makalah bunga

30
MAKALAH ANATOMI TUMBUHAN BUNGA Di Susun Oleh : Diar Kusumawati (3415092291) Nur Baeti Rakhmawati ( 3415092315 ) Vera Septiana Wulansari ( 3415092295 ) Pendidikan Biologi Reguler 2009 Makalah Anatomi Tumbuhan | Bunga

Upload: diarkusumawat1642

Post on 04-Jul-2015

3.445 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah bunga

6

MAKALAHANATOMI TUMBUHAN

BUNGA

Di Susun Oleh :Diar Kusumawati (3415092291)

Nur Baeti Rakhmawati ( 3415092315 )Vera Septiana Wulansari ( 3415092295 )

Pendidikan Biologi Reguler 2009Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta2010

Kata Pengantar

|

Page 2: makalah bunga

6

Alhamdulillah hirobbil’aalamiin, adalah satu-satunya kata yang pantas

kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami banyak

kenikmatan dan karunianya serta hidayahnya.

Makalah ini kami persembahkan dengan senang hati atas dasar

memenuhi salah satu tugas terstuktur dari dosen dalam mata kuliah Anatomi

Tumbuhan.

Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ratna Dewi, teman-

teman dari PBR’09, dan juga kepada para sumber yang dengan ketulusan

hatinya memberikan masukan berkaitan dengan Bunga guna melancarkan

penulisan makalah ini.

Demikian dari kami, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk

menambah wawasan bagi siapapun yang membacanya. Kritik dan saran kami

harapkan agar dapat menjadi acuan bagi tugas mendatang.

Jakarta, 15 November 2010

Penulis

|

Page 3: makalah bunga

6

DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………………

…………………………………………………..

KATA PENGANTAR………………………..................

…………………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI ……………………………………………...............

…………………............................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang …………………………………………………............

…………………………………. 3

Tujuan……………………………………………………………………

................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Struktur

bunga…………………………..................................

............................................. 4

Tatanan Organ

Bunga……………………………………………………………………………

.. 4

Sistem

Vaskular………………………………………………………………………

…………………. 5

Daun Kelopak dan Daun

Tajuk………………………………………………………………. 7

Benang

Sari………………………………………………………………………………

……………….. 9

Dinding Kepala

Sari………………………………………………………………………………

…...

11

|

Page 4: makalah bunga

6

Daun

Buah……………………………………………………………………………

……………………

14

Tangkai Putik dan Kepala

Putik……………………………………………………………

14

B. Mikrosporogenesis dan

megasporogenesis…………………………………………………….

15

C. Jaringan

Pembuluh……………………………………………………………………………

………….

16

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan…………………………………………………………

…………………………………………….

18

3.2

Saran………………………………………………………………………………………

………………………..

18

DAFTAR PUSTAKA

……………………………………………………

.....................................................

19

|

Page 5: makalah bunga

6

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Setelah tumbuhan mencapai stadium perkembangan

reproduktifnya, maka beberapa atau semua meristem apeks pucuk

pada ranting berhenti menghasilkan daun dan mulai membentuk

bagian bunga menurut urutan yang khas bagi spesies yang

bersangkutan. Berbeda dengan pembentukan daun, yang meristem

apeksnya melebar kembali selama satu plastokron, pada bunga, luas

meristem apeks lambat laun berkurang sewaktu bagian bunga dibentuk

secara berurutan. Di kebanyakan bunga, urutan pembentukan daun

bunga berlangsung dari luar ke dalam secara karopetal. Namun, ada

beberapa taksa yang menunjukan bahwa beberapa bagian bunga

dibentuk dalam arah terbalik, seperti pada stamen beberapa kelompok

Palmae. Peristiwa ini sangat khas bagi spesies yang bersangkutan. Dari

pengamatan struktur dewasa, sering sulit menentukan apakah

pembentukan stamen itu sentripetal atau sentrifugal. Pada ginesium

sinkarp, karpel dapat menyatu kongential sehingga ginesium dibentuk

sebagai struktur tunggal, atau dibentuk secara terpisah. Selanjutnya,

karpel dapat terpisah kembali setelah pembuahan dan sebelum

penyebaran biji.

Tujuan

1. Mengetahui anatomi bunga.

|

Page 6: makalah bunga

6

2. Mengetahui proses perkembangan bunga.

3. Mengetahui jaringan pembuluh pada bunga.

BAB II

PEMBAHASAN

A. STRUKTUR BUNGA

1. Tatanan Organ Bunga

Pada kelompok tumbuhan biji tertutup tertentu yang

dianggap lebih primitif, pertumbuhan terbatas kurang nyata

|

Page 7: makalah bunga

6

dibanding suku yang lebih maju. Pada kelompok primitif,

aktivitas meristem apikal diperpanjang sehingga jumlah

bagian-bagian bunga relatif lebih besar dan banyak. Lagi pula

bagian-bagian bunga itu muncul pada sumbu yang agak

memanjang secara akropetal dengan urutan daun kelopak,

daun mahkota, benang sari, dan daun buah. Kesamaan antara

bunga dan pucuk vegetatif tidak begitu sulit untuk

menggambarkannya, khususnya bilamana bagian-bagian

bunga tersusun spiral.

Pada tipe bunga yang sangat lebih terspesialisasi, periode

pertumbuhan lebih pendek dan jumlah bagian-bagian bunga

lebih kecil dan lebih terbatas. Lagi pula pemendekan periode

aktivitas meristem apikal terkait dengan perkembangan ciri-

ciri pembeda yang makin mengkaburkan dan bahkan

menghilangkan bukti-bukti kesamaan antara bunga dan pucuk

vegetatif. Ciri-ciri lebih lanjut spesialisasi yang meningkat ialah

tatanan bagian-bagian bunga makin tersusun secara

berkarang (siklis) dibanding yang spiral, perlekatan antara

bagian-bagian pada lingkaran yang sama, perlekatan antara

dua atau lebih dari lingkaran yang berbeda, kehilangan

bagian-bagian, zigomorf (simetri bilateral) disbanding

aktinomorf (simetri radial), epigen (bakal buah tenggelam)

dibanding hipogen (bakal buah menumpang).

2. Sistem Vaskular

Sistem vaskular bunga yang relatif tidak terspesialisasi

dengan bakal buah menumpang sebanding dengan yang

terdapat pada pucuk vegetatif, yaitu berkas-berkas vaskular

membelok ke organ lateral dari sistem berkas sumbu. Apabila

dasar bunga memanjang, bagian-bagian bunga dapat teratur

menurut pola filotaksis yang dihubungkan dengan keteraturan

yang lazim dan terdapat saling hubungan dengan adanya

lacak vaskular, sedangkan pemendekan ruas yang merupakan

ciri khas banyak bunga, penyatuan bagian-bagian bunga,

|

Page 8: makalah bunga

6

bunga epigen (bakal buah tenggelam), dan berbagai

modifikasi saling hubungan antara bagian-bagian bunga,

menyebabkan sistem vaskular bunga menjadi kurang teratur

dibanding yang ada pada pucuk vegetatif dan hubungan

antara sistem vaskular pada sumbu dan pada bagian-bagian

bunga kurang jelas.

Pada bunga hipogen dengan penyatuan bagian-bagian

bunga yang kurang, sistem vaskular lebih jelas yaitu ada lacak

vaskular. Tangkai bunga menampilkan daerah vaskular

silindris yang mengelilingi empulur dan di sebelah luar dibatasi

korteks. Pada dasar bunga di tingkat tempat daun kelopak

melekat, lacak vaskular membelok menuju ke daun kelopak.

Setiap daun kelopak mempunyai jumlah lacak vaskular sama

dengan yang terdapat di daun pucuk vegetatif pada tumbuhan

yang sama. Di atas tingkat tersebut, lacak vaskular membelok

ke daun mahkota bunga, satu atau lebih ke setiap daun tajuk

pada tumbuhan dikotil, satu sampai banyak ke setiap daun

perhiasan bunga pada tumbuhan monokotil. Kemudian pada

tingkat yang lebih tinggi lagi, lacak vaskular menuju ke benang

sari menjadi jelas dan umumnya satu berkas untuk setiap

benang sari, dan akhirnya adalah lacak vaskular yang menuju

ke daun buah. Jumlah lacak yang ke daun buah seringkali tiga

lacak ke setiap daun buah, satu di tengah dan dua di samping

(lateral), namun ada juga yang lebih dari tiga lacak (misalnya

pada Gentianaceae). Cabang-cabang kecil berkas vaskular

daun buah sering diturunkan dari lacak lateral, cabang

vaskular kecil tersebut menghubungkan sistem vaskular pada

daun buah dengan bakal biji. Berkas-berkas pada tembuni

mungkin juga hasil percabangan dari berkas dorsal, seperti

yang ada pada beberapa Ranales, atau independen dari lacak

daun buah. Sistem vaskular dilanjutkan ke dalam tangkai

putik.

Beberapa modifikasi yang umum dalam tatanan sistem

vaskular terkait dengan fusi (peleburan) bagian-bagian bunga.

|

Page 9: makalah bunga

6

Pada banyak bunga, berkas-berkas lateral daun buah yang

berdekatan melebur antara yang yang satu dengan lainnya.

Peleburan yang sama juga terjadi pada organ-organ bunga

lainnya. Pereduksian jumlah lacak dan berkas dapat juga

terjadi bila beberapa diantaranya tidak berkembang.

Sistem vaskular bunga epigen menunjukkan kerumitan

tambahan sehubungan dengan posisi dasar ginoesium. Ada

anggapan bahwa ginoesium diselubungi oleh jaringan

tambahan yang tersusun dari bagian-bagian dasar daun

kelopak, daun tajuk, dan benang sari yang mengalami

pertumbuhan bersama dengan evolusi bunga. Sistem vaskular

dianggap sebagai gambaran struktur tersebut dan di tempat

ini berkas-berkas vaskular yang berkenaan dengan bagian-

bagian pada lingkaran-lingkaran yang berbeda melebur secara

beragam, namun semuanya menunjukkan orientasi xilem dan

floem sebagaimana lazimnya. Namun pada beberapa bunga

epigen (Calycanthaceae, Santalaceae, dan mungkin juga

Juglandaceae) sebagian bakal buah diselubungi oleh jaringan

dasar bunga. Berkas vaskular pada sumbu tidak langsung

menuju ke daun buah, melainkan menjulur dulu (dengan posisi

xilem disebelah dalam floem) sampai ke tataran di bawah

pelekatan bagian-bagian bunga, dan di tempat ini lacak-lacak

vaskular memisah menuju ke bagian-bagian bunga tersebut.

Berkas vaskular pokok tidak berakhir di tempat ini, melainkan

melanjutkan “perjalanannya” turun (jauh dari tepi sumbu)

dengan posisi xilem dan floem berkebalikan (yaitu xilem

menjadi di sebelah luar floem) sampai pada tataran bawah,

kemudian bercabang-cabang menuju ke daun buah. Orientasi

sistem vaskular ini diinterpretasi sebagai akibat invaginasi

sumbu (sebenarnya adalah pertumbuhan interkalar jaringan

yang membungkus ginoesium).

Umumnya unsur-unsur vaskular pada berkas vaskular

bunga sebanding dengan yang ada pada daun. Jaringan

terutama primer, meskipun beberapa pertumbuhan sekunder

|

Page 10: makalah bunga

6

dapat terjadi kemudian, selama perkembangan buah,

teristimewa di tangkai bunga. Sistem vaskular daun kelopak,

daun tajuk, dan daun buah kurang lebih seperti jarring-jaring.

Benang sari jarang yang menampilkan sistem vaskular

bercabang. Ciri umum penulangan bagian-bagian perhiasan

bunga tumbuhan monokotil dan dikotil menunjukkan ciri khas

yang sama sebagai yang ada pada daun kedua kelompok

tumbuhan tersebut. Bagian-bagian perhiasan bunga pada

banyak bunga menampilkan penulangan terbuka.

3. Daun Kelopak dan Daun Tajuk

Daun kelopak dan daun tajuk dalam hal bentuk dan

anatominya pada dasarnya sama dengan yang ada pada daun,

namun lebih sederhana, tersusun dari parenkima dasar (sering

disebut mesofil), sistem vaskular berada di jaringan dasar, dan

lapisan epidermis pada sisi abaksial dan adaksial. Sel-sel yang

mengandung kristal, idioblas, dan latisifer mungkin terdapat

pada jaringan dasar atau berhimpun dengan unsur-unsur

vaskular. Daun kelopak Geraniaceae mempunyai hipodermis

berdinding tebal dengan druse di dalam setiap selnya.

|

Page 11: makalah bunga

6

Daun kelopak biasanya berwarna hijau. Penyebaran

kloroplas dalam daun kelopak tergantung pada posisinya.

Apabila daun kelopak tegak dan menempel erat dengan daun

tajuk, sebagian besar kloroplas terdapat di sebelah abaksial,

apabila daun kelopak melengkung, kloroplas paling banyak di

sebelah adaksial. Mesofil jarang berdiferensiasi menjadi

parenkima palisade dan sponsa, umumnya mesofil mempunyai

struktur yang sederhana dan tersusun dari sel-sel yang kurang

lebih isodiametris yang teratur longgar menjadi jaringan

lakunosa. Epidermis daun kelopak memperlihatkan

penimbunan kutin dan perkembangan stomata serta trikoma

yang sama dengan yang terdapat pada daun. Sistem vaskular

mirip dengan yang ada di daun namun keluasannya kurang.

Daun tajuk lebih luas keragaman bangunhya dibanding

daun kelopak dan biasanya berbeda dengan daun kelopak

dalam hal warna. Sistem vaskular dapat terdiri atas satu atau

beberapa tulang besar dan sistem urat daun, biasanya urat

daun ini bercabang menggarpu. Mesofil mempunyai ketebalan

beberapa sel, kecuali pada bunga yang mempunyai mahkota

bunga berdaging. Jaringan mesofil parenkimatis dengan sel-sel

yang teratur rapat atau longgar.

Epidermis daun tajuk memperlihatkan keistimewaan

tertentu dalam hal bangun sel dan struktur kutikula. Dinding

antiklinal sel mungkin lurus atau bergelombang atau berusuk

secara internal. Tingkat tampilan kelokan dinding dan rusuk

dinding sangat bervariasi pada tumbuhan yang berbeda. Pada

beberapa tumbuhan dinding antiklinal bergelombang sedikit

saja, sedangkan pada tumbuhan lainnya mempunyai kelokan

yang dalam sehingga sel-selnya tampak berbentuk bintang

bila diamati dari permukaan. Rusuk yang terbentuk karena

pertumbuhan dinding sel secara sentripetal yang terlokalisasi,

dapat Nampak seperti kenop kecil pada tampang irisan, atau

seperti palang panjang yang lurus atau membengkok, padat

atau berongga. Tingkat penggelombangan atau perusukan

|

Page 12: makalah bunga

6

dapat beragam pada daun tajuk yang sama. Sebagai contoh,

dinding antiklinal biasanya lurus pada pangkal daun tajuk dan

sepanjang tulang daun, meskipun ada yang bergelombang di

tempat lainnya. Seringkali dinding yang bergelombang

terbatas pada atau lebih nyata pada sebelah bawah.

