bab i pendahuluan a. latar belakang file1 bab i pendahuluan a. latar belakang sejak beberapa tahun...

58
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita drama yang menyentuh hati penonton. 1 Lagu-lagu K-Pop berhasil menjuarai tangga lagu di dunia dan K- Drama telah merebut hati masyarakat di Asia, Amerika, hingga Eropa. 2 K-Drama yang cukup dekat dengan realitas sosial penonton mampu membangun imajinasi hingga menciptakan emosi di kalangan penontonnya. Korea Selatan memang menjadi salah satu Negara dengan produksi soap operas terkenal di dunia yang biasa disebut K-Drama atau Korean Drama (drama Korea). Drama Korea (bahasa Korea: 한국드라마) mengacu pada drama televisi di Korea Selatan yang dibuat dalam sebuah format miniseri dengan jumlah episode berkisar antara 16 hingga 100 episode dan tentu saja diproduksi dalam bahasa Korea. 3 Banyak drama produksi Korea Selatan yang telah populer di seluruh Asia dan telah memberikan kontribusi pada fenomena umum dari Hallyu Wave dan juga "Demam Drama" di beberapa negara. 1 International Reception Korean Drama”, https://en.wikipedia.org/wiki/Korean_drama 27/04/2015/14.00 2 List of Kpop on the Billboard Charts”, https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_K- pop_on_the_Billboard_charts 27/04/2015/14.00 3 Korean Drama, https://en.wikipedia.org/wiki/Korean_drama 27/04/2015/14.00 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: duongtuong

Post on 10-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil

mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita drama yang menyentuh hati

penonton.1 Lagu-lagu K-Pop berhasil menjuarai tangga lagu di dunia dan K-

Drama telah merebut hati masyarakat di Asia, Amerika, hingga Eropa.2 K-Drama

yang cukup dekat dengan realitas sosial penonton mampu membangun imajinasi

hingga menciptakan emosi di kalangan penontonnya.

Korea Selatan memang menjadi salah satu Negara dengan produksi soap

operas terkenal di dunia yang biasa disebut K-Drama atau Korean Drama (drama

Korea). Drama Korea (bahasa Korea: 한국드라마) mengacu pada drama televisi

di Korea Selatan yang dibuat dalam sebuah format miniseri dengan jumlah

episode berkisar antara 16 hingga 100 episode dan tentu saja diproduksi dalam

bahasa Korea.3 Banyak drama produksi Korea Selatan yang telah populer di

seluruh Asia dan telah memberikan kontribusi pada fenomena umum dari Hallyu

Wave dan juga "Demam Drama" di beberapa negara.

1 “International Reception Korean Drama”, https://en.wikipedia.org/wiki/Korean_drama

27/04/2015/14.00 2 “List of Kpop on the Billboard Charts”, https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_K-

pop_on_the_Billboard_charts 27/04/2015/14.00 3 “Korean Drama”, https://en.wikipedia.org/wiki/Korean_drama 27/04/2015/14.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

2

Secara umum, terdapat dua jenis genre dalam drama Korea, yang pertama

adalah drama yang serupa dengan opera sabun di Negara barat.4 Drama ini

biasanya melibatkan konflik terkait dengan hubungan antara ibu dan anak,

percintaan, keluarga, permusuhan, dan sebagainya. Beberapa drama Korea

dengan genre ini yang terkenal adalah Winter Sonata, Boys Over Flowers, Doctor

Stranger, City Hunter, Man From the Star, Dream High, I Hear Your Voice, Kill

Me Heal Me, Heirs, Yongpal, Healer, dan sebagainya.

Genre yang kedua adalah drama bertemakan sejarah Korea Selatan yang

biasa disebut Sae Geuk.5 Drama sejarah Korea biasanya melibatkan alur yang

sangat kompleks dengan kostum yang rumit serta memerlukan set dan efek yang

khusus. Sae Geuk memiliki banyak penggemar, tak hanya dari Korea, namun juga

dari berbagai Negara, termasuk Indonesia. Berikut ini adalah beberapa drama Sae

Geuk yang terkenal, yaitu Jumong, Queen Seon Deok, Dong Yi, Jewel in the

Palace, Moon Embracing the Sun dan sebagainya.

Di Indonesia, drama Korea mulai populer sejak drama Winter Sonata dan

Endless Love tayang pada 2002 lalu di SCTV. Bahkan beberapa drama Korea

dibuat versi Indonesianya, seperti Demi Cinta (2005) yang merupakan remake

dari drama Autumn in My Heart, Kau yang Berasal dari Bintang yang diadaptasi

dari You Who Came From Another Star, dan lain-lain.6 Meski pun biaya produksi

4 Ibid

5 Ibid

6“Popularity of Korean Dramas in Indonesia”,

https://books.google.com.au/books?id=aXutBAAAQBAJ&pg=PA24&lpg=PA24&dq=popul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

3

drama Korea sangat tinggi, namun pendapatan dari tayangan drama Korea cukup

menggiurkan. Salah satu drama dengan penjualan tertinggi adalah drama

Pinocchio yang terjual sebesar US$280.000 per episode, atau sekitar Rp 3,5

milyar/episode kepada Youku Tudou, salah satu online broadcasting di

Tiongkok.7 Drama ini berhasil mengalahkan rekor yang sebelumnya dipegang

oleh drama My Lovely Girl yang terjual US$ 200.000 per episode, atau sekitar Rp

2,5 milyar per episodenya.

Drama Pinocchio (피노키오) merupakan drama dengan genre drama

romantis komedi dan juga keluarga. Drama yang tayang di Seoul Broadcasting

Systems (SBS) sejak 12 November 2014 hingga 15 Januari 2015 ini merupakan

drama yang diproduksi oleh SidusHQ. Jo Soo Won bertindak sebagai sutradara

kembali bekerja sama dengan penulis Park Hye Ryun yang sudah menulis banyak

drama terkenal dan kerap mendapatkan penghargaan secara nasional mau pun

internasional, seperti dalam drama Dream High dan I Hear Your Voice.

Kelihaian Park Hye Ryun dalam menulis naskah kembali dibuktikan

melalui drama Pinocchio. Berdasarkan TNS Media Korea dan AGB Nielsen,

sebanyak 20 episode drama Pinocchio berhasil masuk The Top 20 Daily Show.8

arity+of+korean+dramas+in+Indonesia&source=bl&ots=PY-

DEwT19A&sig=bv_q9sWjoZNsupNJuHynIhNppgA&hl=en&sa=X&ei=KHjJVIixH8Lt8AX

30oGwCA&ved=0CC4Q6AEwAw#v=onepage&q=popularity%20of%20korean%20dramas

%20in%20Indonesia&f=false, 27/04/2015/14.00 7Fitria Desriana, “Pinocchio”, Korean Drama, (Edisi Desember 2014 – Januari 2015) hlm. 9

8Asian Wiki, “Pinocchio” http://asianwiki.com/Pinocchio_%28Korean_Drama%29

10/03/2015/17.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

4

Perolehan rating yang tinggi menjadi salah satu bukti bahwa drama ini memiliki

banyak penggemar. Bahkan drama ini juga tayang di berbagai Negara di dunia. Di

Tiongkok, drama ini tayang di situs Youku Tudou. Di Jepang tayang melalui

EISEI GEKIJO, di Taiwan melalui ETTV dan bahkan Amerika melalui KBFD.

Kemudian untuk Indonesia, Singapura, dan Malaysia, drama ini bisa dinikmati di

ONE TV ASIA dan RCTI. Drama ini juga tayang di Filipina melalui GMA Network

pada tahun 2015. Selain rating yang tinggi, drama Pinocchio juga berhasil

mendapatkan banyak penghargaan di Korea, diantaranya adalah Hallyu Best

Drama Award at Seoul International Drama Award, Best Actor at 27th

Grimae

Awards, Top Excellence Award, Actress in a Drama Special at SBS Drama

Awards, Hallyu Best Drama Award at Seoul International Drama Award dan

sebagainya.9

Popularitas drama Pinocchio tak perlu diragukan lagi. Setiap artikel

tentang drama Pinocchio dipenuhi komentar dari penonton Korea Selatan dan

Internasional. Penonton di Korea Selatan menyukai drama ini karena isi pesan

dari drama Pinocchio menarik dan mengangkat permasalahan serupa yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat yang ada di Korea Selatan. Pesan dalam drama

Pinocchio dinilai mampu mewakili aktualitas dan menjadi cermin kehidupan

masyarakat. Hal ini disampaikan oleh beberapa penonton melalui kolom

9 Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

5

komentar di website My Daily, Naver, Soompi dan Nate yang dikutip oleh

Netizenbuzz, yaitu:10

1. [1.860, -163] I liked how they showed the reality of journalist and look

at the name value of the pilot episode.

2. [407, -13] A good drama that showed the side of truthful journalists!!!

Sad it’s the last episode but great work to everyone!!!

3. [+361, -18] A drama worth full points. It lacks nothing. The story, plot

speed, the cast, it’s a perfect. It helps you reflect after each episode

and gives you a chance to reflect on the various issues of our society

in a different view. It was fun watching, great work to all.

4. [298, -5] This drama’s not only fun but it teaches you life lessons.

Drama Pinocchio menceritakan bagaimana jurnalis dan media menyajikan

sebuah berita. Realitas profesi jurnalis yang ditampilkan dalam drama ini cukup

menarik dan mampu memberikan gambaran kepada penonton mengenai profesi

jurnalis. Mulai dari cara jurnalis mendapatkan berita, menentukan berita layak

tayang, melakukan wawancara, merekam kejadian peristiwa, dan beragam

kegiatan jurnalis lainnya yang tidak diketahui oleh masyarakat awam. Seperti

yang diungkapkan netizen di website Naver dengan jumlah upvote 1.860 dan

downvote 163, bahwa drama ini menunjukkan realitas jurnalistik.

