bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab i edit.pdf ·...

20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terlelakan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar dengan melalui komunikasi. Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, menemukan diri sendiri dan orang lain, bergaul, bersahabat, mencintai atau mengasihi orang lain dan sebagainya. Komunikasi merupkan penyampaian informasi dan pengertian dari seorang kepada orang lain. Komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian serta kedua belah pihak saling memahaminya. Dengan kata lain, komunikasi sangat penting, seperti halnya dengan bernafas. Tanpa komunikasi tidak akan ada hubungan dan kesepian dalam menjalani aktivitas. Ada beberapa bentuk komunikasi yang kita kenal, yaitu: 1 1 Morissan.”Teori Komunikasi “(Komuniakator, Pesan, Percakapan dan Hubungan interpersonal)”,(Ghalia Indonesia 2013), hal 9.

Upload: others

Post on 11-Aug-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terlelakan dalam

kehidupan sehari-hari. Komunikasi memainkan peranan penting dalam

kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar

dengan melalui komunikasi. Komunikasi merupakan medium penting

bagi pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial.

Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, menemukan diri

sendiri dan orang lain, bergaul, bersahabat, mencintai atau mengasihi

orang lain dan sebagainya. Komunikasi merupkan penyampaian

informasi dan pengertian dari seorang kepada orang lain. Komunikasi

akan berhasil jika adanya pengertian serta kedua belah pihak saling

memahaminya. Dengan kata lain, komunikasi sangat penting, seperti

halnya dengan bernafas. Tanpa komunikasi tidak akan ada hubungan

dan kesepian dalam menjalani aktivitas. Ada beberapa bentuk

komunikasi yang kita kenal, yaitu:1

1 Morissan.”Teori Komunikasi “(Komuniakator, Pesan, Percakapan dan

Hubungan interpersonal)”,(Ghalia Indonesia 2013), hal 9.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

2

a. Komunikasi Personal (personal commuication)

b. Komunikasi Kelompok

c. Komunikasi Organisasi (organization commuication)

d. Komunikasi Massa (mass commuication)

Komunikasi personal (antar pribadi) bersifat transkasional,

sebuah hubungan manusia yang saling mempengaruhi satu dengan

yang lain. Biasanya komunikasi itu bertujuan untuk mengelola

hubungan bahkan sampai pada pembentukan konsep diri. Hubungan

antar pribadi yang berkelanjutan dan terus menerus akan memberikan

semangat, saling merespon tanpa adanya manipulasi, tidak hanya

tentang menang atau kalah dalam berargumentasi melainkan tentang

pengertian dan penerimaan.2

Dalam Komunikasi antar pribadi tidak hanya tertuju pada

pengertian melainkan ada fungsi dari komunikasi antar pribadi itu

sendiri. Fungsi Komunikasi adalah berusaha meningkatkan hubungan

insani, mengindari dan mengatasi konflik pribadi, mengurangi ketidak

pastian seseuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan

orang lain. Dalam kegiatan apapun komunikasi antar pribadi tidak

hanya memiliki ciri maupun karakter tertentu, tetapi juga memiliki agar

2 Sugiono,”Komunikasi Antar Pribadi”,(Semarang: Unnes Pres 2005), hal. 9.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

3

komunikasi antar pribadi tetap berjalan dengan baik. Adapun tujuan

dari komunikasi antar pribadi adalah sebagai berikut:

a. Untuk memahami dan menemukan diri sendiri.

b. Menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah

menyeseuainkan diri dengan lingkungan .

c. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna

dengan orang lain.

d. Melalui komunikasi antar pribadi, individu dapat mengubah

sikap dan prilaku sendiri dan orang lain.

Dalam kaitanya untuk mengenali diri sendiri dan orang lain,

komunikasi antarpribadi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

konsep diri seseorang. Terkait dengan pembentukanya, konsep diri

mulai berkembang sejak masa bayi dan akan terus berkembang sejalan

dengan perkembangan individu itu sendiri. Konsep diri individu

terbentuk melalui imajinasi individu tentang respon yang diberikan

oleh orang lain melalui proses komunikasi. Bila konsep diri seseorang

positif, maka individu akan cenderung mengembangkan sikap-sikap

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

4

positif mengenali dirinya sendiri, seperti rasa diri yang baik serta

kemampuan untuk melihat dan menilai diri sendiri secara positif.3

Konsep diri sangat erat kaitanya dengan diri individu. Konsep

diri adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut (ciri-

ciri/sifat) yang dimilikinya. Namun bagaimana dengan mereka yang

terlahir dengan keterbatasan fisik. Padahal hidup mestilah dihormati

bagaimanapun wujudnya bagi setiap orang, pada dasarnya tidak ada

orang pun di dunia ini yang menginginkan dirinya dilahirkan dalam

keadaan cacat. Keadaan cacat tersebut dapat menjadikan manusia

merasa rendah diri, bahkan merasa tidak berguna, dan selalu

bergantung pada bantuan dan belas kasihan orang lain. Manusia

penyandang cacat pada umumnya memiliki keterbatasan tertentu sesuai

dengan jenis cacatnya.

