan makanan cadangan dan air (Ferdinand &

Ariebowo, 2007).

3) Jaringan Kolenkim

Jaringan kolenkim merupakan jaringan hidup yang memiliki

banyak sifat jaringan parenkim dan secara struktural dapat

dianggap sebagai jaringan parenkim khusus yang menunjang organ

muda pada tumbuhan. Bila kolenkim dan parenkim terletak

berdampingan, keduanya akan berbaur menjadi bentuk transisi.

Kemiripan antara kolenkim dan parenkim juga ditunjukkan oleh

sering terdapatnya kloroplas pada kolenkim dan kemampuan

kolenkim untuk melanjutkan aktivitas meristem. Sel-sel kolenkim

memanjang ke arah poros panjang organ tempatnya berada dan

ditandai oleh adanya sel primer yang berdinding sel tebal dan tidak

berlignin (tidak memiliki zat kayu). Walaupun demikian, penebalan

dinding sel-sel kolenkim tidak merata pada seluruh permukaan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

29

dinding dalam sel, melainkan menebal pada sudut-sudut sel

(Aryulina dkk., 2004).

4) Jaringan Sklerenkim

Jika jaringan kolenkim berfungsi sebagai penunjang organ-

organ muda, maka jaringan sklerenkim memiliki peran sebagai

penyokong organ-organ tua. Ketika pertumbuhan pada organ sudah

mulai berkurang, jaringan kolenkim yang dominan, perlahan

digantikan perannya oleh jaringan sklerenkim yang jauh lebih kuat.

Jaringan sklerenkim merupakan jaringan sel yang mengalami

penebalan di seluruh bagian dinding selnya. Dinding selnya lebih

kuat dibandingkan jaringan kolenkim. Hal tersebut karena sel

sklerenkim memiliki lignin (Ferdindand & Ariebowo, 2007).

Jaringan sklerenkim umumnya terdapat pada bagian-bagian

keras seperti tulang daun dan batang. Jaringan sklerenkim tersusun

oleh sel-sel dengan dinding yang keras. Jaringan sklerenkim

berfungsi menutup bagian luar dari biji atau buah, biasanya pada

kenari dan tempurung kelapa (Saktiyono, 2004).

5) Jaringan Epidermis

Jaringan epidermis merupakan lapisan sel paling luar pada

daun, akar, buah, biji, dan batang. Jaringan epidermis terdiri atas

deretan sel tunggal yang tersusun rapat. Jaringan epidermis

memiliki beberapa modifikasi, baik yang terdapat pada akar,

batang, maupun daun. Pada dinding sel-sel epidermis terdapat

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

30

lapisan lilin atau kutikula yang dapat mencegah atau

meminimalisasi hilangnya air dari tumbuhan. Lapisan tersebut juga

berguna sebagai pelindung terhadap serangan bakteri dan

organisme patogenik lainnya. Pada umunya jaringan epidermis

berfungsi sebagai pelindung untuk semua bagian tumbuhan.

Namun, fungsi demikian dapat menjadi berkembang dengan

ditemukannya beberapa modifikasi pada jaringan epidermis. Pada

permukaan daun bagian bawah, terdapat bentuk modifikasi dari sel-

sel epidermis, yaitu berupa sel penutup pada stomata (mulut daun).

Susunan sel-sel epidermis pada akar tidak serapat pada daun

sehingga air dan mineral dapat masuk ke dalam tumbuhan. Pada

tumbuhan berkayu yang telah tua, sel epidermis batang berganti

membentuk jaringan gabus. Lapisan gabus pada tumbuhan berguna

untuk memperbesar daya perlindungan batang dan mengurangi

pengupan air (Sudjadi & Laila, 2007).

c. Preparasi bahan uji

Preparasi bahan uji dapat dilakukan dengan cara

membersihkannya dari kotoran dengan air mengalir, kemudian

ditiriskan dan dibuat penampang melintang, diberi kloralhidrat,

dipanaskan, dan kemudian diamati dengan mikroskop (Mulyani dkk.,

2013).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

31

d. Reagen kloralhidrat

Kloralhidrat merupakan salah satu dari beberapa reagen penjernih

dalam analisis mikroskopi. Fungsi dari kloralhidrat sebagai reagen

penjernih sudah diketahui sejak lama dan telah digunakan oleh

berbagai kalangan dalam berbagai protokol penelitian, untuk

menganalisis berbagai bahan dan spesies secara mikroskopi. Dalam

penggunaannya kloralhidrat mampu membuat preparat menjadi lebih

transparan, secara nyata mengatasi problema pencahayaan yang

biasanya ada pada pengamatan mikroskopi, sehingga gambar dapat

diamati dengan lebih jelas dan dengan resolusi yang lebih tinggi

(Haselof, 2003). Pada akhirnya kloralhidrat menjadi standar industri

dan reagen penting yang diperlukan dalam penaksiran kualitas produk

herbal (Villani dkk., 2013).

e. Pembuatan reagen kloralhidrat

Sejumlah 80,0 g kloralhidrat dilarutkan dalam 20 mL air dengan

pemanasan (Stahl, 1973).

