bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.ums.ac.id/31995/2/bab i.pdfbadan usaha berupa...

20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian Indonesia dewasa ini, menunjukan kecenderungan sektor swasta semakin menonjol. Terlebih lagi dengan adanya serangkaian deregulasi ekonomi, peran swasta yang kebanyakan memilih badan usaha berupa Perseroan Terbatas (PT) menjadi semakin dominan jika dibandingkan dengan bentuk usaha lainnya. 1 Kedudukan PT sebagai institusi adalah sebagai badan hukum, sehingga ia adalah subyek hukum, pelaku ekonomi, yang mempunyai beberapa nilai lebih dibandingkan dengan organisasi ekonomi yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PT mempunyai nilai lebih baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun aspek yuridisnya. Kedua aspek tersebut saling mengisi satu dengan lainnya. Aspek hukum memberikan rambu agar keseimbangan kepentingan semua pihak dapat diterapkan dengan baik dalam menjalankan kegiatan ekonomi. 2 PT sebagai institusi kegiatan ekonomi memiliki struktur organisasi yang dianggap memiliki kelebihan. Kelebihan tersebut terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Komisaris serta tanggung jawabnya terhadap pemegang saham dan pihak ketiga sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Keberadaan RUPS sebagai 1 Absori, 1998, Hukum Ekonomi Beberapa Aspek Pengembangan, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal. 37. 2 Ibid., hal. 38.

Upload: vuongxuyen

Post on 10-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian Indonesia dewasa ini, menunjukan

kecenderungan sektor swasta semakin menonjol. Terlebih lagi dengan adanya

serangkaian deregulasi ekonomi, peran swasta yang kebanyakan memilih

badan usaha berupa Perseroan Terbatas (PT) menjadi semakin dominan jika

dibandingkan dengan bentuk usaha lainnya.1

Kedudukan PT sebagai institusi adalah sebagai badan hukum, sehingga

ia adalah subyek hukum, pelaku ekonomi, yang mempunyai beberapa nilai

lebih dibandingkan dengan organisasi ekonomi yang lain. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa PT mempunyai nilai lebih baik ditinjau dari aspek

ekonomi maupun aspek yuridisnya. Kedua aspek tersebut saling mengisi satu

dengan lainnya. Aspek hukum memberikan rambu agar keseimbangan

kepentingan semua pihak dapat diterapkan dengan baik dalam menjalankan

kegiatan ekonomi.2

PT sebagai institusi kegiatan ekonomi memiliki struktur organisasi

yang dianggap memiliki kelebihan. Kelebihan tersebut terletak pada Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Komisaris serta tanggung

jawabnya terhadap pemegang saham dan pihak ketiga sebagaimana yang

diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Keberadaan RUPS sebagai

1Absori, 1998, Hukum Ekonomi Beberapa Aspek Pengembangan, Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta, hal. 37. 2 Ibid., hal. 38.

2

organ tertinggi yang mempunyai wewenang tertentu dan kewajiban direksi

untuk meminta persetujuan RUPS dalam melakukan tindakan tertentu dinilai

merupakan bentuk perlindungan yang memadai bagi pemegang saham dan

pihak kreditur.3

Pemilik modal sebagai pemegang saham dalam sebuah Perseroan

Terbatas sangat bervariatif seperti pemegang saham mayoritas atau pemegang

saham minoritas, pemegang saham mayoritas seringkali bergabung dalam

suatu kelompok kekuatan yang kadang-kadang membuat kedudukan para

pemegang saham dalam kelompok tersebut tidak berimbang. Terhadap

pemegang saham mayoritas pada prinsipnya perlindungan hukum kepadanya

cukup terjamin terutama melalui mekanisme RUPS yang jika diambil

keputusan secara musyawarah, maka akan dipastikan kelompok pemilik

saham mayoritas cenderung mempengaruhi keputusan RUPS.4

Dalam mekanisme pengambilan keputusan di perusahaan dapat

dipastikan pemegang saham minoritas ini akan selalu kalah dibanding

pemegang saham mayoritas, sebab pola pengambilan keputusan didasarkan

atas besarnya prosentase saham yang dimiliki. Keadaan demikian akan

semakin parah, jika ternyata pemegang saham mayoritas menggunakan

peluang ini untuk mengendalikan perusahaan berdasarkan kepentingannya saja

3Ibid.