Detail cerita yang dikisahkan dalam drama Pinocchio, disampaikan

melalui adegan dan dialog serta hal pendukung lainnya seperti make up, kostum,

10

Netizenbuzz.blogspot.com 12/11/2015/17.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

6

kondisi lingkungan, karakter tokoh, setting, lighting, dan sebagainya, mampu

menunjukkan aktualitas dari kehidupan masyarakat. Penonton terhanyut akan

cerita tentang kisah jurnalis dan media massa yang mengalami dilema dalam

menjalani profesinya. Tidak hanya di Korea Selatan saja, tetapi penonton dari

berbagai Negara termasuk Indonesia, turut merasakan bahwa pesan yang ada di

drama Pinocchio merupakan refleksi dari kehidupan mereka. Berikut ini adalah

beberapa opini yang disampaikan oleh penonton dari berbagai Negara, yaitu:

Gambar 1.1 Screencapture komentar penonton internasional

Netizen dengan username Lindsey, mengakui bahwa di negaranya yaitu

Filipina, hal serupa dengan pengalihan isu terjadi. Namun, teknik pengalihan

isunya berbeda. Jika di Korea Selatan isu politik akan ditutupi dengan isu skandal

selebriti, maka di Filipina isu politik akan ditutupi dengan isu politik lainnya.

Kemudian netizen dengan username Adis mengungkapkan bahwa di negaranya

juga terjadi hal serupa dan dia menduga bahwa pengalihan isu memang terjadi

dimana-mana, tidak hanya di Korea Selatan saja.

Salah satu cerita dalam drama ini adalah adanya skandal artis yang

dijadikan sebagai pengalihan isu. Hal ini dilakukan untuk menutupi kasus besar

yang menimpa pejabat Korea Selatan. Cerita ini ternyata benar-benar terjadi di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

7

Korea Selatan, terbukti dengan komentar yang diberikan oleh netizen saat berita

korupsi pejabat ditutupi dengan munculnya skandal dating selebriti terkenal,

seperti yang dikutip Netizenbuzz, yaitu:11

Gambar 1.2 Screencapture komentar penonton Korea Selatan

Di Indonesia, drama Pinocchio mendapat sambutan yang cukup baik. Hal

ini dapat dibuktikan, hampir setiap penayangan drama Pinocchio, hashtag

#PinocchioRCTI selalu bertengger dijajaran trending topic twitter Indonesia.12

Penonton di Indonesia juga mengungkapkan opininya terhadap drama Pinocchio,

seperti Nauveliawati Nur Al-Fathonah dalam Kompasiana.com, “Drama ini keren

aja, bahkan tiba-tiba aku pengen jadi wartawan gara-gara drama ini. kayak penuh

tantangan aja, hehe. Soalnya nih, semakin aku liat berita tentang Indonesia dan

11

Ibid 12

“Indonesia Trends on Twitter”, https://twitter.com/trendinaliaid/status/682114085702381568

7/09/2016/17.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

8

kritikan pedas sekarang, aku jadi semakin nggak tau „kode etik jurnalistik‟ yang

bener tu yang kayak gimana.”13

Kisah jurnalis dalam drama Pinocchio menegaskan pengaruh profesi

jurnalis tersebut. Tugas dan peran jurnalis memang dapat mempengaruhi

kehidupan masyarakat, kehidupan politik di suatu Negara, hingga kaitannya

dengan demokrasi, publik dan kepentingan umum. Jurnalis bisa membentuk opini

publik dan mendapatkan reaksi dari berita yang dibuatnya. Tidak semua fakta dan

informasi yang dimiliki dapat disiarkan kepada publik. Setiap fakta akan dicari

nilai-nilai beritanya. Berita baik atau berita buruk yang harus disampaikan, tentu

disesuaikan dengan keadaan. Karena semua berita pada dasarnya bernilai, hanya

saja bagaimana jurnalis tersebut mengolahnya.

Kegiatan jurnalistik tidaklah semudah teori, karena seorang jurnalis tentu

menghadapi berbagai rintangan dan tantangan dalam menemukan fakta, tak

sedikit yang menghadapi masalah akibat suatu kasus yang diungkapkan di media.

Di Negara demokratis, pers atau jurnalis merupakan pilar keempat demokrasi.

Jurnalis memiliki tugas dan peran yang sangat penting dalam membentuk perilaku

bangsa. Maka, seorang jurnalis haruslah bersikap professional dan memiliki etika

dalam menjalankan kegiatan jurnalistiknya.

Etika dalam sebuah profesi memang sudah menjadi pedoman, seperti

halnya pada bidang medis dan hukum. Di Indonesia, terdapat Kode Etik

Jurnalistik yang menjadi pedoman para jurnalis dalam mencari, mengolah, dan

13

Kompasiana.com 28/09/2015/17.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

9

menyebarkan informasi. Sedangkan di Korea Selatan juga terdapat Kode Etik

yang menjadi acuan jurnalis dalam menjalankan profesinya. Keberadaan Kode

Etik bukan berarti bahwa jurnalis selalu etis dalam menjalankan tugasnya, sama

seperti halnya yang ada dalam drama Pinocchio ini.

Etika jurnalistik yang menjadi suatu acuan oleh para jurnalis ternyata tidak

sepenuhnya dipatuhi. Dalam praktiknya, jurnalis dihadapkan dengan berbagai

dilema yang tidak diatur secara khusus oleh etika profesi. Jurnalis harus mampu

mengambil keputusan sesuai dengan hati nuraninya. Status jurnalis semakin

dipertanyakan apakah dipahami sebagai pekerjaan atau memang sebagai profesi

yang sangat mulia. Hal ini disebabkan karena media massa saat ini cenderung

berubah menjadi entitas ekonomi, industri, dan agen sosialisasi, sehingga jurnalis

kehilangan ideologi yang dimiliki pribadi masing-masing. Kondisi ini juga

membuat jurnalis tidak lagi bekerja untuk kepentingan publik, namun untuk

kepentingan pemilik media dan kelompok-kelompok tertentu.

Drama Pinocchio merepresentasikan bagaimana etika yang digunakan

para jurnalis dalam melakukan kegiatan jurnalistiknya. Hal ini membuat peneliti

tertarik untuk menganalisa lebih dalam lagi mengenai pesan yang ingin

disampaikan oleh penulis drama Pinocchio kepada penonton melalui tanda-tanda

yang diberikan berupa data audio (musik, suara, dialog, backsound, effect, dan

sebagainya) dan data visual (gambar, gerak, ekspresi, pencahayaan, kostum, dan

sebagainya).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

10

Aspek komunikasi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pesan

(message). Dalam melakukan penelitian pesan, terdapat beberapa metode yang

dapat digunakan. Salah satunya adalah melalui analisis semiotika. Peneliti merasa

bahwa metode kualitatif dengan pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce,

sesuai dengan penelitian ini. Hal ini dikarenakan penelitian ini akan berfokus

pada bagaimana drama Pinocchio merepresentasikan etika jurnalistik yang

dilakukan oleh jurnalis dalam melakukan kegiatan jurnalistiknya. Dari perpaduan

tanda-tanda serta kode yang ada, peneliti akan membongkar makna-makna yang

ingin disampaikan penulis dan sutradara drama Pinocchio. Analisis semiotika

Peirce mengkaji tanda-tanda tersebut melalui model triadic atau biasa disebut

sebagai teori segitiga makna dan konsep trikotonominya yang terdiri atas

representament, object, dan interpretant.

Berdasarkan uraian diatas, maka judul yang diangkat dalam penelitian

skripsi ini adalah Representasi dan Makna Etika Jurnalistik dalam Drama

Pinocchio.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana representasi dan makna etika

jurnalistik dalam drama Korea Pinocchio?”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

11

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi dan makna

etika jurnalistik dalam drama Korea Pinocchio.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian representasi dan makna etika jurnalistik dalam

drama Korea Pinocchio, yaitu:

a. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai referensi dan

contoh penggunaan metode analisis semiotika, khususnya semiotika Charles

Sanders Peirce. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan

sumbangsih kepada pengembangan ilmu komunikasi dalam mengkaji makna

dari pesan yang terdapat dalam serial drama televisi.

b. Manfaat praktis, diharapkan dapat menjadi masukan dan juga cermin bagi

jurnalis untuk lebih memperhatikan etika saat melakukan kegiatan jurnalistik.

c. Manfaat sosial, diharapkan bisa memberi pengetahuan dan gambaran kepada

pembaca, penonton dan masyarakat tentang bagaimana representasi dan

makna etika jurnalistik dalam drama Korea Pinocchio.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

12

E. Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi sebagai Produksi Pesan

Menurut Laswell, sebagaimana yang dikutip dalam Effendy14

, cara

yang baik untuk menggambarkan komunikasi ialah dengan menjawab

pertanyaan sebagai berikut: Who says What In Which Channel To Whom With

What Effect? Paradigma Lasswell tersebut menunjukan bahwa komunikasi

meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan tersebut,

yaitu:

1. Komunikator (Communicator, Source, Sender)

2. Pesan (Message)

3. Media (Channel, Media)

4. Komunikan (Communicant, Comunicatee, Receiver,

Recipient)

5. Efek (Effect, impact, Influence)

Unsur sumber (who) mengundang pertanyaan mengenai pengendalian

pesan. Unsur pesan (say what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran

komunikasi (in which channel) menarik untuk mengkaji mengenai analisis

media. Unsur penerima (to whom) banyak digunakan untuk studi analisis

khalayak. Unsur pengaruh (with what effect) berhubungan erat dengan kajian

mengenai efek pesan pada khalayak. Berdasarkan paradigma Lasswell

14

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007)

hlm. 10

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

13

tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian

pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan

efek tertentu.

