bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.unj.ac.id/3195/5/11. bab i-v.pdf1 bab i...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Definisi tersebut tertera pada UU No.
20 Tahun 2013 tentang SISDIKNAS.
Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri
seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih
baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu
usaha untuk mewujudkan manusia yang seutuhnya, maka usaha
meningkatkat pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di
tingkat Universitas.
Untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional, komponen
terpenting dalam dunia pendidikan yaitu guru. Guru sebagai performer
adalah sosok yang memiliki fokus pada pengajaran dan mengamalkan
banyak hal kepada siswa khususnya dalam pengetahuan yang telah
disusun sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada. Guru begitu
2
diandalkan dalam sebuah proses pembelajaran untuk menunjang
pencapaian tujuan pendidikan terlebih keberhasilan para siswa.
Kebutuhan akan guru yang bermutu merupakan aspek yang
sangat penting pada proses pembelajaran. Berkualitasnya suatu
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh peran guru tersebut pada
pembelajaran. Maka Dalam mewujudkan guru yang profesional,
pemerintah semenjak tahun 2007 mengadakan program sertifikasi bagi
semua guru, baik guru yang berstatus pegawai negeri sipil maupun guru
yang berstatus non-pegawai negeri sipil (swasta).
Pelaksanaan sertifikasi guru merupakan komitmen pemerintah
sebagai implementasi amanat Undang-undang Nomor 14 tahun 2005,
yakni mewujudkan guru yang berkualitas dan profesional. Oleh karena
itu standar guru profesional merupakan sebuah kebutuhan mendasar
yang tidak dapat ditawar lagi.
SEAMEO Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC) adalah
sebuah institusi yang bernaung dibawah Southeast Asian Ministers of
Education Organization (SEAMEO) atau Organisasi Menteri-Menteri
Pendidikan se Asia Tenggara yang bertanggung jawab untuk
mengembangkan Pendidikan Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh di
Asia Tenggara. SEAMOLEC mengembangkan sebuah platform e-
learning yang dapat memfasilitasi beragam Massive Open Online
Course (MOOC) yaitu Flexible Learning Innovation Program (FLIP).
3
FLIP ini menyediakan pelatihan daring (dalam jaringan) dan juga
tersedia bahan ajar terbuka. Salah satu pelatihan daring yang
disediakan oleh SEAMOLEC adalah Online Training “Whiteboard
Animation”. Pelatihan daring ini bertujuan untuk meningkatkan mutu
guru/pendidik.
Proses pengoperasian pelatihan Daring yang mencakup proses
administrasi dan proses pembelajaran, mulai dari perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil dan proses
pembelajaran sampai dengan pengawasan pembelajaran.
Pelatihan daring tersebut sudah terlaksankan dan sebagai yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program tersebut
SEAMOLEC bermaksud untuk melihat sejauh mana hasil dan proses
yang sudah didapatkan dari pelatihan daring tersebut. Peneliti yang ikut
dalam melihat sejauh mana hasil dan proses yang sudah terlaksanakan
memfokuskan pada aspek penilaian dan dukungan layanan sesuai
dengan komponen dan karakteristik yang dikemukakan oleh Badrul
Khan (2005).
Maka dari fenomena - fenomena yang dijelaskan, peneliti
bermaksud akan melakukan penelitian terhadap pelatihan daring yang
sudah terlaksanakan yaitu, Online Training “Whiteboard Animation”
untuk mengukur sejauh mana dukungan layanan dan penilaian peserta
4
yang dilakukan pada pelatihan daring tersebut sebagai suatu standar
pelatihan daring di SEAMOLEC.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebut dapati beberapa
masalah yang teridentifikasi :
1. Bagaimana proses pelatihan daring “White Board Animation”?
2. Bagaimana hasil pelatihan daring “White Board Animation”?
3. Bagaimana dukungan layanan dan penilaian peserta pelatihan
daring “White Board Animation”?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan peneliti
membatasi masalah penelitian pada nomor 3, yaitu:
Bagaimana dukungan layanan dan penilaian peserta pelatihan daring
“White Board Animation”.
D. Rumusan Masalah
Dari ketiga masalah yang teridentifikasi dan pembatasan
masalah yang telah ditentukan, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah:
“Dukungan layanan dan penilaian peserta pelatihan daring “White Board
Animation” seperti apa yang dihasilkan”.
5
E. Tujuan Umum Penelitian
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah dan rumusan masalah yang sudah ditentukan, maka penelitian
ini secara umum bertujuan :
“Melakukan evaluasi dukungan layanan dan penilaian peserta pelatihan
daring “White Board Animation”
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
a. Sebagai bahan masukan dan acuan dalam proses pelatihan
daring di SEAMOLEC
b. Sebagai acuan standar penilaian daring di SEAMOLEC
c. Untuk mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta, penelitian digunakan sebagai
masukan untuk melakukan penelitian evaluasi pada pelatihan,
khususnya pelatihan daring (dalam jaringan).
1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Menurut Scriven (1967) mendefinisikan evaluasi :
“Gathering and combining performance data with weighted set of
goal scales.”1
Dari definisi yang Scriven, dapat disimpulkan bahwasanya evaluasi
merupakan pengumpulan serta pemprosesan data dari hasil dengan
tujuan yang telah di tentukan. Selanjutkan menurut Ralp Tyler (1950),
yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2006) :
“Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana dalam hal apa, dan bagian mana
tujuan pendidikan sudah tercapai.”
Berdasarkan pengertian diatas, evaluasi adalah suatu kegiatan
pengumpulan data untuk menentukan keberhasilan dan ketercapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
Definisi evaluasi menurut Bloom et. al. (1971) seperti yang dikutip
oleh Daryanto (2007):
1 Stephen Isaac dan William B. Michael, Handbook In Research and Evaluation : For Educational and Behavioral Sciences Second Edition (San Diego: EdITS Publisher, 1987), h. 8
7
“Evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence
to determine wheter in fact certain changes are taking place in
the learners as well as to determine the amount of degree of
change in individual student.”2
Maksud dari definisi diatas bahwa evaluasi adalah upaya
pengumpulan fakta-fata secara sistematis dari kenyataan yang terjadi,
apakah terjadi perubahan terhadap pembelajar serta menentukan
tingkatan perubahan pada diri pembelajar.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakkan oleh para
ahli dapat disimpulkan, bahwa evaluasi adalah upaya pengumpulan
fakta dan data yang sistematis untuk menentukan ketercapaian dan
keberhasilan perubahan pada diri pembelajar.
2. Model-model Evaluasi E-Learning
Sukardi (2006) memberikan batasan tentang model atau paradigma
yaitu struktur sejenis berfungsi sebagai penyederhaan konsep yang
digunakan untuk memperoleh pemahaman fenomena yang ingin
diterangkan. Jadi, dengan mempelajari secara intensif tentang model,
seorang evaluator dapat lebih mudah memahami dan kemudian
2 Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 1
8
mengembangkan evaluasi dalam konteks lebih luas yaitu di bidang
pendidikan.3 Berikut adalah model model evaluasi :
a. Formatif and Sumatif Evaluation Model
1) Evaluasi Formatif
Istilah evaluasi formatif dikenalkan oleh Michael Scriven pada
tahun 1967, menurut Scriven evaluasi formatif merupakan Loop
balikan dalam memperbaiki produk. The Program Evaluation
Standards (1994) mendefinisikan evaluasi formatif sebagai
evaluasi yang didesain dan dipakai untuk memperbaiki suatu
objek, terutama ketika objek tersebut sedang dikembangkan.4
Beberapa tujuan evaluasi formatif yaitu untuk mengukur hasil
pelaksanaan secara periodik, untuk mengukur apakah sumber-
sumber telah dipergunakan sesuai dengan rencana dan untuk
menentukan koreksi apa yang harus dilakukan jika terjadi
kesalahan.
Dalam kaitannya dengan evaluasi sumber belajar, evaluasi
sumber belajar, evaluasi formatif bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh program yang dirancang sesuai atau tidak, untuk
meningkatkan kualitas sumber belajar yang sedang digunakan
3 Mochtar Kusuma, Evaluasi Pendidikan (Yogyakarta: Dua Satria Offset, 2006), h. 73 4 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.86
9
dengan mengumpulkan informasi mengenai sumber belajar yang
sedang digunakan apakah diperlukan modifikasi atau revisi.
2) Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir
pelaksanaan program. Evaluasi ini mengukur kinerja akhir objek
evaluasi. Menurut Suparman (1997):
“Berfungsi untuk memperoleh gambaran mengenai hasil yang
telah dicapai pada akhir kegiatan, apakah program itu baik
dan perlu digunakan terus atau perlu ditinggalkan.”5
Evaluasi sumatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan
dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur kecepatan
program. Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi program
pembelajaran dimaksudkan sebagai sarana untuk mengetahui
posisi atau kedudukan individu dalam kelompoknya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi
yang bertujuan untuk melihat keefektifitasan dan keefisienan
sumber belajar yang bertujuan untuk mengambil keputusan-
keputusan untuk terus menggunakan, menghentikan, merevisi
dan memodifikasi sumber belajar tersebut.
5 Atwi Suparman, Desain Instruksional, (Jakarta:PAU-PPAI, 1997), h.211
10
b. Evaluation and The Open University
Menurut Woodley dan Kirkwood (1986), ada enam kategori
informasi evaluasi - dapat dikumpulkan dari pendidikan jarak
jauh6, yaitu :
1. Mengukur aktivitas. Langkah-langkah ini adalah jumlah
jumlah kejadian, orang, dan objek: Catatan administratif
sering menyediakan data untuk pertanyaan aktivitas.
Pertanyaan aktivitas adalah pertanyaan seperti:
• Berapa banyak kursus yang diproduksi?
• Berapa banyak siswa yang dilayani?
• Berapa banyak siswa potensial yang berpaling?
2. Mengukur efisiensi. Ukuran efisiensi sangat erat kaitannya
dengan ukuran aktivitas, dan seringkali catatan
administratif bisa menjadi sumber informasi yang efisien.
Pertanyaan efisiensi yang sering ditanyakan adalah
pertanyaan seperti:
• Berapa banyak siswa yang berhasil menyelesaikan
kursus?
• Berapa rata-rata beban kerja siswa?
6 Michael Simonson. et.al. Teaching and Learning at a Distance: Foundations of Distance Education, 5th Edition. (USA: Pearson,2011). h.351.
11
• Berapa banyak siswa yang terdaftar di kursus
tambahan?
• Berapa biaya kuliahnya?
• Berapa banyak uang yang dihasilkan?
3. Mengukur hasil. Ukuran pembelajaran yang memadai
biasanya dianggap sebagai ukuran paling penting dari
hasil pendidikan jarak jauh. Seringkali, wawancara
dengan peserta didik digunakan untuk melengkapi nilai
kursus guna menemukan persepsi siswa tentang aktivitas
pendidikan jarak jauh. Survei surat juga merupakan cara
yang efisien untuk mengumpulkan informasi hasil dari
pelajar yang jauh.
4. Mengukur dari tujuan program. Beberapa program
pengajaran jarak jauh menentukan tujuan mereka dalam
hal apa dan siapa yang ingin mereka ajarkan, dan
informasi evaluasi dikumpulkan untuk menentukan sejauh
mana tujuan ini terpenuhi. Salah satu tujuan umum
program pendidikan jarak jauh adalah untuk menjangkau
peserta didik yang jika tidak tidak akan menjadi siswa.
Survei peserta didik dapat digunakan untuk
mengumpulkan jenis informasi ini.
12
5. Mengukur dari kebijakan. Evaluasi di bidang kebijakan
sering kali berbentuk riset pasar. Survei calon siswa dan
pengusaha dapat digunakan untuk mengetahui
permintaan akan pendidikan jarak jauh. Evaluasi
kebijakan juga bisa mencakup pemantauan. Siswa dapat
disurvei untuk menentukan apakah uang kuliah terlalu
tinggi, jika kursus yang sesuai ditawarkan, dan jika ada
hambatan untuk sukses, seperti kurangnya akses ke
komputer atau perpustakaan.
6. Tindakan organisasi. Terkadang penting untuk
mengevaluasi institusi pendidikan jarak jauh dalam hal
organisasi internal dan prosedurnya. Evaluator kadang
diminta untuk memantau proses pengembangan kursus
atau penyampaian program untuk membantu organisasi
menjadi lebih efisien. Kategori evaluasi ini memerlukan
kunjungan di tempat, wawancara, dan terkadang
penggunaan jurnal oleh pemimpin organisasi utama.
Keenam kategori evaluasi ini tidak digunakan untuk setiap
pendidikan jarak jauh. Tentu saja, beberapa aktivitas evaluasi
sederhana hampir selalu diperlukan. Penting agar kegiatan
evaluator disesuaikan dengan program Woodley dan Kirkwood
(1986) telah meringkas evaluasi dalam pendidikan jarak jauh
13
sebagai proses yang cukup komprehensif sehingga
menggunakan prosedur yang sesuai dengan kebutuhan program
terhadap kegiatan evaluasi.
c. The AEIOU Approach
Pendekatan AEIOU mirip dengan Woodley dan Kirkwood
karena ini adalah evaluasi komprehensif yang menggunakan
metodologi kuantitatif dan kualitatif.7 Pendekatan ini memiliki dua
tujuan utama sebagai strategi evaluasi. Pertama, model ini
memberikan informasi formatif kepada staf tentang pelaksanaan
proyek mereka. Kedua, memberikan informasi sumatif tentang
nilai proyek dan aktivitasnya. Proses evaluasi AEIOU
menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi pertanyaan
kunci yang diperlukan untuk evaluasi yang efektif. Beberapa
rencana evaluasi hanya menggunakan bagian dari kerangka
kerja, sementara rencana lain yang lebih komprehensif
menggunakan semua komponen. Beberapa contoh pertanyaan
evaluasi yang diajukan dalam proyek pendidikan jarak jauh yang
komprehensif dipresentasikan selanjutnya.8
7 Michael Simonson. et.al. Teaching and Learning at a Distance: Foundations of Distance Education, 5th Edition. (USA: Pearson,2011). h.352. 8 Michael Simonson. et.al. Teaching and Learning at a Distance: Foundations of Distance Education, 5th Edition. (USA: Pearson,2011). h.353.