4Dippos Ekario, Perlindungan Hukum saham Minoritas Dalam Pembagian Dividen Berdasarkan

keputusan RUPS Dihubungkan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007Tentang Perseroan

Terbatas, Ripository Jurnal Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jum’at 16 Agustus 2013,

http://fh.unpad.ac.id/repo/2013/08/perlindungan-hukum-pemegang-saham-minoritas-dalam-

pembagian-dividen-berdasarkan-keputusan-rups-dihubungkan-dengan-uu-no-40-tahun-2007-

tentang-perseroan-terbatas/ di unduh 10 maret 2014, pukul 22:18.

3

dan tidak mengindahkan kepentingan pemegang saham minoritas.5 Benturan

kepentingan antara pemegang saham minoritas dan pemegang saham

mayoritas seringkali terjadi, tidak jarang Minority Shareholders hanya

dijadikan sebuah pelengkap dalam sebuah perusahaan.6 Untuk itu, agar

terpenuhinya unsur keadilan, diperlukan suatu keseimbangan sehingga pihak

pemegang saham minoritas tetap dapat menikmati haknya.

Pemberlakuan prinsip keadilan dalam perseroan terbuka mengharuskan

diberikan kekuasaan tertinggi kepada RUPS dimana suara terbanyak yang

akan menentukan arah kebijakan perusahaan, tetapi kepada pihak pemegang

saham minoritas seharusnya dijamin pula keadilan dengan memberikan

kepadanya hak-hak yang sesuai dengan asas Good Corporate Governance7.

Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik atau Good Corporate

Governance (GCG) pada dasarnya adalah mengelola perusahaan secara

amanah, akuntabel, transparan dan fair untuk mencapai tujuan tercapainya

nilai perusahaan jangka panjang seraya terlayaninya semua kepentingan pihak

yang berkepentingan dengan jalannya perusahaan (stakeholders). Introduksi

Good Corporate Governance secara formal oleh Organisatian for Economic

Coperation and Development (OECG) dan diterbitkannya pedoman Good

Corporate Governance oleh Komite Nasional Kebijakan Good Corporate

Governance merupakan sistematisasi dari praktek-praktek yang selama ini

5 Fiki Priyatna, Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Minoritas Perseroan Terbatas

Terbuka, Minggu, 13 Mei 2013, http://fikiwarobay.blogspot.com/2012/05/perlindungan-hukum-

terhadap-pemegang.html, di unduh 11 Maret 2013, pukul 00:18. 6 Ibid.

7 Ibid.

4

terbukti baik dalam mengelola perusahaan.8 Berdasarkan hal tersebut, maka

penerapan prinsip-prinsip Good corporate governance dalam pengelolaan

perusahaan dapat memberikan suatu rasa aman bagi para pihak dalam

perusahaan, karena dengan prinsip-prinsip tersebut perusahaan dapat berjalan

dengan baik. Sebaliknya, para pihak dalam suatu perusahaan tidak akan

mendapat kenyamanan dalam perusahaannya bila pengelolaan perusahaan

tidak dijalankan dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Oleh

karena itu, perlu diketahui bagaimana penerapan Good Corporate Governance

dalam pengelolaan perusahaan sehingga dapat melindungi kepentingan para

pihak. Khususnya kepentingan pemegang saham sebagai pihak yang dirugikan

bila terjadi benturan kepentingan.9

Dalam sambutan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik

Indonesia Dr. Boediono pada tahun 2006 tentang Pedoman Umum Good

Corporate Governance di Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional

Kebijakan Governance mengatakan GCG adalah salah satu pilar dalam sistem

ekonomi pasar. Ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap

perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha disuatu

negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan

iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu, diterapkannya GCG oleh

perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang

pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Sedangkan,

8Heriyansyah Putra, 2008, Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam Rangka

perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Dalam Benturan Kepentingan Transaksi

Tertentu Di Pasar Modal,”SKRIPSI”, Medan : Universitas Sumatera Utara Medan. 9 Ibid.

