bab i pendahuluan a. latar belakangmpi.uinsgd.ac.id/wp-content/uploads/2018/06/skripsi...1 bab i...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan suatu sikap mempengaruhi orang lain sehingga
bisa menggiring terhadap tujuan yang dinginkan. Kepemimpinan atau pemimpin
dalam suatu organisasi merupakan aspek yang sangat penting. Sosok pemimpin
merupakan penggerak organisasi yang akan membawa alur organisasi dibawa ke
arah mana. Fungsi pemimpin sangat beragam, Ki Hajar Dewantara mengatakan
fungsi pemimpin adalah ing ngarso sung toludo, ing madyo mangun karso, tut
wuri handayani. Artinya ketika di depan memberikan contoh, di tengah menjadi
penyetabil, dan di belakang memberikan dorongan atau motivasi (U. Saefullah,
2011 : 76).
Beberapa fungsi lain dari sosok pemimpin adalah menjalankan beberapa
kegiatan seperti merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengawasi,
dan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah ditetapkan. Semua kegiatan ini
musti dilakukan oleh setiap pemimpin. Dalam lembaga pendidikan sosok yang
menjadi peminpin adalah kepala madrasah (Badrudin, 2013 : 40).
Kepala madrasah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas
tambahan memimpin sekolah yang di dalamnya diselenggarakan proses belajar
mengajar. Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan ditentukan oleh peran
kepemimpinan kepala madrasah, maka kepala madrasah harus mampu membawa
lembaga ke arah tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Kepala madrasah harus
2
mampu melihat adanya perubahan terhadap regulasi pendidikan dan kehidupan
globalisasi (Wahjosumidjo, 2002 : 83).
Dari beberapa fungsi kepala madrasah yang harus diperhatikan dalam
proses mencapai tujuan yang telah ditentukan adalah proses Supervisi Akademik.
Proses Supervisi Akademik ini merupakan fungsi kepala madrasah yang
menindaklanjuti dari perencanaan yang sudah ditentukan. Kepala madrasah harus
bergerak dalam lembaga yang dipimpinnya supaya hal-hal yang sudah
direncanakan bisa terukur dan dinilai antara perencanaan dan pelaksanaan di
lembaga pendidikan yang dipimpin (Mulyasa, 2013 : 256). Oleh sebab itu, kepala
madrasah lah yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi di
sekolah baik itu perencanaan, pelaksanaan, dan tindaklanjut dari proses supervisi
yang dilakukan.
Pengawasan atau pengendalian adalah suatu proses melihat atau menilai
yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahannya apakah yang dilakukan oleh
bawahan itu sesuai dengan perencanaan atau tidak, sesuai dengan aturan atau
tidak. Proses pengawasan kepala madrasah bisa juga disebut dengan proses
supervisi. Supervisi kepala madrasah mempunyai dua kegiatan yaitu supervisi
akademik dan supervisi umum atau administrasi. Tujuan utama dari Supervisi
Akademik lebih cenderung difokuskan kepada kinerja guru dalam melakukan
tugas-tugas dan pekerjaannya dalam proses belajar mengajar. Proses Supervisi
Akademik atau supervisi kepala madrasah yang efektif terjadi jika staf, peserta
didik dan orangtua memandang kepala madrasah sebagai orang yang tahu persis
tentang hal-hal yang terjadi di sekolahnya (Mulyasa, 2013 : 257).
3
Dalam konteks ini, dengan melakukan supervisi maka akan dilakukan
tindakan kunjungan kelas, berbicara dengan guru, peserta didik, dan orang tua,
mengikuti perkembangan masyarakat sekolah, orang-orang dan peristiwa yang
terjadi dalam rangka memenuhi tanggung jawab (Peter F. Olivia, 1992).
Ketidaktepatan Supervisi Akademik yang digunakan dapat meningkatkan
kemandekan kinerja guru, sebaliknya ketepatan pelaksanaan Supervisi Akademik
yang bersifat teknis akan meningkatkan kinerja guru. Sedangkan tingkat kinerja
guru dalam hubungannya dengan Supervisi Akademik ditentukan oleh situasi
proses belajar mengajar yang lebih baik, meningkatnya kemampuan mengatasi
permasalahan tugas dilapangan secara professional, pelaksanaan supervisi yang
demokratis, sistematis, konstruktif, kreatif, kooperatif, dan terus meneru (Sutisna,
1983 : 29).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah dan hasil
pengamatan penulis pada tanggal 20 Desember 2016. Di madrasah yang penulis
jadikan studi kasus terjadi sesuatu yang tidak diharapkan mengenai kinerja kepala
Madrasah. Seperti di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu kepala madrasah
sering tidak hadir ke sekolah, kurang memperhatikan proses supervisi akademik,
dll. Sehingga dari akibat ketidakhadiran kepala madrasah ini merambat dan
menular kepada kinerja guru-guru yang ada. Mereka jadi sering tidak hadir ke
sekolah dan hanya mengisi daftar hadir saja (bagi yang PNS), asal-asalan dalam
mempersiapkan bahan ajar, dan tidak kreatif dalam proses pembelajaran sehingga
membuat peserta didik menjadi tidak semangat dalam belajar serta hal ini bisa
memperhambat proses pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Tapi walaupun
4
dengan berbagai masalah yang terjadi tersebut, MTs ini merupakan sekolah
favorit yang dipilih oleh masyarakat sekitar dan peserta didiknya memiliki
prestasi-prestasi yang ditorehkan baik itu ditingkat kabupaten maupun tingkat
provinsi. Dan hal ini berhubungan dengan kinerja guru dalam proses
mengarahkan peserta didiknya menjadi berprestasi sedangkan kinerja guru yang
terjadi sebenarnya memiliki kekurangan.
Dari beberapa persoalan tersebut, maka dipandang perlu untuk adanya
proses Supervisi Akademik kepala madrasah yang baik dan intensif supaya apa
yang sudah direncanakan bisa tercapai dan benar-benar dikerjakan oleh tenaga
pendidik maupun tenaga kependidikan. Sehingga peserta didik pun tidak
terbengkalai dan benar-benar bisa mengoptimalkan dan mengembangkan potensi
dirinya di sekolah yang mereka duduki yaitu di MTsN Cisewu, kinerja guru bisa
berjalan dengan profesioanal, serta tujuan lembaga pendidikan yang sudah
ditentukan bisa tercapai, sehingga bisa menunjang pada proses pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
Hasil studi pendahuluan diperoleh permasalahan menarik yaitu proses
Supervisi Akademik hanya bisa dilakukan oleh kepala madrasah, proses Supervisi
Akademik jarang dilakukan dan Kinerja guru yang memiliki kekurangan tapi bisa
membuat peserta didiknya berprestasi. Sehingga proses pengawasan kepala
madrasah bisa menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Dan memunculkan
beberapa masalah diantaranya : bagaimana latar alamiah MTsN Cisewu ?
bagaimana proses supervisi akademik kepala madrasah di MTsN Cisewu-Garut ?.
5
Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Supervisi Akademik Kepala
Madrasah Tsanawiyah”.
B. Rumusan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang sudah dipaparkan, maka rumusan
masalah yang akan membatasi dan memfokuskan kepada permasalahan yaitu :
1. Bagaimana realitas kompetensi Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri
Cisewu Garut ?
2. Bagaimana proses Supervisi Akademik kepala madrasah di MTsN
Cisewu-Garut?
3. Apa faktor penghambat dan pendukung proses Supervisi Akademik
kepala madrasah di MTsN Cisewu-Garut ?
4. Bagaimana hasil yang dicapai dari proses Supervisi Akademik kepala
madrasah di MTsN Cisewu-Garut ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami pengaruh Supervisi Akademik Kepala madrasah terhadap
kinerja guru untuk pembekalan terhadap peneliti dan yang membaca
ketika nanti akan mendirikan atau mengelola lembaga pendidikan.
Penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui kompetensi kepala madrasah Di MTsN Cisewu
Garut.
6
b. Untuk mengetahui proses supervisi akademik kepala madrasah di
MTsN Cisewu Garut.
c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat proses
supervisi akademik kepala madrasah di MTsN Cisewu Garut.
d. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dari proses supervisi
akademik kepala madrasah di MTsN Cisewu-Garut.
2. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan
baik secara teoritis maupun secara praktis.
a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kegunaan sebagai khasanah ilmu pengetahuan tentang supervisi
akademik kepala madrasah.
b. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan mampu
mengaplikasikan teori atau ilmu yang sudah dipelajari di dalam
perkuliahan Jurusan Manajemen Pendidikan Islam melalui sharing
dan berbagi dalam bentuk saran untuk profesinalisme guru,
pencapaian tujuan dan mutu sekolah kedepannya melalui proses
supervisi akademik kepala madrasah.
D. Kerangka Pemikiran
Diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 28 Tahun 2010
tentang penugasan Guru Menjadi Kepala madrasah melengkapi perturan
sebelumnya yaitu UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 yang diantaranya mengatur
bahwa penugasan Kepala madrasah harus sesuai standar, karena Kepala madrasah
7
memegang peranan penting. Selain itu, mutu pendidikan di sekolah bergantung
kepada Kepala Madrasahnya. Untuk itu, Kepala madrasah dituntut memiliki
kemampuan kepemimpinan standar sebagaimana diamanahkan dalam
permendiknas No. 13 tahun 2007.
Kepala madrasah adalah seorang pemimpin yang mempunyai bawahan
yang dipilih dengan cara tertentu yang mempunyai tanggung jawab dalam
mewujudkan visi dan misi yang telah ditentukan yang dibantu oleh staf. Kepala
madrasah juga merupakan guru yang mempunyai tugas tambahan menjadi
seorang pemimpin di sekolah. Sebagai pejabat formal, Kepala madrasah diangkat
melalui proses, prosedur, dan peraturan yang barlaku. Sebagai manajer, Kepala
madrasah merupakan seorang perencana, organisator, dan pengendali. Dalam hal
ini kepala madrasah harus memperhatikan dua hal yaitu proses pemberdayaan
seluruh sumber organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan
(Ali Imron, 2011 : 7).
Berdasarkan ketentuan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang
kompetensi Kepala Madrasah. Setiap Kepala madrasah harus memenuhi lima
aspek kompetensi yaitu :
1. Kepribadian
2. Sosial
3. Manajerial
4. Supervisi
5. Kewirausahaan
8
Dari kelima kompetensi Kepala madrasah tersebut, yang akan lebih
diperdalam yaitu tentang kompetensi supervisi yang meliputi :
1. Merencanakan supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
Dalam peraturan menteri pendidikan republik indonesia nomor 13 tahun
2007 tentang standar Kepala Sekolah/Madrasah dijelaskan bahwa kualifikasi
Kepala madrasah dibagi menjadi dua, yaitu kualifikasi Kepala madrasah umum
dan kualifikasi Kepala madrasah khusus. Kualifikasi Kepala Sekolah atau
Madrasah umum adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (DIV)
kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang
terakreditasi.
2. Pada waktu diangkat sebagai Kepala madrasah berusia setinggi-
tingginya 56 tahun.
3. Memiliki pengalaman mengajar sukurang-kurangnya 5 (lima) tahun
menurut jenjang sekolah masing-masing. Kecuali di taman kanak-
kanak / raudhatul athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar
sukurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
9
4. Memiliki pangkat seendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil
(PNS) disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh
yayasan atau lembaga yang berwenang.
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala madrasah harus mampu melakukan
berbagai Supervisi Akademik dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan. Supervisi Akademik dan pengendalian ini merupakan
control agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah
ditetapkan. Supervisi Akademik juga merupakan tindakan preventif untuk
mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan
lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya (Mulyasa, 2013 : 253).
Dalam pelaksanaannya, Kepala madrasah sebagai supervisor harus
memperhatikan prinsip-prinsip : 1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan
hierarkis, 2) dilaksanakan secara demokratis, 3) berpusat pada tenaga
kependidikan, 4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan, 5)
merupakan bantuan professional. Kepala madrasah sebagai supervisor dapat
dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjugan kelas,
pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran ( Mulyasa, 2013 : 254).
Dalam proses pencapaian tujuan yang inginkan kepala madrasah harus
menggunakan stafnya. Salah satunya yang bisa menunjang tujuan sekolah adalah
guru. Guru yang memiliki kinerja yang baik adalah penunjang tercapainya tujuan
sekolah. Sebagai penunjang kinerga guru, guru harus memiliki kompetensi. Di
lingkungan Kementrian Agama berdasarkan PMA Nomor 16 tahun 2010 Pasal 16,
kompetensi guru pendidikan agama harus memiliki lima kompetensi, yaitu 1)
10
kompetensi paedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi sosial, 4)
kompetensi profesional, 5) kompetensi kepemimpinan (Badrudin, 2014 : 14).
Menurut A. Tabrani Rusyan dkk (2000:17) kinerja guru adalah
melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar
kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti mengerjakan
administrasi pembelajaran, melaksanakan bimbingan dan layanan pada peserta
didik, serta melakukan penilaian. Nana Sudjana dkk (2004:107) mengemukakan
indikator kineja guru yaitu :
a. Menguasai bahan yang akan diajarkan.
b. Mengelola program belajar mengajar.
c. Mengelola kelas.
d. Menggunakan media/sumber pelajaran.
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f. Mengelola interaksi belajar mengajar.
g. Menilai prestasi peserta didik.
h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian.
Supervisi bisa juga diberikan batasan sebagai pemberian bantuan kepada
staf untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Depdikbud,
1975) berdasarkan hal ini, nyatalah bahwa suervisi pembelajaran adalah sebagai
berikut :
1. Serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional.
11
2. Layanan profesional tersebut diberikan oleh orang yang lebih ahli
(Kepala Madrasah, penilik sekolah, pengawas, dan ahli lainnya)
3. Maksud layanan profesional tersebut adalah agar dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang
direncanakan dapat tercapai (Ali Imron, 2011 : 8).
Dalam pelaksanaanya, proses supervisi akademik kepala madrasah ini
pasti memiliki hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan baik itu dari individu
kepala madrasahnya ataupun dari pihak yang disupervisi. Seperti yang
diungkapkan oleh M. Ngalim Purwanto (2012 : 118) ada beberapa factor yang
mempengaruhi keberhasilan supervisi : 1) lingkungan masyarakat tempat
madrasah berada; 2) besar kecilnya madrasah yang menjadi tanggung jawab
kepala madrasah; 3) tingkatan dan jenis madrasah; 4) keadaan guru-guru dan
pegawai yang ada; dan 5) kecakapan dan keahlian kepala madrasah itu sendiri.
Ketidaktepatan Supervisi Akademik yang digunakan dapat meningkatkan
kemandekan kinerja guru, sebaliknya ketepatan pelaksanaan Supervisi Akademik
yang bersifat teknis akan meningkatkan kinerja guru. Jadi hasil yang diperoleh
ketika proses supervisi akademik kepala madrasah dilakukan dengan baik yaitu
meningkatkan kinerja atau profesinalisme guru serta pencapaian tujuan yang
diinginkan berdasarkan berbagai faktor yang ada baik itu dari lingkungan,
keadaan guru dan pegawai serta kecakapan kepala madrasah dalam melakukan
supervisi akademik.