14
1) Komponen Akuntabilitas (A)
Apakah perencana proyek melakukan apa yang mereka
katakan akan mereka lakukan? Ini adalah langkah pertama
dalam menentukan keefektifan proyek atau kursus dan
ditargetkan pada pencegahan-penambangan jika tujuan dan
kegiatan proyek selesai. Pertanyaan evaluasi biasanya
berpusat pada penyelesaian aktivitas tertentu dan sering
dijawab “ya atau tidak”. Selain itu, jumlah jumlah orang, hal,
dan aktivitas sering dikumpulkan.
2) Komponen Efektivitas (E)
Seberapa baik proyek itu? Komponen proses evaluasi ini
mencoba memberi beberapa nilai pada kegiatan proyek.
Efektivitas pertanyaan sering fokus pada sikap dan
pengetahuan peserta. Jelas, nilai, tes prestasi, dan
persediaan sikap adalah ukuran efektivitas. Yang kurang
jelas adalah cara lain untuk menentukan kualitas. Seringkali,
penilai diminta untuk meninjau materi kursus dan presentasi
kursus untuk menentukan keefektifannya, dan evaluasi
kursus siswa dapat digunakan untuk mengumpulkan reaksi
dari peserta pendidikan jarak jauh.
3) Komponen Impact (I)
15
Apakah proyek, kursus, atau program membuat
perbedaan? Selama tahap evaluasi ini, pertanyaan
difokuskan untuk mengidentifikasi perubahan yang dihasilkan
dari kegiatan proyek, dan terkait dengan hasil proyek atau
kursus yang dinyatakan. Dengan kata lain, jika proyek itu
tidak terjadi, kejadian penting apa yang tidak akan terjadi?
Elemen kunci pengukuran dampak adalah pengumpulan data
longitudinal. Dampak dari kursus pendidikan jarak jauh sering
ditentukan dengan mengikuti kemajuan belajar dalam kursus
berikutnya atau di tempat kerja untuk menentukan apakah
apa yang dipelajari dalam kursus pendidikan jarak jauh
bermanfaat.
4) Komponen Konteks Organisasi (O)
Struktur, kebijakan, atau peristiwa apa dalam organisasi
atau lingkungan membantu atau menghambat proyek dalam
mencapai tujuannya?Komponen evaluasi ini secara
tradisional tidak penting meskipun evaluator sering
mengisyaratkan laporan mereka tentang kebijakan organisasi
yang menghambat atau membantu sebuah program. Baru
saja. Namun, pendidik jarak jauh telah sangat tertarik dengan
analisis kebijakan organisasi untuk menentukan hambatan
terhadap keberhasilan penerapan sistem pendidikan jarak
16
jauh, terutama bila sistem tersebut merupakan kegiatan baru
organ pendidikan tradisional, seperti universitas negeri besar.
5) Komponen Unanticipated Consequences (U)
Perubahan atau konsekuensi apa yang penting terjadi
sebagai akibat dari proyek yang tidak diharapkan? Komponen
pendekatan AEIOU ini adalah untuk mengidentifikasi
perubahan yang tidak diharapkan baik secara positif maupun
negatif yang terjadi sebagai hasil langsung atau tidak
langsung dari proyek atau kursus. Penilai yang efektif telah
lama tertarik untuk melaporkan informasi anekdotal mengenai
proyek atau program yang mereka evaluasi: Baru belakangan
ini kategori informasi ini menjadi penting, terutama karena
pengaruh positif pada evaluasi prosedur kualitatif. Seringkali,
evaluator, terutama evaluator internal yang terlibat aktif dalam
pelaksanaan proyek atau kursus, memiliki banyak
kesempatan untuk mengamati keberhasilan dan kegagalan
selama proses coba-coba memulai program baru.
Konsekuensi yang tak terduga dari pengembangan program
baru atau modifikasi, terutama di bidang pendidikan jarak jauh
yang dinamis, adalah sumber informasi yang kaya mengapa
beberapa proyek berhasil dan yang lainnya tidak. Inti
17
pengukuran hasil yang tidak terduga adalah pengumpulan
data ex post facto.
Model AEIOU adalah model dinamis yang memungkinkan,
evaluator untuk menyesuaikan proses evaluasi program dengan
situasi spesifik yang sedang dipelajari.
Berdasarkan beberapa model evaluasi yang telah dikemukakkan
oleh para ahli, dalam penelitian ini peneliti menggunakan model evaluasi
sumatif yang berfungsi untuk memperoleh gambaran mengenai hasil
yang telah dicapai pada akhir kegiatan, apakah program itu baik dan
perlu digunakan terus atau perlu ditinggalkan.
3. Tujuan Evaluasi
Setiap program yang dilaksanakan pasti memiliki tujuan tertentu
untuk ketercapaian program tersebut secara jelas. Ada dua macam
tujuan evaluasi yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus
diarahkan pada tiap-tiap komponen-komponen program tersebut.9
Menurut Ralp Tyler (1950) tujuan evaluasi yaitu untuk
mengembangkan suatu kebijakan yang bertanggung jawab mengenai
9 Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.27.
18
pendidikan.10 Sedangkan menurut Cronbach (1963) evaluasi
mempunyai tujuan sebagai alat penyedia informasi untuk membuat
keputusan.11 Dengan kata lain bertujuan untuk memperoleh data
penyebab keberhasilan atau ketidakberhasilan dalam program
sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara
perbaikan.
Tujuan-tujuan evaluasi di atas bersifat umum dan menyeluruh.
Sedangkan Worten & James R. Sander (1987) mengemukakan
pendapat tentang tujuan evaluasi yang lebih spesifik, yaitu:
a) Membuat kebijakan dan keputusan,
b) Menilai hasil yang dicapai para pelajar,
c) Menilai kurikulum,
d) Memberi kepercayaan kepada lembaga,
e) Memonitor dana yang telah diberikan, dan
f) Memperbaiki materi dan program pendidikan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
pelatihan daring diadakan bertujuan untuk mengukur sejauh mana
pencapaian tujuan dari suatu program tersebut dengan melihat pada
komponen dan subkomponen dari program tesebut. Hal ini sejalan
10 Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.8. 11 Farida Yusuf TN, Evaluasi Program, (Jakarta :Rineka Cipta, 2000), h.3.
19
dengan tujuan penelitian ini yaitu menilai sejauh mana pelaksanaan
program e-learning yang telah dilaksanakan oleh SEAMOLEC.
B. Kajian E-learning
1. Pengertian E-learning
Menurut Horton (2006) yang dikutip oleh Prawiradilaga (2012) :
“E-Learning is the use of information and computer technologies to
create learning experiences.”
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwasanya e-
learning merupakan penggunaan informasi dan teknologi komputer
untuk menciptakan sebuah pengalaman belajar.
Menurut Holmes dan Gardner (2006) yang dikutip oleh
Prawiradilaga (2012) :
“E-Learning : online access to learning resources, anytime,
anywhere learning experinces.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyediaan
sumber belajar dan menciptakan pengalaman belajar merupakan aspek
terpenting dalam e-learning.
Sementara itu, Badrul Khan (2005) menjelaskan secara lebih luas.
Badhrul Khan menyebutkan :
20
”E-learning can viewed as an innovative approach for delivering
well-designed, learner-centered, interactive, and facilitated learning
environment to anyone, anyplace, anytime by utilizing the attributes
and resources of various digital technologies along with other form
of learning materials suited for open, flexible, and distributed
learning environment.”
Badrul Khan menjelaskan definisi e-learning sebagai pendekatan
inovatif dalam memberikan lingkungan belajar yang dirancang dengan
baik, berpusat terhadap peserta, interaktif, memfasilitasi siapa setiap
peserta, dimanapun, kapanpun dengan memanfaatkan perlengkapan
dan sumber daya berbagai teknologi digital beserta materi
pembelajaran yang bersifat terbuka, fleksibel dan lingkungan yang
mendukung belajar.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh
para ahli, dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi yang dirancang dengan baik
sebagai pendekatan inovatif dalam pengalaman belajar yang bersifat
terbuka dan fleksibel.
21
2. Kerangka E-Learning
Badrul Khan mendekripsikan kerangka dalam e-learning dibagi
menjadi delapan dimensi. Yaitu :
1) Lembaga Penyelenggara (Institutional Issues)
Unsur lembaga yang menyelenggarakan mengurusi masalah
akademik, kesiswaan, administratif, mulai dari perencanaan,
penganggaran, implementasi secara keseluruhan, evaluasi,
monitoring, dan lain-lain.
2) Sistem Pengelolaan (Management Issues)
Unsur yang berkaitan dengan sistem pengelolaan yang terkait
dengan lingkungan pembelajaran dan distribusi informasi.
3) Teknologi yang Digunakan (Tecnological Issues)
Teknologi yang terkait dengan keperluan dalam mendukung
sistem penyelenggaraan e-learning. Hal ini meliputi perencanaan dan
persiapan dalam infrastruktur (internet, LAN, WAN, koneksi,
bandwidth, dan lain-lain) yang diperlukan, hardware dan software
(PC, server, aplikasi software, dan lain-lain) terkait yang diperlukan,
serta peripheral pendukung lain-nya.
4) Sistem Pembelajaran (Pedagogical Issues)
Sistem pembelajaran terkait dengan proses belajar dan mengajar
yang meliputi apa yang dipelajari, apa tujuan pembelajaran yang
22
ingin dicapai, siapa yang belajar, bagaimana strategi pembelajaran
(disain, metode dan media dan/atau teknologi yang digunakan) untuk
mencapai tujuan tersebut, dan bagaimana hasil belajar diukur
(evaluasi).
5) Masalah Etika (Ethical Issues)
Etika dalam penyelenggaraan e-learning dalam praktiknya
diselenggarakan dengan berbagai model. Oleh karena itu, ada sistem
aturan yang mungkin berlaku secara umum (seperti masalah hak
cipta, hak kekayaan intelektual, dan lain-lain) maupun aturan main
yang berlaku khusus (seperti sistem evaluasi, kebijakan khusus, dan
lain-lain).
6) Tampilan e-learning (Interface Issues)
Tampilan program e-learning yang diselenggarakan meliputi
disain antar muka (interface design) yaitu tampilan halaman situs,
navigasi konten, kemudahan penggunaan, interaktivitas, kecepatan
muat (loading speed), dan lain-lain.
7) Dukungan Layanan (Resource Support Issues)
Dukungan Layanan belajar bersifat terbuka, fleksibel dan
terdistribusi yang menjamin akan dukungan layanan online untuk
mendorong lingkungan belajar yang bermakna. Menurut Fultcher dan
Lock (1999) yang dikutip oleh Khan (2005) :
23
“An e-learning institution should have a key component in
showing the students that there is an infrastructure that provides
support the learners need and gives the security that they are
indeed not alone in any of the tasks they are asked to carry
out.”12
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Fultcher dan Lock
dalam e-learning harus terdapat infrastruktur yang mendukung akan
kebutuhan peserta didik dan terdapat layanan bantuan dalam
mengerjakan tugas, sehingga peserta merasa tidak sendirian dalam
mengerjakan tugas yang diberikan. Berikut secara garis besar
pembagian dalam sumber daya bantuan :
a. Dukungan dalam Jaringan (Online Support)
Dukungan dalam jaringan (online support) merupakan
layanan yang membantu terkait dengan bagaimana
pembelajaran dalam e-learning. Berikut adalah garis besar online
support :
1) Instructional and counseling support
Dukungan ini terkait dengan pembelajaran yang terjadi
dalam e-learning. Peserta mendapatkan bimbingan atau
dibimbing dalam proses pembelajaran online berkaitan
12 Khan, Badrul,“Managing E-learning Strategis: Design, Delivery, Implementation and Evaluation”. (USA : Information Science Publishing-Idea Groups, 2005), h. 325.
24
dengan diri sendiri seperti motivasi belajar, mengatur waktu
belajar dan cara belajar dalam e-learning.
2) Technical support
Dukungan teknis merupakan aspek yang terpenting dalam
lingkup e-learning. Dukungan teknis harus menyediakan
bantuan untuk log on, download and upload files, dan
penyelesaian masalah terkait hal-hal teknis.
b. Ketersediaan sumber-sumber (Resources)
Sumber dalam e-learning meliputi dokumen asli, buku-buku
materi, ringkasan, diskusi tentang buku yang dicetak, referensi,
kamus bahasa asing, makalah ilmiah, dan lainnya. Berikut adalah
garis besarnya :
1) Online resources
Sumber yang tersedia dalam jaringan (online resources)
mencakup multimedia, milis, Frequently Asked Questions
(FAQ), glosarium, kamus, e-book, perpustakaan digital,
bacaan yang direkomendasikan, jurnal pribadi dan banyak
lainya. Semua sumber yang tersedia dalam jaringan harus
dibatasi pada apa yang dibutuhkan peserta untuk kursus
tertentu.
25
2) Offline resources
Sumber diluar jaringan (offline resources) mencakup
buku, jurnal, majalah, buletin, surat kabar, dan sebagainya.
Penyelenggaran haruslah memberikan informasi atau
merekomendasikan perpustakaan untuk menemukan
sumber-sumber terkait dengan kursus tertentu.
8) Evaluation Issues
Evaluasi dalam e-learning harus memfokuskan pada orang,
proses dan produk. Aspek yang harus dipertimbangkan dalam
Evaluasi dalam e-learning yaitu bagaimana e-learning dan bahan
pembelajaran direncanakan, dirancang, dikembangkan, disampaikan
serta dipemeliharaannya. Seberapa baik kurus diajarkan dan
didukung, seberapa baik program dan layanan tingkat kelembagaan
disediakan. Kemudian program e-learning dilihat dari stakeholder dan
seberapa baik peserta didik menguasai materi. Berikut adalah
permasalahan yang berkaitan dengan Evaluation Issues secara garis
besar :
26
1) Evaluasi Pengembangan Konten E-Learning (Evaluation of
E-Learning Content Development Process)
Evaluasi proses pengembangan konten e-learning
berkaitan dengan perencanaan, desain, produk dan evaluasi
konten e-learning (lihat gambar 1).
Orang, proses dan produk yang terlibat dalam proses
konten e-learning harus dievaluasi secara menyeluruh
(lihat gambar 2).
Gambar 1. Proses Pengembangan Konten
Gambar 2. People process product continuum for content
development
process
27
- People
Orang-orang yang terkait dengan perencanaan,
perancangan, produksi dan tahap evaluasi pengembangan
konten harus ada dalam evaluasi pengembangan produk.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya orang-orang
yang terkait seperti, subject matter expert, instructional
designer, interface designer, programmer, editor, dan
sebagainya.
- Proses
Perencanaan, perancangan, pengembangan dan
evaluasi merupakan subyek pokok dalam evaluasi
pengembangan proses. Adapun jenis evaluasi proses
termasuk, content review, rapid prototype, alpha class and
beta class. Berbagai alat dan layanan yang digunakan selama
proses pengembangan yaitu, content development /authoring
tool, learning management system (LMS), screen reader
software, accessibility evaluation tool, network server,
hardware vendor services, and software vendor services.
- Product
Pada bagian ini, evaluasi produk perencanaan,
perancangan, produksi, dan tahap evaluasi proses
pengembangan konten dilakukan. Sebagai contoh, project
28
plan, storyboard, materi kursus, dan materi kursus yang
direvisi produk tahap perencanaan, perancangan, produksi,
dan evaluasi konten proses pembangunan masing-masing.
2) Evaluasi Lingkungan E-Learning (Evaluation of E-Learning
Environment)
Ruang lingkup e-learning berbeda dengan kelas tatap muka,
jika dalam kelas tatap muka, peserta biasanya mengevaluasi
instruktur sebagai individu pokok yang mengajarkan kursus
dalam kelas. Namun, e-learning memiliki paradigma yang
berbeda dalam hal ruang lingkup yang bersifat terbuka, fleksibel,
dan terdistribusi. Instruktur hanya salah satu bagian dalam ruang
lingkup e-learning.
Evaluasi ruang lingkup e-learning meliputi;
1. Tim kinerja instruksional yaitu, instruktur, asisten
instruktur, tutor, fasilitator diskusi, moderator, spesialis
objek belajar, tamu pembicara (ahli dari luar).
2. Staf layanan pendukung belajar termasuk sistem
administrasi yaitu, server, data base, layanan bantuan,
layanan bantuan teknis, layanan perpustakaan,
layanan konseling, dan sebagainya.
3. Layanan administrasi seperti, penerimaan,
pendaftaran, pembayaran, toko buku, dan sebagainya.
29
3) Evaluasi Daring pada tingkat program dan kelembagaan
(Evaluation of E-Learning at the Program and Institutional
Levels)
Lembaga harus mengembangkan kriteria evaluasi pada
semua aspek e-learning termasuk: pengembangan dan
penyampaian kursus, lingkungan belajar, dan dukungan
pelayanan. Misalnya, institusi dapat mengembangkan bentuk
evaluasi dengan mengikuti program standar akreditasi yang
ditetapkan oleh akreditasi regional dan internasional.
4) Penilaian Peserta Pelatihan (Assessment of learners)
Penilaian berkaitan dengan keaslian, reliabilitas, format
(contohnya, pilihan ganda, esai, studi kasus, portofolio elektronik,
dan lain-lain.), dan tes karakteristik (misalnya, adaptif dan acak).
Berbagai alat evaluasi dan penilaian bisa dimasukkan ke dalam
kursus e-learning. Tes individual, partisipasi dalam diskusi
kelompok, pertanyaan, dan pengembangan portofolio semuanya
dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan peserta.
Penilaian dalam e-learning harus sesuai dengan pendekatan
pedagogis yang digunakan dalam kursus.
Berdasarkan penjelasan kerangka e-learning yang dikemukakkan
oleh Badrul Khan peneliti mengambil poin nomor 7 (Resource Support
30
Issues) dan 8 (Evaluation Issues) sebagai model evaluasi dalam e-
learning. Poin tersebut sudahlah mencakup kerangka yang lainnya,
maka peneliti memfokuskan pada poin tersebut sebagai prosedur dalam
melakukan evaluasi program e-learning “White Board Animation Based
on Digital Learning Material” di SEAMOLEC.
C. Kajian White Board Animation
1. Profil SEAMOLEC
SEAMOLEC) adalah salah satu Pusat di bawah naungan Menteri
Pendidikan Asia Tenggara Organization (SEAMEO) berurusan
dengan penelitian dan pengembangan, pelatihan, informasi dan
pertukaran teknologi, berbagi keahlian dan sumber daya di dalam
dan di luar daerah di bidang terbuka dan jarak learning (ODL).
Pusat ini didirikan pada tanggal 27 Februari 1997 dan berlokasi
di Jakarta Selatan, Indonesia. Selama lebih dari satu dekade,
SEAMOLEC telah membantu Negara-negara Anggota SEAMEO
untuk mencari solusi alternatif untuk meningkatkan kualitas
masyarakat melalui pembelajaran terbuka dan jarak jauh (ODL).
Dengan pelaksanaan yang efektif dari ODL, SEAMOLEC yakin
ini akan membuka peluang dan akses ke pendidikan berkualitas bagi
semua orang di wilayah tersebut.
31
SEAMOLEC mengembangkan sebuah platform e-learning yang
dapat memfasilitasi beragam Massive Open Online Course (MOOC)
yaitu Flexible Learning Innovation Program (FLIP). FLIP ini
menyediakan pelatihan daring (dalam jaringan) dan juga tersedia
bahan ajar terbuka.
VISI SEAMOLEC
Menjadi pusat keahlian dalam pembelajaran terbuka dan jarak jauh.
MISI SEAMOLEC
Membantu negara-negara anggota SEAMEO dalam mengidentifikasi
masalah pendidikan dan Menemukan solusi untuk pengembangan
sumber daya manusia yang berkelanjutan melalui diseminasi dan
penggunaan pembelajaran terbuka dan jarak jauh yang efektif.
2. Platform E-Learning pada MOOC
Sebuah Massive Open Online Course (MOOC) adalah sistem
pembelajaran berupa kursus online secara besar-besaran dan
terbuka dengan tujuan untuk memungkinkan partisipasi tak terbatas
dan dapat diakses melalui web. Selain menyediakan materi kursus
tradisional seperti video, pembacaan dan pembahasan masalah,
MOOCs juga menyediakan forum pengguna interaktif yang
membantu dalam membangun komunitas untuk mahasiswa, dosen,
dan asisten pengajar (TA). MOOC merupakan perkembangan
terbaru dalam hal pendidikan jarak jauh (e-Learning).
32
SEAMOLEC menggunakan platform berbasis Open edX. Open
edX merupakan platform perangkat lunak open source dari Google
dan edX. Open edX sendiri tidak menyediakan kursus, tetapi
menyediakan sebuah platform perangkat lunak bebas untuk provider
lainnya secara global. Dikembangkan oleh SEAMOLEC menjadi
Flexible Learning Innovation Program (FLIP) yang dapat
memfasilitasi beragam Massive Open Online Course (MOOC) kursus
online serta juga menyediakan Open Educational Resources (OER)/
Bahan ajar terbuka.13
13 http://mooc.seamolec.org/about
Gambar 3. Tampilan FLIP oleh SEAMOLEC
33
MOOC berarti user akan mengikuti kursus online dengan periode
waktu tertentu dan akan mendapatkan bimbingan serta dapat
berinteraksi dengan Instruktur atau mentor. cara berinteraksi salah
satunya dapat melalui forum discussion yang ada pada bagian atas
course atau videoconference, wa, dan media lainnya sesuai petunjuk
pada course.14
OER berarti user diharapkan belajar mandiri tanpa ada Instruktur
atau mentor. semua materi OER dirancang untuk dapat dipalajari
mandiri dan umumnya berbentuk tutorial atau self learning module.15
3. Pelatihan Daring “White Board Animationí”
Pelatihan daring “White Board Animation” merupakan
pelatihan animasi untuk membuat konten video animasi dengan
menyajikan presentasi berbasis animasi (sketsa drawing) yang
mudah dipelajari. Pelatihan ini merupakan salah satu pelatihan yang
terdapat pada Flexible Learning Innovation Program (FLIP) yang
dikembangkan oleh SEAMOLEC yang berbasis Open edX. Peserta
pelatihan akan mengikuti kursus online dengan periode waktu
tertentu dan akan mendapatkan bimbingan serta dapat berinteraksi
dengan Instruktur atau mentor.
14 Ibid 15 Ibid
34
Gambar 4. Tampilan “White Board Animation” pada FLIP
Gambar 5. Tampilan Halaman Pendahuluan “White Board Animation”
35
Platform yang digunakan untuk pelatihan ini adalah Sparkol
Videoscribe yaitu aplikasi online untuk membuat desain presentasi
animasi berlatar putih sebagai media presentasi yang unik dan
kreatif.
a. Tujuan
Pelatihan daring ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pendidik dalam menyajikan
presentasi bahan ajar berbasis animasi yang membantu siswa
dalam menguasai kompetensi materi belajar.
b. Sasaran
Kursus ini sangat bermanfaat untuk:
• Guru dan Dosen dalam menyajikan materi pembelajaran
• Pelaku UKM yang akan mempresentasikan profile usaha
dan produk usaha
• Siswa dan Mahasiswa untuk mengaktualisasikan ide dan
gagasan
c. Materi Pelatihan
Materi yang akan dipelajari terbagi dalam 8 sesi
• Pendahuluan (whiteboard animation).
• Pengenalan Videoscribe (Mendaftar dan Instalasi).
36
• Mengenal Fitur Videoscribe.
• Membuat Animasi Sederhana.
• Merancang Skenario Video Presentasi.
• Menyusun Aset Visual (Gambar).
• Menganimasikan Aset Visual.
• Publish Video (Pengumpulan Portofolio).
d. Kompetensi
Pada akhir pelatihan peserta dapat menyajikan presentasi
bahan ajar berbasis animasi yang membantu siswa dalam
menguasai kompetensi materi belajar.
Indikator Tercapainya Kompetensi :
1. Peserta mampu melakukan instalasi tools whiteboard
animation (videoscribe).
2. Peserta pelatihan dapat menjelaskan fungsi tools yang
ada di videoscribe..
3. Peserta pelatihan dapat menggunakan fitur videoscribe.
4. Peserta pelatihan dapat merancang alur materi/storyline.
5. Peserta pelatihan dapat mengkomposisi animasi sesuai
perencanaan.
6. Peserta pelatihan dapat mampu mempublikasi video
animasi.
37
e. Mekanisme Kursus
• Materi pelatihan dapat diakses menggunakan Platform
MOOC (mooc.seamolec.org).
• Pendampingan dilaksanakan secara online Vicon setiap
hari senin dan kamis, dan grup WhatsApp selama durasi
pelatihan.
• Biaya pelatihan online (gratis).
• Pelatihan bersertifikat (bagi peserta yang aktif mengikuti
vicon dan menyelesaikan tugas selama pelatihan).
f. Jadwal Pelatihan
Pelatihan daring “whiteboard animation” dilaksanakan
pada tanggal 16 s.d 29 Januari 2017 terbagi dalam 8 sesi
tutorial online via (mooc.seamolec.org) selama durasi 2
minggu. Pendampingan dan diskusi secara sinkron antara
peserta dan mentor dilakukan menggunakan Video
Conference setiap hari senin dan kamis pukul 18.00-22.00.
g. Strategi Pembelajaran
• Pelaksanaan kursus dilaksanakan secara daring (online),
materi dan penugasan menggunakan platform MOOC.
38
• Jaringan komunikasi WA yang dibentuk tiap grup
memudahkan koordinasi dan diskusi selama pelatihan
daring.
• Pemantauan informasi peserta dapat mengakses
animasi.seamolec.org.
• Jaringan komunikasi menggunakan Facebook Group, untuk
berbagi hasil karya pengembangan bahan ajar animasi.
Cara bergabung dengan klik bit.ly/animasifb.
• Tugas akhir/paparan hasil praktek peserta membuat video
animasi pembelajaran dan tutorial penggunaan videoscribe
untuk mengukur keterserapan materi daring.
• Bagi peserta yang mengikuti pelatihan hingga selesai dan
lulus akan mendapatkan sertifikat elektronik dari
SEAMOLEC.
h. Spesifikasi Alat Pelatihan
• Peserta menggunakan laptop/komputer
• Menggunakan mouse untuk memudahkan navigasi
• Memiliki koneksi internet
• Spesifikasi minimal komputer
• Intel® Pentium® 4 or AMD Athlon® 64 processor; 2GHz.
• Microsoft® Windows® XP with Service Pack 3, Windows
Vista, Windows 7, or Window 8.
39
• 1GB of RAM.
• Layar 1024×768 display (1280×800 di rekomendasikan)
dengan spesifikasi minimal hardware-accelerated
OpenGL graphics card, 16-bit color, 512MB of VRAM
(Rekomendasi 1 GB).
4. Profil Peserta Pelatihan “White Board Animation”
Peserta yang telah mengikuti pelatihan “White Board Animation”
terdiri dari 5 gelombang (batch) berjumlah total 1.478 peserta yang
dinyatakan lulus. Peserta pelatihan hampir semuanya berprofesi
sebagai guru. Peserta pelatihan berasal dari seluruh provinsi di
Indonesia. Dengan jumlah terbanyak di pulau jawa. Peserta pelatihan
kebanyakan berprofesi sebagai guru terdiri dari guru PAUD, SD,
SMP, SMA dan Dosen di beberapa Universitas. Usia rata-rata
peserta pelatihan berkisar antara 25 – 46 tahun.
D. Penelitian yang Relevan
Sri Suharmini Wahyuningsih pada tahun 2010. Universitas
Indonesia. Penelitian ini berjudul “Evaluasi E-Learning Pendidikan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi (Studi Kasus Di Universitas Terbuka)”.
Penelitian ini mengevaluasi 4 mata kulaih program web suplemen, yaitu:
mata kuliah Pelayanan Bahan Pustaka, Manajemen Perpustakaan,
Dasar-dasar Dokumentasi dan Kerjasama, dan Jaringan Perpustakaan
yang dijadikan sebagai bahan ajar dalam pengajaran menggunakan
40
sistem e-learning. Metode yang digunakan adalah kuantitatif, dengan
mendeskripsikan data yang masuk melalui kuisioner. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah program web suplemen bahan ajar
tersebut responden merasakan manfaat pemahaman yang lebih mudah
dari mata kuliah tersebut, penambahan pengetahuan tentang ilmu
perpustakaan. Selain itu, responden merasa lebih siap dalam
menghadapi ujian semester dengan adanya soal-soal latihan beserta
umpan balik dalam materi web suplemen tersebut.
E. Kerangka Berpikir
Evaluasi adalah upaya pengumpulan fakta dan data yang
sistematis untuk menentukan ketercapaian dan keberhasilan
perubahan pada diri pembelajar. Ketercapaian dan keberhasilan
Dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu
memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu
diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya
program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang
terjadi, baik hal-hal positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal
negatif (yang sebetulnya memang tidak diharapkan).
Evaluasi diadakan bertujuan untuk mengukur sejauh mana
pencapaian tujuan dari suatu program tersebut dengan melihat pada
komponen dan subkomponen dari program tesebut. Program yang akan
41
di evaluasi merupakan pelatihan daring yang diselenggarakan oleh
SEAMOLEC.
E-Learning adalah penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi yang dirancang dengan baik sebagai pendekatan inovatif
dalam pengalaman belajar yang bersifat terbuka dan fleksibel. E-
learning memiliki kerangka yang dijelaskan oleh Badrul Khan yaitu
institutional issues, management issues, tecnological issues,
pedagogical issues, ethical issues, interface issues, resource support
issues, dan evaluation issues. Peneliti memfokuskan kepada resource
support, dan evaluation issues sebagai dasar dalam mengevaluasi e-
learning yang diselenggarakan oleh SEAMOLEC yaitu Pelatihan Daring
White Board Animation.
White Board Animation merupakan pelatihan animasi untuk
membuat konten video animasi dengan menyajikan presentasi berbasis
animasi (sketsa drawing) yang mudah dipelajari. Platform yang
digunakan untuk pelatihan ini adalah Sparkol Videoscribe yaitu aplikasi
online untuk membuat desain presentasi animasi berlatar putih sebagai
media presentasi yang unik dan kreatif.
Berdasarkan pelatihan yang sudah dilaksanakan oleh
SEAMOLEC. Mereka perlu sebuah suatu standar sebagai acuan
penilaian terhadap e-learning yang mereka laksanakan. Maka, dari itu
peneliti bermaksud akan melakukan penelitian terhadap pelatihan
42
daring yang sudah terlaksanakan yaitu, Pelatihan Daring “White Board
Animation” untuk mengukur sejauh mana penilaian dan sumber daya
pendukung yang dilakukan pada pelatihan daring tersebut sebagai
suatu standar pelatihan daring di SEAMOLEC.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program
pelatihan “White Board Animation” di SEAMOLEC ditinjau dari 2 aspek
komponen e-learning yaitu komponen layanan dukungan dan komponen
evaluasi. Berikut merupakan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu;
1. Dukungan layanan dalam jaringan pelatihan e-learning.
2. Ketersediaan sumber dalam pelatihan e-learning.
3. Evaluasi proses pengembangan konten.
4. Evaluasi lingkungan e-learning.
5. Evaluasi pada tingkat program dan kelembagaan.
6. Penilaian terhadap peserta pelatihan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SEAMOLEC dengan penyelenggara,
peserta pelatihan dan ahli evaluasi sebagai subjek penelitian. Penelitian
dilaksanakan pada bulan September – Desember 2017.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode
deskriptif analitis, dengan menggunakan model evaluasi e-learning Badrul
Khan. Metode penelitian deskriptif analitis merupakan jenis penelitian
deskriptif yang dilakukan jika peneliti ingin mengetahui status sesuatu atau
44
sebagainya, maka penelitiannya bersifat deskriptif yaitu untuk
menggambarkan seakurat mungkin suatu fenomena. Hasil yang diperoleh
kemudian dianalisis berdasarkan data yang didapatkan melalui instrumen
berupa penyebaran kuesioner dan wawancara.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah menghasilkan deskripsi atau
gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk
membuktikan suatu hipotesa dikarenakan penelitian ini dirancang hanya
untuk memperoleh informasi tentang suatu fenomena saat penelitian
dilakukan.16 Maka dari itu penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh
mana pelatihan daring sudah berjalan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan dalam jenis penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono penelitian
kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan
triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.17
16 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung:CV ALFABETA, 2007), p. 29 17 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:CV ALFABETA,2009), p. 15
45
Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara
holistik, memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis
data secara induktif, lebih mementingkan proses daripada hasil serta hasil
penelitian yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam
suatu lingkungan dan waktu yang kita tentukan pada waktu
melaksanakan penelitian.18 Jadi dapat dikatakan bahwa populasi
merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini
yaitu, peserta pelatihan yang telah mengikuti program E-Learning
“White Board Animation” yang terbagi dalam 5 gelombang (batch)
dengan jumlah total 1.478 peserta pelatihan, namun karena
keterbatasan waktu maka penelitian ini hanya dibataskan kepada
sebagian dari populasi yang biasa disebut dengan sampel, yaitu sampel
dari 5 gelombang (batch) tersebut.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
contoh atau wakil dengan menggunakan cara tertentu untuk diteliti.
Dalam penelitian ini sampel diambil dengan teknik random sampling,
18 Margono S, Metodologi penelitian pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta,2007) h.118
46
yaitu suatu teknik menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu
yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal.19 Hal ini
dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, baik dalam
keterbatasan waktu maupun biaya. Dari 5 gelombang (batch) yang telah
mengikuti program program E-Learning “White Board Animation” ini,
berjumlah 1.478 peserta pelatihan.
Peneliti menentukan bahwa pengambilan data dilakukan secara
proportional random sampling dari setiap gelombang (batch).
Gelombang 1 diambil sejumlah 30 peserta, gelombang 2 diambil
sejumlah 30 peserta, gelombang 3 diambil sejumlah 30 peserta,
gelombang 4 diambil sejumlah 29 peserta dan gelombang 5 diambil
sejumlah 29 peserta.
Sampling 10% dari populasi, jadi ada 148 peserta yang menjadi
sampling. Penyebaran kuesioner melalui google form kepada peserta
pelatihan berdasarkan data yang diberikan oleh SEAMOLEC. Data
tersebut berisikan nomer handphone yang digunakan sebagai media
penyebaran kuesioner melalui aplikasi komunikasi yaitu, whatsapp.
Pada saat penyebarannya, kuesioner yang kembali adalah
sebanyak 85 kuesioner. Maka sampel yang dapat digunakan sebanyak
85 orang.
19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Bina Aksara,1987),h.16
47
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan teknik pengumpulan data komunikasi tidak langsung,
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik :
1. Menyebar Kuesioner
Kuesioner adalah alat pengumpul data yang terdiri dari sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden20. Kuesioner ini merupakan sumber data utama yang diisi
oleh peserta pelatihan. Kuesioner peserta pelatihan digunakan untuk
mendapatkan data terkait dukungan layanan daring dan ketersediaan
sumber. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner skala likert.
2. Lembar Observasi
Observasi atau yang disebut juga dengan pengamatan meliputi
kegiatan pemerataan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera.21 Melalui lembar observasi untuk
penyelenggara digunakan dalam mengambil data terkait dengan
evaluasi proses pengembangan konten.
3. Melakukan Wawancara
20 Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta 2010) hal.195 21 Ibid 200
48
Wawancara dilakukan dengan tujuan mendapatkan data yang tidak
diperoleh melalui kuesioner. Melalui wawancara ini maka akan
diperoleh pandangan dari penyelenggara dan expert review.
Wawancara untuk penyelenggara digunakan untuk mengambil data
terkait evaluasi proses pengembangan konten, evaluasi lingkungan e-
learning, evaluasi pada tingkat program kelembagaan dan penilaian
terhadap peserta pelatihan.
Wawancara untuk expert review digunakan untuk menjadi
pembanding data yang diambil dari peserta pelatihan dan
penyelenggara pelatihan. Data yang terkait yaitu, dukungan layanan
daring, ketersediaan sumber, evaluasi proses pengembangan konten,
evaluasi lingkungan e-learning dan penilaian terhadap peserta
pelatihan.
F. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini, tahapan pelaksanaan menggunakan model yang
dikemukakkan oleh Badrul Khan. Model Badrul Khan dipilih karena
menawarkan kemudahan dan kelengkapan dalam langkah kegiatannya,
penekanan masalah waktu, dan pada penelitian ini memiliki fokus pada
evaluasi e-learning. Selain itu juga, mengingat keterbatasan waktu, biaya,
dan tenaga peneliti, sehingga model ini dipilih sebagai langkah untuk
melakukan evaluasi e-learning.
49
Berikut merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian,
yaitu:
1. Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan
pelatihan “Web Based Animation”.
2. Menentukan komponen yang akan dievaluasi
3. Mengidentifikasi pertanyaan-pernyataan evaluasi.
4. Menyusun desain evaluasi dan jadwal kegiatan.
5. Pengumpulan dan analisis data.
6. Pelaporan hasil evaluasi.
G. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga mudah untuk diolah.22
Instrumen penelitian yang digunakan disusun berdasarkan definisi
konseptual dan operasional yang dikembangkan menjadi kisi-kisi
instrumen seperti pedoman kuesioner, lembar observasi dan wawancara.
Adapun kisi – kisi yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Bina Aksara,1987),p.129
50
TABEL 3.1. KISI-KISI INSTRUMEN EVALUASI PELATIHAN DARING “WHITE BOARD ANIMATION”
Variabel Sub Variabel Indikator Sub Indikator Sumber
Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Butir
Soal
Evaluasi
Pelatihan Daring
“White Board
Animation” di
SEAMOLEC
1. Resource Support Issue
Dukungan dalam
jaringan Online
Support)
- Adanya bimbingan yang disediakan terkait dengan materi pelatihan.
- Adanya bimbingan konsultasi belajar peserta.
- Adanya pelayanan terkait dengan masalah-masalah teknis yang ditemui.
Peserta Kuesioner 1-5
Ahli Wawancara 1
Ketersediaan sumbe –
sumbe (resources)
- Sumber-sumber yang tersedia dalam jaringan (online) berkaitan dengan materi pembelajaran.
- Sumber diluar jaringan (offline) berkaitan dengan materi pelatihan.
Peserta Kuesioner 6-10
Ahli Wawancara 2-3
2. Evaluation Issue
Evaluasi proses
pengembangan konten
(Evaluation of E-
Learning Content
Development Process)
- Perencanaan sesuai tujuan pelatihan.
- Desain sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
- Produk sesuai dengan indikator pelatihan.
- Evaluasi konten sebagai perbaikan materi pelatihan.
Penyele
nggara
Lembar Observasi 1-5
Wawancara 1
Ahli Wawancara
4
51
Evaluasi lingkungan e-
learning (Evaluation of
E-Learning Environment)
- Penilaian terhadap tim kinerja instruksional
- Penilaian terhadap staf layanan pendukung belajar
- Penilaian terhadap layanan administrasi
Penyele
nggara
Kuesioner 1-12
Wawancara 2
Ahli Wawancara 5
Evaluasi daring pada
tingkat program dan
kelembagaan
(Evaluation of E-
Learning at the Program
and Institutional Levels)
- Lembaga melakukan evaluasi yang berkala terhadap kepuasan peserta.
- Lembaga melakukan evaluasi sebagai perbaikan materi kursus.
Penyele
nggara
Kuesioner 1-9
Wawancara
3
Penilaian peserta
pelatihan
(Assessment of Learners)
- Tersedia penilaian pre-test dan post-test untuk peserta pelatihan.
- Tersedia penilaian untuk mengukur ketercapaian materi kursus seperti (esai, pilihan ganda, dan Benar/Salah).
- Tersedia tempat diskusi untuk peserta dan peserta pelatihan.
Penyele
nggara
Kuesioner 1-8
Wawancara 4
Ahli Wawancara
6-8
52
Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan
menghindari kesalahan maka perlu adanya definisi konseptual dan definisi
operasional sebagai berikut:
1. Definisi Konseptual
Yang Yang dimaksud evaluasi dalam pelatihan program e-
learning “White Board Animation” berdasarkan Scriven,
Prawiradilaga, dan Badrul Khan adalah pengumpulan fakta dan data
secara sistematis untuk mengukur sejauh mana pencapaian dari
komponen dukungan layanan dan komponen evaluasi.
2. Definisi Operasional
Yang dimaksud evaluasi dalam pelatihan program e-learning
“White Board Animation” adalah skor jawaban yang diperoleh dari
penyelenggara, peserta pelatihan dan ahli evaluasi dengan
menggunakan beberapa instrumen. Lembar kuesioner/angket diisi
oleh peserta pelatihan dalam mengambil data dukungan layanan
dan ketersediaan sumber dengan memberi tanda check list (√) pada
setiap pernyataan, dengan menggunakan skala penilaian 1-4,
meliputi sangat tidak setuju, tidak setuju, setuuju dan sangat setuju.
Peneliti disini menggunakan media Google Form untuk
memudahkan pengambilan data dikarenakan peserta pelatihan
yang tersebar diseluruh Indonesia. Lembar kuisioner oleh
penyelenggara pelatihan digunakan dalam mengambil data terkait
53
evaluasi lingkungan e-learning, evaluasi pada tingkat program dan
kelembagaan dan penilaian terhadap peserta pelatihan.
Pedoman wawancara diberikan kepada expert review digunakan
untuk mengambil data layanan dukungan, ketersediaan sumber,
evaluasi proses pengembangan, evaluasi lingkungan e-learning,
dan penilaian terhadap peserta pelatihan. Penyelenggara pelatihan
diberikan pedoman wawancara yang sama hanya saja ditambahkan
indikator evaluasi pada tingkat program dan kelembagaan.
H. Teknik Analisis Data
Berdasarkan pada permasalahan yang diteliti maka, data dikumpulkan,
diolah dan dianalisis secara deskriptif untuk mengambil kesimpulan. Data yang
diperoleh melalui kuesioner kemudian diteliti kebenarannya dan
kesesuaiannya berdasarkan pada kisi-kisi instrumen. Kemudian data tersebut
dikelompokan berdasarkan topik-topik masalah. Data yang telah dikelompokan
tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan perhitungan persentase
statistik sederhana dengan rumus persentase :
𝑷 =𝑭
𝑵𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Jumlah Responden
100% : Angka Tetap
54
Selanjutnya untuk memudahkan dalam memberikan kesimpulan dari setiap
indikator penelitian maka diberikan predikat dari besarnya persentase dari tiap-
tiap indikator penelitian atau setiap butir kuesioner. Oleh Karena itu ditetapkan
rentang persentase untuk membuat kesimpulan yaitu23.
0% : tidak ada
0,1% - 20% : sedikit sekali
20,1%-39,9% :sebagian kecil
40% - 49,9% :hampir sebagian
50% : sebagian
50,1% - 69,9% : lebih dari sebagian tetapi tidak sampai sebagian besar
70% - 89,9% : sebagian besar
90%-99,9% : hampir semua
100% : semua
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
dua buah kuesioner. Kuesioner pertama, untuk komponen resource
support diambil dari peserta pelatihan menggunakan rentang pilihan
Selalu (4), Sering (3), Kadang – kadang (2), dan Tidak Pernah (1).
23 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta, Bumi Aksara, 1999) p.241-243
55
Kuesioner kedua, untuk komponen evaluation issues diambil dari
penyelenggara pelatihan menggunakan rentang pilihan Sangat Baik (4),
Baik (3), Cukup (2) dan Kurang (1).
Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk pilihan jawaban
yang sudah disediakan. Berikut pemberian skor untuk masing-masing
pilihan jawaban :
Tabel 3.2. Skor Untuk Pernyataan Positif dan Negatif
Pilihan Jawaban Skor
Positif Negatif
Selalu / Sangat Baik 4 -
Sering / Baik 3 -
Kadang – kadang / Cukup - 2
Tidak Pernah / Kurang - 1
Data hasil wawancara dan observasi dianalisis melalui reduksi
data, penyajian data dan kesimpulan juga berbentuk deskriptif bersama
hasil data kuesioner.
Selanjutnya untuk memudahkan dalam memberikan kesimpulan
dari setiap indikator penelitian maka hasil dari jumlah respon postif dan
negatif diberikan predikat dari besarnya persentase dari tiap-tiap
indikator penelitian dengan kriteria pada tabel di bawah ini.
56
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Menurut Suharsimi Arikunto24
76% - 100% Sangat Baik
56% - 75% Cukup Baik
40% - 55% Kurang Baik
Kurang dari 40% Tidak Baik
24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.246.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa secara umum tujuan
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan program pelatihan
“White Board Animation” di SEAMOLEC ditinjau berdasarkan komponen dan
karakteristik e-learning menurut Badrul Khan.
Secara Khusus penelitian ini bertujuan menilai seluruh komponen e-learning
pada program “white board animation” berdasarkan kerangka yang
dikemukankan oleh Badrul Khan. Penyajian hasil penelitian dimulai dari
deskripsi data yang akan menampilkan hasil dari kuesioner yang diberikan
kepada peserta pelatihan mengenai pelaksanaan program E-Learning “White
Board Animation”. Kemudian hasil dari deskripsi data kuesioner dan
wawancara yang diberikan kepada penyelenggara pelatihan dan ahli evaluasi
mengenai pengembangan, lingkungan, kelembagaan dan penilaian pada
program E-Learning “White Board Animation”.
A. Deskripsi Data penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan khusus penelitian, maka
deskripsi data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yang terkait
dengan (1)Resource Support Issue; dan (2)Evaluation Issue.
58
1. Resource Support Issue
Pengambilan data resource support issue dilakukan dengan
kuesioner untuk peserta pelatihan dan wawancara oleh ahli (expert).
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 19 Desember 2017 – 06
Januari 2018. Berikut adalah data yang dapat disajikan :
a. Dukungan Dalam Jaringan
1) Deskripsi Kuesioner
Tabel 4.1. Perolehan data kuesioner untuk dukungan
layanan peserta
No Pernyataan Penilaian
4 3 2 1
1. Saya diberikan kesempatan
untuk bertanya kepada
tutor terkait materi
pelatihan
63
(74.1%)
20
(23.5
%)
2
(2.4%)
0
(0%)
2. Saya mendapatkan panduan
dalam mengerjakan
tugas-tugas yang
diberikan
65
(76.5%)
19
(22.4%)
1
(1.1%)
0
(0%)
3. Saya mengikuti pre-test
untuk mengidektifikasi
kemampuan untuk
pelatihan daring (online)
37
(43.5%)
20
(23.5%)
18
(21.2%)
10
(11.8%)
4. Saya mendapatkan
bimbingan konseling
terhadap kemampuan
21
(24.7%)
42
(49.4%)
16
(18.8%)
6
(7.1%)
59
pribadi dalam pelatihan
daring (online)
5. Saya mendapatkan
pelayanan teknis terkait
masalah-masalah yang
terjadi dalam pelatihan
daring (online)
45
(52.9%)
38
(44.7%)
1
(1.2%)
1
(1.2)
Rata – rata 54.34 % 32.7% 8.96% 4%
Grafik 1
Hasil Kuesioner Peserta Pelatihan Dukungan Dalam Jaringan
74,1 76,5
43,5
24,7
52,9 54,34
23,5 22,4 23,5
49,444,7
32,7
2,4 1,2
21,2 18,8
1,2
8,96
0 0
11,87,1
1,24,02
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Butir 1 Butir 2 Butir 3 Butir 4 Butir 5 Rata-rata
Skor Jawaban Responden
60
2) Deskripsi Wawancara
Wawancara dilakukan oleh satu expert review, berikut
adalah deskripsi dari wawancara :
Tabel 4.2. Peroleh data wawancara untuk dukungan
dalam jaringan oleh expert review
Sumber Pertanyaan Jawaban
Expert
review
1. Bagaimana
menurut anda
dukungan
layanan peserta
pada kursus
“white board
animation”?
Baik, memadai. Apakah
dimungkinkan bantuan
bagi peserta untuk
menggunakan "format
flowchart" (bukan naratif
biasa) dengan demikian
ada aspek
'estetika/keindahan dan
kreatifitas' mengingat
penyaji selalu
menekankan kreatifitas.
Dengan demikian PD
dapat terinspirasi
61
bagaimana 'membentuk
kreatifitas tersebut.
b. Ketersediaan Sumber – sumber
1) Deskripsi Kuesioner
Tabel 4.3. Peroleh data kuesioner untuk ketersediaan
sumber belajar oleh peserta
6. Terdapat link, e-book,
video, audio, dan sumber
bacaan yang sesuai
dengan materi pelatihan
64
(75.3%)
20
(23.5%)
1
(1.2%)
0
(0%)
7. Tersedianya mesin pencari
(search engine) untuk
menemukan sumber yang
diinginkan
42
(49.4%)
39
(45.9%)
3
(3.5%)
1
(1.2%)
8. Saya dapat mengunggah
dan mengunduh materi
pelatihan
66
(77.6%)
16
(18.8%)
3
(3.5%)
0
(0%)
9. Tersedia sumber-sumber
belajar diluar jaringan
(offline) seperti, referensi
buku bacaan dan pdf
28
(32.9%)
37
(43.5%)
15
(17.6%)
5
(5.9%)
10. Saya diberikan tugas
dalam bentuk diluar
jaringan (offline) yang
berkaitan dengan materi
pelatihan
38
(44.7%)
32
(37.6%)
13
(15.3%)
2
(2.4%)
62
Rata – rata 55,98% 33.86% 8.22% 1.9%
Berikut merupakan diagram hasil kuesioner pada peserta
pelatihan ketersediaan sumber:
Grafik 2 Hasil Kuesioner Peserta Pelatihan Ketersediaan Sumber –
sumber
2) Deskripsi Wawancara
Wawancara dilakukan oleh satu expert review, dari dua
pertanyaan dalam wawancara, berikut adalah tabel deskripsi
wawancara :
Tabel 4.4. Peroleh data wawancara untuk ketersediaan
sumber – sumber oleh expert review
Sumber Pertanyaan Jawaban
75,3
49,4
77,6
32,9
44,7
55,98
23,5
45,9
18,8
43,537,6
33,86
1,2 3,5 3,5
17,6 15,38,22
0 1,2 05,9
2,4 1,9
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Butir 6 Butir 7 Butir 8 Butir 9 Butir 10 Rata-rata
Skor Jawaban Responden
Sangat setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
63
Expert
review
2. Bagaimana
menurut anda
ketersediaan
sumber bantuan
belajar dalam
jaringan (online)
pada kursus “white
board animation”?
Ketersediaan sumber
bantuan belajar (online)
relatif memadai, jika
terlalu banyak tentu
akan membingungkan.
3. Bagaimana
menurut anda
ketersediaan
sumber bantuan
belajar di luar
jaringan (offline)
pada kursus “white
board animation”?
Ketersediaan sumber
bantuan belajar dalam
jaringan (offline) pada
kursus “white board
animation” sudah
lengkap.
64
2. Evaluation Issue
Pengambilan data pada tahap ini yaitu dengan pedoman observasi,
kuesioner dan wawancara oleh penyelenggara pelatihan dilakukan
pada tanggal 20 Desember 2017 dan wawancara oleh ahli (expert) pada
tanggal 30 – 31 Desember 2017. Berikut data yang diperoleh dari hasil
penyebaran kuesioner dan wawancara yang dapat disajikan.
a. Evaluasi Proses Pengembangan Konten
1) Deskripsi Lembar Observasi
Perencanaan dilakukan sesuai dengan tujuan pelatihan
berdasarkan pelatihan tatap muka kemudian dijadikan pelatihan
daring dengan diujicobakan dahulu. Kompetensi dan indikator
pembelajaran sesuai dengan tujuan pelatihan yang sama
berdasarkan pelatihan tatap muka.
Disain pelatihan seperti storyboard dilakukan oleh ahli
yaitu PIC (personal in charge) yang kemudian dikonsultasikan
kepada ahli lainnya. Proses produksi bahan ajar dilakukan dan
dikerjakan oleh SEAMOLEC. Evaluasi bahan ajar dilakukan
dalam bentuk improvisasi strategi pelatihannya.
2) Deskripsi Wawancara
Wawancara dilakukan oleh satu expert review dan satu
penyelenggara, dari dua pertanyaan dalam wawancara,
65
pertanyaan yang berkaitan evaluasi proses pengembangan
konten yaitu :
Tabel 4.5. Perolehan data wawancara untuk evaluasi
proses pengembangan konten oleh expert review dan
penyelenggara
Sumber Pertanyaan Jawaban
Expert Review 4. Bagaimana menurut
anda proses
pengembangan
konten sesuai dengan
indikator ?
Memang sudah menunjukan
adanya kompetensi
menyajikan presentasi
bahan ajar berbasis animasi.
Menyajikan adalah
'menggunakan BA Animasi
dalam penyajian materi".
Penyelenggara 1. Bagaimana proses
evaluasi
pengembangan
konten yang
dilakukan di
SEAMOLEC ?
Proses evaluasi
pengembangan konten
dilakukan dan dibuat oleh
SEAMOLEC dalam setiap
mata diklat ditunjuk satu
orang sebagai PIC (Personal
In Charge) bertanggung
jawab dalam merumuskan
66
tujuan, strategi, kompetensi,
evaluasi dan juga konten
yang dikembangan.
Kemudian dikonsultasikan
kepada ahli.
b. Evaluasi Lingkungan E-Learning
1) Deskripsi Kuesioner
• Penilaian terhadap kinerja instruktur
Tabel 4.6. Perolehan data kuesioner untuk penilaian
terhadap kinerja instruktur oleh penyelenggara
No Pernyataan
Penilaian
4
SB
3
B
2
C
1
K
1. Instruktur memiliki kemampuan
komunikasi tertulis
0% 100% 0% 0%
2. Instruktur memiliki kemampuan
komunikasi lisan
0% 100% 0% 0%
3. Instruktur memiliki kemampuan
untuk melakukan pelatihan
daring (Online)
0% 100% 0% 0%
4. Instruktur memiliki tingkat antusias
yang tinggi dalam
mengajarkan materi pelatihan
0% 100% 0% 0%
67
5. Instruktur memotivasi peserta
pelatihan untuk aktif dalam
kursus
0% 100% 0% 0%
Rata-rata 0% 100% 0% 0%
Berikut merupakan diagram hasil kuesioner penilaian
kinerja instruktur:
Grafik 3 Hasil Kuesioner Penilaian Kinerja Instruktur
• Penilaian terhadap kinerja staff layanan pendukung
Tabel 4.7. Perolehan data kuesioner untuk penilaian
terhadap kinerja staff layanan pendukung oleh
penyelenggara
No Pernyataan
Penilaian
4
SB
3
B
2
C
1
K
0 0 0 0 0 0
100 100 100 100 100 100
0 0 0 0 0 00 0 0 0 0 00
20
40
60
80
100
120
Butir 1 Butir 2 Butir 3 Butir 4 Butir 5 Rata-rata
Skor Jawaban Responden
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
68
6. Teknisi spesialis 100% 0% 0% 0%
7. Pelayanan Perpustakaan 0% 100% 0% 0%
8. Pelayanan Konseling 0% 100% 0% 0%
9. Layanan Peserta 0% 100% 0% 0%
Rata-rata 25% 75% 0% 0%
Berikut merupakan diagram hasil penilaian kinerja staff
layanan pendukung:
Grafik 4
Hasil Kuesioner Penilaian Kinerja Staff Layanan Pendukung
• Penilaian terhadap layanan administrasi
Tabel 4.8. Perolehan data kuesioner untuk penilaian
terhadap layanan administrasi oleh penyelenggara
No Pernyataan
Penilaian
4
SB
3
B
2
C
1
K
10. Penerimaan 0% 100% 0% 0%
100
0 0 0
25
0
100 100 100
75
0 0 0 0 00 0 0 0 00
20
40
60
80
100
120
Butir 6 Butir 7 Butir 8 Butir 9 Rata-rata
Skor Jawaban Responden
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
69
11. Pendaftaran 0% 100% 0% 0%
12. Pembayaran 0% 100% 0% 0%
Rata-rata 0% 100% 0% 0%
Berikut merupakan diagram hasil penilaian layanan
administrasi:
Grafik 5 Hasil Kuesioner Penilaian Layanan Administrasi
2) Deskripsi Wawancara
Wawancara dilakukan oleh satu expert review dan satu
penyelenggara, dari dua pertanyaan dalam wawancara,
pertanyaan yang berkaitan evaluasi lingkungan e-learning yaitu
:
0 0 0 0
100 100 100 100
0 0 0 00 0 0 00
20
40
60
80
100
120
Butir 10 Butir 11 Butir 12 Rata-rata
Skor Jawaban Responden
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
70
Tabel 4.9. Perolehan data wawancara untuk evaluasi proses
pengembangan konten oleh expert review dan
penyelenggara
Sumber Pertanyaan Jawaban
Expert Review 5. Bagaimana menurut
anda penilaian
terhadap kinerja
instruktur di dalam
kursus ?
Instruktur terdengar interaktif,
namun perlu diingat interaksi
yang tercipta bukanlah
interaksi antara seorang
'penyiar radio' dengan
pendengarnya. Melainkan
interaksi yang terjalin antara
seorang instruktur yang lebih
'tertib' menjelaskan alur.
Instruktur terdengar sering
menyelipkan kiat atau tips
membuat animasi. Akan
lebih baik jika ia atau tim
membuat tersendiri sebagai
bagian dari materi yakni
learning object "kiat-kiat
71
dalam memproduksi
animasi" sebagai contoh.
Penyelenggara 2. Bagaimana proses
evaluasi lingkungan
yang berkaitan
dengan pelatihan
daring di
mooc.seamolec.com
?
Untuk instruktur terdapat grup
whatsapp sebagai media
interaksi dengan peserta
pelatihan. Instruktur disini
memposisikan diri sebagai
fasilitator karena fasilitastor
bisa juga belajar kepada
peserta pelatihan. Terkait
permasalahan teknis
disampaikan melalui video
conference karena dapat
dibimbing langsung.
c. Evaluasi pada Tingkat Program dan Kelembagaan
1) Deskripsi Kuesioner
• Penilaian kepuasan peserta
72
Tabel 4.10 Perolehan data kuesioner untuk penilaian
kepuasan peserta oleh penyelenggara
No Pernyataan
Penilaian
4
SB
3
B
2
C
1
K
1. Penilaian pemasaran/pengenalan
e-learning
100% 0% 0% 0%
2. Efektivitas kemitraan
penyelenggara e-learning
dengan institusi lain
100% 0% 0% 0%
3. Kursus menyediakan tombol
umpan balik langsung
disebagian halaman untuk
peserta sebagai peningkatan
kursus
100% 0% 0% 0%
4. Kursus memberikan kesempatan
kepada peserta untuk
memberikan umpan balik
kepada penyelenggara terkait
kualitas, manfaat dan
kekurangan
100% 0% 0% 0%
5. Penyelenggara melakukan survei
terhadap kepuasan peserta
terhadap kursus.
0% 100% 0% 0%
Rata-rata 80% 20% 0% 0%
73
Berikut merupakan diagram hasil penilaian kepuasan
peserta :
Grafik 6
Hasil Kuesioner Penilaian Kepuasan Peserta
• Lembaga melakukan evaluasi sebagai perbaikan materi
kursus
Tabel 4.11. Perolehan data kuesioner untuk evaluasi
sebagai perbaikan materi kursus oleh
penyelenggara
No Pernyataan
Penilaian
4
SB
3
B
2
C
1
K
100 100 100 100
0
80
0 0 0 0
100
20
0 0 0 0 0 00 0 0 0 0 00
20
40
60
80
100
120
Butir 1 Butir 2 Butir 3 Butir 4 Butir 5 Rata-rata
Skor Jawaban Responden
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
74
6. Apakah lingkungan belajar
interaktif
100% 0% 0% 0%
7. Apakah penyelenggara
menyimpan catatan tingkat
penyelesaian setiap kursus
0% 100% 0% 0%
8. Apakah materi kursus ditinjau
setiap semester atau kuartalan
untuk menjaga kualitas kursus
0% 100% 0% 0%
9. Seberapa efektif infrastruktur
teknologi untuk kurus
0% 100% 0% 0%
Rata-rata 25% 75% 0% 0%
Berikut merupakan diagram hasil evaluasi perbaikan
kursus :
Grafik 7 Hasil Kuesioner Evaluasi Perbaikan Kursus
100
0 0 0
25
0
100 100 100
75
0 0 0 0 00 0 0 0 00
20
40
60
80
100
120
Butir 6 Butir 7 Butir 8 Butir 9 Rata-rata
Skor Jawaban Responden
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
75
2) Deskripsi Wawancara
Wawancara dilakukan oleh satu penyelenggara, dari
pertanyaan dalam wawancara, pertanyaan yang berkaitan
dengan evaluasi pada tingkat program dan kelembagaan yaitu :
Tabel 4.12. Perolehan data wawancara untuk evaluasi
pada Tingkat Program dan Kelembagaan oleh penyelenggara
Sumber Pertanyaan Jawaban
Penyelenggara 3. Bagaimana
penyelenggara
mengevaluasi
program e-learning ?
Evaluasi program ¬e-learning
ini atau mooc.seamolec.com
dilakukan dengan
memberikan kuesioner
kepada peserta setiap
selesai mata diklat.
Perbaikan program e-
learning dilakukan dengan
improvisasi strategi
pelatihan. Promosi kursus,
dilakukan melalui sosial
media kami dan juga
memposting beberapa
76
pelatihan di halaman
Facebook KEMENDIKBUD.
d. Penilaian Terhadap Peserta Pelatihan
1) Deskripsi Kuesioner
• Tersedia penilaian pre-test dan post-test untuk peserta
pelatihan
Tabel 4.13. Perolehan data kuesioner untuk penilaian
pre-test dan post-test oleh penyelenggara
No Pernyataan
Penilaian
4
SB
3
B
2
C
1
K
1. Pre-test yang diberikan sesuai
dengan materi pelatihan
0% 100% 0% 0%
2. Post-test yang diberikan sesuai
dengan materi pelatihan
0% 100% 0% 0%
3. Tugas yang diberikan sesuai
dengan materi pelatihan
100% 0% 0% 0%
Rata-rata 33,33% 66,67% 0% 0%
77
Berikut merupakan diagram hasil penilaian pre-test dan
post-test :
Grafik 8
Hasil Kuesioner Penilaian Pre-test dan Post-test
• Tersedia penilaian untuk mengukur ketercapaian materi
kursus seperti (esai, pilihan ganda dan Benar/Salah)
Tabel 4.14. Perolehan data kuesioner untuk
penilaian untuk mengukur ketercapaian materi
kursus
No Pernyataan
Penilaian
4
SB
3
B
2
C
1
K
0 0
100
33,33
100 100
0
66,67
0 0 0 0,000 0 0 0,000
20
40
60
80
100
120
Butir 1 Butir 2 Butir 3 Rata-rata
Skor Jawaban Responden
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
78
4. Apakah peserta diberikan
kesempatan menunjukkan hasil
belajar/tugas akhir
100% 0% 0% 0%
5. Apakah kursus memberikan
penilaian yang jelas
100% 0% 0% 0%
6. Apakah diberikan waktu yang
cukup untuk menyelesaikan
tugas kursus
100% 0% 0% 0%
Rata-rata 100% 0% 0% 0%
Berikut merupakan diagram hasil penilaian untuk
mengukur ketercapaian materi kursus :
Grafik 9 Hasil Kuesioner Penilaian untuk Mengukur Ketercapaian Materi
Kursus
• Tersedia tempat diskusi untuk peserta pelatihan
100 100 100 100
0 0 0 00 0 0 00 0 0 00
20
40
60
80
100
120
Butir 4 Butir 5 Butir 6 Rata-rata
Skor Jawaban Responden
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
79
Tabel 4.15. Perolehan data kuesioner untuk tersedia
tempat diskusi untuk peserta pelatihan oleh
penyelanggara
No Pernyataan
Penilaian
4
SB
3
B
2
C
1
K
7. Apakah peserta diberikan
kesempatan untuk berdiskusi di
dalam kursus
100% 0% 0% 0%
8. Apakah didalam kursus peserta
diharuskan berdiskusi
100% 0% 0% 0%
Rata-rata 100% 0% 0% 0%
Berikut merupakan diagram hasil tersedia tempat diskusi
untuk peserta pelatihan :
Grafik 10
100 100 100
0 0 00 0 00 0 00
20
40
60
80
100
120
Butir 7 Butir 8 Rata-rata
Skor Jawaban Responden
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
80
Hasil Kuesioner Tersedia Tempat Diskusi untuk Peserta Pelatihan
2) Deskripsi Wawancara
Wawancara dilakukan oleh satu expert review dan satu
penyelenggara, diberikan tiga pertanyaan wawancara kepada
expert review dan satu pertanyaan kepada penyelenggara
pelatihan. Pertanyaan yang berkaitan penilaian terhadap
peserta pelatihan yaitu :
Tabel 4.16. Perolehan data wawancara untuk penilaian
peserta pelatihan oleh expert review dan penyelenggara
Sumber Pertanyaan Jawaban
Expert review 6. Bagaimanakah
menurut anda
ketersediaan pre-test
dan post-test di
dalam kursus ?
Salah satu fungsi pre-test
adalah untuk memprediksi
penguasaan kompetensi
setelah materi diberikan.
Pelatihan ini
mempergunakan pretest dan
post-test untuk 'menghapal'
materi. Jika kompetensinya
terkait dengan membuat
atau memproduksi, maka
mungkin saja pre-test dan
81
(atau post-test) dengan
format tes obyektif TIDAK
diberikan juga tidak apa-apa.
7. Apakah tersedia
kriteria penilaian
untuk mengukur
ketercapaian materi
kursus ?
Penilaian rubrik sudah tepat,
namun yang harus
diperhatikan adalah apakah
format penilaian rubrik
tersebut sudah 'mengukur
atau menakar' kompetensi
yang harus dimiliki oleh PD
dalam membuat BA animasi.
Masih ada kelemahan aspek
penilaian seperti hasil dan
'value' atas BA animasi.
8. Bagaimana menurut
anda tersedia tempat
diskusi (online) untuk
peserta pelatihan ?
Diskusi sebaiknya lebih
terarah atau bertema. Hal
ini membedakan antara
diskusi dan obrolan
secara daring.
Penyelenggara 4. Bagaimana proses
penilaian terhadap
Rubrik yang transparan, alasan
mereka tidak lulus kami
82
peserta pelatihan
daring?
sampaikan. Diberikan waktu
mengerjakan tugas 2 pekan
akhir untuk mengerjakan
tugas.
Pre Test, beberapa mata diklat
ada Pre Test dan Post Test.
Sedangkan di materi diklat
wba fokus kepada produksi
hasil bahan ajarnya saja.
Diskusi Forum dan grup
whatsapp ada. Juga
terdapat video conference 4
kali video conferense
selama pelatihan. Konsultasi
melalui grup whatsapp.
Instruktur memposisikan diri
sebagai fasilitator.
B. Analisis data
Berdasarkan pada deskripsi data diatas, maka diperoleh gambaran
mengenai pelaksanaan pelatihan daring “White Board Animation”. Dalam
83
pembahasan ini peneliti akan membagi berdasarkan komponen yang telah
dijelaskan sebelumnya, yang terdiri atas: (1) Resource Support Issue; dan
(2) Evaluation Issue.
Untuk memudahkan proses analisis data, peneliti mengkategorikan
opsi jawaban pada kuesioner menjadi dua respon, yaitu respon positif dan
respon negatif. Respon positif dikategorikan untuk jawaban Selalu dan
Sering/Sangat Baik dan Baik, sedangkan respon negatif dikategorikan untuk
jawaban Kadang – kadang dan Tidak Pernah/Cukup dan Kurang.
Berikut analisis data hasil penelitian secara rinci :
1. Resource Support Issue
Terdapat 10 butir peryataan dalam lembar kuesioner yang diisi
oleh peserta pelatihan dan ditambahkan wawancara oleh satu orang
expert review, butir pernyataan tersebut dikelompokan menjadi 2
indikator yaitu, dukungan layanan daring dalam pelatihan e-learning dan
ketersediaan sumber dalam pelatihan e-learning.
Resource support issue yang menurut Badrul Khan dalam e-
learning harus terdapat infrastruktur yang mendukung akan kebutuhan
peserta didik dan terdapat layanan bantuan dalam mengerjakan tugas,
sehingga peserta merasa tidak sendirian dalam mengerjakan tugas
yang diberikan. Secara umum penyelenggaraan program White Board
Animation telah sesuai dengan komponen dukungan layanan.
84
Grafik 11 Hasil Keseluruhan Kuesioner Resource Support Issues
Data yang peneliti dapatkan di lapangan menunjukkan bahwa
lebih dari sebagian tetapi tidak sampai sebagian besar responden
menyatakan penyelenggaraan program “White Board Animation” telah
menerapkan komponen e-learning, yaitu Resource Support Issues.
Berikut ini hasil analisa berdasarkan kuesioner untuk peserta pelatihan
dan didukung juga dari hasil wawancara oleh expert review yaitu:
a. Dukungan Layanan Daring.
Dukungan layanan daring (online support) merupakan layanan
yang membantu terkait dengan bagaimana pembelajaran dalam e-
learning.
Berdasarkan pernyataan butir 1 pada kuesioner yang diisi oleh
peserta pelatihan maka yang mendapatkan hasil rata-rata respon
55,2
33,3
8,6
3
0
10
20
30
40
50
60
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Skor Jawaban Responden
85
positif yaitu 97,6%. Hal ini menjelaskan bahwa hampir semua
peserta pelatihan mendapatkan kesempatan untuk bertanya
kepada tutor. Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu 2,4%,
yang menunjukan sedikit sekali peserta pelatihan tidak mendapat
kesempatan untuk bertanya kepada tutor.
Berdasarkan pernyataan Butir 2 diperoleh rata-rata hasil
persentase dengan respon positif yaitu 98,9% yang artinya hampir
semua peserta pelatihan mendapatkan panduan dalam
mengerjakan tugas. Sedangkan rata-rata dari perolehan respon
negatif yaitu 1,1% yang artinya sedikit sekali peserta pelatihan tidak
mendapatkan panduan dalam mengerjakan tugas.
Berdasarkan pernyataan Butir 3 diperoleh rata-rata hasil
persentase dengan respon positif yaitu 67% yang artinya lebih dari
sebagian tetapi tidak sampai sebagian besar peserta pelatihan
mengikuti pre-test untuk mengidentifikasi kemampuan untuk
pelatihan daring. Sedangkan rata-rata dari perolehan respon negatif
yaitu 33% yang artinya sebagian kecil peserta pelatihan tidak
mengikuti pre-test untuk mengidentifikasi kemampuan untuk
pelatihan daring.
Berdasarkan pernyataan Butir 4 diperoleh rata-rata hasil
persentase dengan respon positif yaitu 74,1% yang artinya
86
sebagian besar peserta pelatihan mendapatkan bimbingan
konseling terhadap kemampuan pribadi dalam pelatihan daring
(online). Dan diperoleh respon negatif yaitu 24,9% yang artinya
sebagian kecil peserta pelatihan tidak mendapatkan bimbingan
konseling.
Berdasarkan pernyataan butir 5 pada kuesioner yang diisi oleh
peserta pelatihan maka yang mendapatkan hasil rata-rata respon
positif yaitu 97,6%. Hal ini menjelaskan bahwa hampir semua
peserta pelatihan menyatakan bahwa mendapatkan pelayanan
teknis terkait masalah-masalah yang terjadi dalam pelatihan daring
(online). Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu 2,4%, yang
menunjukan sedikit sekali peserta pelatihan tidak mendapat
mendapatkan pelayanan teknis.
Dari 5 butir kuesioner maka didapatkan kesimpulan bahwa
sebagian besar responden menyatakan dukungan layanan daring
sudah sesuai. Hal ini diperkuat oleh expert review yang menyatakan
dukungan layanan ini sudah baik dan memadai. Saran saja untuk
penyajian dapat dibuat lebih menarik atau lebih kreatif mengingat
penyaji selalu menekankan kreatifitas.
87
b. Ketersediaan Sumber – sumber.
Sumber dalam e-learning meliputi dokumen asli, buku-buku
materi, ringkasan, diskusi tentang buku yang dicetak, referensi,
kamus bahasa asing, makalah ilmiah, dan lainnya.
Berdasarkan pernyataan butir 6 pada kuesioner yang diisi oleh
peserta pelatihan maka yang mendapatkan hasil rata-rata respon
positif yaitu 98,8%. Hal ini menjelaskan bahwa hampir semua
peserta pelatihan menyatakan terdapat media dan sumber belajar
yang sesuai dengan materi. Dan perolehan rata-rata respon negatif
yaitu 1,2%, yang menunjukan sedikit sekali peserta pelatihan
menyatakan tidak terdapat media dan sumber belajar yang sesuai
dengan materi.
Berdasarkan pernyataan Butir 7 diperoleh rata-rata hasil
persentase dengan respon positif yaitu 95,3% yang artinya hampir
semua peserta pelatihan menyatakan tersedianya mesin pencari
(search engine) untuk menemukan sumber yang diinginkan.
Sedangkan rata-rata dari perolehan respon negatif yaitu 4,7% yang
artinya sedikit sekali peserta pelatihan menyatakan tidak
tersedianya mesin pencari (search engine) untuk menemukan
sumber yang diinginkan.
88
Berdasarkan pernyataan Butir 8 diperoleh rata-rata hasil
persentase dengan respon positif yaitu 96,5% yang artinya hampir
semua peserta pelatihan dapat menggungah dan mengunduh
materi pelatihan. Sedangkan rata-rata dari perolehan respon negatif
yaitu 3,5% yang artinya sedikit sekali peserta pelatihan tidak dapat
menggungah dan mengunduh materi pelatihan.
Berdasarkan pernyataan Butir 9 diperoleh rata-rata hasil
persentase dengan respon positif yaitu 76,5% yang artinya
sebagian besar peserta pelatihan mendapatkan tersedianya
sumber – sumber belajar diluar jaringan (offline). Dan diperoleh
respon negatif yaitu 23,5% yang artinya sebagian kecil peserta
pelatihan tidak tersedianya sumber – sumber belajar diluar jaringan
(offline).
Berdasarkan pernyataan butir 10 pada kuesioner yang diisi oleh
peserta pelatihan maka yang mendapatkan hasil rata-rata respon
positif yaitu 82,3%. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar
peserta pelatihan diberikan tugas dalam bentuk diluar jaringan
(offline). Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu 17,7%, yang
menunjukan sedikit sekali peserta pelatihan tidak diberikan tugas
dalam bentuk diluar jaringan (offline).
89
Berdasarkan 5 butir kuesioner diatas didapatkan kesimpulan
bahwa sebagian besar responden menyatakakan ketersedian
sumber sudah sesuai. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara
oleh expert review bahwa ketersediaan sumber dalam pelatihan e-
learning “White Board Animation” berupa online ataupun offline
sudah memadai karena akan membingungkan jika terlalu banyak.
2. Evaluation Issue
Terdapat 34 butir peryataan yang terbagi dalam 5 butir
pernyataan berbentuk lembar observasi, 29 butir pernyataan berbentuk
kuesioner diisi oleh penyelenggara dan wawancara oleh penyelenggara
serta expert review.
Butir pernyataan tersebut dikelompokan menjadi 4 indikator
yaitu, evaluasi proses pengembangan konten, evaluasi lingkungan e-
learning, evaluasi pada tingkat program dan kelembagaan, dan
penilaian terhadap peserta pelatihan. Penilaian dalam e-learning harus
memfokuskan pada orang, proses dan produk.
90
Grafik 12 Hasil Keseluruhan Kuesioner Evaluation Issues
Data yang peneliti dapatkan di lapangan berdasarkan kuesioner
menunjukkan bahwa semua responden menyatakan penyelenggaraan
program “White Board Animation” telah menerapkan komponen e-
learning evaluation issues. Berikut ini hasil analisa berdasarkan
kuesioner untuk peserta pelatihan dan didukung juga dari hasil
wawancara oleh penyelenggara dan expert review yaitu:
a. Evaluasi Proses Pengembangan Konten
Data hasil observasi, yaitu evaluasi proses pengembangan
konten telah dilakukan dengan baik oleh SEAMOLEC. Perencanaan
dilakukan sesuai dengan tujuan pelatihan melalui tahapan ujicoba
berdasarkan kelas tatap muka. Kemudian kompetensi dan indikator
pembelajaran disesuaikan dari hasil ujicoba tersebut. Disain dan
46,23
53,77
0 00
10
20
30
40
50
60
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Skor Jawaban Responden
91
produksi ditangan oleh penanggung jawab yaitu PIC (personal in
charge) yang kemudian dikonsultasikan kembali dengan ahli.
Selanjutnya evaluasi bahan ajar dilakukan dalam bentuk
improvisasi strategi pelatihan.
Selanjutnya, hasil wawancara oleh satu expert review dan satu
penyelenggara pelatihan sejaan dengan hasil diatas yaitu,
pengembangan konten sudah baik karena telah melibatkan
komponen people, proces, dan product dari komponen e-learning
evaluation issues. Proses evaluasi pengembangan konten
dilakukan dan dibuat oleh SEAMOLEC dalam setiap mata diklat
ditunjuk satu orang sebagai PIC (Personal In Charge) bertanggung
jawab dalam merumuskan tujuan, strategi, kompetensi, evaluasi
dan juga konten yang dikembangan. Kemudian dikonsultasikan
kepada ahli.
Tentu saja hal ini sudah baik jika dilihat dari komponen yang
disebut oleh Badrul Khan h.23 e-learning harus memfokuskan pada
orang, proses dan produk. Aspek yang harus dipertimbangkan
dalam Evaluasi dalam e-learning yaitu bagaimana e-learning dan
bahan pembelajaran direncanakan, dirancang, dikembangkan,
disampaikan serta dipemeliharaannya.
b. Evaluasi Lingkungan E-Learning
92
Evaluasi lingkungan e-learning meliputi; (1) Tim kinerja
instruksional; (2) Staf layanan pendukung belajar; dan (3) Layanan
administrasi.
Berdasarkan pernyataan butir 1 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan instruktur memiliki kemampuan komunikasi
tertulis yang baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu 0%,
yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan menunjukkan
instruktur memiliki kemampuan komunikasi tertulis yang kurang
baik.
Berdasarkan pernyataan butir 2 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan instruktur memiliki kemampuan komunikasi
lisan yang baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu 0%,
yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan menunjukkan
instruktur memiliki kemampuan komunikasi lisan yang kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 3 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
93
pelatihan menyatakan instruktur memiliki kemampuan untuk
melakukan pelatihan daring (Online) yang baik. Dan perolehan rata-
rata respon negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara
pelatihan menyatakan instruktur memiliki kemampuan untuk
melakukan pelatihan daring (Online) yang kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 4 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan instruktur memiliki tingkat antusias yang
tinggi dalam mengajarkan materi pelatihan dengan baik. Dan
perolehan rata-rata respon negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada
penyelenggara pelatihan menyatakan instruktur memiliki tingkat
antusias yang tinggi dalam mengajarkan materi pelatihan dengan
kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 5 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan instruktur memotivasi peserta pelatihan
untuk aktif dalam kursus dengan baik. Dan perolehan rata-rata
respon negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara
94
pelatihan menyatakan instruktur memotivasi peserta pelatihan
untuk aktif dalam kursus dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 6 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan kinerja staff layanan pendukung teknisi
spesialis dengan sangat baik. Dan perolehan rata-rata respon
negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan
menyatakan kinerja staff layanan pendukung teknisi spesialis
dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 7 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan kinerja staff layanan pendukung pelayanan
perpustakaan dengan baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif
yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan
menyatakan kinerja staff layanan pendukung pelayanan
perpustakaan dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 8 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
95
pelatihan menyatakan kinerja staff layanan pendukung pelayanan
konseling dengan baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu
0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan menyatakan
kinerja staff layanan pendukung pelayanan konseling dengan
kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 9 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan kinerja staff layanan peserta dengan baik.
Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu 0%, yang berarti tidak
ada penyelenggara pelatihan menyatakan kinerja staff layanan
peserta dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 10 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan penilaian terhadap layanan administrasi
penerimaan dengan baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif
yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan
menyatakan penilaian terhadap layanan administrasi penerimaan
dengan kurang baik.
96
Berdasarkan pernyataan butir 11 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan penilaian terhadap layanan administrasi
pendaftaran dengan baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif
yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan
menyatakan penilaian terhadap layanan administrasi pendaftaran
dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 12 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan penilaian terhadap layanan administrasi
pembayaran dengan baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif
yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan
menyatakan penilaian terhadap layanan administrasi pembayaran
dengan kurang baik.
Dari 12 butir soal kuesioner yang telah dianalisis dapat
disimpulkan bahwa semua responden menyatakan program “white
board animation” telah sesuai dengan sub komponen evaluation
issues, yaitu evaluasi lingkungan e-learning. Tim kerja instruksional,
staff layanan belajar dan administrasi telah bekerja dengan baik.
97
Selanjutnya, diperkuat dengan hasil wawancara oleh
penyelenggara dan expert review bahwa untuk kinerja instruktur
sudah interaktif, baik itu interaksi melalui grup whatsapp ataupun
video conference, hanya saja interaksi yang tercipta di dalam e-
learning harus lebih tertib sebagai instruktur, perlu diingat interaksi
yang tercipta bukanlah interaksi antara seorang 'penyiar radio'
dengan pendengarnya.
c. Evaluasi Pada Tingkat Program Dan Kelembagaan
Dalam evaluasi tingkat program dan kelembagaan dibagi dalam
2 sub indikator yaitu, lembaga melakukan evaluasi yang berkala
terhadap kepuasan peserta dan melakukan evaluasi sebagai
perbaikan materi kursus.
Berdasarkan pernyataan butir 1 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan penilaian pemasaran/pengenalan e-learning
dilakukan dengan sangat baik. Dan perolehan rata-rata respon
negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan
menyatakan penilaian pemasaran/pengenalan e-learning dilakukan
dengan kurang baik.
98
Berdasarkan pernyataan butir 2 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan efektivitas kemitraan penyelenggara e-
learning dengan institusi lain dilakukan secara sangat baik. Dan
perolehan rata-rata respon negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada
penyelenggara pelatihan menyatakan efektivitas kemitraan
penyelenggara e-learning dengan institusi lain dilakukan secara
kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 3 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan kursus menyediakan tombol umpan balik
langsung disebagian halaman untuk peserta sebagai peningkatan
kursus dengan sangat baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif
yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan
menyatakan kursus menyediakan tombol umpan balik langsung
disebagian halaman untuk peserta sebagai peningkatan kursus
dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 4 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
99
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan kursus memberikan kesempatan kepada
peserta untuk memberikan umpan balik kepada penyelenggara
terkait kualitas, manfaat dan kekurangan dengan sangat baik. Dan
perolehan rata-rata respon negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada
penyelenggara pelatihan menyatakan kursus memberikan
kesempatan kepada peserta untuk memberikan umpan balik
kepada penyelenggara terkait kualitas, manfaat dan kekurangan
dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 5 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan melakukan survei terhadap kepuasan
peserta terhadap kursus dengan baik. Dan perolehan rata-rata
respon negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara
pelatihan menyatakan melakukan survei terhadap kepuasan
peserta terhadap kursus kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 6 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan lingkungan belajar interaktif dengan sangat
100
baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu 0%, yang berarti
tidak ada penyelenggara pelatihan menyatakan lingkungan belajar
interaktif dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 7 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan menyimpan catatan tingkat penyelesaian
setiap kursus dengan baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif
yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan
menyatakan menyimpan catatan tingkat penyelesaian setiap kursus
dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 8 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan materi kursus ditinjau setiap semester atau
kuartalan untuk menjaga kualitas kursus dengan baik. Dan
perolehan rata-rata respon negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada
penyelenggara pelatihan menyatakan materi kursus ditinjau setiap
semester atau kuartalan untuk menjaga kualitas kursus dengan
kurang baik.
101
Berdasarkan pernyataan butir 9 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan efektifitas infrastruktur teknologi untuk kursus
dengan baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu 0%, yang
berarti tidak ada penyelenggara pelatihan menyatakan efektifitas
infrastruktur teknologi untuk kursus dengan kurang baik.
Dari 9 butir soal kuesioner yang telah dianalisis dapat
disimpulkan bahwa semua responden menyatakan program “white
board animation” telah sesuai dengan sub komponen evaluation
issues, yaitu evaluasi pada tingkat program dan kelembagaan.
Hal diatas diperkuat dengan hasil wawancara oleh
penyelenggara bahwa SEAMOLEC telah melakukan berbagai
perbaikan melalui improvisasi strategi pelatihan. Kemudian terkait
kerja sama dengan institusi lain seperti, SEAMEO lainnya. Untuk
promosi kursus juga telah dilakukan melalui berbagai macam media
sosial dan juga melalui halaman Facebook KEMENDIKBUD.
d. Penilaian Terhadap Peserta Pelatihan
Berbagai alat evaluasi dan penilaian bisa dimasukkan ke dalam
kursus e-learning. Tes individual, partisipasi dalam diskusi
kelompok, pertanyaan, dan pengembangan portofolio semuanya
102
dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan peserta. Pada
tahap ini dibagi dalam 3 sub indikator, yaitu; (1) tersedia penilaian
pre-test dan post-test untuk peserta pelatihan, (2) tersedia penilaian
untuk mengukur ketercapaian materi kursus seperti (esai, pilihan
ganda, dan Benar/Salah) dan (3) tersedia tempat diskusi untuk
peserta dan peserta pelatihan.
Berdasarkan pernyataan butir 1 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan pre-test yang diberikan sesuai dengan materi
pelatihan secara baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu
0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan menyatakan
pre-test yang diberikan sesuai dengan materi pelatihan secara
kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 2 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan post-test yang diberikan sesuai dengan
materi pelatihan secara baik. Dan perolehan rata-rata respon
negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan
103
menyatakan post-test yang diberikan sesuai dengan materi
pelatihan secara kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 3 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan tugas yang diberikan sesuai dengan sangat
baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu 0%, yang berarti
tidak ada penyelenggara pelatihan menyatakan tugas yang
diberikan sesuai dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 4 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan peserta diberikan kesempatan menunjukkan
hasil belajar/tugas akhir dengan sangat baik. Dan perolehan rata-
rata respon negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara
pelatihan menyatakan peserta diberikan kesempatan menunjukkan
hasil belajar/tugas akhir dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 5 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan kursus memberikan penilaian yang jelas
104
dengan sangat baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu
0%, yang berarti tidak ada penyelenggara pelatihan menyatakan
kursus memberikan penilaian yang jelas dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 6 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan diberikan waktu yang cukup untuk
menyelesaikan tugas kursus dengan sangat baik. Dan perolehan
rata-rata respon negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada
penyelenggara pelatihan menyatakan diberikan waktu yang cukup
untuk menyelesaikan tugas kursus dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 7 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan peserta diberikan kesempatan untuk
berdiskusi di dalam kursus dengan sangat baik. Dan perolehan rata-
rata respon negatif yaitu 0%, yang berarti tidak ada penyelenggara
pelatihan menyatakan peserta diberikan kesempatan untuk
berdiskusi di dalam kursus dengan kurang baik.
Berdasarkan pernyataan butir 8 pada kuesioner yang diisi oleh
penyelenggara pelatihan didapatkan hasil rata-rata respon positif
105
yaitu 100%. Hal ini menjelaskan bahwa semua penyelenggara
pelatihan menyatakan peserta diharuskan berdiskusi dengan
sangat baik. Dan perolehan rata-rata respon negatif yaitu 0%, yang
berarti tidak ada penyelenggara pelatihan menyatakan peserta
diharuskan berdiskusi dengan kurang baik.
Dari 8 butir soal kuesioner yang telah dianalisis dapat
disimpulkan bahwa semua responden menyatakan program “white
board animation” telah sesuai. Diperkuat dari hasil wawancara oleh
penyelenggara dan expert review bahwa penilaian terhadap peserta
pelatihan sudah baik berdasarkan komponen evaluation issues.
Seperti penilaian pre-test dan post-test, penilaian untuk mengukur
ketercapaian materi kursus dan tempat diskusi telah dengan baik
disediakan dalam program pelatihan daring “White Board
Animation”.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini, sebagaimana telah diuraikan dalam deskripsi data dan
analisis data tidak dapat dikatakan sempurna dikarenakan ada
beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Karena keterbatasan kemampuan peneliti dalam waktu, maka
observasi hanya dilakukan satu kali sehingga menyebabkan
kurangnya informasi untuk menggambarkan secara menyeluruh
106
tentang program pelatihan daring “White Board Animation” di
SEAMOLEC.
2. Penelitian ini hanya menggambarkan secara umum mengenai
program pelatihan daring “White Board Animation”, tidak dikaji
secara mendalam.
3. Instrumen yang digunakan untuk penyelenggara hanya diambil
dari satu orang yaitu atasan dari penanggung jawab program
tersebut.
4. Penelitian ini hanya melihat dari 2 komponen e-Learning karena
keterbatasan waktu dan tenaga.
5. Keterbatasan waktu dan tenaga yang membuat tidak
sempurnanya penelitian ini.
6. Keterbatasan jumlah sampel responden peserta pelatihan yang
dapat dijangkau.
111
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
D. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dari hasil penyebaran
kuesioner kepada peserta pelatihan, observasi perencanaan pelatihan oleh tim
pengembang yang dilakukan oleh atasan, wawancara dengan penyelenggara dan
wawancara dengan ahli pembelajaran mengenai evaluasi program pelatihan daring
“White Board Animation” yang dilakukan di SEAMOLEC adalah sebagai berikut :
1. Resource Support Issues
Dukungan layanan dan ketersediaan sumber belajar yang sangat baik
dirasakan oleh peserta pelatihan. Ditunjukkan oleh adanya dukungan layanan
yang selalu tersedia, yaitu layanan bimbingan materi pelatihan, bimbingan
konsultasi belajar, dan pelayanan masalah – masalah teknis. Kemudian, pada
ketersediaan sumber belajar juga selalu tersedia sumber – sumber belajar
bersifat offline dan online. Namun ditemukan masih banyak peserta yang belum
mengerjakan pre-test dan post-test.
2. Evaluation Issues
Pada tahap evaluasi proses pengembangan konten, telah dilakukan
dengan sangat baik oleh SEAMOLEC. Ditunjukkan dengan adanya
perencanaan yang sesuai dengan tujuan pelatihan; desain pelatihan yang
sesuai dengan perencanaan. Perbaikan terhadap materi pelatihan sudah
dilakukan perbaikan. Terdapat kelemahan dalam perbaikan yang diperbaiki
hanya strategi pelatihan saja dan hanya satu orang yang bertugas menangani
pelatihan daring ini.
112
Pada tahap evaluasi lingkungan e-learning penyelenggara telah dengan
sangat baik mengelola lingkungan e-learnng, karena tampak dari kinerja
instruksional, staf layanan pendukung belajar dan layanan administrasi. Namun
yang perlu diperhatikan interaksi instruktur dengan peserta pelatihan yang
hanya bersifat satu arah (instruktur hanya memberikan ceramah).
Evaluasi pada tingkat program dan kelembagaan telah diselenggarakan
dengan sangat baik dilihat dari dilakukannya evaluasi terhadap kepuasan
peserta melalui rubrik dan kuesioner yang diberikan diakhir pelatihan. Peserta
memberikan melalui umpan balik kepada penyelenggara mengenai
penyelenggaraan pelatihan, bermitra dengan institusi lain untuk
mengembangkan pelatihan dan menciptakan lingkungan belajar yang
interaktif, seperti dengan adanya Video Conference. Penyelenggara dalam
upaya perbaikan materi pelatihan juga sudah baik.
Penyelenggara telah melakukan penilaian terhadap peserta pelatihan
dengan sangat baik. Hal ini dilihat dengan adanya tugas-tugas yang diberikan,
diskusi, unjuk hasil, dan penilaian hasil belajar.
E. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah penyelenggara pelatihan “White Board
Animation” telah melakukan penyelenggaraan pelatihan dengan sangat baik.
Khususnya jika dilihat dari dua komponen e-larning yaitu Resource Support Issues
dan Evaluation Issues namun masih terdapat beberapa kelemahan. Penyelenggara
dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai masukan untuk memperbaiki
kelamahan yang terdapat pada pelatihan “White Board Animation” ini.
F. Saran
113
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka
dalam evaluasi program pelatihan daring “White Board Animation” di SEAMOLEC,
dapat diberikan saran sebagai berikut.
1. Penyelenggara sebaiknya mewajibkan peserta untuk mengerjakan pre-test dan
post-test. Serta dimasukkan keadalam nilai akhir.
2. Interaksi antara instruktur dan peserta pelatihan dalam e-learning perlu
diperbaiki tidak hanya satu arah (ceramah). Namun dibuat interaksi yang
komunikatif seakan peserta sedang berinteraksi dengan instruktur.
3. Perlunya perbaikan materi pelatihan yang mengacu kepada evaluasi proses
pengembangan konten, tidak cukup hanya dengan perbaikan strategi pelatihan
saja.
4. Perlunya penambahan staff dalam tim kerja instruksional agar
pengembangan pelatihan lebih baik, khususnya staff yang memiliki keahlian
dalam bidang pembelajaran (teknologi pendidikan).