5

dalam sambutannya Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance Mas

Achmad Daniri mengatakan Penerapan GCG dapat dipandang dari dua sisi,

yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika (ethical driven) datang dari

kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktek bisnis

yang mengutamakan kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan

stakeholders, dan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat.

Disisi lain, dorongan dari peraturan (Regulatory Driven) “memaksa”

perusahaan untuk patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Kedua pendekatan ini memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-

masing dan seyogyanya saling melengkapi untuk menciptakan lingkungan

bisnis yang sehat.

Pelaksanaan GCG dianggap sebagai terapi yang paling manjur untuk

membangun kepercayaan antara pihak manajemen dan penanam modal dan

beserta krediturnya, sehingga pemasukan modal bisa terjadi kembali, yang

pada gilirannya dapat membantu proses pemulihan ekonomi di Indonesia.10

Latar belakang penerapan GCG secara umum dapat dilihat pada para pelaku

bisnis dengan berbagai macam jenis korporasi, mulai dari menjalankan tata

kelola perusahaannya secara terbuka, sistematis dan bertanggung jawab. Hal

ini didorong oleh kebutuhan pasar yang menuntut perusahaan publik

menjalankan sistem manajemennya secara baik, transparan dan auditable,

menyusul maraknya berbagai skandal sistem pelaporan keuangan perusahaan

10

Irsan Nasarudin dan Indra Surya, 2007, Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia, Jakarta:

Pranada Media, hal. 96.

6

global.11

Oleh karena itu perlindungan hukum terhadap pemegang saham

minoritas harus diperhatikan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan

prinsip GCG, serta memberikan hak dan porsi yang sesuai dengan aturan yang

berlaku guna terciptanya iklim perusahaan yang bersih.

Salah satu alasan mengapa pemegang saham minoritas harus

dilindungi adalah karena sifat putusan oleh mayoritas dalam RUPS yang tidak

selamanya fair bagi pemegang saham minoritas, meskipun cara pengambilan

cara pengambilan keputusan tersebut dianggap paling demokratis. Hal ini

disebabkan dengan sistem putusan mayoritas tersebut, bisa saja seorang yang

sudah membiayai perusahaan sampai 48% mempunyai kedudukan yang

hampir sama dalam memberikan suara dengan pemegang hanya 1% saham

dan akan sangat berbeda dengan pemegang saham 51%. Hal ini akan

menimbulkan ketidakadilan diantara pemegang saham. Oleh karena itu, untuk

menjaga agar terdapat keadilan bagi setiap pemegang saham, timbulah prinsip

yang disebut dengan “Kekuasaan Mayoritas dengan Perlindungan Minoritas.”

(Majority Rule Minority Protection).12

Perlindungan Hukum terhadap

pemegang saham minoritas dalam Perseroan Terbatas Terbuka, yang dimana

PT merupakan entitas bisnis yang penting dan banyak terdapat di dunia,

termasuk di Indonesia, merupakan badan hukum yang memiliki sifat dan ciri

kualitas yang berbeda dari bentuk usaha lain.13

Salah satu ciri yang

membedakan PT dengan badan usaha lainnya dapat dilihat dari doctrine of

11

Heriyansyah Putra, Op. Cit., hal. 24. 12

Munir Fuady, 2001, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 13

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008, Penerapan Good Corporate Governance:

Mengesampingkan Hak-hak Istemewa Demi Kelangsungan Usaha, Ed. 1, Cet. 2, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, hal. 1-2.

