bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/bab i.pdf · b. rumusan...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dilihat dari aspek kondisi geografisnya memiliki lebih dari 17.000 pulau, membentang dari barat ke timur sepanjang 5.000 km (sama dengan Amerika Serikat), dari utara sampai selatan kurang lebih 1.900 km. Jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang, terbanyak nomer 4 di dunia, lebih dari separuh penduduknya terpusat di pulau Jawa yang besarnya hanya 7% dari luas seluruh wilayah Indonesia. Agar perkembangan terjadi secara merata diseluruh kawasan di Indonesia dalam segala aspek kehidupan, diperlukan suatu tindakan penting untuk menyambung pulau-pulau yang menyebar dengan luas ini, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pembenahan sistem transportasi agar lebih efisien di seluruh kawasan di Indonesia, terutama di pulau Jawa, tempat terpusatnya penduduk, terutama di ibu kota Jakarta. 1 Sejauh ini tatanan sistem transportasi yang ada di Indonesia masih jauh dari sempurna. Hal ini terlihat dari masih banyaknya daerah yang terisolasi karena tingkat aksesibilitas yang rendah, yang akan berdampak terhadap tidak meratanya derap pertumbuhan yang terjadi di Indonesia, rendahnya tingkat kesejahteraan dan ekonomi masyarakat, keterbatasan sumber daya alam (rendahnya produktivitas lahan/kritis), terbatasnya ketersediaan prasarana dan 1 Susetyo Herman, 2010, Tanggung Jawab Nakhoda pada Kecelakaan Kapal dalam Pengangkutan Penumpang dan Barang Melalui Laut di Indonesia, Jurnal Hukum, Semarang, Hal 8

Upload: others

Post on 10-Jul-2020

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara kepulauan dilihat dari aspek kondisi

geografisnya memiliki lebih dari 17.000 pulau, membentang dari barat ke

timur sepanjang 5.000 km (sama dengan Amerika Serikat), dari utara sampai

selatan kurang lebih 1.900 km. Jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang,

terbanyak nomer 4 di dunia, lebih dari separuh penduduknya terpusat di pulau

Jawa yang besarnya hanya 7% dari luas seluruh wilayah Indonesia. Agar

perkembangan terjadi secara merata diseluruh kawasan di Indonesia dalam

segala aspek kehidupan, diperlukan suatu tindakan penting untuk

menyambung pulau-pulau yang menyebar dengan luas ini, hal ini dapat

dilakukan dengan melakukan pembenahan sistem transportasi agar lebih

efisien di seluruh kawasan di Indonesia, terutama di pulau Jawa, tempat

terpusatnya penduduk, terutama di ibu kota Jakarta.1

Sejauh ini tatanan sistem transportasi yang ada di Indonesia masih jauh

dari sempurna. Hal ini terlihat dari masih banyaknya daerah yang terisolasi

karena tingkat aksesibilitas yang rendah, yang akan berdampak terhadap tidak

meratanya derap pertumbuhan yang terjadi di Indonesia, rendahnya tingkat

kesejahteraan dan ekonomi masyarakat, keterbatasan sumber daya alam

(rendahnya produktivitas lahan/kritis), terbatasnya ketersediaan prasarana dan

1Susetyo Herman, 2010, Tanggung Jawab Nakhoda pada Kecelakaan Kapal dalam

Pengangkutan Penumpang dan Barang Melalui Laut di Indonesia, Jurnal Hukum, Semarang,

Hal 8

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

2

sarana kawasan, serta rendahnya kualitas sumber daya manusia.2Hal tersebut

menunjukkan arti pentingnya tranportasi di Indonesia, sehingga pembangunan

dan peningkatan kualitas pelayanan transportasi atau pengangkutan mutlak

diperlukan.3

Sesuai dengan kebijakan Transportasi Laut Nasional Era Pemerintahan

Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla (2015-2019) yang merupakan bagian dari

rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019 yang

bertujuan untuk menggerakkan roda perekonomian secara efisien dan merata

dibentuklah Pembangunan tol laut yang merupakan upaya penyediaan jaringan

angkutan laut secara tetap dan teratur melalui penyelenggaraan pelayanan

angkutan laut (pola subsidi) dan didukung peningkatan fasilitas kepelabuhan.