4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Teknik kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Egon

Stahl dengan menghamparkan penyerap pada lempeng gelas, sehingga

berupa lapisan tipis. KLT merupakan kromatografi serapan, tetapi dapat

juga merupakan kromatografi partisi karena bahan penyerap telah dilapisi

air dari udara. Sistem ini memberikan banyak keuntungan, yaitu peralatan

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

32

yang diperlukan sedikit, relatif murah, sederhana, waktu analisis cepat,

dan daya pisah cukup baik (Sudjadi, 1988).

KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya

metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua,

dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan

dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi

(Gritter dkk., 1985).

a. Dasar kromatografi lapis tipis

Konsep pemisahan pada sistem KLT adalah berdasarkan

perbedaan polaritas. Pemisahan dilakukan akibat keseimbangan

berturutan cuplikan dalam dua fasa, satu diantaranya (fase gerak)

bergerak terhadap yang lainnya (fase diam). Terjadi proses

penyebaran molekul cuplikan karena proses nonideal (Sudjadi, 1988).

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode pemisahan

fisikokimia. Fase diam ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas,

logam, ataupun lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah,

berupa larutan, ditotolkan pada fase diam berupa bercak maupun garis

(awal). Selanjutnya fase diam dimasukkan ke dalam bejana tertutup

rapat yang telah berisi fase gerak yang sesuai. Pemisahan terjadi

selama pengembangan, selanjutnya senyawa yang tidak berwarna

dideteksi dengan metode yang sesuai (Stahl, 1973).

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

33

Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya

dinyatakan dengan angka Rf atau hRf

Angka Rf berjangka antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat

ditentukan dua desimal. hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (h),

menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100 (Stahl, 1973).

b. Fase diam

Pada semua prosedur kromatografi, kondisi optimum suatu

pemisahan merupakan hasil kecocokan antara fase diam dan fase

gerak. Dalam KLT, fase diam harus mudah didapat. Pada umumnya

fase diam yang digunakan adalah silika gel. Fase diam dapat

dikelompokkan berdasarkan beberapa hal, yaitu sifat kimianya;

senyawa organik atau anorganik, dan mekanise pemisahan. Namun

ada beberapa faase diam yang sukar dikelompokkan seperti poliamida

dan porapak (Sudjadi, 1988).

Silika gel merupakan fase diam yang paling sering digunakan

untuk KLT. Untuk penggunaan dalam suatu tipe pemisahan

perbedaannya tidak hanya pada struktur tetapi juga pori-pori dan

struktur lubangnya. Hal tersebut penting untuk diperhatikan disamping

pemilihan fase gerak. Dalam perdagangan, silika gel mempunyai

ukuran 10 sampai 40 µ. Ukuran ini terutama mempengaruhi kecepatan

alir dan kualitas pemisahan. Sedangkan proses serapan terutama

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

34

dipengaruhi oleh ukuran porinya, yang bervariasi antara 20 sampai

150 Å. Masalah aktivasi silika gel tidak begitu mempengaruhi

kebanyakan jenis pemisahan, tetapi deaktivasi silika gel merupakan

hal yang perlu dipertimbangkan. Derajat deaktivasi ditentukan oleh

kelembapan relatif kamar dimana pemisahan dilakukan dan lempeng

silika gel disimpan (Sudjadi, 1988).

Ada beberapa macam silika gel yang beredar, diantaranya:

1) Silika gel dengan pengikat

2) Silika gel dengan pengikat dan indikator fluoresensi

3) Silika gel tanpa pengikat

4) Silika gel tanpa pengikat dengan indikator fluoresensi

5) Silika gel untuk keperluan pemisahan preparatif.

Jenis silika gel dengan pengikat dan indikator fluoresensi

biasanya berfluoresensi kehijauan jika dilihat pada sinar ultraviolet

pada panjang gelombang pendek. Sebagai indikator biasanya

digunakan timah-kadmium sulida atau mangan-timah silikat aktif.