7

separate legal personality yang pada intinya adalah pemisahan kakayaan

antara pemilik atau pemodal (pemegang saham) dengan kekayaan badan

hukum itu sendiri.14

Kata “Perseroan” menunjuk modalnya yang terdiri dari

sero (saham), sedangkan kata “Terbatas” menunjuk pada tanggung jawab

pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang dimilikinya.15

Dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur tentang

RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) yaitu Organ perseroan yang mewakili

kepentingan seluruh pemegang saham dalam Perseroan Terbatas. RUPS

merupakan organ perseroan yang tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah

dan tujuan perseroan. RUPS memiliki segala wewenang yang tidak diberikan

kepada direksi dan komisaris perseroan. RUPS mempunyai hak untuk

memperoleh segala macam keterangan yang diperlukan yang berkaitan dengan

kepentingan dan jalannya perseroan. Kewenangan tersebut merupakan

kewenangan eksklusif yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain yang

telah ditetapkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

dan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.16

Dalam Pasal 15 ayat 2 dan 3 UU

No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas memuat aturan yang

menyatakan bahwa:

14

Ibid., hal. 2. 15

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999, Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas, cet. 1, ed. 1,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, bagian Pendahuluan. Bentuk hukum seperti Perseroan Terbatas

juga dikenal di negara-negara lain seperti di Malaysia disebut Sendirian Berhard (SDN BHD), di

Jepang disebut Kabushiki Kaisa, di Inggris disebut Registered Companies, di Belanda disebut

Naamloze Vennootschap (NV) dan di Perancis disebut Societes A Responsabilite Limited (SARL),

dalam: Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporae Governance,

Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, hal. 2. 16

Dippos Ekario, Loc. Cit.

8

(2) Selain ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)

anggaran dasar dapat juga memuat ketentuan lain yang tidak

bertentangan dengan undang-undang ini.

(3) Anggaran Dasar tidak boleh memuat:

a. Ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham; dan

b. ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau

pihak lain.

Dapat diketahui di atas dalam pembuatan Anggaran Dasar (AD)

Perseroan Terbatas harus melindungi semua pihak, khususnya pemilik saham

minoritas, akan tetapi belum mencerminkan perlindungan hukum terhadap

pemegang saham minoritas secara keseluruhan, hal inilah yang menyebabkan

tidak tercapainya keadilan sebagai suatu syarat terwujudnya prinsip Good

Corporate Governance. Kurangnya ketentuan hukum yang mengatur tentang

perlindungan pemegang saham minoritas dalam perseroan terbatas terbuka

terhadap sikap dan perilaku pemegang saham mayoritas, direksi dan komisaris

yang sewenang-wenang serta kurangnya modal pengetahuan dan ketrampilan

dan kemampuan untuk mengelola perusahaan menyebabkan pemegang saham

minoritas berada dalam posisi yang lemah dan otomatis hal tersebut

menyebabkan terdesaknya kepentingan pemegang saham minoritas.17

Perlindungan hukum terhadap Pemegang Saham Minoritas dalam suatu

perseroan menjadi sangat penting, maka dari itu perseroan yang dipimpin oleh

Direksi dan Komisaris harus menjunjung tinggi etika bisnis dan

menjadikannya sebagai budaya perusahaan yang pada akhirnya menjadi

budaya hukum dalam perseroan. Dengan demikian kemungkinan timbulnya

pertentangan antara Pemegang Saham Mayoritas dengan Pemegang Saham

Minoritas dapat dihindari. Dengan memperhatikan fakta yang ada, maka perlu

17

Fiki Priyatna, Loc. Cit.

9

adanya upaya perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas dikaitkan

dengan hak-hak pemegang saham berdasrkan prinsip Good Corporate

Governance.18

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP PEMEGANG SAHAM MINORITAS DALAM

PERSEROAN TERBATAS TERBUKA BERDASARKAN PRINSIP

GOOD CORPORATE GOVERNANCE” (Studi di PT. SRI REJEKI ISMAN.

Tbk).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa

permasalahan yang perlu dikemukakan. Adapun perumusan masalah yang

hendak dikemukakan penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan prinsip Good Corporate Governance di PT. Sri

Rejeki Isman. Tbk?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas

dalam Perseroan Terbatas Terbuka berdasarkan prinsip Good Corporate

Governance di PT Sri Rejeki Isman, Tbk?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti menentukan

tujuan penelitian sebagai berikut:

18

Antonius Fidy Setiady, 2009, Peranan Komisaris Independen Dalam Implementasi Good

Corporate Governance, SKRIPSI, Yogyakarta, hal. 8.

