bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/bab i.pdf · ... pedagang...

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakta geografi salah satunya adalah masalah kota yang identik dengan kegiatan manusia yang padat dengan hasil budayanya sebagai fenomena geografi. Fenomena geografi ini termasuk dalam kajian geografi kota yang membahas kepadatan penduduk, ekonomi, dan tentang budayanya. Kecenderungan masalah kota timbul akibat pemusatan penduduk dengan aktifitasnya yang padat sehingga timbul corak kehidupan yang heterogen. Corak kehidupan yang heterogen ini menimbulkan kebutuhan yang bersifat spasial dan fungsional (Istaslama Bakri, 2013: 2). Masalah spasial kota menimbulkan perbedaan pengambilan keputusan dan nilai ruang di kota. Masalah spasial ini menjadi bentuk perhatian dalam cerita ruang dan pemanfaatannya yang membuat kajian geografi kota melihat kota sebagai bentuk objek studi spasial yang fungsional dari ruang di perkotaan. Salah satu contohnya penggunaan fasilitas jalan berupa trotoar di jalan Kota Purwokerto. Masalah berubah fungsinya trotoar tidak sebagai fasilitas jalan bagi pejalan kaki tetapi telah berubah tidak sesuai fungsinya. Trotoar adalah salah satu pendukung fasiltas jalan yang termasuk di salah fungsikan. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 45 ayat (1) disebutkan bahwa fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas dan Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Upload: duongminh

Post on 09-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fakta geografi salah satunya adalah masalah kota yang identik dengan

kegiatan manusia yang padat dengan hasil budayanya sebagai fenomena

geografi. Fenomena geografi ini termasuk dalam kajian geografi kota yang

membahas kepadatan penduduk, ekonomi, dan tentang budayanya.

Kecenderungan masalah kota timbul akibat pemusatan penduduk dengan

aktifitasnya yang padat sehingga timbul corak kehidupan yang heterogen.

Corak kehidupan yang heterogen ini menimbulkan kebutuhan yang bersifat

spasial dan fungsional (Istaslama Bakri, 2013: 2).

Masalah spasial kota menimbulkan perbedaan pengambilan keputusan

dan nilai ruang di kota. Masalah spasial ini menjadi bentuk perhatian dalam

cerita ruang dan pemanfaatannya yang membuat kajian geografi kota melihat

kota sebagai bentuk objek studi spasial yang fungsional dari ruang di

perkotaan. Salah satu contohnya penggunaan fasilitas jalan berupa trotoar di

jalan Kota Purwokerto. Masalah berubah fungsinya trotoar tidak sebagai

fasilitas jalan bagi pejalan kaki tetapi telah berubah tidak sesuai fungsinya.

Trotoar adalah salah satu pendukung fasiltas jalan yang termasuk di

salah fungsikan. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor

22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 45 ayat (1)

disebutkan bahwa fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas dan

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

2

angkutan jalan meliputi trotoar, lajur sepeda, tempat penyeberangan pejalan

kaki, halte, dan atau fasilitas khusus bagi penyandang cacat, dan manusia usia

lanjut.

Berikut fungsi trotoar menurut Departemen Pekerjaan Umum (1990) di

antaranya:

1. Untuk jalur transportasi bagi pejalan kaki agar selamat dan merasa nyaman

dalam transportasinya.

2. Untuk menungkatkan kelancaran lalu lintas baik kendaraan maupun

pejalan kaki.

3. Untuk memberikan ruang di bawah trotoar sebagai tempat utilitas

kelengkapan jalan seperti saluran air buangan muka jalan, penempatan

rambu lalu lintas, dan lain-lain.

Jadi trotoar merupkan transportasi bagi pejalan kaki untuk

mobilitasnya dan prasarana jalan yang merupakan pendukung transportasi

kendaraan (Direktorat Jendral Bina Marga, 1990).

