bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.unj.ac.id/8423/40/bab i.pdf · 2020. 8....

10
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang berada di garis Khatulistiwa, memiliki berbagai kekayaan akan Suku, budaya, adat istiadat, agama, bahasa dan ras (Deniawati, 2014). Setiap daerah maka memiliki karakter yang berbeda-beda hingga perbedaan tersebut menjadi ciri khas bangsa indonesia dengan bangsa lainnya. Selain itu Indonesia juga memiliki keberagaman agama atau kepercayaan. Kebebasan beragama di Indonesia dilandasi dalam pasal 28E, 28I, dan Pasal 29 ayat (2) bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan”. Namun menurut Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang noor 5 tahun 1969 tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden menjadi Undang-Undang, khususnya dalam penjelasan Pasal 1 bahwa agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia yaitu, Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Khong Hu Cu (Confusius) dengan jumlah penganut agama terbanyak adalah agama Islam yang menjadikan mayoritas (Indonesia.go.id, 2017). Disamping enam agama yang diakui secara sah oleh pemerintah, namun terdapat juga komunitas agama atau kepercayaan lainnya. Komunitas agama yang masih bertahan sampai saat ini, tentu merupakan makhluk sosial, dimana memerlukan orang lain dalam kehidupan sehari-harinya, seperti bekerjasama, tolong menolong atau kerja bakti. Namun perbedaan-

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Indonesia sebagai Negara yang berada di garis Khatulistiwa, memiliki

    berbagai kekayaan akan Suku, budaya, adat istiadat, agama, bahasa dan ras

    (Deniawati, 2014). Setiap daerah maka memiliki karakter yang berbeda-beda

    hingga perbedaan tersebut menjadi ciri khas bangsa indonesia dengan bangsa

    lainnya. Selain itu Indonesia juga memiliki keberagaman agama atau kepercayaan.

    Kebebasan beragama di Indonesia dilandasi dalam pasal 28E, 28I, dan Pasal 29

    ayat (2) bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

    memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

    kepercayaan”. Namun menurut Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965 tentang

    Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama yang kemudian

    ditetapkan menjadi Undang-Undang noor 5 tahun 1969 tentang Pernyataan

    Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden menjadi Undang-Undang,

    khususnya dalam penjelasan Pasal 1 bahwa agama-agama yang dipeluk oleh

    penduduk Indonesia yaitu, Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Khong

    Hu Cu (Confusius) dengan jumlah penganut agama terbanyak adalah agama Islam

    yang menjadikan mayoritas (Indonesia.go.id, 2017). Disamping enam agama

    yang diakui secara sah oleh pemerintah, namun terdapat juga komunitas agama

    atau kepercayaan lainnya.

    Komunitas agama yang masih bertahan sampai saat ini, tentu merupakan

    makhluk sosial, dimana memerlukan orang lain dalam kehidupan sehari-harinya,

    seperti bekerjasama, tolong menolong atau kerja bakti. Namun perbedaan-

  • 2

    perbedaan yang ada dalam kehidupan memunculkan beberapa prasangka dalam

    masyarakat seperti konflik sosial dan konflik agama ditahun 2016. Menurut

    Sohuturon (2016) dalam CNN Indonesia bahwa konflik yang mengatasnamakan

    agama lebih berbahaya dibandingkan konflik ekonomi karena dapat memecahkan

    persatuan. Konflik yang mengatasnamakan Tuhannya merasa bahwa agama yang

    dianut adalah paling baik dan lebih menyudutkan agama lain, seperti kasus yang

    dilakukan oleh mantan Gubernur DKI atas kasus penistaan agama sehingga

    menyebabkan perpecahan antara agama (Sohuturon, 2016). Konflik tersebut tentu

    telah memudarkan nilai-nilai Pancasila terutama nilai ketuhanan seperti, nilai

    toleransi, kerja sama, sikap saling menghormati, dan sikap menghargai sesama

    umat beragama. Dikutip dalam Poskota News (2016) bahwa nilai-nilai yang

    terkandung dalam gotong royong semakin hari semakin jauh terutama dalam

    penyelenggaraan negara padahal seharusnya nilai-nilai gotong royong harus

    melekat dalam kehidupan masyarakat, bangsa Negara.