Dalam hal ini, proses Supervisi Akademik kepala madrasah diharapkan
bisa membuat kinerja guru yang ada di MTsN Cisewu seperti yang diungkapkan
12
oleh Nana Sudjana dkk. Maka, ketika proses supervisi sudah bisa mengarahkan
kinerja guru dengan baik maka proses pencapaian tujuan madrasah pun akan
menjadi lebih mudah serta bisa membuat mutu madrasah menjadi baik pula.
13
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Latar Alamiah MTsN Cisewu
Kompetensi Kepala Sekolah :
1. Kepribadian
2. Sosial
3. Manajerial
4. Supervisi
5. Kewirausahaan
Kualifikasi Kepala Sekolah
Proses Supervisi :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
a. Kunjungan kelas
b. Diskusi kelompok
c. Pembicaraan
individual
d. Simulasi
pembelajaran
3. Tindaklanjut
Faktor Pendukung
Hasil yang dicapai dari proses pengawasan
Kepala Madrasah di MTsN Cisewu-garut
Faktor Penghambat
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kompetensi Kepala Madrasah Berdasarkan Permendiknas No 13 tahun
2007
1. Kualifikasi Kepala Madrasah
Kualifikasi kepala madrasah terdiri atas kualifikasi umum, dan kualifikasi
khusus
a. Kualifikasi Umum Kepala Madrasah adalah sebagai berikut :
1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-4)
kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang
terakreditasi.
2) Pada waktu diangkat sebagai kepala madrasah berusia setinggi-
tingginya 56 tahun.
3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-
kanak/ Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
4) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil
(PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang
dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.
15
b. Kualifikasi Khusus Kepala Madrasah meliputi :
1) Kepala Taman Kanak-kanak/ Raudhatul Athfal (TK/RA) adalah
sebagai berikut :
a) Berstatus sebagai guru TK/RA.
b) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA.
c) Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan pemerintah.
2) Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai
berikut :
a) Berstatus sebagai guru SD/MI.
b) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI.
c) Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan pemerintah.
3) Kepala Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs) adalah sebagai berikut :
a) Berstatus sebagai guru SMP/MTs.
b) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs.
c) Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan pemerintah.
4) Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) adalah
sebagai berikut :
a) Berstatus sebagai guru SMA/MA.
b) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA.
16
c) Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan pemerintah.
5) Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK) adalah sebagai berikut :
a) Berstatus sebagai guru SMK/MAK.
b) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK.
c) Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan pemerintah.
6) Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB)
adalah sebagai berikut :
a) Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan
SDLB/SMPLB/SMALB.
b) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru
SDLB/SMPLB/SMALB.
c) Memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan pemerintah.
7) Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri adalah sebagai berikut :
a) Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai
kepala sekolah.
b) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan
pendidikan.
17
c) Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan pemerintah.
2. Kompetensi Kepala Madrasah
Tabel 2.1. Kompetensi Kepala Madrasah
No
Dimensi
Kompetensi
Kompetensi
1. Kepribadian
1.1.Berakhlak mulia, mengembangkan
budaya dan tradisi akhlak mulia, dan
menjadi teladan akhlak mulia bagi
komunitas di madrasah.
1.2.Memiliki integritas kepribadian sebagai
pemimpin.
1.3.Memiliki keinginan yang kuat dalam
pengembangan diri sebagai kepala
madrasah.
1.4.Bersikap terbuka dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi.
1.5.Mengendalikan diri dalam menghadapi
masalah dalam pekerjaan sebagai kepala
madrasah.
1.6.Memiliki minat dan bakat jabatan sebagai
pemimpin pendidikan.
18
No
Dimensi
Kompetensi
Kompetensi
2. Manajerial
2.1.Menyusun perencanaan madrasah untuk
berbagai tingkatan perencanaan.
2.2.Mengembangkan organisasi madrasah
sesuai dengan kebutuhan.
2.3.Memimpin madrasah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya madrasah
secara optimal.
2.4.Mengelola perubahan dan pengembangan
madrasah menuju organisasi pembelajar
yang efektif.
2.5.Menciptakan iklim dan budaya madrasah
yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik.
2.6.Mengelola guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia
secara optimal.
2.7.Mengelola sarana dan prasarana madrasah
dalam rangka pendayagunaan secara
optimal.
2.8.Mengelola hubungan madrasah dan
masyarakat dalam rangka pencarian
19
dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan madrasah.
2.9.Mengelola peserta didik dalam rangka
penerimaan peserta didik baru,
penempatan, dan pengembangan kapasitas
peserta didik.
2.10. Mengelolan pengembangan
kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan
nasional.
2.11. Mengelola keuangan madrasah sesuai
dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan, dan efesien.
2.12. Mengelola ketatausahaan madrasah
dalam mendukung pencapaian tujuan
madrasah.
2.13. Mengelola unit layanan khusus
madrasah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik
di madrasah.
2.14. Mengelola sistem informasi madrasah
dalam mendukung penyusunan program
dan pengambilan keputusan.
20
2.15. Memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi bagi peningkatan pembelajaran
dan manajemen madrasah.
2.16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan program kegiatan
madrasah dengan prosedur yang tepat,
serta merencanakan tindak lanjutnya.
3. Kewirausahaan
3.1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan madrasah.
3.2. Bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan madrasah sebagai
organisasi pembelajar yang efektif.
3.3. Memiliki motivasi yang kuat untuk
sukses dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya sebagai pemimpin
madrasah.
3.4. Pantang menyerah dan selalu mencari
solusi terbaik dalam menghadapi
kendala yang dihadapi madrasah.
3.5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam
mengelola kegiatan produksi/ jasa
madrasah sebagai sebagai sumber belajar
peserta didik.
21
4. Supervisi
4.1. Merencanakan program supervisi
akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
4.2. Melaksanakan supervisi akademik
terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang
tepat.
4.3. Menindaklanjuti hasil supervisi
akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
5. Sosial
5.1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk
kepentingan madrasah.
5.2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan.
5.3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang
atau kelompok lain.
B. Supervisi Akademik Kepala Madrasah
1. Kepala Madrasah sebagai Supervisor
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Madrasah telah ditetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi
kompetensi yaitu : kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial.
Dalam rangka pembinaan kompetensi calon kepala madrasah untuk menguasai
22
lima dimensi kompetensi tersebut. Kompetensi ini ditujukan untuk membantu
memberi dukungan kepada guru agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik
(E. Mulyasa, 2014 : 319).
Dalam kedudukannya sebagai supervisor, kepala madrasah mempunyai
tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan guru dalam rangka
melancarkan proses belajar mengajar. Karena guru mempunyai peran penting
dalam membantu perkembangan peserta didik, maka kemampuan dasar yang
telah dicanangkan dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2004 tentang Guru
dan Dosen mutlak harus dikuasai oleh guru. Dengan adanya ketidakmampuan
yang dimiliki oleh guru di lapangan, maka peran kepala madrasah sebagai
supervisor menjadi penting dalam pemecahan masalah bagi guru (Imam
Musbikin, 2013 : 1).
Kepala madrasah sebagai supervisor berfungsi untuk mengawasi,
membangun, mengkoreksi dan mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh
kegiatan pendidikan yang dilakukan di lingkungan madrasah. Di samping itu,
kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan berfungsi mewujudkan hubungan
manusiawi (human relationship) yang harmonis dalam rangka membina dan
mengembangkan kerjasama antar personal agar bergerak serempak ke arah
pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara
efektif dan efisien (Tim Dosen AP UPI, 2014 : 322).
Kepala madrasah sebagai supervisor harus memiliki sifat-sifat yang
dikehendaki, menurut pendapat dan harapan supervisi pada umumnya ( Tim
Dosen AP UPI, 2014 : 322), supervisor hendaknya :
23
a. Mempunyai perhatian terhadap segala kegiatan di madrasah;
b. Bersikap simpatik dan mempunyai perhatian terhadap peserta didik;
c. Mempunyai daya humor dan tidak cepat tersinggung;
d. Percaya pada diri sendiri (self confidence);
e. Tidak terlalu mencari masalah-masalah kecil;
f. Dapat mengajak dan menimbulkan rasa ingin tahu;
g. Kritis, tetapi bersifat membangun dan dapat memberikan saran;
h. Berpengetahuan luas tentang masalah-masalah pendidikan dan
masalah administratif organisatoris;
i. Mempunyai sikap terbuka, yang tidak apriori dan mmenolak pendapat
orang lain;
j. Dapat mengemukakan ide baru;
k. Sehat fisik dan terpelihara, serta berpakaian rapih.
Kepala madrasah sebagai supervisor haruslah ditunjang dengan
kompetensi yang baik, agar supervisee pun dalam melaksanakan bimbingan
merasa terbantu.
2. Hakikat Supervisi
Supervisi secara etimologi berasal dari kata “super” dan “visi” yang
mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas
yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreatifitas, dan kinerja
bawahan. Terdapat beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi, istilah-
istilah tersebut antara lain pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi (Maryono,
2011 : 18).
24
Dalam Carter Good’s Dictionary of Education, dikemukakan definisi
supervisi yaitu segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan
tenaga kependidikan lainnya untuk memperbaiki pengajaran termasuk
menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru,
menyeleksi, dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan
metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran (E.Mulyasa, 2014 : 155)
Good Carter yang dikutip oleh Sahertian (2008 : 18) mendefinisikan
supervisi sebagai usaha yang dilakukan dari petugas-petugas madrasah dalam
memimpin komponen-komponen madrasah untuk memperbaiki pengajaran,
menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-
tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan mengevaluasi
pembelajaran. Sementara itu, Kimball Willes menambahkannya dengan bantuan
yang diberikan oleh supervisor yang bertujuan untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar yang lebih baik. Situasi belajar mengajar yang baik di madrasah
bergantung pada keterampilan supervisor.
Pada hakikatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu
pembinaan yang kontinu, pengembangan kemampuan professional personil,
perbaikan situasi belajar mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan
pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik.
3. Pengertian Supervisi Akademik
Secara etimologis supervisi akademik terdiri dari kata supervisi dan
akademik. Supervisi berarti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan
menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreatifitas,
25
dan kinerja bawahan. Sedangkan akademik berasal dari bahasa Inggris academy
berasal dari bahasa Latin academia, kata yang disebut terakhir ini berasal dari
bahasa Yunani academeia yang mempunyai beberapa makna, salah satunya
berarti suatu masyarakat atau kumpulan orang-orang terpelajar, kata akademik
juga mempunyai bermacam-macam makna antara lain yaitu yang bersifat teoritis
bukan praktis, kajian yang lebar dan mendalam bukan kajian teknis dan
konvensional, dan sangat ilmiah (E. Mulyasa, 2013 : 103). Dengan demikian
supervisi akademik adalah kegiatan pengawasan yang ditujukan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi dalam upaya meningkatkan kualitas produk didik
melalui usaha memotivasi, membimbing, membina, dan mengarahkan orang-
orang yang terkait dengan kegiatan akademik.
Supervisi akademik adalah menilai dan membina guru dalam rangka
meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar diperoleh hasil belajar peserta
didik yang lebih optimal. Oleh karena itu, sasaran supervisi akademik adalah
guru dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran bisa
dilakukan di dalam kelas, luar kelas, ataupun di laboratorium (Sudjana, 2010 : 1).
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian
unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan,
bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai
unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu
kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya. Penilaian unjuk kerja guru
dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi
26
kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan
bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik (Prasojo dan
Sudiyono, 2011 : 82).
Dapat dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka dalam
pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru,
sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara
mengembangkannya. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa
setelah melakukan penilaian unjuk kerja guru tidak berarti selesailah tugas atau
kegiatan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan perancangan
dan pelaksanaan pengembangan kemampuannya (Sagala, 2010 : 124-127).
Supervisi akademik merupakan proses pemberian bantuan terhadap guru untuk
meningkatkan profesionalitas kerja.
4. Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik
a. Tujuan Supervisi Akademik
Moh Rifai yang dikutip oleh Afiffudin (2004 : 118) membagi tujuan
supervisi menjadi delapan macam, yaitu : 1) membantu guru agar dapat lebih
mengerti atau menyadari tujuan-tujuan pendidikan di madrasah; 2) membantu
guru agar mereka lebih menyadari dan mengerti kebutuhan dan masalah-masalah
yang dihadapi peserta didik; 3) untuk melaksanakan kepemimpinan efektif dengan
cara yang demokratisdalam rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan profesional di
madrasah; 4) menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru; 5) membantu guru
meningkatkan kemampuan penampilannya di depan kelas; 6) membantu guru
27
baru dalam masa orientasinya; 7) membantu guru menemukan kesulitan belajar
peserta didiknya dan merencanakan tindakan perbaikannya; dan 8) menghindari
tuntutan-tuntutan terhadap guru yang di luar batar atau tidak wajar.
Ametembun (1981) mengupas tujuan supervisi pendidikan sebagai
berikut :
a. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan
pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam
merealisasikan tujuan tersebut.
b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk
mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang
lebih efektif.
c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara
kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan belajar
mengajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
d. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga
sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif,
serta memperbesar kesediaan untuk tolong menolong.
e. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi
berprestasi untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam
profesinya.
f. Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan
program pendidikan di sekolah kepada masyarakat.
28
g. Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan
yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat.
h. Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi
aktivitasnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta
didik.
i. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan diantara guru.
Adapaun Yushak Burhanuddin mengemukakan bahwa tujuan supervisi
pendidikan adalah dalam rangka mengembangkan suasana belajar mengajar yang
lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar ( Imam
Musbikin, 2013 : 11), secara rinci sebagai berikut :
a. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi belajar mengajar.
b. Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di madrasah
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah
ditetapkan.
c. Menjamin agar kegiatan madrasah berlangsung sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh
hasil maksimal.
d. Menilai keberhasilan madrasah dalam pelaksanaan tugasnya.
e. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan,
kekurangan, dan kekhilafan serta membantu memecahkan masalah
yang dihadapi madrasah sehingga dapat mencegah kesalahan lebih
jauh lagi.
29
Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk
meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Bukan saja memperbaiki kemampuan
mengajar tapi juga untuk mengembangkan potensi kualitas guru. Pendapat ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan Olive bahwa sasaran (domain) supervisi
adalah : 1) mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di madrasah; 2)
meningkatkan proses belajar mengajar di madrasah; 3) mengembangkan seluruh
staf di madrasah (Sahertian. 2008 : 19).
Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan
kompetensinya, mengembangkan kurikulum, dan untuk mengembangkan
kelompok kerja guru dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Prasojo
dan Sudiyono, 2011 : 86). Jadi, tujuan dari supervisi akademik yaitu
mengembangkan kompetensi guru, memecahkan masalah yang dimiliki guru
guru, dan penilaian kinerja guru dalam proses pencapaian tujuan madrasah.
b. Fungsi Supervisi Akademik
Mulyasa (2014 : 84) mengutip pendapat Gwyn dan merumuskan seuluh
tugas utama supervisor. yaitu :
a. Membantu guru mengerti dan memahami para peserta didik;
b. Membantu mengembangkan dan memperbaiki, baik secara individual
maupun secara bersama-sama;
c. Membantu seluruh staf sekolah agar lebih efektif dalam melaksanakan
proses beljar mengajar;
d. Membantu guru meningkatkan cara mengajar yang efektif;
e. Membantu guru secara individual;
30
f. Membantu guru agar dapat menilai peserta didik lebih baik;
g. Menstimulir guru agar dapat menlai diri dan pekerjaannya;
h. Membantu guru agar merasa bergairah dalam pekerjaannya dengan
penuh rasa aman;
i. Membantu guru dalam melaksanakan kurikulum di sekolah;
j. Membantu guru agar dapat memberikan informasi yang seluas-
luasnya kepada masyarakat tentang kemajuan sekolahnya.
Fungsi dari supervisi adalah sebagai layanan atau bantuan kepada guru
untuk mengembangkan situasi belajar mengajar. Konsep supervisi sebenarnya
diarahkan kepada pembinaan. Artinya kepala madrasah, guru, dan staf lainnya di
madrasah diberi fasilitas untuk meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (Saiful Sagala, 2009 : 206).
Menurut Saiful Sagala, kepala madrasah sebagai supervisor mempunyai
fungsi-fungsi utama, yaitu : 1). Menetapkan masalah-masalah yang betul-betul
mendesak untuk ditanggulangi; 2). Menyelenggarakan inspeksi, yaitu sebelum
memberikan kepada guru kepala madrasah terlebih dahulu melakukan inspeksi
sebagai usaha menyurvei seluruh sistem yang ada; 3). Memberikan solusi
terhadap hasil inspeksi yang telah disurvei; 4). Penilaian; 5). Latihan; dan 6).
Pembinaan atau pengembangan Melihat betapa pentingnya supervisi akademik
dalam proses penyelenggaraan pendidikan di madrasah maka supervisi akademik
mempunyai fungsi-fungsi (Imam Musbikin, 2013 : 14), yaitu :
a. pembinaan kurikulum;
b. perbaikan proses pembelajaran dan
31
c. mengembangkan profesi dalam melaksanakan program pembelajaran.
Seperti yang dibahas oleh Swearingen dalam bukunya Supervision of
Instruction – Foundation and Dimension (1961). Ia mengungkapkan 8 fungsi
supervisi : 1) mengkoordinasi semua usaha madrasah; 2) memperlengkapi
kepemimpinan madrasah; 3) memperluas pengalaman guru-guru; 4)
menstimulasi usaha-usaha yang kireatif; 5) memberi fasilitas dan penilaian yang
terus menerus; 6) menganalisis situasi belajar mengajar; 7) memberi pengetahuan
dan keterampilan kepada setiap anggota staf; 8) memberi wawasan yang lebih
luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan
meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru (Piet A. Sahertian. 2008 : 21-22).
5. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik
Kemampuan mengajar guru menjadi jaminan tinggi rendahnya kualitas
layanan belajar. Kegiatan kepala madrasah sebagai supervisor harus menaruh
perhatian utama terhadap para guru dan kemampuan kepala madrasah sebagai
supervisor harus dapat membantu guru-guru yang tercermin pada kemampuannya
memberikan bantuan kepada guru. Sehingga terjadi perubahan perilaku akademik
pada peserta didiknya yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu hasil
belajarnya. Berikut prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan oleh supervisor
(Imam Masbukin, 2013 : 13) :
Pertama, Ilmiah, artinya kegiatan supervisi yang dikembangkan dan
dilaksanakan harus sistematis, objektif, dan mengunakan instrumen atau sarana
yang memberikan informasi yang dapat dipercaya dan dapat menjadi bahan
masukan dalam mengadakan evaluasi terhadap situasi belajar mengajar.
32
Kedua, Kooperatif. Program supervisi dikembangkan atas dasar kerjasama
antar supervisor dengan orang yang disupervisi. Dalam hal ini, supervisor
hendaknya dapat bekerja sama dengan guru, peserta didik, dan masyarakat
madrasah yang berkepentingan dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Ketiga, Konstruktif dan Kreatif, membina guru untuk selalu mengambil
inisiatif sendiri dalam mengembangkan situasi belajar mengajar.
Keempat, Realistik. Pelaksanaan supervisi harus memperhitungkan dan
memperhatikan segala sesuatu yang benar-benar ada di dalam situasi dan kondisi
yang objektif.
Kelima, Progresif. Setiap kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari
ukuran dan perhatian. Artinya apakah yang dilakukan oleh guru dapat melahirkan
pembelajaran yang maju atau semakin lancarnya kegiatan belajar mengajar.
Keenam, Inovatif, program supervisi selalu melakukan perubahan dengan
penemuan-penemuan baru dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu
pendidikan.
Dalam buku Piet A. Sahertian yang berjudul Konsep, Dasar, dan Teknik
Supervisi Pendidikan mengungkapkan bahwa prinsip-prinsip supervisi, yaitu :
a. Prinsip Ilmiah (scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut : 1) kegiatan supervisi
dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan
pelaksanaan proses belajar-mengajar; 2) untuk memperoleh data perlu diterapkan
alat perekan data. Seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya;
3) setiap supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu.
33
b. Prinsip Demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan
kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk
mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi
harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi
berdasarkan rasa kesejawatan.
c. Prinsip Kerjasama
Mengembangkan usaha kerjasama atau menurut istilah supervisi sharing
of idea, sharing of experience, memberi support mendorong, menstimulasi guru,
sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
d. Prinsip Konstruktif dan Kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi
kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.
6. Pendekatan-pendekatan Supervisi Akademik
Menurut Glickman (1981) dikutip oleh Sri Banun Muslim (2009 : 77) ada
tiga pendekatan yang diterapkan supervisor di dalam melakukan supervisi, yaitu :
Pertama, Pendekatan Direktif. Pendekatan ini yang menonjol dari
supervisor adalah demonstrating, directing, standardicing, dan reinforcing.
Supervisor menganggap bahwa dengan tanggung jawabnya ia dapat melakukan
perubahan perilaku mengajar dengan memberikan pengarahan yang jelas terhadap
setiap rencana kegiatan yang dievaluasi. Pendekatan ini tidak memberi
34
kesempatan terhadap guru untuk mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya.
Glickman mengungkapkan bahwa guru baru suka dengan pendekatan directif,
karena dengan pendekatan ini ia berhasil memperbaiki kemampuan mengajarnya.
Kedua, Pendekatan Kolaboratif. Pendekatan ini merupakan aktivitas yang
mendorong dan meningkatkan praktik refleksi antara lain : 1) mengembangkan
pemahaman bersama atas tujuan-tujuan tertentu; 2) mengamati, berpendapat dan
mendiskusikan praktik pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran; 3) sharing
pengalaman; 4) membuat rencana pembelajaran bersama; 5) menyusun rencana
tindakan bersama; 6) bersama-sama menganalisis pengalaman pembelajaran.
Ketiga, Pendekatan Nondirektif. Peranan supervisor pada pendekatan ini
yaitu mendengarkan, mendorong, atau membangkitkan kesadaran diri dan
pengalaman-pengalaman guru diklarifikasikan. Ciri pendekatan ini yaitu
supervisor mendengarkan guru, mendorong guru, mengajukan pertanyaan, dan
memberikan masukan-masukan pemikiran dalam melakukan tindakan.
7. Model-Model Supervisi Akademik
Ada beberapa model yang berkembang dalam supervisi pendidikan
(Sahertian, 2000 : 34 - 44), yaitu :
a. Model Konvensional atau Tradisional.
Model ini merupakan model yang mula-mula dilakukan dalam
pelaksanaan supervisi pendidikan karena dilatar belakangi oleh kondisi
masyarakat dalam suasana kekuasaan yang otoriter dan feodalistik. Model ini
menjadikan kegiatan supervisi sebagai cara mencari-cari kesalahan dan memata-
matai bawahan, perilaku ini disebut dengan snoopervision. Supervisi yang
35
dilakukan dengan model ini menimbulkan perilaku guru yang acuh tak acuh untuk
mencari solusi dan inovasi kemajuan pendidikan atau malah melawan
supervisornya.
b. Model Ilmiah.
Supervisi model ini dilaksanakan berdasarkan data yang dikumpulkan
sebelumnya secara obyektif, misalnya data hasil pengamatan proses pembelajaran
di kelas, data hasil prestasi belajar peserta didik, data kinerja personal guru, dan
lain sebagainya.. Supervisi dilakukan berdasar perencanaan yang telah ditetapkan
sebelumnya, memakai prosedurdan tehnik yang telah ditentukan.
c. Model Klinis.
Yang dimaksud dengan supervisi klinis adalah model supervisi yang
difokuskan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran melalui siklus rutin,
sistematis, dan terencana dengan pengamatan, analisis, dan evaluasi tindak lanjut.
Sasaran kongkrit supervisi model ini adalah meningkatnya kualitas penampilan
mengajar yang nyata dalam rangka memperkecil kesenjangan antara tingkah laku
mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Supervisi klinis
mempunyai ciri-ciri antara lain; inisiatif terhadap apa yang akan disupervisi
timbul dari pihak guru bukan dari supervisor, supervisi dilakukan dengan penuh
keakraban dan manusiawi, hubungan anatara supervisor dengan supervisi
merupakan hubungan kemitraaan, dan lain sebagainya.
d. Model Artistik.
Dalam supervisi pada hakekatnya menyangkut bekerja untuk orang lain
(working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others),
36
bekerja melalui orang lain (working through the others), dari sinilah disadari
bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan menggerakkan orang lain, oleh
karenanya dalam supervisi perlu kiat dan seni agar orang lain mau berbuat untuk
berubah dari kebiasaan lama kepada kerja baru dalam upaya mencapai kemajuan,
inilah yang disebut model artistik.
8. Teknik-Teknik Supervisi
Menurut Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto (1984 : 44) mengatakan
bahwa teknik-teknik supervisi dapat ditinjau dari banyaknya guru dan cara
menghadapi guru. Pertama ditinjau dari banyaknya guru, yaitu :
a. Teknik kelompok, adalah teknik supervisi yang digunakan supervisor bila
terdapat banyak guru yang mempunyai masalah yang sama. Teknik-teknik
ini dapat dipakai melalui : rapat guru-guru, workshop, seminar, konseling
kelompok.
b. Teknik perorangan, adalah teknik yang digunakan apabila hanya seorang
guru memiliki masalah khusus dan meminta bimbingan tersendiri dari
supervisor. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain : orientasi bagi
guru baru, kunjungan kelas, individual converence, dan intervesitation.
Kalau ditinjau dari cara menghadapi guru, ada dua teknik yaitu : 1) teknik
langsung, misalnya menyelenggarakan rapat guru, kunjungan kelas,
menyelenggarakan workshop, dan mengadakan converence. 2) teknik tidak
langsung, dapat dilakukan melalui angket, buku presensi guru, jurnal mengajar,
buku paket guru, dan bulletin board.
37
Supervisor hendaknya dapat memilih teknik-teknik supervisi yang tepat,
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk kepentingan tersebut, berikut
diuraikan beberapa teknik supervisi baik yang bersifat individual maupun
kelompok (E. Mulyasa, 2014 : 162), yaitu :
a. Kunjungan dan observasi kelas
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan
informasi tentang proses belajar mengajar secara langsung, baik yang menyangkut
kelebihan maupun kekurangan dan kelemahannya. Melalui teknik ini, kepala
sekolah dapat mengamati secara langsung kegiatan guru dalam melakukan tugas
utamanya, mengajar, penggunaan alat, metode, dan teknik mengajar secara
keseluruhan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Hasil kunjungan kelas ini dapat digunakan oleh supervisor bersama guru
untuk menentukan cara-cara yang paling tepat untuk memperbaiki dan
meningkatkan kondisi belajar mengajar. Kunjungan dan observasi kelas dapat
dilakukan dengan tiga pola yaitu, kunjungan kelas dan observasi tanpa memberi
tahu guru yang akan dikunjungi, kunjungan dan observasi dengan terlebih dahulu
memberi tahu, serta kunjungan atas undangan guru.
b. Pembicaraan individual
Kunjungan dan observasi kelas pada umumnya dilengkapi dengan
pembicaraan individual antara kepala sekolah dan guru. Pembicaraan individual
merupakan salah satu alat supervisi penting karena dalam kesempatan tersebut
supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan
masalah pribadi yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.
38
c. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok atau pertemuan kelompok adalah suatu kegiatan
mengumpulkan sekelompok orang dalam situasi tatap muka dan interaksi lisan
untuk bertukar informasi atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang
masalah-masalah bersama. kegiatan diskusi ini dapat mengambil beberapa bentuk
pertemuan, seperti panel, lokakarya, seminar, konferensi, kelompok studi,
kelompok komisi, dan kegiatan lain yang bertujuan bersama-sama membicarakan
dan menilai masalah-masalah tentang pendidikan dan pengajaran.
d. Demontrasi Mengajar
Demontrasi mengajar adalah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru yang memiliki kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain
dapat mengambil hikmah dan manfaatnya. Demontrasi mengajar bertujuan untuk
memberi contoh bagaimana cara melaksanakan proses belajar mengajar yang baik
dalam menyajikan materi, menggunakan pendekatan, metode, dan media
pembelajaran.
9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Supervisi Akademik
Menurut Suhardan (2006) salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam
melakukan supervisi adalah perilaku supervisor sendiri. Supervisi yang berhasil
adalah mereka yang dapat melaksanakan tugasnya berkenaan dengan diri
supervisee (orang yang disupervisi). Ia memiliki sifat-sifat kepribadian yang
diterima dalam pergaulan sesama kerabat kerja. Ia memiliki sifat-sifat yang sesuai
dengan profesi supervisor dan ia dapat menjaga kode etik pekerjaannya.
39
Faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi (Ngalim Purwanto, 2012 :
118), adalah sebagai berikut :
1) Lingkungan masyarakat tempat madrasah berada
2) Besar kecilnya madrasah yang menjadi tanggung jawab kepala
madrasah
3) Tingkatan dan jenis madrasah
4) Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia
5) Keakapan dan keahlian kepala madrasah itu sendiri.
Diantara faktor-faktor tersebut, faktor kecakapan dan keahlian kepala
madrasah itu sendiri adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan
kondisi y6ang tersedia, jika kepala madrasah tidak mempunyai kecakapan dan
keahlian yang diperlukan, semuanya tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya
keahlian dan kecakapan yang dimiliki kepala madrasah, segala kekurangan yang
ada akan menjadi perangsang yang mendorong untuk selalu berusaha
memperbaiki dan menyempurnakanna (Ngalim Purwanto, 2012 : 120).