Ruang antarsel dapat berkembang di epidermis

sehubungan dengan diferensiasi rusuk. Pada beberapa spesies

kedua lapisan dinding sel yang menyusun rusuk memisah dan

ruang di antara kedua lapisan itu menjadi terisi udara. Ruang

ini terbuka ke arah dalam daun tajuk, sedangkan ke arah luar

Nampak tertutup kutikula. Dinding berusuk terdapat terutama

pada tumbuhan dikotil, walaupun dinding berusuk juga

ditemukan pada beberapa anggota Liliaceae.

Dinding tangensial epidermis mungkin horizontal atau

cembung. Dinding tangensial dalam biasanyasedikit cembung,

dinding luar sering sangat cembung, atau mempunyai papilla

satu atau lebih. Struktur papilla lebih umum pada epidermis

adaksial dibanding yang abaksial dan tidak berkembang pada

pangkal daun tajuk. Berbagai trikoma mungkin terdapat pada

daun tajuk, biasanya sama dengan yang terdapat di daun pada

tumbuhan yang sama. Stomata yang terdapat pada daun tajuk

mungkin mirip dengan yang ada pada daun atau

terdiferensiasi kurang sempurna.

Kutikula pada mahkota bunga jarang halus. Umumnya

bergaris-garis, dan garis-garis itu membentuk berbagai pola

pada tumbuhan yang berbeda. Perkembangan pola-pola garis

tersebut diperkirakan sebagai akibat dari dua fenomena, yaitu

pertama, suatu produksi kutin yang berlebihan untuk

sementara waktu dan penambahan ikutan dalam hal

permukaan dan pelipatan kutikula, kedua, tarikan kutikula dan

orientasi lipatan-lipatan semula oleh peluasan sel.

Warna daun tajuk disebabkan oleh kromoplas atau pigmen

dalam cairan sel. Warna pigmen bisanya dimodifikasi oleh

kesamaan atau komponen lain cairan sel. Tepung sering

|

Page 13: makalah bunga

6

dibentuk di dalam daun tajuk muda. Minyak yang mudah

menguap (volatil) yang menimbulkan bau harum khas suatu

bunga biasanya terdapat dalam sel-sel epidermis daun tajuk,

kadang-kadang pada bagian-bagian bunga terdiferensiasi

sebagai osmofora.

4. Benang Sari

Tipe terkenal benang sari dengan tangkai sari berurat

tulang yang ujungnya membawa kepala sari, beruang sari

empat yang berada dalam dua lobus, secara filogenik adalah

struktur yang maju. Benang sari ada yang seperti daun,

misalnya terdapat diantara tumbuhan Ranales. Tipe benang

sari yang sangat primitif terdapat misalnya pada Degeneria.

Benang sari Degeneria lebar seperti daun, dan mempunyai

tiga berkas vaskular, tidak dapat dibedakan menjadi bagian-

bagian yang disebut tangkai sari, kepala sari, atau

penghubung ruang sari. Keempat kantung sari

(mikrosporangium) tenggelam secara dalam di sisi abaksial

benang sari. Kantung polen terdapat diantara berkas vaskular,

lateral dan median. Benang sari seperti itu juga terdapat pada

marga lainnya, misalnya Austrobaileya, Himantandra, dan

marga tertentu Magnoliaceae. Pada Magnoliaceae ditemukan

tingkat-tingkat antara dari benang sari lebar dengan tiga

berkas vaskular dan kantung polen di helaian, yaitu letak

|

Page 14: makalah bunga

6

kantung polen berjarak dari tepi (seperti yang terdapat pada

Degeneria tersebut), sampai benang sari dengan kantung

polen marginal dan tangkai sari serta kepala sari yang nyata.

Pereduksian tiga berkas vaskular menjadi satu berkas

vaskular nampaknya seiring dengan pereduksian lebar sporofil,

dan teristimewa modifikasi pangkal sporofil menjadi tangkai

sari. Berkas vaskular tunggal pada benang sari tersebar luas

pada tumbuhan biji tertutup. Berkas vaskular ini melintasi

tangkai sari dan dapat berakhir di pangkal kepala sari atau

mungkin berlanjut ke dalam penghubung ruang sari dan

berakhir di dekat apeks. Di antara berkas vaskular dan

jaringan sporogen tidak ada unsur-unsur vaskular yang

menghubungkannya, namun apabila parenkima dasar kepala

sari mengembangkan penebalan sekunder, sel-sel di sekitar

jaringan sporogen tetap berdinding tipis dan juga pita vertikal

sel-sel berdinding tipis yang disisipkan di antara berkas

vaskular dan lobus kepala sari. Berkas vaskular kepala sari

dapat amfikribral pada tumbuhan dikotil, dan hanya kolateral

pada tumbuhan monokotil. Kepala sari beragam dalam bangun

dan jumlah lokulnya.

Epidermis tangkai sari mempunyai kutikula, dan pada

spesies tertentu mempunyai trikoma dan stomata yang tetap

terbuka sep;erti pada hidatoda. Tangkai sari tersusun dari

parenkima dengan vakuola dan ruang antar sel yang

berkembang baik. Sering pigmen ada dalam cairan sel. Ukuran

dan bangun luar benang sari tumbuhan biji tertutup sangat

beragam, namun umumnya kepala sari mengandung empat

kantung polen (mikrosporangium), yaitu terdapat sepasang

pada dua lobus, kedua lobus dipisahkan oleh zona jaringan

steril, disebut penghubung ruang sari. Sekat sempurna dan tak

sempurna terdapat di kantung sari pada beberapa marga.

Jaringan dasar pada kepala sari dan penghubung ruang sari

juga parenkimatis, namun khususnya yang di sekitar sel-sel

sporogen sangat terspesialisasi. Jaringan terspesialisasi ini

|

Page 15: makalah bunga

6

membangun lapisan-lapisan dinding atau lapisan parietal

mikrosporangium (microsporangium disebut juga sebagai lokul

kepala sari atau kantung polen).

5. Dinding Kepala Sari

Lapisan dinding kepala sari beragam dalam jumlah dan

dibangun melalui serangkaian pembelahan yang sejajar

dengan tepi ruang sari. Pada Vinca rosea, suatu ketika setelah

daerah kepala sari yang berkembang menjadi nampak pada

primordia benang sari, kepala sari tetap hanya terdiri dari

protoderm dan massa meristem dasar. Semua lapisan

subepidermis kepala sari muda adalah sporogen, namun

sebenarnya jaringan sporogen itu berkembang dari empat

daerah sel yang terletak di empat sudut kepala sari yang

sedang berkembang. Pada setiap daerah ini ada sederet inisial

hipodermis yang membelah periklinal membventuk dua

lapisan. Lapisan dalam inisial ini membangun sel-sel sporogen

primer yang melalui pembelahan selanjutnya membentuk sel

induk polen, sedangkan lapisan luar inisial tersebut

membangun sel-sel parietal primer, dan dari sel parietal

primer ini dinding kantung polen dan bagian besar tapetum

berkembang, sebagai hasil pembelahan sel secara periklinal

dan antiklinal. Tapetum nampaknya berperan sebagai

pemasok makanan sel-sel induk polen dan mikrospora (serbuk

sari) yang sedang berkembang. Lapis terluar sel-sel parietal

terletak tepat di bawah epidermis kepala sari. Sebelum

pelepasan serbuk ari beberapa penebalan dinding berkembang

di setiap sel lapisan ini. Akan tetapi tidak ada penebalan yang

dikembangkan pada dinding luar yang terdekat dengan

epidermis. Setiap penebalan berbentuk seperti huruf U dengan

celah itu menghadap langsung ke arah epidermis. Lapisan sel

ini biasanya disebut endotesium dan pembukaan kantung

polen dilaksanakan oleh lapisan ini.

|

Page 16: makalah bunga

6

Mekanisme pembukaan kantung polen dapat di jelaskan

sebagai berikut. Selama dehidrasi kepala putik, endotesium

kehilangan air. Karena kandungan air sel-sel ini berkurang

maka dinding setiap sel di tarik kearah pusatnya sebagai

akibat daya kohesi antara molekul-molekul air dan daya adhesi

antara air dan dinding sel. Oleh karena ketiadaan penebalan

pada dinding periklinal luar maka menjadi lebih terlipat

dibanding dinding periklinal dalam dan dinding antiklinal yang

telah mengalami penebalan, dengan demikian sebagai akibat

kehilangan air, sel nampak berbangun trapesium pada irisan

melintang.

Lapisan parietal yang menghadap epidermis secara

ontogenetis berhubungan dengan jaringan sporogen. Sel

parietal dan sel induk polen keduanya berasal dari sel inisial

yang sama, yaitu sel arkesporial. Akan tetapi lapisan parietal

yang muncul secara internal pada kantung polen lahir dari

jaringan dasar yang berhubungan dengan sel-sel arkesporial.

Lapisan dinding terluar, yaitu endotasium, terletak di bawah

epidermis, istilah endotasium (endothecium) berasal dari kata

Yunani yang berarti “sebelah dalam” dan “kotak/bungkus”.

Pada kepala sari yang terbuka pada saat dewasa melalui celah

longitudinal, endotasium umumnya mengalami penebalan

sekunder pada saat benang sari mendekati kedewasaannya.

Penebalan ini terjadi pada dinding sel antiklinal dan tangensial

dalam. Pada dinding antiklinal, penebalan sekunder sering

dalam bentuk pita atau rusuk yang berorientasi tegak lurus

terhadap lapisan epidermis. Dinding sel yang menghadap

jaringan sporogen dapat mempunyai penebalan yang seragam

atau tak teratur. Karena penebalan-penebalan ini maka

endotasium sering disebut lapisan berserat. Pola penebalan

beragam dan dapat bermanfaat dalam telaah taksonomi.

