jurnal ilmiah berkala enam bulanan issn 1410 - 1831 jurnal...

148
Volume 19 Nomor 1, Januari-Juni 2014 Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN T h e J o u r n a l o f A c c o u n t i n g a n d F i n a n c e Volume 19 Nomor 1, Januari-Juni 2014 ADITIA PRATAMA DAN LINDRIANASARI Intellectual Capital, Kinerja Pasar dan Kinerja Keuangan Perusahaan AGUNG KURNIAWAN DAN YENNI AGUSTINA Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk Premium pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia AGUS ABDUR ROHIM DAN HARSONO EDWIN PUSPITA Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan terhadap Konservatisme Akuntansi DARA INDA SORAYA DAN RETNO YUNI NUR SUSILOWATI Pendeteksian Financial Statement Fraud Berdasarkan Perspektif Fraud Triangle pada Perusahaan di Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012 DEVIA FEBRIANI DAN YUZTITYA ASMARANTI Pengaruh Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan dengan Mekanisme Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia EKA FITRI HANDAYANI DAN A. ZUBAIDI INDRA Pengaruh Kredit Bermasalah terhadap Tingkat Profitabilitas dan Likuiditas Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ALMA’WA DAN AGRIANTI KOMALASARI Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (Studi Empiris pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011) Diterbitkan oleh: FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG http://fe-akuntansi.unila.ac.id/download/jak

Upload: hoangkhanh

Post on 04-Apr-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Vo

lum

e 19 N

om

or 1

, Januari-Ju

ni 2

014

Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831

JURNAL AKUNTANSI

DAN KEUANGAN

T h e J o u r n a l o f A c c o u n t i n g a n d F i n a n c e

Volume 19 Nomor 1, Januari-Juni 2014

ADITIA PRATAMA DAN LINDRIANASARI

Intellectual Capital, Kinerja Pasar dan Kinerja Keuangan Perusahaan

AGUNG KURNIAWAN DAN YENNI AGUSTINA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk Premium pada Perusahaan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia

AGUS ABDUR ROHIM DAN HARSONO EDWIN PUSPITA

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan terhadap Konservatisme Akuntansi

DARA INDA SORAYA DAN RETNO YUNI NUR SUSILOWATI

Pendeteksian Financial Statement Fraud Berdasarkan Perspektif Fraud Triangle pada Perusahaan

di Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012

DEVIA FEBRIANI DAN YUZTITYA ASMARANTI

Pengaruh Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan dengan Mekanisme Corporate Governance

sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

EKA FITRI HANDAYANI DAN A. ZUBAIDI INDRA

Pengaruh Kredit Bermasalah terhadap Tingkat Profitabilitas dan Likuiditas Pada Industri Perbankan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

ALMA’WA DAN AGRIANTI KOMALASARI

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (Studi Empiris pada Perusahaan

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)

Diterbitkan oleh:

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

http://fe-akuntansi.unila.ac.id/download/jak

Page 2: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831

JURNAL AKUNTANSI DAN

KEUANGAN T h e J o u r n a l o f A c c o u n t i n g a n d F i n a n c e

Volume 19 Nomor 1, Januari-Juni 2014

Penanggung Jawab: Einde Evana

Ketua Penyunting: Lindrianasari

Penyunting Pelaksana: Retno Yuni Nur Susilowati

Agrianti Komalasari Tri Joko Prasetyo Dewi Sukmasari

Penyunting Ahli/Mitra Bestari:

Gudono Universitas Gadjah Mada

Hiro Tugiman Universitas Padjadjaran

Indra Wijaya Universitas Gadjah Mada

Mahatma Kufepaksi Universitas Lampung

Ratna Septiyanti Universitas Lampung

Zaki Baridwan Universitas Gadjah Mada

Anggota Administrasi/Tata Usaha: Yana Suryana

Alamat Redaksi/Penerbit: Redaksi Jurnal Akuntansi dan Keuangan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung

Jalan Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1, Gedong Meneng Bandar Lampung 35145

Telp. (0721) 705903, Fax. (0721) 705903 e-mail: [email protected]

[email protected]

Frekuensi terbit: enam bulanan

Page 3: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831

JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN

T h e J o u r n a l o f A c c o u n t i n g a n d F i n a n c e

Volume 19 Nomor 1, Januari-Juli 2014

Daftar isi ………………………………………………………………………….....……… i

ADITIA PRATAMA DAN LINDRIANASARI Intellectual Capital, Kinerja Pasar dan

Kinerja Keuangan Perusahaan.................................................................................................... 1-22

AGUNG KURNIAWAN DAN YENNI AGUSTINA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk Premium pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.................................................................... 23-42

AGUS ABDUR ROHIM DAN HARSONO EDWIN PUSPITA

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan terhadap Konservatisme Akuntansi………………………….........................……….. 43-58

DARA INDA SORAYA DAN RETNO YUNI NUR SUSILOWATI

Pendeteksian Financial Statement Fraud Berdasarkan Perspektif Fraud Triangle pada Perusahaan di Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012..................................................................

59-80

DEVIA FEBRIANI DAN YUZTITYA ASMARANTI Pengaruh Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan

dengan Mekanisme Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.................................................................................................... 81-104

EKA FITRI HANDAYANI DAN A. ZUBAIDI INDRA

Pengaruh Kredit Bermasalah terhadap Tingkat Profitabilitas dan Likuiditas Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia............................................................................................................. 105-124

ALMA’WA DAN AGRIANTI KOMALASARI

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (Studi Empiris pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)............................................................................................. 125-145

Page 4: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

1

INTELLECTUAL CAPITAL, KINERJA PASAR DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Aditia Pratama1 Lindrianasari2

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of intellectual capital on market performance and financial performance in manufacturing companies listed in indonesian stock exchange during the period 2007-2011. Sample obtained by using purposive sampling method. Base on existing criteria, there are 85 firms years that became the study samples. Thus, hypothesis testing is done by using multiple regression analysis previously performed the first classical assumption test. The results shows that, independent variables, the intellectual capital performance (VAIC) affected to the market performance (PBV) and company’s financial (roa) as dependent variables, and it’s by control variables, advertising expenditure (AD) and ic intensity (D_IC).

From the study it can be concluded that the intellectual capital performance (vaic) has positive effect on market performance (pbv) and company’s financial (roa), which means the better management of intellectual capital by the company also will be better the market performance and will increase the company’s financial.

Keywords: intellectual capital, market performance, company’s financial.

A. PENDAHULUAN

Perusahaan harus memanfaatkan segala assets yang dimiliki demi kelangsungan hidup perusahaan dan tetap dapat melakukan persaingan. Tuntutan inovasi dalam persaingan sangat diperlukan, hal ini seharusnya disadari oleh pelaku bisnis bahwa persaingan bukan hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi juga pada kepemilikan aktiva tidak berwujud yang berupa sumber daya manusia, sistem informasi, pengelolaan organisasi, serta inovasi yang diciptakan oleh perusahaan. Inovasi yang diciptakan oleh perusahaan dapat menjadi assets yang berharga untuk menarik para investor agar berinvestasi di perusahaan tersebut, dimana perusahaan juga akan mendapatkan penghargaan yang lebih dari para investor. Fenomena ini membuat para pelaku bisnis lebih menitikberatkan knowledge asset (assets pengetahuan) sebagai asset tak berwujud. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge asset (assets pengetahuan) tersebut adalah Intellectual Capital (IC) yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000 dalam Pardede, 2010).

1 Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung 2 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung

Page 5: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

2

Intellectual capital (IC) merupakan modal yang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan dimana menjadikan modal tersebut sebagai faktor untuk meningkatkan nilai suatu perusahaan. IC juga merupakan sumber daya unik yang berbeda pada tiap perusahaan, sehingga tidak semua perusahaan dapat menirunya. IC pertama kali muncul di Indonesia setelah terbitnya PSAK No 19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. Walaupun tidak disinggung secara langsung, namun pengertian aktiva tidak berwujud dalam PSAK No. 19 adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihaklainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI,2007). Beberapa contoh dari aktiva tidak berwujud telah dijelaskan dalam PSAK No. 19 (revisi 2000) antara lain ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk/brand names). Selain itu juga disebutkan piranti lunak komputer, hak paten, hak cipta, film gambar hidup, daftar pelanggan, hak penguasaan hutan, kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan, kesetiaan pelanggan, hak pemasaran, dan pangsa pasar.

Perusahaan terus terdorong untuk mencari alat pengukuran yang tepat terhadap IC perusahaan. Salah satu alat pengukuran secara tidak langsung terhadap IC yaitu dengan mengukur efisiensi dari nilai tambah yang dihasilkan oleh kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient - VAIC). Metode VAIC ini dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari assets berwujud dan assets tidak berwujud yang dimiliki perusahaan. VAIC juga dikenal sebagai Value Creation Efficiency Analysis yang merupakan suatu indikator yang dapat digunakan dalam menghitung efisiensi nilai yang dihasilkan dari perusahaan yang didapat dengan menggabungkan CEE (capital employed efficiency), HCE (human capital efficiency), dan SCE (structure capital efficiency) (Pulic, 1998).

Peneliti sebelumnya seperti Chen et al. (2005) dengan menggunakan data dari perusahaan listing di Taiwan, membuktikan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap market value dan kinerja keuangan, dan dapat digunakan sebagai indikator kinerja keuangan masa depan. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Firer dan Williams (2003) yang mencoba meneliti topik yang serupa dengan menggunakan data dari 75 perusahaan perdagangan publik di Afrika Selatan. Penemuan mereka tidak dapat menemukan hubungan yang kuat antara intellectual capital dengan profitabilitas perusahaan. Ulum (2008) meneliti hubungan antara IC dengan kinerja perusahaan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2004-2006. Hasil penelitian didapat bahwa terdapat pengaruh IC (VAIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan. IC (VAIC) juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan masa depan. Hasil yang lain adalah tidak ada pengaruh ROGIC (rate of growth of intellectual capital) terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan.

Penelitian IC terhadap kinerja keuangan perusahaan dan kinerja pasar memiliki hasil berbeda, hal ini disebabkan oleh perbedaan penggunaan teknologi. Karena, pada perusahaan atau bisnis berbasis pengetahuan, penggunaan teknologi memiliki peran penting. Perbedaan pengelolaan intellectual capital juga terjadi di tiap negara akibat dari perbedaan teknologi. Penggunaan IC oleh suatu perusahaan dengan perusahaan lain

Page 6: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Intellectual Capital, Kinerja Pasar....(Pratama dan Lindrianasari)

3

terdapat perbedaan, sehingga menyebabkan perbedaan kinerja keuangan tiap perusahaan dan kemampuan perusahaan menciptakan nilai.

Penelitian ini selain melihat pengaruh IC terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan, juga akan membandingkan nilai pasar dan kinerja keuangan antara perusahaan yang memiliki nilai Intellectual capital yang tinggi dan juga perusahaan dengan Intellectual capital yang rendah. Intellectual capital yang dimiliki oleh perusahaan ialah standar yang dikeluarkan oleh Global Industry Classification Standard (GICS). Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebagai sampel penelitian.

Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja pasar perusahaan yang diproksi dengan dengan Price to Book Value. Temuan ini membuktikan semakin baik intellectual capital perusahaan maka akan semakin baik pula kinerja perusahaan. Dengan begitu perusahaan yang mengelola intellectual capital dengan baik secara tidak langsung akan menaikkan nilai saham dari perusahaan tersebut. Selanjutnya, temuan kedua penelitian ini menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap keuangan perusahaan (diproksikan dengan ROA). Temuan ini menjelaskan bahwa dengan pengelolaan intellectual capital yang baik, kinerja keuangan perusahaan ikut meningkat.

Paper ini diorganisasikan dengan urutan selanjutnya yang membahas kerangka teoritikal dan penelitian terdahulu yang terkait dengan isu penelitian ini. Hipotesis diformulasikan atas landasan teoritis, penelitian terdahulu dan logika yang mendukung. Pada bagian metodologi dijelaskan sampel penelitian, alat statistika dan definisi variabel. Selanjutnya, akan dibahas dan didiskusikan hasil pengujian hipotesis dan ditutup dengan kesimpulan dan keterbatasan.

B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Teori yang Mendasari

1.1. Teori Stakeholder

Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap powerfull daripada hanya posisi shareholder saja. Menurut teori ini, manajemen sebuah organisasi diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh para stakeholder mereka dan kemudian melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut kepada para stakeholder. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan utama bagi manajemen perusahaan dalam mengungkapkan dan atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan. Kelompok-kelompok stake tersebut meliputi pemegang saham, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.

Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen perusahaan dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan dan meminimalkan kerugian yang mungkin muncul bagi stakeholder mereka. Dengan kata lain, teori ini menjelaskan hubungan antara

Page 7: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

4

manajemen perusahaan dengan para stakeholdernya. Para stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajemen harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder (Ulum, 2008). Dalam upaya penciptaan nilai bagi perusahaan, manajemen perusahaan harus dapat mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital) maupun structural capital.

1.2. Resources Based Theory (RBT)

Perusahaan harus dapat memanfaaatkan dan mengelola segala sumber daya yang dimilikinya untuk menciptakan keunggulan kompetitif sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan tersebut. Menurut Susanto (2007), agar dapat bersaing organisasi membutuhkan dua hal utama. Pertama, memiliki keunggulan dalam sumber daya yang dimilikinya, baik berupa aset yang berwujud (tangible assets) maupun yang tidak berwujud (intangible assets). Kedua, adalah kemampuan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya tersebut secara efektif. Kombinasi dari aset dan kemampuan akan menciptakan kompetensi yang khas dari sebuah perusahaan, sehingga mampu memiliki keunggulan kompetitif di banding para pesaingnya.

Lebih lanjut Susanto menjelaskan dalam teori ini, hal yang paling utama adalah menentukan sumber daya kunci yang potensial bagi perusahaan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk itu sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan harus diidentifikasi. Sumber daya perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu sumber daya yang berwujud, tidak berwujud dan sumber daya manusia. Sumber daya yang berwujud misalnya aset fisik yang dimiliki perusahaan sedangkan sumber daya yang tidak berwujud dapat berupa merk dagang.

1.3. Market Based Theory (MBT)

Pada dasarnya perusahaan harus memperhatikan segala faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan yang berasal dari internal maupun eksternal. Menurut Susanto (2007) konsep MBT ini didasarkan atas konsep competitive force model. Model ini menjelaskan lima faktor pendorong eksternal yang harus diperhatikan oleh sebuah organisasi agar mampu memperoleh keunggulan kompetitif dalam lingkungan bisnis, yaitu :

a. Ancaman pemain baru dalam bisnis.

b. Persaingan diantara perusahaan – perusahaan yang berada dalam industri.

c. Ancaman adanya produk atau layanan pengganti.

d. Kekuatan pemasok.

e. Kekuatan pembeli.

1.4. Teori Permintaan dan Penawaran (Demand and Supply)

Page 8: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Intellectual Capital, Kinerja Pasar....(Pratama dan Lindrianasari)

5

Menurut Sukirno (2003) permintaan ialah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Pengelolaan intellectual capital yang baik akan membuat pencitraan perusahaan semakin baik, sehingga nilai pasar perusahaan pun akan semakin baik dan membuat harga saham perusahaan meningkat. Penawaran merupakan banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu (Sukirno, 2003).

1.5. Intellectual Capital

Intellectual captial (modal kapital) merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan berupa pengetahuan untuk menghasilkan asset yang lebih tinggi. Para peneliti sebelumnya membagi IC menjadi 3 komponen, yaitu : human capital (HU), structural capital (SC), dan customer capital (CC). Selanjutnya, Bontis et al. (2000 dalam Ulum, 2008) secara sederhana menjelaskan HC mencerminkan individual knowledge stock suatu organisasi yang dipresentasikan oleh karyawannya. HC ini termasuk kompetensi, komitmen dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.

a. Komponen Intellectual Capital

Pada umumnya para peneliti menyatakan omponen – komponen Intellectual capital pada dasarnya dibagi menjadi 3, yaitu :

(i) Human capital (HC)

Human capital merupakan hal terpenting dari Intellectual capital, karena human capital merupakan sumber dari produk IC berupa inovasi maupun bentuk produk lainnya (Sawarjuwaono dan Kadir, 2005). Hal ini dikarenakan didalam human capital terdapat pengetahuan, keterampilan dan kemampuan lain yang dimiliki oleh karyawan suatu perusahaan.

(ii) Structural Capital (SC)

Structural capital adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan aktivitas yang mendukung karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal. SC menggambarkan perlunya sistem dan prosedur yang baik dalam suatu perusahaan. (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

(iii) Relational capital (RC) atau customer capital (CC)

Relational Capital merupakan hubungan yang harmonis / association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

b. Pengukuran intellectual capital

Page 9: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

6

Dalam penelitian ini, peneliti memakai pengukuran IC berbasis moneter dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Pulic (1998,1999,2000) yakni VAIC (Value Added Intellectual Coefficient). Model ini sangat mungkin untuk dilakukan karena dikonstruksikan dari akun-akun dalam laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi). Metode ini pada dasarnya digunakan untuk mengukur kinerja IC di suatu perusahaan.

Tahap awal dalam metode ini adalah perhitungan value added (VA) yang merupakan indikator yang paling obyektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation). VA didapat dari selisih antara output dan input. Nilai output (OUT) adalah revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk dijual, sedangkan input (IN) meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam rangka menghasilkan revenue. Namun beban karyawan tidak termasuk kedalam nilai input. Pulic (1998) menjelaskan bahwa proses penciptaan nilai dalam model ini juga dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC), Capital Employed (CE), dan Structural Capital (SC).

1.6. Kinerja Pasar

Kinerja pasar dalam penelitian ini diproksikan dengan Price to Book Value (PBV). Rasio price to book value (PBV) menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan kekayaan yang dinikmati oleh pemilik perusahaan. Rasio ini membandingkan harga pasar per saham dengan nilai bukunya. Jika harga pasar berada di bawah nilai bukunya, investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial.

1.7. Keuangan Perusahaan

Dalam penelitian ini yang menjadi indikator dari keuangan perusahaan yaitu return on assets. Return on Assets (ROA) adalah profitabilitas kunci yang mengukur jumlah profit yang diperoleh tiap rupiah aset yang dimiliki perusahaan. ROA merupakan indikator dari profitabilitas perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba bersih. ROA dihitung dengan membagi laba bersih (net income) dengan rata-rata total asset perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, maka perusahaan tersebut semakin efisien dalam menggunakan assetnya. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan uang (earnings) yang lebih banyak dengan investasi yang sedikit.

1.8. Biaya Advertising (AD)

Biaya Advertising umumnya ialah biaya yang dikeluarkan oleh pihak manajemen / perusahaan untuk memasarkan produknya dan bertujuan untuk meningkatkan volume dari penjualan. Menurut Chen et. al.,(2005) biaya advertising (AD) merupakan proksi dari relational capital. Dimana relational capital merupakan aset

Page 10: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Intellectual Capital, Kinerja Pasar....(Pratama dan Lindrianasari)

7

perusahaan yang penting saat ini. Jika perusahaan dapat memproduksi barang sesuai dengan kebutuhan konsumen, memberikan servis yang memuaskan dan menjaga hubungan baik dengan konsumennya, maka hal itu adalah keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan.

1.9. Global Industry Classification Standard (GICS)

Global industry classification standard merupakan sebuah taksonomi industri yang dikembangkan oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI) dan S&P untuk digunakan oleh komunitas keuangan global. Berdasarkan IC intensity, GICS mengelompokkan industri menjadi 2, yaitu High-IC intensive industries dan Low-IC intensive industries.

2. Kerangka penelitian

Kerangka penelitian dalam penelitian ini menggambarkan pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar serta kinerja perusahaan. Dimana intellectual capital pada penelitian ini merupakan variabel independen yang diproksikan dengan VAIC (Value Added Intellectual Coefficients) dengan komponen – komponennya, yaitu VACA, VAHU dan STVA. Sedangkan yang merupakan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja pasar (price to book value) dan keuangan perusahaan (return on assets).

Gambar 1 Kerangka Penelitian

Dalam teori stakeholder pihak manajemen perusahaan diharuskan mampu mengelola sumber daya yang dimiliki berupa fisik maupun intelektual secara maksimal agar dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan (Deegan, 2004 dalam Ulum, 2009). Apabila nilai tambah yang dihasilkan sangat baik akan meningkatkan pula nilai dari perusahaan tersebut, sehingga harga saham perusahaan di pasar pun akan meningkat. Pihak menajemen yang mengelola sumber daya dengan baik akan meningkatkan harga saham perusahaan dan meningkatkan pula rasio price-to-book value.

Intellectual

Capital

VAIC

VACA

VAHU

STVA

Kinerja Pasar

(PBV)

Kinerja

Keuangan

(ROA)

Page 11: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

8

Oleh sebab itu, pengelolaan intelectual capital yang baik akan berpengaruh positif terhadap kinerja pasar perusahaan.

Supaya dapat bersaing perusahaan harus inovatif dan tepat dalam pengelolaan intellectual capital. Peningkatan persepsi pasar akan meningkatkan rasio price-to-book value, peningkatan ini tidak lepas dari faktor – faktor yang mengharuskan perusahaan mengelola intellectual capital dengan baik. Apabila persepsi pasar meningkat maka nilai dari perusahaan pun meningkat. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1 : IC berpengaruh positif terhadap kinerja pasar (PBV)

Sumber daya manusia yang berkompetensi merupakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan untuk bersaing. Dalam resources based theory Susanto (2007) menjelaskan bahwa apabila perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya dan mengelola potensi yang dimiliki karyawannya dengan baik, maka hal itu dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Jika produktivitas karyawan meningkat, maka pendapatan dan profit perusahaan juga akan meningkatkan. Meningkatnya pendapatan dan laba perusahaan dapat mengakibatkan return on assets perusahaan juga meningkat. Hal ini pun akan menguntungkan para stakeholder dan manajemen pun akan dinilai berhasil sesuai dengan tujuan dari teori stakeholder itu sendiri.

Penjelasan diatas menggambarkan pengelolaan intellectual capital yang baik akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang baik. Hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan telah dibuktikan oleh beberapa peneliti. Firer & William (2003) dan Chen et. al (2005) telah membuktikan bahwa IC (VAIC) mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Selain itu, dengan pengelolaan intellectual capital yang baik maka diyakini dapat meningkatkan kinerja perusahaan.Sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha2 : IC berpengaruh positif terhadap keuangan perusahaan (ROA)

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel

Populasi dapat diartikan sebagai kumpulan atau kelompok orang, peristiwa atau sesuatu yang menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2007 sampai dengan 2011.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang terdiri dari elemen – elemen yang diharapkan memiliki karakteristik yang sama dengan populasi. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive judgement sampling. Metode ini adalah metode tipe pemilihan sampel secara tidak acak (non probabilitas) yang informasinya diperoleh dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 12: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Intellectual Capital, Kinerja Pasar....(Pratama dan Lindrianasari)

9

1. Perusahaan manufaktur yang tidak keluar (delisting) dari BEI selama periode pengamatan (2007-2011).

2. Perusahaan manufaktur yang mencantumkan biaya advertising (iklan)

3. Perusahaan memiliki laba bersih positif selama periode pengamatan (2007-2011).

4. Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap 31 Desember.

5. Perusahaan manufaktur yang tergolong ke dalam pengklasifikasian berdasar Global Industry Classification Standard (GICS) yang telah disesuaikan dengan perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI.

Tabel 1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 AUTO Astra Otoparts Tbk

2 INDS Indospring Tbk

3 MASA Multistrada Arah Sarana

4 SMSM Selamat Sempurna Tbk

5 UNTR United Tractors Tbk

6 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk

7 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk

8 MERK Merck Tbk

9 BTEL Bakrie Telecom Tbk

10 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk

11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk

12 RMBA Bentoel Internasional Investama Tbk

13 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk

14 CSAP Catur Sentosa Adiprana

15 HERO Hero Supermarket Tbk

16 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk

17 TGKA Tigaraksa Satria Tbk

2. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, yang dapat berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Sumber data dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan yang termasuk ke dalam kategori GICS (Global Industry Classification Standard) yang telah disesuaikan dengan perusahaan yang go public dan terdaftar di BEI selama periode 2007-2011, yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan juga Indonesian Capital Market Directory.

Page 13: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

10

Laporan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan periode Desember 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011.

3. Operasional Variabel Penelitian

a. Variabel Independen

(i) Intellectual Capital

Intellectual Capital yang dalam penelitian ini merupakan kinerja intellectual capital yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh capital employed (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAIC yang dikembangkan oleh Pulic (1998, 2000). Formulasi perhitungan VAIC adalah sebagai berikut:

VAIC = VACA + VAHU + STVA

b. Variabel Dependen

(i) Price to book value ratio (PBV)

Rasio price to book value (PBV) menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan kekayaan yang dinikmati oleh pemilik perusahaan.

(ii) Return on Asset

Variabel dependen kedua dari penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan rasio ROA. ROA merupakan profitabilitas kunci yang mengukur jumlah profit yang diperoleh tiap rupiah aset yang dimiliki perusahaan. ROA memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam melakukan efisisensi penggunaan total aset untuk operasional perusahaan.

c. Variabel Kendali

(i) Biaya Advertising (AD)

Biaya Advertising merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pihak manajemen / perusahaan untuk memasarkan produknya dan bertujuan untuk meningkatkan volume dari penjualan.

Page 14: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Intellectual Capital, Kinerja Pasar....(Pratama dan Lindrianasari)

11

(ii) Global Industry Classification Standard (GICS)

IC intensity dalam penelitian ini merupakan variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel yang bersifat kualitatif atau skala nominal (Ghozali,2009). Oleh karena variabel dummy atau kualitatif menunjukkan keberadaan (presence) atau ketidakberadaan (absence) dari kualitas atau sutu atribut, maka variabel ini berskala nominal. (Ghozali, 2009). Cara mengkuantifikasi variabel kualitatif adalah dengan membentuk variabel artificial dengan nilai 1 atau 0.

4. Teknik Analisis Data

a. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik perlu dilakukan sebelum suatu model regresi linier digunakan. Tujuan pengujian ini adalah agar asumsi-asumsi yang mendasari model regresi linier dapat terpenuhi sehingga dapat menghasilkan penduga yang tidak bias. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan unbiased linear estimator dan memiliki varian minimum atau sering disebut dengan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi (Ghazali, 2009).

(i) Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik memiliki distribusi yang normal atau mendekati normal. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi maka model regresi tidak akan valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal yaitu dengan grafik histogram dan uji statistik. Uji grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram yang membandingkan data obersvasi dengan distribusi normal dengan melihat normal probability plot distribusi kumulatif data obervasi terhadap distribusi normal. Sedangkan uji statistik terhadap normalitas dilakukan dengan uji normalitas Kolmogrov-Smirnov.

(ii) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk melihat apakah ada kolinearitas dalam penelitian ini, maka akan dilihat dari variance inflation factor multikolinearitas (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF

Page 15: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

12

lebih dari 10 maka dapat dikatakan terjadi multikolinearita, yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel-variabel bebas, dan angka tolerance mempunyai angka >0,10, maka variabel tersebut tidak mempunyai masalah multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.

(iii) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi maka dinamakan problem autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi, dapat digunakan uji Durbin Watson (Uji DW). Uji Durbin Watson (DW test) digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen.

(iv) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas . Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Pemeriksaan gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar. Dengan ketentuan jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas, jika diagram pencar tidak membentuk pola tertentu atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.

(v) Uji Regresi Linier Berganda

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear. Analisis ini merupakan analisis yang digunakan untuk mencari adanya hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini untuk mengetahui arah dan intensitas pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Arah yang ditunjukan oleh tanda positif atau negatif pada koefisien regresi, sedangkan intensitasnya ditunjukan oleh besarnya koefisien regresi. Metode analisis ini dapat memprediksi nilai dari variabel dependen jika nilai dari variabel independen diketahui.

Page 16: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Intellectual Capital, Kinerja Pasar....(Pratama dan Lindrianasari)

13

Model dalam penelitian ini adalah:

PBV = α + β1 VAIC + β2 AD + β3 D_IC + ε…...…….(1) ROA = α + β1 VAIC + β2 AD + β3 D_IC + ε………...(2)

Keterangan : PBV = Price to book value ROA = Return on asset VAIC = Value added intellecctual coefficients D_IC = IC intensity AD = Biaya iklan (Advertising)

D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil analisis terhadap data yang telah terkumpul selama pelaksanaan penelitian. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain analisis deskriptif dan analisis statistika. Analisis deskriptif menggunakan statistik deskriptif (minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi). Sedangkan analisis statistika yang digunakan adalah analisis regresi linear.

Analisis regresi linear dilakukan untuk menguji hipotesis. Sebelum digunakan untuk menguji hipotesis maka terlebih dahulu model regresi yang diperoleh untuk dilakukan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokolerasi dan uji heteroskedastisitas.

Tabel 2 Statistik Deskripsi

Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PBV 85 .28 18.43 24.005 250.766

ROA 85 -.07 41.64 99.892 910.857

VAIC 85 10.453 111.971 4.482.598 23.314.573

AD 85 4441010.45 1.68E10 1,23E+13 3,51E+14

D_IC 85 0 1 .53 .502 Valid N (listwise) 85

1. Statistik Deskriptif

a. Kinerja Pasar (PBV)

Dari tabel 4.1 statistik deskriptif diatas yang terdiri dari 85 sampel perusahaan, variabel kinerja pasar perusahaan memiliki rata-rata sebesar 2,4005. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sepanjang periode penelitian dari tahun 2007 sampai 2011 rata-rata harga saham pasar perusahaan memiliki 2,4005 lebih besar daripada nilai buku yang dicatat oleh perusahaan. Nilai standar deviasi variabel PBV yaitu sebesar 2,50766.

Page 17: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

14

b. Keuangan Perusahaan (ROA)

Untuk rata-rata kinerja keuangan perusahaan sepanjang periode penelitian yaitu sebesar 9,9892 hal ini berarti selama periode penelitian rata-rata perusahaan memiliki keuangan perusahaan (ROA) sebesar 9,9892%. Angka ini berarti rata – rata perusahaan yang diteliti menunjukkan laba bersih sebesar 0,099892 atau 9,9892% dari setiap satu asset yang dimiliki oleh perusahaan yang diteliti. Nilai standar deviasi variabel ini sebesar 9,10857.

c. Kinerja Modal Intelektual (VAIC)

Rata–rata kinerja modal intelektual selama periode penelitian adalah sebesar 4.482598. Kinerja intelektual tertinggi terdapat pada PT Sumi Indo Kabel Tbk sebesar 11,1971 dan yang terendah diperoleh pada penelitian ini, yaitu pada perusahaan PT Bakrie Telecom Tbk sebesar 1,0453. Nilai standar deviasi variabel kinerja intelektual sebesar 2,3314573.

d. Biaya Advertising (AD)

Rata–rata AD dalam periode penelitian yakni sebesar 1,2267E9. Artinya rata – rata perusahaan setiap satu nilai dari nilai buku saham biasa perusahaan mengeluarkan biaya iklan atau promosi sebesar Rp. 1.226.700.000 dalam setiap tahunnya. Nilai tertinggi berasal dari PT Sumi Indo Kabel Tbk pada tahun 2007. Sedangkan nilai terendah ialah perusahaan PT Merck pada tahun 2011. Nilai standar deviasi 3,51410E9.

e. IC intensity (D_IC)

Variabel IC intensity (D_IC) merupakan variabel dummy. Rata-rata IC intensity (D_IC) selama periode penelitian adalah sebesar 0,53. Nilai standar deviasi variabel IC intensity sebesar 0,502 yang berarti besarnya peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai rata – rata variabel ini adalah +0,502 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -0,502.