    Melemahnya nilai-nilai gotong royong ini tentu bukan hanya dalam

    kehidupan berbangsa dan bernegara namun disemua bidang salah satunya adalah

    dalam bidang ekonomi yang dapat menciptakan kesenjangan sosial mencapai

    0,43% (Poskota News, 2016). Lalu dikuti dari DetikNews (2013) bahwa kerja

    sama atau gotong royong telah memudar di masyarakat, karena masyarakat lebih

    peduli terhadap kelompoknya dibandingkan dengan kelompok yang lain.

    (Detiknews, 2013). Sedangkan menurut Friana (2018) bahawa Gubernur DKI

    Jakarta Anies Baswedan menyatakan bahwa masyarakat Jakarta kurang memiliki

    rasa kepedulian terhadap masyarakat kelas bawah, terutama dalam keadilan

  • 3

    hukum pengusaha kecil dan pengusaha besar yang terkadang apabila dilanggar

    lebih dibiarkan (Friana, 2018). Namun secara nasional dihitung dari indeks

    kerukunan beragama tahun 2019 oleh Kementerian Agama menyatakan bahwa

    nilai rata-rata secara nasional berada diangka 73,83% maka masih terjadi konflik

    sosial antar masyarakat. Lalu, untuk provinsi Jawa Barat terdapat dirangking

    ketiga dengan angka 68,5% termasuk dalam kategori rendah (Satria, 2019). Ada

    sebuah artikel yang menjelaskan bahwa kriminalitas marak terjadi akibat

    kurangnya kepedulian antar masyarakat karena masyarakat kurang menjaga

    lingkungannya agar tetap kondusif, sehingga di kota Bandung sering terjadi

    beberapa pencurian (PRFMNews, 2018). Sedangkan, untuk didaerah Kuningan

    Jawa Barat konflik sosial terjadi antar warga bahkan sempat sampai

    pengeroyokan di desa Kramatmulya Kuningan Jawa Barat (Arif, 2016).

    Kemudian, konflik perebutan lahan adat terjadi antara masyarakat dengan warga

    kepercayaan sunda wiwitan di Cigugur Kabupaten Kuningan (Bbc Indonesia,

    2017).

    Berdasarkan data-data diatas bahwa kurangnya kepedulian dalam

    masyarakat telah terjadi dalam beberapa kota terkhusunya untuk kota-kota besar

    yaitu Jakarta atau Bandung. Namun, rendahnya peduli sosial terjadi pada berbagai

    bidang seperti sektor ekonomi, kriminologi, sehingga menyebabkan koflik sosial.

    Namun kepedulian tersebut telah merambah kepada daerah daerah kecil dengan

    lunturnya budaya kerja sama atau gotong royong dimana masyarakat lebih bersifat

    individualis. Perbedaan itu tentu dapat berdampak pada perpecahan dalam lapisan

    masyarakat ditambah dengan berkembangnya Teknologi Informasi membuat

  • 4

    terjadinya penurunan karakter budaya bangsa Indonesia. Hal tersebut telah

    menggantikan segala peran sosial dalam masyarakat.

    Penyebabkan lunturnya karakter peduli sosial yaitu, Pertama hanya

    menjadi penonton saat lingkungannya terkena bencana, kedua sikap tidak peduli

    atau mengabaikan pada lingkungan dan yang terakhir adalah tidak ikut

    berkontribusi secara langsung dalam kegiatan di masyarakat (Buchari, 2010).