C. Supervisi Akademik Kepala Madrasah Tsanawiyah
1. Perencanaan Supervisi Akademik
Praktek penyelenggaraan pendidikan di madrasah merupakan rangkaian
proses kegiatan menyeluruh yang dimulai dari tahap perencanaan,
pengorganisasian, aktifitas, dan pengawasan atau supervisi, sedang supervisi itu
sendiri adalah salah satu bagian dari keseluruhan yang juga harus direncanakan
secara matang, terpadu, terarah dan sistematis. Efektivitas dan efisiensi suatu
pekerjaan atau kegiatan termasuk kegiatan supervisi, dapat tercapai apabila
40
direncanakan secara matang, karena dengan perencanaan yang baik, berbagai
strategi dapat dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan
yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tanpa perencanaan yang jelas
prosedur kerja menjadi tidak menentu dan mengecewakan pihak-pihak yang
berkaitan dengan aktifitas supervisi, karena tidak jelas apa yang seharusnya
dilakukan, dialami, dan hal apa yang harus dicapai (Badrudin, 2013 : 55).
Perencanaan berasal dari bahasa Inggris plan yang berarti membuat
rencana, planning berarti perencanaan. Perencanaan pada dasarnya adalah
menentukan kegiatan yang hendak dilaksanakan pada masa yang akan datang.
Kegiataan perencanaan dimaksudkan untuk mengatur berbagai sumber daya agar
hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan (Fattah, 2006 : 49). Definisi
lain menyebutkan bahwa perencanaan adalah persiapan menyusun suatu
keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian masalah atau pelaksanaan suatu
pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertenu atau suatu cara untuk
mengantisipasi perubahan sesuai tujuan (Nawawi, 1988 : 41).
Istilah lain dari perencanaan adalah program kerja, kata program dalam
beberapa hal dipersamakan dengan rencana, bahkan ada yang menyamakan
dengan kata persiapan. Setelah mengetahui pengertian atau definisi perencanaan,
maka yang dimaksud dengan perencanaan supervisi akademik adalah program
kegiatan atau rencana yang akan dilakukan dalam melaksanakan kegiatan
supervisi akademik menyangkut dua aspek pokok yang harus ada dalam
perencanaan supervisi akademik yaitu penjadwalan, kapan supervisi dilakukan
dan target apa yang akan dicapai (Maryono, 2011 : 87).
41
Arti penting sebuah perencanaan dalam pelaksanaan supervisi akademik
adalah (Burhanuddin, 2005 : 120 – 121) :
a. Untuk mencari kebenaran atas fakta yang diperoleh dan disajikan agar
dapat diterima oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil
supervisi yang dilakukan.
b. Dengan perencanaan supervisi akan diperoleh data yang obyektif, yang
pada akhirnya dapat digunakan untuk menentukan tindakan yang
berorientasi masa depan.
c. Supervisi yang direncanakan secara baik akan meningkatkan kepercayaan,
pengakuan, serta penerimaan dari semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan supervisi.
d. Supervisi yang direncanakan, hasilnya akan dapat diukur dan diketahui
secara jelas karena dilakukan dengan penuh kesadaran atas alasan, tujuan,
dan cara melakukannya.
e. Supervisi yang terencana dan terprogram dapat dijadikan bagian dari
pengembangan pendidikan pada umumnya dan pengembangan sekolah
pada khususnya, sehingga secara langsung dapat dirasakan manfaatnya.
Sebelum seorang pengawas melakukan kegiatan pengawasan, terlebih
dahulu harus disusun rencana program kegiatan yang memperhatikan hal-hal
sebagai berikut (Burhanuddin, 2005 : 121) :
a. Perencanaan harus komprehensif, artinya perencanaan itu harus
menyeluruh dan menjangkau berbagai aspek dalam supervisi. Semua
42
tahapan yang akan dicapai dalam supervisi harus merupakan satu kesatuan
yang tak dapat dipisah-pisahkan.
b. Perencanaan harus kooperatif, artinya perencanaan itu harus melibatkan
banyak orang yang terkait dengan supervisi, karena seorang supervisor
akan memerluakan bantuan oarang lain dalam melakukan supervisinya.
c. Perencanaan harus bersifat fleksibel, artinya perencanaan yang dibuat
hendaknya tidak kaku tetapi terbuka ruang untuk dialog dan
mengakomodasi perubahan yang terjadi di lapangan, tanpa harus
mengaburkan rencana itu sendiri.
Secara lebih terperinci, perencanaan supervisi yang harus disusun oleh
seorang pengawas antara lain (Thaib, 2005 : 46 -49) :
a. Daftar lengkap sekolah dan guru yang berada dalam wilayah
kepengawasan.
b. Kegiatan tahunan, bulanan, dan mingguan.
c. Jadwal kunjungan Madrasah.
d. Jadwal Kunjungan kelas.
2. Pelaksanaan Supervisi Akademik.
Supervisi akademik adalah supervisi yang memusatkan perhatian secara
penuh terhadap bidang akademik, dengan kata lain yang menjadi garapannya
adalah proses pembelajaran dan segala hal yang bersangkut-paut dengannya
secara langsung. Dalam pelaksanaan supervisi akademik perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut (Burhanuddin, 2005 : 104) :
43
a. Supervisi hendaknya dilaksanakan dengan persiapan dan perencanaan
yang Sistematis.
b. Supervisi hendaknya dilaksanakan dengan memberitahu terlebih dahulu
kepada orang-orang yang bersangkutan dengan supervisi.
c. Supervisi hendaknya dilakukan dengan beberapa tehnik dan metode
untuk menghasilkan hasil yang komprehenship.
d. Perlu dipersiapkan instrumen yang diperlukan dalam supervisi, seperti
blangko-blanko.
e. Hendaknya dilakukan pelaporan pada pihak-pihak terkait setelah selesai
supervisi dilakukan.
3. Tindak Lanjut Supervisi Akademik
Tindak lanjut merpakan kegiatan akhir dari proses supervisi sebelum
laporan dibuat, dengan melakukan pertemuan antara supervisor dengan yang
disupervisi. Dalam pertemuan itu guru yang disupervisi mendapat kesempatan
untuk menyampaikan pendapatnya mengenai pelaksanaan tugasnya di kelas yang
telah diamati oleh supervisor, begitu juga sang supervisor mendapat kesempatan
untuk membantu guru untuk mengatasi masalahnya dalam pelaksanaan
pembelajaran. Langkah tindak lanjut dilakukan melaui proses dialogis antara
supervisor dengan yang disupervisi untuk mendiskusikan langkah perbaikan atas
kekurangan-kekurangan dan kelemahan yang dialami guru dalam proses
pembelajaran (Bafadal, 2006 : 93).
Pendekatan yang dilakukan dalam diskusi tersebut harus bersifat kemitraan
dan kekeluargaan, bukan bersifat intruksi dari atasan kepada bawahan, sehingga
44
terjadi proses yang terbuka, manusiawi, dan saling menghormati untuk bersama-
sama mencari solusi terbaik dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran yang
pada gilirannya akan meningkatkan mutu prestasi belajar siswa. Diskusi yang
dilakukan dalam proses tindak lanjut merupakan langkah menindaklanjuti dari apa
yang ditemukan dalam proses pengamatan pembelajaran dengan berusaha
bersama-sama untuk mencari jalan keluar dalam upaya perbaikan dan peningkatan
kualitas pembelajaran, karena demikian halnya maka dalam proses tersebut tidak
ada saling debat mempertahankan argumen masing-masing, akan tetapi secara
bersama-sama mencari langkah yang tepat dengan arahan dan bimbingan
supervisor. Diskusi dalam proses tindak lanjut supervisi merupakan langkah awal
dari keseluruhan proses tindak lanjut itu sendiri karena masih ada bentuk kongrit
yang harus dilakukan berikutnya, yaitu :
a. Catatan Hasil Supervisi
Hasil dari diskusi yang dilakukan dalam proses tindak lanjut dan hal-hal
lain yang terjadi dalam proses supervisi hendaknya dituangkan dalam suatu
catatan tersendiri dalam rangka untuk menjamin proses supervisi yang
berkelanjutan, terarah, terprogram, dan tidak terputus, karena dari catatan
sebelumnya akan dapat ditentukan langkah apa yang perlu dilakukan dalam
supervisi berikutnya. Catatan yang telah dibuat diberikan kepada kepala sekolah,
guru yang bersangkutan, dan pihak lain jika dipandang perlu. Dari catatan itu
kepala sekolah dapat memantau bahkan menindaklanjuti dalam proporsi dan
kewenangannya, karena kepala sekolah adalah juga supervisor disamping
pengawas. Proses perkembangan kearah perbaikan yang terjadi pasca supervisi
45
juga merupakan tindak lanjut dari supervisi perlu dipantau oleh supervisor, akan
tetapi seorang pengawas tidak mungkin datang setiap hari untuk melihat
perkembangan guru yang telah disupervisinya, maka peranan Kepala Madrasah
dalam menindaklanjuti catatan hasil supervisi mutlak diperlukan dengan cara
mencermati catatan hasi; supervisi.
b. Catatan Perkembangan
Untuk mengetahui apakah terjadi perkembangan kearah positif pada guru
yang telah disupervisi perlu dibuat catatan tersendiri untuk memantau sejauhmana
guru telah menindak lanjuti hasil temuan yang didapat dari proses supervisi.
Catatan tersebut perlu dimiliki oleh pengawas, Kepala Madrasah maupun guru itu
sendiri .
c. Penugasan
Salah satu bentuk dari tindak lanjut supervisi adalah penugasan oleh
supervisor kepada guru yang disupervisi. Bentuk tugas yang diberikan sesuai
dengan catatan hasil supervisi yang dipandang tepat dalam bentuk pemberian
tugas tertentu. Langkah tindak lanjut yang dimulai dari proses diskusi dan diakhiri
dengan langkah-langkah kongkrit secara kontekstual dengan masalah yang
muncul dalam supervisi dimaksudkan sebagai jalan keluar dari masalahmasalah
yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran dan sebagai upaya perbaikan pada
masa yang akan datang untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan
secara umum dengan melibatkan Kepala Madrasah, guru yang bersangkutan, dan
dapat pula melibatkan guru lain yang senior (jurnal. uinsyiah.ac.id. Vol 4 No 2.
April 2015).
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Data
Jenis data pokok yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif yakni data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang
dapat diamati yang berkaitan dengan latar alamiah, kompetensi kepala madrasah,
proses supervisi akademik kepala madrasah, faktor pendukung dan penghambat,
serta hasil yang telah dicapai di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu Garut.
Selain itu terdapat juga data-data yang berupa data kualitatif yang berkaitan
dengan data subjek penelitian berupa angka-angka dan data-data sarana prasarana
sebagai data pelengkap seperti jumlah ruangan, jumlah meja dan kursi, jumlah
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta data lain yang mendukung
terhadap proses penelitiannya.
B. Sumber Data
a. Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di MTsN Cisewu yang terletak di jln
Purwabhakti No. 54 Desa Cisewu Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut.
Pertimbangan memilih sekolah ini yaitu untuk mengetahui tentang proses
supervisi akademik kepala madrasah dalam proses pencapaian tujuan madrasah
dan kinerja guru yang memiliki kekurangan tapi bisa membuat pesert didik
memiliki prestasi serta menjadikan madrasah pavorit yang dipilih masyarakat.
47
b. Sumber Data Pokok
Menurut Lofland (1984:47) dalam bukunya Lexy J Moleong (2007: 157)
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan berupa dokumen dan lain-lain.
Dalam pengambilan sumber data penelitian ini, peneliti menggunakan
sumber data utama adalah kata-kata atau tindakan dan selebihnya dibantu dengan
data-data yang ada.
Kata-kata dan tindakan orang yang dapat diamati atau yang diwawancarai
yang dicatat melalui catatan tertulis atau rekaman dalam penelitian ini merupakan
sumber data utama, dengan menggunakan teknik sampling yaitu dengan cara
mewawancarai kepala madrasah sebagai key informant, kemudian diikuti dengan
snow ball process, yaitu informasi tentang sumber data berikutnya diperoleh dari
key informant tersebut secara bergulir, dan baru dihentikan apabila terjadi
pengulangan informasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data
tambahan berupa dokumen arsip, buku-buku referensi, dan sumber data lainnya
yang dapat ,menunjang sumber data penelitian mengenai Proses Supervisi
Akademik Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu Garut.
Selanjutnya, peneliti mencoba menambahkan data tambahan berupa
dokumen, arsip-arsip, data-data, file dan sumber data yang lain sehingga dapat
menunjang terhadap sumber data penelitian mengenai Supervisi Akademik
Kepala Madrasah Tsanawiyah di MTsN Cisewu Garut.
48
C. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
a. Menentukan Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yakni metode
yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis masalah yang sedang
terjadi atau berlangsung secara rinci apa adanya. Metode tersebut dilakukan untuk
menggambarkan dan menganalisis pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala
Madrasah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu Kabupaten Garut.
Berdasarkan realita yang ada secara komprehensif, dalam hal ini penulis tidak
akan campur tangan dan mempengaruhi apalagi memanipulasi data.
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :
1) Observasi Partisipasi
Observasi yang dilakukan yaitu observasi partisipasi aktif yang bertujuan
untuk memperoleh informasi dan data-data tentang pelaksanaan supervisi
akademik kepala madrasah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu Garut.
Peneliti menggunakan pengamatan terhadap proses supervisi akademik yang
dimulai dari melihat data guru dan staf, merencanakan supervisi akademik,
pelaksanaan supervisi akademik, dan tindak lanjut supervisi akademik kepala
madrasah dan ikut serta sebagai peserta pengamat selama tiga bulan di lokasi,
yaitu dengan mengikuti segala bentuk kegiatan yang bersangkutan dengan
aktivitas supervisi akademik kepala madrasah baik itu dalam lingkungan
Madrasah maupun di luar lingkungan Madrasah.
49
2) Wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan Key
Informan, dalam hal ini kepala Madrasah. Wawancara menggunakan model
wawancara terbuka untuk mengumpulkan data tentang masalah pokok yang
diteliti yaitu data konsep supervisi akademik kepala madrasah, khususnya untuk
verifikasi data dan mengenai hal-hal terkait.
3) Studi dokumentasi atau menyalin dokumen.
Teknik ini digunakan untuk mengetahui data tertulis mengenai Madrasah
Tsanawiyah Negeri Cisewu Garut. dan setting penelitian lainnya seperti data guru
atau tenaga pengajar, peserta didik serta dokumen sejarah berdirinya. Melalui
proses penelusuran dokumen, buku-buku referensi data yang ada dijadikan bahan
data pokok dan data tambahan untuk melengkapi.