Jenis ini biasa dikenal sebagai Silica Gel GF atau GF254 (Sudjadi,

1988).

c. Fase Gerak

Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau

beberapa macam pelarut, yang bergerak dalam fase diam karena

adanya gaya kapiler. Pelarut yang digunakan adalah pelarut berderajat

analitik, jika dimungkinkan campuran pelarut yang paling baik adalah

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

35

yang paling sederhana dan tidak lebih dari tiga macam campuran.

Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian volume

sedemikian rupa sehingga volume total adalah 100 (Stahl, 1973).

Pada proses serapan, yang terjadi jika menggunakan silika gel,

alumina, dan fasa diam lainnya, pemilihan pelarut mengikuti aturan

kromatografi kolom serapan. Sistem tak berair paling banyak

digunakan dan contoh pelarut organik dalam seri pelarut mikrostop

adalah sebagai berikut:

1) Kelompok pemisahan senyawa hidrofil, contohnya adalah

air, formaldehida, metanol, asam asetat, etanol, isopropanol,

aseton, n-propanol, tert-butanol, fenol, n-butanol, dan

lainnya.

2) Kelompok pemisahan senyawa lipofil, contohnya adalah n-

amil alkohol, etil asetat, eter, n-butil asetat, kloroform,

benzena, tolueana, sikloheksana, eter petroleum, petroleum,

minyak parafin, dan lainnya.

Jika fase gerak yang digunakan adalah sistem pelarut campuran,

pada lapisan fase diam, susunan pelarut itu dapat mengalami

perubahan sedikit demi sedikit. Hal ini akan menghasilkan pemisahan

yang kurang baik. Oleh karena itu sistem dua pelarut lebih disenangi.

Hal yang mempengaruhi kualitas pemisahan adalah kejenuhan bejana

pengembang. Penyusunan sistem pelarut dapat dipilih sesuai dengan

kemampuan membentuk ikatan hidrogen dalam satu seri dari hidrofil

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

36

sampai ke hidrofob. Kombinasi pelarut yang mempunyai sifat berbeda

memungkinkan didapatkannya sistem pelarut yang cocok (Sudjadi,

1988).

d. Prinsip kromatografi jerap

Penjelasan berikut adalah konsep dari kromatografi jerap:

1) Hidrokarbon jenuh terjerap sedikit atau tidak sama sekali. Oleh

karena itu ia akan bergerak paling cepat. Penjerapan hidrokarbon

tidak jenuh meningkat dengan meningkatnya jumlah ikatan

rangkap dan ikatan rangkap terkonjugasi. Oleh karena itu, untuk

pemisahan harus digunakan suatu penjerap yang aktif dan pelarut

pengembang yang kurang polar. Kemungkinan lainnya adalah

dengan pembalikan fase. Dalam hal ini fase diam dibacem dengan

suatu lipida dan sebagai pelarut digunakan pelarut hidrofilik.

2) Bila gugusan fungsi dimasukkan ke dalam suatu hidrokarbon,

afinitas jerap naik menurut urutan berikut:

Misalnya jika digunakan benzena sebagai larutan

pengembang, eter dan ester akan terdapat pada bagian atas

kromatogram KLT berlapis silika gel atau aluminium hidroksida,

keton, dan aldehida kurang lebih berada di tengah, alkohol berada

di bawahnya, sedangkan asam berada di titik awal. Dengan kata

lain, pemisahan terjadi menurut kepolaran senyawa dalam larutan

uji (Stahl, 1973).

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

37

e. Senyawa pembanding

Disamping larutan cuplikan, selalu ada suatu campuran

pembanding yang dielusi bersamaan dengan sampel. Campuran

senyawa pembanding dapat terdiri atas 1 – 5 senyawa yang diketahui,

dengan konsentrasi yang diketahui pula. Bila mungkin, senyawa

pembanding ini sama dengan senyawa yang terdapat di dalam larutan

cuplikan atau sampel. Namun, senyawa lain yang berbeda boleh

digunakan jika memiliki sifat rambat yang serupa dengan senyawa

cuplikan. Jika mungkin, akan lebih baik digunakan pelarut yang sama

untuk membuat larutan pembanding dan larutan cuplikan (Stahl,

1973).

Dalam proses pembuatan larutan uji, jumlah obat atau sampel

yang ditimbang harus sedikit, jika dimungkinkan lakukan maserasi

sederhana dengan memakai pelarut yang jumlahnya minimum (0,5 – 5

mL). Selanjutnya ekstraksi dapat dilakukan dalam tabung reaksi kecil.

Endapan yang tersisa dapat dihilangkan dengan beberapa cara, antara

lain dengan pemusingan (sentrifugasi) atau dengan penyaringan

melalui corong yang telah diberi kertas saring atau kapas (Stahl,

1973).