10

1. Untuk menjelaskan dan mempertegas perlindungan hukum pemegang

saham minoritas dalam Perseroan Terbatas Terbuka berdasarkan prinsip

Good Corporate Governance dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007.

2. Untuk mengetahui peranan Good Corporate Governance dalam

melindungi pemegang saham minoritas perseroan terbatas terbuka.

Berdasarkan permasalahan di atas, manfaat yang ingin dicapai dalam

penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang

bermanfaat mengenai Perlindungan Hukum Pemegang Saham

Minoritas dalam Perseroan Terbatas Terbuka berdasarkan prinsip

Good Corporate Governance.

b. Memberikan gambaran dari hasil penelitian mengenai penerapan

prinsip Good Corporate Governance dalam perseroan terbatas terbuka.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pengetahuan bagi penulis sendiri mengenai pokok

masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

b. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir

dinamis dan sistematis bagi penulis dalam membuat sebuah karya tulis.

D. Kerangka Pemikiran

Meninjau dari aspek yuridis yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas

adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

11

seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannnya.19

Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa, kata “Perseroan”

menunjuk modalnya yang terdiri dari sero (saham), sedangkan kata “Terbatas”

menunjuk pada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai

nominal saham yang dimilikinya.

Secara eksplisit tidak ada definisi tentang pemegang saham minoritas,

hal ini dikarenakan antara perusahaan yang satu dengan yang lain seringkali

berbeda prosentase antara pemegang saham minoritas dan mayoritasnya,

sehingga definisi minoritas tiap perusahaan pun berbeda-beda, akan tetapi

Pengertian pemegang saham minoritas dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal

79 ayat (2) Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

yaitu satu orang pemegang saham atau lebih yang bersama-sama mewakili

1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, atau suatu

jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar PT

yang bersangkutan.20

Di dalam Bab V Tentang Pedoman Umum GCG Indonesia

menyebutkan tentang prinsip dasar pemegang saham yaitu:

Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan

tanggungjawab atas perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan anggaran dasar perusahaan. Dalam melaksanakan hak dan

tanggung jawabnya, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

19

Pasal 1 Angka 1UU RI No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 20

Fiki Priyatna, Loc. Cit.

12

1. Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan

tanggungjawabnya harus memperhatikan juga kelangsungan hidup

perusahaan.

2. Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab

pemegang saham atas dasar asas kewajaran dan kesetaraan (fairness)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar

perusahaan.

Penerapan GCG memberikan keyakinan kepada pemegang saham

bahwa perusahaan dikelola secara baik dan benar agar dapat memberikan hasil

yang wajar dan bernilai tinggi sehingga memiliki daya saing dan daya tahan

yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

Dikeluarkannya Pedoman Umum GCG Indonesia oleh Komite

Nasional Kebijakan Governance dan diundangkannya UU No. 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas sedikit banyak telah memberikan jawaban tentang

adanya pengaturan atas perlindungan hukum serta terjaminnya kepastian

hukum bagi para pemegang saham dalam PT khususnya pemegang saham

minoritas, akan tetapi aplikasinya dalam praktek masih membutuhkan kajian

lebih lanjut. Agar pembaca lebih mudah memahami kerangka pemikiran

penulis, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan dibawah ini.

13

Perseroan Terbatas Terbuka

Pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

Pasal 1 ayat 22 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995

Pemegang Saham

Mayoritas

Bentuk Perlindungan Hukum

Sistem mayoritas

dalam mekanisme

RUPS

BAPEPAM

sebagai lembaga

pelaksana

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Minoritas

UUPM

Pasal 82 ayat

(2),48, 49, 85-89

UUPT

pasal 61 ayat (1), 62,

79 ayat (2), 97ayat (6),

114 ayat (6), 138 ayat

(3), 144 ayat (1)

Pedoman GCG

Prinsip GCG:

1. Transparasi

2. Akuntabilitas

3. Responsibilitas

4. Independensi

5. Kewajaran dan

kesetaraan

Penerapan

UUPT, UUPM

dan Prinsip

GCG dalam

melindungi hak-

hak pemegang

saham

minoritas?