2. Uji Asumsi Klasik

Dalam analisis regresi berganda diperlukan uji asumsi klasik sebagai dasar dalam analisis regresi. Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mendapatkan analisis yang akurat atas faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis, serta dimaksudkan apakah model digunakan benar-benar memenuhi asumsi klasik dalam analisis regresi, yang meliputi asumsi: tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi, dan tidak terjadi heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Page 18: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Intellectual Capital, Kinerja Pasar....(Pratama dan Lindrianasari)

15

Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau medekati normal. Untuk menguji normalitas data, pada penelitian ini menggunakan metode analisis grafik dan melihat normal probability plot. Hasil scatterplot untuk uji normalitas adalah sebagai berikut :

PBV. Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal probability plot yang ditampilkan dalam lapiran 3 dapat disimpulkan bahwa grafik histogram untuk variabel PBV memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal. Dari gambar tersebut terlihat titik-titik menyebar mendekati garis diagonal serta penyebarannya di sekitar garis diagonal. Sehingga dapat dikatakan berdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini.

ROA. Begitu pula dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal probability plot untuk variabel ROA pada lampiran 3, dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal. Dari gambar tersebut juga terlihat titik-titik menyebar mendekati garis diagonal serta penyebarannya di sekitar garis diagonal. Sehingga dapat dikatakan berdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini.

b. Uji Multikolinearitas

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikol dapat melihat nilai tolerance dan lawannya variace inflation factor (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10 dan angka tolerance mempunyai angka > 0,10. Dari tabel 3, dapat disimpulkan bahwa variabel tidak mempunyai masalah multikolinieritas.

Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Independen Tolerance VIF Kesimpulan

VAIC 0.959 1.043 Tidak ada multikolinearitas

D_IC 0.942 1.061 Tidak ada multikolinearitas

AD 0.928 1.077 Tidak ada multikolinearitas

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi, dapat digunakan uji Durbin Watson (Uji DW).

Page 19: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

16

Tabel 4 Hasil Uji Autokolerasi

Model Variabel Durbin-Watson

1 PBV 1.948

2 ROA 1.796

Tabel 5 Interpretasi Hasil Autokolerasi Durbin Watson

Nilai d Hipotesis Nol Keputusan

0 < d < 1.56 Tidak ada autokorelasi positif Tolak

1.56 < d < 1.72 Tidak ada autokorelasi positif No decision

2.44 < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif Tolak

2.28 < d < 2.44 Tidak ada autokorelasi negatif No decision

1.72 < d < 2.28 Tidak ada autokorelasi positif ataupun negatif Tidak ditolak

Dari tabel 5 di atas dapat diketahui DW untuk variabel PBV sebesar 1.948 dari

jumlah sampel 85 dengan variabel berjumlah 3 ( n = 85, k = 3 ) dan tingkat signifikansi 0,05. Dengan data tersebut maka batas dL = 1,56 dan dU = 1.72. Maka dapat dilihat hasil uji autokorelasi dengan nilai Durbin-Watson sebesar 1.948 di mana nilai d lebih dari 1.72 dan kurang dari 2.28, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif (Ghozali, 2009).

Dan dari tabel 4.3 di atas dapat diketahui DW untuk variabel ROA adalah sebesar 1.796 dari jumlah sampel 85 dengan variabel berjumlah 3 ( n = 85, k = 3 ) dan tingkat signifikansi 0,05. Dengan data tersebut maka batas dL = 1,56 dan dU = 1.72. Maka dapat dilihat hasil uji autokorelasi dengan nilai Durbin-Watson sebesar 1.796 di mana nilai d lebih dari 1.72 dan kurang dari 2.28, sehingga maka dapat disimpulkan bahwa tidak bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokolerasi positif atau negatif (Ghozali, 2009).

d. Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas dalam persamaan regresi digunakan metode dengan menggunakan plot pada regresi. Jika pada grafik scatterplot ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berdasarkan grafik scatter plot di lampiran 3 untuk variable PBV dan ROA, dapat dilihat bahwa titik-titik berpencar, tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar

Page 20: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Intellectual Capital, Kinerja Pasar....(Pratama dan Lindrianasari)

17

baik di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas.

3. Koefisien Determinasi (Goodness of Fit Test)

Goodness of Fit Test berguna untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel yang dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2), di mana koefisien determinasi ini berguna untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Jika nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Tabel 6 Hasil Uji Goodnes Of Fit

Model Variabel Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 PBV 0.236 0.69213

2 ROA 0.322 0.49797

Nilai adjusted R2 yang diperoleh dari pengujian regresi yang telah dilakukan sebesar 0.236 yang menunjukkan bahwa variabel independen (kinerja modal intelektual) dan variabel kendali (D_IC dan beban advertising) mampu menjelaskan variabel dependen (kinerja pasar) sebesar 23,6 % sedangkan sisanya sebesar 76.4 % dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini. Standar Error of Estimates (SEE ) sebesar 0.69213.

Sedangkan untuk variabel ROA, nilai adjusted R2 yang diperoleh dari pengujian regresi yang telah dilakukan sebesar 0,322 yang menunjukkan bahwa variabel independen (kinerja modal intelektual) dan variable kendali (D_IC dan beban advertising) mampu menjelaskan variabel dependen (kinerja pasar) sebesar 32,2% sedangkan sisanya sebesar 67,8% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini. Standar Error of Estimates (SEE) sebesar 0.49797.

4. Signifikansi Model Regresi

Signifikansi model regresi ini diuji dengan melihat antara F-tabel dan F-hitung sedangkan signifikansi koefisien variabel independen secara individual dihitung dengan melihat perbandingan t-tabel dan t-hitung untuk tiap koefisien variabel.

Hasil analisis regresi disajikan dalam tabel berikut ini:

Page 21: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

18

Tabel 7 Signifikansi Model Regresi PBV dan ROA

Model Variabel Nilai t-hitung Nilai Signifikansi

1 PBV 9.641 0.000

2 ROA 14.321 0.000

Dari hasil tabel 7 mengenai hasil dari analisis regresi, didapat t-hitung sebesar 9.461 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Karena probabilitas 0.000 yang artinya lebih kecil daripada 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel kinerja modal intelektual, IC intensity dan biaya advertising mempengaruhi kinerja pasar perusahaan. Atau dengan kata lain, model regresi penelitian ini adalah signifikan. Sedangkan untuk rasio ROA hasil analisis regresi yang disajikan dalam tabel 4.8 diatas didapat t-hitung sebesar 14.321 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Karena probabilitas 0.000 yang artinya lebih kecil daripada 0.05, maka model regresi ini (ROA = α+ β1 VAIC + β2 D_IC + β3 AD + ε) dapat digunakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel kinerja modal intelektual, IC intensity dan biaya advertising mempengaruhi keuangan perusahaan. Atau dengan kata lain, model regresi penelitian ini adalah signifikan.

Tabel 8 Persamaan Regresi

Model Persamaan Regresi

1 PBV = 0.647 + 0.53 VAIC - 1.193E10 AD - 0.902 D_IC + ε

2 ROA = 0.029 + 2.242 VAIC - 4.986E10 AD + 0.987 D_IC + ε

5. Pengujian Hipotesis

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan besarnya nilai probabilitas ( p-value ) masing-masing koefisien regresi variabel independen dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α). Dengan dasar keputusan berdasarkan probabilitas sebagai berikut :

Jika ( p-value ) > 0,05 maka Ha tidak terdukung.

Jika ( p-value ) < 0,05 maka Ha terdukung.

Tabel 9 Kesimpulan Pengujian Hipotesis

Hipotesis Uraian Nilai t-hitung

Nilai Signifikansi

Kesimpulan

Ha1

Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap rasio price to book value (PBV).

5.062 0 Ha1 terdukung

Page 22: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Intellectual Capital, Kinerja Pasar....(Pratama dan Lindrianasari)

19

Ha2 Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap ROA.

6.255 0 Ha2 terdukung

a. Kinerja Intellectual Capital (VAIC) terhadap Kinerja Pasar (PBV).

Pengujian terhadap hipotesis pertama bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari kinerja intellectual capital terhadap kinerja pasar yang dihitung dengan price to book value pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang diklasifikasikan berdasar GICS. Dapat dilihat pada Tabel 9, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 yang menunjukkan nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansinya 0.05, maka Ha1 terdukung, yang berarti variabel kinerja intellectual capital mempunyai pengaruh terhadap kinerja pasar. Perusahaan harus terus meningkatkan kinerja pasar dengan mengelola intellectual capital dengan baik. Hasil dari pengujian hipotesis pada penelitian sejalan dengan penelitian Chen, et.al, (2005) dan Najibullah (2005) dalam Pramelasari (2010), serta Ulum (2008) dimana penelitian mereka menggambarkan adanya pengaruh positif dari intellectual capital terhadap nilai pasar.

b. Kinerja Intellectual Capital (VAIC) terhadap Keuangan Perusahaan (ROA).

Pengujian terhadap hipotesis kedua bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari kinerja intellectual capital terhadap keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA pada perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dapat dilihat pada tabel 4.10 di atas, diperoleh koefisien regresi sebesar 0,00 dimana nilainya lebih kecil dari tingkat signifikansinya 0.05, maka Ha2 diterima, yang berarti variabel kinerja intellectual capital mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Chen, et, al (2005) dimana intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dan juga penelitian ini sejalan dengan penelitian Tan, et, al (2007) serta Margaretha dan Rakhman (2006).

E. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Sampel perusahaan dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang dikelompokan menjadi 2, yakni high-IC intensive industries dan low-IC intensive industries. Intellectual capital dihitung menggunakan model Pulic yakni Value Added Intellectual Coefficient (VAIC). Sedangkan kinerja pasar, menggunakan rasio Price to Book Vaue (PBV) dan keuangan perusahaan menggunakan rasio Return on Assets (ROA). Dalam penelitian ini juga menambahkan variabel kendali yakni variabel dummy (D_IC) untuk mengelompokan peusahaan yang

Page 23: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

20

termasuk high-IC intensive industries dan low-IC intensive industries, dan variabel lainnya ialah Advertising Expenditure (AD).

Berdasarkan pada hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada bab sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Intellectual capital (VAIC) berpengaruh positif terhadap kinerja pasar perusahaan (PBV). Hal ini membuktikan semakin baik intellectual capital perusahaan maka akan semakin baik pula kinerja perusahaan. Dengan begitu perusahaan yang mengelola intellectual capital dengan baik secara tidak langusng akan menaikkan nilai saham dari perusahaan tersebut.

b. Intellectual capital (VAIC) berpengaruh positif terhadap keuangan perusahaan (ROA). Dengan pengelolaan intellectual capital yang baik akan mempengaruhi keuangan perusahaan. Semakin besar nilai dari intellectual capital maka kinerja perusahaan akan meningkat dan akan menghasilkan laba yang besar pula bagi perusahaan. Ini mencerminkan adanya pengaruh positif intellectual capital terhadap keuangan perusahaan. Dimana dalam penelitian ini keuangan perusahaan diproksikan dengan menggunakan ROA.

2. Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut:

a. Sampel penelitian yang digunakan hanya perusahaan-perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunannya secara berturut-turut dari tahun 2007-2011. Sehingga hasil dari penelitian ini tidak akan berlaku untuk perusahaan-perusahaan dari sektor lain.

b. Penelitian ini hanya mengukur pengaruh intellectual capital terhadap kinerja pasar dan keuangan perusahaan pada tahun yang sama dan tidak melihat dampak pada tahun berikutnya.

c. Pengelompokan sampel dalam penelitian ini menggunakan pengelompokan berdasarkan jenis industri GICS (Global Industry Classification Standard).

d. Nilai pasar dalam penelitian ini menggunakan price to book value (PBV), dimana PBV masih menggunakan perhitungan berdasarkan nilai buku bukan nilai pasar. Sehingga nilai yang muncul belum menunjukan nilai pasar yang sesuai.

3. Saran

Saran perbaikan yang penulis usulkan kepada para peneliti lain di masa akan datang adala:

a. Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan pada semua jenis sektor perusahaan, hal ini untuk melihat dari jenis sektor manakah perusahaan yang terdapat kontribusi intellectual capital (IC) yang tinggi.

b. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan tahun berikutnya.

Page 24: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Intellectual Capital, Kinerja Pasar....(Pratama dan Lindrianasari)

21

c. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempergunakan nilai intellectual capital yang sesungguhnya untuk mengelompokkan perusahaan menjadi perusahaan high-IC dan perusahaan low-IC.

d. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan perhitungan yang sama untuk beban gaji karyawan.

DAFTAR PUSTAKA

Chen, M. C., Cheng, S. J., & Hwang, Y. 2005. “An Empirical Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital and Firms’ Market Value and Financial Performance”. Journal of Intellectual Capital, 6(2), 159-176.

Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company. Sydney.

Firer, S dan Williams, M. 2003. “Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 3, pp. 348- 360.

Ghozali, Imam, 2009. Ekonometrika. Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Penerbit BPUNDIP.

Harniek, Diah. 2009. ”Pengaruh Intellectual Capital terhadap Market value dan Financial performance pada Perusahaan Jasa Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.Universitas Airlangga. Surabaya.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19. Salemba Empat. Jakarta

Imaningati. 2007. “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusaahan Real Estate & Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2002-2006”. Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Kuryanto, Benny dan M. Syafruddin. 2008. “Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”. Proceeding SNA XI. Pontianak.

Lestari, R.A. 2010. “Pengaruh Intellectual Capital pada Kinerja Keuangan Perusahaan Sekuritas yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Margaretha, Farah, dan Arief Rakhman. 2006. “Analisis Pengaruh Intellectual Capital terhadap Market Value dan Financial Performance Perusahaan dengan Metode Value Added Intellectual Capital”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 8, No. 2.

Pardede, Fernando. 2010. “Relationship Analysis of Financial Performance Intellectual Capital Insurance Company in Indonesia Stock Exchange”. Universitas Gunadarma.

Pramelasari, Y.M., 2010. “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Keuangan Perusahaan”. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 25: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

22

Pulic, Ante, 1998. “Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy”, Paper presented at the 2nd McMaster World Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential.

_______. 1999. “Basic information on VAIC™”. available online at: www.vaicon.net. (accessed November 2006).

_______. 2000. “VAICTM – an accounting tool for IC management”. Available online at: www.measuring-ip.at/Papers/ham99txt.htm (accessed November 2006).

_______, and Kolakovic, M. 2003. “Value creation efficiency in the new economy”. available online at: www.vaic-on.net. (accessed November 2006).

Ramadhan, I. Ibnu. 2009. “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusaahan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2002-2007”. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sadono Sukirno, 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sawarjuwono, T. Kadir, P.A. 2003. “Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan (Sebuah Library Research)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5 No. 1. pp. 35-57.

Solikhah, Badingatus. 2010. “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan dan Nilai Pasar pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia”. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Solikhah, Badingatus, A. Rahman, dan Wahyu Merianto. 2010. “Implikasi Intellectual Capital terhadap Financial Performance, Growth dan Market Value ; Studi Empiris dengan Pendekatan Simplistic Specification”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Susanto, A.B., 2007. “Resource Based Versus Market Based”. Eksekutif no.338 Mei Hlm.. 24-25.

Tan, H.P., D. Plowman, P. Hancock. 2007. “Intellectual capital and financial returns of companies”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 8 No. 1. pp. 76-95.

Ulum, Ihyaul. 2008. “Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2. Universitas Muhammadiyah Malang.

Ulum, Ihyaul. 2009. “Intellectual Capital : Konsep dan Kajian Empiris”. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali & Anis Chariri. 2008. “Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares”. Proceeding SNA XI. Pontianak.

Page 26: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

23

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EQUITY RISK PREMIUM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Agung Kurniawan1 Yenni Agustina2

ABSTRACT

This study aims to empirically examine the factors that affect the equity risk premium on companies listed on the Stock Exchange. This study uses a data sample of 125 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange with a 5-year observation period from 2007-2011, which is taken by using purposive independent sampling.Variabel used in this study is the size of the company, return on equity and debt to equity ratio. The analysis technique used in this study is the linear regression berganada, ie to determine the influence of firm size, return on equity and debt-to-equity ratio of the equity risk premium.

The results showed that statistically independent variable sized companies a significant negative effect of 4227, return on eqity significant negative effect for 0339. While the statistically variable debt to equity ratio of positive and significant effect of 0145 against equity risk premium.

Keywords: Equity risk premium, Firm Size, Return on Equity, Debt to Equity Ratio

A. PENDAHULUAN

Pasar modal saat ini memiliki peran yang penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara. Dilihat dari fungsi pasar modal sebagai sumber pembiayaan dan investasi, maka dua pelaku utama dalam pasar modal adalah emiten dan investor. Emiten ialah perusahaan yang memperoleh dana dari pasar modal, sedangkan investor ialah perusahaan atau seseorang yang memberikan dana kepada perusahaan dengan membeli saham atau obligasi.

High risk, high return merupakan prinsip dalam berinvestasi. Prinsip tersebut bermakna bahwa investor bersedia menanggung resiko yang tinggi asalkan diberikan mendapatkan pendapatan (return) yang tinggi pula. Sesuai dengan prinsip tersebut investor yang beinvestasi di perusahaan yang memiliki resiko yang tinggi tentu tidak ingin mendapatkan tingkat return yang sama dengan return bebas resiko seperti berinvestasi pada obligasi pemerintah.

1 Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung. Email: [email protected] 2 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung.

Page 27: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

24

Oleh karena itu investor mengajukan premi terhadap kesediannya dalam menanggung resiko pada suatu investasi. Tambahan retun yang didapatkan oleh kesedian investor dalam menanggung resiko atas investasinya disebut dengan premi resiko ekuitas atau equity risk premium. Annin dan Falaschetti (1998) mendefinisikan equity risk pemium sebagai ekstra return yang didapatkan investor sebagai imbalan dari kebersediaannya dalam menanggung resiko atas suatu investasi saham di atas resiko rata-rata.

Informasi yang jelas mengenai suatu perusahaan akan memudahkan investor untuk menilai kelayakan perusahaan tersebut dalam mengelola dana yang ditanamkannya. Perusahaan besar biasanya menyediakan informasi yang lebih baik sehingga menyebabkan resiko informasi perusahaan menjadi semakin rendah, sedangkan perusahaan kecil cendeerung menyediakan informasi yang terbatas mengenai kondisi perusahaan baik internal maupun eksternal sehingga kemungkinan resiko yang disebabkan oleh minimnya informasi ini semakin besar.

Penelitian Levingshon (2001) mengemukakan bahwa perusahaan yang memberikan informasi bisnis dan keuangan secara sukarela memberi tingkat informasi yang lebih tinggi, memudahkan investor memahami kondisi peruahaan dengan lebih baik. Perusahaan yang tidak memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan secara baik dipandang investor sebagai perusahaan yang memiliki resiko informasi yang tinggi, sehingga investor cenderung untuk tidak melakukan investasi pada perusahaan tersebut.

Menurut Gebhardt, Lee, dan Swaminathan (2001) menjelaskan adanya informasi lebih yang tersedia dan semakin likuid saham pada perusahaan-perusahaan besar menyebabkan risiko informasi perusahaan menjadi semakin rendah, sehingga menyebabkan equity risk premium semakin rendah. Hasil mereka menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara umum memiliki pengaruh negatif pada equity risk premium tapi tidak signifikan. Selain dari ukuran perusahaan yang dianggap dapat memberikan informasi yang jelas mengenai kondisi perusahaan, investor secara detail akan menganalisa rasio-rasio keuangan perusahaan. Diharapkan dari menganalisa rasio keuangan tersebut investor akan mengetahui seberapa besar perusahaan tersebut dapat memberikan keuntungan terhadap investasinya dan seberapa besar hutang yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi dipandang investor sebagai perusahaan yang memiliki kinerja yang baik, sedangkan perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi memiliki nilai negatif dimata investor.

Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut factor fundamental. Return on equity merupakan rasio yang umun dipakai investor untuk menilai kinerja. Return on equity merupakan perbandingan antara laba dengan ekuitas sehingga dalam return on equity tersebut investor dapat melihat kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri. Return on equity yang tinggi mencerminkan tingginya tingkat efisiensi perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba. Rohaeni (2009) menemukan hubungan yang negatif dan signifikan antara laba dengan resiko. Artinya semakin tinggi tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola dananya maka akan semakin rendah resiko yang ada, hal ini menyebabkan equity risk premium semakin rendah.

Page 28: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk....(Kurniawan dan Agustina)

25

Selain itu yang diperhatikan investor adalah tinggi rendahnya tingkat hutang suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan rasio hutang dapat mempengaruhi tingkat return yang akan investor dapatkan. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan investor untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Debt to equity ratio yang tinggi menunjukan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Tingkat hutang perusahaan yang tinggi akan meningkatkan tingginya tingkat kebangkrutan perusahaan. Hal ini dipandang investor sebagai resiko perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai equity risk premium.

Penelitian-penelitian di bidang pasar modal telah banyak dilakukan diantaranya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi equity risk premium. Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat perbedaan tentang variabel-variabel yang dipilih dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Diantara penelitian terdahulu yang memberikan kesimpulan berbeda antara lain.Penelitian yang dilakukan oleh Gebhardt, Lee, dan Swaminathan (2001) menyimpuklan bahwa bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif pada equity risk premium tapi tidak signifikan. Boone,et al (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium, sedangkan penelitian yang dilakukan Saiful & Erlina (2010) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap equity risk premium.

Penelitian Francis, at al. (2004) tentang biaya ekuitas dan atribut laba menemukan bahwa semakin tinggi kualitas laba perusahaan, maka semakin rendah equity risk premium perusahaan tersebut.Penelitian Frensday dan Styama (2007) dimana hasil yang diperoleh pada penelitian tersebut adalah risiko berpengaruh positif signifikan terhadap return on equity dan didukung juga oleh penelitian Oka (2000) hasil dari penelitiannya menemukan bahwa risiko berpengaruh positif signifikan terhadap return on equity. Sehingga semakin tinggi return on equity maka semakin tinggi resiko yang diterima, hal ini akan menaikan nilai equity risk premium. Sedangkan penelitian Rohaeni (2009) menemukan hubungan yang negatif dan signifikan antara return on equity dengan resiko. Sehingga semakin tinggi return on equity maka semakin rendah yang diterima, hal ini akan menurunkan nilai equity risk premium.

Penelitian oleh Boone,et al (2008) yang menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap equity risk premium. Boone,et al memandang bahwa hutang merupakan resiko bagi perusahaan yang harus dihindari karena dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Hasil penelitian Brigham dan Houston (2006) menjelaskan bahwa perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi targer struktur modal normal. Hal ini bermakna bahwa perusahaan dengan prospek baik cenderung memiliki hutang yang tinggi. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Saiful & Erlina (2010) yang berjudul “ Equity risk premium perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya”. Perbedaan dalam variabel independen yang digunakan yaitu peneliti menambahkan return on equity serta berbeda dalam periode penelitian.

Page 29: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

26

B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Teori yang Mendasari

1.1. Capital Asset Pricing Model

Capital asset pricing model diperkenalkan oleh Sharpe (1964) dan Linter (1965) yang digunakan untuk menentukan return suatu asset pada saat kondisi equilibrium. Capital asset princing model merupakan sebuah model yang menggambarkan hubungan antara resiko dan return yang diharapkan, model ini sering digunakan dalam penilaian harga suatu saham. Bodie et al (2005) menjelaskan bahwa capital asset pricing model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern. Capital asset pricing model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Capital asset pricing model sudah luas digunakan karena capital asset pricing model memiliki akurasi yang cukup baik pada aplikasi penting.

Berdasarkan rumus CAPM dijabarkan hubungan antara tingakat return dengan resiko sebagai berikut:

Rate of Return = Risk Free Rate + Risk Premium

Risk premium = Beta ( Expected Return on Market Portofolio – Risk Free Rate).

Dimana (expected return on market portofolio – risk free rate) disebut juga premi resiko karena mencerminkan kompensasi atas kesanggupan investor dalam menanggung diatas tingkat suku bunga bebas resiko. Equity risk premium merupakan salah satu faktor dalam capital asset pricing model. Anin dan Falascheti (1998) mendefinisikan equity risk premium sebagai imbalan yang diinginkan investor untuk mendapatkan pendapatan tidak tetap sehubungan dengan ekuitas miliknya. Sementara itu Martin dan Lillo (2003) berpendapat bahwa equity risk premium merupakan perbedaan antara return saham biasa dengan return dari sekuritas pemerintah. Terdapat dua cara umum untuk mencari equity risk premium, pertama menggunakan data historis dan yang lain menggunakan perkiraan atau proyeksi pasar.

Dengan menggunakan data historis, asumsinya adalah bahwa apa yang terjadi di masa lalu menggambarkan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Dengan menggunakan proyeksi pasar, asumsinya adalah bahwa untuk memproyeksikan equity risk premium dapat dilakukan melalui survey atau beberapa model proyeksi lain. Kebanyakan model equity risk premium menggunakan data historis dan mengasumsikan bahwa beberapa periode masa alu menyediakan indikasi terbaik dari apa yang akan terjadi di masa depan. Anin dan Falaschetti (1998) menggunakan CAPM dalam menghitung ERP. Mereka menyatakan bahwa return

Page 30: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk....(Kurniawan dan Agustina)

27

yang diharapkan terdiri dari dua komponen utama, yaitu, tingkat return bebas risiko dan premi risiko yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

E(Ri) = Rf + β RPm

Keterangan: E(Ri) = tingkat return sekuritas i yang diharapkan β = beta saham i Rf = tingkat return aset bebas risiko RPm = premi resiko ekuitas pasar secara keseluruhan Rf adalah tingkat suku bunga untuk instrument-instrumen yang dianggap tidak memiliki kemungkinan gagal bayar.

RPm adalah selisih antara tingkat bunga investasi bebas resiko dengan tingkat return investasi pasar modal. Penentuan equity market risk premium dengan memasukan premi resiko spesifik suatu negara (country-specific risk premiums) seperti volatilitas harga saham untuk menghasilkan base equity market risk premium. Dengan mengikutsertakan risiko-risiko ini, dihasilkan tingkat diskonto yang mengakomodasi perubahan-perubahan sentimen jangka pendek di sekuritas pada pasar negara berkembang (emerging market). Beta (β) adalah faktor untuk meliput risiko sistematis dari suatu ekuitas. Beta akan dikalikan dengan base equity market risk premium untuk mendapatkan equity risk premium.

1.2. Ukuran Perusahaan

Tujuan utama ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya penilaian besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena akan berhubungan dengan resiko investasi yang dilakukan. Ukuran perusahaan (firm size) dalam perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total asset, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total asset, penjualan, dan kapitalisasi pasar, semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar asset maka akan semakin besar modal yang ditanam, semakin besar penjualan, maka semakin besar perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi, maka semakin besar dikenal oleh masyarakat (Riyanto, 2001).

Diantara ketiganya, total asset dinilai lebih stabil dibandingkan dengan penjualan dan kapitalisasi pasar. Sujoko dan Soebiantoro (2007), ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total asset perusahaan pada neraca akhir tahun. Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki total asset besar dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Boone,et al (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium. Gebhardt, et al. (2001) menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak informasi-informasi publik tentang perusahaan yang lebih besar dan saham-saham mereka yang lebih likuid. Semakin banyak informasi

Page 31: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

28

tersedia tentang perusahaan dan lebih likuid saham, semakin rendah resiko yang dirasakan dalam perusahaan, maka semakin rendah equity risk premium yang terealisasi.

Dalam penelitian ini, perusahaan di kelompokkan sebagai perusahaan besar dan menengah atau kecil. Ukuran perusahaan yang didasarkan pada total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang menyatakan bahwa:

“Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekeyaan (total aktiva) tidak lebih dari seratus milyar rupiah. Sedangkan perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total asset ) diatas seratus milyar”

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan. Dikarenakan total asset bernilai miliyaran rupiah maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikan kedalam logaritma natural, sehingga ukuran perusahaan dapat dihitung dengan: Size = Ln Ta

1.3. Return on Equity

Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan. Monteiro (2006) menyatakan bahwa ROE adalah suatu rasio yang penting yang harus dipertimbangkan oleh investor. Dalam perhitungannya, secara umum return on equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir.

Rohaeni (2008) menemukan hubungnan yang negatif dan signifikan antara laba dengan resiko.. Return on equity (ROE) yang tinggi merupakan cerminan dari effesiensi perusahaan dalam menggunakan dananya, maka hal ini akan meminimalkan resiko yang ada pada perusahaan sehingga equity risk premium menjadi semakin rendah. Dalam manajerial effeciency theory of profit, perusahaan yang dikelola secara efisien akan memperoleh laba diatas rata-rata laba normal. Return on equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.

1.4. Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio (DER) merupakan kelompok dalam rasio solvabilitas. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Debt to equity ratio adalah perbandingan antara total

Page 32: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk....(Kurniawan dan Agustina)

29

utang dengan total modal. Westerfield dan Randolph (2002) menyatakan debt to equity ratio merupakan suatu proksi untuk mengestimasikan hutang dalam suatu perusahaan.

Debt to equity ratio (DER) dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Debt to equity ratio (DER) juga menunjukkan tingkat hutang perusahaan, perusahaan dengan hutang yang besar mempunyai biaya hutang yang besar. Seperti apa yang disebutkan dalam teori trade-off penggunaan hutang yang terlampau besar akan menimbulkan biaya kebangkrutan yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan hutang dipandang menjadi beban bagi perusahaan yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor.

Boone,et al (2008) yang menunjukkan bahwa Debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap equity risk premium. Para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki debt to equity ratio (DER) yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya nilai return perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).

1.5. Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, kajian teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu digambarkan rerangka pemikiran di bawah ini:

Gambar 1

Rerangka Pemikiran

2. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan berdasarkan kerangka pemikiran maka hipotesis dari penelitian ini:

Ukuran Perusahaan

Return on Equity

Debt to Equity Ratio

Equity Risk Premium

Page 33: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

30

a. Ukuran perusahaan terhadap equity risk premium

Fama dan French (1995) berpendapat bahwa perusahaan yang mempunyai nilai skala kecil cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar. Perusahaan kecil hanya memiliki faktor-faktor pendukung untuk memproduksi barang dengan jumlah terbatas. Oleh karena itu, perusahaan yang berskala kecil mempunyai risiko yang lebih besar daripada perusahaan besar. Perusahaan yang mempunyai risiko yang besar biasanya menawarkan return yang besar untuk menarik investor.

Miswanto dan Husnan (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar. Levinsohn (2001) menemukan bahwa perusahaan yang memberikan informasi bisnis dan keuangan secara jelas dapat membantu investor dalam memahami perusahaan dengan lebih baik. Perusahaan yang tidak memberikan informasi keuangan yang memadai dipandang oleh investor sebagai perusahaan yang memiliki resiko informasi yang tinggi, sehingga membuat investor tidak memahami kondisi lingkungan bisnis, strategi dan lingkungan persaingan dari perusahaan tersebut.