Pola jaringan angkutan Tol Laut menghubungkan simpul pelabuhan utama

(hub) dan pelabuhan-pelabuhan pengumpannya (Feeder).4

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dengan segala

aktivitas ekonomi tersebut, maka kebutuhan masyarakat akan alat transportasi

kian meningkat pula, demikian pula halnya di Gili Indah yang merupakan

bagian dari pulau Lombok. Gili Indah merupakan pulau kecil yang

berpenduduk dan merupakan pusat pariwisata yang sering dikunjungi oleh

wisatawan asing, karena letaknya yang dipisahkan oleh lautan. Untuk

2 Anzy Indrashanty, 2016, Aksesibilitas Dan Mobilitas Transportasi Di Provinsi Bengkulu

Dalam Konteks Negara Maritim Dan Penguatan Daerah Tertinggal, Jurnal Penelitian

Transportasi Multimoda. Hal: 96 3Rahman Zaibur, 2008, Perlindungan Hukum Konsumen Jasa Pengangkutan Laut (Studi Kasus

terhadap Kecel akaan Yang Terjadi Di Selat Gresik – Baweantanggal 24 Desember 2006), Tesis Universitas Muhammadiyah Malang.

4Mentri Perhubungan, 2017, Arah Kebijakan Pembangunan Kemaritiman, Rapat Koordinator

Nasional Bidang Kemaritiman. Hal: 4

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

3

menjangkau daerah tersebut dibutuhkannya transportasi laut. Selain dapat

mengangkut penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lainnya, juga

dapat memperlancar kegiatan perekonomian di gili indah. Adapun pihak

pelaku usaha yang bergerak di bidang pelayanan transportasi laut di daerah ini

diantaranya adalah Koperasi Angkutan Laut Karya Bahari, yang menyediakan

jasa pengangkutan menggunakan kapal motor.5

Sarana transportasi yang khususnya angkutan laut merupakan suatu

mata rantai penghubung, yang sangat menunjang kegiatan untuk tercapainya

tujuan yang diinginkan oleh pengguna jasa atau penumpang. Untuk itu jasa

angkutan laut harus cukup tersedia agar semua sektor dapat berjalan dengan

baik, sebab tidak menutup kemungkinan pula terjadi hal-hal yang

menyebabkan kerugian bagi pihak pengguna jasa angkutan laut.hal-hal yang

merugikan tersebut antara lain adalah apabila terjadi kecelakaan yang

disebabkan kelalaian dari pelaku usaha.6

Sesuai dengan pasal 40 Ayat 1 dan 2 UU No. 17 Th. 2008 Tentang

Pelayaran pada dasarnya perusahaan angkutan di perairan bertangggung jawab

terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang yang

diangkutnya sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen

muatan dan/atau perjanjian atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati.

Berdasarkan ketentuan pasal 41 ayat (3) dapat diperoleh bahwa atas

tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud pada pasal 41 (1) UU No. 17

5Pelabuhan Bangsal Lombok Utara.www.lomboksociety.web.id/2016/03/pelabuhan-bangsal-

lombok-utara.html?m=1. Diakses 23 Mei 2017 6 Ida Bagus Wisnu, 2016, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Pengguna Jasa

Angkutan Laut Apabila Terjadi Kecelakaan (Studi Pada Pt. Jj Fast Boat Sanur Denpasar),

Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar. Hal: 3

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

4

Tahun 2008, yaitu akibat dari pengoperasian kapal, pengangkut juga

diwajibkan untuk mengasuransikan tanggung jawabnya tersebut.Apabila

perusahaan pengangkutan tidak melaksanakan ketentuan pasal 41 ayat (3) di

atas, dapat dijatuhkan sanksi yang ditentukan sesuai dengan Pasal 292 UU No.

17 tahun 2008.

Selain memperhatikan keamanan dan keselamatan pelayaran, penting

juga untuk memperhatikan standar pelayanan penumpang angkutan laut.

Seperti yang tertera dalam PM No. 37 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan

Angkutan Laut bertujuan untuk menjamin terpenuhinya jenis dan mutu

pelayaran yang berhak diperoleh oleh pengguna jasa angkutan laut.7

Pasal 1 ayat 2 UUPK menentukan bahwa konsumen adalah setiap

orang pemakai barang / jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan. Sumber hukum utama yang mengatur tentang

perlindungan konsumen di Indonesia adalah Undang-Undang (UU) No.8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) yang mulai

diberlakukan tanggal 20 April 1999, Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor

42. Di luar UUPK masih terdapat beberapa peraturan khusus yang dapat

dijadikan sumber hukum yang melindungi konsumen.8

Disamping itu terdapat juga sumber-sumber formal aturan hukum yang

bertujuan melindungi konsumen di bidang transportasi laut menunjukkan

7Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, Dua Peraturan Mentri Terkait Keselamatan dan

Pelayanan Angkutan Laut Diterbitkan, 2015, dephub.go.id/berita/baca/dua-peraturan-mentri-

keselamatan-danpelayanan-angkutan-laut-diterbitkan. 8Syamsudin M, 2008, Perlindungan Hukum Konsumen Kapal Laut, Jurnal Hukum, Edisi 18,

