bab i pendahuluan a. latar belakang penelitiandigilib.uinsgd.ac.id/1831/4/4_bab1.pdf · adapun...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kebijakan baru dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Otonomi Daerah, maka setiap daerah diberi wewenang untuk mengatur
dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri. Hal ini sebagai perpanjangan
tangan pemerintah pusat ke daerah. Pada prinsipnya, kebijakan otonomi daerah
dilakukan dengan mendesentralisasikan kewenangan yang sebelumnya
tersentralisasi oleh pemerintah pusat. Dalam proses desentralisasi, kekuasaan
pemerintah pusat dialihkan ke pemerintah daerah sebagaimana mestinya sehingga
terwujud pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah Kabupaten dan Kota di
seluruh Indonesia. Jika dalam kondisi semula, arus kekuasaan pemerintahan
bergerak dari daerah ke tingkat pusat, diidealkan bahwa semenjak ditetapkannya
kebijakan otonomi daerah itu, arus dinamika kekuasaan akan bergerak sebaliknya,
yaitu dari pusat ke daerah.
Adapun unsur-unsur perangkat daerah menurut Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut : “Perangkat daerah terdiri
dari Sekretaris Daerah, Sekretaris DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga teknis
daerah lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah”.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa salah satu perangkat
daerah yang mempunyai tugas membantu penyelenggaraan Pemerintah Daerah
2
adalah Dinas Daerah. Begitu juga dengan Pemerintahan Kabupaten Kuningan
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan daerah dengan dibantu oleh Dinas Daerah.
Pembentukan Dinas Daerah didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang diimplementasikan
melalui Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Rincian Tugas pokok dan Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Kuningan BAB I Pasal
1 yang menyebutkan bahwa : “ Dinas Daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah
Kabupaten Kuningan”.
Salah satu Dinas daerah yang ada di Kabupaten Kuningan yaitu Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan (DP3). Berdasarkan Pasal 22 DP3
berkewajiban melaksanakan tugasnya masing-masing, adapun tugas dan fungsi
DP3 Kabupaten Kuningan yaitu :
1. Melaksanakan otonomi daerah di bidang pertanian yang mencakup
Tanaman Pangan, Hortikurtura, Peternakan dan Perikanan.
2. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian, peternakan dan
perikanan.
3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan kebijakan teknis di bidang pertanian,
peternakan dan perikanan.
4. Pemberian rekomendasi teknis dalam hal perizinan yang dikeluarkan oleh
Lembaga berwenang dan pelaksanaan pelayanan prima untuk umum.
5. Pembinaan terhadap unit-unit kerja di lingkungan Dinas Pertanian,
Peternakan dan Perikanan.
3
6. Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas Pertanian, Peternakan dan
Perikanan.
7. Menggali sumber-sumber Pendapatan asli daerah dari Pertanian,
Perikanan, dan Peternakan.
Dalam fungsi dan tugas dari Dinas DP3 di atas salah satunya adalah
menggali sumber-sumber Pendapatan asli daerah dari Pertanian, Peternakan, dan
Perikanan yaitu dengan pemungutan pajak dan retribusi daerah. Hal ini sesuai
dengan undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah
yaitu dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk
melaksanakan otonomi daerah. Pajak dan retribusi sebagai sumber dana
pembangunan daerah atau Budgetair.
Penerimaan pemerintah yang paling sentral adalah pajak dan retribusi,
sumbangan pajak bagi anggaran pemerintah sangat besar, sehingga peran pajak
dan retribusi begitu penting. Kebijakan tentang keuangan daerah ditempuh oleh
pemerintah pusat agar pemerintah daerah mempunyai kemampuan untuk
membiayai pendanaan pembangunan daerahnya sesuai dengan Daerah Otonomi.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil dari pengelolaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang
bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk
menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi.