Sesuai DAMAJA (Daerah Milik Jalan) syarat trotoar yang baik bagi

pejalan kaki adalah 1,8 meter sampai 2 meter di luar tempat parkir dan tempat

berjualan pedagang serta fasilitas publik lainnya yang tidak seharusnya berada

di trotoar. Sebaliknya, trotoar saat ini tidak dengan kriteria baik karena trotoar

telah berubah fungsi dari yang seharusnya bagi pejalan kaki tetapi malah

dipakai oleh pedagang kaki lima (Istaslama Bakri, 2013 : 2).

Pedagang di Indonesia telah dimulai dari jaman dahulu ketika bangsa

Indonesia dijajah oleh bangsa Belanda. Pada saat itu sistem di Indonesia

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

3

dilakukan dengan cara barter dan belum memulai perdagangan dengan cara

pembayaran menggunakan uang sebagai sistem pembayaran. Pengertian dari

barter adalah kegiatan tukar-menukar barang atau jasa yang terjadi tanpa

perantaraan uang. Untuk mendapatkan barang-barang yang tidak dapat

dihasilkan sendiri maka mencari orang yang mau menukarkan barang yang

dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkannya. Kesulitan yang dialami oleh

manusia dalam barter adalah mempertemukan orang-orang yang saling

membutuhkan dalam waktu bersamaan (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Barter

diakses tanggal 10 Januari 2018).

Sejalan dengan perkembangan perekonomian di Indonesia,

perekonomian tidak hanya berkembang dalam skala besar, tetapi juga dalam

skala kecil ikut mengalami perkembangan, dimulai dari banyaknya pasar

tradisional yang beragam dalam jenisnya (Pasar Wage, Pasar Manis, Pasar

Pon), pedagang asongan, pedagang keliling yang ada disekitar pemukiman

masyarakat hingga Pedagang Kaki Lima yang menjadi permanen di ruas-ruas

jalan kota (http://id.m.wikipedia.org/wiki/pedagangkakilima diakses tanggal

10 Januari 2018).

Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk

menyebut penjajak dagangan yang melakukan kegiatan komersial di atas ruas

jalan dan trotoar yang diperuntukan untuk pejalan kaki. Ada pendapat yang

menggunakan istilah PKL untuk pedagang yang menggunakan gerobak.

Pedagang bergerobak yang (mangkal) secara statis diruas jalan dan trotoar

adalah fenomena yang cukup baru, sebelumnya PKL didominasi oleh

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

4

pedagang pikulan (penjual kerak telor, penjual cendol) dan gelaran (seperti

tukang obat jalanan) (http://id.m.wikipedia.org/wiki/pedagangkakilima

diakses tanggal 10 Januari 2018).

Istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda.

Peraturan Pemerintah waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang

dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan kaki. Setelah

Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan

oleh para pedagang untuk berjualan. Di beberapa tempat, pedagang kaki lima

dipermasalahkan karena menganggu para pengendara kendaraan bermotor dan

pejalan kaki. Pedagang kaki lima kerap menyediakan makanan atau barang

lain dengan harga yang lebih, bahkan sangat murah dari pada membeli di toko.

Modal dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang

pedagang yang memulai bisnis dengan modal yang kecil atau pedagang yang

berasal dari kalangan ekonomi lemah (Rholen Bayu Saputra, 2014 : 5).

Seperti telah diketahui secara umum bahwa salah satu potensi

pengembangan usaha dengan modal kecil di sektor informal adalah PKL.

Potensi ini apabila dikelola dengan baik, maka akan memberikan kontribusi

yang besar dalam aktifitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. PKL

adalah pedagang yang menjual barang dagangannya di pinggir jalan atau

tempat umum. Usaha pedagang tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat

yang dianggap strategis dalam suasana yang informal. Bahkan PKL, secara

nyata mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang

berpenghasilan rendah, sehingga dapat tercipta suatu kondisi pemerataan

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

5

hasil-hasil pembangunan. Di kota-kota besar keberadaan PKL merupakan

suatu fenomena kegiatan perekonomian rakyat kecil. Akhir-akhir ini

fenomena penggusuran terhadap para PKL marak terjadi. Para PKL digusur

oleh aparat pemerintah karena tidak memiliki izin usaha dan berjualan tidak

pada tempatnya.