Gebhardt, et al. (2001) menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak informasi- informasi publik tentang perusahaan yang lebih besar dan saham-saham mereka yang lebih likuid. Semakin banyak informasi tersedia tentang perusahaan dan lebih likuid saham, semakin rendah resiko yang dirasakan dalam perusahaan, maka semakin rendah equity risk premium yang terealisasi. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Boone,et al (2008) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium.

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan besar cenderung memberikan informasi secara luas kepada investor mengenai kondisi perusahaannya, sehingga resiko akan informasi perusahaan semakin kecil. Sedangkan pada perusahaan kecil resiko yang disebabkan oleh sedikitnya informasi yang diterima investor cenderung lebih tinggi. Oleh karena itu, variabel ini diperkirakan memiliki tanda negatif. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis pertama yang diajukan adalah:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium.

b. Pengaruh return on equity terhadap equity risk premium

Return on equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Return on equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefektivitasan perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Perusahaan yang

Page 34: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk....(Kurniawan dan Agustina)

31

semakin efektif dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007).

Rohaeni (2009) menemukan hubungan yang negatif dan signifikan antara return on equity dengan resiko. Sehingga semakin tinggi return on equity maka semakin rendahi resiko yang diterima, hal ini akan menurunkan nilai equity risk premium. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan semakin efisen perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba maka akan semakin rendah resiko yang dirasakan oleh investor, maka akan semakin tinggi efisiensi perusahaan yang tercermin dari return on equity maka equity risk premium yang akan terealisasi akan semakin rendah. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis kedua yang diajukan adalah:

H2 : return on equity berpengaruh negatif terhadap equity risk premium.

c. Pengaruh debt to equity ratio terhadap equity risk premium

Menurut penelitian yang Boone,et al (2008) yang menunjukkan bahwa Debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap equity ris premium. Boone,et al memandang bahwa hutang merupakan resiko bagi perusahaan yang harus dihindari karena dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Debt to equity ratio yang tinggi akan mengakibatkan risiko finansial perusahaan yang semakin tinggi. Dengan penggunaan hutang yang semakin besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang.

Namun, Sembiring (2005) menjelasan bahwa debt to equity ratio mencerminkan tingkat resiko keuangan suatu perusahaan, semakin besar tingkat risiko maka semakin besar keuntungan yang diisyaratkan. Selain itu, Gebhardt, et al. (2001) menyatakan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari leverage keuangan diperkirakan dapat meningkatkan risiko yang dirasakan dan meningkatkan equity risk premium perusahaan. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan semakin tinggi hutang perusahaan akan semakin rendah tinggi resiko kebangkrutan yang akan dialami oleh perusahaan. Semakin tinggi debt to equity ratio perusahaan maka equity risk premium yang akan terealisasi akan semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H3 : debt to equity berpengaruh positif terhadap equity risk premium.

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan tiga variabel independen dan satu variable dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, return on equity, an debt to equity ratio. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah equity risk premium.

Page 35: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

32

a. Variabel Dependen

Variabel dependen yakni variabel yang dipengaruhi atau tertanggung oleh variable lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah equity risk premium. Equity risk premium dapat dicari dengan pendekatan data historis dan pendekatan proyeksi pasar. Pada penelitian ini, equity risk premium diukur menggunakan pendekatan data historikal .Anin dan Falaschetti (1998) menggunakan CAPM dalam menghitung ERP. Mereka menyatakan bahwa return yang diharapkan terdiri dari dua komponen utama, yaitu, tingkat return bebas risiko dan premi risiko yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

E(Ri) = Rf + β RPm

Keterangan: E(Ri) = tingkat return sekuritas i yang diharapkan β = beta saham i Rf = tingkat return aset bebas risiko RPm = premi resiko ekuitas pasar secara keseluruhan

Rf adalah tingkat suku bunga untuk instrument-instrumen yang dianggap tidak memiliki kemungkinan gagal bayar. RPm adalah selisih antara tingkat bunga investasi bebas resiko dengan tingkat return investasi pasar modal. Penentuan equity market risk premium dengan memasukan premi resiko spesifik suatu negara (country-specific risk premiums) seperti volatilitas harga saham untuk menghasilkan base equity market risk premium. Dengan mengikutsertakan risiko-risiko ini, dihasilkan tingkat diskonto yang mengakomodasi perubahan-perubahan sentimen jangka pendek di sekuritas pada pasar negara berkembang (emerging market). Untuk penilaian base equity market risk premium menggunakan tingkat premi risiko berdasarkan hasil riset Aswath Damodaran (Stern Business School, New York University).

Tabel 1 Equity risk premium U.S Market

Year US Market risk

premium

2011 6.04%

2010 5.20%

2009 4.36%

2008 6.43%

2007 4.37%

Sumber: Social science researech network: http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/

Page 36: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk....(Kurniawan dan Agustina)

33

Tabel 2 Peringkat obligasi jangka panjang

Years Country Region Long-Term

Rating Country Risk

Premium

2011 Indonesia ASIA Bb2 4,13%

2010 Indonesia ASIA Bb2 4,50%

2009 Indonesia ASIA Bb3 7,88%

2008 Indonesia ASIA Bb3 4,50%

2007 Indonesia ASIA B1 5,25%

From Moody's: www.moodys.com

Menurut moodys.com obligasi dengan katagori B1, B2, B3 adalah obligasi yang dianggap spekulatif dan dapat berisiko tinggi. Beta (β) adalah faktor untuk meliput risiko sistematis dari suatu ekuitas. Beta akan dikalikan dengan base equity market risk premium untuk mendapatkan equity risk premium.

b. Variabel Independen

(i) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan ukuran perusahaan (firm size)dalam perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Berdasarkan penelitan Rachmawati dan Triatmoko, (2007) ukuran perusahaan dapat diukur dengan log total asset .

(ii) Return on Equity

Return on Equity diukur dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitasperusahaan:

\

(iii) Debt EquityRatio

Debt to equity ratio (DER) adalah tingkat penggunaan hutang terhadap total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Debt to equity ratio (DER) dapat dihitung dengan rumus (Westerfield dan Randolph, 2002)

Page 37: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

34

2. Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) untuk tahun 2007-2011. Sedangkan pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian menggunakan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang diterbitkan pada tanggal 31 Desember selama periode 2007 sampai dengan tahun 2011

2. Perusahaan yang diteliti memiliki nilai laba bersih dan ekuitas yang positif. 3. Beta perusahaan tahun 2007 – 2011 bernilai positif. 4. Perusahaan telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan auditan

berturut-turut dan memiliki data yang diperlukan selama berlangsungnya penelitian.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahunnya. Sumber data yang digunakan ini diperoleh melalui penelusuran dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), Annual Report perusahaan, website www.idx.co.id, Jakarta Stock Exchange (JSX), http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/ dan dari media internet dan website.

4. Metode Analisis data

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil data sample yang meliputi antara lain mean, median, maksimum, minimum, dan deviasi standar. Data yang diteliti dikelompokkan menjadi empat yaitu equity risk premium, ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity ratio.

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Model yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel secara spesifik terhadap nilai perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan regresi:

Y = α - β1 SIZE - β2 ROE + β3 DER + e

Keterangan: Y : Equity Risk Premium α : Konstanta b1, b2, b3, : Koefisien regresi

Page 38: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk....(Kurniawan dan Agustina)

35

SIZE : Ukuran Perusahaan ROE : Return on Equity DER : Debt to Equity Ratio e : Error

D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Objek Penelitian

Tabel 3 Sampel Penelitian Kriteria Jumlah

Jumlah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar berturut-turut di BEI selama tahun 2007-2011.

104

Perusahaan yang mengalami ekuitas dan laba yang bernilai negatif. (30) Beta negative (46) Data yang Outlier (3) Total sampel 25

2. Pengujian Hipotesis

a. Statistik Deskriptif

Tabel 4 Deskriptif Variabel Penelitian

N Minimum Maksimum Mean Std. Dev.

ERP SIZE ROE DER

Valid N (listwise)

125 125 125 125 125

.01 11.34

.01

.19

32.57 13.67 32.63 8.44

8.0666 12.2709 14.4148 1.4346

7.66416 55678

7.77636 1.13116

Page 39: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

36

Tabel 5 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda

Atas dasar hasil analisis regresi dengan menggunakan sebesar 5% berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh persamaan:

Ln_ERP = 11.481 – 4.227 Ln_Size – 0.339 Ln_Roe + 0.145 Ln_Der

Dari persamaan diatas, nilai konstanta bernilai positif, artinya bahwa jika diasumsikan variable independen yakni ukuran perusahaan, return on equity, dan debt to equity ratio konstan, maka akan meningkatkan nilai equity risk premium.

3. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Tabel 6

Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 -390a .152 .131 1.11463

Dari tabel 4.8 diketahui bahwa nilai adjusted R square sebesar 0.131. Hal ini berarti bahwa 13,1% equity risk premium dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu ukuran perusahaan, return on equity, dan debt to equity ratio sisanya sebesar 86,9% (100% - 13,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.

Page 40: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk....(Kurniawan dan Agustina)

37

Uji Hipotesis

Tabel 7

Hasil Uji Hipotesis

Model

Unstandardized Coefficients

Sign

B Std. Error

(Constant) LN_size LN_roe LN_der

11.481 -4.227 -.339 .145

5.703 2.286 .075 .127

.046

.037

.000

.025

a. Pengaruh ukuran perusahaan (X1) terhadap Equity risk premium (Y)

Hasil pengujian menunjukkan nilai variabel ukuran perusahaan (X1) sebesar -4.227 dengan signifikansi sebesar 0.037 dan < 0.05 yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan. Dengan demikian secara parsial ukuran perusahaan (X1) berpengaruh terhadap equity risk premium (Y) atau dengan kata lain H1 yang menyatakan terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap equity risk premium diterima.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yakni hasil penelitian Gebhadrt et el (2001) yang menemukan bahwa semakin banyak informasi publik yang tersedia pada perusahaan besar akan semakin rendah resiko yang dirasakan dalam perusahaan, maka equity risk premium akan semakin rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitan Boone et el (2008) yang meyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium.

b. Pengaruh return on equity (X2) terhadap equity risk premium (Y)

Hasil pengujian menunjukkan nilai variabel return on equity (X1) sebesar -0.339 dengan signifikansi sebesar 0.000 dan < 0.05 yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan. Dengan demikian secara parsial return on equity (X1) berpengaruh terhadap equity risk premium (Y) atau dengan kata lain H1 yang menyatakan terdapat pengaruh antara return on equity terhadap equity risk premium diterima.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa return on equity memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap equity risk premium . Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yakni hasil penelitian Francis at el (2004) yang meneliti biaya ekuitas dan atribut laba menemukan bahwa semakin tinggi laba maka semakin rendah equity risk premium perusahaan tersebut.

c. Pengaruh debt to equity ratio (X3) terhadap equity risk premium (Y)

Page 41: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

38

Hasil pengujian menunjukkan nilai variabel debt to equity ratio (X3) sebesar 0.145 dengan signifikansi sebesar 0.025 dan < 0.05 yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan. Dengan demikian secara parsial debt to equity ratio (X3) berpengaruh terhadap equity risk premium (Y) atau dengan kata lain H1 yang menyatakan terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap equity risk premium diterima.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa debt to equity ratio memiliki pengaruh positifdan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yakni hasil penelitian Gebhadrt et el (2001) yang berpendapat bahwa tingkat yang lebih tinggi dari hutang diperkirakan akan meningkatkan resiko yang dirasakan dan hal ini akan meningkatkan equity risk premium perusahaan. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitan Boone et el (2008) dan Saiful & Erlina (2010) yang meyatakan bahwa hutang berpengaruh positif terhadap equity risk premium.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penelitian ini menguji pengaruh ukuran perusahaan, return on equity dan debt to equity ratio terhadap equity risk premium. Dalam penelitan ini terdapat tiga hipotesis yang diajukan dan ketiga hipotesis tersebut diterima secara statistik. Berikut adalah simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini:

a. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistik ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil pengujian menunjukan nilai sebesar - 4.227 yang berarti setiap kenaikan 1 kali ukuran perusahaan akan menurunkan equity risk premium sebesar 4.227 kali dengan asumsi variabel lain konstan.

b. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistik return on equity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil pengujian menunjukkan nilai sebesar -0.339 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 kali return on equity, akan menurunkan equity risk premium sebesar 0.339 kali dengan mengasumsikan variabel yang lain konstan.

c. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistic debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil pengujian menunjukkan nilai sebesar 0.145 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 kali debt to equity ratio akan menaikkan equity risk premium sebesar 0.145 kali dengan mengasumsikan variabel yang lain konstan.

2. Saran

a. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel sehingga diperlukan kehati-hatian dalam melakukan generalisasi. Penelitian

Page 42: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk....(Kurniawan dan Agustina)

39

selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel pada jenis industri lain diluar manufaktur atau mengelompokan perusahaan manufaktur berdasarkan subsector manufaktur.

b. Berdasarkan hasil regresi, besarnya nilai adjusted R square sebesar 0.131. Hal ini berarti bahwa 13,1 % equity risk premium dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity ratio. Sedangkan sisanya sebesar 86.9% merupakan pengaruh dari variabel bebas lainnya yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah atau mengganti dengan variabel bebas lainnya yang diduga berpengaruh terhadap equity risk premium seperti pertumbuhan perusahaan, resiko bencana, nilai perusahaan.

c. Investor seharusnya dapat melihat peluang tambahan return yang akan didapat jika berani menanamkan modalnya di perusahaan yang memiliki resiko tinggi. Resiko tidak selalu dikaitkan dengan sesuatu yang buruk. Di bidang keuangan, resiko memilik arti yang berbeda dan lebih luas. Resiko lebih berkaitan dengan kemungkinan mendapatkan return yang tidak sesuai dengan apa yang investor inginkan. Ketika anda mendapatkan return yang lebih kecil atau sebaliknya itulah yang dinamakan resiko (Damodaran, 2001).

DAFTAR PUSTAKA

Agus Wahyudin. 2004. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Fakultas Ekonomi. Universitas Widyatama: Bandung

Andri Rachmawati dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar, 26-28 Juli.

Annin, Michael and Dominic, Falaschetti. 1998.” Equity Risk Premium Article.” IL: Ibbotson Associates.

Aswath, Damodaran, 2001, Corporate Finance: Theory and Practice, International Edition, Willey, New York.

Banz, Rolf W.1981.” The Relationship between Return and Market Value of Common Stock.” Journal of Financial Economics. Vol. 9.

Baroto,Arjo (2008), Valuasi Bisnis Unit Perusahaan dengan menggunakan option analisis: option to abandon: studi kasus pada PT CI.Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Basu, S. 1977.” Investment performance of Common Stocks in Relation to Their Price- Earning Ratios: A Test of the Efficient Market Hypotesis”. Journal of Finance, 12

Boone, Jeff P., Khurana, Inder K. and Raman, K. K. 2008.” Audit Firm Tenure and the Equity Risk Premium, Journal of Accounting Auditing and Finance, Forthcoming”. www.ssrn. Com

Page 43: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

40

Damodaran, Aswath. 2 008.” Estimating The Equity Risk Premium, Journal of Accounting and Economics.” http://www.stern.nyu.edu/fin/workpapers/papers99/wpa99021.pdf

Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F., (2006), Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Yulianto, Akbar, Ali, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Fatony M,Gadhavai (2010), Analisis kelayakan Investasi Bioethanol di Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Easton, P. 2004. “ PE Ratios, PEG Ratios, and Estimating the Implied Expected Rate of Return on Equity Capital”. The Accounting Review 79 (1). Pp 73-95.

Erb, Claude, Campbell R. Harvey and Tadas Viskanta, 1995, Country risk and global equity selection, Journal of Portfolio Management, 21, Winter, 74-83.

Francis, J, LaFond, R, Olsson, PM & Schipper, K 2004, „Costs of Equity and Earnings Attributes’, The Accounting Review, Vol. 79, No. 4, pp. 967-1011.

Gebhardt, W., Lee, C., dan Swaminathan, B. 2000. “Toward and Implied Cost of Capital”.Journal of Accounting Research 39 (1): 135-176

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Hartono. 2009.” Pertimbangan Return dan Risiko dalam Keputusan Investasi”.

Rohaeni,Heni .2009.” Analsis dana pihak ketiga dan kredit bermasalah terhadap laba ( study kasus PT Bank X).Skripsi. Jurusan Manajemen. IPB

Husnan,Saud.2001.Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi Ketiga, Penerbit : Gajah Mada. Yogyakarta.

Jogiyanto. 2003. “Teori Potofolio dan Analisis Investasi”. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE UGM.

Leuz, C. and Verrechhia., R. 2005. “Firms’ Capital Allocation Choices, Information Quality,and The Cost of Capital”. Working Paper, University of Pennsylvania.

Levingsohn,A (2001, Maret), ” FABS weigh the value of voluntary disclosure”, Strategic Finance (NAA), Vol 82.(9)

Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2000, Analisis Laporan Keuangan, cetakan kedua, Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Martin, J. Rudrigo, Fuentes, San and Lilo, Salvador, Zurita. (2003). The Equity Risk Premium in Emerging Market: The Case of Chile.

Mas‟ud Machfoedz (1994), Financial Ratio Analysis and The Predictions of Earnings Changes in Indonesia, 114 -137.

Miswanto dan Suad Husnan. 1999. The Effect of Operating Leverage, Cyclicality, and Firm Size on Business Risk. Gadjah Mada International Journal of Business. Vol 1 No 1 (Mei) : 29-43.

Monteiro,A (2006), A quick guide to financial ratio the citizen, Moneyweb Business Insert,6.

Page 44: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Equity Risk....(Kurniawan dan Agustina)

41

Natarsyah, Syahib, 2000, Analisis Pengaruh beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham, Journal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 15, No. 3.

Saiful dan Erlina. 2010.” Equity Risk Premium Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya” Simposium Nasional Akuntansi XIII

Sujoko dan Subiantoro .2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empirik Pada Perusahaan Manufaktur dan Non-Manufaktur di Bursa Efek Jakarta).Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 9, No.1, hal 41-48. Availaible from: http://www.petra.ac.idpulit/journals/dir.php?DepartementID=MAN

Sembiring, E. R. 2005. "Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta". Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo

Ross, A Stephen. Westerfield, W. Randolph & Jordan, D. Branford. 2002.Essentials of Corporate Finance, 3rd ed., McGraw-Hill Irwin.

Tandelilin, Eduardus. 2001.”Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi Pertama.Yogyakarta: BPFE.

Widodo,Saniman.2007. “Analisis pengaruh rasio aktivitas, rasio Profitabilitas, dan rasio pasar terhadap return saham syariah dalam Kelompok jakarta islamic index (jii) tahun 2003 – 2005”.Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

Page 45: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

42

Bagian ini sengaja dikosongkan

Page 46: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

43

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME

AKUNTANSI

Agus Abdur Rohim1

Harsono Edwin Puspita2

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris: (1) pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap konservatisme akuntansi, (2) pengaruh debt covenant terhadap konservatisme akuntansi, (3) pengaruh growth opportunities terhadap konservatisme akuntansi, (4) pengaruh risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Adapun sampel yang digunakan adalah 140 data sampel perusahaan. Penelitian ini menggunakan regresi berganda untuk analisis data.

Hasil dari penelitian membuktikan bahwa: (1) struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, (2) debt covenant tidak berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, (3) growth opportunities berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, (4) risiko litigasi berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.

Kata kunci: Konservatisme Akuntansi, Struktur Kepemilikan Manajerial, Debt Covenant, growth opportunities, Risiko Litigasi.

A. PENDAHULUAN

Laporan keuangan adalah laporan yang dibuat oleh perusahaan yang menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan. Laporan keuangan tersebut harus memenuhi tujuan, aturan serta prinsip akuntansi yang berlaku secara umum agar menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi penggunanya, yaitu pihak internal maupun pihak eksternal.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan kepada perusahaan dalam memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam menyusun laporan keuangan, kebebasan tersebut salah satunya yaitu konservatisme. Konsep ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai asset dengan nilai terendah, dan menilai kewajiban dengan nilai tertinggi (Almilia, 2005). Konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang menghasilkan laba

1 Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung. 2 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung.

Page 47: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

44

dan asset cenderung rendah, serta menghasilkan biaya dan utang cenderung tinggi, karena pada dasarnya konservatisme memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Sehingga laba yang dilaporkan cenderung rendah atau understatement (Sari dan Adhariani, 2009).

Di kalangan beberapa peneliti, prinsip konservatisme akuntansi masih dianggap sebagai prinsip yang kontroversial. Di satu sisi, konservatisme akuntansi dianggap sebagai kendala yang akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan, misalnya laba yang dihasilkan dari prinsip ini cenderung bias dan tidak mencerminkan kejadian sebenarnya. Di sisi lain, konservatisme akuntansi bermanfaat untuk menghindari perilaku oportunistik manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media kontrak (Fitriyah, 2007).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan tindakan konservatisme, diantaranya adalah struktur kepemilikan manajerial. Menurut Ross et al., (1999) dalam Tarjo (2002), semakin besar kepemilikan saham manajer dalam perusahaan maka manajer cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham dalam meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dengan cara menerapkan konservatisme akuntansi. Debt covenant merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan yang dilakukan manajer terhadap kepentingan kreditor, seperti pembagian dividen yang berlebihan, atau membiarkan ekuitas di bawah tingkat yang telah ditentukan. Leverage merupakan proksi dari debt covenant. Rasio ini membandingkan antara total utang dan total asset perusahaan (Sunarto, 2004).

Lasdi (2008) menyatakan bahwa leverage merupakan proksi kecenderungan perusahaan untuk melanggar perjanjian utang. Semakin tinggi leverage menunjukkan semakin tinggi terjadinya pelanggaran utang, sehingga semakin kuat insentif untuk menaikkan laba. Perusahaan yang selalu meningkatkan jumlah investasi merupakan perusahaan growth. Perusahaan tersebut akan memilih prinsip konservatisme yang akan menghasilkan laba yang rendah, alasannya karena perusahaan menggunakan dana cadangan untuk meningkatkan investasi dan mengurai laba. Saputro dan Setiawati (2004) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi memiliki motivasi untuk meminimalkan laba.

Risiko litigasi sebagai faktor ekternal yang dapat mendorong manajer untuk melaporkan keuangan perusahaan secara konservatif. Dorongan manajer untuk menerapkan akuntansi konservatif semakin kuat apabila ancaman risiko litigasi pada perusahaan tinggi (Cao dan Narayanamoorthy, 2005; dalam Juanda (2007).

B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Teori yang Mendasari

a. Teori Agensi

Page 48: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi....(Rohim dan Puspita)

45

Jensen dan Meckling (1976) dalam Widayati (2011) teori agensi pada dasarnya merupakan teori yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, yang mana prinsipal mengontrak agen untuk melakukan pengelolaan sumber daya dalam perusahaan dan berkewajiban untuk memberikan imbalan kepada agen sedangkan agen berkewajiban melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dan bertanggungjawab atas tugas yang dibebankan kepadanya.

Hubungan antara prinsipal dan agen dapat mengarah pada kurang lengkapnya informasi (asymmetrical information) karena agen memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan daripada prinsipal (Elqorni, 2009). Dengan informasi yang banyak tersebut agen dapat melakukan tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingannya sendiri. Sedangkan bagi prinsipal, akan sulit untuk mengawasi tindakan yang dilakukan oleh agen karena hanya memiliki sedikit informasi yang didapat.

b. Konservatisme Akuntansi

Menurut FASB Statement of Concept No.2 dalam Sari (2004): “Konservatisme adalah reaksi hati-hati untuk menghadapi ketidakpastian dalam mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko pada situasi bisnis telah dipertimbangkan.” Menurut Wibowo (2002) dalam Widya (2005): “Konservatisme merupakan prinsip yang penting dalam pelaporan keuangan agar pengakuan dan pengukuran asset serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian, karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi oleh ketidakpastian.” Givoly dan Hayn (2000) dalam Lasdi (2008) konservatisme akuntansi sebagai pengakuan awal untuk biaya dan rugi serta menunda pengakuan untuk pendapatan dan untung yang menyebabkan rendahnya laba pada periode berjalan.

c. Struktur kepemilikan manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh manajer atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam teori keagenan, hubungan antara manajer dan pemegang saham dapat digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Dalam hal pengambilan keputusan dan kebijakan dalam perusahaan dengan adanya kepemilikan manajerial, yang manajernya sekaligus pemegang saham tentun akan menyelaraskan kepentingannya sebagai manajer dan pemegang saham. Hal ini berbeda jika manajernya tidak sekaligus sebagai pemegang saham, kemungkinan manajer tersebut akan mementingkan kepentingannya sebagai manajer saja (Christiawan dan Tarigan, 2007).

d. Debt Covenant

Page 49: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

46

Debt covenant merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditor, seperti diveden yang berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan modal dan kekayaan pemilik berada di bawah tingkat yang telah ditentukan. Kontrak ini didasarkan pada teori akuntansi positif, yaitu hipotesis debt covenant yang menyatakan bahwa semakin dekat perusahaan melanggar perjanjian hutang, maka manajer akan memilih prosedur akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan (Sari dan Adhariani, 2009).

Debt covenant dalam penelitian ini diproksikan dengan leverage sesuai yang dilakukan oleh Qiang (2003) dalam Lasdi (2008) memprediksikan bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan asset untuk mengurangi biaya kontrak utang ketika perusahaan memutuskan perjanjian utangnya.

e. Growth Opportunities

Pertumbuhan merupakan elemen yang terjadi dalam siklus perusahaan. Ukuran pertumbuhan dalam perusahaan tergantung dari kegiatan perusahaan. Pengertian pertumbuhan pada umumnya menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan sizenya (Kaliapur dan Trombley, 200; dalam Widya, 2005). Perusahaan dengan growth opportunities yang tinggi memerlukan dana yang besar untuk membiayai pertumbuhan. Oleh karena itu, perusahaan akan selalu mempertahankan earning untuk diinvestasikan kembali pada perusahaan dan mengandalkan pendanaan melalui utang yang lebih besar (Rachmatika, 2006).

Perusahaan yang menganut prinsip konservatisme terdapat suatu cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi, sehingga perusahaan konservatif identik dengan perusahaan yang tumbuh (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Pertumbuhan tersebut dapat dinilai responsif oleh investor sehingga nilai pasar pada perusahaan konservatif lebih besar daripada nilai bukunya sehingga akan menciptakan goodwill. Pasar akan menilai positif atas investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan karena dari investasi yang dilakukan saat ini diharapkan perusahaan akan mendapatkan kenaikan arus kas dimasa depan (Fitriyah, 2007)

f. Risiko Litigasi

Risiko litigasi dapat diartikan sebagai risiko yang melekat pada perusahaan yang mengakibatkan terjadinya ancaman litigasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang merasa dirugikan. Pihak-pihak tersebut meliputi kreditor, investor, dan regulator. Risiko litigasi bisa timbul dari pihak kreditor maupun investor. Dari kreditor, karena perusahaan tidak menjalankan operasinya sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Misalnya, ketidakmampuan perusahaan membayar utang-utang yang telah diberikan kreditor. Dari investor, karena perusahaan menjalankan operasi yang mengakibatkan kerugian bagi pihak investor yang tercermin dari pergerakan harga dan volume saham. Misalnya, menyembunyikan beberapa informasi negatif yang seharusnya dilaporkan (Juanda, 2007).

Page 50: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi....(Rohim dan Puspita)

47

2. Pengembangan Hipotesis

a. Pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap konservatisme akuntansi

Jensen dan Meckling (1976) dalam Wardhani (2008) menyatakan apabila kepemilikan saham manajerial semakain banyak akan menurunkan permasalahan agensi maka akan semakin kuat motivasi mereka untuk bekerja dalam meningkatkan nilai saham perusahaan. Perusahaan menerapkan prinsip akuntansi konservatif apabila kepemilikan manajerial yang semakin tinggi atas saham yang ada dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak hanya mementingkan laba ditonjolkan besar tetapi lebih mementingkan kontinuitas perusahaan jangka panjang sehingga manajer tertarik untuk mengembangkan perusahaan. Sebaliknya, jika kepemilikan manajerial rendah, maka manajer cenderung melaporkan laba yang optimis agar kinerja yang telah mereka capai dinilai baik oleh pemegang saham eksternal dan manajer akan mendapat bonus yang lebih banyak (Suaryana, 2008).

Penelitian Wu (2006), Suaryana (2008) dan Safiq (2010) menyatakan perusahaan yang memiliki persentase kepemilikan manajerial yang tinggi menunjukkan pola yang lebih konservatif dalam pelaporan keuangan. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini dibentuklah hipotesis sebagai berikut:

H1: Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisme akuntansi

b. Pengaruh debt covenant terhadap konservatisme akuntansi

Dalam teori akuntansi positif Watts dan Zimmerman (1986) dalam Widya (2005) menyatakan tiga hipotesis yaitu, bonus plan hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis. Debt covenant hypothesis menyatakan bahwa ketika suatu perusahaan mulai mendekati terjadinya pelanggaran perjanjian hutang, maka manajer akan berusaha untuk menghindari terjadinya perjanjian hutang dengan cara memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Dengan adanya pelanggaran terhadap perjanjian hutang tersebut mengakibatkan timbulnya suatu biaya yang dapat menghambat kerja manajemen, sehingga manajemen berusaha untuk mencegah atau menunda hal tersebut untuk meningkatkan laba.

Debt covenant menjelaskan semakin tinggi jumlah utang yang diperoleh perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan akan menggunakan prosedur yang meningkatkan laba yang dilaporkan (Sari dan Adhariani, 2009). Sehingga penelitian ini memprediksi debt covenant berpengaruh negatif terhadap akuntansi konservatif.

H2: Debt Covenant berpengaruh negatif terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisme akuntansi

c. Pengaruh growth opportunities terhadap konservatisme akuntansi

Page 51: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

48

Konservatisme cenderung dengan perusahaan yang berkembang karena terdapat cadangan tersembunyi yang biasa digunakan untuk investasi, yang mana nilai pasar perusahaan yang konservatif lebih tinggi dari nilai bukunya sehingga terjadi goodwill. Menurut Saputro dan Setiawati (2004) menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi juga memiliki motivasi untuk meminimalkan laba.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widya (2005) menunjukkan bahwa growth opportunities berpengaruh postif terhadap konservatisme akuntansi. Oleh karena itu, penelitian ini memprediksi perusahaan yang tumbuh berpengaruh positif terhadap akuntansi konservatif.

H3: Growth opportunities berpengaruh positif terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisme akuntansi.

d. Pengaruh risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi

Berbagai peraturan dan penegakan hukum yang berlaku dalam lingkungan akuntansi, menuntut manajer untuk lebih mencermati praktik-praktik akuntansi yang akan digunakan agar terhindar dari ancaman ketentuan hukum. Tuntutan tersebut berpotensi menimbulkan litigasi bila perusahaan melakukan pelanggaran sehingga akan semakin mendorong manajer untuk bersikap hati-hati dalam menerapkan akuntansinya (Juanda, 2007) Di negara dengan tingkat litigasi yang tinggi mempunyai tingkat konservatisme yang lebih tinggi di bandingkan negara dengan tingkat litigasi yang rendah. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk merumuskan strategi yang tepat dalam menghadapi lingkungan tersebut (Ball et al., 2000; dalam Lasdi, 2008).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lasdi (2008) menunjukkan bahwa risiko litigasi berpengaruh postif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Dengan demikian risiko litigasi yang semakin besar berpengaruh positif terhadap pilihan perusahaan menggunakan akuntansi konservatif.