Kepastian Hukum

Tujuan:

Mendorong tercapainya kesinambungan

perusahaan,fungsi organ,nilai moral

yang tinngi terhadap peraturan

perundang undangan, kesadaran dan

tanggung jawab,meningkatkan

kepercayaan, pertumbuhan ekonomi dan

arus investasi

14

E. Metode Penelitian

Penelitian ini mengenai “Perlidungan Hukum terhadap Pemegang

Saham Minoritas dalam Perseroan Terbatas Terbuka Berdasarkan

Prinsip Good Corporate Governance (Studi di PT. Sri Rejeki Isman.

Tbk)”. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder.21

2. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis

normatif, mengingat obyek dari penelitian ini selain norma-norma hukum

yang mengatur tentang P.T. Khususnya ketentuan tentang perlindungan

hukum terhadap pemegang saham minoritas juga menggunakan pedoman

umum GCG Indonesia oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, yang

merupakan pedoman untuk melindungi semua pihak yang teribat dalam

P.T. khususnya pemegang saham minoritas.

3. Jenis Penelitian

a. Penelitian Inventarisasi Hukum Positif

Penulis memilih penelitian jenis ini karena merupakan kegiatan

pendahuluan yang sangat mendasar. Sebelum menemukan norma

21

Khudzaifah Dimyati, 2012, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

15

hukum in-concreto haruslah diketahui dahulu hukum positif yang

berlaku.22

Tahapan penulis dalam melakukan inventarisasi hukum

positif yaitu:

1) Melakukan identifikasi perundang-undangan dan peraturan-

peraturan tertulis yang berhubungan dengan perseroan terbatas,

GCG dan perlindungan hukum pemegang saham, khususnya disini

pemegang saham minoritas.

2) Mengumpulkan dan menyeleksi berbagai perundang-undangan dan

peraturan-peraturan tertulis yang sudah di identifikasi.

3) Melakukan klasifikasi terhadap berbagai perundang-undangan dan

peraturan-peraturan tertulis yang berhubungan dengan

perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam

perseroan terbatas terbuka dan prinsip GCG.

b. Penelitian Hukum Klinis

Yaitu penelitian untuk menemukan hukum in-concreto. Dalam

penelitian hukum ini, norma hukum in-abstracto dipergunakan sebagai

premise mayor, sedangkan fakta-fakta yang relevan dalam perkara

(legal facts) dipergunakan sebagai premise minor. Melalui proses

silogisme akan diperoleh hukum positif in-concreto.23

4. Jenis dan Sumber Data

22

Ibid., hal. 120-121. 23

Ibid., hal 125.

16

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yang mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan

hukum tersier.24

a. Bahan-bahan hukum primer yang dipergunakan adalah:

1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

2) Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

3) Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

4) Peraturan Pemerintah yang berhubungan dengan Perseroan

Terbatas.

5) Pedoman Umum GCG Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite

Nasional Kebijakan Governance.

6) Anggaran Dasar Perseroan Terbatas yang kaitannya dengan

pemegang saham minoritas.

b. Bahan hukum sekunder yang terdiri dari:

1) Hasil-hasil Penelitian tentang perseroan terbatas yang hubungannya

dengan perlindungan hukum pemegang saham minoritas.

2) Desertasi yang ada hubungannya dengan perlindungan

hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam perseroan

terbatas.

3) Kepustakaan yang ada hubungannya dengan prinsip-prinsip GCG

dalam penerapan perlindungan hukum terhadap pemegang saham

minoritas.

24

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia

Indonesia, hal. 11-12.