Zat indikatif (senyawa pembanding) dapat dipilih di antara

konstituen tanaman obat, tanpa memandang apakah zat ini merupakan

zat aktif atau zat lain yang terdapat dalam tanaman. Syaratnya adalah

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

38

karakteristik untuk tanaman obat yang diteliti mudah untuk

ditunjukkan (Agoes, 2007).

f. Pengembangan kromatogram

Kromatogram biasanya dikembangkan dengan teknik naik linier

dengan menggunakan bejana pengembang gelas atau logam. Pada

bejana itu diberi kertas saring dan fase gerak sampai kedalaman 0,5

cm. Agar pemisahannya baik, jarak antara permukaan fase gerak dan

garis batas harus sama (1 – 2 cm). Harga Rf sering tidak sama karena

perbedaan kejenuhan (Sudjadi, 1988).

g. Penetapan kadar secara KLT-Densitometri

KLT dapat digunakan untuk penetapan kuantitatif dengan cara

mengukur besar dan intensitas pada bercak. Alat untuk mengukur

besar dan intensitas bercak secara langsung pada lempeng KLT adalah

densitometer, yang terdiri dari alat mekanik yang menggerakkan

lempeng atau alat pengukur sepanjang sumbu x dan y, perekam,

integrator atau komputer yang sesuai. Untuk zat yang memberikan

respon terhadap UV-vis, fotometer dengan sumber cahaya, digunakan

alat optik yang mampu menghasilkan cahaya monokromatis dan foto

sel dengan sensitivitas yang sesuai untuk mengukur pantulan. Pada

pengukuran fluoresensi, diperlukan filter yang sesuai untuk mencegah

cahaya yang digunakan untuk eksitasi mencapai fotosel dengan

membiarkan emisi yang spesifik dapat lewat. Rentang linearitas dari

alat pencacah harus diverifikasi. Jika perlu dilakukan penotolan pada

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

39

lempeng tidak kurang dari 3 larutan baku dari zat yang ditetapkan,

dengan kadar di antara perkiraan zat dalam larutan uji (misal: 80%,

100%, 120%). Jika perlu dilakukan derivatisasi dengan pereaksi dan

rekam pantulan atau fluoresensi pada kromatogram. Gunakan hasil

pengukuran untuk perhitungan jumlah zat dalam larutan uji (Anonim,

2008).

h. Metode Identifikasi (Deteksi)

Menurut Sudjadi (1988), untuk melihat senyawa tak berwarna

pada lempeng, biasanya digunakan metode sebagai berikut:

1) Melihat kromatogram di bawah sinar ultraviolet (254 nm

atau 366 nm)

a) Pada lapisan berfluoresensi, misalnya silika gel GF254,

bercak muncul sebagai noda hitam.

b) Untuk senyawa berfluoresensi, digunakan lapisan biasa,

bercak terlihat berfluoresensi.

2) Menyemprot dengan pereaksi yang menghasilkan warna dan

atau berfluoresensi.

i. Anisaldehida-Asam Sulfat

Anisaldehida-asam sulfat adalah nama lain atau singkatan dari

pereaksi anisaldehida yang dilarutkan dalam larutan asam sulfat.

Anisaldehida juga dapat dibuat dalam larutan lain seperti dalam asam

asetat. Anisaldehida (4-Methoxybenzaldehyde, C8H8O2) merupakan

senyawa berbentuk cair dalam suhu ruang, tidak berwarna (colourless)

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

40

sampai berwarna kuning, larut baik dalam air dan bercampur dengan

etanol (World Health Organization, 2006). Cara pembuatan

anisaldehida-asam sulfat adalah dengan mencampurkan 0,5 mL

anisaldehida dengan 10 mL asam asetat glasial. Kemudian

ditambahkan 85 mL metanol dan 5 mL asam sulfat P. Lalu dilakukan

pemanasan pada suhu 100°C selama 5 – 10 menit (Wagner & Bladt,

1996). Cara lainnya adalah dengan memanaskan pada suhu 100-110°C

selama 10 menit. Deteksi dilakukan di bawah sinar tampak (Stahl,

1973).

Pengamatan profil KLT dilakukan pada saat sebelum dan

setelah plat KLT disemprot dengan pereaksi anisaldehida-asam sulfat.

