bab i pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsgd.ac.id/17365/4/4_bab i.pdf · perekonomian...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian Indonesia telah berkembang selama beberapa dekade
terhitung sejak negeri ini terbebas dari belenggu penjajahan negara kolonialisme.
Perkembangan sosial politik dan ekonomi di Indonesia di penghujung abad kedua
puluh tengah mengalami perkembangan positif. Hal ini ditandai dengan
munculnya berbagai fenomena. Salah satu fenomena itu adalah diperkenalkannya
operasional ekonomi syariah yang kemudian kita sebut ekonomi rakyat. Suatu
gerakan ekonomi yang sangat berpihak kepada rakyat banyak. Dalam hal ini,
rakyat banyak adalah umat Islam.1
Ekonomi syariah adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang
perorang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak
berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan
tidak komersial menurut prinsip syariah.2 Ekonomi syariah merupakan ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat,
yang diilhami nilai-nilai Islam.3
Ekonomi syariah muncul dan berkembang di Indonesia bersamaan dengan
upaya pembentukan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada pertengahan tahun
1990-an. Upaya tersebut dimotori oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
1 Juhaya S. Praja, BMT Bank Islam, (Bandung: Adzkia Agung Pratama, 2006), hlm. 21.
2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (K.H.E.S), (Bandung: Fokus Media), hlm. 8.
3 Muhammad abdul Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, terj. dari Islamic
Ecoomic: Theory and Practice oleh Potan Arif Harahap ( Jakarta: Intermasa, 1992), hlm. 19.
2
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), yaitu dengan dibentuknya Bank
Muamalat Indonesia (BMI) di Jakarta.4 Hingga saat itu hingga kini telah banyak
bermunculan lembaga-lembaga keuangan yang mendeklarasikan diri sebagai
lembaga yang menerapkan prinsip syariah dalam operasionalnya, beberapa
diantaranya adalah Bank Muamalat, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank BTN
Syariah dan Bank Panin Syariah, disusul dengan berdirinya Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi dalam ruang lingkup yang lebih kecil.
Hadirnya sistem ekonomi syariah sebagai sistem perekonomian yang
berlandaskan pada sumber-sumber hukum Islam telah menunjukkan eksistensi
Islam sebagai agama yang tidak hanya mengatur praktik ritual peribadatan namun
juga mengatur berbagai ketentuan lain. Ketentuan Allah SWT tersebut merupakan
suatu sistem hidup yang lengkap dan komprehensif. Islam tidak hanya mengatur
hubungan dan interaksi antara manusia dengan Allah (hablum minallah) yang
terlihat melalui ibadah ritual seperti anggapan banyak orang saat ini, namun juga
mengatur hubungan antar-dan interaksi sesama manusia (hablum minannas), serta
hubungan dan interaksi antara manusia dengan makhluk lain termasuk dengan
alam dan lingkungan melalui aturan muamalah, dan dengan dirinya sendiri. Islam
tidak memisahkan ekonomi dengan agama, politik dengan agama ataupun urusan
dunia lainnya dengan agama.5
Sistem keuangan syariah bukan hanya berbicara mengenai larangan riba
yang juga telah dilarang pada agama samawi seperti di agama Yahudi dan
4 Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Syariah (Bandung: Pustaka Mulia dan
Fakulta Syariah IAIN SGD Bandung, 2000), hlm. 25. 5 Sri Nurhayati Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2015),
hlm. 13.
3
Kristen. Sistem ini juga mengatur mengenai larangan tindakan penipuan,
pelarangan tindakan spekulasi, larangan suap, larangan transaksi yang melibatkan
barang haram, larangan menimbun barang (ihtikar), dan larangan monopoli.6
Menurut Hasanuz Zaman, yang dimaksud dengan ekonomi Islam adalah
“Islamic economics is the knowledge and applications and rules of the shari’ah
that prevent injustice in the requisition and disposal of material resources in
order to provide satisfaction to human being and enable them to perform they
obligation to Allah and the society” (Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan
penerapan hukum syariah untuk mencegah terjadinya ketidakadilan atas
pemanfaatan dan pengembangan sumber-sumber material dengan tujuan untuk
memberikan kepuasan manusia dan melakukannya sebagai kewajiban kepada
Allah SWT dan masyarakatnya).7 Dengan demikian ekonomi Islam adalah
mengenai seberapa tepatnya suatu entitas atau manusia dalam memanfaatkan
sumber daya alam yang melimpah di bumi agar tercipta distribusi kekayaan dan
keadilan yang merata bagi seluruh masyarakat dengan konsep dan metode yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Implementasi ekonomi syariah dalam perkembangannya tidak akan
terlepas dari peran perbankan dalam menjembatani kebutuhan modal para pelaku
usaha yang tidak memiliki akses yang baik dengan para investor. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, perbankan syariah