D. Prosedur Analisis Data
a. Prosedur Umum Analisis Data
Prosedur umum analisis data penelitian ini yaitu menggunakan analisis
kualitatif atau deskriptif dengan tujuan untuk menguraikan semua data yang telah
didapatkan dari MTsN Cisewu-Garut.
b. Tahapan langkah analisis yang dilakukan
Tahapan analisis yang dilakukan yaitu :
1) Unitisasi Data
50
Unitisasi data yaitu pemrosesan satuan, yang dimaksud dengan satuan
ialah bagian terkecil yang mengandung makna yang bulat dan dapat berdiri
sendiri. Unitisasi data dilakukan dengan cara:
a) Membaca serta menelaah secara teliti seluruh jenis data yang telah
terkumpul.
b) Mengidentifikasi satun-satuan informasi terkecil yang dapat berdiri
sendiri, dalam artian satuan itu dapat ditafsirkan tanpa memerlukan
informasi tambahan.
c) Satuan-satuan yang diidentifikasi dimasukan ke dalam kartu indeks,
setiap kartu diberi kode, kode-kode itu berupa penandaan sumber
asal satuan seperti catatan lapangan, dokumen, penandaan lokasi,
dan penandaan cara pengumpulan data. Menurut Moleong,
(2007:251) satuan-satuan data tersebut merupakan potongan-
potongan informasi itu diidentifikasi, kemudian dimasukan ke dalam
kartu indeks.
2) Kategorisasi data
Menurut peneliti yang dimaksudkan kategorisasi data ini adalah
penggolongan data-data yang saling mendukung dan mempunyai keterkaitan data
sehingga dalam mengelompokkan data-data yang terkumpul. Katagorisasi data
adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar
pemikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu (Moleong, 2007: 252).
Kategorisasi ini dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu:
a) Mereduksi Data
51
Menurut Sugiyono pada tahap ini peneliti menyortir data dengan cara
memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru. Pada
proses reduksi ini, peneliti mereduksi data yang ditemukan pada
tahap I untuk memfokuskan pada masalah tertentu.
b) Membuat koding
Koding yaitu memberi nama atau judul terhadap satuan-satuan yang
telah mewakili entri pertama dari kategori.
c) Menelaah kembali seluruh kategori, yaitu meneliti dikhawatirkan ada
data yang terlupakan.
d) Melengkapi data-data yang telah terkumpul (jika dirasakan
memerlukan data lainnya), selanjutnya kategori tersebut ditelaah dan
dianalisis. (Sugiyono, 2013:29)
3) Penafsiran Data
Menurut Schaltman dan Strauss dalam Lexy J. Moleong, (2012;249),
tujuan yang akan dicapai dalam penafsiran data ialah salah satu dari tiga tujuan
berikut: deskripsi semata-mata, deskripsi analitik dan deskripsi substantif.
Pada penelitian kali ini, tujuan penelitian hanyalah untuk deskripsi semata-
mata. Pada tujuan deskripsi semata-mata, analis menerima dan menggunakan dan
rancangan organisasional yang telah ada dalam satuan disiplin. Penafsiran ini
dilakukan dengan menafsirkan secara deskriptif semata-mata menggunakan
Permendiknas No 17 tahun 2003 dan teori Supervisi Akademik E. Mulyasa
sebagai alat analisis.
E. Uji Absah Data
Yang dimaskud dengan keabsahan data adalah bahwa keadaan harus
memenuhi nilai yang benar, menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapakan,
dan memperoleh keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari
prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya. Agar
penelitian ini teruji keabsahanya, maka diharuskan adanya sebuah
pertanggungjawaban yang harus dilaporkan dari hasil penelitian. Maka dari itu,
52
keabsahan dilakukan semata-mata untuk memeriksa kembali data-data yang telah
diperoleh peneliti dengan kriteria data yang empiris, logis, dapat di
pertanggungjawabkan dan relevan. Adapun langkah-langkah pemeriksaan
keabsahan data tersebut sebagai berikut:
a. Perpanjangan Keikutsertaan, yaitu keikutsertaan peneliti dalam penelitian,
dalam arti kata lain, yaitu seorang peneliti ikut serta terlibat dalam
berbagai kegiatan dengan waktu kurang lebih tiga bulan, terhitung dari
bulan Mei sampai Agustus 2017.
b. Ketekunan pengamatan, yaitu menemukan unsur yang relevan dari isu
yang sedang dicari, diteliti untuk memperdalam masalah agar lebih
terfokus. Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap berbagai
aktivitas supervisi akademik kepala madrasah, mencatat serta merekam
hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, dengan
maksud memperdalam dan lebih terfokus.
c. Triangulasi, yaitu dengan pengecekan hasil wawancara dan pengamatan
kepada sumber yang berbeda serta membandingkan data hasil penelitian
dokumen dengan pengamatan serta dengan melalui wawancara. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi dis informasi dalam melakukan penelitian ini.
Wawancara(1) (2) Observasi
(3) Dokumentasi
Gambar 3.1. Triangulasi Pengumpulan Data
53
d. Pengecekan sejawat, yaitu komunikasi yang terjadi antara sesama teman
mahasiswa, dosen pembimbing mengenai hasil sementara atau hasil akhir
yang diperoleh untuk memperbaiki dan melengkapi hasil sementara
penelitian.
e. Kecukupan Referensi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data
sebanyak-banyak terkait dengan seting dan focus penelitian.
Melengkapinya dengan cara menanyakan langsung kepada pihak
Madrasah, serta mencari informasi dari sumber lain, termasuk referensi
dari sumber tertulis.
f. Analisis kasus negatif, yaitu mengumpulkan kasus atau fenomena yang
berbenturan dengan penelitian dan informasi yang terkumpul sebagai
pembanding data.
g. Pengecekan anggota, yaitu dengan cara memeriksa dan melaporkan data
hasil kepada sumber daya (pihak Madrasah) guna menyamakan persepsi
antara peneliti dan pihak sumber yang diteliti.
h. Uraian rinci, dilakukan dengan cara melaporkan hasil penelitian secara
rinci dan lebih cermat, dimaksudkan agar proses keteralihan informasi
yang terdapat dilokasi.
i. Audit Kebergantungan, proses auditing dilakukan dengan cara
berkonsultasi dengan auditor (pembimbing) untuk menentukan apakah
penelitian ini perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan sesuai dengan
lengkap tidaknya data yang terkumpul.
54
j. Auditing untuk kriteria kepastian, yaitu dengan melakukan pengoreksian
data yang terkumpul kepada subyek penelitian, dalam hal ini adalah kepala
Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu Garut. Bukti keabsahan data hasil
dari pemeriksaan data tersebut dibuktikan dengan surat persetujuan atau
pernyataan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan sebenarnya dari
Kepala Madrasah.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Latar Alamiah MTs Negeri Cisewu
a. Sejarah Berdiri
Madrasah Tsanawiyah Cisewu didirikan oleh bapak Syarif Usman pada
tahun 1973 M. awalnya madrasah ini merupakan madrasah swasta yang berada di
bawah naungan Yayasan Nurul Hidayah. Tujuan didirikannya madrasah ini yaitu
untuk memberikan pengetahuan agama kepada anak-anak selain di madrasah
diniyah, karena pada masa itu belum ada sekolah yang berbasis agama yang
berada di wilayah Cisewu, sedangkan kebutuhan masyarakat akan pengetahuan
agama sangatlah diperlukan. Keadaan sekolah menengah yang ada di daerah
Cisewu dulu baru ada satu sekolah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Cisewu, dengan kebutuhan inilah maka didirikanlah Madrasah Tsanawiyah
Cisewu (1.1.1. MSM).
Madrasah ini pada awalnya merupakan sekolah PGA yang lamanya empat
(4) tahun. Tetapi dengan adanya Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri (SKB 3
Menteri) No. 02/01/2/4/1975. PGA 4 tahun diganti menjadi Madrasah
Tsanawiyah. Setelah mengalami pergantian dari PGA menjadi Tsanawiyah,
madrasah ini juga berganti kembali menjadi Madrasah Filial Garut yang
mengharuskan penggabungan semua sekolah yang berada di Kabupaten Garut
dengan pusat di Kabupaten Garut, sehingga setiap melaksanakan ujian akhir,
peserta didik harus berkumpul dan mengerjakan soal di Garut Kota, hal ini
56
berlangsung sejak tahun 1973-1986. Pada bulan Januari tahun 1986, Madrasah
Filial Garut ini berganti nama kembali menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri
Cisewu sampai sekarang (1.1.1. MSM).
Pada awal berdiri Madrasah Tsanawiyah Cisewu mempunyai luas tanah
2500m2 dengan jumlah guru 16 orang, kepala sekolah yang menjabat pertama
kali di MTs Cisewu adalah Muhamad Musa (1973-1993), dilanjutkan oleh Drs. H.
Moch Hibban (1993-1999), Ishak, BA (1999-2002), Drs. Nendi (2002-2005), Drs.
Solehudin AH, M.Pd. (2005-2016), dan Drs. Sulaeman, M.Pd. (2016-sekarang).
Madrasah Tsanawiyah Cisewu berubah jadi Madrasah Negeri pada tahun 1986 M
bertepatan dengan bergantinya status madrasah dari Madrasah Filial Garut
Menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu (1.1.1. WKM).
b. Kondisi Objektif
1) Letak Geografis
Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu terletak di Jl. Puwabhakti No 57
Desa Cisewu Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut. Batas-batas wilayah MTs
Negeri Cisewu yaitu : bagian utara perbatasan dengan Kp Cisamak, sebelah timur
berbatasan dengan Kantor Kecamatan Cisewu, Sebelah Barat berbatasan dengan
Madrasah Aliyah Negeri 4 Garut, dan sebelah selatan berbatasan dengan
Pesantren Al-Ma’arif. Posisi MTs Negeri Cisewu berada di tengah-tengah daerah
cisewu yang dikelilingi oleh berbagai kampung (1.2.1. MLG).
57
2) Struktur Organisasi
Struktur Organisasi yang berada di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu
adalah sebagai Berikut (1.2.2. MSO) :
Gambar 4.1
Struktur Organisasi MTsN Cisewu
Komitte
1. Aceng Abdullah, BA
2. Rahmat Sulaeman
3. Toha Mahrudin
4. Agus Suhendar, S.Pd
Tata Usaha
1. Tarso, S.Ag
2. Dahrip Komarudin, S.Pd.I
3. Ridwanudin Buhori, S.Pd.I
4. Toni Al Ridwan, S.Pd.I
5. Zuraini, S.Pd.
6. Wawan Setiawan
7. Han Han Hamdani, S.Pd
8. A. Budi Arizal
KURIKULUM
Jumhana,
M.M.Pd
Kepala Madrasah Drs. Sulaeman, M.Pd.
SARPRAS
Sunarsih,
S.Pd
Guru-Guru
HUMAS
Mardiana
Yusuf,
M.M.Pd
KESISWAAN
Kana, S.Ag
58
3) Daftar Guru
Daftar nama-nama tenaga pendidik dan kependidikan yang berada di MTs
Negeri Cisewu adalah sebagai berikut (1.2.3. MDG) :
Tabel 4.1
Daftar Guru dan Staf MTsN Cisewu
NO NAMA JABATAN LULUSAN
1 Drs. Sulaeman, M.Pd Kepala Madrasah UPI
2 Drs. Solehudin AH., M.Pd Guru IPS UNIGAL
3 Hajariah Rosnawati, S.Ag Guru Piqih STAIS
4 Sutarman, S.Pd.I Guru Seni Budaya STAIS
5 Taty Puspitawati, S.Ag Guru Bahasa Sunda STAIS
6 Budi Rusnandar Setia, M.Pd Bahasa Indonesia STIEG
7 Sunarsih, S.Ag Aqidah Ahlaq UNIGAL
8 N. Entit Rohayati,S.Pd.I Bahasa Arab STAIS
9 Jumhana, S.Pd Matematika STIEG
10 Agus Kasdiar, S.H.I SKI STIEG
11 Sukmana, S.Ag IPA STAIS
12 Karnan, S.Pd.I PKN STAIS
13 Deti Rohaeti, S.Pd Bahasa Indonesia STIEG
14 Dasep Tedy Supriadi, S.Pd Matematika, IPA STKIP
15 Dian Hasanah, S.Ag Bahasa Inggris STIEG
16 Kania Yulianti Latifah, S.Pd Matematika STIEG
59
NO NAMA JABATAN LULUSAN
17 Kana, S.Ag IPA IAIC
18 Defi Risalawati Setiawan, S.Ag IPS STIEG
19 Mardiana Yusuf, S.Ag Penjaskes STAIS
20 Toni Al-Ridwan, S.Pd.I TIK STAIS
21 Ratna Susilawati, S.Pd.I Aqidah Ahlaq STAIS
22 Kadar Solihat, S.Ag Qurdits STAIS
23 Drs.Kusna Setia Nugraha PKN IAIC
24 Dadang Masduki, S.Pd.I IPS STAIS
25 Eka Setiawati, S.Pd Bahasa Inggris STKIP
26 Sri Tuti, S.Pd.I Qurdits STAIS
27 Mohamad Taufik, S.Pd Seni Budaya STKIP
28 Agus Eka Sutiawan, S.Ag Bahasa Arab IAIN
29 Lisnawati, S.Pd IPA UIN
30 Wardani Sutisna, S.Pd Matematika STKIP
31 Wawan Setiawan, S.Pd.I PKN, IPS STAIS
32 Jajang Darmawan, S.Pd Bahasa Inggris STKIP
33 Taslim, S.Pd.I Seni Budaya STAIS
34 Agus Carlan, S.Pd Penjaskes, IPA STKIP
35 Yuyu Yuningsih, S.Pd Bahasa Indonesia STKIP
36 Asep Sopyan, S.Pd.I Bahasa Arab STAIS
60
NO NAMA JABATAN LULUSAN
37 Tarso, S.Ag Kepala TU STAIS
38 Dahrip Komarudin, S.Pd.I Staf TU STAIS
39 Ridwanudin Buhori, S.Pd.I Staf TU STAIS
40 Zuraini, S.Pd Staf TU UNIBBA
41 Wawan Setiawan Staf TU PAKET C
42 Han Han Hamdani, S.Pd Staf TU STKIP
43 Abdulloh Budi Arizal Staf TU MAN
44 Adiansyah Abdul Ajiz, S.Pd Staf TU STKIP
45 Gesti Staf TU MAN
46 Warji Staf TU SMPN
47 Siti Komariah, S.Pd Staf TU STKIP
Guru yang berada di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu berjumlah tiga
puluh (30) orang. Serta pegawai tata usaha jumlahnya sebelas (11) orang. Data
guru yang enam (6) orang lagi merupakan data guru di kelas jauh yang
menginduk ke Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu (1.2.3. MDG).