H4: Risiko litigasi berpengaruh positif terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisme akuntansi

C. METODE PENELITIAN 1.Variabel Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi. Sedangkan variabel independen: struktur kepemilikan manajerial, debt convenant, growth opportunities, dan risiko litigasi.

a. Variabel Dependen

(i) Konservatisme Akuntansi

Page 52: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi....(Rohim dan Puspita)

49

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi. Konservatisme ini diukur dengan ukuran akrual, konsisten dengan penelitian Givoly dan Hayn (2000). Akrual yang dimaksud merupakan laba bersih yang didapat sebelum depresiasi dan arus kas kegiatan operasi. Semakin besar nilai akrual negatif yang didapat maka semakin konservatif akuntansi yang diterapkan karena konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat pengakuan biaya. Rumus dari proksi konservatisme ini menurut Givoly dan Hyan (2000) dalam Sari 2004 adalah sebagai berikut:

CONACCit = tingkat konservatisme NIit = net income sebelum extraordinary item ditambah depresiasi dan amortisasi. CFOit = cash flow dari kegiatan operasional.

Hasil perhitungan CONACC di atas dikalikan dengan -1, sehingga semakin besar konservatisme ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai CONACC (konservatisme akuntansi dengan ukuran akrual).

b. Variabel Independen

(i) Struktur Kepemilikan Manajerial

Struktur kepemilikan manajerial merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajer dalam suatu perusahaan yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan dan kebijakan (Wahidahwati, 2002). Jadi pihak manajer tidak hanya sebagai pengelola tetapi juga sebagai pemilik. Dalam penelitian ini kepemilikan Manajerial di ukur dengan menggunakan jumlah saham yang dimiliki pihak manajerial dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar.

(ii) Debt Covenant

Variabel debt covenant diproksikan dengan rasio leverage. Leverage merupakan perbandingan total utang terhadap total asset yang dimiliki perusahaan. Proksi debt covenant dalam penelitian ini adalah sama dengan proksi yang digunakan oleh Defond dan Jiambalvo (1994) dalam Lasdi (2008) yaitu rasio leverage (total utang/total aset).

(iii) Growth Opportunities

Page 53: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

50

Pertumbuhan dalam penelitian ini dilihat dari growth opportunities (kesempatan bertumbuh). Collins dan Kothai (1989) dalam Widya (2005) memproksikan growth dengan market to book value equity.

(iv) Risiko Litigasi

Risiko litigasi dapat diartikan sebagai risiko yang melekat pada perusahaan yang mengakibatkan terjadinya ancaman litigasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang merasa telah dirugikan. Pihak-pihak tersebut meliputi kreditor, investor, dan regulator. Penelitian ini mengacu pada Johnson et al., (2001) dan Qiang (2003) dalam Juanda (2007) yang mengukur risiko litigasi dari beberapa indikator yang menimbulkan litigasi. Indikator tersebut berupa (1) beta saham dan perputaran volume saham yang merupakan proksi volatilitas saham; (2) likuiditas dan solvabilitas yang merupakan proksi dari risiko keuangan; (3) ukuran perusahaan yang merupakan proksi dari risiko politik. Adapun tahapan pengukuran risiko litigasi adalah sebagai berikut:

1. Menghitung beta (BETA), perputaran saham (TURNOV), likuiditas (LIK), leverage (LEV), ukuran perusahaan (UKR) dengan rumus:

RETit = α + β RMit + ei

TURNOVit= Rata2 VOLit/LBShit

LIKit = hutang jangka pendek/ asset lancar

LEVit = hutang jangka panjang/total asset

UKRit = LogNatural Total aktiva

Dalam hal ini:

RETit = return saham perusahaan i pada periode t

α = intersep atau return bebas risiko

β = beta saham perusahaan i pada periode t

RMit = return pasar pada periode t

RETKUMit = return kumulatif perusahaan i selama periode n

TURNOVit = turnover atau perputaran volume saham

Rata2 VOLit = rata-rata volume saham

LBShit = jumlah saham beredar

Page 54: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi....(Rohim dan Puspita)

51

LIKit = likuiditas perusahaan i selama periode t

LEVit = leverage perusahaan i selama periode t

UKRit = ukuran perusahaan i selama periode t

Kelima variabel tersebut dikomposit dengan melakukan component factor analysis untuk menentukan nilai dari risiko litigasi.

2. Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2011. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel sesuai kriteria yang ditentukan. Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Alasan diambilnya perusahaan manufaktur karena model akrual tidak cocok untuk perusahaan non manufaktur dan walaupun model akrual cocok dengan data yang digunakan, tetapi terdapat koefisien regresi yang tidak signifikan.

b. Periode laporan keuangan perusahaan berakhir pada 31 Desember.

c. Perusahaan yang data struktur kepemilikan manajerialnya diperoleh.

d. Perusahaan yang memiliki ekuitas bernilai positif.

Berdasarkan kriteria di atas, maka pada penelitian ini di dapatkan sampel yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 35 perusahaan dari tahun 2008-2011, sehingga diperoleh sampel data sebanyak 140.

Tabel 1 Sampel Penelitian

Kriteria Jumlah

Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar berturut-turut di BEI selama tahun 2008-2011

179

Perusahaan yang tidak memiliki struktur kepemilikan manajerial (94)

Perusahaan yang nilai buku ekuitasnya negatif (29)

Perusahaan yang memiliki data outlier (16)

Perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangan fiskal dan auditan yang berakhir pada 31 Desember.

(5)

Jumlah sampel 35

Page 55: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

52

3. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

a. Analisis Regresi linear Berganda

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi yang digunakan adalah:

CONACCit = β0 + β1 SKMi,t - β2 DCi,t + β3 GROWTHi,t + β4 RLi,t + ei,t

Keterangan:

CONACCit : Konservatisme akuntansi diukur dengan ukuran berbasis akrual

β1 β2 β3 β4 : Koefisien regresi variabel independen

β0 : Konstanta

SKi,t : Struktur kepemilikan manajerial perusahaan i pada periode t

DCi,t : Debt covenant perusahaan i pada periode t

GOi,t : Pertumbuhan perusahaan i pada periode t

RLi,t : Risiko litigasi perusahaan i pada periode t

ei,t : Error

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mendapatkan koefisien regresi yang akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau ditolak.

Tabel 2 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 16.945 .369 45.885 .000

SKM -1.465 1.466 -.086 -1.000 .319 .857 1.167

DC .580 .476 .104 1.218 .225 .869 1.151

GO .518 .198 .212 2.616 .010 .962 1.039

RL .177 .073 .202 2.431 .016 .922 1.085

Page 56: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi....(Rohim dan Puspita)

53

c. Pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap konservatisme akuntansi

Hasil pengujian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan manajerial memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,319 > 0.05 dan memiliki arah koefisien negatif. Dengan demikian struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi atau dengan kata lain secara statistis H1 yang menyatakan struktur kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi adalah ditolak, sehingga sebagai implikasinya apabila struktur kepemilikan manajerial meningkat, akan menurunkan konservatisme akuntansi.

Penelitian ini mendukung penelitian Widayati (2011), yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan yang dilakukan Widyaningrum (2008) dan Safiq (2010), yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan dan positif terhadap konservatisme akuntansi, dengan alasan kepemilikan manajerial yang besar di dalam perusahaan dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen. Sehingga permasalahan keagenen tersebut diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

d. Pengaruh debt covenant terhadap konservatisme akuntansi Hasil pengujian menunjukkan bahwa debt covenant memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0,225 > 0.05 dan memiliki arah koefisien positif. Dengan demikian debt covenant tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi atau dengan kata lain secara statistis H2 yang menyatakan debt covenant pengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi adalah ditolak, sehingga sebagai implikasinya apabila debt covenant perusahaan meningkat, akan meningkatkan konservatisme akuntansi.

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah (2007), Sari dan Adhariani (2009), dan Widayati (2011) yang menyatakan bahwa debt covenant tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi, dengan alasan perusahaan dengan hutang yang tinggi belum tentu dianggap sebagai perusahaan yang memiliki konservatisme akuntansi yang tinggi, sebab bisa saja perusahaan tersebut dipercaya oleh kreditur, karena mampu menyelesaikan pembayaran hutangnya. Perusahaan tersebut menggunakan hutangnya untuk tambahan modal atau biaya operasi perusahaan, sehingga bisa menghasilkan laba yang berguna untuk membayar hutang dan tidak melakukan pelanggaran perjanjian hutang. Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan pendangan yang di kemukakan oleh Lasdi (2008) yang menyatakan bahwa debt covenant berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

e. Pengaruh growth opportunities terhadap konservatisme akuntansi

Page 57: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

54

Hasil pengujian menunjukkan bahwa growth opportunities memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.010 < 0.05 dan memiliki arah koefisien positif. Dengan demikian growth opportunities berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi atau dengan kata lain H3 yang menyatakan growth opportunities memiliki pengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi adalah diterima, sehingga sebagai implikasinya apabila growth opportunities meningkat, akan meningkatkan konservatisme akuntansi.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Widya (2005), dimana Widya menemukan bahwa growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi, yaitu pada perusahaan yang menggunakan prinsip akuntansi konservatif terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang tumbuh. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah (2007) dan Widayati (2011) yang menunjukkan bahwa growth opportunities tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

f. Pengaruh Risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi

Hasil pengujian menunjukkan bahwa risiko litigasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.016 < 0.05 dan memiliki arah koefisien positif. Dengan demikian risiko litigasi berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi atau dengan kata lain secara statistis H4 yang menyatakan risiko litigasi pengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi adalah diterima, sehingga sebagai implikasinya apabila risiko litigasi perusahaan meningkat, akan meningkatkan konservatisme akuntansi.

Hasil ini juga mendukung penelitian Lasdi (2008), yang menyatakan risiko ligitasi tinggi berpengaruh singnifikan terhadap konservatisme akuntansi. Risiko litigasi merupakan risiko perusahaan berkaitan dengan kemungkinan perusahaan tersebut mengalami litigasi oleh investor dan kreditor sehingga mampu menjadi faktor pendorong terciptanya laporan keuangan konservatif. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Juanda (2007), yang menyatakan risiko litigasi tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

E. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

1. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan manajerial, debt covenant, growth opportunities, dan risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008-2011. Berikut adalah simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini:

a. Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.

b. Hasil penelitian membuktikan bahwa debt covenant tidak berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.

Page 58: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi....(Rohim dan Puspita)

55

c. Hasil penelitian membuktikan bahwa growth opportunities berpengaruh positif konservatisme akuntansi.

d. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistis risiko litigasi berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi litigasi.

2. Keterbatasan

a. Periode waktu penelitian yang hanya berkisar antara tahun 2008-2011. b. Pengukuran untuk variabel konservatisme hanya menggunakan satu ukuran

saja yaitu earning accrual. c. Hanya menggunakan perusahaan dengan ekuitas positif.

3. Saran

a. Berdasarkan hasil regresi, besarnya nilai Adjusted R Square sebesar 0.119. Hal ini berarti bahwa 11.9% konservatisme akuntansi dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen struktur kepemilikan manajerial, debt covenant, growth opportunities, dan risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi. Sedangkan sisanya sebesar 88.1% merupakan pengaruh dari variabel bebas lainnya yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah atau mengganti dengan variabel bebas lainnya yang lebih spesifik dan memiliki kombinasi yang lebih tepat yang diduga berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, misalnya ukuran perusahaan, tingkat kesulitan keuangan, political cost, dan pertumbuhan penjualan.

b. Penelitian ini hanya menggunakan earning accrual untuk mengukur konservatisme akuntansi. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan ukuran lain dalam mengukur konservatisme akuntansi, seperti earnings/stock returns relation measure dan net asset measure.

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, L. Spica. 2005. Pengujian Size Hyphothesis dan Debt/Equity Hyphotesis yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisma Laporan Keuangan dengan Tehnik Analisis Multinominal Logit. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 7, No.1:1-9.

Christiawan, Jogi Julius dan Tarigan, Josua. 2007. Kepemilikan Manajerial, Kebijakan. Hutang, Kinerja Dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Keuangan.Vol. 9, No.1:1-8.

Dewi, A. A. A. Ratna. 2004. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan Terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 No. 2, Mei: 207-223.

Elqorni, Ahmad. 2009. Mengenal Teori Keagenan. Artikel di akses tanggal 26 Februari 2009.

Page 59: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

56

Fitriyah, Nur. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Market to book value of equity, dan Struktur kepemilikan Terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro (BPUD). Semarang

Givoly, and Carla Hyan. 2000. The Changing Time Series Properties of Earnings, Cash Flows and Accruals: Has Financial Accounting Become More Conservative?. Journal of Accounting and Economic Vol.29: 287-320.

Juanda, Ahmad. 2007. Pengaruh Risisko Litigasi dan Tipe Strategi terhadap Hubungan Antara Konflik Kepentingan dan Konservatisme Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar.

Lasdi, Lodovicus. 2008. Pengujian Determinan Konservatisme Akuntansi. Jurnal Akuntansi Kontemporer, Januari 2009, 1-20.

Mayangsari, Sekar dan Wilopo. 2002. Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham Ohlson (1996). Simposium Nasional Akuntansi IV: 685-708.

Rachmatika, Dian. 2006. Analisis Pengaruh Beta Saham, Growth Opportunities, Return On Asset dan Debt To Equity Ratio Terhadap Return Saham. Tesis, Fakultas Ekonomi. Universitas diponegoro. Semarang.

Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.

Safiq, Muhamad. 2010. Kepemilikan Manajerial, Konservatisme Akuntansi, dan Cost of Debt. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Saputro, J. A. dan L. Setiawati. 2004. Kesempatan Bertumbuh dan Manajemen Laba: Uji Hipotesis Political Cost. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7, No. 2, p. 251-263.

Sari, Cynthia dan Desi Adhariani. 2009. Konservatisme Akuntansi dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.

Sari, Dahlia. 2004. Hubungan antara Konservatisme Akuntansi dengan Konflik Bondholders-Shareholders Seputar Kebijakan Dividen dan Peringkat Obligasi Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar: 1043-1058.

Suaryana, Agung. 2008. Pengaruh Konservatisme Laba terhadap Koefisien Respon Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 3 No. 1.

Sunarto. 2004. Pengaruh rasio profitabilitas dan leverage terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEJ. Jurnal Stie Stikubank Semarang, hal. 63-81.

Tarjo. 2002. Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Mempublik di Indonesia. Tesis S2 Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Page 60: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi....(Rohim dan Puspita)

57

Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepimilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.5 No.1, hlm. 1-16.

Wardhani, Ratna. 2007. Tingkat Konservatisme Akuntansi Di Indonesia dan Hubungannya Dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance. Hibah Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Watts, Rose L. 2003. Conservatism in Accounting Part II: Evidence and Research Opportunities. Accounting Horizon. Vol.17, No. 4: 287-301. http://www.ssrn.com.

Wibowo, Joko. 2002. Implikasi Konservatisme dalam Hubungan Laba-Return dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Tesis S2. Program Magister Sains. UGM. Yogyakarta.

Widayati, Endah. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Konservatisma Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Widya. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar: 709-724.

Widyaningrum. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage dan Risiko Litigasi Terhadap Konservatisme Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 61: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

58

Bagian ini sengaja dikosongkan

Page 62: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

59

PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD BERDASARKAN PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE PADA

PERUSAHAAN DI PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2012

Dara Inda Soraya1

Retno Yuni Nur Susilowati2

ABSTRACT

This study aims to detect financial statement fraud based on the analysis of fraud triangle. According to Cressey theory, there are three conditions that are always present in the acts of fraud that pressure, opportunity, and rationalization known as the fraud triangle. Based on the theory of Cressey’s fraud triangle, researchers developed a variable that can be used in detecting fraud, ie inneffective monitoring, external pressure, financial stability, financial targets and personal financial need.

The population in this study is all companies listed in 2010-2012 in Indonesia Stock Exchange (IDX). Companies that were sampled 12 companies and the number of observations made during the years 2010-2012 was 36 observation items. Data were analyzed using logistic regression analysis with SPSS 17.0 software. Statistical tests showed that the variables empirically innefective monitoring, external pressure, financial targets, and personal financial need on the financial statements fraud and financial stability has no effect on financial statement fraud.

Keywords: Financial statement, Fraud Triangle, Pressure, Opportunity, Rationalization.

A. PENDAHULUAN

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2009) laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan merupakan salah satu informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik, serta sebagai jendela informasi yang memungkinkan pihak-pihak di luar manajemen mendapatkan informasi tentang perusahaan. Bagi pihak-pihak di luar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan pada suatu masa pelaporan. Meskipun memiliki keterbatasan, penggunaan laporan keuangan untuk berbagai kepentingan, baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan selama ini tetap diperlukan.

1 Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung. 2 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung.

Page 63: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

60

Penerbitan laporan keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan. Pelaporan keuangan bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Tujuan umum laporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi (Ghozali dan Chariri, 2007).

Dalam bisnis yang makin kompetitif, informasi yang termuat dalam laporan tahunan juga sangat penting dalam mengefisiensikan pengalokasian dana investasi untuk pemakaian yang paling produktif (Ghozali dan Chairi, 2007). Oleh karena itu, para pelaku bisnis harus dapat memberikan informasi yang akurat dan relevan serta terbebas dari adanya kecurangan yang akan sangat menyesatkan para pengguna laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, tidak seluruh pelaku bisnis menyadari pentingnya laporan keuangan yang bersih dan terbebas dari kecurangan (Ema, 2009).

Penelitian ini melakukan penelitian kembali tentang pengaruh komponen fraud triangle terhadap financial statement fraud. Penelitian yang akan dilakukan merupakan pembuktian dari penelitian yang dilakukan Kurniawati (2009). Perbedaan dari penelitian sebelumnya yang pertama, Penulis memperpanjang tahun pengamatan menjadi 3 Tahun penelitian yang dilakukan pada periode terbaru dengan harapan hasil penelitian ini menjadi lebih aktual dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, dengan seluruh perusahaan manufaktur yang go public yang akan menjadi populasi penelitian ini, perbedaan selanjutnya adalah penulis menambahkan variabel Personal Financial Need sebagai variable yang diduga mempengaruhi kecurangan dalam laporan keuangan, alasan penulis memilih financial statement fraud menjadi tema dalam penelitian ini karena financial statement fraud yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi skandal besar yang merugikan banyak pihak.

B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Teori-Teori

a. Agency Theory

Hubungan antara prinsipal dan agen dapat dijelaskan dengan teori keagenan, Wolk at al. (2000) dalam karsana dan supriyadi (2004) menjelaskan bahwa teori keagenan menyusun perusahaan sebagai nexus hubungan agensi dan memahami perilaku organisasional melalui pengujian bagaimana pihak-pihak yang berhubungan dengan agensi dalam perusahaan dapat memaksimalisasi utilitas yang dimiliki.

Dalam perusahaan yang telah go publik, agency relationship dicerminkan oleh hubungan antara investor dan manajemen perusahaan, baik board of directors maupun board of commisioners. Persoalanya adalah antara kedua belah pihak tesebut seringkali terjadi perbedaan kepentingan. Perbedaan tersebut

Page 64: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pendeteksian Financial Statement Fraud....(Soraya dan Susilowati)

61

mengakibatkan keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan kurang mengakomodisir kepentingan pihak pemegang saham. Hal inilah yang sering disebut agency problem (masalah keagenan) Lia Sari (2011).

Dalam manajemen keuangan, tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Untuk itu maka manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham, tetapi ternyata sering ada konflik antara manajer dan pemegang saham. Konflik ini disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan manajer dan pemegang saham. Manajer perusahaan mempunyai kecendrungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain.

b. Fraud

Fraud telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh para praktisi dan akademisi (Nguyen, 2008). Berikut ini disajikan definisi fraud dari berbagai sudut pandang yang berbeda, Hani dan Mukhlasin (2008) mendefinisikan fraud sebagai kecurangan terjadi ketika salah saji dibuat dalam suatu keadaan yang mengetahui bahwa hal itu adalah suatu kepalsuan dan dilakukan dengan maksud untuk melakukan kecurangan. Sedangkan menurut Statement of Auditing Standards No.99 Fraud didefinisikan sebagai tindak kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit.

Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) di atas, maka dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Menurut Binbangkum (n.d.) secara umum, unsur-unsur dari kecurangan adalah:

(i) harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);

(ii) dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present);

(iii) fakta bersifat material (material fact);

(iv) dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan;

(v) dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;

(vi) pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan

Earning management (manajemen laba) memiliki cakupan yang lebih luas daripada income smoothing (perataan laba), karena manajemen percaya bahwa reaksi pasar didasarkan pada pengungkapan informasi akuntansi sehingga perilaku laba merupakan aspek penentuan risiko pasar entitas usaha. Berdasarkan pengertian di atas dapat dilihat bahwa fraud terdiri dari bermacam jenis, dilihat dari pelaku, korban serta tindakan fraud yang dilakukan. Kerwin (dalam Nguyen, 2008), menyatakan bahwa financial statement fraud merupakan pemalsuan yang sengaja dilakukan oleh manajemen kepada investor dan kreditor dengan menyesatkan informasi yang material pada laporan keuangan. Oleh sebab itu, financial statement

Page 65: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

62

fraud termasuk bagian dari management fraud karena terjadi atas persetujuan atau sepengetahuan manajemen (Rezaee, 2002).

c. Fraud Triangle Theory

Fraud triangle theory merupakan suatu gagasan yang meneliti tentang penyebab terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama kali diciptakan oleh Donald R. ressey (1953) yang dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan. Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud (Skousen et al., 2009):

(i) Pressure (Tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan hal keuangan maupun non keuangan, tekanan dalam penelitian ini diproksikan oleh External Pressure, Personal Financial Need dan Financial Target.

(ii) Opportunity (Peluang), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Peluang dalam penelitian ini diproksikan oleh Ineffective Monitoring

(iii) Rationalization (Rasionalisasi), yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisasi dalam penelitian ini diproksikan oleh Financial Stability.

Ketiga hal di tersebut digambarkan dalam gambar berikut ini:

Gambar 1 Fraud Triangle

Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Skousen et al., 2009

Page 66: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pendeteksian Financial Statement Fraud....(Soraya dan Susilowati)

63

Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud (Skousen et al., 2009): Pressure (Tekanan), yaitu adanya insentif / tekanan / kebutuhan untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non keuangan, tekanan dalam penelitian ini diproksikan oleh External Pressure, Personal Financial Need dan Financial Target. Opportunity (Peluang), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Peluang dalam penelitian ini diproksikan oleh Ineffective Monitoring. Rationalization (Rasionalisasi), yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisasi dalam penelitian ini diproksikan oleh Financial Stability.

2. Pengembangan Hipotesis Penelitian

a. Pengaruh Innefektif Monitoring Terhadap Financial Statement Fraud

Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain. Dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargan. Dalam hal ini dewan Komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi dengan pihak ketiga.

Oleh karena itu, terhadap financial statement fraud, merupakan alat yang sangat berguna bagi board of directors (terutama komisaris independen) dalam menjalankan fungsi mereka sebagai pengembalian keputusan dan pihak yang memonitor manajemen. Board of directors yang kuat (board of directors yang didominasi oleh komisaris independen) akan mensyaratkan informasi yang lebih berkualitas, sehingga mereka akan cenderung menghindari financial statement fraud. Di lain pihak, board of directors yang didominasi oleh pihak internal atau board of directors yang memiliki Innefektif Monitoring yang tinggi akan memberikan kesempatan lebih besar manajer untuk melakukan financial statement fraud secara bebas.

H1: Innefektif monitoring berpengaruh negatif terhadap financial statement fraud

b. Pengaruh External Pressure Terhadap Financial Statement Fraud

External Pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Untuk mengatasi tekanan tersebut perusahaan membutuhkan tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran pembangunan atau modal (Skousen et al., 2009). Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan investasi (Skousen et al, 2009). Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang

Page 67: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

64

dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan, Rasio arus kas bebas merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi sehingga dimungkinkan terjadinya kecurangan financial yang lebih besar peluangnya.

H2: External pressure berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.

c. Pengaruh Financial Stability Terhadap Financial Statement Fraud

Dalam hal pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan financial statement fraud (earnings management) untuk membingungkan pemilik atau pemegang saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan melihat dari laporan keuangan perusahaan, dimana pemilik atau pemegang saham akan sulit mengetahui yang sebenarnya terjadi di dalam perusahaan melalui data atau angka-angka yang tersaji dalam laporan keuangan. Penilaian mengenai kestabilan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari bagaimana keadaan asetnya. Ghozali dan Chariri (2007) mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu.

Perusahaan berusaha untuk meningkatkan outlook perusahaan yang baik salah satunya dengan memanipulasi informasi kekayaan aset yang dimilikinya. Bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et al., 2009). Oleh karena itu, rasio perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel financial stability. Semakin tinggi total aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan kekayaan yang dimiliki semakin banyak. Total asset menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset. Konsisten dengan pengertian tersebut maka adanya dugaan bahwa Financial stability berpengaruh terhadap financial statement fraud.

H3: Financial stability berpengaruh positif terhadap financial statement fraud

d. Pengaruh financial Targets Terhadap Financial Statement Fraud

Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah ROA. Perbandingan laba tehadap jumlah aset (ROA) adalah ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja. ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain. Oleh karena itu, terhadap financial statement fraud ROA diduga cenderung dapat meningkatkan hal tersebut.

Analisis Return on Asset (ROA) atau sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan perusahaan

Page 68: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pendeteksian Financial Statement Fraud....(Soraya dan Susilowati)

65

menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang. Oleh karena itu, semakin tinggi ROA yang ditargetkan perusahaan maka semakin rentan perusahaan akan cenderung melakukan Fraud yang merupakan salah satu bentuk kecurangan laporan keuangan.

H4: Financial targets berpengaruh positif terhadap financial statement fraud

e. Pengaruh Personal Financial Need Terhadap Financial Statement Fraud

Kondisi dimana sebagian saham dimiliki oleh manajer, direktur, maupun komisaris perusahaan, secara otomatis akan mempengaruhi kondisi finansial perusahaan, keadaan yang tidak seimbang dengan kepemilikan orang dalam akan menyebabkan komisaris mengalami kesulitan dalam berdiskusi dengan dewan direksi dan mengawasi kinerja perusahaan. Dewan komisaris akan lebih menginginkan penerapan laporan pengungkapan yang lengkap untuk mencegah perilaku yang menyimpang dari direksi dan manajer. Menurut Klein (dalam Ahmed dan Duellman, 2007) kepemilikan sebagian saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaporan keuangan.

Kepemilikan saham yang lebih besar dimiliki oleh orang dalam akan menyebabkan tugas setiap anggota dewan komisaris menjadi lebih khusus karena terdapat komite-komite yang lebih khusus dalam mengawasi perusahaan. Spesialisasi yang lebih besar tersebut dapat menunjukkan pengawasan yang lebih efektif. Sehingga semakin besar ukuran Personal financial need maka semakin besar kekuatan dari dewan komisaris dalam melakukan pengawasan sehingga kecenderungan para manajer atau direksi melakukan financial statement fraud akan lebih kecil.

H5: Personal financial need berpengaruh positif terhadap financial statement fraud

3. Penelitian Terdahulu

Listiana Norbarani (2012) melakukan penelitian terhadap perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2009-2010, dengan judul ―Pendeteksian kecurangan laporan Keuangan dengan analisis fraud Triangle yang diadopsi dalam SAS No.99 ―.Variabel bebas yang diduga sebagai indicator financial statement fraud adalah financial stability yang diukur menggunakan rasio perubahan total asset, external pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas, personal financial need yang diproksikan dengan rasio kepemilikan saham oleh orang dalam, financial targets yang diproksikan dengan return on asset,.

Hasil penelitian dengan menggunakan Alat analisis Regresi linier berganda sebagai alat perhitungannya membuktikan bahwa bahwa variabel external pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas memiliki hubungan negatif dengan financial statement fraud. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel financial targets yang

Page 69: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

66

diproksikan dengan return on ssset memiliki hubungan positif dengan financial statement fraud. Penelitian ini tidak membuktikan bahwa variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset, variabel personal financial need yang diproksikan dengan rasio kepemilikan saham oleh orang dalam.

Ema Kurniawati (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam perfekstif Fraud Triangle, Penelitian ini dilakukan terhadap 16 perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor makanan dan minuman dengan periode penelitian 2007-2008 dengan 32 observasi item laporan keuangan, Alat analisis dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda sebagai alat perhitungannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel external pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel financial targets yang diproksikan dengan return on asset berpengaruh terhadap financial statement fraud. Penelitian ini juga membuktikan bahwa variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total asset berpengaruh terhadap financial statement fraud, dan variabel innefective monitoring yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris independen memiliki pengaruh terhadap financial statement fraud.

C. METODE PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian ditinjau dari alat analisis yang digunakan dalam dikategorikan ke dalam jenis penelitian korelasional (correlational study) (Sekaran, 2003:126). Penelitian korelasional ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari suatu variabel atau lebih terhadap variabel lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun 2010-2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiono, 2007). Dalam penelitian ini perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan Purposive Sampling (kriteria yang dikehendaki). Penentuan kriteria diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam melakukan interpretasi data dalam penentuan sampel penelitian yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil analisis.

2. Desain Penelitian

Komponen fraud triangle tidak dapat diteliti secara langsung maka harus mengembangkan variabel dan proksi untuk mengukurnya, variabel independen yang dapat digunakan dalam mendeteksi fraud triangle dalam penelitian ini antara lain. Berikut adalah gambar yang menunjukan kerangka pikir dalam penelitian ini:

Page 70: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pendeteksian Financial Statement Fraud....(Soraya dan Susilowati)

67

Gambar 2 Model Penelitian

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi financial statement fraud Dalam Perspektif Fraud Triangle

Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud (Skousen et al., 2009): Pressure (Tekanan), yaitu adanya insentif / tekanan / kebutuhan untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non keuangan, tekanan dalam penelitian ini diproksikan oleh External Pressure, Personal Financial Need dan Financial Target. Opportunity (Peluang), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi.

Peluang dalam penelitian ini diproksikan oleh Ineffective Monitoring. Rationalization (Rasionalisasi), yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisasi dalam penelitian ini diproksikan oleh Financial Stability.

3. Operasional Variabel Penelitian

a. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial statement fraud. Perusahaan dikatakan melakukan kecurangan apabila melakukan transaksi yang mengandung unsur salah saji laporan keuangan, penyalahgunaan aset dan korupsi (co: suap dan pemberian illegal). Dalam Undang-Undang, hal itu diatur dalam Undang-Undang no. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Perusahaan dalam kategori ini dapat dilihat pada annual report Bapepam.

Pada annual report Bapepam, terdapat bagian tinjauan operasional yang didalamnya terbagi menjadi beberapa bagian dan salah satu bagian tersebut adalah

Financial

Statement

Fraud

Pressure: - External Preasure

- Financial Target

- Personal Financial need

Opportunity:

- Innefektif Monitoring

Rationalization - Financial Stability

Page 71: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

68

perundang-undangan, bantuan hukum, dan litigasi. Pada bagian itulah terdapat daftar perusahaan yang terkena sanksi oleh Bapepam. Contohnya adalah terjadi manipulasi perdagangan saham dan salah saji laporan keuangan. Perusahaan yang terbukti melakukan fraud akan diberi skor 1 dan yang tidak terbukti melakukan fraud akan diberi skor 0.

b. Variabel independen

(i) In-efektif Monitoring

Pengukuran Innefektif Monitoring ini dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan komisaris independen kemudian dibagi dengan jumlah komisaris (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Informasi mengenai jumlah komisaris independen diperoleh dari laporan tahunan perusahaan dan dari pengumuman yang dikeluarkan oleh BEI.