17

4) Makalah yang ada hubungannya dengan perlindungan

hukum Pemegang saham minoritas, perseroan terbatas dan prinsip

GCG.

c. Bahan hukum tersier terdiri dari:

Adalah bahan hukum yang mendukung hukum primer dan bahan

hukum sekunder, diantaranya berupa bahan dari media internet dan

kamus.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang ditempuh dalam penelitian ini

adalah studi kepustakaan, yakni penelitian terhadap berbagai data sekunder

yang berkaitan dengan obyek penelitian.25

Studi dokumen ini dilakukan baik terhadap bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier yang berkaitan

dengan perseroan terbatas khususnya tentang perlindungan hukum

pemegang saham minoritas serta aturan mengenai Good Corporate

Governance.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap yang dilakukan setelah data

terkumpul, ini merupakan hal yang penting agar data yang sudah

terkumpul dengan cara yang benar dapat menghasilkan jawaban dari

permasalahan. Analisis data ini meliputi kegiatan mengatur, mengurutkan,

25

Ibid., hal. 52.

18

memberi kode dan mengklarifikasi data. Adapun model analisis yang

penulis gunakan dalam penelitian Perlindungan Hukum Terhadap

Pemegang Saham Minoritas dalam Perseroan Terbatas Terbuka

Berdasarkan Prinsip Good Corporate Governance (studi di PT. Sri Rejeki

Isman. Tbk) adalah:

a. Merumuskan asas-asas hukum, dalam hal ini yaitu asas GCG menurut

Komite Nasional Kebijakan Governance:

1. Transparansi (Transparency)

2. Akuntabilitas (Accountability)

3. Responsibilitas (Responsibility)

4. Independensi (Independency)

5. Kewajaran dan kesetaraan (Fairness)

b. Merumuskan pengertian-pengertian hukum,yaitu:

1. Pengertian Perseroan Terbatas Terbuka,

2. Pengertian Tentang Pemegang saham minoritas,

3. Pengertian tentang perlindungan hukum terhadap pemegang

saham minoritas dan;

4. Pengertian tentang prinsip Good Corporate Governance, baik

berdasarkan UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

maupun dari Undang-undang lain yang berkaitan dengan judul

penelitian ini.

19

c. Pembentukan standar-standar hukum, dalam hal ini penulis merujuk

pada pedoman pelaksanaan Good Corporate Governance yang

dikeluarkan oleh komite Nasional kebijakan governance tahun 2006.

d. Perumusan kaidah-kaidah hukum, yaitu merumuskan tentang

pelaksananaan Good corporate Governance yang meliputi tentang

perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas, tentang

tanggung jawab pemegang saham, tentang pedoman perilaku

perusahaan dalam melindungi organ perusahaan khusunya pemegang

saham minoritas berdasarkan prinsip GCG dan UU No. 40 Tahun 2007

tentang perseroan terbatas di PT. Sri Rejeki Isman (SRITEX). Tbk.

F. Sistematika Skripsi

Untuk lebih mempermudah dalam melakukan pembahasan, analisis,

serta penjabaran isi dari penelitian ini, maka penulis menyusun sistimatika

dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

Bab I adalah Pendahuluan berisikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka penelitian,

metode penelitian yang kemudian diakhiri dengan sistematika skripsi.

Bab II adalah Tinjauan Pustaka, dalam bab ini penulis menguraikan

tinjauan umum tentang Perseroan Terbatas, Organ Perseroan Terbatas,

Perseroan Terbatas Terbuka (PT. Tbk), tinjauan tentang pemegang saham

minoritas, tinjauan tentang perlindungan hukum pemegang saham minoritas,

20

tinjauan tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate

governance).

Bab III adalah tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan menguraikan

hasil penelitian yaitu, mengenai Perseroan Terbatas Terbuka yaitu PT. Sri

Rejeki Isman, Tbk, pemegang saham minoritas dalam PT. Sri Rejeki Isman,

Tbk, perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam PT. Sri

Rejeki Isman, Tbk, dan penerapan Good Corporate Governance (tata kelola

perusahaan yang baik) di PT. Sri Rejeki Isman, Tbk menurut pedoman

pelaksanaan GCG dan peraturan perundang-undangan.

Bab IV adalah Penutup, berisikan simpulan yang diambil berdasarkan

hasil penelitian dan saran sebagai tindak lanjut dari simpulan tersebut.