4) Visi dan Misi
Visi Misi yang dibuat oleh pihak madrasah dan kepala madrasah yaitu
(1.2.4. MVM) :
VISI : “Terwujudnya MTsN Cisewu yang CERDAS pada Tahun 2020 “
61
Pengetian CERDAS :
Huruf Akronim Kata Kunci Pengertian
C Cendikia
Intelek,
Kompetensi
Belajar
Pendidikan yang mengembangkan
berbagai kecerdasan siswa
E Edukatif
Mendidik
Pembelajaran
Proses pembelajaran yang mendidik
dan menyenangkan
R Religius
Keimanan,
Nilai Nilai
Islam
Mengimplementasikan nilai nilai
islam, lingkungan yang bernuansa
islami
D Dedikasi
Pengabdian dan
Profesional
Layanan pendidikan berbasis pada
sikap pengabdian profesionalisme
A Amanah
Akuntabel,
dipercaya
Aktifitas yang terencana dan dapat
dipertanggungjawabkan
S Sinergis
Kompak,
bersatu dan
Harmonis
Kinerja kelompok yang kompak dan
kohesivitas yang harmonis
INDIKATOR VISI
1. Meningkatnya prestasi siswa
2. Pelayanan yang profesional dan menyenangkan
3. Terlaksananya kegiatan keagamaan
4. Terwujudnya lingkungan yang kondusif, kompak dan harmonis
62
MISI
1. Meningkatkan prestasi akademik siswa
2. Meningkatkan prestasi non akademik siswa
3. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan warga madrasah
4. Mewujudkan budaya disiplin, budaya bersih dan indah
5. Meningkatkan profesionalitas guru dan karyawan
6. Meningkatkan sarana dan prasarana madrasah
7. Meningkatkan kualitas pengelolaan madrasah
5) Data Peserta Didik
Data peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu tahun ajaran
2016/2017 yaitu (1.2.5. MDPS) :
Tabel 4.2
Jumlah Peserta Didik MTsN Cisewu
NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1. VII 81 68 149
2. VIII 64 82 146
3. IX 98 103 201
63
6) Data Sarana dan Prasarana
Data sarana dan prasaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu yaitu
(1.2.6. OMT) :
Tabel 4.3
Daftar Sarana dan Prasarana Di MTsN Cisewu
NO SARANA FISIK BANYAKNYA KET
1. Ruangan Kelas 20 Rombel Baik
2. Ruangan Kantor 1 Rombel Baik
3. Ruangan Kepala 1 Rombel Baik
4. Ruangan Guru 1 Rombel Baik
5. Ruangan Tamu 1 Rombel Baik
6. Lapangan 1 Rombel Baik
7. WC 6 Rombel Baik
8. Masjid 1 Rombel Baik
9. Perpustakaan 1 Rombel Baik
10. Ruang Kesenian 1 Rombel Baik
11. Lab. Komputer 1 Rombel Baik
12. Lab. IPA 1 Rombel Baik
13. Kantin 1 Rombel Baik
14. Aula 1 Rombel Baik
2. Realitas Kompetensi Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu
Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu bernama Drs. Suleman,
M.Pd. beralamat di Mandala Residence blok F-14 Rt.001 Rw. 022 Kelurahan
64
Sukamenteri Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut. Latar Pendidikan beliau
ketika S1 adalah lulusan Jurusan Matematika IAIN Bandung atau yang sekarang
UIN Sunan Gunung Djati Bandung kemudian melanjutkan program pascasarjana
di Universitas Pendidikan Indonesia dan meraih gelar Megister pada Tahun 2011
(2.1.1. WKM).
Drs. Sulaeman, M.Pd. pertama kali terjun ke dunia Pendidikan formal
pada tahun 1994 dengan menjadi guru di MTsN 1 Garut. Beliau menjadi guru
selama 17 tahun, dari tahun 1994-2011. Dengan waktu mengabdi yang cukup
lama ini, kemudian beliau diberi tugas tambahan menjadi kepala madrasah pada
tahun 2011 ditempatkan di MTsN 3 Cibatu Kersamanah selama 3 tahun sampai
tahun 2014, kemudian dipindah tugaskan ke MTsN 2 Cibatu tahun 2014-2016,
dan tahun 2016 sampai sekarang bertugas di MTsN Cisewu dengan mempunyai
pangkat PNS IV/A (2.1.1.WKM).
Berbagai pelatihan telah beliau ikuti diantaranya yaitu pelatihan yang
diadakan oleh USAID tentang Manajerial Kepala Madrasah yang dilaksanakan
selama 3 bulan, pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Balai Diklat Kegamaan
Jawa Barat, serta pelatihan-pelatihan lain yang dapat membantu dalam proses
pengembangan madrasah. Baik itu ketika sudah menjadi guru dan kepala
madrasah ataupun ketika masih menjadi mahasiswa. Ketika mahasiswa beliau
aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Cabang Bandung, di organisasi ini
juga beliau sering mengikuti program pelatihan yang sangat berguna untuk
pengembangan madrasah dan kapasitas diri sebagai kepala madrasah walaupun
sudah lama diikuti (2.1.1. WKM).
65
Kompetensi yang dimiliki oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri
Cisewu sudah memenuhi kompetensi kepala madrasah yang dijelaskan dalam
Permendiknas No 13 Tahun 2007. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh
Abdullah Budi Arijal (2.1.3. WTU). Bahwa kepala madrasah secara pribadi
mempunyai gagasan-gagasan dalam mengembangkan madrasah, walaupun masih
baru menjadi kepala madrasah tetapi sudah mulai berjalan perubahan yang
dilakukan seperti adanya kantin, kurikulum ekstrakurikuler baru, dll. Dalam aspek
manajerial beliau sudah memulai sistem palayanan publik yang baik dengan
memberikan contoh terlebih dahulu sebelum diterapkan di semua staf madrasah
baik itu guru ataupun tata usaha. Serta memberlakukan administrasi madrasah
yang baik.
Begitupun menurut Drs. Solehudin, M.Pd. (2.1.2. WG). Hubungan sosial
antara kepala madrasah dan pegawai atau seluruh warga madrasah terbilang
sangat erat karena kepala madrasah melakukan system kekeluargaan agar tidak
ada skat antara dirinya sebagai kepala madrasah dan yang lain selaku pegawai
madrasah. Beliau suka memberi motivasi kepada seluruh pegawai agar bisa
melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa mengeluh sedikitpun. Dalam hal
pengawasan pun beliau suka berkeliling madrasah untuk melihat proses
pembelajaran atau melihat keadaan sarana dan prasarana agar semua siap pakai.
Meyelesaikan permasalahan guru atau pegawai lain dengan cara santai sambil
ngobrol-ngobrol tetapi tidak menghilangkan esensi dalam proses problem solving.
66
3. Proses Supervisi Akademik Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri
Cisewu
a. Perencanaan Supervisi Akademik Kepala Madrasah
Berdasarkan (3.1.1. WKM) perencanaan supervisi akademik yang
diterapkan oleh kepala madrasah MTsN Cisewu dimulai dengan menganalisis
terlebih dahulu permasalahan yang terjadi di tenaga pendidik atau guru. Baik itu
dengan menggunakan analisis SWOT, analisis kebutuhan, serta analisis-analisis
lainnya yang bisa menghasilkan informasi. Proses perencanaan supervisi yang
dilakukan yaitu :
1) Perencanaan Supervisi Akademik
Perencanaan supervisi akademik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu
meliputi (3.1.1. MDPS) :
a) Pembagian Tugas Guru
Dalam dokumen perencanaan supervisi akademik jumlah guru yang akan
disupervisi berjumlah 39 orang. Seluruh guru yang ada ini dibagi tugas-tugasnya
dalam mengajar sesuai dengan keahlian masing-masing walaupun masih ada
sebagian mata pelajaran yang diampu oleh guru yang bukan bidangnya.
Pembagian tugas ini meliputi tugas sebagai guru mata pelajaran, wali kelas, waka
kurikulum, waka humas, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana, dan
Pembina ekstrakurikuler (3.1.1. WKM).
b) Menyusun Jadwal Mengajar Guru
c) Menyusun Jadwal Supervisi Tahunan
d) Menyusun Jadwal Supervisi Semester 1
67
e) Menyusun Jadwal Supervisi Semester 2
f) Menyusun Daftar Kunjungan Kelas
2) Rencana Instrumen Supervisi, yang meliputi :
a) Instrumen supervisi dokumen RPP
b) Instrumen supervisi administrasi guru
c) Instrumen kunjungan kelas
d) Instrumen penilaian sendiri oleh guru
3) Rencana Pengolahan Instrumen Supervisi
a) Rekap supervisi dokumen RPP
b) Rekap supervisi administrasi guru
c) Rekap supervisi proses pembelajaran
d) Rekap total hasil supervisi
4) Rencana Tindak Lanjut
a) Analisis hasil supervisi
b) Rencana tindak lanjut
b. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Proses pelaksanaan supervisi akademik di MTsN Cisewu dibagi menjadi 2
jadwal yaitu jadwal tahunan, jadwal persemester. Untuk semerter 1 tahun 2016
dimulai dari bulan Agustus sampai bulan November. Sedangkan untuk semester 2
dimulai dari bula Februari sampai bulan Mei, setiap bulannya kepala madrasah
mensupervisi 4-5 orang guru dengan satu orang guru perminggu. Jadi
persemester jumlah guru yang disupervisi oleh kepala madrasah berjumlah 19
orang. Walaupun sudah terjadwal sedemikian rupa jadwal tersebut tidaklah pasti
68
tapi bersifat flexibel sesuai dengan kondisi. Dengan berbagai faktor-faktor yang
menyebabkan pelaksanaan supervisi tidak sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan (3.2.1. MDPS).
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan di MTs Negeri Cisewu
memperhatikan instrumen-instrumen yang dibuat seperti instrumen supervisi
dokumen RPP, instrumen supervisi administrasi guru, dan instrumen kunjungan
kelas. Teknik supervisi yang digunakan hanya menggunakan teknik kunjungan
kelas dan pembicaraan individual. Teknik supervisi yang paling enak dan sering
dilakukan oleh kepala madrasah yaitu teknik pembicaraan individual karena
teknik ini bisa dilakukan dimana saja dan dengan waktu yang tidak ditentukan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada (3.2.1. WKM).
Teknik pembicaraan individual dilakukan untuk membicarakan masalah-
masalah yang dihadapi oleh setiap guru seperti cara menghadapi peserta didik,
kesejahteraan guru, dan lain-lain yang didalamnya kepala madrasah bisa
memberikan solusi kepada guru tersebut dengan memberikan motivasi dan
memperhatikan kesejahteraan guru-guru agar mereka bisa menjalankan tugasnya
dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan oleh madrasah. (3.2.1.
WKM).
c. Tindak Lanjut Supervisi Akademik
Tindak lanjut supervisi akademik dilakukan dengan cara menganalisis
terlebih dahulu hasil dari supervisi akademik. Hasil yang didapatkan oleh kepala
madrasah dari proses supervisi yaitu setiap guru memiliki nilai yang sempurna
69
dengan nilai A. nilai ini didapatkan dari rekapitulasi hasil supervisi dokumen
RPP, administrasi guru, dan proses pembelajaran (3.3.1. WKM).
Penjadwalan proses tindak lanjut supervisi masih belum dijadwalkan
dengan berbagai faktor. Walaupun kepala madrasah sudah mempunyai catatan
hasil supervisi, tapi tahap pengembangan dan penugasan ataupun pelatihan-
pelatihan terhadap guru-guru belum ditentukan. Hal ini masih menjadi
problematika kepala madrasah dalam menentukan tindak lanjut yang harus
dilakukan karena terbentur oleh masalah biaya operasional kegiatan tindak lanjut
tersebut, tapi pada akhirnya beliau mengatakan dalam proses tindak lanjut
supervisi ini semua guru memerlukan pelatihan-pelatihan agar bisa menambah
profesionalismenya sebagai pendidik (3.3.1. WKM).
4. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Supervisi
a. Faktor Pendukung
Pelaksanaan supervisi akademik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu
didukung oleh beberapa Faktor yaitu (4.1.1. WKM) :
1) Pengalaman kepala madrasah yang sudah 17 tahun memulai
pengabdian menjadi guru sejak tahun 1994, sehingga sedikitnya
beliau sudah tahu cara dalam mengahadapi permasalahan yang
dihadapi guru.
2) Lingkungan yang dibangun oleh kepala madrasah dengan pegawai
menggunakan sistem kekeluargaan, sehingga dalam melaksanakan
proses supervisi guru tidak merasa sedang disupervisi oleh kepala
madrasah.
70
3) Lingkungan masyarakat di daerah sekeliling Madrasah Tsanawiyah
Negeri Cisewu yang kebanyakan berprofesi sebagai guru.
4) Kondisi MTs Cisewu yang sudah berstatus madrasah negeri.
b. Faktor Penghambat Supervisi Akademik
Pelaksanaan supervisi akademik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu
memiliki faktor penghambat yaitu (4.2.2. WKM) :
1) Pembiayaan Program supervisi, merupakan masalah utama yang
dihadapi oleh kepala madrasah dalam melaksanakan program
supervisi karena pembiayaan operasionalnya tidak ada dan hanya
menunggu program pelatihan yang diadakan oleh balai diklat.
2) banyaknya guru yang merupakan lulusan sarjana perguruan tinggi
swasta dengan status cabang, yang memiliki banyak kekurangan.
Seperti fasilitas dan tenaga pengajar atau dosen.
3) Kurangnya komunikasi yang baik antara kepala madrasah dengan
sebagian guru-guru yang ada di MTsN Cisewu.
4) Banyaknya guru yang harus disupervisi, sedangkan kepala
madrasah suka merasa kecapean karena letak kediaman pribadinya
berbeda daerah dengan MTsN Cisewu sehingga proses supervisi
menjadi kurang optimal.
5. Hasil yang Dicapai dari Proses Supervisi Akademik
Dari proses supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala madrasah di
MTsN Cisewu mendapatkan hasil yang dicapai, yaitu :
71
a. Kinerja Guru
Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang diutarakan di bab 1,
pada awalnya kinerja guru yang berada di MTsN Cisewu sering tidak masuk
kelas, asal-asalan dalam membuat bahan ajar atau RPP, dan lain-lain. Setelah
proses supervisi ini dilakukan sekarang kinerja guru sudah berubah sesuai dengan
yang direncanakan oleh kepala madrasah. Program yang direncanakan dalam
supervisi akademik ini dititik beratkan pada supervisi dokumen Rancangan
Program Pembelajaran (RPP), supervisi administrasi guru, dan supervisi proses
pembelajaran. Hasilnya terbilang sukses karena semua guru mendapatkan nilai
sempurna atau A, walaupun sebagian guru masih ada yang mendapatkan nilai B
tapi mereka sudah mulai berubah menjadi lebih baik (5.1.1. WKM).
Menurut sebagian guru yang diwawancarai, kegiatan supervisi ini
sangatlah berguna dalam menilai kinerja para guru. Mereka kadang-kadang
memiliki semangat yang naik turun dalam melaksanakan proses pembelajaran
dengan berbagai faktor. Tapi dengan adanya supervisi, para guru bisa tersadarkan
dengan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Peserta didikpun menjadi
mendapatkan apa yang harusnya mereka dapatkan dan tidak terbengkalai lagi.