Menurut John Fiske, pada dasarnya studi komunikasi merefleksikan

dua aliran utama, yaitu:15

1. Transmisi pesan (proses) yang fokus pada bagaimana pengirim

(sender) dan penerima (receiver) melakukan proses encoding

dan decoding, yang mana proses transmisi tersebut

menggunakan channel (media komunikasi). Aliran ini

cenderung linier dan tidak begitu mementingkan makna

(subjektif).

2. Produksi pesan atau teks-teks berhubungan dengan khalayak

dalam memproduksi makna, yang perhatian utamanya pada

peran teks dalam konteks budaya penerimanya.

Dapat disimpulkan bahwa pada aliran pertama, John Fiske melihat

komunikasi sebagai suatu proses yang dengannya seorang pribadi

mempengaruhi perilaku atau state of mind pribadi yang lain. Kemudian pada

aliran kedua, ia melihat studi komunikasi adalah studi tentang teks dan

kebudayaan. Metode studinya adalah semiotika (ilmu tentang tanda dan

makna).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan aliran yang kedua, yaitu

komunikasi sebagai produksi pesan dan teks yang berkaitan dengan

kebudayaan penontonnya. Serial drama Korea Pinocchio teks yang diproduksi

disesuaikan dengan realitas Negara asalnya, Korea Selatan. Serial drama yang

15

John Fiske, Cultural and Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komperehensif

(Yogyakarta, Jalasutra, 2004) hlm. 8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

14

menjadi suatu cermin kehidupan sosial masyarakat Korea Selatan menjadi

pusat objek penelitian. Penelitian ini berkaitan erat dengan kebudayaan Korea

Selatan ini akan mencari tahu bagaimana pesan yang diproduksi dengan latar

yang berbeda dengan Indonesia, akan dimaknai oleh masyarakat Indonesia.

Istilah pesan memang berbeda dengan makna. Pesan adalah penanda,

sedangkan makna adalah pertanda.16

Pesan bisa memiliki lebih dari satu

makna, dan beberapa pesan memiliki satu makna. Dalam penelitian ini, pesan

yang dikirimkan oleh penulis naskah dan kru serial drama kemudian diterima

dan dimaknai oleh khalayak atau penonton yang heterogen. Pesan memiliki

tiga elemen terstruktur, yaitu tanda dan simbol, bahasa, dan wacana. Pesan

yang ditampilkan melalui tanda-tanda dan kode-kode akan menumbuhkan

suatu makna dalam benak penonton.

2. Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi berlangsung dalam suatu situasi atau konteks tertentu.

Oleh karena itu, komunikasi dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung

dengan jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Ada

komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok,

komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Semakin

besar jumlah peserta yang ikut dalam komunikasi tersebut, maka semakin

besar pula efek yang ditimbulkan.

16

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna (Yogyakarta, Jalasutra, 2010) hlm. 22

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

15

Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass

communication, sebagai kependekan dari mass media communication.

Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang

mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan

sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari

media of mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak,

mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar

atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir

bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama.

Menurut Rakhmat seperti yang dikutip dalam Ardianto, komunikasi

massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah

khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak maupun

elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan

sesaat.17

Definisi tersebut menyiratkan bahwa komunikasi massa memiliki

kekuatan yang cukup besar, sehingga sangat cocok untuk menjalankan

beragam fungsi pokok dari komunikasi massa.

Berikut ini adalah enam fungsi pokok komunikasi massa, yaitu:18

1. Menghibur

Media mendesain program-program mereka untuk menghibur khalayak.

17

Elvinaro Ardianto dkk, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar (Bandung, Simbiosa Rekatama Media,

2007) hlm. 5 18

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia (Tangerang, Karisma Publishing Group, 2011) hlm.

575-579

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

16

2. Meyakinkan

Fungsi terpenting media adalah meyakinkan atau to persuade. Mulai dari

meyakinkan sikap, kepercayaan, atau nilai dari seseorang, mengubah

sikap, menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu, hingga

memperkenalkan dan menawarkan suatu nilai tertentu.

3. Menginformasikan

Media menjadi salah satu sarana dan alat dalam memberikan informasi

bagi khalayaknya. Sebagian besar informasi yang dimiliki oleh khalayak

didapat dari media dengan beragam bentuknya. Mulai dari tayangan

televisi, siaran radio, film, buku, dan sebagainya.

4. Menganugerahkan Status

Media mampu membuat sejumlah orang, organisasi, dan beragam hal

lainnya menjadi penting dimata masyarakat. Segala sesuatu yang dimuat

oleh media, akan mendapat perhatian dari masyarakat.

5. Membius

Jika media menyajikan informasi tentang sesuatu, biasanya penerima akan

percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil. Hal ini membuat khalayak

terbius ke dalam keadaan tidak aktif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

17

6. Menciptakan Rasa Kebersatuan

Komunikasi massa membuat khalayaknya merasa menjadi anggota suatu

kelompok.

Media massa pada dasarnya dibagi menjadi dua, yakni media massa

cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang memenuhi kriteria

sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media

elektronik adalah radio siaran, televisi, film, dan media online19

. Dalam

penelitian ini, media massa yang digunakan adalah televisi.

3. Media Massa Televisi Kombinasi Teknologi dan Budaya

Sejak munculnya Acta Diurna (pengumuman pemerintah) dan Acta

Senata (pengumuman senat) di kerajaan Romawi Kuno saat Pemerintahan

Julius Caesar, tahun 59 SM, para ahli menilai bahwa hal itu merupakan cikal

bakal adanya penyebaran informasi melalui tulisan.20

Televisi merupakan

perkembangan medium berikutnya setelah radio yang diketemukan dengan

karakternya yang spesifik, yaitu audiovisual.

Bermula dengan ditemukannya electrische telescope sebagai

perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin, Paul Nipkow, untuk

mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini terjadi

19

Ardianto dkk, Op.Cit. hlm. 103 20

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi : Menjadi Jurnalis Profesional (Bandung, Remaja

Rosdakarya, 2005) hlm. 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

18

antara tahun 1883 – 1884. Prestasi Nipkow ini menjadikan ia diakui sebagai

“Bapak Televisi”.21

Siaran televisi adalah pemancaran sinyal listrik yang membawa

muatan gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa dan

suara. Pancaran sinyal ini diterima oleh antena televisi untuk kemudian

diubah kembali menjadi gambar dan suara. Untuk menyelenggarakan siaran

televisi, maka diperlukan tiga komponen yang disebut trilogy televisi, yaitu

studio dengan berbagai sarana penunjangnya, pemancar atau transmisi, dan

pesawat penerima, yaitu televisi.

Saat ini, televisi menjadi salah satu media massa yang populer dan

tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Televisi telah menjadi bagian

tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Bagi banyak orang, TV adalah

teman, TV menjadi cermin perilaku masyarakat dan TV dapat menjadi candu.

Menurut Raymond Williams dalam The Television Handbook, televisi

merupakan kombinasi antara teknologi dan juga budaya.22

Televisi berperan besar dalam modernisasi kehidupan sosial

masyarakat. Informasi yang diperoleh dari siaran televisi dapat mengendap

lebih lama dalam ingatan manusia jika dibandingkan membaca media cetak.

Hal ini karena gambar/visualisasi bergerak yang berfungsi sebagai tambahan

dan dukungan informasi penulisan narasi penyiar atau jurnalis memiliki

21

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004) hlm. 2

22 Patricia Holland , The Television Handbook, second edition (New York, Routledge, 2000) hlm. 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

19

kemampuan untuk memperkuat daya ingat manusia dan memanggilnya

(recall) kembali.

Televisi merupakan budaya, sebagai media massa ia membentuk

budaya melalui gambar dan kata-kata atau audio. Hal ini diungkapkan dalam

jurnal internasional karya Manu Sharma yang berjudul Transnational

Cinema: A Cross Culture Communication Medium, yaitu:23

We rely on our culture for images and vocabulary that will help us

respond to our social and individual environment. Importantly, mass

media helps build that culture, besides relflecting it. Culture thus

becomes a symbolic system within which all media producers and

media users work.

Media televisi mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan radio

dan film. Cara menyampaikan sebuah pesan melalui televisi pun harus

khusus. Media cetak dapat dibaca kapan saja, tetapi untuk radio dan televisi

hanya dapat sekilas dan tidak dapat diulang. Upaya untuk menyampaikan

informasi melalui media massa memiliki kelebihan dan kekurangannya

masing-masing. Berikut ini adalah sifat media televisi:24

1. Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran

2. Dapat dilihat dan didengar kembali, bila diputar kembali

3. Daya rangsang sangat tinggi

4. Elektris

5. Sangat mahal

23

Manu Sharma, Transnational Cinema: A Cross Culture Communication Medium

Journal Mass Communication Journalism Volume 4 (India, Amity University, 2014) 24

Morissan, Op.Cit. hlm. 5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

20

6. Daya jangkau besar

Segala informasi seperti isu sosial politik, ekonomi, budaya, hukum,

olah raga, kriminalitas, kuis, permainan, semuanya ditayangkan di media

televisi dengan beragam kreasi pengemasan program acaranya. Menyusun

program televisi yang dapat dinikmati oleh penonton memang tidaklah

mudah. Pihak televisi harus tanggap dan mampu mengetahui karakter

penontonnya untuk bisa menciptakan dan menyiarkan tayangan yang sesuai

dan memang dibutuhkan penonton.