(ii) External Pressure

Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan investasi (Skousen et al., 2009). Oleh karena itu external pressure pada penelitian ini diproksikan dengan rasio arus kas bebas (FREEC). Rasio arus kas bebas (FREEC) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. FREEC lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan tidak terikat dengan harga saham (Skousen et al, 2009).

(iii) Financial Stability

Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Penilaian mengenai kestabilan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari bagaimana keadaan asetnya. Ghozali dan Chariri (2007) mendefinisi aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Total asset menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Total aset meliputi asset lancar dan aset tidak lancar.

(iv) Financial Target

Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan seringkali mematok besaran tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut, kondisi inilah yang dinamakan financial targets (Skousen et al, 2009). Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah return on assets. ROA (salah satu ukuran profitabilitas) juga merupakan ukuran efektifitas perusahaan

Page 72: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pendeteksian Financial Statement Fraud....(Soraya dan Susilowati)

69

dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, semakin besar return yang didapat menimbulkan kecenderungan kecurangan dalam laporan keuangan yang semakin tinggi.

(v) Personal Financial Need

Kepemilikan saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaporan keuangan (Skousen et al., 2009).

4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif (dalam skala angka) dengan alat analisis logistik regresi, dengan harapan bahwa hasil yang akan diperoleh lebih akurat dan baik. Analisis logistik regresi dibutuhkan untuk mengungkap probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi oleh variabel independen

a. Pengujian Kelayakan Model (Goodness of Fit)

(i) Uji Hosmer and Lemeshow

Pengujian tidak adanya perbedaan antara prediksi dan observasi ini dilakukan dengan uji Hosmer Lemeshow dengan pendekatan metode Chi square. Hasil pengujian kesamaan prediksi model regresi logistik dengan data hasil observasi yang diperoleh dari nilai chi square sebesar 5,642 dengan nilai signifikan sebesar 0,604. Dengan nilai signifikan yang lebih besar dari 0,05 maka tidak diperoleh adanya perbedaan antara prediksi model regresi logistik dengan data hasil observasi. Hal ini berarti bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model diterima karena model sesuai dengan hasil observasinya.

(ii) Pengujian Keseluruhan Model

Pengujian overall model fit ini dilakukan dengan menggunakan pengujian terhadap nilai –2 log likelihood. Nilai –2 log likelihood yang rendah menunjukkan bahwa model akan semakin fit. Nilai –2 log likelihood akhir diperoleh nilai -2 log likelihood sebesar 38,030. Hal ini memungkinkan adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari Cox & Snell R Square dengan nilai yang bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai dari Nagelkerke R Square sebesar 0,775, hal ini berarti 77,50% Kecurangan Laporan Keuangan dapat dipengaruhi oleh Innefektif Monitoring, External Pressure, Financial Stability, Financial Target dan Personal Financial need tahun sebelumnya sedangkan sisanya sebesar 22,50% dipengaruhi oleh variable lain diluar penelitian ini.

Page 73: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

70

5. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Logistik Regresi

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif (dalam skala angka) dengan alat analisis logistik regresi, dengan harapan bahwa hasil yang akan diperoleh lebih akurat dan baik. Analisis logistik regresi dibutuhkan untuk mengungkap probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi oleh variabel independen.

Pendekatan ini menggunakan simbol ―1‖ untuk perusahaan yang terbukti melakukan kecurangan laporan keuangan dan ―0‖ untuk perusahaan yang tidak melakukan kecurangan laporan keuangan. Selanjutnya pengujian akan dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik. Berdasarkan rumusan masalah dan model penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka model penelitian yang dibentuk adalah sebagai berikut :

FRAUD= b0+b1BDOUT+ b2FREEC+ b3ACHANGE+b4ROA+b5OSHIP Keterangan : FRAUD : Perusahaan yang terbukti melakukan kecurangan laporan

keuangan / yang tidak melakukan kecurangan laporan keuangan BDOUT : Innefektif Monitoring FREEC : External Preasure ACHANGE : Financial Stability ROA : Financial Target OSHIP : Personal Financial need

D. PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel-variabel dalam penelitian, antara lain minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi. Hasil analisis deskriptif disajikan dalam tabel berikut.

Page 74: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pendeteksian Financial Statement Fraud....(Soraya dan Susilowati)

71

Tabel 1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

36 .00 1.00 .7778 .42164

36 .30 .50 .3713 .06443

36 -.08 .27 .1110 .08359

36 -.22 .38 .1161 .11039

36 .00 .32 .0789 .06012

36 .00 .26 .0940 .10644

36

FRAUD

BDOUT

FREEC

ACHANGE

ROA

OSHIP

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Dev iation

Tabel 1. menyajikan statistik deskriptif yang meliputi nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan deviasi standar. Nilai minimum (maksimum) untuk proporsi FRAUD adalah 0 (1), dan rata-rata (deviasi standar) FRAUD adalah 0,7778 (0,42164). Nilai minimum (maksimum) untuk BDOUT adalah 0,30 (0,50), dan rata-rata (deviasi standar) BDOUT adalah 0,3713 (0,6443). Nilai minimum (maksimum) untuk FREEC adalah -0,08 (0,27), dan rata-rata (deviasi standar) FREEC adalah 0,1110 (0,8359). Nilai minimum (maksimum) untuk ACHANGE adalah -0,22 (0,38), dan rata-rata (deviasi standar) ACHANGE adalah 0,1161 (0,11039). Nilai minimum (maksimum) untuk ROA adalah 0,00 (0,32), dan rata-rata (deviasi standar) ROA adalah 0,0789 (0,6012). Nilai minimum (maksimum) untuk OSHIP adalah 0,00 (0,26), dan rata-rata (deviasi standar) OSHIP adalah 0,0940 (0,10644).

Hasil analisis deskriptif ini terlihat bahwa dari keseluruhan variabel, hanya variabel ACHANGE mempunyai nilai minimum yang terbesar dengan nilai minimum -0,22 dan variabel ACHANGE juga merupakan variabel dengan penyimpangan data yang tinggi, dikarenakan nilai deviasi standarnya lebih tinggi daripada mean. Dimana rata-rata ACHANGE selama periode pengamatan sebesar 0,1256 dengan deviasi standar sebesar 0,12906. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai SD lebih besar daripada rata-rata ACHANGE yang menunjukkan bahwa data variabel ACHANGE mengindikasikan hasil yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan standart deviation yang mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut cukup tinggi karena lebih besar daripada nilai rata-ratanya.

Page 75: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

72

2. Pengujian Hipotesis dan Interpretasi Hasil

Tabel 2

Uji Logistik

Variables in the Equation

-12.004 7.526 5.899 1 .029 .000

6.330 5.959 4.528 1 .047 75.940

-8.664 4.487 3.628 1 .057 .000

4.517 6.090 4.764 1 .031 6751.227

21.817 7.819 6.388 1 .011 6E+010

4.050 2.727 2.205 1 .138 57.383

BDOUT

FREEC

ACHANGE

ROA

OSHIP

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: BDOUT, FREEC, ACHANGE, ROA, OSHIP.a.

Tabel 2 menunjukan hasil pengujian parsial dengan menggunakan alat analisis regresi logistik, Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dari ke-lima variabel bebas, hanya variabel ACHANGE yang mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Selain variabel ACHANGE, keseluruhan variabel mempunyai nilai signifikansi kurang dari 0,05. Dengan demikian, pada α= 5%, innefektif monitoring (BDOUT), external pressure (FREEC), financial targets (ROA) dan personal financial need (OSHIP) secara statistik dan secara individual berpengaruh terhadap financial statement fraud sedangkan variabel financial stability tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

a. Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Innefektif Monitoring Terhadap Financial Statement Fraud

Berdasarkan hasil pengujian innefektif monitoring (BDOUT) ini dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan komisaris independen kemudian dibagi dengan jumlah komisaris terhadap terjadinya financial statement fraud, dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel BDOUT yang berada di bawah 0,05 serta nilai konstanta yang negatif menunjukan bahwa variabel innefektif monitoring mempunyai pengaruh negatif terhadap terjadinya financial statement fraud oleh karena itu, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa ―innefektif monitoring berpengaruh negatif terhadap financial statement fraud‖ diterima.

Board of directors yang kuat (board of directors yang didominasi oleh komisaris independen) akan mensyaratkan informasi yang lebih berkualitas, sehingga mereka akan cenderung menghindari financial statement fraud. Di lain pihak, board of directors yang didominasi oleh pihak internal atau board of directors yang memiliki innefektif monitoring yang tinggi akan memberikan kesempatan lebih besar manajer untuk melakukan financial statement fraud secara bebas. Hasil penelitian yang singnifikan innefektif monitoring pada perusahaan dapat mempengaruhi tingkat fraud karena pada hasil perhitungan bernilai negative artinya innefektif monitoring mempunyai pengaruh yang negatif terhadap financial statement fraud, jika innefektif monitoring meningkat maka secara statistik financial statement fraud dapat berkurang.

Page 76: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pendeteksian Financial Statement Fraud....(Soraya dan Susilowati)

73

b. Hasil Uji Hipotesis Pengaruh External Pressure terhadap Financial Statement Fraud

Berdasarkan hasil pengujian external pressure (FREEC) ini dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan komisaris independen kemudian dibagi dengan jumlah komisaris terhadap terjadinya financial statement fraud, dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel FREEC lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa variabel external pressure mempunyai pengaruh terhadap terjadinya financial statement fraud oleh karena itu, hipotesis ke-dua yang menyatakan bahwa ―External pressure berpengaruh positif terhadap financial statement fraud‖ diterima.

External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga, untuk mengatasi tekanan tersebut perusahaan membutuhkan tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran pembangunan atau modal (Skousen et al., 2009). Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan investasi (Skousen et al, 2009).

Rasio arus kas bebas merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi sehingga dimungkinkan terjadinya kecurangan financial yang lebih besar peluangnya, Tekanan bagi sebagian orang bisa juga sebagai motivasi untuk bekerja lebih baik, terus berupaya dengan jalan yang sesuai aturan dan tidak melanggar seperti dengan memanipulasi laporan keuangan untuk mendapatkan investor.

c. Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Financial Stability terhadap Financial Statement Fraud

Berdasarkan hasil pengujian financial stability (ACHANGE) yang diproksikan dengan rasio perubahan aset terhadap terjadinya Financial statement fraud, dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel ACHANGE yang berada di atas 0,05 menunjukan bahwa variabel financial stability tidak mempunyai pengaruh terhadap terjadinya financial statement fraud oleh karena itu, hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa ―financial stability berpengaruh positif terhadap financial statement fraud‖ ditolak.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Norbarani (2012) yang menunjukan bahwa variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total asset tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. Hasil penelitian ini juga menunjukkan berapapun perubahan total aset yang dimiliki perusahaan tidak mempengaruhi fraud yang akan terjadi. Sejalan dengan hasil yang tidak signifikan pada hasil penelitian variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud. Nilai ini memiliki pengertian bahwa apabila apabila aset perusahaan meningkat hal tersebut menyebabkan beberapa kemungkinan.

Page 77: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

74

Salah satu kemungkinannya adalah perusahaan berusaha untuk meningkatkan outlook perusahaan yang baik salah satunya dengan memanipulasi informasi kekayaan aset yang dimilikinya. Perusahaan memanipulasi informasi kekayaan aset mengikuti peraturan yang ada dan berusaha menghindari kecurangan dalam laporan keuangan hal ini terbukti oleh hasil penelitian. Meskipun hasil yang ada tidak berpengaruh, tetapi nilai konstanta yang negatif mempunyai arti bahwa semakin besar asset perusahaan maka semakin kecil fraud terjadi, selanjutnya hal tersebut tidak mempengaruhi financial Statement Fraud yang akan terjadi.

d. Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Financial Target terhadap Financial Statement Fraud

Berdasarkan hasil pengujian financial target (ROA) yang diproksikan dengan return on assets terhadap terjadinya financial statement fraud, dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel ROA lebih besar dari 0,05 menunjukan bahwa variabel financial target mempunyai pengaruh terhadap terjadinya financial statement fraud oleh karena itu, hipotesis keempat yang menyatakan bahwa ―financial target berpengaruh positif terhadap financial statement fraud‖ diterima.

Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah ROA. Perbandingan laba tehadap jumlah aktiva (ROA) merupakan ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja. Oleh karena itu, terhadap financial statement fraud ROA diduga cenderung dapat meningkatkan hal tersebut. Oleh karena itu, semakin tinggi ROA yang ditargetkan perusahaan maka semakin rentan perusahaan akan cenderung melakukan Fraud yang merupakan salah satu bentuk kecurangan laporan keuangan.

e. Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Personal Financial Need terhadap Financial Statement Fraud

Berdasarkan hasil pengujian personal financial need (OSHIP) yang diproksikan dengan rasio kepemilikan saham orang dalam terhadap terjadinya financial statement fraud, dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel OSHIP yang berada di bawah 0,05 serta nilai konstanta yang positif menunjukan bahwa variabel personal financial need mempunyai pengaruh positif terhadap terjadinya financial statement fraud, Maka, hipotesis kelima yang menyatakan bahwa ―Personal financial need berpengaruh positif terhadap financial statement fraud‖ diterima.

Kondisi dimana sebagian saham dimiliki oleh manajer dan direktur, secara otomatis akan mempengaruhi kondisi finansial perusahaan, keadaan yang tidak seimbang dengan kepemilikan orang dalam akan menyebabkan komisaris mengalami kesulitan dalam berdiskusi dengan dewan direksi dan mengawasi kinerja perusahaan. Dewan komisaris akan lebih menginginkan penerapan

Page 78: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pendeteksian Financial Statement Fraud....(Soraya dan Susilowati)

75

laporan pengungkapan yang lengkap untuk mencegah perilaku yang menyimpang dari direksi dan manajer.

Hasil penelitian personal financial need pada perusahaan dapat mempengaruhi tingkat fraud karena kepemilikan saham yang lebih besar dimiliki oleh orang dalam akan menyebabkan tugas setiap anggota dewan komisaris menjadi lebih khusus karena terdapat komite-komite yang lebih khusus dalam mengawasi perusahaan, sehingga semakin besar ukuran personal financial need maka semakin besar kekuatan dari dewan komisaris dalam melakukan pengawasan sehingga kecenderungan para manajer atau direksi melakukan financial statement fraud akan lebih kecil.

E. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

1. Simpulan

a. Hasil perhitungan menunjukkan dari nilai chi square sebesar 5,642 dengan nilai signifikan sebesar 0,604. Dengan nilai signifikan yang lebih besar dari 0,05 maka tidak diperoleh adanya perbedaan antara prediksi model regresi logistik dengan data hasil observasi. Hal ini berarti bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model diterima karena model sesuai dengan hasil observasinya.

b. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Nilai dari Nagelkerke R Square sebesar 0,775, hal ini berarti 77,50% Kecurangan Laporan Keuangan dapat dipengaruhi oleh Innefektif Monitoring, External Pressure, Financial Stability, Financial Target dan Personal Financial need tahun sebelumnya sedangkan sisanya sebesar 22,50% dipengaruhi oleh variable lain diluar penelitian ini.

c. Hasil perhitungan secara parsial menunjukan bahwa, hanya variabel ACHANGE yang mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Selain variabel ACHANGE, keseluruhan variabel mempunyai nilai signifikansi kurang dari 0,05. Dengan demikian, pada α= 5%, innefektif monitoring (BDOUT), external pressure (FREEC), financial targets (ROA) dan personal financial need (OSHIP) secara statistik dan secara individual berpengaruh terhadap financial statement fraud sedangkan variabel financial stability tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2. Keterbatasan dalam penelitian

Adapun keterbatasan penelitian yang dihadapi peneliti adalah :

a. Populasi penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012

b. Variabel bebas dalam penelitian ini hanya lima variabel yang dapat digunakan untuk proksi ukuran dari komponen fraud triangle tersebut.

Page 79: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

76

3. Saran

a. Penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan variable bebas lain yang diduga berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan keuangan karena hasil perhitungan menunjukan nilai dari Nagelkerke R Square sebesar 0,775 hal ini berarti 77,50% kecurangan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh innefektif monitoring, external pressure, financial stability, financial target dan personal financial need tahun sebelumnya sedangkan sisanya sebesar 22,5% dipengaruhi oleh variable lain diluar penelitian ini.

b. Bagi investor hendaknya mempertimbangkan rasio arus kas bebas, karena hasil penelitian menunjukan bahwa external pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas memiliki hubungan dengan financial statement fraud. Rasio arus kas bebas merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi sehingga dimungkinkan terjadinya kecurangan financial yang lebih besar peluangnya.

c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih banyak menggunakan perusahaan yang menjadi sampel penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert, 1997, Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia

Ashari dan Santosa, Purbaya Budi (2005). Analisa Statistik dengan microscoft Excel &SPSS. Yogyakarta: Andi Offset

Baridwan, Zaki. 2007. Intermediate Accounting. Millenium Edition. BPFE Press. Yogyakarta.

Brigham dan Houston. 2009. Fundamentals of Financial Management (Dasar- Dasar Manajemen Keuangan). Buku 1. Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat.

Brenan, Niamh and Mc.Grath < .2007 http://irserver.ucd.ie/dspace/bitstream/ 10197/2903/1/04_20_Brennan_McGrath_Financial_Statement_F raud_Some_Lesson_From_US_and_European_Case_Studies.pdf > (Published in Australia Accounting Review, vol.17, no. 2 and no. 42. hal. 49-61). Diakses pada tanggal 08 Februari 2013 jam 09:10

Deegan, Craig. 2004. ―Environmental Disclosure and Share Price- A Discussion about Efforts to Study This Relationship‖. Accounting Forum. Vol.28 pp.122-136.

Defond, Mark L dan James Jiambalvo. 1994. ―Debt Covenant Violation and Manipulation of Accruls‖. Journal of Accounting and Economics/ Vol 17, January, pp. 145—176.

Page 80: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pendeteksian Financial Statement Fraud....(Soraya dan Susilowati)

77

Effendi Arief, 2009. The Power Of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Salemba Empat: Jakarta.

Ema, Kurniawati. 2009. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perfekstif Fraud Triangle. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Fajria, Riahi. 2010. Teori Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta

FCGI, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta.

Ghozali dan Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hani, Clearly, dan Mukhlasin. 2008. ―Going Concern dan Opini Audit : Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ”. Simposium Nasional Akuntansi VI, 1221 - 1233.

Harahap,S.S, 2008. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Haryudanto, Danang. 2011. ―Pengaruh Manajemen Laba terhadap Tingkat Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik di Indonesia‖. Skripsi tidak dipublikasikan. Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Healy, P.M. dan Palepu, K.G. (2003). The Effect of Firm’ Financial Disclosure Strategies on Stock Prices. American Accounting Association, Accounting Horizons. Vol. 7 No. 1 (Maret): 1-11.

Hendriksen, E. S. & Van Breda, M. F. (2000). Teori Akunting Edisi Kelima, Buku Satu. Batam: Interaksa

Henny dan Murtanto, 2001. ―Analisis Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan‖, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 1, No. 2 : 21-48.

Herwidayatmo, 2000, Implementasi Good Corporate Governance untuk perusahaan publik Indonesia, Usahawan No. 10 Th XXIX, Oktober

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. ED PSAK No. 01 (Revisi 2009). Salemba Empat. Jakarta.

Jensen, Michael C., dan William H. Meckling, 1976. ―Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency and Ownership Structure‖. Journal of Financial Economic. Vol. V 3, No.4, October, pp. 305—360.

Jin, Liauw She dan Mas’ud Machfoedz. 1998. ―Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta‖. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 1(2).

Johan, Wahyudi. 2010. ―Pengaruh Pengungkapan Good Corporate Governance, Ukuran Dewan Komisaris Dan Cross-Directorship Dewan Terhadap Nilai Perusahaan‖. Skripsi tidak dipublikasikan. Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta

Page 81: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

78

Jones, Stewart dan R., G., Walker. 2007. Explanators of Local Government Distress. ABACUS. 43(3): 396-418.

Klein, A., 2002, Audit Commite, Board of Director, Characteristics Economics (33), pp. 375-400

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta. Diakses tanggal 12 Januari 2013.

Lancaster, F.W. 1998. Technology and Management in Library and Information Services. London: Library Association Publishing.

Laporan Keuangan Tahunan Diakses pada tanggal 08 Februari 2013 jam 09:10 melalui http://www.idx.co.id

Leony, Lovancy Tristanti. 2012. ―Analisis Pengaruh Mekanisme Governance dan Manajemen Laba Terhadap Environmental Disclosure‖. Skripsi tidak dipublikasikan. Program Sarjana Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Lobo, Gerald J. dan Jian Zhou. 2001. Disclosure Quality And Earnings Management. Social Science Research Network Electronic Paper Collection.

Miranti L.2009. Praktik Penerapan Governance Kultural dam kaitannya dengan Manajemen Laba Terhadap Environmental Disclosure. Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 1(2).

Munawir, S, 2008. Analisa Laporan Keuangan Lanjutan. Liberty Yogyakarta.

Nasuition, Widiatmojo. 2010. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Edisi 2. Yayasan MPU Ajar Artha. Jakarta.

Nguyen THL, Ngoan LD, Verstegen MWA, Hendriks WH. 2010. Ensiled and dry cassava leaves and sweet potato vines as a protein source in diets for growing vietnamese Large White×Mong Cai Pigs. Asian-Aust J Anim Sci 23: 1205-1212.

Norbarani, Listiana. 2012. Pendeteksian kecurangan laporan Keuangan dengan analisis fraud Triangle yang diadopsi dalam sas no.99. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Rangan, Srinivasan. 1998. ―Earnings Management and the Performance of Seasoned Equity Offerings‖. Journal of Financial Economics. No. 50, pp. 101—112

Rezaee, Zabihollah.2002. Prevention and detection. Canada.

Roychowdhury, S., 2006, Earnings management through real activities manipulation, Journal of Accounting and Economics 42, p.335–370.

Schipper, Katherine. (1989). Comentary Katherine on Earnings Management. Accounting Horizon.

Scott, W., R. 2003. Financial Accounting Theory. Toronto Canada: Prentice-Hall.

Skousen, J., Cristopher . 2008. ―Detecting and predicting financial statement fraud: The effektivennes of fraud triangle and sas No. 99

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Page 82: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pendeteksian Financial Statement Fraud....(Soraya dan Susilowati)

79

Sulistyanto. 2003. :Seasoned Equity Offerings: Antara Agency Theory, Windows of Opportunity, dan Penurunan Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI Surabaya, 16-17 Oktober, hal 131—140.

Sutrisno. 2002. ―Studi Manajemen Laba (Earnings Management) Evaluasi Pandangan Profesi Akuntansi, Pembentukan dan Motivasinya‖. KOMPAK. No, 5 Mei, hal 158—179.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga, Yogjakarta: BPFE.

Utami, Rini Pebriani, 2005. ―Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Deviden Pada Sektor Industri Manufaktur yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2003 s.d 2007‖, Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Ujiyantho, Muh. Arif dan Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi 10. Makassar.

Warsidi dan Bambang Agus Pramuka. 2009, Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba di Masa yang Akan Datang‖, Artikel di internet, Jurnal Akuntansi Manajemen dan Ekonomi, Vol 2:1, Http://Warssidi –akuntan.tripod.com/skripsi/skripsi.htm, akses 02 Mei 2009.

Yusnita, Theodora. 2010. ―Corporate Governance, Environmental Performance dan Environmental Disclosure di Indonesia‖. Skripsi Akuntansi Universitas Sebelas Maret. Diakses tanggal 20 Februari 2012.

Zahra, S.A., dan S. R. Das (2005), Innovation Strategy and Financial Performance in manufacturing companies: An empirical Study. Production and Operations Management 2 (I) (Winter) : 15-37

www.idx.co.id diakses tanggal 05 Januari 2013

Page 83: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

80

Bagian ini sengaja dikosongkan

Page 84: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

81

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN MEKANISME CORPORATE

GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

Devia Febriani1

Yuztitya Asmaranti2

ABSTRACT

The objective of the empirical study is to examine the role of Corporate Governance Practices as a variable that moderates the effect of Earnings Management to the value of the firm. Tested variables in this study consists of earnings management, independent commissioner, institutional ownership, managerial ownership, audit quality, audit committees and firm value. The samples of this research are primarily manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange around the years 2009 - 2011. Samples are gathered using the method of purposive sampling constituting 43 companies. Tested hypothesis use multiple regression.

The result gives the evidence that earnings management have a negative significant impact to firm value. Corporate governance practices that have a positive significant impact to the firm value are independent commissioner and institutional ownership. Meanwhile, managerial ownership and audit committees have a negative significant impact to the firm value. Independent commissioner, audit quality and audit committees as moderating variables of the relationship between earnings management and the value of the firm, but not the managerial ownership and institutional ownership.

Keywords: Corporate governance, earnings management, firm value, institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner, audit quality and audit committees

A. PENDAHULUAN

Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaannya baik. Nilai perusahaan dapat terlihat dari nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Harga saham dari suatu perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan tersebut, jika harga saham perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan nilai perusahaan tersebut juga baik. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam

1 Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung. 2 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung.

Page 85: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

82

proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Oleh karena itu, laporan yang berkualitas, yang terbebas dari rekayasa dan mengungkapkan informasi sesuai dengan fakta yang sebenarnya menjadi kepentingan banyak pihak. Dalam proses penyusunan laporan keuangan, informasi yang disajikan harus mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya agar dapat digunakan oleh para pengguna sebagai dasar pengambilan keputusan.

Laporan keuangan seringkali disalahgunakan oleh manajemen dengan melakukan perubahan dalam penggunaan metode akuntansi yang digunakan, sehingga akan mempengaruhi jumlah laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan. Hal ini sering dikenal dengan istilah manajemen laba. Manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan. Tujuan dari manajemen laba adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan (Fischer dan Rosenzweirg, 1995). Untuk meminimumkan terjadinya tindakan manajemen laba, maka perusahaan perlu menerapkan mekanisme Good Corporate Governance dalam sistem pengendalian dan pengelolaan perusahaan.

Corporate governance adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga nilai perusahaan juga ikut meningkat. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham.

B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Teori-Teori

a. Agency Theory

Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (2005) yaitu hubungan antara prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham, maka manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Tetapi sering terjadi konflik antara manajemen dengan pemegang saham, yang dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara agen dan principal.

Agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasar maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kondisi di atas merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi pengelola dengan fungsi kepemilikan (Jensen dan Meckling, 1976).

Page 86: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Manajemen Laba....(Febriani dan Asmaranti)

83

b. Corporate Governance

Pilar-pilar yang melandasi prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh OECD adalah:

(i) Fairness (Keadilan)

Secara sederhana fairness bisa didefinisikan sebagai suatu perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum dan penegakkan peraturan untuk melindungi hak-hak investor, khususnya pemegang saham minoritas dari berbagai macam bentuk kecurangan.

(ii) Transparancy (Keterbukaan informasi)

Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi yang material dan relevan mengenai perusahaan. Menurut peraturan di pasar modal Indonesia, yang dimaksud informasi material dan relevan ialah informasi yang dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham perusahaan tersebut, atau yang mempengaruhi secara signifikan resiko serta prospek usaha perusahaan yang bersangkutan.

(iii) Accountability

Accountability adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung-jawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Beberapa bentuk implementasi lain dari prinsip accountability adalah praktik audit internal yang efektif, serta kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab dalam anggaran dasar perusahaan, dan statement of corporate intent (pencapaian target dimasa depan) serta terhindar dari kondisi agency problem.

(iv) Responsibility (Pertanggungjawaban)

Pertanggungjawaban perusahaan ialah kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan didalam prinsip koorporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku tersebut termasuk yang mengenai masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/keselamatan kerja dan standar penggajian dan persaingan yang sehat.

c. Komisaris Independen

Pengertian dari komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan perseroan. Status independen terfokus kepada tanggung jawab untuk melindungi pemegang saham, khususnya pemegang saham independen dari praktik curang atau melakukan tindak kejahatan pasar modal.

Page 87: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

84

d. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen. Kepemilikan manajerial dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau persentasi saham yang dimiliki oleh komisaris, dewan direksi dan manajemen yang tercantum didalam daftar pemegang saham. Kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan.

e. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan saham institusional adalah kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi baik yang bergerak dalam bidang keuangan atau nonkeuangan atau dalam bidang hukum lain. Pengendalian perusahaan tidak hanya terkait pada konsentrasi kepemilikan melainkan juga terkait dengan identitas pemegang saham. Fungsi pengendalian akan semakin efektif apabila pemegang saham memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik dibidang ekonomi (Gedajlovic, 2003 dalam Wulandari, 2006).

f. Kualitas Audit

Akuntan publik sebagai auditor eksternal yang relatif lebih independen dari manajemen dibandingkan auditor internal sejauh ini diharapkan dapat meminimalkan kasus rekayasa laba dan meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat dipercaya dihasilkan dari audit yang dilakukan secara efektif oleh auditor yang berkualitas. Pemakai laporan keuangan lebih percaya pada laporan keuangan yang diaudit oleh auditor yang dianggap berkualitas dibandingkan dengan auditor yang kurang berkualitas, karena mereka menganggap bahwa untuk mempertahankan kredibilitasnya auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan. Auditor yang berkualitas akan melakukan audit yang berkualitas pula.

g. Komite Audit

Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/Tahun 2000, dan Undang-undang BUMN Nomor 19/2003, pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan. Komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance. Komite Audit merupakan organ pendukung Dewan Komisaris yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Komite Audit bertindak mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan, dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan Komisaris.

h. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan tindakan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan, untuk mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu, walaupun dalam jangka panjang

Page 88: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Manajemen Laba....(Febriani dan Asmaranti)

85

tidak terdapat perbedaan laba yang dapat diidentifikasi sebagai suatu keuntungan (Fischer dan Roseinzweig, 1995).

Scott (2000) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua, yaitu:

1. Melihatnya sebagai perilaku opportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (opportunistic earnings management).

2. Memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (efficient earnings management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.

Secara sederhana, laba merupakan selisih lebih antara pendapatan (termasuk keuntungan) dengan beban (termasuk kerugian). Maka, secara umum, teknik untuk merekayasa laba dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu meningkatkan atau menurunkan pendapatan maupun menurunkan atau meningkatkan beban, atau gabungan dari keduanya.

i. Nilai Perusahaan

Dalam mengambil keputusan-keputusan yang benar, manajer perlu menentukan tujuan yang ingin di capai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Tujuan keputusan keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Karena dengan memaksimumkan nilai perusahaan maka akan mensejahterakan pemilik perusahaan tersebut. Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006).

2. Model Penelitian

Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Variabel

Variabel Independent

Manajemen Laba

Variabel Dependent

Nilai Perusahaan

Komisaris Independen

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Institusional

Kualitas udit

Komite Audit

Variabel Kontrol

Ukuran Perusahaan

Page 89: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

86

3. Pengembangan Hipotesis

a. Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik sehingga menimbulkan kesenjangan informasi. Kondisi ini sering disebut dengan asimetri informasi (information asymetric). Dengan adanya asimetri informasi, menyebabkan prinsipal tidak dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya, sehingga manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang diberikan standar akuntansi untuk melakukan manajemen laba. Manajer melakukan manajemen laba untuk meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu sehingga dapat menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai nilai perusahaan sebenarnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan jika mempertimbangkan variabel corporate governance. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Manajemen laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

b. Corporate Governance dan Nilai Perusahaan

(i) Komisaris Independen

Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa non-executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Siallagan dan Machfoedz (2006) menggunakan proporsi komisaris independen untuk mengetahui pengaruhnya nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q, menemukan bahwa proporsi komisaris berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2a : Komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

(ii) Kepemilikan Manajerial

Berdasarkan teori keagenan, hubungan antara manajemen dengan pemegang saham rawan untuk terjadinya masalah keagenan. Untuk mengurangi masalah keagenan tersebut, salah satu cara yang dapat digunakan

Page 90: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Manajemen Laba....(Febriani dan Asmaranti)

87

adalah dengan adanya kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang. Dengan kepemilikan tersebut, manajemen akan merasakan langsung dampak dari setiap keputusannya termasuk dalam menentukan kebijakan hutang perusahaan (Iqbal, 2007 dalam Praditia, 2010).

Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah dirinya sendiri sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2b: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

(iii) Kepemilikan Institusional

Pada umumnya investor institusional merupakan pemegang saham yang cukup besar dan sekaligus memiliki pendanaan yang besar. Ada pendapat yang beranggapan bahwa perusahaan yang memiliki pendanaan besar, maka kecil kemungkinan berisiko mengalami kebangkrutan. Sehingga keberadaannya akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap perusahaan. Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen dan nilai perusahaan (Haruman, 2007 dalam Praditia, 2010). Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2c: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap Nilai perusahaan.

(iv) Kualitas Audit

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunkan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan (Meutia, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa auditor berperan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, dengan penggunaan auditor yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Herawaty (2008) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kualitas audit dapat meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Page 91: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

88

H2d : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

(v) Komite Audit

Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris serta mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris. Penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) menguji pengaruh kualitas laba terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur menyatakan bahwa keberadaan komite audit mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laba dan juga nilai perusahaan. Hal ini memberi bukti bahwa keberadaan komite audit dapat meningkatkan efektifitas kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2e: Komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

c. Corporate Governance, Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan

(i) Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaaan yang good corporate governance. Komisaris independen mempunyai peran penting dalam aktivitas pengawasan perusahaan. Komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal, mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasehat kepada manajemen (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Komisaris independen dapat memonitor manajemen dalam rangka menyelaraskan perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen. Semakin besar proporsi komisaris independen, maka dapat mengurangi aktivitas manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3a: Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya komisaris independen.

(ii) Kepemilikan Manajerial

Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Masalah keagenan dapat diminimalisasi dengan cara memperbesar kepemilikan manajerial sehingga manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham. Hal itu akan berpengaruh pada kualitas laba yang dihasilkan dan nilai perusahaan. Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba

Page 92: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Manajemen Laba....(Febriani dan Asmaranti)

89

untuk kepentingannya. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3b: Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya kepemilikan manajerial.

(iii) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan saham oleh investor institusional berperan untuk memonitor kinerja manajemen perusahaan dengan lebih efektif dan mempengaruhi manajer dalam pengambilan keputusan agar manajemen perusahaan tidak bertindak sesuai keinginannya sendiri (Iqbal, 2007 dalam Praditia, 2010). Investor institusional yang sering disebut sebagai investor yang canggih (sophisticated) sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non instusional. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3c: Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya kepemilikan instutusional.

(iv) Kualitas Audit

Untuk mengatasi terjadinya konflik kepentingan antara agen dan principal yang terjadi dalam perusahaan termasuk mengurangi manipulasi laba oleh manajemen, maka diperlukan beberapa mekanisme pengawasan dan kontrak. Salah satunya adalah dengan audit atas laporan keuangan. Manajemen perusahaan sebagai agen memerlukan jasa pihak ketiga agar tingkat kepercayaan pihak eksternal perusahaan terhadap pertanggungjawaban semakin tinggi, begitupula sebaliknya pihak eksternal perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk meyakinkan dirinya bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Becker (1998) dalam Praditia (2010) menemukan bahwa manajemen laba besar dalam perusahaan dengan kualitas auditor yang lebih rendah daripada perusahaan dengan kualitas auditor yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3d: Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya kualitas audit.

(v) Komite Audit

Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengawasi sistem pengendalian internal. Keberadaan komite audit diharapkan dapat mengurangi sifat opportunistic

Page 93: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

90

manajemen yang melakukan manajemen laba dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3e: Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya komite audit.

C. METODE PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel

a. Populasi Penelitian

Populasi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur untuk periode pengamatan 2009-2011. Pemilihan sampel penelitian berdasarkan pada purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel yang representatif sesuai kriteria yang telah ditentukan. Berikut karakteristik pemilihan sampel yang digunakan untuk penelitian ini.

(i) Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode penelitian adalah tahun 2009-2011.

(ii) Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan 2011. Data tahun 2008 dibutuhkan untuk memperoleh data satu tahun sebelum tahun 2009.

(iii) Perusahaan yang memiliki data mengenai komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kualitas audit dan komite audit.

(iv) Perusahaan yang termasuk ke dalam kategori perusahaan manufacturing (pemanufakturan).

(v) Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk rupiah.

2. Data Penelitian

a. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan cara memperoleh data, jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Periode 2009-2011 dipilih karena menggambarkan kondisi yang relatif baru di pasar modal Indonesia.

Page 94: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Manajemen Laba....(Febriani dan Asmaranti)

91

b. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, dikumpulkan dengan cara:

(i) Studi pustaka

Data dan teori dalam penelitian ini diperoleh dari artikel, jurnal dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori.

(ii) Studi dokumentasi

Dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan dari pojok Bursa Efek Indonesia maupun dengan situs resmi Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3. Operasional Variabel Penelitian

a. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen Laba diproksikan dengan menggunakan discretionary accrual. Pengukuran discretionary accrual menggunakan Model Jones (1991) yang dimodifikasi oleh Dechow, dkk. (1995). Untuk mendapatkan nilai discretionary accrual dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:

(i) Menghitung total akrual dengan menggunakan pendekatan aliran kas, yaitu:

TAit = NIit – CFOit

(ii) Menentukan koefisien dari regresi total akrual.

Akrual diskresioner merupakan perbedaan antara total akrual dengan akrual nondiskresioner. Langkah awal untuk menentukan akrual nondiskresioner yaitu dengan melakukan regresi sebagai berikut:

(iii) Menentukan akrual nondiskresioner.

Regresi yang dilakukan menghasilkan koefisien α1, α2, dan α3. Koefisien α1, α2, dan α3 tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi akrual nondiskresioner melalui persamaan berikut:

Page 95: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

92

(iv) Selanjutnya, dapat dihitung nilai discretionary accruals sebagai berikut:

Keterangan: TAit : Total accrual perusahaan i pada periode t NIit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t Ait-1 : Total aset untuk sampel perusahaan i pada tahun t-1. CFO : Arus kas dari kegiatan operasi NDAit : Non discretionary accrual perusahaan i pada tahun t DAit : Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t ∆REVit : Perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t ∆RECit : Perubahan nilai bersih piutang i dari tahun t-1 ke tahun t PPEit : Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t α1, α2, α3 : Koefisien Regresi e : Error term perusahaan I pada tahun t

b. Variabel Dependen

Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari kepemilikan ekuitasnya. Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rumus Tobin’s Q yang di hitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan: Q : Nilai perusahaan MVE : Nilai Pasar Ekuitas (Equity Market Value) D : Nilai buku dari total hutang BVE : Nilai buku dari ekuitas (Equity Book Value)

Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham dan penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total asset perusahaan dengan total kewajibannya.

c. Variabel Moderasi

Variabel moderating yaitu tipe variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan langsung antara variabel independent dan variabel dependent (Indriantoro, 2002). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel moderating antara earning management dengan nilai perusahaan adalah corporate governance.

Q =

Page 96: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Manajemen Laba....(Febriani dan Asmaranti)

93

(i) Komisaris Independen. Indikator yang digunakan untuk mengukur komisaris independen adalah persentase jumlah komisaris independen dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris yang ada.

(ii) Kepemilikan Manajerial. Apabila ada kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka akan dinilai satu jika tidak maka nol, dalam penelitian ini kepemilikan manajerial di ukur dengan dummy variable.

(iii) Kepemilikan Institusional. Kepemilikan institusional dihitung dengan

jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar.

(iv) Kualitas Audit. Kualitas auditor dapat diukur dengan mengklasifikasikan

atas audit yang dilakukan oleh KAP Big Four dan audit yang dilakukan oleh KAP Non-Big Four. Dalam penelitian ini, kualitas audit merupakan variabel dummy. Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big Four maka mendapat nilai 1 dan 0 sebaliknya.

(v) Komite Audit. Komite audit diukur dengan membagi antara jumlah anggota

komite audit independen terhadap total komite audit.

d. Variabel Kontrol

Variabel kontrol atau variabel pelengkap yaitu untuk melengkapi atau mengkontrol hubungan kausalnya supaya lebih baik untuk didapatkan model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dari natural logaritma nilai pasar ekuitas perusahaan pada akhir, yaitu jumlah saham beredar pada akhir tahun dikalikan dengan harga pasar saham akhir tahun.

4. Metode Analisis Data

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtoses dan skewness (kemencengan distribusi).

b. Uji Asumsi Klasik

Dalam melakukan analisi regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji heteroskedasitas, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas.

Page 97: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

94

5. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini model regresi berganda yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:

Qit = α0 + α1 EMit + α2 KomIndit + α3 KepManit + α4 KepInsit + α5 KuAit + α6 KoAit + α7 EM* KomIndit + α8 EM*KepManit + α9 EM*KepInsit + α10 EM*KuAit + α11 EM*KoAit + α12 UPit + e

Keterangan : EM : Earnings management diproksi dengan akrual abnormal (DA). KomInd : Persentase komisaris independen dibagi total dewan komisaris. KepMan : Kepemilikan manajerial KepIns : Kepemilikan institusional = berapa besar presentase Kepemilikan Institusional dalam struktur saham perusahaan. KuA : Kualitas Audit = dummy variabel dengan nilai 1 jika diaudit oleh KAP Big 4 dan 0 sebaliknya. KoA : Komite Audit Q : Nilai Perusahaan. UP : Ukuran perusahaan

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Statistik Deskriptif

Nilai perusahaan menunjukkan rata - rata sebesar 0,920836 dengan standar deviasi sebesar 0,627495. Nilai perusahaan yang lebih kecil dari 1 menunjukkan kurang besarnya pertumbuhan perusahaan yang didasarkan pada nilai pasar saham perusahaan. Variabel manajemen laba menunjukkan nilai rata-rata sebesar -0,000641 dengan standar deviasi sebesar 0,132221. Nilai rata-rata manajemen laba menunjukkan bahwa perusahaan sampel melakukan manajemen laba dalam mencatat dan menyusun informasi keuangan. Variabel kepemilikan institusional menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,730027 sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,197799. Hal ini berarti bahwa pihak institusional perusahaan memiliki 73,00% saham dari seluruh saham perusahaan.

Tabel 1 Hasil Analisis Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Q 129 0.185212 3.926057 0.920836 0.627495

EM 129 -0.402884 0.758093 -0.000641 0.132221

KEPINST 129 0.000000 0.990000 0.730027 0.197799

KEPMAN 129 0.000000 1.000000 0.550388 0.499394

Page 98: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Manajemen Laba....(Febriani dan Asmaranti)

95

KOA 129 0.000000 0.750000 0.628140 0.164141

KOMIN 129 0.000000 0.670000 0.378643 0.112877

KUA 129 0.000000 1.000000 0.410853 0.493907

UP 129 23.49668 29.85185 26.30037 1.519327

Sumber: Hasil Output Eviews 6 dan olahan Excel

Selanjutnya, variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai rata-rata sebesar 0,550388 dengan standar deviasi sebesar0,499394. Hal ini berarti bahwa manajer perusahaan memiliki 55% saham dari seluruh saham perusahaan. Variabel Komite audit memiliki nilai rata-rata sebesar 0,628140 sedangkan standar deviasi sebesar 0,164141. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel penelitian memiliki komite audit sebesar 62,81%, sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/Tahun 2000, dan Undang-undang BUMN Nomor 19/2003, pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan.

Variabel komisaris independen menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,378643 dengan standar deviasi sebesar 0,112877. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sampel telah memenuhi peraturan BAPEPAM yang mewajibkan persentase keberadaan dewan komisaris independen adalah 30% dalam dewan. Variabel kualitas auditor mempunyai nilai rata-rata sebesar 0,410853 dengan standar deviasi sebesar 0,493907. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel penelitian rata-rata menggunakan KAP Big 4 sebesar 41,08%. Nilai minimum yang dimiliki oleh variabel ukuran perusahaan adalah 23,49668 dan dengan nilai maksimum sebesar 29,85185. Sedangkan nilai rata-rata ukuran perusahaan adalah 26,30037 dengan standar deviasi sebesar 1,519327.

2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian alat statistik regresi berganda mensyaratkan dilakukannya pengujian asumsi klasik. Pada model penelitian telah lolos uji asumsi klasik.

3. Hasil Pengujian Hipotesis

a. Hasil Regresi Linear Berganda

Dependent Variable: Q Periods included: 3 Cross-sections included: 43 Total panel (balanced) observations: 129

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

EM -1.608922 0.267245 -6.020410 0.0000 KEPINST 0.167159 0.071820 2.327473 0.0227 KEPMAN -0.010309 0.003326 -3.099982 0.0027

Page 99: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

96

KOA -0.701095 0.074686 -9.387248 0.0000 KOMIN 0.329683 0.091525 3.602128 0.0006 KUA -0.061453 0.035317 -1.740033 0.0860 EM*KOMIND 2.206038 0.473205 4.661904 0.0000 EM*KEPMAN -0.039256 0.040522 -0.968754 0.3358 EM*KEPINST 0.131946 0.361703 0.364792 0.7163 EM*KUA 0.302345 0.016111 18.76641 0.0000 EM*KOA 0.794449 0.358945 2.213289 0.0300 UP -0.020122 0.018157 -1.108254 0.2713 C 1.677350 0.487126 3.443362 0.0009 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.997900 Mean dependent var 3.654119 Adjusted R-squared 0.996368 S.D. dependent var 4.738653 S.E. of regression 0.173852 Sum squared resid 2.236618 F-statistic 651.3198 Durbin-Watson stat 2.574004 Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.937650 Mean dependent var 0.920836 Sum squared resid 3.142413 Durbin-Watson stat 2.002317

Sumber: Hasil Output Eviews 6 dan Olahan Excel

Simpulan Pengujian Hipotesis

HIPOTESIS t-stat Sign Kesimpulan

H1: Manajemen laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

-6.020410

0.0000

H1 ditolak

H2a: Komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

3.602128

0.0006

H2a Diterima

H2b: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

-3.099982

0.0027 H2b ditolak

H2c: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.327473

0.0227

H2c Diterima

H2d: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

-1.740033

0.0860

H2d ditolak

Page 100: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Manajemen Laba....(Febriani dan Asmaranti)

97

H2e: Komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

-9.387248

0.0000

H2e ditolak

H3a: Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya komisaris independen

4.661904

0.0000

H3a Diterima

H3b: Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya kepemilikan manajerial

-0.968754

0.3358

H3b ditolak

H3c: Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya kepemilikan institusional

0.364792

0.7163 H3c ditolak

H3d: Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya kualitas audit

18.76641

0.0000

H3d Diterima

H3e: Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya komite audit

2.213289 0.0300 H3e Diterima

b. Uji Kelayakan Model

Pada tabel 4.7 terlihat bahwa F hitung 651.3198 dengan probabilitas F statistic sebesar 0,00000 lebih kecil dari α = 5%. Karena probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05 hal ini menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan. Dengan demikian, persamaan model regresi bersifat fit atau layak digunakan.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi R2 menggambarkan seberapa besar kemampuan variabel bebas (independen) dalam menjelaskan variable terikat (dependen). Pada table 4.7 terlihat besarnya R-squared sebesar 0,997900, hal ini berarti bahwa 99,79% nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen sedangkan sisanya sebesar 0,21% (100% - 99,79%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model.

4. Pembahasan

a. Pengaruh manajemen laba dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan melakukan manajemen laba maka dapat menurunkan nilai perusahaan. Manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis yang sesungguhnya tidak dialami oleh perusahaan, yang dalam

Page 101: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

98

jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan perusahaan. Manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan. Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini dinyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

b. Pengaruh komisaris independen terhadap nilai perusahaan

Hasil pengujian terhadap hipotesis 2a menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya dengan adanya komisaris independen mampu meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini di karenakan dewan komisaris memegang peranan penting dalam mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa para manajer benar-benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian perusahaan. Komisaris independen juga merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.

c. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan

Hasil pengujian terhadap hipotesis 2b menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa perusahaan sampel penelitian tidak menggunakan kepemilikan manajerial untuk meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan adanya kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai perusahaan dimungkinkan karena belum banyak manajemen perusahaan di Indonesia (khususnya perusahaan dalam sampel) memiliki saham perusahaan yang dikelolanya dengan jumlah yang cukup signifikan.

d. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan

Hasil pengujian terhadap hipotesis 2c menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya dengan adanya kepemilikan institusional mampu meningkatkan nilai perusahaan. Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen dan nilai perusahaan.

e. Pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan

Hasil pengujian terhadap hipotesis 2d menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penggunaan auditor yang berkualitas bukan merupakan jaminan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Penggunaan auditor yang berkualitas dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas dari

Page 102: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Manajemen Laba....(Febriani dan Asmaranti)

99

laporan keuangan agar tidak memberikan informasi yang dapat menyesatkan pihak pemegang saham dalam mengambil keputusan investasi.

f. Pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan

Hasil pengujian terhadap hipotesis 2e menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan adanya komite audit akan menurunkan nilai perusahaan. Banyaknya jumlah anggota dalam komite audit bukan merupakan jaminan bahwa kinerja suatu perusahaan akan membaik, sehingga pasar menganggap keberadaan komite audit bukanlah faktor yang mereka pertimbangkan dalam mengapresiasi nilai perusahaan. Sedangkan, komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, komite audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota.

g. Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya komisaris independen

Hasil pengujian hipotesis 3a yang merupakan pengujian dengan menggunakan variabel moderating komisaris independen menunjukkan bahwa variabel tersebut ternyata memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap hubungan antara manajemen laba dan nilai perusahaan. Semakin besar proporsi komisaris independen dapat mengurangi aktivitas manajemen laba dan hal itu akan berdampak pada kenaikan nilai perusahaan. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan Herawaty (2008), komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal, mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasehat kepada manajemen.

h. Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya kepemilikan manajerial

Hasil pengujian hipotesis 3b yang merupakan pengujian dengan menggunakan variabel moderating kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa variabel tersebut ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa perusahaan dalam sampel tidak menggunakan kepemilikan manajerial untuk mengurangi tindakan manajemen laba. Hal ini mungkin saja terjadi karena adanya tingkat kelonggaran aturan perusahaan atau tidak adanya pengawasan yang tepat dikarenakan pemilik bertindak sebagai agen. Dengan demikian, semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin besar pula tindakan manajemen laba yang dilakukan, sehingga ada kecenderungan manajer bertindak semaunya dan kurang bertanggung jawab.

Page 103: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

100

i. Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya kepemilikan institusional

Hasil pengujian hipotesis 3c yang merupakan pengujian dengan menggunakan variabel moderating kepemilikan institusional menunjukkan bahwa variabel tersebut ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak dapat memberikan pengaruh terhadap tindakan manajemen laba, artinya dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak institusi tidak mampu mengurangi terjadinya tindakan manajemen laba. Semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusional maka semakin mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba.

j. Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya kualitas audit

Hasil pengujian hipotesis 3d yang merupakan pengujian dengan menggunakan variabel moderating kualitas audit menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap tindakan manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Koefisien manajemen laba yang negatif lebih diperlemah dengan adanya kualitas audit. Penggunaan KAP big 4 dapat mengurangi aktivitas manajemen laba dan hal itu akan berdampak pada kenaikan nilai perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) yang menyatakan bahwa klasifikasi akuntan publik yang diukur dengan KAP Big 4 dan Non big 4 mampu mengurangi pengaruh earnings management terhadap nilai perusahaan.

k. Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan adanya komite audit

Variabel tersebut ternyata memiliki pengaruh positif yang signfikan terhadap hubungan antara manajemen laba dan nilai perusahaan. Adanya komite audit dapat mengurangi aktivitas manajemen laba dan hal itu akan berdampak pada kenaikan nilai perusahaan. Komite audit meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui: (1) pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi berterima umum, dan (2) mengawasi proses audit secara keseluruhan. Hasilnya mengindikasikan bahwa adanya komite audit memiliki konsekuensi pada laporan keuangan yaitu: berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat, berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat dan berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan illegal.

Page 104: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Manajemen Laba....(Febriani dan Asmaranti)

101

E. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

a. Tindakan manajemen laba berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa manajemen laba dapat menurunkan nilai perusahaan.

b. Dari kelima variabel corporate governance, variable kepemilikan institusional dan komisaris independen memiliki pengaruh positif, sedangkan kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh negatif. Variabel kualitas audit tidak berpengaruh.

c. Variabel komisaris independen sebagai variabel pemoderasi dari manajemen laba terhadap nilai perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan yang dapat mengurangi tindakan manajemen laba. Semakin besar proporsi komisaris independen maka dapat mengurangi aktivitas manajemen laba dan hal itu akan berdampak pada kenaikan nilai perusahaan.

d. Variabel kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi dari manajemen laba terhadap nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak mampu menjadi mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi ketidakselarasan kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham.

e. Variabel kepemilikan institusional sebagai variabel pemoderasi dari manajemen laba terhadap nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak institusi tidak mampu mengurangi terjadinya tindakan manajemen laba.

f. Variabel kualitas audit sebagai variabel pemoderasi dari manajemen laba terhadap nilai perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan. Penggunaan KAP big 4 dalam penelitian ini mampu mengurangi aktivitas manajemen laba dan hal itu akan berdampak pada kenaikan nilai perusahaan.

g. Variabel komite audit sebagai variabel pemoderasi dari manajemen laba terhadap nilai perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan. Adanya komite audit didalam perusahaan dapat mengurangi aktivitas manajemen laba dan akan berdampak pada kenaikan nilai perusahaan.

2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

a. Corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas pada lima variable.

Page 105: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

102

b. Periode penelitian yang relatif pendek yaitu 2009-2011 dan jumlah sampel yang hanya 43 perusahaan untuk tiap tahunnya.

c. Variabel kepemilikan manajerial hanya menggunakan satu karakteristik, yaitu ada atau tidak adanya kepemilikan manajerial.

d. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan sektor manufaktur.

e. Hasil penelitian ini juga belum memberikan hasil yang seperti dihipotesiskan.

3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya dapat ditarik beberapa saran sebagai berikut:

a. Penelitian selanjutnya perlu mengidentifikasi mekanisme corporate governance lain untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap manajemen laba dan nilai perusahaan, seperti sistem insentif untuk manajemen, dewan direksi, pertemuan RUPS dan lain sebagainya.

b. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya menambah periode penelitian, sehingga mungkin dapat dirasakan efek dari praktek corporate governance.

c. Menggunakan model lain yang lebih tepat dalam menghitung discretionary accrual yang lebih sesuai untuk diterapkan di Indonesia.

d. Menggunakan sampel perusahaan yang tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja, tetapi dapat dikembangkan dengan menggunakan sampel dari kelompok perusahaan lain yang listed di Bursa Efek Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. 2005. “Management Control System Buku 2”. Jakarta: Salemba Empat.

Balsam, Bartov and C. Marquardt.2002. Accrual Management, Investor Sophisticated, and Equity Valuation: Evidence from 10-Q Fillings. Journal of Accounting Research.Vol.40 No.4, p.987-1012.

Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. “Teori Akuntansi”. Semarang. Badan Penerbit UNDIP

Dechow, P. 1995.“Accounting Earnings and Cash flow as Measures of Firm Performance: The Role of Accounting Accruals”. Journal of Accounting and Economics. 18: p. 2-42.

Page 106: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Manajemen Laba....(Febriani dan Asmaranti)

103

Dechow, P., R.G. Sloan, and A.P. Sweeney. 1996. “Causes and Consequences of Earnings Manipulation: An Analysis of Firms Subject to Enforcement Actions by SEC”.Contemporary Accounting Research. Vol. 13 No.1, p.1-36.

Fischer, Marly dan Kenneth Rozenzweigg. 1995. “Attitude of Student Practitiones Concerting the Ethical Acceptability of Earnings Management”.Journal of Business Ethic.

Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometric. New York: McGraw Hill Inc.

Guna, Welvin dan Herawaty, Arleen. 2010. ”Pengaruh Mekanisme GCG, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap manajemen Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.12, No.1. Jakarta.

Herawaty, Vinola. 2008. ”Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi.

Indriantoro, Nur & Supomo, Bambang.2002.”Metode Penelitian Bisnis”. Yogyakarta: BPFE.

Jensen, M. and Meckling, W. 1976. ”Theory of the firm: managerial behavior, agency costs and ownership structure”. Journal of Financial Economics, Vol. 3, pp. 305-60.

Jones, Jennifer J. 1991. “Earnings Management During Import Relief Investigations”. Journal of Accounting Research. Vol. 29 No. 2

Lestari, Dwi Anita. 2010. “Pengaruh Pengungkapan GCG Dan Manajemen Laba Terhadap Asimetri Informasi Pada Perusahaan Manufatur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi Mahasiswa Akuntansi S1. Jakarta.

Meutia, Intan. 2004. “Pegaruh Independensi Terhadap Manajemen Laba Untuk KAP Big 5 Dan Non Big 5”. Jurnal Riset Akutasi Indonesia. Vol. 7 No. 3, September, 2004.

Mulford, Charles and Eugene Comiskey. 2002. The Financial Numbers Game Detecting Creative Accounting Theory. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Nurlela, Rika dan Ishlahuddin. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Presentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Pertiwi, Diah Ayu. 2010. “Analisis Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Peranan Praktik Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008”. Skripsi Mahasiswa Akuntansi S1. Semarang.

Praditia, Okta Rezika. 2010. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2005-2008”. Skripsi Mahasiswa Akuntansi S1. Semarang.

Page 107: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

104

Rachmawati, Andri dan Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar, 26-28 Juli

Rama, Radian Sri. 2012. Manajemen Laba (Earning Management) Dalam Perspektif Etika Hedonisme. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.

Scott, William R. 2006. “Financial Accounting theory. Second Edition”. Canada: Prentice Hall.

Scott, William R. 2006. “Financial Accounting theory. 4th Edition”. Canada Inc: Person Education.

Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, Mas’ud. 2006.”Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”.Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus 2006.

Sukamulja, Sukmawati. 2004. ”Good Corporate Governance di Sektor Keuangan: Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan (Kasus di Bursa Efek Jakarta)”. BENEFIT, Vol.8, No. 1, h. 1-25.

Susanti, Angraheni Niken. 2010. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kualitas Laba Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007”. Simposium Nasional Keuangan. Surakarta.

Tarjo. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang saham serta Cost of EquityCapital”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Ujiyantho, Arif Muh. dan B.A. Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli

Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Hartini Pawestri. 2006. “Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan :Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang 23-26 Agustus.

Watts R. and J.L. Zimmerman. 1986. “Positive Accounting Theory”. New York: Prentice Hall.

Wulandari, Ndaruningpuri. 2006. “Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik Di Indonesia”. Fokus Ekonomi Vol. 1 No. 2. Semarang.

http://ilmuakuntansi.web.id/motivasi-manajemen-laba/ Diakses pada 09:32 WIB, 21 Mei 2013

http://www.bapepam.go.id Diakses pada 08. 42 WIB, 19 Mei 2013

Page 108: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

105

PENGARUH KREDIT BERMASALAH TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS PADA INDUSTRI PERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Eka Fitri Handayani1

A. Zubaidi Indra2

ABSTRACT

The depelovment of credit unfavorable when loans became non performing loans. The objectives of this research to analyze the influence of non performing loans to profitability and liquidity of banking firms that listed on Indonesia Stock Exchange. The dependen variable of this research is profitability expressed in ROE (Return On Equity) and Liquidity expressed in LDR (Loans to Deposit Ratio). The independen variable is Non Performing Loans with classified Substandard, Doubtful and Loss (according by SK BI No. 31/147/KEP/DIR). The data analyzing tool of this research is using double regression analyze and using the help of Statistical Product and Service Solution (SPSS) version 17.

Based on the result of this research simultanty to the level of profitability, all variable of non performing loans have significant influence to profitability. The value of Adjusted R square is 79.8 % and value of significant is 0.000. It mean the research have significant influence Substandard (X1), Doubtful (X2), and Loss (X3) Profitability Variable. Meanwhile the result of this research simultanty to the level of liquidity, all variable of non performing loans doesn’t have significant influence to liquidity. The value of Adjusted R square is -2.2 % and value of significant is 0.691. It mean the research doesn’t have significant influence Substandard (X1), Doubtful (X2), and Loss (X3) to Liquidity Variable.

Keyword : Non Performing Loans, ROE, LDR

A. PENDAHULUAN

Industri perbankan merupakan sektor penting dalam pembangunan dan dipandang sebagai inti dari sistem perekonomian di setiap negara dimana arus ekonomi dan keuangan mengalir di dalamnya. Hal ini dikarenakan perbankan yang berfungsi sebagai financial intermediary diantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Kredit merupakan bagian terbesar dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan.

1 Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung. 2 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung.

Page 109: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

106

Dalam penyaluran kredit, bank harus siap menghadapi risiko kredit yang menyebabkan kredit tersebut menjadi bemasalah. Risiko kredit merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diperoleh dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Kredit bermasalah merupakan situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan. Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). NPL menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, sehingga semakin tinggi NPL maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar.

Kualitas kredit dinilai berdasarkan kolektibilitasnya yang pada prinsipnya berdasarkan pada kontinuitas pembayaran oleh debitur. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang kualitas aktiva produktif, maka kualitas kredit dapat digolongkan menjadi lancar (pass), dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtfull) dan macet (loss).

Peningkatan kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang dialami perbankan nasional mengakibatkan bank kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan laba yang optimum dari kegiatan pokoknya tersebut. Dengan meningkatnya kredit bermasalah, maka dampak positif yang ditimbulkan oleh penyaluran kredit tidak dapat terjadi. Hal ini dikarenakan pendapatan operasional dari pemberian kredit sangat kecil karena bunga yang seharusnya diterima oleh bank dari penyaluran kredit tidak diterima secara penuh. Adapun pengertian profitabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada. Profitabilitas mencerminkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba secara efektif dan efisien. Penilaian tingkat profitabilitas perusahaan perbankan dengan kinerja keuangan sebagai berikut: Return On Equity, Return On Asset, Net Profit Margin, dan Rasio Biaya Operasional. Pada penelitian ini, penulis menghitung tingkat profitabilitas dengan menggunakan Rasio Return On Equity (ROE). ROE penting bagi bank karena ROE digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba. ROE merupakan rasio antara laba sesudah pajak dengan rata-rata ekuitas. Semakin besar rasio ini maka akan semakin besar pula keuntungan yang dicapai oleh suatu bank.

Untuk bisa survive, selain harus menjaga tingkat profitabilitas bank juga harus menjaga tingkat likuiditas. Yaitu kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya pada semua pihak yang mencairkan atau menarik simpanannya sewaktu-waktu, agar bank tersebut tidak kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Penyaluran kredit yang mengalami kredit bermasalah akan mempengaruhi likuiditas. Karena munculnya kredit bermasalah, kas yang seharusnya masuk dan menambah likuiditas bank tidak terjadi, sehingga mengakibatkan bank tersebut tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Untuk mengukur tingkat likuiditas, ada beberapa rasio yang biasa digunakan diantaranya, Loans to Deposit Ratio, Quick Ratio,Assets to Loans Ratio,dan Cash Ratio. Biasanya untuk mengukur tingkat likuiditas, bank menggunakan Loan to Deposits Ratio (LDR). LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali

Page 110: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

107

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.

Atas dasar pemikiran yang diuraikan diatas, penelitian ini akan menguji apakah ada kaitan antara jumlah kredit bermasalah dengan tingkat profitabilitas dan likuiditas bank. Sehingga pada kesempatan ini penulis tertairk mengangkat topik penelitian tentang pengaruh kredit bermasalah terhadap tingkat profitabilitas dan likuiditas pada industri perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia.

B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Kredit

Istilah Credit, berasal dari bahasa latin credo, yang berarti I believe, I trust, saya percaya atau saya menaruh kepercayaan. Perkataan credo berasal dari kombinasi perkataan sansakerta cred yang berarti kepercayaan (trust) dan perkataan lain do, yang berarti saya menaruh. Sesudah kombinasi tersebut menjadi bahasa latin, kata kerjanya dan kata bendanya masing-masing menjadi credere dan credetum.

Menurut UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga.

Unsur Kredit

Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan hal tersebut, Unsur-unsur dalam kredit adalah sebagai berikut:

1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah).

2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit.

3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit.

4. Adanya unsur waktu (time element). .

5. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit.

6. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit.

Page 111: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

108

Jenis Kredit

Berdasarkan penggunaan nya, kredit dapat dibedakan menjadi:

1. Kredit konsumsi.

Kredit konsumsi adalah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga/perorangan (termasuk karyawan bank sendiri) dan dipergunakan untuk kebutuhan konsumsi berupa barang atau jasa dengan cara membeli, menyewa, atau dengan cara lain. Sebagai contohnya adalah Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), Kredit Pemilikan Mobil (KPM), Kartu Kredit dan sebagainya.

2. Kredit Modal Kerja

Kredit yang dipergunakan untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancer perusahaan, seperti pembelian bahan baku/mentah, bahan penolong/pembantu, barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain. Biasanya kredit ini jangka pendek atau di bawah satu tahun, dan dapat diperbanjang sesuai dengan kesepakatan yang ada.

Kredit Modal Kerja terdiri dari sebagai berikut:

a. Kredit Modal Kerja (KMK) Ekspor

b. KMK Perdagangan Dalam Negri.

c. KMK Industri

d. KMK Perkebunan, Kehutanan, dan Peternakan.

e. KMK Prasarana / Jasa-jasa

3. Kredit Investasi

Kredit Investasi adalah kredit yang diberikan pada usaha-usaha guna merehabilitas, modernisasi, perluasan, ataupun pendirian proyek baru. Misalnya untuk pembelian mesin-mesin, bangunan, tanah, maupun pabrik.

Kredit investasi juga digunakan untuk pembelian/pengadaan barang-barang modal seperti biasanya Kredit Investasi.

Tujuan Kredit

Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan lepas dari misi bank tersebut. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain :

1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2. Membantu usaha nasabah

Page 112: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

109

Yaitu untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, agar dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik karena akan meningkatkan penerimaan pajak, membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, serta menghemat dan meningkatkan devisa negara.

Fungsi Kredit

Kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar, fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang.

b. Kredit meningkatkan daya utility (guna suatu) barang.

c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

d. Kredit memberikan kegairahan berusaha masyarakat.

e. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi.

f. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

g. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi Internasional.

Penggolongan Kolektibilitas Kredit

Dalam pemberian kredit bank mempunyai resiko yang disebut “credit risk” yang timbul apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarnya. Tujuan dilakukan penyusunan kolektibilitas kredit adalah mengklasifikasikan pinjaman berdasarkan kualitas. Berdasarkan Surat Keputusan BI No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang kualitas aktiva produktif ditetapkan 5 (lima) golongan kolektibillitas kredit, yaitu :

a. Kredit Lancar, apabila memenuhi kriteria:

Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu,

Memiliki mutasi rekening yang aktif,

Bagian dari kredit yang dijamin anggunan tunai (cash collateral).

b. Kredit dalam perhatan khusus (special mentioned), apabila memenuhi kriteria:

Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang belum melampaui 90 hari,

Sering terjadi cerukan,

Mutasi rekening relatif aktif,

Page 113: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

110

Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang di perjanjikan,

Didukung oleh pinjaman baru.

c. Kredit kurang lancar, apabila memenuhi kriteria:

Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 90 hari,

Sering terjadi cerukan,

Frekuensi mutasi rekening relatif rendah,

Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari,

Terjadi indikasi masalah keuangan yang dihadapi oleh debitor,

Dokumentasi pinjaman yang lemah.

d. Kredit diragukan, apabila memenuhi kriteria:

Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 180 hari,

Terjadi cerukan yang bersifat permanen,

Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari,

Terjadi kapasitas bunga,

Dokumentasi hukum yang baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

e. Kredit Macet

Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 270 hari,

Kerugian operasional ditutup dengan jaminan baru,

Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

Pengertian Kredit Bermasalah

Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menguntungkan adalah apabila kredit yang diberikan ternyata menjadi kredit bermasalah (Non Performing Loan). Hal ini disebabkan karena kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok kredit beserta bunganya yang telah disepakati kedua pihak dalam perjanjian kredit.

Pengertian Non Performing Loan menurut Mahmoedin (2002:2), Non Performing Loan adalah kredit yang tidak menepati jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan. Secara luas Non Performing Loan didefinisikan sebagai suatu kredit dimana pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimum yang

Page 114: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

111

ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk memperoleh pelunasan atau bahkan tidak dapat ditagih. Berdasarkan Surat Keputusan BI No. 31/147/KEP/DIR tentang kualitas aktiva produktif, maka ditetapkan kolektibilitas kredit yang termasuk kredit bermasalah adalah Kredit Kurang Lancar, Kredit Diragukan dan Kredit Macet.

Penyebab Kredit Bermasalah

Secara umum ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah, yaitu :

1. Faktor Intern Bank, antara lain sebagai berikut :

a. Account Officer dan Credit Analyst yang bertugas mengelola kredit dinilai tidak mampu. Kelemahan dalam analisa kredit.

b. Bank terlalu agresif menyalurkan kredit karena besarnya dana simpanan pihak ketiga.

c. Lemahnya system pengawasan mutu kredit dan kredibilitas debitur.

d. Kelemahan dokumentasi dan agunan kredit.

e. Persaingan antar bank.

f. Campur tangan pemegang saham yang berlebihan dalam proses. pengambilan keputusan.

g. Tidak adanya tambahan jaminan yang memadai dalam mengcover kredit yang diberikan.

2. Faktor ketidaklayakan debitur

Ada tiga sebab utama kredit bermasalah pada badan usaha yaitu salah urus (mismanagement), kurangnya pengetahuan dan pengalaman pemilik dalam bidang usaha bisnis dimana mereka beroperasi dan penipuan (fraud).

3. Faktor Ekstern dan Debitur, yang mempengaruhi kelancaran usaha perusahaan atau bank yaitu :

a. Menurunnya kondisi ekonomi dan moneter negara atau sektor usaha

b. Meningkatnya tingkat suku bunga pinjaman serta menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat suku bunga kredit.

c. Bencana alam yang merusak atau memusnahkan fasilitas produksi yang mereka miliki.

d. Peraturan pemerintah dapat menjadi sebab lain merosotnya kemampuan debitur bank mengembalikan kredit.

e. Melemahnya kurs nilai tukar mata uang nasional terhadap mata uang asing. Hal ini menyebabkan beban bunga dan pembayaran kembali kredit meningkat sampai diluar batas debitur untuk memikulnya.

Profitabilitas

Menurut Munawir (2002:245), profitabilitas merupakan salah satu faktor yang menarik bagi para pemegang saham karena akan memicu diperolehnya penghasilan

Page 115: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

112

deviden yang dibayar dari keuntungan atau laba perusahaan tersebut. Disamping itu, kenaikan laba perusahaan akan memicu kenaikan harga pasar saham dan potensi di peroleh capital gains. Manajemen juga sangat tertarik terhadap laba karena sering digunakan sebagai ukuran kinerjanya.

Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa di dalam menilai profitabilitas atau rentabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas yang tinggi bagi manajemen atau pihak-pihak lain, lebih penting daripada keuntungan yang besar. Keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut rendabel.

Tingkat Pengembalian Ekuitas(Return On Equity)

Hasil pengembalian atas total ekuitas (return on equity) mencoba mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001,

ROE = Laba setelah Pajak x 100 %

Rata-rata ekuitas

Return On Equity adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti mengindikasikan adanya kenaikan laba bersih dari bank bersangkutan. dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak. Sedangkan rata-rata ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank.

Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan harta lancarnya (current asset). Dalam perbankan manajemen likuiditas adalah salah satu hal yang penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Untuk itu setiap bank yang beroperasi sangat menjaga likuiditasnya agar pada posisi yang ideal. Dalam manajemen likuidtas bank berusaha untuk mempertahankan status rasio likuiditas, memperkecil dana yang menganggur guna meningkatkan pendapatan dengan resiko sekecil mungkin, serta memenuhi kebutuhan cashflownya.

Dalam likuiditas terdapat dua resiko yaitu resiko ketika kelebihan dana dimana dana yang ada dalam bank banyak yang idle, hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat bunga yang tinggi. Kedua resiko ketika kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia untuk mencukupi kebutuhan kewajiban jangka pendek tidak ada. Dan juga akan mendapat pinalti dari bank sentral. Kedua keadaan ini tidak diharapkan oleh bank karena akan mengganggu kinerja keuangan dan kepercayaan masyarkat terhadap bank tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika bank mengharapkan keuntungan

Page 116: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

113

yang maksimal akan beresikopada tingkat likuiditas yang rendah atau ketika likuiditas tinggi berarti tingkat keuntungan tidak maksimal.disini terjadi konflik kepentingan antara mempertahankan likuiditas yang tinggi dan mencari keuntungan yang tinggi.

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit dengan jumlah dana. Loan to Deposit Ratio (LDR) juga merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank. (Dendawijaya, 2000:18). Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001,

LDR = Total Kredit x 100 %

Total Dana Pihak Ketiga

Rasio LDR juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu bank. Apabila kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, maka bank akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah membatasi rasio antara kredit dibandingkan dengan simpanan masyarakat pada bank yang bersangkutan. Menurut Kasmir (2007:272), batas aman LDR menurut peraturan pemerintah adalah 110%.

Kredit Bermasalah terhadap tingkat Profitabilitas dan Likuiditas

Penyaluran kredit pada perbankan harus siap menghadapi resiko kredit yang menyebabkan kredit tersebut menjadi kredit bermasalah. Untuk itu bank harus melakukan perencanaan dan analisis kredit agar bisa mendeteksi kemungkinan terjadi resiko kredit. Kredit bermasalah merupakan ketidakmampuan debitur dalam mengembalikan hutang kepada pihak bank. Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan, bahkan menunjukkan bahwa bank akan memperoleh kerugian. Adanya kredit bermasalah akan mengurangi pendapatan operasional bank yaitu dari bunga sebagai dampak positif dari penyaluran kredit kepada debitur.

Dengan adanya kredit bermasalah, pendapatan operasional bank akan semakin kecil. Kredit bermasalah dapat mempengaruhi pendapatan operasional bank. Dimana dengan munculnya kredit bermasalah, pendapatan operasional berupa bunga tidak diperoleh sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah ditetapkan. Pendapatan operasional bank yang semakin kecil akan mempengaruhi pada laba yang diperoleh suatu bank. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi profitabilitas suatu bank. Di mana profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam memperoleh laba dengan

Page 117: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

114

menggunakan sumber daya yang ada. Semakin tinggi kredit bermasalah maka akan semakin menurun kinerja profitabilitas suatu bank.

Selain mempengaruhi profitabilitas bank, kredit bermasalah juga akan mempengaruhi persediaan alat likuid pada suatu bank. Di mana dengan adanya kredit bermasalah, dana yang telah diberikan bank kepada debitur untuk sementara atau seterusnya tidak kembali lagi kepada bank sebagai kreditur.

Selain itu dengan munculnya kredit bermasalah maka akan mengakibatkan ketersediaan alat likuid yang minim pada suatu bank sehingga dapat mempengaruhi tingkat likuiditas pada bank tersebut. Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya kembali simpanan atau deposito oleh pihak ketiga. Suatu bank dikatakan likuid apabila memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya.

Hipotesis

Hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. H1 : Kredit Kurang Lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas bank.

H1 : Kredit Kurang Lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap

tingkat likuiditas bank.

2. H2 : Kredit Diragukan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas bank.

H2 : Kredit Diragukan tidak berpengaruh signifikan terhadap

tingkat likuiditas bank.

3. H3 : Kredit Macet tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas bank.

H3 : Kredit Macet tidak berpengaruh signifikan terhadap

tingkat likuiditas bank.

4. H4 : Kredit Kurang Lancar, Kredit Diragukan, dan Kredit Macet tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas bank secara bersama – sama.

H4 : Kredit Kurang Lancar, Kredit Diragukan, dan Kredit Macet tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas bank secara

bersama – sama.

C. METODE PENELITIAN

Page 118: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

115

1. Data dan populasi

Data yang digunakan yaitu laporan keuangan bank yang didapat dari situs Bursa

Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id atau dari literature lainnya yang masih

erat kaitannya dalam penelitian ini.

Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode pemilihan sampel non probabilitas (non probabilyty sampling methods), dengan teknik Sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakteristik tertentu (Sugiyono. 2003:61). Karakteristik tersebut adalah :

1. Perusahaan perbankan yang memiliki laporan keuangan lengkap dari tahun 2007 sampai dengan 2010.

2. Memiliki laporan kredit bermasalah dengan kualifikasi Diragukan, Kurang Lancar dan Macet.

2. Definisi dan Pengukuran Variabel

Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian ini adalah tingkat profitabilitas dan likuiditas. Tingkat profitabilitas bank yang dinyatakan dalam ROE (Return On Equity) dengan rumus :

ROE = Laba setelah Pajak x 100 %

Rata-rata ekuitas

Tingkat likuiditas bank yang menyatakan dalam LDR yang diperoleh dengan rumus

LDR = Total Kredit x 100 %

Total Dana Pihak Ketiga

Variabel Independen

Variabel independen yaitu persentase kredit bermasalah dari tahun ke tahun. Terdiri dari kredit:

a) Kurang Lancar (KL), sebagai variabel X1.

KL = Total Kredit Kurang Lancar x 100 %

Total Kredit

b) Kredit Diragukan (D), sebagai variabel X2.

Page 119: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

116

D = Total Kredit Diragukan x 100 %

Total Kredit

c) Kredit Macet (M), sebagai variabel X3.

M = Total Kredit Macet x 100 %

Total Kredit

3. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisa permasalahan adalah alat analisis model statistika, yaitu regresi linier berganda. Seperti yang dinyatakan oleh Walpole (1992) yaitu persamaan matematik yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai suatu peubah tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas disebut persamaan regresi. Dengan demikian model analisis dalam pemikiran ini menggunakan regresi

berganda yang diformulasikan sebagai berikut:

Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Y2 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan :

Y1 = Return On Equity (tingkat profitabilitas)

Y2 = Loan to Deposit Ratio (tingkat likuiditas)

a = konstanta parameter

b = koefisien regresi

X1 = Persentase jumlah kredit Kurang Lancar (KL)

X2 = Persentase jumlah kredit Diragukan (D)

X3 = Persentase jumlah kredit Macet (M)

e = error

Uji Model

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang diamati merupakan prediktor terbaik bagi variabel dependen. Kriteria pengujiannya dengan menggunakan p-value (sig). Jika p-value > α maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan linier antar variabel. Dan sebaliknya, jika p-value < α maka Ho ditolak berarti minimal ada salah satu variabel bebas (prediktor) berhubungan linier dengan variabel tak bebas.

Uji Hipotesis Individu

Page 120: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

117

Pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara parsial dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan dalam analisis ( α ) = 5%.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sampel penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdapat di BEJ dan yang telah mempublikasi laporan tahunannya dari tahun 2007 - 2010. Serta memiliki Catatan Atas Laporan Keungan untuk kriteria Kredit Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Seleksi sampel menggunakan purposive sampling sehingga diperoleh 18 perusahaan perbankan.

Statistik Deskriptif

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh statistik deskriptif Berikut ini (tabel 1).

Tabel 1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

ROE 72 -167.51 43.83 8.7126 26.67886

LDR 72 40.22 103.88 72.4610 16.00977

KL 72 .00 9.11 .8840 1.64084

D 72 .00 5.51 .5372 .96580

M 72 .00 48.07 2.6406 5.97463

Valid N (listwise)

72

Sumber : Data sekunder diolah melalui SPSS 17

Pengujian Asumsi Regresi Linier Berganda

Uji Normalitas

Page 121: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

118

Pengujian asumsi ini dilakukan melalui pengamatan terhadap Normal Probability Plot of Regression Standardized Residual. Hasil pengujian Normalitas didapat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, berarti data yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolinieritas dan Uji Heteroskedastisitas

Uji Multikolinearitas, hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas yang ditunjukkan oleh nilai VIF dari semua variabel independen yang <10. Uji Heterokedastisitas, hasil pengujian dengan scatterplot menunjukkan pola menyebar.

Pengujian Hipotesis

Uji Bersama - sama

Rumusan uji bersama-sama adalah Kredit Bermasalah Kurang Lancar, Diragukan dan Macet berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas dan likuiditas pada bank umum swasta nasional di Indonesia secara bersama-sama.

Tabel 2

Hasil Uji Koefisien Regresi Secara Bersama - sama

Tabel Hasil Analisis Determinasi

Dependen Variabel : Profitabilitas

Tabel 3

Variabel Dependen Keputusan

Profitabilitas H4 Ditolak

Likuiditas H4 Diterima

Page 122: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

119

Tabel 4

Tabel 4

Hasil Uji Model (1)

Tabel 5

Hasil Analisis Determinasi

Tabel 6

Hasil Model (2)

Page 123: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

120

Berdasarkan tabel diatas, pada pengujian bersama-sama untuk variabel dependen Profitabilitas diperoleh angka Adjusted R Square sebesar 0,666 atau 66,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen profitabilitas adalah sebesar 66.6 %. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 66.6 % variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar 33.4 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Sedangkan dari hasil perhitungan maka diperoleh angka siginifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel KL (X1), D(X2), M(X3)dengan variabel profitabilitas (Y1). Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas (variabel dependen) pada industri perbankan di Indonesia. Sedangkan untuk variabel dependen Likuiditas, diperoleh angka Adjusted R Square sebesar -0,022 atau -2,2 %.

Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen likuiditas adalah sebesar -2,2 %. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar -2,2 % variasi variabel dependen. Sedangkan dari hasil perhitungan maka diperoleh angka siginifikansi 0,691 > 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel KL (X1), D(X2), M(X3)dengan variabel likuiditas (Y2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap likuiditas (variabel dependen) pada industri perbankan Indonesia.

Tidak signifikannya pengaruh Kredit Kurang Lancar, Diragukan dan macet terhadap tingkat likuiditas dimungkinkan karena kredit bermasalah relatif rendah dan fluktuasi yang terjadi relatif kecil, sementara fluktuasi tingkat likuiditas lebih besar dibandingkan fluktuasi kredit bermasalah sehingga dapat dimungkinkan yang lebih mempengaruhi likuiditas adalah faktor lain yang tidak di teliti seperti dana pihak ketiga, time deposite, investasi yang dilakukan, pendapatan lain-lain diluar aktivitas utama perusahaan dan lain-lain.

Uji Individu

Rumusan uji hipotesis yang pertama adalah Kredit bermasalah (Kurang Lancar, Diragukan dan Macet) berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas dan likuiditas pada industri perbankan secara parsial. Uji hipotesis ini untuk melihat

Page 124: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

121

pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, maka didapat hasil uji regresinya secara parsial adalah sebagai berikut :

Tabel 7

Uji Koefisien Regresi Secara Individu

Sumber : Data diolah melalui SPSS 17

Sumber : Data diolah melalui SPSS 17

Berdasarkan tabel diatas maka uji koefisien regresi secara individu dari bank dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengujian variabel Kredit Kurang Lancar terhadap profitabilitas dan likuiditas.

Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel Kredit bermasalah KL (Kurang Lancar) mempunyai koefisien regresi sebesar -2,496 dengan probabilitas tingkat kesalahan 6 % lebih besar dari tingkat signifikansi 5 %. Hal ini menyatakan bahwa pengaruh kredit Kurang Lancar terhadap profitabilitas adalah tidak signifikan. Dengan demikian, maka H1 pertama diterima dan Ha1 pertama ditolak, hal ini berarti variabel Kurang Lancar secara individu mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat profitabilitas pada industri perbankan di Indonesia.

Kredit kurang lancar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas bank dikarenakan kredit kurang lancar merupakan kredit bermasalah yang memiliki jangka waktu penunggakan paling rendah yaitu lebih dari 90 hari dari tanggal jatuh tempo. Jangka waktu ini lebih rendah bila dibandingkan dengan jangka waktu penunggakan untuk kredit bermasalah Diragukan yaitu lebih dari 180 hari dan kredit bermasalah Macet yaitu lebih dari 270 hari. Dengan jangka waktu yang tergolong rendah tersebut, maka pada saat teridentifikasi menjadi kredit bermasalah Kurang Lancar bank akan berupaya untuk mengatasi kredit bermasalah sedini mungkin sehingga penunggakan kredit tidak akan semakin bermasalah (menjadi kredit Diragukan atau bahkan menjadi Kredit Macet).

b. Pengujian terhadap variabel Kredit Diragukan

Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel Diragukan mempunyai koefisien regresi sebesar -12,206 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0 % lebih kecil dari tingkat signifikansi 5 %. Dengan demikian, maka H2 ditolak dan Ha2

Page 125: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

122

diterima, hal ini berarti variabel Diragukan secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas pada industri perbankan di Indonesia.

c. Pengujian terhadap variabel Kredit Macet

Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel Macet mempunyai koefisien regresi sebesar -2,045 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0 % lebih kecil dari tingkat signifikansi 5 %. Dengan demikian, maka H3 ditolak dan Ha3 diterima, hal ini berarti variabel Macet secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas pada industri perbankan di Indonesia.

Konstanta dan Koefisiensi Regresi

Bedasarkan data pada tabel, setelah dilakukan analisis regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS diperoleh persamaan regresi linier berganda sesuai dengan hasil perhitungan pada lampiran 3 dan 4 yaitu :

Y1 = 22,882 - 12,206 X2 – 2,045 X3 + ei

Berdasarkan persamaan tersebut, nilai konstanta sebesar 22,882 untuk profitabilitas menyatakan bahwa tingkat profitabilitas industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang ditetapkan sebagai variabel dependen sebesar 22,882 dengan asumsi seluruh variabel konstan.

Koefisien regresi (b2) untuk profitabilitas -12,206 menyatakan bahwa setiap kenaikan Kredit Diragukan sebesar 1% akan mengakibatkan terjadinya penurunan profitabilitas sebesar 12,20 % dengan asumsi semua variabel lainnya konstan.

Koefisien regresi (b3) untuk profitabilitas -2,045 menyatakan bahwa setiap kenaikan Kredit Macet sebesar 1% akan mengakibatkan terjadinya penurunan profitabilitas sebesar 2,04% dengan asumsi semua variabel lainnya konstan.

E. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Dengan adanya temuan empiris dalam penelitian ini maka persentase kredit kurang lancar, diragukan dan macet yang dapat memprediksi kredit bermasalah terhadap profitabilitas dan likuiditas dihitung dengan menggunakan angka yang terdapat dalam laporan tahunan 2007 sampai dengan 2010, kemudian hasil dari persentase tersebut dianalisis secara statistik dengan bantuan SPSS untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas dan likuiditas pada industri perbankan. Dari hasil uji regresi linear berganda diperoleh kesimpulan :

a. Hasil pengujian secara bersama-sama pengaruh Kredit Kurang Lancar, Diragukan dan Macet terhadap profitabilitas yang menggunakan rasio Return On Equity menunjukkan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama

Page 126: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

123

berpengaruh terhadap profitabilitas (variabel dependen) pada industri perbankan di Indonesia.

b. Sedangkan hasil pegujian pengaruh Kredit Kurang Lancar, Diragukan dan Macet terhadap likuiditas yang menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio menunjukkan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap tingkat likuiditas (variabel dependen) pada industri perbankan Indonesia.

c. Hasil pengujian secara individu menunjukkan bahwa variabel Kredit Kurang Lancar memiliki hubungan negatif tidak signifikan terhadap Return On Equity. Dengan demikian variabel Kredit Kurang Lancar mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat profitabilitas pada industri perbankan.

d. Sedangkan variabel Kredit Diragukan dan Kredit Macet berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Equity. Dengan demikian, variabel Kredit Diragukan dan Kredit Macet mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas pada bank industri perbankan.

2. Saran

Mengacu pada kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian skripsi ini, maka diajukan saran-saran sebagai berikut :

a. Sebaiknya untuk penelitian yang akan datang digunakan sampel yang lebih banyak sehingga dapat memberikan hasil yang lebih akurat.

b. Menggunakan time series data yang panjang sehingga akan memberikan hasil yang lebih akurat.

c. Industri Perbankan disarankan untuk lebih berhati – hati dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan perkreditannya. Karena bila dalam pengelolaan kredit terjadi adanya kegagalan pihak debitur dalam mengembalikan pinjamannya maka berdampak pada kredit bermasalah. Kredit bermasalah akan berdampak negatif baik bagi kelangsungan hidup bank itu sendiri maupun perekonomian negara. Kredit bermasalah akan mengurangi tingkat profitabilitas bank terutama bila terjadi kredit macet. Karena bila terjadi peningkatan Non Performing Loan, hal ini akan mengurangi kepercayaan/reputasi dari masyarakat, Bank Indonesia, bank/lembaga lain dan dunia Internasional. Selain itu jika NPL mengalami peningkatan, maka akan berdampak pada biaya Biaya Pencadangan kredit bermasalah (PPAP/Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yang semakin tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Dendawijaya, Lukman.2002. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Page 127: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

124

Kasmir. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Keenam. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mahmoeddin, As. 2002. Melacak Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Muljono, Teguh Pudjo. 1996. Bank Budgeting Profit Planning &Contro BPFE. Yogyakarta.

Munawir, S. 1995. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Empat. Liberty. Yogyakarta.

Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 27 November 2005.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan : Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE

Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.

Walpole, Ronald. E. 1992. Pengantar Statistik. Edisi ke-3. PT. Gramedia. Jakarta.

------------.1998. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998. Badan Penerbit Cipta Jaya. Jakarta.

---------- http://www.bi.go.id/biweb/utama/peraturan/skdir31147.pdf diunduh tanggal 28 Februari 2010 pukul 19.00 WIB

---------- http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/se_121110.htm diunduh tanggal 19 September 2012 pukul 19.00 WIB

----------www.bi.go.id

----------www.idx.co.id

----------www.google.co.id

Page 128: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

125

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA

(Studi Empiris pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)

Alma’wa1 Agrianti Komalasari2

ABSTRACT

This study aimed to test empirically whether underwriter reputation variables, auditor reputation, return on assets, earnings per share negative effect on underpricing. And firm size as control variables. The samples in this study were obtained by using purposive judgment sampling. Based on predetermined criteria, then there are 70 samples were selected as sample to the period 2007-2011. Hypothesis testing is performed using multiple linear regression analysis. Prior to multiple linear regression analysis first tested the classical assumptions.

The results showed that the variables negatively affect the reputation of underwriters underpricing while the auditor's reputation, return on assets, earnings per share and firm size has no effect on underpricing.

Keywords: Underpricing, Underwriter reputation, Auditor reputation, Return On Assets, Earning Per Share, and Firm Size.

A. PENDAHULUAN

Dalam menjalankan kegiatan operasional suatu perusahaan tidak akan terlepas dari masalah pemenuhan kebutuhan dana untuk pembiayaan operasionalnya. Kebutuhan akan pembiayaan dapat dipenuhi dari berbagai sumber, baik sumber pendanaan internal maupun sumber pendanaan eksternal. Sumber pendanaan internal dapat berasal dari laba yang ditahan perusahaan, sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat berasal dari hutang pada bank, pengeluaran surat hutang, atau dari emisi saham, untuk pendanaan yang berasal dari saham, pada umumnya perusahaan akan menawarkan sahamnya kepada publik atau masyarakat dengan melakukan penawaran saham perdana kepada publik atau sering disebut initial public offering (IPO).

UU RI No 8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat (Syukri;1999 dalam Ariawati; 2005). Dengan beredarnya

1 Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung. 2 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Lampung.

Page 129: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

126

saham perusahaan ke tangan publik mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut telah berubah dari perusahaan pribadi menjadi perusahaan publik atau lebih dikenal dengan Go public.

Menurut Suyatmin dan Sujadi (2006) dalam Wulandari (2011), permasalahan yang dihadapi perusahaan ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah penentuan besarnya harga penawaran perdana. Di satu pihak perusahaan ingin menerapkan harga jual tinggi agar memperoleh penerimaan dari hasil penawaran (proceeds) yang tinggi pula. Di sisi lain, harga saham yang mahal mempengaruhi minat investor untuk membeli saham tersebut, harga yang tinggi menyebabkan minat investor untuk membeli saham tersebut menjadi rendah dan besar kemungkinan saham yang ditawarkan menjadi kurang menarik karena investor ingin mendapatkan initial return dari selisih antara harga saham di pasar sekunder dengan pembelian saham di pasar perdana tersebut, sehingga kondisi ini tidak menguntungkan bagi emiten, karena emiten telah mengorbankan return yang seharusnya didapat. Adanya initial return mengindikasikan terjadi fenomena underpricing di pasar perdana.

Underpricing terjadi ketika terdapat selisih positif antara harga saham yang ditawarkan perusahaan pada pasar primer dengan harga yang terbentuk di pasar sekunder, sehingga menyebabkan investor memperoleh initial return yang tinggi pada awal perdagangan. Kondisi underpricing merugikan untuk perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh dari publik tidak maksimum. Underwriter adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Dalam proses go public, pertama saham perusahaan yang akan go public dijual di pasar perdana. Kemudian saham tersebut akan diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara peusahaan emiten dengan underwriter, sedangkan harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar. Underwriter dalam hal ini memperoleh informasi lebih baik mengenai permintaan saham-saham emiten, dibandingkan emiten itu sendiri. Oleh karena itu, underwriter akan memanfaatkan informasi yang dimiliki untuk memperoleh kesepakatan optimal dengan emiten. Dapat dikatakan reputasi underwriter yang lebih tinggi diharapkan akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi juga karena penyediaan pelayanan yang lebih baik dari underwriter.

Fungsi auditor dalam proses go public adalah sebagai pihak yang ditunjuk oleh perusahaan untuk melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan sebagai calon emiten. Penggunaan auditor yang bereputasi tinggi dapat memberikan hasil pelaporan yang sesuai dengan laporan keuangan perusahaan, dengan demikian penggunaan auditor yang bereputasi tinggi dapat digunakan sebagai tanda petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten. Oleh karena itu, perusahaan yang akan melakukan IPO akan memilih KAP yang memiliki reputasi yang baik.

ROA merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk mendapat laba. ROA yang semakin besar berarti bahwa perusahaan tersebut

Page 130: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

127

dapat memanfaatkan seluruh asetnya dalam memperoleh laba sehingga tingkat underpricing yang diharapkan akan rendah. Menurut Wijayanto (2009) Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Pada umumnya pemegang saham dan calon investor akan tertarik pada EPS, karena EPS menggambarkan jumlah uang yang diperoleh untuk setiap lembar saham dan EPS yang besar menjadi indikator keberhasilan dari emiten. Dengan memperhatikan pertumbuhan laba perlembar saham tersebut dapat dilihat prospek perusahaan di masa yang akan datang sehingga akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi.

Masalah yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah apakah reputasi underwriter berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing? Selain itu juga, permasalahan apakah reputasi auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing, apakah return on assets berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing, dan apakah earning per share berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.

B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Teori yang mendasari

a. Asymmetric Information Theory

Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana terdapat kesenjangan informasi baik antara informasi yang dimiliki oleh perusahaan (insider) dengan pihak lain (outsider). Asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan emiten dengan underwriter yaitu bahwa underwriter memiliki informasi yang lebih mengenai permintaan saham-saham perusahaan emiten dibanding perusahaan emiten itu sendiri. Maka underwriter akan memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk membuat kesepakatan harga IPO yang optimal bagi dirinya, yaitu dengan memperkecil risiko dalam membeli saham yang nantinya tidak laku terjual. Emiten akan menerima harga yang murah bagi penawaran sahamnya karena kurang memiliki informasi. Dengan demikian akan menyebabkan tingkat underpricing yang semakin tinggi.

Investor yang memilki informasi akan membeli saham yang dianggap akan memberi return yang tinggi untuk di masa depan. Sedangkan untuk investor yang tidak memilki informasi akan membeli saham tanpa mengetahui saham tersebut memberikan return yang tinggi atau tidak untuk di masa depan.

b. Signaling Theory

Sumarsono (2003) dalam Puspita (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal kepada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang

Page 131: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

128

berkualitas baik dan perusahaan yang berkualitas buruk. Oleh karena itu, issuer dan underwriter dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar. Underpricing beserta sinyal yang lain (reputasi underwriter, reputasi auditor, return on asset, EPS) merupakan sinyal positif yang berusaha diberikan oleh issuer guna menunjukkan kualitas perusahaan pada saat IPO.

c. Makna Go-Public

Go Public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Transaksi penawaran umum penjualan saham pertama kali terjadi di pasar perdana (primary market). Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana disebut Initial Public Offering (IPO).

d. Fenomena Underpricing

Underpricing merupakan fenomena yang terjadi ketika harga saham pada saat penawaran lebih rendah daripada harga yang terbentuk ketika saham pertama kali diperdagangkan pada pasar sekunder. (Bodie, Kane, dan Marcus, 2003: 67). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing dijelaskan sebagai berikut.

(i) Reputasi Underwriter

Dalam proses IPO, underwriter bertanggung jawab atas terjualnya saham. Apabila ada saham yang masih tersisa, maka underwriter berkewajiban untuk membelinya. Bagi underwriter yang belum mempunyai reputasi, akan sangat hati-hati untuk menghindari risiko tersebut. Untuk menghindari risiko, maka underwriter menginginkan harga yang rendah. Bagi underwriter yang memiliki reputasi tinggi, mereka berani memberikan harga yang tinggi pula sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya. (Yasa, 2008)

(ii) Reputasi Auditor

Auditor yaitu sebagai pihak yang ditunjuk oleh perusahaan, yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan sebagai calon emiten. Menurut Daljono ( 2000) dalam Setianingrum (2005) reputasi auditor menunjukkan kualitas dan profesionalisme auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang menggunakan auditor yang berkualitas tinggi dapat diartikan sebagai sinyal kualitas emiten.

Page 132: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

129

e. Return On Assets

Return on asset (ROA) yaitu rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan dengan cara memanfaatkan asset yang dimilikinya. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat underpricing (Yasa, 2008)l

f. Earning Per Share

Variabel earning per share merupakan proxy laba per lembar saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Hasil penelitian Ardiansyah (2004) EPS berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return.

2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dikemukakan oleh peneliti pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1

Review Penelitian Terdahulu No Penelitian

(Tahun) Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Alat Analisis

Hasil Temuan

1. Sri Retno Handayani (2008)

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2006)

Dependen: Underpricing Independen: Debt to equity rasio, return on asset, earning per Share, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan prosentase penawaran saham

Regresi Linear Berganda

EPS berpengaruh negatif terhadap underpricing. sedangkan debt to equity rasio, return on asset,. umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan prosentase penawaran saham tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

2. Siti Ariawati (2005)

Analisis Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Tingkat Underpricing pada Penawaran Saham Perdana

Dependen: underpricing Independen: SIZE, waktu listing, reputasi underwriter, kondisi pasar, ROI, financial leverage

Regresi Linear Berganda

SIZE dan reputasi underwriter berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing,

Page 133: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

130

(IPO) leverage berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing. waktu listing,kondisi pasar dan ROI tidak terhadap underpricing

3. Bram Nugroho Sandhiaji. (2004)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO) periode 1996-2002

reputasi underwriter, reputasi auditor, jumlah saham yang ditahan investor lama, return on asset, umur perusahaan, ukuran perusahaan.

Regresi Linear Berganda

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa reputasi underwriter. jumlah saham yang ditahan investor lama, return on asset, umur perusahaan, ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan. namun reputasi auditor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing.

4. Ardiansyah (2004)

Initial Return dan return 15 hari setelah IPO

ROA, DER, EPS, Proceeds, pertumbuhan laba, CR, besaran perusahaan, reputasi penjamin emisi, reputasi auditor, umur perusahaan jenis industri dan kondisi perekonomian

Regresi linear berganda

EPS dan kondisi perekonomian berpengaruh signifikan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO; financial leverage berpengaruh signifikan terhadap return 15 hari setelah IPO; besaran perusahaan tidak berhasil ditunjukkan sebagai variabel moderat terhadap hubungan antar

Page 134: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

131

variabel keuangan dengan initial returndan return 15 hari setelahIPO

5. Harum Indinah Diananingsih (2003)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO)

Dependen: Underpricing Independen: Reputasi underwriter, besarnya saham yang ditawarkan ke masyarakat,besarnya saham yang ditahan oleh pemilik lama, waktu listing.

Regresi Linear Berganda

Reputasi underwriter, besarnya saham yang ditawarkan ke masyarakat. waktu listing berpengaruh terhadap underpricing sedangkan besarnya saham yang ditahan oleh pemilik lama tidak berpengaruh terhadap underpricing

6. Tia Setianingrum (2005)

Pengaruh Informasi ProspektusPerusahaan terhadap Initial return pada Penawaran Saham Perdana

Dependen: Initial return Independen: ROA, total debt to equity, total debt to total asset, presentasi penawaran saham, umur perusahaan, reputasi auditor, reputasi underwriter

Regresi Linier Berganda

ROA. total debt to equity. umur perusahaan, reputasi auditor, reputasi underwriter berpengaruh terhadap Initial return sedangkan total debt to total asset presentasi penawaran saham tidak berpengaruh terhadap Initial return

Sumber: Data diolah penulis (2012)

3. Model Penelitian

Informasi keuangan dan non keuangan yang terkandung dalam prospektus merupakan ketentuan yang harus dimiliki perusahaan go public. Dengan adanya informasi dalam prospektus tesebut diharapkan akan dapat mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan go public, sehingga perusahaan sebagai emiten di bursa akan mendaptkan return yang maksimal untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Informasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reputasi underwriter, reputasi auditor, return on assets,

Page 135: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

132

earning per share. Informasi tersebut diperkirakan memiliki pengaruh tehadap underpricing. Berdasarkan hal tersebut dapat digambarkan bentuk model penelitian pada gambar 1 sebagai berikut.

Gambar 1 Model Penelitian

4. Hipotesis

a. Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap Underpricing

Underwriter adalah pihak yang membuat kontrak degan emiten untuk melakukan penawaran umum perdana. Dalam proses IPO, underwriter bertanggung jawab atas terjualnya saham. Apabila ada saham yang masih tersisa, maka underwriter berkewajiban untuk membelinya. Bagi underwriter yang belum mempunyai reputasi, akan sangat hati-hati untuk menghindari risiko tersebut. Untuk menghindari risiko, maka underwriter menginginkan harga yang rendah. Bagi underwriter yang memiliki reputasi tinggi, mereka berani memberikan harga yang tinggi pula sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya (Yasa, 2008). Reputasi underwriter yang tinggi merupakan sinyal yang baik untuk investor. Ariawati (2005) menyatakan reputasi underwriter berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing, sedangkan menurut penelitian Yolana dan Martani, 2005 dalam Puspita, 2011 reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap underpricing. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:

H1: Reputasi underwriter berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.

b. Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Underpricing

Menurut Daljono (2000) dalam Setianingrum (2005) reputasi auditor menunjukkan kualitas dan profesionalisme auditor yang mengaudit laporan

Reputasi

Underwritter Reputasi Auditor

Turn on Assets

Earnings per Share

Underpricing

Firm Size

Page 136: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

133

keuangan perusahaan. Reputasi auditor didasarkan pada frekuensi penugasan yang dilakukan oleh emiten. Perusahaan yang menggunakan auditor yang berkualitas tinggi dapat diartikan sebagai sinyal kualitas emiten. Hal ini berarti bahwa penggunaan auditor yang memiliki reputasi tinggi akan mengurangi ketidakpastianpada masa yang akan datang (Yasa, 2008). Setianingrum (2005) menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh yang signifikan terhadap underpricing. Sedangkan menurut penelitian Sandhiaji (2004) reputasi auditor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:

H2: Reputasi auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.

c. Pengaruh Return on Asset terhadap Underpricing

Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Informasi ini akan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektivitas operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA perusahaan akan semakin rendah tingkat underpricing karena investor akan menilai kinerja perusahaan lebih baik dan bersedia membeli saham perdananya dengan harga yang lebih tinggi. Calon investor akan mempertimbangkan prosentase profitabilitas perusahaan sebelum menentukan keputusan investasinya sehingga nilai ketidakpastiaannya semakin rendah yang juga akan menurunkan nilai underpricing perusahaan tersebut (Yasa, 2008). Dengan demikian hipotesis yang diajukan:

H3: Return on asset berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.

d. Pengaruh Earning Per Share terhadap Underpricing

Earning per share merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham (Ardiansyah, 2004). Salah satu alasan investor menanamkan modalnya di perusahaan adalah karena investor tersebut yakin akan pendapatan yang dihasilkan dari tiap lembar saham yang dibelinya. Hal ini yang menandakan bahwa semakin tinggi nilai EPS, maka investor akan semakin tertarik. Sehingga mengakibatkan harga saham tinggi (Kurniawan, 2007). Penelitian Ardiansyah (2004) menyatakan EPS berpengaruh signifikan positif terhadap initial return. Sedangkan menurut Handayani (2008) EPS berpengaruh negatif terhadap underpricing. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:

H4: Earning per share berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.

Page 137: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

134

C. METODE PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel

Penulis menggunakan populasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis menggunakan data periode pengamatan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu dari periode tahun 2007-2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2011 untuk keperluan analisis data.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari website Indonesian Stock Exchange dan Indonesian Capital Market Directory. Selain itu penulis juga mengumpulkan data sebagai landasan teori dan penelitian terdahulu dari buku, internet serta sumber data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2007-2011.

b. Perusahaan memiliki laporan keuangan pada saat IPO.

c. Data perusahaan tidak memiliki nilai negatif.

d. Perusahaan tersebut tidak mengalami overpricing.

e. Data perusahaan tidak outlier

f. Tersedia data harga saham saat IPO dan data harga saham saat penutupan.

g. Memiliki informasi tentang auditor dan underwriter.

3. Operasionalisasi Variabel Penelitian

a. Variabel Dependen (Y)

(i) Underpricing (Y1)

Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat penawaran perdana lebih rendah dibandingkan ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Penentuan harga saham pada saat penawaran umum ke publik, dilakukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan underwriter. Sedangkan harga saham yang terjadi di pasar sekunder merupakan hasil mekanisme pasar yaitu hasil dari mekanisme penawaran dan permintaan (Handayani, 2008)

Menurut Kunz dan Aggarwal (1994) dalam Handayani (2008) rumus underpricing adalah sebagai berikut:

Page 138: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

135

Up = (P1 – P0) x 100%

P0

Keterangan:

Up = initial return saham masing-masing perusahaan

P0 = harga penawaran perdana (offering price) saham

P1 = harga penutupan saham hari pertama di pasar sekunder

b. Variabel Independen (X1) (X2) (X3) (X4)

Reputasi Underwriter (X1)

Variabel ini merupakan variabel dummy dimana pengklasifikasiaannya berdasarkan peringkat penjaminan emisi obligasi maupun saham (data Bloomberg) yang dimuat dalam situs Bataviase.co.id. Pemeringkatan ini didasarkan nilai penjaminan IPO saham dari total emisi saham perdana yang menempati peringkat 1 sampai 5 pada underwriting IPO saham yaitu Credit Suisse, Deuttsche Bank AG, PT Danatama Makmur, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Bahana Securities. Hasil publikasi peringkat ini diindikasikan memberi nilai prestigious pada kredibilitas kinerja underwriter tersebut sehingga diberi nilai 1 dan yang tidak termasuk dalam peringkat diberi nilai 0.

Reputasi Auditor (X2)

Variabel ini juga merupakan variabel dummy. Nilai 1 untuk partner dari auditor yang berafiliasi dengan The Big Four (Delloitte Touche Tohmatsu, PwC, Ernst & Young, dan KPMG) dan kantor akuntan lainnya diberi nilai 0 (Sutedja dan Violita, 2010 dalam Yunati, 2011).

Return on Assets (X3)

Return on assets (ROA) adalah salah satu rasio probabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang dengan menggunakan asset yang dimilikinya.

Earning Per Share (X4)

Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per lembar saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham (Ardiansyah, 2004).

Page 139: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

136

c. Variabel Kontrol

(i) Size Firm

Menurut Yasa (2008) ukuran perusahaan menunjukkan jumlah total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar aset perusahaan akan mengindikasikan semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Aset perusahaan yang besar akan memberikan sinyal bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Data Penelitian

Jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana selama periode 2007- 2011 berjumlah 102 perusahaan. Namun hanya terdapat 70 perusahaan yang memenuhi kriteria. Hasil seleksi sampel perusahaan pada penelitian ini disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1 Sampel Perusahaan

Keterangan Jumlah Perusahaan

Perusahaan yang melakukan IPO periode 2007- 2011

102

Sampel dikeluarkan karena mengalami overpricing (19) Sampel dikeluarkan karena memiliki nilai negatif (12) Sampel dikeluarkan karena data outlier (6) Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 70

2. Statistik Deskriptif

Deskripsi dari masing-masing variabel penelitian disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Underpricing 70 1.40 70.00 33.7429 24.52130 ROA 70 .02 49.27 6.3287 8.01038 EPS 70 .47 473.00 53.4067 84.38965 Firm_Size 70 7.41E8 324E13 33726E12 570239E12 Valid N (listwise) 70

Page 140: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

137

Tabel 3

Hasil Uji Statistik frequencies Reputasi_Underwriter Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 0 48 68.6 68.6 68.6

1 22 31.4 31.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

Tabel 4 Hasil Uji Statistik frequencies Reputasi_Auditor

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 48 68.6 68.6 68.6

1 22 31.4 31.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

Isi teratas di dalam tabel statistik deskriptif menunjukkan nilai maksimum dan minimum underpricing pada 70 sampel perusahaan yang ada. Variabel dependen yaitu underpricing ini memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 1.4% yaitu pada perusahaan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. Nilai terbesar (maksimum) sebesar 70% yaitu pada perusahaan PT Bekasi Asri Pemula Tbk, PT Bisi International Tbk, PT Bukit Darmo Property Tbk, Bank Sinarmas Tbk, PT Cowell Development Tbk, Multifiling M itra Indonesia, PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk, PT Perdana Karya Perkasa Tbk, PT Triwira Insanlestari Tbk. Besarnya rata-rata (mean) dari selisih harga saham pada pasar sekunder dengan harga saham pada penawaran saham perdana dalam sampel penelitian yaitu sebesar 33.7429%. Sedangkan standar deviasi sebesar 24.521390 yang artinya besarnya peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai rata-rata variabel underpricing adalah sebesar +24.521390 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -24.521390.

Return On Asset (ROA) memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 0.2% yaitu pada perusahaan PT Bukit Darmo Property Tbk. Nilai terbesar (maksimum) sebesar 49.26812%. yaitu pada perusahaan PT Midi Utama Indonesia Tbk. Nilai rata-rata (mean) sebesar 6.3287% yang menggambarkan rata-rata ROA sampel perusahaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa besarnya kemampuan perusahaan mendapatkan laba atau keuntungan melalui sumber asetnya pada sampel penelitian yaitu sebesar 6.3287%. Sedangkan standar deviasi sebesar 8.01038 yang artinya besarnya peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai rata-rata variabel ROA adalah sebesar +8.01038 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -8.01038.

Earning Per Share memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 0.47% yaitu pada perusahaan PT Bukit Darmo Property Tbk. Nilai terbesar (maksimum) sebesar

Page 141: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

138

473% yaitu pada perusahaan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. Nilai rata-rata (mean) sebesar 53.4067% yang menggambarkan rata-rata earning per share sampel perusahaan. Sedangkan standar deviasi sebesar 84.38965 yang artinya besarnya peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai rata-rata variabel earning per share adalah sebesar +84.38965 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -84.38965.

Firm Size memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar Rp 741000000.00 yaitu pada perusahaan Tifa Finance Tbk. Nilai terbesar (maksimum) sebesar Rp 32.410.329.000.000 yaitu pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. Nilai rata-rata (mean) sebesar 3.3726% yang menggambarkan rata-rata firm size sampel perusahaan. Sedangkan standar deviasi sebesar 5.70239 yang artinya besarnya peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai rata-rata variabel firm size adalah sebesar +5.70239 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -5.70239.

Pada data reputasi underwriter menunjukan bahwa untuk underwriter yang tidak memiliki peringkat 1 sampai 5 adalah sebanyak 48 underwriter (48%) sedangkan untuk underwriter yang memiliki peringkat 1 sampai 5 adalah sebanyak 22 underwriter (22%). Dengan demikian mayoritas underwriter adalah underwriter yang tidak memiliki peringkat 1 sampai 5. Pada data reputasi auditor menunjukan bahwa untuk auditor yang tidak berafiliasi dengan The Big Four adalah sebanyak 48 auditor (48%) sedangkan untuk auditor yang berafiliasi dengan The Big Four adalah sebanyak 22 auditor (22%). Dengan demikian mayoritas auditor adalah auditor yang tidak berafiliasi dengan The Big Four.

3. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data

Tabel 5 Hasil Uji Non Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 70 Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation 21.77550315 Most Extreme Differences

Absolute Positive

.097

.097 Negative -.094 Kolmogorov-Smirnov Z .815 Asymp. Sig. (2-tailed) .520

a. Test distribution is Normal

Page 142: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

139

Berdasarkan pengujian non parametrik Kolmogorov –Smirnov (K-S) menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.815 dan signifikan pada 0.520 (nilai signifikan lebih besar dari 0.05 dengan tingkat keyakinan 95%). Hal ini memperjelas bahwa data residual terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas

No Variabel Penelitian Tolerance VIF Kesimpulan

1 Reputasi underwriter 0.763 1.311 Tidak ada multikolinearitas 2 Reputasi auditor 0.724 1.381 Tidak ada multikolinearitas 3 Return on asset 0.888 1.126 Tidak ada multikolinearitas 4 Earning per share 0.765 1.308 Tidak ada multikolinearitas 5 Firm size 0.758 1.319 Tidak ada multikolinearitas

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen bebas dari asumsi multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .460a .211 .150 22.61011 2.103

a. Predictors: (Constant), Firm_Size, ROA, Reputasi_Underwriter, EPS,Reputasi_Auditor b. DependenVariable: Underpricing

Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Jika nilai DW berada diantara du dan 4 – du maka menunjukkan tidak adanya masalah autokotrelasi dalam model regresi.. Sedangkan penelitian ini memperoleh nilai DW sebesar 2.103. Nilai tersebut berada diantara 1.7683 dan (4 – 1.7683). Dari hasil pengujian Autokorelasi diatas, maka dapat dinyatakan hasil uji autokorelasi dengan nilai Durbin-Watson sebesar 2.103 dimana nilai d lebih dari 1.7683 dan kurang dari 2.2317. Hal ini berarti hasil pengujian tidak terjadi autokorelasi.

Page 143: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

140

d. Uji Heterokedastisitas

Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan scatter plot dalam penelitian ini. dari grafik scatter plot terlihat bahwa diagram pencar tidak membentuk pola tertentu tetapi menyebar secara acak serta tersebar baik dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas. Setelah pengujian asumsi klasik dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, return on assets, earning per share dan firm size bebas dari uji asumsi klasik. Hal ini berarti uji regresi dapat dilanjutkan.

4. Goodness of Fit Test

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauhnya kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai R2 (koefisien determinasi) adalah antara 0 dan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan menggunakan Adjusted R Square, hal ini dikarenakan nilai adjusted R square dapat naik dan turun apabila satu variabel independent ditambahkan ke dalam model.

Tabel 8 Hasil Uji Goodness of Fit Test

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .460a .211 .150 22.61011

b. Dependent Variable: Underpricing

Page 144: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

141

Berdasarkan pengujian regresi yang dilakukan, diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 15% yang menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri dari reputasi underwriter, reputasi auditor, return on assets, earning per share dan firm size, mampu menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen yaitu underpricing sebesar 15% sedangkan sisanya sebesar 85 % dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini. Standar Error of Estimates (SEE ) sebesar 22.64165. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

5. Signifikansi Model Regresi (F-test)

Signifikansi model regresi ini diuji dengan melihat antara F-tabel dan F-hitung.

Hasil analisis regresi disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 9 Hasil F-test

Model Sum of Squares

Df Mean Square F Sig.

Regression 8771.401 5 1754.280 3.432 .008a Residual 32717.905 64 511.217 Total 41489.306 69

a. Predictors: (Constant), Firm_Size, ROA, Reputasi_Underwriter, EPS, Reputasi_Auditor

b. Dependent Variable: Underpricing

Dari hasil analisis regresi ini. didapat F-hitung sebesar 3.432 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.008. Karena probabilitas 0.008 yang artinya lebih kecil daripada 0.05 maka model regresi penelitian ini dapat dipakai untuk memprediksi underpricing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa reputasi underwriter, reputasi auditor, return on assets, earning per share dan firm size, secara bersama-sama mempengaruhi underpricing. Atau dengan kata lain model regresi penelitian ini adalah signifikan.

6. Uji Hipotesis

Tabel 10 Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 42.787 4.232 10.111 .000 Reputasi_Underwriter

-15.235 6.664 -.291 -2.286 .026

Reputasi_Auditor

-10.730 6.841 -.205 -1.568 .122

ROA -.257 .361 -.084 -.712 .479

Page 145: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

142

EPS -.042 .037 -.146 -1.147 .256 Firm_Size 8.896E-13 .000 .207 1.623 .110

a. Dependent Variable: Underpricing

Dari tabel 10 menunjukkan, kelima variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi, hanya terdapat satu variabel yang berpengaruh signifikan pada tingkat underpricing yaitu reputasi underwriter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi untuk reputasi underwriter sebesar 0,026 dimana lebih kecil dari 0,05. Sedangkan variabel-variabel lainnya yaitu reputasi auditor,return on asset, earning per share, firm size dengan tingkat signifikansi diatas 0,05, tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada tingkat underpricing. Hasil uji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pengaruh reputasi underwriter terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO.

Pada hipotesis alternatif pertama, variabel reputasi underwriter memiliki nilai sinifikansi 0.026 lebih kecil dari derajat kepercayaan 0.05 yang berarti bahwa pengaruh variabel reputasi underwriter terhadap tingkat underpricing signifikan. Hal ini berarti hipotesis (Ha1) yang menyatakan bahwa reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing terdukung.

Hal ini menunjukkan bahwa underwriter yang bereputasi tinggi lebih berani memberikan harga yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga tingkat underpricing rendah. Dalam menghadapi IPO calon investor cenderung melihat terlebih dahulu pihak yang menjadi underwriter, karena menurut investor, underwriter dianggap memiliki informasi yang lebih lengkap tentang kondisi emiten. Begitu pula jika dibandingkan dengan emiten, underwriter dianggap memiliki informasi yang lebih lengkap tentang pasar (Kristiantari, 2012). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariawati (2005) bahwa reputasi underwriter berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

b. Pengaruh reputasi auditor terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO.

Pada hipotesis kedua, variabel reputasi auditor memiliki nilai sinifikansi 0.122 lebih besar dari derajat kepercayaan 0.05 yang berarti bahwa pengaruh variabel reputasi auditor terhadap tingkat underpricing tidak signifikan. Hal ini berarti hipotesis (Ha2) yang menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing tidak terdukung. Hasil yang tidak signifikan ini dapat disebabkan karena runtuhnya citra akuntan publik akibat kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen tampaknya membuat kepercayaan publik (dalam hal ini adalah investor) atas objektifitas dan independensi akuntan publik, bahkan yang memiliki reputasi tinggi (KAP big

Page 146: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

143

4) berkurang, banyak emiten yang menggunakan jasa KAP non Big 4. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sandhiaji (2004) bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

c. Pengaruh ROA terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO.

Pada hipotesis ketiga, variabel ROA memiliki nilai sinifikansi 0.479 lebih besar dari derajat kepercayaan 0.05 yang berarti bahwa pengaruh variabel ROA terhadap tingkat underpricing tidak signifikan. Hal ini berarti hipotesis (Ha3) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing tidak terdukung. Hasil yang tidak signifikan ini dapat disebabkan para investor tidak hanya memperhatikan ROA dalam prospectus, tetapi mungkin investor juga memperhatikan ROA untuk beberapa tahun sebelum perusahaan melakukan IPO, dengan demikian investor mengetahui apakah laporan keuangan tersebut dimark-up atau tidak. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) bahwa ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

d. Pengaruh EPS terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO.

Pada hipotesisalternatif keempat. variabel EPS memiliki nilai sinifikansi 0.256 lebih besar dari derajat kepercayaan 0.05 yang berarti bahwa pengaruh variabel EPS terhadap tingkat underpricing signifikan. Hal ini berarti hipotesis (Ha4) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing tidak terdukung.

Hasil yang tidak signifikan ini disebabkan karena investor berpendapat dunia pasar modal tidak memiliki kepastian untuk mendapatkan bagian keuntungan dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Trisnawati (1999) bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

e. Pengaruh Firm Size terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO.

Pada variabel control, variabel ukuran perusahaan memiliki nilai sinifikansi 0.110 lebih besar dari derajat kepercayaan 0.05 yang berarti bahwa pengaruh variabel ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing tidak signifikan. Hal ini berarti variabel kontrol yang menyatakan bahwa firm size berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing tidak terdukung.

Hasil yang tidak signifikan ini dapat disebabkan karena ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset yang besar tidak dapat mencerminkan apakah aset yang dimiliki oleh perusahaan dapat memberikan keuntungan atau malah menimbulkan biaya. Sebuah perusahaan belum tentu

Page 147: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 19 No. 1, Januari- Juni 2014

144

sepenuhnya mengoperasikan aset dengan efektif dan efisien.Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) yang menemukan hubungan tidak signifikan antara ukuran perusahaan dengan tingkat underpricing.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, return on assets, earning per share berpengaruh negatif terhadap underpricing saat perusahaan melakukan penawaran perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2011. Berdasarkan hasil dan analisis data yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap underpricing, sedangkan reputasi auditor, return on assets, earning per share dan firm size tidak berpengaruh terhadap underpricing.

2. Saran

Dari hasil penelitian ini. penulis menyampaikan saran agar penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah rentan periode tahun penelitian, memperluas penelitian dengan cara menggunakan data beberapa tahun sebelum IPO dan menambah atau mengganti variabel independen lainnya yang lebih spesifik dan memiliki kombinasi yang lebih tepat yag diduga berpengaruh terhadap variabel dependen.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Misnen. 2004. Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan terhadap Hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No. 2, Mei, 125-153.

Ariawati, Siti. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Tingkat Underpricing pada Penawaran Saham Perdana (IPO). Tesis. Program Pascasarjana Magister Manajemen. Universitas Diponegoro.

Bodie, Kane, dan Marcus. 2006. Investments. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Diananingsih, Harum Indinah. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO). Tesis. Program Pascasarjana Magister Manajemen. Universitas Diponegoro.

Page 148: Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL ...feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/JAK-Jan-2014.pdf · Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 - 1831 JURNAL

Pengaruh Kredit Bermasalah.... ( Handayani dan Indra)

145

Handayani, Sri Retno. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana . Tesis. Program Pascasarjana Magister Manajemen. Universitas Diponegoro.

Isfaatun, Eliya. Hatta. dan Atika, Jauharia. 2010. Analisis Informasi Penentuan Harga Saham saat Initial public offering. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1, Volume 15. Jurusan Akuntansi . Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa Megarkencana

Kurniawan, Benny. 2007. Analisis Variabel keuangan dan Non Keuangan terhadap Initial Return dan Return 7 Hari Setelah Initial Public. Tesis. Program Pascasarjana Magister Manajemen. Universitas Diponegoro.

Kustiarina, Risa. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode tahun 2001-2005. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kusuma, Hadri. 2001. Prospektus Perusahaan dan Keputusan Investasi: Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. JSB No. 6 Vol. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Murtaqiyah, Siti. 2010. Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Puspita, Tifani. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing saham pada Saat Initial Public Oferring (IPO) di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2010. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.

Sandhiaji, Bram Nugroho. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO) periode 1996-2002. Tesis. Program Pascasarjana Magister Manajemen. Universitas Diponegoro.

Sari, Ardhini Yuma. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ekonomi.Universitas Diponegoro.

Setianingrum, Tia. 2005. Pengaruh Informasi ProspektusPerusahaan terhadap Initial return pada Penawaran Saham Perdana. Tesis. Magister Manajemen, Universita Widyatama.

Wijayanto, Andhi. 2009. Analisis Pengaruh ROA, EPS, Financial Leverage, ProceedTerhadap Initial return. Dinamika Manajemen, Vol. 1, No. 1, Nopember 2009. Universitas Negeri Semarang.

Wulandari, Afifah. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO). Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.

Yasa, Gerianta Wirawan. 2008. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.