Hal ini juga sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN)

pada Pasal 5 Ayat (2) dan Pasal 32 Ayat (1) menyatakan bahwa:

Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental,

intelektual dan sosial berhak memperoleh Pendidikan khusus.

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi perserta didik

yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran karena kelainan fisik, Emosional, mental,

intelektual dan sosial dan memiliki pontensi kecerdasan bakat

istimawa. Secara yuridis formal anak luar biasa memiliki hak

3 Dayakisni, Tri dan Hudainah.”Psikologi Sosial”,(Malang: UMM Press

2003), hal. 65.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

5

yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu

pelaksanaan pendidikan yang disenggarakan secara demokratis

dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan

kemajemukan bangsa. [UUSPN Pasal 4 Ayat (1)].4

Anak Berkebutuhan Khusus, atau peserta didik berkebutuhan

khusus, yaitu mereka yang memiliki kelainan baik fisik, emosional,

mental, sosial, dan/ atau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa

berhak memiliki kewajiban mendapatkan pendidikan seperti anak-anak

normal yang lainya.

Anak gangguan Tunagrahita bahwa mereka memiliki hak-hak

yang sama seperti anak normal. Mereka juga memiliki kebutuhan dasar

yang sama dan kebutuhan-kebutuhan spesifik tertentu, yang bila di

penuhi, mereka akan menjadi manusia yang secara total terintegrasi.5

Pendidikan dan pengajaran luar biasa bermaksud memberikan

pendidikan dan pengajaran kepada orang-orang yang dalam keadaan

kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya supaya mereka dapat

memiliki kehidupan lahir batin yang layak.

4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru

Dan Dosen Serta Undang-Undang Republik Indonesia Tentang No. 20 Tahun 2003

Tentang Sidiknas,( Bandung: Citra Umbara 2006), hal.77. 5 Mangunsong Feieda, “Psikologi dan Pedidikan Anak Berkebutuhan

Khusus”,( Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi 2014), hal. 129.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

6

Bagi mereka yang mempunyai kekurangan, pemerintah telah

menyidiakan Sekolah Berkebutuhan Khusus (SKH). Lembaga ini

diharapakan dapat memberikan layanan pendidikan yang sama seperti

lembaga pendidikan pada umumnya, sehingga anak-anak yang

mempunyai kekurangan dapat memperoleh pendidikan dan

keterampilan yang dapat dijadikan sebagai bekal kehidupanya kelak

agar tidak menjadi beban bagi orang lain khususnya orang tua dan

keluarganya, sesuai dengan firman-Nya yang berbunyi :

Artinya:“Dan hendaklah orang-orang takut kepada

Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya,

yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap

(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang

benar”. (Q.S. An-Nisa:9)

Oleh karena itu, Bagi anak-anak yang mengandung cacat

fisik/mental mendapatkan perlakuan yang sama bahkan mereka juga

berhak mendapatkan pendidikan yang sama seperti anak-anak lainnya.

Orang yang mencintai saudaranya karena Allah akan

memandang bahwa dirinya merupakan salah satu anggota masyarakat,

yang harus membangun suatu tatanan untuk kebahagian bersama.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

7

Apapun yang dirasakan oleh saudaranya, baik kebahagiaan maupun

kesengsaraan, ia anggap sebagai kebahagiaan atau kesengsaraanya

juga. Dengan demikian, terjadi keharmonisan hubungan antar individu

yang akan memperkokoh persatuan dan kesatuan. Dalam hadis lain,

Rasulullah SAW menyatakan:

ب أ ن ع ن للا ل ص للا ل و س ر ال : ق ال ق ه ن ع للا ض ر ة ر ي ر ل : إ س للا ع ل يه و

ال ي ق ول ي وم إل ل ظ ل م و ي ل ظ ف م ه ل ظ أ م و ي ل إ ل ل ب ن و اب ح ت م إل ن ي : أ ة ام ي ق ت ع ل إ

ررو ملل(ل ظ

Artinya:

“Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, „pada hari

kiamat Allah SWT. Akan berfirman; Di manakah orang yang

saling terkasih sayang karena kebesaranku, kini aku naungi di

bawah naungan ku, kecuali naungan ku (H.R. Muslim)