Para guru bisa mendapatkan berbagai metode pembelajaran yang baik digunakan
supaya bisa lebih mudah dimengerti oleh peserta didiknya dengan cara
menggunakan media pembelajaran yang ada ataupun hal lainnya (5.1.3. WG).
Dan dari studi dokumentasi yang didapatkan oleh peneliti pun kehadiran guru-
guru sudah mulai banyak yang hadir walaupun masih ada sebagian guru yang
bolong-bolong dalam hal kehadiran ke madrasah (3.2.1.DKS).
72
Proses pembelajaran yang didapatkan oleh peserta didik menyenangkan
sehingga mudah dimengerti, kelas jarang kosong oleh guru, sering memberikan
motivasi terhadap peserta didiknya baik itu motivasi belajar ataupun motivasi
lainnya sehingga proses belajar mengajar pun kualitasnya meningkat. Peserta
didik merasa tidak canggung dengan gurunya sehingga mereka sering curhat
masalah pribadi baik keluarga peserta didiknya dan guru bisa memberikan solusi
(5.1.2.WPD).
b. Tujuan Madrasah
Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu merupakan madrasah yang berada
di wilayah selatan Kabupaten Garut. Tapi kualitasnya tidaklah jauh dengan
madrasah-madrasah yang ada di daerah Garut Kota. Hal ini dilihat dari banyaknya
peminat yang datang dari luar daerah Cisewu seperti Cianjur, Pangalengan,
Rancabuaya, caringin, dan lain-lain. Berbagai prestasi didapakan oleh peserta
didik MTsN Cisewu terbukti dengan mendapatkan prestasi juara umum dalam
acara gebyar SMAN 12 Garut walaupun hanya diikuti oleh 8 sekolah MTs dan
SMP di wilayah Kecamatan Cisewu (5.2.1. WKM).
Proses pelayanan yang didapatkan oleh peserta didik ataupun masyarakat
sudah baik hal ini sesuai dengan visi dan misi madrasah yang menitikberatkan
pada aspek pelayanan. Serta lulusan dari MTsN Cisewu banyak yang diterima di
sekolah pavorit walaupun kebanyakan yang melanjutkan hanya ke sekolah yang
berada di daerah Cisewu saja baik itu ke MA, SMA, dan SMK. Hal ini sedikitnya
sudah sesuai dengan visi dan misi madrasah dalam kata “CERDAS” yang
73
bertujuan untuk mencerdaskan semua warga Madrasah Tsanawiyah Negeri
Cisewu (5.2.1. WKM).
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Kompetensi Kepala Madrasah MTs Negeri Cisewu
Berdasarkan Permendiknas No 13 Tahun 2007 (E. Mulyasa, 2014)
dijelaskan bahwa kepala madrasah harus memiliki kualifikasi dan kompetensi.
Kualifikasi kepala madrasah dibagi menjadi dua, yaitu kualifikasi umum dan
kualifikasi khusus.
a. Kualifikasi Umum Kepala Madrasah adalah sebagai berikut :
1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat
(D-4) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi
yang terakreditasi.
2) Pada waktu diangkat sebagai kepala madrasah berusia setinggi-
tingginya 56 tahun.
3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-
kanak/ Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
4) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri
sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan
yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.
74
b. Kualifikasi Khusus Kepala Madrasah
Kepala Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)
adalah sebagai berikut :
1) Berstatus sebagai guru SMP/MTs.
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs.
3) Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan pemerintah.
Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala madrasah ada lima
kompetensi yaitu : kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi,
dan sosial.
Berdasarkan penelitian, Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu
sudah memenuhi kualifikasi, baik itu kualifikasi umum maupun khusus serta
memenuhi lima kompetensi yang harus dimiliki kepala madrasah. Dibuktikan
dengan pernah menjadi guru selama 17 tahun dari tahun 1994-2011, mempunyai
gelar akademik M.Pd, mempunyai sertifikat pendidik, dan mempunyai pangkat
PNS IV/A (2.1.1. WKM). Dan kompetensinya sebagai kepala madrasah pun
sudah memenuhi seperti mempunyai gagasan-gagasan dalam mengembangkan
madrasah, melakukan kegiatan supervisi yang membantu permasalahan guru dan
meningkatkan kinerjanya, membangun koperasi madrasah, dan mengembangkan
manajerial madrasah yang mengedepankan pada proses pelayanan yang baik, dan
membangun hubungan sosial dengan menerapkan sistem kekeluargaan (2.1.2.
WG).
75
2. Proses Supervisi Akademik Kepala Madrasah
a. Perencanaan Supervisi Akademik
Perencanaan supervisi yang harus disusun oleh seorang supervisor antara
lain: 1) Daftar lengkap dan guru yang berada dalam wilayah kepengawasan, 2)
Kegiatan tahunan, bulanan, dan mingguan, 3) Jadwal Kunjungan kelas (Thaib,
2005 : 46 -49).
Sebelum seorang pengawas melakukan kegiatan pengawasan, terlebih
dahulu harus disusun rencana program kegiatan yang memperhatikan hal-hal
sebagai berikut (Burhanuddin, 2005 : 121) : 1) Perencanaan harus komprehensif,
artinya perencanaan itu harus menyeluruh dan menjangkau berbagai aspek dalam
supervisi. Semua tahapan yang akan dicapai dalam supervisi harus merupakan
satu kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan. 2) Perencanaan harus kooperatif,
artinya perencanaan itu harus melibatkan banyak orang yang terkait dengan
supervisi, karena seorang supervisor akan memerluakan bantuan oarang lain
dalam melakukan supervisinya. 3) Perencanaan harus bersifat fleksibel, artinya
perencanaan yang dibuat hendaknya tidak kaku tetapi terbuka ruang untuk dialog
dan mengakomodasi perubahan yang terjadi di lapangan, tanpa harus
mengaburkan rencana itu sendiri.
Realitas perencanaan supervisi akademik yang ada di MTsN Cisewu sudah
memenuhi konsep yang sudah diutarakan oleh Thaib dan Burhanuddin, yaitu
dengan menentukan jadwal supervisi tahunan, jadwal supervisi semester 1, jadwal
supervisi semester 2, dan jadwal kunjungan kelas yang dilakukan setiap minggu
76
mensupervisi satu orang guru, serta mengumpulkan data guru yang akan
disupervisi (3.1.1. MDPS).
Perencanaan yang dilakukan sudah komprehensif dengan membuat
perencanaan yang memperhatikan tahapan kegiatan supervisi yang dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut supervisi. Yang dimulai dari
penyusunan jadwal mengajar guru, yang meliputi jadwal supervisi tahunan,
persemester, dan daftar kunjungan kelas. Menyusun rencana instrumen supervisi,
yang meliputi instrumen supervisi dokumen RPP, instrumen supervisi
administrasi guru, dan instrumen kunjungan kelas, rencana pengolahan instrumen
supervisi, dan rencana tindak lanjut (3.1.1. MDPS).
b. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Dalam pelaksanaan supervisi akademik perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut : Supervisi hendaknya dilaksanakan dengan persiapan dan perencanaan
yang Sistematis, supervisi hendaknya dilaksanakan dengan memberitahu terlebih
dahulu kepada orang-orang yang bersangkutan dengan supervisi, supervisi
hendaknya dilakukan dengan beberapa tehnik dan metode untuk menghasilkan
hasil yang komprehenship, perlu dipersiapkan instrumen yang diperlukan dalam
supervisi, seperti blangko-blanko, Hendaknya dilakukan pelaporan pada pihak-
pihak terkait setelah selesai supervisi dilakukan (Burhanuddin, 2005 : 104).
Ada beberapa Teknik yang bisa dilakukan dalam melakukan supervisi
akademik, seperti kunjungan atau observasi kelas, pembicaraan individual, diskusi
kelompok, dan demontrasi mengajar (E. Mulyasa, 2014 :162).
77
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh Kepala Madrasah MTsN
Cisewu sudah memperhatikan hal-hal penting dalam melaksanakan supervisi
seperti sudah terjadwalnya guru yang akan disupervisi dengan mensupervisi 4-5
guru dalam satu bulan atau satu guru dalam satu minggu, dan mempersiapkan
instrumen-instrumen supervisi seperti instrumen supervisi dokumen RPP,
Instrumen supervisi administrasi guru, dan instrumen kunjungan kelas (3.2.1.
MDPS).
Teknik yang dilakukan oleh Kepala MTsN Cisewu lebih menekankan
kepada kunjungan kelas dan pembicaraan individual. Kunjungan kelas dilakukan
secara terjadwal dan yang paling sering dilakukan yaitu Teknik pembicaraan
individual Karena Teknik ini bisa digunakan dengan waktu yang tidak ditentukan,
lebih santai dan lebih dekat dengan guru (3.2.1. WKM).
c. Tindak Lanjut Supervisi Akademik
Langkah tindak lanjut dilakukan melaui proses dialogis antara supervisor
dengan yang disupervisi untuk mendiskusikan langkah perbaikan atas
kekurangan-kekurangan dan kelemahan yang dialami guru dalam proses
pembelajaran (Bafadal, 2006 : 93). Diskusi dalam proses tindak lanjut supervisi
merupakan langkah awal dari keseluruhan proses tindak lanjut itu sendiri karena
masih ada bentuk kongrit yang harus dilakukan berikutnya, yaitu : catatan hasil
supervisi, catatan perkembangan, dan Penugasan (jurnal. uinsyiah.ac.id. Vol 4 No
2. April 2015).
Di MTsN Cisewu, kepala madrasah masih kebingungan untuk
melaksanakan proses tindak lanjut yang harus didapatkan oleh setiap guru yang
78
sudah disupervisi, walaupun supervisor sudah mempunyai catatan hasil supervisi
tapi untuk catatan perkembangan dan penugasan masih belum ditentukan. Karena
berbenturan dengan masalah pembiayaan. Tapi kepala madrasah menutup dengan
perkataan proses tindak lanjut yang harus dilakukan yaitu semua guru
memerlukan pelatihan (3.3.1. WKM).
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Supervisi Akademik
Faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi (Ngalim Purwanto, 2012 :
118), adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan masyarakat tempat madrasah berada.
b. Besar kecilnya madrasah yang menjadi tanggung jawab kepala
madrasah.
c. Tingkatan dan jenis madrasah.
d. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia.
e. Kecakapan dan keahlian kepala madrasah itu sendiri.
Menurut Suhardan (2006) salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam
melakukan supervisi adalah perilaku supervisor sendiri. Supervisi yang berhasil
adalah mereka yang dapat melaksanakan tugasnya berkenaan dengan diri
supervisee (orang yang disupervisi). Ia memiliki sifat-sifat kepribadian yang
diterima dalam pergaulan sesama kerabat kerja. Ia memiliki sifat-sifat yang sesuai
dengan profesi supervisor dan ia dapat menjaga kode etik pekerjaannya.
Berdasarkan penelitian, yang menjadi faktor pendukung kegiatan supervisi
akademik di MTsN Cisewu yaitu dilihat dari (4.2.2. WKM) :
79
a. Kecakapan dan keahlian kepala madrasah, meliputi : 1) Pengalaman
kepala madrasah yang sudah 17 tahun memulai pengabdian menjadi
guru sejak tahun 1994, sehingga sedikitnya beliau sudah tahu cara
dalam mengahadapi permasalahan yang dihadapi guru. 2) Lingkungan
yang dibangun oleh kepala madrasah dengan pegawai menggunakan
sistem kekeluargaan, sehingga dalam melaksanakan proses supervisi
guru tidak merasa sedang disupervisi oleh kepala madrasah.
b. Lingkungan masyarakat tempat madrasah berada, yaitu Lingkungan
masyarakat di daerah sekeliling Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu
yang kebanyakan berprofesi sebagai guru.
c. Tingkatan dan jenis madrasah, dengan kondisi MTs Cisewu yang
sudah berstatus madrasah negeri.
Sedangkan faktor penghambatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
(4.2.2. WKM) :
a. Kecakapan dan keahlian kepala madrasah, dengan dibuktikan oleh
Kurangnya komunikasi yang baik antara kepala madrasah dengan
sebagian guru-guru yang ada di MTsN Cisewu.
b. Keadaan guru-guru dan pegawai yang ada, seperti : 1) banyaknya guru
yang merupakan lulusan sarjana perguruan tinggi swasta dengan status
cabang, yang memiliki banyak kekurangan. Seperti fasilitas dan
tenaga pengajar atau dosen. 2) Banyaknya guru yang harus
disupervisi, sedangkan kepala madrasah suka merasa kecapean karena
80
letak kediaman pribadinya berbeda daerah dengan MTsN Cisewu
sehingga proses supervisi kurang optimal.
c. Pembiayaan Program supervisi, merupakan masalah utama yang
dihadapi oleh kepala madrasah dalam melaksanakan program
supervisi karena pembiayaan operasionalnya tidak ada dan hanya
menunggu program pelatihan yang diadakan oleh balai diklat. Dalam
teori, pembiayaan memang tidak dijelaskan menjadi faktor yang
memepengaruhi supervisi. Tapi hal ini merupakan hal yang penting
dalam proses keberjalanan supervisi, walaupun menurut peneliti hal
ini bisa masuk kepada kecakapan dan keahlian kepala madrasah.
Karena ketika kepala madrasah bisa memenej keuangan sekolah,
pembiayaan pasti bukan menjadi alasan dan masalah.
4. Hasil Supervisi Akademik
Hasil supervisi akademik bisa dilihat dari tujuan dan fungsi
dilaksanakannya supervisi. Tujuan supervisi akademik adalah memberikan
layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Bukan
saja memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untuk mengembangkan potensi
kualitas guru. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Olive bahwa
sasaran (domain) supervisi adalah : 1) mengembangkan kurikulum yang sedang
dilaksanakan di madrasah; 2) meningkatkan proses belajar mengajar di madrasah;
3) mengembangkan seluruh staf di madrasah (Sahertian. 2008 : 19). Tujuan lain
dari supervisi akademik adalah Menilai keberhasilan madrasah dalam pelaksanaan
tugasnya untuk mencapai tujuan madrasah ( Imam Musbikin, 2013 : 11).
81
Seperti yang dibahas oleh Swearingen dalam bukunya Supervision of
Instruction – Foundation and Dimension (1961). Ia mengungkapkan 8 fungsi
supervisi : 1) mengkoordinasi semua usaha madrasah; 2) memperlengkapi
kepemimpinan madrasah; 3) memperluas pengalaman guru-guru; 4) menstimulasi
usaha-usaha yang kreatif; 5) memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus;
6) menganalisis situasi belajar mengajar; 7) memberi pengetahuan dan
keterampilan kepada setiap anggota staf; 8) memberi wawasan yang lebih luas
dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan
kemampuan mengajar guru-guru (Piet A. Sahertian. 2008 : 21-22).
