bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/33307/2/jiptummpp-gdl-risky-44900-2... ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia salah satunya Kota Malang terdapat tradisi yang biasanya
masyarakat lakukan dalam memperingati hari raya idul fitri, peringatan pergantian
tahun baru, perayaan konser, dan lain-lain. Dalam memperingati perayaan
tersebut banyak masyarakat yang memeriahkannya dengan cara menyalakan
bunga api. Bunga api dari mulai ukuran kecil sampai ukuran besar dinyalakan
oleh masyarakat dalam perayaan tersebut tanpa menghiraukan larangan atau
peringatan dari pihak Kepolisian. Masyarakat banyak yang menggunakan bunga
api dan petasan seperti melempar bunga api ke arah temannya atau ke jalan raya
sehingga dapat membahayakan keselamatan orang lain juga benda-benda
disekitar. Masyarakat banyak yang belum mengetahui bahan-bahan kimia apa saja
yang terdapat di dalamnya sehingga dapat menimbulkan ledakan dahsyat akibat
memenuhi prosedur dalam pembuatan bunga api dan petasan. Bunga api dan
petasan yang pembuatannya tidak sesuai prosedur merupakan bahan yang mudah
meledak dan terbakar sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bahkan
meninggal dunia atau dapat menyebabkan terjadinya kebakaran serta
menimbulkan marabahaya bagi barang atau harta kekayaan dan bagi nyawa orang
lain akibat bunga api.
Fungsi Kepolisian terdapat dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah salah satu fungsi
2
pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayaan kepada
masyarakat. Polisi Republik Indonesia (Polri) memiliki tugas dan wewenang yang
disebutkan dalam Pasal 13 yang berbunyi:
“Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;b. menegakkan hukum; danc. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.”
Substansi tugas pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
bersumber dari kewajiban umum Kepolisian untuk menjamin keamanan umum.
Sedangkan substansi tugas pokok menegakkan hukum bersumber dari ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan yang memuat tugas pokok Polri dalam kaitannya
dengan peradilan pidana, contoh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), dan berbagai Undang-
Undang tertentu lainnya. Selanjutnya substansi tugas pokok Polri untuk
memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
bersumber dari kedudukan dan fungsi Kepolisian sebagai bagian dari fungsi
pemerintahan Negara yang pada hakekatnya bersifat pelayan publik (public
service) yang termasuk dalam kewajiaban umum Kepolisian.1
Penjelasan pada pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia rumusan tugas pokok merupakan urutan
prioritas, ketiga-tiganya sama penting, sedangkan dalam pelaksanaannya tugas
pokok mana yang akan di kedepankan sangat tergantung pada situasi masyarakat
1 Drs. H. Pudi Rahardi, M.H., 2007, “Hukum Kepolisian”, Bandung, Laksbang Mediatama. Hal. 68.
3
dan lingkungan yang dihadapi karena pada dasarnya ketiga tugas pokok tersebut
dilaksanakan secara simultan dan dapat dikombinasikan. Di samping itu, dalam
pelaksanaan tugas ini harus berdasarkan norma hukum, mengindahkan norma
agama, kesopanan, dan kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Fenomena maraknya penggunaan bunga api di kalangan masyarakat membuat
pentingnya para penegak hukum harus lebih tegas dalam menjalankan tugas
pokok dalam memberantas penggunaan bunga api dan ketiganya perlu
dilaksanakan oleh Struktur Kelembagaan Penegakan Hukum. Sebagai contoh
kasus dalam ledakan pembuatan petasan adalah sebagai berikut:
SURYA MALANG.COM, KEDUNGKANDANG Peristiwa ledakan petasan di rumah Jalan Kiai Parseh Jaya, Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang menelan empat korban jiwa meninggal, Minggu (25/10/2015). Kejadian memilukan itu tidak hanya merenggut empat korban jiwa meninggal, tetapi korban luka dan dua rumah luluh lantak akibat ledakan petasan.Inilah kronologis kejadiannya:
- Minggu (25/10/2015) malam, sejumlah orang sedang membuat petasan di rumah Nawardi di Jl Kiai Parseh Jaya, Gang Cemondelan, Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Petasan itu rencananya dinyalakan pada acara pengajian di Kelurahan itu, Sabtu (31/10/2015).
- Ada 7 orang di dalam rumah itu saat proses pembuatan petasan. Yakni, Samsul, Yuli, Yanto, Huda, Solihin, Bahrul Ulum, dan M Rizki. Tetapi, yang membuat petasan hanya 3 orang, yaitu, Samsul, Yuli, dan Yanto. Sedangkan Huda, Solihin, Bahrul Ulum, dan M Rizki, hanya melihat. Pembuatan petasan dilakukan di ruang tengah rumah itu. Ketika itu, pemilik rumah, Nawardi tidak ada di lokasi.
- Minggu (25/10/2015), sekitar pukul 20.30, petasan di rumah itu meledak. Ledakan keras membuat bangunan rumah hancur. Ketujuh orang yang berada di lokasi ikut terkena ledakan dan reruntuhan bangunan rumah. Sedikitnya, 4 orang meninggal dan 3 luka-luka akibat peristiwa itu. Peristiwa itu juga menyebabkan 4 bangunan rumah lainnya rusak.
- Minggu malam, petugas Polres Malang Kota melakukan olah TKP di lokasi. Karena kondisi gelap, polisi menghentikan olah TKP malam itu.
- Senin (26/10/2015), polisi kembali melakukan olah TKP di lokasi. Kali ini, olah TKP melibatkan Tim Jihandak Brimob Ampeldento dan Tim Labfor Polda Jatim. Dalam olah TKP, Polisi menemukan 5 kilogram
4
serbuk bahan petasan dan sejumlah zat kimia. Polisi juga menemukan serpihan kertas untuk membuat petasan.
- Dari olah TKP, Polisi menemukan posisi 4 korban berada di dalam rumah, dan 3 korban berada di luar rumah (teras).
- Polisi masih mendalami kasus itu. Polisi sudah memeriksa 8 saksi. Tetapi, Polisi belum menemukan pemilik rumah. Dengan begitu, Polisi belum mengetahui pemilik petasan itu.2
Dari kejadian tersebut menunjukkan bahwa petasan sangat berbahaya dan
mudah meledak meskipun petasan tergolong sebagai peledak berdaya ledak
rendah tetapi bisa menimbulkan kematian dan kerugian materiil. Hal tersebut
diterapkan di dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun
1951 yang berbunyi:
“(1) Barang siapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.”
Penggunaan bunga api dan petasan baik menjual, menyulut, maupun
memproduksi memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Unsur “barang siapa”
Yang dimaksud dengan “barang siapa” adalah orang atau subyek hukum
yang mampu bertanggungjawab.
2. Unsur “tanpa hak”
Penjual memiliki, menyimpan dan menguasai bahan peledak atau petasan
tidak ada izin dari pihak yang berwajib.
2Surya Malang, ”Rumah Produksi Petasan Meledak”, Http://suryamalang.tribunnews.comdiakses tanggal 6 februari 2016
5
3. Unsur “membuat”
4. Unsur “menyimpan”
5. Unsur “mempergunakan”
6. Unsur “menguasai, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai
dalam miliknya, menyimpan, sesuatu bahan peledak atau petasan”.
Selain diatur dalam Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951, bunga
api dan petasan sebagai peledak juga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yaitu pada pasal 187 KUHP yang mengatur :
“Barangsiapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir, diancam:1. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika karena
perbuatan tersebut di atas timbul bahaya umum bagi orang;2. Dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika karena
perbuatan tersebut di atas timbul bahaya bagi nyawa orang lain;3. Dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu
paling lama dua puluh tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas timbul bahaya bagi nyawa orang lain dan mengakibatkan orangmati.”
Dalam pengaturan sanksi pelarangan penggunaan bunga api dan petasan
setiap orang wajib mematuhi hukum sehingga tata tertib dalam masyarakat itu
tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah hukum meliputi
berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan orang yang satu
dengan yang lain, yakni peraturan-peraturan hidup kemasyarakatan yang
dinamakan kaedah hukum. Barangsiapa yang dengan sengaja melanggar sesuatu
kaedah hukum akan dikenakan sanksi (sebagai akibat pelanggaran kaedah hukum)
yang berupa hukuman baik berupa sanksi penjara, penjara seumur hidup, bahkan
hukuman mati, dengan demikian hukum itu mempunyai sifat mengatur dan
memaksa. Merupakan peraturan-peraturan hidup kemasyarakatan yang dapat
6
memaksa orang supaya menaati tata tertib kemasyarakatan yang dapat memaksa
orang supaya menaati tata tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang
tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh menaatinya.3
Tetapi faktanya, meskipun dilarang di dalam peraturan hukum Indonesia tetap
saja dalam perayaan tersebut masih saja banyak orang yang memproduksi serta
menjual kembang api, di sini peran struktur penegakan hukum sangat diperlukan
untuk meminimalisasi penggunaan bunga api maupun petasan. Dengan sudah
diaturnya peraturan mengenai pelarangan penggunaan bunga api dan petasan
tanpa ada izin dan tidak mengetahui prosedur pembuatan bunga api dan petasan,
seharusnya masyarakat mematuhi peraturan tersebut dan mengerti bahayanya
bunga api maupun petasan bagi diri sendiri, dan orang lain di sekitarnya. Penegak
hukum berpengaruh dalam penanggulangan penggunaan bunga api dan petasan
dengan cara memberantas, menyita petasan dan bertindak tidak menunggu apabila
sudah terjadi peledakan yang menimbulkan korban jiwa. Dalam efektifitas
Undang-Undang juga harus diperbaharui serta disosialisasikan kepada masyarakat
bahwa ada peraturan yang mengatur tentang petasan dan terdapat sanksi penjara
sampai hukuman mati sehingga dengan hal ini akan menimbulkan efek jera
terhadap masyarakat apabila melanggarnya.
3C.S.T Kansil, 1989, “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia" , Jakarta, Balai Pustaka, hlm 39-40
7
Berdasarkan penjelasan di atas ada ketertarikan Penulis untuk ingin
mengetahui dan membahas lebih mendalam sebagai tugas akhir hukum tentang:
“Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Ketertiban Umum Kaitannya
Dengan Maraknya Penggunaan Bunga Api dan Petasan (Studi di Polres
Malang Kota)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka Penulis merumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya penegakkan hukum oleh struktur kelembagaan
Kepolisian terhadap masih maraknya penggunaan bunga api dan petasan
tanpa ada izin?
2. Bagaimana bentuk Struktur Kelembagaan Penegakan Hukum yang efektif
untuk menyelesaikan kasus tersebut agar dalam perayaan di Indonesia
tidak menjadi suatu kebudayaan dan kebiasaan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka terdapat beberapa tujuan yang
melandasi penulisan ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana Struktur Kelembagaan
Penegakan Hukum dalam menyikapi maraknya penggunaan bunga api dan
petasan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk Struktur Kelembagaan
Penegak Hukum yang efektif untuk menyelesaikan maraknya penggunaan
bunga api dan petasan dalam perayaan-perayaan di Indonesia.
8
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penulisan ini, yaitu penulisan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis pada khususnya ilmu hukum
pidana dan masyarakat pada umumnya untuk memberikan pengetahuan bagi
masyarakat luas bahwa penggunaan bunga api dan petasan adalah perbuatan yang
melanggar Undang-Undang.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan dan penelitian lebih
lanjut terhadap penegakan hukum terkait dengan masih maraknya
penggunaan bunga api dan petasan di kalangan masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Sebagai wawasan dan pengetahuan maupun wacana keilmuan tentang
penegakan hukum terkait maraknya penggunaan bunga api dan
petasan di kalangan masyarakat. Selain itu juga, sebagai salah satu
syarat untuk meyandang gelar kesarjanaan S1 (Sastra Satu) di
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan penambahan
pengetahuan bagi masyarakat mengenai pemberian sanksi tegas oleh
penegak hukum terhadap maraknya penggunaan bunga api dan
petasan, sehingga tercapainya keamanan bagi masyarakat serta
9
menciptakan ketertiban untuk memetuhi peraturan perundang-
undangan.
c. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
pemikiran teoritis yang bermanfaat di bidang disiplin hukum, ilmu
hukum, dan hukum pidana dalam sebuah pelarangan penggunaan
bunga api dan petasan dalam masyarakat yang sudah diatur di dalam
Undang-Undang.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini, bagi Penulis
sendiri, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan Penulis dan
mengembangkan pola pikir, khususnya yang berkaitan dengan pelarangan
penggunaan bunga api dan petasan serta upaya pemberantasan bunga api dan
petasan, sehingga data yang diperoleh dari penelitian ini bisa digunakan untuk
mengupayakan agar maraknya penggunaan petasan yang menyebabkan korban
dapat diminimalisir dan tidak akan terjadi lagi kedepannya.
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
pendekatan yuridis sosiologis, artinya suatu penelitian yang dilakukan terhadap
keadaan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan
untuk menemukan fakta, yang kemudian menuju pola identifikasi dan pada
10
akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah dengan mengefektifkan kinerja
lembaga Kepolisian.4
Jadi secara yuridis larangan penggunaan bunga api dan petasan dikaitkan
dengan undang-undang bunga api tahun 1932, Peraturan Kapolri Nomor 2 Tahun
2008 tentang Pengawasan, Pengendalian, dan Pengamanan Bahan Peledak
Komersial, Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 kemudian secara
sosiologis penggunaan petasan dikaitkan dengan keadaan nyata dalam
masyarakat.
2. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian dan pengumpulan data adalah di
wilayah hukum Polres Malang Kota. Adapun alasan mengapa melakukan
penelitian adalah masyarakat Kota Malang masih banyak yang menggunakan
petasan dalam kegiatan perayaan idul fitri maupun pergantian tahun baru.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian
yaitu Polres Malang Kota di Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 19 Kota
Malang, penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara atau
interview kepada Bripka Lubis yang bertugas di bagian Badan Pengawas
Senjata Api Dan Bahan Peledak serta pendapat yang diperoleh dari
sumber informasi utama/pertama dan dokumen-dokumen resmi yang
mana semuanya diperoleh langsung dari lokasi penelitian.
4Soerjono Soekanto, 1982, PengantarPenelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm 10
11
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi,
buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, hasil penelitian dalam
bentuk jurnal, tesis dan peraturan perundang-undangan terkait.
4. Metode pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Mengamati bagaimana fenomena maraknya penggunaan bunga api dan
petasan dalam ruang lingkup struktur kelembagaan penegakan hukum
yang menjadi objek penelitian. Dalam hal ini Penulis mengamati
bagaimana penegakan hukum dengan melihat struktur kelembagaan
untuk menghadapi kasus maraknya penggunaan bunga api dan petasan di
Kota Malang.
b. Wawancara atau interview yaitu suatu cara untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data melalui tanya jawab langsung kepada penegak
hukum Polres Malang Kota.
c. Dokumentasi yaitu berupa pengumpulan data-data yang dimiliki oleh
Polres Malang Kota, yang berkenan dengan proses penelitian dan
penelusuran perundang-undangan serta struktur kelembagaan penegakan
hukum.
12
d. Studi Pustaka yaitu pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan
pada subyek penelitian, dalam hal-hal data diperoleh dari literatur-
literatur dan majalah-majalah.
e. Penelusuran internet atau studi website yaitu dalam penelitian ini
Penulis menelusuri bahan-bahan, literatur yang menunjang dari internet.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari 4 (empat) bab yang tersusun secara berurutan,
mulai dari Bab I sampai dengan Bab IV, secara garis besar dapat diuraikan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang permasalahan perumusan masalah,
tujuan dari penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, kerangka teori, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan deskripsi dan uraian mengenai bahan-bahan teori,
doktrin, atau pendapat sarjana, dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum
yang berlaku, terkait dengan permasalahan yang akan dijadikan penulisan hukum.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan dari obyek penelitian yang kemudian akan dilakukan analisa.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari pada hasil penelitian serta saran-
saran yang perlu disampaikan terkait dengan masalah tersebut yang diangkat.