Dalam pelita IV ini pemerintah sudah merealisasi SLB-C di

daerah untuk menghindari sistem kompetisi dalam kota yang sukar

dijangkau oleh anak yang berkelainan. Karena itu jika ada anak

berkelainan dalam masyarakat maka anggota masyarakat hendaknya

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

8

lekas bereaksi secara positif pelayanannya. Ini terbukti bahwa sejak

sejarah anak berkelainan, memang memahami proses peningkatan.6

Anak Tunagrahita adalah anak-anak yang mengalami

keterbelakangan mental. Menurut Direktorat PLB (2004), Tunagrahita

adalah anak secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan

perekembangan mental jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa

sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik,

komunikasi maupun sosial, dan karenanya memperlukan layanan

pendidikan khusus.7

Anak Tunagrahita yang memiliki intelegensi yang signifikan

dibawah rata-rata disertai dengan ketidakmampuan adaptasi perilaku

yang muncul dalam masa perkembangan. Pembelajaran untuk tuna

grahita ditujukan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi,

berdasarkan pada tingkatan IQ.

1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),

2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),

3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),

4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).

6 Ahmadi Abu dan supriyono Widodo,”Psikologi belajar”,(Jakarta: PT

Rineka Cipta 2004), hal.54. 7 Haenudin, “Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu”,(Jakarta:

PT Luxima Metro Media 2013), hal.17.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

9

Pembelajaran untuk tunagrahita, hendaknya lebih diarahkan

pada membangun kejiwaannya yang labil, kepercayaan yang hilang,

dan memberikan layanan psikoterapi untuk meluruskan tingkah laku

yang tidak dapat sebagai dampak keterbatasan dan kecacatan yang

disandangnya. Untuk itu pengintegrasian bimbingan konseling, terapi

religius daalm proses pembelajaran menjadi bagian yang tepat untuk

mengatasi kesulitan belajar dan problematikanya.

Peran seorang guru agama sebagai da’i sangat di butuhkan,

karena guru agama adalah orang yang senantiasa memberikan

pengetahuan agama di lembaga-lembaga pendidikan islam. Keberadaan

guru agama sebagai tolak ukur atas keberhasilan dalam mendidik setiap

anak didiknya yang sedang menuntut ilmu agama pada lembaga

pendidikan. Karena guru agama merupakan pencetak generasi muda

islam yang senantiasa mendidik, membimbing dan mengarahkan anak

didiknya. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama, selain itu

juga turut serta dalam menjaga keutuhan moralitas bangsa yang kental

dengan budaya ketimuran dan selalu memegang teguh norma-norma

agama. 8

8 Wijaya Cece, Pendidikan Remedial “Sarana Pengembangan mutu sumber

daya manusia”, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya 1995), hal.49.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

10

Guru agama sudah tentu memiliki unsur-unsur kepribadian

semaksimal mungkin. Baik unsur bijaksana, kasih sayang, wibawa,

tanggung jawab yang mendalam, maupun sabar dan kemauan keras.

Selain itu seorang guru agama juga harus selalu menjaga sikap, tingkah

laku dan selalu berpikiran positif, karena semua itu akan berpengaruh

pad anak didiknya. 9

Dalam perspektif agama, bahwa komunikasi guru sangat

penting perananya bagi kehidupan manusia dalam bersosialisasi. Agar

Manusia dituntut agar pandai dalam berkomunikasi. Hal ini dijelaskan

dalam Al-qur’an sesuai dengan firman-Nya yang berbunyi:

Artinya: (Tuhan) yang maha pemurah, Yang telah

mengajarkan Al qur‟an. Dia menciptakan manusia.

Mengajarnya pandai berbicara. (Q.S Ar-Rahman:1-4)

Kewajiban para guru agama untuk menyampaikan dan

memberikan pengetahuan agama dengan mepengaruhi anak didiknya

cara berfikir, merasa dan bertindak sesuai norma-norma agama. Selain

dari pada itu supaya para anak didiknya siap dalam menghadapi zaman

9 Hasan M. Sandian, Pendidikan Shalat Dan Peran Guru Agama

SD/SLP/SLA, (Bandung:NU masa baru 1972), hal.11.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

11

modern ini sehingga mereka menjadi generasi muda yang siap pakai

serta memiliki nilai spiritualitas yang tinggi dengan berbekal iman dan

taqwa kepada sang pecipta yakni Allah SWT. Aktivitas keagamaan

dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan formal seperti halnya di

lingkungan sekolah. Dengan program yang jelas, tenaga pengajar yang

cukup, fasilitas yang serba memadai dan ditunjang dengan metode

(cara) mengkomunikasikan yang baik.10

Mengajarkan agama pada anak yang memiliki kelainan

keterbatasan kemampuan IQ dan kecacatan sudah tentu berbeda-beda

dari segi materi, metode, pendekatan, strategi, dan lain sebagainya.

Misalkan cara mengajarkan salat pada anak tunagrahita akan berbeda

tentunya dengan mengajarkan anak yang normal umumnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk

meneliti, yakni di Kota Serang, cukup banyak berkembang lembaga

pendidikan yang menyediakan layanan bagi ABK. Mulai dari sekolah

Negeri maupun sekolah yang dikelola Swasta, contohnya di Skh Negeri

02 Kota Serang sejauh mana Pola komunikasi Guru Agama dengan

peserta didik berkebutuhan khusus tunagrahita dalam mempraktekan

pengajaran Agama kepada peserta didiknya.

10 Ahmadi Abu dan Supriyono Widodo, “Psikologi Belajar”,(Jakarta: PT

Rineka Cipta 2004), hal.104.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

12

Maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang judul skripsi “Pola

Komunikasi Guru Agama Dan Peserta Didik Berkebutuhan

Khusus Tunagrahita (Studi Kasus Skh Negeri 02 Kota Serang) .

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan guru agama

terhadap peserta didik di Skh Negeri 02 Kota Serang ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung pola

komunikasi antara guru dan peserta didik ?

3. Bagaimana keberhasilan yang dilakukan guru agama dalam

menggunakan pola komunikasi kepada peserta didik?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola komunikasi antara guru agama dan

murid dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Skh Negeri

02 Kota Serang.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui guru

agama dalam penyampaian materi pendidikan, yang berkaitan

dengan masalah pola komunikasi yang digunakannya dan faktor

yang mendukung pola komunikasinya.

3. Uuntuk mengetahui keberhasilan yang dilakukan guru agama

dalam menggunakan pola komunikasi kepada peserta didik.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

13

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi khazanah

keperpustakaan atau ilmu pengetahuan kepada mahasiswa/i terutama

Fakultas Dakwah dan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

tentang Pola Komunikasi Guru Agama dan Peserta Didik

Berkebutuhan Khusus Tunagrahita yang dilakukan di SKH Negeri

02 Kota Serang.

2. Manfaat Praktik

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan

memberikan sumbangsi atau masukan bagi para Guru yang

menyampaikan materi dalam praktek.

E. Kerangka Pemikiran

1. Pengertian Pola Komunikasi

a. Pola

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pola berarti

bentuk atau sistem (stuktur) yang tetap yang mana pola dapat

dikatakan contoh atau cetakan. Sedangkan dalam Kamus Ilmiah

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

14

Populer “pola” diartikan sebagai model, contoh, pedoman

(rancangan). Pola pada dasarnya adalah sebuah gambaran

tentang sebuah proses yang terjadi dalam sebuah kejadian

sehingga memudahkan seseorang dalam menganalisa kejadian

tersebut, dengan tujuan agar dapat meminimalisasikan segala

bentuk kekurangan sehingga dapat diperbaiki.

b. Komunikasi

Secara etimologis, Komunikasi itu berasal dari bahasa

Latin Communicatio dan bersumber dari kata communis yang

berarti common (sama). Sedangkan menurut Theodorson,

mengatakan Komunikasi adalah menekankan pada proses

sharing atau pemikiran dari satu kelompok kepada kelompok

lain terutama menggunakan simbol .

Ada empat macam proses Komunikasi yaitu: pertama,

Proses komunikasi secara Primer (primary process), yaitu

proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada

komunikan dengan menggunakan suatu lambang (syimbol)

sebagai media atau saluran. Kedua, Proses komunikasi secara

Sekunder, yaitu proses penyampaian pesan oleh komuniaktor

kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

15

sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai

media pertama. Ketiga, Proses komunikasi secara Linear, yaitu

perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus. Keempat,

Proses secara Sirkular (circular), yaitu bulat, bundar atau

keliling sebagai lawan dari perkataan liear tadi yang bermakna

lurus.11

2. Macam-macam Pola Komunikasi

Pada dasarnya ada Tiga, Pertama, Komunikasi

Intrapersonal (komunkasi dengan diri sendiri) yaitu proses

komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses

pengolahan informasi melalui panca indra dan sistem saraf.

Kedua, Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi)

yaitu proses panduan penyampaian pikiran dan perasaan oleh

seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan

melakukan kegiatan tertentu. Ketiga, Komunikasi Kelompok

yaitu komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan

sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul bersama-sama

dalam satu kelompok.

11 Effendy Onong Uchajana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung,

PT Citra Aditya Bakti: 2003), hal.33.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

16

Komunikasi merupakan peristiwa sosial yaitu peristiwa yang

terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain.

Komunikasi yang dilakukan melalui lambang verbal (kata-kata)

hendaknya memberikan stimulus kepada audiens agar individu-

individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah : 1)

proses belajar yang meliputi aspek kognitif (berfikir) dan afektif

(merasa), 2) proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang

atau disebut komunikasi, dan 3) mekanisme penyesuaian diri seperti

sosialisasi, bermain peran, identifikasi, proyeksi, agresi, dan lain-lain.

Menurut Hasibuan sebagaimana dikutip dari Hasan M, pola

komunikasi Guru agama yang efektif dalam pembelajaran adalah pola

pembelajaran yang didalamnya terjadi interaksi dua arah antara Guru

dan Murid. Artinya, Guru tidak harus selalu menjadi pihak yang

dominan yang berperan sebagai pemberi informasi saja tetapi Guru

juga harus memberikan stimulus bagi Murid agar tergerak lebih aktif.12

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan tahap penelitian sebagai

berikut:

12 Hasan M. Sandian, Pendidikan Shalat Dan Peran Guru Agama

SD/SLP/SLA, (Bandung:NU masa baru 1972), hal.11.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

17

Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian ya ng

berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanya

adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan secara

triangulasi (gabungan), analisa data bersifat induktif/kualitatif,

dan hasil penelitian kaulitatif lebih menekankan makna dari

pada geralisasi.13

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di sekolah skh

negeri 02 kota serang.

Subyek Penelitian

a. Murid Tunagrahita Sekolah Skh Negeri 02 Kota Serang

b. Guru Agama Sekolah Skh Negeri 02 Kota Serang.

2. Teknik Pengumpulan data

Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini sebagai

berikut:

13

Sugiyono, Metode Penelitian kauntitatif dan kaulitatif (Bandung:

Alfabeta,2013),hal.9.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

18

a. Observasi

Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa,

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses Biologis dan

Psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-

proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data

dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan

dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam

dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.14

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan

data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada

seorang informan atau seorang autoritas (seorang ahli atau

yang berwenang dalam suatu masalah). Pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan biasanya disiapkan terlebih

dahulu yang diarahkan kepada informasi-informasi untuk

topik yang akan digarap.15

14 Sugiyono, Metode Penelitian kauntitatif dan kaulitatif, hal.145.

15 Gorys Keraf, Komosisi:sebuah pengantar kemahiran bahasa (Jakarta:

Nusa Indah,1994), hal.161.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

19

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Yaitu data yang di peroleh secara langsung dari

pihak-pihak yang terkait dan berhubungan dengan

penelitian ini, dengan berupa wawancara dan hal lainya.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung,

atau berupa dokumen-dokumen, buku-buku, diktat serta

sumber lainya.

3. Analisis Data

Data yang terkumpul pada penelitian ini akan

dianalisa dengan teknik deskriptif kualitatif yaitu

dengan menggambarkan data yang terkumpul dengan

kata-kata atau kalimat untuk memperoleh suatu

kesimpulan gambar yang dimaksud adalah pola

komunikasi guru agama dan Peserta Didik

Berekebutuhan Khusus Tunagrahita.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3118/3/bab I EDIT.pdf · Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, Emosional, mental, intelektual dan sosial

20

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi penulis membagi dalam lima bab,

dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I Pendahulan, yang meliputi: Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka

Pemikiran, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori, yang meliputi: Pengertian Pola

Komunikasi, Macam-Macam Pola Komunikasi, Pola Komunikasi

Guru dan Peserta Didik Berekebutuhan Khusus Tunagrahita, dan

Tinjauan Tentang Murid Kebutuhan Khusus.

Bab III Gambaran Umum Sekolah Skh Negeri 02 Kota

Serang Provinsi Banten yang meliputi : Letak Geografis.

Bab IV Hasil Penerapan Pola Komunikasi Guru Agama Dan

Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Tunagrahita, yang meliputi:

Penerapan Pola Komunikasi Intrapersonal Dalam Pembelajaran

Agama Islam di Sekolah Skh Negeri 02 Kota Serang, Penerapan

Pola Komunikasi Kelompok Dalam Pembelajaran Agama Islam di

Sekolah Skh Negeri 02 Kota Serang, dan Hasil Observasi Pola

Komunikasi Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Skh Negeri 02 Kota Serang.

Bab V Penutup, yang meliputi: Kesimpulan dan Saran-saran.