    Segala aktivitas atau kegiatan sehari-hari dapat dilakukan melalui kemajuan

    tekonologi. Hal ini membuat melemahnya karakter peduli sosial dalam jati diri

    bangsa Indonesia. Kemajuan teknologi juga meningkatkan karakter individual

    seperti sikap ingin menang sendiri, tidak setia kawan, dan lain-lain (Prabowo

    (2014); Maya (2014). Sikap individual masih ditemukan saat peneliti melakukan

    observasi lapangan ke Kelurahan Cigugur tepatnya di Paseban Tri Panca Tunggal,

    dengan bangunan yang luas peneliti menunggu disekitar aula ketika upacara seren

    taun akan berlangsung. Namun saat sedang menunggu, peneliti ingin bertanya

    kepada warga yang beraktivitas sekitar aula paseban tri panca tunggal tetapi

    respon dari warga sekitar yang tak acuh terhadap keberadaan peneliti bahkan lebih

    membiarkan peneliti untuk menunggu pengurus upacara seren taun tanpa

    menunjukan dimana keberadaan pengurus paseban tri panca tunggal, maka sikap

    tak acuh sangat terlihat dari masyarakat yang beraktivitas sekitar RS Sekar

    Kamulyaan dan gedung paseban tri panca tunggal padahal yang terlihat lebih

    sibuk dengan anggota kelompoknya. Sedangkan sikap individual masih

    ditemukan dari warga sekitar yang lebih mementingkan urusannya masing-maisng

    dibandingkan untuk ikut campur terhadap orang lain.

  • 5

    Dalam upaya menguatkan karakter peduli sosial peneliti menemukan

    beberapa upaya menurut Gina Novi Ambia (2019) dengan judul penelitian Seren

    Taun dan Modernisasi dalam Ekspresi Drywall. Menunjukan bahwa pelaksanaan

    tradisi seren taun dapat menciptakan nilai-nilai kearifan lokal dari budaya sunda

    yaitu gotong royong dan toleransi. Dimana dalam upacara seren taun

    menggabungkan beberapa unsur-unsur seperti berdoa, bersujud, berkorban, makan

    bersama, menari, menyanyi, berseni drama suci, dan lain-lain.

    Sejalan dengan penelitian Reizya Gesleoda Axaiverona & RB. Soemanto

    (2018). Dengan judul penelitian Nilai Sosial Budaya dalam upacara Adat Tetaken.

    Bahwa makna upacara adat dapat melestarikan nilai-nilai peninggalan leluhur

    tanpa harus meninggalkan nilai-nilai agama. Nilai kebudayaan salah satunya

    adalah nilai gotong royong dan kerja sama. Sedangkan Nazamudin (2017).

    Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan

    Negara Republik Indonesia (NKRI). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

    bahwa untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang rukun dan damai tanpa

    membeda-bedakan serta saling tolong menolong, dan tidak saling bermusuhan

    agar agama menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung

    memberikan kemajuan Negara. Melalui kegiatan sosial kemasyakatan, kegiatan

    bersama antar Umat beragama dengan cara tidak memiliki perasaan curiga atau

    permusuhan tidak menyalahkan gama lain, tidak mengganggu ibadah, serta

    menghindari desriminasi agama. Maka pelaksanan upacara seren taun ini dapat

    menguatan kebersamaan dan kerukunan tanpa melihat perbedaan agama.

  • 6

    Sedangkan menurut Annisa Utami, Asep Mulyana, Itaristanti (2016)

    dengan judul penelitian Peran Tradisi Seren Taun dalam Upaya Meningkatkan

    Pewarisan Nilai-nilai dan Budaya di Kalangan remaja Kelurahan Cigugur

    Kabupaten Kuningan. Menyatakan bahwa Tradisi seren taun mengandung nilai

    moral yang sangat berguna bagi manusia. Nilai tersebut tercermin baik dalam

    pelaksanaan yang ditunjukan dalam kerjasama dan gotong royong maupun

    melalui simbol-simbol dalam perlengkapan yang dikenakanya yang berisi tentang

    nasehat-nasehat dalam menjalani kehidupan sebagai manusia dalam

    bermasyarakat. Dari pelaksanaan tradisi seren taun masyarakat dapat menjalin

    hubungan yang baik terlihat dari muncunya nilai positif dalam manusia dan

    kebudayaanya. Nilai-nilai yang didapatkan dari tradisi seren taun adalah nilai

    kebersamaan, nilai kesatuan, nilai gotong royong, nilai religius dan nilai

    pelestarian budaya.