Dalam melihat fenomena keberadaan PKL yang menjamur di Kota

Purwokerto ternyata keberadaannya dapat dijadikan sebagai salah satu

potensi bagi pembangunan daerah yang pengembangannya juga harus

diimbangi dengan keteraturan dan ketertiban agar keberadaannya tidak

merugikan pihak lain. Dalam perkembangannya, keberadaan PKL di kawasan

perkotaan dan di daerah-daerah tertentu seringkali menimbulkan masalah yang

terkait dengan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Pada umumnya mereka berjualan di trotoar jalan, di taman-taman kota,

bahkan di badan jalan sehingga keberadaaan mereka sangat mengganggu

ketentraman dan kenyamanan pengguna jalan dan menghambat lalulintas.

Kehadiran PKL merupakan salah satu faktor yang menimbulkan

persoalan, baik dalam masalah ketertiban, lalulintas, keamanan, maupun

kebersihan. Berbagai permasalahan terkait dengan PKL banyak bermunculan

yang ternyata merugikan masyarakat dan juga pemerintah daerah sendiri

seperti rasa tidak nyaman karena keberadaan PKL yang tidak pada tempatnya

sehingga mengganggu kegiatan masyarakat sehari-hari. Selain itu ada juga

PKL yang mendirikan bangunan tempat usahanya secara permanen yang

sekaligus digunakan untuk tempat tinggal, hal ini juga bisa mendatangkan

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

6

kesulitan bagi pemerintah daerah dalam menghadapi sikap dan kemauan para

PKL ketika suatu saat akan ditata.

PKL ini timbul akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi rakyat

kecil yang tidak memiliki kemampuan untuk mencari pekerjaan demi

mendapatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Pemerintah dalam hal ini sebenarnya memiliki tanggung jawab di dalam

melaksanakan pembangunan dibidang pendidikan, bidang perekonomian dan

penyediaan lapangan pekerjaan.

Saat ini Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas sudah membuat

peraturan untuk mengatur pedagang kaki lima, yaitu Peraturan Daerah

Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pemberdayaan

Pedagang Kaki Lima. Pada Pasal 6 berbunyi :

1. Setiap orang dilarang melaksanakan kegiatan PKL di ruang milik publik,

kecuali pada lokasi yang ditetapkan oleh Bupati;

2. Pada lokasi kegiatan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati

menetapkan waktu, ukuran dan bentuk sarana PKL dalam melaksanakan

kegiatannya;

3. Bupati dalam menetapkan lokasi kegiatan PKL sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), memberitahukan kepada Pimpinan DPRD dan akan memperhatikan

saran dan masukan dari Pimpinan DPRD. Kebijakan tersebut dapat menjadi

dasar hukum dalam pengaturan, penataan, pemberdayaan, pembinaan dan

pengawasan kegiatan PKL.

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

7

Pada Pasal 4, setiap PKL berhak :

1. Melaksanakan kegiatan PKL sesuai dengan Surat Penempatan PKL;

2. Memperoleh pembinaan dalam rangka mengembangkan kegiatan PKL menjadi

kegiatan perekonomian sektor formal;

3. Memperoleh fasilitas dalam rangka pemberdayaan PKL.

Rendahnya jumlah masyarakat Indonesia yang mengenyam

pendidikan membuat sebagian masyarakat kesulitan mencari lapangan

pekerjaan yang sesuai dengan tingkat ilmu dan pengetahuan yang dimiliki,

hal ini memaksa masyarakat mencari cara untuk bertahan hidup dengan

caranya sendiri. Inilah yang mengakibatkan semakin maraknya pedagang

kaki lima yang menjamur di setiap jalan-jalan kota tanpa mengindahakan

ketertiban dan kebersihan sarana umum, ditambah lagi dengan hilangnya

fungsi ruas jalan dan trotoar sebagai sarana sosial.

Seiring berjalannya waktu PKL ini tetap ada hingga sekarang. Para

pedagang ini dianggap menganggu para penguna jalan karena pedagang telah

memakan ruas jalan dalam mengelarkan dagangannya, khususnya di Kota

Purwokerto. Hal ini terjadi karena PKL sering menggunakan ruang publik, yang

seharusnya bukan untuk berjualan tetapi digunakan untuk melakukan

aktivitas perdagangan. Para penguna jalan juga dirugikan dengan menyempitnya

ruas jalan, sehingga lalu lintas menjadi terhambat karena tidak leluasa bergerak dan

pada akhirnya kemacetan tidak dapat dihindari.

Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas telah membuat regulasi

Peraturan Daerah untuk mengurai permasalahan PKL, namun demikian

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

8

kegiatan PKL di Kota Purwokerto masih menimbulkan permasalahan serius.

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Banyumas merazia

sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) yang masih nekat beroperasi di

kawasan jalan Jenderal Soedirman Purwokerto. Kepala Seksi PKL

Dinperindag Kabupaten Banyumas menyampaiakan bahwa dari Dinperindag

Kabupaten Banyumas akan melakukan perundingan secara internal untuk

memutuskan waktu pindahan PKL jalan Jenderal Soedirman Purwokerto.

Sebelumnya juga sudah ada rencana penataan PKL jalan Jenderal Soedirman

Purwokerto namun selalu gagal dan bahkan shelter PKL di jalan Jenderal

Soedirman yang sebelumnya diperuntukan bagi PKL Jensoed juga tidak

berjalan lancar (http://radarbanyumas.co.id/pkl-jensud-purwokerto-bersedia-

ke-pratista-harsa/ diunggah tanggal 15 April 2017, diakses tanggal 10 Januari

2018).

Kabid Pasar dan PKL Dinperindag Kabupaten Banyumas

menyampaikan bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan di

sepanjang kawasan jalan Jenderal Soedirman Purwokerto. Sejumlah personil

diterjunkan untuk melakukan patroli di sepanjang kawasan tersebut.

Tujuannya agar kawasan tersebut tertib dari PKL. (http://radarbanyumas.

co.id/sejumlah-pkl-masih-nekat-berjualan-kawasan-jensud-diawasi-satpol-pp/

diunggah tanggal 29 Mei 2017, diakses tanggal 10 Januari 2018).

Implikasi keberadaan kegiatan PKL ini menjadikan trotoar yang ada

di Kabupaten Banyumas bukan lagi milik pejalan kaki karena telah beralih

fungsi untuk kegiatan pedagang kaki lima (PKL) dan parkir sehingga para

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

9

pejalan kaki harus mengalah dengan turun ke badan jalan. Saat ini sudah

banyak trotoar di wilayah perkotaan Purwokerto yang rusak. Kerusakan

sebagian besar bukan disebabkan oleh pejalan kaki, melainkan kendaraan

yang parkir di atas trotoar serta tenda PKL yang kerap merusak paving

trotoar. Beberapa trotoar di ruas jalan dalam kota seperti Jalan HR Bunyamin,

Jalan Kombas, Jalan Soeparno, Jalan Jendral Sudirman Barat dan beberapa

ruas jalan lainnya, saat ini beralih fungsi menjadi tempat berjualan dan lahan

parkir, bahkan hampir seluruh badan trotoar digunakan, sehingga menutup

akses para pejalan kaki. Kebijakan pemerintah dengan menetapkan jam

operasional PKL di beberapa ruas jalan, secara tidak langsung juga

menambah potensi kerusakan trotoar. Di wilayah Jalan Jendral Sudirman

Barat hampir semua trotoar dipenuhi PKL dan sampai saat ini belum ada

tindakan apapun berupa ketegasan dari pemerintah, sehingga peraturan

daerah (perda) yang dibuat tidak terkesan mandul. (http://radarbanyumas.

co.id/pemkab-dinilai-kurang-tegas/diunggah tanggal 19 Desember 2015,

diakses tanggal 10 Januari 2018).

Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) Jendral Sudirman saat ini masih

menjadi sorotan publik. Pasalnya sudah sejak lama, Pemkab Banyumas

dianggap tidak mampu menangani persoalan tersebut. Padahal dalam UU lalu

lintas dan angkutan umum, penggunaan bahu jalan atau trotoar merupakan

hak pejalan kaki. Namun dalam peraturan daerah dan peraturan bupati, PKL

boleh melakukan kegiatan ekonomi di trotoar, bahu jalan serta badan jalan.