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha
6 Ibid, hlm.69.
7 Ibid, hlm. 5.
4
syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.8 Ciri khas perbankan syariah terletak pada
adanya aturan-aturan syariah yang diambil dari Al Qur’an, Hadits dan Ijma.
Perbankan untuk dapat menghidupi usahanya membutuhkan dana yang
cukup besar. Oleh karena itu, perbankan senantiasa dihadapkan pada
permasalahan mengenai bagaimana memperoleh, menggunakan dan
mengembalikan dana yang diperoleh tersebut dengan suatu tingkat pengembalian
yang dapat memuaskan pemilik dana disamping juga meningkatkan perolehan
laba bersih perbankan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan
menarik dana pihak ketiga lewat skema bagi hasil dengan proporsi nisbah yang
menarik, kemudian dengan dana tersebut memberikan pembiayaan kepada
nasabah atau sektor investasi yang memiliki porse nisbah yang lebih tinggi.
Keuntungan yang diterima bank syariah bergantung pada tingkat spread
based, artinya besar persentase bagi hasil yang diaplikasikan dalam produk
pembiayaan harus lebih tinggi dibanding dengan besar persentase bagi hasil yang
diaplikasikan dalam produk penghimpunan dana, selisih antara bagi hasil di
pembiayaan dan penghimpunan dana ini akan berpengaruh pada kemampuan bank
memperoleh positif spread sehingga bank dapat memperoleh keuntungan atau
laba.
Secara teoritis laba merupakan kompensasi atas risiko yang ditanggung
perusahaan.9 Laba merupakan kelebihan total pendapatan dibandingkan total
bebannya. Jumlah laba adalah laba bersih tahun berjalan dikurangi pajak
8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
9 Prathama Rahardja Dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi
Dan Makroekonomi Edisi Ketiga) (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2008) hlm. 133.
5
penghasilan.10
Laba atau laba bersih merupakan laba operasi dikurangi pajak,
biaya bunga, biaya riset dan pengembangan. Laba bersih disajikan dalam laporan
laba rugi dengan menyandingkan antara pendapatan dengan biaya. Dalam proses
menghasilkan keuntungan atau laba bersih, perbankan harus memperhatikan
indikator atau komponen yang akan mempengaruhi perolehan laba. Komponen
laba adalah pendapatan dan biaya (beban).11
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian pendapatan
adalah hasil kerja (usaha dan sebagainya) dari pendapatan secara umum. Secara
umum bank memperoleh pendapatan melalui dua pos yaitu, pendapatan
operasional dan pendapatan non operasional. Pendapatan operasional adalah
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pokok bank seperti pendapatan bunga,
provisi, komisi dan fee, dan pendapatan valuta asing. Pendapatan non operasional
diperoleh dari kegiatan-kegiatan lain yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan
pokok bank. Dengan adanya pendapatan non operasional pada bank syariah
diharapkan sedikit banyak berkontribusi untuk meningkatkan laba. Dengan
penambahan pendapatan non operasional ini diharapkan akan lebih memperlancar
kegiatan yang dilakukan oleh bank syariah.12
Pendapatan operasional adalah distribusi bagi hasil untuk investor dana
investasi tidak terikat, pos ini merupakan selisih antara pendapatan operasional
dengan bagi hasil untuk investor dana investasi tidak terikat.13
Pendapatan
10
Ibid, hlm. 133. 11
Hery, Akuntansi Dan Rahasia Di Baliknya Untuk Para Manajer Non-Akuntansi,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012) hlm. 20. 12
M. Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank : Konvensional dan Syariah. (Malang :
UIN-Malang Press, 2008) hlm. 67. 13
Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal dan Ferry N. Idroes, BANK AND FINANCIAL
INSTITUTION MANAGEMENT Conventional and Syar’I System (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007) hlm. 658.
6
operasional yang diperoleh bank tidak sepenuhnya menjadi hak bank, namun bank
memiliki kewajiban untuk memberikan bagi hasil kepada para nasabah yang telah
menyimpan dananya di bank tersebut. Pendapatan operasional setelah distribusi
bagi hasil adalah seluruh akumulasi pendapatan baik dari penyaluran dana
maupun di luar penyaluran dana dikurangi dengan jumlah kewajiban bagi hasil
yang harus dibayarkan kepada pemilik dana (investor).
Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, bank tidak akan terlepas
dari sejumlah pengeluaran yang harus dikeluarkannya. Pengeluaran tersebut
dibutuhkan untuk menutupi biaya-biaya yang timbul. Biaya yang dikeluarkan
untuk menunjang kegiatan operasional bank syariah terdiri dari dua pos biaya,
yaitu biaya operasional dan biaya non operasional. Biaya operasional adalah
pengelolaan kegiatan dan usaha bank baik langsung maupun tidak langsung.14
Biaya operasional juga merupakan beban-beban yang dikeluarkan terkait dengan
aktivitas bank dan biaya non operasional adalah biaya yang berasal dari aktivitas
non operasional yang transaksinya tidak rutin.15
Biaya atau beban operasional terdiri dari beberapa hal, seperti beban bonus
titipan wadi’ah, beban administrasi dan umum, beban personalia, beban promosi,
beban penyisihan penghapusan aktiva, beban transaksi valas, dan beban lain-lain.
Khusus untuk beban lain-lain atau beban lainnya merupakan beban yang timbul di
perusahaan namun tidak ada kaitannya secara langsung dengan kegiatan utama
perusahaan, beban ini muncul akibat dari aktifitas penunjang yang timbul di
perusahaan.
14
Frianto Pandia, Manajemen Dan Kesehatan Bank. (Jakarta: Rineka, Cipta, 2012), hlm.
20. 15
Ismail, Akuntansi Bank Teori Dan Aplikasi Dalam Rupiah Edisi Pertama, (Jakarta:
Kencana Perdana Media Group, 2010) hlm. 20.
7
Mengacu pada kajian teoritis, pendapatan operasional yang tinggi akan
berbanding lurus dengan laba perusahaan, sedangkan beban operasional yang
tinggi akan berbanding terbalik dengan laba perusahaan. Hal tersebut didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Juki bahwa tingginya biaya operasi akan
membuat peningkatan laba turun, begitu juga jika nilai biaya operasi rendah
peningkatan laba akan naik.16
Dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya ini
akan mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan.17
Penelitian ini juga
didukung dengan teori Muhammad yang menjelaskan bahwa: tingkat keuntungan
bersih (net income) yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
dapat dikendalikan (controllable factors). Controllable Factors adalah faktor-
faktor yang dipengaruhi oleh manajemen seperti segmentasi bisnis, pengendalian
pendapatan (tingkat bagi hasil, keuntungan atas transaksi jual beli, pendapatan fee
atas layanan yang diberikan, dan pengendalian biaya-biaya).18
Dalam kaitannya
dengan penelitian ini adalah pengendalian atas pendapatan bagi hasil dan biaya-
biaya.
Begitu pula dengan PT. Bank Muamalat Indonesia, dalam kegiatan
operasionalnya Bank Muamalat ini memiliki keuntungan dan kerugian yang
diantaranya adalah pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil dan beban
operasional lainnya. Kinerja PT. Bank Muamalat Indonesia ini dapat dilihat dari
jumlah pertumbuhan laba tahun berjalan setelah pajak bersih atau laba bersih,
dimana laba tersebut dipengaruhi oleh berbagai pendapatan dan juga beban yang
dihasilkan dari kegiatan operasional maupun non operasional perbankan.
16
Umar Juki, skripsi: Pengaruh Biaya Operasional terhadap Profitabilitas pada PT.
Kereta Api Indonesia (Persero), 2008. 17
Kuswadi, Analisis keekonomian Proyek. (Yogyakarta: PT. Andi, 2007), hlm. 78. 18
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN.2011),
hlm.281.
8
Penelitian ini fokus pada pembahasan mengenai pendapatan operasional
setelah distribusi bagi hasil, beban operasional lainnya dan laba tahun berjalan
setelah pajak bersih. Adapun informasi yang menunjukkan data-data tersebut
adalah sebagai berikut :
TABEL1.1
Pendapatan Operasional Setelah Distribusi Bagi Hasil, Beban Operasional Lainnya,
dan Laba Tahun Berjalan Setelah Pajak Bersih pada PT. Bank Muamalat Indonesia
Periode 2014-2016 (Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun Triwulan Pendapatan
Operasional
Setelah
Distribusi Bagi
Hasil
Beban Operasional
Lainnya
Laba Tahun
Berjalan
Setelah Pajak
Bersih
2014
I 696.888 493.407 145.898
II 1258.438
1189.569
214.040
III 1476.116
1854.824
41.712
IV 1862.625
2217.751
58.917
2015
I 606.912
1917.789
65.593
II 1122.151
1127.282
106.540
III 1627.431
1669.402
113.961
IV 2095.466
2264.724
74.492
2016
I 440.225
653.891
25.209
II 866.319
1593.549
30.514
III 1219.906
1430.348
37.954
IV 1498.723
1756.128
80.511
9
Sumber : Laporan Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Periode Triwulan 2014-
2016www.bi.go.id, (Data diolah tahun 2017)
Ket. : = naik
= turun
Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa secara umum terjadi fluktuasi
nominal di setiap triwulan dalam satu tahun untuk masing-masing variabel.
Namun terjadi ketimpangan yang cukup signifikan antara jumlah pendapatan
operasional setelah bagi hasil dengan jumlah laba tahun berjalan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh besarnya beban operasional lainnya yang jumlahnya terkadang
tinggi. Fenomena tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut.
(Dalam Jutaan Rupiah)
Grafik 1.1
Perbandingan Jumlah Pendapatan Operasional Setelah Bagi Hasil, Beban
Operasional Lain-lain, dan Laba Tahun Berjalan pada PT. Bank Muamalat
Indonesia Periode 2014-2016
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Pendapatan Operasional
Setelah Distribusi Bagi
Hasil
Beban Operasional
Lainnya
Laba Tahun Berjalan
Setelah Pajak Bersih
10
Secara teori, pergerakan pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil
seharusnya searah dengan pergerakan jumlah laba, ketika pendapatan naik maka
laba pun ikut naik dan begitu pula sebaliknya. Sedangkan pergerakan jumlah
beban operasional lainnya seharusnya berbanding terbalik dengan pergerakan
laba. Dengan itu berarti terdapat ketidaksesuaian antara teori dan fakta, hal inilah
yang menjadi bahan penelitian agar dapat diketahui secara jelas apa faktor yang
menjadi penyebab hal tersebut terjadi.
Ketidaksesuaian fakta dengan teori terjadi pada triwulan III-IV tahun
2014. Pada triwulan III pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil yang
diperoleh sebesar Rp. 1.479.116.000.000, sedangkan pada triwulan IV sebesar Rp.
1.862.625.000.000, selisih kenaikan pendapatan operasional setelah distribusi bagi
hasil antara triwulan III dan IV adalah sebesar Rp. 383.509.000.000. Selanjutnya
pada triwulan III beban operasional lainnya yang dikeluarkan sebesar Rp.
1.854.824.000.000, sedangkan pada triwulan IV sebesar Rp. 2.217.751.000.000,
selisih kenaikan beban operasional lainnya antara triwulan III dan IV adalah Rp.
362.927.000.000. Selanjutnya pada triwulan III laba tahun berjalan setelah pajak
bersih yang diperoleh sebesar Rp. 41.712.000.000, sedangkan pada triwulan IV
sebesar Rp. 58.917.000.000, selisih kenaikan laba tahun berjalan setelah pajak
bersih triwulan I dan II adalah Rp. 17.205.000.000.