Endotasium dapat pula mempunyai dinding tebal yang merata.

Protoplas mungkin hilang demikian lapisan sel menyelesaikan

perkembangannya, atau protoplas tetap hidup sampai polen

|

Page 17: makalah bunga

6

dilepaskan. Penebalan-penebalan dinding yang sama dengan

yang terdapat pada endotasium itu dapat pula berkembang

secara umum di seluruh parenkima dasar kepala sari.

Bagian terdalam lapisan parietal adalah tapetum (dari

bahasa Yunani yang berarti permadani atau karpet). Sel-sel

tapetum mempunyai ciri protoplas pekat dan inti nyata. Inti

tapetum memperlihatkan tingkah laku yang beragam pada

tumbuhan yang berbeda. Pada beberapa sel, inti tidak

melakukan pembelahan setelah semua sel tapetum terbentuk,

pada lainnya, pembelahan inti terjadi satu kali atau lebih tanpa

diikuti oleh sitokinesis sehingga selnya menjadi berinti dua

atau banyak (Lactuca, Taraxantum). Kadang-kadang

pembelahan inti tidak dilaksanakan sampai sempurna, yaitu

kromosom membelah tetapi tidak membentuk inti yang

terpisah, tingkah laku demikian ini menghasilakn inti tapetum

poliploid. Lapisan tapetum mencapai perkembangannya yang

maksimum di saat pembentukan mikrospora pada tingkat

tetrad. Pada beberapa tumbuhan biji tertutup tapetum tetap

sebagai lapisan yang tidak bersambungan sampai polen

masak, nampaknya berfungsi sebagai jaringan sekretori.

Namun pada kebanyakan lainnya, dinding sel mengalami

disintegrasi dan sel-sel ini kemudian tampil sebagai massa

plasmodium yang kemudian secara berangsur massa

plasmodium ini mengalami disintegrasi demikian polen

berkembang.

Tapetum nampaknya terkait dengan nutrisi sel induk polen

dan mikrospora muda. Berdasar telaah ultrastruktur diduga

bahwa bahan dinding luar polen (eksin) disintesiskan di

tapetum. Lapisan parietal yang berada di antara endotasium

dan tapetum sering terkoyak dan rusak, sehingga setelah

pemasakan polen dan tapetum mengalami disintegrasi maka

ruang sari di sebelah luar hanya dibatasi oleh epidermis dan

endotasium saja.

|

Page 18: makalah bunga

6

Pada banyak tumbuhan pelepasan polen terjadi melalui

perekahan, yaitu pembukaan secara spontan kepala sari.

Pembukaan atau stomium mungkin suatu celah longitudinal

yang terletak diantara kedua lokul polen masing-masing

belahan kepala sari. Sebelum perekahan, sekat antara kedua

lokul pada lobus kepala sari yang sama hancur. Setelah

peristiwa ini maka hanya satu lapis sel, yaitu epidermis yang

memisahkan lokul dari lingkungan luar di daerah perekahan.

Epidermis di bagian tersebut terdiri atas sel-sel kecil yang

istimewa dan mudah pecah apabila polen masak. Tipe

stomium yang umum lainnya berorientasi melintang di dekat

apeks lobus kepala sari. Apabila tipe stomium ini yang

dibentuk, apeks masing-masing lobus kepala sari memisah

seperti tudung dan meninggalkan suatu pori (perekahan

porisidal, pada banyak Ericaceae, Solanum). Pori dapat juga

dibentuk di sisi lateral. Stomium yang seperti celah panjang

dianggap lebih primitif dibanding stomium yang berbentuk

seperti pori. Pada spesies Senna, kepala sari mempunyai

sutura lateral yang tidak berperan sebagai stomium. Sel-sel

epidermis di sepanjang sutura ini membelah dan nampaknya

berlaku sebagai sumbat. Perekahan terjadi di puncak steril

kepala sari di tempat munculnya stomium lurus pendek.

Jaringan yang terletak di antara kedua stomium dan kantung

polen hancur dan polen muncul melalui stomium itu. Pada

beberapa tumbuhan, kepala sari tidak merekah melainkan

membuka melalui penyobekan-penyobekan tak teratur dan

mananggalkan fragmen-fragmen jaringan.

6. Daun Buah

Daun buah mungkin tidak layu atau tidak berlekatan

dengan daun buah lainnya dan masing-masing daun buah

menjadi penyusun satu putik, suatu putik yang tersusun dari

satu daun buah saja disebut putik (ginoesium) apokarp,

sedangkan putik yang tersusun dari penyatuan lebih dari satu

|

Page 19: makalah bunga

6

daun buah disebut senokarp. Selanjutnya putik senokarp

dibedakan menjadi dua tipe, yaitu putik parakarp (apabila

hanya memiliki satu ruang bakal buah) dan putik sinkarp

(apabila jumlah ruang bakal buah sebanyak daun buah

penyusun putiknya). Bagian-bagian putik terdiri atas bakal

buah, tangkai putik dan kepala putik.

Dinding bakal buah kurang terdiferensiasi pada waktu

sebelum dan selama pembuahan. Dinding bakal buah terdiri

atas sebagian besar parenkima dan jaringan vaskular,

epidermis berkutikula. Pada Compositae, Kristal kalsium

oksalat yang terdapat pada sel-sel dinding bakal buah

berbeda-beda tergantung pada spesiesnya. Dinding bakal

buah mengalami perubahan-perubahan yang nyata selama

perkembangan buah dan kemudian dapat memperlihatkan

spesialisasi yang nyata.

7. Tangkai Putik dan Kepala Putik

Tangkai putik dan kepala putik mempunyai keistimewaan

secara struktural dan fisiologis yang memungkinkan

perkecambahan polen dan pertumbuhan buluh serbuk dari

kepala putik ke bakal biji. Pada kepala putik protoderm

mengalami diferensiasi menjadi epidermis glandular dengan

sel-sel yang kaya sitoplasma, sering berbentuk papilla dan

dilapisi kutikula. Epidermis ini mengeluarkan cairan bergula,

karena itu kepala putik mempunyai struktur dan fungsi mirip

kelenjar madu. Sel-sel di bawah epidermis dapat kaya

sitoplasma sebagai halnya epidermis, dan kemudian menjadi

bagian jaringan glandular tersebut. Pada banyak tumbuhan

sel-sel epidermis kepala putik berkembang menjadi rambut-

rambut pendek yang rimbun rapat (misalnya pada kacang)

atau menjadi rambut-rambut panjang bercabang-cabang

(misalnya pada rerumputan dan tumbuhan lain yang

persariannya dengan bantuan angin).

|

Page 20: makalah bunga

6

Tampilan luar biasa organisasi daun buah ialah kepala putik

dihubungkan secara internal dengan bakal buah oleh suatu

jaringan yang secara sitologis sama dengan jaringan kepala

putik yang glandular. Jaringan ini diinterprestasi sebagai

medium yang member kemudahan gerak maju buluh serbuk

melalui tangkai putik dan memasok makanan kepada buluh

serbuk yang berkembang. Jaringan itu biasanya disebut

jaringan pengangkut, namun istilah ini mudah rancu dengan

jaringan yang mengacu pada jaringan vaskular, ada yang

menggunakan nama jaringan penerus/pengantar atau daerah

pengantar polen, jaringan tersebut juga dikenal sebagai

jaringan stigmatoid, penamaan ini didasarkan pada

kesamaannya secara sitologis dan fisiologis yang mirip dengan

jaringan kepala putik.

Daun buah tumbuhan dikotil yang lebih primitif tidak

menunjukkan diferensiasi menjadi jaringan kepala putik dan

jaringan stigmatoid, karena permukaan dalam daun buah

terbuka dilapisi dengan rambut-rambut glandular stigmatik.

Seiring dengan peningkatan spesialisasi daun buah, yang

ditandai oleh penutupannya secara berangsur dan

perkembangan tangkai putik, namun kesinambungan jaringan

stigmatik dengan tembuni di pertahankan. Permukaan

glandular internal dimodifikasi menjadi jaringan pengantar

polen atau jaringan stigmatoid.

Jaringan stigmatoid dan berkas vaskular membangun

bagian-bagian yang paling terspesialisasi pada tangkai putik.

Jaringan dasar parenkimatis, epidermis tidak menunjukkan

tampilan yang istimewa. Epidermis dilapisi kutikula dan

mungkin juga mempunyai stomata.

B. Mikrosporogenesis dan megasporogenesis

Pada antera yang sedang berkembang, mikrosporangium terdiri

dari sel sporogen yang ada di dalam rongga kantung polen dan

sejumlah lapisan khusus di sebelah luarnya. Jaringan sporogen juga

|

Page 21: makalah bunga

6

berasal dari sel parietal primer yang ditemukan pada awal

pembentukan antera. Sel sporogen masih dapat bermitosis

menghasilkan lebih banyak sel sporogen atau langsung menjadi sel

induk mikrospora. Meiosis terjadi dalam sel induk mikrospora,

menghasilkan tetrad yang terdiri dari empat sel mikrospora yang

haploid. Di stadium ini mikrospora biasanya berpisah, meskipun pada

beberapa familia tetap bertahan sebagai tetrad. Sebelum lepasnya

polem dari antera, mikrospora mengalami mitosis, menghasilkan sel

vegetatif dan generatif. Kadang-kadang sel generative membelah,

menghasilkan 2 gamet jantan.

Sebagaimana dalam mikrosporogenesis, sel sporogen primer dapat

langsung, atau melalui beberapa kali mitosis, menjadi sel induk

megaspora. Sel itu mengalami meiosis yang terdiri dari dua kali

pembelahan berturut-turut, menghasilkan 4 megaspora. Pada

mayoritas Angiospermae, satu megaspore menghasilkan kantung

embrio dengan mitosis lebih lanjut, sementara 3 megaspora lainnya

berdegerasi.

|

Page 22: makalah bunga

6

C. Jaringan pembuluh

Pada kebanyakan bunga, berkas pembuluh yang menuju setiap

organ berdivergensi dari silinder pembuluh sentral, di taraf yang

berbeda-beda dalam bunga. Jumlah berkas pembuluh sepal dan petal

amat beragam dalam berbagai bunga, tetapi berkas itu dapat

bercabang dikotom seperti pada daun. Pada stamen biasanya hanya

ada satu berkas pembuluh, namun beberapa familia memiliki ke khasan

jalan daun, yakni berjumlah 3-4 berkas per stamen, seperti pada

Araceae. Sistem pembuluh pada karpel terbagi menjadi berkas ventral

yang berdivergensi ke bakal biji, dan berkas karpel dorsal yang masuk

ke dalam stilus. Jumlah berkas pembuluh dalam stilus pada ginesium

sinkarp sering merupakan indikator jumlah karpel, meskipun kadang-

kadang berkas itu bercabang atau bersatu.

1. Sepal dan petal

Baik sepal maupun petal menyerupai daun. Pada penampang

melintang, kedua bagian bunga itu terdiri dari epidermis abaksial

dan adaksial yang membatasi 3 atau 4 atau kladang-kadang hingga

10 lapisan sel isodiamatris yang tak terdiferensiasi sel memanjang

disertai banyak ruang antarsel. Di dalamnya terdapat berkas

pengangkut. Misofil kurang termodifikasi dibandingkan dengan daun

hijau, namun bisa pula terdapat idioblas seperti sel berisi Kristal atau

hipodermis. Sepal biasanya berwarna hijau dan berfotosintesis,

sedangkan rambut dan stomata sering ditemukan pada sepal

maupun petal.

Pada tumbuhan yang terpolinasi oleh serangga, fungsi utama

korola adalah untuk menarik serangga dan sebab itu merupakan

bagian paling luas dan besar dari bunga. Pada tumbuhan yang

dipolinasi oleh angin, korela sering tereduksi atau bahkan tak ada.

Warna petal adalah akibat kromoplas yang mengandung karotenoid

dan cairan vakuola yang mungkin mengandung flavonoid, terutama

antosianin, dan berbagai kondisi pengubah seperti pH cairan

vakuola. Pada Rudbeckia hirta, dasar petal mengandung glikosida

flavonol, yang menyerap cahaya ultra violet dan membuat tempat

itu dapat dibedakan sebagai “tanda nektar” bagi serangga pollinator

|

Page 23: makalah bunga

6

yang sesuai. Pada Brassicaceae, yang juga dipolinasi oleh serangga,

bunga menunjukan berbagai pola pemantulan ultra violet. Pola itu

membedakan taksa yang berkerabat dekat dan dapat bernilai

diagnosik dalam taksonomi.

Dinding antiklinal dari epidermis petal dapat bergelombang

atau beralur internal. Dinding luar dapat berbentuk konveks atau

berupa papila. Pada papilla Tagetes, lapisan kutikula tebal dan

membentuk lipatan.

2. Ginesium

Morfologi ginesium serta terminologi mengiringinya masih

banyak dipertentangkan. Yang pertama, apakah karpel suatu

‘phyllom’ berstruktur aksial atau organ khusus yang tidak

berhubungan dengan bagian lain dari bunga. Kedua, apa makna dari

penyatuan kongenital (sebelum muncul) dari sejumlah karpel, yang

dianggap terjadi jika ginesium tumbuh sebagai satu kesatuan

sewaktu ontogeni. Ketiga, yang manakah karpel dalam bunga yang

berbekal buah tenggelam (inferus).

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Setelah tumbuhan mencapai stadium perkembangan

reproduktifnya, maka beberapa atau semua meristem apeks pucuk

pada ranting berhenti menghasilkan daun dan mulai membentuk

bagian bunga.

2. Bunga merupakan bagian tumbuhan yang amat penting karena

berfungsi sebagai alat perkembangbiakan.

3. Bunga terdiri dari sejumlah bagian steril dan bagian reproduktif

atau fertil

yang melekat pada sumbu, yakni dasar bunga atau reseptakulum.

Bagian sumbu yang merupakan ruas batang yang diakhiri oleh

bunga dinamakan tangkai bunga atau pedisel. Bagian steril dari

|

Page 24: makalah bunga

6

bunga terdiri atas sejumlah helai daun kelopak atau sepal dan

sejumlah helai daun mahkota atau petal. Masing-masing bagian

tersebut dapat menjadi karakter khas dari suatu familia ataupun

tingkat takson di bawahnya.

4. Hasil mikrosporogenesis adalah mikrospora atau butir serbuk sari.

5. Pada kebanyakan bunga, berkas pembuluh yang menuju setiap

organ berdivergensi dari silinder pembulih sentral, di taraf yang

berbeda-beda dalam bunga.

Saran

1. Sebelum mempelajari bunga yang merupakan alat

perkembangbiakan generatif pada tumbuhan, kita harus

mempelajari organ-organ utamanya terlebih dahulu.

Daftar Pustaka

Setjo, Susetyoadi. 2004. Common Text Book : Anatomi Tumbuhan.

Jakarta : IMSTEP

Hidayat, Estiti B. 2005. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Institut

Teknologi Bandung

|