    Selain melalui pelaksanaan Upacara seren taun yang dilakukan secara

    gotong royong oleh masyarakat Kelurahan Cigugur. Menguatkan karakter peduli

    sosial juga dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan seperti kegiatan

    ekstrakulikuler Pramuka dimana kegiatan tersebut wajib diikut oleh semua siswa.

    Ekstrakulikuler pramuka dipilih karena mampu mengembangkan tiga aspek

    penting seperti Kognitif, apektif, serta psikomotor siswa, namun tentu dalam

    kegiatan ini banyak kekurangnya. Karena siswa jarang diikut sertakan dalam

    kegiatan masyarakat padahal tujuan dalam pembelajaran adalah agar dapat

    bermanfaat dalam masyarakat. Oleh karena itu pelaksanaan Upacara seren taun

    merupakan kegiatan yang wajib dilakukan serta mengikut sertakan berbagai

  • 7

    kalangan masyarakat. Pelaksanan upacara seren taun tentu mendapatkan banyak

    manfaat selain sebagai upaya dalam menguatkan karakter peduli sosial, namun

    sebagai bentuk pewarisan budaya yang semakin hari semakin luntur. Nilai

    kemanusian dan ketuhanan merupakan salah satu wujud bagaimana peduli sosial

    tesebut dapat terbentuk.

    Tentu hal tersebut sangat menarik untuk diteliti, karena Kuningan Jawa

    Barat yang mayoritasnya beragama Islam namun banyak kepercayaan yang masih

    hidup dan dipertahankan melalui karakter lokal yang pada akhirnya menjadi suatu

    kearifan lokal diwilayah tersebut. Hidup berdampingan dengan dua agama dan

    satu kepercayaan yang mendominasi seperti Agama Islam, Katolik dan Agama

    Djawa Sunda. Berdasarkan data kepedudukan bahwa perhitungan jumlah

    penduduk Kelurahan Cigugur, menurut Qodim (2017) menyebutkan Jumlah

    pemeluk agama di Kelurahan Cigugur terdiri dari pemeluk agama Islam dengan

    mayoritas terbanyak yaitu 4.075 jiwa, Katolik 2.620 jiwa, Protestan 195 jiwa,

    Penghayat Kepercayaan 176 jiwa, Buddha 12 jiwa, dan Hindu 6 jiwa.

    Keberagaman yang terdapat dalam masyarakat Cigugur baik dalam

    lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakat dapat dijadikan sebagai bahan

    kajian penulis terutama dalam Upacara Seren Taun dalam menjaga keberagaman

    sehingga dapat menguatkan peduli sosial sesama umat beragama. Karena karakter

    peduli sosial tidak hanya diterapkan oleh salah satu agama seperti Islam,

    melainkan diterapkan secara keseluruhan oleh semua umat beragama. Oleh karena

    itu menguatkan karakter peduli sosial tentu bukan hal yang mudah perlu proses

    yang cukup panjang. Perbedaan dalam masyarakat Cigugur dapat menjadi potensi

  • 8

    dalam menguatkan karakter peduli sosial yang nantinya tercipta kesejahteraan dan

    memunculkan kembali karakter gotong royong dalam masyarakat. Menguatkan

    kembali karakter peduli sosial dan menurunkan sikap individual melalui Upacara

    Seren Taun ini. Menurut Ayu (2015) dalam gerakan-gerakan sosial yang disebut

    kepercayaan merupakan hal yang paling penting serta saling bersinergi untuk

    membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi bangsa. Karena upacara

    seren taun bukan sekedar perayaan tetapi sebuah ajang belajar bagi masyarakat.

    Dalam acara menampilkan beberapa kegiatan seperti seminar dengan

    tema tertentu, dimana nantinya mayarakat diberikan ilmu pengetahuan dan

    diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan ahlinya ataupun tokoh masyarakat.

    Kegiatan seperti pengobatan gratis bagi siapa saja yang datang langsung dari Tim

    Medis Rumah Sakit Sekar Kamulyan. Masyarakat diberikan ilmu pengetahuan

    dan diberikan kesempatan tentang Workshop dengan tema Kopi, mulai dari

    pemilihan bibit, penanaman, perawatan, hingga pemasarannya. Tema tersebut

    digunakan dalam upacara seren taun pada tahun 2018. Hal itu dapat melestarikan

    budaya bercocok tanam yang kini sudah jarang ditemukan dalam masyarakat.

    Menurut Dev Wullur (2009). Peduli sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai

    bentuk berdasarkan keyakinan dimana hal tersebut sudah termasuk pola

    kehidupan bangsa Indonesia. Masyarakat selalu bersedia untuk membantu dalam

    peringatan hari besar, misalnya Hari Raya Idul Fitri dan Natal sebagai peringatan

    Umat beragama Islam dan Kristen.

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas penulis tertarik

    terhadap permasalahan tersebut dan dijadikan sebagai bahan penyusunan Skripsi

  • 9

    untuk menyelesaikan studi dengan mengangkat judul Upacara Seren Taun

    dalam Menguatkan Karakter Peduli Sosial Sesama Umat Beragama (Studi

    Kualitatif di Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan).

    B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian

    1. Fokus Penelitain

    Fokus Penelitian ini yaitu Upacara Seren Taun dalam Menguatkan

    Karakter Peduli Sosial Sesama Umat Beragama di Kelurahan Cigugur Kabupaten

    Kuningan Jawa Barat.

    2. Sub Fokus Penelitian

    Untuk memperjelas penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian dalam

    Menguatkan karakter peduli sosial melalui kegiatan kerja sama dan sikap

    toleransi dalam rangkaian Upacara Seren Taun di Gedung Paseban Tri Panca

    Tunggal Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat .

    C. Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan masalah pokok diatas, dalam mempermudah pembahasan

    penelitian, penulis menjabarkan masalah tersebut kedalam beberapa sub masalah

    sebagai berikut:

    1) Bagaimana Wujud Kerjasama dalam Upacara seren taun sebagai upaya

    menguatkan karakter peduli sosial sesama umat beragama ?

    2) Bagaimana sikap toleransi dalam Upacara Seren Taun sebagai upaya

    menguatkan karakter peduli sosial sesama umat beragama ?

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Secara Teoritis

  • 10

    Penelitian ini diharapkan mampu untuk menggali dan menguatkan

    karakter peduli sosial dalam masyarakat Kelurahan Cigugur terutama dalam

    kerja sama dan sikap toleransi untuk meningkatkan kerukunan sesama umat

    beragama.

    2. Manfaat Secara Praktis

    Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

    pengetahuan dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bagi peneliti

    khususnya dan berbagai pihak secara langsung atau tidak langsung. Serta

    memperkaya pengetahuan dan wawasan mengenai Karakter Peduli Sosial

    dalam Upacara Seren Taun.

    3. Manfaat secara Kebijakan

    Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai bagian dalam

    mata kuliah yang menjelaskan bagaimana keberagaman sesama umat

    beragama dan ikut serta melestarikan kebudayaan lokal. Dengan penelitian ini

    dapat menjawab berbagai masalah akan menurunnya karakter gotong royong

    dan meningkatkan peduli sosial sesama umat beragama.

    4. Manfaat secara Isu

    Menurunya karakter peduli sosial sesama umat beragama menjadi

    permasalah yang kursial karena dapat menimbulkan perpecahan. Dengan

    lestarinya budaya lokal seperti Upacara Seren Taun maka dapat menguatkan

    kembali karakter peduli sosial tersebut.