Kegiatan supervisi akademik di MTsN Cisewu sudah mempunyai hasil
yang merujuk pada tujuan dan fungsi supervisi dilihat dari dua aspek yaitu :
a. Kinerja guru
Program yang direncanakan dalam supervisi akademik ini dititik beratkan
pada supervisi dokumen Rancangan Program Pembelajaran (RPP), supervisi
administrasi guru, dan supervisi proses pembelajaran. Hasilnya terbilang sukses
karena semua guru mendapatkan nilai sempurna atau A, walaupun sebagian guru
masih ada yang mendapatkan nilai B tapi mereka sudah mulai berubah menjadi
lebih baik (5.1.1. WKM).
Kegiatan supervisi ini sangatlah berguna dalam menilai kinerja para guru.
Mereka kadang-kadang memiliki semangat yang naik turun dalam melaksanakan
proses pembelajaran dengan berbagai faktor. Tapi dengan adanya supervisi, para
guru bisa tersadarkan dengan tugas dan tanggung jawab yang diembannya.
Peserta didikpun menjadi mendapatkan apa yang harusnya mereka dapatkan dan
82
tidak terbengkalai lagi. Para guru bisa mendapatkan berbagai metode
pembelajaran yang baik digunakan supaya bisa lebih mudah dimengerti oleh
peserta didiknya dengan cara menggunakan media pembelajaran yang ada ataupun
hal lainnya (5.1.3. WG).
Proses pembelajaran yang didapatkan oleh peserta didik menyenangkan
sehingga mudah dimengerti, kelas jarang kosong oleh guru, sering memberikan
motivasi terhadap peserta didiknya baik itu motivasi belajar ataupun motivasi
lainnya. Sehingga kualitas belajar mengajar semakin meningkat (5.1.2.WPD).
c. Tujuan Madrasah
Berbagai prestasi didapatkan oleh peserta didik MTsN Cisewu terbukti
dengan mendapatkan prestasi juara umum dalam acara gebyar SMAN 12 Garut
walaupun hanya diikuti oleh 8 sekolah MTs dan SMP di wilayah Kecamatan
Cisewu. Proses pelayanan yang didapatkan oleh peserta didik ataupun masyarakat
sudah baik hal ini sesuai dengan visi dan misi madrasah yang menitikberatkan
pada aspek pelayanan. Serta lulusan dari MTsN Cisewu banyak yang diterima di
sekolah pavorit walaupun kebanyakan yang melanjutkan hanya ke sekolah yang
berada di daerah Cisewu saja baik itu ke MA, SMA, dan SMK. Hal ini sedikitnya
sudah sesuai dengan visi dan misi madrasah dalam kata “CERDAS” yang
bertujuan untuk mencerdaskan semua warga Madrasah Tsanawiyah Negeri
Cisewu (5.2.1. WKM).
83
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis mengenai Supervisi Akademik Kepala
Madrasah Tsanawiyah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu Kabupaten Garut,
maka dapat dipaparkan simpulan sebagai berikut :
1. Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu sudah memenuhi kualifikasi,
baik itu kualifikasi umum maupun khusus serta memenuhi lima
kompetensi yang harus dimiliki kepala madrasah. Dibuktikan dengan
pernah menjadi guru selama 17 tahun dari tahun 1994-2011, mempunyai
gelar akademik M.Pd, mempunyai sertifikat pendidik, dan mempunyai
pangkat PNS IV/A. Dan kompetensinya sebagai kepala madrasah pun
sudah memenuhi kompetensi seperti mempunyai gagasan-gagasan dalam
mengembangkan madrasah, melakukan kegiatan supervisi yang membantu
permasalahan guru dan meningkatkan kinerjanya, membangun koperasi
madrasah, dan mengembangkan manajerial madrasah yang
mengedepankan pada proses pelayanan yang baik, dan membangun
hubungan sosial dengan menerapkan sistem kekeluargaan.
2. Proses Supervisi akademik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu yaitu :
a. perencanaan supervisi akademik yang ada di MTsN Cisewu sudah
memenuhi konsep yang sudah diutarakan oleh Thaib dan
Burhanuddin, yaitu dengan menentukan jadwal supervisi tahunan,
jadwal supervisi semester 1, jadwal supervisi semester 2, dan jadwal
84
kunjungan kelas yang dilakukan setiap minggu mensupervisi satu
orang guru, serta mengumpulkan data guru yang akan disupervisi.
Perencanaan yang dilakukan sudah komprehensif dengan membuat
perencanaan yang memperhatikan tahapan kegiatan supervisi seperti
perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut supervisi. Yang dimulai
dari penyusunan jadwal mengajar guru, yang meliputi jadwal
supervisi tahunan, persemester, dan daftar kunjungan kelas. Menyusun
rencana instrumen supervisi, yang meliputi instrumen supervisi
dokumen RPP, instrumen supervisi administrasi guru, dan instrumen
kunjungan kelas, rencana pengolahan instrumen supervisi, dan
rencana tindak lanjut.
b. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh Kepala Madrasah MTsN
Cisewu sudah memperhatikan hal-hal penting dalam melaksanakan
supervisi seperti sudah terjadwalnya guru yang akan disupervisi
dengan mensupervisi 4-5 guru dalam satu bulan atau satu guru dalam
satu minggu, dan mempersiapkan instrumen-instrumen supervisi
seperti instrumen supervisi dokumen RPP, Instrumen supervisi
administrasi guru, dan instrumen kunjungan kelas. Teknik yang
dilakukan oleh Kepala MTsN Cisewu lebih menekankan kepada
kunjungan kelas dan pembicaraan individual. Kunjungan kelas
dilakukan secara terjadwal dan yang paling sering dilakukan yaitu
Teknik pembicaraan individual Karena Teknik ini bisa digunakan
85
dengan waktu yang tidak ditentukan, lebih santai dan lebih dekat
dengan guru.
c. Tindak lanjut supervisi Di MTsN Cisewu, kepala madrasah masih
kebingungan untuk melaksanakan proses tindak lanjut yang harus
didapatkan oleh setiap guru yang sudah disupervisi, walaupun
supervisor sudah mempunyai catatan hasil supervisi tapi untuk catatan
perkembangan dan penugasan masih belum ditentukan. Karena
berbenturan dengan masalah pembiayaan. Tapi kepala madrasah
menutup dengan perkataan proses tindak lanjut yang harus dilakukan
yaitu semua guru memerlukan pelatihan.
3. faktor pendukung kegiatan supervisi akademik di MTsN Cisewu yaitu a)
kecakapan dan keahlian kepala madrasah, meliputi : 1) Pengalaman
kepala madrasah yang sudah 17 tahun memulai pengabdian menjadi guru
sejak tahun 1994, sehingga sedikitnya beliau sudah tahu cara dalam
mengahadapi permasalahan yang dihadapi guru. 2) Lingkungan yang
dibangun oleh kepala madrasah dengan pegawai menggunakan sistem
kekeluargaan, sehingga dalam melaksanakan proses supervisi guru tidak
merasa sedang disupervisi oleh kepala madrasah. b) Lingkungan
masyarakat tempat madrasah berada, yaitu Lingkungan masyarakat di
daerah sekeliling Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu yang kebanyakan
berprofesi sebagai guru. c) Tingkatan dan jenis madrasah, dengan kondisi
MTs Cisewu yang sudah berstatus madrasah negeri. Sedangkan faktor
penghambatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a) Kecakapan
86
dan keahlian kepala madrasah, dengan dibuktikan oleh Kurangnya
komunikasi yang baik antara kepala madrasah dengan sebagian guru-guru
yang ada di MTsN Cisewu. b) Keadaan guru-guru dan pegawai yang ada,
seperti : 1) banyaknya guru yang merupakan lulusan sarjana perguruan
tinggi swasta dengan status cabang, yang memiliki banyak kekurangan.
Seperti fasilitas dan tenaga pengajar atau dosen. 2) Banyaknya guru yang
harus disupervisi, sedangkan kepala madrasah suka merasa kecapean
karena letak kediaman pribadinya berbeda daerah dengan MTsN Cisewu
sehingga proses supervisi kurang optimal. c) Pembiayaan Program
supervisi, merupakan masalah utama yang dihadapi oleh kepala madrasah
dalam melaksanakan program supervisi karena pembiayaan
operasionalnya tidak ada dan hanya menunggu program pelatihan yang
diadakan oleh balai diklat. Dalam teori, pembiayaan memang tidak
dijelaskan menjadi faktor yang memepengaruhi supervisi. Tapi hal ini
merupakan hal yang penting dalam proses keberjalanan supervisi,
walaupun menurut peneliti hal ini bisa masuk kepada kecakapan dan
keahlian kepala madrasah. Karena ketika kepala madrasah bisa memenej
keuangan sekolah, pembiayaan pasti bukan menjadi alasan dan masalah.
4. Hasil yang dicapai dari proses supervisi kademik merujuk pada kinerja
guru dan tujuan madrasah. kinerja guru di MTsN Cisewu sudah sesuai
dengan program yang direncanakan dalam supervisi akademik yang dititik
beratkan pada supervisi dokumen Rancangan Program Pembelajaran
(RPP), supervisi administrasi guru, dan supervisi proses pembelajaran.
87
Hasilnya terbilang sukses karena semua guru mendapatkan nilai sempurna
atau A, walaupun sebagian guru masih ada yang mendapatkan nilai B tapi
mereka sudah mulai berubah menjadi lebih baik. Tujuan madrasah dilihat
dari berbagai prestasi yang didapatkan oleh peserta didik MTsN Cisewu
terbukti dengan mendapatkan prestasi juara umum dalam acara gebyar
SMAN 12 Garut walaupun hanya diikuti oleh 8 sekolah MTs dan SMP di
wilayah Kecamatan Cisewu. Proses pelayanan yang didapatkan oleh
peserta didik ataupun masyarakat sudah baik hal ini sesuai dengan visi dan
misi madrasah yang menitikberatkan pada aspek pelayanan. Serta lulusan
dari MTsN Cisewu banyak yang diterima di sekolah pavorit walaupun
kebanyakan yang melanjutkan hanya ke sekolah yang berada di daerah
Cisewu saja baik itu ke MA, SMA, dan SMK. Hal ini sedikitnya sudah
sesuai dengan visi dan misi madrasah dalam kata “CERDAS” yang
bertujuan untuk mencerdaskan semua warga Madrasah Tsanawiyah Negeri
Cisewu.
B. Saran
Beberapa saran yang peneliti sampaikan kepada Kepala Madrasah
Tsanawiyah Negeri Cisewu Kabupaten Garut terkait dengan Supervisi Akademik
yaitu :
1. Kompetensi Supervisi hendaknya lebih ditingkatkan dan diperdalam lagi
karena supervisi merupakan bagian penting dalam proses manajerial
lembaga yang berfungsi untuk menilai apakah perencanaan yang sudah
ditentukan berjalan dengan baik atau tidak. Kecakapan dan keahlian
88
kepala madrasah menjadi faktor dominan yang mempengaruhi supervisi.
Peningkatan kompetensi bisa dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan-
pelatihan yang diadakan oleh lembaga terkait ataupun dengan melakukan
studi pustaka.
2. Perencanaan supervisi di MTsN Cisewu Kabupaten Garut hendaknya
merencakanan atau meganggarkan pembiayaan supervisi akademik, hal ini
ditetapkan untuk keberlangsungan kegiatan supervisi. Perencanaan harus
bersifat komprehensif yang menjangkau berbagai aspek dalam supervisi.
Pelaksanaan Supervisi hendaknya benar-benar dilaksanakan dengan baik,
dengan cara terus memantau perkembangan setiap guru menggunakan
berbagai teknik dan metode supervisi, agar supervisi tidak dipandang
sebagai kegiatan formalistis semata. Dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut : Supervisi hendaknya dilaksanakan dengan persiapan dan
perencanaan yang sistematis, supervisi dilakukan dengan beberapa tehnik
dan metode untuk menghasilkan hasil yang komprehenship, perlu
dipersiapkan instrumen yang diperlukan dalam supervisi, seperti blangko-
blanko, dan dibuat pelaporan pada pihak-pihak terkait setelah supervisi
dilakukan. Tindak lanjut supervisi hendaknya lebih memperhatikan dan
menentukan tahap pengembangan dan penugasannya. Karena setiap guru
pasti memerlukan pelatihan yang berbeda-beda sesuai dengan masalah
yang di alami oleh setiap guru. Pelatihan yang bisa dilakukan seperti,
pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas, dan simulasi
pembelajaran.
89
3. Hasil supervisi akademik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu
Kabupaten garut hendaknya dibukukan dan diinformasikan kepada seluruh
guru, peserta didik, komite madrasah, orang tua dan orang yang
bersangkutan dengan madrasah. Hal ini sejalan dengan prinsip supervisi
yaitu dibuat laporan yang disampaikan pada pihak-pihak terkait setelah
supervisi dilakukan.
90
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin dan Sutikno, Sobry. 2008. Pengelolaan Pendidikan. Bandung :
Prospect.
Afifuddin, dkk. 2004. Administrasi Pendidikan. Bandung : CV. Insan Mandiri.
Badrudin. 2013. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung : Alfabeta.
Badrudin. 2014. “Manajemen Peserta Didik”. Jakarta : PT Indeks
Bafadal, Ibrahim. 2006. Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-
kanak. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Burhanudin, Yushak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Fattah, Nanang. 2006. Manajemen dan Organisasi Sekolah. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
http://gurukreatifbanget.blogspot.co.id/2016/04/makalah-konsep-dasar-supervisi
akademik.html.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JAP/article/view/4785/0
Imron, Ali. 2011. “Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan”. Jakarta :
Bumi Aksara.
Maryono. 2011. Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supevisor Pendidikan.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2013. “Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Madrasah”. Jakarta :
Bumi Aksara
Mulyasa. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan
Implementasi). Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Musbikin, Imam. 2013. Menjadi Kepala Sekolah yang Hebat. Pekanbaru Riau :
Zanafa Publishing.
Muslim, Sri Banun. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas
Profesionalisme Guru. Bandung : Alfabeta.
Nawawi, Hadari. 1988. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Penerbit Haji
Masagung
91
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Kompetensi Kepala Madrasah
Prasojo, Lantip Diat dan Sudiyono. 2011. Supervisi Akademik. Yogyakarta :
Penerbit Gava Media.
Purwanto, M. Ngalim. 2012. “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”. Bandung
: PT Remaja Rosda Karya.
Rusyan, A. Tabrani dkk. 2000 “Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar”.
Bandung : Remadja Karya.
Sagala, Saeful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.
Bandung : Penerbit Alfabeta.
Sahertian, A. Piet. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta
: Rineka Cipta.
Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty. 1984. Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2004. “Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar”. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.
Sudjana, Nana. 2010. Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru
melalui Supervisi Klinis. Jakarta : Binamita Publishing.
Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Pofesional (Layanan dalam Peningkatan
Mutu Pembelajaran Di Era Otonomi Daerah). Bandung : Alfabeta.
Thaib, Amin. Dan Ahmad Robie. 2005. Standar Supervisi Pendidikan pada MTs.
Jakarta : Depag RI.
Tim Dosen AP UPI, 2014. Manajemen Pendidikan, Bandung : Alfabeta
U Saefullah. 2011. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Setia.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional