bab i pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16114/4/4_bab i.pdf ·...

28
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah Islam merupakan panggilan ataupun seruan yang berlandaskan kewajiban yang tidak ditentukan oleh struktur sosial, baik itu atasan maupun bawahan, melainkan bagi setiap manusia yang mengaku dirinya muslim. Kewajiban berdakwah juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing (subyek), artinya tidak setiap orang harus berdakwah melalui ceramah saja, melainkan dengan keahlian yang ia miliki. Dakwah pada dasarnya penyampaian ajaran islam kepada manusia, baik secara lisan maupun dalam bentuk sikap dan prilaku diarahkan agar timbul kesadaran dan mengamalkan setiap esensi ajaran islam. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an surat Ali-Imran ayat 104 menyatakan: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar mereka itulahlah orang-orang yang beruntung” (Departemen Agama RI: 93)

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah Islam merupakan panggilan ataupun seruan yang berlandaskan

kewajiban yang tidak ditentukan oleh struktur sosial, baik itu atasan maupun

bawahan, melainkan bagi setiap manusia yang mengaku dirinya muslim.

Kewajiban berdakwah juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan

keahliannya masing-masing (subyek), artinya tidak setiap orang harus berdakwah

melalui ceramah saja, melainkan dengan keahlian yang ia miliki.

Dakwah pada dasarnya penyampaian ajaran islam kepada manusia, baik

secara lisan maupun dalam bentuk sikap dan prilaku diarahkan agar timbul

kesadaran dan mengamalkan setiap esensi ajaran islam.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an surat Ali-Imran ayat

104 menyatakan:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar mereka itulahlah orang-orang yang beruntung” (Departemen Agama RI:

93)

2

Ayat tersebut menerangkan bahwa, setiap manusia diwajibkan untuk

menyeru kepada amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini merupakan salah satu

kewajiban setiap umat manusia dalam menyampaikan kebenaran. Selain itu,

dalam menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya melalui mimbar.

Akan tetapi, bisa dilakukan juga dengan kegiatan seni Islam yang memiliki inti

dari setiap apa yang disampaikan dari kesenian Islam tersebut.

Sejak awal perkembangan Islam, kesenian memiliki peran penting dalam

dakwah Islamiyah, terutama seni bahasa dan seni suara. Al-Qur'an telah memberi

isyarat tentang pentingnya seni didalam berdakwah. Allah menciptakan Al-Qur'an

dalam bahasa Arab yang Maha Balaghah, dan maknanya sehingga tidak dapat

ditiru oleh manusia. (Hasjmy, 1974:274)

Menurut Bakhial Khauli, “Dakwah adalah suatu proses menghidupkan

peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan

kepada keadaan lain”. (Munir, 2006:7)

Melihat sejarah, sesungguhnya upaya-upaya menyampaikan ajaran Islam

melalui media seni sudah memiliki umur yang relatif tua. Sunan Kalijaga dan

Sunan Bonang misalnya, adalah dua dari sekian banyak tokoh penyebar Islam

yang menjadikan musik sebagai media dakwah. Sunan Kalijaga abad XXI, yakni

Emha Ainun Nadjid, juga melakukan hal yang sama melalui musiklisasi

kelompok musik Kiai Kanjeng-nya. Ia sanggup mengubah gamelan yang bersal

dari tradisi Jawa tersebut menjadi sarana pengungkapan dan penyampaian pesan-

pesan dakwah kepada masyarakat. Musik Kiai Kanjeng dan puisi Ema Ainun

Nadjid tidak memfokuskan perhatiannya kepada musik dan puisi itu sendiri. Hal

3

ini karena musik dan puisi bukan pusat kehidupan manusia, melainkan fasilitas

estatika akal kebudayaan masyarakat. Musik dan puisi mempermudah

komunikasi, memperindah pergaulan, memperdalam cinta, mempercepat

keharuan. (Muhyiddin dan Safe’I, 2002:212)

Berbicara tentang dakwah, maka akan timbul pernyataan dakwah yang

kreatif dan juga inovatif. Maka, tidak ada salahnya jika membahas kesenian

sebagai alternatif lain dalam berdakwah, diantaranya lagu-lagu populer sebagai

hiburan atau kesenangan yang digandrungi di seluruh dunia, pria wanita, tua muda

sampai anak-anak. (Al-Qardawy, 2001:33). Ketika dakwah disampaikan melalui

jalur mimbar yang selama ini banyak dikenal oleh setiap orang, atau ceramah

melalui mimbar ini mulai terperosot atau kurangnya mad’u untuk ikut andil dalam

kegiatan tersebut, bahkan ada pula ketidaktertarikan masyarakat untuk

mendengarkannya. Salah satu yang menjadi alternatif dalam kajian berdakwah

yaitu dengan adanya atau dilakukannya berdakwah dengan seni. Dengan

melakukan kegiatan dakwah melalui jalur ini (kesenian) akan menjadi sangat

tidak tearasa nya mad’u untuk ikut andil dalam kegiatan tersebut. Karena, dengan

unsur kesenian itu hampir setiap masyarakat manikmatinya. Namun pada kajian

dakwah melalui unsur seni ini agar mampu membawa mad’u terhadap jalan yang

sesuai dengan syariat Islam.

Diantara cabang seni yang paling populer adalah seni musik, dimana seni

musik sedikit banyak berpengaruh dalam kehidupan manusia, baik itu pengaruh

positif maupun pengaruh negatif. Artinya seni musik bisa membuka mata hati

manusia untuk melakukan sesuatu hal yang baik, seperti ketika seseorang dalam

4

keadaan yang sulit, patah semangat, dan gelisah, musik dapat menghibur dan

membangkitkan semangat. Begitu juga sebaliknya, musik juga bisa membawa

kerusakan, seperti musik-musik yang biasa diputar di diskotik, dimana tempat itu

adalah tempat yang sering membawa manusia kepada maksiat.

Musik berfungsi untuk menentramkan pikiran dan beban kemanusiaan

(basyariyyah) dan memperbaiki tabiat manusia. Ia merupakan stimulan untuk

melihat rahasia ketuhanan (asrar rabbani) bagi sementara orang musik

merupakan godaan karena ketidaksempurnaan mereka. (Nasr, 1993:38). Seni

Islam juga berfungsi sebagai alat manifestasi atau penyemangat dalam

meningkatkan moralitas dan spiritualitas dalam kehidupan. Disamping itu seni

musik dapat berfungsi sebagai sarana atau alat untuk berdzikir, sebagai wujud

syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan kepada hamba-

hamba-Nya. Rasa syukur kepada Allah akan selalu terdorong dihati nurani,

bilamana ada suatu pendorong yang mampu untuk mengingatkannya. Maka seni

musik islami adalah salah satu jalan keluarnya, sebab seni musik Islami terdapat

berbagai pujian dan tasbih kepada Allah SWT.

Kesenian hadrah adalah salah satu kesenian yang mengandung unsur

musik Islami yang bermakna dakwah. Kesenian hadrah itu sendiri mengandung

seruan atau ajakan yang merupakan pesan dakwah melalui musik, karena kesenian

hadrah lebih mengutamakan konsep cinta dan kasih sayang sesama manusia.

Dalam buku Sidi Gazalba yang berjudul Islam Integrasi Ilmu dan Kebudayaan

(1976:173), menyatakan:

5

“Islam menyuruh manusia beragama untuk berbuat baik, menghargai

kesenian, menyuruh hidup bermasyarakat dan bertaqwa. Karena Islam

merupakan fitrah, dan seni adalah fitrah manusia, dengan sendirinya seni

musik dalam ajaran Ad-Dien. Kebudayaan adalah kehidupan, kehidupan

itu Tuhanlah yang memberikannya. Kesenian adalah cabang kebudayaan,

jadi bidang kehidupan. Karena itu fitrah kesenian juga berasal dari

Tuhan”.

Ciptaan seni banyak yang lahir dari rangsangan rasa agama. Dan rasa

agama yang menjelma menggerakkan rasa seni untuk mencipta. Kandungan isinya

sangat padat dan isinya menarik bagi pembacanya, apabila Al-Qur'an dibaca

dengan lagu tertentu dapat membuka hati seseorang, karena itu Nabi Muhammad

SAW menganjurkan membaca Al-Qur'an dengan suara yang indah. Melihat

perkembangan dakwah Islamiyah, banyak ditemukan cara berdakwah yang

menggunakan media syair lagu. Pada dasarnya media ini merupakan cara yang

praktis menghibur hati masyarakat. Begitu juga syair lagu dapat difungsikan

sebagai filter bagi masyarakat, yakni dengan memanfaatkan media syair lagu,

maka penyajian informasii keagamaan dapat disisipkan didalamnya.

Hal ini menjadikan kesenian hadrah mempunyai manfaat yang lebih besar

dibandingkan dengan tujuan semula yang hanya merupakan produk dari hasil

karya seni seseorang. Cara berdakwah yang di lakukan dengan menggunakan

media kesenian hadrah itu sendiri adalah pondok pesantren.

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikian nonformal

yang telah ada sejak lama, pengaruh dari adanya pesantren sangat terasa hingga

sekarang. Ini semua merupakan perjuangan dari para Waliullah yang berjuang

keras dan ikhlas untuk menyebarkan syari’at Islam. Banyak sekali lembaga

pesantren yang ada di Indonesia khususnya daerah Bandung, salah satunya yaitu

6

pondok pesantren Ad-Dawami yang merupakan sebuah lembaga yang membina

santrinya untuk ikut andil dalam menyebarkan ajaran Islam melalui kesenian

hadrah.

Berdasarkan dari hasil pengamatan lapangan yang sudah dilakukan,

fenomena yang terjadi di pondok pesantren Ad-Dawami dari adanya kesenian

hadrah menimblukan respon santri yang tidak semuanya positif, hal ini bisa di

lihat dari ketidaktertarikan sebagian santri terhadap kesenian hadrah itu sendiri,

seperti tidak tertariknya sabagian santri terhadap jenis musik seperti kesenian

hadrah ini. Yang dimana kesenian hadrah tersebut dijadikan sebgai salah satu

media yang memiliki hubungan erat dalam menyampaikan dakwah di pondok

pesantren Ad-Dawami. Peneliti menganggap bahwa fenomena diatas sebagai

kasus yang menarik untuk diteliti, karena di pondok pesantren Ad-Dawami

peneliti ingin mengkhususkan pada aspek respon santri tehadap kesenian hadrah

sebagai media dakwah yang ada di pondok pesantren. Sehingga besar harapan

penulis agar seluruh santri di Pondok Pesantren Ad-Dawami dapat menyebarkan

ajaran Islam melalui kesenian hadrah tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan keterangan latar belakang diatas, ada beberapa pokok

permasalahan yang penulis rumuskan dalam penelitian ini, adalah:

1. Bagaimana respon santri terhadap kesenian hadrah di pondok pesantren

Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan kesenian hadrah sebagai media dakwah di pondok

pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung?

7

3. Bagaimana respon santri terhadap kesenian hadrah sebagai media dakwah

di Pondok Pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan agar penelitian ini

menjadi lebih terarah secara jelas, maka perlu ditetapkan tujuannya yakni hendak

melakukan suatu induksi-konseptualisasi yaitu:

1. Untuk mengetahui respon santri terhadap kesenian hadrah di pondok

pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan kesenian hadrah sebagai media dakwah di

pondok pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung.

3. Untuk mengetahui respon santri terhadap kesenian hadrah sebagai media

dakwah di Pondok Pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten

Bandung.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diperoleh dari suatu penelitian menggambarkan nilai dan

kualitas penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu

karya tulis yang secara sederhana memaparkan tentang arti penting sebuah wadah

pengembangan dakwah didalam Islam, salah satunya dengan menyiarkan Islam

melalui kesnian hadrah itu sendiri.

Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan dalam penulisan karya tulis ini

adalah:

8

1. Secara Akademis

a) Menjadi stimulan bagi penelit lebih lanjut dan mendalam, baik itu

dalam upaya mengkaji maupun upaya mengembangkan eksistensi

pondok pesantren dalam berdakwah terhadap masyarakat.

b) Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berharga bagi dunia

ilmu pengetahuan dengan kajian pondok pesantren ditengah-tengah

masyarakat.

2. Secara Praktis

Dapat memberikan informasi kepada khalayak banyak, bahwa dakwah

dengan musik ini adalah cara untuk dapat mengembangkan ataupun

menyebarluaskan agama Islam.

E. Kerangka Berfikir

Seni musik Islami (handasah al-shawat) adalah mendendangkan syair-

syair qur’an dan irama-irama yang syahdu. Seni musik yang berisikan ajaran-

ajaran dan penuh ajaran Islam yang banyak mengandung muatan dakwah dan

bimbingan melalui seni musik atau seni suara yang indah. Seni musik ini sendiri

dapat berbentuk do’a-doa’ agama, puji-pujian yang dinyanyikan dengan lagu

paling enak dan suara paling lembut sehingga menggembirakan hati dan

menggoyangkan perasaan. Barang siapa yang memperhatikan keadaan kaum

muslimin dan merenungi realita kehidupan mereka, niscaya tidak akan

menemukan jarak antara seorang muslim yang taat disatu sisi, dengan kebiasaan

menikmati alunan suara merdu disisi yang lain. (Qaradhawi, 1998:73)

9

Begitu juga melalui puji-pujian terhadap Nabi yang secara turun-temurun

diwarisi kaum musliminn dari semenjak mereka mendengarkan keindahan suara

yang diiringi oleh sebuah kesenian yang dilantunkan putra-putra anshar untuk

menyambut kedatangan Nabi. (Qaradhawi, 1998:74)

Dalam kegiatan dakwah, peran media untuk meningkatakan prilaku

keagamaan sangatlah penting. Karena media merupakan salah satu cara yang bisa

digunakan oleh setiap orang untuk menyampaikan dakwah yang berisi ajaran-

ajaran Islam yang telah tertera dalam al-qur’an. Media adalah alat obyektif yang

menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan ummat, suatu elemen yang

vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah, yang dapat digolongkan

menjadi lisan atau tulisan, lukisan, audio visual dan perbuatan atau akhlak.

(Ya’kub, 1973:42)

Proses komunikasi merupakan aktivitas yang mendasar bagi manusia

sebagai mahluk sosial. Dalam proses komunikasi tersebut mencakup sejumlah

komponen atau unsur, salah satu komponen atau unsur tersebut adalah pesan.

Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator.

Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pikiran

dan perasaan, dapat berupa ide, informasi keluhan, keyakinan, himbauan, anjuran

dan sebagainya. (Effendy, 2002:6)

Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya bahasa.

Dikatakan bahwa umumnya bahasa yang dipergunakan untuk menyalurkan

pernyataan itu, sebab ada juga lambang lain yang dipergunakan, antara lain kial,

yakni gerakan anggota tubuh, gambar, warna, dan sebagainya.

10

Untuk merumuskan pesan agar mengena, pesan yang disampaikan harus

tepat, ibarat kita membidik dan menembak, maka peluru yang keluar harus tepat

mengenai sasarannya. Pesan yang mengena harus memenuhi syarat-syarat.

(Widjaja, 14-15)

komunikasi Islam mempunyai ciri khusus, Berbeda dengan komunikasi

pada umumnya, yakni pesan-pesan yang ada dalam komunikasi tersebut

bersumber dari Alqur’an dan Hadits. Model komunikasi Islam yang pesannya

bersumber pada Alqur’an dan Hadis Nabi, tentulah pesan itu bersifat imperatif

atau wajib hukumnya untuk dilaksanakan, karena merupakan pesan kebenaran

berdasarkan firman Allah SWT., dan Hadis Nabi. Pesan tidak boleh merupakan

sensasi, kebohongan, kefasikan, pelintiran kata-kata dan kebohongan publik.

Respon berarti umpan balik yang memiliki peranan atau pengaruh yang

besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi. (Subandi, 1994:12)

Sedangkan menurut Onong Suchajana Effendy dalam kamus komunikasi respon

adalah sikap atau prilaku seseorang dalam proses berkomunikasi ketika menerima

suatu yang ditunjukan kepadanya. (Effendy, 1989:314).

Penelitian ini mengarah pada teori Wilbour Scram (Efendy, 2003:30) yang

mengatakan bahwa “komunikasi akan efektif atau berhasil apabila pesan yang

disampaikan komunikan cocok dengan kerangka acuan (frame of reference)”,

yakni perpaduan antara pengalaman dan pengertian (collection of experience and

meaning) yang pernah diperoleh komunikan, karena bila tidak akan menimbulkan

kesukaran untuk mengerti satu sama lain.

11

Dalam komunikasi kelompok (group communication) baik kelompok

besar atau pun kelompok kecil, karena komunikasi ini bersifat tatap muka. Maka

umpan balik berlangsung seketika. Komunikator mengetahui tengggapan

komunikan setelah komunikasi selesai dan adakalanya umpan balik ini harus

diciptakan mekanismenya.

Dari berbagai hal ini, kemudian penulis ingin mengupas permasalahan

yang terjadi ini dengan menggunakan teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response)

yang berasal dari psikologi komunikasi. Objek material dari teori ini yaitu

manusia pada aspek sikap, opini, perilaku, kognisi dan afeksi. Onong Uchjana

Efendy (2003:30) mengatakan bahwa : “efek yang ditimbulkan adalah reaksi

khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi”. Dengan demikian unsur dalam

model ini adalah : Stimulus (S), Organism (O) dan Respon (R).

Onong Uchjana Efendi (2003:245) berpendapat dalam proses perubahan

perilaku ini, tampak bahwa “prilaku akan berubah, hanya jika stimulus yang

menerpa benar-benar melebihi semula”. Sehingga menjadi kebiasaan yang secara

perlahan dan tidak disadari mampu mempengaruhi orang ini, dalam artian dapat

menghasilkan respon sebagai harapannya.

Ketika teori S-O-R dikaitkan dengan penelitian ini, maka stimulus dalam

penelitian ini adalah kesenian hadrah, dan organismenya adalah santri pondok

pesantren Ad-Dawami. Adapun responsnya merupakan tanggapan dari santri yang

berkaitan dengan ada atau tidaknya respon terhadap santri setelah atau

sebelumnya mendengarkan dan mempelajari kesenian hadrah.

12

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1.1

Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)

Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada

proses yang terjadi pada individu.

Stimulus atau pesan (kesenian hadrah) yang disampaikan kepada

komunikan (santri) mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan

berlagsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan

mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.

Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesedian

untuk merubah sikap, yaitu respon dari santri yang ada di pondok pesantren Ad-

Dawami.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang kebenarannya masih rendah

atau kebenarannya masih diragukan. Sehingga pernyataan tersebut perlu di

Stimulus:

Kesenian Hadrah

Organisme:

Perhatian

Pengertian

penerimaan

Respons:

Santri Pon-Pes

Ad-Dawami

13

buktikan melalui bukti-bukti secara empiris. Dalam hal ini sutrisno Hadi

(1998:257) menyatakan bahwa pernyataan yang masih lemah kebenarannya

disebut hipotesis. “disisi lain hipotesis itu melibatkan variabel-variabel yang

diteliti untuk dibuktikan keterkaitannya satu sama lain”.

Dalam hal ini peneliti menetapkan veriabel respon santri dan kesenian

hadrah sebagai media dakwah, maka:

Ho = Tidak terdapat respon positif terhadap kesian hadrah di pondok

pesantren Ad-Dawami

Ha = Terdapat respon positif terhadap kesenian hadrah di pondok pesatren

Ad-Dawami

G. Operasionalisasi Variable

Table 1.1

Operasionalisasi Variable

Variabel Sub Variabel Dimensi Indikator

Variabel X

(Respon santri)

A. Perhatian

1. menyukai

1.1 citra positif

terhadap pondok

pesantren

1.2 mempertahankan

kesenian Islami

1.3 pengembangan

seni Islami

14

B. Pengrtian

2. meningkatkan

seni Islami

1. baik

2. kurang baik

3. tidak baik

2.1 kemampuan santri

2.2 motivasi santri

2.3 ketertarikan santri

terhadap kesenian

Islami

1.1 kesenian Islami

diminati santri

1.2 santri mampu

mengembangkan

seni Islami

2.1 santri tidak minat

seni Islami

2.2 seni Islami tidak

bermanfaat

terhadap santri

2.3 kemampuan santri

terbatas

3.1 kesenin islami

tidak diminati

oleh santri

3.2 ketidakmauan

santri terhadap

seni

15

C. Penerimaan 1. mengerti

terhadap

kesenian Islami

2. seni Islami

menarik

3. seni Islami

dapat dipahami

oleh santri

1.1 Seni Islami dapat

dipahami oleh

santri

1.2 Santri dapat

mengaplikasikann

ya

2.1 kesenian hadrah

dapat diminati

oleh santri

2.2 kesenian hadrah

penting bagi

santri

3.1 santri dapat

memahami

kesenian hadrah

3.2 kesenian hadrah

sebagai media

dakwah bagi

santri

16

Varibel Sub variabel Dimensi Indikator

Variabel Y

(Kesenin

hadrah sebagai

media dakwah)

1. Tujuan

kesenian

hadrah

2. Persepsi

kesenian

hadrah

3. Moralitas

dan

spiritualitas

Kesenian hadrah

memiliki tujuan

dalam

menyampaikan

dakwah

Santri dapat

memberikan

tanggapan atau

pendapat yang

baik terhadap

kesenian yang

ada di pondok

pesantren

Kesenian hadrah

dapat

meningkatkan

moralitas dan

spiritualitas

Kesenian Islami di

pondok pesantren

mempunyai arti

dalam menyampaikan

dakwah, khusus nya

bagi santri

Santri mampu

memberikan

pendapatnya

mengenai kesenian

hadrah di pondok

pesantren dalam

rangka

menyampaikan

dakwah

Kesenian hadrah

sebagai penyemangat

dalam meningkatkan

moralitas dan

spiritualitas dalam

17

terhadap santri di

pondok

pesantren

kehidupan

H. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pondok Pesantren Ad-Dawami

Pasir Kawung, Kabupaten Bandung. Yang sejak lama menggunakan kesenian

hadrah sebagai media dakwah. Dengan pertimbangan bahwa kesenian hadrah ini

bisa membawa kepada hal yang bersifat baik dalam mengajak kepada keabaikan.

2. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode

survei. Metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar dan

kecil. Data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi

tersebut sehingga ditemukan kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar

variabel sosiologis atau psikologis. (Kuswana, 2011:40).

Model penelitian ini menggunakan model penelitian secara kuantitatif

dengan metode analisis dan angket yang berfungsi sebagai sarana pengumpulan

informasi awal dari para informan yang bersedia dan berkenan ditemui.

18

3. Sumber Data

Sumber data menurut Arikunto (2010:114) “merupakan subyek dari mana

data di ambil”. Sumber data ini berupa orang (responden), benda, gerak atau

proses sesuatu, buku-buku, majalah atau dokumentasi.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Sumber data primer, yaitu santri dan pimpinan Pondok Pesantren Ad-

Dawami.

b) Sumber data sekunder, yaitu terdiri dari bahan kepustakaan yakni buku-

buku, majalah, program-program pesantren, catatan-catatan dan dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.

4. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Yaitu data tentang

respon santri terhadap kesenian hadrah sebagai media dakwah di pondok

pesantren Ad-Dawami.

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga di sebut studi

populasi atau studi sensus. (Arikunto, 2010:173). Dalam penelitian yang

dilakukan ini, populasinya adalah seluruh santri di Pondok Pesantren Ad-Dawami

Pasir Kawung Bandung yang berjumlah 136 orang.

19

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2010:174). Untuk menentukan sampel dilakukan melalui presentase sampel.

“Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya, sehingga

penelitiannya merupakan peneitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar,

maka dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih”. (Arikunto,

2010:134)

Berdasarkan pendapat diatas, dapat di ambil sampel sebanyak 25% dari

populasi santri di pondok pesantren Ad-Dawami yang berjumlah 136 orang.

Dengan penghitungan 25 X 136 : 100 = 34, dengan demikian maka jumlah

sampel dalam penelitian adalah 34 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan

cara random sampling, maka random sampling dilakukan dengan cara ordinal

(Subana dkk, 2000:26). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel I.2

Daftar Sampel Penelitian

No Jenis Kelamin Jumlah Sampel

1 Santri Putra 88 25% x 88 = 22

2 Santri Putri 48 25% x 48 = 12

Jumlah 136 34

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menggumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik sebagi berikut:

20

a) Observasi (Pengamatan)

Suharsimi Arikunto (2010:119) berpendapat bahwa “Observasi adalah

pengamatan, meliputi kegiatan pemutaran perhatian terhadap suatu objek

dengan menggunakan seluruh alat indra”. Pengamatan ini bertujuan untuk

mengetahui kondisi objektif pondok pesantren Ad-Dawami, dan respon santri

terhadap kesenian hadrah sebagai media dakwah. Pengamatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pengamatan tertutup dengan alasan untuk

mengamati se-objektif mungkin mengenai respon santri terhadap kesenian

hadrah sebagai media dakwah.

b) Angket

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:194) angket adalah “sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui”.

Penyebaran angket dalam penelitian ini ditujukan pada santri. Dengan

menyebarkan sejumlah pertanyaan yang disertai jawaban (angket tertutup).

Adapun alasan pembuatan angket ini adalah agar dapat memberikan

keleluasaan terhadap responden dalam memberikan jawaban-jawaban atas

pertanyaan yang diajukan.

Dalam penyebaran angket digunakan item berskala, berupa skala

sikap, yaitu skala Likert. Skala Likert meminta kepada responden sebagai

individu untuk menjawab suatu pertanyaan. Dengan jawaban sangat sesuai

(SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Masing-

21

masing jawaban memiliki angka atau nilai, misalnya SS = 4; S = 3; TS = 2;

STS = 1 bagi suatu pernyataan yang mendukung sikap positif.

Teknik ini akan dipergunakan untuk mengungkapkan dan memperoleh

data-data mengenai respon santri terhadap kesenian hadrah sebagai media

dakwah di pondok pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung.

c) Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara

terstruktur dan tidak terstruktur, jenis wawancara yang terstruktur ditunjukan

pada pimpinan pondok pesantren Ad-Dawami. Sedangkan wawancara tidak

terstruktur diajukan kepada pengurus pondok pesantren. Tujuan wawancara

adalah untuk melengkapi data dari hasil observasi dan angket yang disebarkan

kepada santri pondok pesantren Ad-Dawami.

d) Kepustakaan

Yakni cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis berupa

variabel, seperti catatan, arsip-arsip yang ada di pondok pesantren Ad-

Dawami. Data-data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen

tersebut akan dikorelasikan dengan data primer yang diperoleh melalui

wawancara dan angket.

7. Analisis Data

Setelah data terkumpul dengan lengkap, untuk memperoleh

kesimpulan yang valid, selanjutnya data tersebut akan diolah, dianalisis dan di

interpretasikan dengan menggunakan statistik atau tabulasi sehingga

didapatkan kesimpulan.

22

Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data kuantitatif

adalah sebagai berikut :

a. Teknik analisis parsial

Analisis parsial adalah analisis yang dilakukan untuk mendalami dua

variabel secara terpisah. Dengan ini untuk mengetahui variabel Respon

Santri (Variabel X) dan kesenian hadrah sebagai media dakwah

(Variabel Y) dalam mengananlisa data parsial tiap variabel ditempuh

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mentabulasikan data ke dalam tabel distribusi frekuensi, dengan

cara sebagai berikut :

1) Menentukan rentang (r), yaitu selisih data terbesar (Xt) dengan

data terkecil (Xr). Dengan rumus sebagai berikut:

R = Xt – Xr

atau

R = data tertinggi-data terendah (Riduwan,2009:119)

Keterangan:

R = Rentang

Xt = data terbesar dalam kelompok

Xr = data terkecil dalam kelompok

2) Menentukan banyaknya interval, adapun rumusnya sebagai

berikut:

K = 1+ 3,3 Log n (Riduwan, 2009:55)

Keterangan:

23

K = Jumlah kelas interval

n = Jumlah data observasi

Log = Logaritma

3) Menentukan panjang kelas interval, dengan rumus:

Keterangan :

P = Panjang Kelas interval

R = Rentang

K = Jumlah/banyak kelas interval (Riduwan, 2009:55)

4) Membuat tabel disribusi skor baku

5) Menentukan Mean (Rata-Rata).

6) Menghitung standar deviasi dengan menggunakan rumus

berikut:

√ ∑ ∑

(Riduwan, 2009:160)

7) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan langkah

sebagai berikut:

a) Menentukan batas kelas, angka skor kiri kelas interval

pertama dikurangi 0.5 dan angka skor kanan kelas interval

ditambah 0.5.

b) Mencari nilai Z – score, menggunakan rumus:

Z = ̅

24

c) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal 0 – Z dengan

angka untuk menjadi batas kelas.

d) Mencari luas tiap kelas dengan mengurangi angka-angka 0

– Z , yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, dan

seterusnya. Kecuali pada baris angka yang berbeda pada

baris tengah ditambah dengan angka pada baris berikutnya.

e) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara

mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden (n =

34).

f) Membuat tabel frekuensi yang diharapkan (fe) dari hasil

pengamatan (fo) untuk variabel X.

8) Menguji Normalitas

Dalam penelitian ini kenormalan data harus diuji terlebih

dahulu. Bila data tidak normal, maka statistika parametris

dalam penelitian ini tidak dapat digunakan, untuk itu perlu

digunakan statistika nonparametris. Teknik pengujian

normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrat ( )

(sugiyono,2009:79). Adapun rumus yang digunakan sebagai

berikut:

∑ -

(Riduwan, 2009:162)

Keterangan :

= Chi-Kuadrat

= frekuensi yang diperoleh dari observasi

25

= frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai

pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam

populasi (frekuensi yang diharapkan merupakan perkalian

antara jumlah baris dengan lajur dibagi jumlah total)

9) Menentukan derajat kebebasan (dk)

Melakukan pengujian hipotesis riset, dilakukan perhitungan

dengan terlebih dahulu mengetahui derajat kebebasan (dk),

dengan rumus: (dk = k-3)

10) Menentukan nilai dengan signifikansi sebesar 5%

11) Menguji normalitas dengan melihat kaidah ( ) dengan

( ).

Jika, ( ≥ (

), maka Distribusi data tidak Normal

Jika, ( ) ≤ (

), maka Distribusi data Normal

12) Penafsiran masing-masing variable. Uji tendensi sentral akan

ditafsirkan setelah dibagi oleh jumlah item dengan kualifikasi

sebagai berikut :

a) 0.5 – 1.50 = Sangat rendah

b) 1.50 – 2.50 = Rendah

c) 2.50 – 3.50 = Cukup

d) 3.50 – 4.50 = Tinggi

e) 4.50 – 5.50 = Sangat tinggi

26

Catatan : jika data distribusi normal, maka penafsiran

dilihat dari meannya saja, tetapi bila tidak berdistribusi normal,

di lihat ketiga-tiganya, yaitu : mean, median dan modus.

b. Teknik Analisis Korelasi

Analisis ini digunakan untuk mencari hubungan variable bebas X

dengan variabel terikat Y dan data berbentuk interval dan ratio. Variable X

yaitu respon santri dan variabel Y kesenian hadrah sebagai media dakwah.

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Menentukan besarnya koefesien korelasi dengan ketentuan sebagai

berikut :

1) Jika salah satu dari kedua variable berdistribusi tidak normal atau

regresinya tidak linier, maka koefesien korelasi dicari dengan

rumus korelasi rank (Djamaludin dalam Masri Singaribun dan

Sofyan Efendi, 1981). Dengan rumus sebagai berikut :

2) Menentukan besarnya sumbangan (koefesien diterminan atau

koefesien penentu) variable X terhadap variable Y dengan rumus

sebagai berikut :

Keterangan :

KP = Besarnya koefesien penentu (diterminan)

r = Koefesien korelasi

27

2. Menguji hipotesis, adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah

sebagai berikut :

1) Menguji signifikansi dengan rumus :

Keterangan :

r = Koefesien korelasi

t = Uji statistika

2) Menentukan nilai dengan signifikansi sebesar 5%.

3) Menguji signifikansi dengan melihat kaidah ( ) dengan

( ).

Jika, ( ) ≥ ( ), maka signifikan.

Jika, ( ) ≤ ( ), maka tidak signifikan.

3. Menentukan derajat korelasi, maka hasil korelasi akan dicocokan

dengan tingkat korelasi sebagai berikut :

Tabel 1.3

Tingkat Korelasi

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0.00 - 0.199 Sangat rendah

0.20 – 0.399 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang

0.60 – 0.799 Kuat

0.8 – 1.000 Sangat kuat

(Riduwan, 2009:162)

28

4. Menentukan besar hubungan antara variabel, maka digunakan uji

determinasi dengan rumus sebagai berikut:

= 100 (1-k)

Keterangan :

k = derajat tidak adanya korelasi.

1 = bilangan konstan.

E = Indeks efesiensi ramalan.

r = koefesien korelasi yang dicari.