4
Pajak daerah dan Retribusi Daerah merupakan pendapatan yang paling
besar yang diperoleh daerah, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pemerintah Kabupaten Kuningan berusaha untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah salah satunya dari Retribusi Rumah Potong Hewan (RPH).
Implementasi pemungutan retribusi Rumah Potong Hewan unggas di Kab.
Kuningan dilaksanakan dari aparatur pemerintahan dari tingkat atas sampai
tingkat bawah, yang dimaksud adalah bahwa Pemerintahan Daerah Kabupaten
memberikan tugas dan kewenangan terhadap UPTD Dinas Pertanian, Peternakan
dan Perikanan (DP3).
Adapun mengenai pemungutan retribusi Rumah Potong Hewan (RPH)
diatur dalam Nomor 7 Tahun 2012 Pasal 13 mengatur tentang jumlah besarnya
tarif retribusi hewan yaitu :
A. Sapi/kerbau
a. Pemakaian Rumah Potong Hewan ........................... Rp. 10.000,-
/ekor
b. Pemakaian kandang Penampungan ......................... Rp. 5.000,-
/ekor
c. Pemeriksaan kesehatan hewan (antemortem) .......... Rp. 10.000,-
/ekor
d. Pemeriksaan daging (postmortem) ........................... Rp. 10.000,-
B. Domba
a. Pemakaian Rumah Potong Hewan ........................... Rp. 6.000,-
/ekor
b. Pemakaian kandang Penampungan .......................... Rp. 3.000,-
/ekor
c. Pemeriksaan kesehatan hewan (antemortem) ........... Rp. 3.000,-
5
d. Pemeriksaan daging (postmortem) ........................... Rp. 3.000,-
C. Unggas
Pemeriksaan daging ....................................................... Rp. 50,-/ekor
Dalam menjalankan tugasnya, kinerja pegawai pelaksana pemungutan
retribusi RPH kurang sesuai dengan Perda tersebut. Berdasarkan Perda No. 7
Tahun 2012 Pasal 13 huruf (c) yaitu pemeriksaan daging unggas dengan cara
pembayarannya yang seharusnya yaitu jumlah pemotongan per/hari dikali
pemerikasaan daging Rp. 50,- /ekor, akan tetapi yang terjadi di lapangan yaitu
pegawai dinas tersebut dalam pemungutan, mengeluarkan kebijakan kepada
masyarakat untuk membayar retribusi dalam waktu seminggu sekali dengan tarif
memprediksikan kondisi rumah potong hewan dan kemampuan si pemilik.
Padahal jika diberlakukan dengan baik dan benar pemungutannya seperti RPA
(Rumah Potong Ayam) milik Bapak H.Mahnun setiap hari melakukan
pemotongan ayam sebanyak 1ton ayam atau sekitar 600 ekor setiap harinya. Dari
RPA milik bapak Mahnun setiap harinya bisa menghasilkan retribusi pemeriksaan
daging sekitar Rp 30.000,-/hari, tidak seperti yang terjadi di lapangan pegawai
dinas tersebut mengeluarkan kebijakan hanya menetapkan tarif retribusi Rp
10.000,-/minggu untuk satu kali pemungutan. Jika di berlakukan tarif sesuai
dengan peraturan Perda tersebut tentunya akan menambah pendapatan daerah.