Menurut Muda, program siaran televisi di Indonesia pada umumnya

diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan.25

Di Amerika, sebuah

stasiun televisi tidak memproduksi sendiri semua program siarannya. Mereka

hanya membeli atau memesan dari production company yakni kalau di

Indonesia lebih dikenal dengan sebutan production house. Stasiun televisi

dapat memilih program yang menarik dan memiliki nilai jual kepada

pemasang iklan.

Pada umumnya, isi program siaran televisi maupun radio meliputi

acara seperti news reporting (laporan berita), talk show,

education/instructional, art & culture, call-in show, musik, soap

operas/sinetron/drama, dokumenter, magazine/tabloid, tv movies, game

show/kuis, dan sebagainya. Salah satu program siaran yang sangat digemari

oleh penonton di Indonesia dan di luar negeri adalah sinetron atau drama.

25

Muda, Op.Cit. hlm. 9

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

21

4. Serial Televisi atau Drama Korea sebagai Realitas Sosial

Dalam The Television Handbook, dijelaskan terdapat berbagai jenis

drama, yaitu:26

Serials

Serial adalah drama yang dikembangkan dalam beberapa episode

saja, kadang tiga atau empat, kadang juga sepuluh atau dua belas.

Serial biasanya ditulis oleh seorang penulis dan seorang sutradara.

Drama series

Drama seri paling sedikit memiliki lima belas episode per tahun

dan terus tayang sepanjang tiga hingga lima tahun. Drama seri

diproduksi melalui kolaborasi yang menggunakan sistem rotasi tim

penulis dan sutradara.

Soaps

Opera sabun merupakan serial yang tidak pernah berakhir. Aktris

dan aktornya tumbuh dan berkembang bersama karakter mereka.

Opera sabun merupakan suatu produksi dengan jadwal filming

yang cukup ketat dan berhadapan dengan deadlines. Istilah opera

sabun disebabkan pada saat awal penayangannya, acara ini

disponsori oleh perusahaan deterjen.

26

Holland, Op.Cit. hlm. 112-115

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

22

Sitcoms

Situasi komedi atau biasa disebut sitcom biasanya tidak termasuk

dalam departemen drama di televisi. Sitcom diproduksi di studio

dan biasanya terdapat penonton saat filming berlangsung. Sitcom

mengubah peraturan drama yang melarang kehadiran penonton di

lokasi filming.

Serial televisi atau drama dengan beragam jenis seperti yang sudah

dijelaskan pada paragraf sebelumnya, bisa ditemukan diberbagai televisi di

seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, serial drama dan opera

sabun cukup digemari masyarakat, namun terkadang penonton jenuh karena

cerita yang semakin rumit dan karakter yang terus bertambah.

Dalam penelitian ini, objek yang akan diteliti adalah serial drama

Korea dengan cerita yang berjenis soap operas. Drama Korea dengan jenis ini

biasanya memiliki target penontonnya sendiri. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Xinru Li, ternyata drama Korea generasi kedua memiliki

penonton yang lebih luas dan tidak terbatas, bahkan sudah menarik perhatian

generasi muda yang lahir pada tahun 80-an, 90-an, dan 2000-an.27

Lee Keun

Wang dan Hyun Hahm juga mengungkapkan bahwa “the early period of time

27

Xinru Li, Miracle of Korean Drama My Love from the Star in China: Korean Wave, New Media,

and Youth Culture (China, 2014)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

23

with soap opera was reflects the dominant values of important area of

cultural studies.”28

Menurut Kuswandi, ada beberapa faktor yang membuat sinetron

disukai pemirsa, yaitu:29

1. Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial penonton

2. Isi pesannya mengandung cermin tradisi luhur budaya masyarakat

(penonton)

3. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atau

persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Pesan sinetron dapat mewakili aktualitas kehidupan masyarakat dalam

realitas sosial, meskipun memang belum ada metode atau ukuran yang jelas

dan pasti dalam membuat sinetron yang baik dan berkualitas serta memenuhi

selera pemirsa. Saat ini, untuk menghilangkan kejenuhan penonton, banyak

stasiun televisi yang mulai mendatangkan serial drama dari luar negeri. Mulai

dari India, Turki, Meksiko, dan yang sudah beberapa tahun ini menarik

perhatian penonton Indonesia adalah drama dari Korea Selatan. Format drama

Korea yang berupa miniseri membuat penonton terhanyut akan cerita yang

mengharukan, menyenangkan dan tentunya tidak berbelit-belit. Drama Korea

28

Lee Keun Wang dan Hyun Hahm, The Early Korean Soap Opera Dramas : It’s Focus on Family

Members ASTL Vol. 20 (Korea Selatan, Chungwoon University, 2013) 29

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta, Rineka Cipta,

1996) hlm. 130-131

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

24

memang sudah cukup populer di Amerika Latin, Timur Tengah, dan berbagai

pelosok dunia lainnya.

Drama Korea pertama kali tayang di televisi KBS pada tahun 1962.

Namun, pada saat itu penontonnya sangatlah sedikit, sehingga drama yang

tayang tidak berlangsung lama. Pada tahun 1980-an, drama Love and

Ambition tayang di MBC dan mulai membuat drama Korea semakin diminati

penonton hingga mencetak rating 78%. Setelah itu, drama 500 Years of

Joseon juga berhasil menarik hati masyarakat dengan penayangan selama 8

tahun. Awalnya drama Korea diproduksi oleh pihak stasiun televisi, namun

sejak tahun 2000, banyak production house yang mulai memproduksi drama.

Genre dalam drama Korea ada dua, yaitu genre yang merujuk pada

soap opera di Barat dengan cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari

masyarakat Korea. Genre lainnya adalah drama yang terkait dengan sejarah

Korea, dan biasa dikenal sebagai sageuk. Dalam drama Sae Geuk, sangat

menonjolkan alur cerita yang sangat kompleks dengan kostum yang

disesuaikan dengan masa perang yang lampau. Drama Korea juga cenderung

memiliki naskah yang baik.

Drama Korea biasanya dibuat oleh seorang sutradara dan seorang

penulis naskah. Drama Korea juga biasanya hanya ditayangkan selama satu

season saja dengan jumlah episode 12 hingga 24 dan masa tayang 60 menit.

Namun, untuk Sae Geuk biasanya tayang lebih lama, bisa 50-200 episode.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

25

Drama Korea biasanya tayang seminggu dua kali, namun ada juga yang

tayang setiap hari seperti drama Sae Geuk.

Lokasi syuting drama umumnya menggunakan studio drama yang

biasanya dimiliki secara khusus oleh masing-masing stasiun televisi, seperti

studio drama KBS di Mungyeongsaejae Studio yang terletak di North

Gyeongsang dan juga Suwon, sedangkan MBC di Gyeonggi. Pihak produksi

drama Korea umumnya detail dalam menyiapkan segala sesuatunya, hal ini

yang membuat banyak penonton drama Korea dari berbagai Negara, termasuk

Indonesia yang mencintai drama Korea.

Di Indonesia, drama Korea mulai populer sejak penayangan Winter

Sonata dan Endless Love di tahun 2002. Bahkan tidak sedikit sinetron yang

dibuat berdasarkan cerita dari drama Korea. Kepopuleran drama Korea

membuat banyak stasiun televisi di Indonesia mulai meng-import drama dari

negeri Gingseng tersebut. Stasiun televisi yang kerap menayangkan drama

Korea di Indonesia adalah Indosiar, RCTI, RTV, Global TV, dan ANTV.

Bahkan beberapa drama sudah berulang kali ditayangkan, namun masih

mendapat sambutan yang baik dari penonton. Seperti drama Boys Before

Flower yang dibintangi oleh Lee Min Ho, Go Hye Sun, Kim Hyun Joong,

Kim Joon, dan Kim Bum.

Akhir 2014 lalu, sebuah drama Korea berjudul Pinocchio ditayangkan

di stasiun TV SBS. Drama yang mengisahkan mengenai kehidupan jurnalis

tersebut mendapatkan rating yang bagus dan bahkan menjadi drama dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

26

harga penjualan tertinggi yang dibeli oleh situs Youku Todou milik China. Hal

ini membuat Indonesia tidak mau ketinggalan dan RCTI menjadi stasiun

televisi yang mendatangkan drama tersebut. Bahkan penayangan drama

Pinocchio di RCTI cukup mengejutkan penggemar drama Korea di Indonesia,

karena waktu tayangnya yang hanya berbeda beberapa bulan dari penayangan

di Korea. Hal ini tentu tidak biasa untuk penayangan drama Korea di stasiun

TV nasional.

5. Jurnalistik sebagai Proses, Ilmu, dan Teknik

Istilah jurnalistik berasal dari kata “journalistiek” dalam bahasa

Belanda atau “journalism” dalam bahasa Inggris. Keduanya bersumber dari

bahasa Latin “diurnal” yang berarti harian atau setiap hari. Jurnalistik berarti

kegiatan mengumpulkan bahan berita, mengolahnya sampai

menyebarluaskannya kepada khalayak.30

Saat ini, jurnalistik juga menjadi

bidang kajian dalam penyebaran informasi melalui media massa.

Pada dasarnya, kegiatan jurnalistik yang dilakukan wartawan itu sama,

hanya saja teknik dan bentuk yang dihasilkan berbeda. Keahlian dan

keterampilan jurnalis berbeda-beda karena masing-masing jurnalis memiliki

tekniknya tersendiri dalam menjalankan kegiatan jurnalistiknya. Bentuk karya

jurnalistik pada surat kabar, majalah, dan media cetak lainnya, jurnalis

bertugas untuk mengumpulkan data yang berupa naskah dan gambar saja,

30

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Jakarta, Kalam Indonesia, 2005) hlm. 9

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

27

kemudian mengolahnya. Lalu pada media radio, jurnalis bertugas mencari

data berupa naskah dan juga bentuk audio atau suaranya. Sedangkan pada

media televisi, jurnalis bertugas untuk mencari data berupa naskah, gambar,

dan audio atau suara untuk kemudian digabungkan menjadi sebuah paket

berita.

Tidak semua peristiwa dapat dijadikan berita. Jurnalis tidak sekadar

menulis apa yang ia lihat, karena berita memiliki nilai atau bobot yang

berbeda antara satu dan lainnya. jurnalis akan menimbang nilai berita suatu

peristiwa, sebelum menyebarkannya kepada khalayak. Menurut Muda, nilai

berita sangat bergantung pada berbagai pertimbangan berikut ini:31

a. Timeliness

Berita yang disajikan, harus sesuai dengan waktu yang memang

dibutuhkan oleh masyarakat. Televisi biasanya memiliki program

Breaking News untuk menyajikan berita-berita aktual dan penting

untuk diketahui oleh pemirsa, seperti berita mengenai bencana alam.

b. Proximity

Proximity berarti kedekatan. Sebuah berita akan lebih baik jika

memiliki kedekatan bagi pemirsa. Kedekatan dari segi geografis,

profesi, kepercayaan, kebudayaan, dan lainnya. Contohnya berita

mengenai banjir di Jakarta dan kebakaran hutan di Riau. Jika hanya

31

Muda, Op.Cit. hlm. 29-39

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

28

satu berita yang bisa tayang, maka yang dipilih adalah banjir di

Jakarta, karena dilihat dari segi kedekatan geografisnya.

c. Prominence

Prominence artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang

itu terkenal, maka berita yang muncul akan semakin menarik. Berita

mengenai kecelakaan yang menewaskan sebuah keluarga, kurang

menarik jika dibandingkan dengan kecelakaan yang menewaskan

Ustad Jefri Al-Buchori.

d. Consequence

Segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan, dan lain-lain

yang berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak

merupakan bahan berita yang menarik. Contohnya pada saat kenaikan

harga BBM, media gencar memberitakan aksi penolakan dari

masyarakat.

e. Conflict

Konflik memiliki nilai berita yang sangat tinggi. Dalam memberitakan

konflik, seorang wartawan tidak boleh memihak. Ia harus

memberitakan secara imbang dari kedua belah pihak yang sedang

konflik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

29

f. Development

Development (pembangunan) merupakan materi berita yang cukup

menarik apabila wartawan yang bersangkutan mampu mengulasnya

dengan baik.

g. Disaster & Crimes

Disaster (bencana) dan crimes (kriminal) adalah peristiwa berita yang

selalu mendapat perhatian bagi pemirsa. Jika ada berita mengenai

bencana atau kriminalitas, pemirsa akan antusias menyaksikan

tayangannya, bahkan menunggu-nunggu kabar terbaru mengenai berita

tersebut.

h. Weather

Cuaca di setiap Negara berbeda-beda, bahkan ada yang bisa

membahayakan masyarakatnya, sehingga program cuaca dibuat secara

khusus. Namun, di Indonesia, berita cuaca belum memiliki nilai jual.

i. Sport

Berita olah raga juga banyak digemari pemirsa. Stasiun televisi selalu

menempatkan sebagian waktunya untuk menyiarkan berita-berita olah

raga.

j. Human interest

Human interest merupakan berita yang dapat menyentuh perasaan,

pendapat, dan pikiran manusia. Media televisi mampu memberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

30

daya tarik lebih saat menayangkan berita yang memiliki human

interest, karena objek yang dimunculkan asli bukan imajinatif.

6. Jurnalis sebagai Profesi dan Pekerjaan

Jurnalis merupakan sebuah profesi dan biasa dikenal dengan sebutan

wartawan atau reporter dalam dunia televisi. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, jurnalis adalah orang yang pekerjaannya mengumpulkan dan

menulis berita dalam surat kabar dan sebagainya; wartawan.32

Jurnalis televisi

berfungsi sebagai produser untuk liputan yang ia lakukan. Ia memimpin

liputan tersebut sehingga ia dapat mengarahkan juru kamera tentang gambar

apa yang ia butuhkan untuk melengkapi laporan beritanya. Di beberapa

negara, kini tengah dikembangkan model “One man news team” yaitu reporter

merangkap juru kamera. Di Indonesia, beberapa stasiun televisi juga

menggunakan sistem one man news team.

Menjadi seorang jurnalis, tentu ada syaratnya. Menurut Yosef, ada 10

syarat menjadi jurnalis, yaitu berakhlak, memiliki keberanian, dapat

dipercaya, memiliki tingkat kecerdasan yang cukup, berwawasan luas,

komunikatif, mampu berbahasa dengan baik, menguasai bahasa asing,

memiliki suara khas jurnalis (media TV dan radio), dan bertahan dalam situasi

32

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) http://kbbi.web.id/jurnalis , 25/05/2015/05.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

31

stress.33

Jika syarat tersebut sudah terpenuhi, maka seseorang bisa menjadi

jurnalis yang baik dan mampu menjalankan tugasnya.

Menurut Bill Kovack dan Tom (dalam Yosef), jurnalis memiliki 9

tugas utama, yaitu:34

1. Menyampaikan kebenaran

2. Memiliki loyalitas kepada publik

3. Memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi

4. Memiliki kemandirian terhadap liputannya

5. Memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan

6. Menjadikan forum bagi kritik dan kesepakatan publik

7. Menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik

8. Membuat berita secara komprehensif dan proporsional

9. Memberi keleluasaan kepada jurnalis untuk mengikuti nurani

mereka.

Jika tugas utama tersebut dijalankan dengan baik oleh jurnalis, tentu

pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Tidak

ada masyarakat yang mendapatkan informasi yang tidak jelas sumbernya, dan

bukan hoax belaka. Hal itu juga akan membuat masyarakat memiliki wawasan

yang semakin luas dan mampu melihat dunia melalui media massa.

33

Jani Yosef, To Be A Journalist : Menjadi Jurnalis TV, Radio dan Surat Kabar yang Profesional

(Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009) hlm. 45 et Seq 34

Ibid, hal 55

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

32

Saat ini, institusi media tidak hanya menjadi suatu wadah yang

memberikan beragam informasi bagi khalayaknya, namun menjadi sebuah

institusi yang cenderung menjadi industri bagi pengusaha media. Hal ini

menimbulkan beberapa kecenderungan yang mempengaruhi kinerja jurnalis,

yaitu:

- Melemahnya posisi institusional dan individual jurnalis dalam

struktur perusahaan media sebagai konsekuensi membesarnya

peran manajemen dalam menentukan visi perusahaan.

- Profesionalisme yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan

pekerjaan produksi informasi yang sesuai dengan moda industri

bukan organisasi profesi.

- Produk media adalah informasi yang dijadikan komoditas yang

memenuhi permintaan pasar.

Beberapa kecenderungan tersebut mempengaruhi kinerja jurnalis

hingga banyak jurnalis yang pada akhirnya terjebak dengan situasi tersebut.

Terminologi yang kerap melekat dalam diri jurnalis seperti integritas,

kejujuran, keberanian, moralitas, dedikasi, loyalitas, dan kebenaran pun

perlahan menghilang. Terdapat sebuah quote menarik mengenai jurnalis dari

seorang jurnalis Amerika, yaitu “If there’s anything that’s important to a

jurnalis, it is integrity. It is credibility” – Mike Wallace.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

33

7. Etika Jurnalistik dalam Memenuhi Tanggung Jawab Sosial

Menurut William Benton seperti yang dikutip El Karimah, etika

adalah studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus,

benar, salah, dan sebagainya atau tentang prinsip-prinsip umum yang

membenarkan kita dalam penerapannya di dalam segala hal.35

Kata etika juga

sering kali diidentikkan dengan moral. Perbedaan keduanya adalah etika

merupakan suatu sistem pengkajian, sedangkan moral adalah suatu yang

dikaji.

Etika dipakai dalam berbagai hal, seperti berkomunikasi dan bekerja.

Etika komunikasi merupakan suatu usaha dalam mencari standar etika apa

yang digunakan oleh komunikator dan komunikan dalam menilai diantara

teknik, isi, dan tujuan komunikasi. Dalam kaitannya dengan profesi, definisi

etika yang tepat merujuk pada kumpulan nilai-nilai profesi tertentu yang

dibuat dari, oleh, dan untuk profesi itu sendiri.36

Mulai dari cara apa yang

dipakai oleh media massa untuk memberikan informasi kepada khalayaknya,

kesesuaian isi media dengan regulasi yang berlaku, dan sebagainya. Hal ini

juga sama dengan bagaimana jurnalis mencari informasi, cara apa yang

digunakan hingga akhirnya mendapatkan informasi, kemudian bagaimana

jurnalis tersebut menyebarkannya kepada khalayak. Oleh karena itu, dalam

35

Kismiyati El Karimah dan Uud Wahyudin, Filsafat dan Etika Komunikasi (Bandung, Widya

Padjadjaran, 2010) hlm. 60 36

Wina Armada Sukardi, Cara Mudah Memahami Kode Etik Jurnalistik dan Dewan Pers (Jakarta,

Dewan Pers, 2008) hlm. 4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

34

dunia media massa, terdapat regulasi dalam proses pembuatan hingga

penayangannya.

Etika jurnalistik adalah standar aturan perilaku dan moral, yang

mengikat para wartawan atau jurnalis dalam melaksanakan pekerjaannya.

Etika jurnalistik penting untuk memelihara dan menjaga standar kualitas

pekerjaan wartawan, serta untuk melindungi atau menghindarkan khalayak

dari dampak yang merugikan yang berasal dari tindakan atau perilaku

wartawan bersangkutan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Patrick

Lee Plaisance dkk mengenai orientasi jurnalis di 18 negara, diungkapkan

bahwa tingkatan Negara atau ideologi dan faktor-faktor lainnya lebih

memiliki impact kepada idealisme dan pemikiran relativistik daripada tingkat

individu. Temuan ini menegaskan mengenai teori pengaruh hierarki dalam

pekerjaan.37

Biasanya masing-masing institusi memiliki standar atau kode etik

tersendiri, meski pun banyak juga kelompok-kelompok atau organisasi profesi

tertentu yang membuat kode etik dengan kesepakatan bersama. Institusi media

massa yang baik akan memberikan pengarahan kepada karyawannya, baik

jurnalis mau pun kameramen mengenai kode etik yang digunakan oleh

institusi tersebut.

37

Patrick Lee Plaisance, Elizabeth A. Skewes, dan Thomas Hanitzsch, Ethical Orientations of

Journalists Around the Globe, Implications from a Cross-National Survey, Communication Research

Volume 39 (USA, Colorado State University, 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

35

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua kode etik jurnalistik

yang berlaku di Korea Selatan dan juga di Indonesia. Di Korea Selatan, kode

etik yang digunakan dibuat oleh Korean Newspaper Association, Korean

Newspaper, Broadcasting Editors Association, dan juga Journalists

Association of Korea. Berikut ini adalah kode etik yang berlaku di Korea

Selatan, yaitu:

The Code of Press Ethics38

1. Freedom of the Press

We the journalists believe in the freedom of the press as our

overriding right to honor the public's right to know. Therefore,

we pledge ourselves that we will guard this press freedom from

both internal and external interferences, pressures, and

encroachment.

2. Responsibility of the Press

We the journalists believe that the press as public mass media

carries with it a very important responsibility. To execute this

responsibility, we pledge ourselves that we will do our best to

foster healthy public opinions, improve the general welfare, and

advances the nation's culture and arts. We also pledge ourselves

that we will vigorously protect the people's basic human rights.

3. Independence of the Press

38

The Code of Press Ethics of South Korea, www.rjionline.org 7/4/2016/06.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

36

We the journalists declare that the press ought to be independent

from various external forces of influence such as politics,

businesses, societal interest groups, and religious units. We will

resolutely reject any external attempt to interfere with, or unduly

use, the press.

4. News and Commentary

We the journalists pledge ourselves that we will report news to its

full extent truthfully, objectively, and in a fair manner. We further

pledge ourselves that we will adhere to the truthful information

and fairness in presenting analysis, commentary, and opinions,

and that by taking the diverse opinions in society into account we

will contribute to fostering a healthy public opinion.

5. Honoring Dignity and Privacy

We the journalists pledge ourselves that we will not damage the

dignity of people and we will not violate individuals' right to

privacy.

6. Honoring the Right to Reply and Access to Media

We the journalists, conscious of the press being public mass

media, will strive to honor individuals' rights, and in particular

will try to provide the readers with opportunities to reply, to

express their opinions, and to present opposing views.

7. Conduct of Journalists

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

37

We the journalists will conduct ourselves with decency and

dignity. We will refrain from using vulgar language, and by doing

so will strive to promote a proper use of the national tongue in the

people's daily lives.

Di Indonesia, kode etik wartawan dibuat oleh organisasi profesi seperti

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Berikut ini adalah kode etik yang

berlaku dalam organisasi PWI, yaitu:

Kode Etik PWI39

1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita

yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam

melaksanakan tugas jurnalistik.

3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan

secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang

menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis,

dan cabul.

5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas

korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak

yang menjadi pelaku kejahatan.

39

Kode Etik Jurnalistik, http://pwi.or.id/index.php/uu-kej 28/09/2015/17.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

38

6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak

menerima suap.

7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi

narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun

keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar

belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.

8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita

berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas

dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan

bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin,

sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang

kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki

berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan

maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara

proporsional.

Kode etik bersifat personal dan otonom. Personal yang berarti bahwa

aturan ini berlaku untuk masing-masing individu. Secara otonom, berarti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

39

hanya lembaga dan organisasi yang ditunjuk dalam kode etik saja yang boleh

menjatuhkan sanksi berdasarkan kode etik profesi tersebut.

Selain memiliki kode etik, pada tahun 1999 lahir UU Nomor 40 Tahun

1999 tentang PERS. Undang-undang ini tidak hanya mengatur bagaimana

wartawan dalam menjalankan tugasnya, namun juga memberikan aturan pada

perusahaan media, dewan pers, pers asing, dan sanksi-sanksi yang akan

diberikan jika terjadi pelanggaran. Bagi stasiun televisi juga terdapat aturan

yang harus dipatuhi dalam menyiarkan sebuah acara yang biasa disebut

sebagai P3&SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran).

Pelanggaran etika bukan berarti melakukan pelanggaran hukum,

sedangkan melanggar hukum bisa berarti melanggar etika, misalnya mencuri

atau membunuh. Namun, ada perbuatan yang melanggar hukum, namun tidak

melanggar etika. Misalnya wartawan yang melakukan liputan investigasi

terpaksa melakukan pelanggaran hukum. Lalu ada pula pelanggaran etika

namun bukan pelanggaran hukum, misalnya orang yang sombong, angkuh,

dan serakah. Pelanggaran etika profesi adalah penghinaan terhadap profesi

itu.40

Dalam The Ethics and Accuracy Investigative Journalism

diungkapkan bahwa terkadang wartawan mengidentifikasi bahwa mereka

akurat, namun ternyata informasi yang mereka miliki diperoleh melalui

40

Ibid hlm. 17

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

40

kamera tersembunyi dan perekaman rahasia.41

Hal penting yang harus

diperhatikan oleh wartawan adalah kejujuran dan menjaga privasi.

Ethics is not (just) a matter of codes of conduct (plus or minus

sanctions), not just a matter of rules to be followed. It is more to

do with principles concerning the rights and wrongs of human

cinduct, principles which have some reasoned theoretical basis

and which therefore apply objectively and impartially.42

Berikut ini adalah beberapa alasan pentingnya etika profesi, yaitu:

1. Melindungi keberadaan seorang professional profesi dalam

berkiprah di bidangnya.

2. Melindungi masyarakat dari malpraktik oleh praktisi profesi

yang tidak atau kurang professional.

3. Mendorong persaingan sehat antarpraktisi penyandang

profesi.

4. Mencegah kecurangan antarrekan penyandang profesi.

5. Mencegah manipulasi atau disinformasi.

8. Semiotika Sebuah Ilmu tentang Tanda

Dalam penelitian ini, analisis semiotika dirasa sesuai untuk

membongkar makna pesan dari serial drama Pinocchio, khususnya tanda-

tanda yang berkaitan dengan etika jurnalistik. Istilah semiotika berasal dari

41

Suzanne P. Wheir (ed), The Investigative Reporting Handbook (New York St. Martin‟s Press, Inc,

1996) hlm. 489 42

Andrew B dan Ruth Chadwick, Ethics and Politics of the Media (New York, Routledge, 1998) hlm.

10

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

41

kata seemion (bahasa Yunani) yang berarti tanda. Kata dasarnya adala seme

yang berarti penafsir tanda. Semiotika disebut juga sebagai semeiotikos yang

berarti “teori tanda”.43

Istilah semiotika merujuk pada bidang studi yang

mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang.44

Tanda

merupakan basis dari seluruh komunikasi. Melalui perantaraan tanda, manusia

bisa mengomunikasikan banyak hal dengan sesamanya.45

Dalam sejarah linguistik, terdapat istilah lain yang serupa dengan

semiotika, yaitu semiologi, semasiologi, sememik, dan semik. Namun, dari

semua istilah tersebut, yang masih digunakan hingga saat ini adalah semiotika

dan semiologi. Perbedaan di antara keduanya, menurut Hawkes seperti yang

dikutip oleh Kris Budiman adalah bahwa istilah semiologi lebih banyak

dikenal di Eropa yang mewarisi tradisi linguistik Saussurean, sementara

istilah semiotika cenderung dipakai oleh para penutur bahasa Inggris atau

mereka yang mewarisi tradisi Peircian.46

John Fiske mendefinisikan semiotika sebagai “studi tentang pertanda

dan makna dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna

dibangun dalam „teks‟ media; atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis

karya apa pun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna”.47

Sedangkan Van Zoest mengartikan semiotika sebagai “ilmu tentang tanda dan

43

Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi (Bogor, Ghalia Indonesia, 2014) hlm. 2 44

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013) hlm. 11 45

Ibid, hlm. 15. 46

Kris Budiman, Semiotika Visual : Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta, Jalasutra, 2011)

hlm. 4 47

Vera, Op. Cit.,, hlm. 2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

42

segala yang berhubungan dengannya, yaitu cara berfungsinya, hubungannya

dengan kata lain, pengirimnya, dan penerimanya oleh mereka yang

mempergunakannya”.48

Terdapat tiga bidang studi utama dalam semiotika, yaitu:49

a. Tanda itu sendiri. Studi ini berkaitan dengan beragam tanda yang

berbeda, seperti cara tanda tersebut menyampaikan makna serta cara

tanda terkait dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah

buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang

menggunakannya.

b. Kode atau sistem di mana lambang-lambang disusun. Studi ini

meliputi bagaimana berbagai kode yang dikembangkan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya untuk

mentransmisikannya.

c. Kebudayaan di mana kode dan lambang itu bekerja. Studi ini berkaitan

pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan

bentuknya sendiri.

Bidang-bidang kajian semiotika sangatlah beragam, karena itu banyak

ahli semiotika dengan bidang kajian yang berbeda satu sama lain. Semiotika

dipelopori oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913), seorang ahli linguistik

asal Swiss. dan Charles Sanders Peirce (1839-1914), seorang filosof

48

Sobur, Op. Cit., hlm. 96. 49

Vera, Op. Cit. hlm. 9

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

43

pragmatisme asal Amerika Serikat. Saussure dengan latar belakang linguistik

menyebut ilmu yang dikembangkannya sebagai semiologi, sedangkan Peirce

dengan latar belakang filsafat menyebutnya semiotika.

Semiologi menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama

perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi

sebagai tanda, di belakangnya harus ada sistem pembedaan dan konvensi yang

memungkinkan makna itu. Di mana ada tanda, di sana ada sistem.50

Saussure

menggambarkan tanda sebagai struktur biner, yaitu struktur yang terdiri dari

dua bagian. Bagian fisik disebut sebagai penanda (pesan), sedangkan bagian

konseptual disebut petanda (makna).51

Sedangkan menurut Peirce, penalaran

manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat

bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan

semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda.52

Saat ini sudah terdapat beberapa teori dan model yang dikembangkan

para ahli dalam kajian semiotika. Dalam bidang kajian semiotika komunikasi,

terdapat tiga model yang biasa digunakan dalam penelitian tentang tanda,

yaitu:

a. Ferdinand de Saussure

Model semiotika yang dikembangkan Saussure memiliki latar

belakang bidang linguistik atau bahasa. Konsep semiotika yang

50

Vera., Op. Cit., hlm. 3 51

Danesi, Op. Cit., hlm. 34 52

Vera., Op. Cit., hlm 4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

44

dikembangkan adalah konsep dikotomi sistem tanda, yaitu signifier

(penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna

atau coretan yang bermakna, yaitu apa yang dikatakan dan apa yang

ditulis atau dibaca. Sedangkan signified adalah gambaran mental, pikiran

atau konsep aspek mental dari bahasa.53

Model dasar dari semiologi Saussure ini berfokus pada tanda itu

sendiri. Jika digambarkan, model Saussure akan menjadi seperti berikut

ini:54

sign

composed of

signification

signifier signified external

(physical (mental reality of

existence concept) meaning

of the sign)

Gambar 1.3 Model Semiotika Saussure

Model ini menjelaskan bahwa tanda itu adalah keseluruhan yang

dihasilkan dari hubungan antara penanda dengan pertanda, dan hubungan

diantara keduanya adalah makna.55

Konsep yang dikembangkan oleh

Saussure menunjukkan bahwa relasi antara penanda dan pertanda tidak

53

Sobur, Op. Cit., hlm. 115 54

Vera, Op. Cit., hlm. 20 55

Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

45

bersifat pribadi, melainkan bersifat sosial yang merupakan bagian dari

kesepakatan atau signifikansi dari sistem tanda.56

b. Charles Sanders Peirce

Jika Saussure berlatar belakang linguistik, lain halnya dengan Peirce yang

mengembangkan semiotika dengan latar belakang logika dan filsafat.

Peirce dikenal dengan teori tryadic atau segitiga makna atau trikotomi

tanda. Peirce mendefinisikan tanda sebagai sesuatu yang terdiri atas

representamen (sesuatu yang melakukan representasi), yang merujuk ke

objek (yang menjadi perhatian representamen) dan membangkitkan arti

yang disebut sebagai interpretan.57

Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sesuatu dapat disebut

representamen jika memenuhi dua syarat berikut, yaitu:58

1. Bisa dipersepsi, baik dengan panca-indera maupun dengan

pikiran/perasaan.

2. Berfungsi sebagai tanda (mewakili yang lain).

c. Roland Barthes

Teori semiotika Barthes hampir secara harfiah diturunkan dari teori bahasa

menurut Saussure. Barthes mengungkapkan bahwa bahasa merupakan

sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari masyarakat

56

Ibid hlm. 21 57

Danesi, Op. Cit, hlm. 36. 58

Vera, Op. Cit., hlm. 22

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

46

tertentu dalam waktu tertentu.59

Menurut Barthes, semiologi hendak

mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal

(things).

Seperti pandangan Saussure, Barthes juga meyakini bahwa hubungan

antara penanda dan pertanda tidak terbentuk secara alamiah, melainkan

bersifat arbiter. Saussure menekankan pada penandaan dalam tataran

denotatif, maka Roland Barthes menyempurnakan semiologi Saussure

dengan mengembangkan sistem penandaan pada tingkat konotatif. Tidak

hanya itu, Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos

yang menandai suatu masyarakat.

Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja:

1. Signifier

(Penanda)

2. Signified

(Petanda)

3. Denotative Sign

(Tanda Denotatif)

4. Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

5. Connotative Signified

(Petanda Konotatif)

6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)

Gambar 1.4 Peta Tanda Roland Barthes

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3)

terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat

bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Tanda

59

Sobur, Op. Cit, 2013, hlm. 63.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

47

denotatif merupakan makna yang sebenar-benarnya, yang disepakati

bersama secara sosial, yang rujukannya pada realitas.60

Sedangkan

tanda konotatif merupakan tanda yang penandanya mempunyai

keterbukaan makna atau makna yang implisit, tidak langsung, dan

tidak pasti, artinya terbuka kemungkinan terhadap penafsiran-

penafsiran baru.61

Dalam uraiannya, Barthes mengemukakan bahwa mitos

dalam pengertian khusus, merupakan perkembangan dari konotasi.

Konotasi yang sudah terbentuk lama dimasyarakat itulah mitos.

Barthes juga mengatakan bahwa mitos merupakan sistem semiologis,

yaitu sistem tanda-tanda yang dimaknai manusia.62

9. Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce

Dalam penelitian ini, analisis semiotika Peirce lah yang akan

digunakan untuk mengetahui makna dari tanda-tanda dalam drama Pinocchio.

Charles Sanders Peirce mendefinisikan semiotika sebagai studi tentang tanda

dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, yakni cara berfungsinya,

hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya

oleh mereka yang mempergunakannya.63

Pembacaan teks media massa tidak

sesederhana yang dibayangkan, karena perlu adanya pemahaman yang

60

Vera, Op. Cit., hlm. 28 61

Ibid 62

Ibid 63

Ibid, hlm. 2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

48

mendalam dan semiotika digunakan untuk membongkar makna-makna yang

masih tersembunyi. Peirce dikenal melalui sistem filsafatnya, yang kemudian

dinamakan pragmatisme.64

Menurut sistem ini, signifikansi sebuah teori atau

model terletak pada efek praktis penerapannya .

Richard L. Lanigan dalam American Journal of Semiotics yang

berjudul Charles S. Peirce on Phenomenology : Communicology, Codes, and

Messages; or, Phenomenology, Syntechism, and Fallibilism, mengatakan:65

“Peirce uses the covering term Semiotic to include his major divisions of

thought and communication process : Speculative Grammar, or the study of

beliefs independent of the structure of language; Exact Logic, or the study of

assertion in relation to reality; Speculative Rhetoric, or the study of the

general conditions under which a problem presents itself for solution.”

Peirce juga dikenal dengan model triadic yang sering juga disebut

sebagai triangle of meaning semiotics atau dikenal dengan teori segitiga

makna dan juga konsep trikotominya yang terdiri atas representamen

(trikotomi pertama), objek (trikotomi kedua), dan interpretant (trikotomi

ketiga).66

Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan menumbuhkan

suatu makna atas suatu objek.

64

Danesi. Op.Cit. hlm. 37 65

Richard L. Lanigan, Charles S. Peirce on Phenomenology : Communicology, Codes, and Messages;

or, Phenomenology, Syntechism, and Fallibilism, American Journal of Semiotics (2014) 66

Vera. Op.Cit. hlm. 21

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

49

Gambar 1.5 Tanda “Peircean”

Namun, untuk menjelaskan secara detail semiotika Peirce, terdapat

trikotomi yang terdiri atas tiga tingkat dan sembilan sub-tipe tanda, seperti

dalam bagan berikut ini:

Tabel 1.1

Trikotomi Peirce

1 2 3

Representamen (R1) Qualisign Sinsign Legisign

Object (O2) Icon Index Symbol

Interpretant (I3) Rhema Dicisign Argument

Sumber : Nawiroh Vera

Proses ketiga tingkat trikotomi saling berhubungan satu dengan

lainnya. Berikut penjelasan mengenai ketiga tingkat trikotomi tersebut:

1. Trikotomi Pertama (Representamen)

Representamen juga disebut tanda (sign). Menurut Peirce, salah

satu bentuk tanda adalah kata. Ada dua syarat agar sesuatu dapat

Representamen (X)

Objek (Y) Interpretan (X = Y)

X = Penanda

Y = Petanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

50

disebut representamen (tanda), yaitu bisa dipersepsi, baik dengan

panca indera maupun dengan pikiran/perasaan dan berfungsi

sebagai tanda (mewakili sesuatu yang lain).67

Dalam penelitian ini,

sifat audiovisual yang terdapat dalam serial drama memenuhi

syarat yang pertama yaitu dipersepsi melalui panca indera, yaitu

mata dan telinga. Scene, dialog, kostum, backsound, dan tanda-

tanda lainnya mampu merepresentasikan sesuatu dengan kaitannya

pada etika jurnalistik.

Berdasarkan ground-nya, representamen dibagi menjadi tiga,

yaitu:68

1. Qualisign yaitu tanda yang menjadi tanda berdasarkan

sifatnya. Misalnya sifat warna merah yang dapat dipakai

tanda untuk menunjukkan cinta, bahaya, dan larangan.

2. Sinsign yaitu tanda-tanda yang menjadi tanda berdasarkan

bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Misalnya suatu

jeritan yang dapat berarti heran, senang, atau kesakitan.

3. Legisign yaitu tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu

peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode.

Misalnya semua tanda bahasa.

67

Ibid hlm. 22 68

Ibid hlm. 24

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

51

2. Trikotomi Kedua (Object)

Objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda, bisa berupa materi yang

tertangkap panca-indera, bisa juga bersifat mental atau imajiner.69

Objek bisa berupa representasi mental (ada dalam pikiran), dapat

juga berupa sesuatu yang nyata di luar tanda.

Berdasarkan objeknya, tanda diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:70

Ikon merupakan tanda yang menyerupai benda yang

diwakilinya, atau suatu tanda yang menggunakan kesamaan

atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya.

Indeks merupakan tanda yang sifatnya tergantung pada

keberadaannya suatu denotasi. Ada tiga jenis dasar indeks,

yaitu indeks ruang, indeks persona, dan indeks temporal.

Simbol merupakan suatu tanda, di mana hubungan tanda

dan denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang

berlaku umum atau ditentukan oleh kesepakatan bersama.

69

Ibid hlm. 22 70

Ibid hlm. 24-25

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

52

TABEL 1.2 KLASIFIKASI TANDA

Jenis

Tanda

Hubungan antara Tanda dan

Sumber Acuannya Contoh

Ikon

Tanda dirancang untuk

merepresentasikan sumber acuan

melalui simulasi atau persamaan

(artinya sumber acuan dapat dilihat,

didengar, dan seterusnya)

Segala macam gambar

(bagan, diagram, dan lain-

lain), photo, kata-kata dan

seterusnya

Indeks

Tanda dirancang untuk

mengindikasikan sumber acuan

atau saling menghubungkan sumber

acuan

Jari yang menunjuk kata

keterangan seperti di sini,

di sana, kata ganti seperti

aku, kau, ia, dan seterusnya

Simbol

Tanda dirancang untuk

menyandikan sumber acuan melalui

kesepakatan atau persetujuan

Simbol sosial seperti

mawar, simbol

matematika, dan seterusnya

Sumber : Marcel Danesi

3. Trikotomi Ketiga (Interpretant)

Interpretant merujuk pada makna dari tanda.71

Jika terdapat

representamen atau tanda pada suatu objek, maka akan muncul

interpretasi terhadap objek tersebut.

Berdasarkan interpretannya, tanda dibagi menjadi tiga, yaitu:72

Rhema yaitu bilamana lambang tersebut interpretannya

adalah sebuah first dan makna tanda tersebut masih dapat

dikembangkan.

71

Ibid hlm. 21 72

Ibid hlm. 26

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

53

Decisign (dicentsign) yaitu bilamana antara lambang itu

dan interpretant terdapat hubungan yang benar ada.

Argument yaitu bilamana suatu tanda dan interpretannya

mempunyai sifat yang berlaku umum.

Jika peneliti ingin menganalisis lebih mendalam mengenai tanda-tanda

yang tersebar dalam pesan komunikasi, maka semua tingkatan tanda dari

trikotomi pertama, kedua, dan ketiga beserta komponennya dapat digunakan.

10. Kerangka Berpikir

Berikut ini adalah tahapan kerangka berpikir dalam penelitian ini :

Serial drama Korea Pinocchio

Representasi Scene/Adegan

terkait Etika Jurnalistik

Semiotika

Peirce

Simbol

Indeks

Ikon Representamen

Objek

Interpretant

Makna

Analisis Etika Jurnalistik:

The Code of Press Ethics of

South Korea

Kode Etik Jurnalistik PWI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

54

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, drama Korea Pinocchio

memiliki pesan yang ingin disampaikan. Selain itu, drama ini juga

mengandung realitas sosial yang ada pada masyarakat. Pesan tersebut

memiliki rangkaian tanda yang membentuk makna. Penggunaan analisis

semiotika Peirce pada penelitian ini diharapkan mampu mengungkap makna-

makna pesan dibalik tanda tersebut melalui tanda ikon, indeks, dan juga

simbol. Penelitian ini juga akan menganalisis makna-makna terkait etika

jurnalistik yang ditemukan dengan menggunakan kode etik yang berlaku di

Korea Selatan dan juga di Indonesia. Hal ini juga dapat dijadikan suatu

perbandingan terkait etika jurnalistik yang berlaku di Korea Selatan dan juga

Indonesia.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika. Metode kualitatif

digunakan untuk memahami sebuah fakta, bukan untuk menjelaskan fakta

tersebut.73

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang terdapat

dalam drama Pinocchio, khususnya yang berkaitan dengan etika jurnalistik.

Analisis semiotika digunakan untuk mendukung penelitian ini dalam

mengkaji makna yang terdapat dalam pesan berupa tanda-tanda representasi

73

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian

Kontemporer (Jakarta, Rajawali Pers, 2011) hlm. 66

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

55

etika jurnalistik pada drama Pinocchio. Tugas pokok semiotika adalah

mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan mengklasifikasikan jenis-jenis

utama tanda dan cara penggunaannya dalam aktivitas yang bersifat

representatif.

Dalam analisis semiotika Peirce, tanda-tanda yang terdapat dalam

pesan komunikasi akan dimaknai. Karena pembacaan teks media tidaklah

sesederhana yang dibayangkan. Hal ini disebabkan oleh pemahaman

seseorang terhadap teks dipengaruhi banyak faktor, seperti budaya,

pengalaman, ideologi, dan lain-lain, sehingga sulit untuk objektif. Dalam

penelitian ini adalah bagaimana makna etika jurnalistik yang ditampilkan

dalam drama Pinocchio oleh pembuat drama, seperti penulis dan sutradara

melalui data audiovisual, dan berbentuk verbal maupun nonverbal.

2. Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti pada penelitian ini adalah 20 episode serial

drama Korea Pinocchio. Penelitian ini secara khusus akan meneliti tanda-

tanda berupa ikon, indeks, dan simbol yang ditampilkan dalam drama yang

berkaitan dengan representasi etika jurnalistik. Penelitian ini berfokus pada

aspek audio dan visual yang terdapat dalam drama Pinocchio. Aspek audio

yang akan diteliti meliputi suara dialog antartokoh, musik yang digunakan

dalam adegan, serta suara-suara yang mendukung presentasi dari adegan guna

memberikan implikasi dan efek emosional tersendiri. Selanjutnya aspek visual

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

56

yang dimaksud adalah gambar yang mewakili suatu pesan sesuai dengan

komposisional dalam suatu shot. Aspek visual itu meliputi karakter tokoh,

ekspresi, setting, dan properti.

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan scene

atau adegan terkait etika jurnalistik yang terdapat pada drama

Pinocchio. Berikut ini adalah korpus yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

- Korpus 1

Episode 1 (22.39 – 23.01) / 23”

- Korpus 2

Episode 1 (23.16 – 25.38) / 2‟22”

- Korpus 3

Episode 1 (26:01 – 26:40) / 39”

- Korpus 4

Episode 1 (25:27 - 25: 38) / 11”

- Korpus 5

Episode 1 (33:00 – 33:27) / 27”

Episode 12 (06:15 - 06:44) / 29”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

57

- Korpus 6

Episode 1 (17.08 – 18.27) / 41”

- Korpus 7

Episode 14 (42:53 - 45:10) / 3‟43”

2. Data Sekunder

Data sekunder yang peneliti gunakan meliputi jurnal, buku-buku,

artikel, majalah, serta komentar-komentar penonton di dunia maya,

termasuk dalam media sosial yang relevan dengan objek yang

diteliti.

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

semiotika Charles Sanders Peirce. Asumsi dasar semiotika adalah studi

tentang tanda dan maknanya. Instrumen penelitiannya adalah peneliti itu

sendiri. Anilisis data yang digunakan adalah deskriptif interpretatif dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan pengamatan terhadap drama Korea Pinocchio

dengan cara menonton drama tersebut sebanyak 20 episode beberapa

kali agar bisa memahami keseluruhan mengenai drama tersebut. Mulai

dari karakter tokoh, alur cerita, dan hal-hal yang paling menonjol

dalam drama tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun yang lalu, K-Pop dan K-Drama berhasil mengguncang dunia dengan lagu dan kisah cerita

58

2. Peneliti mulai fokus pada permasalahan, yaitu representasi etika

jurnalistik. Peneliti mulai melakukan analisa terhadap adegan-adegan,

dialog, dan sebagainya yang merepresentasikan etika jurnalistik.

3. Adegan yang dipilih, kemudian dilakukan analisa melalui teori

segitiga makna Peirce yang terdiri atas representamen atau sign, objek,

dan interpretant kemudian juga mencari ikon, indeks, dan simbol yang

terdapat dalam adegan tersebut.

4. Setelah menemukan tanda ikon, indeks, dan simbol, peneliti mulai

menganalisis makna yang terdapat dari adegan yang terpilih

berdasarkan tanda-tanda berupa ikon, indeks, dan simbol yang ada.

Peneliti akan memaknai pesan yang terdapat dalam adegan tersebut.

5. Langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan analisis dari adegan

dan makna yang didapat sesuai dengan etika jurnalistiknya. Analisis

dilakukan terhadap etika jurnalistik yang ditampilkan dalam drama

Pinocchio melalui adegan-adegan, baik berupa dialog mau pun

visualisasinya. Analisis tersebut mengacu pada the code of press ethics

of South Korea dan juga kode etik jurnalistik PWI.

6. Kemudian, peneliti melakukan penarikan simpulan atas hasil

penemuan dan analisis yang ada pada drama Pinocchio terkait etika

jurnalistik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user