Hal 287.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

5

adanya perlindungan hukum secara normatif. Perlindungan hukum secara

normatif artinya perlindungan hukum yang didasarkan pada ada tidaknya

norma-norma hukum yang dapat dijadikan dasar konsumen untuk melindungi

hak-hak dan kepentingan-kepentingannya dalam mengkonsumsi barang dan /

atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha.Dengan adanya aturan-aturan atau

norma-norma hukum tersebut.9

Jika terdapat pelanggaran terhadap keselamatan pelayaran akan

dikenakan sanksi pidana maupun sanksi administratif berupa pemberhetian

personil dari jabatan atau pencabutan izin bagi operator sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.10

Berdasarkan uraian atas permasalahan pada latar belakang dan

beberapa alasan tersebut diatas, maka mendorong penulis untuk mengadakan

penelitian yang berjudul : “Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap

Penumpang Transportasi Laut Apabila Terjadi Kecelakaan. (Studi di Koperasi

Angkutan Laut Karya Bahari”

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Pelaksanaan Pasal 2 ayat 2 Peraturan Menteri No.20 tahun 2015

tentang standar keselamatan pelayaran oleh koperasi Karya Bahari?

2. Bagaimana bentuk tanggung jawab Koperasi Karya Bahari terhadap

penumpang korban akibat kecelakaan?

9Syamsudin M, 2008, Op. Cit. hal 289 10Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, Op.Cit

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

6

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap penumpang jasa angkutan

transportasi laut

2. Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab yang di berikan terhadap

penumpang atau konsumen angkutan laut.

D. Manfaat (Untuk Subyek) Penelitian

Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang jelas

antara lain:

1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil

yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu pendidikan khususnya dibidang

ilmu hukum perdata untuk menambah pemahaman, wawasan dan ilmu

pengetahuan terkait dengan hukum khususnya yang mengatur perlindungan

dan tanggung jawab terhadap penumpang.

2. Manfaat Praktis, diharapkan hasil penulisan ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran yuridis untuk memberikan wawasan dan pengetahuan

bagi masyarakat luas mengenai perlindungan hukum dan tanggung jawab

terhadap konsumen pengguna jasa angkutan laut.

E. Kegunaan (Untuk Obyek) Penelitian

1. Bagi Penulis: Penulisan ini dapat menambah wawasan keilmuan bagi penulis

mengenai permasalahan yang diteliti, serta sebagai syarat untuk

menyelasaikan tugas akhir perkuliahan dalam Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

7

2. Bagi akademisi: penelitian ini bisa dijadikan sedikit informasi serta

menambah wawasan serta refrensi dalam penelitiian hukum yang lebih

lanjut.

3. Bagi Masyarakat: penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi dan

sebagai acuan masyarakat untuk mengetahui hak-hak yang bersangkutan

sebagai penumpang pengguna jasa transportasi laut agar tidak ada pihak

yang dirugikan haknya

F. Metode Penelitian

Adapun Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode pendekatan

Pendekatan penyelesaian masalah merupakan proses pemecahan atau

penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga

mencapai tujuan peneliti atau penulis11.dalam penulisan ini menggunakan

pendekatan yuridis sosiologis, yakni melihat hukum sebagai perilaku

manusia dalam masyarakat dan dihubungkan dengan peraturan yang sudah

ada serta sumber-sumber hukum yang berhubungan dengan obyek yang

akan diteliti. Penelitian yuridis sosiologis merupakan penelitian hukum yang

ber titik tolak dari data primer yang didapat langsung dari masyarakat

sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapang.

Pendekatan yuridis sosiologis dlam penelitian inidilakukan dengan

cara menggambarkan dan menganalisis secara jelas tentang fakta apa yang

ada di lapangan trekait tanggung jawab dan perlindungan hukum terhadap

11Abdul kadir muhammad, 2004 hukum dan penulisan hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung, hal.12

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

8

konsumen apabila terjadi kecelakaan (studi di Koperasi Angkutan Laut

Karya Bahari).

2. Lokasi Peneltian

Lokasi penelitianoleh penulis untuk melakukan penelitian guna

mendapatkan informasi bahan-bahan yang akurat dalam penulisan ini yaitu

di Kopersi Angkutan Laut Karya Bahari yang berlokasi di jalan gili indah

pelabuhan bangsal kecamatan pemenang kabupaten Lombok Utara.

Penelitian dilokasi tersebut didasarkan pada letak beroprasinya kapal-kapal

pengangkut penumpang dengan tujuan gili Indah (Air,Meno,Trawangan)

atau sebaliknya yang dikelola oleh koperasi Angkutan Laut Karya Bahari

sebagai pelaksana angkutan laut.

3. Jenis data

a. Jenis data primer

Jenis data primer adalah jenis data, dokumen tertulis, file,

informasi atau pendapat yang di peroleh langsung dari sumber

utama/pertama. Yang mana hal ini di peroleh peneliti dari hasil

wawancara dengan responden di Koperasi Angkutan Laut Karya Bahari,

Pelabuhan Bangsal, Lombok Utara serta dokumen-dokumen yang di

peroleh dari lokasi penelitian terkait dengan permasalahan yang akan

penulis teliti yaitu terkait Tanggung Jawab Dan Perlindungan Hukum

Terhadap Konsumen Jasa Angkutan Laut yang ada di Koperasi Angkutan

laut Karya Bahari di Pelabuhan Bangsal , Lombok Utara.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

9

b. Jenis Data Sekunder

Jenis data sekunder adalah jenis data yang mendukung serta

melengkapi data primer yang diperoleh dari study kepustakaan melalui

bahan-bahan literatur seperti undang-undangatau peraturan-peraturan,

buku, jurnal, serta penelusuran situs-situs internet yang berhubungan

dengan kasus yang diteliti. Undang-undang yang terkait antara lain:

1) UU No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

2) Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2015

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Yaitu teknik pengambilan data yang diperoleh dengan cara tanya

jawab, dialog atau diskusi melalui penjelasan dari kepala Koperasi

Angkutan Laut Karya Bahari yaitu, Bapak Sabarudin yang di anggap

banyak mengetahui dan memahami terkait obyek penelitian. Wawancara

juga bisa di sebut dengan metode tatap muka dengan responden untuk

menanyakan fakta-fakta yang ada, pendapat maupun persepsi dari

responden. Hasil wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan

dengan jalan wawancara dari pihak yang berkompeten. Wawancara

langsung dalam pengumpulan fakta sosial sebagai bahan kajian ilmu

hukum empiris, dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dimana

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

10

semua pertanyaan disusun secara sistematik, jelas dan terarah sesuai

dengan isu hukum yang diangkat dalam penelitian.12

b. Dokumentasi

Yaitu berupa pengumpulan data-data melalui dokumen tertulis

yang di perlukan terkait dengan tanggung jawaab dan perlindungan

hukum di lokasi penelitianguna mendukung kelengkapan bahan materi

yang lain.

c. Studi Kepustakaan

Yaitu melakukan penelusuran dan pencarian baha-bahan

kepustakaan dari berbagai literatur termasuk buku-buku ataupun jurnal

serta peraturan perundang-undangan.

d. Teknik Analisa Data

Setelah melakukan teknik pengumpulan data penelitian baik

melalui wawancara, study dokumen, maupun studi pustaka yang dirasa

telah cukup, selanjutnya penulis akan menggunakan metode analisis data

deskriptif kualitatif 13 yaitu mendeskripsikan dan menganalisi secara

aktual, sistematis, akurat data yang akan diteliti, yang telah diperoleh dari

lapangan (berupa kalimat-kalimat) kemudian menampilkan gambaran

obyektif dari hasil penelitian berdasrkan kenyataan yang terjadi serta

dikaitkan dengan teori-teori terkait, undang-undang yang relevan,

sehingga menghasilkan hasil yang obyektif. Dalam melakukan analisis

12 Mustam Abdurrahman, 2009, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, UMM Press,

Malang, Hal.103 13 Bambang Sunggono, 2003, Metode Penulisan Hukum, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,

hal.38

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

11

deskriptif kualitati ini maka akan dilakukan analisis terhadap Tanggung

Jawab Pengangkut Terhadap Penumpang Jasa Transportasi Laut Apabila

Terjadi Kecelakaan (studi di Koperasi Angkutan Laut Karya Bahari).

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam 4 (empat)

bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, hal ini bertujuan

agar mudah untuk dipahami. Adapun sistematika penulisan yang secara garis

besar dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan substansi dalam pendahuluan yang meliputi beberapa sub bab,

yang terdiri dari latar belakang,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

dan kegunaan penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi kajian tentang teori-teori hukum yang berkaitan dengan

permasalahan yang diangkat oleh penulis yaitutentang Tanggung Jawab

Pengangkut Terhadap Penumpang Jasa Transportasi Angkutan Laut Apabila

Terjadi Kecelakaan (Studi di Koperasi Karya Bahari). Teori-teori hukukm ini

diperoleh dari studi kepustakaan dan digunakan sebagai kerangka untuk

memudahkan penulisan penelitian.

BAB III PEMBAHASAN

Dalam sub bab ini berisi mengenai uraian pembahasan yang diangkat oleh

penulis yang selanjutnya akan dianalisi secara sistematis, guna mengkaji,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/38914/2/BAB I.pdf · B. Rumusan Masalah . Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

12

menyesuaikan dan menyelarsakan hasil penelitian dengan kenyataan yang ada

(yangterjadi) terhadap obyek yang di teliti serta didukung dengan bahan

hukum dan teori-teori yang relevan dengan permaslahan dalam penulisan

hukum ini.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir dalam penulisan hukum ini, yang berisi

kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya dan berisikan saran dari penulis

guna menanggapi permaslahan yang di teliti.