Sistem pemungutan retribusi daerah di Kabupaten Kuningan berbeda
dengan pemerintah pusat. Perbedaan terletak pada cara pemungutannya yaitu
retribusi RPH di Kabupaten Kuningan ditarik langsung oleh pegawai DP3 ke
tempat lokasi langsung, dengan cara pemungutannya menggunakan Karcis. Karcis
6
tersebut sebagai bukti pembayaran dari penyediaan jasa layanan kepada
masyarakat. Persoalan yang timbul adalah pegawai DP3 yang melaksanakan
pemungutan masih menggunakan karcis dengan tarif yang lama sesuai dengan
Perda No 17 Tahun 1998, padahal seharusnya tarif tersebut sudah tidak berlaku
karena sekarang sudah ada kebijakan yang baru mengenai tarif retribusi RPH
khususnya mengenai pemeriksaan daging hewan unggas yaitu Perda No 7 Tahun
2012 Pasal 13.
Hal ini tentu saja menjadi persoalan karena tarif retribusinya
menggunakan kebijakan yang lama, yang seharusnya sudah tidak berlaku lagi. Hal
ini bisa dilihat dari bukti karcis pembayaran retribusi RPH sebagai berikut :
(Hasil wawancara dengan salah satu pemilik jasa usaha RPH Unggas)
Kinerja pegawai yang melaksanakan pemungutan RPH tersebut dinilai
masih rendah, karena tidak sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai pelayan
masyarakat yang seharusnya memberikan pelayanan kepada masyarakat yang baik
7
dan benar. Selain itu mutu pelayanan yang diberikan juga masih rendah. Untuk
itu, kualitas pelayanan kepada masyarakat perlu di tingkatkan.
Dinas Peternakan, Pertanian dan Perikanan (DP3) berkewajiban
melakukan penyetoran sebesar Rp. 24.000.000,- /tahun kepada Dinas Pendapatan
Daerah (DIPENDA) sebagai sumber PAD. Dinas Peternakan, Pertanianan dan
Perikanan melakukan pemungutannya berdasarkan target kewajiban penyetoran
kepada Dinas Pendapatan Daerah yang penting terpenuhi. Padahal apabila
diberlakukan semua dapat meningkatkan PAD dan pembangunan daerah.
Rendahnya kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh sebagian
aparatur pemerintahan atau administrasi negara dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Akhir-akhir ini, kinerja telah menjadi terminologi atau konsep yang
sering dipakai orang dalam berbagai pembahasan dan pembicaraan, khususnya
dalam kerangka mendorong keberhasilan organisasi atau sumber daya manusia.
Terlebih saat ini, organisasi dihadapkan pada tantangan kompetensi yang tinggi,
era kompetensi pasar global, kemajuan teknologi informasi, maupun tuntutan
pelanggan atau pengguna jasa layanan yang semakin kritis.
Di dalam sebuah organisasi sangat penting adanya kinerja. Kinerja
pegawai akan selalu menjadi isu aktual dalam organisasi, karena apapun
organisasinya, kinerja merupakan pertanyaan kunci terhadap efektivitas atau
keberhasilan organisasi. Organisasi yang berhasil dan efektif merupakan
organisasi dengan individu yang di dalamnya memiliki kinerja yang baik.
Organisasi yang efektif atau berhasil akan di topang oleh sumber daya manusia
yang berkualitas. Banyak organisasi yang berhasil atau efektif karena ditopang
8
oleh kinerja sumber daya manusia. Sebaliknya, tidak sedikit organisasi yang gagal
karena faktor kinerja sumber daya manusia. Dengan demikian, ada kesesuaian
antara keberhasialan organisasi atau kinerja organisasi dengan kinerja individu
atau sumberdaya manusia. Begitu juga halnya dengan organisasi pemerintah,
kinerja pegawai akan menentukan keberhasilan tercapainya implementasi
kebijakan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat.
Atas dasar permasalahan mengenai tarif retribusi yang kurang sesuai
dengan peraturan Perda No 7 Tahun 2012 Pasal 13, maka penulis akan mencoba
membahas masalah tersebut dengan judul “Pengaruh Implementasi Kebijakan
Retribusi Jasa Usaha Rumah Potong Hewan (RPH) Perda Nomor 7 Tahun 2012
terhadap Kinerja Pegawai dalam Melaksanakan Pemungutannya di Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan hasil wawancara penulis dengan salah satu
pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan yaitu Bapak Suhyana yang
bekerja di bidang peternakan dan kesehatan hewan, penulis menemukan masalah
yang menunjukkan rendahnya kinerja pegawai dalam mengimplementasikan
kebijakan publik tentang pembayaran retribusi jasa usaha rumah potong hewan
unggas sesuai dengan Perda Nomor 7 tahun 2012 yang dilakukan oleh Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan sebagai berikut :
9
1. Pelayanan yang dilaksanakan kurang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yaitu mengenai tarif yang harus dikeluarkan oleh
masyarakat yang mempunyai jasa Rumah Potong Hewan (RPH), karena
sudah jelas ada tarif yang mengatur tentang pemungutan retribusi Rumah
Potong Hewan (RPH) yang diatur dalam Perda Nomor 7 tahun 2012 Pasal
13 yang mengatur tentang jumlah besarnya tarif retribusi hewan.
2. Pegawai DP3 yang melaksanakan pemungutan masih menggunakan karcis
dengan tarif yang lama sesuai dengan Perda No 17 Tahun 1998, padahal
seharusnya tarif tersebut sudah tidak berlaku karena sekarang sudah ada
kebijakan yang baru mengenai tarif retribusi RPH khususnya mengenai
pemeriksaan daging hewan unggas yaitu Perda No 7 Tahun 2012 Pasal 13.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan alat tujuan dari suatu penelitian agar tidak
keluar dari jalur objek masalah yang akan diteliti. Dalam hal ini dapat
disimpulkan permasalahannya sebagai berikut, yaitu:
1. Berapa besar pengaruh standar dan sasaran kebijakan retribusi Rumah
Potong Hewan (RPH) terhadap kinerja pegawai di Dinas Pertanian,
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan ?
2. Berapa besar pengaruh sumber-sumber kebijakan retribusi Rumah Potong
Hewan (RPH) terhadap kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan
dan Perikanan Kabupaten Kuningan ?
10
3. Berapa besar pengaruh komunikasi antar badan pelaksana dalam
melaksanakan kebijakan retribusi RPH terhadap kinerja pegawai di Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan ?
4. Berapa besar pengaruh karakteristik badan pelaksana dalam melaksanakan
kebijakan retribusi RPH terhadap kinerja pegawai di Dinas Pertanian,
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan ?
5. Berapa besar pengaruh kondisi sosial, ekonomi dan politik dalam
melaksanakan kebijakan retribusi RPH terhadap kinerja pegawai di Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan ?
6. Berapa besar pengaruh sikap pelaksana dalam melaksanakan kebijakan
retribusi RPH terhadap kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Kuningan ?
7. Berapa besar pengaruh standar dan sasaran kebijakan, sumber-sumber
kebijakan, komunikasi antar badan pelaksana, karakteristik badan
pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan sikap pelaksana
implementasi kebijakan retribusi Rumah Potong Hewan (RPH) Perda No 7
Tahun 2012 secara simultan terhadap kinerja pegawai di Dinas Pertanian,
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan ?
8. Bagaimana pengaruh implementasi kebijakan retribusi Rumah Potong
Hewan (RPH) Perda No 7 Tahun 2012 terhadap kinerja pegawai di Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan ?
11
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis mempunyai tujuan
penelitian ini secara umum yaitu untuk mengetahui pengaruh implementasi
kebijakan retribusi jasa usaha Rumah Potong Hewan (RPH) Perda No 7 Tahun
2012 terhadap kinerja pegawai dalam pelaksanaan pemungutannya di Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan.
Adapun tujuan dilaksanakannya penilitian secara khusus ini adalah untuk
mengetahui :
1. Besarnya pengaruh standar dan sasaran kebijakan retribusi Rumah Potong
Hewan (RPH) terhadap kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan
dan Perikanan Kabupaten Kuningan.
2. Besarnya pengaruh sumber-sumber kebijakan retribusi Rumah Potong
Hewan (RPH) terhadap kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan
dan Perikanan Kabupaten Kuningan.
3. Besarnya pengaruh komunikasi antar badan pelaksana dalam
melaksanakan kebijakan retribusi Rumah Potong Hewan (RPH) terhadap
kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Kuningan
4. Besarnya pengaruh karakteristik badan pelaksana dalam melaksanakan
kebijakan retribusi Rumah Potong Hewan (RPH) terhadap kinerja pegawai
di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan.
5. Besarnya pengaruh kondisi sosial, ekonomi dan politik dalam
melaksanakan kebijakan retribusi Rumah Potong Hewan (RPH) terhadap
12
kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Kuningan.
6. Besarnya pengaruh sikap pelaksana dalam melaksanakan kebijakan
retribusi Rumah Potong Hewan (RPH)terhadap kinerja pegawai di Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan.
7. Besarnya pengaruh standar dan sasaran kebijakan, sumber-sumber
kebijakan, komunikasi antar badan pelaksana, karakteristik badan
pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan sikap pelaksana
implementasi kebijakan retribusi Rumah Potong Hewan (RPH) Perda No 7
Tahun 2012 secara simultan terhadap kinerja pegawai di Dinas Pertanian,
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan.
8. Besarnya pengaruh implementasi kebijakan retribusi jasa usaha Rumah
Potong Hewan (RPH) Perda No 7 Tahun 2012 terhadap kinerja pegawai
dalam pelaksanaan pemungutannya di Dinas Pertanian, Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Kuningan.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini mempunyai kegunaan, baik dilihat kegunaan
secara teoritis dan kegunaan secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Mengembangkan teori-teori yang berkaitan dengan administrasi negara
terutama tentang kebijakan publik.
13
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Untuk mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari oleh penulis
dalam setiap perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
b. Bagi kalangan akademis Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi mereka
(mahasiswa) lain yang akan menindak lanjuti penelitian ini dengan
mengambil penelitian yang sama dan dengan informan penelitian yang
lebih baik.
c. Bagi instansi Dinas Peternakan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten
Kuningan.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan bagi
instansi yang terkait untuk dijadikan sumbangan pemikiran bagi Dinas
Peternakan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Kuningan.
F. Kerangka Pemikiran
Kebijakan publik merupakan suatu bentuk pemerintah dalam
menyelesaikan masalah-masalah publik. Menurut N. Dunn, menyatakan bahwa :
Kebijakan publik (Public policy) adalah “Pola ketergantungan yang
kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk
keputusan-keputusan untuk bertindak yang dibuat oleh badan atau kantor
pemerintah” (N. Dunn, 2000:132).
14
Dalam kamus Webster dalam Wahab (1991:50) Implementasi di artikan
sebagai berikut :
“to provide the means for carring us (menyediakan sarana untuk
melaksanakan sesuatu), to us practicial effect to “ (menimbulkan
dampak/akibat terhadap sesuaatu. Implementasi berarti menyediakan
sarana untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan
dampak/akibat terhadap sesuatu tertentu.
Kebijakan publik kemudian diimplementasikan, pengertian pelaksanaan
kebijakan yang dikemukakan oleh Van Meter dan Horn yang dikutip oleh
Winarno (2008:146) dalam bukunya Kebijakan Publik: Teori dan Proses, bahwa
implementasi kebijakan mempunyai pengertian sebagai berikut :
Implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta
yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.
Secara lebih jelasnya, dimensi pengukuran implementasi kebijakan
menurut Van Meter dan Van Horn dalam Dwiyanto Indiahono (2009:38) dalam
bukunya Kebijakan Publik : Berbasis Dynamic Policy Analysis, ini dapat di
jelaskan sebagai berikut :
1. Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan pada
dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan,
baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek, menengah atau
panjang. Kejelasan dan sasaran kebijakan harus dapat dilihat secara
spesifik sehingga di akhir program dapat diketahui keberhasilan atau
kegagalan dari kebijakan atau program yang dijalankan
15
2. Sumber-sumber kebijkan. Sumber kebijakan menunjukkan kepada
seberapa besar dukungan finansial dan sumber daya manusia untuk
melaksanakan program atau kebijakan. Hal sulit yang terjadi adalah berapa
nilai sumber daya (baik finansial maupun manusia) untuk menghasilkan
implementasi kebijakan dengan kinerja baik. Evaluasi program/kebijakan
seharusnya dapat menjelaskan nilai yang efisien.
3. Komunikasi antar badan pelaksana organisasi dan kegiatan-kegiatan
pelaksana. Menunjuk kepada mekanisme prosedur yang dirancang untuk
mencapai sasaran dan tujuan program. Komunikasi ini harus ditetapkan
sebagai acuan, misalnya : seberapa sering rapat rutin akan di adakan,
tempat dan waktu. Komunikasi antar organisasi juga menunjukkan adanya
tuntutan saling dukung antar institusi yang berkaitan dengan
program/kebijakan.
4. Karakteristik badan pelaksana. Menunjuk seberapa besar daya dukung
struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan
komunikasi yang terjadi di internal birokrasi
5. Lingkungan sosial, ekonomi, politik. Menunjuk bahwa lingkungan dalam
ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi
kebijakan itu sendiri.
6. Sikap pelaksana. Menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi variabel
penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis, antusias dan
responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang dapat
ditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.
16
Implementasi kebijakan yang dilakukan diarahkan pada kinerja pegawai.
Pengertian kinerja pegawai menurut Agus Dharma adalah sebagai berikut :
“Kinerja adalah sesuatu yang dicapai oleh pegawai prestasi kerja yang
diperlihatkan pegawai dan kemampuan kerja yang berkaitan dengan
penggunaan peralatan kantor”. (Dharma, 2000:105).
Menurut Miner (1988:14) kinerja adalah tingkat keberhasilan seorang
karyawan di dalam melaksanakan pekerjaaan.
Adapun dalam penelitian ini, teori yang dipakai guna menentukan faktor-
faktor dalam mengukur kinerja pegawai adalah teori dari John Miner dalam
Sudarmanto (2009:12) dalam bukunya Kinerja dan Pengembangan SDM yaitu:
1. Kualitas, yaitu tingkat kesalahan, kerusakan, dan kecermatan
2. Kuantitas, yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan
3. Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu tingkat ketidakhadiran,
keterlambatan, waktu kerja efektif/jam kerja hilang
4. Kerjasama dengan orang lain dalam bekerja.
Berdasarkan teori-teori yang diungkap para ahli tersebut, maka penulis
mengemukakan desain penelitian sebagai berikut :
17
Gambar 1.1
Bagan Kerangka Pemikiran
Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dapat dilihat pada bagan di
bawah ini :
Implementasi kebijakan
(Variabel X)
Sub Variabel X
1. Standar dan sasaran
kebijakan
2. Sumber-sumber kebijakan
3. Komunikasi antar badan
pelaksana
4. Karakteristik badan
pelaksana
5. Kondisi sosial, ekonomi,
dan politik
6. Sikap pelaksana
(Van Meter dan Horn 2009:38)
Kinerja Pegawai
(Variabel Y)
Sub Variabel Y
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Penggunaan waktu
dalam bekerja
4. Kerjasama
(John Miner 2009:12)
20
Peraturan
Perda No 7 Tahun 2012
Pasal 13 huruf (c)
mengatur tentang jumlah
besarnya tarif retribusi
RPH yaitu :
c. Hewan Unggas :
Pemeriksaan daging Rp
50/ekor
Implementasi
Pegawai dinas tersebut dalam
melaksanakan pemungutan
retribusi RPH, dengan cara
memprediksikan kondisi
rumah potong hewan dan
kemampuannya bukan
berdasarkan pada peraturan
Perda No 7 Tahun 2012
Pasal 13 huruf (c) seperti di
atas.
Masalah
Adanya ketidaksesuaian mengenai jumlah
tarif pemungutan retribusi RPH di
lapangan dengan Perda No 7 Tahun 2012.
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh
implementasi kebijakan
retribusi Rumah Potong
Hewan (RPH) Perda No
7 tahun 2012 terhadap
kinerja pegawai di
Dinas Pertanian,
Peternakan dan
Perikanan Kabupaten
Kuningan ?
Kerangka Pemikiran
Implementasi Kebijakan
(Variabel X)
1. Standar dan Sasaran
kebijakan
2. Sumber-sumber
kebijakan
3. Komunikasi antar
badan pelaksana
4. Karakteristik badan
pelaksana
5. Kondisi sosial,
ekonomi dan politik
6. Sikap pelaksana
(Van Meter dan Horn
2009:38)
Kerangka Pemikiran
Kinerja Pegawai
( Variabel Y)
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Penggunaan waktu
dalam bekerja
4. Kerjasama
(John Miner 2009:12)
Analisis Data
1. Pengujian Validasi
2. Pengujian Reliabilitas
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
c. Uji Multikolinearitas
4. Analisis Regresi
Berganda
5. Analisis hasil koefisien
determinasi
6. Uji hipotesis
Simpulan
1
G. Hipotesis
Menurut Sugiyono, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah di
nyatakan dalam bentuk pertanyaan. Berdasarkan pada latar belakang masalah,
permasalahan dan teori-teori yang dipergunakan, maka penulis mengajukan
rumusan hipotesis yaitu: “Ada pengaruh yang signifikan dari implementasi
kebijakan retribusi jasa usaha rumah potong hewan (RPH) Perda Nomor 7 Tahun
2012 terhadap kinerja pegawai dalam pelaksanaan pemungutannya di Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan”.
Skala pnegukuran untuk kedua variabel adalah likert, dan dicari
korelasinya dengan menggunakan koefisien Rank Sparman, adapun hipotesis
statistiknya sebagai berikut :
1. H1 : þS > 0 = pengaruh standar dan sasaran kebijakan (X1), kinerja
pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan di Kabupaten
Kuningan (Y). Artinya pengaruh standar dan sasaran kebijakan terhadap
kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Kuningan terdapat pengaruh yang signifikan.
2. H1 : þS > 0 = pengaruh sumber-sumber kebijakan (X2), kinerja pegawai
di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan di Kabupaten Kuningan (Y).
Artinya pengaruh sumber-sumber kebijakan kinerja pegawai di Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan terdapat
pengaruh yang signifikan.
22
3. H1 : þS > 0 = komunikasi antar badan pelaksana organisasi dan kegiatan-
kegiatan pelaksana (X3), kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan
dan Perikanan di Kabupaten Kuningan (Y). Artinya pengaruh komunikasi
antar badan pelaksana organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksana terhadap
kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Kuningan terdapat pengaruh yang signifikan.
4. H1 : þS > 0 = pengaruh karakteristik badan pelaksana (X4), kinerja
pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan di Kabupaten
Kuningan (Y). Artinya pengaruh karakteristik badan pelaksana terhadap
kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Kuningan terdapat pengaruh yang signifikan.
5. H1 : þS > 0 = pengaruh lingkungan sosial, ekonomi dan politik (X5),
kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan di
Kabupaten Kuningan (Y). Artinya pengaruh lingkungan sosial, ekonomi
dan politik terhadap kinerja pegawai di Dinas Pertanian, Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Kuningan terdapat pengaruh yang signifikan.
6. H1 : þS > 0 = pengaruh sikap pelaksana (X6), kinerja pegawai di Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan di Kabupaten Kuningan (Y). Artinya
pengaruh sikap pelaksana terhadap kinerja pegawai di Dinas Pertanian,
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan terdapat pengaruh yang
signifikan.