Anisaldehida-asam sulfat merupakan reagen umum yang digunakan

untuk produk-produk alam, diantaranya antioksidan, steroid

prostaglandin, karbohidrat, fenol, glikosida, sapogenin, terpenoid,

antibiotik dan mikotoksin (Fried & Sherma, 1999), flavonoid,

terpenoid, saponin (D’Amelio, 1999), steroid glikosida, terpenoid

glikosida (Wagner & Bladt, 1996), dan senyawa yang umum dan

spesifik yang secara spesifik telah diteliti seperti alilestrenol (Trivedi

dkk., 2007), partenolida (Tampubolon dkk., 2005), aestin (senyawa

resin), borneol, santonin, kanabinoid, dan masih banyak lainnya

(European Pharmacopoeia Commision, 2004).

Pereaksi penampak bercak untuk senyawa yang sudah dielusi

diperlukan untuk mengenali golongan senyawa tertentu. Pada cahaya

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

41

tampak, karbohidrat akan menghasilkan warna merah (Agrawal dkk.,

2012) saponin akan menghasilkan warna biru, biru violet

(Hostettmann & Marston, 1995), dan kuning (Fried & Sherma, 1996).

Alkaloid opium/ alkaloid akan menghasilkan warna merah violet dan

hijau (Svendsen, 1983). Steroid akan menghasilkan warna jingga

(Gorog, 1983). Steroid dan glikosidanya akan memberikan warna

biru, biru violet, atau merah muda (Kumar dkk., 2010), glikosida

flavonoid berwarna merah sampai merah jingga, glikosida iridoid,

terpenoid alkohol, terpenoid aldehida, terpenoid keton dan ester akan

berwarna biru violet, furano sesquiterpen akan berwarna violet.

Komponen minyak esensial/ minyak atsiri akan berwarna biru, hijau,

merah hingga cokelat dengan baik, Sedangkan pada UV 366, iridoid

glikosida akan berfluoresensi hijau. Furanoid akan berfluoresensi biru

violet dan terpenoid alkohol akan berfluoresensi cokelat-merah

(Wagner & Bladt, 1996).

j. Folin-Ciocalteu

Metode yang saat ini dikembangkan untuk mendeteksi senyawa

fenol berasal dari sekitar 100 tahun yang lalu yang diinisiasi oleh Folin

dan Denis (1912), yang melakukan penelitian dengan membuat metode

kolorimetri untuk mendeteksi asam amino tirosin. Kemudian reagen

Folin-Denis ini disempurnakan pada tahun 1927 oleh Folin dan

Ciocalteu. Reagen ini tidak hanya dapat mendeteksi tirosin dan

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

42

triptopan, melainkan juga dapat mendeteksi senyawa fenolik dari

berbagai sumber secara luas (Vermerris & Nicholson, 2008).

Folin-Ciocalteu digunakan untuk mendeteksi adanya fenol total.

Pengujian ini didasarkan pada proses oksidasi senyawa fenolik yang

diamati dengan timbulnya gugus kromofor akibat dari tereduksinya

reagen. Adanya beberapa senyawa reduktor seperti asam askorbat,

asam amino, xantin, protein, dan lainnya dapat mengganggu pengujian

(Makkar, 2003).

Reaksi folin dengan protein pada penelitian menunjukkan

timbulnya bercak berwarna biru (Rastogi, 2005). Reaksi folin dengan

agen pereduksi seperti protein dan senyawa fenol juga dapat

memberikan warna biru pada plat (Spangenberg dkk., 2011). Folin-

Ciocalteu (10%) juga digunakan untuk mendeteksi senyawa polifenol

(Voeks & Rashford, 2013), bercak fenol yang terjadi akan berwarna

biru, namun dapat menjadi keabuan saat diberikan senyawa amoniak

(Dey & Harborne, 1989), khususnya pada senyawa fenol yang

memiliki inti katekol dan hidroquinon (Harborne, 1998).

k. Senyawa Fenol

Istilah senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang

memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih

hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena

umumnya mereka sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida,

dan biasanya terdapat dalam vakuola sel.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69942/potongan/S1... · Selain itu biji mahoni memiliki efek antibakteri (Haryanti, 2002 ... dan cara

43

Flavonoid merupakan golongan yang terbesar, diikuti fenol

monosiklik sederhana seperti fenilpropanoid dan kuinon fenolik.

Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti

lignin, melanin, dan tanin juga merupakan senyawa polifenol.

Kadang-kadang satuan fenolik juga dijumpai pada protein, alkaloid,

dan terpenoid (Harborne, 1973).

F. Keterangan Empiris yang Diharapkan

1. Deskripsi mengenai simplisia biji mahoni dan gambaran mikroskopis awal

dari sayatan melintang biji dan sayap biji dari tanaman mahoni.

2. Besaran nilai parameter mutu serta profil KLT dari ekstrak etanolik biji

mahoni Kabupaten Ponorogo.