Komisi B DPRD Banyumas, mengatakan masalah PKL dilematis yakni

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

10

sebagai usaha informal yang dilakukan oleh masyarakat tetapi juga

bertentangan dengan penggunaan jalan (http://radarbanyumas.co.id/pkl-

dilegalkan-berjualan-di-trotoar/ diunggah tanggal 21 Desember 2015, diakses

tanggal 10 Januari 2018).

Menurut Bambang Pudjiyanto, Anggota Fraksi PDI Perjuangan

DPRD Banyumas Masa Bhakti 2014-2019 dalam Website Personal Wakil

Rakyat, dari pengamatan sementara PKL di kota Purwokerto dapat diambil

pelajaran positif bahwa :

1. PKL merubah pola mark up menjadi pola efisiensi. Sewaktu menjadi

pegawai/karyawan pada umumnya berusaha menaikkan anggaran belanja,

tetapi sebagai PKL berusaha memperkecil anggaran belanja.

2. PKL merubah pola konsumtif (dengan membelanjakan uang gaji) menjadi

produktif (berusaha mendapatkan uang sesuai hasil kerja).

3. PKL merubah pola mencari kerja menjadi menciptakan kerja, dengan

tenaga kerja minimal 3 (tiga) orang untuk setiap warung tenda (walau

mereka masih dalam satu jalur hubungan keluarga).

4. Terjalin hubungan kerja secara tidak langsung yang positif dengan para

petani untuk kebutuhan bahan baku (daging, ayam, telur, puyuh, dara, lele,

ikan, beras, sayuran).

Namun demikian dengan belum adanya pola penataan dan pembinaan

terhadap PKL yang terkonsep secara komprehensif dari pihak penguasa,

menjadikan unsur PKL di kota Purwokerto dan di Kabupaten Banyumas pada

umumnya terkesan negatif ditinjau dari berbagai aspek, seperti : mengganggu

lalu-lintas dan pejalan kaki, mengganggu pedagang formal (pertokoan), tidak

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

11

tertib, dan mengganggu keindahan kota (http://bambangpudjiyanto.com/

article/11055/oh-pkl.html diakses tanggal 10 Januari 2018).

Berdasarkan uraian di atas penulis terdorong untuk menyusun skripsi

yang berjudul “Pengalihan Fungsi Trotoar Menjadi Perniagaan Pedagang

Kaki Lima (Studi Kasus di Kota Purwokerto).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang diuraikan sebelumnya

maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengalihan fungsi trotoar menjadi perniagaan Pedagang Kaki

Lima Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun

2011 Tentang Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima?

2. Bagaimana tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas

terhadap pengalihan fungsi trotoar menjadi perniagaan Pedagang Kaki

Lima?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengalihan fungsi trotoar menjadi perniagaan Pedagang

Kaki Lima Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4

Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten

Banyumas terhadap pengalihan fungsi trotoar menjadi perniagaan

Pedagang Kaki Lima.

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7712/2/BAB I.pdf · ... pedagang asongan, ... para pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Pedagang kaki lima

12

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya di

bidang Hukum Administrasi Pemerintahan.

b. Sebagai informasi dan pencerahan bagi civitas akademika Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

c. Menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis terhadap

penerapan teori yang diterima selama menempuh kuliah guna

mengetahui dan mengatasi masalah hukum yang terjadi di masyarakat.

2. Manfaat praktis

a. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang ketentuan

hukum praktik tentang permasalahan PKL.

b. Menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis terhadap

teori yang telah diterima selama menempuh kuliah guna mengetahui

dan mengatasi masalah hukum yang terjadi dalam masyarakat berkaian

dengan PKL.

c. Memberikan masukan kepada stakeholder khususnya lembaga

parlementer dan pemerintah) dalam membuat peraturan perundang-

undangan di bidang administrasi pemerintahan yang dapat mengadopsi

kebutuhan PKL.

Pengalihan Fungsi Trotoar..., Aditya Dwiki Prasetyanto, Fakultas Hukum, UMP, 2018