Ketidaksesuaian fakta dan teori juga terjadi pada triwulan IV 2014 dan
triwulan I 2015, triwulan II-III tahun 2015, triwulan I-II tahun 2016, dan triwulan
III-IV tahun 2016. Data tersebut menunjukkan beban operasional yang naik tidak
diikuti oleh laba yang turun, begitu pun pendapatan operasional yang turun tidak
diikuti oleh laba yang turun pula namun malah sebaliknya.
11
Berdasarkan penjelasan dari hasil pengamatan di atas, peneliti ingin
mengetahui apakah pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil dan beban
operasional lainnya menjadi faktor yang berpengaruh langsung terhadap laba
tahun berjalan. Untuk itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Pengaruh
Pendapatan Operasional Setelah Distribusi Bagi Hasil dan Beban Operasional
Lainnya Terhadap Laba Tahun Berjalan Setelah Pajak Bersih Pada PT. Bank
Muamalat Indonesia.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah
bahwa ada keterkaitan yang saling berhubungan antara ketiga variabel. Penelitian
ini membahas tentang sejauh mana pengaruh pendapatan operasional setelah
distribusi bagi hasil dan beban operasional lainnyaterhadap laba tahun berjalan
pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut.
1. Seberapa besar pengaruh pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil
terhadap laba tahun berjalan setelah pajak bersih pada PT. Bank Muamalat
Indonesia?
2. Seberapa besar pengaruh beban operasional lainnyaterhadap laba tahun
berjalan setelah pajak bersih pada PT. Bank Muamalat Indonesia?
3. Seberapa besar pengaruh pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil
dan beban operasional lainnyaterhadap laba tahun berjalan setelah pajak
bersih pada PT. Bank Muamalat Indonesia?
12
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka dapat ditemukan
beberapa tujuan penelitian yang akan disampaikan dari penelitian ini yakni
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendapatan operasional setelah
distribusi bagi hasil terhadap laba tahun berjalan setelah pajak bersih pada
PT. Bank Muamalat Indonesia;
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh beban operasional
lainnyaterhadap laba tahun berjalan setelah pajak bersih pada PT. Bank
Muamalat Indonesia;
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendapatan operasional setelah
distribusi bagi hasil dan beban operasional lainnya terhadap laba tahun
berjalan setelah pajak bersih pada PT. Bank Muamalat Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil berupa kontribusi positif
bagi pihak-pihak terkait sehingga dapat menumbuhkan manfaat. Adapun manfaat
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan referensi
bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam pengetahuan ilmu
perbankan syariah yang berkaitan dengan bagaimana bank memperoleh
pendapatan operasional yang maksimal dengan sistem bagi hasil, serta beban
operasional lainnya yang dikeluarkan dalam operasional sehari-hari. Serta
pengetahuan mengenai laba tahun berjalan setelah pajak bersih agar bank syariah
dapat menghasilkan keuntungan yang meningkat setiap tahunnya.
13
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi pihak PT. Bank Muamalat Indonesia penelitian ini dapat menjadi
sebuah masukan atau saran agar perusahaan dapat lebih memperhatikan
pendapatan operasionalnya dan jumlah distribusi bagi hasil kepada para
nasabah. Serta agar perusahaan dapat mencermati beban operasional
lainnya yang timbul sehingga tidak akan terlalu mempengaruhi tingkat
laba. Dengan maksimalnya laba yang diperoleh diharapkan akan
menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan mendorong naiknya
tingkat pertumbuhan ekonomi.
b. Bagi lingkungan akademisi diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah khazanah keilmuan dan pemahaman mengenai pendapatan
operasional setelah distribusi bagi hasil, beban operasional lainnya, dan
laba tahun berjalan setelah pajak bersih.
c. Bagi peneliti yang akan datang diharapkan bisa menjadi referensi atau
sumber informasi yang diharapkan dapat dikembangkan lagi sehingga
mampu menjawab hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan di atas.
d. Bagi peneliti sendiri hasil penelitian ini digunakan sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (S.E) pada jurusan Manajemen Keuangan Syariah Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung.
14